analisis kedalaman dan sebaran akuifer di kelurahan …
TRANSCRIPT
ANALISIS KEDALAMAN DAN SEBARAN AKUIFER DI
KELURAHAN DAYA MENGGUNAKAN METODE
GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
Indra Jaya Muhtar1, Syamsuddin2, Sabrianto Aswad3
1) Mahasiswa Departemen Geofisika FMIPA, Universitas Hasanuddin
Email: [email protected] 2) Staf Pengajar Departemen Geofisika FMIPA, Universitas Hasanuddin
Email: [email protected] 3) Staf Pengajar Departemen Geofisika FMIPA, Universitas Hasanuddin
Email:[email protected]
SARI BACAAN
Kebutuhan penggunaan air bersih masyarakat saat ini terus meningkat, dan banyak masyarakat
yang kesulitan mendapatkan air tanah melalui pembuatan sumur bor. Salah satu metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi lapisan akuifer yaitu motede geolistrik tahanan jenis. Penelitian
ini dilakukan untuk menganalisis kedalaman dan sebaran akuifer di kelurahan Daya menggunakan
metode geolistrik tahanan jenis dengan pengukuran 1D konfigurasi Schlumberger dan pengukuran
2D konfigurasi Wenner-Schlumberger. Hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa daerah
penelitian terdiri atas empat lapisan batuan, yaitu lapisan tanah penutup, lempung, tufa halus, dan
tufa kasar. Terdapat 8 titik pengukuran 1D yang memiliki panjang bentangan 700 m dengan
penetrasi kedalaman mencapai 240 m dan 2 lintasan pengukuran 2D. Terdapat 3 potensi akuifer
pada daerah penelitian yaitu pada kedalaman 80 m, 130 m dan 180-200 m dengan litologi batuan
adalah tufa halus dan tufa kasar dan nilai reisitivitas berkisar 53.5-144 Ωm. Berdasarkan data
hidrokimia sampel air sumur bor diduga 3 sampel berasal dari akuifer yang sama. Hasil interpretasi
diperoleh sebaran akuifer yang memiliki potensi besar berada pada kedalama 180-200 m dengan
membuat pseudo 3D mengkorelasikan akuifer di titik pengukuran K01, K02, K03, K04, K05, K06,
dan K07 didaptkan total volumenya yaitu 19.152.868 m3
Kata Kunci: Tahanan jenis, Schlumberger, Wenner Schlumberger, Akuifer, Hidrokimia
ABSTRACT
The need for the use of clean water is currently increasing, but communities face difficulty in
obtaining ground water through regular wells. One method used to identify aquifer layers is the
resistivity geoelectric method. This study was conducted to analyze the depth and distribution of
aquifers in the village of Daya using resistivity type of geoelectric method with 1D measurement
of Schlumberger configuration and 2D measurement of Wenner-Schlumberger configuration. The
results show that the study area consists of four layers of rock, namely overburden, clay, fine tuff,
and coarse tuff. There are 8 1D measurement points stretching 700 m long with penetration depths
reaching 240 m, and 2 2D measurement trajectories. There are 3 potential aquifers in the study
area, namely at a depth of 80 m, 130 m and 180-200 m with fine tuffs and coarse tuffs making up
the rock lithology, and the resistivity value ranges from 53.5 to 144 Ωm. Based on the hydro-
chemical data, 3 samples were suspected from the same aquifer. The result of the interpretation
indicates large potential aquifer distribution in the depth of 180-200 m. This was achieved by
making pseudo 3D, correlating aquifers at measurement points of K01, K02, K03, K04, K05, K06,
and K07, with the total volume 19.152.868 m3.
Keywords: Resistivity, Schlumberger, Wenner-Schlumberger, Aquifer, Hydrochemical
PENDAHULUAN
Air tanah adalah air yang berada di wilayah
jenuh di bawah permukaan tanah.
Ketersediaannya lebih dari 97% dari
keseluruhan air tawar yang ada di planet
bumi. Ketersediaan air tanah akan membantu
tanaman pada masa pertumbuhan, dimana air
akan diserap oleh akar tanaman. Meskipun
Jumlahnya tidak sebanyak air permukaan,
air tanah merupakan air yang banyak
digunakan untuk keperluan rumah tangga,
misalnya untuk air minum, memasak,
mencuci, dan mandi. Air tanah juga
dimanfaatkan untuk keperluan industri,
perkantoran, perhotelan, dan irigasi
(Khotimah, 2008).
Penyelidikan geofisika, dengan
menggunakan metode geolistrik tahanan
jenis untuk mengetahui lapisan akuifer
dengan memanfaatkan sifat kelistrikan
batuan. Metode geolistrik tahanan jenis
sangat baik digunakan karena metode ini
merupakan salah satu metode yang efektif
untuk mengetahui sifat konduktivitas suatu
lapisan.
Kebutuhan akan penggunaan air di
Kelurahan Daya Kecamatan Biring Kanayya
kota Makassar belum terpenuhi secara penuh
oleh PDAM kota Makassar sehingga
beberapa warga melakukan pengeboran
untuk mencari sumber air tambahan, namun
hasil pengeboran yang dilakukan memiliki
kedalaman yang bervariasi berkisar 60 m –
200 m. Identifikasi potensi keberadaan
akuifer melalui geolistrik sangat diperlukan
untuk mengetahui lapisan akuifer pada
daerah tersebut yang dapat membantu
masyarakat sekitar dalam perencanaan
pengeboran, seperti pengukuran geolistrik
1D yang dapat mengidentifikasi lapisan yang
diduga merupakan akuifer pada daerah
tersebut dan analisis kandungan hidrokimia
air sumur bor untuk mengetahui sebaran
akuifer.
Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Daya
kecamatan Biring Kanaya kota Makassar
dengan menggunakan metode tahanan jenis
sounding konfigurasi Schlumberger dan
tahanan jenis profiling konfigurasi Wenner.
Pengolahan data penelitian ini menggunakan
Ip2win, RES2DINV dan Oasis Montaj.
Tujuan Penelitian
1. Menentukan kedalaman lapisan batuan
yang diprediksi sebagai akuifer bawah
permukaan.
2. Menentukan hubungan akuifer antara
sampel air berdasarkan data
hidrokimianya.
3. Memetakan sebaran akuifer di daerah
penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuifer
Akuifer adalah suatu lapisan batuan yang
mampu mentransmisikan dan menyimpan air
dalam jumlah yang cukup berarti. Misalnya
kerikil, pasir, batu kapur, batuan gunung
berapi (Davie, 2008).
Akuifer mengandung air dalam rongga pori
dan celah. Ukuran dan jumlah rongga dan
tingkat interkoneksi antara pori-pori dan
celah menentukan kualitas akuifer. hal
tersebut juga dapat mempercepat infiltrasi.
Berikut beberapa contoh batuan akuifer
(Mazor, 2004):
Sifat Kimia Air Tanah
Air adalah zat yang sangat reaktif yang
memiliki kapasitas besar untuk melarutkan
zat padat, cairan dan gas. Karakteristik fisik
dan kimia dari air alami bergantung pada
beberapa faktor seperti litologi dari lapisan
geologi di mana air tanah mengalir (akuifer),
akuifer air itu berada, dan kondisi
lingkungan. Biasanya, sejumlah kecil zat
merupakan komposisi kimia air (ion utama),
tetapi ion-ion lain (ion minor) juga dapat
ditemukan dalam konsentrasi rendah. Zat lain
(polutan) dapat hadir dalam air sebagai
konsekuensi dari proses polusi (Candella dan
Morell, 2008).
Komposisi kimia dari air alami berasal dari
banyak sumber zat terlarut dari atmosfer,
pelapukan batuan dan tanah, reaksi kimia
yang terjadi di bawah permukaan tanah dan
efek yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Secara umum, konstituen utama (konsentrasi
dalam air lebih besar dari 0.005 kg/m3)
adalah sering disebut sebagai ion utama,
seperti pada tabel 1
Tabel 1. Konstituen anorganik terlarut dalam air
tanah Konstituen utama
(lebih dari 0.005 kg/m3)
konstituen minor
(10-6 – 0.005 kg/m3)
Bikarbonat Silicon Boron Nitrat
Kalsium Sodium Karbonat Kalium
Klorida Sulfat Fluorida Strontium
Magnesium Asam
karbonat
Besi
Sumber: Candella dan Morell, 2008.
Identifikasi Hidrokimia Sistem Air Tanah
Terpisah
Meurut Mazor (2004), untuk menentukan
sebaran akuifer maka dilakukan identifikasi
sistem air tanah terpisah dengan
menggunakan Fingerprint Diagram, yaitu
diagram bantu yang dapat digunakan untuk
menganalisis kandungan air tanah, yang
memberikan gambaran visual dari pola
kelimpahan relatif dari ion terlarut dengan
memplot nilai konsentrasi dengan
konsentrasi logaritmik. Kation disusun dalam
urutan peningkatan konsentrasi, dan anion
disusun dalam urutan menurun konsentrasi.
Kedua yaitu nilai konsentrasi yang diukur
dapat diplot dalam diagram x-y, atau diagram
komposisi.
Geolistrik Tahanan Jenis
geolistrik merupakan salah satu geofisika
yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam
bumi dan bagaimana mendeteksinya di
permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi
pengukuran potensial, pengukuran arus dan
medan elektromagnetik yang terjadi baik
secara alamiah maupun akibat injeksi arus
dalam bumi. Pada penelitian ini digunakan 2
jenis konfigurasi yaitu konfigurasi
Schlumberger seperti ditunjukan pada
gambar 1 dan konfigurasi Wenner-
Schlumberger yang ditunjukan pada gambar
2.
1. Konfigurasi Schlumberger pertama kali
diperkenalkan oleh Conrard Schlumberger
dan banyak digunakan di Eropa.
Konfigurasi baik juga digunakan untuk
mapping maupun sounding.
Gambar 1. Konfigurasi Schlumberger
Simetris (Hendrajaya, 1990).
Faktor Geometri Konfigurasi Schlumberger
yaitu:
𝐾𝑆 = 𝜋 (𝐿2−𝑙2)
2 𝑙 (1)
Sehingga resistivitas semu untuk konfigurasi
Schlumberger berlaku:
𝜌𝑎 =𝜋 (𝐿2−𝑙2)
2 𝑙 ∆𝑉
𝐼 (2)
2. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
merupakan perpaduan konfigurasi
Wenner dan Schlumberger. Pada
pengukuran dengan faktor spasi (n) = 1,
konfigurasi Wenner-Schlumberger sama
dengan pengukuran pada konfigurasi
Wenner ( jarak antar elektroda = a),
namun pada pengukuran n=2 dan
seterusnya konfigurasi Wenner-
Schlumberger sama dengan konfigurasi
Schlumberger (jarak antar elektroda arus
dan elektroda potensial lebih besar
daripada jarak antar elektroda potensial)
(Hendrajaya, 1990).
Gambar 2. Konfigurai Wenner-Schlumberger
(Hendrajaya, 1990).
Maka berdasarkan pada gambar 2 faktor
geometri konfigurasi Wenner-Schlumberger
adalah :
𝐾 = 𝑛(𝑛 + 1)𝜋𝑎 (3)
Sehingga resistivitas semu untuk konfigurasi
Wenner-Schlumberger berlaku :
𝜌𝑎 = 𝑛(𝑛 + 1)𝜋𝑎 ∆𝑉
𝐼 (4)
Pemodelan 2-D Geolistrik Resistivitas
Dalam Geofisika, model dan parameter
model digunakan untuk mengkarakterisasi
suatu kondisi geologi bawah permukaan.
Pemodelan merupakan proses estimasi model
dan parameter model berdasarkan data yang
diamati di permukaan bumi.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kelurahan
Daya kecamatan Biring Kanayya kota
Makassar yang secara geografis terletak pada
5o06’38” - 5o06’57” LS dan 120o29’35” -
120o30’46” BT, seperti pada gambar3.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Prosedur Penelitian
Pengambilan data dilakukan secara
langsung di lapangan dengan cara
menginjeksikan arus ke dalam bumi dengan
menggunakan konfigurasi schlumberger
untuk pengukuran 1D sebanyak 8 titik dan
konfigurasi Wenner-Schlumberger untuk
pengukuran 2D sebanyak 2 lintasan.
Bagan Alir Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Inversi 1D
Tabel 2. Identifikasi kedalaman akuifer 1D
Titik
pengukuran
80 (m) 130 (m) 180-200 (m)
from (m) to(m) from(m) to(m) from(m) to(m)
K01 49.6 90.4 150 281
K02 119 161 161 238
K03 56 84.5 125 167 167 238
K04 163 213
K05 61.1 87.6 100 143 143 210
K06 71.3 90.2 126 166 166 240
K07 65.1 87 123 169 169 226
K08 60.3 116 145 195
Berdasarkan hasil pengolahan data 8 titik
pengukuran 1D pada tabel 2 dapat
diinterpretasikan bahwa potensi akuifer pada
lokasi penelitian terdapat di 3 kedalaman
yaitu pada kedalaman 80m, 130 m, dan 180-
200 m. Dari data geologi lokasi penelitian
dan hasil inversi diperkiran akuifer pada
lokasi penelitian didominasi oleh tufa halus
sebagai akuifer yang kurang baik dan tufa
kasar sebagai akuifer yang baik dengan nilai
resisitivitas 53.5-144 Ωm.
Hasil Inversi 2D
1. Lintasan pengukuran 1
Gambar 4. Hasil Inversi lintasan Pengukuran 1
Hasil inversi lintasan 1 didapatkan
penampang seperti pada gambar 4.9, dengan
nilai resisitivitas 3,24-346 Ωm. Pada hasil
penampang ini pengukuran lintasan 1 tidak
ditemukan akuifer dalam dikarenakan
penetrasi kedalaman yang diperoleh hanya
sampai pada kedalaman 100 m. Pada
elektroda 72-80 yang juga bersinggungan
dengan titik pengukuran 1 dimensi K03
diduga terdapat akuifer pada kedalaman 55-
100 m dengan nilai resistivitas 91.1 Ωm yang
diduga merupakan tufa kasar. Sedangkan
lapisan dengan nilai resistivitas 24-46,8 Ωm
diinterpretasikan sebagai lempung yang
sebagian besar berada pada lintasan
pengukuran 1.
2. Lintasan pengukuran 2
Gambar 5. Hasil Inversi lintasan Pengukuran 2
Hasil inversi lintasan 2 didapatkan
penampang seperti pada gambar 4.10, dengan
nilai resisitivitas 1,56-202 Ωm. Pada hasil
penampang ini pengukuran lintasan 2 juga
tidak ditemukan akuifer dalam dikarenakan
penetrasi kedalaman yang diperoleh hanya
sampai pada kedalaman 116 m. pada
elektroda 48 yang bersinggungan dengan
titik pengukuran 1 dimensi K06
diinterpretasikan terdapat akuifer pada
kedalaman 95-105 m di bawah permukaan
dengan nilai resistivitas 50-101 Ωm yang
diduga merupakan tufa kasar.
Analisis Hidrokimia
Telah dilakukan pengambilan sampel 5 air
sumur disekitar lokasi pengukuran dan
dilakukan pengujian beberapa senyawa,
adapun hasil pengujianya dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji sampel air sumur bor
Sampel
No.
Cl
(mg/l)
SO4
(mg/l)
Mg
(mg/l)
Ca
(mg/l)
Kedalaman
sumur bor
(m)
S01 22,68 1,39 3,88 3,2 180
S02 29,77 2,35 3,84 16 200
S03 28,96 1,61 3,84 12,8 130
S04 28,37 1,35 2,88 1,6 80
S05 31,19 2,15 5,76 12,8 200
1. Fingerprint Diagram
Gambar 6. Fingerprint diagram mg dan Ca
Gambar 7. Fingerprint diagram Cl dan SO4
Gambar 6 dan gambar 7 adalah Fingerprint
Diagram dari data pada Tabel 3. Dalam
gambar tersebut terlihat sampel no.2,3 dan 5
memiliki pola yang sama, sampel tersebut
memiliki konsentrasi ion yang hampir sama
dan diinterpretasikan berasal dari akuifer
yang sama.
2. Diagram Komposisi
Pada diagram ini diplot hasil hidrokimia
sampel air yaitu Unsur Cl terhadap Unsur
lainnya yang dapat dilihat pada gambar 8,
gambar 9, dan gambar 10.
1
10
100
0 1 2 3
Kandungan Unsur (mg/L)
Fingerprint Diagram mg-Ca
S02
S03
S05
1
10
100
0 1 2 3
Kandungan Unsur (mg/L)
Fingerprint Diagram Cl-SO4
S02
S03
S05
Gambar 8. Diagram Komposisi Cl-mg
Gambar 9. Diagram Komposisi Cl-Ca
Gambar 10. Diagram Komposisi Cl-SO4
Data tabel 3 diplot pada Diagram komposisi
seperti pada gambar 8, gambar 9 dan gambar
10 menggambarkan dalam diagram
komposisi. 3 sampel dengan no.2, 3 dan 5
memiliki komposisi yang sama, dan
diinterpretasikan bahwa sampel tersebut
berasal dari akuifer yang sama.
Berdasarkan plot data 5 sampel air sumur di
sekitar lokasi pengukuran menggunakan
diagram fingerprint dan diagram komposisi,
didapatkan satu kelompok air. Sampel air
tersebut memiliki konsentrasi ion yang
hampir sama, sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa sampel air berasal
dari akuifer yang sama pada kedalaman 80-
200 m, sehingga sebaran akuifer dapat dilihat
pada gambar 11.
Gambar 11. Sebaran akuifer pada tampilan 3D
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Posisi akuifer di bawah permukaan lokasi
penelitian di Kelurahan Daya berada pada
kedalaman 80 m, 130, dan 180-200 m
dengan nilai resistivitas antara 53.5-144
Ωm dan litologi akuifer merupakan tufa
halus dan tufa kasar.
2. Berdasarkan hidrokimia sampel air sumur
memiliki konsentrasi ion yang hampir
sama pada sampel S02, S03 dan S05,
sehingga dapat diinterpretasikan bahwa
sampel air berasal dari akuifer yang sama
pada daerah tersebut.
3. Terdapat 3 lapisan akuifer pada lokasi
penelitian yaitu akuifer 1 pada kedalaman
49,6-116 m dengan total volume
6.855.414 m3, akuifer 2 pada kedalaman
100-169 m dengan total volume 8.855.562
m3, dan akuifer 3 yang memiliki potensi
besar terletak pada kedalaman 143-240 m
sebaran akuifer dapat dilihat pada gambar
11 dengan mengkorelasikan akuifer di
titik pengukuran 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8
dengan total volume 19.152.868 m3.
V.2 Saran
Adapun saran-saran untuk keperluan
penelitian lebih lanjut dan memaksimalkan
hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Akuifer 1
Akuifer 3
Akuifer 2
1. Perlu dilakukan penelitian dengan
konfigurasi berbeda pada pengukuran
2D untuk mendapatkan penetrasi yang
lebih dalam.
2. Sebaiknya dilakukan identifikasi
kandungan senyawa lain pada sampel
air.
Daftar Pustaka
Appelo, C, A, dan Postma, D J. 2005.
Geochemistry, Groundwater and
Pollution. Netherlands: Taylor &
Francis Group plc.
Candela, L., Morell, I., 2008.
“Groundwater.” Basic Chemical
Principles of Groundwater.
Davie, Tim. 2008. Fundamentals of
Hydrology. New Zealand: Taylor &
Francis Group.
Hendrajaya L, Arif I. 1990. Geolistrik
Tahanan Jenis. Bandung:
Laboratorium Fisika Jurusan fisika.
Khotimah, N. 2008. Diktat Mata Kuliah
Hidrologi. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Loke, H.M. 2004. Tutorial : 2-D and 3-D
electrical imaging surveys.
Mazor, E. 2004. Chemical and Isotropic
Groundwater Hydrology. New York:
Marcel Dekker Inc.
Sukamto Rab, Supriatna. 1982. Peta Geologi
Lembar Ujung Pandang, Benteng dan
Sinjai Sulawesi Selatan. Bandung:
Direktorat Geologi, Departemen
Pertambangan, Republik Indonesia.
Telford, W.M.,L.P. Geldart and R. E. Sheriff.
1990. Applied Geophysics. United
State of America: Cambrige
University Press.
Lampiran:
1. Kurva pengolahan data pengukuran K01
2. Kurva pengolahan data pengukuran K02
3. Kurva pengolahan data pengukuran K03
4. Kurva pengolahan data pengukuran K04
5. Kurva pengolahan data pengukuran K05
6. Kurva pengolahan data pengukuran K06
7. Kurva pengolahan data pengukuran K07
8. Kurva pengolahan data pengukuran K08
Peta Geologi Lokasi Penelitian