analisis dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’- …
TRANSCRIPT
ANALISIS DINATRIUM 5’-GUANILAT DAN DINATRIUM 5’-INOSINAT SEBAGAI PENGUAT RASA DALAM BUMBU MAKANAN
SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS - DENSITOMETRI
Viona Prima Dyta1, Harmita1, Baitha Palanggatan M1
1. Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak Penguat rasa yang marak digunakan dalam bumbu makanan saat ini adalah dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat. Mereka biasa digunakan bersama dengan monosodium glutamat (MSG) untuk meningkatkan rasa gurih pada makanan. Batas penggunaan dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat menurut Fenaroli’s Handbook of Flavor Ingredients berturut-turut 0,07768mg/kg/hari dan 0,09053mg/kg/hari. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang optimum dan valid untuk mengetahui kadar dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat dalam enam sampel bumbu makanan. Metode optimum yang didapatkan yaitu menggunakan silika gel 60 F254 sebagai fase diam, isopropanol-air-amonia 25% (6:3:1) sebagai fase gerak, dan spot dianalisis pada panjang gelombang maksimum 260nm pada TLC-scanner. Metode yang digunakan valid secara KLT-densitometri berdasarkan kriteria akurasi (guanilat 99,11%-99,96% dan inosinat 98,56%-101,05%), presisi (guanilat 1,09% dan inosinat 0,49%), dan linearitas (guanilat, r =0,9909 dan inosinat, r =0,9976). Kadar yang dihasilkan menunjukkan kandungan dinatrium 5’-guanilat dalam sampel A,B,C,D,E,dan F berturut-turut 0,70%; 0,79%; 0,78%; 0,99%; 1,08%; dan 1,08% sedangkan kadar dinatrium 5’-inosinat dalam sampel A,B,C,D,E, dan F sebesar 0,66%; 0,74%; 0,71%; 0,66%; 0,54%; dan 0,67%.
Analysis of Disodium 5’-guanylate and Disodium 5’-inosinate as Flavor Enhancer in Food Spices by Thin Layer Chromatography-Densitometry
Abstract
The flavor enhancers used in cooking spices today are disodium 5’-guanylate and disodium 5’-inosinate. They are commonly used with monosodium glutamate (MSG) to enhance taste in foods. The limitation use of disodium 5’-guanylate and disodium 5’-inosinate according to Fenaroli’s Handbook of Flavor Ingredients are 0.07768mg/kg/day and 0.09053mg/kg/day. The objective of this study was to obtain optimum and valid method of analysis to determine the level of disodium 5’-guanylate and disodium 5’-inosinate in six samples of spices. The optimum method was obtained using silica gel 60 F254 as stationary phase, isopropanol-water-ammonia 25% in the ratio of 6:3:1 (v/v) as mobile phase, and the developed spots were scanned using a densitometer in absorbance mode at 260nm. The methods are valid based on the accuracy criteria (guanylate 99.11% -99.96% and inosinate 98.56% -101.05%), precision (guanylate 1.09% and inosinate 0.49%), and linearity (guanylate, r = 0.9909 and inosinate, r = 0.9976). The results showed that the level of disodium 5’-guanylate in sample A,B,C,D,E, and F are 0.70%; 0.79%; 0.78%; 0.99%; 1.08%; and 1.08% and the level of disodium 5’-inosinate in sample A,BC,D,E, and F are 0.66%; 0.74%; 0.71%; 0.66%; 0.54%; and 0.67%.
Keywords: disodium 5’-guanylate, disodium 5’-inosinate, TLC-densitometry, optimization, validation
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Pendahuluan Penguat rasa telah lama digunakan oleh masyarakat. Penguat rasa ada yang berasal dari alam
maupun dibuat secara sintetis. Penguat rasa yang banyak digunakan dalam produk makanan
adalah monosodium glutamat (MSG). Monosodium L-glutamat (2-amino pentana dioat atau
asam 2-amino glutarat) merupakan penguat rasa yang biasa digunakan dalam masakan
tradisional Asia (Krishna, Karthika, Surya, Rubini, Vishalini, & Pradeepa, 2010). Selain
MSG, produk makanan di pasaran sekarang juga banyak mengandung dinatrium 5’-guanilat
dan dinatrium 5’-inosinat. Menurut PERMENKES nomor 033 tahun 2012, penguat rasa yang
diizinkan penggunaannya yaitu asam L-glutamat dan garamnya, asam guanilat dan garamnya,
asam Inosinat dan garamnya, serta garam-garam dari 5’-ribonukleotida.
Bentuk garam dari inosin monofosfat (IMP) dan guanosin monofosfat (GMP) merupakan
penguat rasa yang poten. Mereka biasa digunakan sebagai bahan tambahan bersama dengan
MSG untuk meningkatkan rasa gurih (Ledesma-Amaro, Jiménez, Santos, & Revuelta, 2013).
Dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat merupakan nukleotida purin. Nukleotida
purin disintesis in vivo dengan kecepatan yang konsisten dengan kebutuhan fisiologis. Tiga
proses penting dalam biosintesis purin adalah sintesis dari zat antara amfibolik, fosforibolasi
purin, dan fosforilasi nukleosida purin (Murray, Granner, & Rodwell, 2006).
Meskipun diizinkan, penggunaan suatu bahan tambahan pangan memiliki batas yang
diperbolehkan untuk dikonsumsi setiap harinya, batas tersebut tercantum dalam ADI. Asupan
harian yang dapat diterima atau Acceptable Daily Intake (ADI) adalah jumlah maksimum
bahan tambahan pangan dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi
setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan
(PerKBPOM, 2013). Fenaroli’s Handbook of Flavor Ingredients menyebutkan batas
penggunaan dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat berturut-turut sebesar
0,07768mg/kg/hari dan 0,09053mg/kg/hari.
Asupan nukleotida purin yang melebihi batas aman konsumsi dapat mengakibatkan gangguan
metabolisme. Penyakit gangguan metabolisme purin mencakup gout, sindrom Lesch-Nyhan,
defisiensi adenosin deaminase, dan defisiensi purin nukleosida fosforilase (Murray, Granner,
& Rodwell, 2006). Konsumsi dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat secara berlebih
akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Ketika kadar asam urat melebihi batas
kelarutannya, terjadilah kristalisasi natrium urat di jaringan lunak dan sendi sehingga
menimbulkan reaksi inflamasi, artritis gout (Carver & Walker, 1995).
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Penggunaan penguat rasa yang telah menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari berpotensi
menimbulkan bahaya terhadap jumlah kadar nukleotida purin nonesensial yang masuk ke
dalam tubuh. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian untuk mendapatkan metode analisis dan
penetapan kadar yang valid secara KLT-densitometri. Metode tersebut selanjutnya akan
digunakan untuk menganalisis dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat sebagai
penguat rasa dalam beberapa bumbu makanan. Metode yang sebelumnya telah digunakan
dalam analisis penguat rasa adalah analisis MSG menggunakan KLT-Densitometri (Krishna,
Karthika, Surya, Rubini, Vishalini, & Pradeepa, 2010) dan analisis 10 jenis nukleotida dalam
udang menggunakan KCKT-DAD (Qiu, Chen, Xie, Qu, & Song, 2016). Pada penelitian
tersebut belum dilakukan analisis dan penetapan kadar dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium
5’-inosinat dalam sampel bumbu makanan yang banyak digunakan di masyarakat. Metode
KLT-densitometri ini cocok digunakan karena sederhana, relatif cepat, menggunakan
cuplikan dan pelarut dalam jumlah kecil, relatif murah, dan dapat digunakan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif (Fried & Sherma, 1999).
Tinjauan Teoritis Nukleotida adalah senyawa intraseluler dengan berat molekul rendah yang memegang peran
penting dalam hampir semua proses biokimia, terutama pembentukan asam nukleat.
Nukleotida terdiri dari gula pentosa, basa nitrogen (purin atau pirimidin), dan gugus fosfat.
Purin dan pirimidin merupakan senyawa heterosiklik yang mengandung nitrogen dengan
cincin mengandung karbon dan unsur-unsur lain. Gula berikatan dengan basa heterosiklik
melalui ikatan β-N-glikosida pada posisi N-1 pirimidin atau N-9 purin (Murray, Granner, &
Rodwell, 2006). Basa nitrogen purin dan pirimidin memiliki atom yang berasal dari asam
amino (Carver & Walker, 1995). Dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat merupakan
nukleotida purin yang berupa kristal putih tidak berwarna, tidak berbau, dan larut dalam air
(FAO, 2006).
Asam nukleat yang bersifat nonesensial diuraikan di saluran cerna menjadi mononukleotida
sehingga dapat diserap atau diubah menjadi basa purin dan pirimidin. Basa purin kemudian
dioksidasi menjadi asam urat yang dapat diabsorbsi maupun diekskresikan dalam urin.
Nukleotida purin dan pirimidin disintesis in vivo dengan kecepatan yang konsisten dengan
kebutuhan fisiologis. Tiga proses penting dalam biosintesis nukleotida purin yaitu sintesis dari
zat antara amfibolik (sintesis de novo), fosforibolasi purin, dan fosforilasi nukleosida purin.
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Penyakit gangguan metabolisme purin mencakup gout, sindrom Lesch-Nyhan, defisiensi
adenosin deaminase, dan defisiensi purin nukleosida fosforilase (Murray, Granner, &
Rodwell, 2006).
Asupan harian yang dapat diterima atau Acceptable Daily Intake (ADI) adalah jumlah
maksimum bahan tambahan pangan dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat
dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan
(PerKBPOM, 2013). Fenaroli’s Handbook of Flavor Ingredients menyebutkan batas
penggunaan dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat berturut-turut sebesar
0,07768mg/kg/hari dan 0,09053mg/kg/hari.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu teknik kromatografi padat cair yang terdiri dari
dua fase, yaitu fase diam yang berupa padatan dan fase gerak yang berupa cairan. Fase diam
umumnya adalah suatu adsorben yang disalutkan pada suatu lempeng yang dapat dibuat dari
kaca, plastik atau plate dari bahan logam (Gritter, 1991; Harmita, 2006; Touchstone, 1983).
Pemisahan komponen campuran didasarkan pada perbedaan tingkat migrasi di antara
komponen sampel selama proses distribusi (Fried & Sherma, 1999). Dengan
mengoptimalisasi teknik, bahan, dan penggunaan instrumen komersial yang tersedia,
pemisahan yang sangat efisien, waktu cukup singkat (15-60 menit), jumlah zat yang diperiksa
cukup kecil (kira-kira 0,01 g senyawa murni, 0,1 g simplisia), dan kuantifikasi secara akurat
dan tepat dapat dicapai (Harmita, 2006).
Densitometri merupakan pengukuran sifat-sifat absorbsi atau fluoresensi suatu zat langsung
pada kromatogram lapis tipis menggunakan alat dengan sumber cahaya tunggal atau ganda,
baik berdasarkan cahaya yang ditransmisikan maupun yang direfleksikan oleh bercak pada
lempeng. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang memberikan
absorbsi/fluoresensi maksimum untuk memperoleh sensitivitas yang lebih besar (Harmita,
2006).
Metode Penelitian
Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah penguat rasa yang terdapat dalam produk bumbu makanan
dengan enam merek berbeda. Bahan tersebut diperoleh dari pasar tradisional dan supermarket
di Jakarta.
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Bahan Kimia
Dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat baku (Cheil Jedang Indonesia), isopropanol
p.a (Merck), amonia 25% p.a (Merck), 1-butanol p.a (Merck), metanol p.a (Merck), kloroform
p.a (Merck), asam format p.a (Merck), dan aquadest (Merck).
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik Radwag, densitometer (Camag TLC
Scanner 3), komputer yang dihubungkan dengan Scanner 3 dan dilengkapi aplikasi
“Wincats”, chamber kromatografi, sonikator, lempeng kromatografi Silika gel 60F254, pipet
volume, pipa kapiler, kertas saring Whatmann’s no. 41, dan alat-alat gelas.
Cara Kerja
Optimasi Kondisi Analisis
Fase gerak yang digunakan adalah dengan komposisi sebagai berikut:
a. Isopropanol-air-amonia 25% (7:2:1)
b. 1-butanol-air-amonia 25% (86:14:1)
c. Metanol-kloroform-asam format (5:5:1)
d. Isopropanol-air-amonia 25% (6:2:2)
e. Isopropanol-air-amonia 25% (6:3:1)
Hasil analisis yang diperoleh dari variasi komposisi fase gerak dibandingkan dan kondisi
analisis yang paling optimum dinilai berdasarkan nilai Rf dan pemisahan kromatogram
larutan campuran standar yang baik berdasarkan nilai resolusi >1,5.
Optimasi panjang gelombang maksimum diperlukan untuk memperoleh puncak maksimum
dari analisis. Cara menentukan panjang gelombang maksimum adalah dengan menjalankan
program winCATS dengan memasukkan rentang panjang gelombang 200 nm–780 nm
menggunakan lampu deuterium (D2) dan tungsten (W) pada menu “Spectral – Scanner 3”.
Validasi Metode Analisis
Uji linearitas dilihat dari persamaan garis linear yang diperoleh dari kurva kalibrasi dinatrium
5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat digunakan untuk menghitung faktor-faktor kelinearan
garis, dengan syarat koefisien korelasi >0,999 (Harmita, 2006). Larutan untuk kurva kalibrasi
diperoleh dari pengenceran larutan induk dengan konsentrasi 1000 µg/mL. Deret larutan
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
standar dinatrium 5’-guanilat untuk kurva kalibrasi yaitu 150, 200, 250, 300, 450, dan 500
µg/ml. Deret larutan standar dinatrium 5’-inosinat untuk kurva kalibrasi yaitu 150, 200, 250,
300, 350, 400, dan 450 µg/ml.
Batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ) ditentukan menggunakan metode statistik
dari persaman kurva kalibrasi yang diperoleh (Harmita, 2006).
Selektivitas ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung
cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan
hasil analisis sampel tanpa bahan-bahan tadi (Harmita, 2004).
Untuk uji akurasi dan presisi timbal, serbuk sampel ditimbang 750mg dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 25ml, dibuat sebanyak tiga replika (labu 1, labu 2, dan labu 3). Kedalam
masing-masing labu kemudian ditambahkan larutan standar dengan tiga konsentrasi berbeda
yaitu 150ppm, 300ppm, dan 450ppm. Pada labu 1, dimasukkan sebanyak 3,75ml larutan
standar 150ppm. Pada labu 2, dimasukkan sebanyak 7,5ml larutan standar 300ppm. Pada labu
3, dimasukkan sebanyak 11,25ml larutan standar 450ppm. Konsentrasi larutan standar yang
digunakan merupakan larutan standar dengan konsentrasi rendah, sedang, dan tinggi yang
diperoleh dari kurva kalibrasi. Konsentrasi larutan standar yang dibuat merupakan campuran
dari standar dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat. Setelah itu, masing-masing labu
ditambahkan aquadest hingga batas tanda 25ml. Larutan uji tersebut kemudian ditotolkan
sebanyak 1µl dan dianalisis sebanyak enam kali pada masing-masing konsentrasi.
Preparasi Sampel
Sampel yang akan diuji pada penelitian ini terdiri dari enam sampel berbeda. Masing-masing
sampel ditimbang sebanyak ±3 gram, dimasukkan ke dalam labu ukur 100ml kemudian
dilarutkan dengan aquadest hingga batas tanda, sehingga diperoleh larutan sampel dengan
konsentrasi 30000ppm. Sampel kemudian disonikasi selama 15menit dan disaring dengan
kertas saring Whatmann’s no. 41.
Penetapan Kadar Sampel
Masing – masing sampel diberi perlakuan yang sama seperti pada preparasi sampel. Sampel
ditotolkan 1µl dan dianalisis sesuai kondisi analisis optimal. Percobaan dilakukan sebanyak
tiga kali. Perhitungan konsentrasi sampel dilakukan menggunakan persamaan regresi linear
dari kurva kalibrasi yang telah diperoleh.
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Hasil Penelitian Optimasi Kondisi Analisis
Larutan standar yang telah dibuat masing-masing ditotolkan pada lempeng silika gel yang
telah diaktivasi, dielusi dengan fase gerak terpilih yaitu isopropanol- air- amonia 25% (6:3:1),
dan dianalisis dengan densitometer pada panjang gelombang 260nm. Pemilihan fase gerak
tersebut didasari oleh hasil perhitungan nilai resolusi pemisahan kedua senyawa yaitu 1,56
dan memenuhi persyaratan daya pisah yang baik.
Gambar 1. Kromatogram hasil analisis pemisahan kedua senyawa menggunakan Plat Silika gel 60F254 dengan fase gerak isopropanol-air-amonia 25%(6:3:1) dan dianalisis pada panjang gelombang 260 nm
Gambar 2. Bercak hasil hasil elusi larutan campuran standar dengan fase gerak isopropanol-air-amonia
(6:3:1)
Res
pon
Det
ekto
r (A
U)
Res
pon
Det
ekto
r (A
U)
Retardation Factor (Rf) Retardation Factor (Rf)
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Validasi Metode Analisis
Uji Linearitas
Berdasarkan hasil perhitungan kurva kalibrasi diperoleh nilai persamaan regresi linear
dinatrium 5’-guanilat y = 3,944x + 1390 dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9909.
Sedangkan nilai persamaan regresi linear dinatrium 5’-inosinat y = 2,4144x + 1365 dengan
nilai koefisien korelasi (r) = 0,9976.
Gambar 3. Kurva kalibrasi dinatrium 5’-guanilat
Gambar 4. Kurva kalibrasi dinatrium 5’-inosinat
y=3.944x+1390r=0.9909
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
0 100 200 300 400 500 600
Area(m
m2 )
Konsentrasi(µg/mL)
KurvaKalibrasiDinatrium5'-guanilat
y=2.4144x+1365r=0.9976
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
0 100 200 300 400 500
Area(m
m2 )
Konsentrasi(µg/mL)
KurvaKalibrasiDinatrium5'-inosinat
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Hasil koefisien korelasi kurang dari 0,999 karena kurang sensitifnya bercak yang diukur,
sehingga memerlukan konsentrasi yang besar. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mendapatkan linearitas yang memenuhi persyaratan uji.
Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)
Konsentrasi dinatrium 5’-guanilat terkecil yang masih dapat terdeteksi dengan persamaan
regresi linear adalah sebesar 45,12 µg/mL dan batas kuantitasi sebesar 150,41 µg/mL.
Konsentrasi dinatrium 5’-inosinat terkecil yang masih dapat terdeteksi dengan persamaan
regresi linear adalah sebesar 23,93 µg/mL dan batas kuantitasi sebesar 79,77 µg/mL.
Uji Selektivitas
Uji selektivitas dilakukan dengan membandingkan bercak kromatogram dan retardation
factor (Rf) yang diperoleh dari analisis larutan standar dan larutan sampel yang telah dielusi.
Selektivitas juga dinilai berdasarkan relative retention (α).
Pada penelitian ini, nilai Rf dinatrium 5’-guanilat dari larutan standar dan sampel yang
diperoleh sebesar 0,48 dan nilai Rf dinatrium 5’-inosinat dari larutan standar dan sampel
sebesar 0,72. Nilai α menunjukkan hasil 1,86 dimana memenuhi syarat selektif yaitu α >1.
Uji Akurasi (kecermatan)
Uji kecermatan dinatrium 5’-guanilat memberikan nilai rata-rata 99,11% - 99,96% dengan
nilai standar deviasi sebesar 1,76 - 4,27. Sedangkan uji kecermatan dinatrium 5’-inosinat
memberikan nilai rata-rata 98,56% - 101,05% dengan nilai standar deviasi sebesar 1,76 –
2,31. Hasil ini memenuhi kriteria kecermatan yaitu dengan nilai 98% - 102%.
Uji Presisi (keseksamaan)
Pada uji keseksamaan diperoleh nilai KV sebesar 0,70% – 1,41% untuk dinatrium 5’-guanilat
dan nilai KV sebesar 0,23% - 0,70% untuk dinatrium 5’-inosinat. Hasil tersebut memenuhi
persyaratan uji keseksamaan yaitu dengan nilai KV kurang dari atau sama dengan 2%.
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Tabel 1. Hasil uji akurasi dan presisi dinatrium 5’-guanilat
Konsentrasi (µg/mL)
Area terukur* (mm2)
Area sebenarnya**
(mm2)
Konsentrasi terukur (µg/mL)
% UPK % UPK rata-rata
SD % KV
152,1 4966,9 2372,2 153,15 100,69 4948,5 2349,1 151,65 99,71 4928,2 2335,7 150,79 99,14 4983,7 2330,7 150,47 98,93 99,11 1,76 1,17 4979,8 2289,1 147,78 97,16 4994,6 2332,7 150,60 99,01
304,2 5283,4 2688,7 308,07 101,27 5245,7 2646,3 303,21 99,68 5272,8 2680,3 307,11 100,96 5269,0 2616,0 299,74 98,53 99,47 4,27 1,41 5289,1 2598,4 297,73 97,87 5277,6 2615,7 299,71 98,52
456,3 6023,7 3429,0 454,35 99,57 6076,4 3477,0 460,71 100,97 6029,9 3437,4 455,47 99,82 6112,2 3459,2 458,35 100,45 99,96 3,17 0,70 6098,7 3408,0 451,57 98,96 6106,1 3444,2 456,37 100,01
Tabel 2. Hasil uji akurasi dan presisi dinatrium 5’-inosinat
*Area terukur = adisi standar ke dalam sampel
**Area sebenarnya = area standar dalam adisi (area adisi – blanko sampel)
Konsentrasi (µg/mL)
Area terukur* (mm2)
Area sebenarnya**
(mm2)
Konsentrasi terukur (µg/mL)
% UPK % UPK rata-rata
SD % KV
150,9 695,7 294,5 149,38 98,99 696,8 294,0 149,12 98,82 697,1 293,6 148,92 98,69 696,6 295,2 149,73 99,23 98,96 1,76 0,23 698,5 295,2 149,73 99,23 695,6 293,9 149,07 98,79
301,8 782,7 381,5 298,05 98,76 785,8 383,0 299,22 99,15 780,1 376,6 294,22 97,49 785,6 384,2 300,16 99,46 98,56 2,24 0,75 781,5 378,2 295,47 97,90 782,6 380,9 297,58 98,60
452,7 875,4 474,2 459,38 101,48 872,8 470,0 455,32 100,58 872,1 468,6 453,96 100,28 875,7 474,3 459,48 101,50 101,05 2,31 0,50 875,9 472,6 457,83 101,13 875,3 473,6 458,80 101,35
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Penetapan Kadar Sampel
Hasil penetapan kadar sampel menunjukkan bahwa :
a. sampel A memiliki kadar dinatrium 5’-guanilat sebesar 0,70% dan kadar
dinatrium 5’-inosinat sebesar 0,66%.
b. sampel B memiliki kadar dinatrium 5’-guanilat sebesar 0,79% dan kadar
dinatrium 5’-inosinat sebesar 0,74%.
c. sampel C memiliki kadar dinatrium 5’-guanilat sebesar 0,78% dan kadar
dinatrium 5’-inosinat sebesar 0,71%.
d. sampel D memiliki kadar dinatrium 5’-guanilat sebesar 0,99% dan kadar
dinatrium 5’-inosinat sebesar 0,66%.
e. sampel E memiliki kadar dinatrium 5’-guanilat sebesar 1,08% dan kadar
dinatrium 5’-inosinat sebesar 0,54%.
f. sampel F memiliki kadar dinatrium 5’-guanilat sebesar 1,08% dan kadar
dinatrium 5’-inosinat sebesar 0,67%.
Tabel 3. Hasil penetapan kadar dinatrium 5’-guanilat dalam enam sampel bumbu makanan
Sampel Konsentrasi sampel (µg/mL)
Area (mm2) Konsentrasi terukur (µg/mL)
Kadar (%) Jumlah per bungkus (mg)
Jumlah konsumsi harian berdasarkan
ADI (mg/60kgBB/hari)
A 30126
2206,6 207,05 0,70
63/9g 1,05 2281,5 226,04 2183,5 201,19
Rata-rata 211,43 B
30090 2327,2 237,75
0,79 86,9/11g 1,45
2307,6 231,14 2365,6 247,36
Rata-rata 238,75 C
30160 2368,6 248,12
0,78 156/20g 0,29
2349,6 243,31 2244,2 216,58
Rata-rata 236 D
30762 2594,7 305,45
0,99 247,5/25g 4,14
2599,4 306,64 2592,5 304,89
Rata-rata 305,66 E
30175 2859 372,46
1,08 864/80g 14,4
2661,9 322,49 2506 282,96
Rata-rata 325,97 F
30226 2653 320,23
1,08 10800/kg 180
2690,7 329,79 2703,1 332,91
Rata-rata 327,64
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Tabel 4. Hasil penetapan kadar dinatrium 5’-inosinat dalam enam sampel bumbu makanan
Pembahasan Pada uji linearitas, berdasarkan hasil perhitungan parameter kelinearan garis untuk dinatrium
5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat, menunjukkan bahwa garis persamaan kurva kalibrasi
masing-masing zat uji tidak memenuhi persyaratan. Hasil koefisien korelasi kurang dari 0,999
karena kurang sensitifnya bercak yang diukur, sehingga memerlukan konsentrasi yang besar.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan linearitas yang memenuhi
persyaratan uji.
Pada uji batas deteksi dan batas kuantitasi hasil yang diperoleh untuk masing-masing zat uji
menunjukkan bahwa respon yang didapatkan masih signifikan dan memberikan hasil yang
tergolong cermat dan seksama.
Sampel Konsentrasi sampel (µg/mL)
Area (mm2) Konsentrasi terukur
(µg/mL)
Kadar (%) Jumlah per bungkus (mg)
Jumlah konsumsi harian berdasarkan
ADI (mg/60kgBB/hari)
A 30126
886,9 198,02 0,66
887,1 197,94 59,4/9g 0,99 881,2 200,38
Rata-rata 198,78 B
30090 887,5 197,77
0,74
800,7 233,72 81,4/11g 1,36 803,2 232,69
Rata-rata 221,40 C
30160 832,6 220,51
0,71
814 228,21 142/20g 2,37 892,5 195,7
Rata-rata 214,80 D
30762 892,7 195,62
0,66
835,8 219,18 165/25g 2,75 890,1 196,69
Rata-rata 203,83 E
30175 978,3 160,16
0,54
973,2 162,28 432/80g 7,2 961,7 167,04
Rata-rata 163,16 F
30226 820,6 225,48
0,67
880,6 200,63 6700/kg 111,67 927,8 181,37
Rata-rata 202,49
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Uji selektivitas menunjukkan hasil nilai α 1,86 dimana memenuhi syarat selektif yaitu α >1.
Sehingga kondisi analisis kedua zat uji dapat dinyatakan memiliki daya pisah yang baik dan
selektif.
Untuk uji akurasi dan presisi hasil yang diperoleh menunjukan bahwa metode memenuhi
syarat akurasi dan presisi, yaitu %UPK 98-102% dan %KV ≤ 2,0% (Harmita, 2006).
Pada penetapan kadar, ditemukan kedua zat uji yaitu dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-
inosinat di dalam ke enam sampel namun hasil penetapan kadar yang diperoleh tidak sesuai
dengan batas aman konsumsi harian dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat yang
dianjurkan dalam Fenaroli’s Handbook of Flavor Ingredients dimana dalam buku tersebut
penggunaan dinatrium 5’-guanilat sebesar 0,07768mg/kg/hari dan dinatrium 5’-inosinat
sebesar 0,09053mg/kg/hari.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil sebagai berikut :
a. Kondisi optimum analisis dinatrium 5’-guanilat dan dinatrium 5’-inosinat secara
kromatografi lapis tipis densitometri didapatkan dengan menggunakan silika gel 60
F254 sebagai fase diam, isopropanol-air-amonia 25% (6:3:1) sebagai fase gerak, dan
panjang gelombang maksimum analisis sebesar 260nm.
b. Hasil validasi menunjukkan bahwa metode analisis memenuhi syarat pada hasil uji
perolehan kembali dinatrium 5’-guanilat sebesar 99,11% - 99,96% dengan nilai
koefisien variasi (presisi) sebesar 0,70% – 1,41%, sedangkan uji perolehan kembali
dinatrium 5’-inosinat memberikan nilai rata-rata sebesar 98,56% - 101,05% dengan
nilai koefisien variasi sebesar 0,23% – 0,75%. Namun metode analisis tidak
menunjukkan hasil yang linear pada parameter linearitas yaitu dengan nilai koefisien
korelasi (r) = 0,9909 untuk dinatrium 5’-guanilat dan (r) = 0,9976 untuk dinatrium
5’-inosinat.
c. Pada penetapan kadar yang dilakukan dengan metode penelitian ini, didapatkan
bahwa sampel A,B,C,D,E,dan F mengandung dinatrium 5’-guanilat berturut-turut
sebesar 0,70%; 0,79%; 0,78%; 0,99%; 1,08%; dan 1,08%. Sedangkan kandungan
dinatrium 5’-inosinat dalam sampel A,B,C,D,E,dan F berturut-turut sebesar 0,60%;
0,74%; 0,71%; 0,66%; 0,54%; dan 0,67%.
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan metode yang lebih sensitif
sehingga hasil pengujian menunjukkan linearitas yang sesuai syarat yang ditetapkan.
Daftar Referensi Burdock, G., & Fenaroli, G. (2010). Fenaroli's handbook of flavor ingredients (5th ed., pp. 503-505). Boca
Raton: CRC Press/Taylor & Francis Group.
Carver, J., & Allan Walker, W. (1995). The role of nucleotides in human nutrition. The Journal Of Nutritional Biochemistry, 6(2), 58-72. http://dx.doi.org/10.1016/0955-2863(94)00019-i
FIBMS, M. (2016). Food Additives: Food Flavours & Flavour Enhancers. Foodreactions.org. Diakses 14 Oktober 2016, dari: http://www.foodreactions.org/allergy/600.html
Fried, B. & Sherma, J. (1999). Thin-layer chromatography : Chromatographic science (4th ed., pp. 1-2. 9-10). Hoboken: Marcel Dekker Inc.
Gritter, Roy J; James M Bobbit; Arthur E Schwarting. (1991). Pengantar Kromatografi edisi kedua (Kosasih Padmawinata, Penerjemah). Bandung: ITB, 1991: 1-18, 82-92, 107-132
Harmita. (2004). Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, I (3): 117-135.
Harmita. (2006). Buku ajar analisis fisikokima. Depok: Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, 2006: 101, 108, 113, 205, 226-227
Hossain, M., Koshio, S., Ishikawa, M., Yokoyama, S., Sony, N., Ono, S., & Fujieda, T. (2016). Comparison of the effects of inosine and inosine monophosphate on growth, immune response, stress resistance and gut morphology of juvenile red sea bream, Pagrus major. Aquaculture, 458, 64-74. http://dx.doi.org/10.1016/j.aquaculture.2016.02.032
JECFA. (2006). Fao.org. Diakses 15 Oktober 2016, dari: http://www.fao.org/ag/agn/jecfa-additives/specs/Monograph1/Additive-167.pdf
JECFA. (2006). Fao.org. Diakses 15 Oktober 2016, dari: http://www.fao.org/ag/agn/jecfa-additives/specs/Monograph1/Additive-165.pdf
Krishna Veni, N., Karthika, D., Surya Devi, M., Rubini, M., Vishalini, M., & Pradeepa, Y. (2010). Analysis of Monosodium l-Glutamate in Food Products by High-Performance Thin Layer Chromatography. Journal Of Young Pharmacists, 2(3), 297-300. http://dx.doi.org/10.4103/0975-1483.66795
Ledesma-Amaro, R., Jiménez, A., Santos, M., & Revuelta, J. (2013). Biotechnological production of feed nucleotides by microbial strain improvement. Process Biochemistry, 48(9), 1263-1270. http://dx.doi.org/10.1016/j.procbio.2013.06.025
Macek, Karel. (1983). Planar Chromatography. Journal of Chromatography Library vol 22 A. Part A: Fundamentals and Technique. New York: Elsevier Science Publishing Company Inc.
Murray, R., Granner, D., & Rodwell, V. (2006). Harper's illustrated biochemistry (27th ed., pp. 304-305, 308, 311, 313-314). New York, N.Y., [etc.]: Lange Medical Books/McGraw-Hill.
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Penguat Rasa.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan.
Qiu, W., Chen, S., Xie, J., Qu, Y., & Song, X. (2016). Analysis of 10 nucleotides and related compounds in Litopenaeus vannamei during chilled storage by HPLC-DAD. LWT - Food Science And Technology, 67, 187-193. http://dx.doi.org/10.1016/j.lwt.2015.11.047
Rohman, A. (2009). Kromatografi untuk analisis obat (pp. 217). Yogyakarta: Graha Ilmu. The European Commission. (2011). Commission regulation (eu) No 1129/2011 of 11 November 2011 amending
Annex II to Regulation (EC) No 1333/2008 of the European Parliament and of the Council by establishing a Union list of food additives. Official Journal of The European Union.
Touchstone, J. (1983). Practice of thin layer chromatography (2nd ed., pp. 1-3. 321-322). New York: John Wiley & Sons.
USP 32 – NF 27 (2009). United States Pharmacopeia and The National Formulary. Rockville (MD): The United States Pharmacopeial Convention.
Wall, P. (2005). Thin-layer chromatography (1st ed., p. 155). Cambridge: Royal Society of Chemistry.
Wilis, M. (2010). Tesis : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Terhadap Kadar Follicle Stimulating Hormon Dan Luteinizing Hormon Mencit (Mus Musculus) Betina Strain Jepang. Program Pasca Sarjana. Padang: Universitas Andalas.
Wulandari, L. (2010). Evaluation of re-used hptlc plate for qualitative and quantitative analysis. Indonesian Journal Of Chemistry, 6(3), 338-340. doi:http://dx.doi.org/10.22146/ijc.329
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017
Analisis dinatrium ..., Viona Prima Dyta, FFAR UI, 2017