analisis data 4.1 deskripsi pelangganrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2632/5/t1_232008031_bab...
TRANSCRIPT
21
ANALISIS DATA
4.1 Deskripsi Pelanggan
Pelanggan Home Industry Aryani Art selama tahun 2011 dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
22
Tabel 4.1
Nama Pemesan
Tahun 2011
No Nama
Pelanggan
Alamat
Pelanggan
Produk yang dipesan
1 Toko Pandanaran Semarang Mebel Enceng Gondok
Mebel Pandan
Pintu
Gebyok
Sekat
2 CV. Patma Indo Raya Semarang Mebel Enceng Gondok
Mebel Pandan
Pintu
Gebyok
Sekat
3 Bapak Rukin Jepara Mebel Enceng Gondok
Mebel Pandan
Pintu
Gebyok
Sekat
4 Bapak Sugeng Iriyanto Jepara Mebel Enceng Gondok
Mebel Pandan
Pintu
Gebyok
Sekat
5 Istana Rotan Semarang Mebel Enceng Gondok
Pintu
Gebyok
Sekat
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah
Tabel 4.1 mendeskripsikan pembeli yang menjadi pelanggan Home
Industry Aryani art. Pada tabel tersebut dapat diketahui nama pelanggan,
alamat pelanggan dan berbagai produk yang dipesan oleh masing-masing
pelanggan.
23
4.2 Deskripsi Hasil Analisis Laba Pelanggan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laba dari masing-
masing pelanggan, berikut ini adalah tabel yang mendeskripsikan laba dari
setiap pelanggan.
24
Tabel 4.2
Customer Profitability Report
Tahun 2011
( dalam Rupiah)
Toko Pandanaran CV.Patma Indo Raya Bapak Rukin Bapak Sugeng Iriyanto
Istana Rotan
TOTAL PENJUALAN Rp252.500.000 Rp274.250.000 Rp255.750.000 Rp211.000.000 Rp233.000.000
HPP Rp171.390.531 Rp184.320.968 Rp172.956.599 Rp141.754.328 Rp152.563.450
% HPP 67,88% 67,21% 67,63% 67,18% 65,48%
LABA KOTOR Rp81.109.469 Rp89.929.032 Rp82.793.401 Rp69.245.672 Rp80.436.550
% LABA KOTOR 20,10% 22,29% 20,52% 17,16% 19,93%
BIAYA PEMASARAN LANGSUNG
Ongkos Jasa Ekspedisi Rp7.788.000,00 Rp21.370.000,00 Rp8.535.000,00 Rp5.010.500,00 Rp5.710.000,00
Supplies Pengepakan Rp1.050.000 Rp1.144.500 Rp1.011.500 Rp843.500 Rp864.500
Laba Sebelum Biaya Pemasaran Tidak Langsung
Rp72.271.469
Rp67.414.532
Rp73.246.901
Rp63.391.672
Rp73.862.050
BIAYA PEMASARAN TIDAK LANGSUNG
Biaya Fungsi Promosi dan Penjualan Rp8.565.267 Rp9.303.068 Rp8.675.513 Rp7.157.511 Rp7.903.791
Biaya Fungsi Pengiriman Rp2.454.545 Rp3.436.364 Rp1.963.636 Rp1.472.727 Rp1.472.727
BIAYA ADMINISTRASI DAN UMUM
Biaya Fungsi Adm Umum Rp1.942.516 Rp3.108.025 Rp1.942.516 Rp1.942.516 Rp3.496.528
Laba Bersih Setelah Biaya Pemasaran Tidak Langsung
Rp59.309.140,66
Rp51.567.075,86
Rp60.665.235,77
Rp52.818.918,68
Rp60.989.003,47
ROS PER TAHUN 23,49% 18,80% 23,72% 25,03% 26,18%
sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
25
Hasil analisis laba pelanggan tersebut diperoleh dengan
perhitungan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perhitungan Penjualan setiap pelanggan
Dalam menentukan penjualan setiap pelanggan, volume penjualan untuk
setiap jenis produk dari masing-masing pelanggan dapat diketahui lebih
dahulu.Volume dan jenis kerajinan yang dipesan oleh masing-masing
pelanggan selama tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Volume dan Jenis Produk Terjual per Pelanggan (pcs)
No Nama pelanggan Volume(pcs)
Mebel
Enceng
gondok
Mebel
Pandan
Pintu Gebyok Sekat
1 Toko Pandanaran 15 18 7 17 23
2 CV.Patma Indo Raya 12 26 5 16 29
3 Bapak Rukin 4 22 11 18 27
4 Bapak Sugeng Iriyanto 6 17 6 15 24
5 Istana Rotan 13 - 12 19 35
TOTAL 50 83 41 85 138
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
Penjualan yang terjadi pada kelima pelanggan diatas merupakan
penjualan rutin yang dilakukan perusahaan, karena pelanggan-pelanggan
tersebut pada tahun 2011 aktif melakukan pemesanan terhadap produk
perusahaan.
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa penjualan perusahaan pada tahun
2011 sebagian besar adalah produk sekat. Produk sekat terjual sebanyak
138 pcs. Produk mebel enceng gondok dipesan sebanyak 50 pcs dan mebel
pandan dipesan sebanyak 83 pcs. Sedangkan produk pintu terjual sebanyak
41 pcs, serta produk gebyok terjual sebanyak 85 pcs. Sedangkan harga jual
produk mebel enceng gondok adalah Rp 3.250.000,-, harga jual mebel
pandan adalah Rp 3.500.000,-, harga jual pintu adalah Rp 3.000.000,-,
26
harga jual gebyok adalah Rp 4.000.000,- dan harga jual sekat adalah Rp
2.250.000,-. Sehingga diperoleh penjualan dari setiap pelanggan seperti
pada tabel 4.2.
2. Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjulan ini diperoleh dengan menghitung dari
masing-masing produk. Dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan
terdapat biaya bahan baku, bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung,
biaya pemeliharaan mesin, biaya penyusutan mesin, dan biaya listrik untuk
kegiatan produksi. Semua biaya tersebut dibebankan pada setiap produk,
sehingga diperoleh Harga Pokok Penjualan pada setiap produk. Hpp mebel
enceng gondok per unit adalah sebesar Rp 2.235.909,- mebel pandan
sebesar Rp 2.496.813,- Hpp pintu sebesar Rp 2.130.327,- Hpp gebyok
sebesar Rp 3.021.781,- dan Hpp sekat sebesar Rp 1.157.682,-.
3. Perhitungan Laba Kotor
Angka laba kotor diperoleh dari penjualan masing-masing pelanggan
dikurangi harga pokok penjualan masing-masing pelanggan. Sehingga,
untuk menghitung laba kotor setiap pelanggan, harus mengidentifikasi
penjualan dan harga pokok penjualan setiap pelanggan terlebih dahulu.
Melalui perhitungan laba kotor setiap pelanggan, dapat mengetahui apakah
penjualan yang besar dapat memberikan laba kotor yang besar.
Berikut ini adalah tabel yang mendeskripsikan mengenai penjualan,
Hpp, dan laba kotor dari masing- masing pelanggan.
27
Tabel 4.4
Penjualan, HPP, dan Laba Kotor per Pelanggan
Tahun 2011
Nama
Pelanggan
Total
Penjualan (Rp)
Persentase
Penjualan
Total HPP
(Rp)
Persentase
HPP
Laba Kotor
(RP)
Persentase
Laba Kotor
Toko Pandanaran
Rp 252.500.000
20,59%
Rp 171.390.531
67,88%
Rp 81.109.469
20,10%
CV.Patma Indo Raya
Rp 274.250.000
22,36%
Rp 184.320.968
67,21%
Rp 89.929.032
22,29%
Bapak Rukin
Rp 255.750.000
20,85%
Rp 172.956.599
67,63%
Rp 82.793.401
20,52%
Bapak Sugeng Iriyanto
Rp 211.000.000
17,20%
Rp 141.754.328
67,18%
Rp 69.245.672
17,16%
Istana Rotan
Rp 233.000.000
19,00%
Rp 152.563.450
65,48%
Rp 80.436.550
19,93%
TOTAL
Rp1.226.500.000
100%
Rp 822.985.876
Rp 403.514.124
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggan dengan angka total penjualan yang relatif besar belum tentu menghasilkan laba
kotor yang besar pula. Toko Pandanaran dengan angka penjualan Rp 252.500.000,- mempunyai kontribusi sebesar 20,10% terhadap
total laba kotor perusahaan. Persentase ini mendekati kontribusi Bapak Rukin dengan angka penjualan yaitu Rp 255.750.000,- yang
berkontribusi 20,52% terhadap laba kotor perusahaan.
28
4. Penentuan Biaya Pemasaran Langsung Setiap Pelanggan
Biaya pemasaran perusahaan selama tahun 2011 yang dapat digolongkan
sebagai biaya langsung pelanggan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Biaya Pemasaran Langsung
Tahun 2011
Biaya Jumlah (Rp)
Supplies pengepakan
Ongkos jasa ekspedisi
Rp 4.914.000,00
Rp 48.413.500,00
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
Biaya pemasaran langsung pelanggan tersebut akan dibebankan
kepada 5 pelanggan. Pembebanan biaya pemasaran langsung pelanggan
kepada setiap pelanggan dilakukan dengan penelusuran tarhadap catatan
yang terkait.
Biaya-biaya pemasaran langsung masing-masing pelanggan disajikan pada
tabel 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4.6
Biaya Pemasaran Langsung Setiap Pelanggan
Tahun 2011
( dalam Rupiah )
Biaya Pelanggan
Toko Pandanaran CV. Patma Indo
Raya
Bapak Rukin Bapak Sugeng
Iriyanto
Istana Rotan
Supplies Pengepakan Rp1.050.000,00 Rp 1.144.500,00 Rp1.011.500,00 Rp 843.500,00 Rp 864.500,00
Jasa Ekspedisi Rp7.788.000,00 Rp21.370.000,00 Rp8.535.000,00 Rp5.010.500,00 Rp5.710.000,00
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
29
5. Menentukan Laba Bersih Sebelum Biaya Pemasaran Tidak
Langsung Kepada Setiap Pelanggan.
Perhitungan laba bersih sebelum biaya pemasaran tidak langsung
untuk setiap pelanggan diperoleh dengan cara mengkurangkan laba kotor
dari masing- masing pelanggan dengan biaya pemasaran langsung dari
masing-masing pelanggan.
6. Identifikasi dan Alokasi Biaya Pemasaran Tidak Langsung dan
Administrasi Umum Kepada Setiap Pelanggan.
Biaya yang terjadi dalam rangka menyelenggarakan kegiatan
pemasaran yang dapat digolongkan menjadi biaya pemasaran tidak
langsung selama tahun 2011 disajikan pada tabel 4.7 berikut
Tabel 4.7
Biaya Pemasaran Tidak Langsung
Tahun 2011
Biaya Jumlah (Rp)
Gaji Karyawan
Supplies Kantor
Contoh Produk
Biaya Penyusutan mobil
Komunikasi:
- Telepon
- Internet
Listrik
18.000.000
750.000
4.600.000
24.000.000
3.600.000
1.200.000
255.150
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
Oleh karena tidak dapat dibebankan secara langsung kepada setiap
pelanggan, maka biaya-biaya pemasaran yang termasuk dalam biaya tidak
langsung pelanggan akan dibebankan kepada fungsi-fungsi pemasaran
yang ada di perusahaan terlebih dahulu untuk kemudian dibebankan
kepada masing-masing pelanggan. Pembebanan biaya pemasaran tidak
30
langsung pelanggan kepada setiap fungsi pemasaran dapat dilakukan
secara langsung maupun secara tidak langsung.Pembebanan secara tidak
langsung berdasarkan dasar alokasi (driver) yang mencerminkan
hubungan sebab akibat terjadinya biaya. Biaya-biaya yang dapat secara
langsung dibebankan kepada setiap fungsi pemasaran, yaitu:
1. Gaji karyawan
Total biaya gaji karyawan bagian penjualan dan pengiriman,
selama tahun 2011 adalah Rp 18.000.000,-. Biaya gaji yang dikonsumsi
oleh masing-masing fungsi pemasaran dapat diketahui dengan penelusuran
terhadap daftar gaji dan upah.
2. Supplies kantor
Seluruh biaya untuk pengadaan supplies kantor fungsi pemasaran
selama tahun 2011 adalah Rp 750.000,-. Biaya untuk supplies kantor dapat
dibebankan kepada setiap fungsi pemasaran dengan melihat catatan
mengenai penggunaan supplies oleh bagian promosi atau penjualan.
3.Contoh produk (sample)
Contoh produk dalam kasus ini adalah selama tahun 2011 Home
Industry Ini melakukan study banding di daerah Yogyakarta sebanyak 3
kali untuk mendapatkan informasi terbaru berkaitan dengan inovasi
produknya.
Biaya untuk pengadaan contoh produk kerajinan enceng gondok selama
tahun 2011 sebesar Rp 4.600.000 dapat dengan mudah dibebankan kepada
fungsi promosi dan penjualan, karena contoh produk digunakan oleh fungsi
promosi dan penjulan guna untuk mendukung kegiatan promosi.
4.Beban penyusutan peralatan
Mobil sebagai peralatan kantor yang digunakan untuk melakukan
kegiatan promosi dan penjualan memiliki umur ekonomis 5 tahun,
sehingga beban penyusutannya sebesar Rp 24.000.000.
31
5.Biaya Komunikasi
Biaya komunikasi terdiri dari biaya internet dan biaya telepon.
Kedua biaya tersebut dapat secara langsung dibebankan kepada fungsi
pemasaran. Seluruh biaya telepon selular yang dikeluarkan untuk fungsi
pemasaran bagian promosi/ penjualan dan bagian pengiriman adalah Rp
3.600.000 setiap tahunnya. Dengan pembagian Rp 1.800.000 untuk bagian
promosi/penjualan dan Rp 1.800.000 untuk bagian pengiriman setiap
tahunnya. Sedangkan biaya internet untuk bagian promosi setiap tahunnya
sebesar Rp 1.200.000.
Biaya- biaya yang membutuhkan dasar alokasi ( driver ) dalam
pembebanannya kepada setiap fungsi pemasaran, yaitu:
1. Biaya Listrik
Bagian produksi: Daya(watt)
1 alat las 900
1 kompresor 1500
1 kompresor 1500
1 pasah listrik 710
3 lampu @ 20 watt 60
TOTAL 4670
Bagian Promosi:
7 lampu untuk display
@25watt 175
TV 150
TOTAL 325
Bagian Adm:
2 lampu @ 25 watt 50
Laptop 80
Printer 80
TOTAL
T OTAL DAYA
5205
210
32
Total biaya listrik yang terjadi pada tahun 2011 adalah sebesar Rp
4.252.500,- Biaya listrik yang digunakan untuk aktivitas produksi, promosi
dan administrasi dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan biaya listrik yang digunakan untuk kegiatan produksi adalah
sbb:
- Total daya untuk kegiatan produksi
Total daya
X Total biaya listrik
4670
5205
X Rp 4.252.500,- = Rp 3.827.250,-
Perhitungan biaya listrik yang digunakan untuk kegiatan promosi adalah
sbb:
- Total daya untuk kegiatan promosi
Total daya
X Total biaya listrik
325
5205
X Rp 4.252.500,- = Rp 255.150,-
Perhitungan biaya listrik yang digunakan untuk kegiatan administrasi
adalah sbb:
- Total daya untuk kegiatan administrasi
Total daya
X Total biaya listrik
210
5205
X Rp 4.252.500,- = Rp 170.100,-
33
Pembebanan biaya pemasaran tidak langsung pelanggan kepada
setiap fungsi pemasaran yang menikmatinya dan biaya administrasi umum
dapat dilihat di tabel 4.8 dan 4.9 sebagai berikut.
Tabel 4.8
Pembebanan Biaya Tidak Langsung Kepada Fungsi Pemasaran
Tahun2011
( dalam Rupiah )
Biaya
Resource
Driver
Resource
Driver Rate
Fungsi
Penjualan dan Promosi Pengiriman
-Gaji Karyawan
-Supplies kantor
-Contoh produk
-Penyusutan
mobil
Komunikasi
-Internet
-Telepon (HP)
-Listrik
Direct Tracing
Direct Tracing
Direct Tracing
Direct Tracing
Direct Tracing
Daya (watt)
Rp 9.000.000,-
Rp 750.000,-
Rp 4.600.000,-
Rp 24.000.000,-
Rp 1.200.000,-
Rp 1.800.000,-
Rp 255.150,-
Rp 9.000.000,-
Rp 1.800.000,-
Rp 10.800.000,-
TOTAL
Rp 41.605.150,-
sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
Pembebanan biaya administrasi umum dapat dilihat di tabel 4.9
sebagai berikut.
34
Tabel 4.9
Pembebanan Biaya Administrasi Umum
Tahun2011
( dalam Rupiah )
Biaya
Resource
Driver
Resource Driver
Rate
Fungsi Administrasi
dan umum
-Gaji karyawan
-Supplies kantor
-Internet
-Telepon
-Listrik untuk
pemakaian
Komputer, Printer,
Lampu
Direct Tracing
Direct Tracing
Direct Tracing
Direct Tracing
Daya(watt)
Rp 9.000.000,-
Rp 225.000,-
Rp 1.200.000,-
Rp 1.837.000,-
Rp 170.100,-
TOTAL
Rp12.432.100,-
sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah
Setelah membebankan biaya-biaya pemasaran tidak langsung ke
dalam setiap fungsi pemasaran, langkah selanjutnya adalah membebankan
biaya-biaya setiap fungsi kepada masing-masing pelanggan. Dalam
membebankan biaya yang terjadi di setiap fungsi kepada masing-masing
pelanggan digunakan dasar alokasi (satuan pengukur jasa) atau driver.
a. Promosi dan penjualan
Biaya yang terjadi pada fungsi promosi dan penjualan selama
tahun 2011 adalah sebesar Rp 41.605.150 -.Untuk membebankan biaya
yang terjadi pada fungsi promosi dan penjualan digunakan dasar alokasi
jumlah penjualan masing-masing pelanggan selama tahun 2011. Total
penjualan tahun 2011 adalah Rp 1.226.500.000,- sehingga tarif
35
pembebanan biaya fungsi promosi dan penjualan kepada setiap pelanggan
adalah jumlah penjualan dari masing-masing pelanggan dibagi dengan
total penjualan tahun 2011 dikalikan dengan biaya yang terjadi pada fungsi
promosi dan penjulan selama tahun 2011 yaitu Rp 41.605.150,-
Tabel 4.10
Alokasi Biaya Fungsi Promosi dan Penjualan per-Pelanggan
Tahun 2011
Nama
Pelanggan
Total
Penjualan
(Rp)
Biaya fungsi Promosi
dan Penjualan
(Rp)
Toko Pandanaran Rp252.500.000 Rp8.565.267
CV.Patma Indo Raya Rp274.250.000 Rp9.303.068
Bapak Rukin Rp255.750.000 Rp8.675.513
Bapak Sugeng Iriyanto Rp211.000.000 Rp7.157.511
Istana Rotan Rp233.000.000 Rp7.903.791
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
b. Pengiriman
Jumlah biaya yang dikonsumsi oleh fungsi pengiriman adalah
sebesar Rp 10.800.000,-. Pembebanan biaya yang dikonsumsi oleh fungsi
pengiriman kepada setiap pelanggan dilakukan berdasarkan frekuensi
pengiriman sebagai dasar alokasi. Karena selama tahun 2011 terjadi 22
kali pengiriman, maka tarif pembebanan biaya fungsi pengiriman kepada
setiap pelanggan adalah Rp490.909,- per pengiriman(Rp 10.800.000÷ 22).
36
Tabel 4.11
Alokasi Biaya Fungsi Pengiriman per-Pelanggan
Tahun 2011
Nama
Pelanggan
Frekuensi
Pengiriman
Biaya Fungsi
Pengiriman
(Rp)
Toko Pandanaran 5 Rp 2.454.545
CV.Patma Indo Raya 7 Rp 3.436.364
Bapak Rukin 4 Rp 1.963.636
Bapak Sugeng Iriyanto 3 Rp 1.472.727
Istana Rotan 3 Rp 1.472.727
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
c. Administrasi dan Umum.
Fungsi administrasi dan umum perusahaan pada tahun 2011
menggunakan biaya dengan jumlah total Rp 12.432.100,-. Biaya tersebut
dibebankan kepada masing-masing pelanggan dengan menggunakan dasar
alokasi frekuensi order atau pemesanan. Sepanjang tahun 2011, Home
Industry Aryani Art Tuntang menerima 28 order, maka tarif pembebanan
biaya fungsi administrasi penjualan kepada setiap pelanggan adalah Rp
388.503,- per order ( Rp 12.432.100 ÷ 32 order )
37
Tabel 4.12
Alokasi Biaya Fungsi Administrasi Umum per-Pelanggan
Tahun 2011
Nama
Pelanggan
Frekuensi
Order
Biaya Adm.Umum
(Rp)
Toko Pandanaran 5 Rp1.942.516
CV.Patma Indo Raya 8 Rp3.108.025
Bapak Rukin 5 Rp1.942.516
Bapak Sugeng Iriyanto 5 Rp1.942.516
Istana Rotan 9 Rp3.496.528
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
Rangkuman pembebanan biaya setiap fungsi pemasaran dan
administrasi umum kepada masing-masing pelanggan disajikan pada tabel
4.13. Sementara, rangkuman pembebanan seluruh biaya pemasaran baik
biaya fungsi pemasaran maupun biaya langsung pelanggan disajikan pada
tabel 4.14.
38
Tabel 4.13
Pembebanan Biaya Tidak Langsung Kepada Setiap Pelanggan
Tahun 2011
( dalam Rupiah )
Biaya Fungsi Satuan Pengukur Jasa Pelanggan
Toko Pandanaran
CV.Patma Indo Raya
Bapak Rukin Bapak Sugeng Iriyanto
Istana Rotan
Biaya Fungsi Promosi dan Penjualan
Rupiah hasil penjualan Rp8.565.267
Rp9.303.068
Rp8.675.513
Rp7.157.511
Rp7.903.791
Biaya Fungsi Pengiriman
Frekuensi Pengiriman Rp2.454.545
Rp3.436.364
Rp1.963.636
Rp1.472.727
Rp1.472.727
Biaya Fungsi Adm dan Umum Frekuensi Order Rp1.942.516 Rp3.108.025 Rp1.942.516 Rp1.942.516 Rp3.496.528
39
Tabel 4.14
Pembebanan Biaya Pemasaran Langsung
dan Biaya Pemasaran Tidak Langsung
Kepada Setiap Pelanggan
Tahun 2011
( dalam Rupiah )
Biaya Pelanggan
Toko Pandanaran
CV.Patma Indo Raya
Bapak Rukin Bapak Sugeng Iriyanto
Istana Rotan
Biaya Langsung Pelanggan
Ongkos Jasa Ekspedisi Rp7.788.000 Rp21.370.000 Rp8.535.000 Rp5.010.500 Rp5.710.000
Supplies Pengepakan Rp1.050.000 Rp1.144.500 Rp1.011.500 Rp843.500 Rp864.500
Biaya Tidak Langsung Pelanggan
Biaya Fungsi Promosi dan Penjualan Rp8.565.267 Rp9.303.068 Rp8.675.513 Rp7.157.511 Rp7.903.791
Biaya Fungsi Pengiriman Rp2.454.545 Rp3.436.364 Rp1.963.636 Rp1.472.727 Rp1.472.727
Biaya Fungsi Adm dan Umum Rp1.942.516 Rp3.108.025 Rp1.942.516 Rp1.942.516 Rp3.496.528
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
40
Perhitungan biaya pemasaran diatas adalah perhitungan terhadap biaya
pemasaran langsung dan biaya pemasaran tidak langsung yang
dikelompokkan menurut fungsinya. Biaya yang telah dikeluarkan
perusahaan untuk melakukan pelayanan pada masing-masing pelanggan
berbeda-beda. Perbedaan pembebanan biaya pelayanan yang dikeluarkan
perusahaan untuk tiap pelanggan tersebut terjadi karena tidak semua biaya
yang terjadi dikonsumsi oleh setiap pelanggan secara merata. Perbedaan
konsumsi biaya disebabkan perbedaan karakteristik pelanggan. Terdapat
pelanggan yang frekuensi pemesanannya dalam satu tahun jarang, namun
unit yang dipesan dalam satu kali pemesanan berjumlah besar. Sementara
ada pelanggan yang frekuensi pemesanannya dalam satu tahun lebih sering
namun dengan unit dipesan yang lebih sedikit. Toko Pandanaran pada
tahun 2011 melakukan lima kali pemesanan dengan jumlah rata-rata
dipesan 80 pcs. Berbeda dengan pelanggan lain seperti Istana Rotan yang
lebih sering melakukan pemesanan kepada perusahaan namun jumlah unit
yang dipesan lebih sedikit. Perbedaan frekuensi pemesanan berpengaruh
pada aktivitas pelayanan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk
menangani pesanan tersebut. Frekuensi pemesanan (order) yang tinggi
akan menambah biaya pelayanan karena bertambahnya aktivitas
pelayanan.
Hasil dari perhitungan pada tabel 4.14 kemudian dihitung total
biaya pemasaran dan adm umum masing-masing pelanggan. Total biaya
dan persentase biaya pemasaran dan adm umum per pelanggan disajikan
pada tabel 4.15 berikut ini.
41
Tabel 4.15
Persentase Total Biaya Pemasaran
dan Biaya Adm Umum per Pelanggan
Tahun 2011
Nama
Pelanggan
Total
Biaya
Persentase
Toko Pandanaran Rp21.800.328,41 18,45%
CV.Patma Indo Raya Rp38.361.956,22 32,46%
Bapak Rukin Rp22.128.165,33 18,73%
Bapak Sugeng Iriyanto Rp16.426.753,42 13,90%
Istana Rotan Rp19.447.546,63 16,46%
Total Rp118.164.750,00 100%
Sumber: Data Home Industry Aryani Art 2011 yang diolah.
7. Perhitungan Laba Bersih Setiap Pelanggan
Tahap terakhir yang harus dilakukan dalam analisis laba pelanggan
adalah menghitung laba bersih setiap pelanggan. Untuk membantu dalam
perhitungan laba bersih setiap pelanggan, digunakan laporan laba
pelanggan atau Customer Profitability Report. Customer Profitability
Report adalah laporan yang berisi penjualan kepada setiap pelanggan,
harga pokok penjualan setiap pelanggan, laba kotor setiap pelanggan,
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas pemasaran kepada setiap
pelanggan dan biaya administrasi dan umum sehingga, laba bersih setiap
pelanggan dapat dihitung.Customer Profitability Report mengukur
profitabilitas pelanggan berdasar Return On Sales (ROS). Angka Return
On Sales (ROS) diperoleh dengan membandingkan laba bersih setiap
pelanggan dengan penjualan setiap pelanggan.
42
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perbedaan antara laba bersih sebelum biaya pemasaran tidak langsung dan
laba bersih setelah biaya pemasaran tidak langsung serta ROS setiap pelanggan.
Tabel 4.16
Perbedaan Ranking Pelanggan
Antara Laba Sebelum Biaya Pemasaran Tidak Langsung,
Laba Setelah Biaya Pemasaran Tidak langsung dan ROS
Tahun 2011.
No Nama Pelanggan Laba Sebelum Biaya Pemasaran Laba Setelah Biaya Pemasaran ROS
Tidak Langsung Tidak Langsung
Rp Ranking Rp Ranking % Ranking
1 Istana Rotan Rp 73.862.050,10 1 Rp60.989.003,47 1 26,18% 1
2 Bapak Rukin Rp 73.246.901,09 2 Rp60.665.235,77 2 25,03% 2
3 Toko Pandanaran Rp 72.271.469,07 3 Rp59.309.140,66 3 23,72% 3
4 Bapak Sugeng Rp 63.391.672,09 5 Rp52.818.918,68 4 23,49% 4
5 CV.Patma Indo Raya Rp 67.414.532,08 4 Rp51.567.075,86 5 18,80% 5
43
Laporan laba pelanggan atau Customer Profitability Report
menjelaskan beberapa hal sebagai berikut :
1. Laba kotor (Gross Margin)
Dari tabel 4.4 dapat diketahui kontribusi laba kotor masing-masing
pelanggan. Laba kotor diperoleh karena penjualan lebih besar dari harga
pokok penjualan. Perhitungan laba kotor setiap pelanggan menghasilkan
fakta, pelanggan dengan jumlah total penjualan tertinggi selama tahun
2011 adalah CV. Patma Indo Raya dengan jumlah total penjualan
Rp274.250.000,- dan persentase laba kotor 22,29 % dari total laba kotor
perusahaan. Bapak Rukin menduduki urutan kedua dengan jumlah total
penjualan Rp255.750.000,- dengan persentase laba kotor 20,52 %,
kemudian secara berurutan, Toko Pandanaran dengan total penjualan
Rp252.500.000,-dan persentase laba kotor 20,10 %, Bapak Sugeng
Iriyanto dengan total penjualan Rp Rp211.000.000,- dan persentase laba
kotor 17,16 %, Istana Rotan dengan jumlah total penjualan Rp
233.000.000,- dan persentase laba kotor 19,93 %. Temuan ini
menunjukkan bahwa jumlah total penjualan yang relatif besar belum tentu
menghasilkan laba kotor yang tinggi. Toko Pandanaran dengan total
penjualan Rp 252.500.000,- persentase laba kotornya mendekati Bapak
Rukin yang mempunyai total penjualan Rp 255.750.000,-. Hal ini dapat
terjadi karena perbedaan produk yang dipesan dan harga kesepakatan
antara perusahaan dengan pembeli.
Laporan laba pelanggan tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai laba
kotor tidak dapat menjadi ukuran dalam menilai kontribusi laba setiap
pelanggan terhadap laba perusahaan, karena laba kotor yang tinggi belum
tentu menghasilkan customer profit yang tinggi pula.
2. Biaya yang terkait dengan pelanggan (Customer Related Cost)
Karakteristik pelanggan yang dimiliki perusahaan berbeda satu
sama lain,sehingga aktivitas pelayanan bagi masing-masing pelanggan
44
berbeda pula. Oleh karena aktivitas pelayanan yang berbeda, maka biaya
yang dibutuhkan untuk melayani setiap pelanggan juga berbeda.
Customer Related Cost menyajikan biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam melayani pelanggan. Perbedaan Customer Related Cost
masing-masing pelanggan menunjukkan perbedaan tingkat konsumsi
pelanggan terhadap sumber daya perusahaan. Pelanggan dengan Customer
Related Cost yang tinggi menunjukkan bahwa pelanggan tersebut
membutuhkan aktivitas pelayanan yang lebih besar.
CPA mengidentifikasi biaya pemasaran yang dikeluarkan
perusahaan untuk melayani pelanggan. Upaya penentuan biaya pemasaran
langsung dan identifikasi terhadap biaya pemasaran tidak langsung,
berhasil menemukan fakta mengenai jumlah dan persentase biaya
pemasaran per pelanggan. Pelanggan dengan total biaya pemasaran dan
administrasi tertinggi adalah CV.Patma Indo raya yang mengkonsumsi
biaya pemasaran Rp 38.361.956,22 atau 32,46 %. Pelanggan yang
menempati urutan kedua dalam hal konsumsi biaya pemasaran adalah
Bapak Rukin dengan jumlah total biaya pemasaran Rp 22.128.165,33 atau
18,73 %. Toko Pandanaran dengan jumlah total biaya pemasaran Rp
21.800.328,41 atau 18,45 % menempati urutan ketiga, diikuti Istana Rotan
dengan jumlah total biaya pemasaran Rp 19.447.546,63 atau 16,46 %
diurutan keempat, sementara pelanggan yang paling sedikit mengkonsumsi
sumber daya perusahaan adalah adalah Bapak Sugeng Iriyanto dengan
jumlah total biaya pemasaran Rp 16.426.753,42 atau 13,90 %. Hasil
Analisis tersebut jika dibandingkan dengan jumlah penjualan setiap
pelanggan, menunjukkan bahwa pelanggan dengan total penjualan yang
besar mengkonsumsi biaya yang besar pula. Customer Related Cost yang
tinggi dapat diartikan bahwa aktivitas pelayanan kepada pelanggan tidak
dilakukan dengan efisien sehingga mengkonsumsi biaya yang besar.
Manajemen perusahaan perlu memperhatikan Customer Related Cost dan
berusaha menekan serta mengurangi biaya-biaya tersebut, sehingga
perusahaan dapat memperoleh laba yang lebih besar.
45
3. Customer Profit.
Customer Profit atau laba bersih pelanggan dapat diketahui dengan
mengurangi laba kotor dengan Customer Related Cost dari masing-masing
pelanggan. Laba bersih pelanggan menunjukkkan kontribusi laba setiap
pelanggan terhadap laba perusahaan. Berdasarkan perhitungan laba kotor
dan biaya pemasaran pelanggan, dapat diketahui laba bersih masing-
masing pelanggan. Selama tahun 2011, Istana Rotan menjadi pelanggan
perusahaan dengan jumlah laba bersih tertinggi yaitu Rp 60.989.003,- ,
urutan kedua dalam hal jumlah laba bersih ditempati oleh Bapak Rukin
dengan angka Rp 60.665.235,77,-, kemudian diikuti oleh Toko
Pandanaran dengan laba bersih Rp 59.309.140,66,-, Bapak Sugeng
Iriyanto dengan laba bersih Rp 52.818.918,68,- ,dan pelanggan dengan
jumlah total laba bersih terendah adalah CV. Patma Indo Raya dengan
total laba bersih Rp 51.567.075,86,-. Namun apabila dibandingkan dengan
perhitungan laba dengan hanya menggunakan biaya relevan
(tanpa biaya bersama) terjadi perbedaan urutan laba tertinggi keempat dan
kelima. Pada posisi keempat adalah CV. Patma Indo Raya dan pada posisi
kelima adalah Bapak Sugeng Iriyanto. Sedangkan apabila dilihat
berdasarkan laba bersih ( dengan biaya bersama) CV. Patma Indo Raya
menjadi pelanggan yang memberikan kontribusi laba paling kecil
walaupun penjualannya terbesar karena biaya langsung
(ongkos jasa ekspedisi) sangat besar dan alokasi biaya bersama juga paling
besar sehingga kontribusi laba yang diberikan menjadi paling kecil.
4. Return On Sales (ROS)
Return On Sales (ROS) yang dinyatakan dalam persentase, adalah
perbandingan antara laba bersih masing-masing pelanggan dengan
penjualannya. ROS menunjukkan kemampuan masing-masing pelanggan
dalam menghasilkan laba. Perhitungan ROS yang dilakukan terhadap
masing-masing pelanggan Home Industry aryani art Tuntang berhasil
mengetahui bahwa Istana Rotan adalah pelanggan dengan ROS terbesar,
yaitu 26,18 %. Angka ROS 26,18 % tersebut berarti bahwa setiap Rp 1,-
46
penjualan kepada Istana Rotan menghasilkan Rp 0,2618,- laba bersih.
Hasil perhitungan ROS pelanggan lainnya adalah sebagai berikut, Bapak
Sugeng Iriyanto 25,03%, Bapak Rukin 23,72%, Toko Pandanaran
23,49%, dan CV. Patma Indo Raya 18,80%. Berdasarkan informasi yang
terkandung dalam laporan laba pelanggan atau Customer Profitability
Report, manajemen dapat menentukan langkah-langkah lanjutan yang
hendak dilakukan kepada setiap pelanggan. Tindakan tersebut dapat
berupa meneruskan atau menghentikan penjualan kepada pelanggan
tertentu.
47
Identifikasi masalah dan saran yang diberikan untuk semua pelanggan baik yang menguntungkan maupun
yang kurang menguntungkan.
1.Identifikasi Product Mix
Penjualan per Pelanggan
Produk
Harga Per Unit
HPP per unit
Margin
Toko Pandanaran
CV. Patma Indo Raya
Bapak Rukin
Bapak Sugeng Iriyanto
Istana Rotan
Penjualan
% Penjualan
Penjualan
% Penjualan
Penjualan
% Penjualan
Penjualan
% Penjualan
Penjualan
% Penjualan
Mebel Enceng Gondok
Rp3.250.000
Rp2.235.909
45,35%
Rp48.750.000
19,31%
Rp39.000.000
14,22%
Rp13.000.000
5,08%
Rp19.500.000
9,24%
Rp42.250.000
18,13%
Mebel Pandan
Rp3.500.000
Rp2.496.813
40,18%
Rp63.000.000
24,95%
Rp91.000.000
33,18%
Rp77.000.000
30,11%
Rp59.500.000
28,20%
Rp0
0,00%
Pintu
Rp3.000.000
Rp2.130.327
40,82%
Rp21.000.000
8,32%
Rp15.000.000
5,47%
Rp33.000.000
12,90%
Rp18.000.000
8,53%
Rp36.000.000
15,45%
Gebyok
Rp4.000.000
Rp3.021.781
32,37%
Rp68.000.000
26,93%
Rp64.000.000
23,34%
Rp72.000.000
28,15%
Rp60.000.000
28,44%
Rp76.000.000
32,62%
Sekat
Rp2.250.000
Rp1.157.682
94,35%
Rp51.750.000
20,50%
Rp65.250.000
23,79%
Rp60.750.000
23,75%
Rp54.000.000
25,59%
Rp78.750.000
33,80%
Total
Rp11.042.512
Rp252.500.000
Rp274.250.000
Rp255.750.000
Rp211.000.000
Rp233.000.000
48
2. Identifikasi Biaya
Toko Pandanaran
CV. Patma Indo Raya
Bapak Rukin
Bapak Sugeng Iriyanto
Istana Rotan
Penjualan
Rp252.500.000
% Biaya
Rp274.250.000
% Biaya
Rp255.750.000
% Biaya
Rp211.000.000
% Biaya
Rp233.000.000
% Biaya
Biaya langsung pelanggan
Ongkos Jasa Ekspedisi
Rp7.788.000,00
3,08%
Rp21.370.000,00
7,79%
Rp8.535.000,00
3,34%
Rp5.010.500,00
2,37%
Rp5.710.000,00
2,45%
Supplies pengepakan
Rp1.050.000
0,42%
Rp1.144.500
0,42%
Rp1.011.500
0,40%
Rp843.500
0,40%
Rp864.500
0,37%
Biaya Tidak langsung Pelanggan
Biaya Fungsi Promosi dan Penjualan
Rp8.565.267
3,39%
Rp9.303.068
3,39%
Rp8.675.513
3,39%
Rp7.157.511
3,39%
Rp7.903.791
3,39%
Biaya Fungsi Pengiriman
Rp2.454.545
0,97%
Rp3.436.364
1,25%
Rp1.963.636
0,77%
Rp1.472.727
0,70%
Rp1.472.727
0,63%
Biaya Fungsi Adm dan Umum
Rp1.942.516
0,77%
Rp3.108.025
1,13%
Rp1.942.516
0,76%
Rp1.942.516
0,92%
Rp3.496.528
1,50%
Total Biaya
8,63%
13,99%
8,65%
7,79%
8,35%
49
Berdasarkan Identifikasi Product Mix diatas terlihat bahwa produk
sekat memiliki kontribusi margin yang sangat besar dibandingkan dengan
produk yang lain dan Istana rotan sebagai pelanggan dengan pembelian
produk sekat paling tinggi. Sehingga membuktikan bahwa kontribusi laba
yang diberikan Istana rotan cukup tinggi. Berbeda dengan pelanggan-
pelanggan lain yang daya beli terhadap produk sekat relatif rendah. Hal ini
membuktikan bahwa penjualan yang besar belum tentu menghasilkan laba
yang besar pula. Seperti halnya dalam kasus ini CV. Patma Indo Raya
adalah sebagai pelanggan dengan total penjualan yang paling besar namun
kontribusi laba yang diberikan paling kecil, ini terjadi karena biaya yang
digunakan untuk melayani CV. Patma Indo Raya besar, dan daya beli CV.
Patma Indo Raya terhadap produk sekat rendah padahal produk sekat
memiliki margin yang paling besar.
Berdasarkan identifikasi biaya diatas dapat disimpulkan bahwa CV
Patma Indo Raya adalah pelanggan yang mengkonsumsi biaya paling
besar yaitu 13,99% berdasarkan penjualannya. Terutama biaya ongkos jasa
ekspedisi sebesar 7,79% hal tersebut terjadi karena jarak atau lokasi
pengiriman, biaya sewa ekspedisi, dan frekuensi pengiriman kepada setiap
pelanggan. Saran yang diberikan untuk Home Industry Aryani Art adalah
dengan melakukan efisiensi biaya untuk ongkos ekspedisi dengan cara
melakukan sekali pengiriman dengan jumlah yang banyak, berbeda hal
dengan tahun 2011 sering terjadi pengiriman namun barang yang dikirim
belum sesuai pesanan.
Biaya Promosi dan Penjualan merupakan biaya terbesar kedua
yang digunakan untuk melayani pelanggan dengan persentase 3,39%.
Biaya promosi dan penjualan berisi mengenai biaya gaji karyawan, biaya
supplies kantor, biaya contoh produk, biaya penyusutan mobil, biaya
komunikasi dan biaya listrik. Dalam biaya promosi dan penjualan, biaya
penyusutam mobil yang membebani dengan angka paling besar yaitu Rp
24.000.000,-.
50
Saran keseluruhan untuk Home Industry Aryani Art khususnya dalam hal
produk yang dikonsumsi pelanggan:
Produk yang paling sering dikonsumsi pelanggan terutama dalam
jumlah yang banyak dan dalam pembelian yang berulang hendaknya
menjadi perhatian bagi Home Industry aryani Art oleh karena itu pelanggan
yang melakukan pembelian dalam jumlah yang besar dapat diberikan (ekstra)
potongan harga atau diberikan hadiah langsung untuk pembelian dalam
jumlah tertentu. Namun, upaya meningkatkan pelayanan harus tetap
disertai dengan peningkatan efisiensi biaya. Produk yang memiliki margin yang
rendah juga harus menjadi perhatian bagi Home Industry Aryani Art seperti
Gebyok dengan margin sebesar 32,37% namun daya beli konsumen
juga relatif besar terhadap produk ini. Oleh karena itu saran yang diberikan
adalah dengan menaikkan harga jual terhadap produk gebyok atau dengan
menaikkan promosi terhadap produk ini, seperti memberikan potongan
harga dalam jumlah pembelian tertentu.