analisis dampak mengenai lingkungan...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS DAMPAK MENGENAI LINGKUNGAN (AMDAL)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan modul ini dengan baik.
Dengan judul ANALISIS DAMPAK MENGENAI LINGKUNGAN.
Modul ini berisikan tentang bagaimana proses pencemaran terjadi, dampak pencemaran
sampai isu-isu terhadap lingkungan. Diharapkan modul ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang materi tersebut. Saya menyadari bahwa modul ini masih jauh dari
sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan modul ini. Akhir kata, saya mengucapakan terima kasih.
3
BAB 1 SEJARAH AMDAL
1.1 Undang – undang mengenai AMDAL
AMDAL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23
tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP no 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Jika Indonesia mempunyai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) yang harus dibuat jika seseorang ingin mendirikan suatu proyek yang
diperkirakan akan memberikan dampak besar dan penting terhadap lingkungan. AMDAL adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 2012 tentang ‘Izin Lingkungan”. AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai
dampak positif dan negative dari suatu rencana kegiatan atau proyek, yang diapakai pemerintah
dalam memutuskan apakah suatu kegiatan atau proyek layak atau tidak layak lingkungan. Kajian
dampak positif dan negative tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik,
kimia, biologi, sosialekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat.
1.2 Nepa Pada Tahun 1969
AMDAL untuk pertama kalinya lahir dengan dicetuskannya undang-undang mengenai
lingkungan hidup yang disebut National Environmental Policy Act (NEPA) oleh Amerika Serikat
pada tahun 1969. NEPA mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C) dalam
undang-undang ini menyatakan bahwa semua usulan legislasi dan aktivitas pemerintah federal
yang besar yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan
disertai laporan Environmental Impact Assessment (Analisis Dampak Lingkungan).
AMDAL dengan cepat menyebar di negara-negara maju yang kemudian disusul oleh negara
berkembang dengan banyaknya pihak yang telah merasakan bahwa AMDAL adalah alat yang
ampuh untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih parah akibat aktivitas
manusia. Dengan mangacu pada NEPA, maka untuk pertama kalinya pada tahun 1982 Indonesia
mencetuskan UULH No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Undang-undang ini merupakan langkah awal Indonesia untuk menjadikan
4
pembangunan berwawasan lingkungan. Pasal 16 UULH No. 4 tahun 1982 menyatakan bahwa
setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan
peraturan pemerintah. Untuk menindaklanjuti operasionalnya, dikeluarkanlah PP No. 29 Tahun
1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Lembaran Negara Tahun 1986 No.
42 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338. Isinya menyatakan bahwa AMDAL dimaksudkan
sebagai bagian dari studi kelayakan pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. PP No.
29 Tahun 1986 kemudian dicabut dan diganti dengan PP No. 51 Tahun 1993 yang kemudian
diganti lagi dengan PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Semenjak itulah semakin banyak munculnya peraturan perundang-undangan lain mengenai
AMDAL, salah satu yang tergolong sangat penting untuk menentukan bentuk kajian lingkungan
yang akan dilakukan adalah Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 mengenai
jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan hidup sebagai upaya sadar
dan berencana mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup, perlu dijaga keserasian antara berbagai
aktivitas (usaha) dan semacamnya. Pada bulan Juni 1990, Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (BAPEDAL) di Indonesia dibentuk. Mandat BAPEDAL adalah untuk membantu
Presiden dalam mengelola dampak pencemaran. Pada saat itu Emil Salim, Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup menjabat Ketua BAPEDAL dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden. Misi BAPEDAL adalah untuk melaksanakan fungsi pemerintah untuk
mengendalikan dampak lingkungan dengan menggunakan prinsip-prinsip ekologi dalam
pemanfaatan sumberdaya alam sehingga dampak negatif pembangunan tidak mengubah fungsi
lingkungan. Kebijakan pengelolaan lingkungan BAPEDAL meliputi pelestarian dan pemanfaatan
sumberdaya secara efektif; peminimalan limbah; daur-ulang; dan pembuangan yang aman;
penggunaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai alat untuk pembangunan
yang berkelanjutan; peminimalan penggunaan bahan-bahan berbahaya dan pengelolaan limbah
berbahaya yang dihasilkan; pengembangan sistem pendukung pengelolaan lingkungan seperti
kelembagaan, hukum, insentif, pelatihan, laboraturium, sistem informasi, dan lain-lain; dan
peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat luas. (Bapedal & EMDI, 1992).
5
1.3 Silent Spring Terutama DDT
Rachel Carson menderita penyakit kanke saat menulis Silent Spring. Selang dua tahun
perilisan, Rachel meninggal. Perilisan di 1962, Rachel Carson memperigati kesalahan dimasa
lampau, untuk berjanji “war on weeds”, the “war against the insects” and “better living through
chemistry”. Dia menulis untuk teman- teman : “there would be no peace for me if I kept silent”
(Lear, 2002, p.xiv). Dia menyuruh dunia untuk menyeimbangkan : bisakah seseorang percaya
mugkin saja menurunkan kadar kimia dapat menyelamatkan hidup semuanya (Carson, 1962,
p. 7-8). Carson menulis dengan kemampuan dan ilmiah dan dia melakukan peneltiansains
untuk dapat mencari penyebab atau urutan injeksi penyakit (manifesto), menjelaskan
pencemaran di planet. Dia lahir pada 27 May 1907, di sebuah kota. Dia tumbuh dan besar di
Springdale, Pennsylvania dimana dia mentransformasikan dirinya “pristine village” to “a
grimy wasteland, its air fouled by chemical emissions, its river polluted by industrial waste”
(Lear, 2002, p. xi, xiii). Dia belajar dan melengkapi kemampuan di MA in Zoology at John
Hopkins University. DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane) menjadi sorotan dan
penelitian beberapa peneliti dan hasilnya pestisida ini membuat keadaan lingkungan tidak
setabil dan terakumulasi dalam tumbuhan.
1.4 Penyakit Minamata
Penyakit minamata atau sindrom minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang
disebabkan oleh keracuanan akut air raksa. Penyakit ini dinamaisesuai dengan nama kota yang
pertama kali diremukan penyakit ini yaitu kota Minamata, prefektur kumamoto di jepang yang
menjadikan daerah ini mewabah mulai tahun 1958. Dengan tanda- tanda banyak orang yang
mati dan kelupuhan saraf. Setelah diamati dan di uji, diketahui bahwa orang jepang mempunyai
kebiasaan mengkonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak. Maka diteliti dan hasilnya ikan di
teluk minamata tercemar merkuri. Ini disebabkan adanya pembuangan mertkuri dari pabrik ke
laut.
6
BAB II LINGKUNGAN HIDUP
2.1 Definisi Lingkungan Hidup
Semua yang saling berkaitan satu sama lain dan saling membutuhkan satu sama lain maka perlu
penyeimbangan. Hubungan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dengan Izin Lingkungan
Usaha atau kegiatan tertentu tidak dapat dilakukan tanpa izin dari organ peme rintah yang
berwenang. Kenyataan tersebut dapat dimengerti karena berbagai hal sering kali terkait
denganPasal 1 UU No.23 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2.2 Manusia Tidak Hidup Sendirian, Ada Tumbuhan dan Hewan
Ada banyak tingkatan kehidupan, manusia sangat bergantung dari mulai lahir yaitu membutuhkan
asupan dari tumbuhan dan hewan sampai mati di uraikan dengan jasad renik. Maka manusia harus
menjaga alam.
7
BAB III ANALISIS DAMPAK MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
3.1 Pengertian Analisis Dampak Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup
(AMDAL), adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. (Pasal 1 UU No.23 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak penting suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan (Pasal 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan). Kerangka Acuan adalah ruang lingkup kajian
analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.
ANDAL adalah singkatan dari empat suku kata; Analisis Dampak Lingkungan Hidup. ANDAL
adalah kajian atau telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu
rencana usaha/kegiatan terhadap komponen lingkungan hidup. Pelingkupan adalah proses
pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan dengan dampak penting.
Munn mendefinisikan AMDAL sebagai suatu aktivitas untuk mengidentifikasi, menduga dampak
lingkungan biogeofisik dan kesehatan serta kesejahteraan manusia sebagai akibat dari suatu
peraturan, kebijaksanaan, program, proyek dan lain sebagainya. Jain mendefinisikan AMDAL
sebagai suatu studi terhadap kemungkinan perubahan berbagai aspek sosial ekonomi dan
karakteristik biofisik lingkungan yang diakibatkan oleh suatu rencana kegiatan.
Untuk apakah AMDAL itu?; dari aspek teknis adalah: i) untuk menghindari dan meminimumkan
dampak lingkungan hidup sehingga terwujud pembangunan yang berkelanjutan; ii) untuk kegiatan
survey lingkungan hidup, iii) untuk
Fungsi;
• Memberi masukan dalam pengambilan keputusan;
• Memberi pedoman dalam upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan
hidup; dan
• Memberikan informasi dan data bagi perencanaan pembangunan suatu wilayah.
8
Manfaat;
• Mengetahui sejak awal dampak positif dan negatif akibat kegiatan proyek;
• Menjamin aspek keberlanjutan proyek pembangunan
• Menghemat penggunaan Sumber Daya Alam;
• Kemudahan dalam memperoleh perizinan dan memperoleh kredit bank.
Manfaat AMDAL dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu; 1) manfaat AMDAL bagi
pemilik usaha/kegiatan, 2) manfaat AMDAL bagi pemerintah, 3) manfaat AMDAL bagi
masyarakat, dan 4) manfaat AMDAL bagi lingkungan.
1. Manfaat AMDAL bagi Pemilik Usaha/Kegiatan (Pemrakarsa Proyek):
a. AMDAL memberikan gambaran yang jelas atas manfaat, risiko dan sasaran
usaha/kegiatan/proyek yang ditangani.
b. AMDAL memberikan gambaran yang jelas atas kondisi lingkungan baik biogeofisik, sosial
ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar lokasi usaha/kegiatan/proyek yang ditangani.
c. AMDAL dapat dijadikan sebagai bahan penguji secara komprehensif atas perencanaan proyek
sehingga
3.2 Peraturan Mengenai AMDAL
1. KEP-10/MENKLH/3/1994 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup No. KEP-49 sampai dengan KEP-53 tersebut di atas.
2. KEP/11/MENKLH/6/1994 tentang Jenis Usaha dan Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
3. KEP-12/MENKLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
4. KEP-13/MENKLH/3/1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi
AMDAL.
5. KEP-14/MENKLH/3/1994 tentang Pedoman Upaya Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
6. KEP-15/MENKLH/3/1994 tentang Pembentukan Komisis Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Terpadu.
9
BAB IV DAMPAK LINGKUNGAN
4.1 Arti Dampak
Prosedur untuk melakukan kajian lingkungan hidup merupakan tahapan-tahapan yang harus
dilaksanakan terhadap “sesuatu rencana kegiatan” yang akan dilakukan, baik oleh institusi swasta
maupun pemerintah, apakah suatu rencana kegiatan wajib melakukan kajian lingkungan hidup
dengan dokumen AMDAL ataukah cukup dengan dokumen UKL-UPL ataupun dengan dokumen
SPPL. Untuk penetapan bentuk kajian, maka dilakukanlah proses screening atau penapisan
kegiatan yang wajib AMDAL atau tidak wajib AMDAL disajikan pada bagian berikutnya. Setelah
dilakukan proses penapisan, dan telah ditetapkannya rencana pembangunan ataupun kegiatan
proyek wajib AMDAL, maka tahap selanjutnya adalah melakukan tahapan studi AMDAL yaitu
melakukan pra studi lapangan dan studi literatur terkait dengan tipologi rencana kegiatan dan
tipologi lingkungan dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Tahap pra-studi harus menghasilkan
hasil studi dalam bentuk kerangka acuan analisis dampak lingkungan (disingkat KA-ANDAL).
Setelah dilakukan sidang-diskusi dengan komisi penilai AMDAL dan pemangku kepentingan
(stake-holders) maka ditetapkanlah/disetujui KA-ANDAL sebagai dokumen kerangka acuan
untuk melakukan studi analisis dampak lingkungan hidup (ANDAL), dan menyusun rencana
pengelolaan lingkungan hidup (RKL), serta menyusun rencana pemantauan atau monitoring
lingkungan hidup (RPL).
Pada saat melakukan studi ANDAL, maka di dalam proses penyusunan dokumen ini harus
melakukan berbagai kegiatan identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak potensial, dan
Faktor-faktor ataupun aspek lingkungan fisik-kimia yang lazim dikaji dalam ANDAL antara lain:
1. Tata Ruang
a. Apakah lokasi kegiatan telah sesuai dengan tata ruang nasional dan regional
b. Tata letak bangunan & infrastruktur
c. Tata letak bangunan dan ruangan telah secara efisien menggunakan materi dan energi
(sumberdaya alam), dan lain sebagainya.
10
2. Lahan dan tanah
a. Apakah wet-land atau dry-land?
b. Apakah lahan termasuk lahan pertanian, hutan produksi, hutan lindung?,
c. Apakah derajat kemiringan lahan telah sesuai dengan kebutuhan?
d. Apakah derajat keasaman tanah (pH) telah sesuai dengan peruntukannya?, dan lain sebagainya.
3. Abrasi; apakah dengan adanya proyek akan terjadi abrasi atau pengikisan pantai ataukah tidak.
4. Longsor; apakah dengan adanya proyek akan terjadi tanah longsor ataukah tidak.
5. Sedimentasi; apakah dengan adanya proyek akan terjadi sedimentasi pada sungai/laut/drainase
dan lain sebagainya.
Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 299 Tahun 1996 menyebutkan bahwa komponen aspek
sosial merupakan bagian yang perlu dikaji secara mendalam dalam penyusunan analisis mengenai
dampak lingkungan sehingga dampak negatif akibat suatu kegiatan terhadap komponen tersebut
dapat dikelola dengan baik
A. Komponen lingkungan sosial yang ditelaah meliputi: 1. Demografi
2. Ekonomi, dan
3. Budaya.
B. Kajian aspek sosial dilakukan untuk setiap dokumen: 1. Kerangka Acuan (KA) ANDAL
2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
11
Daftar Komponen, sub-komponen, dan parameter aspek sosial berikut ini harus diseleksi lebih
lanjut dan disesuaikan dengan karakteristik rencana usaha atau kegiatan dan kondisi lingkungan
hidup setempat (bersifat spesifik lokasi).
6. Iklim (suhu, kelembaban, kecepatan angin, jumlah hari hujan); apakah dengan adanya proyek
akan terjadi perubahan iklim lokal atau global ataukah tidak.
7. Hidrologi (air tanah dan air permukaan)
12
BAB V MASALAH DAMPAK LINGKUNGAN DI MASYARAKAT
5.1 Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Hidup
Kesehatan masyarakat adalah kondisi ketahanan fisik dan psikis dari suatu komunitas di daerah
tertentu yang merupakan implementasi dan interaksi antara perilaku yang merupakan cermin dan
kebiasaan hidup, dengan kualitas kesehatan lingkungannya. Kesehatan lingkungan hidup adalah
kondisi kualitas berbagai media lingkungan (air, udara, tanah, makanan, manusia, vektor penyakit)
yang tercermin dalam sifat fisik, biologis dan kimia dan kualitas parameter-parameter lingkungan
yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Berdasarkan atas Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 124 tahun 1997 tentang Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL, menjelaskan bahwa; untuk menggambarkan
potensi besarnya dampak dan keterkaitan (asosiasi) antara parameter lingkungan dengan
masyarakat yang terpajan, dapat dipergunakan pendekatan Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan, yang menggambarkan kondisi pengukuran pada:
a. sumber, emisi/ambien,
b. masyarakat terpajan (biomarker), dan
c. dampak interaksi (prevalensi dan insidensi penyakit, kejadian keracunan, dan kecelakaan).
Dalam Analisis Mengenai Dampak lingkungan (AMDAL), terdapat dua komponen pokok yang
tidak terpisahkan berkaitan dengan kajian aspek kesehatan masyarakat, yaitu analisis terhadap
potensi besarnya dampak, dan pengelolaan dampak. Dua komponen pokok tersebut mencakup
berbagai metoda, model pendekatan seperti epidemiologi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
higiene, dan sanitasi, kinerja laboratorium, serta kajian komunikasi massa untuk diseminasi
informasi.
13
5.3 Pembangunan tata laksana AMDAL
Dengan prosedur/tata laksana AMDAL, Peraturan Pemeritah Nomor 27 Tahun 2012
telah menetapkan mekanisme yang harus ditempuh sebagai berikut:
1. Pemrakarsa menyusun Kerangka Acuan (KA) bagi pembuatan dokumen AMDAL. Kemudian
disampaikan kepada Komisi AMDAL. Kerangka Acuan tersebut diproses selama 75 hari kerja
sejak diterimanya oleh komisi AMDAL. Jika lewat waktu yang ditentukan ternyata Komisi
AMDAL tidak memberikan tanggapan, maka dokumen Kerangka Acuan tersebut menjadi sah
untuk digunakan sebagai dasar penyusunan ANDAL.
2. Pemrakarsa menyusun dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), kemudian
disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab untuk diproses dengan menyerahkan
dokumen tersebut kepada komisi penilai AMDAL untuk dinilai.
3. Hasil penilaian dari Komisi AMDAL disampaikan kembali kepada instansi yang bertanggung
jawab untuk mengeluarkan keputusan dalam jangka waktu 75 hari. Apabila dalam jangka waktu
yang telah disediakan, ternyata belum diputus oleh instansi yang bertanggung jawab, maka
dokumen tersebut tidak layak lingkungan.
4. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ternyata instansi yang bertanggung jawab
mengeluarkan keputusan penolakan karena dinilai belum memenuhi pedoman teknis AMDAL,
maka kepada pemrakarsa diberi kesempatan untuk memperbaikinya.
5. Hasil perbaikan dokumen AMDAL oleh pemrakarsa diajukan kembali kepada instansi yang
bertanggung jawab untuk diproses dalam memberi keputusan sesuai dengan Pasal 19 dan Pasal 20
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999.
6. Apabila dari dokumen AMDAL dapat disimpulakan bahwa dampak negatif tidak dapat
ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi, atau biaya penanggulangan dampak negatif lebih
besar dibandingkan dampak positifnya.
14
BAB VI SISTEM AMDAL
6.1 Format Penulisan KA-ANDAL, ANDAL RKL-RPL Berdasarkan PERMENLH 16/2012
Format Penulisan Dokumen KA-ANDAL
A. BAB I Pendahuluan
1. Latar belakang
• Justifikasi dilaksanakannya rencana kegiatan
• Alasan mengapa rencana kegiatan ini wajib memiliki Amdal, dan pendekatan studi yang
digunakan (tunggal, terpadu, atau kawasan)
• Alasan mengapa rencana kegiatan ini dinilai oleh Komisi Penilai Amdal (KPA) Pusat, Provinsi,
atau Kabupaten/Kota
2. Tujuan Rencana Kegiatan
• Tujuan Dilaksanakannya Rencana Kegiatan
• Manfaat Rencana Kegiatan (bagi masyarakat sekitar dan peranannya thd pembangunan
nasional/daerah,)
3. Pelaksanaan Studi a. Pelaksana dan Penanggung Jawab
b. Pelaksana Studi Amdal
B. BAB II Pelingkupan
1. Deskripsi Rencana Kegiatan
• Status studi amdal
• Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan RTRW sesuai peraturan perundangan
6.2 Format Penulisan Dokumen ANDAL
BAB I Pendahuluan
15
Memuat ringkasan deskripsi rencana usaha/kegiatan, dampak penting hipotetik (DPH), batas
wilayah studi dan batas waktu kajian berdasarkan hasil pelingkupan dalam Kerangka Acuan (KA).
Bab Pendahuluan pada dasarnya berisi informasi mengenai:
1. ringkasan deskripsi rencana usaha/kegiatan;
2. ringkasan DPH yang ditelaah/dikaji; yang mengacu pada hasil pelingkupan; (agar dilengkapi
dengan bagan alir proses pelingkupan)
3. batas wilayah studi dan Batas waktu kajian; yang menguraikan secara singkat batas wilayah
studi dan menampilkannya dalam bentuk peta atau data informasi spasial batas wilayah studi yang
dapat menggambarkan batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif dengan mengacu
pada hasil pelingkupan dalam dokumen KA.; yang menjelaskan batas waktu kajian yang akan
digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi secara holistik terhadap setiap dampak penting
hipotetik yang akan dikaji dalam Andal dengan mengacu pada batas waktu kajiaan hasil
pelingkupan. Penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha/kegiatan
dibandingkan dengan perubahan rona lingkungan dengan adanya rencana usaha/kegiatan.
4. Masing-masing butir yang diuraikan tsb di atas disusun dengan mengacu pada hasil pelingkupan
dalam dokumen KA.
6.3Format Penulisan Dokumen RKL-RPL
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan/menguraikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pernyataan tentang maksud dan tujuan pelaksanaan RKL-RPL secara umum dan jelas.
Pernyataan ini harus dikemukakan secara sistematis, singkat dan jelas.
b. Pernyataan kebijakan lingkungan dari pemrakarsa. Uraikan dengan singkat tentang komitmen
pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan untuk memenuhi (melaksanakan) ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan yang relevan, serta komitmen untuk melakukan
penyempurnaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup secara berkelanjutan dalam
bentuk mencegah, menanggulangi dan mengendalikan dampak lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan-kegiatannya serta melakukan pelatihan bagi karyawannya di bidang pengelolaan
lingkungan hidup.
BAB VII UKL dan UPL
16
7.1 Pengertian UKL dan UPL
suatu analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang meliputi evaluasi dan
pendugaan dampak proyek terhadap lingkungan, yang terdiri dari : PIL, KA, Andal, RKL dan
RPL”.
AMDALKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL ( Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup )
UPL ( Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup )
Adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL. Kegiatan yang tidak
wajib menyusun AMDAL harus melaksanakan UKL dan UPLKewajibanUKL-UPL berlaku bagi
kegiatan yang tidak wajib AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang
tersediaMerupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan
dasar untuk menerbitkan ijin melakukan kegiatan
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL
•Identitas pemrakarsa
•Rencana Usaha dan/atau kegiatan
•Dampak Lingkungan yang akan terjadi
•Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
•Tanda tangan dan cap
7.2 Metode Penapisan
Penapisan Kegiatan Pembangunan yang Wajib Memiliki AMDAL
Penapisan ataupun screening terhadap jenis kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
didasarkan atas kriteria usaha/kegiatan yang berdampak penting terhadap Lingkungan Hidup.
Pasal 23 UU 32/2009 PPLH: kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan amdal terdiri atas:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
17
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan,
serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber
daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara; dan/atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup.
Daftar Kawasan Lindung
Kawasan Lindung yang dimaksud dalam Peraturan Menteri ini adalah sebagai berikut:
1. kawasan hutan lindung;
2. kawasan bergambut; dan
3. kawasan resapan air.
4. sempadan pantai;
5. sempadan sungai;
6. kawasan sekitar danau atau waduk;
7. suaka margasatwa dan suaka margasatwa
8. cagar alam dan cagar alam laut;
9. kawasan pantai berhutan bakau;
10. taman nasional dan taman nasional laut;
11. taman hutan raya;
12. taman wisata alam dan taman wisata alam laut;
13. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
14. kawasan cagar alam geologi ;
15. kawasan imbuhan air tanah;
16. sempadan mata air;
17. kawasan perlindungan plasma nutfah;
18
18. kawasan pengungsian satwa;
19. terumbu karang; dan
20. kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi
(149
7.3 Usaha atau kegiatan dampak UKL dan UPL
Peternakan, perikanan (kolam, air deras), perkebunan.
a. Kegiatan penggunaan dan transformasi lahan
b. Contoh : proyek transmigrasi, irigasi, pembuatan perkebunan, tambak udang dll.b.
Kegiatan pengambilan sumberdaya alamContoh : pertambangan (emas, batubara, tembaga
dll.), eksploitasi hutan (HPH).
c. Kegiatan pembinaan sumberdaya alamContoh : Reklamasi lahan, reboisasi hutan,
pengendalian banjir.
d. Kegiatan pertanian
AMDALContoh : pencetakan sawah, peternakan, perikanan (kolam, air deras), perkebunan
dll. Kegiatan industry Contoh : pendirian pabrik pupuk, semen, tapioka, mobil,kertas, baja,
makanan ternak,
e. Kegiatan transportasiContoh : pembuatan jalan baru seperti jalan tol dan jalan
layang,pembuatan pelabuhan baik udara, ferry, perikanan, dan sebaganya.
f. Kegiatan pengadaan energi
Contoh : pembuatan PLTA, PLTU, PLTD, PLTN, dll.h.Kegiatan pariwisata
Contoh : pembuatan tempat rekreasi, lapangan golf, taman hiburan, dll
BAB VIII PELINGKUPAN
19
8.1 Pengertian Pelingkupan
Pelingkupan (scoping) diartikan sebagai pemusatan pandangan. Dalam AMDAL pelingkupan dapat
diartikan sebagai proses untuk menemukan atau menetapkan dampak penting atau sering disebut pula
sebagai masalah utama (main issue) dari suatu proyek terhadap lingkungan. Pelingkupan bertujuan
untuk membatasi penelitian AMDAL pada hal yang penting untuk pengambilan keputusan. Karena itu
sangattah penting untuk mengidentifIkasi hal penting tersebut dan selanjutnya menggunakan hal
penting itu untuk menentukan diantara dampak yang telah diidentifikasi sebagai dampak penting.
Hanya dampak penting ini saja yang dimasukkan ke dalam ruang
lingkup penetitian AMDAL.
Dalam melaksanakan AMDAL, pelingkupan telah digunakan sejak awal dari warna dasar
dalam menyusun kerangka acuan kemudian dalam penyusunan rencana penelitian lapangan yang lebih
rinci. Pelingkupan meliputi bidang, ruang dan waktu. Pelingkupan juga dipandang sangat penting
dihubungkan dengan masalah pendanaan. Perlu diketahui bahwa penyusunan AMDAL sering kali
dibatasi waktu pelaksanaannya. Disamping itu, dana penelitian sering menjadi kendala.
Dengan demikian adanya pembatas waktu dan biaya, tim AMDAL harus mengadakan seleksi
atas komponen lingkungan yang akan diteliti, yaitu hanya komponen-komponen lingkungan yang akan
mendapat dampak yang nyata atau penting. Dalam melakukan pelingkupan terutama penyusunan
Kerangka Acuan sangatlah diperlukan keahlian dan pengalaman dari tim penyusun AMDAL. Berikut
ini, disampaikan butir-butir penting yang perlu diperhatikan dalam rangka melakukan pelingkupan.
Sumber informasi ini berasal dari pedoman pelingkupan yang telah disusun oleh pihal Bapedal.
Pelingkupan merupakan suatu proses Awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalah dan
mengidentifikasikan dampak pentinng (hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha atau kegiatan.
Tujuan pelingkupan
(1.) menetapkan wilayah studi dan batas/horizon waktu prakiraan dampak ;
(2.) mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan ;
(3.) menetapkan tingkat kedalaman studi sesuai dengan sumberdaya tersedia, waktu, dana, tenaga);
(4.) menetapkan lingkup studi dan rancangan studi secara sistematik;
(5.) menelaah kegiatan/proyek lain yang terkait dan terletak di wilayah studi.
20
Manfaat pelingkupan:
(1.) langsung mengarahkan pada hal-hal yang menjadi pokok bahasan secara mendalam;
(2.) Menghindari timbulnya konflik dan tertundanya kegiatan pembangunan proyek; efisiensi terhadap
biaya, tenaga dan waktu;
(3.) Penyusunan andal dapat berlangsung dengan lebih terarah berkat adanya kejelasan
• lingkup studi
• kedalaman studi
• Strategi pelaksanaan studi
Waktu pelaksanaan pelingkupan
(1.) Saat penapisan proyek (rencana kegiatan)
Menetapkan, apakah suatu rencana kegiatan:
• Perlu proses amdal
• Perlu andal,
(2.) Saat penyusunan kerangka acuan
• Merupakan proses kelembagaan :
�
�
�
Tujuan pelingkupan
(1.) menetapkan wilayah studi dan batas/horizon waktu prakiraan dampak ;
(2.) mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan ;
(3.) menetapkan tingkat kedalaman studi sesuai dengan sumberdaya tersedia, waktu, dana, tenaga);
(4.) menetapkan lingkup studi dan rancangan studi secara sistematik;
(5.) menelaah kegiatan/proyek lain yang terkait dan terletak di wilayah studi.
�
• Bermanfaat sesuai dengan tujuan pelingkupan
21
(3.) Saat penyusunan andal , RKL, dan RPL,
• Dilakukan oleh penyusun dokumen tsb,
• Tujuannya agar senantiasa berada dalam konteks menelaah dampak penting lingkungan seperti
dimaksud dalam kerangka acuan.
• Bersifat teknis :
�
�
�
8.2 Proses Pelingkupan (Untuk menyusun kerangka acuan):
(1.) Identifikasi dampak potensial Tentang rencana kegiatan atau proyek yang diusulkan, yang
bersumber dari:
• Pemrakarsa
• Masyarakat
• Pakar, dan
• Instansi pemerintah
(2.) Evaluasi segenap dampak potensial
Untuk menghasilkan dampak penting hipotetis dengan meniadakan dampak potensial yang tidak
relevan atau yang kurang atau tidak penting.
(3.) Pemusatan (focussing) segenap dampak penting hipotetis dengan maksud agar terancang lingkup
dan kedalaman studi andal yang jelas dan sistematis dengan focus bahasan pada dampak penting.
8.3 Proses Pelingkupan dan Langkah – Langkah
1.) metode identifikasi dampak.
• Daftar- uji (checlist).yang terdiriatas:
� -uji sederhana (simple checklist)
� -uji kuesioner (questioner checklist)
� -uji deskriptif (descriptive checklist)
• M a t r i k.
• Bagan alir (net work, flow diagram).
22
(2.) pengamatan lapangan,
• Berlangsung dalam waktu singkat
• Untuk mengidentifikasi dampak potensial yang mungkin timbul, melalui cara:
23
� letak kegiatan.
�
�
dan sosial ekonomi wilayah sekitar rencana kegiatan/ proyek.
� a singkat dengan tokoh masyarakat. Dan pejabat pemerintahan setempat perihal
rencana kegiatan
• bila pengamatan lapangan dilakukan oleh pakar yang berpengalaman disamping diperoleh hasil
yang bernilai juga dapat diperoleh gambaran umum tentang kedalaman dan lingkup studi andal.
(3.) Penelahaan pustaka|
• Metode ini untuk keperluan identifikasi dan evaluasi dampak potensial identifikasi dan evaluasi
dampak potensial dapat dilakukan, lebih cepat berkat adanya data dan informasi dari studi-
studi yang sejenis.
• Pustaka yang ditelaah :
� -buku teks atau journal tentang dampak lingkungan suatu rencana kegiatan/proyek.
� -proyek sejenis atau dari proyek disekitar wilayah
studi.
� ikeluarkan oleh
pemerintah daerah, departemen sektoral, atau lembaga swadaya masyarakat (LSM).
� -laporan penelitian tentang masalah lingkungan disekitar wilayah studi
(4.) Analisis isi
• Digunakan untuk mengidentifikasi dampak potensial yang akan timbul menurut persepsi atau
pandangan masyarakat. Persepsi masyarakat secara tidak langsung
24
diperoleh dari analisis secara sistematis terhadap isi dokumen-dokumen (content analysis).
• Partisipasi masyarakat dapat dilihat secara tidak langsung dengan menelaah berita-berita
yang disampaikan melalui media masa, seperti surat kabar, majalah, dan televisi. Telaah
terutama difokuskan pada respon masyarakat terhadap kehadiran proyek-proyek
pembangunan disekitarnya.
(5.) Interaksi kelompok.
Digunakan untuk identifikasi evaluasi dampak potensial atau pemusatan dampak penting. Metode
yang digunakan antara lain:
(a). Rapat.
• Digunakan untuk identifikasi, evaluasi dampak potensial dan pemusatan dampak penting.
• Pimpinan rapat harus menguasai prosedur, dan tehnik penyusunan andal.
• Tujuan rapat adalah untuk:
�
�
�
(b). Lokakarya.
• Digunakan untuk evaluasi dampak potensial atau pemusatan dampak penting
• Dapat melibatkan peran serta berbagai instansi terkait dalam proses amdal seperti pemrakarsa,
calon penyusun amdal, instansi berwenang, dan tokoh masyarakat.
• Memberikan manfaat yang tinggi bila draft kerangka acuan sudah tersusun dan siap dibahas.
(c). Brainstorming
• Digunakan terutama untuk identifikasi dampak potensial
• Daftar dampak potensial dari sudut pandang pemrakarsa, pakar lnstansi berwenang dan
masyarakat terkena dampak dapat disusun
8
25
• Daftar dampak potensial dievaluasi tingkat kepentingan dampaknya
Prosedur Pelingkupan .
prosedur pelingkupan terdiri dari 3 langkah yaitu :
(1.) Langkah pertama : identifikasi dampak potensial.
• Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak potensial (baik primer maupun sekunder)
yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanyar encana kegiatan/proyek.
• Tahap ini inisiatif dan tanggung jawab berada ditangan pemrakarsa kegiatan.
• Pada tahap ini pemrakarsa melakukan :
�
pemerintah yang berwenang perihal :
- Peraturan perundangan yang berlaku untuk penyusunan kerangka acuan, dan andal ;
- Deskripsi kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan ; dan sebagainya.
Pada tahap ini sudah dapat dilakukan identifikasi dampak dengan menggunakan
metode identifikasi dampak, penelahaan pustaka, analisis isi dan brainstorming ;
• Pengamatan terhadap kondisi wilayah sekitar dengan metode pengamatan lapangan, pengamatan
ini dilakukan boleh pakar, sedang pemrakarsa perlu terlibat secara aktif pada tahap ini dapat
diperoleh masukan tentang dammpak penting menurut sudut pandang masyarakat.
• Dari 1a dan 1b dapat disusun daftar dampak potensial yang bersumber dari berbagai pihak.
(2.) Langkah kedua : evaluasi dampak potensial dan pemusatan.
• Evaluasi dampak potensial dan pemusatan ditempuh sekaligus karena eratnya kegiatan tersebut.
• Inisiatif langkah kedua ini berada pada pemrakarsa kegiatan (yang dalam hal ini dapat diwakili
konsultan penyusun andal).
26
• Tujuan pada evaluasi dampak potensial adalah untuk menghilangkan atau meniadakan dampak
yang dipandang tidak relevan atau tidak penting ; hingga diperoleh dampak penting hipotetik :
sedang pemusatan (focussing) dirmaksudkan untuk mengorganisasi dampak renting hipotetik
kedalam beberapa kelompok hingga dapat dijadikan dasar untuk penjabaran lingkup dan
kedalaman studi andal,
• Langkah kedua ini meliputi:
� pak setiap komponen/parameter lingkungan yang secara
potensial akan terkena dampak lingkungan, melalui metode rapat dan telaah pustaka
dengan pedoman penentuan dampak penting (keputusan kepala bapedal no. 056 tahun
1994), sebagai acuan;
� linan keterkaitan dampak penting hipotetik hingga diperoleh yang akan
merupakan fokus bahasan dalam penyusunan andal. Pada lingkungan ini makin
mengandalkan pertimbangan pakar (expert judgement): sehingga evaluasi dan pemusatan
harus dilaksanakan secara kritis dan sistematik.
(3.) Langkah ketiga ; perumusan lingkup dan kedalaman andal,
• Langkah ini lebih bersifat teknis, sebaiknya dilakukan oleh pakar (konsultan penyusun andal).
• Ruang lingkup, kedalaman, dan strategi pelaksanaan studi andal, dijabarkan dari kelompok
dampak penting hipotetik yang telah dirumuskan.
• Untuk penyusunan dokumen kerangka acuan andal, aspek-aspek yang dijabarkan:
�
akan timbul :
�
dan data yang diperlukan ;
� uk jangka waktu yang tersedia atau dibutuhkan. dari
ketiga langkah tersebut di atas disusun dokumen kerangka acuan andal berpedoman pada
lampiran kep 14/menlh/1994.
27
BAB IX UU RI NO. 32 TAHUN 2019
9.1 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas:
a. tanggung jawab negara;
b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. keterpaduan;
e. manfaat;
f. kehati-hatian;
g. keadilan;
h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati;
j. pencemar membayar;
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;
m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. otonomi daerah.
9.2 Tujuan
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:
a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup;
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak
asasimanusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
28
j. mengantisipasi isu lingkungan global.
9.3 Ruang Lingkup Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakan hokum.
29
BAB X PERATURAN MNLH NO.5 TAHUN 2012
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan Analisi mengenai Dampak Likungan Hidup
yang selanjutnya disebut amdal adalah kajian mengenai dampak yang penting suatu suatu usaha
dan atau kegitan.
a. Tujuan :
Menjamin kelayakan lingkungan
Meningkatkan dampak positif
Meminimalkan dampak negative
b. Tanggung jawab koordinasi Pelaksanaan : bapedal
Bapedal : menyediakan informasi pengawasan pelaksanaan
c. Karakteristik usaha yang harus memiliki AMDAL
Pemusatan (focusing) dampak penting
1. Dampak terhadap kualitas air dan perikanan sungai
2. Dampak terhadap kesempatan berusaha dan pendapatan penduduk yang tergantung pada penangkapan ikan
di sungai.
Ruang lingkup, kedalaman dan strategi pelaksanaan studi andal
1. Batas wilayah studi
2. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan
3. Jumlah sampel ;
4. Lokasi pengamatan/pemgukuran
5. Metode analisis data
6. Metoda prakiraan dampak
7. Metoda evaluasi dampak
30
BAB XI PERATURAN PEMERINTAH RI NO 22 TAHUN 2012
Izin lingkungan yang termuat dalam UU-PPLH menggabungkan proses pengurusan keputusan
kelayakan lingkungan hidup, izin pembuangan limbah cair, dan izin limbah bahan beracun
berbahaya (B3). Pada saat berlakunya UU No. 23 Tahun 1997, keputusan kelayakan lingkungan
hidup diurus diawal kegiatan usaha. Bidang pertambangan, misalnya, diurus sebelum
pembangunan konstruksi tambang. Setelah konstruksi selesai, pengusaha harus mengurus izin
pembuangan limbah cair dan B3. Sekarang ketiga perizinan itu digabungkan, diurus satu kali
menjadi izin lingkungan. Syaratnya jelas, yaitu analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal)
atau upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL).
Tanpa ketiga dokumen, izin lingkungan tak akan diberikan. Berdasarkan Pasal 123 UU-PPLH,
“Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang telah dikeluarkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib diintegrasikan ke dalam izin
lingkungan paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini ditetapkan”. Penjelasan pasal 123,
“Izin dalam ketentuan ini, misalnya izin pengelolaan limbah B3, izin pembuangan air limbah ke
laut, dan izin pembuangan air limbah ke sumber air”. Kententuan Pasal ini kemudian dipersoalkan
oleh pengusaha bidang lingkungan hidup, terutama para pengusaha pertambangan. Sebenarnya
ketentuan adanya izin lingkungan pada masa Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 sudah ada,
namun belum disatukan seperti Pasal 123 UU-PPLH. Izin lingkungan pada masa UU No. 23 Tahun
1997 diberikan secara terpisah dan “seolah” tidak mengikat pengusaha untuk melaksanakan. Hal
ini disebabkan tidak jelasnya hubungan hukum antara izin-izin lingkungan dengan izin usaha atau
kegiatan lainya.Izin lingkungan merupakan instrumen hukum administrasi yang diberikan oleh
oleh pejabat yang berwenang. Izin lingkungan berfungsi untuk mengendalikan perbuatan konkrit
individu dan dunia usaha agar tidak merusak atau mencemarkan lingkungan. Sebagai bentuk
pengaturan langsung, izin lingkungan mempunyai fungsi untuk membina, mengarahkan, dan
menertibkan kegiatan-kegiatan individu atau badan hukum agar tidak mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup. Oleh karena itu, izin lingkungan merupakan insrtrumen kebijakan
lingkungan yang sangat esensial dalam upaya mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan.
31
Fungsi utama izin lingkungan adalah bersifat preventif, yakni pencegahan pencemaran yang
tercermin dari kewajiban-kewajiban yang dicantumkan sebagai persyaratan izin, sedangkan
fungsi lainnya bersifat represif yaitu untuk menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan yang diwujudkan dalam pencabutan izin.
32
BAB XII SISTEMATIKA PENYUSUNAN KA ANDAL
Dalam keputusan menteri negara klh nomor kep-50/hnklh/6/1987, lampiran II, Tentang
pedoman penyusunan kerangka acuan analisis dampak lingkungan; dan nomor-kep-
51/mnklh/6/1987. Lampiran II. Tentang pedoman penyusunan kerangka acuan studi evaluasi
lingkungan; ditegaskan bahwa dokumen kerangka acuan (KA) disusun karena adanya
pertimbangan:
(1.) Keanekaragaman
KA diperlukan unfcuk memberikan arahan tentang komponen keglatan dan komponen
lingkungan yang-harus ditelaah dan diamafi dalam penyusunan anoal/sel.
(2.) Keterbatasan sumberdaya
KA memberikan ketegasan tentang bagaimana menyesuaikan tujuan dan hasil yang ingin
dicapal dalam penyusunan andal/sel dengan keterbatasan sumberdaya tanpa mengurangi mutu
pekerjaan andal/sel.
(3.) Efisiensi
KA memberikan arahan tentang dafca dan informasi ynng perlu dikumpulkan untuk
penyusunon andal/sel, sehmgga data dan informasi yang terkumpul hanyalah yang relevan
dengan dampak lingkungan yang akan ditelaah.
Ketiga pertimbangan tersebut pada dasarnya dapat terwujud dengan baik dalam dokumen
KA, bila dalam penyusunan KA ditempuh suatu proses yang dikenal sebagai pelingkupan
(scoping). Kegiatan pelingkupan (scoping) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penyusunan KA dan hasilnya dapat berpengaruh besar pada kualitas dokumen andal/sel. Semakin
baik hasil proses pelingkupan semakin baik pula dokumen andal/sel yang dihasilkan, berkat
identifikasi dampak yang semakin tajam, dan adanya arahan yang tegas dalam lingkup serta
kedalaman studi andal/ sel.
Menyadari pentingnya arti kegiatan pelingkupan ini dipandang penting disusun suatu
panduan pelingkupan yang komprehensif. Panduan ini merupakan pendukung (suplemen) untuk
33
penyusunan KA sehingga dokumen KA yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan teknis
seperti yang digariskan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Panduan pelingkupan ini disusun dengan maksud agar
pemraakarsa kegiatan, dan instansi pemerlntah yang berwenang/terkait dapat memahami
pengertian, tujuan, manfaat, proses, metode, dan prosedur pelingkupan untuk penyusunan
dokumen KA.
Pengertian
Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahari
dan mengidentifikasi dampak penting (hipoetis) yang terkait dengan rencana kegiatan.
Tujuan
Pelingkupan bartujuan untuk:
(1.) menetapkan batas wilayah studi dan batas/horison waktu prakiraan dampak.
(2.) Mengidentifikasi dampak panting terhadap lingkungan yang dipandang re!evan untuk ditelaah
secara mendalam dalam penyusunan ANDAL/SEL, dengan meniadakan hal-hal yang
dipandang kurang atau tidak penting untuk ditelaah; berdasarkan hasil konsultasi dan diskusi
dengan para pakar, instansi pemerintah yang terkàit, serta kelompok masyarakat yang terkena
dampak.
(3.) Menetapkan tingkat kedalaman studi ANDAL/SEL sesuai dengan sumberdaya yang tersedia
(waktu, dana, tenaga), sehingga data dan lnformasi yang diperoleh dapat digunakan untuk
.memprakirakan dampak llngkungan yang akan timbul.
(4.) Menetapkan lingkup studi dan rancangan studi ANDAL/SEL secara sisternatis, sehingga
dokumen ANDAL/SEL dapat dl gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan tentang rencana kegiatan yang diusulkan.
(5.) Menelaah kegiatan/proyek-proyek lain yang terkait dan terletak di Wilayah studi , termasuk
dokumen ANDAL/SEL dan proyek-proyek tersebut., guna menghindari pembahasan yang
landung (redundant), serta membantu menelaah dampak kumulatif dan proyek-proyek
tersebut.
34
Manfaat
Manfaat pelingkupan adalah sebagai berkut
(1.) Penyusunan ANDAL/SEL dapat langsung diarahkan pada hal-hal yang menjadi pokok bahasan
secara mendalam, karena dampak bersifat yang kurang pentlng atau tidak relevan tidak akan dikaji
dalarn ANDAL./SEL.
(2.) Kemungkinan timbulnya konflik dan tertundanya kegiatan pembangunan proyek dapat dihindari,
berkat. adanya diskusi dan konsultasi antara pemrakarsa dan berbagai pihak yang berkepentingan
sejak awal kegiatan proyek.
(3.) Biaya, tenaga, dan waktu untuk penyusunan ANDAL/SEL dapat dicurahkan lebih efektif dan
efisien berkat terfokusnya studi ANDAL/SEL hanya pada dampak penting.
(4.) Penyusunan ANDAL/SEL dapat berlangsung dengan lebih terarah berkat adanya kejelasan lingkup
studi, kedalaman, dan strategi pelaksanaan studi
Proses Dan Metode Pelingkupan
Waktu Pelaksanaan Pelingkupan
Pelingkupan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang sinambung (continue). Kegiatan
pelingkupan sebenarnya berawal sejak penapisan proyek, Penyusunan dokumen Kerangka Acuan,
hlngga berakhirnya studi ANDAL/SEMDAL.
Saat Penapisan Prayek
Proses pelingkupan yang dilakukan pada saat ini ditujukan untuk menetapkan:
• Jenis rencana kegiatan atau proyek yang tidak memerlukan proses AMDAL/SEMDAL
• Jenis rencana kegiatan atau proyek yang memerlukan penyusunan dokumen PIL terlehih dahulu
karena “perilaku” dampak belum banyak diketahui atau diragukan:
Jenis rencana kegiatan atau proyek yang langsung memerlukan penyusunan ANDAL/SEL
karena dipandang jelas menimbulkan dampak penting.
Dengan. digunakannya pelingkupan pada saat penapisan proyek, prosedur ANDAL/SEMDAL
yang harus ditempuh oleh Suatu rencana kegiatan dapat diputuskan
13
35
dengan lebih tepat.
Saat Penyusunan Kerangka Acuan
Pelingkupan yang berlangsung disaat penyusunan KA pada dasarnya dimaksudkari untuk
mencapal tujuan dan manfaat seperti yang dlmaksud pada Bab 2 panduan pelingkupan ini. Pellngkupan
pada saat ini lebih merupakan proses kelembagaan, mengingat “diikutsertakannya” berbagai pihak di
luar pemrakarsa, seperti Instansi yang berwenang, t:okoh-tokoh masyarakat, dan para pakar, dalam
penyusunan Kerangka Acuan ANDAL/SEL.
Saat Panyusunan ANDAL/SEL, RKL, RPL
Pelingkupan pada saat. ini sepenuhnya di lakukan oleh penyusun ANDAL/ SEL, RKL, dan
RPL. Tujuannya agar studi ANDAL/SEL dan RKL/RPL tetap berada dalarn konteks menelaah dampak
penting lingkungan seperti yang digariskari dalarn Kerangka Acuan. Pelingkupan yang dilakukan pada
saat ini lebih bersifat teknls, dalam artian bahwa kegiatan pengumpulan data, analisis data, serta
rekomendasi upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan; senartlasa akan diarahkan untuk
keperluan kajian dampak penting lingkungan.
Panduan yang diutarakan disini adalah panduan pelingkupan untuk keperluan penyusunan
dokumen Kerangka Acuan.
Proses Pelingkupan
Pelingkupan untuk penyusunan Kerangka Acuan ANDAL/SEL dilaksanakan melalui
serangkalan proses berikut:
(1.) Identifikasi dampak potensal yang bersumber dari pemrakarsa kegiatan, rnasyarakat, pakar, dan
instansi pemerintah tentang rencana kegiatan atau proyek yang diusulkan.
(2.) Evaluasi segenap dampak potensial sehingga diharapkan dampak penting hipotetis dengan
meniadakan dampak potensial yang tidak atatu kurang penting.
(3.) Pemusatan (focussing) segenap dampak penting (hipotetis) dengan maksud agar terancang Iingkup
dan kedalaman studi ANDAL/SEL yang Jelas dan sistematis
14
36
dengan fokus bahasan pada dampak penting.
Identifikasi Dampak Potensial
Kegiatan pelingkupan pada tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi; segenap dampak
lingkungan (primer maupun sekunder) yang secara potenslal akan timbul sebagai akibat adanya
rencana kegiatan/proyek. Identifikasi dampak patensial ini bersumber dan serangkaian hasil konsultasi
dan diskusi dengan para pakar, Instansi pemerintah, serta masyarakat yang terkena dampak. Pada tahap
ini belum ada upaya untuk mengevaluasi apakah segenap dampak potensial tersebut akan merupakan
dampak pentlng. Pada tahap ini yang diperlukan hanyalah menyusun daftar segenap dampak potensial
yang mungkian akan timbul.
Contoh: (Kasus; pengembangan lapangn minyak, Catatan contoh ini hanya merupakan ilustrasi
dan sifatnya tidak mengikat).
Setelah melalui serangkaian konsultasi dan diskusi denan pakar, instansi pemerintah, dan
masyarakat sekitar rencana kegiatan/proyek; suatu lapangan minyak yang akan dibuka di dataran
seluas 50 ha secara potensial diduga akan menimbulkan dampak terhadap beberapa komponen
lingkungan disekitarnya. Komponen lingkungan tersebut adalah:
(1). Sedimentasi sungai
(2). Kualitas air,
(3). KualItas udara,
(4). Kesuburan tanah,
(5). Erosi,
(6). Perikanan (sungal),
(7). Satwa liar yang dilindungi,
(8). Vegetasi hutan,
(9). Kesempatan kerja,
(10). Pendapatan penduduk,
(11). Kesehalan masyarakat,
(12). Aksesibilitas daerah,
(13). Sikap terhadap proyek,
37
(14). Wanrian peninggalan budaya.
Evaluasi Dampak Potensial
Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak potensial
yang dipandang tidak relevan atau tidak penting: sehingga diperoleh seperangkat dampak penting
hipotetis yang dipandang perlu dan patut untuk ditelaah dalam penyusunan ANDAL/SEL. Pada tahap
ini akan dihasilkan daftar dampak penting hipotetik yang belum berurutan dan terorga nisir secara
sistematis.
Contoh: (Lanjutan kasus lapangan minyak, Catatan : contoh ini hanya merupakan illustrasi
dan sifatnya tidak mengikat)
Dari14 komponen lingkungan yang semua dipandang merupakan dampak potensial untuk
diperhatikan, setelah ditelaah lebih lanjut (misal melalui metode matrik, atau penelaahan literatur)
ternyata terdapat 6 kamponen lingkungan yang tidak relevan untuk diteliti. Dengan demikian dampak
potensial yang secara hipotetis dipandang penting untuk ditelaah adalah:
(1). Kualitas air,
(2). Kualitas udara,
(3). Perikanan (sungai),
(4). Vegetsi hutan,
(5). Kesempatan kerja,
(6). Pendapatan penduduk,
(7). Aksesibilitas hutan,
(8). Sikap terhadap proyek.
Pemusatan (Focussing)
Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk mangelompokkan atau
mengorganisir dampak-dampak penting yang telah dirumuskan pada tahap sbelumnya, dengan maksud
agar diperoleh gambaran yang utuh, dan lengkap. Pertama, segenap dampak penting dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok menurut tingkat keterkaitannya satu sama lain. Selanjutnya diurut
berdasarkan tingkat kepentingannya baik dari segi ekonomi ataupun ekologis. 16
38
Dampak penting hipotetis yang terkelompok inilah yang merupakan fokus abhasan dalam
penyusunan AHDAL/SEL, dan di gunakan sebagai dasar untuk menjabarkan ruang lingkup,
kedalaman dan strategi pelaksanaan studi ANDAL/SEL.
Batas wilayah studi, .jenis data dan Informasi yang dikumpulkan, ,jumlah lokasi pengamatan/
pengukuran, dan lain sebagainya).
Coritoh: (Lanjutan kasus lapangan minyak, Catatan : contoh ini hanya merupákan illustrasi dan
sifatnya tidak mengikat)
Delapan dampak penting yang semula belum terkelompok (menurut derajat kepentingan
dampak), setelah melaiui serangkaian diskusl dan konsultasi yang intensif dapat dlkelompokkan
menjadi dua kelompok dampak penting. Kedua kelompok dampak penting hipotetis tersebut adalah:
(1.) Dampak terhadap kualitas air dan perikanan sungai,
(2.) Dampak terhadap kesempatan berusaha dan pendapatan penduduk , yang tergantung pada
penangkapan ikan di sungai.
Dari kedua kelompok dampak penting tersebut selanjutnya dijabarkan: batas wilayah studi,
jenis data dan informasi yang dikumpulkan, jumlah sampel, lokasi pengamatan/pengukuran, metode
analisis data, atau bila memungkinkan metode prakiraan dampak, dan metode evaluasi dampak yang
akan digunakan untuk penyusunan ANDAL/SEL. Lingkup dan kedalarnan studi ANDAL/SEL ini
ditetapkan sedemikian rupa sehingga dengan waktu, dana, dan tenaga yang tersedia, dokunen
ANDAL/SEL yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan.
Metode Pelingkupan
Dalam proses pelingkupan digunakan metode-metode untuk ldentifikasi, evaluasi, dan
pemusatan dampak penting hipotetis. Secara garis besar metode yang dapat. digunakan adalah:
(a). Metode identifikasi dampak
(b). Pengamatan lapangan
(c). Penelaahan pustaka
(d). Analisis isi (Content analisys)
(e). Interaksi group (group process) yang terutama meliputi brainstorming, lokakarya dan rapat.