analisis kelayakan usaha - ipb...
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)
SKRIPSI
YULLY INDYASTUTI
H34060254
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
RINGKASAN
YULLY INDYASTUTI. H34060254. 2010. Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira,
Kabupaten Lebak, Banten). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi
Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO).
Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman
perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan
dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Pohon aren memiliki
potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan
keuntungan finansial, sehingga jika dikelola dengan baik akan mampu bersaing
khususnya dengan jenis tanaman palma lainnya. Dari semua produk aren, nira
aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk memproduksi
gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Gula aren sudah dikenal
oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman.
Meskipun tidak sepopuler gula tebu, gula aren memiliki lebih banyak keunggulan
baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga.
Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi penghasil aren terbesar di
Indonesia. Hampir 72 persen dari luas area pohon aren yang ada di Provinsi
Banten berada di Kabupaten Lebak dengan produksi gula aren mencapai 1.431
ton. Pada tahun 2009 produk gula aren Kabupaten Lebak ditetapkan menjadi
komoditas inti daerah oleh Kementrian Perdagangan RI. Hal ini karena produksi
gula aren Kabupaten Lebak menempati urutan pertama di Indonesia.
PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula
semut di Kabupaten Lebak yang didirikan sejak tahun 2008. Jumlah produksi PD
Saung aren meningkat setiap tahun, namun tetap belum mampu memenuhi
seluruh permintaan yang ada. Pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami
oleh pemilik perusahaan, menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk
melakukan pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat
ini belum pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi
dengan adanya pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup
besar. Meskipun sudah ada investor yang bersedia menanamkan modalnya untuk
pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan jaminan bahwa pengembangan
usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari kondisi
yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk menilai
layak atau tidaknya usaha pengolahan gula semut ini untuk dijalankan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji kelayakan usaha pengolahan
gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan, (2)
Menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat
dari aspek finansial, (3) Menganalisis tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan
gula semut apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan
harga gula cetak dan penurunan harga gula semut.
Analisis data kuantitatif menggunakan program komputer Microsoft Excel
2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi
data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Data
kuantitatif merupakan hasil analisis apek finansial. Kelayakannya dilihat dari
kriteria kelayakan investasi (Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net
B/C), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Periode) dan analisis switching
value. Sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data
kualitatif merupakan hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, secara
umum usaha pengolahan gula semut layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek
pasar, adanya potensi pasar yang relatif tinggi dalam usaha pengolahan gula semut
dari sisi permintaan dan penawaran, serta adanya strategi pemasaran gula semut
yang jelas dan efektif yang dimiliki perusahaan guna mendukung pencapaian
penjualan yang lebih tinggi. Dilihat dari aspek teknis, usaha pengolahan gula
semut memiliki lokasi usaha yang strategis, kapasitas produksi diatas luas
produksi minimum, proses produksi dan layout yang sesuai, dan pemilihan
teknologi yang tepat. Dilihat dari aspek manajemen dan hukum, usaha pengolahan
gula semut ini telah memiliki struktur organisasi dengan pembagian tugas yang
jelas dan memiliki perizinan yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Dilihat
dari aspek sosial dan ekonomi, usaha pengolahan gula semut ini mampu membuka
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan pengrajin gula semut, dan
meningkatkan pendapatan daerah melaui pembayaran pajak. Dilihat dari aspek
lingkungan, kegiatan usaha ini tidak menghasilkan limbah yang membahayakan
lingkungan.
Analisis aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi dua skenario.
Skenario I adalah kondisi perusahaan saat ini dan skenario II adalah
pengembangan usaha melalui peningkatan kapasitas produksi. Pada skenario I,
diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.063.214.374,71, IRR sebesar 65 persen, Net
B/C sebesar 3,6, serta nilai Payback Periode selama 2 tahun 2 bulan dan 12 hari.
Pada skenario II, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 1.415.855.468,24, IRR
sebesar 77 persen, Net B/C sebesar 4,3, dan Payback Periode selama 1 tahun 10
bulan 11 hari. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial, kedua skenario
tersebut layak untuk diusahakan.
Jika dilihat dari hasil analisis switching value, skenario II memiliki tingkat
kepekaan yang paling rendah terhadap kenaikan harga gula cetak dan penurunan
harga gula semut. Dengan demikian, kondisi pada pengembangan usaha dengan
peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan (skenario II) menjadi
skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan sebab mampu
menghasilkan tingkat keuntungan dan tingkat pengembalian yang lebih tinggi
daripada skenario I.
Berdasarkan uraian di atas, rekomendasi yang disarankan dalam penelitian
ini yaitu perusahaan sebaiknya melakukan pengembangan usaha melalui
peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan untuk memperoleh
tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari kondisi saat ini. Apabila pengembangan
usaha dilakukan, perusahaaan sebaiknya melakukan kemitraan dengan pemasok
gula cetak untuk menjaga kestabilan harga gula cetak, mempertahankan kualitas
produk untuk menjaga loyalitas konsumen, meningkatkan kegiatan promosi agar
produk lebih dikenal masyarakat, dan merekrut karyawan yang berpengalaman di
bidang pemasaran. Bagi Pemerintah, sebaiknya terus mendukung usaha
pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak melalui bantuan pemasaran dan
modal.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PENGOLAHA GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak,Banten)
YULLY INDYASTUTI
H34060254
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Disetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Suharno, M.Adev
NIP. 19610610 198611 1 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi :
Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD
Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)
Nama� : Yully Indyastuti
NIM : H34060254
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan
Sajira Kabupaten Lebak, Banten)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2010
Yully Indyastuti
H34060254
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Banten pada tanggal 8 Maret 1989.
Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Iwa
Sugriwa dan Ibunda Hj. Jubaedah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Muara Ciujung Timur
XII Rangkasbitung pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama
diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 4 Rangkasbitung. Pendidikan lanjutan
menengah atas di SMAN 1 Rangkasbitung diselesaikan pada tahun 2006.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Setelah melewati Tingkat Persiapan
Bersama, pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai staf Divisi
Kewirausahaan Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) IPB tahun 2007, staf
Departement Sport and Art Development (D’SAve) Himpunan Mahasiswa
Peminat Agribisnis (HIPMA) IPB tahun 2009. Selain itu penulis tercatat sebagai
anggota aktif Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB tahun 2006, Klub Tari
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB tahun 2008-2009 dan pernah menjuarai
beberapa perlombaan tari yang diselenggarakan di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan baik tingkat
Departemen maupun Fakultas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan
Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira,
Kabupaten Lebak, Banten)”. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat
kelayakan usaha baik secara finansial maupun non finansial di PD Saung Aren,
Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
kendala dan keterbatasan yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2010
Yully Indyastuti
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesain skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Iwa Sugriwa dan Ibu Hj. Jubaedah.
Terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya, serta doa dan dukungan yang
telah diberikan selama ini. Karya ini merupakan bukti kasihmu, dukunganmu,
serta kerja kerasmu dalam mendidikku.
2. Kakak-kakak terbaikku sekaligus pendahuluku di IPB, Erwin Yudaswara,
Destiana, dan Benny Irawan. Terimakasih atas kritik, semangat dan
dukungannya baik moril maupun materil. Akhirnya bertambah lagi satu
lulusan IPB di rumah kita.
3. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun
skripsi ini.
4. Dr. Ir. Anna Faryanti, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
5. Rahmat Yanuar, SP. MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan pada
sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan
saran demi perbaikan skripsi ini.
6. Ir. Jajah K. Wagiono dan Ir. Dwi Rachmina, MSi yang telah menjadi
pembimbing akademik serta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis
atas bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi.
7. Bapak Andi Maulana dan seluruh karyawan PD Saung Aren untuk
kesempatan, waktu, informasi, dan dukungan yang diberikan.
8. Pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, dan Badan Pengkajian
Teknologi Pertanian Provinsi Banten atas informasi dan pengetahuan yang
diberikan kepada penulis.
9. Fuad Nurdiensyah Praja, Nurfitriyani, Nurhadianty, Siskha, dan Oti atas
segala bantuan, doa, dan dukungannya.
10. Mira Septiyaningsih atas saran dan kritikan yang telah diberikan selaku
pembahas dalam seminar penulis.
11. Sahabat-sahabat dan teman-teman AGB 43,42,44. Devi sebagai teman satu
bimbingan skripsi untuk masukan dan semangatnya. Mayasari, Selly, Wiwin,
Dhila, Anggi, Annisa, Inike, Dhida, Bagus, Bayu atas kecerian, kebersamaan,
kepedulian, doa dan dukungan dalam menyusun skripsi. Shara dan Ella
sebagai teman seperjuangan di “panggung”, terimakasih atas pengalaman luar
biasa dan tak terlupakan selama tiga tahun serta semangat dan dukungannya
dalam penyelesaian skripsi ini. Nisa, Afni, Nunuz, Maryam, Melly, Itie,
Yayat, dan teman-teman Andika House IV atas perhatian dan kesabarannya
terus menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas
bantuannya.
Bogor, Juni 2010
Yully Indyastuti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... vii
I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................... 9
1.5 Ruang Lingkup ........................................................... 9
II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 10
2.1 Gula Aren ................................................................... 10
2.2 Gula Semut ................................................................. 11
2.3 Industri Pengolahan .................................................... 14
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................. 17
2.4.1 Penelitian Terdahulu mengenai Kelayakan
Usaha ................................................................. 17
2.4.2 Penelitian Terdahulu mengenai Gula Aren ..... 20
III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 24
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................... 24
3.1.1 Studi Kelayakan Proyek .................................. 24
3.1.2 Aspek Kelayakan Proyek ................................. 25
3.1.2.1 Aspek Pasar ...................................... 26
3.1.2.2 Aspek Teknis .................................... 26
3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum ........ 29
3.1.2.4 Aspek Sosial dan Ekonomi ............... 30
3.1.2.5 Aspek Lingkungan ............................ 30
3.1.2.6 Aspek Finansial ................................ 31
3.1.3 Teori Biaya Manfaat .......................................... 33
3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi ............................. 33
3.1.5 Analisis Switching Value ................................. 36
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .............................. 36
IV METODE PENELITIAN .................................................... 40
4.1 Lokasi dan Waktu ...................................................... 40
4.2 Data dan Instrumentasi ............................................... 40
4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................ 41
4.4 Metode Pengolahan Data ........................................... 41
4.4.1 Analisis Aspek Pasar ........................................ 41
4.4.2 Analisis Aspek Teknis ....................................... 42
4.4.3 Analisis Aspek Manajemen dan Hukum ......... 42
4.4.4 Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi ................. 43
4.4.5 Analisis Aspek Lingkungan ............................. 43
���
�
4.4.6 Analisis Aspek Finansial ................................. 43
4.4.6.1 Komponen Biaya dan Manfaat ......... 43
4.4.6.2 Kriteria Kelayakan Investasi ............ 44
4.4.6.3 Analisis Switching Value .................. 47
4.4.6.4 Asumsi Dasar .................................... 47
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................. 51
5.1 Profil dan Sejarah Perusahaan .................................... 52
5.2 Kegiatan Bisnis .......................................................... 50
5.3 Struktur Organisasi Perusahaan .................................. 56
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 58
6.1 Aspek Pasar ............................................................ 58
6.1.1 Permintaan ....................................................... 58
6.1.2 Penawaran ........................................................ 59
6.1.3 Strategi Pemasaran .......................................... 59
6.1.3.1 Harga ................................................ 59
6.1.3.2 Produk ............................................... 61
6.1.3.3 Promosi ............................................. 63
6.1.3.4 Distribusi .......................................... 63
6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar .............................. 64
6.2 Aspek Teknis .............................................................. 65
6.2.1 Lokasi Usaha ................................................... 65
6.2.2 Luas Produksi .................................................. 69
6.2.3 Proses Produksi ................................................ 69
6.2.4 Layout Produksi ............................................... 71
6.2.5 Pemilihan Jenis Teknologi ............................... 73
6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ............................ 75
6.3 Aspek Manajemen dan Hukum .................................. 75
6.4 Aspek Sosial dan Ekonomi ........................................ 77
6.5 Aspek Lingkungan ..................................................... 78
6.6 Analisis Aspek Finansial ............................................ 78
6.6.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I ......... 78
6.6.1.1 Inflow ................................................ 79
6.6.1.2 Outflow ............................................. 81
6.6.1.3 Analisa Rugi Laba ............................ 91
6.6.1.4 Analisis Kelayakan Finansial ........... 91
6.6.1.5 Analisis Switching Value .................. 93
6.6.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II ....... 94
6.6.2.1 Inflow ................................................ 94
6.6.2.2 Outflow ............................................. 96
6.6.2.3 Analisa Rugi Laba ............................ 104
6.6.2.4 Analisis Kelayakan Finansial ........... 105
6.6.2.5 Analisis Switching Value .................. 106
6.6.3 Perbandingan Rugi Laba ................................. 108
6.6.4 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial ........ 108
6.6.5 Perbandingan Hasil Analisis Switching Value ... 109
����
�
VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 111
7.1 Kesimpulan ................................................................ 111
7.2 Saran ........................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 114
LAMPIRAN ...................................................................................... 115
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Penduduk, Pendapatan Nasional, dan Konsumsi
Gula Merah Perkapita per Tahun di Indonesia Tahun 2001-
2006 ..................................................................................... 4
2. Sepuluh Besar Provinsi Penghasil Aren di Indonesia
Tahun 2008 ........................................................................... 4
3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Aren dan Produksi
Gula Aren di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009 ................ 5
4. Usaha Pengolahan Semut di Kabupaten Lebak Tahun
2008 ..................................................................................... 6
5. Rata-Rata Produksi per Bulan dan Rata-Rata Permintaan
per Bulan Gula Semut di PD Saung Aren tahun 2010 .......... 7
6. Komposisi Kimia Gula Aren, Gula Kelapa, dan Gula
Siwalan (per 100 gram) ......................................................... 10
7. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ..... 23
8. Sebaran Permintaan dan Produksi Gula Semut di PD
Saung Aren Tahun 2010 ...................................................... 58
9. Harga Jual, HPP, dan Marjin Keuntungan per Kg Gula Semut
di PD Saung Aren Berdasarkan Jenis Konsumen ................ 60
10. Perbandingan Harga Gula Semut dari Beberapa Industri
Pengolahan Gula Semut di Kabupaten Lebak ..................... 61
11. Sumber, Jumlah Pasokan dan Harga Gula Cetak
per Bulan PD Saung Aren .................................................... 66
12. Perbandingan Kapasitas Produksi dengan Nilai BEP
PD Saung Aren .................................................................... 69
13. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per
Tahun pada Skenario I ......................................................... 80
14. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada
Skenario I ............................................................................. 80
15. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario I ...................... 82
16. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha
Pengolahan Gula Semut pada Skenario I ............................. 83
17. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario I .................. 84
18. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario I ................. 87
19. Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario I ............. 88
v �
20. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut
pada Skenario I .................................................................... 92
21. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I ....... 93
22. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per
Tahun pada Skenario II ........................................................ 95
23. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada
Skenario II ............................................................................ 96
24. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario II ..................... 97
25. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha
Pengolahan Gula Semut pada Skenario II ........................... 98
26. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario II ................ 99
27. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario II ................ 101
28. Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario II ........... 102
29. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut
pada Skenario II ................................................................... 105
30. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II ................ 107
31. Perbandingan Hasil Rugi Laba ............................................ 108
32. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial ............................ 109
33. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value ..................... 109
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pohon Industri Produk Turunan Aren .................................. 2
2. Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula
Semut oleh Petani ................................................................ 13
3. Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut oleh Sentra
Industri ................................................................................. 14
4. Kurva Biaya Manfaat ........................................................... 34
5. Hubungan Antara NPV dan IRR .......................................... 35
6. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................... 39
7. Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren .................. 55
8. Struktur Organisasi Usaha Pengolahan Gula Semut di
PD Saung Aren .................................................................... 56
9. Kemasan 350 gram Gula Semut PD Saung Aren ................ 62
10. Kemasan 40 kg Gula Semut PD Saung Aren ....................... 64
11. Skema Distribusi Gula Semut PD Saung Aren .................... 62
12. Perbandingan Proses Produksi Gula Semut di PD Saung
Aren dengan Prosedur Produksi Gula Semut di BPTP Banten 71
13. Layout Lokasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung
Aren ..................................................................................... 72
14. Mesin Penggiling (Slicer) Gula Cetak ................................. 73
15. Mesin Pengayak Gula Semut ............................................... 73
16. Mesin Penepung Gula Semut Reject .................................... 74
17. Mesin Pengering Gula Semut (Oven) .................................. 74
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat menurut
Kecamatan dan Keadaan Tanaman Jenis Tanaman Aren
Tahun 2008 .......................................................................... 116
2. Perhitungan HPP Skenario I ................................................ 117
3. Perhitungan BEP Skenario I ................................................ 118
4. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa
Skenario I ............................................................................. 119
5. Proyeksi Laba Rugi Skenario I ............................................ 120
6. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario I .......... 121
7. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak
6,3% pada Skenario I ........................................................... 123
8. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula
Semut 5,9% pada Skenario I ................................................. 125
9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Skenario II .................. 127
10. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa
Skenario II ............................................................................ 128
11. Proyeksi Laba Rugi Skenario II ........................................... 129
12. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario II ......... 130
13. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak
6,9% pada Skenario II .......................................................... 132
14. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula
Semut 6,0% pada Skenario II ............................................... 134
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman
perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan
dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa
tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur
maupun berpasir. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi
secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di atas
permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 25oC (Soesono 2005).
Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua
bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial, sehingga jika dikelola dengan
baik akan mampu bersaing khususnya dengan jenis tanaman palma lainnya. Buah
aren yang masih muda dengan teknologi yang sederhana dapat diolah menjadi
bahan makanan yang disebut kolang-kaling. Daunnya yang masih muda dapat
digunakan sebagai pembungkus rokok dan gula aren, sedangnya daun yang sudah
tua dapat digunakan sebagai bahan atap rumah, bahan pembuat sapu lidi atau
bahan kerajinan tangan. Akar pohon aren dapat dijadikan bahan obat-obatan. Pada
bagian luar batang aren diperoleh ijuk yang dapat dibuat menjadi sapu, sikat, tali,
dan atap rumah tradisional. Selain itu, batang aren yang masih muda dapat
diambil sagunya sebagai bahan baku industri makanan atau industri lem,
sedangkan batang aren yang sudah tua dapat dipakai sebagai bahan furniture.
Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan
sebagai bahan untuk memproduksi gula aren adalah yang paling besar nilai
ekonomisnya. Beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk
dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 1.
2
Gambar 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Sumber : BPTP Banten (2005)
Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu
pemanis makanan dan minuman. Hingga saat ini kedudukan gula aren sebagai
pemanis belum dapat digantikan oleh pemanis lainnya seperti gula pasir. Hal ini
karena gula aren memiliki rasa yang khas dibandingkan zat pemanis lainnya.
Apabila gula aren dikemas dengan kemasan yang lebih baik dari kemasan
tradisional selama ini, maka gula aren dapat menjadi produk yang berpotensi
untuk diekspor ke negara seperti Jepang, Singapura, Hongkong, Philipina, Arab
Saudi, Bahrain, Brunei Darusalam, Belanda, Swiss, Maladewa, Amerika Serikat,
Kanada, dan Australia (Ditjenbun 2007).
Meskipun tidak sepopuler gula tebu, gula aren memiliki lebih banyak
keunggulan baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga. Gula aren
mengandung kadar sukrosa lebih tinggi (84%) dibandingkan gula tebu (20%).
Selain itu, kandungan nutrisi gula aren seperti kadar protein, lemak, kalium dan
fosfor ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan gula tebu (BPTP Banten 2005).
Kelebihan lainnya, gula aren tidak mengandung bahan kimia dan bisa menjadi
obat. Kandungan kalori dan glisenik indeknya yang rendah membuat gula aren
AREN
Akar Industri Obat
Batang
Industri Alat RT
Sagu
Industri Makanan
Industri Lem
Daun
Industri Rokok
Industri Kerajinan
Tangan
Nira Gula Aren Industri Makanan
dan Minuman
Bunga
Buah Kolang-Kaling Industri Makanan
3
tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Ini sesuai dengan gaya hidup sehat yang
semakin popular di masyarakat1)
.
Aren jauh lebih produktif dari tanaman tebu dalam menghasilkan kristal
gula per satuan luas. Produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu. Rendemen
gula aren 12 persen, sedangkan tebu rata-rata hanya 7 persen. Gula aren dinilai
baik dan dapat dijadikan gula kristal yang dapat diekspor. Harga ekspornya
mencapai Rp 50.000/kg dan di tingkat konsumen di Belanda dapat mencapai Rp
90.000/kg, sedangkan harga gula tebu hanya mencapai Rp7.000/kg2)
.
Permintaan gula aren baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri
meningkat setiap tahunnya. Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan
gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di
berbagai daerah di Indonesia. Sementara untuk pasar lokal, permintaan tertinggi
terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk
permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang3)
.
Peningkatan permintaan gula aren dari dalam negeri dapat terlihat pada
konsumsi gula merah (termasuk gula aren di dalamnya) di Indonesia yang
mengalami kenaikan setiap tahun (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat
bahwa dari tahun 2001 sampai 2006 terjadi peningkatan konsumsi gula merah
perkapita pertahun dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,70 persen.
Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
pendapatan nasional. Selama kurun waktu 2001-2006 laju pertumbuhan penduduk
sebesar rata-rata per tahun sebesar 1,27 persen dan peningkatan pendapatan
nasional rata-rata per tahun mencapai 4,40 persen
������������������������������������������������������������1)Zuhri Sepudin. 2008. Gula Aren Laris Manis. http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-
harian/laporan-khusus/1id73516.html [Diakses tanggal 11 Februari 2010]�2) Kusumanto D. Potensi Besar Agribisnis Aren. 2008.
http://kebunaren.blogspot.com/2008_12_01_archive.html [Diakses tanggal 12 Januari 2010]�3)[BI] Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Gula Aren.
http://www.bi.go.id [Diakses tanggal 22 Desember 2009]�
4
Tabel 1. Jumlah Penduduk, Pendapatan Nasional, dan Konsumsi Gula Merah
Perkapita per Tahun di Indonesia Tahun 2001-2006
Tahun Jumlah Penduduk
(ribu)
Pendapatan Nasional
(milyar Rupiah)
Konsumsi gula merah
perkapita per tahun (kg)
2001 208.621 1.277.341,6 1,25
2002 212.003 1.316.776,4 1,28
2003 215.276 1.353.473,6 1,30
2004 216.382 1.451.041,1 1,32
2005 219.205 1.521.161,4 1,33
2006 222.192 1.583.447,9 1,36 Sumber : BPS 2006, diacu dalam Nurani (2008)
Tanaman aren banyak tumbuh dan tersebar hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Di Pulau Jawa, tanaman aren banyak tumbuh di daerah Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Sedangkan di luar Pulau Jawa, tanaman aren banyak tumbuh di
daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara. Secara nasional,
Provinsi Banten menempati urutan ke-7 sebagai provinsi penghasil aren terbesar
di Indonesia (Tabel 2). Pada tahun 2008 produksi gula aren di Provinsi Banten
mencapai 1.626 ton dengan luas area pohon aren yang diusahakan seluas 2.764
hektar. Hal inilah yang mendorong dijadikannya gula aren sebagai salah satu
produk unggulan Provinsi Banten.
Tabel 2. Sepuluh Besar Provinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2008
Lokasi Luas Area (Ha) Produksi (Ton)
Jawa Barat 13.873 7.503
Sulawesi Selatan 5.383 3.448
Sumatera Utara 5.044 3.379
Jawa Tengah 2.685 3.131
Sulawesi Utara 5.615 2.850
Bengkulu 3.024 2.604
Banten 2.764 1.626
Kalimantan Selatan 2.028 1.270
Nanggroe Aceh Darussalam 2,764.00 1,225.00
Sulawesi Tenggara 2,703.00 782.00 Sumber : Statistik Perkebunan (2008)
Pada tahun 2008, seluas 1.992,75 hektar atau hampir 72 persen dari luas
area pohon aren yang ada di Provinsi Banten berada di Kabupaten Lebak dengan
produksi gula aren mencapai 1.431 ton. Pada tahun 2009 produk gula aren
Kabupaten Lebak ditetapkan menjadi komoditas inti daerah oleh Kementrian
Perdagangan RI. Hal ini karena produksi gula aren Kabupaten Lebak menempati
5
urutan pertama di Indonesia4)
, yaitu sebesar 1.547 ton dengan area pohon aren
seluas 2.111,5 hektar. Dilihat dari segi perkembangannya dari tahun 2003 hingga
tahun 2009, terlihat bahwa peningkatan luas areal tanaman aren masih cukup
tinggi yaitu mencapai rata-rata 7,2 persen per tahun dengan rata-rata peningkatan
produksi gula aren sebesar 4,7 persen per tahun (Dishutbun Kabupaten Lebak
2009).
Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Aren dan Produksi Gula Aren di
Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009
Tahun Luas Area (Ha) Produksi (Ton)
2003 1348,00 1156,00
2004 1498,00 1172,00
2005 1630,50 1176,00
2006 1747,25 1280,00
2007 1865,75 1346,00
2008 1992,75 1431,00
2009 2111,50 1547,00 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak (2009)
Tanaman aren banyak ditemukan di hampir semua kecamatan yang ada di
Kabupaten Lebak (Lampiran 1). Namun, dari 28 kecamatan yang ada, hanya 12
Kecamatan yang dijadikan sebagai sentra gula aren di Kabupaten Lebak, yaitu
Kecamatan Cijaku, Cigemblong, Sobang, Muncang, Gunungkencana,
Bojongmanik, Cihara, Cibeber, Cilograng, Panggarangan, Malingping dan
Wanasalam. Sebagian besar sentra gula aren di Kabupaten Lebak menghasilkan
gula aren dalam bentuk gula cetak dan hanya sebagian kecil yang membuat gula
semut. Padahal, konsumen lebih menyukai gula aren dalam bentuk gula semut.
Hal ini dikarenakan gula semut lebih tahan lama, lebih praktis dan dapat dikemas
secara lebih menarik dibandingkan gula cetak. Namun tidak semua sentra gula
aren dapat memproduksi gula semut. Hal ini karena harga mesin, harga peralatan
produksi dan modal kerja untuk memproduksi gula semut sangat besar.
Sedangkan, sebagian besar usaha pengolahan gula aren di Kabupaten Lebak
merupakan usaha skala kecil dan mikro dengan modal yang tidak besar. Dari 44
������������������������������������������������������������4) Febi. 2010. Gula Aren Lebak Jadi Komoditas Inti Daerah.
http://lepmida.com/news_detail.phpid=17989&sub=news&page=1/news_detail.php.htm [Diakses
tanggal 16 April 2010] �
6
sentra gula aren yang ada di Kabupaten Lebak, hanya 6 usaha yang melakukan
pengolahan gula aren menjadi gula semut (Tabel 4). Keenam usaha ini tersebar di
Kecamatan Sobang, Cihara, Cibeber, Sajira dan Rangkasbitung. Setiap bulannya
keenam usaha ini hanya mampu memproduksi gula semut sebanyak 70 ton,
padahal permintaan pasar terhadap gula semut dari Kabupaten Lebak mencapai
180 ton per bulan (Dishutbun Kabupaten Lebak 2009). Hal ini menunjukkan
masih banyaknya permintaan yang belum mampu dipenuhi oleh usaha pengolahan
gula semut di Kabupaten Lebak.
Tabel 4. Usaha Pengolahan Gula Semut di Kabupaten Lebak Tahun 2008
No Nama Usaha Lokasi
1. Kelompok Mitra Mandala Hariang Kecamatan Sobang
2. Kelompok Mandiri Kecamatan Cihara
3. Kelompok Berkah Jaya Arenga Kecamatan Cibeber
4. PD Saung Aren Kecamatan Sajira
5. Usaha Pengolahan Gula Semut H. Wiwin Kecamatan Rangkasbitung
6. Usaha Pengolahan Gula Semut Ibu Rina Kecamatan Rangkasbitung Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak (2009)
Usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak merupakan usaha yang
memberikan nilai tambah pada produk unggulan daerah yaitu gula aren. Usaha ini
tidak hanya melibatkan para pelaku usaha pengolahan gula semut, tetapi juga
melibatkan kurang lebih 16.800 orang pengrajin gula cetak sebagai pemasok
bahan baku utama dan pihak-pihak yang terlibat dalam saluran distribusinya.
Untuk mendirikan usaha pengolahan gula semut dibutuhkan modal yang cukup
besar. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang menilai layak atau tidaknya
usaha pengolahan gula semut untuk dijalankan.
1.2. Perumusan Masalah
PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula
semut di Kabupaten Lebak. Perusahaan yang dimiliki oleh Bapak Andi Maulana
ini telah berdiri sejak tahun 2008 atau sekitar dua tahun yang lalu. Pada awal
pendiriannya, PD Saung Aren mampu memproduksi gula semut sebesar 8 ton per
bulan. Produksi gula semut di PD Saung Aren meningkat di tahun kedua menjadi
15 ton per bulan dan pada tahun 2010 ini produksinya mencapai 26 ton per bulan.
Meskipun jumlah produksinya meningkat setiap tahun, namun PD Saung Aren
tetap belum mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada. Permintaan yang
7
belum terpenuhi berasal dari trader dan supermarket yang berada di Jakarta, serta
konsumen langsung yang berada di Provinsi Banten.
PD Saung Aren memproduksi gula semut dalam dua kemasan yaitu
kemasan 40 kg dan kemasan 350 gram. Kedua kemasan gula semut ini dipasarkan
ke industri makanan seperti PT Indofood, PT Mayora, dan PT Gandum Mas
Kencana. Pemasarannya dilakukan secara langsung atau melalui trader yang ada
di daerah Jakarta. Jumlah produksi dan permintaan pasar atas gula semut di PD
Saung Aren dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-Rata Produksi per Bulan dan Rata-Rata Permintaan per Bulan
Gula Semut di PD Saung Aren tahun 2010
Jenis Produk Rata-Rata Produksi per
Bulan (ton)
Rata-Rata Permintaan
per Bulan (ton)
Gula semut kemasan 40 kg 26 78
Gula semut kemasan 350 gram 0,175 7 Sumber : PD Saung Aren (2010)
Tabel 5 menunjukkan bahwa kapasitas produksi perusahaan saat ini hanya
mampu memenuhi 30,7 persen dari jumlah permintaan pasar terhadap gula semut
PD Saung Aren. Dengan kata lain PD Saung Aren belum mampu memenuhi
permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar.
Tahun 2010 ini, PD Saung Aren mendapatkan tawaran dari salah satu
supermarket yaitu Hero untuk memasok gula semut kemasan 350 gram sebanyak
5 ton setiap bulannya. Namun, pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami
sebelumnya menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk melakukan
pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat ini belum
pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi dengan adanya
pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal
merupakan sumberdaya yang terbatas. Meskipun sudah ada investor yang bersedia
menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan
jaminan bahwa pengembangan usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan
yang lebih besar dari kondisi yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu
diperlukan analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula
semut ini untuk dijalankan.
Usaha pengolahan gula semut ini tidak lepas dari risiko yaitu adanya
perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha ini. Perubahan-
8
perubahan ini terjadi pada harga input dan harga output yang berfluktuasi. Input
yang paling banyak menghabiskan biaya adalah gula cetak yang merupakan bahan
baku utama dalam memproduksi gula semut. Hampir 95 persen dari total biaya
variabel yang dikeluarkan PD Saung Aren adalah untuk membeli gula cetak.
Adanya peningkatan harga gula cetak tentu akan mengubah kelayakan usaha
sehingga perlu dilakukan analisis sensivitas karena adanya perubahan harga gula
cetak. Harga output yaitu gula semut sampai saat ini cenderung berfluktuasi. Jika
terjadi penurunan harga gula semut, maka akan mempengaruhi kelayakan usaha
sehingga diperlukan adanya analisis sensitivitas terhadap penurunan harga gula
semut.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian, sebagai berikut:
1) Bagaimana kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren
dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan?
2) Bagaimana kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren
dilihat dari aspek finansial?
3) Bagaimana tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut di PD
Saung Aren apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini
peningkatan harga gula cetak dan penurunan harga gula semut?
1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan
penelitian ini adalah:
1) Mengkaji kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren
dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.
2) Menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren
dilihat dari aspek finansial.
3) Menganalisis tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut apabila
menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan harga cetak
dan penurunan harga gula semut.
9
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang
berkepentingan :
1) Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
2) Bagi PD Saung Aren, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan
informasi untuk bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional
usaha dan dalam membuat kebijakan pengembangan usaha lebih lanjut.
3) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk
mengembangkan dan mendukung usaha pengolahan gula semut di
Kabupaten Lebak.
4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pembaca, dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan
studi lanjutan, khususnya di bidang studi kelayakan bisnis.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji aspek-aspek non finansial
yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial dan ekonomi, aspek lingkungan serta aspek finansial. Hal ini dilakukan
untuk meneliti kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren yang
terletak di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
�
�
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gula Aren
Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan
salah satu rasa dasar, yaitu manis. Komponen utama dari gula adalah karbohidrat.
Jenis gula yang paling sering digunakan sehari-hari adalah kristal sukrosa padat.
Gula berfungsi untuk merubah rasa dan struktur makanan atau minuman. Saat ini
setidaknya dikenal tiga jenis gula yaitu gula tebu, gula bit, dan gula aren (BPTP
Banten 2005).
Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu
pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir (gula
tebu). Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian
dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Kekhasan gula aren dibandingkan
dengan gula lainnya adalah gula aren mengandung kadar sukrosa lebih tinggi
(84%), dibandingkan gula tebu (20%) dan gula bit (17%). Selanjutnya kandungan
nutrisi gula aren seperti kadar protein, lemak, kalium dan fosfor ternyata lebih
tinggi dibandingkan dengan gula tebu dan gula bit. Sebagai bahan komparasi,
Tabel 6 memperlihatkan kandungan beberapa zat penting dalam komoditas gula
yang berasal dari sumber bahan baku yang berbeda.
Tabel 6. Komposisi Kimia Gula Aren, Gula Kelapa, dan Gula Siwalan (per 100
gram)
No. Sifat Kimia Gula Aren
(%)
Gula Kelapa
(%)
Gula Siwalan
(%)
1. Kadar air 9,16 10,32 8,61
2. Sukrosa 84,31 71,89 76,85
3. Gula pereduksi 0,53 3,70 1,66
4. Lemak 0,11 0,15 0,19
5. Protein 2,28 0,06 1,04
6. Total Mineral 3,66 5,04 3,15
7. Kalsium 1,35 1,64 0,86
8. Fosfor (P2O5) 1,37 0,06 0,01 Sumber : BTPN Banten (2005)
Proses pembuatan gula aren terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap
penyaringan nira dari kotoran, pemasakan, dan pencetakan.
11�
1) Penyaringan Nira dari Kotoran
Seharusnya nira yang diperoleh dari pohon aren segera diperiksa derajat
keasamannya (pH). Nira aren dengan pH 6-7 masih baik untuk diolah menjadi
gula aren. Sebelum dimasak, nira perlu disaring terlebih dahulu untuk
menghilangkan kotoran. Penyaringan dilakukan dua kali, pertama penyaringan
terhadap kotoran kasar seperti ranting, daun dan serangga, serta kedua
penyaringan terhadap kotoran halus yang dilakukan pada saat proses pemasakan
dimana kotoran terkumpul di permukaan.
2) Pemasakan
Pemasakan dilakukan diatas penggorengan di atas tungku api dengan
bahan bakar kayu. Hal penting yang perlu dilakukan selama proses pemasakan
adalah penyaringan kotoran halus yang dapat dilakukan dengan menggunakan
serokan. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau
minyak kelapa dengan perbandingan 10 gram minyak kelapa per 25 liter nira.
Tujuannya agar buih nira tidak sampai meluap keluar penggorengan atau wajan.
Untuk menguapkan air dalam nira diperlukan waktu pemasakan 3-4 jam.
Selama pemasakan dijaga agar asap tidak masuk ke dalam bahan, untuk
menghindari warna gula aren menjadi gelap. Apabila nira yang dimasak sudah
kental, secara perlahan-lahan api dikecilkan untuk menurunkan panas sambil
diaduk agar tidak gosong. Untuk mengetahui kemasakan nira biasanya dilakukan
dengan cara meneteskan nira ke dalam air dingin. Apabila tetesan nira tesebut
meluncur dengan panjang 2 cm, berarti nira sudah masak.
3) Pencetakan
Dalam proses pencetakan, biasanya kojor (tempat untuk mencetak gula
aren) direndam terlebih dahulu dalam air untuk memudahkan pelepasan gula
nantinya, kemudian pekatan nira diaduk dan selanjutnya dituangkan ke dalam
cetakan tersebut. Pelepasan gula dari cetakan dilakukan setelah gula mencapai
suhu kamar.
2.2. Gula Semut
Gula semut adalah gula aren yang berbentuk butiran halus. Butirannya
lebih halus dari gula pasir bahkan mirip seperti pasir rumah semut, oleh karena itu
disebut “gula semut”. Sebagai pemanis, gula semut ini memiliki keunggulan
12�
dibandingkan gula cetak. Gula semut bersifat kering karena kadar airnya yang
rendah sehingga gula semut bisa bertahan hingga dua tahun. Aroma, rasa, dan
warna gula semut relatif seragam. Gula semut memiliki tampilan yang lebih
menarik karena dapat dikemas dalam berbagai bentuk dan ukuran. Gula semut
memiliki bentuk yang lembut dan mudah larut dalam air sehingga sering
digunakan sebagai bahan baku industri makanan olahan maupun konsumsi rumah
tangga. Mutu dan penampilan gula semut yang lebih baik dibandingkan gula cetak
mendukung untuk menembus pasar dalam negeri dan pasar ekspor dengan nilai
jual yang lebih tinggi dari pada gula cetak (Forum Pengembangan Kemitraan,
diacu dalam Gunawan 1997).
Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak. Perbedaannya
adalah gula semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula cetak.
Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan.
Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara
perlahan sampai terjadi pengkristalan. Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan
dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang
disebut dengan gula semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5 persen.
Gula semut setengah jadi, kemudian dikirim kepada produsen gula semut skala
industri kecil di masing-masing sentra produksi. Secara garis besar alur proses
produksi gula aren oleh pengrajin dapat dilihat pada Gambar 2.
Industri kecil gula semut yang terdapat di beberapa sentra industri gula
aren menerima gula semut setengah jadi dari pengrajin. Gula semut setengah jadi
dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk
menghaluskan gula yang masih menggumpal.
Setelah penggilingan, gula semut diayak sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus
20 mesh dengan kadar air di bawah 3 persen. Untuk memperoleh tiga tingkat
kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran
yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos
pada ayakan ini, yang disebut dengan gula reject. Gula reject tersebut kemudian
dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula
cetak.
13�
Gambar 2. Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut
oleh Petani Sumber : BPTP Banten (2005)
Gula semut hasil ayakan pertama, kemudian diayak kembali dengan
ayakan ukuran yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga ukuran ayakan yang
terkecil. Jumlah produksi gula semut dengan tiga jenis kehalusan ini disesuaikan
dengan permintaan pasar.
Selanjutnya, gula semut dengan tiga ukuran ayakan tersebut kemudian
dijemur di bawah panas matahari hingga kadar airnya mencapai di bawah 3
persen. Jika tidak ada sinar matahari, proses pengeringan dapat dilakukan
menggunakan alat pengering, misalnya oven pemanas. Gula semut yang sudah
kering kemudian dikemas dalam kemasan karung untuk dikirim kepada industri
makanan atau pedagang besar dan dengan kemasan plastik untuk dipasarkan.
Secara garis besar alur proses produksi gula aren oleh sentra industri dapat
dilihat pada Gambar 3.
14�
Gambar 3. Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut Oleh Sentra Industri Sumber : BPTP Banten (2005)
2.3. Industri Pengolahan
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, mengubah barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih nilainya. Termasuk kedalam kegiatan ini
adalah perusahaan yang melakukan jasa industri dan pekerja perakitan (BPS 2007,
diacu dalam Musarofah 2009).
Industri pengolahan digolongkan menjadi empat golongan yaitu
industri/usaha besar, industri/usaha menengah, industri/usaha kecil, dan industri/
usaha mikro. Sampai saat ini belum ada definisi maupun kriteria baku mengenai
usaha mikro, kecil dan menengah. Masing-masing institusi atau lembaga
pemerintah mempunyai kriteria berbeda terhadap UMKM di Indonesia5)
.
Berdasarkan pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, dijelaskan
mengenai kriteria UMKM berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan total
penjualan per tahun.
��������������������������������������������������������������
Anonim. 2008. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. http://usaha-
umkm.blog.com/tag/ciri-ciri-umkm/ [Diakses tanggal 30 Mei 2010]��
15�
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
− Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
− Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah)..
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
− Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
− Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
− Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
− Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal
29 Januari 2003, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau
perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat
mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,00. Ciri-ciri usaha
mikro adalah sebagai berikut:
a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti;
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai;
16�
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah
akses ke lembaga keuangan non bank;
g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha
produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari
bank maksimal di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri usaha kecil adalah sebagai
berikut:
a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah;
b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha;
d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;
f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti
business planning.
Berdasarkan Inpres No.10 tahun 1998, usaha menengah adalah usaha
bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar
Rp 10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah). Ciri-ciri usaha menengah adalah sebagai berikut:
17�
a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,
lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara
lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi
dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin
usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan
terdidik.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian
yang berhubungan dengan topik dan produk yang dipilih dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, penelitian yang menjadi rujukan adalah penelitian mengenai
kelayakan usaha dan gula aren.
2.4.1. Penelitian Terdahulu mengenai Kelayakan Usaha
Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama kelayakan pada usaha
pengolahan produk tertentu telah dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan
objek kajian atau produk yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Debie Natalia Francisca Fausta Napitupulu pada tahun 2009 yang
berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis
dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul).
Analisis kelayakan ini dilakukan karena CV WPIU akan melakukan
pengembangan usaha dengan memasok jus dan sirup belimbing manis dan jambu
biji merah ke supermarket. Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-
aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
sosial dan lingkungan serta aspek hukum menunjukkan bahwa usaha yang
dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis kelayakan
finansial tingkat diskonto 14 persen menunjukan nilai NPV positif sebesar
18�
Rp.292.938.966, Net B/C sebesar 3,09, nilai IRR sebesar 48,95 persen, Payback
Period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau 3 tahun 7 bulan 4 hari, dan layak
untuk dijalankan dengan tingkat diskonto yang ada. Sedangkan hasil analisis
switching value dengan tingkat diskonto 14 persen menunjukan bahwa usaha ini
menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami
kenaikan melebihi 18,84 persen, harga botol jus mengalami kenaikan melebihi
20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, dan penurunan
penjualan sirup lebih dari 10,48 persen.
Penelitian Siti Munawarohtul Musarofah pada tahun 2009 menganalisis
kelayakan usaha pengolahan nugget ikan (Kasus pada Usaha Pengolahan Nugget
Ikan Putra Barokah, Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang,
Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non
finansial yaitu aspek komersial, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen,
aspek sosial lingkungan dan aspek ekonomi menunjukkan bahwa usaha yang
dijalankan layak untuk dilaksanakan. Peneliti membuat dua skenario pada analisis
finansial. Skenario I merupakan usaha yang saat ini sedang dijalankan yaitu usaha
pengolahan nugget ikan yang berada di Desa Blanakan dengan skala usaha
berdasarkan pada kondisi saat ini. Sedangkan skenario II merupakan
pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi 1.747
kemasan per hari. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha ini
layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Pada skenario I diperoleh
NPV sebesar Rp 128.253.816, Net B/C sebesar 5,08, nilai IRR sebesar 89 persen,
Payback Period yang diperoleh adalah 2,15 tahun. Sedangkan skenario II
menghasilkan NPV sebesar Rp. 309.706.718, Net B/C sebesar 6,00, nilai IRR
sebesar 98 persen, Payback Period yang diperoleh adalah 2,53 tahun. Hasil
analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kedua skenario tidak layak saat
menghadapi penurunan penjualan sebesar 46 persen, sementara saat menghadapi
perubahan berupa kenaikan harga kemasan sebesar 64,7 persen menunjukkan
bahwa skenario I tidak layak untuk dijalankan sedangkan skenario II masih layak
untuk dijalankan. Analisis switching value menunjukkan bahwa perubahan
penurunan penjualan yang masih dapat diterima agar usaha layak untuk dijalankan
pada skenario I adalah sebesar 13,22709 persen sedangkan pada skenario II adalah
19�
sebesar 10,475618439 persen. Perubahan berupa kenaikan harga kemasan yang
masih dapat diterima pada skenario I adalah sebesar 51,034158 persen dan pada
skenario II adalah 66,677150637 persen.
Rustiana (2008) menganalisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga
(Mangifera Indica L.) (studi kasus pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor,
Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat). Hasil penelitian
menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa usaha
pengolahan puree mangga layak untuk dilaksanakan. Pada aspek finansial
diperoleh NPV sebesar Rp. 346.825.522,00, Net B/C sebesar 6,14, nilai IRR
sebesar 87,26 persen, dan Payback Period yang lebih singkat dari umur usaha
selama 10 tahun yaitu 2 tahun, 1,6 bulan. Dengan demikian dari aspek finansial
usaha pengolahan puree mangga layak untuk dilaksanakan. Analisis switching
value menunjukkan bahwa usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk
dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan
maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun sebesar
15,08664 persen, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal
sebesar 31,896 persen.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Musarofah
(2009) adalah pembuatan dua skenario di analisis finansial yang menganalisis
kondisi perusahaan saat ini dan rencana pengembangan usaha yang akan
dilakukan. Pada penelitian Rustiana (2008) fokus untuk menganalisis kondisi
perusahaan saat ini sedangkan penelitian Napitupulu (2009) hanya menganalisis
pengembangan usahanya saja. Aspek non finansial yang dikaji Musarofah (2009)
sama dengan penelitian ini, yaitu meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan.
Semua kriteria investasi untuk menganalisis aspek finansial yang digunakan
dalam penelitian ini, digunakan pula dalam penelitian Napitupulu (2009)
Musarofah (2009) dan Rustiana (2008) seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback
Period. Untuk mengetahui alternatif kemungkinan hasil analisis kelayakan yang
telah diperoleh sehubungan dengan kemungkinan terjadinya perubahan atas
komponen yang menyangkut pelaksanaan usaha, Napitupulu (2009) dan Rustiana
20�
(2008) menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis switching value,
namun Musarofah (2009) menambahkan satu analisis lagi yaitu analisis
sensitivitas. Terdapat perbedaan dalam pemilihan variabel yang akan dianalisis
dalam switching value. Pada Napitupulu (2009) dan Musarofah (2009) variabel
yang dipilih dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input dan
penurunan volume penjualan, pada Rustiana (2008) variabel yang dipilih dalam
analisis switching value adalah kenaikan harga input, penurunan harga output dan
penurunan volume penjualan, sedangkan pada penelitian ini variabel yang dipilih
dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input dan penurunan harga
output.
2.4.2. Penelitian Terdahulu mengenai Gula Aren
Tinjauan yang digunakan dalam penelitian ini juga harus merujuk pada
penelitian terdahulu mengenai produk yang sama yaitu gula aren. Ada beberapa
peneliti yang menganalisis mengenai gula aren namun dengan kajian yang
berbeda.
Nurani (2008) meneliti tentang Analisis Usaha Pengolahan Gula Merah
Aren di Desa Sukamurni Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Jawa Barat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah yang
diperoleh pengrajin gula merah aren berdasarkan status kepemilikan pohon,
menganalisis saluran pemasaran, pelaksanaan fungsi pemasaran gula merah aren
yang terjadi di setiap lembaga pemasaran di Desa Sukamurni serta efisiensi
pemasaran gula merah aren yang terjadi di Desa Sukamurni. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula merah aren yang dikembangkan oleh
pemilik sekaligus penyakap telah efisien. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rasio
R/C baik atas biaya tunai maupun biaya total lebih dari satu. Nilai rasio R/C atas
biaya total yang diperoleh pemilik sekaligus penggarap yaitu 1,81 dan penyakap
yaitu 1,89. Sementara itu, pemilik sekaligus penggarap dan penyakap memperoleh
nilai rasio R/C atas biaya tunai yang sama besar yaitu 35,56.
Nilai tambah yang diterima pemilik sekaligus penggarap yaitu Rp. 808,73
per liter nira sedangkan penyakap sebesar Rp. 776,27 per liter nira. Baik pada
pemilik sekaligus penggarap maupun penyakap nilai tambah tersebut sebagian
besar didistribusikan untuk keuntungan usaha. Marjin yang diperoleh pemilik
21�
sekaligus penggarap memberikan balas jasa terhadap pendapatan kerjanya sebesar
23,04 persen, bagi keuntungan perusahaan 65,03 persen dan sisanya sebesar 11,93
persen merupakan bagian input lain. Sementara itu penyakap mendistribusikan
marjin yang diperolehnya terhadap tenaga kerja sebesar 11,81 persen, keuntungan
perusahaan sebesar 75,92 persen, dan 12,26 persen bagi sumbangan input lain.
Hal ini menunjukkan usaha pengolahan gula merah aren sangat menunjang bagi
kehidupan ekonomi pengrajian.
Di daerah penelitian ditemukan sembilan alternatif saluran pemasaran
untuk menyalurkan gula merah aren dari pengrajin sampai ke konsumen akhir
yang melibatkan tujuh lembaga pemasaran yaitu perajin, tengkulak, pedagang
pengecer, pedagang besar antar kota (PBAK), pedagang di pasar Bojong Loa dan
di pasar Ciawitali, supermarket yang berada di Kabupaten Garut. Saluran
pemasaran yang paling efisien untuk menyalurkan gula merah aren adalah saluran
pemasaran lima dengan total marjin dan biaya pemasaran yang paling rendah.
Selain itu pada saluran pemasaran ini bagian harga yang dibayar konsumen dapat
dinikmati seluruhnya oleh perajin.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Nurani (2008) terletak
pada tujuan penelitian dan alat analisis yang digunakan. Tujuan dari penelitian
terdahulu adalah untuk menganalisis tingkat efisiensi dari usaha pengolahan gula
aren dengan menggunakan Return Cost Ratio (R/C) sebagai alat analisisnya serta
menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari usaha pengolahan aren ini.
Sedangkan pada penelitian ini, tujuan penelitian adalah untuk menganalisis
kelayakan usaha baik dari aspek finansial maupun non finansial serta
mengantisipasi risiko perubahan harga input dan outpun dengan menggunakan
analisis switching value sebagai alat analisisnya.
Gunawan (1997) meneliti tentang Perspektif Sosiobudaya Perajin Gula
Aren Semut (Studi Kasus Desa Padasuka Kecamatan Cibinong Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas perajin
gula aren semut dalam upaya berinteraksi dengan lingkungan hidupnya dari aspek
sosiobudaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak dulu tataniaga gula aren
didominasi oleh para Bandar yang menyebabkan posisi tawar para perajin menjadi
lemah akibat sistem ijon. Saat ini kegiatan menyadap dan membuat gula sudah
22�
menjadi rutinitas pekerjaan sehari-hari bagi perajin gula aren di Desa Padasuka.
Tahap perkembangan orientasi nilai budaya perajin gula aren menunjukkan
perkembangan yang positif, hal ini ditandai hakekat hidup pengrajin yang
mengarah pada optimis, hakekat karya yang berorientasi pada prestasi, orientasi
masa depan, menyelaraskan pada alam dan menguasainya, serta berjiwa gotong
royong. Sebagian besar perajin berperilaku partisipatif secara moral terhadap
program gula semut, hanya sedikit sekali perajin yang berperilaku secara alienatif.
Sedangkan perajin yang berperilaku secara kalkulatif lebih bersifat laten dengan
beralih ke gula cetak sambil menunggu perbaikan sistem.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) terletak
pada topik penelitian. Perbedaan topik penelitian ini menyebabkan tujuan dari
penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) pun berbeda. Persamaan antara
penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) terletak pada kesamaan produk
yang diteliti, yaitu gula semut.
Secara ringkas penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian dapat
dilihat pada Tabel 7.
23�
Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian
Nama Tahun Judul Beda Penelitian Terdahulu Metode
Analisis
Napitupulu 2009 Analisis Kelayakan
Usaha Pembuatan Jus
dan Sirup Belimbing
Manis dan Jambu Biji
(Studi Kasus CV Winner
Perkasa Indonesia
Unggul)
Dalam penelitian ini objek
kajian yang akan di bahas
adalah jus dan sirup
belimbing manis dan jambu
biji. Pada aspek finansial
dianalisis kelayakan rencana
pengembangan usaha
NPV, IRR,
PBP, NET
B/C,
Analisis
Switching
Value
Musarofah 2009 Analisis Kelayakan
Usaha Pengolahan
Nugget Ikan (Kasus pada
Usaha Nugget Ikan Putra
Barokah, Desa Blanakan,
Kecamatan Blanakan,
Kabupaten Subang, Jawa
Barat)
Dalam penelitian ini objek
kajian yang akan dibahas
adalah nugget ikan
NPV, IRR,
PBP, NET
B/C,
Analisis
Sensitivitas,
Analisis
Switching
Value
Rustiana 2008 Analisi Kelayakan Usaha
Pengolahan Puree
Mangga (Mangifera
Indica L.) (Studi Kasus
pada CV. Promindo
Utama, Desa Losari Lor,
Kecamatan Losari,
Kabupaten Cirebon,
Jawa Barat)
Dalam penelitian ini objek
kajian yang akan dibahas
adalah puree mangga. Pada
aspek finansial dianalisis
kondisi perusahaan saat ini
NPV, IRR,
PBP, NET
B/C,
Analisis
Switching
Value
Nurani 2008 Analisis Usaha
Pengolahan Gula Merah
Aren di Desa Sukamurni
Kecamatan Cilawu
Kabupaten Garut Jawa
Barat
Penelitian ini menganalisis
pendapatan dan nilai tambah
yang diperoleh pengrajin gula
merah aren berdasarkan
status kepemilikan pohon,
menganalisis saluran
pemasaran, pelaksanaan
fungsi pemasaran gula merah
aren yang terjadi di setiap
lembaga pemasaran serta
efisiensi pemasaran gula
merah aren
R/C Ratio,
Nilai
Tambah,
Marjin
pemasaran
Gunawan 1997 Perspektif Sosiobudaya
Perajin Gula Aren Semut
(Studi Kasus Desa
Padasuka Kecamatan
Cibinong Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat)
Penelitian ini menganalisis
aktivitas perajin gula aren
semut dalam upaya
berinteraksi dengan
lingkungan hidupnya dari
aspek sosiobudaya.
Analisis
secara
kuantitatif
dalam
bentuk tabel
frekuensi
dan tabulasi
silang, serta
analisis
kualitatif
dalam
bentuk
analisis
deskriptif
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek
Gray et al. (2007) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan
berbagai sumber daya untuk mendapatkan benefit. Proyek merupakan suatu
kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan
memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit.
Nurmalina et al. (2009) mendefinisikan studi kelayakan bisnis atau proyek
sebagai penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi
memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Banyak peluang dan
kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian
sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila
bisnis dilakukan. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), studi kelayakan
proyek adalah suatu penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya
proyek investasi), dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini
mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian
yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas.
Artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih
berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak
pemerintah atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bisa berarti
mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas seperti penyerapan tenaga kerja,
pemanfaatan sumber daya yang melimpah, penghematan devisa, ataupun
penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah.
Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang
dijalankan. Menurut Nurmalina et al. (2009) pihak yang membutuhkan studi
kelayakan antara lain :
25
1. Investor
Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu
proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat keuntungan
yang diharapkan).
2. Kreditur (Bank)
Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk
memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan
proyek.
3. Analis
Digunakan analis sebagai penunjang kelancaran tugas-tugas dalam
melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis baru,
pengembangan bisnis atau menilai kembali bisnis yang sudah ada.
4. Masyarakat
Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan dan perekonominan rakyat baik yang terlibat langsung maupun
muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya binis
tersebut.
5. Pemerintah
Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi
perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang diberikan
proyek tersebut
Studi kelayakan proyek bertujuan untuk menghindari keterlanjuran
penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan. Meskipun studi kelayakan akan memakan biaya, tetapi biaya
tersebut relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu
proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar.
3.1.2. Aspek Studi Kelayakan
Menurut Husnan dan Muhammad (2000) secara umum aspek-aspek yang
diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. untuk
menentukan layak atau tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek.
26
Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki suatu standar tertentu. Namun,
penilaian tidak hanya dilakukan pada hanya satu aspek saja. Penilaian untuk
menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai,
tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa
saran perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak
dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan.
3.1.2.1. Aspek pasar
Aspek pasar merupakan aspek penting yang terlebih dahulu harus
dianalisis sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu
usaha. Kelayakan aspek pasar akan sangat berkaitan dengan besarnya penerimaan
yang akan diperoleh dalam usaha, karena aspek ini akan menentukan besarnya
penekanan biaya pemasaran dan peningkatan nilai jual output yang dapat
diupayakan.
Analisis aspek pasar pada studi kelayakan mencakup permintaan,
penawaran, harga, program pemasaran, dan prakiraan penjualan yang bisa dicapai
perusahaan (Nurmalina et al. 2009). Pada permintaan mengkaji secara total
ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan, dan proyeksi
permintaan. Pada penawaran mengkaji dari dalam negeri maupun luar negeri,
bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang
akan datang. Pada harga mengkaji perbandingan dengan produk saingan yang
sekelas dan apakah ada kecenderungan perubahan harga atau tidak. Program
pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran
pemasaran (marketing mix) serta market share yang bisa dikuasai perusahaan atau
dapat diserap oleh bisnis dari keseluruhan pasar potensial yang merupakan
keseluruhan jumlah produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu.
3.1.2.2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek
tersebut selesai dibangun (Husnan & Muhammad 2000). Analisis aspek teknis
akan memberikan batasan-batasan lingkup proyek secara kuantitatif terutama pada
perkiraan dan jadwal.
27
Menurut Husnan dan Muhammad (2000) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam aspek teknis diantaranya lokasi proyek, skala operasi/luas
produksi, pemilihan mesin dan equipment, proses produksi dan layout, dan
pemilihan teknologi.
1) Lokasi bisnis
Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
lokasi bisnis. Variabel tersebut dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu
variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke
dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya
dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output atau
proyek bersangkutan.
Variabel-variabel utama (primer) yang secara teknis harus
dipertimbangkan antara lain sebagai berikut:
• Ketersediaan bahan mentah
Bila suatu perusahaan membutuhkan bahan mentah dalam jumlah yang besar
dan bahan mentah merupakan komponen yang sangat penting dari keseluruhan
proses operasi perusahaan, maka ketersediaan bahan baku menjadi variabel
yang cukup penting dalam penentuan lokasi bisnis. Oleh karena itu perlu
diketahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan, kelayakan harga bahan baku,
kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku, serta biaya
pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku diproses.
• Letak pasar yang dituju
Pada perusahaan-perusahaan dengan skala yang tidak terlalu besar atau industri
barang-barang konsumtif memilih menempatkan fasilitas produksinya di
daerah yang dekat dengan pemasaran. Tujuannya adalah untuk memperpendek
jaringan distribusi produk sehingga cepat sampai ke tangan konsumen. Oleh
karena itu perlu diketahui informasi mengenai daya beli konsumen, pesaing,
dan analisis pasar lainnya.
• Tenaga listrik dan air
Pada perusahaan yang menggunakan listrik dalam jumlah besar perlu
mempertimbangkan ketersediaan tenaga listrik dalam menentukan lokasi
28
bisnis. Begitu pula dengan perusahaan yang menggunakan banyak air, perlu
mempertimbangkan ketersediaan air dalam menentukan lokasi bisnisnya.
• Supply tenaga kerja
Ketersediaan tenaga kerja baik terdidik maupun terlatih akan berpengaruh
terhadap biaya produksi yang ditanggung perusahaan. Oleh karena itu variabel
ini menjadi penting dalam menentukan lokasi bisnis.
• Fasilitas transportasi
Fasilitas transportasi berkaitan erat dengan pertimbangan bahan baku dan
pertimbangan pasar. Jika lokasi berdekatan dengan sumber bahan baku, maka
pertimbangan utama adalah transportasi menuju pasar.
Sedangkan variabel-variabel bukan utama (sekunder) yang juga perlu
mendapat perhatian dalam pemilihan lokasi bisnis antara lain hukum dan
peraturan yang berlaku baik di Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana
lokasi, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat),
dan perencanaan masa depan perusahaan dalam kaitannya dengan perluasan
bisnis.
2) Skala Operasional dan Luas Produksi
Skala operasional atau luas produksi adalah jumlah produk yang
seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan,
persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola
proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan
adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
Secara sederhana luas produksi ditentukan oleh kemungkinan market
share yang dapat diraih dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dari peralatan
yang dimiliki. Namun demikian terdapat beberapa metode yang dipakai untuk
menentukan luas produksi minimal, salah satunya adalah pendekatan Break Event
Point (BEP).
BEP(unit)= ���������������
� ���������������������������������������
3) Layout atau Tata Letak Alur Produksi
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian pengertian
29
layout mencakup layout site (layout lokasi proyek), layout pabrik, layout
bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Kriteria yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi layout pabrik yaitu adanya konsistensi dengan teknologi
produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses
yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan melakukan ekspansi,
meminimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk
keselamatan tenaga kerja.
4) Proses Produksi
Terdapat tiga jenis proses produksi yaitu 1) proses produksi yang terputus-
putus (intermiten), 2) kontinu, dan 3) kombinasi. Sistem yang kontinu akan
mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi hargadan efektivitas tenaga kerja
yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. Umumnya proses produksi
kontinu menggunakan mesin-mesin dengan teknologi yang lebih baik (Ahmad
2003, diacu dalam Nurmalita et al.2009)
5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan (Equipment)
Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penentuan jenis teknologi dan
peralatan antara lain seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat
ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan mentah yang
digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang
memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk
(tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan
kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan
dipilih sebagai akibat keusangan.
3.1.2.3. Aspek Manajemen dan Hukum
Analisis manajerial sangat diperlukan agar rancangan dan pelaksanaan
proyek dapat berjalan dengan baik. Pengkajian aspek manajeman pada dasarnya
adalah menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek
yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang
profesional mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap
pengendaliannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur
organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya.
30
Menurut Husnan dan Muhammad (2000) hal-hal yang dipelajari dalam
aspek manajemen yaitu manajemen dalam masa pembangunan proyek dan
manajemen dalam operasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen
masa pembangunan proyek, yaitu pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian
proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-masing aspek. Sedangkan hal-hal
yang perlu diperhatikan manajemen dalam operasi adalah bentuk organisasi atau
badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan,
anggota direksi, dan tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan
Analisis aspek hukum meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan
dengan mempertimbangkan kekuatan hukum dan konsekuensinya, dan
mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan
sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Adapun tujuan
dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan
keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Hal ini sangat penting mengingat
sebelum usaha tersebut dijalankan, segala prosedur yang berkaitan dengan izin-
izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi.
3.1.2.4. Aspek Sosial dan Ekonomi
Analisis terhadap aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan merupakan suatu
analisis yang berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi
yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial tersebut harus
dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan ketanggapan suatu proyek
terhadap keadaan sosial yang terjadi. Aspek sosial yang dinilai antara lain
pengaruh proyek terhadap perluasan kesempatan kerja atau pengurangan
pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan pengaruh proyek tersebut
terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari aspek ekonomi akan dinilai apakah
suatu bisnis mampu memberikan peluang bagi peningkatan pendapatan
masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah
aktivitas ekonomi.
3.1.2.5. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap
lingkungan. Apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin
31
baik atau semakin rusak. Selain itu dinilai pula bagaimana dampak limbah proyek
terhadap lingkungan sekitar.
3.1.2.6. Aspek Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama
umur proyek (Husnan & Muhammad 2000). Penelitian dalam aspek finansial
dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar
biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian juga meneliti seberapa besar
pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi
lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan
tingkat suku bunga yang berlaku. Sehingga jika dihitung dengan formula penilaian
investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam
penelitian aspek ini antara lain :
1) Biaya Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja
Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli
aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap
yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Oleh
karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang
digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi
tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis proyek
yang akan dijalankan. Secara umun komponen biaya kebutuhan investasi terdiri
dari biaya prainvestasi dan biaya pembelian aktiva tetap. Aktiva tetap atau aktiva
jangka panjang terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan
perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya.
Biaya modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja bruto atau modal
kerja netto. Modal kerja bruto merupakan semua investasi yang dipergunakan
untuk aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang, dan
persediaan. Sedangkan modal kerja netto merupakan selisih antara aktiva lancar
dengan utang jangka pendek. Yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah aktiva
yang untuk berubah menjadi kas memerlukan waktu yang pendek, kurang dari
satu tahun atau satu siklus produksi. Dibandingkan biaya modal netto, biaya
32
modal bruto lebih sering digunakan dalam analisis kelayakan (Husnan &
Muhammad 2000).
2) Sumber-Sumber Dana
Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang
ada, seperti modal sendiri, modal pinjaman, dan gabungan keduanya. Pilihan
apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan dari
keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan
pengusaha. Pada dasarnya pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih
sumber dana yang ada pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya
terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek atau perusahaan yang
mensponsori proyek tersebut (artinya jangka waktu pengembalian sesuai dengan
jangka waktu penggunaan dana).
Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari modal sendiri yang disetor
oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham atau saham preferan di pasar modal,
obligasi yang diterbitkan oleh penjual dan dijual di pasar modal, kredit bank,
leasing (sewa guna) dari lembaga keuangan nonbank, dan project finance (Husnan
& Muhammad 2000).
3) Aliran Kas (Cash Flow)
Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang
masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga
menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian
akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi investor
adalah kas bukan laba.
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat dikelompokkan
dalam tiga bagian, yaitu aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas
operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow).
Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan aliran kas
permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek disebut aliran kas
operasional. Sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika
proyek berakhir. Pada umumnya initial cash flow bernilai negatif, sedangkan
33
operational dan terminal cash flow bernilai positif. Aliran-aliran kas ini
dinyatakan dengan dasar setelah pajak (Husnan & Muhammad 2000).
3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat
Dalam analisis proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan definisi
biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi
suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan
(Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau
korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima.
Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya
bersifat jangka panjang, seperti : tanah, bangunan, pabrik, mesin.
2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti : biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja.
3) Biaya lainnya yaitu pajak, bunga dan pinjaman.
Manfaat dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat dapat dibedakan menjadi :
1) Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan
nilai output, fisik, dan atau dari penurunan biaya.
2) Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyek
tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa
adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya
dynamic secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga
kerja yang disebabkan oleh keahlian.
3) Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible
effect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi
pendapatan, dan lainnya.
34
Gambar 4. Kurva Biaya Manfaat
3.1.4. Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaanya terletak pada konsep Time Value of Money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan
suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima (Gittinger 1986).
Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa
sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat sekarang (present value)
lebih disenangi daripada jumlah yang sama jika tersedia pada masa yang akan
datang (future value). Inilah yang dinamakan sebagai time preferred dan berlaku
untuk setiap orang ataupun masyarakat secara keseluruhan (Gray et al. 2007).
Terdapat beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu :
1) Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang
diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV
juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan
��� ���
���
����
Q
����
35
oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga
yang relevan.
2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net Benefit and Cost ratio (net B/C Ratio) menyatakan besarnya
pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan
selama umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present
value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang
negatif.
3) Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value
kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan
Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0). Gittinger (1986) menyebutkan
bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi
perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen..
Hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 5.
NPV
0 I = Discount Rate (%)
Gambar 5. Hubungan Antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al. (2009)
4) Payback Period (PP)
Payback Period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode
dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur
periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat
kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang
kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain.
IRR
36
3.1.5. Analisis Switching Value
Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena
dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi
pengeluaran. Perubahan-perubahan tersebut akhirnya akan mempengaruhi tingkat
kelayakan suatu proyek sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas. Analisis
sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan proyek yang telah
dilakukan (Gittinger, 1986). Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah
suatu unsur atau mengkombinasikan perubahan beberapa unsur dan menentukan
pengaruh dari perubahan pada hasil semula.
Analisis switching value merupakan salah satu pendekatan dari analisis
sensitivitas. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan maksimum dari
perubahan suatu komponen inflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya
produksi) atau perubahan komponen outflow (penurunan harga output, penurunan
produksi) yang dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak untuk
dijalankan. Analisis ini menunjukkan sampai berapa persen perubahan yang
terjadi pada variabel (yang diduga bisa menyebabkan perubahan) sampai
menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net B/C sama dengan satu, dan
nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku sehingga proyek
dikatakan masih tetap layak untuk dijalankan. Analisis switching value dapat
dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh
terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow dan outflow.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu tanaman
perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan
dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Pohon aren memiliki
potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan
keuntungan finansial. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari
lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling
besar nilai ekonomisnya. Propinsi Banten merupakan salah satu dari sepuluh besar
Propinsi penghasil aren di Indonesia. Pada tahun 2008 sekitar 76 persen dari luas
area pohon aren yang ada di Propinsi Banten berada di Kabupaten Lebak. Hal
inilah yang menjadikan Kabupaten Lebak sebagai sentra pengembangan aren di
37
Propinsi Banten dan ditetapkannya produk gula aren sebagai komoditas inti
daerah Kabupaten Lebak oleh Kementrian Perdagangan RI. Sebagian besar sentra
gula aren di Kabupaten Lebak menghasilkan gula aren dalam bentuk gula cetak,
dan hanya sebagian kecil yang membuat gula semut. Dari 44 sentra gula aren di
Kabupaten Lebak, hanya 6 usaha yang melakukan pengolahan gula aren menjadi
gula semut.
PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula
semut di Kabupaten Lebak. Jumlah permintaan pasar terhadap gula semut PD
Saung Aren meningkat setiap tahunnya. Sampai saat ini PD Saung Aren belum
mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar.
Tahun 2010 ini, PD Saung Aren mendapatkan tawaran dari salah satu
supermarket yaitu Hero untuk memasok gula semut kemasan 350 gram sebanyak
5 ton setiap bulannya. Namun, pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami
sebelumnya menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk melakukan
pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat ini belum
pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi dengan adanya
pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal
merupakan sumberdaya yang terbatas. Meskipun sudah ada investor yang bersedia
menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan
jaminan bahwa pengembangan usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan
yang lebih besar dari kondisi yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu
diperlukan analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula
semut ini untuk dijalankan.
Kriteria kelayakan ditinjau dari aspek non finansial dan aspek finansial.
Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Variabel-variabel
aspek pasar meliputi potensi pasar dan strategi pemasaran. Analisis terhadap
aspek teknis meliputi lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan
pemilihan jenis teknologi. Analisis aspek manajemen dan hukum meliputi
manajemen sumber daya manusia, bentuk organisasi, dan struktur organisasi
usaha. Analisis terhadap aspek sosial dan ekonomi serta lingkungan mengkaji
pengaruh negatif dan positif dari usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren
38
terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dilihat dari sisi sosial, ekonomi dan
lingkungan.
Sedangkan aspek finansial terdiri dari analisis finansial dan analisis
sensitivitas. Pengukuran analisis finansial menggunakan kriteria kelayakan
investasi NPV, IRR, Net B/C Rasio, dan Payback period. Analisis finansial
menerapkan dua skenario perhitungan. Analisis kelayakan finansial skenario I
didasarkan pada kondisi usaha yang dijalankan saat ini dengan kapasitas produksi
sebesar 26,175 ton per bulan. Analisis kelayakan finansial skenario II mengacu
pada kondisi pengembangan usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi
menjadi 31,18 ton per bulan dengan menambah satu unit mesin kemasan dan
menambah 2 orang karyawan produksi untuk memenuhi seluruh permintaan dari
supermarket yaitu Hero.
Pada pengukuran analisis sensitivitas menggunakan metode nilai
pengganti (switching value) untuk melihat batas kelayakan dari usaha jika terjadi
perubahan pada variabel harga bahan baku dan harga output. Hasil penelitian
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi mengenai
pelaksanaan usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren selanjutnya. Kerangka
operasional penelitian pada usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren
ditunjukan pada Gambar 6.
.
39
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional
Layak Tidak Layak
Dapat diusahakan dan
dikembangkan
Keinginan mengembangkan usaha
dengan penambahan produksi
PD Saung aren memproduksi gula
semut
- Besarnya permintaan pada sasaran pasar
� Kapasitas produksi terbatas
� Tawaran modal dari investor
Mengkaji kelayakan usaha pengolahan gula aren di PD Saung Aren dari berbagai
aspek
Pengalaman
kegagalan usaha
Aspek Sosial
dan Ekonomi
� Peningkatan
kesempatan
kerja
� Peningkatan
pendapatan
Aspek Pasar:
- Potensi
Pasar
- Strategi
pemasaran
Aspek Teknis:
- Lokasi menunjang
- Luas Produksi
Optimum
- Proses produksi
sesuai
- Layout sesuai
- Pemilihan teknologi
yang tepat
Aspek
Manajemen
dan Hukum:
� MSDM
terorganisir
� Memilki
Legalitas
Usaha
Aspek
Lingkungan:
- Tidak ada
dampak
negatif
terhadap
lingkungan
Analisis kelayakan usaha
Aspek non finansial Aspek Finansial
- NPV - Payback Period
- IRR - Analisis Switching Value
- Net B/C
Kondisi Saat
Ini
Pengembangan
Usaha
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di PD Saung Aren yang terletak di Jalan Raya
Cipanas Km 9 Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak, Banten. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa gula
aren Kabupaten Lebak telah ditetapkan sebagai komoditas inti daerah oleh
Kementrian Perdagangan RI dengan produksi gula aren mencapai 1.547 ton
(Dishutbun Kabupaten Lebak, 2009), dan PD Saung Aren adalah salah satu usaha
pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak yang masih memiliki potensi untuk
melakukan pengembangan usaha karena permintaan yang ada belum dapat
terpenuhi. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2010.
4.2. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
melalui observasi dan wawancara langsung dengan pemilik dan karyawan PD
Saung Aren serta masyarakat sekitar perusahaan. Adapun data primer yang
diperoleh meliputi :
1) Data keuangan yang mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional,
biaya investasi yang telah dikeluarkan sampai dengan biaya investasi yang
digunakan untuk menjalankan usaha.
2) Aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.
3) Tanggapan masyarakat sekitar terhadap usaha pengolahan gula semut PD
Saung Aren.
Data sekunder yang digunakan berasal dari studi literatur berbagai buku,
skripsi, internet dan instansi-instansi terkait seperti Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Lebak, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Lebak, serta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Banten.
Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini merupakan
instumen-instrumen sederhana seperti kuesioner yang akan diisi oleh peneliti
sendiri berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan
41
penelitian ini. Instrumen lainnya yaitu alat perekam dan penyimpan data
elektronik lainnya.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bulan Desember-Maret 2010
atau selama empat bulan. Sedangkan pengumpulan data primer dilakukan pada
saat turun lapang ke lokasi penelitian, yaitu pada bulan Maret-Mei 2010.
Metode yang dilakukan untuk pengumpulan data primer adalah dengan
cara wawancara langsung, wawancara mendalam dan observasi. Sedangkan untuk
data sekunder, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur
dan browsing internet.
4.4. Metode Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data pada
penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan
untuk mengetahui keragaan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren,
sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan
usaha pengolahan gula semut secara finansial.
Data dan informasi yang bersifat kualitatif seperti analisis aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek
lingkungan akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Sedangkan data dan
informasi kuantitatif yang telah diperoleh akan diolah dengan bantuan software
Microsoft Excel untuk membuat cashflow dari total biaya dan manfaat yang
dihasilkan oleh usaha pengolahan gula semut ini beberapa tahun ke depan, yang
kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi dengan tujuan untuk
mengklasifikasikan serta memudahkan dalam menganalisis data.
4.4.1. Aspek Pasar
Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan.
Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Jumlah permintaan pasar terhadap gula semut PD Saung Aren masih lebih
tinggi dibandingkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.
42
2) Perusahaan memiliki program atau strategi pemasaran yang jelas dan
efektif yang dapat mendukung pencapaian penjualan perusahaan yang
lebih tinggi (Husnan & Muhammad 2000).
4.4.2. Aspek Teknis
Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak dalam
aspek teknis apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Lokasi pabrik mampu menunjang pelaksanaan usaha tersebut. Hal ini
dicirikan oleh ketersediaan bahan baku, jarak dengan pasar yang dituju,
ketersediaan tenaga listrik, air dan sarana komunikasi, ketersediaan tenaga
kerja, dan ketersediaan fasilitas transportasi (jalan raya, kendaraan umum,
dan lain-lain) yang memadai guna menjamin kelancaran akses terhadap
bahan baku dan akses terhadap pasar yang dituju.
2) Kapasitas produksi sudah melebihi luas produksi minimum yang harus
dicapai.
3) Proses produksi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan Badan
Pengkajian Teknologi Provinsi Banten.
4) Layout pabrik yang sesuai yang dicirikan oleh adanya arus produk dalam
proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan
ruangan yang optimal, dan kemudahan melakukan ekspansi.
5) Pemilihan jenis teknologi dan peralatan yang tepat, yaitu teknologi dan
peralatan dapat dioperasikan secara tepat oleh tenaga kerja yang ada,
teknologi dan peralatan yang tidak mengganggu keseimbangan ekologi
dan keharmonisan sosial budaya setempat (tidak menghasilkan limbah
yang berlebihan dan tidak menimbulkan kebisingan) (Husnan &
Muhammad 200).
4.4.3. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen dan hukum di PD Saung Aren dapat dikatakan layak
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi yang terdapat
pada usaha ini telah dikelola dengan baik. Hal ini dicirikan oleh adanya
stuktur organisasi serta adanya pembagian dan deskripsi tugas yang jelas
dari masing-masing jabatan yang ada.
43
2) Perusahaan memiliki badan hukum dengan kekuatan dan konsekuensi
yang mendukung berjalannya usaha ini, memiliki akta, sertifikat atau surat
izin yang diperlukan untuk menjalankan usaha (Husnan & Muhammad
2000).
4.4.4. Aspek Sosial dan Ekonomi
Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak pada
aspek sosial dan ekonomi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Mampu meningkatkan kesempatan kerja yang dicirikan dengan adanya
penyerapan tenaga kerja dari usaha yang dilakukan.
2) Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli
Kabupaten Lebak (Husnan & Muhammad).
4.4.5. Aspek Lingkungan
Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak pada
aspek lingkungan apabila tidak menghasilkan limbah yang dapat memberikan
dampak yang negatif terhadap lingkungan (Husnan dan Muhammad).
4.4.6. Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial
usaha tersebut. Analisis pada aspek finansial dapat dilihat dari komponen biaya
dan manfaat, kriteria kelayakan investasi, dan analisis sensitivitas dengan metode
switching value.
4.4.6.1. Komponen Biaya dan Manfaat
Analisis dilakukan melalui penyusunan arus tunai (cashflow) dari usaha
pengolahan gula semut, dengan terlebih dahulu mengelompokkan komponen yang
termasuk manfaat dan biaya. Pada penelitian ini, perhitungan terhadap biaya
dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya operasional, dan biaya
lainnya.
Biaya investasi yang dikeluarkan PD Saung Aren diantaranya meliputi
biaya ijin usaha, biaya sewa bangunan pabrik, biaya rehab pabrik, biaya
pembelian mesin (mesin slaicer, oven, mesin penepung, mesin ayakan), dan biaya
pembelian peralatan produksi (troli, gerobak, loyang alumunium, bak plastik,
timbangan duduk 500 kg, dan palet kayu), pemasangan jet pump dan peralatan
44
kantor (komputer, laptop, meja, kursi, lemari, dan mobil pick up). Biaya
operasional dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam
usaha pengolahan aren terdiri dari gaji karyawan tetap, biaya komunikasi, biaya
listrik, biaya administrasi, biaya promosi, biaya peralatan karyawan (sarung
tangan) dan biaya pemeliharaan mesin. Biaya variabel dalam usaha pengolahan
gula semut terdiri dari pembelian bahan baku (gula cetak), biaya pengemasan, gaji
karyawan produksi, dan biaya transportasi. Sedangkan biaya lainnya adalah
pembayaran pajak penghasilan.
Perhitungan manfaat pada usaha pengolahan gula semut adalah banyaknya
produksi produk yang dihasilkan PD Saung Aren yaitu gula semut yang dikalikan
dengan harga jual dan nilai sisa yang didapat dari barang-barang investasi.
4.4.6.2. Kriteria Kelayakan Investasi
Kelayakan suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah satunya
melalui kriteria kelayakan investasi. Beberapa kriteria investasi yang umum
dikenal diantaranya analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV), Net
benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio), tingkat penegembalian investasi (Internal
Rate of Return/IRR), dan masa pengembalian investasi (Payback Period).
1) Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang
diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga
dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh
investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang
relavan.
Rumus menghitung NPV adalah sebagai berikut :
NPV =
Sumber : Gray et al. (2007)
Keterangan :
Bt = Manfaat proyek pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)
t = Umur ekonomis proyek (tahun), dimana t = 1,2,3,…, n
( )�
=
−
+
n
tt
tt
i
CB
0 1
45
i = Tingkat suku bunga/diskonto (% per tahun)
Adapun kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu :
• NPV > 0, artinya usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk
dijalankan.
• NPV < 0, artinya usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren tidak layak
untuk dijalankan. Dengan kata lain, usaha tersebut merugikan dan sebaiknya
tidak dilaksanakan.
• NPV = 0, artinya usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren mampu
mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor
produksi normal. Dengan kata lain, usaha tersebut berada pada keuntungan
normal.
2) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka
perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang)
dengan jumlah present value yang negatif (sebagai penyebut). Secara umum,
rumusnya adalah:
Net B/C =
�
�
=
=
+
−
+
−
n
tt
tt
n
tt
tt
i
CB
i
CB
0
0
)1(
)1( Dimana
)0(
)0(
<−
>−
tt
tt
CB
CB
Sumber : Gray et al. (2007)
Keterangan :
Bt = Manfaat proyek pada tahu ke-t (Rp)
Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)
t = Umur ekonomis proyek (tahun), dimana t = 1,2,3,…, n
i = Tingkat suku bunga/diskonto (% per tahun)
Adapun kriteria kelayakan investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah :
• Net B/C > 1, maka NPV > 0, usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren
layak untuk dijalankan.
• Net B/C < 1, maka NPV < 0, usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren
tidak layak untuk dijalankan.
46
• Net B/C = 1, maka NPV = 0, usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren
mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor
produksi normal. Dengan kata lain, usaha tersebut berada pada keuntungan
normal.
3) Internal Rate Return (IRR)
Husnan dan Suwarsono (2000) menyebutkan bahwa Internal Rate Return
adalah tingkat bunga yang menyamakan present value dari aliran kas keluar dan
present value dari aliran kas masuk. Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat
rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi
dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku
bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang
digunakan. IRR juga merupakan nilai discount rate yang membuat NPV proyek
sama dengan nol. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari
tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Rumus untuk menghitung IRR adalah :
IRR = )( 12
211
iiNPVNPV
NPVi −
−+
Sumber : Gray et al. (2007)
Keterangan :
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
Adapun kriteria kelayakan investasi berdasarkan IRR adalah :
• IRR > Discount rate, maka usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren
layak untuk dijalankan.
• IRR < Discount rate, maka usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren
tidak layak untuk dijalankan.
4) Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)
Payback Period mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Jika
payback period lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka proyek dikatakan
47
menguntungkan, sedangkan jika lebih lama proyek ditolak (Husnan dan
Sawarsono, 2000). Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara
initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan
waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period
yang dapat diterima. Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum
payback period-nya maka investasi dapat diterima.
Rumus yang digunakan untuk menghitung jangka pengembalian investasi adalah :
Payback period =bA
I
Sumber: Husnan dan Muhammad (2005)
Keterangan :
I = besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Semakin kecil nilai payback period pada usaha pengolahan gula aren di PD Saung
Aren ini maka semakin cepat pengembalian investasi yang telah dikeluarkan
sehingga usaha ini akan semakin layak untuk dilaksanakan.
4.4.6.3. Analisis Switching Value
Analisis switching value (nilai pengganti) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan pada biaya dan manfaat yang akan menghasilkan
keuntungan normal, yaitu NPV sama dengan nol atau mendekati, IRR mendekati
atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu.
Analisis switching value yang dilakukan pada PD Saung Aren digunakan
untuk melihat ambang batas dimana usaha pengolahan gula semut tetap layak
untuk dijalankan meskipun terdapat perubahan pada variabel yang dianggap
signifikan dalam usaha ini, yaitu (1) tingkat harga gula semut dan (2) tingkat
harga gula cetak.
4.4.6.4. Asumsi Dasar
Analisis kelayakan finansial usaha pengolahan gula semut di PD. Saung
Aren menggunakan beberapa asumsi dasar yaitu :
48
1) Seluruh modal yang digunakan dalam usaha pengolahan gula semut di PD
Saung Aren menggunakan modal sendiri
2) Umur proyek dari usaha pengolahan gula aren di PD Saung Aren ini
didasarkan pada umur ekonomis dari variabel investasi terlama yaitu
mesin. Adapun umur ekonomis dari mesin adalah 8 tahun, sehingga umur
proyek dari usaha pengolahan gula semut ini juga selama 8 tahun.
3) Output yang dihasilkan oleh PD Saung Aren adalah gula semut yang dijual
dalam kemasan karung 40 kg secara grosir dan dalam kemasan toples 350
gram secara eceran.
4) Bahan baku untuk membuat gula semut adalah gula cetak yang diperoleh
dari tiga sentra gula aren di Kabupaten Lebak dengan tingkat harga yang
berbeda.
5) Penentuan harga input dan output yang digunakan dalam perhitungan
adalah harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan tahun 2010 dan
diasumsikan konstan hingga umur usaha berakhir.
6) Dalam satu bulan diasumsikan hari kerja selama 26 hari dan satu tahun
selama 12 bulan.
7) Dalam analisis finansal dibuat dua skenario. Skenario I merupakan kondisi
perusahaan saat ini dengan kapasitas produksi 26,175 ton per bulan.
Skenario II merupakan pengembangan usaha melalui peningkatan
kapasitas produksi menjadi 36,18 ton per bulan.
8) Mesin penggiling (slicer) beroperasi selama 5 jam per hari dengan
kapasitas maksimum 80 kg setiap kali proses. Waktu yang dibutuhkan
untuk sekali proses adalah 30 menit. Sehingga dalam satu hari dengan 10
kali proses, kapasitas maksimum mesin penggiling mencapai 800 kg per
hari. Terdapat dua unit mesin penggiling di PD Saung Aren sehingga
kapasitas mesin penggiling menjadi 1.600 kg per hari atau 1,6 ton per hari,
atau 41,6 ton per bulan.
9) Mesin pengering (oven) beroperasi selama 6 jam per hari dengan kapasitas
maksimum 200 kg setiap kali proses. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali
proses adalah 45 menit, 30 menit untuk proses pengeringan pertama dan
15 menit untuk proses pengeringan kedua. Sehingga dalam satu hari
49
dengan 8 kali proses, kapasitas maksimum oven mencapai 1.600 kg per
hari atau 1,6 ton per hari atau 41,6 ton per bulan.
10) Mesin penepung beroperasi selama 6 jam per hari dengan kapasitas
maksimum 25 kg setiap kali proses. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali
proses adalah 15 menit. Sehingga dalam satu hari dengan 24 kali proses,
kapasitas maksimum mesin penepung mencapai 600 kg per hari. Terdapat
dua unit mesin penepung di PD Saung Aren sehingga kapasitas mesin
penepung menjadi 1.200 kg atau 1,2 ton per hari, atau 31,2 ton per bulan.
11) Mesin pengayak beroperasi selama 6 jam per hari dengan kapasitas
maksimum 100 kg per jam. Sehingga dalam satu hari kapasitas maksimum
mesin pengayak mencapai 600 kg per hari. Terdapat dua unit mesin
pengayak di PD Saung Aren sehingga kapasitas mesin penggiling menjadi
1.200 kg atau 1,2 ton per hari, atau 31,2 ton per bulan.
12) Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha yaitu tahun 2010
karena perbaikan bangunan pabrik dan masa indent mesin pengolah gula
semut hanya membutuhkan waktu dua bulan. Diasumsikan awal investasi
berada pada bulan pertama di tahun yang pertama.
13) Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis
umur ekonomisnya.
14) Penyusutan barang investasi menggunakan metode garis lurus.
Perhitungan beban penyusutan dilakukan untuk perhitungan laba-rugi
yang akan menghasilkan besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar
oleh perusahaan setiap tahunnya.
15) Tingkat diskonto yang digunakan untuk kelayakan usaha pengolahan gula
semut diasumsikan tetap hingga akhir umur usaha, yaitu tingkat suku
bunga deposito Bank Indonesia sebesar 6,5 persen. Penentuan didasarkan
pada social opportunity cost of capital dari dana yang dimiliki usaha.
16) Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a dan 31 E, yang merupakan
perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan, yaitu :
50
• Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).
• Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun
pajak 2010.
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Profil dan Sejarah Perusahaan
PD Saung aren adalah lembaga usaha yang bergerak dibidang pengolahan,
pemasaran dan pengembangan produk yang berbahan baku gula aren. PD Saung
aren didirikan pada tahun 2008 oleh Bapak Andi Maulana.
Bapak Andi Maulana sebenarnya sudah mulai berbisnis gula aren sejak
tahun 1999. Awalnya beliau hanya melakukan kegiatan jual beli gula cetak. Gula
cetak yang dijual berasal dari pedagang gula aren di Kecamatan Malingping,
Kabupaten Lebak yang kemudian dipasarkan ke supermarket di Jakarta. Setiap
bulannya Bapak Andi mampu memasok 300-400 buah gula cetak. Pada awal
tahun 2002, Bapak Andi mendapat tawaran dari salah satu perusahaan di
Tanggerang untuk memasok gula semut dalam jumlah besar. Melihat peluang
tersebut beliau memutuskan untuk mendirikan tempat pengolahan gula semut
sendiri yang berlokasi di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.
Dengan modal awal sebesar Rp 40.000.000,00 yang berasal dari modal pribadi,
beliau membeli mesin dan modal kerja. Usaha ini hanya berjalan selama 4 tahun.
Pada tahun 2006 usaha ini mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan oleh
kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi yang tidak mampu diantisipasi
perusahaan karena skala produksinya yang masih rendah. Untuk menutupi
kerugian, hampir seluruh asset seperti mesin dan perlengkapan pabrik dijual.
Selama tahun 2006-2007, Bapak Andi melihat adanya peningkatan
permintaan gula semut khususnya dari pabrik makanan dan minuman. Kekhasan
aroma dan rasa gula aren mendorong banyak pabrik makanan dan minuman
memilih gula aren sebagai bahan pemanis dari produk mereka, dan gula aren
dalam bentuk gula semut lebih diminati sebab sifatnya yang lebih tahan lama,
lebih kering, dan lebih praktis. Di sisi lain, usaha yang mengolah gula cetak
menjadi gula semut belum begitu banyak khususnya di Provinsi Banten. Hal ini di
karenakan sebagian besar usaha pengolahan gula aren di Provinsi Banten
merupakan usaha sampingan dan usaha berskala mikro yang memiliki
keterbatasan modal untuk membeli mesin pembuat gula semut. Hal ini
menunjukkan masih terbukanya peluang pasar yang cukup besar untuk
52��
memproduksi dan memasarkan gula semut. Hal inilah yang mendorong Bapak
Andi mendirikan PD Saung Aren, suatu usaha yang mengolah gula aren menjadi
gula semut atau biasa disebut palm sugar pada tahun 2008.
Modal awal yang dikeluar untuk mendirikan usaha ini sebesar Rp
400.000.000,00. Modal ini berasal dari modal pribadi pemilik yang dipergunakan
untuk menyewa bangunan untuk pabrik dan membeli beberapa peralatan untuk
melakukan produksi seperti mesin penggiling (slicer), mesin penepung, mesin
pengayak, oven, dan peralatan pendukung lainnya. Pada tahun pertama berdirinya,
PD Saung Aren berlokasi di Jalan Raya Cikande, Rangkasbitung. Di tahun kedua
yaitu tahun 2009 hingga sekarang, pabrik PD Saung Aren terletak di Jalan Raya
Cipanas Km 9 Kecamatan Sajra, Lebak, Banten.
5.2. Kegiatan Bisnis
Kegiatan bisnis yang dilakukan PD Saung Aren adalah kegiatan
pengolahan, pemasaran, dan pengembangan produk yang berbahan baku dari gula
aren. Produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah gula semut.
1. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan oleh PD Saung Aren adalah gula cetak.
Mengenai ketersediaan bahan baku, perusahaan tidak pernah mengalami kendala.
Hal ini karena gula aren adalah komoditas lokal asli Kabupaten Lebak yang
melibatkan ribuan petani aren yang berasal dari kurang lebih 12 kecamatan di
Kabupaten Lebak. Perusahaan memperoleh bahan baku dari tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Cijaku, Malingping, dan Panggarangan. Untuk bahan baku yang
berasal dari Kecamatan Cijaku dan Malingping, perusahaan melakukan kemitraan
dengan kelompok pengrajin setempat. Sedangkan untuk bahan baku dari
Kecamatan Panggarangan, perusahaan hanya melakukan proses pembelian biasa
dari pedagang pengumpul yang ada di daerah tersebut. Untuk bahan baku yang
berasal dari Kabupaten Lebak tersebut, pihak pemasok yang mengantar langsung
bahan baku tersebut ke pabrik PD Saung Aren di Kecamatan Sajra. Dari daerah-
daerah tersebut dapat dipasok bahan baku berupa gula cetak sebanyak 29,74 ton
tiap bulannya dengan harga Rp 8.300,00 – Rp 8.500,00 per kilogram.
53��
2. Produksi
Proses pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilakukan secara
mekanik dengan menggunakan mesin. Pada awal pendiriannya hingga sekarang
perusahaan sudah memiliki dua unit mesin penggiling (slicer), dua unit mesin
pengayak, dua unit mesin penepung, dan satu unit oven. Semua mesin yang
digunakan digerakan dengan tenaga listrik.
Proses produksi gula semut di PD Saung Aren yaitu terdiri dari beberapa
tahap. Adapun tahapan proses produksinya sebagai berikut :
a. Persiapan Bahan Baku
Gula cetak yang akan diproses terlebih dahulu dilepaskan dari pembungkusnya.
Setelah itu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Gula cetak yang
akan diproses adalah gula yang paling awal masuk ke gudang bahan baku. Hal
ini untuk menghindari kerusakan gula cetak akibat terlalu lama disimpan di
dalam gudang. Dengan menggunakan troli, gula diangkut dari gudang bahan
baku menuju ruang produksi.
b. Penghancuran
Gula cetak yang sudah dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam mesin
penggiling (slicer) untuk dihancurkan. Proses penghancuran dilakukan hingga
gula aren benar-benar hancur. Proses ini biasanya berlangsung selama 30
menit.
c. Pengeringan I
Gula aren yang sudah dihancurkan di mesin penggiling disimpan dalam loyang
alumunium untuk kemudian dilakukan proses pengeringan. Proses pengeringan
ini bertujuan untuk mengurangi kadar air di dalam gula hingga di bawah 5
persen. Proses pengeringan di PD Saung Aren dilakukan melalui proses
penjemuran di bawah sinar matahari selama 2 jam. Jika tidak ada sinar
matahari, proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pemanas
selama 30 menit dengan suhu 110oC.
d. Pengayakan
Setelah dikeringkan, gula diayak di mesin pengayak dengan ukuran 18 mesh.
Gula yang lolos pada proses pengayakan disebut gula semut sedangkan gula
yang tidak lolos pada proses pengayakan disebut dengan gula reject.
54��
e. Penepungan
Gula reject hasil pengayakan dimasukan ke mesin penepung untuk dihaluskan.
Proses penghalusan berlangsung selama 10 – 15 menit sampai gula reject
benar-benar halus.
f. Pencampuran
Gula semut dan gula reject yang sudah melalui proses penepungan dicampur
dalam wadah baskom berukuran besar. Proses pencampuran ini bertujuan agar
gula semut yang dihasilkan memiliki warna dan kehalusan yang seragam.
Proses ini dilakukan secara manual tanpa menggunakan mesin.
g. Pengeringan II
Setelah proses pencampuran, gula semut kemudian dikeringkan kembali.
Proses pengeringan yang kedua ini hampir sama dengan proses pengeringan
yang pertama. Yang membedakan hanya lama waktu pengeringannya saja.
Apabila pengeringan dilakukan melalui proses penjemuran di bawah sinar
matahari, proses pengeringan dilakukan selama 45 menit. Apabila melalui
proses pemanasan di oven, proses pengeringan dilakukan selama 15 menit
dengan suhu 110oC. Proses pengeringan yang kedua ini bertujuan untuk
menurunkan kadar air yang terkandung di dalam gula semut hingga dibawah 3
persen. Dengan demikian gula semut bisa memiliki daya tahan yang lebih
lama.
h. Pengemasan
Gula semut yang sudah dikeringkan kemudian dikemas dalam dua ukuran yang
berbeda. Untuk ukuran 40 kg, gula semut dikemas dalam karung yang dilapisi
dengan plastik bening di bagian dalamnya (inner bag). Untuk ukuran 350
gram, gula semut dikemas dalam toples plastik atau toples bambu yang dilapisi
plastik bagian dalamnya. Kemasan ini dipesan secara langsung berdasarkan
desain yang diinginkan disertai label nama produk, berat, komposisi bahan
baku, cara pakai dan nomor Departemen Kesehatan RI.
Untuk skema proses pengolahan gula semut di PD Saung Aren dapat dilihat pada
Gambar 7 berikut:
55��
Gambar 7. Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren
Sumber : PD Saung Aren, 2010
Selama proses pengolahan gula semut, terjadi penyusutan gula sekitar 12
persen. Jadi untuk menghasilkan 1 kg gula semut dibutuhkan 1,2 kg gula cetak
atau setiap 10 kg gula cetak akan menghasilkan 8,8 kg gula semut.
3. Pemasaran
Pasar untuk produk gula semut atau palm sugar saat ini semakin luas.
Selain untuk bahan pemanis yang dikonsumsi langsung oleh konsumen, gula
semut sudah dijadikan sebagai bahan pemanis alami pada industri makanan dan
minuman. Saat ini PD Saung Aren sudah memasarkan produknya secara langsung
ke PT Indofood dan secara tidak langsung melalui trader ke PT Gandum Mas
Pencampuran
Pengeringan II
Pengemasan
Pengayakan
Halus
Penepungan
Halus Kasar/ Reject
Persiapan Bahan Baku
Pengeringan I
Penghancuran
56��
Kencana dan PT Mayora. Selain itu perusahaan ini juga menjual produknya secara
langsung kepada konsumen. Gula semut yang dijual ke pabrik dan trader adalah
gula semut dengan kemasan 40 kg yang dijual secara grosir. Sedangkan gula
semut yang dijual kepada konsumen langsung adalah gula semut yang dikemas
dalam toples plastik dan toples bambu dengan ukuran 350 gram.
5.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PD Saung Aren masih sangat sederhana. Pemilik yang
juga penanam modal berperan sebagai pimpinan perusahaan. Pimpinan
membawahi bagian administrasi dan keuangan, serta bagian produksi yang
dikoordinir oleh seorang kepala pabrik. Adapun struktur usaha pengolahan gula
semut di PD Saung Aren dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Struktur Organisasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren
Sumber: PD Saung Aren (2010)
a. Komisaris
Komisaris adalah investor yang ikut menanamkan modal di PD Saung
Aren namun tidak terlibat secara langsung dalam usaha pengolahan gula semut
ini. Mereka hanya mengawasi jalannya setiap kegiatan di perusahaan.
b. Pimpinan
Pada struktur organisasi ini, pemilik sekaligus penanam modal terlibat
langsung dalam usaha pengolahan gula semut ini sebagai pimpinan perusahaan.
Pimpinan perusahaan bertanggung jawab untuk menentukan kebijaksanaan umum
Pimpinan
Bagian Produksi
Bagian Administrasi
dan Keuangan
Komisaris
Karyawan
57��
perusahaan; memimpin, mengkoordinir, mengawasi pelaksanaan tugas para
kepala bagian; memberi petunjuk, bimbingan, dan pengarahan kepada bawahan,
serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas bawahan; dan
menetapkan sasaran jangka pendek dan panjang serta rencana kegiatan
perusahaan. Di PD Saung Aren pimpinan perusahaan juga bertanggung jawab
terhadap pemasaran gula semut yang dihasilkan. Jabatan ini dipegang oleh Bapak
Andi Maulana.
c. Bagian administrasi dan keuangan
Bagian administrasi dan keuangan bertanggungjawab terhadap segala
urusan administrasi yang berhubungan dengan usaha pengolahan gula semut ini.
Selain itu, kepala admistrasi dan keuangan juga bertanggungjawab terhadap
keuangan perusahaan, baik dalam hal pemasukan maupun pengeluaran
perusahaan. Dan secara berkala harus membuat laporan kemajuan usaha yang
ditujukan kepada pimpinan perusahaan.
d. Bagian Produksi
Bagian produksi di koordinir oleh seorang kepala pabrik. Kepala pabrik
bertanggung jawab atas jalannnya proses produksi secara keseluruhan, mengawasi
pelaksanaan standar yang telah ditetapkan dalam pembuatan produk, menjaga
kualitas produk yang telah ditetapkan, dan mengawasi ketersediaan bahan baku.
e. Karyawan
Karyawan dalam usaha pengolahan gula semut ini adalah karyawan yang
terlibat dalam proses produksi di PD Saung Aren. Mulai dari proses persiapan
bahan baku, penghancuran, pengeringan I, pengayakan, penepungan,
pencampuran, pengeringan II hingga proses pengemasan. Saat ini, usaha ini telah
memiliki delapan orang karyawan yang kesemuanya adalah laki-laki. Rata-rata
karyawan merupakan tamatan SD dan SLTP yang sebagian besar berasal dari
penduduk sekitar pabrik.
Karyawan masuk setiap hari Senin hingga Sabtu dan mendapat libur pada
hari Minggu. Setiap hari kerja, mereka masuk pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore.
Masing-masing karyawan memperoleh gaji Rp 800.000 per bulan.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan salah satu aspek bisnis yang penting dikaji
kelayakannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memulai atau
mengembangkan suatu usaha. Jika pasar yang akan dituju tidak jelas, prospek
usaha ke depan pun tidak jelas, maka risiko kegagalan usaha menjadi besar. Pada
usaha pengolahan gula semut sebagai objek penelitian, variabel-variabel aspek
pasar yang akan dianalisis meliputi permintaan, penawaran, dan strategi
pemasaran yang akan dilaksanakan.
6.1.1. Permintaan
Tingkat permintaan untuk produk gula semut di PD Saung Aren cukup
tinggi dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun pertama
berdiri, permintaan rata-rata untuk gula semut PD Saung Aren mencapai 35 ton
per bulan. Pada tahun kedua permintaan gula semut meningkat menjadi 50 ton per
bulan. Permintaan terus meningkat hingga pada awal tahun ketiga yang mencapai
85 ton per bulan. Hingga saat ini, permintaan gula semut tersebut belum dapat
terpenuhi seluruhnya oleh perusahaan. Hal ini karena terbatasnya kapasitas
produksi yang dimiliki perusahaan yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan finansial perusahaan. Saat ini PD Saung Aren hanya mampu
memenuhi permintaan gula semut sebesar 26,175 ton per bulan atau 30,7 persen
dari total permintaan yang ada. Permintaan yang belum terpenuhi berasal dari
trader dan supermarket yang ada di daerah Jakarta dan Tanggerang serta
konsumen yang ada di Provinsi Banten. Sebaran permintaan dan produksi gula
semut di PD Saung Aren tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Permintaan dan Produksi Gula Semut di PD Saung Aren Tahun
2010
Target pasar Permintaan per bulan
(ton)
Produksi per bulan
(ton)
Pabrik/Industri Makanan 10 10
Trader 68 16
Supermarket 5 -
Konsumen Langsung 2 0,175 Sumber : PD Saung Aren 2010
59��
Tingginya permintaan gula semut ini menunjukkan bahwa potensi pasar
yang dimiliki cukup besar, bahkan potensi ini dapat terus dikembangkan
mengingat masih adanya permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh PD Saung
Aren. Hal ini merupakan peluang bagi PD Saung Aren untuk meningkatkan
kapasitas produksinya agar permintaan pasar dapat terpenuhi.
6.1.2. Penawaran
Potensi pasar yang dimiliki oleh PD Saung Aren juga dapat dilihat dari sisi
penawaran gula semut yang ada di pasar. Di Kabupaten Lebak, selain PD Saung
Aren, ada satu usaha pengolahan gula semut yang memiliki kapasitas produksi
yang hampir sama yaitu Kelompok Mitra Mandala Hariang. Usaha pengolahan
gula semut yang berlokasi di Kecamatan Sobang ini memiliki peluang untuk
memasok gula semut di pasar yang sama dengan PD Saung Aren. Hal ini karena
kapasitas produksinya yang relatif besar dibandingkan usaha pengolahan gula
semut lainnya yang ada di Kabupaten Lebak, sehingga usaha ini memiliki
kemampuan untuk memasok gula semut ke pabrik atau trader dalam jumlah yang
besar secara kontinyu. Setiap bulannya Kelompok Mitra Mandala Hariang mampu
memproduksi 30 ton gula semut. Meskipun usaha ini memasok gula semut ke
pasar yang sama dengan PD Saung Aren, masih ada sekitar 28,8 ton atau 33,9
persen permintaan gula semut PD Saung Aren yang belum bisa dipenuhi. Apalagi
jika jumlah permintaan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan potensi usaha pengolahan gula semut ini masih cukup besar dan
berpotensi untuk dikembangkan.
6.1.3. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran diperlukan salah satunya untuk menghadapi persaingan
di pasar. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PD Saung Aren dalam
memasarkan produknya adalah menggunakan bauran pemasaran yang meliputi
harga, produk, promosi, dan distribusi.
6.1.3.1. Harga
Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix.
Harga adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk
mendapatkan suatu barang atau jasa. Kebijakan dalam penetapan harga
60��
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena jika harga terlalu tinggi produk
tersebut mengalami kesulitan dalam memasuki pasar, demikian pula sebaliknya
jika harga terlalu rendah dapat menyebabkan kerugian terhadap kegiatan usaha.
Oleh karena itu, kebijakan dalam penetapan harga harus benar-benar
diperhitungkan secara tepat.
Penetapan harga gula semut di PD Saung Aren didasarkan pada biaya
operasional perusahaan, khususnya harga bahan baku gula cetak. Walaupun
begitu, perusahaan tetap mempertimbangkan harga gula semut dari perusahaan
pesaing. Hal ini agar harga yang ditetapkan perusahaan dapat tetap bersaing di
pasar. Perhitungan HPP usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Untuk meningkatkan keuntungan, perusahaan menetapkan tingkat harga
yang berbeda-beda untuk setiap jenis konsumennya. Harga terendah ditetapkan
pada trader. Hal ini untuk mempertahankan trader tetap menjadi pelanggan
perusahaan mengingat trader membeli dalam jumlah yang banyak dan kontinyu
setiap bulannya. Tingkat harga tertinggi ditetapkan pada konsumen akhir. Hal ini
dikarenakan konsumen membeli secara ecer dalam jumlah yang tidak begitu
banyak. Selain itu konsumen akhir cenderung membeli gula semut dalam ukuran
350 gram yang dikemas dalam toples, sehingga biaya operasional yang
dikeluarkan perusahaan lebih besar. Harga jual, HPP, dan marjin keuntungan per
kg gula semut berdasarkan jenis konsumen yang membeli dapat dilihat di Tabel 9.
Tabel 9. Harga Jual, HPP, dan Marjin Keuntungan per Kg Gula Semut di PD
Saung Aren Berdasarkan Jenis Konsumen
No. Jenis Konsumen Harga persatuan
(Rp/Kg)
HPP
(Rp/Kg)
Marjin
(Rp/Kg)
1. Trader 11.000 10.445,99 554,01
2. Pabrik 12.000 10.925,99 1.074,01
3. Konsumen Langsung 28.571 16.135,28 12.436,15 Sumber : PD Saung Aren 2010
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa harga yang ditetapkan perusahaan
terhadap ketiga jenis konsumennya berada di atas Harga Pokok Produksi (HPP).
Penetuan marjin keuntungan untuk masing-masing konsumen ditentukan
berdasarakan jumlah gula semut yang dibeli oleh masing-masing jenis konsumen
tersebut.
61��
Dibandingkan dengan usaha pengolahan gula semut yang ada di
Kabupaten Lebak, harga gula semut di PD Saung Aren cukup kompetitif. Untuk
pemasaran ke trader, perusahaan menetapkan harga Rp 11.000 per kg. Harga ini
memang lebih mahal dibandingkan harga gula semut yang berasal dari usaha
sejenis di Kabupaten Lebak. Namun harga ini sebanding dengan kualitas gula
semut yang dihasilkan PD Saung Aren. Perbandingan harga gula semut dari
beberapa industri pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Perbandingan Harga Gula Semut dari Beberapa Industri Pengolahan
Gula Semut di Kabupaten Lebak
Nama Perusahaan Harga Gula Semut (Rp/Kg)
PD Saung Aren Rp 11.000
Koperasi Mitra Mandala Rp 11.200
Usaha Pengolahan Gula Semut H. Wiwin Rp 10.800
Usaha Pengolahan Gula Semut Ibu Rina Rp 11.000 Sumber : PD Saung Aren 2010
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik sekaligus pimpinan PD
Saung Aren, selama perusahaan beroperasi dari tahun 2008, harga gula semut
cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan harga ini disebabkan
permintaan yang semakin meningkat yang tidak diimbangi dengan peningkatan
penawaran yang ada di pasar. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula
semut sangat potensial untuk dikembangkan.
6.1.3.2. Produk
Produk yang dihasilkan oleh PD Saung Aren adalah gula aren semut atau
biasa disebut gula semut (palm sugar). Gula semut ini mengandung nilai gizi yang
relatif tinggi, aroma yang khas, warna yang seragam dan tahan lama karena kadar
air yang terkandung sedikit. Kelebihan gula semut di PD Saung Aren
dibandingkan dengan perusahaan sejenis adalah rasanya yang tidak pahit.
Umumnya gula semut yang beredar di pasar sering terasa pahit akibat proses
pengeringan dengan menggunakan oven bersuhu tinggi. Tujuannya adalah agar
kadar air dalam gula semut berkurang dalam waktu yang singkat, namun hal ini
justru membuat gula semut menjadi ‘gosong’ dan terasa pahit. Di PD Saung Aren,
proses pengeringan gula semut dilakukan secara tradisional dengan bantuan sinar
matahari. Proses penjemuran ini menurunkan kadar air dalam gula semut tanpa
62��
menyebkan gula menjadi ‘gosong’. Proses penjemuran biasanya dilakukan pada
musim kemarau. Ketika curah hujan tinggi, perusahaan menggunakan oven untuk
menurunkan kadar air gula semut, namun dengan suhu yang sedang sehingga rasa
gula semut tetap terjaga. Untuk menjamin kualitas dan keamanan produknya, gula
semut yang dihasilkan PD Saung Aren telah memiliki izin dari Departemen
Kesehatan RI. No.099.02/09.05/99.
Gambar 9. Kemasan 350 gram Gula Semut PD Saung Aren Sumber: PD Saung Aren 2010
Gula semut yang dihasilkan oleh PD Saung Aren dijual secara grosir dan
eceran. Untuk gula semut eceran dikemas dalam wadah toples plastik atau toples
bambu dengan berat 350 gram setiap toplesnya sedangkan untuk gula semut grosir
dikemas dalam karung yang dilapisi plastik di bagian dalamnya (inner bag)
berukuran 40 kilogram. Pembagian gula semut dalam dua kemasan bertujuan
untuk memenuhi permintaan yang ada. Pabrik makanan atau obat-obatan biasanya
meminta gula semut dalam kemasan grosir. Hal ini karena mereka menggunakan
gula semut tersebut sebagai bahan baku atau bahan campuran dari produk yang
dihasilkan. Sehingga kemasan menarik tidak menjadi perhatian yang utama, yang
penting bagi mereka adalah kualitas, kuantitas, dan harga. Sedangkan konsumen
langsung menilai kemasan sebagai hal yang penting. Kemasan suatu produk bisa
menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk melakukan pembelian. Oleh karena
itu gula semut yang dipasarkan ke konsumen langsung dikemas secara lebih
menarik.
63��
Gambar 10. Kemasan 40 kg Gula Semut PD Saung Aren
Sumber: PD Saung Aren 2010
6.1.3.3. Promosi
Selama ini promosi yang dilakukan PD Saung Aren untuk
mempromosikan produknya adalah dengan mengikuti pameran-pameran. Selama
dua tahun beroperasi perusahaan sudah beberapa kali mengikuti pameran, baik
yang berskala nasional ataupun skala regional. Beberapa pameran yang pernah
diikuti diantaranya Pameran Produk Ekspor (PPE), Jakarta Fair di Kemayoran
Jakarta, Agro & Food Expo di Jakarta, Gebyar Pariwasata Dinas Pariwisata di
BSD Junction, Banten Expo di Serang, HKSN Expo di JHCC Jakarta dan
pameran-pameran berskala nasional, provinsi atau kabupaten yang dilaksanakan
secara berkala setiap tahunnya. Dari pameran-pameran inilah PD Saung Aren
mendapatkan tawaran untuk memasok gula semut ke pabrik makanan, ke trader,
dan ke retail seperti supermarket hingga saat ini. Keikutsertaan perusahaan dalam
beberapa pameran merupakan hasil kerjasama perusahaan dengan Pemerintah
Daerah Kabupaten Lebak untuk mempromosikan produknya.
6.1.3.4. Distribusi
Produk yang dihasilkan PD Saung Aren akan dipasarkan ke 3 jenis
konsumen yang berbeda, yaitu konsumen langsung, pabrik, dan trader. Biasanya
trader akan menjual kembali gula semut tersebut ke pabrik atau konsumen
langsung. Sebanyak 61,13 persen produk yang dihasilkan di PD Saung Aren di
jual melalui trader, 38,20 persen dijual langsung ke pabrik, dan sisanya dijual ke
konsumen langsung.
Pemasaran gula semut PD Saung Aren dilakukan melalui empat saluran
distribusi yaitu (1) PD Saung Aren − konsumen akhir (pembeli langsung); (2) PD
Saung Aren – pabrik – konsumen; (3) PD Saung Aren – trader – pabrik –
64��
konsumen akhir; dan (4) PD Saung Aren – trader – konsumen akhir. Skema
saluran distribusi pemasaran gula semut PD Saung Aren dapat dilihat pada
Gambar 11.
Gambar 11. Skema Distribusi Gula Semut PD Saung Aren
Sumber : PD Saung Aren 2010
Pada saluran distribusi (1), gula semut yang dihasilkan perusahaan dibeli
langsung oleh konsumen akhir. Biasanya konsumen datang langsung ke pabrik
atau datang ke outlet PD Saung Aren ketika sedang mengikuti sebuah pameran.
Pada saluran distribusi (2), gula semut dibeli oleh pabrik. Di pabrik gula semut
biasanya dijadikan bahan pemanis untuk membuat makanan atau minuman
tertentu. Makanan atau minuman itulah yang kemudian dibeli oleh konsumen
akhir. Pada saluran distribusi (3), gula semut dibeli oleh trader untuk kemudian
dijual ke pabrik untuk diolah. Hasil olehannya kemudian dibeli oleh konsumen
akhir. Pada saluran distribusi (4), gula semut dibeli oleh trader untuk kemudian
dijual ke konsumen akhir.
6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar
Analisis aspek pasar mengkaji mengenai potensi pasar. Dari analisis ini
dihasilkan informasi bahwa dari sisi permintaan, PD Saung Aren memiliki potensi
pasar yang cukup besar. Potensi pasar ini ditunjukkan oleh permintaan gula semut
yang kontinu dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu, dari sisi
penawaran, PD Saung Aren tidak mendapat tekanan persaingan yang berarti,
PD Saung Aren
Konsumen Akhir
Pabrik
Trader
Saluran 1
Saluran 2
Saluran 3 Saluran 4 �
65��
khususnya di Kabupaten Lebak. Hal ini karena PD Saung Aren merupakan salah
satu usaha pengolahan gula semut yang memiliki mutu yang baik dan
produktivitas yang tinggi bila dibanding pengolahan gula semut lainnya.
PD Saung Aren memiliki strategi pemasaran yang diterapkan dengan baik
melalui strategi harga, produk, promosi, maupun distribusi yang mampu membuat
gula semut ini diterima di pasar dan mampu bersaing dengan produk sejenis yang
dihasilkan oleh pesaing. Berdasarkan analisis terhadap aspek pasar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk
dijalankan.
6.2. Aspek Teknis
Analisis terhadap aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini
mencakup lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan
jenis teknologi. Berikut adalah hasil analisis pada setiap variabel aspek teknis.
6.2.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren terletak jalan Raya
Cipanas Km. 9 Desa Pajagan, Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak, Banten.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi usaha adalah:
1. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan komponen penting dari keseluruhan proses operasi
perusahaan sehingga penanganannya menjadi signifikan dalam penentuan lokasi
usaha. Bahan baku utama yang digunakan dalam gula semut ini adalah gula cetak.
Untuk memperoleh gula cetak, pihak PD Saung Aren melakukan kerjasama
dengan pengrajin gula cetak di daerah Cijaku dan Malingping. Kerjasama yang
dilakukan berupa kemitraan, dimana petani mitra harus menyuplai gula cetak
secara kontinyu kepada perusahaan dengan tingkat harga dan kuantitas yang
sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Perusahaan juga memasok bahan baku
dari pedagang pengumpul di daerah Panggarangan. Hal ini dilakukan untuk
menjaga ketersediaan bahan baku ketika permintaan gula semut meningkat.
Perusahaan memilih ketiga lokasi ini sebagai pemasok bahan baku dengan
pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra gula aren di Kabupaten
Lebak. Berdasarkan data Dishutbun Kabupaten Lebak mengenai luas areal dan
66��
produksi tanaman aren pada sentra produksi di Kabupaten Lebak tahun 2008
(Lampiran 1), Kecamatan Cijaku, Malingping, dan Panggarangan mampu
memproduksi 387,392 ton gula cetak per tahun. Ini menunjukkan bahwa ketiga
lokasi ini memiliki potensi bahan baku yang relatif tinggi. Selain itu, ketiga
daerah ini memiliki kemudahan aksesibilitas, kualitas gula aren yang baik, dan
biaya untuk mendapatkan bahan baku yang cukup murah, karena perusahaan tidak
harus menanggung biaya pengankutan bahan baku dari sumber bahan baku ke
lokasi usaha.
Dalam menetukan kebutuhan bahan baku, perusahaan biasa menyesuaikan
dengan kapasitas produksi usaha per bulan. Tiap bulannya perusahaan
membutuhkan 29,74 ton gula cetak. Sebanyak 8 ton diperoleh dari Kecamatan
Cijaku, 13 ton diperoleh dari Kecamatan Malingping, dan 8,75 ton diperoleh dari
Kecamatan. Rincian sumber, jumlah pasokan dan harga gula cetak per bulan PD
Saung Aren dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sumber, Jumlah Pasokan dan Harga Gula Cetak per Bulan PD Saung
Aren
Sumber Bahan Baku Jumlah Pasokan per bulan (ton) Harga (Rp/ Kg)
Kecamatan Cijaku 8,00 8.300
Kecamatan Malingping 13,00 8.300
Kecamatan Panggarangan 8,75 8.500
Jumlah 29,75 Sumber : PD Saung Aren 2010
2. Letak Pasar yang Dituju
Pertimbangan dalam pemilihan lokasi usaha juga disesuaikan dengan letak
pasar yang dituju. Sebagian besar pasar tujuan produk gula semut PD Saung Aren
adalah pabrik dan trader yang berlokasi di daerah Tanggerang dan Jakarta.
Sebagian lagi berasal dari pembeli perorangan yang berasal dari Provinsi Banten.
Pasar gula semut PD Saung Aren bisa ditempuh dalam waktu 2-3 jam dari lokasi
usaha dengan menggunakan kendaraan operasional yang ada untuk
mendistribusikan gula semut.
3. Tenaga Listrik dan Air
Proses produksi gula semut bergantung dari ketersediaan listrik di lokasi
usaha. Hal ini karena, semua mesin produksi yang digunakan perusahaan
digerakan oleh tenaga listrik. Bila tidak ada listrik pengerjaan harus dilakukan
67��
secara manual dengan peralatan sederhana. Hal ini tentunya akan menurunkan
kapasitas produksi yang bisa dicapai perusahaan. Lokasi usaha di Desa Pajagan
Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak sudah terjangkau oleh aliran listrik. Selain itu
daerah ini hampir tidak pernah mengalami pemadaman listrik, sehingga tidak ada
masalah pada pemenuhan kebutuhan tenaga listrik. Sedangkan untuk akses air
bersih juga tidak mengalami kendala yang berarti. Air yang digunakan berasal
dari sumur sendiri yang dilengkapi dengan jet pump.
4. Suplai Tenaga Kerja
Suplai tenaga kerja bagi perusahaan tidak mengalami masalah. Tenaga
kerja perusahaan terdiri dari dua lingkup, tenaga kerja internal dan eksternal.
Tenaga kerja internal perusahaan berasal dari daerah Rangkasbitung. Bahkan
untuk Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi merupakan anggota keluarga
dari investor yang menamkan modal di perusahaan ini. Sedangkan tenaga kerja
eksternal yang dimiliki perusahaan berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha
pengolahan gula semut. Tenaga kerja ini diperuntukkan di bagian produksi gula
semut. Tenaga kerja ini tidak sulit diperoleh oleh perusahaan. Hal ini karena
kriteria untuk perekrutan tenaga kerja eksternal ini mudah yaitu tekun, rajin, ulet
dan dapat dipercaya.
5. Fasilitas Transportasi
Lokasi usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren terletak di pinggir
Jalan Raya Cipanas. Kondisi jalan yang melalui lokasi usaha ini sangat baik
karena merupakan jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Sajra
dengan Kecamatan Rangkasbitung yang merupakan ibukota Kabupaten Lebak.
Akses menuju lokasi usaha ini sangat mudah, banyak angkutan umum seperti
angkutan kota dan bis antarkota yang melalui lokasi ini.
Fasilitas transportasi menuju sumber bahan baku di Kecamatan Cijaku,
Malingping, dan Panggarangan tersedia dengan baik. Lokasi bahan baku bisa
ditempuh selama 1-2 jam dari lokasi usaha dengam menggunakan kendaraan roda
empat. Fasilitas transportasi menuju pasar gula semut PD Saung Aren di
Tanggerang dan Jakarta tersedia dengan baik. Lokasi pasar bisa ditempuh selama
2-3 jam dari lokasi usaha dengan menggunakan kendaraan operasional
68��
perusahaan. Kondisi jalan yang memadai menjadikan proses produksi dan
pemasaran gula semut di PD Saung Aren berjalan dengan lancar.
6. Hukum dan Peraturan yang Berlaku
Usaha pengolahan gula semut yang didirikan PD Saung Aren di
Kecamatan Sajira tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku
di wilayah tersebut sehingga tidak ada hambatan bagi usaha untuk
mengoperasikan usahanya. Usaha ini telah mendapat izin resmi dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Lebak.
7. Iklim
Cuaca di Kecamatan Sajra yang cenderung panas dengan suhu mencapai
27oC (Lebak dalam Angka 2007) sangat mendukung proses produksi di PD Saung
Aren khususnya saat proses pengeringan gula semut. Hal ini dikarenakan proses
pengeringan gula semut di PD Saung Aren masih menggunakan bantuan sinar
matahari untuk menjaga rasa gula semut agar tetap terjaga. Namun perusahaan
memiliki oven untuk melakukan proses pengeringan ketika musim hujan datang.
8. Sikap masyarakat
Sikap masyarakat Desa Pajagan sangat terbuka dan mendukung terhadap
keberadaan usaha pengolahan gula semut ini. Hal ini karena perusahaan sudah
mampu menyerap tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar pabrik
meskipun jumlahnya belum begitu banyak. Selain itu, proses produksi gula semut
yang tidak menghasilkan limbah dan tidak menimbulkan polusi baik polusi udara
maupun polusi suara, menyebabkan masyarakat tidak merasa terganggu dengan
keberadaan usaha ini.
9. Rencana Perluasan Usaha
PD Saung Aren berkeinginan memperluas skala usahanya melalui
peningkatan kapasitas produksi. Kapasitas produksi saat ini hanya mencapai
26,175 ton per bulan, akan ditingkatkan menjadi 31,18 ton per bulan sesuai
dengan kapasitas mesin pengayak dan penepung yang dimiliki yang mencapai
31,2 ton per bulan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan dari
supermarket yang ada di Jakarta. Peningkatan kapasitas ini disertai dengan
penambahan satu unit mesin kemasan dan perluasan area penjemuran gula semut.
69��
Luas ruang pengemasan yang mencapai 40 m2 dan luas area penjemuran yang
mencapai 60 m2 masih memungkinkan perluasan usaha dilaksanakan di lokasi ini.
6.2.2. Luas Produksi
Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk
mencapai keuntungan yang optimal. Secara sederhana luas produksi ditentukan
oleh kemungkinan market share yang dapat diraih dengan mempertimbangkan
kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki. Namun demikian terdapat beberapa
metode yang dipakai untuk menentukan luas produksi yang optimal, salah satunya
adalah pendekatan Break Event Point (BEP).
Berdasarkan perhitungan BEP pada Lampiran 3, diperoleh nilai BEP untuk
penjualan ke pabrik sebesar 50,59961 ton per tahun, BEP untuk penjualan ke
trader sebesar 88,31931 ton per tahun, dan BEP untuk penjualan ke konsumen
langsung sebesar 0,37191 ton per tahun. Kapasitas produksi gula semut di PD
Saung Aren tahun 2010 mencapai 314,1 ton per tahun dengan sebaran produksi
120 ton dipasarkan ke pabrik, 192 ton dipasarkan ke trader, dan sebesar 2,1 ton
dipasarkan ke konsumen langsung. Kapasitas produksi PD Saung Aren tahun
2010 ini lebih besar dari nilai BEP, ini menunjukkan bahwa kapasitas produksi
gula semut sudah melebihi luas produksi minimal perusahaan. Perbandingan
kapasitas produksi gula semut dengan nilai BEP di PD Saung Aren dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan Kapasitas Produksi dengan Nilai BEP PD Saung Aren
Target Pasar Kapasitas Produksi per
Tahun (Ton) BEP per Tahun (Ton)
Pabrik 120 50,59961
Trader 192 88,31931
Konsumen Langsung 2,1 0,37191
Jumlah 314,1 139,29083
6.2.3. Proses Produksi
Proses produksi merupakan proses pengubahan bahan baku menjadi hasil
akhir atau produk. Tahapan proses produksi gula semut di PD Saung Aren yaitu
persiapan bahan baku (gula cetak), penghancuran, pengeringan, pengayakan,
penepungan, pencampuran dan pengemasan.
70��
Proses produksi pembuatan gula semut di PD Saung Aren termasuk ke
dalam proses produksi kontinu (continuous production). Hal ini karena fasilitas
produksi atau mesin diatur berdasarkan urutan pembuatan produk. Perusahaan
yang menggunakan stategi proses yang fokus terhadap produk umumnya
berproduksi dalam volume yang tinggi dengan tingkat variasi yang rendah. Hal ini
sesuai dengan kondisi PD Saung Aren yang hanya memproduksi satu jenis produk
yaitu gula semut dengan volume yang relatif besar yaitu 26,175 ton per bulan.
Proses produksi gula semut yang dilakukan perusahaan sudah sesuai
dengan prosedur produksi yang ditetapkan oleh Badan Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Provinsi Banten. Adanya beberapa tahap produksi yang tidak
sama disebabkan karena adanya perbedaan bahan baku yang digunakan. Menurut
BPTP Banten, bahan baku yang digunakan untuk membuat gula semut di skala
industri adalah gula semut setengah jadi yang berasal dari pengrajin gula aren.
Sedangkan bahan baku yang digunakan perusahaan adalah gula cetak. Hal ini
dikarenakan sulitnya mencari pengrajin yang menghasilkan gula semut setengah
jadi di Kabupaten Lebak, sehingga untuk menjaga ketersediaan bahan baku
perusahaan menggunakan gula cetak sebagai bahan baku utama. Agar kualitas
gula semut tetap sesuai standar yaitu dengan kadar air di bawah 3 persen,
perusahaan melakukan dua kali proses pengeringan. Proses pengeringan pertama
dilakukan setelah proses penghancuran gula cetak. Pengeringan ini dilakukan
selama 2 jam di bawah panas matahari untuk menurunkan kadar air hingga di
bawah 5 persen. Proses pengeringan I dilakukan sebelum proses pengayakan,
sebab mesin pengayakan sangat rentan terhadap materi yang lembab. Bila gula
aren yang sudah digiling tidak dikeringkan terlebih dahulu sebelum diayak, maka
saat proses pengayakan, gula aren akan menggumpal kembali dan proses
pengayakan tidak berjalan dengan baik.
Di PD Saung Aren, gula reject yang dihasilkan setelah proses pengayakan
tidak dibuat menjadi gula cetak, tetapi dimasukan ke dalam mesin penepung
sehingga ukurannya lebih halus seperti gula semut yang lolos pada proses
pengayakan. Untuk menjaga keseragaman warna dan tekstur , gula semut reject
dan gula semut yang lolos pada proses pengayakan di campur secara manual
untuk kemudian dikeringkan di bawak sinar matahari selama 45 menit.
71��
Perbandingan proses produksi gula semut di PD Saung Aren dengan proses
produksi gula semut di BPTP Banten dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Perbandingan Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren
dengan Prosedur Produksi Gula Semut di BPTP Banten
6.2.4. Layout Produksi
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Proses penentuan bentuk atau
layout pada usaha pengolahan gula semut ini masih sederhana. Antara gudang,
tempat produksi, dan bagian administrasi sudah berada pada ruangan yang
berbeda walaupun masih dalam satu bangunan. Hal ini bertujuan agar gula semut
yang dihasilkan memiliki kualitas dan mutu yang tinggi serta higienis karena
hanya karyawan produksi saja yang diperbolehkan masuk ke ruang produksi.
Layout dari lokasi usaha pengolahan gula semut dapat dilihat pada Gambar 13.
72��
Gambar 13. Layout Lokasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren
Sumber: PD Saung Aren 2010
Bahan baku utama yaitu gula cetak di simpan di dalam gudang bahan baku
yang terletak di sebelah ruang produksi. Hal ini ditujukan untuk memudahkan
pengambilan bahan baku ketika akan melakukan proses produksi. Di ruang
produksi terdapat 4 buah mesin yang diletakan secara berjejer. Mesin slicer
diletakan paling dekat dengan gudang karena mesin ini yang pertama kali
digunakan untuk menghancurkan gula cetak, kemudian diletakan oven, mesin
penepung dan mesin pengayak. Ketika musim kemarau proses pengeringan
dilakukan dengan menjemur gula semut di bawah sinar matahari. Proses ini
dilakukan di lapang dekat ruang produksi. Jika hujan, proses pengeringan
dilakukan di dalam oven yang terdapat di ruang produksi. Proses pengemasan
dilakukan di ruang terpisah dekat ruang produksi. Ruang ini dibuat terpisah agar
tidak terjadi kontaminasi dengan lingkungan luar. Pada ruangan ini terdapat
timbangan duduk 500 kg. Gula semut yang sudah dikemas disimpan di dalam
gudang gula semut.
6.2.5. Pemilihan Jenis Teknologi
Penggunaan teknologi pada usaha pengolahan gula semut ini terlihat dari
penggunaan mesin pada proses produksinya. Terdapat 4 mesin utama yang
digunakan perusahaan untuk memproduksi gula semut, yaitu sebagai berikut :
1. Mesin Penggiling (slicer)
73��
Mesin penggiling (slicer) terbuat dari bahan stainless steel dengan frame yang
berbahan besi. Mesin ini berfungsi untuk menghancurkan gula cetak menjadi
bongkahan yang lebih kecil dan halus. Mesin penggiling digerakan oleh
tenaga listrik dengan kapasitas 80 kg per proses.
Gambar 14. Mesin Penggiling (Slicer) Gula Cetak
2. Mesin Pengayak
Mesin Pengayak atau Vibrator Screen ini terbuat dari bahan plat stainless steel
dengan frame berbahan besi. Terdiri dari 3 (tiga) lapisan kasa screen berbahan
stainless steel. Dua lapisan teratas untuk mengayak bahan dan satu lapisan
paling bawah untuk menampung bahan hasil ayakan. Mesin ini digerakan oleh
tenaga listrik. Mesin pengayak atau Vibrator Screen berfungsi untuk
menyortir gula semut yang masih memiliki ukuran yang cukup besar. Mesin
pengayak yang dimiliki perusahaan memiliki ukuran 18 mesh. Mesin ini
memiliki kapasitas 100 kg per jam.
Gambar 15. Mesin Pengayak Gula Semut
3. Mesin Penepung
74��
Mesin Penepung digunakan untuk menghancurkan gula semut reject menjadi
lebih halus seperti tepung. Mesin ini toleran terhadap produk yang agak basah
dan tidak begitu merubah warna. Mesin penepung terbuat dari Stainless Steel
yang digerakan oleh tenaga listrik dengan kapasitas 25 kg per proses.
�
Gambar 16. Mesin Penepung Gula Semut Reject
4. Oven
Mesin Pengering/Oven berfungsi menggantikan sinar matahari sebagai
pengering alami ketika kondisi cuaca mendung atau hujan. Mesin ini
digunakan untuk menurunkan kadar air yang ada di dalam gula semut.
Rangka mesin pengering terbuat dari plat besi kotak sedangkan seluruh body
dibuat dari plat stainless steel food grade (khusus makanan). Mesin ini
dilengkapi alat kontrol suhu otomatis, sehingga suhu pengeringan dapat diatur
dan dikendalikan secara otomatis.
Gambar 17. Mesin Pengering Gula Semut (Oven)
75��
Mesin-mesin yang digunakan untuk memproduksi gula semut di PD Saung
Aren sudah tepat guna karena sesuai dengan kebutuhan produksi dan dapat
dioperasikan dengan mudah oleh karyawan. Selain itu mesin-mesin tersebut tidak
menimbulkan kebisingan sehingga tidak mengganggu masayarakat sekitar pabrik.
6.2.6. Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa usaha
pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk dijalankan. Hal ini karena
secara teknis lokasi usaha sudah mampu mendukung kelancaran usaha, kapasitas
produksi perusahaan sudah melebihi luas produksi minimal, proses produksi telah
sesuai standar yang ada sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas
dan higienis. Walupun kondisi layout lokasi usaha masih sederhana tetapi tidak
ada kendala dalam alur produksinya. Teknologi yang digunakan merupakan
teknologi ramah lingkungan yang cukup sederhana sehingga tidak menyulitkan
bagi karyawan untuk mengoperasikannya.
6.3. Aspek Manajemen dan Hukum
Diperlukan suatu organisasi dan manajemen agar usaha pengolahan gula
semut ini dapat berjalan dengan baik. Sruktur organisasi ditetapkan untuk
menunjang pelaksanaan usaha. Struktur organisasi PD Saung Aren masih sangat
sederhana. Pemilik yang juga menanam modal berperan sebagai pimpinan
perusahaan. Pimpinan membawahi Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan,
serta Kepala Bagian Produksi yang disebut Kepala Pabrik. Kepala Pabrik
memiliki karyawan yang akan membantu proses produksi secara langsung.
Pimpinan harus memberikan laporan mengenai kondisi perusahaan secara berkala
kepada komisaris yang menginvestasikan dananya di perusahaan. Selama ini
semua bagian yang ada pada struktur tersebut telah melaksanakan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
Karyawan dalam usaha pengolahan gula semut ini adalah karyawan yang
terlibat dalam kegiatan produksi di PD Saung Aren, mulai dari pengumpulan
bahan baku, penghancuran, penjemuran/oven, pengayakan, penepungan, hingga
pengemasan. Saat ini, usaha ini telah memiliki delapan orang karyawan yang
kesemuanya adalah laki-laki. Rata-rata karyawan merupakan tamatan SD dan
SLTP yang sebagian besar berasal dari penduduk sekitar lokasi usaha. Karyawan
76��
masuk setiap hari Senin hingga Sabtu dan mendapat libur pada hari Minggu.
Setiap hari kerja, mereka masuk pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore.
Pembagian gaji di PD Saung Aren disesuaikan dengan jabatan yang
dipegang. Hal ini karena jabatan mencerminkan tugas dan tanggung jawab yang
harus dijalankan oleh seseorang. Pimpinan PD Saung Aren memperoleh gaji Rp
3.500.000,00 tiap bulannya. Hal ini karena, pimpinan juga bertanggung jawab
terhadap kegiatan pemasaran yang ada di perusahaan. Kepala Administrasi dan
Keuangan, serta Kepala Pabrik memperoleh gaji Rp 1.500.000,00 per bulan, dan
masing-masing karyawan produksi memperoleh gaji Rp 800.000 per bulan.
Analisis terhadap aspek manajemen mencakup pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dalam melakukan pengolahan gula semut di PD Saung Aren. Fungsi-
funsi manajemen yang dimaksud adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan atau pelaksanaan, dan pengendalian.
Pelaksanaan fungsi perencanaan dilakukan oleh pimpinan PD Saung Aren
selaku pemilik dan pendiri dalam pengolahan gula semut ini. Perencanaan
mencakup bagaimana melaksanakan pengolahan gula semut yang efisien dan
efektif, ketersediaan bahan baku, penetapan harga, pelaksanaan promosi, dan
pemasaran yang efektif. Fungsi perencanaan ini dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan pengalaman yang telah dialami pemilik selama usaha pengolahan gula
semut ini berjalan.
Fungsi pengorganisasian dilakukan oleh pimpinan PD Saung Aren. Setiap
jabatan dalam struktur organisasi memiliki job description masing-masing. Baik
pimpinan, kepala bagian dan karyawan memiliki fungsi dan tugas masing-masing.
Pimpinan mengkoordinasikan setiap fungsi dan tugas kepada bawahannya agar
pekerjaan dapat berjalan secara baik dan terintegrasi. Oleh karena itu,
pengorganisasian atau pengkoordinasian setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan
baik dan tepat.
Pelaksanaan pengolahan gula semut dilakukan oleh setiap jabatan yang
telah memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Pelaksanaan kegiatan mulai dari
pembelian bahan baku, pengolahan gula cetak menjadi gula semut yang
berkualitas, kemudian pemasaran ke berbagai daerah serta promosi agar gula
semut PD Saung Aren dikenal oleh masyarakat luas. Pimpinan harus mampu
77��
menggerakkan bawahannya mengerjakan setiap pekerjaan dengan baik serta
menciptakan loyalitas yang tinggi dari dalam diri karyawan sehingga setiap
pekerjaan dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Selain ketiga fungsi manajemen tersebut, fungsi pengendalian juga
menjadi salah satu hal yang perlu dikaji untuk melihat kelayakan dari aspek
manajemen. Pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh komisaris dan
pimpinan terhadap kinerja karyawan.
Bentuk dari usaha pengolahan gula semut ini adalah Perusahaan Dagang
(PD). Dalam menjalankan usaha pengolahan gula aren ini, pihak PD Saung Aren
sudah memiliki beberapa izin pendirian usaha, diantaranya Akta Pendirian, Tanda
Daftar Perusahaan, Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), dan izin Depkes. Dengan adanya izin usaha ini, perusahaan dapat
menjalankan usahanya dengan lancar karena telah memenuhi hukum dan
peraturan yang berlaku.
Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek manajemen dan hukum diatas,
dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak
untuk dijalankan. Secara institusional, tidak ada masalah dalam perizinan usaha
karena telah memiliki izin resmi. Bentuk usaha perusahaan pun sudah jelas.
Struktur organisasi memang masih tergolong sederhana, namun perusahaan ini
telah mempunyai pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen PD Saung Aren juga telah terlaksana dengan baik dan
benar.
6.4. Aspek Sosial dan Ekonomi
Keberadaan usaha pengolahan gula semut yang dijalankan oleh PD Saung
Aren ini mendapat dukungan dari masyarakat sekitar pabrik karena tidak
bertentangan dengan kebiasaan masyarakat setempat. Keberadaan usaha
pengolahan gula semut ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar
usaha, yaitu berupa penyerapan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar
lokasi usaha. Usaha gula semut ini telah menyerap 8 orang tenaga kerja. meskipun
jumlahnya tidak banyak, setidaknya perusahaan sudah mampu mengurangi
pengangguran di daerah sekitar pabrik.
78��
Adanya kemitraan yang dijalin perusahaan dengan pemasok gula cetak
seperti dengan kelompok pengrajin gula cetak di daerah Cijaku dan Malingping
telah mampu meningkatkan pendapatan pengrajin gula cetak di kedua lokasi
tersebut. Hal ini karena harga gula cetak yang ditawarkan PD Saung Aren kepada
pengrajin lebih tinggi dibandingkan harga yang ditawarkan tengkulak. Oleh
karena itu, secara tidak langsung ada distribusi pendapatan kepada masyarakat.
Adanya pajak yang dibayarkan perusahaan kepada pemerintah menunjukkan
bahwa usaha ini turut memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah
secara keseluruhan.
Dilihat dari aspek sosial dan ekonomi, usaha pengolahan gula semut ini
layak untuk diusahakan. Kelayakan ini dilihat dari tingkat benefit yang diberikan
dari usaha pengolahan gula semut ini kepada masyarakat.
6.5. Aspek Lingkungan
Analisis terhadap aspek lingkungan dilakukan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan usaha pengolahan gula
semut terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil observasi, kegiatan usaha
pengolahan gula semut yang dilakukan oleh PD Saung Aren tidak menghasilkan
limbah yang dapat berdampak buruk bagi keseimbangan lingkungan. Mesin dan
peralatan yang digunakan dalam proses produksi juga tidak menyebabkan polusi
udara yang akan merusak lingkungan sekitar pabrik. Dengan demikian dilihat dari
aspek lingkungan, usaha pengolahan gula semut ini layak untuk dijalankan.
6.6. Analisis Aspek Finansial
Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha
pengolahan gula semut di PD Saung Aren secara finansial. Pengukuran layak atau
tidaknya usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi
terhadap dua skenario usaha. Kriteria investasi tersebut meliputi net present value
(NPV), internal rate return (IRR), net benefit-cost ratio (Net B/C), dan payback
period (PBP).
6.6.1. Analisis Kelayakan Finansial Skenario I
Skenario I merupakan kondisi usaha pengolahan gula semut yang sedang
dijalankan pada saat ini. Kapasitas produksi perusahaan mencapai 26,175 ton per
79��
bulan dan diasumsikan tidak terjadi penambahan biaya atau manfaat selama umur
usaha berlangsung.
6.6.1.1. Inflow
Aliran kas masuk (inflow) pada skenario I berasal dari penerimaan
penjualan dan nilai sisa dari investasi.
a. Penerimaan penjualan
Penerimaan penjualan yang diperoleh usaha ini berasal dari penjualan gula
semut, baik yang dijual secara grosir dalam ukuran 40 kg maupun yang dijual
secara eceran dalam ukuran 350 gram. Penerimaan penjualan diperoleh dari
jumlah produksi yang dikalikan dengan harga jual produknya. Setiap bulannya,
perusahaan mampu memproduksi 26,175 ton gula semut. Jumlah ini dibawah
kapasitas maksimum dari mesin yang dimiliki perusahaan yang mencapai 31,2 ton
per bulan. Pada tahun pertama, perusahaan berproduksi pada bulan ketiga. Hal ini
karena di dua bulan pertama digunakan perusahaan untuk merehab pabrik dan
membeli mesin serta perlengkapan produksi yang umumnya bersifat indent. Pada
tahun kedua hingga tahun kedelapan, perusahaan sudah berproduksi pada bulan
pertama setiap tahunnya. Total produksi pada tahun pertama mencapai 262,1 ton
sedangkan di tahun kedua hingga tahun kedelapan mencapai 314,1 ton.
Perusahaan menetapkan harga yang berbeda pada produk gula semut yang
dihasilkannya. Perbedaan ini didasarkan pada jenis konsumen yang membeli
produk tersebut. Untuk pabrik, perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp
12.000,00 per kg. Untuk trader, perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp
11.000,00 per kg, dan untuk konsumen langsung, perusahaan menjual gula semut
dengan harga Rp 28.571,43 per kg atau Rp 10.000,00 per toples kemasan 350
gram. Gula semut yang dijual ke pabrik dan trader adalah gula semut kemasan 40
kg yang dijual secara grosir. Setiap bulannya, perusahaan mampu menyuplai 10
ton gula semut ke pabrik atau setara dengan 250 karung ukuran 40 kg. Sedangkan
untuk trader, perusahaan mampu menyuplai sekitar 16 ton gula semut setiap
bulannya atau setara dengan 400 karung ukuran 40 kg. Untuk konsumen langsung,
pembelian gula semut biasanya dilakukan secara eceran dalam kemasan 350 gram.
Total penjualan gula semut secara eceran berfluktuatif setiap bulannya, namun
mengalami kecenderungan kenaikan di bulan Mei hingga Oktober. Hal ini karena
80��
pada bulan-bulan tersebut perusahaan sering mengikuti pameran-pameran yang
diadakan di Provinsi Banten atau di Jakarta. Total gula semut yang dijual secara
eceran mencapai 2,1 ton per tahun setara dengan 6.000 toples gula semut kemasan
350 gram. Bila dihitung per bulan, rata-rata penjualannya mencapai 0,175 ton per
bulan atau setara dengan 500 toples gula semut kemasan 350 gram. Total produksi
dan nilai penjualan gula semut skenario usaha I ini dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 . Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per Tahun pada
Skenario I
Tahun Konsumen Jumlah Satuan Harga/Satuan
(Rp)
Nilai Penjualan
(Rp)
Total Nilai
Penjualan (Rp)
1 Pabrik 100.000 Kg 12.000 1.200.000.000
3.020.000.000 Trader 160.000 Kg 11.000 1.760.000.000
Konsumen
Langsung 6.000 Toples 10.000 60.000.000
2-10 Pabrik 120.000 Kg 12.000 1.440.000.000
3.612.000.000 Trader 192.000 Kg 11.000 2.112.000.000
Konsumen
Langsung 6.000 Toples 10.000 50.000.000
b. Nilai Sisa
Penerimaan lain yang diperoleh PD Saung Aren adalah nilai sisa atau
salvage value. Nilai sisa diperoleh dari nilai sisa barang-barang yang sifatnya
investasi dan masih bernilai serta berada di akhir umur usaha. Investasi yang
masih memiliki nilai sisa pada akhir umur usaha adalah mesin penggiling (slicer),
mesin pengayak, mesin penepung, oven, timbangan duduk 500 kg, dan mobil.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sisa pada akhir umur usaha sebesar
Rp 4.100.000.00. Nilai sisa terbesar berasal dari komponen mesin dan mobil.
Masing-masing investasi tersebut memiliki nilai sisa Rp 500.000,00 pada akhir
umur usaha. Perhitungan nilai sisa dapat dilihat di Tabel 14.
Tabel 14. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario I
Uraian Jumlah
(Unit)
Harga
(Rp/Unit)
Nilai
(Rp)
Umur Ekonomis
(Tahun)
Nilai Sisa
(Rp)
Mesin Penggiling (Slicer) 2 35.000.000 70.000.000 8 1.000.000
Mesin Pengayak 2 50.000.000 100.000.000 8 1.000.000
Mesin Penepung 2 36.250.000 72.500.000 8 1.000.000
Oven 1 67.500.000 67.500.000 8 500.000
Timbangan Duduk 500
kg 1 2.500.000 2.500.000 8 100.000
Mobil 1 100.000.000 100.000.000 8 500.000
Total 4.100.000
81��
6.6.1.2. Outflow
Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai berbagai macam kegiatan
perusahaan. Dalam skenario I, arus pengeluaran (outflow) dikelompokan ke dalam
beberapa biaya, yaitu biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional, dan
pajak penghasilan.
a. Biaya investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha
pengolahan gula semut. Komponen investasi yang dikeluarkan oleh PD Saung
Aren disesuaikan dengan kebutuhan produksi secara teknis, meliputi ijin usaha,
sewa dan rehab bangunan pabrik, pembelian mesin dan peralatan produksi,
kendaraan serta peralatan kantor.
Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh PD Saung Aren adalah sebesar
Rp 665.690.000,00. Biaya investasi yang terbesar pada skenario I adalah biaya
pembelian empat jenis mesin utama pembuat gula semut yang mencapai Rp
310.000.000,00. Disamping itu pengadaan peralatan produksi dan peralatan kantor
juga merupakan investasi penting lainnya yang harus tersedia untuk memulai
usaha pengolahan gula semut ini. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel
15.
82��
Tabel 15. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario I
Uraian Jumlah Satuan Harga
(Rp/Satuan)
Nilai
(Rp)
Ijin Usaha
- Akta Pendirian 1 Berkas 450.000 450.000
- Tanda Daftar Perusahaan 1 Berkas 400.000 400.000
- SIUP 1 Berkas 400.000 400.000
- NPWP 1 Berkas 350.000 350.000
- Izin Depkes 1 Berkas 400.000 400.000
Sewa Bangunan Pabrik 8 Tahun 25.000.000 200.000.000
Rehab Pabrik 1 Unit 5.000.000 5.000.000
Mesin Penggiling (Slicer) 2 Unit 35.000.000 70.000.000
Mesin Pengayak 2 Unit 50.000.000 100.000.000
Mesin Penepung 2 Unit 36.250.000 72.500.000
Oven 1 Unit 67.500.000 67.500.000
Jet Pump 1 Unit 4.500.000 4.500.000
Troli 3 Unit 1.000.000 3.000.000
Gerobak 1 Unit 1.500.000 1.500.000
Bak Plastik 12 Unit 75.000 900.000
Loyang 200 Unit 100.000 20.000.000
Timbangan Duduk 500 kg 1 Unit 2.500.000 2.500.000
Palet Kayu 20 Unit 75.000 1.500.000
Komputer 1 Unit 4.500.000 4.500.000
Laptop 1 Unit 5.000.000 5.000.000
Mobil 1 Unit 100.000.000 100.000.000
Meja 3 Unit 730.000 2.190.000
Kursi 6 Unit 250.000 1.500.000
Lemari 1 Unit 1.600.000 1.600.000
Total 665.690.000
Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama namun biaya tersebut
mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda-beda. Hal
ini dipengaruhi oleh umur ekonomis dari masing-masing barang yang
diinvestasikan. Umur ekonomis dari setiap barang yang diinvestasikan ditentukan
berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat digunakan secara layak
dan masih memiliki fungsi yang baik untuk mendukung jalannya usaha
pengolahan gula semut. Selain umur ekonomis, penyusutan dari setiap barang
investasi juga dipengaruhi oleh nilai awal barang investasi dan nilai sisa barang
tersebut. Nilai penyusutan yang telah dihitung berdasarkan metode garis lurus
dapat dilihat pada Tabel 16.
83��
Tabel 16. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha Pengolahan
Gula Semut pada Skenario I
Uraian Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp)
Ijin Usaha
- Tanda Daftar Perusahaan 5 80.000
- SIUP 5 80.000
Sewa Bangunan Pabrik 8 25.000.000
Mesin Penggiling (Slicer) 8 8.625.000
Mesin Pengayak 8 12.375.000
Mesin Penepung 8 8.937.500
Oven 8 8.375.000
Jet Pump 8 562.500
Troli 4 750.000
Gerobak 4 375.000
Bak Plastik 2 450.000
Loyang 4 5.000.000
Timbangan Duduk 500 kg 8 300.000
Palet Kayu 2 750.000
Komputer 4 1.125.000
Laptop 4 1.250.000
Mobil 8 12.437.500
Meja 4 547.500
Kursi 4 375.000
Lemari 4 400.000
Total Penyusutan 87.795.000
b. Biaya Reinvestasi
Dalam komponen investasi, terdapat beberapa komponen yang telah habis
umur ekonomisnya sebelum umur usahanya berakhir. Umur ekonomis dari mesin
penggiling (slicer), mesin pengayak, mesin penepung dan oven ditentukan
menjadi umur usaha pengolahan gula semut karena selain merupakan komponen
penting dalam pelaksanaan usaha, keempat jenis mesin tersebut memiliki umur
ekonomis terpanjang dan juga salah satu komponen investasi yang memiliki nilai
investasi terbesar diantara investasi lain yang juga memiliki umur ekonomis
delapan tahun, misalnya jet pump, timbangan duduk 500 kg dan mobil. Ijin usaha
berupa Tanda Daftar Perusahaan dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) hanya
berlaku selama lima tahun, pada tahun keenam perusahaan harus memperpanjang
Daftar Perusahaan dan SIUP yang dimilikinya. Peralatan produksi seperti troli,
gerobak, dan loyang alumunium serta perlengkapan kantor seperti komputer,
84��
laptop, meja, kursi dan lemari memiliki umur ekonomis selama empat tahun.
Setelah empat tahun, peralatan tersebut sudah tidak layak untuk digunakan dan
dapat menghambat jalannya usaha. Untuk bak plastik dan palet kayu memiliki
umur ekonomis dua tahun. Peralatan tersebut memiliki umur ekonomis yang lebih
singkat karena penggunaannya dilakukan secara terus-menerus selama jalannya
usaha. Pada kondisi tersebut, perusaaan harus melakukan investasi kembali untuk
menambah fungsi ekonomisnya selama umur usaha masih berlangsung. Biaya
yang dikeluarkan untuk melakukan investasi kembali pada komponen investasi
yang telah habis umur ekonomisnya disebut dengan biaya reinvestasi. Biaya
reinvestasi yang dikeluarkan berbeda tiap tahunnya tergantung dari banyaknya
invesatasi yang perlu diperbaharui. Biaya reinvestasi yang diperlukan dalam usaha
pengolahan gula semut dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario I
Uraian
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Nilai (Rp)
Tahun 3 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7
Ijin Usaha
- Tanda Daftar Perusahaan 5 400.000
- Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 5 400.000
Troli 4 3.000.000
Gerobak 4 1.500.000
Bak Plastik 2 900.000 900.000 900.000
Loyang 4 20.000.000
Palet Kayu 2 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Komputer 4 4.500.000
Laptop 4 5.000.000
Meja 4 2.190.000
Kursi 4 1.500.000
Lemari 4 1.600.000
Total 2.400.000 41.690.000 800.000 2.400.000
Besarnya biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun kelima yaitu
sebesar Rp 41.690.000,00. Besarnya biaya investasi pada tahun tersebut
disebabkan adanya pembelian loyang sebanyak 200 unit, dimana tiap unitnya
memiliki harga Rp 100.000,00. Selain itu, terdapat investasi lain yang perlu
diganti pada tahun tersebut yaitu troli, gerobak, bak plastik, palet kayu, komputer,
laptop, meja, kursi dan lemari.
85��
c. Biaya operasional
Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan
dengan kegiatan operasional dari usaha pengolahan gula semut. Biaya operasional
terbagi menjadi biaya tatap dan biaya variabel.
• Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah
produksi yang dihasilkan. Biaya tetap pada PD Saung Aren terdiri dari:
1. Gaji pimpinan dan karyawan tetap
Karyawan tetap yang dimiliki PD Saung Aren adalah dua orang yaitu kepala
bagian administrasi dan keuangan serta kepala pabrik dengan gaji masing-
masing sebesar Rp 1.500.000,00 per bulan. Untuk pimpinan usaha, gaji yang
diterima sebesar Rp 3.500.000,00. Dengan demikian, biaya gaji pimpinan dan
karyawan tetap dalam satu tahun adalah Rp 78.000.000,00. Biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk gaji pimpinan dan karyawan tetap pada tahun
pertama sama dengan tahun kedua dan seterusnya karena pada bulan pertama
di tahun pertama, perusahaan sudah merekrut karyawan tetap untuk membantu
pimpinan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan investasi.
2. Biaya komunikasi
Biaya komunikasi yang dikeluarkan perusahaan rata-rata setiap tahunnya
sebesar Rp 6.000.000,00, dengan asumsi biaya komunikasi per bulan adalah
Rp 500.000,00. Pada tahun pertama usaha, biaya komunikasi sudah
dikeluarkan di bulan pertama meskipun kegiatan produksi baru dimualai pada
bulan ketiga. Hal ini dikarenakan, selama dua bulan pertama pihak perusahaan
tetap melakukan komunikasi dengan pemasok bahan baku dan suplier mesin
produksi.
3. Biaya Listrik
Biaya listrik yang dikeluatkan perusahaan setiap bulannya rata-rata sebesar Rp
1.000.000,00. Besarnya biaya listrik ini disebabkan semua mesin yang
digunakan untuk memproduksi gula semut menggunakan tenaga listrik. Pada
tahun pertama usaha, biaya listrik dikeluarkan pada bulan ketiga ketika semua
mesin sudah mulai beroperasi. Besar biaya listrik yang harus dibayar pada
86��
tahun pertama sebesar Rp 10.000.000,00 sedangkan pada tahun kedua sebesar
Rp 12.000.000,00.
4. Administrasi
Biaya administrasi kantor yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp
600.000,00, dengan asumsi biaya administrasi per bulan adalah Rp 50.000,00.
Biaya administrasi yang dikeluarkan pada tahun pertama sama dengan tahun
kedua dan seterusnya.
5. Promosi
Biaya promosi yang dikeluarkan perusahan setiap tahunnya adalah Rp
24.000.000,00. Besarnya biaya promosi yang dikeluarkan pada tahun pertama
sama dengan tahun kedua dan seterusnya. Hal ini dikarenakan biaya promosi
dikeluarkan oleh perusahaan selama melakukan pameran pada bulan Mei
hingga Oktober, sehingga meskipun di tahun pertama perusahaan baru
beroperasi pada bulan Maret, biaya promosi di tahun pertama akan tetap sama
dengan tahun-tahun berikutnya yang berproduksi sejak bulan pertama di awal
tahun.
6. Pembelian Sarung Tangan
Sarung tangan merupakan perlengkapan karyawan produksi yang dikenakan
saat melakukan proses produksi. Jumlah sarung tangan yang dibeli tergantung
dari jumlah karyawan produksi. Pada tahun pertama dan kedua jumlah
karyawan yang dimiliki perusahaan sama yaitu 8 orang, sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk membeli sarung tangan pada tahun pertama dan kedua sama
yaitu Rp 320.000,00.
7. Biaya pemeliharaan mesin
Biaya pemeliharaan mesin dikeluarkan untuk perawatan mesin dan peralatan
produksi. Mesin produksi yang memerlukan perawatan adalah mesin utama
seperti mesin penggiling (slicer), mesin pengayak, mesin penepung, dan oven.
Untuk peralatan produksi yang memerlukan perawatan diantaranya loyang
alumuniun, troli, timbangan duduk 500 kg dan gerobak. Peralatan seperti bak
plastik dan palet kayu tidak terlalu memerlukan pemeliharaan selama kondisi
alat tidak dalam keadaan rusak. Berdasarkan pengalaman usaha selama ini,
besarnya biaya pemeliharaan mesin setiap bulannya rata-rata mencapai Rp
87��
350.000,00. Pada tahun pertama usaha, biaya pemeliharaan mesin yang
dikeluarkan hanya untuk 10 bulan karena mesin baru beroperasi pada bulan
ketiga. Besarnya biaya pemeliharaan mesin pada tahun pertama yaitu Rp
3.500.000,00. Pada tahun kedua dan seterusnya, biaya pemeliharaan mesin
yang dikeluarkan untuk setiap tahunnya sebesar Rp 4.200.000,00.
8. Biaya penyusutan
Biaya penyusutan hanya terdapat pada laporan rugi laba. Besar penyusutan
investasi adalah Rp 87.795.000,00 per tahun.
Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun pertama
berbeda pada tahun kedua hingga tahun kedelapan. Rincian biaya tetap yang
dikeluarkan usaha pengolahan gula semut dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario I
Biaya Tetap Nilai (Rp)
Tahun 1 Tahun 2-10
Gaji karyawan:
1. Pimpinan 42.000.000 42.000.000
2. Kepala bagian 36.000.000 36.000.000
Telepon 6.000.000 6.000.000
Listrik 10.000.000 12.000.000
Administrasi 600.000 600.000
Promosi 24.000.000 24.000.000
Biaya pembelian sarung tangan 320.000 320.000
Biaya pemeliharaan mesin 3.500.000 4.200.000
Penyusutan* 87.795.000 87.795.000
Jumlah 210.215.000 212.915.000 Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan Laba/Rugi
Pada perhitungan cashflow perusahaan, komponen biaya terbesar adalah
biaya yang dikeluarkan untuk biaya gaji pimpinan perusahaan yaitu sebesar Rp
42.000.000,00 per tahun. Sedangkan pada laporan laba/rugi perusahaan,
komponen biaya yang terbear adalah biaya penyusutan sebesar Rp 87.795.000,00
per tahun. Biaya penyusutan peralatan hanya ada di perhitungan rugi laba karena
pada perhitungan tersebut tidak dikeluarkan biaya invesatsi sehingga komponen
outflow untuk investasi hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya
tetap dalam perhitungan laba/rugi usaha sebesar Rp 212.915.000,00 sedangkan
total biaya tetap dalam perhitungan cashflow adalah sebesar Rp 125.120.000,00.
88��
• Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dapat berubah-ubah tergantung
dari perubahan jumlah produksi yang dihasilkan, diantaranya biaya bahan baku
yaitu gula cetak, dan biaya kemasan. Biaya variabel lainnya yaitu gaji karyawan
produksi dan biaya transportasi. Rincian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel
19.
Tabel 19. Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario I
Biaya Variabel Nilai (Rp)
Tahun 1 Tahun 2-10
Gula cetak 2.489.648.500 2.983.518.600
Biaya kemasan 40 kg 6.500.000 7.800.000
Biaya kemasan 350 gram 12.000.000 12.000.000
Gaji karyawan produksi 64.000.000 76.800.000
Transportasi 40.000.000 48.000.000
Total 2.612.468.500 3.128.438.600
Biaya variabel yang dikeluarkan pada tahun pertama, merupakan biaya
variabel terendah yang dikeluarkan, yakni sebesar Rp 2.612.468.500,00. Pada
tahun ini kegiatan operasional usaha dimulai pada bulan ketiga sehingga biaya
yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku, membayar gaji karyawan produksi
dan sebagainya juga mulai dikeluarkan pada bulan tersebut. Sedangkan, pada
tahun kedua hingga kedelapan, biaya variabel yang dikeluarkan mengalami
peningkatan menjadi Rp 3.128.438.600,00 Berikut uraian biaya variabel yang
dikeluarkan selama umur usaha, yaitu:
1. Pembelian Gula cetak
Biaya variabel yang dikeluarkan untuk membeli gula cetak diperoleh dari
perkalian jumlah gula cetak dengan harga gula cetak per kg. Harga gula cetak
bervariasi, antara Rp 8.300,00 – Rp 8.500,00 per kg tergantung dari lokasi
sumber bahan baku. Pada tahun pertama, untuk memproduksi 262,1 ton gula
semut diperlukan 297,841 ton gula cetak. Sebanyak 297,841 ton gula cetak
yang dibutuhkan, 80 ton diperoleh dari daerah Cijaku dengan harga Rp
8.300,00 per kg, 130 ton diperoleh dari daerah Malingping dengan harga Rp
8.300,00 per kg, dan sisanya sebesar 87,841 ton diperoleh dari daerah
Panggarangan dengan harga Rp 8.500,00 per kg. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh total pembelian bahan baku pada tahun pertama
89��
sebesar Rp 2.489.648.500,00. Pada tahun kedua hingga kedelapan, untuk
memproduksi 314,1 ton gula semut diperlukan 356,932 ton gula cetak.
Sebanyak 356,932 ton gula cetak yang dibutuhkan, 96 ton diperoleh dari
daerah Cijaku dengan harga Rp 8.300,00 per kg, 156 ton diperoleh dari daerah
Malingping dengan harga Rp 8.300,00 per kg, dan sisanya sebesar 104,932 ton
diperoleh dari daerah Panggarangan dengan harga Rp 8.500,00 per kg.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh total pembelian bahan baku pada
tahun kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp 2.983.518.600,00 setiap
tahunnya. Jumlah ini mncapai 95 persen dari total biaya variabel.
2. Biaya Kemasan
Kemasan gula semut di PD Saung Aren dibedakan menjadi dua jenis yaitu
kemasan 40 kg dan kemasan 350 kg. Kemasan 40 kg berupa karung yang
dilapisi plastik bagian dalamnya. Biaya kemasan 40 kg adalah Rp 1.000,00 per
unit. Sedangkan kemasan 350 gram berupa toples plastik atau bambu dengan
biaya kemasan Rp 2.000,00 per unit. Pada tahun pertama perusahaan
memproduksi 262,1 ton gula semut yang terdiri dari 260 ton kemasan 40 kg
dan 2,1 ton kemasan 350 gram. Sehingga diperlukan 6.500 karung dengan
total biaya Rp 6.500.000,00 dan 6.000 toples dengan total biaya Rp
12.000.000,00. Pada tahun kedua dan seterusnya perusahaan memproduksi
314,1 ton gula semut yang terdiri dari 312 ton kemasan 40 kg dan 2,1 ton
kemasan 350 gram. Sehingga diperlukan 7.800 karung dengan total biaya Rp
7.800.000,00 dan 6.000 toples dengan total biaya Rp 12.000.000,00.
3. Gaji Karyawan Produksi
Jumlah karyawan produksi yang dimiliki perusahaan adalah 8 orang dengan
gaji Rp 800.000 per bulan untuk tiap orangnya. Pada tahun pertama
perusahaan hanya berproduksi selama sepuluh bulan, sehingga total biaya gaji
karyawan produksi adalah Rp 64.000.000,00. Sedangkan pada tahun kedua
hingga tahun kedelapan perusahaan berproduksi penuh selama 12 bulan,
sehingga total biaya gaji karyawan produksi mencapai Rp 76.800.000,00.
4. Biaya Transportasi
Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mengantarkan gula semut ke pabrik. Untuk gula semut yang dibeli trader atau
90��
konsumen langsung tidak memerlukan biaya transportasi karena mereka yang
langsung mengambil produk ke pabrik atau ke lokasi pameran. Untuk
pengambilan bahan baku dari tiga lokasi di Kabupaten Lebak juga tidak
dikenakan biaya transportasi, hal ini karena pemasok sendiri yang mengantar
gula cetak dari lokasi mereka ke lokasi usaha yang berada di Kecamatan
Sajira. Setiap bulannya pabrik makanan yang berlokasi di daerah Tanggerang
ini memesan 10 ton gula semut. Kendaraan yang dimiki perusahaan hanya
memiliki kapasitas 1 ton setiap kali angkutnya. Sehingga selama satu bulan
perusahaan melakukan pengantaran gula semut sebanyak sepuluh kali. Setiap
pengantaran, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 400.000,00 sehingga tiap
bulan perusahaan harus mengeluarkan Rp 4.000.000,00 untuk biaya
transportasi. Pada tahun pertama usaha, pengantaran gula semut di mulai di
bulan ketiga sehingga total biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan
pada tahun pertama sebesar Rp 40.000.000,00. Sedangkan pada tahun kedua
hingga kedelapan biaya transportasi sudah dikeluarkan sejak bulan pertama
sehingga biaya transportasi di tahun kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp
48.000.000,00 per tahun.
d. Pajak Penghasilan
Selain biaya operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya, sebuah usaha
juga harus memberikan kompensasi atas keuntungan yang diperolehnya kepada
negara melalui pembayaran pajak penghasilan. Pajak penghasilan merupakan
pengeluaran biaya atas keuntungan yang diperoleh suatu usaha. Permasalahan
mengenai besarnya jumlah pajak penghasilan yang harus dibayarkan kepada
negara setiap tahunnya diatur oleh pemerintah.
Berdasarkan pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM mengenai
kriteria UMKM berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan total penjualan per
tahun, usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren termasuk ke dalam usaha
skala menengah. Oleh karena itu, perhitungan pajak yang digunakan oleh unit
usaha mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008,
pasal 31 yang berisikan tarif wajib pajak bagi UMKM sebesar 25 persen dimana
tarif pajak menjadi flat setiap tahunnya. Berdasarkan perhitungan rugi laba, usaha
sudah mulai membayarkan pajak penghasilannya sejak tahun pertama usaha
91��
dimulai. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama sudah diperoleh laba atas
kegiatan usahanya. Besar pajak penghasilan di tahun pertama sebesar Rp
49.409.125,00. Sedangkan di tahun kedua dan seterusnya, pengeluaran atas pajak
penghasilan lebih besar yaitu Rp 67.741.600,00 karena laba yang diperoleh pun
lebih besar dari tahun pertama.
6.6.1.3. Analisis Rugi Laba
Analisis rugi laba merupakan suatu metode yang digunakan sebuah
perusahaan untuk mengetahui tingkat perolehan laba yang dimilikinya selama
masa usaha berlangsung. Metode yang digunakan dalam analisis rugi laba yaitu
dengan melakukan perhitungan atas pemasukan pendapatan dan pengeluaran
biaya selama masa pengoperasian usaha setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil perhitungan rugi laba usaha, tingkat perolehan laba di
tahun pertama berbeda dengan di tahun kedua dan seterusnya. Pada tahun
pertama, perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 148.227.357,00. Pada
tahun kedua dan seterusnya, perolehan laba bersih lebih besar dari tahun pertama
mencapai Rp 203.224.800,00. Hal ini dikarenakan masa produksi usaha
berlangsung penuh selama 1 tahun. Akumulasi keseluruhan laba bersih yang
diterima selama umur usaha berlangsung pada skenario I ini sebesar Rp
1.570.800.975,00. Hasil perhitungan analisis rugi laba usaha pengolahan gula
semut skenario 1 dapat dilihat di Lampiran 5.
6.6.1.4. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat
kelayakan usaha pengolahan gula semut berdasarkan atas nilai net benefit
(manfaat bersih) yang diperoleh, sebagai dasar perhitungan kelayakan finansial
pada empat kriteria investasi yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback
Period. Dalam analisis kelayakan finansial, nilai manfaat bersih (net benefit) yang
diperoleh didiskontokan dengan tingkat discount factor sebesar 6,5 persen.
Tingkat discount factor yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito
Bank Indonesia (BI) per Januari 2010. Hal ini dilakukan karena seluruh modal
yang digunakan usaha koperasi ini berasal dari modal sendiri, sehingga sebagai
nilai social Opportunity Cost of Capital (OCC) dari modal yang dimiliki tersebut
92��
digunakan tingkat suku bunga deposito sebagai tingkat diskon faktornya. Hasil
analisis kelayakan finansial pada skenario usaha I dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario I
Kriteria Investasi Nilai
NPV Rp 1.063.214.374,71
IRR 65 %
Net B/C 3,6
Payback Period 2,2 tahun
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa NPV usaha pengolahan gula
semut lebih besar dari nol yaitu Rp 1.063.214.374,71. Hal ini menunjukkan usaha
yang akan dijalankan PD Saung Aren memberikan manfaat bersih sebesar Rp
1.063.214.374,71 selama umur usaha 8 tahun dengan tingkat discount rate 6,5
persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk
dilaksanakan.
Pada skenario I diperoleh nilai IRR yang lebih besar dari discount rate
yang berlaku (IRR > 6,5 persen) yaitu sebesar 65 persen. Hal ini menunjukkan
tingkat pengembalian internal yang diperoleh dari kegiatan usaha pengolahan gula
semut jauh lebih besar dibanding tingkat diskonto yang berlaku. Nilai IRR ini
menunjukkan bahwa perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar
bila melakukan investasi pada kegiatan usaha pengolahan gula semut
dibandingkan mendepositokan modal investasinya di bank. Dengan demikian,
berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dijalankan.
Nilai Net B/C yang diperoleh pada skenario I mencapai 3,6. Artinya,
setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur usaha mendatangkan manfaat
sebesar Rp 3,60. Nilai net B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1, sehingga usaha
ini layak untuk dijalankan.
Pada kriteria investasi yang terakhir, diperoleh nilai Payback Period
sebesar 2,20 tahun. Hal ini berarti jangka waktu pengembalian untuk sejumlah
nilai investasi yang telah dikeluarkan yaitu selama 2 tahun 2 bulan 12 hari. Waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek dari
umur usaha (PP < 8 tahun). Dengan demikian, berdasarkan kriteria Payback
Period usaha ini layak untuk dijalankan.
93��
6.6.1.5. Analisis Switching Value
Analisis switching value atau analisis nilai pengganti digunakan untuk
mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan
penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha pengolahan gula semut
ini masih layak untuk dilaksanakan. Pada skenario I, analisis switching value
dilakukan dengan membuat nilai NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau
sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu. Variabel
sensitivitas pada analisis switching value yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu harga gula cetak dan harga gula semut. Dengan analisis switching value akan
diketahui peningkatan harga maksimum gula cetak dan penurunan harga
maksimum gula semut yang membuat usaha ini masih layak untuk dijalankan.
Hasil analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada
Tabel 21.
Tabel 21. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I
Perubahan Persentase
Peningkatan harga gula cetak 6,7%
Penurunan harga gula semut 5,5%
Berdasarkan hasil analisis switching value yang telah dilakukan, diketahui
bahwa tingkat kepekaan usaha terhadap penurunan harga gula semut lebih tinggi
dibandingkan peningkatan harga gula cetak yaitu sebesar 5,5 persen. Tingkat
kepekaan yang paling tinggi adalah adalah tingkat kepekaan usaha terhadap
peningkatan harga gula cetak yaitu sebesar 6,7 persen.
Peningkatan harga maksimum gula cetak yang masih bisa ditolerir adalah
sebesar 6,7 persen. Usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula
cetak dari masing-masing pemasok gula cetak melebihi 6,7 persen, yang berarti
harga gula cetak di kelompok pengrajin Kecamatan Cijaku dan Kecamatan
Malingping lebih tinggi dari Rp 8.855,88 per kg, serta harga gula cetak di
pedagang pengumpul Kecamatan Panggarangan lebih tinggi dari Rp 9.069,27 per
kg. Faktor yang menyebabkan harga gula cetak meningkat adalah karena adanya
peningkatan jumlah permintaan gula cetak secara drastis. Ini biasanya terjadi saat
menjelang bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri. Rincian analisis
switching value terhadap kenaikan harga gula cetak dapat dilihat pada Lampiran
7.
94��
Penurunan harga maksimum gula semut yang masih bisa ditolerir adalah
sebesar 5,5 persen. Usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila penurunan
harga gula semut lebih dari 5,5 persen, yang berarti harga gula semut di tingkat
pabrik lebih rendah dari Rp 11.336,16 per kg, harga gula semut di tingkat trader
lebih rendah Rp 10.391,48 per kg dan harga gula semut di tingkat konsumen
langsung lebih rendah dari Rp 26.990,86 per kg. Penurunan harga gula semut PD
Saung Aren disebabkan adanya persaingan dengan usaha pengolahan gula semut
khusunya yang berada di luar Kabupaten Lebak. Adanya pesaing ini
meningkatkan penawaran gula semut di pasar sehingga menyebabkan penurunan
harga gula semut. Rincian analisis switching value terhadap penurunan harga gula
semut dapat dilihat pada Lampiran 8.
6.6.2. Analisis Kelayakan Finansial Skenario II
Skenario II merupakan pengembangan usaha dengan peningkatan
kapasitas produksi menjadi kapasitas maksimum dari mesin yang ada saat ini
yaitu 31,18 ton per bulan. Peningkatan kapasitas ini disertai dengan pembelian
satu unit mesin kemasan dan penambahan dua orang karyawan produksi. Tujuan
peningkatan kapasitas produksi ini adalah untuk memenuhi permintaan
supermarket sebesar 5,005 ton per bulan untuk gula semut kemasan 350 gram.
Jumlah ini setara dengan 14.300 toples gula semut per bulan.
6.6.2.1. Inflow
Aliran kas masuk (inflow) pada skenario II berasal dari penerimaan
penjualan dan nilai sisa dari investasi.
a. Penerimaan penjualan
Penerimaan penjualan yang diperoleh usaha ini berasal dari penjualan gula
semut, baik yang dijual secara grosir dalam ukuran 40 kg maupun yang dijual
secara eceran dalam ukuran 350 gram. Setiap bulannya, perusahaan mampu
memproduksi 31,18 ton gula semut. Jumlah ini sudah mencapai kapasitas
maksimum dari dua mesin yang dimiliki perusahaan yaitu mesin penepung dan
pengayak. Pada tahun pertama, perusahaan berproduksi pada bulan ketiga. Hal ini
karena di dua bulan pertama digunakan perusahaan untuk merehab pabrik dan
membeli mesin serta perlengkapan produksi yang umumnya bersifat indent. Pada
95��
tahun kedua hingga tahun kedelapan, perusahaan sudah berproduksi pada bulan
pertama setiap tahunnya. Total produksi pada tahun pertama mencapai 312,15 ton
sedangkan di tahun kedua hingga tahun kedelapan mencapai 374,16 ton.
Perusahaan menetapkan harga yang berbeda pada produk gula semut yang
dihasilkannya. Perbedaan ini didasarkan pada jenis konsumen yang membeli
produk tersebut. Untuk pabrik, perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp
12.000,00 per kg. Untuk trader, perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp
11.000,00 per kg. Untuk supermarket perusahaan menjual gula semut dengan
harga Rp 6.200,00 per toples kemasan 350 gram, dan untuk konsumen langsung,
perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp 10.000,00 per toples kemasan
350 gram. Gula semut yang dijual ke pabrik dan trader adalah gula semut
kemasan 40 kg yang dijual secara grosir. Setiap bulannya, perusahaan mampu
menyuplai 10 ton gula semut ke pabrik atau setara dengan 250 karung ukuran 40
kg. Sedangkan untuk trader, perusahaan mampu menyuplai sekitar 16 ton gula
semut setiap bulannya atau setara dengan 400 karung ukuran 40 kg. Untuk
supermarket dan konsumen langsung, gula semut yang dijual adalah dengan
kemasan 350 gram. Setiap bulannya perusahaan mampu menyuplai 14.300 toples
ke supermarket dan 500 toples ke konsumen langsung. Total produksi dan nilai
penjualan gula semut skenario usaha II ini dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 . Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per Tahun pada
Skenario II
Tahun Konsumen Jumlah Satuan Harga/Satuan
(Rp)
Nilai Penjualan
(Rp)
Total Nilai
Penjualan (Rp)
1 Pabrik 100.000 Kg 12.000 1.200.000.000
3.906.600.000
Trader 160.000 Kg 11.000 1.760.000.000
Supermarket 143.000 Toples 6.200 886.600.000
Konsumen
Langsung 6.000 Toples 10.000 60.000.000
2-10 Pabrik 120.000 Kg 12.000 1.440.000.000
4.675.920.000
Trader 192.000 Kg 11.000 2.112.000.000
Supermarket 171.600 Toples 6.000 1.063.920.000
Konsumen
Langsung 6.000 Toples 10.000 60.000.000
b. Nilai Sisa
Penerimaan lain yang diperoleh PD Saung Aren adalah nilai sisa atau
salvage value. Nilai sisa diperoleh dari nilai sisa barang-barang yang sifatnya
96��
investasi dan masih bernilai serta berada di akhir umur usaha. Investasi yang
masih memiliki nilai sisa pada akhir umur usaha adalah mesin penggiling (slicer),
mesin pengayak, mesin penepung, oven, mesin kemasan, timbangan duduk 500
kg, dan mobil. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sisa pada akhir umur
usaha sebesar Rp 5.100.000.00. Nilai sisa terbesar berasal dari komponen mesin
kemasan yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 pada akhir umur usaha. Perhitungan nilai
sisa dapat dilihat di Tabel 23.
Tabel 23. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario II
Uraian Jumlah
(Unit)
Harga
(Rp/Unit)
Nilai
(Rp)
Umur Ekonomis
(Tahun)
Nilai Sisa
(Rp)
Mesin Penggiling (Slicer) 2 35.000.000 70.000.000 8 1.000.000
Mesin Pengayak 2 50.000.000 100.000.000 8 1.000.000
Mesin Penepung 2 36.250.000 72.500.000 8 1.000.000
Oven 1 67.500.000 67.500.000 8 500.000
Mesin Kemasan 1 90.000.000 90.000.000 8 1.000.000
Timbangan Duduk 500
kg 1 2.500.000 2.500.000 8 100.000
Mobil 1 100.000.000 100.000.000 8 500.000
Total 5.100.000
6.6.2.2. Outflow
Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai berbagai macam kegiatan
perusahaan. Dalam skenario II, arus pengeluaran (outflow) dikelompokan ke
dalam beberapa biaya, yaitu biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional,
dan pajak penghasilan.
a. Biaya investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha
pengolahan gula semut. Komponen investasi yang dikeluarkan oleh PD Saung
Aren disesuaikan dengan kebutuhan produksi secara teknis meliputi ijin usaha,
sewa dan rehab bangunan pabrik, pembelian mesin dan peralatan produksi,
kendaraan serta peralatan kantor.
Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh PD Saung Aren adalah sebesar
Rp 755.690.000,00. Biaya investasi yang terbesar pada skenario II adalah biaya
pembelian lima jenis mesin utama pembuat gula semut yang mencapai Rp
400.000.000,00. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 24.
97��
Tabel 24. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario II
Uraian Jumlah Satuan Harga
(Rp/Unit)
Nilai
(Rp)
Ijin Usaha 1 Berkas 2.000.000 2.000.000
Sewa Bangunan Pabrik 8 Tahun 25.000.000 200.000.000
Rehab Pabrik 1 Unit 5.000.000 5.000.000
Mesin Penggiling (Slicer) 2 Unit 35.000.000 70.000.000
Mesin Pengayak 2 Unit 50.000.000 100.000.000
Mesin Penepung 2 Unit 36.250.000 72.500.000
Oven 1 Unit 67.500.000 67.500.000
Mesin Kemasan 1 Unit 90.000.000 90.000.000
Jet Pump 1 Unit 4.500.000 4.500.000
Troli 3 Unit 1.000.000 3.000.000
Gerobak 1 Unit 1.500.000 1.500.000
Bak Plastik 12 Unit 75.000 900.000
Loyang 200 Unit 100.000 20.000.000
Timbangan Duduk 500 kg 1 Unit 2.500.000 2.500.000
Palet Kayu 20 Unit 75.000 1.500.000
Komputer 1 Unit 4.500.000 4.500.000
Laptop 1 Unit 5.000.000 5.000.000
Mobil 1 Unit 100.000.000 100.000.000
Meja 3 Unit 730.000 2.190.000
Kursi 6 Unit 250.000 1.500.000
Lemari 1 Unit 1.600.000 1.600.000
Total 755.690.000
Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama namun biaya tersebut
mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda-beda. Hal
ini dipengaruhi oleh umur ekonomis dari masing-masing barang yang
diinvestasikan. Umur ekonomis dari setiap barang yang diinvestasikan ditentukan
berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat digunakan secara layak
dan masih memiliki fungsi yang baik untuk mendukung jalannya usaha
pengolahan gula semut. Selain umur ekonomis, penyusutan dari setiap barang
investasi juga dipengaruhi oleh nilai awal barang investasi dan nilai sisa barang
tersebut. Nilai penyusutan yang telah dihitung berdasarkan metode garis lurus
dapat dilihat pada Tabel 25.
98��
Tabel 25. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha Pengolahan
Gula Semut pada Skenario II
Uraian Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp)
Ijin Usaha
- Tanda Daftar Perusahaan 5 80.000
- SIUP 5 80.000
Sewa Bangunan Pabrik 8 25.000.000
Mesin Penggiling (Slicer) 8 8.625.000
Mesin Pengayak 8 12.375.000
Mesin Penepung 8 8.937.500
Oven 8 8.375.000
Mesin Kemasan 8 11.125.000
Jet Pump 8 562.500
Troli 4 750.000
Gerobak 4 375.000
Bak Plastik 2 450.000
Loyang 4 5.000.000
Timbangan Duduk 500 kg 8 300.000
Palet Kayu 2 750.000
Komputer 4 1.125.000
Laptop 4 1.250.000
Mobil 8 12.437.500
Meja 4 547.500
Kursi 4 375.000
Lemari 4 400.000
Total Penyusutan 98.920.500
b. Biaya Reinvestasi
Biaya reinvestasi yang dikeluarkan di skenario II sama dengan biaya
reinvestasi yang dikeluarkan di skenario I. Hal ini karena komponen investasi di
skenario II hampir sama dengan skenario I, yang membedakan hanya adanya
penambahan mesin kemasan di skenario II. Namun mesin kemasan ini memiliki
umur ekonomis yang sama dengan umur usaha yaitu selama 8 tahun, jadi selama
umur usaha tidak dikeluarkan biaya reinvestasi untuk mesin kemasan. Biaya
reinvestasi yang diperlukan dalam usaha pengolahan gula semut dapat dilihat pada
Tabel 26.
99��
Tabel 26. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario II
Uraian
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Nilai (Rp)
Tahun 3 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7
Ijin Usaha
- Tanda Daftar Perusahaan 5 400.000
- Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 5 400.000
Troli 4 3.000.000
Gerobak 4 1.500.000
Bak Plastik 2 900.000 900.000 900.000
Loyang 4 20.000.000
Palet Kayu 2 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Komputer 4 4.500.000
Laptop 4 5.000.000
Meja 4 2.190.000
Kursi 4 1.500.000
Lemari 4 1.600.000
Total 2.400.000 41.690.000 800.000 2.400.000
Besarnya biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun kelima yaitu
sebesar Rp 41.690.000,00. Besarnya biaya investasi pada tahun tersebut
disebabkan adanya pembelian loyang sebanyak 200 unit, dimana tiap unitnya
memiliki harga Rp 100.000,00. Selain itu, terdapat investasi lain yang perlu
diganti pada tahun tersebut yaitu troli, gerobak, bak plastik, palet kayu, komputer,
laptop, meja, kursi dan lemari.
c. Biaya Operasional
Seperti halnya pada skenario I, biaya operasional pada skenario II juga
terdiri dari dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Adanya peningkatan
kapasitas produksi menyebabkan pengeluaran biaya operasional pada skenario II
lebih besar daripada skenario I.
• Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah
produksi yang dihasilkan. Biaya tetap PD Saung Aren pada skenario II lebih besar
nilainya dari pada skenario I. Hal ini karena ada peningkatan biaya pada biaya
listrik, biaya pembelian sarung tangan, biaya pemeliharaan mesin, dan biaya
penyusutan yang disebabkan adanya penambahan mesin yaitu mesin kemasan dan
penambahan jumlah karyawan produksi yang digunakan perusahaan.
100��
Penggunaan mesin kemasan menyebabkan biaya listrik per bulan yang
dikeluarkan perusahaan meningkat dari Rp 1.000.000,00 menjadi Rp 1.200.000,00
dengan asumsi semua mesin memiliki beban listrik sebesar Rp 150.000,00 per
bulan untuk pemakaian selama 6 jam per hari, kecuali untuk mesin kemasan yang
memiliki biaya listrik lebih besar yaitu Rp 200.000,00 per bulan dan oven yang
memiliki biaya listrik lebih kecil yaitu Rp 100.000,00 per bulan. Hal ini karena
mesin kemasan memiliki daya yang lebih besar dibandingkan mesin lainnya
sehingga biaya listriknya lebih mahal, sedangkan oven hanya digunakan sewaktu-
waktu ketika tidak ada panas matahari untuk melakukan proses pengeringan gula
semut sehingga biaya listriknya lebih murah. Pada tahun pertama biaya listrik
yang dikeluarkan perusahan sebesar Rp 12.000.000,00 dan pada tahun kedua
hingga tahun kedelapan sebesar Rp 14.400.000,00 per tahun.
Peningkatan jumlah mesin di skenario II juga menyebabkan adanya
kenaikan biaya pemeliharaan mesin. Tiap mesin diasumsikan memiliki biaya
pemeliharaan sebesar Rp 50.000,00 per bulan. Jumlah mesin yang digunakan
perusahaan pada skenario II adalah delapan mesin sehingga biaya pemeliharaan
mesin per bulan menjadi Rp 400.000,00. Pada tahun pertama biaya pemeliharaan
mesin yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 4.000.000,00 dan pada tahun
kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp 4.800.000,00 per tahun.
Adanya penambahan jumlah karyawan produksi dari 8 orang menjadi 10
orang menyebabkan biaya perlengkapan karyawan yaitu sarung tangan juga
meningkat dari Rp 320.000,00 menjadi Rp 400.000,00. Pada tahun pertama dan
kedua jumlah karyawan yang dimiliki perusahaan sama yaitu 10 orang, sehingga
biaya yang dikeluarkan untuk membeli sarung tangan pada tahun pertama dan
kedua sama yaitu Rp 400.000,00.
Biaya penyusutan juga meningkat akibat adanya penambahan mesin di
skenario II. Setiap tahunnya perusahaan harus mengeluarkan Rp 98.920.000,00
sebagai biaya penyusutan. Selain keempat komponen biaya tetap diatas,
komponen biaya tetap lain seperti gaji karyawan tetap, biaya komunikasi, biaya
administrasi, dan biaya promosi adalah sama seperti skenario I. Rincian biaya
tetap pada skenario II dapat dilihat pada Tabel 27.
101��
Tabel 27. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario II
Biaya Tetap Nilai (Rp)
Tahun 1 Tahun 2-10
Gaji karyawan:
1. Pimpinan 42.000.000 42.000.000
2. Kepala bagian 36.000.000 36.000.000
Telepon 6.000.000 6.000.000
Listrik 12.000.000 14.400.000
Administrasi 600.000 600.000
Promosi 24.000.000 24.000.000
Pembelian sarung tangan 400.000 400.000
Biaya pemeliharaan mesin 4.000.000 4.800.000
Penyusutan* 98.920.000 98.920.000
Jumlah 223.920.00 227.120.000 Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan Rugi/Laba
Pada perhitungan cashflow skenario II perusahaan, komponen biaya
terbesar adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya gaji pimpinan perusahaan
yaitu Rp 42.000.000,00 per tahun. Sedangkan pada laporan laba/rugi perusahaan,
komponen biaya yang terbear adalah biaya penyusutan sebesar Rp 98.920.000,00
per tahun. Biaya penyusutan peralatan hanya ada di perhitungan rugi laba karena
pada perhitungan tersebut tidak dikeluarkan biaya invesatsi sehingga komponen
outflow untuk investasi hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya
tetap dalam perhitungan rugi/laba usaha sebesar Rp 227.120.000,00 sedangkan
total biaya tetap dalam perhitungan cashflow adalah sebesar 125.000,000.00.
• Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dapat berubah-ubah tergantung
dari perubahan jumlah produksi yang dihasilkan, diantaranya biaya bahan baku
yaitu gula cetak, dan biaya kemasan. Biaya variabel lainnya yaitu gaji karyawan
produksi, dan biaya transportasi. Adanya peningkatan kapasitas produksi di
skenario II menyebabkan biaya variabel skenario II lebih besar dibandingkan
skenario I. Rincian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 28.
102��
Tabel 28. Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario II
Biaya Variabel Nilai (Rp)
Tahun 1 Tahun 2-10
Gula cetak 2.973.085.227 3.563.645.454
Biaya kemasan 40 kg 6.500.000 7.800.000
Biaya kemasan 350 gram 298.000.000 355.200.000
Gaji karyawan produksi 80.000.000 96.000.000
Transportasi 60.000.000 72.000.000
Total 3.417.585.227 4.095.645.454
Biaya variabel yang dikeluarkan pada tahun pertama, merupakan biaya
variabel terendah yang dikeluarkan, yakni sebesar Rp 3.417.585.227,00. Pada
tahun ini kegiatan operasional usaha dimulai pada bulan ketiga sehingga biaya
yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku, membayar gaji karyawan produksi
dan biaya transportasi juga mulai dikeluarkan pada bulan tersebut. Sedangkan,
pada tahun kedua hingga kedelapan, biaya variabel yang dikeluarkan mengalami
peningkatan menjadi Rp 4.095.645.454,00 Berikut uraian biaya variabel yang
dikeluarkan selama umur usaha, yaitu:
1. Pembelian Gula cetak
Biaya variabel yang dikeluarkan untuk membeli gula cetak diperoleh dari
perkalian jumlah gula cetak dengan harga gula cetak per kg. Harga gula cetak
bervariasi, antara Rp 8.300,00 – Rp 8.500,00 per kg tergantung dari lokasi
sumber bahan baku. Pada tahun pertama, untuk memproduksi 312,15 ton gula
semut diperlukan 354,716 ton gula cetak. Sebanyak 354,716 ton gula cetak
yang dibutuhkan, 80 ton diperoleh dari daerah Cijaku dengan harga Rp
8.300,00 per kg, 130 ton diperoleh dari daerah Malingping dengan harga Rp
8.300,00 per kg, dan sisanya sebesar 144,716 ton diperoleh dari daerah
Panggarangan dengan harga Rp 8.500,00 per kg. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh total pembelian bahan baku pada tahun pertama
sebesar Rp 2.973.085.227,00. Pada tahun kedua hingga kedelapan, untuk
memproduksi 374,16 ton gula semut diperlukan 425,182 ton gula cetak.
Sebanyak 425,182 ton gula cetak yang dibutuhkan, 96 ton diperoleh dari
daerah Cijaku dengan harga Rp 8.300,00 per kg, 156 ton diperoleh dari daerah
Malingping dengan harga Rp 8.300,00 per kg, dan sisanya sebesar 173,182 ton
103��
diperoleh dari daerah Panggarangan dengan harga Rp 8.500,00 per kg.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh total pembelian bahan baku pada
tahun kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp 3.563.645.454,00 setiap
tahunnya.
2. Biaya Kemasan
Kemasan gula semut di PD Saung Aren dibedakan menjadi dua jenis yaitu
kemasan 40 kg dan kemasan 350 kg. Kemasan 40 kg berupa karung yang
dilapisi plastik bagian dalamnya. Biaya kemasan 40 kg adalah Rp 1.000,00 per
unit. Sedangkan kemasan 350 gram berupa toples plastik dengan biaya
kemasan Rp 2.000,00 per unit. Pada tahun pertama perusahaan memproduksi
312,15 ton gula semut yang terdiri dari 260 ton kemasan 40 kg dan 52,15 ton
kemasan 350 gram. Sehingga diperlukan 6.500 karung dengan total biaya Rp
6.500.000,00 dan 149.000 toples dengan total biaya Rp 298.000.000,00. Pada
tahun kedua hingga kedelapan perusahaan memproduksi 374,16 ton gula
semut yang terdiri dari 312 ton kemasan 40 kg dan 62,16 ton kemasan 350
gram. Sehingga diperlukan 7.800 karung dengan total biaya Rp 7.800.000,00
dan 177.600 toples dengan total biaya Rp 355.200.000,00.
3. Gaji Karyawan Produksi
Terjadi penambahan jumlah karyawan produksi yang dimiliki perusahaan
pada skenario II sebanyak 2 orang karyawan. Sehingga total karyawan yang
dimiliki menjado 10 orang dengan gaji Rp 800.000 per bulan untuk tiap
orangnya. Pada tahun pertama perusahaan hanya berproduksi selama sepuluh
bulan, sehingga total biaya gaji karyawan produksi adalah Rp 80.000.000,00.
Sedangkan pada tahun kedua hingga tahun kedelapan perusahaan berproduksi
penuh selama 12 bulan, sehingga total biaya gaji karyawan produksi mencapai
Rp 96.000.000,00.
4. Biaya Transportasi
Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mengantarkan gula semut ke konsumen. Pada skenario I pengantaran gula
semut hanya dilakukan ke pabrik, sedangkan pada skenario II pengantaran
gula semut dilakukan ke pabrik dan ke supermarket. Setiap bulannya pabrik
makanan yang berlokasi di daerah Tanggerang ini memesan 10 ton gula semut
104��
dan supermarket memesan 5,005 ton gula semut. Kendaraan yang dimiki
perusahaan hanya memiliki kapasitas 1 ton setiap kali angkutnya. Sehingga
selama satu bulan perusahaan melakukan pengantaran gula semut sebanyak 15
kali. Setiap pengantaran, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 400.000,00
sehingga tiap bulan perusahaan harus mengeluarkan Rp 6.000.000,00 untuk
biaya transportasi. Pada tahun pertama usaha, pengantaran gula semut di mulai
di bulan ketiga sehingga total biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan
pada tahun pertama sebesar Rp 60.000.000,00. Sedangkan pada tahun kedua
hingga kedelapan biaya transportasi sudah dikeluarkan sejak bulan pertama
sehingga biaya transportasi di tahun kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp
72.000.000,00 per tahun.
d. Pajak Penghasilan
Berdasarkan pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM mengenai
kriteria UMKM berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan total penjualan per
tahun, usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren termasuk ke dalam usaha
skala menengah. Oleh karena itu, perhitungan pajak yang digunakan oleh unit
usaha mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008,
pasal 31 yang berisikan tarif wajib pajak bagi UMKM sebesar 25 persen dimana
tarif pajak menjadi flat setiap tahunnya.
Berdasarkan perhitungan rugi laba, unit usaha sudah mulai membayarkan
pajak penghasilannya sejak tahun pertama usaha dimulai. Hal ini dikarenakan
pada tahun pertama sudah diperoleh laba atas kegiatan usahanya. Besar pajak
penghasilan di tahun pertama sebesar Rp 66.273.693,18. Sedangkan di tahun
kedua dan seterusnya, pengeluaran atas pajak penghasilan lebih besar yaitu Rp
88.538.636,36 karena laba yang diperoleh pun lebih besar dari tahun pertama.
6.6.2.3. Analisis Rugi Laba
Adanya perubahan kapasitas produksi di skenario II menyebabkan adanya
perubahan laba yang diperoleh perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan rugi
laba usaha pada skenario II, tingkat perolehan laba di tahun pertama berbeda
dengan di tahun kedua dan seterusnya. Pada tahun pertama, perusahaan
memperoleh laba bersih sebesar Rp 198.821.079,55. Pada tahun kedua dan
seterusnya, perolehan laba bersih lebih besar dari tahun pertama mencapai Rp
105��
265.615.909,09. Hal ini dikarenakan masa produksi usaha berlangsung penuh
selama 1 tahun. Akumulasi keseluruhan laba bersih yang diterima selama umur
usaha berlangsung pada skenario II ini sebesar Rp 2.058.132.443,18. Hasil
perhitungan analisis rugi laba usaha pengolahan gula semut ini dapat dilihat di
Lampiran 11.
6.6.2.4. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat
kelayakan usaha pengolahan gula semut berdasarkan atas nilai net benefit
(manfaat bersih) yang diperoleh, sebagai dasar perhitungan kelayakan finansial
pada empat kriteria investasi yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback
Period. Dalam analisis kelayakan finansial, nilai manfaat bersih (net benefit) yang
diperoleh didiskontokan dengan tingkat discount factor sebesar 6,5 persen.
Tingkat discount factor yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito
Bank Indonesia (BI) per Januari 2010. Hal ini dilakukan karena seluruh modal
yang digunakan usaha koperasi ini berasal dari modal sendiri, sehingga sebagai
nilai social Opportunity Cost of Capital (OCC) dari modal yang dimiliki tersebut
digunakan tingkat suku bunga deposito sebagai tingkat diskon faktornya. Hasil
analisis kelayakan finansial pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario
II
Kriteria Investasi Nilai
NPV Rp 1.415.855.468,24
IRR 77 %
Net B/C 4,3
Payback Period 1,86 tahun
Hasil analisis finansial skenario II menunjukkan bahwa NPV usaha
pengolahan gula semut lebih besar dari nol yaitu Rp 1.415.855.468,24. Hal ini
menunjukkan usaha yang akan dijalankan PD Saung Aren memberikan manfaat
bersih sebesar Rp 1.415.855.468,24 selama umur proyek 10 tahun dengan tingkat
discount rate 6,5 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini
layak untuk dilaksanakan.
Pada skenario II diperoleh nilai IRR yang lebih besar dari discount rate
yang berlaku (IRR > 6,5 persen) yaitu sebesar 77 persen. Hal ini menunjukkan
106��
tingkat pengembalian internal yang diperoleh dari kegiatan usaha pengolahan gula
semut jauh lebih besar dibanding tingkat diskonto yang berlaku. Nilai IRR ini
menunjukkan bahwa perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar
bila melakukan investasi pada kegiatan usaha pengolahan gula semut
dibandingkan mendepositokan modal investasinya di bank. Dengan demikian,
berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dijalankan.
Nilai Net B/C yang diperoleh pada skenario II mencapai 4,3. Artinya,
setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur usaha mendatangkan manfaat
sebesar Rp 4,30. Nilai net B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1, sehingga usaha
ini layak untuk dijalankan.
Pada kriteria investasi yang terakhir, diperoleh nilai Payback Period
sebesar 1,86 tahun. Hal ini berarti jangka waktu pengembalian untuk sejumlah
nilai investasi yang telah dikeluarkan yaitu selama 1 tahun 10 bulan 11 hari.
Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih
pendek dari umur usaha (PP < 8 tahun). Dengan demikian, berdasarkan kriteria
Payback Period usaha ini layak untuk dijalankan.
6.6.2.5. Analisis Switching Value
Analisis switching value atau analisis nilai pengganti digunakan untuk
mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan
penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha pengolahan gula semut
ini masih layak untuk dilaksanakan. Pada skenario II, analisis switching value
dilakukan dengan membuat nilai NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau
sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu. Variabel
sensitivitas pada analisis switching value yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu harga gula cetak, volume produksi gula semut dan harga gula semut. Dengan
analisis switching value akan diketahui peningkatan harga maksimum gula cetak,
penurunan volume produksi maksimum gula semut dan penurunan harga
maksimum gula semut yang membuat usaha ini masih layak untuk dijalankan.
Hasil analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada
Tabel 30.
107��
Tabel 30. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II
Perubahan Persentase
Peningkatan harga gula cetak 7,47%
Penurunan harga gula semut 5,69%
Berdasarkan hasil analisis switching value yang telah dilakukan, diketahui
bahwa tingkat kepekaan usaha terhadap penurunan harga gula semut lebih tinggi
dibandingkan peningkatan harga gula cetak yaitu sebesar 5,69 persen. Tingkat
kepekaan yang paling rendah adalah tingkat kepekaan usaha terhadap peningkatan
harga gula cetak yaitu sebesar 7,47 persen.
Peningkatan harga maksimum gula cetak yang masih bisa ditolerir adalah
sebesar 7,47 persen. Usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga
gula cetak dari masing-masing pemasok gula cetak melebihi 7,47 persen, yang
berarti harga gula cetak di kelompok pengrajin Kecamatan Cijaku dan Kecamatan
Malingping lebih tinggi dari Rp 8.919,74 per kg, serta harga gula cetak di
pedagang pengumpul Kecamatan Panggarangan lebih tinggi dari Rp 9.134,67 per
kg. Faktor yang menyebabkan harga gula cetak meningkat adalah karena adanya
peningkatan jumlah permintaan gula cetak secara drastis. Ini biasanya terjadi saat
menjelang bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri. Rincian analisis
switching value terhadap kenaikan harga gula cetak dapat dilihat pada Lampiran
13.
Penurunan harga maksimum gula semut yang masih bisa ditolerir adalah
sebesar 5,69 persen. Usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila
penurunan harga gula semut lebih dari 5,69 persen, yang berarti harga gula semut
di tingkat pabrik lebih rendah dari Rp 11.317,13 per kg, harga gula semut di
tingkat trader lebih rendah Rp 10.374,03 per kg, harga gula semut di tingkat
supermarket lebih rendah dari Rp 16.706,23 per kg dan harga gula semut di
tingkat supermarket lebih rendah dari Rp 26.945,54 per kg. Penurunan harga gula
semut PD Saung Aren disebabkan adanya persaingan dengan usaha pengolahan
gula semut khusunya yang berada di luar Kabupaten Lebak. Adanya pesaing ini
meningkatkan penawaran gula semut di pasar sehingga menyebabkan penurunan
harga gula semut. Rincian analisis switching value terhadap penurunan harga gula
semut dapat dilihat pada Lampiran 14.
108��
6.6.3. Perbandingan Rugi Laba
Berdasarkan hasil perhitungan rugi laba yang dilakukan pada skenario I
dan skenario II menunjukkan bahwa kedua skenario tersebut sudah mendapatkan
keuntungan berupa laba bersih sejak tahun pertama usaha hingga akhir umur
usaha. Namun laba bersih yang diterima setiap tahunnya pada skenario II lebih
besar dari skenario I. Setiap tahunnya dimulai dari tahun kedua usaha, laba bersih
yang diperoleh pada skenario II yaitu Rp 265.615.909,09 lebih besar dari jumlah
laba bersih pada skenario I yang hanya sebesar Rp 210.620.925,00. Demikian
halnya dengan total laba bersih yang diperoleh selama umur usaha, kondisi
skenario II jauh lebih besar dari kondisi skenario I. Pada skenario II jumlah laba
bersih sebesar Rp 2.058.132.443,18 dan pada skenario I hanya sebesar Rp
1.570.800.975,00. Besarnya jumlah laba bersih pada skenario II dikarenakan
adanya peningkatan penerimaan penjualan yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan tambahan pengeluaran investasi yang dilakukan dalam rencana
pengembangan usahanya. Dengan demikian, adanya pengembangan usaha melalui
rencana peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan pada usaha
pengolahan gula semut akan memberikan keuntungan yang lebih besar yaitu 1,31
kali dari kondisi usaha yang saat ini sedang dijalankan oleh PD Saung Aren.
Perbandingan hasil rugi laba pada kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Perbandingan Hasil Rugi Laba
Tahun Laba Bersih
Skenario I (Rp) Skenario II (Rp)
1 148.227.375,00 198.821.079,55
2-10 210.620.925,00 265.615.909,09
Total 1.570.800.975,00 2.058.132.443,18
6.6.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial
Hasil analisis finansial kedua skenario usaha menunjukkan bahwa usaha
pengolahan gula semut PD Saung Aren layak secara finansial untuk dijalankan
pada kedua skenario usaha tersebut. Rincian perbandingan hasil kelayakan
finansial ketiga skenario usaha dapat dilihat pada Tabel 32.
109��
Tabel 32. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial
Kriteria Skenario I Skenario II
NPV Rp 1.063.214.374,71 Rp 1.415.855.468,24
IRR 65 % 77 %
Net B/C 3,6 4,3
PP 2,2 tahun 1,86 tahun
Berdasarkan Tabel 31 skenario usaha II memiliki tingkat kelayakan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan skenario usaha I. Nilai NPV skenario II lebih
besar dari skenario I. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, skenario II
menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar daripada skenario I. Dilihat dari
masa pengembalian biaya investasinya (payback periode), skenario II relatif lebih
cepat dibanding skenario I. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skenario
II memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan skenario I karena
pengembangan usaha tersebut telah dapat meningkatkan keuntungan finansial
yang lebih besar bagi perusahaan. Selain itu adanya pengembangan usaha ini juga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja
yang lebih banyak, penyerapan bahan baku yang lebih besar, dan terpenuhinya
permintaan produk gula semut PD Saung Aren yang berasal dari supermarket.
6.6.5. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value
Analisis switching value yang dilakukan pada kedua skenario usaha
bertujuan untuk mengetahui batas maksimal kenaikan harga bahan baku gula
semut aren dan penurunan harga jual gula semut agar masih berada pada batas
kelayakan usaha atau mencapai titik impasnya. Perbandingan hasil switching
value pada kedua skenario usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value
Kondisi Usaha Kenaikan Harga Gula Cetak
(%)
Penurunan Harga Gula Semut
(%)
Skenario I 6,3 5,9
Skenario II 6,9 6,0
Tabel 33 menunjukkan bahwa tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan
harga gula cetak dan harga gula semut sangat tinggi di kedua skenario. Namun
bila kedua variabel ini dibandingkan, tingkat kepekaan usaha terhadap penurunan
110��
harga gula semut lebih tinggi dibandingkan tingkat kepekaan usaha terhadap
kenaikan harga gula cetak.
Berdasarkan tingkat kepekaannya terhadap perubahan harga gula cetak,
dan harga gula semut, skenario II memiliki tingkat kepekaan yang lebih rendah
dibandingkan skenario I. Hal ini berarti kondisi usaha pada skenario I lebih
sensitif dalam menghadapi perubahan kedua variabel tersebut. Dengan demikian,
dapat diketahui bahwa skenario II merupakan skenario yang paling
menguntungkan untuk diusahakan dengan tingkat sensitivitas paling rendah
terhadap kemungkinan kenaikan harga gula cetak dan penurunan harga gula
semut.
�
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha pengolahan
gula semut PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, secara umum
usaha pengolahan gula semut layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pasar,
adanya potensi pasar dalam usaha pengolahan gula semut dilihat dari sisi
permintaan dan penawaran, serta adanya strategi pemasaran gula semut yang
jelas dan efektif yang dimiliki perusahaan guna mendukung pencapaian
penjualan yang lebih tinggi. Dilihat dari aspek teknis, usaha pengolahan gula
semut memiliki lokasi usaha yang strategis, kapasitas produksi diatas luas
produksi minimum, proses produksi dan layout yang sesuai, dan pemilihan
teknologi yang tepat. Dilihat dari aspek manajemen dan hukum, usaha
pengolahan gula semut ini telah memiliki struktur organisasi dengan
pembagian tugas yang jelas dan memiliki perizinan yang diperlukan untuk
menjalankan usaha. Dilihat dari aspek sosial dan ekonomi, usaha pengolahan
gula semut ini mampu membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
petani pengrajin gula aren, dan meningkatkan pendapatan daerah melaui
pembayaran pajak. Dilihat dari aspek lingkungan, kegiatan usaha ini tidak
menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan.
2. Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa kedua skenario usaha layak
untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Skenario usaha II memiliki
tingkat kelayakan yang lebih tinggi dibandingkan skenario usaha I karena
adanya pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi
31,18 dapat memberikan tingkat perolehan manfaat yang lebih besar berupa
tambahan keuntungan secara finansial. Begitupun dengan hasil analisis laba
rugi yang menunjukkan nilai positif setiap tahunnya, dimana total laba bersih
yang diperoleh selama umur usaha pada skenario II jauh lebih besar dari
skenario I sehingga rencana peningkatan kapasitas produksi pada skenario II
akan membuat kondisi usaha jauh lebih baik dari kondisi usaha saat ini.
112
3. Skenario II memiliki tingkat kepekaan yang paling rendah terhadap kenaikan
harga gula cetak dan penurunan harga gula semut. Dengan demikian, kondisi
pada pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi
31,18 ton per bulan (skenario II) menjadi skenario yang paling
menguntungkan untuk diusahakan sebab mampu menghasilkan tingkat
keuntungan dan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada skenario I.
7.2. Saran
1. Perusahaan sebaiknya melakukan pengembangan usaha melalui peningkatan
kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan untuk memperoleh tingkat
keuntungan yang lebih tinggi dari kondisi saat ini.
2. Apabila rencana pengembangan usaha dilakukan, perusahaan sebaiknya
melakukan kemitraan dengan pengrajin gula cetak sebagai pemasok bahan
baku, khususnya pengrajin yang berada di Kecamatan Panggarangan. Hal ini
untuk menghindari kenaikan permintaan dan harga gula cetak yang terjadi
pada bulan-bulan tertentu. Dengan adanya kemitraan, perusahaan bisa
menjaga kestabilan harga gula cetak.
3. Perusaahaan sebaiknya dapat terus menjaga loyalitas konsumen dengan cara
mempertahankan kualitas produk yang telah ada melalui pelaksanaan proses
produksi yang sesuai dengan standar yang ada. Dengan menjaga loyalitas
konsumen, perusahaan dapat mengantisipasi munculnya pesaing-pesaing baru
di masa yang akan datang. Selain itu, perusahaan sebaiknya meningkatkan
kegiatan promosi baik melauli media cetak maupun media elektronik. Hal ini
bertujuan agar gula semut PD Saung Aren dapat lebih dikenal oleh
masyarakat luas.
4. Apabila rencana pengembangan usaha dilakukan, pimpinan perusahaan
sebaiknya melakukan perekrutan karyawan yang berpengalaman di bidang
pemasaran. Karena ketika kapasitas produksi bertambah, kebutuhan akan
manajemen yang fokus mengurusi masalah pemasaran sangat dibutuhkan.
5. Gula semut merupakan produk unggulan Kabupten Lebak yang memiliki
potensi pasar yang besar serta melibatkan ribuan pengrajin gula cetak sebagai
pemasok bahan baku utama. Pemerintah sebaiknya terus mendukung usaha
113
pengolahan gula semut yang ada di Kabupaten Lebak melalui bantuan
pemasaran dan bantuan modal kepada industri gula semut yang ada.
6. Untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan analisis strategi pemasaran pada
pengembangan usaha pengolahan gula semut ini. Mengingat sebesar apapun
peluang untuk melakukan pengembangan usaha tidak akan berhasil tanpa
adanya strategi pemasaran yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak. 2007. Lebak dalam Angka. Lebak:
BPS Kabupaten Lebak.
[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Banten. 2005. Kajian
Sosial Ekonomi Gula Aren di Banten. Serang: BPTP Propinsi Banten.
[Dishutbun] Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak. 2009.
Pengembangan Agribisnis Gula Aren di Kabupaten Lebak. Lebak:
Dishutbun Kabupaten Lebak.
[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2007. Budidaya Aren. Direktorat
Jendral Perkebunan. Jakarta.
[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia.
Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua.
Slamet S, Komet M, penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia.
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitela PFL, Varley RCG. 2007.
Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Gunawan A. 1997. Perspektif sosiobudaya perajin gula aren semut (studi kasus
Desa Padasuka Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Musarofah SM. 2009. Analisis kelayakan usaha pengolahan nugget ikan [skripsi].
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Napitupulu DNF. 2009. Analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Nurani. 2008. Analisis usaha pengolahan gula merah aren di Desa Sukamurni
Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Rustiana IN. 2008. Analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga
(Mangifera Indica L.) (studi kasus pada CV. Promindo Utama, Desa
Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) [skripsi].
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Soesono S. 2000. Bertanam Aren. Jakarta: Penebar Swadaya
LAMPIRAN
Lampiran 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat menurut Kecamatan dan Keadaan Tanaman Jenis Tanaman Aren Tahun 2008
No. Kecamatan
Luas/baku
lahan yang
di tempati
(Ha)
Luas Areal Tanaman (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata
Produksi
(Ton/Ha)
Tanaman Belum
Menghasilkan
(TBM)
Tanaman
Menghasilkan
(TM)
Tanaman
Tua/Rusak
(TT/R)
Jumlah
New
Planting
Re
Planting
Bahan
Mentah
Hasil
Olahan
1. Rangkasbitung 8.00 6.00 2.00 0.00 8.00 0.00 0.00 0.00 7.64 0.96
2. Cibadak 15.00 11.00 4.00 0.00 15.00 0.00 0.00 0.00 8.17 0.54
3. Warunggunung 19.00 14.00 5.00 0.00 19.00 0.00 0.00 0.00 11.36 0.60
4. Cikulur 24.00 2.50 19.00 0.00 21.50 0.00 0.00 0.00 16.01 0.67
5. Cimarga 26.00 7.50 15.50 0.00 23.00 0.00 0.00 0.00 15.76 0.61
6. Leuwidamar 33.50 4.00 14.00 5.00 23.00 0.00 0.00 0.00 24.53 0.73
7. Muncang 152.00 89.00 59.00 5.50 153.50 2.00 0.00 0.00 86.31 0.57
8. Sobang 181.00 89.00 97.00 3.00 189.00 2.00 0.00 0.00 120.76 0.67
9. Bojongmanik 234.00 81.50 144.00 12.00 237.50 1.42 0.00 0.00 159.37 0.68
10. Maja 9.00 5.00 4.00 0.00 9.00 0.00 0.00 0.00 4.90 0.54
11. Sajira 26.00 9.50 28.00 7.50 45.00 0.00 0.00 0.00 24.25 0.93
12. Curugbitung 11.00 6.00 4.00 1.00 11.00 0.00 0.00 0.00 4.18 0.38
13. Cipanas 30.00 10.00 18.00 2.00 30.00 0.00 0.00 0.00 14.67 0.49
14. Cileles 19.00 14.00 5.00 0.00 19.00 0.00 0.00 0.00 11.36 0.60
15. Gunungkencana 150.00 7.50 7.50 63.00 78.00 0.00 0.00 0.00 224.12 1.49
16. Cijaku 171.00 149.00 120.00 2.00 271.00 2.00 0.00 0.00 98.77 0.58
17. Banjarsari 38.00 18.00 17.00 3.00 38.00 0.00 0.00 0.00 23.55 0.62
18. Malingping 238.50 148.00 84.00 8.00 240.00 2.00 0.00 0.00 168.08 0.70
19. Wanasalam 43.00 8.00 52.00 5.00 65.00 0.00 0.00 0.00 56.82 1.32
20. Panggarangan 171.50 106.00 55.00 3.00 164.00 1.00 0.00 0.00 120.55 0.70
21. Bayah 15.00 11.00 4.00 2.00 17.00 2.00 0.00 0.00 19.48 1.30
22. Cibeber 133.50 120.20 141.20 0.00 261.40 1.50 0.00 0.00 53.93 0.40
23. Cilograng 100.00 58.00 54.00 3.00 115.00 2.00 0.00 0.00 83.47 0.83
24 Cigemblong 74.00 146.00 180.50 3.00 329.50 0.00 0.00 0.00 69.78 0.00
25 Cihara 65.00 37.00 120.00 5.00 162.00 0.00 0.00 0.00 52.94 0.00
26 Cirinten 0.00 0.00 25.00 0.00 25.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
27 Karanganyar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
28 Lebakgedong 0.00 1.00 15.50 1.50 18.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Jumlah : 1987.00 1158.70 1294.20 134.50 2587.40 15.92 0.00 0.00 1358.03 1.05
11
6
Lampiran 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Skenario I
No Biaya Operasional
Pengeluaran per
Tahun
(Rp)
Output yang
Dihasilkan
(Kg)
Biaya/Unit
(Rp/Kg)
Biaya Tetap
1 Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 314,100.00 133.72
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 314,100.00 114.61
2 Telepon 6,000,000.00 314,100.00 19.10
3 Listrik 12,000,000.00 314,100.00 38.20
4 Administrasi 600,000.00 314,100.00 1.91
5 Promosi 24,000,000.00 314,100.00 76.41
6 Pembelian sarung tangan 320,000.00 314,100.00 1.02
7 Biaya Pemeliharaan mesin 4,200,000.00 314,100.00 13.37
8 Penyusutan* 87,795,000.00 314,100.00 279.51
Jumlah 212,915,000.00 314,100.00 677.86
Biaya Variabel
1 Gula Cetak 2,983,518,600.00 314,100.00 9,498.63
2 Biaya kemasan 40 kg 7,800,000.00 312,000.00 25.00
3 Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 2,100.00 5,714.29
4 Gaji Karyawan Produksi 76,800,000.00 314,100.00 244.51
5 Transportasi* 48,000,000.00 100,000.00 480.00
Jumlah 3,128,118,600.00
*hanya dibebankan pada gula semut yang dijual ke pabrik
HPP (Rp) Harga Jual (Rp)
Marjin
(Rp)
Gula semut Ke Pabrik 10,925.99 12,000.00 1,074.01
Gula semut Ke Trader 10,445.99 11,000.00 554.01
Gula semut ke Konsumen
Langsung 16,135.28 28,571.43 12,436.15
117
Lampiran 3. Perhitungan Break Event Point (BEP) Skenario I
NO URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Hasil Penjualan Produk 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00
2 Biaya Variabel
Gula Cetak 2,489,648,500.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00
Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00
Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00
Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00
Jumlah 2,612,148,500.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00
3 Biaya Tetap
Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00
Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Pembelian sarung tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00
Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00
Penyusutan 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00
Jumlah 210,215,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00
4 BEP Nilai Penjualan 1,556,569,731.88 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97
5 BEP Produksi (kg)
Pabrik (38,2%) 49,556.50 50,599.61 50,599.61 50,599.61 50,599.61 50,599.61 50,599.61 50,599.61
Trader (61,13%) 86,498.62 88,319.31 88,319.31 88,319.31 88,319.31 88,319.31 88,319.31 88,319.31
Konsumen Langsung (0,67%) 364.24 371.91 371.91 371.91 371.91 371.91 371.91 371.91
11
8
Lampiran 4. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa Skenario I
No Uraian Jumlah
(Unit)
Harga/satuan
(Rp/Unit)
Nilai
(Rp)
Umur Ekonomis
(Tahun)
Reinvestasi Penyusutan
(Rp)
Nilai Sisa
(Rp) Tahun ke-3 Tahun ke-5 Tahun ke-6 Tahun ke-7
1 Total izin Usaha 1 2,000,000.00 2,000,000.00
Akta Pendirian 1 450,000.00 450,000.00
Tanda Daftar Perusahaan 1 400,000.00 400,000.00 5
400,000.00
80,000.00
SIUP 1 400,000.00 400,000.00 5
400,000.00
80,000.00
NPWP 1 350,000.00 350,000.00
Izin Depkes 1 400,000.00 400,000.00
2 Sewa Tanah dan Bangunan 8 25,000,000.00 200,000,000.00 8
25,000,000.00
3 Rehab Bangunan 1 5,000,000.00 5,000,000.00 8
4 Mesin Penggiling (Slicer) 2 35,000,000.00 70,000,000.00 8
8,625,000.00 1,000,000.00
5 Mesin Pengayak 2 50,000,000.00 100,000,000.00 8
12,375,000.00 1,000,000.00
6 Mesin Penepung 2 36,250,000.00 72,500,000.00 8
8,937,500.00 1,000,000.00
7 Oven 1 67,500,000.00 67,500,000.00 8
8,375,000.00 500,000.00
8 Jet Pump 1 4,500,000.00 4,500,000.00 8
562,500.00
9 Troli 3 1,000,000.00 3,000,000.00 4
3,000,000.00
750,000.00
10 Gerobak 1 1,500,000.00 1,500,000.00 4
1,500,000.00
375,000.00
11 Bak Plastik 12 75,000.00 900,000.00 2 900,000.00 900,000.00
900,000.00 450,000.00
12 Loyang 200 100,000.00 20,000,000.00 4
20,000,000.00
5,000,000.00
13 Timbangan Duduk 500kg 1 2,500,000.00 2,500,000.00 8
300,000.00 100,000.00
14 Palet Kayu 20 75,000.00 1,500,000.00 2 1,500,000.00 1,500,000.00
1,500,000.00 750,000.00
15 Komputer 1 4,500,000.00 4,500,000.00 4
4,500,000.00
1,125,000.00
16 Laptop 1 5,000,000.00 5,000,000.00 4
5,000,000.00
1,250,000.00
17 Mobil 1 100,000,000.00 100,000,000.00 8
12,437,500.00 500,000.00
18 Meja 3 730,000.00 2,190,000.00 4
2,190,000.00
547,500.00
19 Kursi 6 250,000.00 1,500,000.00 4
1,500,000.00
375,000.00
20 Lemari 1 1,600,000.00 1,600,000.00 4
1,600,000.00
400,000.00
Jumlah
665,690,000.00
2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00 87,795,000.00 4,100,000.00
11
9
Lampiran 5. Proyeksi Laba Rugi URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8
PENERIMAAN
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00
Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Total Penerimaan 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00
PENGELUARAN
Biaya tetap
Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00
Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Pembelian Sarung Tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00
Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00
Penyusutan* 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00
Total Biaya Tetap 210,215,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00
Biaya Variabel
Gula Cetak 2,489,648,500.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00
Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00
Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00
Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00
Total Biaya Variabel 2,612,148,500.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00
Total Pengeluaran 2,822,363,500.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00
Laba Kotor 197,636,500.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00
Pajak (25%) 49,409,125.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00
Laba Bersih 148,227,375.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00
12
0
Lampiran 6. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario I URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
1. Penjualan
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00
Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Total penerimaan penjualan 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00
2. Nilai Sisa 4,100,000.00
TOTAL INFLOW 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,616,100,000.00
OUTFLOW
1. INVESTASI
Ijin Usaha
Akta Pendirian 450,000.00
Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00
SIUP 400,000.00 400,000.00
NPWP 350,000.00
Izin Depkes 400,000.00
Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00
Rehab Bangunan 5,000,000.00
Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00
Mesin Pengayak 100,000,000.00
Mesin Penepung 72,500,000.00
Oven 67,500,000.00
Jet Pump 4,500,000.00
Troli 3,000,000.00 3,000,000.00
Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00
Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00
Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00
Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00
Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00
Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00
Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00
Mobil 100,000,000.00
Meja 2,190,000.00 2,190,000.00
Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00
Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00
Total Investasi 665,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya tetap
Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
12
1
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00
Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Pembelian Sarung Tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00
Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00
Total Biaya Tetap 122,420,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00
b. Biaya Variabel
Gula Cetak 2,489,648,500.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00
Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00
Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00
Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00
Total Biaya variabel 2,612,148,500.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00
c. Pajak (25%) 49,409,125.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00
Total Biaya Operasional 2,783,977,625.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00
Total OUTFLOW 3,449,667,625.00 3,320,980,200.00 3,323,380,200.00 3,320,980,200.00 3,362,670,200.00 3,321,780,200.00 3,323,380,200.00 3,320,980,200.00
Net Benefit (429,667,625.00) 291,019,800.00 288,619,800.00 291,019,800.00 249,329,800.00 290,219,800.00 288,619,800.00 295,119,800.00
DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60
PV/Tahun (403,443,779.34) 256,580,308.14 238,933,639.31 226,216,410.45 181,981,042.99 198,897,530.89 185,728,635.02 178,320,587.25
PV Positif 1,466,658,154.05
PV Negatif (403,443,779.34)
NPV 1,063,214,374.71
Net B/C 3.6
IRR 65%
PP 2.20
12
2
Lampiran 7. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak 6,7% pada Skenario I URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
1. Penjualan
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00
Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 2,112,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Total penerimaan penjualan 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 2,112,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00
2. Nilai Sisa 4,100,000.00
TOTAL INFLOW 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,616,100,000.00
OUTFLOW
1. INVESTASI
Ijin Usaha
Akta Pendirian 450,000.00
Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00
SIUP 400,000.00 400,000.00
NPWP 350,000.00
Izin Depkes 400,000.00
Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00
Rehab Bangunan 5,000,000.00
Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00
Mesin Pengayak 100,000,000.00
Mesin Penepung 72,500,000.00
Oven 67,500,000.00
Jet Pump 4,500,000.00
Troli 3,000,000.00 3,000,000.00
Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00
Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00
Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00
Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00
Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00
Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00
Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00
Mobil 100,000,000.00
Meja 2,190,000.00 2,190,000.00
Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00
Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00
Total Investasi 665,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya tetap
Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
12
3
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00
Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Pembelian Sarung Tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00
Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00
Total Biaya Tetap 122,420,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00
b. Biaya Variabel
Gula Cetak 2,526,081,089.58 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50
Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00
Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00
Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00
Total Biaya variabel 2,648,581,089.58 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50
c. Pajak (25%) 49,409,125.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00
Total Biaya Operasional 2,820,410,214.58 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50
Total OUTFLOW 3,486,100,214.58 3,520,795,455.50 3,523,195,455.50 3,520,795,455.50 3,562,485,455.50 3,521,595,455.50 3,523,195,455.50 3,520,795,455.50
Net Benefit (466,100,214.58) 91,204,544.50 88,804,544.50 91,204,544.50 49,514,544.50 90,404,544.50 88,804,544.50 95,304,544.50
DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60
PV/Tahun (437,652,783.64) 80,411,333.29 73,516,761.51 70,895,398.44 36,139,717.16 61,957,318.84 57,146,276.29 57,585,978.11
PV Positif 437,652,783.64
PV Negatif (437,652,783.64)
NPV (0.00)
Net B/C 1
IRR 6.5%
PP 8
12
4
Lampiran 8. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula Semut 5,5% pada Skenario I URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
1. Penjualan
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,185,523,474.34 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,738,767,762.36 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23
Penjualan gula semut kemasan 350 gram 59,276,173.72 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29
Total penerimaan penjualan 2,983,567,410.42 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50
2. Nilai Sisa
4,100,000.00
TOTAL INFLOW 2,983,567,410.42 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,416,284,744.50
OUTFLOW
1. INVESTASI
Ijin Usaha
Akta Pendirian 450,000.00
Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00
400,000.00
SIUP 400,000.00
400,000.00
NPWP 350,000.00
Izin Depkes 400,000.00
Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00
Rehab Bangunan 5,000,000.00
Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00
Mesin Pengayak 100,000,000.00
Mesin Penepung 72,500,000.00
Oven 67,500,000.00
Jet Pump 4,500,000.00
Troli 3,000,000.00
3,000,000.00
Gerobak 1,500,000.00
1,500,000.00
Bak Plastik 900,000.00
900,000.00
900,000.00
900,000.00
Loyang 20,000,000.00
20,000,000.00
Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00
Palet Kayu 1,500,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
Komputer 4,500,000.00
4,500,000.00
Laptop 5,000,000.00
5,000,000.00
Mobil 100,000,000.00
Meja 2,190,000.00
2,190,000.00
Kursi 1,500,000.00
1,500,000.00
Lemari 1,600,000.00
1,600,000.00
Total Investasi 665,690,000.00
2,400,000.00
41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya tetap
Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00
12
5
Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Pembelian Sarung Tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00
Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00
Total Biaya Tetap 122,420,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00
b. Biaya Variabel
Gula Cetak 2,489,648,500.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00
Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00
Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00
Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00
Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00
Total Biaya variabel 2,612,148,500.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00
c. Pajak (25%) 49,409,125.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00
Total Biaya Operasional 2,783,977,625.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00
Total OUTFLOW 3,449,667,625.00 3,320,980,200.00 3,323,380,200.00 3,320,980,200.00 3,362,670,200.00 3,321,780,200.00 3,323,380,200.00 3,320,980,200.00
Net Benefit (466,100,214.58) 91,204,544.50 88,804,544.50 91,204,544.50 49,514,544.50 90,404,544.50 88,804,544.50 95,304,544.50
DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60
PV/Tahun (437,652,783.64) 80,411,333.29 73,516,761.51 70,895,398.44 36,139,717.16 61,957,318.84 57,146,276.29 57,585,978.11
PV Positif 437,652,783.64
PV Negatif (437,652,783.64)
NPV (0.00)
Net B/C 1
IRR 6.5%
PP 8
12
6
Lampiran 9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Skenario II
No Biaya Operasional
Pengeluaran per
Tahun
Output yang
Dihasilkan Biaya/Unit
(Rp) (Kg) (Rp/Kg)
Biaya Tetap
1 Gaji Karyawan
1. Pimpinan
2. Kepala Bagian 42,000,000.00 374,160.00 112.25
2 Telepon 36,000,000.00 374,160.00 96.22
3 Listrik 6,000,000.00 374,160.00 16.04
4 Administrasi 14,400,000.00 374,160.00 38.49
5 Promosi 600,000.00 374,160.00 1.60
6
Pembelian sarung
tangan 24,000,000.00 374,160.00 64.14
7
Biaya Pemeliharaan
mesin 400,000.00 374,160.00 1.07
8 Penyusutan* 4,800,000.00 374,160.00 12.83
Jumlah 98,920,000.00 374,160.00 264.38
Biaya Variabel 227,120,000.00 374,160.00 607.01
1 Gula Cetak
2 Biaya kemasan 40 kg 3,563,645,454.55 374,160.00 9,524.39
3
Biaya kemasan 350
gram 7,800,000.00 312,000.00 25.00
4
Gaji Karyawan
Produksi 355,200,000.00 62,160.00 5,714.29
5 Transportasi* 96,000,000.00 374,160.00 256.57
Jumlah 72,000,000.00 150,000.00 480.00
*hanya dibebankan pada gula semut yang dijual ke pabrik dan supermarket
HPP (Rp/Kg) Harga Jual (Rp/Kg) Marjin
(Rp/Kg)
Gula semut ke Pabrik 10,892.98 12,000.00 1,107.02
Gula semut ke Trader 10,412.98 11,000.00 587.02
Gula semut ke Konsumen Langsung 16,102.26 28,571.43 12,469.17
Gula semut ke Supermarket 16,582.26 17,714.29 1,132.02
127
Lampiran 10. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa Skenario II
No Uraian Jumlah
(Unit)
Harga/Satuan
(Rp/Unit)
Nilai
(Rp)
Umur Ekonomis
(Tahun)
Reinvestasi Penyusutan
(Rp)
Nilai Sisa
(Rp) Tahun ke-3 Tahun ke-5 Tahun ke-6 Tahun ke-7
1 Total izin Usaha 1 2,000,000.00 2,000,000.00
Akta Pendirian 1 450,000.00 450,000.00
Tanda Daftar Perusahaan 1 400,000.00 400,000.00 5 400,000.00 80,000.00
SIUP 1 400,000.00 400,000.00 5 400,000.00 80,000.00
NPWP 1 350,000.00 350,000.00
Izin Depkes 1 400,000.00 400,000.00
2 Sewa Tanah dan Bangunan 8 25,000,000.00 200,000,000.00 8 25,000,000.00
3 Rehab Bangunan 1 5,000,000.00 5,000,000.00 8
4 Mesin Penggiling (Slicer) 2 35,000,000.00 70,000,000.00 8 8,625,000.00 1,000,000.00
5 Mesin Pengayak 2 50,000,000.00 100,000,000.00 8 12,375,000.00 1,000,000.00
6 Mesin Penepung 2 36,250,000.00 72,500,000.00 8 8,937,500.00 1,000,000.00
7 Oven 1 67,500,000.00 67,500,000.00 8 8,375,000.00 500,000.00
8 Mesin Kemasan 1 90,000,000.00 90,000,000.00 8 11,125,000.00 1,000,000.00
9 Jet Pump 1 4,500,000.00 4,500,000.00 8 562,500.00
10 Troli 3 1,000,000.00 3,000,000.00 4 3,000,000.00 750,000.00
11 Gerobak 1 1,500,000.00 1,500,000.00 4 1,500,000.00 375,000.00
12 Bak Plastik 12 75,000.00 900,000.00 2 900,000.00 900,000.00 900,000.00 450,000.00
13 Loyang 200 100,000.00 20,000,000.00 4 20,000,000.00 5,000,000.00
14 Timbangan Duduk 500kg 1 2,500,000.00 2,500,000.00 8 300,000.00 100,000.00
15 Palet Kayu 20 75,000.00 1,500,000.00 2 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 750,000.00
16 Komputer 1 4,500,000.00 4,500,000.00 4 4,500,000.00 1,125,000.00
17 Laptop 1 5,000,000.00 5,000,000.00 4 5,000,000.00 1,250,000.00
18 Mobil 1 100,000,000.00 100,000,000.00 8 12,437,500.00 500,000.00
19 Meja 3 730,000.00 2,190,000.00 4 2,190,000.00 547,500.00
20 Kursi 6 250,000.00 1,500,000.00 4 1,500,000.00 375,000.00
21 Lemari 1 1,600,000.00 1,600,000.00 4 1,600,000.00 400,000.00
Jumlah 755,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00 98,920,000.00 5,100,000.00
12
8
Lampiran 11. Proyeksi Rugi Laba Skenario II URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8
PENERIMAAN
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00
Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Penjualan gula semut kemasan 350 gram ke
supermarket 886,600,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00
Total Penerimaan 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00
PENGELUARAN
Biaya tetap
Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00
Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Listrik 12,000,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00
Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Pembelian Sarung Tangan 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00
Biaya Pemeliharaan mesin 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Penyusutan 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00
Total Biaya Tetap 223,920,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00
Biaya Variabel
Gula Cetak 2,973,085,227.27 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55
Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00
Biaya kemasan 350 gram 298,000,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00
Gaji Karyawan Produksi 80,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00
Transportasi 60,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00
Total Biaya Variabel 3,417,585,227.27 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55
Total Pengeluaran 3,641,505,227.27 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55
Laba Kotor 265,094,772.73 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45
Pajak (25%) 66,273,693.18 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36
Laba Bersih 198,821,079.55 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09
12
9
Lampiran 12. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario II URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
1. Penjualan
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke
pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke
trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00
Penjualan gula semut kemasan 350
gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Penjualan gula semut kemasan 350
gram ke supermarket 886,600,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00
Total penerimaan penjualan 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00
2. Nilai Sisa 5,100,000.00
TOTAL INFLOW 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,681,020,000.00
OUTFLOW
1. INVESTASI
Ijin Usaha
Akta Pendirian 450,000.00
Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00
SIUP 400,000.00 400,000.00
NPWP 350,000.00
Izin Depkes 400,000.00
Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00
Rehab Bangunan 5,000,000.00
Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00
Mesin Pengayak 100,000,000.00
Mesin Penepung 72,500,000.00
Oven 67,500,000.00
Mesin Kemasan 90,000,000.00
Jet Pump 4,500,000.00
Troli 3,000,000.00 3,000,000.00
Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00
Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00
Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00
Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00
Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00
Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00
Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00
Mobil 100,000,000.00
Meja 2,190,000.00 2,190,000.00
Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00
Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00
13
0
Total Investasi 755,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya tetap
Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00
Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Listrik 12,000,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00
Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Pembelian sarung tangan 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Promosi 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00
Biaya Pemeliharaan mesin 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Total Biaya Tetap 125,000,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00
b. Biaya Variabel
Gula Cetak 2,973,085,227.27 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55
Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00
Biaya kemasan 350 gram 298,000,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00
Gaji Karyawan Produksi 80,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00
Transportasi 60,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00
Total Biaya variabel 3,417,585,227.27 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55
c. Pajak (25%) 66,273,693.18 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36
Total Biaya Operasional 3,608,858,920.45 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91
Total OUTFLOW 4,364,548,920.45 4,311,384,090.91 4,313,784,090.91 4,311,384,090.91 4,353,074,090.91 4,312,184,090.91 4,313,784,090.91 4,311,384,090.91
Net Benefit (457,948,920.45) 364,535,909.09 362,135,909.09 364,535,909.09 322,845,909.09 363,735,909.09 362,135,909.09 369,635,909.09
DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60
PV/Tahun (429,998,986.34) 321,396,468.15 299,793,883.45 283,362,179.60 235,639,042.19 249,280,628.73 233,036,708.11 223,345,544.34
PV Positif 1,845,854,454.59
PV Negatif (429,998,986.34)
NPV 1,415,855,468.24
Net B/C 4.29
IRR 77%
PP 1.86
13
1
Lampiran 13. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak 7,47% pada Skenario II URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
1. Penjualan
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00
Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Penjualan gula semut kemasan 350 gram ke
supermarket 886,600,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00
Total penerimaan penjualan 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00
2. Nilai Sisa 5,100,000.00
TOTAL INFLOW 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,681,020,000.00
OUTFLOW
1. INVESTASI
Ijin Usaha
Akta Pendirian 450,000.00
Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00
SIUP 400,000.00 400,000.00
NPWP 350,000.00
Izin Depkes 400,000.00
Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00
Rehab Bangunan 5,000,000.00
Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00
Mesin Pengayak 100,000,000.00
Mesin Penepung 72,500,000.00
Oven 67,500,000.00
Mesin Kemasan 90,000,000.00
Jet Pump 4,500,000.00
Troli 3,000,000.00 3,000,000.00
Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00
Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00
Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00
Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00
Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00
Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00
Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00
Mobil 100,000,000.00
Meja 2,190,000.00 2,190,000.00
Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00
Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00
Total Investasi 755,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00
13
2
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya tetap
Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00
Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Listrik 12,000,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00
Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Pembelian Sarung Tangan 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00
Biaya Pemeliharaan mesin 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Total Biaya Tetap 125,000,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00
b. Biaya Variabel
Gula Cetak 3,021,601,577.70 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52
Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00
Biaya kemasan 350 gram 298,000,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00
Gaji Karyawan Produksi 80,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00
Transportasi 60,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00
Total Biaya variabel 3,466,101,577.70 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52
c. Pajak (25%) 66,273,693.18 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36
Total Biaya Operasional 3,657,375,270.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88
Total OUTFLOW 4,413,065,270.88 4,577,472,970.88 4,579,872,970.88 4,577,472,970.88 4,619,162,970.88 4,578,272,970.88 4,579,872,970.88 4,577,472,970.88
Net Benefit (506,465,270.88) 98,447,029.12 96,047,029.12 98,447,029.12 56,757,029.12 97,647,029.12 96,047,029.12 103,547,029.12
DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60
PV/Tahun (475,554,244.96) 86,796,737.08 79,512,445.83 76,525,148.96 41,425,867.89 66,920,840.65 61,806,860.15 62,566,344.38
PV Positif 475,554,244.96
PV Negatif (475,554,244.96)
NPV 0.00
Net B/C 1.00
IRR 6.5%
PP 8.00
13
3
Lampiran 14. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula 5,69% Semut pada Skenario II URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
1. Penjualan
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,185,097,112.45 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29
Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,738,142,431.59 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96
Penjualan gula semut kemasan 350 gram 59,254,855.62 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47
Penjualan gula semut kemasan 350 gram ke
supermarket 886,600,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00
Total penerimaan penjualan 3,858,083,649.58 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03
2. Nilai Sisa 5,100,000.00
TOTAL INFLOW 3,858,083,649.58 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,414,931,120.03
OUTFLOW
1. INVESTASI
Ijin Usaha
Akta Pendirian 450,000.00
Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00
SIUP 400,000.00 400,000.00
NPWP 350,000.00
Izin Depkes 400,000.00
Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00
Rehab Bangunan 5,000,000.00
Mesin Pemotong (Slicer) 70,000,000.00
Mesin Pengayak 100,000,000.00
Mesin Penepung 72,500,000.00
Oven 67,500,000.00
Mesin Kemasan 90,000,000.00
Jet Pump 4,500,000.00
Troli 3,000,000.00 3,000,000.00
Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00
Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00
Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00
Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00
Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00
Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00
Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00
Mobil 100,000,000.00
Meja 2,190,000.00 2,190,000.00
Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00
Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00
Total Investasi 755,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00
2. BIAYA OPERASIONAL
13
4
a. Biaya tetap
Gaji Karyawan
1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00
Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Listrik 12,000,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00
Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Pembelian Sarung Tangan 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00
Biaya Pemeliharaan mesin 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Total Biaya Tetap 125,000,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00
b. Biaya Variabel
Gula Cetak 2,973,085,227.27 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55
Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00
Biaya kemasan 350 gram 298,000,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00
Gaji Karyawan Produksi 80,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00
Transportasi 60,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00
Total Biaya variabel 3,417,585,227.27 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55
c. Pajak (25%) 66,273,693.18 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36
Total Biaya Operasional 3,608,858,920.45 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91
Total OUTFLOW 4,364,548,920.45 4,311,384,090.91 4,313,784,090.91 4,311,384,090.91 4,353,074,090.91 4,312,184,090.91 4,313,784,090.91 4,311,384,090.91
Net Benefit (506,465,270.88) 98,447,029.12 96,047,029.12 98,447,029.12 56,757,029.12 97,647,029.12 96,047,029.12 103,547,029.12
DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60
PV/Tahun (475,554,244.96) 86,796,737.08 79,512,445.83 76,525,148.96 41,425,867.89 66,920,840.65 61,806,860.15 62,566,344.38
PV Positif 475,554,244.96
PV Negatif (475,554,244.96)
NPV 0.00
Net B/C 1.00
IRR 6.5%
PP 8.00
135