analisis implementasi prinsip akuntabilitas dan
TRANSCRIPT
ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DAN
TRANSPARANSI PADA LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT
Disusun Oleh:
Agata Rangga Pamungkas
Bambang Hariadi
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang,
Email: [email protected]
ABSTRACT
This research was motivated by the importance of Non Governmental
Organization (NGO) to improve accountability and transparency as an effort to
gain public confidence. There were six aspects of the assessment criteria, namely
the formulation of the vision and mission, administration management,
organization management, program management, financial management, and
community recognition. This study would evaluate and analyze six major aspects
that influence to the determination of the accountability and transparency quality
of the organization. In addition, researcher also attempted to analyze the
advantages and disadvantages of organization governance that had been applied
by the organization. In order to researcher could evaluate the application of six
aspects, researcher used a descriptive qualitative research method. Results of this
study concluded that the application of the accountability and transparency
principles had done well, but still needed any reformation in recruitment of
internship or contract staffs. Self-supporting public institutions also needed to
survey the organization performance according to public perception.
Keywords: Accountability, Transparency, Non Government Organization
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansinya sebagai salah satu
upaya untuk mendapatkan kepercayaan publik. Ada enam aspek yang menjadi
kriteria penilaian yaitu perumusan visi misi, pengelolaan administrasi, pengelolaan
tata pelaksanaan organisasi, pelaksanaan program, pengelolaan keuangan dan
pengakuan masyarakat. Penelitian ini akan melakukan evaluasi serta analisis
dengan mempertimbangkan jalannya oprasional yang berkaitan dengan enam aspek
utama yang berpengaruh terhadap penentuan kualitas akuntabilitas dan transparansi
organisasi. Selain itu, peneliti juga berusaha menganalisis kekurangan dan
kelebihan tata kelola yang selama ini diterapkan oleh organisasi. Agar kita bisa
mengevaluasi penerapan prinsip akuntabilitas dan transparansi yang ditinjau dari
beberapa aspek tersebut, maka digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan prinsip akuntabilitas dan
transparansi telah dilakukan dengan baik, namun perlu dilakukan pembenahan
dalam aspek rekrutmen karyawan kontrak atau magang dan perlunya survey kinerja
organisasi menurut presepsi publik.
Kata Kunci: Akuntabilitas, Transparansi, Lembaga Swadaya Masyarakat
2
PENDAHULUAN
Good corporate governance (GCG) adalah suatu konsep yang tidak asing lagi
bagi masyarakat Indonesia. Konsep GCG diperkenalkan pertama kali pada tahun
1998 ketika terdapat usulan penyempurnaan peraturan pencatatan Bursa Efek
Indonesia. Peraturan tersebut digunakan perusahaan yang terdaftar di BEI untuk
menentukan pengangkatan komisaris independen dan komite audit. Bagi
perusahaan pengangkatan komisaris independen dan komite audit merupakan
upaya menerapkan prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG yang diterapkan perusahaan
memiliki empat prinsip pokok yakni prinsip responsibility, fairness, accountability,
dan transparency (Krina, 2003). Dalam penerapan prinsip prinsip tersebut
perusahaan Indonesia sering menghadapi beberapa kendala dan permasalahan.
Kendala tersebut meliputi regulasi dan inkonsistensi penerapan GCG (Selamat,
2012). Untuk menangani permasalahan terkait regulasi pemerintah Indonesia
melakukan upaya maksimal dalam membentuk regulasi GCG.
Langkah strategis yang pertama adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang
nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dalam undang-
undang tersebut dijelaskan mengenai kewajiban bagi segala bentuk badan hukum
untuk menyampaikan informasi internal organisasi kepada masyarakat. Dalam
undang-undang keterbukaan informasi publik juga terdapat aturan mengenai
batasan penyampaian informasi, jenis informasi, dan larangan penyampaian
informasi. Beberapa contoh informasi yang wajib disampaikan adalah laporan
keuangan, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, data pimpinan lembaga,
pengelolaan kegiatan lembaga, dan sistem pergantian kepemimpinan. Sedangkan
jenis informasi yang dilarang untuk disampaikan adalah informasi tender, rahasia
negara, dan data lain yang diduga dapat menimbulkan kerugian organisasi.
Langkah strategis pemerintah dalam hal peningkatan prinsip akuntabilitas
adalah dengan membuat regulasi yang lain yaitu Undang-Undang Nomor 15 tahun
2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.
Berdasarkan aturan tersebut, maka organisasi wajib menerapkan prinsip
akuntabilitas. Untuk menguatkan peraturan tersebut, juga dikeluarkan regulasi
terkait Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Regulasi yang dikeluarkan pemerintah
untuk menguatkan BPK adalah menetapkan Undang-Undang nomor 15 tahun 2006
Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya BPK
menggunakan standar akuntansi pemerintahan yang mengacu juga pada Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 45 Tentang Organisasi Nirlaba.
Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut, diharapkan terjadi kontrol internal
yang baik dari lembaga publik, meningkatkan kualitas tata kelola dan memperkecil
kemungkinan praktik KKN. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih terdapat
lembaga publik yang kurang mampu melakukan tata kelola dengan baik. Salah satu
lembaga publik yang dinilai kurang mampu melaksanakan tata kelola dengan baik
adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Menurut (Fahrudin, 2003) LSM ternyata tidak mampu menerapkan manajemen
yang bersih. Keadaan tersebut menyebabkan publik ssemakin tidak percaya
kredibilitas lembaga dan sering dianggap sebagai sesuatu yang absurd. Selain itu,
banyaknya kasus korupsi yang melibatkan tokoh LSM semakin menurunkan tingkat
kepercayaan masyarakat pada kinerja LSM. Contoh kasus yang menimpa tokoh
LSM terjadi pada tahun 1998. Ketika itu menteri koperasi yang dijabat oleh Adi
3
Sasono tersangkut kasus dana non budgeter bulog yang juga melibatkan tokoh
nasional lain. Selain kasus tersebut, LSM juga dinilai tidak bisa melepaskan diri
dari proyek yang sering ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga lain karena
keterbatasan biaya oprasional yang mampu dipenuhi secara mandiri oleh LSM yang
bersangkutan (Fahrudin, 2003). Penurunan kepercayaan masyarakat terhadap LSM
juga terbukti melalui penelitian yang dilakukan oleh Public Interest Research and
Advocacy (PIRAC).
Menurut (PIRAC, 2011) dinyatakan bahwa telah dilakukan penelitian pada
2500 responden yang diteliti dengan pengelompokan menjadi masyarakat dengan
penghasilan atas, menengah, dan bawah. Penelitian menyatakan bahwa 43%
masyarakat berpenghasilan atas tidak mempercayai Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Masyarakat berpenghasilan menengah 34% tidak mempercayai Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Masyarakat berpenghasilan rendah 28% tidak
mempercayai Lembaga Swadaya Masyarakat. Berdasarkan penelitian tersebut
terlihat bahwa semakin tinggi penghasilan masyarakat maka kecenderungan
kepercayaannya terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Semakin Rendah.
Data tersebut di atas menunjukan bahwa semakin tinggi kelas sosial
masyarakat, maka LSM wajib memberikan tingkat kepercayaan yang makin tinggi
pula. Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri bahwa LSM juga memiliki andil yang
tidak sedikit dalam berbagai bidang termasuk akuntabilitas dan transparansi. Salah
satu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dan memliki perhatian dalam
bidang ini adalah Transparency International.
Transparency International (TI) adalah suatu organisasi internasional yang
bertujuan memerangi korupsi politik. Organisasi didirikan di Jerman sebagai
organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang terstruktur dan
demokratik. Sedangkan publikasi tahunan yang diluncurkan TI adalah laporan
korupsi global (transparency International, 2015). TI pada awalnya berasal dari
pembahasan tokoh dunia mengenai hubungan kompetitif korupsi yang dilakukan
pertama kali dalam seminar di Praha pada November 1998. Lembaga ini kemudian
mengadakan kerjasama dengan negara lain yang ada di dunia termasuk Indonesia.
Pada tahun 2000 didirikan Transparency International Indonesia (TI-Indonesia)
Transparency International Indonesia (TI-Indonesia) merupakan salah satu
cabang dari Transparency International, sebuah jaringan global Non Government
Organization (NGO) antikorupsi yang mempromosikan transparansi dan
akuntabilitas kepada lembaga-lembaga negara, partai politik, bisnis, dan
masyarakat sipil. Bersama lebih dari 90 cabang lainnya, TI-Indonesia berjuang
membangun dunia yang bersih dari praktik dan dampak korupsi di seluruh dunia
(transparency International, 2015).
Pengertian dari akuntabilitas dan transparansi yang telah dijabarkan
sebelumnya dapat didefinisikan menjadi beberapa pengertian. Akuntabilitas dapat
diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan visi misi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya,
melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik
(Mardiasmo 2011). Undang-Undang Keterbukan Informasi Publik (UU-KIP)
menjadi sarana bagi masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlibatan aktif masyarakat
hanya bisa dilakukan jika mendapat informasi publik yang memadai. Sedangkan
transparansi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
4
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN dinyatakan bahwa
azas keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaraan pemerintah adalah hak
untuk membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Atau penyelenggaraan pemerintah dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia
negara. Sedangkan dalam tata pemerintahan yang baik dinyatakan bahwa
penerapan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintah dan lembaga negara
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berbagi informasi. Prinsp
akuntabilitas dan transparansi pada dasarnya memang tidak dapat dipisahkan.
Akuntabilitas publik menghendaki birokrasi publik menjelaskan secara transparan
(transparency) dan terbuka (openness) kepada publik mengenai tindakan apa yang
dilakukan. Transparansi dan akuntabilitas secara konsep saling berhubungan.
Tanpa transparansi tidak ada akuntabilitas, tanpa akuntabilitas transparansi menjadi
tidak berarti (UNDP. 2015).
Penelitian terkait akuntabilitas dan transparansi telah banyak dilakukan
sebelumnya. Hafidh (2008) menyatakan bahwa standar terkait pelaksanaan
akuntabilitas bagi LSM belum cukup memadai dalam upaya pengungkapanya.
Sedangkan menurut Putri (2013) Implementasi akuntabilitas dan transparansi yang
telah diterapkan oleh rumah sakit Saiful Anwar Malang telah berjalan dengan baik.
Sedangkan penelitian Gozyali (2012) menyatakan bahwa laporan keuangan dan
pengelolaan kinerja Indonesia Corruption Watch (ICW) dinilai akuntabel.
Perbedaan penelitian disebabkan belum adanya suatu standar khusus mengenai
pengukuran kinerja keuangan dan oprasional lembaga swadaya masyarakat pada
saat penelitian dilaksanakan.
Perbedaan penelitian ini dengan empat penelitian sebelumnya adalah
penggabungan konsep transparansi dan akuntabilitas yang pada kenyataannya tidak
dapat dipisahkan dan menjadi bagian dari kriteria penilaian Good Corporate
Governance. Selain itu obyek penelitian yang akan dituju pada penelitian ini adalah
Lembaga Swadaya Masyarakat yang selalu menuntut pelaksanaan tata kelola
pemerintahan yang baik dengan prinsipnya yaitu akuntabel dan transparan.
Penelitian ini akan dilakukan pada Lembaga Swadaya Masyarakat yang menjadi
sorotan publik terkait kinerjanya dan sering menjadi rujukan peneliti yaitu
Transparency International Indonesia (TI-Indonesia). Penelitian ini diharapkan
dapat memberi keyakinan masyarakat pada kinerja organisasi, akademisi dalam
melakukan pengambilan data penelitian, dan donatur dalam pemberian donasi.
Manfaat penelitian ini yang pertama adalah dengan diterapkannya suatu tata
kelola yang akuntabel dan transparan akan menambah kepercayaan dan keyakinan
publik pada lembaga swadaya masyarakat yang ada di Indonesia. Kedua, terdapat
suatu kesamaan perlakuan, hak, serta informasi yang didapat oleh publik secara
merata. Ketiga Akuntabilitas dan transparansi terkait dengan berbagai kepentingan
yang ada didalamnya, sehingga dengan akuntabilitas dan transparansi yang jelas
akan memfasilitasi berbagai pihak.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Akuntabilitas
Pengertian Akuntabilitas
Menurut Ndraha (2003), konsep akuntabilitas berawal dari konsep
pertanggungjawaban, konsep pertanggungjawaban sendiri dapat dijelasakan dari
5
adanya wewenang. Wewenang di sini berarti kekuasaan yang sah. Menurut Weber
(2002) yang dikutip oleh Ndraha (2003) ada tiga macam tipe ideal wewenang,
pertama wewenang tradisional kedua wewenang karismatik dan ketiga wewenang
legal rational. Alasan yang ketiga inilah yang menjadi basis wewenang pemerintah.
Dalam perkembanganya, muncul konsep baru tentang wewenang yang bermuara
pada prinsip bahwa penggunaan wewenang harus dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut The Oxford Advance Learner’s Dictionary (2009), akuntabilitas diartikan
sebagai required or excpected to give an explanation for one’s action. Miriam
Budiarjo (1998) mendefinisikan akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban pihak
yang diberi kuasa mandat untuk memerintah kepada yang memberi mereka mandat.
Sedarmayanti (2003) mendefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Lembaga Administrasi
Negara (2004) menyimpulkan akuntabilitas sebagai kewajiban seseorang atau unit
organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian
sumberdaya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban
secara periodik. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
akuntabilitas merupakan suatu konsep pelaporan dan pertanggungjawaban yang
dilakukan organisasi atau suatu lembaga pada stakeholdernya baik tata kelola,
prioritas, dan keuangan organisasi.
Tipe Akuntabilitas
Akuntabilitas dibedakan dalam beberapa macam atau tipe, sebagaimana
dijelaskan oleh Wasistiono (2003), mengemukakan adanya lima perspektif
akuntabilitas. Akuntabilitas administratif/organisasi, adalah pertanggungjawaban
antara pejabat yang berwenang dengan unit bawahanya dalam hubungan hierarki
yang jelas. Akuntabilitas legal merujuk pada domain publik dikaitkan dengan
proses legislatif dan yudikatif. Bentuknya dapat berupa peninjauan kembali
kebijakan yang telah diambil oleh pejabat publik maupun pembatalan suatu
peraturan oleh institusi yudikatif. Ukuran akuntabilitas legal adalah peraturan
perundang undangan yang berlaku. Akuntabilitas politik, terkait dengan adanya
kewenangan pemegang kekuasaan politik untuk mengatur, menetapkan prioritas
dan pendistribusian sumber– sumber yang menjamin adanya kepatuhan
melaksanakan tanggungjawab administrasi dan legal, memusatkan pada tekanan
demokratik yang dinyatakan oleh administrasi publik. Akuntabilitas profesional
berkaitan dengan pelaksnaan kinerja dan tindakan berdasarkan tolak ukur yang
ditetapkan oleh orang profesi yang sejenis. Akuntabilitas ini lebih menekankan
pada aspek kualitas kinerja dan tindakan. Akuntabilitas moral berkaitan dengan tata
nilai yang berlaku di kalagan masyarakat . Hal ini lebih banyak berbicara tentang
baik atau buruknya suatu kinerja atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif berdasarkan ukuran tata nilai yang
berlaku di wilayah setempat.
Akuntabiitas Sektor Publik
Menurut Bastian (2010 :3) akuntansi sektor publik adalah suatu mekanisme
analisis akuntansi yang diterapkan pada pengeloaan dana masyarakat di lembaga-
lembaga tinggi negara dan departemen di bawahnya, pemerintah daerah, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yayasan
6
sosial, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Renyowijoyo (2008)
mengungkapkan bahwa akuntansi sektor publik merupakan suatu sistem akuntansi
yang digunakan oleh lembaga-lembaga publik sebagai salah satu alat
pertanggungjawaban. Prinsip yang harus dipegang dalam akuntansi sektor publik
menurut Mardiasmo (2011) adalah akuntabilitas, pengawasan, daya tanggap,
profesioanalisme, efisiensi dan efektifitas, transparansi, wawasan kedepan,
partisispasi, dan penegakan hukum.
Konsep Transparasi
Pengertian Trasparansi
Menurut (Mardiasmo 2011), transparansi berarti keterbukaan (opennsess)
pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan
seumberdaya publik kepada pihak – pihak yang membutuhkan informasi.
Organisasi berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi lainya
yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak – pihak yang
berkepentingan. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang
berkepentingan terhadap setiap informasi terkait, seperti berbagai peraturan dan
perundang-undangan, serta kebijakan organisasi dengan biaya yang minimal.
Informasi sosial, ekonomi, dan politik yang andal (reliable) dan berkala haruslah
tersedia dan dapat diakses oleh publik (biasanya melalui filter media massa yang
bertanggung jawab).
Ketebukaan Informasi Publik
Keterbukaan informasi publik menurut undang-undang nomor 14 tahun 2008,
merupakan suatu peraturan yang dikeluarkan atas dasar hak publik untuk
memperoleh informasi. Keterbukaan informasi merupakan salah satu ciri penting
yang harus dimiliki oleh negara yang demokratis. Undang-undang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP) juga merupakan salah satu syarat mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggara negara. Pengertian informasi
merupakan suatu keterangan, gagasan, tanda yang mengandung nilai makna, dan
pesan, fakta maupun penjelasanya yang dapat dilihat, dibaca, disajikan dalam
berbagai bentuk. Informasi yang disajikan terkait dengan suatu pesan yang dikirim
atau dipublikasikan oleh penyelenggara badan publik untuk
mempertanggungjawabkan kinerjanya. Penyelenggara badan publik wajib
menyampaikan secara berkala informasi yang dibutuhkan. Penyampaian informasi
dilakukan minimal enam bulan sekali. Informasi yang menyangkut hajat hidup
orang banyak dan ketertiban umum wajib disampaikan pada publik. Menurut
Undang-undang nomor 14 tahun 2008, terdapat peraturan penyajian dan jenis
informasi apa saja yang diwajibkan dan dilrang untuk ditampilkan pada publik.
Jenis dan tata cara penyajian tersebut antara lain adalah AD/ART, struktur
organisasi, laporan penggunaan dana dari pihak lain, dan pelaksanaan program.
Transparansi Lembaga Swadaya Masyarakat
Dalam udang undang keterbukaan informasi publik lembaga Swadaya
Masyarakat wajib menyampaikan beberapa informasi kepada publik. Informasi
tersebut meliputi asas dan tujuan, program dan kegiatan organisasi, nama alamat
susunan kepengurusan dan perubahannya, pengelolaan anggaran yang bersumber
dari pendapatan negara atau daerah, sumbangan masyarakat, dan sumber lain, dan
mekanisme pengambilan keputusan.
Lembaga Swadaya Masyarakat
Pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat
7
Menurut Mahardika (2012) Pada umumnya Lembaga Swadaya Masyarakat
adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok
orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum
tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Sedangkan
menurut undang-undang nomor 8 tahun 1985, adalah organisasi yang dibentuk oleh
anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan
nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila. Selain itu., Ageng (2009) menyatakan bahwa LSM secara umum
diartikan sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun
sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat
umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.
Perbandingan Antar Institusi
Menurut Sedarmayanti, (2003) terdapat beberapa ciri khusus yang
membedakan antara institusi milik pemerintah, institusi swasta, dan Lembaga
Swadaya Masyarakat. Beberapa perbedaan tersebut dijabarkan dalam tabel berikut:
Negara Swasta LSM
Peran/
Karakteristik Regulator
Public Service
Delivery
Complience
Orientasi Provit Riset
Advokasi
Pressure Group
Sumber
Pendanaan APBN
Hutang Luar
Negeri
Obligasi
Pemegang Saham
Kredit Perbankan
Donatur Program
Funding Agency
Akuntabilitas
Jenis Politik
Keuangan
Efektivitas dan
Efisiensi Program
Keuangan
Standar Mutu
Keuangan
Program
Kepada UUD/ Undang-
Undang
Otoritas Politik
BPK/BPKP
Pemegang Saham
Konsumen
Funding Agency
Masyarakat
Klien Tidak Jelas Konsumen
Barang dan Jasa
Tidak Jelas
Kompetisi Tidak Jelas Perusahaan Lain Tidak Jelas
Indikator
Keberhasilan
Sesuai Dengan
mandat politik
Efektivitas dan
efisiensi
Profit Bagi
perusahaan
Produk di pasar
Kepuasan
Konsumen
Tidak Jelas
Acuan
Aktivitas
Mandat GBHN
Undang-Undang
Kebijakan Publik
Corporate
Strategy
Market Research
Strategy Plan
Program Kerja
Tahunan Personil Terikat Berdasarkan
kontrak
Berdasarkan
kontrak atau suka
rela
8
Skema Aspek Penilaian Akuntabilitas dann Transparansi
Meurut Tifa (2005) terdapat enam aspek penilaian akuntabiltas dan transparansi
Lembaga Swadaya Masyarakat, aspek tersebut meliputi:
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif deskriptif. Menurut Cooper (2011: 112), penelitian kualitatif adalah cara
interpretasi yang digunakan untuk menggambarkan, menerjemahkan, mengungkap
suatu makna atau kejadian yang tidak berulang dalam suatu fenomena sosial yang
ada. Penelitian deskriptif menurut Sujana dan Ibrahim (1989:65) adalah penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada
saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian ini dilaksanakan.
Objek penelitia ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat Transparency
International Indonesia di Jakarta. Penelitian memfokuskan pada aspek oprsional
organisasi untuk dianalisis tingkat penerapan prinsip akuntabilitas dan
transpransiya. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan
wawancara pada pihak yang terkait, memeriksa SOP, dan data catatan organisasi.
Selain itu, peneliti membandingkan data yang diperoleh dengan standar yang ada
melalui studi pustaka.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dipilih dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Keseluruhan data yang terkumpul pada tahap pengumpulan data kemudian diolah
dan dilakukan analisis deskriptif untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan
masalah. Langkah-langkah analisis data ialah:
1. Mengumpulkan data dan informasi mengenai penerapan akuntabilitas dan
transparansi yang dapat dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan
juga studi kepustakaan.
2. Melakukan pemilahan data dan informasi yang didapatkan. Selanjutnya
menyaring informasi dan data mana saja yang sesuai dan dapat digunakan
serta data yang tidak sesuai terkait dengan masalah penelitian.
Akuntabilitasdan
Transparansi
Visi Misi Tujuan
Tata Pelaksanaan
Administrasi
ProgramOrganisasi
PengelolaanKeuangan
LegitimasiMasyarakat
9
3. Analisis kualitatif memiliki dua buah metode dalam menyajikan data yang
diperoleh, metode tersebut adalah:
i. Metode Deskriptif
Metode yang menjabarkan gambaran kondisi lembaga melalui
sudut pandang objektif untuk menemukan solusi atau jawaban atas
pertanyaan penelitian.
ii. Metode Komparatif
Metode analisis yang mengambil kesimpulan berdasarkan
informasi terpercaya yang sebelumnya telah teruji lebih dahulu dan
dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku umum dengan teori
yang ada.
4. Menyimpulkan transparansi dan akuntabilitas pada lembaga swadaya
masyarakat.
PEMBAHASAN
Sejarah Transparency International Indonesia (TI-Indonesia) didirikan di Jakarta pada
tanggal 18 September 2000 oleh sejumlah tokoh berbagai bidang untuk mendorong
tumbuhnya transparansi dan akuntabilitas dalam lembaga negara, partai politik,
bisnis, dan masyarakat sipil. Organisasi ini menjadi bagian dari organisasi
Transparency International yang didirikan di Berlin bekerjasama dengan 99
organisasi sejenis yang ada di dunia. Saat ini sekretariat Transparency International
Indonesia berada dibawah kepemimpinan Bapak Tri Sasongko sebagai Sekretaris
Jendral Transparency International Indonesia.
Tata Kelola Organisasi
Akses Informasi
Organisasi menggunakan beberapa media untuk melakukan transparansi dan
informasi kepada publik. Media tersebut ada yang dapat diakses secara bebas oleh
seluruh masyarakat namun ada juga yang harus dengan mekanisme tertentu yang
disyaratkan organisasi sebagai upaya legalitas. Website Resmi organisasi adalah
www.ti.or.id dengan isi mengenai produk serta aturan yang ada di TI-Indonesia.
Whistle Blowing System
Organisasi TI-Indonesia memiliki sistem wistle blowing sebagai upaya kontrol
internal organisasi. Wistle blowing yang digunakan diatur dalam code of conduct
yang dimiliki oleh organisasi. Setiap staf dan atau anggota organisasi memiliki hak
yang sama untuk mengkonsultasikan ketidaknyamanan atau pelanggaran yang
dilakukan oleh anggota atau pengurus kepada komite etik yang menjadi bagian dari
dewan pengawas. Tidak terdapat perbedaan perlakuan pada semua pelapor dan
terlapor.
Pengelolaan Administrasi dan Sumber Daya Manusia
Pendokumentasian Program Kerja
Dalam setiap kegiatan dan program yang dilaksanakan organisasi, TI-Indonesia
berupaya melakukan keterbuakaan informasi publik dan melaporkan kegiatan
berkalanya melalui news letter dan blog resmi TI-Indonesia. Segala bentuk
dokumentasi foto, ringkasan pelaksanaan program, serta notulensi dalam tiap
kegiatan diskusi atau rapat didokumentasikan secara rapi dan menjadi salah satu
elemen dalam laporan pertanggungjawaban dewan pengurus TI-Indonesia. Setiap
10
minimal enam bulan sekali TI-Indonesia mengeluarkan news letter yang dapat
diunduh secara gratis oleh masyarakat sebagai upaya keterbukaan informasi publik.
Sistem Evaluasi Kerja
Sistem penilaian kinerja keseluruhan karyawan yang digunakan organisasi
mengacu pada aspek yang dianggap penting oleh organisasi. Aspek yang dinilai
penting terseut meliputi aspek kepribadian, kedisisplinan, kejujuran, ketekunan,
kecermatan, dan kepatuhan akan aturan serta tata tertib organisasi. Sedangkan bagi
karyawan dalam tataran manajerial diguakan beberapa kriteria tambahan yang
termasuk dalam aspek kemampuan managerial.
Penilaan karyawan dilakukan oleh tiga pihak yakni atasan langsung karyawan,
deputi/sekjen TI-Indonesia, dan dari diri sendiri. Upaya penilaian diri sendiri ini
digunakan sebagai refleksi dan evaluasi secara jujur bagi diri sendiri setiap
karyawan. Waktu penilaian karyawan dilaksanakan secara berkala untuk
mendeteksi sedini mungkin penurunan dan prestasi kinerja dari masing-masing
karyawan untuk diberikan reward and punishment. Waktu penilaian tersebut dibagi
menjadi waktu penilaian satu tahunan dan sistem penilan dua tahunan. Sisitem
penilaian ini digunakan sebagai dasar pengusulan kenaikan jabatan.
Tata Tertib Kerja
Dalam penilaian aspek ini organisasi membuat sebuah peraturan baku dan
membaginya menjadi dua jenis aturan. Dalam peraturan umum berisi mengenai tata
tertib dan pulang, tata tertib jam kerja, tata tertib pakaian, dan tata cara perizinan.
Sedangkan tata tertib lain adalah aturan terkait hubunga profesional dari karyawan
organisasi.
Sistem dan Prosedur Penggajian Karyawan
Sistem penggajian yang ada dalam organisasi memperhatikan asas kepastian
hukum dan norma-norma keadilan antara tugas, wewenang, tanggungjawab, dan
kepentingan TI-Indonesia. Tidak terdapat bias gender dalam penggajian atau
perlakuan yang setara. Selain itu organisasi juga memperhatikan upah minimum
kabupaten (UMK)
a. Komponen Gaji
1. Gaji Pokok
Gaji pokok disesuaikan dengan besar upah minimum kabupaten atau
kota (UMK). Selain itu juga ditentukan berdasarkan jenjang kepangkatan
dan penggolongan dalam organisasi. Organisasi menyamakan seluruh
kriteria diluar kriteria kepangkatan dan peraturan undang-undang atau perda
dalam menentukan besaran perhitungan gaji berdasarkan Standar
Oprasional Prosedur (SOP).
2. Tunjangan
TI-Indonesia memberikan beberapa tunjangan guna membantu
oprasional karyawannya. Salah satu dari tunjangan tersebut adalah
tunjangan jabatan. Besar dari tunjangan jabatan disesuaiakan dengan
tingkatan golongan karyawan yang ada di TI-Indonesia. Tunjangan jabatan
hanya diberikan kepada karyawan dengan level golongan III sampai dengan
VII. Perincian besaran tujangan jabatan sebagai berikut:
Golongan III : 10% gaji pokok
Golongan IV : 20% gaji pokok
Golongan V :30% gaji pokok
Golongan VI :40% gaji pokok
11
Golongan VII :50% gaji pokok
Selain tunjangan jabatan diatas organisasi TI-Indonesia juga
memberikan tunjangan lain berupa tunjangan perumahan yang memiliki
besar 30% dari gaji pokok. Tunjangan keluarga juga diberikan kepada
karyawan TI-Indonesia sebesar 20% dari gaji pokok.
3. Tunjangan Rangkap jabatan
Tambahan tunjangan rangkap jabatan diberikan pada karyawan tetap
yang merangkap tugas jabatan lain diluar jabatan awalnya. Perhitungan
besar tunjangan rangkap jabatan adalah sebesar tunjangan jabatan pada
jabatan baru tanpa mengurangi besar tunjangan jabatan yang lama.
Ketentuan tunjangan rangkap jabatan hanya diberikan pada karyawan yang
merangkap jabatan diluar divisi jabatan asal dengan surat keputusan
organisasi.
4. Tunjangan Tambahan Beban Pekerjaan
Tambahan tunjangan beban pekerjaan diberikan pada karyawan yang
mendapat pekerjaan lain sesuai proyek yang ada dalam organisasi.
Tambahan tugas yang dimaksud merupakan tambahan yang berasal dari luar
divisi yang tempat karyawan yang bersangkutan berada. Besar tunjangan
tambahan beban pekerjaan adalah sebesar Rp. 500.000 sampai dengan
Rp.1.500.000 setiap bulannya.
5. Tunjangan Transport & Uang Makan
Tunjangan makan dan transportasi diberikan kepada seluruh karyawan
kecuali sekretaris jenderal yang diperhitungkan sesuai dengan jumlah hari
masuk karyawan yang bersangkutan. Tunjangan uang makan diberikan
ketika karyawan yang bersangkutan melakukan pekerjaan melebihi pukul
dua belas siang setiap harinya. Perhitungan tetap berlaku pada hari Sabtu
dan Minggu apabila karyawan yang bersangkutan terdapat pekerjaan
tambahan dan akan dibayarkan bersamaan dengan gaji karyawan. Besar
tunjangan makan dan transportasi disesuaikan dengan standar oprasional
prosedur (SOP) bagian keuangan organisasi yang ditetapkan dengan surat
keputusan organisasi.
6. Tunjangan Hari Raya Keagamaan
Tunjangan hari raya atau THR diberikan organisasi kepada
karyawannya setiap tahun satu kali. Pemberian tersebut disesuaikan dengan
kepercayaan karyawan yang bersangkutan. Besar tunjangan hari raya
diberikan selambat-lambatnya dua minggu sebelum hari raya yang
diperhitungkan menggunakan rumus: 𝑴𝒂𝒔𝒂 𝑲𝒆𝒓𝒋𝒂
𝟏𝟐𝑿 (𝑮𝒂𝒋𝒊 𝑺𝒂𝒕𝒖 𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏)
7. Pembayaran Gaji Karyawan Sakit
TI-Indonesia tetap membayarkan gaji bagi karyawan yang mengalami
sakit dengan surat keterangan dokter. Apabila karyawan dirawat di rumah
sakit maka terdapat mekanisme perhitungan gaji tersendiri. Besar
perhitungan gaji karyawan yang dirawat di rumah sakit memiliki ketentuan
sebagai berikut: Masa Kerja Lama Sakit Gaji
3 Bulan
Keatas
< 1 Bulan Pertama 100%
1<3 Bulan Kedua 80%
3<5 Bulan Ketiga 50%
12
< 5 Bulan (Dianggap cuti
diluar tanggungan)
0
b. Administrasi Gaji
Pembayaran gaji karyawan dilaksanakan pada tanggal 28 setiap
bulannya. Apabila pada tanggal tersebut bertepatan dengan hari libur maka
akan dilakukan pengajuan satu sampai dua hari sebelumnya. Pemotongan
dan penahanan pembayaran hak gaji tidak diizinkan kecuali apabila
karyawan yang bersangkutan melakukan pelanggarn peraturan organisasi
ataupun peraturan hukum yang berlaku. Pembayaran gaji dilaksanakan
secara konsisten sesuai dengan standar oprasional dan prosedur yang
berlaku di organisasi.
c. Lembur
Ketentuan mengeai lembur hanya berlaku bagi karyawan administrasi
gologan I dan II. Karyawan yang lembur harus mendapatkan izin langsung
secara tertulis dari atasan dan mengisi formulir lembur kerja. Bagi karyawan
golongan III sampai dengan VIII tidak terdapat perhitungan lembur kerja.
Karyawan pada tingkat manajerial telah mendapatkan tunjangan jabatan
yang diberikan tiap bulannya. Tarif upah lembur yang diperhitungkan oleh
lembaga adalah sebagai berikut: Hari Jam Upah Lembur
Hari Kerja
Biasa
Jam I
Jam II
dst.
1,5x upah satu jam
2x upah satu jam
Hai Libur Jam I
s/d VII
Jam
VIII
Jam IX
dst
2x upah satu jam
3x upah satu jam
4x upah satu jam
d. Penggajian Untuk Pekerjaan Minggu/Sabtu/Event Tertentu
Bagi karyawan yang bekerja atas proyek pada hari libur dengan
ketentuan kurang dari 4 jam maka karyawan yang bersangkutan diizinkan
datang terlambat sebanyak jam yang digunakan bekerja pada hari libur.
Apabila karyawan yang bersangkutan bekerja lebih dari 4 jam maka
karyawan mendapatkan libur pengganti pada hari berikutnya dan tidak
dihitung sebagai cuti tahunan.
Pengelolaan Program Organisasi
Rencana Strategis Program
Transparency International Indonesia (TI-Indonesia) memiliki perencanaan
strategi organisasi yang jelas dan teratur. Strategi organisasi tersebut
memperhatikan prinsip perencanaan yang ada dalam teori manajerial yakni
planning, organizing, actuating, controling (POAC). Perencanaan strategi
organisasi disusun dalam rapat anggota dan disesuaikan dengan perencanaan
strategis organisasi induk Transparency International yang ada di Berlin. Rencana
strategis organisasi tersebut kemudian diturunkan dalam program yang
dilaksanakan oleh organisasi. TI-Indonesia membagi perencanaan strategisnya
menjadi tiga jenis yaitu jangka pendek (3 tahunan), menengah (5 tahunan), dan
perencanaan strategis jangka panjang (10 tahun). TI-Indonesia memetakan strategi
13
organisasinya menjadi empat prioritas yakni organize citizenship, participatory
governance, corporate active citizenship, dan law and justice.
Pelaksanaan Monitoring Evaluasi
1. Monitoring
Pelaksanaan monitoring yang dilakukan TI-Indonesia adalah upaya
pengamatan yang dilakukan organisasi untuk menilai keberlangsungan
program-programnya. Manajer program menilai kembali kerangka program
kerja yang ada di TI-Indonesia. Manajer program melakukan pengkajian
terhadap indikator-indikator pencapaian program kerja. Para pelaksana
administratif organisasi wajib memberikan seluruh data terhadap capaian
program kerja organisasi. Pelaksana program melakukan komunikasi dengan
para pelaksana program yang ada di daerah. Isi dari pelaporan capaian program
adalah kemajuan bagian program yang telah terlaksana dengan keseluruhan
rencana program dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif. Penarikan simpulan
kemajuan program serta analisis kendala yang dapat menghambat target
pelaksanaan program.
2. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi digunakan sebagai bahan acuan perbaikan serta
analisis bersama terhadap program yang telah dicapai baik dari segi relevansi,
efisiensi dan aspek lain dalam pelaksanaan program. Waktu pelaksanaan
evaluasi adalah setelah program yang direncanakan telah selesai dijalankan.
Sekretaris jenderal dan Deputi Sekretaris Jenderal menjadi panelis terhadap
pelaksanaan program TI-Indonesia. Evaluasi program juga digunakan sebagai
bahan masukan pelaksanaan laporan pertanggungjawaban pengurus. Laporan
evaluasi kemudian dikirimkan kepada dewan pengurus dan pihak yang
bekerjasama dengan kegiatan yang bersangkutan sebagai bahan evaluasi dan
perbaikan. Laporan evaluasi juga berisi rekomendasi atas kendala yang
dihadapi bagi pelaksanaan tahun selanjutnya.
3. Pelaporan
Organisasi TI-Indonesia melakukan pertanggungjawaban terkait program
yang dijalankan secara berkala. Pelaporan program tersebut digunakan sebagai
upaya pertanggungjawaban organisasi kepada stakeholder yang ada. TI-
Indonesia membagi pelaporan berkala menjadi pelaporan triwulan, tengah
tahun, laporan tahunan, dan pelaporan pertanggungjawaban akhir. Isi dari
pelaporan ini terkait kinerja masing-masing divisi, laporan keuangan, laporan
pencapaian progam, laporan evaluasi, dan rekomendasi. TI-Indonesia juga
membuat pelaporan terpisah mengenai alokasi dana donatur yang menjalin
kerjasama suatu program atau menjadi penyokong dana program. TI-Indonesia
berusaha mempertanggungjawabkan penggunaan dana dan implementasi
akuntabilitas organisasi.
Pengelolaan Keuangan Organisasi
Prosedur Pembukuan
TI-Indonesia melakukan proses pembukuan sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum. Prosedur tersebut dimulai dengan pembukuan harian baik
catatan penerimaan maupun pengeluaran bank. Kemudian pada tahap kedua
dilakukan penjurnalan transaksi yang dilakukan organisasi. Setiap bulan dilakukan
rekonsiliasi bank guna penyesuaian keuangan. Kemudian dilakukan posting pada
14
buku besar dan membuat kertas kerja keuangan sebagai bayangan orgaisasi meihat
penggunaan keuangan.
Bentuk laporan dari Transparency International Indonesia (TI-Indonesia)
terdiri dari laporan posisi keuangan, penggunaan dana operasional, laporan
penggunaan dana program, dan laporan arus kas. Dalam laporan posisi keuangan
organisasi terdapat keterangan mengenai jumlah aset serta beban yang dimiliki
organisasi. Tidak terdapat pembagian keuntungan dalam laporan keuangan karena
sifat organisasi yang non profit oriented. Seluruh pendanaan berasal dari donatur
dan proyek kerjasama yang dilakukan organisasi dengan pihak lain. Laporan
penggunaan dana oprasional hanya berisi jumlah penerimaan organisasi secara total
bagi oprasional dan total pengeluaranya. Dalam pelaporan penggunaan dana
program berisi besar donasi dari para donatur dan penggunaannya dalam program.
Laporan ini merinci darimana saja donasi yang diterima dan berapa besar donasi
yang diberikan. Laporan arus kas berisi berjalanya kas selama setahun dalam
kegiatan organisasi. Laporan audit yang dikeluarkan auditor tidak terdapat catatan
atas laporan keuangan karena dinilai telah cukup memberikan penjelasan secara
rinci dan dapat digunakan sebagai dasar pemberian opini audit. Organisasi
melaporkan laporan keuangan dalam bahasa inggris karena digunakan sebagai bukti
pada organisasi Induk yang ada di Berlin.
Sistem Perencanaan dan Pelaporan Anggaran
Penyusunan program kerja dan anggaran untuk tahun berikutnya dilaksanakan
dalam rapat akhir tahun oleh pengurus, sekretariat, dan para staf TI-Indonesia.
Selain anggaran, para pengurus juga membahas garis besar haluan program dalam
satu tahun kedepan. Manajer menyusun rencana kerja yang berasal dari rapat divisi
masing-masing. Masukan dan tanggapan dari sekjen dan deputi sekjen akan
menjadi bahan pertimbangan program dan pengunaan anggaran organiasi. Hasil
tersebut akan disampaikan pada dewan pengurus untuk disetujui. Untuk menjamin
kelangsungan pendanaan organisasi seluruh pegawai setingkat manajerial berhak
mencari pendanaan organisasi. Pelaporan penggunaan keuangan dilapokan
bertahap mulai dari pelaporan triwulan, tengah tahun, akhir tahun, dan laporan
pertanggungjawaban pengurus. TI-Indonesia memperhatikan besaran keuangan,
keberlanjutan keuangan, struktur biaya, dan efisisensi pekerja dalam melakukan
pengelolaan organisasi. Pengelolaan aspek tersebut dapat terlihat jelas dengan
gambaran rinci sebagai berikut:
No Ringkasan
Penggunaan
keuangan
2010 2011 2012 2013
1 Besar Keuangan 22.048.776.984,
00
12.781.786520,
00
12.764.668.876,00 17.984.475.037,00
2 Keberlanjutan
keuangan
5.317.468.507,0
0
5.502.913.094,
00
2.496.806.279,70 3.686.895.199,35
3 Struktur biaya 1.305.503.306,0
0
738.260.243,00 1.434.709.803,20 910.344.076,00
4 Efisiensi pekerja 0,71 0,48 0,83 0,27
Dalam tabel tersebut terlihat bahwa TI-Indonesia mengalami naik dan turun
dalam jumlah dana yang dikelola. Hal ini disebabkan oleh jumlah dana donatur
yang tidak pasti besarnya. Pada tahun 2011 dan 2012 TI mengalami penurunan
besar pengelolaan dana yang masuk ke dalam organisasi. Besar dana yang dikelola
15
organisasi pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup besar. Meskipun
organisasi mengalami penurunan penerimaan namun beranjak naik pada tahun
berikutnya menunjukan stabilitas keuangan organisasi.
Organisasi membedakan biaya yang dikeluarkan menjadi biaya program dan
operasional organisasi. Biaya program merupakan besar biaya yang digunakan
organisasi dalam kerjasamanya dengan pihak lain atau melaksanakan program
strategisnya. Biaya operasional meliputi biaya pengelolaan administrasi kantor dan
sumberdaya manusia yang ada dalam organisasi. Perincian dari pengelolaan
digambarkan sebagai berikut:
Tahun Belanja
Program
Belanja
Oprasional
Total Belanja Rasio
Oprasional
Rasio
Program
2010 19.918.152.700,0
0
1.305.503.306,00 21.223.656.006,
00
0,06 0,94
2011 11.858.081.699,0
0
728.260.234,00 12.596.341.933,
00
0,06 0,94
2012 14.331.880.087,3
0
1.434.709.803,00 15.766.589.890.
30
0,09 0,91
2013 15.599.941.679,8
8
910.344.076,00 16.510.258.755,
88
0,06 0,94
Dalam tabel diatas terlihat bahwa TI-Indonesia telah mengelola dana
operasionalnya dengan baik. Hal ini terlihat dengan penggunaan dana operasional
yang kecil jika dibandingkan dengan dana program. TI-Indonesia memang
melakukan efisiensi penggunaan biaya operasional agar dapat lebih dimaksimalkan
bagi program penuntasan korupsi. Selain itu TI-Indonesia memisahkan keuangan
menjadi dana terikat dan tidak terikat. Untuk dana terikat merupakan pendanaan
dari donatur program yang hanya dapat digunakan bagi kepentingan program
tersebut. Sisa dana program yang tidak dikembalikan oleh organisasi akan menjadi
dana bebas yang dapat digunakan oleh TI-Indonesia.
Legitimasi Masyarakat
Upaya Penyampaian Informasi Publik
TI-Indonesia berupaya melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam
melaksanakan programnya. Orgaisasi melibatkan pemuda sebagai upaya
pengkaderan para penggiat anti korupsi. Melalui acara streetart, bazar, kampanye,
diskusi dan musik yang diadakan, TI-Indonesia berupaya menyampaikan gagasan
visi, misi, tujuan, dan programnya secara langsung kepada masyarakat. Organisasi
juga meberikan perhatian khusus kepada peran aktif masyarakat dengan
memasukan aspek kontribusi masyarakat menjadi salah satu prioritas strategi
organisasi.
Pengakuan Masyarakat
TI-Indonesia mendapatkan pengakuan masyarakat melalui program yang
melibatkan masyarakat secara langsung. Selain itu, TI-Indonesia mendapatkan
pengakuan dari para stakeholder yang pernah bekerjasama dengan organisasi. TI-
Indonesia mampu menjadi fasilitator pertemuan para stakeholdernya dalam
membahas korupsi. TI-Indonesia juga mampu membuat berbagai pakta integritas
bersama berbagai lembaga negara. TI-Indonesia juga dapat mengeluarkan indeks
dari presepsi korupsi yang dijalankan secara rutin dan menjadi salah satu rujukan
peneliti dalam menilai atau meneliti mengenai korupsi. Akan tetapi TI-Indonesia
16
belum mengeluarkan indeks atau penelitian empiris terkait kinerjanya atau
pemahaman masyarakat pada kinerja organisasi.
PENUTUP
Berdasarkan analisis penerapan prinsip akuntabilitas yang ada di organisasi,
peneliti menyimpulkan bahwa penerapan prinsip akuntabilitas yang ada di
organisasi diterapkan dengan baik dan memenuhi aspek penilaian prinsip
akuntabilitas. Organisasi membuat laporan tahunan yang berisi pengelolaan
organisasi, pelaksanaan program, hasil evaluasi kinerja, dan keuangan pada
stakeholder yaitu anggota organisasi dan masyarakat. Organisasi Transparency
International Indonesia juga melaporkan pemasukan dan penggunaan keuangan
donatur pada kantor pusat Transparency International yang ada di Berlin.
Transparency International hanya menentukan standar pelaporan keuangan
organisasi cabang yang ada di negara lain. Transparency International
membebaskan pengelolaan dilakukan sesuai nilai yang ada dalam negara oprasional
cabang masing-masing. Transparency International Indonesia membuat standar
internal bagi pelaporan program, evaluasi kinerja, pelaksanaan program, dan
standar oprasional prosedurnya. Standar yang digunakan organisasi Transparency
International Indonesia dalam pelaporan keuangan adalah standar pelaporan yang
juga digunakan oleh kantor pusat Transparency International yaitu standar
pelaporan keuangan bagi Non Governance Organization (NGO). Isi dari laporan
keuangan tahunan Transparency International Indonesia adalah laporan posisi
keuangan, laporan penggunaan dana oprasional, laporan penggunaan dana program,
dan laporan arus kas. Laporan keuangan Transparency International Indonesia
diaudit setiap tahun oleh auditor independen. Opini yang dihasilkan auditor bagi
Trasparency International Indonesia selama periode 2009-2013 adalah wajar tanpa
pengecualian. Organisasi memiliki karyawan tetap yang memiliki komitmen tinggi,
hal tersebut terlihat dengan adanya karyawan yang mengundurkan diri secara
sukarela jika terindikasi melakukan pelanggaran kode etik organisasi. Akan tetapi
organisasi dihadapkan pada permasalahan terkait pegawai magang, pegawai lepas,
dan sukarelawan yang seringkali tidak serius dan kurang mampu
dipertanggungjawabkan kinerjanya.
Setelah melakukan analisis terkait penerapan prinsip transparansi yang
diberlakukan di organsasi, peneliti menyimpulkan bahwa organisasi TI-Indonesia
telah menerapkan prinsip transparansi secara baik. TI-Indonesia telah menerapkan
ketentuan yang ada dalam undang-undang keterbukaan informasi publik secara
baik. Akan tetapi organisasi masih terkendala penelitian terkait kinerja
organisasinya dimana mayarakat umum masih kurang dilibatkan dalam melakukan
evaluasi kinerja organisasi. Organisasi belum memiliki penelitian atau survey yang
menyatakan kualitas program yang dijalankan diluar perspektif stakeholdernya
(pengurus, pengawas karyawan, dan anggota organisasi).
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penilaian dari prinsip akuntabilitas dan
transparansi sulit ditemukan pembandingnya sehingga menyulitkan peneliti dalam
menarik kesimpulan penelitian. Salah satu standar yang pernah diterbitkan adalah
standar pengukuran akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi pada tahun 2003
oleh Krina. Selain itu, terdapat peraturan umum Good Corporate Governance yang
dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Akan tetapi, peraturan tersebut
digunakan bagi pemerintahan daerah atau lembaga pelayanan milik pemerintah dan
17
tidak pada LSM. Standar pengukuran terkait akuntabilitas dan transparansi yang
khusus bagi LSM baru dikeluarkan oleh Yayasan Tifa pada tahun 2005 dan belum
terdapat peraturan resmi lain terkait hal tersebut. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut peneliti melakukan diskusi dengan manajemen untuk memperoleh hasil
yang terbaik. Sehingga peneliti diharapkan dapat lebih objektif sesuai kondisi
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ageng, Nata. 2009. Distorsi Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam
Perspektif Civil Society Di Kabupaten Grobogan. Tesis. Semarang: Program
Studi Magister Ilmu Politik Universitas Diponegoro.
Bapepam. 2006. Pedoman umum good corporate governance di Indonesia.
(www.ecgi.org diakses 4 September 2015).
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu pengantar, Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Penerbit Erlangga.
Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar – Dasar Ilmu PolitikMenggapai Kedaulatan
Rakyat. Jakarta: Mizan.
Cooper, Donald R. dan Schindler, Pamela S. 2011. Business Research Methods.
New York: McGRAW-HILL.
Culla, Adi Suryadi. 2005. Masyarakat Sipil dalam Prespektif Wacana dan Aksi
Ornop di Indonesia studi kasus pada Walhi dan YLBHI dalam era Orde Baru.
Desesrtasi. Jakarta: Program Studi Doctor Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Fahrudin, Wawan. 2003. Akuntabilitas dan Transparansi LSM dalam Proses
transformasi Sosial Menuju Masyarakat Demokratis di Indonesia. Journal for
civil society empowerment. Vol. 1, No. 2, Agustus 2003. 37-48.
Gozyali, Muhammad. 2012. Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pengelolaan
Keuangan (Studi Kasus Pada Indonesia Corruption Watch). Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Sarjana Akuntansi Universitas Islam Indonesia.
Hafild, Emmy. 2008. Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Jakarta:
Transparency International Indonesia.
Hornby, A.S. 2009. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford: Oxford
University Press.
Jogiyanto, H. M. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan
pengamalan-pengamalan. Yogyakarta: BPFE.
Krina, L. L. 2003. Indikator dan Alat Ukur Akuntabilitas, Transparansi, dan
Partisipasi. (www.solex-un.net diakses 4 September 2015).
Krisna, Udayasankar. 2008. Corporate Sosial Responsibility and Firm Size.
Journal of Business Ethics. Volume. 83. Issue: 3. Pages 167-175. Lembaga Administrasi Negara. 2004. Modul Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mahardika, Friseska. (2012). Lembaga Swadaya Masyarakat (Lsm) Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
(Studi Tentang Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam
Perlindungan Perempuan Korban Tindak Pidana Kesusilaan di
Purwokerto).Skripsi. Purwokerto: Program Studi Sarjana Hukum Universitas
Jenderal Sudirman.
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.
18
Mardiasmo. 2011. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui
Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi
Pemerintah Vol. 2, No. 1, Mei 2011. 1-17.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta: Rineka
Cipta.
Pirac. 2011. Pola Potensi Sumbangan Masyarakat Survey Rumah Tangga Sebelas
Kota Besar. (www.pirac.org diakses 20 September 2015).
Putri, Ira Ardella. 2013. Implementation of Accountability and Transparency in
Public Service (Study Case at IRD RSUD Dr. Saiful Anwar). Skripsi. Malang:
Program Studi Sarjana Akuntansi Universitas Brawijaya.
Rahmanurrasjid, Amin. 2008. Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Pemerintah
Yang Baik Di Daerah. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Ilmu Hukum
Universitas Diponegoro.
Renyowijoyo, Muindro. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non Laba,
Edisi 1. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam
Rangka Otonomi Daerah,. Bandung: Mandar Maju.
Selamat, Melani Dwiyanti. 2012. Penerapan Prinsip Good Governance Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Study pada Sekertariat Daerah
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro).
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/viewFile/1558/1251
Diakses 29 September 2015)
Sudjana, Nana & Ibrahim. 1989. Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung:
Sinar Baru.
Tifa. 2005. Mengukur Transparansi dan Akuntabilitas LSM.
(www.tifafoundation.org diakses 1 September 2015).
Wasistiono, Sadu. 2003. Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Bandung: Fokus Media.
Widodo, Joko. (2001). Good Governance (Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah). Surabaya:
Insan Cendekia.
www.ti.or.id diakses 28 September 2015
www.trasparency.org diakses 28 September 2015
www.undp.org diakses 28 September 2015
Zetra, Aidinil. 2009. Strategi Pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah
dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Daerah. (www.bpk.go.id/web/files/2009/07/270609-aidinil-zetra.pdf. Diakses
29 September 2015).
.Peraturan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 Tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba.
.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1985 Tentang
Organisasi Kemasyarakatan.
. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik Sebagai Implementasi Transparansi
. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
19
.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggungjawab Keuangan Negara
.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi Kolusi Dan
Nepotisme (KKN).