analisis hasil belajar bahasa indonesia siswa kelas v …
TRANSCRIPT
i
ANALISIS HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS V SDN 175 KAWARASAN DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
LISA JUANA TANDI
1601414207
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
ii
ANALISIS HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS V SDN 175 KAWARASAN DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Palopo
LISA JUANA TANDI
1601414207
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
iii
iv
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN NASKAH SKRIPS/TESIS*
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lisa Juana Tandi
NIM : 1601414207
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
menyatakan bahwa naskah Skripsi/Tesis* Saya dengan
Judul : Analisis Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas
V SDN 175 Kawarasan dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Quantum Teaching
adalah benar merupakan karya asli saya yang dibuat berdasarkan serangkaian
gagasan, rumusan, metode, dan penelitian yang telah saya laksanakan sendiri. Sumber
informasi dalam karya ini telah dituliskan sesuai dengan kaidah pengutipan yang
berlaku dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka dan belum pernah
dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebaik-baiknya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun dan apabila dikemudian hari ditemukan keterangan yang tidak benar maka
saya bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan.
Palopo, 13 November 2020
Yang Membuat Pernyataan
Lisa Juana Tandi
1601414207
v
vi
ABSTRAK
LISA JUANA TANDI. 2020. Analisis Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas
V Di SDN 175 Kawarasan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum
Teaching (dibimbing oleh Rusdiana Junaid dan Opik Dwi Indah).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar siswa kelas V setelah
belajar menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia di SDN 175 Kawarasan. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang
terdiri dari 1 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang. Sementara dalam
memilih sampel, peneliti menggunakan teknik total sampling, sehingga jumlah
sampel dalam penelitian ini juga sebanyak 31 siswa. Berdasarkan hasil penelitian,
setelah menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching yang memiliki 6 tahapan
yaitu tahap tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan, peneliti
menemukan bahwa nilai rata-rata siswa adalah 93 yang diklasifikasikan kedalam
kategori sangat baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia
siswa kelas V SDN 175 Kawarasan sangat baik setelah menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching.
Kata Kunci: model pembelajaran Quantum Teaching; hasil belajar.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
senantiasa memberikan kasih dan karuniaNya sehingga peneliti bisa menyelesaikan
penelitian ini yang berjudul “Analisis Hasil Belajar Indonesia Kelas V SDN 175
Kawarasan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching” dapat
terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,
motivasi serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Drs. H. Hanafie Mahtika, M.S. selaku Rektor Universitas
Cokroaminoto Palopo yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
menuntut ilmu di Universitas Cokroaminoto Palopo.
2. Ibu Dr. Rusdiana Junaid, M. Hum., M.A. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Palopo sekaligus sebagai
pembimbing I atas segala motivasi, dorongan serta saran dan kritikan guna
pengembangan hasil penelitian ini.
3. Ibu Erni S.Pd.SD., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Cokroaminoto Palopo yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk memaparkan gagasan dalam bentuk hasil penelitian.
4. Ibu Opik Dwi Indah S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang selalu memberikan
motivasi, dukungan, kritik dan saran dalam penyelesaikan hasil penelitian ini.
5. Seluruh dosen dan staf Universitas Cokroaminoto Palopo yang telah memberikan
kemudahan bagi peneliti dalam menyelesaikan pendidikan selama ini.
6. Kakek dan almarhumah nenek tercinta yang telah membesarkan dan memberi
kasih sayang dari kecil hingga saat ini. Teruntuk kakek yang selalu sabar
menjadi orang tua dalam mendidik, mengajar, membimbing hingga peneliti
boleh merasakan bangku perkuliahan. Tanpa doa, dukungan, semangat dan
keuangan yang diberikan peneliti tidak bisa menyelesaikan perkuliahan dengan
baik. “I Love You Grandfather”.
viii
7. Seluruh keluarga besar, orang tua terutama tante dan kakak yang selalu
memberikan doa, dukungan dan semangatnya sehingga peneliti bisa
menyelesaiakan perkuliahan.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Cokroaminoto Palopo yang tidak dapat sebutkan satu persatu, yang
secara langsun maupun tidak langsun telah memberikan dukungan selama
perkuliahan sampai menyelesaikan hasil penelitian.
9. Kepada semua pihak yang tidak sempat sebut satu per satu, terima kasih atas
bantuan kalian.
Semoga arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah
bagi keluarga, bapak, ibu dan rakan-rekan sehingga memperoleh balasan yang baik
dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih
jauh dari kesempuraan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca serta
dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan,
khususnya Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Palopo, 11 November 2020
Lisa Juana Tandi
ix
RIWAYAT HIDUP
Lisa Juana Tandi, lahir di Malili, pada tanggal 22 Agustus
1997. Dia merupakan anak kedua dari 9 bersaudara dari
pasangan Herman dan Yuliana. Dia beralamat di Dusun
Lembah Desa Tarabbi RT.002 RW.002 Kec. Malili Kab.
Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Dia menyelesaikan
pendidikan di SDN 230 Tarabbi pada tahun 2009 dan
melanjutkan studi di SMPN 3 Malili. Pada tahun 2012, dia
berhasil menyelesaikan studi kemudian kembali melanjutkan studinya di SMKN 1
Malili dan lulus pada tahun 2015. Setelah itu, pada tahun 2016 dia kembali
melanjutkan studinya di Universitas Cokroaminoto Palopo hingga selesai.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH SKRIPSI .......................... iv
HALAMAN KETERANGAN UJI SIMILARITY .......................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Batasan Penelitian ....................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.6 Definisi Operasional ................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ................................................................................ 6
2.2 Hasil Belajar Bahasa Indonesia .................................................. 12
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................. 16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 18
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 18
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 18
3.4 Instrument Penelitian .................................................................. 18
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 19
xi
3.6 Teknik Analisis Data................................................................... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 22
4.2 Pembahasan................................................................................. 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 27
5.2 Saran ........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28
LAMPIRAN .................................................................................................... 31
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 2.1. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Quantum............................... 8
Tabel 3.1. Klasifikasi Nilai Siswa .................................................................... 21
Tabel 4.1 Nilai Siswa ...................................................................................... 22
Tabel 4.2. Klasifikasi Hasil Belajar Siswa ....................................................... 23
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ..................... 33
Lampiran 2. Materi Ajar ...................................................................... 37
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa dan Kunci Jawaban ........................ 38
Lampiran 4. Instrument Penelitian ........................................................ 39
Lampiran 5. Permohonan Izin Melakukan Penelitian .......................... 40
Lampiran 6. Surat Pernyataan Sekolah ................................................ 41
Lampiran 7. Proses Kegiatan Belajar Mengajar ................................... 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengenyam pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia tanpa
terkecuali. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1)
yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Dengan
adanya pendidikan maka seseorang dapat meningkatkan dan mengembangkan diri
mereka tidak hanya kemampuan mereka tetapi juga karakter dan salah satu
kemampuan yang dapat ditingkatkan adalah kemampuan berbahasa.
Bahasa merupakan sebuah alat komunukasi yang digunakan oleh setiap orang
dalam kehidupannya sehari-hari untuk mengadakan interaksi sosial baik secara
individu maupun kelompok. Secara lebih detail, bahasa dapat diartikan sebagai alat
untuk mengekspresikan suatu gagasan, pikiran dan pengetahuan seseorang kepada
orang lain. Dalam kaitannya sebagai alat komunikasi, bahasa yang diajarkan di
sekolah terdiri atas empat aspek keterampilan yaitu: menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Keempat aspek ini dapat dipelajari pada mata pelajaran yang mengkaji
tentang suatu bahasa dan salah satunya adalah Bahasa Indonesia. Mata pelajaran ini
terdapat dalam kurikulum pendidikan yang ada di sekolah mulai dari SD, SMP, SMA
hingga ditingkat Perguruan Tinggi.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia bahkan saat
sekarang ini telah dijadikan sebagai salah satu bahasa Internasional. Melalui mata
pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, siswa dapat mengembangkan kemampuan dan
keterampilan berbahasa Indonesia. Terkait pembelajaran Bahasa Indonesia, model,
strategi, metode bahkan teknik belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
sangatlah penting yang harus dipersiapkan dan digunakan oleh para guru karena hal
tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa agar lebih aktif
dalam belajar khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, guru juga
perlu mempersiapkan langkah-langkah yang sistematis, bertahap dari perencanaan,
2
penyajian, sampai evaluasi hasil belajar siswa agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik, terukur, efektif dan efisien sehingga hasil belajar siswa
berdasarkan KKM yang telah ditetapkan di sekolah dapat tercapai dengan baik.
Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah dan merupakan kemampuan siswa dalam menerima meteri
yang diberikan oleh guru. Dalam mencapai hasil belajar pada setiap siswa berbeda-
beda. Belajar merupakan pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari hasil observasi awal sebelum melaksanakan
penelitian dengan mewawancarai guru kelas V yang ada di SD Negeri 175
Kawarasan, peneliti berasumsi bahwa faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa
kurang adalah: (a) siswa kesulitan dalam menyerap materi pelajaran bahasa
Indonesia, (b) guru menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran hanya
berpusat pada guru dan teknik pemberian tugas kurang memperhatikan materi yang
disampaikan, (c) siswa enggan bertanya ketika menemukan kesulitan dalam
mengerjakan latihan atau belum mengerti dengan materi yang sedang dipelajari
dalam mengerjakan tugas siswa tidak bersungguh-sungguh masih ada yang bermain,
(d) siswa kurang dilatih menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.
Terkait masalah yang dihadapi para siswa diatas, para guru harus merubah,
menemukan dan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif agar hasil
belajar siswa meningkat. Selain itu, mereka juga perlu memfasilitasi siswa untuk
memperoleh pengalaman, mengonstruksi pengetahuan dan mengembangkan
kemampuan alamiah siswa secara optimal. Salah satu model yang dapat digunakan
yaitu model pembelajaran Quantum Teaching. Model pembelajaran ini bertujuan
untuk membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa dapat
lebih aktif dalam belajar. Quantum Teaching atau dikenal juga dengan istilah
TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan) lebih
memperhatikan lingkungan belajar seperti lingkungan sekitar, penggunaan alat
(media pembelajaran) dan pengaturan bangku/kursi (De Porter, et al., 2006:3).
3
Dengan penataan seperti ini diharapkan mampu memberikan rasa nyaman bagi siswa
dalam proses pembelajaran di kelas.
Peneliti telah menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching di kelas V.
Dia tertarik menggunakan model ini karena pada penelitian sebelumya yang
dilakukan oleh beberapa peneliti, rata-rata hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa model ini efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
dari penelitian Suwandari (2014) dimana hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan. Hal ini nampak dari meningkatnya persentase ketuntasan hasil
belajar sebesar 20.8% yaitu dari 62.5% menjadi 83.3% dan rata-rata nilai siswa
meningkat 9.2 yaitu dari 67.1 pada siklus I menjadi 76.3 pada siklus II.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti fokus untuk menganalisis bagaimana hasil
belajar siswa setelah belajar menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, judul penelitian yang
dirumuskan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah “Analisis Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 175 Kawarasan dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Quantum Teaching”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa kelas V SD Negeri 175 Kawarasan setelah menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa kelas V SDN 175 Kawarasan dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching.
4
1.4 Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada analisis hasil belajar siswa khususnya
mengenai aspek kognitif siswa menggunakan model pembelajaran Quantum
Teaching pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan hasil belajar siswa setelah
belajar menggunakan model Quantum Teaching.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
1) Menganalisis secara langsung proses pembelajaran dikelas terkait
penerapan model Quantum Teaching.
2) Memahami bagaimana peserta didik aktif dalam belajar dan
mengembangkan hasil belajar peserta didik mata pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V SD Negeri 175 Kawarasan.
3) Dapat dijadikan masukan bagi guru terutama dalam menentukan model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
b. Bagi siswa
1) Meningkatkan motivasi serta kemampuan hasil belajar yang
berprestasi.
2) Meningkatan keaktifan peserta didik pada kegiatan belajar.
c. Bagi peneliti selanjutnya
1) Dapat menjadi referensi atau sumber informasi terkait penelitian yang
telah dilakukan.
2) Menambah wawasan tentang penerapan model Quantum Teaching.
5
1.6 Definisi Operasional
1. Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa
aktif secara fisik, mental dan emosionalnya dengan menggunakan strategi
TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan).
2. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setiap individu yang dipengaruhi
oleh 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Kognitif adalah perubahan tingkah laku yang terjadi dalam kawasan kognisi
yang melibatkan 6 tingkatan menurut Bloom yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), evaluasi (C6).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Model pembelajaran
a. Pengertian model pembelajaran
Model secara harfiah berarti “bentuk” dalam pemakaian secara umum model
merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya yang
diperoleh dari beberapa sistem. Winataputra (dalam Sugianto 2010:3)
mengemukakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
pembelajaran.
Joyce dan Weil (2009: 450), menyatakan bahwa model pembelajaran
merupakan sebuah metode yang dapat digunakan untuk membantu siswa
mengembangkan gaya-gaya pendekatan masalah yang mereka hadapi pada saat ini
maupun dimasa depan. Memilih model pembelajaran yang tepat dapat membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas peneliti berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah model pembelajaran merupakan kerangka yang berisi
prosedur dan langkah-langkah teknis yang berurutan dan menggambarkan segala
aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga mencapai suatu tujuan
pembelajaran.
2. Model pembelajaran Quantum (Quantum Teaching)
a. Pengertian model pembelajaran Quantum (Quantum Teaching)
Secara etimologi Quantum diambil dari istilah fisika yang berarti sejumlah
energy yang dipancarkan atau dibebaskan atau diserap dalam suatu proses. Secara
terminology, Quantum adalah interaksi-interaksi yang mengubah energy menjadi
7
cahaya. Sedangkan Teaching berasal dari Bahasa Inggris, dari kata teach yang
berarti mengajar. Maksudnya mengajar merupakan suatu usaha yang menciptakan
kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar. Jadi yang dimaksud Quantum Teaching adalah
suatu usaha menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung atau
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar dengan pengubahan
bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar.
Kosasih dan Sumarna (2013:76) menyatakan bahwa Quantum Teaching
merupakan model pembelajaran yang menyenangkan karena menyertakan segala
dinamika yang menunjang keberhasilan pembelajaran itu sendiri dan segala
keterkaitan, perbedaan, interaksi serta aspek-aspek yang dapat memaksimalkan
momentum untuk belajar.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hamdayana (2016:72) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran
yang berupaya memadukan (mengintegrasikan, menyinergikan dan
mengelaborasikan) faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan
lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
Dari beberapa teori yang telah dipaparkan diatas, peneliti mendefinisikan
bahwa model pembelajaran Quantum Teaching merupakan desain suatu proses
pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan interaksi yang edukatif antara
guru dengan siswa serta mengoptimalkan lingkungin belajar yang efektif (fisik dan
mental) dalam pembelajaran.
b. Prinsip-prinsip model pembelajaran Quantum Teaching
Menurut Wena (2009:161) pembelajaran Quantum Teaching bersandar pada
suatu konsep yaitu “bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru
ke dunia siswa”. Artinya langkah pertama seorang guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah dengan mamahami atau memasuki dunia siswa. Tindakan ini
dapat memberi peluang bagi guru untuk memimpin, menuntun dan memudahkan
kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
mengaitkan pembelajaran yang diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran
8
atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, ataupun akademis
siswa. Setelah kaitan itu terbentuk, siswa dapat dibawah ke dunia guru dan
memberi siswa pemahaman tentang isi pembelajaran. Lebih lanjut, model
pembelajaran Quantum Teaching menurut De Porter, dkk memiliki 5 prinsip yaitu:
Table 2.1. Prinsip-prinsip model pembelajaran Quantum Teaching
No Prinsip Penerapan dikelas
1 Segalanya berbicara: segalanya
dari lingkungan kelas hingga
bahasa tubuh guru dari kertas
yang dibagikan hingga
rancangan pembelajaran,
semuanya mengirimkan pesan
tentang belajar.
Dalam hal ini guru dituntut untuk
mampu merancang /mendesin segala
aspek yang ada di lingkungan kelas
(guru, media pembelajaran dan siswa)
maupun sekolah (guru lain, kebun
sekolah, sarana olahraga, kantin
sekolah, dan sebagainya) sebagai
sumber belajar siswa.
2 Segalanya bertujuan:
semuanya yang terjadi dalam
kegiatan proses belajar
mengajar mempunyai tujuan.
Dalam hal ini, setiap kegiatan belajar
mengajar harus jelas tujuannya.
Tujuan pembelajaran harus dijelaskan
kepada siswa.
3 Pengalaman sebelum
pemberian nama: proses
belajar paling baik terjadi
ketika siswa telah menglami
informasi sebelum mereka
memperoleh nama untuk apa
yang mereka pelajari.
Dalam mempelajari sesuatu (konsep,
rumus, teori, dan sebagainya) harus
dilakukan dengan cara memberi siswa
tugas (pengalaman/eksperimen)
terlebih dahulu. Dengan tugas
tersebut akhirnya siswa mampu
menyimpulkan setiap konsep, rumus,
dan teori tersebut. Dalam hal ini guru
harus mampu merancang pemblajaran
yang mendorong siswa untuk
melakukan penelitian sendiri dan
berahsil menyimpulkan. Dalam hal in
guru harus menciptakan simulasi
konsep agar siswa memperoleh
pengalaman.
5 Jika layak dipelajari layak pula
dirayakan. Perayaan dapat
memberi umpan balik
mengenai kemajuan dan
meningkatkan asosiasi positif
dengan belajar.
Dalam hal ini guru harus memiliki
strategi untuk memberi umpan balik
(feedback) positif yang dapat
mendorong semangat belajar siswa.
Berilah umpan balik positif pada
setiap usaha siswa, baik secara
kelompok maupun secara individu.
Wena, (2009:161)
9
Dari teori diatas, peneliti berpendapat bahwa prinsip model pembelajaran
Quantum Teaching adalah proses pembelajaran yang berfokus kepada siswa di
mana guru menuntun dan mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan siswa di
mana selama dalam proses pembelajaran guru dan siswa saling mempengaruhi
untuk mencapai isi pembelajaran yang diharapkan.
c. Langkah-langkah/rancangan pembelajaran Quantum Teaching
Pembelajaran Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran
yang inovatif yang beriorentasi pada peserta didik. Model pembelajaran ini sangat
efektif karena memungkinkan peserta didik dapat belajar secara optimal, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Menurut De Porter, rancangan pelaksanaan pembelajaran Quantum Teaching
dikenal dengan singkatan “TANDUR” yang merupakan kepanjangan dari
tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Langkah-langkah
pembelajaran Quantum Teaching sebagai berikut:
1) Tumbuhkan, yaitu pada awal kegiatan pembelajaran guru harus berusaha
menumbuhkan/mengembangkan minat siswa untuk belajar. Memberi
apresiasi yang cukup dapat dilakukan sehingga sejak awal kegiatan siswa
telah termotivasi untuk belajar. Kekuatan penanaman dalam diri seperti:
Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK) yaitu sebuah kegiatan untuk
menimbulkan motivasi dalam diri sendiri, AMBAK dapat diartikan dengan
menciptakan minat dalam pembelajaran yang sedang dipelajari dan
menghubungkan dengan dunia nyata. De Porter, (2006:48), maksudnya
adalah guru yang menumbuhkan minat siswa dalam belajar.
2) Alami, yaitu siswa mengalami dan terlibat secara langsung dalam proses
pembelajaran guru hanya menciptakan atau mendatangkan pengalaman
umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Tahap ini bertujuan agar
siswa dapat menghayati informasi yang terdapat dalam materi secara
langsung.
3) Namai, yaitu saatnya untuk mengerjakan kata kunci, konsep, model,
rumus, keterampilan berfikir, dan strategi belajar. Penamaan dibangun
10
diatas pengetahuan dan keingintahuaan peserta didk saat itu. Setelah siswa
melalui pengalaman belajar pada kompetensi dasar tertentu, maka mereka
diajak untuk menulis di kertas, menamai tantang yang diperoleh, baik itu
informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebgainya.
4) Demontrasikan, yaitu berikan peluang/kesempatan kepada siswa untuk
menunjukan dan menerapkan pengetahuan mereka, mengaitkan
pengalaman mereka dengan data yang baru, sehingga menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Karena siswa lebih mampu
mengingat 90% jika siswa itu mendengar, melihat dan melakukannya.
Melalui pengalaman belajar siswa mampu mengerti dan mengetahui bahwa
dia memiliki kemampuan dan informasi yang cukup.
5) Ulangi, yaitu rekatkan gambaran keseluruhan dari materi yang dipelajari
dengan melakukan pengulangan setelah menunjukkan bahwa mereka tahu,
maka beri kesempatan mereka untuk mengulangi kembali yang telah
dipelajarinya sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan
akhirnya datang kesuksesan, kami bisa karena kami memang bisa.
Pengulangan ini memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa
“Aku tahu bahwa aku tahu ini!” pengulangan sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan konsep multimodalitas dan multikecerdasan.
6) Rayakan, yaitu pemberian penghargaan pada siswa atas usaha, ketekunan,
dan kesuksesannya dalam pembelajaran. Dengan kata lain perayaan berarti
pemberian umpan balik yang positif pada siswa atas keberhasilannya baik
berupa pujian, pemberian hadiah, ataupun bentuk lainnya.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Sagala (2010:101) yang
mengungkapkan bahwa “apabila guru memberikan pujian atau hadiah bagi
siswa yang telah menunjukan usaha, memberikan angka tinggi terhadap
pencapaian prestasi, tidak menyalahkan pekerjaan atau jawaban secara
terbuka sekalipun jawabannya belum memuaskan, tidak menghukum siswa
di depan kelas, menciptakan suasana belajar yang memberi kepuasan dan
11
kesenangan pantas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar yang
dipandang dapat menambah motivasi dalam belajar.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti telah mengimplementasikannya pada
saat mengajar di kelas pada saat mata pelajaran Bahasa Indonesia mulai dari tahap
tumbukan hingga tahap akhir yaitu rayakan.
d. Kelebihan dan kelemahan model Quantum Teaching
Masing-masing model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan,
begitu pula dengan model pembelajaran Quantum Teaching yang mempunyai
kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
Menurut Sunandar (dalam Huda 2013:10) mengatakan bahwa kelebihan dan
kelemahan model pembelajaran Quantum Teaching yaitu sebagai berikut:
1) Kelebihan model pembelajaran Quantum Teaching
a) Hanya mengarah kepada hal-hal yang nyata pada peserta didik.
b) Terjalin kerja sama dalam pembelajaran.
c) Mendorong antusiasme peserta didik dalam belajar.
d) Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
e) Proses belajar menjadi tidak membosankan.
f) Memberikan peluang yang besar untuk mengungkapkan pendapat atau
berekspresi.
2) Kelemahan model Quantum Teaching
a) Membutuhkan perencanaan yang mendalam untuk pendidik dalam
mengajar.
b) Membutuhkan fasilitas belajar yang memuaskan.
c) Kurang dapat mengontrol siswa.
12
2.2 Hasil Belajar Bahasa Indonesia
1. Pengertian hasil belajar
Menurut Sudjana (2005:20) hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Sudjana
(2005:38) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni
faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada
faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dalam pendidikan nasional hasil
belajar di rumuskan dalam taksonomi Bloom (dalam Purwanto 2008:50) yang dibagi
dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif yaitu perubahan perilaku yang dialami peserta didik dalam
belajar. Kegiatan belajar yang dialami siswa melibatkan pengetahuan yang
meliputi respon belajar, cara mengelolah informasi untuk menyelesaikan masalah.
Bloom berpendapat bahwa hasil belajar kognitif dibagi dalam enam tingkatan
yaitu: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis
(C5), dan evaluasi (C6).
1) Pengetahuan (knowledge) yaitu seseorang yang memiliki keterampilan
mengingat kembali tentang istilah, gejala, nama, rumus-rumus, ide dan lain
sebagainya.
2) Pemahaman (comprehension) yaitu seseorang yang memiliki kemampuan
mendengar dan menjelaskan kembali sesuatu melalui kata-katanya sendiri.
3) Penerapan (application) yaitu kemampuan seseorang dalam mengungkapkan
ide-ide, prinsip-prinsip, teori-teori, rumus secara nyata.
4) Analisis (analysis) yaitu kemampuan dalam menjabarkan materi atau bahan
menjadi bagian yang lebih jelas.
13
5) Sintesis (synthesis) yaitu menggabungkan komponen menjadi satu pola yang
sistematis.
6) Evaluasi (evaluation) yaitu pengujian terhadap hasil belajar yang telah
dilaksanakan.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah rana yang mencakup nilai, sikap dan perilaku. Yang
berhubungan dengan nilai–nilai yang kemudian dihubungkan dengan sikap dan
perilaku. Kratwohl (dalam Purwanto 2008:51) membagi rana afektif dalam 5
bagian yaitu: penerimaan (merespon rangsangan), partisipasi, penilaian
(menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan), organisasi (menghubungkan
nilai–nilai yang dipelajari) dan internalisasi (menjadikan nilai–nilai sebagai
pedoman hidup). Ranah afektif adalah yang berhubungan dengan nilai–nilai yang
kemudian dihubungkan dengan sikap dan perilaku.
c. Ranah Psikomotorik
Psikomotorik adalah ranah yang memfokuskan pada kemampuan fisik dan
keterampilan. Simpson (dalam Purwanto 2008:51) menggolongkan hasil belajar
menjadi 6 bagian yaitu: persepsi (membedakan gejala), kesiapan (menempatkan
diri untuk memulai suatu gerakan), gerakan terbimbing (meniru model yang
dicontohkan), gerakan terbiasa (melakukan gerakan tanpa model hingga mencapai
kebiasaan), gerakan kompleks (melakukan serangkaian gerakan secara berurutan)
dan kreativitas (menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan baru yang orisinil
atau asli).
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mendefinisikan hasil belajar sebagai
perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam penelitian ini, hasil belajar menitikberatkan pada ranah
kognitif yang diukur melalui tes tertulis dimana tingkatan pengetahuan yang
diukur adalah pada tingkat pengetahuan (C1) sampai tingkat analisis (C4).
14
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar para siswa dapat
dikasifikasikan menjadi 2 faktor yaitu interen dan eksteren. Faktor interen merupakan
faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, seperti:
a. Kesehatan
Sehat berarti bebas dari penyakit baik secara jasmani maupun rohani.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Jika seseorang sakit
tentu saja tidak dapat belajar ataupun bekerja dengan baik. Oleh karena itu,
agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatannya tetap sehat dengan cara selalu menerapkan pola hidup sehat
dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Intelegensi dan bakat
Intelegensi merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki manusia.
Kemampuan tersebut berupa kecakapan dalam berpikir maupun bertindak.
Sementara bakat merupakan potensi yang juga ada dalam diri seseorang
sebagai bawaan sejak lahir. Jika seseorang memiliki intelegensi yang tinggi
ditambah memiliki sebuah potensi/bakat, maka tentu saja akan besar
pengaruhnya terhadap kemajuan dan keberhasilan belajar seorang siswa.
Hasil belajar siswa tersebut pasti lebih baik dibandingkan mereka yang
memiliki intelegensi dan bakat yang rendah. Dia tentu saja akan lebih mudah
memahami dan cepat merespon materi yang diberikan karena memiliki
kecakapan dan bakat yang tinggi.
c. Minat dan motivasi
Minat terhadap belajar itu besar akibatnya, apabila materi yang diajarkan
tidak sesuai dengan minat belajar peserta didik. Materi pelajaran yang baik
atau menarik minat itu lebih gampang dipelajari siswa, karena suatu minat
mendorong kegiatan belajar siswa. Motivasi berhubungan pada tujuan yang
dicapai dalam menentukan suatu dorongan belajar, motivasi sendiri sebagai
daya pendorong untuk peserta didik.
15
d. Cara belajar
Pengaruh pencapaian pada hasil belajar dalam cara belajar yaitu belajar tidak
perluh melihat cara atau teknik dan faktor fisik, faktor psikologis/mental,
bahkan ilmu kesehatan yang akan mendapatkan nilai yang kurang
memuaskan. Dan teknik-teknnik yang harus diperhatikan yaitu bagaimana
cara membaca, menggaris bawahi, mencatat dan membuat kesimpulan,
bahkan mencatat waktu belajar, tempat fasilitas, penggunaan media
pengajaran dan menyesuaikan materi pelajaran.
Faktor eksteren adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor-faktor
eksteren antara lain:
a. Faktor keluarga
Pada faktor keluarga pengaruh hasil belajar peserta didik sangat besar dalam
belajar. Dalam pendidikan anak, orang tua sangat berperan penting agar
tercapainya hasil belajar yang memuaskan bagi pserta didik. Hubungan
orang tua dan anak sangat diperlukan keharmonisan dan kerja sama yang
baik untuk pencapaian hasil belajar yang memuaskan.
b. Faktor sekolah
Sekolah merupakan tempat belajar kedua bagi pesrta didik dan dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode
pengajaran guru harus sesuai dengan kurikulum serta hubungan guru dan
siswa harus terjalin dengan baik untuk mencapai keberhasilan belajar peserta
didik.
c. Faktor lingkungan sekitar
Keadaan lingukngan sekitar tempat tinggal peserta didik juga sangat penting
dalam memepengaruhi hasil belajar seperti keadaan lingkungan, bangunan
rumah, susasana sekitar dan sebagainya.
16
2.3 Hasil penelitian yang relevan
Dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa judul penelitian yang relevan
dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh:
1. Tamimi (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Penerapan Model
Quantum Teaching pada materi teks laporan hasil observasi kelas X SMA
Negeri 1 Pangkalan Susu. Hasil penelitian diketahui bahwa penerapan model
Quantum Teaching pada materi teks laporan hasil observasi yang dilaksanakan
oleh guru kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Susu tahun pelajaran 2018/2019
dinyatakan baik hasilnya dengan jumlah skor nilai yang diperoleh mencapai
nilai 85 yang dapat mengkategorikan dalam predikat baik sesuai dengan rubrik
penilaian penerapan model Quantum Teaching.
2. Safriadi (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
Hidrolisis Garam di Kelas XI SMAN 3 Aceh Barat Daya. Penelitian
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model
Quantum Teaching pada materi hidrolisis garam lebih tinggi. Aktivitas siswa
sangat tinggi dan respon siswa baik pada proses pembelajaran berlangsung
dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching.
3. Utami (2015) dalam penelitiannya yang berjudul penerapan model Quantum
Teaching untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran sejarah siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 1 Punggur hasil belajar kognitif siswa dengan
penerapan model pembelajaran Quantum teaching pada mata pelajaran Sejarah
siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Punggur. Terlihat dari 30 siswa yang
mengikuti 3 kali test ada peningkatan hasil belajar kognitif siswa, test pertama
sebanyak 11 siswa (36,6%) yang nilainya mampu mencapai >71,00, test kedua
sebanyak 16 siswa (53,33%) yang nilainya mampu mencapai >71,00, dan test
ketiga sebanyak 24 siswa (80%) yang nilainya mampu mencapai >71,00.
17
Dari beberapa penelitian melalui model Quantum Teaching seperti di atas,
peneliti menemukan persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan
penelitian sekarang, dimana persamaannya penelitiannya sama-sama
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Sedangkan perbedaannya
adalah pada penelitian sebelumnya mengambil mata pelajaran dan materi
pembelajaran dalam penelitian saya mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam
penelitian ini, peneliti mendeskripsikan bagaimana hasil belajar siswa setelah belajar
menggunakan model Quantum Teaching di SDN 175 Kawarasan.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret pada semester ganjil tahun ajaran
2019/2020 di SD Negeri 175 Kawarasan.
3.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 175 Kawarasan.
Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 31 orang yang terdiri dari 1 kelas.
2. Sampel
Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik total
sampling. Sehingga, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 31 siswa.
3.4 Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk essai yang bertujuan
untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching.
19
3.5 Teknik pengumpulan data
Prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum
Teaching yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan survei di lokasi penelitian sebelum melaksanaan penelitian.
2. Mempersiapkan instrument penelitian
3. Melaksanakan penelitian, dengan beberapa tahapan:
a. Perencanaan
1) Membuat atau mempersiapkan perangkat pembelajaran khususnya yang
berkaitan dengan materi yang akan disampaikan (silabus dan RPP).
2) Menyusun perencanaan tindakan untuk penerapan metode pembelajaran
Quantum Teaching.
3) Membuat instrument penelitian berupa tes hasil belajar
b. Tindakan
Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah
dibuat. Guru mengajar siswa dengan menggunakan RPP yang telah disusun
oleh guru dan peneliti. Pada tahap pelaksanaan ini, guru menerapkan kerangka
Quantum Teaching, yaitu TANDUR yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlin gsung, antara lain:
1) Tumbuhkan
a) guru menumbukan minat dan motivasi belajar siswa dengan mengajak
mereka menyanyikan lagu “Garuda Pancasila” dan lagu nasional lainnya
secara bersama-sama. Guru memberikan penguatan tentang pentingnya
menanamkan semangat Nasionalisme.
b) Guru membimbing siswa untuk mengamati gambar yang ada pada buku
siswa yang berhubungan dengan judul tema lingkungan sahabat kita serta
judul subtema manusia dan lingkungan.
c) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai gambar yang ada di buku
siswa yang telah diamati.
d) Guru memberi motivasi tentang menjaga lingkungan agar tetap bersih dan
manfaat lingkungan bersih.
20
2) Alami
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
b) Dengan bimbingan guru, setiap kelompok diarahkan untuk membaca
bacaan yang sudah disediakan guru,atau setiap kelompok menunjuk
perwakilan untuk membaca bacaan tersebut di depan kelompok lain.
3) Namai
a) Setelah siswa/kelompok membaca bacaan tersebut, guru mengarahkan
setiap kelompok untuk mengerjakan kata kunci dari bacaan yang sudah
disiapkan guru sesuai dengan waktu yang diberikan guru.
4) Demonstrasikan
a) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk mempersiapkan hasil diskusi.
b) Setiap kelompok maju mempersentasikan hasil diskusi di depan
kelompok lain.
5) Ulangi
a) Guru mengumpulkan masing-masing hasil diskusi setiap kelompok.
b) Guru menunjuk atau memberi kesempatan kepada satu atau dua orang
siswa untuk menyimpulakan hasil keseluruhan diskusi yang telah
dikerjakan.
6) Rayakan
a) Guru memberikan reward kepada setiap kelompok dan siswa yang aktif
selama proses diskusi dan pembelajaran
c. Refleksi
Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara peneliti dan guru kelas yang
bersangkutan. Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan dan
dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan.
Evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan cara melakukan analisis
terhadap proses pelaksanaan tindakan.
4. Menilai hasil belajar siswa secara quantitatif.
5. Menganalisis hasil belajar siswa secara deskriptif
6. Menyimpulkan hasil penelitian.
21
3.6 Teknik analisis data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Menghitung jawaban siswa sebagai berikut:
Adapun rumus untuk mencari nilai perorangan menurut Sugiyono (2010:9)
adalah sebagai berikut.
N = Skor perolehan siswa
Skor maksimal x 100
2. Kemudian untuk menghitung rata–rata nilai siswa dengan menggunakan
rumus:
𝑀𝑒 =∑xi
𝑁
Keterangann :
Me : Mean (rata-rata)
∑x : totalseluruh nilai siswa
N : total seluruh jumlah siswa
3. Mengklasifikasi nilai siswa
Tabel 3.1. Klasifikasi Nilai Siswa
No Klasifikasi Score
1
2
3
4
5
6
7
Luar biasa
Sangat Baik
Baik
Sangat Cukup
Cukup
kurang
Sangat kurang
96 -100
86 - 95
76 - 85
66 - 75
56 - 65
46 - 55
0 – 45
Sumber: (Depdikbud, 1996:38)
4. Menentukan persentase berdasarkan klasifikasi nilai siswa:
P = 100xN
Fq
Note: P = Persentase
Fq = Jumlah Frekuensi klasifikasi nilai siswa
N = Total Sampel
22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini peneliti memaparkan hasil penelitian tentang hasil belajar siswa di
SDN 175 Kawarasan. Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:
1. Hasil Belajar Siswa
Tabel 4.1. Nilai Siswa
No Inisial siswa Skor Kategori
1 AR 86 Sangat Baik
2 AF 93 Sangat Baik
3 AA 93 Sangat Baik
4 ARP 100 Luar biasa
5 DR 100 Luar biasa
6 DS 86 Sangat Baik
7 ES 86 Sangat Baik
8 FM 93 Sangat Baik
9 FN 93 Sangat Baik
10 FS 93 Sangat Baik
11 HN 86 Sangat Baik
12 IC 100 Luar biasa
13 KA 93 Sangat Baik
14 KH 93 Sangat Baik
15 MR 86 Sangat Baik
16 NF 86 Sangat Baik
17 NI 93 Sangat Baik
18 PA 93 Sangat Baik
19 PL 93 Sangat Baik
20 PS 100 Luar biasa
21 RA 93 Sangat Baik
22 RA 100 Luar biasa
23 RE 93 Sangat Baik
24 RI 93 Sangat Baik
25 RR 100 Luar biasa
26 SAI 100 Luar biasa
27 SB 86 Sangat Baik
28 SFP 86 Sangat Baik
29 SM 93 Sangat Baik
30 WY 93 Sangat Baik
31 ZSL 100 Luar biasa
Nilai Rata-Rata 93 Sangat Baik
23
Dari tabel 4.1 di atas, dipeoleh nilai terendah siswa adalah 86 skor dan nilai
tertinggi 100. Sementara itu, dari 31 siswa, terdapat 8 siswa yang hasil belajarnya
diklasifikasikan kedalam kategori luar biasa dan 23 siswa yang masuk dalam kategori
sangat baik. Dari nilai rata-rata siswa, diperoleh nilai 93. Hal ini menunjukkan nilai
rata-rata dari hasil belajar siswa masuk dalam kategori sangat baik.
2. Persentase Klasifikasi Nilai Siswa
Tabel 4.2. Klasifikasi Hasil Belajar Siswa
No Klasifikasi Skor Hasil belajar
Frekuensi Presentase
1 Luar biasa 96-100 8 25 %
2 Sangat baik 86-95 23 75 %
3 Baik 76-85 0 0 %
4 Sangat cukup 66-75 0 0 %
5 Cukup 56-65 0 0 %
6 Kurang 46-55 0 0 %
7 Sangat kurang 0-45 0 0 %
Total 31 100%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas terlihat bahwa terdapat 8 siswa (25%)
diklasifikasikan kedalam kategori luar biasa dan terdapat 23 siswa (75%)
diklasifikasikan kedalam kategori sangat baik. Sementara itu, tidak ada seorangpun
siswa yang dikategorikam kedalam kategori baik, sangat cukup, cukup, kurang dan
sangat kurang.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan temuan di atas, diperoleh bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia
siswa sangat baik setelah menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching
memampukan siswa dalam memahami materi. Hal ini berarti bahwa model
pembelajaran ini dapat memberikan kontribusi yang baik dan solusi yang tepat dalam
menghadapi permasalahan siswa yaitu hasil belajar yang masih sangat rendah yang
dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
24
Menurut Sudjana (2005:38) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari
luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia yang dicapai. Dalam penelitian ini faktor
utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor dari dalam diri siswa
yang berfokus pada aspek kognitifnya.
Pada kegiatan pendahuluan diawali dengan tahapan tumbuhkan. Kegiatan ini
bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa sehingga mereka termotivasi untuk
belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat De Porter, (2006:48), bahwa guru yang
berperan dalam menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Sehingga, siswa merasa
termotivasi dan mengalami proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam
penelitian ini salah satu yang dilakukan peneliti untuk membangkitkan minat siswa
adalah dengan memberikan sebuah lagu. Hasilnya terlihat bahwa siswa merasa
senang dan setelah itu mereka antusias untuk belajar.
Pada tahap alami guru membagi siswa dalam bebarapa kelompok untuk
mendiskusikan bacaan dan mengerjakan tugas yang diberikan peneliti pada buku
pelajaran. Hal ini bertujuan untuk menambah pengalaman siswa yang berkaitan pada
materi. Tahapan alami yang dilakukan guru dapat membuat siswa lebih mendapatkan
pengalaman mengenai materi melalui tugas yang diberikan. Siswa diberikan tugas
diskusi kelompok bertujuan untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai
materi.
Pada tahap namai yang dilakukan peneliti setelah siswa/kelompok membaca
bacaan tersebut, peneliti mengarahkan setiap kelompok untuk mengerjakan kata
kunci dari bacaan yang sudah disiapkan guru sesuai dengan waktu yang diberikan.
Hal ini bertujuan untuk membuat siswa lebih mendapatkan wawasan mengenai materi
serta menemukan konsep atau isi pokok teks. Setelah melakukan kegiatan diskusi,
hasilnya adalah semua siswa turut berpartisipasi dalam memebaca teks tersebut.
Pada tahap demonstrasi peneliti sudah melakukan kegiatan ini dengan baik
namun belum terpenuhi tingkat kesesuaiannya dengan model Quantum Teaching. Hal
25
ini disebabkan karena peneliti tidak memberikan kesempatan kepada semua
kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas. mengarahkan setiap
kelompok untuk mempersiapkan hasil diskusi. Setiap kelompok maju
mempersentasikan hasil diskusi didepan kelompok lain untuk membantu siswa
menunjukkan kemampuan atau tingkat pemahaman terhadap tugas yang telah
diberikan. Tahap demonstrasi dilakukan untuk membiasakan siswa berbicara di depan
umum dengan cara menyampaikan hasil diskusi. Tahap demonstrasi ini bertujuan
untuk pembuktian laporan hasil diskusi yang akan ditanggapi oleh kelompok lain
sehingga mendapatkan hasil diskusi yang terbaik agar siswa mudah mengulangi hasil
diskusi.
Pada tahap ulangi yang dilakukan, peneliti mengumpulkan masing-masing hasil
diskusi setiap kelompok dengan menunjuk atau memberi kesempatan kepada satu
atau dua orang siswa untuk menyimpulakan hasil keseluruhan diskusi yang telah
dikerjakan. Hal ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman siswa mengenai materi
dan merangkum semua hasil pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami isi
materi yang dipelajari.
Tahap rayakan merupakan bagian dari kegiatan penutup. Dengan memberikan
berupa pujian ataupun pemberian hadiah setelah proses pembelajaran. Hal ini dapat
menimbulkan semangat bahkan motivasi dalam diri siswa karena telah mendapatkan
penghargaan dari guru dan juga teman yang lainnya. Hal ini terkait dengan
pernyataan Sagala (2010:101) yang mengungkapkan bahwa “apabila guru
memberikan pujian atau hadiah bagi siswa yang telah menunjukan usaha,
memberikan angka tinggi terhadap pencapaian prestasi, tidak menyalahkan pekerjaan
atau jawaban secara terbuka sekalipun jawabannya belum memuaskan, tidak
menghukum siswa didepan kelas, menciptakan suasana belajar yang memberi
kepuasan dan kesenangan pantas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar yang
dipandang dapat menambah motivasi dalam belajar.
Dari pendapat ini, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model Quantum
Teaching yang dilakukan guru sudah memenuhi seluruh langkah-langkah dalam
enam tahapan model Quantum Teaching. Mulai dari tahap tumbuhkan minat siswa,
26
alami (permberian tugas), namai (penemuan konsep), demonstrasi (mengemukakan
pendapat), ulangi (menarik kesimpulan) dan rayakan (pemberian penghargaan)
terlaksana dengan baik. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil hasil belajar selama
proses pelaksanaan model Quantum Teaching yang dilakukan guru di dalam ruangan
kelas. Hal ini dapat dibuktikan dari table hasil belajar yang menunjukkan bahwa
penggunaan model Quantum Teaching dengan nilai 93 yang dapat dikategorikan
predikat “sangat baik”.
Dari beberapa tahap yang telah dilaksanakan guru mulai dari tahap tumbuhkan,
alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan, peneliti menghadapi kendala dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching
adalah pada saat kegiatan belajar tahap alami dimana guru sulit mengatur siswa
dalam kelompok banyak siswa yang bermain pada saat proses diskusi berlangsung.
Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa kelompok besar yang terdiri dari 8
orang sangatlah tidak efektif untuk digunakan pada saat menerapkan model ini.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan
model Quantum Teaching yang dilakukan guru sudah memenuhi seluruh langkah-
langkah dalam enam tahapan model Quantum Teaching yaitu tahap tumbuhkan,
alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan terlaksana dengan baik. Hal tersebut
diperoleh berdasarkan hasil belajar selama proses pelaksanaan model Quantum
Teaching yang dilakukan guru di dalam ruangan kelas. Hal ini dapat dibuktikan dari
table hasil belajar yang menunjukkan bahwa penggunaan model Quantum Teaching
dimana nilai rata-rata siswa adalah 93 yang diklasifikasikan kedalam kategori “sangat
baik”. Ini berarti bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 175
Kawarasan sangat baik setelah menggunakan model pembelajaran Quantum
Teaching.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, peneliti dapat memberikan saran yang
mungkin dapat diterapkan lebih lanjut di SD Negeri 175 Kawarasan, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun saran-saran yang ingin peneliti sampaikan
selama melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Guru pada saat ini dituntut harus kreatif dan inovatif. Salah satu
pembelajaran inovatif yaitu penerapan model pembelajaran. Hendaknya
guru-guru mempraktekkan sistem pembelajaran tersebut karena melihat
hasilnya yang mampu menngefektifkan proses belajar mengajar serta
meningkatkan hasil belajar siswa. Guru sebaiknya menggunakan media
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran. Selain itu, penggunaan media pembelajaran
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
28
2. Sekolah hendaknya selalu menambah wawasan para guru agar dapat
menerapkan pembelajaran yang dapat memberikan proses belajar yang
efektif dan menyenangkan.
3. Siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dalam
belajar. Pemberian kesempatan kepada siswa dapat menumbuhkan perasaan
nyaman sehingga tercipta pembelajaran yang efektif.
4. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah peluang bagi
peneliti lain untuk dapat mempraktekan teori-teori serta mengembangkan
moel pembelajaran Quantum Teaching sebagai upaya memecahkan masalah
pembelajaran.
29
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahul. 2011. Quantum Teaching (Buku Pintar dan Praktis). Diva Press.
Yogyakarta.
Angrianti, W. 2014. Pengaruh penerapan model pembelajaran quantum teaching
terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran PKN terpadu kelas VIII
SMP Negeri 3 Tenggarong”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2 (2).
Anisa. 2013. Meningkatkan hasil belajar IPS melalui model quantum teaching pada
siswa kelas V. Skripsi. Yokyakarta: FKIP-UNY.
De Porter, Bobbi. 2006. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Kaifa, Bandung.
Dewi, Agatha Tri Ivana Sinta. 2016. Penerapan Model Quantum Teaching Untuk
Meningkatkan Aktivits Dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SDN 1
Pujo Basuki Tahun Pelajaran 2015/2016. (Online)
http://digilib.unila.ac.id/22731/2/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20
PEMBAHASAN. Pdf. (diakses 24 November 2019).
Dewi, dkk. 2018. Penerapan model quantum teaching untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV. Jurnal PGSD. Vol:6 No:2). Padang: FKIP-UNP.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data. Rajawali Pers. Jakarta.
Hamdayana, J. 2016. Metodologi Pengajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Joyce dan Weil. 2009. Model of Teaching: Model-model Pengajaran. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Kosasih dan Sumarna 2013. Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan.
Alfabeta. Bandung.
Kusumah, Wijayah dan Dwitagama, Dedi. (2010). Mengenal Peneitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Indeks. Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Kencana.
30
Safriadi. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Materi Hidrolisis Garam di Kelas XI SMAN 3 Aceh
Barat Daya
https://repository.arraniry.ac.id/id/eprint/376/1/SKRIPSI%20MAULIA%20
DARMA.pdf. (di akses selasa, 18 Agustus 2020).
Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana. Jakarta.
Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Yuma Pustaka. Surakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian pendiidkan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.
Alfabeta. Bandung.
Susiani, K., Dantes, N., & Tika, I., N. 2013. Pengaruh model pembelajaran quantum
terhadap kecerdasan sosio-emosional dan prestasi belajar IPA siswa kelas V
SD di Banyuning. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha, 3
Suwandari, (2014), Penerapan Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Pada Siswa Kelas VI SDN Sidotopo III/50 Surabaya.
file:///C:/Users/ACER/Downloads/252590-none-226d7c07.pdf.
JPGSD.Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014. (diakses selasa,18 agustus 2020).
Tamimi dan Hanum, (2018). Analisis Penerapan Model Quantum Teaching Pada
Materi Teks Laporan Hasil Observasi Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan
Susu. file:///C:/Users/ACER/Downloads/14723-32494-1-SM.pdf. (diakses
selasa, 18 agustus 2020).
Trimawan, dkk. (2014). Penerapan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA. Jurnal PGSD (Vol:2 No:1). Singaraja:FKIP-UPG.
Utami. 2015. Penerapan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Mata Pelajaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1
Punggur Hasil Belajar Kognitif Siswa Dengan Penerapan Model
Pembelajaran Quantum Teaching Pada Mata Pelajaran Sejarah Siswa
Kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Punggur.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/download/12577/pdf_222.
(diakses selasa 18 Agustus 2020).
31
Panjaitan, dkk. (2019). Penerapan model quantum teaching untuk meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas III B SD Negeri 188 Pekanbaru. Jurnal tunjuk ajar
(vol:2 no:2). Riau: FKIP-UI
Purwanto, N. (2006). Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Bandung.
Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara
Widoyoko, Eko Putro. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Yanuarti, A., & Sobandi, A. (2016). Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui
penerapan model pembelajaran quantum teaching. Jurnal pendidikan
manajemen perkantoran, 1(1), 11–18
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SDN 175 Kawarasan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 5.B / II
Materi Pokok : Peristiwa-Peristiwan Yang Tedapat Pada Teks Non Fiksi
Alokasiwaktu : 2 × 35 Menit
Siklus/pertemuan : 1/1
A. KOMPETENSI INTI (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah
dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.8 Menguraikan urutan peristiwa atau
tindakan yang terdapat pada teks
nonfiksi
3.8.1 Membaca teks narasi peristiwa atau
tindakan yang terdapat pada teks
nonfiksi
4.8 Menyajikan kembali peristiwa
atau tindakan dengan
memperhatikan latar cerita yang
terdapat pada teks fiksi
4.8.1 Menceritakan kembali peristiwa atau
tindakan dengan memperhatikan
latar cerita
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan mengamati dan berdiskusi, siswa mampu menyebutkan
peristiwa-peristiwa atau tindakan pada teks nonfiksi dengan benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Teks bacaan tentang peristiwa-peristiwa yang ada pada teks non fiksi
E. METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Quantum Teaching
Metode pembelajaran : diskusi dan tanya jawab
34
F. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR
Media/Alat : 1. Teks bacaan non fiksi.
Bahan : -
Sumber Belajar : 1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema 6: Panas dan
Perpindahannya. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
(Revisi 2017). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Kelas dibuka dengan salam,
menanyakan kabar, dan mengecek
kehadiran siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan doa
dipimpin oleh salah seorang siswa.
3. Siswa difasilitasi untuk bertanya
jawab pentingnya mengawali
setiap kegiatan dengan doa. Selain
berdoa, guru dapat memberikan
penguatan tentang sikap syukur.
4. Siswa diajak menyanyikan Lagu
Indonesia Raya. dx
5. Siswa diminta memeriksa kerapian
diri dan kebersihan kelas.
6. Siswa memperhatikan penjelasan
guru tentang tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan.
7. Siswa menyimak penjelasan guru
tentang pentingnya sikap disiplin
yang akan dikembangkan dalam
pembelajaran.
Kegiatan inti Proses kegiatan belajar mengajar
menggunakan model pembelajaran
Quantum Teaching:
TUMBUHKAN:
1. Guru membimbing siswa untuk
mengamati gambar yang ada pada
buku siswa,yang berhubungan
dengan judul tema Lingkungan
Sahabat Kita serta judul subtema
Manusia dan Lingkungan.
2. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai gambar yang ada dibuku
siswa yang telah diamati.
35
3. Guru memberi motivasi tentang
menjaga lingkungan agar tetap
bersih dan manfaat lingkungan
bersih.
ALAMI:
1. Siswa dibagi dalam beberapa
kelompok.
2. Dengan bimbingan guru, setiap
kelompok diarahkan untuk
membaca bacaan yang sudah
disediakan guru,atau setiap
kelompok menunjuk perwakilan
untuk membaca bacaan tersebut
didepan kelompok lain.
NAMAI:
1. Setelah siswa/kelompok membaca
bacaan tersebut, guru mengarahkan
setiap kelompok untuk
mengerjakan kata kunci dari
bacaan yang sudah disiapkan guru
sesuai dengan waktu yang
diberikan guru.
DEMONSTRASIKAN:
1. Guru mengarahkan setiap
kelompok untuk mempersiapkan
hasil diskusi.
2. Setiap kelompok maju
mempersentasikan hasil diskusi
didepan kelompok lain.
ULANGI:
1. Guru mengumpulkan masing-
masing hasil diskusi setiap
kelompok.
2. Guru menunjuk atau memberi
kesempatan kepada satu atau dua
orang siswa untuk menyimpulakan
hasil keseluruhan diskusi yang
telah dikerjakan.
RAYAKAN:
1. Guru memberikan reward kepada
setiap kelompok dan siswa yang
aktif selama proses diskusi dan pembelajaran
Penutup 1. Siswa bersama guru melakukan
36
refleksi atas pembelajaran yang
telah berlangsung:
Apa saja yang telah dipelajari
dari kegiatan hari ini?
Apa yang akan dilakukan untuk
menghargai perbedaan di
sekitar?
2. Siswa bersama guru
menyimpulkan hasil pembelajaran
pada hari ini.
3. Kelas ditutup dengan doa bersama
dipimpin salah seorang siswa.
H. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Pengetahuan
Muatan Indikator Teknik
Penilaian
Bentuk
Instumen
Bahasa
Indonesia
Penilaian uji unjuk kerja
a. Rubrik penilaian Berdasarkan
Pengamatan Gambar
Tes
tertulis
Soal isian
b. Unjuk Kerja
Muatan Indikator Teknik
Penilaian
Bentuk
Instumen
Bahasa
Indonesia
Penilaian uji unjuk kerja
a. Rubrik penilaian Berdasarkan
KD Bahasa Indonesia 3.8 dan
4.8
Diskusi
dan unjuk
hasil
Rubrik
penilaian pada
BG halaman
13-14.
37
Lampiran 2. Materi Ajar
Demi Air Bersih, Warga Waborobo Rela Berjalan Sejauh 15 Kilometer
Warga Kelurahan Waborobo, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, Sulawesi
Tenggara sulit mencari air bersih. Mereka harus menempuh perjalanan hingga sejauh
15 kilometer dari tempat tinggalnya untuk mendapatkan air bersih. Mereka terpaksa
mengambil air bersih di Kelurahan Kaisabu Baru, Kecamatan Sorawolio. Mereka
biasanya menumpang mobil dan membawa beberapa jeriken ukuran 15 liter. Jeriken
itu digunakan untuk menampung air yang mengalir dari aliran sebuah anak sungai di
Kelurahan Kaisabu Baru.
Letak Kelurahan Waborobo berada di dataran tinggi. Di daerah itu air tanah sulit
didapat. Kalau pun ada, air hanya sedikit. Daerah itu juga belum mendapatkan akses
aliran air bersih, karena pipa-pipa PDAM belum mencapai ke daerah sana. Warga
Kelurahan Waborobo sangat membutuhkan air dan sangat mengharapkan bantuan
dari pemerintah daerah untuk keperluan tersebut.
38
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa dan Kunci Jawaban
Setelah membaca bacaan ”Demi Air Bersih, Warga Waborobo Rela Berjalan Sejauh
15 Kilometer”. Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Peristiwa apa yang terjadi?
2. Dimana peristiwa itu terjadi?
3. Apa penyebab peristiwa itu terjadi?
Kunci jawaban
1. Warga di sebuah desa harus menempuh perjalanan jauh untuk menenuhi
kebutuhan air bersih.
2. Peristiwa itu terjadi di Kelurahan Waborobo, Kecamatan Betoambari,Kota Bau-
Bau, Sulawesi Tenggara.
3. Peristiwa itu terjadi karena Kelurahan Wabarobo terletak di dataran tinggi. Di
daerah itu air tanah sulit didapat.
39
Lampiran 4. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian
No
Butir Pertanyaan
Bobot
Soal
Kriteria Penskoran Nilai
Akhir 0 5 10 15 20 25
1. Peristiwa apa yang
terjadi?
25
2. Di mana peristiwa itu
terjadi?
25
3. Apa penyebab peristiwa
itu terjadi?
25
Jumlah skor maksimal = 75
Keterangan :
Soal 1,2 dan 3
Skor 25 = jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/tepat sesuai dengan
kajian teori pada buku pembelajaran.
Skor20 = jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/mendekati kajian teori
pada buku pembelajaran.
Skor 15 = jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas/tepat dengan kajian teori
pada buku pembelajaran.
Skor 10 = jika pesrta didik menjawab tidak sesuai dengan kajian teori pada buku
pembelajaran.
Skor 0 = jika peserta didik tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan.
40
Lampiran 5. Surat Izin Melakukan Penelitian
41
Lampiran 6. Surat Pernyataan Sekolah
42
Lampiran 7. kegiatan belajar mengajar
Pemberian tes awal
Proses belajar menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (TANDUR)
1. Tahap tumbuhkan
2. Tahap alami
3. Tahap namai
43
4. Tahap demonstrasikan
5. Tahap ulangi
6. Tahap rayakan