analisis daya saing ikan tuna indonesia di pasar internasional · nelayan untuk kegiatan...

158
ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL SKRIPSI INDRY NILAM CAHYA H34051584 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Upload: dinhhanh

Post on 14-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIADI PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI

INDRY NILAM CAHYAH34051584

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010

Page 2: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

RINGKASAN

INDRY NILAM CAHYA. Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI)

Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan sumberdaya perikanan yang berlimpah. Ikan tuna termasuk salah satu sumberdaya perikanan yang menjadi komoditi ekspor utama setelah udang. Ketersediaan ikan tuna di Indonesia masih baik yang terlihat masih ada daerah penangkapan ikan tuna yang masih berstatus under exploited. Ikan tuna merupakan komoditi yang banyak diminati oleh pasar internasional terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Indonesia termasuk salah satu produsen pengekspor ikan tuna di dunia, namun Indonesia mengalami berbagai hambatan tarif , non tarif, dan administrasi yang dilakukan oleh Negara tujuan ekspor. Persaingan diantara Negara pesaing lainnya juga sangat ketat terkait dengan masalah kualitas dan kuantitas. Peraturan internasional seperti Code of Conduct for Ressponsible Fisheries, International Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT) yang mengatur tentang kelestarian sumberdaya perikanan, Convention of National Trade of Endanger Species (CITES) yang mengatur tentang perlindungan satwa yang terancam punah, dan General Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO), termasuk didalamnya perjanjian Agreement on Sanitary and Phitosanitary Measures (SPS) dan Agreement on Technical Barrier on Trade (TBT oleh WTO) juga mempengaruhi keadaan perdagangan ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis struktur pasar dan persaingan ikan tuna di pasar internasional, (2) menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif ikan tuna Indonesia, dan (3) melakukan perumusan strategi untuk memperkuat daya saing ikan tuna Indonesia di pasar internasional.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan data dunia melalui United Nations Comtrade. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari hingga Desember 2009 dengan menggunakan data timeseries tahun1998-2007. Data penelitian diolah dengan Herfindahl Index (HI), Concertation Ratio (CR), Revealed Comparative Advantage (RCA), Teori Berlian Porter, dan Analisis SWOT.

Ikan tuna nasional diperdagangkan dalam tiga bentuk yaitu segar,beku, dan olahan. Analisis struktur pasar komoditas ikan tuna baik ikan tuna segar, beku, maupun olahan berdasarkan nilai HI dan CR4 berada dalam pasar monopolistik yang cenderung oligopoli yang menyebabkan posisi Indonesia masih berpeluang dalam menguasasi pasar, namun pergerakan pasar ke oligopoli akan membuat Indonesia hanya sebagai pengikut pasar. Posisi ini mengakibatkan Indonesia tidak dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan harga maupun produk, tanpa terlebih dahulu mengacu kepada keputusan pemimpin pasar. Indeks RCA untuk komoditas ikan tuna segar selama tahun 2002-2007 selalu lebih besar dari satu sehingga memiliki keunggulan komparatif. Ikan tuna beku memiliki indeks RCA dibawah satu sehingga tidak memiliki keunggulan komparatif. Ikan tuna olahan memiliki indeks RCA berfluktuasi antara 0,85-1,10 sehingga ikan tuna Indonesia dapat dikatakan memiliki keunggulan komparatif.

Page 3: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Hasil analisis kompetitif ikan tuna Indonesia melalui Teori Berlian Porter menunjukkan bahwa ikan tuna Indonesia belum memiliki keunggulan kompetitif. Keadaan sumberdaya faktor (alam, manusia, iptek, modal, dan infrastrukutur) masih mengalami banyak masalah, kondisi permintaan di dalam dan luar negeri cukup baik, keberadaan industri terkait dan pendukung belum cukup baik untuk menunjang keadaan ikan tuna nasional. Struktur persaingan ikan tuna di pasar internasional sangat ketat terkait munculnya pesaing baru terkait adanya teknologi budidaya, posisi tawar pembeli dan pemasok yang cukup tinggi, adanya produk subtitusi seperti ikan salmon, dan negara pesaing yang terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Peran pemerintah sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan terkait dengan perbaikan kondisi faktor sumberdaya yang menjadi masalah utama dalam pengembangan ikan tuna nasional. Peran kesempatan yang ada seperti penemuan teknologi budidaya dan adanya perdagangan bebas dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing ikan tuna nasional.

Analisis SWOT menghasilkan strategi yang dapat dilakukan yaitu (1)meningkatkan produksi ikan tuna melalui pemberian pinjaman modal kepada nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama dengan negara lain diluar negara tujuan ekspor utama dan mendaftar sebagai anggota manajemen perikanan dunia, (3) meningkatkan mutu ikan dengan cara sosialisasi tentang mutu kepada nelayan dan peningkatan peran lembaga pengawasan mutu serta perbaikan sumberdaya manusianya, (4) melakukan kerjasama dengan pihak asing, (5) melakukan pembenahan manajemen perikanan perusahaan dengan cara melakukan pelatihan karyawan tentang penanganan ikan pasca panen dan HACCP dan peningkatan teknologi peralatan yang digunakan, (6)memperbaiki sarana dan prasarana dengan membenahi system transportasi dan penyediaan sarana pendukung, dan (7) memperbaiki kondisi perekonomian nasional.

Daya saing ikan tuna nasional perlu untuk ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar internasional. Perusahaan perlu meningkatkan kualitas produk ikan tuna yang dihasilkan, penelitian dan pengembangan teknologi budidaya harus dilakukan dengan langkah awal membentuk tim peneliti teknologi budidaya tersebut, dan pemerintah perlu meningkatkan subsidi BBM serta membentuk sistem perikanan terpadu dari hulu hingga hilir. Pembenahan infrastruktur dan kebijakan akan meningkatkan daya saing ikan tuna nasional di pasar internasional. Penjagaan sumberdaya perairan juga perlu ditingkata untuk mengatasi kasus pencurian dan pencatatan hasil tangkapan juga harus dilakukan dengan baik.

Page 4: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

INDRY NILAM CAHYAH34051584

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untukMemperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010

Page 5: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional

Nama : Indry Nilam Cahya

NIM : H34051584

Disetujui,Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, MScNIP 19630228 199003 2 001

DiketahuiKetua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MSNIP 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 6: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Daya

Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional” adalah karya sendiri dan belum

pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2010

Indry Nilam Cahya

H34051584

Page 7: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 2 Agustus 1987. Penulis

adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syamsu Alie Osman

(Alm) dan Ibunda Dewi Jun Diesnawaty.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Wibawa Mukti Bekasi

pada tahun 1993-1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun

2002 di SLTPN 9 Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 42

Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Penulis diterima di

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus

Himpunan Mahasiswa Pencinta Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA)

pada Departemen Minat, Bakat, dan Profesi (MBP) periode tahun 2006-2007,

anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) periode tahun 2007-2009,

dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal periode tahun 2006-2008

sebagai bendahara. Selain itu penulis juga aktif di beberapa kepanitian dan

kegiatan budaya sebagai salah satu anggota Tari Saman ‘Bungong Puteh’ IPB.

Page 8: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing

Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar ikan tuna dunia,

menganalisis keunggulan komparatif dan kompetititf ikan tuna nasional serta

menentukan strategi kebijakan yang diambil untuk meningkatkan daya saing ikan

tuna nasional.

Penelitian ini dilakukan guna mendapatkan hasil analisis yang berguna

baik bagi penulis maupun pihak lainnya. Semoga skripsi ini dapat membawa

manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan seperti yang diharapkan penulis.

Bogor, Januari 2010

Indry Nilam Cahya

Page 9: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan kepada:

1. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang

penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran

demi perbaikan skripsi ini.

3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan

yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi

perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Anita Ristianingrum MSi yang telah menjadi pembimbing akademik dan

seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

5. Ayahanda tercinta Syamsu Alie Osman (Alm) dan Ibunda Dewi Jun

Diesnawaty yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih yang

tulus kepada penulis. Semoga ini menjadi persembahan yang membuat kalian

bangga . Andry Zulkarnain dan Alwin Zulfikar, abang dan adikku yang

selalu mendukung penulis serta keluarga besar di Makasar yang selalu

mendoakan kami yang berada disini.

6. Dwi Astuti Mustikasari yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar

penulis.

7. Teman-teman AGB 41,42,43,44,dan 45 atas pertemaman yang diberikan

selama ini. Terutama CCC family (Uty, Lizna, Rhesa, Ferdy, Reza, Tika,

Feni, Daus, Gusri, Listy, dan Shinta) atas segala bantuan dan semangat yang

diberikan. Lidia, Ipit, dan Wati teman sekamar di asrama.

8. Teman Kost Ar-Ryadh (Mba Athe, Mba Ari, Mba Tami, Mba Tiwi, Mba

Nia, Uci, Tiara, Isna, dan lain-lain) yang selalu mendukung dan membantu

penulis

Page 10: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

9. Tidak lupa rasa terima kasih juga kepada seluruh pihak yang tidak mungkin

disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penyusunan dan penyelesaian

skripsi ini.

Bogor, Januari 2010

Indry Nilam Cahya

Page 11: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 11.2. Perumusan Masalah .................................................................. 31.3. Tujuan Penulisan ........................................................................ 81.4. Manfaat Penulisan ...................................................................... 81.5. Ruang Lingkup .......................................................................... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 9

2.1. Deskripsi Tuna ............................................................................ 9

2.2. Bentuk Produk Perdagangan Tuna.............................................. 10

2.3. Penelitian Terdahulu ................................................................. 12

III KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................... 16

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 16

3.1.1. Teori Perdagangan Internasional ................................... 16

3.1.2. Bentuk-Bentuk Pasar ..................................................... 20

3.1.3. Keunggulan Komparatif .................................................. 22

3.1.4. Keunggulan Kompetitif Menurut Porter ....................... 24

3.1.5. Analisis SWOT untuk Alat Analisis dan Strategi

Kebijakan ........................................................................ 30

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................. 32

IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 35

4.1. Waktu Penelitian ....................................................................... 354.2. Data dan Instrumentasi .............................................................. 354.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 354.4. Metode Pengolahan Data .......................................................... 35

4.4.1. Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR)..... 36

4.4.2. Keunggulan Komparatif................................................... 40

4.4.3. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) ......... 40

4.4.4. Keunggulan Kompetitif.................................................... 42

4.4.5. Analisis Berlian Porter ..................................................... 42

Page 12: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

4.4.6. Analisis SWOT ................................................................ 43

V GAMBARAN UMUM INDUSTRI IKAN TUNA ....................... 45

5.1. Perikanan Dunia ........................................................................ 45

5.2. Perikanan Indonesia ................................................................... 45

5.2.1. Produksi Tuna Indonesia ................................................. 46

5.2.2. Ekspor Ikan Tuna Indonesia .......................................... 47

5.3. Prosedur Ekspor ........................................................................ 50

5.4. Ketentuan Negara tujuan Ekspor Ikan Tuna .............................. 52

5.5. Pengawasan Mutu Ikan Tuna ..................................................... 54

5.6. Konsep Nilai Tukar .................................................................... 57

5.7. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna ............................................ 58

VI. ANALISIS DAYA SAING ............................................................. 61

6.1. Analisis Struktur Pasar Komoditas Ikan Tuna di Pasar

Internasional ............................................................................... 61

6.2. Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Ikan Tuna

Nasional .................................................................................... 64

6.3. Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Ikan Tuna

Nasional ...................................................................................... 70

6.3.1. Kondisi Faktor Sumberdaya ........................................... 71

6.3.1.1. Sumberdaya Fisik atau Alam ........................... 71

6.3.1.2. Sumberdaya Manusia ....................................... 73

6.3.1.3. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK) ............................................................ 75

6.3.1.4. Sumberdaya Modal .......................................... 76

6.3.1.5. Sumberdaya Infrastruktur ................................. 77

6.3.2. Kondisi Permintaan ......................................................... 78

6.3.2.1. Komposisi Permintaan Domestik ..................... 78

6.3.2.2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan ...... 80

6.3.2.3. Internasionalisasi Permintaan Domestik .......... 80

6.3.3. Industri Terkait dan Pendukung ...................................... 81

6.3.4. Struktur, Persaingan, dan Strategi Industri

Ikan Tuna ........................................................................ 84

Page 13: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

6.3.5. Peran Pemerintah ............................................................ 89

6.3.6. Peran Kesempatan ........................................................... 90

6.4. Analisis SWOT dan Strategi Kebijakan ..................................... 92

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 109

7.1. Kesimpulan ............................................................................... 109

7.2. Saran .......................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 112

LAMPIRAN ................................................................................................ 116

Page 14: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) untuk Sektor

Pertanian Tahun 2003-2007 ......................................................... 1

2. Potensi Ikan Pelagis (Termasuk Ikan Tuna) Besar di PerairanIndonesia ..................................................................................... 2

3. Ekspor Ikan Tongkol/Tuna Menurut Negara atau KawasanTujuan Utama Tahun 2003-2007 (ton) .................................. 3

4. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Menurut KomoditasUtama Tahun 2003-2007 (ton) .................................................... 4

5. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Menurut KomoditasUtama Tahun 2003-2007 (US $ 1000) ......................................... 5

6. Jenis Tuna yang Terdapat di Perairan Indonesia ........................ 10

7. Negara Produsen Perikanan Terbesar di Dunia Tahun 2002-2006 (metric tons) ................................................... 45

8. Produksi Ikan Tuna Indonesia Tahun 1997-2007 (ton) .............. 47

9. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Segar Tahun 1998-2007 ...... 48

10. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Beku Tahun 1998-2007 .......... 49

11. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Olahan Tahun 1998-2007 ...... 49

12. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Negara Tujuan Ekspor Utama Tahun 1998-2007 ............................................................ 58

13. Nilai Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR)Negara Pengekspor Komoditas Ikan Tuna Tahun 1998-2007 .... 61

14. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna SegarTahun 2002-2007 ........................................................................ 65

15. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Segar Tahun 2002-2007 (%) ................................................................. 66

16. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna BekuTahun 2002-2007 ........................................................................ 67

17. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna BekuTahun 2002-2007 (%) ................................................................. 68

Page 15: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

18. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna OlahanTahun 2002-2007 ........................................................................ 68

19. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna OlahanTahun 2002-2007 (%) ................................................................. 69

20. Jumlah Kapal Motor Berdasarkan Ukurannya Tahun 2002-2007 (unit) .............................................................. 72

21. Estimasi Biaya Penangkapan Ikan Tuna per Tahun ................... 73

22. Jumlah Nelayan Menurut Kategori Nelayan tahun 2002-2007 .... 74

23. Konsumsi dan Ekspor Ikan Tuna Indonesia Tahun 2002-2007 (ton) .............................................................. 80

24. Jumlah Unit Penangkapan Ikan Tuna Tahun 2002-2007 ............ 82

25. Komposisi Nilai Gizi Ikan Tuna dan Makarel ............................ 86

Page 16: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perdagangan Internasional Antara Dua Negara .......................... 19

.................................................................................................

2. The Complete System of National Competitive Advantage ......... 26

.................................................................................................

3. Kerangka Operasional Penelitian ................................................ 34

4. Matriks SWOT ............................................................................ 44

5. Prosedur Kegiatan Ekspor Secara Umum ................................... 51

6. Tataniaga Ikan Tuna .................................................................... 51

7. Analisis Matriks SWOT .............................................................. 108

Page 17: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Negara-Negara yang Tergabung dalam Uni Eropa ........ 117

2. Gambar Jenis-Jenis Ikan Tuna .................................................... 118

3. Klasifikasi Produk Ikan Tuna untuk Diekspor ............................ 119

4. Total Ekspor Ikan Tuna Segar Dunia Tahun 1998-2007 (US$) ........................................................... 125

5. Market Share Ikan Tuna Segar Dunia Tahun 1998-2007 (%) .... 127

6. Total Ekspor Ikan Tuna Beku Dunia Tahun 1998-2007 (US$) ............................................................. 129

7. Market Share Ikan Tuna Beku Dunia Tahun 1998-2007 (%) ..... 131

8. Total Ekspor Ikan Tuna Olahan DuniaTahun 1998-2007 (US$) ............................................................. 133

9. Market Share Ikan Tuna Olahan Dunia Tahun 1998-2007 (%) .................................................................. 135

10. Mekanisme Impor Uni Eropa ....................................................... 137

11. Mekanisme Impor Amerika Serikat ............................................. 138

12. Mekanisme Impor Jepang ............................................................. 139

13. Total Impor Negara Jepang, Amerika Serikat, dan Uni EropaTahun 2003-2007 (kg) ................................................................... 140

14. Kandungan Nutrisi Ikan Tuna Mentah ...................................... 141

Page 18: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang

mencapai 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat

Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar baik dalam tingkat

kualitas maupun diversitasnya. Letak geografis yang strategis dan

keanekaragaman biota lautnya merupakan keunggulan kompetitif yang tidak

dimiliki oleh beberapa negara lain.

Sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat besar dan permintaan

yang tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, merupakan kesempatan untuk

memperbaiki perekonomian negara melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan

yang ada. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi salah satu

produsen dan eksportir utama produk perikanan.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) untuk Sektor Pertanian Tahun 2003-2007

Sektor Usaha PDB (Miliar Rupiah) Kenaikan Rata-rata (%)

2003 2004 2005 2006 2007

Tanaman Bahan Makanan

119.164,8 122.611,7 181.331,6 214.346,3 268.124,4 10,13

Tanaman Perkebunan

38.693,9 39.548,0 56.433,7 63.401,4 84.459,2 9,70

Peternakan 30.647,0 31.672,5 44.202,9 51.074,7 62.095,8 8,87Kehutanan 17.213,7 17.333,8 22.561,8 30.065,7 35.734,1 9,80Perikanan 34.667,9 37.056,8 59.639,3 74.335,3 96.822,1 12,70Jumlah 240.387,3 248.222,8 364.169,3 433.223,4 547.302,8 10,22

Sumber : BPS (2007)

Berdasarkan data BPS (2007) sub sektor perikanan merupakan

penyumbang terbesar ketiga untuk tahun 2003-2004, kemudian naik menjadi

posisi kedua untuk tahun 2005-2007 pada Produk Domestik Bruto (PDB) atas

dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha pada sektor pertanian, sub

sektor ini memiliki kenaikan rata-rata terbesar dibandingkan dengan keempat sub

sektor usaha lainnya (Tabel 1). Hal ini berarti sektor perikanan berpontensial

untuk dikembangkan.

Page 19: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4

juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEEI (Zona

Ekonomi Ekslusif Indonesia) dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB)

sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari (DKP

2005). Potensi sumberdaya perikanan ini perlu dimanfaatkan dengan sebaik

mungkin serta mampu menggerakkan seluruh potensi bangsa, untuk itu diperlukan

suatu upaya percepatan dan terobosan melalui suatu program revitalisasi

perikanan.

Pelaksanaan program ini merupakan wujud dukungan politik, ekonomi,

dan sosial untuk menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu prime mover

pembangunan ekonomi nasional serta merupakan suatu upaya untuk memacu

pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang berwawasan lingkungan guna

peningkatan kesejateraan rakyat serta memacu peningkatan sumbangan terhadap

pertumbuhan ekonomi nasional (DKP 2005).

Tabel 2. Potensi Ikan Pelagis (Termasuk Ikan Tuna) Besar di Perairan IndonesiaWilayah Pengelolaan Perikanan Potensi (ribu ton/tahun) Pemanfaatan

Selat Malaka 22,67 OELaut Cina Selatan 66,08 UELaut Jawa 55,00 OESelat Makassar dan Laut Flores 193,60 UELaut Banda 104,12 UELaut Seram, Laut Halmahera, dan Teluk Tomini 50,86 UELaut Sulawesi, Samudera Pasifik 106,51 UELaut Arafura 175,26 FESamudera Hindia 366,26 UE

Sumber : Purnomo dan Suryawati (2007)Keterangan : UE = Under Exploited, FE = Fully Exploited, OE = Over Exploited

Program revitalisasi yang dirancang oleh DKP difokuskan pada tiga

komoditas utama perikanan yaitu udang, tuna, dan rumput laut (DKP 2005). Ikan

tuna dipilih sebab potensi ikan tuna di Indonesia masih dapat ditingkatkan

produksinya terutama Indonesia bagian Timur (Tabel 2).

Permintaan akan ikan tuna pun dari tahun ke tahun selalu mengalami

peningkatan sebab ikan tuna termasuk komoditas perikanan yang digemari

terutama oleh negara Jepang sebagai bahan baku untuk membuat sashimi sebab

tidak menimbulkan bau amis, sedangkan untuk Eropa dan Amerika lebih senang

mengimpor yang beku dan kaleng untuk steak (Nazzaruddin 1993). Pada tahun

Page 20: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

2004-2005 ekspor ikan tuna Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar.

Penyebab dari penurunan ekspor tersebut adalah pada tahun itu mulai banyak

diberlakukan beberapa hambatan tarif dan isu-isu lingkungan yang membuat

ekspor ikan tuna negara Indonesia menjadi melemah. Ekspor ikan tuna ke negara-

negara tujuan ekspor utama dari tahun 2003 hingga 2007 mengalami peningkatan

rata-rata sebesar 3,8 persen per tahun (Tabel 3).

Tabel 3. Ekspor Ikan Tongkol/Tuna menurut Negara atau Kawasan Tujuan Utama Tahun 2003-2007 (Ton)

Negara Tujuan 2003 2004 2005 2006 2007Jepang 23.881,3 22.770,1 21.298,1 21.657,5 19.808,6Hongkong 794,1 257,4 591,1 1.821,2 3.846,4Taiwan 12.019,4 2.493,1 996,7 548,3 1.614,5Thailand 3.501,4 1.288,2 918,2 4.570,8 18.174,3Singapura 5.722,0 6.305,2 4.051,2 2.891,9 3.105,5Vietnam 519,8 26,3 79,1 1.323,7 4.131,3Australia 163,2 131,6 187,4 253,8 73,5Amerika Serikat 2.810,1 2.744,3 3.439,3 4.181,6 5.985,8Uni Eropa 3.670,3 3.278,1 3.303,6 2.385,2 1.152,8Lainnya 18.838,9 8.196,5 7.206,1 5.836,7 11.403,3Total 71.920,5 47.490,8 42.070,8 45.470,7 69.296,0Rata-rata peningkatan (2003-2007) (%) 3,8

Sumber : BPS (2007)

Oleh karena itu, ikan tuna merupakan komoditas yang patut dikelola

dengan baik agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan di pasar

internasional dan kekayaan perairan Indonesia pun dapat dimanfaatkan dengan

sebaik mungkin untuk memenuhi permintaan baik dalam maupun luar negeri.

1.2. Perumusan Masalah

Sektor perikanan sebagai salah satu sektor usaha yang mampu mendukung

perekonomian nasional harus dikelola dengan baik, selain pemenuhan kebutuhan

hidup masyarakat baik domestik maupun internasional dan para ahli

memperkirakan bahwa konsumsi ikan masyarakat global akan semakin

meningkat, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya1:

1) Meningkatnya jumlah penduduk disertai meningkatnya pendapatan

masyarakat dunia.

1Sumber: Kusumastanto T. 2007. Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Produk Perikanan Nasional. http://tridoyo.blogspot.com/. Diakses tanggal 6 Maret 2009.

Page 21: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

2) Meningkatnya apresiasi terhadap makanan sehat (healthy food) sehingga

mendorong konsumsi daging dari pola red meat ke white meat.

3) Adanya globalisasi menuntut adanya makanan yang bersifat universal.

4) Berjangkitnya penyakit hewan sumber protein hewani selain ikan sehingga

produk perikanan menjadi pilihan alternatif terbaik.

Perdagangan bebas yang terjadi saat ini membuat tingkat persaingan

semakin ketat baik dalam lingkup lokal, regional, maupun internasional. Produsen

dituntut untuk menghasilkan produk yang baik dari kuantitas maupun kualitas.

Persaingan yang ada membuat Negara Indonesia mengalami pergeseran dari

posisi sepuluh negara pengekspor perikanan terbesar menjadi urutan ketiga belas

(Purnomo 2007).

Ikan tuna memiliki jumlah ekspor terbesar dari sektor perikanan setelah

udang (Tabel 4). Negara tujuan ekspor utama ikan tuna Indonesia adalah Jepang,

Amerika Serikat, dan Uni Eropa (jumlah negara yang tergabung dalam Uni Eropa

terdapat pada Lampiran 1). Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa negara Taiwan,

Thailand, dan Singapura juga tinggi nilai ekspornya, tetapi ketiga negara tersebut

tidak banyak melakukan hambatan terhadap ekspor ikan tuna Indonesia. Hal ini

terkait adanya beberapa regulasi dan syarat-syarat tertentu yang dilakukan oleh

Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Uni Eropa menjadi acuan dalam

penetapan standar dan kualitas mutu, hal ini menyebabkan nilai ekspor Indonesia

ke Uni Eropa mengalami penurunan sebab standar produknya sangat ketat.

Tabel 4. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama Tahun 2003-2007 (Ton)

Tahun

Komoditi Utama

JumlahUdang

Tuna, Cakalang, Tongkol

Rumput Laut

Mutiara Lainnya

2002 124,763 92,797 28,560 6 319,614 565.7392003 138,588 117,092 40,162 12 561,929 857,7832004 142,098 94,221 51,011 2 615,027 902,4582005 153,900 90,589 69,264 13 544,015 857,7822006 169,329 91,822 95,588 2 569,736 926,4782007 157,545 121,316 94,073 13 481,381 854,328

Rata-rata kenaikan (%) 2002-2007

5,00 7,26 27,97 248,12 12,59 10,42

Sumber : DKP (2008)

Page 22: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Komoditas ikan tuna nasional juga memberikan sumbangan devisa yang

cukup baik dari komoditas perikanan utama. Nilai ekspor ikan tuna nasional

mengalami peningkatan rata-rata dari tahun 2002-2007 sebesar 7,79 persen, dan

memiliki kenaikan rata-rata terbesar pada tahun 2007 dibandingkan dengan

komoditas utama lainnya yaitu sebesar 21,47 persen. Hal ini beraarti komoditas

ikan tuna nasional sangat berperan dalam perekonomia nasional.

Tabel 5. Perkembangan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama Tahun 2003-2007 (US $ 1000)

Tahun

Komoditi Utama

JumlahUdang

Tuna, Cakalang, Tongkol

Rumput Laut

Mutiara Lainnya

2002 839.722 212.426 15.785 11.471 490.949 1.570.3532003 852.113 213.179 20.511 17.128 540.612 1.643.5422004 892.452 243.938 25.296 5.866 613.281 1.780.8332005 948.452 245.375 57.515 10.735 651.180 1.912.9262006 1.115.963 250.557 49.586 13.409 673.957 2.103.4712007 1.029.935 304.348 57.522 12.644 854.470 2.258.920

Rata-rata kenaikan (%) 2002-2007

4,49 7,79 36,57 17,15 12,00 7,56

Sumber: DKP (2008)

Adanya pergeseran pola perdagangan dunia yang tidak hanya dipengaruhi

oleh prinsip supply-demand, tetapi juga dibentuk oleh isu-isu, konvensi, dan

berbagai macam kesepakatan internasional. Menurut Putro (2001) diacu dalam

Purnomo (2007) perjanjian internasional yang berpengaruh langsung bahkan

cenderung mengatur mekanisme perdagangan komoditas perikanan di pasar

internasional dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1) Perjanjian internasional yang bernuansa menjaga kelestraian sumberdaya

perikanan, seperti Code of Conduct for Ressponsible Fisheries, International

Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT), dan sebagainya.

Dengan adanya perjanjian ini maka ikan-ikan komersial penting yang dijual

di pasar internasional harus ditangkap dari sumberdaya perikanan yang

lestari.

2) Perjanjian internasional tentang perlindungan satwa yang terancam punah,

yaitu Convention of National Trade of Endanger Species (CITES). Perjanjian

ini berakibat adanya pembatasan beberapa jenis ikan atau fauna laut dan air

Page 23: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

tawar yang dibatasi pemasarannya karena populasinya dikhawatirkan akan

punah.

3) Perjanjian internasional tentang perdagangan yaitu perjanjian General

Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO), termasuk didalamnya

perjanjian Agreement on Sanitary and Phitosanitary Measures (SPS) dan

Agreement on Technical Barrier on Trade (TBT oleh WTO). Perjanjian

mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perdagangan perikanan

dunia.

Pola perdagangan yang terjadi dalam pasar ikan tuna internasional akan

berpengaruh terhadap perkembangan ikan tuna Indonesia. Bentuk pasar dalam

komoditas ikan tuna di pasar internasional akan menentukkan kekuatan produsen

dalam pasar dan tingkat persaingan yang terjadi. Jika komoditas ikan tuna berada

dalam pasar yang memiliki banyak pesaing dengan komoditas yang homogen,

maka sangat penting untuk melakukan diferensiasi produk agar mampu bersaing

dengan produsen lainnya.

Saat ini komoditas ikan tuna Indonesia mengalami permasalah dalam

kegiatan ekspor yang disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu muncul

negara pesaing dalam kegiatan ekspor ikan tuna saat ini untuk daerah Asia,

Indonesia dikalahkan oleh Thailand yang potensi lautnya lebih kecil, banyak

masalah hambatan tarif dan non tarif yang dialami oleh komoditas ikan tuna, dan

masalah kenaikan harga bahan bakar di dalam negeri yang membuat banyak kapal

tidak melaut lagi. Faktor lainnya yaitu sifat komoditas ikan tuna yang selalu

bergerak sehingga sulit untuk melakukan kestabilan kuantitas dan kualitas.

Komoditas ikan tuna Indonesia mengalami dua masalah utama dalam

perkembangannya saat ini yaitu hambatan tarif dan non tarif. Hambatan tarif

yang terjadi dilakukan oleh negara-negara tujuan ekspor yang sangat merugikan

negara Indonesia. Hambatan non tarif yang terjadi berhubungan dengan perizinan

ekspor, sertifikasi kesehatan, standar sanitasi, standar mutu, isu lingkungan, isu

hak azazi manusia, dan terorisme (Purnomo 2007).

Sebagai contoh hambatan tarif yang dialami oleh komoditas ikan tuna

Indonesia adalah ketidaksamaan tarif yang dikenakan kepada negara pengekspor

tuna yang terjadi di Uni Eropa yaitu negara yang tergabung dalam EUC

Page 24: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

(European Union Countries) menerapkan tarif 24 persen untuk produk tuna.

Namun, tarif tersebut tidak berlaku bagi negara yang sudah tergabung dalam

EUC. Hambatan non tarif yang dihadapi Indonesia untuk komoditas ikan tuna

cukup banyak terutama tentang standar mutu, kesehatan, sanitasi, dan keamanan

pangan yang diterapkan negara pengimpor serta untuk mengurus surat pemenuhan

standar tersebut dibutuhkan waktu dan biaya yang besar, ditambah lagi dengan

adanya perbedaan standar pada beberapa negara.

Berdasarkan kondisi perdagangan ikan tuna di atas, maka dapat dilihat

bahwa potensi perairan Indonesia yang besar belum mampu dikelola dengan baik,

sehingga perlu diberikan perhatian yang serius terhadap upaya pengembangan

sektor perikanan agar tetap mampu menyumbangkan devisa bagi negara.

Pengembangan ekspor ikan tuna dalam jangka panjang sangat bergantung pada

peningkatan kualitas komoditas dan kemampuan daya saing dalam mendapatkan

pasar baru atau pun bertahan pada pasar yang sudah ada.

Komoditas ikan tuna nasional agar dapat bertahan dalam pasar

internasional perlu memiliki strategi pengembangan. Strategi yang disusun harus

mampu mengatasi masalah yang sudah ada maupun yang potensial untuk terjadi

ke depan, sehingga dapat mengantisipasi perubahaan-perubahaan yang terjadi.

Oleh karena itu, yang perlu dilakukan saat ini yaitu menganalisis daya

saing ikan tuna di pasar internasional, sehingga diharapkan hasil analisis ini

nantinya dapat menghasilkan strategi bagi industri ikan tuna nasional untuk dapat

bersaing di pasar internasional. Perumusan masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah sebagi berikut:

1) Bagaimana struktur pasar ikan tuna di pasar internasional?

2) Apakah industri ikan tuna Indonesia memiliki keunggulan komparatif?

3) Apakah industri ikan tuna Indonesia memiliki keunggulan kompetitif?

4) Strategi apa yang perlu dirumuskan untuk memperkuat daya saing ikan tuna

Indonesia di pasar international?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan,

maka tujuan penelitian ini adalah:

Page 25: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

1) Menganalisis struktur pasar dan persaingan ikan tuna di pasar internasional

2) Menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif ikan tuna Indonesia.

3) Melakukan perumusan strategi untuk memperkuat daya saing ikan tuna

Indonesia di pasar Internasional.

1.4. Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1) Para pengambil keputusan dan para pelaku ekonomi dalam sektor perikanan

sebagai upaya untuk merekomendasikan konsep pengembangan daya saing

produk perikanan terutama ikan tuna dalam pasar global.

2) Masyarakat akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

meneliti lebih lanjut mengenai kondisi perdagangan ikan tuna di Indonesia.

3) Pemerintahan dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam menetapkan

kebijakan-kebijakan yang mendukung kelangsungan perdagangan ikan tuna

nasional.

4) Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisi permasalahan

komoditas perikanan serta sebagai aplikasi teori yang diperoleh selama ini.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini mengkaji daya saing ikan tuna Indonesia di pasar

internasional dengan menggunakan beberapa metode analisis dan merumuskan

strategi untuk meningkatkan daya saing ikan tuna tersebut. Namun, penentuan

strategi yang terkait dengan faktor internal dan eksternal ditentukan sendiri oleh

penulis berdasarkan pengamatan terhadap kondisi dan data yang ada.

Page 26: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Ikan Tuna

Tuna adalah ikan laut yang terdiri atas beberapa spesies dari famili

Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan tuna mempunyai beberapa jenis dan

spesies dengan ciri-ciri fisik yang berbeda-beda dan dapat dipengaruhi oleh lokasi

atau perairan tempat hidupnya ikan.

Ikan tuna termasuk kelompok ikan pelagis yang aktif dan memiliki

pergerakan yang luas. Berdasarkan habitatnya ikan pelagis dibedakan menjadi

ikan pelagis kecil dan besar. Menurut Komnas Kajiskanlaut diacu dalam Bondar

(2007) yang termasuk kelompok ikan pelagis besar diantaranya : Tuna dan

Cakalang (Madidihang, Tuna Mata Besar, Albakora Tuna Sirip Biru, Cakalang),

Marlin (Ikan Pedang, Setuhuk Biru, Setuhuk Hitam, Setuhuk Loreng, Ikan

Layaran), Tongkol dan Tenggiri, dan Cucut Mako. Jenis ikan pelagis kecil antara

lain : Karangaid (Layang, Selar, Sunglir), Klupeid (Teri, Japuh, Tembang,

Lemuru, Siro), dan Skombroid (Kembung).

Badan tuna memanjang bulat seperti cerutu serta memiliki satu lunas kuat

pada batang sirip ekor diapit oleh dua lunas kecil pada ujungnya. Penampang

lintang tubuh tuna berbentuk bulat panjang atau agak membulat. Warna

punggungnya biru tua, kadang-kadang hampir hitam dan bagian perut berwarna

keputih-putihan yang terkadang berubah bila ikan telah mati. Ikan tuna termasuk

ikan buas, karnivora, predator, dan dapat mencapai panjang 50-150 cm. Selain

itu, tuna juga mempunyai kebiasaan bergerombol (schooling) kecil sewaktu

mencari makan dan kecepatan renangnya dapat mencapai 50 km/jam. Tuna

menyebar luas di seluruh perarian tropis dan sub-tropis. Di Samudera Hindia dan

Samudera Atlantik, Tuna menyebar di antara 400 LU – 400 LS, pada tingkat

kedalaman 0-400 meter, suhu perairan 17-310 C, dan tingkat salinitas berkisar

antara 32-35 ppt atau perairan orsenik.

Menurut Burhannudin (1984) bahwa suku Scombridae mencakup banyak

jenis di dunia dan tercatat sebanyak 46 jenis dan di perairan Indonesia terdapat 20

jenis, tetapi untuk jenis tuna hanya terdapat 9 jenis. Di Indonesia tuna hampir

menyebar di seluruh perairan Indonesia, seperti di sepanjang pantai Utara dan

Timur Aceh, Pantai Barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut

Page 27: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Banda Flores, Halamahera, Maluku, Sulawesi, Irian Jaya dan Selat Maluku. Jenis

tuna yang ada di Indonesia dijelaskan seperti berikut (Tabel 5):

Tabel 6. Jenis Tuna yang Terdapat di Perairan Indonesia dan DiperdagangkanNama Indonesia Jenis Ikan Nama InternasionalLisong Auxis rochei Bullet TunaTongkol Pisang / Krai Auxis thazard Frigated TunaTongkol Komo Eutynnus affinis Eastern Little TunaCakalang Katsuwonus pelamis Skipjack TunaTongkol Abu-Abu Thunnus tonggol Longtail TunaMadidihang Thunnus albacores Yellowfin TunaAlbakora Thunnus alalunga AlbacoreTuna Mata Besar Thunnus obetus Bigeye TunaTuna Sirip Biru Selatan Thunnus maccoyii Southern Bluefin Tuna

Sumber : DKP (2008)a

Ikan tuna yang hidup di perairan laut Indonesia dikelompokkan menjadi

dua jenis, yakni ikan tuna besar dan ikan tuna kecil. Ikan tuna besar meliputi

madidihang (yellowfin tuna), albakora (albacore), tuna mata besar (bigeye tuna),

dan tuna sirip biru selatan (Southern bluefin tuna). Ikan madidihang dan mata

besar terdapat di seluruh wilayah perairan laut Indonesia.

Sedangkan, albakora hidup di perairan sebelah Barat Sumatera, Selatan Bali

sampai dengan Nusa Tenggara Timur. Ikan tuna sirip biru selatan hanya hidup di

perairan sebelah Selatan Jawa sampai ke perairan Samudra Hindia bagian Selatan

yang bersuhu rendah (dingin). Sementara itu, ikan tuna kecil terdiri dari cakalang

(skipjack tuna), tongkol (Euthynus affinis), tongkol kecil (Auxis thazard), dan ikan

abu-abu (Thunnus tonggol). Ikan cakalang dapat dijumpai di seluruh perairan laut

Indonesia, kecuali di Paparan Sunda bagian Selatan, Selat Malaka, Selat

Karimata, dan Laut Jawa2 (Gambar jenis ikan tuna terdapat pada Lampiran 2).

2.2. Bentuk Produk Perdagangan Tuna

Ikan tuna menyebar luas di dunia dengan berbagai macam jenis yang

mempunyai nilai ekonomis bila dibandingkan dengan produk lainnya. Potensi

perairan Indonesia yang memiliki berbagai macam jenis ikan, mempunyai

kesempatan besar dalam usaha pengembangan produk ikan tuna. Secara umum,

jenis utama dari produk ikan tuna yang digemari oleh pasar internasional dan

2 Dahuri R. 2008. Restrukturisasi Manajamen Perikanan Tuna. http://majalahsamudra.at.ua/news/2008-12-10-1. Diakses tanggal 13 Februari 2009.

Page 28: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

diperdagangkan dalam bentuk segar (fresh/chilled), beku (frozen), dan olahan baik

dalam bentuk olahan (preserved) maupun dalam wadah vakum (airlight

container).

Setiap perdagangan dunia untuk sebuah komoditi yang diperjualbelikan di

pasar dunia memiliki kode HS sebagai identitas dari komoditi tersebut. Kode HS

enam digit untuk ikan tuna segar (fresh), ikan tuna beku (frozen), dan ikan tuna

dalam kemasan secara berurutan adalah HS 0302.30, HS 0303.40, dan HS

1604.14 (DKP 2008b). Klasifikasi produk ikan tuna untuk diekspor terdapat pada

Lampiran 3.

Ikan tuna dalam perdagangannya dikelompokkan menurut standar atau

kualitas daging yang terbagi menjadi empat tingkat mutu yaitug grade A, B, C,

dan D. Pengujian tingkatan mutu ikan dilakukan dengan cara menusukkan coring

tube yaitu suatu alat berbentuk batang, tajam, dan terbuat dar besi. Coring tube

dimasukkan pada kedua sisi ikan (bagian belakang sirip atau ekor kanan dan kiri,

sehingga didapatkan potongan daging ikan tuna. Ciri-ciri untuk masing-masing

grade adalah sebagai berikut (Fadly 2009):

1) Grade A

Ciri-ciri ikan tuna grade A adalah sebagai berikut:

a) Warna daging untuk yellowfin tuna adalah merah seperti darah segar dan

untuk bigeye tuna dagingnya berwarna merah tua seperti bunga mawar,

serta tidak ada pelangi (yak e)

b) Mata bersih, terang, dan menonjol

c) Kulit normal, warna bersih, dan cerah

d) Tekstur daging untuk yellowfin tuna keras, kenyal, dan elastis dan

untuk bigeye tuna dagingnya lembut, kenyal dan elastik

e)Kondisi ikan (penampakannya) bagus dan utuh

2) Grade B

Cirri-ciri ikan tuna grade B adalah sebagai berikut:

a)Warna daging merah, terdapat pelangi (yak e), otot daging agak elastic,

jaringan daging tidak pecah

b) Mata bersih, terang dan menonjol

c)Kulit normal, bersih, dan sedikit berlendir

Page 29: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

d) Tidak ada kerusakan fisik

3) Grade C

Ciri-ciri ikan tuna grade C adalah sebagai berikut:

a)Warna daging kurang merah dan ada pelangi (ya ke)

b) Kulit normal dan berlendir

c)Otot daging kurang elastic

d) Kondisi ikan tidak utuh atau cacat, umumnya pada bagian punggung atau

dada

4) Grade D

Cirri-ciri ikan tuna grade D adalah sebagai berikut:

a)Warna daging agak kurang merah dan cenderung berwarna coklat dan

pudar

b) Otot daging kurang elastic, lemak sedikit dan ada pelangi (yak e)

c)Teksturnya lunak dan jaringan daging pecah

d) Terjadi kerusakan fisik pada tubuh ikan, seperti daging ikan yang sudah

sobek, mata ikan yang hilang, dan kulit terkelupas

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang komoditas ikan tuna khususnya tentang keunggulan

daya saing dalam lingkungan internasional menurut penulis belum pernah

dilakukan di lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), namun tidak menuntup

kemungkinan bahwa penelitian tentang hal ini sudah ada tapi tidak dipublikasikan

baik di IPB maupun unversitas lainnya. Namun, penelitian-penelitian tentang

keunggulan daya saing baik kompetitif maupun komparatif suatu industri atau

komoditas lain telah banyak dilakukan dan penelitian tentang komoditas ikan tuna

pun telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain pernah dilakukan oleh

Swaranindita (2005) tentang daya saing komoditas udang di pasar internasional,

Bondar (2007) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

ekspor tuna segar Indonesia, dan Rastikarany (2008) tentang analisis pengaruh

kebijakan tarif dan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Bondar (2007) mengenai “Analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tuna segar Indonesia” dengan

menggunakan metode kuantitatif yaitu analisis regresi data panel untuk

Page 30: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

menganalisis faktor yang mempengaruhi ekspor tuna dan metode deskripitif yang

digunakan untuk melihat perkembangan ekspor tuna segar Indonesia. Tujuan dari

penelitian ini mengetahui perkembangan ekspor tuna segar Indonesia dan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tuna segar Indonesia ke

negara-negara tujuan ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor tuna segar

Indonesia.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan metode Fixed Effect

menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor

tuna segar Indonesia pada taraf nyata 5 persen adalah nilai tukar rupiah terhadap

negara pengimpor, pendapatan perkapita negara tujuan ekspor, dan volume ekspor

tuna olahan. Sedangkan variabel harga ekspor, harga domestik, dan jumlah

penduduk negara tujuan ekspor merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata

terhadap volume ekspor tuna segar Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Rastikarany (2008) mengenai “Analisis

pengaruh kebijakan tarif dan non tarif terhadap ekspor tuna Indonesia” dengan

menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan metode content

analysis (analisis isi) dan analisis kuantitatif dengan metode analisis regresi dan

melihat peramalan kedepannya. Model yang dipakai dalam analisis regresi adalah

model bentuk linier, model bentuk semilog, dan bentuk doublelog. Tujuan dari

penelitian ini mengidentifikasi kebijakan tarif dan non tarif yang dikeluarkan Uni

Eropa untuk impor tuna yang berasal dari Indonesia, mengetahui pengaruh

penerapan kebijakan tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia, mengetahui

pengaruh penerapan kebijakan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna

Indonesia, dan meramalkan volume ekspor tuna Indonesia di Uni Eropa pada

masa yang akan datang.

Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini adalah kebijakan

perdagangan tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia antara lain EC

(European Comission) No.2886/89 yang berlaku dari tahun 1989-2005, EC

No.980/2005 yang berlaku mulai tahun 2006-2008, dan EC No.975/2003

mengatur pengurangan besar tarif khusus tuna kaleng asal Indonesia, Thailand

dan Filipina. Kebijakan non tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia

Page 31: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

terangkum dalam EC No.178/2002, EC 466/2001, EC 178/2005, EC 852/2004,

EC 853/2004, EC 854/2004, EC 882/2004, dan EC 2073/2005.

Model pengaruh hambatan tarif dan non tarif yang terbaik adalah model

semilog (Q = 2.862,71 Ln Tt – 605,990 Dt + 2936,19 Ln Qt-2) dan diwakili oleh

variabel tarif dan volume ekspor dua tahun sebelumnya. Kebijakan tarif

berpengaruh nyata terhadap model sebesar 91% dengan nilai elastisitas tarif

sebesar -0,64 dan bersifat inelastis. Evaluasi statistik terhadap kebijakan

hambatan non tarif tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan volume ekspor

tuna Indonesia. Hal ini sesuai karena faktanya untuk meningkatkan ekspor

dengan mutu yang ada namun tetap harus dilakukan usaha penyetaraan mutu.

Metode trend dipilih untuk meramalkan karena memiliki nilai MSE terkecil. Hasil

peramalan dengan metode trend diperoleh model Y= 6269,7 + 463,18t dengan

nilai peramalan yang didapat sebesar 13.447,3 dan 15.246,18 pada tahun 2011.

Kesamaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada

kesamaan komoditas yang dibahas yaitu ikan tuna. Sedangkan perbedaannya

terletak pada perbedaan masalah yang dibahas, metode penelitian yang digunakan,

dan untuk penelitian Rastikarany dilakukan peramalan yang tidak dilakukan pada

penelitian saat ini. Hasil penelitia oleh Bondar memiliki manfaat untuk melihat

keadaan perdagangan ikan tuna dan faktor apa saja yang mempengaruhi

perdagangan ikan tuna Indonesia. Hasil penelitian Rastikarany bermanfaat untuk

mengetahui pengaruh kebijakan tarif dan non tarif yang ditetapkan Uni Eropa

sebagai negara yang menjadi standar untuk negara lain dalam hal ketentuan-

ketentuan mutu dan keamanan pangan.

Penelitian yang dilakukan Swaranindita (2005) mengenai “Analisis daya

saing komoditas udang nasional di pasar internasional” dengan menggunakan

metode deskriptif dan metode Herfindahl Index dan Concentration Ratio untuk

menganalisis struktur pasar, Revealed Competitive Advantage untuk mengukur

keunggulan komparatif komoditas, Teori Berlian Porter untuk mengukur

keunggulan kompetitif komoditas udang, dan melakukan peramalan untuk ekspor

udang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kondisi eksternal dan internal

perdagangan udang nasional di pasar internasional, menganalisis struktur pasar

Page 32: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

udang yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan udang internasional, dan

menganalisis posisi daya saing komoditas udang nasional di pasar internasional.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah struktur pasar udang yang

ada yaitu monopolistis dan oligopoli dengan posisi Indonesia sebagai market

follower, faktor internal yang mempengaruhi daya saing komoditas udang yaitu

sulit mendapatkan akses pembiayaan usaha, keterbatasan sarana angkutan ekspor,

penerapan teknologi dan industri terpadu yang belum merata, dan masih terdapat

kendala pada usaha pembenihan dan pengolahan pasca panen. Hasil analisis RCA

menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia memiliki daya saing kuat.

Penelitian Swaranindita memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu

alat analisis yang digunakan sama dan membahas komoditas perikanan.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak ada analisis SWOT yang digunakan

untuk merumuskan strategi ekspor kedepannya, dan komoditas perikanan yang

digunakan pun berbeda, serta pada penelitian ini tidak dilakukan peramalan

penjualan ikan tuna. Hasil penelitian ini bermanfaat karena adanya kesamaan

masalah yang diangkat dan atribut yang dibahas.

Page 33: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Analisis daya saing ikan tuna dianalisis berdasarkan teori-teori dalam

perdagangan internasional dan strategi pengembangan untuk merumuskan

kebijakan yang akan diambil. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.1.1. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta

komposisi perdagangan antar beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap

struktur perekonomian suatu negara. Perdagangan dapat terjadi karena adanya

spesialisasi di tiap-tiap daerah. Perdagangan internasional juga menunjukkan

adanya keuntungan yang timbul dengan adanya perdagangan internasional

(Salvatore 1997).

Kegiatan perdagangan yang terjadi antar negara menunjukkan bahwa

negara-negara tersebut telah memiliki sistem perekonomian yang terbuka.

Perdagangan ini terjadi akibat adanya usaha untuk memaksimumkan

kesejahteraan negara dan diharapkan dampak kesejahteraan tersebut akan diterima

oleh negara pengekspor dan pengimpor. Alasan utama terjadinya perdagangan

internasional adalah:

1) Adanya perbedaan dalam pemilikan sumberdaya dan cara pengolahannya

sehingga setiap negara akan memperoleh keuntungan melalui suatu

pengaturan dengan cara yang berbeda secara relatif terhadap perbedaan

sumberdaya tersebut.

2) Negara-negara yang melakukan perdagangan mempunyai tujuan untuk

mencapai economic of scale dalam produksi, artinya suatu negara akan lebih

efisien jika hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu tetapi dengan skala

yang lebih besar dibandingkan dengan jika memproduksi berbagai jenis

barang.

Keuntungan yang dapat diperoleh suatu negara dalam melakukan

perdagangan, adalah keuntungan dari pertukaran komoditas (gains from

exchange) dan keuntungan dari spesialisasi (gains from specialization). Hal yang

Page 34: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

terjadi setelah perdagangan berlangsung adalah masing-masing negara akan

melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditas keunggulan komparatif

negara tersebut. Spesialisasi akan terus berlangsung hingga harga-harga relatif

komoditas di kedua negara tersebut sama. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa

perdagangan berada dalam posisi seimbang atau ekuilibrium (Salvatore 1997).

Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan perdagangan antar dua negara,

komoditas yang diperdagangkan perlu memiliki keunggulan kompetitif dan

komparatif yang keduanya bersifat saling melengkapi.

Kepemilikan faktor produksi, tingkat penggunaan teknologi dan selera di

setiap negara senantiasa berubah dari waktu ke waktu yang berakibat pada

keunggulan komparatif suatu negara juga senantiasa berubah. Dampak yang

ditimbulkan oleh perubahan dalam kepemilikan faktor produksi dikaitkan dengan

teorema Rybezynski. Menurut Rybezynski, pada harga-harga komoditas yang

konstan, setiap kenaikan dalam kepemilikan atau jumlah salah satu faktor

produksi akan meningkatkan output dari komoditas yang lebih banyak

menggunakan faktor produksi tersebut dibandingkan faktor produksi lainnya dan

dalam waktu yang bersamaan akan menurunkan output komoditas lain.

Pertumbuhan faktor produksi, peningkatan penggunaan faktor produksi serta

perubahan selera akan mengubah volume perdagangan dan atau mengubah nilai

tukar perdagangannya (Salvatore 1997).

Kegiatan perdagangan internasional atau dapat disebut sebagai kegiatan

ekspor dan imporr antar negara, dimana suatu negara akan cenderung mengekspor

barang yang biaya produski di dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan

dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan

mengimpor barang-barang yang biaya produksinya di dalam negeri relatif lebih

besar dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Oleh karena itu,

sutau negara akan mengalami selisih antara penawaran dan permintaan domestik

yang lebih besar sehingga terjadi kelebihan penawaran (excess supply) yang dapat

diartikan sebagai penawaran ekspor. Sedangkan di negara lain akan mengalami

kelebihan permintaan (excess demand, maka kedua negara tersebut akan

melakukan pertukaran.

Page 35: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Perbedaaan yang permintaan dan penawaran dua negara yang berbeda akan

menyebabkan negara tersebut melakukan perdagangan sehingga menimbulkan

perdagangan internasional dijelaskan pada Gambar 1. Panel A menunjukkan

keadaaan komoditas X di negara 1 (pengimpor), panel B menunjukkan hasil dari

adanya perdagangan, dan panel C menunjukkan keadaaan komoditas X di negara

2 (pengekspor). Pada negara 1 harga komoditas X tinggi sebesar P1, sedangkan

di negara 2 harga komoditas X lebih rendah yaitu sebesar P2. Akan tetapi pada

negara 1 terjadi kelebihan permintaan (excess demand ) sebesar CB sedangkan

pada negara 2 terjadi kelebihan penawaran (excess supply) IG. Hal tersebut

mengakibatkan maka kedua negara tersebut melakukan kegiatan perdagangan,

sehingga harga yang berlaku sebesar P3 dan komoditas X yang diperjualbelikan

sebesar K yang digambarkan dengan titik ekulibrium pada E (Lindert &

Kindleberger 1995).

Pedagangan yang terjadi antara dua negara akan menyebabkan negara

tersebut melakukan suatu hambatan baik untuk melindungi pordusen maupun

konsumen dalam negerinya. Setiap negara akan menerapkan hambatan dalam

perdagangan secara bebas. Penerapan kebijakan tersebut merupakan alat untuk

meningkatkan kesejahteraan nasional, namun dalam kenyataannya hal tersebut

lebih bersifat kepentingan dari pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan

adanya hambatan tersebut. Bentuk kebijakan perdagangan atau hambatan tersebut

dapat bersifat tarif dan non-tarif. Hambatan tarif dapat berbentuk tarif ad valorem

yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentasi tertentu dari barang

impor, tarif spesifik yang dikenakan sebagai beban unit barang yang diimpor, dan

tarif campuran yang merupakan gabungan dari kedua tarif tersebut yang

mengenakan pungutan dalam jumlah tertentu dan ditambah sekian persen lagi.

(Salvatore 1997). Hambatan non-tarif yang terjadi dapat berasal atau berbentuk

isu mutu, sanitasi, dan keamanan produk yang diperketat dengan persyaratan,

serta isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan, hak azazi manusia, bahkan isu

terorisme (Purnomo 2007).

.

Page 36: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

P P P

Sx

P1’ A

Impor Sy Eskpor Sz

P3 C B E I G

P2 H

Dx Dy Dz

J D F Q K Q K F L Q

A. Negara 1 (importir) B. Hubungan Perdagangan C. Negara 2 (eksportir)

Antara Negara 1 dan 2

Gambar 1. Perdagangan Internasional Antara Dua NegaraSumber : Lindert dan Kindleberger (1995)

Page 37: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

3.1.2. Bentuk-Bentuk Pasar

Menurut Pappas dan Hirschey (1995), struktur pasar menggambarkan

persaingan dalam pasar untuk sebuah produk atau jasa. Sebuah pasar terdiri dari

semua perusahaan dan individual yang mampu dan ingin membeli atau menjual

suatu produk serta adanya pendatang baru yang potensial. Pendatang baru yang

potensial ini adalah semua pihak yang mampu memberikan ancaman terhadap

keputusan harga atau keluaran dari perusahaan yang sudah ada.

Struktur pasar umumnya diidentifikasi berdasarkan beberapa karakteristik

yaitu jumlah dan distribusi dari pembeli dan penjual serta pendatang baru

potensial yang aktif, tingkat diferensiasi produk, jumlah dan biaya informasi

tentang harga dan mutu produk, serta kondisi masuk dan keluar industri. Bentuk-

bentuk pasar yang dapat terjadi di dalam suatu perdagangan dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna

Pasar persaingan tidak sempurna dapat dibedakan menjadi pasar monopoli, pasar

oligopoli, pasar duopoli, dan pasar monopsoni. Struktur pasar ini dapat dipandang

sebagai sebuah garis dengan tingkat persaingan yang menurun, yang bergerak dari

model persaingan sempurna ke persaingan monopolistis kemudian oligopoli dan

terakhir monopoli.

1) Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna (murni) dicirikan dengan komoditi yang

dipasarkan bersifat homogen, jumlah pembeli dan penjual sangat banyak,

adanya kebebasan untuk keluar masuk bagi penjual dan pembeli atau pun

pendatang baru, penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga pasar

(price taker) yang berarti bahwa perusahaan mengambil harga pasar sebagai

sesuatu ang tidak dapat ddirubah dan merancang strategi produk mereka

sesuai dengan harga pasar tersebut, serta adanya informasi pasar yang

lengkap bagi pembeli dan penjual.

Adanya persaingan harga yang ketat dan hanya tingkat pengembalian atas

investasi yang normal yang dimungkinkan dalam jangka panjang. Laba

ekonomi hanya dimungkinkan dalam periode disekuilibrium jangka pendek

sebelum persaing memberikan tanggapan persaingan yang efektif. (Pappas

dan Hirschey 1995).

Page 38: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

2) Pasar Persaingan Monopolistis

Menurut Pappas dan Hirschey (1995) pasar persaingan monopolistis dicirikan

dari banyak penjual yang menawarkan produk yang serupa tapi tidak identik.

Pasar persaingan monopolistik tidak terlalu berbeda dengan pasar persaingan

sempurna namun pada pasar persaingan monopolistik konsumen melihat

adanya perbedaan penting diantara produk yang ditawarkan oleh setiap

produsen individual. Pasar persaingam monopolistik memiliki kesamaan

seperti pasar persaingan sempurna dimana setiap perusahaan mengambil

keputusan secara independen, yaitu perubahan harga satu perusahaan tidak

akan mempengaruhi harga perusahaan lain namun adanya pengaruh

perbedaan penting diantara produk yang ditawarakan yang dilihat oleh

konsumen dalam menentukan barang mana yang akan dikonsumsi.

Perbedaan produk baik dalam hal jumlah, mutu, harga, atribut waktu, maupun

tempat. Dampak diferensiasi produk ini dalam jangka pendek bagi

perusahaan adalah peningkatan laba ekonomi yang cukup besar atau tingkat

pengembalian diatas normal. Namun, dalam jangka panjang masuknya

peniru sebagai pesaing akan membuat pangsa pasar dan laba akan menurun.

Oleh karena itu, perusahaan yang berada dalam pasar persaingan

monopolistik harus memiliki keunggulan bersaing yang berbeda untuk

mempertahankan konsumennya.

3) Pasar Oligopoli

Pasar yang hanya ada beberapa penjual atau perusahaan yang menguasai

pasar baik secara independen maupun secara diam-diam bekerja sama.

Adanya rintangan untuk masuk ke dalam pasar yang disebabkan skala

ekonomi, persyaratan modal, periklanan, biaya penelitian dan pengembangan

atau faktor lainnya. Adanya keterbatasan informasi tentang pasar terkait

dengan mutu produk dan biaya, dan setiap keputusan harga yang diambil oleh

suatu perusahaan akan dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan lainnya.

Pasar oligopoli memiliki potensi untuk laba ekonomi (diatas normal) dapat

dicapai baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, namun peraingan

yang terjadi terkadang sangat ketat sehingga kondisi pencapaian laba

ekonomi menjadi relatif (Pappas dan Hirschey 1995).

Page 39: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

4) Pasar Monopoli

Pasar monopoli dicirikan dengan keadaan komoditi yang sangat didiferensiasi

dan produk pengganti tidak tersedia. Penjual tunggal dan pembeli banyak

dengan tingkat informasi pasar yang dimiliki berbeda dimana pembeli hanya

memiliki akses yang sangat terbatas terhadap informasi harga dan mutu

produk. Adanya hambatan untuk keluar masuk pasar yang disebabkan oleh

skala ekonomis (monopoli alamiah), hak paten, hak cipta, franchise atau

faktor lainnya. Penjual dapat mempengaruhi harga (price maker) dan untuk

mencapai keuntungan maksimum perusahaan selalu mengusahakan ongkos

marjinal sama dengan permintaan marjinal dan potensi untuk laba ekonomi

baik dalam jangka pendek maupun panjang. (Pappas dan Hirschey 1995).

3.1.3. Keunggulan Komparatif

Konsep keunggulan komparatif seringkali digunakan untuk menjelaskan

spesialisasi suatu negara dalam memproduksi suatu barang dan jasa. Selain itu,

konsep ini juga dapat digunakan untuk wilayah yang lebih kecil seperti propinsi.

Menurut Adam Smith diacu dalam Hady (2004) bahwa setiap negara akan

memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut

memiliki keunggulan absolut (absolute advantage), serta mengimpor barang jika

negara tersebut memiliki ketidakunggulan absolut (absolute disadvantage).

Namun, teori keunggulan absolut ini hanya dapat menjelaskan sedikit saja dari

perdagangan internasional pada saat ini.

Pada tahun 1817, David Ricardo menyempurnakan teori keunggulan

absolute dengan teori keunggulan komparatif melalui buku yang berjudul

“Principles of Political Economy and Taxation”. Buku tersebut berisi penjelasan

mengenai teori keunggulan komparatif (The Law of Comparative Advantage).

Hukum tersebut menyatakan bahwa meskipun suatu negara kurang efisien

dibandingkan (memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam

memproduksi kedua komoditas, namun masih terdapat dasar untuk melakukan

perdagangan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Negara

pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor

komoditas yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil (komoditas dengan

Page 40: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian

absolut lebih besar (komoditas yang memiliki kerugian komparatif yang besar)

(Salvatore 1997).

Keunggulan komparatif suatu komoditas diukur berdasarkan harga

bayangan (shadow price) atau berdasarkan analisis ekonomi yang akan

menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya dari unsur

biaya maupun hasil. Analisis ekonomi suatu proyek atau aktivitas ekonomi atas

manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan tanpa memperhatikan siapa yang

menyumbang dan menerima manfaat tersebut. Maka, suatu komoditas yang

mempunyai keunggulan komparatif menunjukkan bahwa kegiatan atau proses

dalam menghasilkan komoditas tersebut efisien secara ekonomi. Keunggulan

komparatif merupakan ukuran daya saing yang akan dicapai apabila

perekonomian tidak mengambil distorsi sama sekali

Ricardo mendasarkan hukum keunggulan komparatif pada sejumlah

asumsi yang disederhanakan, yaitu:

1. Hanya terdapat dua negara dan dua komoditas

2. Perdagangan bersifat bebas

3. Terdapat mobilitas tenaga kerja

4. Biaya produksi konstan

5. Tidak terdapat biaya transportasi

6. Tidak ada perubahan teknologi

7. Menggunakan teori nilai kerja.

Keenam asumsi diatas dapat diterima, namun asumsi ketujuh tidakk

berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan

komparatif karena toeri nilai tenaga kerja ini menyatakan bahwa nilai atau harga

sebuah komoditas tergantung dari jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk

meproduksi. Teori nilai kerja ini merupakan kelemahan dari model Ricardian

karena tenaga kerja bukan merupakan satu-satunya faktor produksi dan

penggunaannya juga tidak sama untuk setiap komoditas serta tenaga kerja tidak

bersifat homogen karena adanya perbedaan pendidikan, produktivitas, dan upah

yang diterima. Keunggulan komparatif yang dikemukan oleh Ricardo hanya

berdasarkan pada penggunaan dan produktivitas tenaga kerja tanpa menjelaskan

Page 41: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

alasan timbulnya perbedaan produktivitas tenaga kerja diantara berbagai negara.

Teori ini juga tidak menjelaskan mengenai pengaruh perdagangan internasional

terhadap pendapatan yang diperoleh faktor produksi. Hal ini menyebabkan

konsep keunggulan komparatif yang dikemukan oleh David Ricardo

disempurnakan oleh Heckscher dan Ohlin pada tahun 1933 (Salvatore 1997).

Heckscher dan Ohlin melakukan perbaikan terhadap hukum keunggulan

komparatif yang dikemukakan oleh Ricardo. Teori Heckscher-Ohlin atau teori

kelimpahan yang diekspresikan ke dalam dua teorema yang saling berhubungan,

yaitu teorema Heckscher-Ohlin serta teorema penyamaan harga faktor. Menurut

teorema Heckscher-Ohlin, sebuah negara akan mengekspor komoditas yang padat

faktor produksi yang ketersediaannya di negara tersebut melimpah dan murah,

sedangkan di sisi lain negara tersebut akan mengimpor komoditas yang padat

dengan faktor produksi yang langka dan mahal. Menurut teorema penyamaan

harga faktor produksi atau teorema Heckscher-Ohlin-Samuelson, perdagangan

internasional cenderung menyamakan harga-harga baik itu secara relatif maupun

secara absolut dari berbagai faktor produksi yang homogen atau sejenis diantara

negara-negara yang terlibat dalam hubungan dagang. Pada intinya teori

perdagangan Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa perdagangan internasional

berlangsung atas dasar keunggulan komparatif yang berbeda dari masing-masing

negara. Teori ini juga menyinggung mengenai dampak-dampak perdagangan

internasional terhadap harga atau tingkat pendapatan dari masing-masing faktor

produksi. Secara umum model Heckscher-Ohlin masih dapat dianggap sebagai

model baku dalam perdagangan internasional (Salvatore 1997).

3.1.4. Keunggulan Kompetitif Menurut Porter

Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) merupakan alat untuk

mengukur daya saing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomian

aktual. Daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi

suatu komoditas dengan biaya cukup rendah sehingga dengan harga yang terjadi

produsen tetap dapat memperoleh keuntungan. Pada awalnya konsep keunggulan

kompetitif dikembangkan oleh Porter pada tahun 1980 dengan bertitik tolak dari

kenyataan-kenyataan perdagangan internasional yang ada. Menurut Porter

(1998), keunggulan kompetitif suatu negara sangat tergantung pada tingkat

Page 42: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

sumberdaya yang dimilikinya. Berdasarkan sumberdaya lokal yang dimiliki suatu

negara dapat dilihat apakah suatu negara mempunyai keunggulan kompetitif atau

tidak. Keunggulan kompetitif dibuat dan dipertahankan melalui suatu proses

internal yang tinggi. Perbedaan dalam struktur ekonomi nasional, nilai,

kebudayaan, kelembagaan, dan sejarah mementukan keberhasilan kompetitif.

Keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat faktor yang

harus dimiliki suatu negara untuk bersaing secara global. Keempat faktor tersebut

adalah kondisi faktor sumberdaya (factor condition), kondisi permintaan (demand

condition), industri terkait dan industri pendukung (related and supporting

industry), persaingan, struktur, dan strategi perusahaan (firm strategy, structure,

and rivarly). Keempat faktor penentu tersebut didukung oleh faktor eksternal

yang terdiri atas peran pemerintah (goverment) dan terdapatnya kesempatan

(chance events). Secara bersama-sama faktor tersebut membentuk suatu sistem

yang berguna dalam peningkatan keunggulan daya saing, system tersebut dikenal

dengan “The National Diamond” (Gambar 2).

Setiap atribut yang terdapat dalam teori Berlian Porter memiliki poin-poin

penting yang menjelaskan secara detail atribut yang ada, penjelasan untuk tiap

atribut sebagai berikut:

1) Kondisi Faktor Sumberdaya

Sumberdaya yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan salah satu faktor

produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor

produksi tersebut terdiri dari :

a) Sumberdaya Fisik atau Alam

Sumberdaya fisik atau alam yang mempengaruhi daya saing industri

nasional terdiri atas biaya, kualitas, ukuran lahan, ketersedian air,

mineral, energi dan berbagai sumberdaya lain yang dapat diperbaharui

maupun tidak, dan aksesbilitas, serta kondisi cuaca iklim, luas wilayah,

geografis, keadaan topografi, dan lain-lain.

b) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya fisik atau alam yang mempengaruhi daya saing industri

nasional terdiri dari jumlah tenaga yang tersedia, kemampuan manajerial

Page 43: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

dan ketrampilan yang dimiliki, tingkat upah yang berlaku, dan etika kerja

(moral).

Gambar 2. The Complete System of National Competitive AdvantageSumber : Michael E. Porter (1990)Keterangan : Garis ( ____ ), menunjukkan hubungan antara atribut utama

Garis (--------), menunjukkan hubungan antara atribut utama dengan atribut tambahan

c) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi daya

saing industri nasional terdiri dari ketersediaan pengetahuan pasar,

pengetahuan teknis, pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan

dalam memproduksi barang dan jasa, ketersediaan sumber-sumber

pengetahuan dan teknologi seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian,

dan pengembangan lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis

data, laporan penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan

lain-lain.

d) Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal yang mempengaruhi daya saing industri nasional

terdiri dari jumlah dan biaya yang tersedia, jenis pembiayaan atau

sumber modal, aksesbilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga

Persaingan, Struktur,

dan Strategi perusahaan

Peran

Pemerintah

Kondisi

Permintaan

Industri Terkait dan

Industri Pendukung

Kondisi Faktor

Sumberdaya

Kesempatan

Page 44: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

pembiayaan dan perbankan, peraturan keuangan, serta peraturan dan

kondisi moneter dan fiskal untuk mengetahui tingkat tabungan

masyarakat.

e) Sumberdaya Infrastruktur

Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi daya saing industri

nasional dapat diihat dari ketersediaan jenis, mutu dan biaya penggunaan

infrastruktur yang mempengaruhi daya saing, seperti sistem transportasi,

komunikasi, pos dan giro, sistem pembayaran dan transfer dana, air

bersih, energi listrik dan lain-lain.

2) Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan dalam negeri sangat mempengaruhi daya saing industri

nasional. Mutu permintaan dalam negeri merupakan sarana pembelajaran

bagi perusahaan dalam negeri untuk bersaing secara global. Persaingan yang

ketat memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya

saingnya dengan memberi tanggapan terhadap persaingan yang ada. Terdapat

tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing industri

nasional yaitu:

a) Komposisi Permintaan Domestik

Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing

industri nasional. Karakteristik permintaan domestik terdiri dari :

i) Struktur Segmen Permintaan

Struktur segmen permintaan merupakan faktor penentu daya saing

industri nasional. Pada sebagian besar industri, permintaan yang

ada telah tersegmentasi atau dipersempit menjadi beberapa bagian

yang lebih spesifik. Umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah

memperoleh daya saing pada segmen permintaan yang lebih luas

dibandingkan dengan segmen permintaan yang sempit.

ii) Pengalaman dan Selera Pembeli yang Tinggi

Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan

tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu

dan memenuhi standar yang tinggi termasuk didalamnya yaitu

standar mutu produk, fitur-fitur pada produk, dan pelayanan.

Page 45: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

iii) Antisipasi Kebutuhan Pembeli

Antisipasi terhadap kebutuhan pembeli dari perusahaan dalam negeri

merupakan suatu nilai tambah dalam memperoleh keunggulan daya

saing.

b) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat

persaingan dalam negeri terutama disebabkan oleh jumlah pembeli

bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan

baru, dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagi akibat perusahaan

domestik melakukan penetrasi pasar lebih awal. Pasar domestik yang

luas dapat diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam

suatu industri. Hal ini dapat terlaksana jika indsutri dilakukan dalam

skala ekonomis melalui adanya penanaman modal dengan membangun

fasilitas skala besar, pengembangan teknologi, dan peningkatan

produkstivitas.

c) Internasionalisasi Permintaan Domestik

Pembeli lokal (dapat berasal dari warga asing atau pun warga Indonesia

yang berdomisili di luar negeri) yang merupakan pembeli dari luar negeri

akan mendorong peningkatan daya saing industri nasional karena

pembeli tersebut dapat membawa produk domestik ke luar negeri (ke

negaranya). Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan

sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong dan

meningkatkan daya saing produk negara yang dikunjunginya.

3) Industri Terkait dan Pendukung

Keberadaan industri terkait dan pendukung yang memiliki daya saing global

juga akan mempengaruhi daya saing industri utamanya, industri yang terkait

tersebut adalah industri hulu dan hilir. Industri hulu yang memiliki daya

saing global akan mampu memasok input bagi industri utama dengan harga

yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman

tepat waktu, dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan industri utama. Hal

ini juga terjadi pada industri hilir yang menggunakan produk dari industri

Page 46: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

utama sebagai bahan bakunya dan memiliki daya saing global, maka industri

hilir tersebut dapat menarik industri hulu untuk memiliki daya saing global

juga.

4) Struktur, Persaingan dan Strategi Perusahaan

Tingkat pesaingan dalam industri merupakan salah satu faktor pendorong

bagi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi utnuk terus melakukan

inovasi terhadap produk yang dihasilkannya. Keberadaan pesaing lokal yang

handal dan kuat merupakan motor penggerak dalam memberikan tekanan

antar perusahaan untuk berkompetisi dan melakukan inovasi dalam rangka

meningkatkan daya saingnya. Perusahaan yang telah teruji mampu bersaing

ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan

internasional dibandingkan dengan perusahaan yang belum memiliki daya

saing nasional atau berada dalam industri yang tingkat persaingannya rendah.

Struktur perusahaan maupun struktur industri menentukan daya saing dengan

cara melakukan perbaikan dan inovasi. Struktur industri yang monopolistis

kurang memiliki dorongan untuk melakukan perbaikan serta inovasi baru

dibandingkan dengan struktur industri yang bersaing. Struktur perusahaan

yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana

perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana

tekanan persaingan baik domestik maupun internasional. Hal ini juga

berpengaruh pada strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam rangka

memenangkan persaingan domestik dan internasional. Maka, hal tersebut

secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing global industri yang

bersangkutan.

5) Peran Pemerintah

Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung terhadap

upaya peningkatan daya saing global, akan tetapi berpengaruh terhadap

faktor-faktor penentu daya saingnya. Pemerintah bertindak sebagi fasilitator

agar perusahaan dan industri senantiasa meningkatkan daya saingnya.

Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global melalui kebijakan

yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saing industri,

tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaing secara

Page 47: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

langsung. Peran pemerintah dalam upaya peningkatan daya saing adalah

memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor

daya saing sehingga bisa didayagunakan secara aktif dan efisien.

Pemerintah dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keempat variabel

utama. Peran pemerintah mempengaruhi kondisi faktor sumberdaya melalui

subsidi, kebijakan pasar modal, kebijakan pendidikan, dan lain sebagainya.

Peran pemerintah seringkali sulit untuk dijelaskan dalam pembentukan

kondisi permintaan doemstik, karena adanya kontradiksi pada peran yang

dijalankan. Pemerintah bertugas menetapkan standar produk lokal melalui

departemen-departemen yang ada. Pemerintah juga seringkali menjadi

pembeli utama seperti pembelian alat telekomunikasi atau penerbangan untuk

keperluan negara. Bahkan pemerintah juga dapat menjadi penjual utama atau

memegang kekuasaan atas produk-produk vital yang menyangkut

kepentingan rakyat banyak.

Pada industri pendukung dan terkait pemerintah dapat membentuk polanya

seperti melakukan pengawasan terhadap media periklanan dan membuat

regulasi dari pelayanan pendukung. Selain itu, pemerintah juga dapat

mempengaruhi persaingan, struktur, dan strategi perusahaan melalui regulasi

pasar modal, kebjakan pajak, dan perundang-undangan.

6) Peran Kesempatan

Kesempatan mempunyai dampak yang asimetris atau hanya berlaku satu arah

terhadap keempat faktor utama. Peran kesempatan berada di luar kendali

perusahaan maupun pemerintah namun tetap mempengaruhi tingkat daya

saing. Beberapa hal yang dianggap keberuntungan merupakan peran

kesempatan, seperti adanya penemuan baru yang murni, biaya perusahaan

yang tidak berlanjut akibat perubahan harga minyak atau depresiasi mata

uang. Selain itu, terjadinya peningkatan permintaan produk industri yang

lebih besar dari pasokannya merupakan kondisi yang menguntungkan bagi

peningkatan daya saing.

3.1.5. Analisis SWOT Untuk Alat Analisis dan Strategi Kebijakan

Alat analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunies, and Threaths)

digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang ada dalam industri

Page 48: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

ikan tuna, kemudian menetapkan strategi yang dapat membantu perkembangan

industri ikan tuna nasional. Analisis SWOT merupakan alat analisis yang dapat

dipakai dalam menyusun faktor-faktor strategis suatu perusahaan berdasarkan

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis ini merupakan identifikasi

yang bersifat sistematis dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi

serta peluang dan ancaman lingkungan luar dan strategis yang menyajikan

kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah mengidentifikasi kekuatan,

kelemahan, ancaman, dan peluang, perusahaan atau organisasi dapat menentukan

strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk mengambil

keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus untuk memperkecil atau

bahkan mengatasi kelemahan yang dimilikinya untuk menghindari ancaman yang

ada. Penjelasan tentang faktor internal dan eksternal dalam analisis SWOT adalah

sebagai berikut:

1) Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan termasuk dalam faktor internal yang menunjukkan kelebihan

khusus sehingga memiliki keunggulan komparatif di dalam suatu industri

yang dimiliki oleh perusahaan. Kekuatan perusahaan akan mendukung

perkembangan usaha dengan cara memperhatikan sumber dana, citra,

kepemimpinan pasar, hubungan dengan konsumen ataupun pemasok, dan

faktor-faktor lainnya.

2) Kelemahan (Weaknesses)

Kelemahan termasuk faktor internal yang menunjukkan keterbatasan dan

kekurangan dalam hal sumberdaya, keahlian, dan kemampuan yang secara

nyata menghambat aktivitas perusahaan. Sumber kelemahan dapat berasal

dari sumberdaya keuangan, kemampuan manajerial, fasilitas, keahlian

pemasaran, dan pandangan konsumen terhadap merek.

3) Peluang (Opportunities)

Peluang termasuk dalam faktor eksternal. Peluang adalah situasi yang

diinginkan atau disukai dalam perusahaan yang diidentifikasikan. Segmen

pasar, perubahan dalam persaingan atau lingkungan, perubahan teknologi,

peraturan baru atau yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber peluang bagi

perusahaan.

Page 49: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

4) Ancaman (Threats)

Ancaman termasuk dalam faktor eksternal. Ancaman adalah situasi yang

paling tidak disukai dalam lingkunngan perusahaan. Ancaman merupakan

penghalang bagi posisi yang diharapkan bagi perusahaan. Masuknya pesaing

baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya posisi penawaran

pembeli dan pemasok, perubahan tekonologi, peraturan baru atau yang

ditinjau kembali dapat menjadi sumber ancaman bagi perusahaan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Ikan tuna merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia

karena sebagai salah satu penyumbang devisa negara dari sektor perikanan yang

terbesar, daerah perairan di Inonesia masih banyak yang belum dimafaatkan

dengan baik, dan ikan tuna termasuk komoditas perikanan yan paling banyak

digemar di dunia. Akan tetapi perkembangan ekspor ikan tuna Indonesia

dihadapkan pada persoalan isu lingkungan dan berbagai macam hambatan tarif

yang dilakukan oleh beberapa negara sehingga potensi perairan Indonesia yang

begitu besar belum terkelola dengan baik dan perkembangan ekspor ikan tuna

dalam jangka panjang sangat bergantung pada kualitas komoditas dan

kemampuan daya saing dalam mendapatkan pasar-pasar baru.

Permasalahan tersebut menjadi dasar dari penelitian ini, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengkaji perkembangan ekspor ikan tuna dan faktor-

faktor yang mempengaruhi perdagangannya, menganalisis struktur pasar ikan tuna

dalam perdagangan ikan tuna internasional serta menganalisis posisi daya saing

ikan tuna di pasar internasional.

Oleh karena itu, tahapan pertama dalam penelitian ini adalah menganalisis

dengan Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR) untuk

menggambarkan struktur dan pangsa pasar yang dimiliki oleh komoditas ikan tuna

Indonesia di pasar internasional. Kemudian dilakukan analisis Revealed

Competitive Advantage (RCA) yang digunakan untuk menjelaskan kekuatan daya

saing komoditas ikan tuna Indonesia secara relatif terhadap produk sejenis dari

negara lain yang juga menunjukkan posisi kompetitif Indonesia sebagai produsen

ikan tuna dibandingkan dengan negara lainnya dalam pasar ikan tuna

Page 50: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

internasional. RCA ini digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif

ikan tuna Indonesia jika dibandingkan dengan negara produsen lainnya.

Pendekatan lain yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah

melakukan pengkajian potensi, kendala, dan peluang komoditas ikan tuna.

Analisis situasi internal dan eksternal ini dilakukan dengan pendekatan Teori

Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory) tentang keunggulan bersaing negara-

negara. Teori Berlian Porter menganalisis faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu negara, dalam penelitian ini berarti

faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif komoditas ikan tuna

Indonesia. Faktor internal mencakup faktor fisik dan manusia, sedangkan faktor

eksternal mencakup peluang yang terjadi pasar ikan tuna dalam negeri maupun

internasional. Suatu negara tidak dapat lagi hanya menggantungkan

keunggulannya pada keunggulan komparatif yang dimilikinya sebagai endowment

factors, tapi juga harus didukung adanya keunggulan kompetitif yang kuat.

Alat analisis tersebut akan menggambarkan kondisi komoditas ikan tuna

Indonesia di pasar internasional dan memperlihatkan bagaimana daya saing

komoditas ikan tuna itu sendiri. Gambaran yang didapat kemudian dianalisis

melalui analisis SWOT dengan cara mengidentifasi kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman yang ada. Hasil akhir dari semua alat analisis yang ada

dapat digunakan untuk menentukan strategi sebagai upaya peningkatan daya saing

komoditas ikan tuna Indonesia. Diagram alur pemikiran penelitian ini akan

ditunjukkan pada Gambar 3.

Page 51: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Gambar 3. Kerangka Opersional Penelitian

Indonesia memiliki kekayaan laut yang masih belum dimanfaatkan dengan masksimal.

Devisa yang dihasilkan cukup tinggi

Ikan tuna termasuk produk perikanan yang banyak digemari di dunia

Hambatan tarif dan non tarif Masalah dalam negeri Perkembangan ekspor ikan tuna

jangka panjang bergantung pada peningkatan kualitas dan kemampuan daya saing

Analisis daya saing komoditas ikan tuna Indonesia di pasar

internasional

Analisis struktur

komoditas ikan tuna di pasar internasional

dengan menggunakan

Herfindahl Index dan

Concentration Ratio

Analisis keunggulan komparatif

komoditas ikan tuna Indonesia

dengan menggunakan

Revealed Comparative Advantage

Analisis keunggulan kompetitif

komoditas ikan tuna Indonesia

dengan menggunakan Teori Berlian

Porter

Gambaran daya saing komoditas ikan tuna

dalam menghadapi persaingan

internasiona (Analisis SWOT)

Strategi untuk meningkatkan daya saing komoditas ikan tuna di pasar internasional

Page 52: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak

yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen

Kelautan dan Perikanan (DKP), dan sebagainya. Waktu penelitian dilakukan

mulai dari bulan Februari 2009 hingga Januari 2010 mulai dari penyusunan

proposal hingga penyerahan skripsi.

4.2. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang

didapatkan dari BPS, DKP serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan

dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media massa, media

elektronik (internet). Data yang diambil adalah data ekspor ikan tuna negara-

negara dunia tahun 1998-2007 , data pendukung untuk gambaran umum ikan tuna

di Indonesia terkait dengan keberadaan faktor sumberdaya dan peran pemerintah,

serta gambaran mengenai keberadaan pesaing. Menurut segi waktu, maka data

yang digunakan merupakan data time series. Instrument yang dipakai untuk

mendapatkan data berupa alat pencatat dan penyimpan elektronik berupa flashdisk

dan camera.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data yang

dikumpulkan dari berbagai sumber instansi yang terkait yaitu BPS dan DKP yang

terletak di Jakarta melalui studi literatur dan penelusuran situs UN Comtrade

untuk data ekspor dunia. Data yang diambil pada penelitian ini mulai dari tahun

1998 hingga tahun 2007. Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai dari bulan

Maret hingga Mei tahun 2009.

4.4. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif.

Menurut Whitney (1960) diacu dalam Nazir (2003) metode deskriptif adalah

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuannya adalah untuk membuat

gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,

Page 53: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif adalah metode

penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga

metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Teknik

pengumpulan data dalam metode deskriptif diperoleh melalui schedule

questioner ataupun interview guide (Nazir 2003).

Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis struktur pasar dan persaingan

komoditas ikan tuna di pasar internasional. Analisis kuantitatif dilakukan dengan

metode Herfindahl Index (HI), Concentration Ratio (CR) atau konsentrasi rasio

dan Revealed Comparative Advantage (RCA). Analisis kualitatif digunakan

untuk menganalisis situasi dan kondisi faktor penentu daya saing serta faktor

strategis perusahaan sehingga diperoleh strategi yang dapat digunakan untuk

menghadapi persaingan global. Analisis kualitatif dilakukan dengan

menggunakan Teori Berlian Porter dan Analisis SWOT. Proses pengolahan data

kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft Excel 2007.

4.4.1. Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR)

Herfindahl Index dan Concentration Ratio (CR) adalah alat analisis yang

digunakan untuk mengetahui struktur pasar yang dihadapi suatu industri.16

Tingkat konsentrasi yang diukur dikategorikan dan diarahkan pada bentuk pasar

yang selama ini terjadi pada pasar ikan tuna internasional. Bentuk pasar yang ada

akan mempengaruhi tingkat persaingan yang dianalisis pada bagian selanjutnya.

Pengukuran tingkat konsentrasi sangat memperhitungkan besaran pangsa pasar

yang diperoleh tiap negara dalam komposisi ekspor komoditas ikan tuna di pasar

internasional.

Herfindahl Index (HI) atau Herfindahl–Hirschman Index (HHI) merupakan

suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya (ukuran)

perusahaan-perusahaan dalam suatu industri dan sebagai indikator jumlah

persaingan diantara mereka. Penelitian ini menggunakan alat analisis HI dengan

tujuan untuk mengetahui struktur pasar komoditas ikan tuna di pasar internasional

16Anonim. 2009. Herfindahl Index. http://en.wikipedia.org/wiki/Herfindahl_index Diakses tanggal 6 Maret 2009.

Page 54: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

sekaligus mengukur penguasaan pangsa pasar masing-masing negara yang terlibat

dalam perdagangan komoditas ikan tuna tersebut.

` Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung pangsa pasar tiap

negara produsen ikan tuna di pasar internasional melalui besaran nilai ekspor ikan

tuna. Pangsa pasar komoditas ikan tuna suatu negara dapat dihitung dengan cara

membandingkan ekspor komoditas ikan tuna negara tersebut dengan total ekspor

komoditas ikan tuna dunia. Perhitungan pangsa pasar tersebut dilakukan dengan

menggunakan formula sebagai berikut:

………………………………………….. (1)

Keterangan :

Sij = Pangsa pasar negara i dalam perdagangan komoditas ikan tuna di pasar internasional

Xij = Nilai ekspor komoditas ikan tuna negara i di pasar internasional

TXj = Total nilai ekspor komoditas ikan tuna seluruh negara di pasar

internasional

Langkah selanjutnya adalah mengetahui struktur pasar yang dihadapi oleh

suatu industri.dengan cara menghitung nilai HI. Nilai HI mencerminkan

penguasaan pangsa pasar oleh suatu negara dalam pasar internasional. Indeks

tersebut merupakan hasil penjumlahan kuadrat pangsa pasar tiap-tiap negara

dalam pasar internasional. Rumusnya adalah sebagai berikut:

HI = S12 + S2

2 + S32 + … + Sn

2 ………………………………….. (2)17

Keterangan :

HI = Hefindahl Index

Sn = Pangsa pasar negara I dalam perdagangan komoditas ikan tuna di pasar

internasional

Nilai HI berkisar antara nol hingga satu (atau 10.000 yang merupakan

kuadrat dari 100 persen). Jika nilai HI mendekati nol berarti struktur pasar

industri.yang bersangkutan cenderung ke pasar persaingan (competitive market), 17 Anonim. 2009. Hefindahl Index. http://www.investopedia.com/terms/h/hhi.asp Diakses tanggal

6 Maret 2009.

j

ijij

TX

XS

Page 55: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

sementara jika nilai HI bernilai mendekati satu maka struktur industri.tersebut

cenderung bersifat monopoli. Semakin cenderung pasar ke arad monopoli maka

semakin tinggi konsentrasinya. HI akan semakin berarti jika diketahui nilai 1/HI

yang mencerminkan jumlah perusahaan yang menguasai suatu industri.18

Berdasarkan analisis strandar dalam ekonomi industri., bahwa strukutr

industri.dikatakan berbentuk oligopoli bila empat negara produsen terbesar

menguasi minimal 40 persen pangsa pasar penjualan dari industri.yang

bersangkutan (CR4= 40 persen). Apabila kekuatan keempat produsen tersebut

dianggap sama, maka pangsa penjualan atau produksi suatu industri.. Apabila

kekuatan keempat produsen tersebut dianggap sama, maka pangsa penjualan atau

produksi suatu industri. Apabila penguasaan pasar oleh sepuluh produsen atau

kurang dalam suatu industri merupakan batas minimum suatu industri berbentuk

oligopolistik, maka terdapat kecenderungan peningkatan derajat penguasaan pasar

tersebut, beberapa subsektor industri telah beralih dari struktur persaingan ke arah

oligopolistik. Semakin sedikit jumlah produsen dominan dalam suatu industri

(1/HI semakin kecil) maka struktur industri semakin terkonsentrasi.

Selain dengan menggunakan nilai HI, struktur pasar juga dapat

diklasifikasikan berdasarkan Concentration Ratio (CR) adalah sebagai berikut19:

1) Struktur pasar persaingan sempurna ditunjukkan dengan nilai rasio

konsentrasinya sangat rendah.

2) Struktur pasar persaintgan monopolistik ditunjukkan dengan nilai rasio

konsentrasi untuk empat produsen terbesar (CR4) di bawah 40 persen.

3) Struktur pasar oligopoli ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi empat

produsen terbesar (CR4) di atas 40 persen.

4) Struktur pasar monopoli ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi empat

produsen terbesar (CR4) mendekati 100 persen.

Rasio konsentrasi suatu industri diformulasikan sebagai berikut:

18 Anonim. 2009. Hefindahl Index. http://www.bizterms.net/term/Herfindahl-index.html. Diakses

tanggal 6 Maret 2009.19 Anonim. 2009. Concentration Ratio. http://en.wikipedia.org/wiki/Concentration_ratio. Diakses

tanggal 6 Maret 2009.

n

j

ijni SCR1

Page 56: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

………………………………………..... (3)

Keterangan :

Sij = Pangsa pasar negara I dalam perdagangan komoditas ikan tuna di pasar

internasional

CRni = n-rasio konsentrasi pada pasar internasional

Struktur pasar juga dapat diklarifikasikan berdasarkan rasio konsentrasinya

yang dapat dirumuskan dari kedua alat ukur HI dan CR adalah sebagai berikut:

1) Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar

antara 80 hingga 100 persen, sedangkan kisaran nilai HI yaitu antara 1800

hingga 10000. Bentuk pasar yang mungkin untuk tingkat konsentrasi tinggi

adalah monopoli atau sedikit monopoli yang cenderung oligopoli.

2) Konsentrasi pasar sedang dicirikan dengan nilai CR4 antara 50 hingga 80

persen dan nilai HI yang berkisar antara 1000 hingga 1800. Bentuk pasar

untuk tingkat konsentrasi sedang adalah lebih banyak oligopoli.

3) Konsentrasi pasar rendah dicirikan dengan nilai CR4 antara 0 hingga 50

persen dan HI antara 0 hingga 1000. Bentuk pasar yang sangat ekstrim

adalah pasar persaingan sempurna, namun sekurang-kurangnya adalah

persaingan monopolistik. Bahkan dapat dimungkinkan pasar dengan sedikit

oligopoli.

Nilai CR yang banyak digunakan adalah CR4 dan CR8 yang menunjukkan

persentase output pasar yang dihasilkan oleh empat atau delapan negara produsen

terbesar dalam industri. Semakin besar nilai rasio konsentrasi menunjukkan

bahwa industri tersebut semakin terkonsentrasi dan semakin sedikit jumlah

produsen yang berada di pasaran, sedangkan semakin rendah rasio konsentrasi

menunjukkan konsentrasi pasar yang rendah dan persaingan lebih ketat, sebab

tidak ada produsen yang secara signifikan menguasai pasar. Nilai HI dan CR

yang didapatkan secara tidak langsung dapat diketahui konsentrasi industri dan

struktur persaingan komoditas ikan tuna dimana Indonesia termasuk negara yang

ikut bersaing dalam indutri tersebut dan dapat menyesuaikan strategi kompetitif

yang akan digunakan.

4.4.2. Keunggulan Komparatif

Page 57: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Keunggulan Komparatif berdasarkan kamus Bahasa Indonesia diartikan

memiliki sifat perbandingan atau menyatakan perbandingan. Keunggulan

komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk

dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Keunggulan komparatif adalah

keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh organisasi seperti SDM, fasilitas, dan

kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi atau

perpaduan keunggulan beberapa organisasi untuk mencapai tujuan bersama.20

4.4.3. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur keunggulan

komparatif adalah dengan menggunakan Balassa’s Revealed Comparative

Advantage Index (RCA) yang membandingkan pangsa pasar ekspor sektor

tertentu suatu negara dalam pangsa pasar sektor tertentu tersebut di pasar dunia.

Indeks RCA ini dapat digunakan untuk mengetahui posisi keunggulan bersaing

dari suatu komoditas di pasar internasional dibandingkan dengan negara produsen

lainnya.

Keunggulan menggunakan indeks RCA adalah indeks ini

mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan konsisten

dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah

relative (Li dan Bender21). Kelemahan indeks RCA ini adalah indeks ini tidak

dapat membedakan antara peningkatan di dalam faktor sumberdaya dan

penerapan kebijakan perdagangan yang sesuai. Selain itu indeks RCA ini

memiliki kelemahan dalam mengukur keunggulan komparatif dari kinerja impor

dan mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik

dan perkembangannya22.

Tujuan dari penggunaan indeks RCA dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui posisi keunggulan komparatif komoditas ikan tuna Indonesia diantara

20Hidayat. 2008. Perbedaan Keunggulan Komparatif dan Kompetitif. http://hidayaters.wordpress.com/2008/04/15/perbedaan-keunggulan-kompetitif-dengan-keunggulan-komparatif/. Diakses tanggal 5 Maret 2009.21

Li K, Bender S. 2002. The Changing Trade and Revealed Comparative Advantages of Asian

and Latin American Manufacture Exports .http://www.econ.yale.edu/growth_pdf/cdp843.pdf.Diakses tanggal 6 Maret 2009.22 Khan Z, Batra A. 2005. Revealed Comparative Advantage:An Analysis For India and Chinahttp://www.icrier.org/pdf/wp168.pdf. Diakses tanggal 6 Maret 2009.

Page 58: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

negara-negara produsen lainnya di pasar internasional. Selain itu, indeks ini juga

dapat mengukur daya saing industri suatu negara, apakah industri tersebut cukup

tangguh di pasar internasional atau tidak dapat diketahui secara kuantitatif dengan

menggunakan indeks ini.

Smyth diacu dalam Meryana (2007) berdasarkan rumus yang ditemukan

oleh Balllas, untuk mengukur keunggulan komparatif komoditas suatu negara

dengan menggunakan indeks RCA adalah:

Keterangan :

Xij = Ekspor sektor i negara j

j

Xij = Total ekspor i dari negara j

i

Xij = Total ekspor dunia dari sektor i

ij

Xij = Total ekspor dunia

Keterangan :

Xij = Ekspor 82efens I negara j

j

jXi = Total ekspor I dari negara j …………… (4)

i

jXi = Total ekspor dunia dari 82efens i

i

j

j

Xi = Total ekspor dunia

Jika nilai indeks RCA suatu negara lebih besar dari 1, maka negara tersebut

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas yang terkait dan berdaya saing

kuat. Sebaliknya, jika nilai indeks RCA kurang dari 1 berarti tidak memiliki

keunggulan komparatif terhadap produk tersebut dan komoditas tersebut memiliki

daya saing lemah. Hal ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi nilai RCA maka

semakin kuat daya saingnya.

4.4.4. Keunggulan Kompetitif

Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah

organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu

j

i

j

j

ij

i

j

j

ij

j

j

ij

i

j

ij

i

XiXiXXi

XXi

XXi

X

RCA

Page 59: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan

Kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih

dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya. Kamus

Bahasa Indonesia menyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi

dan bersifat persaingan. Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, kami

berpendapat bahwa keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh

organisasi, dimana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing

dengan organisasi lainnya guna mendapatkan sesuatu.23

4.4.5. Analisis Berlian Porter

Alat analisis Berlian Porter digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi

dari setiap atribut yang ada, seperti kondisi permintaan domestik, kondisi faktor

sumberdaya, industri pendukung dan terkait, serta struktur, persaingan, dan

strategi industri ikan tuna nasional. Selain hal tersebut, tedapat juga dua atribut

tambahan yaitu peran pemerintah dan peran dari kesempatan yang mempunyai

pengaruh terhadap perkembangan industri ikan tuna nasional. Langkah-langkah

yang dilakukan dalam menganalisi industri ikan tuna national adalah sebagai

berikut:

1) Menentukan siapa saja yang ada di dalam industri. Hal ini dilakukan dengan

membuat daftar yang memuat para peserta industri secara langsung.

2) Menelaah industri. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya hasil telaah

industri yang realtif cukup lengkap atau sejumlah artikel yang cakupannya

luas.

3) Laporan tahunan. Laporan tahunan dapat berupa data-data perdagangan yang

bersifat nasional maupun internasional dengan rentang waktu tertentu.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menentukan apa yang ingin

diketahui dari industri dan bagaimana cara mengembangkan data di setiap bidang

secara berurutan. Hal ini perlu diperhatikan sebagai pedoman dalam menganalisis

suatu industri yang terlalu luas jika tidak dibatasi (Maulana diacu dalam Meryana,

2007).

4.4.6. Analisis SWOT 23Ibid, Hlm 38.

Page 60: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Formulasi alternatif strategi dilakukan dengan menganalisis peluang,

ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang diperoleh melalui identifikasi

lingkungan internal dan eksternal. Identifikasi kekuatan dalam analisis

keunggulan kompetitif ditunjukkan dengan keadaan suatu atribut yang

mendukung, sedangkan kelemahan ditunjukkan dengan keadaan atribut yang

kurang mendukung.

Alat analisis yang digunakan untuk menyusun formulasi strategis tersebut

adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif

strategi yang dijelasan pada Gambar 4.

Tahap analisis dilakukan setelah mengumpulkan semua informasi yang

berpengaruh terhadap kelangsungan industri ikan tuna melalui proses identifikasi

terhadap peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Menurut David (2006),

terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT adalah sebagai

berikut:

1) Menentukan faktor-faktor peluang organisasi atau perusahaan.

2) Menentukan faktor -faktor ancaman organisasi atau perusahaan

3) Menentukan faktor faktor kekuatan organisasi atau perusahaan.

4) Menentukan faktor -faktor kelemahan organisasi atau perusahaan.

5) Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi SO. Alternatif strategi yang terdapat dalam strategi SO

bersifat agresif yaitu memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi ini direkomendasikan agar

perusahaan dapat bersaing dalam suatu industri yang sedang tumbuh dan

diharapkan terus tumbuh cukup tinggi.

6) Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi WO. Alternatif strategi yang terdapat dalam strategi

WO bersifat intensif yaitu strategi yang memanfaatkan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang dimiliki.

7) Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi ST. Alternatif strategi yang terdapat dalam strategi ST

Page 61: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

bersifat diversifikasi yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan yang

dimiliki untuk menghadapi ancaman.

8) Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi WT. Alternatif strategi yang terdapat dalam strategi

WT bersifat defensive yaitu strategi yang dilakukan untuk mengatasi

ancaman yang ada dan kelemahan yang dimiliki.

INTERNAL

EKSTERNAL

Strenghts (S)Menentukan 5-10 faktor kekuatan internal

Weaknesses (W)Menentukan 5-10 faktor kelemahan internal

Opportunities (O)Menentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Strategi SOMenciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WOMenciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threaths (T)Menentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi STMenciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WTMenciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Gambar 4. Matriks SWOTSumber : David (2006)

Page 62: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI IKAN TUNA

5.1. Perikanan Dunia

Perikanan sebagai salah satu sektor usaha yang dilakukan banyak negara

yang dikelilingi oleh lautan maupun ada yang memanfaatkan perairan darat

seperti tambak, danau, dan sungai. Hasil perikanan dunia ini terdiri dari

perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Tabel 7 Memperlihatkan negara-

negara produsen perikanan terbesar di dunia.

Tabel 7. Negara Produsen Perikanan Terbesar di Dunia Tahun 2002-2006 (metric tons)

No NegaraTahun

2006 2005 2004 2003 20021 China 51.521.268 49.468.714 47.507.761 5.641.852 44.320.395 2 Peru 7.045.884 9.414.818 9.626.642 6.099.680 8.776.715 3 India 6.978.602 6.653.340 6.185.645 6.025.120 5.923.792 4 Indonesia 6.051.979 5.893.086 5.688.994 5.623.808 5.236.835 5 USA 5.324.933 5.385.318 5.566.375 5.483.285 5.434.6516 Chille 4.970.871 5.026.860 5.586.846 4.176.960 4.821.720 7 Japan 4.920.871 4.836.042 5.088.240 5.494.325 5.187.379 8 Thailand 4.162.096 4.118.483 4.099.595 3.914.133 3.779.1249 Viet Nam 3.617.627 3.367.200 3.078.105 2.793.607 2.505.639

10 Rusia 3.389.651 3.312.317 3.051.335 3.390.132 3.333.612 11 Norway 2.964.293 3.054.799 3.161.266 3.097.398 3.291.641 12 Philipines 2.942.353 2.803.185 2.723.367 2.625.427 2.473.568 13 Myanmar 2.581.780 2.217.470 1.986.960 1.595.870 1.474.460 14 Bangladesh 2.328.545 2.215.957 2.102.026 1.998.197 1.890.459 15 Korea Rep.of 2.263.497 2.075.640 1.981.221 2.030.939 1.968.413 16 Malaysia 1.464.652 1.390.017 1.507.034 1.454.244 1.440.674 17 Mexico 1.458.642 1.437.934 1.363.327 1.441.666 1.524.394 18 Iceland 1.335.304 1.672.913 1.742.570 1.992.753 2.138.131 19 Spain 1.242.802 1.065.899 1.101.353 1.163.266 1.145.62820 Canada 1.233.971 1.257.752 1.321.230 1.261.260 1.233.612 21 Other 24.024.218 24.529.567 24.534.619 24.096.078 25.024.097

TOTAL 141.823.839 141.197.311 139.004.511 131.400.000 132.924.939 Sumber: UN Comtrade 2008

Tabel 7. Menunjukkan Indonesia berada pada urutan keempat dengan hasil

perikanan sebesar 6,1 juta pada tahun 2006. China menempati urutan teratas

dengan hasil perikanan sebesar 51,5 juta, Peru diurutan kedua sebesar 7,1 juta,

dan India diurutan ketiga sebesar tujuh juta.

5.2. Perikanan Indonesia

Perikanan di Indonesia dibagi menjadi perikanan tangkap dan perikanan

budidaya. Produksi perikanan tangkap berasal dari penangkapan di laut dan

Page 63: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

penangkapan di perairan umum. Pada periode tahun 1997-2007, volume

produksi perikanan tangkap meningkap rata-rata sebesar 2,59 persen per tahun.

Volume produksi perikanan tangkap di laut pada periode tersebut meningkat rata-

rata sebesar 2,77 persen per tahun, yaitu 3.612.961 ton pada tahun 1997 menjai

4.734.280 ton pada tahun 2007. Volume produksi perikanan tangkap di perairan

umum juga meningkat rata-rata sebesar 0,40 persen per tahun yaitu 304.258 ton

pada tahun 1997 menjadi 210.457 ton pada tahun 2007 (DKP 2008).

5.2.1. Produksi Tuna Indonesia

Indonesia memiliki potensi yang baik sebagai negara produsen tuna.

Posisi Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa menguntungkan untuk

produksi tuna Indonesia, hal ini dikarenakan sebagai berikut (DKP 2005):

i) Adanya massa air barat dan timur yang melintas di Samudera Hindia dengan

membawa partikel dan kaya akan makanan biota laut.

ii) Adanya arus Kuroshio yaitu North Equatorial dan South Equatorial Current

di Samudera Pasifik merupakan wilayah yang kaya dengan bahan makanan

serta mempunyai suhu, salinitas, dan beberapa faktor oseanografis yang

disukai oleh ikan tuna.

iii) Wilayah periaran nusantara merupkan tempat berpijah atau kawin berbagai

jenis ikan termasuk ikan tuna, terutama di perairan Selat Makassar dan Laut

Banda.

Ikan tuna dalam statitik perikanan Indonesia dikategorikan menjadi tuna,

cakalang, dan tongkol. Tuna digunakan sebagai nama grup dari beberapa jenis

ikan yang terdiri dari jenis tuna besar (Thunnus.spp) yang terdiri dari yellowfin

tuna, bigeye tuna, southern bluefin tuna, dan albacore. Cakalang umumnya

dikategorikan untuk jenis skipjack tuna, sedangkan tongkol umumnya digunakan

untuk jenis eastern little tuna, frigate, bullet tuna, dan longtail tuna. Pada

periode 1997-2007 volume produksi ikan tongkol, tuna, dan cakalang mengalami

peningkatan masing-masing sebesar 6,85; 6,57; dan 5,24 persen (DKP 2008).

Pada Tabel 8 menunjukkan dari tahun 1997 hingga tahun 2000 terus

mengalami peningkatan, namun pada tahun 2000 hingga tahun 2001 mengalami

penurunan sebesar 8,25 persen. Pada tahun 2002 hingga tahun 2007 produksi

ikan tuna mengalami kenaikan lagi, walaupun kenaikannya fluktuatif. Penurunan

Page 64: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

dan kenaikan yang fluktuatif pada produksi ikan tuna di pengaruhi baik oleh

faktor alam maupun perekonomian di Indonesia. Penyebab penurunan produksi

karena semakin berkurangnya penggunaan kapal penangkapan yang berukuran

>200 GT, padahal jenis kapal ini mampu untuk beroperasi di perairan ZEE (Zona

Ekonomi Ekslusif). Hal ini menyebabkan potensi ikan tuna di wilayah perairan

ZEE belum dimanfaatkan secara optimal. Penyebab berkurangnya penggunaan

kapal tersebut terkait dengan peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) di

Indonesia.

Tabel 8. Produksi Ikan Tuna Indonesia Tahun 1997-2007 (ton)

TahunJenis

TotalKenaikan

(%)Tuna Cakalang Tongkol1997 116.214 187.206 212.511 565.931 -1998 168.122 227.068 236.673 631.863 10,441999 136.474 244.847 236.111 617.432 41,42000 163.241 236.275 250.522 650.038 5,022001 153.110 214.077 233.051 600.238 -8,252002 148.439 203.102 266.955 618.496 2,952003 151.926 208.626 267.339 627.891 1,502004 176.996 233.319 310.393 720.708 12,882005 183.144 252.232 309.776 745.152 3,282006 159.404 277.388 329.115 765.907 2,712007 191.558 301.531 399.347 892.436 14,18

Sumber: DKP 2007

5.2.2. Ekspor Ikan Tuna Indonesia

Ekspor ikan tuna di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok pengusahaan

ikan tuna, yaitu pabrik pengelolaan ikan tuna tanpa merubah bentuk yang

menghasilkan produk ikan tuna segar dan ikan tuna beku serta kelompok kedua

yaitu agroindustri tuna yang mengolah baik merubah struktur dan bentuk dengan

bahan baku ikan tuna, yang termasuk kelompok ini adalah industri pengalengan.

Ekspor ikan tuna Indonesia baik dalam bentuk segar,beku dan olahan mengalami

fluktuatif peningkatan volume ekspor bahkan menunjukkan penurunan volume

produksi ekspor. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal :

1) Adanya krisis ekonomi pada tahun 1998-2002 yang berdampak pada naiknya

harga BBM, sehingga unit penangkapan kapal berkurang.

2) Adanya berbagai hambatan tarif dan non tarif yang diberlakukan oleh negara-

negara tujuan ekspor yang mengakibatkan banyak produk yang ditolak.

Page 65: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

3) Belum maksimalnya kinerja ekspor para ekportir ikan tuna di Indonesia. Hal

ini terkait dengan keterbatasan modal dan teknologi yang dimiliki.

Berikut ini perkembangan ekspor ikan tuna berdasarkan bentuk yang

diperdagangkan:

1) Ekspor Ikan Tuna Segar

Ikan tuna dalam bentuk segar mengalami penurunan volume ekspor pada

tahun 1998 hingga tahun 1999 yaitu sebesar 10,74 persen. Pada tahun 1999

hingga tahun 2001 volume ekpor ikan tuna segar mengalami peningkatan

dengan rata-rata sebesar sebelas persen. Pada tahun 2001 hingga tahun 2004

ekspor perikanan Indonesia mengalami penurunan kembali dengan rata-rata

penurunan sebesar 2,26 persen.. Namun, pada tahun 2004 hingga tahun 2005

volume ekspor kembali peningkat sebesar 15,8 persen, tetapi pada tahun 2005

hingga tahun 2007 kembali mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar

16,74 persen (Tabel 9).

Tabel 9. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Segar Tahun 1998-2007

TahunNilai Ekspor

(US $)Tingkat

Pertumbuhan (%)Volume

Ekspor (Kg)

Tingkat Pertumbuhan

(%)1998 51.404.759 0 25.065.157 01999 75.433.445 46,74 22.372.031 -10,742000 104.370.266 38,3 23.951.776 7,062001 90.643.482 -13,15 27.520.542 14,902002 90.506.779 -0,15 27.233.515 -1,042003 81.514.715 -9,94 26.660.233 -2,112004 104.698.879 28,44 25.690.599 -3,642005 93.737.522 -10,47 29.749.778 15,802006 87.845.012 -6,29 24.770.938 -16,742007 88.277.193 0,49 14.183.402 -42,74

Sumber: UN Comtrade 2008

2) Ekspor Ikan Tuna Beku

Tabel 10 Menunjukkan bahwa pada tahun1998 hingga tahun 2001 volume

ekspor ikan tuna beku mengalami penurunan rata-rata sebesar 24,11 persen,

dan pada tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami kenaikan yang cukup besar

hingga mencapai 238,08 persen karena pada saat yang bersamaan volume

ekspor ikan tuna bentuk segar mengalami penurunan sebesar 1,04 persen

karena banyak hasil penangkapan diekspor dalam bentuk beku. Namun, pada

tahun 2002 ke tahun 2003 dan tahun 2004 ke tahun 2005 mengalami

Page 66: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

penurunan kembali masing-masinng sebesar 44,45dan 80,42 persen. Pada

tahun 2003 ke tahun 2004 dan tahun 2005 hingga tahun 2007 kembali

mengalami peningkatan volume ekspor.

Tabel 10. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Beku Tahun 1998-2007

TahunNilai Ekspor

(US $)Tingkat

Pertumbuhan (%)Volume

Ekspor (Kg)Tingkat

Pertumbuhan (%)1998 22.974.654 0 23.161.720 01999 19.555.289 -14,88 13.087.928 -43,492000 25.510.940 30,46 10.205.547 -22,022001 38.070.307 49,23 9.507.431 -6,842002 28.716.857 -24,57 32.142.257 238,082003 21.528.712 -25,03 17.854.794 -44,452004 11.237.366 -47,80 48.622.314 172,322005 18.818.588 67,46 9.521.412 -80,422006 25.052.082 33,12 11.360.955 19,322007 43.645.640 74,22 11.983.588 5,48

Sumber: UN Comtrade 2008

3) Ekspor Ikan Tuna Olahan

Tabel 11. Memperlihatkan bahwa ekspor ikan tuna olahan pun mengalami

fluktuatif seperti halnya ikan tuna segar dan beku. Pada tahun 1998 hingga

tahun 1999 mengalami penurunan sebesar 10,18 persen dan tahun 1999 ke

2000 mengalami peningkatan sebesar 7,79 persen. Kemudian menurun

kembali dari tahun 2001 hingga tahun 2004 dengan rata-rata penurunan

sebesar 8,55 persen. Tahun 2005 ekspor ikan tuna olahan mengalami

peningkatan kembali, lalu turun pada tahun 2006 dan naik kembali pada

tahun 2007.

Tabel 11. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Olahan tahun 1998-2007

TahunNilai Ekspor

(US $)Tingkat

Pertumbuhan (%)Volume

Ekspor (Kg)Tingkat

Pertumbuhan (%)1998 104.167.912 0 52.430.117 01999 82.499.839 -20,80 47.092.012 -10,18%2000 87.832.633 6,46 50.758.758 7,792001 84.132.896 -4,21 48.346.836 -4,752002 86.048.521 2,28 46.845.915 -3,102003 101.241.561 17,66 38.345.650 -18,152004 118.449.189 17,00 35.205.624 -8,192005 128.635.721 8,60 44.732.106 27,062006 129.790.247 0,90 36.264.489 -18,932007 151.941.915 17,07 39.940.104 10,14

Sumber: UN Comtrade 2008

Page 67: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

5.3. Prosedur Ekspor

Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh suatu negara berguna untuk

menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan devisa yang digunakan untuk

membayar berbagai produk yang dibeli dari luar negeri (impor) karena negara

tersebut saat ini belum mampu untuk memproduksi produk tersebut. Hal tersebut

dapat dikarenakan kurangnya sumberdaya alam, manusia, modal, dan teknologi

maju yang tidak tersedia atau belum memadai. Proses kegiatan ekspor secara

umum seperti dibawah ini (Gambar 5).

Keterangan Gambar 5 adalah sebagai berikut:

1) Eksportir menerima pesanan dari langganan di luar negeri (B-A)

2) Bank memberitahukan telah dibukanya suatu L/C (letter of credit) untuk dan

atas nama eksportir (H–A)

3) Eksportir menempatkan pesanan kepada leveransir/ maker pemilik barang/

produsen (A–C)

4) Eksportir menyelenggarakan pengepakan barang khusus untuk dieskpor (sea-

worthy packing) (A)

5) Eksportir memesan ruangan kapal (booking) dan mengeluarkan shipping

order pada maskapai pelayaran (A-D)

6) Eksportir menyelesaikan semua formulir ekspor dengan semua instansi

ekspor yang berwenang (A-E)

7) Eksportir menyelenggarakan pemuatan barang ke atas kapal, dengan atau

tanpa mempergunakan perusahaan ekspedisi (A-D)

8) Eksportir mengurus Bill of lading dengan maskapai pelayaran(A-D)

9) Eksportir menutup asuransi dengan maskapai asuransi(A-F)

10) Menyiapkan faktur dan dokumen-dokumen pengapalan lainnya(A)

11) Mengurus Consular-Invoice dengan Trade Councelor Kedutaan Negara

Importir (A-G)

12) Menarik wesel kepada importir dan menerima hasilnya dari bank dalam

negeri (A-H)

13) Bank dalam negeri mengirim shipping document kepada bank luar negeri (H-

I)

Page 68: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

14) Eksportir mengirimkan shipping advice dan fotokopi shipping document

kepada importir (A-B)

Gambar 5. Prosedur Kegiatan Ekspor Secara UmumSumber: Amir (1996)

Jalur tataniaga ikan tuna untuk tujuan ekspor (Gambar 6) dimulai dari

penangkapan ikan tuna yang dilakukan oleh para nelayan, yang kemudian

dikumpulkan oleh para pedagang pengumpul atau perusahaan inti. Para

perusahaan inti inilah yang kemudian menyalurkan ikan tuna tersebut kepada

eksportir untuk dikirimkan kepada importir. Perusahaan inti selain menyalurkan

ke eksportir, terkadang perusahaan inti langsung menyalurkan ke importir tanpa

perantara eksportir.

Gambar 6. Tataniaga Ikan TunaSumber: Suseno 2007

Importir / BuyerBank Luar

Negeri

Luar Negeri

Dalam Negeri

Eksportir / SellerBank Dalam,

NegeriProdusen

Pelayaran Instansi Ekspor Asuransi Kedutaan Asing

A

B

C

ED GF

H

I

1

23

4

5

67

8

9

10

11

12

13

2

14

4

Nelayan/

Produsen

Pedagang Pengumpul /

Perusahaan Inti

Eksportir Importir

Page 69: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

5.4. Ketentuan Negara Tujuan Ekspor Ikan Tuna

Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor ikan tuna Indonesia seperti yang

telah dijelaskan pada bagian pendahuluan lebih di fokuskan kepada Uni Eropa,

Amerika Serikat, dan Jepang. Walaupun Indonesia tetap melakukan ekspor ikan

tuna ke negara Thailand, Singapura dan Vietnam dalam jumlah yang cukup besar,

tetapi ketiga negara tersebut tidak memasang peraturan yang memberatkan ekspor

Indonesia. Berikut ini karakteristik pasar tujuan utama ekspor ikan tuna

Indonesia:

1) Amerika Serikat

Pengawasan untuk bahan makanan termasuk produk perikanan di Amerika

Serikat ditangani oleh Food and Drugs (FDA) yang berada dibawah

nanungan Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat. FDA bertugas

untuk membuat peraturan yang melindungi konsumen dan menjaga keamanan

pangan.

Peraturan utama dalam pengawasan bahan pangan di Amerika Serikat

tercantum dalam Federal Food, Drugs, and Cosmetic Act yang didalamnya

berisi peraturan berikut yang penting dalam ekspor ikan tuna mengenani

bahan yang rusak, label yang tidak sesuai dengan bahan yang terkandung,

batas bahan makanan tambahan, batas maksimal residu kimia, sistem ekspor-

impor, dan cara pendaftaran unit pengolahan.

Regulasi lain yang terkait dengan perdagangan ikan tuna terdapat pada Code

of Federal Regulation (CFR) 123 tentang ikan dan produk berbahan dasar

ikan. Regulasi ini menjelaskan lebih rinci tentang produk perikanan,

penerapan analisis bahaya di dalam proses pengolahan, dan penerapan

HACCP yang harus dilakukan oleh pengolah.

Amerika Serikat kemudian mengeluarkan regulasi baru terkait dengan adanya

peristiwa 11 September yang berguna untuk mencegah bahaya bioterorisme

yaitu The Bioterorism ACT (TBA). Regulasi ini juga berpengaruh terhadap

perdagangan ikan tuna karena Amerika Serikat menentapkan peraturan baru

tentang registrasi pengolahan pangan, pemberitahuan sebelum impor, dan

pembuatan rekaman proses pengolahan.

Page 70: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

2) Uni Eropa

Uni Eropa merupakan gabungang dari negara-negara Eropa yang dibentuk

oleh Belanda, Belgia, Jerman, Luxembourg, dan Perancis. Uni Eropa saat ini

merupakan gabungan dari 26 negara dan memiliki mata uang Euro. Institusi

yang bertanggung jawab mengatur peraturan-peraturan yang berlaku

termasuk didalamnya untuk perdagangan ikan tuna adalah European

Comission (EC). Beberapa regulasi yang terkait dengan perdagangan ikan

tuna adalah:

a) EC No.178/2002 tentang persyaratan utama undang-undang pangan serta

prosedur keamanan pangan. Undang-undang ini mengatur kegiatan

ekspor impor pangan manusia dan hewan.

b) EC No. 882/2004 tentang pengawasan oleh pemerintah. Undang-undang

ini menjelaskan pengawasan yang akan dilakukan oleh Competent

Authority yang ditunjuk oleh EC utntuk mengawasi pangan.

c) EC No. 852/2004 tentang keamanan bahan pangan. Undang-undang ini

terkait dengan pelaksanaan HACCP dan good practice.

d) EC No.853/2004 tentang peraturan khusus untuk keamanan bahan baku.

Undang-undang ini menekankan pada keamanan bahan baku yang

digunakan mulai dari penangkapan hingga proses pengolahan.

e) EC No. 854/2004 tentang badan pengawasan keamanan asal bahan

pangan. Undang-undang ini membahas tentang badan pengawas

keamanan pangan baik di Uni Eropa dan negara importir termasuk

mekasnisme impor.

f) EC No. 466/2001 tentang batas maksimum kontaminasi bahan pangan.

Undang-undang ini terkait dengan kandungan maksimum yang diijinkan

termasuk seperti logam berat.

g) EC No. 2073/2005 tentang kriteria mikrobiologi bagi bahan pangan.

Undang-undang ini memuat tentang syarat pelabelan.

3) Jepang

Pengawasan keamanan pangan di Jepang dilakukan oleh Departemen

Kesehatan, Buruh, dan Kesejateraan. Undang-undang yang mengatur tentang

pangan diatur dalam Food Sanitation Law (FSL) dan Japan Agricultural

Page 71: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Standard (JAS). Peraturan ini dibuat untuk perdagangan dan pengawasan

pangan agar kesehatan konsumen dapat terjaga. Undang-undang ini berlaku

untuk setiap produsen, penyalur dan importir tuna di Jepang.

Undang-undang ini berisi tentang peraturan pangan dan bahan tambahan

makanan, unit pengolahan dan bahan pengemas, pelabelan, dan pemeriksaan

bahan yang belum tersertifikasi.

5.5. Pengawasan Mutu Ikan Tuna

Aspek mutu dalam perdagangan ikan tuna sangat berpengaruh besar dalam

kegiatan ekspor dan impor. Tingginya permintaan ikan tuna diikuti pula dengan

semakin diperhatikannya mutu dan kesehatan ikan tuna yang dikirim. Aspek

mutu seringkali menjadi masalah dalam kegiatan ekspor baik ikan tuna maupun

produk lainnya. Aspek mutu yang seringkali menjadi masalah yaitu adanya

kandungan histamine dan logam berat yang ditemukan dalam ikan tuna yang

diekspor. Berikut penjelasan mengenai kedua aspek mutu tersebut:

1) Histamin

Histamin merupakan senyawa turunan dari asam amino histidin yang banyak

terdapat pada ikan terutama pada ikan famili Scombroidae seperti tuna.

Asam amino ini merupakan salah satu dari sepuluh asam amino esensial yang

dibutuhkan oleh anak-anak dan bayi tetapi bukan asam amino esensial bagi

orang dewasa. Kadar histamin yang tinggi pada ikan menandakkan bahwa

adanya kemunduran mutu dan berpotensi menimbulkan racun berbahaya jika

dikonsumsi.

Histamin memiliki efek psikoaktif dan vasoaktif. Efek psikoaktif menyerang

sistem saraf transmiter manusia, sedangkan efek vasoaktif-nya menyerang

sistem vaskular. ada orang-orang yang peka, histamin dapat menyebabkan

migren dan meningkatkan tekanan darah.24

Kadar histamin yang ada dalam ikan membuat negara tujuan ekspor

memberlakukan syarat terhadap ambang batas histamin. Kadar histamine

yang diperbolehkan dalam ikan tuna berbeda untuk negara tujuan ekspor,

namun ada beberapa negara juga yang tidak memberlakukan syarat. Negara

24 Sumber: Anonim. 2008. Waspadai Histamin Pada Ikan Laut. http://www.conectique.com/tips_solution/diet_nutrition/nutrition/article.php?article_id=6173. Diakses tanggal 28 Oktober 2009.

Page 72: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa memberlakukan

syarat untuk histamine yang boleh dikandung dalam ikan tuna. Amerika

Serikat menerapkan batas maksimum 50mg/kg daging, Uni Eropa tidak

memperbolehkan satu contohpun yang mengandung histamin lebih dari

20mg/100g daging.

2) Logam Berat

Logam berat (heavy metal) adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih,

dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Logam berat dianggap berbahaya

bagi kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa

diantaranya bersifat membangkitkan kanker (karsinogen). Hal ini

menyebabkan bahan pangan dengan kandungan logam berat tinggi dianggap

tidak layak konsumsi25. Logam berat yang paling berbahaya adalah merkuri

atau air raksa (Hg) dan cadmium (Cd), kemudian diikuti oleh perak (Ag),

nikel (Ni), timbal atau arsen (Pb), kromium (Cr), timah (Sn), dan seng (Zn).

Logam berat yang menjadi aspek penting dalam penetapan mutu ikan tuna

adalah merkuri dan kadmium, walaupun semua jenis logam berat lainnya juga

ditetapkan syarat tertentu untuk dapat dikonsumsi. Merkuri di dalam laut

akan mengendap lalu akan membentuk ikatan HgCl dengan unsur kimia klor,

lalu akhirnya termakan oleh plankton yang merupakan salah satu makanan

biota laut termasuk ikan tuna.

Merkuri berbahaya jika dikonsumsi karena dapat berakibat : kerusakan

motorik, abnormalitas sensorik, kemunduran psikologik dan perilaku,

kemunduran neurologik dan koknitif, kelainan bicara, pendengaran,

kemunduran penglihatan dan kelainan kulit serta gangguan reflek (Vroom

dan Greer 1972 diacu dalam Sudarmaji, dkk 2006). Merkuri yang terendap

dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan gagal otak hingga

kematian dan berbahaya bagi ibu hamil karena janinnya dapat mengalami

kematian.

Lembaga nasional dan internasional telah menetapkan standar terkait adanya

bahaya pada merkuri. Batas maksimum merkuri dalam ikan dan hasil

olahannya yang ditetapkan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) 25 Sumber: Anonim. 2009. Logam. http://id.wikipedia.org/wiki/Logam. Diakses tanggal 28 Oktober 2009.

Page 73: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

adalah 0,5 mg/kg, standar ini sama dengan yang ditetapkan oleh FAO (Food

A Organization). Uni Eropa menetapkan standar merkuri untuk non predator

fish 0,5 mg/kg dan untuk predator fish (termasuk ikan tuna) 1 mg/kg.

Amerika Serikat melalui FDA (Food and Drugs Administration) menetepkan

batas maksimum I mg/kg (BPOM 2004; FAO 2004)

Kadnium terutama dalam bentuk oksida adalah logam yang toksisitasnya

tinggi. Sebagian besar kontaminasi oleh kadnium pada manusia melalui

makanan dan rokok. Keracunan kadmium akan menyebabkan gejala mual,

muntah, diare, kram otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan

ginjal dan hati, gangguan kardiovaskuler, empisema, dan degenari testicular

(Ragan dan Mast 1990 diacu dalam Sudarmaji, dkk 2006). Perkiraan dosis

mematikan akut adalah sekitar 500mg/kg untuk dewasa dan efek dosis akan

Nampak jika terabsorbsi 0,043 mg/kg per hari (Ware 1989 diacu dalam

Sudarmaji, dkk 2006).

Batas maksimum kadmium dalam ikan dan hasil olahannya yang ditetapkan

oleh BPOM adalah 1 mg/kg, standar ini sama dengan yang ditetapkan oleh

Codex Alimentarius Standard. FAO menetepkan standar batas pemasukan

cadmium 57-71 µg per hari dan perminggu sebesar 400-500 µg per 70 gr

berat badan (BPOM 2004; FAO 2004).

Isu tentang keamanan pangan dan adanya ketentuan undang-undang makanan

yang diberlakukan oleh negara tujuan ekspor ini menuntut Negara Indonesia

untuk melakukan pengawasan terhadap mutu ikan tuna yang akan diekspor.

Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisir kasus penolakan ikan tuna.

Oleh karena itu negara Indonesia mengembangkan Program Manajemen

Mutu Terpadu yang mengacu kepada HACCP (Hazard Analysis Critical

Control Point). Standar mutu ini diusulkan oleh FDA dan telah efektif sejak 1

Juli 1996. Negara Indonesia juga telah membentuk Badan Standarisasi

Nasional (BSN) yang mengurus tentang Standar Nasional Indonesia (SNI).

Standarisasi ini perlu dilakukan untuk tujuan melindungi produsen,

konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan, keselamatan,

kesehatan serta pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan standardisasi secara

nasional ini dilakukan dalam rangka membangun sistem nasional yang

Page 74: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

mampu mendorong dan meningkatkan, menjamin mutu barang dan atau atau

jasa serta mampu memfasilitasi masuknya produk nasional dalam transaksi

pasar global. Sistem dan kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan

daya saing produk barang dan atau atau jasa Negara Indonesia di pasar

global.26 Stadarisasi yang telah dilakukan untuk ikan tuna Indonesia

tercantum pada Lampiran 3.

5.6. Konsep Nilai Tukar

Nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor dapat

dipengaruhi oleh kondisi perekonomian baik dalam negeri dan luar negeri.

Perdagangan ikan tuna di pasar internasional menggunakan mata uang US $,

untuk perhitungan nilai tukar yang digunakan untuk setiap negara tujuan ekspor

utama (Yen, Dollar Hongkong (HKD, New Taiwan Dollar (NTD), Baht, SGD,

Vietnam New Dollar (VND), Australia Dollar (AUD), US $, dan Euro) diperoleh

dengan menggunakan rumus:

Tabel 12. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uaang Negara Tujuan Ekspor Utama Tahun 1998-2007

TahunYen HKD NTD Bath SGD VND AUD USD EURO

1998 61,30 1.036 239,95 219 4.834 0,68 4.923 8.025 -1999 62,34 914 220,04 189 4.252 0,51 4.622 7.100 8.3872000 89,00 1.230 307,28 222 5.546 0,62 5.318 9.595 7.7322001 84,38 1.333 303,43 230 2.945 0,67 5.375 10.256 9.1752002 77,17 1.146 279,83 221 5.395 0,64 5.163 9.675 9.3212003 76,94 1.090 252,33 210 5.057 0,56 5.681 8.685 9.9862004 84,34 1.195 264,65 225 5.317 0,57 6.779 8.845 11.5652005 86,91 1.303 301,92 241 5.835 0,61 7.214 9.712 12,0672006 78,60 1.160 279,06 241 5.770 0,57 6.848 9.165 11.5122007 77,31 1.208 289,97 283 6.567 0,57 7.729 9.139 12.524

Sumber: Bank Indonesia 2007

26 Sumber: [BSN]. Badan Standarisasi Nasional. 2009. http://www.bsn.go.id/bsn/profile.php. Diakses tanggal 28 oktober 2009.

Page 75: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Pada tahun 1998 nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar AS

mengalami penurunan karena terjadinya krisis ekonomi. Puncaknya pada tahun

2000 nilai rupiah terus melememah hingga Rp.10.256/US $. Negara Belanda dan

Belgia awalnya memakai mata uang Deutsche mark dan Franc, namun sejak tahun

1998 bergabung ke dalam persatuan Uni Eropa sehingga mata uang yang dipakai

oleh kedua negara tersebut menjadi Euro. Nilai Tukar Rupiah terhadap mata uang

negara tujuan ekspor utama ikan dijelaskan pada Tabel 12.

5.7. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna

Ikan merupakan jenis pangan yang cepat membusuk, karena kadar air yang

tinggi dalam komposisi tubuhnya. Kualitas mutu dan kesegaran ikan harus dijaga

sejak ikan mulai ditangkap dan dipasarkan. Penanganan ikan dilakukan untuk

mempertahankan kesegaran dan mutu ikan sehingga ikan masih memenuhhi

standar untuk bisa di ekspor dan dikonsumsi dengan cara menghambat terjadinya

pembusukan ikan. Proses penanganan ikan tuna mulai dari penangkapan hingga

di dermaga adalah sebagai berikut:

1) Penanganan ikan tuna di atas kapal

a)Usahakan ikan tuna tetap dalam keadaan hidup dan tidak terlalu banyak

berontak ketika ditarik ke kapal. Ikan yang banyak memberontak akan

mengalami stress dan cepat mengalami rigor mortis. Ikan tuna yang telah

ditangkap diangkat ke kapal dengan papan luncur dari tepi kapal atau

umumnya kapal dibuat cekung sehingga ikan akan meluncur sendiri saat

ditarik ke atas kapal.

b) Ikan yang masih memberontak harus ditenangkan dengan menutup atau

menekan mata ikan dengan telapak tangan dan diselimuti dengan karung

goni basah. Ikan kemudian dipingsankan dengan memukul kepalanya

dengan menggunakan palu berkepala karet.

c)Ikan yang telah pingsan dimatikan dengan cara menusuk pusat saraf (otak)

dari belakang mata menggunakan paku pembunuh (killing spike). Paku

pembunuh ini ditancapkan ke pusat saraf sedalam 5-10 cm, kemudian

diputar-putar untuk merusak otak.

Page 76: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

d) Pisau ditusukkan tepat dibelakang siri dada (pectoral fin) dengan rapi serta

tidak boleh ada sisa sirip atau duri yang tersisa dilantai, sebab dapat

melukai ikan lain yang berdampka pada penurunan kualitas kemiringan

sekitar 450 sedalam 5-10 cm, disusul pemotongan urat nadi tulang

belakang bagian ekor.

e)Sirip perut kemudian dipotong dengan posisi ikan terlentang dan sirip perut

dipotong sedekat mungkin ked aging, namun tidak boleh sampai

menyentuh dagingnya.

f) Isi perut dikeluarkan dengan cara pemotongaan dengan pisau mulai dari

bagian bekas sirip perut kea rah dubur dan isi perut tidak boleh tersayat.

Isi perut dikeluarkan dengan memotong ujung usus pada dubur dan ikan

dibalik agar sisa darah keluar. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati

danikan lainnya.

g) Penutup insang dibuka untuk memutuskan isthimus joint (sambungan

antara dua insang dan badan yang terletak di bagian bawah ikan) dan

selaput insang bagian bawah kemudian dipotong denga pisau.

h) Sirip dada dipotong sedekat mungkin dengan daging dan saat penarikan

tidak boleh terlalu kuat sebab dapat menyebabkan lubang pada daging.

i) Penutup insang dipotong dengan cara menyayat dari arah bawah perut

menggunakan pisau gergaji dan diikuti dengan pemotongan insang bagian

depan sehingga insang dapat dikeluarkan.

j) Ikan dicuci dengan sikat halus dan air dingin untuk membersihkan rongga

perut, rongga insang, dan permukaan badan.

k) Jika ikan dipesan tanpa kepala dan ekor, maka kepala dipotong dengan

kapak khusus dan ekor dipotong dengan pisau gergaji.

l) Ikan yang telah bersih dibawa ke ruang pendingin dengan suhu 00C selama

tiga jam untuk dibekukan. Proses ini dilakukan jika kapal memiliki sarana

pembekuan, jika tidak tersedia maka ikan akan langsung ditaruh dalam

palka yang telah diisi es balok.

m)Ikan yang telah beku diatur dalam palka pendingin denga rapi sehingga

ikan tidak bersentuhan dengan dinding palka. Palka berisi es balok dan

saat diatur usahakan ekor ikan mengarah ke lubang palka agar mudah

Page 77: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

diangkut saat proses pembongkaran. Ikan tuna disimpan berdasarkan

mutunya saat ditangkap.

n) Sisa semua proses pemotongan dan pengeluaran perut ikan dikumpulkan

dan tidak boleh dibuang ke laut.

2) Pembongkaran palka pendingin

a)Pembongkaran ikan dari palka pendingin dapat dilakukan dengan

menggunakan katrol dengan mengikat ekor ikan. Ikan dikelurkan dari

palka sebaiknya dibungkus dengan kain pendingin (biasanya terbuat dari

kain terpal atau karung tebal yang dalam keadaan basah dan dikaitkan

pada mata katrol. Lubang palka harus dilindungi dengan tenda agar

terhindar dari sinar matahari dan saat ikan dikeluarkan harus dijaga agar

tidak bertabrakan dengan lubang palka yang mungkin dapat merusak kulit

atau tubuh ikan.

b) Ikan diturunkan dari kapal ke pelabuhan dengan papan luncur dan diberi

tenda pelindung. Permukaan papan peluncur harus halus dan dalam

keadaan basah oleh air yang terus mengalir dengan suhu sekitar 00C.

Panjang papan luncur lebih dari 2,5 m, maka ikan harus dibungkus dengan

plastik, kain atau karung tebal.

3) Pembongkaran ikan di darat atau pelabuhan

a) Saat kapal sudah bersandar di pelabuhan, ikan yang sudah dikeluarkan dari

palka keudian dipindahkan ke darat oleh petugas. Petugas yang diluar

bertugas menerima ikan yang diluncurkan dari atas kapal. Ikan kemudian

diletakkan di atas kereta dorong yang dipermukaannya telah dibasahi

dengan air. Ikan tetap dilindngi dengan kain yang harus selalu dalam

keadaan basah.

b) Ikan yang diangkut tidak boleh saling menumpuk atau salaing bertumpang

tindih dan pengangkutan ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin untuk

menghambat proses pembusukan

Page 78: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

VI. ANALISIS DAYA SAING

6.1. Analisis Struktur Pasar Komoditas Ikan Tuna di Pasar Internasional

Struktur pasar komoditas ikan tuna di pasar internasional dan penguasaan

pangsa pasar masing-masing negara produsen sekaligus ekspotir komoditas ikan

tuna dapat diukur dengan menggunakan rumus HI dan CR. Nilai perhitungan HI

dan CR ikan tuna dibagi menurut bentuk produk yang diperdagangkan yaitu segar

(fresh or chilled), beku (frozen), dan olahan (preserved) hasil tersebut ditampilkan

pada Tabel 13.

Tabel 13. Nilai Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR) Negara Pengekspor Komoditas Ikan Tuna Tahun 1998-2007

TahunSegar (Fresh or Chilled) Beku (Frozen) Olahan (Preserved)Jumlah

EksportirHI

CR4 (%)

Jumlah Eksportir

HICR4 (%)

Jumlah Eksportir

HICR4 (%)

1998 36 875 46 33 510 35 39 1810 631999 37 1193 54 37 647 38 40 1863 632000 41 943 54 45 513 33 46 952 522001 44 820 51 45 453 33 42 1473 622002 48 713 42 41 450 35 46 1448 632003 49 748 43 41 352 32 49 1407 602004 48 826 47 42 310 29 49 1613 632005 47 576 38 43 273 27 49 1863 652006 42 1026 53 42 357 31 48 1725 652007 41 719 42 40 432 32 47 1894 65

Sumber : UN Comtrade 1998-2007, diolah

Berdasarkan hasil perihitungan yang diperoleh, nilai HI untuk komoditas

ikan tuna segar dunia pada tahun 1998-2007 memiliki tingkat konsentrasi pasar

rendah (Herfindahl Index berkisar antara 0-1000), tetapi pada tahun 1999 dan

2006 komoditas ikan tuna segar dunia memiliki tingkat konsentrasi pasar sedang

(Herfindahl Index berkisar antara 1000-1800).

Pasar komoditas ikan tuna segar dunia memunjukkan struktur pasar

monopolistik dan cenderung ke oligopoli untuk tahun 1998-2007, hanya pada

tahun 1999 dan 2006 sruktur pasar berubah menjadi oligopoli. Hal ini

dikarenakan nilai HI yang rendah berkisar antara 576 hingga 1193 dan banyaknya

jumlah negara yang terlibat dalam pasar sangat banyak. Negara yang terlibat

dalam kegiatan ekspor ikan tuna segar berkisar antara 36-49 negara, dimana

tahun 1998 memiliki jumlah negara yang paling sedikit terlibat dalam ekspor ini

Page 79: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

yaitu sebesar 38 negara dan yang tertinggi pada tahun 2003 sebanyak 51 negara.

Sejak tahun 1998 hingga 2003 jumlah negara yang terlibat mengalami kenaikan

dan sejak tahun 2004 hingga 2007 negara yang terlibat mengalami penurunan.

Rasio tingkat konsentrasi yang ditunjukkan dengan nilai CR4

memperlihatkan kecendrungan dimana empat negara produsen terbesar menguasai

38-54 persen pasar selama tahun 1998-2007. Hal ini memperlihatkan bahwa

komoditas tersebut berada dalam pasar persaingan monopolistik (concentration

ratio berkisar antara 0-50 persen), dan pada tahun 1999-2001 dan 2006 pasar

menunjukkan dalam struktur pasar yang oligopoli dimana penguasaan pasar

melebihi dar 50 persen. Selama periode 1998-2007 negara yang mendominasi

dalam pasar adalah Australia, Spanyol, Indonesia, Ekuador, EU-27. Spanyol

memiliki pangsa pasar tertinggi pada tahun 1998-2003 dan EU-27 pada tahun

2004-2007.

Nilai HI dan CR4 menunjukkan bahwa komoditas ikan tuna segar berada

dalam pasar monopolistik yang cenderung mengarah ke oligopoli. Hal ini berarti

Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menentukan harga, namun produk

harus terdiferensiasi. Diferensiasi produk yang dapat dilakukan adalah dengan

memperbaiki mutu produk yang dihasilkan agar mampu bersaing dengan

produsen lain. Nilai HI dan CR4 ini berarti Indonesia masih memiliki keunggulan

untuk bersaing dengan produsen lainnya.

Komoditas ikan tuna beku pada tahun 1998-2007 memiliki tingkat

konsentrasi pasar rendah (Herfindahl Index berkisar antara 0-1000). Pasar

komoditas ikan tuna beku dunia menunjukkan struktur pasar persaingan sempurna

yang cenderung monopolistik. Hal ini terlihat dari nilai HI yang kecil berkisar

antara 273 hingga 647 dan jumlah negara yang terlibat dalam pasar jumlahnya

banyak. Negara yang terlibat dalam pasar komoditas ikan tuna beku pada tahun

1998-2007 antara 33-45 negara, dimana dari tahun 1998-2001 mengalami

kenaikkan dan penurunan terjadi sejak tahun 2003-2007 mengalami fluktuasi

jumlah negara yang terlibat.

Rasio tingkat konsentrasi yang ditunjukkan dengan nilai CR4

memperlihatkan kecendrungan dimana empat negara produsen terbesar menguasai

29-38 persen pasar selama tahun 1998-2007. Hal ini memperlihatkan bahwa

Page 80: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

komoditas ikan tuna beku berada dalam struktur pasar persaingan sempurna yang

cenderung monopolistik (concentration ratio berkisar antara 0-50 persen).

Negara yang mendominasi pasar komoditas ikan tuna beku pada tahun 1998-2007

adalah Perancis, Spanyol, EU-27, Korea, Jepang, Panama, dan Australia yang

saling bergantian menguasasi pasar komoditas tersebut. Negara Korea memiliki

pangasa pasar terbesar disetiap tahunnya.

Nilai HI dan CR4 menunjukkan bahwa komoditas ikan tuna beku berada

dalam pasar monopolistik. Hal ini berarti Indonesia masih memiliki kesempatan

untuk bersaing dalam pasar tersebut, namun produk yang dihasilkan harus

memiliki keunggulan dibandingkan produk negara lain terutama negara penguasa

pasar. Diferensiasi produk yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki

mutu produk yang dihasilkan agar mampu bersaing dengan produsen lain.

Komoditas ikan tuna beku memiliki nilai HI berkisar antara 952 hingga

1894. Komoditas ikan tuna olahan pada tahun 1998-1999, 2005, dan 2007

memiliki tingkat konsentrasi pasar tinggi. Tahun 2000 memiliki tingkat

konsentrasi pasar rendah, dan pada tahun 2001-2004 dan 2006 memiliki tingkat

konsentrasi pasar sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 1998-1999,

2005, dan 2007 komoditas tersebut berada dalam struktur pasar yang sedikit

monopoli yang cenderung oligopoli. Tahun 2000 komoditas ini berada dalam

struktur pasar monopoolistik yang mengarah ke oligopoli, dan pada tahun 2001-

2004 dan 2006 berada dalam pasar oligopoli. Saat pasar berada dalam struktur

monopoli yang cenderung oligopoli negara yang terlibat masih banyak, tetapi

hanya beberapa negara yang mampu menguasai pasar. Jumlah negara yang

terlibat dalam pasar komoditas ini berkisar antara 39-49 negara.

Rasio tingkat konsentrasi yang ditunjukkan dengan CR4 memperlihatkan

kecendrungan dimana empat negara produsen terbesar menguasai pasar lebih dari

60 persen selama tahun 1998-2007, kecuali pada tahun 2000 dimana CR4 hanya

52 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa komoditas ikan tuna olahan berada

dalam struktur pasar yang cenderung oligopoli. Negara yang mendominasi pasar

komoditas ikan tuna olahan ini selama tahun 1998-2007 adalah Thailand,

Spanyol, Perancis, Ekuador, Seychelles, Mauritus, dan Filipina.

Page 81: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Nilai HI dan CR4 menunjukkan bahwa komoditas ikan tuna olahan berada

dalam pasar oligopoli. Indonesia tidak termasuk dalam negara yang menguasai

pasar. Hal ini berarti Indonesia hanya berperan sebagai pengikut pasar dan tidak

memiliki kesempatan untuk menentukan harga.

Analisis struktur pasar komoditas ikan tuna baik untuk ikan tuna segar,

beku, dan olahan berdasarkan nilai HI dan CR4 berada dalam pasar monopolistic

yang cenderung mengarah ke oligopoli. Hal ini menyebabkan Indonesia masih

memiliki potensi untuk tetap bersaing di pasar internasional dan dapat

menetapkan harga, namun untuk mengatasi persaingan Indonesia harus

melakukan diferensiasi produk.

Pasar yang mengarah ke strukutr pasar oligopli harus diantisipasi dengan

baik, sebab jika tidak Indonesia dalam pasar hanya akan berperan sebagai

pengikut pasar tanpa kesempatan untuk menentukkan harga di pasaran. Posisi ini

mengakibatkan Indonesia tidak dapat mengambil keputusan yang berkaitan

dengan harga maupun produk, tanpa terlebih dahulu mengacu kepada keputusan

pemimpin pasar. Namun, Indonesia masih memiliki peluang untuk tetap bersaing

dalam pasar internasional karena untuk komoditas ikan tuna segar Indonesia

masih termasuk negara yang memiliki penguasaan pasar yang cukup baik dan

untuk ikan tuna beku dan olahan harus ditingkatkan ekspornya (besarnya ekspor

dan market share ada pada Lampiran 4 sampai dengan 9).

6.2. Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Ikan Tuna Nasional

Keunggulan komparatif komoditas ikan tuna Indonesia di pasar

internasional diukur dengaan menggunakan Indeks Revealed Comparatif

Advabtage (RCA). Indeks ini digunakan untuk membandingkan posisi daya saing

Indonesia dengan negara produsen lainnya di pasar ikan tuna internasional.

Semakin tinggi nilai Indeks RCA (lebih dari satu) menunjukkan bahwa negara

yang bersangkutan memiliki keunggulan komparatif dalam produk tersebut dan

memiliki daya saing yang kuat., begitu pula sebaliknya. Jika RCA sama dengan

satu, berarti daya saing komoditas tersebut sama dengan negara lain yang terlibat

dalam kegiatan ekspor komoditas tersebut.

Perhitungan Indeks RCA ekspor suatu komoditas negara tertentu

dibandingkan dengan total ekspor negara tersebut, maka negara yang jumlah

Page 82: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

ekpsornya relatif sama dengan negara lain namun total ekspornya lebih besar akan

mempunyai indeks RCA yang lebih kecil. Oleh karena itu penting untuk melihat

pangsa pasar negara tersebut untuk menunjukkan bahwa daya saing negara

tersebut kuat atau lemah.

Perhitungan Indeks RCA hanya dilakukan untuk negara-negara

pengekspor yang memiliki angka ekspor yang besar untuk komoditas ikan tuna

baik dalam bentuk segar, beku, dan olahan. Negara-negara tersebut adalah

Australia, Ekuador, Uni Eropa, Perancis, Indonesia, Italia, Jepang, Filipina,

Republik Korea, Singapura, Spanyol, Seychelles, dan Thailand. Negara Australia,

Uni Eropa, Perancis, Jepang, dan Singapura memiliki nilai ekspor yang besar

untuk komoditi ikan tuna segar dan beku. Negara Ekuador, Filipina dan Italia

memiliki nilai ekspor yang besar untuk komoditas ikan tuna segar dan olahan.

Negara Seychelles dan Thailand memiliki nilai ekspor yang besar untuk

komoditas ikan tuna olahan. Republik Korea memiliki nilai yang besar untuk

ekspor ikan tuna beku. Negara Spanyol dan Indonesia memiliki nilai ekspor yang

besar untuk ketiga komoditas ikan tuna.

Tabel 14. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Segar Tahun 2002-2007

Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007RCA Rank RCA Rank RCA Rank RCA Rank RCA Rank RCA Rank

Australia 2,30 2 2,74 1 2,69 1 2,26 3 1,53 4 1,83 3Ekuador 0,18 9 0,34 8 0,07 10 0,05 11 0,05 11 0,11 9EU-27 0,33 8 1,84 5 2,28 3 1,89 4 1,76 2 3,06 1Perancis 0,47 7 0,19 9 0,26 8 0,68 8 0,21 8 1,03 7Indonesia 2,81 1 2,39 2 2,60 2 2,31 2 1,62 3 2,27 2Italia 1,25 5 1,16 6 1,38 6 1,73 5 1,50 5 1,79 4Jepang 2,20 3 2,26 3 1,55 5 2,54 1 3,70 1 1,61 5Filipina 1,20 6 0,68 7 0,55 7 0,70 7 0,37 7 0,65 8Rep. Korea 0,05 11 0,10 10 0,06 11 0,10 9 0,08 10 0,11 10

Seychelles 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 -Spanyol 1,95 4 1,88 4 1,78 4 1,19 6 0,90 6 1,50 6Thailand 0,06 11 0,07 11 0,07 9 0,07 10 0,09 9 0,08 11Sumber: UN Comtrade 2008, diolah

Perhitungan Indeks RCA pada Tabel 14 menunjukkan bahwa indeks RCA

Indonesia untuk komoditas ikan tuna segar tahun 2002-2007 nilainya selalu lebih

dari satu (berkisar antara 1,62 hingga 2,81). Hal ini menunjukkan bahwa

Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditas ikan tuna segar di

pasar internasional. Negara Indonesia selalu menempati peringkat tiga besar

Page 83: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

untuk indeks RCA komoditas ikan tuna segar. Negara yang menjadi pesaing kuat

untuk komoditas ikan tuna segar adalah Australia, Jepang dan Spanyol yang

memiliki indeks RCA lebih besar dari satu. Indeks RCA ini berarti Indonesia

memiliki keunggulan komparatif antara 1,62 hingga 2,81 relatif lebih baik

dibandingkan negara eksportir lain.

Indeks RCA Indonesia memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki daya

saing yang kuat untuk komoditas ikan tuna segar. Selain keunggulan komparatif

perlunya melihat penguasaan pangsa pasar negara Indonesia untuk komoditas ikan

tuna segar di pasar internasional. Sejak tahun 2002-2007 penguasaan pasar

Indonesia untuk ikan tuna segar cukup besar yaitu rata-rata sebesar 9,49 persen

per tahun (Tabel 15). Indonesia merupakan negara dengan penguasaan terbesar

ketiga di dunia. Negara Spanyol sebenarnya memiliki pangsa pasar tebesar

dengan rata-rata sebesar 12,99 persen, namun untuk indeks RCA berada dibawah

Indonesia sebab total ekspornya lebih besar negara Indonesia.

Tabel 15. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Segar Tahun 2002-2007 (%)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007Rata-rata per tahun

Australia 9,63 9,06 6,26 5,39 3,05 4,21 6,27Ekuador 0,81 1,46 0,24 0,23 0,21 0,54 0,58EU-27 1,56 10,66 15,88 10,69 9,99 17,85 11,11Perancis 4,35 1,60 2,00 2,23 1,63 2,70 2,42Indonesia 12,53 9,12 10,65 9,71 5,93 8,98 9,49Italia 2,92 2,18 2,93 4,24 3,52 4,13 3,32Jepang 3,23 2,77 3,02 3,16 13,60 2,43 4,70Filipina 3,50 1,87 0,92 1,18 0,73 0,79 1,50Rep. Korea 0,28 0,38 0,26 0,36 0,22 0,30 0,30Seychelles 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Spanyol 17,15 15,88 15,73 9,75 6,95 12,47 12,99Thailand 0,97 1,09 1,18 1,32 1,78 1,50 1,31

Sumber: UN Comtrade 2008, diolah

Tabel 16 menunjukkan bahwa indeks RCA Negara Indonesia untuk

komoditas ikan tuna beku tidak memiliki keunggulan komparatif, karena nilainya

dibawah satu (berkisar antara 0,13 hingga 0,65). Hal ini berarti negara Indonesia

memiliki keunggulan komparatif antara 0,13 hingga 0,65 relatif lebih kecil

diantara negara eksportir lainnya. Negara Indonesia hanya mampu menempati

peringkat peringkat delapan untuk indeks RCA diantara negara pengekspor

Page 84: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

lainnya. Negara yang memiliki indeks RCA terbesar untuk komoditas ikan tuna

beku adalah Republik Korea, Australia, Uni Eropa, dan Jepang.

Indeks RCA ini memperlihatkan bahwa negara Indonesia tidak memiliki

keunggulan komparatif dan pengusasan pangsa pasarnya juga kecil sehingga daya

saingnya sangat rendah. Rendahnya daya saing komoditas ikan tuna beku ini

disebabkan nilai ekspor Indonesia untuk ikan tuna beku kecil dan lebih banyak

mengekspor ikan tuna dalam bentuk segar karena negara tujuan ekspor.

Komoditas ikan tuna dalam bentuk beku yang dihasilkan oleh Indonesia

kualitasnya belum baik karena masih minimnya alat dan penerapan sistem

manajemen pengolahan pasca panen.

Tabel 16. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Beku Tahun 2002-2007

Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007RCA Rank RCA Rank RCA Rank RCA Rank RCA Rank RCA Rank

Australia 1,77 3 1,61 2 1,43 3 1,81 2 2,62 2 3,17 4Ekuador 0,12 9 0,04 10 0,07 9 0,06 10 0,02 11 0,08 10EU-27 1,90 2 1,50 4 1,23 4 1,41 5 1,64 3 1,55 6Perancis 0,50 5 0,69 5 0,57 6 1,65 3 0,83 5 1,78 5Indonesia 0,39 7 0,32 8 0,13 8 0,23 8 0,42 8 0,65 8

Italia 0,08 10 0,08 9 0,05 10 0,07 9 0,03 10 0,01 11

Jepang 1,54 4 1,58 3 1,82 2 1,45 4 0,61 7 3,02 3

Filipina 0,33 8 0,34 7 0,60 5 0,62 6 0,96 4 3,27 2

Rep. Korea 2,73 1 2,88 1 2,64 1 2,86 1 3,97 1 4,19 1Seychelles 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - 0,00 -Spanyol 0,50 6 0,50 6 0,56 7 0,58 7 0,69 6 0,79 7

Thailand 0,01 11 0,02 11 0,04 11 0,03 11 0,03 9 0,10 9Sumber: UN Comtrade 2008, diolah

Rendahnya indeks RCA ikan tuna beku juga ditandai dengan enguasaan

pangsa pasar negara Indonesia untuk komoditas ikan tuna beku rata-rata pertahun

hanya 1,43 persen per tahun (Table 17). Negara Indonesia tidak termasuk negara

yang memiliki keunggulan bersaing untuk komoditas ini. Penguasaan pasar

terbesar dikuassai oleh negara Republik Korea yaitu rata-rata sebesar 11,58

persen.

Page 85: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Tabel 17. Pangsa Pasar Ikan Tuna Beku Tahun 2002-2007 (%)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007Rata-rata per tahun

Australia 7,40 5,35 3,33 4,29 5,22 7,28 5,48Ekuador 0,54 0,18 0,23 0,27 0,10 0,40 0,29EU-27 8,88 8,66 8,56 7,96 9,35 9,03 8,74Perancis 4,59 5,84 4,43 5,41 6,39 4,65 5,22Indonesia 1,73 1,21 0,54 0,97 1,53 2,58 1,43Italia 0,18 0,15 0,11 0,17 0,07 0,02 0,12Jepang 2,26 1,95 3,55 1,80 2,23 4,55 2,72Filipina 0,96 0,93 1,00 1,04 1,90 3,97 1,63Rep. Korea 15,17 11,09 10,8 9,93 10,75 11,72 11,58Seychelles 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Spanyol 4,40 4,24 4,94 4,71 5,31 6,56 5,02Thailand 0,18 0,27 0,57 0,64 0,60 1,97 0,71

Sumber: UN Comtrade 2008, diolah

Tabel 18 menunjukkan bahwa umumnya pada komoditas ikan tuna olahan

negara Indonesia mempunyai keunggulan komparatif karena memiliki indeks

RCA lebih besar daripada satu . Indeks RCA Indonesia mengalami fluktuatif,

pada tahun 2002 dan 2003 indeks RCA hanya sebesar 0,88 dan 0,99. Pada tahun

2004 hingga 2006 indeks RCA negara Indonesia lebih besar dari satu, namun

pada tahun 2007 mengalami penurunan. Hal ini berarti negara Indonesia memiliki

keunggulan komparatif antara 0,85 hingga 1,10 relatif lebih baik dibandingkan

dengan negara eksportir lainnya. Indeks RCA memperlihatkan bahwa negara

Indonesia memiliki daya saing yang lemah untuk komoditas ikan tuna olahan.

Negara yang memiliki indeks RCA terbesar untuk ikan tuna olahan adalah

Seychelles dan Thailand.

Tabel 18. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Olahan Tahun 2002-2007

Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007RCA Rank RCA Rank RCA Rank RCA Rank RCA Rank RCA Rank

Australia 0,01 12 0,01 12 0,03 12 0,03 12 0,02 11 0,01 11Ekuador 1,92 3 1,86 3 2,09 3 1,96 3 1,86 2 1,54 3EU-27 0,55 9 0,39 9 0,34 9 0,42 9 0,38 9 0,34 8Perancis 1,54 5 1,48 6 1,62 4 0,67 8 1,41 4 0,70 7Indonesia 0,87 8 0,99 8 1,10 7 1,08 7 1,01 8 0,85 6Italia 1,60 4 1,56 4 1,62 5 1,38 4 1,24 6 1,20 4Jepang 0,21 10 0,19 10 0,14 10 0,17 10 0,05 10 0,11 10Filipina 1,43 6 1,55 5 1,49 6 1,36 5 1,28 5 0,23 9Rep. Korea 0,02 11 0,05 12 0,04 11 0,05 11 0,00 - 0,00 -

Seychelles 2,07 1 2,00 1 2,17 1 2,02 1 1,89 1 1,59 1Spanyol 1,06 7 1,04 7 1,06 8 1,22 6 1,18 7 0,97 5Thailand 2,04 2 1,97 2 2,12 2 1,97 2 1,84 3 1,54 2Sumber: UN COmtrade 2008, diolah

Page 86: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Pengusaan pasar negara Indonesia untuk komoditas ikan tuna olahan rata-

rata hanya 4,11 persen per tahun (Tabel 19). Pangsa pasar terbesar dikuasai oleh

Negara Thailand dan Perancis yang masing meguasasi pasar rata-rata sebesar

35,37 dan 9,12 persen.

Tabel 19. Pangsa Pasar Ikan Tuna Olahan Tahun 2002-2007 (%)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007Rata-rata per tahun

Australia 0,03 0,03 0,06 0,06 0,04 0,03 0,04Ekuador 8,76 7,91 6,92 8,78 8,61 9,42 8,40EU-27 2,55 2,25 2,37 2,39 2,17 2,57 2,38Perancis 14,14 12,56 12,60 2,21 10,82 2,37 9,12Indonesia 3,86 3,79 4,51 4,50 3,68 4,34 4,11Italia 3,74 2,95 3,45 3,39 2,91 3,56 3,33Jepang 0,30 0,24 0,27 0,21 0,17 0,21 0,23Filipina 4,18 4,27 2,49 2,29 2,52 0,36 2,69Rep. Korea 0,13 0,18 0,16 0,17 0,00 0,00 0,11Seychelles 7,25 7,26 6,44 6,24 5,31 5,23 6,29Spanyol 9,29 8,78 9,40 10,01 9,08 10,35 9,48Thailand 30,86 31,12 34,21 39,54 36,80 39,66 35,37

Sumber: UN Comtrade 2008, diolah

Rendahnya daya saing Indonesia untuk komoditas ini disebabkan oleh

rendahnya nilai ekspor ikan tuna dalam bentuk olahan. Tujuh industri

pengalengan ikan tuna di Jawa Timur,saat ini empat unit tidak berproduksi lagi.

Sulawesi Utara yang semula memiliki empat industri, saat ini hanya dua yang

masih beroperasi. Namun, kedua industri tersebut sekarang telah diambil alih oleh

investor dari Filipina. Bali saat ini hanya satu unit yang masih aktif, sebelumnya

ada dua industri pengalengan ikan tuna. Perusahaan pengolahan ikan banyak

yang tidak beroperasi karena kurangnya bahan baku dan modal untuk terus

melanjtukan usahanya. Peraturan pemerintah yang mengijinkan penjualan tuna

secara gelondongan, juga mempengaruhi ekspor tuna olahan. Para penangkap

ikan tuna lebih senang menjual langsung ikan tuna segar terutama yang masuk

grade A, menurut mereka daya beli pengolah di dalam negeri masih rendah dan

belum mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi daripada harga ekspor.

Masalah ini membuata adanya sedikit pertentangan antara industri pengolah dan

pemasar ekspor.

Page 87: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Indeks RCA Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas

ikan tuna segar dan olahan, namun untuk komoditas ikan tuna beku Indonesia

tidak memiliki keunggulan komparatif. Penguasaan pangsa pasar untuk

komoditas ikan tuna segar yang besar, namun tidak untuk komoditas ikan tuna

beku dan olahan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan

pangsa pasar terutama untuk komoditas ikan tuna beku dan olahan dan

meningkatkan daya saing komoditas Ikan tuna baik segar, beku dan olahan di

pasar internasional baik secara internal maupun eksternal

Upaya internal yang harus dilakukan yaitu memperbaiki kualitas ikan

terutama dari penyakit dan berbagai isu tentang keamanan pangan yang menjadi

hambatan dalam perdagangan ikan tuna di pasar internasional dan penerapan

teknologi yang lebih baik dalam pengolahan ikan. Upaya ekstenal yang dilakukan

yaitu memperluas jaringan kerjasama internasional dengan melakukan usaha

ekspor ke negara lain selain negara yang menjadi tujuan utama ekspor dan

mengikuti organisasi yang berkaitan dengan perdagangan ikan tuna di pasar

internasional agar mudah dalam melakukan perdagangan internasional.

6.3. Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Ikan Tuna Nasional

Daya saing suatu negara selain dilihat dari keunggulan komparatifnya

harus dilihat pula keunggulan kompetitifnya. Suatu negara tidak bisa hanya

menggantungkan keunggulannya pada keunggulan komparatif, tetapi juga harus

didukung oleh keunggulan kompetitif (Zamroni 2000). Strategi persaingan dalam

perdagangan dunia sangat penting, terutama dengan mulainya era perdagangan

bebas yang membuat hambatan baik tarif maupun non-tarif berkurang.

Daya saing komoditas ikan tuna nasional dilihat berdasarkan Teori Berlian

Porter. Teori Berlian Porter menjelaskan ada empat kondisi faktor yang

berpengaruh terhadap daya saing internasional. Empat kondisi faktor (faktor

internal) tersebut adalah kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan,

eksistensi industri pendukung dan terkait, dan strategi persaingan. Peran

pemerintah dan peran kesempatan berada diluar industri ikan tuna (faktor

eksternal), namun kedua peran ini turut mempengaruhi daya saing ikan tuna

nasional. Penjelasan tentang kondisi faktor internal dan eksternal ikan tuna

nasional adalah sebagai berikut:

Page 88: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

6.3.1. Kondisi Faktor Sumberdaya

Kondisi faktor sumberdaya yang berpengaruh terhadap agribisnis ikan

tuna adalah sumberdaya fisik atau alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu

pengetahuan dan teknologi, sumberdaya modal, dan sumberdaya infrastruktur.

Kelima faktor ini memiliki keterkaitan dalam rangka agribisnis ikan tuna. Berikut

penjelasan mengenai kondisi kelima faktor sumberdaya tersebut:

6.3.1.1. Sumberdaya Fisik atau Alam

Sumberdaya fisik atau alam ini menyangkut ketersediaan ikan tuna di

negara Indonesia. Sumberdaya perikanan yang mempengaruhi daya saing ikan

tuna di pasar internasional meliputi, ketersedian daerah penangkapan,

ketersediaan kapal dan biaya yang terkait dalam penangkapan ikan tuna.

Ketersediaan daerah penangkapan seperti yang telah dijelaskan pada bab

pendahuluan (Tabel 2), wilayah Indonesia masih memiliki daerah yang cukup luas

untuk penangkapan ikan tuna. Aktivitas penangkapan masih terfokus di daerah

Selat Malaka dan Laut Jawa karena umumnya Bandar pelabuhan yang paling aktif

terletak di wilayah Jakarta, Pelabuhan Ratu, Cilacap dan Bali.

Ketersediaan terhadap kapal untuk menangkap juga mempengaruhi daya

saing ikan tuna nasional. Kapal yang tersedia sangat berguna untuk penangkapan

ikan. Ikan tuna memiliki sifat mudah bermigrasi, sehingga untuk

penangkapannya dibutuhkan kapal berukuran besar. Ketersediaan kapal untuk

pengangkapan ikan tuna ditampilkan pada Tabel 19.

Tabel 20 menunjukkan bahwa nelayan Indonesia umumnya melaut

dengan kapal tanpa motor dengan ukuran perahu yang kecil. Persentase

penggunaan kapal tanpa motor pada tahun 2007 sebesar 41 persen, kapal dengan

motor temple 31 persen, dan kapal motor sebanyak 28 persen. Rendahnya nilai

penggunaan kapal motor membuat jumlah ikan yang mampu diekspor sangat

sedikit, sebab penggunaan kapal tanpa motor tidak dilengkapi dengan alat

penyimpan ataupun es batu. Hal ini menyebabkan saat sampai ke daratan ikan

sudah tidak segar lagi.

Kapal motor dibedakan umumnya dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

Page 89: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

1) Kapal besar. Kapal ini terbuat dari besi yang berukuran >200 GT dan

dilengkapi fasilitas ruang pendingin (deep freezing) yang dapat menyimpan

ikan dalam jangka waktu berbulan-bulan.

2) Kapal fresh tuna. Kapal ini terbuat dari kayu atau fiber glass yang

berukuran 50-200 GT dan dilengkapi dengan ruang pendingin dengan

temperature 400C yang cukup menjaga kesegaran ikan hingga tiga minggu.

3) Kapal kecil. Kapal ini terbuat dari kayu atau fiber glass yang berukuran <50

GT yang membawa es batu, air es, atau flake ice di dalam palkanya dan

biasanya untuk kegiatan penangkapan satu atau beberapa hari.

Tabel 20. Jumlah Kapal Motor Berdasarkan Ukurannya Tahun 2002-2007 (unit)

Jenis 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Kenaikan rata-rata

2002-2007 (%)

Perahu Tanpa Motor

219.079 250.469 256.830 244.471 249.955 241.889 2,21

Perahu dengan Motor Tempel

130.185 158.411 165.337 165.314 185.983 185.509 7,66

Kapal Motor dengan ukuran (gross ton)

< 5 GT 74.292 79.218 90.148 102.456 106.609 114.273 9,065-10 GT 20.208 24.358 22.917 26.841 29.899 30.617 9,11

10-20 GT 5.866 5.764 5.952 6.968 8.190 8.194 7,24

20-30 GT 3.382 3.131 3.598 4.553 5.037 5.345 10,16

30-50 GT 2.685 2.338 800 1.092 970 913 -11,8550-100 GT

2.430 2.698 1.740 2.160 1.926 1.832 -3,21

100-200 GT

1.612 1.731 1.342 1.403 1.381 1.322 -3,28

>200 GT 559 559 436 323 367 420 -3,97Total

460.298 528.677 549.100 555.581 590.317 590.314 5,23

Sumber: BPS 2007

Biaya yang terkait dalam penangkapan ikan tuna dengan alat tangkap Long

Line .(rawai tuna) dengan asumsi seperti berikut:

1) Kapal yang digunakan ukuran 30 GT dengan kebutuhan Solar 7.000 liter per

trip

2) Satu kali trip selama 20 hari dan dalam hanya ada Sembilan kali trip.

Perhitungan biaya ikan tuna dalam setahun berdasarkan asumsi di atas

dijelaskan pada Tabel 21. Biaya yang paling besar dikeluarkan terletak pada

kebutuhan bahan bakar dengan persentase sebesar 13,07 persen.

Page 90: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Tabel 21. Estimasi Biaya Penangkapan Ikan Tuna per TahunJenis Biaya Jumlah Biaya

Biaya Investasi1. Biaya pengadaan kapal 1.500.000.0002. Biaya pengadaan mesin 50.500.0003. Biaya pengadaan alat tangkap (pancing) 60.000.000Biaya Produksi1. Biaya tetap per tahun a. Perawatan kapal 20.000.000 b. Perawatan mesin 20.000.000 c. Perawatan alat tangkap 4.800.0002. Biaya operasional (tidak tetap pertahun) a. Solar (9 trip x 7.000 lt @ Rp.4.500) 283.500.000 b. Perbekalan 186.300.000 c. Es (1000 balok @ Rp.10.000) 10.000.000 d. Umpan Lemuru (5.000 kg @ Rp.3.000) 15.000.000 e. Umpan Layang (3.000 kg @ Rp. 6.250) 18.750.000Total Biaya Per Tahun 2.168.850.000

Sumber: Hikmayani dan Asnawi 2007

Kondisi faktor sumberdaya alam untuk komoditas ikan tuna dilihat dari

segi ketersediaan daerah penangkapan masih baik, namun untuk kondisi

ketersediaan kapal dan biaya terkait dengan penangkapan ikan tuna terdapat

kendala yaitu rendahnya kapal berukuran besar yang beroperasi dan tinggi biaya

yang dikeluarkan terutama untuk bahan bakar. Daya saing komoditas ikan tuna

nasional akan meningkat jika kualitas dan kuantitas ikan tuna juga meningkat,

maka diperlukan upaya untuk menjaga ketersediaan ikan tuna diperairan dan

memperbanyak jumlah kapal motor agar dapat melakukan penangkapan di laut

lepas.

6.3.1.2. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan faktor penentu dalam peningkatan

dinamika pembangunan suatu negara. Sumberdaya manusia merupakan faktor

penggerak sumberdaya lain yang besifat statis. Sumberdaya manusia sangat

penting untuk meningkatkan daya saing terutama dalam suasana persaingan yang

sangat ketat. Sumberdaya manusia yang terkait dengan perdagangan ikan tuna

dan mempengaruhi daya saing ikan tuna di pasar internasional ini meliputi jumlah

tenaga kerja yang tersedia baik di bagian hulu dan hilir, kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki oleh sumberdaya manusia tersebut.

Page 91: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Jumlah penduduk Indonesia yang saat ini berprofesi sebagai nelayan

menurut Tabel 22 terbagi menjadi tiga jenis, yaitu nelayan penuh, nelayan sebagai

pekerjanan sampingan utama, dan nelayan sebagai pekerjaan sampingan

tambahan. Persentase nelayan penuh dari tahun 2006-2007 mengalami penurunan

sebesar 15,32 persen, untuk nelayan sampingan utama naik sebesar 28,58 persen,

dan untuk nelayan sampingan tambahan naik sebesar 16,82 persen. Nelayan

penuh mengalami penurunan sebab banyak nelayan yang tidak dapat melaut

karena keterbatasan modal dan beralih ke pekerjaan lain atau berubah menjadi

nelayan sampingan. Keterampilan penangkapan ikan pun dikategorikan masih

tradisional, jika dibandingkan dengan negara lain yang kapal untuk penangkapan

sudah dilengkapi dengan alat pendeteksi ikan. Alat ini sangat berguna untuk

mengetahui letak gerombolan ikan tuna. Nelayan yang telah bekerjasama dengan

perusahaan pengolahan atau eksportir memiliki pengetahuan dan penguasaan

teknologi yang cukup baik serta kapal yang digunakan sudah memiliki ruang

pendingin dan alat pendeteksi ikan.

Tabel 22. Jumlah Nelayan menurut Kategori Nelayan Tahun 2002-2007

TahunNelayan Penuh

(Full time)Sambilan Utama (Part time-major)

Sambilan Tambahan (Part time-minor)

2002 1.277.129 923.322 371.5912003 1.729.671 1.112.217 469.9332004 1.182.604 826.206 337.9722005 1.145.653 648.591 263.7422006 1.293.530 626.065 283.8172007 1.095.399 805.011 331.557

Kenaikan rata-rata 2002-2007 (%)

-0,35 4,28 0,17

Kenaikan 2006-2007 (%) -15,32 28,58 16,82Sumber: BPS 2007

Tingkat pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia untuk

pengolahan pasca panen dan pemasaran yang dimiliki masih dibawah standar.

Indikator dari rendahnya tingkat pengetahuan dan keteremapilan terlihat dari

sedikitnya perusahaan yang mampu menghasilkan ikan tuna sesuai dengan selera

konsumen dan adanya keterbatasan jumlah perusahaan yang mampu mendapatkan

ijin ekspor. Ikan tuna Indonesia banyak yang terkena isu keamanan pangan yang

menandakan rendahnya pengawasan mutu baik setelah penangkapan maupun saat

pengolahan. Sumberdaya manusia untuk komoditas ikan tuna nasional

Page 92: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

memerlukan pembenahan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ikan tuna

nasional.

6.3.1.3. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi daya

saing ikan tuna nasional adalah, ketersediaan pengetahuan teknis ekspor,

kertersediaan pengetahuan untuk penangkapan pengetahuan tentang penyimpanan

ikan setelah pengangkapan, lembaga penelitian, asosiasi pengusaha, dan asosiasi

perdagangan. Pengetahuan tentang teknis ekspor telah dimiliki oleh Indonesia

terutama untuk negara tujuan utama terdapat pada Lampiran 10,11 dan 12.

Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya tuna

disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Tuna merupakan ikan

perenang cepat yang bergerombol. Oleh karena itu, alat penangkap ikan yang

digunakan haruslah yang sesuai dengan perilaku ikan tersebut. Ada lima macam

alat penangkap tuna, yaitu rawai tuna (long line), huhate (pole and line), pancing

tangan (handline), pukat cincin (purse seine), dan jaring insang (gillnet).

Ikan tuna setelah ditangkap harus dijaga kesegarannya, sehingga

dibutuhkan penanganan yang tepat pasca penangkapan. Kesegaran ikan tuna

dapat ditangani dengan pemberian suhu rendah melalui proses pendinginan dan

pembekuan. Penerapan suhu rendah adalah untuk menghindarkan hasil

perikanan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh autolisa atau karena

pertumbuhan mikroba. Aktifitas enzim maupun pertumbuhan mikroba sangat

dipengaruhi oleh suhu. Pada kondisi tertentu aktifitasnya menjadi optimum dan

pada kondisi lain aktifitasnya dapat menurun, terhambat bahkan terhenti. Suhu

optimum dimana enzim dan mikroba mempunyai aktifitas yang paling baik

biasanya terletak pada suhu di antara sedikit di bawah dan di atas suhu kamar.

Berdasarkan peraturan dari International Institut of Refrigeration, Paris suhu

penyimpanan untuk ikan berlemak (termasuk ikan tuna) dibagi menjadi beberapa

jenis menurut waktu penyimpanan, empat bulan pada suhu -180C, delapan bulan

pada suhu -250C dan 24 bulan pada suhu -300 C. Suhu penyimpanan beku bagi

produk ikan yang akan dimanfaatkan untuk sashimi, dianjurkan pada suhu -500C

hingga -600C.

Page 93: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lembaga penelitian dalam hal ini terkait dengan adanya badan

strandadisasi nasional (BSN) yang berguna untuk mengawasi mutu ikan yang

dihasilkan agar sesuai dengan ketentuan negara tujuan ekspor. Komoditas ikan

tuna memiliki asosiasi yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengurus tentang

ikan tuna yaitu dengan dibentuknya Asosiasi Ikan Tuna Nasional (Astuin) dan

adanya Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (Apiki) yang merupakan gabungan

pengusaha pengolahan ikan termasuk ikan tuna dan Asosiasi Tuna Longline

Indonesia.

6.3.1.4. Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal termasuk salah satu yang mempengaruhi daya saing

ikan tuna di pasar internasional. Perikanan nasional dihadapkan pada masalah

permodalan, akses permodalan untuk sektor perikanan masih terbilang sedikit dan

sulit untuk didapat. Pemerintah melalui DKP telah mengeluarkan beberapa

program pembiayaan untuk perikanan seperti Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir (PEMP) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri-Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP). DKP juga membangun

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Swamitra Mina melalui kerjasama dengan

Bank Bukopin, Bank Syariah Mandiri dan PT. Permodalan Nasional Madani (PT.

PNM).

Kegiatan PEMP diinisasi untuk mengatasi berbagai permasalahan akibat

krisis ekonomi, kenaikan BBM, kesenjangan, kemiskinan, dan rendahnya

kapasitas sumberdaya manusia (masyarakat) pesisir serta upaya mengoptimalkan

pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan. Program PEMP

meliputi beberapa kegiatan yang menjadi bagian dari program besar PEMP.

Beberapa kegiatan tersebut adalah :

1) Klinik Bisnis. Klinik ini berguna untuk konsultasi dan pendampingan bisnis

bagi masyarakat terutama penerima Bantuan Sosial Mikro dengan output

layanan Konsultasi yang berkaitan dengan rencana bisnis, pangsa pasar, mitra

usaha, rasio keuntungan dan pengembangan bisnis termasuk tatacara proposal

ke LKM/Bank

Page 94: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

2) Kedai Pesisir LEPPM3 melalui Unit Usaha Kedai Pesisir dengan Output

layanan.

Kedai ini melayani dan menyediakan kebutuhan pokok masyarakat dan

kebutuhan usaha bagi masyarakat pesisir berbentuk outlet dengan system

swalayan berlokasi di pusat kegiatan usaha masyarakat pesisir. Kedai ini juga

berfungsi sebagai pemasok bagi warung-warung sejenis di sekitarnya.

3) Program Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN)/ Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan (SPBN). SPDN/SPBN dengan Output

layanan Melayani kebutuhan BBM bagi nelayan dan pembudidaya ikan skala

kecil dengan harga sesuai ketetapan pemerintah.

PNPM Mandiri-KP merupakan program lain yang dilakukan pemerintah

untuk membantu dalam permodalan. Kegiatan pokok PNPM Mandiri-KP ini

terdiri dari:

1) Perencanaan pembangunan wilayah dan sumberdaya kelautan dan perikanan

berbasis desa.

2) Pembangunan infrastruktur desa dan lingkungan.

3) Penguatan kapasitas sumberdaya manusia, kelembagaan dan aparat.

4) Pemberdayaan masyarakat.

Program bantuan modal yang dilakukan pemerintah selama ini belum

banyak membantu permodalan para nelayan kecil. Bantuan modal tersebut tidak

dapat mencukupi kebutuhan nelayan terutama perahu untuk memancing. Akses

modal yang ada terkadang pelaksanaannya menyulitkan nelayan sehingga nelayan

jarang yang memanfaatkan akses ini. Akses modal umumnya hanya dapat diakses

oleh nelayan skala besar. Nelayan skala kecil untuk mengatasi masalah

permodalan, mereka melakukan kerjasama dengan nelayan skala besar.

Pemerintah harus mengkaji ulang bantuan modal yang agar tepat sasaran.

6.3.1.5. Sumberdaya Infrastruktur

Sumberdaya infrastruktur (sarana dan prasarana) fisik yang cukup lengkap

dan dalam kondisi yang baik merupakan salah satu pendukung peningkatan daya

saing komoidtas ikan tunas nasional. Sumberdaya infrastruktur yang

mempengaruhi daya saing ikan tuna di pasar internasional meliputi sisterm

transportasi yang tersedia, sistem komunikasi, sistem pembayaran, air, dan energi

Page 95: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

listrik. Air bersih dan listrik umumnya sangat susah didapat di daerah pantai.

Keadaan ini menyebabkan rendahnya tingkat sanitasi dan kehigienisan tempat

pendaratan ikan dan pengolahan ikan.

Kondisi jalan yang dilalui dalam proses pendistribusian ikan tuna dari

nelayan ke pengumpul atau eksportir masih buruk terutama untuk wilayah

Indonesia bagian Timur. Keadaan ini membuat jarak tempuh semakin lama dan

berakibat terhadap kemunduran kesegaran ikan tuna. Kondisi sitem transportasi

yang dimiliki seperti bandar udara dan pelabuhan sudah dimiliki. Bandar udara

yang dipakai untuk pengiriman ekspor biasanya Bali dan Jakarta, namun untuk

maskaspainya berasal dari negara asing, sebab maskapai dalam negeri masih

belum mampu memenuhi permintaan jasa penerbangan ekspor bahan makanan

segar (Fahruddin 2003). Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan Indonesia (PIPP

2006 diacu dalam Kusumastanto 2007) mencatat sampai saat ini terdapat 670 unit

pelabuhan di seluruh Indonesia, yang terdiri dari lima unit Pelabuhan Perikanan

Samudera (PPS), dua belas unit Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), 46 unit

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan 607 unit Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI).

Unit pelabuhan yang ada hanya sedikit saja yang berstandar internasional seperti

PPS Jakarta.

Sumberdaya infrastruktur untuk komoditas ikan tuna saat ini dapat

dikategorikan masih rendah. Sumberdaya infrastruktur yang ada harus diperbaiki

kondisinya, sehingga mampu menunjang peningkatan kualitas dan kuantita ikan

tuna nasional.

6.3.2. Kondisi Permintaan

Faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing komoditas ikan

tuna nasional adalah sebagai berikut:

6.3.2.1. Komposisi Permintaan Domestik

Komposisi permintaan domestik menjadi salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap daya saing komoditas ikan tuna nasional. Tingkat

pertumbuhan permintaan negara asal yang cepat mengarahkan perusahaan dalam

negara untuk melakukan peningkatan melalui penerapan teknologi yang baru dan

perbaikan fasilitas, walaupun biaya investasi yang dibutuhkan juga besar.

Page 96: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Karakter permintaan domestik akan membantu perusahaan untuk meningkatkan

keunggulan kompetitifnya. Karakteristik permintaan domestik meliputi:

1) Struktur Segmen Permintaan

Struktur segmentasi permintaan konsumen ikan tuna dibedakan menjadi

menengah ke atas dan menengah ke bawah. Konsumen menengah ke atas

umumnya membeli produk ikan tuna di pasar swalayan (supermarket) dalam

bentuk fillet atau kalengan. Konsumen menengah ke bawah umumnya

membeli ikan tuna dalam bentuk utuh dan dilakukan di pasar tradisional.

Ikan tuna yang diperdagangkan di pasar tradisional biasanya adalah cakalang

dan tongkol, sedangkan untuk jenis yang lain umumnya untuk dijual ke pasar

swalayan atau di ekspor.

2) Pengalaman dan Selera Pembeli yang Tinggi

Selera masyarakat terhadap produk ikan tuna umumnya lebih menyenangi

mengkonsumsi secara segar. Kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat

termasuk yang menyenangi mengkonsumsi ikan tuna dalam bentuk kalengan,

sebab lebih praktis untuk diolah. Ikan tuna termasuk dalam makanan yang

sering dikonsumsi di seruluh dunia, namun ikan tuna memiliki dampak

negatif terhadap kesehatan jika dikonsumsi dalam keadaan sudah tidak baik.

Ikan tuna terutama jenis cakalang, jika mutunya telah bekurang dapat

menyebabkan gatal-gatal pada manusia. Kasus ini membuat pembeli

menuntut terjaminnya kualitas ikan yang dipasarkan.

Negara-negara tujuan ekspor telah menetapkan standar tertentu untuk

komoditas ikan tuna yang akan di impor, dengan tujuan untuk melindungi

konsumen dalam negerinya dari efek negatif tersebut. Oleh karena itu, aspek

mutu menjadi faktor terpenting dalam komoditas ikan tuna.

3) Antisipasi Kebutuhan Pembeli

Antisipasi perusahaan dalam negeri masih kurang baik dalam memenuhi

kebutuhan pembeli. Perusahaan ikan tuna nasional belum mampu secara

maksimal memenuhi permintaan ikan tuna dengan standar dan jumlah yang

sesuai. Perusahaan yang dapat memenuhi standar dan selera konsumen luar

negeri masih terbatas jumlahnya.

Page 97: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

6.3.2.2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Permintaan akan ikan tuna untuk dalam negeri cukup besar jumlahnya, hal

ini dapat terlihat dari tingginya konsumsi pasar domestik terhadap ikan tuna. Ikan

tuna nasional umumnya lebih banyak dijual ke pasar domestik, rata-rata hanya

17,81 persen tiap tahunnya yang dijual ke pasar internasional. Konsumsi ikan

tuna nasional kenaikan rata pertahunnya hanya 4,55 persen, sedangkan ikan tuna

yang diekspor mengalami peningkatan sebesar 28,51 persen (Tabel 23).

Tabel 23. Konsumsi dan Ekspor Ikan Tuna Indonesia Tahun 2002-2007 (ton)

Keterangan 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Kenaikan Rata-rata

2002-2007 (%)

Konsumsi 525.699 562.005 596.562 612.324 629.782 656.088 4,55Ekspor 92.797 65.886 124.146 132.828 136.125 236.348 28,51Total 618.496 627.891 720.708 745.152 765.907 892.436 7,79

Sumber: DKP 2008

Tabel 22 memperlihatkan bahwa pola pertumbuhan untuk komoditas ikan

tuna baik di pasar domestik maupun internasional memiliki pola pertumbuhan

menigkat. Peninggkatan pola pertumbuhan permintaan ini, jika tidak dilakukan

dengan kegiatan budidaya dan konservasi akan menyebabkan masalah penurunan

populasi ikan tuna di alam bebas. Oleh karena, itu sangat penting untuk menjaga

populasi ikan tuna nasional sehingga mampu untuk mencukupi peningkatan

permintaan di masa depan.

6.3.2.3. Internasionalisasi Permintaan Domestik

Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri merupakan salah

satu pendukung peningkatan daya saing ikan tuna nasional. Internasionalisasi

permintaan domestik umumnya terjadi melalui kegiatan promosi yang dilakukan

oleh turis asing yang merasa puas dengan produk ikan tuna Indonesia. Konsumen

asing yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi, akan membantu peningkatan

daya saing ikan tuna nasional karena adanya kemungkinan konsumen asing

tersebut menyebar luaskan ke tempa lain.

Page 98: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

6.3.3. Industri Terkait dan Pendukung

Industri terkait dan pendukung merupakan industri yang terlibat langsung

dalam sistem agribisnis ikan tuna mulai dari hulu hingga hilir. Industri terkait dan

pendukung yang baik akan mendukung daya saing suatu komoditas. Industri

terkiat dan pendukung pada komoditas ikan tuna nasional. Industri terkait dan

pendukung daya saing ikan tuna adalah sebagai berikut:

1) Industri Terkait

Industri terkait dengan daya saing komoditas ikan tuna nasional terdiri dari

indsutri hulu yaitu penangkapan ikan dan industri hilir yaitu industri pasca

penangkapan dan pengolahan. Penangkapan ikan tuna dilakukan dengan

beberapa alat penangkapan yaitu. rawai tuna (long line), huhate (pole and

line), pancing tangan (handline), pukat cincin (purse seine), dan jaring insang

(gillnet). Tabel 23 memperlihatkan jumlah alat penangkapan yang paling

banyak digunakan untuk penangkapan ikan tuna dengan menggunkanan

jarring insang. Jaring insang merupakan jaring berbentuk empat persegi

panjang dengan ukuran mata yang sama di sepanjang jarring. Cara kerja

jaring insang yaitu membiarkan jarring terapung selama dua hingga tiga jam,

setelah itu jarring diangkant, ikan akan terjerat dibagian insangnya pada mata

jaring. Teknik ini memungkinan untun menangkap ikan dengan ukuran relatif

seragam.

Alat tangkap hutate dan rawai tuna memiliki kenaikan rata-rata terbesar

dibandingkan alat tangkap lainnya dengan besar masing-masing 63,05 dan

48,29 persen (Tabel 24). Kondisi industri penangkapan ikan tuna nasional,

masih dikategorikan tradisional. Nelayan yang memancing ikan tuna

umumnya memiliki keterbatasan dalam penerapan teknologi dan peralatan.

Rawai tuna merupakan alat yang paling efektif untuk digunakan dalam

penangkapan ikan tuna, namun karena keterbatasan modal nelayan lebih

banyak memakai jaring ingsang dan pancing tangan.

Page 99: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Tabel 24. Jumlah Unit Penangkapan Ikan Tuna Tahun 2002-2007

Jenis Alat Tangkap

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Kenaikan Rata-rata

2002-2007 (%)

Pancing Tangan

- - 33.018 22.863 30.250 53.76826,43

Pukat Cincin

13.213 15.685 13.714 17.198 20.211 22.74115,26

Hutate 2.092 2.512 5.032 3.872 6.861 15.765 63,05Jaring Insang

87.623 136.324 131.708 127.542 128.166 154.4077,91

Rawai Tuna 2.264 6.547 5.656 5.226 9.290 8.893 48,29Sumber: BPS 2007

Kondisi indutri pengolahan ikan tuna saat ini mengalami kendala kekurangan

bahan baku dan rendahnya daya beli. Industri pengolahan ikan tuna belum

mampu memenuhi kuota ikan tuna olahan yang mengakibatkan rendahnya

volume ekspor ikan tuna olahan. Industri pengolahan ikan tuna banyak yang

tidak beroperasi lagi sebab kekurangan bahan baku. Nelayan atau pengumpul

lebih memilih menjual hasil tangkapan untuk langsung diekspor daripada

menjualnya ke industri pengolahan ikan. Industri ikan tuna nasional hanya

mampu membeli ikan tuna grade C dan D yang kondisinya tidak terlalu baik,

serta tidak semua indutsri ikan tuna mampu membeli dengan harga tinggi.

Industri terkait dengan komoditas ikan tuna kondisinya belum mampu

mendukung daya saing komoditas ikan tuna nasional. Industri hulu masih

bermasalah dengan kurangnya modal dan penerapan teknologi sehingga hasil

tangkapannya tidak banyak, ukurannya beraneka ragam, dan kualitas ikan

yang tidak terlalu baik. Indutri hilir juga belum mampu mendukung daya

saing ikan tuna, sebab belum mampu berproduksi dalam jumlah banyak

karena keterbatasan bahan baku. Industri terkait ini harusnya saling

menunjang, namun pada kenyataannya kedua industri ini saling bertentangan,

sebab industri hulu lebih memilih menjual ikan segar ke negara tujuan ekspor

daripada menjual ke industri pengolahan. Pemerintah sebagai pembuat

regulator harus mencari solusi yang terbaik bagi keberlangsungan kedua

industri ini agar dapat berjalan harmonis.

Page 100: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

2) Industri Pendukung

Industri pendukung dalam daya saing ikan tuna nasional yaitu industri

pemasaran dan jasa pendidikan, penelitian, dan pengembangan perikanan

nasional. Industri jasa pemasaran ikan tuna nasional terdiri dari para pelaku

yang berperan sebagai perantara pemasaran komoditas ikan tuna dari nelayan

hingga ke tangan konsumen. Para pelaku tersebut adalah pedagang

pengumpul yang biasanya ada di tempat pelelangan ikan atau langsung

membeli ikan saat masih dikapal serta jasa pengiriman produk ikan tuna baik

untuk konsumsi dalam negeri dan luar negeri. Keberadaan jasa pemasaran ini

sudah cukup baik, namun untuk pengiriman luar negeri masih perlu

ditingkatkan sebab maskapai penerbangan dalam negeri belum mampu

memenuhi permintaan pengiriman bahan makanan ke luar negeri sehingga

para eksportir umumnya memakai jasa penerbangan asing.

Industri pendukung yang berkaitan dengan peningkatan daya saing ikan tuna

adalah jasa pendidikan, penelitian, dan pengembangan. Jasa pendidikan

memegang peranan penting dalam pengembangan agribisnis ikan tuna

nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing ikan tuna nasional.

Lembaga pendidikan yang tersedia untuk mendukung kelangsungan dan

peningkatan agribisnis ikan tuna di Indonesia sudah cukup baik, hal ini

terlihat dari tersedianya beberapa universitas yang memiliki fakultas yang

mempelajari tentang ilmu perikanan dan kelautan seperti Universitas

Hasanudin (Sulawesi Selatan), Universitas Soedirman dan Universitas

Diponegoro (Jawa Tengah), Universitas Brawijaya (Jawa Timur) dan Institut

Pertanian Bogor dan Universitas Padjajaran (Jawa Barat) serta Sekolah

Tinggi Ilmu Perikanan (DKI Jakarta). Lembaga ini membantu untuk

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama terkait dengan hal

manajerial dan penerapan teknologi.

Lembaga penelitian dan pengembangan ikan tuna nasional yang dibentuk

oleh pemerintah sebagai wujud dukungannya adalah Komisi Tuna Indonesia

(KTN) yang salah satunya bertugas untuk mengatasi berbagai hambatan

ekspor tuna ke manca negara. Komisi Tuna Nasional merupakan suatu

lembaga koordinasi yang menangani permasalahan industri tuna secara

Page 101: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

komprehensif dan sistematik serta mampu berkoordinasi dengan seluruh

stakeholders tuna nasional. Lembaga ini bersifat non struktural dan

bertanggung jawab kepada Menteri Kelautan dan Perikanan serta

beranggotakan seluruh stakeholders yang memahami kebijakan pengelolaan

sumber daya perikanan tuna secara global.

Lembaga ini mempunyai visi sebagai institusi yang efisisen dan efektif dalam

mendorong pengembangan industri tuna nasional yang berbasis pada konsep

kemitraan antara seluruh stakeholders industri tuna sehingga dapat bersaing

dalam industri tuna secara global. Misinya adalah mengembangkan sistim

industri perikanan tuna melalui perumusan kebijakan produksi dan kebijakan

riset serta pengembangan yang terkait dengan industri tuna, meningkatkan

daya saing industri tuna nasional dalam kontek tidak hanya sebagai pemiliki

saja, tetapi juga mampu menjadi pemanfaat dan pengolah yang memiliki daya

saing secara global.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga memiliki bagian Lembaga

Penelitian Bidang Ilmu Kelautan LIPI (Puslit Oseanografi) yang bertugas

melakukan penelitian dan pengembangan terhadap kelautan Indonesia.

Keberadaan jasa pendidikan, penelitian, dan pengembangan perikanan di

Indonesia sudah cukup baik, sehingga mampu mendukung peningkatan ikan

tuna nasional.

6.3.4. Struktur, Persaingan, dan Strategi Industri Ikan Tuna

Struktur, persaingan dan strategi bersaing komoditas ikan tuna nasional

dianalisis dengan menggunakan analisis industri yang biasa disebut dengan “The

Five Competitive Forces”. Analisis industri tersebut terdiri dari lima kekuatan

atau faktor persaingan yang dicetuskan oleh Porter. Kelima faktor persaingan

tersebut adalah ancaman pendatang baru, ancaman produk subtitusi, posisi tawar

pembeli, posisi tawar pemasok, dan persaingan dari perusahaan sejenis. Berikut

ini uraian mengenai kelima faktor persaingan tersebut:

1) Ancaman Pendatang Baru

Kegiatan ekspor ikan tuna ini termasuk sektor yang cukup berpotensial

karena termasuk bahan makanan utama, terutama untuk negara yang makanan

utamanya adalah ikan seperti Jepang. Namun, tidak semua negara yang

Page 102: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

memiliki laut dapat melakukan kegiatan ekspor ikan tuna karena ikan tuna

hanya terdapat di perairan tropis dan sub-tropis dan memiliki sifat yang aktif

bergerak. Ancaman adanya pendatang baru dalam perdagangan ikan tuna

mungkin saja terjadi terutama dari negara di kawasan Asia yang termasuk

dalam perairan tropis dan sub-tropis. Malaysia sudah mengalokasikan dana

untuk perikanan tuna dan bahkan berani menarik industri tuna nasional

dengan subsidi BBM jika bersedia pindah ke Malaysia.

Ancaman pendatang baru juga dapat berasal dari negara yang akan

menerapkan teknologi budidaya ikan tuna. Negara seperti Perancis, Italia,

Kroasia, Aljazair, Tunisia, Maroko, Lybia, Malta, Siprus, Yunani, Turki,

Libanon, Syria, Amerika Serikat di pantai Barat California, Meksiko dan

Kanada juga mulai aktif mengembangkan budidaya tuna. Negara ini sangat

berpeluang menjadi ancaman bagi Indonesia, sebab jika mereka berhasil

melakukan budidaya ikan tuna akan mempengaruhi jumlah ekspor ikan tuna

nasional. Teknik budidaya ini memungkinan dihasilkan ikan dengan berat

yang hampir seragam dan kontinuitas dapat terjaga, sedangkan Indonesia

sangat bergantung kepada kondisi alam yang hasilnya sangat beragam.

2) Ancaman Produk Subtitusi

Ancaman akan produk subtitusi ikan tuna dapat dapat berasal dari komoditas

perikanan lain yang memiliki kandungan gizi yang hampir sama atau

memiliki tingkat permintaan yang besar. Ikan ini merupakan sumber omega-

3 terbaik. Sumber omega-3 dapat berasal dari ikan tuna, ikan salmon, ikan

hering, ikan sarden, udang dan kerang. Kesamaan kandungan omega-3

terhadap hasil perikanan ini dapat berfungsi sebagai produk subtittusi. Ikan

salmon menjadi ancaman utama produk subtitutisi ikan tuna sebab memiliki

rasa yang hampir sama dan sering diolah menjadi sashimi oleh masyarakat

Jepang. Ikan salmon juga memiliki tren permintaan yang meningkatkan dan

disukai oleh masyarakat Barat untuk dijadikan steak karena rasanya yang

enak. Produk ancaman ikan tuna olahan dapat berasal dari ikan makarel dan

sarden. Kedua ikan ini banyak yang diolah dalam bentuk kaleng sebagai

makanan cepat saji. Ikan makarel memiliki rasa dan kandungan gizi yang

hampir sama dengan ikan tuna seperti yang terlihat dalam Tabel 25.

Page 103: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Tabel 25. Komposisi Nilai Gizi Ikan Tuna dan Makarel

Komposisi

Jenis Ikan Tuna dan Tuna like species

Blue fin Southtern blue finYellow

finSkipjack MackerelDaging

merah (akami)

Daging perut (toro)

Daging merah

(akami)

Daging perut (toro)

Daging merah

(akami)Air 68,7 52,6 5,6 63,9 74,2 70,4 62,5Protein (gram)

18,3 21,4 23,6 23,1 22,2 25,8 19,8

Lemak (gram)

1,4 24,6 9,3 11,6 2,1 2,0 16,5

Karbohidrat (kal)

0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,4 0,1

Abu (gram) 1,5 1,3 1,4 0,3 1,4 1,4 1,1Sumber: Infofish 2002

3) Posisi Tawar Pembeli

Peningkatan posisi tawar pembeli untuk komoditas ikan tuna, terjadi jika

negara eksportir memiliki kekuatan lebih besar untuk mementukan

perdagangan. Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa sebagai pembeli

sangat mempunyai kekuatan untuk mengatur perdagangan komoditas ikan

tuna nasional. Ketiga negara tersebut melalui departemen masing-masing

menetapkan standar tertentu untuk komoditas yang diimpor. Jepang juga

sebagai salah satu anggota Commission for Conservation of Southern Bluefin

Tuna (CCSBT), pernah melakukan penolakan ikan tuna Indonesia, sebab

Indonesia tidak termasuk ke dalam organisasi tersebut. Ketatnya peraturan

menuntut Indonesia harus mengikuti semua peraturan yang ada untuk

melakukan ekspor. Negara tersebut termasuk penguasa pasar yang berhak

dalam menetapkan harga ikan, sedangkan sebagai pengikut pasar Indonesia

tidak dapat menentukan harga. Keaktifan dalam organisasi manajemen

perikanan juga menjadi kekuatan negara tujuan ekspor, jika Indonesia tidak

termasuk dalam daftar anggota, negara tersebut cenderung akan melakukan

penolakan terhadap ikan tuna nasional.

4) Posisi Tawar Pemasok

Peningkatan posisi tawar pemasok untuk komoditas ikan tuna segar, beku,

dan olahan terjadi ketika nelayan memiliki kekuatan untuk memilih menjual

hasil tangkapannya, namun di tempat pelelangan ikan posisi tawar nelayan

menjadi rendah. Nelayan terpaksa menjual hasil tangkapnya dengan harga

Page 104: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

lebih murah untuk menghindari ikan membusuk dan tidak laku dijual.

Pedangang pengumpul yang memiliki cold storage selanjutnya menjadi

pemasok bagi industri ikan tuna segar, beku, dan olahan. Pedagang

pengumpul ini yang menentukkan kepada siapa ikan tersebut akan dijual

apakah terhadap perusahaan ikan tuna segar, beku atau olahan. Industri ikan

tuna olahan nasional memiliki posisi tawar yang rendah terhadap pedagang

pengumpul ataupun perusahaan penangkapan ikan tuna. Industri ikan tuna

olahan nasional belum memiliki kemampuan untuk membeli ikan tuna

dengan harga yang bersaing terhadap ikan tuna segar. Perusahaan

penangkapan atau pedagang pengumpul lebih memelih untuk mengekspor

ikan tuna dalam bentuk segar dibandingkan dijual kepada industri tuna

olahan, selain karena daya beli rendah dan adanya peraturan dari pemerintah

yang mengenakan pajak sepuluh persen untuk pengangkutan ikan tuna

gelondongan antar pulau di dalam negeri. Industri ikan tuna olahan

umumnya hanya bisa mendapatkan ikan tuna kualitas grade C dan D. Ikan

tuna grade C dan D biasanya diolah terlebih dahulu untuk dijual, namun

masih ada negara seperti Thailand yang menerima ikan grade C dan D ini

dalam bentuk segar. Para nelayan lebih menyenangi menjual ikan tersebut

untuk diekspor daripada dijual ke dalam negeri. Industri ikan tuna olahan

nasional tidak memiliki posisi tawar yang baik, sehingga sering mengalami

kekurangan bahan baku karena ikan dijual kepada negara lain dan terpaksa

harus melakukan impor untuk mencukupi kekurangan tersebut.

Faktor lain yang membuat posisi tawar industri ikan tuna olahan nasional

rendah karena adanya ketergantungan terhadap impor untuk bahan pengemas

kaleng (tin-plate). Impor pengemas kaleng ini berdampak kepada tidak

bersaingnya harga jual ikan tuna kaleng nasional, sebab harganya akan lebih

mahal untuk menutupi biaya impor. Posisi tawar pemasok yang lebih

dominan ini menyebabkan rendahnya ekspor ikan tuna olahan nasional.

5) Persaingan Negara Lain.

Kondisi ikan tuna yang semakin menurun membuat beberapa negara

melakukan budidaya tuna (tuna farming or tuna sea ranching) seperti Jepang,

Austalia, Afrika Selatan dan Spanyol. Australia dan Afrika Selatan

Page 105: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

merupakan negara yang menguasi pasar Jepang karena mampu menghasilkan

mutu ikan dengan “grade sashimi”, ikan ini merupakan hasil dari budidaya

ikan tuna. Negara Afrika Selatan, Australia, dan Spanyol terus meningkatkan

budidaya ikan tuna, hal ini sangat berbahaya bagi industri ikan tuna nasional.

Ketiga negara tersebut dapat mengontrol kualitas dan kuantitas ikan tuna,

sedangkan Indonesia masih menghadapi masalah untuk hal tersebut.

Negara pesaing pengekspor ikan tuna khususnya di Asia Tenggara adalah

Thailand. Thailand menguasai pasar untuk ikan tuna olahan (kaleng),

sedangkan Indonesia hanya menguasai pasar ikan tuna segar. Indonesia

sebenarnya memiliki potensi ikan tuna yang lebih besar ketimbang Thailand,

tetapi nilai ekspor Indonesia dibawah Thailand. Hal ini disebabkan Indonesia

juga melakukan ekspor ikan tuna segar ke Thailand, hal ini sangat

disayangkan karena Indonesia menjadi penyuplai bahan baku bagi Industri

pengolahan Thailand. Thailand mengemas ikan tuna segar Indonesia ke

dalam kalengan dan mengekspornya ke negara lain terutama ke kawasan Uni

Eropa dan Amerika yang menyenangi produk tuna olahan. Industri

pengolahan ikan tuna nasional banyak yang tidak beroperasi , sebab

kekurangan bahan baku akibat penjualan hasil tangkapan ikan tuna lebih

banyak dalam bentuk segar dan adanya ketergantungan terhadap kemasan

kaleng yang harus di impor serta munculnya produk tuna dalam kemasan

plastik yang hingga saat ini masih belum mampu dilakukan oleh Indonesia.

Industri pengolahan belum mampu mendukung dalam peningkatan daya saing

komoditas ikan tuna nasional sehingga perlu untuk dibenahi terkait masalah

kekurangan bahan baku, SDM yang kurang memdai, dan keterbatasan modal

agar dapat bersaing dengan negara lain.

Struktur persaingan, perusahaan dan strategi persaingan untuk komoditas

ikan tuna sangat ketat. Kemungkinan munculnya pesaing baru dalam industri ini

sangat besar dengan penerapan teknologi budidaya, sedangkan Indonesia sendiri

belum mampu untuk menerapkannya karena membutuhkan biaya cukup besar dan

tenaga ahli yang memadai. Kekuatan tawar pembeli juga sangat besar dalam

menentukan perdagangan ikan tuna, persaingan dari negara lain sangat kuat dan

negara tersebut didukung oleh teknologi dan modal yang cukup. Ancaman untuk

Page 106: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

produk subtitusi cenderung lemah dan tingkat kekuatan pemasok cukup

berpotensi meningkat. Keadaan struktur persaingan, perusahaan, dan strategi

perusahaan ini dapat memperlemah daya saing komoditas ikan tuna nasional.

6.3.5. Peran Pemerintah

Peran serta pemerinatah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator

pengawasan perekonomian untuk memajukan komoditas ikan tuna nasional sangat

diharapkan. Persaingan global yang dihadapi saat ini membutuhkan pemerintahan

yang kuat untuk pengembangan ekonomi domestik. Peran pemerintah dalam

peningkatan ikan tuna nasional saat ini sudah cukup baik. Departemen Kelautan

dan Perikanan merupakan lembaga yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur

masalah tentang perikanan Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan

sendiri saat ini telah melakukan pengembangan untuk komoditas ikan tuna.

Progaram DKP terkait dengan tuna yaitu revitaliasasi perikanan dan Program

Manajemen Mutu Terpadu (PMMT) yang berbasis dari Hazard Analysis of

Critical Control Points (HACCP) terutama terhadap indutsri pengolahan

berorientasi ekspor.

Program DKP untuk mengembangkan komoditas ikan tuna disebut sebagai

revitalisasi perikanan. Program ini menfokuskan pengembangan untuk tiga

komoditas utama yaitu udang, ikan tuna dan rumput laut. Program revitalisasi

untuk ikan tuna meliputi:

1) Optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab.

2) Peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha penangkapan.

3) Peningkatan kemampuan dan kapasitas pendukung produksi di dalam negeri.

4) Peningkatan sumberdaya manusia dan penyerapan teknologi.

5) Peningkatan kemampuan manajemen usaha kecil dan akses permodalan.

6) Peningkatan mutu hasil perikanan sebagai bahan baku.

7) Pengembangan dan penyebaran cluster industri.

8) Restrukturisasi armada perikanan.

9) Revitalisasi pelabuhan perikanan.

10) Pengembangan dan penyusunan standarisasi sarana perikanan tangkap.

Pemerintah juga mendirikan Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang

berguna untuk melakukan pengawasan mutu ikan tuna yang dihasilkan seperti

Page 107: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

menguji histamine yang terdapat pada ikan dan menetapkan batas histamin yang

dapat dikandung. Ikan tuna hasil tangkapan harus mendapatkan SNI (Standarisasi

Nasional Indonesia) agar bisa diekspor.

Pemerintah saat ini telah banyak membantu perkembangan komoditas ikan

tuna, namun ada hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah terkait dengan

ketersediaan ikan tuna di alam. Pemerintah sebaikknya melakukan pengawasan

yang ketat terhadap semua daerah perairan Indonesia dari pencurian ikan. Kasus

pencurian ikan ini akan membawa dampak negatif terhadap perkembangan

komoditas ikan tuna nasional. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama oleh semua

aparat pemerintahan untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam Indonesia.

Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk peningkatan daya saing ikan tuna

nasiona, hal ini terkait dengan pembenahan infrastruktur, penciptaan iklim bisnis

yang mendukung, dan peningkatan terhadap akses pembiayaan.

6.3.6. Peran Kesempatan

Peran kesempatan yang berada pada ruang lingkup komoditas ikan tuna

untuk meningkatkan daya saing diantara lain perkembangan teknologi budidaya

dan era perdagangan bebas. Penjelasan mengenai peran kesempatan tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Pekembangan Teknologi budidaya.

Ikan tuna yang selama dihasilkan berasal dari tangkapan di alam. Namun,

sifat ikan tuna yang selalu bermigrasi membuat para nelayan sulit

mendapatkan jumlah dan ukuran tuna yang seragam. Industri pengolahan

ikan membutuhkan bahan baku yang stabil. Permasalahan ini membuat

beberapa negara mulai mencoba teknologi budidaya ikan tuna. Penemuan

teknologi budidaya ini dapat mengatasi masalah kesulitan bahan baku.

Teknik ini memudahkan para nelayan atau eksportir untuk mengekspor ikan

tuna dalam bentuk yang seragam dan kualitas mutu yang terjamin.

Teknik budidaya dapat dilakukan pada kondisi perairan yang cocok untuk

budidaya tuna diantaranya adalah suhu perairan berkisar 15 – 280C, perairan

budidaya tidak tercemari oleh buangan lumpur sungai, aliran arus laut yang

cukup, tingkat penetrasi cahaya yang cukup besar dan tingkat oksigen terlarut

yang tinggi. Bentuk jaring apung harus dirubah dari kubus dan segiempat ke

Page 108: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

bentuk lingkaran untuk menyesuaikan dengan tipe berenang tuna. Teknik

budidaya ikan tuna dibedakan menjadi dua jenis yaitu27:

a)Penggemukkan Anak Tuna

Pertama anak-anak ikan tuna ditangkap dilaut dengan menggunakan

purse seine yang berukuran 120 cm dan berat sekitar 30-50 kg. Ikan

yang telah terjaring tetap dibiarkan dilaut dan ditarik dengan kapal

berkecepatan 1-2 knot. Ikan kemudian dipindahkan ke jaring apung

bagian dalam yang terbuat dari plastik polyetilene hitam, berdiameter 30-

40 meter (m) , dengan kedalam jaring 12-20 m atau lima meter diatas

permukaan dasar laut dan ukuran mata jaring 60-90 milimeter (mm).

Jaring apung luar memiliki ukuran mata jaring 150-200 mm dan

berfungsi untuk menjaga ikan dari predator, namun menurut penelitian

jaring luar ini tidak diperlukan sehingga dapat menghemat biaya. Satu

jaring apung standar dapat menampung 2000 ekor anak tuna tergantung

diameter jaring dan daya tamping maksimum yang diijinkan, idealnya 4

kg per meter kubik air. Ikan diberi makan dua kali sehari dengan ikan

makarel atau sarden, namun saat ini bisa memakai makanan buatan

(pellet) yang lebih tinggi tingkat konsumsi pakannya dan dapat

menghemat biaya. Ikan dipelihara sekitar tiga hingga lima bulan atau

sampai mencapai ukuran konsumsi.

b) Penanganan Induk hingga Pemeliharaan Benih

Calon induk dipelihara sejak masih benih yang berasal dari hasil

tangkapan trap net (trolling net). Calon induk diberi makan ikan segar

seperti teri, makarel, horse makarel, dan cumi-cumi serta berbagai

vitamin dan enzim ditambahkan dalam pakan. Pemberian pakan dua

hingga lima persen dari berat tubuh dan dilakukan satu atau dua kali

sehari. Kemudian proses pemijahan dilakukan untuk ikan tuna yang

telah berumur lima tahun. Proses pemijahan dilakukan didalam jaring

berdiameter 30 m dan kedalam tujuh meter pada suhu 21,8-25,60C. Telur

ikan tuna menetas setelah 32 jam pada suhu 240C selama setengah jam.

27 Sumber:Anonim. 2008. Budidaya Tuna: Suatu Keniscayaan. http://www.kamusilmiah.com/pangan/budidaya-tuna-suatu-keniscayaan-bagian-ii/. Diakses tanggal 20 Oktober 2009.

Page 109: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Setelah menetas proses pemeliharaannya sama seperti budidaya

penggemukkan anak ikan tuna.

2) Era Pedagangan Bebas

Era perdagangan bebas membuat hampir seluruh bentuk perdagangan tidak

mempunyai batas. Setiap negara dapat masuk ke negara lain dan membuka

usaha atau melakukan kerjasama. Era ini dapat membuat hambatan

perdagangan menjadi berkurang, hal ini merupakan peluang untuk komoditas

ikan tuna agar dapat diekspor ke neagara lain. Namun, tidak semua negara

akan melonggarkan peraturan yang terutama negara seperti Jepang, Amerika

Serikat dan Uni Eropa yang selama ini sangat ketat dengan berbagai

peraturannya.

6.4. Analsisi SWOT dan Strategi Kebijkan

Analisis SWOT digunakan untuk menenetukan faktor apa yang menjadi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada komoditas ikan tuna dalam

perdagangan internasional. Faktor internal dilihat berdasarkan faktor kekuatan

dan kelemahan. Faktor eksternal dilihat berdasarkan faktor ancaman dan peluang.

Berikut penjelasan mengenai faktor tersebut:

1) Faktor Kekuatan

Faktor kekuatan merupakan keunggulan yag dimiliki oleh komoditas ikan

tuna negara Indonesia dibandingkan dengan negara lain yang menjadi

pengekspor ikan tuna. Faktor kekuatan tersebut adalah:

a)Indonesia memiliki laut yang luas dan posisi yang baik untuk penangkapan

ikan tuna.

Indonesia memiliki luas perarian sebesar 5,8 juta km2. Negara Indonesia

diapit oleh dua samuder yaitu Samuder Hindia dan Samuder Pasifik.

Indonesia memiliki potensi yang baik sebagai negara produsen tuna.

Posisi Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa menguntungkan

untuk produksi tuna Indonesia, hal ini dikarenakan sebagai berikut (DKP

2005):

iv) Adanya massa air barat dan timur yang melintas di Samudera Hindia

dengan membawa partikel dan kaya akan makanan biota laut.

Page 110: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

v) Adanya arus Kuroshio yaitu North Equatorial dan South Equatorial

Current di Samudera Pasifik merupakan wilayah yang kaya dengan

bahan makanan serta mempunyai suhu, salinitas, dan beberapa faktor

oseanografis yang disukai oleh ikan tuna.

vi) Wilayah periaran nusantara merupkan tempat berpijah atau kawin

berbagai jenis ikan termasuk ikan tuna, terutama di perairan Selat

Makassar dan Laut Banda.

b) Adanya daerah penangkapan ikan tuna yang masih berstatus under

exploied (UE).

Daerah yang masih berstatus UE terdapat pada Laut Cina Selatan, Selat

Makasaar dan Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram, Laut Halmahera,

Teluk Tomini, Laut Sulawesi (Samudera Pasifik), LAut Arafura, dan

Samudera Hindia. Tabel 2 menjelaskan bahwa daerah UE ini belum

dimanfaatkan secara maksmial, namun sangat berpotensial dengan

potensi ikan pelagis termasuk ikan tuna yang cukup besar .

c)Kuantitas Tenaga Kerja yang memadai.

Indonesia memiliki jumlah penduduk kelima terbesar didunia. Rakyat

Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan.

Besarnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki merupakan kekuatan yang

dimiliki untuk pengembangan daya saing ikan tuna Indonesia.

d) Adanya hubungan baik dengan negara tujuan ekspor.

Indonesia memiliki hubungan baik dengan negara tujuan ekspor seperti

dengan Thailand, Vietnam, dan Singapura yang termasuk dalam ASEAN

(Assocaition of Southeast Asian Nations). Indonesia juga mempunyai

hubungan kerjasama yang baik dengan negara Amerika Serikat,

Australia, Jepang, dan Uni Eropa. Kerjasama yang terjalin tidak hanya

dalam masalah perdagangan internasional tapi juga menyangkut masalah

social, ekonomi, dan edukasi. Hubungan baik ini dapat dimanfaatkan

untuk menjalin kerjasama dan memperoleh bantuan modal.

e) Adamya dukungan pemerintah.

Dukungan pemerintah dalam pengembangan ekspor ikan tuna sangat

baik. Adanya program revitalisasi perikanan yang dilakukan oleh DKP

Page 111: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

yaitu terhadap tiga komoditas utama udang, ikan tuna dan rumput laut.

Program ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas ikan tuna.

Pemerintah melalui DKP juga mendirikan lembaga riset untuk komoditas

perikanan, untuk ikan tuna sendiri dibentuknya Komisi Tuna Nasional

untuk mengatasi masalah ikan tuna.

2) Faktor Kelemahan

Faktor kelemahan merupakan faktor kekurangan yang dimiliki oleh

komoditas ikan tuna Indonesia jika dibandingkan dengan negara pengekspor

ikan tuna lainnya. Faktor kelemahan tersebut adalah:

a) Rendahnya pengawasan kualitas mutu.

Rendahnya tentang pengawas mutu ikan tuna dengan banyaknya kasus

penolakan ikan tuna yang terjadi. Penolakan ini umumnya disebabkan

mutu ikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

oleh negara importir. Rendahnya mutu disebakan masih rendahnya

kesadaran khususnya kepada para nelayan untuk melakukan cold storage

pada ikan setelah ditangkap. Ikan tuna yang tidak segera dibekukan akan

mengalami penurunan kualitas dan tidak dapat diekpor.

b) Kualitas tenaga kerja yang belum memadai.

Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh negara Indonesia sangat besar,

namun kualitasnya belum memadai. Nelayan yang ada umumnya status

pendidikan rendah dan teknik penangkapan masih tradisional.

Kemampuan manajemen dan pemasaran juga masih rendah.

Kemampuan untuk melalukan penanganan yang baik setelah ikan

ditangkap untuk para nelayan masih rendah. Nelayan yang sudah

bekerjasama dengan perusahaan eksporitr telah memiliki kemampuan

dan penerapan teknologi yang cukup baik, namun masih banyak nelayan

di Indonesia yang statusnya masih nelayan tradisional dan hanya

memakai kapal yang sederhana. Keadaan ini membuat ikan tuna

nasional lemah daya saing jika dibanding dengan negara Asia Tenggara

seperti Thailand kualitasnya jauh dibawah Thailand. Thailand mampu

melakukan ekspor ikan tuna kaleng dalam jumlah besar walaupun hasil

perikanannya lebih banyak berasal dari impor.

Page 112: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

c) Rendahnya sistem penanganan hasil.

Nelayan sebagai pihak pertama dalam kegiatan penangkapan ikan tuna

masih rendah kesadarannya untuk memasukkan ikan setelah ditangkap ke

dalam cold storage. Ikan harus segera dimasukkan, sebab jika tidak saat

ikan sampai ke tangan pengumpul ikan telah mengalami penurunan

kesegaran. Jarak tempuh yang lama akan membuat ikan dalam keadaan

tidak segar tersebut akan cepat membusuk, terutama untuk produk

ekspor. Oleh karena itu banyak produk ikan tuna yang ditolak karena

saat sampai ke negara tujuan ekspor sudah tidak segar kembali dan

kualitas mutunya tidak sesuai dengan standar.

d) Infrastruktur yang kurang memadai.

Sistem transportasi yang kurang memadai membuat kelancaran

pendistribusian ikan tuna akan terhambat dan waktu tempuh akan

bertambah. Sistem komunikasi yang dimiliki memang cukup baik,

namun kondisi jalan Indonesia terutama untuk daerah-daerah pesisir

umumnya masih buruk. Keadaan ini akan mengurangi mutu ikan yang

dihasilkan.

e) Ketergantungan terhadap harga dunia.

Posisi Indonesia sebagai pengikut pasar dalam struktur pasar komoditas

ikan tuna internasional yang cenderung mengarah ke oligopoli. Posisi

Indonesia tersebut mengakibatkan Indonesia tidak dapat membuat

keputusan tentang harga dan harus mengikuti harga yang ditetapkan oleh

pemimpin pasar.

f) Rendahnya pengawasan perairam

Rendahnya pengawasan terhadap perairan Indonesia menyebabkan

naikknya kasus pencurian ikan yang dilakukan oleh nelayan asing. Hal

ini disebabkan kurangnya sumberdaya manusia dan peralatan untuk

mengawasai perairan Indonesia yang sangat luas. Pengawasan terhadap

pencatatan ikan yang ditangkap oleh petugas pelabuhan belum berjalan

dengan baik, sehingga sulit untuk memprediksi ketersediaan sumberdaya

yang masih tersisa.

Page 113: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

3) Faktor Peluang

Faktor peluang merupakan keadaan yang mampu memberikan keuntungan

untuk ekspor ikan tuna Indonesia. Faktor peluang ini terkait dengan keadaan

diluar kondisi ikan tuna Indonesia, namun dapat memberikan efek positif

untuk pengembangan ekspor ikan tuna Indonesia. Faktor peluang tersebut

adalah:

a) Adanya perkembangan teknologi budidaya.

Perkembangan budidaya ini terkait dengan adanya cara baru yang dapat

dilakukan untuk melakukan budidaya ikan tuna. Budidaya ini sangat

bermanfaat sehingga bisa menjaga ketersediaan ikan tuna, karena saat ini

Indonesia hanya mengandalkan ketersedian ikan tuna melalui hasil

tangkapan di alam bebas (wild catch).

b) Pangsa pasar yang masih luas.

Ikan tuna merupakan produk ikan yang digemari oleh masyarakat dunia.

Pangsa pasar untuk komoditas ikan tuna masih terbuka luas. Jepang,

Amerika Serikat, dan Uni Eropa merupakan pasar yang potensial untuk

dimasuki. Kebutuhan akan permintaan ikan tuna untuk ketiga negara

tersebut belum mampu dicukupi oleh negara pengekspor ikan tuna.

Negara Jepang memiliki persentase permintaan impor rata-rata pertahun

untuk ikan tuna segar, beku dan olahan masing-masing sebesar 33,17;

8.01; dan 3,06 persen. Negara Amerika Serikat memiliki persentase

permintaan impor untuk ikan tuna segar, beku, dan olahan masing-

masing sebesar 16,87; 0,42; dan 15,88 persen. Kawasan Uni Eropa

memiliki persentase permintaan impor untuk ikan tuna segar, beku, dan

olahan masing-masing sebesar 4,83; 3,94; dan 29,35 persen. Hasil ini

memperlihatkan bahwa Negara Jepang adalah pasar yang saat

berpotensial untuk komoditas ikan tuna segar, Uni Eropa berpotensial

untuk ikan tuna olahan dan Amerika Serikat merupakan pasar yang

potensial untuk komoditas ikan tuna beku dan olahan (Lampiran 13)

c) Adanya tren from red meat to white meat.

Tren tersebut mulai mengubah pandangan masyarakat yang selama ini

lebih banyak mengkonsumsi daging hewan ternak mulai menggemari

Page 114: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

memakan daging yang berasal dari ikan. Daging merah memiliki

kadungan lemaknya lebih tinggi daripada ikan, jika terlalu banyak

mengkonsumi akan mengakibatkan penyakit seperti kolesterol Winarno

(1993) diacu dalam Rospiati (2006) menyatakan bahwa berdasarkan

kandungan lemaknya, ikan terbagi menjadi tiga golongan yaitu ikan

dengan kandungan lemak rendah (kurang dari dua persen) terdapat pada

kerang, cod, lobster, bawal, gabus; ikandengan kandungan lemak sedang

(dua sampai dengan lima persen) terdapat pada rajungan,oyster,udang,

ikan mas, lemuru, salmon; dan ikan dengan kandungan lemak tinggi

(empat sampai dengan lima persen) terdapat pada hering, mackerel,

salmon, salon, sepat, tawes dan nila. Ikan banyak mengandung asam

lemak bebas berantai karbon lebih dari delapan belas. Asam lemak ikan

lebih banyak mengandung ikatan rangkap atau asam lemak tak jenuh

dari pada mamalia. Keseluruhan asam lemak yang terdapat pada daging

ikan kurang lebih 25 macam. Jumlah asam lemak jenuh 17 – 21 persen

dan asam lemak tidak jenuh 79 – 83 persen dari seluruh asam lemak

yang terdapat pada daging ikan (Hadiwiyoto 1993 diacu dalam Rospiati

2006). Kandungan nilai nutrisi ikan tuna mentah terdapat pada Lampiran

14. Tren tersebut diakibatkan oleh semakin tingginya kesadaran

masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Kandungan nutrisi ikan tuna

mentah dijelakan pada lampiran dua belas.

d) Munculnya penyakit pada hewan ternak.

Penyakit yang muncul pada hewan ternak seperti sapi gila dan flu burung

membuat konsumsi masyarakat terhadap hewan ternak mulai berkurang,

karena takut akan terkena dampak dari penyakit tersebut. Masyarakat

mulai mencari pengganti sumber protein lain selain dari daging ternak

tersebut. Ikan merupakan sumber protein lain yang dapat menggantikan

daging hewan ternak. Kandungan protein ikan sangat tinggi

dibandingkan dengan protein hewan lainnya, dengan asam amino

essensial sempurna, karena hampir semua asam amino esensial terdapat

pada daging ikan (Pigott dan Tucker, 1990 diacu dalam Rospiati 2006).

Oleh karena itu peluang untuk meningkatkan volume ekspor sangat

Page 115: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

terbuka lebar terutama untuk ikan tuna yang menjadi salah satu jenis ikan

yang disukai oleh masyarakat selain salmon, makarel, dan herring.

e) Adanya Organisasi Manajemen Perikanan Regional (Regional Fisheries

Management Organization).

Organisasi tersebut adalah Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) yang

menangani manajemen penangkapan ikan tuna yang terletak di Samudera

Hindia, International Convention on Conservation of Atlantic Tuna

(ICCAT) yang menangani kegiatan penangkapan dan konservasi ikan

tuna di kawasan Atlantik, Western and Central Pacific Fisheries

Commission (WCPFC), dan Commission for Conservation of Southern

Bluefin Tuna (CCSBT) yang menangani khusus tentang tuna sirip biru

selatan.

f) Adanya negara yang mau berinvestasi.

Australia merupakan negara yang mau melakukan investasi untuk

komoditi ikan tuna, karena melihat potensi yang dimiliki oleh Indonesia

masih banyak yang belum dimaksimalkan. Kesempatan ini sangat baik

untuk dimanfaatkan untuk mengatasi kendala modal yang menjadi salah

satu masalah internal untuk ikan tuna.

4) Faktor Ancaman

Faktor ancaman merupakan keadaan yang mampu memberikan efek negatif

peningkatan daya saing komoditas ikan tuna Indonesia. Faktor peluang ini

terkait dengan keadaan diluar kondisi ikan tuna Indonesia. Faktor peluang

tersebut adalah:

a) Peningkatan kekuatan tawar pembeli.

Peningkatan kekuatan pembeli dapat menurunkan posisi tawar dalam

proses perdagangan. Misalnya, berbagai macam peraturan yang

ditetapkan oleh negara tujuan ekspor baik yang menyangkut tarif maupun

non-tarif membuat negara Indonesia mengalami kendala untuk

melakukan ekspor karena akan meningkatkan biaya produksi. Peraturan

yang ditetapkan pun berbeda-beda, jika produk ikan tuna yang dihasilkan

tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka produk tersebut

ditolak.

Page 116: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

b) Peningkatan teknologi budidaya pesaing.

Adanya teknik budidaya yang mulai dilakukan oleh negara pesaing

sangat berbahaya, sebab negara tersebut mampu menjaga ketersediaan

ikan tuna untuk diekspor. Negara seperti Australia dan Jepang saat ini

mulai meningkatkan budidaya ikan tuna, jika mereka mampu melakukan

budidaya maka permintaan impor dari negara lain untuk ikan tuna akan

mengalami penurunan.

c) Adanya hambatan tarif.

Hambatan tarif menjadi faktor yang menurunkan daya saing ikan tuna

Indonesia di pasar internasional. Tarif produk ikan tuna berbeda antar

pasar. EU memasang tarif 24 persen untuk produk tuna, namun bebas

pajak import pada tuna kaleng untuk negara-negara ACP (Afrika, Karibia

dan Pasifik). Negara-negara penghasil tuna di EU seperti Spanyol, sangat

menentang pengurangan tarif tuna karena merusak persaingan mereka.

Negara-negara dari The Andean Pact (Peru, Bolivia, Equador,

Columbia), Panama dan negara-negara Amerika Tengah bebas dari pajak

impor untuk ikan tuna kaleng oleh Amerika Serikat. Amerika Serikat

mengenakan tairf untuk produk ikan tuna sebesar 35 persen. Tingginya

tarif yang dikenakan membuat keuntungan yang didapat akan semakin

kecil karena biaya yang dikeluarkan akan semakin besar dan adanya

pembatasan kuota.

d) Adanya hambatan non-tarif.

Hambatan non-tarif menyangkut tentang isu mutu, sanitasi, keamanan

pangan, kesehatam, isu terorisme, isu hak asasi manusia, isu lingkungan

dan hambatan administratif. Isu yang terkait dengan mutu, kesehatan,

sanitasi, dan keamanan pangan yaitu peraturan yang ditetapkan oleh

Codex Alimentarius Comisscion (CAC) seperti persyaratan

komposisional suatu produk, batasan kandungan dan bahan makanan apa

saja yang dapat digunakan. Kesepakatan tentang sanitary and

phytosanitary (SPS) yang menyakut tentang keamanan pangan dan

kandungann gizi.

Page 117: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Isu hak asasi manusia yang terkait dengan rendahnya upah pekerja dan

pekerja bawah umur. Isu terorisme oleh Amerika Serikat kepada

Indonesia karena dianggap terlalu lemah dalam menangani terorisme, hal

ini dikhawatirkan akan menggangu peluang untuk ekspor komoditas

perikanan. Isu lingkungan seperti dolphin issue yang menuntut

pencantuman label lingkungan (ecolabelling), jika tidak mencantumkan

maka produk akan dikenakan larangan impor.

Hambatan administratif yang terjadi di Uni Eropa yaitu approval number

yaitu penolakan impor karena eksportir tidak memiliki approval number

yang dikeluarkan komisi Eropa dan health certificate yang harus sesuai

dengan bahasa nasional pelabuhan masuk di Eropa dan ditandatangani

oleh pejabat yang telah dinotifikasi menggunakan cap dan tinta yang

sesuai. Hambatan non-tarif ini menyebabkan biaya produksi meningkat,

sebab dibutuhkan biaya yang untuk mendapatkan semua sertifikat yang

dibutuhkan untuk ekspor ikan tuna.

e) Krisis ekonomi baik yang bersifat nasional maupun global.

Krisis ekonomi nasional yang dialami oleh Indonesia berpengaruh

terhadap kondisi ikan tuna Indonesia. Dampak krisis ekonomi nasional

yang paling berpengaruh yaitu naiknya harga bahan bakar minyak.

Kenaikan ini membuat banyak kapal penangkap baik skala menengah

dan besar yang berhenti berproduksi karena tingginya biaya yang

dikeluarkan. Penangkapan ikan tuna sendiri hanya bisa dilakukan

dengan kapal berukuran besar yang memerlukan bahan bakar solar.

Dampak dari krisis ekonomi global terjadi ketika negara Amerika Serikat

mengalami krisis ekonomi. Krisis ini membuat eksportir di Cilacap tidak

dapat melakukan ekspor karena Amerika Serikat melakukan

pemberhentiaan untuk impor ikan tuna. Krisis ekonomi Amerika Serikat

tentunya akan mempengaruhi perekonomian Indonesia juga, walaupun

saat ini masih belum terpengaruh namun jika terjadi dalam jangka

panjang tentunya akan membawa masalah bagi perekonomian Indonesia

juga.

Page 118: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

f) Illegal Unreported and Unregulated Fishing (IUU Fishing).

IUU fishing ini pertama kali dikeluarkan saat diselengarakannya forum

CCAMLR (Commision for Conservation of Atlantic Marine Living

Resources) tahun 1997 yang membahas mengenai kerugian yang

potensial muncul dari praktek penangkapan ikan yang dilakukan oleh

negara bukan anggota CCAMLR. Isu ini berkembang secara global oleh

FAO dengan alasan cadangan ikan dunia menujukkan trend menurun dan

salah satu faktornya penyebabnya adalah praktek illegal fishing ini.

Illegal fishing terdiri dari dua jenis yaitu pencurian semi legal dan murni

illegal. Pencurian semi illegal terjadi ketika pihak asing memanfaatkan

surat ijin penangkapan legal yang dimiliki oleh penangkap global dan

menggunakan kapal dengan bendera lokal atau negara lain, hal ini

terkenal dengan istilah pinajm bendera atau flag of convenience (FOC).

Pencurian murni illegal terjadi ketika pihak asing dengan menggunakan

kapal dengen bendara negara sendiri melakukan penangkapan di luar

wilayah negaranya.

Kasus unreported fishing menyangkut kegiatan penangkapan ikan

(walaupun legal) yang tidak dilaporkan (unreported), terdapat kesalahan

dalam pelaporannya (misreported) dan pelaporan yang tidak semestinya

(underreported). Kasus unregulated fishing menyangkut kegiatan

penangkapan ikan yang tidak diatur (unregulated) oleh negara yang

bersangkutan. Dampak negatif yang disebabkan oleh praktik-praktik

IUU fishing, diantaranya adalah:

i) IUU fishing melibatkan wilayah yang luas baik dalam konteks

nasional dan internasional. Di bawah yurisdiksi nasional oleh

nelayan skala kecil dan industri, dan di laut lepas oleh kapal-kapal

perikanan jarak jauh (distant water fisheries vessels). Pada akhirnya,

praktik-praktik IUU fishing akan mengancam upaya pengelolaan

masyarakat, baik nasional maupun internasional.

ii) IUU fishing seringkali menyebabkan menurunnya stok sumberdaya

ikan serta hilangnya kesempatan sosial dan ekonomi. Hal ini

dikarenakan, praktik-praktik IUU fishing menyebabkan pencatatan

Page 119: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

statistik perikanan tidak akurat, serta ketidakpastian dalam

pemanfaatan sumberdaya ikan dan pembuatan keputusan-keputusan

pengelolaan.

iii) IUU fishing dapat merusak hubungan antara negara-negara yang

bertetangga. Hal ini dikarekan, pelakunya cenderung menggunakan

batas-batas negara untuk menghindari pelacakan atau tertangkap dan

untuk menghindari konsekuensi hukum.

Keempat faktor tersebut dianalisis berdasarkan analisis SWOT akan

menghasilkan strategi kebijakan yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya

saing komoditas ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Hasil analisis SWOT

dan strategi kebijakan dapat dilihat pada Gambar 7.

Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat pada

komoditas ikan tuna digunakan untuk menentukan strategi kebijakan yang dapat

dilakukan untuk memanfaatkan peluang yang ada dan memperkecil ancaman yang

dapat terjadi. Berikut adalah strategi kebijakan yang dilakukan berdasarkan

analisis SWOT:

1) Strategi SO

Strategi SO dilakukan untuk memaksimalkan keunggulan yang dimiliki

dengan peluang yang ada. Strategi SO untuk komoditas ikan tuna adalah

sebagai berikut:

a) Meningkatkan produski ikan tuna. Pangsa pasar yang masih terbuka luas

dan mulai meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan

membuat permintaan akan ikan semakin meningkat kedepannya.

Luasnya daerah perairan Indonesia dan beberapa daerah yang masih

berstatus UE dapat dimaksimalkan pemanfaatannya. Potensi tersebut

sangat baik untuk peningkatan kuantitas jumlah yang diekspor. Produksi

ikan tuna akan meningkat, jika didukung oleh penguatan kelima kondisi

faktor sumberdaya yang saat ini masih memiliki keterbatasan.

Peningkatan produksi yaitu dengan cara:

i) Memberikan modal untuk pengembangan ikan tuna untuk wilayah

timur seperti di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi dan Irian Jaya.

Bisnis ikan tuna membutuhkan biaya yang besar untuk memulainya.

Page 120: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Pemerintah pusat dan daerah sebaiknya memperluas akses modal

dan mempermudah proses pengurusan surat ijin penangkapan ikan

kepada nelayan. Ketiga tempat di atas perlu dikembangkan agar

mampu bertahan dalam persaingan internasional yang semakin ketat.

ii) Melakukan budidaya ikan tuna melalui lembaga riset. Budidaya ikan

tuna merupakan suatu peluang yang sangat baik untuk meningkatkan

daya saing ikan tuna nasional. Budidaya ini dapat diterapkan di

Indonesia sebab kondisi alam yang mendukung, namun budidaya ini

juga memerlukan modal dan tenaga ahli yang berkualitas.

Penerapan budidaya ikan tuna saat baik untuk dilakukan untuk

mengantisipasi penurunan populasi dan jumlah ikan tuna yang dapat

ditanggkap. Penerepan teknologi ini berguna untuk konservasi dan

meningkatkan kepercayaan lembaga manajemen ikan regional.

Peningkatan kepercayaan akan membawa dampak positif untuk

mengurangi kemungkinan produk ikan tuna nasional akan dikenakan

embargo.

b) Memperluas pasar. Pangsa pasar yang masih tersedia harus

dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Perluasaan pasar akan

meningkatkan daya saing komoditas ikan tuna nasional dan menambah

devisa negara. Perluasaan pangsa pasar dilakukan melalui cara sebagai

berikut:

i) Menambah negara tujuan ekspor. Indonesia saat ini telah melakukan

kerjasama dengan beberapa negara untuk kegiatan ekspor ikan tuna.

Ekspor ikan tuna Indonesia masih terfokus kepada Amerika Serikat,

Jepang dan Uni Eropa. Kompetisi untuk masuk ketiga negara

tersebut sangat ketat, sebab ketiga negara tersebut memiliki daya beli

yang baik. Negara lain saat ini mulai aktif melakukan kegiatan

produksi ikan tuna, sebagian memanfaatkan potensi alam yang

dimiliki dan menerepkan teknologi budidaya. Pesaing baru tersebut

pasti akan mencoba masuk ke pasar Amerikan, Jepang dan Kawasan

Uni Eropa. Indonesia perlu untuk mengantisipasi hal tersebut

dengan memperluas jaringan pemasaran, sehingga ketika terjadi

Page 121: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

pengurangan kuota dari ketiga negara tersebut hasil ikan tuna

nasional masih dapat dipasarkan ke negara lain.

ii) Mendaftar sebagai anggota lembaga yang menangani masalah tuna.

Lembaga manajemen perikanan regional memberikan pengaruh

terhadap daya saing komoditas ikan tuna. Keaktifan sebagai anggota

akan membuka akses Indonesia sebagai pemanfaat sumberdaya ikan

tuna di perairan internasional (high seas). Keanggotaan juga akan

membuat Indonesia memiliki kuota produksi dan kuota pasar

internasional serta menghindari Indonesia dari kemungkinan

embargo untuk produk ikan tuna.

2) Strategi ST

Strategi ST dilakukan dengan memaksimalkan keunggulan yang dimiliki

untuk mengatasi ancaman yang ada. Strategi ST untuk komoditas ikan tuna

adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan mutu ikan tuna yang dihasilkan. Mutu ikan merupakan

faktor yang menentukkan apakah ikan layak untuk masuk ke negara

ekspor atau tidak. Indonesia sering mengalami penolakan produk

perikanan sebab mutu ikan tidak sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan oleh negara tujuan ekspor.

i) Sosialisasi kepentingan mutu ikan untuk tujuan ekspor kepada

seluruh pihak yang ada dalam industri perikanan harus dilakukan

oleh aparat pemerintah setempat. Nelayan merupakan pihak yang

paling penting diberikan sosialisasi menjaga kualitas mutu ikan dan

menerapkan cold chain system sebagai cara menjaga kesegaran ikan

yaitu dengan didinginkan atau dibekukan mulai dari penangkapan

hingga pemasaran. Cold chain system pada penanganan di setelah

penangkapan di atas kapal dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan

memasukkan ikan ke dalam palka yang telah diisi es yang telah

dicampur dengan air laut dan teknik chilling water dimana ikan di

simpan dalam palka yang telah diisi air laut dan didinginkan dengan

menggunakan mesin freezer serta dijaga suhunya tetap pada 00C.

Page 122: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

ii) Lembaga pengawasan mutu yang telah dibentuk oleh pemerintah

lebih ditingkatkan lagi terutama peningkatan kualitas SDM agar

mampu melaksanakan pengecekkan mutu ikan lebih cepat terutama

untuk lembaga perwakilan yang berada di daerah. Keterbatasan

SDM ini membuat waktu yang diperlukan untuk mengurus seluruh

adminstrasi menjadi lama dan akan mempengaruhi keadaan mutu

dan keamanan pangan ikan yang di ekspor

3) Strategi WO

Strategi WO dilakukan untuk meminimalisir kelemahan dengan

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi WO untuk komoditas ikan tuna

adalah sebagai berikut:

a) Melakukan kerjasama dengan pihak asing.

Kerjasama dengan pihak asing dapat ditingkatkan sebagai sarana untuk

peningkatan daya saing komoditas ikan tuna. Kerjasama dengan pihak

asing berbentuk pemberian izin kepada pihak asing untuk menanamkan

modal di Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku. Industri ikan

tuna nasional memang dihadapkan pada masalah permodalan, pihak

asing yang memiliki modal besar sebaiknya diijinkan untuk mengelola

industri ikan nasional. Kerjasama dengan pihak asing harus didasari

dengan kekuatan peraturan pemerintah, sehingga kerjasama tersebut

tidak membuat Indonesia menjadi rugi. Kerjasama ini harus dikelola

dengan baik agar hasil ekspor tetap masuk ke Negara Indonesia dan

populasi ikan tuna Indonesia juga dapat terjaga.

b) Melakukan pembenahan manajemen perikanan perusahaan. Perikanan

nasional memiliki banyak masalah yang belum mampu diselesaikan

dengan baik. Manajemen perikanan nasional dapat diselesaikan melalui

cara:

i) Melakukan pelatihan karyawan terhadap penanganan ikan pasca

panen.

Pelatihan terhadap karyawan (terutama untuk nelayan yang bekerja

untuk perusahaan) akan penanganan ikan pasca panen sangat

diperlukan sehingga kualitas ikan tuna dapat dijaga dengan baik

Page 123: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

hingga sampai ditangan konsumen akhir atau perusahaan

pengolahan. Pelatihan karyawan tentang HACCP juga perlu

dilakukan agar sesuai dengan standar internasional.

ii) Meningkatkan teknologi peralatan.

Penyediaan perahu dengan peralatan teknologi yang bermanfaat

dalam penangkapan ikan tuna seperti alat pendekteksi ikan harus

sudah dimiliki disetiap kapal. Selain itu teknologi ditempat transit

juga harus diperbaiki seperti mengganti papan seluncur yang

digunakan untuk menurunkan ikan dari kapal dengan sistem roda

berjalan sehingga mengurangi kemungkinan ikan mengalami

goresan atau kecacatan fisik.

4) Strategi WT

Strategi WT dilakukan untuk meminimalisir kelemahan dan ancaman yang

ada. Strategi WT untuk komoditas ikan tuna adalah sebagai berikut:

a)Memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung ikan tuna nasional.

Perbaikan sarana dan prasaran untuk peningkatan daya saing komoditas

ikan tuna nasional harus dilakukan segera. Kondisi sumberdaya yang

dimiliki masih banyak kendala yang dihadapi sehingga harus dibenahi

agar daya saing meningkat. Perbaikan sarana dan prasarana dapat

dilakukan melalui cara sebagai berikut:

i) Pembenahan sistem transportasi terutama untuk daerah Indonesia

Timur, sebab daerah yang masih berstatus UE lebih banyak terdapat

di Wilayah Indonesia Timur. Pembenahan pelabuhan yang ada dan

disesuaikan dengan skala internasional. Pemerintah daerah beserta

seluruh aparat yang mengurusi masalah transportasi dan pekerjaan

umum mengeluarkan dana untuk memperbaiki kondisi jalanan

dengan cara diaspal dan diperluas agar jarak yang ditempuh terutama

untuk nelayan yang berada dipedalam dapat dipersingkat. Pelabuhan

pendaratan ikan yang ada masih dibawah standar sehingga perlu

pembenahan seperti penggantian tenda atau atap plastik yang

berguna menjaga ikan dari cahaya matahari saat dibongkar,

penggantian papan luncur yang sudah tidak licin lagi agar tidak

Page 124: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

merusak kulit ikan, penjagaan sanitasi untuk tempat pengumpulan

ikan dan toilet letaknya harus jauh dari ruang penyimpanan serta

dilengkapi tempat cuci tangan dan sabun disinfektan. Armada

penerbangan dalam negeri perlu ditingkatkan lagi agar mampu

memenuhi permintaan untuk pengiriman ekspor, agar

ketergantungan terhadap jasa penerbangan asing dapat berkurang.

ii) Penyediaan sarana dan prasarana. Penyediaan sarana dan prasaran

yang dapat dilakukan adalah pengadaan cold chain system seperti

membangun pabrik es untuk pelaksanaan sistem ini. Sarana ini

sangat berguna bagi kapal yang tidak memilki freezer dan kapal

nelayan nasional lebih banyak belum mempunyai freezer. Pabrik es

ini akan membentu nelayan untuk menjaga mutu kesegaran ikan dan

mampu berfungsi sebagai pengawet, sehingga saat dikirim ke

pengumpul masih dalam kondisi yang baik.

b) Memperbaiki kondisi perkenomian nasional yang mendukung komoditas

ikan tuna nasional. Kondisi perkonomian nasional sangat berpengaruh

terhadap daya saing komoditas ikan tuna nasional, hal penting yang harus

diatasi yaitu bagaimana menjaga harga bahan bakar dalam negeri tidak

terus meningkat. Peningkatan bahan bakar ini akan membawa dampak

negatif yang besar, sebab banyak nelayan yang akan berhenti melaut.

Kestabilan nilai tukar juga harus dijaga terutama terhadap dollar Amerika

Serikat, sebab ikan tuna diperdagangkan berdasarkan dollar Amerika

Serikat.

Page 125: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

108

Gambar 7. Analisis Matriks SWOT

Internal

Eksternal

Strenghts (S)

1) Indonesia memiliki laut yang luas dengan posisi yang baik

untuk penangkapan ikan tuna.

2) Masih adanya daerah penangkapan ikan tuna yang berstatus

under exploied (UE).

3) Kuantitas tenaga kerja yang memadai.

4) Adanya hubungan baik dengan negara tujuan ekspor.

5) Adanya dukungan pemerintah.

Weakness (W)

1) Rendahnya kualitas mutu ikan yang dihasilkan.

2) Kualitas tenaga kerja yang belum memadai.

3) Rendahnya sistem penanganan hasil.

4) Infrastruktur yang kurang memadai.

5) Ketergantungan terhadap harga dunia.

6) Rendahnya pegawasan perairan

Opportunities (O)

1) Adanya perkembangan teknologi budidaya

2) Pangsa pasar yang masih luas

3) Adanya tren from red meat to white meat

4) Munculnya berbagai macam penyakit terhadap

hewan ternak

5) Adanya organisasi manajemen perikanan

regional.

6) Adanya negara yang mau berinvestasi di

Indonesia

Strategi SO

1) Meningkatkan produksi ikan tuna (S1,S2,S3,O2,O3,04)

a) Memberikan pinjaman modal kepada nelayan

b) Menerapkan teknologi budidaya ikan tuna melalui lembaga

riset

2. Memperluas pasar (S4,S5,O2,O5)

a) Menambah tujuan ekspor

b) Mendaftar sebagai anggota lembaga yang menangani

masalah tuna

Strategi WO

1) Melakukan kerjasama dengan pihak asing (W1,W2,W3,W4,O1,O6)

2) Melakukan pembenahan manajemen perikanan perusahaan

(W1,W2.W3,W5,W6,O1,O2,O3,O4,O6)

a) Melakukan pelatihan terhadap karyawan terkait dengan

penanganan pasca panen.

b) Meningkatkan teknologi peralatan yang digunakan.

Threaths (T)

1) Peningkatan kekuatan tawar menawar

pembeli.

2) Peningkatan teknologi budidaya pesaing.

3) Adannya hambatan tarif

4) Adanya hambatan non-tarif

5) Krisis ekonomi baik yang bersifat global atau

nasional.

6) IUU Fishing

Strategi ST

1) Meningkatkan mutu ikan yang

dihasilkan(S1,S2,S3,T1,T2,T3,T4)

a) Sosialisasi tentang mutu kepada nelayan oleh pemerintah

setempat dan perusahaan eksportir.

b) Peningkatan peran lembaga pengawasan mutu dan

perbaikan SDM-nya

Strategi WT

1) Memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung ikan tuna

nasional (W1,W3,W4,W5,W6,T1,T2,T3,T4,T6)

a) Membenahi sistem transportasi

b) Penyediaan sarana pendukung perikanan

2) Menjaga kondisi perkenomian nasinal yang mendukung komoditas

ikan tuna nasional (W5,T5)

Page 126: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Hasil Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR) menunjukkan

bahwa stuktur pasar untuk komoditas ikan tuna baik untuk ikan tuna segar,

beku dan olahan adalah pasar monopolistik yang cenderung mengarah ke

oligopoli. Posisi Indonesia di pasar monopolistic masih sangat baik karena

dapat menentukan harga, namun harus melakukan diferensiasi produk.

Pergeseran pasar yang cenderung mengarah ke oligopoli akan membuat

posisi Indonesia dalam pasar ikan tuna internasional hanya sebagai pengikut

pasar, sehingga Indonesia tidak memiliki kekuasaan untuk menetapkan harga

dan harus mengikuti harga yang ditetapkan oleh pemimpin pasar.

2) Hasil indeks RCA menunjukkan bahwa untuk komoditas ikan tuna segar dan

olahan memiliki daya saing komparatif dengan nilai indeks lebih dari satu.

Komoditas ikan tuna beku Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif

sebab nilai indeks RCA dibawah satu.

3) Berdasarkan analisis keunggulan kompetitif melalui Teori Berlian Porter,

maka disimpulkan bahwa komoditas ikan tuna Indonesia tidak memiliki

keunggulan kompetitif. Daya saing komoditas ikan tuna nasional sangat

lemah karena berbagai masalah yang dihadapi oleh industri ikan tuna

nasional, seperti kondisi faktor sumberdaya yang masih rendah, struktur

persaingan yang ketat, dan industri terkait dan pendukung yang kinerjanya

masih rendah. Industri ikan tuna nasional memang memiliki kondisi

permintaan yang baik, adanya dukungan oleh pemerintah, dan munculnya

kesempatan untuk melakukan pengembangan ikan tuna nasional. Namun, hal

ini akan sulit terjadi jika keadaan faktor sumberdaya masih memiliki masalah

yang sangat besar.

4) Analisis SWOT yang dilakukan menghasilkan strategi kebijakan antara lain

meningkatkan produktivitas ikan tuna melalui pemberian pinjaman modal ke

nelayan dan menerapkan teknologi budidaya, memperluas pasar dengan cara

melakukan kerjasama dengan negara lain di luar tujuan ekspor dan mendaftar

sebagai anggota lembaga manajemen perikanan nasional, melakukan

Page 127: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

kerjasama dengan pihak asing, melakukan pembenahan menajemen perikanan

perusahaan dengan cara melakukan pelatihan karyawan tentang penanganan

ikan pasca panen dan HACCP, meningkatkan teknologi peralatan yang

digunakan, meningkatkan mutu ikan melalui sosialisasi pentingnya

penanganan ikan yang tepat kepada nelayan dan pihak yang terkait dan

pembenahan kualitas SDM terutama untuk melakukan pengawasan dan uji

laboratorium, memperbaiki sarana dan prasarana pendukung seperti sistem

transportasi serta memperbaiki kondisi perikanan nasional.

8.2. Saran

Saran yang diajukan untuk peningkatan daya saing ikan tuna Indonesia

adalah sebagai berikut:

1) Perusahaan pengolahan ikan tuna Indonesia harus aktif dalam memperoleh

dan memanfaatkan informasi pasar terbaru serta mengikuti perkembangan

trend produk misalnya untuk Amerika Serikat dan Uni Eropa lebih

menyenangi ikan tuna dalam bentuk kaleng sehingga kuantitas ikan tuna

olahan harus ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar internasional.

Perusahaan juga harus meningkatkan kesadaran untu menjaga kualitas mutu

dan keamanan pangan ikan hasil tangkapan dan produk olahannya.

2) Penelitian dan pengembangan terhadap teknik budidaya, teknologi pasca

panen dan kegiatan pemasaran perlu untuk dilakukan untuk memperoleh

produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Perlunya kerjasama pemerintah

melalui lembaga penelitian terkait dengan adanya teknologi budidaya.

Teknologi ini membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga pemerintah

perlu mencarikan sumber pembiayaan modal untuk perusahaan yang bergerak

dalam industri tuna Indonesia. Langkah awal sebagai permulaan adalah

membentuk tim yang mengerti tentang tuna kemudian mempelajari teknik

budidaya ikan tuna dalam jaring apung yang sudah diterapkan oleh Australia

dan Jepang dan meneliti apakah perairan Indonesia dapat dijadikan tempat

untuk budidaya. Kemudian melakukan uji coba terlebih dahulu untuk melihat

hasil dari budidaya yang dapat dicapai, setelah uji coba berhasil kemudian

dilakukan sosialisasi budidaya kepada nelayan.

Page 128: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

3) Pemerintah sebagai salah satu pendukung peningkatan daya saing ikan tuna

nasional perlu melalukan pembenahan terkait dengan banyaknya masalah

yang terjadi disemua faktor sumberdaya. Penjagaan akan sumberdaya alam

perlu ditingkatkan dengan menambah armada pengawasan perairan. Program

subsidi BBM perlu ditingkatkan terutama untuk nelayan yang terbatas

modalnya. Pemerintah juga perlu membangun sistem perikanan terpadu

mulai dari hulu hingga hilir, terutama perbaikan infrastruktur dan kebijakan

yang ada.

4) Pembangunan pabrik es yang dekat dengan nelayan atau tempat pelelangan

ikan sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran ikan tuna, sehingga saat

sampai ditangan perusahaan eksportir atau pengolahan masih dalam keadaan

yang baik dan saat sampai di negara ekspor kualitas dan mutunya masih

terjaga. Hal ini akan menghindari kasus penolakan karena kualitas ikan yang

sudah tidak baik.

5) Pemerintah juga harus mengkaji ulang beberapa peraturan agar tidak saling

bertentangan antara kepentingan pihak eksportir dan pihak pengolahan.

6) Penjagaan sumberdaya perairan harus dilakukan dengan sebaik mungkin

untuk mengantisipasi kasus pencurian ikan. Petugas pencatatan hasil

penangkapan di pelabuhan juga harus aktif mencatat hasil dengan benar

sehingga dapat memperkiraan ketersediaan sumberdaya ikan tuna yang ada di

alam bebas.

Page 129: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

DAFTAR PUSTAKA

Amir M.S. 1996. Seluk Beluk dan Teknik Pedagangan Luar Negeri Suatu Penuntun Ekspor Impor Cetakan Kedelapan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo.

[BI]. Bank Indonesia. 2007. Perkembangan Perekonomian Tahun 2007. Jakarta: Bank Indonesia.

Bondar AI. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tuna Segar Indonesia [skripsi]. Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[BPOM]. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2004. Batas Pemasukan Logam Berat dalam Porduk Perikanan. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

[BPS]. Badan Pusat Statitik. 2007. Statistic Yearbook. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Burhanuddin et al. 1984. Suku Scombriade : Tinjauan Mengenai Ikan Tuna, Cakalang, dan Tongkol. Jakarta : LIPI.

Dahuri R. 2008. Ikan Tuna Indonesia. http://majalahsamudra.at.ua/news/2008-12-10-1. [13 Februari 2009].

David FR. 2006. Manajemen Strategis : Konsep, Edisi Kesepuluh. Budi IS, penerjemah; Rahayo S, editor. Jakarta : Salemba Empat. Terjemahan dari : Strategic Management : Concepts and Cases, 10thed.

[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Direktori Ikan Konsumsi dan Produk Olahan. Direktori JEnderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.

[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005a. Potensi dan Pemberdayaan Ikan Tuna. www.dkp.go.id. [13 Februari 2009].

[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005b. Revitalisasi Perikanan. Jakarta: SBP

[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Revitalisasi Komoditas Tuna. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Revitalisasi Perikanan 1999-2007. Pusat Data Statistik dan Informasi. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

Page 130: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008a. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2007. Pusat Data Statistik dan Informasi. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008b. Statistik Ekspor Hasil Perikanan 2007. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

Fadly N. 2009. Asesmen Risiko Histamin Ikan Tuna (Thunnus sp.) Segar Berbagai Mutu Ekspor Pada Proses Pembongkaran (Transit) [skripsi]. Bogor : Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Fahruddin, Ahmad. 2003. Pengembangan Ekspor produk Perikanan Indonesia ke Eropa. Buletin Ekonomi Perikanan Volume 5 No.1 Tahun 2003. Departemen Ilmu-ilmu Perikanan dan Kelatuan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Fajar MI. 2008. Analisis Regulasi Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Perikanan Produk Tuna di Indonesia dan Negara Tujuan Eskpor [skripsi]. Bogor : Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

[FAO]. Food and Agriculture Organization. 2004. Update of Ambient Water Quality Criteria for Heavy Metal. http://www.fao.org. [Diakses tanggal 28 Juni 2009].

Hady H. 2004. Ekonomi Internasional : Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Hikmayani Y, Asnawi. 2007. Pengelolaan Resiko, Pembiayaan, dan Sarana Pendukung Usaha Perikanan dalam Potret dan Strategi Pengembangan Perikanan Tuna, Udang, dan Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

Kusumastanto T. 2007. Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Produk Perikanan Nasional. http://tridoyo.blogspot.com/.../kebijakan-dan-strategi-peningkatan.html. [Diakses tanggal 26 Juni 2009].

Lindert PH, Kindleberger CP. 1995. Ekonomi Internasional Edisi Kedelapan. Abdullah B, penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : International Economics 8thed.

Meryana E. 2007. Analisis Dayasaing Kopi Robusta Indonesia di Pasar Internasional [skripsi]. Bogor : Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Page 131: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Nazzaruddin. 1993. Komoditi Ekspor Pertanian : Perikanan dan Peternakan. Jakarta : Penebar Swadaya

Pappas JL, Hirschey M. 1995. Ekonomi Manajerial Jilid II Edisi Keenam. Wirajaya D, penerjemah. Jakarta : Binarupa Aksara. Terjemahan dari : Economic Manajerial 6thed.

Porter ME. 1990. The Competitive Advantage of Nations. London : Macmillan Press Ltd.

Purnomo AH. 2007. Permasalahan Makro di Sektor Perikanan dan Alternatif Kebijakannya dalam buku Potret dan Strategi Pengembangan Perikanan Tuna, Udang, dan Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

Purnonmo AH, Suryawati SH. 2007. Penawaran Komoditas Perikanan Indonesi: Trend Produksi, Sentra produksi, dan Teknologi Pengolahannya dalam buku Potret dan Strategi Pengembangan Perikanan Tuna, Udang, dan Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

Rastikarany H. 2008. Analisis Pengaruh Kebijakan Tarif dan Non Tarif Uni Eropa Terhadap Ekspor Tuna Indonesia [skripsi]. Bogor : Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rospiati E. 2006. Evaluasi Mutu dan Nilai Gizi Nugget Daging Merah Ikan Tuna (thunnus sp) yang Diberi Perlakuan Titanium Dioksida. Sekolah

Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional Edisi Kelima. Munandar H, penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : International Economic 5thed.

Sudarmaji, dkk. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. http;//journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-2-03.pdf. [Diakses Tanggal 20 Oktober 2009].

Suseno. 2007. Menuju Perikanan Berkelanjutan Cetakan Pertama. Jakarta: Pustaka Cisedesindo.

Swaranindita ED. 2005. Analisis Daya Saing Komoditas Udang Nasional di Pasar Internasional [skripsi]. Bogor : Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[UN Comtrade]. United Nations Commodity Trade Statistics Database. 2008. http://unstats.un.org/unsd/trade/imts/anntotpubs.htm . [Diakses tanggal 18 Mei 2009].

Page 132: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Zamroni. 2000. Daya Saing Ekspor Komoditas Perikanan. Jakarta: Puslitbang Ekonomi dan Pengembangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Page 133: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

LAMPIRAN

Page 134: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 1. Daftar Negara-Negara yang Tergabung Dalam Uni Eropa

Belanda* Inggris

Jerman* Yunani

Belgia* Portugal

Luxemburg* Spanyol

Perancis* Austria

Italy Swedia

Denmark Finlandia

Irlandia Siprus

Slovakia Slovenia

Rep.Cechnya Lithuania

Bulgaria Malta

Hungaria Polandia

Estonia Rumania

Latvia

Sumber : WTO (2007) diacu dalam Rastikarany (2008)Keterangan : (*) Pendiri Uni Eropa

Page 135: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 2. Gambar Jenis-Jenis Ikan Tuna

Ikan Madidihang29 Ikan Albakora30

(Yellowfin Tuna) (Albacore Tuna)

Ikan Abu-abu Selatan31 Ikan Mata Besar32

(Southern Bluefin Tuna) (Bigeye Tuna)

Ikan Cakalang33 Ikan Lisong34

(Skipjack Tuna) (Bullet tuna )

Ikan Tongkol Pisang / Krai35 Ikan Tongkol Komo36

(Frigated Tuna) (Eastern Little Tuna)

Ikan Tongkol Abu-abu37 (Longtail Tuna)

29

Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Madidihang (Yellowfin Tuna). www.shell.site88.net. Diakses tanggal 19 Februari 2009.30 Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Albakora (Albacore Tuna). www.theoceanaire.com Diakses tanggal 19 Februari 2009.31 Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Mata Besar (Bigeye Tuna). www.alltackle.com. Diakses tanggal 19 Februari 2009.32Sumber: Anonim. 2009.. Gambar Ikan Cakalang (Skipjack Tuna). www.sportfishinggrancanaria.com. Diakses tanggal 19 Februari 2009.33 Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Lisong (Bullet Tuna). www.mexfish.com. Diakses tanggal 19 Februari 2009.34 Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Tongkol Pisang / Krai (Frigated Tuna). www.fistenet.gov.vn. Diakses tanggal 19 Februari 2009.35 Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Tongkol Komo (Eastern Little Tuna). www.iccat.int. Diakses tanggal 19 Februari 2009.36 Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Tongkol Abu-abu (Longtail Tuna). www.fistenet.gov.vn. Diakses tanggal 19 Februari 2009.

Page 136: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 3. Klasifikasi Produk Ikan Tuna Untuk Diekspor

1. Tuna Segar (HS 0303200000)

Tuna segar dijual tanpa diolah atau dibekukan. Jenis tuna yang biasanya dijual

dalam bentuk segar adalah tuna mata besar, Yellowfin tuna, albakora, dan

Bluefin tuna.

Spesifikasi :

- Mikrobiologi

Total Plate Count Koloni / gr 5x105

E. Coli (MPN / gr) 3

Salmonella negative

V. Cholerae negative

Stok Lokasi :

Sulut, Papua, Maluku, Jawa, Bali

Pemasaran :

Domestik : Indutri pengolahan tuna (pengalengan, pembekuan, pasar

tradisional, dan pasar modern).

Ekspor : Jepang, Amerika, Eropa, dll

Standar :

SNI 01-2710-1992

2. Tuna Beku (HS 0303400000)

Tuna beku dijual dalam bentuk beku. Jenis tuna yang biasanya dijual dalam

bentuk segar adalah tuna mata besar, Yellowfin tuna, albakora, dan Bluefin

tuna.

Spesifikasi :

- Mikrobiologi

Total Plate Count Koloni/ gr 5x105

E. Coli (MPN / gr) 3

Salmonella negative

V. Cholerae negative

Stok Lokasi :

Sulut, Papua, Maluku, Jawa, Bali

37 www.dpi.nsw.gov.au. Diakses tanggal 19 Februari 2009.

Page 137: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Pemasaran :

Domestik : Indutri pengolahan tuna (pengalengan, pembekuan, pasar

tradisional, dan pasar modern).

Ekspor : Jepang, Amerika, Eropa, dll

Standar :

SNI 01-2710-1992

3. Tuna Loin Mentah Beku / Frozen Tuna Loin (HS 0304200000)

Tuna loin mentah beku adalah produk yang dibuat dari tuna segar atau beku

yang mengalami perlakuan sebagai berikut : penyiangan, pembelahan

membujur menjadi 4 bagian (loin), pembuangan daging gelap (dark meat),

pembuangan lemak, pembuangan kulit, perapihan, pembekuan cepat sehingga

suhu pusatnya -18oC.

Klasifikasi :

Standar ini digolongkan menjadi 1 tingkatan mutu

Spesifikasi :

- Cemaran Mikroba

TPC Coloni / gr 5x105

E. Coli (MPN / gr) < 3

Salmonella / 25 gr negative

V. Cholerae negative

V. Parahameo lyticus / 50 gr negative

- Cemaran Kimia

Timah (Sn) maks (mg / kg) 4.0

Timbal (Pb) maks (mg / kg) 2.0

Arsen (As) maks (mg / kg) 1.0

Air raksa (Hg) maks (mg / kg) 0.5

Seng (Zn) maks (mg / kg) 100.0

Tembaga (Cu) maks (mg / kg) 20.0

Cadmium maks (sesuai persyaratan)

- Fisika

Suhu pusat maks -180C

Bobot besih (sesuai label)

Page 138: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Histamin maks (mg / 100 gr) 10.0

Standar :

SNI 01-4104-1996

4. Tuna Steak Beku / Frozen Tuna (HS 0304200000)

Tuna steak beku adalah produk yang dibuat dari tuna segar atau beku yang

mengalami perlakuan sebagai berikut : penyiangan, pembelahan membujur

menjadi 4 bagian (loin), pembuangan daging gelap (dark meat), pembuangan

tulang, pembuangan kulit, pengirisan menjadi bentuk dan ketebalan tertentu,

perapihan, pembekuan cepat sehingga suhu pusatnya -18oC.

Klasifikasi :

Standar ini digolongkan menjadi 1 tingkatan mutu

IVP (Individually Vacuum Packed)

1 I/C (Inner Carton) = 10 lbs

1 M/C (Master Carton) = 4 1 I/C = 40 lbs

Spesifikasi :

- Cemaran Mikroba

TPC Coloni / gr 5x105

E. Coli (MPN / gr) < 3

Salmonella / 25 gr negative

V. Cholerae negative

V. Parahameo lyticus / 50 gr negative

- Cemaran Kimia

Timah (Sn) maks (mg / kg) 4.0

Timbal (Pb) maks (mg / kg) 2.0

Arsen (As) maks (mg / kg) 1.0

Air raksa (Hg) maks (mg / kg) 0.5

Seng (Zn) maks (mg / kg) 100.0

Tembaga (Cu) maks (mg / kg) 20.0

Cadmium maks (sesuai persyaratan)

- Fisika

Suhu pusat maks -180C

Bobot besih (sesuai label)

Page 139: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Histamin maks (mg / 100 gr) 10.0

Standar :

SNI 01-4485-1998

5. Tuna Saku (Thunnus albacares) (HS 0304200000)

Size : AA Sashimi grade, A grade

Packing : Vaccum pk : 1/22 lb/ccs

Vacuum p : 1/22 lb/ccs

6. Yellowfin Tuna Cube Cut Packaging (HS 0304200000)

- 1 Vacuum Packed Bag = 11 lbs

- 1 M/C = 26,4 lbs

- Cube Size

L/W/H = 3/4" to 1"

7. Yellowfin Tuna Strip Packaging (HS 0304200000)

- 1 Vacuum Packed Bag = 11 lbs

- 1 M/C = 26,4 lbs

- Cube Size

L/W/H = 3/4" to 1"

8. Yellowfin Tuna Saku / Block (Sashimi Grade) Packaging (HS 0304200000)

- IVP (Individually Vacuum Packed)

- 1 Styrofoam box = 11 lbs

- 1 M/C = 2 styrofoam box = 22 lbs

- Size :

a. AA

L = 6" to 7"

W= 2 – 1/8" to 3 – 1/8"

H = 1" to 1 – 1/4"

b. A

L = 4 – 1/4" to 5 – 1/2"

W= 2" to 3 – 1/8"

H = 1" to 1 – 1/4"

c. C

L = 3 – 1/2" to 4"

Page 140: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

W= 1 – 1/2" to 2 – 1/2"

H = 1" to 1 – 1/4"

9. Yellowfin Tuna Loin Packaging

a. Natural Cut

- IVP (Individually Vacuum Packed)

- 1 M/C = 44 lbs

- Size : 2 to 4 lbs / pc dan 4 to 8 lbs / pc

b. Center Cut Packaging

- IVP (Individually Vacuum Packed)

- 1 M/C = 44 lbs

- Size : 2 to 4 lbs / pc dan 4 to 8 lbs / pc

c. Super Cut

- IVP (Individually Vacuum Packed)

- Size : 2-4 = 1 M/C = 22 lbs dan 4-8 = 1 M/C = 44 lbs

10. Albacore Tuna Loin

- IVP (Individually Vacuum Packed)

- 1 M/C = 44 lbs

- Size : 2 to 4 lbs / pc dan 4 to 8 lbs / pc

11. Ground

Ground adalah daging tuna yang dicacah untuk tujuan spicy tuna rolls dan top

quality tuna burger yang di kemasan dalam 2 x 11 lbs.

12. Sashimi (HS 0304100000)

a. Tuna Sashimi (Tuna-Sashimi Cube)

Ukuran : 2 cm or 1 inch cube

Packing : vacuum pack, 1x22 lbs

b. Tuna Sashimi Pieces (Thunnus albacares)

Packing : vacuum pack 1x22 lbs

c. Tuna Sashimi Steak (Thunnus albacares)

Ukuran : 4, 5, 6, 8, 10, 12 oz

Packing : vacuum pack 1x10 lbs

13. Tuna Kaleng / Canned Tuna

Page 141: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Tuna kaleng adalah produk yang berasal dari tuna dan dikemas dengan media

atau tanpa bahan lain, dikemas hermetic dan diproses dengan suhu tinggi

untuk mencegah terjadinya bahaya keamanan pangan. Jenis bahan baku tuna

kaleng adalah ikan tuna family Thunnidar dan varitas lainnya.

- Bentuk Kemasan :

Solid, chunk, flake, dan grated or shredded.

- Media Pengalengan :

Packing media 1 dengan air garam

Packing media 2 dengan Vegetable oil (kecuali Olive oil)

Packing media 3 dengan Olive oil

- Level Garam :

Level a yaitu kadar garam < 1,5 % atau disebut regular

Level b yaitu tanpa penambahan garam

Level c yaitu sangat rendah kadar garamnya (< 35 mg/ penyajian)

Level d yaitu Low sodium (< 140 mg/ penyajian)

Sumber: DKP 2004

Page 142: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 4. Total Ekspor Ikan Tuna Segar Dunia Tahun 1998-2007 (US $)Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Australia 50.007.186 48.485.340 68.552.405 93.731.458 69.582.612 80.941.296 61.472.557 52.027.141 45.150.393 41.392.592 Belgium/ Belgium-Luxembourg 19.756 67.045 125.300 235.926 112.529 344.105 646.237 535.561 364.466 1.719.290

Canada 6.260.207 774.058 8.780.455 7.642.907 7.166.002 8.083.605 14.479.846 14.524.078 18.732.803 17.769.979

Congo 0 0 0 0 0 4.225.431 494.954 0 0 0

Costa Rica 11.063.730 6.565.516 7.179.161 9.596.287 13.546.697 11.354.459 14.177.187 13.564.586 12.208.916 7.343.646

Croatia 5.874.809 4.305.320 11.094.300 30.077.477 37.122.369 63.560.544 32.088.497 26.611.558 42.639.438 36.430.496

Ecuador 36.536.088 19.668.593 10.830.300 3.599.895 5.853.301 13.065.948 2.330.968 2.262.414 3.149.531 5.309.900

El Salvadore 1.858.578 2.705.198 525.212 97.886 214.374 314.167 343.960 85.730 0 0

EU-27 0 0 145.304.788 106.274.970 11.281.140 95.265.897 156.067.468 103.204.722 148.055.687 175.459.417

Fiji 0 0 12.960.604 217.992 9.237.109 10.749.153 10.749.153 16.853.086 16.540.811 17.332.333

France 11.499.136 14.167.606 17.559.682 21.979.748 31.410.650 14.331.640 19.638.677 21.514.193 24.191.667 26.535.585

French Polynesia 160.321 230.852 1.661.864 4.470.026 4.163.997 2.228.976 1.422.544 751.476 996.560 776.126

Germany 88.000 28.843 86.000 318.000 95.000 413.000 1.316.000 3.248.000 1.103.000 879.000

Greece 4.617.763 5.090.735 4.084.598 4.361.873 1.540.076 2.654.985 1.978.046 10.243.065 17.034.226 11.844.703

Grenada 15.229 33.046 1.003.560 1.079.396 1.246.913 702.108 864.789 148.013 132.701 0

India 0 0 0 0 635.442 1.498.154 1.856.771 3.049.267 7.443.220 8.560.865

Indonesia 51.404.759 75.433.445 104.370.266 90.643.482 90.506.779 81.514.715 104.698.879 93.737.522 87.845.012 88.277.193

Ireland 2.059.640 6.197.408 3.967.809 3.576.559 95.694 2.736.978 259.902 303.297 59.136 106.957

Italy 14.412.840 21.328.726 23.375.003 14.745.317 21.103.933 19.473.561 28.823.845 40.990.755 52.117.037 40.602.537

Japan 28.680.175 31.963.932 34.101.331 3.256.924 23.349.169 24.767.600 29.724.852 30.499.447 201.529.751 23.903.519

Malaysia 4.081.666 6.294.396 5.765.028 4.457.711 2.893.058 1.232.276 1.523.524 7.872.021 7.379.539 7.750.967

Maldives 5.514.559 1.139.970 5.331.701 5.265.113 10.175.880 14.208.274 18.487.435 20.279.007 23.640.706 16.237.800

Malta 393.577 197.280 0 1.292.828 133.743 2.474.462 7.872.865 28.348.577 355.348.577 27.269.873

Mexico 4.799.884 10.297.901 12.000.184 12.260.018 33.812.082 73.198.796 64.136.822 58.307.147 51.205.246 40.823.354

Namibia 0 0 1.488.366 513.263 1.023.287 446.544 1.982.067 2.818.532 1.469.491 3.504.390

Netherlands 91.899 299.172 345.911 486.321 482.821 384.892 910.761 660.388 1.389.570 3.528.160

New Caledonia 0 2.930.939 4.222.107 4.867.513 2.746.304 5.443.362 1.739.040 718.750 384.518 649.634

New Zealand 3.593.470 5.462.113 6.413.411 6.229.950 4.245.770 4.810.825 5.020.700 2.971.835 4.399.899 4.307.920

Page 143: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Oman 0 0 14.118.145 22.173.521 34.494.497 0 3.201.264 8.508.767 15.101.742 22.820.107

Other Asia, nes 34.453.557 38.416.406 36.179.189 23.456.729 24.151.765 25.435.500 16.625.316 10.660.664 6.379.146 6.826.724

Panama 1.961.975 1.966.790 1.228.300 2.143.421 7.564.132 2.398.874 5.795.199 15.180.090 12.826.791 6.249.796

Papua New Guinea 2.813.715 0 5.730.233 15.743.816 17.246.372 17.131.070 15.596.602 0 0 0

Philippines 31.977.567 29.371.666 34.808.827 27.766.218 25.312.726 16.725.532 8.991.450 11.414.434 10.809.759 7.761.604

Portugal 1.608.897 813.806 2.499.213 3.110.013 5.101.394 1.856.165 1.288.928 1.825.834 1.996.664 6.373.330

Rep. Of Korea 268.260 201.481 411.620 682.012 2.030.192 3.435.404 2.565.374 3.434.772 3.280.336 2.917.067

Samoa 0 0 0 1.130.854 451.705 65.527 3.854.714 5.191.567 0 0

Saudi Arabia 80.354 144.202 39.230 378 1.363.420 123.563 23.534 143.575 85.538 76.245

Senegal 49.543 14.173 39.413 11.006 0 87.138 1.158.146 273.829 486.118 94.638

Seychelles 13.357 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Singapore 21.863.220 39.710.850 53.597.119 43.656.221 14.101.023 1.399.892 21.481 2.277 2.870 239

South Africa 0 0 9.120 14.540 2.751.769 4.011.188 3.852.559 5.312.467 7.136.079 6.744.518

Spain 83.250.434 163.293.602 144.591.411 112.698.069 123.892.787 141.903.185 154.577.595 94.169.728 102.946.959 122.632.358

Sri Lanka 0 1.890.706 0 7.391.655 2.540.342 2.526.145 3.276.396 3.833.985 0 0

Thailand 5.048.577 8.977.430 5.686.267 7.894.769 6.978.009 9.708.524 11.637.711 12.781.580 26.351.799 14.782.453

Trinidad and Tobago 94 22.320 26.345 18.211 143.739 483.054 551.949 765.728 601.522 1.681.374

Tunisia 6.527.013 7.960.480 7.388.907 12.307.437 14.266.562 5.736.712 11.683.518 31.956.845 40.839.757 38.163.839

Turkey 1.280.634 1.465.002 1.933.774 1.436.613 4.940.392 24.256.049 31.043.787 54.866.062 42.739.052 35.961.375

United Kingdom 163.452 1.968.296 240.337 161.883 271.055 164.910 2.112.699 2.126.407 1.615.098 808.302

Uruguay 645.754 186.729 122.608 208.136 175.400 173.518 256.654 1.016.008 634.475 129.857

USA 18.375.730 19.277.151 19.503.558 23.434.110 27.739.050 62.531.870 79.777.905 90.710.848 30.145.972 37.086.766

Venezuela 413.795 181.381 195.946 923.140 1.111.049 321.479 293.753 119.855 3.204 0

Viet Nam 0 0 6.614.000 18.446.728 14.180.803 25.843.945 23.629.560 17.205.238 28.987.748 0

Yemen 8 0 0 0 0 2.058 978.503 14.975.794 1.876.588 33.937.517

Other 2.940.821 2.565.187 6.140.459 6.277.536 7.626.896 6.778.239 14.763.197 23.221.127 21.958.425 29.670.404

TOTAL 456.770.029 582.095.092 832.233.367 762.365.856 722.211.810 893.525.294 982.666.140 965.827.649 1.481.317.543 983.034.749 Sumber: UN Comtrade 2008

Page 144: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 5. Market Share Ikan Tuna Segar Dunia Tahun 1998-2007 (%)

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007Australia 10,95 8,33 8,24 12,29 9,63 9,06 6,26 5,39 3,05 4,21Belgium/ Belgium-Luxembourg 0,00 0,01 0,02 0,03 0,02 0,04 0,07 0,06 0,02 0,17Canada 1,37 0,13 1,06 1,00 0,99 0,90 1,47 1,50 1,26 1,81Congo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,47 0,05 0,00 0,00 0,00Costa Rica 2,42 1,13 0,86 1,26 1,88 1,27 1,44 1,40 0,82 0,75Croatia 1,29 0,74 1,33 3,95 5,14 7,11 3,27 2,76 2,88 3,71Ecuador 8,00 3,38 1,30 0,47 0,81 1,46 0,24 0,23 0,21 0,54El Salvadore 0,41 0,46 0,06 0,01 0,03 0,04 0,04 0,01 0,00 0,00EU-27 0,00 0,00 17,46 13,94 1,56 10,66 15,88 10,69 9,99 17,85Fiji 0,00 0,00 1,56 0,03 1,28 1,20 1,09 1,74 1,12 1,76France 2,52 2,43 2,11 2,88 4,35 1,60 2,00 2,23 1,63 2,70French Polynesia 0,04 0,04 0,20 0,59 0,58 0,25 0,14 0,08 0,07 0,08Germany 0,02 0,00 0,01 0,04 0,01 0,05 0,13 0,34 0,07 0,09Greece 1,01 0,87 0,49 0,57 0,21 0,30 0,20 1,06 1,15 1,20Grenada 0,00 0,01 0,12 0,14 0,17 0,08 0,09 0,02 0,01 0,00India 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 0,17 0,19 0,32 0,50 0,87Indonesia 11,25 12,96 12,54 11,89 12,53 9,12 10,65 9,71 5,93 8,98Ireland 0,45 1,06 0,48 0,47 0,01 0,31 0,03 0,03 0,00 0,01Italy 3,16 3,66 2,81 1,93 2,92 2,18 2,93 4,24 3,52 4,13Japan 6,28 5,49 4,10 0,43 3,23 2,77 3,02 3,16 13,60 2,43Malaysia 0,89 1,08 0,69 0,58 0,40 0,14 0,16 0,82 0,50 0,79Maldives 1,21 0,20 0,64 0,69 1,41 1,59 1,88 2,10 1,60 1,65Malta 0,09 0,03 0,00 0,17 0,02 0,28 0,80 2,94 23,99 2,77Mexico 1,05 1,77 1,44 1,61 4,68 8,19 6,53 6,04 3,46 4,15Namibia 0,00 0,00 0,18 0,07 0,14 0,05 0,20 0,29 0,10 0,36Netherlands 0,02 0,05 0,04 0,06 0,07 0,04 0,09 0,07 0,09 0,36New Caledonia 0,00 0,50 0,51 0,64 0,38 0,61 0,18 0,07 0,03 0,07

Page 145: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007New Zealand 0,79 0,94 0,77 0,82 0,59 0,54 0,51 0,31 0,30 0,44Oman 0,00 0,00 1,70 2,91 4,78 0,00 0,33 0,88 1,02 2,32Other Asia, nes 7,54 6,60 4,35 3,08 3,34 2,85 1,69 1,10 0,43 0,69Panama 0,43 0,34 0,15 0,28 1,05 0,27 0,59 1,57 0,87 0,64Papua New Guinea 0,62 0,00 0,69 2,07 2,39 1,92 1,59 0,00 0,00 0,00Philippines 7,00 5,05 4,18 3,64 3,50 1,87 0,92 1,18 0,73 0,79Portugal 0,35 0,14 0,30 0,41% 0,71 0,21 0,13 0,19 0,13 0,65Rep. Of Korea 0,06 0,03 0,05 0,09 0,28 0,38 0,26 0,36 0,22 0,30Samoa 0,00 0,00 0,00 0,15 0,06 0,01 0,39 0,54 0,00 0,00Saudi Arabia 0,02 0,02 0,00 0,00 0,19 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01Senegal 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,12 0,03 0,03 0,01Seychelles 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Singapore 4,79 6,82 6,44 5,73 1,95 0,16 0,00 0,00 0,00 0,00South Africa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,38 0,45 0,39 0,55 0,48 0,69Spain 18,23 28,05 17,37 14,78 17,15 15,88 15,73 9,75 6,95 12,47Sri Lanka 0,00 0,32 0,00 0,97 0,35 0,28 0,33 0,40 0,00 0,00Thailand 1,11 1,54 0,68 1,04 0,97 1,09 1,18 1,32 1,78 1,50Trinidad and Tobago 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,05 0,06 0,08 0,04 0,17Tunisia 1,43 1,37 0,89 1,61 1,98 0,64 1,19 3,31 2,76 3,88Turkey 0,28 0,25 0,23 0,19 0,68 2,71 3,16 5,68 2,89 3,66United Kingdom 0,04 0,34 0,03 0,02 0,04 0,02 0,21 0,22 0,11 0,08Uruguay 0,14 0,03 0,01 0,03 0,02 0,02 0,03 0,11 0,04 0,01USA 4,02 3,31 2,34 3,07 3,84 7,00 8,12 9,39 2,04 3,77Venezuela 0,09 0,03 0,02 0,12 0,15 0,04 0,03 0,01 0,00 0,00Viet Nam 0,00 0,00 0,79 2,42 1,96 2,89 2,40 1,78 1,96 0,00Yemen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 1,55 0,13 3,45Other 0,64 0,44 0,74 0,82 1,06 0,76 1,50 2,40 1,48 3,02TOTAL 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: UN Comtrade 2008, diolah

Page 146: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 6. Total Ekspor Ikan Tuna Beku Dunia Tahun 1998-2007 (US$)

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Australia 19.695.667 66.005.530 56.967.847 84.405.926 122.538.485 95.111.956 69.888.551 83.133.169 85.559.956 123.053.381

Brazil 5.957.394 3.725.269 10.533.941 12.865.754 8.903.021 3.992.240 2.635.840 2.669.723 2.272.618 1.522.452

Canada 2.062.842 3.163.923 4.329.999 6.392.561 4.692.485 8.852.463 16.799.557 12.442.858 10.915.534 10.114.633

Chile 1.223.965 1.636.256 1.662.676 1.274.107 8.320 77.617 35.270 13.339 0 25.205

China 2.436.511 910.845 364.082 1.573.664 3.653.932 2.856.444 644.485 2.531.082 3.598.176 6.125.095 China, Hongokng SAR 35.114 6.735.844 1.604.050 1.607.614 397.098 17.086 189.430 49.804 940.536 797.882

Colombia 55.315.476 30.152.718 42.582.664 42.094.494 40.869.233 35.615.662 45.792.545 47.138.440 31.523.657 52.442.106

Costa Rica 4.260.960 4.144.389 444.917 476.073 3.228.528 903.131 725.351 1.485.250 863.593 2.324.831

Cote d'Ivore 4.649 1.139.139 395.180 228.112 0 836.697 455.810 289.920 730.309 9.048.674

Croatia 0 496.299 2.512.517 3.458.889 7.693.225 8.673.665 12.673.665 10.200.502 16.502.974 12.455.016

Ecuador 10.735.264 7.986.853 4.375.214 13.158.278 8.982.685 3.254.176 4.894.157 5.140.443 1.578.150 6.798.576

EU-27 0 0 59.576.535 96.186.899 147.077.364 154.053.802 179.587.890 154.304.018 153.303.858 152.520.384

France 79.983.793 69.279.409 54.837.556 77.283.252 75.978.066 103.805.350 93.053.146 104.835.999 104.835.999 78.587.209 French Polynesia 596.326 911.353 1.662.117 2.077.041 22.952 30.151 168.219 11.536 86.469 348.673

Ghana 7.513.280 5.792.149 5.876.169 9.774.698 0 7.694.389 0 3.638.923 1.851.178 14.263.614

Greenland 0 0 1.455.707 3.018.952 1.320.395 1.737.175 272.537 108.699 25.314 0

Guatemala 0 2.476.456 9.643.537 8.796.225 0 0 0 526.277 0 5.520

India 5.222 54.200 27.293 245.807 596.398 862.663 3.981.705 3.900.849 9.421.970 16.348.830

Indonesia 22.974.654 19.555.289 25.510.940 38.070.307 28.716.857 21.528.712 11.237.366 18.818.588 25.052.082 43.645.640

Ireland 137.752 39.692 1.780.778 1.044.857 408.686 2.993 6.525 2.731.871 159.147 254.523

Italy 4.256.636 5.006.078 5.054.731 2.509.163 2.989.656 2.608.264 2.210.255 3.311.311 1.139.075 324.616

Japan 61.326.302 69.565.239 60.129.584 46.662.624 37.461.727 34.617.405 74.431.798 34.881.508 36.580.036 76.862.945

Malaysia 1.106.588 1.648.510 442.477 701.622 594.371 1.101.810 3.379.610 6.969.643 1.231.183 5.734.875

Maldives 13.233.182 8.695.280 501.343 1.672.898 2.263.369 6.495.343 8.072.070 7.255.138 7.246.408 6.639.493

Malta 0 189.567 333.331 4.759.091 38.179.125 28.977.502 43.692.656 30.451.937 40.031.910 36.037.666

Mexico 24.183.322 11.975.871 1.505.123 10.833.831 13.733.202 23.539.570 543.034 7.556.847 3.752.471 33.667.525

Netherlands 236.328 148.376 175.889 250.769 288.173 364.458 1.065.043 1.099.403 2.446.194 4.368.329

Page 147: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007New Caledonia 0 462.395 726.576 1.214.969 1.411.774 1.148.795 16.488.728 2.327.707 1.211.717 980.625

New Zealand 9.930.983 9.227.256 9.385.765 11.855.808 13.333.593 11.435.073 11.306.917 9.090.546 7.694.139 7.444.462

Other Asia, nes 503.985.128 444.470.384 560.499.022 481.351.978 563.314.575 687.241.722 838.263.334 835.102.051 546.546.512 391.967.721

Panama 758.820 8.986.750 29.843.594 51.803.776 67.896.912 130.697.105 119.846.012 86.007.253 74.871.207 74.364.374 Papua New Guinea 2.907.448 0 334.596 1.714.530 6.366.145 6.212.201 6.284.869 0 0 0

Peru 6.929.685 24.065 385.091 2.109 87.123 421.080 33.720 498.894 294.230 46.961

Philippines 13.299.098 5.808.200 9.568.968 11.660.473 15.854.316 16.522.108 20.920.284 20.100.113 31.075.819 67.064.164

Portugal 610.587 165.208 819.813 165.815 243.194 328.329 312.325 418.015 839.614 2.356.808

Rep. Of Korea 254.719.564 279.159.050 282.502.590 234.347.457 251.333.114 197.180.928 227.401.274 192.378.562 176.324.339 198.091.869

Senegal 0 0 0 0 0 4.189.029 17.309.720 11.136.201 30.993.827 1.234.545

Seychelles 0 0 65.799 0 0 0 0 52.281 0 0

Singapore 83.719.143 69.606.899 60.025.426 40.121.778 26.827.816 19.331.258 26.060.029 34.081.164 37.280.503 25.747.802

South Africa 0 0 4.090.213 7.988.464 6.388.008 4.797.370 9.422.907 5.220.026 7.771.230 8.158.115

Spain 65.883.149 53.130.823 55.474.612 82.914.663 72.845.123 75.317.833 103.665.861 91.184.449 87.025.743 110.863.372

Sri Lanka 0 37.627 1.756.029 7.258.535 6.967.090 7.012.323 9.622.727 16.686.836 0 0

Thailand 29.462.094 11.331.868 4.358.511 4.354.037 3.061.764 4.824.623 11.910.128 12.383.703 9.910.440 33.314.605

Turkey 32.636 290.313 439.251 232.431 14.620.138 45.120 26.090.449 4.922.930 21.421.669 379.575

USA 18.418.650 8.718.398 8.153.096 15.235.771 14.476.287 24.221.871 26.628.733 21.072.403 25.071.287 35.220.985

Venezuela 593.423 1.783.567 5.194.989 12.667.420 4.143.660 1.294.096 1.740 28.865 0 0

Viet Nam 0 0 36.523.000 7.131.244 17.304.733 1.751.261 6.994.760 9.635.672 13.889.145 0

Yemen 0 0 0 0 0 0 773.864 632.956 1.697.245 2.757.948

Other 41.268.226 39.210.737 7.473.313 8.117.097 19.240.145 36.705.762 42.883.241 39.224.882 24.180.608 35.590.280

Total 1.349.799.861 1.253.848.074 1.431.906.451 1.451.561.863 1.656.312.863 1.778.288.611 2.098.658.137 1.937.682.586 1.639.748.071 1.689.901.904 Sumber: UN Comtrade 2008

Page 148: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 7. Market Share Ikan Tuna Beku Dunia Tahun 1998-2007 (%)

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007Australia 1,46 5,26 3,98 5,81 7,40 5,35 3,33 4,29 5,22 7,28Brazil 0,44 0,30 0,74 0,89 0,54 0,22 0,13 0,14 0,14 0,09Canada 0,15 0,25 0,30 0,44 0,28 0,50 0,80 0,64 0,67 0,60Chile 0,09 0,13 0,12 0,09 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00China 0,18 0,07 0,03 0,11 0,22 0,16 0,03 0,13 0,22 0,36China, Hongokng SAR 0,00 0,54 0,11 0,11 0,02 0,00 0,01 0,00 0,06 0,05Colombia 4,10 2,40 2,97 2,90 2,47 2,00 2,18 2,43 1,92 3,10Costa Rica 0,32 0,33 0,03 0,03 0,19 0,05 0,03 0,08 0,05 0,14Cote d'Ivore 0,00 0,09 0,03 0,02 0,00 0,05 0,02 0,01 0,04 0,54Croatia 0,00 0,04 0,18 0,24 0,46 0,49 0,60 0,53 1,01 0,74Ecuador 0,80 0,64 0,31 0,91 0,54 0,18 0,23 0,27 0,10 0,40EU-27 0,00 0,00 4,16 6,63 8,88 8,66 8,56 7,96 9,35 9,03France 5,93 5,53 3,83 5,32 4,59 5,84 4,43 5,41 6,39 4,65French Polynesia 0,04 0,07 0,12 0,14 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01 0,02Ghana 0,56 0,46 0,41 0,67 0,00 0,43 0,00 0,19 0,11 0,84Greenland 0,00 0,00 0,10 0,21 0,08 0,10 0,01 0,01 0,00 0,00Guatemala 0,00 0,20 0,67 0,61 0,00 0,00 0,00 0,03 0,00 0,00India 0,00 0,00 0,00 0,02 0,04 0,05 0,19 0,20 0,57 0,97Indonesia 1,70 1,56 1,78 2,62 1,73 1,21 0,54 0,97 1,53 2,58Ireland 0,01 0,00 0,12 0,07 0,02 0,00 0,00 0,14 0,01 0,02Italy 0,32 0,40 0,35 0,17 0,18 0,15 0,11 0,17 0,07 0,02Japan 4,54 5,55 4,20 3,21 2,26 1,95 3,55 1,80 2,23 4,55Malaysia 0,08 0,13 0,03 0,05 0,04 0,06 0,16 0,36 0,08 0,34Maldives 0,98 0,69 0,04 0,12 0,14 0,37 0,38 0,37 0,44 0,39Malta 0,00 0,02 0,02 0,33 2,31 1,63 2,08 1,57 2,44 2,13Mexico 1,79 0,96 0,11 0,75 0,83 1,32 0,03 0,39 0,23 1,99Netherlands 0,02 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,05 0,06 0,15 0,26

Page 149: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007New Caledonia 0,00 0,04 0,05 0,08 0,09 0,06 0,79 0,12 0,07 0,06New Zealand 0,74 0,74 0,66 0,82 0,81 0,64 0,54 0,47 0,47 0,44Other Asia, nes 37,34 35,45 39,14 33,16 34,01 38,65 39,94 43,10 33,33 23,19Panama 0,06 0,72 2,08 3,57 4,10 7,35 5,71 4,44 4,57 4,40Papua NewGuinea 0,22 0,00 0,02 0,12 0,38 0,35 0,30 0,00 0,00 0,00Peru 0,51 0,00 0,03 0,00 0,01 0,02 0,00 0,03 0,02 0,00Philippines 0,99 0,46 0,67 0,80 0,96 0,93 1,00 1,04 1,90 3,97Portugal 0,05 0,01 0,06 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02 0,05 0,14Rep. Of Korea 18,87 22,26 19,73 16,14 15,17 11,09 10,84 9,93 10,75 11,72Senegal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,24 0,82 0,57 1,89 0,07Seychelles 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Singapore 6,20 5,55 4,19 2,76 1,62 1,09 1,24 1,76 2,27 1,52South Africa 0,00 0,00 0,29 0,55 0,39 0,27 0,45 0,27 0,47 0,48Spain 4,88 4,24 3,87 5,71 4,40 4,24 4,94 4,71 5,31 6,56Sri Lanka 0,00 0,00 0,12 0,50 0,42 0,39 0,46 0,86 0,00 0,00Thailand 2,18 0,90 0,30 0,30 0,18 0,27 0,57 0,64 0,60 1,97Turkey 0,00 0,02 0,03 0,02 0,88 0,00 1,24 0,25 1,31 0,02USA 1,36 0,70 0,57 1,05 0,87 1,36 1,27 1,09 1,53 2,08Venezuela 0,04 0,14 0,36 0,87 0,25 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00Viet Nam 0,00 0,00 2,55 0,49 1,04 0,10 0,33 0,50 0,85 0,00Yemen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,03 0,10 0,16Other 3,06 3,13 0,52 0,56 1,16 2,06 2,04 2,02 1,47 2,11Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: UN Comtrade 2008, diolah

Page 150: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 8. Total Ekspor Ikan Tuna Olahan Dunia Tahun 1998-2007 (US $)

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Australia 1.166.262 1.373.130 1.511.602 934.973 597.834 931.531 1.563.992 1.849.535 1.487.501 997.445

Austria 98.713 453.837 427.498 388.875 384.817 432.819 606.599 951.442 1.239.672 2.418.542 Belgium/ Belgium-Luxembourg 7.878.072 9.388.702 4.647.160 5.417.836 5.665.254 7.729.460 8.899.591 7.231.395 9.580.968 9.346.121

Brazil 11.102.943 9.125.206 8.925.669 9.147.335 5.211.546 5.657.438 6.920.194 9.708.194 11.274.838 19.714.529

Canada 967.283 795.132 563.364 862.973 944.266 1.677.438 1.542.265 2.211.148 2.140.811 2.930.658

China 3.368.092 1.477.580 1.327.683 3.740.683 5.221.162 5.629.839 8.110.342 19.745.338 41.571.153 67.571.298

China, Hongokng SAR 631.650 658.186 434.122 622.582 785.706 902.998 1.209.034 844.500 2.191.892 1.244.492

Colombia 51.926.296 35.549.344 31.160.868 22.669.758 28.956.600 33.756.488 25.297.181 27.275.083 21.173.819 29.916.107

Costa Rica 26.809.218 14.780.596 9.837.028 15.410.805 23.657.852 2.717.806 19.946.995 20.648.023 12.093.020 15.456.126

Cote d'Ivore 3.539.849 6.174.459 1.151.221 22.548 347.203 131.562 0 530.798 1.547.067 1.002.834

Croatia 215.561 57.634 240.465 363.791 472.636 1.045.750 992.028 1.428.556 952.628 1.942.852

Cuba 0 258.083 537.885 0 351.904 355.135 480.423 790.904 676.942 0

Czech Rep. 78.991 36.184 30.500 37.785 21.194 84.029 8.097.380 498.553 665.526 1.083.382

Denmark 595.932 505.064 569.962 148.224 1.493.120 1.155.976 1.980.396 2.323.007 1.967.711 3.215.087

Ecuador 108.014.104 106.180.129 99.576.376 137.870.576 195.343.776 211.243.672 181.970.459 250.901.867 303.399.221 329.980.637

El Salvadore 0 0 826 0 329 3.663.089 31.073.368 51.958.958 49.151.779 90.981.263

EU-27 0 0 41.014.095 52.294.638 56.786.095 60.087.342 62.219.612 68.366.979 76.334.513 90.069.388

Fiji 0 0 0 0 1.366.312 424.643 522.746 126.120 272.217 6.350.044

France 73.909.712 111.085.056 247.060.990 257.407.060 315.310.475 335.239.126 331.328.222 63.205.918 381.593.614 83.005.690

Germany 37.954.000 43.254.800 36.577.000 47.836.000 59.048.000 67.843.000 71.457.000 86.460.000 89.979.000 84.777.000

Ghana 51.190.920 54.280.884 57.024.828 62.722.753 0 99.982.559 0 33.693.174 19.539.218 30.717.215

Guatemala 0 0 99 492 8.718 221.846 540.411 21.220.507 755 36.800.041

Indonesia 104.167.912 82.499.839 87.832.633 84.132.896 86.048.521 101.241.561 118.449.189 128.635.721 129.790.247 151.941.915

Iran 506.123 364.522 438.120 1.140.563 1.008.153 701.065 962.759 970.465 2.097.226 0

Ireland 2.719.930 849.446 462.581 282.341 0 1.686.463 1.935.691 858.526 337.288 1.245.701

Italy 37.088.508 37.725.094 48.298.910 58.482.317 83.279.440 78.758.527 90.694.902 96.702.470 102.463.541 124.626.732

Japan 6.966.829 8.901.360 4.148.512 7.403.275 6.740.053 6.372.133 7.054.108 6.056.302 5.821.028 7.476.679

Page 151: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007Jordan 0 0 578.274 197.438 35.770 1.010.156 100.902 401.415 584.212 103.726

Kenya 0 334 57 0 119 591 1.953 2.549 13.099 2.484.477

Lebanon 49.662 128.097 67.092 59.456 129.601 183.458 218.000 0 0 1.184.000

Madagascar 0 0 20.441.983 56.208.546 57.484.118 85.498.148 60.603.676 20.324.456 44.604.403 43.042.183

Malaysia 6.050.736 6.077.115 6.327.847 5.234.173 5.692.305 5.647.453 5.984.126 4.718.455 8.519.309 3.108.253

Maldives 16.721.122 8.623.772 10.869.123 9.831.304 10.071.970 12.835.894 15.581.845 16.940.787 15.378.271 12.328.122

Mauritius 40.897.864 37.540.331 35.388.776 61.497.384 67.430.104 71.630.160 80.608.119 107.508.553 156.936.231 196.936.228

Mexico 4.631.783 5.100.783 1.423.576 1.290.067 6.148.876 3.578.158 5.529.462 7.679.633 6.557.207 7.682.688

Morocco 919.798 232.750 1.309.147 1.943.221 414.388 1.231.159 949.206 6.186.659 15.317.224 9.913.099

Netherlands 20.521.139 3.673.295 3.654.979 4.509.517 6.260.798 5.622.132 9.925.144 14.220.095 17.813.119 21.958.336

Oman 0 0 471.706 1.440.887 2.303.731 0 765.121 6.624.179 4.993.003 2.132.122

Peru 4.639.383 726.742 604.710 1.954.718 2.199.267 3.384.479 5.154.005 6.501.044 4.805.774 6.967.203

Philippines 130.117.088 78.113.232 64.492.908 68.803.368 93.172.924 114.056.312 65.449.461 65.449.461 88.986.526 12.498.489

Rep. Of Korea 1.163.695 1.127.152 1.022.551 3.723.558 2.894.607 4.742.834 4.164.749 4.723.677 0 0

Saudi Arabia 1.647.962 841.007 197.900 4.112 224.270 914.033 546.602 1.303.967 1.238.432 996.793

Senegal 264 59 18.332.740 16.345.946 24 24.770.014 23.197.360 24.077.999 2.053.698 12.396.416

Seychelles 78.567.496 99.576.712 110.196.962 140.685.366 161.523.113 193.888.796 169.261.803 178.138.315 187.076.670 183.158.879

Singapore 263.415 454.721 493.566 420.684 393.676 961.077 427.766 424.766 336.340 228.126

Spain 194.770.368 165.347.484 157.397.680 218.968.784 207.056.608 234.394.215 247.054.831 285.865.824 320.175.685 362.725.414

Thailand 681.513.302 637.300.089 51.176.447 655.982.252 688.046.888 830.952.062 899.495.534 1.129.555.254 1.297.248.280 1.389.715.176

United Kingdom 35.520.255 35.520.255 9.743.723 11.149.822 14.325.454 13.775.061 15.374.397 14.861.864 8.085.851 28.113.402

USA 15.832.705 12.647.518 7.011.027 5.056.993 6.027.387 8.649.857 4.516.109 4.702.108 7.034.570 5.024.863

Venezuela 2.606.650 2.628.608 21.686 46.104 2.400.625 3.279.670 3.286.985 7.076 28.217 0

Viet Nam 0 0 1.189.000 8.372.313 11.835.298 16.176.964 21.210.206 38.014.265 62.099.773 0

Yemen 0 0 0 0 0 0 2.153.764 448.043 482.042 302.122

Other 1.874.055 2.098.303 2.501.045 2.110.038 4.212.978 3.016.632 3.569.558 12.593.082 5.449.043 6.404.758

Total 1.769.205.642 1.623.532.626 1.188.714.502 2.045.177.130 2.229.335.865 2.669.872.610 2.628.985.571

.856.467.009 3.525.160.174 3.504.216.653

Sumber: UN Comtrade 2008

Page 152: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 9. Market Share Ikan Tuna Olahan Tahun 1998-2007 (%)

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007Australia 0,07 0,08 0,13 0,05 0,03 0,03 0,06 0,06 0,04 0,03Austria 0,01 0,03 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,04 0,07Belgium/ Belgium-Luxembourg 0,45 0,58 0,39 0,26 0,25 0,29 0,34 0,25 0,27 0,27Brazil 0,63 0,56 0,75 0,45 0,23 0,21 0,26 0,34 0,32 0,56Canada 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,06 0,06 0,08 0,06 0,08China 0,19 0,09 0,11 0,18 0,23 0,21 0,31 0,69 1,18 1,93China, Hongokng SAR 0,04 0,04 0,04 0,03 0,04 0,03 0,05 0,03 0,06 0,04Colombia 2,94 2,19 2,62 1,11 1,30 1,26 0,96 0,95 0,60 0,85Costa Rica 1,52 0,91 0,83 0,75 1,06 0,10 0,76 0,72 0,34 0,44Cote d'Ivore 0,20 0,38 0,10 0,00 0,02 0,00 0,00 0,02 0,04 0,03Croatia 0,01 0,00 0,02 0,02 0,02 0,04 0,04 0,05 0,03 0,06Cuba 0,00 0,02 0,05 0,00 0,02 0,01 0,02 0,03 0,02 0,00Czech Rep. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,31 0,02 0,02 0,03Denmark 0,03 0,03 0,05 0,01 0,07 0,04 0,08 0,08 0,06 0,09Ecuador 6,11 6,54 8,38 6,74 8,76 7,91 6,92 8,78 8,61 9,42El Salvadore 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,14 1,18 1,82 1,39 2,60EU-27 0,00 0,00 3,45 2,56 2,55 2,25 2,37 2,39 2,17 2,57Fiji 0,00 0,00 0,00 0,00 0,06 0,02 0,02 0,00 0,01 0,18France 4,18 6,84 20,7 12,59 14,14 12,56 12,60 2,21 10,82 2,37Germany 2,15 2,66 3,08 2,34 2,65 2,54 2,72 3,03 2,55 2,42Ghana 2,89 3,34 4,80 3,07 0,00 3,74 0,00 1,18 0,55 0,88Guatemala 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,02 0,74 0,00 1,05Indonesia 5,89 5,08 7,39 4,11 3,86 3,79 4,51 4,50 3,68 4,34Iran 0,03 0,02 0,04 0,06 0,05 0,03 0,04 0,03 0,06 0,00Ireland 0,15 0,05 0,04 0,01 0,00 0,06 0,07 0,03 0,01 0,04Italy 2,10 2,32 4,06 2,86 3,74 2,95 3,45 3,39 2,91 3,56Japan 0,39 0,55 0,35 0,36 0,30 0,24 0,27 0,21 0,17 0,21

Page 153: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007Jordan 0,00 0,00 0,05 0,01 0,00 0,04 0,00 0,01 0,02 0,00Kenya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,07Lebanon 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,03Madagascar 0,00 0,00 1,72 2,75 2,58 3,20 2,31 0,71 1,27 1,23Malaysia 0,34 0,37 0,53 0,26 0,26 0,21 0,23 0,17 0,24 0,09Maldives 0,95 0,53 0,91 0,48 0,45 0,48 0,59 0,59 0,44 0,35Mauritius 2,31 2,31 2,98 3,01 3,02 2,68 3,07 3,76 4,45 5,62Mexico 0,26 0,31 0,12 0,06 0,28 0,13 0,21 0,27 0,19 0,22Morocco 0,05 0,01 0,11 0,10 0,02 0,05 0,04 0,22 0,43 0,28Netherlands 1,16 0,23 0,31 0,22 0,28 0,21 0,38 0,50 0,51 0,63Oman 0,00 0,00 0,04 0,07 0,10 0,00 0,03 0,23 0,14 0,06Peru 0,26 0,04 0,05 0,10 0,10 0,13 0,20 0,23 0,14 0,20Philippines 7,35 4,81 5,43 3,36 4,18 4,27 2,49 2,29 2,52 0,36Rep. Of Korea 0,07 0,07 0,09 0,18 0,13 0,18 0,16 0,17 0,00 0,00Saudi Arabia 0,09 0,05 0,02 0,00 0,01 0,03 0,02 0,05 0,04 0,03Senegal 0,00 0,00 1,54 0,80 0,00 0,93 0,88 0,84 0,06 0,35Seychelles 4,44 6,13 9,27 6,88 7,25 7,26 6,44 6,24 5,31 5,23Singapore 0,01 0,03 0,04 0,02 0,02 0,04 0,02 0,01 0,01 0,01Spain 11,01 10,18 13,24 10,71 9,29 8,78 9,40 10,01 9,08 10,35Thailand 38,52 39,25 4,31 32,07 30,86 31,12 34,21 39,54 36,80 39,66United Kingdom 2,01 2,19 0,82 0,55 0,64 0,52 0,58 0,52 0,23 0,80USA 0,89 0,78 0,59 0,25 0,27 0,32 0,17 0,16 0,20 0,14Venezuela 0,15 0,16 0,00 0,00 0,11 0,12 0,13 0,00 0,00 0,00Viet Nam 0,00 0,00 0,10 0,41 0,53 0,61 0,81 1,33 1,76 0,00Yemen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 0,02 0,01 0,01Other 0,11 0,13 0,21 0,10 0,19 0,11 0,14 0,44 0,15 0,18Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: UN Comtrade 2008, diolah

Page 154: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 10. Mekanismen Impor Uni Eropa

Sumber: Fajar 2008

Pelaksanaan pengujian di negara

eksportir maksimal 10 hari

sebelum ekspor

Competent Authority negara

eksportir mengeluarkan health

certificate jika hasil tes memenuhi

standar

Produk yang akan masuk ke Uni

Eropa dilakukan pengujian di

Boarder Inspection Post

Produk yang tidak sesuai standar atau

tidak lulus pemeriksaan dokumen

diberikan kepada competent authority

negara eksportir

Produk yang sesuai standar

diperbolehkan masuk ke Uni

Eropa

Produk yang tidak sesuai dengan

standar akan dipulangkan atau

dihancurkan

European Comissiona melakukan

peninjauan kembali sesuai

permintaan eksportir

European Comissioni melaporkan

adanya temuan dan menyebarkan ke

seluruh negara anggota melalui

Rapid alert System

Tidak

Sesuai

Sesuai

Page 155: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 11. Mekanismen Impor Amerika Serikat37

37

http://www.fda.gov/Food/GuidanceComplianceRegulatoryInformation/GuidanceDocuments/ImportsExports/ucm080938.htm

Importir mengirimkan Entry

Notice kee US Customs

FDA menerima

pemberitahuan dari Bea

FDA mengevaluasi Entry

Notice

FDA mengevaluasi mekanisme

rekondisi

Importir tidak menanggapi

Notice of Detention and

Hearing

FDA melakukan uji, Notice of Sampling

dikirimkan ke Bea Cukai

Sampel tidak memenuhi standar, Notice Of

Derention and Hearing dikirimkan ke Bea

Cukai dan importir

Impotrir Menanggapi Notice of

Detention and Hearing

FDA tidak melakukan uji,

importir diberi May Proceed

FDA menunda pemeriksaan

produk

Sampel memenuhi standar, relase

Notice dikirimkan ke Bea Cukai dan

importir

Sampel memenuhi

standar, FDA

mengeluarkan

Release Notice

Bea Cukai/FDA melakukan pengambilan

sampel. Sampel dianalisi oleh FDA

Importir mengajukan proposal

rekondisi

FDA menyetujui

mekanisme rekondisiFDA menolak

mekannisme FDA melakukan

pengujian ulang

Importir

menunjukkan bukti

produk sesuai standar

FDA menerima perintah

pemulangan dan penghancuran

dari Bea Cukai

FDA mengirimkan Notice of

Refusal Admission

Sampel tidak

memenuhi standar

Sampel memenuhi standar FDA

mengeluarkan Realesae Notice

FDA melakukan pengambilan

sampel ulang

Importir menyelesaikan seluruh

prosedur rekondisi

Sampel tidak

sesuai standar

Page 156: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 12. Mekanisme Impor Jepang

Sumber: Fajar 2008

Pemberitahuan

pelaksanaan ekspor

Persiapan dokumen untuk

pemeriksaan impor

Evaluasi dokumen di

karantina milik MHLW

(ministry of Health, Labour

and Wealth

Certificate of Notification

dikeluarkan

Produk mendapatkan izin untuk

keluar dari Bea Cukai

Pemeriksaan

Laboratorium untuk

pemeriksaan fisik

Produk dipulangkan, atau

dihancurkanDistribusi

Kedatangan kargo

Pemeriksaan impor

Karantina untuk

inspeksi administrasi

Inspeksi tidak dibutuhkan

Inspeksi dibutuhkan

atau

Sesuai standar

Tidak sesuai standar

Page 157: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 13. Total Impor Negara Jepang, Amerika Serikat, dan Kawasan Uni Eropa Tahun 2003-2007 (kg)

Keterangan

2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata per tahun (%)

JumlahMarket share (%)

JumlahMarket share (%)

JumlahMarket share (%)

JumlahMarket share (%)

JumlahMarket share (%)

Segar

Jepang 60.412.019 41,43 56.713.668 41,28 51.007.440 31,81 44.474.208 27,35 38.066.570 23,97 33,17

Uni Eropa 3.939.404 2,70 6.553.990 4,77 15.262.689 9,52 5.639.981 3,47 6.108.161 3,85 4,83Amerika Seikat

25.641.757 17,52 26.426.481 19,24 25.476.906 15,89 25.092.313 15,43 25.767.053 16,23 16,87

Other 55.830.487 38,29 47.682.341 34,71 68.621.988 42,79 87.395.190 53,75 88.858.415 55,96% 48,34Total Dunia 145.823.485 100 137.376.480 100 160.369.023 100 162.601.692 100 158.801.199 100% -

Beku

Jepang 242.452.325 8,33 246.838.685 10,15 242.927.329 8,27 195.992.522 7,29 166.147.103 6,03 8,01

Uni Eropa 146.347.917 5,03 84.047.985 3,46 102.346.765 3,48 89.949.973 3,35 120.923.413 4,39 3,94Amerika Seikat

19.105.648 0,66 12.738.460 0,52 9.874.486 0,34 8.096.617 0,30 8.255.336 0,30 0,42

Other 2.503.023.973 85,99 2.087.448.510 85,87 2.583.525.475 87,92 2.394.718.337 89,06 2.458.679.844 89,28 87,62Total Dunia 2.910.929.863 100 2.431.073.640 100 2.938.674.055 100 2.688.757.449 100 2.754.005.696 100 -

Olahan

Jepang 42.405.722 2,94 47.601.888 3,33 49.313.824 3,03 47.888.510 3,08 48.480.570 2,93 3,06

Uni Eropa 425.709.576 29,55 427.251.189 29,92 459.393.397 28,18 474.399.061 30,54 472.509.565 28,57 29,35Amerika Seikat

255.134.987 17,71 248.163.821 17,38 254.495.513 15,61 240.691.576 15,49 218.232.326 13,20 15,88

Other 717.187.279 49,79 704.782.302 49,36 866.872.439 53,18 790.597.894 50,89 914.442.159 55,30 51,70Total Dunia 1.440.437.564 100 1.427.799.200 100 1.630.075.173 100 1.553.577.041 100 1.653.664.620 100 -

Sumber: UN Comtrade 2008, diolah

Page 158: Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional · nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama

Lampiran 14. Kandungan Nutrisi Ikan Tuna MentahNutrisi, Nilai per 100 gram porsi makanan

Air, 70.58 g Energi, 103 kcal Energi, 431 kj Protein, 22 g Total lemak, 1.01 g Karbohirat, 0 g Serat, 0 g Ampas, 1.3 g

Mineral

Kalsium, Ca, 29 mg Besi, Fe, 1.25 mg Magnesium, Mg, 34 mg Phospor, P, 222 mg Potassium, K, 407 mg Sodium, Na, 37 mg Seng, Zn, 0.82 mg Tembaga, Cu, 0.086 mg Mangan, Mn, 0.015 mg Selenium, Se, 36.5 mg

Asam Amino

Tryptophan, 0.246 g Threonine, 0.964 g Isoleucine, 1.014 g Leucine, 1.788 g Lysine, 2.02 g Methionine, 0.651 g Cystine, 0.236 g Phenylalanine, 0.859 g Tyrosine, 0.743 g Valine, 1.133 g Arginine, 1.316 g Histidine, 0.648 g Alanine, 1.331 g Asam Aspartic, 2.253 g Asam Glutamic, 3.284 g Glycine, 1.056 g Proline, 0.778 g Serine, 0.898 g

Lemak

Asam lemak jenuh, saturated, 0.328 g 14:0, 0.04 g 16:0, 0.233 g 18:0, 0.055 g Asam lemak tak jenuh, monounsaturated, 0.19 g 16:1, 0.036 g 18:1, 0.131 g 20:1, 0.017 g 22:1, 0.006 g Asam lemak tak jenuh, polyunsaturated, 0.315 g 18:2, 0.016 g 18:4, 0.004 g 20:4, 0.026 g 20:5, 0.071 g 22:5, 0.013 g 22:6, 0.185 g Kolesterol, 47 mg

Vitamin

Vitamin C, asam ascorbic, 1 mg Thiamin, 0.033 mg Riboflavin, 0.1 mg Niacin, 15.4 mg Asam Pantothenic, 0.42 mg Vitamin B-6, 0.85 mg Folate, 9 mcg Vitamin B-12, 1.9 mcg Vitamin A, 52 IU Vitamin A, RE, 16 mcg_RE

Sumber: http://www.asiamaya.com/nutrients/ikantuna.htm [Diakses tanggal 28 Oktober 2009]