analisis faktor-faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUASAN KLIEN KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Oleh
Zakiyah
NIM: 105082002737
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/ 2009 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUASAN KLIEN KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Zakiyah
NIM: 105082002737
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.Abdul Hamid, MS
Amilin, SE, Ak, M.Si
NIP.131 474 891
NIP.150 370 232
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/ 2009 M
Hari ini Senin Tanggal 15 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Zakiyah NIM: 105082002737 dengan judul
Skripsi “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUASAN KLIEN KANTOR AKUNTAN PUBLIK”. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si
Yessi Fitri SE, Ak, M.SiKetua
Sekretaris
Prof.Dr.Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
Hari ini Kamis Tanggal 25 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Zakiyah NIM: 105082002737 dengan judul Skripsi
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN
KLIEN KANTOR AKUNTAN PUBLIK”. Memperhatikan penampilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof.Dr.Abdul Hamid, MS
Amilin, SE, Ak, M.Si
Ketua
Sekretaris
Rini, SE, Ak, M.Si Penguji Ahli
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan melaporkan kondisi keuangan mereka secara berkala kepada
para investor, calon investor, kreditor, dan calon kreditor, dan pemerintah.
Pihak investor maupun calon investor menggunakan informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan perusahaan untuk mengambil keputusan investasi,
sedangkan kreditor menggunakan laporan keuangan untuk mengantisipasi
kemungkinan perusahaan mengalami gagal bayar atas pinjamannya. Birt et.al
(2008:6) pun mengungkapkan bahwa calon investor, investor, pegawai,
konsumen, badan pengatur, otoritas pemerintah dan instistusi keuangan adalah
beberapa dari banyak individu atau kelompok yang tertarik pada informasi
akuntansi dan membutuhkan akuntansi untuk membantu mereka dalam
mengambil keputusan. Individu dan entitas ini membutuhkan informasi
keuangan untuk membantu mereka dalam membuat keputusan tentang risiko
dan kesempatan pengembalian investasi.
Laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh kantor akuntan
publik (KAP) lebih dapat dipercaya oleh berbagai pihak pengguna laporan
keuangan dibandingkan dengan laporan keuangan yang belum diaudit, karena
dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh pihak yang independen dan
profesional dapat lebih memberikan informasi keuangan yang netral dan
andal. Kebutuhan terhadap jasa audit independen atas laporan keuangan dapat
dihubungkan dengan empat kondisi berikut yaitu karena adanya konflik
kepentingan antara manajemen dan pemilik, adanya suatu konsekuensi dan
pentingnya laporan keuangan bagi investor, adanya kompleksitas yang
melekat dalam persiapan atas laporan keuangan, dan adanya remoteness atau
jarak bagi pihak investor atas perusahaan tempat dimana mereka melakukan
investasi (Boynton dan Johnson, 2005:20).
Peranan KAP atau auditor independen itu sendiri adalah untuk
mensertifikasikan bahwa laporan keuangan perusahaan akurat dan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Jeff Madura, 2007:344). Audit
independen telah menjadi sangat diperlukan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
Tidak hanya pihak yang diaudit, tetapi pihak-pihak lainnya seperi pemerintah,
konsumen, masyarakat juga harus diberikan kepuasan dengan kejelasan dalam
laporan keuangan yang diaudit. Pihak-pihak tersebut sangat mengandalkan
pendapat yang diberikan oleh auditor yang kompeten yang dicirikan oleh
independensi dan integritas moral auditor.
Pada era globalisasi seperti saat ini, setiap perusahaan harus menghadapi
persaingan yang sangat ketat dari perusahaan lainnya dari seluruh dunia, hal
ini tentu saja akan dialami juga oleh semua KAP yang ada di Indonesia.
Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap
perusahaan atau KAP untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan
konsumen (klien KAP), serta memenuhi apa yang klien KAP harapkan
dengan cara memberikan kepuasan yang lebih daripada yang dilakukan para
pesaing. Salah satu caranya adalah dengan memberikan hasil audit yang
berkualitas atau dengan cara lainnya, dan dengan tetap menjaga sikap
independensi sebagai akuntan publik.
Riset tentang kepuasan pelanggan sangatlah penting, karena dari riset ini
dapat bermanfaat bagi perusahaan (KAP) dalam rangka mengevaluasi posisi
perusahaan (KAP) saat ini dibandingkan dengan pesaing, serta menemukan
bagian yang membutuhkan peningkatan bagi kelangsungan hidup perusahaan
(KAP) di masa yang akan datang. Perusahaan (KAP) yang memiliki dukungan
pelanggan yang loyal akan dapat meningkatkan kinerja produk atau jasanya
secara optimal dan dapat meningkatkan empat r kepada pelanggan yaitu dapat
membangun customer relationship, menciptakan customer retention,
menghasilkan customer referrals yaitu kesedian pelanggan untuk
memberitahukan kepuasan yang mereka nikmati kepada orang lain, dan
mudah memperoleh customer recovery yaitu mengubah kesalahan dengan
segera dan cepat menambah loyalitas pelanggan (Freddy Rangkuti, 2006:5).
Penelitian mengenai kepuasan klien telah dilakukan oleh beberapa
peneliti terdahulu, salah satunya adalah Mukhlasin (2004:27-45) yang
melakukan penelitian mengenai pengaruh atribut kualitas audit, portfolio jasa
audit, dan reputasi KAP terhadap kepuasan klien, dari hasil penelitiannya
dikatakan bahwa kepuasan klien mempunyai hubungan yang signifikan
dengan client experience, industry expertise, responsiveness, technical
competence, due care, quality commitment, field work conduct, audit
committee, ethical standard, dan reputasi KAP, sedangkan variabel excecutive
involvement, skepticism, dan portfolio jasa audit tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap kepuasan klien.
Behn et.al (1997:7-24) juga melakukan penelitian tentang atribut
kualitas audit yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan klien dengan
menggunakan 12 atribut yang dikembangkan oleh Carcello et.al (1992). Hasil
dari penelitian Behn et.al (1997:7-24) menunjukkan bahwa ada 6 atribut
kualitas dari 12 atribut kualitas audit yang berpengaruh positif terhadap
kepuasan klien, yaitu client experience, industry expertise, responsiveness,
field work conduct, executive involvement, dan audit committee. Selain dua
peneliti tersebut, Marini Purwanto dan Simon Haryanto (2004:9-27) juga
melakukan penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, pergantian auditor
terhadap kepuasan klien KAP di Indonesia, dan hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa kualitas audit dan pergantian auditor mempunyai
pengaruh positif serta signifikan terhadap kepuasan klien KAP.
Ruyter dan Wetzel (1999) dalam Mukhlasin (2004:27-45) mengatakan
bahwa salah satu faktor yang membuat klien memilih sebuah KAP ialah
portfolio jasa audit yang disediakan oleh KAP. Setiap KAP akan berusaha
memperoleh keunggulan bersaing dengan KAP lainnya dengan cara
memuaskan klien mereka, salah satu caranya memuaskan klien adalah dengan
menyediakan portfolio jasa audit. Selain itu, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan pelanggan menurut Freddy Rangkuti (2006:30)
adalah terdiri dari persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa, kualitas produk,
harga, dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta bersifat situasi sesaat, citra
yang dimiliki, serta komitmen dan kepemimpinan yang kuat dari pimpinan
puncak. Hal ini dapat berarti pula bahwa kepuasan klien KAP dapat
dipengaruhi oleh kualitas audit yang diterima klien, audit fee yang dikenakan
oleh KAP atas jasa yang diberikan, reputasi KAP, dan juga keterlibatan
pimpinan KAP.
Nasution (2004:45) pun menjelaskan bahwa kualitas memiliki hubungan
yang erat dengan kepuasan pelanggan dalam rangka untuk menjalin ikatan
hubungan yang kuat dengan perusahaan (KAP). Sedangkan dalam jangka
panjang, perusahaan (KAP) yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan
akan menciptakan kesetiaan pelanggan kepada perusahaan (KAP), dan
perusahaan (KAP) akan memiliki daya saing berkelanjutan, serta dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan (KAP), sehingga kelangsungan hidup
perusahaan (KAP) akan terjamin. Oleh karena itu, penelitian ini sangat
menarik dan memerlukan perhatian serius bagi KAP, karena akan
mempengaruhi kelangsungan hidup KAP itu sendiri dimasa yang akan datang,
dan dapat mengurangi kesenjangan harapan antara para pemakai laporan
keuangan auditan terhadap jasa audit yang diberikan oleh KAP.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti termotivasi ingin meneliti
kembali faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepuasan klien
KAP. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mukhlasin (2004:27-
45), penelitian Marini Purwanto dan Simon Haryanto (2004:9-27), serta
penelitian Behn et.al (1997:7-24). Salah satu perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah peneliti menambahkan satu variabel independen
yaitu audit fee yang belum pernah diuji oleh peneliti terdahulu. Alasan
menambahkan variabel ini adalah karena komplain umumnya terjadi akibat
banyaknya profesional yang menetapkan fee yang terlalu mahal dan tidak
sesuai dengan kualitas jasa yang diberikan (Henderson et.al, 2008), sehingga
diperkirakan dapat menimbulkan ketidakpuasan klien terhadap jasa yang
diberikan oleh para profesional atau KAP. Perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Ini
Keterangan Penelitian Terdahulu Penelitian ini
Judul dan
tahun
pengujian
a. Mukhlasin menguji “Pengaruh
Atribut Kualitas Audit, Portfolio Jasa
Audit, dan Reputasi Kantor Akuntan
Publik Terhadap Kepuasan Klien”
pada tahun 2004. b. Marini Purwanto dan Simon
Haryanto menguji “Pengaruh Kualitas Audit, Pergantian Auditor
Terhadap Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik” pada tahun 2004.
c. Behn et.al menguji “The
Determinants of Audit Client
Satisfaction Amongs Clients of Big 6
Firms” pada tahun 1997.
Pada penelitian ini menguji
“Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepuasan
Klien Kantor Akuntan
Publik” pada tahun 2009.
Variabel
yang diuji
a. Mukhlasin menguji variabel atribut
kualitas audit, portfolio jasa audit,
reputasi KAP sebagai variabel
independen, dan kepuasan klien sebagai variabel dependen.
b. Marini Purwanto dan Simon Haryanto menguji variabel kualitas
audit, pergantian auditor sebagai variabel independen, dan kepuasan
klien sebagai variabel dependen. c. Behn et.al menguji audit quality, new
auditor, controler work experience
terhadap kepuasan klien sebagai
variabel dependen.
Variabel yang diuji pada
penelitian ini diambil dari
penelitian terdahulu, dan
menambahkan satu variabel yang belum diuji oleh
peneliti terdahulu yaitu audit
fee.
Penelitian ini menguji atribut kualitas audit, portfolio jasa
audit, reputasi KAP, pergantian auditor, audit fee
sebagai variabel independen,
dan kepuasan klien sebagai
variabel dependen.
Tabel 1.1 (Lanjutan)
Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Ini
Keterangan Penelitian Terdahulu Penelitian ini
Objek
penelitian
Peneliti tedahulu melakukan pengujian
dengan objek penelitian sebagai berikut:
a. Penelitian Mukhlasin ditujukan
kepada kontroler, internal auditor
perusahaan di sepanjang Jalan
Sudirman dan Kuningan Jakarta.
b. Penelitian Marini Purwanto dan
Simon Haryanto ditujukan kepada
perusahaan industri yang berbadan
hukum perseroaan terbatas yang sudah go public dan listed di BEJ.
c. Penelitian Behn et.al ditujukan kepada kontroler perusahaan di
Amerika.
Responden utama dalam
penelitian ini adalah internal
auditor, manajer, asisten
manajer, supervisor, staf
bagian keuangan, pada
perusahaan di DKI Jakarta
yang memakai jasa audit
KAP.
Sumber: data diolah dari berbagai referensi
B. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penulis
merumuskan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Apakah atribut kualitas audit berikut ini mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien KAP, yaitu:
a. Apakah client experience mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
b. Apakah industry expertise mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
c. Apakah responsiveness mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
d. Apakah technical competence mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
e. Apakah independence mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP?
f. Apakah due care mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP?
g. Apakah quality commitment mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
h. Apakah executive involvement mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
i. Apakah field work conduct mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
j. Apakah audit committee mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
k. Apakah ethical standard mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
l. Apakah skepticism mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP?
2. Apakah portfolio jasa audit mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
3. Apakah reputasi KAP mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP?
4. Apakah pergantian auditor mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP?
5. Apakah audit fee mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP?
6. Apakah atribut kualitas audit, portfolio jasa audit, reputasi KAP,
pergantian auditor, audit fee, secara bersama-sama mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap kepuasan klien KAP?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian tersebut, maka penelitian ini
bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai hal-hal sebagai berikut,
yaitu:
1. Pengaruh atribut kualitas audit berikut ini terhadap kepuasan klien KAP,
yaitu:
a. Pengaruh client experience terhadap kepuasan klien KAP.
b. Pengaruh industry expertise terhadap kepuasan klien KAP.
c. Pengaruh responsiveness terhadap kepuasan klien KAP.
d. Pengaruh technical competence terhadap kepuasan klien KAP.
e. Pengaruh independence terhadap kepuasan klien KAP.
f. Pengaruh due care terhadap kepuasan klien KAP.
g. Pengaruh quality commitment terhadap kepuasan klien KAP.
h. Pengaruh executive involvement terhadap kepuasan klien KAP.
i. Pengaruh field work conduct terhadap kepuasan klien KAP.
j. Pengaruh audit committee terhadap kepuasan klien KAP.
k. Pengaruh ethical standard terhadap kepuasan klien KAP.
l. Pengaruh skepticism terhadap kepuasan klien KAP.
2. Pengaruh portfolio jasa audit terhadap kepuasan klien KAP.
3. Pengaruh reputasi KAP terhadap kepuasan klien KAP.
4. Pengaruh pergantian auditor terhadap kepuasan klien KAP.
5. Pengaruh audit fee terhadap kepuasan klien KAP.
6. Pengaruh atribut kualitas audit, portfolio jasa audit, reputasi KAP,
pergantian auditor, audit fee, secara bersama-sama terhadap kepuasan
klien KAP.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, antara lain:
Bagi kantor akuntan publik (KAP)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh KAP sebagai
informasi tambahan serta pembelajaran mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan klien KAP, sehingga dapat menciptakan
hubungan yang baik antara KAP dengan klien KAP, dan KAP dapat
memperoleh keunggulan bersaing dengan KAP lainnya.
Bagi perusahaan (klien KAP)
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi yang berguna serta
pembelajaran bagi perusahaan (klien) untuk menilai kinerja auditor dalam
memberikan jasa audit apakah telah sesuai dengan standar yang berlaku
umum, serta menjadikan dasar pertimbangan bagi perusahaan dalam
memilih KAP yang berkualitas baik.
Bagi Pihak Lainnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan teori akuntansi, dapat digunakan sebagai penambah
wawasan, dan dapat digunakan oleh para peneliti-peneliti berikutnya
sebagai salah satu referensi dalam penelitiannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Atribut Kualitas Audit
Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan
dalam rangka untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan
perusahaan, dalam jangka panjang dapat menciptakan kesetiaan pelanggan
kepada perusahaan, dan perusahaan akan memiliki daya saing
berkelanjutan, serta dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga
kelangsungan hidup perusahaan akan terjamin (Nasution, 2004:45). Setiap
profesi yang ada pastinya akan memberikan perhatian terhadap kualitas
dari jasanya, dan profesi akuntan publik tidak terkecuali. Kualitas atas jasa
adalah yang paling penting karena untuk menjamin bahwa profesi itu
bertanggungjawab kepada masyarakat umum, klien, dan pemerintah.
Setiap profesi memiliki multilevel kerangka peraturan yang dikembangkan
untuk memberi jaminan kualitas dalam pelaksanaan audit dan jasa
profesional lainnya (Boynton dan Johnson, 2005:29).
Menurut Porothea Wahyu Ariani (2003:8), faktor utama yang
menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa yang
dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang
sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya. Perusahaan atau
organisasi yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang
berkualitas akan mendapat predikat sebagai organisasi yang
mengutamakan kualitas. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi
tersebut dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan nilai “lebih”
dimata masyarakat luas dan dipercaya masyarakat.
Kualitas jasa berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan, serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi
harapan pelanggan. Kualitas jasa jauh lebih sukar didefinisikan,
dijabarkan dan diukur bila dibandingkan dengan kualitas barang, kualitas
jasa diukur secara subjektif dan acapkali ditentukan oleh konsumen,
kriteria pengukuran lebih sulit disusun dan seringkali sukar dikendalikan,
kualitas sulit distandardisasikan dan membutuhkan investasi besar pada
pelatihan sumber daya manusia, lebih sulit mengkomunikasikan kualitas,
pemulihan atas jasa yang jelek sulit digantikan karena tidak bisa
mengganti “jasa yang cacat”, bergantung pada komponen peripherals
untuk merealisasikan kualitas (Fandy Tjiptono, 2007:259).
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menjelaskan bahwa kualitas
jasa adalah terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari
akuntan diberikan dengan standar kinerja yang tinggi (Sukrisno Agoes,
2004:283). Kualitas audit didefinisikan sebagai profitabilitas bahwa
laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun kesalahan
penyajian yang material. Kualitas audit juga didefinisikan dari segi risiko
audit, yakni dengan jasa yang bermutu tinggi akan mencerminkan risiko
audit yang kecil (Ahmed Riahi Belkaoui, 2004:85).
Hasil dari suatu laporan keuangan yang telah diaudit memberikan
wawasan yang luas bagi pengguna seperti pemegang saham, kreditor,
pemerintah, agensi, serta masyarakat umum. Kualitas audit keuangan yang
tinggi, secara signifikan mengurangi risiko bahwa investor dan kreditor
akan menggunakan kualitas informasi yang rendah ketika membuat
berbagai keputusan investasi (Boynton dan Johnson, 2005:8).
Parasuranman, Zetrhaml dan Berry (1985) dalam Nasution (2004:56),
mengidentifikasi lima dimensi kualitas yaitu reliability, responsiveness,
assurance, empathy, dan tangibles. Sedangkan Garvin (1996) dalam
Porothea Wahyu Ariani (2003:10) menjelaskan bahwa ada 9 dimensi
kualitas pada industri jasa antara lain terdiri dari communication,
credibility, knowing the customer, tangible, reliability, responsiveness,
competence, access, dan courtesy. Kualitas jasa yang diberikan auditor
sangat tergantung pada kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan
audit dan dalam menyusun laporan audit, untuk itu maka seorang auditor
harus menggunakan seluruh kemampuan, kompetensi, dan keahliannya
dalam melaksanakan tugasnya (Abdul Halim, 2001:38).
Nurkholis dan Retno Rushanty Wasistyorini (2003:463-481) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan persepsi diantara
ketiga kelompok responden yakni auditor, manajer, dan pemakai laporan
keuangan dalam melihat faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas
audit. Faktor-faktor yang paling banyak mendapat tanggapan sebagai
faktor penting untuk meningkatkan kualitas audit adalah (1) pengalaman
tim audit dan KAP dalam bidang audit, (2) kemampuan merespon
terhadap kebutuhan klien, (3) pemahaman terhadap industri klien, dan (4)
keterlibatan komite audit. Selain itu, hasil penelitian Marini Purwanto dan
Simon Haryanto (2004:9-27) memiliki kesamaan dengan hasil penelitian
Muhammad Ishak (2000), yaitu menunjukkan bahwa pengalaman
melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan
klien, taat pada standar umum audit, keterlibatan pimpinan KAP,
keterlibatan komite audit merupakan faktor yang dapat menentukan
kualitas audit, dan juga berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan
klien.
Penelitian Carcello et.al (1992) dalam Mukhlasin (2004:28) berusaha
memasukkan orang-orang yang menyiapkan laporan keuangan dan
pengguna laporan keuangan sebagai bagian dari atribut kualitas audit, dan
dari hasil penelitiannya ini mengungkapkan bahwa karakteristik kualitas
audit dinilai lebih penting daripada karakteristik KAP. Penelitian Carcello
et.al (1992) juga menghasilkan 12 atribut kualitas audit, yaitu (1) client
experience, (2) industry expertise, (3) responsiveness, (4) technical
competence, (5) independence, (6) due care, (7) quality commitment, (8)
executive involvement, (9) field work conduct, (10) audit committee, (11)
ethical standard, dan (12) skepticism.
Dalam penelitian ini diuji kembali keduabelas atribut kualitas audit
yang dikembangkan oleh Carcello et.al (1992) dalam Mukhlasin
(2004:28), dan yang digunakan dalam penelitian Behn et.al (1997:7-24).
Berikut ini adalah penjabaran keduabelas atribut kualitas audit, yaitu:
a. Berpengalaman Melakukan Audit (Client Experience)
Akuntan publik memberikan jasa akuntansi untuk berbagai
perusahaan dan mengenakan biaya atas jasanya tersebut, dibutuhkan
suatu lisensi untuk mempraktikan akuntansi publik yaitu para akuntan
yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan pendidikan tertentu dan
lulus ujian nasional yang disebut sebagai bersertifikat akuntan publik
atau BAP (Jeff Madura, 2007:338). Kompetensi diperoleh melalui
pendidikan dan pengalaman, seorang akuntan publik seyogyanya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang
tidak mereka punyai, dan dalam semua penugasan atau dalam semua
tanggung jawab, setiap anggota harus melakukan upaya untuk
mencapai kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang
diberikan memenuhi tingkat profesionalisme yang tinggi seperti yang
disyaratkan oleh prinsip etika (Sukrisno Agoes, 2004:288).
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), menjelaskan
bahwa pengalaman sebelumnya yang dimiliki auditor tentang entitas
dapat memberikan pemahaman atas golongan transaksi (SA Seksi 319,
IAI, 2006). Selain itu, dalam menentukan efektivitas dan efisiensi
penggunaan prosedur konfirmasi, auditor dapat mempertimbangkan
informasi dari audit tahun yang sebelumnya atau audit terhadap entitas
yang serupa. Informasi ini meliputi tingkat respon yang diterima,
pengetahuan mengenai salah saji yang diidentifikasi dalam audit tahun
sebelumnya, dan pengetahuan tentang ketidakakuratan informasi
dalam konfirmasi yang diterima kembali (SA Seksi 330, IAI, 2006).
b. Memahami Industri Klien (Industry Expertise)
Pengetahuan dan pemahaman mengenai bisnis klien dan industri
klien adalah paling penting dalam audit. Standar audit mensyaratkan
tim audit untuk memperoleh dengan teliti atau seksama pendirian dari
sebuah bisnis untuk merencanakan dan melakukan pekerjaan audit.
Auditor harus mengerti secara luas lingkungan ekonomi dalam operasi
klien, termasuk segala sesuatu yang mempengaruhi seperti kebijakan
ekonomi nasional, lokasi geografis, ekonominya, dan perkembangan
dalam perpajakan, serta area regulator. Akhir-akhir ini, banyak kantor
akuntan publik merubah pendekatan mereka untuk fokus pada risiko
bisnis klien. Kantor akuntan publik yang mengadopsi pendekatan ini,
percaya bahwa mereka harus mempelajari banyak hal tentang strategi
klien dan proses untuk memahami apakah laporan keuangan disajikan
dengan wajar (Louwers et.al, 2005:102).
Auditor harus memahami bisnis dan industri kliennya, serta
harus mengetahui berbagai kondisi luar biasa dalam industri tersebut
yang mungkin dapat mempengaruhi audit terkait. Para auditor harus
membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan industri dan
membuat diri mereka mengenal baik berbagai literatur yang berkaitan
dengan industri dan membuat diri mereka mengenal baik berbagai
risiko yang inheren dalam bisnis tersebut (Hall dan Singleton,
2007:29). Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-
baiknya, auditor harus memahami bisnis klien dengan sebaik-baiknya
(understanding client businesss), termasuk sifat dan jenis usaha kilen,
struktur organisasinya, struktur permodalan, metode porduksi,
pemasaran, distribusi, dan lain-lain. Pengetahuan mengenai bisnis
satuan usaha biasanya diperoleh auditor melalui pengalaman dengan
satuan usaha atau industrinya serta dari pengajuan pertanyaan kepada
pegawai perusahaan (Sukrisno Agoes, 2004:126).
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas
yang memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan
auditnya berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Tingkat pengetahuannya harus memungkinkan auditor
untuk memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang menurut
pertimbangannya, kemungkinan mempunyai dampak terhadap laporan
keuangan. Namun, tingkat pengetahuan yang dituntut dari auditor
biasanya lebih rendah bila dibandingkan dengan yang dimiliki oleh
manajemen (SA Seksi 318, IAI, 2006).
Dalam SPAP SA Seksi 318, disebutkan pula bahwa pengetahuan
tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of reference)
yang digunakan oleh auditor untuk melaksanakan pertimbangan
profesional. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi
tersebut membantu auditor dalam penaksiran risiko dan identifikasi
masalah, perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien,
evaluasi bukti audit, dan penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.
Auditor harus menjamin bahwa asisten yang ditugasi dalam suatu
perikatan audit memperoleh pengetahuan memadai tentang bisnis
untuk memungkinkan mereka melaksanakan pekerjaan audit yang
didelegasikan kepada mereka. Auditor juga perlu menjamin bahwa
para asisten selalu menyadari tambahan informasi dan perlunya
berbagi informasi dengan auditor dan asisten lainnya (SA Seksi 318,
IAI, 2006).
c. Responsif atas Kebutuhan Klien (Responsiveness)
Semua profesi yang terkenal memiliki beberapa karakteristik
umum tertentu yaitu memiliki responsibility untuk melayani
masyarakat umum, memiliki dasar pengetahuan yang luas, mengikuti
standar yang diakui dari profesi, dan adanya sebuah kebutuhan untuk
mendapatkan kepercayaan umum. Responsibility untuk melayani
masyarakat merupakan sebuah perhatian yang harus menjadi dasar
yang memotivasi sebuah profesi (Whittington dan Pany, 2004:61).
Menurut Nasution (2004:56), responsiveness yaitu kemauan atau
persiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan
pelanggan. Responsibility auditor dalam melaksanakan tanggung
jawab sebagai profesional yaitu auditor harus melakukan profesional
yang sensitif dan pentingnya moral dalam semua aktivitas mereka
(Amin Widjaja Tunggal, 2008:29).
d. Mentaati Standar Umum (Technical Competence)
Dalam menyusun laporan keuangan, akuntan menentukan alat-
alat terbaiknya untuk mengukur, menggolongkan, mengungkapkan,
dan melaporkan informasi keuangan dengan mengacu pada GAAP
yang sesuai. Dalam mengevaluasi kewajaran penyajian laporan
keuangan, auditor menggunakan GAAP sebagai standar (Amin
Widjaja Tunggal, 2008:3). Berlainan dengan prosedur auditing,
standar auditing mencakup mutu profesional (professional qualities)
auditor independen dan pertimbangan (judgement) yang digunakan
dalam pelaksanaan audit dan penyusunan audit (Sukrisno Agoes,
2004:33). Anggota Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melaksanakan
penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultasi
manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya, harus
memenuhi standar beserta interpretasi yang terkait yang dikeluarkan
oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI yaitu kompetensi
profesional, kecermatan dan keseksamaan profesional, perencanaan
dan supervisi, data relevan yang memadai (IAI, 2006).
Standar umum berhubungan terhadap kualifikasi auditor dan
terhadap kualitas kerja auditor. Setiap profesi meletakkan standar
technical competence. Kompetensi auditor ditentukan oleh tiga faktor
yaitu pendidikan formal unversitas untuk menjadi profesi, pelatihan
parktis dan pengalaman dalam mengaudit, pendidikan profesional
berkelanjutan selama karir profesional auditor. Selain kompetensi,
auditor juga harus bebas dari pengaruh manajemen dalam melakukan
audit dan melaporkan temuan-temuannya. Auditor harus menjaga
persyaratan independen dalam AICPA’s Code of Professional
Conduct (Boynton dan Johnson, 2005:50). Standar auditing berkaitan
dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan yang harus
dilakukan, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui
penggunaan prosedur auditing. Standar auditing berkaitan dengan
tidak hanya kualitas profesional auditor, namun juga berkaitan dengan
pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam
laporannya (Amin Widjaja Tunggal, 2008:10).
Akuntan publik harus dapat memberi keyakinan bahwa SPAP
diikuti dalam setiap audit (Amin Widjaja Tunggal, 2008:19). Menurut
Abdul Halim (2001:35-36), standar auditing merupakan salah satu
ukuran kualitas pelaksanaan auditing. IAI telah menetapkan dan
mengesahkan standar auditing yang terdiri dari sepuluh standar.
Standar auditing terdiri atas tiga bagian yaitu standar umum, standar
pekerjaan lapangan, standar pelaporan. Standar Umum sendiri terdiri
dari:
1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama
e. Independensi (Independence)
Individual atau KAP bertanggung jawab melalui auditor–auditor
mereka untuk secara independen mensertifikasi bahwa laporan
keuangan perusahaan telah menyajikan hasil-hasil dari aktivitas bisnis
dengan wajar dan akurat. Auditor-auditor independen diharapkan
benar-benar bebas dari kepentingan-kepentingan para klien korporat
mereka (Ahmed Riahi Belkaoui, 2004:164). KAP harus merumuskan
kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan memadai bahwa
pada setiap tingkat organisasi, semua personil mempertahankan
independensi sebagaimana diatur oleh Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik. Independensi (independence) diperlukan untuk
memastikan bahwa objektivitas akan dipertahankan dalam
melaksanakan audit dan penugasan atestasi (attest engangement) yang
lain (Sukrisno Agoes, 2004:18).
Menurut Elder et.al (2008:85), auditor sebagai suatu pemeriksa
tidak boleh bias dalam melakukan uji-uji dalam pemeriksaan, dalam
penilaiaan hasil-hasil temuannya dan dalam mengeluarkan laporan
hasil pemeriksaan. Komite nasional kebijakan The national Committee
on Corporate Governance (CCG), telah menetapkan Code for Good
Corporate Governance, dan melalui code ini masyarakat dapat
melakukan pengawasan langsung terhadap entitas usaha, salah satu
yang diatur dalam code ini adalah bahwa auditor eksternal yang
ditunjuk dalam rapat umum pemegang saham, dan kualifikasi mereka,
syarat-syarat penugasan (terms of reference) dan remunerasi harus
ditentukan oleh dewan komisaris, dengan catatan auditor yang
ditunjuk tersebut memiliki lisensi yang disyaratkan dari Menteri
keuangan dan terdaftar di Bapepam. Auditor eksternal tersebut harus
melakukan audit yang layak dan akurat dan memelihara independensi
penuh dari manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang saham,
dan stakeholder di perusahaan (Amin Widjaja Tunggal, 2008:29).
Auditor harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari
benturan kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab
profesional. Auditor dalam praktik publik harus independen dalam
fakta (independence in fact) dan independensi dalam penampilan
(independence in appearance) ketika memberikan jasa auditing dan
jasa atestasi yang lain. Independence in fact mencakup suatu state of
mind. Akuntan publik harus independence dalam sikap mental dalam
seluruh masalah yang berkaitan dengan penugasan. Independence in
appearance berkaitan dengan bagaimana pemakai laporan keuangan
memandang independensi (Amin Widjaja Tunggal, 2008:29).
Akuntan seharusnya tidak dipengaruhi oleh faktor lain melebihi
fakta yang ada. Mereka seharusnya tidak memberikan suatu kumpulan
nasihat untuk satu klien dan kumpulan berbeda untuk klien lain dalam
satu keadaan. Seharusnya mereka bekerja tidak dipengaruhi oleh
identitas dari klien atau oleh konsekuensi dari nasihat yang diberikan
bagi diri mereka atau pegawai klien mereka. Konflik kepentingan
antara klien adalah masalah utama untuk praktisi akuntan publik.
Dalam beberapa kasus, konflik bisa terjadi diantara kepentingan klien
dan kepentingan dari akuntan itu sendiri. Ketika ada suatu konflik
diantara klien, seorang akuntan seharusnya tidak menasehati kedua-
duanya (Scott Henderson et.al, 2008:1035).
f. Bersikap Hati-Hati (Due Care)
Auditor seharusnya merencanakan audit untuk mendeteksi
tindakan ilegal yang material pada laporan keuangan dan
mengimplementasikan rencananya dengan due professional care.
Sikap due care yaitu auditor didalam melaksanakan responsibilitas
profesionalnya dilakukan dengan kompetensi dan ketekunan.
Kompetensi adalah produk dari pendidikan dan pengalaman,
sedangkan ketekunan meliputi upaya terus menerus, sungguh-
sungguh, dan pelaksanaan dengan giat dan berusaha dalam
melaksanakan jasa profesional (Boynton dan Johnson, 2005:109).
Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (2008:30), due care
berarti auditor harus mengamati standar-standar teknis dan etika
profesi, berusaha secara kontinu memperbaiki kompetensi dari mutu
jasa-jasa yang diberikan, dan melaksanakan tanggung jawab
profesional dengan kemampuan yang terbaik.
Due care adalah tingkat ketelitian atau ketekunan atau seksama
seorang profesi secara berhati-hati dan kompetensi bekerja dalam
lingkungan tertentu. Due care dapat dilakukan pada berbagai aspek
(Sanyoto Gondodiyoto, 2007:247). Kehati-hatian mengharuskan
anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada
publik. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk
merencanakan dan mengawasi secara seksama setiap kegiatan
profesional yang menjadi tanggung jawabnya (Sukrisno Agoes,
2004:289).
Konsep kehati-hatian dalam pemeriksaan, didasarkan pada issue
pokok tingkat kehati-hatian yang diharapkan pada auditor yang
bertanggung jawab. Dalam auditing disebut sebagai prudent auditor.
Tanggung jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab seorang
profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih dikenal
dengan konsep konservatif. Sebagai manusia, seorang auditor tidak
akan lepas dari kemungkinan berbuat kesalahan. Namun demikian,
sebagai seorang profesional auditor dituntut melakukan pekerjaannya
dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi (Abdul Halim, 2001:33).
Kompetensi profesional dan due care mewajibkan pada anggota
(auditor) untuk memelihara pengetahuan dan kemampuan profesional
pada level yang disyaratkan untuk menjamin bahwa klien atau
pegawai menerima kompetensi jasa profesional. Akuntan tidak bisa
berusaha melindungi kepentingan klien dan pegawai mereka, jika
pengetahuan mereka out of date, dan mereka tidak mengetahui
teknologi terkini, maka bagi profesional dipersyaratkan untuk
pengembangan pengetahuan anggotanya (Scott Henderson et.al,
2008:1036).
Menurut SNA (2002) dalam penelitian Muhammad Aria Umar
(2007), disebutkan bahwa seorang auditor yang memiliki sikap hati-
hati akan bekerja dengan cermat dan teliti, sehingga dapat
menghasilkan hasil pemeriksaan audit yang baik, dapat mendeteksi
dan melaporkan kekeliruan serta ketidakberesan, terutama
mengungkapkan fraud. Due professional care mensyaratkan untuk
menanyakan semua asersi material yang dibuat oleh manajemen dalam
bentuk lisan maupun tulisan. Sikap ini harus seimbang dengan pikiran
terbuka tentang integritas dari manajemen (Louwers et.al, 2005:14).
Seorang auditor profesional harus menampilkan dirinya sebagai
seorang ahli. Auditor harus menerapkan keahlian seorang profesional
yang kompeten secara hati-hati dan setingkat dengan yang diharapkan
dari profesional lainnya.
g. Komitmen yang Kuat Terhadap Kualitas Audit (Quality
Commitment)
Menurut SNA (2002) dalam Lamtiar Agnes Shanryda (2008),
komitmen didefinisikan sebagai: (1) sebuah kepercayaan kepada dan
penerimaan terhadap tujuan dari nilai-nilai organisasi atau profesi, (2)
sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh
guna kepentingan organisasi atau profesi, (3) sebuah keinginan untuk
memelihara keanggotaan dalam organisasi atau profesi Sedangkan,
kualitas audit (audit quality) didefinisikan sebagai profitabilitas bahwa
laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun kesalahan
penyajian yang material. Kualitas audit juga didefinisikan dari segi
risiko audit, dengan jasa yang bermutu tinggi akan mencerminkan
risiko audit yang kecil (Ahmed Riahi Belkaoui, 2004:85). Jadi auditor
yang memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas audit adalah
auditor yang memegang teguh prinsip-prinsip atau nilai-nilai dalam
mengaudit laporan keuangan klien dengan memberikan jasa yang
bermutu tinggi.
Profesi Akuntan Publik pun memperhatikan kualitas audit
sebagai hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa profesi
auditor dapat memenuhi kewajibannya kepada para pemakai jasanya.
Para pemakai laporan keuangan mengandalkan auditor independen
dalam menjaga kredibilitas laporan keuangan. Auditor diharapkan
memenuhi standar kualitas dan professonalisme dalam setiap
penugasan, sehingga dapat memberi pelayanan yang baik kepada
publik, memperoleh kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen
professionalisme (Abdul Halim, 2001:17-18).
h. Keterlibatan Pimpinan KAP (Executive Involvement)
Manajemen puncak (dalam hal ini pimpinan KAP) harus
memimpin perusahaan (KAP) untuk meningkatkan kinerja
kualitasnya, tanpa adanya kepemimpinan manajemen puncak, maka
usaha untuk meningkatkan kualitas hanya berdampak kecil terhadap
perusahaan (Nasution, 2004:60). Penyampaian pelayanan yang
berkualitas sangat memerlukan kepemimpinan dan komitmen
pimpinan puncak. Apabila kepemimpinan dan komitmen tidak ada,
karyawan yang berhubungan langsung dengan pelanggan akan
kehilangan arah tanpa pegangan (Freddy Rangkuti, 2006:45). Fokus
pelanggan memaksa atau menguatkan keterlibatan manajemen puncak
dengan kebutuhan pelanggan. Manajemen puncak harus menjamin
bahwa kebutuhan pelanggan ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan
peningkatan kepuasan pelanggan (Vincent Gaspersz, 2006:34).
i. Melakukan Pekerjaan Lapangan dengan Tepat (Field Work
Conduct)
Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan
pemeriksaan akuntan dilapangan (audit field work), mulai dari
perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan evaluasi
pengendalian intern, pengumpulan bukti-bukti audit melalui
compliance test, substantive test, analytical review, sampai selesainya
audit field work (Sukrisno Agoes, 2004:38). Dalam standar pekerjaan
lapangan disebutkan bahwa pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-
baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya, dan pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian
intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan, serta
disebutkan pula bahwa bukti yang cukup harus diperoleh untuk
memberikan dasar rasional bagi kesimpulan yang dinyatakan dalam
laporan (SA Seksi 311, IAI, 2006).
j. Komitmen Komite Audit (Audit Committee)
Dewan komisaris perusahaan yang besar dan yang
diperdagangkan secara publik membentuk sebuah sub komite yang
disebut komite audit yang bertanggung jawab khusus mengenai audit.
Perusahaan membutuhkan komite audit untuk beberapa alasan, tetapi
yang paling utama adalah tanggung jawab kepemilikan yang
dimilikinya kepada para pemegang saham. Komite audit berfungsi
sebagai “pemeriksa dan penyeimbang” yang independen untuk fungsi
audit internal dan perantara dengan para auditor eksternal. Komite ini
berinteraksi dengan dua kelompok ini dengan tujuan untuk
memastikan integritas data dalam laporan keuangan dan
menghindarkan penipuan atau aktivitas ilegal (Hall dan Singleton,
2007:15). Keberadaan komite audit di perusahaan telah mendapat
respon yang cukup positif oleh berbagai pihak, antara lain pemerintah,
Bapepam, BEI, investor, profesi penasehat hukum, profesi akuntan,
staf perusahaan penilai independen (Muharief Effendi, 2009:32).
Salah satu tanggung jawab komite audit adalah menilai laporan
audit dari auditor eksternal. Kedudukan komite audit yang merupakan
kepanjangan dari dewan komisaris dan kompetensi yang dimiliki
diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi auditor eksternal bagi
perusahaan. Dalam SPAP 380 mengatur mengenai komunikasi antara
akuntan publik dengan komite audit. Bentuk komunikasi dengan
komite audit dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Masalah yang
dapat dikomunikasikan diantaranya mengenai tanggung jawab auditor
berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh IAI, kebijakan
akuntansi yang signifikan, pertimbangan manajemen dan estimasi
akuntansi, penyesuaian audit yang signifikan, informasi terkait
dikomunikasikan bersama laporan keuangan auditan, ketidaksepakatan
dengan manajemen, konsultasi dengan akuntan lain, masalah besar
yang dibiarkan manajemen sebelum mengambil keputusan untuk
mempertahankan auditor, kesulitan yang dialami selama pelaksanaan
audit (Muharief Effendi, 2009:39).
Audit committee dan internal auditor ini dapat dipandang sebagai
kepanjangan tangan dari peranan dewan direksi dalam menjalankan
fungsi risk management policy dan audit committee ini berperan
penting dalam membantu manajemen dalam mengidentifikasi dan
menunjukkan terdapatnya kegiatan operasi yang berisiko. Namun
demikian, harus ditegaskan pula bahwa tanggung jawab utama dalam
risk management tersebut tetap berada pada seluruh jajaran
manajemen sendiri (Masyhud Ali, 2006:316). Biasanya audit
committee terdiri atas outrade director yang tidak mempunyai kaitan
dengan manajemen dalam organsisasi. Menurut Amin Widjaja
Tunggal (2008:30), komite audit memiliki tugas, sebagai berikut:
1) Meningkatkan disiplin korporat dan lingkungan pengendalian
untuk mencegah kecurangan dan penyalahgunaan.
2) Memperbaiki mutu dalam pengungkapan pelaporan keuangan, dan
3) Memperbaiki ruang lingkup, akurasi dan efektivitas biaya dan dari
audit eksternal dan independensi dan objektivitas dari audit
eksternal.
Dalam Section 204 Sarbanes-Oxley Act (SARBOX) 2002
mengatur tentang keharusan meningkatkan komunikasi antara auditor
dan komite audit atas kebijakan dan praktik akuntansi yang penting,
alternatif perlakuan akuntansi, dan komunikasi dengan manajemen
lainnya yang diwajibkan. Section 202 mewajibkan adanya persetujuan
oleh komite audit untuk semua jasa oleh kantor akuntan (Amin
Widjaja Tunggal, 2008:108). Menurut Menon dan Williams (1994)
dalam Mukhlasin (2004:32), dijjelaskan bahwa komite audit
diperlukan dalam suatu organisasi bisnis, antara lain karena komite ini
mengawasi proses audit dan memungkinkan terwujudnya kejujuran
pelaporan keuangan. Namun hal ini dapat dicapai jika komite audit
bekerja secara efektif. Menurut Sukrisno Agoes (2004:23), salah satu
persyaratan untuk menjadi anggota SEC Practice Ssection adalah
reporting on disagrements yakni seorang auditor diharuskan untuk
melaporkan kepada komite audit atau board of directors dari klien
perusahaan publik mengenai perbedaan pendapat yang terjadi dengan
manajemen mengenai masalah akuntansi, pengungkapan, dan audit.
Louwers et.al (2005:103) mengatakan bahwa komunikasi
dengan manajemen, direktur, dan komite audit dapat membawa
auditor mengetahui perubahan terkini dari suatu bisnis dan industri.
Sedangkan Hall dan Singleton (2007:29) mengatakan bahwa auditor
harus menentukan apakah dewan komisaris perusahaan secara aktif
dilibatkan dalam pembentukan kebijakan bisnis dan apakah dewan
tersebut memonitor pihak manajemen serta operasi perusahaan. Fungsi
audit internal yang independen dan yang bertanggung jawab pada
komite audit serta dewan komisaris adalah lingkungan pengendalian
yang sempurna.
k. Standar Etika yang Tinggi (Ethical Standard)
Etika diambil dari kata Yunani ethos, yang berarti karakter,
berlainan dengan istilah moral yang berasal dari Latin mores, yang
berarti kebiasaan. Moral fokus pada benar atau salah dari kebiasaan
manusia. Sedangkan etika sama dengan pertanyaan tentang bagaimana
orang bertindak terhadap orang lainnya. Kode etika secara signifikan
berpengaruh terhadap reputasi dari seorang profesional dan
kepercayaan yang dimiliki (Boynton dan Johnson, 2005:104).
Menurut Margaret Drever et.al (2007:177), etika adalah standar dari
perilaku yang menunjukkan bagaimana seseorang seharusnya
berkelakuan dengan dasar kewajiban moral dan kebaikan.
Etika adalah sebuah kumpulan dari prisip-prinsip moral atau
nilai. Oleh karena itu, perilaku beretika meliputi membawa pilihan dan
pertimbangan prisip moral yang dapat diterima, dan kemudian
bertindak sesuai dengan yang seharusnya. Etika dapat berpengaruh
terhadap organisasi maupun individu. Dalam konteks organisasi, atas
dasar prinsip etika adalah setiap individu dalam organisasi memiliki
tanggung jawab untuk keselamatan dari organisasi lain maupun untuk
organisasi itu sendiri (Bagranoff et.al, 2008:227).
Perilaku tidak beretika oleh akuntan dapat merusak reputasi dari
semua akuntan, termasuk itu juga berakibat pada seseorang yang
kemungkinan memelihara tinggi standar etika (Scott Henderson et.al.,
2008:1023). Banyak perbincangan mengenai perilaku beretika yang
menjadi tidak sempurna tanpa mempertimbangkan teori etika secara
normative dari philosophy. Teori etika secara normative adalah
mempercayai tentang bagaimana orang seharusnya berprilaku. Mereka
berusaha untuk membangun prinsip-prinsip yang menuntut orang
dalam memilih bagaimana mereka akan berperilaku (Scott Henderson
et.al (2008:1024).
Etika profesional meliputi standar sikap para anggota profesi
yang dirancang agar praktis dan realistis, tetapi sedapat mungkin
idealis. Tuntutan etika profesi harus diatas hukum tetapi dibawah
standar ideal (absolut) agar etika tersebut mempunyai arti dan
berfungsi sebagaimana mestinya (Abdul Halim, 2001:18). Etika
pengambilan keputusan dalam bisnis adalah kompleks, dengan banyak
prinsip, nilai, dan pendekatan sebagai pedoman bagi individu atau
kelompok (Birt et.al, 2008:60).
Etika adalah prinsip-prinsip moral dan berhubungan dengan
seperti kejujuran dan integritas, keterandalan, dan akuntabilitas, dan
juga semua aspek yang lain tentang perilaku yang benar dan salah.
Perilaku etis merupakan suatu “state of mind” bukanlah kumpulan
dari peraturan (a collection of rules). Dalam memberikan jasa
profesional, akuntan publik harus selalu memperhatikan kepentingan
publik (public interest) yang mereka layani. Kepercayaan publik
(publik trust) tidak boleh disubordinasi untuk kepentingan pribadi
(Amin Widjaja Tunggal, 2008:28).
Kebanyakan klien lebih menyukai auditor yang bisa dikenakan
tindakan dislipiner oleh suatu organisasi profesi yang memberlakukan
kode etika yang ketat, daripada auditor-auditor yang tidak diatur.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:43), setiap manusia yang memberikan
jasa dari pengetahuan dan keahliannya pada pihak lain seharusnya
memiliki rasa tanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi
oleh jasanya itu. Kode Etik Akuntan Indonesia adalah pedoman bagi
para anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas secara
bertanggungjawab dan objektif.
l. Tidak Mudah Percaya (Skepticism)
Professional skepticism berarti bahwa auditor mengakui
membutuhkan objektivitas dalam mengevaluasi kondisi observasi dan
bukti-bukti yang diperoleh selama audit. Auditor seharusnya tidak
percaya asersi manajemen dapat diterima tanpa dasar-dasar bukti yang
cukup (Boynton dan Johnson, 2005:47). Sebuah peristiwa kesalahan
dan kecurangan dalam pelaporan keuangan menjadi aspek dasar dari
professional skepticism. Professional skepticism seharusnya
menunjukan bahwa auditor secara tepat menyelidiki tentang setiap
petunjuk yang memungkinkan adanya kecurangan atau fraud
(Louwers et.al, 2005:12).
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional.
Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang
selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti
audit. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk
melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan
integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif.
Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut
auditor mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut.
Oleh karena bukti dikumpulkan dan dinilai selama proses audit,
skeptisme profesional harus digunakan selama proses tersebut.
Auditor tidak menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur,
namun juga tidak menganggap bahwa kejujuran manajemen tidak
dipertanyakan lagi. Dalam menggunakan skeptisme profesional,
auditor tidak harus puas dengan bukti yang kurang persuasif karena
keyakinannya bahwa manajemen adalah jujur (SA Seksi 230, IAI,
2006).
2. Portfolio Jasa Audit (Portfolio Audit Service)
Analisis portofolio pelanggan dimulai dari tindakan wajib yang
umumnya dipakai manajemen pemasaran, yakni segmentasi pasar. Pada
akhir proses segmentasi pasar tersebut, perusahaan–perusahaan dapat
menentukan segmen-segmen mana yang akan dilayani. Perusahaan ingin
membidik dan mengidentifikasikan para pelanggan yang dapat
menghasilkan keuntungan di masa depan, mereka menjadi pelanggan yang
lebih baik untuk dilayani dan dipuaskan oleh perusahaan bersangkutan
beserta jajarannya, dari para pesaingnya (Francis Buttle, 2007:127).
Menurut Abdul Halim (2001:80), salah satu penyebab klien berganti KAP
adalah adanya ketidakpuasan klien terhadap KAP lama yang bisa
dikarenakan oleh klien merasa fee Kantor Akuntan Publik lama terlalu
tinggi dan klien membutuhkan jasa profesioal yang lebih luas dan tidak
sekedar audit atas laporan keuangan saja, tetapi jasa profesi lainnya seperti
konsultasi pajak, dan konsultasi manajemen.
Pekerjaan utama dari KAP meliputi pelaksanaan jasa audit, akuntansi
perpajakan, dan konsultasi manajemen. Menurut Peraturan Menteri
Keuangan Nomor. 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik, dalam
pasal 2, disebutkan bahwa bidang jasa akuntan publik dan KAP adalah
atestasi, yang meliputi jasa audit umum atas laporan keuangan, jasa
pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, jasa pemeriksaan atas
pelaporan informasi keuangan proforma, jasa reviu atas laporan keuangan,
dan jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP. Jasa-jasa
lain yang dapat diberikan KAP dalam portfolio meliputi jasa yang
berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi,
perpajakan, dan konsultasi, sesuai dengan kompetensi akuntan publik dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Reputasi Kantor Akuntan Publik
Reputation dan credibility merupakan keadaan dimana pelanggan
mengakui bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan
memberikan nilai atau imbalan yang sepadan dengan biaya yang
dikeluarkan (Fandy Tjiptono, 2007:261). Citra yang buruk menimbulkan
persepsi produk tidak berkualitas, sehingga pelanggan mudah marah untuk
kesalahan kecil sekalipun, begitupun sebaliknya, citra yang baik maka
akan menimbulkan persepsi produk yang dihasilkan berkualitas, sehingga
pelanggan memaafkan suatu kesalahan meskipun tidak untuk kesalahan
selanjutnya (Freddy Rangkuti, 2006:34). Pertimbangan penting dalam
strategi internasionalisasi perusahaan adalah kebutuhan untuk menjaga
reputasi dan integritas perusahaan serta nama merek dan merek dagangnya
(Henry Simamora, 2007:391).
Menurut Margaret Drever et.al (2007:210), reputasi dari sebuah
perspektif akuntansi adalah sebuah item tidak berwujud, oleh karena itu
tidak memilki identitas fisik. Secara signifikan untuk pelaporan eksternal,
reputasi diklasifikasikan sebagai aktiva yang dihasilkan dari lingkungan
internal yang tidak dapat diidentifikasi secara terpisah dan tidak dapat
diukur dengan handal. Oleh karena itu, tidak dilaporkan dalam balance
sheet sebagai sebuah aktiva tidak berwujud. Walau bagaimanapun,
reputasi perusahaan sebagai bentuk bagian dari sebuah kombinasi dari
istilah item goodwill, yang dapat dibeli oleh organisasi lain.
Klien mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan
kredibilitas laporan keuangannya dimata para pemakai (Abdul Halim,
2001:17). Menurut Ahmed Riahi Belkaoui (2004:84), auditor diharapkan
dapat mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan penghilangan
atau kesalahan saji informasi keuangan yang material. Ketika auditor
gagal untuk memenuhi ekspektasi ini, maka kegagalan auditor adalah hasil
yang tidak dapat dielakkan. Maka kemudian tingkat kualitas auditlah yang
dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Namun apabila
kegagalan audit terjadi, maka sebagai konsekuensinya akan membuat
KAP berhadapan dengan litigasi yang merugikan dan hilangnya reputasi.
Litigasi dapat digunakan sebagai suatu ukuran tidak langsung dari kualitas
audit dengan menggunakan suatu hubungan terbalik auditor dengan
tingkat litigasi yang relatif rendah (tinggi) berarti menawarkan kualitas
audit yang lebih tinggi (rendah).
Reputasi auditor sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan,
independensi, dan kualitas auditor akan berdampak terhadap pendeteksian
earning management. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa auditor
yang memiliki reputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya
earning management secara dini, karena auditor tersebut mempunyai
pengalaman audit yang cukup lama dan telah mengikuti pelatihan audit
yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi
(Agus Suhadi, 2007).
John (1991) dalam Mukhlasin (2004:33) menunjukkan bahwa
kualitas auditor meningkat sejalan dengan besarnya KAP tersebut.
Craswell et.al (1995) dalam Mukhlasin (2004:33) juga mengatakan bahwa
klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP
yang besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasionallah yang
memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki
karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan,
pengakuan internasional, serta adanya peer review.
4. Pergantian Auditor (Auditor Change)
Menurut SPAP dalam SA seksi 315, auditor change adalah
keinginan untuk berpindah dari auditor satu ke auditor yang lain. Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), auditor pengganti adalah auditor yang
sedang mempertimbangkan untuk menerima perikatan untuk mengaudit
laporan keuangan, namun belum melakukan komunikasi dengan auditor
pendahulu dan dengan auditor yang telah menerima perikatan (IAI, 2006).
Berdasarkan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik (IAI, 20000.1-
20000.6) dijelaskan bahwa anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan
akuntan publik terdahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement)
audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang
sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan
yang berlainan (Sukrisno Agoes, 2004:49).
Auditor independen yang menarik diri dari penugasannya karena
menemukan pelanggaran terhadap Undang-Undang dan peraturan
pemerintah, harus memperhatikan aspek hukum atas status dan
kewajibannya bila auditor penggantinya ingin mengetahui alasan
penarikan diri auditor independen tersebut. Auditor independen tersebut
juga dapat menganjurkan pada auditor independen penggantinya untuk
meminta izin kepada pemberi tugas secara bebas antara auditor
independen sebelumnya dengan penggantinya (Sukrisno Agoes,
2004:308). Akuntan Publik terdahulu, jika diperlukan, harus bersedia
memperlihatkan audit working papers tahun sebelumnya kepada akuntan
publik pengganti hanya jika hal ini diminta oleh klien yang bersangkutan
(Sukrisno Agoes, 2004:311).
Akhir-akhir ini perusahaan sering mengganti auditor, dan terhadap
profesi akuntan publik, disana ada kompetisi antar KAP untuk
memperoleh klien. Menurut Holmes dan Burns (1996:205), keputusan
untuk menerima penugasan dalam situasi pergantian auditor memerlukan
beberapa prosedur persiapan tertentu yang harus dilakukan oleh calon
auditor yang baru. Prosedur-prosedur persiapan ini dimaksudkan untuk
membantu calon auditor baru agar bisa menentukan motif-motif apa yang
menyebabkan pergantian auditor, yang mungkin bisa dijadikan dasar
untuk menolak penugasan tersebut. Contoh motif-motif yang
menyebabkan pergantian auditor adalah perbedaan pendapat antara
perusahaan yang diaudit dan auditor.
Menurut Boynton dan Johnson (2005:272), faktor-faktor yang
mempengaruhi pergantian auditor adalah meliputi merger antara
perusahaan dengan auditor independen yang berbeda, kebutuhan untuk
meluaskan jasa profesional, ketidakpuasan dengan KAP, keinginan untuk
mengurangi audit fee, dan perhatian KAP terhadap klien audit. Abdul
Halim (2001:80), menyebutkan bahwa merger dari dua atau lebih KAP
dapat berakibat berpindahnya klien yang mereka miliki sebelumnya, hal
ini bisa terjadi, karena merger KAP tersebut menjadi lebih besar dan klien
tidak mengimbangi keinginan KAP yang merger tersebut, sehingga klien
berpindah ke KAP yang lain.
5. Fee audit (Audit Fee)
Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan
aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu
yang diperlukan untuk mendapatkan suatu jasa (Fandy Tjiptono,
2007:178). Menetapkan harga sembarangan adalah mudah, yang tidak
mudah adalah menetapkan berapa harga yang tepat, yaitu tidak terlalu
murah dan tidak terlalu mahal di mata para konsumen, masih memberikan
keuntungan bagi perusahaan dan tidak menjadi kelemahan perusahaan di
mata pesaing. Seoarang akuntan yang jujur adalah seorang yang tidak
bohong, menipu atau mencuri. Kata ini menjadi sebuah argumen bahwa
seorang akuntan yang berbohong kepada klien atau seorang pegawai
adalah tidak beretika (Scott Henderson et.al, 2008:1038).
Akuntan yang tidak beretika tidak bisa dipercaya untuk mendapat
pekerjaan yang dilakukan pada suatu waktu. Akuntan yang beretika tidak
menuntut harga, menagih klien untuk pekerjaan yang tidak dilakukan.
Komplain umumnya terjadi karena banyak profesional yang menetapkan
feenya terlalu mahal dibandingkan dengan kualitas atau kuantitas
pekerjaan yang dilakukan (Scott Henderson et.al, 2008:1030). Harga
mempengaruhi citra dan strategi positioning. Dalam pemasaran jasa,
prestisius yang mengutamakan citra kualitas dan eksklusivitas harga
menjadi unsur penting. Konsumen cenderung mengasosiasikan harga
dengan tingkat kualitas jasa. Harga yang mahal dipersepsikan
mencerminkan kualitas yang tinggi dan sebaliknya (Fandy Tjiptono,
2007:181).
Salah satu dari tahapan audit adalah KAP mengajukan surat
penawaran (audit proposal) yang antara lain berisi jenis jasa yang
diberikan, besarnya biaya audit (audit fee), kapan audit dimulai, kapan
laporan harus diserahkan, dan lain-lain (Sukrisno Agoes, 2004:9).
Berdasarkan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik (IAI, 20000.1-
20000.6) dijelaskan bahwa fee profesional terbagi atas dua yaitu besaran
fee dan fee kontijen. Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung
antara lain risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya
KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota
KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan
fee yang dapat merusak citra profesi.
Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu
jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada
temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau
hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontijen jika ditetapkan oleh
pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijen apabila
penetapan tersebut dapat mengurangi independensi (Sukrisno Agoes,
2004:48). Dalam penelitian Jamaludin Iskak (1999:127) dikatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi audit fee adalah besarnya perusahaan
auditee, banyaknya jumlah staff, lamanya waktu audit, serta ukuran
besarnya KAP.
6. Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik
Kepuasan berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik,
memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan dapat
diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu
memadai (Fandy Tjiptono, 2007:349). Kepuasan adalah perasaan senang
atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara
kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang
diharapkan. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja
melebihi harapan, pelanggan amat puas dan senang (Kotler, 2008).
Howard dan Sbeth dalam Fandy Tjiptono (2007:349)
mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan adalah situasi kognitif
pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau ketidaksepadanan antara
hasil yang didapatkan dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan.
Sedangkan Day menyatakan bahwa, kepuasan dan ketidakpuasan
pelanggan adalah respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian yang
dirasakan antara harapan sebelumnya atau norma kinerja lainnya, dengan
kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya (Nasution,
2004:104).
Definisi klien sendiri menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
adalah pemberi kerja (orang atau badan) yang memperkerjakan atau
menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI atau KAP tempat anggota
bekerja untuk melaksanakan jasa profesional, sedangkan definisi kantor
akuntan publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik Akuntan
Publik (IAI, 2006). Jadi kepuasan klien KAP merupakan tingkat perasaan
klien atau pemberi kerja setelah membandingkan antara harapan yang
diinginkan dengan jasa profesional yang diberikan oleh KAP atau jasa
yang diterima klien.
Menurut Sofyan Safri Harahap (2007:374), profesi akuntansi lahir
karena anggapan bahwa penyaji laporan keuangan, yaitu manajemen
dianggap tidak akan dapat berlaku adil dan objektif dalam melaporkan
hasil prestasinya. Karena adanya pemisahan antara kepemilikan dan
manajemen, suatu konflik potensial dapat timbul antara manajemen dan
pemegang saham berkenaan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu,
diperlukan pihak penyaksi independen yang menilai seberapa jauh laporan
yang disusun manajemen sesuai dengan standar keuangan yang ada.
Kantor Akuntan Publik adalah sebagai perwakilan dari masyarakat
umum, kreditor, pemegang saham, konsumen, pegawai, dan pihak lainnya
dalam sebuah proses pelaporan keuangan. Peranan dari independen
auditor membuktikan untuk menjamin bahwa informasi itu adalah wajar
untuk semua bagian dan tidak bias untuk menguntungkan satu kelompok
dengan mengorbankan pihak lainnya (Whittington dan Pany, 2004:61).
Kontribusi dari independen auditor lainnya adalah untuk menyediakan
kredibilitas informasi, kredibilitas berarti bahwa informasi dapat dipercaya
oleh pihak-pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah
sebagai regulator, pelanggan, dan pihak ketiga lain yang berkepentingan
(Whittington dan Pany, 2004:5). Oleh karena pihak-pihak luar ini
mengandalkan pendapat yang diberikan oleh auditor yang kompeten yang
dicirikan oleh independensi dan integritas moral, maka pihak-pihak
tersebut harus diberikan kepuasan dengan kejelasan laporan keuangan,
kualitas audit yang diberikan, serta jasa profesional yang diberikan.
Menurut Abdul Halim (2001:79), setiap pelaku dalam suatu bisnis
atau usaha selalu berkompetisi dengan pelaku bisnis lainnya. Hal ini juga
dihadapi dalam bisnis jasa Akuntan Publik. Setiap KAP selalu bersaing
dengan KAP lainnya. Mereka harus dapat menghimpun sebanyak
mungkin klien untuk mempertahankan eksistensinya. Ada beberapa
penyebab klien berganti KAP, salah satunya bisa dikarenakan
ketidakpuasan terhadap KAP yang lama.
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Atribut Kualitas Audit dan Kepuasan Klien
a. Client Experience dan Kepuasan Klien KAP
Tubs (1992) dalam penelitian Mukhlasin (2004:30), mengatakan
bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki keunggulan dalam
hal mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat,
mencari penyebab kesalahan. Melalui keunggulan tersebut akan
bermanfaat bagi klien untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan klien
akan merasa puas. Penelitian Mukhlasin (2004:41) pun menunjukkan
bahwa client experience berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien, yang berarti bahwa auditor yang berpengalaman dan
yang terkait dengan pelaksanaan audit akan memberikan kepuasan
bagi klien KAP.
b. Industry Expertise dan Kepuasan Klien KAP
Harry Suharto (2002) dalam Mukhlasin (2004:30) mengatakan
bahwa dengan memahami industri klien berarti menjadi bagian integral
yang tidak terpisahkan dengan pekerjaan profesi sehingga dapat
menghasilkan audit yang memenuhi standar mutu auditing. Mukhlasin
(2004:41) pun mengatakan bahwa pemahaman pihak yang terkait
dalam pelaksanaan audit dalam memahami industri klien akan
memberikan kepuasan bagi klien yang diudit.
c. Responsiveness dan Kepuasan Klien KAP
Pada Media Akuntansi (No.25, Maret 1998) dalam Mukhlasin
(2004:30), dikatakan bahwa klien berharap akan menerima keuntungan
dari keahlian dan pengetahuan auditor di bidang usaha dan
memberikan nasihat tanpa diminta. Selain itu, atribut yang membuat
klien memutuskan pilihannya terhadap suatu KAP ialah kesungguhan
dari KAP dalam memperhatikan kebutuhan klien (Mahon, 1982 dalam
Mukhlasin, 2004:30). Hasil penelitian Mukhlasin (2004:41) pun
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
responsiveness dengan kepuasan klien, yang berarti klien akan merasa
puas apabila auditor KAP memiliki sikap responsif atau tanggap
terhadap kebutuhan klien tanpa diminta terlebih dahulu oleh klien.
Hasil penelitian Nurkholis dan Retno Rushanty Wasistyorini
(2003:480) membuktikan terdapat perbedaan persepsi antara kelompok
responden auditor dan pemakai laporan keuangan dengan kelompok
manajer mengenai daya tanggap (responsiveness) KAP terhadap
kebutuhan klien. Manajer berpendapat, bahwa tanggung jawab KAP
terhadap kebutuhan klien adalah penting dalam peningkatan kualitas
audit, namun auditor dan pemakai laporan keuangan beranggapan
bahwa hal ini akan berpengaruh terhadap performance kerja auditor
menjadi kurang maksimal. Perbedaan persepsi terjadi pula pada faktor
mengenai tanggung jawab individu tim audit. Respon manajer dan
pemakai laporan keuangan menyatakan bahwa tanggung jawab
individu tim audit sangat penting dalam peningkatan kualitas audit
dibandingkan pendapat responden dari kelompok auditor.
d. Technical Competence dan Kepuasan Klien KAP
Elitzur dan Falk (1996) dalam Mukhlasin (2004:31) mengatakan
bahwa kredibilitas auditor tergantung pada (1) kemungkinan auditor
untuk mendeteksi kesalahan yang material dan kesalahan penyajian
dan (2) kemungkinan auditor akan melaporkan apa yang
ditemukannya. Kedua hal tersebut mencerminkan terlaksananya
standar umum. Hasil penelitian Mukhlasin (2004:41) pun
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
technical competence dengan kepuasan klien, yang berarti apabila
auditor dalam melaksanakan tugasnya sudah sesuai dengan standar
umum yang ditetapkan, hal ini akan memberikan kepuasan bagi klien.
e. Independence dan Kepuasan Klien KAP
Hasil dari penelitian Behn et.al (1997:16) menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan atau pengaruh secara langsung
antara independence dengan kepuasan klien. Namun, kepercayaan
masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat
penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan
masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi
sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat
dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang
berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap
independen tersebut. Auditor independen tidak hanya berkewajiban
mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula
menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan
sikap independensinya (SA Seksi 220, IAI, 2006).
f. Due Care dan Kepuasan Klien KAP
Seorang auditor yang memiliki sikap hati-hati akan bekerja
dengan cermat dan teliti sehingga dapat menghasilkan hasil
pemeriksaan audit yang baik, dapat mendeteksi dan melaporkan
kekeliruan serta ketidakberesan, terutama mengungkapkan fraud
(SNA, 2002 daalam Mukhlasin 2004:31). Hasil penelitian Mukhlasin
(2004:42) pun menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara due care dengan kepuasan klien, yang berarti apabila auditor
dalam melaksanakan tugasnya secara hati-hati atau teliti dan cermat,
maka sikap ini akan memberikan kepuasan bagi klien.
g. Quality Commitment dan Kepuasan Klien KAP
Mukhlasin (2004:42) mengatakan dalam menjalankan tugasnya
seorang auditor harus meningkatkan kordinasi dan hubungannya
dengan KAP yang besar dan berskala internasional. Dengan demikian,
diharapkan auditor akan mampu menyajikan informasi-informasi yang
sedang berkembang di berbagai negara, terutama yang mempunyai
hubungan dengan bidang usaha klien, sehingga kualitas kerja auditor
akan meningkat selaras dengan peningkatan pengetahuannya yang
lintas negara.
Auditor memang ditugaskan oleh kantornya, namun kualitas dari
tugas yang ia jalankan lebih berhubungan dengan kualitas ia sebagai
seorang pribadi dibandingkan dengan kualitas kantor akuntan. Ia
memang menggunakan prosedur audit yang dimiliki oleh kantor
tersebut, namun, yang menggunakan prosedur audit dalam sebuah
penugasan adalah auditor, bukan kantor akuntan, sehingga kualitas
audit adalah kualitas auditor di dalam penugasan tersebut. Kantor hanya
sebagai penyedia sumberdaya dan dalam hal tertentu tidak memiliki
kemampuan untuk memastikan bahwa prosedur audit tertentu telah
dijalankan atau tidak (Rahmat Febrianto, 2009)
Dari hasil penelitian Mukhlasin (2004:42) pun menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara quality commitment
dengan kepuasan klien, yang berarti sikap komitmen yang kuat
terhadap kualitas audit akan membuat klien percaya bahwa hasil
pemeriksaan audit yang dilakukan auditor memiliki kualitas yang baik,
sehingga klien akan merasa puas.
h. Executive Involvement dan Kepuasan Klien KAP
Media Akuntansi No.25 (1998) dalam Mukhlasin (2004:32)
mengatakan keterlibatan para eksekutif KAP membantu terbentuknya
komunikasi dua arah yang lebih intensif antara klien dengan auditor
karena para eksekutif KAP dianggap mempunyai kleahlian dan
pengalaman yang lebih baik serta mempunyai citra yang lebih tinggi
daripada staf auditor sehingga dapat menjadi mediator antara klien dan
auditor yang melakukan proses audit. Hasil penelitian Behn et.al
(1997:16) pun menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara executive involvement dengan kepuasan klien, yang berarti
keterlibatan pimpinan KAP (executive involvement) dalam mengaudit
laporan keuangan klien akan membuat klien merasa lebih puas.
i. Field Work Conduct dan Kepuasan Klien KAP
Hasil penelitian Mukhlasin (2004:42) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara field work conduct dengan
kepuasan klien. Hal ini berarti bahwa apabila auditor melakukan
pekerjaan lapangan dengan tepat maka akan menghasilkan hasil audit
yang sesuai dengan perencanaan sebelumnya dan tepat waktu,
sehingga akan memberikan kepuasan bagi klien.
j. Audit Committee dan Kepuasan Klien KAP
Hasil penelitian Mukhlasin (2004:42) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara audit committee dengan
kepuasan klien. Hal ini berarti adanya keterlibatan dari komite audit
akan mempermudah kerjasama antara klien dengan auditor, klien dapat
melakukan perbaikan dan juga akan memberikan hasil audit yang
sesuai dengan harapan klien, sehingga akan memberikan kepuasan
bagi klien.
k. Ethical Standard dan Kepuasan Klien KAP
Mukhlasin (2004:33) mengatakan dengan menegakkan etika
profesi akuntan, seorang auditor tetap berada pada “jalur” yang benar
sehingga proses audit yang dilakukan dapat memberikan hasil yang
memuaskan klien sebagai pengguna. Dari hasil penelitian Mukhlasin
(2004:43) pun menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara ethical standard dengan kepuasan klien, yang berarti standar
etika yang tinggi akan memberikan kepuasan bagi klien.
l. Skepticism dan Kepuasan Klien KAP
SNA (2002) dalam Mukhlasin (2004:33), auditor tidak boleh
mengganggap manajemen sebagai orang yang jujur, tetapi juga tidak
boleh mengganggap manajemen sebagai orang yang kejujurannya
tidak diragukan lagi. Adanya sikap tersebut akan memberikan hasil
audit yang bermutu dan kepuasan bagi klien. Hasil penelitian Behn
et.al (1997:15) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara negatif
antara skepticism dengan kepuasan klien. Hal ini berarti semakin tinggi
skepticism yang dimiliki auditor maka semakin rendah kepuasan klien.
2. Portfolio Jasa Audit dan Kepuasan Klien KAP
Ruyter dan Wetzel (1999) dalam penelitian Mukhlasin (2004:33)
menyebutkan bahwa salah satu faktor yang membuat klien untuk memilih
KAP adalah portfolio jasa audit yang disediakan oleh KAP yang akan
dipilih oleh klien. Van Der Walt et.al (1994) dalam Mukhlasin (2004:33)
mengatakan bahwa portfolio jasa audit berkembang dikarenakan
permintaan klien sehingga auditor harus menanggapi permintaan klien
secara responsive agar klien tidak berpaling pada jasa KAP lain. KAP
mengembangkan portfolio jasa audit untuk memperoleh keunggulan
kompetitif agar dapat bersaing dengan KAP lain dan jasa-jasa yang
diberikan dirancang untuk dapat membangun hubungan jangka panjang
dengan klien. Selain itu, Mangos et.al (1995) dalam Mukhlasin (2004:33)
juga berargumentasi bahwa banyaknya jasa yang ditawarkan merupakan
faktor yang penting yang dapat memberikan kepuasan klien terhadap KAP
yang dipilihnya. Semakin banyak jasa yang ditawarkan oleh KAP, maka
klien tidak perlu berpindah ke KAP lain atas jasa yang diinginkan.
3. Reputasi KAP dan Kepuasan Klien KAP
Rahmat Febrianto (2009) mengatakan bahwa reputasi baik
didasarkan dengan dasar apa yang telah dilakukan oleh KAP tersebut di
masa lalu, reputasi juga didasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh
KAP tersebut. Semakin besar sebuah KAP, semakin besar sumber daya
yang dimilikinya. Sumber daya yang lebih besar diekspektasi memiliki
hubungan dengan kualitas audit yang juga baik. De Angelo (1981) dalam
Mukhlasin (2004:34) mengatakan bahwa peningkatan kualitas audit akan
mempertinggi reputasi KAP, yang juga akan berpengaruh pada klien untuk
memilih KAP. Faktor yang paling dominan yang dapat mempengaruhi
perusahaan dalam memilih KAP adalah reputasi KAP (Backrest’s Article,
2009). Penelitian Mukhlasin (2004:43) tentang reputasi KAP mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kepuasan klien, hal ini berarti KAP yang
mempunyai reputasi baik biasanya mempunyai jangka waktu kerja sama
yang cukup lama dengan kliennya karena klien merasa puas dan tidak
mempunyai keinginan untuk mengganti KAP itu dengan KAP lain.
4. Pergantian Auditor dan Kepuasan Klien KAP
Behn et.al (1997:16) menunjukkan terdapat pengaruh signifikan
antara pergantian auditor dengan kepuasan klien KAP. Begitupula
penelitian Marini Purwanto dan Simon Haryanto (2004:9-27) yang
membuktikan pergantian auditor dibentuk dari ketidakpuasan dengan
pelayanan KAP, ketidakpastian dengan pelayanan KAP, penurunan fee,
lengkapnya paket jasa yang ditawarkan KAP, dan nama baik KAP.
5. Audit Fee dan Kepuasan Klien KAP
Menurut Abdul Halim (2001:89), ketidakpuasan klien terhadap KAP
salah satunya bisa dikarenakan oleh klien merasa fee Kantor Akuntan
Publik lama terlalu tinggi. Besarnya fee audit dapat ditentukan oleh
banyak faktor, namun demikian pada dasarnya ada empat faktor dominan
yang menentukan besarnya fee audit, yaitu karakteristik keuangan,
lingkungan, karakteristik operasi, dan kegiatan eksternal auditor, seperti
pengalaman, tingkat koordinasi dengan internal auditor, dan lain-lain.
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 menunjukkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu
menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Gambar 2.1
Model Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Variabel Independen Variabel Dependen
Kepuasan Klien
KAP
4. Pergantian auditor
3. Reputasi KAP
2. Portfolio jasa audit
1. Atribut Kualitas Audit:
a. Client experience
b. Industry Expertise
c. Responsiveness
d. Technical Competence
e. Independence
f. Due Care
g. Quality Commitment
h. Executive Involvement
i. Field Work Conduct
j. Audit Committee
k. Ethical Standard
l. Skepticism
5. Audit Fee
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang diuji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha1: Atribut kualitas audit berikut ini berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP, yaitu:
Ha1.a: Client experience berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
klien KAP.
Ha1.b: Industry expertise berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
klien KAP.
Ha1.c: Responsiveness berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
klien KAP.
Ha1.d: Technical competence berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP.
Ha1.e: Independence berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
klien KAP.
Ha1.f: Due care berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien
KAP.
Ha1.g: Quality commitment berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP.
Ha1.h: Executive involvement berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP.
Ha1.i: Field work conduct berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien KAP.
Ha1.j: Audit committee berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
klien KAP.
Ha1.k: Ethical standard berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
klien KAP.
Ha1.l: Skepticism berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien
KAP.
Ha2: Portfolio jasa audit berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
klien KAP.
Ha3: Reputasi KAP berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien
KAP.
Ha4: Pergantian auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
klien KAP.
Ha5: Audit fee berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien KAP.
Ha6: Atribut kualitas audit, portfolio jasa audit, reputasi KAP, pergantian
auditor, audit fee, secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien KAP.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rangka menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan klien kantor akuntan publik (KAP). Jenis penelitian
ini adalah penelitian kausalitas yakni digunakan untuk menjelaskan pengaruh
variabel independen yaitu atribut kualitas audit, portfolio jasa audit, reputasi
KAP, pergantian auditor, dan audit fee terhadap variabel dependen yaitu
kepuasan klien KAP.
B. Metode Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode convenience sampling yaitu tipe pemilihan sampel dari
elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen yang dipilih
sebagai subjek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki
kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah (Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:130).
Berdasarkan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi
responden utama dalam penelitian ini adalah internal auditor, manajer, asisten
manajer, supervisor, staf bagian keuangan, pada perusahaan di DKI Jakarta
yang memakai jasa audit KAP. Alasan untuk menggunakan sampel responden
ini adalah dikarenakan pihak-pihak tersebut adalah pihak paling banyak
berinteraksi dengan auditor KAP dibandingkan dengan pegawai perusahaan
yang lainnya dan juga mereka merupakan pihak yang berkepentingan dengan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh jasa KAP.
C. Metode pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder digunakan untuk mencari bahan pustaka atau teori-teori
yang berhubungan dengan masalah penelitian melalui buku, jurnal, skripsi,
tesis, internet, dan lain-lain. Sedangkan data primer yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh langsung dari sumber asli dengan cara mengirimkan
kuesioner secara langsung kepada responden yang dituju, melalui jasa pos,
dan juga melalui electronic mail.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi). Swekness dan kurtosis merupakan ukuran untuk
melihat apakah data terdistribusi secara normal atau tidak (Imam Ghozali,
2005:19).
2. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data atas data primer yang diperoleh dalam penelitian ini
dilakukan dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas, yaitu sebagai
berikut:
a. Uji Validitas
Uji validitas menurut Imam Ghozali (2005:45) digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut,
dan pengujian validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n
adalah jumlah sampel, dan r hitung untuk tiap butir dapat dilihat pada
kolom corrected item-total correlation. Dasar dalam pengambilan
keputusan valid atau tidak valid adalah:
1) Jika r hitung positif, serta r hitung > r tabel, maka butir atau
pertanyaan atau indikator tersebut valid.
2) Jika r hitung positif, serta r hitung < r tabel, maka butir atau
pertanyaan atau indikator tersebut tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menurut Imam Ghozali (2005:42) adalah alat
untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk, suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konstan atau stabil
dari waktu ke waktu. Hasil uji reliabilitas dengan bantuan SPSS akan
menghasilkan cronbach’s alpha. Menurut Nunnally (1967) dalam
Imam Ghozali (2005:42) suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach’s alpha >0.60. Dasar pengambilan
keputusannya adalah:
1) Jika nilai cronbach’s alpha >0.60 maka butir atau variabel
tersebut reliabel.
2) Jika nilai cronbach’s alpha <0.60 maka butir atau variabel
tersebut tidak reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik atas data primer yang diperoleh dalam penelitian
ini dilakukan dengan melakukan uji multikolonieritas dan uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas, yaitu sebagai berikut:
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Multikolonieritas dapat dilihat
dari nilai tollerance dan lawannya dan nilai variance inflation factor
(VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai tollerance kurang dari 0.10 atau sama
dengan nilai variance inflation factor (VIF) lebih dari 10. Selain itu
untuk mendeteksi adanya multikolonieritas bisa dengan menganalisis
matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90),
maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas (Imam
Ghozali, 2005:91).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menurut Singgih Santoso (2000:208-210)
bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika
varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya
heterokedasitas adalah menggunakan scatterplot, dengan dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka pada 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas menurut Singgih Santoso (2000:212-214)
dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi
normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan
uji normal probability plot, dengan dasar pengambilan keputusan
yaitu:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
analisis regresi berganda (multiple regression analysis) yaitu menguji
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen
(Nur Indriantoro, 2002:211). Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala ordinal atau skala likert dan rumus regresi berganda yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Y = a + b1.aX1.a + b1.bX1.b + b1.cX1.c + b1.dX1.d + b1.eX1.e + b1.fX1.f + b1.gX1.g
+ b1.hX1.h + b1.iX1.i+ b1.jX1.j + b1.kX1.k + b1.lX1.l + b2X2+ b3X3 + b4X4 +
b5X5 + e
Keterangan:
Y = Kepuasan klien KAP
a = Konstanta
b1.a-b5 = Koefisien Regresi
X1.a = Client experience
X1.b = Industry expertise
X1.c = Responsiveness
X1.d = Technical competence
X1.e = Independence
X1.f = Due care
X1.g = Quality commitment
X1.h = Executive involvement
X1.i = Field work conduct
X1.j = Audit committee
X1.k = Ethical standard
X1.l = Skepticism
X2 = Portfolio jasa audit
X3 = Reputasi KAP
X4 = Pergantian auditor
X5 = Audit fee
e = Error
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-veriabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Imam Ghozali, 2005:83).
b. Uji t (Uji Parsial)
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005:84).
Dasar pengambilan kesimpulannya menurut Singgih Santoso
(2000:168) adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas >0.05, maka Ho diterima/ Ha ditolak, berarti
menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak
mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen
atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas <0.05, maka Ho ditolak/ Ha diterima, berarti
menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai
pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
c. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah varians dua populasi
sama ataukah berbeda (Singgih Santoso, 2000:87). Sedangkan menurut
Imam Ghozali (2005:84) uji statistik F menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat. Dasar pengambilan kesimpulannya menurut
Singgih Santoso (2000:120) adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas >0.05, maka Ho diterima/ Ha ditolak, berarti
menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas <0.05, maka Ho ditolak/ Ha diterima, berarti
menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan didefinisikan masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian ini beserta cara pengukurannya, yaitu:
1. Atribut Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan hasil audit yang diperoleh melalui
penggunaan seluruh kemampuan, kompetensi, kecermatan dan keahlian
auditor, sesuai dengan standar yang ditetapkan dan tidak terjadi
penghilangan ataupun kesalahan penyajian yang material, maupun risiko
audit di dalamnya. Atribut kualitas audit terdiri dari client experience,
industry expertise, responsiveness, technical competence, independence,
due care, quality commitment, executive involvement, field work conduct,
audit committee, ethical standard, dan skepticism. Item-item pertanyaan
mengenai atribut kualitas audit menggunakan item pertanyaan dari
penelitian Behn et.al (1997) dengan menggunakan skala Likert yaitu (1)
sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju.
2. Portfolio Jasa Audit
Portfolio jasa audit merupakan tanggapan KAP atas permintaan klien
untuk adanya diversifikasi jasa audit yang ditawarkan. Item-item
pertanyaan mengenai portfolio jasa audit menggunakan item pertanyaan
yang dikembangkan dari penelitian Lamtiar Agnes Shanryda (2008)
dengan menggunakan skala likert yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak
setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju.
3. Reputasi KAP
Reputasi KAP merupakan citra atau nama baik KAP dimata klien
yang mungkin bisa memberikan kepuasan yang lebih kepada klien. Item-
item pertanyaan mengenai reputasi KAP menggunakan item pertanyaan
yang dikembangkan dari penelitian Lamtiar Agnes Shanryda (2008)
dengan menggunakan skala likert yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak
setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju.
4. Pergantian Auditor
Pergantian auditor merupakan keinginan berpindah dari auditor yang
satu ke auditor lain atau menggunakan jasa audit KAP yang satu ke KAP
yang lain. Item-item pertanyaan mengenai pergantian auditor
menggunakan item pertanyaan yang dikembangkan dari berbagai
referensi, diantaranya dari penelitian Andra Kresencia (2005) dan
Sukrisno Agoes (2004), dengan menggunakan skala likert yaitu (1) sangat
tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju.
5. Audit Fee
Audit fee merupakan imbalan yang diterima oleh KAP atas
pemberian jasa audit yang telah dilakukan. Item-item pertanyaan
mengenai Audit fee menggunakan item pertanyaan yang dikembangkan
dari penelitian Jamaludin Iskak (1999).dengan menggunakan skala likert
dengan menggunakan skala likert yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak
setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju.
6. Kepuasan Klien KAP
Kepuasan klien KAP merupakan tingkat perasaan klien setelah
membandingkan antara harapan yang diinginkan dengan jasa yang
diperoleh atau diterima klien. Item-item pertanyaan mengenai kepuasan
klien KAP menggunakan item pertanyaan dari penelitian Behn et.al (1997)
dengan menggunakan skala likert yaitu (1) sangat tidak puas, (2) tidak
puas, (3) netral, (4) puas, (5) sangat puas.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Sub variabel Indikator Pengukuran
1. Atribut
kualitas audit
Sumber:
Memakai item pertanyaan dari
penelitian Behn et.al
(1997).
a. Client
experience.
b. Industry
expertise.
c. Responsiveness.
d. Technical
competence.
e. Independence.
f. Due care.
g. Quality
commitment.
h. Executive
involvement.
i. Field work
conduct.
j. Audit
committee.
k. Ethical
standard.
l. Skepticism.
a. KAP dan tim audit
berpengalaman dalam
melakukan audit.
b. KAP memahami industri klien.
c. KAP responsif terhadap kebutuhan klien.
d. KAP mentaati standar umum.
e. KAP memiliki sikap independen.
f. KAP bersikap hati-hati
disetiap penugasan.
g. KAP memiliki
komitmen yang kuat
terhadap kualitas audit.
h. Keterlibatan pimpinan
KAP.
i. Melakukan pekerjaan
lapangan dengan tepat.
j. Keterlibatan komite
audit.
k. Standar etika yang
tinggi. l. Tim audit KAP
memiliki skeptical
attitude.
Pengukuran
construct
menggunakan
skala ordinal (skala likert).
2. Portfolio jasa audit
Sumber: Memakai item
pertanyaan dari penelitian
Lamtiar Agnes Shanryda
(2008).
a. Diversifikasi jasa yang disediakan KAP.
b. Portfolio berkembang karena permintaan dan
tuntutan klien. c. Jasa audit dapat
membangun hubungan jangka panjang.
d. Banyaknya jasa yang
ditawarkan membuat
klien tidak ingin
berpindah KAP.
e. Banyaknya jasa yang
ditawarkan, maka biaya
yang dikeluarkan besar.
Pengukuran construct
menggunakan skala ordinal
(skala likert).
Tabel 3.1 (Lanjutan) Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Sub variabel Indikator Pengukuran
3. Reputasi kantor
akuntan publik
Sumber:
Memakai item pertanyaan yang
dikembangkan dari penelitian Lamtiar
Agnes Shanryda (2008).
a. Perusahaan memilih KAP
berdasarkan jasa yang
ditawarkan bukan
berdasarkan ukuran KAP nya.
b. KAP yang berafiliasi dengan KAP Internasional
memiliki reputasi yang baik.
c. Peningkatan kualitas audit.
d. Ukuran KAP.
e. KAP yang termasuk big
four.
Pengukuran
construct
menggunakan
skala ordinal (skala likert).
.
4. Pergantian auditor
Sumber:
Memakai item
pertanyaan yang
dikembangkan dari
berbagai referensi,
diantaranya dari
penelitian Andra
Kresencia (2005)
dan Sukrisno
Agoes (2004).
a. Keinginan berpindah dari
auditor yang satu ke
auditor lain.
b. Merger dari dua atau lebih
KAP.
c. Perbedaan pendapat antara
perusahaan klien KAP
dengan auditor.
d. Komunikasi tertulis antara
auditor pengganti dengan
auditor terdahulu.
e. Memperlihatkan audit
working paper.
Pengukuran
construct
menggunakan
skala ordinal
(skala likert).
5. Audit fee
Sumber:
Memakai item pertanyaan yang
dikembangkan dari penelitian
Jamaludin Iskak (1999).
a. Jumlah jam atau lamanya
waktu audit.
b. Besarnya audit fee. c. Jumlah staf yang terlibat
dalam proses audit. d. Ukuran perusahaan.
e. Ukuran KAP.
Pengukuran
construct
menggunakan skala ordinal
(skala likert).
6. Kepuasan klien Sumber:
Memakai item pertanyaan dari
penelitian Behn et.al (1997).
a. Kepuasan klien terhadap keseluruhan hasil audit
KAP. b. Kepuasan klien terhadap
hasil kerja dari tim audit.
Pengukuran construct
menggunakan skala ordinal
(skala likert).
Sumber: data diolah dari berbagai referensi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Objek dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada
perusahaan di DKI Jakarta yang memakai jasa audit KAP. Penyebaran
kuesioner ini dilakukan dari awal bulan Februari 2009 sampai bulan April
2009. Rincian dari distribusi kuesioner disajikan dalam tabel 4.1 berikut
ini:
Tabel 4.1
Distribusi Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang dikirim 125 100%
Kuesioner yang tidak kembali 36 28.8%
Kuesioner yang kembali 89 71.2%
Kuesioner yang tidak dapat diolah 7 5.6%
Kuesioner yang dapat diolah 82 65.6%
Tingkat pengembalian (response rate)
=89/125*100%
71.2%
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.1 memperlihatkan jumlah kuesioner yang telah dikirimkan
sebanyak 125 kuesioner, sedangkan jumlah kuesioner yang kembali
sebanyak 89 kuesioner atau 71.2% dari total kuesioner yang dikirim.
Setelah diseleksi terdapat 7 kuesioner yang tidak layak digunakan atau
5.6% dari total kuesioner yang dikirimkan, akibat pengisian kuesioner
yang kurang lengkap dan tidak sesuai dengan kriteria yakni tidak memakai
jasa KAP. Jadi data kuesioner yang dapat digunakan yaitu hanya 82
kuesioner atau 65.6% dari total yang dikirimkan.
2. Karakteristik Responden
Penelitian ini terutama dilakukan terhadap internal auditor, manajer,
asisten manajer, supervisor, staf bagian keuangan, pada perusahaan yang
memakai jasa audit KAP dan berada di DKI Jakarta. Tabel 4.2
memperlihatkan karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden
Keterangan Jumlah Persentase
Jenis kelamin Pria 37 45.1%
Wanita 45 54.9%
Pendidikan D3 15 18.3%
S1 62 75.6%
S2 5 6.1%
S3 0 0%
Jabatan Internal Auditor 5 6.1%
Manajer 33 40.2%
Asisten Manajer 3 3.7%
Supervisor 4 4.9%
Staf Keuangan 33 40.2%
Business Analyst 4 4.9%
Lama Bekerja Kurang dari 1 tahun 17 20.7%
1-2 tahun 18 22%
2-3 tahun 4 4.9%
Lebih dari 3 tahun 43 52.4%
Sumber: data primer yang diolah
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden wanita lebih
banyak daripada responden pria dengan tingkat persentase wanita 54.9%
dan pria 45.1%. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan S1
sebanyak 62 orang atau 75.6%, kemudian D3 sebanyak 15 orang atau
18.3%, dan S2 sebanyak 5 orang atau 6.1%. Reponden penelitian ini lebih
banyak memiliki jabatan sebagai manajer dan staf keuangan dengan
jumlah masing-masing 33 orang atau 40.2%, internal auditor 5 orang atau
6.1%, dan supervisor dan business analyst masing-masing sebanyak 4
orang atau 4.9%, serta asisten manajer 3 orang atau 3.7%.
Pada tabel lama bekerja, responden yang bekerja lebih dari 3 tahun
mendominasi penelitian ini dengan jumlah 43 orang dengan tingkat
persentase 52.4%. Responden yang telah bekerja selama 1 sampai 2 tahun
sebanyak 18 orang atau 22%, yang telah bekerja selama kurang dari 1
tahun sebanyak 17 orang atau 20.7%, dan sisanya telah bekerja selama 2
sampai 3 tahun sebanyak 4 orang atau 4.9%.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
atribut kualitas audit, portfolio jasa audit, reputasi KAP, pergantian
auditor, audit fee, dan kepuasan klien KAP, dan hasil pengujian statistik
deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.3 pada halaman selanjutnya.
Tabel 4.3
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Client Experience 82 2 5 4.21 0.603
Industry Expertise 82 2 5 4.17 0.717 Responsiveness 82 1 5 4.12 0.837
Technical
Competence 82 1 5 4.04 0.777
Independence 82 2 5 4.15 0.631 Due Care 82 3 5 4.13 0.583
Quality Commitment 82 3 5 4.26 0.584 Executive
Involvement 82 2 5 3.88 0.837
Field Work Conduct 82 2 5 3.94 0.673
Audit Commitee 82 2 5 4.09 0.689 Ethical Standard 82 2 5 4.26 0.584
Skepticism 82 2 5 3.94 0.726
Portfolio Jasa Audit 82 12 25 19.54 2.549
Reputasi KAP 82 13 25 19.27 2.615
Pergantian Auditor 82 5 23 17.88 3.408 Audit Fee 82 9 25 19.27 2.906
Kepuasan Klien 82 6 10 7.72 0.933
Valid N (listwise) 82
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa pada client experience minimum
jawaban responden sebesar 2 dan maksimum sebesar 5, dengan rata-rata
hitung sebesar 4.21 dengan standar deviasi sebesar 0.603. Pada industry
expertise minimum jawaban responden sebesar 2 dan maksimum sebesar
5, dengan rata-rata hitung sebesar 4.17 dengan standar deviasi sebesar
0.717. Pada responsiveness minimum jawaban responden sebesar 1 dan
maksimum sebesar 5, dengan rata-rata hitung sebesar 4.12 dengan standar
deviasi sebesar 0.837. Pada technical competence minimum jawaban
responden sebesar 1 dan maksimum sebesar 5, dengan rata-rata hitung
sebesar 4.04 dengan standar deviasi sebesar 0.777. Pada independence
minimum jawaban responden sebesar 2 dan maksimum sebesar 5, dengan
rata-rata hitung sebesar 4.15 dengan standar deviasi sebesar 0.631. Pada
due care minimum jawaban responden sebesar 3 dan maksimum sebesar
5, dengan rata-rata hitung sebesar 4.13 dengan standar deviasi sebesar
0.583.
Pada quality commitment minimum jawaban responden sebesar 3
dan maksimum sebesar 5, dengan rata-rata hitung sebesar 4.26 dengan
standar deviasi sebesar 0.584. Pada executive involvement minimum
jawaban responden sebesar 2 dan maksimum sebesar 5, dengan rata-rata
hitung sebesar 3.88 dengan standar deviasi sebesar 0.837. Pada field
woork conduct minimum jawaban responden sebesar 2 dan maksimum
sebesar 5, dengan rata-rata hitung sebesar 3.94 dengan standar deviasi
sebesar 0.673. Pada audit committee minimum jawaban responden sebesar
2 dan maksimum sebesar 5, dengan rata-rata hitung sebesar 4.09 dengan
standar deviasi sebesar 0.689 Pada ethical standard minimum jawaban
responden sebesar 2 dan maksimum sebesar 5, dengan rata-rata hitung
sebesar 4.26 dengan standar deviasi sebesar 0.584. Pada skepticism
minimum jawaban responden sebesar 2 dan maksimum sebesar 5, dengan
rata-rata hitung sebesar 3.94 dengan standar deviasi sebesar 0.726.
Pada variabel portfolio jasa audit, minimum jawaban responden
sebesar 12 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-rata hitung sebesar
19.54 dengan standar deviasi sebesar 2.549. Variabel reputasi KAP,
memiliki minimum jawaban responden sebesar 13 dan maksimum sebesar
25, dengan rata-rata hitung sebesar 19.27 dengan standar deviasi sebesar
2.615. Variabel pergantian auditor, memiliki minimum jawaban responden
sebesar 5 dan maksimum sebesar 23, dengan rata-rata hitung sebesar
17.88 dan standar deviasi sebesar 3.408. Pada variabel audit fee, minimum
jawaban responden sebesar 9 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-rata
hitung sebesar 19.27 dengan standar deviasi sebesar 2.906 Sedangkan
variabel kepuasan klien KAP, memiliki minimum jawaban responden
sebesar 6 dan maksimum sebesar 10, dengan rata-rata hitung sebesar 7.72
dengan standar deviasi sebesar 0.933.
2. Hasil Uji Kualitas Data
Uji kualitas data atas data primer yang diperoleh dalam penelitian ini
dilakukan dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas, yaitu sebagai
berikut:
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel untuk degree of freedom (df) =n-2, dalam hal ini n
adalah jumlah sampel, dan r hitung untuk tiap butir dapat dilihat pada
kolom corrected item-total correlation. Dalam penelitian ini, jumlah
sampel yang digunakan adalah (n) = 82, dan besarnya df dapat
dihitung 82-2=80, dengan df=80 dan alpha 5%, didapat r tabel=
0.2172, dan hasil uji validitas menggunakan corrected item-total
correlation untuk setiap item pertanyaan dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Menggunakan Corrected Item-Total Correlation
Item Pertanyaan r Hitung r Tabel Keterangan
Client Experience 0.578 0.2172 Valid
Industry Expertise 0.670 0.2172 Valid
Responsiveness 0.615 0.2172 Valid
Technical Competence 0.725 0.2172 Valid
Independence 0.541 0.2172 Valid
Due Care 0.653 0.2172 Valid
Quality Commitment 0.607 0.2172 Valid
Executive Involvement 0.344 0.2172 Valid
Field Work Conduct 0.561 0.2172 Valid
Audit Committee 0.574 0.2172 Valid
Ethical Standard 0.530 0.2172 Valid
Skepticism 0.350 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 1 0.367 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 2 0.411 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 3 0.457 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 4 0.460 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 5 0.323 0.2172 Valid
Reputasi KAP 1 0.255 0.2172 Valid
Reputasi KAP 2 0.208 0.2172 Tidak Valid
Reputasi KAP 3 0.166 0.2172 Tidak Valid
Reputasi KAP 4 0.459 0.2172 Valid
Reputasi KAP 5 0.454 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 1 0.653 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 2 0.676 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 3 0.571 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 4 0.485 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 5 0.545 0.2172 Valid
Audit Fee 1 0.424 0.2172 Valid
Audit Fee 2 0.244 0.2172 Valid
Audit Fee 3 0.616 0.2172 Valid
Audit Fee 4 0.476 0.2172 Valid
Audit Fee 5 0.503 0.2172 Valid
Kepuasan Klien1 0.777 0.2172 Valid
Kepuasan Klien2 0.777 0.2172 Valid
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian validitas terdapat 2 item pertanyaan
dalam variabel reputasi KAP yaitu RKAP2 dan RKAP3 yang tidak
valid, karena item pertanyan tersebut memiliki r hitung yang lebih
kecil dari r tabel, sehingga harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan
dalam pengujian selanjutnya. Pengujian dilakukan kembali setelah
mengeluarkan variabel yang tidak valid RKAP2 dan RKAP3, dari
hasil pengujian kembali tersebut dinyatakan bahwa semua variabel
telah valid, hasil pengujian kembali dapat dilihat pada tabel 4.5
dibawah ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Menggunakan Corrected Item-Total Correlation
Item Pertanyaan r Hitung r Tabel Keterangan
Client Experience 0.578 0.2172 Valid
Industry Expertise 0.670 0.2172 Valid
Responsiveness 0.615 0.2172 Valid
Technical Competence 0.725 0.2172 Valid
Independence 0.541 0.2172 Valid
Due Care 0.653 0.2172 Valid
Quality Commitment 0.607 0.2172 Valid
Executive Involvement 0.344 0.2172 Valid
Field Work Conduct 0.561 0.2172 Valid
Audit Committee 0.574 0.2172 Valid
Ethical Standard 0.530 0.2172 Valid
Skepticism 0.350 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 1 0.367 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 2 0.411 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 3 0.457 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 4 0.460 0.2172 Valid
Portfolio Jasa Audit 5 0.323 0.2172 Valid
Reputasi KAP 1 0.423 0.2172 Valid
Reputasi KAP 4 0.474 0.2172 Valid
Reputasi KAP 5 0.430 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 1 0.653 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 2 0.676 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 3 0.571 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 4 0.485 0.2172 Valid
Pergantian Auditor 5 0.545 0.2172 Valid
Audit Fee 1 0.424 0.2172 Valid
Audit Fee 2 0.244 0.2172 Valid
Tabel 4.5 (Lanjutan)
Hasil Uji Validitas Menggunakan Corrected Item-Total Correlation
Item Pertanyaan r Hitung r Tabel Keterangan
Audit Fee 3 0.616 0.2172 Valid
Audit Fee 4 0.476 0.2172 Valid
Audit Fee 5 0.503 0.2172 Valid
Kepuasan Klien1 0.777 0.2172 Valid
Kepuasan Klien2 0.777 0.2172 Valid
Sumber: data primer yang diolah
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan uji statistik cronbach’s alpha.
Menurut Nunnally (1967) dalam Imam Ghozali (2005:42), suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
cronbach’s alpha lebih dari 0.60. Hasil uji reliabilitias penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.6, dan terlihat bahwa semua variabel yang
diuji dinyatakan reliabel, karena semua variabel tersebut memiliki
nilai cronbach’s alpha lebih dari 0.60.
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Atribut Kualitas Audit 0.874 Reliabel
Portfolio Jasa Audit 0.655 Reliabel
Reputasi KAP 0.634 Reliabel
Pergantian Auditor 0.801 Reliabel
Audit fee 0.693 Reliabel
Kepuasan Klien KAP 0.874 Reliabel
Sumber: data primer yang diolah
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tollerance dan nilai
variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tollerance kurang
dari 0.10 atau sama dengan nilai variance inflation factor (VIF) lebih
dari 10. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi problem
multikolonieritas (Imam Ghozali, 2005:92). Pada tabel 4.7,
memperlihatkan hasil perhitungan nilai tollerance dari semua variabel
lebih dari 0.10 dan VIF yang dihasilkan juga dibawah 10, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi problem multikolonieritas.
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
Client Experience 0.431 2.322
Industry Expertise 0.481 2.079
Responsiveness 0.510 1.961
Technical Competence 0.351 2.851
Independence 0.557 1.795
Due Care 0.508 1.967
Quality Commitment 0.452 2.214
Executive Involvement 0.698 1.432
Field Work Conduct 0.557 1.795
1
Audit Commitee 0.603 1.659
Tabel 4.7 (Lanjutan)
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
Ethical Standard 0.556 1.799
Skepticism 0.588 1.699
Portfolio Jasa Audit 0.484 2.068
Reputasi KAP 0.591 1.693
Pergantian Auditor 0.409 2.445
Audit Fee 0.513 1.950
a. Dependent Variable: Kepuasan Klien
Sumber: data primer yang diolah
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dasar analisis untuk uji heteroskedastisitas adalah jika tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih
Santoso, 2000:208-210). Hasil uji heteroskedastisitas dari grafik
scatterplot pada gambar 4.1 memperlihatkan bahwa titik-titik
menyebar secara acak dan tidak ada pola yang jelas, serta tersebar
diatas dan dibawah angka pada 0 pada sumbu Y, dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi layak digunakan untuk memprediksi kepuasan klien
KAP berdasarkan masukan variabel independen, atribut kualitas audit,
portfolio jasa audit, reputasi KAP, pergantian auditor,dan audit fee.
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
c. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan normal probability plot, dan
dasar pengambilan keputusannya adalah jika data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
(Imam Ghozali, 2005:112). Dengan melihat tampilan grafik histogram
maupun grafik normal probability plot pada gambar 4.2 dan gambar
4.3 dapat disimpulkan bahwa sebaran data terdistribusi normal, karena
dari grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal, tidak
menceng ke kiri atau ke kanan, dan dari grafik normal probability plot
terlihat data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Normal Probability Plot
4. Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
analisis regresi berganda (multiple regression analysis), hasil uji hipotesis
terdiri dari:
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Pada tabel 4.8 menunjukkan angka adjusted R2 (adjusted R
square) adalah 0.282, hal ini berarti 28.2% variasi kepuasan klien
dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen yaitu
atribut kualitas audit, portfolio jasa audit, reputasi KAP, pergantian
auditor, dan audit fee, sedangkan sisanya sebesar 71.8 % dijelaskan
oleh sebab-sebab lain diluar model. Angka koefisisen korelasi (R2)
menujukkan angka dibawah 0.5 yang berarti korelasi antara variabel
independen dengan variabel dependen adalah lemah atau terbatas.
Tabel 4.8
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0.651a 0.424 0.282 0.791
a. Predictors: (Constant), Audit Fee, Client Experience, Field Work
Conduct, Executive Involvement, Reputasi KAP, Audit Commitee,
Skepticism, Ethical Standard, Independence, Portfolio Jasa Audit,
Due Care, Responsiveness, Industry Expertise, Quality Commitment,
Pergantian Auditor, Technical Competence
b. Dependent Variable: Kepuasan Klien
Sumber: data primer yang diolah
b. Hasil Uji t
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005:84). Jika
nilai probabilitas kurang dari 0.05 maka Ha diterima, dan berarti
menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai
pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B
Std.
Error Beta t Sig.
(Constant) 3.303 1.140 2.898 .005
Client Experience .378 .222 .244 1.703 .093
Industry Expertise -.014 .177 -.011 -.078 .938
Responsiveness .425 .147 .381 2.893 .005
Technical Competence -.069 .191 -.057 -.361 .719
Independence -.076 .187 -.052 -.408 .684
Due Care -.347 .211 -.217 -1.642 .106
Quality Commitment .306 .224 .191 1.365 .177
Executive Involvement .102 .126 .092 .813 .419
Field Work Conduct .290 .175 .209 1.656 .102
Audit Committee -.139 .164 -.102 -.843 .402
Ethical Standard -.124 .202 -.077 -.614 .542
Skepticism -.033 .158 -.026 -.210 .834
Portfolio Jasa Audit -.044 .050 -.121 -.891 .376
Reputasi KAP -.038 .054 -.085 -.695 .489
Pergantian Auditor .098 .040 .359 2.437 .018
Audit Fee .055 .042 .173 1.314 .193
a. Dependent Variable: Kepuasan Klien KAP
HaHasil Uji Hipotesis 1: Atribut kualitas audit terhadap kepuasan
klien KAP
a. Client experience terhadap kepuasan klien KAP
Client experience menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi
0.093 yang berada di atas 0,05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu
sebesar 1.703, dan berarti Ha 1.a ditolak.
b. Industry expertise terhadap kepuasan klien KAP
Industry expertise menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi
0.938 yang berada jauh di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu
Sumber: data primer yang diolah
sebesar -0.078 dan berarti Ha 1.b ditolak.
c. Responsiveness terhadap kepuasan klien KAP
Responsiveness menunjukkan berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.005 yang
berada di bawah 0.05 dan nilai t lebih dari 2 yaitu sebesar 2.893
dan berarti Ha 1.c diterima.
d. Technical competence terhadap kepuasan klien KAP
Technical competence menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi
0.719 yang berada jauh di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu
sebesar -0.361 dan berarti Ha 1.d ditolak.
e. Independence terhadap kepuasan klien KAP
Independence menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.684 yang
berada jauh di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu sebesar -
0.408 dan berarti Ha 1.e ditolak.
f. Due care terhadap kepuasan klien KAP
Due care menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.106 yang
berada di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu sebesar -1.642
dan berarti Ha 1.f ditolak.
g. Quality commitment terhadap kepuasan klien KAP
Quality commitment menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi
0.177 yang berada di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu
sebesar 1.365 dan berarti Ha 1.g ditolak.
h. Executive involvement terhadap kepuasan klien KAP
Executive involvement menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi
0.419 yang berada jauh di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu
sebesar 0.813 dan berarti Ha 1.h ditolak.
i. Field work conduct terhadap kepuasan klien KAP
Field work conduct menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi
0.102 yang berada di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu
sebesar 1.656 dan berarti Ha 1.i ditolak.
j. Audit committee terhadap kepuasan klien KAP
Audit committee menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi
0.402 yang berada jauh di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu
sebesar -0.843 dan berarti Ha 1.j ditolak.
k. Ethical standard terhadap kepuasan klien KAP
Ethical standard menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi
0.542 yang berada jauh di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu
sebesar -0.614 dan berarti Ha 1.k ditolak.
l. Skepticism terhadap kepuasan klien KAP
Skepticism menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.834 yang
berada di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu sebesar -0.210
dan berarti Ha 1.l ditolak.
Hasil Uji Hipotesis 2: Portfolio jasa audit terhadap kepuasan klien
KAP
Portfolio jasa audit menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.376 yang berada
jauh di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu sebesar -0.891 dan
berarti Ha2 ditolak.
Hasil Uji Hipotesis 3: Reputasi KAP terhadap kepuasan klien
KAP
Reputasi KAP menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.489 yang berada
jauh di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu sebesar -0.695 dan
berarti Ha3 ditolak.
Hasil Uji Hipotesis 4: Pergantian auditor terhadap kepuasan klien
KAP
Pergantian auditor menunjukkan berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.018 yang berada
dibawah 0.05 dan nilai t lebih dari 2 yaitu sebesar 2.437 dan berarti
Ha4 diterima.
Hasil Uji Hipotesis 5: Audit Fee Terhadap Kepuasan Klien KAP
Audit fee menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.193 yang berada di atas
0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu sebesar 1.314 dan berarti Ha5
ditolak.
c. Hasil Uji F
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Hasil uji F ditunjukkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Regression 29.914 16 1.870 2.991 0.001a
Residual 40.635 65 0.625
Total 70.549 81
a. Predictors: (Constant), Audit Fee, Client Experience, Field Work
Conduct, Executive Involvement, Reputasi KAP, Audit Commitee,
Skepticism, Ethical Standard, Independence, Portfolio Jasa Audit,
Due Care, Responsiveness, Industry Expertise, Quality Commitment,
Pergantian Auditor, Technical Competence
b. Dependent Variable: Kepuasan Klien
Sumber: data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 6
Dari hasil uji Anova dan F test, didapat F hitung sebesar 2.991 dan
nilai probabilitas 0.001, karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05
maka dapat dikatakan bahwa atribut kualitas audit, portfolio jasa audit,
reputasi KAP, pergantian auditor, dan audit fee, secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan klien.
C. Pembahasan
Client experience menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil
penelitian Mukhlasin (2004:42) dan hasil penelitian Behn et.al (1997:16). Hal
ini berarti tingkat pengalaman yang terkait dengan pelaksanaan audit yang
dimiliki auditor tidak mempengaruhi kepuasan klien KAP.
Industry expertise menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.938. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42) dan hasil
penelitian Behn et.al (1997:16). Hal ini berarti tingkat pengetahuan
pemahaman pihak yang terkait dengan pelaksanaan audit mengenai industri
perusahaan klien tidak mempengaruhi kepuasan klien KAP.
Responsiveness menunjukkan berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Mukhlasin (2004:42) dan hasil penelitian Behn et.al (1997:16). Hal ini berarti
bahwa klien akan merasa puas apabila auditor KAP memiliki sikap responsif
atau tanggap terhadap kebutuhan perusahaan klien tanpa diminta terlebih
dahulu oleh klien, sehingga mempengaruhi keputusan klien dalam memilih
KAP dan memberikan kepuasan kepada klien KAP.
Technical competence menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.719. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al (1997:16), namun
tidak konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42). Hal ini berarti
bahwa KAP yang memiliki anggota tim audit yang kompeten dan taat pada
standar umum atau technical competence tidak memberikan kepuasan kepada
klien KAP.
Independence menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.684. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al (1997:16) dan hasil penelitian
Mukhlasin (2004:42). Hal ini berarti bahwa sikap independence yang dimiliki
KAP dan tim audit tidak memberikan kepuasan kepada klien KAP.
Due care menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.106. Hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian Behn et.al (1997:16), namun tidak konsisten dengan
hasil penelitian Mukhlasin (2004:42). Hal ini berarti bahwa auditor yang
melaksanakan pekerjaan dengan menunjukkan sikap terlalu teliti dan hati-hati,
bisa menyebabkan ketidakpuasan klien KAP. Tingkat due care yang tinggi
kemungkinan menyebabkan klien merasa tidak puas akibat karena ditanya
terus menerus, sehingga kinerja perusahaan yang diaudit terganggu.
Quality commitment menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Behn et.al (1997:16), namun tidak konsisten dengan hasil penelitian
Mukhlasin (2004:42). Ini berarti bahwa auditor yang memiliki sikap
komitmen yang kuat terhadap kualitas audit tidak memberikan kepuasan
kepada klien KAP.
Executive involvement menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian Mukhlasin (2004:42), namun tidak konsisten dengan hasil
penelitian Behn et.al (1997:16). Hal ini berarti bahwa keterlibatan pimpinan
tim audit tidak memberikan kepuasan kepada klien yang diaudit tersebut.
Kemungkinan klien (responden manajemen dan staf keuangan) tidak terlalu
mengetahui keterlibatan pimpinan tim audit karena biasanya mereka hanya
berhubungan langsung dengan auditor junior atau auditor senior.
Field work conduct menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil
penelitian Behn et.al (1997:16) dan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42). Ini
berarti bahwa KAP yang melakukan audit pekerjaan lapangan secara tepat
(field work conduct) tidak dapat memberikan kepuasan kepada klien KAP.
Audit committee menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil
penelitian Behn et.al (1997:16) dan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42).
Komunikasi yang dilakukan auditor KAP kepada komite audit mengenai
perbedaan pendapat yang terjadi dengan manajemen mengenai masalah
akuntansi, pengungkapan, dan audit, kemungkinan membuat klien KAP
(responden manajemen) merasa keterlibatan komite audit dapat mengancam
posisi mereka, sehingga bagi manajemen menciptakan ketidakpuasan terhadap
KAP.
Ethical standard menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Behn et.al (1997:16), namun tidak konsisten dengan hasil penelitian
Mukhlasin (2004:42). Ini berarti bahwa tim audit yang memiliki atau taat pada
standar etika tidak memberikan kepuasan kepada klien KAP. Situasi dilema
etika banyak dihadapi oleh para auditor dalam menjalankan jasa audit mereka,
sebagai contoh, klien yang mengancam akan mengganti auditor atau memakai
KAP lain bila hasil audit tidak sesuai dengan keinginan mereka atau kepuasan
mereka. Dengan demikian dalam prakteknya sering terjadi benturan antara
penerapan ethical standard dengan keinginan untuk memberikan kepuasan
kepada klien.
Skepticism menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Mukhlasin (2004:42), namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Behn
et.al (1997:16) dimana dalam penelitian Behn et.al skepticism berpengaruh
secara negatif terhadap kepuasan klien. Hal ini berarti bahwa auditor yang
melaksanakan pekerjaan dengan menunjukkan sikap skepticism (curiga) yang
terlalu tinggi, bisa menyebabkan ketidakpuasan klien. Tingkat skepticism yang
tinggi kemungkinan menyebabkan kinerja perusahaan yang diaudit terganggu,
hal ini dikarenakan auditor melaksanakan proses audit dengan bertanya terus
menerus.
Secara keseluruhan dari keduabelas atribut kualitas audit yang diuji,
atribut yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien
hanya satu yaitu responsiveness dengan tingkat signifikasi 0.005. Hasil
penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana pada
penelitian Behn et.al (1997:16) dari dua belas atribut kualitas audit yang diuji,
dihasilkan enam atribut kualitas audit yang berpengaruh pada kepuasan klien
yaitu client experience, industry expertise, responsivenss, field work conduct,
executive involvement, dan audit commitee. Begitupula dengan hasil penelitian
Mukhlasin (2004:42) bahwa terdapat sembilan atribut kualitas audit yang
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien KAP yaitu
client experience, industry expertise, responsivenses, ethical standar, audit
commitee, due care, quality commitment, field work conduct, dan ethical
standar, sedangkan independence, executive involvement, dan skepticism tidak
memiliki pengaruh terhadap kepuasan klien.
Perbedaan hasil atas atribut kualitas audit yang diperoleh dalam
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terjadi karena adanya perbedaan
responden dan objek penelitian yang digunakan. Pada penelitian ini
resapondennya adalah internal auditor, manajer, asisten manajer, supervisor,
dan staf bagian keuangan pada perusahaan di DKI Jakarta yang memakai jasa
audit KAP, sedangkan penelitian Mukhlasin (2004:42) dilakukan terhadap
kontroler dan internal auditor pada perusahaan disepanjang Jendral Sudirman
dan Kuningan Jakarta, dan penelitian Behn et.al (1997:16) dilakukan pada
kontroler perusahaan di Amerika. The expectations gap will be difficult to
eliminate due to social conflict and the fact that the meaning of social
practices is always subject to challenges (Marianne Ojo, 2009). Dari hasil
penelitian ini, memperlihatkan telah terjadinya pergeseran harapan klien
mengenai atribut kualitas audit yang bisa mempengaruhi kepuasan klien,
dengan responden yang sebagian besar adalah manajer dan staf keuangan,
diperoleh hasil bahwa klien lebih mengharapkan auditor atau KAP bisa
bersikap responsif terhadap kebutuhan klien daripada atribut kualitas lainnya.
Portfolio jasa audit menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.376. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42). Hal ini berarti bahwa
banyaknya jasa yang ditawarkan oleh KAP tidak menjamin bahwa KAP
tersebut akan dapat memberikan kepuasan kepada klien dalam jangka panjang,
tidak bisa mempengaruhi penilaian klien dalam memilih jasa, dan tidak bisa
menjamin bahwa klien tidak akan berpindah pada KAP lain. Hubungan klien
dengan auditor dimulai sejak awal kerjasama sampai penugasan audit selesai,
dan dari kerjasama awal inilah yang akan menjadi pertimbangan bagi klien
apakah auditor atau KAP bisa memenuhi harapan klien, yang selanjutnya
mempengaruhi kepuasan klien.
Reputasi KAP menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.489. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42). Hal ini berarti
bahwa reputasi yang dimiliki KAP, baik KAP itu termasuk KAP Big Four
atau berafiliasi dengan KAP Internasional, menurut klien tidak menjamin
bahwa KAP tersebut akan dapat memberikan kepuasan kepada klien, karena
klien cenderung memilih KAP sesuai dengan jasa yang ditawarkan dan dari
kualitas hasil audit yang diberikan KAP. Selain itu, KAP yang tidak termasuk
dalam Big Four akan tetap memiliki reputasi yang baik di mata klien, jika
hasil audit mereka berkualitas.
Pergantian auditor menunjukkan berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.018. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Marini Purwanto dan Simon Haryanto
(2004:26). Pergantian auditor dibentuk dari kecenderungan keinginan klien
untuk berpindah KAP, adanya merger dari dua atau lebih KAP, perbedaan
pendapat antara perusahaan klien dengan auditor KAP, perlunya komunikasi
tertulis antara auditor pengganti dengan auditor pendahulu, dan kesedian
auditor terdahulu memperlihatkan audit working paper kepada auditor
pengganti jika diizinkan oleh klien. Secara keseluruhan indikator yang
membentuk pergantian auditor tersebut memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan klien. Suatu tantangan bagi auditor KAP untuk
meningkatkan kepuasan klien agar bisa memiliki keunggulan kompetitif
dibandingkan dengan KAP lain, dan agar tidak terjadi pergantian auditor.
Audit fee menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.193. Hal ini berarti, kepuasan
klien KAP tidak dipengaruhi oleh besarnya audit fee yang ditetapkan oleh
KAP atas jasa yang diberikan. Audit fee yang ditetapkan mahal namun jika
tidak disertai kualitas audit yang tinggi dan bermutu, maka akan menimbulkan
ketidakpuasan klien terhadap jasa KAP, jadi memakai dasar besarnya audit fee
untuk mengukur kepuasan klien tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan klien Kantor Akuntan Publik (KAP). Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah atribut kualitas audit,
portfolio jasa audit, reputasi KAP, pergantian auditor dan audit fee.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 82 orang, dengan jabatan
responden sebagai internal auditor, manajer, asisten manajer, supervisor, dan
staf bagian keuangan pada perusahaan di DKI Jakarta yang memakai jasa
audit KAP.
Pengujian ini memakai bantuan program SPSS 16, dari Dari hasil
pengujian dan analisis terhadap data, dapat disimpulkan bahwa:
1. Atribut Kualitas audit yang terdiri dari:
a. Client experience menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.093. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin
(2004:42) dan hasil penelitian Behn et.al (1997:16).
b. Industry expertise menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.938. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin
(2004:42) dan hasil penelitian Behn et.al (1997:16).
c. Responsiveness menunjukkan berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.005. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42) dan hasil
penelitian Behn et.al (1997:16).
d. Technical competence menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.719.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al
(1997:16), namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin
(2004:42).
e. Independence menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.684. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al (1997:16)
dan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42).
f. Due care menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.106. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al (1997:16), namun tidak
konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42).
g. Quality commitment menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.177. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al (1997:16),
namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42).
h. Executive involvement menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.419.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin
(2004:42), namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al
(1997:16)
i. Field work conduct menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.102. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al
(1997:16) dan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42).
j. Audit committee menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.402. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al
(1997:16) dan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42).
k. Ethical standard menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.542. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al (1997:16),
namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42).
l. Skepticism menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.834. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42), namun tidak
konsisten dengan hasil penelitian Behn et.al (1997:16) dimana dalam
penelitian Behn et.al skepticism berpengaruh secara negatif terhadap
kepuasan klien.
2. Portfolio jasa audit menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.376. Hasil penelitian
ini konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42).
3. Reputasi KAP menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.489. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian Mukhlasin (2004:42).
4. Pergantian auditor menunjukkan berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.018. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Marini Purwanto dan Simon Haryanto
(2004:26).
5. Audit fee menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan klien dengan tingkat signifikasi 0.193 yang berada di atas 0.05
dan nilai t kurang dari 2 yaitu sebesar 1.314 dan Ini berarti bahwa
besarnya audit fee tidak bisa mempengaruhi kepuasan klien kepada KAP.
6. Hasil uji ANNOVA dan F test, didapat F hitung sebesar 2,991 dengan
probabilitas 0,001, maka dapat dikatakan bahwa atribut kualitas audit,
portfolio jasa audit, reputasi KAP, pergantian auditor, dan audit fee, secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien
KAP.
B. Implikasi
Impilikasi hasil penelitian ini bagi Kantor Akuntan Publik adalah berupa
informasi tambahan mengenai faktor -faktor apa saja yang bisa mempengaruhi
kepuasan kepada klien KAP. Implikasi pertama dari penelitian ini adalah klien
KAP akan merasa puas terhadap jasa pelayanaan KAP apabila KAP dan tim
audit dapat bersikap responsivenes terhadap kebutuhan klien, yaitu dengan
melakukan jasa profesional yang tanggap terhadap kebutuhan klien tanpa
diminta terlebih dahulu oleh klien. Implikasi kedua adalah adanya
kecenderungan klien atau keadaan yang mengkondisikan bahwa klien lebih
menyukai untuk melakukan pergantian auditor atau KAP jika terjadi merger
dari dua atau lebih KAP dan jika terjadi perbedaan pendapat antara
perusahaan klien dengan auditor KAP. Hal ini berarti klien akan merasa lebih
puas jika mengganti auditor lama ke auditor baru jika ada hal-hal yang tidak
mereka inginkan.
Agar bisa memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan KAP lain,
maka menjadi suatu tantangan bagi KAP untuk bisa meningkatkan kepuasan
klien dengan memberikan hasil audit yang berkualitas, berusaha memenuhi
kebutuhan klien tanpa diminta, sehingga klien akan loyal dan tidak memiliki
keinginan untuk melakukan pergantian auditor. Selain itu, banyaknya ragam
jasa yang ditawarkan oleh KAP, reputasi KAP, dan besaran audit fee yang
ditetapkan atas jasa audit tidak bisa menjamin kepuasan klien, namun
kepuasan atas kerjasama awal dalam proses auditlah yang kemungkinan
membuat klien setia terhadap KAP.
C. Keterbatasan
1. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2009,
dimana pada bulan tersebut bertepatan dengan saat dimana perusahaan
sedang dalam proses audit atau proses penerbitan laporan audit atas
laporan keuangan perusahaan, sehingga beberapa responden ada yang
tidak bersedia berperan dalam pengisian kuesioner.
2. Jumlah responden dalam penelitian ini hanya mencakup perusahaan di
DKI Jakarta yang datanya mudah diperoleh peneliti, sehingga kemampuan
generalisasinya tidak terlalu besar.
3. Responden penelitian ini kebanyakan berasal dari kalangan pembuat
laporan keuangan seperti internal auditor, manajer, asisten manajer,
supervisor, dan staf bagian keuangan pada perusahaan di DKI Jakarta yang
memakai jasa audit KAP, dan belum mencakup para pemegang saham dan
dewan direksi, serta komite audit, dimana mereka juga sebagai klien yang
memiliki werwenang yang tinggi dalam memutuskan atau memilih KAP.
4. Kepuasan klien secara menyeluruh tidak hanya dipengaruhi oleh variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, namun masih terdapat faktor-faktor
lainnya. Selain itu, indikator untuk mengukur variabel kepuasan klien
tidak hanya diukur dari kepuasan klien terhadap keseluruhan hasil audit
dari KAP dan kepuasan tehadap hasil kerja dari Tim audit.
D. Saran
1. Bagi peneliti berikutnya, sebaiknya penelitian dilakukan pada waktu yang
diperkirakan para responden penelitian akan memiliki banyak waktu luang
untuk mengisi kuesioner, dan tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan
dengan waktu proses audit perusahaan, agar jumlah responden yang
dipakai dalam penelitian bisa lebih besar.
2. Bagi peneliti berikutnya, sebaiknya ruang lingkup penelitian lebih
diperluas ke kota lain selain Jakarta, atau keseluruh Indonesia, dan bisa
juga dilakukan pada Koperasi, Firma, atau bentuk usaha lain yang
memakai jasa audit, sehingga kemampuan generalisasinya bisa lebih besar.
3. Bagi peneliti berikutnya, sebaiknya respondennya juga mencakup
pemegang saham, dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit,
karena mereka juga biasanya berkepentingan dengan laporan yang diaudit,
serta komite audit biasanya orang yang mengusulkan atau memilih akan
KAP yang akan dipakai.
4. Bagi peneliti berikutnya, sebaiknya menambahkan variabel lain yang
kemungkinan bisa mempengaruhi kepuasan klien, seperti audit risk, type
of audit opinion, dan lain sebagainya. Selain itu, indikator untuk mengukur
variabel kepuasan klien sebaiknya ditambahkan dan tidak hanya diukur
dengan kepuasan klien terhadap keseluruhan hasil audit dari KAP dan
kepuasan terhadap hasil kerja dari Tim audit.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”,
Edisi Ketiga, Jilid 1, Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta, 2004.
Ali, Masyhud. “Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis”, PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006.
Ariani, Porothea Wahyu. “Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif”,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Backrest’s Article. ”Memilih Kantor Akuntan Publik”, artikel 21 April 2009, artikel diakses tanggal 29 Juni 2009 dari http://backrest.wordpress.com/
2009/04/21/memilih-kantor-akuntan-publik/
Behn, Bruce K, Joseph V.Carcello, Dana R.Hermanson, dan Roger H.Hermanson. “The Determinants of Audit Client Satisfaction Amongs Clients of Big 6
Firms”, Accounting Horizons, Vol.11 No.1 (March), 1997.
Belkaoui, Ahmed Riahi. “Accounting Theory (Teori Akuntansi)”, Buku 1, Edisi 5,
Salemba Empat, Jakarta, 2004.
Birt, Jacqueline, Keryn Chalmers, Diana Beal, Albie Brooks, Suzanne Byrne,
Judy Oliver. “Accounting Business Reporting for Decision Making”, Second
Edition, John Wiley & Sons Australia, Ltd, Mc Dougall Street, 2008.
Boynton, William C dan Raymond N Johnson. “Modern Auditing Assurance
Services and The Integrity of Financial Reporting”, Eight edition, John
Wiley & Sons, Inc, 2005.
Buttle, Francis. “Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan
Pelanggan) Concepts and Tools”, Bayumedia Pubishing, 2007.
Drever, Margaret, Particia Stantan, Susan Mc Gowan. “Contemporary Issues in
Accounting”, John Wiley & Sons Australia, Ltd, Mc.Dougall Street Milton,
2007.
Effendi, Muharief. ”The Power of Good Corporate Governance-Teori dan
Implementasi”, Cetakan kedua, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Elder, Randal J, Mark S Beasley, Alvin A Arens. ”Auditing and Assurance
Services an Integrated Approach”, Twelfh Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2008.
Febrianto, Rahmat. “Isu Metodologis Riset Pergantian (Wajib) Kantor Akuntan
Publik dan Auditor dan Kualitas Audit”, artikel Sleman, Sabtu, 23 Mei 2009,
artikel diakses tanggal 29Juni2009 dari http:///idderiset.blogspot.com
/2009/05/isu-metodologis-riset-pergantian-wajib.html
Febrianto, Rahmat. “Proksi Kualitas Auditor”, artikel Sleman, Selasa, 31 Maret 2009,
artikel diakses tanggal 29Juni 2009 dari http:///idderiset.blogspot.com/2009/03/
proksi-kualitas-auditor.html
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Gondodiyoto, Sanyoto. “Audit Sistem Informasi Lanjutan, Standar Panduan dan
Prosedur Audit Sisitem Informasi dari ISACA”, Mitra Wancana Media,
Indonesia, 2007.
Gospersz, Vincent. “ISO 9001:2000 dan Continual Quality Improvement”,
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.
Halim, Abdul. “Auditing”, Buku 1, Edisi Kedua Revisi, Yogyakarta, UPP AMP
YKPN, 2001.
Hall, James A dan Tommie Singleton. “Information Technology Auditing and
Assurance - Audit Teknologi Informasi dan Assurance”, Buku 1, Edisi
kedua, Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Hamid, Abdul. ”Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Harahap, Sofyan Safri. “Teori Akuntansi”, Edisi Revisi, PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007.
Henderson, Scott, Graham Peirson, Kathy Herbohn. “Issues in Financial
Acccounting”, 13Th
Edition, Pearson Education, Australia, 2008.
Holmes, Athur W dan David C Burns. “Auditing Norma dan Prosedur”, Edisi Kesembilan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1996.
Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Profesional Akuntan Publik + Suplemen
Interpretasi 2002-2005”, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.”Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.
Ishak, Muhammad. “Analisis Faktor-Faktor Penentu Kualitas Audit Menurut
Persepsi Klien”, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2000.
Iskak, Jamaludin. “Pengaruh Besarnya Perusahaan dan Lamanya Waktu Audit
serta Besarnya KAP terhadap Audit Fee”, Publikasi Universitas
Tarumanegara, Vol.2, Thn II, Jakarta, 1999.
Jogiyanto. “Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman”, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2004.
Kotler, Philip. “Manajemen Pemasaran2”, Edisi 12, Jilid 1, Indeks, Indonesia,
2008.
Kresencia, Andra. “Persepsi Perusahaan Terhadap Faktor-Faktor yang
Melatarbelakangi Penugasan Audit”, Skripsi, Universitas Trisakti FE,
2005.
Louwers, Timothy J, Robert J Ramsay, David H Sinason, Jerry R Strawser. “Auditing and Assurance Services”, Mc.Graw-Hill Irwin, NewYork, 2005.
Madura, Jeff. “Introduction to Business-Pengantar Bisnis”, Edisi 4, Buku 2,
Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Mukhlasin. “Pengaruh Atribut Kualitas Audit, Portfolio Jasa Audit, dan Reputasi
Kantor Akuntan Publik Terhadap Kepuasan Klien”, Balance, 1 (Maret), 27-
45, Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2004.
Nancy A.Bagranoff, Mark G.Simkin, Carolyn Strand Norman, “Core Concepts of
Accounting Information Systems”, Tenth Edition, John Wiley&Sons, Ltd,
United States of America, 2008.
Nasution. “Manajemen Jasa Terpadu”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004.
Nurkholis dan Retno Rushanty Wasistyorini. ”Atribut Kualitas Audit: Persepsi
Auditor, Manajer akuntansi dan Pemakai Laporan Keuangan”, Ekonomi
Bisnis Th.8, No.3, Desember, 2003.
Ojo, Marianne. “Eliminating the Audit Expectations Gap: Reality or Myth?” Center for European Law and Politics, May 19, 2009, diakses tanggal 29
Juni 2009 dari http://ssrn.com/so23/cf-ev/AbsByAuth.cfm?per_id=1257850
Purwanto, Marini dan Simon Haryanto. “Pengaruh Kualitas Audit, Pergantian
Auditor Terhadap Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik di
Indonesia:Studi Empiris pada Perusahaan Tbk di Indonesia”, Majalah
Ekonomi, Tahun XIV, No.1, April, 2004.
Rangkuti, Freddy. “Measuring Customer Satisfaction”, PT.Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2006.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT.Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2000.
Shanryda, Lamtiar Agnes. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemilihan KAP dihubungkan dengan Siklus Hidup Perusahaan”, Skripsi,
Universitas Trisakti FE, 2008.
Simamora, Henry. “Manajemen Pemasaran Internasional”, Jilid II, Edisi2, Cet1,
Penerbit Rineka Cipta, 2007.
Suhadi, Agus. ”Pengaruh Komite Audit, Reputasi Auditor, dan Pengungkapan
Terhadap Earnings Management”, Skripsi, Universitas Islam Negeri,
Jakarta 2007.
Tjiptono, Fandy. “Pemasaran Jasa”, Bayumedia Publishing, Malang, Jawa timur, 2007.
Trisnawati, Rina. “Masalah Independensi Penampilan (Tinjauan Terhadap Studi
Empiris), Benefit, Jurnal Manajemen dan Bisnis, 1999.
Tunggal, Amin Widjaja, “Audit Laporan Keuangan Setelah Sarbanes-Oxley”,
Harvarindo, Indonesia, 2008.
Tunggal, Amin Widjaja.“Tata Kelola Perusahaan Teori dan Kasus”, Harvarindo,
Indonesia, 2008.
Umar, Muhammad Aria. “Pengaruh Atribut Kualitas Audit dan Reputasi KAP
Terhadap Kepuasan Klien”, Skripsi, Universitas Trisakti Fakultas Ekonomi,
Jakarta, 2007.
Whittington, O.Ray dan Kurt Pany. “Principles of Auditing and other Assurance
Services”, Fourteenth edition, Mc.Graw-Hill Irwin, NewYork, 2004.