analisis jarak terbang nyamuk anopheles terhadap kejadian
TRANSCRIPT
Analisis jarak terbang nyamuk Anopheles terhadap kejadian
penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DIY tahun 2012 –
2013
Ali Sukamto, R. Budi Haryanto
Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI
e-mail : [email protected]
Abstrak
Di Kabupaten Kulon Progo telah terjadi KLB malaria pada tahun 2012, sebagian besar kasus
terjadi di wilayah Puskesmas Kokap 2 yaitu sebanyak 89 dan 20 kasus pada tahun 2012 dan 2013.
Jarak terbang nyamuk anopheles merupakan salah satu faktor sangat berpengaruh terhadap
kejadian penyakit malaria. Desain penelitian yang digunakan adalah case control. Subyek
penelitian sebanyak 120 responden terdiri dari 60 kasus dan 60 kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan jarak terjauh yang mempunyai nilai kemaknaan secara statistik adalah kurang dari
400 meter yang mempunyai nilai OR= 2,500 (95% CI 1,052 - 5,940) dan nilai p= 0,035. Variabel
lain yang berpotensi adalah kebiasaan keluar malam, pekerjaan dan tindakan pencegahan yang
dilakukan. Perlu upaya yang menyeluruh dari semua lapisan masyarakat dalam upaya mengurangi
tempat perindukan nyamuk anopheles di sekitar rumahnya dan mengurangi risiko tertular malaria.
Kata kunci : Puskesmas Kokap 2, jarak terbang nyamuk anopheles, malaria
Analysis of the Anopheles mosquito flight range to incidence of
malaria in the province of PHC work Kokap 2, Kokap District,
Kulon Progo, DIY in 2012-2013
Abstract
In Kulon Progo Regency has been an outbreak of malaria in 2012, most cases occurred in the area
of health center Kokap 2 is as much as 89 and 20 cases in 2012 and 2013. Anopheles mosquito
flight range is one of the influential factors on the incidence of malaria. The design study is a case
control. The study subjects consisted of 120 respondents from 60 cases and 60 controls. The
results showed that the farthest distance has a value of statistical significance is less than 400
meters which has a value of OR = 2.500 (95% CI 1.052 to 5.940) and the value of p = 0.035. Other
variables that are potentially habit out at night, work and preventive measures undertaken. Need a
complete effort from all levels of society in an effort to reduce the mosquito Anopheles breeding
places around the house and reduce the risk of contracting malaria.
Keywords: PHC Kokap 2, distance to fly mosquito Anopheles, the malaria
Pendahuluan
Malaria merupakan sebuah penyakit yang telah dikenal sejak lama. Pada
zaman Yunani malaria adalah penyakit yang selalu dihubungkan dengan kutukan
dari dewa. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
2
diketahui bahwa malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang
berasal dari genus Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp
(Achmadi, 2011).
Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa
dari genus Plasmodium, ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina yang
terinfeksi. Pasmodium (P) yang dapat menyebabkan malaria pada manusia ada 4
spesies yaitu P. falciparum¸ P.vivax, P. malariae dan P. ovale. P. falciparum
menyebabkan infeksi yang paling berat dan angka kematian tertinggi. Penyakit
malaria dapat menyerang bayi sampai orang tua. Penyakit malaria kini masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia, terutama negara beriklim
tropis dan sub tropis (Harijanto, 2000)
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang terkena penyakit
malaria. Penyakit malaria hampir mengenai seluruh daerah di Indonesia, hal ini
terbukti dari banyaknya daerah endemik malaria baik di Jawa – Bali maupun di
luar Jawa – Bali (Depkes RI, 1999).
Salah satu daerah yang endemik malaria adalah kabupaten Kulon progo
di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kondisi lingkungan yang
mendukung sebagai tempat berkembang biak nyamuk, menjadikan penyakit
malaria di Kabupaten (Kab.) Kulon progo cenderung menjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB) Pemerintah Kab. Kulon Progo secara resmi menetapkan KLB
malaria pada tanggal 17 Januari 2012. Kasus malaria pada akhir 2011 meningkat
mejadi 68 kasus dibanding akhir tahun 2010 sebanyak 32 kasus. Tahun 2012
kasus malaria tersebut tersebar di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kokap yang
meliputi Desa Hargotirto 82 kasus, Desa Hargowilis 7 kasus dan Desa Hargorejo
1 kasus. Sedangkan 1 kasus masing masing di Desa Sidomulyo dan Karangsari
keduanya di Kecamatan Pengasih, 1 kasus di Desa Jatimulyo Kecamatan
Girimulyo. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan kejadian malaria
antara lain: pemberian obat Artemisinin Combination Therapy (ACT), distribusi
kelambu berinsektisida, upaya pemberantasan sarang nyamuk penemuan dan
pengobatan penderita dan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (Kab.
Kulon Progo, 2012).
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
3
Habitat perkembangbiakan nyamuk anopheles adalah genangan-
genangan air baik air tawar maupun air payau yang harus selalu berhubungan
dengan tanah. Tempat perkembang biakan nyamuk anopheles air payau
terdapat di muara-muara sungai dan rawa-rawa yang tertutup. Penelitian
yang dilakukan oleh Kazwaini (2006) menemukan bahwa tempat perindukan
nyamuk anopheles berupa laguna menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
yang potensial bagi perkembangbiakan nyamuk baik dengan kondisi keruh
maupun jernih.
Dalam perkembangannya, nyamuk sebagai vektor penyakit malaria
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi geografis, cuaca, kelembaban,
suhu, waktu, tempat untuk istirahat, tempat untuk mencari makanan, tempat untuk
berkembang biak dan atau kondisi lingkungan yang kondusif untuk
berkembangnya nyamuk yang termasuk juga sosial budaya masyarakat setempat.
Jarak terbang adalah merupakan faktor sangat berpengaruh dalam upaya nyamuk
vektor malaria mencari tempat untuk istirahat, tempat untuk mencari makanan,
tempat untuk berkembang biak oleh karenanya hal tersebut yang harus
diperhatikan apabila pemberantasan penyakit malaria dilaksanakan (Sushanti,
1999). Dengan demikian ingin diketahui bagaimana hubungan jarak terbang
nyamuk Anopheles terhadap kejadian penyakit malaria di wilayah kerja
Puskesmas Kokap 2 Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DIY?
Tinjauan Teoritis
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp.
Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan ordo
Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu: Plasmodium falciparum
(penyebab malaria tropika), Plasmodium vivax (penyebab malaria vivax),
Plasmodium. Malariae (penyebab malaria kuartana atau malaria malariae) dan
Plasmodium ovale (penyebab malaria ovale)
Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium
melalui gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari satu
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
4
daerah dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk Anopheles
yang dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat
juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual (tropozoit) melalui transfusi
darah, suntikan atau melalui plasenta (malaria congenital). Dikenal adanya
berbagai cara penularan malaria yaitu penularan secara alamiah (natural infection)
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah
manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.
Kecuali bagi simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh penyakit malaria,
belum diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodium
yang biasanya menyerang manusia.
Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host yakni
manusia sebagai host intermediate (dimana siklus aseksual parasit terjadi) yang
dipengaruhi oleh kekebalan, umur, jenis kelamin, status gizi, mobilitas dan status
ekonomi sedangkan nyamuk Anopheles betina sebagai host definitive (tempat
siklus seksual parasit berlangsung).dipengaruhi oleh perilaku, umur, frekuensi
menggigit, siklus gonotrofik dan jarak terbang nyamuk
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah lingkungan dimana manusia
dan nyamuk berada, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik (suhu,
kelembapan udara, curah hujan, angin, sinar matahari, dan arus air) lingkungan
kimia (kadar garam di perairan), lingkungan biologik (tumbuhan bakau, lumut,
ganggang dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain) dan lingkungan sosial
budaya (kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, penggunaan
kelambu dll).
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan disain studi kasus kontrol
(case control study). Desain studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
retrospektif. Penelitian dengan pendekatan retrospektif adalah penelitian yang
berusaha melihat ke belakang (backward looking), artinya pengumpulan data
dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi. Efek atau akibat tersebut ditelusuri
ke belakang tentang penyebab atau variabel-variabel yang dapat mempengaruhi
terjadinya efek atau akibat tersebut. (Notoatmodjo, 2012)
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
5
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua penderita
malaria ditandai hasil pemeriksaan darah positif malaria yang bertempat tinggal
di Wilayah Puskesmas Kokap 2 tahun 2012 - 2013 yang berjumlah 109 orang.
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap dapat mewakili
keseluruhan populasi penelitian (Notoatmodjo, 2012). Besar sampel yang dimbil
dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus sampel untuk
penelitian case control yaitu: (Lemeshow et al, 1990 dalam Murti, 2010)
{ Z1-α/2 √2P2(1-P2) + Z1-β √{P1(1-P1)+P2(1-P2)}2
n =
(P1-P2)2
Dari perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel minimal masing-masing
kasus dan kontrol adalah 57 orang responden yang dibulatkan menjadi 60 orang
responden, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 120
orang responden.
Pengambilan sampel dilakukan pada penderita malaria tahun 2012 - 2013
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2 Kec. Kokap Kab. Kulon Progo
yaitu sebanyak 109 penderita, diambil dengan sistem random sampling dengan
cara membuat daftar penderita malaria tahun 2012 – 2013 kemudian diambil
nomor urut tersebut secara acak sebanyak 60 nomor untuk dijadikan sampel,
apabila bersedia ikut penelitian ini maka dijadikan sampel kasus namun apabila
tidak bersedia maka diambil lagi satu nomor untuk sampel selanjutnya. Penentuan
sampel untuk kontrol dipilih dengan cara melihat hasil sampling pada kasus
kemudian dilihat hari pemeriksaannya, pada hari yang sama kemudian dibuat
daftar pasien yang memeriksakan darah malaria yang dinyatakan negatif
kemudian diambil nomor urutnya untuk di jadikan sampel kontrol, apabila
bersedia ikut penelitian ini maka dijadikan sampel namun apabila tidak bersedia
maka diambil lagi satu nomor untuk sampel selanjutnya
Data pajanan dalam penelitian ini adalah tempat perindukan vektor nyamuk
anopheles. Dengan diketahuinya tempat perindukan vektor nyamuk anopheles
maka akan dapat diukur jarak terbang nyamuk anopheles dari tempat perindukan
ke rumah penderita malaria. Pengolahan data dengan program arcview 3.3 dengan
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
6
sistem buffering tempat perindukan nyamuk anopheles terhadap rumah responden
dapat mengetahui jarak rumah responden dengan tempat perindukan nyamuk
anopheles. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buffer 100 meter merujuk
pada peneliti terdahulu (Muhammad Kazwaini, 2006), (Masra, 2002)
Hasil
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel lain yang berpotensi
menyebabkan penularan malaria di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2, Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 - 2013
Jumlah %
Jenis Kelamin
Laki - laki 60 50,0
Perempuan 60 50,0
Kebiasaan Keluar malam
Keluar malam 69 57,5
Tdk keluar malam 51 42,5
Tingkat pendidikan
Tidak tamat SD 42 35,0
Tamat SD 30 25,0
Tamat SMP 22 18,3
Tamat SMA 21 17,5
Tamat Perguruan tinggi 5 04,2
Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI/Perangkat Desa 2 1,7
Pengambil nira 15 12,5
Petani/berkebun 59 49,2
Pelajar/mahasiswa 29 24,2
Swasta 5 04,2
Lain-lain 10 08,3
Tindakan pencegahan
Tidak pakai 93 77,5
Pakai 27 22,5
Kepemilikan Kandang
Tidak ada 50 41,7
Ada 70 58,3
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden sama antara laki-laki
dan perempuan, sebagian besar responden mempunyai kebiasaan keluar malam
(57,5%), pendidikan responden sebagian besar tidak tamat SD (35%) sedangkan
yang Tamat perguruan Tinggi hanya 4,2%, pekerjaan responden yang berisiko
yaitu petani/berkebun dan pengambil nira ( 61,7%) . Hampir semua responden
tidak melakukan tindakan pencegahan menggunakan obat nyamuk atau tidur
berkelambu (77,5%) sedangkan yang memiliki kandang ternak ada 58,3%.
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
7
Tabel 2. Distribusi berdasarkan jarak rumah responden dengan tempat perindukan
nyamuk anopheles di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2, tahun 2012 - 2013
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa jarak rumah responden dengan tempat
perinduan nyamuk anopheles tertinggi ada di jarak 200 – 300m yaitu sebanyak
31 orang (25,83%) sedangkan yang terendah berada di jarak > 700m yaitu
sebanyak 2 orang (1,66%). Sebagian besar responden berada di radius <500 meter
dari tempat perindukan nyamuk anopheles yaitu sebesar 84,16%
Tabel 3 Hubungan antara variabel berpotensi lain dengan kejadian penyakit
malaria di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2, Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulon Progo tahun 2012 - 2013
Variabel
Kejadian penyakit
malaria Jumlah P OR 95% CI
sakit %
tidak
sakit %
Kebiasaan keluar
malam
- Ya 42 70,00 27 45,00 69 0,006 7,673 1,346 - 6,402
- Tidak 18 30,00 33 55,00 51
Tingkat pendidikan
- Rendah 39 65,00 33 55,00 72 0,264 1,519 0,729 - 3,108
- Tinggi 21 35,00 27 45,00 48
Tindakan pencegahan
- Tidak melakukan 26 43,33 15 25,00 41 0,034 2,294 1,056 - 4,985
- Melakukan 34 56,67 45 75,00 79
Pekerjaan
- Berisiko 43 71,67 31 51,67 74 0,024 2,366 1,111 - 5,040
- Tidak berisiko 17 28,33 29 48,33 46
Jenis kelamin
- Laki-laki 27 45,00 33 55,00 60 0,273 0,669 0,326 - 1,374
- Perempuan 33 55,00 27 45,00 60
Kepemilikan kandang
ternak
-Tidak memiliki 27 45,00 33 55,00 60 0,459 1,316 0,636 - 2,725
- Memiliki 33 55,00 27 45,00 60
N %
Kurang dari 100 m 11 9,16
100 - 200 m 24 20,00
200 - 300 m 31 25,83
300 - 400 m 24 20,00
400 - 500 m 11 9,16
500 - 600 m 8 6,66
600 – 700 m 9 7,50
Lebih dari 700 m 2 1,66
Total 120 100,00
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
8
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden
yang mempunyai kebiasaan keluar malam mempunyai resiko 7,673 kali lebih
besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan dengan yang tidak keluar
malam. Dengan nilai OR 7,763 (95% CI 1,346 - 6,402) dengan nilai p = 0,006
maka secara statistik hubungan variabel tersebut bermakna.
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden
yang mempunyai tingkat pendidikan rendah mempunyai resiko 1,519 kali lebih
besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan dengan yang berpendidikan
tinggi. Dengan nilai OR 1,519 (95% CI 0,729 - 3,108) dengan nilai p = 0,264
maka secara statistik hubungan variabel tersebut tidak bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden
yang melakukan tindakan pencegahan yaitu penggunaan kelambu atau memakai
obat nyamuk mempunyai resiko 2,294 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit
malaria dibandingkan dengan yang tidak melakukan tindakan pencegahan.
Dengan nilai OR 2,294 (1,056 - 4,985) dengan nilai p = 0,034maka secara
statistik hubungan variabel tersebut bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden
yang mempunyai pekerjaan berisiko yaitu petani/berkebun dan pengambil nira
meempunyai resiko 2,366 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit malaria
dibandingkan dengan pekerjaannya tidak berisiko yaitu PNS, Swasta, pedagang,
pelajar/mahasiswa dan lain lain. Dengan nilai OR 2,366 (95% CI 1,111 - 5,040)
dengan nilai p = 0,024 maka secara statistik hubungan variabel tersebut bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden
yang berjenis kelamin laki-laki meempunyai resiko 0,669 kali lebih besar untuk
terjangkit penyakit malaria dibandingkan dengan responden berjenis kelamin
perempuan, hal ini berarti laki-laki lebih tidak berisiko terjangkit malaria
dibanding perempuan. Dengan nilai OR 0,669 (95% CI 0,326 - 1,374) dengan
nilai p = 0,273 maka secara statistik hubungan variabel tersebut tidak bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden
yang mempunyai kandang ternak disekitar rumahnya mempunyai resiko 1,316
kali lebih besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan dengan yang tidak
mempunyai kandang ternak disekitar rumahnya. Dengan nilai OR 1,316 (95% CI
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
9
0,636 - 2,725) dengan nilai p = 0,459 maka secara statistik hubungan variabel
tersebut tidak bermakna
Tabel 4 Hubungan antara jarak terbang nyamuk dari perindukan ke rumah dengan
kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2 , Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 - 2013
Variabel Kejadian penyakit
Jumlah p OR 95% CI
malaria %
tidak
malaria %
Kurang 100
Kurang dari 100 10 16,67 1 1,67 11 0,004 11,800 1,460 - 95,389
Lebih dari 100 50 83,33 59 98,33 109
Kurang dari 200
Kurang dari 200 23 38,33 12 20,00 35 0,027 2,486 1,096 - 5,641
Lebih dari 200 37 61,67 48 80,00 85
Kurang dari 300
Kurang dari 300 41 68,33 25 41,67 66 0,003 3,021 1,430 - 6,382
Lebih dari 300 19 31,67 35 58,33 54
Kurang dari 400
Kurang dari 400 50 83,33 40 66,67 90 0,035 2,500 1,052 - 5,940
Lebih dari 400 10 16,67 20 33,33 30
Kurang dari 500
Kurang dari 500 54 90,00 47 78,33 101 0,080 2,489 0,877 - 7,067
Lebih dari 500 6 10,00 13 21,67 19
Kurang dari 600
Kurang dari 600 56 93,33 53 88,33 109 0,343 1,849 0,512 - 6,681
Lebih dari 600 4 6,67 7 11,67 11
Kurang dari 700
Kurang dari 700 60 100,00 58 96,67 118 0,154 0,492 0,409 - 0,591
Lebih dari 700 0 0,00 2 3,33 2
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden
yang jarak rumah dengan tempat perindukan kurang dari 100 meter mempunyai
resiko 11,800 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan
dengan responden yang jarak rumah dengan tempat perindukan lebih dari 100
meter. Dengan nilai OR 11,800 (95% CI 1,460 - 95,389) dengan nilai p = 0,004
maka secara statistik hubungan variabel tersebut bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden
yang jarak rumah dengan tempat perindukan kurang dari 200 meter mempunyai
resiko 1,854 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan
dengan responden yang jarak rumah dengan tempat perindukan lebih dari 200
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
10
meter. Dengan nilai OR 2,486 (95% CI 1,096 - 5,641) dengan nilai p = 0,027
maka secara statistik hubungan variabel tersebut bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden
yang jarak rumah dengan tempat perindukan kurang dari 300 meter mempunyai
resiko 1,962 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan
dengan responden yang jarak rumah dengan tempat perindukan lebih dari 300
meter. Dengan nilai OR 3,021 (95% CI 1,430 - 6,382) dengan nilai p = 0,003
maka secara statistik hubungan variabel tersebut bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden
yang jarak rumah dengan tempat perindukan kurang dari 400 meter mempunyai
resiko 2,500 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan
dengan responden yang jarak rumah dengan tempat perindukan lebih dari 400
meter. Dengan nilai OR 2,500 (95% CI 1,052 - 5,940) dengan nilai p = 0,035
maka secara statistik hubungan variabel tersebut bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden
yang jarak rumah dengan tempat perindukan kurang dari 500 meter mempunyai
resiko 2,489 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan
dengan responden yang jarak rumah dengan tempat perindukan lebih dari 500
meter. Dengan nilai OR 2,489 (95% CI 0,877 - 7,067) dengan nilai p = 0,080
maka secara statistik hubungan variabel tersebut tidak bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden yang
jarak rumah dengan tempat perindukan kurang dari 600 meter mempunyai resiko
1,849 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan dengan
responden yang jarak rumah dengan tempat perindukan lebih dari 600 meter.
Dengan nilai OR 1,849 (95% CI 0,512 - 6,681) dengan nilai p = 0,343 maka
secara statistik hubungan variabel tersebut tidak bermakna
Sebagaimana terlihat pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden yang
jarak rumah dengan tempat perindukan kurang dari 700 meter mempunyai resiko
0,492 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit malaria dibandingkan dengan
responden yang jarak rumah dengan tempat perindukan lebih dari 700 meter.
Dengan nilai OR 0,492 (95% CI 0,409 - 0,591) dengan nilai p = 0,154 maka
secara statistik hubungan variabel tersebut tidak bermakna
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
11
Pembahasan
Hubungan variabel lain yang berpotensi dengan kejadian penyakit malaria
di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2 , Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon
Progo tahun 2012 - 2013
Proporsi kasus yang biasa keluar pada malam hari adalah 70% sedangkan
kelompok kontrol yang biasa keluar pada malam hari adalah 45%. Dari hasil
tabulasi silang diperoleh OR=7,673 dan nilai p=0,006 yang berarti secara statistik
kebiasaan keluar pada malam hari berhubungan dengan kejadian malaria. Hal ini
dimungkinkan karena masyarakat wilayah kerja puskesmas Kokap 2 apabila
keluar rumah langsung bersinggungan dengan tempat peristirahatan nyamuk
yaitu semak semak dan pepohonan rendah di kebun rumahnya hal ini erat
kaitanyya dengan lingkungan perumahan di wilayah tersebut yang menyatu
dengan perkebunan mereka seperti kakao, kopi, salak dan sebagainya.
Kemaknaan menyatakan bahwa orang yang sering keluar malam memiliki risiko
menderita malaria 7,673 kali lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak biasa
keluar malam. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa salah satu
cara untuk menghindari diri dari gigitan nyamuk malaria yaitu dengan tidak
berpergian antara senja dan malam hari karena pada watu itu umumnya nyamuk
menggigit (Harijanto, 2000). Berbeda dengan penelitian Ferizal Masra (Masra,
2002) yang dilakukan di propinsi Lampung yang menyatakan bahwa kebiasaan
keluar malam hari tidak memiliki hubungan terhadap kejadian malaria, perbedaan
ini mungkin disebabkan lokasi penelitian yang berbeda yaitu di perkotaan dan di
pedesaan. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tahaharudin dkk (Thaharuddin, dkk, 2004) yang menunjukkan bahwa keluar
rumah pada malam hari mempunyai hubungan yang sangat bermakna dengan nilai
p=0,000. Hasil penelitian ini jg berbeda dengan yang dilakukan dengan Irma
Rubianti dkk yang di lakukan di Bima Nusa tenggara Barat (Irma Rubianti. dkk,
2009) perbedaan ini juga terjadi kemungkinan karena lokasi penelitian Irma
Rubianti dkk yang berada di perkotaan
Proporsi kasus yang tingkat pendidikan rendah adalah 65% sedangkan
kelompok kontrol yang biasa keluar pada malam hari adalah 55%. Dari hasil
tabulasi silang diperoleh OR=1,519 dan nilai p = 0,264 yang berarti secara
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
12
statistik tingkat pendidikan responden tidak berhubungan dengan kejadian
penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2 tahun 2012 – 2013. Hal ini
dimungkinkan karena wilayah puskesmas kokap 2 adalah daerah endemis malaria
sejak awal tahun 1990an, pengetahuan masyarakat tentang malaria sudah merata
disetiap lapisan masyarakat baik yang tingkat pendidikan tinggi maupun tingkat
pendidikan rendah karena banyak program penyuluhan yang sudah dilaksanakan
baik oleh pemerintah maupun swasta. Hal ini sama dengan yang dikemukakan
oleh Tahaharudin dkk yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
tentang malaria tidak mempunyai hubungan dengan angka kejadian malaria di
Kota Sabang (Thaharuddin, dkk, 2004). Hal berbeda dikemukanan oleh Arsin
yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang malaria
berhubungan dengan kejadian malaria dengan nilai p=0,001 (Arsin, 2012)
Proporsi kasus yang tidak melakukan pencegahan yaitu menggunakan
obat nyamuk atau tidur menggunakan kelambu adalah 43,33% sedangkan
kelompok kontrol yang tidak melakukan pencegahan yaitu menggunakan obat
nyamuk atau tidur menggunakan kelambu adalah 25%. Dari hasil tabulasi silang
diperoleh OR=2,294 dan p = 0,034 yang berarti secara statistik tindakan
pencegahan berhubungan dengan kejadian penyakit malaria di wilayah kerja
Puskesmas Kokap 2 tahun 2012 – 2013. Tindakan pencegahan terutama
pemakaian kelambu sudah digalakkan di wilayah puskesmas Kokap 2, sudah
beberapa kali dilaksanakan program pembagian kelambu beserta pencelupan obat
kelambu (permethrin) sehingga program ini sangat bermanfaat untuk mencegah
terjadinya penyakit malaria. Hal ini sejalan dengan penelitian Irma Rubianti dkk
yang mengatakan orang yang tidak biasa menggunakan obat anti nyamuk sebelum
tidur akan meningkatkan risiko terkena malaria sebesar 2,25 kali lebih besar
dibandingkan dengan orang biasa menggunakan obat anti nyamuk sebelum tidur,
dan secara statistik bermakna (p=0,02) Hasil yang sama juga dikemukakan oleh
Tahaharudin dkk yang menyatakan bahwa pemakaian kelambu pada waktu tidur
merupakan variabel yang dapat mempengaruhi kejadian malaria dengan nilai
p=0,01 (Thaharuddin, dkk, 2004)
Proporsi kasus pada responden dengan pekerjaan rang berisiko malaria
yaitu petani/berkebun dan pengambil nira adalah 71,67% sedangkan kelompok
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
13
kontrol yang pekerjaannya tidak berisiko adalah 51,67%. Dari hasil tabulasi silang
diperoleh OR=2,366 dan p = 0,024 yang berarti secara statistik pekerjaan
berhubungan dengan kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas
Kokap 2 tahun 2012 – 2013. Jenis pekerjaan yang berisiko ini erat kaitannya
dengan kemungkinan berinteraksi dengan nyamuk anopheles. Petani/berkebun
akan sering bersinggungan di tempat peristirahatan nyamuk yaitu semak semak
atau pepohonan berdaun rendah, walaupun petani berada di kebun pada pagi
hingga sore hari saat nyamuk anopheles istirahat apabila terganggu istirahatnya
akan mencari darah juga. Pengambil nira berisiko karena kegiatan mengambil nira
sering dilakukan pagi sebelum matahari terbit dan sore hingga malam hari,
kegiatan tersebut dilakukan di perkebunan yang bisa menjadi tempat istirahat
nyamuk anopheles.Penelitian ini tidak sama dengan penelitian Kholis Ernawati
yang mengatakan bahwa pekerjaan yang berisiko tidak ada hubungan dengan
kejadian penyakit malaria (Kholis Ernawati, 2011), penelitian ini sejalan dengan
penelitian Masra (Masra, 2002) responden dengan pekerjaan rang berisiko malaria
mempunyai kemungkinan 4,156 kali terjangkit penyakit malaria dibanding yang
tidak berisiko.
Proporsi kasus pada responden laki-laki adalah 45 % sedangkan yang
perempuan 55%, pada kelompok kontrol responden laki-laki adalah 55 %
sedangkan yang perempuan 45%, Dari hasil tabulasi silang diperoleh OR=0,669
dan p = 0,273 yang berarti secara statistik jenis kelamin tidak berhubungan
dengan kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2 tahun
2012 – 2013. Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Masra (Masra, 2002)
dengan OR = 1,178 dan p = 0,568 yang menyatakan secara statistik tidak ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian penyakit malaria.
Penelitian Kholis Ernawati (Kholis Ernawati, 2011) juga menyatakan hal yang
sama dalam penelitiannya .
Hubungan jenis kelamin dengan kejadian penyakit malaria di wilayah
kerja Puskesmas Kokap 2 tahun 2012 – 2013 erat kaitannya dengan mobilitas
responden terutama pada saat bekerja dan pada malam hari. Pada malam hari
kebiasaan keluar rumah pada malam hari responden laki laki adalah siskamling,
bermain ke rumah tetangga, pengajian dan lain lain sedangkan perempuan akan
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
14
keluar rumah malam hari untuk pengajian, mengambil kayu bakar untuk memasak
nira, dan ke rumah tetangga jadi kegiatan antara laki-laki dan perempuan sama
sama berisiko terjangkit pengakit malaria.
Proporsi kasus pada responden yang tidak memiliki kandang ternak di
sekitar rumahnya adalah 45 % pada kelompok kontrol responden yang tidak
memiliki kandang ternak di sekitar rumahnya 55% . Dari hasil tabulasi silang
diperoleh OR=1,316 dan p = 0,459 yang berarti secara statistik kepemilikan
kandang ternak tidak berhubungan dengan kejadian penyakit malaria di wilayah
kerja Puskesmas Kokap 2 tahun 2012 – 2013.
Secara teori adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat
mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan
tersebut diletakkan di luar rumah, tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah. Ada
nyamuk tertentu yang suka menggigit darah hewan daripada darah manusia.An.
aconitus dan An. subpictus lebih senang darah ternak daripada darah manusia. Hal
ini dapat mengurangi transmisi malaria melalui manusia. (Harijanto, 2000)
berpendapat bahwa apabila jumlah ternak berkurang maka nyamuk akan beralih
menggigit manusia, sehingga nyamuk zoofilik menjadi antrofilik. Keadaan ini
perlu diwaspadai karena ada pula nyamuk yang senang menggigit darah manusia
daripada darah hewan.
Dari hasil penelitian tidak ada hubungan yang bermakna anatara
kepemilikan kandang ternak dengan kejadian penyakit malaria di wilayah kerja
Puskesmas Kokap 2 tahun 2012 – 2013, hal ini dimungkinkan karena letak rumah
dan kandang yang terlalu dekat dengan tempat peristirahatan nyamuk yaitu di
semak-semak atau pohon berdaun rendah sehingga perilaku nyamuk dalam
mencari darah akan mencari mana yang lebih dekat dari nyamuk untuk diambil
darahnya, kandang tidak bisa lagi digunakan sebagai benteng pemisah nyamuk
dengan manusia karena tempat peristirahatan nyamuk berada disekeliling rumah
sedangkan kandang hanya berada di salah satu sisi rumah responden.
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
15
Hubungan variabel jarak terbang nyamuk anopheles dengan kejadian
penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Kokap 2 tahun 2012 –2013
Hubungan jarak terbang nyamuk anopheles dari tempat perindukan ke
rumah responden dapat di lihat pada tabel 5.9. Jarak kurang dari 100 meter
mempunyai nilai OR= 11,800 dengan nilai p= 0,004 (95% CI 1,460 - 95,389)
dengan nilai p = 0,004 secara statistik hubungan variabel tersebut bermakna, jarak
kurang dari 200 meter mempunyai nilai OR= 2,486 (95% CI 1,096 - 5,641)
dengan nilai p = 0,027 secara statistik hubungan variabel tersebut bermakna,
jarak kurang dari 300 meter mempunyai nilai OR= 3,021 (95% CI 1,430 - 6,382)
dengan nilai p = 0,003 maka secara statistik hubungan variabel tersebut
bermakna, jarak kurang dari 400 meter mempunyai nilai OR= 2,500 (95% CI
1,052 - 5,940) dengan nilai p = 0,035 secara statistik hubungan variabel tersebut
bermakna, jarak kurang dari 500 meter mempunyai nilai OR= 2,489 (95% CI
0,877 - 7,067) dengan nilai p = 0,080 secara statistik hubungan variabel tersebut
tidak bermakna, , jarak kurang dari 600 meter mempunyai nilai OR= 1,849 (95%
CI 0,512 - 6,681) dengan nilai p = 0,343 secara statistik hubungan variabel
tersebut tidak bermakna, dan , jarak kurang dari 700 meter mempunyai nilai OR=
0,492 (95% CI 0,409 - 0,591) dengan nilai p = 0,080 secara statistik hubungan
variabel tersebut tidak bermakna.
Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jarak terbang
nyamuk anopheles dari tempat perindukan ke rumah responden terjauh yang
memiliki kemaknaan secara statistik adalah kurang dari 400 meter. Penelitian ini
menghasilkan jarak terbang nyamuk anopheles dari tempat perindukan ke rumah
responden yang lebih pendek dari Masra (Masra, 2002) yang mengatakan bahwa
jarak terbang nyamuk anopheles dari tempat perindukan ke rumah responden
adalah kurang dari 2 km. Khaswaini (Muhammad Kazwaini, 2006) mengatakan
jarak terdekat perindukan nyamuk anopheles dari rumah penderita adalah kurang
dari 1000 meter dengan OR = 1,78 (95% CI = 1,03 - 3,08) nilai p = 0,028.
Penelitian berbeda dikemukakan oleh Kholis Ernawati (Kholis Ernawati, 2011)
yang menyatakan bahwa jarak rumah dari perindukan nyamuk lebih dari atau
sama dengan 10 meter tidak mempunyai hibungan yang bermakna dengan
kejadian penyakit malaria dengan OR=1.00 nilai p = 0,286.
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
16
Penelitian ini hasilnya sama dengan apa yang dilakukan oleh Damar Tri
Boewono (2009) Studi Bio Epidemologi dan Analisis Spasial Kasus Malaria
Daerah Lintas Batas Indonesia – Malaysia (Pulau Sebatik) Kabupaten Nunukan
Propinsi Kalimantan Timur. Yang mengatakan bahwa buffer zone habitat positif
jentik nyamuk An. balabacensis terhadap kasus malaria, menunjukkan bahwa
mayoritas berada pada zona buffer 0-400 m ( 73,43%) dari jumlah 335 kasus.
Zona buffer menunjukkan bahwa rumah kasus berada dekat dengan habitat jentik
dalam jarak terbang nyamuk vektor. (Boewono, 2009)
Perbedaan perbedaan jarak terbang nyamuk anopheles dari tempat
perindukan ke rumah responden yang berbeda beda tersebut bisa terjadi karena
jarak terbang nyamuk juga dipengaruhi oleh kelembapan, angin, serta tophograpi
wilayah penelitian masing masing. Penelitian di daerah pantai tentu akan
menghasilkan yang berbeda dengan yang di pegunungan karena jenis spesies
nyamuk anopheles berbeda, kelembapan dan angin juga akan berbeda. Perbedaan
juga bisa terjadi karena definisi operasional tempat perindukan nyamuk anopheles
yang mungkin berbeda, peneliti Masra mendefinisikan tempat perindukan nyamuk
anopheles dengan genangan air yang berpotensi menjadi tempat bertelur nyamuk
anopheles (Masra, 2002) tanpa melihat ada tidaknya jentik nyamuk anopheles di
genangan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mendefinisikan tempat
perindukan nyamuk anopheles adalah genangan air yang di dalamnya terdapat
jentik nyamuk anopheles.
Kesimpulan
Setelah diketahui titik koordinat tempat perindukan nyamuk anopheles dan
titik koordinat responden ternyata ada hubungan yang bermakna secara statistik
antara jarak terbang nyamuk anopheles dari tempat perindukan ke rumah
responden dengan kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Kokap
2, kec Kokap Kab. Kulon Progo, jarak terjauh yang mempunyai nilai kemaknaan
secara statistik adalah kurang dari 400 meter yaitu mempunyai kemungkinan 2,5
kali lebih besar tertular penyakit malaria dibandingkan dengan responden yang
jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk anopheles lebih dari 400 meter.
Dengan nilai OR= 2,500 (95% CI 1,052 - 5,940) dan nilai p = 0,035
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
17
Variabel lain yang berpotensi adalah kebiasaan keluar rumah pada malam
hari, tindakan pencegahan dan jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang
bermakna secara statistik dengan kejadian penyakit malaria di wilayah kerja
Puskesmas Kokap 2, kec Kokap Kab. Kulon Progo, sedangkan tingkat
pendidikan, jenis kelamin dan kepemilikan kandang ternak tidak mempunyai
hubungan yang bermakna secara statistik dengan kejadian penyakit malaria di
wilayah kerja Puskesmas Kokap 2, kec Kokap Kab. Kulon Progo
Saran
Untuk menekan angka kejadian penyakit malaria di wilayah kerja
Puskesmas Kokap 2 diperlukan kesadaran dan peran serta aktif masyarakat
dengan melaksanakan upaya-upaya antara lain :
Tindakan terhadap manusia adalah dengan Penyuluhan tentang malaria dan
cara pencegahannya merupakan faktor yang sangat penting yang harus diberikan
kepada masyarakat baik masyarakat setempat maupun pendatang, proteksi
pribadi,dan modifikasi perilaku
Tindakan terhadap vektor adalah dengan cara pengendalian secara
mekanis, pengendalian secara biologis dengan memberi predator jentik, radiasi
maupun mikroorganisme parasit jentik dan pengendalian secara kimiawi
mengunakan insektsida
Tindakan terhadap Plasmodium sp (profilaksis). Kegiatan ini untuk
mengurangi risiko jatuh sakit jika telah digigit nyamuk anopheles infeksius
terutama bagi pendatang yang berkunjung ke daerah endemis malaria atau pekerja
yang punya mobilitas di daerah endemis malaria .
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ke masyarakat
diharapkan lebih meningkatkan kerjasama lintas sektor sehingga semua instansi
yag ada di wilayah tersebut berperan aktif dalam pemberantasan malaria
Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah diharapkan mengalokasikan dana
untuk kewaspadaan dini penyakit malaria baik pada saat kasus malaria tinggi
maupun rendah
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
18
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan jarak terbang
nyamuk anopheles dari tempat perindukan dengan kejadian malaria di lokasi yang
berbeda atau dengan populasi yang lebih besar
Daftar Referensi
Achmadi, U. F. (2011). Dasar - Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arsin, A. A. (2012). Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemologi .
Makasar: Masagena Press.
Barodji. (2001). Bionomik Vektor Malaria di Kecamatan Kokap Kabupaten
Kulon Progo DIY. Seminar hari nyamuk II. Yogyakarta.
Boewono, D. T. (2009). Studi Bio Epidemologi dan Analisis Spasial Kasus
Malaria Daerah Lintas Batas Indonesia – Malaysia (Pulau Sebatik)
Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur.
Boewono, D.T. dan Nalim, S. (1998). Pencirian, Pelepasan Dan Penangkapan
Ulang Sebagai Upaya Mengetahui Perilaku Menggigit Vector Malaria An.
Aconitus. Seminar Parasitologi Nasional ke V. Ciawi, Bogor.
Borror, D. C. (1992). Pengenalan Pelajaran Seranga (Terjemahan). Penerjemah
drh. Soetiyono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Depkes RI. (1999). Modul Pemberantasan Malaria. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Direktorat PPM&PL Depkes RI. (1999). Modul Pemberantasan Malaria 4 .
Jakarta: Direktorat PPM&PL Depkes RI.
Direktorat PPM&PL Depkes. RI. (1999). Modul Epidemologi Malaria 2. Jakarta:
Direktorat PPM&PL Depkes. RI.
Direktorat PPM&PL Depkes. RI. (1999). Modul Manajemen Pemberantasan
Penyakit Malaria 6. Jakarta: Direktorat PPM&PL .
Direktorat PPM&PL Depkes. RI. (1999). Modul Parasitologi Malaria 1. Jakarta:
Direktorat PPM&PL Depkes. RI.
Direktorat PPM&PL Depkes. RI. (1999). Modul Penemuan Penderita dan
Pengobatan Malaria 5. Jakarta: Direktorat PPM&PL Depkes. RI.
Harijanto, P. (2000). Malaria : Epidemologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan
Penanganan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
19
Irma Rubianti. dkk. (2009). Faktor-Faktor Risiko Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Paruga Kota Bima Nusa Tenggara Barat . Jurnal KES MAS
UAD, Vol. 3, No. 3, September 2009.
Kab. Kulon Progo. (2012). Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Diambil kembali
dari www.kulonprogo.go.id: diakses melalui
http://www.kulonprogokab.go.id/v21/index.php?pilih=news&mod=yes&a
ksi=lihat&id=1918 pada 16 Desember 2012
Kholis Ernawati. (2011). Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan
Rumah dengan Malaria di Penuduh Pedada Kabupaten Pesawaran
Propvinsi Lampung Indonesia 2010. Makara, Kesehatan Vol 15 No 2
Desember 2011.
Masra, F. (2002). Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian
Malaria di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.
Muhammad Kazwaini, S. M. (2006). Tempat Perindukan Kejadian Malaria.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 02(02), , 173 - 182 diakses dari
http://210.57.222.46/index.php/JKL/article/view/726/728 pada tanggal 16
Desember 2012.
Munif, A. ( 2009 ). Nyamuk Vektor Malaria dan Hubungannya Dengan Aktivitas
Kehidupan Manusia Di Indonesia. Aspirator Vol. 1 No. 2 , 94-102 .
Muslimin, I. (2011). Pola spasial dan analisis kejadian malaria di pulau
Kapoposang Kab. Pangkep tahun 2011.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehsatan.
Priyo Hastono, Sutanto,. (2001). Modul Analisis Data, Fakultas Kesehatan
Masyarakat , Universitas Indonesia .
Santoso, B. (2002). Studi Karakteristik Habitat Larva Nyamuk Anopheles
Maculatus Theobald dan Anopheles Balabacensis Serta Beberapa Faktor
yang Mempengaruhi Populasi Larva di Desa Hargotirto, Kec. Kokap,
Kab. Kulon Progo, DIY. Tesis Institur Pertanian Bogor. Bogor.
Sudarto, D. (1989). Entomologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sushanti. (1999). Fauna Anopheles di Daerah Bekas Pantai Mangrove Kecamatan
Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan. . Buletin Penelitian
Kesehatan 26 (1).
Sutrisna. (2004). P. Malaria Secara Ringkas, Dari Pengetahuan Dasar Sampai
Terapan. . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Thaharuddin, dkk. (2004). Lingkungan Perumahan, Kondisi Fisik, Tingkat
Pengetahuan, Perilaku Masyarakat dan Angka Kejadian Malaria di Kota
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014
20
Sabang. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. X1. No 3, November, hal
126-133.
WHO. (1992). Entomological field technique for malaria control.
http.//www.who.int/topics/Entomological field technique for malaria
control/en.Diakses 4 Juni 2013.
WHO. (1997). Vector control methods for use by individuals and communities.
htt:/www.who.int/topics/Vector control methods for use by individuals and
communities/en/. diakses : 4 Juni 2013.
Widyastuti, R. E. (2002). Parasitologi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Analisis jarak..., Ali Sukamto, FKM UI, 2014