analisis framing

24
ANALISIS FRAMING MATA KULIAH METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF DOSEN PENGAMPU: ANANG SUJOKO, D.COMM Disusun Oleh: Ryanita Arrini 125120209111005 D.IK.5

Upload: ryanita-arrini

Post on 20-Oct-2015

181 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Framing

ANALISIS FRAMING

MATA KULIAH METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF

DOSEN PENGAMPU: ANANG SUJOKO, D.COMM 

Disusun Oleh:

Ryanita Arrini

125120209111005

D.IK.5

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya

Malang

2013

Page 2: Analisis Framing

I. EPISTEMOLOGI FRAMING

Epistemologi atau teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses

yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Dalam epistemologi ilmu

adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode keilmuan. Objek

epistemologi adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan.

Sedangkan hal yang penting dikaji dalam epistemology berkisar: asal-usul pengetahuan,

peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dengan

kebenaran, kemungkinan skeptisme universal dan bentuk-bentuk perubahan pengetahuan

yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia.

Secara epistemologi, kata framing berasal dari bahasa Inggris yakni dari kata frame.

Ide tentang framing pada mulanya dilontarkannya gagasan oleh Baterson (1955). Gagasan

Baterson ini adalah melihat bahwa frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual

atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana,

dan yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini

kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman (1974), dimana ia mempunyai asumsi

mengandaikan frame sebagai kepentingan-kepentingan perilaku (strips of behavior) yang

membimbing individu dalam membaca realitas. Konsep framing atau frame - istilah dari

ranah psikologi- berangkat dari cara pandang bahwa kontruksi realitas pasti bergantung

kepada bagaimana cara “sang pemilik cerita” menyampaikannya kepada khalayak. W. A

Gamson (Sudibyo dalam sobur, 2002:221) mengatakan:

“Proses framing berkaitan dengan persoalan bagaimana sebuah realitas dikemas dan

disajikan dalam presentasi media. Oleh karena itu, frame sering diidentifikasi sebagai cara

bercerita (story line) yang menghadirkan konstruksi makna spesifik tentang objek wacana”

Framing merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran suatu kejadian tidak

diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan

terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi

tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.

II. KONSEP DAN TEORI TENTANG FRAMING

Analisis Framing, sebagai sebuah metode analisis teks banyak mendapat pengaruh

dari teori sosiologi dan psikologis. Dalam ranah komunikasi, analisis framing mewakili

tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis

fenomena atau aktivitas komunikasi (Sudibyo, dalam sobur, 2002: 162) dan juga dipakai

untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta.

Page 3: Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi

dan analisis semiotic. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Dalam

praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar. Dapat dilihat

bahwa masing-masing surat kabar sebenarnya memiliki “kebijakan politis” tersendiri.

Analisis framing merupakan salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori

penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi (Eriyanto 2005:37).

Konsep framing dapat dilihat dari dua tradisi, yaitu psikologi dan sosiologi. Hal ini

disebabkan karena framing banyak mendapat pengaruh dari konsep psikologi dan

sosiologi. Framing dalam konsep psikologi melihat bagaimana pengaruh kognisi

seseorang dalam membentuk skema tentang diri, sesuatu, dan gagasan tertentu. Selain itu

framing dalam kondisi ini dilihat sebagai bentuk penempatan informasi dalam konteks

yang unik, hingga elemen tertentu suatu ilmu membentuk alokasi sumber kognitif individu

yang lebih besar.

Dalam dimensi psikologi, framing adalah upaya atau strategi yang dilakukan

wartawan dalam menekankan dan membuat pesan menjadi bermakna, mencolok dan

mendapat perhatian oleh publik. Upaya membuat pesan (dalam hal ini teks berita) lebih

menonjol dan mencolok ini, pada taraf awal tidak dapat dilepaskan dari aspek psikologi.

Secara psikologi, orang cenderung melakukan penyederhanaan realitas dan dunia yang

kompleks dalam perspektif/dimensi tertentu.

Selain psikologi, konsep framing juga banyak mendapat pengaruh dari lapangan

sosiologi. Garis sosiologi ini terutama ditarik dari Alfred Schutz, Erving Goffman hingga

Peter L. Berger. Pada level sosiologis, frame dilihat terutama untuk menjelaskan

bagaimana organisasi dari ruang berita dan pembuat berita membentuk berita secara

bersama-sama. Menurut Erving Goffman secara sosiologis konsep frame analysis

memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorganisasi, dan

menginterpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk memahaminya.

Dengan konsep yang sama Gitlin mendefinisikan frame sebagai seleksi, penegasan dan

ekslusi yang ketat. Ia menghubungkan konsep tersebut dengan proses memproduksi

wacana berita dengan mengatakan, “Frames memungkinkan para jurnalis memproses

sejumlah besar informasi secara cepat dan rutin, sekaligus mengemas informasi demi

penyiaran yang efisien kepada khalayak.” (Sobur, 2009: 163).

Page 4: Analisis Framing

LANDASAN TEORITIK ANALISIS FRAMING

Perspektif Komunikasi

Analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat

mengkonstruksi fakta. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui

bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi

isu dan menulis berita. Oleh karena itu, berita menjadi manipulatif dan bertujuan

mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar,

dan tak terelakkan.

Perspektif Sosiologi

Secara sosiologis, konsep frame analysis ialah memelihara kelangsungan kebiasaan kita

mengklasifikasi, mengorganisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman

hidup kita untuk dapat memahaminya. Skemata interpretasi itu disebutframes, yang

memungkinkan individu dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasikan, dan memberi

label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi.

Perspektif Psikologi

Framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga

elemen-elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar.

Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi

penilaian individu dalam penarikan kesimpulan.

Perspektif Disiplin Ilmu Lain

Konsepsi framing terkesan tumpang tindih. Fungsi frames kerap dikatakan sebagai

struktur internal dalam pikiran dan perangkat yang dibangun dalam wacana politik.

III. DEFINISI FRAMING MENURUT PARA AHLI

- Beterson

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada tahun 1955.

Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan

yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang

menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Namun,

kemudian pengertian framing berkembang yaitu ditafsirkan untuk menggambarkan

Page 5: Analisis Framing

proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media.

Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang

mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis

fenomena atau aktivitas komunikasi. Tesis utama dari Berger adalah manusia dan

masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus.

Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah tidak juga sesuatu yang

diturunkan Tuhan, tetapi ia dibentuk dan direkonstruksi.

- Goffman

Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman 1974, dengan

mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang

membimbing individu dalam membaca realitas.

- Gamson dan Modigliani

Menurut Gamson dan Modigliani, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide

yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-

peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.

- Peter L. Beger dan Thomas Luckman

Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L.

Beger bersamaThomas Luckman, yang banyak menulis karya dan menghasilkan tesis

mengenai konstruksi sosial dan realitas. Berita dalam pandangan konstruksi sosial,

bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Disini realitas bukan hanya

dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan

fakta.

- Robert N. Entman    

Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu

lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-

informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih

besar daripada sisi yang lain.

- Todd Gitlin

Page 6: Analisis Framing

Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk

ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam

pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca.itu

dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari

realitas.

- David E. Snow and Robert Benfort

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame

mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu,

anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.

- Amy Binder

Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan,

mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame

mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah

dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.

- Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam

mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan

konvensi pembentukan berita.

Meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, ada titik singgung utama dari

definisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu

dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil

akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah

dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan

secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak

diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Framing

adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Akibat penonjolan aspek-

aspek tertentu ini, karenanya, seperti dikatakan Frank D. Durham, framing membuat dunia

lebih diketahui dan lebih dimengerti. Realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan

dalam kategori tertentu.

IV. PENGERTIAN FRAMING SEBAGAI METODOLOGI DAN TEORI

Page 7: Analisis Framing

Dalam melakukan pembingkaian (framing) suatu peristiwa, atas nama kaidah

jurnalistik, peristiwa yang panjang, lebar, dan rumit, coba ”disederhanakan” melalui

mekanisme pembingkaian fakta-fakta kedalam bentuk berita yang layak terbit atau layak

tayang. Agar memiliki makna, ada fakta yang ditonjolkan, ada pula yang disembunyikan,

bahkan dihilangkan sampai terbentuk satu urutan cerita yang dapat dipahami. Dalam proses

framing inilah sejumlah kepentingan kemudian saling mempengaruhi.

Kemudian, pada penyediaan ruang atau waktu bagi sebuah peristiwa (fungsi agenda-

setting). Dikarenakan hanya selama media massa memberikan ruangnya, maka suatu

peristiwa akan memperoleh perhatian oleh masyarakat. Semakin besar tempat yang diberikan,

semakin besar pula perhatian yang diberi khalayak pembaca. Lagi-lagi, dalam proses

pemberian ruang ini sejumlah kepentingan mempengaruhinya.

Dari sini, dapat kita asumsikan jika media tidak pernah netral. Karenanya dibutuhkan

sejumlah usaha untuk mendekonstruksi isi/berita suatu media, apakah dalam bentuknya yang

tampak (manifest), konteks, maupun makna simboliknya, sehingga ditemukan “pesan”

sesungguhnya. Untuk memenuhi kebutuhan ini, metodologi yang digunakan salah satunya

adalah analisis bingkai (framing analysis).

V. BEBERAPA PENDEKATAN ANALISIS FRAMING

Terdapat beberapa varian analisis framing. Cara menganalisis analisis wacana dengan

framing adalah memenuhi setiap komponen framing dengan fakta (bagian naskah) yang

terdapat dalam suatu naskah. Berikut beberapa model analisis framing:

1. Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat

organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang

berbeda dalam teks berita (kutipan narasumber, latar informasi, pemakaian kata atau

kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna.

Maka bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda

yang dimunculkan dalam teks.

KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI

Page 8: Analisis Framing

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

1.  Skema berita  Headline, lead, latar informasi, kutipan,

sumber, pernyataan, penutup

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2.  Kelengkapan berita 5W+1H

TEMATIK

Cara wartawan

menulis fakta

- Detail

- Maksud kalimat,

hubungan

- Nominalisasi

antarkalimat

- Koherensi

- Bentuk kalimat

- Kata ganti

Paragraf, proposisi

RETORIS

Cara wartawan

menekankan fakta

- Leksikon

- Grafis

- Metafor

- Pengandaian

Kata, idiom, gambar/foto, grafik

Model ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian, yakni:

a. Struktur Sintaksis: Sintaksis adalah cara wartawan menyusun berita, struktur ini

terkait dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa (pernyataan, opini, kutipan,

pengamatan atas peristiwa) ke dalam bentuk susunan kisah berita (headline, lead, latar

informasi, sumber yang dikutip dsb).

Struktur sintaksi memiliki perangkat:

1) Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media

2) Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya

mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada

ideologi penulis terhadap peristiwa.

3) Latar informasi

4) Kutipan

5) Sumber

6) Pernyataan

Page 9: Analisis Framing

7) Penutup

b. Struktur Skrip: Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta, struktur yang melihat

bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas

peristiwa. Skrip pula memberikan tekanan mana yang didahulukan dan mana yang

disembunyikan.

Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita:

1) What (apa)

2) When (kapan)

3) Who (siapa)

4) Where (di mana)

5) Why (mengapa)

6) How (bagaimana)

c. Struktur Tematik: Tematik adalah cara wartawan menulis fakta, yakni struktur yang

berhubungan dengan bagaimana wartawan menyampaikan pandangannya terhadap

suatu peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang

membentuk teks secara keseluruhan.

Struktur tematik mempunyai perangkat framing:

1) Detail

2) Maksud dan hubungan kalimat

3) Nominalisasi antar kalimat

4) Koherensi:

i. Koherensi sebab-akibat, proposisi atau kalimat yang satu dipandang sebagai

sebab atau akibat dari proposisi atau kalimat lainnya.

ii. Koherensi penjelas, proposisi atau kalimat yang satu menjelaskan proposisi

atau kalimat lainnya, ditandai dengan pemakaian kata hubung “dan” atau

“lalu”.

iii. Koherensi pembeda, proposisi atau kalimat yang satu merupakan kebalikan

atau lawan dari proposisi atau kalimat yang lainnya, ditandai dengan

pemakaian kata hubung “dibandingkan” atau “sedangkan”.

5) Bentuk kalimat

6) Kata ganti (Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi)

Page 10: Analisis Framing

d. Struktur Retoris: Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta atau menekankan

arti yang ingin ditonjolkan olehnya. Struktur ini melihat pemakaian pilihan kata,

idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu.

Struktur retoris mempunyai perangkat framing:

1) Leksikon; pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau

menggambarkan peristiwa. Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu

yang penting.

2) Grafis; bagian tulisan yang dibuat lain dibanding bagian yang lainnya, seperti

pemakaian huruf tebal, miring, atau ukuran huruf yang lebih besar. Termasuk di

dalamnya penggunaan caption, grafik, gambar, tabel, dan lain-lain.

3) Metafor

4) Pengandaian: unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto, dan grafis 

2. Model William A. Gamson dan Andre Modigliani

Model ini membagi struktur analisis menjadi tiga bagian:

a. Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi makna tertentu.

b. Core frame merupakan gagasan sentral.

c. Condensing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat simbolik,

dapat dianalisis melalui dua turunannya, yaitu simbol berupa

1) framing device/perangkat framing  menunjuk pada penyebutan istilah tertentu

yang menunjukkan “julukan” pada satu wacana

2) reasoning device/perangkat penalaran menunjuk pada analisis sebab-akibat

 

Framing device/perangkat pembingkaian terbagi menjadi lima bagian:

a. Methaphors adalah perumpamaan dan pengandaian

b. Catchphrase adalah perangkat berupa jargon-jargon atau slogan.

c. Exemplaar adalah uraian untuk membenarkan perspektif.

d. Depiction adalah leksikon untuk melebeli sesuatu.

e. Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafis dan sebagainya.

 

Reasoning device/perangkat penalaran terbagi menjadi tiga bagian:

a. Root merupakan analisis kausal atau sebab akibat.

b. Appeals to principle merupakan premis dasar, klaim-klaim moral.

c. Consequence merupakan efek atau konsekuensi.  

Page 11: Analisis Framing

3. Model Robert Entman

Konsep framing oleh Entman untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan

aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks

komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang dianggap penting atau ditonjolkan oleh

pembuat teks. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan

penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Dalam

prakteknya framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan

isu yang lain. Serta menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai

stategi wacana, misalnya isu ditempatkan pada headline depan, pengulangan, pemakaian

grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, dan pemakaian label tertentu dan lain

sebagainya. Perangkat framing dapat digambarkan sebagai berikut:

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta dari realitas

yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk

ditampilkan?

Penonjolan aspek tertentu

dari isu

Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek

tertentu dari suatu peristiwa atau isu tersebut telah dipilih,

bagaiman aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan

dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu

untuk ditampilkan pada khalayak.

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi,

penjelasan definisi, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan

kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Secara lebih jelas dapat

digambarkan sebagai berikut:

Define problems

(pendefinisain masalah)

Bagaimana suatu peristiwa / isu dilihat? sebagai apa? Atau

sebagai masalah apa?

Diagnose causes

(memperkirakan masalah

atau sumber masalah)

Sebagai penyebab dari suatu masalah, siapa atau aktor yang

dianggap sebagai penyebab mereka?

Make moral judgement

(membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah?

Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau

Page 12: Analisis Framing

mendelegitimasi suatu tindakan?

Treatment recommendation

(menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/

isu? jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk

mengatasi masalah

4. Model Murray Edelman

Apa yang kita ketahui tentang realitas atau tentang dunia tergantung pada bagaimana kita

membingkai dan mengkonstruksi/menafsirkan realitas. Edelman mensejajarkan framing

sebagai kategorisasi pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang

tertentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami.  Salah satu

gagasan utama dari Edelman ialah dapat mengarahkan pandangan khalayak akan suatu

isu dan membentuk pengertian mereka akan suatu isu. Elemen penting dalam melihat

suatu peristiwa ialah bagaimana orang membuat kategorisasi atas suatu peristiwa melalui

kategorisasi hendak ke mana sebuah peristiwa diarahkan dan dijelaskan.

Kategorisasi

Merupakan abstraksi dan fungsi dari pikiran. Kategori merupakan alat bagaimana

rtelaitas dipahami dan hadir dalam benak khalayak. Kategori merupakan kekuatan yang besar

dalam mempengaruhi pikiran dan kesadaran publik, sebab kategori lebih menyentuh, lebih

substil, dan lebih mengena alam bawah sadar.

Kesalahan Kategorisasi

Seringkali terjadi kategori yang dipakai dalam mendefinisikan peristiwa itu salah atau

menipu khalayak. Peristiwa dibungkus dengan kategori tertentu menyebabkan khalayak tidak

bisa menerima informasi sebenarnya. Peristiwa tertentu yang dikategorisasikan dan dibingkai

dengan cara tertentu, mempengaruhi bagaimana peristiwa dipahami.

Rubrikasi

Merupakan salah satu aspek kategorisasi yang penting dalam pemberitaan. Bagaimana

suatu peristiwa di kategorisasikan dalam rubrik-rubrik tertentu. Rubrikasi harus dipahami

sebagai bagian dari bagaimana fakta diklasifikasikan dalam kategori tertentu. Pendefinisian

suatu realitas sosial, secara sederhana dalam strategi pemberitaan dan proses pembuatan

berita, dapat dilihat dari bagaimana peristiwa dan fakta di tempatkan dalam rubrik tertentu.

Rubrikasi menentukan bagaimana peristiwa dan fenomena harus dijelaskan. Rubrikasi ini

Page 13: Analisis Framing

bisa jadi miskategorisasi- peristiwa yang seharusnya dikategorisasikan dalam satu kasus,

tetapi karena masuk dalam rubrik tertentu akhirnya dikategorisasikan dalam rubrik tertentu.

Klasifikasi menentukan dan memepengaruhi emosi khalayak ketika memandang atau melihat

suatu peristiwa. Bagaimana publik mempersepsi realitas dengan bantuan kategori atau

klasifiksi yang telah dibuat.

Kategorisasi dan Ideologi

Dalam pandangan Edelman, kategorisasi berhubungan dengan ideologi. Bagaimana

realitas diklasifikasikan dan dikategorisasikan, diantaranya ditandai dengan bagaimana

kategorisasi tersebut dilakukan. Kategorisasi bukan representasi dari realitas. Pada dasarnya

kategorisasi merupakan kreasi kembvali yang penting agar tampak wajar dan rasional, yaitu

dengan pemakaian kata- kata terentu yang mempengaruhi bagaimana realitas atau seseorang

dicitrakan uang pada akhirnya membentuk pendapat umum mengenai suatu peristiwa atau

masalah. Pemakaian bahasa tertentu memperkuat pandangan seseorang, prasangka, dan

kebencian tertentu.

VI. TEORI-TEORI KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN DALAM KAJIAN

ANALISIS FRAMING

Dalam ranah komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan

pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas

komunikasi. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-

cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi,

penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih

berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.

Salah satu bentuk laporan di bidang komunikasi yang sering dibuat dan seringkali

diklaim sebagai penelitian interpretatif adalah apa yang disebut dengan analisis wacana

(discourse analysis) dan analisis bingkai (framing analysis). Dalam analisis framing yang

ditekankan adalah bagaimana berita dibingkai, sisi mana yang ditekankan dan sisi mana yang

hendak dilupakan. Analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui

bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.

Pembingkaian tersebut melalui proses yang disebut kontruksi. Disini, realitas sosial dimaknai

dan dikontruksi dengan makna tertentu.

Dalam kajian ilmu komunikasi yang khusus membahas mengenai media massa

terdapat teori pembingkaian (Framing Theory). Sesungguhnya framing berita merupakan

Page 14: Analisis Framing

perpanjangan dari teori agenda setting, yaitu semacam teknik yang dipakai wartawan untuk

melahirkan wacana yang akan ditangkap oleh khalayak. Jadi kedua teori komunikasi tersebut

saling berkaitan satu sama lain.

Akar dari Teori Pembingkaian ini sering dikaitkan oleh sosiolog Erving Goffman

yang berpendapat bahwa desain bingkai penafsiran yang digunakan individu sehari-hari

merupakan pengalaman untuk memahami dunia. Konsep Goffman tentang teori ini

menganggap bahwa dunia yang dirasakan oleh individu berdasarkan keyakinan, pengalaman,

dan pengetahuan mereka. Maka, teori ini menjadi penting di dalam media. Teori ini masih

digunakan pada media massa, bagaimana media mengarahkan khalayak untuk opini publik

tertentu. Hal ini juga yang seringkali dirasakan, mengapa sebuah isu gampang berganti

dengan isu lainnya, tetapi orang lain yang diterpa isu tersebut terkesan tidak merasakan

perubahan yang sebenarnya telah dirancang oleh media massa.

VII. TAHAPAN PENELITIAN DENGAN METODE FRAMING

Jika kita akan melakukan analisis framing, menurut saya tahapan penelitiannya

sebagai berikut:

1) Carilah dan tentukan topik penelitian analisis framing, misal: Berita mengenai

Pencapresan Rhoma Irama

2) Tentukan pula, media apa yang pemberitaannnya ingin kita kaji dengan

menggunakan analisis framing ini. Misalnya Harian Kompas.

3) Kemudian, tentukan pendekatan framingnya.

Analisis framing bisa dilakukan dengan bermacam-macam focus dan tujuan.

Pendekatan framing di bagi menjadi dua:

 a) Pendekatan Kultural

Meliputi identifikasi dan kategorisasi terhadap penanggulangan, penempatan, asosiasi,

dan penajaman kata, kalimat dan proposisi tertentu dalan suatu wacana.

b) Pendekatan Individual

Frame dalam level individu menimbulkan konsekuensi bahwa untuk tujuan tertentu,

studi framing tidak bisa hanya dilakukan dengan analisis isi terhadap teks media. Menurut

Sudibyo (1999:42) analisis framing terhadap skemata individu bisa dilakukan dengan polling

atau wawancara komprehensif.

4) Tentukan model penelitiannya. Model penelitian ini bisa disesuaikan dengan

keterkaitan isu atau bisa juga ketertarikan peneliti pada salah satu model

Page 15: Analisis Framing

penelitian yang ada. Contoh, saya tertarik mengkaji berita mengenai Pencapresan

Rhoma Irama menggunakan model analisis framing model Zhongdang Pan dan

Gerald M. Kosicki di harian Kompas.

5) Selanjutnya, kita harus mengumpulkan data penelitian dengan menggunakan

teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan oleh dalam penelitian

framing ini yaitu mengumpulkan teks-teks berita terkait topic penelitian (berita

Pencapresan Rhoma Irama).

6) Setelah terkumpul, data-data (teks berita straight news) tersebut kemudian dipilah-

pilah. Kita harus mengambil hanya yang mempunyai relevansi dengan topik

penelitian.

7) Kemudian tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data yang sudah ditetapkan

sebagai obyek penelitian dan juga mempunyai relevansi dengan topic penelitian

dengan menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki. Dengan pendekatan ini, teks berita dianalisis dengan dikelompokkan dan

diuraikan ke dalam empat struktur besar: 1) struktur sintaksis, 2) struktur skrip, 3)

struktur tematik, 4) struktur retoris.

8) Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang akan menunjukkan

framing dari harian Kompas tersebut.

9) Langkah berikutnya, kita harus secara subjektif mengintepretasi dan memaknai

setiap unit-unit yang diamati pada empat struktur besar tersebut.

10) Terakhir, tariklah kesimpulan yang terdapat pada hasil analisis data mengenai

framing berita Pencapresan Rhoma Irama di harian Kompas. Bagaimana

kecenderung pemberitaan yang terjadi dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Analisis Framing

Eriyanto. 2005. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. LkiS Yogyakarta:

Yogyakarta.

Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana prenada

media group.

Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. 2012. Theories of Human Communication ed. 9th.

Jakarta: Salemba Humanika.

http://www.kursikayu.com/2011/06/analisis-framing-analisis-bingkai.html