analisis fisika semen portland tipe v berdasarkan sni 15
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
1/38
Analisis Fisika Semen Portland Tipe V Berdasarkan SNI 15-2049-2004
A. Tinjauan Literatur
1. Sejarah dan Pengertian Semen
a) Sejarah Semen
Pada awalnya semen dikenal di Mesir pada tahun 500 SM pada
pembuatan piramida yaitu sebagai pengisi ruang kosong di antara celah-celah
tumpukan batu. Semen yang dibuat oleh bangsa mesir merupakan kalsinasi
gypsum yang tidak murni, kalsinasi batu kapur mulai digunakan zaman
Romawi. Kemudian bangsa Yunani membuat semen dengan cara mengambil
tanah vulkanik (vulcanic tuff) yang berasal dari pulau santorius yang
kemudian dikenal dengan santoris cement. Bangsa romawi menggunakan
semen yang diambil dari material vulkanik yang ada dipegunungan Vesuvius
di lembah Napples yang kemudian dikenal dengan nama Pozzulona cement
yang diambil dari sebuah nama kota di Italia yaitu Pozzulona. (Tri Wibowo S.
Purnomo, Ir. MEng: 2001)
Penemuan bangsa Yunani dan Romawi ini mengalami perkembangan
lebih lanjut mengenai komposisi bahan dan cara pencampurannya sehingga
diperoleh mortar yang lebih baik. Pada abad pertengahan, kualitas mortar
mengalami penurunan yang disebabkan oleh pembakaran limestone kurang
sempurna dengan tidak adanya tanah vulkanik.
Tahun 1756 Jhon Smeaton seorang sarjana Inggris berhasil melakukan
penyelidikan terhadap batu kapur dengan pengujian ketahanan air. Dari hasil
percobaannya dapat disimpulkan bahwa batu kapur lunak yang tidak murni
dan mengandung tanah liat merupakan bahan pembuat semen hidrolis yang
baik. Batu kapur yang dimaksud tersebut adalah kapur hidrolis (hydraulic
lime). Kemudian oleh vicat ditemukan bahwa sifat hidrolis akan bertambah
baik jika ditambahkan juga silica atau tanah liat yang mengandung alumina
dan silica. Akhirnya vicat membuat kapur hidrolis dengan cara pencampuran
tanah liat (clay) dengan batu kapur (limestone) pada perbandingan tertentu
kemudian campuran itu dibakar (dikenal denganArtifical lime twice kilned).
Big Bryan (Inggris, 1780), James Parker (1797) yang meneliti RomanCement yang berasal dari batu kapur dan batu silica LJ Vicat (Perancis, 1824),
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
2/38
serta David O. Saylor (Amerika Serikat, 1850). Joseph Aspdin memperoleh
hak paten dengan penemuannya mengenai sejenis semen yang didapatkan dari
kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat dan menggiling hasilnya
menjadi bubuk halus yang kemudian dikenal dengan nama PortlandCement
. (Julian Bagus Hariawan: 2000)
Dua puluh tahun setelah hak paten dari Joseph Aspdin, barulah semen
mulai diproduksi dengan kualitas yang dapat diandalkan (Tahun 1850, empat
buah pabrik semen tanur tegak berdiri di Inggris). Selain itu tercatat nama
seorang ilmuwan I.C Johnson yang berjasa meletakkan dasar-dasar proses
kimia pada pembuatan semen.
b) Pengertian Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan
perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat bahan padat menjadi satu
kesatuan yang kokoh dan mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua
atau lebih bahan sehingga menjadi satu bagian yang kompak. Semen
merupakan senyawa atau zat pengikat hidrolis yang terdiri dari senyawa C-S-H
(Kalsium Silikat Hidrat) yang apabila bereaksi dengan air akan dapat mengikat
bahan bahan padat lainnya, membentuk satu kesatuan massa yang kompak,
padat dan keras. (Julian Bagus Hariawan: 2000)
Menurut Parke, I N. semen adalah bahan perekat yang dapat merekat
beberapa benda padat lainnya menjadi satu kesatuan yang utuh dan keras.
Secara khusus semen merupakan bahan bagunan yang digunakan untuk
keperluan bangunan misalnya untuk merekat batuan, bata merah dan pasir
menjadi beton.
Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan
dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150 (1985) semen Portland
didefinisikan sebagai bahan hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling
klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik yang umumnya mengandung
satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling
bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan
dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen
akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan
menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
3/38
campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras
(concrete) (Mulyono: 2003).
Menurut Nawy, (1990) Pada bahan pembentuk semen terdiri dari empat unsur
penting, yaitu :
1) Trikalsium silikat (C3S).
2) Dikalsium silikat (C2S).
3) Trikalsium aluminat (C3A).
4) Tetrakalsium aluminoferit (C4AF).
Menurut Nawy (1985) secara ringkas proses pembuatan semen Portland dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Bahan baku yang berasal dari tambang (quarry) berupa campuran CaO,
SiO2, dan Al2O3 digiling (blended) bersama-sama beberapa bahan
tambah lainnya, baik dalam proses basah maupun dalam proses kering.
2) Hasil campuran tersebut di tuangkan ke ujung atas ciln yang diletakkan
agak miring.
3) Selama ciln berputar dan dipanaskan, bahan tersebut mengalir dengan
lambat dari ujung atas ke bawah.
4) Temperatur dalam ciln dinaikkan secara perlahan hingga mencapai
temperatur klinker (clincer temperature) dimana difusi awal terjadi.
Temperatur ini dipertahankan sampai campuran membentuk butiran
semen Portland pada suhu 1400C (2700F). Butiran yang dihasilkan
disebut sebagai klinkerdan memiliki diameter antara 1.550 mm.
5) Klinker tersebut kemudian didinginkan dalam clinker storage dan
selanjutnya dihancurkan menjadi butiran-butiran yang halus.
6) Bahan tambahan yakni sedikit gypsum (sekitar 1-5%) ditambahkan
untuk mengontrol waktu ikat semen, yakni waktu pengerasan semen
dilapangan.
7) Hasil yang diperoleh kemudian disimpan pada sebuah semen silo untuk
penggunaan yang kecil, yakni kebutuhan masyarakat. Pengolahan
selanjutnya adalah pengepakan dalam packingplant. Untuk kebutuhan
pekerjaan besar, pendistribusian semen dapat dilakukan menggunakan
capsuletruck.(Aswin Budhi Saputro: 2008)
2. Sifat- Sifat Semen
Beberapa sifat semen yang utama adalah sebagai berikut:
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
4/38
a) Sifat Hidrasi Semen
Hidrasi semen adalah reaksi yang tejadi antara komponen-
komponen atau senyawa-senyawa semen dengan air menghasilkan
senyawa hidrat. Reaksi semen tersebut akan menghasilkan pans yang
akhirnya akan mempengaruhi kualitas (mutu) beton.
b) Pengikatan Semu (False Set)
Pengikatan semu seme adalah kecepatan kekuatan semen. Sifat ini
perlu diketahuiagar kita tahu berapa lama semen itu kaku agar dalam waktu
pengerjaan semen itu cepat kaku (mengeras).
c) Pengikatan dan Pengerasan (Setting Time dan Hardening)
Mekanisme terjadinya setting dan hardening yaitu ketika terjadi
pencampuran dengan air, maka akan terjadi air dengan C3A membentuk
3CaO.Al2O3. 3H2O yang bersifat kaku dan berbentuk gel. Maka untuk
mengatur pengikatan perlu ditambahkan gypsum dan bereaksi dengan
3CaO.Al2O3. 3H2O, membentuk lapisan etteringete yang akan membungkus
permukaan senyawa tersebut. Namun karena ada peristiwa osmosis lapisan
etteringeteakan pecah dan reaksi hidarsi C3A akan terjadi lagi, namun akan
segera terbentuk lapisan etteringete kembali yang akan membungkus
3CaO.Al2O3. 3H2O kembali sampai gypsum habis. Proses ini akhirnya
menghasilkan perpanjangan setting time. Peristiwa diatas mengakibatkan
reaksi hidarsi tertahan, periode ini disebut Dormant Periode yang terjadi
selama 1-2 jam, dan selama itu pasta masih dalam keadaan plastis dan
mudah dibentuk, periode ini berakhir dengan pecahnya coating dan reaksi
hidrasi terjadi kembali dan initial set mulai terjadi. Selama periode ini
beberapa jam, reaksi dari 3CaO.SiO2 terjadi dan menghasilkan CSH
(3CaO.SiO2) semen dan akan mengisi rongga dan membentuk titik-titik
kontak yang menghasilkan kekakuan. Pada tahap berikutnya terjadi
pengikatan konsentrasi CSHyang akan menghalangi mobilitas partikel
partikel semen yang akhirnya pasta menjadi kaku dan final setting tercapai,
lalu proses pengerasan mulai terjadi. (Julian Bagus Hariawan: 2000)
Pada pencampuran adonan semen dengan air akan menimbulkan
terjadinya gejala kekakuan semen yang biasa dinyatakan dengan waktu
pengikatan (setting time) yaitu mulai terjadinya adonan sampai semen mulai
kaku.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
5/38
Ada dua jenis setting time yaitu:
1) Initial Setting Time (waktu pengikatan awal) yaitu waktu
pengikatan mulai adonan terjadi sampai mulai terjadi kekakuan
tertentu dimana adonan sudah mulai tidak workable.
2) Final Setting Time (waktu pengikatan akhir) yaitu waktu mulai
adonan terjadi sampai kekakuan penuh.
Hardening yaitu semen mulai mengeras dan memberikan kekuatan.
Jadi setting dan hardening merupakan suatu rangkaian proses sejak terjadinya
adonan semen sampai semen tersebut mengeras dan memberikan kekuatan.
d) Kekuatan Tekan
Kekuatan Tekan adalah sifat kemampuan menahan atau memikul
suatu beban tekan. Kekuatan tekan yang di ukur adalah kekuatan tekan pasta,
mortar dan beton terhadap beban yang dberikan. Kuat tekan dipengaruhi oleh
komposisi mineral utama. C2S memberikan kontribusi yang besar pada
perkembangan kuat tekan awal, sedangkan C2S memberikan kekuatan semen
pada umur yang lebih lama. C3A mempengaruhi kuat tekan sampai pada
umur 28 hari dan selanjutnya pada umur berikutnya pengaruh ini semakin
kecil.
Mortar adalah campuran antara semen, air dan pasir pada
perbandingan tertentu. Pasta adalah campuran antara semen dan air pada
perbandingan tertentu. Beton adalah campuran semen, air, pasir dan agregat
atau kerikil pada perbandingan tertentu, kadang ditambah dengan additive.
Faktor yang mempengaruhi Kekuatan Tekan yaitu:
1) Kualitas Semen
Meliputi kehalusan dan komposisi semen. Makin halus
partikel-partikel semen akan menghasilkan kekuatan tekan makin
tinggi.
2) Kualitas Selain Semen
Meliputi kualitas agregat, kekuatan tekan agregat dan
pasta, kekerasan permukaan, konsentrasi, ukuran agregat, water
cement ratio, volume udara, cara pengerjaan seperti pengadukan,
compacting, juga pengeringan dan umur beton.
e) Penyusutan (Skrinkage)
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
6/38
Merupakan penyusutan volume beton karena adanya penguapan air
yang ada dalam adonan semen tersebut. Semen yang baik adalah jika
memiliki penyusutan sekecil mungkin. Penyusutan dipengaruhi oleh:
1) Komposisi Semen
2) Jumlah pencampuran air
3) Concerate mix
4) Curing condition (suhu, aliran dingin, bumsendity)
f) Panas Hidrasi
Reaksi hidrasi komponen semen dengan air adalah eksotermis dan
panas yang dilepaskan persatuan berat disebut dengan panas hidrasi. Panas
hidrasi yaitu panas yang dihasilkan selama semen mengalami reaksi hidarsi.
Reaksi hidrasi atau reaksi hidrolisis sendiri adalah reaksi yang terjadi ketika
mineral-mineral yang terkandung didalam temperatur, jumlah air yang
digunakan dan bahan-bahan lain yang ditambahkan. Hasil reaksi hidrasi,
tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar, sekitar 50% Dari jumlah
senyawa yang dihasilkan. Reaksi tersebut dapat dikemukakan secara
sederhana, sebagai berikut :
2(CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
(Tobermorite)
3CaO.Al2 O3 + 6H2O 3CaO.Al2 O3.6H2O
(Kalsium aluminat hidrat)
3CaO.Al2 O3 + 6H2O + 3CaSO4.2H2O 3CaO.Al2 O3.3CaSO4
32H2O ( Trikalsium sulfoaluminat)
4CaO. Al2O3 .Fe2 O3 + XH2O 3CaO. Al2O3 6H2O + 3CaO. Fe2 O3 6H2O
(Kalsium Aluminoferrite hidrat)
Untuk semen yang lebih banyak mengandung C3S dan C3A akan
bersifat mempunyai panas hidrasi yang lebih tinggi.
(Julian Bagus Hariawan: 2000)
g) Ketahanan (Durabbility)
Yaitu ketahanan beton terhadap pengaruh yang merusak oleh kondisi
sekitarnya sehingga tidak menimbulkan penurunan kekuatan tekan.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
7/38
Kerusakan beton biasanya dipengaruhi oleh asam, pengaruh sulfat dan
adrasi (kikisan).
Beton atau mortar dari Portland semen dapat mengalami kerusakan
oleh pengaruh asam dari sekitarnya, yang umumnya serangan asam tersebut
yaitu dengan merubah kontruksi-kontruksi yang tidak larut dalam air.
Misalnya, HCl merubah C4AF menjadi FeCl2 Serangan asam tersebut terjadi
karena CO2 bereaksi dengan Ca(OH)2 dari semen yang terhidrasi
membentuk kalsium karbonat yang tidak larut dalam air. Pembentukan
kalsium karbonat, sebenarnya tidak menimbulkan kerusakan pada beton
tetapi proses berikutnya yaitu CO2 dalam air akan bereaksi dengan kalsium
karbonat yang larut dalam air.
Reaksi :
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaCO3 + CO2 + H2O Ca (HCO3)2
Berbagai macam sulfat umumnya dapat menyerang beton ataupun
mortar. Sulfat bereaksi dengan Ca(OH)2 dan kalsium aluminat hidrat dan
reaksi yang terjadi dapat menghasilkan pengembangan volume sehingga
akan terjadi keretakan pada beton.
Reaksi yang terjadi :
2(CaO.SiO2) + 6 H2O 3CaO.2SiO2.3 H2O + Ca(OH)2
2(CaO.SiO2) + 4 H2O 3CaO.2SiO2.3 H2O + Ca(OH)2
Ca(OH)2 + MgSO4 + 2 H2O Ca SO4. 2H2O + Mg(OH)2
3CaO.Al2 O3.6H2 O + 3(Ca SO4. 2H2O) + 2H2O 3CaO.Al2 O3.3Ca
SO4. 2H2O
(Julian Bagus Hariawan: 2000)
3. Jenis - Jenis Semen
a) Berdasarkan Kebutuhan Pemakaian
Sesuai dengan kebutuhan pemakaian semen yang diperlukan untuk
konstruksi tertentu, maka semen memiliki beberapa jenis diantaranya:
1) Ordinary Portland Cemen (OPC)
Ordinary Portland Cement (OPC) adalah semen Portland yang
dipakai untuk semua macam konstruksi yang tidak memerlukan
persyartan khusus. Seperti ketahanan terhadap sulfat.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
8/38
2) Moderat Sulpate Resistance
Moderat Sulpate Resistance adalah semen Portland yang dipakai
untuk semua konstruksi yang disyaratkan mempunyai ketahanan sulfat
pada tingkatan sedang yaitu pada lokasi yang tanahnya memiliki
kandungan air 0.08% - 0.17%, mengandung 125 ppm SO3 dan pH tidak
kurang dari 6.
3) High Early Strength Cement
High Early Strength Cement adalah semen Portland yang digiling
dengan halus dan mengandung aditive (C3S) yang lebih baik dari pada
OrdinaryPortland Cement digunakan pada daerah yang memiliki
musim dingin.
4) Low Heat of Hydration Cement
Low Heat of Hydration Cement adalah semen yang mengandung
alite dan aluminium (S3A) yang lebih sedikit tetapi kandungan belite
(C3S) lebih banyak, memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a) Panas hidrasi yang rendah.
b) Kekuatan tekan awalnya rendah, tetapi kuat tekan pada umur
yang lebih panjang sama dengan OPC.
c) Tahan terhadap sulfat.
5) High Sulpate Resistance Cement
High Sulpate Resistance Cement tahan terhadap sulfat yang tinggi.
Kekuatan tekan umur 28 hari lebih rendah dari OPC. Semen in
digunakan untuk konstruksi yang berlokasi pada tanah yang mengadung
kadar air 0.17% sampai 1.67% biasanya digunakan pada konstruksi
untuk air bangunan atau konstruksi di bawah air.
6) Superhigh Early Strength Portland Cement
Superhigh Early Strength Portland Cementmemiliki perkembangan
kekuatan tekan yang tinggi sehingga kekuatan tekan 1 hari dapat
menyamai kekuatan tekan 3 hari dari semen jenis HighEarlyStrength
Cement. Semen ini dipakai untuk kebutuhan konstruksi bangunan yang
perlu cepat selesai.
7) Colloid Cement
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
9/38
Colloid cement adalah semen yang pemakaiannya dipakai dalam
bentuk colloid yang dipompakan memgingat pengecoran harus
dilakukan pada formasi yang sempit dan dalam. Dikenal dengan Oil
WellCement.
8) Blended Cement
Blended Cement merupakan Ordinary Portland Cement yang
diperbaharui sifatnya. Dipasaran dikenal dengan nama dagang seperti
Slg Cement.
b) Berdasarkan Komponen Penyusun
1) Semen Portland
Semen Portland merupakan perekat hidrolik yang dihasilkan
dari penggilingan klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dari
satu atau dua betuk kalsium silikat sebagai bahan tambahan.
Berdasarkan standar nasional Indonesia SNI 15-2049-2004 yang
juga sesuai dengan standar ASTM C 150-95 a, semen portland dibagi
menjadi lima tipe diantaranya:
a) Tipe 1
Komposisi kimia utamanya yaitu Trikalsium Silikat (C3S) 49%,
Dikalsium Silikat (C2S) 25%, Trikalsium Aluminat (C3A) 12%,
Tetrakalsium Alumino Ferit (C3AF) 8%. Semen tipe ini dipakai untuk
segala macam konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan khusus,
seperti ketahanan terhadap sulfat, panas hidrasi atau kekuatan awal yang
tinggi. Di Indonesia hampir 70% menggunakan seme tipe ini.
b) Tipe II
Komposisi kimia terdiri dari C3S 46%, C2S 29%, C3A 6%, C3AF 12%.
Semen tipe ini dipakai untuk jenis konstruksi yang mensyaratkan
ketahanan terhadap sulfat yang sedang yaitu pada lokasi yang air
tanahnya mengandung sulfat 0.08% - 0,17%
c) Tipe III
Komposisi kimia terdiri dari C3S 56%, C2S 15%, C3A 12%, C3AF 8%.
Semen ini dipakai untuk jenis konstruksi yang mensyaratkan kuat tekan
awal yang tinggi, biasanya dipakai pada keadaan darurat atau musim
dingin.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
10/38
d) Tipe IV
Komposisi kimia terdiri dari C3S 38%, C2S 49%, C3A 4%, C3AF
15%. Semen tipe ini dipakai untuk pembuatan dam-dam besar da tebal
yang memerlukan panAs hidrasi rendah
e) Tipe V
Komposisi kimia terdiri dari C3S 38%, C2S 49%, C3A 4%, C3AF
15%. Semen ini dipakai untuk keperluan jenis konstruksi yang
mensyaratkan ketahanan sulfat yang tinggi.
2) Semen Campuran
a) Sement Portland Pozzoland
Merupakan bahan perekat hidraulik yang dibuat dengan cara
menggiling secara merata klinker semen Portland dengan bahan
yang bersifat pozzolan. Bahan tersebut anara lain batuan yang
mengandung senyawa silika dan alumina dimana bahan pozzolan ini
sendiri tidak mempunyai sifat mengikat, akan tetapi dengan
bentuknya yang halus dan dengan adanya air maka senyawa tersebut
akan bereaksi dengan Ca(OH)2 pada suhu kamar membentuk
senyawa yang mempunyai sifat seperti semen. Semen Portland
Pozzolandini terbagi atas empat macam diantaranya:
1) Jenis IPU digunakan untuk semua pembuatan adukan beton
2) Jenis IPK dignakan ntuk semua pembentukan adukan beton
dengan tahan sulfat dan hidrasi sedang
3) Jenis PU digunakan untuk semua pembuatan adukan beton
dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
4) Jenis PK diguakan untuk semua pembuatan adukan beton
dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi serta
untuk tahan sulfat dan tahan hidrasi rendah.
b) Semen Portland Kerak Dapur Tinggi
Semen yang didapat dengan cara menggiling klinker dengan
kerak dapur tinggi. Semen ini digunakan untuk gedung-gedung
yang menggunakan beton bertulang, bangunan air dan beton
praktekan.
c) Semen Mansory (Semen Aduk Pasangan)
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
11/38
Merupakan semen yang terdiri dari satu atau lebih perekat
hidraulik ditambah satu atau lebih bahan anorganik yang bersifat
inert dan digunakan dalam pembuatan adukan pasangan untuk
konstruksi dan structural.
d) Super Mansory Cement (SMC)
Super Mansory Cement(SMC) disebut juga semen Portland
campur (Mixed Cement). Semen ini cocok digunakan untuk
konstriksi ringan, untuk plesteran, pembuatan bahan bangunan
sepetri batako, paving block, pemasangan keramik, bata dan lain-
lain. Umumnya semen ini digunakan untu bangunan RS dan RSS
serta untuk polongan air, kedap air, pengerutan atau penyusutan
kecil dan panas hidrasi rendah.
3) Semen Khusus
a) Semen Pemboran (OWC)
Semen ini dihasilkan dengan cara menggiling halus klinker
yang dari silikat kalsium yang bersfat hidraulik.
b) Semen Portland Putih
Merupakan semen Portland dimana bahan dasarnya
mengandung senyawa besi yang rendah atau semen hidraulik yang
bewarna putih, yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker
terutama yang terdiri dari silikatsilikat kalsium yang bersifat
hidraulik bersama gyps. Kadar Fe2O3 pada semen ini dibatasi
maksimum 0.5%.
c) Semen Aluminium
Semen ini dibuat dari batu kapur dan bauksit dengan campuran
kira-kira 60% - 70% kapur dan 30% - 40% bauksit. Bahan-bahan ini
di giling halus kemudian dibakar pada suhu tinggi (16000C) dalam
dapur listrik.Klinkerdigiling dan ditambahgyps.
B. Tinjauan Kondisi Riil
1. Uji Kuat Tekan Semen
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
12/38
Penentuan kuat tekan mortar semen portland mengacu kepada ASTM C
109/109M-02, Standard Test Method for compressive strength of hydraulic
cement mortar. Metoda uji ini melingkupi penentuan kuat tekan mortar semen
hidrolis dengan menggunakan cetakan kubus berukuran sisi 50 mm.
a) Peralatan
1) Timbangan
Timbangan yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi.
Timbangan harus dielevasi ketelitiannya dan deviasi pada total beban
2000 gram.
Instruktur pengoperasian timbangan digital adalah sebagai berikut:
a) Bersihkan alat sebelum memulai bekerja
b) Hubungkan alat dengan arus listrik
c) Hidupkan alat dengan menekan tombol ON
d) Panaskan alat selama 30 menit
e) Letakkan wadah penimbang diatas pan
f) Tekan tombol T (Tare) untuk posisi 0,0 gram
g) Timbangan siap digunakan
h) Tekan tombol T (Tare) kembali untuk posisi 0,0 gram
i) Tekan tombol OFF untuk mengakhiri penimbangan
j) Bersihkan dan rapikan kembaliperalatan serta putuskan
sambungan listrik.
Pemeliharaan alat Timbangan Digital:
a)Neraca terletak pada tempat yang kokoh dan datar.
b) Sebelum dan sesudah pemakaian bersihkan timbangan, beban tidakboleh melebihi kapasitas.
2) Gelas Ukur
Gelas ukur dengan kapasitas terntu (lebih utama yang besar yang
cukup untuk mengukur campuran air dalam pengoperasian tunggal)
untuk menghasilkan volume yang diindikasikan pada suhu 200C .
Variasi yang diperbolehkan adalah 2 mL. Gelas ukur tersebut dapat
dibagi minimal 5 mL, kecuali untuk garis yang dapat diabaikan untuk
volume paling kecil 10 mL. Untuk gelas ukur 250 mL dan volume
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
13/38
terkecil 25 mL untuk gelas ukur 500 mL. Garis-garis penunjuk yang
utama harus melingkari gelas ukur tersebut dan diberi nomor.
3) Mixer Semen
Mixer merupakan mesin pengaduk yang digerakan dengan tenaga
listrik yang dilengkapi dengan pengaduk dan mangkuk. Pada mesin
pengaduk ini terdapat tombol yang berfungsi untuk mengatur kecepatan
putaran mesin pengaduk tersebut.
Mesin pengaduk harus mesin pengaduk mekanik jenis episiklik,
mempunyai alat penggerak yang dapat digerakan secara elektrik yang
dapat menggerakan pengaduk berputar mendatar dan beredar. Mesin
pengaduk harus mempunyai dua kecepatan yang dapat diatur secaramekanik. Kecepatan pertama, kecepatan rendah yang dapat
menggerakan pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm dengan
gerakan edar bilah pengaduk dengan kecepatan (285 10) rpm dengan
gerakan edar batang pengaduk kira-kira 125 rpm. Daya motor elektrik
harus sekurang-kurangnya 124 watt (1/6 hp).
Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan alat penahan pengatur
jarak seperti diperlihatkan pada gambar yang harus digunakan untuk
menjaga jarak antara bagian bawah pengaduk dengan dasar mangkuk
tidak lebih besar dari 2,5 mm, tapi tidak lebih kecil dari 0,8 mm (kira-
kira sama dengan diameter pasir Ottawa (20 30) ketika mangkuk
berada pada posisi pengadukan.
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
a) Pengaduk
Pengaduk harus mudah dibongkar pasang, dibuat dari baja tahan
karat dan rancangan dasarnya seperti dijelaskan pada Gambar 4. Jika
dalam posisi mengaduk mengikuti dari bentuk mangkuk yang
digunakan, jarak terdekat antara ujung pengaduk dan dinding dalam
mangkuk sebesar 4,0 mm tetapi tidak kurang dari 0,8 mm.
b) Mangkuk Pengaduk
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
14/38
Mangkuk pengaduk yang dapat dibongkar pasang harus
mempunyai kapasitas nominal 4.73 L. Memenuamhi dimensi dapat
seperti pada gambar dan harus dibuat dari baja tahan karat. Mangkuk
dilengkapi dengan bagian yang dapat menempel dengan baik pada
peralatan pengaduk dengan posisi yang kuat selama pengadukan
berjalan. Harus dilengkapi dengan tutup dibuat dari bahan non absorbsi
dan tidak rusak oleh semen.
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
Instruksi pengoperasian Mixer Cement:
1) Sambungkan aliran listrik.
2) Pasangkan mangkuk aduk.
3) Pasangkan batang pengaduk.
4) Hidupkan alat dengan cara memutar tombol sampai angka 1
(untuk kecepatan rendah), posisikan tombol di angka 2 (untuk
kecepatan sedang).
5) Putar tombol pada posisi nol.
6) Putuskan aliran listrik.
Pemeliharaan Mixer Cement:
1) Bersihkan mesin pengaduk setiap selesai bekerja.
2) Jangan mengaduk dengan beban melebihi kapasitas mesin.
4) Cetakan Sampel
Untuk cetakan kubus berisi 50 mm harus dipasang secara kuat.
Cetakan tidak boleh lebih dari 3 kompartemen dan dipisahkan menjadi
tidak boleh lebih dari dua bagian. Bagian-bagian dari cetakan tersebut
di rakit menjadi satu unit yang kuat. Cetakan terbuat dari logam yang
kuat yang tidak berpengaruh oleh mortar semen. Untuk cetakan yang
baru angkaRockwellHardness dari logam tidak boleh kurang dari 55
HRB. Sisi dari cetakan harus memiliki kekakuan yang dapat mencegah
pelebaran atau pembengkokan.
Table 1. Variasi yang diperbolehkan dari Cetakan (mm)
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
15/38
Parameter Cetakan kubus 50 mm
Baru Sudah digunakan
Kedataran sisi < 0.025 < 0.05
Jarak antara
sisi-sisi yangberlawanan
50 0.13 50 0.050
Tinggi
masing-masing
kompartemen
50 + 0.25 - 0.13 50 +0.25 0.38
Sudut antara
permukaan
yang
berdekatan*)
900 0.50 900 0.50
Catatan
*) diukur pada titik yang dipindahkan sedikit dari
persimpangan. Diukur terpisah untuk setiap kompartemen
antara semua muka bagian dalam dan muka yang berdekatan
dan antara muka bagian dalam dan bagian atas dan dasar
bidang dari cetakan
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
5) Penumbuk
Terbuat dari bahan nonabsorbsi, nonabrasive, tidak getas, seperti
senyawa karet yang mempunyai kekerasan 80 10 skala shore A atau
kayu jati yang dibuat nonabsorpsi, nonabrasif, dengan jalan direndam
dalam paraffin selama 15 menit pada suhu 200 0C dan harus
mempunyai penampang melintang dengan ukuran (13 x 25) mm,
panjang (120-150) mm. Maka penumbuk harus rata dan tegak lurus
pada pegangannya.
6) Ruang Lembab
Merupakan tempat penyimpanan mortar yang telah dicetak.
Ruang lembab dipertahankan suhunya antara 200C hingga 27.50C.
Kelembaban nisbi dari laboratorium tidak boleh kurang dari 50%.
7) Mesin Kuat Tekan (Hydraulic Compressive Strength Machine)
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
16/38
HydraulicCompressiveStrengthMachine adalah alat untuk uji
kuat tekan. Selain untuk uji kuat tekan alat ini juga dapat digunakan
untuk uji kuat lentur.
Cara pengoperasian alat Hydraulic Compressive StrengthMachine ini
adalah:
a) Sambungkan alat dengan arus listrik.
b) Tekan tombol hijau untuk menghidupkan alat, biarkan 10
menit, alat siap untuk digunakan.
c)Nol kan jarum penunjuk skala, untuk uji kuat tekan skala yang
digunakan adalah skala sebelah atas.
d)Tutup pelepas angina RucklaufRelief Valve kekanan.
b) Komponen
Bahan yang digunakan antara lain:
1) Semen
Semen yang digunakan dalam uji fisika semen ini yaitu semen
Portland Tipe V berdasarkan SNI 2049-2004.
2) Pasir Standar
Pasir yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang
terdapat pada Tabel dibawah ini yang bertujuan untuk penilaian,
sumber pasir dan hilangnya karakteristik udara yang ada didalamnya
yang tidak diinginkan.
Tabel 2. Persyaratan Pasir Standar
Karakteristik Penilaian,Persentase Yang Lolos
Ayakan
Pasir 20 - 30 Pasir yang dinilai
No. 16 (1.18 mm) 100 100
No. 20 (850 m) 85 100
No. 30 (60 m) 0 5 96 100
No. 40 (425 m) 65 75
No. 50 (300 m) 20 30
No. 100 (150 m) 0 4
Perbedaan kandungan
udara dari mortar yang
2.0 1.5 A)
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
17/38
dibuat dengan
menggunakan pasiryang
dicuci dan yang tidak
dicuci, % udara
maksimumSumber pasir Ottawa, 1 L atau
Les Suer, Mn
Ottawa, 1 L
Catatan
A)Kuat tekan semen Portland di buat degan spesifikasi semen
portland campur,semen dikurang kira-kira 4% dari masing-
masing persentase udara dalam kubus yang dikompakkan
sebanyak 3 bak pasir yang dicuci dan tiga bak pasir yang tidak
dicuci dibutuhkan untuk mendeteksi suatu perbedaan kekuatan
dari 7% antara pasir mortar yang dicuci dan tidak dicuci.
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
3) Air
Air merupakan bahan pembuat semen yang sangat penting
namun harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan
pasir dan semen sehingga terjadi reaksi kimia yang menyebabkan
pengikatan dan berlangsungnya proses pengerasan, serta untuk menjadi
bahan pelumas antara butir-butir pasir agar mudah dikerjakan dan
dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air hanya diperlukan 25%
dari berat semen saja. Selain itu, air juga digunakan untuk perawatan
beton dengan cara pembasahan setelah dicor. (Tjokrodimuljo: 1996)
Kebutuhan kualitas air untuk beton mutu tinggi tidak jauh
berbeda dengan air untuk beton normal. Pengerasan beton dipengaruhireaksi semen dan air, maka air yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Air yang memenuhi persyaratan air minum merupakan
air yang memenuhi syarat untuk bahan campuran beton, tetapi air untuk
campuran beton adalah air yang bila dipakai akan menghasilkan beton
dengan kekuatan lebih dari 90 % dari kekuatan beton yang
menggunakan air suling.
Persyaratan air yang digunakan dalam campuran semen adalah sebagai
berikut :
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
18/38
a) Air tidak boleh mengandung lumpur (benda-benda melayang lain)
lebih dari 2 gram/liter.
b) Air tidak boleh mengandung garam-garam yang dapat merusak beton
(asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c) Air tidak boleh mengandung Chlorida (Cl) lebih dari 0.5 gram/liter.
d) Air tidak boleh mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Tabel 3. Nilai minimum kuat tekan semen Tipe V berdasarkan SNI 15-
2049-2004
Umur Kuat tekan minimum (kg/cm2)
3 hari 80
7 hari 150
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
Table 4. Komponen yang digunakan untuk pengujian kuat tekan semen
Portland tipe V yaitu:
Komponen Berat Banyak Benda Uji (buah)
Semen Portland
tipe V
500 grm
6
Pasir Ottawa 1375 gram
Air 242 mL
c) Penyiapan cetakan benda uji
1) Dengan menggunakan kain yang telah diolesi gemuk atau minyak,
buatlah lapisan tipis pada bagian dalam cetakan dan dasar pelat yang
non absorpsi. Seka bagian muka cetakan dan dasar pelat dengan kain
seperlunya untuk menghilangkan kelebihan pelapis dan untuk
menjadikan supaya tipis pada permukaan bagian dalam. Apabila
menggunakan pelumas yang disemprotkan, semprotkan secara
langsung pada muka cetakan dan dasar pelat dengan jarak antara (150-
200) mm untuk memperoleh daya tutup yang sempurna. Setelah
penyemprotan, jika perlu seka permukaan dengan kain untuk
membuang kelebihan pelumas yang disemprotkan. Lapisan yang
menempel dianggap memadai apabila penekanan dengan jari
membekas.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
19/38
2) Tutup permukaan bagian yang akan disambungkan dengan gemuk
sewaktu kedua cetakan digabungkan. Jumlahnya harus cukup sewaktu
kedua bagian disatukan kuat. Buang kelebihan gemuk dengan kain.
3) Setelah menempelkan cetakan pada dasar pelat (jika tipe klem dibaut)
hati-hati hilangkan dengan kain kering setiap kelebihan minyak atau
gemuk dari permukaan cetakan dan dasar pelat yang menggunakan
pelapis kedap air, sebagai pelapis adalah parafin, microcritaline wax,
atau campuran dari 3 bagian parafin dan 5 bagian berat rosin. Cairkan
pelapis dengan pemanasan antara (110 120) 0C. Bidang kontak
bagian luar antara cetakan dan dasar pelat dibuat kedap air dengan
menggunakan pelapis yang telah dicairkan.
d) Komposisi Mortar
1) Rasio perbandingan yang proposional dari mortar standar adalah satu
bagian berat semen dengan 2.75 bagian berat pasir standar yang dinilai.
Faktor air semen adalah 0.485 untuk semua jenis semen portland dan
0.460 untuk jenis semen portland yang mengandung udara. Jumlah air
pencampur untuk jenis semen lain sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu laju alir 110 5 dan dinyatakan sebagai persen berat
terhadap semen.
2) Kuantitas dari bahan yang akan dicampur pada waktu yang sama
didalam suatu kumpulan mortar untuk membuat enam benda uji.
e) Prosedur kerja
1) Siapkan kemudian pasang cetakan dengan memberi gemuk pada setiap
sisi yang ditempelkan, lap dan bersihkan kelebihan gemuk.
2) Siapkan komponen untuk pembuatan benda uji.3) Siapkan mesin pengaduk.
4) Masukkan air kemangkuk aduk.
5) Masukan semen.
6) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm)
selama 30 detik. Masukan pasir secara perlahan-lahan selama 30 detik
selanjutnya diganti dengan kecepatan sedang (28 10 rpm) selama 30
detik.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
20/38
7) Hentikan mesin kemudian tunggu selama 90 detik dan bersihkan
dinding mangkuk.
8) Jalankan mesin dengan kecepatan sedang selam 60 detik.
9) Hentikan mesin dan tunggu selama 90 detik kemudian bersihkan
dinding mangkuk.
10) Jalankan mesin dengan kecepatan sedang selam 15 detik.
11) Setelah pengadukan selesai, segera lakukan pencetakan kubus dengan
waktu tidak lebih dari 2 menit dan 30 detik, setelah selesai pengadukan.
12) Simpan segera benda cetakan dan benda uji dalam ruang lembab selama
20 40 jam.
13) Buka cetakan, simpan benda uji dalam air kapur untuk perlakuan umur 3
hari, 7 hari dan 28 hari.
14) Lakukan penekanan umur hari masing-masing. Kecepatan penekanan
tidak kurang dari 20 detik dan tidak lebih dari 80 detik
f) Pencetakan Benda Uji
1) Biarkan mortar dalam mangkuk pengaduk, aduk selama 90 detik tanpa
penutup. Selama selang waktu 15 detik pertama, segera bersihkan mortar
yang menempel pada dinding mangkuk. Kemudian aduk kembali selama
15 detik pada kecepatan sedang. Segera setelah pengadukan selesai,
pengaduk digoyangkan untuk melepas mortar yang menempel dan
masukkan kedalam mangkuk.
2) Apabila duplikat diinginkan, kembalikan mortar dari meja alir ke
mangkuk. Segera turunkan yang menempel pada dinding mangkuk dan
kemudian aduk kembali seluruh adonan selama 15 detik pada kecepatan
sedang. Setelah pencampuran selesai, pengaduk harus digoyangkan
untuk membuang kelebihan mortar dalam mangkuk.
3) Apabila adonan duplikat diperlukan untuk uji tambahan, pengujian alir
ditiadakan dan mortar dibiarkan dalam mangkuk pengaduk selama 90
detik tanpa penutup. Selama 15 detik terakhir, segera bersihkan mortar
yang menempel pada dinding mangkuk. Kemudian aduk kembali selama
15 detik pada kecepatan sedang, setelah pengadukan selesai, goyang-
goyangkan pengaduk ke dalam menjatuhkan mortar yang menempel ke
dalam mangkuk pengaduk.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
21/38
4) Mulailah pencetakan benda uji dengan waktu tidak lebih dari 2 menit
dan 30 detik setelah selesai pengadukan. Tempatkan lapisan mortar
setebal 25 mm (kira-kira kedalaman cetakan) pada semua ruang
cetakan kubus. Tumbuk mortar dalam masing-masing ruang kubus
sebanyak (4 X 8) tumbukan dalam waktu 10 detik, tumbukkan pada
putaran ke-2 putaran selanjutnya, harus tegak lurus terhadap putaran
tumbukkan terdahulu dan terdiri atas 8 tumbukkan yang berdekatan satu
sama lain pada permukaan benda uji. Tekanan penumbukkan harus
cukup untuk menyakinkan pengisian cetakan serba sama. Penumbukkan
yang terdiri dari 4 putaran (32 tumbukan) harus selesai untuk satu kubus
sebelum dilanjutkan ke kubus yang lainnya. Bila penumbukkan lapisan
pertama pada semua ruang kubus telah selesai, isilah kubus dengan sisa
mortar dan kemudian ditumbuk seperti pada lapisan yang pertama tadi.
Selama penumbukan lapisan usahakan agar mortar yang mencuat ke atas
cetakan, dikembalikan ke cetakan setelah setiap putaran penumbukan
selesai, dengan jalan menggunakan sarung tangan.
Setelah tiap kali penumbukkan selesai, puncak dari kubus harus
sedikit lebih tinggi dari puncak cetakan. Ambil mortar yang mencuat ke
atas cetakan dengan pisau aduk dan ratakan cetakan dengan bagian yang
rata dari pisau aduk, masing-masing satu kali melalui puncak tiap-tiap
kubus dengan gerakan tegak lurus terhadap panjang cetakan. Kemudian,
untuk tujuan meratakan mortar yang mencuat ke atas dan menjadi serba
sama ketebalannya, irislah bagian yang datar dari pisau aduk sekali lagi
sepanjang cetakan. Iris kembali mortar sampai datar permukaanya
dengan puncak cetakan dengan jalam mengiriskan sisi yang lurus dari
pisau aduk (hampir tegak lurus dengan cetakan) dengan gerakan
menggergaji sepanjang cetakan
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
g) Penyimpanan Benda Uji
Segera setelah pencetakan benda uji selesai, tempatkan benda uji dalam
ruang lembab, jaga agar benda uji segera setelah pencetakan berada dalam
cetakan yang disimpan di atas dasar pelat di dalam ruangan lembab selama (20-
24) jam, dengan permukaan atasnya kontak dengan udara lembab tetapi harus
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
22/38
dihindarkan dari tetesan air. Bila benda uji dikeluarkan dari cetakan sebelum 24
jam, jaga agar benda uji selalu berada dalam ruang lembab sampai umur
pengujian 24 jam. Kemudian rendam (kecuali untuk pengujian 24 jam) dalam
ruang penyimpanan yang terbuat dari bahan yang tidak berkarat dan berisi air
kapur jenuh, jaga agar air di dalam ruang tetap jernih, bila perlu diganti airnya.
h) Penentuan Kekuatan Tekan
Segera lakukan pengujian setelah benda uji dikeluarkan dari ruang lembab
khususnya untuk benda uji untuk umur pengujian 24 jam dari air rendaman
untuk pengujian-pengujian umur yang lain, diuji kekuatan tekannya sampai
pecah dengan ketentuan waktu sebagai berikut:
Tabel 5. Toleransi Waktu Pengujian
Umur Pengujian Toleransi yang diperbolehkan
24 jam 0.5 jam
3 hari 1 jam
7 hari 3 jam
28 hari 12 jam
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
Jika lebih dari satu benda uji pada saat sama yang dikeluarkan dari ruang
lembab, untuk pengujian 24 jam lindungi masing-masing benda uji tersebut
dengan kain basah sampai waktu pengujian dilaksanakan. Untuk pengujian
dengan umur pengujian yang lain, jika lebih dari satu benda uji pada waktu
yang sama dikeluarkan dari air rendaman untuk diuji, pelihara benda uji dalam
air pada suhu (23 1,7) 0C dan masing-masing benda uji terendam sempurna
hingga pengujian dilaksanakan. Seka setiap benda uji sampai kondisi
permukaan kering permukaan dan hilangkan butiran-butiran pasir yang lepas
atau lapisan kasar dari permukaan yang akan kontak dengan landasan blok
mesin uji.
Beban maksimum total yang ditunjukan oleh mesin penguji nilai kuat
tekannya dapat diukur melalui rumus:
F=P/A (1)
Dengan:
P : kuat tekan (N/m2)
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
23/38
F: gaya tekan maksimum total (N)
A : luas permukaan yang dibebani (m2)
2. Uji Normal Konsistensi
Metode uji ini untuk menentukan tingkat perkembangan cepat kaku dari
pasta semen atau untuk menetapkan semen tersebut memenuhi batas spesifikasi
cepat kaku atau tidak. Semen dengan pengikatan semu yang sangat cepat
biasanya memerlukan air sedikit lebih banyak untuk menghasilkan konsistensi
yang sama, yang dapat menghasilkan kuat tekan sedikit lebih rendah dan
memperbesar penyusutan. Pengikatan cepat akan menyebabkan kesulitan dalam
penanganan dan pengecoran beton yang biasanya akan menyebabkan semengagal memenuhi persyaratan waktu pengikatan.
a) Peralatan
1) Alat Vicat
Alat vicat harus terdiri dari rangka A (gambar 10) yang
mempunyai batang B yang dapt digerakkan. Beratnya 300 gram, salah
satu ujung torak C berdiameter 10 mm, berjarak sekurang-kurangnya 50
mm, dan ujung lainnya jarum D yang dapat dibongkar pada berdiameter
1 mm dan panjang 50 mm. Batang B dapat dipergunakan secara bolak
balik dan dapat dipasang dalam beberapa posisi dengan pengaturan
sekrup E dan mempunyai indikator F yang dapat diatur, dapat bergerak
pada skala (ditunjukan dalam mm) yang skalanya diletakkan pada
rangka A.
Pasta semen yang akan diuji dimasukkan kedalam cincin G, yang
kaku berbentuk kerucut, diletakkan diatas plat datar H yang tidak
menyerap air, lebar masing-masing sisinya 100 mm. Batang B terbuat
dari baja tahan karat mempunyai kekerasan tidak kurang dari 35 HRC
dan harus lurus dengan ujung torak yang tegak lurus terhadap sumbu
batang B. Cincicn terbuat dari bahan tidak korosi, tidak menyerap air,
mempunyai diameter dalam bagian bawah 70 mm dan bagian atas 60
mm dengan tinggi 40 mm. Disamping ketentuan tersebut, alat vicat
harus sesuai dengan spesifikasi sebagai berikut :
a) Berat batang yang dapat bergerak (B) (300 0,5) gram.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
24/38
b) Diameter ujung batang torak (C) (10 0,05) mm.
c) Diameter jarum (1 0,005) mm.
d)Diameter dalam cincin bagian bawah (70 3) mm.
e) Diameter dalam cincin bagian atas (60 3) mm.
f) Tinggi cincin (40 1) mm.
g) Pembagian skala.
Pembagian skala bila dibandingkan dengan skala standar yang
ketelitiannya 0.1 mm pada setiap titik tida boleh menunjukan
penyimpangan lebih besar dari 0,25 mm.
Gambar 11a. Alat Vicat Gambar 11b. Skema Vicat
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
Gambar 12. Cincin Vicat
Instruksi pengoperasian vicat sebagai berikut:
a) Nol kan posisi jarum vicat dengan cincin ebonite pada skala.
b) Alat vicat siap digunakan untuk berbagai keperluan seperti penentuan
konsistensi normal, waktu pengikatan dan false set.
Pemeliharaan Vicat
a) Bersihkan alat sesudah melakukan pengerjaan.
b) Jaga jarum dari kebengkokan.
c) Simpan ditempat yang datar dan bersih.
Table 6. Syarat Nilai Pengikatan Semu Penetrasi Akhir semen Portland Tipe
V berdasarkan SNI
Jenis semen Pengikatan semu penetrasi akhir (% minimum)
Tipe V 50
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
b) Prosedur
1) Siapkan mesin pengaduk.
2) Timbang semen seberat 650 gram.
3) Siapkan air (mL). jumlah air yang dibutuhkan sesuai untuk skala jarum
vicat turun 9 11 mm.
4) Masukan air ke mangkuk aduk.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
25/38
5) Masukan semen kemudian tunggu selama 30 detik.
6) Jalankan mesin aduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm) selama 30
detik.
7) Hentikan mesin pengaduk kemudian tunggu selama 15 detik dan
bersihkan mangkuk.
8) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang (285 10 rpm)
selama 60 detik.
9) Hentikan mesin.
10) Bentuk pasta seperti bola, lempar 6X dari tanga kiri ke kanan dengan
jarak 15cm.
11) Masukan pasta ke cincin vicat ke lobang tebesar tutup dengan kaca dan
ratakan permukaan atas dengan cepat dan halus.
12) Letakan cincin vicat dibawah alat vicat, lepaskan peluncur vicat sampai
menembus 9 11 cm selama 30 detik.
13) Ulangi pengerjaan sampai jarum vicat 9 11 cm dengan cara
menambahkan atau mengurangi mL air.
Waktu pengikatan:
Ratakan dengan halus permukaan benda uji
1) Pengikatan awal: penetrasi, maksimal 25 mm.
2) Pengikatan akhir: sampai jarum tidak membekas lagi pada
permukaan pasta.
c) Penyiapan pasta semen
Campuran 500 gram semen dengan air secukupnya untuk menghasilkan
pasta dengan penetrasi awal (32 4) mm menggunakan prosedur sebagai
berikut:
1) Pasang pengaduk dan mangkuk kering dimesin pengaduk.
2) Masukkan semua air pencampur dalam mangkuk.
3) Tambahkan semen dan biarkan selama 30 detik sehingga air
diserap.
4) Jalankan mesin pengaduk dan aduk pada kecepatan rendah (140
5) rpm selama 30 detik.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
26/38
5) Hentikan pengadukan selama 15 detik dan dalam waktu ini
turunkan adukan yang mungkin menempel pada dinding
mangkuk.
6) Jalankan pengaduk pada kecepatan sedang (285 10) rpm dan
aduk selama 2.5 menit.
d) Pencetakan Benda Uji
Segera bentuk pasta semen menjadi bola-bola dengan tangan yang
memakai sarung. Tekan bola yang terletak disalah satu telapak tangan,
masukkan ke ujung yang lebih besar dari ring ebonit G, yang dipegang pada
tangan yang lain, lanjutkan pengisian pasta kedalam cincin. Buang kelebihan
pasta pada ujung yang lebih besar dari cincin dengan sekali gerakan telapaktangan. Tempatkan ujung yang lebih besar dari ring pada pelat gelas, H, dan
iris kelebihan pasta pada ujung yang lebih kecil pada bagian atas dari cincin
dengan sekali gerakan dari pisau segitiga tajam yang dipegang sedikit miring
terhadap permukaan atas cincin ebonit. Bila perlu haluskan bagian atas benda
uji, dengan satu atau dua sentuhan dengan ujung pisau pengaduk. Selama
pemotongan dan penghalusan jangan sampai pasta ditekan.
e) Penentuan Penetrasi awal
Letakkan pasta dalam cincin ebonit pada pelat gelas H, dibawah
batang B, kira-kira 1/3 diameter dari tepi dari ujung peluncur C, harus
bersentuhan dengan ruang pasta dan kencangkan sekrup E. Kemudian atur
indikator F tepatkan pada bagian tanda nol sebelah atas dari skala, dan
luncurkan batang tepat 20 detik setelah selesai pengadukan. Alat harus bebas
dari getaran selama pengujian. Apabila batang telah meluncur (32 4) mm
dibawah permukaan pasta dalam waktu 30 detik setelah peluncuran, berartipasta telah mencapai konsistensi yang tepat. Buat percobaan pasta dengan
variasi persentasi air hingga didapatkan konsistensi yang tepat. Konsistensi
ini adalah penetrasi awal. Selama selang waktu 30 detik untuk penetapan
penetrasi awal kembalikan kelebihan pasta kedalam mangkuk dan kemudian
tutup mangkuk dan pengaduk.
f) Penentuan Penetrasi Akhir
Setelah selesai pembacaan awal, angkat peluncur dari pasta, bersihkan
kemudian cincin serta pelat diatur kembali pada posisi yang baru. Pengerjaan
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
27/38
ini harus dilaksanakan dengan sedikit mungkin gangguan pada pasta dalam
cincin vicat. Kemudian peluncur disentuhkan pada permukaan pasta,
kencangkan sekrupnya dan atur indikator F tepat pada bagian atas skala.
Lepaskan peluncur untuk keduakalinya lima menit setelah selesai
pengadukan dan catat penetrasi akhir 30 detik setelah batang diluncurkan.
g) Perhitungan
Hitung persen penetrasi akhir, didasarkan pada perbandingan penetrasi
akhir terhadap penetrasi awal, sebagai berikut:
% P = A/B x 100 (2)
dengan:
P = Persen Penetrasi AkhirA = Penetrasi Awal (mm)
B = Penetrasi Akhir (mm).
3. Uji Pengikatan Semu
Uji pengikatan semu pada dasarnya hampir sama prosedurnya dengan
normal konsistensi hanya saja yang membedakannya adalah jumlah massa
semen dan massa air yang akan digunakan dalam pengadukan serta lamanya
pengadukan berlangsung.
a) Prosedur kerja
1) Siapkan mesin pengaduk.
2) Timbang semen seberat 650 gram.
3) Ambil air (mL) untuk menghasilkan pasta dengan penetrasi awal
antara 28 mm- 36 mm.
4) Masukan air kedalam mangkuk aduk.5) Masukan semen kedalam mangkuk aduk , kemudian tunggu selama
30 detik.
6) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm)
selama 30 detik.
7) Hentikan mesin pengaduk dan tunggu selama 15 detik kemudian
bersihkan dinding mangkuk.
8) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang (285 10 rpm)
selama 2.5 menit.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
28/38
9) Hentikan mesin pengaduk kemudian keluarkan pasta dan segeralah
bentuk pasta seperti bola.
10) Masukan pasta kedalam cincin vicat kelobang terbesar kemudian
tutup dengan kaca dan ratakan permukaan atas dengan cepat dan
halus.
11) Letakan dibawah alat vicat dan lepaskan jarum vicat sampai
menembus angka 28 mm- 36 mm selama 30 detik. (misalkan didapat
A).
12) Ulangi pengerjaan dari awal sampai jarum vicat turun antara 28-36
mm dengan cara menambahkan maupun mengurangi air.
13) Angkat jarum, kemudian bersihkan dan geser kebagian permukaan
lain. Tunggu selama 5 menit setelah selesai pengadukan, kemudian
jatuhkan untuk yang kedua kalinya (misalnya: B)
4. Uji Kehalusan dengan Blaine
a) Peralatan
Pengujian kehalusan semen portland dengan menggunakan alat
Blaine mengacu kepada ASTM C 204-00, Standard test method for
fineness of hydraulic cement by air permeability apparatus. Pengujian
dengan alat Blaine bertujuan menentukan kehalusan yang dinyatakan
dalam luas permukaan spesifik semen portland, dihitung sebagai jumlah
luas permukaan total cm2/gram, atau m2/kg semen portland. melalui suatu
alas semen portland yang disiapkan dengan porositas tertentu, merupakan
fungsi dari ukuran partikel dan menentukan laju aliran udara melalui
alasnya.
Gambar 13a. Alat Blaine Gambar 13b. Sketsa Alat Blaine
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
29/38
Alat yang ditunjukkan pada gambar terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut
:
1) Sel Permeabilitas
Sel permeabilitas terdiri dari silinder yang kaku dengan diameter
dalam (12.70 0.10) mm dibuat dari logam tahan karat austenitic.
a) Bagian dalam dari sel harus halus (kehalusan 0.81 um) Bagian atas dari
sel harus tegak lurus terhadap sumbu utama dari sel. Bagian bawah dari
pada sel harus bisa membentuk sambungan yang kedap udara dengan
ujung atas dari manometer, sehingga tidak terjadi kebocoran udara
antara bidang-bidang kontak.b) Dudukan (ledge) mempunyai lebar (0.51.0) mm merupakan bagian
dari sel yang menempel dengan kuat dalam sel, pada jarak (55 10)
mm, dari puncak sel untuk menahan piringan logam yang berlubang-
lubang. Bagian puncak sel permeabilitas harus dilengkapi dengan bagian
luar yang menonjol, untuk memudahkan pengambilan sel dari
manometer.
2) Piringan
a) Piringan dibuat dari logam yang tahan karat dengan ketebalan (0.9
0.1) mm berlubang-lubang sebanyak (30-40) lubang dengan 1 mm
dan tersebar secara merata.
b) Piringan harus cocok dengan bagian dalam sel, bagian tengah salah
satu sisi piringan harus diberi tanda atau goresan yang dapat dibaca,
supaya penguji selalu tahu untuk menempelkan sisi tersebut dibagian
bawah jika memasukkannya ke dalam sel.3) Torak
a) Torak dibuat dari logam tahan karat austenitic (austenitic stainless
steel) yang harus tepat masuk ke dalam sel dengan toleransi tidak lebih
dari 0.1 mm.
b) Bagian dasar torak harus betul-betul datar dan tegak lurus terhadap
sumbu utama.
c) Torak harus dilengkapi dengan ventilasi udara yaitu berupa bagian
datar selebar (3.0 0.3) mm pada salah satu sisinya.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
30/38
d) Puncak dari torak ini dilengkapi dengan bagian luar yang menonjol,
sehingga bila torak dimasukkan ke dalam sel dan bagian sel yang
menonjol kontak dengan puncak sel maka jarak antara dasar torak
dengan bagian atas piringan harus (15 1) mm.
4) Kertas Saring
Kertas saring harus mempunyai daya tahan alir udara medium,
berbentuk lingkaran dengan tepi yang rata dan mempunyai diameter
yang sama dengan diameter bagian dalam dari sel.
5) Manometer
Manometer dibuat dari bahan gelas berbentuk tabung U dengan
diameter luar 9 mm, seperti pada Gambar. Bagian atas dari salah satu
lengannya harus dapat membentuk sambungan yang kedap udara dengan
sel permeabilitas. Lengan manometer yang dihubungkan dengan sel
permeabilitas harus mempunyai tanda berupa garis yang melingkari
tabung pada jarak (125 - 145) mm di bawah pembuangan bagian atas,
dan juga garis-garis lainnya yang berjarak (15 1) mm, (70 1) mm,
dan (110 1) mm di atas garis tersebut. Pembuangan harus ditempatkan
pada jarak (250 - 305) mm di atas dasar manometer, digunakan untuk
pengosongan udara pada lengan manometer yang dihubungkan pada sel
permeabilitas. Manometer harus dilengkapi dengan katup kedap udara
positif atau penjepit yang terletak pada jarak tidak lebih dari 50 mm dari
lengan manometer. Manometer harus terpasang kokoh sedemikian rupa,
sehingga kedua lengannya tegak lurus.
6) Cairan Manometer
Manometer harus diisi sampai garis di tengah tabung dengan cairan
yang tidak mudah menguap, tidak higroskopis, mempunyai viskositas
dan density rendah, seperti dibutil ptalat (benzena dikarboksilat) atau
minyak mineral jenis ringan.
7) Alat Pencatat Waktu
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
31/38
Alat pencatat waktu harus dilengkapi dengan tombol untuk
menjalankan dan menghentikan, dan harus dapat dibaca sampai dengan
0.5 detik atau lebih kecil. Untuk rentang waktu dari 0 detik sampai
dengan 60 detik. Pencatat waktu harus mempunyai ketelitian maksimum
0.5 detik dan untuk rentang waktu harus detik ketelitiannya maksimum
1%.
(Sumber: SNI 15-3500-2004)
b) Perhitungan Kalibrasi alat Blaine
Semen Standar : NIST 114 P
Blaine Standar : 3774 cm2/gr = 377.4 m2/kg
1) Penentuan Cell
WA1 = 169.5179 66.6349 = 102.8830
WB1 = 147.8496 69.4315 = 28.4181
WA2 = 169.5230 66.7180 = 102.8050
WB2 = 147.8438 69.4799 = 78.3639
2) Berat Semen Yang Ditimbang
Untuk tipe I V
W = Bj x V x (10.5)
= 3.15 x 1.8060 x (10.5)
= 2.8445 gram
3) Luas Permukaan Spesifik (SS=3774)
Maka didapatkan (Ts), rentang waktu dari penurunan tekanan
dalam manometer untuk semen standar dengan waktu turun semen
standar.
Tabel 7. Syarat Kehalusan minimal dengan Alat Blaine
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
32/38
Tipe
semen
Kehalusan, uji permeablita udara (m2/kg)
Tipe
V
280
c) Penyiapan Lapisan Semen
Letakkan piringan logam pada dasar sel dan letakkan sebuah
kertas saring di atas piringan logam (dibuat seperti bundaran) lalu tekan
ke bawah dengan batang yang diameternya sedikit lebih kecil dari
diameter sel, sehingga piringan dan kertas saring berada pada kedudukan
yang tepat. Timbang sejumlah semen dengan ketelitian sampai 0.001
gram dan masukkan ke dalam sel.
Ketok pelan-pelan dinding sel bagian luar untuk meratakan
lapisan semen didalamnya. Letakkan selembar kertas saring di atas
lapisan semen ini lalu tekan dengan torak sampai leher torak kontak
dengan permukaan sel. Tarik torak sedikit ke atas kemudian putar 90
derajat, tekan kembali kemudian perlahanlahan torak ditarik ke luar sel.
d) Penentuan Permeabilitas Lapisan Semen
Setiap kali penetapan permeabilitas lapisan semen harus digunakan
kertas saring baru, dengan perlakuan sebagai berikut:
1) Sambungkan sel permeabilitas pada tabung manometer dengan
sambungan yang kedap udara sedemikian rupa, sehingga tidak
mengganggu lapisan semen yang telah disiapkan tadi, dengan
mengoleskan sedikit gemuk pada kran penghubung manometer,
tutup salah satu lengan manometer, sedikit dibuka kemudian tutup
kembali. Adanya penurunan tekanan terus menerus menunjukkan
adanya kebocoran dalam sistem.
2) Keluarkan secara perlahan-lahan udara yang ada dalam salah satu
tabung manometer hingga cairan manometer mencapai tanda garis
atas, setelah itu tutup katup rapat-rapat.
3) Jalankan alat pencatat waktu pada saat bagian bawah miniskus
cairan mencapai tanda garis yang kedua dari atas, hentikan padasaat bagian bawah miniskus cairan mencapai tanda garis ketiga.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
33/38
Rekam rentang waktu yang diamati (detik) dan suhu pengujian
(0C).
4) Dalam melakukan kalibrasi alat Blaine, paling sedikit lakukan tiga
kali penetapan waktu alir, dan setiap kali memakai lapisan semen
standar yang berbeda. Kalibrasi harus dilakukan oleh penguji yang
lama yang melakukan uji kehalusan. Contoh dibersihkan dari bulu-
bulu kuas dan digunakan kembali, asalkan dijaga dalam keadaan
kering dan semua pengujian dilaksanakan dalam waktu 4 jam
setelah contoh dibuka.
e) Prosedur
1) Suhu contoh semen yang diuji harus sama dengan suhu ruang pada
waktu pengujian.
2) Berat contoh yang akan diuji harus sama dengan berat semen standar
yang untuk kalibrasi, kecuali waktu menentukan kehalusan semen tipe
III atau tipe lain yang lebih halus, yang bobot isinya sangat besar
sehingga tekanan dengan ibu jari saja tidak bisa menyebabkan leher
torak kontak dengan puncak sel. Berat contoh yang diperlukan harus
sedemikian rupa sehingga lapisan contoh semen mempunyai porositas
0.500 0.005
3) Persiapan lapisan semen.
4) Pengujian permeabilitas.
5) Pengujian luas Permukaan spesifik
C. Hasil dan analisa
1. Hasil
a) Uji Kuat Tekan Semen
Dalam pengujian kuat tekan, jumlah semen yang digunakan adalah
sebanyak 500 gram dan pasir 1375 gram serta air sebanyak 242 mL. Dari
adukan semen ini didapat sampel semen sebanyak 6 sampel kubus.
Tabel 8. Hasil Pengujian Gaya Tekan Semen Tipe V
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
34/38
Umur
(hari)
Gaya tekan (KN)
Sampel 1 Sampel 2
3 44 45
7 56 56
Rata- rata kuat tekan semen 3 hari
Kuat tekan rata-rata = 181.56 kg/cm2
Rata-rata kuat tekan semen umur 7 hari
Kuat tekan rata-rata = 228.48 kg/cm2
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semen Portland Tipe
V memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI15-2049-2004) karena memiliki
kuat tekan rata-rata pada umur 3 hari sebesar 181.56 kg/cm2 sedangkan menurut
SNI nilai kuat tekan rata-rata minimum adalah sebesar 80 kg/cm2. Kuat tekan
rata-rata pada umur 7 hari adalah sebesar 228.48 kg/cm2 sedangkan menurut SNI
nilai kuat tekan minimal adalah 150 kg/cm2.
b) Uji Pengikatan Semu (False Set)
Pengujian pengikatan semu ini jumlah semen yang digunakan adalahsebanyak 500 gram. Dari adukan antara air dan semen diperoleh kedalaman
jarum vicat yang dihitung sebagai pengikatan semu sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Pengujian Pengikatan Semu Semen Portland Tipe V
Jumlah Air
(mL)
Pengikatan Awal (mm) Pengikatan Akhir (mm)
122 29 19
Uji pengikatan semu yang telah dilakukan membuktikan bahwa semen
Portland Tipe V memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 15-2049-2004)
karena dari data yang diperoleh memiliki pengikatan semu sebesar 65%
Sedangkan menurut SNI pengikatan semu maksimum adalah 50 %.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
35/38
c) Uji Waktu Pengikatan Semen
Uji waktu pengikatan yang telah dilakukan membuktikan bahwa semen
Portland Tipe V memenuhi Standar Nasionl Indonesia (SNI 15-2049-2004)
karena dari data yang didapatkan waktu pengikatan sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Pengujian Waktu Pengikatan Semen
Air
(mL)
Keadaan awal Keadaan akhir
Pengikatan
AkhirKedalaman
jarum
(mm)
Waktu awal Kedalaman
jarum (mm)
Waktu
pengikatan
156 10 8.03 23 10.05 10.50
Waktu pengikatan awal : 10.05 8.03 = 122 menit
Waktu pengikatan akhir : 10.50 8.03 = 173 menit
Uji waktu pengikatan semu dari Semen Portland Tipe V memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI 15-2049-2004) karena dari data yang diperoleh
didapatkan waktu pengikatan awal yaitu 122 menit sedangkan menurut SNI
waktu pengikatan awal minimal yaitu selama 45 menit dan pengikatan akhir
selama 173 menit sedangkan menurut SNI yaitu selama 375 menit.
d) Uji Kehalusan Dengan Alat Blaine
Komposisi sampel dari uji kehalusan ini berupa semen tipe V seberat 2.8445
gram. Dari uji yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Table 11. Hasil Pengujian Kehalusan dengan alat Blaine
Tipe semen Waktu turun (detik)
Tipe V 61.61
62.71
Dari data yang dipeoleh uji kehalusan dengan alat Blaine memenuhi
standar nasional Indonesia SNI 15-2049-2004 karena rata-rata kehalusan yang
diperoleh sebesar 320.565 m2/kg sedangkan menurut SNI kehalusan minimum
adalah 280 m2/kg
2. Analisa
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
36/38
Dalam melakukan pengujian sifat fisika terhadap semen Portland Tipe V
ini harus dilakukan sama dengan prosedur kerja yang telah ditentukan oleh SNI
supaya hasil yang diperoleh sama dengan hasil Standar Nasional Indonesia (SNI
15-2049-2004). Dari hasil pengujian sifat fisika semen terhadap semen Portland
Tipe V maka semen ini memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 15-2049-
2004 dan semen ini dapat digunakan untuk bahan konstruksi bangunan dimana
dalam pembangunan semen ini tahan terhadap sulfat tinggi dan air tanah yang
mengandung sulfat antara 0.17% hingga 1.67%. Dengan demikian semen Portland
Tipe V ini dapat digunakan untuk bangunan instalasi pengolahan limbah pabrik,
konstruksi dalam air serta jembatan, terowongan, dermaga.
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa sifat fisika yang dilakukan di laboratorium Semen dan
Bahan Galian diBalai Riset dan Standarisasi Industri Padang dapat
disimpulkan bahwa semen Portland Tipe V memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI 15-2049-2004) karena memiliki kuat tekan rata-rata pada
umur 3 hari sebesar 181.56 kg/cm2 sedangkan menurut SNI minimum adalah
80 kg/cm2. Kuat tekan rata-rata untuk umur 7 hari adalah 228.48 kg/cm2
sedangkan menurut SNI nilai minimum sebesar 150 kg/cm2.
2. Waktu pengikatan Semen Portland Tipe V didapatkan waktu pengikatan awal
selama 122 menit sedangkan menurut SNI pengikatan awal minimal selama
45 menit dan untuk pengikatan akhir diperoleh waktunya selama 173 menit
sedangkan menurut SNI pengikatan akhir minimal adalah 375 menit. Untuk
pengujian pengikatan semu dari semen Portland Tipe V ini memiliki waktu
pengikatan semu seesar 65% sedangkan menurut SNI pengikatan semu
maksimum adalah 50%.
3. Uji kehalusan dengan Blaine Semen Portland Tipe V diperoleh rata-rata
kehalusan sebesar 320.565 m2/kg sedangkan menurut SNI kehalusan minimum
adalah 280 m2/kg.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
37/38
4. Dari pengujian yang diakukan dapat disimpulkan bahwa Semen Portland Tipe
V memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 15-2049-2004), dimana Semen
Portland Tipe V ini memiliki persyaratan khusus yaitu tahan terhadap sulfat
tinggi dan air tanah yang mengandung sulfat dengan konsentrasi antara 0.17%
sampai dengan 1.67% sehingga semen Portland Tipe V ini dapat digunakan
untuk bangunan konstruksi dalam air dan dapat digunakan untuk bangunan
instalasi pengolahan limbah pabrik.
B. Saran
Dari permasalahan diatas perlakuan fisika yang penulis lakukan terhadap Semen
Portland Tipe V yaitu pengujian terhadap kuat tekan, konsistensi normal (false set),
pegujian waktu pengikatan serta uji kehalusan dengan menggunakan alat Blaine. Daripenelitian yang dilakukan masih banyak lagi hal yang harus diteliti melalui pengujian
fisika seperti uji pemuaian, penyusutan panas hidrasi serta kandungan udara dari
mortar. Dalam melakukan pengujian sifat-sifat fisika semen portland tipe V ini
membutuhkan penelitian baik dari segi ukuran maupun komposisi pembuatan mortal
dalam hal perhitungan waktunya.
-
7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15
38/38
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C 150-02a, Standard Specification for Portland Cement.
Aswin Budhi Saputro: 2008. Kuat tekan dan kuat tarik Beton mutu tinggi dengan fly ash
sebagai bahan pengganti sebagian semen dengan fc 45 mpa.
http://www.teoribeton.blogspot.com diakses tanggal 02 Agustus 2010
Julian Bagus Hariawan: 2000. Pengaruh Perbedaan Karakteristik Type Semen Ordinary
Portland Cement (OPC) Dan Portland Composite Cement (PCC) Terhadap Kuat Tekan
Mortar. http://www.semen-portland&catid.com diakses Tanggal 02 Agustus 2010
SNI 15-3500-2004. Semen portland.
Tri Wibowo S. Purnomo, Ir. MEng: 2001. Proses pembuatan semen pada PT. Holcin
Indonesia tbk. http://one.indoskripsi.com diakses Tanggal 10 Agustus 2010
http://www.teoribeton.blogspot.com/http://one.indoskripsi.com/http://one.indoskripsi.com/http://www.teoribeton.blogspot.com/