analisis kelayakan usaha srikaya organik...
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK
PADA PERUSAHAAN WAHANA CORY
KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
TIARA SAKINA
H34051722
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
RINGKASAN
TIARA SAKINA. H34051722. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Srikaya
Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANITA
RISTIANINGRUM).
Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan
kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, maka sebagian masyarakat sudah
mulai menghindari konsumsi produk pertanian yang menggunakan bahan kimia
buatan dan memilih yang bebas pestisida serta meningkatkan gaya hidup sehat
dengan slogan “back to nature”. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat
diproduksi dengan suatu metode yang dikenal dengan pertanian organik. Oleh
karena itu, saat ini muncul produk-produk pertanian organik seperti beras organik,
sayuran organik, buah organik, telur organik, kopi organik, dan jenis komoditi
lainnya. Permintaan produk pertanian organik dunia mencapai 15 – 20 persen
pertahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 –
2 persen dari keseluruhan produk pertanian organik. Hal inilah yang memacu
permintaan produk pertanian organik dari negara-negara berkembang.
Wahana Cory merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi
produk-produk pertanian dengan sistem pertanian organik. Produk-produk organik
yang dihasilkan Wahana Cory saat ini adalah pupuk organik, sayur-sayuran
organik, dan buah-buahan organik seperti lengkeng, jambu, durian, mangga,
pisang, nanas, manggis, buah naga, sawo, pepaya, salak, jeruk, cengkeh, dan
belimbing. Pada Tahun 2009 Wahana Cory menambah unit bisnisnya yaitu
dengan mengusahakan srikaya organik pada lahan baru.
Daerah pengembangan tanaman srikaya sampai saat ini masih terbatas,
hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman
perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan. Oleh karena itu, buah srikaya
sulit sekali ditemukan di pasar dan hal ini dapat menjadi suatu prospek bisnis bagi
pengusaha agribisnis. Beberapa pertimbangan yang menjadikan srikaya
berpotensi untuk diusahakan dengan tujuan komersial antara lain, buah srikaya
merupakan komoditi buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena
memiliki nilai jual yang tinggi dan buah srikaya merupakan salah satu komoditi
yang memiliki nila gizi yang tinggi. Perusahaan pertanian organik Wahana Cory
melihat hal tersebut sebagai peluang usaha karena masih sedikit masyarakat yang
memproduksi buah srikaya dalam jumlah besar.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial
pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory dilihat dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, (2)
Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory
dilihat dari aspek finansial, (3) Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan
pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah
produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik
kualitatif maupun kuantitatif. . Metode yang digunakan selama pengumpulan data
yaitu metode observasi langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari data-
data perusahaan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Untuk
data kualitatif diolah dan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan data
kuantitatif akan diolah dengan Microsoft Excel 2007 dan kalkulator.
Perusahaan memperoleh bibit tanaman srikaya organik dengan melakukan
pembibitan sendiri. Selain itu perusahaan juga memproduksi sendiri pupuk
kompos yang digunakan untuk penanaman. Sedangkan untuk peralatan dan
perlengkapan pertanian dalam pengusahaan srikaya organik perusahaan peroleh
dari toko pertanian di Pasar Bogor. Tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan
berasal dari masyarakat sekitar. Tanaman srikaya tersebut baru dapat
menghasilkan buah pada saat tanaman berumur 2-3 tahun. Sebagai awal
pengembangan usaha srikaya organik, Wahana Cory mengusahakan srikaya
organik pada lahan seluas 5.000 m2 dengan perkiraan produksi mencapai 5-10 ton
per tahun. Dalam mendisribusikan produk-produk organiknya, Wahana Cory
dibantu oleh distributor pribadi yaitu PT Cory Organic International (PT COI). PT
COI merupakan salah satu perusahaan milik Bapak Dedi, namun antara Wahana
Cory dan PT COI memliki struktur manajemen yang berbeda. Saat ini yang
menjadi pelanggan tetap perusahaan adalah 20 Super Indo dan beberapa toko buah
dan sayur yang tersebar di wilayah Jakarta.
Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial ekonomi dan lingkungan,
pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk
dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena
permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang
tinggi menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan.
Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan
yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan
apek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan
mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan
aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat
memberikan kontibusi kepada negara berupa pajak, ikut serta dalam melestarikan
lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat
membahayakan lingkungan sekitar proyek, dan mampu menyerap tenaga kerja
dari masyarakat di sekitar lokasi usaha.
Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR
dan Payback Period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk
dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukan bahwa
NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.465,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 dan
IRR sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga
(discount rate) sebesar 9 %. Serta Payback Period yang diperoleh dalam
pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis
switching value, penurunan jumlah produksi pengusahaan srikaya organik adalah
hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha dibandingkan dengan
penurunan biaya operasional.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK
PADA PERUSAHAAN WAHANA CORY
KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR
TIARA SAKINA
H34051722
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan
Wahana Cory, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat
Nama : Tiara Sakina
NIM : H34051722
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Anita Ristianingrum, M.Si
NIP 19671024 199302 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Tiara Sakina
H34051722
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 2 Januari 1987. Penulis adalah
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Syarifudin Ismail dan Ibu
Rumayni. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Sukmajaya V Depok pada
tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di
SLTPN 3 Depok. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Depok
diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005 juga penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Pada tahun 2006 penulis diterima pada
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Selama mengikuti pendidikan penulis aktif pada kegiatan organisasi di
lingkungan kampus seperti menjadi anggota Departemen Minat, Bakat dan Profesi
MISETA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian)
periode tahun 2007-2008 dan anggota HIPMA (Himpunan Mahasiswa Agribisnis)
periode tahun 2008-2009. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan
seperti YES 2007 (Young Entrepreneur Seminar), HPW 2007 (Hari Pelepasan
Wisuda), BGTC 2008 (Banking Goes To Campus), HPS 2008 (Hari Pelepasan
Sarjana). Pada tahun 2008 penulis juga mengikuti PKM (Program Kreativitas
Mahasiswa) bidang pengabdian masyarakat. Selain itu penulis merupakan
penerima beasiswa dari Karya Salemba Empat periode 2008-2009.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala nikmat karunia dan kekuatan yang telah diberikanNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha
Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha srikaya
organik dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial pada perusahaan
Wahana Cory.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak termasuk penulis dan
juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga mengharapkan
masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di masa mendatang.
Bogor, Agustus 2009
Tiara Sakina
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji serta syukur penulis panjatkan ke pada Allah SWT yang selalu memberikan
lindungan dan limpahan rahmatNya serta kemudahan yang Engkau berikan
kepada penulis. Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah
memberikan bantuan, arahan, dukungan dan doa yang akan selalu penulis kenang
dan syukuri. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak (Syarifudin Ismail) dan Mama (Rumayni) yang tercinta atas segala
perjuangan, kasih sayang, doa, dan dukungan, baik moral maupun material
kepada penulis. Karya ini penulis persembahkan untuk kalian.
2. Kakak dan keponakanku tersayang, Yomie Andini dan Amaya Eshia atas
semangat dan kasih sayang yang telah diberikan.
3. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
4. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama yang bersedia
meluangkan waktunya serta memberikan saran dan masukan kepada penulis.
5. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji komdik yang memberikan
masukan dan saran dalam perbaikan skripsi ini kepada penulis.
6. Drs. Iman Firmansyah, M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik atas
bantuan, arahan, dan motivasinya kepada penulis.
7. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS, Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM, Ibu
Tintin S, SP, MM, Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM, Mas Yeka Hendra Fatika,
SP, Mas Feryanto W.K, SP, Mas Arif Karyadi, SP, dan seluruh staf pengajar
Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang diberikan selama
perkuliahan.
8. Seluruh staf tata usaha Departeman Agribisnis, Ibu Ida, Mas Hamid, Mas
Pian, Mba Dian, Pak Yusuf, dan Pak Cecep atas kemudahan dan bantuan
selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini.
9. Pihak Wahana Cory Bapak Dedi Haryanto, Bapak Daniel Ardilles, Bapak
Nono Sugiarto, Ibu Dewi Lestiawati dan para karyawan atas kebaikan yang
diterima oleh penulis selama penelitian, informasi, dan kesempatan untuk
melakukan penelitian.
10. Agi Aghillunta dan keluarga yang telah memberikan pengertian, semangat,
saran, kasih sayang, doa, kesabaran, dan bantuan kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat penulis, Purbasari Indah Lestari, Ayu Indah Lestari, Rina
Yoanita, Rizki Amalia, Hepi Risenasari, Yusda Mardiyah, Cila Apriande,
Mohammad Reza, Roch Ika, dan teman-teman di Pondok Iwan (Noel, Sule,
Bayu, Isnur, Nawi, Teguh, Zulvan, dan Faisal) atas semangat, saran, dan
pengalaman berharga bagi penulis
12. Teman-teman satu bimbingan, Yanuary Dwi Pangestuti dan Mada Pradana
atas semangat dan saran selama berdiskusi dengan penulis.
13. Teman-teman Permata Tani Mandiri, Hary Purnama, Fery Herdiman,
Andriyanto Pratama, dan Abdul Rozak atas semangat, saran, dan pengalaman
berharga bagi penulis.
14. Tim Gladikarya Desa Samarang, Tika, Feni, Fehmi dan Echi atas kebersamaan
dan pengalaman berharga yang tidak terlupakan bagi penulis selama di Garut.
15. Teman-teman satu perjuangan di Agribisnis 42, Anna, Wiwi, Githa, Meno,
Dodo, Tiara, Lisda, Wening, Aqsa, Bebeh, Neina, Abel, Shinta, Ratna dan
semua AGBers 42 atas semangat, kebersamaan dan kekompakan selama ini.
16. Kakak-kakak Agribisnis 41 atas masukan dan semangat yang diberikan
kepada penulis.
17. Sahabat-sahabat penulis, Galih R.N, Indri H, Linda M, Wila M, Prasasti B.P,
Astriani W, Fathina R, Marnala O, Eisha M, Citra, Amanah A, Ajeng P,
Arina H, Rena, Rifka, Hikmah, Tara, Huda dan Galih N atas semangat yang
terus diberikan oleh penulis, walaupun telah dipisahkan oleh jarak dan waktu
namun persahabatan kita akan terus berlanjut hingga usia memisahkan nanti.
18. Karya Salemba Empat atas beasiswa yang diberikan kepada penulis.
19. Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Agustus 2009
Tiara Sakina
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi
I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 10
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 10
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11
2.1. Pertanian Organik................................................................. 11
2.1.1. Pengertian Pertanian Organik .................................... 11
2.1.2. Tujuan Pertanian Organik .......................................... 11
2.1.3. Prinsip Pertanian Organik .......................................... 12
2.1.4. Sertifikasi dan Standarisasi ........................................ 14
2.2. Buah Srikaya ...................................................................... 14
2.2.1. Sifat Botani Srikaya ................................................... 15
2.2.2. Agroekologi Tanaman Srikaya .................................. 17
2.2.3. Perbanyakan Tanaman Srikaya ................................. 18
2.2.4. Budidaya Tanaman .................................................... 18
2.2.5. Hama dan Penyakit .................................................... 20
2.2.6. Pengendalian Hama Terpadu ..................................... 21
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu .............................................. 22
III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 25
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 25
3.1.1. Studi Kelayakan Usaha .............................................. 25
3.1.2. Teori Biaya dan Manfaat ........................................... 29
3.1.3. Analisis Finansial ...................................................... 30
3.1.4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) .............. 32
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................ 32
1V METODE PENELITIAN ....................................................... 36
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 36
4.2. Data dan Instrumentasi ........................................................ 36
4.3. Metode Pengumpulan Data ................................................ 36
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................. 36
4.5. Asumsi Dasar ....................................................................... 42
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................. 44
5.1. Kondisi Geografis ................................................................ 44
5.2. Keragaan Umum Perusahaan ............................................... 45
5.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha ............................. 45
5.2.2. Struktur Organisasi Perusahaan ................................. 48
5.2.3. Kegiatan Perusahaan .................................................. 50
VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK 60
6.1. Aspek Non Finansial ............................................................ 60
6.1.1. Aspek Pasar ............................................................... 60
6.1.1.1. Peluang Pasar ............................................... 60
6.1.1.2. Strategi Pemasaran ....................................... 62
6.1.2. Aspek Teknis ............................................................. 64
6.1.2.1. Lokasi Usaha ................................................ 64
6.1.2.2. Skala Usaha .................................................. 66
6.1.2.3. Teknik Budidaya .......................................... 67
6.1.3. Aspek Manajemen ..................................................... 68
6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ................... 68
6.2. Aspek Finansial .................................................................... 69
6.2.1. Arus Penerimaan (Inflow) .......................................... 69
6.2.2. Arus Biaya (Outflow)................................................. 70
6.2.2.1. Biaya Investasi ............................................. 70
6.2.2.2. Biaya Operasional ........................................ 73
6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan
Srikaya Organik ........................................................ 82
6.2.4. Analisis Switching Value ........................................... 83
VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 85
7.1. Kesimpulan .......................................................................... 85
7.2. Saran ..................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 87
LAMPIRAN ........................................................................................... 89
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku
Tahun 2003-2006 ..................................................................... 1
2. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Buah-buahan
di Indonesia Tahun 2003-2007................................................. 2
3. Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan
di Indonesia Tahun 2000-2015................................................. 2
4. Perbedaan Sistem Penanaman An-Organik dan Organik ......... 3
5. Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya ......................... 15
6. Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan
di Indonesia Tahun 2000 – 2015 .............................................. 60
7. Perencanaan Jumlah Penjualan Srikaya Organik
setiap Bulan (Kg) ..................................................................... 61
8. Ketinggian, Suhu, Curah Hujan, dan pH Tanah pada
Lokasi Usaha dan Syarat Tumbuh Tanaman Srikaya .............. 65
9. Perencanaan Jumlah Produksi Srikaya Organik
setiap Bulan (Kg) ..................................................................... 66
10. Perkiraan Penjualan dan Total Penerimaan Penjualan
Srikaya Organik per Tahun pada Lahan Seluas
5.000 m2 di Wahana Cory ........................................................ 70
11. Perincian Biaya Pembibitan Srikaya Organik .......................... 72
12. Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Srikaya Organik
pada Lahan Seluas 5.000 m2 ................................................... 73
13. Proporsi Penggunaan Timbangan Elektrik setiap Unit Bisnis . 74
14. Biaya Investasi pada Tahun ke-3 ............................................. 74
15. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun,
dan Staf Administrasi dan Keuangan terhadap Unit
Bisnis Perusahaan .................................................................. 75
16. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun,
dan Staf Administrasi dan Keuangan terhadap
Komoditi Buah Organik pada Tahun ke-1
sampai Tahun ke-2 ................................................................. 76
17. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun,
dan Staf Administrasi dan Keuangan terhadap
Komoditi Buah Organik pada Tahun ke-3
sampai Tahun ke-12 ................................................................. 76
18. Persentase Penggunaan Air ...................................................... 77
19. Persentase Penggunaan Listrik ................................................. 77
20. Persentase Penggunaan Telepon .............................................. 78
21. Penggunaan Ruang Angkut Buah-buahan Organik
Satu kali Pengiriman ................................................................ 79
22. Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan
Srikaya Organik pada Tahun ke – 1
sampai Tahun ke – 2 .............................................................. 79
23. Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan
Srikaya Organik pada Tahun ke – 3
sampai Tahun ke – 12 .............................................................. 80
24. Jumlah Pupuk Kompos, Pupuk Organik Cair,
Pestisida Alami dan Label pada Pengusahaan
Srikaya Organik per Tahun ..................................................... 81
25. Penggunaan Tenaga Kerja Pengusahaan
Srikaya Organik pada Lahan Seluas 5000 m2 .......................... 82
26. Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan
Srikaya Organik pada Wahana Cory ........................................ 82
27. Hasil Analisis Switching Value
Pengusahaan Srikaya Organik.................................................. 84
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 35
2. Struktur Organisasi Wahana Cory ........................................... 50
3. Skema Saluran Pemasaran Srikaya
Organik Wahana Cory.............................................................. 58
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik
Tahun Pertama ......................................................................... 89
2. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik
Tahun Kedua ............................................................................ 90
3. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik
Tahun Ketiga dan seterusnya ................................................... 91
4. Analisis Cashflow Pengusahaan Srikaya Organik
pada Wahana Cory Tahun 2009 .............................................. 92
5. Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Srikaya Organik
pada Wahana Cory Tahun 2009 ............................................... 94
6. Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi
Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory
pada Tahun ke – 1 dan 2 .......................................................... 96
7. Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi
Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory
pada Tahun Ke -3 dst .............................................................. 97
8. Analisis Switching Value (Penurunan Jumlah Produksi
Srikaya Organik Sebesar 46,51%) ........................................... 98
9. Analisis Switching Value (Kenaikan Biaya Operasional
Sebesar 253,85%) ..................................................................... 100
10. Daftar Pertanyaan Pengarah ..................................................... 102
11. Dokumentasi Pengusahaan Srikaya Organik
pada Wahana Cory .................................................................. 109
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya
hayati yang berpotensi untuk dikembangkan khususnya di sektor pertanian.
Peranan sektor pertanian dalam perekonomian di Indonesia cukup besar,
diantaranya sebagai penyedia bahan baku industri, penyedia bahan pangan,
penyedia lapangan kerja dan sumber devisa negara. Salah satu sub sektor
petanian yang memiliki peranan penting adalah hortikultura. Hortikultura
berperan sebagai sumber pangan, sumber pendapatan masyarakat, penyedia
lapangan kerja, perdagangan domestik dan ekspor, dan peningkatan aktivitas
industri pengolahan yang bersifat meningkatkan nilai tambah (Deptan 2002).
Produk hortikultura meliputi tanaman buah-buahan, tanaman sayuran,
tanaman biofarmaka dan tanaman hias. Tanaman buah-buahan merupakan salah
satu komoditi hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan, karena secara
ekonomis memiliki nilai tambah dan memberikan kontribusi yang besar terhadap
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan apabila dikelola dengan baik. Pada
Tabel 1 dapat dilihat bahwa buah-buahan merupakan penyumbang terbesar pada
Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura dan setiap tahun PDB buah-buahan
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 PDB buah-buahan mencapai Rp
35.448 Milyar atau setara dengan 51,64 persen dari total PDB hortikultura.
Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2003 – 2006
No Komoditas
Nilai PDB
(milyar Rp)
2003 2004 2005 2006
1 Buah-buahan 28.246 30.765 31.694 35.448
2 Sayuran 20.573 20.749 22.630 24.694
3 Tanaman
Biofarmaka 565 722 2.806 3.762
4 Tanaman hias 4.501 4.609 4.662 4.734
Total 53.885 56.844 61.792 68.639 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2008)
Produksi buah-buahan di Indonesia setiap tahun terus menunjukkan
peningkatan. Peningkatan produksi buah-buahan tersebut sejalan dengan adanya
peningkatan luas areal tanam. Walaupun sempat mengalami penurunan luas areal
tanam pada tahun 2004 sebesar 14.845 hektar atau setara dengan 2,05 persen,
namun hingga tahun 2007 luas areal tanam kembali mengalami peningkatan
secara bertahap. Perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas buah-
buahan di Indonesia tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Buah – buahan di Indonesia
Tahun 2003 – 2007
No Tahun Produksi
(Ton)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(ton/Ha)
1 2003 13.551.435 721.964 18,77
2 2004 14.348.456 707.119 20,29
3 2005 14.786.599 717.428 20,61
4 2006 16.171.131 728.218 22,21
5 2007 17.116.622 756.766 22,62 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2008)
Konsumsi akan buah-buahan semakin meningkat seiring dengan terus
bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu juga adanya peningkatan pendapatan
dan kualitas pendidikan sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya komposisi gizi yang seimbang. Kesadaran ini mempengaruhi jumlah
konsumsi buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan gizi secara memadai.
Perkiraan peningkatan jumlah konsumsi dan permintaan buah-buahan seiring
dengan peningkatan penduduk di Indonesia pada kurun waktu 2000-2015 dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Tahun
2000 – 2015
Tahun Jumlah
Penduduk
(Juta)
Konsumsi per
Kapita
(Kg/Thn)
Peningkatan
Konsumsi
(%)
Permintaan
(Ribu Ton)
2000 213 36,76 - 7,830
2005 227 45,70 32,50 10,375
2010 240 57,92 34,00 13,900
2015 254 78,74 34,50 20,00 Sumber : BPS (2007)
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan
kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, maka sebagian masyarakat sudah
mulai menghindari konsumsi produk pertanian yang menggunakan bahan kimia
buatan dan memilih yang bebas pestisida serta meningkatkan gaya hidup sehat
dengan slogan “back to nature” khususnya pada masyarakat menengah ke atas.
Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan suatu metode yang
dikenal dengan pertanian organik. Oleh karena itu, saat ini muncul produk-
produk pertanian organik seperti beras organik, sayuran organik, buah organik,
telur organik, kopi organik, dan jenis komoditi lainnya. Perbedaan pertanian
dengan sistem an-organik dan sistem organik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbedaan Sistem Penanaman An-organik dan Organik
Proses An-organik Organik
Persiapan Benih Bisa berasal dari rekayasa
genetik
Berasal dari tanaman
Pembibitan Bibit diperlakukan dengan
bahan kimia
Dibuat secara alami
Penanaman Monokultur Polikultur lebih dominan
Pengairan Air dari mana saja Air bebas dari bahan
kimia sintetik
Pemupukan Pupuk kimia lebih dominan Pupuk kandang/kompos
Pengendalian Hama Pestsida kimia dominan Pengendalian hama
terpadu lebih diutamakan
Hasil Panen Mengandung residu kimia Bebas residu kimia Sumber : Agrina, 2004 diacu dalam Rahmayanti, 2008
Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterapkan di
beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami
kemajuan yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama
sayur dan buah segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic
farming system) mempunyai rasa, aroma, dan kandungan gizi yang lebih baik
daripada yang menggunakan pertanian an-organik1.
Tahun 2005 volume produk pertanian organik mencapai 5 – 7 persen dari
total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian
besar dipasok oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika, dan Eropa. Di
Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara
timur seperti Jepang, Taiwan, dan Korea2. Permintaan produk pertanian organik
dunia mencapai 15 – 20 persen per tahun, namun pangsa pasar yang mampu
1 http://www.biotama.com/index. Teknologi Budidaya Organik. 22 Desember 2008 2 http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/. Prospek Pertanian Organik di Indonesia. 22
Desember 2008
dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 – 2 persen dari keseluruhan produk pertanian
organik. Hal inilah yang memacu permintaan produk pertanian organik dari
negara-negara berkembang3. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
yang memiliki peluang yang besar untuk menjadi produsen pertanian organik.
Perkembangan produksi dan pemasaran produk pertanian organik di
Indonesia cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya supermarket,
gerai, dan restoran yang menjual berbagai produk organik. Harga pangan organik
khususnya produk hortikultura yang dipasarkan di supermarket-supermarket di
beberapa negara termasuk Indonesia relatif tinggi, yaitu tiga sampai empat kali
lipat dibanding pangan yang bukan organik4.
Sayuran dan buah organik diketahui mengandung vitamin C dan mineral
esensial, seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dan krom, lebih tinggi
dibanding dengan sayuran dan buah an-organik. Kandungan nitrat dalam sayuran
dan buah organik 25 persen lebih rendah daripada yang an-organik. Kandungan
nitrat yang berlebihan dalam produk an-organik dapat menyebabkan kanker5.
Buah organik merupakan salah satu hasil dari pertanian organik yang
memiliki banyak manfaat dan kelebihan dibanding buah an-organik. Manfaat
buah organik antara lain (1) Bekerja membersihkan darah, (2) Membuang racun
yang menumpuk dalam sel, (3) Membantu regenerasi sel-sel baru, dan (4)
Menjaga keseimbangan kadar asam basa tanpa obat-obatan, vitamin atau pun
suplemen tambahan. Sedangkan kelebihan buah organik antara lain (1) Memiliki
kandungan gizi yang lebih baik, makanan organik rata-rata mempunyai
kandungan vitamin C, mineral, serta phytonutrients (bahan dalam tanaman yang
dapat melawan kanker) yang lebih tinggi dibandingkan bahan pangan an-organik,
(2) Makanan organik lebih tahan lama hingga tidak mudah basi, dan (3)
Menghemat proses produksi dan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan6.
Salah satu buah yang dapat dibudidayakan dengan teknik pertanian
organik adalah srikaya (Annona squamosa L). Tanaman srikaya merupakan
3 http://www.spmabanjarbaru.sch.id/index. Pertanian Organik:Pertanian Masa Depan yang
Menjanjikan. 22 Desember 2008 4http://www.kompas.com/kompas-cetak/0211/04/iptek/pang30.htm.
5http://various-health.blogspot.com/2008/11/5-unggulan-sayuran-buah-organik.html. 22 Desember
2008 6 http://melilea-organik.com/organik/buah-orgnik-baik-untuk-kesehatan.html. 22 Desember 2008
tanaman pendatang, menurut Sunarjono (2005) tanaman srikaya berasal dari
Amerika Latin yaitu Peru. Di Indonesia, srikaya dikenal sejak zaman penjajahan
Belanda. Umumnya buah yang lebih dikenal dengan sebutan buah nona sri ini,
hanya ditanam di pinggir pagar pekarangan rumah. Namun tanaman srikaya
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan hampir dari seluruh bagian dari tanaman
ini dapat dimanfaatkan. Daging buahnya dapat digunakan sebagai penyedap es
krim, bahan baku pembuatan selai, sirup dan makanan olahan lainnya. Buah yang
masih hijau dan biji mudanya memiliki sifat anti cacing dan insektisida yang
efektif. Sedangkan akar, daun, dan kulit kayu srikaya dapat digunakan untuk
pengobatan berbagai jenis penyakit seperti batuk, demam, disentri, sembelit dan
lain-lain.
Negara penyebaran srikaya meliputi Thailand, Filipina, Indonesia, dan
Malaysia. Pada tahun 2005, di Filipina produksi buah srikaya tiap tahun mencapai
6.000 ton, sedangkan Thailand mencapai 75.000 ton tiap tahunnya. Produksi buah
srikaya tersebut sudah mencapai pasar internasional. Di Indonesia, produksi buah
srikaya belum tercatat secara statistik oleh Biro Pusat Statistik (BPS) karena
masih dianggap sebagai buah minor (Sunarjono 2005).
Daerah pengembangan tanaman srikaya sampai saat ini masih terbatas, hal
ini dikarenakan masih sedikit masyarakat yang mengusahakan srikaya secara
komersil dan adanya persepsi masyarakat, bahwa srikaya hanya ditanam sebagai
tanaman perkarangan saja namun tidak dilihat dari sisi bisnis usaha srikaya. Oleh
karena itu, buah srikaya sulit sekali ditemukan di pasar dan hal ini dapat menjadi
suatu prospek bisnis bagi pengusaha agribisnis. Beberapa pertimbangan yang
menjadikan srikaya berpotensi untuk diusahakan dengan tujuan komersial antara
lain, buah srikaya merupakan komoditas buah yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan karena memiliki nilai jual yang tinggi. Di Jawa Tengah dan Jawa
Timur, khususnya Solo dan Surabaya, buah srikaya tergolong mahal, yaitu
Rp 10.000 per sepuluh buah (Sunarjono 2005). Selain itu buah srikaya kaya akan
vitamin seperti karoten 7 IU, thiamin 0,13 mg, dan riblofamin 0,931 mg serta
mengandung asam amino diantaranya tryptofan 10 mg, methionin 8 mg, dan lysin
69 mg. Oleh karena itu masyarakat di India mengkonsumsi srikaya matang
dicampur dengan garam yang digunakan sebagai obat antikanker7. Dengan
beberapa keunggulan yang dimiliki buah srikaya, menjadikan buah srikaya
organik berpotensi untuk dikembangkan. Untuk itu perlu dilakukan sebuah
analisis kelayakan bisnis untuk buah srikaya organik.
1.2. Perumusan Masalah
Pertanian organik di Indonesia saat ini sangat potensial dan diperkirakan
akan semakin berkembang. Tingkat permintaan produk pertanian organik,
khususnya buah organik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan.
Salah satu perusahaan yang membuka lahan pertanian dengan sistem
pertanian organik adalah Wahana Cory yang terletak di daerah Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor. Pada awal diresmikannya Wahana Cory pada Mei
2006, perusahaan ini sudah mulai mengusahakan sayuran organik, namun terdapat
masalah dalam pemasarannya karena pada awalnya sayuran tersebut belum
sepenuhnya diperlakukan secara organik, sehingga produk yang dihasilkan hanya
dipasarkan di pasar tradisional dengan harga relatif rendah.
Pada bulan Juli 2006, Wahana Cory melakukan uji laboratorium, dimana
hasil yang diperoleh yaitu tanah tempat dilakukan kegiatan usaha pertanian
organik ini baik dan cocok untuk pertanian organik karena tidak mengandung
nutrisi kimia. Dengan melakukan uji laboratorium, Wahana Cory menyatakan
bahwa semua jenis tanaman yang ditanam di kebun Wahana Cory telah diberikan
perlakuan organik.
Pada bulan Januari 2007 Wahana Cory mulai melakukan pemasaran ke
beberapa supermarket, dimana kegiatan pemasaran dilakukan oleh distributor
pribadi Wahana Cory yaitu PT Cory Organic International (COI). Supermarket
yang menjadi konsumen tetap Wahana Cory yaitu beberapa Super Indo di Jakarta
diantaranya Mall Cinere, Plaza PP, Cilandak, Plaza Cibubur, Bintaro, Sunrise
Garden, Pulomas, dan Pamulang.
Produk-produk organik yang dihasilkan Wahana Cory saat ini adalah
pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan organik seperti lengkeng,
jambu, durian, mangga, pisang, nanas, manggis, buah naga, sawo, pepaya, salak,
7 Sardi D. April 2004. Di Ujung Lidah Langsar Teruji. Trubus Edisi 413
jeruk, cengkeh, dan belimbing. Pada Tahun 2009 Wahana Cory menambah unit
bisnisnya yaitu dengan mengusahakan srikaya organik pada lahan baru.
Srikaya merupakan salah satu buah yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan. Buah srikaya yang dikonsumsi segar baik untuk kesehatan karena
mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Selain itu produksi buah srikaya di
Indonesia masih kecil, sehingga buah ini sulit ditemukan di pasar. Berdasarkan
wawancara pendahuluan dengan pihak Direktorat Budidaya Tanaman Buah, buah
srikaya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, di daerah Nusa Tenggara Barat
(NTB) pada musim kemarau buah srikaya banyak dicari oleh masyarakat karena
rasa buahnya memberikan kesegaran bagi yang mengkonsumsinya. Sampai saat
ini buah srikaya di Indonesia dikonsumsi dalam bentuk segar, sedangkan industri
yang mengolah buah srikaya di Indonesia masih sangat terbatas.
Pada umumnya konsumen buah organik adalah masyarakat yang
berpendapatan menengah ke atas yang juga telah sadar akan pentingnya nilai gizi
dan keamanan dari produk pangan atau buah yang akan dimakan. Hal ini
menunjukan potensi pasar yang cukup baik. Makin tingginya permintaan akan
produk organik, menuntut produsen produk organik untuk mampu memenuhi
permintaan tersebut.
Salah satu daerah di Indonesia yang memproduksi buah srikaya cukup
besar adalah Kota Sumenep, Madura. Bahkan pada bulan Desember 2003, buah
srikaya varietas langsar dijadikan sebagai buah unggul nasional. Sedangkan di
daerah lain seperti di Jakarta dan Jawa Barat buah srikaya sangat sulit dijumpai,
hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman
perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan.
Perusahaan pertanian organik Wahana Cory melihat hal tersebut sebagai
peluang usaha karena masih sedikit masyarakat yang memproduksi buah srikaya
dalam jumlah besar. Pada saat ini Wahana Cory telah memiliki 4 tanaman srikaya
dengan varietas yang berbeda, yaitu new varietas dan srikaya Australia. Tanaman
srikaya tersebut telah berumur dua tahun dan telah menghasilkan buah. Buah
srikaya yang dihasilkan tersebut telah dijual ke beberapa toko buah di wilayah
Jakarta dan Bogor. Namun hasil produksi tersebut masih sangat kecil yaitu setiap
pohon baru mampu menghasilkan 0,5 – 2 kg buah srikaya tiap 2 minggu.
Pendistribusian buah srikaya organik tersebut dilakukan secara bergilir pada
beberapa toko buah. Setelah dilakukan pendistribusian tersebut diketahui bahwa
permintaan terbesar berasal dari toko buah di Jakarta, sedangkan di daerah Bogor
sangat kecil. Untuk dapat memasok srikaya organik secara merata ke beberapa
toko buah di Jakarta Wahana Cory akan mebuka lahan baru untuk pengusahaan
srikaya organik. Berdasarkan permintaan dari toko-toko buah di Jakarta,
perusahaan memperkirakan permintaan buah srikaya sekitar 5-10 ton per tahun.
Untuk itu sebagai awal pengembangan usaha srikaya organik, Wahana Cory
mengusahakan srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2 dengan perkiraan
produksi mencapai 5-10 ton per tahun. Harga jual srikaya organik lebih tinggi
dibanding srikaya an-organik, yaitu mencapai Rp 75.000,- per kg, sedangkan
srikaya an-organik Rp 40.000,- per kg. Selain itu tanaman srikaya merupakan
tanaman tropis yang dapat tumbuh pada semua jenis tanah sehingga diharapkan
mudah untuk dibudidayakan di areal tanam Wahana Cory.8
Wahana Cory juga memberikan citra yang khas dengan menjadikan
produk buah srikaya sebagai suatu komoditi organik yang memiliki keterjaminan
bebas dari bahan kimia buatan dan berwawasan lingkungan. Diperlukan investasi
yang besar untuk mengembangkan usaha srikaya organik, diantaranya investasi
untuk lahan pembudidayaan tanaman srikaya organik dan berbagai biaya
operasional yang dapat mendukung keberhasilan suatu usaha. Kelayakan
investasi diperlukan karena karakteristik dari usaha srikaya organik, yaitu usaha
ini sangat ditentukan oleh lamanya umur pohon srikaya yang dapat berproduksi
dengan baik pada usia 2 tahun sampai 12 tahun. Oleh sebab itu perlu dilakukan
analisis kelayakan bisnis sebagai suatu bahan pertimbangan apakah pengusahaan
buah srikaya organik, layak atau tidak untuk dilakukan.
Untuk menilai kelayakan usaha srikaya organik diperlukan penilaian
terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan
lingkungan, dan aspek finansial. Penilaian terhadap aspek pasar untuk
mengetahui potensi pasar dari buah srikaya organik. Penilaian terhadap aspek
teknis diperlukan untuk mengkaji lokasi usaha, skala usaha, penerapan budidaya
srikaya secara organik dan penanganan pascapanen. Sedangkan penilaian
8 Hasil wawancara pendahuluan dengan Pak Daniel, Manajer Kebun Wahana Cory
terhadap aspek manajemen diperlukan untuk mengkaji seberapa jauh usaha
srikaya organik dapat dikelola oleh Wahana Cory. Penilaian aspek sosial
diperlukan untuk mengkaji perluasan kesempatan kerja serta dampak proyek
terhadap lingkungan sekitar. Secara finansial perlu dikaji apakah proyek layak
dilaksanakan dan menguntungkan karena untuk mendirikan proyek srikaya
organik diperlukan investasi yang cukup besar dan jangka waktu pelaksanaan
proyek lebih dari 1 tahun.
Usaha pertanian organik khususnya srikaya organik sangat dipengaruhi
oleh teknik budidaya dan keadaan iklim sehingga akan mempengaruhi jumlah
produksi buah srikaya organik. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kepekaan
(sensitivitas) terhadap usaha srikaya organik. Dalam usaha ini, perubahan terjadi
dari sisi perubahan kuantitas produksi buah srikaya organik yang dihasilkan dan
peningkatan biaya operasional untuk pengusahaan srikaya organik. Berdasarkan
pengalaman perusahaan Wahana Cory, harga jual produk pertanian organik
khususnya srikaya organik belum pernah mengalami penurunan, hal ini
dikarenakan perusahaan yang menentukan harga srikaya organik tersebut di pasar
karena jumlah pesaing di pasar srikaya organik masih sedikit, sedangkan
peningkatan harga input seperti pupuk dan bibit tidak terlalu mempengaruhi
penerimaan perusahaan karena biaya variabel dalam pengusahan srikaya organik
cenderung stabil.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu :
1) Apakah pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory layak untuk
dilakukan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek
sosial ekonomi dan lingkungan?
2) Apakah pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory layak untuk
dilakukan dilihat dari aspek finansial?
3) Bagaimana tingkat kepekaan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana
Cory terhadap penurunan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan
biaya operasional?
1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory
dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial
ekonomi dan lingkungan.
2) Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory
dilihat dari aspek finansial.
3) Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya
organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik
serta peningkatan biaya operasional.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi :
1. Perusahaan Wahana Cory, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
pengembangan bisnisnya, yaitu mengembangkan usaha buah srikaya organik.
2. Penulis, kajian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan
dan wawasan dengan menerapkan teori yang didapat di perkuliahan terhadap
permasalahan yang ada secara nyata.
3. Pihak-pihak terkait yang membutuhkan, diharapkan dapat berguna sebagai
tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan buah srikaya
organik di perusahaan pertanian organik Wahana Cory, mengkaji aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Kriteria evaluasi aspek finansial yang digunakan adalah Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback
Period (PBP).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian Organik
2.1.1. Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi
holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan, dan produktivitas agroekosistem
secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas
dan berkelanjutan. Pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi
pertanaman yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara
dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang
mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Daur ulang hara
merupakan teknologi tradisional yang sudah cukup lama dikenal sejalan dengan
berkembang peradaban manusia, terutama di daratan Cina (Sutanto 2002).
Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang
berkelanjutan. Jadi pertanian organik adalah sistem pertanian yang berwawasan
lingkungan dengan tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam
dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan kimia dan merupakan praktek
bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan hasil yang optimal
(Winarno 2002).
Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan
lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam
sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang
relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida
organik (Andoko 2002). Sedangkan menurut Pracaya (2006), pertanian organik
merupakan sistem pertanian (dalam hal bercocok tanam) yang tidak
mempergunakan bahan kimia (dapat berupa pupuk, pestisida, dan hormon
pertumbuhan) tetapi menggunakan bahan organik.
2.1.2. Tujuan Pertanian Organik
Menurut Pracaya (2006), tujuan utama yang hendak dicapai oleh pertanian
organik adalah untuk menjaga kesehatan manusia dan menjaga kelestarian dan
keseimbangan lingkungan alam sekitar. Manfaat yang dapat diperoleh dari
pengembangan pertanian organik antara lain:
1) Menghasilkan pangan yang aman dan berkualitas sehingga meningkatan
kesehatan masyarakat.
2) Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani.
3) Meminimalkan polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
4) Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka
panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
5) Meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan
sumber daya dan adanya daya saing produk agribisnis.
2.1.3. Prinsip Pertanian Organik
Salah satu prinsip pertanian organik adalah penggunaan lahan, lahan untuk
dibudidayakan organik harus bebas dari cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan
pestisida. Lahan dapat berupa lahan pertanian yang baru dibuka atau lahan
pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian organik. Lama
masa konversi bergantung pada penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis
tanaman. Prinsip lainnya adalah bahwa benih atau bibit bukan berasal dari bibit
hasil rekayasa genetika atau genetically modified organism (GMO). Sebaiknya
benih berasal dari kebun pertanian organik. Penggunaan pupuk organik sebagai
pengganti pupuk sintesis. Pupuk organik tersebut berasal dari sisa-sisa tanaman,
pupuk alam dan rotasi tanaman legume. Pengendalian hama dan penyakit pada
pertanian organik dilakukan secara manual, biopestisida, agen hayati, dan rotasi
tanaman. Pengendalian hama diarahkan secara terpadu dengan mengutamakan
keseimbangan ekosistem9.
International Federation of Organik Agriculture Movements (IFOAM)
memberlakukan prinsip-prinsip pertanian organik10
, yaitu :
1) Prinsip Kesehatan
Peran pertanian organik, baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan
konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan
9www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr273054.pdf. 22 Desember 2008
10www.ifoam.org/about_ifoam/pdfs/POA_folder_indonesian.pdf. Prinsip-prinsip Pertanian
Organik. 22 Desember 2008.
ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah
hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk
menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung
pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
2) Prinsip Ekologi
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi
kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses
dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui
ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus, sebagai contoh, tanaman
membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem
peternakan, ikan, dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan.
3) Prinsip Keadilan
Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik
harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya
keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja,
pemroses, penyalur, pedagang, dan konsumen. Sumber daya alam dan
lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola
dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk
generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan
perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan
lingkungan yang sebenarnya.
4) Prinsip Perlindungan
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan
hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan, dan pemilihan teknologi
di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa
pertanian organik bersifat menyehatkan, aman, dan ramah lingkungan.
Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman
praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional. Pertanian
organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan
menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat
diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering).
Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari
semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-
proses yang transparan dan partisipatif.
2.1.4. Sertifikasi dan Standarisasi
Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang
serius terhadap pengembangan pertanian organik di Indonesia. Bahkan pada saat
itu dicanangkan untuk mencapai Go Organic 2010. Selanjutnya untuk mencapai
Go Organic 2010 tersebut berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan.
Diantaranya adalah dengan dibentuknya Otoritas Kompeten Pertanian Organik
melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 432/Kpts/OT.130/9/2003 dan pembentukan
Task Force Organic. Berbagai pelatihan fasilitator dan inspektor organik,
seminar, dan workshop untuk mensosialisasikan pertanian organik kepada
masyarakat dan stakeholder telah dilakukan bekerjasama dengan berbagai
lembaga yang telah bergerak di bidang pertanian organik saat itu11
.
Departemen pertanian juga telah menyusun standar pertanian organik di
Indonesia, tertuang dalam SNI 01-6729-2002. Sistem pertanian organik menganut
pada paham organik proses, artinya semua proses sistem pertanian organik
dimulai dari penyiapan lahan hingga pascapanen memenuhi budidaya organik.
SNI sistem pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang
nantinya juga harus diakreditasi oleh Deptan melalui Pusat Standarisasi dan
Akrreditasi12
.
2.2. Buah Srikaya
Srikaya merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Latin
yaitu Peru. Di Indonesia, srikaya telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda
dengan nama buah nona sri. Srikaya yang tersebar di Indonesia saat ini adalah
srikaya lokal dan srikaya dari luar negeri yang telah lama beradaptasi. Terdapat
beberapa varietas srikaya yang dikenal dunia. Varietas srikaya yang terdapat di
Indonesia adalah varietas langsar, gading, dan bangil. Sedangkan di Australia
terdapat varietas pink mammoth, srikaya merah, dan African pride13
. Sedangkan
11
http://www.biotama.com/index.php?option=com_content&task=view&id=54&Itemid=1.22
Desember 2008. 12
www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr273054.pdf. 22 Desember 2008 13
Sardi D. April 2004. Di Ujung Lidah Langsar Teruji. Trubus Edisi 413
di Thailand terdapat dua varietas srikaya yaitu varietas Fai dan varietas Nahng
(Sunarjono 2005). Kandungan gizi yang terdapat pada buah srikaya dapat dilihat
pada Tabel 5. Dalam tata nama tumbuhan, srikaya diklasifikasikan ke dalam :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa L
Tabel 5. Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya
No Zat Gizi Kandungan
1 Kalori (Kal) 101
2 Protein (g) 1,7
3 Lemak (g) 0,6
4 Karbohidrat (g) 25,2
5 Kalsium (mg) 27
6 Fosfor (mg) 20
7 Besi (mg) 0,8
8 Vitamin A (SI) -
9 Vitamin B (mg) 0,08
10 Vitamin C (mg) 22
11 Air (g) 71,5
Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya (2005)
2.2.1 Sifat Botani Srikaya
Tanaman srikaya berbentuk perdu atau pohon yang tingginya dapat
mencapai 6 m dengan umur hingga 20 tahun. Tanaman srikaya sangat tahan
terhadap kekeringan. Namun untuk perkembangan buahnya, srikaya perlu cukup
air.
1) Akar
Akar srikaya agak dalam sehingga dapat mencapai 1 – 2 m dan jumlah
percabangan akarnya tidak banyak.
2) Batang
Batang srikaya kecil dengan jumlah percabangan sedikit sehingga tidak
sesuai untuk tanaman pelindung. Kayunya keras tetapi tidak dapat
digunakan sebagai bahan bangunan, hanya untuk kayu bakar.
3) Daun
Bentuk daun srikaya menyerupai panah. Ujung daun runcing dan warna
daun hijau tua. Umumnya letak daun agak melengkung ke bawah dan urat
daun menonjol. Lebar daunnya 3 – 5,5 cm, sedangkan panjang daunnya
2 – 3 kali lebarnya atau sekitar 7 – 17 cm, bagian bawah daunnya juga
sedikit berbulu.
4) Bunga
Ukuran bunga srikaya agak kecil dan bentuknya bulat dengan ujung runcing.
Letak bunga tunggal atau berkelompok berhadapan dengan letak daun.
Daun mahkota bagian luar panjang berjumlah tiga helai panjangnya
mencapai 2,5 cm dan berwarna hijau. Sementara warna pangkal daun
mahkota berwarna ungu. Mahkota bagian dalam pendek sekali sehingga
hampir tampak tidak jelas.
Dalam penyerbukannya, tanaman srikaya dibantu oleh kumbang Nitidulidae
atau sejenis lebah madu. Pada saat kepala (kantong) sari membuka atau
pecah maka tepung sari telempar ke luar. Hal tersebut ditandai dengan
adanya bunga yang mekar.
5) Buah
Bakal buah srikaya berbentuk bulat telur seperti ginjal. Buah tersebut terdiri
dari beberapa segmen yang bersatu yang membentuk buah semu.
Permukaan kulit buah benjol-benjol dengan warna kuning kehijauan yang
bertepung putih. Jumlah bijinya banyak sekali dan biji tersebut berwarna
hitam kecoklatan. Adapun ciri-ciri buah matang diantaranya benjolan
merenggang, bedak tampak tebal, warna agak kekuningan, dan aroma harum
muncul. Bila terlambat dipanen dan kondisi tanah basah, buah sering retak,
dan busuk.
Buah yang dihasilkan dari setiap varietas tanaman srikaya memiliki
perbedaan. Buah srikaya lokal memiliki berat buah rata-rata 150 g per buah,
daging buah putih, rasa buah manis dengan kristal seperti pasir, bijinya
besar, dan penuh. Sedangkan bentuk buah srikaya merah dari Australia
sama dengan srikaya lokal, warna kulit buah merah dengan berat rata-rata
100 g per buah, dan daging buah berwarna putih, rasanya halus dan kenyal,
bijinya kering dan gepeng. Sedangkan srikaya pink mammoth memiliki
bentuk yang tidak teratur, kulit buah tebal, dan tidak mudah pecah, tekstur
daging lembut, beraroma kuat dan bijinya sedikit dengan berat rata-rata
0,5 – 2 kg per buah (Radi 1997).
2.2.2. Agroekologi Tanaman Srikaya
Penyebaran tanaman srikaya sangat erat hubungannya dengan persyaratan
tumbuh. Kemampuan tumbuh bukan sekedar tumbuh membesar dengan daun
rimbun, tetapi tanaman harus mampu berbuah lebat. Tanaman srikaya untuk
dapat tumbuh normal menghendaki persyaratan tumbuh yang sesuai meliputi jenis
tanah, ketinggian tempat dan iklim setempat.
Srikaya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Akan tetapi jenis tanah
yang paling baik adalah tanah yang mengandung pasir dan kapur. Srikaya dapat
tumbuh baik pada derajat keasaman tanah (pH) antara 6 – 6,5 dengan ketinggian
tempat antara 100 – 1.000 m dpl (di atas permukaan laut). Pada ketinggian di atas
1.000 m dpl atau dataran tinggi dan pegunungan, tanaman srikaya tumbuh lambat
dan enggan berbuah.
Iklim yang dibutuhkan tanaman srikaya harus sesuai. Komponen iklim
meliputi curah hujan, suhu udara dan angin. Suhu udara yang sesuai dengan
tanaman srikaya antara 20 – 25 ° C dan curah hujan yang dibutuhkan tanaman
srikaya antara 1.500 – 3.000 mm/tahun. Sebaiknya curah hujan merata sepanjang
tahun. Walaupun tanaman srikaya tahan terhadap kekeringan, tetapi untuk
pertumbuhan bunga sampai buah matang perlu kelembaban yang cukup di sekitar
sistem perakarannya. Tanaman srikaya menyukai tempat yang ada naungan agak
teduh karena tanaman srikaya tidak menyukai daerah yang terbuka dan banyak
angin kencang. Adanya angin kencang dapat dihambat dengan penanaman
mahagoni, cemara atau bambu di sekeliling kebun.
2.2.3. Perbanyakan Tanaman Srikaya
Perbanyakan tanaman dilakukan dengan upaya pembibitan. Ada dua cara
pembibitan srikaya yang dapat dilakukan, yaitu dengan biji atau perbanyakan
generatif dan perbanyakan vegetatif. Pemilihan pohon induk pembibitan
berdasarkan pada tanaman srikaya varietas unggul yang produksinya tinggi, mutu
buah tinggi , tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta merupakan varietas
srikaya yang digemari konsumen.
Biji buah yang dihasilkan dari srikaya varietas unggul dapat dijadikan
sumber bibit. Bila telah tumbuh, cabangnya akan dijadikan sumber entris untuk
digunakan sebagai mata tempel. Perbanyakan tersebut dilakukan secara klonal
(induk tanaman tunggal). Pada umumnya tanaman buah-buahan khususnya
srikaya merupakan tanaman heterozigot atau bersifat hibrida. Bila diperbanyak
dengan biji, kemungkinan tanaman akan menampakan banyak sifat. Oleh karena
itu biji srikaya tidak dianjurkan untuk perbanyakan langsung.
Kini perbanyakan tanaman srikaya dianjurkan secara vegetatif, seperti
okulasi, sambungan, dan cangkok. Biji hanya di tanam sebagai pembentuk
populasi dalam perbaikan varietas dan sebagai batang pokok dalam perbanyakan
vegetatif.
2.2.4. Budidaya Tanaman
1) Pemilihan Bibit
Bibit dapat diperoleh dengan cara membeli atau dihasilkan sendiri. Bibit
yang dibeli harus unggul dan bersertifikat atau berlabel agar dapat dijamin
keunggulannya.
2) Persiapan Lahan Budidaya
Lahan yang sesuai untuk melakukan usaha budidaya srikaya adalah tanah
yang mengandung pasir. Dilakukan pengolahan tanah pada lahan yang akan
ditanami srikaya. Setelah diolah, lahan dibuat lubang tanam 50 cm x 50 cm
x 50 cm dengan jarak tanam 3 m x 5 m atau 4 m x 4 m sehingga populasinya
sekitar 620 – 660 tanaman/ha.
3) Penanaman
Setelah lubang tanam, pupuk organik dan bibit telah tersedia maka
penanaman bibit dapat segera dilakukan. Bibit srikaya dengan tinggi 70 –
100 cm dimasukkan ke dalam lubang tegak lurus dengan batas sambungan
sekitar 10 cm di atas permukaan tanah atau 10 cm masuk dalam lubang.
Selanjutnya lubang ditimbun dengan tanah lapisan atas sambil ditekan agar
tidak ada rongga-rongga di sekitar akar.
4) Pemeliharaan
Pemeliharann tanaman bertujuan agar tanaman menjadi sehat, tumbuh kekar
hingga dapat berbuah lebat. Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi
pemupukan, pemangkasan, penyiraman, penyerbukan bunga, dan
penjarangan buah. Pada budidaya srikaya organik, pupuk yang digunakan
berupa pupuk organik, yaitu pupuk kandang atau kompos. Banyaknya
pupuk kandang yang digunakan yaitu 10 – 20 kg per lubang tanam.
Pemberian pupuk kandang sebanyak 10 – 20 kg/tanaman dilakukan 1 tahun
sekali.
Pemangkasan cabang dilakukan pada waktu tanaman mencapai tinggi 1,5 m.
Sebaiknya, setelah pemangkasan berat atau pemangkasan untuk
mempermuda tanaman, tanaman diberi pupuk kandang lagi sebanyak 10 kg
per pohon agar berbuah lebat. Dalam pemangkasan cabang pada tanaman
srikaya ada dua tujuan. Pertama, pemangkasan mempermudakan tanaman
kembali setelah berbuah lebat. Caranya semua cabang yang lemah akibat
kandungan buahnya lebat dipotong atau dipangkas agar bertunas yang sehat
dan kekar. Kedua, pemangkasan bertujuan agar tanaman cepat berbunga
dengan cara ujung cabang dipotong yang diikuti dengan perontokan
daunnya. Tanaman srikaya dapat tahan terhadap kekeringan, namun selama
pembungaan sampai buah mendekati tua membutuhkan air secara teratur
dan tetap sebanyak 2 – 3 liter per pohon.
Penyerbukan pada tanaman srikaya secara alamiah kurang sempurna.
Penyebabnya, sifat bunga yang proterogyme, yakni masaknya putik lebih
dulu dari tepung sarinya. Akibatnya pertumbuhan buah tidak sempurna.
Agar buah lebat dan normal, diperlukan penyerbukan buatan.
Penjarangan buah pada tanaman srikaya dilakukan pada tanaman yang
penyerbukannya dilakukan secara buatan, karena biasanya buah yang
terbentuk dari penyerbukan buatan banyak dan ada yang berdesakan atau
rapat. Buah yang berdesakan akan tumbuh tidak normal. Oleh karena itu
buah harus dijarangkan agar buah berukuran besar dan bermutu tinggi.
5) Panen dan Hasil
Tanaman srikaya dapat menghasilkan buah pada umur 4 – 5 tahun. Panen
pada srikaya harus dilakukan pada saat yang tepat, sesuai dengan tujuan
pemasaran dan penggunaannya. Untuk pemasaran jarak jauh, sebaiknya
buah dipanen sebelum matang. Tujuannya agar buah tidak rusak selama
pengangkutan atau pengiriman. Biasanya srikaya dipanen pada kematangan
mencapai 80 persen. Ciri buah srikaya yang siap panen adalah benjolan
buah renggang, lapisan bedak tebal, dan tercium aromanya. Panen raya
buah srikaya terjadi pada bulan Agustus-September. Produksi tanaman
srikaya yang baik dapat mencapai 10 – 20 ton/ha/tahun dengan berat sekitar
100 – 300 gram per buah.
Penanganan hasil panen buah srikaya dilakukan untuk mempertahankan
kualitas buah agar memiliki nilai jual yang tinggi. Pascapanen buah srikaya
meliputi kegiatan pembersihan buah, pemeraman, pemilihan buah serta
pengemasan. Hasil panen dikumpulkan pada tempat yang bersih dan tidak
terkena sinar matahari langsung. Hal ini bertujuan menghindarkan kelayuan
pada buah akibat laju respirasi yang tinggi dan memudahkan penanganan
selanjutnya. Buah dibersihkan dari segala kotoran terutama hama kutu putih
yang menempel diantara sisik buah. Pembersihan dilakukan menggunakan
kuas kering dan bersih, serta diusahakan tidak terkena air yang dapat
menyebabkan busuk buah.
2.2.5. Hama dan Penyakit
Srikaya seperti halnya tanaman buah lain, tidak luput dari gangguan hama
dan penyakit. Hama srikaya yang menyerang srikaya yaitu : (1) Hama penggerek
buah (Annonaepestis bengalella) dan lalat buah (Batocera dorsalis atau Dacus
dorsalis). Larva lalat ini setelah menetas langsung masuk ke dalam buah srikaya
yang masih kecil dan dapat merusak daging buah, (2) Kutu dompol atau kutu
putih (Planococcus lepelleyi). Kutu dopol sering menyerang bunga dan buah
yang masih kecil, dan (3) Hama kutu putih yaitu kutu lilin. Kutu ini tidak
membahayakan tanaman, tetapi dapat membuat penampilan buah menjadi tidak
menarik. Kutu ini sering hinggap pada daun bawah serta mengisap cairan bunga
dan daun muda. Selain itu, kutu putih yang berkerumun pada bunga dapat
menyebabkan bunga berguguran karena cairan dihisapnya.
Penyakit yang biasanya menyerang tanaman srikaya terutama pada kondisi
lingkungan yang lembab, yaitu: (1) Penyakit buah busuk, yang disebabkan oleh
cendawan Phomopis sp. dan antraknosa (Colletotrichum sp), (2) Penyakit
cendawan upas, yang menyerang batang dan dahan bila suhu malam terlalu dingin
dan lembab, (3) Penyakit busuk leher batang, yang disebabkan oleh cendawan
Rhizoctonia solani, (4) Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) yang
menyerang akar dan leher batang srikaya.
2.2.6. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian hama terpadu (HPT) merupakan cara pengelolaan pertanian
dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu meminimalisasi
organism pengganggu tanaman (OPT), sekaligus mengurangi biaya yang
ditimbulkan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan. Sistem PHT
memanfaatkan teknik dan metode yang cocok, guna mempertahankan populasi
hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara
ekonomis. Beberapa langkah atau teknik untuk tindakan perlindungan tanaman
dari serangan OPT dengan sistem PHT agar pengembangan agribisnis dengan
usahatani non kimia sintetik bisa dilaksanakan, antara lain diarahkan pada teknik-
teknik budidaya, serta mekanik/fisik, cara biologis, cara kimiawi dari penggunaan
tumbuhan/nabati sehingga dapat menekan populasi hama sampai batas ambang
ekonomi. Dengan demikian pengendalian hama bebas racun pestisida merupakan
alternatif yang perlu disebarluaskan.
Pengendalian hama terpadu mengandung pengertian dan prinsip-prinsip
dasar sebagai berikut (Kusnaedi 1999, diacu dalam Iryanti 2005) :
1) Pengendalian hama bukan berupaya untuk membunuh habis populasi hama
melainkan mengendalikan hingga populasi di bawah ambang ekonomi.
2) Tujuan utama dari pengendalian hama adalah mencapai kualitas dan
kuantitas produksi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
3) Penggunaan teknik-teknik pengendalian hama dengan memadukan semua
teknik pengendalian sebagai berikut :
a) Menggunakan varietas yang tahan atau toleran terhadap hama penyakit
b) Sistem budidaya yang memperhatikan siklus hama, seperti rotasi
tanaman, tumpangsari, waktu tanam dan penggunaan mulsa.
c) Pengendalian cara biologis dengan menyebarkan atau memperhatikan
kehidupan musuh alami dari hama.
d) Pengendalian cara mekanik atau fisik merupakan pengendalian hama
dengan cara ditangkap, dibunuh, dijerat dan pemberian umpan
beracun.
e) Pengendalian pestisida sebagai alternatif terakhir dan penggunaannya
harus berdaya bunuh selektif dan dikategorikan aman bagi lingkungan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Siti Nur Laila R (1999) melakukan penelitian mengenai analisis pemasaran
buah srikaya segar dan kelayakan finansial perkebunan srikaya tumpang sari
dengan kedelai di Kabupaten Dati II Bima, Nusa Tenggara Barat. Tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk menganalisis peluang buah srikaya untuk
memenuhi konsumsi buah bagi masyarakat di lokasi penelitian, menganalisis
saluran pemasaran dan marjin pemasaran di lokasi penelitian, dan menganalisis
kelayakan finansial dari perkebunan srikaya. Dari hasil penelitian diketahui tiap
tahun akan terjadi kenaikan konsumsi buah srikaya per kapita sebesar 47,9 persen
di Kabupaten Dati II Bima, sehingga pengembangan produksi srikaya memiliki
peluang yang baik. Namun berdasarkan hasil penelitian, sistem pemasaran
srikaya masih belum efisien.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial untuk perkebunan srikaya
modern dengan skala 2 hektar menggunakan sistem pengairan pipa selama kisaran
waktu umur ekonomis proyek yaitu 12 tahun, diperoleh nilai NPV sebesar
Rp 8.386.749, nilai IRR sebesar 25,5 persen, nilai Net B/C sebesar 1,3 dan
payback period yaitu 5,5 tahun. Dengan demikian dari aspek finansial, usaha
budidaya srikaya layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan
menguji perubahan pada penurunan harga jual buah srikaya sebesar 10 persen dan
kenaikan biaya 10 persen. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha
budidaya srikaya layak untuk diusahakan.
Dedeh Suryani A (2007) melakukan penelitian mengenai analisis
kelayakan pengusahaan sayuran organik di Matahari Farm, Bogor. Tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan investasi pengusahaan
sayuran organik dalam greenhouse dilihat dari aspek non-finansial dan finansial,
serta menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan jika terjadi perubahan
dalam komponen manfaat dan biaya. Dari aspek pasar, teknik, sosial dan
lingkungan, proyek ini layak untuk dijalankan.
Hasil analisis finansial yang dilakukan dengan skenario 1, yaitu jika
diasumsikan seluruh modal yang digunakan adalah modal sendiri dengan umur
ekonomis proyek 10 tahun, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 430.587.215,00,
nilai IRR sebesar 797 persen, nilai Net B/C sebesar 1,89 dan PBP yaitu 3 tahun 6
bulan. Pada skenario 2, yang mengasumsikan seluruh modal yang digunakan
adalah modal pinjaman dari bank dengan suku bunga 14 persen, menunjukkan
nilai NPV sebesar Rp 77.739.717,00, nilai IRR sebesar 36 persen, nilai Net B/C
sebesar 1,23 dan PBP yaitu 9 tahun 5 bulan. Sedangkan pada skenario 3 dengan
asumsi perbandingan 50 persen dari modal sendiri dan 50 persen modal pinjaman
dari bank dengan suku bunga 12 persen, menunjukan nilai NPV sebesar
Rp 241.985.717,00, nilai IRR sebesar 135 persen, nilai Net B/C sebesar 1,51 dan
PBP yaitu 5 tahun 2 bulan.
Iswanti Noor Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis
kelayakan usaha pengolahan puree mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan
puree mangga, baik dari aspek non-finansial dan finansial, serta menganalisis
kepekaan kelayakan usaha terhadap penurunan jumlah puree mangga yang
dihasilkan, penurunan tingkat harga puree mangga dan peningkatan biaya
pembelian buah mangga dengan umur ekonomis proyek 10 tahun. Dari aspek
pasar, teknik, manajemen dan sosial lingkungan, usaha ini layak untuk dijalankan.
Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 346.825.522,00, nilai
IRR sebesar 87,26 persen, nilai Net B/C sebesar 6,14 dan nilai payback period
yaitu 2 tahun 1,6 bulan. Dengan demikian, dari aspek finansial, usaha pengolahan
puree mangga layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value
menunjukkan bahwa unit usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk
dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan
maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun 15,08644
persen, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal sebesar 31,
896 persen.
Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat persamaan dan
perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu,
menganalisis tentang kelayakan investasi suatu usaha dilihat dari aspek non-
finansial dan finansial. Untuk menilai kelayakan finansial digunakan alat analisis
kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period
(PBP), serta digunakan pula analisis pengganti (Switching Value). sedangkan
perbedaannya adalah analisis kelayakan usaha dilakukan pada perusahaan yang
berbeda yaitu perusahaan Wahana Cory. Pada penelitian terdahulu komoditi yang
diteliti adalah buah srikaya yang dibudidayakan secara an-organik di daerah Nusa
Tenggara Barat yang merupakan salah satu sentra produksi srikaya, sedangkan
pada penelitian ini komoditi yang diteliti adalah srikaya organik yang diusahakan
pada wilayah yang tidak termasuk sentra produksi srikaya. Terdapat beberapa
perbedaan pengusahaan srikaya organik dan an-organik, diantaranya teknik
budidaya yang diterapkan, biaya yang digunakan, tingkat resiko yang dihadapi,
perbedaan harga jual dan lain-lain, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan
usaha pada srikaya organik.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Studi Kelayakan Usaha
Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang/biaya-biaya
dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah
untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan
dalam satu unit. Perencanaan pembangunan yang baik membutuhkan proyek-
proyek yang baik pula, dan dengan demikian juga proyek yang baik
membutuhkan perencanaan yang baik. Proyek pertanian merupakan suatu
kegiatan investasi di bidang pertanian yang mengubah sumber-sumber finansial
menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat
setelah beberapa waktu tertentu (Gittinger 1986).
Kalau proyek yang akan dilakukan merupakan proyek investasi yang
berorientasi laba, maka studi kelayakan proyek yang dimaksud adalah studi atau
penelitian dalam rangka untuk menilai layak tidaknya proyek investasi yang
bersangkutan dilakukan dengan berhasil dan menguntungkan secara ekonomis.
Faktor yang menyebabkan kegagalan suatu proyek investasi dapat digolongkan
menjadi tiga kategori yakni kesalahan dalam memutuskan dan menilai alternatif
investasi, kesalahan dalam pengelolaan setelah proyek berjalan, faktor yang sulit
untuk dikendalikan seperti kondisi ekonomi, lingkungan yang berubah, politik,
sosial (Suratman 2002).
Menurut Gittinger (1986), maksud analisis proyek adalah untuk
memperbaiki pemilihan investasi. Karena sumber-sumber yang tersedia bagi
pembangunan ialah terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antara
berbagai macam proyek. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan
pengorbanan terhadap sumber-sumber langka. Untuk sebagian besar kegiatan-
kegiatan pembangunan pertanian, persiapan pelaksanaan proyek secara cermat
merupakan cara-cara yang terbaik yang dapat dilakukan untuk menjamin
terpakainya dana-dana kapital secara ekonomis, efisien, dan untuk memungkinkan
pelaksanaan proyek secara tepat menurut waktu/jadwal.
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu
proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil
(Husnan dan Muhammad 2000). Suatu proyek dapat dikatakan berhasil apabila
memenuhi kriteria manfaat investasi sebagai berikut :
1) Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (biasa disebut juga
sebagai manfaat finansial).
2) Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga
manfaat ekonomi nasional).
3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.
Tujuan utama dilakukan studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari
keterlanjuran investasi yang memakan dana relatif besar yang ternyata justru tidak
memberikan keuntungan secara ekonomi. Manfaat yang diharapkan dari
dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi
kepada pengambil keputusan dalam rangka untuk memutuskan dan menilai
alternatif proyek investasi yang akan dilakukan (Gittinger 1986).
Gittinger (1986), menyatakan bahwa proyek pertanian memiliki enam
aspek yang harus dipertimbangkan, yaitu aspek teknis, aspek manajemen, aspek
pasar, aspek sosial, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Dalam penelitian ini
akan dibahas lima aspek pertama dalam usaha pengusahaan srikaya organik.
Aspek-aspek tersebut, yaitu:
1) Aspek Pasar
Aspek komersial dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang
dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk
kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger 1986). Menurut Kadariah
et.al, (1999), aspek komersial menyangkut penawaran input (barang dan
jasa) yang diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada
waktu proyek sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang
akan diproduksi oleh proyek. Para pemasar menggunakan sejumlah alat
untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka.
Alat-alat ini membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah
seperangkat alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-
menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat itu
diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P
dalam pemasaran yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan
promosi (promotion). Empat P menggambarkan pandangan penjual tentang
alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli
(Kotler 2004)
2) Aspek Teknis
Menurut Gittiger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input
proyek (penyediaan), dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan
jasa-jasa. Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis
yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan, keadaan tanah
di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan
air, varietas benih tanaman dan bibit ternak yang cocok dengan areal proyek,
pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi dan
pemupukan areal dan alat-alat kontrol yang diperlukan. Menurut Husnan
dan Muhammad (2000), aspek teknis merupakan suatu aspek yang
berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan
pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam aspek teknis, yaitu :
a) Lokasi Proyek
Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian,
yaitu lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian
lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara
langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yaitu lokasi
bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran. Terdapat beberapa
variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek.
Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar, yaitu variabel
utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Variabel utama
meliputi ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga
listrik dan air, supply tenaga kerja, serta fasilitas transportasi.
Sedangkan variabel-variabel bukan utama meliputi hukum dan
peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari
masyarakat setempat dan rencana masa depan perusahaan.
b) Skala Operasi atau Luas Produksi
Skala operasi dan luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya
diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata
“seharusnya” dan “keuntungan yang optimal”, mengandung maksud
untuk mengkombinasikan faktor eksternal dan internal perusahaan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas
produksi yaitu batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin,
jumlah, dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi,
kemapuan finansial dan manajemen serta kemungkinan adanya
perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
c) Layout
Layout merupakan keseluruhan proses penetuan bentuk dan
penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahan. Dengan
demikian pengertian layout mencakup layout site (layout lahan lokasi
proyek), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-
fasilitasnya. Dalam layout pabrik terdapat dua tipe utama, yaitu layout
fungsional (layout process) dan layout produk (layout garis).
d) Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan
Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi
adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat
ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria lain yaitu ketepatan jenis
teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan,
keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang
memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan
penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan
pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi
lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat
keusangan.
3) Aspek Manajemen
Aspek manajemen membicarakan tentang bagaimana merencanakan
pengelolaan proyek tersebut dalam operasinya nanti. Hal yang diperhatikan
dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan
yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan-
persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut,
struktur organisasi yang digunakan, penyediaan tenaga kerja yang
dibutuhkan (Husnan dan Muhammad 2000).
4) Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Selain mempertimbangkan aspek pasar, teknis, dan manajemen, tidak dapat
ditinggalkan pertimbangan mengenai aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Analisis aspek ini perlu dilakukan, karena sebuah proyek harus
mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan sosial dari pihak yang
akan dilayani oleh proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan
masalah adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana
kualitas hidup masyarakat. Analisis aspek sosial penting, untuk melihat
pengaruh baik atau buruk terhadap lingkungan atas proyek yang dijalankan
(Gittinger 1986).
5) Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan proyeksi anggaran penerimaan dan pengeluaran
bruto pada masa yang akan datang setiap tahunnya (Gittinger, 1986).
Menurut Husein Umar (2003), tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu
studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi
melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan
membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan
dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana
tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan
dapat berkembang terus.
3.1.2. Teori Biaya dan Manfaat
Dalam menganalisis suatu proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai
dengan definisi-definisi mengenai biaya dan manfaat. Secara sederhana suatu
biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan dan suatu manfaat
adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat
juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan
pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya dapat dibedakan sebagai
berikut :
1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat
jangka panjang, seperti tanah , bangunan, pabrik, dan mesin.
2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja.
3) Biaya lainnya, seperti pajak, bunga, dan pinjaman.
Sedangkan manfaat dapat dibagi menjadi tiga bagian (Kadariah 1999) :
1) Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai
output, fisik, dan atau dari penurunan biaya.
2) Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyek
tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa
adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar, dan adanya dynamic
secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang
disebabkan oleh keahlian.
3) Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible
effect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi
pendapatan, dan lainnya.
3.1.3. Analisis Finansial
Analisis finansial adalah analisis yang digunakan untuk membandingkan
antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan
menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad 2000). Berbagai
teknik analisis yang digunakan adalah : Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio), Payback Period (PBP), analisis
sensitivitas dan analisis Switching Value.
1) Net Present Value (NPV)
Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih sekarang arus kas tahunan
setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung NPV
perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi
berdasarkan NPV yaitu:
a) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat
pengembalian sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi
normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.
b) NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
c) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net
benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah :
a) Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi
b) Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan
c) Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek tersebut merugikan
3) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present
value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk
yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang
menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol. Menurut
Gittinger (1986), IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan
bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan
persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang dapat dibayar
oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap
layak apabila memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku dan suatu investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR
yang lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku.
4) Payback Period (PBP)
Payback Period atau tingkat pengembalian investasi merupakan suatu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat
modal kembali, maka akan semakin baik suatu proyek untuk diusahakan
karena modal yang kembali dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan
lain (Husnan dan Muhammad 2000).
3.1.4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
Analisis senstivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisis kelayakan
proyek yang telah dilakukan, tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan
terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik
perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi
ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan
Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (Switching value).
Bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka harus menanyakan berapa
banyak elemen yang kurang baik dalam analisis proyek yang akan diganti agar
proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya suatu proyek. Pengujian
dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang
akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). NPV sama
dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama
dengan 1 (Gittinger 1986). Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat
masalah utama yang mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu
perubahan harga jual, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya, dan
perubahan volume produksi.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Permintaan produk pertanian organik dunia mencapai 15 – 20 persen per
tahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 – 2
persen dari keseluruhan produk pertanian. Hal inilah yang memacu permintaan
produk pertanian organik dari negara-negara berkembang. Indonesia merupakan
salah satu negara berkembang yang memiliki peluang yang besar menjadi
produsen pertanian organik, karena masih banyak sumberdaya lahan yang dapat
dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, memiliki
keanekaragaman plasma nutfah, ketersediaan bahan organik yang cukup banyak,
teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti
pembuatan kompos, pestisida hayati, dan lain-lain. Beberapa komoditas yang
dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah, dan obat, serta
peternakan. Salah satu tanaman hortikultura yang dapat dibudidayakan dengan
teknik pertanian organik adalah srikaya (Annona squamosa L).
Daerah pengembangan tanaman srikaya sampai saat ini masih terbatas, hal
ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman perkarangan
rumah bukan untuk dikomersilkan. Oleh karena itu, buah srikaya sulit sekali
ditemukan di pasar dan hal ini dapat menjadi suatu prospek bisnis bagi pengusaha
agribisnis. Beberapa pertimbangan yang menjadikan srikaya berpotensi untuk
diusahakan dengan tujuan komersial antara lain, buah srikaya merupakan
komoditas buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki
nilai jual yang tinggi dan buah srikaya merupakan salah satu komoditi yang
memiliki nila gizi yang tinggi. Salah satu daerah di Indonesia yang memproduksi
buah srikaya cukup besar adalah Kota Sumenep, Madura. Bahkan pada bulan
Desember 2003, buah srikaya varietas langsar dijadikan sebagai buah unggul
nasional. Sedangkan di daerah lain seperti di Jakarta dan Jawa Barat buah srikaya
sangat sulit dijumpai, hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya
sebagai tanaman perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan.
Perusahaan pertanian organik Wahana Cory melihat hal tersebut sebagai
peluang usaha karena masih sedikit masyarakat yang memproduksi buah srikaya
dalam jumlah besar. Saat ini ada sekitar enam toko buah di wilayah Jakarta dan
Bogor yang merupakan pelanggan tetap Wahana Cory yang melakukan
permintaan buah srikaya kepada perusahaan Wahana Cory. Perusahaan tersebut
mengestimasikan permintaan buah srikaya dalam 1 tahun sebanyak 10-15 ton dan
untuk memenuhi permintaan tersebut Wahana Cory melakukan pengusahaan
srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2. Selain itu tanaman srikaya
merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh pada semua jenis tanah sehingga
diharapkan mudah untuk dibudidayakan di areal tanam Wahana Cory.
Wahana Cory juga memberikan citra yang khas dengan menjadikan
produk buah srikaya sebagai suatu komoditi organik yang memiliki keterjaminan
bebas dari bahan kimia buatan dan berwawasan lingkungan. Diperlukan investasi
yang besar untuk mengembangkan usaha budidaya srikaya organik, diantaranya
investasi untuk lahan pembudidayaan tanaman srikaya organik dan berbagai biaya
operasional yang dapat mendukung keberhasilan suatu usaha. Pengusahaan
srikaya organik sangat ditentukan oleh lamanya tanaman srikaya dapat
berproduksi dengan baik, yaitu pada usia 2 tahun sampai usia 12 tahun, sehingga
perlu dilakukan analisis kelayakan bisnis sebagai suatu bahan pertimbangan
apakah rencana pengembangan bisnis berupa pengembangan usaha buah srikaya
organik, layak atau tidak untuk dilakukan.
Kriteria kelayakan suatu investasi dapat dilihat dari aspek non-finansial
dan aspek finansial. Aspek non-finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Aspek pasar
mengkaji tentang potensi pasar dan strategi pemasaran srikaya organik. Aspek
teknis mengkaji tentang lokasi usaha, skala usaha, teknis budidaya srikaya
organik, dan penanganan pascapanen. Untuk aspek manajemen megkaji tentang
srtuktur organisasi, deskripsi pekerjaan serta kebutuhan tenaga kerja. Sedangkan
aspek sosial ekonomi dan lingkungan mengkaji tentang penyerapan tenaga kerja
serta dampak terhadap lingkungan sekitar. Penilaian terhadap aspek finansial
didasarkan pada kriteria kelayakan secara finansial yang terdiri dari kriteria Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C), Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas usaha srikaya organik.
Analisis sensitivitas diperlukan dikarenakan dalam pengusahaan srikaya organik
terdapat permasalahan, yaitu terjadinya perubahan jumlah produksi srikaya
organik yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan iklim dan perubahan biaya
operasional yang berkaitan dengan pengusahaan srikaya organik. Analisis yang
digunakan adalah analisis nilai pengganti (Switching Value). Dengan analisis
Swithing Value akan diperoleh seberapa besar perubahan maksimal pada variabel
utama akan membuat proyek masih layak dijalankan (NPV = 0). Kerangka
operasional penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian yang
tinggi terhadap lingkungan sehingga permintaan masyarakat pada
produk-produk pertanian organik meningkat
Perusahaan Wahana Cory
- Pengembangan pertanian organik
- Permintaan terhadap buah srikaya
Analisis Kelayakan Usaha
Buah Srikaya Organik
B
Aspek Non-Finansial
Aspek Finansial :
- NPV
- IRR
- Net B/C
- Payback Period
Analisis Sensitivitas
Switching Value
Layak Tidak Layak
Pengembangan usaha
srikaya organik
Pengusahaan srikaya organik
masih perlu perbaikan
Aspek Pasar:
potensi pasar, strategi pemasaran
srikaya organik
Aspek Teknis:
lokasi usaha, skala usaha, teknis
budidaya, dan penanganan
pascapanen
Aspek Manajemen:
Struktur organisasi, deskripsi
pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja
Aspek Sosial ekonomi dan
lingkungan: penyerapan tenaga
kerja, dampak terhadap lingkungan
sekitar
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di perusahaan pertanian organik Wahana Cory yang
terletak di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Wahana Cory merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis sebagai produsen sayuran
dan buah organik yang mempunyai rencana untuk melakukan pengembangan
usaha srikaya organik, sehingga akan menarik untuk dilakukan penelitian
mengenai kelayakannya. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan
Februari-April 2009.
4.2. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Alat pengumpul data yang
digunakan adalah panduan pertanyaan, alat pencatat, dan alat penyimpan
elektronik.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan
Februari-April 2009. Metode yang digunakan selama pengumpulan data, yaitu
metode observasi langsung, wawancara dengan manajer perusahaan, pegawai
perusahaan, dan toko pertanian, sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data
perusahaan, Direktorat Jendral Hortikultura, Badan Pusat Statistik, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Perpustakaan IPB, dan Perpustakaan
Fakultas Pertanian, buku-buku, penelitian terdahulu, dan informasi-informasi dari
internet yang sesuai dengan topik penelitian.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Data kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Sedangkan analisis
kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial pengusahaan
srikaya organik melalui kriteria kelayakan yaitu, Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period
(PBP), dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif akan diolah dengan Microsoft
Excel 2007 dan kalkulator. Pemilihan program didasarkan pada alasan bahwa
program tersebut merupakan program yang telah banyak dan mudah digunakan.
Untuk data kualitatif diolah dan disajikan dalam bentuk narasi.
Tujuan utama dilakukan analisis kelayakan usaha srikaya organik adalah
untuk menghindari kerugian investasi yang relatif besar dan untuk menghindari
kerugian di masa yang akan datang. Analisis dilakukan terhadap aspek-aspek di
dalam studi kelayakan usaha, yaitu:
1) Analisis Non Finansial
a) Analisis Aspek Pasar
Analisis pada aspek pasar dilakukan secara kualitatif. Aspek
komersial dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang
dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan
untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger 1986). Aspek
pasar dikatakan layak jika potensi pasar srikaya organik dan pangsa
pasar srikaya organik dinilai memadai untuk pemasaran produk, pasar
input tersedia dalam jumlah yang cukup dan produk yang dimiliki
memiliki daya saing atau keunggulan dibanding produk serupa yang
dimiliki oleh perusahaan pesaing.
b) Analisis Aspek Teknis
Menurut Gittiger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan
input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang
nyata dan jasa-jasa. Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk
mengetahui apakah usaha srikaya organik dapat dilaksanakan secara
teknis seperti lokasi usaha, skala usaha, teknis budidaya srikaya
organik dan penanganan pascapanen. Aspek teknis berpengaruh
sangat besar terhadap kelancaran proses produksi srikaya organik.
c) Analisis Aspek Manajemen
Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah
fungsi manajemen pada Wahana Cory dapat diterapkan dalam kegiatan
operasional usaha srikaya organik. Usaha srikaya organik dikatakan
layak jika perusahaan Wahana Cory menggunakan sistem manajemen
sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga dapat membantu
tercapainya tujuan perusahaan dilihat dari struktur organisasi
perusahaan, deskripsi pekerjaan, dan kebutuhan tenaga kerja.
d) Analisis Aspek Sosial
Penilaian aspek sosial diperlukan untuk mengkaji perluasan
kesempatan kerja serta dampak proyek terhadap lingkungan sekitar
karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan
suatu usaha.
2) Analisis Finansial
Analisis ini dilakukan secara kuantitatif dan alat analisis yang digunakan
untuk menguji kelayakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP) dan
tingkat sensitivitas atau Switching Value.
a) Net Present Value (NPV)
Analisis nilai bersih sekarang adalah salah satu dari alat analisis untuk
menguji kelayakan dari suatu investasi. NPV usaha srikaya organik
merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara manfaat
(benefit) dengan biaya (cost) pada tingkat diskonto tertentu. Rumus
yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :
Keterangan :
NPV = Nilai bersih sekarang (Rupiah)
Bt = Penerimaan (benefit) bruto usaha srikaya organik yang
merupakan perkalian antara harga jual buah srikaya organik
dengan jumlah buah srikaya organik yang dhasilkan pada
tahun ke-t.
Ct = Biaya (cost) total bruto usaha srikaya organik pada tahun
ke-t. Biaya ini terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi terdiri dari biaya lahan, biaya
bibit tanaman srikaya dan biaya peralatan pendukung.
Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (gaji tetap,
pembayaran listrik, air dan telepon, transportasi, serta
PBB), dan biaya variabel (biaya pupuk organik, pestisida
alami, dan label).
i = Tingkat suku bunga yang berlaku (%)
n = Umur ekonomis proyek usaha srikaya organik yang
didasarkan pada umur ekonomis tanaman srikaya yaitu
selama 12 tahun
t = Tahun
Penilaian kelayakan finansial NPV terbagi atas :
1. NPV > 0, berarti secara finansial usaha srikaya organik layak
dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari
biaya.
2. NPV = 0, berarti secara finansial usaha srikaya organik sulit
dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh diperlukan untuk
menutupi biaya yang dikeluarkan.
3. NPV < 0, berarti secara finansial usaha srikaya organik tidak
layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih
kecil dari biaya yang dikeluarkan.
b) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return merupakan tingkat pengembalian yang dapat
dibayar atas sumber-sumber yang digunakan untuk menutupi
pengeluaran investasi dan operasional selama umur usaha srikaya
organik. Nilai IRR diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
IRR = Tingkat internal hasil (%)
NPV1 = Nilai bersih sekarang yang bernilai positif (Rupiah)
NPV2 = Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif (Rupiah)
i1 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif (%)
i2 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif (%)
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu :
1. IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi layak
untuk dilaksanakan.
2. IRR = tingkat suku bunga yag berlaku, berarti investasi tidak
menguntungkan dan juga tidak merugikan.
3. IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi tidak
layak untuk dilaksanakan.
c) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit-Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang
dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negatif. Rumus
yang digunakan dalam perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Bt = Penerimaan (benefit) bruto usaha srikaya organik yang
diterima pada tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) bruto usaha srikaya organik yang dikeluarkan
pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga yang berlaku
n = Umur ekonomis usaha srikaya organik
t = Tahun
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C yaitu :
1. Net B/C > 1, maka usaha srikaya organik layak atau
menguntungkan.
2. Net B/C = 1, maka usaha srikaya organik tidak untung ataupun
rugi.
3. Net B/C < 1, maka usaha srikaya organik tidak layak atau tidak
menguntungkan.
d) Payback Period (PBP)
Payback Period atau periode pengembalian kembali merupakan
metode yang mengukur periode jangka waktu atau jumlah tahun yang
dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal (investasi). Rumus yang
digunakan dalam perhitungan Payback Period adalah sebagai berikut :
Keterangan :
I = Besarnya investasi yang diperlukan
Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahun
e) Analisis Switching Value
Analisis Switching Value dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
perubahan pada tingkat manfaat dan biaya dapat terjadi, sehingga
masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi. Pada proyek
di bidang pertanian terdapat beberapa masalah utama yang
mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu perubahan
harga jual, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi. Analisis
Switching Value dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
parameter penurunan jumlah produksi srikaya organik karena
dipengaruhi teknik budidaya dan kondisi lingkungan serta peningkatan
biaya operasional yang dapat mempengaruhi penerimaan perusahaan.
4.5. Asumsi Dasar
Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha srikaya
organik di perusahaan Wahana Cory yaitu :
1) Modal yang digunakan oleh perusahaan Wahana Cory berasal dari modal
sendiri.
2) Umur proyek yang ditetapkan berdasarkan atas umur ekonomi tanaman
srikaya yaitu 12 tahun.
3) Biaya yang dikeluarkan untuk pengusahaan srikaya organik terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya investasi terdiri dari pembelian
tanah, pembibitan, pembeliaan peralatan, perlengkapan dan barang
inventaris lainnya yang dikeluarkan pada tahun pertama. Sedangkan biaya
operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
4) Terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan berdasarkan umur ekonomis
peralatan-peralatan yang diinvestasikan.
5) Luas lahan yang akan diteliti adalah 5.000 m2. Hal ini berdasarkan kondisi
yang terjadi di lapangan.
6) Bibit srikaya untuk pengusahaan tersebut diperoleh dari pembibitan sendiri
yang dilakukan oleh perusahaan.
7) Terdapat empat tanaman srikaya yang telah berumur dua tahun dan
dijadikan tanaman induk untuk pembibitan.
8) Jenis srikaya yang diusahakan adalah jenis new varietas dan srikaya
Australia.
9) Tanaman srikaya mulai dipanen pada umur 3 tahun setelah penanaman.
10) Total produksi adalah jumlah srikaya organik yang dihasilkan selama satu
tahun. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dengan
harga jual.
11) Harga jual srikaya organik Rp 60.000 per kg. Harga tersebut merupakan
harga yang ditetapkan oleh perusahaan.
12) Tingkat suku bunga (discount rate) yang digunakan merupakan tingkat suku
bunga deposito karena pemilik tidak melakukan pinjaman kepada bank.
Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito
rata-rata Bank Indonesia tahun 2008, yaitu sebesar 9%.
13) Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian adalah harga
konstan yang berlaku pada tahun 2009.
14) Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasarkan UU
No. 17 tahun 2000 tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri dan Bentuk Usaha Tetap, yaitu :
a) Penghasilan ≤ Rp 50 juta dikenakan pajak sebesar 10 persen
b) Penghasilan Rp 50 – Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 15 persen
c) Penghasilan ≥ Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 30 persen
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Kondisi Geografis
Perusahaan pertanian Wahana Cory terletak di Desa Tamansari,
Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Desa Tamansari berada pada
ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, merupakan kawasan yang berbukit
di bawah kaki Gunung Salak. Kondisi ini yang menyebabkan udara sejuk dengan
suhu rata-rata 25˚C - 30˚C. Jenis tanah terdiri dari regosol coklat dan litosol yang
berasal dari bahan induk pasir vulkan dengan tekstur agak kasar dan drainase
cepat dengan derajat keasaman tanah (pH) 5 – 7. Kecamatan Tamansari memiliki
curah hujan tipe A dengan rata-rata hujan 2.785,6 mm/tahun. Kecamatan
Tamansari memiliki batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Bogor Selatan
2) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Gunung Salak
3) Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Tenjolaya dan Dramaga
4) Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk
Kecamatan Tamansari merupakan kawasan resapan air dan kawasan hijau
dengan mengintensifkan dan melestarikan tanaman tahunan dan mengadakan
gerakan rehabilitasi lahan kritis dengan penanaman pohon. Kecamatan Tamansari
telah memiliki jaringan infrastruktur yang baik. Sebagian wilayah pengembangan
pertanian perkotaan, produksi pertanian pangan yang menonjol adalah jagung,
talas, singkong, kacang-kacangan, pepaya, durian, rambutan, sirsak, dan
mentimun. Disamping itu Kecamatan Tamansari merupakan sentra tanaman hias
yang pemasarannya telah memasuki pangsa lokal, regional dan mancanegara.
Jaringan transportasi di Kecamatan Tamansari cukup baik, kondisi jalan
relatif baik, sebagian besar telah beraspal dan seluruh wilayah dapat dilalui oleh
kendaraan beroda empat sepanjang tahun. Sedangkan pelayanan jaringan listrik
PLN telah menjangkau seluruh wilayah yang dimanfaatkan untuk kebutuhan
pemukiman, perkantoran, industri, perdagangan dan jasa. Khusus untuk
penerangan jalan umum (PJU), sebagian besar Wilayah Tamansari telah
dilengkapi dengan PJU yang tiap tahun selalu diadakan penambahan PJU untuk
peningkatan sarana umum pelistrikan. Untuk prasarana komunikasi masyarakat,
mayoritas dilayani oleh PT Telkom dan sebagian dengan sarana handphone yang
dimiliki oleh warga masyarakat.
Berdasarkan keadaan geografis lokasi usaha srikaya organik, diharapkan
pengusahaan srikaya organk dapat berkembang dengan baik. Jika di lihat dari
kondisi fisik, lokasi usaha berada pada kondisi yang sesuai dengan kriteria
tumbuh tanaman srikaya, sehingga diharapkan srikaya organik dapat berproduksi
sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan, sedangkan bila dilihat dari sarana
dan prasarana, lokasi usaha berada dekat dengan pasar yang menjadi tujuan
perusahaan dan tidak ada hambatan pada akses jalan.
5.2. Keragaan Umum Perusahaan
5.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha
Usaha pertanian organik Wahana Cory berawal dari hobi pemilik dan
istrinya yaitu Bapak Dedi Haryanto dan Ibu Suryani Hasyim. Pemilik mempunyai
kegemaran pada kegiatan bercocok tanam, dan untuk mengembangkan hobinya
tersebut pemilik membeli lahan di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor seluas 5.000 m2. Lahan tersebut ditanami berbagai tanaman
buah-bahan seperti lengkeng, durian, jambu, dan beberapa jenis sayuran yang
hasilnya dikonsumsi oleh Bapak Dedi dan keluarga pada saat mengunjungi kebun.
Bapak Dedi dan keluarga mengunjungi kebun tersebut setiap akhir pekan dan
untuk mengurus kebun. Pada lahan tersebut Bapak Dedi memperkerjakan seorang
petani dan petani tersebut diperbolehkan untuk mengambil hasil panen untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lahan di daerah tersebut sangat subur dan cocok ditanami sayuran.
Kemudian timbul ide untuk mengembangkan usaha sayuran organik. Ide tersebut
muncul karena kondisi tanah yang masih sangat subur dan belum pernah
dilakukan budidaya tanaman yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Pada
Februari 2006, pemilik mengadakan penyuluhan kepada 40 orang petani dari
beberapa desa di sekitar kebun. Materi penyuluhan berisi konsep dan pola
pertanian organik. Penyuluhan tersebut bertujuan agar para petani tertarik untuk
mengembangkan pertanian organik dan juga agar para petani tersebut dapat
bermitra dengan Bapak Dedi untuk menghasilkan sayuran organik.
Pada tanggal 8 Mei 2006, Bapak Dedi meresmikan pertanian organik
miliknya sebagai usaha dengan nama Wahana Cory. Nama Cory diambil dari
bahasa latin yang artinya keindahan, sehingga Wahana Cory memiliki arti sebagai
tempat keindahan. Pada saat itu Wahana Cory mulai mengusahakan sayuran
organik namun terdapat suatu permasalahan mengenai pemasaran yang akan
dilakukan terhadap produksi sayuran Wahana Cory karena pada awalnya sayuran
tersebut belum sepenuhnya diperlakukan secara organik, sehingga hanya
dipasarkan di pasar tradisional yaitu Pasar Bogor selama kurang lebih 2 – 3 bulan
dan dengan harga jual yang relatif rendah.
Untuk mendapatkan pengakuan resmi sebagai produsen sayuran organik,
pada bulan Juli 2006 Wahana Cory melakukan uji laboratorium di Departemen
Kimia, Fisika, dan Lingkungan Fakultas MIPA IPB dan Balai Penelitian Tanah
Depatemen Perindustrian Bogor dengan hasil uji sesuai standar pertanian organik,
dimana hasil yang diperoleh yaitu tanah tempat dilakukan kegiatan usaha
pertanian organik baik dan cocok untuk pertanian organik. Uji laboratorium yang
dilakukan adalah tanah, air, sayuran, dan buah organik, sehingga Wahana Cory
dapat mengatakan bahwa semua jenis tanaman yang ditanam di kebun Wahana
Cory telah diberikan perlakuan organik.
Wahana Cory hingga saat ini belum memiliki badan hukum. Seluruh
modal yang digunakan untk menjalankan kegiatan usaha pertanian organik berasal
dari pemilik perusahaan, tidak ada modal yang diperoleh dari orang lain atau
pinjaman dari lembaga keuangan sehingga Wahana Cory dapat digolongkan
dalam usaha perorangan. Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah pemilik
perusahaan dapat menikmati seluruh keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau beban perusahaan
harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan. Bapak Dedi bertanggung
jawab penuh untuk membiayai usaha dan menanggung kerugian usaha.
Wahana Cory melakukan usaha budidaya sayuran organik bertujuan untuk
mensejahterakan ekonomi para petani di daerah sekitar dan meningkatkan profit
Wahana Cory. Untuk merealisasikan tujuan tersebut Wahana Cory membentuk
plasma tani. Sistem plasma yang dilakukan oleh Wahana Cory dengan petani
sayuran organik, membantu peningkatan pendapatan para petani yang tergabung
dalam plasma, karena Wahana Cory memberikan bibit, pestisida dan pupuk
organik kepada para petani tanpa harus membayar. Sebagai gantinya petani harus
menjual hasil produksinya kepada Wahana Cory. Harga yang dibayarkan oleh
Wahana Cory kepada petani sesuai dengan harga sayuran di pasar. Dengan
demikian petani dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan
penghasilannya.
Saat ini Wahana Cory memiliki lahan seluas 8,5 Ha dengan beberapa unit
bisnis, yaitu pengusahaan pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan
organik seperti lengkeng, jambu, durian, mangga, pisang, nanas, manggis, buah
naga, sawo, pepaya, salak, jeruk, cengkeh, dan belimbing. Namun saat ini hanya
beberapa komoditas saja yang berproduksi dengan baik diantaranya sayuran, buah
naga, pepaya, nanas, dan pisang selanjutnya saat ini Wahana Cory sedang
mengusahakan salah satu buah tropis yaitu buah srikaya.
Pada awal tahun 2009 Wahana Cory mulai mengembangkan usaha srikaya
organik. Wahana Cory telah memiliki 4 pohon srikaya jenis new varietas dan
srikaya Australia. Keempat tanaman tersebut telah berumur 2 tahun dan telah
menghasilkan buah. Tanaman srikaya tersebut dapat menghasilkan buah
sebanyak 1 – 5 kg/pohon setiap 2 minggu. Buah yang dihasilkan tersebut
kemudian ditawarkan oleh perusahaan ke beberapa toko buah yang telah menjadi
langganan perusahaan di wilayah Jakarta dan Bogor. Tanggapan dari konsumen
untuk buah srikaya organik sangat baik, hal ini terlihat dari adanya permintaan
kembali dari toko buah tersebut kepada Wahana Cory untuk mengirimkan srikaya
organik. Namun karena terbatasnya hasil produksi, perusahaan menggilir
pengiriman srikaya organik tersebut ke beberapa toko buah tiap 2 minggu.
Adanya permintaan buah srikaya dari beberapa toko buah tersebut menjadi
pertimbangan bagi Wahana Cory untuk mengembangkan usaha srikaya organik.
Permintaan yang tinggi berasal dari konsumen di wilayah Jakarta, sedangkan di
wilayah Bogor sangat sedikit, sehingga perusahaan akan lebih memfokuskan
penjualannya ke konsumen di wilayah Jakarta khususnya ke kalangan masyarakat
menengah ke atas yang peduli terhadap kesehatan. Permintaan buah srikaya
organik pada perusahaan sekitar 10-15 ton per tahun. Untuk memenuhi
permintaan tersebut dan sebagai awal pengusahaan srikaya organik, perusahaan
memulai usaha srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2 dengan perkiraan
produksi mencapai 10-15 ton per tahun. Jika permintaan terus meningkat, tidak
menutup kemungkinan bagi Wahana Cory untuk memperluas lahan penanaman
srikaya organik.
5.2.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi Wahana Cory terdiri atas Direktur, Wakil Direktur,
Manajer Kebun dan bagian administrasi dan keuangan. Struktur perusahaan
Wahana Cory dapat dilihat pada Gambar 2. Uraian jabatan berdasarkan pada
struktur organisasi di Wahana Cory adalah sebagai berikut :
1) Direktur
Direktur pada Wahana Cory merupakan pemilik perusahaan. Fungsi dan
tanggung jawab direktur Wahana Cory merupakan bagian dari fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan, dan
pengendalian. Direktur Wahana Cory sebagai wujud kegiatan perencanaan
menentukan garis-garis kebijaksanaan dalam membuat suatu keputusan,
dalam proses pengkoordinasian direktur membuat perjanjian-perjanjian
dengan pihak luar yang terkait dengan bidang usaha perusahaan dan
memfasilitasi semua kegiatan perusahaan. Direktur memberikan pengarahan
kepada para karyawan dengan mengadakan rapat umum dan membuat
keputusan dalam segala hal yang terkait dengan bidang usaha pertanian.
Selain itu direktur juga melakukan pengendalian dengan cara mengawasi
jalannya kegiatan usaha minimal satu atau dua kali dalam seminggu,
mengawasi pekerjaan wakil direktur agar sesuai dengan kebijakan yang
telah ditetapkan, dan menjaga kelancaran kegiatan usaha perusahaan.
2) Wakil Direktur
Wakil direktur bertanggung jawab dalam mewakili atau membantu fungsi
kerja direktur dalam kegiatan perusahaan. Wakil direktur memiliki fungsi
yang hampir sama dengan direktur, yaitu mengambil dan membuat
keputusan dalam bidang usaha perusahaan, menerima, dan mendengar
aspirasi karyawan, melakukan rapat rutin dengan semua staf dan koordinator
lapangan, dan melakukan pengendalian perusahaan dengan cara melakukan
pengawasan lapangan.
3) Manajer Kebun
Manajer kebun bertanggung jawab terhadap kegiatan perusahaan yang
berkaitan dengan kegiatan produksi, yaitu pembibitan dan persemaian,
pemeliharaan, panen dan pascapanen, dan litbang. Tanggung jawab yang
dilakukan oleh manajer kebun, yaitu (1) Membuat jadwal rotasi persemaian
serta pembibitan, membuat laporan penyediaan bibit tanaman yang siap
diproduksi, melakukan pengawasan terhadap pembuatan pupuk, mengawasi
petani dalam hal menanam hasil persemaian sesuai dengan jadwal dan rotasi
tanam, menjaga persediaan bibit serta perawatan terhadap bibit dan
persemaian yang diproduksi, (2) Membuat jadwal pemberian pestisida,
pemupukan, dan mengawasi pekerja dalam pemeliharaan tanaman, (3)
Membuat jadwal panen dan estimasi jumlah hasil panen, melakukan quality
control terhadap hasil panen, mengawasi kegiatan pascapanen, dan menjaga
persediaan panen, dan (4) Melakukan inovasi baru dalam bidang pertanian
organik serta melakukan riset dan pengembangan pertanian.
4) Administrasi dan Keuangan
Administrasi dan keuangan bertanggung jawab untuk mengatur jadwal
administrasi perusahaan, bekerjasama dengan manajer kebun dalam
melakukan pembayaran kepada petani dan plasma tani, mengawasi
penyusunan anggaran usaha perusahaan, menyusun laporan keuangan untuk
dipertanggungjawabkan kepada direktur dan wakil direktur, melakukan
pengendalian dengan cara mengawasi keuangan sesuai dengan rencana dan
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, memeriksa pencatatan inventaris,
menganalisa data dari semua laporan yang diterima, mengawasi sumber dan
penggunaan dana, dan memantau setiap realisasi pembayaran.
Direktur (Pemilik)
Gambar 2. Struktur Organisasi Wahana Cory Sumber : Wahana Cory, 2009
5.2.3. Kegiatan Perusahaan
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Wahana Cory berkaitan
dengan usaha yang dijalankan khususnya dalam pengembangan usaha srikaya
organik yaitu :
1) Pengadaan Input
Wahana Cory memperoleh sarana produksi untuk berbagai kegiatan
usahanaya dengan cara meproduksi sendiri dan membeli pada toko pertanian
di Pasar Bogor. Sarana produksi yang diperoleh perusahaan dari toko
pertanian berupa peralatan pertanian yang biasa digunakan untuk budidaya
tanaman seperti cangkul, kored, garpu, sepatu boot, sprayer, pembungkus
buah, gunting pohon, dan lain-lain. Sedangkan sarana produksi yang
dihasilkan sendiri oleh perusahaan adalah pupuk dan benih serta bibit
tanaman sayur atau buah. Untuk pengusahaan pupuk organik, perusahaan
memperoleh bahan baku pupuk dari sisa sayuran yang tidak terjual.
Pengusahaan srikaya organik yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan
bibit yang diproduksi sendiri, dengan menggunakan empat tanaman induk
jenis new varietas dan srikaya Australia yang telah dimiliki oleh perusahaan,
Wakil Direktur
Manajer Kebun Administrasi dan
Keuangan
Pembibitan dan
Persemaian
Pemeliharaan
Panen dan
Pascapanen
LITBANG
dilakukan sambung susu dengan bibit batang bawah varietas lokal. Harga
bibit tanaman srikaya jenis new varietas dan srikaya Australia siap tanam
cukup tingi yaitu berkisar antara Rp 75.000,- – Rp 150.000,-. Sehingga
untuk menekan biaya produksi, perusahaan mengusahakan sendiri
pembibitan srikaya tersebut. Sedangkan untuk bibit bawah digunakan
varietas lokal yang diperoleh perusahaan dari salah satu produsen bibit
tanaman yang berada di Jakarta. Harga satu bibit srikaya jenis lokal tersebut
adalah Rp 2.500,-.
Tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan berasal dari masyarakat
sekitar. Tenaga kerja umunya melakukan kegiatan yang meliputi
pengolahan tanah dan penanaman, pemeliharaan serta panen dan
pascapanen. Dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan dan panen tenaga
kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria, sedangkan untuk pascapanen
dilakukan oleh tenaga kerja wanita, hal ini dikarenakan wanita lebih teliti
dalam kegiatan pascapanen seperti penyortiran, penimbangan, dan
pengemasan. Besarnya upah yang diberikan oleh perusahaan adalah Rp
25.000,- per hari kerja. Jam kerja yang ditetapkan adalah dari jam 07.30 –
15.30 WIB atau sama dengan 8 jam kerja per hari.
2) Teknik Budidaya Srikaya Organik
Pengusahaan srikaya organik tersebut dilaksanakan di lahan seluas 5.000 m2
dengan ukuran lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm dan jarak tanam 3 m x
4 m sehingga populasinya adalah 416 tanaman. Dengan luas lahan
5.000 m2, produksi srikaya organik dapat mencapai 10 – 15 ton per tahun.
Berikut ini adalah teknik budidaya tanaman srikaya organik yang diterapkan
oleh Wahana Cory.
a) Pembibitan
Pembibitan tanaman merupakan upaya untuk memperbanyak tanaman.
Bibit yang akan digunakan dalam pengusahaan srikaya organik ini
diperoleh dari pembibitan yang dilakukan sendiri oleh perusahaan.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya produksi, karena harga
untuk satu buah bibit srikaya jenis new varietas dan srikaya Australia
siap tanam cukup tinggi yaitu berkisar antara Rp 75.000,-
– Rp 150.000,-. Pembibitan srikaya organik dilakukan secara vegetatif
dengan menggunakan pohon induk yang telah ada yaitu srikaya
Australia dan new varietas. Perbanyakan bibit secara vegetatif
dilakukan dengan pertimbangan bahwa bibit vegetatif memiliki ciri
yang sama atau identik dengan sifat induknya dan cepat menghasilkan
buah.
Perbanyakan bibit secara vegetatif dilakukan dengan teknik sambung
susu. Perusahaan menggunakan teknik sambung susu dalam
pembibitan srikaya organik tersebut karena teknik sambung susu
memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan teknik
pembibitan lain seperti okulasi, sambung pucuk, dan cangkok. Tingkat
keberhasilan pembibitan dengan teknik sambung susu mencapai
90 persen. Tahapan pembuatan bibit sambung susu dan perawatannya
hingga siap tanam di kebun sebagai berikut :
i) Pilih tanaman induk yang telah berbuah lebat serta sehat dan
memiliki banyak cabang.
ii) Siapkan bibit batang bawah yang telah berumur sekitar 6-12
bulan. Bibit batang bawah yang digunakan merupakan jenis
varietas lokal yaitu varietas Sumbawa, hal ini dikarenakan
varietas lokal memiliki sifat yang adaptif sehingga bibit tanaman
srikaya hasil sambung susu dapat tumbuh dengan baik. Wahana
Cory memperoleh bibit batang bawah dari produsen bibit di
Jakarta seharga Rp 2.500,- per bibit.
iii) Media tanam bibit batang bawah yang telah dibeli diganti dengan
kompos dan tanah dengan perbandingan 1 : 1, hal ini dilakukan
untuk menjamin bahwa bibit tersebut mendapat perlakuan secara
organik.
iv) Bibit batang bawah dipotong pada ketinggian 10 – 20 cm dari
tanah dan ujungnya disayat miring.
v) Cabang pada induk yang digunakan untuk sambung susu
merupakan cabang air yang memiliki karakteristik cepat tumbuh
dibanding cabang utama. Cabang tersebut kemudian disayat
miring.
vi) Sisipkan bibit batang bawah ke dalam sayatan cabang pada
pohon induk sehingga kedua sisi sayatan antara batang bawah
dan cabang induk saling bersinggungan.
vii) Balut dengan tali rafia hingga rapat benar dan pada bagian bawah
polybag bibit batang bawah diikat dengan tali rafia yang
kemudian diikatkan pada bambu yang dibangun melindungi
tanaman induk untuk menahan beban tanah pada polybag agar
cabang induk tidak patah sehingga akan terlihat bibit tersebut
tergantung pada tanaman induk.
Bibit-bibit tersebut dipelihara dengan dilakukan penyiraman,
penyiangan dan pengendalian hama terpadu. Setelah bibit tersebut
menghasilkan tunas yaitu sekitar 2 bulan sejak dilakukan
penyambungan, bibit-bibit tersebut dipotong dan dipisahkan dari
tanaman induk. Bibit yang dihasilkan tersebut tidak langsung ditanam
pada lahan, tetapi dibiarkan selama 2 bulan untuk memperbaiki kondisi
kesehatan bibit-bibit tersebut.
b) Pengolahan Tanah
Pengolahan lahan memegang peranan yang penting dalam budidaya
tanaman. Pengolahan lahan ditujukan untuk menciptakan kondisi
pertanaman yang ideal bagi tanaman itu sendiri, yakni lahan yang
gembur sehingga memudahkan bagi tanaman dalam meyerap unsur
hara dari dalam tanah, banyak mengandung bahan organik dam
memiliki tata air yang baik. Lahan yang digunakan dibersihkan dari
gulma/tanaman-tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan srikaya
organik. Tahapan selanjutnya yaitu menggemburkan tanah dengan
dicangkul.
c) Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam srikaya organik adalah 50 cm x 50 cm x 50 cm
dengan jarak tanaman 3 m x 4 m. Lubang tanam dibuat menggunakan
cangkul atau garpu tanah. Lubang tanam tersebut kemudian diisi
pupuk kompos sebanyak 60 kg per lubang. Pupuk kompos yang telah
dimasukkan dalam lubang tanam dicampur dengan tanah galian.
Lubang dibiarkan selama 1 minggu supaya gas yang terjadi karena
penggalian hilang atau menguap.
d) Penanaman
Setelah lubang tanam disiapkan dan bibit telah tersedia maka
penanaman srikaya dapat dilakukan. Bibit srikaya dengan tinggi 70 –
100 cm dimasukkan ke dalam lubang tegak lurus dengan batas
sambungan sekitar 10 cm di atas permukaan tanah. Saat bibit
dimasukkan ke dalam lubang tanam, kantong polybag harus dibuka
dengan hati-hati supaya gumpalan tidak pecah. Kemudian lubang
ditutup dengan tanah sisa yang ada di pinggir lubang hingga batas
leher perakaran tanaman lalu dipadatkan. Untuk memperkuat tanaman
agar tidak roboh, tanaman diberi ajir dan diberi penyiraman air.
e) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman sangat menentukan keberhasilan usaha
budidaya, baik kualitas maupun kuantitas hasil produksi. Beberapa
pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
i) Penyulaman
Bibit yang mati, rusak, atau pertumbuhannya tidak sempurna
harus segera diganti dengan bibit baru. Penggantian atau
penyulaman yang terlambat dapat menyebabkan keseragaman
waktu berbunga dan berbuah tidak sama.
ii) Penyiraman
Penyiraman secara intensif dilakukan pada musim kemarau,
karena pembentukan bunga dan buah memerlukan ketersediaan
air tanah yang cukup. Penyiraman pada tanaman muda dilakukan
dua kali sehari pada pagi hari dan sore hari. Sedangkan pada
tanaman dewasa, penyiraman cukup dilakukan setiap 2 – 3 hari
sekali sebab tanaman telah mampu beradaptasi dan memiliki
daya tahan yang tinggi.
iii) Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman srikaya
adalah hama penggerek batang, hama penggerek buah, ulat
pemakan daun, kutu putih, dan penyakit busuk buah. Pada teknik
budidaya organik yang dilakukan oleh Wahana Cory, hama yang
terdapat pada tanaman srikaya dibiarkan hidup pada batas yang
tidak merugikan bagi kelangsungan usaha tersebut. Jika jumlah
populasi gulma atau hama sudah dianggap mengancam
pertumbuhan tanaman srikaya maka dilakukan penyemprotan
pestisida alami tetapi tetap membiarkan beberapa gulma atau
hama untuk tetap hidup. Karena tujuan utama dari pengendalian
hama adalah mencapai kualitas dan kuantitas produksi tanpa
mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
iv) Penggemburan Tanah
Penggemburan tanah dapat memudahkan pergantian udara tanah
dan proses peresapan air ke dalam tanah. Penggemburan tanah
harus dilakukan dengan hati-hati agar perakaran tanaman tidak
banyak yang rusak karena perakaran yang rusak menggangu
pertumbuhan tanaman.
v) Pemupukan
Pemupukan bertujuan mengganti dan menyediakan bahan
makanan bagi tanaman sekaligus memperbaiki struktur dan
produktivitas tanah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
organik berupa pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat
diberikan 3 kali dalam setahun, sedangkan pupuk cair diberikan
tiap minggu pada tanaman srikaya.
vi) Pemangkasan
Dilakukan pemangkasan pada batang dan cabang tanaman
srikaya. Pemangkasan batang pada tanaman srikaya dilakukan
pada tahun pertama untuk pembentukan tanaman agar tumbuh
pendek dan bercabang banyak. Sedangkan pemangkasan cabang
bertujuan untuk mempermudah tanaman berbunga dan berbuah
kembali setelah berbuah lebat.
vii) Pembungkusan Buah
Buah srikaya mudah terserang hama, terutama hama kutu buah,
semut dan lalat buah. Hal ini merupakan akibat adanya kadar
gula buah yang tinggi. Untuk menghindarkan serangan hama
yang merugikan, maka dilakukan pembungkusan buah saat masih
muda dengan menggunakan pembungkus dari nilon yang
berbentuk jaring.
f) Panen dan Pascapanen
Pada tanaman srikaya lokal, tanaman berbuah saat berumur 4 – 5
tahun, tetapi pada tanaman srikaya jenis new varietas dan srikaya
Australia, tanaman dapat berbuah lebih cepat yaitu saat berumur 2 – 3
tahun. Buah yang siap panen ditandai dengan warna kulit buah
berubah dari hijau menjadi hijau kekuningan, jarak antar sisik buah
telah merenggang dan mengeluarkan aroma yang khas. Buah yang
dipanen diusahakan tidak sampai matang di pohon, tujuannya agar
buah tidak rusak selama pengangkutan atau pengiriman. Buah jenis
new varietas dan srikaya Australia memiliki bobot sekitar 0,5 – 1,2 kg
per buah. Buah dipetik dengan memotong tangkai buah menggunakan
pisau atau gunting untuk menghindari kerusakan pada buah. Panen
buah srikaya tidak dilakukan secara sekaligus, tetapi pemetikan hanya
dilakukan pada buah yang terpilih dan memenuhi kriteria untuk
dipanen. Biasanya buah srikaya dapat dipanen setiap 2 minggu sekali
dan mampu menghasilkan buah srikaya sebanyak 1 – 5 kg/pohon.
Penanganan hasil panen buah srikaya dilakukan untuk
mempertahankan kualitas buah agar memiliki nilai jual yang tinggi.
Hasil panen di kebun dikumpulkan pada tempat yang bersih dan tidak
terkena sinar matahari langsung. Hal ini bertujuan menghindarkan
kelayuan pada buah akibat laju respirasi yang tinggi dan memudahkan
penanganan selanjutnya. Kemudian buah dibersihkan dari segala
kotoran, terutama hama kutu putih yang menempel diantara sisik buah.
Pembersihan dilakukan menggunakan kuas kering dan bersih, serta
diusahakan tidak terkena air yang dapat mengakibatkan busuknya
buah. Setelah itu dilakukan sortasi yang bertujuan memisahkan buah
yang baik dan jelek. Buah yang jelek yaitu buah yang mengalami
kerusakan fisik, banyak mengandung hama dan penyakit dan busuk.
Setelah terpilih buah yang memenuhi kriteria untuk dijual, buah
tersebut diberikan label. Wahana Cory menjual srikaya dalam keadaan
terbuka atau curah, sehingga tidak dilakukan pengemasan.
3) Strategi Pemasaran
Wahana Cory mulai melakukan pemasaran ke supermarket pada bulan Juli
2007. Kegiatan pemasaran dilakukan oleh distributor pribadi Wahana Cory
yaitu PT Cory Organic International (COI). PT COI juga merupakan
perusahaan milik Bapak Dedi Haryanto, tetapi memiliki manajemen yang
berbeda dengan Wahana Cory. Seluruh produk yang dihasilkan oleh
Wahana Cory masuk ke PT COI dan Wahana Cory memperoleh penerimaan
dari PT COI atas produk-produk yang dihasilkan. Kemudian PT COI
menjual produk-produk tersebut ke beberapa supermarket, toko-toko sayur
dan buah serta ke konsumen akhir. Untuk menjual produknya ke konsumen
akhir, PT COI mempunyai gerai atau toko pribadi yang menjual produk-
produk dari Wahana Cory. PT COI menjual produk-produk tersebut dengan
harga yang berbeda dari yang ditetapkan Wahana Cory, hal ini dilakukan
untuk menutupi biaya transportasi, risiko kerusakan produk, dan risiko
produk tidak habis terjual. Walaupun antara Wahana Cory dan PT COI
memiliki struktur manajemen yang berbeda, namun keduanya tidak dapat
dipisahkan dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Supermarket
yang menjadi pelanggan tetap Wahana Cory, yaitu beberapa Super Indo di
Jakarta diantaranya Mall Cinere, Cilandak, Plaza Cibubur, Bintaro, Sunrise
Garden, Pulomas dan Pamulang. Skema saluran pemasaran sayur-sayuran
dan buah-buahan organik yang dilakukan oleh Wahana Cory dapat dilihat
pada Gambar 3.
Untuk lebih memperkenalkan perusahaan dan produk-produk organik
tersebut, Wahana Cory melakukan promosi dengan cara berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan pameran produk-produk pertanian dan melakukan
penawaran produk pada supermarket atau swalayan dengan cara
memberikan brosur yang berisi keterangan tentang proses produksi yang
dilakukan beserta pupuk yang digunakan, keterangan bebas bahan kimia,
harga produk dan alamat produsen. Promosi juga dilakukan melalui situs
pribadi milik Wahana Cory, yaitu www.pangansehat.com. Situs tersebut
berisi tentang profil perusahaan, produk-produk yang ditawarkan, pengertian
mengenai pertanian organik, dan halaman untuk melakukan permintaan
terhadap produk yang ditawarkan.
Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran Srikaya Organik Wahana Cory Sumber : Wahana Cory (2009)
Wahana Cory juga akan mendistribusikan seluruh hasil panen srikaya
organik tersebut melalui PT COI. PT COI kemudian menjual srikaya
organik melalui 2 sistem yaitu dengan sistem langsung kepada konsumen
melalui outlet yang dioperasikan sendiri dan sistem tidak langsung dengan
cara menjual kepada pihak kedua, diantaranya toko buah, supermarket dan
agen penjual. Srikaya organik tersebut sebagian dijual kepada pelanggan
tetap perusahaan dan sebagian lagi dijual kepada konsumen yang bukan
pelanggan tetap. Konsumen yang telah melakukan permintaan terhadap
srikaya organik diantaranya 20 Super Indo yang tersebar di wilayah Jakarta,
toko buah All Fresh, Total, Paradise, Sunter, dan Istana Buah Segar.
Wahana Cory
PT Cory Organic Internasional
Konsumen Akhir Agen Penjual
Konsumen Akhir
Srikaya organik tersebut dijual dalam bentuk segar untuk dikonsumsi
langsung oleh konsumen. Untuk membedakan produk organik dan an-
organik, perusaahaan memberikan label pada srikaya organik yang
ditempelkan langsung pada buahnya. Label tersebut digunakan untuk
memberikan keterangan pada konsumen mengenai nama produsen dan
keterangan jaminan organik. Harga yang ditawarkan oleh Wahana Cory
pada PT COI adalah Rp 60.000,- per kg, sedangkan harga pada tingkat
konsumen akhir dapat mencapai kisaran Rp 75.000,- per kg. Penetapan
harga berdasarkan survey terhadap harga produk srikaya yang sejenis pada
lokasi yang sama. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap mutu, perkiraan
serapan pasar, biaya-biaya serta kemampuan suplai produk srikaya organik,
maka dapat ditetapkan harga jualnya.
VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK
6.1. Aspek Non Finansial
6.1.1. Aspek Pasar
Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar srikaya organik,
baik dari sisi permintaan, penawaran maupun harga yang berlaku, juga strategi
pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran yaitu
produk, harga, tempat, dan promosi.
6.1.1.1. Peluang Pasar
Kebutuhan masyarakat di Indonesia untuk mengkonsumsi buah-buahan
diperkirakan meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi
dari buah-buahan juga mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap buah.
Pada Tabel 6 dapat dilihat perkiraan konsumsi buah per kapita pada tahun 2000 –
2010 masih dibawah jumlah konsumsi yang dianjurkan oleh Food and Agriculture
Organization (FAO) atau organisasi pangan PBB yaitu 65,75 kg per kapita per
tahun agar dapat tetap sehat. Namun pada Tahun 2015, konsumsi buah
diperkirakan mencapai 78,74 kg per kapita. Pemenuhan konsumsi buah dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi berbagai macam buah yang saat ini tersedia di
pasar, salah satunya adalah buah srikaya. Buah srikaya kaya akan vitamin seperti
karoten 7 IU, thiamin 0,13 mg, dan riblofamin 0,931 mg serta mengandung asam
amino diantaranya tryptofan 10 mg, methionin 8 mg, dan lysin 69 mg, yang
diyakini dapat digunakan sebagai obat antikanker14.
Tabel 6. Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Tahun
2000 – 2015
Tahun Jumlah
Penduduk
(Juta)
Konsumsi per
Kapita
(Kg/Thn)
Peningkatan
Konsumsi
(%)
Permintaan
(Ribu Ton)
2000 213 36,76 - 7,830
2005 227 45,70 32,50 10,375
2010 240 57,92 34,00 13,900
2015 254 78,74 34,50 20,00 Sumber : BPS (2007)
14
Sardi D. April 2004. Di Ujung Lidah Langsar Teruji. Trubus Edisi 413
Adanya permintaan buah srikaya dari beberapa toko buah yang ada di
Jakarta kepada Wahana Cory, dijadikan peluang oleh perusahaan untuk
mengembangkan usaha srikaya organik. Perusahaan memperkirakan penjualan
buah srikaya organik sekitar 5-10 ton per tahun. Pengusahaan srikaya organik
dilakukan pada lahan seluas 5.000 m2. Jumlah penjualan srikaya organik berbeda
setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh jumlah produksi yang berbeda. Jumlah
produksi srikaya organik sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, cuaca, dan umur
tanaman. Ada masanya tanaman berproduksi secara maksimal, namun ada juga
masa dimana tanaman mengalami penurunan produksi. Dari seluruh produksi
srikaya organik yang dihasilkan, diasumsikan 10 persen merupakan produk yang
tidak dapat dijual ke pasar. Berikut ini perencanaan penjualan srikaya organik
setiap bulan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12 pada perusahaan Wahana Cory.
Tabel 7. Perencanaan Jumlah Penjualan Srikaya Organik setiap Bulan (Kg)
No Bulan ke- Tahun ke-
3 4-6 7-8 9-10 11-12
1 1 0 416 832 416 416
2 2 0 416 832 416 416
3 3 0 416 832 416 416
4 4 832 832 1.248 832 416
5 5 416 416 832 416 416
6 6 416 416 832 416 416
7 7 416 416 832 416 416
8 8 832 832 1.248 832 416
9 9 416 416 832 416 416
10 10 416 416 832 416 416
11 11 416 416 832 416 416
12 12 832 832 1.248 832 416
Total 4.992 Kg 6.240 Kg 11.232 Kg 6.240 Kg 4.992 Kg
Konsumen yang dijadikan pasar untuk srikaya organik adalah konsumen
rumah tangga yang memiliki kesadaran yang tinggi akan kesehatan dan
kepedulian terhadap lingkungan serta memiliki kesukaan terhadap buah tersebut.
Konsumen yang menjadi sasaran merupakan masyarakat menengah ke atas
dengan tingkat pendapatan yang tinggi dan bersedia mengeluarkan biaya yang
tinggi untuk produk organik khususnya srikaya organik.
Permintaan buah srikaya organik saat ini cukup tinggi, namun penawaran
terhadap buah srikaya khususnya srikaya organik masih sangat terbatas karena
masih sedikit masyarakat yang melakukan usaha budidaya srikaya secara
komersial. Hal ini membuat harga srikaya organik tinggi, yaitu Rp 60.000,- per
kg. Harga tersebut berlaku di tingkat distributor, sedangkan harga pada tingkat
konsumen akhir dapat mencapai kisaran Rp 75.000,- per kg. Ketidakseimbangan
antara permintaan dan penawaran srikaya organik memberikan keuntungan
tersendiri bagi perusahaan. Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh
jumlah poduksi srikaya organik yang dipanen oleh perusahaan.
6.1.1.2. Strategi Pemasaran
Untuk memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuan pemasarannya,
maka perusahaan memerlukan suatu strategi yang disebut dengan Marketing Mix
(bauran pemasaran). Bauran pemasaran tersebut mencakup strategi “4P” yaitu :
Products (produk), Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi).
1) Products (Produk)
Produk yang ditawarkan oleh perusahaan adalah srikaya organik jenis new
varietas dan srikaya Australia. Jenis varietas yang digunakan memiliki
keunggulan dibandingkan srikaya jenis lokal, diantaranya ukuran yang
besar, jumlah biji sedikit, penampilan fisik buah lebih menarik dan harga
jual yang tinggi. Srikaya yang ditawarkan merupakan srikaya organik yang
bebas dari bahan kimia buatan berbahaya. Srikaya organik dijual dalam
bentuk segar untuk dikonsumsi langsung oleh konsumen. Untuk
membedakan produk organik dan an-organik, perusaahaan memberikan
label pada srikaya organik yang ditempelkan langsung pada buahnya. Label
tersebut digunakan untuk memberikan keterangan pada konsumen mengenai
nama produsen dan keterangan jaminan organik.
2) Price (Harga)
Produk pertanian yang dibudidayakan secara organik merupakan produk
yang memiliki kelebihan dari segi harga jika dibandingkan dengan produk
pertanian an-organik. Hal ini berarti produk pertanian organik memiliki
harga di atas harga produk pertanian an-organik, begitu juga dengan harga
produk srikaya organik. Harga dari produk organik dan an-organik sangat
berbeda, hal ini dikarenakan produk organik memerlukan proses
pemeliharaan yang membutuhkan waktu lebih lama dan biaya pemeliharaan
yang relatif lebih mahal dibandingkan produk an-organik, selain itu produk
pertanian organik juga lebih baik untuk kesehatan karena dibudidayakan
secara alami dan ramah lingkungan, tanpa menggunakan pestisida dan
pupuk dari bahan kimia buatan, sehingga kualitas nutrisi alaminya terjaga.
Harga dari buah srikaya an-organik jenis new varietas dan srikaya Australia
adalah Rp 40.000,- per kg sedangkan harga untuk srikaya organik adalah
Rp 60.000,- per kg15. Harga yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut dapat
diterima oleh pasar, hal ini dapat dilihat dari adanya permintaan srikaya
organik kepada perusahaan.
3) Place (Tempat)
Tempat atau lokasi penjualan yang sesuai untuk srikaya organik adalah
tempat yang sering didatangi oleh segmen pemasaran buah srikaya organik,
yaitu konsumen kelas menengah ke atas yang memiliki kesadaran yang
tinggi akan kesehatan, peka terhadap isu lingkungan, dan memiliki daya beli
yang tinggi sehingga bersedia untuk membayar srikaya organik yang
memiliki harga tinggi. Distribusi buah srikaya organik pada Wahana Cory
dijalankan oleh PT Cory Organic Internasional (COI). Wahana Cory akan
menjual seluruh hasil panennya pada distributor tersebut. Sistem distribusi
yang dijalankan oleh PT COI adalah sistem langsung kepada konsumen
melalui outlet yang dioperasikan sendiri seperti toko dan mobil toko serta
sistem tidak langsung dengan cara menjual melalui pihak kedua. Dengan
menjual seluruh hasil produksi ke distributor, memudahkan perusahaan
menyebarkan dan memperkenalkan srikaya organik yang dimiliki, dan sudah
adanya pasar yang jelas memudahkan perusahan untuk menjual produknya
dan tidak takut bahwa produknya tidak terjual. Untuk saat ini perusahaan
hanya menjual srikaya organik di wilayah Jakarta, karena hasil produksi saat
ini baru dapat memenuhi permintaan di wilayah tersebut.
4) Promotion (Promosi)
15
Hasil wawancara dengan Wakil Direktur Wahana Cory tanggal 11 Maret 2009
Kegiatan ini meliputi semua yang dilakukan perusahaan untuk
mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada sasaran.
Strategi yang digunakan adalah membangun citra proses dan produk di mata
konsumen dengan melakukan kegiatan-kegiatan promosi dan komunikasi.
Promosi yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan pameran produk pertanian dan membuat situs pribadi
perusahaan yaitu www.pangansehat.com. Dengan promosi yang dilakukan
tersebut, masyarakat dapat mengenal perusahaan Wahana Cory lebih baik
dan mengenal berbagai produk pertanian organik yang ditawarkan oleh
perusahaan.
Berdasarkan analisis peluang pasar di atas dan strategi pemasaran yang
dilakukan oleh perusahaan, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek pasar
maka pengusahaan srikaya organik layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan
besarnya potensi pasar srikaya organik jika dilihat dari sisi permintaan, penawaran
dan harga. Jumlah permintaan yang tidak diimbangi oleh jumlah penawaran
menciptakan peluang besar pada pengusahaan srikaya organik. Selain itu dalam
pemasaran srikaya organik, perusahaan tidak mengalami banyak kendala. Hal ini
dapat dilihat dari produk srikaya organik yang dihasilkan dan harga yang
ditetapkan oleh perusahaan dapat diterima oleh pasar, serta adanya distributor dan
promosi yang dilakukan oleh perusahaan memudahkan perusahaan untuk
mendistribusikan dan memperkenalkan srikaya organik ke masyarakat yang lebih
luas.
6.1.2. Aspek Teknis
Analisis dalam aspek teknis srikaya organik mencakup lokasi usaha,
besarnya skala usaha, dan proses produksi yang digunakan. Berikut adalah hasil
analisis pada tiap kriteria aspek teknis.
6.1.2.1. Lokasi Usaha
Wilayah yang akan dijadikan lokasi pengusahaan srikaya organik oleh
Wahana Cory adalah Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Keberhasilan suatu usaha dibidang pertanian sangat dipengaruhi oleh lokasi usaha
tersebut dilakukan karena dalam usaha pertanian khususnya usaha bercocok
tanam, lokasi yang digunakan harus sesuai dengan syarat tumbuh komoditi
tersebut. Begitupun dalam pengusahaan srikaya organik yang dilakukan oleh
perusahaan Wahana Cory. Perusahaan harus mengetahui bagaimana kriteria
tumbuh tanaman srikaya dan apakah srikaya dapat tumbuh serta berproduksi
dengan baik di lokasi tersebut. Pada Tabel 7 dapat dilihat ketinggian, suhu, curah
hujan dan pH tanah di lokasi usaha dan syarat tumbuh tanaman srikaya.
Tabel 8. Ketinggian, Suhu, Curah Hujan, dan pH Tanah pada Lokasi Usaha dan
Syarat Tumbuh Tanaman Srikaya
No Uraian Satuan Lokasi Usaha Syarat Tumbuh
1 Ketinggian Mdpl 700 100 – 1.000
2 Suhu ˚C 25 – 30 20 – 25
3 Curah Hujan mm/tahun 2.785,6 1.500 – 3.000
4 pH Tanah pH 5 – 7 6 – 6,5
Sumber : Kondisi Geografis Kecamatan Tamansari (2009) dan Penebar Swadaya (2005)
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa lokasi pengusahaan srikaya
organik memenuhi syarat tumbuh tanaman srikaya berdasarkan ketinggian, suhu,
curah hujan, dan pH tanah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa tanaman srikaya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada lokasi
usaha yang dipilih oleh perusahaan.
Selain itu lokasi usaha memiliki sarana dan prasarana yang dapat
mendukung pengusahaan srikaya organik, diantaranya jaringan transportasi,
pengairan, jaringan listrik, telekomunikasi, dan pemukiman. Fasilitas transportasi
yang cukup baik karena sebagian besar jalan telah beraspal dan dapat dilalui
kendaraan beroda empat, sehingga memudahkan pengangkutan srikaya organik.
Berdasarkan letak geografisnya lokasi usaha yang berada pada Kecamatan
Tamansari ini berdekatan dengan akses kota Bogor, hal tersebut dapat
mempermudah perusahaan dalam mendistribusikan produknya. Jaringan
komunikasi yang baik dapat mendukung keberhasilan suatu usaha, karena
sebagian besar konsumen melakukan pemesanaan melalui jaringan
telekomunikasi. Lokasi usaha yang berada dekat dengan pemukiman
memudahkan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja, karena suplai
tenaga kerja harian diperoleh dari warga sekitar.
6.1.2.2. Skala Usaha
Wahana Cory mulai mengusahakan srikaya organik pada awal tahun 2009.
Pengusahaan tersebut dilakukan pada lahan seluas 5.000 m2 karena usaha ini
merupakan usaha yang baru, maka perusahaan memulai usahanya pada luas lahan
tersebut untuk melihat apakah tanaman srikaya dapat berproduksi dengan baik dan
seberapa besar tingkat keberhasilan usaha tersebut. Karena pada saat ini keadaan
lingkungan sudah tidak menentu sehingga sulit untuk memprediksi kondisi alam.
Untuk mencegah atau meminimalkan kerugian atas hal-hal yang tidak terduga,
maka sebagai langkah awal perusahaan mengusahakan srikaya organik pada luas
lahan tersebut. Tetapi jika usaha tersebut berjalan dengan baik dan sesuai dengan
harapan maka tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk memperluas
lahan penanaman srikaya organik. Saat ini jumlah tanaman yang sedang
diusahakan adalah 416 pohon dan pada tahun depan perusahaan berencana untuk
menambah tanaman srikaya sebanyak 800 pohon. Namun rencana tersebut akan
direalisasikan jika pengusahaan srikaya organik yang saat ini sedang dijalankan
dapat berjalan sesuai dengan harapan. Pada Tabel 9 dapat dilihat perencanaan
jumlah produksi srikaya organik setiap bulan, dari tahu ke-3 sampai tahun ke-12
pada perusahaan Wahana Cory.
Tabel 9. Perencanaan Jumlah Produksi Srikaya Organik setiap Bulan (Kg)
No Bulan
ke-
Tahun ke-
3 4-6 7-8 9-10 11-12
1 1 0 457,6 915,2 457,6 457,6
2 2 0 457,6 915,2 457,6 457,6
3 3 0 457,6 915,2 457,6 457,6
4 4 915,2 915,2 1.372,8 915,2 457,6
5 5 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6
6 6 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6
7 7 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6
8 8 915,2 915,2 1.372,8 915,2 457,6
9 9 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6
10 10 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6
11 11 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6
12 12 915,2 915,2 1.372,8 915,2 457,6
Total 5.491,2 Kg 6.864 Kg 12.355,2 Kg 6.864 Kg 5.491,2 Kg
6.1.2.3. Teknik Budidaya
Teknik budidaya tanaman sangat mempengaruhi suatu tanaman untuk
tumbuh dan berproduksi. Jika teknik budidaya yang dilakukan tepat, maka akan
menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. Teknik budidaya srikaya organik yang
dilakukan pada perusahaan Wahana Cory tidak berbeda jauh dengan teknik
budidaya srikaya an-organik. Perbedaan yang paling menonjol adalah dalam hal
perlakuan terhadap tanaman. Wahana Cory menggunakan prinsip seni mengelola
alam dalam melakukan usaha pertanian organik. Yang dimaksud dengan seni
mengelola alam adalah bagaimana cara manusia memperlakukan alam dan tetap
menjaga ekosistem alam dalam menjalankan suatu bisnis.
Teknik budidaya srikaya organik mencakup pembibitan, pengolahan tanah,
pembuatan lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen. Dari
semua prosedur tersebut, perusahaan telah melakukan teknik budidaya dengan
baik sesuai dengan yang dianjurkan. Mulai dari pembibitan yang dilakukan
sendiri dengan teknik sambung susu, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam
dan penanaman sesuai dengan yang dianjurkan dalam literatur.
Pemeliharaan tanaman srikaya organik dilakukan dengan penyulaman,
pengairan, pemupukan, penggemburan tanah, pengendalian hama terpadu,
pemangkasan, dan pembungkusan buah. Untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan merupakan produk organik, perusahaan sangat memperhatikan air dan
tanah yang digunakan dalam pengusahaan srikaya organik. Tanah yang
digunakan merupakan tanah yang sudah 5 tahun tidak dilakukan usaha pertanian
dan air untuk penyiraman berasal dari air pegunungan langsung yang belum
terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia yang berbahaya. Pupuk yang digunakan
adalah pupuk kompos dan pupuk organik cair. Untuk mengendalikan hama,
perusahaan menggunakan pestisida alami, dan penggunaan pestisida tersebut
dilakukan jika jumlah hama sudah sangat merugikan dan sangat mengganggu
produksi srikaya organik, namun jika jumlahnya masih belum merugikan maka
serangga tersebut dibiarkan hidup. Dalam hal penyerbukan, perusahaan tidak
melakukan penyerbukan buatan seperti yang dianjurkan pada literatur. Hal ini
dikarenakan semua komoditi yang diusahakan oleh perusahaan dilakukan secara
alami, serta melihat dari pengalaman sebelumnya, tanaman srikaya yang
perusahaan miliki dapat berbuah dengan baik tanpa dilakukan penyerbukan
buatan. Selain itu jumlah srikaya yang ditanam juga menjadi pertimbangan
perusahaan untuk tidak melakukan penyerbukan buatan.
Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa
pengusahaan srikaya organik yang dilakukan oleh Wahana Cory adalah layak
untuk dijalankan. Tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan
pengusahaan srikaya organik tersebut karena peralatan yang digunakan relatif
sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya.
6.1.3. Aspek Manajemen
Kemajuan Wahana Cory tidak terlepas dari adanya manajemen Wahana
Cory yang baik. Wahana Cory telah memiliki pembagian tugas yang jelas. Untuk
mengelola usahanya, pemilik perusahaan yang sekaligus menjabat sebagai
Direktur, mempekerjakan karyawan yang ahli dan profesional di bidangnya.
Karyawan tetap yang membantu pemilik perusahaan dalam mengelola usahanya
adalah Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan bagian administrasi dan keuangan.
Pembagian tugas yang jelas memudahkan perusahaan dalam menjalankan
usahanya, karena perusahaan menjalankan lebih dari satu unit bisnis sehingga
perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan semua unit bisnis
dapat dijalankan dengan baik.
Terpenuhinya fungsi manajemen dalam Wahana Cory yang meliputi
perencanaan, pengkoordinasiaan, pengarahan dan pengendalian membuat usaha
ini layak untuk dijalankan karena semua aspek yang dibutuhkan untuk
menjalankan suatu bisnis telah dijalankan. Perencanaan yang baik oleh pemilik,
organisasi dan pengarahan yang jelas pada perusahaan, serta kontrol yang baik
terhadap semua aspek telah dijalankan dalam pengusahaan srikaya organik.
6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Lokasi usaha yang berada pada Kecamatan Tamansari merupakan
kawasan resapan air dan kawasan hijau dengan mengintensifkan dan melestarikan
tanaman tahunan dan mengadakan gerakan rehabilitasi lahan kritis dengan
penanaman pohon. Dengan adanya pengusahaan srikaya organik tersebut, berarti
perusahaan ikut serta dalam program pemerintah yaitu melestarikan lingkungan.
Selain itu perusahaan juga memberikan kontribusi bagi negara berupa pajak.
Pengusahaan srikaya organik yang dilakukan oleh perusahaan tidak
menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan dan usaha ini juga
menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Dilihat dari aspek sosial
ekonomi dan lingkungan tersebut, maka pengusahaan srikaya organik layak untuk
dijalankan.
6.2. Aspek Finansial
Analisis kelayakan finansial pengusahaan srikaya organik perlu dilakukan
untuk membantu pengembangan produk pertanian ini agar lebih intensif
diusahakan oleh perusahaan. Untuk mengetahui hasil kelayakan pengusahaan
srikaya organik akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi
NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period.
6.2.1. Arus Penerimaan (Inflow)
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi yang
dihasilkan dengan harga jual yang ditetapkan. Pemanenan srikaya organik dapat
dilakukan setiap minggu, dua minggu, atau sebulan sekali tergantung dari kondisi
buah dan kondisi lingkungan penanaman srikaya organik. Namun berdasarkan
pengalaman yang pernah dilakukan oleh perusahaan, srikaya organik dapat
dipanen setiap dua minggu sekali dengan kapasitas 0,5 – 2 kg/pohon. Tanaman
srikaya organik dapat menghasilkan buah pada tahun ketiga sehingga penerimaan
dari penjualan srikaya organik terjadi pada tahun ketiga. Penerimaan dari
penjualan pada tahun tersebut masih rendah dibandingkan tahun berikutnya, hal
ini dikarenakan pemanenan tidak dilakukan satu tahun penuh, pemanenan baru
dilakukan pada bulan keempat. Jumlah produksi srikaya organik setiap tahun
berbeda, hal ini dikarenakan faktor umur srikaya organik. Pada saat tanaman
srikaya berumur 7 dan 8 tahun, jumlah produksi srikaya organik mencapai
produksi maksimal, sedangkan pada saat umur tanaman 9 sampai 12 tahun
mengalami penurunan produksi, hal tersebut dipengaruhi karakteristik tanaman
srikaya yaitu semakin tua tanaman srikaya maka semakin rendah jumlah
produksinya.
Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan untuk produk srikaya organik
jenis new varietas dan srikaya Australia berbeda dengan harga buah srikaya an-
organik sejenisnya. Penetapan harga jual buah srikaya organik tersebut adalah
Rp 60.000/kg ditingkat distributor. Perusahaan Wahana Cory menjual seluruh
hasil panennya kepada distributor yaitu PT Cory Organic Internasional. Jumlah
perkiraan produksi srikaya organik pada tahun ke 3 – 12 dan penerimaan dari
penjualannya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Perkiraan Penjualan dan Total Penerimaan Penjualan Srikaya Organik
per Tahun pada Lahan Seluas 5.000 m2 di Wahana Cory
No Tahun Ke-
Jumlah Penjualan
(Kg)
Harga Satuan
(Rp)
Total Penerimaan
Per Tahun (Rp)
1 3 4.992 60.000 299,520,000
2 4 6.240 60.000 374,400,000
3 5 6.240 60.000 374,400,000
4 6 6.240 60.000 374,400,000
5 7 11.232 60.000 673,920,000
6 8 11.232 60.000 673,920,000
7 9 6.240 60.000 374,400,000
8 10 6.240 60.000 374,400,000
9 11 4.992 60.000 299,520,000
10 12 4.992 60.000 299,520,000
Total 4,118,400,000
6.2.2. Arus Biaya (Outflow)
6.2.2.1. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal tahun
proyek. Biaya ini meliputi biaya pembelian tanah, biaya pembibitan, dan
pembelian peralatan pertanian. Perusahaan Wahana Cory memproduksi sendiri
bibit srikaya organik, sehingga perlu dilakukan perhitungan biaya yang
dikeluarkan untuk pembibitan. Pembibitan sendiri dilakukan untuk menghemat
biaya pembelian bibit secara langsung, karena harga bibit yang sudah siap tanam
cukup tinggi yaitu berkisar antara Rp 75.000,- – Rp 150.000,-. Perusahaan
membeli 4 bibit siap tanam sebagai tanaman induk yang digunakan untuk
pembibitan. Untuk menghasilkan jumlah bibit yang dibutuhkan pada lahan seluas
5.000 m2 diperlukan pembibitan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Satu tanaman
induk srikaya dapat menghasilkan 50 bibit tanaman baru dengan metode
pembibitan sambung susu. Jadwal pembibitan srikaya organik sampai siap tanam
dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3.
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembibitan selain bibit induk
diantaranya :
1) Bibit batang bawah, yang diperoleh perusahaan dari pengusaha pembibitan
di Jakarta. Jenis varietas yang digunakan sebagai bibit batang bawah adalah
srikaya jenis lokal.
2) Polybag dan pupuk kompos, perusahaan mengganti polybag dan media
tanam pada bibit batang bawah yang dibeli dari produsen. Hal ini dilakukan
untuk menjamin bahwa bibit mendapat perlakuan organik.
3) Pupuk organik cair, diberikan pada bibit yang disambung susu setiap
minggu agar dapat menghasilkan bibit baru yang berkualitas dan mencegah
terjadinya kegagalan pembibitan.
4) Tali rafia dan bambu, digunakan untuk menyangga bibit-bibit yang telah
disambung pada tanaman induk agar bibit-bibit tersebut tidak goyang atau
jatuh dan agar cabang pada tanaman induk yang disambung dengan bibit
batang bawah tidak patah.
Dalam pembibitan dengan sambung susu ini diperlukan beberapa tenaga
kerja. Tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan merupakan tenaga kerja
harian yang bertugas sebagai berikut :
1) Pembibitan, yaitu tenaga kerja tersebut melakukan pembibitan sambung
susu dengan menyambungkan bibit batang bawah dengan tanaman induk.
Dibutuhkan ketelitian dalam melakukan kegiatan pembibitan ini, karena
sangat mempengaruhi keberhasilan bibit yang dihasilkan nantinya.
2) Pembersihan, yaitu tenaga kerja tersebut membersihkan gulma atau hama
yang dapat mengganggu bibit yang sedang diusahakan. Pembersihan bibit
pada polybag ini dilakukan setiap satu bulan sekali.
3) Pemberian pupuk organik cair dan penyiraman pada bibit, dilakukan oleh
pekerja setiap satu minggu sekali.
Total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan 420 bibit tanaman
srikaya organik adalah Rp. 4.976.400, biaya tersebut jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan membeli bibit srikaya siap tanam walaupun membutuhkan
waktu yang lebih lama karena harus melalui beberapa tahapan. Rincian biaya
pembibitan yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perincian Biaya Pembibitan Srikaya Organik
Uraian Jumlah Satuan Nilai/Unit
(Rp)
Nilai Total
(Rp)
Alat dan Bahan
1. Bibit Induk 4 Unit 150.000 600.000
2. Bibit Batang Bawah 420 Unit 2.500 1.050.000
3. Polybag 4 Kg 17.000 71.400
4. Pupuk Kompos 210 Kg 1.000 210.000
5. Pupuk Organik Cair 1.120 Liter 1.500 1.680.000
6. Tali Rafia 420 Unit 750 315.000
7. Bambu 40 Batang 7.500 300.000
Tenaga Kerja
1. Pembibitan 12 HOK 25.000 300.000
2. Pembersihan 4 HOK 25.000 100.000
3. Pemberian pupuk
organik cair dan
penyiraman 8 HOK 25.000 200.000
4. Panen bibit 6 HOK 25.000 150.000
Total Biaya 4.976.400
Investasi yang diperlukan dalam pengusahaan srikaya organik selain biaya
untuk pembibitan yaitu :
1) Lahan, perusahaan mengusahakan srikaya organik pada lahan seluas 5.000
m2.
2) Cangkul, kored, dan garpu digunakan untuk persiapan lahan, pembuatan
lubang tanam, penanaman, dan penggemburan tanah. Peralatan tersebut
perusahaan beli dari awal pengusahaan srikaya organik.
3) Sprayer digunakan untuk menyiram tanaman, pemberian pupuk organik cair,
dan penyemprotan pestisida alami.
4) Gunting pohon digunakan untuk memangkas tanaman dan panen buah
srikaya organik
Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengusahaan srikaya organik
adalah Rp 506.346.400,-. Perincian biaya investasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk pengusahaan srikaya organik dapat dilihat pada Tabel 12. Pada
akhir tahun proyek pengusahaan srikaya organik, diperoleh nilai sisa sebesar
Rp 500.000.000. Nilai sisa merupakan penerimaan yang diterima pada akhir
umur proyek, dimana nilai ini diperoleh dari nilai sisa dari tanah. Sedangkan
untuk alat-alat pertanian tidak terdapat nilai sisa, semuanya habis terpakai sampai
pada akhir tahun proyek yaitu pada tahun ke-12.
Tabel 12. Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Srikaya Organik pada Lahan
Seluas 5.000 m2
No Jenis Investasi Umur
Ekonomis
(Tahun)
Jumlah Satuan Harga
Satuan
(Rp)
Total (Rp)
1 Lahan 5.000 m2
100.000 500.000.000
2 Pembibitan 420 Unit 4.976.400
3 Cangkul 4 4 Unit 45.000 180.000
4 Garpu 4 4 Unit 50.000 200.000
5 Kored 3 4 Unit 30.000 120.000
6 Spayer 3 2 Unit 400.000 800.000
7 Gunting Pohon 2 2 Unit 35.000 70.000
Total 506.346.400
Pada perusahaan Wahana Cory, komoditi yang diusahakan tidak hanya
srikaya organik, tetapi juga mengusahakan sayuran organik dan buah-buahan
organik seperti nanas, pepaya, buah naga, dan pisang. Oleh karena itu ada
investasi yang digunakan bersama yaitu timbangan elektrik. Timbangan elektrik
tersebut, saat ini telah berumur 3 tahun dan digunakan untuk menimbang berbagai
jenis sayuran dan buah-buahan sehingga dilakukan proporsi untuk biaya investasi
timbangan elektrik. Besarnya proporsi ditetapkan berdasarkan jumlah sayur dan
buah yang ditimbang dengan timbangan elektik tersebut. Buah yang ditimbang
dengan timbangan elektrik tersebut hanya buah naga organik, sedangkan buah
nanas, papaya, dan pisang tidak dihitung dengan timbangan tetapi dihitung per
buah. Proporsi penggunaan timbangan dapat dilihat pada Tabel 13. Dalam
pengusahaan srikaya organik penggunaan timbangan tersebut dimulai pada saat
tahun ke-3 proyek karena tanaman srikaya organik tersebut baru menghasilkan
buah pada tahun ke-3.
Tabel 13. Proporsi Penggunaan Timbangan Elektrik setiap Unit Bisnis
No Unit Bisnis Kapasitas (Kg) Proporsi (%)
1 Sayur-sayuran 2.042.880 99,2213
2 Buah Naga 4.800 0,2332
3 Srikaya 14.976 0,5455
Total 2.062.656 100
Selain timbangan elektrik, ada biaya investasi yang dikeluarkan pada
tahun ke-3 yaitu pembungkus buah. Biaya untuk pembungkus buah dikeluarkan
saat tanaman srikaya organik tersebut mulai menghasilkan buah. Perincian biaya
investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-3 dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Biaya Investasi pada Tahun ke – 3
Jenis Investasi Umur
Ekonomis
(Tahun)
Jumlah Satuan Harga
Satuan
(Rp)
Total (Rp)
1. Timbangan
Elektrik
(0,5455%) 5 1 Unit 1.900.000 10.365,09
2. Pembungkus
Buah berbahan
nilon 5 4.160 Unit 3.500 14.560.000,00
Total 14.570.365,09
6.2.2.2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan
dengan kegiatan operasional pengusahaan srikaya organik. Biaya operasional
terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
1) Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah
output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu.
Biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan srikaya organik meliputi
biaya pajak bumi dan bangunan, gaji wakil direktur, gaji manajer kebun, gaji
staf administrasi dan keuangan, biaya air dan listrik, biaya komunikasi dan
biaya transportasi. Dilakukan proporsi biaya pada biaya tersebut kecuali
biaya pajak bumi dan bangunan pada lahan seluas 5.000 m2. Proporsi
dilakukan karena pengusahaan srikaya organik yang dijalankan merupakan
salah satu unit bisnis yang dimiliki oleh Wahana Cory.
a) Gaji Karyawan Tetap
Wahana Cory saat ini melakukan tiga kegiatan bisnis yang terdiri dari
pengusahaan pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan
organik, sehingga dilakukan proporsi untuk gaji tetap karyawan
perusahaan berdasarkan kontribusi karyawan terhadap unit bisnis yang
ada di perusahaan. Rincian proporsi kontribusi karyawan tetap
terhadap tiga unit bisnis perusahaan dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan
Staf Administrasi Keuangan terhadap Unit Bisnis
Perusahaan
No Unit bisnis persentase (proporsi)
1 Pengusahaan Pupuk organik 33,33
2 Pengusahaan Sayur organik 33,34
3 Pengusahaan buah organik 33,33
Total 100
Proporsi pembagian kontribusi karyawan tetap tidak terbatas pada tiga
unit bisnis saja, karena dalam pengusahaan buah-buahan organik
terdapat lima komoditi buah yang saat ini sedang diusahakan yaitu
nanas, pepaya, pisang, buah naga, dan srikaya. Pada tahun ke-1
sampai tahun ke-2 proporsi kontribusi karyawan tetap berbeda pada
tahun ke-3 sampai tahun ke-12. Hal ini dikarenakan saat in perusahaan
sedang melakukan perhatian yang lebih terhadap komoditi buah naga,
nanas, dan srikaya. Pada Tabel 16 dapat dilihat proporsi kontribusi
karyawan tetap pada tahun ke-1 sampai tahun ke-2.
Tabel 16. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan
Staf Administrasi Keuangan terhadap Komoditi Buah
Organik pada Tahun ke-1 sampai Tahun ke-2
No Buah organik persentase (proporsi)
1 Nanas 8,89
2 Pepaya 3,33
3 Buah naga 8,89
4 Pisang 3,33
5 Srikaya 8,89
Total 33,33
Pada tabel di atas dapat dilihat proporsi kontribusi wakil direktur,
manajer kebun, dan staf administrasi dan keuangan untuk pengusahaan
srikaya pada tahun ke-1 sampai tahun ke-2 adalah 8,89 persen.
Sedangkan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12 proporsi kontribusi
karyawan tetap untuk pengusahaan srikaya berbeda yaitu 6,67 persen.
Hal ini dikarenakan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12 kontribusi
karyawan tetap untuk lima komoditas buah-buahan organik adalah
sama. Berikut ini proporsi kontribusi karyawan tetap pada tahun ke-3
sampai tahun ke-12.
Tabel 17. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan
Staf Administrasi Keuangan terhadap Komoditi Buah
Organik pada Tahun ke-3 sampai Tahun ke-12
No Buah organik persentase (proporsi)
1 Nanas 6,67
2 Pepaya 6,66
3 Buah naga 6,67
4 Pisang 6,66
5 Srikaya 6,67
Total 33,33
b) Air
Biaya air merupakan biaya tetap perusahaan, dilakukan proporsi
terhadap air berdasarkan penggunaannya. Penggunaan air untuk buah-
buahan organik sebesar 50 persen dan dari persentase tersebut
diproporsikan lagi untuk lima komoditas yang diusahakan. Proporsi
untuk lima komoditas buah organik diasumsikan sama, sehingga
proporsi penggunaan air oleh setiap komoditas adalah 10 persen,
begitu juga untuk pengusahaan srikaya organik. Rincian persentase
penggunaan air untuk setiap unit bisnis dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Persentase Penggunaan Air
No Uraian Persentase
1 Pengusahaan Pupuk Organik 10
2 Pengusahaan Sayur Organik 30
3 Pengusahaan Buah Organik 50
4 Vila 10
Total 100
c) Listrik
Penggunaan listrik pada Wahana Cory lebih banyak digunakan untuk
pengusahaan pupuk organik, karena dalam menjalankan kegiatan
pembuatan pupuk organik menggunakan listrik yang besar. Sedangkan
untuk pengusahaan srikaya organik tidak membutuhkan listrik tetapi
biaya tersebut tetap harus dikeluarkan. Untuk pengusahaan srikaya
organik diproporsikan penggunaan listrik sebesar 2 persen. Berikut ini
persentase penggunaan listrik pada setiap unit bisnis.
Tabel 19. Persentase Penggunaan Listrik
No Uraian Persentase
1 Pengusahaan pupuk Organik 50
2 Pengusahaan Sayur Organik 10
3 Pengusahaan Buah Organik 10
4 Vila 30
Total 100
d) Komunikasi
Perusahaan menggunakan telepon untuk melakukan komunikasi yang
berhubungan dengan kegiatan bisnis yang dilakukan. Penggunaan
telepon untuk buah-buahan organik sebesar 50 persen dan dari
persentase tersebut diproporsikan lagi untuk lima komoditas yang
diusahakan. Proporsi untuk lima komoditas buah organik diasumsikan
sama, sehingga proporsi penggunaan telepon untuk setiap komoditas
adalah 10, persen begitu juga untuk pengusahaan srikaya organik.
Pada Tabel 20 dapat dilihat persentase penggunaan telepon oleh
perusahaan.
Tabel 20. Persentase Penggunaan Telepon
No Uraian Persentase
1 Pengusahaan pupuk Organik 10
2 Pengusahaan Sayur Organik 30
3 Pengusahaan Buah Organik 50
4 Vila 10
Total 100
e) Transportasi
Proporsi biaya transportasi berdasarkan ruang angkut pada kendaraan
yang membawa produk-produk yang dihasilkan perusahaan ke
distributor di Jakarta. Angkutan tersebut membawa sayur-sayuran dan
buah-buah organik. Jadwal pengiriman sayur berbeda dengan jadwal
pengiriman buah. Pengiriman sayuran organik dilakukan setiap hari
Jumat, sedangkan buah organik dikirim setiap hari Sabtu. Dengan
demikian pengiriman buah srikaya dilakukan pada hari Sabtu
bersamaan dengan buah organik lainnya. Rincian ruang angkut buah-
buahan organik satu kali pengiriman dapat dilihat pada Tabel 21.
Persentase penggunaan angkutan untuk srikaya organik adalah 34,62
persen, serta biaya transportasi untuk pengusahaan srikaya organik
dikeluarkan pada tahun ke-3, yaitu saat tanaman srikaya telah dapat
dipanen.
Tabel 21. Penggunaan Ruang Angkut Buah-buahan Organik Satu Kali
Pengiriman
No Komoditi Kapasitas Keranjang Persentase
1 Buah Naga 200 Kg 3 11,53
2 Nanas 200 Buah 5 19,23
3 Pepaya 500 Buah 8 30,77
4 Pisang 1 tandan 1 3,85
5 Srikaya 624 Kg 9 34,62
Total 26 100
Rincian biaya tetap pengusahaan srikaya organik yang dikeluarkan pada
tahun ke-1 sampai tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan Srikaya Organik pada
Tahun ke – 1 sampai Tahun ke – 2
No Uraian Nilai (Rp) Proporsi
berdasarkan
Proporsi
(Persen)
Total Biaya
(Rp)
1 PBB 492.000 492.000
2 Gaji Wakil
Diektur
48.000.000 waktu kerja 8,89 4.267.200
3 Gaji Manajer
Kebun
42.000.000 waktu kerja 8,89 3.733.800
4 Gaji
Adm&keu
36.000.000 waktu kerja 8,89 3.200.400
5 Biaya Air 3.600.000 unit bisnis 10,00 360.000
6 Biaya Listrik 8.400.000 unit bisnis 2,00 168.000
7 Biaya
Komunikasi
7.200.000 unit bisnis 10,00 720.000
Total Biaya
Tetap
12.941.400
Berikut ini rincian biaya tetap pengusahaan srikaya organik yang
dikeluarkan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12.
Tabel 23. Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan Srikaya Organik pada
Tahun ke – 3 sampai Tahun ke – 12
No Uraian Nilai (Rp) Proporsi
berdasarkan
Proporsi
(Persen)
Total Biaya
(Rp)
1 PBB 492.000 492.000
2
Gaji Wakil
Diektur 48.000.000 waktu kerja 6,67 3.201.600
3 Gaji Manajer
Kebun 42.000.000 waktu kerja 6,67 2.940.000
4 Gaji
Adm&keu 36.000.000 waktu kerja 6,67 2.520.000
5 Biaya Air 3.600.000 unit bisnis 10,00 360.000
6 Biaya Listrik 8.400.000 unit bisnis 4,00 168.000
7 Biaya
Komunikasi 7.200.000 unit bisnis 10,00 720.000
8 Biaya
Transportasi 7.200.000
ruang
angkut 34,62 2.492.640
Total Biaya
Tetap 12.894.240
2) Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah,
terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu
periode waktu tertentu. Biaya variabel pada pengusahaan srikaya organik
meliputi biaya pupuk kompos, pupuk organik cair, pestisida alami, label, dan
upah tenaga kerja harian.
a) Pupuk Kompos, Pupuk Cair Organik, Pestisida Alami, dan Label
Pada tahun pertama pengusahaan srikaya organik, jumlah dosis
pemupukan dan pemberian pestisida alami berbeda dengan tahun
berikutnya. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kompos dan pupuk
organik cair. Pemberian pupuk kompos pada tahun pertama dilakukan
satu kali pada saat penanaman. Pada tahun berikutnya yaitu tahun ke 2
– 12, pupuk kompos diberikan 3 kali dalam setahun dan harga pupuk
kompos adalah Rp 1000,- per kg. Selain pupuk kompos, perusahaan
juga memberikan pupuk cair organik untuk tanaman setiap minggu dan
harga pupuk cair organik per liter adalah Rp 1.500,-. Sedangkan untuk
mengendalikan hama yang dapat merugikan pengusahaan srikaya
organik, perusahaan melakukan penyemprotan pestisida alami secara
rutin yaitu sebulan sekali dan harga pestisida alami adalah Rp 400,- per
liter. Setiap buah srikaya organik akan diberikan label dan harga label
per buah adalah Rp 500,-. Jumlah label yang dibutuhkan sesuai
dengan jumlah buah yang diproduksi setiap tahun. Dosis pemberian
pupuk kompos, pupuk cair organik dan pestisida alami serta label yang
dibutuhkan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Jumlah Pupuk Kompos, Pupuk Organik Cair, Pestisida
Alami dan Label pada Pengusahaan Srikaya Organik per
Tahun
No Uraian Satuan Tahun
1 2 3 4 – 12
1 Pupuk
Kompos
Kg 24.960 12.480 12.480 12.480
2 Pupuk
organik cair
Liter 3.344 6.672 6.672 6.672
3 Pestisida
Alami
Liter 836 1.668 1.668 1.668
4 Label Buah 17.472 29.952
b) Upah Tenaga Kerja Harian
Tenaga kerja untuk pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, serta
panen dan pascapanen merupakan tenaga kerja harian. Tenaga kerja
harian untuk pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen
dilakukan oleh tenaga kerja pria, sedangkan kegiatan pascapanen
dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Besarnya upah yang diberikan
adalah Rp 25.000,- per hari kerja. Jam kerja yang ditetapkan adalah
dari jam 07.30 – 15.30 WIB atau sama dengan 8 jam kerja per hari.
Rincian kebutuhan tenaga kerja pengusahaan srikaya organik dapat
dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Penggunaan Tenaga Kerja Pengusahaan Srikaya Organik
pada Lahan Seluas 5.000 m2
No Kegiatan Satuan Tahun
1 2 3 4 – 12
1 Persiapan Lahan HOK 8
2 Pembuatan
Lubang Tanam
HOK 32
3 Pemberian
Pupuk Kompos
HOK 20 24 24 24
4 Penanaman HOK 34
5 Penyulaman HOK 2
6 Penyiraman HOK 120 96 96 96
7 Pengendalian
HPT
HOK 8 12 12 12
8 Pemberian
Pupuk Organik
Cair
HOK 64 96 96 96
9 Penggemburan
Tanah
HOK 32 48 48 48
10 Pemangkasan HOK 12 12 12
11 Panen HOK 36 48
12 Pasca Panen HOK 36 48
Total HOK 320 288 360 384
6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan Srikaya Organik
Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Lampiran 4
mengenai analisis kelayakan pengusahaan srikaya organik maka diperoleh nilai
untuk empat kriteria kelayakan pengusahaan srikaya organik yang dilakukan
selama 12 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Srikaya Organik pada
Wahana Cory
No Kriteria Kelayakan Nilai
1 Net Present Value (Rupiah) Rp 1.034.057.465,24
2 Net B/C 2,75
3 Internal Rate Return (Persen) 26,86
4 Payback Period (Tahun) 5,74
Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa pengusahaan
srikaya organik ini memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.465,24 yang
artinya proyek ini layak untuk dijalankan. NPV tersebut menunjukkan bahwa
pengusahaan srikaya organik akan memberikan keuntungan sebesar
Rp Rp 1.034.057.465,24 selama tahun analisis terhadap tingkat diskonto (discount
rate) yang berlaku yaitu 9 %. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, dalam
pengusahaan srikaya organik ini diperoleh Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 yang
menyatakan bahwa pengusahaan srikaya organik ini layak untuk dijalankan. Nilai
Net B/C ini menunjukkan bahwa selama 12 tahun pengusahaan srikaya organik
dalam luas lahan 5.000 m2 setiap pengeluaran Rp 1,- dapat menghasilkan
penerimaan sebesar Rp 2,75.
Kriteria berikutnya adalah IRR sebesar 26,86 persen, dimana nilai ini lebih
besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 9 %. Payback Period yang
diperoleh sebesar 5,74 tahun, yang berarti pengusahaan srikaya organik pada
lahan 5.000 m2 memiliki waktu pengembalian modal selama 5 tahun 8 bulan. Hal
ini menunjukan bahwa pengusahaan srikaya organik layak untuk dijalankkan
karena pengembalian biaya modal atau investasi kurang dari umur proyek.
Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pengusahaan srikaya organik layak untuk dilakukan.
6.2.4. Analisis Switching Value
Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui sampai berapa
persen penurunan jumlah produksi (Lampiran 8) dan peningkatan biaya
operasional (Lampiran 9) dapat menghasilkan usaha tetap layak. Pemilihan
penurunan jumlah produksi sebagai variabel yang dianalisis didasarkan pada hasil
pengamatan yang dilakukan di lapangan. Tanaman yang dibudidayakan secara
organik sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan iklim serta cuaca di sekitar
wilayah penanaman. Jika kondisi alam tersebut tidak mendukung atau kurang
baik, maka akan mempengaruhi jumlah produksi tanaman tersebut dan saat ini
kondisi alam sangat sulit untuk diperkirakan. Selain itu kenaikan biaya juga dapat
mempengaruhi penerimaan perusahaan. Variabel yang digunakan adalah biaya
operasional secara keseluruhan yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Hal
ini dikarenakan biaya variabel cenderung stabil dan tidak menghadapi kendala
dalam pemerolehannya sehingga dilakukan perhitungan pada biaya operasional
secara keseluruhan. Hasil analisis switching value dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Analisis Switching Value Pengusahaan Srikaya Organik
No Perubahan Persentase
(%)
NPV
(Rp)
Net
B/C
IRR
(%)
Payback
Period
(Tahun)
1 Penurunan Jumlah
Produksi Srikaya
Organik
46,52
0 1 9 12
2 Peningkatan Biaya
Operasional 253,85 0 1 9 12
Dari hasil analisis switching value di atas dapat dilihat bahwa batas
maksimal perubahan terhadap penurunan jumlah produksi srikaya organik dan
peningkatan biaya operasional masing-masing adalah 46,52 persen dan
253,85 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka
usaha srikaya organik ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan.
Besarnya penurunan produksi srikaya organik sebesar 46,52 persen menunjukkan
usaha ini masih layak apabila penurunan yang terjadi tidak lebih besar dari
46,52 persen. Sementara itu, besarnya peningkatan biaya operasional sebesar
253,85 persen menunjukkan usaha ini masih layak apabila kenaikan yang terjadi
tidak lebih besar dari 253,85 persen. Persentase yang dihasilkan pada peningkatan
biaya operasional sangat besar yaitu lebih dari 100 persen, hal ini dikarenakan
pengusahaan srikaya organik tersebut mempunyai penerimaan yang besar dari
penjualannya dengan harga jual yang sangat tinggi dibandingkan dengan srikaya
an-organik. Selain itu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengusahaan srikaya
organik cenderung stabil dan relatif lebih murah bila dibandingkan dengan
pengusahaan srikaya an-organik yang membutuhkan jenis pupuk dan pestisida an-
organik lebih banyak.
Berdasarkan hasil analisis switching value di atas dapat disimpulkan
bahwa penurunan jumlah produksi srikaya organik merupakan hal yang sangat
sensitif terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan penurunan biaya
operasional. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat
mengubah tingkat kelayakan usaha srikaya organik.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial ekonomi dan lingkungan,
pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak
untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka
karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta
harga jual yang tinggi mengindikasikan bahwa usaha srikaya organik dapat
mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan
srikaya organik menggunakan peralatan yang relatif sederhana seperti
budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan apek manajemen,
perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai
struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek
sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat
memberikan kontibusi kepada negara berupa pajak, ikut serta dalam
melestarikan lingkungan karena pengusahaan srikaya organik tidak
menimbulkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitar, dan mampu
menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha.
2. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV,
Net B/C, IRR dan Payback Period, maka pengusahaan srikaya organik
oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.465,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75
dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat
suku bunga (discount rate) sebesar 9 % serta Payback Period yang
diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan.
3. Berdasarkan analisis switching value, penurunan jumlah produksi
pengusahaan srikaya organik adalah hal yang paling sensitif terhadap
kelangsungan usaha dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional.
7.2. Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini antara
lain :
1. Dikarenakan usaha ini baru dijalankan beberapa bulan oleh perusahaan,
maka diperlukan perhatian khusus pengusahaan srikaya organik tersebut
seperti lebih memperhatikan teknik budidaya yang dilakukan, menambah
pasar srikaya organik, dan mempertahankan pasar yang telah ada agar
usaha dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Perusahaan harus tetap waspada terhadap pesaing, yaitu produsen srikaya
dari dalam dan luar kota, dengan tetap mempertahankan citra yang khas
dengan menjadikan produk srikaya sebagai suatu komoditi organik,
walaupun saat ini belum terdapat pesaing yang dianggap mengancam bagi
perusahaan.
3. Masyarakat yang tertarik pada bisnis srikaya organik, dapat menjalankan
usaha ini karena pengusahaan srikaya organik mudah dilakukan dan masih
terbukanya pasar untuk srikaya organik.
DAFTAR PUSTAKA
Abriyanti, Dedeh S. 2007. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sayuran Organik
(Kasus di Matahari Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Andoko, A. 2002. Budidaya Padi secara Organik. Penebar Swadaya. Depok.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Pertanian Indonesia. Jakarta : BPS.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2002. Peluang Usaha Pengembangan Agribisnis.
Jakarta : Departemen Pertanian.
[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultura. 2008. Produk Domestik
Bruto Sub Sektor Hortikultura 2003. Jakarta : Departemen Pertanian.
[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultra. 2008. Produksi, Luas Panen
dan Produktivitas Buah – Buahan di Indonesia 2003. Jakarta :
Departemen Pertanian.
Gittinger, J. Price. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Husnan, S dan Muhammad, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : UPP
AMP YKPN.
Iryanti, Rina. 2005. Analisis Usahatani Komoditas Tomat Organik dan Anorganik
(Studi Kasus : Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Kadariah et. al. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid I. Jakarta : Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Khairina, Yulia. 2006. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Wortel
dengan Budidaya Organik (Studi Kasus Desa Citeko, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Kotler, P. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Gramedia
Laila R, Siti Nur. 1999. Analisis Pemasaran Buah Srikaya Segar dan Kelayakan
Finansial Perkebunan Srikaya (Annona squamosa L.) Tumpangsari dengan
Kedelai (Studi Kasus di Desa Panda, Kecamatan Belo, Kabupaten Dati II
Bima, Propinsi Nusa Tenggara Barat) [skripsi]. Bogor : Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pracaya. 2006. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polybag. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Radi, Juhaeni. 1997. Budidaya srikaya. Yogyakarta : Kanisius.
Rahmayanti, Dian. 2008. Analisis Struktur Biaya dan Optimalisasi Pola Tanam
Sayuran Organik di Permata Hari Organic Farm Cisarua Bogor [skripsi].
Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rustiana, Iswanti Noor. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Puree
Mangga (Mangifera indica L.) (Studi Kasus pada CV. Promindo Utama,
Desa losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sari, Rina P. 2007. Pengembangan Usaha Buah Naga (Dragon Fruit) Organik
pada Perusahaan Wahana Cory Ciapus Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sunarjono, Hendro. 2005. Sirsak dan Srikaya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional.
Sutanto, Rahman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Jakarta : Kanisisus.
Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia.
Winarno, F.G, Ananto Kusuma Seto dan Surono. 2002. Pertanian dan Pangan
Organik : Sistem dan Sertifikasi. Bogor. M-BRIO PRESS. Cetakan I.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik Tahun Pertama
Aktivitas Tahun I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. Pembibitan
Sambung susu
Penyiraman
Penyiangan
Pemberian pupuk organik cair
Pengendalian HPT
Panen bibit
Perbaikan kondisi bibit
B. Penananaman
Pembukaan lahan
Pembuatan lubang tanam
Pemberian pupuk kompos
Penanaman Bibit
Penyulaman
Penyiraman
Pengendalian HPT
Pemberian pupuk organik cair
Penggemburan tanah
Pemangkasan
Panen
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik Tahun Kedua
Aktivitas Tahun 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. Pembibitan
Sambung susu
Penyiraman
Penyiangan
Pemberian pupuk organik cair
Pengendalian HPT
Panen Bibit
Perbaikan kondisi bibit
B. Penananaman
Pembukaan lahan
Pembuatan lubang tanam
Pemberian pupuk kompos
Penanaman bibit
Penyulaman
Penyiraman
Pengendalian HPT
Pemberian pupuk organik cair
Penggemburan tanah
Pemangkasan
Panen
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik Tahun Ketiga dst
Aktivitas Tahun 3 – 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. Pembibitan
Sambung susu
Penyiraman
Penyiangan
Pengendalian HPT
Panen bibit
Perbaikan kondisi bibit
B. Penananaman
Pembukaan lahan
Pembuatan lubang tanam
Pemberian pupuk kompos
Penanaman bibit
Penyulaman
Penyiraman
Pengendalian HPT
Pemberian pupuk organik cair
Penggemburan tanah
Pemangkasan
Panen
Lampiran 4. Analisis Cashflow Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory Tahun 2009
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
INFLOW
Penjualan Srikaya
Organik 299.520.000 374.400.000 374.400.000 374.400.000 673.920.000 673.920.000 374.400.000 374.400.000 299.520.000 299.520.000
Nilai Sisa Lahan 500.000.000
Total Inflow 299.520.000 374.400.000 374.400.000 374.400.000 673.920.000 673.920.000 374.400.000 374.400.000 299.520.000 799.520.000
OUTFLOW
Biaya Investasi
Lahan 500.000.000
Pembibitan 4.976.400
Cangkul 180.000 180.000 180.000
Garpu 200.000 200.000 200.000
Kored 120.000 120.000 120.000 120.000
Sprayer 800.000 800.000 800.000 800.000
Gunting Pohon 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000
Timbangan Elektik 10.365,09 10.365,09
Pembungkus Buah 14.560.000 14.560.000
Total Biaya
Investasi 506.346.400 14.640.365,09 920.000 450.000 990.000 14.570.365,09 450.000 920.000 70.000
Biaya Operasional
Biaya Tetap
PBB 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000
Gaji Wakil Direktur 4.267.200 4.267.200 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600
Gaji Manajer
Kebun 3.733.800 3.733.800 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000
Gaji Administrasi
dan Keuangan 3.200.400 3.200.400 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000
Biaya Air 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000
Biaya Listrik 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000
Biaya Komunikasi 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
Transportasi 0 0 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640
Total Biaya Tetap 12.941.400 12.941.400 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240
Biaya Variabel
Tenaga Kerja
Harian 8.016.750 7.200.000 9.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Pupuk Kompos 24.960.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000
Pupuk Cair Organik 5.016.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000
Pestisida Alami 334.400 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200
Bambu 120.000
Sepatu Boot 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000
Label 8.736.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000
Total Biaya
Variabel 38.667.150 30.575.200 41.111.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200
Total Biaya
Operasional 51.608.550 43.516.600 54.005.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440
Total Outflow 506.346.400 51.608.550 43.516.600 68.645.805,09 61.765.440 61.295.440 60.845.440 61.835.440 75.415.805,09 61.295.440 61.765.440 60.915.440 60.845.440
EBIT -506.346.400 -51.608.550 -43.516.600 230.874.194,91 312.634.560 313.104.560 313.554.560 612.084.560 598.504.194,91 313.104.560 312.634.560 238.604.560 738.674.560
PAJAK 0 0 0 55.148.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 165.416.940,30 165.416.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 53.096.940,30 53.096.940,30
NET BENEFIT -506.346.400 -51.608.550 -43.516.600 175.725.254,62 237.073.619,70 237.543.619,70 237.543.619,70 446.667.619,70 433.087.254,62 237.543.619,70 237.073.619,70 185.507.619,70 685.577.619,70
DF 9 % 1 0,92 0,84 0,77 0,71 0,65 0,60 0,55 0,50 0,46 0,42 0,39 0,36
PV/Tahun -506.346.400
-
47.347.293,58
-
36.627.051,59 135.692.138,64 167.94.929,08 154.387.054,06 179.508.997,74 244.342.484,04 217.351.889,25 109.371.681,36 100.142.458,99 71.890.296,63 243.746.650,56
NPV 1.034.057.465,24
IRR 26,86%
PV POSITIF 1.624.378.210,42
PV NEGATIF -590.320.745,17
NET B/C 2,75
PAYBACK
PERIOD 5,74
Lampiran 5. Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory Tahun 2009
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penerimaan
Penjualan Srikaya
Organik 299.520.000 374.400.000 374.400.000 374.400.000 673.920.000 673.920.000 374.400.000 374.400.000 299.520.000 299.520.000
Biaya
Operasional
Biaya Tetap
PBB 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000
Gaji Wakil
Direktur 4.267.200 4.267.200 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600
Gaji Manajer
Kebun 3.733.800 3.733.800 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000
Gaji Administrasi
dan Keuangan 3.200.400 3.200.400 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000
Biaya Air 3.600.000 3.600.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000
Biaya Listrik 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000
Biaya
Komunikasi 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
Transportasi 0 0 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640
Biaya Penyusutan 436.666,67 436.666,67 3.351.425,67 3.351.425,67 3.351.425,67 3.351.425,67 3.351.425,67 3.351.425,67 3.351.42,.67 3.351.425,67 3.351.425,67 3.351.425,67
Total Biaya
Tetap 16.618.066,67 16.618.066,67 16.245.665,67 16.245.665,67 16.245.665,67 16.245.665,67 16.245.665,67 16.245.665,67 16.245.665,67 16.245.665,67 16.245.665,67 16.245.665,67
Biaya Variabel
Tenaga Kerja
Harian 8.016.750 7.200.000 9.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Pupuk Kompos 24.960.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000
Pupuk Cair
Organik 5.016.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000
Pestisida Alami 334.400 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200
Bambu 120.000
Sepatu Boot 220.000
Label 8.736.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000
Total Biaya
Variabel 38.667.150 30.355.200 40.891.200 47.731.200 47.731.200 47.731.200 47.731.200 47.731.200 47.731.200 47.731.200 47.731.200 47.731.200
Total Biaya
Operasional 55.285.216,67 46.973.266,67 57.136.865,67 63.976.865,67 63.976.865,67 63.976.865,67 63.976.865,67 63.976.865,67 63.976.865,67 63.976.865,67 63.976.865,67 63.976.865,67
EBIT
-
55.285.216,67 -46.973.266,67 242.383.134,33 310.423.134,33 310.423.134,33 310.423.134,33 609.943.134,33 609.943.134,33 310.423.134,33 310.423.134,33 235.543.134,33 235.543.134,33
Pajak
Pajak 10 % 0 0 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
Pajak 15 % 0 0 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000
Pajak 30 % 0 0 42.648.940,30 63.060.940,30 63.060.940,30 63.060.940,30 152.916.940.,0 152.916.940,30 63.060.940,30 63.060.940,30 40.596.940.,0 40.596.940,30
Total Pajak 0 0 0 55.148.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 75.560.940.000 165.416.940,30 165.416.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 53.096.940,30 53.096.940,30
Keuntungan
Bersih 0
-
55.285.216,67 -46.973.266,67 187.234.194,03 234.862.194,03 234.862.194,03 234.862.194,03 444.526.194,03 444.526.194,03 234.862.194,03 234.862.194,03 182.446.194,03 182.446.194,03
Lampiran 6 . Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory pada Tahun ke – 0
No Jenis Investasi Nilai Beli (RP) Umur Pakai
(Tahun)
Penyusutan/Tahun
(Rp)
Nilai Sisa
1 Cangkul 180.000 4 45.000 0
2 Garpu 200.000 4 50.000 0
3 Kored 120.000 3 40.000 0
4 Sprayer 800.000 3 266.666,67 0
5 Gunting Pohon 70.000 2 35.000 0
Total 1.370.000 436.666,67 0
Rumus Perhitungan Penyusutan dengan Metode Garis Lurus
Penyusutan per Tahun = Nilai Beli – Nilai Sisa
Umur Pakai
Lampiran 7 . Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory pada Tahun Ke -3 dan seterusnya
No Jenis Investasi Nilai Beli (RP)
Umur Pakai
(Tahun)
Penyusutan/Tahun
(Rp) Nilai Sisa
1 Cangkul 180.000 4 45.000 0
2 Garpu 200.000 4 50.000 0
3 Kored 120.000 3 40.000 0
4 Sprayer 800.000 3 266.666,65 0
5 Gunting Pohon 70.000 2 35.000 0
6 Timbangan Elektrik 10.365,09 5 2.073,02 0
7 Pembungkus Buah 14.560.000 5 2.912.000 0
Total 15.940.365,09 3.351425,67 0
Rumus Perhitungan Penyusutan dengan Metode Garis Lurus
Penyusutan per Tahun = Nilai Beli – Nilai Sisa
Umur Pakai
Lampiran 8. Analisis Switching Value (Penurunan Jumlah Produksi Srikaya Organik Sebesar 46,51 %)
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
INFLOW
Penjualan
Srikaya Organik 160.198.098 200.247.623 200.247.623 200.247.623 360.445.721 360.445.721 200.247.623 200.247.623 160.198.098 160.198.098
Nilai Sisa Lahan 500.000.000
Total Inflow 160.198.098 200.247.623 200.247.623 200.247.623 360.445.721 360.445.721 200.247.623 200.247.623 160.198.098 660.198.098
OUTFLOW
Biaya Investasi
Lahan 500.000.000
Pembibitan 4.976.400
Cangkul 180.000 180.000 180.000
Garpu 200.000 200.000 200.000
Kored 120.000 120.000 120.000 120.000
Sprayer 800.000 800.000 800.000 800.000
Gunting Pohon 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000
Timbangan
Elektik 10.365,09 10.365,09
Pembungkus
Buah 14.560.000 14.560.000
Total Biaya
Investasi 506.346.400 14.640.365,09 920.000 450.000 990.000 14.570.365,09 450.000 920.000 70.000
Biaya
Operasional
Biaya Tetap
PBB 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000 492.000
Gaji Wakil
Direktur 4.267.200 4.267.200 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600 3.201.600
Gaji Manajer
Kebun 3.733.800 3.733.800 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000 2.940.000
Gaji
Administrasi dan
Keuangan 3.200.400 3.200.400 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000
Biaya Air 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000
Biaya Listrik 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000
Biaya
Komunikasi 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
Transportasi 0 0 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640 2.492.640
Total Biaya
Tetap 12.941.400 12.941.400 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240 12.894.240
Biaya Variabel
Tenaga Kerja
Harian 8.016.750 7.200.000 9.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Pupuk Kompos 24.960.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000 12.480.000
Pupuk Cair
Organik 5.016.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000 10.008.000
Pestisida Alami 334.400 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200 667.200
Bambu 120.000
Sepatu Boot 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000
Label 8.736.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000 14.976.000
Total Biaya
Variabel 38.667.150 30.575.200 41.111.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200 47.951.200
Total Biaya
Operasional 51.608.550 43.516.600 54.005.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440 60.845.440
Total Outflow 506.346.400 51.608.550 43.516.600 68.645.805,09 61.765.440 61.295.440 60.845.440 61.835.440 75.415.805,09 61.295.440 61.765.440 60.915.440 60.845.440
EBIT -506.346.400 -51.608.550 -43.516.600 91.552.293,24 138.482.182,90 138.952.182,90 139.402.182,90 298.610.281,22 285.029.916,14 138.952.182,90 138.482.182,90 99.282.658,32 599.352.658,32
PAJAK 0.00 0 0 55.148.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 165.416.940,30 165.416.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 53.096.940,30 53.096.940,30
NET BENEFIT -506.346.400 -51.608.550 -43.516.600 36.403.352,94 62.921.242,60 63.391.242,60 63841242,60 133.193.340,93 119.612.975,84 63.391.242,60 62.921.242,60 46.185.718,02 546.255.718,02
DF 9 % 1,00 0,92 0,84 0,77 0,71 0,65 0,60 0,55 0,50 0,46 0,42 0,39 0.36
PV/Tahun -506.346.400
-
47.347.293,58
-
36.627.051,59 28.110.067,76 44.574.994,57 41.199.958,18 75.667.625,37 72.861.318,67 60.029.719,19 29.187.089,07 26.578.612,86 17.898.482,95 194.212.876,54
NPV 0
IRR 9%
PV POSITIF 562.210.677,42
PV NEGATIF -562.210.677,42
NET B/C 1
PAYBACK
PERIOD 12
Lampiran 9. Analisis Switching Value (Kenaikan Biaya Operasional Sebesar 253,85%)
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
INFLOW
Penjualan
Srikaya
Organik 299.520.000 374.400.000 374.400.000 374.400.000 673.920.000 673.920.000 374.400.000 374.400.000 299.520.000 299.520.000
Nilai Sisa
Lahan 500.000.000
Total Inflow 299.520.000 374.400.000 374.400.000 374.400.000 673.920.000 673.920.000 374.400.000 374.400.000 299.520.000 799.520.000
OUTFLOW
Biaya
Investasi
Lahan 500.000.000
Pembibitan 4.976.400
Cangkul 180.000 180.000 180.000
Garpu 200.000 200.000 200.000
Kored 120.000 120.000 120.000 120.000
Sprayer 800.000 800.000 800.000 800.000
Gunting
Pohon 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000
Timbangan
Elektik 10.365,09 10.365.09
Pembungkus
Buah 14.560.000 14.560.000
Total Biaya
Investasi 506.346.400 0 0 14.640.365,09 920.000 450.000 0 990.000 14.570.365.09 450.000 920.000 70.000 0
Biaya
Operasional
Total Biaya
Operasional 182.615.350 153.982.221 191.096.676 215.299.817 215.299.817 215.299.817 215.299.817 215.299.817 215.299.817 215.299.817 215.299.817 215.299.817
Total
Outflow 506.346.400 182.615.350 153.982.221 205.737.041 216.219.817 215.749.817 215.299.817 216.289.817 229.870.182 215.749.817 216.219.817 215.369.817 215.299.817
EBIT -506.346.400
-
182.615.350,48
-
153.982.221,18 93.782.959,01 158.180.183,39 158.650.183,39 159.100.183,39 457.630.183,39 444.049.818,30 158.650.183,39 158.180.183,39 84.150.183,39 584.220.183,39
PAJAK 0 0 0 55.148.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 165.416.940,30 165.416.940,30 75.560.940,30 75.560.940,30 53.096.940,30 53.096.940,30
NET
BENEFIT -506.346.400
-
182.615.350.48
-
153.982.221,18 38.634.018,71 82.619.243,09 83.089.243,09 83.539.243,09 292.213.243,09 278.632.878 83.089.243,09 82.619.243,09 31.053.243,09 531.123.243,09
DF 9 % 1 0,92 0,84 0,77 0,71 0,65 0,60 0,55 0,50 0,46 0,42 0,39 0,36
PV/Tahun -506.346.400
-
167.537.018.79
-
129.603.754,88 29.832.551,02 58.529.554,72 54.002.306,95 87.412.899,47 159.850.650,77 139.836.445,88 38.256.595,70 34.899.261,14 12.034.151,81 188.832.756,23
NPV 0
IRR 9%
PV POSITIF 803.487.173,67
PV
NEGATIF
-
803.487.173,67
NET B/C 1
PAYBACK
PERIOD 12
Lampiran 10. Daftar Pertanyaan Pengarah
Daftar Pertanyaan Pengarah
A. Identitas Perusahaan
1. Nama Perusahaan :
2. Pemilik Perusahaan :
3. Alamat Perusahaan :
4. Telp/hp :
5. Tanggal Berdiri :
6. Status Pengusahaan (ijin) :
B. Karakteristik Kebun
1. Alasan mengusahakan :
2. Umur tanam srikaya :
3. Varietas srikaya yang diusahakan :
4. Jumlah bibit srikaya yang ditanam :
5. Intensitas panen :
6. Pemerolehan air untuk pengairan :
7. Sumber modal usaha :
C. Biaya Investasi
Lahan
NO Uraian Jumlah/
luas (m2)
Harga
satuan
(Rp)
Nilai
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
1 Luas lahan (m2)
2 Beli/sewa (Rp)
Bibit
No Uraian Jumlah Harga
satuan
(Rp)
Nilai
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
1 Bibit induk
2 Bibit batang
bawah
Peralatan Pendukung
No Uraian Jumlah Harga
satuan
(Rp)
Nilai
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
1 Cangkul
2 Garpu
3 Kored
4 Sprayer
5 Gunting pohon
6 Lainnya….
C. Komponen Biaya Operasional
Pupuk Organik
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1
2
3
Pestisida Alami
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1
2
Tenaga Kerja Harian
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1 Persiapan lahan
2 Pembuatan lubang
tanam
3 Pemberian kompos
4 Penanaman
5 Penyulaman
6 Penyiraman
7 Pengendalian HPT
8 Pemberian pupuk
organik cair
9 Penggemburan tanah
10 Pemangkasan
11 Panen
12 Pasca panen
Kemasan Jual
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1 Label
2 Lainnya…
Transportasi
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1 Jenis kendaraan
2 Biaya transportasi
per bulan
3 Jumlah muatan
Pemakaian Listrik
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1 Biaya pemakaian
/bulan
2
Pemakaian Air
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1 Sumber air
2 Biaya
pemakaian/bulan
3
Komunikasi
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1 Jenis komunikasi
2 Biaya
pemakaian/bulan
Tenaga Kerja Tetap
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1 Wakil Direktur
2 Manajer Kebun
3 Administrasi dan
Keuangan
Pajak-pajak
No Uraian Jumlah Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
1 Pajak bumi dan
bangunan
2 Lainnya….
3
D. Aspek Pasar
1. Berapa proyeksi permintaan srikaya organik?
2. Kemana tujuan pasar penjualan srikaya organik?
3. Berapa proporsi penjualan untuk setiap pasar?
4. Bagaimana persaingan yang dihadapi perusahaan?
a. Jumlah perusahaan pesaing
b. Diversifikasi produk dengan pesaing
c. Perbandingan harga dengan pesaing
d. Lainya…
5. Bagaimana perkiraan penjualan di masa datang?
E. Aspek Pemasaran
1. Berapa harga jual srikaya organik?
2. Bagaimana jalur pemasaran srikaya organik?
3. Apakah ada kendala dalam pemasaran?
F. Aspek Teknis
1. Bagaimana lingkungan agroekosistem yang harus dipenuhi dalam
pengusahaan srikaya organik?
2. Fasilitas produksi dan peralatan apa saja yang harus disediakan dalam
pengusahaan srikya organik?
3. Bagaimana ketersediaan bahan baku dan sarana produksi yang harus
disediakan dalam pengusahaan srikaya organik?
4. Bagaimana ketersedian tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengusahaan
srikaya organik?
5. Tenaga kerja apa saja yang dibutuhkan dalam proses produksi?
6. Bagaimana prosedur yang harus dipenuhi dalam proses budidaya srikaya
organik?
7. Berapa jumlah produksi srikaya organik yang dapat dihasilkan?
8. Apa saja kendala produksi yang dapat terjadi pada pengusahaan srikaya
organik?
G. Aspek Manajemen
1. Bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih?Alasan!
a. CV
b. Firma
c. PT
d. Lainnya…
2. Struktur manajemen perusahaan?
3. Kebutuhan tenaga kerja?
H. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
1. Dari mana sumber tenaga kerja yang digunakan?
a. Keluarga
b. Warga sekitar lokasi usaha
c. Lainnya…
2. Dampak usaha terhadap lingkungan sekitar?
a. Ada/tidaknya limbah yang dihasilkan
b. Lainnya…
3. Bagaimana reaksi masyarakat terhadap keberadaan proyek?
a. Menolak/mendukung
b. Lainnya…
I. Aspek Hukum
1. Perizinan usaha?
2. Aset yang dimiliki?
Lampiran 11. Dokumentasi Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana
Cory