analisis kasus peneltian dalam jurnal 1
DESCRIPTION
LaporanTRANSCRIPT
A. Analisis Kasus Peneltian dalam jurnal 1 :
1. Judul Penelitian
Judul penelitian pada jurnal 1 adalah “Prevalensi Oral Candidiasis pada
penderita diabetes melitus di Klinik Gotong Royong Surabaya tahun 2014”
2. Latar belakang penelitian
Latar belakang yang mendasari penulis melakukan penelitian adalah ingin
memahami mengenai candida albicans yang merupakan organisme yang memiliki
hubungan komensalisme dengan manusia dan hewan tetapi keberadaannya dapat
merugikan manusia apabila patogenitasnya meningkat menyebabkan Oral
Candidiasis. Oral Candidiasis dipicu oleh faktor predisposisi dari host, baik secara
lokal maupun sistemik. Faktor predipsosisi dari host yang bersifat lokal adalah
xerostomia, pemakaian obat dan gigi tiruan yang tidak sehat, dan konsumsi
karbohidrat berlebihan sedangkan faktor predipsosisi dari host yang bersifat sistemik
adalah diabetes melitus, defisiensi nutrisi, penurunan sistem imun.
3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi Oral Candidiasis pada
penderita diabetes melitus di Klinik Gotong Royong Surabaya tahun 2014.
4. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian merupakan analitik dengan rancangan penelitian cross-
sectional, menggunakan Total Sampling dari pasien yang memenuhi kriteria
sampel selama waktu penelitian.
b. Kerangka konsep
c. Penentuan besar sampel
Pemeriksaan dilakukan terhadap Total sampling Pasien di Klinik Gotong
Royong Jalan Manyar Kartika IV/2-6 Surabaya yang menderita diabetes melitus
(DM) yaitu berjumlah 72 orang.
Variabel bebas :
Usia Penderita DM
Durasi Menderita DM
Gula Darah Acak
Variabel terikat
Oral candidiasis
d. Alat dan bahan
1) Alat yang digunakan dalam penelitian pada jurnal 1 adalah:
a) Quistionair
b) Cotton bud stick
c) Preparat glass dan cover glass
d) Program SPSS
2) Bahan yang digunakan dalam penelitian pada jurnal 1 adalah.
a) KOH 10%
e. Alur penelitian
Pasien di Klinik Gotong Royong Jalan Manyar Kartika IV/2-6 Surabaya
yang menderita diabetes melitus (DM) diberikan penjelasan mengenai latar
belakang, tujuan, dan manfaat penelitian (informed consent). Setelah pasien
mengisi questionair, dilakukan pemeriksaan intraoral pasien DM.
Pemeriksaan intraoral candida pasien dengan swab. Pasien diswab
menggunakan stick dengan ujung cottonbud pada mukosa bagian kiri, mukosa
bagian kanan, dan dorsum lidah kemudian dioleskan pada preparat glass
selanjutnya ditetesi 1 tetes KOH 10% ditutup dengan coverglass kemudian
diamati dibawah mikroskkop dengan perbesaran 10x10 dan 10 x 40.
Selanjutnya, data diolah dengan analisis statistic dan uji korelasi
f. Analisis statistik
Analisis data menggunakan analisis univariate yaitu satu variable
kemudian dianalisis menggunakan SPSS korelasi spearman. Korelasi prearman
digunakan dengan melakukan pengamatan dari dua variable dalam bentuk skala
ordinal. Prosedur pertama yang dapat dilakukan dengan meranking dua variable,
cari beda masing-masing pengamatan kemudian hitung koefisien korelasi
spearman
ρ=1=6∑d12 / N3 - N
d1 = beda antara 2 pengamatan berpasangan
N = total pengamatan
Ρ = koefisien korealasi spearman
B. Analisis Kasus Peneltian dalam jurnal 2 :
1. Judul Penelitian
Judul penelitian pada jurnal 1 adalah “A comparative study of oral candidal
species carriage in patients with type1 and type2 diabetes mellitus”.
2. Latar belakang penelitian
Prevalensi masalah kesehatan yang berhubungan dengan penyakit metabolik
kronis merupakan tantangan untuk melakukan penelitian dasar keterampilan yang
dapat digunakan untuk menyelidiki efek dari penyakit dengan memanfaatkan
berbagai parameter. Diagnosis dini penyakit sistemik seperti diabetes mellitus (DM)
dapat dilakukan dengan menghubungkan gejala dan manifestasi klinis penyakit ini
dalam rongga mulut.
DM memiliki prevalesnsi tinggi di seluruh dunia, ditandai dengan gangguan
multisistemik dengan karakteristik insufisiensi relatif atau absolut dari sekresi insulin
dan / atau resistensi metabolisme insulin pada jaringan target. Pasien dengan kontrol
glikemik yang kurang sangat rentan terhadap infeksi bakteri atau jamur berulang.
Tanda-tanda dini non-spesifik dari diabetes yang tidak terkontrol dapat berupa
kandidiasis oral dan infeksi jamur oportunistik lainnya. Candidiasis adalah mikosis
yang paling umum dapat terjadi dalam rongga mulut individu sehat maupun
imunodefisiensi. Salah satu alasan untuk kesamaan penyakit ini mungkin karena 40-
60% dari orang dewasa yang sehat terdapat candida komensal dalam rongga mulut,
tanpa tanda-tanda atau gejala kandidiasis. Sejumlah faktor menunjukkan adanya
hubungan candida cariage pada pasien diabetes dengan jenis dan durasi penyakit,
tingkat kontrol glikemik, dan penggunaan gigi tiruan. Studi ini berfokus pada
hubungan antara candida mulut dan diabetes serta untuk mengukur organisme dan
mengidentifikasi faktor-faktor penyakit mulut, faktor penyakit sistemik, atau
menyebabkan pertumbuhan jamur berlebih yang menimbulkan infeksi (candidiasis).
Peran seorang dokter gigi spesialis oral medicine sangat penting dalam membuat
diagnosis dini, konseling pasien tentang pentingnya pengendalian diabetes dan
merujuk pasien untuk penatalaksanaan lebih lanjut sehingga meningkatkan hasil
perawatan pada pasien DM tidak terkontrol dan atau tidak terdiagnosis.
3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari spesien candida bawaan, infeksi
klinis candida pada pasien dengan DM tipe 1 dan tipe 2 dan juga untuk
membandingkan jenis spesies candida bawaan dari kedua tipe DM 1 dan 2 serta
dengan subjek kontrol (pasien yang sehat).
4. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian dalam jurnal ini menggunakan penelitian studi case
control.
b. Kerangka konsep
c. Penentuan besar sampel
Sampel yang digunakan pada jurnal 2 terbagi dalam tiga kelompok yaitu
kelompok A terdiri dari 30 pasien yang didiagnosis diabetes mellitus tipe I,
kelompok B terdiri dari 30 pasien yang didiagnosis diabetes mellitus tipe II, dan
kelompok kontrol (kelompok C) terdiri dari 30 individu yang non-diabetic yang
memiliki kesamaan umur, jenis kelamin dan status kesehatan gigi. Kriteria
eksklusi meliputi pasien yang menerima radioterapi, pasien dengan terapi obat
lokal dan sistemik jangka panjang, pasien dengan terapi steroid, pasien yang
didiagnosis dengan keganasan, Odha, pasien hipertensi dan pasien dengan
penyakit sistemik.
d. Alat dan bahan
1) Alat
a) Quistionair
b) SPSS versi 11.0 for windows
c) Sterile screw-capped universal container
Variabel bebas :
Pasien DM I (A)
Pasien DM II (B)
Variabel terikat
Pertumbuhan candida
d) Sentrifuge
e) Gallenkamp colony counter
f) Kaca pembesar
2) Bahan
a) Larutan kumur yang mengandung sterile phosphate-buffered saline
b) Larutan saline
c) Sabouraud dextrose agar
d) Chromogenic agar
e. Alur penelitian
1) Sampel saliva dikumpulkan menggunakan rinse technique yaitu pada pagi
hari pasien berkumur dengan 5 ml larutan phosphate-buffered saline (0,1 M,
pH 7,4) selama 60 detik.
2) Sampel kemudian dikumpulkan dalam container universal steril kemudian
disimpan dalam refrigerator dengan suhu penyimpanan 4oC selama dalam
perjalanan menunju laboratorium sebelum dilakukan analisis lebih lanjut.
3) Sampel disentrifugasi pada kecepatan 5.000 rpm selama setengah jam dan
disingkirkan kembali dalam 5 ml saline steril normal.
4) Kemudian sebanyak lima mikroliter setiap sampel diinokluasi dalam
Sabouraud dextrose agar (SDA) dan kromogenik agar medium kultur
(HiCrome Candida Differential HiVeg ™ agar dasar, dimodifikasi,
HIMEDIA Labs, India) dan diinkubasi pada 37ºC selama 48-72 jam.
5) Kehadiran candida ditandai dengan karakteristik koloni di SDA, Pewarnaan
Gram dan asam periodik Schiff (PAS) pewarnaan selain pigmentasi
karakteristik pada agar kromogenik. koloni yang terbentuk dihitung
menggunakan kaca pembesar dan Gallenkamp colony counter. Koloni
membentuk unit candida per ml (/ ml CFU) nilai-nilai yang ditentukan
dengan menggunakan rumus,
Jumlah CFU / ml = Jumlah koloni × pengenceran Faktor
volume per sampel yang dikumpulkan.
Seluruh prosedur dijelaskan kepada semua peserta dan informed consent
diperoleh dari mereka. Pemeriksaan klinis menyeluruh dan pemeriksaan
intraoral dilakukan, bersama dengan nilai-nilai biokimia yang diperoleh dari
catatan pasien, informasi demografis, penilaian mulut kering serta sejarah
diabetes direkam pada proforma a.
f. Analisis statistic
Jurnal ini menggunakan analisis data X2 test, Mann-Whitney, U-test, uji
korelasi peringkat spearman dan menggunakana koefisien korelasi Karl Pearson
kemudian disajikan dalam diagram dan tabel. Semua pengujian menggunakan
program SPSS versi 11.0 untuk Windows.
C. Analisis Kasus Peneltian dalam jurnal 3:
1. Judul Penelitian
Judul penelitian pada jurnal 3 adalah “Comparative evaluation of
photodynamic therapy induced by two different photosensitizers in rat experimental
candidiasis”.
2. Latar belakang penelitian
Rongga mulut merupakan suatu tempat berkumpulnya mikroba yang
kompleks dan umumnya relative tidak menimbulkan gangguan pada individu yang
sehat. Namun dalam keadaan tertentu seperti penurunan imunitas bawaan, penurunan
adaptasi pertahanan host, gangguan pada bakteri flora normal atau penyakit dasar
mempengaruhi keseimbangan dinamis antar komponen dalam tubuh sehingga
menyebabkan infeksi opurtunistik misalnya candida albicans. Mikroorganisme ini
dapat menyebabkan penyakit mulai dari mukosa superfisial hingga sistemis
(candidemia). Saat ini semakin berkembangnya pengobatan immunosupresan dengan
menggunakan chemotherapy dan radiography menyebabkan xerostomia jangka
panjang dan terus menerus yang mengakibatkan keberaan virus lebih pathogen dan
lebih rentan candida albicans. Sebaliknya, terapi konvensional telah mengalami
banyak tantangan, beberapa di antaranya adalah munculnya organisme yang resisten,
tingginya tingkat kambuh infeksi pada pasien imunosupresi karena peerawatan
bersifat fungistatic bukan fungisida, interaksi obat dan efek samping termasuk
hepatotoksisitas pada pasien usia lanjut dan komitmen kepatuhan pasien pada terapi.
Oleh karena itu, penting untuk mencari modalitas pengobatan alternative misalnya
terapi photodynamic (PDT). PDT yang aman, pengobatan lokal berdasarkan interaksi
obat fotosensitif (Photosensitizer [PS]) dan cahaya tampak.
Aplikasi lampu dalam mengenai mikroba pathogen dikenal selama lebih dari
100 tahun. Pemberian PS sebelum memancarkan cahaya dapat meningkatkan
efektivitas dan selektivitasnya. Dalam PDT, PS mengikat sel target dan sinergisme
dengan cahaya menghasilkan radikal bebas, yang bersifat sitotoksik dan melubangi
sel membran. Proses kerusakan foto ini menyebabkan formasi pori pada membran sel
target, memungkinkan pewarna PS untuk menembus sel lebih ke dalam Dengan
demikian, prosedur yang sama diikuti di dalam sel yaitu membran mitokondria dan
organel lain akhirnya menyebabkan kematian sel. PDT memanfaatkan mekanisme
antimikroba yang berbeda dibandingkan dengan pengobatan tradisional. Hal ini dapat
dijadikan pengobatan alternatif dalam kasus resistensi terhadap pengobatan
konvensional. Dalam investigasi vitro telah menunjukkan inaktivasi Candida spp.
dengan terapi photodynamic. Efektifitas dari efek antimikroba PDT tertinggi dapat
dicapai dengan menyeimbangkan antara konsentrasi PS dalam jaringan targetdan
intensitas foton yang dipancarkan di atasnya. Penelitian menunjukkan konsenterasi
photodynamic yang berbeda dari biru metilen (MB) di Model murine dari kandidiasis
oral dan menunjukkan efek dosis tergantung dari PDT yang dimediasi MB dalam
melawan Candida albicans. Junqueira et al. dalam mengamati pengurangan yang
signifikan pada kelangsungan hidup C. albicans oleh kerja MB dimediasi laser daya
rendah gallium arsenide aluminium dengan total energy 10 J. Selanjutnya, poli-L-
lisin-klorin (e6) konjugat (pL-CE6) menunjukkan efek antimikroba yang kuat pada
studi in vitro sebelumnya. Mekanisme antimikroba molekul kationik poli ini
diperoleh dengan mengganti kation di lipopolisakarida yang menjadi komponen
dinding sel mikroorganisme dan mendistorsi struktur membran luar. Namun, studi in
vivo. Penerapan antimikroba PDT, menggunakan pL-CE6 dan sinar laser merah
belum adekuat.
3. Tujuan penelitian
Penelitian pada jurnal 3 bertujuan untuk melakukan pengujian pada konsentrasi yang
berbeda pL-CE6 dan MB yang kemudian dilakukan perbandingan pada model tikus
yang immunodefiefisien.
4. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian dalam jurnal ini menggunakan penelitian eksperimental
laboratoris.
b. Kerangka konsep
c. Penentuan besar sampel
Rancangan penelitian adalah penelitian hewan coba, sampel yang
digunakan pada jurnal 3 yaitu 59 tikus wistar jantan berumur 6 minggu dengan
berat 250 g yang dijaga bersih pada temperature 23 ± 2oC yang dipisahkan dari
hewan lainnya untuk menghindari kontaminasi silang. Tikus wistar dibagi dalam
empat kelompok yang dipilih secara acak yaitu kelompok eksperimental
berjumlah 51, kelompok kontrol positif diberi imunosupresan dan inokulasi
candida berjumlah 3, kelompok kontrol negatif diberi imunosupresan tetapi
tidak diinokulasi maupun diberi treatment berjumlah 3, dan kelompok control
yang tidak diberi imunosupresan maupun prosedur inokulasi candida.
d. Alat dan bahan
1) Alat
a) Cotton bud
b) Sumber cahaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah laser dioda
tingkat rendah (Azor Ltd Laser Peralatan Medis, Moskow, Rusia) pada
panjang gelombang 660 nm, listrik 25 mW, energy 7,5 J dan silinder
diffuser 1 cm.
c) Program SPSS
d) Mikroskop
2) Bahan
a) Metyl prednisolone injeksi
b) Tetracycline-laced 0,04 mg/ml
Kosenterasi PL-ce6 Variabel terkendali
Pertumbuhan candidaKosenterasi MBVariabel Bebas
c) Suspensi Candida albicans dari pasien resisten Azol kosenterasi 9x 108
viable cell/ ml
d) Anestektikum short acting
e) Larutan Metilen Blue dalam 3 konsenterasi 450, 500, dan 550 mg/L
f) Laritan pL-ce6 dalam 3 kosenterasi 500, 1000, dan 1500 mg/L
e. Alur penelitian
1) Eksperimen hewan coba
a) Semua kelompok hewan coba diberi dua kali injeksi intramuskuar metyl
prednisolone (100mg/ kgBB) pada bagian femur 1 hari sebelum dan 3
hari sesudah dipapari candida
b) Kelompok eksperimen diberikan minuman yang mengandung
tetracycline-laced dengan kosenterasi 0,4 mg/ml 1 hari setelah diberi
imunosupresan
2) Induksi candididasis
a) Candida albicans diisolasi dari pasien yang resisten terhadap Azole
kemudian diinduksi ke tikus. Suspensi candida yang dibuat berdasarkan
standar McFarland mengandung hingg 9 x 108 viable cells/ml.
b) Tikus di anastesi pendek kemudian dorsum lidah diusab dengan cotton
bud yang sebelumnya dicelupkan pada suspensi candida. Inokulasi
candida dilakukan sehari setelah pemberian immunosupresan.
3) Terapi photodynamic
2 hari setelah injeksi prednisolon terakhir, pada hari 6, tikus pada
kelompok eksperimen secara acak dibagi menjadi 3 subkelompok utama
berdasarkan tahap pengobatan yang diterima.
a) PS + / L + kategori terdiri dari kelompok-kelompok, yang menerima
baik PS dan sinar laser (enam hewan di setiapkelompok).
b) PS + / L - hanya berhubungan dengan PS pada konsentrasi yang sama
dan untuk periode yang sama pra-iradiasi dan iradiasi waktu kelompok
PS + / L +.
c) Hewan di PS- / L + kelompok yang terkena dosis laser yang sama
dalam kelompok eksperimen sebelumnya namun tanpa aplikasi PS.
Tikus diimobilisasi dengan anestesi eter inhalasi yang mendalam.
Berikutnya, setiap hewan ditempatkan dalam posisi terlentang pada lapisan
dan pas dengan dua lembar, yang yang terletak di kedua sisi lateral kepala
untuk menahan perangkat di lidah. Dengan menarik rahang dan pipi, lidah
diambil pelan-pelan dari mulut, sejauh mungkin, untuk mengekspos tanpa
menyebabkan cedera pada jaringan tersebut. Kemudian, PS diaplikasikan
topikal pada dorsum lidah menggunakan swab steril. Sebelum iradiasi, lidah
diletakkan kembali ke dalam mulut untuk mencegah paparan cahaya PS ke
lingkungan yang tidak diinginkan. Setelah 5 menit (waktu preirradiasi), lidah
diambil dari mulut untuk memaparkannya pada cahaya laser. Perangkat laser
ditempatkan ke dorsum lidah dengan pencahayaan selama 10 menit.
4) Evaluasi Mikrobiologi
Satu hari setelah dan sebelum perawatan, semua kelompok sample dilakukan
pemulihan, semua prosedur pada Candida albicans ditransformasi pada
medium sabouraud dextrose agar untuk menghitung jumlah koloni dalam
CFU/ml. Medium diinkubasi selama 2 hari dalam suhu 37oC. Koloni yeast
dihitung dengan alat penghitung koloni digital. Kelompok kontrol positif
prosedur yang sama pemulihan Candida dan plating dilakukan, baik pada
hari ke 5 dan 6 (hari diberi traetmenr).
5) Penelitian histopatologi
Setelah 5 hari tikus mati akibat overdosis ether kemudian lidah diambil
dengan bedah dan difiksasi penggunakan larutan formalin fixative pada pH 7
selama 24 jam. Sampel ditempelkan ke preparat glass kemudian ditetesi H E
dan periodic acid-Schiff untuk uji histopatologi dan deteksi fungi.
f. Analisis statistik
Jurnal ini menggunakan analisis data semi kuantitatif dengan program
SPSS versi 13.0 untuk Windows. Kruskal-Wallis test diaplikasikan untuk
menganalisis perubahan jaringan antara kelompok yang berbeda. Perbandingan
mean respon inflamasi dari jaringan penghubung dilakukan dengan uji Fisher
dengan pertimbangan tingkat signifikansi 5% (P <0,05).
BLOK BIOSTATISTIC AND RESEARCH METHODS
SELF LEARNING REPORT
DISCOVERY LEARNING 2
ANALISIS JURNAL PENELITIAN
DOSEN PEMBIMBING :
drg. RISKY AMALIA
DISUSUN OLEH:
ROSITA ANGGRAENI
NIM. G1G012041
KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2015