analisis eksistensi hak pengusahaan perairan pesisir dalam kaitan dengan sektor kepariwisataan kota...

23
ANALISIS EKSISTENSI HAK PENGUSAHAAN PERAIRAN PESISIR DALAM KAITAN DENGAN SEKTOR KEPARIWISATAAN KOTA MAKASSAR Di susun oleh : MUHAMMAD NUR UDPA B111 07 173 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

Upload: muhammad-nur-udpa

Post on 27-Jul-2015

951 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

berupa skripsi, dimana memaparkan mengenai ekistensi hak penguasaan perairan pesisir

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

ANALISIS EKSISTENSI HAK PENGUSAHAAN PERAIRAN

PESISIR DALAM KAITAN DENGAN SEKTOR

KEPARIWISATAAN KOTA MAKASSAR

Di susun oleh :

MUHAMMAD NUR UDPA

B111 07 173

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2009

1

Page 2: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau, menurut data Departemen

Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004, adalah sebanyak 17.504 buah. 7.870 di

antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Jumlah pulau

yang tidak sedikit inilah yang menjadi salah satu faktor banyaknya jumlah nelayan yang

tersebar di bumi Nusantara Indonesia, yang berjumlah sekitar dua juta nelayan. Indonesia

juga akrab dikenal sebagai negara maritime yang memiliki wilayah laut 2/3 dari seluruh

luas wilayah Negar dan memiliki kekayaan bahari yang begitu melimpah, layaknya

menjadi surga setiap pelaut dan nelayan yang hidup di bumi ini.

Suatu hal yang wajarlah ketika, pemerintah mengatasnamakan negara berjuang mati

matian untuk memberikan kesejahteraan masyarakat di daerah pesisir. Salah satu

pembuktian akan keseriusan pemerintah dalam menunjang kesejahteraan daerah pesisir

yaitu dengan disahkannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dimana dalam salah satu pasalnya, Pasal 10 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 1999

menyatakan kewenangan daerah di wilayah laut adalah : Eksplorasi, eksploitasi,

konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut tersebut, Pengaturan

kepentingan administratif, Pengaturan tata ruang, Penegakan hukum terhadap peraturan

yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah,

dan Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara. Undang Undang ini dengan

jelas memberikan kewenangan akan pemanfaatn sebesar besarnya daerah pesisir dengan

tetap memerhatikan keseimbangan di daerah tersebut.

Selain itu pemerintah juga mengesahkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 yang

memberikan hak pengusahaan perairan pesisir untuk kurun waktu 20 tahun. Guna

menopang hak pengusahaan perairan pesisir (HP3), pemerintah berencana menerbitkan

aturan zonasi kawasan pesisir tahun ini. Pengaturan tata ruang itu memisahkan kawasan

2

Page 3: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

perikanan budidaya dan tangkap sehingga mendorong pengelolaan kawasan secara

eksklusif. Menurut Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan

dan Perikanan (DKP) Syamsul Ma’arif, penerbitan HP3 bertujuan mendorong orang,

kelompok masyarakat, atau pengusaha untuk memanfaatkan sumber daya perairan pada

areal tepi laut hingga jarak 12 mil dari pantai. Pengaplingan pesisir untuk menopang HP3

dilakukan bersama-sama oleh pemerintah daerah, masyarakat pesisir, dan pengusaha.

Pemberian HP3 dinilai akan memberikan kepastian hukum untuk berinvestasi sekaligus

perlindungan kawasan. ”HP3 akan mendorong percepatan investasi di wilayah pesisir dan

menguntungkan semua pihak. Pelaku usaha memiliki kepastian hukum dalam

mengembangkan usaha dan nelayan terlindungi dalam menangkap ikan di perairan,”

Namun, terjadi kontroversi akan diterbitkannya Hak Pengusahaan Perairan (HP3)

tersebut. Kontra akan penerbitan HP3 tersebut, berawal dari keraguan hak pengelolaan

pesisir itu mampu melindungi nelayan dan masyarakat pesisir terhadap kepentingan

pemilik modal. Selain itu HP3 tersebut akan mengapling laut untuk kegiatan usaha

dikhawatirkan kian menggerus hak-hak masyarakat adat yang sekian lama termajinalkan.

Setidaknya, ada tiga hal mendasar yang perlu ditakar ulang dalam pemberian hak

tersebut. Pertama, aspek pemenuhan hak atas perlindungan dan keselamatan warga

negara dari ancaman bencana. Sudah menjadi pengetahuan setiap orang, bahwa wilayah

Indonesia terletak di sepanjang jajaran gunung api (yang dikenal dengan ring of fire),

serta pertemuan tiga lempeng bumi, yang secara alamiah telah menyebabkan Indonesia

rawan bencana. Sebut saja bencana tsunami Aceh dan Yogyakarta, bencana banjir dan

abrasi hampir di seluruh desa-desa pesisir, serta gelombang tinggi yang akhir-akhir ini

semakin kerap melanda perairan Indonesia. Semua itu memberikan isyarat betapa

rentannya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia terhadap bencana. edua,

menakar untuk siapa sebenarnya sertifikat HP-3 diberikan. Dengan komposisi

kemiskinanan yang masih mendominasi, serta taraf pendidikan yang juga masih sangat

rendah, menjadi tidak relevan bagi masyarakat nelayan dan pembudidaya tradisional

masuk ke dalam skema sertifikasi seperti yang diharapkan UU. Budaya birokrasi yang

rumit, dan cenderung mahal mengisyaratkan penguasaan kegiatan usaha oleh pemilik

3

Page 4: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

modal besar justru akan mendominasi, sejalan dengan kemudahan yang diberikan negara,

dan kemampuan pemodal memenuhi kebutuhan sertifikasi tersebut.

Ketiga, menakar intensitas konflik perikanan terkait hak kepemilikan. Charles dalam

bukunya Sustainable Fishery Systems (2001) menyebutkan, debat mengenai hak

kepemilikan mencakup pertanyaan filosofis yang telah berlangsung sejak lama mengenai

aspek legal, sejarah dan/atau kepemilikan, akses dan kontrol perikanan. Konflik ini

sendiri cenderung, di antaranya, disebabkan perbedaan kepentingan terhadap beberapa

bentuk kepemilikan perikanan, di antaranya: open-access, manajemen terpusat, hak

pengelolaan kawasan, pengelolaan berbasis masyarakat, kuota individu, dan privatisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dan untuk memfokuskan penulisan ini, masalah yang

terumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir dalam kaitannya

dengan Kepariwisataan Kota Makassar ?

b. Dengan cara apakah tertunjangnya daerah pesisir khususnya dalam sektor

pariwisata, Kota Makassar ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Menjelaskan mengenai eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir dalam

kaitannya dengan Kepariwisataan Kota Makassar

b. Memberikan gambaran mengenai faktor faktor dapat tertunjangnya daerah pesisir

khususnya dalam sektor pariwisata, Kota Makassar

Adapun kegunaan dari penulisan skripsi ini adalah:

4

Page 5: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

a. Memberikan penjelasan mengenai eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir

dalam kaitannya dengan Kepariwisataan Kota Makassar

b. Menguraikan mengenai faktor faktor dapat tertunjangnya daerah pesisir

khususnya dalam sektor pariwisata, Kota Makassar

5

Page 6: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian- Pengertian

2.1.1 Pariwisata

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau

sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang

melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms

of demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist

market. The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities,

tourist facilities, services and related infrastructure, and information and promotion.

Visitors are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.

Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti

keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan.

Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara.

Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan

aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi

dan promosi.

Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,

bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari

keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi

sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila

memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu : (dikutip dari Ekonomi Pariwisata, hal

21)

6

Page 7: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

a. Harus bersifat sementara

b. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa.

c. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran. Dalam

kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan

yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya.

Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-

pekerjaan yang menghasilkan upah. (Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di

Indonesia, hal. 3)

2.1.2 Hak Pengusahaan Pengelolaan Pesisir

Menurut Undang-Undang RI No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau Pulau Kecil pasal 1 ayat (1);

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses

perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah,

antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Undang-Undang RI No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau Pulau Kecil pasal 1 ayat (2);

Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang

dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

Menurut Undang-Undang RI No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau Pulau Kecil pasal 1 ayat (4);

Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumber daya hayati, sumber

daya nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati

meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain; sumber

daya nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan

7

Page 8: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa

lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah

air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang

terdapat di Wilayah Pesisir.

Menurut Undang-Undang RI No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau Pulau Kecil pasal 1 ayat (7);

Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan

sejauh 12 (duabelas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang

menghubungkan pantai dan pulau-pulau,estuari, teluk, perairan dangkal, rawa

payau, dan laguna.

Menurut Undang-Undang RI No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau Pulau Kecil pasal 1 ayat (15);

Rencana Pengelolaan adalah rencana yang memuat susunan kerangka kebijakan,

prosedur, dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian pengambilan

keputusan di antara berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenaikesepakatan

penggunaan sumber daya ataukegiatan pembangunan di zona yang ditetapkan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 UU No. 6/1996 tentang Perairan Indonesia, wilayah

perairan Indonesia mencakup :

1. Laut territorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 mil laut diukur dari garis

pangkal kepulauan Indonesia,

2. Perairan Kepulauan, adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis

pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman dan jarak dari pantai,

3. Perairan Pedalaman adalah semua peraiaran yang terletak pada sisi darat dari garis

air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk didalamnya semua bagian dari

perairan yang terletak pada sisi darat pada suatu garis penutup

8

Page 9: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

Menurut Dayan, perairan pedalaman adalah perairan yang terletak di mulut sungai, teluk

yang lebar mulutnya tidak lebig dari 24 mil laut dan di pelabuhan. Karakteristik umum

dari wilayah laut dan pesisir dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Laut meruapakan sumber dar “common property resources” (sumber daya milik

bersama), sehingga kawasan memiliki fungsi public/kepentingan umum.

2. Laut merupakan “open access regime, memungkinkan siapa pun untuk

memanfaatkan ruang untuk berbagai kepentingan.

3. Laut persifat “fluida”, dimana sumber daya (biota laut) dan dinamika

hydrooceanography tidak dapat disekat/dikapling.

4. Pesisir merupakan kawasan yang strategis karena memiliki trografi yang relative

mudah dikembangkan dan memiliki akses yang sangat baik (dengan

memanfaatkan laut sebagai “prasarana” pergerakan.

5. Pesisir merupakan kawasan yang akan sumber daya alam, baik yang terdapat di

ruang daratan maupun ruang lautan, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

manusia.

Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi

pengembangan ekonomi Indonesia, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar

ekonomi nasional. Disamping itu, fakta-fakta yang telah dikemukakan beberapa ahli

dalam berbagai kesempatan, juga mengindikasikan hal yang serupa. Fakta-fakta tersebut

antara lain adalah :

1. Secara sosial, wilayah pesisir dihuni tidak kurang dari 110 juta jiwa atau 60% dari

penduduk Indonesia yang bertempat tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai.

Dapat dikatakan bahwa wilayah ini merupakan cikal bakal perkembangan

urbanisasi Indonesia pada masa yang akan dating.

2. Secara administratif kurang lebih 42 Daerah Kota dan 181 Daerah Kabupaten

berada di pesisir, dimana dengan adanya otonomi daerah masing-masing daerah

otonomi tersebut memiliki kewenangan yang lebih luas dalam pengolahan dan

pemanfaatan wilayah pesisir.

9

Page 10: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

3. Secara fisik, terdapat pusat-pusat pelayanan sosial-ekonomi yang tersebar mulai

dari Sabang hingga Jayapura, dimana didalamnya terkandung berbagai asset

sosial (Social Overhead Capital) dan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi dan

financial yang sangat besar.

4. Secara ekonomi, hasil sumberdaya pesisir telah memberikan kontribusi terhadap

pembentuka PDB nasional sebesar 24% pada tahun 1989. Selain itu, pada wilayah

ini juga terdapat berbagai sumber daya masa depan (future resources) dengan

memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini belum dikembangkan

secara optimal, antara lain potensi perikanan yang saat ini baru sekitar 58,5% dari

potensi lestarinya yang termanfaatkan.

5. Wilyah pesisir di Indonesia memiliki peluang untuk menjadi produsen (exporter)

sekaligus sebagi simpul transportasi laut di Wilayah Asia Pasifik. Hal ini

menggambarkan peluang untuk meningkatkan pemasaran produk-produk sektor

industri Indonesia yang tumbuh cepat (4%-9%)

6. Selanjutnya, wilayah pesisir juga kaya akan beberapa sumber daya pesisir dan

lauatan yang potensial dikembangkan lebih lanjut meliputi (a) pertambangan

dengan diketahuinya 60% cekungan minyak, (b) perikanan dengan potensi 6,7

juta ton/tahun yang tersebar pada 9 dari 17 titik penangkapan ikan di dunia, (c)

pariwisata bahari yang diakui duniadengan keberadaan 21 spot potensial, dan (d)

keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (natural biodiversity) sebagai daya

tarik bagi pengembangan kegiatan “ecotaurism”.

7. Secara biofisik, wilayah pesisir di Indonesia merupakan pusat biodiversity laut

tripis dunia kerena hamper 30% hutan bakau dan terumbu karang dunia terdapat

di Indonesia.

8. Secara politik dan hankam, wilayah pesisir merupakan kawasan perbatasan antar

Negara maupun antar daerah yang sensitive dan memiliki implikasi terhadap

pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

10

Page 11: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

2.2 Sejarah Terlahirnya Hak Pengusahaan Perairan Pesisir

Selama berabad-abad, manusia memandang laut sebagai open access commodity dengan

sumber daya yang tidak terbatas. Setiap orang bebas untuk melakukan aktivitas di laut

dan mengeksploitasi sumber daya laut. Hal ini mendorong terjadinya over eksploitasi

sumber daya dan kerusakan ekosistem laut yang secara kumulatif menyebabkan the

tragedy of common yaitu menipisnya kekayaan laut.

Lahirnya Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil (UU PWP3K) adalah sebuah bukti bahwa Pemerintah mulai

menyadari bahwa kekayaan laut adalah sesuatu yang harus dijaga kelestariannya dan

dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara langsung maupun tidak

langsung untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang. UU PWP3K ini

bertujuan untuk melindungi, mengonservasi, merehabilitasi dan memperkaya sumber

daya pesisirdan laut secara berkelanjutan serta meningkatkan nilai sosial, ekonomi dan

budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya

pesisir dan pulau-pulau kecil.

Salah satu ruh dari UU PWP3K adalah dilahirkannya Hak Pengusahaan Perairan Pesisir

(HP3). Dalam Pasal 16 UU PWP3K dijelaskan bahwa pemanfaatan perairan

pesisir meliputi pengusahaan atas permukaan laut dan kolom air sampai dengan

permukaan dasar laut diberikan dalam bentuk HP3. HP3 ini dilahirkan karena sistem

pemanfaatan yang ada sekarang ini terbukti tidak efektif dan belum meningkatkan taraf

hidup masyarakat nelayan.

Sebenarnya HP3 bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Dalam Undang-

Undang Pokok Agraria (UUPA) Tahun 1960, pernah diperkenalkan Hak Pemeliharaan

dan Penangkapan Ikan (HPPI). Namun karena politik hukum yang mati suri ketika itu,

Peraturan Pemerintah tentang HPPI tidak pernah diterbitkan. Bahkan jauh sebelum itu,

beberapa masyarakat tradisional di Indonesia telah mengembangkan tradisi pengelolaan

perairan pesisir yang bersifat eksklusif sepertisasi di Maluku, awig-awig di Nusa

Tenggara Barat dan rompong di Sulawesi Selatan.

11

Page 12: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

Berkembangnya pemanfaatan perairan pesisir dewasa ini seperti budidaya mutiara dan

rumput laut serta ekowisata bahari dan untuk memelihara pengakuan terhadap hak-hak

adat, maka Pemerintah memberikan wewenang kepada Pemerintah Daerah untuk

menerbitkan HP3. Namun untuk dapat menerbitkan HP3, Pemerintah Daerah harus sudah

terlebih dahulu memiliki Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan

Rencana Aksi Wilayah Pesisir yang masing-masing ditetapkan dalam bentuk suatu

Peraturan Daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi munculnya konflik

pemanfaatan setelah diberikannya HP3.

Prioritas pertama penerima HP3 adalah masyarakat lokal atau adat yang secara turun

temurun menguasai dan memanfaatkan perairan pesisir. Pemberian HP3 untuk komunitas

ini tidak terbatas hanya untuk kegiatan ekonomi, namun juga dapat diberikan untuk

kegiatan-kegiatan yang bersifat religius dan kultural. Subjek hukum lain yang dapat

diberikan HP3 adalah Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia. Karena itu,

perusahaan asing atau multinasinal tidak dapat diberikan HP3.

Jangka waktu HP3 akan diberikan dengan mempertimbangkan karakteristik usaha dan

waktu yang kondusif bagi tumbuhnya investasi. Jangka waktu pertama akan diberikan

selama 20 tahun dan dapat diperpanjang lagi masing-masing 20 tahun sampai waktu yang

tak terbatas sepanjang masih dimanfaatkan secara efektif. Disamping itu, HP3 akan

diberikan dalam bentuk sertifikat yang dapat beralih, dialihkan dan dapat dijadikan

jaminan utang. HP3 akan berakhir karena jangka waktunya habis dan tidak diperpanjang

lagi, ditelantarkan atau dicabut untuk kepentingan umum.

2.3 Kewenangan Daerah di Bidang Kelautan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah memberikan

kewenangan yang luas kepada Daerah Kabupaten dan Kota untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri berdasarkan aspirasi msyarakat setempat

12

Page 13: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 10 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun

1999 menyatakan kewenangan daerah di wilayah laut adalah :

Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas

wilayah laut tersebut.

Pengaturan kepentingan administratif.

Pengaturan tata ruang.

Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang

dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah.

Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.

Yang termasuk wilayah laut Daerah Propinsi adalah sejauh dua belas mil laut yang diukur

dari garis pantai arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Sedangkan wilayah

laut Daerah Kabupaten dan Kota adalah sepertiga dari wilayah laut Daerah Propinsi.

Dengan memperhatikan ketentuan tersebut maka daerah pesisir merupakan kewenangan

dari Daerah Kabupaten dan Kota .

Daerah pesisir sebagai transisi dari ekosistem darat dengan ekosistem laut berada dalam

kewenangan Daerah di bidang kelautan. Sesuai dengan UU 22/1999 yang menyatakan

bahwa wilayah laut dari Kabupaten/Kota adalah sepertiga dari wilayah laut Propinsi

berarti sepanjang 4 (empat) mil laut dari garis pantai, maka wilayah pesisir berada dalam

kewenangan Daerah Kabupaten atau Kota setempat.

Sejalan dengan kewenangan Daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakatnya, maka Daerah akan mengelola dan memanfaatkan daerah pesisir untuk

digunakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Daerah. Untuk memenuhi

kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kesejahteraan

rakyat di Daerah maka seluruh potensi sumber daya yang tersedia di Daerah akan

dimanfaatkan seoptimal mungkin. Salah satu potensi sumber daya yang dimiliki Sebagian

Daerah adalah potensi daerah pesisir.

Secara alamiah potensi pesisir di daerah dimanfaatkan langsung oleh masyarakat yang

bertempat tinggal di kawasan tersebut yang pada umumnya terdiri dari nelayan. Nelayan

13

Page 14: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

di pesisir memanfaatkan kekayaan laut mulai dari ikan, rumput laut, terumbu karang dan

sebagainya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya potensi pesisir dan

kelautan yang dimanfaatkan oleh para nelayan baru terbatas pada upaya pemenuhan

kebutuhan hidup.

Pemanfaatan potensi daerah pesisir secara besar-besaran untuk mendapatkan keuntungan

secara ekonomis dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian rakyat belum

banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir untuk usaha ekonomi dalam skala besar baru

dilakukan pada sebagian Kabupaten dan Kota yang berada di daerah pesisir. Pada

umumnya usaha ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak di sektor pariwisata.

Sejalan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah berupaya untuk

memanfaatkan potensi daerah pesisir ini untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Disamping itu Pemerintah Daerah juga memanfaatkan potensi daerah pesisir ini

untuk meningkatkan pertumbuhan dan perekonomian masyarakat di Daerah.

Mengingat kewenangan Daerah untuk melakukan pengelolaan bidang kelautan yang

termasuk juga daerah pesisir masih merupakan kewenangan baru bagi Daerah maka

pemanfaatan potensi daerah pesisir ini belum sepenuhnya dilaksanakan oleh Daerah

Kabupaten atau Kota yang berada di pesisir. Jadi belum semua Kabupaten dan Kota yang

memanfaatkan potensi daerah pesisir.

14

Page 15: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Lokasi Penelitian

Pada penelitian kali ini Penulis mengambil lokasi yang tidak jauh dari tempat Penulis

tengah berdomsili. Hal ini beralasan bahwa data-data yang di butuhkan dalam melakukan

penelitian ada dalam kawasan domisili Penulis serta data tersebut dirasakan sudah cukup

untuk menjadi dasar serta fondasi Penulis dalam melakukan penelitian serta pembuatan

skripsi ini. Lokasi penelitian Penulis adalah Daerah Kota Makassar itu sendiri tepatnya

pada daerah pesisir kota makassar.

3.2 Sumber Data

Mengenai jenis data, Penulis mengambil data sekunder. Data sekunder adalah data yang

diperoleh melalui penalaran dan telaah dari setiap dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan apa yang tengah diteliti oleh Penulis. Data-data tersebut dapat diperoleh baik

melalui buku referensi, Koran, majalah, arsip, media elektronik, dan lain sebagainya.

Semua data-data tersebut Penulis baca dan telaah secara seksama untuk mendapatkan

data yang Penulis perlukan dalam penelitian

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan maksud menjelaskan sejauh

mana eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir dalam Kaitan dengan Sektoral

Kepariwisataan Kota Makassar.

3.4 Analisis Data

Penulis melakukan analisis secara kualitatif terhadap data-data yang telah Penulis

temukan dan telaah secara seksama. Analisis seperti ini dirasakan Penulis lebih sesuai

dengan data yang telah diperoleh. Adapun nanti analisis kuantitatif apabila dalam

pembahasan nanti terdapat hal-hal yan dirasa perlu untuk dilakukan oleh Penulis.

15

Page 16: Analisis Eksistensi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir Dalam Kaitan Dengan Sektor Kepariwisataan Kota Makassar

DAFTAR PUSTAKA

http://www.beritamaritim.com/berita/01/11.shtml

www.indoprogress.com

www. makassarkota .go.id/index.php?option=com_content .

www.depkominfo.go.id/.../ hak - pengusahaan - perairan - pesisir -dapat-ditolak-jika-

ancam-kelestarian/

www.dkp-banten.go.id/berita/02/08-liput.rtf

www.wikipedia.com/jumlahpulau

16