analisis gender 2005_1
TRANSCRIPT
1
TEKNIK ANALISIS GENDER
OLEH : NAHIYAH JAIDI FARAZ
PUSAT STUDI WANITA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2003
2
TEKNIK ANALISIS GENDER Nahiyah Jaidi Faraz
Analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis
tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan,
fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
Analisis gender merupakan langkah awal dalam rangka penyusunan kebijakan
program dan kegiatan yang responsif gender. Untuk analisis gender diperlukan data
gender, yaitu data kuantitatif maupun kualitatif yang sudah terpilah antara laki-laki dan
perempuan. Data gender ini kemudian disusun menjadi indikator gender.
Untuk memudahkan pemahaman dan bagaimana mengaplikasikan analisis gender,
ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
1). Menghimpun masalah-masalah kesenjangan gender, faktor-faktor penyebab dan
upaya pemecahannya.
2). Mengetahui latar belakang terjadinya kesenjangan gender yang biasanya terjadi
karena adanya diskriminasi gender antara kondisi normatif dengan obyektif.
3). Mengidentifikasi kesenjangan gender dari aspek peran, akses, kontrol, dan
manfaat, guna menentukan isu gender secara menyeluruh.
4). Mengidentifikasi langkah-langkah intervensi atau tindakan yang diperlukan,
berupa kebijakan, program serta rencana kegiatan yang dimungkinkan untuk dapat
direalisasikan dengan memperhatikan kepentingan perempuan dan laki-laki.
Dengan analisis gender diharapkan kesenjangan gender dapat diidentifikasi dan
dianalisis sehingga dapat ditemukan langkah-langkah pemecahan masalahnya secara
tepat. Analisis gender sangat penting khususnya bagi para pengambil keputusan dan
perencana di setiap sektor, karena dengan analisis gender diharapkan masalah gender
dapat diatasi atau dipersempit dan program yang berwawasan gender dapat diwujudkan.
3
Metode Analisis Gender
Proses pemberdayaan perempuan dalam masyarakat patriarki seperti Indonesia,
tidaklah mudah dilakukan. Dibutuhkan langkah-langkah strategis dan metode-metode
yang memadai. Banyak cara dan model pemberdayaan perempuan yang telah
dirumuskan, yang kita kenal sebagai model analisis gender.
Tidak hanya itu, kepedulian pemerintah dan masyarakat untuk terwujudnya kondisi
kesetaraan dan keadilan gender sangat menentukan. Untuk ini kita telah mencanangkan
perlunya program Pengarusutamaan Gender (PUG). Pengarusutamaan Gender adalah
suatu strategi yang ditempuh untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan
kegiatan dalam pembangunan. Proses penerapan strategi ini memerlukan sebuah alat
(tools) yang menjadi dasar dari setiap proses PUG, baik dalam aspek kebijakan, program
maupun kegiatan yang akan dilaksanakan. Alat yang dimaksud adalah Analisis gender.
Analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis
tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan,
fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
Analisis gender merupakan langkah awal dalam rangka penyusunan kebijakan
program dan kegiatan yang responsif gender. Untuk analisis gender diperlukan data
gender, yaitu data kuantitatif maupun kualitatif yang sudah terpilah antara laki-laki dan
perempuan. Data gender ini kemudian disusun menjadi indikator gender.
Untuk memudahkan pemahaman dan bagaimana mengaplikasikan analisis gender,
ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
1). Menghimpun masalah-masalah kesenjangan gender, faktor-faktor penyebab dan
upaya pemecahannya.
2). Mengetahui latar belakang terjadinya kesenjangan gender yang biasanya terjadi
karena adanya diskriminasi gender antara kondisi normatif dengan obyektif.
3). Mengidentifikasi kesenjangan gender dari aspek peran, akses, kontrol, dan
manfaat, guna menentukan isu gender secara menyeluruh.
4). Mengidentifikasi langkah-langkah intervensi atau tindakan yang diperlukan,
berupa kebijakan, program serta rencana kegiatan yang dimungkinkan untuk
4
dapat direalisasikan dengan memperhatikan kepentingan perempuan dan laki-
laki.
Dengan analisis gender diharapkan kesenjangan gender dapat diidentifikasi dan
dianalisis serta dapat ditemukan langkah-langkah pemecahan. Analisis gender sangat
penting khususnya bagi para pengambil keputusan dan perencana di setiap sektor, karena
dengan analisis gender diharapkan masalah gender dapat diatasi atau dipersempit dan
program yang berwawasan gender dapat diwujudkan.
Ada beberapa model teknis analisis gender yang pernah dikembangkan para ahli,
antara lain:
1. Model Harvard
2. Model Moser
3. Model SWOT
4. Model Gender Analysis Pathway (GAP)
Analisis Model Harvard
Analisis Model Harvard yang dikembangkan oleh Harvard Institute for
International Development ini didasarkan pada pendekatan efisiensi women in
developmen (WID) yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan
gender yang paling awal.
Tujuan kerangka Harvard ini antara lain:
1. Untuk menunjukan bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan
kaum perempuan maupun laki-laki, secara rasional.
2. Untuk membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan
memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh.
3. Mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan
efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal.
4. Untuk memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan
melihat faktor penyebab perbedaan.
5
Kerangka Harvard terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data
pada tingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga) meliputi empat komponen yang
berhubungan satu dengan lainnya.
a. Profil Kegiatan, didasarkan pada konsep pembagian dengan data terpilah jenis
kelamin. Profil kegiatan ini merinci kegiatan nyata menurut umur (siapa
mengerjakan apa), penjadwalan (alokasi waktu) untuk kelompok-kelompok sosial
ekonomi. Untuk memudahkan analisis, maka secara umum profil kegiatan
dikelompokan menjadi kegiatan produktif, reproduktif, sosial budaya dan
kemasyarakatan.
b. Profil Akses dan Kontrol, merinci sumber-sumber apa yang dikuasai laki-laki
dan perempuan untuk melaksanakan kegiatannya dan manfaat apa yang diperoleh
setiap orang dari hasil kegiatan tersebut. Profil ini memperlihatkan siapa yang
memiliki akses kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya, selanjutnya
diidentifikasi, disusun dalam daftar apakah perempuan dan laki-laki mempunyai
akses atau tidak kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya.
c. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan, Akses dan Kontrol;
Berpusat pada faktor-faktor dasar, yang menentukan pembagian kerja berdasarkan
gender. Analisis disini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada butir a dan b. Karena
pekerjaan yang dilakukan laki-laki dan perempuan berubah dari waktu ke waktu
sebagai akibat dari proses pembangunan atau perubahan lingkungan, maka
pengertian tentang kecenderungan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial
budaya harus turut diperhitungkan dalam analisis.
Penggunaan Kerangka Analisis Harvard, terutama:
1. Lebih cocok untuk perencanaan proyek dibandingkan perencanaan program atau
kebijakan.
6
2. Dapat digunakan sebagai titik masuk (entry point) gender netral, ketika
melontarkan isu gender kepada peserta yang resisten terhadap adanya
ketimpangan dalam relasi gender
3. Untuk menyimpulkan data dasar
4. Dapat digunakan bersama sama dengan kerangka lain, misalnya bersama analisis
moser, untuk mencari gagasan dalam menentukan kebutuhan strategik gender.
Analisis Model Moser
Teknik Analisis Model Moser atau disebut juga Kerangka Moser,
didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat “teknis dan politik”.
Kerangka ini mengasumsikan adanya konflik dalam proses perencanaan dan proses
transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu “debat”.
Ada 6 alat (instrumen) yang dipergunakan kerangka ini dalam perencanaan
untuk semua tingkatan, dari proyek sampai ke perencanaan daerah.
Alat 1. : Identifikasi Peranan Gender
Alat ini mencakup penyusunan pembagian kerja gender/ pemetaan aktivitas
laki-laki dan perempuan (termasuk anak perempuan dan laki-laki) dalam rumah
tangga selama periode 24 jam.
Alat 2: Penilaian Kebutuhan Gender
Moser mengembangkan alat ini dari konsep minat/ kebutuhan gender dari
sudut perempuan yang pertama kalinya dikembangkan oleh Maxine Molyneux pada
1984. Perempuan mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dengan laki-laki
karena “tri-peranan” mereka sebagaimana posisi subordinat mereka terhadap laki-
laki dalam masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dibedakan dalam
minat/kebutuhan praktis gender dan strategis gender.
Kebutuhan Praktis Gender
Kebutuhan ini dapat diidentifikasi dengan mudah oleh perempuan dan laki-
laki karena selalu berhubungan dengan kondisi kehidupan. Perempuan dapat
7
mengindentifikasi air bersih, makanan, pemneliharaan kesehatan dan penghasilan
tunai sebagai minat/kebutuhan yang harus segera mereka penuhi. Memenuhi
kebutuhan praktis perempuan sangat penting untuk memperbaiki kondisi kehidupan,
tetapi pemenuhan kebutuhan praktis tidak akan mengubah posisi perempuan yang
lemah (subordinat). Malahan dalam kenyataannya memperkuat pembagian kerja
gender.
Kebutuhan Strategis Gender
Minat/kebutuhan strategis gender adalah semua hal yang oleh perempuan
sendiri diidentifikasi sebagai kebutuhan yang disebabkan posisi subordinat mereka.
Hal ini berhubungan dengan isu kekuasaan dan kontrol, sampai pada eksploitasi
karena pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.
Kebutuhan strategis mencakup perubahan-perubahan dalam pembagian kerja
gender (misalnya: perempuan melakukan pekerjaan yang secara tradisional bukan
sebagai pekerjaan perempuan, laki-laki mengambil lebih banyak tanggungjawab
dalam pekerjaan domestik dan mengurus anak), hak-hak legal, penghapusan tindak
kekerasan, upah yang sama, dan kontrol perempuan atas tubuhnya sendiri.
Alat 3: Pendisagregasian (pemisahan) Kontrol atas Sumberdaya dan
Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga.
Alat ini digunakan untuk menemukan siapa yang mengontrol sumberdaya
dalam rumah tangga, siapa yang mengambil keputusan penggunaan sumberdaya dan
bagaimana keputusan itu dibuat.
Alat 4: Menyeimbangkan Peranan
Sangat berhubungan dengan bagaimana perempuan mengelola
keseimbangan antara tugas-tugas produktif, reproduktif dan kemasyarakatan
mereka. Termasuk mempertanyakan tentang “Apakah suatu intervensi yang
direncanakan akan meningkatkan beban kerja perempuan pada suatu peranan
dengan konsekwensi terhadap peranan perempuan lainnya”?
8
Alat 5: Matriks Kebijakan WID (Women In Development)
Matriks kebijakan Women In Developmen memberikan suatu kerangka
untuk mengidentifikasi atau mengevaluasi pendekatan-pendekatan yang sedang
(atau dapat) digunakan untuk ditujukan pada tri peranan, serta kebutuhan-kebutuhan
praktis dan strategis gender pada perempuan dalam proyek dan program. Matriks ini
dibedakan ke dalam 5 pendekatan.
a. Kesejahteraan
Pendekatan ini ditujukan untuk membawa perempuan dalam pembangunan
agar menjadi ibu yang lebih baik.. Pendekatan ini mengakui peranan reproduktif
perempuan dan berusaha memenuhi kebutuhan praktis gender melalui suatu uluran
bantuan yang bersifat top-down.
b. Keadilan
Pendekatan WID yang pertama, muncul pada dekade 1976-1985, dalam
konteks paradigma pembangunan “pertumbuhan dengan keadilan”. Pendekatan ini
bertujuan untuk memperoleh keadilan bagi perempuan yang dipandang sebagai
partisan aktif dalam pembangunan. Pendekatan ini mengakui tri peranan, dan
berusaha memenuhi kebutuhan strategis gender melalui intervensi langsung
pemerintah dengan memberikan otonomi plitik dan ekonomi serta mengurangi
ketidaksetaraan perempuan dengan laki-laki.
c. Anti-kemiskinan
Merupakan pendekatan WID yang diadopsi sejak tahun 1970-an dan
merupakan kebalikan dari versi keadilan, menggunakan konteks pendekatan
“kebutuhan dasar terhadap pembangunan”. Tujuannya untuk menjamin agar
perempuan miskin meningkat produktivitasnya. Pendekatan ini mengakui peranan
produktif perempuan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan praktis
9
dan strategis untuk memperoleh pendapatan, khususnya dalam proyek-proyek
peningkatan pendapatan berskala kecil.
d. Efisiensi
Pendekatan WID ini, sekarang menjadi sangat penting, diadopsi sejak
krisis hutang tahun 1980. Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa
pembangunan menjadi lebih efisien dan efektif melalui kontribusi ekonomi
perempuan, dimana partisipasi sering disamakan dengan keadilan.
e. Pemberdayaan
Pendekatan yang mutakhir, diartikulasikan perempuan dunia ketiga.
Pendekatan ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan melalui kepercayaan
diri yang besar. Subordinasi perempuan diekspresikan tidak hanya disebabkan oleh
dominasi laki-laki, tetapi juga karena penindasan kolonial dan neo-kolonial.
Alat 6: Melibatkan Perempuan, Organisasi Penyadaran Gender dan
Perencana dalam Perencanaan
Tujuan dari alat ini untuk memastikan bahwa kebutuhan praktis gender
dan kebutuhan strategis gender diidentifikasi dan dijamin sebagai kebutuhan-
kebutuhan “nyata” perempuan, berlawanan dengan pengertian atas kebutuhan-
kebutuhan yang digabungkan ke dalam proses perencanaan selama ini.
Analisis Model SWOT
Teknik ini merupakan suatu teknik analsis manajemen dengan cara
mengidentifikasi secara “internal” mengenai peluang dan ancaman. Aspek internal
dan eksternal tersebut dipertimbangkan dalam kaitan dengan konsep strategis dalam
rangka menyusun program aksi, langkah-langkah atau tindakan untuk mencapai
sasaran maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan
peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengurangi
risiko.
10
Dalam analisis SWOT ada lima langkah yang harus dilakukan:
a. Langkah Pertama, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
b. Langkah Kedua, mengidentifikasi “peluang dan ancaman”.
c. Langkah Ketiga, analisis keterhubungan kunci internal
Dari langkah yang ketiga, melakukan analisis keterhubungan dan tahap
pencocokan dengan membuat kuadran.
1). Kuadran I (strategi SO) menciptakan strategi dengan mengguna-
kan/mengembangkan kekuatan-kekuatan (strengths) untuk memanfaatkan peluang
(opportunities). Strategi yang digunakan adalah agresif.
2). Kuadran II (strategi ST) menciptakan strategi dengan menggunakan
dan mengembangkan kekuatan (Strengths) untuk meminimalkan atau mengatasi
ancaman (threats), misalnya dengan strategi “diversifikasi”.
3). Kuadran III (strategi WO) menciptakan strategi untuk meminimalkan
kelemahan-kelemahan (weaknesess) dan untuk memanfaatkan peluang-peluang
(opportunities), misalnya dengan cara meninjau kembali kegiatan-kegiatan.
4). Kuadran IV (strategi WT) menciptakan strategi untuk meminimalkan
kelemahan-kelemahan (weaknesess) dan menghindari ancaman (threats), dengan
strategi, misalnya, menunggu peluang baru.
d. Langkah Keempat: Setelah dianalisis berdasarkan langkah di atas, maka susunlah
Rencana Aksi (POA) yang berisi kegiatan gender dengan cara:
(1). Susunlah langkah/tindakan berdasarkan konsep yang bernilai strategis.
(2). Langkah/Tindakan diurut dari awal sampai akhir.
(3). Sediakan tujuan dan sasaran dalam setiap langkah dan tindakan
(4). Tetapkan penanggungjawab setiap langkah/tindakan
(5). Tetapkanlah waktu dan besarnya setiap langkah /tindakan.
(6). Tetapkanlah kegiatan tersebut untuk dilaksanakan
(7). Tetapkanlah indikator penilaian.
11
Analisis Model Pathway
Model ini bernama Gender Analysis Pathway (GAP) merupakan metode
yang telah banyak dikembangkan di Indonesia, terutama dalam proses perencanaan
program-program yang responsif gender.
Tujuan penggunaan metode GAP adalah untuk mengetahui kesenjangan
gender dengan melihat aspek akses, peran, manfaat dan kontrol yang diperoleh laki-
laki dan perempuan dalam program-program pembangunan yang menjadi pokok
bahasan, mulai dari aspek kebijakan sampai dengan monitoring dan evaluasi.
Metode GAP dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menetapkan
program pembangunan, meningkatkan wawasan pentingnya efektivitas dan
efisiensi, serta kelayakan perencanaan pembangunan yang selalu memperhitungkan
kepentingan perempuan dan laki-laki.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penerapan metode GAP
adalah:
1. Pertama, melakukan analisis bias gender yang ada di wilayah garapan. Analisis
bias gender ini meliputi kesenjangan dalam faktor sosial-ekonomi, faktor sosial-
budaya, maupun faktor agama.
2. Kedua, melakukan diskusi bersama tim kerja di wilayah garapan, untuk
membangun matrik analisis gender. Matriks ini merupakan langkah awal dari
alur kerja analisis gender. Yang dibahas dalam matrik ini adalah kebijakan saat
ini, data terpilah, faktor kesenjangan apa yang ada dalam akses, peran, kontrol
atau manfaat serta isu gender apa yang menonjol.
3. Ketiga, dari dua matrik yang dibuat yakni: Matrik (I) Identifikasi Masalah
Gender dan Matrik (II) Analisis Gender, selanjutnya menetapkan kegiatan-
kegiatan operasional yang gender responsif dengan sasaran laki-laki dan
perempuan.
Langkah terakhir, Hasil dari analisis gender model GAP ini dituangkan ke dalam
Matrik Program Aksi yang berisi langkah-langkah atau intervensi yang akan dilaksanakan
di wilayah kerja secara lengkap. Analisis gender adalah proses menganalisis data dan
informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan
12
mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi.
Analisis gender merupakan langkah awal dalam rangka penyusunan kebijakan
program dan kegiatan yang responsif gender. Untuk analisis gender diperlukan data
gender, yaitu data kuantitatif maupun kualitatif yang sudah terpilah antara laki-laki dan
perempuan. Data gender ini kemudian disusun menjadi indikator gender.
Untuk memudahkan pemahaman dan bagaimana mengaplikasikan analisis gender,
ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
1). Menghimpun masalah-masalah kesenjangan gender, faktor-faktor penyebab dan
upaya pemecahannya.
2). Mengetahui latar belakang terjadinya kesenjangan gender yang biasanya terjadi
karena adanya diskriminasi gender antara kondisi normatif dengan obyektif.
3). Mengidentifikasi kesenjangan gender dari aspek peran, akses, kontrol, dan
manfaat, guna menentukan isu gender secara menyeluruh.
4). Mengidentifikasi langkah-langkah intervensi atau tindakan yang diperlukan,
berupa kebijakan, program serta rencana kegiatan yang dimungkinkan untuk dapat
direalisasikan dengan memperhatikan kepentingan perempuan dan laki-laki.
Dengan analisis gender diharapkan kesenjangan gender dapat diidentifikasi dan
dianalisis sehingga dapat ditemukan langkah-langkah pemecahan masalahnya secara
tepat. Analisis gender sangat penting khususnya bagi para pengambil keputusan dan
perencana di setiap sektor, karena dengan analisis gender diharapkan masalah gender
dapat diatasi atau dipersempit dan program yang berwawasan gender dapat diwujudkan.
Metode Analisis Gender
Proses pemberdayaan perempuan dalam masyarakat patriarki seperti Indonesia,
tidaklah mudah dilakukan. Dibutuhkan langkah-langkah strategis dan metode-metode
yang memadai. Banyak cara dan model pemberdayaan perempuan yang telah
dirumuskan, yang kita kenal sebagai model analisis gender.
Tidak hanya itu, kepedulian pemerintah dan masyarakat untuk terwujudnya kondisi
kesetaraan dan keadilan gender sangat menentukan. Untuk ini kita telah mencanangkan
perlunya program Pengarusutamaan Gender (PUG). Pengarusutamaan Gender adalah
13
suatu strategi yang ditempuh untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan
kegiatan dalam pembangunan. Proses penerapan strategi ini memerlukan sebuah alat
(tools) yang menjadi dasar dari setiap proses PUG, baik dalam aspek kebijakan, program
maupun kegiatan yang akan dilaksanakan. Alat yang dimaksud adalah Analisis gender.
Analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis
tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan,
fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
Analisis gender merupakan langkah awal dalam rangka penyusunan kebijakan
program dan kegiatan yang responsif gender. Untuk analisis gender diperlukan data
gender, yaitu data kuantitatif maupun kualitatif yang sudah terpilah antara laki-laki dan
perempuan. Data gender ini kemudian disusun menjadi indikator gender.
Untuk memudahkan pemahaman dan bagaimana mengaplikasikan analisis gender,
ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
1). Menghimpun masalah-masalah kesenjangan gender, faktor-faktor penyebab dan
upaya pemecahannya.
2). Mengetahui latar belakang terjadinya kesenjangan gender yang biasanya terjadi
karena adanya diskriminasi gender antara kondisi normatif dengan obyektif.
3). Mengidentifikasi kesenjangan gender dari aspek peran, akses, kontrol, dan
manfaat, guna menentukan isu gender secara menyeluruh.
4). Mengidentifikasi langkah-langkah intervensi atau tindakan yang diperlukan,
berupa kebijakan, program serta rencana kegiatan yang dimungkinkan untuk
dapat direalisasikan dengan memperhatikan kepentingan perempuan dan laki-
laki.
Dengan analisis gender diharapkan kesenjangan gender dapat diidentifikasi dan
dianalisis serta dapat ditemukan langkah-langkah pemecahan. Analisis gender sangat
penting khususnya bagi para pengambil keputusan dan perencana di setiap sektor, karena
dengan analisis gender diharapkan masalah gender dapat diatasi atau dipersempit dan
program yang berwawasan gender dapat diwujudkan.
14
Ada beberapa model teknis analisis gender yang pernah dikembangkan para ahli,
antara lain:
5. Model Harvard
6. Model Moser
7. Model SWOT
8. Model Gender Analysis Pathway (GAP)
Analisis Model Harvard
Analisis Model Harvard yang dikembangkan oleh Harvard Institute for
International Development ini didasarkan pada pendekatan efisiensi women in
developmen (WID) yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan
gender yang paling awal.
Tujuan kerangka Harvard ini antara lain:
1. Untuk menunjukan bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan
kaum perempuan maupun laki-laki, secara rasional.
5. Untuk membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan
memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh.
6. Mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan
efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal.
7. Untuk memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan
melihat faktor penyebab perbedaan.
Kerangka Harvard terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data
pada tingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga) meliputi empat komponen yang
berhubungan satu dengan lainnya.
a. Profil Kegiatan, didasarkan pada konsep pembagian dengan data terpilah jenis
kelamin. Profil kegiatan ini merinci kegiatan nyata menurut umur (siapa
mengerjakan apa), penjadwalan (alokasi waktu) untuk kelompok-kelompok sosial
ekonomi. Untuk memudahkan analisis, maka secara umum profil kegiatan
15
dikelompokan menjadi kegiatan produktif, reproduktif, sosial budaya dan
kemasyarakatan.
b. Profil Akses dan Kontrol, merinci sumber-sumber apa yang dikuasai laki-laki
dan perempuan untuk melaksanakan kegiatannya dan manfaat apa yang diperoleh
setiap orang dari hasil kegiatan tersebut. Profil ini memperlihatkan siapa yang
memiliki akses kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya, selanjutnya
diidentifikasi, disusun dalam daftar apakah perempuan dan laki-laki mempunyai
akses atau tidak kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya.
c. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan, Akses dan Kontrol;
Berpusat pada faktor-faktor dasar, yang menentukan pembagian kerja berdasarkan
gender. Analisis disini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada butir a dan b. Karena
pekerjaan yang dilakukan laki-laki dan perempuan berubah dari waktu ke waktu
sebagai akibat dari proses pembangunan atau perubahan lingkungan, maka
pengertian tentang kecenderungan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial
budaya harus turut diperhitungkan dalam analisis.
Penggunaan Kerangka Analisis Harvard, terutama:
5. Lebih cocok untuk perencanaan proyek dibandingkan perencanaan program atau
kebijakan.
6. Dapat digunakan sebagai titik masuk (entry point) gender netral, ketika
melontarkan isu gender kepada peserta yang resisten terhadap adanya
ketimpangan dalam relasi gender
7. Untuk menyimpulkan data dasar
8. Dapat digunakan bersama sama dengan kerangka lain, misalnya bersama analisis
moser, untuk mencari gagasan dalam menentukan kebutuhan strategik gender.
Analisis Model Moser
16
Teknik Analisis Model Moser atau disebut juga Kerangka Moser,
didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat “teknis dan politik”.
Kerangka ini mengasumsikan adanya konflik dalam proses perencanaan dan proses
transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu “debat”.
Ada 6 alat (instrumen) yang dipergunakan kerangka ini dalam perencanaan
untuk semua tingkatan, dari proyek sampai ke perencanaan daerah.
Alat 1. : Identifikasi Peranan Gender
Alat ini mencakup penyusunan pembagian kerja gender/ pemetaan aktivitas
laki-laki dan perempuan (termasuk anak perempuan dan laki-laki) dalam rumah
tangga selama periode 24 jam.
Alat 2: Penilaian Kebutuhan Gender
Moser mengembangkan alat ini dari konsep minat/ kebutuhan gender dari
sudut perempuan yang pertama kalinya dikembangkan oleh Maxine Molyneux pada
1984. Perempuan mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dengan laki-laki
karena “tri-peranan” mereka sebagaimana posisi subordinat mereka terhadap laki-
laki dalam masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dibedakan dalam
minat/kebutuhan praktis gender dan strategis gender.
Kebutuhan Praktis Gender
Kebutuhan ini dapat diidentifikasi dengan mudah oleh perempuan dan laki-
laki karena selalu berhubungan dengan kondisi kehidupan. Perempuan dapat
mengindentifikasi air bersih, makanan, pemneliharaan kesehatan dan penghasilan
tunai sebagai minat/kebutuhan yang harus segera mereka penuhi. Memenuhi
kebutuhan praktis perempuan sangat penting untuk memperbaiki kondisi kehidupan,
tetapi pemenuhan kebutuhan praktis tidak akan mengubah posisi perempuan yang
lemah (subordinat). Malahan dalam kenyataannya memperkuat pembagian kerja
gender.
Kebutuhan Strategis Gender
17
Minat/kebutuhan strategis gender adalah semua hal yang oleh perempuan
sendiri diidentifikasi sebagai kebutuhan yang disebabkan posisi subordinat mereka.
Hal ini berhubungan dengan isu kekuasaan dan kontrol, sampai pada eksploitasi
karena pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.
Kebutuhan strategis mencakup perubahan-perubahan dalam pembagian kerja
gender (misalnya: perempuan melakukan pekerjaan yang secara tradisional bukan
sebagai pekerjaan perempuan, laki-laki mengambil lebih banyak tanggungjawab
dalam pekerjaan domestik dan mengurus anak), hak-hak legal, penghapusan tindak
kekerasan, upah yang sama, dan kontrol perempuan atas tubuhnya sendiri.
Alat 3: Pendisagregasian (pemisahan) Kontrol atas Sumberdaya dan
Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga.
Alat ini digunakan untuk menemukan siapa yang mengontrol sumberdaya
dalam rumah tangga, siapa yang mengambil keputusan penggunaan sumberdaya dan
bagaimana keputusan itu dibuat.
Alat 4: Menyeimbangkan Peranan
Sangat berhubungan dengan bagaimana perempuan mengelola
keseimbangan antara tugas-tugas produktif, reproduktif dan kemasyarakatan
mereka. Termasuk mempertanyakan tentang “Apakah suatu intervensi yang
direncanakan akan meningkatkan beban kerja perempuan pada suatu peranan
dengan konsekwensi terhadap peranan perempuan lainnya”?
Alat 5: Matriks Kebijakan WID (Women In Development)
Matriks kebijakan Women In Developmen memberikan suatu kerangka
untuk mengidentifikasi atau mengevaluasi pendekatan-pendekatan yang sedang
(atau dapat) digunakan untuk ditujukan pada tri peranan, serta kebutuhan-kebutuhan
praktis dan strategis gender pada perempuan dalam proyek dan program. Matriks ini
dibedakan ke dalam 5 pendekatan.
18
b. Kesejahteraan
Pendekatan ini ditujukan untuk membawa perempuan dalam pembangunan
agar menjadi ibu yang lebih baik.. Pendekatan ini mengakui peranan reproduktif
perempuan dan berusaha memenuhi kebutuhan praktis gender melalui suatu uluran
bantuan yang bersifat top-down.
b. Keadilan
Pendekatan WID yang pertama, muncul pada dekade 1976-1985, dalam
konteks paradigma pembangunan “pertumbuhan dengan keadilan”. Pendekatan ini
bertujuan untuk memperoleh keadilan bagi perempuan yang dipandang sebagai
partisan aktif dalam pembangunan. Pendekatan ini mengakui tri peranan, dan
berusaha memenuhi kebutuhan strategis gender melalui intervensi langsung
pemerintah dengan memberikan otonomi plitik dan ekonomi serta mengurangi
ketidaksetaraan perempuan dengan laki-laki.
c. Anti-kemiskinan
Merupakan pendekatan WID yang diadopsi sejak tahun 1970-an dan
merupakan kebalikan dari versi keadilan, menggunakan konteks pendekatan
“kebutuhan dasar terhadap pembangunan”. Tujuannya untuk menjamin agar
perempuan miskin meningkat produktivitasnya. Pendekatan ini mengakui peranan
produktif perempuan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan praktis
dan strategis untuk memperoleh pendapatan, khususnya dalam proyek-proyek
peningkatan pendapatan berskala kecil.
d. Efisiensi
Pendekatan WID ini, sekarang menjadi sangat penting, diadopsi sejak
krisis hutang tahun 1980. Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa
pembangunan menjadi lebih efisien dan efektif melalui kontribusi ekonomi
perempuan, dimana partisipasi sering disamakan dengan keadilan.
19
e. Pemberdayaan
Pendekatan yang mutakhir, diartikulasikan perempuan dunia ketiga.
Pendekatan ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan melalui kepercayaan
diri yang besar. Subordinasi perempuan diekspresikan tidak hanya disebabkan oleh
dominasi laki-laki, tetapi juga karena penindasan kolonial dan neo-kolonial.
Alat 6: Melibatkan Perempuan, Organisasi Penyadaran Gender dan
Perencana dalam Perencanaan
Tujuan dari alat ini untuk memastikan bahwa kebutuhan praktis gender
dan kebutuhan strategis gender diidentifikasi dan dijamin sebagai kebutuhan-
kebutuhan “nyata” perempuan, berlawanan dengan pengertian atas kebutuhan-
kebutuhan yang digabungkan ke dalam proses perencanaan selama ini.
Analisis Model SWOT
Teknik ini merupakan suatu teknik analsis manajemen dengan cara
mengidentifikasi secara “internal” mengenai peluang dan ancaman. Aspek internal
dan eksternal tersebut dipertimbangkan dalam kaitan dengan konsep strategis dalam
rangka menyusun program aksi, langkah-langkah atau tindakan untuk mencapai
sasaran maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan
peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengurangi
risiko.
Dalam analisis SWOT ada lima langkah yang harus dilakukan:
d. Langkah Pertama, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
e. Langkah Kedua, mengidentifikasi “peluang dan ancaman”.
f. Langkah Ketiga, analisis keterhubungan kunci internal
Dari langkah yang ketiga, melakukan analisis keterhubungan dan tahap
pencocokan dengan membuat kuadran.
1). Kuadran I (strategi SO) menciptakan strategi dengan mengguna-
kan/mengembangkan kekuatan-kekuatan (strengths) untuk memanfaatkan peluang
(opportunities). Strategi yang digunakan adalah agresif.
20
2). Kuadran II (strategi ST) menciptakan strategi dengan menggunakan
dan mengembangkan kekuatan (Strengths) untuk meminimalkan atau mengatasi
ancaman (threats), misalnya dengan strategi “diversifikasi”.
3). Kuadran III (strategi WO) menciptakan strategi untuk meminimalkan
kelemahan-kelemahan (weaknesess) dan untuk memanfaatkan peluang-peluang
(opportunities), misalnya dengan cara meninjau kembali kegiatan-kegiatan.
4). Kuadran IV (strategi WT) menciptakan strategi untuk meminimalkan
kelemahan-kelemahan (weaknesess) dan menghindari ancaman (threats), dengan
strategi, misalnya, menunggu peluang baru.
d. Langkah Keempat: Setelah dianalisis berdasarkan langkah di atas, maka susunlah
Rencana Aksi (POA) yang berisi kegiatan gender dengan cara:
(1). Susunlah langkah/tindakan berdasarkan konsep yang bernilai strategis.
(2). Langkah/Tindakan diurut dari awal sampai akhir.
(3). Sediakan tujuan dan sasaran dalam setiap langkah dan tindakan
(4). Tetapkan penanggungjawab setiap langkah/tindakan
(5). Tetapkanlah waktu dan besarnya setiap langkah /tindakan.
(6). Tetapkanlah kegiatan tersebut untuk dilaksanakan
(7). Tetapkanlah indikator penilaian.
Analisis Model Pathway
Model ini bernama Gender Analysis Pathway (GAP) merupakan metode
yang telah banyak dikembangkan di Indonesia, terutama dalam proses perencanaan
program-program yang responsif gender.
Tujuan penggunaan metode GAP adalah untuk mengetahui kesenjangan
gender dengan melihat aspek akses, peran, manfaat dan kontrol yang diperoleh laki-
laki dan perempuan dalam program-program pembangunan yang menjadi pokok
bahasan, mulai dari aspek kebijakan sampai dengan monitoring dan evaluasi.
Metode GAP dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menetapkan
program pembangunan, meningkatkan wawasan pentingnya efektivitas dan
efisiensi, serta kelayakan perencanaan pembangunan yang selalu memperhitungkan
kepentingan perempuan dan laki-laki.
21
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penerapan metode GAP
adalah:
4. Pertama, melakukan analisis bias gender yang ada di wilayah garapan. Analisis
bias gender ini meliputi kesenjangan dalam faktor sosial-ekonomi, faktor sosial-
budaya, maupun faktor agama.
5. Kedua, melakukan diskusi bersama tim kerja di wilayah garapan, u
Dari empat model analisis gender diatas, Gender Analysis Pathway (GAP),
tampaknya merupakan model analisis yang relatif memadai untuk melihat atau membantu
dalam proses analisis Profil Wanita Kota Yogyakarta. Ada beberapa alasan untuk ini,
pertama: Metode ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan gender yang ada dengan
melihat aspek akses, peran, manfaat dan kontrol yang diperoleh laki-laki dan perempuan.
Kedua, meningkatkan wawasan pentingnya efeltivitas dan efisiensi, serta kelayakan
perencanaan pembangunan yang selalu memperhitungkan kepentingan perempuan dan
laki-laki. Karena itu meode ini cukup memadai untuk diterapkan oleh para perencana dan
pelaksana pembangunan di tingkat pusat maupun daerah, untuk menetapkan prioritas
permasalahan dan sasaran serta solusi atau intervensi yang diperlukan. Ketiga, metode ini
sudah diuji-cobakan oleh Bappenas dan ternyata dapat membantu para perencana dan
pelaksana program pembangunan di Indonesia.
Daftar Pustaka
Manshour Faqih, 1999, “Gender Mainstreaming Strategi Mutakhir Gerakan Perempuan”,
dalam Gender dan Perubahan Organisasi. Yogyakarta: INSIST.
Tim UIN, 2004, Pengarusutamaan Gender dalam Kurikulum, Yogyakarta.
Nazaruddin Umar, 1998, Argumentasi Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an; PT
Paramadina, Jakarta.
Rifka Anisa, MASAID, 2002, Memahami Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan.
UNFPA, Kantor Meneg Pemberdayaan Perempuan RI; 2001, Bahan Pembelajaran
Pelatihan Pengurus Utamaan Gender Bidang Kesehatan Reproduksi dan
Kependudukan.
22