analisis faktor-faktor yang memengaruhi … · definisi operasional variabel 19 hasil dan...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI
MUZAKI KOTA BOGOR DALAM MENYALURKAN
ZAKAT PENGHASILAN
HANIFAH AZIZAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor
yang Memengaruhi Preferensi Muzaki Kota Bogor dalam Menyalurkan Zakat
Penghasilan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Hanifah Azizah
H54120047
ABSTRAK
HANIFAH AZIZAH. Analisis Faktor-faktor yang memengaruhi Preferensi
Muzaki Kota Bogor dalam Menyalurkan Zakat Penghasilan. Dibimbing oleh
RANTI WILIASIH.
Zakat merupakan salah satu instrumen redistribusi pendapatan. Salah satu
zakat kontemporer yang memiliki potensi untuk dikembangkan di masyarakat
adalah zakat penghasilan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-
faktor yang memengaruhi preferensi muzaki di Kota Bogor dalam menyalurkan
zakat penghasilan. Survei dilakukan kepada muzaki di Kota Bogor yang rutin
menyalurkan zakat penghasilan melalui Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) formal
maupun meyalurkan langsung kepada mustahik. Analisis deskriptif digunakan
untuk mengetahui karakteristik, persepsi, dan perilaku muzaki terhadap zakat
penghasilan, sedangkan metode regresi logistik digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi preferensi muzaki dalam menyalurkan zakat
penghasilan. Hasil analisis menggunakan metode regresi logistik menunjukkan
bahwa variabel pengetahuan zakat, kepercayaan terhadap lembaga, lama
pendidikan, institusi tempat bekerja, pendapatan, aksesibilitas, dan usia
berpengaruh signifikan terhadap preferensi muzaki dalam menyalurkan zakat
penghasilan.
Kata Kunci : kepercayaan, muzaki, preferensi, Organisasi Pengelola Zakat (OPZ),
zakat penghasilan
ABSTRACT
HANIFAH AZIZAH. Analysis of Factors Affecting Muzaki Preferences in the
City of Bogor in Distributing Zakat on Income. Supervised by RANTI WILIASIH.
Zakat is one of the instruments of income redistribution. One type of
contemporary zakat that has potential charity to be developt in society is zakat on
income. This study aimed to analyze factors that affect the muzakki preferences in
the City of Bogor in distributing zakat on income. This survey was conducted to
muzaki in the City of Bogor who regularly distribute zakat on income through
Zakat Management Organization (OPZ) and who distribute directly to mustahiq.
Descriptive analysis is used to determine the characteristics, perceptions, and
behavior towards muzakki of zakat on income, while the logistic regression
method is used to analyze the factors that influence muzakki preferences in
distributing zakat. The results of the analysis using logistic regression showed that
knowledge of zakat, trust to the institutions, length of education, work place
institution, income, accessability, and age significantly influence the muzakki
preferences in distributing zakat on income.
Keywords: trust, preference, Zakat Management Organization (OPZ), zakat on
income.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI
MUZAKI KOTA BOGOR DALAM MENYALURKAN
ZAKAT PENGHASILAN
HANIFAH AZIZAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Memengaruhi Preferensi Muzakki Kota
Bogor dalam Menyalurkan Zakat Penghasilan. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada departemen Ilmu Ekonomi,
Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad Salallahi ‘Alaihi Wasalam karena berkat jasa beliau kita dapat
merasakan nikmat Islam sampai hari ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang
tua dan keluarga penulis, yaitu Papa Edy Hartulistiyoso, Mama Mira Suprayatmi,
M.Si., Kakak Harumi Aini, Adik Halimah Azzahrah atas segala doa dan
dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Ranti Wiliasih, S.P, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan arahan, waktu, saran, dan bimbingan dengan
sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Firdaus, S.P, M. Si. selaku dosen penguji
utama dan Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc. M.A. selaku dosen penguji
dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk
perbaikan skripsi ini.
3. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu
dan bantuan kepada penulis.
4. Bapak Ibu responden yang telah bersedia di wawancara dan mengisi
kuesioner.
5. Teman-teman sebimbinganan Ichria Nurul Arda, Kartika Andiani,
Naufal Rahardi, Aldilla Viddy, Ahmad Muhaimin, Arno Nugroho, dan
Syarifah Nurul Aini yang telah berbagi ilmu, pendapat, semangat,
motivasi, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini
6. Sahabat dan teman - teman penulis Ninis, Ici, Imi, Tamara, Hida, Ivan,
Bena, Anggi, Widya, Amin, Ditta, Ica, Darman, Mei, Syaffa, Ola, Muti,
Zacky, Gita, Farah yang membantu memberikan ide, motivasi, dan
saran.
7. Teman-teman BEM FEM SIMFONI 2013-2014, Seluruh keluarga Ilmu
ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 48, 49 dan 50 terimakasih
atas doa dan dukungannya.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi
ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu
Bogor, Juni 2016
Hanifah Azizah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 6
Zakat dan Kelembagaan 6
Zakat Penghasilan atau Profesi 7
Preferensi 11
Religiusitas 12
Kepercayaan 12
Penelitian terdahulu 13
Kerangka Pemikiran 14
Hipotesis Penelitian 15
METODE PENELITIAN 17
Lokasi dan Waktu Penelitian 17
Jenis Penelitian 17
Jenis dan Sumber Data 17
Metode Pengumpulan Data 17
Metode Pengolahan dan Analisis Data 18
Model Penelitian 19
Definisi Operasional Variabel 19
HASIL DAN PEMBAHASAN 21
Karakteristik Responden Muzaki 21
Perilaku Berzakat 26
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Muzaki dalam
Menyalurkan Zakat Penghasilan 33
SIMPULAN DAN SARAN 37
Simpulan 37
Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 50
DAFTAR TABEL
1 Potensi zakat nasional 2 2 Definisi operasional variabel 19 3 Demografi responden 22
4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 23 5 Karakteristik responden muzaki berdasarkan usia 23 6 Karakteristik responden muzaki berdasarkan lama pendidikan 24 7 Karakteristik responden muzaki berdasarkan jenis pekerjaan 24 8 Karakteristik responden muzaki berdasarkan pendapatan 25 9 Perilaku berzakat berdasarkan preferensi tempat penyaluran 26 10 Perilaku responden berdasarkan periode penyaluran zakat 27 11 Persepsi muzaki terhadap zakat penghasilan profesi 31 12 Religiusitas muzaki 31 13 Persepsi kepercayaan terhadap lembaga 32 14 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table 33
15 Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi muzaki dalam menyalurkan
zakat penghasilan 34
DAFTAR GAMBAR
1 Gini rasio dan pendapatan per kapita Indonesia tahun 2007 - 2014 1
2 Gini rasio dan PDRB per kapita Kota Bogor tahun 2008 - 2013 4
3 Kerangka Pemikiran 16
4 Sebaran preferensi berzakat muzaki 21
5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 22
6 Alasan muzaki memilih OPZ 27
7 Sasaran zakat muzaki distribusi langsung 29
8 Sumber informasi zakat 30
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Statistik Uji Regresi Logistik 42
2 Kuesioner Penelitian 44
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan pembangunan di
Indonesia. Namun, pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh meningkatnya
kesenjangan, termasuk di Indonesia. Tingkat pendapatan per kapita di Indonesia
dalam kurun waktu 7 tahun meningkat dari Rp 8.59 juta pada tahun 2007 menjadi
Rp 11.13 juta pada tahun 2013, sedangkan kesenjangan pendapatan yang diukur
dengan nilai gini rasio masih relatif besar dan cenderung meningkat dari 0.35
menjadi 0.41 pada tahun 2007-2014 (BPS 2014). Peningkatan nilai gini rasio
menunjukkan adanya kesenjangan pendapatan antara kelompok kaya dengan
kelompok miskin. Badan Pusat Statistik (2014) menyatakan bahwa jumlah
penduduk Indonesia yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah
Garis Kemiskinan mencapai 28.28 juta orang atau sekitar 11.36% dari total
penduduk. Hal tersebut menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia relatif
masih cukup besar.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)
Gambar 1 Gini rasio dan pendapatan per kapita Indonesia tahun 2007 – 2014
Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia
dengan jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 207 juta jiwa (BPS 2010).
Islam memiliki solusi untuk mengatasi kesenjangan pendapatan dan ketimpangan
sosial melalui zakat. Dalam perekonomian, zakat dijadikan sebagai sarana
redistribusi pendapatan dalam bentuk transfer ekonomi dari kalangan yang
memiliki kelebihan harta kepada kalangan yang membutuhkan. Beik (2010)
menyatakan bahwa dengan adanya zakat kesejahteraan masyarakat golongan
ekonomi rendah dapat ditingkatkan, di sisi lain kesenjangan pendapatan juga dapat
2
berkurang. Dengan kata lain zakat dapat menciptakan lapangan kerja serta
membantu mengentaskan kemiskinan, dan pengangguran.
Salah satu jenis zakat, yang memiliki peran dan potensi yang cukup besar
untuk mengatasi masalah kesenjangan adalah zakat profesi. Zakat profesi atau yang
lebih dikenal dengan zakat penghasilan merupakan salah satu jenis zakat
kontemporer yang tergolong dalam zakat maal rumah tangga. Qardhawi (2011)
menyatakan bahwa penghasilan yang didapat dari profesi adalah penghasilan atau
pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukan
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Keahlian yang dilakukan sendiri
misalnya seorang dokter, arsitek, ahli hukum, pengajar, dan lain sebagainya. Untuk
keahlian yang dilakukan secara bersama-sama misalnya pegawai, baik pemerintah
maupun swasta dengan menggunakan sistem upah atau gaji. Zakat telah
diperintahkan kepada umat Islam sejak periode Rasulullah SAW sampai sekarang
sebagaimana firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman,
keluarkanlah/nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu.“ (Al-
Quran Surat Al-Baqarah 2: 267).
Riset Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertaninan Bogor (FEM IPB) mengungkapkan bahwa total
potensi zakat nasional adalah Rp 217 triliun. Namun, dana zakat yang terhimpun
pada tahun 2014 baru mencapai Rp 3.2 triliun atau 1.5 persen dari potensi zakat
nasional (Kementrian Agama 2015). Data tersebut menunjukkan bahwa potensi
dana zakat yang tinggi masih belum dapat terealisasi. Zakat penghasilan dari
masyarakat memiliki peran yang cukup besar dalam potensi dana zakat
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Potensi zakat penghasilan rumah tangga
berada pada urutan kedua setelah zakat industri swasta yaitu sebesar Rp 82.7 triliun
dan menyumbang 1.30 persen terhadap PDB.
Tabel 1 Potensi zakat nasional
Sumber: Firdaus, et al (2012)
Kewajiban untuk mengeluarkan zakat pendapatan (penghasilan) bagi
seorang Muslim telah diatur oleh Negara. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, BAB VI Pasal 4
dijelaskan adanya beberapa objek yang merupakan bagian dari zakat maal yang
wajib ditunaikan. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pendapatan dan jasa
wajib dikeluarkan zakatnya. Menurut Undang-Undang tersebut, pengelolaan
lembaga zakat di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) yang dibentuk oleh pemerintah dan bertugas mengelola zakat secara
Keterangan Potensi zakat
(triliun rupiah)
Presentase
terhadap PDB (%)
Potensi Zakat Rumah Tangga 82.7 1.30
Potensi Zakat Industri Swasta 114.89 1.80
Potensi Zakat BUMN 2.4 0.04
Potensi Zakat Tabungan 17 0.27
Potensi Zakat Nasional 217 3.40
3
nasional, dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dengan
tujuan untuk mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan dana zakat.
BAZNAS dan LAZ yang merupakan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
memiliki peranan untuk dapat mengoptimalkan dana zakat melalui pendayagunaan
zakat sebagai sumber ekonomi produktif, sehingga diharapkan dapat membantu
mengatasi kemiskinan dan mendorong perkembangan masyarakat. Pengelolaan
zakat yang baik oleh lembaga berpotensi untuk menjadikan zakat sebagai instrumen
ekonomi yang dapat mengentaskan kemiskinan, pembukaan lapangan kerja,
peningkatan pendapatan, dan mendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat
(Muhammad 2009). Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan
jumlah penerimaan zakat di lembaga melalui penggalian dana zakat secara optimal
dari Muslim wajib zakat (Haffidudin 2002). Jika lembaga amil zakat yang ada pada
suatu negara bekerja dengan optimal maka hal ini dapat mengatasi masalah
kemiskinan sebagaimana terjadi pada awal masa keislaman (Ahmed 2014). Dana
zakat tidak hanya diharapkan terkumpul secara optimal dari masyarakat, namun
juga terdistribusi secara adil di antara penerima zakat sehingga manfaatnya menjadi
lebih besar dan menciptakan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Wibisono (2012) menyatakan bahwa potensi zakat yang belum sepenuhnya
tergali secara optimal sebagai upaya dalam mengatasi masalah kemiskinan
disebabkan oleh perilaku Muslim wajib zakat di Indonesia yang masih bersifat
karikatif, yakni berorientasi jangka pendek dan interpersonal, masih rendahnya
kesadaran membayar zakat melalui Organisasi Pengelola Zakat. Agar dana zakat
yang terkumpul dapat meningkat dan peran pendayagunaan zakat untuk
mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan sosial dapat berjalan optimal, maka
diperlukan sinergi antara kesadaran individu, regulasi dalam penarikan zakat, dan
kinerja organisasi amil.
Berdasarkan uraian di atas, zakat penghasilan dari masyarakat memiliki
kontribusi dalam perekonomian, namun potensi zakat yang besar belum mampu
terealisasi. Dengan demikian untuk meningkatkan penerimaan zakat dari
masyarakat Muslim wajib zakat dalam penghimpunan zakat penghasilan perlu
dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi muzaki dalam menyalurkan
zakat penghasilan. Preferensi dalam penelitian ini mengacu kepada pilihan
penyaluran zakat muzaki, yaitu melalui Organisasi Pengelola Zakat atau langsung
kepada mustahik.
Perumusan Masalah
Kota Bogor merupakan wilayah dengan penduduk Muslim mencapai 92
persen dari total penduduk (BPS 2014) dan memiliki tingkat perekonomian yang
cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) per kapita yang terus mengalami peningkatan (BPS 2014). Tingkat
perekonomian kota Bogor ditinjau dari Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) per kapita pada kurun waktu 6 tahun (2008-2013) terus mengalami
kenaikan yaitu dari Rp 11.63 juta per tahun menjadi Rp 24.12 juta per tahun dalam
kurun waktu 6 tahun (2008-2013) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.
4
Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)
Gambar 2 Gini rasio dan PDRB per kapita Kota Bogor tahun 2008 – 2013
Peningkatan pendapatan di Kota Bogor ternyata diiringi dengan peningkatan
tingkat kesenjangan pendapatan. Hal ini ditunjukkan oleh angka gini rasio di Kota
Bogor yang semakin meningkat, yaitu dari 0.36 pada tahun 2008 menjadi 0.45 pada
tahun 2013 (Gambar 2). Data statistik juga menunjukkan bahwa pada tahun 2013
jumlah penduduk miskin Kota Bogor masih mencapai 83.3 ribu orang atau sebesar
8.19 persen (BPS 2015).
Penduduk Kota Bogor yang mayoritas beragama Islam dan pendapatan per
kapita yang terus meningkat menunjukkan bahwa Kota Bogor memiliki potensi
penerimaan dana zakat yang cukup besar. Potensi zakat yang besar tersebut
memiliki kontribusi untuk mengrurangi masalah kesenjangan dan kemiskinan
apabila dihimpun dan dikelola secara optimal. Potensi zakat Kota Bogor tahun 2015
mencapai Rp 462.40 Miliar dan diketahui potensi zakat penghasilan sebesar Rp
66.66 Miliar. Dari jumlah tersebut baru Rp 5.9 Miliar zakat maal yang tercatat
disalurkan melalui BAZ Kota Bogor (Santika et al. 2016). Realiasi penerimaan
zakat yang relatif masih lebih rendah dibandingkan dengan potensi yang ada
mengindikasikan masih ada dana zakat yang belum terhimpun dan terdistribusi
dengan baik dari Muslim wajib zakat di Kota Bogor. Oleh karena itu, peran
kerjasama antara Organisasi Pengelola Zakat dan muzaki dalam upaya
mengoptimalkan penerimaan zakat di Kota Bogor sangat penting.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, dalam upaya mengatasi
kesenjangan pendapatan perlu adanya optimalisasi penerimaan zakat dari
masyarakat Muslim wajib zakat. Untuk itu, penelitian ini melihat preferensi muzaki
Kota Bogor dalam menyalurkan zakat penghasilan. Adapun pertanyaan-pertanyaan
yang akan dianalisis:
1. Bagaimana karakteristik muzaki Kota Bogor dalam menyalurkan zakat
penghasilan?
2. Bagaimana persepsi dan perilaku muzaki Kota Bogor terhadap penyaluran
zakat penghasilan?
3. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi preferensi muzaki Kota Bogor
dalam menyalurkan zakat penghasilan?
5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini, antara lain:
1. Mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik muzaki dalam menyalurkan
zakat penghasilan.
2. Mengetahui dan mengidetifikasi perilaku muzaki dalam menyalurkan zakat
penghasilan profesi.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi muzaki dalam
memilih tempat penyaluran zakat penghasilan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
peneliti maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan. Adapun manfaat dari
penelitian ini, antara lain:
1. Bagi masyarakat Muslim, dapat memberikan gambaran dan pengetahuan
tentang zakat penghasilan, serta tersedianya informasi yang baik tentang faktor-
faktor yang memengaruhi preferensi muzaki dalam menyalurkan zakat
penghasilan.
2. Bagi Badan dan Lembaga Amil Zakat, dapat dijadikan pertimbangan dalam
menentukan strategi distribusi dan sosialisasi dalam meningkatkan penerimaan
zakat penghasilan profesi.
3. Bagi pemerintah, agar penelitian ini bisa menjadi pertimbangan dalam
pembuatan regulasi terkait zakat dan meningkatkan perannya dalam edukasi
zakat di Indonesia.
4. Bagi akademisi, dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian lain yang ingin
meneliti lebih lanjut terkait zakat.
5. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk meneliti dan
mengaplikasikan teori-teori ekonomi syariah yang telah didapatkan sepanjang
masa perkuliahan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik, perilaku, dan
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi muzaki Kota Bogor dalam
menyalurkan zakat penghasilan. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor. Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat Muslim Kota Bogor yang tergolong wajib
zakat, yaitu beragama Islam, memiliki pekerjaan tetap, penghasilan di atas nishab,
dan telah menyalurkan zakat penghasilan profesi baik melalui BAZ, LAZ, UPZ,
atau menyalurkan zakat langsung kepada mustahik.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Zakat dan Kelembagaan
Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya agama Islam. Hukum menunaikan zakat adalah wajib bagi setiap
Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebagaimana firman Allah
SWT: “Dan tiada diperintahkan mereka kecuali beribadah kepada Allah dengan
ikhlas dan taat terhadap agama yang lurus, mendirikan shalat dan menunaikan
zakat. Itulah agama yang lurus” (QS Al-Bayyinah 98:5).
Zakat menurut bahasa berasal dari kata zakaa yang artinya berkah, bertambah
dan berkembang. Ditinjau dari segi istilah zakat adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diserahkan kepada
yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu. Zakat merupakan hak fakir
dan miskin dalam kekayaan orang kaya. Hak itu ditetapkan oleh pemilik kekayaan
sebenarnya yaitu Allah SWT. Harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi
berkah, tumbuh, berkembang, dan bertambah, suci, dan baik. Sebagaimana firman
Allah SWT: “ Dan apa-apa yang engkau berikan dalam bentuk zakat dengan niat
karena Allah SWT, maka sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Melipatgandakan”
(QS Qr-Ruum 30:39)
“Ambillah zakat dari harta mereka, dengan demikian engkau membersihkan dan
mensucikan jiwa dan harta mereka” (QS At-Taubah 9:103)
Seorang Muslim yang enggan membayar zakat, padahal memiliki
kemampuan untuk membayarnya maka tergolong sebagai orang yang berbuat dosa.
Sebagaimana ancaman bagi seorang yang menentang adanya zakat, Allah SWT.
berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari
orang-orang alim yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan yang bathil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari
jalan Allah dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih (QS At-Taubah 9: 34).
Keberadaan zakat di tengah masyarakat dapat menjadi instrumen sosial yang
efektif untuk menanggulangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Secara
konseptual, ajaran zakat memiliki dua dimensi integratif yakni dimensi vertikal
sebagai bentuk ketaatan dan penghambaan kepada Allah SWT dan dimensi
horizontal yakni bentuk kewajiban sosial kepada sesama manusia (Ridlo 2007).
Zakat merupakan kewajiban yang tegas dan mutlak, karena dalam zakat terkandung
hikmah dan manfaat yang sangat besar dan mulia, baik bagi pemberi zakat
(muzaki), penerima zakat (mustahik), harta benda yang dikeluarkan zakatnya,
maupun bagi masyarakat. Adapun hikmah, urgensi, dan manfaaat zakat, yaitu
(Hafidhuddin 2007):
1. Zakat sebagai wujud iman kepada Allah SWT, syukur terhadap nikmat-Nya,
menumbuhkan akhlak mulia, menghilangkan sifat egois, kikir dan rakus,
menumbuhkan ketenangan hidup, mengembangkan dan menyucikan harta,
menumbuhkan keberkahan harta, serta pintu rezeki akan selalu dibuka oleh
Allah SWT.
7
2. Zakat merupakan hak bagi mustahik yang berfungsi untuk menolong, membantu,
dan membina mereka ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Keberadaan zakat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan mustahik, terutama
kaum fakir miskin dan menghilangkan atau memperkecil penyebab kemiskinan.
3. Zakat sebagai penghubung antara kelompok yang berkecukupan hidupnya
dengan para pejuang di jalan Allah yang waktunya sepenuhnya digunakan untuk
berjuang di jalan Allah dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk menafkahi
diri maupun keluarganya.
4. Zakat sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana
umat Islam, yaitu sarana pendidikan, kesehatan, sosial-ekonomi, dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
5. Zakat untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat hanya
diterima dari harta yang halal.
6. Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan, dengan
pengelolaan zakat yang baik dimungkinkan untuk membangun pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pendapatan. Keberadaan zakat menjadi penyebab harta
akan selalu beredar dan mencegah terjadinya pemusatan harta pada satu tangan
saja, serta mendorong manusia untuk melakukan investasi.
Syarat Harta Zakat
Pihak yang wajib membayar zakat adalah semua Muslim yang sudah terkena
ketentuan membayar zakat. Berdasarkan Qardhawi (2011) syarat-syarat kekayaan
yang wajib zakat antara lain: Pertama, harta tersebut harus didapatkan dengan cara
yang baik dan halal. Harta yang haram baik secara subtansi benda maupun cara
mendapatkannya, tidak dapat dikenakan kewajiban zakat, karena Allah SWT tidak
akan memerimanya. Kedua, Harta tersebut terus berkembang atau berpotensi untuk
dikembangkan seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan, pembelian saham atau
ditabungkan baik dilakukan sendiri maupun orang lain. Ketiga, harta tersebut milik
penuh yaitu kekayaan itu di bawah kontrol dan kekuasaan pemiliknya. Artinya,
kekayaan tersebut harus berada di tangannya, tidak tersangkut di dalamnya hak orang
lain, dapat digunakan, dan manfaatnya dapat dinikmati. Keempat, Harta tersebut
mencapai nishab (batas kena zakat) dan ketentuan haul. Syarat kewajiban zakat
setelah terpenuhi kebutuhan pokok atau dengan kata lain, zakat dikeluarkan setelah
terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup sehari-hari yang terdiri atas kebutuhan rutin.
Zakat Penghasilan atau Profesi
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejujuran dan sebagainya) tertentu. Ridlo (2007) menyatakan bahwa zakat penghasilan
atau profesi adalah zakat yang dikenakan kepada penghasilan para pekerja karena
profesinya apabila penghasilannya telah mencapai nishab. Dalam bahasan ini ada
beberapa istilah fikih yang berkaitan dengan pengertian penghasilan, antara lain al
kasab (usaha), ujrah (upah), rawatib (gaji), al a’thoya (jatah ransum), dan mihan
hurrah (profesi). Semua istilah tersebut memiliki kaitan yang erat satu dengan lainnya
dan sebagiannya merupakan istilah yang dipergunakan dalam riwayat-riwayat untuk
menjelaskan adanya zakat atas penghasilan.
Qardhawi (2011) menyatakan bahwa penghasilan yang didapat dari profesi
adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik
8
keahlian yang dilakukan sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Keahlian yang
dilakukan sendiri misalnya seorang dokter, arsitek, ahli hukum, pengajar, dan lain
sebagainya. Untuk keahlian yang dilakukan secara bersama-sama misalnya pegawai,
baik pemerintah maupun swasta dengan menggunakan sistem upah atau gaji. Sebagian
besar ulama kontemporer berpendapat bahwa wajib hukumnya mengeluarkan zakat
dari penghasilan profesi. Hal tersebut berdasarkan dalil-dalil yang umum dan beberapa
riwayat dari para sahabat Rasul serta praktik para pemimpin Islam, salah satunya
Umar Bin Abdul Aziz. Di antara dalil-dalil yang menjadi rujukan landasan kewajiban
membayar zakat atas penghasilan profesi adalah firman Allah SWT dan Hadist
Rasulullah SAW:
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian (QS. Adz-Dzariyat: 19)
“Wahai orang-orang yang beriman, infakanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari bumi
untukmu” (QS. Al-Baqarah: 267)
“Bila suatu kaum enggan mengeluarkan zakat, Allah akan menguji mereka dengan
kekeringan dan kelaparan” (HR. Thabrani)
Berbagai pendapat para ulama menyatakan adanya zakat penghasilan profesi
meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Melalui pendekatan ijmali (global),
harta obyek zakat bisa dikembangkan dengan menggunakan metode qiyas (analogi).
Pada praktek pengelolaan zakat saat ini, ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan.
Pendekatan pertama, dianalogikan dengan zakat perdagangan atau zakat emas perak.
Haulnya 1 tahun. Artinya, mengeluarkannya setahun sekali. Nishabnya 85 gram emas
dan kadarnya 2.5 persen. Pendekatan kedua, dianalogikan dengan zakat pertanian.
Nishabnya senilai harga 653 kg gabah atau 524 kg beras, dengan kadar 5 persen. Tidak
ada haul, artinya setiap kali menerima penghasilan segera dikeluarkan zakatnya.
Misalnya sebulan sekali. Pendekatan ketiga, dianalogikan dengan dua hal sekaligus
(disebut qiyas syabah) yaitu, untuk nishab dianalogikan dengan zakat pertanian
(senilai 524 kg beras) dan tanpa haul. Kadarnya dianalogikan dengan zakat emas perak,
yaitu 2.5 persen. Kewajiban zakat penghasilan atau profesi sudah dinyatakan dalam
UU No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 4 ayat 2 poin h (pendapatan dan jasa
tergolong zakat maal). BAZNAS sebagai lembaga zakat pemerintah tertinggi telah
memutuskan untuk menggunakan qiyas syabah yaitu zakat pertanian (524 kg beras)
sebagai dasar standar nisab dan 2.5% sebagai tingkat zakat yang harus dibayar oleh
pembayar zakat.
Fatwa tentang zakat penghasilan
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah memutuskan fatwa mengenai
zakat penghasilan dalam Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia No 3 Tahun
2003 tentang zakat penghasilan dengan isi sebagai berikut:
1. Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap
pendapatan seperti gaji, honorarium, upah dan lain-lain yang diperoleh
dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai, atau karyawan,
maupun tidak rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya.
2. Hukum
Semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat
telah mencapai nishab dalam satu tahun yaitu senilai 85 gram emas.
9
3. Waktu pengeluaran Zakat
Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup
nishab. Jika tidak mencapai nishab, maka penghasilan dikumpulkan selama
satu tahun kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah
cukup nishab.
4. Kadar Zakat
Kadar zakat penghasilan adalah 2.5%
Muzaki (pemberi zakat)
Muzaki adalah orang Muslim atau pihak yang mempunyai harta atau
pemasukan yang telah mencapai nishabnya, sehingga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan zakat. Besarnya zakat yang dikeluarkan adalah 2.5 persen dari
pemasukan atau hasil pertanian. Ridlo (2007) menyebutkan mengenai syarat orang
yang wajib berzakat, yaitu:
1. Muslim, artinya orang non Muslim tidak wajib berzakat. Zakat wajib
bagi orang Islam karena merupakan salah satu rukun Islam
2. Merdeka, artinya hamba sahaya (budak) tidak diwajibkan berzakat.
3. Baligh dan berakal, menurut Ulama Madzhab Hanafi, anak kecil dan
orang gila tidak wajib berzakat karena mereka belum memiliki
kewajiban untuk beribadah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah
SAW, “Tidak dikenakan pembebanan hukum atas tiga orang, yaitu
anak-anak sampai ia dewasa, orang tidur sampai ia bangun, dan orang
gila sampai ia waras” (HR. Al-Hakim)
Mustahik (penerima zakat)
Menurut Hafidhuddin (2007), mustahik adalah orang atau pihak yang
berhak menerima dana zakat. Ada delapan golongan mustahik, yaitu: fakir, miskin,
amil, muallaf, hamba sahaya, gharim, fisabilillah, dan Ibnu sabil. Golongan-
golongan yang berhak menerima zakat telah Allah terangkan di dalam Alquran, hal
ini tercantum dalam firman Allah SWT, yang artinya:
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah [9]: 60)
Berdasarkan ayat tersebut, zakat harus disalurkan kepada para mustahik
yang uraiannya sebagai berikut (Hafidhuddin 2002):
1. Fakir dan miskin, yaitu orang yang tidak mempunyai penghasilan sama
sekali, atau memiliki penghasilan namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok dirinya dan keluarga.
2. Amil, yaitu orang yang bekerja untuk kepentingan zakat yang berkaitan
dengan mengurus zakat, mencatat dan menadminitrasikan, menagih zakat,
melakukan sosialisasi, dan mendistribusikan zakat.
3. Mualaf, yaitu orang yang baru masuk Islam dan masih dianggap lemah
imannya, sehingga perlu diberikan zakat agar bertambah kesungguhannya
dalam Islam. Pada saat sekarang, dana zakat untuk mualaf dapat diberikan
untuk lembaga dakwah atau pun untuk training keislaman.
10
4. Untuk memerdekakan budak, yaitu untuk memerdekakan budak belian dan
menghilangkan segala bentuk perbudakan.
5. Gharimin, yaitu orang yang berutang dan sama sekali tidak melunasi
utangnya. Utang yang dimaksud adalah utang untuk kebaikan dan
kemaslahatan diri dan keluarganya, ataupun utang untuk kemaslahatan
orang lain.
6. Fi sabilillah. Pada zaman Rasulullah SAW golongan yang termasuk fi
sabilillah adalah para sukarelawan perang yang tidak mempunyai gaji tetap.
Saat ini, sebagian ulama membolehkan memberi zakat tersebut untuk
membangun masjid, lembaga pendidikan, perpustakaan, pelatihan da’i,
menerbitkan buku, majalah, brosur, ataupun membangun mass media.
7. Ibnu Sabil, yaitu orang yang dalam perjalanan dan terputus bekalnya dalam
perjalanan. Saat ini, pemberian dana untuk ibnu sabil bisa juga diserahkan
kepada musafir yang mengadakan perjaalanan yang dianjurkan agama,
seperti silaturahmi, study tour pada objek yang bermanfaat, atau untuk
beasiswa kepada orang yang terputus pendidikannya karena ketiadaan dana.
Konsep Amil
Amil (pengurus zakat) adalah salah satu golongan yang berhak menerima
zakat. Menurut Imam al-Qurthubi, amil adalah orang-orang yang ditugaskan untuk
mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatat zakat yang diambilnya dari
muzaki untuk diberikan kepada yang berhak menerima zakat (Hafidhuddin 2007).
Dalam upaya optimalisasi sistem zakat sebagai salah satu proses redistribusi income,
posisi amil dalam golongan delapan asnaf memiliki peran yang cukup tinggi.
Artinya, bahwa sistem zakat akan banyak memiliki ketergantungan terhadap
profesionalisme dari amil (Mufraini 2006). Menurut Qardhawi (2011) kewajiban
zakat ini tidak diserahkan saja kepada kesediaan manusia tetapi harus dipikul
tanggung jawab memungut dan mendistribusikannya oleh pemerintah melalui amil.
Penyaluran zakat menunjukkan bahwa dalam ekonomi zakat yang terpenting
bukanlah seberapa banyak dana zakat dapat dihimpun, namun seberapa jauh dana
zakat tersebut dapat memberi kemanfaatan untuk memberdayakan ekonomi,
membebaskan masyarakat dari pengangguran serta untuk pemerataan distribusi
pendapatan. Agar zakat yang terkumpul dapat memberikan kemanfaatan dan
didistribusikan tepat sasaran, maka diperlukan peran amil zakat.
Organisasi Pengelola Zakat
Kehadiran lembaga zakat yang berfungsi sebagai tempat untuk mengumpulkan
dana zakat dan mendistribusikan dana kepada masyarakat yang membutuhkan
merupakan salah satu bentuk bukti kepedulian Islam terhadap kaum tidak berpunya
(Hidayat 2010). Menurut Undang-undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat, Organisasi Pengelola Zakat terdiri dari 2 macam, yaitu Badan Amil Zakat
(BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ dan LAZ memiliki misi yang sama,
yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
a. Badan Amil Zakat (BAZ)
Badan Amil Zakat adalah Organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh
pemerintah. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan
tugas pengelolaan zakat secara nasional dengan tugas merencanakan,
melaksanakan, mengendalikan pengumpulan, pendistribusian dan
11
pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Unit Pengumpul
zakat (UPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk BAZNAS untuk
membantu mengumpulkan zakat.
b. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya
dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di
bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemashlahatan umat Islam.
Lembaga Amil Zakat bertugas untuk membantu BAZNAS dalam
pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat..
Menurut Soemitra (2010) pendayagunaan hasil pengumpulan zakat dapat
dilakukan dalam dua pola, yaitu pola konsumtif dan pola produktif. Program
penyaluran hasil pengumpulan zakat secara konsumtif bisa dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar ekonomi para mustahik melalui pemberian langsung,
maupun melalui lembaga-lembaga yang mengelola fakir miskin, panti asuhan,
maupun tempat ibadah yang mendistribusikan zakat kepada masyarakat. Sedangkan
program penyaluran hasil pengumpulan zakat secara produktif dapat dilakukan
melalui program bantuan pengusaha lemah, pendidikan gratis dalam bentuk
beasiswa, dan pelayanan kesehatan gratis bagi mustahik
Menurut Hafidhuddin (2002) pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola
zakat apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa
keuntungan, antara lain:
1. Menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat
2. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan
langsung untuk menerima zakat dari para muzaki.
3. Mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam
penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada disuatu tempat.
4. Menunjukkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan
pemerintahan yang islami.
Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzaki kepada mustahik,
walau demikian secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan
terabaikannya hal-hal diatas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama mengenai
kesejahteraan umat, akan sulit diwujudkan.
Preferensi
Preferensi adalah kecenderungan, pilihan atau sesuatu yang lebih disukai
konsumen. Preferensi merupakan suatu sifat atau keinginan untuk memilih.
Seorang konsumen memiliki sikap berbeda-beda dalam memandang atribut yang
dianggap relevan penting, dan akan memberikan perhatian terbesar pada atribut
yang memberikan manfaat-manfaat yang dicarinya. Preferensi konsumen
merupakan wujud dari perilaku yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal
(Kotler 2009).
Teori preferensi dalam perspektif Islam perlu dikaji di mana seseorang
konsumen dalam menggunakan kekayaan atau berbelanja harus berhati-hati.
Apabila kekayaan atau harta yang dimiliki tidak diatur pemanfaatanya maka
kesejahteraan tidak dapat tercapai. Cara penggunaan harus diarahkan pada
preferensi (pilihan) yang mengandung maslahah (kebermanfaatan) untuk mencapai
falah (kesejahteraan). Penggunaan kekayaan atau harta dapat memberikan manfaat
12
untuk kesejahteraan. Termasuk juga bagi muzaki yang menetapkan preferensi
menyalurkan zakat dapat memberikan manfaat untuk kesejahterahan mustahik
(Asyaria 2015). BAZ dan LAZ sebagai organisasi yang mengelola zakat memiliki
peran dalam menghimpun dana zakat dari Muzaki. Dalam hal ini muzaki
dianalogikan sebagai konsumen yang memiliki preferensi untuk memilih sasaran
penyaluran zakat. Pada penelitian ini pengambilan data tentang preferensi
responden dimaksudkan untuk melihat kecenderungan atau pilihan muzaki dalam
membayar zakat.
Religiusitas
Secara umum religiusitas dapat dinyatakan sebagai bentuk penghayatan dan
pengalaman individu terhadap ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya.
Menurut Brotheridge dan Lee (2010) religiusitas merupakan pusat kekuatan yang
membentuk kebiasaan manusia. Karena berkaitan dengan kebiasaan sosial
seseorang, religiusitas juga merupakan salah satu bentuk penentu nilai masyarakat,
mengingat agama mengajarkan kepada pemeluknya untuk selalu berbuat baik
dalam setiap sisi kehidupan. Pemeluk suatu agama sejati memiliki emosi yang lebih
stabil daripada orang yang menyimpang dari agama (Ventis 1995). Religiusitas
dibagi menjadi dua, yakni religiusitas intrinsik dan ekstrinsik. Religiusitas intrinsik
berkenaan dengan pengalaman keagamaan seseorang dalam mempengaruhi
kehidupannya, sedangkan religiusitas ekstrinsik berkenaan dengan penerapan
aturan agama dalam mencapai tujuan-tujuan hidupnya, seperti melaksanakan
ibadah-ibadah dalam agamanya (Salmanpour dan Issazadegan 2012). Religiusitas
juga dapat mempengaruhi perilaku dan pemahaman seorang Muslim untuk
membayar zakat. Menurut Muda et al. (2006) kepatuhan untuk memenuhi
kewajiban berzakat merefleksikan keimanan yang ada dalam dirinya karena upaya
dalam memenuhi seruan perintah agama sangat ditentukan oleh keyakinan
seseorang terhadap ajaran agamanya.
Kepercayaan
Menurut Kotler (2009) kepercayaan adalah kesediaan untuk bergabung pada
mitra bisnis. Kepercayaan tergantung pada sejumlah faktor antar pribadi dan antar
organisasi, seperti kredibilitas, kompetensi, integritas, kejujuran, dan kebaikan hati
dari perusahaan. Lendar dan Andi (2006) menyatakan kepercayaan antar partisipan
dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Reputasi suatu lembaga dalam
suatu kegiatan akan sangat menentukan dan mempunyai dampak terhadap
kepercayaan masyarakat. Pilar utama manajemen pengelolaan dan pemberdayaan
zakat menurut Inoed (2005) terbagi menjadi tiga pilar yaitu amanah, profesional,
transparan. Murtala et al. (2011) menyatakan kepercayaan pembayar zakat sangat
penting untuk organisasi zakat karena ketiadaan akan mengurangi efektivitas
kelembagaan zakat. Berbeda dengan bentuk sumbangan sukarela, zakat adalah
kewajiban agama dipandu oleh ketentuan syariah. Zakat hanya dapat
didistribusikan kepada golongan penerima zakat yang terkandung dalam Al-Quran.
Namun, di Indonesia pembayar zakat memiliki pilihan untuk preferensi mereka
terhadap penyaluran melalui lembaga zakat atau secara langsung kepada mustahik.
13
Penelitian terdahulu
Penelitian terkait zakat yang pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa
pihak. Pada penelitian ini ada beberapa hasil peneltian tersebut digunakan sebagai
rujukan dalam pengembangan materi. Wahid et al. (2005) menggunakan analisis
regresi logistik multivariat untuk menguji tiga belas faktor-faktor demografi yang
mungkin memengaruhi atau tidaknya perilaku untuk menunaikan zakat pendapatan
di Malaysia. Survey dilakukan pada individu Muslim dalam setiap negara bagian di
Malaysia menggunakan metode random sampling. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang signifikan memengaruhi
pembayaran zakat, yaitu usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, dan mekanisme pembayaran zakat melalui pemotongan gaji langsung.
Penelitian Idris, et al. (2003) yang berjudul The Role of Intrinsic
Motivational Factors on Compliance Behavior of Zakat on Employment Income.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti peran dari faktor motivasi terhadap perilaku
kepatuhan para wajib zakat di Malaysia. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa kualitas pelayanan yang dirasakan, tingkat pengetahuan zakat berpengaruh
signifikan positif terhadap perilaku pembayar zakat sementara tingkat religiusitas
memiliki hubungan negatif signifikan terhadap perilaku pembayaran zakat.
Hubungan tak terduga antara tingkat religiusitas dan kepatuhan diprediksi terkait
dengan perbedaan pendapat para wajib zakat terkait legalitas masuknya pendapatan
kerja sebagai bagian dari kekayaan yang dikenakan zakat.
Muda et al. (2006) tentang Factors Influencing Individul Participation In
Zakat Contribution: Exploratory Investigation. Metode yang digunakan adalah
analisis faktor. Hasil kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat beberapa faktor
yang memotivasi muzaki atas kontribusi zakat, yaitu faktor althurism, agama,
kepuasan diri, dan organisasi. Menurut hasil penelitian faktor organisasi memiliki
peran penting terhadap motivasi muzaki dalam berzakat karena sebagian responden
menyatakan bahwa mereka membayar zakat karena mereka puas pada layanan yang
ditawarkan oleh organisasi yang bertanggung jawab dalam pengumpulan zakat.
Penelitian yang dilakukan Suprayogi (2011) tentang Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keinginan dan Preferensi Pengusaha Mikro untuk Berzakat.
Metode yang digunakan adalah metode logit dan multinomial logit. Hasil
kesimpulannya menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang memengaruhi keinginan
dan preferensi pengusaha mikro untuk berzakat, yaitu pengetahuan tentang zakat,
keyakinan akan manfaat zakat dan tingkat ibadah. Semakin baik pengetahuan zakat,
keyakinan akan manfaat zakat, dan tingkat ibadah maka semakin besar
kecenderungannya untuk berzakat dan semakin besar peluangnya untuk berzakat.
Bakar dan Rashid (2010) melakukan penelitian mengenai motivasi
pembayaran zakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang mungkin memengaruhi perilaku Muslim dalam membayar zakat. Hasil
penelitian menunjukkan hasil persentase muzaki di IIUM yang membayar zakat
cukup baik, namun responden potensial yang membayarkan zakat penghasilannya
hanya 33 persen. Hal tersebut menunjukkan masih banyak tindakan yang perlu
dilakukan untuk mengoptimalkan pengumpulan zakat potensial. Penelitian juga
menemukan bahwa faktor internal lebih berpengaruh terhadap sebagian besar
pembayaran zakat dibandingkan faktor eksternal. Apabila pendidikan serta
14
pengetahuan diberikan kepada Muslim secara layak, sistem zakat di malaysia dapat
merencanakan sebuah peran yang lebih besar dalam memberdayakan ekonomi umat.
Snipes dan Oswald (2010) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
donasi sosial pada organisasi non-profit. Hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat hubungan antara pendidikan dengan besarnya donasi. Tingkat pendidikan
berpengaruh secara positif terhadap keputusan beramal. Artinya, pendidikan
individu yang semakin tinggi akan membuat donasi yang diberikan juga semakin
tinggi. Pendidikan yang tinggi menggambarkan semakin meningkatnya pemahaman
serta kepekaan sosial sehingga donasi yang diberikan juga semakin besar. Selain itu,
Snipes dan Oswald juga menemukan bahwa rekomendasi atasan dapat berpengaruh
terhadap keputusan beramal. Dengan kata lain, adanya rekomendasi atasan terhadap
pegawainya juga turut memengaruhi kontribusi amal yang diberikan.
Penelitian Yuningsih et al. (2015) yang berjudul pengaruh faktor
pendapatan, pengetahuan zakat, dan kredibilitas lembaga pengelola zakat terhadap
kepercayaan masyarakat pada Lembaga Amil Zakat di Kecamatan Medan Satria
Kota Bekasi dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan, pengetahuan zakat dan
kredibilitas mempengaruhi variabel terikat kepercayaan pada lembaga pengelola
zakat secara signifikan.
Penelitian Alhasanah (2011) tentang Analisis Diskriminan Faktor-faktor
yang memengaruhi partisipasi Berzakat Berinfak dan Tempat Pemilihan Membayar
Zakat dengan studi kasis di Kabupaten Brebes. Hasil penelitian menunjukan faktor
yang memengaruhi partisipasi berzakat adalah faktor keimanan, faktor althurism
(kepekaan sosial), faktor penghargaan, faktor organisasi dan faktor pendapatan.
Dari hasil analisis diskriminan, faktor yang memengaruhi partisipasi rutin berinfak
adalah faktor keimanan, althurism, kepuasan, pendidikan, frekuensi infak. Hasil
penelitian juga menunjukan bahwa faktor yang memengaruhi pemilihan tempat
membayar zakat adalah faktor pendidikan dan keberadaan OPZ.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada fokus
terhadap preferensi Muslim wajib zakat Kota Bogor dalam menyalurkan zakat
penghasilan profesi. Preferensi dalam penelitian ini berupa pilihan dalam
menyalurkan zakat baik melalui Organisasi Pengelola Zakat (BAZ dan LAZ) atau
menyalurkan zakat langsung kepada penerima zakat (mustahik) untuk melihat
pengaruh faktor eksternal (kepercayaan dan aksesibilitas), faktor demografis (usia,
pendapatan, jenis pekerjaan, lama pendidikan, jenis kelamin), dan faktor psikologis
(religiusitas, persepsi, dan pengetahuan) terhadap preferensi berzakat.Variabel yang
digunakan menggabungkan variabel dari penelitian terdahulu dan variabel baru
yang belum diujikan pada penelitian terdahulu.Variabel baru yang diujikan pada
penelitian ini adalah kepercayaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi
logistik terhadap preferensi muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan.
Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi sebagai indikator keberhasilan pembangunan di
Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, namun diiringi oleh meningkatnya
ketimpangan atau kesenjangan pendapatan. Salah satu solusi Islam dalam
mengatasi kesenjangan adalah melalui transfer pendapatan dari golongan yang
memiliki kelebihan harta kepada golongan yang membutuhkan melalui zakat, salah
15
satunya zakat penghasilan. Menurut Santika et al. (2016) potensi dana zakat
penghasilan di Kota Bogor mencapai Rp 66 Miliar. Namun potensi ini belum
terealisasi dilihat dari target zakat yang terhimpun. Salah satu yang menyebabkan
belum optimalnya penerimaan zakat dikarenakan dana zakat dari Muslim wajib
zakat masih belum terhimpun optimal. Hal tersebut dapat menghambat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Semakin banyak zakat
yang terhimpun oleh OPZ maka akan semakin banyak program-program produktif
yang dapat dilakukan untuk mensejahterakan mustahik.
Berdasarkan hal tersebut dalam upaya meningkatkan potensi dana zakat
Muslim wajib zakat maka perlu untuk mengetahui karakterisik dan perilaku muzaki
dalam berzakat dan mengetahui faktor apakah yang memengaruhi preferensi
(pilihan) dalam menyalurkan zakat. Preferensi pada penelitian ini berupa
kecenderungan atau pilihan muzaki yang menyalurkan zakat penghasilan dalam
memilih sasaran penyaluran zakat yaitu melalui Organisasi Pengelola Zakat
(BAZ/LAZ) atau tidak melalui Organisasi Pengelola zakat (Langsung kepada
mustahik). Berdasarkan teori perilaku konsumen, preferensi muzaki dalam
menyalurkan zakat penghasilan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
demografis, psikologis, dan eksternal. Faktor demografis yang diduga
memengaruhi preferensi dalam menyalurkan zakat meliputi usia, lama pendidikan,
pendapatan, jenis pekerjaan. Faktor psikologis meliputi persepsi, pengetahuan, dan
religiusitas. Faktor Eksternal meliputi kepercayaan dan aksesibilitas. Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.
Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah perilaku berupa
preferensi muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan, melalui Organisasi
Pengelola Zakat (BAZ/LAZ) atau tidak melalui Organisasi Pengelola Zakat
(langsung ke mustahik). Oleh karena itu hipotesis dinyatakan dalam pernyataan:
1. Persepsi dan pengetahuan zakat berpengaruh signifikan positif terhadap
preferensi dalam menyalurkan zakat penghasilan. Semakin tinggi tingkat
persepsi dan pengetahuan muzaki terhadap zakat penghasilan profesi maka
semakin besar peluangnya untuk menyalurkan zakat melalui OPZ.
2. Religiusitas berpengaruh signifikan positif terhadap preferensi dalam
menyalurkan zakat penghasilan. Semakin tinggi tingkat skor religiusitas
muzaki maka semakin besar peluangnya untuk menyalurkan zakat melalui
OPZ.
3. Kepercayaan berpengaruh signifikan positif terhadap preferensi dalam
menyalurkan zakat penghasilan. Semakin tinggi tingkat skor kepercayaan
muzaki terhadap lembaga maka semakin besar peluangnya untuk
menyalurkan zakat melalui OPZ.
4. Instansi tempat bekerja, pendapatan, aksesibilitas, usia, dan lama pendidikan
berpengaruh signifikan positif terhadap preferensi berzakat muzaki.
Semakin tinggi tingkat pendapatan, usia, lama pendidikan, maka semakin
besar peluangnya untuk menyalurkan zakat melalui OPZ.
16
Gambar 3 Kerangka pemikiran
Faktor
Demografis Faktor
Psikologis
Faktor
Eksternal
Rekomendasi optimalisasi penerimaan dana zakat
Melalui Badan atau
Lembaga Amil Zakat
Langsung kepada
mustahik
Identifikasi Faktor-faktor yang memengaruhi
preferensi dalam menyalurkan zakat penghasilan
Kesenjangan
pendapatan
Solusi Islam mengatasi
kesenjangan pendapatan
melalui zakat penghasilan
Penerimaan zakat di OPZ masih
lebih rendah dari Potensi zakat
Membayar Zakat Tidak membayar
zakat
Karakteristik dan Perilaku berzakat muzakki
Usia
Lama pendidikan
Pendapatan
Jenis Pekerjaan
Persepsi zakat
Pengetahuan zakat
Religiusitas
Kepercayaan
Aksesibilitas
17
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Bogor, khususnya pada lokasi wilayah yang
secara umum penduduknya termasuk golongan menengah ke atas. Pemilihan Kota
Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan, mayoritas penduduknya beragama Islam, yaitu tingkat pendapatan
per kapitanya relatif tinggi namun terus mengalami peningkatan kesenjangan
pendapatan, potensi zakat besar, dan adanya misi BAZ dan pemerintah setempat
menjadikan Bogor sebagai Kota Zakat 2020. Penelitian ini dilakukan dengan
mengambil studi wilayah di dua kecamatan di Kota Bogor. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja karena berdasarkan data BPS (2015) Kecamatan Bogor
Barat dan Tanah Sareal merupakan kecamatan di Kota Bogor dengan jumlah
Muslim terbanyak, memiliki angka kesejahteraan yang tinggi, dan kedua wilayah
tersebut merupakan wilayah perbatasan di Kota Bogor yang perekonomiannya
sedang berkembang. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama bulan Maret - Mei
2016.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu analisis deskriptif dan
analisis kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk melihat pengaruh yang
terjadi antara variabel dependen dengan independen menggunakan analisis regresi
logistik. Kemudian hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk membahas
temuan dalam penelitian ini.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh melalui
pengisian dan wawancara menggunakan kuesioner terhadap masyarakat Muslim
wajib zakat di Kota Bogor yang telah memiliki pekerjaan tetap, penghasilan di atas
nishab, dan menyalurkan zakat atas penghasilan baik melalui Badan atau Lembaga
Amil Formal maupun langsung kepada penerima zakat (mustahik). Selain itu,
pencarian data sekunder juga didapatkan dari BPS, jurnal, buku, tesis, skripsi, serta
sumber literatur lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei menggunakan data primer
yang diperoleh dari sampel penelitian melalui metode wawancara dan kuesioner
yang butir pertanyaanya telah diuji terlebih dahulu validitas dan reabilitasnya.
Penentuan wilayah pengambilan sampel dilakukan menggunakan cluster sampling
dengan memilih dua dari enam Kecamatan di Kota Bogor yang merupakan
penunjang wilayah pemukiman, jumlah penduduk Muslim terbanyak, tingkat
kesejahteraanya masyarakatnya tinggi, dan perekonomian daerah tergolong baik.
Berdasarkan data BPS (2015) diperoleh Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan
Tanah Sareal sebagai wilayah yang memenuhi kriteria. Pengambilan sampel dari
18
wilayah yang telah ditentukan menggunakan metode purposive sampling sebagai
teknik pengambilan sampel dari populasi yang ada. Artinya, teknik penarikan
sampel dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen
populasi target yang disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian (Tanjung
dan Devi 2013). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 70
responden. Penentuan jumlah responden ini berdasarkan teori Gay et al. (2006)
yang menyatakan bahwa untuk studi korelasi, setidaknya dibutuhkan 30 responden
yang diperlukan untuk menentukan ada atau tidaknya suatu hubungan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data antara lain adalah metode
analisis deksriptif yang digunakan untuk membuat gambaran sistematis mengenai
hubungan antar fenomena. Metode lain adalah dengan menggunakan Analisis
regresi logistik untuk menggambarkan faktor faktor yang memengaruhi preferensi
muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan. Pengolahan data menggunakan
Microsoft Excel 2010 dan software SPSS 22
Analisis Deskriptif
Adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, objek, set
kondisi, sistem pemikiran, ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang atau saat ini.
Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk menggambarkan deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki (Nazir 2005).
Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap intrumen yang menggunakan
skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif.
Menurut Suliyanto (2005), banyaknya pilihan respon biasanya 3,5,7,9, dan 11.
Namun yang paling banyak digunakan pada penelitian adalah 5 pilihan, susunannya
akan dimulai dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju dengan bobot nilai
sangat setuju paling besar. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi mengenai
religiusitas, persepsi zakat penghasilan profesi, pengetahuan zakat, dan
kepercayaan.
Analisis Regresi Logistik
Regresi logistik atau yang dikenal dengan LOGIT merupakan bagian dari
analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh peubah penjelas (X)
terhadap peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu untuk
menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon (Firdaus
et al. 2011). Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif
yang dispesifikasikan (Juanda 2009). Pada penelitian ini analisis regresi logistik
digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang memengaruhi preferensi
muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan.
19
Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode regresi logistik untuk menganalisis
preferensi dalam berzakat dan melihat peluang kejadian muzaki untuk melihat
kecenderungan muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan, Model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini disusun dalam persamaan berikut:
𝐿𝑜𝑔𝑖𝑡(𝑃𝑖) = 𝑙𝑜𝑔𝑒 (𝑃𝑖
1−𝑃𝑖) = 𝛽0 + 𝛽1𝑃𝑅𝐸𝑆 + 𝛽2𝑃𝐸𝑁𝐺 + 𝛽3𝑅𝐸𝐿𝐺 + 𝛽4𝐾𝑃𝑅𝐶 +
𝛽5𝐿𝑃𝐷 + 𝛽6𝑃𝐸𝑁𝐷 + 𝛽7𝑈𝑆𝐼𝐴+𝛽8𝐷𝐽𝐾 + 𝛽9𝐷𝐽𝑃 + 𝜀𝑖
Di mana:
Pi : Preferensi muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan
(bernilai 1 untuk “memilih menyalurkan zakat melalui OPZ”
dan 0 untuk “menyalurkan zakat langsung kepada mustahik”)
PRES : Presepsi zakat penghasilan profesi (skor)
PENG : Pengetahuan zakat (skor)
RELG : Religiusitas (skor)
KPRC : Kepercayaan (skor)
LPD : Pendidikan (tahun)
PEND : Pendapatan (juta rupiah)
USIA : Usia (tahun)
DAKS : Aksesibilitas (Dummy)
DJP : Institusi tempat bekerja (Dummy)
Odds Ratio digunakan sebagai peluang terjadinya pilihan 1 (menyalurkan
zakat penghasilan melalui OPZ) terhadap peluang terjadinya pilihan 0
(menyalurkan zakat penghasilan langsung kepada mustahik). Nilai odds menjadi
suatu indikator kecenderungan muzaki untuk memilih pilihan 1 (menyalurkan zakat
penghasilan melalui OPZ). Nilai odds yang semakin besar menunjukkan peluang
muzaki untuk memilih menyalurkan zakat melalui Organisasi Pengelola Zakat
semakin besar. Hubungan antara parameter dan odds ratio yaitu:
Odds Ratio = 𝑃𝑖
1−𝑃𝑖
Keterangan:
Pi = Rasio peluang terjadi pilihan 1
Definisi Operasional Variabel
Tabel 2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi operasional variabel dan pengukuran data
Persepsi Zakat
Profesi
Salah satu indikator yang mengukur cara pandang
seseorang terhadap keberadaan zakat penghasilan profesi.
Variabel diukur menggunakan skala likert berdasarkan
perhatian (attention) dan penerimaan (acceptance)
responden terhadap adanya zakat penghasilan profesi.
20
Variabel Definisi operasional variabel dan pengukuran data
Pengetahuan Zakat Variabel untuk mengukur tingkat pengetahuan seorang
Muslim tentang zakat, khususnya zakat penghasilan dan
pengetahuan keutamaan membayar zakat. Variabel diukur
menggunakan skala likert berdasarkan:
1. Pengetahuan kadar, nishab, arti, analogi zakat
penghasilan
2. Pengetahuan tentang adanya 8 golongan penerima
zakat (At-Taubah 90)
3. Pengetahuan tentang makna dan keutamaan membayar
zakat.
Religiusitas Internalisasi nilai nilai agama dan tingkah laku seseorang
yang diukur dengan menggunakan skala likert berdasarkan:
1. Pelaksanaan kewajiban sebagai seorang Muslim
2. Kepatuhan seorang Muslim dalam menghindari hal yang
dilarang agama. (QS Al-Mu’minun)
Kepercayaan
Lembaga
Persepsi kepercayaan muzaki terhadap kredibilitas dan
kompetensi kelembagaan Organisasi Pengelola Zakat.
Variabel kepercayaan diukur menggunakan skala likert
berdasarkan persepsi kepercayaan muzaki terhadap
transparansi, sosialisasi, amanah, distribusi zakat, dan
profesionalitas.
Pendidikan Lama pendidikan formal yang didapatkan muzaki yang
dimulai dari saat Sekolah Dasar dan dihitung menggunakan
tahun.
Pendapatan Jumlah penghasilan setiap bulan yang diperoleh dari
pekerjaan utama.
Aksesibilitas Persepsi muzaki terhadap alasan menyalurkan zakat karena
adanya kemudahan akses seperti lokasi, fasilitas, dan
informasi dalam penyaluran zakat. Variabel aksesibilitas
diukur menggunakan dummy. Responden akan mendapat 1
jika menyatakan menyalurkan zakat karena adanya
kemudahan akses, dan 0 jika tidak menyatakan
menyalurkan zakat karena kemudahan akses.
Institusi tempat
bekerja
Institusi tempat pekerjaan utama seseorang untuk
memperoleh penghasilan tetap setiap bulannya. Variabel
institusi tempat bekerja diukur menggunakan dummy.
Responden akan mendapat 1 jika bekerja di instansi
pemerintah (PNS dan pegawai BUMN) dan 0 jika
responden bekerja di instansi swasta (pegawai swasta dan
lainnya)
Preferensi muzaki Pilihan muzaki dalam menyalurkan zakat, yang berupa
dorongan internal dan eksternal yang berhubungan dengan
sikap untuk memutuskan penyaluran kewajiban zakat.
Responden akan mendapat 1 jika Memilih menyalurkan
zakat melalui OPZ (BAZ/LAZ) dan 0 jika responden
Tidak menyalurkan zakat melalui OPZ (langsung kepada
mustahik)
21
47%53%
Muzaki BAZ/LAZ Muzaki distribusi langsung
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Muzaki
Karakteristik umum responden diperoleh dari hasil wawancara
menggunakan kuesioner kepada Muslim wajib zakat yang tersebar di dua
kecamatan Kota Bogor, yaitu Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal.
Responden dalam penelitian ini merupakan masyarakat Muslim yang memiliki
pekerjaan tetap, tergolong wajib zakat dengan kriteria penghasilan telah mencapai
nishab, dan rutin membayar zakat atas penghasilan profesi. Responden tersebut
terdiri dari 70 muzaki yang diklasifikasikan berdasarkan preferensi dalam
menyalurkan zakat penghasilan, yaitu muzaki yang memilih menyalurkan zakat
melalui Organisasi Pengelola zakat (Badan atau Lembaga Amil zakat) atau muzaki
yang tidak menyalurkan zakat melalui Organisasi Pengelola Zakat (langsung
kepada mustahik).
Gambar 4 Sebaran preferensi berzakat muzaki
Berdasarkan sebaran preferensi berzakat dapat diketahui bahwa responden
Muzaki yang memilih menyalurkan zakat melalui Organisasi Pengelola Zakat
formal (BAZ/LAZ) adalah sebesar 47% atau sebanyak 33 responden dan yang tidak
menyalurkan zakat melalui OPZ sebesar 53% atau sebanyak 37 responden muzaki
(Gambar 4).
Karakteristik responden muzaki dijelaskan dari kondisi demografi, yakni jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan status marital. Kondisi demografi responden
diperlukan untuk melihat klasifikasi demografis yang mempengaruhi perilaku
muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan profesi. Karakteristik responden
berdasarkan demografi ditampilkan pada Tabel 3.
22
36%
64%
Perempuan Laki-laki
Tabel 3 Demografi responden
Karakteristik Kategori Frekuensi
(Jiwa)
Persentase
(%)
Jenis kelamin Laki laki
Perempuan
45
25
64.28
35.72
Usia Dewasa awal (19-24 tahun)
Dewasa lanjut (25-35 tahun)
Paruh Baya (36-50 tahun)
Tua (51-65 tahun)
4
19
33
14
5.71
27.14
47.14
20.00
Pendidikan SMA/sederajat
Diploma
S1
S2
S3
3
10
39
14
4
4.26
14.26
55.71
20.00
5.71
Status pernikahan Belum menikah
Menikah
9
61
12.85
87.14
Sumber: Data primer (diolah 2016)
Jenis Kelamin
Karakteristik responden muzaki berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh
responden laki-laki, baik muzaki yang menyalurkan langsung kepada mustahik
maupun muzaki yang menyalurkan melalui BAZ/LAZ. Hal ini dapat dipahami
mengingat laki-laki pada umumnya merupakan kepala keluarga yang memiliki
pekerjaan dan penghasilan tetap. Persentase karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
23
Secara keseluruhan responden pada penelitian ini terdiri dari 64% responden
laki-laki dan 36% sisanya adalah responden perempuan. Dalam penelitian ini,
muzaki perempuan yang menjadi responden merupakan muzaki yang memiliki
pekerjaan dan penghasilan tetap. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa kedua
jenis responden memiliki kecenderungan yang sama terhadap preferensi berzakat.
Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Preferensi berzakat
Jenis Kelamin
Total Perempuan Laki laki
Muzaki BAZ/LAZ 14 19 33
Muzaki distribusi langsung 11 26 37
Total 25 45 70 Sumber: Data primer diolah (2016)
Usia
Variabel usia dikategorikan berdasarkan tingkatan usia produktif. Usia
Responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia 24-60 tahun. Secara
keseluruhan, ditinjau dari usia terdapat 48.57% responden muzaki paruh baya (36-
50), 27.14% dewasa lanjut (25-35), 13.48% usia tua (51-65), dan 6% dewasa awal
(19-24). Mayoritas responden muzaki yang membayar zakat penghasilan berada
pada usia paruh baya yaitu pada rentang usia 36-50 sebanyak 34 jiwa atau setara
dengan 48.57% responden (Tabel 4). Pada usia tersebut responden telah memiliki
pendapatan dan pekerjaan tetap dalam jangka panjang sehingga memengaruhi
keininginan untuk menyalurkan zakat. Berdasarkan hasil penelitian terdapat empat
orang responden muzaki distribusi langsung dengan kategori usia dewasa awal
yaitu 24 tahun yang telah bekerja dan memiliki penghasilan tetap.
Tabel 5 Karakteristik Responden Muzaki Berdasarkan Usia
Usia
Preferensi berzakat
Muzaki
BAZ/LAZ
Muzaki
disribusi langsung Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
19-24 0 0 4 10.81 4 5.71
25-35 6 18.18 13 35.13 19 27.14
36-50
51-65
18
9
54.54
24.32
14
4
37.83
10.81
34
13
48.57
13.48
Rata-rata (tahun) 42 37 39 Sumber: Data primer diolah (2016)
Pendidikan
Indikator lama pendidikan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6 yang
menjelaskan kategori pendidikan sesuai sebaran preferensi berzakat. Data
penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4.28% responden yang berpendidikan
terakhir SMA, 14.28% Diploma, 57.14% S1, 20.00% S2, 10.81% S3. Dari data
24
tersebut terlihat bahwa mayoritas pendidikan terakhir responden yang menyalurkan
zakat penghasilan merupakan lulusan S1, yaitu sebanyak 57.14%.
Tabel 6 Karakteristik Responden Muzaki Berdasarkan Lama Pendidikan
Lama Pendidikan
Preferensi berzakat
Muzaki
BAZ/LAZ
Muzaki distribusi
langsung Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
SMA (12 tahun) 0 0 3 8.11 3 4.28
Diploma (15 tahun) 1 3.03 9 24.32 10 14.28
S1 (16 tahun)
S2 (18 tahun)
S3 (>19 tahun)
19
10
3
57.57
30.30
9.09
21
3
1
56.76
8.11
2.70
40
13
4
57.14
18.57
5.71
Rata-rata (tahun) 17 15 16 Sumber: Data primer diolah (2016)
Lama pendidikan responden muzaki BAZ/LAZ memiliki rata-rata lebih tinggi
dibandingkan muzaki distribusi langsung yaitu 17 tahun. Lama pendidikan tertinggi
muzaki BAZ/LAZ adalah 22 tahun atau setara dengan S3 dan lama pendidikan
terendah yaitu 15 tahun atau setara dengan lulusan diploma. Rata-rata lama
pendidikan muzaki distribusi langsung yaitu 15 tahun, dengan lama pendidikan
tertinggi setara dengan lulusan S3 dan terendah yaitu 12 tahun atau setara dengan
lulusan SMA.
Jenis Pekerjaan
Responden muzaki BAZ/LAZ dan muzaki distribusi langsung mempunyai
pekerjaan yang beragam. Berdasarkan jenis pekerjaan, mayoritas responden
merupakan pegawai kantoran, diantaranya Pegawai Negeri Sipil, Pegawai BUMN,
dan Pegawai swasta. Responden non pegawai kantoran merupakan responden
dengan pekerjaan profesional dan wiraswasta. Responden dengan pekerjaan lainnya
merupakan responden yang bekerja sebagai guru.
Tabel 7 Karakteristik Responden Muzaki Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Preferensi berzakat
Muzaki
BAZ/LAZ
Muzaki distribusi
langsung Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
PNS 14 42.42 2 5.40 16 22.86
Pegawai BUMN 5 15.15 1 2.70 6 8.57
Pegawai swasta
wiraswasta
Profesional
Lainnya
8
4
2
0
24.24
12.12
6.06
0
22
5
3
4
59.45
13.51
8.11
10.81
30
9
5
4
42.85
14.26
7.14
5.71
25
Secara keseluruhan jenis pekerjaan responden adalah pegawai swasta yaitu
sebanyak 30 dari 70 orang atau setara dengan 42.85% responden. Responden
Muzaki BAZ/LAZ yang memiliki persentase jenis pekerjaan terbesar adalah
muzaki dengan pekerjaan PNS yaitu sebesar 42.42%. Mayoritas responden muzaki
yang menyalurkan zakat langsung kepada mustahik bekerja sebagai pegawai swasta
dari berbagai sektor lapangan usaha, yaitu sebanyak 59.45%.
Pendapatan Muzaki
Data pendapatan responden muzaki yang diwawancara merupakan pendapatan
rutin perbulan yang diperoleh dari pekerjaan tetap responden. Minimal pendapatan
muzaki yaitu telah mencapai nishab zakat. Penelitian ini menggunakan nishab
zakat profesi yang merupakan qiyas zakat pertanian yang setara dengan harga 543
kg beras. Penentuan nishab mengacu pada HPP beras 2016 yaitu Rp 7 300 per
kilogram sehingga diperoleh nishab zakat sebesar Rp 3.82 juta.
Tabel 8 Karakteristik Responden Muzaki Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan
per bulan
Muzaki
BAZ/LAZ
Muzaki distribusi
langsung
Jumlah
Presentase
(%)
Jumlah Presentase
(%)
<Rp 5 000 000 3 9.09 6 16.21
Rp 5000 000 – Rp 8 000 000 16 51.51 13 35.13
Rp 8 000 000 – Rp 15 000 000 11 33.33 6 16.21
>Rp 15 000 000 3 9.09 12 32.43
Rata-rata Rp 10 221 212 Rp 13 164 865
Nilai maksimum Rp 70 000 000 Rp 75 000 000 Sumber: Data primer diolah (2016)
Pendapatan responden muzaki cukup beragam dan sudah tergolong pada
wajib zakat. Secara keseluruhan responden muzaki yang menyalurkan zakat
penghasilan memiliki pendapatan antara Rp 5 juta – Rp 8 juta yaitu sebanyak
51.51% responden untuk muzaki BAZ/LAZ dan 32.43% responden untuk muzaki
distribusi langsung. Responden muzaki BAZ/LAZ memiliki rata-rata pendapatan
Rp 10.22 juta sedangkan muzaki distribusi langsung memiliki rata-rata pendapatan
yang lebih besar yaitu Rp 13.64 juta. Hal ini dikarenakan persentase jumlah
responden muzaki distribusi langsung yang memiliki pendapatan di atas Rp 15 juta
lebih banyak dibanding muzaki BAZ/LAZ yaitu sebesar 32.43%. Nilai pendapatan
terbesar pada Muzaki BAZ/LAZ adalah sebesar Rp 70 juta yang merupakan
responden muzaki yang bekerja sebagai pegawai BUMN. Sedangkan pada muzaki
distribusi langsung, nilai pendapatan terbesar yaitu sebesar Rp 75 juta adalah
responden yang bekerja sebagai pegawai swasta.
26
Perilaku Berzakat
Dalam menyalurkan zakat muzaki memiliki pilihan kepada siapa zakat
tersebut disalurkan. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden menunjukkan
bahwa pilihan tempat responden muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan
beragam. Pada penelitian ini, pilihan tempat berzakat didominasi oleh muzaki yang
menyalurkan zakat langsung kepada mustahik sebanyak 52.86%, kemudian
membayar melalui LAZ sebanyak 28.57% dan membayar melalui BAZ sebanyak
20.00%.
Tabel 9 Perilaku Berzakat Berdasarkan Preferensi Tempat Penyaluran
Preferensi berzakat Jumlah (jiwa) Presentase
(%)
Membayar zakat di BAZ 14 20.00
Membayar zakat di LAZ 19 27.14
Membayar zakat langsung
kepada mustahik
37 52.86
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang membayar zakat di BAZNAS
adalah responden yang menyalurkan zakat melalui UPZ masjid formal di sekitar
tempat tinggal, UPZ BAZNAS di kantor tempat bekerja, dan menyalurkan langsung
melalui kantor Badan Amil Zakat di Kota Bogor. Responden yang menyalurkan
zakat melalui Lembaga Amil Zakat menyalurkan zakat pada lembaga yang beragam,
yaitu LAZ PMA Al-Bunyan, Daarul Tauhid, Dompet Dhuafa, PKPU, Rumah Zakat,
Yatim Mandiri, dan Baitul Maal Muamalat. Responden yang membayar zakat
langsung kepada mustahik merupakan muzaki yang mendistribusikan zakat
langsung baik secara personal kepada mustahik maupun yayasan penyalur zakat
informal.
Periode Membayar Zakat Penghasilan
Berdasarkan periode waktu pembayaran zakat, muzaki memiliki pilihan, yaitu
membayarkan zakat setiap bulan saat menerima penghasilan atau membayarkan
setiap satu tahun sekali. Pada umumnya responden dalam penelitian ini merupakan
pekerja kantoran dan non kantor yang memperoleh pengasilan rutin setiap bulan.
Muzaki yang rutin menyalurkan zakat penghasilan memiliki periode berzakat
yang beragam. Persentase responden muzaki BAZ dan LAZ maupun ditribusi
langsung yang menyalurkan zakat penghasilan setiap bulan atau setiap memperoleh
penghasilan adalah sebesar 80% responden. Persentase responden yang memilih
menyalurkan zakat penghasilannya setiap tahun adalah sebesar 14.28%. Sebanyak
5.72% muzaki distribusi langsung menyalurkan zakat dengan periode tidak
menentu atau tidak rutin. Hal tersebut menguatkan teori yang dikemukanan
Hafidhudin (2007) bahwa menyalurkan zakat melalui lembaga akan menjamin
kedisiplinan dan kepastian pembayar zakat.
27
Tabel 10 Perilaku Responden Berdasarkan Periode Penyaluran Zakat
Periode membayar zakat
Setiap
Bulan
Setiap
Tahun
Tidak
menentu
Muzaki BAZ 12 2 0
Muzaki LAZ 16 3 0
Muzaki distribusi langsung 28 5 4
Total (jiwa) 56 10 4
Presentase (%) 80.00 14.28 5.72 Sumber: Data primer diolah (2016)
Muzaki Organisasi Pengelola Zakat
Responden muzaki yang menyalurkan zakat melalui Organisasi Pengelola
Zakat merupakan muzaki yang menyalurkan zakat melalui Badan atau Lembaga
Amil Formal. Responden muzaki yang menyalurkan zakat melalui Organisasi
Pengelola Zakat memiliki alasan yang beragam.
Gambar 6 Alasan muzaki memilih OPZ
Secara keseluruhan alasan muzaki dalam memilih OPZ ialah kemudahan akses,
kenyamanan, profesionalitas, dan transparansi. Persentase masing-masing
ditunjukkan pada Gambar 6. Alasan dengan persentase tertinggi dalam memilih
organisasi zakat formal adalah faktor aksesbilitas, dengan masing-masing nilai
persentase sebesar 85% (BAZ) dan 90% (LAZ). Kemudahan akses muzaki menjadi
alasan utama dalam memilih OPZ formal, baik kemudahan akses secara fisik
seperti keberadaan OPZ di lingkungan sekitar tempat tinggal atau di instansi tempat
bekerja, maupun kemudahan akses informasi. Alasan kedua muzaki dalam memilih
OPZ ialah kenyamanan atas pelayanan yang diberikan, dengan masing-masing nilai
persentase sebesar 72% (BAZ) dan 83% (LAZ). Sebesar 50% muzaki BAZ dan
LAZ menyatakan menyalurkan zakat melalui OPZ dikarenakan muzaki percaya
bahwa dengan menyalurkan zakat melalui lembaga maka dana zakat yang dimiliki
akan didistribusikan tepat sasaran dan merata oleh Amil zakat kepada golongan
penerima zakat sehingga memiliki nilai manfaat yang lebih besar untuk
kesejahteraan mustahik. Sebanyak 36% responden muzaki BAZ dan 32%
responden muzaki LAZ juga memilih menyalurkan zakat melalui OPZ karena
berpendapat bahwa menyalurkan zakat melalui Amil memiliki keutamaan dalam
85%70% 65% 72%
50%36%
90%80%
70%83%
50%
32%
kemudahanakses
Profesionalitas Transparansi Kenyamanan distribusimerata
Sesuai syariah
Muzaki BAZ Muzaki LAZ
28
syariat Islam. Amil zakat merupakan golongan penerima zakat yang telah
ditugaskan dalam mengambil zakat dan ditegaskan dalam Al-Quran Surat At-
Taubah ayat 103: “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Muzaki Distribusi Langsung kepada Mustahik
Muzaki distribusi langsung adalah muzaki yang menyalurkan zakat langsung
kepada mustahik. Berdasarkan hasil penelitian, muzaki yang menyalurkan zakat
langsung kepada mustahik memiliki beragam alasan. Alasan dengan persentase
tertinggi adalah kemudahan akses dan langsung ke sasaran dengan persentase
sebesar 72.97%. Muzaki menyatakan dengan menyalurkan zakat secara langsung
dapat diketahui secara pasti kepada siapa zakat tersebut tersalurkan dan muzaki
merasa tenang karena zakat langsung tersalurkan kepada yang berhak menerima.
Selain itu, muzaki berpendapat bahwa menyalurkan zakatnya kepada mustahik
yang tinggal di lingkungan sekitar atau orang-orang yang telah dikenal. Sebagian
responden menyatakan tidak terdapat Organisasi Pengelola Zakat di lingkungan
tempat tinggal sehingga memilih menyalurkan secara langsung. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Mukhlis (2011) yang menyatakan muzaki memilih
menyalurkan zakat langsung kepada mustahik karena langsung ke sasaran serta
kemudahan dalam menyalurkan zakat.
Tabel 9 Alasan muzaki distribusi langsung
Sumber: Data primer diolah (2016)
Sebanyak 54.05% responden menyatakan menyalurkan zakat langsung
kepada mustahik karena banyak orang di sekitar tempat tinggal yang membutuhkan
dan belum terjangkau oleh Organisasi Pengelola Zakat. Sebanyak 35.13%
responden memiliki alasan kepuasan dan kenyamanan karena dengan menyalurkan
zakat secara langsung, responden merasa tenang dan senang dapat membantu
orang di sekitarnya dan didoakan secara langsung oleh penerima zakat. Selain
alasan tersebut sebanyak 8.1% responden juga menyatakan pernah menyalurkan
zakatnya melalui OPZ namun kecewa dengan pelayanan yang diberikan,
responden tidak mendapat informasi terkait kepada siapa dana zakat tersebut
tersalurkan sehingga akhirnya lebih memilih menyalurkan zakat secara langsung
kepada mustahik.
Sebanyak 18.91% muzaki memilih menyalurkan zakat langsung kepada
mustahik karena berpendapat bahwa menyalurkan zakat kepada orang terdekat
yang berada di lingkungan sekitar memiliki keutamaan dalam syariat Islam. Hal ini
Alasan Persentase (%)
Akses mudah dan Langsung ke Sasaran 72.97
Banyak orang di sekitar yang membutuhkan
belum terjangkau OPZ
54.05
Kepuasan dan kenyamanan 35.13
Sesuai syariat 18.91
Kekecewaan terhadap OPZ 8.10
29
sesuai dengan Hadist Rasulullah Saw : “Bukanlah seorang yang sempurna imannya
orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan” (HR. Al-Bukhari no. 112).
Hadist tersebut menunjukkan adanya keutamaan dalam memperhatikan dan
membantu tetangga yang sedang dalam kesulitan dan kelaparan. Apabila terdapat
seorang di lingkungan terdekat yang membutuhkan dan dikategorikan kepada
golongan penerima zakat maka orang tersebut perlu lebih diutamakan.
Sasaran Zakat Muzaki distribusi langsung
Berdasarkan hasil penelitian, responden muzaki distribusi langsung
menyatakan menyalurkan zakat secara rutin langsung kepada mustahik. Penerima
zakat yang menjadi sasaran responden pada penelitian ini beragam. Sebagian
responden dengan penghasilan tinggi menyatakan tidak menyalurkan zakat kepada
satu orang namun mendistribusikan zakat kepada beberapa golongan mustahik.
Sasaran zakat muzaki distribusi langsung ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7 Sasaran Zakat Muzaki Distribusi Langsung
Mustahik zakat yang paling banyak menjadi sasaran berzakat adalah anak
yatim (31%) dan fakir miskin (28%). Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar muzaki menyalurkan zakatnya tidak tepat
sasaran atau tidak termasuk ke dalam golongan asnaf yang terkandung dalam Al-
Quran Surat At-taubah ayat 60. Terdapat responden yang menyalurkan zakat
kepada penerima yang tidak termasuk mustahik yang mengindikasikan kurangnya
pengetahuan responden tentang zakat. Hal ini sesuai teori yang dikemukan oleh
Hafidhudin (2007) bahwa membayar zakat melalui lembaga memiliki kelebihan
salah satunya zakat dapat tersalurkan kepada golongan yang tepat yaitu golongan
asnaf.
Sumber Informasi Zakat Penghasilan Profesi
Responden muzaki yang rutin menyalurkan zakat mengetahui informasi
tentang zakat penghasilan profesi dari berbagai macam sumber, yaitu tokoh agama,
sosialisasi OPZ, keluarga, buku, dan iklan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas muzaki memperoleh informasi
adanya zakat penghasilan profesi dari tokoh agama seperti ceramah, pengajian, dan
pendidikan agama, dengan persentase sebanyak 62% muzaki BAZ/LAZ dan 67%
28%
31%3%
17%
21%
Fakir miskin
Anak Yatim
Janda
keluarga/saudara
Orang yangmembutuhkan
30
0%
8%
10%
24%
5%
67%
4%
9%
27%
22%
51%
62%
Iklan
Internet
Buku/majalah
Keluarga/teman
Sosialisasi OPZ
tokoh agama
Muzaki BAZ/LAZ Muzaki distribusi langsung
Muzaki distribusi langsung. Sebanyak 51% muzaki BAZ/LAZ menyatakan
memperoleh informasi adanya zakat penghasilan profesi melalui sosialisasi yang
dilakukan oleh organisasi pengelola zakat. Namun hanya 5% muzaki distribusi
langsung yang memperoleh informasi zakat dari sosialisasi lembaga zakat. Secara
keseluruhan persentase sumber informasi muzaki BAZ/LAZ lebih tinggi dan
beragam dibandingkan muzaki distribusi langsung. Hal ini mengindikasikan bahwa
pengetahuan muzaki BAZ/LAZ tentang zakat penghasilan relatif lebih baik dari
pada muzaki distribusi langsung.
Gambar 8 Sumber Informasi Zakat
Persepsi terhadap Zakat Penghasilan Profesi
Persepsi muzaki terhadap zakat penghasilan merupakan bentuk penilaian
responden terhadap penerimaan adanya kewajiban zakat atas penghasilan yang
diperoleh secara rutin dari profesi yang dimiliki. Data pada Tabel 11 menunjukkan
bahwa rata-rata persepsi responden muzaki terhadap adanya zakat atas penghasilan
sudah baik. Rata-rata skor Muzaki BAZ dan LAZ adalah sebesar 4.49 dan muzaki
distribusi langsung sebesar 4.35.
Penilaian persepsi tertinggi terdapat pada pertanyaan yang menyatakan
kesediaan responden untuk menyalurkan zakat perbulan/pertahun sebesar 2,5%
dengan rata-rata skor sebesar 4.57 untuk muzaki BAZ/LAZ dan 4.45 untuk muzaki
distribusi langsung. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya responden
telah menyalurkan zakat lebih dari batas minimal zakat yaitu 2.5% dan memiliki
kesadaran bahwa zakat penghasilan merupakan kewajiban yang harus dibayarkan.
31
Tabel 11 Persepsi Muzaki terhadap Zakat Penghasilan Profesi
Variabel Muzaki
BAZ dan
LAZ
Muzaki
distribusi
langsung
Min Max
1 Zakat penghasilan profesi wajib
ditunaikan pada penghasilan yang telah
mencapai kadar wajib zakat.
4.45 4.37 4 5
2 Zakat penghasilan profesi dapat
mensucikan diri dari harta yang
diperoleh
4.54 4.42 2 5
3 Menerima bahwa zakat penghasilan
profesi sebagai jenis zakat dalam
Islam.
4.42 4.18 2 5
4 Bersedia menyalurkan zakat
perbulan/pertahun sebesar 2,5% dari
penghasilan.
4.57 4.45 3 5
Rata-rata skor 4.49 4.35 3 5
Religiusitas
Religiusitas menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan melalui
interaksi yang terwujud dengan tindakan berupa ibadah dan tercermin dalam
perbuatan sehari-hari. Brotheridge dan Lee (2010) menyatakan bahwa religi
seseorang memegang peran penting dalam membentuk perilaku dan kebiasaan
individu. Salah satu perilaku individu yang dipengaruhi oleh tingkat religi sesorang
adalah kepatuhannya dalam membayarkan zakat.
Tabel 12 Religiusitas muzaki
Variabel Muzaki
BAZ dan
LAZ
Muzaki
distribusi
langsung
Min Max
1 Shalat fardhu 5 kali dalam satu hari 4.87 4.81 4 5
2 Shalat fardhu berjamaah minimal 2
kali sehari
4.21 3.92 2 5
3 Rutin membaca Al-Qur’an 4.30 3.92 2 5
4 Menunaikan zakat dan menyalurkan
infaq sadaqah secara rutin
4.54 4.42 3 5
5 Rutin hadir di majelis ilmu agama
minimal sebulan 2 kali (baik berupa
kajian/pengajian)
4.18 3.92 2 5
6 Menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tidak berguna
4.30 4.10 3 5
Rata-rata skor 4.39 4.18 3 5
32
Pada penelitian ini diperoleh bahwa nilai rata-rata skor religiusitas atau
tingkat ibadah muzaki BAZ/LAZ terlihat sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
muzaki non lembaga (Tabel 12). Pada poin shalat berjamaah, rutinitas membaca
Al-Quran, dan partisipasi dalam majelis ilmu agama, rata-rata skor muzaki
distribusi langsung lebih rendah dibandingkan rata-rata skor muzaki BAZ/LAZ.
Hal ini kemungkinan terjadi karena sebagian responden muzaki menyalurkan zakat
bukan saja dipengaruhi oleh faktor keagaamaan, namun juga oleh faktor kepedulian
sosial yang mendorong muzaki untuk menyalurkan zakat. Menurut Muda et al.
(2006) diketahui bahwa kontribusi zakat tidak hanya didorong oleh sisi keimanan
saja tetapi juga dipengaruhi dari sisi kepedulian sosial dan kepuasan diri individu.
Kepercayaan terhadap Lembaga
Variabel kepercayaan lembaga diukur untuk melihat persepsi muzaki
terhadap kepercayaan kredibilitas kinerja Organisasi Pengelola Zakat. Skor variabel
kepercayaan lembaga pada responden muzaki BAZ dan LAZ merupakan bentuk
penilaian yang diterima dari pelayanan yang diberikan oleh Organisasi Pengelola
Zakat tempat muzaki berzakat. Pada Tabel 13 ditunjukkan bahwa muzaki BAZ dan
LAZ memiliki skor penilaian yang sangat baik terhadap Organisasi Pengelola Zakat.
Rata-rata tertinggi terdapat pada skor penilaian terhadap profesionalitas, amanah,
serta program yang diberikan kepada mustahik. Hal ini sesuai dengan implikasi dari
firman Allah Swt dalam Al-Quran Surat Qashas Ayat 26: “...karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa kriteria seorang
yang dipilih untuk mengemban tugas, yang salah satunya yaitu Amil pada lembaga
zakat adalah seorang yang mampu dalam mengemban tugas dan amanah sehingga
dapat dipercaya oleh masyarakat terutama dalam mengelola dana umat.
Tabel 13 Persepsi Kepercayaan terhadap Lembaga Muzaki
Indikator Muzaki
BAZ dan
LAZ
Muzaki
distribusi
langsung
Min Max
1 OPZ telah mensosialisasikan zakat
dengan baik.
4.36 3.10 2 5
2 OPZ transparan dalam hal laporan
program dan keuangan
4.30 3.10 2 5
3 OPZ mempunyai program penyaluran
zakat yang relevan dan sesuai dengan
kondisi mustahik yang membutuhkan.
4.42 3.28 2 5
4 OPZ mendistribusikan zakat yang
dititipkan, dengan tepat dan merata.
4.27 3.13 2 5
5 OPZ mengelola uang zakat yang
dikumpulkan dengan baik dan
amanah.
4.42 3.31 2 5
6 OPZ bekerja secara profesional. 4.42 3.28 2 5
Rata-rata skor 4.36 3.20 2 5
33
Rata-rata skor persepsi kepercayaan muzaki terhadap lembaga zakat sudah
baik yaitu 4.33 untuk muzaki BAZ/LAZ dan 3.20 untuk muzaki distribusi langsung
(Tabel 13). Skor minimum (2) dari persepsi kepercayaan diperoleh dari muzaki
distribusi langsung. Berdasarkan hasil wawancara ada beberapa hal yang menjadi
penyebab kurangnya kepercayaan muzaki distribusi langsung terhadap Organisasi
Pengelola Zakat. Pertama, muzaki tidak mendapat informasi terkait OPZ, baik
informasi keberadaan OPZ maupun program-program yang dijalankan, serta
informasi terkait keutamaan membayar zakat melalui OPZ. Kedua, sebagian
responden muzaki juga berpendapat bahwa pendistribusian zakat oleh OPZ masih
kurang merata. Ketiga, sebagian responden distribusi langsung menyatakan masih
kurangnya transparansi dan sosialisasi OPZ kepada masyarakat Muslim wajib zakat.
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Muzaki dalam
Menyalurkan Zakat Penghasilan
Zakat merupakan ibadah wajib yang merupakan dimensi sosial dan ekonomi.
Kebiasaan berzakat pada setiap harta yang dimiliki merupakan perilaku yang mulia.
Namun apabila potensi dana zakat dapat dihimpun, dikelola, dan didistribusikan
secara optimal dan merata oleh Organisasi Pengelola Zakat yang amanah dan
profesional, maka hal tersebut berpotensi untuk dapat mengurangi kesenjangan
pendapatan dan mewujudkan kesejahteraan umat secara merata. Hal ini dapat
terealisasi melalui kerjasama yang baik antara pihak muzaki dan Organisasi
Pengelola Zakat. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi muzaki
dalam penyaluran zakat dalam penelitian dilakukan menggunakan model logit.
Faktor-faktor yang diduga memengaruhi preferensi muzaki dalam
menyalurkan zakat penghasilan meliputi beberapa variabel independen. Variabel
dependen yang akan dilihat terdiri dari dua kemungkinan, yaitu responden yang
memilih menyalurkan zakat melalui OPZ, yaitu Badan/Lembaga Amil Zakat (Y=1)
atau responden yang tidak menyalurkan zakat melalui OPZ yaitu muzaki yang
menyalurkan zakat langsung kepada mustahik (Y=0).
Tabel 14 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table
Predicted
Precentage
correct Observation Muzaki
Distribusi
langsung
Muzaki
BAZ/LAZ
Preferensi Tidak menyalurkan zakat
melalui Organisasi
Pengelola Zakat
34
3 91.90
Menyalurkan zakat melalui
Organisasi Pengelola zakat
4 29 87.90
90.00
34
Berdasarkan dugaan parameter regresi logistik diketahui bahwa klasifikasi
90.0% sudah baik untuk dibangunnya sebuah model dan variabel-variabel tersebut
dapat dijelaskan oleh model. Hasil pendugaan dapat mengklasifikasikan responden
yang memilih untuk menyalurkan zakat langsung kepada mustahik sebesar 91.90%.
Sementara hasil pendugaan untuk klasifikasi responden yang memilih berzakat di
OPZ sebesar 87.90% (Tabel 14).
Hasil uji Hosmer and Lameshow menunjukkan angka 0.994, artinya terima
hipotesis nol karena nilainya lebih besar dari 0.05. Dengan kata lain model sudah fit
dengan data sehingga sesuai atau layak untuk digunakan dalam analisis (Sarwono
2009). Nilai Nagelkerke R-Square menunjukkan angka 0.832 yang artinya model
mampu menjelaskan keragaman sebesar 83.2%, sisanya dijelaskan oleh variabel
lain di luar model. Hasil regresi logistik ditunjukkan pada Tabel 15.
Variabel independen yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap
variabel dependen adalah pengetahuan zakat, kepercayaan, lama pendidikan,
pendapatan, aksesibilitas, usia, dan institusi tempat bekerja (Tabel 15). Hal ini
dikarenakan nilai koefisien signifikansi variabelnya lebih kecil dari taraf nyata.
Untuk taraf nyata 0.05 yaitu pengetahuan zakat, kepercayaan terhadap lembaga,
lama pendidikan, pendapatan, aksesibilitas, dan usia, sedangkan untuk taraf nyata
0.10 yaitu variabel institusi tempat bekerja. Setiap variabel independen memberikan
peluang yang berbeda terhadap preferensi muzaki dalam berzakat. Besarnya
peluang dapat diketahui dengan menginterpretasikan nilai odds ratio pada masing-
masing variabel independen, dan pengaruhnya dapat dilihat berdasarkan nilai
koefisien (B).
Tabel 15 Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi muzaki dalam menyalurkan
zakat penghasilan
Variable B Sig. Odds Ratio
Exp(B)
Constant -48,940 0.009 0.000
Persepsi Zakat Profesi (PERS) 0.160 0.486 1.173
Pengetahuan Zakat (PENG) 0.757 0.012** 2.131
Kepercayaan (KPRC) 0.561 0.008** 1.831
Religiusitas (RELG) -0.278 0.180 0.757
Lama Pendidikan (LPDK) 0.993 0.033** 2.699
Usia (USIA) 0.184 0.028** 1.201
Pendapatan (PEND) -0.180 0.017** 0.835
Aksesibilitas (DAKS) 2.539 0.043** 27.023
Institusi tempat bekerja (DJP) 3.884 0.075* 14.511
R-Square 0.832
Hosmerand lemeshow 0.994 Keterangan: **Siginifikan pada taraf nyata 5%
*Signifikan pada taraf nyata 10%
Variabel pengetahuan zakat memiliki odd ratio berdasarkan nilai Exp (B)
sebesar 2.13 terhadap preferensi berzakat muzaki, yang menunjukkan bahwa
muzaki yang memiliki pengetahuan zakat yang lebih tinggi satu skor memiliki
35
peluang untuk menyalurkan zakat melalui OPZ sebesar 2.13 kali, ceteris paribus.
Dalam hal ini pengetahuan zakat berepengaruh positif terhadap preferensi berzakat
muzaki, artinya semakin tinggi pengetahuan zakat maka kecenderungan
menyalurkan zakat melalui OPZ semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukan
keputusan untuk memilih tempat penyaluran zakat dipengaruhi oleh pengetahuan
responden tentang zakat penghasilan, keutamaan membayar zakat, dan keyakinan
akan manfaat menyalurkan zakat melalui Amil zakat. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Idris (2003) yang menyatakan tingkat pengetahuan zakat
berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku kepatuhan para wajib zakat di
Malaysia dan Suprayogi (2011) yang menyatakan bahwa pengetahuan zakat
memiliki hubungan signifikan positif terhadap preferensi pengusaha mikro untuk
menyalurkan zakat perdagangan melalui BAZ/LAZ. Sebagai seorang Muslim yang
beriman diperintahkan untuk senantiasa meningkatkan dan mengamalkan ilmu
pengetahuan. Salah satunya adalah pengetahuan tentang zakat. Allah SWT akan
memberikan keutamaan dan kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu pengetahuan
sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran surat Al-Mujaadilah ayat 11 : “Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Variabel kepercayaan memiliki odd ratio berdasarkan nilai Exp (B) sebesar
1.83 yang menunjukkan bahwa meningkatnya satu skor kepercayaan muzaki akan
memiliki peluang untuk memilih menyalurkan zakat penghasilan melalui OPZ 1.83
kali lebih besar, ceteris paribus. Variabel kepercayaan memiliki pengaruh positif
terhadap preferensi dalam menyalurkan zakat penghasilan. Artinya, muzaki yang
memiliki peniliaian kepercayaan yang baik terhadap kredibilitas kinerja lembaga
seperti, transparansi, sosialisasi, amanah, profesionalitas lembaga zakat akan
memiliki kecenderungan atau peluang lebih besar untuk memilih menyalurkan
zakat melalui OPZ. Hal ini menguatkan hasil penelitian Rouf (2011) yang
menyatakan kepercayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat
masyarakat dan berkorelasi positif terhadap pilihan lembaga dalam menyalurkan
zakat. Keberadaan Organisasi Pengelola Zakat memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengelola dana zakat untuk kesejahteraan umat sehingga para
pengelola zakat (Amil) yang diamanahkan untuk mengelola dana umat dipilih
karena telah memiliki pengetahuan dan kemampuan zakat yang memadai serta
amanah dalam menjalankan tugasnya dan senantiasa menjaga kepercayaan dan
amanah terutama terkait dalam masalah keuangan. Hal tersebut sesuai dengan
kandungan Al-Quran Surat Yusuf ayat 55 yang artinya: “Berkata Yusuf: Jadikanlah
aku bendaharawan negeri, karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai
menjaga dan berpengetahuan.” (QS Yusuf [12]: 55)
Variabel lama pendidikan memiliki odd ratio berdasarkan nilai Exp (B)
sebesar 2.69, yang menunjukkan bahwa muzaki yang menempuh lama pendidikan
lebih tinggi satu tahun memiliki peluang untuk menyalurkan zakat penghasilan
melalui OPZ lebih besar 2.69 kali, ceteris paribus. Dalam hal ini lama pendidikan
berpengaruh positif terhadap preferensi berzakat muzaki. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi pendidikan muzaki maka akan memiliki kecenderungan lebih
besar untuk memilih menyalurkan zakatnya melalui OPZ. Berdasarkan dari hasil
survei dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan muzaki maka akan
semakin tinggi wawasan dan pengetahuan, yang juga berimplikasi pada
pertimbangan muzaki dalam memilih tempat penyaluran zakat. Dengan demikian
36
muzaki akan lebih selektif dalam memilih organisasi pengelola zakat yang
profesional agar dana zakat dapat lebi bermanfaat bagi kesejahteraan umat. Hal ini
sesuai dengan penelitian Snipes (2010) dan Alhasanah (2011) yang menyatakan
tingkat pendidikan berpengaruh secara positif terhadap keputusan beramal
seseorang. Tingkat pendidikan juga merupakan faktor yang berpengaruh secara
signifikan terhadap pemilihan tempat membayar zakat di organisasi. Pemahaman
tentang pentingnya membayar zakat dan pengelolaan zakat melalui organisasi
pengelola zakat dapat lebih mudah diterima oleh kalangan berpendidikan.
Variabel usia memiliki odd ratio berdasarkan nilai Exp (B) sebesar 1.20
yang menunjukkan muzaki dengan usia satu tahun lebih tinggi memiliki peluang
1.20 kali lebih besar untuk menyalurkan zakat melalui Organisasi Pengelola Zakat,
cateris paribus. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jaffar (2011)
yang menyatakan bahwa usia adalah faktor demografi yang memengaruhi
kesadaran memberikan zakat dan akhirnya memberikan dampak positif pada
perilaku kepatuhan pembayar zakat. Peningkatan usia seseorang akan
meningkatkan kesadaran untuk membayar zakat, salah satunya kesadaran untuk
menyalurkan zakat melalui OPZ.
Variabel Dummy institusi tempat bekerja memiliki odd ratio berdasarkan
nilai Exp (B) sebesar 18.39 yang menunjukkan bahwa muzaki yang bekerja di
institusi pemerintahan seperti PNS dan pegawai BUMN memiliki peluang 18.39
kali lebih besar untuk menyalurkan zakat melalui OPZ dibandingkan responden
muzaki yang bekerja di institusi swasta dan lainnya, cateris paribus. Hal ini sejalan
dengan penelitian Firdaus et al. (2012) yang menyatakan bahwa jenis pekerjaan
seseorang merupakan faktor yang penting dalam memengaruhi frekuensi responden
berzakat serta pemilihan tempat ketika membayar zakat.
Variabel Aksesibilitas memiliki odd ratio berdasarkan nilai Exp (B) sebesar
27.02. Artinya, responden muzaki yang menyatakan menyalurkan zakat karena
kemudahan akses memiliki peluang lebih besar 27.02 kali dibandingkan yang tidak
menyalurkan zakat karena kemudahan akses, cateris paribus. Hasil penelitian ini
menunjukkan semakin mudah akses yang diberikan oleh OPZ seperti kemudahan
akses lokasi, fasilitas, dan informasi mengenai Amil zakat yang akan memudahkan
muzaki dalam menyalurkan zakat, maka muzaki akan memiliki kecenderungan atau
peluang lebih besar untuk menyalurkan zakat melalui OPZ. Hasil ini menguatkan
penelitian Alhasanah (2011) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap pemilihan tempat membayar zakat adalah faktor
ketersediaan organisasi pengelola zakat di daerah sekitar tempat tinggal.
Variabel pendapatan memiliki odd ratio berdasarkan nilai Exp (B) sebesar
0.83 terhadap preferensi muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan yang
menunjukkan bahwa muzaki yang memiliki pendapatan satu juta lebih tinggi maka
peluang menyalurkan zakat penghasilan melalui OPZ 0.83 kali, cateris paribus.
Variabel pendapatan memiliki pengaruh negatif terhadap preferensi berzakat
melalui OPZ. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana diduga
bahwa pendapatan akan memiliki pengaruh positif terhadap preferensi berzakat.
Berdasarkan hasil lapang, muzaki yang memiliki penghasilan tinggi memiliki
kecenderung memilih menyalurkan zakat langsung kepada mustahik. Alasan
responden yang disampaikan diantaranya adalah jumlah zakat yang ditunaikan
cukup besar maka responden memilih mendistribusikannya secara merata kepada
beberapa penerima zakat. Sebagian responden yang memiliki pendapatan tinggi
37
masih kurang mendapat informasi terkait OPZ sehingga memiliki kepercayaan
yang kurang terhadap OPZ.
Variabel religiusitas memiliki odd ratio berdasarkan nilai Exp (B) sebesar
0.75 terhadap preferensi muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan. Hal ini
menunjukkan bahwa responden muzaki yang memiliki skor religiusitas lebih tinggi
maka peluang terhadap preferensi dalam menyalurkan zakat penghasilan di OPZ
0.75 kali, cateris paribus. Variabel religiusitas memiliki pengaruh negatif terhadap
preferensi berzakat yang menunjukkan semakin tinggi religiusitas muzaki akan
memiliki kecenderungan untuk menyalurkan zakat penghasilan langsung kepada
mustahik. Namun hasil penelitian ini menunjukkan religiusitas tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap preferensi (pilihan) dalam memilih sasaran
penyaluran zakat atau kemana zakat akan disalurkan. Hubungan tidak signifikan
diduga karena responden pada penelitian ini merupakan muzaki yang telah
membayar zakat. Hasil penelitian Sariningrum (2011) menyatakan bahwa keimanan
merupakan faktor utama yang menjadi alasan seseorang untuk berzakat. Hal
tersebut menandakan bahwa religiusitas seseorang juga dapat memengaruhi
perilaku dan keinginan seseorang untuk berzakat. Pada dasarnya zakat merupakan
ibadah yang telah diperintahkan bagi umat Muslim sebagaimana firman Allah
SWT: “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu
bapak, kaum kerabat, anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-
kata yang baik kepada manusia, dirikanlah sholat, dan tunaikanlah zakat.” (QS Al-
Baqarah [2]: 83).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Berdasarkan karakteristik muzaki yang mencakup aspek sosial dan
ekonomi berupa usia, pendidikan, pendapatan, dan jenis pekerjaan,
menunjukkan bahwa sebagian besar muzaki yang rutin menyalurkan zakat
penghasilan berjenis kelamin laki-laki, berstatus sudah menikah, berusia
36-50 tahun, pendidikan terakhir Sarjana, pendapatan berkisar 5-15 juta,
dan mayoritas bekerja sebagai PNS, Pegawai BUMN, wiraswasta, dan
Pegawai swasta.
2. Muzaki Kota Bogor memiliki persepsi yang baik terhadap keberadaan
zakat penghasilan. Perilaku muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan
pada umumnya lebih memilih menyalurkan zakat langsung kepada
penerima zakat, dengan periode pembayaran zakat setiap bulan atau setiap
memperoleh penghasilan. Alasan muzaki menyalurkan zakat langsung
kepada mustahik adalah karena kemudahan akses dan langsung kesasaran,
banyak orang di sekitar yang membutuhkan, kepuasan, dan kenyamanan.
Alasan muzaki memilih menyalurkan zakat melalui OPZ formal adalah
kemudahan akses, kenyamanan pelayanan, profesionalitas, dan
transparansi.
38
3. Variabel Independen yang berpengaruh signifikan terhadap preferensi
muzaki dalam menyalurkan zakat penghasilan adalah pengetahuan zakat,
kepercayaan terhadap lembaga, lama pendidikan, pendapatan,
aksesibilitas, instansi tempat bekerja, dan usia.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan zakat, kepercayaan terhadap
lembaga zakat, dan akses akan memengaruhi preferensi muzaki dalam
menyalurkan zakat. Untuk itu, perlu adanya peningkatan sosialisasi dan
edukasi yang berkesinambungan kepada masyarakat Muslim di Kota Bogor
terkait keutamaan zakat, urgensi, dan cara pengelolaan zakat di OPZ. BAZ
dan LAZ dapat lebih aktif dalam memperkenalkan diri kepada masyarakat,
meningkatkan sosialisasi, dan memfasilitasi penghimpunan zakat
penghasilan di wilayah yang penduduknya berpendidikan dan berpendapatan
tinggi sehingga masyarakat memperoleh informasi dan memiliki kemudahan
akses dalam menyalurkan zakat melalui OPZ. Selain itu, strategi sosialisasi
dan edukasi dalam upaya meningkatkan pengetahuan zakat masyarakat dapat
dilakukan dengan melakukan pendekatan segmentasi berdasarkan usia.
2. BAZ, LAZ, dan Pemerintah Kota Bogor perlu lebih bersinergi dalam upaya
meningkatkan dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat
melalui kerjasama dalam hal sosialisasi, edukasi, transparansi, dan
akuntabilitas (laporan pertanggung jawaban) berupa laporan reguler dan
evaluasi program yang telah dilaksanakan serta menyampaikan program-
program yang akan dilaksanakan secara berkala kepada masing-masing
individu, surat kabar, dan media lainnya. Selain itu, insentifitas komunikasi
dengan muzaki serta kemudahan akses juga perlu ditingkatkan.
3. Saran untuk penelitian selanjutnya, perlu adanya kajian tentang kinerja
Pemerintah, Badan dan Lembaga Amil Zakat di Kota Bogor dalam
menghimpun dana zakat penghasilan, untuk dapat menyelaraskan hasil
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, H. 2004. Zakah, Macroeconomic Policies, and Poverty Alleviation: Lessons
from Simulation on Bangladesh. Journal of Islamic Economics, Banking, and
Finance. 81-105.
Alhasanah IM. 2011. Analisis Diskriminan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Partisipasi Berzakat Beinfak dan Pemilihan Tempat Membayar Zakat (Studi
Kasus: Kabupaten Brebes) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Asyaria K. 2015. Preferensi dan Keputusan Muzaki dalam Menyalurkan Zakat Profesi
di Kota Malang. Jurnal Ilmiah. Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Bakar NBA, Rashid HMA. 2010. Motivations of Paying Zakat on Income: Evidence
from Malaysia. International Journal of Economics and Finance. 2(3): 76 - 84.
39
Beik IS. 2010. Peran Zakat: Mengentaskan Kemiskinan dan Kesenjangan. [Internet].
[diunduh pada 2015 Desember 15]. Tersedia pada:
http://irfansb.blogdetik.com/2010/07/31/peran-zakatmengentaskankemiskinan -
dan-kesenjangan/.
Brotheridge CM, Lee RT. 2010. Hand to work, heart to god: Religiousity and
Organizational Behavior. Journal of management, spirituality &
religion.__4(3): 287-309.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang
Dianut. [internet]. [diunduh 2016 Mei 20]. Tersedia pada:
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321
_______________________. 2014. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di
Indonesia. [Internet]. [diunduh pada 2016 Juni] Tersedia pada
http://www.bps.go.id
_______________________. 2014. Kota Bogor dalam Angka 2014. Bogor (ID): BPS
Kota Bogor.
_______________________. 2014. Gini Ratio Menurut Kabupaten/Kota 2008-2014.
[internet]. [diunduh 2016 Mei 10]. Tersedia pada:
http://www.jabar.bps.go.id/linkTabelStatis/ view/id/91.
_______________________. 2014. Gini Ratio Menurut Provinsi. [internet]. [diunduh
2016 Mei 10]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/
view/id/1493.
______________________. 2015. Kota Bogor dalam Angka 2015. Bogor (ID): BPS
Kota Bogor.
______________________. 2015. Statistik Daerah Kota Bogor 2015. Bogor (ID):
BPS Kota Bogor.
_______________________. 2015. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Triwulan I 2015. [internet]. [diunduh 2016 Mei 10]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20150505105654.pdf.
[DEPAG RI] Departemen Agama RI. 2002. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: CV
Darus Sunnah.
Firdaus M, Beik IS, Irawan T, Juanda B. 2012. Economic Estimation and
Determinations of Zakat Potential in Indonesia. Islamic Research and Training
Institute (IRTI) Working Paper Series: WP# 1433-07 [Working Paper]. Jeddah.
Firdaus M, Harmini, Farid MA. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif Untuk Manajemen
dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press.
Gay LR, Mills GE, Airasian P. 2006. Educational Research Competencies for
Analysis and Aplications 8th Edition. New Jersey (US): Prentice Hall.
Hafidhuddin D. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta (ID): Gema
Insani.
____________. 2007. Agar Harta Berkah dan Bertambah. Jakarta (ID): Gema Insani. Hidayat M. 2010. An Introduction to Sharia Economic. Jakarta (ID): Zikrul Hakim.
Idris KM, Ali EIE, Ali J. The Role of Intrinsic Motivational Factors on Compliance
Behavior of Zakat on Employment Income. Jurnal Pembangunan Sosial 6(7):
95-122.
Inoed A. 2005. Anatomi Fiqh Zakat. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
Jaffar, Mohammad N, Affif A, Amri, Hardi, Sahezan, Che N. 2011. A Study on the
Factors Attribute to Non Participation of Zakat Income Among the Muslim
40
Community in Selangor. 2nd International Conference on Business and
Economic Research Proceeding. 2011 Maret. 11(144) 450-462.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press.
[KEMENAG] Kementrian Agama 2015. Baznas Targetkan 2015 Terkumpul Zakat Rp
4,2 Triliun. [diunduh 2015 Oktober]. Tersedia pada
http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=233570.
Kotler. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Muda M, Marzuki A, Shaharuddin A. 2006. Factors Influencing Individual
Participation in Zakat Contribution: Exploratory Investigation. Di dalam: iBAF
2006. Kuala Lumpur (MY): KUIM.
Mufraini AM. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta (ID): Prenada Media
Group.
Muhammad. 2009. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Mukhlis A. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Tingkat Kepatuhan
Membayar Zakat: Studi Kasus Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Murtala M, Mohamad MHS, Adnan MA. 2011. Antecedents Of Zakat Payers’ Trust:
The Case Of Nigeria. International Journal of Economics, Management &
Accounting.
Nazir M 2005. Metode Penelitian Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Qardhawi Y. 2011. Hukum Zakat. Volume ke-12. Harun S, Hafidhuddin D,
Hasanuddin, penerjemah. Bogor (ID): Litera Antar Nusa.
Ridlo MT. 2007. Zakat Profesi dan Perusahaan. Jakarta (ID): Institut Manajemen
Zakat.
Rouf M. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat
Membayar Zakat di Rumah Zakat Cabang Semarang [skripsi]. Semarang (ID):
Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Salmanpour H, Issazadegan A. 2012. Religiosity orientations and personality traits
with death obsession. International Journal of Physchological Studies. 1:150-
157.
Santika Y, Asmara A, Lubis D. 2016. Menghitung Potensi Zakat Kota Bogor [internet].
[diunduh pada 2016 Mei] Tersedia pada http://www.republika.co.id/ berita/
koran/iqtishodia/16/02/25/o33fk52-menghitung-potensi-zakat-kota-bogor.
Sariningrum SZ.2011 Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembayaran Zakat di
Kota Palembang [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sarwono J. 2009. Statistika itu Mudah: Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi
Statistika Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.
Snipes RL, Oswald SL. 2010. Charitable Giving to Not-to-Profit Organization: Factor
Affecting Donantion to Non-Profit Organization. Innovative Marketing. 6(1):
73-80.
Suliyanto. 2005. Analisis Data dala Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Suprayogi A. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keinginan dan Preferensi
Pengusaha Mikro untuk Berzakat [Tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Tanjung H, Devi A. 2013. Metodologi penelitian Ekonomi Islam. Jakarta (ID):
Alfabeta.
[UU RI] Undang-undang Republik Indonesia. 2011. UU Nomor 23 Tahun 2011
Tentang Zakat. Jakarta (ID): UU Republik Indonesia.
Ventis WL.1995. The relationship between religion and mental health. Journal
41
of Social Issues, 51: 33-48.
Wahid H, Sanep A, Mohd AMN. 2005. Kesadaran Membayar Zakat Pendapatan di
Malaysia. Putrajaya (MY): Kumpulan Kajian Ekonomi dan Kewenangan Islam
Pusat Pengajian Ekonomi Universiti Kebangsaan Malaysia.
Wibisono Y. 2015. Mengelola Zakat Indonesia. Jakarta (ID): Prenamedia Group.
Yuningsih A, Abdillah, Mulia N. 2015. Pengaruh Faktor Pendapatan, Pengetahuan
Zakat dan Kredibilitas Lembaga Pengelola Zakat terhadap Kepercayaan
Masyarakat pada Lembaga Pengelola Zakat. Jurnal Akuntansi, Keuangan, dan
Perbankan. Vol 1(4).
42
Lampiran 1 Hasil Statistik Uji Regresi Logistik
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 68,303 9 ,000
Block 68,303 9 ,000
Model 68,303 9 ,000
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 28,509a ,623 ,832
a. Estimation terminated at iteration number 9 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1,423 8 ,994
Classification Tablea
Observed
Predicted
perilaku
Percentage
Correct
muzaki non
lembaga
muzaki
lembaga
Step 1 perilaku muzaki non lembaga 34 3 91,9
muzaki lembaga 4 29 87,9
Overall Percentage 90,0
a. The cut value is ,500
43
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a PERS ,160 ,229 ,485 1 ,486 1,173
TRUST ,605 ,235 6,631 1 ,010 1,831
PENG ,757 ,301 6,322 1 ,012 2,131
RELG -,278 ,207 1,797 1 ,180 ,757
PEND -,180 ,076 5,657 1 ,017 ,835
LPD ,993 ,465 4,563 1 ,033 2,699
USIA ,184 ,083 4,846 1 ,028 1,201
DJP (1) 2,675 1,503 3,168 1 ,075 14,511
DAKSES (1) 3,297 1,632 4,082 1 ,043 27,023
Constant -48,940 18,616 6,911 1 ,009 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: PERS, TRUST, PENG, RELG, PEND, LPD, USIA, DJP,
DAKSES.
44
No. : Hari,Tanggal : Pukul : Lokasi wawancara:
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PREFERENSI MUSLIM KOTA BOGOR DALAM MENYALURKAN
ZAKAT PENGHASILAN
Terima kasih atas kesediaan Bapak/ Ibu menjadi responden untuk mengisi
kuesioner penelitian. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian dalam rangka
penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh:
Nama : Hanifah Azizah
NIM : H54120047
Program Studi : Ekonomi Syariah
Departemen : Ilmu Ekonomi
Fakultas : Ekonomi dan Manajemen
Universitas : Institut Pertanian Bogor
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perilaku, presepsi, dan
pengetahuan Muslim kota bogor terhadap zakat penghasilan profesi dan faktor-
faktor yang memengaruhi Muslim kota bogor dalam menyalurkan zakat
penghasilan profesi. Kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian,
sehingga jawaban yang Bapak/Ibu sampaikan sepenuhnya akan dijaga
kerahasiaannya. Atas kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama
Responden
Jenis kelamin o Laki laki ᴑ Perempuan
Alamat lengkap
......................................................................................................
......................................................................................................
RT : ....................... RW : ........................ No : ...........................
Kelurahan : Kecamatan :
Kota : No telp/ HP :
Usia ...................................... Tahun
Pendidikan
Terakhir
1. SMA/sederajat
2. Diploma
3. S1
4. S2
5. S3 (...........Tahun)
45
Status 1. Menikah
2. Belum Menikah
Sumber
penghasilan
1. PNS 2. Pegawai BUMN 3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta
5. Profesional 6. TNI/POLRI 7. Lainnya.............
Jumlah
pendapatan
Rp ................................/bulan
Jumlah
pengeluaran
primer
Rp................................/bulan
I. SCREENING
1. Apakah anda membayar zakat?
a. Ya
b. Tidak
II. PERILAKU 2. Zakat apa yang rutin anda tunaikan?
a. Zakat penghasilan profesi dan zakat fitrah
b. Zakat penghasilan profesi, zakat maal, dan zakat fitrah
c. Zakat fitrah di bulan Ramadhan (Lanjut nomor 12)
3. Kapan periode anda menunaikan zakat penghasilan profesi?
a. Setiap bulan b. Setiap tahun c.Lainnya........................................
4. Apakah anda tahu berapa kadar/persentase zakat yang anda tunaikan atas
penghasilan?
a. Ya, yaitu.................... b. Tidak tahu
5. Dari mana anda mengetahui mengenai adanya zakat penghasilan profesi?
(Jawaban Boleh lebih dari 1) a. Buku, Majalah
b. Iklan (brosur, Pamflet,flyer, dll)
c. Internet
d. Teman/Keluarga/Saudara
e. Sosialisasi Lembaga Amil Zakat
f. Pengajian/Ceramah
g. Lainnya............................
6. Apakah ada Unit Pengelola Zakat (Amil) formal disekitar tempat tinggal
anda?
a. Ya b. Tidak c.Tidak tahu
7. Jika membayar zakat atas penghasilan, dimana anda menunaikannya?
a. Badan atau Lembaga Amil Zakat
b. Menyalurkan sendiri langsung kepada penerima zakat (Lewati 8-9,
Lanjut no.10)
46
(Lanjutkan ke pertanyaan no.13)
8. Melalui Organisasi Pengelola Zakat apa, anda menyalurkan zakat
penghasilan secara rutin?
a. BAZNAS Kota Bogor/UPZ BAZ Kota Bogor
b. Dompet Dhuafa
c. PMA Al-Bunyan
d. Rumah Zakat
e. Lainnya....................................................................................
9. Apa Alasan anda menyalurkan melalui Lembaga tersebut?
( ) kemudahan akses
( ) Profesionalitas
( ) transparansi
( ) Kenyamanan
( ) Distribusi merata dan tepat sasaran
( ) Lingkungan
( ) Lainnya...........................................................................................
10. Apa alasan anda menyalurkan zakat langsung kepada mustahik (penerima
zakat) ?
( ) Akses mudah dan langsung ke sasaran
( ) Kenyamanan
( ) Kepuasan
( ) Tidak ada Lembaga zakat disekitar tempat tinggal
( ) Banyak orang disekitar saya yang membutuhkan, belum
terjangkau oleh lembaga/amil zakat
( ) Kurang percaya kepada Badan atau Lembaga Pengelola Zakat
( ) Lainnya.................................................................................
11. Jika langsung ke mustahik (penerima zakat), kepada siapa anda
membayarkan zakat penghasilan profesi tersebut?
( ) fakir Miskin ( ) Anak Yatim ( ) muallaf ( )tetangga
( ) Saudara terdekat ( ) keluarga ( ) pengemis
( ) Orang yg membutuhkan ( ) lainya...............
12. Jika tidak/belum membayar zakat profesi/penghasilan, apa alasan anda?
( ) Merasa belum berkewajiban mengeluarkan zakat dari penghasilan
yang diperoleh
( ) Tidak mengetahui dan tidak mendapat informasi terkait zakat
tersebut
( ) Merasa zakat tersebut tidak wajib
( ) Lainnya.....................................................................................
13. Selain zakat, apa rutin ber-infaq?
a. Ya b. Tidak
14. Bagaimana periode anda dalam ber-infaq?
a. Setiap hari b.Setiap minggu c. Setiap bulan d.Lainnya............
47
15. Dimana atau kepada siapa anda biasa ber-infaq/sadaqah?
........................................................................................................................
III. FAKTOR PREFERENSI
Mohon Anda menunjukkan tingkat persetujuan pada masing-masing
pernyataan di bawah ini. Tidak ada jawaban yang benar atau salah pada pernyataan
ini. Selanjutnya berikan tanda (√) pada kotak pilihan jawaban yang telah disediakan
sesuai dengan skala berikut.
Keterangan :
Sangat tidak setuju : sangat tidak yakin dengan pernyataan
Tidak setuju : tidak yakin, kurang dari 50% dengan
pernyataan
Netral : Kurang yakin atau ragu-ragu, antara ya dan
tidak sama dengan 50% dengan
pertanyaan
Setuju : yakin, lebih dari 50% dengan pernyataan
Sangat Setuju : sangat yakin dengan pernyataan
N
No
Atribut Pertanyaan Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Netral
Setuju Sangat
Setuju
Presepsi Zakat penghasilan profesi
1
1
Zakat penghasilan profesi wajib
ditunaikan apabila penghasilan telah
mencapai kadar wajib zakat.
2
2
Zakat penghasilan profesi dapat
mensucikan diri dari harta yang diperoleh
3
3
Saya menerima bahwa zakat penghasilan
profesi sebagai jenis zakat dalam Islam
4
4
Saya menerima untuk menyalurkan zakat
perbulan/pertahun sebesar 2,5% dari
penghasilan.
Pengetahuan zakat penghasilan
1
1
Saya mengetahui adanya zakat
penghasilan profesi
2
2
Saya mengetahui arti zakat maal dan arti
zakat penghasilan, dan saya menerima
perbedaannya sebagai landasan
membayar zakat.
3
3
Saya mengetahui zakat penghasilan
ditunaikan 2,5% dari penghasilan yang
mencapai nishab.
4
4
Saya mengetahui bahwa zakat
penghasilan, infaq dan sadaqah memiliki
kadar dan ketentuan yang berbeda.
48
N
No
Atribut Pertanyaan Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Netral
Setuju Sangat
Setuju
5
5
Saya mengetahui zakat penghasilan
merupakan analogi dari zakat emas, zakat
pertanian, zakat perdagangan.
Pengetahuan Zakat
1
1
Saya paham perbedaan zakat, infaq,
sadaqah
3
2
Saya mengetahui membayar zakat
melalui Amil/lembaga dapat
meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan umat.
4
3
Saya mengetahui penerima zakat bukan
hanya fakir miskin, tetapi ada golongan
lain yg berhak menerima zakat, yaitu 8
golongan Ashnaf.
5
4
Saya mengetahui membayar zakat
melalui amil ke Lembaga Zakat
menjadikan zakat lebih produktif, efektif,
dan dapat menjadikan nilai kemanfaatan
zakat lebih besar.
6
5
Saya mengetahui membayar zakat
melalui amil ke Amil zakat merupakan
sunnah Rasulullah SAW.
Religiusitas
1
1
Saya selalu shalat fardhu 5 kali dalam
satu hari.
3
2
Saya selalu shalat fardhu berjamaah
minimal 2 kali sehari.
4
3
Saya sudah rutin membaca Al-Qur’an.
5
4
Saya sudah menunaikan zakat dan
menyalurkan infaq sadaqah secara rutin.
6
5
Saya rutin hadir di majelis ilmu agama
minimal sebulan 2 kali (baik berupa
kajian/ pengajian).
6
6
Saya sudah menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna.
Althurism
1
1
Saya membayar zakat/infaq/sadaqah
karena peduli terhadap sesama.
2
2
Saya merasa bersalah saat tidak
membayar zakat atau infak kepada
mustahik (penerima zakat)
49
N
No
Atribut Pertanyaan Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Netral
Setuju Sangat
Setuju
3
3
Saya menyadari ada hak orang lain dalam
harta saya
4
4
Saya membayar zakat/infaq/sadaqah
untuk mensucikan penghasilan yang
diperoleh
5
5
Saya membayar zakat/infaq/sadaqah
sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah
SWT.
Kepercayaan terhadap lembaga
1
1
Badan/Lembaga Amil Zakat telah
mensosialisasikan zakat dengan baik.
2
2
Badan/Lembaga Amil zakat transparan
dalam hal laporan program dan
keuangan.
3
3
Badan/Lembaga Amil Zakat mempunyai
program penyaluran zakat yang relevan
dan sesuai dengan kondisi mustahiq yang
membutuhkan.
4
4
Badan/Lembaga Amil Zakat
mendistribusikan zakat yang dititipkan,
dengan tepat dan merata.
5
5
Badan/Lembaga Amil Zakat mengelola
uang zakat yang dikumpulkan dengan
baik dan amanah.
6
6
Badan/Lembaga Amil Zakat bekerja
secara profesional.
Kritik & Saran terhadap Badan atau Lembaga Amil Zakat di Kota Bogor
.....................................................................................................................................
50
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Goettingen, 30 Juli 1994 dari Ayah Edy
Hartulistiyoso dan Ibu Mira Suprayatmi. Penulis adalah anak kedua dari tiga
bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Al-Muslim Bogor, selanjutnya
melanjutkan pendidikannya di SDIT Ummul Quro Bogor hingga tahun 2004, dan
lulus dari SDN Papandayan 1 Bogor pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2009
penulis menyelesaikan bangku Sekolah Menengah Pertama di Sekolah Indonesia
Nederland Waasenaar, Belanda. Selanjutnya pada tahun 2012 penulis lulus dari
SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lolos seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Tulis dan diterima di
program studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen.
Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi yaitu sebagai staf
Departemen Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa kepengurusan
2013/2014 dan sebagai staf divisi Pundi Ashnaf SES-C Sharia Economics Student
Club (SES-C) kepengurusan 2014/2015. Penulis juga aktif di berbagai kegiatan
kepanitian yaitu sebagai ketua divisi Desain dan Dokumentasi 4th Just! (Journalism
Seminar and Talkshow 2014), Pimpinan Redaksi Orange Magazine FEM
2013/2014, anggota divisi sponsorship IPB Bussiness Festival 2014, anggota divisi
Publikasi Desain dan Dokumentasi Politik Ceria 2014, dan kepanitiaan kampus
lainnya. Penulis bersama Tim Ekonomi Syariah FEM IPB pernah meraih juara dua
dalam kompetisi video dokumenter IAC (IPB Art Contest) tahun 2015.