analisis implementasi qanun nomor 5 tahun 2003 …

59
ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG GAMPONG (Studi Gampong Tangkeh Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat) SKRIPSI OLEH : EDAR WITA NIM : 07C20201034 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN2003 TENTANG WEWENANG GAMPONG

(Studi Gampong Tangkeh Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat)

SKRIPSI

OLEH :

EDAR WITANIM : 07C20201034

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT

2013

Page 2: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN2003 TENTANG WEWENANG GAMPONG

(Studi Gampong Tangkeh Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat)

SKRIPSI

OLEH :

EDAR WITANIM : 07C20201034

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana SosialPada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT

2013

Page 3: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perjalanan pemerintahan gampong di propinsi Aceh tidak jauh berbeda

dengan yang terjadi di provinsi lainnya di tanah air, walaupun pada tahun 2004 ,

lahir Undang-Undang nomor 32 tentang pemerintahan daerah disahkan sebagai

pengganti Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 Tentang Pelaksanaan

Keistimewaan Daerah Istimewa Aceh. Implementasi Undang-Undang nomor 22

tahun 1999 sendiri belum seluruhnya dapat dijalankan telah lahir Undang-

Undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dimana regulasi yang mangatur tentang gampong diatur ditingkat

propinsi. Realisasi Amanah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 kemudian

dituangkan dalam Qanun Nomor 05 tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong

dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Undang-Undang Nomor 11 tentang

Pemerintah Aceh disahkan Pada tahun 2006, dan menggantikan Undang-Undang

Nomor 18 tahun 2001 dan tentunya keberadaan Qanun nomor 05 tahun 2003 tidak

berlaku lagi, sementara perangkat hukum yang sesuai dengan amanah pasal 117

UUPA hingga saat ini hanya beberapa kabupaten/kota di provinsi Aceh yang

telah memilikinya, sehingga saat ini implementsi pemerintahan Gampong secara

umum masih dirujuk pada Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005.

Pemerintahan Gampong adalah pemerintahan terendah yang dipimpin oleh

keuchik di bawah pemerintahan kecamatan. Penyelengaraan pemerintah gampong

tidak terlepas dari kepemimpinan dan keberadaan perangkat organisasi

Page 4: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

2

2

pemerintahaan gampong yang menjalankan semua kegiatan yang berkenaan

dengan wewenang gampong dan pembangunan masyarakat gampong.

Pembangunan masyarakat gampong pada dasarnya merupakan suatu suatu

proses yang sengaja, terarah, dan terencana, terkoordinir dan terpadu dengan

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala aspek

kehidupan dan penghidupan secara menyeluruh dan menyentuh aspirasi

masyarakat sehingga merasa bertanggung jawab dan merasa memiliki.

Gampong sendiri haruslah memiliki aturan-aturan atau petunjuk-petunjuk

serta adat istiadat, sehingga segala sesuatunya memiliki nilai, baik dari segi

hukum maupun agama. Kedudukan, tugas, fungsi dan wewenang gampong sangat

berperan penting dalam segala aspek kehidupan disegala lapisan sosial

masyarakat. Semua ini dilaksanakan oleh pemerintah gampong dalam

menjalankan wewenang dengan adanya stuktur kepemerintahan agar keadaan

gampong menjadi stabil dalam segala aspek, baik dari segi pelaksanaan

pembangunan, pembinaan masyarakat disegala bidang, peningkatan pelaksanaan

syariat islam, peningkatan percepatan pelayanan serta penyelesaian sengketa-

sengketa hukum yang ada di gampong.

Untuk dapat mewujudkan itu semua berjalan sebagaimana mestinya

dibutuhkan orang-orang yang betul-betul faham serta berperan penting dalam

menjalankan roda pemerintahan gampong. Kerja sama serta partisipasi pemerintah

gampong dalam hal ini memegang andil yang sangat besar dalam menentukan

masa depan gampong ke depan.

Melihat lembaga pemerintahan gampong yang mempunyai peranan yang

sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong, keuchik beserta

Page 5: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

3

3

perangkat gampong dan tuha peuet harus menjalankan tugas dan fungsi sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan. Ketentuan mengenai kepemerintahan

gampong tertuang dalam Qanun nomor 5 tahun 2003 Tentang Pemerintahan

Gampong, dalam hal kedudukan, tugas, fungsi dan wewenang gampong, yang

merangkum semua tentang kebijakan-kebijakan sebuah gampong. Mengingat

bahwa pemerintah gampong merupakan suatu organisasi, maka organisasi itu

haruslah sederhana dan efektif serta memperhatikan dan mengingat kenyataan

masyarakat setempat.

Oleh sebab itu pemerintahan gampong harus memiliki struktur

kepemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan dalam masyarakat tertentu.

Perlunya dikembangkan dan diberdayakan kelembagaan gampong. Kelembagaan

gampong tidak perlu di seragamkan pada setiap gampong. Suatu hal yang penting

bahwa lembaga sosial merupakan wadah aspirasi masyarakat yang menjadi

pendorong dinamika masyarakat gampong, lembaga-lembaga sosial yang tumbuh

dan berkembang sesuai dengan budaya, adat istiadat setempat dan termasuk

bagaimana mengelola lembaga-lembaga gampong. Melalui qanun tersebut

diharapkan permerintah gampong yang ada dapat menjalankan roda

pemerintahannya dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga

kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.

Gampong Tangkeh merupakan salah satu gampong yang terdapat di

Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat yang memiliki susunan struktur

kepemerintahan gampong sebagaimana gampong lainnya yang ada di Kabupaten

Aceh Barat. Dilihat dari beberapa aspek, baik dari aspek pelaksanaan

pembangunan, pembinaan masyarakat, peningkatan pelaksanaan syariat Islam,

Page 6: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

4

4

peningkatan percepatan pelayanan serta penyelesaian sengketa-sengketa hukum

yang ada di gampong selama ini masih terlihat banyak kekurangan yang perlu

dipebaiki bersama.

Berbagai kelemahan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya

ialah tentang bagaimana para aparatur pemerintah gampong dalam menjalankan

kedudukan, tugas, fungsi serta wewenang gampong yang tertuang dalam Qanun

nomor 5 tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong, dalam pelaksanaan

wewenang gampong, apakah telah dilaksanakan sesuai dengan Qanun tersebut

atau tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Kalau telah dilaksanakan dengan

baik sesuai aturan, maka perlu ditingkatkan kembali, kalau belum dilaksanakan,

maka harus dicari penyebab atau kendalanya.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis perlu melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Impementasi Qanun Nomor 5 Tahun 2003

tentang Wewenang Gampong (Studi pada Gampong Tangkeh, Kecamatan

Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang wewenang

gampong di Gampong Tangkeh Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh

Barat?

2. Kendala apa sajakah yang dihadapi dalam penerapan Qanun nomor 5

tahun 2003 tentang wewenang gampong di Gampong Tangkeh Kecamatan

Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat?

Page 7: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

5

5

1.3 Tujuan penelitian

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang

wewenang gampong pada Gampong Tangkeh Kecamatan Woyla Timur

Kabupaten Aceh Barat.

2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam melaksanakan

Qanun no 5 tahun 2003 mengenai wewenang gampong di Gampong

Tangkeh Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat.

1.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan terutama

yang berkaitan dengan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan

gampong. Dalam hal wewenang dan kedudukan gampong.

2. Secara praktis,

a. Dapat bermanfaat bagi pemerintahan Gampong Tangkeh, sebagai bahan

acuan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan gampong, khususnya

masalah wewenang gampong yang sedang dijalankan oleh keuchik dan

seluruh perangkatnya.

b. Dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran atau sebagai bahan

masukan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan

kedudukan, tugas, fungsi dan wewenang gampong di masa yang akan

datang.

Page 8: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

6

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

2.1.1 Penelitian Muklir (2001)

Dari hasil penelitian dengan judul Demokratisasi Pemerintahan Gampong

Dalam Mendukung Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Studi

Kelembagaan Birokrasi Pemerintah Gampong Di Kecamatan Baktya Timur

Kabupaten Aceh Utara) dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kurangnya

kualitas sumber daya manusia dalam hal kemampuan inovatif maka kelembagaan

birokrasi pemerintahdesa benarbenar sama dengan strukturorganisasi yang

disodorkan dalam peraturan daerah tanpa adanya pengembangan yang disesuaikan

dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Proses Pembuatan Kebijakan dan Pengambilan Keputusan Untuk

mengetahui proses pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam

birokrasi pemerintahan Gampong dapat dilihat dalam proses pembuatan peraturan

gampong. Pengaturan mengenai hal tersebut terdapat dalam Qanun Kab.Aceh

Utara tentang Peraturan Gampong yang di dalamnya berisi mengenai pedoman

mulai dari proses penyusunan sampai dengan penetapan Qanun.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka terdapat perbedaan dan persamaan

dengan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis. Adapun persamaan dalam

penelitian ini adalah sama membahas tentang gampong. Sedangkan perbedaannya

adalah, penelitian yang dibahas oleh penulis lebih membahas mengenai Qanun

Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong dalam hal wewenang

Page 9: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

7

7

gampong. Sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada demokratisasi gampong

dalam mendukung otonomi khusus provinsi Aceh.

2.1.2 Penelitian Melisa Fitra (2009)

Penelitian dengan judul Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Desa Buntu Nanna Kecamatan Ponrang

Kabupaten Luwu. Dari penelitian kesimpulan bahwa Badan Permusyawaratan

Desa di Desa Buntu Nanna telah melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu

menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat dengan baik. Hal ini terbukti dengan kemampuan BPD Buntu

Nanna yang tidak hanya menampung dan menyalurkan aspirasi saja, BPD juga

merealisasikan aspirasi tersebut dalam bentuk peraturan desa meski tidak semua

dari aspirasi tersebut dijadikan peraturan desa. Hal ini disebabkan oleh

pertimbangan efektivitas, bahwa jika setiap aspirasi dirumuskan dalam peraturan

desa maka akan kurang efektif karena membutuhkan waktu yang panjang

membuat suatu perdes sedangkan kebutuhan masyarakat akan tersalurnya aspirasi

dalam Perdes semakin besar. Dalam hal ini, BPD bersama Pemerintah Desa

mengambil tindakan langsung untuk melaksanakannya. Adapun dalam

pelaksanaan Tupoksi yaitu mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala

Desa dan pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa juga telah dilaksanakan

oleh BPD di Desa Buntu Nanna.

Dari penelitian tersebut dapat dibedakan dengan penelitian yang dilakukan

penulis. Adapun perbedaannya yaitu penelitian penulis lebih membahas masalah

Qanun yang berkaitan dengan wewenanga gampong dalam pemerintahan

gampong. sedangkan penelitian ini lebih berfokus peranan BPD (Tuha Peut dalam

Page 10: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

8

8

pelaksanaan pemerintahan desa. Jadi persamaan penelitian ini adalah sama-sama

membahas tentang pemerintah desa atau gampong.

2.2. Pengertian Implementasi

Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik adalah

implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya merupakan

pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif atau para pengambil

keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh. Akan tetapi dalam

kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting karena suatu

kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik

dan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana suatu

kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan itu

sendiri. Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to

implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan)

berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk

melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan

dampak/akibat terhadap sesuatu Webster dalam Wahab (2006, h. 64).

Menurut Van Meter dan Van Horn- dikutip oleh Wahab (1990, h. 51)

Implementasi adalah, “tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu

atau pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”.

Sedangkan Mazmanian dan Sabatier dikutip oleh Putra (2003, h. 84) menyatakan

bahwa:

“Mengkaji masalah implementasi berarti berusaha memahami apayang nyata terjadi sesudah program diberlakukan atau dirumuskan,yakni peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah

Page 11: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

9

9

proses mengesahkan kebijakan, baik yang menyangkut usaha-usahamengadministrasikannya maupun yang menimbulkan dampak nyatapada masyarakat atau kejadian-kejadian tertentu”.

Implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu

kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Dari pegertian-

pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi merupakan suatu

proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan

harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh

birokrasi dari terciptanya suatu tujuan yang bias tercapai dengan jaringan

pelaksana yang bias terpercaya.

Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, dapat dirumuskan bahwa

proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut

perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan

program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan

menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang

langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak

yang terlibat pada akhirnya berpengaruh pada kebijakan baik yang negatif

maupun positif.

Setelah sebuah kebijakan publik dibuat atau dirumuskan, baik menyangkut

program maupun kegiatan-kegiatan, maka tahapan selanjutnya adalah tindakan

pelaksanaan atau implementasi. Sebab kebijakan publik yang tidak

diimplementasikan hanya menjadi sebatas kumpulan aturan-aturan pemerintah

yang tidak berfungsi sama sekali. Oleh karena itu, Wahab (1990, h. 51)

mengemukakan bahwa pelaksanaan atau implementasi kebijakan adalah sesuatu

Page 12: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

10

10

yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan.

Sebagaimana Cheema dan Rondinelli dikutip Wibawa (1994, h. 15) menyatakan

bahwa dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan

melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses

interaksi di antara dan menentukan seseorang yang diinginkan.

Terdapat beberapa definisi yang coba diangkat oleh ahli tentang

implementasi, namun konsepnya tetap sama yaitu merupakan rangkaian proses

penerjemahan dari kebijakan yang direspon berupa aksi atau tindakan para pelaku

pembangunan secara konsisten dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang

telah digariskan oleh kebijakan yang dimaksud. Dalam mengimplementasikan

suatu kebijakan, diperlukan suatu input yang berupa peraturan perundang-

undangan sebagai acuan, sumber daya manusia sebagai pelaksana, sumber daya

keuangan yang akan mendukung pelaksanaan kebijkan, komitmen pelaku-pelaku

yang terkait.

Pada dasarnya semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat memiliki

harapan yang sama bahwa suatu kebijakan harus berhasil dalam proses

implementasinya. Keberhasilan implementasi dapat dilihat dari terjadinya

kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan,

sasaran, kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak dan hasil yang baik bagi

pemecahan permasalahan yang dihadapi serta dalam implementasinya mampu

menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Untuk mengimplementasikan

kebijakan, secara rinci Casley dan Kumar, yang dikutip oleh Wibawa, dkk

(1994,h. 16) menawarkan sebuah metode dengan enam langkah sebagai berikut:

Page 13: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

11

11

1. Identifikasi masalah. Batasilah masalah yang akan dipecahkan atau

dikelola dan pisahkan masalah dari gejala yang mendukungnya.

Rumuskan sebuah hipotesis;

2. Tentukan faktor-faktor yang menjadikan adanya masalah tersebut.

Kumpulkan data kuantitatif maupun kualitatif yang memperkuat hipotesis;

3. Kajilah hambatan dalam pembuatan keputusan. Analisislah situasi politik

dan organisasi yang dahulu mempengaruhi pembuatan kebijakan.

Pertimbangkan berbagai variabel seperti komposisi staf, moral dan

kemampuan staf, tekanan politik, kepekaan budaya, kemauan penduduk

dan efektivitas manajemen. Hindari diskusi yang tidak realistis;

4. Kembangkan solusi-solusi alternatif;

5. Perkirakan solusi yang paling banyak. Tentukan kriteria dengan jelas dan

terapkan (applicable) untuk menguji kelebihan dan kekurangan setiap

solusi alternatif; dan

6. Pantaulah terus umpan balik dari tindakan yang telah dilakukan guna

menentukan tindakan yang perlu diambil berikutnya.

Suatu kebijakan (publik) dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu

menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Jan Marse (dalam Wahab, 1990, h. 46-

47) mengatakan bahwa:

“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaituinformasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkanadanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakanmaupun kepada para pelaksana isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimanaimplementasi kebijakan dapat gagal karena masih samanya isi atau tujuankebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern ataupun eksternkebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publikakan sangat sulit bila pada pelaksanannya tidak cukup dukungan untukkebijakan tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait denganpembagian potensi di antaranya para aktor implementasi dan juga

Page 14: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

12

12

mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan differensiasitugas dan wewenang”.

2.3 Pemerintah Gampong

Talizuduhu Ndraha (1994, h. 12) mengartikannya “pemerintahan adalah

proses pelayanan publik kepada masyarakat dan setiap individu masyarakat”.

Sedangkan menurut Pamudji (1992, h. 27) pemerintahan diartikan sebagai berikut:

1. Pemerintahan dapat diartikan dalam arti luas adalah perbuatan memerintah

yang dilakukan oleh organ-organ atau badan-badan legislatif, eksekutif

dan yudikatif dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan negara (tujuan

nasional).

2. Pemerintah dalam arti sempit adalah perbuatan memerintah yang

dilakukan oleh organisasi eksekutif dan jajarannya dalam rangka mencapai

tujuan pemerintahan.

Kedudukan Aceh sebagai daerah provinsi dalam bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia mempunyai beberapa keistimewaan. Keistimewaan Aceh

ditentukan dalam UU No. 44 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keistimewaan

Daerah Istimewa Aceh. Ruang lingkup keistimewaan Aceh tersebut berdasarkan

UU No. 44 Tahun 1999 meliputi 4 (empat) macam bentuk yaitu sebagai berikut:

1. Bidang agama;

2. Bidang Adat;

3. Bidang pendidikan; dan

4. Peran Ulama

Berdasarkan ketentuan diatas tersebut maka dapat dikaji bahwa Aceh

merupakan daerah Provinsi yang bersifat istimewa. Salah satunya adalah bidang

Page 15: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

13

13

adat istiadat. Kehidupan tatanan masyarakat Aceh identik dengan adat dan budaya

yang hidup. Peranan adat dalam kehidupan masyarakat Aceh menentukan prilaku

dan watak masyarakat Aceh.

Dalam UU No. 44 Tahun 1999 disebutkan ada empat keistimewaan yang

dimiliki oleh Aceh diantaranya yaitu:

a. Penerapan syariat islam dalam seluruh aspek kehidupan beragama;

b. Penggunaan kurikulum pendidikan berdasarkan syariat islam tanpa

mengabaikan kurikulum umum;

c. Pemasukan unsur adat dalam struktur pemerintahan desa;

d. Pengakuan peran ulama dalam penentuan kebijakan daerah. (Ahmad

Syaukani dan A. Ahsin Thohari, 2004, h. 98).

Sebagai tindak lanjut dari UU No. 44 Tahun 1999 tersebut maka

pemerintahan daerah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, mengeluarkan

kebijakan daerah berupa Qanun No. 3 Tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Majelis Permusyawaratan Ulama, Qanun No. 5 Tahun 2000 tentang

Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh, Qanun No. 6 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan, dan Qanun No. 7 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Adat.

Dalam pertimbangan Qanun No. 7 Tahun 2000 menyebutkan bahwa adat

merupakan nila-nilai sosial budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat

di Daerah Istimewa Aceh, karena itu perlu pembinaan terus menerus. Selanjutnya

dalam rangka mengisi keistimewaan Aceh, perlu dilakukan pembinaan,

pengembangan dan pelestarian terhadap penyelenggaraan kehidupan adat

Page 16: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

14

14

sehingga dapat dijadikan pegangan dan pedoman dalam penyelenggaraan Hukum

Adat dan Adat Istiadat di Propinsi Daerah Istimewa Aceh.

Pelaksanaan hukum adat di Aceh secara berlanjut dilaksanakan oleh

lembaga adat. Lembaga adat yang hidup di Aceh terdiri dari Mukim, Imeum

Mukim, Tuha Lapan, Keuchik, Tuha Peut, Imeum Meunasah, Keujreun Blang,

Panglima Laot, Peutua seunubok, Haria Peukan, dan Syahbanda. Tiap lembaga

adat tersebut mempunyai tugas dan kewenangan masing-masing baik yang

melekat pada tiap lembaga maupun berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Pelaksanaan adat istiadat di Aceh dapat berkembang sejauh kebutuhan dan

kehendak masyarakat Aceh itu sendiri dan selama tidak bertentangan dengan

agama islam. Dalam komunitas masyarakat yang melaksanakan adat istiadat maka

dengan serta merta hidup didalamnya hukum adat. Hukum adat sendiri bersifat

relatif, tidak kaku sehingga memungkinkan untuk berkembang.

Tiap jabatan struktural dalam pemerintahan adat melekat fungsi sesuai

dengan bentuk organ. Menurut Jimly, organ adalah struktur dalam sebuah lembaga

dan fungsi adalah atribut yang melekat dalam organ untuk melaksanakan

kewenangan (Jimly Asshiddiqie, 2006, h. 80) eksistensi lembaga adat di Aceh

diakui sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan legitimasi lembaga adat

dikuatkan dalam UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

Mengenai keberadaan organ ada 2 (dua) unsur pokok yang saling

berkaitan yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk atau wadah, sedangkan

functie adalah gerakan suatu wadah yang sesuai dengan maksud pembentukannya

(Jimly Asshiddiqie, 2006, h. 45). Hukum adat hidup dan berkembang dalam

masyarakat dimulai dari wilayah terkecil dari suatu daerah yaitu gampong.

Page 17: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

15

15

Legitimasi gampong ditentukan dalam Qanun No. 5 Tahun 2003 tentang

Pemerintahan Gampong. Pemerintahan gampong meliputi perangkat gampong

yaitu Keuchik dan Tuha Peut.

Dengan berlakunya otonomi khusus untuk Aceh, maka diperlukan

penataan kembali kedudukan, tugas, fungsi, dan wewenang Pemerintahan

Gampong dalam penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan pelaksanaan

Syari'at Islam serta pengembangan adat dan adat istiadat. Salah satu peran

pemerintahan gampong dalam hal pengembangan adat adalah mewujudkan

perdamaian gampong dengan menyelesaikan sengketa secara adat oleh lembaga

adat.

Pasal 12 huruf f Qanun No. 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong

menyebutkan bahwa Keuchik bertugas untuk menjadi hakim perdamaian antar

penduduk dalam gampong. Pada Pasal 35 huruf b Qanun Nomor 5 Tahun 2003

yang berbunyi "Tuha Peuet bertugas memelihara kelestarian adat-istiadat,

kebiasaan-kebiasaan dan budaya setempat yang masih memiliki asas manfaat".

Dari pasal ini dapat dijabarkan bahwa kedudukan Tuha Peuet dalam

menyelesaikan sengketa gampong adalah salah satu upaya memelihara kelestarian

adat-istiadat.

Berdasarkan ketentuan diatas maka hubungan antara keuchik dan tuha peut

gampong adalah sebagai organ yang menjalankan fungsi peradilan adat di

gampong dengan tujuan menjaga perdamaian dan kelestarian adat di gampong.

Selain keuchik dan tuha peut yan menjadi pelaksana dalam peradilan adat di

gampong adalah imeum meunasah.

Page 18: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

16

16

Peran Keuchik selaku eksekutif yang menjalankan roda pemerintahan

gampong dan Tuha Peuet selaku legislatif yang mengawasi pelaksanaannya dan

juga kedua lembaga ini juga berperan penting dalam mewujudkan perdamaian di

gampong. Jadi, peran lembaga adat sebagai mediator penyelesaian sengketa

menjadi sangat penting untuk menyelesaikan berbagai hal sehingga terhindar dari

sengketa yang besar.

2.4 Pengertian Gampong

Gampong Merupakan kesatuan hunian’asli’ Aceh yang dikenal sejak

sebelum Aceh menjadi wilayah kesultanan (Abad ke I6). Gampong adalah

kesatuan wilayah hukum terendah yang asli lahir dari masyarakat, bahkan

sebelumnya mukim yang merupakan kumpulan beberapa gampong, yang muncul

setelah masa kesultanan di abad ke 16 dan 17.

Menurut T. Syamsuddin (dalam Puteh, 2012, h. 177) menjelaskan bahwa

“gampong adalah daerah hukum kecil di Aceh, seperti desa di jawa, dusun di

sumatera selatan, Huta di Tapanuli dan Nagari di Minang Kabau dan Kampung di

wilayah Melayu.”

Badruzzaman Ismail, Dkk (Dalam Puteh, 2012, h.177) mengatakan bahwa

“gampong adalah daerah yang memiliki rakyat dengan susunan pemerintahan

sendiri. Dia juga menambahkan bahwa suatu gampong juga memiliki tatanan

aturan, harta kekayaan dan batas territorial. Gampong berwenang penuh untuk

mengembangkan adat dan istiadatnya, bahkan berfungsi menyelenggarakan

peradilan adat sesuai dengan tatanan adat yang mereka miliki”.

Dalam Pasal 2 dan 3 Qanun No. 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan

gampong, menyebutkan bahwa gampong merupakan organisasi pemerintahan

Page 19: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

17

17

terendah yang berada di bawah mukim dalam struktur organisasi pemerintahan

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Gampong mempunyai tugas

menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, membina

masyarakat dan meningkatkan pelaksanaan Syari’at Islam.

Pasal 1 Angka 20 Undang-Undang No.11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh bahwa Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang

berada di bawah Mukim dan dipimpin oleh Keuchik atau nama lain dan berhak

menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri.

Menurut T. M. Juned (2003, h. 35) menyatakan bahwa “Gampong dapat

berarti sebagai tempat hunian penduduk atau persekutuan masyarakat hukum adat

dan dapat pula berarti sebagai suatu kesatuan unit pemerintahan di negara kita”.

Setiap Gampong mempunyai sekurang-kurangnya sebuah Meunasah (Mushalla),

bahkan sekarang ini telah lebih dari satu Meunasah (Mushalla).

Selanjutnya T. Djuned (2003, h. 11) mengemukakan bahwa: “gampong

dalam arti fisik merupakan sebuah kesatuan wilayah yang meliputi tempat hunian,

blang, padang dan hutan. Dalam arti hukum Gampong merupakan Persekutuan

Masyarakat Hukum Adat yang bersifat territorial. Rusdi Sufi, dkk (2002, h. 33-

39) berpendapat bahwa :

“Gampong terbentuk pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636),yakni bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan diAceh. Pada masa itu, sebuah gampong terdiri dari kelompok rumahyang letaknya berdekatan satu sama lain. Pimpinan gampong disebutkeuchik, yang dibantu seseorang yang mahir dalam masalahkeagamaan dengan sebutan teungku meunasah. Gampongmerupakan pemerintahan bawahan dari mukim”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Gampong

adalah gabungan dari Jurong atau Dusun dan merupakan kesatuan hukum yang

Page 20: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

18

18

bercorak agama serta pimpinan Gampong disebut dengan Keuchik Gampong.

Dalam struktur pemerintahan kesultanan Aceh dikala itu, kedudukan Gampong

merupakan suatu unit pemerintahan tingkat kelima setelah Imeum Mukim pada

tingkat Keempat, Ulee Balang pada tingkat Ke tiga, pemerintahan Sagoe pada

tingkat kedua dan kerajaan (raja) pada tingkat pertama.

Dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong, Bab

II. Yaitu :

1. Pasal 2, Gampong merupakan organisasi pemerintahan terendah yang

berada di bawah Mukim dalam struktur organisasi pemerintahan Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Pasal 3 Gampong mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan,

melaksanakan pembangunan, membina masyarakat dan meningkatkan

pelaksanaan Syari’at Islam.

3. Pasal 4 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

Gampong mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pemerintahan, baik berdasarkan asas desentralisasi,

dekonsentrasi dan urusan tugas pembantuan serta segala urusan

pemerintahan lainnya yang berada di Gampong;

b. Pelaksanaan pembangunan, baik pembangunan fisik dan pelestarian

lingkungan hidup maupun pembangunan mental spiritual di Gampong;

c. Pembinaan kemasyarakatan di bidang pendidikan, peradatan, sosial

budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat di Gampong;

d. Peningkatan pelaksanaan Syari’at Islam;

e. Peningkatkan percepatan pelayanan kepada masyarakat;

Page 21: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

19

19

f. Penyelesaian persengketaan hukum dalam hal adanya persengketaan-

persengketaanbatau perkara-perkara adat dan adat istiadat di Gampong.

2.5 Wewenang Gampong

Dalam Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang pemerintahan gampong, Pasal

5 kewenangan Gampong, meliputi :

a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Gampong dan

ketentuan adat dan adat istiadat;

b. Kewenangan yang diberikan berdasarkan Peraturan Perundang-

Undangan;

c. Kewenangan yang berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan belum

menjadi/belum dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota, Pemerintah Kecamatan

dan Pemerintah Mukim;

d. kewenangan pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota,

Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Mukim.

4. Tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, disertai

dengan pembiayaan, sarana/prasarana serta tenaga pelaksana.

5. Pemerintah Gampong berhak menolak pelaksanaan tugas pembantuan

yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana/prasarana serta tenaga

pelaksana.

Page 22: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

20

20

Kewenangan gampong merupakan urusan pemerintahan yang

dilaksanakan oleh pemerintah gampong. urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan gampong mencangkup :

a. Urusan pemerintahan gampong yang berdasarkan hak asal usulgampong

Urusan pemerintahan yang bersifat asal usul gampong adalah hak untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan asal

usul, adat istiadat serta sosio-cultural masyarakat setempat yang berlaku dan tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Bentuknya adalah kegiatan-

kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh pemerintahan gampong secara turun

temurun dan ditaati oleh masyarakat setempat (Anonim, 2011, h. 126).

Untuk memperjelas urusan pemerintahan yang bersifat asal usul,

pemerintahan kabupaten/kota perlu dilakukan indentifikasi jenis kewenangan asal

usul gampong, apabila hasil indentifikasi ternyata ada kewenangan gampong yang

bersifat asal usul sudah dilaksanakan atau dikelola oleh pemerintahn tingkat atas,

maka pemerintah kabupaten/kota harus mengembalikan kepada gampong yang

bersangkutan. Pengembaliannya ditetapkan dengan qanun kabupaten/kota.

b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yangdiserahkan pengaturannya kepada Gampong

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada gampong adalah urusan pemerintahan yang

secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

Untuk itu pemerintah kabupaten/ kota melakukan indentifikasi, pembahasan dan

penetapan jenis kewenangan yang diserahkan pengaturannya kepada

gampong(Anonim, 2011, h. 126).

Page 23: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

21

21

Urusan pemerintahan kabupate/kota yang dapat diserahkan pengaturannya

kepada gampong, antara lain: di bidang pertanian dan pangan pangan;

pertambangan dan energi serta sumber daya mineral; kehutanan dan perkebunan;

perindustrian dan perdagangan; koperasian dan usaha kecil menengah;

pennanaman modal; tenaga kerja dan transmigrasi; kesehatan; pendidikan dan

kebudayaan; sosial; penataan ruang; pemukiman/perumahan;pekerjaan umum’

perhubungan; lingkungan hidup; politik dalam negeri adminitrasi publik; otonomi

gampong; perimbangan keuangan; tugas pembatuan; parawisata; pertahanan;

kependudukan dan catatan sipil; kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat;

dan pemerintahan umum; perencanaan; penerangan/informasi dan komunikasi;

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; keluarga berencana dan

keluarga sejahtera; pemuda dan olah raga; pemberdayaan masyarakat gampong;

statistik; arsip dan perpustakaan serta Syariat Islam.

c. Tugas Pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Aceh dan pemerintahKabupaten/kota.

Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan

gampong, dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota kepada

gampong untuk melaksanakan tugas tertentu.

Gampong diberikan tugas pembantuan dari pemerintahm “ Pemerintah

gampong sebagai jajaran terdepan dalam penyelenggaraan pemerintah secara

nasional” yang merupakan muara terakhir dari seluruh proses penyelenggaraan

pemerintah. Realitas ini telah mewajibkan gampong untuk membantu

penyelenggaraan urusan pemerintah yang ditugaskan oleh Pemerintah Pusat,

Pemerintah Aceh dan Kabupaten/kota dalam satu kesatuan sistem ketatanegaraan

Indonesia (Anonim, 2011, h. 128).

Page 24: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

22

22

Dalam pelaksanaan “tugas pembantuan” tersebut, pemerintah pusat,

pemerintah Aceh dan kabupatan/kota kepada pemerintahan gampong wajib

member dukungan pembiyaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia

dalam penyelenggaraan tugas pembantuan tersebut. Oleh karena itu, gampong

memiliki hak untuk menolak pelaksanaan tugas pembantuan yang tidak disertai

dengan pembiayaan, prasarana dan sarana, serta sumber daya manusia(Anonim,

2011, h. 128).

Dalam melaksanakan” tugas pembantuan” tersebut, pemerintahan

gampong bertanggung jawab kepada pemerintahan atasan yang menugaskan

(Pemerintah Pusat, Pemerintah Aceh, dan kabupaten/kota), agar dapat diketahui

keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut oleh pihak yang menugaskan.

d. Urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan Perundang-undangan diserahkan kepada Gampong

Pelaksanaan urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perudang-

undangan diserahkan kepada gampong, penyerahan urusan tersebut dapat

dilakukan sewaktu-waktu sesuai perkembangan kebijakan ketatanegaraan

Indonesia dan kebijakan pemerintah Aceh, yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan (Anonim, 2011, h. 142)..

Sejalan dengan Asas umum penyelenggaraan Negara yang antara lain

mengenai asas kepentingan umum dengan prinsip bahwa bila terdapat

permasalahan dalam kehidupan masyarakat yagn berkenaan dengan kepentingan

umum yang memerlukan peran pemerintah untuk mengatasinya, maka pemerintah

gampong wajib menyelesaikan permasalahan tersebut, meskipun penanganan atas

permasalahan tersebut bukan merupakan kewenangan pemerintah gampong.

Page 25: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

23

23

Sejauh permasalahan itu tidak mampu diatasi sendiri oleh masyarakat gampong,

sehingga memerlukan peran pemerintah gampong untuk menyelesaikannya.

Penyelenggaraan tugas dan tanggung jawab pemerintahan gampong tidak

hanya sebatas pada kewenangan yang diatur di dalam peraturan perundang-

undangan dan/ atau berdasarkan sistem nilai adat istiadat setempat, namun harus

senantiasa “sensitife dan responsif” dalam mencermati setiap permasalahan yang

ada dalam kehidupan masyarakat gampong(Anonim, 2011, h. 143).

Dalam pelaksanaan kewenangan tersebut harus tetap mengindahkan asas

umum penyelenggaraan asas umum penyelenggaraan negara, yakni (a) asas

kepentingan umum, (b) tertib penyelenggaraan negara, (c) asas kepentingan

umum, (d) asas keterbukaan (e) asas proporsionalitas, (f) asas proposionalitas, (g)

asas akuntabilitas (h) asas efesiensi dan asas efektifitas (Anonim, 2011, h. 144).

Dengan dilandasi asas umum penyelenggaraan negara tersebut, maka

penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan gampong dapat berjalan secara efektif

dan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat gampong.

Page 26: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

24

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodelogi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah

metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Narbuko dan Achmadi

(2004, h. 44) memberikan pengertian penelitian deskriptif sebagai penelitian yang

berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan

data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi; ia juga

bisa bersifat komperatif dan korelatif. Danim (2002, h. 41) memberikan beberapa

ciri dominan dari penelitian deskriptif yaitu:

1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual.

Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau

narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan

antar variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan.

2. Dilakukan secara survei. Oleh karena itu penelitian deskriptif sering

disebut juga sebagai penelitian survei. Dalam arti luas, penelitian

deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat

historis dan eksperimental.

3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.

4. Mengidentifikasi masalah-masalah untuk mendapatkan keadaan dan

praktek-praktek yang sedang berlangsung; dan

5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang

tertentu dalam waktu yang bersamaan.

Page 27: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

25

25

3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer

Merupakan sumber data adalah sumber-sumber dasar yang merupakan

bukti saksi utama dari kejadian yang lalu, contohnya ialah catatan resmi yang

dibuat pada suatu acara atau upacara, suatu keterangan oleh saksi mata,

keputusan-keputusan rapat, foto-foto, dan sebagainya (Moh. Nazir, 2005, h: 51).

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian langsung di

lapangan yang bersumber pada penelitian wawancara dan observasi. Data primer

dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dengan Keuchik Gampong,

Masyarakat, dan beberapa orang aparatur gampong. Sedangkan observasi

dilakukan di lapangan terhadap hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.

2. Data Sekunder

Menurut Hasan (2002, h: 82) data sekunder adalah data yang diperoleh

oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. data

sekunder merupakan data yang didapat dari studi kepustakaan, dokumen, koran,

internet yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti oleh penulis. Untuk

melengkapi data penelitian, maka data sekunder juga diperoleh dari dokumen

RPJMG gampong, seperti data jumlah penduduk, luas wilayah, dan fasilitas

ekonomi dan sosial.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Page 28: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

26

26

1. Observasi.

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan

yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,

sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki, disebut juga observasi

langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan

tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki (Rachman,

1999, h: 77). Dalam kegiatan pengumpulan data, metode observasi merupakan

salah satu metode utama disamping metode wawancara. Dalam hal ini,

pengamatan dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1) Pengamat berperan serta, yaitu seorang pengamat melakukan dua peran

sekaligus sebagai pengamat dan menjadi anggota resmi dari objek atau

kelompok yang diamati.

2) Pengamatan tanpa berperan serta, yaitu seorang pengamat hanya berfungsi

untuk melakukan pengamatan saja, tanpa ikut menjadi anggota dari objek

yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi langsung

yaitu pada Gampong Tangkeh Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat.

Pengamatan dilakukan sendiri secara langsung di tempat yang menjadi objek

penelitian, sedangkan objek yang diamati adalah aktifitas masyarakat dan aparatur

pemerintah gampong dalam menjalankan wewenang gampong.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

Page 29: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

27

27

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2002, h: 135). Ada bermacam-macam cara pembagian

jenis wawancara yang dikemukakan dalam kepustakaan, diantaranya

dikemukakan oleh Patton (dalam Moleong, 2002, h: 197) dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan dua model wawancara yaitu :

a Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, yaitu jenis

wawancara yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1) Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang

dinyatakan dalam proses wawancara

2) Penyusunan pokok-pokok itu dilakukan sebelum wawancara

dilakukan.

3) Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara

berurutan.

4) Penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal

tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya.

5) Petunjuk wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar tentang

proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang

direncanakan dapat tercakup seluruhnya.

b Wawancara baku terbuka, yaitu jenis wawancara yang menggunakan

seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara

penyajiannya pun sama untuk setiap responden.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

Page 30: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

28

28

pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian (Rachman, 1999, h: 96). Dokumen dalam penelitian ini

digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai

sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsir, bahkan untuk

meramalkan (Moleong, 2002, h: 191).

Pada dasarnya proses studi dokumentasi bukan merupakan kegiatan yang

berdiri sendiri, akan tetapi seringkali bersamaan dengan penggunaan teknik

pengumpulan data yang lainnya. Disaat kita mempelajari dokumentasi pasti

diawali dengan wawancara terutama yang menyangkut pembicaraan yang ada

kaitannya dengan dokumen yang akan dipelajari. Teknik dokumentasi dalam

penelitian ini digunakan hanya sebagai pelengkap dari teknik pengumpulan data

lainnya. Data-data yang diambil dari dokumen hanya meliputi gambaran umum

wilayah penelitian, yang diperoleh dari data monografi gampong Tangkeh yang

meliputi luas wilayah, jumlah penduduk mata pencaharian penduduk, sarana

perekonomian dan tingkat pendidikan serta sarana umum.

3.2.3 Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam empat tahapan. Pertama,

persiapan penelitian, mempelajarai dan melihat permasalahan yang ada untuk

dijadikan sebagai objek penelitian. Ke dua, pengumpulan data sekunder melalui

studi perpustakaan. Kemudian proposal penelitiannya diseminarkan. Ke tiga,

penelitiann lapangan, proses pengolahan data. Ke empat, penulisan laporan dan

seminar hasil. Secara rinci, jadwal penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Page 31: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

29

29

Tabel : 3.1. Jadwal Penelitian

No. KegiatanBulan/Tahun 2012

4 5 6 7 8 9 10 11

I Persiapan Penelitian √

II Pengumpulan Data Sekunder √

Pembuatan Proposal √ √

Seminar Proposal √

III Penelitian Lapangan √

Pengolahan Data √ √

Analisis Data √ √

IV Penulisan Laporan √

Seminar Hasil √

Sidang Konprehensif √

3.2.4 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Gampong Tangkeh Kecamatan Woyla Timur

Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan penelitian ini sebagai objek penelitian atas

dasar pertimbangan penulis, karena aparat gampong Tangkeh belum sepenuhnya

mampu melaksanakan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan

gampong dalam pelaksanaan wewenang gampong.

3.2.5 Informan

Informan adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek

penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai objek

penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi, suatu reduksi

terhadap jumlah objek penelitian (Mardalis, 2003, h: 56). Dalam melakukan

teknik pengambilan informan penulis menggunakan metode non probability

Page 32: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

30

30

sampling di mana dalam teknik ini jumlah atau ukuran informan disesuaikan

dengan masalah dan tujuan dari penelitian ini.

Spesifikasi metode non probability sampling yang dipakai penulis adalah

purposive sampling, yakni teknik penentuan sampel (informan) secara sengaja

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006, h: 96). Maksudnya, peneliti

menentukan sendiri informan yang akan di ambil karena ada pertimbangan

tertentu. Jadi, informan yang diambil tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri

oleh peneliti. Yang menjadi informan penelitian ini adalah: Keuchik Gampong

Tangkeh, Para Kaur pada kantor Gampong Tangkeh, Tuha Peut, Tokoh Pemuda,

Tokoh Masyarakat dan beberapa perwakilan masyarakat yang dianggap

mengetahui dan mengerti tentang permasalahan dalam penelitian ini dengan

jumlah informan sebanyak 15 orang. Jumlah tersebut diambil dengan alasan

karena para informan telah memberikan jawab yang sama tentang masalah

penelitian atau telah mencapai titik jenuh dan telah dapat diambil sebuah

kesimpulan.

3.3 Instrumen Penelitian

Suyanto & Sutinah (2006, h: 59) mengemukakan bahwa Instrumen

penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden sebagai

sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survei. Instrumen penelitian ilmu

sosial umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman pertanyaan (interview guide).

Semua jenis instrumen penelitian ini berisi rangkaian pertanyaan mengenai suatu

hal atau suatu permasalahan yang menjadi tema pokok penelitian.

Peneliti merupakan instrumen kunci utama, karena peneliti sendirilah yang

menentukan keseluruhan skenario penelitian serta langsung turun ke lapangan

Page 33: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

31

31

melakukan pengamatan dan wawacara dengan informan. Adapun alat bantu yang

biasa digunakan dalam penelitian kualitatif seperti ini antara lain, alat kamera, ,

tape recorder, pedoman wawancara, dan dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan masalah penelitian dan alat bantu lainnya.

3.4 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2002, h: 103). Analisa data

menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana pembahasan penelitian serta

hasilnya diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif, maka

analisis data yang digunakan non statistik.

Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung secara interaktif,

dimana pada setiap tahapan kegiatan tidak berjalan sendiri-sendiri. Meskipun

tahap penelitian dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan, akan tetapi

kegiatan ini tetap harus dilakukan secara berulang antara kegiatam pengumpulan

data, reduksi data, penyajian data serat verifikasi atau penarikan suatu kesimpulan.

Untuk menganalisa data dalam penelitian ini, digunakan langkah-langkah

atau alur yang terjadi bersamaan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan atau balur verifikasi data (Miles, 2007, h: 15-19).

1. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-

catatan yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007, h: 17).

Reduksi data ini bertujuan untuk menganalisis data yang lebih

Page 34: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

32

32

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data

agar diperoleh kesimpulan yang dapat ditarik atau verifikasi. Dalam

penelitian ini, proses reduksi data dilakukan dengan mengumpulkan data

dari hasil wawancara , observasi dan dokumentasi kemudian dipilih dan

dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.

2. Penyajian data, adalah pengumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan

(Miles dan Huberman, 2007, h: 18). Dalam hal ini, data yang telah

dikategorikan tersebut kemudian diorganisasikan sebagai bahan penyajian

data. Data tersebut disajikan secara deskriptif yang didasarkan pada aspek

yang diteliti.

3. Verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Verifikasi data adalah sebagian

dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-makna yang muncul dari data

telah disajikan dan diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya

(Miles dan Huberman, 2007, h: 19). Penarikan kesimpulan berdasarkan

pada pemahaman terhadap data yang disajikan dan dibuat dalam

pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok

permasalahan yang diteliti.

3.5 Uji Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketentuan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat dan

member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang

Page 35: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

33

33

lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugiono, 2008, h: 270). Adapun

pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut :

1. Perpanjangan Pengamatan. Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan

karena berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang

diperoleh masih kurang memadai. Menurut Moleong (2001, h: 327)

perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian

sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Peneliti berperan sebagai

anggota masyarakat tempat penelitian dilakukan, berbaur dengan

masyarakat dan mengikuti segara aktivitas dalam masyarakat sampai

diarasakan data yang diperoleh telah cukup dan memadai.

2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih

mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan

dilakukan dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun

dokumen yang terkait dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk

memeriksa data apakah benar dan bisa dipercaya atau tidak. Dalam hal ini

peneliti berperan untuk melihat dan mengamati lebih mendalam tentang

fenomena yang terjadi di masyarakat sesuai dengan penelitian yang

dilakukan, peneliti juga lebih banyak membaca dan mencari referensi

lainnya yang terkait dengan temuan yang ditemui dalam penelitian,

sehingga dapat mengambil suatu kesimpulan yang benar dan dapat

dipercaya.

3. Triangulasi. Analisa triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk

mengatasi masalah akibat dari kajian mengandalkan suatu teori saja, satu

macam data atau satu metode penelitian saja (Sugiono, 2007, h: 25).

Page 36: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

34

34

Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara. Menurut (Sugiono, 2008, h: 73-274), terdapat

minimal 3 (tiga) macam triangulasi, yaitu :

a) Triangulasi sumber data. Pada triangulasi ini, data dicek

kredibilitasnya dari berbagai sumber data yang berbeda dengan

teknik yang sama, misalnya mengecek sumber data antara

bawahan, atasan dan teman.

b) Triangulasi teknik pengumpulan data. Data dicek kredibilitasnya

dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan

sumber data yang sama.

c) Triangulasi waktu pengumpulan data. Data dicek kredibilitasnya

dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan

teknik yang sama.

Triangulasi menjadikan data yang diperoleh dalam penelitian menjadi

lebih konsisten, tuntas dan pasti serta meningkatkan kekuatan data

(Sugiono, 2008, h: 241)

4. Pemeriksaan teman sejawat. Dilakukan dengan mendiskusikan data hasil

temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan

mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan

yang berguna untuk proses penelitian.

5. Analisis kasus negatif. Menurut Sugiono (2008, h: 275) melakukan

analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau

bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.

Page 37: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

35

35

6. Member Check. Dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian

kepada sumber-sumber yang telah memberikan data untuk mengecek

kebenaran data dan interprestasinya. Menurut Moleong (2002, h: 336)

pengecekan dilakukan dengan jalan :

a. Penilaian dilakukan oleh responden

b. Mengkoreksi kekeliruan

c. Menyediakan tambahan informasi

d. Memasukkan responden dalam kancah penelitian, menciptakan

kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisa data

e. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan

Pengujian kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran dari

temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan

mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai

pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang

telah ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan.

Page 38: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

36

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Gampong

Gampong Tangkeh terletak dalam kawasan yang diapit oleh perbukitan

dan persawahan dalam kecamatan Woyla Timur. Kecamatan Woyla Timur

merupakan Kecamatan pemekaran dari Kecamatan Woyla sejak tahun 2002

sampai sekarang. Kecamatan Woyla Timur terbagi menjadi dua kemukiman yaitu

13 Gampong kemukiman Woyla Tunong dan 13 Gampong Kemukiman Woyla

Tengah.

Gampong Tangkeh merupakan salah satu gampong dari 13 yang ada di

Kemukiman Woyla Tunong. Gampong Tangkeh dan salah satu Gampong dari 26

Gampong di Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat. Gampong Tangkeh

berbatasan dengan gampong-gampong yang masih dalam satu kecamatan. Adapun

batas Gampong Tangkeh adalah sebagai berkut :

1. Sebelah Utara Blang Luah

2. Sebelah Timur Gampong Alu bili

3. Sebelah Barat GampongPaya meugeundrang

4. Sebelah Selatan Pasi Janeng

Sementara itu Gampong Tangkeh dibagi menjadi 3 (tiga) jurong/dusun

yaitu : Jurong Taruna, Jurong Bahagia dan Jurong Cot Kuta.

Page 39: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

37

37

2. Keadaan Demografis Gampong

Jumlah penduduk Gampong Tangkeh secara keseluruhan adalah 208 jiwa

dan 54 kepala keluarga dengan perician 97 jiwa laki-laki dan 111 jiwa perempuan.

Untuk melihat jumlah penduduk Gampong Tangkeh, maka dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel : 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia

No Golongan UsiaJenisKelamin

Jumlah (jiwa)Lk Pr

1 0 Bulan – 12 Bulan 1 2 3

2 13 Bulan – 04 Tahun 2 2 4

3 05 Tahun – 06 Tahun 5 5 10

4 07 Tahun –12 Tahun 7 8 15

5 13 Tahun –15 Tahun 7 8 15

6 16 Tahun –18 Tahun 20 10 30

7 19 Tahun –25 Tahun 15 18 33

8 26 Tahun –35 Tahun 10 20 30

9 36 Tahun –45 Tahun 10 10 20

10 46 Tahun –50 Tahun 8 10 18

11 51 Tahun –60 Tahun 5 6 11

12 61 Tahun –75 Tahun 3 7 10

13 Diatas 75 Tahun 4 5 9

T otal 97 111 208Sumber : Profil Gampong Tangkeh Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, maka dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

Gampong Tangkeh berdasarkan golongan usia yang paling banyak adalah umur

16 tahun –18 tahun dan dengan jumlah 3 jiwa dan paling sedikit adalah umur 12

tahun. Kemudian untuk melihat jumlah penduduk berdasarkan dusun atau jurong,

maka dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 40: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

38

38

Tabel : 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jurong/Dusun

No Jurong/Dusun JumlahKK

Jenis Kelamin Jumlah(jiwa)Lk Pr

1 Taruna 21 31 45 76

2 Bahagia 17 34 34 68

3 Cot kuta 16 32 32 64

Total 54 97 111 208Sumber : Profil Gampong Tangkeh Tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

Gampong Tangkeh berdasar dusun adalah yang paling banyak dusun taruna

dengan jumlah 76 jiwa, sedangkan paling sedikit adalah dusun Cot Kuta dengan

jumlah 64 jiwa. Untuk melihat jumlah penduduk berdasarkan wajib pendidikan

adalah sebagai berikut :

Tabel : 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia Wajib Pendidikan 9 Tahun

No Dusun/Jurong Jenjang SekolahJumlah

Sekolah Tidak Sekolah

1. TarunaSD/Sederajat 14 2

MIN/Sederajat 80 7

2. BahagiaSD/Sederajat 50 6

SLTP/Sederajat 20 27

3. Cot kutaSD/Sederajat 15 3

SLTP/Sederajat 11 45

T otal 190 90Sumber : Profil Gampong Tangkeh Tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas, maka jumlah penduduk Gampong Tangkeh

berdasarkan usia wajid pendidikan 9 tahun, maka dapat dilihat jenjang sekolah

mesjid/sederajat dengan jumlah 80 orang dan paling sedikit adalah tidak sekolah

dengan jumlah 2 orang. Kemudian untuk melihat jumlah penduduk Gampong

Tangkeh berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebegai berikut :

Page 41: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

39

39

Tabel : 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Jenjang Sekolah Jumlah

1. SLTA/Sederajat 6

2. D-1 -

3. D-2 -

4. D-3 1

5. S-1 2

6. S-2 -

7. S-3 -

8. Belum sekolah dan tidak sekolah 199

Total 208Sumber : Profil Gampong Tangkeh Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, maka dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

Gampong Tangkeh berdasarkan tingkat pendidikan, maka dapat diketahui bahwa

paling banyak adalah yang belum sekolah dan tidak sekolah dengan jumlah dan

totalnya banyak tamat SLTP.

Tabel: 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 40

2 Montir 2

3 Tukang batu 2

4 Tukang kayu 1

5 Tukang jahit 1

6 Tukang anyaman 5

7 Tukang Rias 1

8 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4

9 Dukun 1

10 Guru 4

11 Belum bekerja/tidak bekerja 147

T o t a l 208Sumber : Profil Gampong Tangkeh Tahun 2012

Page 42: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

40

40

Berdasarka tabel di atas, maka penduduk Gampong Tangkeh mayoritas

penduduknya belum bekerja/tidak bekerja, namun juga banyak penduduk bermata

pencaharian sebagai petani.

3. Orbitasi

Orbitasi merupakan jarak gampong dengan sarana vital dan jarak gampong

dengan pusat-pusat pemerintahan serta sarana umum. Untuk melihat orbitasi,

maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.6 Orbitasi Gampong Tangkeh

No UraianSatuan

Keterangan

I Orbitasi Umum

1 Jarak ke ibu kota provinsi 251 Km Banda Aceh

2 Jarak ke ibu kota kabupaten 64 Km Meulaboh

3 Jarak ke ibu kota kecamatan 9 Km -

II Orbitasi Khusus

1 Jarak ke gunung 0,25 Km -

2 Jarak ke laut 50 Km -

3 Jarak ke sungai 5 Km Krueng Woyla Timur

4 Jarak ke pinggiran hutan 0,16 Km -

5 Jarak ke pasar 10 Km -

6 Jarak ke pelabuhan 65 Km -

7 Jarak ke bandar udara 70 Km Cut Nyak Dhien

8 Jarak ke terminal 65 Km Meulaboh

9 Jarak ke kantor polisi/militer 9 Km Polsek Kec.Woyla Timur

10 Jarak ke tempat wisata 50 Km Taman tepi laut

11 Jarak ke tempat hiburan 60 Km Fund land

Sumber : Profil Gampong Tangkeh Tahun 2012

Page 43: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

41

41

4. Fasilitas Sosial dan Ekonomi Gampong

Untuk melihat fasiltas dan ekonomi Gampong Tangkeh, maka dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7 Fasilitas Sosial dan Ekonomi Gampong

No Jenis Fasilitas Jumlah Penggunaan Fasilitas

1 Fasilitas Agamaˍ Mesjidˍ TPA

1 Unit1 Unit

AktifAktif

2Fasiltas Pendidikanˍ SD

- -

3 Fasilitas Ekonomiˍ Kiosˍ Pabrik

4 Unit1 Unit

Milik Masyarakat - AktifMilik Masyarakat - Aktif

4 Fasilitas Pemerintahan

ˍ Balai Pertemuan 1 Unit Aktif

5 Fasilitas Olah Ragaˍ Lapangan Bola kakiˍ Lapangan Bola Voly

1 Unit1 Unit

AktifAktif

6 Fasilitas Kesehatan

ˍ Posyandu - -

Total 9 Unit -

Sumber : Profil Gampong Tangkeh Tahun 2012

Page 44: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

42

42

4.1.2 Implementasi Qanun nomor 5 tahun 2003 tentang wewenang gampongdi Gampong Tangkeh

Pelaksanaan Pemerintahan gampong merupakan hal yang paling penting

dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah gampong

sering disebut sebagai ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan sebuah

negara. Dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenang pemerintahan di

gampong, para aparatur gampong diatur atau dituntun oleh peraturan/qanun yang

bertujuan untuk terciptanya pemerintahan yang tertib, efektif dan efisien. Di

Kabupaten Aceh Barat, masalah wewenang gampong di atur dalam qanun nomor

5 tahun 2003 yang menjadi pedoman dan panduan oleh seluruh pemerintah

gampong yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat, termasuk gampong

Tangkeh di Kecamatan Woyla Timur.

Pemerintahan gampong merupakan ujung tombak pembangunan yang terus

menerus harus memberikan pelayanan yang mkasimal kepada masyarakat,

sehingga diperlukan sebuah pengaturan untuk menciptakan pemerintah gampong

yang responsif dan aspiratif dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Qanun

nomor 5 tahun 2003 merupakan salah satu qanun yang ingin mewujudkan hal

tersebut di atas dengan menata kembali tentang wewenang gampong dalam

melaksanakan roda pemerintahan. Berbicara masalah kedudukan gampong, dari

hasil wawancara dengan para aparatur gampong, ditemukan beberapa fakta yang

perlu mendapat perhatian bersama, berikut petikan wawancara dengan, Abdul

Rafar, Keuchik Gampong Tangkeh mengatakan bahwa :

“Menurut saya gampong memiliki kedudukan yang sangatistimewa, karena gampong merupakan ujung tombakpembanganan. Di sinilah awal dari pembangunan. Kalau gampongmaju, bararti daerah juga maju. Kalau dilihat dari struktur,gampong itu berada di bawah mukim. Dari kecamatan terbagi

Page 45: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

43

43

dalam mukim dan mukim terdiri dari gampong-gampong. Jadigampong merupakan bagian terendah dari pemerintahan” (Rabu 19Desember 2012).

Hal senada juga disampaikan oleh Masdiwan, sekretaris Gampong

Tengkeh, berikut petikan wawancaranya:

“Kedudukan gampong berada pada struktur terendah di bawahmukim, oleh karena itu gampong memiliki kedudukan yang sangatpenting karena langsung berhadapan dengan masyarakat digampong-gampong” (Rabu 19 Desember 2012).

Hal serupa juga disampaikan oleh Azhar, Ketua Pemuda Tuha Peut dan

Ketua Pemuda Gampong Tangkeh berikut ini :

“Kedudukan gampong sangatlah menentukan kemajuan suatudaerah atau bangsa, oleh karena itu perkembangan gampong harusselalu menjadi perhatian semua pihak” (Rabu 19 Desember 2012).

Wawancara dengan Pauzi, Tuha Peut gampong, mengatakan bahwa :

“Pada dasarnya pemerintahan gampong mempunyai kedudukan yangsangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong. Dalampenyelenggaraan pemerintahan gampong, keuchik beserta perangkatgampong dan Tuha Peuet harus menjalankan tugas dan fungsi,menyelesaikan segala permasalahan sesuai dengan peraturan yang telahditetapkan” (Rabu 19 Desember 2012).

Selain masalah kedudukan gampong yang terlihat sangat penting dan

menentukan, ada hal lain yang perlu diperhatikan dalam implementasi qanun

nomor 5 tahun 2003, yaitu wewenang gampong dalam menjalankan roda

pemerintahannya. Dari hasil wawancara dengan para informan penelitian, maka

diperoleh informasi mengenai pelaksanaan wewenang gampong yang selama ini

berlangsung, berikut petikan wawancara dengan Abdul Rafar, selaku Keuchik

mengatakan :

“Masalah wewenang gampong belum dapat dijalankan atau dilaksanakandengan baik. Tugas-tugas para aparatur gampong selama ini belumdilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku oleh para aparaturgampong.” (Rabu 19 Desember 2012).

Page 46: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

44

44

Hal senada juga disampaikan oleh Pauzi, Tuha Peut Gampong Tangkeh,

ketika ditanyakan mengenai pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenag gampong

yang selama ini berlangsung beliau memberikan tanggapan sebagai berikut :

“Selama ini pembagian tugas, fungsi dan wewenang pemerintahgampong dalam menjalankan tugas sangat tidak jelas. Sering sekali pakkeuchik yang mengerjakan seluruh pekerjaan. Para pembantunya sepertikaur dan staf tidak mengetahui tugas dan wewenagnya masing-masing”(Rabu 19 Desember 2012).

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Masdiwan, Sekretaris Gampong

,ketika ditanyakan mengenai wewenang gampong, yaitu :

“Selama ini memang tidak ada pembagian tugas yang jelas, hampirsetiap pekerjaan langsung dikerjakan oleh pak keuchik. Para aparaturgampong hampir tidak tahu apa wewenang yang harus dikerjakan.Tugas-tugas itupun langsung dikerjakan di rumah pak keuchik karenakita belum memiliki kantor” (Rabu 19 Desember 2012).

Beberapa pernyataan di atas diperkuat oleh hasil wawancara dengan

beberapa kepala dusun yang ada di desa tangkeh, berikut petikan wawancara

dengan Abdul Rahman, Kepala Dusun Cot Kuta, mengatakan

“Struktur pemerintah gampong belum berjalan dengan baik sehinggatugas yang seharusnya diemban oleh kaur namun harus dikerjakan sendirioleh keuchik” (Rabu 19 Desember 2012). Ketika ada permasalahan yangharus diselesaikan, maka kami sebagai kepala dusun langsungmelaporkannya pada keuchik, tidak melalui perantara, baik itu sekretarisgampong, para kepala urusan (kaur) maupun staf yang ada di kantorGampong tangkeh ini” (Rabu 19 Desember 2012).

Wawancara dengan M. Jahar, selaku Kepala Dusun Taruna, mengatakan bahwa :

“Sepengetahuan saya, pembagian tugas dan wewenang para aparaturgampong tidak terlalu terlihat di desa Tangkeh ini, semua permasalahanlangsung diselesaikan oleh pak keuchik. Wewenang gampong sangattidak jelas terlihat, terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah digampong. setiap kegiatan pemerintahan berjalan begitu saja tanpa adapengaturan yang jelas” (Rabu 19 Desember 2012).

Dari beberapa petikan wawancara di atas, terlihat bahwa para aparatur

Gampong tidak menjalankan tugasnya sebagaimana isi qanun nomor 5 tahun 2003

Page 47: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

45

45

tentang kedudukan, tugas, fungsi dan wewenang gampong. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa kendala seperti motivasi para aparat gampong serta

masalah infrastruktur gampong.

M. Syukur, Kepala Dusun Bahagia, mengatakan bahwa :

“Ketika ada permasalahan yang harus diselesaikan, maka kami sebagaikepala dusun langsung melaporkannya pada keuchik, tidak melaluiperantara, baik itu sekretaris gampong, para kepala urusan (kaur)maupun staf yang ada di kantor Gampong tangkeh ini.” (wawancara,Jumat 21 Desember 2012).

Wawancara dengan M. Jahar, Kepala Dusun Taruna, mengatakan bahwa :

“Sepengetahuan saya, pembagian tugas dan wewenang para aparaturgampong tidak terlalu terlihat di desa tangkeh ini, semua permasalahanlangsung diselesaikan oleh pak keuchik” (wawancara, Jumat 21Desember 2012).

Wawancara dengan Mustafa, selaku masyarakat Gampong Tangkeh,

mengatakan bahwa :

“wewenang gampong sangat tidak jelas terlihat, terutama dalammenyelesaikan masalah-masalah di gampong. setiap kegiatanpemerintahan berjalan begitu saja tanpa ada pengaturan yang jelas”(wawancara, Jumat 21 Desember 2012).

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat dipahami bahwa banyak

sekali permasalahan mengenai wewenang dan kedudukan. Terutama dalam

menyelesaikan masalah, seperti masalah kegiatan pemerintahan yang kini sangat

banyak permasalahan, baik permasalah administrasi gampong hingga masalah

kegiatan pembangunan.

4.1.3. Kendala yang dihadapi dalam Mengimplementasikan Qanun Nomor 5Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong.

Dari petikan wawancara di atas, terlihat bahwa pelaksanaan qanun nomor

5 tahun 2003 masih belum dapat dilaksanakan dengan baik. Tentu ada

Page 48: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

46

46

permasalahan-pemasalahan yang menjadi kendala dalam melaksanakan qanun

tersebut. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan ditemukan beberapa

fakta yang menjadi kedala utama dalam pelaksanaan qanun tersebut, berikut

petikan wawancara dengan Abdul Rafar, Keuchik Gampong Tangkeh,

mengatakan bahwa :

“Selama ini banyak kendala yang kami hadapi di desa tangkeh ini,terutama masalah infrastruktur gampong yang sama sekali tidak ada,seperti kantor keuchik. Sampai saat ini kita belum punya kantor, jadibagaimana kita bisa menjalankan pemerintahan dengan maksimal.Apalagi untuk melaksanakan qanun nomor 5 tahun 2003, sangat tidakmungkin untuk berjalan dengan baik” (wawancara, Sabtu 22 Desember2012).

Lebih lanjut Abdul Rafar, menambahkan bahwa :

“Selain itu, masalah sumber daya manusia juga menjadi persoalandalam pelaksanaan qanun tersebut, para aparatur gampongpendidikannya masih sangat rendah paling-paling tamat SMP sehinngabanyak yang tidak mengerti tentang qanun tersebut, membacanya jugakadang tidak pernah, bagaimana mau melaksanakannya” (wawancara,Sabtu 22 Desember 2012).

Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Gampong Desa Tangkeh

ketika menanggapi pertanyaan tentang kendala dalam melaksanakan qanun nomor

5 tahun 2003, berikut petikan wawancara dengan Madiswan, Sekretaris Gampong,

mengatakan bahwa :

“Tidak adanya tempat untuk melaksanakan tugas merupakan kendalautama dalam menjalankan pemerintahan gampong. Selama ini tugas-tugas gampong dikerjakan dirumah pak keuchik, sehingga sangat tidakefektif untuk memberikan pelayanan dan menyelesaikan semuapersoalan gampong, maka dari itu sangat wajar kalau samapai saat iniqanun nomor 5 tahun 2003 tersebut belum dapat diterapkansebagaimana seharusnya” (wawancara, Sabtu 22 Desember 2012).

Pernyataan dalam petikan wawancara di atas diperkuat oleh hasil

wawancara dengan Pauzi, Tuha Peut gampong, yaitu :

“Kalau menurut saya, kendala yang selama ini terjadi selain masalahsarana yang belum memadai adalah tidak adanya kerja sama yang baik

Page 49: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

47

47

dari para aparatur pemerintah gampong sehingga pekerjaan seringsekali tumpang tindih dan tidak dapat dijalankan dengan maksimal”(wawancara, Sabtu 22 Desember 2012).

Lebih lanjut Pauzi, Tuha Peu, mengatakan bahwa :

“Tidak adanya sosialisasi dari pihak kecamatan mengenai qanuntersebut juga menjadi kendala bagi aparatur gampong dalammelaksanakan kewenangan gampong sesuai dengan qanun nomor 5tahun 2003 terutama dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan digampong” (wawancara, Sabtu 22 Desember 2012).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa salah

satu kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan qanun tersebut adalah

kurangnya sosialisasi dari pihak kecamatan dan kurang sarana pendukung

kegiatan pemerintahan, khususnya sarana fisik. Kemudian kendala lain ialah

tidak adanya pelatihan bagi aparatur gampong mengenai pemahaman qanun

tersebut.

Kemudian keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan gampong juga

sangat dipengaruhi oleh kemampuan aparatur untuk melaksanakan wewenang

gampong dengan baik sesuai dengan peraturan yang belaku, dalam hal ini

qanun nomor 5 tahun 2003. Untuk melaksanakan qanun tersebut diperlukan

partisipasi aktif dari para aparatur gampong dalam mempelajari dan

melaksanakan qanun tersebut agar terciptanya pemerintahan gampong yangn

responsif, transparan, efektif dan efisien. Dari hasil wawancara dengan

beberapa informan tentang partisipasi para aparatur gampong dalam

melaksanakan qanun nomor 5 tahun 2003, diperoleh beberapa keterangan

melalui petikan-petikan wawancara dengan Madiswan, Sekretaris Gampong,

mengatakan.

“Partisipasi para aparatur gampong dalam menjalankan qanun tersebutsangat rendah, karena mereka sendiri tidak mengetahui apa isi yang

Page 50: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

48

48

terdapat dalam qanun tersebut dan ditambah lagi dengan sikap tidakmau tahu, sehingga dalam menjalankan pemerintahan di gampongmenjadi tidak maksimal” (wawancara, Sabtu 22 Desember 2012).

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Bapak Keuchik Gampong

Tangkeh, berikut petikan wawancara dengan Abdul Rafar, Keuchik Gampong

Tangkeh, mengatakan bahwa :

“Kalau kita lihat selama ini memang partisipasi para aparat pemerintahgampong dalam wewenangnya masih sangat rendah. Hal tersebutdikarenakan oleh beberapa hal seperti masalah kantor yang kita belumpunya dan kelengkapan-kelengkapan lainnya yang tidak mendukungkegiatan kita selama ini. Sehingga qanun tersebut belum dapatdilaksanakan sebagaimana mestinya. Selain itu, ketidak pahamanterhadap qanun yang dimaksud juga menyebabkan rendahnya partisipasiaparatur pemerintah gampong, karena tidak tahu apa yang seharusnyadilakukan” (wawancara, Sabtu 22 Desember 2012).

Wawancara dengan Pauzi, Tuha Peut gampong, mengatakan bahwa :

“Sampai saat ini memang belum terlihat upaya yang dilakukan olehpemerintah gampong dalam melaksanakan apa yang telah tertuang dalamqanun tersebut, semua kegiatan masih berjalan secara alami dantergantung kebutuhan. Belum ada pengaturan yang jelas dalampelaksanaan tugas dan wewenang pemerintahan gampong“(wawancara,Sabtu 22 Desember 2012).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa

kurangnya partisipasi pemerintahan gampong juga merupakan salah satu kendala

yang dihadapi dalam mengimplementasi qanun tersebut, sehingga pelaksanaan

wewenang gampong berjalan tidak maksimal.

Page 51: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

49

49

4.2 Pembahasan

4.2.1 Implementasi Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang PemerintahanGampong

Ketentuan mengenai pemerintahan gampong terutama dalam qanun

Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong, pasal (2) kedudukan,

fungsi dan wewenang gampong, yang merangkum semua tentang kebijakan-

kebijakan sebuah gampong. Mengingat bahwa pemerintah gampong merupakan

suatu organisasi, maka organisasi itu haruslah sederhana dan efektif serta

memperhatikan dan mengingat kenyataan masyarakat setempat. Oleh sebab itu,

dalam mewujudkan organisasi yang sederhana dan efektif, para aparatur gampong

hendaklah memahami dan mengerti tentang wewenang gampong seperti yang

tertuang dalam Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong.

Dari hasil penelitian di lapangan, terlihat bahwa aparatur gampong,

mayoritas belum mampu melaksanakan qanun tersebut dengan kata lain

pemahaman para aparatur gampong tentang qanun tersebut sangat rendah,

sehingga pelaksanaannyapun tidak sesuai dengan peraturan qanun gampong.

Selama ini pelaksanaan wewenang gampong dilakukan secara alami saja, sesuai

keadaan dan kebutuhan. Kegiatan pemerintahan tidak dilakukan secara terstruktur

dan sistematis.

Ada beberapa alasan mengenai tidak maksimalnya mengimplementasikan

Qanun nomor 5 tahun 2003 tentang pemerintahan gampong dalam hal wewenang

gampong. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan beberapa

alasannya, di antaranya adalah tidak adanya sosialisasi/penjelasan dari pihak

kecamatan setempat selaku struktur pemerintahan yang lebih tinggi tentang isi

qanun tersebut. Faktor infrastruktur atau sarana pemerintahan gampong yang tidak

Page 52: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

50

50

ada juga menjadi kendala, seperti tidak adanya kantor gampong. Selain itu, faktor

sumber daya manusia dan motivasi para aparatur pemerintah gampong yang

masih sangat rendah untuk mempelajari berbagai macam aturan atau qanun

tentang pelaksanaan tugas-tugas gampong.

Namun demikian, walaupun para aparatur Gampong Tangkeh kurang

mampu melaksanakan Qanun Nomor 5 tahun 2003 tersebut, tetapi para aparatur

Gampong Tangkeh mengetahui bahwa kedudukan gampong sangatlah penting

dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Gampong merupakan ujung tombak

pembangunan yang sangat menentukan kemajuan daerah dan bangsa Indonesia

secara keseluruhan. Pelaksanaan pemerintahan gampong yang baik tentang peran

dan kedudukan gampong oleh para aparatur pemerintahan gampong Tangkeh

diikuiti oleh pelaksanaan wewenang gampong dengan baik pula. Dari hasil

penelitian ditemukan bahwa pembagian dan pelaksanaan wewenang di gampong

Tangkeh Kecamatan Woyla Timur tidak berjalan dengan baik sesuai dengan

aturan yang berlaku.

Pelaksanaan Qanun Nomor 5 tentang pemerintahan gampong dalam

wewenang gampong belum mampu dilaksanakan akan berdampak pada sektor

pembangunan gampong, pelayanan kepada masyarakat dan kegiatan pemerintahan

gampong yang berkaitan dengan manajemen gampong. Salah satu dampak yang

paling nya dalam pelaksanaan Qanun tersebut adalah tidak efektifnya pelaksanaan

pelayanan kepada masyarakat seperti pelayanan surat menyurat dan program

yang dijalankan di gampong tidak maksimal. Kemudian di sisi lain aparat

gampong dan masyarakat gampong Tangkeh mendapat dampak secara negatif

seperti tidak adanya solusi adan sosialisasi dari pemerintah kecamatan.

Page 53: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

51

51

4.1.2. Kendala yang dihadapi dalam Mengimplementasikan Qanun Nomor 5Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong.

Para aparatur pemerintahan seperti para kepada urusan (Kaur) yang

seharusnya membantu keuchik dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah

gampong justru tidak mengetahui apa yang terjadi wewenang masing-masing,

sehingga tidak jarang keuchik selaku kepala pemerintahan di gampong

mengerjakan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugas gampong. Tugas-tugas

tersebut harus sesuai dengan isi Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang pemerintahan

gampong.

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa pelaksanaan Qanun tersebut

belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik oleh aparat gampong, hal ini karena

disebabkan oleh beberapa kendala diantaranya ialah rendahnya pendidikan para

aparat gampong dan terutama Keuchik yang hanya tamatan sekolah dasar.

Kemudian kendala lain dalam pelaksanaan qanun tersebut juga disebabkan oleh

tidak adanya Kantor pemerintahan gampong, sehingga pelaksanaan tugas

pemerintahan yang harus dilaksanakan sesuai dengan isi Qanun Nomor 5 tahun

2003 tentang pemerintahan gampong tersebut tidak efektif dan efesien. Dengan

kondisi ini seperti itu, maka dapat dipastikan bahwa pelaksanaan atau

implementasi Qanun Nomor 5 tahun 2003 tetang Pemerintahan Gampong dalam

melaksanakan wewenang gampong di Gampong Tangkeh Kecamatan Woyla

Timur tidak berhasil atau tidak berjalan dengan baik.

Kemudian kendala lain juga disebabkan kondisi para aparatur pemerintah

Gampong Tangkeh yang belum memahami tentang qanun tersebut dan belum

menjalankan wewenang sesuai dengan qanun yang berlaku, diperburuk oleh

Page 54: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

52

52

partisipasi yang sangat rendah dari aparatur Gampong Tangkeh dalam

melaksanakan qanun nomor 5 tahun 2003 tersebut. Rendahnya pertisipasi para

aparatur Gampong Tangkeh dapat dilihat dari sikap tidak mau tahu yang

ditunjukkan oleh para aparatur Gampong Tangkeh dan tidak hanya upaya-upaya

dalam memahami, mempelajari dan melaksanakan isi yang terdapat dalam qanun

tersebut.

Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa secara keseluruhan

implementasi qanun nomor 5 tahun 2003 belum dapat terlaksana dengan baik.

Tentu terdapat kendala-kendala yang menyebabkan hal ini terjadi. Dari hasil

penelitian ditemukan beberapa kendala-kendala yang menyebabkan terhambatnya

pelaksanaan qanun nomor 5 tahun 2003 tentang pemerintahan gampong di

gampong Tangkeh yaitu tidak adanya kantor pemerintahan gampong di Gampong

Tangkeh, sehingga kegiatan pemerintahan gampong tidak dapat dilaksanakan

dengan maksimal. Tidak adanya kantor merupakan kendala yang sangat serius dan

perlu mendapatkan perhatian kita bersama. Bagaimana suatu kegiatan

pemerintahan dapat berjalan dengan efektif apabila tidak didukung insfrastruktur

yang memadai. Begitu juga dengan wewenang gampong, tidak dapat dilaksanakan

dengan baik jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang baik pula.

Kurangnya sumber daya manusia di pemerintahan Gampong Tangkeh juga

menjadi kendala dan implementasi qanun nomor 5 tahun 2003 tentang

pemerintahan gampong. Dari hasil penelitian, ternyata pendidikan para aparatur

pemerintahan gampong masih sangat rendah, yaitu rata-rata lulus SMP, sehingga

sangat wajar banyak aparatur gampong yang tidak begitu memahami

wewenangnya sesuai dengan qanun nomor 5 tahun 2003. Selain itu, tidak adanya

Page 55: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

53

53

sosialisasi dari pihak kecamatan atau pemerintah yang lebih tinggi juga menjadi

penyebab timbulnya kendala dalam pelaksanaan Qanun nomor 5 tahun 2003

tentang pemerintahan gampong, dalam wewenang gampong tidak dapat

diimplementasikan atau dilaksanakan dengan baik di Gampong Tangkeh.

Kendala dalam mengimplementasikan Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang

pemerintahan gampong dalam hal pelaksanaan wewenang gampong di Gampong

Tangkeh memerlukan perhatian serius dari pemerintah kabupaten Aceh Barat,

bahwa kendala yang dihadapi aparat gampong dalam melaksanakan wewenang

gampong perlu di atasi sedini mungkin salah satu hal yang paling serius yang

perlu diperhatikan adalah masalah prasarana dan sarana pemerintahan gampong

seperti kantor keuchik. Kemudian kurangnya kemampuan sumber daya manusia

yang dimiliki aparat gampong juga merupakan kendala dalam pelaksanaan

tugasnya oleh sebab itu perlu solusi dari pemerintah kabupaten Aceh Barat untuk

melakukan pembinaan atau pelatihan kepada aparat gampong.

Page 56: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

54

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Implementasi Qanun Nomor 5 tahun 2003 Tentang Pemerintah Gampong

dalam hal masalah wewenang, kedudukan dan fungsi gampong di

Gampong Tangkeh, belum mampu dilaksanakan dengan baik oleh

sejumlah aparatur gampong, hal ini dapat dilihat dari tidak jelasnya tugas

yang dijalankan oleh aparat gampong dalam melaksanakan wewenang,

sehingga kegiatan implementasi Qanun tersebut kurang efektif, hal ini

disebabkan oleh kurangnya pemahaman aparat gampong mengenai isi

qanun tersebut.

2. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan qanun nomor 5 tahun 2003

tentang pemerintahan gampong di Gampong Tangkeh adalah disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya ialah rendahnya pendidikan para aparat

gampong dan terutama Keuchik yang hanya tamatan sekolah dasar.

Kemudian kendala lain dalam pelaksanaan qanun tersebut juga disebabkan

oleh tidak adanya Kantor pemerintahan gampong, sehingga pelaksanaan

tugas pemerintahan tidak efektif dan efesien.

Page 57: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

55

55

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran

dalam penelitian ini untuk kemajuan dan perbaikan bersama di masa yang akan

datang. Adapun sarannya ialah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah daerah, hendaknya segera membangun infrastruktur

perkantoran di Gampong Tangkeh. Hal tersebut dipandang sangat perlu

agar pemerintahan Gampong Tangkeh dapat menjalankan pemerintahan

dengan baik terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

serta terlaksananya Qanun nomor 5 tahun 2003 di Gampong Tangkeh

secara efektif dan efesien.

2. Hendaknya perlu dilakukan sosialisasi yang berkelajutan tentang Qanun

Nomor 5 Tahun 2003 di Gampong Tangkeh dan gampong lainnya. Hal ini

sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman para aparatur

pemerintah gampong tentang wewenang gampong itu sendiri.

Page 58: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Himpunan Peraturan Tentang Gampong/Desa. Biro tataPemerintahan Sekretariat Daerah Aceh.

Asshiddiqie, Jimly. 2006. Sengketa Konstitusional Lembaga Negara, KonstitusiPress, Jakarta.

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Fitra, Melisa. 2009. Peranan Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) DalamPenyelenggaraan Pemerintahan Di Desa Buntu Nanna KecamatanPonrang Kabupaten Luwu. Skripsi. Fisip. Hasanuddin. Makasar.

Iqbal, Hasan, 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Lexy. J Moleong, 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. RemajaRosda Karya.

M. Puteh, Jakfar. 2012. Sistem Sosial Budaya dan Adat Masyarakat Aceh.Grafindo Litera Media. Jakarta.

Mardalis,2003, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: BumiAksara,

Muklir dan M.Akmal, 2004. Demokratisasi Pemerintahan Gampong DalamMendukung Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.FISIPUniversitas Malikussaleh Lhokseumawe.

Moh, Nasir. 2005. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.

Narbuko, Cholid, dan Achmadi, Abu, 2004. Metodologi Penelitian, Jakarta:Bumi Aksara.

Ndara, T. 1984. Dimensi-dimensi pemerintahan desa, Jakarta: PT Bina Aksara

Pamudji, S. 1992. Kepemeimpinan pemerintahan di Indonesia, Jakarta: BumiAksara

Ferdian Pengky, Implementasi Kebijakan Penertiban PKL Pada PerusahaanDaerah Pasar Suka Ramai Medan, Skripsi, 2009.

Putra, Fadillah. 2003, Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik,Yogyakarta.

Sugiyono. 2006, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.

Page 59: ANALISIS IMPLEMENTASI QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 …

Suyanto, Bagong & Sutinah. 2006. Metodologi Penelitian Sosial: BerbagaiAlternatif Pendekatan. Ed. Pertama. Cet. Kedua. Kencana. Jakarta.

Sufi, Rusdi, dkk, 2002, Adat Istiadat Masyarakat Aceh, Dinas KebudayaanProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh.

Syaukani, Ahmad dan A. Ahsin Thohari. 2004. Dasar-dasar Politik Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Taqwaddin. 2009. Gampong Sebagai Basis Perdamaian Di Aceh, Makalah,Banda Aceh, 31 Januari 2009.

Wahab, Solichin, A. 1990, Analisa Kebijaksanaan Dari Formulasi KeImplementasi Kebijaksanaan Negara, Malang: Bumi Aksara.

Wibawa, Samudera, dkk. 1994, Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta: RajaGrafindo.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

Qanun provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, nomor 5 tahun 2003 TentangPemerintahan Gampong.