analisis faktor faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
DIVIDEN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA
ISLAMIC INDEKS PERIODE 2013-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Wahyu Adi Kusuma
NIM 11140860000007
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/201
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
DIVIDEN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA
ISLAMIC INDEKS PERIODE 2013-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Wahyu Adi Kusuma
NIM 11140860000007
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 09 April 2018 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Wahyu Adi Kusuma
2. NIM : 11140860000007
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Indeks
Periode 2013-2017
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 April 2018
1. Nur Hidayah, MA.,Ph.D.
NIP. 197610312001122002
2. RR.Tini Anggraini, ST.,M.Si.
NIDN. 2010088001
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 31 Juli 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Wahyu Adi Kusuma
2. NIM : 11140860000007
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. JudulSkripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Indeks
Periode 2013-2017
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh hgelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 31 Juli 2018
1. Dr. Sofyan Rizal, M.Si. (____________________)
NIP. 197604302011011002
Ketua
2. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si (____________________)
NIP.197701222003121001
Sekretaris
3. Nur Hidayah, MA.,Ph.D. (_____________________)
NIP. 197610312001122002
Penguji Ahli
4. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si (_____________________)
NIP.197701222003121001 Pembimbing 1
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wahyu Adi Kusuma
NIM : 11140860000007
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang di ajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar starta 1 di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Wahyu Adi Kusuma
2. Tempat Lahir, Tanggal Lahir : Cilacap, 27 Maret 1996
3. Agama : Islam
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Status : Belum Menikah
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Golongan Darah : O
9. Alamat Rumah : Jalan Haji Mahjur RT.013/002
No.26 Kelurahan Lenteng Agung,
Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan
12610
10. Tinggi & Berat Badan : 172cm & 55kg
11. Nomer Handphone : 085810074256/081299345252
12. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Lenteng Agung 03 Pagi Jakarta Tahun 2008
2. MTS Madarijut Thalibin Jakarta Tahun 2011
3. MAN 13 Jakarta Tahun 2014
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua Humas OSIS MTS Madarijut Thalibin Tahun 2012-2013
2. Wakil Ketua Karang Taruna Sub Unit Tahun 2013-2015
v
3. Koordinator Departemen Eksternal HMJ Ekonomi Syariah Tahun
2014-2015
4. Anggota PMII 2014-2015
5. Humas Kuliah Kerja Nyata (KKN) GRAVITY 167 di Desa Gunung
Malang, Tenjolaya-Bogor 25 Juli-25 Agustus 2017
6. Anggota Karang Taruna Lenteng Agung Tahun 2016-2019
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sugeng
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 10 Mei 1969
3. Agama : Islam
4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Ibu : Yuli Astuti
6. Agama : Islam
7. Tempat, Tanggal Lahir : Kulon Progo, 19 Juni 1970
8. Alamat : Jalan Haji Mahjur RT.013/002
No.26 Kelurahan Lenteng Agung,
Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan
12610
9. Anak ke dari : 1 dari 3 Bersaudara
vi
ABSTRACT
FACTORS FACTOR ANALYSIS AFFECTING DIVIDEND POLICYCOMPANY
LISTED IN JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIOD 2013-2017)
By
WAHYU ADI KUSUMA
The study aims to analyze the effect to Return On Assets, Debt to Equity
Ratio, Price Earning Ratio, and Inflation of the Company’s Dividend Policy that
indicated by the Dividend Payout Ratio (DPR) at companies registered in the
Jakarta Islamic Index Period 2013-2017. The number of companies sample in this
research were 11 companies for 5 years. Based on purposive sampling method,
total sample of this research were 55 samples.
The data used is secondary data and analysis method used is panel data
regression analysis by using Eviews 9 with a significance level of 5%. Based on the
result of this study is that the variable Return On Assets (ROA) and Price Earning
Ratio (PER) have a significant influence on Dividend Payout Ratio (DPR) partially.
While Debt to Equity Ratio (DER) and Inflation did not have a partially significant
influence. The result of regression analysis is obtained that Return On Assets
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER) and Inflation
together influence Dividend Payout Ratio (DPR).
Keywords : Dividend Policy, Return On Assets, Debt Equity Ratio, Price Earning
Ratio and Inflation.
vii
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
DIVIDEN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA
ISLAMIC INDEKS PERIODE 2013-2017
Oleh
WAHYU ADI KUSUMA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return On Asset,
Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, dan Inflasi terhadap kebijakan Dividen
yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Indeks Periode 2013-2017. Jumlah perusahaan yang
menjadi sampel penelitian ini yaitu 11 perusahaan selama 5 tahun. Berdasarkan
metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 55 sampel.
Data yang digunakan merupakan data sekunder dan metode analisis
yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan menggunakan Eviews 9
dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Berdasarkan hasil penelitian ini adalah
bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan Price Earning Ratio (PER) memiliki
pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR)
secara parsial. Sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) dan Inflasi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio)
(DPR) secara parsial. Hasil analisis regresi secara silmutan diperoleh bahwa Return
On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER) dan
Inflasi secara bersama-sama mempengaruhi Kebijakan Dividen (Dividend Payout
Ratio) (DPR).
Kata Kunci : Kebijakan Dividen, Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Price
Earning Ratio dan Inflasi.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya serta Hidayah-Nya kepada seluruh
alam semesta dan memberikan nikmat sehat kepada penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shawalat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabatnya yang telah menuntun kita semua dari hal kebodohan hingga menuju
jalan terang menderang saat ini, Aamiin.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
DIVIDEN pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Indeks Periode
2013-2017)”. telah penulis selesaikan dengan segenap kemampuan penulis dan
sebaik-baiknya. Penulisan skirpsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan masa studi strata satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (S.E) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Didalam penulisan skripsi hingga selesai, dengan segala kerendahan hati
penulis ingin menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih
atas bantuan dan dukungan moril yang diberikan oleh semua pihak hingga
terselesaikannya skripsi ini, diantaranya kepada :
1. Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
dan yang telah memberikan rezeki kepada penulis untuk dapat kuliah di
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta serta segala kenikmatan yang
Allah SWT berikan kepada penulis yang harus penulis syukuri hingga
penulis dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
2. Terima kasih kepada junjungan penulis Nabi Muhammad SAW beserta
para sahabat dan keluarga-Nya yang memberikan kepada penulis sehingga
menjadi panutan hidup penulis untuk menjankan kehidupan ini.
3. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sugeng dan Ibu Yuli Astuti serta Adik
yang tersayang Rizki Fajar Pangestu dan Nurhalisa Hasanah yang selalu
memberikan Dukungan, Doa, Moral dan Material kepada penulis.
4. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semoga dapat memajukan dan
mengembangkan FEB lebik baik lagi dari hari sebelumnya dan juga selaku
Dosen Pembimbing I skripsi, yang telah bersedia memberikan banyak
waktu di tengah kesibukannya untuk memberi sebuah pengarahan,
masukan dan evaluasi selama bimbingan kepada penulis supaya dapat
menyelesaikan penyusunan penulisan skripsi ini dengan baik. Semoga
Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai amal ibadah.
5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku ketua Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Ibu RR.Tini Anggraini, ST., M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayarullah
Jakarta dan juga selaku Dosen Pembimbing II skripsi, yang telah
meluangkan waktu, dan pikiran serta memberikan Doa, Pengarahan
Dorongan dan Masukan kepada penulis selama bimbingan dalam
penyusunan skripsi tersebut.
7. Bapak Dr. H. Burhanuddin Yusuf, MM. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah banyak membantu penulis dalam mengikuti dan
menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Terima Kasih kepada Ibu Nur Hidayah, MA.,Ph.D. yang telah meluluskan
saya pada ujian Komprenhensif untuk melanjutkan sidang skripsi.
9. Terima kasih kepada Dosen-dosen Ekonomi Syariah Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sudah mengajarkan penulis selama ini serta
x
Materi yang kalian berikan dan sampaikan sangat membantu penulis
dalam memahami materi perkuliahan.
10. Seluruh keluarga besar “Mbah surat” Pakde Joko, Om mahari, Om Gotri,
Tante Windry, Tante Via dan Tante Ika. Terima kasih atas dukungan dan
doa serta arahan yang diberikan kepada penulis.
11. Sunya Herawati wanita hebat, kekasih, motivator penulis dan calon
pendamping wisuda. Tiada tanpa henti selalu memberikan dukungan,
masukan, semangat, nasihat, perhatian dan saran serta selalu berdoa yang
sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan penulisan
skripsi. Cepat menyusul ya … Thanks For Sunya Herawati, you’re best
for me.
12. Seluruh Teman-teman Ekonomi Syariah tahun 2014 Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta yaitu Somplak, Manis Manja, dan Gesrek yang selalu
memberikan waktu selama masa perkuliahan dan akhir perkuliahan serta
pengalaman yang diberikan dalam perkuliahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi tersebut. Terima kasih atas pertemanan yang terjalin
selama ini.
13. Teman-teman “HMKI” Al-Anshar, Ahmad Ibnu Rusyd, Ainur Rizki Putra,
Alfi Priestyan Rosadi, Sahid Al-Hudri, Muhammad Zakki Nurdin, Naufal
Basil, Fatimah Zuhra, Nadiyah dan Laika Intan. Terima kasih atas semua
dukungan, semangat, dan doa, serta kebersamaan dan pengalaman
bersama kalian yang selalu berkesan selama ini. semoga kita semua sukses
ya kawan. Aamiin. See you Again.
14. Teman-teman “Seperdospeman” Alfi Priestyan Rosadi dan Astika
Rahmah Ghanny yang telah memberikan semangat dan waktunya untuk
selalu berdampingan bimbingan demi menyelesaikan Skripsi. Sukses buat
kalian.
15. Teman-teman “Karang Taruna Kelurahan Lenteng Agung dan Unit 002
yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
16. Teman-teman KKN Desa Gunung Malang “Gravity167” Acep, Amir,
Ihsan, Irfan, Muja, Wahyu, Destia, Dewi, Irna, Lingga, Nanda, Nela. Rosi,
xi
Safira dan Siti Hajar. Terima kasih atas canda, tawa, duka bersama kalian
yang membuat berkesan bagi penulis.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas Akhir Perkulian atau
Skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang di miliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak. Segala keterbatasan dan kekurangan
didalamnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak
yang memerlukannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 17 Juli 2018
Wahyu Adi Kusuma
NIM 11140860000007
xii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSHIF……………………i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI…………………………………ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH………………...iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….…...iv
ABSTRACT...........................................................................................................vi
ABSTRAK………………………………………………………………………vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………......xi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... xv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xvi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….....xvii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….18
C. Pembatasan Masalah …………………………………………………….19
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………......20
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………....20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………….22
A. Pasar Modal Syariah …………………………………………………….22
B. Jakarta Islamic Indeks ………………………………………………......24
C. Teori Keagenan (Agency Theory)……………………………………….25
D. Kebijakan Dividen ………………………………………………………29
xiii
E. Kebijakan Pembagian Dividen ...………………………………………....30
F. Dividen ……………………………………………………………...........32
1. Pengertian Dividen …………………………………………………....32
2. Jenis-jenis Dividen …………………………………………………....33
3. Langkah Langkah Pembayaran Dividen ………………………...........34
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividen …………………………......36
a. Return On Asset (ROA ………………………………………….........36
b. Debt to Equity Ratio (DER) …………………………………..............37
c. Price Earning Ratio (PER) …………………………………...............38
d. Inflasi …………………………………................................................38
H. Keterkaitan Variabel …………………………………………………….39
1. Hubungan Return On Asset Terhadap Kebijakan Dividen …………...39
2. Hubungan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen …........40
3. Hubungan Price Earning Ratio Terhadap Kebijakan Dividen ……….42
4. Hubungan Inflasi Terhadap Kebijakan Dividen ……………………...43
I. Penelitian Terdahulu …………………………………………………….45
J. Kerangka Berfikir ……………………………………………………….52
K. Hipotesis …………………………………………………………….......54
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………....55
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………….55
B. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………...56
C. Populasi dan Sampel …………………………………………………….56
D. Teknik Pengelolahan Data ………………………………………………56
E. Metode Analisis Data ……………………………………………………57
1. Penentuan Model Estimasi …………………………………………...58
a. Common Effect Model (CEM) ……………………………….........58
b. Fixed Effect Model (FEM) ………………………………...............58
c. Random Effect Model (REM) ………………………………..........58
2. Tahapan Analisa Data …………………………………………...........61
a. Chow Test atau Likelyhood Test …………………………………..61
xiv
b. Hausman Test …………………………………………………………....62
3. Uji Asumsi Klasik …………………………………………………....63
a. Uji Normalitas ……………………………………………….........63
b. Uji Multikolinearitas ……………………………………………...63
c. Uji Heterokedastisitas …………………………………………….64
d. Uji Autokorelasi ………………………………………………......64
4. Uji Hipotesis …………………………………………........................66
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……………………………….66
1. Variabel Dependen ………………………………………………......66
2. Variabel Independen ………………………………………………....67
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………………………………….69
A. Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………………….69
1. Perkembangan Jakarta Islamic Indeks ……………………………..69
2. Perkembangan Return On Asset (ROA) …………………………...71
3. Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER) ……………………….73
4. Perkembangan Price Earning Ratio (PER) ……………………......74
5. Perkembangan Inflasi ……………………………………………...76
6. Perkembangan Dividend Payout Ratio (PER) …………………......74
B. Analisis Data …………………………………………………………....78
1. Statistik Deskriptif ………………………………………………....82
2. Penentuan Model Regresi Data Panel ……………………………...83
3. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………….....89
a. Uji Normalitas …………………………………………………89
b. Uji Multikolinearitas ………………………………………......89
c. Uji Heterokedastisitas ……………………………………........90
d. Uji Autokorelasi …………………………………………….....91
4. Pengujian Hipotesis dengan Analisa Regresi Data Panel ……….....92
a. Uji Signifikasi Parsial (Uji T) ……………………………...92
1. Berdasarkan Profitabilitas ………………………………92
2. Berdasarkan t-tabel …………………………………......96
xv
b. Uji Signifikasi Silmutan (UJI F………………………….....97
1. Berdasarkan Profitabilitas ………………………………97
2. Berdasarkan t-tabel …………………………………......98
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ………………98
5. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………......106
BAB V KESIMPULAN ………………………………………………….......107
A. Kesimpulan ……………………………………………………………108
B. Keterbatasan ………………………………………………………......119
C. Saran ………………………………………………………………......110
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………......116
LAMPIRAN LAMPIRAN ………………………………………………......117
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 Perkembangan Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia …………….8
Tabel 1.2 Perkembangan Dividen pershare tahun 2013 – 2017 ........................ 12
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu........................................................................... 52
Tabel 4.1 Kriteria Sampel Penelitian ................................................................ 80
Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan .................................................................... 81
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif .............................................................................. 82
Tabel 4.4 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Common Effect ....... 84
Tabel 4.5 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Fixed Effect ........... 85
Tabel 4.6 Uji Chow ........................................................................................... 86
Tabel 4.7 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Random Effect ........ 88
Tabel 4.8 Uji Hausman ...................................................................................... 88
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 89
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................... 90
Tabel 4.11 Hasil Uji Breusch Pagan Godfrey .................................................... 91
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi ..................................................................... 92
Tabel 4.13 Hasil Analisis Uji T (Uji Parsial) .................................................... 93
Tabel 4.14 Hasil Analisis Uji F (Secara Silmutan) ............................................ 97
Tabel 4.15 Koefisien Determinasi ..................................................................... 99
Tabel 4.16 Hubungan Variabel Independen terhadap Kebijakan Dividen
(Dividen Payout Ratio (DPR)) ........................................................................ 100
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Hubungan Keagenan antara Manajemen Perusahaan
dan Pemegang Saham…...……………………………………………………..27
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 53
Gambar 4.1 Perkembangan Jakarta Islamic Indeks dan Indeks Saham Syariah
Indonesia Periode 2013-2017 ......................................................................... …70
Gambar 4.2 Perkembangan Return On Asset Periode 2013-2017 ...................... 72
Gambar 4.3 Perkembangan Debt to Equity Ratio Periode 2013-2017 ............... 73
Gambar 4.4 Perkembangan Price Earning Ratio Periode 2013-2017 ............... 75
Gambar 4.5 Perkembangan Inflasi Periode 2013-2017 ...................................... 76
Gambar 4.6 Perkembangan Dividend Payout Ratio Periode 2013-2017 ........... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berusaha mendapatkan
kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Dalam memperoleh
kehidupannya yang lebih baik di dunia dan di akhirat, harus memiliki tujuan
untuk menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin (falah) (Aziz,
2010, hlm. 14). Allah SWT telah memberikan harta kekayaan kepada
manusia untuk di kelola dan di bagikan kepada mereka. Dalam konsep
Islam, di jelaskan bahwa seluruh harta, benda dan semua alat-alat produksi
hakikatnya adalah mutlak milik Allah SWT (Rodoni, 2009, hlm. 29). Oleh
karena itu, manusia telah diberi hak untuk memiliki atau mengatur harta
tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al-Lukman : 34
2
“Sesungguhnya Allah SWT, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam Rahim dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah SWT Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Lukman: 34).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT secara jelas menyatakan
bahwa harta termasuk salah satu keperluan penting pada kehidupan manusia
dalam menjalani kehidupan di dunia. Tiada seorangpun kehidupan di dunia ini
yang bisa mengetahui apa yang akan di perbuat atau di jalankan, serta peristiwa
apa yang akan terjadi besok hari. Ketidaktahuan tersebut, manusia di wajibkan
dan di perintahkan untuk selalu berusaha demi memenuhi kebutuhannya. Salah
satu cara usaha yang di jalankan manusia seperti kegiatan ekonomi yang
berhubungan dengan berinvestasi yang dimana memiliki landasan penting untuk
bekal manusia dalam menghadapi hari besok yang tidak pasti tersebut atau masih
dalam dugaan (Al-Qarni, 2008, hlm. 384).
Melihat investasi sebanyak mungkin merupakan salah satu program yang
sangat penting setiap negara, tidak hanya negara maju (developed country)
negara berkembang (developing country) dan negara terbelakang (less developed
country). Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan oleh suatu
pihak perusahaan kedalam suatu asset (aktiva) dengan tujuan memperoleh
pendapatan dimasa yang akan datang (Martono & Marjito, 2002, hlm. 138).
Dalam hal ini, ada berbagai macam upaya yang dilakukan oleh suatu
negara supaya investasi dapat berjalan sebanyak-banyaknya ke negaranya
(Situmorang, 2011, hlm. 5). Dalam dunia investasi, sebutan orang yang
3
menanamkan modalnya di suatu perusahaan yaitu dinamakan investor. Ketika
melakukan investasi, investor terlebih dahulu belajar menilai berbagai aspek
yang akan dihadapinya dalam mendapatkan keputusan investasi.
Menurut Hermi dan Kurniawan (2011. hlm.84) menjelaskan bahwa
investasi dalam bentuk saham memiliki berbagai macam resiko yang sangat
besar. Salah satu pihak investor mengambil kesalahan dalam pemilihan saham
yang akan dibelinya, pihak investor akan mendapatkan kerugian yang fatal. Oleh
sebab itu, pihak investor harus dapat menilai saham dengan baik terlebih dahulu
yang akan dibelinya.
Pemilihan saham tersebut, dapat dilakukan dengan cara melihat kinerja
perusahaan selama periode tertentu. Pihak investor perlu banyak membutuhkan
dan mengetahui berbagai informasi dalam hal mengenai kinerja perusahaan yang
akan digunakan dalam mengambil keputusan investasi.
Jika pihak investor tidak sanggup menyediakan dana jangka panjang dan
keuangan intern suatu perusahaan tidak mencukupi, maka salah satu cara yang
paling tepat bagi perusahaan adalah berpaling ke pasar modal. Pasar modal
membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pasar modal
memiliki fungsi sebagai Lembaga perantara pihak yang kekurangan dana dengan
pihak yang kelebihan dana.
Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomer 8 Tahun
1995 (UUPM) merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek. Melalui pasar modal, kemungkinan terciptanya
usahawan yang dapat menyediakan tempat dana jangka panjang dari masyarakat
4
yang dimana disalurkan ke sector-sektor produktif, dan hal itu sejalan dengan
fungsi pasar modal yang sebagai Lembaga perantara pihak yang kekurangan
dana dengan pihak yang kelebihan dana dengan tujuan untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Pasar modal di Indonesia pun sudah banyak dikembangkan dikalangan
masyarakat yang dimana dengan hadirnya pasar modal Syariah sebagai bukti
bahwa masyarakat ikut serta dalam kegiatan pasar modal konvensional maupun
syariah. Pasar modal Syariah merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya, serta Lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek yang di jalankan sesuai prinsip-prinsip
syariah (Sholihin, 2010, hlm. 351).
Berdasarkan definisi tersebut, pasar modal syariah sebagai kegiatan yang
berhubungan dengan pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang
dimana tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu,
pasar modal syariah bukanlah suatu system yang terpisah dari sistem modal
secara keseluruhan melainkan suatu sistem yang utuh dari pasar modal yang
berlandaskan syariah.
Pasar modal syariah memiliki peran penting dalam perekonomian suatu
negara karena pasar modal syariah menjalakan 2 fungsi utama yaitu pertama,
sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau perusahaan untuk memperoleh suatu
dana dari masyarakat yang memiliki modal (investor) yang berlandaskan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Kedua, memberikan suatu wahana investasi bagi
masyarakat yang memiliki modal (investor) yang bertujuan untuk
5
menghindarkan ketergantungan pada kegiatan produk, jasa atau alternative
investasi lainnya yang selalu memberikan potensi keuntungan besar dengan
tingkat resiko yang sangat di perhitungkan di pasar modal syariah.
Melihat dari sejarah pasar modal syariah di Indonesia. Dimulai dengan
diterbitnya Reksadana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management
pada 3 Juli 1997. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) mengeluarkan fatwa DSN-MUI yang berhubungan langsung dengan pasar
modal, yaitu Fatwa DSN-MUI nomer 20/DSN-MUI/IV/2001 yaitu tentang
pedoman pelaksanaan investasi tentang reksadana syariah. Kemudian,
instrument investasi syariah di pasar modal selalu bertambah dan berkembang
dengan kehadiran obligasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Obligasi syariah
yang diterbitkan pertama kali menggunakan akad Mudharabah.
Perkembangan pasar modal syariah mencapai tonggak sejarah baru
dengan di sahkannya UU Nomer 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN). Undang-undang ini berlaku sebagai landasan hukum untuk
penerbitan surat berharga syariah negara atau sukuk negara (Sejarah Pasar
Modal Syariah di Indonesia, 2010).
Tumbuhnya pasar modal syariah di Indonesia bisa di lihat perkembangan
ekonomi syariah yang di dukung oleh tren masyarakat yang sudah mencoba
memulai menaruh kepercayaan terhadap sistem ekonomi syariah dalam hal
investasi, khususnya investasi yang berkaitan dengan pasar modal syariah. Oleh
karena itu masyarakat sudah percaya dengan adanya pasar modal syariah yang
dimana masyarakat menaruh modalnya diperusahaan sekuritas.
6
Masyarakat harus berani dalam menghadapi resiko dan budaya
masyarakat yang ingin menaruh dananya di pasar modal syariah. Sehingga
perkembangan dan penerapan ekonomi Islam di dunia khusunya di Indonesia
maju yang dimana selalu di ikuti dengan munculnya instrument di pasar modal
yang produk invetasinya sesuai dengan prinsip syariah. Adapun instrument yang
ada di pasar modal syariah yaitu saham-saham syariah, obligasi syariah dan
reksadana syariah. Pada saham syariah memiliki 2 indeks utama yaitu Indeks
Saham Islam Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Indeks (JII).
Bursa Efek Indonesia telah mengeluarkan indeks saham syariah yang
diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011 dengan nama Indeks Saham Syariah
Indoneisa (ISSI). Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks
saham yang menggambarkan keseluruhan saham syariah yang sudah tercatat di
Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES).
Konstituen ISSI direview setiap enam bulan sekali (Mei dan November) dan
dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) juga melakukan penyesuaian apabila ada beberapa saham yang baru
tercatat atau dihapuskan dari Dafter Efek Syariah (DES). Metode perhitungan
indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun
dasar yang digunakan dalam perhitungan Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) adalah awal penerbitan Daftar Efek Syariah (DES) yaitu Desember 2007
(Sakinah, 2016, hlm. 3).
7
Selain Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dalam bursa saham
Indonesia dikenal juga indeks Jakarta Islamic Indeks (JII). Jakarta Islamic
Indeks (JII) merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tanggal 1 Januari 1995
sebagai Base date dengan senilai 100 dengan salah satu cara yang dilakukan oleh
Bursa Efek Indonesia untuk merespon kebutuhan informasi yang berkaitan
dengan investasi syariah. Langkah ini diambil dengan berkaitan dengan semakin
meningkatnya pengembangan ekonomi syariah di Indonesia yang di kelola
berdarkan prinsip-prinsip syariah (Latifah , 2009, hlm. 1).
Jakarta Islamic Indeks (JII) ini terdiri atas dari 30 saham yang
dievaluasikan setiap 6 bulan sekali dengan penentuan komponen Indeks awal
Januari dan Juli setiap tahunnya. Pada kategori saham ini adalah saham yang
memiliki kinerja bagus dan memiliki bidang usaha yang sesuai dengan prinsip
syariah.
Perbedaan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dengan Jakarta
Islamic Indeks (JII) adalah pada seleksi yang dilakukan oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI). Saham Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah meliputi
saham syariah yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan
Jakarta Islamic Indeks (JII) hanya mencakup 30 saham yang merupakan bagian
dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Pembentukan Jakarta Islamic
Indeks (JII) tidak lepas dari kerja sama Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan PT.
Danareksa Investment Management (DIM).
8
Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta
Islamic Indeks (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 1.1
Perkembangan Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia
Sumber Data : Otoritas Jasa Keuangan
Tahun JII
(Miliar Rp)
ISSI
(Miliar Rp)
2013 1.672.099,91 2.557.846,77
2014 1.944.531,70 2.946.892,79
2015 1.737.290,98 2.600.850,72
2016 2.041.070,80 3.175.053,04
2017 2.288.015,67 3.704.543,09
9
Pada tabel 1.1 menunjukan bahwa kurun waktu 2013 hingga 2017
perkembangan Jakarta Islamic Indeks (JII) maupun Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Akan tetapi
jika dibandingkan dengan jumlah kenaikan Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tetap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) selalu unggul dari saham Jakarta Islamic Indeks (JII).
Kemudian pada tahun 2014 hingga 2015 Jakarta Islamic Indeks (JII)
mengalami penurunan yang cukup signifikan, ditandai dengan Jakarta Islamic
Indeks (JII) sebesar 1.737.290,98 dan Indeks Saham Syariah (ISSI) sebesar
2.600.850,72. Pada tahun 2016 dan 2017 Jakarta Islamic Indeks (JII) maupun
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mengalami kenaikan kembali, ditandai
dengan Jakarta Islamic Indeks (JII) sebesar 2.288.015,67 dan Indeks Saham
Syariah (ISSI) sebesar 3.704.543,09.
Kriteria saham yang boleh masuk kedalam komponen Jakarta Islamic
Indeks (JII) adalah jenis usaha keuangan yang tidak boleh mengandung judi, riba
dan makanan dan minuman tidak boleh mengandung haram. Perusahaan yang
memproduksi, mendistribusi, serta menyediakan barang-barang ataupun jasa
tidak boleh merusak moral.
Jakarta Islamic Indeks (JII) menjadi jawaban atas keinginan investor
yang ingin berinvestasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Oleh karena itu,
Jakarta Islamic Indeks (JII) menjadi factor penting bagi investor yang ingin
menanamkan dananya sesuai prinsip-prinsip syariah tanpa takut adanya
tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, Jakarta Islamic Indeks (JII) menjadi
10
tolak ukur kinerja perusahaan (Benchmark) dalam memilih portofolio saham
yang halal dan tidak bertentangan dengan syariah (Rahmi & Irfan, 2012, hlm.
2).
Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) semakin
bertambah jumlahnya, hal ini menunjukan semakin banyak pula transaksi saham
yang terjadi di Jakarta Islamic Indeks (JII). Investor pasti menginginkan adanya
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan pengorbanan yang telah
dikeluarkan untuk mendapatkan investasi tersebut.
Menurut Pangestuti (2015, hlm.1), menyatakan bahwa melaksanakan
manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan akan dihadapkan pada 3
komponen keputusan manajemen yang dapat dipilih yaitu keputusan investasi
(penggunaan dana), keputusan pendanaan (memperoleh dana) dan keputusan
dividen (pembagian dividen).
Perusahaan memiliki dua tujuan yaitu pertama, jika dilihat dari segi
bidang keuangan, tujuan perusahaan adalah untuk memakmurkan dan
menyejahterakan para investor. dan kinerja perusahaan. Kedua, jika dilihat
kinerja, perusahaan diharapkan dapat memberikan profit atau keuntungan untuk
menambah asset perusahaan (Pangestuti, 2015, hlm. 1).
Perusahaan juga memiliki tanggung jawab dividen atas para investor
sehingga perlu diambil keputusan yang tepat terhadap kebijakan dividen.
Kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pihak
investor dan perusahaan yang akan membayar dividen. keputusan pembagian
dividen menjadi salah satu pertimbangan yang cukup sulit bagi perusahaan,
11
karena dapat menghambat pertumbuhan dan keberlangsungan hidup perusahaan
(Munthe, 2009, hlm. 9). Oleh karena itu, pembagian dividen yang stabil tersebut
juga dapat mengurangi ketidakpastian para investor dalam menanamkan
dananya ke dalam perusahaan.
Perusahaan dalam pengambilan keputusan mengenai pembagian dividen
melihat berbagai macam pertimbangan, yaitu perlunya menahan sebagian laba
untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana
perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, serta target tertentu
yang berhubungan dengan dividen.
Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan yang berhubungan
dengan pembagian laba perusahaan dan merupakan suatu keputusan pihak
manajemen perusahaan. Pembagian dividen akan memenuhi harapan investor
untuk mendapatkan return sebagai hasil dari investasinya.
Investor akan memperoleh dividen jika perusahaan berhasil mendapatkan
keuntungan yang tinggi. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan di tahun sebelumnya, maka investor tidak memperoleh dividen.
Perusahaan yang mempunyai fluktuasi keuntungan tinggi kemungkinan juga
mempunyai fluktuasi pembayaran dividen yang tinggi. Hal dapat meningkatnya
kepercayaan investor terhadap perusahaan.
Apabila jika dividen turun, hal ini akan memberikan sinyal yang tidak
baik bagi perusahaan. Untuk menghindari hal tersebut, perusahaan yang
mempunyai fluktuasi laba yang tinggi (berisiko tinggi) biasanya cenderung
12
membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi pemotongan dividen jika laba
perusahaan turun (Hartono, 2003 dalam Rahmawati, 2011, hlm.2).
Tabel 1.2
Perkembangan Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Jakarta
Islamic Indeks Periode 2013 – 2017
No NAMA PERUSAHAAN Dividend Payout Ratio (DPR)
JUMLAH 2013 2014 2015 2016 2017
1. AALI 58.98 60.36 120.06 110.20 95.53 445.13
2. ASII 45.03 45.59 49.54 44.88 72.69 257.73
3. UNTR 53.25 64.95 77.05 43.47 73.56 312.28
4. AKRA 68.85 62.80 45.74 47.39 67.98 292.76
5. INTP 66.13 94.95 39.48 35.07 379.21 614.84
6. UNVR 99.93 44.67 99.88 44.77 183.17 372.49
7. INDF 49.70 49.72 49.80 87.36 90.85 327.43
8. TLKM 72.38 70.24 61.17 90.73 113.26 407.78
9. PTBA 58.17 37.03 32.25 28.71 27.62 183.78
10 JSMR 39.69 37.79 20.17 29.52 28.48 155.65
11. PGAS 15.15 24.54 59.36 53.95 93.75 246.75
Sumber : http://www.idx.co.id/
Berdasarkan laporan keuangan tersebut menunjukan bahwa perusahaan
yang membagikan dividen yang paling besar yaitu perusahaan PT.Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk sebesar 614.84. Tetapi perusahaan yang setiap tahunnya
mengalami kenaikan yaitu perusahaan PT.Indofood Sukser Makmur, Tbk dan
PT.Perusahaan Gas Negara (persero). Sedangkan perusahaan yang lainnya
mengalami fluktuatif pada setiap tahunnya.
13
Perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam
pengambilan keputusan mengenai pembagian dividen agar laba yang dibagikan
kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang
dimilikinya. Pembagian dividen membuat para pemegang saham bisa
mendapatkan keuntungan yang menjadi hak mereka dari aktivitas penanaman
saham. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya dividen adalah kebijakan
dividen yang dibuat oleh manajemen dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
Pihak perusahaan cenderung mengambil keputusan untuk
menginvestasikan kembali keuntungan yang diperoleh dengan tujuan agar
perusahaan mengalami pertumbuhan tinggi. Kepentingan ini seringkali tidak
sejalan dengan keinginan pemegang saham. Dalam menanamkan suatu
modalnya, investor menginginkan tingkat pengambilan investasi (return) baik
berupa laba yang dibagikan dalam bentuk dividen yang diberikan perusahaan
sebagaimana yang telah mereka investasikan kepada perusahaan tersebut
maupun pendapatan untuk menambah modal. Adapun 4 faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen, seperti ; Return On Asset, Debt to Equity
Ratio, Price Earning Ratio dan Inflasi.
Faktor Pertama Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas
yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan dan sejauh
mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian
keuntungan sesuai yang diharapkan (Fatahurrazak, Manik, & Afrianti, 2015,
14
hlm. 2). Besarnya Return On Asset (ROA) yang dimiliki suatu perusahan
diharapkan akan berpengaruh positif dengan dividen.
Hal ini dibuktikan oleh (Marietta dan Sampurno, 2013), (Lioew, Murni,
& Mandagie, 2014), (Fatahurrazak, Manik, & Afrianti, 2015), (Ardiyanti, 2015)
serta (Kusumastuti, 2017). Dalam hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa
Retun On Asset memiliki pengaruh yang positif terhadap kebijakan pembayaran
dividen perusahaan. Adanya pengaruh positif pada Return On Asset menjelaskan
bahwa perubahan profitabilitas pada Return On Asset perusahaan akan
mempengaruhi pembagian deviden kepada para pemegang saham. Perusahaan
yang memiliki keuntungan yang besar cenderung akan membagikan dividen
lebih besar kepada pemegang saham. Maka ini menandakan kinerja perusahaan
yang semakin baik.
Namun hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Dewi S. C., 2008) dan (Nuringsih, 2005) menyimpulkan bahwa Return On
Asset berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Artinya, apabila
perusahaan memiliki keuntungan yang semakin tinggi maka perusahaan akan
menggunakan keuntungan tersebut untuk kegiatan operasi perusahaan atau
untuk kegiatan investasi sehingga akan mengurangi pembagian dividen.
Sedangkan (Sumiadji, 2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
Return On Asset tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Alasannya
Return On Asset tidak selamanya mempengaruhi kebijakan dividen. Artinya,
Perusahaan telah memiliki banyak cadangan laba yang digunakan untuk
kegiatan investasi tanpa harus menggunakan hasil keuntungan perusahaan bagi
15
pemegang saham yang sebagian besar juga merupakan hasil dari pemegang
saham tanpa bergantung pada besarnya Return On Asset yang diperoleh
perusahaan. Hasil serupa juga disimpulkan dalam penelitian (Gustian &
Bidayati, 2009), (Laim, 2015) dan (Parera , 2016) yang menyatakan bahwa
Return On Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Faktor Kedua, Debt to Equity Ratio. Menurut Mussalamah and Isa,
(2015, hlm. 190) rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya, yang dimana dari beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang perusahaan.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian (Fatahurrazak, Manik, & Afrianti,
2015), (Laim, 2015) dan (Parera , 2016) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Jika beban hutang perusahaan
semakin rendah, maka kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen
semakin tinggi. Maka kinerja perusahaan tersebut baik dan pihak investor
tertarik untuk menanammkan modalnya di perusahaan tersebut.
Sedangkan penelitian yang di lakukan (Prihantoro, 2003) menyatakan
bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen.
Semakin tinggi tingkat Debt to Equity Ratio berarti komposisi hutang
perusahaan juga tinggi maka akan berdampak semakin rendahnya kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen.
Penelitian ini didukung oleh (Ismiyati & Hanaf, 2003) dan (Rusli &
Sudiartha, 2017) menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh
negatif terhadap kebijakan dividen.
16
Namum berbeda dengan penelitian yang di lakukan (Gustian & Bidayati,
2009) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Dikarenakan tinggi rendahnya tingkat Debt to Equity Ratio tidak
mempengaruhi tinggi rendahnya Dividend Payout Ratio (DPR). Maka, kenaikan
Debt to Equity Ratio tidak mempengaruhi tingkat pembayaran Dividend Payout
Ratio (DPR) kepada pemegang saham.
Hal ini disebabkan penggunaan hutang dalam pendanaan perusahaan
akan lebih berdampak didalam manajemen perusahaan. Pemegang saham akan
mengutamakan pendanaan perusahaan melalui hutang. Pemilik perusahaan akan
mengupayakan untuk mendapatkan dividen dari keuntungan yang didapatkan
perusahaan daripada menggunakannya untuk membiayai hutang.
Penelitian ini didukung oleh (Marlina & Danica, 2009), (Sumiadji, 2010),
(Nurjannah, 2013), (Pratama, 2014), (Ardiyanti, 2015) dan (Kusumastuti, 2017)
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak bepengaruh negative terhadap
kebijakan dividen.
Faktor yang ketiga, Price Earning Ratio. Rasio ini menunjukan
bahwa rasio valuasi harga per saham perusahaan saat ini dibandingkan dengan
laba bersih per sahamnya yang digunakan untuk mengevaluasi investasi
prospektif. Rasio ini juga digunakan untuk membantu investor dalam
pengambilan keputusan apakah akan membeli saham perusahaan tertentu.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian (Abdullah & Agaki, 2014) dan (Dewi
I. K., 2011) menyimpulkan bahwa variabel Price Earning Ratio berpengaruh
17
positif terhadap kebijakan dividen. Apabila tingkat Price Earning Ratio semakin
tinggi berarti kinerja perusahaan menghasilkan keuntungan semakin meningkat.
nilai Profitabilitas perusahaan semakin bagus maka tingkat dividen yang
dibayarkan perusahaan ke pihak investor juga akan meningkat.
Namum berbeda hal dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian
(Fatahurrazak, Manik, & Afrianti, 2015) menyimpulkan bahwa Price Earning
Ratio tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan nilai
profitabilitas yang terkandung didalam price earning ratio tidak seluruhnya
digunakan untuk pembayaran dividen ke pemegang saham tetapi perusahaan
lebih memilih mempergunakan laba bersih dengan menginvestasikan kembali
sebagai laba ditahan (retained earning) untuk pembiayaan kinerja perusahaan
diperiode mendatang dengan harapan agar laba yang diperoleh semakin
meningkat.
Faktor yang terakhir, Inflasi. Inflasi merupakan suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian (Rahmawati dan Akram, 2007) dan
(Cristopher, Rufus dan Ezekiel, 2009) inflasi berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Dikarenakan meningkatnya inflasi terus-menerus secara langsung akan
meningkatkan beban bunga perusahaan yang mengakibatkan pembayaran
18
dividen akan menurun. Dalam hal ini inflasi sangat diperhatikan oleh pemegang
saham untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Berbeda hal dengan penelitian yang dilakukan oleh Binastuti (2011) dan
(Ardiyanti, 2015) menyatakan bahwa Inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen. Inflasi dapat meningkatan pendapatan perusahaan,
di satu sisi juga meningkatkan biaya operasional perusahaan yang dimana
tingkat inflasi tinggi maka pembayaran dividen pun juga tinggi.
Dari fenomena dan teori yang sudah dijelaskan tersebut maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Faktor Faktor
yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Jakarta Islamic
Indeks periode 2013-2017.”
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, yang menjadi permasalahan adalah variabel
apa saja yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar
di Jakarta Islamic Indeks (JII). Berdasarkan latar belakang masalah diatas,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Return On
Assets, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Inflasi berpengaruh
secara silmutan maupun parsial Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
yang Terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2013 sampai dengan
2017?”
19
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :
a. Secara Silmutan Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price
Earning Ratio (PER), dan Inflasi Terhadap Kebijakan Dividen (Dividend
Payout Ratio) (DPR) pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Indeks (JII) Periode 2013-2017?.
b. Secara Parsial Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price
Earning Ratio (PER), dan Inflasi Terhadap Kebijakan Dividen (Dividend
Payout Ratio) (DPR) pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Indeks (JII) Periode 2013-2017?.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka penelitian
dibatasi hanya menggunakan 4 variabel independen/bebas yaitu Return On
Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan
Inflasi sedangkan kebijakan Dividen sebagai variabel dependen/terikat.
Pembatasan terhadap variabel Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi kaitannya dengan kebijakan
dividen dalam hal ini dikarenakan karena 4 variabel ini merupakan hal yang
penting dalam hal pengambilan kebijakan dividen.
20
D. Tujuan Penelitian
Penelitan ini dimaksudkan melihat Pengaruh Return On Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi
Terhadap Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR) pada Perusahaan
yang Terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2013-2017. Berdasarkan
pokok permasalahan tersebut, maka tujuan kajian skripsi ini secara umum
sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis apakah terdapat Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt
to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi Terhadap
Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR) pada Perusahaan yang
Terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2013-2017? jika dianalisa
secara silmutan.
b. Untuk menganalisis apakah terdapat Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt
to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi Terhadap
Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR) pada Perusahaan yang
Terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2013-2017? jika dianalisa
secara parsial.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi akademisi dapat menerapkan ilmu ekonomi Islam khususnya
dibidang manajemen keuangan pasar modal syariah yang telah diperoleh
selama perkuliahan. Dan sebagai bahan acuan untuk penelitian-
21
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kebijakan Dividen yang
dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutntya.
2. Bagi para investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan bagi para investor atas informasi keuangan
dalam melakukan pengembalian keputusan untuk berinvestasi di pasar
modal, sehingga dapat memperkecil risiko yang mungkin dapat terjadi
sebagai akibat dalam pembelian saham saham di pasar modal dan dapat
dijadikan sebagai masukan dalam mengambil keputusan untuk membeli
atau menjual saham sehubungan harapannya terhadap Dividen kas yang
dibayarkan.
3. Bagi perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan terhadap kebijakan Dividen agar dapat
memaksimumkan nilai perusahaan.
4. Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
penelitian dan merupakan wujud dari apalikasi ilmu pengetahuan yang
didapat selama perkuliahan.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Syariah
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan
dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas, sedangkan tempat dimana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan
cara bursa efek (Tandelin, 2010, hlm. 26). Sedangkan menurut sunariyah (2011,
hlm. 791) pasar modal merupakan tempat pertemuan dengan permintaan dan
penawaran surat berharga, yang dimana disini tempat para pelaku pasar dari
setiap individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund)
melakukan investasi dalam surat berharga yang di tawarkan oleh emiten. Dari
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan suatu
tempat bertemunya para pelaku pasar untuk berbagai instrument keuangan atau
sekuritas yang dimana pihak yang memiliki dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara diperjualbelikan dalam berupa surat berharga
di bursa efek pada tempo jangka panjang baik dalam bentuk utang ataupun
modal sendiri.
Di Indonesia penentuan pasar modal sebagian tertuang dalam keputusan
presiden (kepres) no. 52 tahun 1976 tentang pasar modal yang ada di bagian Bab
1 Pasal 1 yang isinya pasar modal adalah bursa efek seperti yang dimaskud
dalam Undang-undang nomer 15 tahun 1952 (Lembaran negara tahun 1952
nomor 67).
23
Sedangkan definisi Pasar modal syariah adalah pasar modal yang di
jalankan dengan prinsip-prinsip syariah, yang dimana setiap transaksi berupa
surat berharga dipasar modal dilaksanakan sesuai dengan keuntungan syari’at
Islam (Sutedi, 2011, hlm. 29). Menurut pandangan Manan (2010, hlm. 54) pasar
modal syariah merupakan pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-prinsip
Islam, untuk di jualbelikan berupa surat berharga di bursa efek yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syari’at ajaran Islam. Dari penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah setiap transaksi yang
dijalankan harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah atau Islam dan
keuntungannya menggunakan asas dasar bagi hasil.
Maka secara umum perbedaan mendasar pasar modal konvensional
dengan pasar modal syariah dapat di lihat pada instrument dan mekanisme
transaksinya, yang dimana pasar modal syariah menggunakan prinsip-prinsip
syariah. Kemudian saham syariah yang diperdagangkan harus berasal dari
perusahaan yang bergerak di sektor syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta
transaksi saham yang dilakukan harus menghindari praktek spekulasi. Dapat
dilihat bahwa pasar modal syariah memiliki dasar hukum untuk melakukan suatu
transaksi yaitu;
1. Al-Qur’an
Tercantum dalam surah Al-baqarah ayat 275 yang berbunyi ;
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
24
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (QS. Al- Baqarah: 275).
2. Hadits
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ketahuilah,
siapa yang memelihara anak yatim, Sedangkan anak yatim itu memiliki harta,
maka hendaklah ia menginvestasikannya (membisniskankannya), janganlah
ia membiarakan harta itu idle, sehingga harga itu terus berkurang lantara
zakat”.
B. Jakarta Islamic Indeks
Jakarta Islamic Indeks (JII) merupakan subset dari Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3 juli 2000 dan menggunakan
tanggal 1 Januari 1995 sebagai Base date dengan nilai 100. Jakarta Islamic Index
melakukan penyaringan terhadap saham yang listing untuk merespon kebutuhan
informasi yang berkaitan dengan investasi syariah. Langkah ini di ambil dengan
merabaknya atau semakin banyak pengembangan ekonomi islam terutama di
negara Indonesia yang di gunakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah (Latifah ,
2009, hlm. 1). Jakarta Islamic Indeks (JII) ini terdiri dari 30 jenis saham yang
dievaluasi setiap 6 bulan sekali dengan ketentuan komponen indeks awal bulan
januari dan bulan juli setiap tahunnya yang di tetapkan oleh Bapepam LK atau
sekarang di kenal dengan OJK yang dimana perusahaan yang kegiatan usahanya
memenuhi ketentuan tentang hukum syariah dan memiliki kinerja bagus
terhadap perusahaannya.
25
Adapun ada beberapa syarat dalam pemilihan 30 saham yang masuk
kedalam Jakarta Islamic Indeks sebagai berikut :
a. Saham-saham yang di pilih adalah saham-saham syariah yang termasuk
kedalam Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh
lembaga Bapepam dan LK. Saham syariah yang bergerak pada usahanya
apabila usaha tersebut bukan termasuk yang di larang Allah SWT atau yang
di haramkan (Rodoni, 2009).
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang oleh prinsip-prinsip syariah.
2. Lembaga keuangan ribawi, termasuk bank dan asuransi konvensional.
3. Memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan
minuman yang haram.
4. Memproduksi, mendistribusi dan menyediakan barang atau jasa yang
dapat merusak moral dan dapat membawa kemudharatan.
5. Melakukan investasi pada emiten yang pada transaksinya tingkat hutang
perusahaan kepada suatu lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari
modalnya.
b. Berdasarkan saham-saham syariah tersebut akan dipilih atau diseleksi 60
saham berdasarkan urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir.
c. Diperoleh dari 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut
kemudian dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas perusahaan
tersebut.
26
Dilihat dari penjelasan tersebut bahwa perusahaan yang ingin masuk
kedalam Jakarta Islamic Indeks (JII) harus melewati beberapa syarat dan
ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Kuangan (OJK) yang
dimana pembentukan Jakarta Islamic Indeks (JII) memiliki tujuan utama yaitu
untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada
saham yang berlandaskan syariah dan memberi manfaat bagi pemodal dalam
menjalankan prinsip-prinsip syariah untuk melakukan investasi di bursa efek.
Jakarta Islamic Indeks (JII) menjadi jawaban atas keinginan investor yang
ingin berinvestasi di perusahaan perusahan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Indeks periode 2013-2017.
C. Teori Keagenan (Agency Theory)
Wewenang pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajer
perusahaan dapat berimplikasi adanya pemisahan tugas antara manajemen
perusahaan (agen) dengan pemegang saham selaku pemilik perusahaan
(prinsipal). Hal ini menimbulkan adanya biaya yang harus dikeluarkan pemilik
perusahaan agar dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan yang hendak
diambil oleh pihak manajemen.
Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa teori keagenan adalah konsep yang
menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, yaitu antara dua
atau lebih individu, maupun kelompok atau organisasi. Prinsipal adalah pihak
yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan dan memberikan mandat
kepada pihak lain (agensi).
27
Jensen dan Meckling (1976) memperlihatkan bahwa pemegang saham
dapat meyakinkan diri mereka bahwa manajemen akan membuat keputusan yang
optimal apabila terdapat insentif yang memadai dan berada dibawah pengawasan
dari pemegang saham.
Menurut Hermina (2015) mengatakan dividen dibagikan perusahaan
sebagai timbal balik investasi yang diberikan oleh pemegang saham kepada
perusahaan. Perusahaan dapat membagikan sebagian laba yang diperoleh kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan untuk
operasi perusahaan yang diakui sebagai saldo laba. Oleh karena adanya
pemisahan tugas antara pembuat keputusan dengan pemegang saham, akan
timbul kemungkinan bahwa manajemen selaku pembuat keputusan akan
cenderung mengeluarkan kebijakan yang condong kepada kepentingan
perusahaan daripada mengutamakan kesejahteraan pemegang saham. Hal ini
menjadi awal permasalahan yang disebut dengan konflik keagenan.
Gambar 2.1
Skema Hubungan Keagenan antara Manajemen Perusahaan
dan Pemegang Saham
Pemegang saham berusaha agar manajemen tidak terlalu banyak
memegang kas karena kas yang banyak mampu mendorong pihak manajemen
untuk menggunakan kas tersebut untuk kepentingan perusahaan seperti
Teori
Keagenan
Agen
(Manajemen
Perusahaan)
Prinsipal
(Pemegang
Saham)
Kebijakan
Dividen
Agency
Problem
28
melakukan ekspansi, untuk membayar utang atau untuk investasi kembali
daripada untuk membayar dividen dalam jumlah tinggi.
Auditta (2014) menyebutkan bahwa tentunya pemegang saham
menginginkan tingkat pengembalian/return yang tinggi dari apa yang telah
mereka investasikan. Tindakan manajemen yang tidak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham ini akan memicu munculnya masalah agensi
(agency problem) yang mengakibatkan timbulnya biaya agensi (agency cost).
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Investor memiliki kepemilikan di sebuah
perusahaan dengan cara membeli saham. Saham yang ditanamkan investor pada
perusahaan tersebut mengakibatkan investor menginginkan informasi-informasi
mengenai perkembangan perusahaan, pengelolaan dana dan apakah untuk
kesejahteraan pemegang saham.
Teori keagenan merupakan acuan utama dalam penelitian ini karena inti
dari teori keagenan adalah pendesainan sebuah kontrak yang sesuai untuk
menyelaraskan kepentingan agen dan prinsipal karena terjadi konflik
kepentingan.
Kebijakan dividen dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme
pengawasan pemegang saham terhadap pihak manajemen sebagai langkah untuk
mengatasi konflik agensi tersebut. Oleh karena itu manajemen harus
melaksanakan tanggung jawabnya dan mengeluarkan kebijakan dividen yang
tepat bagi kedua belah pihak.
29
D. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan
perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Hal
ini karena besar dan kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar
kecilnya laba yang di tahan (Sudana, 2011, hlm. 167). Sedangkan menurut
Harmono (2011, hlm. 12) kebijakan dividen suatu presentase laba yang di
bayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan
stabilitas dividen dari waktu ke waktu, dan pembelian saham kembali. Selain itu
kebijakan dividen dipasar negara berkembang berbeda dengan pasar negara
maju akibat perbedaan daerah, kondisi negara dan kemampuan tiap perusahaan
dalam negara tersebut (Rafique, 2012, hlm. 76-92).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen sangat
penting mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, yang dimana dapat
ditentukan dengan melihat jumlah alokasi laba bagian laba bersih yang dapat
dibagikan kepada pemegang saham (dividen) yang digunakan untuk membiayai
investasi perusahaan di negara berkembang maupun negara maju yang akan
bermanfaat di masa akan datang Untuk itu agar kedua kepentingan tersebut
dapat terpenuhi, manajemen perusahaan harus memutuskan kebijakan dividen
dengan hati-hati dan teliti.
30
E. Kebijakan Pembagian Dividen
Menurut ketentuan Undang Undang No. 40 Tahun 2007 Pasal 71 ayat 3
Tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa dividen hanya boleh dibagikan
apabila laba Perseroan sedang dalam saldo positif.
Kepala Riset PT. Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo memaparkan
bahwa ada 3 alasan yang membuat emiten tidak membagikan dividen,
diantaranya:
1) Emiten tidak memperoleh laba,
2) Emiten yakin dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi
kepada pemegang saham dari capital gain (kenaikan saham)
dibandingkan dengan memberikan return dalam bentuk dividen.
3) Laba yang diperoleh emiten berasal dari restrukturisasi asetnya
(financial engineering) bukan dari kinerja operasional emiten
tersebut, dalam artian kinerja operasionalnya kurang efektif maka
akan sulit untuk memberikan dividen kepada pemegang saham.
Jika emiten memiliki saldo laba negatif, salah satu cara agar segera
dapat membagikan dividen kepada pemegang saham adalah dengan melakukan
kuasi reorganisasi untuk menghapus saldo laba negatifnya. Hal ini dilakukan
agar perusahaan tersebut bisa bertahan dan melanjutkan usaha secara lebih baik
serta dapat membagikan dividen. Namun, itu juga bergantung dari modal dasar
dan modal ditempatkan emiten tersebut sebelum melakukan kuasi reorganisasi
(Ito Warsito, 2012).
31
Menurut I Made Sudana (2011, hlm. 171) ada beberapa aspek
kebijakan dividen antara lain:
1. Stabilitas Dividen
Perusahaan yang membayar dividen secara stabil dari waktu ke
waktu kemungkinan di nilai lebih baik daripada perusahaan yang
membayar dividen secara fluktuasi. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan yang membayar dividen secara stabil menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan tersebut stabil dan sebaliknya, apabila
perusahaan dengan dividen tidak stabil menggambarkan kondisi
perusahaan yang kurang baik.
2. Target Dividen
Sejumlah perusahaan mengikuti kebijakan pada target hasil
dividen pada jangka panjang, hal ini akan mengakibatkan besarnya
jumlah dividen yang dibayarkan berfluktuatif atau dividennya tidak
stabil. Perusahaan hanya akan meningkatkan kebijakan dividen, apabila
jika pendapatan perusahaan meningkat dan perusahaan merasa mampu
mempertahakan kenaikan pendapatan tersebut dalam jangka panjang.
3. Dividen reguler dan Dividen ekstra
Salah satu cara perusahaan meningkatkan dividen kas yaitu
dengan memberikan dividen ekstra dan dividen reguler. Hal ini dilakukan
jika pendapatan perusahaan meningkat cukup besar, tetapi sifatnya
sementara. Apabila tidak terjadi peningkatan pendapatan perusahaan,
dividen yang dibagikan hanya dividen reguler.
32
F. Dividen
1. Pengertian Dividen
Dividen adalah hak bagi pemegang saham biasa (common stock)
untuk mendapatkan bagian dari laba perusahaan, ketika perusahaan
memutuskan untuk membagi keuntungan tersebut dalam dividen, semua
pemegang saham biasa mendapatkan hak yang sama (Raissa, 2012, hlm. 3).
Menurut Jones (2009, hlm. 515) dividen adalah jumlah yang dibayar secara
berkala oleh perusahaan untuk pemegang saham sebagai pengembalian
modal yang diinvestasikan. Dividen merupakan pembagian laba bersih
akumulasi. Mereka biasanya dibayar tunai, tetapi juga dapat dibayar dari
aset non kas atau bahkan saham tambahan saham perusahaan sendiri. Semua
dividen apa pun bentuknya mengurangi laba ditahan.
Dividen juga sebagai pembagian laba kepada para pemegang
saham perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang
dimilikinya (Stice & Stice, 2013, hlm. 791). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dividen bagian dari keuntungan dari setiap perusahaan
yang dibagikan kepada pemegang saham yang dapat berupa dividen tunai
atau dividen saham untuk perusahaan tersebut dalam jangka panjang.
33
2. Jenis-jenis Dividen
Menurut Rudianto (2012, hlm.290) jenis dividen yang dapat
dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya sebagai berikut:
a. Dividen tunai, yaitu bagian laba usaha yang dibagikan kepada
pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Sebelum dividen dibagikan,
perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk
membayar Dividen. Jika perusahaan memilih untuk membagikan
dividen tunai itu berarti pada saat dividen akan dibagikan kepada
pemegang saham perusahaan memiliki uang tunai dalam jumlah yang
cukup.
Contoh Perhitungan dividen: Perusahaan A membagikan dividen
kepada pemegang saham sebesar Rp. 100 per lembar saham (setelah
dipotong pajak dividen sebesar 20%). Jika investor memiliki 50 lot (1
lot = 500 lembar saham), maka keuntungan investor sebesar (Rp. 100 x
50 lot x 500 lembar) Rp. 2.500.000.
b. Dividen skrip atau Dividen utang, yaitu bagian dari laba usaha
perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk janji
tertulis untuk membayar sejumlah uang dimasa datang. Dividen skrip
terjadi karena perusahaan ingin membagikan dividen dalam bentuk uang
tunai, tetapi tidak tersedia kas yang cukup, walupun laba ditahan
menunjukan saldo yang cukup. Karena itu, pihak manajemen
perusahaan menjanjikan untuk membayar sejumlah uang di masa
mendatang kepada para pemegang saham.
34
c. Dividen saham, yaitu bagian dari laba usaha yang ingin dibagikan
kepada pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahaan itu
sendiri. Dividen saham dibagikan karena perusahaan ingin
mengkapitalisasi sebagian laba usaha yang diperolehnya secara
permanen.
3. Langkah Langkah Pembayaran Dividen
Menurut Tatang Ary Gumanti (2013, hlm. 19) proses pembayaran
Dividen antara lain :
a. Tanggal Pengumuman Dividen (Dividend Declaration Date)
Tanggal pertama kali dewan direksi mengumumkan
pembayaran dividen di sebut sebagai Tanggal Deklarasi dividen
(Dividends Declaration Date) yang merupakan tanggal dimana dewan
direksi atau hasil dari RUPS mendeklarasikan jumlah dividen tunai
yang akan di bayarkan perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu.
Tanggal ini penting untuk di cermati karena pengumuman yang di
lakukan apakah menaikan atau menurunkan bahkan tetap menjaga
tingkat dividen menyiratkan atau mengandung kekuatan informasi
tertentu yang dapat sebagai dasar oleh investor dalam menilai prospek
peusahaan ke depan. Maka perusahaan sangat berdampak ke besaran
dividen yang dimana sangat antisipasi terhadap pasar yang
menggambarkan dalam bentuk reaksi terhadap setiap perusahaan di
harga saham.
35
b. Tanggal Eksternal Dividen (External Dividen Date)
Tanggal ini penting untuk dicermati karena investor harus
membeli saham dalam rangka untuk menerima dividen. Artinya, investor
harus tahu kapan dia seharusnya membeli saham supaya dapat menerima
pembayaran dividen sesuai dengan kekuatan yang berlaku. Oleh karena
itu, investor tidak akan menerima dividen setelah tanggal eksternal
dividen yang dimana harga saham pada suatu perusahaan biasanya akan
menurun atau jatuh pada tanggal tersebut sebagai cerminan kerugian.
c. Tanggal Pemegang Saham Tercatat (Date Of Record)
Pada tanggal penutupan setelah beberapa hari tanggal eksternal
dividen, perusahaan menutup transfer buku saham dan membuat daftar
pemegang saham sampai tanggal tertentu yang ditetapkan yang dikenal
dengan sebutan tanggal pencatatan pemilik. Para pemegang saham yang
tercatat pada tanggal tersebut. Invetor berhak menerima pembayaran
dividen tunai. Pada tanngal pencatatan tersebut, secara ekonomi
seharusnya tidak ada efek sama sakali pada harga saham di pasar modal.
d. Tanggal pemisahan dividen (Ex-dividend date)
Tanggal dimana dividen dipisahkan dari saham atau pada saat
dimana hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya. Pada
tanggal ini atau sesudahnya pembeli tidak berhak untuk memperoleh
dividen yang akan dibagikan. Namun, apabila ada pemegang saham yang
menjual sahamnya ketika masa ex-dividend date atau setelahnya,
36
pemegang saham tersebut masih dapat terdaftar dan berhak menerima
pembayaran dividen.
Pada tanggal ini transaksi penjualan saham perusahaan di bursa
efek terkadang diberhentikan untuk sementara waktu, atau biasanya
selama 1-2 hari agar perusahaan memiliki waktu untuk memperbaharui
catatan buku besar akun “Pemegang Saham” perusahaannya. Umumnya,
pemisahan dividen ini dilakukan 4 hari sebelum perusahaan melakukan
tanggal pencatatan. Hak pemilik saham untuk mendapatkan dividen akan
melekat pada saham yang dimillikinya 4 hari sebelum tanggal pencatatan
saham.
e. Tanggal Pembayaran Dividen (Dividend Payment Date)
Tanggal pembayaran dividen ini menunjukan dimana manajemen
melakukan pembayaran kepada pemegang saham, baik melalui kiriman
cek atau melalui mekanisme transfer dari bank. Dalam study kasus,
bahwa tanggal pembayaran tersebut sebagai tanggal penting, tetapi
sebenarnya tidak ada dampak ekonomis terhadap harga saham di pasar
modal pada tanggal tersebut.
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
a. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk rasio
profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya
modal di keluarkan dari analilis (Novitasari, Hanum, & Sinarasri, 2013,
37
hlm. 11). Menurut Deitiana (2009, hlm. 59) Return On Asset (ROA)
merupakan rasio perbandingan net income dengan total asset. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang di
tanamkan dalam asset untuk kegiatan operasi perusahaan. Sedangkan
Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang di gunakan
untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang di milikinya (Yudiartini
& Dharmadiaksa, 2016, hlm. 1186).
Maka dapat di simpulkan Return On Asset (ROA) ini sangat
bermanfaat bagi perusahaan untuk mengukur seberapa efisien suatu
perusahaan dalam mengelola assetnya untuk menghasilkan keuntungan
atau laba perusahaan selama suatu periode. Variabel Return On Asset
(ROA) di pergunakan sebagai variable independen untuk mengetahui
pengaruh Return On Asset (ROA) pada perusahaan dalam menetapkan
kebijakan dividen.
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang mencerminkan
kemampuan perusahaan oleh beberapa bagian modal sendiri yang di
gunakan untuk membayar hutang (Kuniawan, 2016, hlm. 3). Sedangkan
menurut Kamir (2010, hlm. 156) menyatakan bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) merupakan rasio yang di gunakan untuk menilai hutang
dan ekuitas dengan cara membandingkan antara seluruh hutang lancar
dengan seluruh hutang ekuitas. Dari penjelesan tersebut, definisi Debt
38
to Equity Ratio (DER) di pergunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan hutang terhadap ekuitas perusahaan yang menunjukan
presentase penyediaan dana oleh investor terhadap perusahaan.
c. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) adalah laba atau keuntungan pada
tahun berjalan yang menjelaskan dimana suatu laba atau keuntungan
dapat dihasilkan sesuai operasi perusahaan tanpa melihat beban bunga
dan pajak (Yakub, Suharsil, & Halim, 2014, hlm. 41). Sedangkan
menurut Sudana (2009, hlm. 27) Price Earning Ratio (PER) adalah rasio
keuangan yang mengukur yang dimana pihak investor dapat menilai dan
melihat bagaimana prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan
datang, dan tercemin pada dividen yang bersedia dibayarkan oleh pihak
investor bertujuan pada setiap laba yang akan di didapatkan oleh
perusahaan. Maka dari itu, Price Earning Ratio (PER) dapat digunakan
oleh pihak investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atau keuntungan dimasa yang akan datang. Pihak
investor menginginkan melakukan analisis saham pada dividen saham
yang dapat di invesatisikan berupa saham yang berguna bagi para
investor dalam memilih suatu perusahaan.
d. Inflasi
Menurut Nopirin (2009:25) mendefinisikan inflasi sebagai proses
kenaikan harga-harga umum barang secara terus-menurus. Sedangkan
inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga dan jasa yang
39
berlangsung secara terus menurus (Badan Pusat Stasistik, 2017). Hal ini
menunjukan bahwa inflasi sebagai kenaikan harga barang. Jika inflasi
meningkat, maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami
kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut
menyebabkan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian, inflasi
dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai
barang dan jasa secara umum dan dapat mempengaruhi distribusi
pendapatan alokasi faktor-faktor produksi nasional.
H. Keterkaitan Variabel
Adapun keterkaitan antar variabel dependen dan independen dalam
penelitian ini adalah:
1. Hubungan Return On Asset Terhadap Kebijakan Dividen
Return On Asset (ROA) adalah salah satu dari rasio profitabilitas
untuk mengukur kemampuan perusahaan yang menghasilkan laba
dengan menggunakan total aktiva yang ada (Lioew, Murni, &
Mandagie, 2014, hlm. 1414). Return On Asset (ROA) memiliki
pengaruh terhadap kebijakan dividen kebijakn dividen. Artinya
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan laba tersebut
akan dibagikan kepada pemegang saham. Jika laba yang dihasilkan
perusahaan kecil maka dividen yang akan di terima pemegang saham
kecil juga. dan sebaliknya, jika laba yang dihasilkan perusahaan besar
maka pemegang saham akan memperoleh dividen yang besar.
40
Hasil penelitian ini didukung oleh Hal ini dibuktikan oleh
(Marietta dan Sampurno, 2013), (Lioew, Murni, & Mandagie, 2014),
(Fatahurrazak, Manik, & Afrianti, 2015), serta (Kusumastuti, 2017)
yang menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh
signifikan positif terhadap kebijakan dividen. Dikarenakan apabila
semakin tinggi nilai Return On Asset pada perusahaan, maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen dan para
pihak investor tertarik sangat tertarik menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut. Perusahaan yang membayar dividen akan
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memliki profitabilitas
yang tinggi (Suhadak & Ari, 2011, hlm. 100).
Di sisi lain penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
(Gustian & Bidayati, 2009), (Sumiadji, 2010), (Laim, 2015), dan
(Parera , 2016) yang menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen
2. Hubungan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap
modal sendiri. Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh hutang di bandingkan dengan modal sendiri, yang dimana
semakin rendah rasio ini menunjukan kinerja perusahaan itu baik.
Oleh karena itu, perusahaan membayar hutang lebih di
prioritaskan daripada pembagian dividen (Marlina & Danica, 2009,
hlm. 1). Sedangkan menurut Muhammad dan Jamil (2015, hlm. 4)
41
menyatakan bahwa peningkatan hutang pada gilirannya akan
mempengaruhi besar kecilnya suatu keuntungan dari laba bersih yang
tersedia untuk pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima.
Menurut hasil penelitian di dukung (Fatahurrazak, Manik,
& Afrianti, 2015), (Laim, 2015) dan (Parera , 2016) menyatakan
bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan positif
terhadap kebijakan dividen. Dikarenakan jika beban hutang
perusahaan semakin rendah, maka kemampuan perusahaan untuk
membagikan atau membayarkan dividen semakin tinggi. Maka kinerja
perusahaan tersebut baik dan pihak investor tertarik untuk
menanammkan modalnya di perusahaan tersebut.
Sedangkan penilitian ini tidak di dukung (Gustian &
Bidayati, 2009), (Marlina & Danica, 2009), (Sumiadji, 2010),
(Nurjannah, 2013), (Pratama, 2014), (Ardiyanti, 2015) dan
(Kusumastuti, 2017) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
42
3. Hubungan Price Earning Ratio Terhadap Kebijakan Dividen
Price Earning Ratio (PER) merupakan indikator bagi investor
untuk mengetahui potensi pertumbuhan perusahaan masa depan. Price
Earning Ratio (PER) lebih banyak digunakan dalam menilai saham.
Karena Price Earning Ratio (PER) menggambarkan indikator
kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, disamping itu untuk
melihat perkembangan harga saham dan pendapatan perusahaan
(Sulistyowati, 2012, hlm. 249). Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi Price
Earning Ratio (PER) berarti kinerja perusahaan menghasilkan laba
semakin bagus.
Menurut (Abdullah & Agaki, 2014, hlm. 18) Price Earning Ratio
(PER) mengandung informasi mengenai laba bersih yang diperoleh
perusahaan. Secara teoritis, laba bersih digunakan untuk memprediksi
nilai dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Peningkatan
jumlah dividen yang dibayarkan menandakan bahwa laba bersih
perusahaan juga mengalami peningkatan. Adanya kenaikan dividen
merupakan sinyal bagi investor bahwa perusahaan memiliki prospek
yang bagus dimasa mendatang. Sehingga Price Earning Ratio (PER)
dapat digunakan pihak manajemen perusahaan maupun investor untuk
memprediksi jumlah dividen yang akan dibayarkan.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian (Abdullah & Agaki, 2014) dan
(Dewi I. K., 2011) menyimpulkan bahwa variabel Price Earning Ratio
43
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Dikarenakan bahwa
tingkat nilai Price Earning Ratio semakin tinggi berarti kinerja
perusahaan menghasilkan keuntungan semakin meningkat maka nilai
profitabilitas perusahaan semakin bagus dan tingkat dividen yang
dibayarkan perusahaan ke pihak investor juga akan meningkat.
Namum berbeda hal dengan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian (Fatahurrazak, Manik, & Afrianti, 2015) menyimpulkan
bahwa Price Earning Ratio tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen
4. Hubungan Inflasi terhadap Kebijakan Dividen
Meningkatnya inflasi terus-menerus secara langsung akan
meningkatkan beban bunga. Artinya, perusahaan yang memiliki
hutang yang tinggi akan membawa dampak positif terhadap kenaikan
tingkat bunga. Tingginya tingkat inflasi dipicu oleh adanya ekspektasi
dari masyarakat bahwa rupiah akan semakin terdepresiasi dimasa yang
akan datang dan akibatnya tingkat harga akan terus naik.
Oleh karena itu secara langsung inflasi berpengaruh terhadap
dividen. Dalam hal ini, Meningkatnya inflasi secara relatif membawa
signal negatif bagi perusahaan yang dimana para investor akan
mencabut danaya yang akan menyebabkan perusahaan kekurangan
dana dan pendapatan dividen akan mengalami penurunan. Semakin
rendah inflasi belum tentu semakin tinggi kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya. Menurut Sukirno (2008,
44
hlm.14) Inflasi dapat meningkatan pendapatan perusahaan, di satu sisi
juga meningkatkan biaya operasional. Jika peningkatan biaya produksi
lebih tinggi dari peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal
negatif bagi pemodal di pasar modal.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian (Rahmawati dan Akram,
2007) dan (Cristopher, Rufus dan Ezekiel, 2009) inflasi berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Dikarenakan meningkatnya inflasi terus-
menerus secara langsung akan meningkatkan beban bunga perusahaan
yang mengakibatkan pembayaran dividen akan menurun. Dalam hal
ini inflasi sangat diperhatikan oleh pemegang saham untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Berbeda hal dengan penelitian yang dilakukan oleh
Binastuti (2011) dan (Ardiyanti, 2015) menyatakan bahwa Inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
45
I. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
No Penelitian
Tahunan
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1 (Ismiyati &
Hanaf, 2003)
Kepemilikan Manajeria,
Kepemilikan Institusional,
Risiko, Kebijakan Hutang,
terhadap Kebijakan
Deviden Analisis
Persamaan Stimulan.
Kepemilikan
Manajeria,
Kepemilikan
Institusional,
Risiko,
Kebijakan
Hutang, dan
Dividend
Payout Ratio.
Secara silmutan
semua variabel
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
Secara parsial
Kepemilikan
Manajeria, dan
Kepemilikan
Institusional
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen.
Sedangkan Risiko,
dam Kebijakan
Hutang
berpengaruh
46
negative terhadap
kebijakan dividen.
2. Gustian &
Bidayati, 2009
Analisis Pengaruh Cash
Position, Debt to Equity
Ratio, dan Return On
Assets terhadap Dividend
Payout Ratio pada
Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI.
Cash
Position, Debt
to Equity
Ratio, Return
On Assets dan
Dividend
Payout Ratio.
Secara silmutan
semua variabel
berpengaruh
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Secara parsial
Cash Position
berpengaruh positif
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Sedangkan Debt to
Equity Ratio,
Return On Assets
tidak berpengaruh
terhadap Dividend
Payout Ratio.
3 (Sumiadji,
2010)
Analisis Variabel
Keuangan yang
mempengaruhi Kebijakan
Return On
Asset, Current
Ratio, Debt to
Secara silmutan
semua variabel
berpengaruh
47
Dividen pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2004-
2008.
Equity Ratio,
Earning Per
Share, Tato
dan Dividend
Payout Ratio.
terhadap kebijakan
dividen.
Secara parsial
Current Ratio,
Earning Per Share
dan Tato
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen.
Sedangkan Return
On Asset dan Debt
to Equity Ratio
tidak berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
4 (Dewi I. K.,
2011)
Pengaruh PER dan PBV
terhadap Kebijakan
Deviden pada Perusahaan
Perbankan yang listing di
Bursa Efek Indonesia
periode 2007-2011.
PER, PBV
dan Dividend
Payout Ratio.
Secara silmutan
semua variabel
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
Secara parsial
PER dan PBV
berpengaruh positif
48
terhadap kebijakan
dividen.
5 (Nurjannah,
2013)
Analisis Pengaruh Cash
Position, Debt to Equity
Ratio, dan Return on
Equity Ratio Terhadap
Dividend Payout Ratio
Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-
2011.
Cash
Position, Debt
to Equity
Ratio, Return
on Equity
Ratio dan
Dividend
Payout Ratio.
Secara silmutan
semua variabel
berpengaruh
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Secara parsial
Cash Position
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen.
Sedangkan Debt to
Equity Ratio,
Return on Equity
Ratio tidak
berpengaruh
terhadap Dividend
Payout Ratio.
6 (Lioew, Murni,
& Mandagie,
2014)
ROA, ROE, NPM
Pengaruhnya Terhadap
Dividend Payout Ratio
Pada Perusahaan
ROA, ROE,
NPM dan
Dividend
Payout Ratio.
Secara silmutan
semua variabel
berpengaruh
49
Perbankan Dan Financial
Institusi Yang Terdaftar Di
BEI Periode 2010-2012.
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Secara Parsial
ROA berpengaruh
Positif terhadap
Dividend Payout
Ratio.
Sedangkan ROE
dan NPM tidak
berpengaruh
terhadap Dividend
Payout Ratio.
7 (Fatahurrazak,
Manik, &
Afrianti, 2015),
Pengaruh Return On Asset,
Current Ratio, Price
Earning Ratio dan Debt To
Equity Ratio Terhadap
Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Manufaktur
Sektor Aneka Industri Dan
Barang Konsumsi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode
2012-2014.
Return On
Asset, Current
Ratio, Price
Earning
Ratio, Debt
To Equity
Ratio dan
Dividend
Payout Ratio.
Secara silmutan
semua variabel
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
Secara parsial
Return On Asset,
Current Ratio, Debt
To Equity Ratio
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
50
dividen. Sedangkan
Price Earning
Ratio tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
8 (Ardiyanti,
2015)
Pengaruh Faktor-Faktor
Fundamental dan Teknikal
terhadap Dividend Payout
Ratio Terhadap Dividend
Payout Ratio pada
perusahaan
Cash Ratio,
Debt to Equity
Ratio, Return
On Assets,
Earning Per
Share, Inflasi,
Suku Bunga
dan Dividend
Payout Ratio.
Secara Silmutan
memiliki pengaruh
positif terhadap
Dividend Payout
Ratio (DPR).
Secara Parsial
Cash Ratio, Return
On Asset dan
Earning Per Share
dan Suku Bunga
berpengaruh positif
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Sedangkan Debt to
Equity Ratio dan
Inflasi tidak
berpengaruh
51
terhadap Dividend
Payout Ratio.
9 (Parera , 2016) Pengaruh Net Profit
Margin (NPM), Return On
Asset (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER)
terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR) Pada
Perusahaan Yang Tercatat
Dalam Indeks LQ 45 Di
Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2009 - 2013
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2004-
2008
Net Profit
Margin
(NPM),
Return On
Asset (ROA),
Debt to Equity
Ratio (DER)
terhadap
Dividend
Payout Ratio
(DPR)
Secara silmutan
semua variabel
berpengaruh
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Secara parsial
Current Ratio,
Earning Per Share
dan Tato
berpengaruh positif
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Sedangkan Return
On Asset dan Debt
to Equity Ratio
tidak berpengaruh
terhadap Dividend
Payout Ratio.
10 (Kusumastuti,
2017)
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Dividend Payout Ratio
ROA, DER,
CP Growth
Secara silmutan
semua variabel
berpengaruh
52
pada Perusahaan Sektor
Manafaktur di BEI
dan Dividend
Payout Ratio
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Secara parsial
ROA dan CP
berpengaruh positif
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Sedangkan DER
dan Growth tidak
berpengaruh
terhadap Dividend
Payout Ratio
J. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah
dijelaskan diatas, maka kerangka pemikiran penulis secara teoritis dalam
penelitian ini terdapat pada gambar 2.2 sebagai berikut ;
53
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Kebijakan Dividen • Return On Asset (ROA)
• Debt to Equity Ratio (DER)
• Price Earning Ratio (PER)
• Inflasi
Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Jakarta Islamic
Indeks Periode 2013-2017
Autokorelasi Heteroskedastisitas Multikolinearitas Normalitas
Uji Signifikasi
Adjusted Rt
Angka Adjusted R-Square
(R2) adalah 0.562508
Uji t
• Ada pengaruh positif yang signifikan antara Return
On Asset (ROA) dan Price Earning Ratio (PER)
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Pada
Perusahaan Jakarta Islamic Indeks Periode 2013-2017
• Tidak Ada Pengaruh yang signifikan antara Debt to
Equity Ratio (DER) dan Price Earning Ratio (PER)
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Pada
Perusahaan Jakarta Islamic Indeks Periode 2013-2017
Uji F
Secara Silmutan Return On Asset (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER) Price Earning
Ratio (PER), dan Inflasi terhadap
Kebijakan Dividen (Dividend Payout
Ratio) (DPR) pada Perusahaan Jakarta
Islamic Indeks Periode 2013-2017.
Uji Chow
Fixed Effect
Uji Hausman
Fixed Effect
Pemilihan Model Regresi Panel
Uji Asumsi Klasik
54
K. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah
dilakukan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Secara Silmutan Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) Price
Earning Ratio (PER), dan Inflasi terhadap Kebijakan Dividen
(Dividend Payout Ratio) (DPR) pada Perusahaan Jakarta Islamic Indeks
Periode 2013-2017?.
2. Secara Parsial Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) Price
Earning Ratio (PER), dan Inflasi Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio)
(DPR) pada Perusahaan Jakarta Islamic Indeks Periode 2013-2017?.
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Peneltian
Objek dalam penelitian ini adalah saham-saham yang tergabung dalam
kelompok Jakarta Islamic Indeks (JII) pada periode 2013-2017. Penelitian ini
menggunakan analisis jenis data yang diperlukan dan dikumpulkan dalam
sebuah data. Dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif
merupakan jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang
berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau
berbentuk angka (Sugiono, 2010, hlm. 15). Dalam hal ini data kuantitatif yang
diperlukan meliputi laporan keuangan perusahaan emiten yang tergabung dalam
Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2013-2017.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder, yaitu data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung
melainkan melalui media perantara (diperoleh dan dikumpulkan dari pihak lain).
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
(IDX) atau http://www.idx.co.id .
Untuk jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang meliputi 2 variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Kedua
variabel tersebut adalah variabel bebas (variabel independen) dan variabel
(dependen). Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini menggunakan
variabel penelitian sebagai berikut:
56
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan data
dokumentasi atas data sekunder. Metode dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya. Data-data yang
berkaitan dengan variabel penelitian, dalam hal ini yaitu :
1. Data Laporan Keuangan suatu perusahaan pada periode 2013 sampai
dengan 2017 yang bersumber pada http://www.idx.co.id/. Data yang
dipergunakan yaitu variable Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi
2. Data Dividend Payout Ratio (DPR) suatu perusahaan pada periode 2013-
2017 yang bersumber http://www.idx.co.id/.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan kumpulan elemen yang menjadi
pengamatan dalam satu atau seluruh kumpulan elemen penelitian yang dapat
digunakan dalam membuat beberapa kesimpulan. Populasi dari penelitian adalah
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Penelitian ini
menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks (JII) dari tahun 2013 sampai dengan 2017.
D. Teknik Pengolahan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini akan diolah dengan
menggunakan Microsoft Excel dan Eviews 9.
57
E. Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka dalam
menganalisis permasalahan (data) penulis akan menggunakan metode regresi
Data Panel. Data panel (pool) yang merupakan gabungan antara data runtun
waktu (time series) dengan data silang (cross section). Data panel memiliki
gabungan karakteristik yaitu data yang terdiri atas beberapa obyek dan meliputi
beberapa waktu (Winarno, 2011). Umumnya pendugaan parameter dalam
analisis regresi dengan data cross section dilakukan menggunakan pendugaan
metode kuadrat kecil atau disebut Ordinary Least Square (OLS).
Uji regresi data panel ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen yang terdiri dari Return On Asset (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi terhadap variabel
dependen Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR) yang terdaftar di
Jakarta Islamic Indeks (JII) periode 2013 sampai dengan 2017.
Model regresi data panel dalam penelitian ini adalah:
Yti = α + b1X1ti + b2X2ti + b3X3ti + b4X4ti + b5X5ti + e
Keterangan :
Y = Variabel dependen Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR)
perusahaan di Jakarta Islamic Indeks)
α = Konstanta
X1 = Variabel Independen 1 (Return On Asset)
58
X2 = Variabel Independen 2 (Debt to Equity Ratio)
X3 = Variabel Independen 3 (Price Earning Share)
X4 = Variabel Independen 4 (Inflasi)
e = error term
t = waktu
i = perusahaan
1. Penentuan Model Estimasi
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan 55 data
panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan model
common effect, fixed effect dan random effect. Berikut adalah penjelasan
mengenai ketiga model tersebut menurut Agus Tri Basuki dan Imamudin
Yuliadi (2014, hlm.165-170) sebagai berikut :
a. Common Effect Model (CEM)
Pendekatan dengan model common effect merupakan
pendekatan yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel. Hal
ini dikarenakan model common effect tidak memperhatikan dimensi
individu maupun waktu karena pendekatan ini mengasumsikan bahwa
perilaku data antar individu dan kurun waktu sama. Model ini hanya
mengkombinasi data times series dan cross section dalam bentuk pool.
Pendekatan dengan model common effect memiliki kelemahan
yaitu ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sesungguhnya karena
59
adanya asumsi bahwa perilaku antar individu dan kurun waktu sama
padahal pada kenyataannya kondisi setiap objek akan saling berbeda
pada suatu waktu dengan waktu lainnya.
Secara umum, bentuk model linear yang dapat digunakan
untuk memodelkan data panel adalah :
Yit = Xitβit + eit
Dimana:
Yit adalah observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode
waktu ke-t (yakni variabel dependen yang merupakan suatu
data panel)
Xit adalah variabel independen dari unit ke-i dan diamati
pada periode waktu ke-t disini diasumsikan Xit memuat variabel
konstanta.
b. Fixed Effect Model (FEM)
Pendekatan model fixed effect mengasumsikan bahwa terdapat
efek yang berbeda antar individu. Perbedaaan itu dapat diakomodasi
melalui perbedaan pada intersepnya dan perbedaan antara objek
meskipun menggunakan koefisien regresor yang sama. Model fixed effect
disini maksudnya adalah bahwa satu objek memiliki konstan yang tetap
besarnya untuk berbagai periode waktu, demikian pula dengan koefisien
regresornya.
60
Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan
sebutan least square dummy variabels (LSDV). Persamaan Fixed effect
Model dapat ditulis sebagai berikut :
Yit = Xitβ + Ci + εit
Dimana:
Ci = variabel dummy
c. Random Effect Model (REM)
Pendekatan model random effect ini adalah efek spesifik dari
masing-masing individu diperlakukan sebagai dari komponen error yang
bersifat acak dan tidak berkorelasi dengan variabel penjelas yang
teramati. Model ini dikenal juga dengan sebutan model generalized least
square (GLS). Model random effect menggunakan residual yang diduga
memiliki hubungan antar waktu dan antar objek. Untuk menganalisis
data panel menggunakan model ini ada satu syarat yang harus dipenuhi
yaitu objek data silang lebih besar dari banyaknya koefisien. Sebagai
estimastornya, berikut bentuk persamaannya adalah:
Yit = Xitβ + Vit
Dimana Vit = Ci + Di + εit
Ci diasumsikan bersifat independent and identically
distributed (iid) normal dengan mean 0 dan variansi Ϭ2c
(komponen cross section)
Di diasusikan bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi
61
Ϭ2d (komponen time series error). Εit diasumsikan bersifat iid dengan
mean 0 dan variansi Ϭ2e
2. Tahapan Analisa Data
Sebelum melakukan estimasi dengan data panel diperlukan
pemilihan dari ketiga model yang yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu
common effect, fixed effect dan random effect. Untuk memilih model terbaik
untuk mengestimasi data panel ada beberapa uji yang dapat dilakukan.
a. Chow Test atau Likelyhood Test
Uji ini digunakan untuk pemilihan antara model fixed effect
dan common effect. Chow test merupakan uji dengan melihat hasil F
statistik untuk memilih model yang lebih baik antara model common
effect atau fixed effect. Apabila nilai probabilitas signifikansi F statistik
lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 0,05 maka H0 diterima, namun
jika nilai probabilitas signifkansi F statistik lebih besar dari tingkat
signifikansi α = 0,05 maka H0 ditolak. H0 menyatakan bahwa model
common effect yang lebih baik digunakan dalam mengestimasi data
panel dan Ha menyatakan bahwa model fixed effect yang lebih baik.
b. Hausman Test
Hausman test atau uji hausman adalah pengujian statistik
untuk memilih apakah model fixed effect atau random effect yangpaling
tepat digunakan. Setelah selesai melakukan uji Chow dan didapatkan
model yang tepat adalah fixed effect, maka selanjutnya kita akan menguji
model manakah antara model fixed effect atau random effect yang paling
62
tepat, pengujian ini disebut sebagai uji Hausman. Uji Hausman dalam
menentukan model terbaik menggunakan statistik chi square dengan
degree of freedom adalah sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel
independen.
Apabila nilai statistik chi square lebih besar dibandingkan
tingkat signifikansi α = 0,05 maka H0 ditolak yang artinya model yang
lebih baik adalah model random effect. Apabila nilai statitik chi square
lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 0,05 maka H0 diterima yang
mengartikan bahwa model yang lebih baik adalah model fixed effect
(Widarjono, 2013). Jika model common effect atau fixed effect yang
digunakan, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji asumsi klasik.
Namun apabila model yang digunakan jatuh pada random effect, maka
tidak perlu dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini disebabkan oleh variabel
gangguan dalam model random effect tidak berkorelasi dari perusahaan
berbeda maupun perusahaan yang sama dalam periode yang berbeda,
varian variabel gangguan homokedastisitas serta nilai harapan variabel
gangguan nol.
3. Uji Asumsi Klasik
Dengan pemakaian metode Ordinary Least Squared (OLS),
untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang lebih tepat,
maka diperlukan pendekteksian apakah model tersebut menyimpang
dari asumsi klasik atau tidak, deteksi tersebut. Berikut adalah
63
penjelasan mengenai asumsi klasik tersebut menurut Agus Tri Basuki
dan Imamudin Yuliadi (2014, hlm. 122-127) sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
bebas, variabel tidak bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah
dengan menggunakan metode jarque-bera (JB). Apabila nilai JB lebih
kecil dari 2 maka data berdistribusi normal atau jika probabilitas lebih
besar dari 5% maka data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas merupakan adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti antara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan model regresi. Jika koefisien korelasi antara masing-
masing variabel bebas lebih besar dari 0.8 berarti terjadi
multikolinearitas dalam model regresi sedangkan apabila koefesien
korelasi antara masing-masing variabel lebih kecil dari 0.8 berarti
tidak terjadi multikolineritas yang menunjukan bebas dari asumsi
klasik.
c. Uji Heteroskedastisitas
Suatu model regresi dikatakan terkena heterokedastisitas
apabila terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dan satu
64
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut
homokedastisitas. Jika varians berbeda disebut heterokedastisitas.
Dalam penelitian ini menggunakan metode uji white untuk
medeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dalam model regresi. Jika
nilai probabilitas Obs*r-squared atau hitung lebih besar dari nilai
alpha 0.05. maka dapat disimpulkan tidak ada heterokedastisitas
sedangkan apabila nilai probabilitas Obs*r-squared lebih kecil dari
nilai alpha 0.05. maka terjadi heterokedastisitas
d. Uji Autokorelasi
Pengujian asumsi ke-tiga dalam model regresi linear klasik
adalah uji autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengaganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Uji autokorelasi dengan menggukan metode LM diperlukan
lag atau kelambanan. Lag yang dipakai dalam penelitian ini
ditentukan dengan metode trial error perbandingan nilai absolut
kriteria Akaike dan Schwarz yang nilainya paling kecil. Jika nilai p-
value Obs*R-square lebih besar dari nilai alpha 0.05. maka dapat
disimpulkan tidak ada heterokedastisitas sedangkan apabila nilai p-
value Obs*R-square lebih kecil dari nilai alpha 0.05. maka terjadi
autokerelasi.
65
4. Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (R 2 )
Uji ini digunakan untuk menguji goodness-fit dari model
regresi dimana untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel terikat maka dapat dilihat dari
nilai adjusted R2.
2. Uji F (Kelayakan Model)
Uji F dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan
signifikan atau tidak, sehingga dapat dipastikan apakah model tersebut
dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah
jika Fstatistik > Ftabel atau sig < 0,05. Apabila telah memenuhi
kriteria maka model dapat digunakan.
3. Uji T-Test
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Uji t ini
dilakukan untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel
independen antara individu atau parsial terhadap variabel dependen
(Widarjono, 2013). Uji ini dilakukan dengan membandingkan
signifikansi t hitung dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika nilai t
hitung < t tabel maka H0 diterima. b. Jika nilai t hitung > t tabel maka
H0 ditolak. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas signifikansi dengan ketentuan sebagai berikut:
66
e. Jika nilai probabilitas signifikansi (ρ) < tingkat signifikansi α
= 0,05 maka H0 ditolak.
f. Jika nilai probabilitas signifikansi (ρ) > tingkat signfikansi α
= 0,05 maka H0 diterima.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini mempunyai 2 variabel yang akan diteliti.
Kedua variable tersebut adalah Variabel Bebas (Variabel Independen) dan
variabel terikat (Variabel Dependen). Variable yang akan diteliti dalam
penelitian ini mengunakan variable penelitian sebagai berikut :
1. Variabel Dependen
Variabel Dependen adalah Variabel yang dipengaruhi oleh Variabel
Independen, yang dijadiksn sebagai sebab dan sebagai variabel
konsekuensi. variabel ini dinotasikan dengan symbol Y (Sangadji &
Sopiah, 2010, hlm. 136). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio (DPR)
membagikan Dividen per lembar saham dengan laba perlembar saham
yang dibagikan oleh perusahaan kepada pihak investor. Adapun rumus
Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai berikut : (Fahmi, 2012, p. 139).
DPR = Dividen Per Share
Earning Per Share
2. Variabel Independen
Variabel Independen adalah Variabel yang mempengaruhi dengan
variabel lain, yang dijadikan sebagai sebab dan sebagai variabel yang
67
medahului. Variabel ini biasanya dinotasikan dengan symbol X
(Sangadji & Sopiah, 2010, hlm. 136). Variabel independen dalam
penelitisn ini adalah oleh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi.
a. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menggambarkan
suatu hasil (return) atas jumlah aktiva yang akan digunakan pada
perusahaan. Adapun rumus Return On Asset (ROA) sebagai berikut:
(Fahmi, 2012, hlm. 127).
ROA = Laba Bersih Seletah Pajak
Total Asset
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan suatu hutang perusahaan
terhadap modal perusahaan atau sendiri. Rasio ini mengukur
seberapa besar perusahaan yang dibiayai oleh hutang dibandingkan
dengan modal perusahaan atau sendiri. Adapun rumus Debt to
Equity Ratio (DER) sebagai berikut: (Fahmi, 2012, hlm. 128).
DER = __Total Utang__
Total Ekuitas
68
c. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) nerupakan rasio yang menggambarkan
suatu hasil perbandingan antara harga saham per lembar saham
dengan laba per lembar saham. Adapun rumus Price Earning Ratio
(PER) sebagai berikut: (Fahmi, 2012, hlm. 138).
PER = ___Harga Saham__
Laba Per Saham
d. Inflasi
Inflasi merupakan suatu proses yang dimana terjadinya suatu
kenaikan harga komoditas yang berlaku pada perekonomian.
Adapun rumus inflasi sebagai berikut : (Sukirno, 2008, hlm. 14).
Inflasi = Indeks Periode Berikutnya – Indeks Periode Sebelumnya X
100
Indeks Periode Sebelumnya
69
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Jakarta Islamic Indeks (JII)
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami
kenaikan, dalam hal ini dikatakan oleh Friderica (2016) bahwa kondisi
pasar syariah lebih banyak atau dominan dibandingkan dengan
konvensional. Dapat dilihat dari sejumlah saham di Bursa Efek Indonesia
yang masuk kedalam saham syariah sebesar 318 efek atau 61% dari total
saham. Disamping itu, dikeluarkan Fatwa Nomer 80 tentang Penerapan
Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di
Pasar Reguler Bursa Efek.
Pada penerbitan fatwa tersebut akan melalui beberapa tahap atau
proses yang sangat panjang dan sulit oleh BEI dan MUI Jakarta Islamic
Indeks (JII) akan sebaagai acuan Investor untuk berinvestasi di saham,
khususnya saham syariah.
Jakarta Islamic Indeks (JII) merupakan subset dari Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan
menggunakan tanggal 1 Januari 1995 sebagai Base date dengan senilai 100
dengan salah satu cara yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia untuk
merespon kebutuhan informasi yang berkaitan dengan investasi syariah.
Langkah ini diambil dengan berkaitan dengan semakin meningkatnya
70
pengembangan ekonomi syariah di Indonesia yang di kelola berdarkan
prinsip-prinsip syariah (Latifah , 2009, hlm. 1).
Jakarta Islamic Indeks (JII) ini terdiri atas dari 30 saham yang
dievaluasikan setiap 6 bulan sekali dengan penentuan komponen Indeks
awal Januari dan Juli setiap tahunnya. Pada kategori saham ini adalah
saham yang memiliki kinerja bagus dan memiliki bidang usaha yang
sesuai dengan prinsip syariah.
Gambar 4.1
Perkembangan Jakarta Islamic Indeks dan Indeks Saham
Syariah Indonesia Periode 2013-2017
Sumber : www.ojk.co.id
Grafik tersebut merupakan perkembangan dari Jakarta Islamic
Indeks (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2013
sampai dengan periode 2017. Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat bahwa
populasi Jakarta Islamic Indeks (JII) dan Islamic Saham Syariah Indonesia
(ISSI) pada periode 2013 sampai dengan dengan 2014 mengalami
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
2013 2014 2015 2016 2017
JII DAN ISSI
Jakarta Islamic Indeks Indeks Saham Syariah Indonesia
71
pertumbuhan atau kenaikan setiap tahunnya. Pada kenaikan indeks saham
syariah, mengindikasikan bahwa keberadaan saham syariah sangat
diminati oleh para investor. Meskipun di tahun 2013 dan 2015 mengalami
penurunan yang disebabkan efek dari kondisi ekonomi dunia yang masih
belum bisa sepenuhnya stabil akan tetapi di tahun 2016 indeks saham
kembali mengalami peningkatan nilai persentase tertinggi dibanding
dengan tahun-tahun sebelumnya. Di samping itu, pertumbuhan nilai
indeks saham syariah dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII) dan
Indeks Saham Syariah Indonesia juga menunjukkan peningkatan yang
terus naik dan mampu sejajar dengan pertumbuhan indeks lainnya.
2. Perkembangan Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) ROA salah bentuk rasio profitabilitas
yang menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan
keuntungan setelah pajak” (Sudana, 2011, hlm. 22).
Return On Asset (ROA) ini sangat bermanfaat bagi perusahaan
untuk mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola
assetnya untuk menghasilkan keuntungan atau laba perusahaan selama
suatu periode.
72
Gambar 4.2
Perkembangan Return On Asset Periode 2013-2017
Sumber : http://www.idx.co.id/
Berdasarkan grafik 4.2 menjelaskan bahwa perkembangan Return
On Asset (ROA) dari 11 sampel perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks pada periode 2013 sampai dengan periode 2017
mengalami penurunan secara berturut-turut setiap tahunnya. Menurunnya
Return On Asset disebabkan kondisi 11 perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Indeks tidak bisa mencetak keuntungan yang besar
dikarenakan perusahaan tidak mampu memaksimalkan sumber dananya
untuk memuaskan kepentingan pemegang saham yaitu membagikan
dividen yang besar padahal dilihat dari segi inflasi pada periode tersebut
mengalami penurunan.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
2013 2014 2015 2016 2017
Return On Asset
73
3. Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) adalah salah satu rasio leverage
dengan cara membandingkan antara seluruh hutang lancar dengan seluruh
hutang ekuitas (Kasmir, 2010, hlm.156). Debt to Equity Ratio
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola porsi hutang
dengan modal yang dimiliki perusahaan.
Gambar 4.3
Perkembangan Debt to Equity Ratio Periode 2013-2017
Sumber : http://www.idx.co.id/
Berdasarkan grafik 4.3 menjelaskan bahwa perkembangan Debt
to Equity Ratio (DER) dari 11 sampel perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks pada periode 2013 sampai dengan periode 2015
mengalami kenaikan disebabkan Debt to Equity Ratio setiap perusahaan
selalu tinggi yang mengakibatkan kinerja perusahaan tersebut menurun
sehingga pihak investor tidak tertarik memilih perusahaan tersebut.
9.5
10
10.5
11
11.5
12
12.5
2013 2014 2015 2016 2017
Debt to Equity Ratio
74
Namun pada periode 2016 Debt to Equity Ratio (DER)
mengalami suatu penurunan yang dimana membawa sinyal positif bagi
pihak investor untuk menanamkan modalnya. Akan tetapi, pada periode
2017 Debt to Equity Ratio mengalami kenaikan kembali pada titik paling
atas atau sudah tidak baik untuk perusahaan. Apabila Debt to Equity Ratio
perusahaan selalu meningkat maka akan berdampak buruk bagi
perusahaan yang mengakibatkan perusahaan tersebut dikategorikan
bangkrut. Dikarenakan perusahaan tidak bisa menghasilkan laba yang
besar.
Pada grafik tersebut bahwa Debt to Equity Ratio bahwa yang
memikiki nilai tertinggi pada awal periode 2017. Sedangkan Debt to
Equity Ratio (DER) nilai terendah terjadi pada periode sebelumnya yaitu
pada awal periode 2016.
4. Perkembangan Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu bentuk rasio pasar
yang dimana laba atau keuntungan pada tahun berjalan yang menjelaskan
suatu laba atau keuntungan dapat dihasilkan sesuai operasi perusahaan
tanpa melihat beban bunga dan pajak (Yakub, Suharsil, & Halim, 2014,
hlm. 41).
75
Gambar 4.4
Perkembangan Price Earning Ratio Periode 2013-2017
Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan grafik 4.4 menjelaskan bahwa perkembangan Price
Earning Ratio (PER) dari 11 sampel perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks pada periode 2013 sampai dengan periode 2017
mengalami fluktuatif. Pada kasus fluktuatif yang di alami 11 perusahaan
tersebut disebabkan bahwa nilai Price Earning Ratio di pasar modal
masih naik dan turun dan di ikuti faktor internal perusahaan yang masih
menghasilkan keuntungan rendah.
Apabila Price Earning Ratio (PER) tinggi menandakan memiliki
prospek pertumbuhan yang baik, ada kemungkinan besar pembayaran
Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan dimasa akan medatang akan
tinggi dikarenakan di dukung dengan prospek bisnis suatu perusahaan
yang bagus. Sedangkan semakin rendah Price Earning Ratio (PER), ada
190
200
210
220
230
240
250
260
2013 2014 2015 2016 2017
Price Earning Ratio
76
kemungkinan pembayaran Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan
dimasa akan mendatang akan semakin menurun yang menyebabkan pihak
investor tidak tertarik pada perusahaan tersebut.
5. Perkembangan Inflasi
Inflasi suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara
umum mengalami kenaikan dalam waktu yang Panjang dan di ikuti
penurunan nilai mata uang rupiah terhadap dollar secara terus-menurus
yang di sebabkan jumlah uang beredar lebih banyak daripada yang
dibutuhkan.
Gambar 4.5
Perkembangan Inflasi Periode 2013-2017
Sumber : www.idx.co.id
Grafik tersebut merupakan perkembangan Inflasi di Indonesia
pada periode 2013 sampai dengan periode 2017. Berdasarkan grafik 4.5
menjelaskan bahwa inflasi di Indonesia pada awal periode 2013 dan awal
periode 2014 menunjukan bahwa tingkat Inflasi yang tertinggi pada tahun
tersebut. Sedangkan pada awal periode 2015 mengalami penurunan yang
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2013 2014 2015 2016 2017
Inflasi
77
signifikan dan titik Inflasi terendah berada pada awal periode 2016
kemudian mengalami kenaikan kembali pada awal periode 2017.
Tingkat Inflasi sangat penting bagi sistem perekonomian suatu
negara khususnya Indonesia. Inflasi merupakan realitas kehidupan
dimasa mendatang dan terulang kembali sepanjang waktu. Dalam hal ini,
meningkatnya inflasi secara relatif membawa signal negatif bagi
perusahaan yang dimana para investor akan mencabut danaya yang akan
menyebabkan perusahaan kekurangan dana.
6. Perkembangan Dividend Payout Ratio (DPR)
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham
berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki sebagai tanda bukti
pengembalian modal yang telah diinvestasikan (Jones, 2009, hlm 515).
Gambar 4.6
Perkembangan Dividend Payout Ratio Periode 2013-2017
Sumber : www.idx.co.id
0
200
400
600
800
1000
1200
2013 2014 2015 2016 2017
Dividen Payout Ratio
78
Berdasarkan grafik 4.6 menjelaskan bahwa perkembangan Price
Earning Ratio (PER) dari 11 sampel perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks pada periode 2013 sampai dengan periode 2017
mengalami fluktuatif.
Tingkat Dividend Payout Ratio (DPR) yang terendah terjadi pada
awal periode 2014. Pada awal periode 2014 mengalami penurunan
dikarenakan pada saat periode 2014 Dividend Payout Ratio (DPR) banyak
gejolak terhadap perekonomian yang mengakibatkan nilai saham di pasar
modal menjadi anjlok dan pihak investor mencabut dananya pada
perusahaan tersebut.
Tingkat Dividend Payout Ratio (DPR) tertinggi terjadi pada awal
periode 2017. Pada periode 2017 ini mengalami kenaikan yang sangat
signifikan dikarenakan perekonomian Indonesia membaik yang dimana
kinerja perusahaan menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Dilihat
pendapatan dividen yang besar, pihak investor sangat senang pada
perusahaan yang membayarkan dividen tinggi.
B. Analisis Data
Pada bab ini penulis meneliti dan menganalisis data yang
digunakan berupa variabel Dependen yaitu kebijakan dividen (Dividend
Payout Ratio) (DPR) dan Variabel Independen yaitu Return On Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER) dan Inflasi.
Penelitian ini memiliki objek adalah perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks (JII) pada periode 2013 sampai dengan 2017.
79
Berdasarkan kriteria-kriteria yang ditelah ditetapkan dalam
penelitian ini, diperoleh 11 perusahaan sampel dari total 30 perusahaan
semua sektor yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks periode 2013 sampai
dengan 2017. Adapun tahapan proses seleksi sampel berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
80
Tabel 4.1
Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII)
selama periode 2013-2017 30
2 Perusahaan yang mempublikasi laporan keuangan
tahunan selama periode 2013 sampai dengan 2017. 30
3 Saham-saham yang konsisten secara berturut-turut
selama periode 2013 sampai dengan 2017. 15
4
Perusahaan yang selalu membagikan Dividen selama
periode pengamatan yaitu periode 2013 sampai
dengan 2017. 11
Jumlah Sampel dalam Setahun
11
Jumlah Sampel selama 5 tahun (11 x 5 tahun) 55
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian periode 2013 sampai dengan 2017 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
NO NAMA PERUSAHAAN KODE
1. PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk
AALI
2. PT. ASTRA INTERNATIONAL, Tbk
ASII
3. PT. UNITED TRACTORS, Tbk
UNTR
4. PT. AKR CORPORINDO, Tbk
AKRA
5. PT. INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA, Tbk
INTP
81
6. PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk
UNVR
7. PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk
INDF
8. PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk
TLKM
9. PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT
ASAM (PERSERO), Tbk
PTBA
10. JASA MARGA, Tbk
JSMR
11 PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA
(PERSERO), Tbk
PGAS
Sumber : Data diolah
82
1. Stastistik Deskriptif
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Date: 05/04/18
Time: 04:21
Sample: 1 55
DIVIDEN ROA DER PER INFLASI
Mean 1.757789 0.937188 -0.081827 1.279783 0.681602
Median 1.764699 0.941014 -0.060481 1.268812 0.557507
Maximum 2.578880 1.854367 0.466868 1.683407 0.923244
Minimum 1.180413 0.146128 -0.886057 0.709270 0.480007
Std. Dev. 0.236634 0.339058 0.316526 0.195634 0.200238
Observations 55 55 55 55 55
Sumber: Output Eviews
Penelitian ini menggunakan metode Purpose sampling dalam
penentuan sampel, sehingga dalam penelitian ini terdapat 11 perusahaan yang
tergabung di Jakarta Islamic Indeks yang menjadi sampel. Penelitian ini
menggunakan data panel yang dimana penggabungan data antara times series
dan cross section pada periode 2013 sampai dengan 2017. Sehingga dalam
penelitian ini terdapat 55 analisis.
Variabel Dividen dari 55 analisis memiliki nilai terendah Rp.
1.180413 dan nilai tertinggi Rp. 2.578880, dengan nilai mean pada Dividen
sebesar Rp. 1.757789 dan nilai median Rp. 1.764699 yang mempunyai
standar deviasi sebesar 0.236634. Variabel Return On Asset (ROA) dari 55
analisis memiliki nilai terendah sebesar 0.146128 dan nilai tertinggi sebesar
1.854367 dengan nilai mean pada Return On Asset sebesar 0.937188 dan nilai
median 0.941014 yang dimana mempunyai standar deviasi sebesar 0.339058.
83
Variabel Debt to Equity Ratio (DER) dari 55 analisis memiliki nilai terendah
sebesar -0.886057 dan nilai tertinggi sebesar 0.466868 dengan nilai mean
pada Debt to Equity Ratio sebesar -0.081827 dan nilai median sebesar
-0.060481 yang dimana mempunyai standar deviasi sebesar 0.316526.
Variabel Price Earning Ratio (PER) dari 55 analisis memiliki nilai terendah
sebesar 0.709270 dan nilai tertinggi sebesar 1.683407 dengan nilai mean pada
Price Earning Ratio sebesarr 1.279783 dan nilai median sebesar 1.268812
yang mempunyai standar deviasi sebesar 0.195634. Variabel Inflasi dari 55
analisis memiliki nilai terendah sebesar 0.480007 dan nilai tertinggi sebesar
0.923244 dengan nilai mean pada inflasi sebesar 0.681602 dan nilai median
sebesar 0.557507 yang mempunyai standar deviasi sebesar 0.200238.
2. Penentuan Model Regresi Data Panel
Regresi data panel memiliki keunggulan yang bersifat kuat (robust)
terhadap beberapa tipe pelanggaran yakni heterokedastisitas dan normalitas.
Pada Regresi data panel ini dapat dilakukan dengan 3 model yaitu pooled,
fixed effect dan random effect. Pada model tersebut masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan model ini tergantung pada
asumsi yang di pakai peneliti dan memenuhi syarat-syarat pengelohan data
statistic yang benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teori atau
stastistik.
Dengan demikian, langkah awal yang harus dilakukan adalah yang
dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel sedangkan regresi dengan model
fixed effect dapat di lihat pada tabel 4.4.
84
Tabel 4.4
Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Common Effect
Dependent Variable: LOG(DIVIDEN)
Method: Least Squares
Date: 07/08/18 Time: 21:31
Sample: 1 55
Included observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.477566 0.580166 4.270442 0.0001
LOG(ROA) -0.027407 0.099687 -0.274933 0.7845
LOG(DER) -0.294668 0.108861 -2.706821 0.0093
LOG(PER) 0.579300 0.181618 3.189656 0.0025
LOG(INFLASI) -0.085106 0.155605 -0.546934 0.5869
R-squared 0.226751 Mean dependent var 4.047459
Adjusted R-squared 0.164891 S.D. dependent var 0.544870
S.E. of regression 0.497926 Akaike info criterion 1.529776
Sum squared resid 12.39649 Schwarz criterion 1.712261
Log likelihood -37.06883 Hannan-Quinn criter. 1.600344
F-statistic 3.665558 Durbin-Watson stat 1.520518
Prob(F-statistic) 0.010765
Sumber : Output Eviews
85
Tabel 4.5
Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Fixed Effect
Sumber : Output Eviews
Setelah hasil dari model common effect dan fixed effect diperoleh,
langkah selanjutnya dilakukan uji chow. Dalam pengujian ini sangat
Dependent Variable: LOG(DIVIDEN?)
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/08/18 Time: 21:24
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.611164 0.697875 5.174511 0.0000
LOG(ROA?) 0.593035 0.166103 3.570291 0.0009
LOG(DER?) 0.068571 0.331343 0.206948 0.8371
LOG(PER?) 0.500120 0.214557 2.330940 0.0249
LOG(INFLASI?) 0.162606 0.139860 1.162630 0.2519
Fixed Effects (Cross)
AALI—C 0.506356
AKRA—C -0.433086
ASII—C -0.232267
INDF—C -0.262732
INTP—C 0.808995
KLBF—C -1.451612
PGAS—C -0.339779
PTBA—C 0.008388
TLKM—C 0.644327
UNTR—C 0.021091
UNVR—C 0.730320
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.601858 Mean dependent var 4.047459
Adjusted R-squared 0.562508 S.D. dependent var 0.544870
S.E. of regression 0.399465 Akaike info criterion 1.229620
Sum squared resid 6.382893 Schwarz criterion 1.777074
Log likelihood -18.81455 Hannan-Quinn criter. 1.441325
F-statistic 4.319047 Durbin-Watson stat 2.338972
Prob(F-statistic) 0.000134
86
dibutuhkan untuk memilih model yang paling tepat di antara model common
effect dan fixed effect. Hasil dari uji chow ini dapat di lihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 3.768573 (10,40) 0.0012
Cross-section Chi-square 36.508569 10 0.0001
Sumber : Output Eviews
Hasil dari uji chow pada tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai
probabilitas cross section adalah 0.0012 atau < 0.05, maka H0 ditolak. Dengan
demikian, model yang dipilih adalah fixed effect. Kemudian langkah
selanjutnya melakukan hasil regresi dengan model random effect dalam
menentukan model mana yang tepat. Hasil regresi dengan menggunakan
model random effect dapat dilihat pada tabel 4.7.
87
Tabel 4.7
Hasil Regresi Data Panel menggunakan Model Random Effect
Dependent Variable: LOG(DIVIDEN?)
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/08/18 Time: 21:24
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 55
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.670313 0.555325 4.808562 0.0000
LOG(ROA?) -0.162331 0.105239 -1.542493 0.1293
LOG(DER?) -0.277638 0.123769 -2.243198 0.0293
LOG(PER?) 0.582397 0.174803 3.331731 0.0016
LOG(INFLASI?) -0.026171 0.128894 -0.203039 0.8399
Random Effects
(Cross)
AALI—C 0.158796
AKRA—C -0.067106
ASII—C -0.051395
INDF—C 0.069754
INTP—C -0.013164
KLBF—C -0.415320
PGAS—C -0.058499
PTBA—C -0.095017
TLKM—C 0.218335
UNTR—C 0.029524
UNVR—C 0.224093
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.206873 0.2115
Idiosyncratic random 0.399465 0.7885
Weighted Statistics
R-squared 0.174488 Mean dependent var 2.645356
Adjusted R-squared 0.108447 S.D. dependent var 0.477963
S.E. of regression 0.451302 Sum squared resid 10.18369
F-statistic 2.642114 Durbin-Watson stat 1.687578
Prob(F-statistic) 0.044405
Unweighted Statistics
88
R-squared 0.189951 Mean dependent var 4.047459
Sum squared resid 12.98646 Durbin-Watson stat 1.323362
Sumber : Output Eviews
Pada tabel sebelumnya yang menggunakan fixed effect dan tabel
tersebut yang menggunakan model random effect, hal ini menunjukan bahwa
hasil variabel independen bepengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yaitu Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR). Tetapi belum dapat
menentukan model yang akan kita gunakan. Dengan demikian perlu di uji
hausman untuk mengetahuinya. Hasil regresi dengan menggunakan uji
hausman dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 16.818672 4 0.0021
Sumber : Output Eviews
Berdasarkan hasil Uji Hausman pada tabel 4.8, dapat dilihat dari
nilai probabilitas Cross-section random yakni sebesar 0.0021 < 0.05. hal ini
berarti menunjukan H0 ditolak dan diterima H1. Sehingga model yang
digunakan yaitu fixed effect model (FEM).
89
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Dalam mengambil keputusan pada uji normalitas secara sederhana
dengan membandingkan nilai Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan
tingkat alpha 0.05. Apabila nilai Probabilitas lebih besar dari nilai Alpha 0.05.
maka normalitas terdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil normalitas
dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-1.2 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Series: ResidualsSample 1 55Observations 55
Mean -1.32e-16Median 0.054726Maximum 1.074467Minimum -1.181194Std. Dev. 0.479129Skewness -0.237791Kurtosis 2.980525
Jarque-Bera 0.519194Probability 0.771363
Hasil : Output Eviews
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.9, dapat dilihat dari
nilai probabilitas JB hitung sebesar 0.771363 > 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik
pada normalitas telah terpenuhi.
b. Uji Multikolineritas
Multikolinearitas dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana
salah satu lebih variabel bebas dapat dikatakan sebagai kombinasi kolinier
90
dari variabel lainnya. Pada uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam regresi ini ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Salah satu melihat uji multikolinearitas dengan milihat nilai
koefisiensi korelasi lebih kecil dari 0.8. Apabila nilai koefisiensi korelasi
lebih besar dari 0.8. Maka terdapat gejala multikolinearitas. Berikut ini adalah
hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas
ROA DER PER INFLASI
ROA 1.000000 0.272515 0.514577 0.221819
DER 0.272515 1.000000 0.642694 -0.055605
PER 0.514577 0.642694 1.000000 -0.119399
INFLASI 0.221819 -0.055605 -0.119399 1.000000
Sumber : Output Eviews
Matriks tersebut merupakan output dari uji multikolinearitas. Salah
satu cara melihat adanya multikolinearitas yaitu dengan nilai koefisiensi
korelasi seperti yang terdapat pada matriks tersebut. Pada matriks tersebut
dapat dilihat bahwa nilai koefisiensi korelasi yang dihasilkan lebih kecil dari
0.8. maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antara
variabel-variabel independennya.
c. Uji Heterokedastisitas
Pada tahap uji heterokedastisitas ini menggunakan model Breusch
Pagan Godfrey. Dalam uji white perlu di perhatikan dari nilai Obs*R-square,
apabila nilai p-value Obs*R-square lebih besar dari nilai Alpha 0.05, maka
H0 diterima sehingga tidak ada heterokedastisitas pada model tersebut.
91
Berikut ini hasil uji heterokedastisitas pada model Breusch Pagan Godfrey
Test dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Hasil Uji Breusch Pagan Godfrey
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 1.988132 Prob. F(4,50) 0.1106
Obs*R-squared 7.547366 Prob. Chi-Square(4) 0.1096
Scaled explained SS 6.176755 Prob. Chi-Square(4) 0.1863
Sumber : Output Eviews
Dari hasil uji Breusch Pagan Godfrey pada tabel 4.11 terlihat bahwa
nilai p value Obs*R-square 0.1096 > 0.05. maka H0 diterima artinya bahwa
dalam penelitian ini tidak ada masalah heterokedastisitas atau data tersebut
sudah bersifat homogen.
d. Uji Autokorelasi
Pada tahap uji autokorelasi ini menggunakan model Breusch-
Godfrey. Dalam mengambil keputusan pada uji Breusch-Godfrey melihat dari
nilai probabilitasnya. Nilai probabilitasnya harus lebih besar dari nilai alpha
0.05. Apabila nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai alpha 0.05 terdapat
masalah autokorelasi. Berikut hasil uji autokorelasi pada model Breusch-
Godfrey pada tabel 4.12.
92
Tabel 4.12
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.603043 Prob. F(2,48) 0.2119
Obs*R-squared 3.443628 Prob. Chi-Square(2) 0.1787
Sumber : Output Eviews
Dari hasil uji autokorelasi pada tabel 4.12 diperoleh nilai probabilitas
0.1787. Dimana nilai probabilitasnya 0.3034 > 0.05. maka dapat disimpulkan
terima H0. Dengan demikian pada uji pada hasil tersebut terbebas dari
masalah autokorelasi.
4. Pengujian Hipotesis dengan Analisa Regresi Data Panel
a. Uji Signifikasi Parsial (Uji T)
1) Berdasarkan Probabilitas
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara
parsial. Dimana variabel indepeden yang akan di uji yaitu Return On
Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio
(PER), dan Inflasi terhadap variabel dependen yaitu Dividend Payout
Ratio (DPR).
Apabila nilai probabilitasnya F lebih kecil dari nilai alpha
0.05, maka menunjukan hasilnya signifikan yang berarti terdapat
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.
93
Berikut hasil uji hipotesis secara parsial pada tabel 4.13 sebagai
berikut.
Tabel 4.13
Hasil Analisis Uji T (Uji Parsial)
Dependent Variable: LOG(DIVIDEN?)
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/08/18 Time: 21:24
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.611164 0.697875 5.174511 0.0000
LOG(ROA?) 0.593035 0.166103 3.570291 0.0009
LOG(DER?) 0.068571 0.331343 0.206948 0.8371
LOG(PER?) 0.500120 0.214557 2.330940 0.0249
LOG(INFLASI?) 0.162606 0.139860 1.162630 0.2519
Fixed Effects (Cross)
AALI—C 0.506356
AKRA—C -0.433086
ASII—C -0.232267
INDF—C -0.262732
INTP—C 0.808995
KLBF—C -1.451612
PGAS—C -0.339779
PTBA—C 0.008388
TLKM—C 0.644327
UNTR—C 0.021091
UNVR—C 0.730320
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.601858 Mean dependent var 4.047459
Adjusted R-squared 0.562508 S.D. dependent var 0.544870
S.E. of regression 0.399465 Akaike info criterion 1.229620
Sum squared resid 6.382893 Schwarz criterion 1.777074
Log likelihood -18.81455 Hannan-Quinn criter. 1.441325
F-statistic 4.319047 Durbin-Watson stat 2.338972
Prob(F-statistic) 0.000134
Sumber : Output Eviews
94
Dapat dijelaskan dari tabel pada 4.13 adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR).
Hasil uji hipotesis fixed effect model untuk variabel
Return On Asset (ROA) dengan memperoleh probabilitas sebesar
0.0009. Nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai alpha 0.05
(0.0009 < 0.05). Jadi dapat dikatakan bahwa Return On Asset
(ROA) berpengaruh positif antara kebijakan dividen (Dividend
Payout Ratio) (DPR) pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks periode 2013 sampai dengan 2017.
2. Pengaruh Debt To Ratio (DER) terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR).
Hasil uji hipotesis fixed effect model untuk variabel Debt
to Equity Ratio (DER) dengan memperoleh probabilitas sebesar
0.8371. Nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha 0.05
(0.8371 > 0.05). Jadi dapat dikatakan bahwa Debt to Equity Ratio
(DER) tidak berpengaruh antara kebijakan dividen (Dividend
Payout Ratio) (DPR) pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks periode 2013 sampai dengan 2017.
3. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Kebijakan
Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR).
Hasil uji hipotesis fixed effect model untuk variabel
Price Earning Ratio (PER) dengan memperoleh probabilitas
95
sebesar 0.0249. Nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai alpha
0.05 (0.0249 < 0.05). Jadi dapat dikatakan bahwa Price Earning
Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen
(Dividend Payout Ratio) (DPR) pada perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Indeks periode 2013 sampai dengan 2017.
4. Pengaruh Inflasi terhadap Kebijakan Dividen (Dividend
Payout Ratio) (DPR).
Hasil uji hipotesis fixed effect model untuk variabel
Inflasi dengan memperoleh probabilitas sebesar 0.2519. Nilai
probabilitas lebih besar dari nilai alpha 0.05 (0.2519 > 0.05). Jadi
dapat dikatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh antara kebijakan
dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR) pada perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Indeks periode 2013 sampai dengan
2017.
2) Berdasarkan t-tabel
Dalam penelitian ini, digunakan tingkat kepercayaan a=5%
dengan df (n-k) = (55-4) = 51 maka diperoleh t-tabel 1.67528.
Berdasarkan output pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa nilai t-statistik
Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0.206948 dan variabel Inflasi
sebesar 1.162630 yaitu lebih kecil dari t-tabel (1.67528). sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) dan
Inflasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (Dividend
Payout Ratio) (DPR). Adapun nilai t-statistik Return On Asset (ROA)
96
sebesar 3.570291 dan variabel Price Earning Ratio (PER) sebesar
2.330940. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Return On Asset
(ROA) dan Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR).
b. Uji Signifikasi Silmutan (Uji F)
1) Berdasarkan Probabilitas
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen seperti Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi secara bersama-sama
bepengaruh terhadap kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio)
(DPR) pada Perusahaan Jakarta Islamic Indeks periode 2013 sampai
dengan 2017.
Apabila nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara silmutan
mempengaruhi variabel dependennya. Tetapi apabila nilai F hitung <
F tabel, maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada
variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. Hasil
analisis uji F dapat dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut.
Tabel 4.14
Hasil Analisis Uji F (Secara Silmutan)
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.601858 Mean dependent var 4.047459
Adjusted R-squared 0.562508 S.D. dependent var 0.544870
S.E. of regression 0.399465 Akaike info criterion 1.229620
Sum squared resid 6.382893 Schwarz criterion 1.777074
Log likelihood -18.81455 Hannan-Quinn criter. 1.441325
97
F-statistic 4.319047 Durbin-Watson stat 2.338972
Prob(F-statistic) 0.000134
Sumber : Output Eviews
Hasil perhitungan dengan menggunakan program Eviews ver
9. Dapat diketahui bahwa F-statistik sebesar 4.319047 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.000134 lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak
dan menerima H1. Jadi dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama
ada pengaruh signifikan antara Return On Asset (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi terhadap
kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR) pada perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) periode 2013 sampai
dengan 2017.
2) Berdasarkan f-tabel
Dalam penelitian ini, digunakan tingkat kepercayaan a=5%,
dapat diketehaui bahwa n = 55 dan k = 4.
Rumus F-tabel yaitu ;
Df (n1) = k-1
Df (n2) = n-k
Df (n1) = 4-1 = 3
Df (n2) = 55-4 = 51
Maka diperoleh nilai F-tabel sebesar 2.79. pada tabel 4.14
ditunjukan bahwa nilai F-statistik sebesar 4.319047, yang artinya F-
statistik lebih besar dari F-tabel (2.79). Sehingga dapat disimpulkan
98
bahwa semua variabel independent (X) berpengaruh secara simutan
terhadap variabel dependen (Y).
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Pada tahap analisis koefisien determinasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar nilai presentase kontribusi antara Return On
Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan
Inflasi terhadap Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR) pada
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) periode 2013
sampai dengan 2017. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien
determinasi sebagai berikut.
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.601858 Mean dependent var 4.047459
Adjusted R-squared 0.562508 S.D. dependent var 0.544870
S.E. of regression 0.399465 Akaike info criterion 1.229620
Sum squared resid 6.382893 Schwarz criterion 1.777074
Log likelihood -18.81455 Hannan-Quinn criter. 1.441325
F-statistic 4.319047 Durbin-Watson stat 2.338972
Prob(F-statistic) 0.000134
Sumber : Output Eviews
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukan angka Adjusted R-Square
(R2) adalah 0.562508. hal ini berarti bahwa variasi perubahan Y
dipengaruhi oleh perubahan Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Price Earning Ratio (PER), dan Inflasi terhadap kebijakan dividen
(Dividend Payout Ratio) (DPR) pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Indeks (JII) periode 2013 sampai dengan 2017 adalah sebesar
99
56.25% atau dapat diartikan bahwa variabel independen yang digunakan
dalam model mampu menjelaskan sebesar 52.70% terhadap variabel
dependennya. Sedangkan sisanya sebesar 43.73% lainnya di pengaruhi
factor lain di luar model regresi tersebut.
5. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat dijelaskan secara parsial sebagai
berikut :
Tabel 4.16
Hubungan Variabel Independen terhadap Kebijakan Dividen
(Dividend Payout Ratio (DPR))
Variabel Hubungan yang
ditemukan
Signifikansi Hubungan
Return On
Asset (ROA)
Berpengaruh Signifikan Positif
Debt to Equity
Ratio (DER)
Tidak
Berpengaruh
Tidak Signifikan Positif
Price Earning
Ratio (PER)
Berpengaruh Signifikan Positif
Inflasi Tidak
Berpengaruh
Tidak Signifikan Positif
Sumber : Output Eviews
100
1. Return On Asset (ROA) dan Dividend Payout Ratio (DPR)
Return On Asset (R0A) merupakan sebuah tingkat
keuntungan bersih yang mampu diperoleh perusahaan selama masih
dalam menjalankan operasinya. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Return On Asset berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5%
dengan nilai probabilitas 0.0009 dan berhubungan positif dengan
nilai koefisien sebesar 0.593035.
Tanda positif dalam penelitian ini sesuai dengan residual
dividend theory bahwa perusahaan yang memiliki keuntungan yang
meningkat akan cenderung membagikan keuntungannya dalam
bentuk dividen. Semakin tinggi nilai Return On Asset pada
perusahaan semakin tinggi tingkat pembayaran dividen kepada
pemegang saham artinya bahwa perubahan profitabilitas pada
Return On Asset perusahaan akan mempengaruhi pembagian
deviden kepada para pemegang saham. Perusahaan yang memiliki
keuntungan yang besar cenderung akan membagikan dividen lebih
besar kepada pemegang saham. Maka ini menandakan kinerja
perusahaan yang semakin baik.
Dalam perkembangannya, rata-rata Return On Asset pada
perusahaan Jakarta Islamic Indeks menunjukkan hasil yang baik. Hal
ini disebabkan oleh meningkatnya kinerja perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang tentunya akan meningkatkan
pembagian dividen dan memberikan sinyal baik kepada investor.
101
Hal ini didukung oleh (Marietta dan Sampurno, 2013),
(Lioew, Murni, & Mandagie, 2014), (Fatahurrazak, Manik, &
Afrianti, 2015), serta (Kusumastuti, 2017) yang menyatakan bahwa
Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan positif terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR).
Di sisi lain penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
(Gustian & Bidayati, 2009), (Sumiadji, 2010), (Laim, 2015), dan
(Parera, 2016) yang menyatakan bahwa Return On Asset (ROA)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR).
Perusahaan yang mendapatkan nilai Return On Asset yang
tinggi yaitu perusahaan PT.Unilever Indonesia,Tbk pada periode
2013 dengan memperoleh nilai 1.85. Sedangkan perusahaan yang
mendapatkan nilai Return On Asset yang rendah yaitu perusahaan
PT.Perusahaan Gas Negara (Persero),Tbk dengan memperoleh nilai
0.14 pada periode 2017.
2. Debt to Equity Ratio (DER) dan Dividend Payout Ratio (DPR)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang
(leverage) terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang, di mana semakin tinggi nilai rasio ini
menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity
Ratio tidak berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai
102
probabilitas 0.8371 dan berhubungan positif dengan nilai koefisien
sebesar 0.068571. Artinya, tinggi rendahnya tingkat Debt to Equity
Ratio tidak mempengaruhi tinggi rendahnya Dividend Payout Ratio
(DPR). Maka, kenaikan Debt to Equity Ratio tidak mempengaruhi
tingkat pembayaran Dividend Payout Ratio (DPR) kepada pemegang
saham.
Hal ini dengan adanya pembatasan hutang perusahaan
maka hutang perusahaan menjadi terkendali, sehingga investor dalam
melakukan investasi tidak memandang pentingnya penggunaan hutang
maupun pengembalian pokok hutang karena investor merasa percaya
terhadap pengelolaan hutang perusahaan. sehingga investor merasa
cukup aman untuk berinvestasi tanpa melihat informasi hutang
perusahaan.
Namum juga penggunaan hutang dalam pendanaan
perusahaan akan lebih berdampak didalam manajemen perusahaan.
Pemegang saham akan mengutamakan pendanaan perusahaan melalui
hutang. Pemilik perusahaan akan mengupayakan untuk mendapatkan
dividen dari keuntungan yang didapatkan perusahaan daripada
menggunakannya untuk membiayai hutang.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang di
lakukan oleh (Gustian & Bidayati, 2009), (Marlina & Danica, 2009),
(Sumiadji, 2010), (Nurjannah, 2013), (Pratama, 2014), (Ardiyanti,
2015) dan (Kusumastuti, 2017) menyatakan bahwa Debt to Equity
103
Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dilakukan oleh
(Fatahurrazak, Manik, & Afrianti, 2015), (Laim, 2015) dan (Parera ,
2016) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
signifikan positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
Perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi yaitu
perusahaan PT.Unilever Indonesia,Tbk pada periode 2017 dengan
memperoleh nilai 0.46. Sedangkan perusahaan yang memiliki
hutang yang rendah yaitu perusahaan PT. Indocement Tunggal
Prakarsa,Tbk dengan memperoleh nilai -0.88 pada periode 2016.
3. Price Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Price Earning
Ratio berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai
probabilitas 0.0249 dan berhubungan positif dengan nilai koefisien
sebesar 0.500120.
Tanda positif dalam penelitian ini sesuai dengan residual
dividend theory bahwa perusahaan yang memiliki nilai Price Earning
Ratio tinggi. berarti kinerja perusahaan menghasilkan keuntungan
semakin meningkat maka nilai profitabilitas perusahaan semakin
bagus dan tingkat dividen yang dibayarkan perusahaan ke pihak
investor juga akan meningkat. Sehingga Price Earning Ratio (PER)
dapat digunakan pihak manajemen perusahaan maupun investor untuk
104
memprediksi jumlah dividen yang akan dibayarkan. Apabila nilai
Price Earning Ratio tinggi maka Dividend Payout Ratio tinggi. Hal ini
menjelaskan bahwa tingkat nilai saham perusahaan akan berdampak
pada peningkatan pembagian dividen yang dilakukan perusahaan
kepada pemegang saham.
Berdasarkan teori tersebut penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Abdullah & Agaki, 2014) dan
(Dewi I. K., 2011) menyimpulkan bahwa variabel Price Earning Ratio
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen
Namum berbeda hal dengan hasil penelitian yang di
lakukan oleh (Fatahurrazak, Manik, & Afrianti, 2015) menyimpulkan
bahwa Price Earning Ratio tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Perusahaan yang mempunyai nilai Price Earning Ratio
yang tinggi yaitu perusahaan PT.Unilever Indonesia,Tbk pada periode
2015 dengan memperoleh nilai 1.68. Sedangkan perusahaan yang
mempunyai nilai Price Earning Ratio yang rendah yaitu perusahaan
PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero),Tbk dengan
memperoleh nilai 0.70 pada periode 2015.
4. Inflasi dan Dividend Payout Ratio (DPR)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi tidak
berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas
105
0.2519 dan berhubungan positif dengan nilai koefisien sebesar
0.162606.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang di
lakukan oleh (Binastuti, 2011) dan (Ardiyanti, 2015) menyatakan
bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Semakin rendah inflasi belum tentu semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Artinya, Inflasi
dapat meningkatan pendapatan perusahaan, di satu sisi juga
meningkatkan biaya operasional perusahaan yang dimana tingkat
inflasi tinggi maka pembayaran dividen pun juga tinggi.
Namun penelitian ini tidak sejalan yang di lakukan oleh
(Rahmawati dan Akram, 2007) dan (Cristopher, Rufus dan Ezekiel,
2009) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen
Perusahaan yang memiliki inflasi yang tinggi yaitu
perusahaan PT.AKR Corporindo,Tbk pada periode 2015 dengan
memperoleh nilai 1.68. Sedangkan perusahaan yang memiliki inflasi
yang rendah yaitu perusahaan PT. Astra Internasional, Tbk dengan
memperoleh nilai 0.48 periode 2016.
106
b. Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat dijelaskan secara silmutan sebagai
berikut :
Variabel Hubungan yang
ditemukan
Signifikansi Hubungan
Return On
Asset (ROA)
Berpengaruh Signifikan Positif
Debt to Equity
Ratio (DER)
Berpengaruh Signifikan Positif
Price Earning
Ratio (PER)
Berpengaruh Signifikan Positif
Inflasi Berpengaruh Signifikan Positif
Sumber : Output Eviews
Secara silmutan variabel Return On Asset, Debt to Equity
Ratio, Price Earning Ratio dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR) dengan nilai Prob (F-
statistic) 0.000134.
107
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat
pengaruh antara Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price
Earning Ratio (PER), dan Inflasi terhadap kebijakan Dividen (Dividend
Payout Ratio) (DPR) pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index dengan penelitian 2013 sampaid dengan 2017. Sampel penelitian
dipilih berdasarkan kriteria-kriteria penyampelan tertentu dengan populasi
11 perusahaan, dengan perusahaan yang tercantum pada lampiran. Data
diolah dengan persamaan regresi berganda menggunakan Eviews versi 9,
dan sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berpengaruh positif yang signifikan antara Return On Asset (ROA)
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), hal ini ditunjukkan dengan
tingkat signifikasi < level of signifikan, yaitu sebesar 0.0004 < 0.05
(5%) yang berarti menunjukan bahwa ada pengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR).
2. Tidak berpengaruh signifikan antara Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), hal ini ditunjukkan dengan
tingkat signifikasi > level of signifikan, yaitu sebesar 0.5386 > 0.05
(5%) yang berarti bahwa tidak ada pengaruh signifikan terhadap
Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR).
108
3. Berpengaruh positif yang signifikan antara Price Earning Ratio (PER)
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), hal ini ditunjukkan dengan
tingkat signifikasi > level of signifikan, yaitu sebesar 0.0202 < 0.05
(5%) yang berarti bahwa ada pengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR).
4. Tidak berpengaruh yang signifikan antara Inflasi terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR), hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikan <
level of signifikan, yaitu sebesar 0.2495 > 0.05 (5%) yang berarti tidak
ada pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (Dividend Payout
Ratio) (DPR).
5. Berdasarkan hasil pengujian simultan bahwa kelima variabel yaitu
Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning
Share (PER) dan Inflasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR). Hal ini ditunjukkan
dengan tingkat signifikasi < level of signifikan, yaitu sebesar 0.000116
< 0.05 (5%) yang berarti bahwa ada pengaruh signigikan secara
bersama-sama terhadap kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio)
(DPR).
109
B. Keterbatasan
Dalam suatu penelitian baik secara kuantitatif maupun kualitatif
selalu melekat beberapa keterbatasan. Keterbatasan yang terdapat dalam
penelitian ini antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER, dan Inflasi
terhadap kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) (DPR). sedangkan
variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi kebijakan dividen
masih cukup banyak misalnya variabel ratio keuangan seperti (roe, eps,
pbv, dll), makroekonomi (suku bunga dan kurs) dan sebagainya.
2. Hanya meneliti Jakarta Islamic Indeks, Sehingga hasil penelitian tidak
bisa digeneralisasikan.
3. Hanya meneliti data-data keuangan selama 4 tahun.
C. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan sampel penelitian yang
digunakan lebih luas, dan variabel yang digunakan harus lebih
dikembangkan. Pengembangan ini perlu dilakukan mengingat banyak
variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi kebijakan Dividen
masih cukup banyak misalnya variabel ratio keuangan seperti (roe, eps,
pbv, dll), makroekonomi (suku bunga dan kurs) dan sebagainya.
2. Memperluas cakupan populasi penelitian agar hasilnya dapat di
generalisasi
110
3. Memperpanjang atau memperlanjutkan periode penelitian agar hasil
penelitian lebih bagus agar dapat lebih menjelaskan konsistensi
pengaruh variabel independent terhadap variabel dependennya.
4. Bagi investor khususnya investor syariah yang memilih berinvestasi
pada saham komponen Jakarta Islamic Index hendaknya dalam
mengambil keputusan investasi mempertimbangkan rasio-rasio
keuangan lain maupun faktor-faktor lain diluar penelitian ini.
5. Bagi semua pihak dan akademis, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian-penelitian lainnya.
111
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Al-Qarni, A. (2008). Al-Tafsir Al-Musyassar. Jakarta: Qisthi Press.
Aziz, A. (2010). Manajemen Investasi Syariah. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Jones, J. (2009). Cornerstones of Financial and Managerial Accounting Current
Trends and Update. Mason: South Western Cengage Learning.
Jensen, Michael C dan William H. Meckling. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, University of Harvard. 1976.
Kasmir. (2010). Analisa Laporan Keuangan (edisi ketiga). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Martono, & Marjito, D. A. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.
Rodoni, P. A. (2009). InvestasI Syariah (edisi pertama). Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta.
Sangadji, E., & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Sholihin, A. I. (2010). Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Gramedia.
Situmorang, J. W. (2011). Menguak Iklim Investasi PascaKrisis. Jakarta: Erlangga.
Stice, E., & Stice, J. (2013). Intermediate accounting. Singapore: South Western.
Sudana, I. M. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suhadak, & Ari, D. (2011). Pemikiran Kebijakan Manajemen Keuangan. Malang:
CV. Okani Bukaka Malang.
Sukirno, S. (2008). Makroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutedi, A. (2011). Pasar Modal Syariah: Sarana Ivestasi Keuangan Berdasarkan
Prinsip Syariah (edisi pertama). Jakarta: Siar Grafika.
Tandelin, E. (2010). Portofolio dan Investasi (edisi pertama.). Yogyakarta:
Kanisius.
112
JURNAL
Abdullah, H., & Agaki, R. F. (2014, Maret). Pengaruh Earning Per Share, Price
Earning Ratio dan Price To Book Value Terhadap Dividend Payout Ratio
Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2008-2011.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 7 (Nomer 1), Halaman 14-29.
Binastuti, S., & wibowo. (2012). Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia).
Jurnal ekonomi, Volume 2, halaman 23-47.
Demirgunes, K. (2015). Determinants of Target Dividend Payout Ratio : A Panel
Autoregressive Distributed Lag Analysis. International Journal of
Economics and Financial, Volume 2 (Nomer 5), Halaman 26-418.
Dewi, S. C. (2008, April). Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 10
(Nomer 1), Halaman 47-58.
Gustian, H., & Bidayati, U. (2009, Desember). Analisis Pengaruh Cash
Position,Debt to Equity Ratio, dan Return On Assets terhadap Dividend
Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Volume 7 (Nomer 2).
Hermi, & Kurniawan, A. (2011). Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010. Jurnal
Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Volume 6 (Nomer
2), Halaman. 83-95.
Ismiyati, F., & Hanaf, M. (2003). Kepemilikan Manajeria, Kepemilikan
Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Deviden Analisis
Persamaan Stimulan. Simposium Jurnal Akuntansi, Volume 6 (Nomer 7),
Halaman 260-277.
Kuniawan, E. R. (2016). Pengaruh Cash Position, Debt Equity Ratio, Return On
Asset, Current Ratio,Firm Size, Price Earning Ratio, Dan Total Assets Turn
Over Terhadap Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Periode
2007-2014. Journal Of Accounting, Halaman 3.
Laim, W. (2015, Maret). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend
Payout Ratio Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ-45 Bursa Efek
Indonesia. Jurnal EMBA, Volume 3 (Nomer 1), Halaman 1129-1140.
Lioew, A. M., Murni, S., & Mandagie, Y. (2014, Juni ). ROA, ROE, NPM
Pengaruhnya Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Perbankan
113
Dan Financial Institusi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2012. Jurnal
EMBA, Volume 2 (Nomer 2), Halaman 1406-1416.
Lopolusi , I. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Deviden Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di PT Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah, Volume 2 (Nomer 1), Halaman 1-18.
Marietta, U. a. (2013). Analisis Pengaruh Cash Ratio , Return On Assets , Growth
, Firm Size , Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio : ( Studi
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2008-2011). Journal of Management, Volume 2, Halaman 1-11.
Marlina, L., & Danica, C. (2009). Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity
Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal
Manajemen Bisnis, Volume 2 (Nomer 1), Halaman 1-6.
Mussalamah, A. D., & Isa, M. (2015). Pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt To
Equity Ratio (DER) dan Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2007-2011. Jurnal Managemen dan Bisnis, Volume 19
(Nomer 2), Halaman 189-195.
Novitasari, Hanum, A. N., & Sinarasri, A. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Kebijakan Deviden Perusahaan Manufaktur.
Ekonomi dan Bisnis, Volume 3 (Nomer 2), Halaman 8-28.
Nuringsih, K. (2005, Juli–Desember). Analisis Pengaruh Kepemilikan Managerial,
Kebijakan Hutang, ROA dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan
Dividen: Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
Volume 2 (Nomer 2), Halaman 103–123.
Parera , D. (2016, Juni). pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend payout ratio (DPR)
Pada Perusahaan Yang Tercatat Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2009 - 2013. Jurnal EMBA, Volume 4 (Nomer 2),
Halaman 538-548.
Prihantoro. (2003). Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan
Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 8 (Nomer 1),
Halaman 7-14.
Rafique, M. (2012). Factors Affecting Dividend Payout: Evidence From Listed
Non-Financial Firms of Karachi Stock Exchange. Business Management
Dynamics, Volume 1, (Nomer 11), Halaman 76-92.
114
Raissa, F. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden Pada
Perusahaan yang Tercatat di PT Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Manajemen, Volume 1 (Nomer 6), Halaman 3-6.
Rusli, E., & Sudiartha, G. M. (2017). pengaruh struktur kepemilikan, leverage,
pertumbuhan perusahaan dan efektivitas usaha terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2011-2015. E-Jurnal Manajemen Unud, Halaman 5348-5376.
Setiawan, T. (2016). Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Laba Satu Tahun.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 16 (Nomer 2), Halaman
126.
Sulistyowati, Y. (2012, Oktober). Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER) Dan Dividend Payout Ratio (DPR) Terhadap Harga Saham
(Studi Empiris Pada Perusahaan Food & Beverages Yang. Jurnal
Modernisasi, Volume 8 (Nomor 3), Halaman 247-255.
Sumiadji. (2010). Analisis Variabel Keuangan yang mempengaruhi Kebijakan
Dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008. Jurnal
Dinamika Akuntansi, Volume 3 (Nomer 2), Halaman 129-138.
Yakub, S., Suharsil, & Halim, J. (2014). Pengaruh Profitabilitas dan Investment
Opportunity Set terhadap Dividen Tunai Perusahaan Go Publik Sektor
Perbankan Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah SAINTIKOM, Volume 13
(Nomer 1), Halaman 37-52.
115
Skripsi, dan Riset
Ardiyanti, N. R. (2015). Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Teknikal
Terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2010-2014. Riset. Universitas Pancasila,
Magister Akuntansi, Jakarta. Halaman 25.
Dewi, I. K. (2011). Pengaruh PER dan PBV terhadap Kebijaksanaan Deviden pada
Perusahaan Perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2007-
2011. Skripsi, STIENAS Banjarmasin, Banjarmasin.
Fatahurrazak, Manik, T., & Afrianti, R. (2015). Pengaruh Return On Asset, Current
Ratio, Price Earning Ratio dan Debt To Equity Ratio Terhadap Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri Dan Barang
Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-
2014. Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Fakultas Ekonomi , Riau.
Halaman 1-25.
Kusumastuti, R. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend
Payout Ratio pada Perusahaan Sektor Manafaktur di BEI. Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Surakarta.
Latifah , L. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deviden Payaout
Pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun
2003-2007. Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang.
Halaman 11-63.
Munthe, T. F. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Skripsi, Universitas
Sumatera Utara, Medan. Halaman 9-74.
Nurjannah, S. (2013). Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, Dan
Return on Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011. Riset, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Pangestuti, N. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Kesempatan Investasi dan
Pertumbuhan Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014. Skripsi,
Universitas Muhammadiyah, Fakultas Ekonomi, Yogyakarta. Halaman 9
Pratama, O. A. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Masuk Dalam Daftar Efek
Syariah Tahun 2010-2012. Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta. Halaman 83.
116
Rahmi, P., & Irfan, A. (2012). Analisis Dampak Penerapan Corporate
GovernanceTerhadap Kinerja Perusahaan Yang Termasuk Dalam Jakarta
Islamic Indek di Bursa Efek Indonesia. Riset, Forum UIN Sultan Syarif
Kasim. The 1st Islamic Economic and Finance.
Sakinah. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Asset, dan Likuiditas
Terhadap Harga Saham Syariah Pada Perusahaan yang Terdaftar di
Jakarta Islamic Indeks. Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Ilmu
Ekonomi Studi Pembangunan, Surakarta. Halaman 3.
Yudiartini, D. A., & Dharmadiaksa, I. B. (2016). Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Riset, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali. Halaman
1183-1209.
Website
https://www.bps.go.id/subject/3/inflasi.html#subjekViewTab1
http://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Syariah.aspx
http://www.idx.co.id/
https://www.bi.go.id/id/
117
LAMPIRAN LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Saham yang Masuk Dalam Perhitungan Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode
Desember 2016 s.d. Mei 2017 s.d review DES berikutnya oleh OJK
Lampiran 2
118
Daftar 11 Saham yang Terdaftar di Jakarta Islamic Indeks Periode Desember
s.d (JII) Desember 2016 s.d. Mei 2017 s.d review DES berikutnya oleh OJK
sebagai penelitian
NO
NAMA PERUSAHAAN KODE KETERANGAN
1. PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk
AALI TETAP
2. PT. ASTRA INTERNATIONAL, Tbk
ASII TETAP
3. PT. UNITED TRACTORS, Tbk
UNTR TETAP
4. PT. AKR CORPORINDO, Tbk
AKRA TETAP
5. PT. INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA, Tbk
INTP TETAP
6. PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk
UNVR TETAP
7. PT. INDOFOOD SUKSES
MAKMUR, Tbk
INDF TETAP
8. PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA, Tbk
TLKM TETAP
9. PT. TAMBANG BATUBARA
BUKIT ASAM (PERSERO), Tbk
PTBA TETAP
10. JASA MARGA
JSMR TETAP
11 PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA
(PERSERO), Tbk
PGAS TETAP
Sumber : https://www.ojk.go.id
119
Lampiran 3
Data Penelitian Sebelum di Olah
Observasi Tahun Perusahaan Dividen ROA DER PER Inflasi
_AALI-
2013 2013 AALI 58.98 12.72
0.46 21.94 8.38
_AALI-
2014 2014 AALI 60.36 14.13
0.57 15.62 8.36
_AALI-
2015 2015 AALI 120.06 13.23
0.84 40.32 3.35
_AALI-
2016 2016 AALI 110.20 8.73
0.38 21.14 3.02
_AALI-
2017 2017 AALI 95.53 4.44
0.38 8.76 3.61
_ASII-
2013 2013 ASII 45.03 10.42
1.02 15.56 8.38
_ASII-
2014 2014 ASII 45.59 9.37
0.96 16.79 8.36
_ASII-
2015 2015 ASII 49.54 6.36
0.96 22.28 3.35
_ASII-
2016 2016 ASII 44.88 6.99
0.87 21.40 3.02
_ASII-
2017 2017 ASII 72.69 3.96
0.97 15.82 3.61
_UNTR-
2013 2013 UNTR 53.25 8.37
0.61 14.66 8.38
_UNTR-
2014 2014 UNTR 64.95 8.03
0.56 10.17 8.36
_UNTR-
2015 2015 UNTR 77.05 4.52
0.57 16.41 3.35
_UNTR-
2016 2016 UNTR 43.47 7.98
0.51 19.01 3.02
_UNTR-
2017 2017 UNTR 73.56 4.57
0.75 18.23 3.61
_AKRA-
2013 2013 AKRA 68.85 4.21
1.73 26.19 8.38
_AKRA-
2014 2014 AKRA 62.80 5.34
1.48 20.90 8.36
_AKRA-
2015 2015 AKRA 45.74 6.96
1.09 27.41 3.35
_AKRA-
2016 2016 AKRA 47.39 6.61
0.96 22.65 3.02
120
_AKRA-
2017 2017 AKRA 67.98 4.14
0.92 26.22 3.61
_INTP-
2013 2013 INTP 66.13 18.84
0.16 14.69 8.38
_INTP-
2014 2014 INTP 94.95 18.26
0.17 18.57 8.36
_INTP-
2015 2015 INTP 39.48 15.76
0.16 18.86 3.35
_INTP-
2016 2016 INTP 35.07 12.84
0.13 13.51 3.02
_INTP-
2017 2017 INTP 379.21 13.30
0.16 33.04 3.61
_UNVR-
2013 2013 UNVR 99.93 71.51
2.14 37.06 8.38
_UNVR-
2014 2014 UNVR 44.67 40.18
2.11 45.65 8.36
_UNVR-
2015 2015 UNVR 99.88 37.20
2.26 48.24 3.35
_UNVR-
2016 2016 UNVR 44.77 38.16
2.56 46.74 3.02
_UNVR-
2017 2017 UNVR 183.17 18.79
2.93 47.06 3.61
_INDF-
2013 2013 INDF 49.80 4.38
1.04 23.14 8.38
_INDF-
2014 2014 INDF 49.72 5.99
1.08 14.67 8.36
_INDF-
2015 2015 INDF 49.70 4.04
1.25 15.31 3.35
_INDF-
2016 2016 INDF 87.36 4.44
0.87 16.11 3.02
_INDF-
2017 2017 INDF 90.85 3.42
1.02 15.67 3.61
_TLKM-
2013 2013 TLKM 72.38 15.86
0.65 15.26 8.38
_TLKM-
2014 2014 TLKM 70.24 15.22
0.64 18.92 8.36
_TLKM-
2015 2015 TLKM 61.17 14.03
0.78 20.21 3.35
_TLKM-
2016 2016 TLKM 90.73 16.24
0.70 20.42 3.02
_TLKM-
2017 2017 TLKM 113.26 9.84
0.74 17.71 3.61
_JSMR -
2013 2013 JSMR 39.69 4.36
1.61 24.04 8.38
121
_JSMR-
2014 2014 JSMR 37.79 3.81
1.79 30.02 8.36
_JSMR-
2015 2015 JSMR 20.17 3.59
1.97 34.16 3.35
_JSMR-
2016 2016 JSMR 29.52 3.37
2.27 24.51 3.02
_JSMR-
2017 2017 JSMR 28.48 1.46
2.69 18.04 3.61
_PGAS-
2013 2013 PGAS 15.15 20.49
0.60 11.02 8.38
_PGAS-
2014 2014 PGAS 24.54 12.03
1.10 10.27 8.36
_PGAS-
2015 2015 PGAS 59.36 6.20
1.15 15.09 3.35
_PGAS-
2016 2016 PGAS 53.95 4.52
1.16 12.02 3.02
_PGAS-
2017 2017 PGAS 93.75 1.40
1.13 15.61 3.61
_PTBA-
2013 2013 PTBA 58.17 15.88
0.55 12.87 8.38
_PTBA-
2014 2014 PTBA 37.03 13.63
0.71 13.65 8.36
_PTBA-
2015 2015 PTBA 32.25 12.06
0.82 5.12 3.35
_PTBA-
2016 2016 PTBA 28.71 10.90
0.76 20.54 3.02
_PTBA-
2017 2017 PTBA 27.62 9.36
0.56 8.71 3.61
Sumber : www.idx.co.id
122
Lampiran 4
Data Penelitian Sesudah di Olah (Log)
Observasi Tahun Perusahaan Dividen ROA ROE DER PER Inflasi
_AALI-
2013 2013 AALI 1.77 1.10 1.27 -0.34 1.34 1.34
_AALI-
2014 2014 AALI 1.78 1.15 1.35 -0.24 1.19 1.19
_AALI-
2015 2015 AALI 2.08 1.12 0.78 -0.08 1.61 1.61
_AALI-
2016 2016 AALI 2.04 0.94 1.08 -0.42 1.33 1.33
_AALI-
2017 2017 AALI 1.98 0.65 1.17 -0.42 0.94 0.94
_ASII-
2013 2013 ASII 1.65 1.02 1.32 0.01 1.19 1.19
_ASII-
2014 2014 ASII 1.66 0.97 1.26 -0.02 1.23 1.23
_ASII-
2015 2015 ASII 1.69 0.80 1.09 -0.02 1.35 1.35
_ASII-
2016 2016 ASII 1.65 0.84 1.12 -0.06 1.33 1.33
_ASII-
2017 2017 ASII 1.86 0.60 1.17 -0.01 1.20 1.20
_UNTR-
2013 2013 UNTR 1.73 0.92 1.13 -0.21 1.17 1.17
_UNTR-
2014 2014 UNTR 1.81 0.90 1.10 -0.25 1.01 1.01
_UNTR-
2015 2015 UNTR 1.89 0.66 0.85 -0.24 1.22 1.22
_UNTR-
2016 2016 UNTR 1.64 0.90 1.08 -0.29 1.28 1.28
_UNTR-
2017 2017 UNTR 1.87 0.66 1.05 -0.12 1.26 1.26
_AKRA-
2013 2013 AKRA 1.84 0.62 1.06 0.24 1.42 1.42
_AKRA-
2014 2014 AKRA 1.80 0.73 1.12 0.17 1.32 1.32
_AKRA-
2015 2015 AKRA 1.66 0.84 1.16 0.04 1.44 1.44
_AKRA-
2016 2016 AKRA 1.68 0.82 1.11 -0.02 1.36 1.36
123
_AKRA-
2017 2017 AKRA 1.83 0.62 1.11 -0.04 1.42 1.42
_INTP-
2013 2013 INTP 1.82 1.28 1.34 -0.80 1.17 1.17
_INTP-
2014 2014 INTP 1.98 1.26 1.33 -0.77 1.27 1.27
_JSMR-
2015 2015 INTP 1.60 1.20 1.26 -0.80 1.28 1.28
_INTP-
2016 2016 INTP 1.54 1.11 1.17 -0.89 1.13 1.13
_INTP-
2017 2017 INTP 2.58 1.12 1.20 -0.80 1.52 1.52
_UNVR-
2013 2013 UNVR 2.00 1.85 2.10 0.33 1.57 1.57
_UNVR-
2014 2014 UNVR 1.65 1.60 2.10 0.32 1.66 1.66
_UNVR-
2015 2015 UNVR 2.00 1.57 2.08 0.35 1.68 1.68
_UNVR-
2016 2016 UNVR 1.65 1.58 2.13 0.41 1.67 1.67
_UNVR-
2017 2017 UNVR 2.26 1.27 2.13 0.47 1.67 1.67
_INDF-
2013 2013 INDF 1.70 0.64 0.95 0.02 1.36 1.36
_INDF-
2014 2014 INDF 1.70 0.78 1.10 0.03 1.17 1.17
_INDF-
2015 2015 INDF 1.70 0.61 0.93 0.10 1.18 1.18
_INDF-
2016 2016 INDF 1.94 0.65 1.08 -0.06 1.21 1.21
_INDF-
2017 2017 INDF 1.96 0.53 0.97 0.01 1.20 1.20
_TLKM-
2013 2013 TLKM 1.86 1.20 1.42 -0.19 1.18 1.18
_TLKM-
2014 2014 TLKM 1.85 1.18 1.40 -0.19 1.28 1.28
_TLKM-
2015 2015 TLKM 1.79 1.15 1.40 -0.11 1.31 1.31
_TLKM-
2016 2016 TLKM 1.96 1.21 1.44 -0.15 1.31 1.31
_TLKM-
2017 2017 TLKM 2.05 0.99 1.37 -0.13 1.25 1.25
_JSMR-
2013 2013 JSMR 1.60 0.64 1.06 0.21 1.38 1.38
124
_JSMR-
2014 2014 JSMR 1.58 0.58 1.03 0.25 1.48 1.48
_JSMR-
2015 2015 JSMR 1.30 0.56 1.03 0.29 1.53 1.53
_JSMR-
2016 2016 JSMR 1.47 0.53 1.04 0.36 1.39 1.39
_JSMR-
2017 2017 JSMR 1.45 0.16 1.06 0.43 1.26 1.26
_PGAS-
2013 2013 PGAS 1.18 1.31 1.52 -0.22 1.04 1.04
_PGAS-
2014 2014 PGAS 1.39 1.08 1.40 0.04 1.01 1.01
_PGAS-
2015 2015 PGAS 1.77 0.79 1.12 0.06 1.18 1.18
_PGAS-
2016 2016 PGAS 1.73 0.66 0.99 0.06 1.08 1.08
_PGAS-
2017 2017 PGAS 1.97 0.15 0.67 0.05 1.19 1.19
_PTBA-
2013 2013 PTBA 1.76 1.20 1.39 -0.26 1.11 1.11
_PTBA-
2014 2014 PTBA 1.57 1.13 1.37 -0.15 1.14 1.14
_PTBA-
2015 2015 PTBA 1.51 1.08 1.34 -0.09 0.71 0.71
_PTBA-
2016 2016 PTBA 1.46 1.04 1.28 -0.12 1.31 1.31
_PTBA-
2017 2017 PTBA 1.44 0.97 1.31 -0.25 0.94 0.94
Sumber : www.idx.co.id
125
Lampiran 5 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Common Effect
Dependent Variable: LOG(DIVIDEN)
Method: Least Squares
Date: 07/08/18 Time: 21:31
Sample: 1 55
Included observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.477566 0.580166 4.270442 0.0001
LOG(ROA) -0.027407 0.099687 -0.274933 0.7845
LOG(DER) -0.294668 0.108861 -2.706821 0.0093
LOG(PER) 0.579300 0.181618 3.189656 0.0025
LOG(INFLASI) -0.085106 0.155605 -0.546934 0.5869
R-squared 0.226751 Mean dependent var 4.047459
Adjusted R-squared 0.164891 S.D. dependent var 0.544870
S.E. of regression 0.497926 Akaike info criterion 1.529776
Sum squared resid 12.39649 Schwarz criterion 1.712261
Log likelihood -37.06883 Hannan-Quinn criter. 1.600344
F-statistic 3.665558 Durbin-Watson stat 1.520518
Prob(F-statistic) 0.010765
Sumber : Output Eviews
Lampiran 6 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Fixed Effect
Dependent Variable: LOG(DIVIDEN?)
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/08/18 Time: 21:24
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.611164 0.697875 5.174511 0.0000
LOG(ROA?) 0.593035 0.166103 3.570291 0.0009
LOG(DER?) -0.068571 0.331343 0.206948 0.8371
LOG(PER?) 0.500120 0.214557 2.330940 0.0249
LOG(INFLASI?) 0.162606 0.139860 1.162630 0.2519
126
Sumber : Output Eviews
Lampiran 7
Hasil Uji Chaw
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 3.768573 (10,40) 0.0012
Cross-section Chi-square 36.508569 10 0.0001
Sumber : Output Eviews
Fixed Effects (Cross)
AALI—C 0.506356
AKRA—C -0.433086
ASII—C -0.232267
INDF—C -0.262732
INTP—C 0.808995
KLBF—C -1.451612
PGAS—C -0.339779
PTBA—C 0.008388
TLKM—C 0.644327
UNTR—C 0.021091
UNVR—C 0.730320
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.601858 Mean dependent var 4.047459
Adjusted R-squared 0.562508 S.D. dependent var 0.544870
S.E. of regression 0.399465 Akaike info criterion 1.229620
Sum squared resid 6.382893 Schwarz criterion 1.777074
Log likelihood -18.81455 Hannan-Quinn criter. 1.441325
F-statistic 4.319047 Durbin-Watson stat 2.338972
Prob(F-statistic) 0.000134
A
127
Lampiran 8
Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Random Effect
Dependent Variable: LOG(DIVIDEN?)
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/08/18 Time: 21:24
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 55
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.670313 0.555325 4.808562 0.0000
LOG(ROA?) -0.162331 0.105239 -1.542493 0.1293
LOG(DER?) -0.277638 0.123769 -2.243198 0.0293
LOG(PER?) 0.582397 0.174803 3.331731 0.0016
LOG(INFLASI?) -0.026171 0.128894 -0.203039 0.8399
Random Effects (Cross)
AALI—C 0.158796
AKRA—C -0.067106
ASII—C -0.051395
INDF—C 0.069754
INTP—C -0.013164
KLBF—C -0.415320
PGAS—C -0.058499
PTBA—C -0.095017
TLKM—C 0.218335
UNTR—C 0.029524
UNVR—C 0.224093
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.206873 0.2115
Idiosyncratic random 0.399465 0.7885
Weighted Statistics
R-squared 0.174488 Mean dependent var 2.645356
Adjusted R-squared 0.108447 S.D. dependent var 0.477963
S.E. of regression 0.451302 Sum squared resid 10.18369
F-statistic 2.642114 Durbin-Watson stat 1.687578
Prob(F-statistic) 0.044405
128
Unweighted Statistics
R-squared 0.189951 Mean dependent var 4.047459
Sum squared resid 12.98646 Durbin-Watson stat 1.323362
Sumber :Output Eviews
Lampiran 9
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 16.818672 4 0.0021
Sumber : Output Eviews
Lampiran 10
Hasil Regresi Linear Berganda
Dependent Variable: LOG(DIVIDEN)
Method: Least Squares
Date: 07/08/18 Time: 21:31
Sample: 1 55
Included observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.477566 0.580166 4.270442 0.0001
LOG(ROA) -0.027407 0.099687 -0.274933 0.7845
LOG(DER) -0.294668 0.108861 -2.706821 0.0093
LOG(PER) 0.579300 0.181618 3.189656 0.0025
LOG(INFLASI) -0.085106 0.155605 -0.546934 0.5869
R-squared 0.226751 Mean dependent var 4.047459
Adjusted R-squared 0.164891 S.D. dependent var 0.544870
S.E. of regression 0.497926 Akaike info criterion 1.529776
Sum squared resid 12.39649 Schwarz criterion 1.712261
Log likelihood -37.06883 Hannan-Quinn criter. 1.600344
F-statistic 3.665558 Durbin-Watson stat 1.520518
Prob(F-statistic) 0.010765
Sumber : Output Eviews
129
Lampiran 11
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-1.2 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Series: ResidualsSample 1 55Observations 55
Mean -1.32e-16Median 0.054726Maximum 1.074467Minimum -1.181194Std. Dev. 0.479129Skewness -0.237791Kurtosis 2.980525
Jarque-Bera 0.519194Probability 0.771363
Hasil : Output Eviews
Lampiran 12
Hasil Uji Multikolinearitas
ROA DER PER INFLASI
ROA 1.000000 0.272515 0.514577 0.221819
DER 0.272515 1.000000 0.642694 -0.055605
PER 0.514577 0.642694 1.000000 -0.119399
INFLASI 0.221819 -0.055605 -0.119399 1.000000
Sumber : Output Eviews
130
Lampiran 13
Hasil Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 1.988132 Prob. F(4,50) 0.1106
Obs*R-squared 7.547366 Prob. Chi-Square(4) 0.1096
Scaled explained SS 6.176755 Prob. Chi-Square(4) 0.1863
Sumber : Output Eviews
Lampiran 14
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.603043 Prob. F(2,48) 0.2119
Obs*R-squared 3.443628 Prob. Chi-Square(2) 0.1787
Sumber : Output Eviews