analisis gender profile boyolali

Upload: anggoro-budi-prasetya

Post on 17-Jul-2015

124 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PROFIL GENDER RECOVERY AWAL PASCA BENCANA BOYOLALI Oleh : Anggoro Budi P Data dari Desa Klakah, Kecamatan Selo serta data skunder dari dinas pendidikan, dinas kesehatan, kesbanglinmas, dan dinas pemberdayaan perempuan Boyolali, serta renaksi Jateng 2011-2013 ditambah media cetak dan online (Maret-Mei 2011). Di Jawa Tengah terdapat 3 kabupaten yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi, yang meliputi : Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Di Kabupaten Boyolali terdapat 3 kecamatan yang terdampak erupsi Gunung Merapi yaitu : Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Musuk. Meliputi 14 desa keseluruhan dari ketiga kecamatan tersebut dengan rincian 8 desa di Kecamatan Selo, 3 desa di Kecamatan Cepogo dan 3 desa di Kecamatan Musuk. Untuk mengetahui sejauh mana penanganan dan pemulihan pasca erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Boyolali, Gender Working Group (GWG) melakukan survey kepada korban erupsi Gunung Merapi di Desa Klakah, Kecamatan Selo yang ketika dilakukan survey sudah kembali ke wilayah masing-masing. Survey dilakukan kepada korban erupsi Gunung Merapi yang mewakili kelompok perempuan, laki-laki, difable, anak sekolah perempuan, anak sekolah laki-laki dan pengelola posko (kepala dusun/kepala desa). Pemilihan lokasi survey di wilayah Kecamatan Selo karena merupakan wilayah KRB yang terdampak cukup parah dibandingkan dengan 2 kecamatan lainnya.

1. CLUSTER PENDIDIKAN Berdasarkan perhitungan Damage and losses Assessment (DaLA) Kabupaten Boyolali 2010 menyebutkan jumlah kerusakan dan kerugian di sektor pendidikan senilai Rp 1.783.050.000,-. Jumlah tersebut meliputi bangunan fisik yang rusak akibat erupsi Gunung Merapi serta kerugian karena terhentinya proses belajar mengajar. Tabel rencana aksi sub sektor pendidikan. No 1 2 3 4 5 6 7 Program/kegiatan Rehab ruang kelas Pengadaan meubleair Pengadaan peralatan sekolah Pengadaan penunjang Pembersihan Bantuan kebutuhan dasar siswa Beasiswa buku belajar Volume 298 unit 28 sek 28 sek dan 9.912 set 202 sek 9.912 orang 9.912 orang Kebutuhan dana Rp 4.506.000.000,Rp 280.000.000,Rp 1.680.000.000,Rp 1.041.000.000,Rp 1.010.000.000,Rp 2.974.000.000,Rp 5.452.000.000,-

Total Rp 16.943.000.000,Sumber: renaksi daerah rehab & rekon pasca erupsi gunung merapi propinsi Jawa Tengah 2011-2013

Data yang didapatkan dari Dinas Pendidikan terkait dengan sekolah yang terdampak erupsi Merapi adalah sebagai berikut: a. Data Siswa dan guru yang terkena dampak bencana Merapi (data per- tanggal 24 Nopember 2010) Jenjang Pendidikan TK SD SMP SMA SMK SLB JUMLAH Siswa yang Guru Mengungsi 2.359 4.138 3.094 166 115 40 9.912 868 318 82 21 8 1297 Guru Yang Mengungsi 4 4

No 1 2 3 4 5 6

Siswa 2.395 12.866 3.786 676 115 40 19.878

b. Data Sekolah yang terkena dampak bencana merapi Jenjang Pendidikan TK SD SMP SMA SMK SLB JUMLAH Sekolah yang Harus Sekolah Ruang Rusak*) dibersihkan Rusak 67 106 18 6 5 202 67 106 18 6 5 202 28 28 168 114 10 6 298

No 1 2 3 4 5 6

Sekolah

c.Data SMP Korban Merapi NO NAMA/NSS/ ALAMAT SEKOLAH N/S JUML SISWA JUML SISWA JUML MENGUNGSI GURU JUML JUML GURU RUANG KETERAN MENGUNG KELAS GAN SI 6 _ 17 Kerusaka - n ringan 18 Hanya 10 dibutuhka

1. 2. 3. 4. 5.

SMPN 2 Selo SMPN 1 Selo SMP T Selo SMPN 1 Cepogo SMPN 2 Cepogo

186 551 191 571 317

186 551 191 247 317

26 39 20 46 22

6. 7. 8. 9.

SMP N 3 Satap Cepogo SMPN 1 Musuk SMPN 2 Musuk SMPN 3 Satap Musuk

130 656 360 175 247 402 3.786

130 656 360 175 247 34 3.094

13 55 25 23 19 30 318 -

4 n biaya pembersi 21 han 12 6 8 12 114

10 SMP BK Musuk 11 SMPN 3 Ampel JUMLAH

Selama di pengungsian, ada program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Boyolali dengan menggabungkan ke sekolah sederajat terdekat, bergantian dengan sekolah reguler, mengadakan KBM di tenda/tempat pengungsian, mengadakan mobil pintar keliling untuk sumber bahan bacaan dan mengoptimalkan sumber daya guru serta pihak-pihak terkait seperti perguruan tinggi dan LSM pendidikan untuk memberikan pembelajaran di pengungsian. Di samping itu juga menggalang dana ke berbagai pihak untuk mendukung KBM selama di pengungsian. Dalam mengakses fasilitas pendidikan tersebut tidak ada diskriminasi antara anak laki-laki dan perempuan, hanya saja tidak berjalan dengan maksimal karena situasi dan kondisi di tempat pengungsian. Selain itu juga belum ada data pilah gender yang terkait dengan tingkat pendidikan anak selama di pengungsian. Setelah kembali dari pengungsian, KBM mulai dilakukan kembali meskipun mengalami ketertinggalan dibandingkan wilayah lain yang tidak terkena dampak bencana erupsi Merapi. Beberapa bantuan dari pihak-pihak terkait dengan bidang pendidikan sebagaimana data yang didapatkan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Boyolali, antara lain: BANTUAN PEDULI BENCANA MERAPI BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI 1. Dari Dirjen Pendidikan TK/SD Kemendiknas BANTUAN FISIK NO NAMA SEKOLAH PENERIMA BENTUK 1 SD TLOGOLELE RKB 2 SD JRAKAH 1 REHAB 3 SD JRAKAH 4 REHAB 4 SD SUROTELENG 1 REHAB JUMLAH 2. Dari TV ONE BANTUAN FISIK NO NAMA SEKOLAH PENERIMA 1 SD TLOGOLELE 1

JUMLAH Rp 153.000.000 Rp 126.000.000 Rp 126.000.000 Rp 126.000.000 Rp 531.000.000

BENTUK

JUMLAH

2 3 4 5 6 7

SD TLOGOLELE 2 SD SELO 1 SD LENCOH SD JRAKAH 2 SD KLAKAH 2 SD GEBYOK

JUMLAH Rp 2.340.000.000 keterangan: masih dalam tahap perencanaan 3. Dari TV ONE BANTUAN TAS SEKOLAH BESERTA TOOL KIDS Sebanyak 952 Paket yang dialokasikan untuk: NO NAMA SEKOLAH PENERIMA BENTUK JUMLAH 1 SD TLOGOLELE 1 TAS SEKOLAH + TOOL KIDS 2 SD TLOGOLELE 2 TAS SEKOLAH + TOOL KIDS 3 SD SELO 1 TAS SEKOLAH + TOOL KIDS 4 SD LENCOH TAS SEKOLAH + TOOL KIDS 5 SD JRAKAH 2 TAS SEKOLAH + TOOL KIDS 6 SD KLAKAH 2 TAS SEKOLAH + TOOL KIDS 7 SD GEBYOK TAS SEKOLAH + TOOL KIDS JUMLAH 952 Paket 4. Dari TV ONE KOMPUTER/PRINTER NO NAMA SEKOLAH PENERIMA BENTUK BANTUAN 1 SD TLOGOLELE 1 Komputer + Printer + LCD 2 SD TLOGOLELE 2 Komputer + Printer 3 SD SELO 1 Komputer + Printer 4 SD LENCOH Komputer + Printer 5 SD JRAKAH 2 Komputer + Printer 6 SD KLAKAH 2 Komputer + Printer 7 SD GEBYOK Komputer + Printer 5. Dari Kementerian Pendidikan Nasional SERAGAM SEKOLAH + TAS SEKOLAH 1 SERAGAM SEKOLAH + TAS SEKOLAH sebanyak 360 paket

JUMLAH 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket

6. Dari CHILD FUND YGY TAS + BUKU NO NAMA SEKOLAH PENERIMA 1 SD TLOGOLELE 1 2 SD TLOGOLELE 2 JUMLAH

BENTUK BANTUAN

JUMLAH

360 paket

7. Dari Dirjen Pembinaan SMA Kemendiknas BEASISWA NO NAMA SEKOLAH PENERIMA 1 SMAN CEPOGO 2 SMAN MUSUK 3 SMAN SELO JUMLAH

BENTUK BANTUAN BEASISWA BEASISWA BEASISWA

JUMLAH

Rp 200.000.000

8. Dari Dirjen Pembinaan SMA Kemendiknas REHAB GEDUNG NO NAMA SEKOLAH PENERIMA 1 SMAN CEPOGO 2 SMAN MUSUK 3 SMA ISLAM SUDIRMAN JUMLAH

BENTUK BANTUAN REHAB REHAB REHAB

JUMLAH Rp 100.000.000 Rp 50.000.000 Rp 50.000.000 Rp 200.000.000

9. Dari PGRI Kabupaten PATI BANTUAN KEPADA GURU DI WILAYAH KECAMATAN SELO Senilai Rp. 25.000.000 untuk 16 guru Data-data di atas belum menunjukkan data terpilah secara gender terkait dengan jumlah siswa yang akan mendapatkan paket maupun beasiswa dan juga guru yang mendapatkan bantuan. Hanya dalam jumlah secara umum saja yang di tampilkan sehingga tidak diketahui berapa jumlah pastinya untuk masing-masing sekolah maupun siswa dan guru. Dari data tersebut juga kebijakan pemberian bantuan lebih ke sekolah yang formal sifatnya, sementara untuk kegiatan pendidikan yang informal dan non formal seperti PAUD, TPA dan lain-lain belum menjadi perhatian. Hasil survey yang dilakukan oleh GWG di wilayah Desa Klakah, Kecamatan Selo terkait dengan penanganan dan pemulihan pasca erupsi Gunung Merapi melalui indepth interview kepada perempuan, laki-laki, anak sekolah perempuan, anak sekolah laki-laki, difable, dan pengelola posko (kepala dukuh/kepala desa) adalah sebagai berikut:

AKSES Akses anak sekolah di Desa Klakah, Kecamatan Selo yang terdampak erupsi Merapi tidak ada masalah karena jarak sekolah SD sekitar 1 km dapat ditempuh dengan berjalan kaki, demikian pula halnya dengan sekolah SMP sekitar 2,5 km ditempuh dengan berjalan kaki. Persoalan yang ada terkait dengan kondisi jalan untuk dilalui oleh anak sekolah difabel kurang ramah karena berbatu-batu dan agak menanjak. Di samping itu akses jalan untuk menuju ke sekolah SMP di desa Klakah harus melewati satusatunya jembatan yang masih tersisa yaitu jembatan Kali Apu. Kebanyakan anak sekolah berjalan kaki menuju ke sekolahannya, kalaupun ada yang diantar oleh orang tuanya biasanya menggunakan sepeda motor dan harus berhati-hati. Bagi anak sekolah SD tidak ada kendala terkait dengan akses jalan menuju sekolahannya, namun bagi anak SMP bisa terjadi kendala seandainya jembatan yang tinggal satu-satunya mengalami kerusakan akibat banjir lahar dingin sebagaimana jembatan yang lainnya. Tidak ada alat transportasi umum yang menuju ke sekolah tersebut kecuali dengan berjalan kaki atau diantar sepeda motor. Untuk penggunaan sepeda kayuh jarang digunakan karena kondisi jalan yang berbatu sangat berat untuk dilalui.

Jalan menuju ke sekolah SDN 1 Klakah.

SDN 1 Klakah tampak samping.

Pemberian informasi tentang kebencanaan dari pihak sekolah sangat minim, terkait dengan jenis-jenis bencana dan bagaimana cara meyelamatkan diri ketika terjadi bencana juga masih kurang. Hal tersebut tampak dari informasi yang didapatkan bahwa pemberian informasi terkait bencana masih sangat kurang karena baru 1 kali diadakan simulasi evakuasi, bahkan ada yang belum mengetahuinya. Informasi didapatkan dari pihak luar sekolah seperti dari LSM. Sehingga kebijakan dari pihak sekolah sendiri terkait dengan pendidikan kebencanaan di wilayah rawan bencana masih belum menjadi perhatian dalam pembelajaran di sekolah. MANFAAT Pada tingkat pendidikan dari SD hingga SMA tidak ada masalah dengan fasilitas pendidikan seperti buku, alat tulis, seragam sekolah dan lain-lain. Karena di wilayah Desa Klakah kondisi peralatan tersebut masih

baik, hanya kotor dan berdebu saja. Bahkan ada pemberian peralatan dari pihak luar ketika mereka berada di pengungsian. Sehingga ketika kembali ke rumah, peralatan sekolah yang dimiliki bertambah. Persoalan yang dihadapi adalah terkait dengan administrasi sekolah yaitu pembayaran-pembayaran, meskipun ada yang gratis namun tidak semuanya. Hal ini cukup berat karena kondisi ekonomi masyarakat pasca erupsi Merapi belum stabil seperti sediakala. Sehingga perlu adanya kebijakan terkait hal tersebut. PARTISIPASI DAN KONTROL Mekanisme kontrol dari pemberian bantuan yang ada masih belum melibatkan penyintas secara langsung, karena dari beberapa informasi data yang didapatkan penyintas tidak mengetahui tentang hal tersebut. Sehingga mekanisme kontrol terhadap pendistribusian dan perencanaan selanjutnya perlu ada keterlibatan dari pihak penyintas/masyarakat secara langsung agar transparansi dan akuntabilitas kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara benar. Dari uraian di atas, permasalahan yang ditemukan dalam cluster pendidikan adalah: - Akses infrastruktur jalan untuk menuju ke sekolah masih perlu perhatian dan perbaikan agar lebih ramah digunakan oleh transportasi umum. - Belum ada data terpilah secara gender di bidang pendidikan dalam melakukan pendataan dan memberikan bantuan serta pelaksanaan programnya. - Biaya administrasi pendidikan yang dirasa berat oleh orang tua terkait dengan kondisi ekonomi yang belum stabil. - Sebagian besar sekolah di wilayah kawasan rawan bencana belum memberikan perhatian untuk pembelajaran pengurangan risiko bencana di sekolah. - Informasi mengenai bantuan dan kebijakan yang ada terkait pendidikan dari pihak terkait belum merata ke para korban erupsi Merapi. - Pemberian bantuan untuk bidang pendidikan lebih ke sekolah yang bersifat formal, sedangkan untuk yang informal masih belum ada perhatian. Rekomendasi : - Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran untuk perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak agar dapat dilalui oleh transportasi umum. - Perlu adanya penyusunan data pilah agar dalam pelaksanaan programnya tepat sasaran. - Perlu adanya kebijakan terkait dengan pembiayaan administrasi sekolah untuk para korban erupsi Merapi hingga ekonomi mereka stabil. - Perlu mendorong semua sekolah baik dari tingkat TK hingga SMA/SMK untuk memberikan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana termasuk simulasinya. - Dinas terkait perlu merinci dan menginformasikan tentang bantuan dan kebijakan apa saja yang sudah dikeluarkan dan dilakukan di masyarakat khususnya korban erupsi Merapi 2010 secara serentak dan merata di wilayah-wilayah yang terdampak erupsi Merapi. - Perlu pengalokasian anggaran secara khusus untuk pendidikan yang bersifat informal.

2. CLUSTER PERLINDUNGAN Dari hasil survey yang dilakukan GWG terkait perlindungan di Desa Klakah, Kecamatan Selo yang merupakan salah satu wilayah terdampak erupsi Gunung Merapi cukup parah karena berjarak sekitar 5 km dari puncak Merapi. Bahwa rasa aman dan terlindungi merupakan harapan semua masyarakat baik laki-laki maupun perempuan, terutama mereka yang berada di kawasan rawan bencana seperti di sekitar Gunung Merapi. Rasa aman dari segala bentuk tindak kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual merupakan hal yang mutlak dan menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali. Dalam konteks kebencanaan rasa aman yang diharapkan tidak hanya dari tindak kekerasan berbasis gender, namun juga kepastian terpenuhinya kebutuhan hidup seperti tersedianya air bersih dan MCK yang memadai, kebutuhan pangan dan non pangan yang dapat menyambung kebutuhan hidup mereka, jaminan pendidikan dan kesehatan, serta hunian yang aman. Terkait dengan tindak kekerasan berbasis gender di wilayah Desa Klakah belum ditemukan, seandainya terjadi kasus maka pelaporan melalui perangkat setempat dari RT hingga kepala desa. Untuk anak-anak sekolah biasanya akan melaporkan kepada orang tua dan pihak sekolah. Secara fisik untuk posko pengaduan apabila terjadi tindak kekerasan belum dimiliki oleh desa. Kesimpulan : - Belum ada persoalan tindak kekerasan yang terjadi di wilayah Desa Klakah, seandainya ada kejadian maka pelaporan yang paling mudah dijangkau adalah di perangkat desa dan paling dekat keluarga. Sementara untuk pelaporan ke posko pengaduan sendiri belum ada. - Belum ada posko pengaduan/rumah aman di tingkat desa untuk melaporkan terjadinya tindakan kekerasan berbasis gender. Rekomendasi : - Perlu dibangun posko pengaduan/rumah aman untuk mengantisipasi kalau terjadi tindakan kekerasan berbasis gender di pusat desa yang dilakukan oleh para kader desa baik perempuan maupun laki-laki. 3. CLUSTER KESEHATAN Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, korban meninggal akibat erupsi Merapi baik secara langsung maupun tidak langsung berjumlah 14 orang. Data secara lebih lengkap sebagai berikut: NO NAMA UMUR L/P ALAMAT DIAGNOSA KETERANGAN (Th) 1 KROMO SUWITO 102 L Mriyan, Musuk KLLMeninggal di RS Pandan Arang, Tgl 30/10/10 2 SUMARMI 50 P Sidorejo, gedangan, Lost Meninggal di Cepogo syncope RS Pandan Arang Tgl

3 4

An. Paimin Ny. Wakini

4.5 75

L P

Tlogolele, selo Sumber, klakah, selo

5 6 7

Tukinah Niti Nyoto Taruno Ny. Sayem

70 70 45

P P P

PURWODADI, JEMOWO, MUSUK Kadipiro, Jemowo, Musuk Kuncen, Samiran Selo

8

Ny. Kromosari

92

P

Taring, Wonodoyo, Cepogo

9

Ny. Karto Inah

70

P

Sangup, Musuk

10

Cokro Wiyono

70

L

Sangup, Musuk

11

Ny. Priyo Jumikem

50

L

Dragan, Musuk

12

Hero Adhi yanto

40

L

Bandulan 1/004, Bandulan, Sukun, malang Ds. Senden, Kec. Selo

13

Tn. Parlan

40

L

14

Tn. Narto

72

L

Tutup, Jelog, Cepogo

30/10/11 Pneumonia Meninggal, RSU Muntilan Ulkus, APS dari pusk Gangrain selo, meninggal di rumah. Sroke Meninggal RSU Klaten Stroke Meninggal RSU Klaten Penurunan Meninggal di kesadaran, RS Pandan Lemas, Arang Tgl Post Op 7/11/2010 Ca. Mamae Muntah, Meninggal di lemas, RS Pandan Vomitus Arang Tgl 7/11/2010 Dispepsia Meninggal di RS Pandan Arang Tgl 10/11/2010 Stroke Meninggal di RS Pandan Arang Tgl 10/11/2010 Stroke Meninggal di RS Pandan Arang Tgl 10/11/2010 Riwayat Meninggal di sesak nafas PKU Singkil, Boyolali, Tgl 08/11/2010 Dehidrasi Meninggal di berat PKU Singkil, Boyolali, Tgl 8/11/2010 Chronic Meninggal tgl :

Sumarjo

Heart failure

16/11/20010

DATA PESAKITAN DAN PELAYANAN KESEHATAN a. Jumlah kunjungan harian dari hasil pelayanan di posko pengungsian didapatkan kunjungan per hari sebagai berikut: TANGGAL JUMLAH KUNJUNGAN TANGGAL JUMLAH KUNJUNGAN S/D 1 NOP 472 2 NOP 791 3 NOP 691 4 NOP 1.222 5 NOP 1.380 6 NOP 1.192 7 NOP 1.164 8 NOP 1.076 9 NOP 475

11 NOP 1059

12 NOP 996

13 NOP 353

14 NOP 343

15 NOP 243

16 NOP 225

17 NOP 185

TOTAL 11.867

b. Kunjungan rawat inap Korban yang menjalani rawat inap sebanyak 347 pasien. Korban dirawat di beberapa rumah sakit di kabupaten Boyolali. Antara lain: No Rumah sakit Jumlah 1 RSU PANDAN ARANG 266 2 RSU PKUAISYAH 24 3 RSU UMI BAROKAH 8 4 RSUD BANYUDONO 10 5 PUSKESMAS SELO 9 6 PUSKESMAS CEMPOGO 6 7 PUSKESMAS MUSUK II 14 8 PUSKESMAS AMPEL II 5 9 RSU MUNTILAN 5 JUMLAH 347 DATA IBU HAMIL DAN MENYUSUI NO 1.

IBU HAMIL 187

IBU MENYUSUI 1.003

JUMLAH BAYI DAN BALITA PER JENIS KELAMIN CATATAN:data untuk jumlah bayi dan balita per jenis kelamin sulit terdata karena kurang tenaga medis dilapangan, mengingat jumlah pengungsi yang banyak dan tinggal berpindah-pindah. (sumber: Endang Sri Widati, kepala bidang kabid. Kesehatan Keluarga kab. Boyolali) JUMLAH BAYI LAHIR Untuk data jumlah bayi lahir terdapat di 3 kecamatan, yaitu: NO KECAMATAN 1 SELO

JUMLAH BAYI LAHIR 9

2 3

MUSUK CEPOGO JUMLAH

20 13 42

JUMLAH BALITA GIZI BURUK CATATAN: korban erupsi di kabupaten boyolali tidak terdapat balita berstatus gizi buruk dikarenakan di posko pengungsian untuk semua kebutuhan makanan dan gizi cukup memadai. Catatan: data untuk jumlah balita gizi buruk tidak tersedia karena tidak terdapat balita mengalami gizi buruk. DATA JUMLAH KORBAN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA Catatan: untuk data korban yang mengalami gangguan jiwa tidak tersedia karena tidak ditemukan korban yang mengalami gangguan jiwa di pengungsian. Dari data yang ada di atas masih nampak belum ada data terpilah secara gender baik untuk pasien yang berkunjung ke posko pengungsian maupun yang dirawat di rumah sakit serta bayi yang baru lahir. Sementara itu berdasarkan DaLA Kabupaten Boyolali, jumlah kerusakan dan kerugian pada sub sektor kesehatan mencapai nilai Rp 3.837.398.225,- meliputi bangunan fisik dan juga kerugian akibat terhentikannya layanan kesehatan pada masyarakat. Tabel rencana aksi sub sektor kesehatan No 1 2 3 Program/kegiatan Perbaikan Rumdin Paramedis Perbaikan Poliklinik Desa (PKD) Perbaikan POSYANDU Volume 1 keg 3 keg 1 keg Kebutuhan dana Rp 40.000.000,Rp 120.000.000,Rp 73.500.000,-

Total Rp 233.500.000,Sumber: renaksi daerah rehab & rekon pasca erupsi gunung merapi propinsi Jawa Tengah 2011-2013 Dari data di atas masih belum nampak berapa dana yang digunakan untuk layanan kesehatan kepada masyarakat pasca erupsi Gunung Merapi. Terkait dengan data jumlah peserta KB dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana masih belum ada data secara terpilah sebagaimana tabel berikut: a. Data peserta KB Aktif NO 1 2 3 KECAMATAN SELO CEMPOGO MUSUK JUMLAH 5.206 8.380 9.032

b. Data peserta KB Baru

NO 1 2 3

KECAMATAN SELO CEMPOGO MUSUK

JUMLAH 9.41 1.301 1.232

NB: Data terpilah untuk peserta KB di tiga Kecamatan diatas belum tersedia karena adanya kesulitan dalam proses pendataan. Sumber: Dinuk Prambandini,Kepala bag. Informasi badan KB, Dinas PP&KB Boyolali. Hasil survey yang dilakukan GWG terkait dengan layanan kesehatan pasca erupsi Gunung Merapi di daerah yang terdampak yaitu di Desa Klakah, Kecamatan Selo sebagai berikut: AKSES Akses masyarakat korban erupsi Merapi di Desa Klakah terkait dengan layanan kesehatan yaitu di poliklinik Desa Klakah akses infrastruktur masih kurang ramah karena jalannya berbatu-batu dan agak menanjak, jaraknya kurang lebih 1,5 km. Poliklinik tersebut merupakan layanan kesehatan yang paling dekat. Di samping itu, petugas yang ada di poliklinik masih minim yaitu hanya ada 1 bidan desa dan itu pun pelayanannya tidak optimal karena dalam 1 minggu hanya 4 hari saja ada di tempat mulai dari pagi hingga siang dan selebihnya kosong. Bagi masyarakat hal tersebut menjadi satu kendala ketika mereka mengalami sakit di malam hari, sehingga harus menuju ke layanan kesehatan terdekat yaitu Puskesmas yang berjarak sekitar 3 km atau ke desa lain seperti Jrakah, Wonolelo dan Sawangan dengan jalan masih berbatu-batu dan menanjak serta melewati sungai karena jembatannya putus. Meskipun dari segi pembiayaan tidak ada permasalahan karena gratis, namun dari akses transportasi cukup sulit. Kendaraan yang umum digunakan adalah sepeda motor, untuk penggunaan mobil masih jarang karena terkendala oleh kondisi jalan dan kondisi ekonomi masyarakatnya.

Akses jalan menuju poliklinik desa.

Akses jembatan putus menuju Puskesmas

Pemberian informasi terkait layanan kesehatan di masyarakat masih sangat minim, hal tersebut tampak tidak rutinnya promosi kesehatan dilakukan di Posyandu. Sehingga pemahaman masyarakat terkait dengan kesehatan masih sangat perlu perhatian. Di samping layanan kesehatan umum yang diberikan, ada juga layanan kesehatan reproduksi seperti pemasangan alat kontrasepsi namun seringnya mereka harus ke Puskesmas Selo atau ke Rumah Sakit di Boyolali yang lebih lengkap peralatannya. Hal ini tentu saja cukup memberatkan dari segi ekonomi untuk perjalanan menuju ke layanan tersebut, dikarenakan lokasinya yang jauh dengan akses jalan yang masih belum cukup bagus. Kalau dilihat dari segi biaya memang sudah cukup membantu karena ada beberapa alat kontrasepsi gratis seperti kondom dan pil, sementara untuk spiral harganya sekitar Rp 15.000,Namun di sisi yang lain, akses untuk mendapatkan pelatihan maupun peningkatan terkait kesehatan hanya diterima oleh kelompok perempuan saja sebagai kader kesehatan melalui kegiatan posyandu. Sementara untuk kelompok laki-laki belum ada yang mendapatkan pelatihan terkait dengan kesehatan. Terutama pada wilayah di kawasan rawan bencana, pelatihan tentang kesehatan dasar seperti P3K sangat diperlukan. MANFAAT Pada layanan kesehatan di tingkat poliklinik desa dari segi pembiayaan tidak ada masalah karena masyarakat tidak dipungut biaya. Hanya saja dari segi infrastruktur jalan menuju ke lokasi layanan kesehatan yang masih harus ada perbaikan. Di samping itu dari segi peralatannya masih kurang memadai, ditambah lagi dengan jam layanan kesehatan yang minim karena petugas medisnya berasal dari luar daerah sehingga harus dilaju. Seandainya dari semua segi tersebut dapat terpenuhi, niscaya kondisi kesehatan masyarakat di wilayah Desa Klakah juga akan semakin meningkat derajat kesehatannya karena manfaat yang dirasakan semakin optimal. Selain itu ketika dalam kondisi terjadi bencana, mereka menjadi lebih siap untuk menjaga dan menangani kesehatannya. PARTISIPASI DAN KONTROL Dari segi partisipasi masyarakat untuk masalah kesehatan, lebih banyak dilakukan oleh kelompok perempuan dengan mengikuti kegiatan Posyandu sementara untuk kelompok laki-laki masih sangat minim. Dikarenakan ada anggapan bahwa selama ini kegiatan yang berhubungan dengan persoalan domestik termasuk anak merupakan wilayahnya perempuan. Sehingga ketika terjadi bencana, terkait dengan masalah kesehatan lebih banyak perempuan yang terlibat karena ada anggapan tersebut. Sementara hal lain terkait dengan layanan kesehatan baik itu berupa bantuan, program dan kegiatan yang ada di masyarakat masih minim diketahui karena tidak adanya pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya. Selama ini informasi terkait kesehatan hanya didapatkan dalam kegiatan Posyandu saja, karena di poliklinik desa juga lebih banyak memberikan untuk layanan kesehatan umum. Dari paparan di atas, ada beberapa permasalahan yang muncul dalam sektor kesehatan yaitu: - Belum ada data terpilah berdasarkan gender sehingga sulit mengetahui kebutuhan kesehatan mereka, termasuk didalam rencana aksi yang dibuat oleh pemerintah Kabupaten Boyolali.

Terbatasnya fasilitas layanan kesehatan dan tenaga medis yang ada. Informasi dan pelatihan tentang kesehatan yang masih belum merata diterima oleh masyarakat. Akses infrastruktur jalan yang masih belum baik untuk menuju ke lokasi layanan kesehatan. Informasi terkait dengan bantuan dan kebijakan soal kesehatan yang masih belum merata diterima masyarakat. Rekomendasi terkait permasalahan tersebut: - Perlu adanya data pilah secara gender agar program yang dilakukan tepat sasaran. - Perlu alokasi anggaran untuk penambahan fasilitas layanan kesehatan dan tenaga medis yang tersedia. - Perlu adanya pelatihan soal kesehatan yang merata tidak hanya terfokus pada kegiatan posyandu, sehingga perempuan dan laki-laki dapat terlibat. - Perlu adanya perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan untuk memudahkan akses masyarakat mencapai layanan kesehatan. - Perlu adanya sosialisasi mengenai kebijakan dan informasi terkait bantuan kepada masyarakat secara merata melalui berbagai macam media. 4. CLUSTER PANGAN Persoalan pangan menjadi hal yang penting karena menyangkut kelangsungan hidup, terutama pada masa penanganan pemulihan awal bencana erupsi Merapi. Kebutuhan pangan yang mencukupi, kandungan nutrisi yang memadai, dan distribusi yang lancar harus menjadi perhatian semua pihak, terutama pemerintah daerah. Jika pada masa tanggap darurat, bantuan sangat banyak bahkan berlimpah melebihi dari kebutuhan, tidak demikian pada masa pemulihan ini. Dimana bantuan dari pihak luar mulai menyusut sehingga masyarakat korban erupsi Merapi harus mulai memikirkan sendiri pemenuhan kebutuhan pangannya. Terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan yang responsif gender tentu saja harus mempertimbangkan perbedaan kebutuhan pangan dan nutrisi antara perempuan dan laki-laki. Termasuk untuk kelompok rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan balita akan berbeda. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan pangan yang beragam dan bergizi mutlak diperlukan. Berdasarkan data dari Kesbangpol Kabupaten Boyolali, jumlah bantuan pangan yang diterima hingga Bulan Desember 2010 cukup banyak dan bervariasi serta disertakan data KK yang menerima bantuan, namun masih belum ada data terpilah secara gender yang menerima jenis bantuan tersebut. Sementara dari keterangan Dinaskertrans Kabupaten Boyolali, untuk masalah pangan pasca bencana adalah : a. Data stok pangan pasca pemulihan Paska pemulihan merapi stok pangan dan jatah hidup (jadup) bagi korban merapi tidak tersedia karena tidak terdapat anggaran dari kabupaten boyolali. Sumber : bp. Rudjito, seksi bantuan sosial, Disnakertrans Kab. Boyolali b. Anggaran yang disediakan untuk pangan Anggaran yang disediakan untuk pangan bagi korban erupsi merapi tidak tersedia dan hanya menerima bantuan dalam bentuk logistik. Sumber : bp. Rudjito, seksi bantuan sosial, Disnakertrans Kab. Boyolali

-

Pada masa pemulihan awal pasca erupsi Merapi saat ini, pemenuhan kebutuhan pangan dapat terlihat dari hasil survey yang dilakukan GWG yaitu sebagai berikut: AKSES Akses mayarakat Desa Klakah untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dengan berbelanja pada warung terdekat atau pergi ke pasar yang berjarak kurang lebih 3 km. Bahan pangan yang dibeli terkait dengan sumber karbohidrat seperti beras, gandum, dan lauk pauk. Sementara untuk sayur mayur, masyarakat masih mempunyai tanaman yang dapat dipetik baik harian maupun bulanan meskipun hasilnya berkurang banyak karena lahan mereka terkena dampak erupsi Merapi. Ketika masih dalam masa pasca tanggap darurat mereka mendapatkan jadup (jatah hidup) dari pemerintah berupa beras, mie, minyak goreng, dan lain-lain namun hanya 1 kali. Menurut kabar yang didengar seharusnya mereka mendapatkan jadup selama 6 bulan pasca masa tanggap darurat, pada kenyataannya baru menerima 1 kali di Bulan Februari dan setelahnya tidak ada lagi. Sehingga untuk jangka panjang dengan kondisi yang ada mereka harus mengusahakan sendiri kebutuhan beras tersebut. Pada kondisi ekonomi normal, mungkin itu tidak akan menjadi persoalan yang berarti. Tapi pada kondisi sekarang hal tersebut dirasa cukup berat dengan hasil ekonomi yang masih belum stabil, ditambah lagi lahan untuk penghasil sayur juga terdampak banjir lahar dingin sehingga penghasilan turun separuh lebih. Dalam akses penerimaan bantuan terkait kebutuhan pangan memang tidak dibedakan antara perempuan dan laki-laki, hanya saja jenisnya kurang beragam. MANFAAT Pemenuhan kebutuhan pangan dengan jenis makanan dan nutrisi yang beragam sangat dibutuhkan, terlebih dalam situasi bencana sebagai salah satu zat tenaga dan pembangun. Selama ini yang terjadi masyarakat lebih banyak mengkonsusmsi kebutuhan pangan yang kurang beragam. Dari survey yang dilakukan, mereka memenuhi kebutuhan pangan seadanya. Dalam artian hanya berupa nasi dan sayur mayur yang dihasilkan dari kebun sendiri. Untuk lauk-pauk lebih sering dengan tempe, sementara untuk mengkonsumsi daging masih jarang. Pemberian informasi tentang masalah nutrisi dan keberagaman pangan sebenarnya dapat bermanfaat sekali bagi masyarakat sehingga mereka paham tentang kebutuhan pangan yang memenuhi standar gizi. Seandainya ada informasi tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada pangan dilakukan di Posyandu dengan pemberian makanan tambahan bagi balita. Kegiatan pelatihan terkait dengan pengolahan tehnologi pangan akan sangat membantu masyarakat dalam mengelola ketersediaan pangan pada masa bencana, tentu saja yang melibatkan baik laki-laki dan perempuan. PARTISIPASI dan KONTROL Dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pelibatan masyarakat untuk mengakses bantuan dan melakukan perencanaan terkait pemenuhannya masih kurang. Lebih banyak perempuan yang dilibatkan karena pandangan bahwa persoalan pangan adalah wilayah perempuan sebagaimana di keluarga yang menyediakan adalah perempuan. Terkait dengan bantuan pangan yang diberikan terutama jadup hanya berlangsung 1 kali dan masyarakat tidak terlibat dalam proses tersebut. Untuk mekanisme kontrol juga menjadi sulit, terlebih informasi yang didapatkan terkait kebutuhan pangan tersebut sangat minim.

Dari paparan di atas, ada beberapa hal yang dapat dijadikan catatan yaitu : - Program jadup yang rencana diberikan selama 6 bulan, baru 1 kali diterima oleh masyarakat di bulan Februari. Informasi tentang kejelasan jadup juga masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. - Belum ada data terpilah terkait dengan penerima bantuan kebutuhan pangan pasca bencana - Keragaman pangan pada masing-masing keluarga tergantung dari tingkat ekonomi dan hasil sayur mayur yang ada. - Pelatihan mengenai nutrisi dan tehnologi hasil pangan belum dilakukan, terlebih untuk menghadap kondisi terjadi bencana. Rekomendasi : - Perlu memberikan informasi terkait dengan persoalan jadup akan berapa lama diberikan, di samping itu juga perlu adanya monitoring ke lapangan apakah sudah diterima secara merata atau belum. - Perlu ada data terpilah untuk pemberian bantuan kebutuhan pangan yang tepat sasaran. - Perlu adanya pelatihan mengenai keragaman pangan dan nutrisi yang terjangkau oleh masyarakat dan juga melibatkan baik laki-laki maupun perempuan. 5. CLUSTER WATER DAN SANITASI Permasalahan water dan sanitasi pada penanganan masa pemulihan awal pasca bencana merupakan hal yang penting bagi korban. Karena hampir semua sarana water dan sanitasi yang ada terkena dampak erupsi Merapi dan juga banjir lahar dingin. Kebutuhan akan air minum dan sanitasi mutlak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih lagi pasca bencana. Berdasarkan data DaLA pemerintah Kabupaten Boyolali 2010, kerusakan dan kerugian pada sektor air minum dan sanitasi senilai Rp 1.985.028.600,- Dan dalam renaksi Kabupaten Boyolali ada kegiatan untuk perbaikan kerusakan sarana prasarana air minum dengan volume 1 unit senilai Rp 1.698.000.000,Hasil survey yang dilakukan GWG terkait dengan water dan sanitasi di Desa Klakah pada masa pemulihan awal bencana adalah sebagai berikut: AKSES Akses masyarakat Desa Klakah untuk pemenuhan water dan sanitasi pasca bencana mengalami kesulitan, karena sarana prasarana yang ada terdampak erupsi Merapi seperti putusnya pipa saluran air dari hulu Merapi. Ketika dilakukan pemasangan kembali terdampak oleh banjir lahar dingin, sehingga saluran air terputus kembali. Dalam proses perencanaan dan pemasangan saluran air untuk air minum dan sanitasi lebih banyak peluang bagi laki-laki sementara perempuan tidak terlalu dilibatkan. Termasuk untuk saat ini masyarakat telah bergotong-royong membangun kembali pipa saluran air dengan mengambil sumber dari hulu Gunung Merbabu. Hanya saja kendalanya kalau musim kemarau sumber air tersebut semakin mengecil sehingga tidak mencukupi kebutuhan. Perlu dipikirkan pencarian sumber mata air yang lebih besar serta tetap akan keluar ketika musim kemarau tiba. Pasca erupsi Merapi, banyak mata air yang dulu menjadi sumber air bagi masyarakat hilang.

Adanya bak penampungan atau kamar mandi yang dibuat oleh warga masyarakat dekat dengan rumah cukup memudahkan akses bagi perempuan untuk menggunakannya. Hanya saja dari disain kamar mandi yang ada masih belum dapat dikatakan responsif gender. Karena rata-rata kamar mandi yang ada terbuka dan tingginya sebatas dada, tentu saja akan sangat rentan bagi perempuan untuk menerima pelecehan. PARTISIPASI dan KONTROL Berkaitan dengan keberadaan air minum dan sanitasi, partisipasi masyarakat dalam melakukan pemenuhan, mulai dari perancangan hingga pelaksanaan seperti pembuatan saluran air, kamar mandi/MCK dan pemasangan pipa merupakan wilayah laki-laki. Sehingga keterlibatan perempuan dalam air minum dan sanitasi masih sangat jarang. Padahal kebutuhan akan air paling banyak bersinggungan dengan perempuan, yang selama ini selalu berada di wilayah domestik rumah tangga. Untuk partisipasi dan kontrol swadaya pengadaan dan pengelolaan air minum dan sanitasi di masyarakat Desa Klakah tidak ada persoalan. Ada beberapa kelompok yang mengadakan iuran guna pengadaan, pengelolaan hingga perawatan keberadaan saluran pipa dan sumber air tersebut. Pasca erupsi Merapi, program terkait dengan perbaikan kerusakan sarana dan prasarana air lebih banyak dilakukan secara swadaya. Mengenai program dari pihak pemerintah terkait air minum dan sanitasi, mereka masih belum banyak tahu bahkan mendengar informasinya pun belum. MANFAAT Keberadaan air minum dan sanitasi yang tidak terlalu jauh dari pemukiman dan mudah dijangkau sangat membantu kelompok perempuan untuk mendapatkan manfaatnya. Terlebih dengan semakin didekatkannya sumber air ke masing-masing rumah warga menjadikan mereka lebih mudah melakukan kegiatan yang berhubungan dengan air. Selama putusnya saluran air menuju ke bak penampungan di rumah-rumah warga, mereka harus berjalan ke sungai untuk melakukan kegiatan mencuci, mengambil air untuk di masak. Dengan kondisi medan yang naik turun, menjadikan posisi perempuan menjadi lebih rentan. Keberadaan sumber air yang lebih stabil akan memberikan manfaat yang cukup besar untuk semuanya, baik laki-laki maupun perempuan. Kesimpulan dari paparan di atas : - Sumber mata air yang stabil menjadi persoalan bagi warga di lereng Merapi khususnya di wilayah Desa Klakah. - Informasi program terkait perbaikan sarana prasarana air minum masih belum diketahui oleh masyarakat. - Masih terdapat kesenjangan gender dalam perencanaan, pelaksanaan dan kontrol terhadap sarana prasarana air minum dan sanitasi. Rekomendasi : - Perlu adanya pencarian sumber mata air yang lebih stabil untuk pemenuhan kebutuhan air bagi warga lereng Merapi. - Pemberian informasi kepada masyarakat mengenai program-program terkait dengan sarana dan prasarana air minum.

-

Perlu adanya data pilah untuk melakukan program yang responsif gender.

6. CLUSTER LIVELIHOOD Dalam pemulihan sumber kehidupan korban pasca bencana tidak hanya memikirkan yang bersifat sementara saja, namun perlu dipikirkan juga untuk sumber penghidupan yang berkelanjutan. Dalam pemulihan sumber penghidupan baik yang bersifat sementara maupun berkelanjutan perlu mempertimbangkan pelibatan laki-laki dan perempuan. Akses perempuan didalam mendapatkan sumber penghidupan pasca bencana juga harus diperhatikan, karena banyak perempuan yang terkadang menjadi sumber pencari nafkah utama. Proses tersebut tentu saja dengan memperhatikan potensi lokal yang ada dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Ketersediaan data pilah yang mencakup usia, jenis kelamin dan pekerjaan/mata pencaharian tentu saja mutlak dibutuhkan agar pemberian program menjadi lebih tepat sasaran. Di samping itu pendataan kebutuhan akan ketrampilan yang ingin dimiliki, potensi lokal yang tersedia untuk di olah juga harus digali lebih mendalam. Tentu saja dalam mengakses semua jenis pelatihan terkait dengan penghidupan/mata pencaharian laki-laki dan perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dan setara. Berdasarkan data DaLA pada sektor perekonomian Kabupaten Boyolali, kerusakan dan kerugian yang dialami sebagai berikut: No Sub Sektor Kerusakan (Rp) Kerugian (Rp) Jumlah (Rp) 1 Industri dan UKM produksi 17.521.994.266 17.521.994.266 2 Perdagangan 1.555.662.500 1.555.662.500 3 Pertanian 77.526.294.000 77.526.294.000 4 Peternakan 13.265.000.000 119.490.510.000 132.755.510.000 5 Pariwisata dan Budaya 700.562.000 700.562.000 Sumber: renaksi daerah rehab & rekon pasca erupsi gunung merapi propinsi Jawa Tengah 2011-2013 Berdasarkan perhitungan DaLA, sektor yang paling tinggi mengalami kerusakan adalah sektor pertanian dan yang paling sedikit tingkat kerusakannya adalah sektor pariwisata dan budaya. Sementara kerugian tertinggi berada di sektor peternakan. Tabel rencana aksi sub sektor pertanian No 1 Program/Kegiatan Lokasi Unit Dana 1.093.000.000

Rehabilitasi tanaman Jabon, Ds. Samiran, Selo, 1 paket Sengon, Suren, Acacia decurens, Kab. Boyolali Mindi, MPTS Rehabilitasi tanaman Jabon, Ds. Suroteleng, Sengon, Suren, Acacia decurens, Kec. Selo, Kab. Mindi, MPTS Boyolali 1 paket

2

371.000.000

3

Rehabilitasi tanaman Jabon, Ds. Klakah, Selo, Sengon, Suren, Acacia decurens, Kab. Boyolali Mindi, MPTS Rehabilitasi tanaman Jabon, Ds. Mriyan, Kec. Sengon, Suren, Acacia decurens, Musuk, Kab. Mindi, MPTS Boyolali Rehabilitasi tanaman Jabon, Ds. Sangup, Kec. Sengon, Suren, Acacia decurens, Musuk, Kab. Mindi, MPTS Boyolali

1 paket

734.000.000

4

1 paket

983.000.000

5

1 paket

1.030.000.000

Sumber: renaksi daerah rehab & rekon pasca erupsi gunung merapi propinsi Jawa Tengah 2011-2013 Dari rencana pemulihan yang ada semuanya adalah rehabilitasi tanaman, dan rata-rata untuk jangka panjang. Sementara itu dari hasil survey yang dilakukan GWG di Desa Klakah terkait dengan penghidupan/mata pencaharian sebelum erupsi Merapi mayoritas petani. Ketika erupsi Merapi terjadi banyak lahan pertanian yang terdampak sehingga produktivitasnya berkurang bahkan membutuhkan waktu lama untuk kembali seperti semula. Terlebih lagi dari lahan yang cukup menghasilkan untuk penanaman sayur yang laku di pasaran terdampak oleh banjir lahar dingin sehingga hampir 80% nya hilang. AKSES Dari segi akses masyarakat untuk mendapatkan program rehabilitasi tersebut, akan lebih banyak kelompok laki-laki yang mendapat peluang. Karena terkait dengan rehabilitasi tanaman untuk jangka panjang. Sementara bagi kelompok perempuan lebih menginginkan jenis tanaman jangka pendek yang dapat segera menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tentu saja hal ini juga harus memperhatikan kondisi pertanian yang ada sebelumnya untuk apa, dan bagaimana hasilnya. PARTISIPASI dan KONTROL Berkaitan dengan penghidupan/mata pencaharian di bidang pertanian yang mengalami kerusakan cukup parah, pelibatan warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuan harus dipertimbangkan. Kalau melihat program yang ada, lebih banyak partisipasi laki-laki yang terlibat dibandingkan perempuan. Ketika perempuan terlibat karena dia berada dalam lingkup keluarga laki-laki tersebut. Sehingga secara partisipasi dan kontrol yang ada pada program penghidupan masih belum responsif gender. MANFAAT Kebutuhan akan penghidupan/mata pencaharian yang sesuai dengan situasi dan kondisi lokal dari wilayah terdampak erupsi Merapi akan sangat memberikan manfaat terutama bagi kelompok perempuan. Karena selama ini baik laki-laki dan perempuan yang ada di wilayah Desa Klakah mayoritas mendapatkan manfaat dari sektor pertanian. Untuk itu kegiatan pelatihan yang terkait dengan pertanian selain pembuatan pupuk, juga pengolahan tehnologi pangan yang beragam akan sangat bermanfaat bagi masyarakat terdampak erupsi Merapi.

Kesimpulan : - Belum ada data terpilah untuk program penghidupan. - Terkait dengan penghidupan di sektor pertanian pelibatan perempuan masing kurang. - Program penghidupan jangka pendek masih sangat diharapkan. - Informasi terkait program penghidupan masih belum merata. Rekomendasi : - Perlu adanya data pilah terkait usia dan mata pencaharian serta kebutuhan sehingga programnya dapat tepat sasaran. - Perlu adanya pemberian informasi yang jelas terkait program penghidupan. - Perlu adanya program jangka pendek yang langsung menghasilkan untuk penunjang ekonomi korban. - Perlu adanya kegiatan pelatihan tehnologi pangan yang beragam untuk laki-laki dan perempuan.