analisis kasus penerapan akad ar-rahn dan …
TRANSCRIPT
ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI MENURUT FATWA DSN MUI TERKAIT DAN PSAK 107
STUDI KASUS PT XYZ
Santriaji Santoso Putro dan Sri Nurhayati
Program Studi Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan pembiayaan dengan akad rahn dan rahn tasjily serta perlakuan akuntansinya pada produk – produk syari’ah di PT XYZ, dan juga menganalisis kesesuaiannya berdasarkan ketentuan syari’ah yang berlaku di Indonesia, yaitu Fatwa DSN MUI terkait, selanjutnya dengan peraturan akuntansi yang berlaku umum, yaitu PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah. Ditambahkan lagi dalam penelitan ini yaitu kesesuaian penerapan produk dengan ketentuan – ketentuan fiqh islam lainnya yang belum diatur dalam Fatwa DSN MUI. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan produk pada PT XYZ tidak sepenuhnya berseberangan dengan fatwa dan peraturan terkait, akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Kata kunci : rahn, rahn tasjily, akuntansi ijarah, pegadaian syari’ah, PSAK 107
An Analysis of Product Implementation with Ar-Rahn Methode and Accounting Treatment Toward Sharia Regulation and Accounting Standard in Indonesia
Case Study on PT XYZ
Abstract This research purpose is to explains how the product implementations with rahn methodes and the accounting treatment on PT XYZ products, with the analysis related to Fatwa DSN MUI and with the standard of accounting treatment PSAK 107 on ijarah accounting. For further analysis, these researches also find out the product implementations with the others islamic fiqh which yet included in Fatwa DSN MUI. The result shows that the product implementations on PT XYZ not entirely opposite against the sharia regulation and accounting standard, but there are several things that PT XYZ needs to be adjusted.. Key words : rahn, rahn tasjily, ijarah accounting, sharia pawnshop, PSAK 107.
Pendahuluan
Kehidupan dunia dikendalikan oleh dua kekuatan besar : ekonomi (economics) dan
keimanan (faith) (Marshall, 1920). Banyak penafsiran para ekonom didunia ini terkait dengan
peryataan tersebut, yang pada intinya membuka pandangan kita bahwasanya kesejahteraan
manusia didunia tidak hanya berasal dari sisi perekonomian saja, akan tetapi sisi keimanan
atau kepercayaan juga turut andil dalam kehidupan manusia didunia.
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, dengan
penduduk sebanyak 237.641.326 jiwa dan 87,1% menganut agama islam (Badan Pusat
Statistik, 2013), dan Indonesia menduduki peringkat ke 4 dari jumlah populasi penduduk
terbanyak di dunia (Worldatlas, 2014), hal tersebut nyatanya menjadi sebuah cikal bakal
dimana Indonesia berpotensi menjadi pemimpin perekonomian bersyari’ah islam didunia
(Alamsyah, 2013).
Maraknya produk – produk keuangan juga menjadi salah satu bukti perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Saat ini, masyarakat sudah tidak lagi sulit untuk memenuhi
kebutuhannya, banyak sekali produk keuangan yang ditawarkan sehingga membuat
masyarakat semakin praktis untuk mendapatkan yang mereka butuhkan. Hal tersebut juga
menjadi salah satu pendorong peningkatan perekonomian masyarakat.
Fenomena keuangan berbasis syari’ah di Indonesia diawali dengan keberadaan bank
syari’ah. Sampai dengan tahun 1998 perkembangan bank syari’ah sendiri masih belum terlalu
kuat, hanya ada satu bank konvensional dan 78 bank perkreditan yang memegang prinsip
syari’ah, sampai dengan dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 diperbarui lagi dengan UU
No. 23 Tahun 1999 diperbarui lagi dengan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syari’ah, hal ini membuat perkembangan bank syari’ah meningkat semakin luas dilihat dari
jumlah bank dengan prinsip syari’ah yang semakin banyak serta peningkatan jumlah aset
yang dikelola (Nurhayati, Wasilah, 2014), keadaan tersebut menjadi cikal bakal
perkembangan keuangan syari’ah di Indonesia.
Dewan Syari’ah Nasional (DSN) MUI adalah lembaga yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan syari’ah di Indonesia. Begitu juga dengan kegiatan gadai berbasis syari’ah,
melalui fatwanya No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, fatwa No : 26/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn Emas, serta fatwa No : 68/DSN-MUI/III2008 tentang Rahn Tasjily, menjadikan
pedoman operasi bagi para penawar jasa gadai berbasis syari’ah di Indonesia. Tidak berhenti
sampai disitu, dalam fatwa yang dibuat oleh DSN MUI tidak mencakup secara keseluruhan
aspek fiqh islam mengenai rahn, beberapa aspek fiqh islam yang belum termasuk kedalam
fatwa DSN MUI juga harus menjadi dasar ketentuan dalam praktek rahn.
Metode akuntansi yang dicatat juga perlu dicermati dari saat pencatatan, pelaporan dan
pengungkapan. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah menjadi dasar pelaksanaan akuntansi
perusahaan.
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
Tinjauan Teoritis
Rahn
Kegiatan gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh debitur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya
(Kitab UU Perdata Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Ps. 1150). Pada dasarnya kegiatan
gadai muncul diawali dengan proses pinjam meminjam atau utang piutang (qard), dengan
adanya sistem gadai proses pinjam meminjam tersebut menjadi lebih kuat karena ada suatu
barang yang dijadikan jaminan atas pinjam meminjam tersebut. Di Indonesia gadai
konvensional telah ada sejak lama, pada saat pemerintahan Belanda di Indonesia telah
dibangun Bank Van Leening pada tahun 1746 dengan tujuan pemberian kredit bagi
masyarakat yang membutuhkan. Proses atau mekanisme gadai konvensional tidak berbeda
dengan proses pinjam meminjam dengan agunan dibank konvensional. Penentuan bunga yang
di bebankan berasal dari jumlah uang yang dipinjamkan. Rahn menurut para ulama adalah
(Purwandini, 2009) :
a. Ulama’ Malikiyah
Mendefinisikannya dengan “harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan yang
bersifat mengikat”. Menurut mereka, yang dijadikan barang jaminan (agunan) bukan
saja harta yang bersifat materi, tetapi harta yang bersifat manfaat. Harta yang dijadikan
barang jaminan tidak harus diserahkan secara aktual tetapi boleh juga penyerahannya
secara hukum, seperti menjadikan sawah sebagai jaminan, maka yang dijelaskan itu
adalah surat jaminannya (sertifikat sawahnya).
b. Ulama’ Hanafiyah,
Mendefinisikannya dengan “menjadikan suatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak
(piutang) yang menjadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu, baik seluruhnya
maupun sebagaiannya”.
c. Ulama’ Syafi'iyah,
Mendefinisikannya dengan “menjadikan suatu benda sebagai jaminan utang yang
dapat dijadikan pembayaran ketika berhalangan dalam membayar hutang”.
d. Ulama’ Hanabilah,
Mendefinisikannya dengan “harta yang dijadikan jaminan utang sebagai pembayaran
harga (nilai) utang ketika yang berhutang berhalangan (tidak mampu) membayar
utangnya kepada pemberi pinjaman”
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
Akad rahn menurut syara’ adalah menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang
memungkinkan untuk ditarik kembali (Zuhaili, 1989). Berikutnya juga dikatakan bahwa rahn
adalah harta (barang) yang dijadikan kepercayaan terhadap hutang untuk memenuhi harganya
bila yang berhutang tidak membayar dari tanggungan hutang (Al Jazairi, 1980). Disebutkan
lagi bahwa menurut syara’ rahn adalah suatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu
utang untuk dipenuhi dari harganya, bila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari
orang yang berpiutang (Ibnu Qudamah).
Dari pemaparan tersebut tentang rahn dan akad rahn, yang dimaksud dengan rahn
adalah proses atau kegiatan pendampingan suatu hutang atau pinjaman dengan menggunakan
barang yang dimiliki oleh rahin sebagai penjamin atau dasar kepercayaan murtahin, dan pada
akhir akad barang jaminan tersebut akan ditarik kembali oleh rahin atau di eksekusi oleh
murtahin apabila hutang tidak dapat terbayar kembali. Berikut adalah skema dari rahn
(Abdullah, Chee, dan Keon, 2010) :
Keterangan :
1. Peminjam atau nasabah memohon pinjaman kepada bank
2. Bank atau pihak pemberi pinjaman menyetujui permohonan apabila aset yang
dijadikan kolateral memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan jumlah yang
ingin dipinjam oleh nasabah
3. Peminjam membayar kembali pinjamannya, disertai dengan biaya – biaya yang timbul
akibat dari pemeliharaan atau penyimpanan aset yang dijadikan kolateral
Landasan Syari’ah Rahn :
1. QS. Al-Baqarah [2] : 283
“Dan jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah dan tidak mendapatkan
penulis maka hendaklah ada barang yang dijadikan tanggungan yang dipegang oleh
Gambar 1. Skema Rahn Sumber : Abdullah, Chee, Keon, 2010
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
orang yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagaian kamu mempercayai sebagaian yang
lain , maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. maka sesuangguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
2. Hadis Riwayat Imam Bukhori
Dari A’isah r a. : “Dia berkata Rasullah pernah membeli dari orang Yahudi
makanan dan Beliau menggadaikan baju besinya.”
Dari Imam Bukhori dan Ahmad : “Dari Anas berkata Rasul pernah
menggadaikan baju besi pada orang Yahudi di Madinah dan Beliau mengambil
gandum untuk keluarganya”
3. Hadis Riwayat al-Syafi'i, al-Daraquthni dan Ibnu Majah
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda : "Tidak terlepas
kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh
manfaat dan menanggung resikonya."
4. Hadis Riwayat Jama’ah, kecuali Muslim dan al-Nasa’i
Nabi Muhammad SAW bersabda : "Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan
boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang ternak yang
digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Orang yang
menggunakan kendaraan dan memerah susu tersebut wajib menanggung biaya
perawatan dan pemeliharaan."
5. HR. Abu Daud, menurut Al – Albani derajat hadis Hasan Shahih
Diriwayatkan Amru bin Syu’aib, Nabi Muhammad SAW bersabda : "Tidak
halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual-beli, tidak halal dua
persyaratan dalam satu jual-beli, tidak halal keuntungan barang yang tidak
dalam jaminanmu dan tidak halal menjual barang yang bukan milikmu".
6. HR. Hammah bin Salamah
Sabda Rasul : “Apabila seekor kambing dijadikan jaminan, maka yang
memegang jaminan itu boleh minum susunya sekedar sebanyak makanannya
yang diberikannya pada kambing itu. Jika dilebihkannya dari sebanyak
(pengeluaran) itu, maka lebihnya itu menjadi riba”.
Dalam hal barang – barang yang dapat digadaikan, hak gadai hanya berlaku pada benda –
benda yang bergerak (Kitab UU Perdata Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Ps. 1150), akan
tetapi apabila merujuk pada konsep syari’ah barang yang dapat digadaikan adalah semua
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
barang yang dapat dijual belikan (Bakar, 1998). Pada prinsipnya seluruh fuqaha’ sepakat
bahwasannya setiap harta benda yang sah diperjual belikan, sah juga dijadikan jaminan utang
(Purwandani, 2009) :
1. Disyaratkan barang gadai itu dapat dijual, agar dapat bisa digunakan membayar
hutang
2. Hendaknya barang gadai itu berbentuk harta benda atau berupa barang
3. Hendaknya barang yang digadaikan itu bernilai
4. Hendaknya barang yang digadaikan itu di ketahui oleh kedua belah pihak
5. Hendaknya barang yang digadaikan itu barang milik rahin sendiri
6. Hendaknya barang tersebut merupakan harta yang utuh tidak bertebaran dibeberapa
tempat.
Rukun Rahn :
1. Mazhab Hanafi (Zuhaili, 1989)
• Ijab Qabul antara rahin dan murtahin
• Qabdh, yaitu perpindahan (penahanan) barang gadai dan utang
2. Mazhab Lainnya (Zuhaili, 1989)
• Penggadai (rahin)
• Penerima Gadai (murtahin)
• Agunan (marhun)
• Hutang (marhun-bih)
3. Mahtobaturriyah Al-Haditsah (Ibnu Qudamah)
• Orang yang menggadai (rahin) dan Penerima Gadai (murtahin)
• Barang yang dijaminkan (marhun) dan hutang (marhun-bih)
• Ijab Qabul
Syarat Rahn :
Dalam menjalankan transaksi rahn, antara kedua pelaku akad harus memenuhi syarat
– syarat sebagai berikut (Purwandini, 2009) :
1. Syarat Aqid
a. Menurut Syafi'iyah
Orang yang sah melakukan jual beli sah juga melakukan gadai mempunyai kecakapan
dan baliq.
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
b. Menurut Hanafi
Mumayyiz boleh melakukan aqad rahn, dengan syarat aqad rahn yang dilakukan anak
kecil yang sudah mumayyiz ini mendapatkan persetujuan atau izin dari walinya,
berakal sehat, berbuat atas kehendak sendiri dan tidak berada di bawah pengampunan
2. Syarat Marhun-Bih
Ulama’ Hanabillah dan Syafi'iyah memberikan syarat-syarat bagi marhun -bih :
a. Merupakan hak yang wajib dikembalikan hak yang wajib dikembalikan kepada
pemegang gadai
b. Berapa utang yang tetap dan dapat dimanfaatkan
c. Utang harus lazim pada waktu aqad
d. Utang itu boleh dilunasi dengan agunan itu
e. Utang harus dan diketahui oleh rahin dan murtahin
f. Utang itu jelas dan tentu
3. Syarat Marhun
Pada prinsipnya seluruh fuqaha’ sepakat bahwasannya setiap harta benda yang sah
diperjual belikan, sah juga dijadikan jaminan utang:
a. Barang jaminan itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang
b. Barang jaminan itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan
c. Barang jaminan itu jelas dan tentu
d. Barang jaminan itu milik sah orang yang berutang (milik rahin)
e. Barang jaminan itu tidak terkait dengan hak orang lain (barang gasaf atau berang
curian)
f. Barang jaminan itu merupakan harta yang utuh dan dapat diserahkan pada waktu
aqad dan kemudian dipegang oleh orang yang menerima agunan dan barang
jaminan itu boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya.
4. Syarat Shigat
Ulama Syafi'iyah mengatakan bahwa apabila syarat itu adalah syarat yang mendukung
kelancaran aqad, maka syarat itu diperbolehkan, tetapi apabila syarat itu bertentangan
dengan tabi’at aqad rahn maka syaratnya batal, kedua syarat yang dimaksud adalah
perpanjangan rahn satu bulan dan agunan boleh dimanfaatkan, termasuk syarat yang
tidak sesuai dengan tabi’at rahn. Karenanya syarat itu dinyatakan batal, syarat yang
diperbolehkan itu misalnya untuk sahnya rahn itu pihak dalam mu'amalah memberi
utang minta agar aqad itu disaksikan oleh dua orang saksi. Sedangkan syarat yang
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
batal misalnya, disyaratkan bahwa agunan itu tidak boleh dijual ketika rahn itu jatuh
tempo dan orang yang berutang tidak mampu membayarnya.
Ketentuan Syari’ah dan Ketentuan Perlakuan Akuntansi Gadai di Indonesia
Di Indonesia, ketentuan syariah yang lebih terperinci tentang Rahn disusun oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam hal ini oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
Ketentuan yang dimaksud terdapat dalam fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002
tentang rahn umum, fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas dan
fatwa DSN MUI No : 68/DSN-MUI/III/2008 tentang Rahn Tasjily. Standar akuntansi yang
digunakan oleh PT XYZ adalah PSAK No.107 tentang Akuntansi Ijarah.
Penelitian Terdahulu
Pan’s (1985) meneliti tentang perubahan sistem operasi gadai di China melalui catatan
sejarah umum tentang pegadaian selama periode 1644 – 1937; Mohamed (1986) melakukan
penelitian tentang perbedaan nilai pinjaman yang diajukan oleh peminjam dari latar belakang
yang berbeda – beda di Malaysia; Caskey (1991) berpendapat bahwa gerai gadai (pawnshops)
di Amerika membantu dalam pembangunan pasar kredit melalui pemberian pinjaman kepada
pada nasabah dengan penghasilan rendah. Megawati (2012) membahas tentang faktor – faktor
yang menyebabkan Bank Indonesia menerbitkan SE No.14/7/DPbS dan praktik gadai emas
syari’ah serta implikasinya setelah diterbitkan peraturan tersebut di Bank UDA, yang
memiliki kesimpulan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan prosedur gadai emas
syari’ah setelah diterbitkannya SE tersebut, hanya terdapat penambahan fungsi Admin Gadai
untuk menerapkan dual control. Muhammad Fajar Prima Juniansyah (2013) yang meneliti
tentang kesesuaian syari’ah dan akuntansinya pada produk pembiayaan berbasis syari’ah pada
bank syari’ah X, yang mendapat hasil kesimpulan adalah terdapat perbedaan antara
implementasi produk pembiayaan tersebut dengan peraturan atau standart yang ada. Resti
Diana Fauziah (2014) meneliti tentang kesesuaian praktik pembiayaan gadai emas pada bank
JKL dengan PSAK 59, PSAK 107, PAPSI 2013, Fatwa DSN dan Peraturan Bank Indonesia,
dia menemukan bahwa bank JKL telah mematuhi PSAK 59, PSAK 107, PAPSI 2013 dan
peraturan Bank Indonesia, akan tetapi belum memenuhi kriteria syari’ah sesuai fatwa DSN
MUI.
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
Metode Penelitian
Berdasarkan sifatnya, penelitian ini digolongkan sebagai penelitian studi kasus.
Penelitian ini mempelajari secara intensif suatu objek yang dipandang mengalami suatu kasus
tertentu. Tekanan utamanya adalah mengapa suatu objek melakukan tindakan tersebut, apa
yang dilakukan dan bagaimana cara objek melakukan suatu tindakan tersebut. Objek
penelitian data adalah merupakan sebuah perusahaan bergerak dalam kegiatan usaha gadai
berprinsip syari’ah. Pada penelitian kali ini penulis akan mengambil objek penelitian sebuah
perusahaan pemberi layanan jasa keuangan gadai berprinsip syari’ah yaitu Pegadaian Syari’ah
yang merupakan unit usaha dari PT XYZ.
Data primer akan penulis dapatkan melalui kegiatan wawancara dengan Bapak ABC
dan Ibu DEF selaku penanggung jawab produk pembiayaan unit usaha syari’ah dan kepala
cabang daerah Jakarta Timur, observasi dokumen serta pengaplikasian produk secara
langsung. Wawancara yang akan dilakukan adalah mengenai proses bisnis atau kegiatan
usaha gadai serta dasar – dasar penentuan kebijakan pada unit usaha tersebut. Terkait dengan
observasi dokumen, penulis akan mengajukan permohonan pengambilan data dokumen yang
dimiliki unit usaha tersebut seperti dokumen akad yang dilakukan pada setiap transaksi, dan
surat – surat keputusan terkait kebijakan syari’ah yang menjadi dasar proses atau kegiatan
bisnis gadai pada entitas. Sedangkan untuk aplikasi produk secara langsung, penulis
mempraktekan produknya secara langsung, sehingga penulis mengetahui proses dan tahapan
implementasi produk tersebut. Data sekunder akan penulis dapatkan dari Standart Operasional
Prosedur (SOP) untuk setiap produk PT XYZ, Surat Keputusan dan Surat Edaran PT XYZ,
laporan keuangan unit usaha dan juga laporan keuangan konsolidasi perusahaan.
Setelah segala data terkumpul, penulis akan melakukan proses analisa studi kasus pada
perusahaan tersebut. Penulis akan melakukan analisa dengan membandingkan data – data
yang ada dengan landasan teori yang telah penulis cantumkan pada penelitian ini. Hasil
penelitian ini adalah perbandingan antara kegiatan usaha gadai yang terjadi pada unit usaha
dengan aturan – aturan yang seharusnya dipatuhi oleh unit usaha.
Pembahasan
Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan analisis kesesuaian syari’ah dan
akuntansi ijarah atas kegiatan usaha gadai syari’ah di PT XYZ yaitu :
1. Produk Rahn Umum
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
2. Produk Gadai Modal Usaha Mikro
Pembahasan akan dimulai dengan menganalisis kesesuaian kebijakan pelaksanaan
pembiayaan dengan skema rahn dan rahn tasjily pada PT XYZ terhadap fatwa DSN MUI
terkait. Selanjutnya, penulis akan membahas mengenai kebijakan akuntansi ijarah yang
diterapkan dan melakukan analisis kesesuainnya dengan standar akuntansi yang belaku di
Indonesia, yaitu PSAK 107 tentang ijarah.
Produk Rahn Umum
Menurut SK Direksi PT XYZ SOP mengacu kepada landasan syari’ah yang
digunakan, dan merujuk kepada fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn
dan DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas. Dalam pelaksanaannya
mekanisme yang dilakukan oleh PT XYZ untuk produk ini secara keseluruhan telah sesuai
dengan SOP yang ada. Skema produk ini pada PT XYZ adalah sebagai berikut :
1. Akad & Transaksi Gadai
2. Pemberian Marhun-bih
3. Pembayaran Angsuran
4. Pelunasan Marhun-bih dan ijarah
5. Pengembalian Marhun
Beberapa aspek kegiatan dalam SOP yang relevan dengan penelitian ini telah sesuai
dengan implementasinya, yaitu seperti proses pengajuan permohonan pembiayaan,
perhitungan biaya ijarah dan biaya administrasi, serta eksekusi barang jaminan. Terdapat satu
aspek kegiatan dalam SOP yang belum sesuai dalam pelaksanaanya, yaitu terkait dengan
pembayaran angsuran ujroh yang dibebankan setiap 10 hari, dalam implementasinya
pembayaran ujroh dapat dilakukan kapanpun sampai dengan tanggal jatuh tempo akad,
artinya nasabah dapat melakukan pembayaran ujroh diluar dari ketentuan pembebanan 10
hari. Ilustrasi perhitungan untuk produk ini diasumsikan seorang nasabah ingin mengajukan
pinjaman kepada PT XYZ dengan barang jaminan miliknya yaitu cincin emas dengan mata
berlian diujungnya. Setelah dilakukan taksiran, nilai dari barang jaminan adalah
Rp2.744.435,- maka barang jaminan nasabah termasuk dalam golongan B3 dengan Batas
Maksimum Pemberian Pinjaman (BMPP) Rp2.550.000,-, tarif dasar ijarah golongan B3
adalah 0,0071 per 10 hari. Berikut perhitungan biaya ijarah apabila BMPP diambil penuh :
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
!"#$# !"#$#ℎ = ! ! ! ! ! !"#$# !"#$#ℎ = !"2.744.435 ! 0,0071 ! 12 = !"#$$.!"#,−
Dimana :
N = Nilai Taksiran Barang Jaminan
T = Tarif Ijarah Sesuai Golongan
W = Jangka Waktu Penyimpanan Barang Jaminan
Tabel 1. Skema Tarif Ijarah pada Produk Rahn Umum (Diambil Penuh) PT XYZ
Termin Hari Ke- Tarif Ijarah Biaya Adm Total
1 1 – 10 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.485 (dibulatkan menjadi 19.500) 25.000 44.500
2 11 – 20 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 3 21 – 30 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 4 31 – 40 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 5 41 – 50 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 6 51 – 60 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 7 61 – 70 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 8 71 – 80 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 9 81 – 90 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500
10 91 – 100 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 11 101 – 110 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 12 111 – 120 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500
TOTAL Rp234.000 Rp300.000 Rp534.000 Sumber : SOP Produk & CALK PT XYZ yang Diolah kembali oleh Penulis
Nilai dari Rp19.500,- yang dibayarkan setiap termin adalah hasil pembulatan yang
dilakukan PT XYZ. Oleh karena nasabah mengambil penuh BMPP maka PT XYZ tidak
memberikan diskon biaya ijarah. Ilustrasi selanjutnya adalah ketika nasabah tidak mengambil
penuh BMPP. Diasumsikan seorang nasabah ingin mengajukan pinjaman kepada PT XYZ
dengan barang jaminan miliknya yaitu cincin emas dengan mata berlian diujungnya. Setelah
dilakukan taksiran, nilai dari barang jaminan adalah Rp1.714.257,- maka barang jaminan
nasabah termasuk golongan B2, akan tetapi nasabah hanya ingin meminjam sebesar
Rp500.000,- maka golongan barang jaminan berpindah menjadi golongan A dengan tarif
dasar ijarah sebesar 0,0045 per 10 hari. Berikut perhitungan biaya ijarah-nya :
!"#$% !"#$!ℎ = !"1.714.257 ! 0,0045 ! 12 = !"#$.!"#,−
Oleh karena nasabah tidak mengambil penuh BMPP, maka nasabah diberikan diskon
biaya ijarah oleh PT XYZ. Pinjaman yang diambil oleh nasabah sebesar Rp500.000,- artinya
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
hanya 29% dari total nilai taksiran barang jaminan, sehingga nasabah mendapatkan potongan
biaya ijarah sebesar 71% dari total nilai biaya ijarah.
Tabel 2. Skema Tarif Ijarah pada Rahn Setelah Diskon
Termin Hari Ke- Tarif Ijarah Biaya Adm Total
1 1 – 10 = 7.714 – 5.476 = 2.238 (dibulatkan menjadi 2.400) 2.000 4.400
2 11 – 20 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 3 21 – 30 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 4 31 – 40 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 5 41 – 50 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 6 51 – 60 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 7 61 – 70 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 8 71 – 80 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 9 81 – 90 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400
10 91 – 100 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 11 101 – 110 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 12 111 – 120 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400
TOTAL Rp28.800 Rp24.000 Rp52.800 Sumber : SOP Produk & CALK PT XYZ yang Diolah kembali oleh Penulis
Nilai dari Rp2.400,- yang dibayarkan setiap termin adalah hasil pembulatan yang
dilakukan PT XYZ. Dari kedua ilustrasi tersebut terlihat bahwa perpindahan golongan barang
jaminan terjadi karena adanya perbedaan nilai pinjaman yang dilakukan oleh nasabah.
Analisis Kesesuaian Penerapan Rahn dan Rahn Tasjily pada PT XYZ terhadap Fatwa DSN
MUI No. 25/DSN-MUI/2002 dan Fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002
Secara keseluruhan memang tidak sepenuhnya berseberangan dengan fatwa yang ada,
hanya terdapat beberapa hal yang masih perlu disesuaikan kembali oleh PT XYZ. Dalam
penentuan tarif ijarah oleh PT XYZ, tarif dasar yang menjadi perhitungan utama didasarkan
pada golongan pinjaman atau nilai pinjaman yang diambil oleh nasabah, walaupun pada
akhirnya tarif tersebut dikalikan oleh nilai taksiran akan tetapi secara substantif masih
mengacu kepada nilai pinjaman, atau dapat dikatakan tidak “murni” dari nilai taksiran. Hal ini
menjadi sangat krusial karena alasan masyarakat memilih pegadaian berbasis syari’ah adalah
untuk menghindari bunga yang didasarkan pada jumlah pinjaman (Kurniasih, 2011).
Ditambah lagi menurut fatwa DSN MUI jelas menyatakan bahwa biaya pemeliharaan dan
penitipan tidak didasarkan pada jumlah pinjaman, melainkan nilai dari barang yang
dijaminkan.
Biaya yang yang benar – benar dikeluarkan oleh PT XYZ tidak dapat dihitung secara
riil untuk setiap atau masing – masing barang jaminan. Biaya pemeliharaan tersebut bersifat
common cost, artinya biaya yang dibebankan bersifat umum atau tidak spesifik untuk biaya
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
pemeliharaan dan penitipan barang jaminan tertentu, ditambah lagi tarif dasar penyimpanan
didasarkan dari golongan pinjaman, bukan berdasarkan barang yang dijaminkan. Hal ini
didukung juga oleh Ustadz DR Erwandi Tarmizi (2012) pada bukunya yang berjudul “Harta
Haram Muamalat Kontemporer” bahwa terdapat salah satu bank syari’ah di Indonesia, yang
penerapan penyimpanan barang jaminan-nya tidak dapat dihitung secara riil atau senyatanya
terjadi. Penulis melakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis rasio gross
margin dan rasio profit margin. Berikut adalah perhitungannya,
!"#$$ !"#$%& = !"#$%&%'%# !"#!!!!"#$ !"#$% !"#$%&%'%# !"#!!
!"#$%& !"#$%& = !"#" !"#$%! !"#$% !"#$%&%'%# !"#!!
Tabel 3. Gross Margin & Profit Margin PT XYZ Tahun 2012 – 2013 2012 2013 Pendapatan Usaha Syari’ah 783.654.000.000 843.015.000.000 Beban Ops. Usaha Syari’ah (308.657.000.000) (433.601.000.000) Beban Lainnya (302.000.000) (24.000.000) Laba (Rugi) 478.522.000.000 410.880.000.000 Gross Margin 60,61% 48,56% Profit Margin 60,77% 48,65%
Sumber : Laporan Keuangan PT XYZ, diolah oleh Penulis
Nilai yang cukup tinggi untuk kegiatan usaha syari’ah. Seharusnya, apabila akad yang
dilakukan pada dasarnya adalah akad tabarru’ yaitu qardh, maka gross margin yang
dihasilkan tidak menjadi besar atau bahkan tidak boleh mendapatkan margin.
Produk Gadai Modal Usaha Mikro
Dalam pelaksanaannya mekanisme yang dilakukan oleh PT XYZ untuk produk ini
telah sesuai dengan SOP yang ada. Dalam SOP PT XYZ tentang produk ini terdapat
pengertian – pengertian tentang usaha kecil dan usaha mikro yang merujuk kepada Undang –
Undang No. 9 tahun 1995 dan juga KMK RI No. 40/KMK.06/2003. Skema produk ini pada
PT XYZ adalah sebagai berikut :
1. Akad & Transaksi Gadai
2. Pemberian Marhun-bih
3. Pembayaran Angsuran
4. Pelunasan Marhun-bih dan ijarah
5. Pengembalian Marhun
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
Analisa yang dilakukan oleh PT XYZ dalam produk ini lebih mendalam dibandingkan
produk rahn umum, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) yang dijadikan barang
jaminan akan ditelusuri lebih lanjut oleh PT XYZ di polres setempat, hal ini menunjukkan
bahwa PT XYZ berhati – hati dalam BPKB fiktif nasabah.
Keputusan final pembiayaan berada dalam kuasa Manajer Cabang atau Kepala
Pemutus Marhun-Bih (KPM), hal ini menunjukkan tingkatan tanggungjawab yang dilakukan
oleh PT XYZ sudah cukup baik, tidak dengan mudah memberikan pinjaman kepada nasabah.
Ilustrasi perhitungan untuk produk ini diasumsikan seorang nasabah ingin mengajukan
pinjaman kepada PT XYZ dengan motor miliknya. Setelah dilakukan taksiran, nilai dari
motor adalah Rp10.000.000,- sedangkan berdasarkan analisa prospek usaha rahin rata – rata
laba yang dapat dihasilkan setiap bulannya adalah Rp5.000.000,- dan jangka waktu pinjaman
adalah 12 bulan. Dari informasi tersebut nilai Repayment Capacity (RC) nasabah adalah
sebesar Rp20.000.000,-
!" = 1 3 ! !"#" − !"#" !"#" 1 !"# ! !"#$%" !"#$% !"#$%&%#
!" = 13 ! !"5.000.000 ! 12 = !"20.000.000,−
Nilai taksiran dari kendaraan nasabah adalah Rp10.000.000,-, akan tetapi penentuan
pinjaman dengan pendekatan taksiran barang hanya 70% dari nilai taksiran, sehingga
pinjaman yang dapat dilakukan oleh nasabah sebesar Rp7.000.000,-. Berdasarkan dua
pendekatan perhitungan tersebut (taksiran barang jaminan & RC) dilihat mana yang nilainya
lebih kecil, sehingga dalam ilutrasi ini nasabah hanya dapat meminjam sebesar Rp7.000.000,-.
Dalam produk ini, tarif dasar ijarah bersifat tetap yaitu Rp700,- untuk setiap BPKB.
!"#$# !"#$%ℎ =!"#$%&"'
!"100.000,− ! !"700 ! !"#$%" !"#$% !"#$%&%#
!"#$# !"#$%ℎ =10.000.000100.000
! !"700 ! 12 = !"840.000,−
Tabel 4. Skema Tarif Ijarah pada Produk Gadai Modal Usaha Mikro PT XYZ (Diambil Penuh)
Bulan Tarif Ijarah Biaya Adm Total
1 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 70.000 140.000
2 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
3 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
4 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
5 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
6 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
7 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
8 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
9 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
10 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
11 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
12 = !".!!!.!!!!"".!!!
x 700 = 70.000 - 70.000
TOTAL Rp840.000 Rp70.000 Rp910.000 Sumber : SOP Produk & CALK PT XYZ yang Diolah kembali oleh Penulis
Biaya administrasi yang muncul adalah Rp70.000,- dan hanya muncul pada awal
transaksi saja. Ilustrasi berikutnya adalah apabila nasabah tidak mengambil penuh BMPP,
diasumsikan seorang nasabah ingin mengajukan pinjaman kepada PT XYZ dengan motor
miliknya. Setelah dilakukan taksiran, nilai dari motor adalah Rp10.000.000,- sedangkan
berdasarkan analisa prospek usaha rahin rata – rata laba yang dapat dihasilkan setiap
bulannya adalah Rp5.000.000,- dan jangka waktu pinjaman adalah 12 bulan. Akan tetapi,
nasabah hanya membutuhkan dana sebesar Rp1.000.000,-
!" = 13 ! !"5.000.000 ! 12 = !"20.000.000,−
!"#$% !"#$%ℎ =10.000.000100.000
! !"700 ! 12 = !"840.000,−
Oleh karena pada ilustrasi ini nasabah hanya mengambil 10% dari total taksiran
barang jaminan, maka nasabah akan mendapatkan potongan biaya ijarah sebesar 85%.
Tabel 5. Skema Tarif Ijarah pada Gadai Modal Usaha Mikro Setelah Diskon
Bulan Tarif Ijarah Biaya Adm
Total
1 = 70.000 – 59.500 = 10.500 70.000 80.500 2 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 3 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 4 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 5 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 6 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 7 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 8 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 9 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500
10 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 11 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 12 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
TOTAL Rp126.000 Rp70.000 Rp196.000 Sumber : SOP Produk & CALK PT XYZ yang Diolah kembali oleh Penulis
Analisis Kesesuaian Penerapan Rahn dan Rahn Tasjily pada PT XYZ terhadap Fatwa DSN
MUI No. 68/DSN-MUI/III/2008
Dalam produk ini, secara keseluruhan implementasi PT XYZ dalam menjalankan
produk telah sesuai dan mematuhi fatwa DSN MUI. Hal ini menjadi kehandalan bagi PT
XYZ dan harus dipertahankan.
Eksekusi Barang Jaminan
Apabila terjadi gagal pelunasan oleh nasabah, maka PT XYZ akan melakukan
eksekusi barang jaminan milik nasabah. PT XYZ akan melakukan penjualan dibawah tangan
atau lelang barang jaminan. Apabila hasil dari eksekusi barang jaminan setelah dilakukan
perhitungan oleh PT XYZ terdapat sisa penjualan, maka PT XYZ akan mengembalikan
kepada nasabah. Mekanisme yang dilakukan oleh PT XYZ untuk proses lelang adalah sebagai
berikut :
1. Murtahin mengumumkan lelang barang jaminan
2. Tentukan nilai saat ini dari barang jaminan
3. Tentukan kelebihan atau kekurangan
Analisis Kesesuaian Penerapan Rahn dan Rahn Tasjily pada PT XYZ terhadap Ketentuan –
Ketentuan Fiqh Islam Lainnya
Sebagian besar kesesuaian dengan fiqh islam lainnya telah dipatuhi oleh PT XYZ,
akan tetapi oleh karena kegiatan ini sudah tersentuh oleh operasional bisnis, maka terdapat
beberapa aspek fiqh yang disesuaikan oleh PT XYZ. Terkait dengan apa – apa saja yang dapat
menjadi objek gadai, barang yang dapat digadaikan adalah semua barang yang dapat dijual
(Bakar, 1998), sedangkan pada proses bisnis PT XYZ, objek gadai dibatasi hanya untuk
barang – barang tertentu. Hal ini dikarenakan tindakan jaga – jaga atau preventif PT XYZ.
Tentang dua akad yang dijadikan satu, yaitu akad rahn dan akad ijarah. Fatwa DSN
MUI memperbolehkan menggabungkan antara akad qardh dan akad ijarah, akad qardh
terjadi saat bank (lembaga keuangan) memberikan pinjaman kepada nasabah dan nasabah
memberikan barang jaminan, sedangkan akad ijarah terjadi saat bank menyewakan tempat
penyimpanan barang dan mengambil upah dari akad sewa (Tarmizi, 2012). Dari pernyataan
diatas jelas terlihat bahwa hal tersebut bertentangan dengan hadis yang disampaikan oleh
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
Nabi Muhammad SAW, bahwa “Tidak halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual-
beli (ijarah) …” oleh karena itu secara fiqh yang kita yakini prinsip syari’ah dalam praktek
produk PT XYZ, belum sepenuhnya atau “murni” syari’ah bahkan jadi cenderung mengarah
kepada haram, hal ini didukung oleh pendapat Erwandi Tarmizi (2012) yang mengatakan
bahwa fatwa yang dibuat oleh DSN MUI bertentangan dengan fatwa dari Dewan Syariah
Internasional dan bukan sekedar itu, bahkan juga bertentangan dengan hadis Nabi. Akan
tetapi untuk hal tersebut, tidak sepenuhnya menjadi kesalahan PT XYZ, karena PT XYZ
mengacu kepada DSN MUI dalam aplikasi produknya.
Tentang biaya yang senyatanya terjadi, apabila dilihat dari nilai tarif ijarah yang
dibebankan oleh PT XYZ, tidak mencerminkan biaya penyimpanan yang sesungguhnya,
Pernyataan ini juga didukung oleh Erwandi Tarmizi (2012), yang menyatakan bahwa apabila
yang terjadi adalah lembaga keuangan mengambil laba dari ongkos penyimpanan emas
(barang) gadai maka akad qardh dengan gadai barang yang dilakukan lembaga keuangan
syari’ah telah berubah menjadi riba dayn, karena hakikat penggadaian barang adalah
pinjaman yang pihak pemberi pinjaman mendapat manfaat (laba) dari pinjaman tersebut
dalam bentuk biaya penyimpanan diatas ongkos yang nyata – nyata diperlukan.
Perlakuan Akuntansi atas Penerapan Produk Syari’ah pada PT XYZ
Baik produk rahn umum, dan gadai modal usaha mikro, pengakuan terhadap Pinjaman
Yang Diberikan (PYD) dan pendapatan ijarah dilakukan dengan metode accrual basis, untuk
pengakuan qardh atau PYD yaitu pada saat pinjaman diberikan kepada rahin dan dicatat pada
saat transaksi telah selesai dilaksanakan, dan untuk pendapatan ijarah apabila transaksi masih
dalam satu periode buku, pendapatan diakui sejumlah yang dibayarkan oleh nasabah dan
dicatat setelah transaksi telah dilaksanakan, selanjutnya pada setiap akhir periode PT XYZ
akan mengakui pendapatan ijarah atas manfaat yang telah diberikan kepada nasabah.
Pendapatan ijarah diukur sejumlah sewa yang dibebankan kepada rahin, sedangkan PYD
diukur sejumlah pinjaman yang diambil oleh rahin.
Akun – akun yang terlibat dalam produk ini adalah Pinjaman Yang Diberikan (PYD),
Pendapatan Ijarah dan Pendapatan Administrasi, serta Biaya Penyimpanan Barang Jaminan.
PT XYZ menyajikan akun – akun tersebut pada Laporan Laba Rugi Konsolidasi, Laporan
Posisi Keuangan Konsolidasi serta Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) PT XYZ, dalam
bagian Aset Lancar untuk PYD dan Pendapatan Sewa Modal untuk pendapatan ijarah. PT
XYZ telah mengungkapkan secara jelas pada CALK.
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
Analisis Kesesuaian Penerapan Rahn dan Rahn Tasjily pada PT XYZ terhadap PSAK 107
tentang Akuntansi Ijarah
Terkait dengan kesesuain dengan PSAK yang belaku yaitu PSAK 107 tentang
Akuntansi Ijarah ketentuan – ketentuan terkait standar yang berlaku telah terpenuhi. Akan
tetapi PT XYZ tidak memaparkan secara rinci laporan laba rugi dan posisi keuangan khusus
untuk unit usaha syari’ahnya. Produk bisnis gadai syari’ah ini masih berbentuk unit usaha,
yang artinya masih berada dalam naungan PT XYZ secara menyeluruh.
Kesimpulan
1. PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha gadai, memiliki
unit usaha yang khusus melayani produk – produk dengan prinsip syari’ah. Penerapan
implementasi produk dengan skema rahn dan rahn tasjily PT XYZ telah sesuai
dengan SOP yang ada. Ditinjau dari kesesuaian terhadap fatwa DSN MUI No.
25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002
tentang rahn emas, dan fatwa DSN MUI No. 68/DSN-MUI/III/2008 tentang rahn
tasjily pada produk PT XYZ, belum sepenuhnya terpenuhi. Secara keseluruhan
terdapat 2 ketentuan yang belum terpenuhi oleh PT XYZ.
a. Pada implementasinya penentuan tarif dasar perhitungan golongan barang
jaminan masih berdasarkan nilai pinjaman, walaupun setelahnya dikali dengan
nilai taksiran barang, akan tetapi secara subtansial masih berdasarkan nilai
pinjaman
b. Pada implementasinya biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan barang
jaminan tidak dapat diukur khusus untuk setiap satu barang, ditambah lagi
dengan nilai tarif yang sama untuk setiap barang jaminan, artinya biaya yang
dikeluarkan tidak berdasarkan jenis pengeluaran yang dilakukan untuk setiap
barang yang disimpan
Ditinjau dari kesesuaian terhadap ketentuan – ketentuan fiqh islam lainnya yang belum
dijelaskan secara detail pada DSN MUI, terdapat setidaknya 2 ketentuan fiqh yang
belum terpenuhi dalam produk PT XYZ,
a. Tentang dua akad yang dijadikan satu, pada penerapannya setiap nasabah yang
mengajukan akad rahn atau rahn tasjily, sudah pasti harus melakukan akad
ijarah
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
b. Tentang biaya penyimpanan marhun, biaya yang dikeluarkan bukan yang
senyatanya terjadi
2. Kebijakan akuntansi yang dilakukan atas transaksi ijarah pada setiap produk, PT XYZ
merujuk kepada PSAK 107 tentang akuntansi ijarah. Ditinjau dari kesesuaian
perlakuan akuntansi ijarah PT XYZ terhadap PSAK 107 tentang akuntansi ijarah,
secara keseluruhan telah sesuai. Yang perlu menjadi catatan adalah oleh karena bidang
syari’ah ini masih berbentuk unit usaha PT XYZ atau tidak berdiri sendiri, maka
pelaporannya pun masih bergabung dengan bisnis konvensional lainnya.
Saran
1. Menyangkut penentuan tarif jasa simpan dan biaya administrasi, keduanya tidak
ditentukan berdasarkan besarnya pinjaman. Nilai tarif seharusnya tetap berdasarkan
jenis marhun yang disimpan atau berdasarkan biaya pemeliharaan yang sebenarnya
keluar untuk memelihara tempat penyimpanan,
2. Untuk biaya administrasi, seharusnya berjumlah tetap untuk setiap transaksi, tidak
dibedakan berdasarkan golongan.
3. Dua akad yang dijadikan satu. nasabah diberikan pilihan untuk hanya memenuhi akad
rahn, tidak harus juga melakukan akad ijarah.
4. Sebaiknya, PT XYZ tidak hanya berpatokan kepada DSN MUI saja, aspek secara fiqh
islam juga patut menjadi pertimbangan dalam implementasi produknya.
Sedangkan saran yang dapat diberikan kepada pihak lain adalah,
1. Bagi Akademisi,
a. Dapat melanjutkan penilitian ini dengan produk yang berskema murabahah
sehingga dapat secara komperhensif menyeluruh kepada semua jenis produk
PT XYZ
b. Dapat mengembangkan penelitian ini dengan meambahkan aspek – aspek
pengukuran lain agar jauh lebih mendalam
c. Dapat lebih fokus lagi terhadap pencatatan hingga pelaporan unit usaha
syari’ah ini, sehingga benar – benar bisa ditelaah lebih mendalam
2. Bagi lembaga keuangan dengan prinsip syari’ah lainnya, dapat menjadikan hasil
penelitian produk dengan basis rahn di PT XYZ sebagai bahan evaluasi dan
implementasi produknya
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
3. Bagi regulator yang membuat acuan produk lembaga keuangan, agar lebih fokus
terhadap penerapan fiqh muamalah, tidak semata hanya proses bisnis dan keuntungan
sepihak saja
4. Bagi masyarakat umum, dengan adanya penelitian ini diharapkan membuka mata dan
pikiran masyarakat luas akan gadai dengan prinsip syari’ah sehingga lebih cermat
mengamati aspek syari’ah islam yang mereka yakini.
Daftar Referensi
Abdullah, Daud Vicary, Chee, Keon. (2010). Chapter 10: Other Islamic Financing Methods. Singapore : Marshall Cavendish International (Asia) Pte Ltd. Alamsyah, Halim. (2013). Perkembangan Dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia : Tantangan Dalam Menyongsong Mea 2015. Jakarta : Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Milad ke-8 Al Jazairi, Abdurahman. (1980). Kitabul Fiqh Ala Mazdahibil Arba’ah (Edisi Enam, Juz Dua). Mesir : Al Maktabah Tijariyah Kubro Badan Pusat Statistik, (2013). Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta : BPS Bakar, Taqiyyudin Abi. (1998). Kifayatul Ahyar. Semarang : Usaha Nasional Caskey, John P. (1991). "Pawnbroking In America: The Economics Of A Forgotten Credit Market". Journal Of Money Credit And Banking. (Volume 23, Issue 1. 85-99). Contract Of Ar Rahn Definition And Conditions. (26 Maret 2006). Http://Cief.Wordpress.Com/2006/03/06/Contract-Of-Ar-Rahn-Definition-And- Conditions/ (Diakses 21 September 2014 Pukul 14.00 Wib Fauziah, Resti Diana. (2014). Kesesuaian Praktik Pembiayaan Gadai Emas Pada Bank Jkl Dengan Psak 59, Psak 107, Papsi 2013, Fatwa Dsn Dan Peraturan Bank Indonesia. Skripsi Pada Program Studi Akuntansi Feui Depok Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 107 TentangmAkuntansi Ijarah. Jakarta : Salemba Empat Juniansyah, M. Fajar Prima. (2013). Kesesuaian Syariah dan Akuntansi Produk Pembiayaan Berbasis Ijarah Menurut Fatwa DSN MUI dan Psak 107 : Studi Kasus Bank Syariah X. Skripsi Pada Program Studi Akuntansi Feui Depok Kurniasih, Apriyani. (21 July 2011). Mengapa Memilih Gadai Syariah?.Http://Www.Infobanknews.Com/2011/07/Mengapa-Memilih-Gadai-Syariah/ (Diakses 24 Desember 2014 Pukul 13.00 Wib) Majelis Ulama Indonesia. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Tentang Rahn, Nomor 25/DSN-MUI/III/2002. _____________________. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Tentang Rahn Emas, Nomor 26/DSN-MUI/III/2002. _____________________. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Tentang Rahn Tasjily, Nomor 68/DSN-MUI/III/2008. Marshall, Alfred. (1920). Principals Of Economics (8th Ed). London : Macmillan And Co., Ltd.
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014
Megawati. (2012). Implikasi Peraturan Bank Indonesia Terhadap Praktik Gadai Emas Syari’ah di Bank UDA. Skripsi Pada Program Studi Akuntansi FEUI Depok. Nurhayati, Sri Dan Wasilah. (2014). Akuntansi Syariah Di Indonesia (Edisi Ketiga) Jakarta : Salemba Empat Pan, Ming-Te. (1985). Study Of Pawnshop In Modern China (1644-1937). Taipei: Institute Of History, National Taiwan Normal University Pimpinan Cabang PT XYZ. (2014, 02 Januari). Wawancara Pribadi Purwandani, Agustini. (2009). Studi Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan Barang Kreditan Di Desa Brangkal Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang.Undergraduate Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Qudamah, Ibnu. (2004). Al-Mughny, Mahtobaturriyah Al-Haditsah (Juz Enam). Riyad. Subekti, R. R. Tjitrosudibio. (1847). Kitab Undang – Undang Hukum Perdata. Jakarta : Balai Pustaka Tarmizi, Erwandi. (2012). Harta Halal Haram Mualamat Kontemporer. Jakarta : Berkat Mulia Insani Worldatlas.(2014). Countries Of The World. http://www.worldatlas.com/aatlas/populations/ctypopls.htm (Diakses 16 Januari 2014 Pukul 17.14 Wib) Zuhaily, Wahbah. 1989. Al Fiqhul Islamy Wa Adillatuhu, Juz Lima (Cet. Ketiga). Damaskus. Darul Fikri.
Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014