analisis implementasi prinsip akuntabilitas dan

19
ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PADA LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT Disusun Oleh: Agata Rangga Pamungkas Bambang Hariadi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang, Email: [email protected] ABSTRACT This research was motivated by the importance of Non Governmental Organization (NGO) to improve accountability and transparency as an effort to gain public confidence. There were six aspects of the assessment criteria, namely the formulation of the vision and mission, administration management, organization management, program management, financial management, and community recognition. This study would evaluate and analyze six major aspects that influence to the determination of the accountability and transparency quality of the organization. In addition, researcher also attempted to analyze the advantages and disadvantages of organization governance that had been applied by the organization. In order to researcher could evaluate the application of six aspects, researcher used a descriptive qualitative research method. Results of this study concluded that the application of the accountability and transparency principles had done well, but still needed any reformation in recruitment of internship or contract staffs. Self-supporting public institutions also needed to survey the organization performance according to public perception. Keywords: Accountability, Transparency, Non Government Organization ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansinya sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan kepercayaan publik. Ada enam aspek yang menjadi kriteria penilaian yaitu perumusan visi misi, pengelolaan administrasi, pengelolaan tata pelaksanaan organisasi, pelaksanaan program, pengelolaan keuangan dan pengakuan masyarakat. Penelitian ini akan melakukan evaluasi serta analisis dengan mempertimbangkan jalannya oprasional yang berkaitan dengan enam aspek utama yang berpengaruh terhadap penentuan kualitas akuntabilitas dan transparansi organisasi. Selain itu, peneliti juga berusaha menganalisis kekurangan dan kelebihan tata kelola yang selama ini diterapkan oleh organisasi. Agar kita bisa mengevaluasi penerapan prinsip akuntabilitas dan transparansi yang ditinjau dari beberapa aspek tersebut, maka digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan prinsip akuntabilitas dan transparansi telah dilakukan dengan baik, namun perlu dilakukan pembenahan dalam aspek rekrutmen karyawan kontrak atau magang dan perlunya survey kinerja organisasi menurut presepsi publik. Kata Kunci: Akuntabilitas, Transparansi, Lembaga Swadaya Masyarakat

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

TRANSPARANSI PADA LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT

Disusun Oleh:

Agata Rangga Pamungkas

Bambang Hariadi

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang,

Email: [email protected]

ABSTRACT

This research was motivated by the importance of Non Governmental

Organization (NGO) to improve accountability and transparency as an effort to

gain public confidence. There were six aspects of the assessment criteria, namely

the formulation of the vision and mission, administration management,

organization management, program management, financial management, and

community recognition. This study would evaluate and analyze six major aspects

that influence to the determination of the accountability and transparency quality

of the organization. In addition, researcher also attempted to analyze the

advantages and disadvantages of organization governance that had been applied

by the organization. In order to researcher could evaluate the application of six

aspects, researcher used a descriptive qualitative research method. Results of this

study concluded that the application of the accountability and transparency

principles had done well, but still needed any reformation in recruitment of

internship or contract staffs. Self-supporting public institutions also needed to

survey the organization performance according to public perception.

Keywords: Accountability, Transparency, Non Government Organization

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansinya sebagai salah satu

upaya untuk mendapatkan kepercayaan publik. Ada enam aspek yang menjadi

kriteria penilaian yaitu perumusan visi misi, pengelolaan administrasi, pengelolaan

tata pelaksanaan organisasi, pelaksanaan program, pengelolaan keuangan dan

pengakuan masyarakat. Penelitian ini akan melakukan evaluasi serta analisis

dengan mempertimbangkan jalannya oprasional yang berkaitan dengan enam aspek

utama yang berpengaruh terhadap penentuan kualitas akuntabilitas dan transparansi

organisasi. Selain itu, peneliti juga berusaha menganalisis kekurangan dan

kelebihan tata kelola yang selama ini diterapkan oleh organisasi. Agar kita bisa

mengevaluasi penerapan prinsip akuntabilitas dan transparansi yang ditinjau dari

beberapa aspek tersebut, maka digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan prinsip akuntabilitas dan

transparansi telah dilakukan dengan baik, namun perlu dilakukan pembenahan

dalam aspek rekrutmen karyawan kontrak atau magang dan perlunya survey kinerja

organisasi menurut presepsi publik.

Kata Kunci: Akuntabilitas, Transparansi, Lembaga Swadaya Masyarakat

Page 2: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

2

PENDAHULUAN

Good corporate governance (GCG) adalah suatu konsep yang tidak asing lagi

bagi masyarakat Indonesia. Konsep GCG diperkenalkan pertama kali pada tahun

1998 ketika terdapat usulan penyempurnaan peraturan pencatatan Bursa Efek

Indonesia. Peraturan tersebut digunakan perusahaan yang terdaftar di BEI untuk

menentukan pengangkatan komisaris independen dan komite audit. Bagi

perusahaan pengangkatan komisaris independen dan komite audit merupakan

upaya menerapkan prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG yang diterapkan perusahaan

memiliki empat prinsip pokok yakni prinsip responsibility, fairness, accountability,

dan transparency (Krina, 2003). Dalam penerapan prinsip prinsip tersebut

perusahaan Indonesia sering menghadapi beberapa kendala dan permasalahan.

Kendala tersebut meliputi regulasi dan inkonsistensi penerapan GCG (Selamat,

2012). Untuk menangani permasalahan terkait regulasi pemerintah Indonesia

melakukan upaya maksimal dalam membentuk regulasi GCG.

Langkah strategis yang pertama adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang

nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dalam undang-

undang tersebut dijelaskan mengenai kewajiban bagi segala bentuk badan hukum

untuk menyampaikan informasi internal organisasi kepada masyarakat. Dalam

undang-undang keterbukaan informasi publik juga terdapat aturan mengenai

batasan penyampaian informasi, jenis informasi, dan larangan penyampaian

informasi. Beberapa contoh informasi yang wajib disampaikan adalah laporan

keuangan, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, data pimpinan lembaga,

pengelolaan kegiatan lembaga, dan sistem pergantian kepemimpinan. Sedangkan

jenis informasi yang dilarang untuk disampaikan adalah informasi tender, rahasia

negara, dan data lain yang diduga dapat menimbulkan kerugian organisasi.

Langkah strategis pemerintah dalam hal peningkatan prinsip akuntabilitas

adalah dengan membuat regulasi yang lain yaitu Undang-Undang Nomor 15 tahun

2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

Berdasarkan aturan tersebut, maka organisasi wajib menerapkan prinsip

akuntabilitas. Untuk menguatkan peraturan tersebut, juga dikeluarkan regulasi

terkait Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Regulasi yang dikeluarkan pemerintah

untuk menguatkan BPK adalah menetapkan Undang-Undang nomor 15 tahun 2006

Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya BPK

menggunakan standar akuntansi pemerintahan yang mengacu juga pada Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 45 Tentang Organisasi Nirlaba.

Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut, diharapkan terjadi kontrol internal

yang baik dari lembaga publik, meningkatkan kualitas tata kelola dan memperkecil

kemungkinan praktik KKN. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih terdapat

lembaga publik yang kurang mampu melakukan tata kelola dengan baik. Salah satu

lembaga publik yang dinilai kurang mampu melaksanakan tata kelola dengan baik

adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Menurut (Fahrudin, 2003) LSM ternyata tidak mampu menerapkan manajemen

yang bersih. Keadaan tersebut menyebabkan publik ssemakin tidak percaya

kredibilitas lembaga dan sering dianggap sebagai sesuatu yang absurd. Selain itu,

banyaknya kasus korupsi yang melibatkan tokoh LSM semakin menurunkan tingkat

kepercayaan masyarakat pada kinerja LSM. Contoh kasus yang menimpa tokoh

LSM terjadi pada tahun 1998. Ketika itu menteri koperasi yang dijabat oleh Adi

Page 3: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

3

Sasono tersangkut kasus dana non budgeter bulog yang juga melibatkan tokoh

nasional lain. Selain kasus tersebut, LSM juga dinilai tidak bisa melepaskan diri

dari proyek yang sering ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga lain karena

keterbatasan biaya oprasional yang mampu dipenuhi secara mandiri oleh LSM yang

bersangkutan (Fahrudin, 2003). Penurunan kepercayaan masyarakat terhadap LSM

juga terbukti melalui penelitian yang dilakukan oleh Public Interest Research and

Advocacy (PIRAC).

Menurut (PIRAC, 2011) dinyatakan bahwa telah dilakukan penelitian pada

2500 responden yang diteliti dengan pengelompokan menjadi masyarakat dengan

penghasilan atas, menengah, dan bawah. Penelitian menyatakan bahwa 43%

masyarakat berpenghasilan atas tidak mempercayai Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM). Masyarakat berpenghasilan menengah 34% tidak mempercayai Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM). Masyarakat berpenghasilan rendah 28% tidak

mempercayai Lembaga Swadaya Masyarakat. Berdasarkan penelitian tersebut

terlihat bahwa semakin tinggi penghasilan masyarakat maka kecenderungan

kepercayaannya terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Semakin Rendah.

Data tersebut di atas menunjukan bahwa semakin tinggi kelas sosial

masyarakat, maka LSM wajib memberikan tingkat kepercayaan yang makin tinggi

pula. Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri bahwa LSM juga memiliki andil yang

tidak sedikit dalam berbagai bidang termasuk akuntabilitas dan transparansi. Salah

satu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dan memliki perhatian dalam

bidang ini adalah Transparency International.

Transparency International (TI) adalah suatu organisasi internasional yang

bertujuan memerangi korupsi politik. Organisasi didirikan di Jerman sebagai

organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang terstruktur dan

demokratik. Sedangkan publikasi tahunan yang diluncurkan TI adalah laporan

korupsi global (transparency International, 2015). TI pada awalnya berasal dari

pembahasan tokoh dunia mengenai hubungan kompetitif korupsi yang dilakukan

pertama kali dalam seminar di Praha pada November 1998. Lembaga ini kemudian

mengadakan kerjasama dengan negara lain yang ada di dunia termasuk Indonesia.

Pada tahun 2000 didirikan Transparency International Indonesia (TI-Indonesia)

Transparency International Indonesia (TI-Indonesia) merupakan salah satu

cabang dari Transparency International, sebuah jaringan global Non Government

Organization (NGO) antikorupsi yang mempromosikan transparansi dan

akuntabilitas kepada lembaga-lembaga negara, partai politik, bisnis, dan

masyarakat sipil. Bersama lebih dari 90 cabang lainnya, TI-Indonesia berjuang

membangun dunia yang bersih dari praktik dan dampak korupsi di seluruh dunia

(transparency International, 2015).

Pengertian dari akuntabilitas dan transparansi yang telah dijabarkan

sebelumnya dapat didefinisikan menjadi beberapa pengertian. Akuntabilitas dapat

diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan visi misi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya,

melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik

(Mardiasmo 2011). Undang-Undang Keterbukan Informasi Publik (UU-KIP)

menjadi sarana bagi masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam

penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlibatan aktif masyarakat

hanya bisa dilakukan jika mendapat informasi publik yang memadai. Sedangkan

transparansi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Page 4: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

4

penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN dinyatakan bahwa

azas keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaraan pemerintah adalah hak

untuk membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang

benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Atau penyelenggaraan pemerintah dengan

tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia

negara. Sedangkan dalam tata pemerintahan yang baik dinyatakan bahwa

penerapan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintah dan lembaga negara

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berbagi informasi. Prinsp

akuntabilitas dan transparansi pada dasarnya memang tidak dapat dipisahkan.

Akuntabilitas publik menghendaki birokrasi publik menjelaskan secara transparan

(transparency) dan terbuka (openness) kepada publik mengenai tindakan apa yang

dilakukan. Transparansi dan akuntabilitas secara konsep saling berhubungan.

Tanpa transparansi tidak ada akuntabilitas, tanpa akuntabilitas transparansi menjadi

tidak berarti (UNDP. 2015).

Penelitian terkait akuntabilitas dan transparansi telah banyak dilakukan

sebelumnya. Hafidh (2008) menyatakan bahwa standar terkait pelaksanaan

akuntabilitas bagi LSM belum cukup memadai dalam upaya pengungkapanya.

Sedangkan menurut Putri (2013) Implementasi akuntabilitas dan transparansi yang

telah diterapkan oleh rumah sakit Saiful Anwar Malang telah berjalan dengan baik.

Sedangkan penelitian Gozyali (2012) menyatakan bahwa laporan keuangan dan

pengelolaan kinerja Indonesia Corruption Watch (ICW) dinilai akuntabel.

Perbedaan penelitian disebabkan belum adanya suatu standar khusus mengenai

pengukuran kinerja keuangan dan oprasional lembaga swadaya masyarakat pada

saat penelitian dilaksanakan.

Perbedaan penelitian ini dengan empat penelitian sebelumnya adalah

penggabungan konsep transparansi dan akuntabilitas yang pada kenyataannya tidak

dapat dipisahkan dan menjadi bagian dari kriteria penilaian Good Corporate

Governance. Selain itu obyek penelitian yang akan dituju pada penelitian ini adalah

Lembaga Swadaya Masyarakat yang selalu menuntut pelaksanaan tata kelola

pemerintahan yang baik dengan prinsipnya yaitu akuntabel dan transparan.

Penelitian ini akan dilakukan pada Lembaga Swadaya Masyarakat yang menjadi

sorotan publik terkait kinerjanya dan sering menjadi rujukan peneliti yaitu

Transparency International Indonesia (TI-Indonesia). Penelitian ini diharapkan

dapat memberi keyakinan masyarakat pada kinerja organisasi, akademisi dalam

melakukan pengambilan data penelitian, dan donatur dalam pemberian donasi.

Manfaat penelitian ini yang pertama adalah dengan diterapkannya suatu tata

kelola yang akuntabel dan transparan akan menambah kepercayaan dan keyakinan

publik pada lembaga swadaya masyarakat yang ada di Indonesia. Kedua, terdapat

suatu kesamaan perlakuan, hak, serta informasi yang didapat oleh publik secara

merata. Ketiga Akuntabilitas dan transparansi terkait dengan berbagai kepentingan

yang ada didalamnya, sehingga dengan akuntabilitas dan transparansi yang jelas

akan memfasilitasi berbagai pihak.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Akuntabilitas

Pengertian Akuntabilitas

Menurut Ndraha (2003), konsep akuntabilitas berawal dari konsep

pertanggungjawaban, konsep pertanggungjawaban sendiri dapat dijelasakan dari

Page 5: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

5

adanya wewenang. Wewenang di sini berarti kekuasaan yang sah. Menurut Weber

(2002) yang dikutip oleh Ndraha (2003) ada tiga macam tipe ideal wewenang,

pertama wewenang tradisional kedua wewenang karismatik dan ketiga wewenang

legal rational. Alasan yang ketiga inilah yang menjadi basis wewenang pemerintah.

Dalam perkembanganya, muncul konsep baru tentang wewenang yang bermuara

pada prinsip bahwa penggunaan wewenang harus dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut The Oxford Advance Learner’s Dictionary (2009), akuntabilitas diartikan

sebagai required or excpected to give an explanation for one’s action. Miriam

Budiarjo (1998) mendefinisikan akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban pihak

yang diberi kuasa mandat untuk memerintah kepada yang memberi mereka mandat.

Sedarmayanti (2003) mendefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media

pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Lembaga Administrasi

Negara (2004) menyimpulkan akuntabilitas sebagai kewajiban seseorang atau unit

organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian

sumberdaya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban

secara periodik. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

akuntabilitas merupakan suatu konsep pelaporan dan pertanggungjawaban yang

dilakukan organisasi atau suatu lembaga pada stakeholdernya baik tata kelola,

prioritas, dan keuangan organisasi.

Tipe Akuntabilitas

Akuntabilitas dibedakan dalam beberapa macam atau tipe, sebagaimana

dijelaskan oleh Wasistiono (2003), mengemukakan adanya lima perspektif

akuntabilitas. Akuntabilitas administratif/organisasi, adalah pertanggungjawaban

antara pejabat yang berwenang dengan unit bawahanya dalam hubungan hierarki

yang jelas. Akuntabilitas legal merujuk pada domain publik dikaitkan dengan

proses legislatif dan yudikatif. Bentuknya dapat berupa peninjauan kembali

kebijakan yang telah diambil oleh pejabat publik maupun pembatalan suatu

peraturan oleh institusi yudikatif. Ukuran akuntabilitas legal adalah peraturan

perundang undangan yang berlaku. Akuntabilitas politik, terkait dengan adanya

kewenangan pemegang kekuasaan politik untuk mengatur, menetapkan prioritas

dan pendistribusian sumber– sumber yang menjamin adanya kepatuhan

melaksanakan tanggungjawab administrasi dan legal, memusatkan pada tekanan

demokratik yang dinyatakan oleh administrasi publik. Akuntabilitas profesional

berkaitan dengan pelaksnaan kinerja dan tindakan berdasarkan tolak ukur yang

ditetapkan oleh orang profesi yang sejenis. Akuntabilitas ini lebih menekankan

pada aspek kualitas kinerja dan tindakan. Akuntabilitas moral berkaitan dengan tata

nilai yang berlaku di kalagan masyarakat . Hal ini lebih banyak berbicara tentang

baik atau buruknya suatu kinerja atau tindakan yang dilakukan oleh

seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif berdasarkan ukuran tata nilai yang

berlaku di wilayah setempat.

Akuntabiitas Sektor Publik

Menurut Bastian (2010 :3) akuntansi sektor publik adalah suatu mekanisme

analisis akuntansi yang diterapkan pada pengeloaan dana masyarakat di lembaga-

lembaga tinggi negara dan departemen di bawahnya, pemerintah daerah, Badan

Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yayasan

Page 6: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

6

sosial, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Renyowijoyo (2008)

mengungkapkan bahwa akuntansi sektor publik merupakan suatu sistem akuntansi

yang digunakan oleh lembaga-lembaga publik sebagai salah satu alat

pertanggungjawaban. Prinsip yang harus dipegang dalam akuntansi sektor publik

menurut Mardiasmo (2011) adalah akuntabilitas, pengawasan, daya tanggap,

profesioanalisme, efisiensi dan efektifitas, transparansi, wawasan kedepan,

partisispasi, dan penegakan hukum.

Konsep Transparasi

Pengertian Trasparansi

Menurut (Mardiasmo 2011), transparansi berarti keterbukaan (opennsess)

pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan

seumberdaya publik kepada pihak – pihak yang membutuhkan informasi.

Organisasi berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi lainya

yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak – pihak yang

berkepentingan. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang

berkepentingan terhadap setiap informasi terkait, seperti berbagai peraturan dan

perundang-undangan, serta kebijakan organisasi dengan biaya yang minimal.

Informasi sosial, ekonomi, dan politik yang andal (reliable) dan berkala haruslah

tersedia dan dapat diakses oleh publik (biasanya melalui filter media massa yang

bertanggung jawab).

Ketebukaan Informasi Publik

Keterbukaan informasi publik menurut undang-undang nomor 14 tahun 2008,

merupakan suatu peraturan yang dikeluarkan atas dasar hak publik untuk

memperoleh informasi. Keterbukaan informasi merupakan salah satu ciri penting

yang harus dimiliki oleh negara yang demokratis. Undang-undang Keterbukaan

Informasi Publik (KIP) juga merupakan salah satu syarat mengoptimalkan

pengawasan publik terhadap penyelenggara negara. Pengertian informasi

merupakan suatu keterangan, gagasan, tanda yang mengandung nilai makna, dan

pesan, fakta maupun penjelasanya yang dapat dilihat, dibaca, disajikan dalam

berbagai bentuk. Informasi yang disajikan terkait dengan suatu pesan yang dikirim

atau dipublikasikan oleh penyelenggara badan publik untuk

mempertanggungjawabkan kinerjanya. Penyelenggara badan publik wajib

menyampaikan secara berkala informasi yang dibutuhkan. Penyampaian informasi

dilakukan minimal enam bulan sekali. Informasi yang menyangkut hajat hidup

orang banyak dan ketertiban umum wajib disampaikan pada publik. Menurut

Undang-undang nomor 14 tahun 2008, terdapat peraturan penyajian dan jenis

informasi apa saja yang diwajibkan dan dilrang untuk ditampilkan pada publik.

Jenis dan tata cara penyajian tersebut antara lain adalah AD/ART, struktur

organisasi, laporan penggunaan dana dari pihak lain, dan pelaksanaan program.

Transparansi Lembaga Swadaya Masyarakat

Dalam udang undang keterbukaan informasi publik lembaga Swadaya

Masyarakat wajib menyampaikan beberapa informasi kepada publik. Informasi

tersebut meliputi asas dan tujuan, program dan kegiatan organisasi, nama alamat

susunan kepengurusan dan perubahannya, pengelolaan anggaran yang bersumber

dari pendapatan negara atau daerah, sumbangan masyarakat, dan sumber lain, dan

mekanisme pengambilan keputusan.

Lembaga Swadaya Masyarakat

Pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat

Page 7: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

7

Menurut Mahardika (2012) Pada umumnya Lembaga Swadaya Masyarakat

adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok

orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum

tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Sedangkan

menurut undang-undang nomor 8 tahun 1985, adalah organisasi yang dibentuk oleh

anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar

kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan

nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila. Selain itu., Ageng (2009) menyatakan bahwa LSM secara umum

diartikan sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun

sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat

umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.

Perbandingan Antar Institusi

Menurut Sedarmayanti, (2003) terdapat beberapa ciri khusus yang

membedakan antara institusi milik pemerintah, institusi swasta, dan Lembaga

Swadaya Masyarakat. Beberapa perbedaan tersebut dijabarkan dalam tabel berikut:

Negara Swasta LSM

Peran/

Karakteristik Regulator

Public Service

Delivery

Complience

Orientasi Provit Riset

Advokasi

Pressure Group

Sumber

Pendanaan APBN

Hutang Luar

Negeri

Obligasi

Pemegang Saham

Kredit Perbankan

Donatur Program

Funding Agency

Akuntabilitas

Jenis Politik

Keuangan

Efektivitas dan

Efisiensi Program

Keuangan

Standar Mutu

Keuangan

Program

Kepada UUD/ Undang-

Undang

Otoritas Politik

BPK/BPKP

Pemegang Saham

Konsumen

Funding Agency

Masyarakat

Klien Tidak Jelas Konsumen

Barang dan Jasa

Tidak Jelas

Kompetisi Tidak Jelas Perusahaan Lain Tidak Jelas

Indikator

Keberhasilan

Sesuai Dengan

mandat politik

Efektivitas dan

efisiensi

Profit Bagi

perusahaan

Produk di pasar

Kepuasan

Konsumen

Tidak Jelas

Acuan

Aktivitas

Mandat GBHN

Undang-Undang

Kebijakan Publik

Corporate

Strategy

Market Research

Strategy Plan

Program Kerja

Tahunan Personil Terikat Berdasarkan

kontrak

Berdasarkan

kontrak atau suka

rela

Page 8: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

8

Skema Aspek Penilaian Akuntabilitas dann Transparansi

Meurut Tifa (2005) terdapat enam aspek penilaian akuntabiltas dan transparansi

Lembaga Swadaya Masyarakat, aspek tersebut meliputi:

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif deskriptif. Menurut Cooper (2011: 112), penelitian kualitatif adalah cara

interpretasi yang digunakan untuk menggambarkan, menerjemahkan, mengungkap

suatu makna atau kejadian yang tidak berulang dalam suatu fenomena sosial yang

ada. Penelitian deskriptif menurut Sujana dan Ibrahim (1989:65) adalah penelitian

yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada

saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan

masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian ini dilaksanakan.

Objek penelitia ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat Transparency

International Indonesia di Jakarta. Penelitian memfokuskan pada aspek oprsional

organisasi untuk dianalisis tingkat penerapan prinsip akuntabilitas dan

transpransiya. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan

wawancara pada pihak yang terkait, memeriksa SOP, dan data catatan organisasi.

Selain itu, peneliti membandingkan data yang diperoleh dengan standar yang ada

melalui studi pustaka.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipilih dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Keseluruhan data yang terkumpul pada tahap pengumpulan data kemudian diolah

dan dilakukan analisis deskriptif untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan

masalah. Langkah-langkah analisis data ialah:

1. Mengumpulkan data dan informasi mengenai penerapan akuntabilitas dan

transparansi yang dapat dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan

juga studi kepustakaan.

2. Melakukan pemilahan data dan informasi yang didapatkan. Selanjutnya

menyaring informasi dan data mana saja yang sesuai dan dapat digunakan

serta data yang tidak sesuai terkait dengan masalah penelitian.

Akuntabilitasdan

Transparansi

Visi Misi Tujuan

Tata Pelaksanaan

Administrasi

ProgramOrganisasi

PengelolaanKeuangan

LegitimasiMasyarakat

Page 9: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

9

3. Analisis kualitatif memiliki dua buah metode dalam menyajikan data yang

diperoleh, metode tersebut adalah:

i. Metode Deskriptif

Metode yang menjabarkan gambaran kondisi lembaga melalui

sudut pandang objektif untuk menemukan solusi atau jawaban atas

pertanyaan penelitian.

ii. Metode Komparatif

Metode analisis yang mengambil kesimpulan berdasarkan

informasi terpercaya yang sebelumnya telah teruji lebih dahulu dan

dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku umum dengan teori

yang ada.

4. Menyimpulkan transparansi dan akuntabilitas pada lembaga swadaya

masyarakat.

PEMBAHASAN

Sejarah Transparency International Indonesia (TI-Indonesia) didirikan di Jakarta pada

tanggal 18 September 2000 oleh sejumlah tokoh berbagai bidang untuk mendorong

tumbuhnya transparansi dan akuntabilitas dalam lembaga negara, partai politik,

bisnis, dan masyarakat sipil. Organisasi ini menjadi bagian dari organisasi

Transparency International yang didirikan di Berlin bekerjasama dengan 99

organisasi sejenis yang ada di dunia. Saat ini sekretariat Transparency International

Indonesia berada dibawah kepemimpinan Bapak Tri Sasongko sebagai Sekretaris

Jendral Transparency International Indonesia.

Tata Kelola Organisasi

Akses Informasi

Organisasi menggunakan beberapa media untuk melakukan transparansi dan

informasi kepada publik. Media tersebut ada yang dapat diakses secara bebas oleh

seluruh masyarakat namun ada juga yang harus dengan mekanisme tertentu yang

disyaratkan organisasi sebagai upaya legalitas. Website Resmi organisasi adalah

www.ti.or.id dengan isi mengenai produk serta aturan yang ada di TI-Indonesia.

Whistle Blowing System

Organisasi TI-Indonesia memiliki sistem wistle blowing sebagai upaya kontrol

internal organisasi. Wistle blowing yang digunakan diatur dalam code of conduct

yang dimiliki oleh organisasi. Setiap staf dan atau anggota organisasi memiliki hak

yang sama untuk mengkonsultasikan ketidaknyamanan atau pelanggaran yang

dilakukan oleh anggota atau pengurus kepada komite etik yang menjadi bagian dari

dewan pengawas. Tidak terdapat perbedaan perlakuan pada semua pelapor dan

terlapor.

Pengelolaan Administrasi dan Sumber Daya Manusia

Pendokumentasian Program Kerja

Dalam setiap kegiatan dan program yang dilaksanakan organisasi, TI-Indonesia

berupaya melakukan keterbuakaan informasi publik dan melaporkan kegiatan

berkalanya melalui news letter dan blog resmi TI-Indonesia. Segala bentuk

dokumentasi foto, ringkasan pelaksanaan program, serta notulensi dalam tiap

kegiatan diskusi atau rapat didokumentasikan secara rapi dan menjadi salah satu

elemen dalam laporan pertanggungjawaban dewan pengurus TI-Indonesia. Setiap

Page 10: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

10

minimal enam bulan sekali TI-Indonesia mengeluarkan news letter yang dapat

diunduh secara gratis oleh masyarakat sebagai upaya keterbukaan informasi publik.

Sistem Evaluasi Kerja

Sistem penilaian kinerja keseluruhan karyawan yang digunakan organisasi

mengacu pada aspek yang dianggap penting oleh organisasi. Aspek yang dinilai

penting terseut meliputi aspek kepribadian, kedisisplinan, kejujuran, ketekunan,

kecermatan, dan kepatuhan akan aturan serta tata tertib organisasi. Sedangkan bagi

karyawan dalam tataran manajerial diguakan beberapa kriteria tambahan yang

termasuk dalam aspek kemampuan managerial.

Penilaan karyawan dilakukan oleh tiga pihak yakni atasan langsung karyawan,

deputi/sekjen TI-Indonesia, dan dari diri sendiri. Upaya penilaian diri sendiri ini

digunakan sebagai refleksi dan evaluasi secara jujur bagi diri sendiri setiap

karyawan. Waktu penilaian karyawan dilaksanakan secara berkala untuk

mendeteksi sedini mungkin penurunan dan prestasi kinerja dari masing-masing

karyawan untuk diberikan reward and punishment. Waktu penilaian tersebut dibagi

menjadi waktu penilaian satu tahunan dan sistem penilan dua tahunan. Sisitem

penilaian ini digunakan sebagai dasar pengusulan kenaikan jabatan.

Tata Tertib Kerja

Dalam penilaian aspek ini organisasi membuat sebuah peraturan baku dan

membaginya menjadi dua jenis aturan. Dalam peraturan umum berisi mengenai tata

tertib dan pulang, tata tertib jam kerja, tata tertib pakaian, dan tata cara perizinan.

Sedangkan tata tertib lain adalah aturan terkait hubunga profesional dari karyawan

organisasi.

Sistem dan Prosedur Penggajian Karyawan

Sistem penggajian yang ada dalam organisasi memperhatikan asas kepastian

hukum dan norma-norma keadilan antara tugas, wewenang, tanggungjawab, dan

kepentingan TI-Indonesia. Tidak terdapat bias gender dalam penggajian atau

perlakuan yang setara. Selain itu organisasi juga memperhatikan upah minimum

kabupaten (UMK)

a. Komponen Gaji

1. Gaji Pokok

Gaji pokok disesuaikan dengan besar upah minimum kabupaten atau

kota (UMK). Selain itu juga ditentukan berdasarkan jenjang kepangkatan

dan penggolongan dalam organisasi. Organisasi menyamakan seluruh

kriteria diluar kriteria kepangkatan dan peraturan undang-undang atau perda

dalam menentukan besaran perhitungan gaji berdasarkan Standar

Oprasional Prosedur (SOP).

2. Tunjangan

TI-Indonesia memberikan beberapa tunjangan guna membantu

oprasional karyawannya. Salah satu dari tunjangan tersebut adalah

tunjangan jabatan. Besar dari tunjangan jabatan disesuaiakan dengan

tingkatan golongan karyawan yang ada di TI-Indonesia. Tunjangan jabatan

hanya diberikan kepada karyawan dengan level golongan III sampai dengan

VII. Perincian besaran tujangan jabatan sebagai berikut:

Golongan III : 10% gaji pokok

Golongan IV : 20% gaji pokok

Golongan V :30% gaji pokok

Golongan VI :40% gaji pokok

Page 11: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

11

Golongan VII :50% gaji pokok

Selain tunjangan jabatan diatas organisasi TI-Indonesia juga

memberikan tunjangan lain berupa tunjangan perumahan yang memiliki

besar 30% dari gaji pokok. Tunjangan keluarga juga diberikan kepada

karyawan TI-Indonesia sebesar 20% dari gaji pokok.

3. Tunjangan Rangkap jabatan

Tambahan tunjangan rangkap jabatan diberikan pada karyawan tetap

yang merangkap tugas jabatan lain diluar jabatan awalnya. Perhitungan

besar tunjangan rangkap jabatan adalah sebesar tunjangan jabatan pada

jabatan baru tanpa mengurangi besar tunjangan jabatan yang lama.

Ketentuan tunjangan rangkap jabatan hanya diberikan pada karyawan yang

merangkap jabatan diluar divisi jabatan asal dengan surat keputusan

organisasi.

4. Tunjangan Tambahan Beban Pekerjaan

Tambahan tunjangan beban pekerjaan diberikan pada karyawan yang

mendapat pekerjaan lain sesuai proyek yang ada dalam organisasi.

Tambahan tugas yang dimaksud merupakan tambahan yang berasal dari luar

divisi yang tempat karyawan yang bersangkutan berada. Besar tunjangan

tambahan beban pekerjaan adalah sebesar Rp. 500.000 sampai dengan

Rp.1.500.000 setiap bulannya.

5. Tunjangan Transport & Uang Makan

Tunjangan makan dan transportasi diberikan kepada seluruh karyawan

kecuali sekretaris jenderal yang diperhitungkan sesuai dengan jumlah hari

masuk karyawan yang bersangkutan. Tunjangan uang makan diberikan

ketika karyawan yang bersangkutan melakukan pekerjaan melebihi pukul

dua belas siang setiap harinya. Perhitungan tetap berlaku pada hari Sabtu

dan Minggu apabila karyawan yang bersangkutan terdapat pekerjaan

tambahan dan akan dibayarkan bersamaan dengan gaji karyawan. Besar

tunjangan makan dan transportasi disesuaikan dengan standar oprasional

prosedur (SOP) bagian keuangan organisasi yang ditetapkan dengan surat

keputusan organisasi.

6. Tunjangan Hari Raya Keagamaan

Tunjangan hari raya atau THR diberikan organisasi kepada

karyawannya setiap tahun satu kali. Pemberian tersebut disesuaikan dengan

kepercayaan karyawan yang bersangkutan. Besar tunjangan hari raya

diberikan selambat-lambatnya dua minggu sebelum hari raya yang

diperhitungkan menggunakan rumus: 𝑴𝒂𝒔𝒂 𝑲𝒆𝒓𝒋𝒂

𝟏𝟐𝑿 (𝑮𝒂𝒋𝒊 𝑺𝒂𝒕𝒖 𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏)

7. Pembayaran Gaji Karyawan Sakit

TI-Indonesia tetap membayarkan gaji bagi karyawan yang mengalami

sakit dengan surat keterangan dokter. Apabila karyawan dirawat di rumah

sakit maka terdapat mekanisme perhitungan gaji tersendiri. Besar

perhitungan gaji karyawan yang dirawat di rumah sakit memiliki ketentuan

sebagai berikut: Masa Kerja Lama Sakit Gaji

3 Bulan

Keatas

< 1 Bulan Pertama 100%

1<3 Bulan Kedua 80%

3<5 Bulan Ketiga 50%

Page 12: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

12

< 5 Bulan (Dianggap cuti

diluar tanggungan)

0

b. Administrasi Gaji

Pembayaran gaji karyawan dilaksanakan pada tanggal 28 setiap

bulannya. Apabila pada tanggal tersebut bertepatan dengan hari libur maka

akan dilakukan pengajuan satu sampai dua hari sebelumnya. Pemotongan

dan penahanan pembayaran hak gaji tidak diizinkan kecuali apabila

karyawan yang bersangkutan melakukan pelanggarn peraturan organisasi

ataupun peraturan hukum yang berlaku. Pembayaran gaji dilaksanakan

secara konsisten sesuai dengan standar oprasional dan prosedur yang

berlaku di organisasi.

c. Lembur

Ketentuan mengeai lembur hanya berlaku bagi karyawan administrasi

gologan I dan II. Karyawan yang lembur harus mendapatkan izin langsung

secara tertulis dari atasan dan mengisi formulir lembur kerja. Bagi karyawan

golongan III sampai dengan VIII tidak terdapat perhitungan lembur kerja.

Karyawan pada tingkat manajerial telah mendapatkan tunjangan jabatan

yang diberikan tiap bulannya. Tarif upah lembur yang diperhitungkan oleh

lembaga adalah sebagai berikut: Hari Jam Upah Lembur

Hari Kerja

Biasa

Jam I

Jam II

dst.

1,5x upah satu jam

2x upah satu jam

Hai Libur Jam I

s/d VII

Jam

VIII

Jam IX

dst

2x upah satu jam

3x upah satu jam

4x upah satu jam

d. Penggajian Untuk Pekerjaan Minggu/Sabtu/Event Tertentu

Bagi karyawan yang bekerja atas proyek pada hari libur dengan

ketentuan kurang dari 4 jam maka karyawan yang bersangkutan diizinkan

datang terlambat sebanyak jam yang digunakan bekerja pada hari libur.

Apabila karyawan yang bersangkutan bekerja lebih dari 4 jam maka

karyawan mendapatkan libur pengganti pada hari berikutnya dan tidak

dihitung sebagai cuti tahunan.

Pengelolaan Program Organisasi

Rencana Strategis Program

Transparency International Indonesia (TI-Indonesia) memiliki perencanaan

strategi organisasi yang jelas dan teratur. Strategi organisasi tersebut

memperhatikan prinsip perencanaan yang ada dalam teori manajerial yakni

planning, organizing, actuating, controling (POAC). Perencanaan strategi

organisasi disusun dalam rapat anggota dan disesuaikan dengan perencanaan

strategis organisasi induk Transparency International yang ada di Berlin. Rencana

strategis organisasi tersebut kemudian diturunkan dalam program yang

dilaksanakan oleh organisasi. TI-Indonesia membagi perencanaan strategisnya

menjadi tiga jenis yaitu jangka pendek (3 tahunan), menengah (5 tahunan), dan

perencanaan strategis jangka panjang (10 tahun). TI-Indonesia memetakan strategi

Page 13: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

13

organisasinya menjadi empat prioritas yakni organize citizenship, participatory

governance, corporate active citizenship, dan law and justice.

Pelaksanaan Monitoring Evaluasi

1. Monitoring

Pelaksanaan monitoring yang dilakukan TI-Indonesia adalah upaya

pengamatan yang dilakukan organisasi untuk menilai keberlangsungan

program-programnya. Manajer program menilai kembali kerangka program

kerja yang ada di TI-Indonesia. Manajer program melakukan pengkajian

terhadap indikator-indikator pencapaian program kerja. Para pelaksana

administratif organisasi wajib memberikan seluruh data terhadap capaian

program kerja organisasi. Pelaksana program melakukan komunikasi dengan

para pelaksana program yang ada di daerah. Isi dari pelaporan capaian program

adalah kemajuan bagian program yang telah terlaksana dengan keseluruhan

rencana program dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif. Penarikan simpulan

kemajuan program serta analisis kendala yang dapat menghambat target

pelaksanaan program.

2. Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi digunakan sebagai bahan acuan perbaikan serta

analisis bersama terhadap program yang telah dicapai baik dari segi relevansi,

efisiensi dan aspek lain dalam pelaksanaan program. Waktu pelaksanaan

evaluasi adalah setelah program yang direncanakan telah selesai dijalankan.

Sekretaris jenderal dan Deputi Sekretaris Jenderal menjadi panelis terhadap

pelaksanaan program TI-Indonesia. Evaluasi program juga digunakan sebagai

bahan masukan pelaksanaan laporan pertanggungjawaban pengurus. Laporan

evaluasi kemudian dikirimkan kepada dewan pengurus dan pihak yang

bekerjasama dengan kegiatan yang bersangkutan sebagai bahan evaluasi dan

perbaikan. Laporan evaluasi juga berisi rekomendasi atas kendala yang

dihadapi bagi pelaksanaan tahun selanjutnya.

3. Pelaporan

Organisasi TI-Indonesia melakukan pertanggungjawaban terkait program

yang dijalankan secara berkala. Pelaporan program tersebut digunakan sebagai

upaya pertanggungjawaban organisasi kepada stakeholder yang ada. TI-

Indonesia membagi pelaporan berkala menjadi pelaporan triwulan, tengah

tahun, laporan tahunan, dan pelaporan pertanggungjawaban akhir. Isi dari

pelaporan ini terkait kinerja masing-masing divisi, laporan keuangan, laporan

pencapaian progam, laporan evaluasi, dan rekomendasi. TI-Indonesia juga

membuat pelaporan terpisah mengenai alokasi dana donatur yang menjalin

kerjasama suatu program atau menjadi penyokong dana program. TI-Indonesia

berusaha mempertanggungjawabkan penggunaan dana dan implementasi

akuntabilitas organisasi.

Pengelolaan Keuangan Organisasi

Prosedur Pembukuan

TI-Indonesia melakukan proses pembukuan sesuai dengan standar akuntansi

yang berlaku umum. Prosedur tersebut dimulai dengan pembukuan harian baik

catatan penerimaan maupun pengeluaran bank. Kemudian pada tahap kedua

dilakukan penjurnalan transaksi yang dilakukan organisasi. Setiap bulan dilakukan

rekonsiliasi bank guna penyesuaian keuangan. Kemudian dilakukan posting pada

Page 14: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

14

buku besar dan membuat kertas kerja keuangan sebagai bayangan orgaisasi meihat

penggunaan keuangan.

Bentuk laporan dari Transparency International Indonesia (TI-Indonesia)

terdiri dari laporan posisi keuangan, penggunaan dana operasional, laporan

penggunaan dana program, dan laporan arus kas. Dalam laporan posisi keuangan

organisasi terdapat keterangan mengenai jumlah aset serta beban yang dimiliki

organisasi. Tidak terdapat pembagian keuntungan dalam laporan keuangan karena

sifat organisasi yang non profit oriented. Seluruh pendanaan berasal dari donatur

dan proyek kerjasama yang dilakukan organisasi dengan pihak lain. Laporan

penggunaan dana oprasional hanya berisi jumlah penerimaan organisasi secara total

bagi oprasional dan total pengeluaranya. Dalam pelaporan penggunaan dana

program berisi besar donasi dari para donatur dan penggunaannya dalam program.

Laporan ini merinci darimana saja donasi yang diterima dan berapa besar donasi

yang diberikan. Laporan arus kas berisi berjalanya kas selama setahun dalam

kegiatan organisasi. Laporan audit yang dikeluarkan auditor tidak terdapat catatan

atas laporan keuangan karena dinilai telah cukup memberikan penjelasan secara

rinci dan dapat digunakan sebagai dasar pemberian opini audit. Organisasi

melaporkan laporan keuangan dalam bahasa inggris karena digunakan sebagai bukti

pada organisasi Induk yang ada di Berlin.

Sistem Perencanaan dan Pelaporan Anggaran

Penyusunan program kerja dan anggaran untuk tahun berikutnya dilaksanakan

dalam rapat akhir tahun oleh pengurus, sekretariat, dan para staf TI-Indonesia.

Selain anggaran, para pengurus juga membahas garis besar haluan program dalam

satu tahun kedepan. Manajer menyusun rencana kerja yang berasal dari rapat divisi

masing-masing. Masukan dan tanggapan dari sekjen dan deputi sekjen akan

menjadi bahan pertimbangan program dan pengunaan anggaran organiasi. Hasil

tersebut akan disampaikan pada dewan pengurus untuk disetujui. Untuk menjamin

kelangsungan pendanaan organisasi seluruh pegawai setingkat manajerial berhak

mencari pendanaan organisasi. Pelaporan penggunaan keuangan dilapokan

bertahap mulai dari pelaporan triwulan, tengah tahun, akhir tahun, dan laporan

pertanggungjawaban pengurus. TI-Indonesia memperhatikan besaran keuangan,

keberlanjutan keuangan, struktur biaya, dan efisisensi pekerja dalam melakukan

pengelolaan organisasi. Pengelolaan aspek tersebut dapat terlihat jelas dengan

gambaran rinci sebagai berikut:

No Ringkasan

Penggunaan

keuangan

2010 2011 2012 2013

1 Besar Keuangan 22.048.776.984,

00

12.781.786520,

00

12.764.668.876,00 17.984.475.037,00

2 Keberlanjutan

keuangan

5.317.468.507,0

0

5.502.913.094,

00

2.496.806.279,70 3.686.895.199,35

3 Struktur biaya 1.305.503.306,0

0

738.260.243,00 1.434.709.803,20 910.344.076,00

4 Efisiensi pekerja 0,71 0,48 0,83 0,27

Dalam tabel tersebut terlihat bahwa TI-Indonesia mengalami naik dan turun

dalam jumlah dana yang dikelola. Hal ini disebabkan oleh jumlah dana donatur

yang tidak pasti besarnya. Pada tahun 2011 dan 2012 TI mengalami penurunan

besar pengelolaan dana yang masuk ke dalam organisasi. Besar dana yang dikelola

Page 15: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

15

organisasi pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup besar. Meskipun

organisasi mengalami penurunan penerimaan namun beranjak naik pada tahun

berikutnya menunjukan stabilitas keuangan organisasi.

Organisasi membedakan biaya yang dikeluarkan menjadi biaya program dan

operasional organisasi. Biaya program merupakan besar biaya yang digunakan

organisasi dalam kerjasamanya dengan pihak lain atau melaksanakan program

strategisnya. Biaya operasional meliputi biaya pengelolaan administrasi kantor dan

sumberdaya manusia yang ada dalam organisasi. Perincian dari pengelolaan

digambarkan sebagai berikut:

Tahun Belanja

Program

Belanja

Oprasional

Total Belanja Rasio

Oprasional

Rasio

Program

2010 19.918.152.700,0

0

1.305.503.306,00 21.223.656.006,

00

0,06 0,94

2011 11.858.081.699,0

0

728.260.234,00 12.596.341.933,

00

0,06 0,94

2012 14.331.880.087,3

0

1.434.709.803,00 15.766.589.890.

30

0,09 0,91

2013 15.599.941.679,8

8

910.344.076,00 16.510.258.755,

88

0,06 0,94

Dalam tabel diatas terlihat bahwa TI-Indonesia telah mengelola dana

operasionalnya dengan baik. Hal ini terlihat dengan penggunaan dana operasional

yang kecil jika dibandingkan dengan dana program. TI-Indonesia memang

melakukan efisiensi penggunaan biaya operasional agar dapat lebih dimaksimalkan

bagi program penuntasan korupsi. Selain itu TI-Indonesia memisahkan keuangan

menjadi dana terikat dan tidak terikat. Untuk dana terikat merupakan pendanaan

dari donatur program yang hanya dapat digunakan bagi kepentingan program

tersebut. Sisa dana program yang tidak dikembalikan oleh organisasi akan menjadi

dana bebas yang dapat digunakan oleh TI-Indonesia.

Legitimasi Masyarakat

Upaya Penyampaian Informasi Publik

TI-Indonesia berupaya melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam

melaksanakan programnya. Orgaisasi melibatkan pemuda sebagai upaya

pengkaderan para penggiat anti korupsi. Melalui acara streetart, bazar, kampanye,

diskusi dan musik yang diadakan, TI-Indonesia berupaya menyampaikan gagasan

visi, misi, tujuan, dan programnya secara langsung kepada masyarakat. Organisasi

juga meberikan perhatian khusus kepada peran aktif masyarakat dengan

memasukan aspek kontribusi masyarakat menjadi salah satu prioritas strategi

organisasi.

Pengakuan Masyarakat

TI-Indonesia mendapatkan pengakuan masyarakat melalui program yang

melibatkan masyarakat secara langsung. Selain itu, TI-Indonesia mendapatkan

pengakuan dari para stakeholder yang pernah bekerjasama dengan organisasi. TI-

Indonesia mampu menjadi fasilitator pertemuan para stakeholdernya dalam

membahas korupsi. TI-Indonesia juga mampu membuat berbagai pakta integritas

bersama berbagai lembaga negara. TI-Indonesia juga dapat mengeluarkan indeks

dari presepsi korupsi yang dijalankan secara rutin dan menjadi salah satu rujukan

peneliti dalam menilai atau meneliti mengenai korupsi. Akan tetapi TI-Indonesia

Page 16: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

16

belum mengeluarkan indeks atau penelitian empiris terkait kinerjanya atau

pemahaman masyarakat pada kinerja organisasi.

PENUTUP

Berdasarkan analisis penerapan prinsip akuntabilitas yang ada di organisasi,

peneliti menyimpulkan bahwa penerapan prinsip akuntabilitas yang ada di

organisasi diterapkan dengan baik dan memenuhi aspek penilaian prinsip

akuntabilitas. Organisasi membuat laporan tahunan yang berisi pengelolaan

organisasi, pelaksanaan program, hasil evaluasi kinerja, dan keuangan pada

stakeholder yaitu anggota organisasi dan masyarakat. Organisasi Transparency

International Indonesia juga melaporkan pemasukan dan penggunaan keuangan

donatur pada kantor pusat Transparency International yang ada di Berlin.

Transparency International hanya menentukan standar pelaporan keuangan

organisasi cabang yang ada di negara lain. Transparency International

membebaskan pengelolaan dilakukan sesuai nilai yang ada dalam negara oprasional

cabang masing-masing. Transparency International Indonesia membuat standar

internal bagi pelaporan program, evaluasi kinerja, pelaksanaan program, dan

standar oprasional prosedurnya. Standar yang digunakan organisasi Transparency

International Indonesia dalam pelaporan keuangan adalah standar pelaporan yang

juga digunakan oleh kantor pusat Transparency International yaitu standar

pelaporan keuangan bagi Non Governance Organization (NGO). Isi dari laporan

keuangan tahunan Transparency International Indonesia adalah laporan posisi

keuangan, laporan penggunaan dana oprasional, laporan penggunaan dana program,

dan laporan arus kas. Laporan keuangan Transparency International Indonesia

diaudit setiap tahun oleh auditor independen. Opini yang dihasilkan auditor bagi

Trasparency International Indonesia selama periode 2009-2013 adalah wajar tanpa

pengecualian. Organisasi memiliki karyawan tetap yang memiliki komitmen tinggi,

hal tersebut terlihat dengan adanya karyawan yang mengundurkan diri secara

sukarela jika terindikasi melakukan pelanggaran kode etik organisasi. Akan tetapi

organisasi dihadapkan pada permasalahan terkait pegawai magang, pegawai lepas,

dan sukarelawan yang seringkali tidak serius dan kurang mampu

dipertanggungjawabkan kinerjanya.

Setelah melakukan analisis terkait penerapan prinsip transparansi yang

diberlakukan di organsasi, peneliti menyimpulkan bahwa organisasi TI-Indonesia

telah menerapkan prinsip transparansi secara baik. TI-Indonesia telah menerapkan

ketentuan yang ada dalam undang-undang keterbukaan informasi publik secara

baik. Akan tetapi organisasi masih terkendala penelitian terkait kinerja

organisasinya dimana mayarakat umum masih kurang dilibatkan dalam melakukan

evaluasi kinerja organisasi. Organisasi belum memiliki penelitian atau survey yang

menyatakan kualitas program yang dijalankan diluar perspektif stakeholdernya

(pengurus, pengawas karyawan, dan anggota organisasi).

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penilaian dari prinsip akuntabilitas dan

transparansi sulit ditemukan pembandingnya sehingga menyulitkan peneliti dalam

menarik kesimpulan penelitian. Salah satu standar yang pernah diterbitkan adalah

standar pengukuran akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi pada tahun 2003

oleh Krina. Selain itu, terdapat peraturan umum Good Corporate Governance yang

dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Akan tetapi, peraturan tersebut

digunakan bagi pemerintahan daerah atau lembaga pelayanan milik pemerintah dan

Page 17: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

17

tidak pada LSM. Standar pengukuran terkait akuntabilitas dan transparansi yang

khusus bagi LSM baru dikeluarkan oleh Yayasan Tifa pada tahun 2005 dan belum

terdapat peraturan resmi lain terkait hal tersebut. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut peneliti melakukan diskusi dengan manajemen untuk memperoleh hasil

yang terbaik. Sehingga peneliti diharapkan dapat lebih objektif sesuai kondisi

organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ageng, Nata. 2009. Distorsi Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam

Perspektif Civil Society Di Kabupaten Grobogan. Tesis. Semarang: Program

Studi Magister Ilmu Politik Universitas Diponegoro.

Bapepam. 2006. Pedoman umum good corporate governance di Indonesia.

(www.ecgi.org diakses 4 September 2015).

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu pengantar, Edisi Ketiga.

Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar – Dasar Ilmu PolitikMenggapai Kedaulatan

Rakyat. Jakarta: Mizan.

Cooper, Donald R. dan Schindler, Pamela S. 2011. Business Research Methods.

New York: McGRAW-HILL.

Culla, Adi Suryadi. 2005. Masyarakat Sipil dalam Prespektif Wacana dan Aksi

Ornop di Indonesia studi kasus pada Walhi dan YLBHI dalam era Orde Baru.

Desesrtasi. Jakarta: Program Studi Doctor Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Fahrudin, Wawan. 2003. Akuntabilitas dan Transparansi LSM dalam Proses

transformasi Sosial Menuju Masyarakat Demokratis di Indonesia. Journal for

civil society empowerment. Vol. 1, No. 2, Agustus 2003. 37-48.

Gozyali, Muhammad. 2012. Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pengelolaan

Keuangan (Studi Kasus Pada Indonesia Corruption Watch). Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Sarjana Akuntansi Universitas Islam Indonesia.

Hafild, Emmy. 2008. Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Jakarta:

Transparency International Indonesia.

Hornby, A.S. 2009. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford: Oxford

University Press.

Jogiyanto, H. M. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

pengamalan-pengamalan. Yogyakarta: BPFE.

Krina, L. L. 2003. Indikator dan Alat Ukur Akuntabilitas, Transparansi, dan

Partisipasi. (www.solex-un.net diakses 4 September 2015).

Krisna, Udayasankar. 2008. Corporate Sosial Responsibility and Firm Size.

Journal of Business Ethics. Volume. 83. Issue: 3. Pages 167-175. Lembaga Administrasi Negara. 2004. Modul Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah. Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mahardika, Friseska. (2012). Lembaga Swadaya Masyarakat (Lsm) Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan

(Studi Tentang Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam

Perlindungan Perempuan Korban Tindak Pidana Kesusilaan di

Purwokerto).Skripsi. Purwokerto: Program Studi Sarjana Hukum Universitas

Jenderal Sudirman.

Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.

Page 18: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

18

Mardiasmo. 2011. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui

Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi

Pemerintah Vol. 2, No. 1, Mei 2011. 1-17.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta: Rineka

Cipta.

Pirac. 2011. Pola Potensi Sumbangan Masyarakat Survey Rumah Tangga Sebelas

Kota Besar. (www.pirac.org diakses 20 September 2015).

Putri, Ira Ardella. 2013. Implementation of Accountability and Transparency in

Public Service (Study Case at IRD RSUD Dr. Saiful Anwar). Skripsi. Malang:

Program Studi Sarjana Akuntansi Universitas Brawijaya.

Rahmanurrasjid, Amin. 2008. Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam

Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Pemerintah

Yang Baik Di Daerah. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Ilmu Hukum

Universitas Diponegoro.

Renyowijoyo, Muindro. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non Laba,

Edisi 1. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam

Rangka Otonomi Daerah,. Bandung: Mandar Maju.

Selamat, Melani Dwiyanti. 2012. Penerapan Prinsip Good Governance Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Study pada Sekertariat Daerah

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro).

(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/viewFile/1558/1251

Diakses 29 September 2015)

Sudjana, Nana & Ibrahim. 1989. Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung:

Sinar Baru.

Tifa. 2005. Mengukur Transparansi dan Akuntabilitas LSM.

(www.tifafoundation.org diakses 1 September 2015).

Wasistiono, Sadu. 2003. Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Bandung: Fokus Media.

Widodo, Joko. (2001). Good Governance (Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan

Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah). Surabaya:

Insan Cendekia.

www.ti.or.id diakses 28 September 2015

www.trasparency.org diakses 28 September 2015

www.undp.org diakses 28 September 2015

Zetra, Aidinil. 2009. Strategi Pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah

dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan

Daerah. (www.bpk.go.id/web/files/2009/07/270609-aidinil-zetra.pdf. Diakses

29 September 2015).

.Peraturan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 Tentang Pelaporan

Keuangan Organisasi Nirlaba.

.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1985 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan.

. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik Sebagai Implementasi Transparansi

. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Page 19: ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN

19

.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang

Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggungjawab Keuangan Negara

.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi Kolusi Dan

Nepotisme (KKN).