analisis fatwa mui tentang perlindungan hak...

99
ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (STUDI KASUS TERHADAP LAYANAN FOTO COPY BUKU BERHAK CIPTA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari’ah Oleh : YENI ULFIYENI NIM. 062311015 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: dinhtram

Post on 10-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL

(STUDI KASUS TERHADAP LAYANAN FOTO COPY BUKU

BERHAK CIPTA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

YENI ULFIYENI

NIM. 062311015

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARI'AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

ii

Page 3: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

iii

Page 4: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

iv

MOTTO

“Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu.” (QS. An-Nisa 29)

Page 5: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

v

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan skripsi ini untuk

Orang-orang yang penulis cintai yang selalu hadir mengiringi hari-hari penulis

Dalam menghadapi perjuangan hidup yang penuh cucuran keringat dan air mata

Penulis persembahkan bagi mereka yang tetap setia mendukung & mendoakan

penulis Di setiap ruang & waktu dalam kehidupan penulis khususnya buat:

1. Ayah dan Ibunda tercinta (Bpk H Selamet Sodikin & Ibu Hj Rusmini)

“Yang selalu mendoakan, mendukung baik moral maupun material dan selalu

mencurahkan kasih sayang, perhatian dan memberikan motivasi kepada ananda

dalam segala hal. Dan juga adik-adik penulis (Rouf, Rofik,de’ nu’) Semoga

Allah SWT selalu melindungi mereka”. Kalian semua sumber inspirasi penulis.

2. Yth. Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag. dan Johan Arifin, S.Ag. MM.

“Yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing

penulis. mendukung dan mendoakan penulis. Kesabaran dan ketabahannya

menjadi sumber inspirasi dan penyemangat dalam perjuangan hidupku. Semoga

Allah SWT senantiasa memberinya kekuatan”.

3. Keluarga besar PP. Al-Ma’rufiyah (KH. Abas Masruhin beserta keluarga)

“Yang telah memberikan banyak ilmu dan nasihat, semoga bermanfaat Amin”.

4. Keluarga besar BKC (Bandung Karate Club)&KMB (Keluarga Besar Banyumas)

” Yang telah memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis”.

Page 6: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

vi

5. Sahabat-sahabat MUA & MUB (2006)

“Yang telah memberi senyuman & menghibur penulis”

6. Sahabat- sahabat penulis di PP. Al-Ma’rufiyah ( Ainun, Tsalis, Nia, Azah, Indra,

Ati, Aini, Tutut, Ilif, Nina, Ruroh, Eka, Rina, Dian, Hani, Yati, Nur, Anis, Fitri,

Ibah, Kartini, Rida, Uswatun, Mihla, Ana, Faizah, Ela, Lia, Yanti & kang-kang

pondok el-ma’ruf)

“Yang senantiasa memberiku dukungan & doa, memberi senyum saat ku sedih,

membangunkanku saat ku terjatuh dan memotivasi disaat ku rapuh, thanks atas

doa dan dukungan kalian semua baik moril maupun materiil. Kalian semua telah

memberi warna baru dalam hidupku thanks for All”.

7. Kepada Semua pihak & teman-teman penulis

“Yang telah menyumbangkan ide, saran, dan kritik bagi penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini”

Page 7: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

vii

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis

menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah

pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga

skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain,

kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang

dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 23 Juni 2011

Deklarator,

Yeni Ulfiyeni

Page 8: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

viii

ABSTRAK

Hak Cipta merupakan salah satu jenis Hak Kekayaan Intelektual, yang

akhir-akhir ini marak diperbincangkan publik. Berdasarkan data International

Data Corporation (IDC), Indonesia pada tahun 2007 tercatat berada di urutan

lima besar negara dengan tingkat pembajakan dan pelanggar terbesar hak atas

kekayaan Intelektual, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu “surga”

peredaran barang-barang bajakan dan ilegal. MUI sebagai salah satu lembaga

keagamaan Islam di Negara Indonesia telah mengeluarkan fatwa tentang

perlindungan terhadap hak kekayaan Intelektual, yang berisikan tentang

beberapa pertimbangan, dasar hukum, serta mafsadat yang ditimbulkan.

Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

dirumuskan untuk mengetahui latar belakang adanya Fatwa MUI tentang

perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Bagaimana ketentuan fatwa MUI

terhadap pelanggaran HKI dan Bagaimana pelaksanaan Fatwa MUI dalam

praktek foto copy buku berhak cipta.Sedangkan data-data diperoleh melalui

dokumentasi, observasi dan wawancara yang selanjutnya dianalisis dengan

metode deskriptif kualitatif, yaitu data berupa kata-kata lisan atau dari orang-

orang dan perilaku mereka yang dapat diamati.

Pandangan Hukum Islam mengenai diberikannya perlindungan

terhadap hak cipta merupakan sebuah penghargaan atas jerih payahnya serta

pengorbanan selama proses penemuan karya Intelektualnya dan karya tersebut

dapat dimasukkan dalam golongan harta kekayaan, yakni kekayaan

Intelektual. Berkaitan dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI tentang Hak

Cipta, maka MUI memandang Hak Cipta sebagai salah satu Huquq Maliyyah

(hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum sebagaimana mal (harta)

demi ketentuan hukum yang dikeluarkan MUI dalam Hak Cipta. Hak cipta

termasuk hak milik (milkiyah) dalam hukum Islam dapat diperoleh dari

berbagi cara, diantaranya yaitu ihraz al-mubahat (penguasaan harta bebas),

yakni cara kepemilikan melalui penguasaan terhadap harta yang belum

dikuasi atau dimiliki oleh pihak lain Sehingga harta kekayaan yang telah

menjadi miliknya wajib untuk dilindungi baik oleh hukum formal maupun

hukum Islam sebagai hak milik individu. Dari hasil penelitian dalam praktek

pelayanan foto copy buku berhak cipta “tidak melanggar” aturan-aturan yang

telah ditetapkan oleh MUI, kegiatan mengcopy hanyalah untuk

mempermudah masyarakat khususnya pelajar yang membutuhkan buku-buku

untuk kepentingan pendidikannya, Sedangkan yang dilarang oleh MUI, adalah

sengaja menjual buku-buku hasil copyan (membuat) tanpa meminta izin dari

para penciptanya.

Page 9: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

ix

KATA PENGANTAR Bismillah ar Rahman ar Rahim

Segala puji dan syukur bagi Allah swt yang telah memberikan karunianya

yang tiada terhitung. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan selalu atas

Rasullullah SAW, para kelurga, para sahabat, dan pengikutnya.

Dengan semakin banyaknya pelanggaran-pelanggaran terhadap hak cipta ,

khususnya pelanggaran terhadap karya tulis yang sering kali dijumpai, maka

penulis tertarik untuk menagkat Skripsi yang berjudul : Analisis Fatwa MUI

Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (Studi Kasus Terhadap

Layanan Foto Copy Buku Berhak Cipta)

Skripsi ini disusun untuk mengetahui fatwa MUI, tentang perlindungan Hak

Kekayaan Intelektual dan bagaimana dalam prakteknya, selain itu skripsi ini

disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata (S1) pada

Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Penulis sadar bahwa tanpa dukungan pihak-pihak terkait, usaha penulis tidak

akan berarti. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarnya

kepada:

1. Yth. Dr. Imam Yahya, M.Ag. sebagai Dekan Fakultas Syari’ah atas segala

kebijakan teknis di tingkat fakultas.

2. Yth. Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag. dan Johan Arifin, S.Ag. MM selaku

pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk

membimbing penulis.

Page 10: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

x

3. Yth. Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah banyak

membekali ilmu kepada penulis

4. Yth. Kajur dan Sekjur Muamalah. Serta segenap pegawai Fakultas Syari’ah

yang telah banyak membantu penulis.

5. Bapak H. Slamet.S dan Ibu Hj. Rusmini yang tercinta atas segala kasih

sayang, do’a, pengorbanan dan kesabarannya.

6. Kakak Lukman yang selalu memberikan motifasi untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang

selalu memberikan bantuan, dan semangatnya.

8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu selama

penulisan skripsi ini.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa, hanya

untaian terima kasih dan Semoga menjadi amal yang baik (shaleh) dan

mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna

karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Karena itu penulis berharap saran

dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca.

Semarang, 23 Juni 2011

Penulis

Yeni Ulfiyeni

Page 11: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

HALAMAN DEKLARASI ............................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... . x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah .................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Telaah Pustaka .......................................................................................... 7

E. Metode Penelitian ..................................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 12

BAB II HAK MILIK DAN HAK CIPTA DALAM HUKUM ISLAM

A. Hak Milik Dalam Hukum Islam........................................................ ..14

1. Pengertian hak milik……………………………………….. . 14

2. Sebab- sebab kepemilikan………………………………….. 21

3. Macam-macam kepemilikan………………………………. . 25

B. Hak Cipta Dalam Hukum Islam .......................................................... 30

1. Pengertian hak cipta……………………………………….. . 30

2. Kedudukan hak cipta dalam hukum Islam………………… . 37

Page 12: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

xii

BAB III PENGARUH FATWA MUI NO. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005

TENTANGPERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

(HKI)

A. Gambaran Singkat Profil Lembaga MUI ……….................................40

B. Pengertian Fatwa ………......................................................................48

C. Kekuatan Fatwa ………........................................................................50

D. Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang Perlindungan Hak

Kekayaan Intelektual (HKI)…………………………………………..52

E. Pengaruh Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Terhadap Layanan Foto Copy

Buku Berhak Cipta ………………………………………………….. 60

BAB IV ANALISIS FATWA MUI NO. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005

TENTANG PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

(HKI) TERHADAP LAYANAN FOTO COPY BUKU BERHAK

CIPTA DISEKITAR NGALIYAN

A. Analisis Latar Belakang Lahirnya Fatwa MUI No. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual…66

B. Analisis Pengaruh Fatwa MUI No. 1 MUNAS V11/MUI/15/2005

terhadap Pelaksanaan layanan Foto Copy Buku Berhak Cipta……...70

BAB V PENUTUP

C. Kesimpulan ....................................................................................... 80

A. Saran .................................................................................................. 81

B. Penutup .............................................................................................. .82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hukum Islam dan syari’at Islam mengatur semua aspek kehidupan,

etika, dan sosial, dan meliputi perkara-perkara pidana maupun perdata.

Syari’at bersifat komprehensif, mencakup seluruh aktifitas manusia,

menentukan hubungan manusia dengan Tuhan dan dengan sesama manusia.1

Hubungan dengan sesama manusia adalah dengan bermuamalah, salah satu

diantara ajaran Islam kepada umatnya dalam bermua’amalah ialah tentang hak

milik.

Islam mengakui hak milik pribadi dan menjadikan dasar bangunan

ekonomi. Itu akan terwujud apabila ia berjalan pada porosnya dan tidak keluar

dari batasan Allah, diantaranya adalah memperoleh harta dengan jalan yang

halal yang disyari’atkan dan mengembangkannya dengan jalan yang halal

yang disyariatkan pula.2 Karena itulah hak tersebut wajib dilindungi, salah

satu hak yang wajib dilindungi yaitu hak cipta, yang merupakan bagian dari

Hak Kekayaan Intelektual. Hak Cipta adalah hak khusus yang diberikan

negara kepada pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil

ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa

1 Mavyn Lewis dan Latifa Algaound, Parbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek,

Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001, hlm. 36. 2 Yusuf Qordhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, Zainal Arifin “Norma

Dan Etika Ekonomi Islam”, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. 1,1997, hlm. 86.

Page 14: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

2

mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku. 3

Hak cipta yang orisinil dan bermanfaat digolongkan sebagai harta

yang sangat berharga. Indonesia dikenal sebagai salah satu 'surga' peredaran

barang-barang bajakan dan ilegal. Segala barang bajakan dan tiruan dapat

ditemukan dengan mudah di negeri ini. dibanyak pusat perniagaan aneka

produk bajakan alias palsu seperti: barang elektronik, buku, kaset musik, film,

software, hingga obat sekalipun dijual bebas. Tak heran, jika Indonesia pada

2007 tercatat berada di urutan lima besar negara dengan tingkat pembajakan

dan pelanggar terbesar hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Potensi

kerugian dari praktik tersebut sangatlah besar. Untuk produk software

(perangkat lunak) saja, berdasarkan data International Data Corporation

(IDC), potensi penghasilan yang raib mencapai 544 juta dolar AS per tahun.

Sebetulnya, langkah penertiban dan penindakan kerap dilakukan. Nyatanya,

praktik pembajakan masih tetap saja dilakukan.4

Padahal secara yuridis, Indonesia cukup produktif dalam membuat

perangkat undang-undang khususnya Tentang Hak Kekayaan Intelektual,

diantaranya UU hak cipta (UUHC) No.6 tahun 1982 mengatur tentang Hak

Cipta. Saat ini pengaturan tentang hak cipta dapat kita temukan dalam

Undang-Undang yakni : UU No.19 tahun 2002 mengatur tentang Hak Cipta,

UU No.29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, UU No.30

tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No.31 tahun 2000 tentang Desain

3 Undang-Undang HAKI, Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2003, hlm. 4.

4 Hak Cipta Dalam Pandangan Islam, Republika: Edisi Jum’at, 16 oktober 2009.

Page 15: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

3

Industri, UU No.32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,

UU No.14 tahun 2001 tentang Paten, dan UU No.15 tahun 2001 tentang

Merek.5

Adanya beberapa ketentuan dari perundang-undangan di atas

dinyatakan bahwa Indonesia telah memberikan perlindungan terhadap hak

Kekayaan Intelektual khususnya dibidang Hak Cipta. Dibentuknya beberapa

undang-undang tersebut sebagai hukum yang berlaku di Indonesia dan untuk

melindungi hak cipta. Namun Dalam enam bulan, yakni selama Januari-Juni

2009, sebanyak 146 kasus telah disidik polisi," Sementara itu, terhadap

pelanggaran hak cipta yang menggunakan sarana optical disk, telah ditindak

sebanyak 128 kasus, dengan 138 tersangka dan barang bukti sebanyak

385.659 keping CD, termasuk 47.126 keping CD porno. Dari 128 kasus itu,

sebanyak 21 kasus sudah P-21, sedangkan sebanyak 107 kasus masih dalam

proses.6

Atas keprihatinan terhadap perlindungan hak cipta, maka aparat dan

masyarakat harus memiliki kesadaran bersama dari mulai penegak hukum

sampai pada pelaku ekonomi atau masyarakat bawah terhadap pentingnya

perlindungan terhadap hak cipta. Salah satu dari mereka adalah lembaga para

ulama yang ada di Indonesia, yakni Majelis Ulama Indonesia. Majelis Ulama

Indonesia sebagai lembaga yang terdiri dari berbagai ulama dan cendikiawan

muslim, lewat ketua komisi fatwa MUI, KH. Ma’ruf Amin, secara resmi

mengumumkan fatwa tentang haramnya produk-produk bajakan. Hal ini

5 Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia,

Bandung; Pustaka Bani Quraisy, 2004, hlm. 223. 6 www.republika.com, edisi Selasa, 15 Desember 2009.

Page 16: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

4

termaktub dalam fatwa MUI Nomor : 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, yang ditetapkan di : Jakarta Pada

Tanggal : 22 Jumadil Akhir 1426 H. 29 Juli 2005 M.

Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan Kekayaan Intelektual adalah

kekayaan yang timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu

produk atau proses yang berguna untuk manusia dan diakui oleh Negara

berdasarkan peraturan perundanga-undangan yang berlaku. Oleh karenanya,

HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas

intelektual dari yang bersangkutan sehingga memberikan hak privat baginya

untuk mendaftarkan, dan memperoleh perlindungan atas karya intelektualnya.

Dalam hal ini melihat penduduk Indonesia adalah mayoritas beragama

Islam, maka dengan jelas dikatakan bahwa umat Islam wajib mengambil

sesuatu itu dari yang halal, bukan dari hasil memalsu.

Seperti disebutkan dalam firman Alloh SWT, dalam surat An-Nisa

ayat 29

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.7

7 Depag RI, AL-qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. PENERBIT J-ART, 2005, hlm.

84.

Page 17: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

5

Serta dalam hadis Nabi yang berkaitan dengan harta kekayaan

“ Rasulullah SAW menyampaikan khutbah kepada kami, sabdanya: ketahuilah

tidak halal bagi seseorang sedikitpun dari harta saudaranya kecuali dengan

kerelaan hatinya…”(HR.Ahmad)

Inti dalil diatas dijelaskan bahwa larangan memakan harta orang lain

secara bathil ( tanpa hak ) dan larangan merugikan hak orang lain.

Dalam kaidah fiqh juga disebutkan bahwa, bahaya (kerugian) harus

dihilangkan الضرر يزال , serta sesuatu yang lahir (timbul) dari sesuatu yang

haram adalah haram كل ما يتو لد من ا لحرم فهو حرا م.8

Sampai disini perlindungan terhadap hak cipta sama pentingnya

dengan perlindungan ekonomi, terutama dalam bidang perdagangan. Kasus-

kasus terkait dengan pelanggaran hak cipta dan merek melalui sarana internet

dan media komunikasi lainnya adalah contoh yang marak terjadi saat ini.9

Disamping memberikan manfaat, tingginya pengguna teknologi informasi

justru telah memberi akibat berupa ancaman terhadap eksitensi karya cipta dan

hasil temuan yang ditemukan oleh para penemu hak kekayaan intelektual.

Karya-karya intelektual berupa program komputer dan objek-objek hak cipta

yang ada di media internet dengan sangat mudah dilanggar, dimodifikaskan

dan digandakan. Selain itu objek HKI lainnya, seperti merek juga menjadi

8 Moh. Adib Bisri, Terjemahan Al-Faraidul Bahiyah, Menara Kudus : Kudus, 1988, hlm.

21. 9 Ahmad M Ramli, Cyber Law & Hak Dalam System Hukum Indonesia, Bandung ; PT.

Refika Aditama, 2004, hlm. 4.

Page 18: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

6

objek pelanggaran terus-menerus diinternet, hal yang terakhir ini bahkan

seringkali berkembang menjadi perbuatan persaingan tidak sehat.10

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih

lanjut dalam bentuk skripsi mengenai Bagaimana pandangan Fatwa MUI

terhadap layanan foto copy buku berhak cipta. Serta Untuk mengetahui

ketentuan hukum Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 terhadap

pelanggaran hak cipta.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari pemaparan latar belakang diatas, penulis mengemukakan beberapa

permasalahan yang memerlukan pembahasan yang mendalam. Adapun

permasalahan yang penulis angkat adalah:

1. Bagaimana latar belakang lahirnya Fatwa MUI No. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual ?

2. Bagaimana pengaruh Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005

terhadap pelaksanaan layanan foto copy buku berhak cipta ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penulisan ini diharapkan penulis mampu mengkaji dan memberi

jawaban secara jelas dari kedua permasalahan diatas, yaitu:

1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya Fatwa MUI No. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 tentang perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

10

Ibid, hlm. 6.

Page 19: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

7

2. Untuk mengetahui pengaruh Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005

terhadap pelaksanaan layanan foto copy buku berhak cipta ?

D. TELAAH PUSTAKA

Terdapat beberapa buku dan karya ilmiah yang membahas tentang hak

cipta, maka dalam telaah pustaka ini, penulis menelaah beberapa buku dan

literatur yang membahas masalah hak kekayaan intelektual. Antara lain:

Skripsi yang ditulis oleh Agus Supriyanto seorang mahasiswa fakultas

syariah IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Hak Pemilik Rahasia Dagang Dalam UU No. 30 tahun 2000

Tentang Rahasia Dagang. Dalam tulisannya ia mengatakan bahwa hak pemilik

rahasia dagang dapat dimasukan dalam golongan harta kekayaan, yakni

kekayaan intelektual. Sehingga harta kekayaan yang telah menjadi miliknya

wajib untuk dilindungi baik oleh hukum formal maupun hukum Islam sebagai

hak milik individu.

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Zaki seorang mahasiswa fakultas

syariah IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Tindak Pidana Hak Cipta

Program Komputer Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam (Studi Analisis

Pasal 72 ayat 3 UU No. 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta)” Dia mengatakan

bahwa masalah HAKI khususnya hak cipta program komputer ini masuk

kedalam jarimah ta’zir yang dimana dalam jarimah ta’zir ini masuk pada

ketentuan yang dibuat oleh ulil amri yang telah menetapkan dalam perundang-

undangan.

Page 20: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

8

Buku yang ditulis oleh Teungku Muhammad Hasbi Ash

Shiddieqy,”Pengantar Fiqh Mu’amalah”, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,

2001. Dalam buku ini dijelaskan mengenai hak serta milik dalam lingkup

hukum Islam. dan Gufron A Mashadi dalam ”Fiqh Mu’amalah Kontekstual”,

juga mengungkapkan mengenai milkiyah (kepemilikan dalam hukum Islam).

Beliau menjelaskan bahwa salah satu dari sebab pemilikan atau milkiyah atau

tamalluk, yaitu ihzarut mubahat. Apabila dia telah menguasai dengan maksud

memiliki, menjadilah miliknya.

“Norma dan Etika Ekonomi Islam” adalah buku karya Dr. Yusuf

Qardawi membahas larangan memperdagangkan barang-barang haram serta

norma dan akhlak dalam perekonomian dan Muamalat Islam”.

Buku CST Kansil yang berjudul “Hak Milik Intelektual Hak Milik

Perindustrian dan Hak Cipta” menjelaskan tentang hak kekayaan intelektual

serta tinjauan terhadap UU hak cipta Indonesia dari mulai pendaftaran hak

cipta, penyelesaian permasalahan hak cipta dan perlindungan hak cipta.

E. METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh data yang akurat mengenai permasalahan diatas,

maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang

relevan dengan judul diatas:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah lapangan (field

research) dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

Page 21: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

9

deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat

deskripsi atau gambaran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antara fenomena yang diselidiki.11

Sedangkan penelitian kualitatif adalah

bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata lisan atau

dari orang-orang dan perilaku mereka yang diamati.12

Dalam penelitian ini

yang diteliti adalah pelaksanaan pelayanan foto copy buku berhak cipta,

sedangkan data-data diperoleh dari para pekerja foto copyan.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada objek

sebagai sumber informasi yang dicari.13

Adapun sumber data primernya

adalah hasil wawancara dan observasi tentang pelaksanaan fatwa MUI

No. MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang Perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual terhadap praktek pelayanan foto copy buku berhak cipta.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain,

tidak langsung diperoleh dari subjek penelitinya. Peneliti menggunakan

data ini sebagai data pendukung yang berhubungan dengan penelitian.

Data ini peneliti ambil dari undang-undang, artikel dan sumber lain

yang memiliki relevansi dengan permasalahan yang dibahas dalam

skripsi ini.

11

Moh. Nasir, Metode Penelitain, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, hlm. 63. 12

Lexy J Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Remaja Rosdakarya, 2000,

hlm. 3. 13

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2000. hlm. 39.

Page 22: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

10

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dapat digunakan untuk membahas

masalah yang terdapat dalam penelitaian ini yaitu berupa:

a. Interview

Interview atau wawancara yaitu percakapan dengan maksud

tertentu.14

Sedangkan jenis pedoman interview yang akan digunakan

oleh penulis adalah jenis pedoman interview tidak terstruktur, yakni

pedoman wawancara yang hanya memuat garis-garis besar pertanyaan

yang akan diajukan.15

Disini penulis melakukan wawancara dengan

para pemilik dan pegawai foto copy serta pengurus MUI JATENG,

untuk memperoleh data yang penulis perlukan dalam penelitian ini.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis

untuk kemudian dilakukan pencatatan.16

Kaitannya dengan

pengumpulan data dilakukan dengan observasi non-

partisipatif,17

dimana penulis tidak terlibat langsung dalam

pengkopyan buku berhak cipta, tetapi pengumpulan data dilakukan

secara sepintas pada saat kegiatan pengamatan.

14

Lexy J Moloeng, op .cit, hlm. 148. 15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.

Rineke Cipta, cet. Ke-11, 1997, hlm. 231. 16

P.Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT Meltron

Putra, 1991, hlm. 63.

17Ibid. hlm. 66.

Page 23: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

11

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

agenda, dan sebagainya.18

Dalam hal ini bahan-bahan yang diperoleh

atau dikumpulkan secara langsung dari para pegawai yang diperlukan

untuk melengakapi data penelitian ini, serta Fatwa MUI No.

1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual.

4. Metode Analisis Data

Untuk keperluan analisis data, penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu data berupa kata-kata lisan atau dari orang-orang

dan perilaku mereka yang dapat diamati.19

Penelitian ini pada umumnya

bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat

terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat, karakteristik

atau faktor-faktor tertentu.20

Proses analisis data deskriptif kualitatif melalui

analisis terhadap data riil yang diperoleh dari lapangan dan belum diolah,

yaitu dengan membuat batasan data yang diolah (berdasarkan data yang

diperoleh) dan menyajikan pada Bab III, kemudian disimpulkan berdasarkan

data-data yang diperoleh dan telah diolah dan analisis terhadap data-data pada

Bab III, yaitu diawali dengan membuat kategori-kategori yang berkaitan

dengan permasalahan pelaksanaan fatwa MUI terhadap kasus layanan foto

18

Suharsimi Arikunto, op. cit, cet. Ke-12, 2002, hlm. 206. 19

Lexy J Moloeng, op. cit. hlm. 3. 20

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

2005, hlm. 35.

Page 24: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

12

copy buku berrhak cipta, kemudian membuat kesimpulan akhir berdasarkan

data-data yang telah diperoleh dan telah diolah.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan dan mengetahui dalam penulisan skripsi ini, maka

penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : Pada bagian ini akan dibahas tentang hak milik dan hak cipta

dalam hukum Islam yang didalamnya akan dibahas tentang pengertian, sebab-

sebab, serta macam-macam kepemilikan dalam hukum Islam.

BAB III : Merupakan pembahasan tentang Fatwa MUI No. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Didalam nya dibahas mengenai profil lembaga MUI, pengertian fatwa,

pelaksanaan fatwa tentang HKI dalam kasus layanan foto copy buku berhak

cipta, dalam bab ini juga dicantumkan tentang isi dari Fatwa MUI No.

1/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang Perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual.

BAB IV : Berisi tentang Analisis latar belakang lahirnya fatwa MUI

Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang perlindungan Hak

Kekayaan Intelektual, dan pengaruh fatwa MUI terhadap pelaksanaan layanan

foto copy buku berhak cipta.

Page 25: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

13

BAB V : Merupakan bagian penutup dari rangkain penulisan skripsi

yang penulis buat, yang akan diuraikan tentang kesimpulan seputar penulisan

skripsi, saran-saran yang berkaitan dengan penulisan skripsi, dan penutup.

Page 26: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

14

BAB II

HAK MILIK DAN HAK CIPTA DALAM HUKUM ISLAM

A. Hak Milik Dalam Hukum Islam

1. Pengertian Hak Milik

Pengertian Hak

Hak berasal dari bahasa Arab haqq, secara harfiah berarti “kepastian”

atau „ketetapan”, sebagaimana terdapat dalam surat Yasin ayat 7:

“Sungguh pasti berlaku perkataan (ketetapan) Allah terhadap

kebanyakan mereka.1

Nadhariyatul hak atau fikriyatul hak, adalah tata aturan yang mengatur

penghidupan manusia. Hak mempunyai dua makna yang asasi:2

Pertama: sekumpulan kaidah dan nash yang mengatur dasar-dasar

yang harus ditaati dalam hubungan manusia sesama manusia baik mengenai

orang maupun mengenai harta.

Kedua: kekuasaan menguasai sesuatu atau sesuatu yang wajib atas

seseorang bagi selainnya

Hak menurut pengertian yang umum, ialah:

اختصاص يقرر بو اىشرع سيطت أو تنييفا

1 Ghuffron A.Mas‟adi, Fiqh Muamalahn Konstektual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002, hlm. 31. 2 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: PT.

Pustaka Rizki Putra, 2001, hlm. 119.

Page 27: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

15

“Suatu ketentuan yang dengannya syara‟ menetapkan suatu kekuasaan

atau suatu beban hukum‟‟.3

Untuk menjelaskan ta‟rif ini kita mengatakan bahwa ikhtishash itu

adalah suatu hubungan yang melengkapi hak yang obyeknya harta dan

melengkapi sulthah seperti wali dan wakil dalam melaksanakan tugasnya

masing-masing.

a. Macam-Macam Hak

Dalam hukum Islam dikenal beberapa macam hak yaitu :

1) Sulthah

Sulthah terdiri atas :

Sulthah „ala Syakshin/Sulthah „ala Nafsi yaitu hak wali terhadap

anak kecil dan seperti hak hadlanah.

Sulthah „ala Syai‟in Mu‟ayyamin Yaitu seperti hak milkiyyah,

hak manusia menguasai sesuatu, seperti hak tamalluk dan hak

memanfaatkan sesuatu benda, hak wilayah (perwalian) atas harta.

2) Taqsimul Haqqi

Mali yaitu sesuatu yang berhubungan dengan harta, seperti

pemilikan benda atau hutang-hutang.

Ghoiru mali atau hak wali. Hak Ghoiru mali dibagi dua: Hak

Syakshi yaitu suatu tuntutan yang ditetapkan syara untuk seseorang

terhadap orang lain. Dan hak „aini yaitu hak yang memerlukan adanya

benda tertentu yang dijadikan hak itu. 4

3 Ibid, hlm. 121.

4 Ibid, hlm. 122.

Page 28: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

16

Adapun yang termasuk hak „aini antara lain:

Haqqul Milkiyah : hak yang memberikan kepada pemiliknya, hak

wilayah. Dia boleh memiliki, memakai, dan mengambil manfaat.

Haqqul Intifa‟ : hak yang membolehkan memakai dan

diusahakan hasilnya.

Haqqul Irtifaq : hak memiliki manfaat dari benda itu atau milkul

manfaat.

Haqqul Irtihan : hak yang diperoleh dari harta yang digadai.

Haqqul Ihtibas : hak menahan sesuatu benda atas benda yang

belum dipenuhi kewajiban oleh pemiliknya. Berlaku pula terhadap harta

wakaf dengan menahan materi benda untuk dugunakan manfaatnya

kepada usaha-usaha kebajikan.

Haqqul Qharar (menetap diatas tanah wakaf) yang meliputi:

Haqqul Hakr : hak menetap diatas tanah waqaf yang disewa

untuk waktu yang lama dengan seizin hakim dengan membayarnya

setiap tahun. Hak ini diperbolehkan untuk tanah yang tidak produktif.

Haqqul Ijaratain : hak yang diperoleh karena aqad ijarah dalam

waktu yang lama atas izin hakim. Diperoleh atas harta wakaf yang tidak

dapat dipertahankan keasliannya, misalnya karena kebakaran atau

bencana lainnya.

Page 29: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

17

Dari keduanya terdapat perbedaan, yaitu dalam hakr diperbolehkan

dibangun rumah dan ditanami dan merupakan milik pengguna. Sedangkan

dalam ijaratain rumah dan tanah tetap menjadi harta wakaf. 5

Di samping hak-hak diatas ada juga hak adabi, atau dalam istilah

sekarang dikatakan hak ibtikar (hak cipta), yang dibenarkan oleh syara‟

seperti hak cipta sesuatu benda, hak karangan, dan hak membuat suatu

macam obat. Hak-hak ini tidak termasuk dalam hak „aini, tidak juga

termasuk hak syakhshi, karena itu dikatakan, bahwa hak ada tiga yaitu: hak

syakhshi, hak „aini, hak adabi.6

Dr. Fathi ad-Duraini, guru besar fiqh di Universitas Damaskus

Syria, menyatakan bahwa ibtikar adalah : gambaran pemikiran yang

dihasilkan seorang ilmuan melalui kemampuan pemikiran dan analisisnya

dan hasilnya merupakan penemuan atau kreasi pertama, yang belum

dikemukakan ilmuan sebelumnya. Definisi ini mengandung pengertian

bahwa dari segi bentuk, hasil pemikiran ini tidak terletak pada materi yang

berdiri sendiri yang dapat diraba dengan alat indera manusia, tetapi

pemikiran baru itu berbentuk dan punya pengaruh apabila telah dituangkan

kedalam tulisan seperti buku atau media lainnya. Akan tetapi ibtikar ini

bukan berarti sesuatu yang baru sama sekali, tetapi juga boleh berbentuk

suatu penemuan dari ilmuan sebelumnya, misalnya terjemahan hasil

pemikiran orang lain kedalam bahasa asing.7

5 Ibid. hlm, 129.

6 Ibid. hlm, 126.

7 Nasrudin Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, hlm. 39.

Page 30: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

18

b. Asal-Usul Hak

Sebelum manusia memulai penghidupan dengan secara

bermasyarakat dan sebelum tumbuh hubungan antara seseorang dengan

yang lain belumlah ada apa yang kita namakan hak. Setiap manusia yang

hidup secara bermasyarakat, tolong-menolong dalam menghadapi berbagai

macam kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu perlu

seseorang mencari apa yang dibutuhkan dari alam sendiri, atau dari milik

orang lain. Dengan demikian timbulah pertentangan-pertentangan

kehendak. Maka untuk menjaga kepentingan masing-masing perlu ada

aturan-aturan yang mengatur kebutuhan manusia, agar manusia-manusia

itu tidak melanggar hak orang lain, dan tidak pula memaksa kemerdekaan

orang lain. Tata aturan yang diperlukan itu adalah tata aturan yang

diperlukan manusia, agar kebutuhan-kebutuhan manusia tidak sampai

dilanggar oleh orang lain, dan agar manusia itu tidak pula melanggar hak-

hak orang lain.8

c. Antara Hak dan Kewajiban

Substansi hak sebagai taklif atau keharusan yang terbebankan pada

pihak lain dari sisi penerima dinamakan hak. Sedangkan dari sisi pelaku

disebut iltizam. Secara harfiah iltizam artinya “keharusan atau kewajiban”

sedangkan secara istilah iltizam ialah: “akibat (ikatan) hukum yang

mengharuskan pihak lain berbuat memberikan sesuatu, atau melakukan

suatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu untuk pihak yang terbebani oleh

8 Ibid, hlm. 119.

Page 31: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

19

hak orang lain dinamakan multazim. Sedang pemilik hak dinamakan

multazam lahu, atau shahibul haq. Jadi antara hak dan iltizam keduanya

terkait dalam suatu hubungan timbal-balik. Persis sebagaimana hubungan

timbal-balik antara perbuatan menerima dan memberi. Dari sisi penerima

dinamakan hak, sedang dari sisi pemberi dinamakan iltizam.9

Di muka telah disampaikan bahwasanya syari‟at dan aturan hukum

merupakan sumber adanya suatu hak. Keduanya sekaligus merupakan

sumber utama iltizam.

Sumber iltizam yang lain adalah:

1. Aqad, yaitu kehendak kedua belah pihak untuk melakukan sebuah

perikatan, seperti akad jual-beli, sewa-menyewa, dan lain-lain

2. Iradah al-munfaridah (kehendak sepihak, seperti ketika seseorang

menyampaikan janji atau nazar.

3. Al-filuu nafi (perbuatan yang bermanfaat) seperti ketika seseorang

melihat orang lain dalam kondisi yang sangat membutuhkan bantuan

atau pertolongan, maka ia wajib berbuat sesuatu sebatas kemampuan.

4. Al-fi‟lu al-darr (perbuatan yang merugikan) seperti merusak, melanggar

hak atau kepentingan orang lain.10

Pengertian Milik

Pengertian milik secara bahasa yaitu:

اىميل ىغت معناه إحتواء اىشئ واىقدرة عيى االستبدا بو “pemilikan atas sesuatu (al-mal, atau harta benda) dan kewenangan

bertindak secara bebas terhadapnya.”

9 Ghuffron A. Mas.‟adi, op. cit, hlm. 34.

10 Ibid, hlm. 35.

Page 32: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

20

Dengan demikian milik merupakan penguasaan terhadap suatu

harta sehingga seseorang mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta

tersebut.11

Dapat dikemukakan bahwa pengertian penguasaan disini,

bukanlah penguasaan yang berrsifat mutlak atau absolut, sebab pada

hakekatnya hak kepemilikan itu berada ditangan Allah. 12

Pemilikan

terletak pada memiliki manfaatnya bukan menguasai terhadap sumber-

sumber ekonomi, manusia yang menguasai tersebut hanyalah sekedar

menafkahkannya sesuai dengan ketentuan hukum yang telah digariskan

oleh Allah.13

Hak milik adalah suatu hak yang memberikan kepada pihak yang

memilikinya kekuasaan atau kewenangan atas sesuatu sehingga ia

mempunyai kewenangan mutlak untuk menggunakan dan mengambil

manfaat sepanjang tidak menimbulkan kerugian terhadap pihak lain.14

Hak milik menurut undang-undang hukum perdata adalah hak

untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk

berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal

tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang

ditetapkan, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain.

Sedangkan menurut Islam, kepemilikan adalah pemberian hak

milik dari suatu pihak kepada pihak yang lain sesuai dengan ketentuan

syari‟at untuk dikuasai yang pada hakikatnya hak itu adalah milik Allah

11

Ibid, hlm. 53. 12

Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, hlm. 6. 13

Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar Jilid 1, Kalam Mulia, Jakarta: 1994,

hlm. 265. 14

Ghuffron A. Mas‟adi, op. cit, hlm. 49.

Page 33: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

21

SWT. Dalam perspektif Islam kepemilikan (properti) itu adalah

merupakan milik Allah SWT. 15

Manusia hanyalah khalifah Allah dimuka

bumi. Pada umumnya terdapat ketentuan syariat yang mengatur hak milik

pribadi yaitu: Pemanfaatan harta benda secara terus menerus, pembayaran

zakat sebanding dengan harta benda yang dimiliki, penggunaan harta

benda secara berfaedah, penggunaan harta benda tanpa merugikan orang

lain, memiliki harta benda yang sah, penggunaan harta benda tidak dengan

cara boros atau serakah, penggunaan harta benda dengan tujuan

memperoleh keuntungan atas haknya, penerapan hukum waris yang tepat

dalam Islam.16

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hak

milik adalah konsep hubungan manusia terhadap harta beserta hukum,

manfaat dan akibat yang terkait dengannya. Dengan demikian milkiyah

(kepemilikan) tidak hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat kebendaan

(materi) saja.

2. Sebab-Sebab Kepemilikan dalam Hukum Islam

Seseorang memperoleh hak milik secara sah. Seseorang akan

mendapatkan hak milik secara sah jika melalui salah satu dari beberapa

cara, yaitu ;

15

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Malang: UIN- Malang Press,

2007, hlm. 90. 16

Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam Teori Dan Praktek (Dasar-Dasar Ekonomi

Islam), Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1993, hlm. 73.

Page 34: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

22

1. Ihzarul Mubahat (memiliki benda yang boleh dimiliki)

Yaitu cara pemilikan melalui penguasaan terhadap harta yang

belum dikuasai atau dimiliki pihak lain. Atau, Al-Mubahat (harta bebas

atau harta tak bertuan).

Dengan demikian upaya pemilikan suatu harta melalui Ihzarul

Mubahat harus memenuhi dua syarat:

Pertama, harta atau benda tersebut benar-benar tidak ada yang

memiliki sebelumnya, sesuai dengan kaidah

من سبق إىى مباح فقد مينو

“Barang siapa lebih dahulu menguasai „harta bebas‟ maka sungguh ia telah

memilikinya”.

Kedua, penguasaan harta tersebut dilakukan untuk tujuan

dimiliki.misalnya menangkap ikan dari laut lalu dilepaskan disungai,

menunjukan tidak adanya tujuan untuk memiliki.dengan demikian status

ikan tersebut tetap sebagai harta bebas.17

2. Al-Uqud (aqad)

Akad (al-Aqad) adalah pertalian antara ijab dan qobul sesuai

dengan ketentuan syara‟ yang menimbulkan pengaruh terhadap obyek

akad.18

Menurut Prof. Dr. TM. Hasby Ash-shiddieqy mengenai masalah

aqad, kepemilikan dapat dibagi menjadi dua :

17

Ghuffron A. Mas‟adi, op. cit, hlm. 56. 18

Ibid, hlm. 62.

Page 35: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

23

a. Aqad Jabariyah adalah akad-akad yang harus dilakukan berdasarkan

kepada keputusan hakim, seperti menjual harta orang yang berhutang

secara paksa. Maka penjualan itu sah walaupun dia menjual karena

dipaksa oleh hakim, dan hakim memaksa menjual barang itu untuk

membayar hutang kepada orang lain.

b. Aqad Istimlak adalah jual beli yang dilakukan untuk kemaslahatan

umum.19

3. Al- Khalafiyah (penggantian)

Al-khalafiyah adalah “penggantian seseorang atau sesuatu yang

baru menempati posisi pemilik yang lama”. Dengan demikian khalafiyah

dibedakan menjadi dua.

Pertama, adalah penggantian atas seseorang oleh orang lain,

misalnya pewarisan. Dalam pewarisan seorang ahli waris menggantikan

posisi pemilikan orang yang wafat terhadap yang ditinggalkan.

Kedua, penggantian benda atas benda lainnya, seperti terjadi pada

tadhmin (pertanggungan) ketika seorang merusakan atau menghilangkan

harta benda orang lain, atau pada ta‟widh (penggantian kerugian) ketika

seseorang mengenakan atau menyebabkan penganiayaan terhadap pihak

lain. Melalui tadhmin dan ta‟widh ini terjadilah penggantian atau peralihan

milik dari pemilik pertama kepada pemilik baru.

19

TM. Hasbi Ash Shiddieqy, op. cit. hlm. 14.

Page 36: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

24

4. Attawalludu Minal Mamluk (beranak pinak)

Sesuatu yang dihasilkan dari sesuatu yang lainya dinamakan

tawallud, dalam hal ini berlaku kaidah “setiap peranakan atau segala

sesuatu yang tumbuh (muncul) dari harta milik adalah milik

pemiliknya”.prinsip ini hanya berlaku pada harta benda yang bersifat

produktif (dapat menghasilkan sesuatu yang lain atau baru) seperti

binatang yang bertelur, beranak, menghasilkan air susu, dan kebun yang

menghasilkan buah dan bunga-bunga.20

Selain melalui cara-cara diatas, hukum Islam juga menetapkan

sebab-sebab kepemilikan yaitu dengan :

1. Bekerja (al „amal)

Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja dengan cara baik dan

halal. Bekerja dalam Islam diarahkan dalam rangka mencari karunia Allah,

yakni untuk mendapatkan harta agar seseorang dapat mencukupi

kebutuhan hidupnya, sejahtera dan dapat menikmati perhiasan dunia. Agar

bernilai ibadah, pekejaan yang dilakukan itu harus merupakan pekerjaan

yang halal, sehingga harta yang didapatnya juga merupakan harta yang sah

atau halal karena melalui cara yang halal.21

Secara umum bekerja dapat

dikategorikan dalam dua golongan yakni: bekerja untuk mendapatkan

harta (akhdu al-mal), dan bekerja untuk mengembangkan harta (tanmiyatu

al-mal).22

20

Ghuffron A. Mas‟adi, op. cit, hlm. 61. 21

Muhammad Djakfar, op. cit, hlm. 91. 22

M Ismail Yusanto dan M Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islam, Jakarta:

Gema Insani Press, 2002, hlm. 26.

Page 37: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

25

2. Harta Untuk Menyambung Hidup

Harta yang dimilikinya hanya bisa untuk menyambung hidup saja,

dalam arti, cukup untuk makan, minum dan memenuhi kebutuhan pokok

sehari-hari.

3. Harta Pemberian Negara

Harta pemberian Negara seperti santunan untuk fakir miskin dan

anak-anak terlantar. Pada Negara Islam dana ini diambil dari dana zakat,

infaq, shadaqah, dan juga pajak.

4. Harta-Harta yang Diperoleh Seseorang Tanpa Daya dan Upaya

Apapun.

Kepemilikan ini bisa diperoleh dengan cara-cara yang baik seperti

pemberian orang atau santunan, dan juga bisa dengan cara yang tidak baik.

Artinya, orang tersebut tanpa berusaha atau bekerja tetapi mengambil hak

orang lain seperti mencuri, merampok dan lain sebagainya.23

3. Macam-Macam Kepemilikan

Kepemilikan dalam Islam dibagi menjadi empat macam tipe yaitu:

1. Kepemilikan Umum

Kepemillikan umum adalah kepemilikan secara kolektif atau

hak milik sosial. Contoh khusus tentang kepemilikan umum adalah

wakaf, contoh lain seperti air, rumput, api dan garam seperti terdapat

dalam hadits.24

23

Muhammad Djakfar, op. cit, hlm. 93. 24

Ibid, hlm. 94.

Page 38: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

26

مو مسيم شا رك فى ثال ثت ما ء ومالء وميح

“Semua orang Islam berserikat dalam tiga hal, dalam hal air, rumput

dan api, dan garam.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Di samping empat macam barang ini diqiyaskan juga kepada

barang tambang dan minyak bumi, serta kebutuhan pokok kehidupan

manusia pada situasi dan kondisi tertentu, termasuk juga sumber-

sumber air minum, hutan, laut dan isinya.25

Pemilikan umum adalah izin dari syar‟i (Allah SWT) kepada

masyarakat secara bersama untuk memanfaatkan benda. Benda-benda

ini dapat dikategorikan ke dalam tiga macam yaitu :

a. Fasilitas umum, yaitu barang-barang yang mutlak diperlukan

manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti air, api (bahan bakar,

listrik, gas), padang rumput (hutan).

b. Barang-barang yang tabiat kepemilikannya menghalangi adanya

penguasaan individu seperti, sungai, danau, jalan, lautan, udara,

masjid, dan sebagainya.

c. Barang tambang dalam jumlah besar yang sangat dibutuhkan oleh

masyarakat, seperti emas, perak, minyak, dan sebagainya.

2. Kepemilikan Khusus (Individu)

Setiap individu memiliki hak untuk menikmati hak miliknya,

menggunakan secara produktif, memindahkannya dan melindungi dari

penyia-nyiaan (pemubaziran). Tetapi haknya itu dibatasi ia tidak boleh

25

Ibrahim Lubis, op. cit, hlm. 266.

Page 39: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

27

menggunakannya secara berhambur-hamburan, semena-mena (dengan

buruk), dan dilarang untuk tujuan bermewah-mewahan.26

Kepemilikan

khusus adalah izin dari syara‟ yang memungkinkan siapa saja untuk

memanfaatkan zat maupun kegunaan (utility) suatu barang serta

memperoleh kompensasi baik karena barangnya diambil kegunaannya

oleh orang lain seperti disewa maupun karena dikonsumsi untuk

dihabiskan zatnya seperti dibeli dari barang tersebut.27

Sesuai dengan makna kepemilikan khusus, maka jenis

kepemilikan ini dapat dikategorikan kedalam tiga macam yaitu:

Pertama, kepemilikan pribadi, merupakan kepemilikan yang

manfaatnya hanya berkaitan dengan satu orang saja, dan tidak ada

orang lain yang ikut andil dalam kepemilikan itu, seperti: rumah, mobil,

buku dan sebagainya.

Kedua, kepemilikan perserikatan, merupakan kepemilikan yang

manfaatnya dapat dipergunakan oleh beberapa orang yang dibentuk

dengan cara tertentu, seperti kerjasama yang melibatkan beberapa orang

tanpa melibatkan sekelompok orang lain. Contoh: semua jenis

perserikatan yang telah ditetapkan oleh Islam.

Ketiga, kepemilikan kelompok, merupakan kepemilikan yamg

menyangkut beberapa hal yang tidak boleh dimiliki perorangan atau

sekelompok kecil orang, namun pembagiannya harus didasarkan pada

persebaran terhadap banyak pihak, dimana manfaatnya diprioritaskan

26

Muhammad Djakfar, op. cit, hlm. 95. 27

M Ismail Yusanto dan M Karebet Widjajakusuma, op. cit, hlm. 25.

Page 40: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

28

bagi orang-orang yang sangat membutuhkan dan yang dalam keadaan

kritis.

Adapun sumber kepemilikan khusus diantaranya: perniagaan,

upah pekerjaan, pertanian, pengelolaan tanah mati, keahlian profesi,

mencari kayu, berburu, hibah penguasa, pemberian komisi atas profesi

dan hasil perlombaan, penerimaan hibah, barang temuan, wasiat,

warisan, dan lain sebagainya.

3. Kepemilikan Mutlak (Absolut)

Pemilik hakiki semua kekayaan (harta benda) di alam semesta

ini adalah Allah SWT. Karena Allah yang menciptakan segala sesuatu,

maka hanya Dia-lah yang memiliki kekuasaan penuh untuk mengontrol

apa yang diciptakan-Nya itu.

Allah yang maha pemberi rizki, dan hanya Dia yang memberi

lebih banyak pada seseorang dan memberi lebih sedikit pada yang lain,

sesuai dengan kehendak-Nya yang tidak terbatas. Perbedaan diantara

manusia dalam hal kekayaan, kemahiran, kualitas, inteligensi dan

selainnya adalah sebagai satu tanda hikmah dari kebijakan Allah.

Sekaligus sebagai bukti yang berhak memberi dan menentukan itu

hanyalah Allah sebagai pemilik mutlak. Al-Qur‟an, yang menjadi dasar

semua hukum Islam, dengan tegas menyatakan bahwa Allah lah

pemilik mutlak segala sesuatunya, sedangkan manusia hanya menjadi

khalifah Allah di bumi.

Page 41: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

29

4. Kepemilikan Relatif (Terbatas)

Sekalipun harta itu adalah milik Allah, namun kepemilikan

manusia diakui karena Allah telah mengaruniakan padanya kekayaan

dan Allah mengakui kepemilikan tersebut. Oleh karena adanya

pelimpahan ini, manusia seringkali mengira bahwasanya hak untuk

menggunakannya berada ditangan mereka. Karena manusia adalah

khalifah Allah, maka kepada mereka diharap bisa memainkan peran

sebagai seorang agen dan pemelihara kekayaan itu sebagai mestinya.

Karena fakta menunjukan bahwa Allah telah memberikan wewenang

pada manusia dalam hak kepemilikan, maka hal itu merupakan

legitimasi dari konsep kepemilikan individu dan kolektif. Artinya,

setiap manusia bisa menjadi pemilik sah dari sebuah kakayaan. Jika

manusia tidak diberi wewenang untuk memiliki dan mempergunukan

kekayaan pribadi, maka bisa dipastikan seluruh aturan yang ada

didalam al-Qur‟an akan menjadi sesuatu yang sangat tidak bermakna.

Secara umum hak milik individu adalah hak untuk memiliki,

menikmati, dan memindah tangankan kekayaan yang diakui dan

dipelihara dalam Islam, tetapi mereka mempunyai kewajiban moral

untuk menyedekahkan hartanya, karena kekayaan itu juga merupakan

hak masyarakat bahkan hewan, menyedekahkan harta itu karena atas

perintah pemilik mutlak kapada pemilik relative yaitu manusia.28

28

Muhammad Djakfar, op. cit, hlm. 95.

Page 42: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

30

Dari segi unsur harta (benda dan manfaat) kepemilikan

dibedakan atas: Milk al-tam (pemilikan sempurna) yaitu pemilikan

terhadap benda sekaligus manfaatnya. Milk naqish (pemilikan tidak

sempurna) yaitu kepemilikan atas salah satu jenis harta, benda atau

manfaatnya saja.

Dari segi obyeknya kepemilikan dibedakan menjadi tiga yaitu:

Milk Al-Ain adalah memiliki benda beserta manfaatnya, milk al-manfaat

adalah pemilikan seorang untuk memanfaatkan suatu harta benda milik

orang lain dengan keharusan menjaga materi bendanya, seperti

pemilikan atas manfaat membaca buku. Milk al-dain (milik piutang)

yaitu pemilikan harta benda yang berada dalam tanggung jawab orang

lain karena sebab tertentu. Seperti harta yang dihutangkan, harga jual

yang belum terbayar, harga kerugian barang yang dirusak atau

dimusnahkan oleh pihak lain.29

B. Hak Cipta Dalam Hukum Islam

1. Pengertian Hak Cipta

Menurut Undang-Undang Hak Cipta (UUHC) No. 19 tahun 2002

pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan hak cipta adalah: hak eksklusif bagi

pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaanya atau memberikan izin untuk itu (mengumumkan atau

29

Ghuffron A. Mas‟adi, op. cit, hlm. 64.

Page 43: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

31

memperbanyak) dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan

menurut undang-undang yang berlaku.30

Dalam UUHC nomor 19 tahun 2002. Dalam pasal 1 yang

dimaksud dengan :

1. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama

yang atas ispirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan

kemampuan pikiran, imajinasi, kecakapan, ketrampilan. Atau

keahlian yang dituangkan kedalam bentuk yang khas dan bersifat

pribadi.

2. Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukan

keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

3. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau

pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang

menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut

4. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,

pengedaran atau penyebaran, suatu ciptaan dengan menggunakan alat

apapun, termasuk media internet, atau melakuakan dengan cara

apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat

orang lain.

5. Perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan baik secara

keseluruhan maupun bagian yang sangat subtansial dengan

30

Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta

Page 44: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

32

menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk

mengalih wujudkan secara permanen atau temporer. 31

Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta

atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya

tulis lainnya, film, karya-karya koreografis (tari balet, dan sebagainya),

komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat

lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu)

desain industri.32

Dalam UUHC pasal 12 disebutkan Ciptaan yang

dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan

sastra, yang mencakup:

a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out), karya

tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks

e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan

pantomim;

f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni

ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni

terapan;

g. Arsitektur;

31

Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, op.cit, hlm. 207. 32

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta, Dikutip tanggal 21 Oktober 2010.

Page 45: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

33

h. Peta;

i. Seni batik;

j. Fotografi;

k. Sinematografi;

l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya

lain dari hasil pengalihwujudan.33

Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual,

namun hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual

lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan

invensi/penemuan), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli

untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang

melakukannya.

Konsep hak cipta di Indonesia merupakan terjemahan dari konsep

copyright dalam bahasa Inggris (secara harfiah artinya "hak salin").

Copyright ini diciptakan sejalan dengan penemuan mesin cetak. Sebelum

penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari

sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama

dengan proses pembuatan karya aslinya. Sehingga kemungkinan besar

para penerbitlah, bukan para pengarang, yang pertama kali meminta

perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat disalin.34

33

Op. cit, Undang-Undang No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta

34

Op. cit, http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta

Page 46: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

34

Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada

penerbit untuk menjual karya cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang

copyright mulai diundangkan pada tahun 1710 dengan Statute of Anne di

Inggris, hak tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit. Peraturan

tersebut juga mencakup perlindungan kepada konsumen yang menjamin

bahwa penerbit tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut

setelah transaksi jual beli berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga

mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu

selama 28 tahun, yang kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik

umum. Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works

("Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau

"Konvensi Bern") pada tahun 1886 adalah yang pertama kali mengatur

masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam konvensi ini,

copyright diberikan secara otomatis kepada karya cipta, dan pengarang

tidak harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera

setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si

pengarang otomatis mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya

tersebut dan juga terhadap karya derivatifnya, hingga si pengarang secara

eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku copyright

tersebut selesai.

Sejarah hak cipta di Indonesia yaitu bermula Pada tahun 1958,

Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi

Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta,

Page 47: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

35

dan karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalti. Pada tahun 1982,

Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan

Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan

undang-undang hak cipta yang pertama di Indonesia.

Undang-undang

tersebut kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987,

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, dan pada akhirnya dengan

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang kini berlaku. Perubahan

undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam

pergaulan antarnegara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi

pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization

WTO), yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of

Intellectual Propertyrights-TRIPs ("Persetujuan tentang Aspek-aspek

Dagang Hak Kekayaan Intelektual"). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam

bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997,

pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan

Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual

Property Organization Copyrights Treaty ("Perjanjian Hak Cipta WIPO")

melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.35

Dalam UUHC pasal 3 disebutkan bahwa; (1) hak cipta dianggap

sebagai benda bergerak, (2) hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik

seluruh atau sebagai karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis,

35

Ibid.

Page 48: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

36

sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.36

Dengan demikian, maka hak cipta termasuk harta yang bisa dimiliki oleh

seseorang secara sah.

Dalam pasal selanjutnya, yakni pasal 49 ayat 1 dijelaskan bahwa;

Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak

lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau

menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya. Pada ayat 2

juga dijelaskan bahwa; Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif

untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa

persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman

suara atau rekaman bunyi.

Dalam pasal sebelumnya yaitu pasal 1 angka 5 dan 6 dijelaskan

tentang publikasi dan penggandaan dalam pasal ini disebutkan bahwa;

Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,

pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat

apapun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apapun

sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.

Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara

keseluruhan maupun bagian yang sangat subtansial dengan menggunakan

bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan

secara permanen atau temporer.

36

Op. cit, Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta

Page 49: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

37

Kemudian dalam pasal 72 ayat 1 dijelaskan bahwa; Barangsiapa

dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2)

dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)

bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah),

atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah.37

Dengan demikian, jelas

bahwa pelanggaran terhadap hak cipta merupakan tindak kejahatan pidana

yang bisa dikenai hukuman.

2. Kedudukan Hak Cipta Dalam Hukum Islam

Didalam syari‟at Islam, diakui adanya hak-hak yang bersifat

perorangan terhadap suatu benda, bukan berarti karena kepemilikan

tersebut seseorang dapat berbuat sewenang-wenang. Sebab aktifitas

ekonomi dalam pandangan Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup

diri dan keluarga, juga masih melekat hak dari orang lain.38

Dalam Islam (muamalah) hak cipta dikategorikan kepada hak

adabi atau hak ibtikar, seperti hak cipta atas sesuatu benda, hak atas

karangan, hak atas membuat suatu macam obat. Hak cipta itu dimiliki oleh

si pengarang.39

Dr. Fathi ad-Duraini, guru besar fiqh di Universitas Damaskus

Syria, menyatakan bahwa ibtikar adalah : gambaran pemikiran yang

dihasilkan seorang ilmuan melalui kemampuan pemikiran dan analisisnya

37

Ibid. 38

Suhrawardi K. Lubis, op. cit, hlm. 12. 39

TM. Hasbi Ash Shiddieqy, op. cit, hlm. 126.

Page 50: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

38

dan hasilnya merupakan penemuan atau kreasi pertama, yang belum

dikemukakan ilmuan sebelumnya. Definisi ini mengandung pengertian

bahwa dari segi bentuk, hasil pemikiran ini tidak terletak pada materi yang

berdiri sendiri yang dapat diraba dengan alat indera manusia, tetapi

pemikiran baru itu berbentuk dan punya pengaruh apabila telah dituangkan

kedalam tulisan seperti buku atau media lainnya. Akan tetapi ibtikar ini

bukan berarti sesuatu yang baru sama sekali, tetapi juga boleh berbentuk

suatu penemuan dari ilmuan sebelumnya, misalnya terjemahan hasil

pemikiran orang lain kedalam bahasa asing.40

Dalam penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa hak cipta

atau hak intelektual adalah harta yang diperoleh dengan cara yang sah

yaitu hasil kreatif baik individu maupun kelompok, dalam hal ini

Muhammad Djakfar berpendapat bahwa bekerja adalah salah satu cara

untuk memperoleh hak milik. Islam memerintahkan umatnya untuk

bekerja dengan cara baik dan halal. 41

Oleh karena itu, hak cipta termasuk

salah satu milik atau kekayaan yang harus dijaga dengan baik dan

didapatkan dengan jalan yang baik pula.

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 29

40

Nasrudin Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, hlm. 39. 41

Muhammad Djakfar, op. cit, hlm. 92.

Page 51: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

39

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.42

Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman :

……

“Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil”….

43

Dalam kaidah fiqh juga disebutkan “bahaya (kerugian) harus

dihilangkan” اىضرر يزاه .44

Perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual sangatlah perlu

karena penciptaan hak kekayaan intelektual membutuhkan banyak waktu

disamping bakat, pekerjaan, dan juga uang untuk pembiayaanya. Apabila

tidak ada perlindungan atas kreatifitas intelektual yang berlaku dibidang

seni, industri, dan pengetahuan, maka tiap orang dapat meniru dan

mengcopy secara bebas dan serta mereproduksi tanpa batas.45

Dengan

demikian jelas bahwa perlindungan atas hak kekayaan intelektual

sangatlah penting.

42

Depag RI, op. cit , hlm. 84. 43

Ibid, hlm. 30. 44

Drs. Moh. Adib Bisri, op. cit, hlm. 21. 45

Sudargo Gautama, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual, Jakarta: PT Aresco, 1990,

hlm. 7.

Page 52: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

40

BAB III

PENGARUH FATWA MUI NO. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005

TENTANGPERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN

INTELEKTUAL(HKI)

A. Gambaran Singkat Profil Lembaga MUI

1. Sekilas Tentang Majelis Ulama Indonesia MUI

MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah lembaga swadaya

masyarakat yang mewadahi ulama, zu'ama, dan cendekiawan Islam di

Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di

seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab

1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, Indonesia.1

MUI berdiri sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para

ulama, cendekiawan dan zu‟ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air,

antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi

di Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari

ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam,

Perti. Al Washliyah, Math‟laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al

Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, Angkatan Darat,

Angkatan Udara, Angkatan Laut dan POLRI serta 13 orang

tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.

Dari musyawarah tersebut, dihasilkan sebuah kesepakatan untuk

membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama. Zuama dan

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Ulama_Indonesia

Page 53: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

41

cendekiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah “Piagam Berdirinya

MUI,” yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian

disebut Musyawarah Nasional Ulama I.

Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia

tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di

mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok

dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat. Dalam

perjalanannya, selama dua puluh lima tahun, Majelis Ulama Indonesia

sebagai wadah musyawarah para ulama, zu‟ama dan cendekiawan muslim

berusaha untuk :

1. Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam

mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah

SWT.

2. Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan

kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan

kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat

beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta;

3. Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan

penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan

pembangunan nasional meningkatkan hubungan serta kerjasama antar

organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan

bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan

Page 54: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

42

mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.2

Sebagai organisasi yang dilahirkan oleh para ulama, zuama dan

cendekiawan muslim serta tumbuh berkembang di kalangan umat Islam,

Majelis Ulama Indonesia adalah gerakan masyarakat. Dalam hal ini, Majelis

Ulama Indonesia tidak berbeda dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan

lain di kalangan umat Islam, yang memiliki keberadaan otonom dan

menjunjung tinggi semangat kemandirian. Semangat ini ditampilkan dalam

kemandirian dalam arti tidak tergantung dan terpengaruh kepada pihak-pihak

lain di luar dirinya dalam mengeluarkan pandangan, pikiran, sikap dan

mengambil keputusan atas nama organisasi.

Dalam kaitan dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan di

kalangan umat Islam, Majelis Ulama Indonesia tidak bermaksud dan tidak

dimaksudkan untuk menjadi organisasi supra-struktur yang membawahi

organisasi-organisasi kemasyarakatan tersebut, dan apalagi memposisikan

dirinya sebagai wadah tunggal yang mewakili kemajemukan dan keragaman

umat Islam. Majelis Ulama Indonesia, sesuai niat kelahirannya adalah wadah

silaturrahmi ulama, zuama dan cendekiawan Muslim dari berbagai kelompok

di kalangan umat Islam.

Kemandirian Majelis Ulama Indonesia tidak berarti menghalanginya

untuk menjalin hubungan dan kerjasama dengan pihak-pihak lain baik dari

dalam negeri maupun luar negeri, selama dijalankan atas dasar saling

menghargai posisi masing-masing serta tidak menyimpang dari visi, misi dan

2 Ibid.

Page 55: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

43

fungsi Majelis Ulama Indonesia. Hubungan dan kerjasama itu menunjukkan

kesadaran Majelis Ulama Indonesia bahwa organisasi ini hidup dalam tatanan

kehidupan bangsa yang sangat beragam, dan menjadi bagian utuh dari tatanan

tersebut yang harus hidup berdampingan dan bekerjasama antar komponen

bangsa untuk kebaikan dan kemajuan bangsa. Sikap Majelis Ulama Indonesia

ini menjadi salah satu ikhtiar mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin

(Rahmat bagi Seluruh Alam).3

Kepengurusan Majlis Ulama Indonesia dari periode awal hingga

sekarang adalah :

NO NAMA AWAL JABATAN AKHIR JABATAN

1 Prof. Dr. Hamka 1977 1981

2 KH. Syukri Ghozali 1981 1983

3 KH. Hasan Basri 1983 1990

4 Prof. KH. Ali Yafie 1990 2000

5 KH. M. Sahal Mahfudz 2000 Sekarang

2. Visi dan Misi MUI

MUI sebagai organisasi yang dilahirkan oleh para ulama, dan

cendikiawan muslim adalah gerakan masyarakat. Dalam hal ini, MUI tidak

berbeda dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan lain di kalangan umat

Islam, yang menjunjung tinggi semangat kemandirian, oleh karena itu, MUI

juga mempunyai visi, misi dan peran penting MUI sebagai berikut :

3 http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Ulama_Indonesia#Lima_peran_MUI

Page 56: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

44

1. Visi

Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan

kenegaraan yang baik, memperoleh ridlo dan ampunan Allah SWT (baldatun

thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat berkualitas (khaira

ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin (izzul Islam

wal-muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

manifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil 'alamin)

2. Misi

a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif

dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah hasanah), sehingga

mampu mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan

dan memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariah Islamiyah;

b. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma'ruf nahi mungkar dalam

mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas

(khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan;

c. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam

mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

3. Orientasi dan Peran MUI

Majelis Ulama Indonesia mempunyai sembilan orientasi

perkhidmatan, yaitu:

1) Diniyah

Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang

Page 57: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

45

mendasari semua langkah dan kegiatannya pada nilai dan ajaran Islam

yang kaffah.

2) Irsyadiyah

Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan dakwah

wal irsyad, yaitu upaya untuk mengajak umat manusia kepada kebaikan

serta melaksanakan amar makruf dan nahi munkar dalam arti yang seluas-

luasnya. Setiap kegiatan Majelis Ulama Indonesia dimaksudkan untuk

dakwah dan dirancang untuk selalu berdimensi dakwah.

3) Istijabiyah

Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang

berorientasi istijabiyah, senantiasa memberikan jawaban positif dan

responsif terhadap setiap permasalahan yang dihadapi masyarakat melalui

prakarsa kebajikan (amal saleh) dalam semangat berlomba dalam kebaikan

(istibaq fi al-khairat).

4) Hurriyah

Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan

independen yang bebas dan merdeka serta tidak tergantung maupun

terpengaruh oleh pihak-pihak lain dalam mengambil keputusan,

mengeluarkan pikiran, pandangan dan pendapat.

5) Ta'awuniyah

Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang

mendasari diri pada semangat tolong menolong untuk kebaikan dan

ketakwaan dalam membela kaum dhu'afa untuk meningkatkan harkat dan

Page 58: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

46

martabat, serta derajat kehidupan masyarakat. Semangat ini dilaksanakan

atas dasar persaudaraan di kalangan seluruh lapisan umat Islam

(ukhuwwah Islamiyah). Ukhuwah Islamiyah ini merupakan landasan bagi

Majelis Ulama Indonesia untuk mengembangkan persaudaraan

kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah)dan memperkukuh persaudaraan

kemanusiaan (ukhuwwah basyariyyah).

6) Syuriyah

Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang

menekankan prinsip musyawarah dalam mencapai permufakatan melalui

pengembangan sikap demokratis, akomodatif dan aspiratif terhadap

berbagai aspirasi yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.

7) Tasamuh

Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang

mengembangkan sikap toleransi dan moderat dalam menghadapi masalah-

masalah khilafiyah.

8) Qudwah

Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang

mengedepankan kepeloporan dan keteladanan melalui prakarsa kebajikan

yang bersifat perintisan untuk kemaslahatan umat.

9) Addualiyah

Majelis Ulama Indonesia merupakan wadah perkhidmatan yang

menyadari dirinya sebagai anggota masyarakat dunia yang ikut aktif

memperjuangkan perdamaian dan tatanan dunia sesuai dengan ajaran

Page 59: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

47

Islam.4

Sedangkan dalam perannya MUI mempunyai lima peran utama

yaitu:

1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)

Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai ahli waris tugas-tugas

para Nabi, yaitu menyebarkan ajaran Islam serta memperjuangkan

terwujudnya suatu kehidupan sehari-hari secara arif dan bijaksana

berdasarkan Islam.

2. Sebagai pemberi fatwa (Mufti)

Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai pemberi fatwa bagi

umat Islam baik diminta maupun tidak diminta. Sebagai lembaga pemberi

fatwa Majelis Ulama Indonesia mengakomodasi dan menyalurkan aspirasi

umat Islam Indonesia yang sangat beragam aliran paham dan pemikiran

serta organisasi keagamaannya.

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ri’ayat wa khadim al ummah)

Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai pelayan umat (khadim

al-ummah), yaitu melayani umat dan bangsa dalam memenuhi harapan,

aspirasi dan tuntutan mereka. Dalam kaitan ini, Majelis Ulama Indonesia

senantiasa berikhtiar memenuhi permintaan umat, baik langsung maupun

tidak langsung, akan bimbingan dan fatwa keagamaan. Begitu pula,

Majelis Ulama Indonesia berusaha selalu tampil di depan dalam membela

4 Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII MUI Tahun 2005, Sekretariat MUI

2005, hlm. 21.

Page 60: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

48

dan memperjuangkan aspirasi umat dan bangsa dalam hubungannya

dengan pemerintah.

4. Sebagai pelopor gerakan pembaharuan (al Tajdid)

Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai pelopor al Tajdid yaitu

gerakan pembaharuan pemikiran Islam.

5. Sebagai penegak amar ma'ruf nahi munkar

Majelis Ulama Indonesia berperan sebagai wahana penegakan

amar ma‟ruf nahi munkar, yaitu dengan menegaskan kebenaran sebagai

kebenaran dan kebatilan sebagai kebatilan dengan penuh hikmah dan

istiqomah.5

B. PENGERTIAN FATWA

Fatwa menurut bahasa berarti jawaban mengenai suatu kejadian

(peristiwa), sedangkan fatwa menurut syara‟ adalah menerangkan hukum

syara‟ dalam suatu persoalan sebagai jawaban dari suatu pertanyaan, baik

si penanya itu jelas identitasnya maupun tidak, baik perseorangan maupun

kolektif.6

Secara bahasa fatwa berarti petuah, nasihat, jawaban pertanyaan

hukum. Menurut Ensiklopedi Islam, fatwa dapat didefinisikan sebagai

pendapat mengenai suatu hukum dalam Islam yang merupakan tanggapan

atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa dan

5 Ibid. hlm. 24.

6 Yusuf Qardhawi, Al-Fatwa Bainal Indhibat wat-Tasayyub, As‟ad Yasin, “Fatwa Antara

Ketelitian Dan Kecerobohan”, Jakarta : Gema Insani Press, Cet. 1, 1997, hlm. 5.

Page 61: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

49

tidak mempunyai daya ikat. Fatwa biasanya cenderung dinamis, karena

merupakan tanggapan terhadap perkembangan baru yang sedang dihadapi

masyarakat peminta fatwa. Isi fatwa itu sendiri belum tentu dinamis, tetapi

minimal fatwa itu responsif.7

Fatwa merupakan salah satu metode dalam al-Qur‟an dan as-

Sunnah dalam menerangkan hukum-hukum syara‟, ajaran-ajarannya, dan

arahan-arahanya. Kadang-kadang penjelasan itu diberikan tanpa adanya

pertanyaan atau perintah fatwa, terkadang penjelasan itu datang setelah

adanya pertanyaan dan permintaan fatwa terlebih dahulu, misalnya dalam

Al-Qur‟an, dengan menggunakan perkataan يسئلونك (mereka bertanya

kepadamu), dan يستفتونك (mereka meminta fatwa kepadamu).8

Tindakan memberi fatwa disebut futya atau ifta, suatu istilah yang

merujuk pada profesi pemberi nasihat. Orang yang memberi fatwa disebut

mufti atau ulama, sedangkan yang meminta fatwa disebut mustafti.

Peminta fatwa bisa perseorangan, lembaga ataupun siapa saja yang

membutuhkannya.9

Kedudukan fatwa sangat penting, karena mufti (pemberi fatwa)

merupakan penerus tugas Nabi, sehingga berkedudukan sebagai khalifah

dan ahli waris Nabi SAW.

العلمبء ورسة اال نبيبء “Ulama merupakan ahli waris para nabi’…..

7 http://dariislam.blogspot.com/2010/03/fatwa-pengertian.html, Selasa 28 desember 2010

8 Yusuf Qardhawi, op. cit. hlm. 6.

9 http://dariislam.blogspot.com, op. cit.

Page 62: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

50

Seorang mufti menggantikan kedudukan Nabi SAW, dalam

menyampaikan hukum-hukum Islam, mengajar manusia, dan memberi

peringatan kepada mereka agar sadar dan berhati-hati. Di samping

menyampaikan apa yang diriwayatkan Nabi SAW, Mufti juga

menggantikan kedudukan Beliau dalam memutuskan hukum-hukum yang

digali dari dalil-dalil, hukum-hukum melalui analisis dan ijtihadnya.

Sehingga seorang Mufti, juga sebagai pencetus hukum yang wajib diikuti

dan dilaksanakan keputusannya.10

C. KEKUATAN FATWA

Para ulama salaf mengetahui bahwa fatwa sangatlah mulia, agung,

dan berpengaruh dalam agama Allah dan kehidupan manusia. Oleh sebab

itu, mereka mengemukakan beberapa hal diantaranya:

Pertama, Takut memberi fatwa. Para ulama sangat takut dan

berhati-hati dalam memberikan fatwa, bahkan kadang-kadang mereka

berdiam diri dan tidak menfatwakan sesuatu. Mereka menghormati orang

yang mengatakan “aku tidak tahu” mengenai sesuatu yang tidak

diketahuinya, dan marah kepada orang-orang yang lancang dalam

berfatwa, mereka bersikap demikian karena untuk mengagungkan fatwa.

Kedua, Mengingkari orang yang berfatwa tanpa berdasarkan ilmu.

Para ulama salaf sangat mengingkari orang yang terjun dalam bidang

fatwa sementara dia tidak pantas untuk melakukan hal itu. Mereka

menganggap sikap yang demikian itu sebagai suatu celah kerusakan dalam

10

Yusuf Qardhawi, op. cit. hlm. 13.

Page 63: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

51

Islam, bahkan kemungkaran besar yang wajib dicegah. Para ulama

menetapakan bahwa ”barang siapa memberikan fatwa sedangkan dia tidak

berkelayakan untuk berfatwa, maka dia berdosa dan berbuat maksiat.

Demikian pula, barang siapa dari kalangan penguasa yang mengakuinya,

maka ia juga berarti telah berbuat maksiat”.

Ketiga, ilmu dan pengetahuan Mufti. Mufti (ahli fatwa) yang

menggantikan tugas Nabi SAW, bahkan sebagai penerima mandat dari

Allah (untuk menyampaikan agamanya) sudah selayaknya memiliki

pengetahuan yang luas tentang Islam, menguasai dalil-dalil hukum Islam,

mengerti ilmu bahasa arab, paham terhadap kehidupan dan manusia dan

mengerti fikih serta mempunyai kemampuan melakukan istimbath(

menggali dan mencetuskan hukum dari dalil-dalil dan kaidah-

kaidahnya).11

Fatwa selayaknya disebut sebagai ensiklopedia ilmiah modern

yang sudah tentu dibutuhkan oleh setiap ilmuan muslim yang menaruh

perhatian terhadap zamannya beserta segala permasalahannya. Namun

demikian tidak berarti bahwa semua yang tertulis dalam kitab fatwa benar

seluruhnya, kekeliruan yang ada didalamnya dimaafkan, bahkan akan

memperoleh pahala selama hal itu dilakukan sebagai upaya ijtihad.12

11

Ibid, hlm. 14. 12

Ibid, hlm.12.

Page 64: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

52

D. FATWA MUI NO. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 TENTANG

PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)

Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional VII MUI,

pada 19-22 Jumadil Akhir 1426H./ 26-29 Juli 2005M., setelah

Menimbang :

a. Bahwa dewasa ini pelanggaran terhadap Hak Kekayaan Intelektual

(HKI) telah sampai pada tingkat sangat meresahkan, merugikan dan

membahayakan banyak pihak, terutama pemegang hak, negara dan

masyarakat;

b. Bahwa terhadap pelanggaran tersebut, Masyarakat Indonesia Anti

Pemalsuan (MIAP) telah mengajukan permohonan fatwa kepada MUI;

c. Bahwa oleh karena itu, MUI memandang perlu menetapkan fatwa

tentang status hukum Islam mengenai HKI, untuk dijadikan pedoman

bagi umat islam dan pihak-pihak yang memerlukannya.

Mengingat :

1. Firman Allah SWT tentang larangan memakan harta orang lain secara

batil (tanpa hak) dan larangan merugikan harta maupun hak orang lain,

antara lain :

“Hai orang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janglah kamu membunuh

dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS.

Al-Nisa‟ [4]:29).

“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan

janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat

kerusakan”(QS. al Syu`ra[26]:183).

Page 65: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

53

“….kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS. al-

Baqarah[2]:279)

2. Hadis-hadis Nabi berkenaan dengan harta kekayaan, antara lain:

“Barang siapa meninggalkan harta (kekayaan), maka (harta itu) untuk

ahli warisnya, dan barang siapa meninggalkan keluarga (miskin),

serahkan kepadaku” (H.R. Bukhari).

“Sesungguhnya darah (jiwa) dan hartamu adalah haram (mulia,

dilindungi)…”(H.R. al-Tirmizi).

“Rasulullah SAW. Menyampaikan khutbah kepada kami; sabdanya:

`Ketahuilah: tidak halal bagi seseorang sedikit pun dari harta

saudaranya kecuali dengan kerelaan hatinya…`” (H.R. Ahmad).

3. Hadis-hadis tentang larang berbuat zalim, antara lain :

“Hai para hamba-Ku! Sungguh Aku telah haramkan kezaliman atas

diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman itu sebagai hal yang diharamkan

diantaramu; maka, janganlah kamu saling menzalimi…”(H.R Muslim).

“Muslim adalah saudara muslim (yang lain); ia tidak boleh menzalimi

dan menghinanya..”(H.R. Bukhari)

4. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari „Ubadah bin Shamit, riwayat

Ahmad dari Ibnu „Abbas, dan Malik dari Yahya :

“Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri dan tidak boleh

pula membahayakan (kerugikan) orang lain.”

5. Qawa‟id fiqh :

“Bahaya (kerugian) harus dihilangkan.”

“Menghindarkan mafsadat didahulukan atas mendatangkan maslahat.”

“Segala sesuatu yang lahir (timbul) dari sesuatu yang haram adalah

haram”

.

“Tidak boleh melakukan perbuatan hukum atas (menggunakan) hak

milik orang lain tanpa seizinnya.”

Page 66: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

54

Memperhatikan :

i. Keputusan Majma` al-Fiqih al-Islami nomor 43 (5/5) Mu`tamar V tahun

1409 H/1988 M tentang al-Huquq al-Ma`nawiyyah:

Pertama : Nama dagang, alamat dan mereknya, serta hasil

ciptaan (karang-mengarang) dan hasil kreasi adalah hak-hak khusus

yang dimiliki oleh pemiliknya, yang dalam abad moderen hak-hak

seperti itu mempunyai nilai ekonomis yang diakui orang sebagai

kekayaan. Oleh karena itu, hak-hak seperti itu tidak boleh dilanggar.

Kedua : Pemilik hak-hak non-material seperti nama dagang,

alamat dan mereknya, dan hak cipta mempunyai kewenangan dengan

sejumlah uang dengan syarat terhindar dari berbagai ketidakpastian dan

tipuan, seperti halnya dengan kewenangan seseorang terhadap hak-hak

yang bersifat material.

Ketiga : Hak cipta, karang-mengarang dari hak cipta lainnya

dilindungi oleh syara`. Pemiliknya mempunyai kewenangan

terhadapnya dan tidak boleh dilanggar.

ii. Pendapat Ulama tentang HKI, antara lain : “Mayoritas ulama dari

kalangan mazhab Maliki, Syafi`I dan Hambali berpendapat bahwa hak

cipta atas ciptaan yang orsinil dan manfaat tergolong harta berharga

sebagaimana benda jika boleh dimanfaatkan secara syara` (hukum

Islam)” (Dr. Fathi al-Duraini, Haqq al-Ibtikar fi al-Fiqh al-Islami al-

Muqaran, [Bairut: Mu`assasah al-Risalah, 1984], h. 20). Berkenaan

dengan hak kepengarangan (haqq al-ta`lif), salah satu hak cipta,

Page 67: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

55

Wahbah al-Zuhaili menegaskan “Berdasarkan hal (bahwa hak

kepengarangan adalah hak yang dilindungi oleh syara` [hukum Islam]

atas dasar qaidah istishlah) tersebut, mencetak ulang atau men-copy

buku (tanpa seizin yang sah) dipandang sebagai pelanggaran atau

kejahatan terhadap hak pengarang; dalam arti bahwa perbuatan tersebut

adalah kemaksiatan yang menimbulkan dosa dalam pandangan Syara`

dan merupakan pencurian yang mengharuskan ganti rugi terhadap hak

pengarang atas naskah yang dicetak secara melanggar dan zalim, serta

menimbulkan kerugian moril yang menimpanya” (Wahbah al-Zuhaili,

al-Fiqh al_Islami wa Adilllatuhu, [Bairut: Dar al-Fikr al-Mu`ashir,

1998]juz 4, hl 2862).

iii. Pengakuan ulama terhadap hak sebagai peninggalan yang diwarisi :

“Tirkah (harta peninggalan, harta pusaka) adalah harta atau hak.”

(al_Sayyid al-Bakri, I`anah al Thalibin)

iv. Penjelasan dari pihak MIAP yang diwakili oleh Saudara Ibrahim Senen

dalam rapat Komisi Fatwa pada tanggal 26 Mei 2005.

v. Berbagai peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tentang

HKI beserta seluruh peraturan-peraturan pelaksanaannya dan

perubahan-perubahannya, termasuk namun tidak terbatas pada :

a. Undang-undang nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

tanaman

b. Undang-undang nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia dagang

c. Undang-undang nomor 31 tehun 2000 tentang Desain industry

Page 68: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

56

d. Undang-undang nomor 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak

Sirkuit terpadu

e. Undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang paten

f. Undang-undang nomor 15 tahun 2001 tentang Merek; dan

g. Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak cipta

h. Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI

2005 dengan bertawakal kepada Allah SWT

Memutuskan

Menetapkan : Fatwa Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

(HKI)

Pertama : Ketentuan Umum

Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan Kekayaan Intelektual

adalah kekayaan yang timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan

suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia dan diakui oleh

Negara berdasarkan peraturan perundanga-undangan yang berlaku. Oleh

karenanya, HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari

suatu kreativitas intelektual dari yang bersangkutan sehingga memberikan

hak privat baginya untuk mendaftarkan, dan memperoleh perlindungan

atas karya intelektualnya. Sebagai bentuk penghargaan atas karya

kreativitas intelektualnya tersebut Negara memberikan Hak Eksklusif

kepada pendaftarannya dan/atau pemiliknya sebagai Pemegang Hak

mempunyai hak untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya atau

tanpa hak, memperdagangkan atau memakai hak tersebut dalam segala

Page 69: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

57

bentuk dan cara. Tujuan pengakuan hak ini oleh Negara adalah setiap

orang terpacu untuk menghasilkan kreativitas-kreavitasnya guna

kepentingan masyarakat secara lauas. ([1] Buku Panduan Hak Kekayaan

Intelektual Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, halaman 3 dan [2]

Ahmad Fauzan, S.H., LL.M., Perlindungan Hukum Hak Kekayaan

Intelektual, Bandung, CV Yrama Widya, 2004, Halaman 5).

HKI meliputi :

a. Hak perlindungan Varietas Tanaman, yaitu hak khusus yang di berikan

Negara kepada pemulia dan / atau pemegang Hak Perlindungan

Varietas Tanaman untuk menggunakan sendiri Varietas hasil

permuliannya, untuk memberi persetujuan kepada orang atau badan

hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu. (UU No. 29

tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Pasal 1 angka 2);

b. Hak Rahasia Dagang, yaitu hak atas informasi yang tidak di ketahui

oleh umum di bidang teknologi dan / atau bisnis, mempunyai nilai

ekonomis karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga

kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. Pemilik Rahasia Dagang

berhak menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya dan /

atau memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk

menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang

itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial. (UU

Page 70: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

58

No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Pasal 1 angka 1,2 dan

Pasal 4);

c. Hak Desain Industri, yaitu hak eksklusif yang di berikan oleh Negara

Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya selama waktu

tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuaannya

kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. (UU No. 31 tahun

2000 tentang Desain Industri, Pasal 1 Angka 5);

d. Hak Desain Tata Letak Terpadu, yaitu hak eksklusif yang diberikan

oleh Negara Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya

selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

(UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Terpadu, Pasal 1

Angka 6);

e. Paten, yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Repulik

Indonesia kepada penemu atas hasil invensinya di bidang teknologi

selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

(UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, Pasal 1 Angka 1);

f. Hak atas Merek, yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh Negara

Republik Indonesia kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar

Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan

sendiri untuk Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain

Page 71: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

59

yang menggunakannya. (UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek, Pasal

3); dan

g. Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin

untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

peraturan perundang-undang yang berlaku (UU No. 19 tahun 2002

tentang Hak Cipta).

KETENTUAN HUKUM

1. Dalam Hukum Islam, HKI dipandang sebagai salah satu huquq maliyyah

(hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashu) sebagaimana

mal (kekayaan).

2. HKI yang mendapat perlindungan hukum Islam sebagaimana di maksud

angka 1 tersebut adalah HKI yang tidak bertentangan dengan hukum

Islam.

3. HKI dapat dijadikan obyek akad (al-ma‟qud‟alaih), baik akad

mu‟awadhah (pertukaran, komersial), maupun akad tabarru‟at

(nonkomersial), serta dapat diwaqafkan dan diwariskan.

4. Setiap bentuk pelanggaran terhadap HKI, termasuk namun tidak terbatas

pada menggunakan, mengungkapkan, membuat, memakai, menjual,

mengimpor, mengekspor, mengedarkan, menyerahkan, menyediakan,

mengumumkan, memperbanyak, menjiplak, memalsu, membajak HKI

Page 72: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

60

milik orang lain secara tanpa hak merupakan kezaliman dan hukumnya

adalah haram.13

E. Pengaruh Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang

Perlindungan HKI, Terhadap pelaksanaan Layanan Foto Copy Buku

Berhak Cipta

Selama ini berbagai usaha untuk mensosialisasikan penghargaan atas

Hak Kekayaaan Intelektual (HKI) telah dilakukan secara bersama-sama oleh

aparat pemerintah terkait, beserta lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga

swadaya masyarakat. Akan tetapi sejauh ini upaya sosialisasi tersebut

Tampaknya belum cukup berhasil. Ada beberapa alasan yang mendasarinya:

1. Konsep dan perlunya HKI belum dipahami secara benar di kalangan

masyarakat.

2. Kurang optimalnya upaya penegakan, baik oleh pemilik HKI itu sendiri

maupun aparat penegak hukum.

3. Tidak adanya kesamaan pandangan dan pengertian mengenai pentingnya

perlindungan dan penegakan HKI di kalangan pemilik HKI dan aparat

penegak hukum, baik itu aparat Kepolisian, Kejaksaan maupun hakim.

Tanpa usaha sosialisasi di berbagai lapisan masyarakat, kesadaran

akan keberhargaan HKI tidak akan tercipta. Sosialisasi HKI harus

dilakukan pada semua kalangan terkait, seperti aparat penegak hukum,

pelajar, masyarakat pemakai, para pencipta dan yang tak kalah pentingnya

13

Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII MUI Tahun 2005, op. cit, hlm. 98.

Page 73: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

61

adalah kalangan pers karena dengan kekuatan tinta kalangan jurnalis

upaya kesadaran akan pentingnya HKI akan relatif lebih mudah terwujud.

Target dari kegiatan sosialisasi tersebut harus dengan jelas teridentifikasi

dalam setiap bentuk sosialisasi, seperti diskusi ilmiah untuk kalangan

akademisi, perbandingan sistem hukum dan pelaksanaannya bagi aparat

dan praktisi hukum, dan lain-lain.14

Fatwa hak cipta yang orisinil dan bermanfaat digolongkan sebagai

harta yang sangat berharga. Indonesia dikenal sebagai salah satu 'surga'

peredaran barang-barang bajakan dan illegal. Hal ini terbukti dengan

masih banyaknya masyarakat yang memperdagangkan barang-barang

bajakan, meskipun telah ada berbagai peraturan yang melarang

memperbanyak, membuat, memakai, menjual dan sebagainya. Namun,

masih tetap saja ada yang mengcopy buku berhak cipta tanpa izin

penciptanya.

Meskipun ada banyak peraturan yang melarang mengcopy buku

berhak cipta. Namun masih tetap saja ada yang melanggarnya. Berbagai

alasan yang mereka kemukakan seperti yang dikatakan Fahrudin selaku

pemilik salah satu kios foto copy mengatakan, tujuan awal dari

membangun kios foto copy adalah untuk bisnis, maka dengan

menyediakan layanan foto copy yang cepat, ramah dan biaya murah, yang

menjadi incaran para konsumen, maka dari itu untuk mendapat pelanggan

dia harus melayani sesuai dengan pesanan, misalnya dengan melayani foto

14

www. Kompasiana.com, dikutip pada tanggal kamis, 30 september 2010

Page 74: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

62

copy buku, tanpa memilah-milah buku yang akan dicopy, dan tidak

mempedulikan buku yang akan dicopy berhak cipta atau tidak,

menurutnya apabila dia memilah-milah buku yang akan di copy bukan

keuntungan yang didapat melainkan kerugian yang akan didapat.15

Tidak hanya itu para pemilik dan pekerja kios foto copy banyak

yang tidak mengetahui tentang fatwa MUI NO. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI),

kaitannya dengan mengcopy buku berhak cipta disini Dedi (pekerja di

salah satu kios foto copy) mengatakan kalaupun sudah mengetahui tentang

adanya fatwa MUI tersebut, dia tidak menghiraukannya karena dia disini

hanya bekerja.16

Bisnis ini sangat menguntungkan dan menarik

masyarakat, yang kini bisa dilihat dengan semakin banyaknya kios-kios

yang melayani foto copy.

Kegiatan mengcopy buku berhak cipta sangat kerap kita temukan

misalnya di sekitar sekolahan, universitas dan perpustakaan. Berbagai

peraturan tentang larangan keras mengcopy buku berhak cipta tanpa izin

pencipta. Namun, masih tetap saja banyak masyarakat yang tetap

melakukan pengcopyan buku berhak cipta. Berbagai alasan yang mereka

kemukakan seperti yang dikatakan Septy selaku mahasiswi, dia

mengatakan bahwa dia mengetahui dengan baik tentang adanya peraturan

yang melarang keras mengcopy buku berhak cipta, tetapi menurutnya

15

Hasil Wawancara pada tanggal 7 januari 2011 16

Hasil Wawancara pada tanggal 11 Januari 2011

Page 75: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

63

kegitan yang dilakukannya tidak melanggar, karena dengan alasan buku

yang dicopy nya sangat langka dan sulit untuk mendapatkan.17

Para pemilik kios foto copyan hanyalah bagian kecil dari para

pemilik percetakan besar yang dengan sengaja memperbanyak atau

membuat buku-buku yang sedang banyak dicari oleh pembaca untuk

mencari keuntungan dengan membuat buku-buku tanpa izin penulisnya.

Foto copyan hanyalah untuk membantu masyarakat khususnya pelajar

dalam melakukan kegiatan belajarnya.

Menurut Zaini disamping kegiatan foto copy, meringankan

masyarakat, selain itu juga sangat membantu pelajar dalam melakukan

kegiatan belajarnya, misalnya buku yang memang sulit dan mahal untuk

dimiliki, karena itu dengan adanya foto copyan mereka bisa memiliki buku

tersebut dengan mengcopynya.18

Kaitannya kegiatan mengcopy dengan fatwa MUI NO. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

ternyata kurang mendapat perhatian dari para pemilik dan para konsumen

(orang yang mengcopy) ini dapat dilihat dengan masih banyaknya para

pelayan foto copy dan konsumen yang tidak memperhatikan dan memilah-

milah buku yang akan di copy, bahkan ada yang tidak mengetahui sama

sekali tentang adanya fatwa MUI tentang perlindungan HKI.19

17

Hasil Wawancara pada tanggal 15 februari 2011 18

Hasil Wawancara pada tanggal 23 februari 2011 19

Hasil Wawancara dengan Rahman (konsumen foto copyan) pada tanggal 25 februari

2011

Page 76: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

64

Hak cipta termasuk hak kekayaan intelektual yang dilindungi,

karena hak cipta merupkan hasil olah pikir manusia untuk menghasilkan

karya cipta. Cara pemerintah melindungi HKI yaitu dengan membuat

undang-undang, serta peraturan-peraturan lain, salah satunya yaitu MUI

yang mengeluarkan fatwa tentang perlindungan HKI, dan undang-undang

yang berlaku pada saat ini yaitu UUHC No.19 tahun 2002.

Didalam undang-undang maupun fatwa MUI, disini dijelaskan

tentang larangan keras untuk mengcopy, membajak, dan sejenisnya tanpa

izin para pencipta. Dalam fatwa MUI disebutkan HKI dipandang sebagai

hak kekayaan (huquq maliyah) yang mendapatkan perlindungan hukum

sebagai kekayaan (mal), HKI yang mendapatkan perlindungan disini

adalah HKI yang tidak bertentangan dengan hukum Islam, dan di tegaskan

tentang keharaman meperbanyak, membajak, menjiplak dan sejenisnya

tanpa izin, karena perbuatan itu termasuk perbuatan yang dzalim.

Dalam fatwa MUI NO. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) tidak disebutkan adanya

batasan untuk menggunakan, mengungkapkan, membuat, memakai,

menjual, mengimpor, mengekspor, mengedarkan, menyerahkan,

menyediakan, mengumumkan, memperbanyak, menjiplak, memalsu dan

membajak. Menurut Bapak Muhyidin selaku komisi fatwa & kajian

hukum Islam MUI JATENG, beliau mengatakan bahwa walau sedikitpun

itu dalam (menggunakan, mengungkapkan, membuat, memakai, menjual,

mengimpor, mengekspor, mengedarkan, menyerahkan, menyediakan,

Page 77: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

65

mengumumkan, memperbanyak, menjiplak, memalsu, membajak) adalah

merupakan kedzaliman, dan hukumnya adalah haram. Tetapi disini beliau

menggaris bawahi bahwa kegiatan mengcopy buku berhak cipta tidak

dilarang, dengan tujuan kegiatan mengcopy buku berhak cipta hanyalah

untuk mempermudah masyarakat khususnya pelajar yang membutuhkan

buku-buku untuk kepentingan pendidikannya, karena keterbatasan buku,

dan biaya yang menjadi tujuan utama untuk lebih memilih mengcopy

daripada membeli buku aslinya. Itu terbukti bahwa masih banyaknya

buku-buku copyan yang berhak cipta berada di perpustakaan-

perpustakaan, tetapi buku-buku tersebut memang buku-buku terbitan lama,

bahkan tidak diterbitkan lagi, dan buku-buku yang jarang ditemukan

misalnya buku-buku terbitan dari luar negeri. Sedangkan yang dilarang

oleh MUI adalah sengaja menjual buku-buku hasil copyan (membuat)

tanpa meminta izin dari para penciptanya.20

20

Hasil Wawancara dengan Bpk. Muhyidin (komisi fatwa MUI JATENG) Pada Tanggal

9 Maret 2011

Page 78: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

66

BAB IV

ANALISIS FATWA MUI NO. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005

TENTANG PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA PADA LAYANAN FOTO

COPY BUKU BERHAK CIPTA

A. Analisis Latar Belakang Lahirnya Fatwa MUI No. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Islam sangat menghargai kreativitas karya individu, apalagi

kreativitas manusia dalam usaha merubah nasib perjalanan hidupnya

dengan cara benar. Salah satu cara dalam mencari usaha yaitu dengan

mengumpulkan kekayaan dengan sepuas-puasnya, asalkan dengan jalan

yang halal dan disalurkan menurut cara-cara yang dibenarkan oleh hukum

syara‟.

M. Hutauruk berpendapat bahwa jual beli produk bajakan

mengandung bahaya (dlarar), karena merugikan orang lain dan tidak

mematuhi undang-undang. Walaupun dari satu sisi kelihatan seolah-olah

membantu masyarakat dengan meringankan biaya, tetapi justru itu

merugikan.1

Bentuk kerugian itu diantaranya; Pertama, pembajak tidak mau

menyadari jerih payah si pencipta itu (waktu, tenaga dan dananya habis

untuk menghasilkan karya cipta itu). Kedua, pembajak tidak mau

mengakui jasa si pencipta itu untuk kemajuan kesusastraan, atau kesenian.

Ketiga, pembajak tidak mau mengakui jasa orang atau perusahaan

(penerbit) yang dengan penuh resiko menyediakan modal untuk

1 M. Hutauruk, Peraturan Hak Cipta Nasional,Cet. 1 Jakarta; Penerbit Erlangga, 1982,

hlm. 108.

Page 79: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

67

menyiarkan, memperbanyak dan menyebarkan karya cipta tersebut. Selain

itu, penerbit atau percetakan harus membayar berbagai pajak dan royalty

pencipta. Sedangkan pembajak, selain melakukan pembajakan mereka

juga tidak membayar royalty dari bajakan tersebut sehingga selain

merugikan pencipta dan penerbit, pembajak juga merugikan Negara.2

Indonesia dikenal sebagai salah satu 'surga' peredaran barang-

barang bajakan dan ilegal. Segala barang bajakan dan tiruan dapat

ditemukan dengan mudah di negeri ini. Dibanyak pusat perniagaan aneka

produk bajakan alias palsu seperti: barang elektronik, buku, kaset musik,

film, software, hingga obat sekalipun dijual bebas. Tak heran, jika

Indonesia pada 2007 tercatat berada di urutan lima besar negara dengan

tingkat pembajakan dan pelanggar terbesar hak atas kekayaan intelektual

(HAKI).3

Melihat semakin maraknya pelanggaran terhadap hak cipta

terutama pembajakan yang meresahkan dan merugikan banyak pihak,

termasuk MUI sebagai wadah masyarakat para ulama dan cendekiawan

muslim serta menjadi pengayom bagi seluruh muslim Indonesia, maka dari

itu MUI pun mengeluarkan fatwanya yaitu termaktub dalam Fatwa MUI

No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual.

Dikeluarkannya fatwa MUI tersebut disebabkan oleh lemahnya

penegak hukum dan kesadaran masyarakat. Untuk itu dengan

dikeluarkannya Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, diharapkan kesadaran bagi

masyarakat untuk tidak melakukan pelanggaran terhadap hak cipta, fatwa

ini bukan segala-galanya, tetapi merupakan sebuah pendekatan moral.

2 Ibid.

3 Hak Cipta Dalam Pandangan Islam, Republika: Edisi Jum‟at, 16 oktober 2009. Loc.cit.

Page 80: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

68

Fatwa ini merupakan kampanye bersama terhadap hal-hal yang bisa

menimbulkan madharat.

Dalam Islam, digariskan bahwa segala sesuatu yang diperoleh

dengan cara yang sah (benar dan halal) seperti; harta yang diperoleh dari

hasil kerja keras, harta yang diambil dari benda yang tidak bertuan, harta

yang diambil atas dasar saling meridlai, harta yang diperoleh dari waris,

wasiat, hibah, dan lain sebagainnya, adalah wajib dilindungi baik oleh

individu maupun masyarakat. Dalam penjelasan terdahulu telah dijelaskan

bahwa hak cipta atau hak intelektual adalah harta yang diperoleh dengan

cara yang sah yaitu hasil kerja kreatif baik individu maupun kelompok,

dalam hal ini kreasi seorang adalah sumber utama kepemilikan manusia.

Oleh karena itu, hak cipta termasuk salah satu milik (kekayaan) yang harus

dijaga baik oleh si pemilik maupun masyarakat.

Dari pembahasan diatas dapat kita pahami bahwasanya dengan

memberikan perlindungan tersebut berarti kita menghormati karya cipta

temuan orang lain yang merupakan harta kekayaan miliknya. Dalam Al-

Qur‟an memang tidak ditemukan ayat khusus yang mengatur tentang HKI,

karena hal tersebut merupakan masalah baru, namun perlindungan

terhadap hak kekayaan intelektual tetap ditemukan dalam sistem hukum

Islam, karena konsep hak disini bisa berkembang, Untuk itu kita dapat

menggunakan sumber hukum maslahah mursalah (kemaslahatan umum).

Maslahah mursalah yaitu setiap sesuatu atau tindakan yang sesuai

dengan tujuan syari‟at Islam, dan mempunyai nilai mendatangkan dan

Page 81: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

69

menghilangkan kerusakan, namun tidak mempunyai dalil eksplisit,

hukumnya harus dijalankan dan ditegakkan. 4

Berbagai kemaslahatan yang dikehendaki oleh lingkungan dan

kenyataan-kenyataan baru yang datang setelah wahyu terputus, sedangkan

syar‟i belum mensyariatkan hukum untuk merealisir kemaslahatan

tersebut, dan tidak ada dalil syar‟i yang mengakuinya atau

membatalkannya, maka inilah yang disebut dengan munasib mursal atau

disebut maslahah mursalah. Misalnya kemaslahatan yang menuntut

bahwasanya perkawinan yang tidak mendapat akte resmi, maka pengakuan

terhadap perkawinan itu tidak didengar ketika terjadi pengingkaran, dan

seperti kemaslahatan yang menghendaki bahwasanya akad jual beli yang

tidak dicatat maka hak kepemilikan tidak bisa dipindahkan. Kesemuanya

ini merupakan berbagai kemaslahatan yang tidak disyariatkan hukumnya

oleh syar‟i, dan tidak ada dalil yang menunjukan pengakuannya atau

pembatalannya.5

Melihat dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa HKI adalah

termasuk kemaslahatan umum. Dalam hal ini MUI melakukan istinbath

hukum mengenai fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang

perlindungan Hak Kekayaan Intelektual cipta dengan menggunakan

metode ijtihad untuk memutuskan fatwa tentang perlindungan HKI

tersebut, hal itu dikarenakan belum ditemukannya nash yang eksplisit

terkait dengan HKI. Oleh karena itu, berdasarkan data diatas komisi fatwa

MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang status hukum Islam

mengenai perlindungan terhadap hak cipta untuk dijadikan pedoman umat

Islam dan pihak-pihak lain yang memerlukannya.

4 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang; Toha Putra Group, 1944, hlm, 116.

5 Ibid. hlm. 117.

Page 82: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

70

B. Analisis Pengaruh Fatwa MUI No. 1 MUNAS V11/MUI/15/2005

terhadap Pelaksanaan layanan foto copy buku berhak cipta

Perlindungan atas karya cipta harus ditegaskan. Salah satu bentuk

perlindungannya terhadap hak cipta yaitu dengan membuat fatwa yang

menjelaskan tentang perlindungan atas karya cipta dan perlindungan

terhadap penciptaannya, yaitu fatwa MUI NO.1 TAHUN 2003 dan Fatwa

MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang perlindungan atas hak

cipta, ditegaskan pula dalam undang-undang No. 19 tahun 2002 dan

undang-undang No. 7 tahun 1987.

Poin-poin yang dicakup oleh fatwa MUI No. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI),

Yaitu diantaranya: menggunakan, mengungkapkan, membuat, memakai,

menjual, mengimpor, mengekspor, mengedarkan, menyerahkan,

menyediakan, mengumumkan, memperbanyak, menjiplak, memalsu,

membajak. Tetapi penulis tidak membahas tentang semua larangan yang

ditetapkan oleh MUI, penulis hanya membahas tentang larangan

memperbanyak (mengcopy), yaitu memperbanyak buku berhak cipta tanpa

izin pencipta.

Seperti yang telah diuraikan diatas, isi fatwa itu sendiri belum tentu

dinamis, tetapi minimal fatwa itu responsif. Keperluan terhadap fatwa

sudah terasa sejak awal perkembangan Islam. Dengan meningkatnya

jumlah pemeluk Islam, maka setiap persoalan yang muncul memerlukan

jawaban. Untuk menjawab persoalan tersebut diperlukan bantuan dari

Page 83: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

71

orang-orang yang kompeten di bidang tersebut. Dalam masalah agama,

yang berkompeten untuk itu adalah para mufti atau para mujtahid.

Kaitannya dengan Fatwa MUI tentang perlindungan hak cipta,

penulis dapat menyimpulkan bahwa fatwa MUI No. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

telah memenuhi kriteria yang seharusnya dipenuhi, didalam fatwa tersebut

dimuat alasan kenapa dikeluarkan fatwa MUI tentang perlindumgan hak

cipta, sehingga dari sisi materi fatwa MUI mengenai perlindungan hak

cipta sudah cukup baik.

Berkenaan dengan hak kepengarangan (haqq al-ta'lif), salah

satunya hak cipta, perlu dipertimbangkan pendapat Wahbah al-Zuhaili.

Imuwan muslim ini berpendapat bahwa hak kepengarangan dilindungi

oleh hukum Islam. Karenanya, mencetak ulang atau mengkopy buku tanpa

izin merupakan pelanggaran atau kejahatan terhadap hak pengarang.

Berdasarkan hal (bahwa hak kepengarangan adalah hak yang dilindungi

oleh syara' [hukum Islam], atas dasar qaidah (istishlah) tersebut, mencetak

ulang atau meng-copy buku (tanpa izin yang sah) dipandang sebagai

pelanggaran atau kejahatan terhadap hak pengarang; dalam arti bahwa

perbuatan tersebut adalah kemaksiatan yang menimbulkan dosa dalam

pandangan Syara' dan merupakan pencurian yang mengharuskan ganti rugi

terhadap hak pengarang atas naskah yang dicetak secara melanggar dan

zalim, serta menimbulkan kerugian moril yang menimpanya.6

Dalam fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), menggunakan,

mengungkapkan, membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor,

mengedarkan, menyerahkan, menyediakan, mengumumkan,

memperbanyak, menjiplak, memalsu, membajak termasuk perbuatan yang

6http://musthava.blogspot.com/2009/05/Pelanggaran_Hak_Kekayaan_Intelektual_10.htm

l

Page 84: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

72

haram, dalam UUHC No.19 tahun 2002 juga disebutkan tentang larangan

membajak hak kekayaan intelektual, salah satu HKI yang dilindungi yaitu

karya tulis atau buku.

Tetapi kembali ke dalam pengertian fatwa diatas bahwa “fatwa

tidak mempunyai daya ikat”, disebutkan dalam Ensiklopedi Islam bahwa si

peminta fatwa baik perorangan, lembaga maupun masyarakat luas tidak

harus mengikuti isi fatwa atau hukum yang diberikan kepadanya. 7

Allah SWT memiliki kekuasaan yang tiada tara dengan kekuasaan-

Nya, Allah mampu menundukan ketaatan manusia untuk mengabdi

kepadaNya. Allah membuat aturan-aturan khusus yang disebut sebagai

syari‟at. Syari‟at dibuat bukan untuk kepentingan Allah, melainkan untuk

kepentingan manusia sendiri.

Allah memberikan tiga alternatif bagi perbuatan manusia, yaitu:

positif (wajib), cenderung ke positif (sunnah), netral, cenderung ke negatif

(makruh), dan negatif (haram). Allah memberikan hukum keharusan yang

disebut dengan „azimah yaitu keharusan untuk melakukan yang positif dan

keharusan untuk meninggalkan yang negatif. Namun tidak semua

keharusan itu dapat dilakukan manusia, karena kemampuan yang dimiliki

manusia berbeda-beda. 8

Sebagaimana dijelaskan dalam kaidah fikih “Menolak kerusakan

didahulukan daripada menarik kebaikan” .9

Karena pada dasarnya, terbentuknya suatu hukum bertujuan untuk

mewujudkan kemashlahatan di masyarakat.

7, http://dariislam.blogspot.com/2010/03/fatwa-pengertian.html, Op. cit

8 Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1999, hlm. 124. 9 A. Djazuli, kaidah-kaidah fikih, Jakarta: Prenada Media Group, 2007, hlm. 11.

Page 85: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

73

Hak cipta merupakan hak kekayaan intelektual sebagaimana

dijelaskan dalam fatwa MUI yang dimaksud dengan kekayaan intelektual

adalah kekayaan yang timbul dari hasil olah fikir yang menghasilkan suatu

produk atau proses yang berguna untuk manusia dan diakui oleh negara

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan

menurut fiqh, hak cipta termasuk kepada hak ibtikar yaitu hasil karya

yang diciptakan seseorang dengan mengerahkan daya pikirannya sehingga

menciptakan hasil karya.10

Di antara para pemikir Islam, Imam al-Qurafi adalah tokoh Islam

pertama yang membahas masalah hak cipta. Dalam kitabnya yang berjudul

al-Ijtihadat Imam al-Qurafi berpendapat bahwa hasil karya cipta (hak

cipta) tidak boleh diperjual belikan, karena hal tersebut tidak bisa

dipisahkan dari sumber aslinya. Namun demikian pendapat Imam al-

Qurafi tersebut dibantah oleh Fathi al-Daraini yang berpendapat bahwa

hak cipta merupakan sesuatu yang bisa diperjual belikan, karena adanya

pemisahan dari pemiliknya. Dalam masalah hak cipta ini Fathi al-Daraini

mensyaratkan harus ada bukti yang nyata yang membuktikan keaslian

ciptaan tersebut.11

Undang-undang hak cipta dalam sejarah Islam awalnya memang

belum dikenal, karena umumnya para penemu dan pencipta termasuk

pengarang karya-karya besar dalam Islam tidak bertujuan untuk materi dan

kekayaan. Karena itu dalam literatur klasik fiqh Islam, kita tidak mengenal

Hak Cipta sebagai sebuah hak milik yang terkait dengan kekayaan

finansial.12

Berkaitan dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI tentang Hak

Cipta, maka MUI memandang Hak Cipta sebagai salah satu Huquq

10

TM. Hasbi Ash Shiddieqy, loc. cit. 11

http://www.facebook.com/topic.php?uid=277611973669&topic=15819, dikutip pada

tanggal, 1 maret 2011. 12

Dikutip dari hukumonline.com, M. Zaenal Arifin, Mengkaji Hak Kekayaan Intelektual

Dari Kacamata Islam, http: //hukumonline.com/detail.asp?/ id= 923&cl=berita 25/11/03.

Page 86: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

74

Maliyyah (hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum

sebagaimana mal (harta) demi ketentuan hukum yang dikeluarkan MUI

dalam Hak Cipta. Hak cipta dipandang sebagai hak kekayaan dapat dilihat

dari sebab-sebab kepemilikan. Hak milik (milkiyah) dalam hukum Islam

dapat diperoleh dari berbagi cara, diantaranya yaitu ihraz al-mubahat

(penguasaan harta bebas), yakni cara kepemilikan melalui penguasaan

terhadap harta yang belum dikuasi atau dimiliki oleh pihak lain. Al-

Mubahat atau (harta bebas, harta yang tak bertuan) adalah harta benda

yang tidak termasuk dalam milik yang dimiliki oleh orang lain dan tidak

ada larangan hukum untuk memilikinya.13

Melihat hak cipta sebagai hak milik berdasarkan sebab-sebab

kepemilikan atau ihraz al-mubahat dimana Hak Cipta adalah kekayaan

yang bebas yang belum dimiliki oleh siapapun yang kemudian ditemukan

oleh seorang penemu dengan proses penemuan yang panjang melalui cara

berpikir, uji coba dan dengan jalan lainnya. Allah memberikan kebebasan

kepada kita untuk menggunakan kekayaan yang ada, akan tetapi kita tidak

boleh semena-mena dalam menggunakannya, misalnya dengan

menghambur-hamburkan harta tanpa batasan. Salah satu wujud dari

memanfaatkan harta dengan baik yaitu dengan menggunakan harta

kekayaan sesuai kebutuhan, karena sesungguhya kekayaan yang ada di

alam ini adalah mutlak milik Allah SWT. Manusia hanyalah sebagai

khalifah Allah dimuka bumi.

Dalam ajaran Islam terdapat prinsip yang mengatakan bahwa

segala sesuatu di dunia ini adalah mutlak milik Allah semata, terdapat

dalam Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 284 dan Ali-Imron ayat 189.

13

Ghufron A. Mas‟adi, op, cit, hlm. 56.

Page 87: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

75

“kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di

bumi”.14

“kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa

atas segala sesuatu”.15

Kebudayaan masyarakat barat yang mengukur segala sesuatunya

dengan ukuran materi, maka masyarakat mendirikan lembaga untuk

menentukan sebuah penemuan dimana orang mendatafkan penemuannya

akan mendapatkan imbalan atau royalty, dan barang siapa yang menjiplak

akan diberi sanksi, kemudian hal ini diatur juga oleh masyarakat Islam.

Penciptaan hak milik membutuhkan banyak waktu disamping

bakat, pekerjaan, dan juga uang untuk membuatnya. Dibidang kesustraan,

paten, merek dagang, dan juga dalam teknologi baru seperti perangkat

komputer sudah jelas bahwa perlindungan hak milik sangatlah dibutuhkan.

Adanya pengorbanan tersebut karya yang dihasilkan menjadi memiliki

nilai, dan manfaat ekonomi yang dapat dimiliki maka nilai ekonomi yang

melekat menjadikan konsep kekayaan.

Dari sinilah kita bisa menyimpulkan bahwa pencipta atau penemu

sebuah karya sangat banyak mengorbankan waktu, tenaga, biaya dan

pikirannya untuk menemukan karya baru, oleh karena itu kita harus

melindungi karyanya. Kemudian, temuan atau karya tersebut mempunyai

nilai harga dan dapat bersifat komersil, seperti jika dijual akan mendapat

keuntungan yang tidak sedikit sehingga kita harus melindungi hak cipta,

14

Depag RI, op. cit , hlm. 50. 15

Ibid, hlm. 76.

Page 88: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

76

seperti kita meliendungi harta milik kita. Adapun maksud dari

diberikannya hak atas kreatifitas seseorang adalah untuk memberikan

perlindungan terhadap para pencipta atau penemu, sehingga akan

memacu dan meningkatkan kreatifitas para pencipta dalam berkarya.

Islam mengajarkan kita untuk saling melindungi satu sama yang

lainnya, Dalam ketentuan hukum Islam bahwa hak cipta seperti karya tulis

atau buku adalah tetap pada pemiliknya, mengingat karya tulis merupakan

hasil usaha yang halal melalui kemampuan berfikir dan menulis sehingga

karya tulis itu jadi hak pribadi dan menjadi rizki yang halal bagi

pemiliknya.16

Tujuan utama hukum Islam sendiri pada dasarnya adalah untuk

melindungi hak milik umat manusia, bahwa tujuan utama hukum syariat

Islam adalah memelihara lima hal pokok, yaitu agama, jiwa, akal,

keturunan dan harta. Segala bentuk upaya untuk memelihara kelima

macam ini dipandang sebagai maslahat, dan merusaknya adalah

mafsadat.17

Disamping itu Allah memberi kelebihan yang istimewa kepada

manusia, yaitu dengan kemampuannya dalam menalar, merasa, dan

mendengar. Dengan menalar manusia mampu menciptakan dan

mengembangkan kemampuannya. Dalam kemampuan berfikir dan

mengembangkan ilmu pengetahuan maka manusia bisa melahirkan

temuan-tumuan yang belum ada sebelumya.

16

Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, op. cit, hlm. 227. 17

Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hlm.

128.

Page 89: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

77

Hak cipta termasuk hak kekayaan intelektual yang dilindungi, karena

hak cipta merupkan hasil olah pikir manusia untuk menghasikkan karya cipta.

Cara pemerintah melindungi HKI yaitu dengan membuat undang-undang,

serta peraturan-peraturan lain, salah satunya yaitu MUI yang mengeluarkan

fatwa tentang perlindungan HKI, dan undang-undang.

Didalam undang-undang maupun fatwa MUI, disini dijelaskan tentang

larangan keras untuk mengcopy, membajak, dan sejenisnya tanpa izin para

pencipta. Dalam fatwa MUI disebutkan HKI dipandang sebagai hak kekayaan

(huquq maliyah) yang mendapatkan perlindungan hukum sebagai kekayaan

(mal), HKI yang mendapatkan perlindungan disini adalah HKI yang tidak

bertentangan dengan hukum Islam, dan di tegaskan tentang keharaman

meperbanyak, membajak, menjiplak dan sejenisnya tanpa izin, karena

perbuatan itu termasuk perbuatan yang dzalim.

Menurut fatwa MUI NO. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Dalam prakteknya

pelayanan foto copy buku berhak cipta tidak melanggar aturan-aturan yang

telah ditetapkan oleh MUI, antara lain yaitu; menggunakan,

mengungkapkan, membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor,

mengedarkan, menyerahkan, menyediakan, mengumumkan,

memperbanyak, menjiplak, memalsu, membajak, Hasil penelitian

menyimpulkan bahwasanya kegiatan foto copy buku berhak cipta, tidaklah

bertentangan dengan fatwa MUI NO. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005

Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), kegiatan

Page 90: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

78

mengcopy hanyalah untuk mempermudah masyarakat khususnya pelajar

yang membutuhkan buku-buku untuk kepentingan pendidikannya, karena

keterbatasan buku, dan biaya yang menjadi tujuan utama untuk lebih

memilih mengcopy daripada membeli buku aslinya. Sedangkan yang

dilarang oleh MUI, adalah sengaja menjual buku-buku hasil copyan

(membuat) tanpa meminta izin dari para penciptanya.18

Karya hak cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni, sastra, atau

teknologi diciptakan dengan pengorbanan tenaga, waktu, dan biaya.

Adanya pengorbanan tersebut karya yang dihasilkan menjadi memiliki

nilai. Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat dimiliki

maka nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan konsep kekayaan.

Dari sinilah bisa dilihat pencipta dan penemu tersebut telah

membelanjakan begitu banyak biaya, waktu, dan pikirannya untuk

menemukan karyanya, karena itu sudah selayaknya temuan tersebut

dilindungi. Kemudian temuan tersebut mempunyai nilai harga dan bisa

komersil seperti bila dijual akan mendapat keuntungan yang tidak sedikit

sehingga sudah selayaknya melindungi hak cipta, tidak ada bedanya

dengan melindungi harta yang sifatnya fisik.

Diperbolehkannya kegiatan mengcopy untuk tujuan pendidikan,

alasan keterbatasan biaya dan buku dikarenakan pencipta tidak mengalami

kerugian dalam sisi materi. Kegiatan mengcopy tersebut hanya bertujuan

untuk mempermudah masyarakat dalam memenuhi kepentingan

18

Hasil Wawancara dengan Bpk. Muhyidin (Komisi fatwa MUI JATENG) Pada Tanggal

10 Januari 2011.

Page 91: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

79

pendidikan mereka tanpa adanya hasil materiil yang diperoleh oleh pihak-

pihak yang berkepentingan khususnya para pelajar. Copier (orang yang

mengcopy) hanya sebatas mengambil manfaat ilmu dari hasil copyan

tersebut.

Page 92: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

80

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan mengenai:

1. Latar Belakang Lahirnya Fatwa tentang Perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual yaitu dengan melihat semakin maraknya pelanggaran terhadap

hak cipta terutama pembajakan yang meresahkan dan merugikan banyak

pihak, termasuk MUI sebagai wadah masyarakat para ulama dan

cendikiawan muslim serta menjadi pengayom bagi seluruh muslim

Indonesia, maka dari itu MUI pun mengeluarkan fatwanya yang termaktub

dalam Fatwa MUI No. 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan

Hak Kekayaan Intelektual.

2. Pengaruh Fatwa MUI No. 1 MUNAS VII/MUI/15/2005 terhadap

Pelaksanaan Layanan Foto Copy Buku Berhak Cipta dalam prakteknya

pelayanan foto copy buku berhak cipta tidak melanggar aturan-aturan yang

telah ditetapkan oleh MUI, bahwasanya kegiatan foto copy buku berhak

cipta, tidaklah bertentangan dengan fatwa MUI NO. 1/MUNAS

VII/MUI/15/2005 Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI),

kegiatan mengcopy hanyalah untuk mempermudah masyarakat khususnya

pelajar yang membutuhkan buku-buku untuk kepentingan pendidikannya,

Sedangkan yang dilarang oleh MUI, adalah sengaja menjual buku-buku

hasil copyan (membuat) tanpa meminta izin dari para penciptanya.

Page 93: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

81

B. SARAN-SARAN

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menuangkan

seluruh kemampuan dan kemauan yang ada mengenai pembahasan

“Tinjauan Fatwa MUI Nomor : 1/MUNASVII/MUI/15/2005 Tentang

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Terhadap Layanan Foto Copy

Buku Berhak Cipta, Maka selanjutnya penulis akan menyampaikan saran-

saran sebagai berikut:

Seperti yang telah penulis ungkapkan, bahwa belum ditemukan

dalil dari Al Qur'an dan Sunnah yang mengkaji tentang hak yang

dimiliki pencipta sebagaimana terkandung dalam UUHC, dan fatwa MUI.

Oleh karena itu, fiqh bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah-

masalah yang timbul dalam kajian ini, Setidaknya fiqh dapat memberikan

hukum yang pasti bagi umat Islam agar dalam masalah ini tidak terjadi

usaha yang haram. Untuk itu para cendekiawan muslim, ilmuwan serta ulama’

dituntut untuk mengeluarkan fatwa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan dalam bidang hukum.

Sebagaimana pada umumnya, sebuah produk hukum yang dikeluarkan

oleh pemerintah telah memberikan perlindungan yang mengena. Namun

dalam prakteknya masih mendatangkan kesulitan sehingga menimbulkan

kesan seakan hukum itu sendiri tidak memiliki kekuatan. Seperti dalam

perlindungan hak cipta, tidak ada lembaga atau badan khusus yang

mengawasi dan menegakkan UUHC. Sehingga perlindungan hanya

dibebankan pada pencipta itu sendiri. Maka sebaiknya pemerintah dalam

Page 94: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

82

mengeluarkan sebuah produk hukum tidak setengah hati,. Artinya harus

disertai dengan perangkat yang lain agar Undang-undang tersebut dapat

ditegakkan secara baik dan semestinya.

Hasil penelitian ini menyarankan kepada masyarakat khususnya yaitu:

1. Bagi pelajar, untuk lebih memilah-milah buku yang akan di copy dan

dalam kewajaran.

2. Bagi jasa foto copy sendiri untuk tidak mempergunakan kesempatan

tersebut untuk tujuan komersial, karena dalam pandangan agama di situ

terdapat hak orang lain yang dirugikan.

C. PENUTUP

Puji syukur kehadirat Allah dzat Yang Maha Benar, hanya karena

hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai persyaratan gelar sarjana dalam bidang hukum Islam. Namun harap

untuk bisa dimaklumi bahwa “Tiada Gading yang Tak Retak” bahwa

setiap insan mempunyai kekurangan karena hanya Tuhan yang mempunyai

sifat sempurna. Apalagi penulis skripsi ini yang sarat dengan kelemahan,

ketidak mampuan,dan kekurangan yang tak mungkin untuk ditutup-tutupi.

Selanjutnya hanya kepada Engkaulah “Ya … Allah” penulis Tawakal dan

berdo’a dengan penuh harap semoga apa yang tertulis dalam Karya Ilmiah ini

bermanfaat bagi penulis (atas studinya) dan kepada siapa saja (sebagai Amal

Shaleh). Semoga skripsi ini dapat menjadi inspirasi, menambah khazanah

keislaman bagi kita semua. Amin. Akhirnya hanya kritik yang konstruktif

dari pembaca yang selanjutnya penulis harapkan agar dapat mengoreksi

Page 95: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

83

dalam langkah menuju masa depan keilmuan yang lebih matang. Ucapan

terima kasih yang penulis ucapkan kepada siapa pun.

Page 96: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: PT.

Rineke Cipta, Cet. Ke-11, 1997

Ash Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: PT

Pustaka Rizki Putra, 2001

Bisri, Moh Adib, Terjemahan Al-Faraidul Bahiyah, Menara Kudus : Kudus, 1988

Depag RI, Al-Qur’an dan terjemah, Semarang: Toha Putera, 2006

Djakfar, Muhammad, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Malang: UIN- Malang

Press, 2007

Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

Djazuli, A, kaidah-kaidah fikih, Jakarta: Prenada Media Group, 2007

Fatwa MUI tentang Hak Cipta - Agama - www.fauzinge.com.htm

Gautama, Sudargo, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual, Jakarta: PT Aresco, 1990

Hak Cipta Dalam Pandangan Islam, Republika: Edisi Jum’at, 16 oktober 2009

Haroen, Nasrudin, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007

Hutauruk, M., Peraturan Hak Cipta Nasional,Cet. 1 Jakarta; Penerbit Erlangga 1982

Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII MUI Tahun 2005, Sekretariat MUI

2005

Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang; Toha Putra Group, 1944

Kitab Awal Musnad al-Bashriin, bab hadist Umar bin Yastribiyyi

Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam Suatu Pengantar Jilid 1, Kalam Mulia, Jakarta: 1994

Page 97: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

Lubis, Suhrawardi, K, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000

Mannan, Muhammad Abdul, Ekonomi Islam Teori Dan Praktek(Dasar-Dasar

Ekonomi Islam), Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf,1993

Mas’adi, Ghuffron A, Fiqh Muamalahn Konstektual, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002

Mavyn, Lewis dan Latifa Algaound, Parbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek,

Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001

Moloeng, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Remaja Rosdakarya,

2000

Nasir Moh., Metode Penelitain, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2000

Qardhawi, Yusuf, Al-Fatwa bainal indhibat wat-Tasayyub, As’ad Yasin, “Fatwa

Antara Ketelitian Dan Kecerobohan”, Jakarta : Gema Insani Press, Cet. 1,

1997

, Daurul qiyam wal akhlaq fil iqtishadil Islami, Zainal Arifin “Norma Dan

Etika Ekonomi Islam”, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. 1,1997

Ramli, Ahmad M, Cyber Law & Hak Dalam System Hukum Indonesia, Bandung ;

PT. Refika Aditama, 2004

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

2005

Syarifin, Pipin, dan Dedah Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual Di

Indonesia, bandung; pustaka bani quraisy, 2004

Page 98: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

Undang-Undang HAKI, Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2003

Undang-undang No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta

Usman, Muchlis, Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1999

Yusanto, M Ismail dan M Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islam, Jakarta:

Gema Insani Press, 2002

hukumonline.com, M. Zaenal Arifin, Mengkaji Hak Kekayaan Intelektual Dari

Kacamata Islam, http: //hukumonline.com/detail.asp?/ id= 923&cl=berita

25/11/03.

http://musthava.blogspot.com/2009/05/Pelanggaran_Hak_Kekayaan_Intelektual_10.

html

http://dariislam.blogspot.com/2010/03/fatwa-pengertian.html

http://www.facebook.com/topic.php?uid=277611973669&topic=15819

http: //hukumonline.com/detail.asp?/ id= 923&cl=berita 25/11/03.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta, Dikutip tanggal 21 Oktober 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Ulama_Indonesia

www.fauzinge.com.htm

www. Kompasiana.com,

www.republika.com

Page 99: ANALISIS FATWA MUI TENTANG PERLINDUNGAN HAK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/129/jtptiain-gdl... · Berangkat dari masalah diatas ada beberapa permasalahan yang

BIODATA MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yeni Ulfiyeni

Tempat/ tanggal lahir : Cilacap, 15 Agustus 1988

Alamat :Ds. Sitinggil RT.07 RW.08 Rawajaya Bantarsari

Cilacap

Nama orang tua:

Bapak : H. Slamet Sodiqin

Ibu : Hj. Rusmini

Alamat :Ds. Sitinggil RT.07 RW.08 Rawajaya Bantarsari

Cilacap

Demikian biodata saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 23 Juni 2011

Penulis

(Yeni Ulfiyeni)