analisis eksekusi putusan sengketa kepailitan...
TRANSCRIPT
ANALISIS EKSEKUSI PUTUSAN SENGKETA KEPAILITAN ASURANSI
SYARIAH MUBARAKAH OLEH PENGADILAN NIAGA JAKARTA
PUSAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Muhammad Zakiy
11150490000030
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1441 H/2019
v
ABSTRAK
Muhammad Zakiy NIM 11150490000030 “ANALISIS EKSEKUSI
PUTUSAN SENGKETA KEPAILITAN ASURANSI SYARIAH
MUBARAKAH OLEH PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT” Skripsi
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES), Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 1441 H/ 2019
M. Xii + 94 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perlindungan hukum dan
kedudukan nasabah terhadap putusan pailit suatu perusahaan asuransi syariah dan
untuk menganalisis kewenangan apa saja yang ada pada pengadilan niaga dalam
perkara kepailitan asuransi syariah serta penerapan eksekusi putusan pasca
berkekuatan hukum tetap.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
penelitian normatif dan empiris serta mengunakan metode olah data pendekatan
deskripsi analisis yaitu dengan melakukan analisis dengan cara menguraikan dan
mendeskripsikan realita yang terjadi di pengadilan niaga kemudian
menghubungkan dengan masalah yang diajukan sehingga ditemukan kesimpulan
yang sistematis sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Hasil Penelitian ini menemukan bahwa perlindungan hukum dan
kedudukan tertanggung dalam sengketa kepailitan asuransi syariah mubarakah
adalah dengan adanya penunjukan kurator dan hakim pengawas serta penetapan
atau penggolongan status peserta asuransi ke status sebagai kreditor. Namun
masih ditemukan kendala dalam proses kepailitan pasca putusan pailit yaitu
jangka waktu dalam memproses harta aset pailit. Sehingga agar para kreditor
cepat mendapatkan hak-haknya peran keprofesionalan kreditor dalam mengurus
harta pailit sangat dibutuhkan.
Kata Kunci : Kepailitan, Eksekusi, Kreditor, Kurator
Pembimbing : Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : 1996-2018
vi
KATA PENGANTAR
حِيمِ حْمنِ الرَّ بسِْمِ اللهِ الرَّ
Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, rasa syukur adalah kalimat pembuka dari
barisan kata pengantar yang hendak penulis uraikan. Segala puji, syukur dan sujud
kehadirat Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang selalu melimpahkan rahmat,
ampunan, serta keberkahan-Nyalah sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat beriring salam senantiasa kepada sebaik-baik tauladan kita,
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, semoga kelak kita mendapatkan
syafa’atnya di akhirat.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
gelar Sarjana Hukum Program Studi Hukum Ekonomi Syariah pada Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini mungkin tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu selama proses penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu izinkan peneliti menyampaikan rasa terima kasih
kepada para pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada yang terhormat :
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., SH., MH., MA, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. AM. Hasan Ali, MA., selaku ketua Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah dan Dr. Abdurrauf, MA., sekretaris Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. Muhammad Ali Hanafiah, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing
yang telah senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan nasihat,
motivasi, serta perbaikan-perbaikan selama penyusunan skripsi ini,
terimakasih banyak atas arahan, masukan dan koreksi skripsinya yang
vii
bersifat membangun, semoga Allah SWT senantiasa membalas semua
kebaikan Bapak
4. Dr. Ir. H. Nadratuzzaman Hosen, M.Ec., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan
nasihat dan motivasi, selama dalam proses menyelesaikan studi yang
penulis tempuh. Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua
kebaikan Bapak.
5. Kepada semua para narasumber yang telah bersedia untuk
diwawancara terkait penelitian skripsi ini semoga informasi yang telah
diberikan bisa menjadi rujukan seluruh elemen masyarakat.
6. Para Dosen Fakultas Syariah dan Huku UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang senantiasa ikhlas dalam menyalurkan ilmunya kepada
penulis selama masa kuliah.
7. Pimpinan Perpustakaan, Pengelola Perpustakaan, Perpustakaan Utama
dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi fasilitas
untuk mengadakan studi kepustakaan.
8. Untuk kedua orang tua penulis, Bapak Samsul Fadli, dan Mama
tercinta Evi Triawianti, serta adikku tersayang Khairani Zakiyah yang
tidak henti-hentinya mendoakan penulis, memberikan dukungan baik
moril maupun materiil. Semoga seluruh pengorbanan, ketulusan dan
keikhlasan, serta cinta dan kasih sayang mendapat ganjaran pahala di
sisi Allah.
9. Kepada keluarga Center For Islamic Economic Studies (C.O.I.N.S)
dan Galeri Investasi BEI FSH yang telah memberikan banyak
kesempatan dan peluang dalam beraktualisasi di masa perkuliahan
penulis.
10. Terimakasih kepada Rohadatul Ais yang telah memberikan do’a
terbaik dalam pengerjaan skripsi ini, semoga kita dapat selalu
berproses bersama menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
viii
11. Teman-teman Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat) angkatan 2015
yang selalu membantu dan memberikan saran selama perkuliahan,
khususnya teman-teman seperjuangan Mahasiswa Jalanan yang telah
sama-sama berjuang dan saling memberikan motivasi serta semangat
dalam menyelesaikan studi demi meraih cita-cita.
12. Serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih atas doa-doa terbaiknya.
Semoga Allah memberikan ampunan, rahmat, dan balasan pada setiap
kebaikan yang telah diberikan untuk penliti. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum ekonomi syariah.
Jakarta, 07 Oktober 2019 M
08 Safar 1441 H
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pokok Permasalahan .................................................................................... 5
1. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
2. Pembatasan Masalah .............................................................................. 5
3. Perumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
E. Review Studi Terdahulu ............................................................................... 6
F. Kerangka Penelitian ................................................................................... 12
1. Kerangka Teori............................................................................... 12
2. Kerangka Konseptual ..................................................................... 17
G. Metode Penelitian....................................................................................... 19
1. Jenis Penelitian .................................................................................... 19
2. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 19
3. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 20
4. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 20
5. Metode Analisis Data ........................................................................... 21
6. Sumber Data ......................................................................................... 21
H. Teknik Penulisan ........................................................................................ 22
x
I. Rancangan Sistematika Penelitian ............................................................. 22
BAB II ................................................................................................................... 23
EKSEKUSI PERKARA KEPAILITAN PERSPEKTIF PERUNDANG-
UNDANGAN ........................................................................................................ 23
A. Tinjauan Umum Tentang Sengketa Kepailitan .......................................... 23
1. Pengertian Kepailitan ........................................................................... 23
2. Kewenangan Mengadili Kepailitan ...................................................... 24
3. Prosedur Kepailitan .............................................................................. 27
4. Tujuan Kepailitan ................................................................................. 32
5. Putusan Kepailitan ............................................................................... 34
B. Eksekusi Putusan ........................................................................................ 37
1. Pengertian Eksekusi ....................................................................... 37
2. Asas-Asas Eksekusi ....................................................................... 38
3. Jenis-Jenis Eksekusi ....................................................................... 39
C. Gambaran Umum Putusan Kepailitan Asuransi Syariah Mubarakah ........ 39
1. Para Pihak ...................................................................................... 39
2. Pokok Perkara ................................................................................ 40
3. Ammar Putusan .............................................................................. 45
BAB III .................................................................................................................. 47
KAJIAN KASUS PERKARA KEPAILITAN ASURANSI SYARIAH
MUBARAKAH ..................................................................................................... 47
A. Tahapan Awal Sengketa Kepailitan Asuransi Syariah Mubarakah ........... 47
B. Kronologi Penyelesaian Kasus Perkara Kepailitan Asuransi Syariah
Mubarakah.................................................................................................. 49
C. Hasil Akhir Perkara Kepailitan Asuransi Syariah Mubarakah .................. 55
BAB IV .................................................................................................................. 58
IMPLIKASI PUTUSAN KEPAILITAN ASURANSI SYARIAH
MUBARAKAH ..................................................................................................... 58
A. Proses Kepailitan Asuransi Syariah Mubarakah Pasca Putusan Pailit ....... 58
xi
B. Teknik Pembagian Aset Budel Pailit Asuransi Syariah Mubarakah .......... 69
C. Perlindungan Hukum Dan Hak-Hak Kreditor............................................ 77
D. Keunikan Perkara Asuransi Syariah Mubarakah ....................................... 79
BAB V .................................................................................................................... 88
PENUTUP ............................................................................................................. 88
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 88
B. SARAN ...................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90
LAMPIRAN .......................................................................................................... 94
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Total Aset Asuransi Syariah ...................................... 1
Tabel 2.1 Daftar Kreditor ASM .......................................................................... 44
Tabel 4.1 Daftar Tagihan dan Status Kreditor ................................................. 69
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Prosedur Kepailitan .......................................................................... 32
Skema 3.1 Prosedur Kepailitan .......................................................................... 57
Skema 4.1 Prosedur Eksekusi Putusan Kepailitan ........................................... 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan asuransi syariah di Indonesia semakin meningkat setiap
tahunnya. Berdasarkan data IKNB Syariah yang dirilis Otoritas Jasa
Keuangan, per Maret 2019 total aset asuransi syariah mencapai Rp43,43
triliun, meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, seperti ditahun
2018 aset asuransi syariah mencapai sebesar Rp41,96 triliun, dan dari dua
tahun sebelumnya aset asuransi syariah selalu meningkat.1
PER- TOTAL ASET
November 2016 Rp32,53 triliun
November 2017 Rp38,66 triliun
November 2018 Rp41,96 triliun
Maret 2019 Rp43,43 triliun
Tabel 1.1 Perkembangan Total Aset Asuransi Syariah
Perkembangan asuransi syariah yang selalu meningkat setiap tahunnya
harus sangat memperhatikan kepentingan konsumen dan masyarakat yang ada
di dalamnya. Dalam menyelesaikan berbagai sengketa yang muncul di
asuransi syariah peran pengawas sangat dibutuhkan disini yaitu Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Seperti halnya dalam sengketa kepailitan konsumen harus
mendapatkan kepastian hukum penyelesaian harta pailit.
1 www.ojk.go.id diakses tanggal 21 Juli 2019
2
Penyelesaian sengketa asuransi syariah yang masuk dalam jenis
perkara perdata khusus pada perkara kepailitan diselesaikan di pengadilan
niaga. Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (yang
selanjutnya disebut UU Kepailitan dan PKPU) bahwa perkara kepailitan
diselesaikan di pengadilan niaga yang ruang lingkupnya masih peradilan
umum. Dalam ketentuan terbaru yang diatur dalam Undang-Undang No. 3
Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, dimana peradilan agama memiliki
kewenangan untuk menangani, menerima dan menyelesaikan perkara
ekonomi syariah.
Dalam hal ini terdapat beberapa argumentasi bahwa belum terdapat
ketentuan ketentuan perundang-undangan yang secara khusus membahas
kepailitan ekonomi syariah sehingga penyelesaian kepailitan asuransi syariah
masih harus berpedoman pada Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU yang penyelesaiannya dilakukan melalui pengadilan
niaga dalam lingkungan peradilan umum.2
Hal ini juga diperkuat oleh kenyataan empiris dimana semenjak
diberikannya kewenangan dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah pada
tahun 2006, pengadilan agama di Indonesia sama sekali belum pernah
menerima permohonan kepailitan.3 Permohonan kepailitan asuransi syariah
seperti PT. Asuransi Syariah mubarakah diajukan ke pengadilan niaga dalam
lingkungan peradilan umum.4
Dalam perkara kepailititan asuransi syariah yang melibatkan
perusahaan dan nasabah masih menimbulkan permasalahan yang harus segera
2 Ahmad Saprudin dan Ahmad Satiri, Teknik Penyelesaian Perkara Kepailitan Ekonomi
Syariah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2018), h. 304
3 Ahmad Saprudin dan Ahmad Satiri, Teknik Penyelesaian Perkara Kepailitan Ekonomi
Syariah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2018), h. 305
4 www.putusan.mahkamahagung.go.id diakses tanggal 21 Juli 2019
3
diselesaikan agar adanya kepastian hukum dan keadilan di antara keduanya.
Salah satunya perlindungan hukum kepada tertanggung apabila perusahaan
asuransi mengalami pailit. Hal ini bertujuan agar tertanggung mendapatkan
hak-haknya dari perusahaan asuransi5,berdasarkan Pasal 15 ayat (1) UU
Kepailitan dan PKPU bahwa perlindungan hukum yang bisa diberikan kepada
tertanggung berupa penunjukan kurator dan hakim pengawas oleh hakim
pengadilan yang melakukan pengurusan dan pemberesan terhadap harta
pailit6. Serta berdasarkan Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian memberikan perlindungan hukum berupa penentuan
kedudukan hukum tertanggung menjadi kreditor preferen, konkuren, maupun
separatis.7
Selain meperhatikan perlindungan hukum untuk peserta asuransi perlu
juga untuk memperhatikan akibat apa saja yang terjadi dari putusan pailit.
Akibat putusan pailit terhadap perusahaan asuransi adalah:8
a) Mengakibatkan seluruh harta kekayaan debitor pailit dalam sitaan umum
sehingga debitor pailit kehilangan haknya secara keperdataan untuk
menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit,
sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan
5 Anak Agung Cynthia Tunggal Dewi dan Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, Perlindungan
Hukum Bagi Tertanggung Dalam Hal Terjadi Kepailitan Suatu Perusahaan Asuransi (T.tp.: Kertha
Semaya Vol. 02, No. 04, 2014)
6 Anak Agung Cynthia Tunggal Dewi dan Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, Perlindungan
Hukum Bagi Tertanggung Dalam Hal Terjadi Kepailitan Suatu Perusahaan Asuransi (T.tp.: Kertha
Semaya Vol. 02, No. 04, 2014)
7 Anak Agung Cynthia Tunggal Dewi dan Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, Perlindungan
Hukum Bagi Tertanggung Dalam Hal Terjadi Kepailitan Suatu Perusahaan Asuransi (T.tp.: Kertha
Semaya Vol. 02, No. 04, 2014)
8 Sherlin Indrawati, Aspek Hukum Kepailitan Perusahaan Asuransi (T.tp.: Jurnal Ilmu
Hukum Legal Opinion Edisi 5 Vol. 3, 2015)
4
b) Seluruh perikatan debitor yang timbul setelah adanya putusan pailit tidak
lagi dapat dibayar dari harta pailit kecuali perikatan tersebut
menguntungkan harta pailit
c) Terhadap perjanjian asuransi yang bersifat timbal balik, pemegang polis
dapat meminta kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian
tersebut.
d) Seluruh perbuatan hukum debitor yang dilakukan sebelum pernyataan
pailit yang dianggap merugikan kepentingan kreditor dapat dimintai
pembatalannya.
Dalam rangka menjamin perlindungan hukum yang adil bagi
tertanggung terkait dengan kepailitan perusahaan asuransi, menjadi hal
penting untuk memberikan jaminan kepastian hukum yang tegas, baik di
dalam UU Perasuransian maupun UU Kepailitan dan PKPU. Dengan
kondisi peraturan perundang-undangan yang ada saat ini tidaklah cukup
untuk menyatakan bahwa tertanggung telah terjamin hak-haknya9.
Berdasarkan penjabaran diatas penelitian ini merasa perlu untuk
mengkaji dan meneliti masalah ini lebih lanjut dengan memfokuskan
kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Jadi penelitian yang akan
dilakukan adalah untuk melanjutkan penelitian-penelitian sebelumnya
dengan judul: “Analisis Penyelesaian Sengketa Kepailitan Asuransi
Syariah di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.”
B. Pokok Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang penulis telah uraikan maka
permasalahan yang diidentifikasi. Pertama, bagaimana tahapan eksekusi
putusan sengketa kepailitan asuransi syariah mubarakah. Kedua, apa peran
9 Mulhadi, Kedudukan Tertanggung Dalam Kepailitan Asuransi (T.tp.: Equality Jurnal
Hukum Vol. 13 No. 2, 2008)
5
OJK dalam eksekusi putusan pengadilan niaga. Ketiga, bagimana pembagian
aset asuransi syariah mubarakah terhadap nasabah pasca putusan pengadilan
niaga
2. Pembatasan Masalah
Pembahasan mengenai penyelesaian sengketa kepailitan asuransi
syariah di pengadilan niaga Jakarta pusat memiliki ruang lingkup penelitian
yang luas. Maka dari itu penelitian ini akan lebih memfokuskan kepada hasil
eksekusi putusan sengketa kepailitan asuransi syariah mubarakah pasca
putusan sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) dan dampak
putusan pailit terhadap nasabah dengan melibatkan putusan dan peraturan
peraturan yang berlaku.
3. Perumusan masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian, peneliti membatasi
batasan yang akan dibahas. dari uraian yang telah peneliti sampaikan di atas ada
beberapa permasalahan yaitu:
1 Bagaimana perlindungan hukum dan kedudukan tertanggung dalam
sengketa kepailitan asuransi syariah?
2 Bagaimana pelaksanaan eksekusi putusan pasca pembacaan amar
putusan oleh majelis hakim?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian berdasarkan latar belakang dan
perumusan masalah yang telah peneliti uraikan di atas, maka tujuan diadakan
penelitian adalah:
1 Untuk menganalisis perlindungan hukum dan kedudukan nasabah
terhadap putusan pailit suatu perusahaan asuransi syariah.
6
2 Untuk menganalisis kewenangan apa saja yang ada pada pengadilan
niaga dalam perkara kepailitan asuransi syariah serta penerapan
eksekusi putusan pasca berkekuatan hukum tetap.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
1. Memberikan kontribusi positif bagi pembaca pada umumnya.
2. Dapat menambah wawasan bagi masyarakat ketika bersinggungan
dengan perkara kepailitan di sektor asuransi syariah
E. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan kajian dari penelitian sebelumnya mengenai penyelesaian
sengketa kepailitan asuransi syariah di pengadilan niaga menjelaskan
bagaimana kompetensi pengadilan niaga didalam perkara tersebut dan juga
menjelaskan bagaimana kedudukan dan perlindungan hukum untuk
tertanggung perusahaan asuransi yang dinyatakan pailit.
Sufiarina dan Efa Laela Fakhriah (2014) meneliti tentang kompetisi
pengadilan niaga dalam penyelesaian sengketa bisnis di Indonesia dengan
menggunakan metode penelitian yuridis hukum normatif dengan pendekatan
perundang-undangan. Dalam penelitiannya bahwa salah satu asas dalam
pelaksanaan peradilan adalah sebagaimana yang dituangkan dalam Pasal 2
ayat (4) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.10
Dalam
penelitiannya mengkomparasikan kinerja setiap pengadilan dalam
penyelesaian sengketa bisnis. Dengan hasil pengadilan niaga lebih unggul
dalam penerapan asas dalam pelaksanaan peradilan dikarenakan jangka waktu
10
Sulfiarina dan Efa Laela Fakhriah, Kompetensi Pengadilan Niaga dalam Penyelesaian
Sengketa Bisnis di Indonesia (Semarang: E-journal Undip Vol. 43 No. 4, 2014)
7
penyelesaian sengketa telah dibatasi, dibebaskan dari kewajiban mediasi serta
dipangkasnya upaya hukum banding.11
Erma Defiana Putriyanti dan Tata Wijayanta (2010) meneliti tentang
kajian hukum tentang penerapan pembuktian sederhana dalam perkara
kepailitan asuransi dengan menggunakan metode penelitian normatif empiris.
Dalam penelitiannya hakim-hakim niaga masih masih kaku dalam
menerapkan pembuktian sederhana dan dalam memutuskan perkara masih
mengacu secara mutlak pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.12
Dalam penelitiannya bahwa
menteri keuangan mempunyai tolak ukur dalam memailitkan asuransi yaitu
mulai dari tingkat solvabilitasnya, yang bersangkutan telah dikenai sanksi
teguran sebanyak tiga kali dan sudah memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.13
Rahayu Hartini (2010) meneliti tentang kewenangan pengadilan niaga
dalam penyelesaian pailit yang berklausula arbitrase dengan studi kasus pada
putusan kepailitan. Dalam penelitiannya menganalisi lebih dalam adagium
hukum Lex spesialis derogate lex generalis dengan objek penelitian putusan
kepailitan pengadilan niaga dan mahkamah agung antara PT. Enindo dan
kawan melawan PT. Putri Fortuna dan kawan.14
Dalam penelitian tersebut
bahwa yang berwenang memutus apabila perkara kepailitan berklausula
11
Sulfiarina dan Efa Laela Fakhriah, Kompetensi Pengadilan Niaga dalam Penyelesaian
Sengketa Bisnis di Indonesia (Semarang: E-journal Undip Vol. 43 No. 4, 2014)
12 Erma Defiana Putriyanti dan Tata Wijayanta, Kajian Hukum Tentang Penerapan
Pembuktian Sederhana Dalam Perkara Kepailitan Asuransi (T.tp.: Mimbar Hukum Vol. 22 No. 3,
2010)
13 Erma Defiana Putriyanti dan Tata Wijayanta, Kajian Hukum Tentang Penerapan
Pembuktian Sederhana Dalam Perkara Kepailitan Asuransi (T.tp.: Mimbar Hukum Vol. 22 No. 3,
2010)
14 Hartini Rahayu, Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Penyelesaian Pailit Yang
Berklausula Arbitrase (Studi Kasus Putusan Kepailitan), (Malang: E-journal UMM, 2010)
8
arbitrase adalah pengadilan niaga dengan didasarkan Pasal 303 Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. Serta dalam
penerapan adagium hukum lex spesialis derogate lex generalis bahwasanya
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU dianggap
special law dan Undang-Undang Arbitrase No 30 Tahun 1999 dianggap
general law. 15
Sherlin Indrawati (2015) meneliti tentang aspek hukum kepailitan
perusahaan asuransi. Dalam penelitiannya ada perbedaan pengaturan antara
Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 yang menempatkan kedudukan pemegang
polis sebagai kreditor preferen dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
yang tidak mengatur secara tegas kedudukan pemegang polis sebagai kreditor
preferen atau konkuren. Akan tetapi karena memakai asas hukum lex spesialis
derogate lex generalis maka pemegang polis adalah kreditor preferen.16
Diani (2011) meneliti tentang eksistensi pengadilan niaga dan
perkembangannya dalam era globalisasi dengan metode kualitatif deskriptif
analisis. Dalam penelitiannya hal yang mempengaruhi eksistensi pengadilan
niaga dalam menyelesaikan perkara keapailitan disebabkan oleh faktor
ekonomi, sosial, dan yuridis. Dari aspek ekonomi, para pelaku usaha bahwa
telah menyadari bahwa belum saatnya memohon kepailitan karena pada saat
yang bersamaan daya beli masyarakat masih rendah terhadap aset perusahaan
yang pailit.17
Dari aspek sosial, beberapa kreditor bersikap hati-hati menghadapi
dampak sosial kepailitan yang dapat menimbulkan pengangguran masal. Dari
15
Hartini Rahayu, Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Penyelesaian Pailit Yang
Berklausula Arbitrase (Studi Kasus Putusan Kepailitan), (Malang: E-journal UMM, 2010)
16 Sherlin Indrawati, Aspek Hukum Kepailitan Perusahaan Asuransi, (T.tp.: Jurnal Ilmu
Hukum Legal Opinion Edisi 5 Vol. 3, 2015)
17 Diani, Eksistensi Pengadilan Niaga dan Perkembangannya Dalam Era Globalisasi (T.tp.:
Direktorat Hukum dan Hak asasi manusia [email protected], t.th.)
9
aspek yuridis penanganan sengketa kepailitan masih lambat dan sulit
diperkirakan.18
Anak Agung Cynthia Tunggal Dewi dan Ni Made Ari Yuliartini
Griadhi, (2015) meneliti tentang Perlindungan Hukum Bagi Tertanggung
Dalam Hal Terjadi Kepailitan Suatu Perusahaan Asuransi. Dalam
penelitiannya perlindungan hukum sangat perlu untuk tertanggung dan salah
satu perlindungan hukum yang dapat diberikan sesuai Pasal 15 ayat (1) UU
Kepailitan dan PKPU adalah penunjukan kurator dan hakim pengawas oleh
hakim pengadilan yang melakukan pengurusan dan pemberesan terhadap
harta pailit.19
Lalu Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian yaitu perlidungan hukum berupa penentuan kedudukan hukum
tertanggung pemegang polis menjadi kreditor preferen, kreditor konkuren,
maupun kreditor separatis. Dan upaya hukum tertanggung untuk memperoleh
haknya dengan mengajukan permohonan klaim asuransi kepada Kurator.20
Mulhadi (2008) meneliti tentang kedudukan tertanggung dalam
kepailitan asuransi. Dalam penelitiannya tindakan hukum bagi tertanggung
dalam melindungi hak-haknya adalah dengan memohon kepada kurator untuk
18
Diani, Eksistensi Pengadilan Niaga dan Perkembangannya Dalam Era Globalisasi (T.tp.:
Direktorat Hukum dan Hak asasi manusia [email protected], t.th.)
19 Anak Agung Cynthia Tunggal Dewi dan Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, Perlindungan
Hukum Bagi Tertanggung Dalam Hal Terjadi Kepailitan Suatu Perusahaan Asuransi (T.tp.: Kertha
Semaya Vol. 02, No. 04, 2014)
20 Anak Agung Cynthia Tunggal Dewi dan Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, Perlindungan
Hukum Bagi Tertanggung Dalam Hal Terjadi Kepailitan Suatu Perusahaan Asuransi (T.tp.: Kertha
Semaya Vol. 02, No. 04, 2014)
10
melakukan tindakan action paulina, meminta verifikasi/pencocokan piutang,
dan mengusahakan perdamaian.21
Annisa Chaula Rahayu Herman Susetyo dan Paramita Prananingtyas
(2013) meneliti tentang putusan pailit atas perusahaan asuransi dan akibat
hukumnya di Indonesia (kajian yuridis atas putusan No.
10/pailit/2002/PN.JKT.PST dan putusan MA No. 021/k/n/2002). Dengan
metode pendekatan yuridis normatif. Dalam penelitiannya prosedur dalam
permohonan pailit terhadap PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia tidak
sesuai dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Pasal 2 ayat (5) tentang
Kepailitan dan PKPU dan Pasal 90 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014.22
Didalam ketentuan prosedur tersebut bahwa yang berhak untuk
meminta pengadilan agar perusahaan asuransi dapat dipailitkan atas dasar
kepentingan umum adalah menteri keuangan.23
Dan sekarang ada ketentuan
tambahan bahwa OJK juga berhak untuk meminta pengadilan agar perusahaan
asuransi dapat dipailitkan, ketentuan ini tertera dalam Peraturan Otoritas Jasa
keuangan Nomor 28 /POJK.05/2015.
Cloudiya Marcella, Etty Susilowati, dan Siti Mahmudah (2016)
meneliti tentang kajian yuridis kedudukan pemegang polis dalam kepailitan
perusahaan asuransi dengan metode pendekatan yuridis normatif. Dalam
penelitiannya pemegang polis sebagai nasabah perusahaan asuransi
21
Mulhadi, Kedudukan Tertanggung Dalam Kepailitan Asuransi (T.tp.: Equality Jurnal
Hukum Vol. 13 No. 2, 2008)
22 Annisa Chaula Rahayu Herman Susetyo dan Paramita Prananingtyas, Putusan Pailit Atas
Perusahaan Asuransi dan Akibat Hukumnya di Indonesia (Kajian Yuridis Atas Putusan No.
10/pailit/2002/PN.JKT.PST dan Putusan MA No. 021/K/N /2002, (Semarang: Diopenegoro Law
Review Vol. 1 No. 2, 2013)
23 Annisa Chaula Rahayu Herman Susetyo dan Paramita Prananingtyas, Putusan Pailit Atas
Perusahaan Asuransi dan Akibat Hukumnya di Indonesia (Kajian Yuridis Atas Putusan No.
10/pailit/2002/PN.JKT.PST dan Putusan MA No. 021/K/N /2002, (Semarang: Diopenegoro Law
Review Vol. 1 No. 2, 2013)
11
merupakan kreditor preferen yaitu sebagai subjek hukum yang mempunyai
kedudukan yang didahulukan daripada kreditor lainnya dalam hal pembagian
harta pailit perusahaan asuransi.24
Djoko Imbawani Atmadjaja (2012) kedudukan menteri keuangan
dalam kepailitan perusahaan asuransi dengan metode penelitian hukum
normatif. Dalam penelitiannya kedudukan menteri keuangan dalam
permohonan penetapan kepailitan dari perusahaan asuransi berdasarkan Pasal
2 ayat (5) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
sebagai pemohon satu satunya telah melanggar asas atau prinsip kebebasan
berkontrak dalam hukum perjanjian melanggar prinsip kepentingan yang
dianut dalam hukum acara perdata dan acara kepailitan serta melampaui
kewenangannya sebagai seorang menteri sehingga melanggar prinsip
keadilan.25
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, dalam menyelesaikan suatu
perkara terkait kepailitan asuransi syariah dilakukan di pengadilan niaga.
Namun, dalam hal kompetensi didalamnya masih banyak yang harus dibenahi
dan juga perlindungan hukum dan kedudukan tertanggung juga harus lebih
dipertegas dengan merujuk peraturan peraturan yang sudah ada. Diantaranya
adalah Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, POJK No. 28 Tahun 2015 dan
Undang-Undang No 40 Tahun 2014.
F. Kerangka Penelitian
1. Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variable, defenisi dan dalil yang
saling berhubungan dengan menghadirkan sebuah pandangan sistematis
24
Cloudiya Marcella dkk, Kajian Yuridis Kedudukan Pemegang Polis Dalam Kepailitan
Perusahaan Asuransi, (Semarang: Diponegoro Law Journal Vol. 5 No. 4, 2016)
25 Djoko Imbawani Atmadjaja, Kedudukan Menteri Keuangan Dalam Kepailitan Perusahaan
Asuransi, (T.tp.: Jurnal Media Hukum Vol. 19 No. 1, 2012)
12
mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variable dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Dalam mengartikan teori, Fred N. Kerlinger dalam bukunva
Foundation of Behavioral Research menjelaskannya sebagai “seperangkat
konsep, batasan dan proporsi yang menyajikan suatu pandangan sistematis
tentang fenomena dengan merinci hubungan antar variable dengan tujuan
menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut.
Menurut Shorter Oxford Dictionary “teori” mempunyai beberapa
definisi, yang salah satunya yang lebih tepat sebagai suatu disiplin akademik
“suatu” skema atau sistem gagasan atau pertanyaan yang dianggap sebagai
penjelasan atau keterangan dari sekelompok fakta atau fenomena; suatu
pertanyaan tentang sesuatu yang dianggap sebagai hukum, prinsip umum atau
penyebab sesuatu yang diketahui atau diamati. Menurut sarantakos teori
dibangun dan dikembangkan melalui research dan dimaksudkan untuk
menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena.
Yang menjadi landasan kerangka teoritis dalam penelitian ini adalah:
1. Teori Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum merupakan unsur yang harus ada dalam
suatu negara. Setiap pembentukan negara pasti di dalamnya ada
hukum untuk mengatur warga negaranya. Hubungan inilah yang
melahirkan hak dan kewajiban. Perlindungan hukum akan menjadi hak
bagi warga negaranya, namun di sisi lain perlindungan hukum menjadi
kewajiban bagi negara. Negara wajib memberikan perlindungan
hukum bagi warga negaranya, sebagaimana di Indonesia yang
mengukuhkan dirinya sebagai negara hukum yang tercantum dalam
UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Indonesia adalah negara
hukum”
2. Teori Kewajiban dan Paksaan
13
Salah satu hakikat dari hukum adalah dapat dipaksakan
berlakunya bila perlu dengan campur tangan negara. Karena itu, dalam
hukum itu sendiri terdapat unsur kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh setiap orang yang tunduk kepada hukum yang bersangkutan,
sebagai ekuivalensi dari kewajiban, hukum juga menyediakan dan
negara menjamin hak-hak tertentu bagi warga negaranya.
3. Teori Perintah
HLA Hart menyatakan bahwa perintah (command) adalah “to exercise
authority over men, not power to inflict harm, and though it may be
combined with threats of harm the command is primarily an appeal
not to fear but to respect for authority” dalam hal ini, perintah
utamanya dimaksudkan bukan untuk ditakuti tetapi untuk dihormati.
Perintah seperti inilah yang dimaksudkan oleh hukum, yang dalam
hukum dianggap sebagai “perintah” yang harus dijalankan oleh orang
yang menjadi objek pengaturan hukum.
4. Contempt of Court
Teori ini berdasarkan kepada independensi pengadilan dalam
memutus suatu perkara. Artinya orang tidak bisa semata-mata tidak
menerima suatu putusan pengadilan atau mengingkari adanya suatu
putusan atas dirinya. Adanya tindakan demikian dianggap sebagai
contempt of court atau penghinaan terhadap pengadilan.
5. Teori Keadilan
Teori-teori Hukum Alam sejak Socretes hingga Francois Geny,
tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Teori
Hukum Alam mengutamakan “the search for justice”. Berbagai
macam teori mengenai keadilan dan masyarakat yang adil. Teori-teori
14
ini menyangkut hak dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan
dan kemakmuran.26
Diantara teori-teori itu dapat disebut: teori keadilan Aristoteles
dalam bukunya nicomachean ethics, politics, rethorics dan teori
keadilan sosial John Rawl dalam bukunya a theory of justice dan teori
hukum dan keadilan Hans Kelsen dalam bukunya general theory of
law and state.
a. Teori Keadilan Aritoteles
Pandangan Aristoteles tentang keadilan adalah bahwa
hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan
keadilan. Pada pokoknya pandangan keadilan ini sebagai suatu
pemberian hak persamaan tapi bukan penyamarataan.
Aristoteles membedakan hak penyamarataannya sesuai dengan
hak proposional. Kesamaan hak dipandangan manusia sebagai
suatu unit atau wadah yang sama. Inilah yang dapat dipahami
bahwa semua orang atau setiap warga negara dihadapan hukum
sama. Lebih lanjut, keadilan menurut pandangan Aristoteles
dibagi kedalam dua macam keadilan, keadilan “distributief”
dan keadilan “commutatief”. Keadilan distributief ialah
keadilan yang memberikan kepada tiap orang porsi menurut
pretasinya. Keadilan commutatief memberikan sama
banyaknya kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan
prestasinya dalam hal ini berkaitan dengan peranan tukar
menukar barang dan jasa. 27
b. Teori Keadilan John Rawls
26
L. J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan kedua puluh enam (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1996), h. 11-12 27
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nuansa dan
Nusamedia, 2004), h.24
15
Beberapa konsep keadilan yang dikemukakan oleh
Filsuf Amerika di akhir abad ke-20, John Rawls, seperi A
Theory of justice, Politcal Liberalism, dan The Law of Peoples,
yang memberikan pengaruh pemikiran cukup besar terhadap
diskursus nilai-nilai keadilan. 28
John Rawls yang dipandang sebagai perspektif “liberal-
egalitarian of social justice”, berpendapat bahwa keadilan
adalah kebajikan utama dari hadirnya institusi-institusi sosial
(social institutions). Akan tetapi, kebajikan bagi seluruh
masyarakat tidak dapat mengesampingkan atau menggugat rasa
keadilan dari setiap orang yang telah memperoleh rasa
keadilan. Khususnya masyarakat lemah pencari keadilan. 29
Secara spesifik, John Rawls mengembangkan gagasan
mengenai prinsip prinsip keadilan dengan menggunakan
sepenuhnya konsep ciptaanya yang dikenal dengan “posisi
asali” (original position) dan “selubung ketidaktahuan” (veil of
ignorance).30
Pandangan Rawls memposisikan adanya situasi yang
sama dan sederajat antara tiap-tiap individu di dalam
masyarakat. Tidak ada pembedaan status, kedudukan atau
memiliki posisi lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya,
sehingga satu pihak dengan lainnya dapat melakukan
kesepakatan yang seimbang, itulah pandangan Rawls sebagai
suatu “posisi asasli” yang bertumpu pada pengertian
ekulibrium reflektif dengan didasari oleh ciri rasionalitas
28
Pan Mohamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls, (t.t., Jurnal Konstitusi, Volume 6 Nomor
1, 2009), h. 135. 29
Pan Mohamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls, (t.t., Jurnal Konstitusi, Volume 6 Nomor
1, 2009), h. 139 30
Pan Mohamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls, (t.t., Jurnal Konstitusi, Volume 6 Nomor
1, 2009), h. 140
16
(rationality), kebebasan (freedom), dan persamaan (equality)
guna mengatur struktur dasar masyarakat (basic structure of
society).
c. Teori Keadilan Hans Kelsen
Hans Kelsen dalam bukunya general theory of law and
state, berpandangan bahwa hukum sebagai tatanan sosial yang
dapat dinyatakan adil apabila dapat mengatur perbuatan
manusia dengan cara yang memuaskan sehingga dapat
menemukan kebahagian didalamnya. Pandangan Hans Kelsen
ini pandangan yang bersifat positifisme, nilai-nilai keadilan
individu dapat diketahui dengan aturan-aturan hukum yang
mengakomodir nilai-nialai umum, namun tetap pemenuhan
rasa keadilan dan kebahagian diperuntukan tiap individu. 31
2. Kerangka Konseptual
Untuk menghindari penafsiran dan pemahaman yang berbeda serta
memberikan arahan dalam penelitian, maka landasan konsep ini dirasa perlu
untuk mendeskripsikan dan merumuskan istilah-istilah yang berhubungan
dengan penelitian yaitu:
a. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit
yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator
dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang.32
b. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian
atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.33
31
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul Muttaqien,
(Bandung: Nusa Media, 2011), h. 07 32
Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU Pasal 1 ayat (1)
33 Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU Pasal 1 ayat (2)
17
c. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian
atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka
pengadilan.34
d. Kurator adalah balai harta peninggalan atau orang perseorangan
yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan membereskan
harta debitor pailit dibawah pengawasan hakim pengawas sesuai
dengan undang-undang.35
e. Sengketa bisnis adalah sengketa yang mucul karena
ketidakcocokan antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok
yang mengadakan hubungan karena hak salah satu pihak terganngu
atau dilanggar serta memerlukan upaya penyelesaian dalam waktu
yang singkat.36
f. Asuransi syariah adalah kumpulan perjanjian yang terdiri atas
perjanjian antara peusahaan asuransi syariah dan pemegang polis
dan perjanjian diantara para pemegang polis, dalam rangka
pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling
menolong dan melindungi dengan cara:37
a. memberikan penggantian kepada atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin di derita peserta atau pemegang polis
karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada
meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkan
34
Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU Pasal 1 ayat (3)
35 Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU Pasal 1 ayat (5)
36 Sulfiarina dan Efa Laela Fakhriah, Kompetensi Pengadilan Niaga dalam Penyelesaian
Sengketa Bisnis di Indonesia (Semarang: E-journal Undip Vol. 43 No. 4, 2014)
37 Undang-Undang No. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian Pasal 1 ayat (2)
18
pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah
ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana.
g. Tertanggung adalah pihak yang mengahadapi risiko sebagaimana
diatur dalam perjanjian asuransi atau perjanjian reasuransi.38
h. Pemegang polis adalah pihak yang mengikatkan diri berdasarkan
perjanjian dengan perusahaan asuransi syariah untuk mendapatkan
perlindungan atau pengelolaan atas risiko bagi dirinya,
tertanggung, atau peserta lain.39
i. Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar dana
pada pihak ketiga.40
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang kriteria datanya adalah data pasti
yaitu data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya bukan data
yang sekedar terlihat, terucap, tatapi data yang mengandung makna
dibalik yang terlihat dan terucap tersebut.41
Pada awal penelitian ini
akan menggunakan data-data yang ada, namun untuk menarik suatu
kesimpulan akan dilakukan dengan melakukan survei, wawancara
serta mengevaluasi dari sudut pandang hukum positif dan perundang-
undangan yang ada
38
Undang-Undang No. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian pasal 1 ayat (23)
39 Undang-Undang No. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian pasal 1 ayat (22)
40 Diani, Eksistensi Pengadilan Niaga dan Perkembangannya Dalam Era Globalisasi (T.tp.:
Direktorat Hukum dan Hak asasi manusia [email protected], t.th.)
41 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2012)
19
.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian normatif42
dan empiris dengan mengunakan
metode olah data pendekatan deskripsi analisis yaitu dengan
melakukan analisis dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan
realita yang terjadi di pengadilan niaga kemudian menghubungkan
dengan masalah yang diajukan sehingga ditemukan kesimpulan yang
sistematis sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Deskriptif adalah metode yang menggunakan pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat, sedang analisis menguraikan sesuatu
dengan cermat dan terarah. Dilihat dari keadaan yang akan diteliti,
maka penelitian ini termasuk pada penelitian terhadap studi
kepustakaan dan lapangan yang menjelaskan data dan informasi
dilapangan berdasarkan fakta dari suatu keadaan yang mendalam.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data
melalui studi dokumen dan wawancara. Pengumpulan data dengan
studi dokumen atau kepustakaan yaitu dengan melakukan penelitian
terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku, jurmal, putusan
pengadilan, salinan perundang-undangan dan artikel dari internet.43
Sedangkan pengumpulan data melalui wawancara yaitu
peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap narasumber yang
berkaitan dengan objek penelitian. Jenis wawancara nya adalah
wawancara terbuka dan wawancara semiterstruktur dimana peneliti
42
Mamudji Sri dkk, Metode penelitian dan penulisan hukum, (Depok: Badan penerbit
fakultas hukum Universitas Indonesia, 2005)
43 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2012)
20
akan lebih banyak menanyakan pendapat dan tanggapan narasumber
serta mendapatkan informasi yang lebih mendalam terkait objek
penelitian ini.
4. Metode Pengolahan Data
Dalam penelitian ini ada tiga metode pengolahan data kualitatif
yaitu pemeriksaan atau validasi data lapangan, dimana data yang
diperoleh dari kegiatan pengumpulan data akan diperiksa dan dijaga
konsistensi antara data yang satu dengan data yang lainnya sehingga
nantinya data tersebut bisa dinyatakan layak atau valid untuk
dilanjutkan kemudian.44
Tahapan berikutnya adalah penyajian data dimana kumpulan
informasi yang telah tersusun nantinya dapat memberikan
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data kebanyakan akan berbentuk naratif. Tahapan yang
terkahir adalah menarik kesimpulan dari data-data yang telah dicatat
sehingga menjadi konfigurasi tertentu akan tetapi tahapan ini tidak
dilakukan secara tergesa-gesa karena penliti akan memperhatikan
perkembangan perolehan data.
5. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis secara kualitatif.
Metode ini tidak menggunakan alat statistik, namun dilakukan dengan
menerapkan data-data yang kemudian dilakukan uraian dan
penafsiran. Metode olah data dalam penelitian ini lebih bersifat
deskriptif normatif. Analisis deskriptif ini menggambarkan
karakteristik sesuatu dengan cara yang sistematis dan akurat. Sehingga
kejadian sebenarnya yang terungkap akan sulit ditolak kebenarannya.
Dalam penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya
44
Mamudji Sri dkk, Metode penelitian dan penulisan hukum, (Depok: Badan penerbit
fakultas hukum Universitas Indonesia, 2005)
21
kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan bahan
hukum tertulis.45
6. Sumber Data
Dari berbagai macam sumber yang ada, penelitian ini
menggunakan dua sumber, yaitu:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya. Sumber pertama yakni lembaga Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat. Data tersebut berupa informasi dan keterangan-keterangan dari
pihak yang ada kaitannya mengenai penelitian tersebut. Sumber data
primer dalam penelitian ini akan didapatkan secara langsung dengan
metode wawancara yang akan dilakukan pada hakim maupun panitera
pada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari informasi yang
telah diolah oleh pihak lain. Adapun data yang ada dikumpulkan
dalam penelitian ini dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-
buku, jurnal dan dokumen-dokumen resmi yang akan didapatkan dari
lembaga-lembaga terkait. Dan dalam penelitian ini, data sekunder
yang diperoleh dari peraturan perundangan-undangan terkait penelitian
ini.
H. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2017”
45
Mamudji Sri dkk, Metode penelitian dan penulisan hukum, (Depok: Badan penerbit
fakultas hukum Universitas Indonesia, 2005)
22
I. Rancangan Sistematis Penelitian
Untuk memahami lebih jelas gambaran materi yang terdapat dalam
metode penelitian ini, maka peneliti menyusun menjadi beberapa sub bab
dengan sistematis penyampaian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN: Berisi tentang Latar Belakang, Ruang lingkup
penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Sistematis Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS: Bab ini berisikan teori yang berupa
pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku dan jurnal serta
beberapa review studi terdahulu yang berhubungan dengan penelitian.
BAB III GAMBARAN UMUM EKSEKUSI PUTUSAN SENGKETA
KEPAILITAN ASURANSI SYARIAH MUBARAKAH: Bab ini berisikan
tentang isi pokok dari putusan yang di persengketakan mulai dari para pihak
sampai kea mar putusan majelis hakim.
BAB IV ANALISA EKSEKUSI PASCA PUTUSAN BERKEKUATAN
HUKUM TETAP: bab ini berisikan tentang hasil dan analisa penelitian yang
dilakukan oleh peneliti
BAB V PENUTUP: bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian yang sudah dilakukan.
23
BAB II
EKSEKUSI PERKARA KEPAILITAN PERSPEKTIF
PERUNDANG-UNDANGAN
A. Tinjauan Umum Tentang Sengketa Kepailitan
1. Pengertian Kepailitan
Sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan
pendapat ataupun pembatahan dan perselisihan atas suatu hal serta
biasa dikatakan perkara dalam ranah pengadilan.46
Sedangkan
kepailitan dalam KBBI adalah keadaan atau kondisi seseorang atau
badan hukum yang tidak mampu lagi membayar kewajibannya (dalam
hal utang utangnya) kepada si piutang.47
Pengertian kepailitan terdapat pada Pasal 1 angka (1) Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004 yakni ”Sita umum atas semua kekayaan
debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh
curator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini”48
, sedangkan dalam kamus hukum pailit
memiliki arti sebagai keadaan dimana seorang debitor telah berhenti
membayar utang-utangnya. Setelah orang yang demikian atas
permintaan para kreditornya atau permintaan sendiri oleh pengadilan
dinyatakan pailit maka harta kekuasaan dikuasai oleh balai harta
46
https://kbbi.kemdikbud.go.id diakses tanggal 04 Juli 2019
47 https://kbbi.kemdikbud.go.id diakses tanggal 04 Juli 2019
48 UU no 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
24
peninggalan selaku curtirice (pengampu) dalam usaha kepailitan
tersebut untuk dimanfaatkan oleh semua kreditor.49
2. Kewenangan Mengadili Kepailitan
Pengadilan niaga yang ruang lingkupnya adalah peradilan
umum adalah institusi yang berhak dan mempunyai kewenangan
dalam memeriksa, memutus dan mengadili perkara kepailitan. Hal ini
didasari oleh Pasal 300 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan PKPU yang menyatakan:50
“Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini,
selain memeriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, berwenang pula
memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan
yang penetapanya dilakukan dengan undang-undang.”
Selain itu UU Kepailitan dan PKPU juga mempertegas
kewenangan pengadilan niaga yang terkait dengan perjanjian klausul
arbitrase.51
Hal ini tertera pada Pasal 303 UU Kepailitan dan PKPU
yang menyatakan:
“Pengadilan tetap berwenang memriksa dan menyelesaikan
permohonan pernyataan pailit dari para pihak yang terikat
perjanjian yang memuat klausul arbitrase, sepanjang utang
yang menjadi dasar permohonan pernyataan pailit telah
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) undang-undang ini.”
49
R. Subekti dan Tjitrosoedibyo, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1989)
50 UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
51 Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)
25
Jika suatu perjanjian (utang-piutang) mengandung suatu
klausul arbitrase dan terjadi suatu kepailitan, pengadilan niaga tetap
berwenang untuk memeriksa dengan syarat bahwa utang yang menjadi
dasar permohonan pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan yaitu
adanya dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.52
Ketika
memasuki perkara kepailitan yang objeknya adalah syariah maka hal
itu sering disebut perkara kepailitan syariah. Dalam kewenangan
mengadili terdapat berbagai pendapat institusi mana yang memiliki
kewenangan memeriksa dan mengadili perkara ini. Ada dua institusi
yang memiliki dasar kewenangan yaitu pengadilan niaga pada
pengadilan negeri yang ruang lingkungnya peradilan umum dan
pengadila agama
Dimulai dari pengadilan agama, berdasarkan Pasal 49 huruf i
Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama yang
menyatakan:
“Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang beragama islam di bidang: i. ekonomi
syariah”.
Selain itu juga diperkuat dengan Pasal 3A Undang-Undang No.
3 Tahun 2006 bahwa di lingkungan pengadilan agama dapat diadakan
pengkhususan pengadilan yang diatur dengan undang-undang. Artinya
bahwa berdasarkan pasal ini pengadilan agama dapat didirikan
pengadilan khusus yakni pengadilan niaga berdasarkan undang-
52
Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)
26
undang seperti halnya pengadilan niaga pada pengadilan negeri yang
berada di lingkungan peradilan umum.53
Dan hakim-hakim serta
panitera yang mengurus perkara tersebut memiliki keahlian khusus di
bidang ekonomi syariah.54
Maka dari itu pengadilan agama tidak boleh
menolak perkara kepailitan dengan alasan apapun, termasuk dengan
alasan belum ada aturannya, serta para hakim wajib menemukan
hukum (o creat the law).55
Hal hal diatas juga diperkuat dengan
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasca
putusan MK Nomor 93/PUU-X/2012 bahwa pengadilan agama
berwenang menyelesaikan sengeketa ekonomi syariah termasuk
didalamnya perbankan syariah. Akan tetapi walaupun banyak
argumentasi yang menyatakan pengadilan agama juga memiliki
kewenangan mengadili dalam perkara kepailitan syariah hal ini tidak
dapat dibuktikan dalam prakteknya. Hal ini diperkuat oleh kenyataan
empiris di lapangan bahwa sejak diberikannya kewenangan
penyelesaian sengketa ekonomi syariah pada 2006, pengadilan agama
di Indonesia sama sekali belum pernah menerima permohonan
kepailitan.56
Karena setiap perkara kepailitan syariah selalu diajukan ke
pengadilan niaga pada pengadilan negeri yang ruang lingkupnya
53
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, (Jakarta:
Kencana, 2017)
54 Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, (Jakarta:
Kencana, 2017)
55 Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, (Jakarta:
Kencana, 2017)
56 Ahmad Saprudin dan Ahmad Satiri, Teknik Penyelesaian Perkara Kepailitan Ekonomi
Syariah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2018)
27
peradilan umum, seperti perkara PT. BNI syariah (2013), PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk (2012) dan Bank CIMB Niaga57
.
Selain itu dikarenakan hingga saat ini belum terdapat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang secara khusus membahas
kepailitan syariah, sehingga penyelesaiannya masih harus berpedoman
pada Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailita dan PKPU.
Dan juga belum adanya pengadilan khusus yang didirikan di
pengadilan agama terkait kepailitan syariah seperti halnya pengadilan
khusus niaga pada pengadilan negeri. Maka seluruh perkara kepailitan
baik umum atau syariah masih diselesaikan oleh pengadilan niaga
pada pengadilan negeri dalam ruang lingkup peradilan umum.
3. Prosedur Kepailitan
Untuk memulai prosedur suatu kepailitan sampai ke tahap
pengadilan serta bisa sampai ke tahap eksekusi selalu dimulai dengan
terpenuhi atau tidaknya syarat permohonan kepailitan tersebut.
Adapun syarat-syarat pengajuan permohonan pailit adalah:58
a. Utang
Dalam Pasal 1 angka 6 UU Kepailitan PKPU
menjelaskan tentang definisi utang adalah kewajiban yang
dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik
dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik
57
Ahmad Saprudin dan Ahmad Satiri, Teknik Penyelesaian Perkara Kepailitan Ekonomi
Syariah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2018)
58 Rifqon Khairazi, Optimalisasi penyelesaian perkara kepailitan sebagai ease of doing
business dalam menarik investor asing ke bisnis syariah Indonesia, (Jakarta: Repsitory.uinjkt.ac.id,
2018)
28
secara langsung maupun yang akan timbul kemudian hari atau
kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang
dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi
memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya
dari harta kekayaan debitor.
Dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU
disebutkan bahwa debitor yang mempunyai dua atau lebih
kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun
atas permohonan yang diajukan kreditornya. Dengan demikian
ketentuan utang dalam permohonan pailit adalah:
1) Sudah masuk dalam waktu jatuh tempo serta
dapat ditagih
2) Debitor tidak membayar lunas setidaknya satu
utang
b. Dua atau lebih kreditor
Dalam Pasal 1 angka 2 UU Kepailitan dan PKPU
kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena
perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka
pengadilan. Kreditor adalah orang yang berdasarkan suatu
perikatan mempunyai hak subjektif untuk menuntut debitornya
memenuhi kewajiban tertentu dan dapat mengajukan
pemenuhan tagihannya tersebut atas kekayaan debitor.
Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun
2004 kreditor terbagi menjadi tiga yaitu kreditor konkuren,
29
kreditor separatis dan kreditor preferen. Khusus untuk kreditor
separatis bisa mengajukan permohonan pailit tanpa kehilangan
hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta
debitor dan haknya untuk didahulukan.
c. Pihak-pihak pemohon pailit
Dalam Pasal 2 ayat (2), (3) dan (4) UU Kepailitan dan
PKPU mengatur bahwa yang dapat mengajukan permohonan
kepailitan adalah:
1) Debitor
2) Kreditor
3) Kejaksaan, dalam hal untuk kepentingan umum
4) Bank Indonesia, dalam hal debitornya
merupakan bank
5) Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal),
dalam hal-hal debitor adalah perusahaan efek,
bursa efek, atau lembaga kliring dan penjamin
simpanan
6) Menteri Keuangan, dalam hal debitornya adalah
perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi,
dana pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang berkecimpung di bidang
kepentingan publik.
Namun setelah munculnya Undang-undang No 21
tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maka
kewenangan permohonan pailit oleh Bapepam, Menteri
Keuangan, dan Bank Indonesia menjadi kewenangan OJK
30
berdasarkan ketentuan peralihan pasal 55. Dengan ketentuan
tetap terlebih dahulu harus memenuhi dua syarat sebelumnya.
Setelah syarat terpenuhi maka permohonan kepailitan
baru bisa diajukan ke Pangadilan Niaga sesuai dengan
kompetensi wilayah perkata tersebut.
Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan, prosedur permohonan Pailit adalah sebagai
berikut:59
a. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua
Pengadilan melalui Panitera. (Pasal 6 ayat 2).
b. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit
kepada Ketua Pengadilan paling lambat 2 (dua) hari setelah
tanggal permohonan didaftarkan. Dalam jangka waktu 3
(tiga) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan,
pengadilan menetapkan hari sidang.
c. Sidang pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan
didaftarkan (pasal 6).
d. Pengadilan wajib memanggil Debitor jika permohonan
pailit diajukan oleh Kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia,
Badan Pengawas Pasar Modal atau Menteri Keuangan
(Pasal 8).
e. Pengadilan dapat memanggil Kreditor jika pernyataan
pailit diajukan oleh Debitor dan terdapat keraguan bahwa
persyaratan pailit telah dipenuhi (Pasal 8).
59
UU No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
31
f. Pemanggilan tersebut dilakukan oleh juru sita dengan surat
kilat tercatat paling lama 7 hari sebelum persidangan
pertama diselenggarakan (Pasal 8 ayat 2).
g. Putusan Pengadilan atas permohonan pailit harus
dikabulkan apabila terdapat fakta terbukti bahwa
persyaratan pailit telah terpenuhi dan putusan tersebut
harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari
setelah didaftarkan (Pasal 8).
h. Putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut harus
memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang
mendasari putusan tersebut berikut pendapat dari majelis
hakim dan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka
untuk umum dan dapat dilaksanakan terlebih dahulu,
sekalipun terhadap putusan tersebut ada upaya hukum
(Pasal 8 ayat 7).
32
Skema 2.1 Prosedur Kepailitan
4. Tujuan Kepailitan
Kreditor pada dasarnya memiliki kesamaan kedudukan dengan
kreditor lain yang juga memiliki piutang terhadap debitor. Sehingga
pada saat debitor dalam kondisi pailit, para kreditor ini akan saling
mendahului satu dengan yang lain untuk mendapatkan pelunasan
Debitor memiliki dua
kreditor dan tidak
membayar lunas utang
Pengadilan Niaga
memproses
permohonan pailit
Kreditor melapor ke
OJK untuk melakukan
permohonan pailit
OJK melakukan
permohonan pailit ke
Pengadilan Niaga
Majelis Hakim
memutuskan debitor
dinyatakan pailit
Kurator melakukan
pengumuman di
media
Majelis hakim
menunjuk kurator dan
hakim pengawas
Kurator membuka
perdaftaran kreditor
Kurator melakukan
verifikasi dan status
kreditor yang terdaftar
Proses di Pengadilan
Niaga berdasakan
Pasal 6-8 UUK
Kurator melakukan
rapat kreditor akhir
untuk pembagian
Keputusan rapat
ditetapkan oleh hakim
pengawas
Kurator melakukan
verifikasi utang dan
total aset
33
hutang paling awal dengan asumsi mendapat porsi yang besar dengan
kata lain piutangnya terbayar lunas. Di lain sisi, kreditor yang menagih
iutang terakhir berkemungkinan tidk mendapat pelunasan hutang
secara maksimal. Oleh sebab itu muncul lah pengadilan niaga sebagai
lembaga kepailitan yang mengatur pembagian tersebut dengan diatur
dalam UUK PKPU.60
Para ahli menjelaskan dalam studi kepustakaan bahwa tujuan
kepailitan adalah pembagian kekayaan debitor kepada semua kreditor
dengan memperhatikan hak-hak mereka masing-masing. Dalam
hubungan dengan peraturan perundang-undangan kepailitan, peraturan
bermaksud juga berfungsi untuk melindungi kepentingan pihak-pihak
terkait dalam hal ini kreditor dan debitor, atau masyarakat. Di dalam
UU Kepailitan dan PKPU menyebutkan beberapa faktor perlunya
pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang yaitu:61
a. Untuk menghindari perebutan harta debitor apabila
dalam waktu yang sama ada beberapa kreditor yang
menagih piutangnya dari debitor
b. Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak
jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara
menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan
kepentingan-kepentingan debitor atau kreditor lainnya.
60
Rifqon Khairazi, Optimalisasi penyelesaian perkara kepailitan sebagai ease of doing
business dalam menarik investor asing ke bisnis syariah Indonesia, (Jakarta: Repsitory.uinjkt.ac.id,
2018) 61
Rifqon Khairazi, Optimalisasi penyelesaian perkara kepailitan sebagai ease of doing
business dalam menarik investor asing ke bisnis syariah Indonesia, (Jakarta: Repsitory.uinjkt.ac.id,
2018)
34
c. Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan
yang dilakukan salah seorang kreditor atau debitor
sendiri.
5. Putusan Kepailitan
Putusan adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 178 HIR, Pasal
189 RBG, apabila pemeriksaan perkara selesai maka majelis hakim
karena jabatannya melakukan musyawarah untuk mengambil putusan
yang akan dijatuhkan.62
Sehingga ketika di suatu pengadilan tahapan
proses pemeriksaan, pembuktian dan konklusi telah selesai maka
majelis hakim akan menjatuhkan atau pengucapan putusan.
Bentuk dan jenis putusan memiliki berbagai macam bentuk
dari berbagai segi. Ada tiga macam putusan ditijau dari aspek-
aspeknya, yaitu:63
a. Dari Aspek Kehadiran Para Pihak
1) Putusan Gugatan Gugur
2) Putusan Verstek
3) Putusan Contradictoir
b. Putusan Ditinjau dari Sifatnya
1) Putusan Deklarator
2) Putusan Constitutief
3) Putusan Condemnatoir
c. Putusan Ditinjau pada Saat Penjatuhannya
1) Putusan Sela
2) Putusan Akhir
62
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016)
63 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016)
35
Kemudian mengenai putusan pailit, putusan atau pernyataan
pailit seorang debitor dilakukan oleh hakim pengadilan niaga dengan
suatu putusan dan tidak dengan suatu ketetapan. Hal ini karena suatu
putusan menimbulkan suatu akibat hukum baru, sedangkan ketetapan
tidak menimbulkan akibat hukum yang baru tetapi hanya bersifat
deklarator. Pernyataan pailit menimbulkan akibat hukum yang baru,
seperti debitor yang semula berwenang mengurus dan menguasai
hartanya menjadi tidak berwenang mengurus dan menguasai
hartanya.64
Selain itu dalam perkara ASM ini sudah jelas bahwa putusan
kepailitan ini ditunjau dari sifatnya berbentuk contradictoir dan lebih
cenderung disebut sebagai gugatan kontentiosa karena gugatannya
mengandung Sengketa.65
Putusan Pengadilan Niaga atas permohonan pernyataan pailit
mempunyai daya “dapat dilaksanakan terlebih dahulu” yang sering
disebut putusan uitvoerbaar bij voorraad.66
Putusan uitvoerbaar bij
voorraad atau putusan serta merta , yaitu suatu putusan yang dapat
dilaksanakan atau dieksekusi terlebih dahulu meskipun putusan
tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van
64
Tita Novitasari, Kajian Yuridis Atas Putusan Kepailitan Perusahaan Asuransi Syariah di
Indoneisa (Studi Kasus Putusan No. 1016 K/Pdt.Sus-Pailit 2016), (Jakart: Repository.uinjkt.ac.id,
2018)
65 Tita Novitasari, Kajian Yuridis Atas Putusan Kepailitan Perusahaan Asuransi Syariah di
Indoneisa (Studi Kasus Putusan No. 1016 K/Pdt.Sus-Pailit 2016), (Jakart: Repository.uinjkt.ac.id,
2018)
66 Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)
36
gewijsde). Hal ini dapat dilihat dari Pasal 8 ayat (7) dan Pasal 16 ayat
(1) UU Kepailitan dan PKPU.67
Dalam menjalankan putusan kepailitan selain para pihak yang
bersengketa yaitu pemohon dan termohon kepailitan terdapat dua
subjek lagi yang menjalankan putusan kepailitan yaitu kurator dan
hakim pengawas yang ditunjuk untuk membereskan harta pailit.
Kurator adalah balai harta peninggalan atau orang
perseorangan yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan
membereskan harta debitor pailit dibawah pengawasan hakim
pengawas sesuai dengan undang-undang.68
Dalam menjalankan tugas
dan kewenangannya dalam membereskan harta pailit, curator harus
bersifat independen dengan pihak debitor dan kreditor. Pada
prinsipnya Kurator sudah berwenang melakukan pengurusan dan
pemberesan harta pailit sejak adanya putusan pernyataan pailit dari
pengadilan niaga sekalipun ada upaya hukum kasasi dalam putusan
tersebut (Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (7) Undang-Undang
Kepailitan dan PKPU).69
Untuk mengawasi pelaksanaan pemberesan harta pailit maka
dalam keputusan kepailitan oleh pengadilan harus diangkat seorang
hakim pengawas disamping pengangkatan kuratornya.70
Hakim
pengawas (Hakim Komisaris) adalah bagian pengawasan dalam
67
Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)
68 UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
69 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT Citra Adiya Bakti,
2017)
70 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT Citra Adiya Bakti,
2017)
37
pemberesan harta pailit yang sedang dilakukan kurator yang ditunjuk
oleh pengadilan niaga.
B. Eksekusi Putusan
1. Pengertian Eksekusi
Pengertian eksekusi secara umum adalah melaksanakan
putusan hakim atau menjalankan putusan hakim. Adapun ketentuan
mengenai pelaksanaan putusan atau eksekusi ini diatur dalam
ketentuan Pasal 195 sampai dengan Pasal 200 HIR/RBG. Menurut R.
Subekti adalah: “Eksekusi atau pelaksanaan putusan mengandung arti
bahwa pihak yang dikalahkan tidak mau menaati putusan itu secara
sukarela sehingga putusan itu harus dipaksakan kepadanya dengan
bantuan kekuatan umum”.71
Menurut Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata
yang menyatakan bahwa “Eksekusi adalah tindakan paksaan oleh
pengadilan terhadap pihak yang kalah dan tidak mau melaksanakan
putusan secara sukarela”. Selain itu terdapat pendapat yang sejenis
menurut Sudikno Mertokusumo yang menyatkan “Pelaksanaan
putusan/eksekusi ialah realisasi dari kewajiban pihak yang
bersangkutan untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan
tersebut”.72
Dari ketiga definisi tersebut bahwa eksekusi dipandang sebagai
pelasana putusan hakim. Dikutip dari M. Yahya Harahap bahwa
eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan
71
Swantoro Herry, Dilema Eksekusi, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2015)
72 Swantoro Herry, Dilema Eksekusi, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2015)
38
kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan
tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. Sehingga eksekusi
merupakan tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses
hukum acara perdata.73
Dalam cakupan yang lebih luas dikutip dari pernyataan
mohammad Dja’is bahwa eksekusi adalah upaya kreditor
merealisasikan hak secara paksa karena debitor tidak mau secara
sukarela memenuhi kewajibannya. Dengan demikian eksekusi
merupakan bagian dari proses penyelesaian sengketa hukum.74
2. Asas-Asas Eksekusi
Selama putusan belum memperoleh kekuatan hukum tetap,
upaya dan tidakan eksekusi belum dapat berfungsi. Sehingga dalam
ketentuan mengenai eksekusi terdapat asas-asas umum yang
mengaturnya, antara lain adalah:75
a. Menjalankan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap
b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela
c. Putusan yang dapat dieksekusi bersifat kondemnator
d. Eksekusi atas perintah dan dibawah pimpinan ketua pengadilan
negeri
73
Swantoro Herry, Dilema Eksekusi, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2015)
74 Swantoro Herry, Dilema Eksekusi, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2015)
75 Swantoro Herry, Dilema Eksekusi, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2015)
39
3. Jenis-Jenis Eksekusi
Menurut Sudikno Mertokusumo, ada beberapa jenis
pelaksanaan eksekusi antara lain:76
a. Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan
untuk membayar sejumlah uang (Pasal 196 HIR/208 RBG).
Prestasi yang diwajibkan adalah membayar sejumlah uang
b. Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melaksanakan
suatu perbuatan (Pasal 225 HIR/259 RBG). Orang tidak dapat
dipaksa untuk memenuhi prestasi yang berupa perbuatan, tetapi
pihak yang dimenangkan dapat meminta kepada hakim agar
kepentingan yang akan diperolehnya dinilai dengan uang.
c. Eksekusi riil. Eksekusi riil tidak diatur dalam HIR, tetapi diatur
dalam pasal 1033 RV. Eksekusi rill merupakan pelaksaan
prestasi yang dibebankan pada debitor oleh putusan hakim
secara langsung.
d. Eksekusi Parate atau eksekusi langsung (Pasal 1155 KUH
Perdata).
C. Gambaran Umum Eksekusi Putusan Sengketa Kepailitan Asuransi
Syariah Mubarakah
1. Para Pihak
Di dalam putusan No 1016 K/Pdt.Sus-Pailit/2016 yang
membahas perkara kepailitan asuransi syariah mubarakah tertulis
pihak pihak yang beracara adalah:
a. PT. Asuransi Syariah Mubarakah yang diwakili oleh
Parmin Wijono sebagai Direktur Utama dan posisi nya
76
Swantoro Herry, Dilema Eksekusi, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2015)
40
disini sebagai pemohon kasasi yang sebelumnya
sebagai termohon pailit
b. Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang
diwakili oleh Muliaman D. Hadad sebagai ketua dewan
dan posisinya sebagai termohon kasasi yang
sebelumnya sebagai pemohon pailit.
2. Pokok perkara
a. Kewenangan Mengadili dan Legal Standing OJK sebagai
Pemohon
Dalam putusan perkara ini kewenangan memeriksa dan
mengadili diberikan kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-
Undang No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
bahwa putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal
lain yang berkaitan dan/atau diatur dalam undang-undang ini
diputuskan ole pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
daera tempat kedudukan debitor.
Berdasarkan data yang diterima bahwa termohon
adalah Perseroan terbatas yang memiliki alamat terakhir di
Perumahan Jatinegara Indah BA 1 Nomor 14 RT 16/RW 12,
Kelurahan Jatinegara, Jakarta 13930. Maka dari itu bahwa
perkara ini sudah sesuai dibawa dan diselesaikan di Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Dalam pasal 5 Keputusan Presiden RI Nomor 97 Tahun
1999 bahwa Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat meliputi wilayah DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat,
Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Barat.
Kedudukan OJK selaku pemohon sudah sesuai dengan
legal standing yang berlaku. Hal ini dibuktikan dengan Pasal
41
55 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang OJK
yang disebutkan sejak tanggal 31 Desember 2012 fungsi, tugas,
wewenang pengaturan dan pengawasa kegiatan jasa keuangan
di sector pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari
Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan ke OJK. Serta diperkuat dengan Pasal 50
ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap
perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan
reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah hanya dapat
dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
b. Alasan-Alasan Hukum permohonan pernyataan pailit
Sesuai dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (4) UU
Kepailitan dan PKPU yang mengatur bahwa debitor yang
mempunyai dua atau lebih kreditor dan membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan Putusan Pengadilan, baik atas
permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau
lebih kreditornya. Serta apabila telah ditemukan fakta yang
sesuai dengan persyaratan tersebut maka harus dinyatakan
pailit.
Berikut data yang telah dirangkum terkait jumlah
kreditor termohon beserta utang yang harus dibayarkan.
No. Nama
Tertanggung
No.Polis/Perjanjian
Kerjasama
Nilai Klaim Jatuh
Tempo
1. Perum Jamkrindo Perjanjian Kerjasama
Nomor
Rp.60.884.628.596
Sampai dengan 30
31
Desember
42
37/Jamkrindo/VI/2012-
001/ASM/PKS/06.2012
tanggal 27 Juni 2012
September 2012
Rp.79.362.463.949
Sampai dengan 31
Desember 2015
2015
2. PT. Bank
Pembangunan Daerah
Jawa Barat dan Banten
Tbk
Perjanjian kerjasama
tentang program
asuransi atas pemberian
kredit guna bhakti
Perjanjian kerjasama
antara PT Bank BJB
dengan termohon
tentang asuransi kredit
kepala koperasi
pegawai/ karyawan
Perjanjian kerjasama
antara PT Bank BJB
dengan termohon
tentang program
asuransi atas pemberian
kredit kepemilikan
rumah
Rp.55.248.395.486 14 Mei
2014
3. PT. BNI syariah ASK. 1000000.00297 Rp.3.94.500.000 18
Oktober
2012
4. BPR Bank Magelang ASK.3050000.00040 Rp.180.315.015 19
43
ASK.3050000.00041 September
2012
5. BPRS Mandiri Mitra
Sukses
(Hadiwanto dan H.
Suid)
ASK.3060100.00202 Rp.28.351.983 22
Oktober
2012
12
Februari
2013
6. PT. Medcom Prima Melapor kepada
pemohon (OJK)
melalui surat No.
004/MP-DIR/II/2013
Rp.7.670.965.829 28
Desember
2012
7. RS Pro Medika Perjanjian kerjasama
antara termohon
dengan PT Pro Medika
No. 02/MOU/PM-
V/2008 tanggal 7 Mei
Rp.288.705.374 Akhir
Januari
2010
8 RSIA Anugerah Bunda
Khatulistiwa
Melapor ke OJK
dengan Surat No.
B.0972/RSIA-
ABK/07.07.12
Rp.264.992.961
9. H. Asrul Tanjung Polis tanggal 31 Januari
2008 dengan No. Polis:
2030100.000000002
Rp.220.000.000
10 Sdr. Idah Diyani Polis tanggal 4 Januari
2001 dengan No. Polis
E.02.03.22013
Rp.17.747.858 31
Oktober
2015
11. Sdr.Syafrida Anof Polis tanggal 22 Juli Rp.15.000.000
44
2004 dengan No.Polis
AX004624
Tabel 2.1 Daftar Kreditor ASM
Selain jumlah kreditor termohon yang sudah sesuai
dengan persyaratan untuk dinyatakan pailit terdapat juga hal
dari tingkat solvabilitas termohon yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Berdasarkan pasal 11 ayat 1 huruf a
undang- undang Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian telah mengatur bahwa pembinaan dan
pengawasan terhadap usaha perasuransian meliputi kesehatan
keuangan bagi perusahaan asuransi kerugian, jiwa dan
reasuransi yang salah satunya adalah batas tingkat solvabilitas.
Dalam Pasal 43 ayat 2 KMK No. 424 tahun 2003
bahwa untuk perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi
yang telah mendapat izin usaha sebelum berlakunya KMK
No.424 tahun 2003, pecapaian tingkat solvabilitas sebesar
120% dilakukan secara bertahap dengan tahapan sejak triwulan
III tahun 2003 batas tingkat solvabilitas paling sedikit 75%.
Sejak akhir tahun 2003 batas tingkat solvabilitas paling sedikit
100% dan sejak akhir tahun 2004 batas tingkat solvabilitas
paling sedikit 120%. Sedangkan dalam laporan keuangan
triwulan I tahun 2010 milik termohon hanya mencapai 61%.
Permohonan pernyataan pailit kepada termohon
merupakan bentuk perlindukan kepada masyarakat.
Sebagaimana yang diatur dalam pasal 4 UU OJK bahwa OJK
dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam
sector jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,
45
transparan dan akuntabel. Serta mampu melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat.
Dalam pasal 28 huruf c UU OJK juga menjelaskan
bahwa OJK dalam memberikan perlindungan konsumen dan
masyarakat berwenang melakukan tindakan pencegahan
kerugian konsumen dan masyarakat yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sector jasa
keuangan.
3. Ammar Putusan
Dalam putusan No.36/Pdt.Sus.Pailit/2016 majelis hakim
memberikan ammar sebagai berikut (Tingkat Pertama):
Dalam Eksepsi:
Menolak Eksepsi Termohon pailit untuk seluruhnya
dalam pokok perkara
Dalam Pokok Perkara:
a. Mengabulkan permohonan pernyataan pailit dari
pemohon untuk seluruhnya
b. Menyatakan termohon PT. Asuransi Syariah
Mubarakah pailit dengan segala akibat hukumnya
c. Merujuk saudara: Syamsul Edy, S.H. M.Hum, Hakim
Niaga pada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebagai
Hakim Pengawas
d. Mengangkat Saudara:
Catur Agus Saptono, SH.MH, Kurator dan
Pengurus yang terdaftar di Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
46
Dewi Iryani, SH, MH., Kurator dan Pengurus
yang terdaftar di Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia
Sexio Yuni Noor Sidqi, SH, Kurator dan
Pengurus yang terdaftar di Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Sebagai Kurator dalam Kepailitan PT. Asuransi Syariah
Mubarakah.
e. Menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa curator
ditangguhkan sampai dengan kepailitan berakhir
f. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp316.000,00 (tiga ratus enam belas ribu
rupiah)
Dalam putusan No.1016/Pdt.Sus.Pailit/2016 majelis hakim
memberikan ammar sebagai berikut (Tingkat Kasasi):
a. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT.
Asuransi Syariah Mubarakah tersebut
b. Menghukum Pemohon Kasasi/Termohon Pailit untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi yang
ditetapkan sejumlah Rp5.000.000.00 (lima juta rupiah).
47
BAB III
KAJIAN KASUS PERKARA KEPAILITAN ASURANSI SYARIAH
MUBARAKAH
A. Tahapan Awal Sengketa Kepailitan Asuransi Syariah Mubarakah
PT Asuransi Syariah Mubarakah merupakan salah satu perusahaan
asuransi berdasarkan prinsip syariah di Indonesia. Namun sayangnya,
perusahaan asuransi syariah ini menjadi yang petama yang terkena kasus
kepailitan dan juga telah dipailitkan. Hal ini dibuktikan dengan keluarnya
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1016 K/Pdt.Sus-Pailit/2016.
Pada awalnya OJK sebagai instansi lembaga di Indonesia yang
berwenang untuk mengajukan permohonan pailit telah menerima laporan dari
sejumlah kreditor ASM. Apabila dijumlah tercatat sampai 2016 sudah ada
sebelas kreditor yang belum mendapatkan hak klaimnya atas ASM. Namun
Sebelum hal ini pun ASM sudah mempunyai masalah di sisi tingkat
solvabilitas.
Berdasarkan laporan keuangan triwulan pertama pada tahun 2010
tercatat rasio tingkat pencapaian solvabilitas ASM kurang dari 120%. Jumlah
Kekayaan ASM saat itu sebesar Rp62.536.000,00 sedangkan jumlah cadangan
teknis ditambah uang klaim retensi sendiri Rp76.318.000,00. Hal tersebut
tidak memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 43 ayat (2) huruf c KMK
Nomor 424 tahun 2003 beserta perubahannya yang berbunyi:
“Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib
memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% dari tingkat
kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam
pengelolaan kekayaan dan kewajiban.”
48
Dari ketentuan tersebut maka ASM telah melanggar sehingga ASM
dikenakan sanksi peringatan pertama pada tanggal 8 Juli 2010 berdasarkan
surat nomor S-716/MK.10/2010. Kemudian karena masih belum bisa
mengatasi terkait hal itu ASM mendapat sanksi kedua pada tanggal 29
Oktober 2010 berdasarkan surat nomor S-1034. MK.10/2010. Akan tetapi
ASM masih belum bisa menyelesaikan persoalaan tersebut sehingga sanksi
ketiga dikenakan berdasarkan surat nomor: S-1116/MK.10/2010.
Setelah mendapat tiga kali sanksi ASM masih juga belum bisa
menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga selanjutnya ASM dikenai
sanksi pembatasan kegiatan pada tanggal 21 Maret 2011 berdasarkan surat
nomor: S-240/MK.10/2011. Hingga pada akhirnya ASM dikenakan sanksi
pencabutan izin usaha berdasarkan keputusan menteri keuangan RI Nomor:
KEP-779/KM.10/2012 tanggal 28 Desember 2012.
Permohonan pailit atas PT Asuransi Syariah Mubarakah (ASM)
diajukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam perkara Nomor 08/Pdt-
Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst, pada tanggal 29 Februari 2016 namun
majelis hakim dalam amarnya menolak permohonan pailit yang diajukan OJK
dikarenakan dinilai kabur dan tidak jelas.77
Selanjutnya OJK mengajukan
kembali permohonan pailit terhadap ASM dalam perkara Nomor 36/Pdt-SUS-
Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst, pada tanggal 28 Juni 2016 yang dalam amarnya
mengabulkan permohonan pailit dari pemohon untuk seluruhnya serta
menyatakan termohon PT. Asuransi Syariah Mubarakah pailit dengan segala
hukumnya.
B. Kronologi Penyelesaian Kasus Perkara Kepailitan Asuransi Syariah
Mubarakah
77
https://nasional.kontan.co.id/news/lagi-ojk-ajukan-pailit-asuransi-syariah-mubarakah
49
Penyelesaian perkara kepailitan ASM dengan OJK serta sebelas
kreditor lainnya kembali dimulai dalam persidanngan selanjutnya. Setelah
sebelumnya dimenangkan oleh ASM, dan OJK mengajukan permohonan
pailit yang kedua dengan dikabulkan permohonan pailit tersebut. Dalam
penyelesaian perkara ada beberapa pertimbangan majelis hakim sehingga
mengabulkan permohonan pailit terhadap ASM.
Namun sebelumnya ada alasan kenapa pada perkara permohonan pailit
yang pertama diajukan OJK dengan register nomor 08/Pdt.Sus-
Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst ditolak oleh majelis hakim. Hakim Aswijon
selaku ketua majelis persidangan tersebut mengungkapkan bahwa terdapat
kesalahan penyebutan izin usaha atas nama termohon (ASM) yang diulang
lebih dari satu kali, sehingga majelis menilai permohonan pernyataan
kepailitan yang diajukan OJK tidak merujuk pada data yang benar. Hal ini
dibuktikan pada angka 1 halaman 3 pada berkas permohonan dimana ASM
dinyatakan sebagai perusahaan asuransi yang memperoleh izin usaha
berdasarkan KMK No. Kep-409/KM.0107/1996 pada 11 Juni 1996.
Sedangkan pada kenyataannya ASM mendapatkan izin usaha berdasarkan
KMK No. Kep-579/KMK.017/1997 pada 13 November 1997.
Dalam posita pemohon juga terdapat kesalahan penyebutan nama
termohon yang seharusnya PT. Asuransi Syariah Mubarakah akan tetapi yang
disebut adalah PT. Asuransi Jiwa Askrida yang selanjutnya mengalami
perubahan nama menjadi PT. Asuransi Jiwa Nusantara. Sedangkan ketika
melihat ke dalam petitum nya nama yang disebutkan adalah PT. Asuransi
Syariah Mubarakah. Maka dari itu hal ini tersebut menjadi cacat formil.
Ketika masuk dalam Putusan yang kedua, setelah pengajuan kembali
permohonan kepailitan terhadap ASM oleh OJK dengan register No 1016
K/Pdt.Sus-Pailit/2016 terdapat pertimbangan majelis hakim dalam memutus
perkara tersebut. Salah satu poin yang paling penting dalam pertimbangannya
adalah pemohon kasasi/termohon pailit (ASM) terbukti syarat adanya pailit
50
karena terdapat fakta bahwa ASM mempunyai lebih dari dua kreditor dan
tidak membayar lunas lebih dari satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih serta pembuktiannya sederhana karena faktanya utang utang tersebut
belum dibayar lunas dan telah jatuh waktu dan dapat ditagih, hal tersebut
tidak dibantah pemohon kasasi/debitor pailit. Dengan mengacu pada
ketentuan pasal 2 ayat 1 dan ayat 5 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan PKPU maka permohonan untuk mempailitkan ASM
telah memenuhi syarat dan berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat 4 Undang-
Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang UUK dan PKPU dalil untuk
memailitkan ASM telah dapat dibuktikan secara sederhana sehingga
permohonan pailit yang diajukan OJK terhadap ASM dapat dikabulkan oleh
majelis hakim.
Dalam menanggapi keberatan dari pihak pemohon kasasi/termohon
pailit (ASM) ,majelis hakim menimbang bahwa keberatan-keberatan tersebut
selebihnya hanya pengulangan dalil-dalil termohon pailit yang telah
dipertimbangkan oleh judex facti dan merupakan penilaian hasil pembuktian
yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat
dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan
pada tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kelalaian dalam
memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan
atau bila pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 30 Undang-Undang Nomor 14
tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dan
ditambah dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 dan perubahan kedua
dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 yang tidak tunduk pada
pemeriksaan kasasi maka dari itu atas pertimbangan tersebut majelis hakim
berpendapat bahwa putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat Nomor 36/Pdt.Sus/Pailit/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 6 September 2016
51
tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, sehingga
permohonan kasasi yang diajukan oleh pemohon kasasi (ASM) harus ditolak.
Serta dikarenakan permohonan kasasi ditolak oleh Mahkamah Agung di
tingkat kasasi, ASM selaku pemohon kasasi dihukum untuk membayat biaya
perkara dalam tingkat kasasi tersebut.
Dalam kasus perkara sengketa kepailitan ASM ini juga terdapat
beberapa fakta-fakta hukum yang muncul, dimulai dari legal standing OJK
ketika mengajukan kepailitan terhadap ASM. Seperti yang diketahui OJK
telah menerima pengaduan dari krditor ASM dengan periode 2012-2014
sejumlah 9 kreditor namun permohonan pengajuan kepada Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat baru dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 2016. Maka hal ini
dapat diartikan OJK “tidak segera” menyampaikan permohonan pailit
tersebut ke pengadilan niaga sehingga tidak memenuhi syarat dan kualifikasi
perkara kepailitan berdasarkan Pasal 54 ayat 1 dan Pasal 55 ayat 4 POJK
Nomor 28/POJK.05/2015 tentang pembubaran, likuidasi, dan kepailitan
perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi dan
perusahaan reasuransi syariah.78
Akan tetapi walaupun fakta tersebut bisa
diartikan tidak segera tetap saja hal tersebut tidak membatalkan pengajuan
permohonan pernyatan pailit OJK terhadap ASM karena kata “segera” yang
dipermasalahkan pada pasal Pasal 55 ayat 4 POJK Nomor 28/POJK.05/2015
tidak ada batasan waktu yang jelas didalamnya. Dan juga perlu diketahui jarak
diundangkan nya POJK (11 Desember 2015) tersebut dengan permohonan
kepailitan ASM (26 Februari 2016) adalah dua bulan. Dengan demikian legal
standing OJK untuk dapat mengajukan permohonan kepailitan terhadap ASM
sudah sesuai dengan aturan perundangan di Indonesia. Namun untuk
selanjutnya OJK harus lebih segera dalam mengajukan kepailitan ke
78
Tita Novitasari, Kajian Yuridis Atas Putusan Kepailitan Perusahaan Asuransi Syariah di Indoneisa
(Studi Kasus Putusan No. 1016 K/Pdt.Sus-Pailit 2016), (Jakart: Repository.uinjkt.ac.id, 2018)
52
pengadilan niaga ketika syarat kepailitan sudah tercapai agar kreditor dan
debitor segera mendapatkan kepastian hukum.
Selanjutnya adanya fakta tindakan hukum likuidasi yang di dalilkan
oleh ASM dan menyatakan bukan tindakan hukum permohonan kepailitan
dalam meyelesaikan permasalahan dengan nasabahnya. Hal ini berdasarkan
Undang-Undang No 40 tahun 20014 tentang peasuransian jo. Undang-Undang
No 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Seperti yang diketahui izin
usaha ASM sudah dicabut berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor: KEP- 779/KM.10/2012 tertanggal 28 Desember
2012. Dan ASM telah mencoba menngugat keputusan tersebut ke Pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN) akan tetapi gugatan nya ditolak, sampai di tingkat
banding dan kasasi pun tetap menguatkan putusan tingkat pertama sehingga
pencabutan izin tersebut telah berkekuatan hukum tetap sesuai putusan
Mahkamah Agung RI Nomor 117 K/TUN/2016 tertanggal 19 Mei 2016.
Sehingga tindakan hukum yang tepat untuk ASM adalah likuidasi
karena pencabutan izin usaha nya sudah berkekuatan hukum tetap dan
langkah selanjutnya mengadakan RUPS untuk memutuskan persoalan
pembubaran perusahaan serta membentuk tim likuidasi atau OJK dapat
memutuskan dua hal tersebut. Di lain sisi OJK memang tidak dapat
melakukan kepailitan dan likuidasi secara bersamaan terhadap ASM.
Namun dalam hal ini OJK telah mengajukan permohonan kepailitan
terhadap ASM tidaklah melanggar peraturan UU dan mengingat OJK juga
belum melakukan proses likuidasi sehingga putusan 117 K/TUN/2016 tidak
menghalangi proses persidangan kepailitan ASM. Hal ini juga didalilkan OJK
berdasarkan yurisprudensi putusan Mahkamah Agung Nomor 408 K/Pdt.Sus-
Pailit/2015. Yurisprudensi tersebut memiliki kemiripan dengan kasus ASM
dimana di putusan tersebut PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya selaku yang
dipailitkan juga bersinggungan dengan perkara tata usaha negara terkait
pencabutan izin usaha.
53
Terkait yurisprudensi tersebut terdapat dua ahli yang memberikan
pendapat hukum yaitu Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S. dan Dr Hadi
Subhan, S.H., M.H., C.N. Pendapat hukum yang diberikan Prof. Nindyo
Pramono bahwa proses permohonan pailit tetap dapat dilakukan meskipun
izinnya dicabut dan sedang digugat ke tata usaha negara, karena merupakan
dua hal yang berbeda. Hal ini dibangun dengan logika penalaran hukum
bahwa perizinan adalah suatu hal yang berbeda dengan hak tertanggung dalam
mendapatkan pencairan uang pertanggungan yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih
Pendapat hukum yang kedua oleh Dr. Hadi subhan bahwa kepailitan
merupakan perkara yang diutamakan terhadap perselisihan atau penyelesian
sengketa lainnya serta PTUN dan pailit adalah ranah yang berbeda. Akan
tetapi jika putusan pengadilan itu berkaitan dengan harta kekayaan maka
relevan, namum apabila berkaitan dengan izin maka tidak relevan.
Kemudian muncul suatu fakta hukum lain terkait adanya pelanggaran
asas nebis in idem dalam kasus perkara ASM. Seperti yang diketahui ASM
telah dimohonkan pailit oleh OJK dua kali, yang pertama dengan nomor
perkara 08/Pdt.Sus/Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst tertanggal 26 Februari 2016
serta telah berkekuatan hukum tetap dan yang kedua dengan nomor perkara
36/Pdt.Sus/Pailit/2016/Pn.Niaga.Jkt.Pst. Pengajuan perkara ini yang sampai
dua kali ini sekilas bisa langsung dilihat sebagai perkara yang melanggar asas
nebis in idem, yaitu bahwa seseorang tidak boleh dituntut dua kali karena
perbuatan yang telah mendapat putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.
OJK sebagai pemohon pailit terhadap ASM mendalilkan bahwa
perkara kepailitan tidak mengenal asas nebis in idem, hal ini diperkuat dengan
yurisprudensi yaitu Putusan Mahkamah Agung 703 K/Pdt.Sus/2012. Putusan
tersebut merupakan putusan kepailitan terhadap PT. Carvita Central Cahaya,
dimana perkara ini berbenturan dengan asas nebis in idem. Namun dalam
pertimbangannya majelis hakim menimbang bahwa permohonan pernyataan
54
pailit adalah lex spesialis dari peradilan umum yang tidak mengenal asas
nebis in idem.
Selain itu dalam kepailitan bentuknya adalah permohonan bukan
bentuk gugatan, sehingga akan selalu diajukan permohonan lagi walupun
dalam permohonan sebelumnya sudah pernah diputus dan berkekuatan hukum
tetap. Maka dari itu OJK menyatakan dalam perkara a quo merupakan
permohonan dan bukan merupakan gugatan sehingga tidak dikenal dan tidak
berlaku asas nebis in idem. Akan tetapi ASM menanggapi bahwa walaupun
penamaannya permohonan namun tetap pemeriksaannya perkara a quo
bersifat contradictoir dan lebih cenderung disebut sebagai gugat kontentiosa
karena gugatannya mengandung sengketa. Hal ini didasarkan ASM atas
SEMA Nomor 3 tahun 2002 tentang penanganan perkara yang berkaitan
dengan asas nebis in idem.
Yahya Harahap menjelaskan bahwa pernyataan pailit seorang debitor
dilakukan oleh hakim pengadilan niaga dengan suatu putusan (vonnis) dan
tidak dengan suatu ketetapan (beschikking). Pernyataan pailit tersebut
menimbulkan hukum baru.79
Dalam ketentuan Pasal 1917 KUH Perdata,
apabila putusan yang dijatuhkan pengadilan bersifat positif (menolak untuk
mengabulkan), kemudian putusan tersebut memperoleh hukum tetap, maka
dalam putusan melekat nebis in idem. Oleh karena itu terhadap kasus atau
pihak yang sama tidak boleh diajukan untuk kedua kalinya.80
Tidak demikian
halnya dengan penetapan. Pada dirinya hanya melekat kekuatan mengikat
secara sepihak, yaitu pada diri pemohon, sehingga tidak mengikat dan tidak
mempunyai kekuatan pembuktian pada pihak manapun. Oleh karena itu pada
penetapan tidak melekat nebis in idem. Setiap orang yang merasa dirugikan
79
Tita Novitasari, Kajian Yuridis Atas Putusan Kepailitan Perusahaan Asuransi Syariah di
Indoneisa (Studi Kasus Putusan No. 1016 K/Pdt.Sus-Pailit 2016), (Jakart: Repository.uinjkt.ac.id,
2018)
80 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016)
55
oleh penetapan itu dapat mengajukan perlawanan terhadapnya.81
Akan tetapi
sayangnya dalam kasus ASM ini Majelis hakim dalam pertimbangannya tidak
berisikan terkait asas nebis in idem. Majelis hakim dalam perkara kepailitan
ASM hanya menimbang bahwa dengan asas sederhana syarat memiliki lebih
dari dua kreditor sudah terpenuhi serta di tingkat kasasi pun menguatkan
kembali putusan di tingkat pertama.
Kasus ASM yang menyinggung terhadap kepailitan berdasarkan
prinsip syariah atau dikenal juga dengan taflis bahwa tidak ada perbedaaan
jauh karena persyaratan dalam kategori taflis pun apabila debitor memiliki
utang yang lebih besar daripada aset nya maka dia dapat pailitkan. Dan
melihat yang terjadi pada ASM pun sudah memiliki syarat tersebut dimana
jumlah aset yang dimikinya tidak cukup membayar utang-utangnya. Jika
diangka kan utang ASM apabila dibulatkan 150 miliar sedangkan kekayaan
yang dimiliki hanya 62,53 miliar. Tingkat solvabilitas ASM juga di bawah
tingkat minimum yakni hanya 61%. Karena itu, jalan terbaik untuk kreditor
ASM dan ASM itu sendiri adalah pailit. Maka dari itu keputusan majelis
hakim sudah tepat dan sesuai berdasarkan aturan perundang-undangan dan
prinsip syariah.
C. Hasil Akhir Perkara Kepailitan Asuransi Syariah Mubarakah
Perkara kepailitan asuransi syariah mubarakah mulai masuk pada
tahapan akhir dengan dibacakan nya putusan di tingkat kasasi oleh Mahkamah
Agung. Dimana dari pertimbangan atas dalil dalil hukum yang dikemukakan
kedua belah pihak majelis hakim memutus bahwa menolak permohonan
kasasi dari pemohon kasasi/termohon pailit yaitu PT. Asuransi Syariah
Mubarakah dan menguatkan putusan di tingkat pertama Nomor 36
K/Pdt/Sus.Pailit/Jkt.Pst serta menghukum pemohon dengan membayar biaya
81
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016)
56
perkara di tingkat kasasi sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). Maka dari
itu ASM dan OJK serta pihak pihak lain yang terlibat dalam perkara ini harus
menjalankan putusan di tingkat pertama yang telah dikuatkan di tingkat
kasasi. Sebagaimana majelis hakim di tingkat pertama memutus menolak
eksepsi termohon pailit (ASM) secara keseluruhan. Kemudian dalam pokok
perkara mengabulkan permohonan pernyataan pailit dari pemohon (OJK)
secara keseluruhan dan menyatakan termohon PT. Asuransi Syariah
Mubarakah pailit dengan segala akibat hukumnya.
Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang menangani kasus
kepailitan ASM menunjuk hakim pengawas dan kurator untuk menyelesaikan
pemberesan harta di lapangan. Hakim pengawas yang ditunjuk adalah saudara
Syamsul Edy, S.H., M.hum., selaku hakim niaga yang terdaftar di Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat. Serta mengangkat tiga kurator yang diajukan oleh
pemohon kasasi (OJK) yaitu Catur Agus Saptono, SH.MH, Dewi Iryani, SH,
MH., dan Sexio Yuni Noor Sidqi, SH. Ketiga kurator dan Pengurus yang
diangkat oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat ini terdaftar di
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Dan juga
menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator ditangguhkan sampai
dengan kapilitan berakhir. Maka dari itu terkait eksekusi di lapangan dalam
menjalankan putusan ini yang telah berkekuatan hukum tetap penulis akan
memasukan kedalam bab 4 bagian hasil penelitian.
57
Skema 3.1 Prosedur kepailitan
Debitor memiliki dua
kreditor dan tidak
membayar lunas utang
Pengadilan Niaga
memproses
permohonan pailit
Kreditor melapor ke
OJK untuk melakukan
permohonan pailit
OJK melakukan
permohonan pailit ke
Pengadilan Niaga
Majelis Hakim
memutuskan debitor
dinyatakan pailit
Majelis hakim
menunjuk kurator dan
hakim pengawas
Proses di Pengadilan
Niaga berdasakan
Pasal 6-8 UUK
58
BAB IV
IMPLIKASI PUTUSAN KEPAILITAN ASURANSI SYARIAH MUBARAKAH
A. Proses Kepailitan Asuransi Syariah Mubarakah Pasca Putusan Pailit
Pasca Putusan pernyataan pailit yang dibacakan oleh majelis hakim
pengadilan niaga Jakarta pusat dan telah diperkuat dengan putusan di tingkat
kasasi maka secara resmi asuransi syariah mubarakah sudah dinyatakan pailit
serta telah berkekuatan hukum tetap. Proses kepailitan setelah resminya ASM
pailit adalah pemberesan harta pailit dimana tim kurator yang telah diangkat
oleh majelis hakim harus segera memulai proses pemberesan harta. Sejak
mulai pengangkatannya, Kurator harus melaksanakan semua upaya untuk
mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang,
perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya dengan memberikan tanda
terima.82
Perkara kepailitan ini sebenarnya merupakan tindak lanjut dari
pencabutan izin usaha ASM yang dilakukan pada tahun 2012 oleh Bapepam
LK, didalam pencabutan izin usaha tersebut diantara pertimbangan nya adalah
ASM wajib menyelesaikan kewajibannya kepada pemegang polis namun
sampai dengan 2015 tidak ada upaya pelunasan atau penyelesaian. 83
Karena
OJK sudah menerima beberapa surat dari pemegang polis yang menyatakan
bahwa sampai dengan tahun 2015 kewajiban-kewajiban ASM kepada
pemegang polis belum atau tidak terselesaikan, maka OJK menginisiasi
82
Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 Pasal 98
83 Mufli Asmawidjaja, Deputi Ditektur Litigasi dan Bantuan Hukum OJK, Interview Pribadi,
Jakarta, 27 September 2019
59
pengajuan pailit dalam rangka melindungi kepentingan pemegang polis dalam
hal ini masyarakat khususnya pemegang polis.84
Kemudian pernyataan pailit Asuransi Syariah Mubarakah selanjutnya
disebut ASM telah dinyatakan sejak tahun 2016 akan tetapi sampai hari ini di
tahun 2019 proses kepailitan nya masih berjalan dalam tahap pemberesan
harta pailit dan pembagiannya terhadap kreditor.85
Jarak waktu yang cukup
lama dikarenakan ada beberapa aset ASM yang harus dilakukan riset oleh tim
kurator ASM. Maka dari itu di dalam kepailitan tidak dikenal adanya batasan
waktu, beberapa kasus perkara kepailitan yang lain bisa sampai bertahun-
tahun karena kesulitan menjual aset tidak bergerak milik debitor.86
Hal serupa juga dipaparkan oleh salah satu Hakim Niaga bahwa
kesulitan yang paling utama dalam pemberesan harta pailit adalah tahap
mencairkan aset kebendaan atau fisik guna untuk selanjutnya dibagikan
kepada kreditor.87
Tahapan dalam penjualan aset harta pailit ini cukup
prosedural dimulai dengan tim kurator yang harus melaporkan aset apa saja
yang akan dijual kepada hakim pengawas. Kemudian aset yang akan dijual
wajib harus ditaksir harganya terlebih dahulu dan tim kurator wajib
mengusulkan penaksir yang bersertifikasi maka setelah itu hakim pengawas
akan menyumpah
84
Mufli Asmawidjaja, Deputi Ditektur Litigasi dan Bantuan Hukum OJK, Interview Pribadi,
Jakarta, 27 September 2019 85
Mustolih Siradj, Kurator dan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Interview
Pribadi, Ciputat, 23 Agustus 2019
86 Mustolih Siradj, Kurator dan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Interview
Pribadi, Ciputat, 23 Agustus 2019
87 Endah Detty Pertiwi, Hakim Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Interview Pribadi,
Jakarta, 06 September 2019
60
penaksir tersebut untuk melakukan penaksiran harga terhadap aset harta pailit
yang akan dijual. 88
Ketika proses penaksiran harga selesai maka usulan harga tersebut
akan dimasukan ke kantor lelang. Sampai dikantor lelang proses ini masih
menuai kendala karena ada kemungkinan tidak ada penawaran yang masuk.
Akhirnya proses penaksiran akan diulangi kembali seperti diawal untuk
menurunkan harga karena kemugkinan harga pertama masih cukup tinggi.
Jika proses pelelangan kedua masih menuai hasil jalan buntu maka barulah
aset harta pailit akan dicoba untuk dijual dibawah tangan dengan seizin hakim
pengawas.89
Untuk pemberesan harta pailit batas waktu nya ditentukan oleh
kurator dan hakim pengawas. Alurnya setelah putusan pailit inkrah tiga hari
berikutnya sudah harus ada pengumuman di media.
Dalam pasal 202 UUK dan PKPU bahwa kurator melakukan
pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam Berita Negara Republik
Indonesia dan surat kabar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4).90
Dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari setelah tanggal
putusan pernyataan pailit diterima oleh Kurator dan Hakim Pengawas,
Kurator mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling
sedikit 2 (dua) surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas,
mengenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat hal-hal sebagai
berikut:91
88
Endah Detty Pertiwi, Hakim Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Interview Pribadi,
Jakarta, 06 September 2019
89 Endah Detty Pertiwi, Hakim Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Interview Pribadi,
Jakarta, 06 September 2019
90 Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
91 Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
61
a. nama, alamat, dan pekerjaan Debitor;
b. nama Hakim Pengawas;
c. nama, alamat, dan pekerjaan Kurator;
d. nama, alamat, dan pekerjaan anggota panitia Kreditor sementara,
apabila telah ditunjuk; dan
e. tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama Kreditor.
Dalam proses kepailitan ASM sudah dilakukan tiga kali pengumuman
yang dikeluarkan di media surat kabar kompas dan bisnis Indonesia.
Selain permasalahan kesulitan menjual aset harta pailit ada beberapa
permasalahan di lapangan dalam proses kepailitan seperti permasalahan
verifikasi kreditor, karena terdapat beberapa kasus munculnya oknum yang
mencoba tidak beritikad baik dengan mengajukan diri sebagai kreditor
padahal dia bukan termasuk kedalam kreditor, maka dari itu disini
dipertaruhkan kredibilitas seorang kurator. Termasuk apabila ada kreditor
yang sudah mendaftar tapi tidak dicantumkan ke dalam daftar kreditor akibat
kelalaian atau kurang responnya dari kurator maka kreditor tersebut bisa
menggugat hal tersebut ke pengadilan niaga yang disebut dengan gugatan lain
lain. Kemudian permasalahan yang paling berat banyak masing-masing
kreditor yang melakukan penagihan dan merasa statusnya adalah sebagai
kreditor preferen belum lagi separatis yang memegang jaminan aset harta
pailit tersebut.92
Maka dari itu kurator dituntut tegas dan professional dalam
hal pembagian harta pailit dan penentuan status para kreditor.
92
Mustolih Siradj, Kurator dan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Interview
Pribadi, Ciputat, 23 Agustus 2019
62
Dari banyaknya permasalahan yang ada di lapangan dan sifatnya
cukup kompleks, kebanyakan putusan pailit selalu mengangkat lebih dari satu
kurator ataupun juga disebabkan jumlah aset harta pailit yang sangat banyak
sehingga ada beberapa kurator yang menolak atau tidak mau untuk bekerja
sendirian karena dalam proses kepailitan pasti kurator banyak melakukan
aktivitas di lapangan. Pekerjaan kurator yang menguras tenaga ini juga
disebabkan tanggung jawab pribadi kepada masing-masing kurator apabila
terjadi resiko pada harta pailit seperti hilang aset atau aset rusak dan dia akan
diminta pertanggung jawabannya sehingga pekerjaan ini memiliki resiko yang
tinggi.
Langkah awal seorang kurator pasca putusan pailit adalah pengurusan
harta pailit, pencocokan (verifikasi utang), dan rencana perdamaian
(accord).93
Dalam kasus ASM, ketiga hal ini sudah diterapkan oleh tim
kurator. Pasca putusan pailit tim kurator ASM tidak langsung melakukan
pemberesan harta, ada upaya skema perdamaian ketika di lapangan. Dimana
ada calon investor dari pemegang saham mayoritas ASM yaitu Pak Emil dari
perusahaan ASCO, melalui staf yang ditunjuk atas nama saudara David yang
menawarkan investasi untuk masuk dan sudah menyiapkan proposal serta
menjanjikan akan membayar utang ASM 10-15% dari kewajiban yang
ditentukan dan sisa pembayaran utangnya meminta tempo.94
Para kreditor sudah setuju dengan opsi tersebut namun sampai batas
waktu yang ditentukan pembayaran uang muka ke kreditor tidak diselesaikan,
kemudian janji bahwa akan ada investor yang mau masuk untuk investasi pun
93
Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan Di Indonesia Dalam Teori dan Praktik Serta
Penerapan Hukumnya, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018)
94 Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah Mubarakah, Interview Pribadi, Jakarta,
30 Agustus 2019
63
juga tidak kunjung ada, akhirnya ASM insolven maka kurator harus
melakukan pemberesan harta pailit.95
Dalam proses verifikasi aset harta pailit ASM, awalnya OJK bersama
kreditor menyatakan kepada tim kurator bahwa ASM memiliki sejumlah tiga
aset. Yang terdiri dua aset fisik dan satu aset deposito jaminan. Akan tetapi
ketika kurator melakukan riset terhadap aset harta pailit ASM yang
dinyatakan tersebut ternyata aset ASM hanya ada satu saja yaitu deposito
jaminan sebesar 2 M. Proses skema damai tadi dilakukan setelah ASM
dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga Jakarta pusat serta telah dipekuat oleh
putusan kasasi di mahkamah agung dan sudah berkekuatan hukum tetap.
Ketika eksekusi di lapangan ternyata aset ASM hanya ada 2 M yang
disimpan di Bank Mandiri dan Bank Muamalat. Walaupun ASM ketika
eksekusi sempat mengklaim memiliki dua aset fisik yaitu perkebunan di
Payakumbuh Sumatra Barat dan tambak di Kutai Kertanegara Kalimantan
Timur akan tetapi dua aset tersebut tidak bisa dimasukan ke dalam budel pailit
dikarenakan dua aset tersebut bukan atas nama ASM melainkan atas nama PT
Ranji Karyasakti yang masih satu group dengan ASM.96
Selain itu juga terdapat beberapa alasan kenapa dua aset tersebut tidak
bisa masuk yaitu:97
a. Pada awal nya pernyataan terkait dua aset ini dinyatakan ketika
badan pengawasan IKNB masih dipegang oleh Bapepam LK,
95
Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah Mubarakah, Interview Pribadi, Jakarta,
30 Agustus 2019
96 Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah Mubarakah, Interview Pribadi, Jakarta,
30 Agustus 2019
97 Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah Mubarakah, Interview Pribadi, Jakarta,
30 Agustus 2019
64
kemudian pada tahun 2012 seperti yang kita ketahui ASM
memiliki masalah pada solvabilitas nya maka dari itu
dilakukan pencabutan izin usaha. Kemudian kasus ini beralih
dipegang oleh OJK yang resmi dibentuk dan beroperasi tahun
2013.
b. Ketika ASM kekurangan liquiditas tersebut para pemegang
saham ASM diminta untuk menyetorkan modal atau ada
suntikan dana untuk ASM, akan tetapi suntikan dana yang
diberikan dan dinyatakan berupa aset bukan berbentuk liquid,
padahal seharusnya lebih terlihat ideal jika perusahaan asuransi
mempunyai aset yang liquid berupa uang karena sangat
dibutuhkan ketika ada nasabah yang ingin melakukan klaim
atau pencairan polis dsb.
c. Lanjut ke dua aset yang di klaim oleh ASM tersebut dimulai
dari tanah perkebunan yang ada di Sumatra barat. Aset ini
tidak bisa masuk budel pailit dikarenakan tanah ini ternyata
adalah tanah masyarakat adat. Dalam hal tanah tersebut terjadi
kerjasama antara ASM dan masyarakat dimana mereka
berkerja sama membuat koperasi yang berbadan hukum akan
tetapi kejanggalan nya adalah selain jenis tanah tersebut yaitu
bahwa kerjasama tersebut bukan atas nama ASM melainkan
atas nama PT. Ranji Karya sakti yang masih satu group dengan
ASM. Sedangkan dalam MOU nya dinyatakan bahwa
kerjasama itu akan berlaku efektik ketika PT Ranji Karya Sakti
bisa mendapatkan izin HGU, disyaratkannya seperti itu. Akan
tetapi pada tahun 2013 ada pembaharuan MOU dan itu tetap
bukan atas nama ASM padahal dinyatakan dalam
pernyataannya dari tahun 2003 aset perkebunan itu akan
menjadi milik ASM.
65
d. Kemudian aset yang diklaim selanjutnya adalah tambak udang
di Kutai Kertanegara Kalimantan timur yang luasnya 5000
hektar, tim kurator ASM mendapatkan data dari data cover
note notaris akan tetapi di dalam cover note notaris tersebut
dinyakan bahwa tambak itu bukan milik ASM melainkan milik
atas nama PT. Ranji Karya Sakti, data ini masih sekitar tahun
2012 setelah izin usaha ASM dicabut. Selain kejanggalan
tersebut ada kejanggalan kedua yaitu terkait batas-batas tambak
tersebut, salah satu nya adalah batas utara tambak itu semuanya
adalah sungai maka dari itu secara logika hal ini tidak mungkin
karena apabila semua batas nya adalah sungai berarti tambak
itu lurus. Kemudian orang yang menyatakan kepemilikan
tambak tersebut namanya banyak yang sama karena itu notaris
tidak mengurus cover note tambak itu menjadi sertifikat dan
cover note notaris tersebut yang dinyatakan PT. Ranji Karya
sakti bukan ASM.
Tim kurator yang melakukan riset dalam kasus kepailitan ASM,
menyatakan bahwa dua aset yang di klaim ini tidak bisa masuk asetnya ASM.
Kemudian tim kurator juga membicarakan hal ini ke OJK, awalnya pihak OJK
tidak setuju karena menurut mereka asetnya tetap ada namun sebelumnya tim
kurator sudah lebih dulu berkonsultasi dengan hakim pengawas, akhirnya
OJK menyatakan bahwa hanya deposito jaminan 2 M saja yang bisa
dibagikan.
Tim kurator juga menjelaskan kepada OJK bahwa karena
permasalahan-permasalahan diatas, dimulai dengan aset yang hanya diklaim
sepihak sehingga dapat dianalogikan bahwa tanah perkebunan di Sumatra
Barat yang di klaim sebagai aset pada nyatanya hanya bentuk kerjasama
dengan pihak lain. Selain itu ada hal yang dipersyaratkan dalam mendapat izin
66
HGU tanah tersebut. Maka dari itu tim kurator menilai apabila tanah tesebut
tetap mendapat izin HGU akan tetapi kepemilikannya bukan atas nama ASM
karena tanah itu adalah tanah adat. Kemudian dengan aset tambak di
Kalimantan Timur juga terdapat masalah karena cover note nya masih atas
nama PT. Ranjikaryasakti, sehingga tim kurator menilai ada perbuatan tidak
baik dari para pemegang saham.98
Pemegang saham mayoritas ASM pernah menawarkan upaya damai
untuk memberikan suntikan dana dengan cara menyerahkan aset tapi karena
saat itu Bapepam LK akan melakukan transisi kewenangan ke OJK, proses
penyerahan aset ini tidak diselesaikan dan hanya dinyatakan saja serta masih
di klaim oleh grup yang lain otomatis kalo dua aset tersebut masih bisa diurus
oleh PT. Ranji Karyasakti maka aset tersebut tidak akan dikasih ke ASM. 99
Menurut sudut pandang OJK karena fenomena selisih antara utang
ASM dan harta aset pailit yang cukup besar seharusnya tim kurator bisa
mengupayakan dua aset fisik tersebut menjadi milik ASM. Sehingga bukan
tugas OJK lagi untuk masuk ke ranah tersebut. Deputi Direktur Litigasi dan
Bantuan Hukum OJK menyatakan bahwa hal ini menjadi suatu kelemahan
kurator dalam mengoptimalkan hak-hak kreditor.100
Karena OJK menilai
sudah sangat memberikan bantuan terkait penyelesain kasus pailit ini dimulai
dengan memberikan data-data lengkap terkait aset tersebut berupa dokumen
dari tahun 2006 dan juga sudah dipertemukan dengan pemegang saham ASM.
Kemudian OJK juga sudah menyerahkan dana jaminan ASM sebesar 2 M.
98
Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah Mubarakah, Interview Pribadi, Jakarta,
30 Agustus 2019
99 Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah Mubarakah, Interview Pribadi, Jakarta,
30 Agustus 2019
100 Mufli Asmawidjaja, Deputi Ditektur Litigasi dan Bantuan Hukum OJK, Interview Pribadi,
Jakarta, 27 September 2019
67
OJK menilai kewajiban tugas OJK sudah selesai dengan mengajukan
kepailitan berdasarkan Undang-Undang Kepailitan dengan harapan kurator
segara melakukan pengumpulan aset-aset ASM karena hal itu sudah menjadi
tugas pokok kurator bukan tugas OJK.101
Peran OJK disini memang tidak ada
karena berdasarkan Undang-Undang apabila kita ikut masuk ke ranah tersebut
OJK bisa dianggap melakukan intervensi dan bisa digugat oleh kurator.102
OJK menyatakan tidak mengetahui perkembangan kasus ASM karena
terakhir laporan dari tim kurator yaitu pada tahun 2018. Maka dari itu
tumpuan kasus ini ada pada tim kurator apapun hasilnya itu sudah menjadi
kewenangan kurator bukan OJK lagi.103
Dari sudut pandang salah satu kreditor preferen yaitu PT. Bank BJB
Banten Tbk melalui kuasa hukumnya menyatakan kreditor berharap bahwa
OJK bisa membantu jalannya proses kepailitan ASM. Karena kurator ketika
menghadapi suatu aset yang bukan milik debitor bukan menjadi kewenangan
nya lagi maka kurator hanya sebatas harta debitor yang ada dan tidak bisa
lompat ke harta pailit yang lain.104
Sehingga peran OJK sangat dibutuhkan
untuk memberikan solusi jalan keuar yang lain agar aset ASM tersebut bisa
dijadikan budel pailit dan dibagikan ke kreditor.
Bentuk kerja sama ASM dengan PT. Bank BJB Banten Tbk adalah
produk Asuransi jiwa kredit, dimana setiap kredit consumer wajib ada dibuat
jaminan asuransi jiwa nya. Contoh produknya adalah pembiayaan KPR, selain
itu di perbankan jika ada pengikatan kredit akan ada biaya-biaya yang
101
Mufli Asmawidjaja, Deputi Ditektur Litigasi dan Bantuan Hukum OJK, Interview Pribadi,
Jakarta, 27 September 2019 102
Mufli Asmawidjaja, Deputi Ditektur Litigasi dan Bantuan Hukum OJK, Interview Pribadi,
Jakarta, 27 September 2019 103
Tri Wanty Octavia , Analis Litigasi dan Bantuan Hukum OJK, Interview Pribadi, Jakarta,
27 September 2019 104
Lazuardi, Kuasa Hukum Kreditor PT Bank BJB Banten Tbk, Interview Pribadi, Jakarta,
23 September 2019
68
dibebankan ke nasabah seperti biaya asuransi, biaya akad kredit, notaris,
provisi dll.105
BJB sendiri selain dengan ASM juga bekerja sama dengan
askrida, jamkrida, askrindo, dan jamkrindo
Dalam pemberesan harta pailit ASM nanti juga akan diadakan rapat
kreditor bersama 27 kreditor yang telah terverifikasi serta akan dipimpin oleh
hakim pengawas. Dalam repat tersebut akan membahas pembagian deposito 2
M maka setelah itu proses kepailitan ASM dinyatakan selesai. Seperti yang
diketahui utang ASM mencapai 139 M dan aset yang dibagikan hanya bisa
deposito 2 M. Akan tetapi dalam rapat ini OJK tidak bersedia hadir karena
dianggap bukan ranah OJK untuk masuk rapat bersama kreditor. Skema
Skema 4.1 Prosedur eksekusi putusan kepailitan
105
Soumi, Divisi Corporate PT Bank BJB Banten Tbk, Interview Pribadi, Serang, 25
September 2019
Kurator melakukan
pengumuman di
media
Kurator membuka
perdaftaran kreditor
Kurator melakukan
verifikasi dan status
kreditor yang terdaftar
Kurator melakukan
rapat kreditor akhir
untuk pembagian
Keputusan rapat
ditetapkan oleh hakim
pengawas
Kurator melakukan
verifikasi utang dan
total aset
69
B. Teknik Pembagian Aset Budel Pailit Asuransi Syariah Mubarakah
Tim kurator ASM melakukan verifikasi terhadap jumlah kreditor
terdiri dari 27 kreditor. Dalam daftar data verifikasi yang peneliti dapatkan
terdapat 12 kreditor badan usaha dan 15 kreditor perorangan. Status setiap
kreditor hanya ada dua macam yaitu kreditor konkuren sejumlah tiga kreditor
dan kreditor preferen sejumlah dua puluh empat. Total tagihan dari 27
kreditor adalah Rp 139,265,658,233 (seratus tiga puluh Sembilan miliar dua
ratus enam puluh lima juta enam ratus lima puluh delapan ribu dua ratus tiga
puluh tiga rupiah). Sedangkan aset harta pailit yang bisa dibagikan hanya
berupa deposito jaminan sebesar Rp 2,000,000,000 (dua miliar rupiah) yang
tersimpan di bank mandiri dan bank muamalat. Berikut selengkapnya
berdasarkan tabel:
Tabel 4.1 Daftar Tagihan dan Status Kreditor
TAGIHAN
NO KREDITOR STATUS DIAJUKAN DIBANTAH DIAKUI
1 PT. Medicom Prima Konkuren Rp 10,248,714,743 Rp - Rp 10,248,714,743
2 PT. Pro Medika Konkuren Rp 253,366,986 Rp 79,448,086 Rp 173,918,900
3 PT. Anugrah Bunda Khatulistiwa Konkuren Rp 32,808,394 Rp - Rp 32,808,394
4 PD. BPR. Bank Magelang Preferen Rp 237,026,078 Rp - Rp 237,026,078
5 Perum Jamkrindo Preferen Rp 80,592,495,808 Rp - Rp 80,592,495,808
6 PT. Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk Preferen Rp 1,645,295,400 Rp 790,656,124 Rp 854,639,276
7 PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Preferen Rp 12,518,302,447 Rp 2,862,860,275 Rp 9,655,442,172
8 PT. Bank Jabar Banten, Tbk Preferen Rp 29,968,244,045 Rp 8,000,000,000 Rp 21,968,244,045
9 PT. Bank Bukopin, Tbk Preferen Rp 2,660,935,373 Rp 1,349,436,719 Rp 1,311,498,654
10 PT. Bank BNI Syariah Preferen Rp 4,121,017,998 Rp 2,231,387,285 Rp 1,889,630,713
11 PT. BPRS Mandiri Mitra Sukses Preferen Rp 39,670,633 Rp 7,448,522 Rp 32,222,111
12 PT. Sarana Lindung Upaya Preferen Rp 12,017,541,025 Rp 121,714,511 Rp 11,895,826,514
13 alm. Hartaty Preferen Rp 10,000,000 Rp 491,000 Rp 9,509,000
14 Darmi Yetti Preferen Rp 8,250,000 Rp - Rp 8,250,000
15 Idris DN Preferen Rp 25,000,000 Rp 6,253,000 Rp 18,747,000
16 Zaenab Suhendra Preferen Rp 25,000,000 Rp 6,242,300 Rp 18,757,700
17 Dr. Hj. Fitriah Zainuddin, M. Kes Preferen Rp 144,713,512 Rp 42,282,690 Rp 102,430,822
18 Denny Iskandar Preferen Rp 4,804,000 Rp - Rp 4,804,000
19 Mairan Preferen Rp 10,000,000 Rp 2,250,000 Rp 7,750,000
20 Haeronih Preferen Rp 10,000,000 Rp 2,250,000 Rp 7,750,000
21 Endang Komalasari Preferen Rp 6,592,759 Rp - Rp 6,592,759
22 Riska Adriyani Preferen Rp 83,891,781 Rp - Rp 83,891,781
23 alm. Oha Sanusi Preferen Rp 5,000,000 Rp - Rp 5,000,000
24 Syahroni Preferen Rp 3,305,463 Rp - Rp 3,305,463
25 Suwadji Preferen Rp 13,500,000 Rp - Rp 13,500,000
26 Rudi Azhari Preferen Rp 10,000,000 Rp 2,097,700 Rp 7,902,300
27 Sri Wati Preferen Rp 80,000,000 Rp 5,000,000 Rp 75,000,000
Jumlah Rp 154,775,476,445 Rp 15,509,818,212 Rp 139,265,658,233
70
Dalam penentuan status kreditor ASM, tim kurator menjelaskan
bahwa dalam kasus kepailitan ASM terdapat spesifikasi status kreditor
berdasarkan Undang-Undang Perasuransian Nomor 40 Tahun 2014 bahwa
hanya pemegang polis saja yang bisa mendapatkan pembagian harta pailit jika
aset nya hanya berupa deposito jaminan. Apabila ada yang non pemegang
polis maka tidak dapat bagian dari harta aset berupa deposito jaminan.
Untuk verifikasi kreditor tim kurator sudah melakukan hal itu namun
ketika rapat kreditor yang berhak mendapat deposito jaminan hanya
pemegang polis berdasar UUP dan kreditor yang non pemegang polis sudah
mengetahui akan hal itu kecuali kalau ada (harta) aset lain, namun aset yang
dua tadi tidak bisa dimasukin ke dalam budel pailit walaupun OJK bilang bisa
tapi berdasar penelusuran dokumen itu tetap tidak bisa, seperti dalam
pernyataan menyatakan penyerahannya tahun 2003 ternyata kita lihat MOU
nya bentuknya kerja sama itu disyaratkan dapat izin perkebunan (HGU) ,
tahun 2013 diperbaharui MOU itu jadi seolah olah masih hidup, trus yang
tambak pun seperti itu kalo memang diserahkan ya diurus kalo emg harus ada
syarat HGU kan nanti bisa dialihkan ASM kan bisa aja tapi ini tidak ada.106
Dalam teknik pembagian aset harta pailit dikenal asas pari passu
prorate parte yang berarti bahwa harta kekayaan jaminan bersama untuk para
kreditor dan hasilnya harus dibagikan secara proporsional antara mereka,
kecuali jika antara para kreditor itu ada yang menurut undang-undang harus
didahulukan dalam menerima pembayaran tagihan.107
Secara implisit maksud
dari prinsip pari passu pro rata parte bahwa harta kekayaan debitor dapat
dijual untuk melunasi utang kepada kreditornya. Dan hal ini sudah
106
Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah Mubarakah, Interview Pribadi, Jakarta,
30 Agustus 2019
107 M.Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma, dan Praktik di Pengadilan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2009), h.29
71
berkembang sejak zaman romawi dan terkenal dengan adagium “mission in
bona”. Dari hasil penjualan harta kekayaan tersebut debitor akan melunasi
utang-utangnya secara proporsional sesuai dengan besarnya tagihan masing-
masing kreditor.108
Prinsip ini mendasari ketentuan pasal 1132 KUHPerdata yang
berbunyi: “Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditor
terhadapnya hasil penjualan barang-barang itu dibagi menurut perbandingan
piutang masing-masing kecuali bila di antara para kreditor itu ada alasan-
alasan sah untuk didahulukan.” Penjelasan mengenai pasal 1132 KUHPerdata
ini menyatakan bahwa semua harta kekayaan debitor menjadi jaminan umum
atas pelunasan utangnya, yang kemudian harta tersebut dijual dan dibagi
secara proporsional di antara kreditor sesuai dengan besar kecilnya persentase
piutang-piutang yang dimiliki masing-masing kreditor tersebut.
Prinsip ini menekankan pada pembagian harta debitor pailit untuk
melunasi utang-utangnya terhadap kreditor secara lebih berkeadilan dengan
cara sesuai dengan proporsinya dan bukan dengan cara sama rata.
Salah satu masalah yang penting dalam fase pemberesan harta pailit
adalah bagaimana menghitung hak dari masing-masing kreditor untuk
kemudian harta pailit dibagi-bagikan secara adil. Untuk dapat melakukan
penghitungan yang demikian, harus diikuti aturan main dari Undang-Undang
Kepailitan, KUH Perdata, dan undang-undang lainnya.109
Untuk Kasus kepailitan ASM memperhatikan Undang-Undang
Perasuransian Nomor 40 Tahun 2014. Melihat dari kasus kepailitan ASM
108
Sutan Remy Sjahdewi, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No.37 Tahun 2004,
(Jakarta: Grafiti, 2010), h. 11
109 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT Citra Adiya Bakti,
2017)
72
peneliti mendasarkan pada teknik perhitungan tanpa kreditor separatis. Tim
Kurator belum melakukan proses penghitungan karena harus melalui rapat
kreditor terlebih dahulu dan menunggu hakim pengawas pengganti yang
definitif. Akan tetapi disini peneliti akan berikan satu contoh kasus dan teknik
perhitungan berdasarkan perhitungan tanpa kreditor separatis.
Berikut contoh perhitungannya:110
Misalkan dalam suatu kepailitan, dalam suatu rapat verifikasi piutang
diakui tagihan tagihan sebagai berikut:
Kreditor A: Biaya untuk pembangunan pabrik kedua yang belum
dibayar sejumlah Rp200.000.000,00 (Pasal 1139 ayat (5)
BW)
Kreditor B: Uang jasa impor berupa alat berat dari Singapura
sejumlah Rp45.000.000.000,00 (Pasal 1139 ayat (7) BW)
Kreditor C: Harga pembelian inventaris kantor yang belum dibayar
sejumlah Rp30.000.000,00 (Pasal 1139 ayat (3) BW)
Kreditor D: Biaya-biaya perkara untuk pelelangan barang tertentu
sejumlah Rp5.000.000,00 (Pasal 1149 ayat (1) BW)
Kreditor E: Piutang pengusaha sekolah berasrama sejumlah
Rp25.000.000,00 (Pasal 1149 ayat (6) BW)
Kreditor F: Piutang anak-anak yang belum dewasa sejumlah
Rp15.000.000,00 (Pasal 1149 ayat (7) BW)
110
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT Citra Adiya Bakti,
2017)
73
Ongkos G: Ongkos-ongkos kepailitan (termasuk fee kurator, akuntan,
appraiser, ongkos penjualan aset, dan lain-lain) sejumlah
Rp60.000.000,00 (Pasal 177 Undang-Undang Kepailitan)
Kreditor X, Y, Z: Lain-lain tagihan beberapa kreditor konkuren
sejumlah Rp80.000.000 (Pasal 1132 BW)
Jumlah tagihan seluruhnya: Rp460.000.000,00
Sementara hasil penjualan seluruh aset debitor terdiri dari:
a. Harga Penjualan pabrik kedua sebanyak Rp100.000.000,00
b. Harga penjualan alat-alat berat sebesar Rp70.000.000,00
c. Harga penjualan Inventaris kantor sebesar Rp15.000.000,00
d. Utang-utang dagang yang tertagih sebesar Rp10.000.000,00
e. Deposito di bank sebesar Rp20.000.000,00
f. Penjualan sebidang tanah sebesar Rp25.000.000,00
g. Penjualan mobil direksi dan komisaris sebesar
Rp60.000.000,00
Jumlah harta pailit seluruhnya: Rp300.000.000
Cara membagi jumlah harta pailit kepada masing-masing kreditor
tersebut sudah diatur dalam perundang-undangan secara terperinci, yaitu
dalam Undang-Undang Kepailitan, KUH Perdata, dan perundang-undangan
lainnya. Karena itu terhadap tagihan dan harta pailit tersebut di atas
diadakanlah pembagian sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga hasinya
adalah sebagai berikut:
a. Ongkos-ongkos kepailitan yang terlebih dahulu diambil yaitu
Rp100.000.000,00
Akan tetapi, menurut pasal 191 UUK, ongkos kepailitan dipikulkan
kepada tiap-tiap bagian dari harta pailit. Karena itu, dilihat terlebih
74
dahulu berapa persentase jumlah ongkos kepailitan dibandingkan
dengan seluruh tagihan yang ada , yaitu:
60.000.000 100% = 20%
300.000.000
b. Setelah itu, diambil Specific Statutory Priority (Pasal 1139 KUH
Perdata)
c. Setelah itu, diambil General StatutoryPriority (Pasal 1149 KUH
Perdata)
d. Setelah itu, sisanya dibagi di antara kreditor konkuren secara pro rata
(sebanding) dan jumlah tagihan yang diakui.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ongkos kepailitan (ongkos G)
Rp60.000.000,00 (20%), dan ongkos kepailitan ini harus
dipikul sebanding dari setiap bagian harta pailit, kecuali yang
dieksekusi sendiri oleh kreditor separatis (Pasal 191 Undang-Undang
Kepailitan).
b. Kreditor Pasal 1139 BW:
1) Kreditor A:
Harta tersedia Rp100.000.000,00
Total tagihan Rp200.000.000,00
Potongan ongkos pailit 20% x Rp100.000.000,00 =
Rp20.000.000,00
Tagihan yang didapat = Rp100.000.000,00 – Rp20.000.000,00
= Rp80.000.000,00 (40%)
Sisa tagihan = Rp200.000.000,00 – Rp80.000.000,00 =
Rp120.000.000,00 mendapat bagian sebagai kreditor konkuren.
75
2) Kreditor B:
Harta tersedia Rp70.000.000,00
Total tagihan Rp45.000.000,00
Potongan ongkos pailit 20% x Rp70.000.000,00 =
Rp14.000.000,00
Tagihan yang didapat = Rp45.000.000,00 (100%)
Sisa harta tersedia = Rp70.000.000,00 – Rp14.000.000,00 –
Rp45.000.000,00 = Rp1.000.000,00 menjadi hak kreditor Pasal
1149 BW.
3) Kreditor C:
Harta tersedia Rp15.000.000,00
Total tagihan Rp30.000.000,00
Potongan ongkos pailit 20% x Rp15.000.000,00 =
Rp3.000.000,00
Tagihan yang didapat = Rp15.000.000,00 – Rp3.000.000,00 =
Rp12.000.000,00 (40%)
Sisa tagihan = Rp30.000.000,00 – Rp12.000.000,00 =
Rp8.000.000,00 mendapat bagian sebagai kreditor konkuren.
c. Kreditor Pasal 1149 BW:
Jumlah seluruh harta pailit yang tersedia untuk kreditor pasal 1149
BW adalah sebagai berikut:
Rp10.000.000,00 (aset dalam point d) + Rp20.000.000,00 (aset dalam
point e) + Rp25.000.000,00 (aset dalam point f) + Rp60.000.000,00
(aset dalam point g) = Rp115.000.000,00 +Rp11.000.000,00 (sisa
kreditor B) = Rp126.000.000,00
Secara rinci sebagai berikut:
1) Sisa ongkos kepailitan (ongkos G)
20% x Rp115.000.000,00 = 23.000.000,00
76
2) Kreditor D
Harta tersedia Rp126.000.000,00 – Rp23.000.000,00 =
Rp103.000.000,00
Total tagihan Rp5.000.000,00
Tagihan yang didapat = Rp5.000.000,00 (100%)
Sisa harta tersedia = Rp103.000.000,00 – Rp5.000.000,00 =
Rp98.000.000,00 menjadi hak kreditor Pasal 1149 BW
berikutnya.
3) Kreditor E
Harta tersedia Rp98.000.000,00
Total tagihan Rp25.000.000,00
Tagihan yang didapat = Rp25.000.000,00 (100%)
Sisa harta tersedia = Rp98.000.000,00 – Rp25.000.000,00 =
Rp73.000.000,00 menjadi hak kreditor Pasal 1149 BW
berikutnya.
4) Kreditor F
Harta tersedia Rp73.000.000,00
Total tagihan Rp15.000.000,00
Tagihan yang didapat = Rp15.000.000,00 (100%)
Sisa harta tersedia = Rp73.000.000,00 – Rp15.000.000,00 =
Rp58.000.000,00 menjadi hak kreditor konkuren.
5) Kreditor konkuren (X, Y, Z)
Harta tersedia Rp58.000.000,00
Total tagihan Rp80.000.000,00 (tagihan kreditor X, Y, Z) +
Rp120.000.000,00 (sisa tagihan kreditor A) + Rp18.000.000,00
(sisa tagihan C) = Rp218.000.000,00
Tagihan yang didapat = Rp58.000.000,00 dibagi secara
proporsional (pro rata) diantara kreditor X, Y, Z, kreditor A
77
(sisa tagihan) dan kreditor C (sisa tagihan) yang masing-
masing mendapat:
58.000.000 100% = 26,6% dari tagihannya masing-
masing.
218.000.000
C. Perlindungan hukum dan hak hak kreditor
Perlindungan hukum yang diberikan dalam perkara kepailitan terhadap
kreditor adalah penetapan status kreditor tersebut dan mendapatkan
pembagian harta pailit. Selain itu dalam kasus ASM kreditor yang bisa
mendapatkan hak pembagian harta aset pailit hanya kreditor pemegang polis
(kreditor preferen) karena aset yang bisa dibagikan hanya deposito jaminan
sebesar 2M.
Salah satu cara untuk kreditor konkuren mendapatkan hak bagiannya
adalah dengan dimasukan nya dua aset fisik ASM kedalam budel pailit selain
itu juga bisa dengan pencabutan kepailitan dan berganti dengan tahap
liquidasi sesuai dengan Pasal 18 ayat (1) UUK junto Pasal 142 ayat (4)
Undang-Undang Perseroan Terbatas.111
OJK menyatakan tahap liquidasi tidak bisa diterapkan pada kasus
kepailitan ASM pada tahun 2012 karena pertimbangan nya adalah peraturan
liquidasi yang ada pada asuransi baru ada pada UUP pada tahun 2014
sedangkan pencabutan izin usaha ASM yang seharus nya berlanjut ke tahap
liquidasi berada pada tahun 2012 sehingga apabila tetap dilakukan akan
terjadi back date it , hal ini hasil diskusi antara OJK bersama
Kemenkumham.112
111
Undang-Undang No 40 tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas 112
Mufli Asmawidjaja, Deputi Ditektur Litigasi dan Bantuan Hukum OJK, Interview Pribadi,
Jakarta, 27 September 2019
78
Akhirnya karena OJK belum bisa melakukan liquidasi berdasarkan
UUP tahun 2014 tersebut maka OJK melakukan kepailitan yang sudah ada
dalam UU Kepailitan tahun 2004 itulah yang menyebabkan mengapa OJK
memilih kepailitan dibandingan liquidasi, keputusan itu juga sudah dibahas
OJK didalam forum group discussion bersama Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, Kejaksaan Pengacara Negara, dan ahli pailit. Akan tapi apabila
sekarang ada pencabutan izin usaha dengan perushaaan yang lain maka proses
liquidasi sudah berjalan, beberapa kasus asuransi yang mengalami masalah
langsung di liquidasi tidak ada yang OJK pailitkan karena jalan nya sudah
ada.113
Tim Kurator ASM menyatakan sampai pada tahap verifikasi terakhir,
tidak ada karyawan ASM yang mengajukan sebagai kreditor dan jumlah
karyawan ASM juga tidak banyak, sekitar 3-4 orang bersama Direktur utama
atas nama Pak Karmin karena rata-rata sudah menyatakan keluar sejak tahun
2012 pasca ASM dicabut izin nya. Harusnya waktu itu Bapepam LK meminta
perusahaan tersebut utk diliquidasi tapi tidak dilakukan makanya BJB dan
jamkrindo minta OJK untuk memailitkan akhirnya dipailitkan. Ketika sudah
dicabut izin suatu perusahaan maka perusahaan tersebut tetap masih ada akan
tetapi tidak bisa melakukan usaha. Apabila karyawan ASM menjadi kreditor
status nya adalah sebagai kreditor preferen.
Hak para kreditor juga harus mengetahu pengumuman jadwal
verifikasi melaui media cetak yang disyaratkan oleh UU jika terjadi
kepailitan. Tim kurator ASM sudah mengumumkan kepailitan ASM pada
Koran Kompas dan Koran Bisnis Indonesia. Sampai batas verifikasi tagihan
kreditor tercatat hanya 27 kreditor dengan rincian, 15 perusahaan sisanya
perorangan.
113
Tri Wanty Octavia , Analis Litigasi dan Bantuan Hukum OJK, Interview Pribadi, Jakarta,
27 September 2019
79
Tim kurator memaparkan ketika penutupan verifikasi ternyata masih
banyak yang ingin mengajukan tagihan karena polisnya baru berakhir atau
jatuh tempo, karena perbedaan jenis produk ASM yang bermacam-macam
seperti asuransi kesehatan, namun tim kurator menyampaikan bahwa yang
sudah melewati batas verifikasi tidak bisa lagi masuk sebagai kreditor karena
dalam proses kepailitan harus aktif berbeda dengan liquidasi dimana kreditor
tidak harus mendaftar dulu karena sudah diakui sebagai kreditor. Seperti yang
diketahui bahwa beberapa kreditor ASM adalah peserta asuransi ASM, dan
setiap peserta pasti ikut memberikan dana tabarru yang akadnya adalah hibah.
Pasca putusan pailit ini berdasarkan UUP hal tersebut tetap dikatakan utang
dan harus dikembalikan. Status peserta asuransi pun pasca ASM dipailitkan
sudah hilang akan tetapi Jika dana operasionalnya habis tapi cadangan dana
tabarru nya ada status nasabah atau peserta dipindahkan ke perusahaan lain.114
D. Keunikan perkara Asuransi Syariah Mubarakah
Dalam proses perkara kepailitan Asuransi Syariah Mubarakah pasca
pembacaan putusan pailit tedapat hal-hal baru yang peneliti temukan,
diantaranya yaitu:
1. Hakim Pengawas Pengganti
Dalam penyelesaian proses kepailitan pada tahap pemberesan
harta pailit debitor yang memiliki peran penting disini selain tim
kurator adalah hakim pengawas, karena setiap langkah atau keputusan
yang diambil oleh kurator harus berdasarkan izin hakim pengawas.
Dalam aturan undang-undang pun kurator wajib maksimum
memberikan laporan tiga bulan kepada hakim pengawas atas proses
kepailitan yang sedang berjalan.
114
Azharuddin Lathief, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Perkuliahan Mata
Kuliah Analisis Fatwa DSN, Ciputat, 12 November 2018
80
Pada proses perkara kepailitan ASM, tim kurator memaparkan
sempat terkendala karena adanya kekosongan hakim pengawas selama
empat sampai lima bulan terhitung dari april 2019 sampai agustus
2019 di karenakan hakim pengawas yang ditunjuk oleh majelis hakim
yaitu Hakim Niaga Syamsul Edy, S.H, M.Hum telah dimutasi menjadi
hakim tinggi di Pengadilan Tinggi Negeri Samarinda. Sehingga untuk
memulai pembagian harta dan melanjutkan proses pemberesan harta
pailit ASM harus menunggu terlebih dahulu penunjukan hakim
pengawas yang definitif oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.115
Ketika sudah ada hakim pengawas yang baru maka tim kurator
akan bergerak cepat untuk menjelaskan dan menyampaikan terkait
proses yang sudah berjalan terhadap pemberesan harta pailit ASM.
Seperti tahapan proses kepailitan selama dengan hakim pengawas
yang lama, kemudian memberitahu bahwa ASM sudah insolvensi dan
sudah masuk pemberesan, serta aset pailitnya hanya berupa deposito
jaminan.
Tim kurator akan melakukan rapat kreditor bersama hakim
pengawas yang baru. Di dalamnya tim kurator akan menyampaikan
terkait daftar aset pailit yang sudah resmi serta daftar pembagiannya.
Kemudian kreditor mengambil sikap setuju atau tidak setuju, hasil
rapat kreditor harus dijalankan, kalo pun ada yang keberatan akan ada
mekanisme ketententuannya hukum acara setelah pengumuman dalam
jangka pengajuan keberatan 5 hari. selanjutnya masuk ke majelis
hakim pemutus keberatannya apa bisa diterima atau daftar pembagian
115
Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah Mubarakah, Interview Pribadi, Jakarta,
30 Agustus 2019
81
yang dikuatkan. Ketika proses tersebut selesai maka pailit berakhir dan
tim kurator harus membuat laporan akhir ke hakim pengawas serta
membuat pengumuman koran dan pemberitahuan ke Kementrian
Hukum dan HAM, maka setelah itu proses kepailitan sudah bisa
dinyatakan selesai.
Ketika peneliti melakukan konfirmasi informasi ini kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bahwa melalui Wakil Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Bapak Lucas Prakoso S.H., M.Hum
memaparkan bahwa seharusnya proses pergantian hakim pengawas ini
sudah langsung dilakukan tanpa harus ada kekosongan.116
Akan tetapi
ketika dilakukan pengecekan di Sistem Informasi Penelusuran Perkara
(SIPP), tidak ditemukan pengganti untuk hakim pengawas perkara
kepailitan ASM. Bapak Lucas Prakoso S.H., M.Hum menyatakan
kepada peneliti insyaallah bulan ini secepatnya akan dilakukan
penunjukan hakim pengawas yang baru untuk perkara kepailitan ASM
jika memang belum ada penggantinya.117
Hakim Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Ibu Endah
Detty Pertiwi S.H., M.H., memaparkan bahwa hal seperti ini
seharusnya sudah ada penggantinya walaupun belum dicantumkan di
SIPP, hal ini sama seperti ketika hakim-hakim yang sedang izin
menjalankan ibadah haji ataupun yang sedang melakukan dinas ke luar
kota, selalu sudah ada penunjukan hakim pengganti terkait itu.
116
Lucas Prakoso, Wakil Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Interview Pribadi, Jakarta,
05 September 2019
117 Lucas Prakoso, Wakil Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Interview Pribadi, Jakarta,
05 September 2019
82
Kemungkinan hal itu bisa terjadi karena ada kelalaian dari staf
yang belum mengimput data. Dan juga hal ini bisa disebabkan karena
kekurangan staf didalam jajaran Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Untuk diketahui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat masih kekurangan
lima Majelis Hakim sehingga berdampak majelis hakim sekarang
harus sering lembur dalam menjalankan tugasnya, pulang paling cepat
saja bisa sampai jam 10 malam. 118
2. Tidak Ada Tahapan PKPU Dalam Proses Kepailitan ASM
Dalam proses kepailitan ASM tidak ada menyinggung soal
adanya PKPU. Walaupun sebelumnya ASM pada tahun 2012 juga
sudah masuk perkara liquidasi dan pencabutan izin usaha dalam
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang dimohonkan oleh OJK.
Akan tetapi disini jelas kenapa tidak ada PKPU di karenakan memang
dari awal yang dimohonkan oleh pemohon (OJK) adalah pailit bukan
permohonan PKPU. Dan seperti yang diketahui OJK melakukan
permohonan pailit terhadap ASM sampai dua kali. Hal ini tidak
disangkal oleh perundang-undangan karena perkara kepailitan tidak
mengenal asas nebis in idem.
Dalam perkara perdata khusus yang di dalamnya termasuk
kepailitan dibagi dua permohonan yaitu permohonan PKPU dan
permohonan kepailitan. Jika di analogikan PKPU nantinya bisa
menghasilkan suatu perdamaian atau homologasi karena debitor
dianggap masih memiliki cara untuk membayar dan melunasi utang-
utangnya. Sedangkan pailit mengahasilkan pemberesan harta debitor
118
Endah Detty Pertiwi, Hakim Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Interview Pribadi,
Jakarta, 06 September 2019
83
langsung, karena debitor dianggap memang tidak bisa membayar
utangnya lagi.
Selain disebabkan permohonan yang dimohonkan oleh
pemohon (OJK) adalah pailit, kemungkinan untuk ASM melakukan
PKPU juga kecil karena seperti yang diketahui pada tahun 2012 ASM
sudah dicabut izin nya oleh OJK maka jikalau ASM mengajukan
PKPU cukup sulit karena izin mereka melakukan usaha sudah dicabut
sehingga tidak bisa melakukan kegiatan operasional bisnis dan
produktif untuk melunasi utang-utangnya. 119
Apalagi ASM juga
terkendala solvabilitas yang menjadi alasan izin usaha nya dicabut
oleh OJK. Akan tetapi akan berbeda ceritanya jika OJK mengaktifkan
dan menghidupkan kembali izin usaha ASM. Sebelumnya ASM juga
sempat akan mendapatkan angin segar karena pemegang sahamnya
ingin memberikan suntikan dana akan tetapi berupa aset bukan berupa
liquid yang seharusnya bagus untuk pengembangan usaha dan
pencairan polis yang jatuh tempo. Sayangnya hal ini tidak pernah
terjadi seperti yang dijelaskan dibagian sebelumnya.
Berbeda dengan kepailitan yang tidak memiliki batas waktu,
PKPU justru memiliki ketentuan batasan waktu yang ditentukan
undang-undang. Dalam Pasal 228 ayat 6 UUK dan PKPU “Apabila
penundaan kewajiban pembayaran utang tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) disetujui, penundaan tersebut berikut perpanjangannya
tidak boleh melebihi 270 (dua ratus tujuh puluh) hari setelah putusan
penundaan kewajiban pembayaran utang sementara diucapkan”.120
119
Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah Mubarakah, Interview Pribadi, Jakarta,
30 Agustus 2019
120 Undang-Undang No. 30 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
84
Dalam prekteknya PKPU dijalankan sementara selama 45 hari.
Hal ini diatur dalam pasal 225 UUK dan PKPU “Segera setelah
putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara
diucapkan, Pengadilan melalui pengurus wajib memanggil Debitor dan
Kreditor yang dikenal dengan surat tercatat atau melalui kurir, untuk
menghadap dalam sidang yang diselenggarakan paling lama pada hari
ke-45 (empat puluh lima) terhitung sejak putusan penundaan
kewajiban pembayaran utang sementara diucapkan”. 121
Dalam 45 hari ini penjadwalan utang atau restrukturisasi utang
utangnya untuk persiapan rencana perdamaian apabila 45 hari itu tidak
cukup maka debitor atau kreditor memohon waktu lagi perpanjangan
waktu melalui hakim pengawas nanti hakim pengawas itu
merekomendasikan dan mengusulkan kepada hakim pemutus
bahwasanya perkara nomor sekian telah dilaksanakan rapat-rapat
kemudian pengurus melaporkan ini dan seterusnya kemudian dari
laporan pengurus butuh waktu lagi untuk menjadwalkan kembali utang
utang penyelesaian dan penyempurnaan rencana perdamaian mohon
waktu tambah sampai 30 hari atau 60 hari, perlu diketahui hari disini
adalah hari kalender bukan hari kerja karena dalam proses pailit yang
dipakai adalah hari keaender122
Apabila hakim pemutus melihat itu ada kecocokan atau ada
kesempatan untuk tercapai rencana perdamaian maka dia memberikan
perpanjangan waktu tersebut. Asalkan tidak melebihi 270 hari yang
telah ditentukan oleh undang undang 123
Kemudian apabila rencana
121
Undang-Undang No. 30 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
122 Endah Detty Pertiwi, Hakim Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Interview Pribadi,
Jakarta, 06 September 2019
123 Endah Detty Pertiwi, Hakim Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Interview Pribadi,
Jakarta, 06 September 2019
85
perdamaian tidak tercapai maka dinyatakan pailit termohon pailit.
Namun apabila rencana perdamaian itu tercapai maka ditanda tangani
rencana perdamaian tersebut para pihak harus mematuhi maka harus
dibuat pernyataan agar terjamin untuk perdamaian tersebut.124
3. Hakim Pemutus dan Rapat Kreditor
Hakim pemutus adalah majelis hakim yang memeriksa dan
memutus perkara kepailitan yang diawal tapi apabila hakim-hakim
yang memutus perkara tersebut sudah tidak ada nanti diganti
berdasarkan penetapan oleh ketua pengadilan tapi tetap nomor pekara
tidak diubah. Seperti hal nya perkara kepailitan ASM bahwa peneliti
menemukan bahwa majelis hakim yang memutus perkara ini sudah
dimutasi semua maka nantinya ketika diakhir proses kepailitan ASM
ini akan ditunjuk hakim pemutus yang baru.
Rapat kreditor ASM sudah dilakukan sebanyak delapan kali.
Setiap kali rapat kreditor hakim pengawas wajib hadir, sesungguh nya
rapat rapat itu dipimpin oleh kurator tapi dalam prakteknya karena
hakim pengawas untuk memperlancar maka hakim pengawas yang
mimpin dan banyak berperan disana. Dalam ketentuan tidak diatur
maksimal rapat kreditor, selama dibutuhkan rapat kreditor bisa
dilakukan berkali kali seperti yang diterapkan oleh rapat kreditor
perkara First Travel. Rapat kreditor dalam proses kepailitan adalah
putusan tertinggi dalam kepentingan kreditor terlebih dalam
pengurusan harta pailit. Jadi tidak hanya sebatas izin hakim pengawas
saja jika kurator mengusulkan penjualan aset harta pailit.
124
Endah Detty Pertiwi, Hakim Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Interview Pribadi,
Jakarta, 06 September 2019
86
4. Pembagian Harta Pailit dan Penetapan Status Kreditor
Hal unik dalam kepailitan yang objeknya adalah asuransi
bahwa dalam Undang-Undang Perasuransian Nomor 40 tahun 2014
Bab XI dinyatakan yang berhak mendapatkan hak dari deposito
jaminan itu hanya pemegang polis padahal kreditor ada yang bukan
non pemegang polis seperti perusahan medica dimana mereka
bekerjasama dengan ASM dalam hal penalangan biaya kesehatan.
Contoh, ASM berkerjasama dengan rumah sakit tertentu kemudian
pasien yang mengambil atau mempunyai asuransi ASM akan
ditalangin sama rumah sakit dalam produk asuransi kesehatan yang
rumah sakit rujukannya adalah medica. Maka dari itu yang
memberikan dana talangan tersebut tidak bisa dibagi deposito jaminan
karena deposito jaminan hanya bisa dibagi ke pemegang polis yang
pribadi atau yang perusahaan, seperti BJB, bukopin, mandiri, BNI
syariah yang paling besar jamkrindo. Kecuali ASM mempunyai aset
selain deposito jaminan tersebut maka kreditor non pemegang polis
bisa mendapatkan bagian.
Hal ini bisa saja tidak terjadi, agar para non pemegang polis
juga bisa mendapatkan haknya OJK yang berperan lagi apakah mau
membubarkan atau mau meliquidasi agar kreditor yang lain bisa
terakomodasi. Di karenakan kreditornya ASM adalah pemegang polis
maka dalam kasus ini mereka juga tidak membentuk panitia kreditor.
5. Sudut pandang keadilan perkara kepailitan ASM
Dari perkara kepailitan ASM, peneliti melihat bahwa yang
menjadi juru kunci agar proses kepailitan ini bisa dikatakan memiliki
nilai keadilan untuk para kreditor adalah terletak pada tim kurator dan
OJK. Karena dengan titik permasalahan pada jumlah aset yang sangat
kecil dibanding tagihan para kreditor yang sangat besar jika tetap
dipaksakan untuk dilakukan pembagian maka bisa dikatakan tidak
87
cukup adil walaupun dari sisi perlindungan dan kepastian hukum
proses hal tersebut sejalan dengan aturan Undang-Undang.
Jika antara tim kurator dan OJK masih menerapkan alasan-
alasan keterbatasan kewenangan dalam tugas menangani perkara
ASM, nilai-nilai keadilan yang diperjuangkan untuk kreditor tidak
akan tercapai. Maka dari itu tim kurator dan OJK harus membangun
komunikasi dan kerjasama yang lebih matang untuk menuntaskan
proses kepailitan ASM. Dan terlebih OJK selaku pengawas harus
melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap sektor jasa keuangan
yang melibatkan banyak orang dengan melakukan monitoring seperti
day to day dengan melihat perkembangan asuransi dan produk nya,
sehingga bisa mengurangi terjadinya resiko bisnis.125
125
Lazuardi, Kuasa Hukum Kreditor PT Bank BJB Banten Tbk, Interview Pribadi, Jakarta,
23 September 2019
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis yang telah diuraikan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Perlindungan hukum dalam sengketa kepailitan asuransi syariah
mubarakah adalah dengan ditunjuknya kurator dan hakim pengawas
untuk menyelesaikan harta pailit serta penetapan atau penggolongan
status peserta asuransi ke status sebagai kreditor. Adanya pembagian
harta aset pailit kepada para kreditor dengan memperhatikan jumlah
tagihan dengan total harta aset pailit asuransi syariah mubarakah.
Status peserta asuransi tidak akan dipindah ke perusahaan lainnya
Karena Asuransi Syariah Mubarakah tidak memiliki cadangan dana
tabarru.
2. Proses kepailitan Asuransi Syariah Mubarakah pasca putusan pailit
yang ditetapkan oleh Pengadilan Negeri Jakart Pusat, sudah memasuki
tahap pemberesan harta pailit dengan rincian tagihan sebesar 139 M
dan aset harta pailit berupa deposito jaminan sebesar 2 M.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Untuk penegak hukum dalam menyelesaikan kasus kepailitan
khususnya asuransi syariah dapat mempercepat proses kepailitan
pasca putusan pailit serta bergerak cepat apabila ada permasalahan
terhadap harta aset pailit sehingga para kreditor tidak perlu menunggu
lama dalam proses pencairan aset pailit.
89
Perbandingan jumlah tagihan dan harta aset pailit yang cukup jauh
harus diminimalisir karena dampaknya adalah kerugian yang cukup
besar bagi kreditor sehingga tim kurator mengusahakan aset-aset harta
pailit yang lain agar bisa dimasukan kedalam budel pailit dan tidak
lupa untuk bekerjasama dengan instansi-instansi terkait yang dapat
memudahkan jalan-nya proses kepailitan ini.
2. Penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan karena hanya
dilakukan pada objek eksekusi kepailitan asuransi syariah, semoga
untuk penelitian selanjutnya bisa mengambil objek eksekusi
kepailitan di bidang yang lain.
90
DAFTAR PUSTAKA
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta:
Kencana, 2017.
Anak Agung Cynthia Tunggal Dewi, Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, Perlindungan
Hukum Bagi Tertanggung Dalam Hal Terjadi Kepailitan Suatu Perusahaan
Asuransi 2015.
Annisa Chaula Rahayu Herman Susetyo dan Paramita Prananingtyas, putusan pailit
atas perusahaan asuransi dan akibat hukunya di Indonesia (kajian yuridis
atas putusan no. 10/pailit/2002/PN.JKT.PST dan putusan MA no. 021/K/N
/2002, Diopenegoro Law review vol 1 no 2 ,2013.
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nuansa dan
Nusa media, 2004.
Cloudiya Marcella, Etty Susilowati, dan Siti Mahmudah, kajian yridis kedudukan
pemegang polis dalam kepailitan perusahaan asuransi, Diponegoro law
journal vol 5 no. 4 tahun 2016.
Diani ,eksistensi pengadilan niaga dan perkembangannya dalam era globalisasi,
Direktorat Hukum dan Hak asasi manusia [email protected]
Djoko Imbawani Atmadjaja, kedudukan menteri keuangan dalam kepailitan
perusahaan asuransi jurnal media hukum vol 19 no 1 Juni 2012.
Erma Defiana Putriyanti, Tata Wijayanta, kajian hukum tentang penerapan
pembuktian sederhana dalam perkara kepailitan asuransi Mimbar hukum
vol 22 no 3 2010.
Fuady, Munir, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Bandung: PT Citra Adiya
Bakti, 2017
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul
Muttaqien, Bandung: Nusa Media 2011
91
Harahap, Yahya, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta:
Sinar Grafika, 2013.
Harahap, Yahya Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.
Hartini Rahayu, kewenangan pengadilan niaga dalam penyelesaian pailit yang
berklausula arbitrase (studi kasus putusan kepailitan) ejournal UMM 2010.
Hartini, Rahayu, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009.
Indrawati, Sherlin, aspek hukum kepailitan perusahaan asuransi, jurnal ilmu hukum
legal opinion edisi 5 vol 3 2015.
Interview Pribadi dengan Mustolih Siradj, Kurator dan Dosen Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Jakarta, Ciputat, 23 Agustus 2019.
Interview Pribadi dengan Sexio Yuni Noor Sidqi, Kurator Asuransi Syariah
Mubarakah, Jakarta, 30 Agustus 2019.
Interview Pribadi dengan Endah Detty Pertiwi, Hakim Niaga Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, Jakarta, 06 September 2019.
Interview Pribadi dengan Lucas Prakoso, Wakil Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat Jakarta, 05 September 2019.
Interview Pribadi dengan Lazuardi, Kuasa Hukum Kreditor Bank BJB Banten Tbk
Jakarta, 23 September 2019.
Interview Pribadi dengan Soumi, Divisi Corporate Bank BJB Banten Tbk Kanwil IV
Serang, 25 September 2019.
Interview Pribadi dengan Mufli Asmawidjaja, Deputi Direktur Litigasi dan Bantuan
Hukum OJK, Jakarta, 27 September 2019.
Interview Pribadi dengan Tri Wanty Octavia Veronica, Analis Litigasi dan Bantuan
Hukum OJK, Jakarta, 27 September 2019.
Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Khairazi, Rifqon Optimalisasi penyelesaian perkara kepailitan sebagai ease of doing
business dalam menarik investor asing ke bisnis syariah Indonesia, (Jakarta:
Repsitory.uinjkt.ac.id, 2018).
92
L. J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan kedua puluh enam Jakarta:
Pradnya Paramita,1996.
Mamudji, Sri dkk, Metode penelitian dan penulisan hukum, Badan penerbit fakultas
hukum Universitas Indonesia 2005.
Mata Kuliah Analisis Fatwa DSN dengan Azharuddin Lathief, Dosen Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Ciputat, 12 November 2018
Mulhadi, Kedudukan Tertanggung Dalam Kepailitan Asuransi, 2009.
Novitasari, Tita Kajian Yuridis Atas Putusan Kepailitan Perusahaan Asuransi
Syariah di Indoneisa (Studi Kasus Putusan No. 1016 K/Pdt.Sus-Pailit 2016),
Jakarta: Repository.uinjkt.ac.id, 2018
Pan Mohamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls, Jurnal Konstitusi, Volume 6 Nomor
1, 2009
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2017
Putusan No 1016 K/Pdt.Sus-Pailit/2016
Putusan No.36/PDT.SUS/Pailit/2016/PN.NIAGA.JKT.PST
Saprudin, Ahmad dan Ahmad Satiri, Teknik Penyelesaian Perkara Kepailitan
Ekonomi Syariah, Yogyakarta: pustaka belajar 2018.
Shubhan, M. Hadi Hukum Kepailitan Prinsip, Norma, dan Praktik di Pengadilan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009.
Sjahdewi, Sutan Remy Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No.37 Tahun
2004, Jakarta: Grafiti, 2010.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2012.
93
Sulfiarina, Efa Laela Fakhriah, Kompetensi Pengadilan Niaga dalam Penyelesaian
Sengketa Bisnis di Indonesia, e-journal undip vol 43 no. 4 2014.
Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan Di Indonesia Dalam Teori dan Praktik
Serta Penerapan Hukumnya, Jakarta: Prenadamedia Group, 2018
Swantoro Herry, Dilema Eksekusi, Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2015
Regulasi
Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang.
POJK No. 28 Tahun 2015 tentang Pembubaran, Likuidasi, dan Kepailitan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan
Reasuransi Syariah.
Undang-Undang No 20 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang No 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
Internet
https://nasional.kontan.co.id/news/lagi-ojk-ajukan-pailit-asuransi-syariah-mubarakah
diakses tanggal 21 Juli 2019
www.ojk.go.id diakses tanggal 21 Juli 2019
www.putusan.mahkamahagung.go.id diakses tanggal 21 Juli 2019
HASIL-HASIL WAWANCARA:
1. AH. Azharuddin Lathief, M.Ag., M.H. (12 November 2018) (wawancara terbuka ketika
perkuliahan analisis fatwa) pukul 15.30 ruang kelas FSH UIN JKT
a. Bagaimana kewenangan pengadilan agama dalam perkara kepailitan syariah?
Kewenangan terkait perkara kepailitan sudah selesai atau beres karena
perkara tersebut masih menjadi ranah pengadilan niaga pada pengadilan negeri
yang ruang lingkupnya peradilan umum.
Dan hal itu masih menjadi angan-angan belaka bagi pengadilan agama
karena belum ada aturan khusus terkait kepailitan syariah yang ditangani
pengadilan agama. Maka dari itu harus dibentuk UU untuk kepailitan syariah
yang menjadi kewenangan pengadilan agama. Hukum idealis (law in book) vs
hukum kenyataan.
b. Seperti yang diketahui akad dana tabarru adalah hibah, Bagaimana perlindungan
konsumen atas peserta asuransi syariah yang telah mengumpulkan dana tabarru
pada perusahaan asuransi syariah yang pailit?
Dana tabarru pada perusahaan asuransi syariah yang pailit harus tetap
dikembalikan karena itu bersifat utang.
c. Bagaimana status nasabah atau peserta asuransi syariah yang dipailitkan?
Jika dana operasionalnya habis tapi cadangan dana tabarru nya ada status
nasabah/peserta dipindahkan ke perusahaan lain.
2. Mustolih Siradj, SH.I., M.H., CLA (23 Agustus 2019) (wawancara tertutup di kantor
LBH FSH UIN Jkt) Pukul 09.00
a. Apa langkah awal seorang kurator ketika melakukan pemberesan harta pailit?
Karena ini meyangkut eksekusi putusan pailit ASM lebih relevan langsung
wawancara kurator yang bertanggung jawab, karena ini permasalahan nya adalah
eksekusi setelah putusan dibacakan serta sudah inkrah. Walaupun saya kurator
tapi dalam sesi wawancara ini saya hanya akan menjawab secara teori saja dan
yang terjadi di lapangan. Dospem penulis meminta Wawancara kurator yang ada
di FSH UIN JKT untuk memastikan law in book dengan hukum kenyataan (teori
di wawancara dulu di fakultas trus dipastikan data nya valid atau tidak dengan
tiga kurator).
Sekali lagi pertanyaan terkait ini harus tetap kurator putusan ASM yang
menjawab karena kasus ini masih on going prosesnya blm selesai dan menarik
juga untuk dibahas. (seperti diketahui dulu pak mustolih sarannya untuk
penelitian penulis adalah kewenangan pengadilan agama dalam kepailitan (uji
materi uji tafsir pasal 49 UU No 3 tahun 2006 dengan konseptual UU No 37 tahun
2004 serta internal mahkamah agung) (penanganan pembagian buddle aset
kepailitan studi pustaka organisasi asas insolvites harus ada pembuktian di UU No
37 2004) (kepailitan lintas negara) (kedudukan karyawan dalam kepailitan) 13
Nov 2018
b. Bagaimana tanggung jawab kurator terhadap kreditor dan juga kepada hakim
pengawas?
Terhadap kreditor kurator harus bisa sacara professional dan teliti
membagi harta pailit kepada mereka. Terhadap hakim pengawas bahwa semua
proses penyitaan aset termohon pailit harus dilaporkan kepada hakim pengawas
karena yang menetapkan adalah hakim pengawas sedangkan kurator hanya
menjalankan saja. Ada hakim pengawas ada hakim pemutus. Semua yang
dilakukan kurator itu harus sepengetahuan hakim pengawas mau sita aset mau
jual aset
Ada teori dari para aktivis anti korupsi yang menyatakan tidak bolehnya
terjadi pertemuan anatara pengacara dan hakim tapi kalo dalam pengurusan harta
pailit harus terjadi pertemuan anatara hakim dan kurator yang satstus my juga
punya pekerjaan pengacara agar terjadi kesatuan visi dalam pemberesan harta
pailit tersebut. Seperti yang diketahui syarat mejadi kurator ada 2 yaitu harus
pengacara atau akuntan. Hakim pengawas sama hakim pemutus berbeda tapi
hakim pengawas satu kesatuan dengan hakim pemutus biasanya tedak terlalu
berbeda.
Kemudian ketika perusahaan dinyakan pailit dan sudah inkrah itu wajib
harus ada pengumuman di koran biasanya di media Indonesia atau kompas.
Tujuannya adalah untuk mengundang kreditur daftar dan datang dengan
membawa bukti tagihan.
c. Bagaimana kurator menentukan status kerditor?
Bisa langsung ditanyakan pada pak kurator yang bersangkutan dengan
putusan ASM. Pastikan juga bahwa dalam penentuan status tersebut besar
kecilnya antara aset dan tagihan.
d. Bagaimana penetapan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator?
Kurator setahun hanya boleh megang tiga perkara pailit maksimal (kartel
posisi dominan). Fee kurator karena sampai 7,5% dr total aset diambil dari budel
pailit makanya pada berantem krediturnya.
Makanya sering kurator nya di lobby-lobby oleh kreditur maka
profesinalime kurator benar-benar dipertaruhkan dan diuji sehingga dengan
kekuasaan dia yang powerful disitu maka kalo ada apa-apa dia bertanggung jawab
secara pribadi misal hilang aset atau aset rusak dia diminta pertanggung
jawabannya sehingga pekerjaan ini memiliki resiko yang tinggi sesuai dg fee nya.
e. Apakah semua kreditor yang yang terdaftar mendapat konpensasi dari kepailitan?
Hal ini ditentukan berdasarkan status kreditor dan pasti mendapatkan
kompensasi walupun tidak sesuai tagihan. Untuk lebih pasti terkait ASM nya bisa
diwawancara dengan kurator yang menangani kasus tersebut.
f. Banyak perusahaan yang ketika akan dipailitkan ingin mencari jalan keluar lain
seperti likuidasi dan pkpu, apa dampak secara personal bagi perusahaan yang
dipailitkan?
Dalam perkara kepailitan biasanya selalu diawali dengan PKPU, seperti
yang diketahui pengadilan niaga adalah jalur resmi untuk melakukan penagihan
utang maka ini disebut jalur hukum yang benar dengan suatu proses yang
dinamakan kepailitan. Dulu banyak kasus penagihan utang illegal dengan
membawa preman terkadang juga membawa polisi dengan aduan bahwa yang
punya utang ingin melakukan penipuan atau kegiatan yang tidak ingin melunasi
utangnya.
Kalo head to head antara bank mandiri dengan ASM kedua nya adalah
perkara gugatan wanprestasi tapi kalo ada lebih 2 kreditor untuk apa cape capek
buat guagatan wanprestasi langsung saja tempuh jalur PKPU yang nanti nya kalo
tidak berhasil akan berujung ke proses kepailitan.
Putusan ASM tidak ada PKPU tapi dalam putusan ASM pernah masuk
dalam proses likuidasi walupun tidak sampai tuntas, selain itu pemohon nya
adalah OJK yang limitative sebagai pemohon kepailitan atas jasa keuangan yang
sebelumnya dipegang oleh Bapepam-LK dan BI. Maka dari itu hal ini bisa
dipastikan dengan langsung mewawancara OJK terkait langkah awalnya.
Maka dari ada istilah pilihan bagi yang berhutang gua mau nagih hutang
atau lu mau gua pailitin maka dari itu muncul lah proposal perdamaian yang
istilah output nya humologasi. Dan hal ini harus disetujui oleh para kreditur.
Contoh termohon pailit mempunyai utang kepada bank mandiri sebesar
2M dan akan dicicil oleh termohon pailit sebesar 100 jt setiap bulan maka dari itu
jika para kreditur setuju dan termohon pailit mempunyai komitmen untuk
mencicil utangnya maka hal ini namanya masih punya harapan (going concern)
atau ada harapan perushaan masih bisa jalan dan bayar utangnya dengan dasar
jaminan nya perjanjian PKPU tersebut.
Ketika muncul humologasi maka perusahan belum dinyatakan pailit.
Sehingga yang melakukan pengurusan hal ini bukan kurator melainkan disebut
pengurus tapi kalo debitur tidak menjalankan isi humogasi tesebut atau ada
kreditur yang tidak terbayarkan maka seketika kreditur tersebut bisa mengajukan
pembatalan humologasi yang berujung pailit, dan kurator baru bisa masuk dan
bukan pengurus lagi ketika sudah berkekuatan hukum tetap (60 hari) dalam
kepailitan tidak ada PK.
Rumor dampak personal perusahaan dipailitkan akan terblacklist itu tidak
benar bahasanya karena ini proses hukum tapi yang benar misalnya hari ini jam 2
siang setelah putusan pailit berkekuatan hukum tetap. Seketika namanya
perusahaan pailit itu seluruh asetnya diambil alih oleh kurator sampai tanda
tangan direksi itu tidak berlaku hari itu juga dengan modal putusan atau
salinannya kurator bisa datang ke bank buat ganti specimen tanda tangan di bank
tersebut jikalau mungkin termohon pailit punya deposito, tanpa harus
sepengetahuan mereka maka komisaris dan jajarannya tidak bisa berbuat apapun.
Mereka juga tidak bisa menggadaikan aset kalo nekat bisa terkena
hukuman pidana maka kurator disebut malaikat penyabut nyawa karena itu semua
sudah dipenguasaan kurator samapi gaji karyawan juga. Di depan hukum dia
dianggap sudah mati tapi kalo dia membuat usaha lagi itu tidak jadi masalah
karena PT adalah badan hukum, ada juga yayasan (nirlaba) kalo PT (profit
oriented) aset pribadi dg perusahaan terpisah maka harta pribadi debitur tidak bisa
disita (secara normative).
Tapi biasanya memang ada kesusahan ataupun kesulitan bagi direksi atau
perusahaan yg sudah pailit yang ingin berusaha lagi karena terkadang dalam
pendirian membuat suatu usaha harus ada pernyataan keterangan tidak dalam
kondisi pailit. Kalo pailit pribadi lebih dasyat lagi karena termohon pailit tidak
bisa apa apa.
g. Bagaimana kurator menyikapi ketika ada nya perbedaan besarnya jumlah utang
yang didalilkan oleh pemohon pailit dan termohon pailit?
Maka kurator harus bisa memverifikasi jumlah kreditor dan tagihan
utangnya
h. Bagaimana prosedur pemenuhan klaim nasabah asuransi syariah yang pailit?
Kurator harus mendata jumlah kreditor terlebih dahulu lalu dilanjutkan
jumlah aset yang ada berapa maka baru bisa dibagi bagi.
i. Bagaimana batas waktu pemberesan harta pailit terlebih aset fisik nanti nya?
Dalam pemberesan harta pailit tidak ada batasan waktu karena
permasalahan utama dalam batasan waktu adalah penjualan aset debitur yang
terkadang bisa memakan waktu puluhan tahun sampai terkadang aset tidak sangat
sulit terjual karena belum ada pembeli ataupun belum tercapai kesepakatan harga
yang sesuai. Walaupun mungkin kreditur bisa mendapat ganti rugi dari harta yang
bisa dikonversi ke saham tapi umumnya lebih banyak diutamakan hasil penjualan
aset seperti gedung, tanah dll.
Untuk pemberesan harta batas waktu nya ditentukan oleh kurator dan
hakim pengawas. Alurnya setelah putusan inkrah 3 hari berikutnya pengumuman
di koran, terus ada jangka waktu terus ada rapat-rapat kreditur bahkan kalo
sampai ratusan seperti first travel hampir mau menyewa gedung karena di
pengadilan tidak mncukupi itu lah seni nya kurator.
j. Bagaimana kasus pailit sariwangi?
Kasus sariwangi adalah contoh pengajuan kepailitan antara B to B yakni
antara PT. Sariwangi dengan PT. Bank ICBC maka didalamnya ada PKPU. Dan
seperti diketahui PT sariwangi tidak bisa memenuhi PKPU tersebut sehingga
masuk proses kepailitan. https://finance.detik.com/industri/d-4262474/kenapa-
sariwangi-bisa-pailit
k. Apa permasalahan dilapangan ketika pemberesan harta pailit?
Pemberesan harta pailit dimulai dengan masalah pembagian utang. Seperti
yang kita ketahui pada dasarnya rumusan pasti dari kepailitan adalah perusahaan
atau debitur tidak kuat membayar utangnya maka dari itu teori nya utang lebih
besar daripada aset. Selain permasalahan pembagian harta pailit ada lagi
pemasalahan terkait penentuan status para kreditor yang terdaftar. Siapa yang
berhak menjadi kreditur separatis, konkuren ataupun preferen.
Misal nya saja ketika ada kreditur yang statusnya preferen karena
memiliki jaminan apakah mereka dibayarkan semua atas hasil penjualan aset
tersebut atau ketika bank mandiri punya tagiahan 1-2 M sedangkan aset yang
dipailitkan hanya ada 7 M maka akan ada hitungan rumit apalagi sambal
mempertimbangkan pembagian dengan kreditor yang lain dan juga ada
permasalahan tagihan seperti gaji karywan dan tagihan lain nya (PLN).
Permasalahan lain adanya kesulitan menjual aset seperti gedung, tanah,
karena ngk mungkin aset dibelah maka pasti akan dijual dulu baru hasil penjualan
nya akan dibagi bagi sehingga hal tersebut bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Contoh ketika proses hukum sudah selesai dan termohon pailit memiliki 7 aset
seperti deposito, tanah, bangunan, dan property maka tidak semuanya bisa terjual
bersamaan. Kemungkinan aset tanah baru terjual 2019 sedangkan aset apartmen
baru terjual 2020.
Permasalahan lainnya adalah Verifikasi kreditur, karena kadang kala ada
oknum yg tidak beridkad baik yang mengajukan kreditur padahal dia bukan,
makanya disini dipertaruhkan kredibilitass seorang kurator maka pertanyaan
peneliti relevan karena ada selisihh jumlah di putusan maka menarik juga bisa
ditanya bagaimana verifikasi nya oleh kurator
Karena nanti jika dia kreditur tapi tidak dicantumkan kreditur nya karen a
kuratornya tidak respon setelah dia daftar maka dia bisa menggugat disebut
guagatan lain lain, mengggugat kuratornya untuk bisa masuk tapi dalam
mengajukan kreditur ada batas waktunya (Tanya mas sexio). Proses kepailitan
rumit butuh ketelitian tingkat tinggi belum lagi verifikasi pajak, masuk kreditur
(preferen) apa, terus tunggakan gaji karyawan mulai chaos nya disini
Nah permasalahan paling berat banyak masing-masing kreditur yang nagih
dan merasa preferen belum lagi separatis yg megang jaminan aset
Contoh ilustrasi PLN dan tenaga kerja itu mereka preferen sedangkan aset
7 M tagihan karyawan 2 M bank 2M sisa 3 M belum lagi yg konkuren terus kalo
pun sudah berhasil membagi siapa saja status krediturnya seperti bagi waris tapi
kalo waris jelas kalo ini aset lebih kecil daripada tagihan problem selanjutnya jual
asetnya itu rentan kayak harga permainan harga dll yg bisa dimainkan dg kreditur
debitur kurator investor yang masih melototin hal itu
Terlebih misalnya Belum lagi aset2 boedel pailit yang ketika dijual bukan
harga normal karena kalo normal siapa yg mau beli dan kondisinya kita lagi butuh
contoh pabrik mangkrak rumah belum terjual itu mungkin bodoel pailit yg blm
terjual contoh lain gedung kosong yg belum disepakatin harga jualnya. Ada pun
lelang bawah tangan sudah dibuka tidak ada penawaran yang masuk.
Maka karena banyak permasalahan ini putusan selalu mengakat lebih dari
1 kurator atau juga karena jumlah aset nya dan ada kurator yg ngk mau sendirian
karena berat harus bolak balik belum fee kurator karena sampai 7,5% dr total aset
diambil dr bodoel pailit makanya pada berantem krediturnya.
Makanya sering kurator nya di lobby-lobby oleh kreditur maka
profesinalime kurator benar-benar dipertaruhkan dan diuji sehingga dengan
kekuasaan dia yang powerful disitu maka kalo ada apa-apa dia bertanggung jawab
secara pribadi misal hilang aset atau aset rusak dia diminta pertanggung
jawabannya sehingga pekerjaan ini memiliki resiko yang tinggi sesuai dg fee nya.
3. Sexio Yuni Noor Sidqi, S.H. (Kurator ASM) 30 agustus 2019 wawancara tertutup di
GKM Tower (ex kantor first travel) pukul 11.00-13.00
a. Seperti yang diketahui putusan permohonan pailit ASM sudah berkekuatan
hukum tetap, bagaimana rincian eksekusi amar putusan tersebut di lapangan?
Setelah ASM dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga Jakarta pusat serta
telah dipekuat oleh putusan mahkamah agung maka putusan tersebut sudah
berkekuatan hukum tetap. Ketika eksekusi di lapangan ternyata aset ASM hanya
ada 2M yang disimpan di bank mandiri. Walaupun ASM ketika eksekusi sempat
mengklaim memiliki 2 aset fisik yaitu perkebunan di Sumbar dan tambak udang
di kaltim akan tetapi 2 aset tersebut tidak bisa dimasukan ke dalam budel pailit
dikarenakan 2 aset tersebut bukan atas nama ASM melainkan atas nama PT Ranji
Karya Sakti yang masih satu group dengan ASM.
Selain itu juga terdapat beberapa alasan kenapa 2 aset tersebut tidak bisa
masuk yaitu:
1) Pada awal nya pernyataan terkait dua aset ini dinyatakan ketika badan
pengawasan IKNB masih dipegang oleh Bapepam LK, kemudian pada
tahun 2012 seperti yang kita ketahui ASM memiliki masalah pada
solvabilitas nya maka dari itu dilakukan pencabutan izin usaha. Kemudian
kasus ini beralih dipegang oleh OJK yang resmi dibentuk dan beroperasi
tahun 2013.
2) Ketika ASM kekurangan liquiditas tersebut para pemegang saham ASM
diminta untuk menyetorkan modal atau ada suntikan dana untuk ASM,
akan tetapi berupa aset bukan berbentuk liquid, padahal seharusnya
idealnya perusahaan asuransi mempunyai aset yang liquid berupa uang
karena sangat dibutuhkan ketika ada nasabah yang ingin melakukan klaim
atau pencairan polis dsb.
3) Lanjut ke dua aset yang di klaim oleh ASM tersebut dimulai dari tanah
perkebunan yang ada di Sumatra barat. Aset ini tidak bisa masuk buddle
pailit dikarenakan tanah ini ternyata adalah tanah masyarakat adat (liat
matkul hukum agraria dan UU nya). Dalam hal tanah tersebut terjadi
kerjasama antar ASM dan masyarakat dimana mereka berkerja sama
membuat koperasi yang berbadan hukum akan tetapi kejanggalan nya
adalah selain jenis tanah tersebut yaitu bahwa kerjasama tersebut bukan
atas nama ASM melainkan atas nama PT. Ranji Karya sakti yang masih
satu group dengan ASM. Sedangkan dalam MOU nya dinyatakan bahwa
kerjasama itu akan berlaku efektik ketika PT Ranji Karya Sakti bisa
mendapatkan izin HGU, disyaratkannya seperti itu. Akan tetapi pada
tahun 2013 ada pembaharuan MOU dan itu tetap bukan atas nama ASM
padahal dinyatakan dalam pernyataannya dari tahun 2003 aset perkebunan
itu akan menjadi milik ASM.
4) Kemudian aset yang diklaim selanjutnya adalah tambak udang di kutai
kertanegara Kalimantan timur yang luasnya 5000 hektar, tim kurator ASM
mendapatkan data dari data covernote notaris akan tetapi di dalam
covernote notaris tersebut dinyakan bahwa tambak itu bukan milik ASM
melainkan milik atas nama PT. Ranji Karya Sakti, data ini masih sekitar
tahun 2012 setelah izin usaha ASM dicabut. Selain kejanggalan tersebut
ada kejanggalan kedua yaitu terkait batas-batas tambak tersebut, salah satu
nya adalah batas utara tambak itu semuanya adalah sungai maka dari itu
secara logika hal ini tidak mungkin karena apabila semua batas nya adalah
sungai berarti tambak itu lurus. Kemudian orang yang menyatakan
kepemilikan tambak tersebut namanya banyak yang sama karena itu
notaris tidak mengurus covernote tambak itu menjadi sertifikat dan
covernote notaris tersebut yang dinyatakan PT. Ranji Karya sakti bukan
ASM.
Maka dari itu setelah riset yang dilakukan oleh tim kurator dalam kasus
kepailitan ASM menyatakan bahwa dua aset yang di klaim ini tidak bisa masuk
asetnya ASM. Kemudian tim kurator juga membicarakan hal ini ke OJK,
awalnya pihak OJK tidak setuju karena menurut mereka asetnya tetap ada namun
sebelumnya tim kurator sudah lebih dulu berkonsultasi dengan Hakim pengawas,
akhirnya OJK menyatakan bahwa hanya deposito jaminan 2 M saja yang bisa
dibagikan.
Tim kurator juga menjelaskan kepada OJK bahwa Karena permasalahan-
permasalahan diatas dimulai dengan aset tadi hanya diklaim sepihak kemudian
dapat di logika kan bahwa hal yang di klaim aset padahal bentuk nya kerjasama
dengan pihak lain dan itu di syaratkan kalo kita bisa dapat apa izinnya , seperti
yang diketahui dapat izin HGU itu juga ngk mudah, toh kalo dipersyaratkan pun
itu bukan aset kita karena tanah tersebut milik masyarakat tanah adat, yang kaltim
juga kenapa covernote nya masih atas nama PT ranji , jadi kita sampaikan bahwa
itu ada perbuatan tidak baik dari para pemegang saham ,
Jadi waktu itu mereka menyatakan siap untuk menyerahkan aset tapi
karena saat itu Bapepam LK tahu akan habis dan pindah ke OJK aset ini tidak
diselesaikan hanya dinyatakan saja tapi masih di klaim oleh grup yang lain
otomatis kalo dua aset tersebut masih bisa diurus oleh pt ranji maka aset tersebut
tidak akan dikasih ke ASM.
Nah kemarin waktu kita sekitar bulan maret belum setahun waktu kita
nyatakan akan kita angkat hal ini namun tiba-tiba direksi plus pemegang saham
(YASCO: pak emil) itu sekonyong2 ingin menyerahkan dokumen asli atas
perkebunan sama tambak itu. Kita menolak karena sudah jelas kok itu dari kajian
kita bahwa dokumen tersebut tidak bisa menjadi aset ASM ini kan menjadi tanda
Tanya juga kenapa itu dulu dinyatakan sudah diserahkan tapi kenapa dokumen
asli masih dipegang sama dia (PT ranji).
b. Bagaimana perincian klaim kreditor? (minta data soft file atau hard file)
Perincian klaim kreditor ada di data, sudah di dapatkan.
c. Langkah awal seorang kurator ketika melakukan pemberesan harta pailit?
Terlebih dalam kasus kepailitan ASM
Dalam pemberesan harta pailit ASM nanti akan diadakan rapat kreditor
bersama 27 kreditor yang telah terverifikasi serta akan dipimpin oleh hakim
pengawas, yang akan membahas pembagian deposito 2 M maka setelah itu proses
kepailitan ASM dinyatakan selesai. Seperti yang diketahui utang ASM mencapai
130 M dan aset yang dibagikan hanya bisa deposito 2 M, ada hal unik dalam
kepailitan yang objeknya adalah asuransi bahwa dalam UUP dinyatakan yang
berhak mendapatkan hak dari deposito jaminan itu hanya pemegang polis padahal
kreditur ada yang bukan non pemegang polis seperti perusahan medica dimana
mereka bekerjasama dengan ASM dalam hal penalangan biaya kesehatan
Contoh ASM berkerjasama dengan rumah sakit tertentu kemudian pasien
yang mengambil atau mempunyai asuransi ASM akan ditalangin sama rumah
sakit dalam produk asuransi kesehatan yang rumah sakit rujukannya adalah
medica. Maka dari itu yang memberikan dana talangan tersebut tidak bisa dibagi
deposito jaminan karena deposito jaminan hanya bisa dibagi ke pemegang polis
yang pribadi atau yang perusahaan, seperti BJB, bukopin, mandiri, BNI syariah
yang pailing besar jamkrindo. Kecuali ASM mempunyai aset selain deposito
jaminan tersebut maka kreditor non pemegang polis bisa mendapatkan bagian.
d. Bagaimana rumus cara menghitung pembagian utang seperti aset yang hanya 7 M
tapi utang sampai 20 M?
Lihat di UU No 30 tahun 2004 dan buku pak munir fuady
(coba liat bukunya pak munir fuady) ya kan nanti kita cara perhitungan
gini bahwa jumlah utang sekian trus nanti kita lihat berarti jumlah utang sekian
ada aset sekian nanti kita bagi, berarti sama kyk membagi bahwa rumusnya ya
sama kyk kita bikin asumsi nya utang 100 aset Cuma 20 berarti kan Cuma ada
seper 5, nah sama aja ini utang ada 130 dan ini dia Cuma punya 2 berarti hanya
berapa persen paling 0,. nanti kita lihat secara proporsional jumlah utang masing2
kreditur tersebut kita ada rumusnya misalnya jumlah tagihan mereka per...
sebentar ya kali jumlah eh dibagi jumlah eh iya kyk rumus perjumlahan utang
missal nya ada berapa persen gitu maka dari situ baru bisa dibagi 2 M itu jadi
sama kyk ilustrasi tadi utang nya 100 Cuma ada 20 maka ini Cuma ada seper 5
maka seper 5 ini akan dibagi ke kreditur , dibagi ke kreditur sesuai tagihannya
missal kyk ada tagihannya 5 atau 2 otomatis ngk mungkin kebayar semua paling
salah satu kita terapin pari passu , ya paling tinggi paling dapat sekian ratus juta
karena ini Cuma 2 M yang kita bagi dilihat tagihan paling tinggi jamkrindo yaitu
80 M
e. Bagaimana cara menentukan status kreditor di kasus ASM? Dan bagaimana
verifikasi kreditor yang terdaftar sehingga terhindar dari oknum yang mengaku
ngaku kreditor?
Jadi karena ini kasusnya spesifik berdasar UUP maka yang kita bagi hanya
pemegang polis jadi yang dapat yang pemegang polis saja. Kalau yang bukan
pemegang polis maka dia tidak mendapat bagian karena ketentuan UUP seperti
itu. Untuk verifikasi kreditor pun kita verifikasi semua Cuma pas rapat kreditur
yang berhak dapat deposito jaminan haya pemegang polis berdasar UUP dan
mereka pun sudah tahu akan hal itu kecuali kalo ada (harta) aset lain, sayang aset
yang 2 tadi kan ngk bisa walaupun OJK bilang bisa tapi berdasar penelusuran
dokumen itu ngk bisa , seperti dalam pernyataan menyatakan penyerahannya
tahun 2003 ternyata kita lihat MOU nya bentuknya kerja sama itu disyaratkan
dapat izin perkebunan( HGU) , tahun 2013 diperbaharui MOU itu jadi seolah olah
masih hidup kkyk gitu lah ya, trus yang tambak pun seperti itu kalo memang
diserahkan ya diurus kalo emg harus ada syarat HGU kan nanti bisa dialihkan
ASM kan bisa aja tapi ini tidak ada.
f. Bagaimana dengan status karyawan ASM? dan bagaimana dengan tagihan
tunggakan gaji mereka? Apakah ada kontak salah satu karyawan yang bisa saya
hubungi?
Sampai terakhir itu karyawan ngk banyak ya, ya mereka sih sejak tahun
2012 dicabut izin nya nah harusnya waktu itu Bapepam LK meminta perusahaan
tsbt utk diliquidasi tapi ngk dilakukan makanya BJB dan jamkrindo minta OJK
untuk memailitkan akhirnya dipailitkan. sebenernya sih ketika sudah dicabut
izinnya dia secara perusahaan masih ada tapi untuk melakukan usaha udh ngk bisa
karena itu sudah banyak karyawan yang keluar , kalo sampe terakhir karyawan
yang terdaftar Cuma 3-4 orang sama direksi karena dirutnya adalah pak karmin ,,
tapi kalo hubungan hukumnya kita ngk terlalu dalam sih tapi tetap kita sampaikan
kalo emg dari karyawan ada tagihan silahkan sampaikan ke tim kurator tapi
sampai hari ini blm ada , tapi kebanyakan karyawan memilih mengudurkan diri
pasca pencabutan izin Kalo ada tagihan karyawan statusnya adalah kreditor
preferen
g. Apakah ada salah satu kreditur yang bisa saya hubungi kalo perlu yang preferen?
Lazuardi dari BJB kontak sudah disimpan
h. Apakah saya bisa mendapatkan bukti atau Salinan FC pengumuman kepailitan
ASM di media cetak?
Sudah dipegang Salinan nya Koran Kompas sama bisnis Indonesia
Ini ada dalam UU namun kita bikin pengumuman lagi karena yang
mendaftar baru sedikit maka kita perpanjanga pengajuan tagihan kita umumin
dikoran lagi tapi lebih kecil sampai batas verifikasi tagihan kreditor Cuma 27 , 15
perusahaan sisanya peroorangan , nanti dicek dikantor tapi kendala pasca
penutupan ada lagi yang masih banyak ngajuin tagihan karena baru jatuh tempo
atau polisnya baru berakhir , ini kan produknya bermacam2 kyk asuransi
kesehatan , surat2 bank beli motor ini br jatuh tempo tapi kami sampaikan bahwa
yang sudah melewati batas verifikasi ngk bisa lagi masuk sbg kreditur karena kalo
pailit kan prosesnya harus aktif beda sama liquidasi kreditur itu ngk harus
mendaftar dulu karena sudah diakui sbg kreditur
i. Bagaimana jarak batas waktu putusan pailit ASM dengan eksekusi pemberesan
hartanya?
Pada saat itu pasca putusan pailit dari pengadilan niaga dan mahkamah
agung, tim kurator belum melakukan tindakan pemberesan bahkan pasca putusan
tersebut ada calon investor yang mau masuk (waktu itu pak emil) selaku pemilik
atau pemegang saham melalui yasco/iasco itu menunjuk salah satu staf nya yang
bernama david untuk menawarkan investasi buat masuk dan sudah menyiapkan
proposal dan mereka juga menjanjikan akan membayar 10-15% dari kewajiban
sambal mereka mau mengurus izinnya.
Jadi dulu kita ngk langusng pemberesa pengajuan tagihan, verifikasi trus
sempet pak emil selaku pemilik, mayoritas saham ASM iasco pemiliknya pak
emil, menunjuk david untuk menawarkan damai coba cari berita ASM mau damai
Para kreditur sudah setuju namun sampai batas waktu yang ditentukan
pembayaran DP ke kreditur nya tdk ada , trus investor yang masu masuk itu pun
juga ngk ada , ahirnya ASM insolven maka kurator harus melakukan pemberesan
awalnya OJK ama kreditur bilang asetnya ada 3 tapi pas tim kurator selidiki
Cuma 1 , jadi memang gk langsung karena dalam kepailitan ada skema damai kyk
waktu itu mau masuk investror dg membayar sebagian sisanya minta tempo dg
perjanjian baru dg kreditur minta dikasih kesempatan kerja sama lagi tapi
akhirnya tidak ada akhirnya dinyatakankan insolven dan harus peberesan
Pengjuan perdamian setelah kasasi
Ada kekosongan HP selama 4-5 bulan, Kurator tidak bisa langsung
melakukan pemberesan sampai harus menunggu ada HP yang definitive
Dan selanjutnya kan kami sampaikan akan adanya kami sampaikan tahapa
dg HP yg lama, bahwa ini sudah insolvensi dan sudah masuk pemberesan, aset
pailitnya Cuma deposito jaminan, paling prolog nya seperti itu
Nanti kita akan Undang rapat kreditor kita sampaikan daftar aset harta pilit
kita kasih daftar pembagian nya. lalu kreditor mengambil sikap setuju ngk setuju
harus dijalankan, kalo pun ada yg keberatan nanti kita lihat mekanisme
ketententuannya hukum acara setelah pengumuman dalam janga pengajuan
keberatan 5 hari nanti masuk ke majelis keberatannya apa bisa diterima atau
daftar pembagian yang dikuatkan, ketika selesai maka pailit berakhir lalu bikin
laporan ke HP pengumuman koran pemberitahun ke kemenkumham
Rapay kreditur sudah berapa kali? Data dikantor.....rapat kreditur pertama
rapat verikasi tagihan rapat perpanjangan. mau damai ada pertenuan rutin 10 atau
gua buka di laporan 3 bulan. Sampai hari ini kreditur blm ada yg dapat.
j. Bagaimana hubungan kurator ASM dengan hakim pengawas, kuasa hukum ASM,
OJK dan panitia kreditor?
Iya hubungan nya sih cukup baik, kmrn walupun pak syamsu udh pindah
dan katanya akan ada penujukan HP baru, iya mereka cukup baik dan bantu, ya
kmrn memang pada waktu ada rencana awal ngk mau kita akhiri, jadi awalnya
mau kita angkat aja tuh biar OJK yang berperan lagi apakah mau membubarkan
atau mau meliquidasi biar kreditur yang lain bisa terakomodasi ya mereka
mendukung
Kasus ini tidak ada panitia kreditor, ASM tdk pake kuasa hukum, mereka
langsung paling kuasa hukum kreditur kyk bjb
Laporan 3 bulan rutin
Laporan ke OJK update trus, pak rizak direktur hukum OJK dan IKNB syariah
dan sering rapat update
k. Bagaimana pembagian kerja antar 3 kurator?
Tidak ada pembatasan karena kita kerja tim dan bareng2 malah ada
pengalaman pernah ngajuin 5, kerja nya bareng
Secretariat ASM Malah pas pengajuan tagihan bisa ke kantor pak catur dan buk
dewi trus kalo nyusun berkas ya bareng2 pokoknya tim aja dan kita sederajat
Karena kita sama2 kurator
l. Kenapa dalam putusan ASM tidak ada PKPU?
Karena memang dari awal permohonan OJK adalah pailit langsung, ini
permohonan kedua kalo yg pertama ditolak, memang pailit sesuai permintan 2
kreditor jamkrindo, karena apa, yang berhak memailitkan adalah OJK karena
berwenang. Jadi tergantung pengajuan dan permohonan gugatannya.
Lagipula kalo PKPU cukup sulit karena izinnya dah dicabut jadi mau
operasional dan melakukan usaha bisnis lagi ngk bisa kecuali izinnya diaktifkan
atau dihidupkan lagi dan secara liquid memang sudah ngk cukup karena harusnya
asuransi yg dikembangin liquid nya buat kalo ada yg jatuh tempo atau pencairan
polis, waktu itu ASM ditegor peringatan dan harus menyerahkan atau
menyetorkan modal dan ASM bilang atau kasih pernyataan akan menyerahkan
tapi ternyaa sampai dicabut yang diserahkan hanya paperless aja pernyataan aja
faktanya kmrn terbukti dokumen masih dipegang dan itu blm bisa dinyatakan aset
, bentuknya tanah masyarakat adat krn ngk bisa kelolaa menggandeng mitra nah
mitra tersebut bilang mau nyerahin
4. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Hakim Niaga Syamsul Edy, S.H, M.Hum sebagai hakim
pengawas kasus ASM masukin surat tanggal 29 agustus 2019 diganti wawancara dengan
Ibu Endah Detty Pertiwi S.H., M.H (Hakim niaga) dan Pak Lucas Prakoso S.H., M.Hum
(wakil ketua) 5-6 Septeber 2019 di PN Jakpus
a. Bagaimana peran awal hakim pengawas ketika ditunjuk oleh majelis hakim untuk
pemeberesan harta pailit? Dan bagaimana kriteria hakim pengawas yang ditunjuk
apakah harus bagian majelis hakim juga?
Peran awal hakim pengawas bisa dilihat di UU dan percakapan di
pertanyaan selanjutnya.
Kriteria nya ya harus hakim niaga tapi tidak boleh termasuk majelis hakim
harus diluar.
b. Bagaimana penetapan batas waktu pemberesan harta pailit pasca putusan sudah
berkekuatan hukum tetap?
Kalo pailit itu tidak ada kalo PKPU ada 270 hari masa perdamaian nya itu
270 hari, jadi kalo dia PKPU nanti ada PKPU sementara diatur dalam 45 hari
maksimum. Dalam 45 hari ini penjadwalan utang atau restrukturisasi utang
utangnya untuk persiapan rencana perdamaian apabila 45 hari itu tidak cukup
maka debitur atau kreditur memohon waktu lagi perpanjangan waktu melalui
hakim pengawas nanti hakim pengawas itu merekomendasikan dan mengusulkan
kepada hakim pemutus bahwasanya perkara nomor sekian telah dilaksanakan
rapat2 trus pengurus melaporkan ini dan seterusnya nah dari laporan pengurus
butuh waktu lagi untuk menjadwalkan kembali utang utang penyelesaian dan
penyempurnaan rencana perdamaian mohon waktu tambah sampai 30 hari atau 60
hari , hari disini hari kelender bukan hari kerja dalam proses pailit hari kelender
Kemudian apabila hakim pemutus melihat itu ada kecocokan atau ada
kesempatan untuk tercapai rencana perdamaian maka dia memberikan
perpanjangan waktu tersebut. Asalkan tidak melebihi 270 hari yang telah
ditentukan oleh undang undang
Nah apabila rencana perdamaian tidak tercapai maka pailit lah dia. Namun
apabila rencana perdamaian itu tercapai maka ditanda tangani rencana perdamaian
tersebut para pihak harus mematuhi maka harus dibuat pernyataan terjamin lah
untuk perdamaian tsbt
Dalam pailit tidak ada batas waktu , bisa bertahun tahun karena ada kesulitan
dalam menjual aset, mohon maaf seperti yang diketahui kalau sudah pailit kan
tandanya udah mati seperti mau menjual aset yang tidak bergerak harus jelas dulu,
ditaksir dulu harganya oleh penaksir yang bersertifikat dan disumpah oleh hakim
pengawas, sebelumya kurator nya harus mengusulkan dulu ke hakim pengawas
bahwa dia punya harta pailit tapi ngk tahu harta nya mau dilelang berapa maka
saya punya penaksir dan saya minta tolong ke hakim pengawas untuk dia
disumpah agar dia bisa membuat taksiran nah nanti hasil taksiran itu yang akan
diusulkan ke kantor lelang , lalu kantor lelang akan mengumumkan , sampai sini
pun belum tentu laku trus kreditur sudah mendesak karena jadi ekonomi dia tidak
jalan akhirnya kurator kembali ke hakim pengawas melapor untuk melakukan
penurunan harga denga tata cara yang sama sebelumnya. Kalo masih belum laku
dan baiaya lelang itu banyak akhirnya minta tolong ke hakim pengawas untuk
pake cara dijual dibawah tangan lalu hakim pengawas membuat penetapan supaya
bisa dijual dibawah tangan
c. Bagaimana stastus hakim pengawas ketika pemberesan harta pailit yang memakan
waktu bertahun tahun karena terkendala penjualan aset?
Biasanya hal itu sudah ada penggantinya tapi belum dicantumkan SIPP,
sama halnya hakim hakim yang sedang menjalankan ibadah haji atau keluar kota
itu udh ada penetapan hakim penggantinya, mungkin itu hanya kelalaian , karena
bagian hukum aja 2 org , hakim Jakarta pusat Cuma 30 orang setengah nya ad hoc
paling cepat pulang jam 10 malam ,
Peneliti berbasa basi dengan mengatakan para hakim adalah pahlawan keadilan
tapi beliau menolak dan mengatakan para hakim lebih sering dihujat heheh.
d. Seperti yang diketahui bahwa hakim pengawas menetapkan hari tanggal waktu
dan tempat rapat kreditor pertama (pasal 86 ayat 1), dalam kasus pemberesan
harta pailit ASM kapan hal tersebut dilakukan dan sudah berapa kali mengadakan
rapat tersebut? Apakah hanya sekali saja dan untuk rapat selanjutnya ditentukan
kurator?
Apa perbedaan hakim pengawas dan hakim pemutus dalam perkara kepailitan?
Apakah penetapan yang dibuat oleh hakim pengawas akan diputus oleh hakim
pemutus? Seperti penetapan jual dibawah tangan?
Kalo hal ini hakim pemutus tidak ikut campur , setelah pailit itu
sesungguhnya lebih banyak ke proses penjualan sampe ke pembagian hasil
penjualan boedoel pailit itu diawasi oleh hakim pengawas nah nanti kalo
semuanya sudah selesai harta2 pailit sudah habis dijual sudah dibagikan dan
mungkin bertahap dst barulah karena sudah terrahir ditutuplah proses kepailitan
lalu kurator melaporkan semua hal yang sudah dia kerjakan kepada hakim
pengawas , lalu di cek oleh HP kalau sudah balance dengan harta yang dibagikan
sudah tidak ada keluhan dan gugatan lain lain kemudian hakim pengawas akan
melaporkan ke pada hakim pemutus bahwa perkara kepailitan no sekian sudah
dikerjakan oleh pengurus dengan pembagian sbg berikut dst sudah bersih tdk ada
complain maka hakim pemutus menyatakan membuat penetapan lagi bahwasanya
sudah berakhirnya kepailitan
Iya benar hakim pemutus adalah kembali ke majelis hakim yang diawal
tapi kalo hakim hakimnya sudah tidak ada nanti diganti berdasarkan penetpan
oleh ketua pengadilan tapi tetap nomor pekara tidak diubah. Setiap kali rapat
kreditur hakim pengawas wajib hadir, sesdungguh nya rapat rapat itu dipimpin
oleh ukrator tapi dalam prakteknya krn hakim pengawas untuk memperlancar
makan hakim pengawas yang mimpin dan banyak berperan disana, tidak ada
maksimal rapat
Saya mau cerita pengalaman saya kalo mau jual aset pailit tidak bisa
sebatas penetapan izin kurator atau hakim pengawas tapi harus ada rapat antar
kreditur, rapat kreditur adalah putusan tertinggi dalam kepntingan kreditur, dalam
pngalaman si ibu mau jual skept tapi kreditur menolak krn blm ada pnawaran tapi
ibu endah bilang barang bekas seperti ini bukan baranng yang sudah di prize (jual
sampah) akhirnya voting siapa setuju dan tidak dan harus diabiasakan jangan
hanya dngan kata kata tapi dibuatlah dicatat dengan berita acara buatlah mereka
paraf tanda setuju dan setiap rapat kreditur harus kuorum , jangan sampe kita
dikomplain orang , stelah itu lapora tersebut diberikan kpd hakim pengaws lalu
HP menuat penetapan untuk izin penjualan tersebut (skrep) procedural bgt dan
ribet. Di doakan jadi hakim dan dapat ngerasain jadi hakim pengawas
e. Bagaimana hubungan hakim pengawas dengan kurator dan panitia kreditor?
Harus mesra lah hehe becanda hakim pengawas itu harus tegas dalam
menjalan kan sebagaiman perintah UU , dia harus tegas terhadap kurator dan dia
harus menegur kurator karena kurator diatur dalam UU setiap 3 bulan maksimal
3 bulan dia harus melaporkan kepada hakim pengawas apa yang menjadi progress
karena dia kurator atau pengampu terhadap progress boedoel pailit yang sedang
dia ampu termsuk kepada debitur itu sendiri karena debitur tidak boleh bepergian
tanpa seizing hakim pengawas karena bisa aja dia kabur ke luarnegeri seperti
perusahaan asing, terlalu banyak masalh dalam kepailitan maka hakim pengawas
tidak boleh ragu harus tegas dalam menegur kurator yang lalai dalam laporannya
karena para berpiutang menunggu kapan utangnya dibayar, ushaa mereka tidak
jalan
f. Kenapa dalam putusan ASM tidak ada PKPU? Dan tata cara PKPU seperti apa?
Dalam kasus ini kan tidak ada pkpu karena memang dari awal lansung pailit. Nah
apakah berarti jika termohon dalam petitum tidak meminta ada pkpu maka majelis
hakim tidak ada maslaah ya bu?
Bukan begitu okey beliau nulis dikertas, memang kalo kepailitan harus
learning by doing. Jadi dalam perdata khusus kepailiatn dibagi dua adaprmohonan
pkpu dan permohonan kepailitan Kalo PKPU nyawa nya perdamian kalo pailit
langsung ditembak habis. Kalo catatan ibu dikembangin gua bisa dapat info
semua info kepailitan. Kalo liquidasi ngk bisa dicampur dan kepailitan tidak
mengenal asal nebis in idem bisa berulang kali. Liquidasi kan beda lagi
penyeabnya.
g. Kepailitan pribadi itu seperti apa?
Kepailitan yang ditanggung perorangan
5. Pak Lucas Prakoso S.H., M.Hum (wakil ketua) 5-6 Septeber 2019 di PN Jakpus
Hakim PN jkapus masih sedikit butuh 5 majelis lagi biar hakim tidk lembur trus
Hakim niaga ada 11. Nanti akan saya tunjuk hakim pengawas nya karena ternyata ada
kekoosongan di SIPP juga blm ada
6. Bu Soumi (Divisi corporate) 25 September 2019 di BJB banten Kanwil IV
a. Bagaimana tanggapan pihak Bank BJB Banten Tbk. Atas pailitnya ASM?
Terkait hal ini yang lebih banyak mengetahui persoalannya adalah Bank
BJB pusat karena dari proses awal sampai MOU semua nya dipegang oleh BJB
Pusat.
Bagian yang mengurus hal ini adalah divisi legal, BPR KM, dan Kredit
Konsumer serta bagian umum jadi ada beberapa bagian yang terkait mengenai
kerja sama dengan ASM.
b. Apa langkah-langkah Bank BJB Banten Tbk untuk mendapatkan hak nya?
Langkah yang kita lakukan langsung mengambil jalur hukum melalui
bagian ranah hukum seperti divisi legal BJB dan semua nya juga diserahkan ke
kuasa hukum BJB (Pak Lazuardi)
c. Apa bentuk kerja sama antara Bank BJB dengan ASM?
Produk kerja sama antara BJB dan ASM adalah produk Kredit BJB karena
kalau di perbankan produk kredit itu harus dibuat jaminan asuransi jiwa nya,
maka dari itu kalau ada pengikatan kredit biasanya ada biaya2 yang dibebankan
ke nasabah seperti biaya asuransi, biaya akad kredit, notaris, provisi dll.
BJB sendiri selain dengan ASM juga bekerja sama dengan askrida,
jamkrida, askrindo, dan jamkrindo. Semua kerja sama ini yang memegang adalah
kantor pusat BJB di bandung
d. Apa langkah perusahaan jika pembagian aset pailit ASM yang jauh dari besar
piutang ASM?
Kita biasanya akan mendesak pihak asuransi untuk mencairkan klaim
7. Pak Lazuardi (kuasa hukum BJB) 23Septeber 2019 di dari ANC & Co. (Advocates &
Solicitors)
a. Apa langkah pertama Bank BJB Tbk ketika mengetahui ASM pailit?
Kita melakukan permohonan atau pengajuan pailit melalui OJK, karena
kalau perusahaan perbankan, asuransi, dana pensiun, manajer investasi arahnya
kesana sesuai pasal 2 UUK yang dijuntokan dengan UU OJK. Jadi step nya
perusahaan yang mau dipailitkan kreditor harus mengajukan dulu permohonan
pailitnya ke OJK, maka baru sebenarnya OJK yang menjadi pemohon di
pengadilan, jadi pemohon nya adalah OJK
b. Tahun berapa pihak BJB melapor ke OJK?
Saya lupa Karena udah cukup lama ya, sepertinya ada diputusan, dan
mungkin setahun sebelum itu lagi, kita juga sudah melakukan permohonan ke
OJK dan itu lama diprosesnya beberapa kali kita banyak audiensi dengan OJK,
kalo surat jangan Tanya lagi, karena sudah puluhan surat kita ajuin ke OJK untuk
tindak lanjut permohonan kita.
Dan memamg jadi masalah adalah OJK di UU tidak ada batasan waktu
dalam permohonan pailit karena dalam UU adalah kata segera, dan pilihannya
masih ada kebingungan dari pihak OJK, karena itu asuransi syariah pertama yang
pailit sebelum BAJ, asuransi nusantara, satu lagi lupa, pokoknya ada 3 asuransi
yang pailit.
c. Apa alasan OJK lebih memilih pailit ketimbang liquidasi?
Karena ASM ini adalah asuransi syariah pertama yang dipailitkan dan
kewenangan OJK yang sedang transisi dengan Bapepam LK, OJK bingung mau
liquidasi atau pailit, setelah beberapa kali diskusi akhirnya diputuskan pailit.
Alasannya adalah karena sudah sesuai dengan dengan standar UU
kepailitan, pertama memang klaim2 itu tidak dibayar yang kedua jumlah kreditur
nya yang banyak sampe 27
d. Bagaimana tanggapan BJB atas selisih dengan piutang BJB yang cukup besar?
Setelah kesepakatan verifikasi dan pencocokan piutang ya segitu
jumlahnya dan sepakat, karena ASM itu ngk directly ke BJB dia melalui broker
lagi, jadi proses pencocokan piutang melihat data dr bjb dan ditentukan oleh
broker
e. Apa bentuk kerjasama antara BJB dengan ASM?
Bentuk kerjasama nya adalah dalam produk Asuransi jiwa kredit, kalau
yang nama nya kredit consumer itu kan wajib ada kredit asuransi contoh KPR
pembiayaan mobil , PNS, produk basic nya BJB itu buat kredit PNS , jadi setiap
kredit consumer harus ada asuransi jiwa nya , (wajib diasuransikan jiwanya) .,
nanti ada lagi asuransi kredit ini untuk kredit bersifat produktif kyk modal kerja ,
investasi , jadi sudah masuk dalam produk bjb justru pihak asm yang menawarkan
trus diterima ama bjb
f. Apa tanggapan BJB atas aset ASM yang hanya sebesar 2 M?
Ini namanya dana tabarru, dimana asuransi syariah harus mendepositkan
uangnya ke OJK, kalo sebenernya sih kewajiban nya itu bukan 2 M dulu katanya
mereka menyerahkan aset ke OJK dengan catatan bahwa dg waktu segera harus
dicairkan makanya ada 2 aset itu tapi yang jadi persoalan aset itu tidak liquid.
sebenarnya kalo aset itu liquid sih bisa nutupin seluruh kreditur menurut kurator.
Cuma setelah ditelah oleh kurator aset tersebut ngk bisa masuk budel pailit karena
bukan atas nama ASM melainkan atas nama pribadi nya masing2. Kalo tanggapan
kita sih harusnya ada jalan keluar oleh ojk untuk menyatakan benar bahwa itu aset
ASM yg dijadikan jaminan ke OJK untuk dibagikan ke kreditor
Jadi kreditur ingin nya aset itu bisa dimasukin ke budel pailit
g. Bagaimana kinerja kurator ASM?
Saya pikir kurator sudah cukup profesional dalam kerja nya Cuma
memang lagi lagi terhambat atas kewenangan kurator yang sebatas harta debitur
tidak bissa lompat ke harta pailit yg lain, harusnya OJK yang ngasih solusi lain
h. Berapa kali kuaror mengadakan rapat kreditor?
Sering yg resmi dan tidak resmi seperti rapat kreditur pertama rapat
kreditur piutang , rencana perdamaian kemudian utk rapat pembahasan yg
lainnya,, terkahir ditahun ini ada, isu pas rapat terkahir mau dicabut kepailitannya
tapi kreditor masih banyak menolak, usulan kurator ini karena alasannya harta nya
tidak mencukupi untuk dibagikan , kalo dicabut nanti nya jadi liquidasi pasal 18
junto 142 uu PT jadi ada penyebab2 liquidasi perusahaan pertama karena RUPS ,
insolvensi, dicabutnya kepailitan
i. Apakah ada laporan kurator ke kreditor?
Laporan berbentuk konsultasi OJK tekait dana tabru sama aset, tapi
kurator ngk bisa tetapi itu aset sebagai aset
j. Kebjakan BJB menanggungain kerugian?
Untuk menaggungi resiko bisnis akan melakukan rekstrukturisasi utang,
staryegi bisnis
k. Bagaimana jangka waktu yang lama?
Hal ini kembali ke otoritas untuk benar2 dalam penhgawasan dan regulasi
, hendaknya melkaukan perbaikan2 di sektor jasa keuangan karena melibatkan
org bnyak, missal monitoringnya harus day to day melihat perkembangan asuransi
nya dan produknya , konon kataya produk yg dijual ASM ini premi nya murah
yang kemudian pas kliam nanti ngk nutup, cara kerja asuransi secara singgakat
mengambil premi dari nasabah lalu dikelola dalam bentuk investasi , disini lah
OJK harus masuk produk awalny dan produk investasi nya , bner ngk
investasinya, ada kecurigaan dapat premi tapi buat kepentingan pribadi
l. Bagaimana kinerja hakim pengawas?
Turut andi tapi kembali kewenangan hanya mengawasi kurator
m. Apa harapan pihak BJB selaku kreditor?
1. bagaimana caranya 2 aset tadi bisa masuk budel pailit
2. jika sudah masuk harus cepat-cepat diliquidasi
Pasal 18 junto pasal 24 uu PT
Masalah waktu tidak jadi maslaah
8. Mufli Asmawidjaja dan Tri Wanty Octavia Veronica (27 September 2019) (wawancara
tertutup di kantor OJK) Pukul 09.00
a. Apakah bisa diceritakan kronologi kepailitan ASM?
Pertama yang berkaitan dengan kepailitan ini sebenarnya merupakan
tindak lanjut dari pencabutan izin usaha ASM yang dilakukan pada tahun 2012
yang mencabut waktu itu masih bapepam , didalam pencabutan izin usaha
tersebut diantara pertimbangan nya adalah ASM wajib menyelesaikan
kewajibannya kepada pemegang polis namun demikian sampai dengan 2015 kita
ajukan pailit itu pada tahun 2015 , itu blm ada pelunasan atau penyelesaian
kemudian OJK menerima beberapa surat dari pemegang polis yang menyatakan
bahwa sampai dengan tahun 2015 kewajiban2 ASM kepada pemegang polis
belum/tidak terselesaikan , nah dari sana maka OJK (2015) menginisiasi
kewenangan yang ada di UU kepailitan dimana disana disebutkan waktu itu
kalimatnya masih kementrian keuangan nah sementara menurut UU OJK
kewenangan terhadap pengawasan perusahaan asuransi dialihkan kepada OJK
pada tahun 2012, maka inisiatif itu diambil oleh OJK dalam rangka melindungi
kepentingan pemegang polis dalam hal ini masyarakat khususnya pemegang polis.
Nah itulah yang akhirnya kita upayakan dengan harapan proses ini lebih
bisa diselesaikan secara cepat. Karena waktu itu pertimbangan kita untuk
meliquidasi kita belum punya aturannya karena peraturan liquidasi yang ada pada
UU perasuransian tahun 2014 waktu itu ternyata tidak bisa dieksekusi mengingat
ASM ini dicabut izin usaha nya sebelum adanya UU asuransi yang baru jadi
masih pakai UU yang tahun 1992 sehingga tidak bisa kita pergunakan hal ini juga
sudah di diskusikan dengan kemenkumham, menurut kemenkumham apabila
dilakukan akan terjadi backdate it pelaksanaanya.
Akhirnya karena kita belum bisa melakukan liquidasi berdasarkan UU
tersebut maka kita melakukan kepailitan yang sudah ada dalam UU kepailitan
tahun 2004 itulah yang menyebabkan mengapa OJK memilih kepailitan
dibandingan liquidasi tapi kalo sekrang liquidasi udah jalan, beberapa kasus
asuransi yang mengalami masalah langsung di liquidasi dah ngk ada yang kita
pailitkan karena jalan nya sudah ada itulah yang akhirnya kenapa kita pailitkan.
b. Kenapa OJK yang sudah terima laporan 2 kreditur baru memohon kan kepailitan
pada tahun 2015?
Sebenarnya kalo saya melihat justru itu merupakan kesempatan bagi ASM
untuk menyelesaikan kewajibannya sebelum OJK melakukan tindakan kepailitan
artinya kalo dikatan OJK tidak memberikan kesempatan, ini yg salah, karena kita
udh kasih kesempatan sampe tahun 2015.
Akhirnya karena kita melihat ini tampaknya tidak ada itikad dari pengurus
ASM untuk menyelesaikan kewajiban nya ya kita pailitkan
c. Apa tanggapan OJK terkait aset ASM yang tidak bisa di masukan ke budel pailit?
Nggak begini, ini menurut saya kelemahan dari tim kurator. Tim kurator
sudah diberikan data data lengkap terkait aset tersebut hanya saja coba tanyakan
ke tim kurator sudah pernah belum datang ke lokasi aset tersebut Tanya ke
kurator apa yang mereka lakukan kepada aset itu, coba dilihat daerah sana, coba
ditanya ke dinas2 terkait cek dulu karena mereka kan punya dokumen nya, kalo
sudah cek dia bisa klaim bahwa itu milik ASM, dia bisa usaha datang ke BPN
atau notaris disana untuk mengklaim aset itu.
Klaim dulu itu jangan ujug-ujug bilang ngk bisa dieksekusi, sudah pernah
dia blm kesana, ini kan tugas kurator begitu juga dengan aset yang tanah sudah
pernah blm datang kesana mereka kan punya dokumen nya. Coba dicek dengan
pejabat2 terkait disana, dicek di BPN punya siapa aset itu ASM bukan, kalo
bukan punya ASM gimna caranya untuk bisa di klaim sebagai punya ASM, ntah
dibalik nama atau gmn, kan bisa diupayakan hal itu dulu
Jangan udah dapat data trus ngk kesana tapi ngasih informasinya OJK ngk bisa
bantuin ngasih data dst. Lah kurator nya ngk modal kalo kurator nya modal dia
datang kesana, ke Kalimantan ke Sumatra, upayakan itu dulu datang ke BPN
karena dari pemegang saham itu udah dikasih ke ASM tinggal bagimana cara nya
itu dibalikan namanya, dari pemilik pemegang saham menjadi milik atas nama
ASM, setelah jadi milik ASM baru itu bisa di kelola kurator, mau dijual, mau
dikerjasamakan mau diapain tanah ini. Kalo itu bukan hak milik tapi HGB maka
itu bisa dikerjasamakan, HGB nya yang dijual kan boleh nih jadi aset liquid
Hal ini udah pernah belum diupayakan sama kurator, ini yang menurut saya
kelemahan kurator. Harusnya kurator upayakan dulu, datang kesana cek betul
dimana wilayahnya.
Jadi Bagi saya tugas OJK sudah selesai tugas ojk itu adalah mengajukan
kepailitan berdasarkan UU kepailitan dengan harapan kurator segera melakukan
meng collect aset2 ASM karena hal itu tugas kurator bukan tugas OJK.
Tugas kurator adalah meng collect, membuat daftar aset nya yang mana,
daftar utang-utang nya mana, dia collect aset nya kalo ngk bisa cara nya
bagaimana upayakan dulu lalu lapor ke hakim pengawas dst
Peran OJK mana? Nggak ada karena by undang-undang, kita ngk bisa intervensi,
tapi kalo kurator butuh bantuan informasi itu udah kita kasih semua dokumen2
penting, sudah kita pertemukan dengan pemegang sahamnya, pemegang
sahamnya sudah mengaku bahwa itu sudah dikasih tinggal balik nama aja asetnya
Permasalahan ada dibalik nama harus nya itu yang diupayakan kurator jangan
seolah-olah dilempar ke OJK lagi bagaimana ini kerjaan kurator jadinya apa?
Kalo ngk ada modal kuartor nya susah.
Karena kalo kurator itu kan modal dulu, sekaranga aja laporannya mana,
lapor ke kita aja nggak perkembangan nya bagaimana belum ada ke kita
d. Kapan terakhir kurator memberikan laporan ke OJK?
Sudah lama Tahun lalu, saya ngk tau itu perkembangan nya bagaimana
dulu katanya ide nya mau diangkat kepailitannya itu hak mereka lah kita ngk mau
ikut campur karena kita ngk bisa intervensi OJK. Kalo ditanya oleh masyarakat
OJK ngapain? Lah sudah optimal kita, tanyain nya ke kurator bukan ke OJK
kurator berhasil ngk mengcollect aset dan membagikan aset nya ke masyarakat
sebenernya sekarang yang jadi tumpuannya adalah ada pada kurator bukan OJK
karena tugas OJK tidak bisa mengintervensi kurator karena posisi perusahaan
sudah pailit.
Kalo urusan pailit itu berarti kekuasaan dan pengelolaan asetnya ada pada
kurator, OJK ngk bisa apalagi izin juga sudah kita cabut, sudah ngk ada lagi
hubungan nya. Dana jaminan juga sudah kita kasih ke mereka (deposito jaminan)
ini yg kasih data kita OJK kurang apa kita bantuin dia saya cukup prihatin dengan
perbedaan selisih aset dengan utang harapan nya 2 aset itu bisa di liquidkan.
Harus ditanyakan kurator udah ngapain aja, sudah perna datang blm ke
Kalimantan dia kan punya dokumennya cek ke pejabat2 disana cek ke BPN
setempat ini tanah status nya milik siapa oh ternaya masih pemegang saham yang
lama blm jadi milik ASM maka daritu coba diurus datang bersama pemegang
sahamnya menghadap ke notaris bikin akta penyerahan kalo memang blm ada
aktanya kalo sudah ada aktanya tinggal didaftarkan ke BPN kan supaya dibalik
nama ini kalo statusnya SHM.
Kalo SHGB ya balik nama lah apalah caranya suapaya itu jadi milik ASM
kan gitu datang kesana cek kan ada dokumen nya diurus coba nanti dihitung
berapa biaya-biaya yang dikeluarkan kurator pokoknya harus modal lah ini mah
kagak mau.
Actio paulina juga bisa kalo ada sengketa di dalamnya jangan apa2
ngandalin OJK lah kita kan juga terbatas kita Cuma punya informasi mengenai
laporan keuangan udh kita kasih semuanya, informasi aset juga sudah kita kasih
juga semuanya maka dari itu carilah kalo ngk kita (OJK) aja yang jadi kuratornya
haha
Kan hal itu nggak bisa maka itu menurut saya dari sisi OJK saat ini dalam
posisi pailit berdasarkan UU kepailitan yang berhak mengelola semuanya itu
adalah kurator, OJK? Peran OJK sudah selesai kalo kita ikut campur nanti malah
kita yang digugat ama kuratornya
e. Apakah perlindungan yang diberikan OJK hanya sebatas permohonan pailit?
Kemaren itu dipailitkan nya sebelum UU 2014, sehingga kita belum bisa
pakai UU itu karena cabut izin usaha nya ditahun 2012 kalo di UU kan 30 hari
sudah harus di liquidasi , hal ini kan ngk mungkin karena sudah beberapa tahun
yang lalu kalo kita terapkan UU ini ngk bisa karena sudah di pailitkan beberapa
tahun yang lalu , hari nya ngk masuk maka jadi back date it , ngk mungkin kita
berlakukan UU untuk cabut izin yang sudah lama , liquidasi itu kan kaitannya
dengan cabut izin kan , nah ini cabut izin nya jauh hari sbelum UU.
Makanya kalo ditanya, loh pak kok ngk di liquidasi berdasarkan UU?
Jawaban nya ini gk bisa karena cabut izin nya itu di 2012, UU nya di 2014, ngk
mungkin kita bawa UU ini berlaku di 2012, dan ngk mungkin kan menghitung
hari 60 hari berdasar UU karena udh lewat, justru kalo kita terrapin salah dan
beresiko
Karena kalo kita liquidasi dasarnya apa? UU, UU yang mana? 2014, loh UU nya
baru ada, cabut izin nya 2012, makanya karena cabut izin nya 2012 kita juga
sudah konsultasi ke kemenkumham, FGD ke hakim ketua PN jakpus, jalan paling
bagus adalah kepailitan atau liquidasi yang dilakukan oleh kejaksaan pengacara
negara
Kita juga udh diskusi dengan kejaksaan, ribet lagi masalahnya kan jaksa minta ini
minta itu akhirnya kita tentuin bahwa pailit lebih cocok dan bisa kita lakukan,
pernah diskusi juga dengan ricardo simanjuntak selaku ahli pailit, udh banyak
FGD dengan ahli kepailitan terkait kasus ini
Undang hakim PN jakpus juga, datang ke kejaksaan tapi kejaksaan bilang
baru pertama kali juga jadi tidak ada pengalaman nanti jadi malah ribet maslahnya
akhirnya kita ambil jalan kepailitan WAKTU ITU YA !!! KALO SEKARANG
UDH NGK ADA LAGI. Karena kalo sekrang yang cabun izin usaha langsung
liquidasi
f. Apa penyebab permohonan pertama OJK ditolak?
Oh kalo itu mah typo, karena kita waktu itu ada 3 perusahaan yang kita
pailitkan, kita typo karena ada beberapa kata yang tidak menyebut kata ASM,
malah menyebut perusahaan asuransi yang sebelumnya tapi sebenrnya itu bukan
substansi Cuma karena udh putusan pengadilan kita harus hormati
Penolakan ASM yang pertama blm pada substansi nya, waktu itu mereka pake
lawyer tuh, lawyer nya dapat celah sehingga yg menang ASM kita ngk ada upaya
hukum, tapi lanshung kita ajukan pailit ulang karena kan ngk menganut asas nebis
in idem.
Waktu itu N O kita ngk ada upaya hukum ya sudah kita ajuin lagi aja dan
perbaiki gugatan, setelah itu pailit mereka ajuin kasasi trus sampe PK juga
katanya tapi kalah terus tapi coba cek lagi karena kalo PK jika ada novum kan
ngk dibatasin waktu tapi kalo 6 bulan karena kekeliruan hakim udah selesai kita
naggap udh ngk ngajuin
g. Bagaimana saran OJK terkait kasus ini, karena kalo harapan kurator tahun ini
selesai kalau harapan kreditor 2 aset tadi masuk budel pailit?
Kalo harapan OJK kurator saat ini yang memiliki dokumen lengkap terkait
aset2 ASM itu diupayakan seoptimal mungkin seperti yang saya ceritakan diatas
Cobalah dia datang kesana pihak2 yang berwenang, bupati BPN untuk mencari
tahu lokasi dimana milik siapa kalo sudah milik ASM ya Alhamdulillah tinggal
cari siapa yg mau mengalihkan hak nya bisa dijual dikerjasamakan disewakan
yang penting ada pemasukan, masa itu hharus OJK, yang masuk ke ranah itu.
Kalo ada informasi yang belum dia dapatkan berartti OJK emg ngk ada
kita udh seoptimal mungkin bantu memberi informasi sampe data 2008 2006 kita
korek2 lagi seperti laporan keuangan, pertemuan dengan pemegang sahamnya.
Pemegang saham juga sudah cerita dan bilang sudah serahkan ke asm tapi
ngk tau ASM udh ngurus balik nama atau blm masa saya juga. Dan kalo ngk salah
akta sudah dikasih ke kurator oleh direktur terakhir data kompuetr juga, jadi ngk
mungkin OJK karena udh ngk ada laporan lagi. Kalo kuartor datang lagi minta
data lagi kita siap kasih kalo ada lagi
h. Bagaimana dengan rapat kreditor, apakah OJK dilibatkan?
Kita ngk mungkin masuk rapat kreditor karena kita bukan kreditur, kita
diundang sih namun nanti malh rebut dnegan kreditur lagi karena masyarakat
kadang ngk tau posisi OJK. Maka menurut kami ini semua sudah kewenangan
kurator maka selesaikan lah jadi ngk mungkin OJK bikin jadwal.
i. Bagaimana dengan kepailitan pribadi? Apakah OJK juga menerima kepailitan
selain jasa keuangan?
Kenapa kita ajuin kepailitan karena ada di dalam UU kepailitan terkait
kewenangan menteri pada saat itu kan. Sekarang di UU 2014 udh ada
kewenangan OJK terhadap Asuransi nah waktu itu kita ngk pakai UU kita paki
UU kepailitan sama Asuransi tahun 1992 maka kewenangan nya kita ambil dari
pasal 2 junto pasal 55 UU OJK lalu kita msukan ke pengadilan.
j. Kenapa tidak ada PKPU dalam kasus ini?
Tidak ada PKPU kita langsung pailit tapi saying tidak ada perlawanan
ASM juga tapi kalo kita pengen langsung pailit biar aset bisa dibagi ke pemegang
polis
Kalo ASM ada itikad baik pasti dengan jangka waktu 3 tahun lama nya harusnya
dia bisa nyicil utang atau PKPU.
k. Jadi dari kasus ini siapa yang punya itikad tidak baik?
Nggak begitu, dalam hal ini memang semuanya yang bertanggaung jawab
adalah ASM. Kalo menurut saya, inikan kewajiabn semuanya ASM, dalam
rangka upaya itu OJK utuk melindungngi kepentingan masyarakatat khususnya
pemegang polis ASM maka kita ajuikan pailit supaya ada jalan keluarnya karena
kalo pailit ada kurator, nanti kurator yang akan mengeksekusi kepilitan untuk
proses liquidasi nya lah kyk gitu bahasanya
Cuma dalam kesulitannya tampaknya collect aset nya sulit bagi kami
sudah tidak ada lagi yg bisa diupayakan ojk stelah diputus pailit karena sudah ada
kurator jadi silahkan kuartor untuk menupayakan seoptimal mungkin jangan
langsung menyerah jadi bukan itikad tidak baik. Sehigga kurator harus seoptimal
mungkin, effort nya harus lebih itu lah harapan kita. Kuncinya adalah kurator
bukan ke ojk, semua harapan ada di kurator, kalo nyerah apa perlu kita tunjuk
lagi. Waktu awal yg ngajuin kita tapi kalo mau ganti itu inisiatif kurator
Wawancara bersama Ibu Endah Detty Pertiwi, Hakim Niaga di PN Jakarta Pusat.
Wawancara bersama Pak Lazuardi Kuasa Hukum kreditor BJB.
Wawancara bersama Ibu Soumi ,Divisi Corporate BJB.
Wawancara bersama Pak Mufli Asmawidjaja. Deputi Direktur litigasi dan bantuan hukum
OJK.