analisis ketransitifan dan modalitas pada …repository.usd.ac.id/31835/2/141224029_full.pdfanalisis...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS KETRANSITIFAN DAN MODALITAS PADA HEADLINE DAN
TAJUK RENCANA SURAT KABAR KOMPAS DALAM PEMBERITAAN
MASA PILKADA DKI JAKARTA PERIODE SEPTEMBER 2016-
DESEMBER 2016: TINJAUAN ANALISIS WACANA KRITIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Pitrus Puspito 141224029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
The beginning of all things are small.
-Marcus Tullius Cicero-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada semua orang yang memiliki kemauan yang
besar untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Pitrus Puspito. 2018. Analisis Ketransitifan dan Modalitas pada
Headline dan Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas Dalam
Pemberitaan Pilkada DKI Jakarta 2017 Periode September
2016-Desember 2016: Tinjauan Analisis Wacana Kritis. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas
Sanata Dharma. Pembimbing: Dr. B. Widharyanto, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perspektif surat kabar
Kompas terhadap nilai-nilai keindonesiaan yang dimanifestasikan ke dalam
piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas. Ada dua hal yang dideskripsikan
lebih lanjut, yakni (1) mendeskripsikan jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan
dan piranti kebahasaan modalitas yang digunaka surat kabar Kompas dalam
pemberitaannya; (2) perspektif surat kabar Kompas yang dimanifestasikan ke
dalam jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan
modalitas terhadap nilai-nilai keindonesiaan.
Pendekatan yang diguanakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Data yang berupa teks headline dan tajuk rencana, kemudian dianalisis
untuk digolongkan ke dalam jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan
piranti kebahasaan modalitas. Data penelitian yang berupa klausa dan kalimat
didekati dengan teori linguistik kritis Halliday (1985) dan analisis wacana kritis
Fairclough (1995). Lebih lanjut, teknik analisis yang digunakan untuk mengkaji
dan menginterpretasikan data adalah analisis perspektif yang dimanifestasikan ke
dalam piranti kebahasaan ketransitif dan modalitas yang dikembangkan oleh
Widharyanto (2000).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penggunaan jenis-jenis piranti
kebahasaan ketransitifan, yakni ketransitifan perbuatan, kejadian, mental dan
verbal serta jenis-jenis piranti kebahasaan modalitas, yakni modalitas kebenaran,
keharusan, keinginan, dan izin oleh surat kabar Kompas pada headline dan tajuk
rencananya pada masa pilkada DKI Jakarta 2017, yakni antara bulan September
2016 hingga bulan Desember 2016; (2) hampir seluruh jenis piranti kebahasaan
ketransitifan dan jenis piranti modalitas yang digunakan mencerminkan perspektif
surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai-nilai keindonesiaan.
Hasil temuan penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukkan dan pertimbangan
bagi analisis wacana, sosiolog, politikus, wartawan, dan ahli komunikasi untuk
meneliti lebih lanjut hubungan antara bahasa, ideologi, dan kekuasaan atau
dominasi dalam media masa Indonesia.
Kata kunci: ketransitifan, modalitas, perspektif, manifestasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Pitrus Puspito. 2018. An Analysis of Transitivity and Modality on
Kompas Newspaper is Headline and Editorial in Reporting
Jakarta Governor Election 2017 from September-December
2016 Period: A Critical Discourse Analysisis. Undergraduate
Thesis. Indonesian Language and Literature Education, Sanata
Dharma University. Academic Sponsor: Dr. B. Widharyanto, M.Pd.
The study aims at describing the perspective of Kompas newspaper toward
the values of Indonesian-ness that have been manifested into the transitivity and
modality language instrument. There are two aspects that will be described further
in the study namely: (1) the description on the types of transitivity and modality
language instrument that have been implemented by the Kompas newspaper in
their news report; and (2) the perspective of the Kompas newspaper that has been
manifested into the transitivity and modality language instrument toward the
values of Indonesian-ness.
In conducting the study, the approach that the researcher implemented was
the qualitative approach. The data in the form of headline and editorial texts were
analyzed in order to be categorized into the types of transitivity language
instrument and modality language instrument. The clauses and the sentences that
had been gathered from the data were approached by means of critical linguistic
theory by Halliday (1985) and critical discourse analysis by Fairclough (1995).
Furthermore, the techniques of analysis that the researcher implemented in
reviewing and manifesting the data were the perspective analysis that had been
manifested into the transitivity and modality language instrument that had been
developed by Widharyanto (2000).
The results of the study show several findings. (1) Dominantly the Kompas
newspaper makes use of the transitivity and modality language on their headlines
and editorials that have been published during the Governor Election 2011 for the
Jakarta Special Capitol, precisely from September 2016 until December 2016. The
types of transitivity language instrument that have been applied by the newspaper
are namely action, event, mental and verbal. Then, the types of modality language
instrument that have been applied by the newspaper are namely truth, obligation,
expectation, and permission. (2) Almost all types of transitivity and modality
language instrument that have been applied reflect the perspective of the Kompas
newspaper, which is pro the value of Indonesian-ness (multiculturalism, tolerance,
democracy, law enforcement, and alike).
The findings of the study might serve as a matter of reference and
consideration for critical discourse analyst, sociology, politician, journalist and
communication expert in scrutinizing further the relationship among language,
ideology, and power or dominance within the Indonesian mass media.
Keyword: trasntivity, modality, perspective, manifestation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis
Ketransitifan dan Modalitas pada Headline dan Tajuk Rencana Surat Kabar
Kompas dalam Pemberitaan Masa Pilkada DKI Jakarta Periode September
2016-Desember 2016: Tinjauan Analisis Wacana Kritis. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedndidikan, Jurusan
Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Rishe Purnama Dewi, S.Pd, M.Hum., selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang senantiasa
sabar untuk membimbing, memotivasi, mengarahkan jalan pikir
peneliti, serta memberikan berbagai masukan yang membangun dari
proses awal hingga akhir dari penelitian ini.
3. A. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A, selaku triangulator data yang
telah berkenan untuk meluangkan waktu, pikiran, serta memberikan
masukan yang membangun untuk kebaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas
Sanata Dharma yang mendedikasikan untuk membimbing, mendidik,
memberikan dukungan, bantuan, arahan dari awal perkuliahan hingga
peneliti dapat sampai pada jenjang ini.
5. Orang tua wali saya, Bapak /Ibu Ratgono yang dengan penuh
pengertian serta dukungan yang tulus menjadikan saya manusia yang
lebih dewasa.
6. Kepada orang tua saya, Bapak Martinus Saidi, Ibu Lusia Surati yang
selalu menyertai dengan doa dan cinta mereka yang sungguh luar
biasa.
7. Kakak dan adik saya, Alfonsus Nico Eliyanto, dan Theresaia Oktavia
yang selalu mendoakan saya dan memberi motivasi.
8. Selanjutnya kepada teman-teman keluarga besar Prodi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan teman-teman Focused Group
Discussion (FGD) “Penghuni Kantin”, sebagai tempat berkumpul dan
berdiskusi mengenai masalah-masalah yang dihadapi penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan
dan kelemahan, mohon pemaklumannya. Penulis berharap penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
LEMBAR PENGUJI .................................................................................. iii
MOTTO ...................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. . xx
BAB I: PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3 Tujuan .................................................................................................. 7
1.4 Manfaat ................................................................................................ 7
1.5 Definisi Istilah ...................................................................................... 8
1.5.1 Piranti Kebahasaan .................................................................. 8
1.5.2 Perspektif ................................................................................. 9
1.5.3 Headline ................................................................................... 9
1.5.4 Tajuk Rencana ......................................................................... 10
1.5.5 Nilai Toleransi ......................................................................... 10
1.5.6 Nilai Keberagaman .................................................................. 10
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 12
2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan ..................................................... 12
2.1.1 Penelitian B. Widharyanto (2000) ........................................... 13
2.1.2 Penelitian Rizal Mallarangeng ................................................. 14
2.1.3 Penelitian Siti Nur Amaliyah ................................................... 16
2.1.4 Penelitian Dharma Karana Sinurat .......................................... 17
2.1.5 Penelitian Rezky Amelda ........................................................ 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2 Landasan Teori ..................................................................................... 18
2.2.1 Hakikat Bahasa ........................................................................ 18
2.2.2 Linguistik Kritis Halliday ........................................................ 20
2.2.3 Analisis Wacana Kritis N. Fairclough ..................................... 22
2.2.4 Bahasa dan Kekuasaan ............................................................ 25
2.2.5 Pendekatan Perspektif dalam Wacana ..................................... 28
2.2.6 Piranti Kebahasaan .................................................................. 29
2.2.6.1 Piranti Kebahasaan Ketransitifan ................................ 30
2.2.6.2 1 Piranti Kebahasaan Modalitas .................................. 34
2.2.7 Surat Kabar Kompas ................................................................ 38
2.2.8 Prinsip-Prinsip Penulisan Headline ......................................... 40
2.2.9 Prinsip-Prinsip Penulisan Tajuk Rencana ................................ 43
2.2.10 Nilai-Nilai Toleransi dan Keberagaman ................................ 45
2.3 Kerangka Berpikir …………………………………………………… 48
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 49
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 49
3.2 Data dan Sumber Data ......................................................................... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................... 52
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................. 56
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ........................................................ 57
3.5.1 Analisis Data untuk Masalah Pertama ..................................... 57
3.5.2 Analisis Data Untuk Masalah Kedua ....................................... 59
3.5.2.1 Analisis Data Ketransitifan ......................................... 60
3.5.2.2 Analisis Data Modalitas .............................................. 60
3.6 Tringulasi ............................................................................................. 61
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 63
4.1 Deskripsi Data ...................................................................................... 63
4.1.1 Jenis-Jenis Piranti Kebahasaan Ketransitifan dan Modalitas dalam
Headline dan Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas ................ 64
4.1.2 Perspektif Surat Kabar Kompas dalam Headline dan Tajuk
Rencananya ............................................................................. 65
4.2 Analisis Data ........................................................................................ 66
4.2.1 Jenis-Jenis Piranti Kebahasaan Ketransitifan dan Modalitas dalam
Headline dan Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas ................ 66
4.2.1.1 Jenis-Jenis Piranti Kebahasaan Ketransitifan .............. 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.2.1.1.1 Ketransitifan Perbuatan ................................... 67
4.2.1.1.2 Ketransitifan Kejadian .................................... 68
4.2.1.1.3 Ketransitifan Verbal ........................................ 69
4.2.1.1. Ketransitifan Mental ......................................... 72
4.2.1.2 Jenis-Jenis Piranti Kebahasaan Modalitas ................... 75
4.2.1.2.1 Modalitas Keharusan ...................................... 75
4.2.1.2.2 Modalitas Kebenaran ...................................... 76
4.2.1.2.3 Modalitas Keinginan ....................................... 77
4.2.1.2.4 Modalitas Izin ................................................. 78
4.2.2 Manifestasi Perspektif Melalui Pemanfaatan Piranti Kebahasaan
Ketransitifan ............................................................................ 79
4.2.2.1 Proses Material Perbuatan .................................................... 80
4.2.2.2 Proses Material Kejadian ...................................................... 83
4.2.2.3 Proses Mental ....................................................................... 85
4.2.2.3.1 Proses Mental Penglihatan ....................................... 85
4.2.2.3.2 Proses Mental Pemikiran .......................................... 86
4.2.2.3.3 Proses Mental Perasaan ............................................ 87
4.2.2.4 Proses Verbal ........................................................................ 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
4.2.2.4.1 Proses Verbal dengan Kutipan Langsung ................ 90
4.2.2.4.2 Proses Verbal dengan Kutipan Tidak Langsung ...... 92
4.2.3 Manifestasi Perspektif Melalui Pemanfaatan Piranti Kebasaan
Modalitas ................................................................................. 95
4.2.3.1 Modalitas Kebenaran ................................................... 96
4.2.3.2 Modalitas Keharusan ................................................... 97
4.2.3.3 Modalitas Keinginan ................................................... 99
4.2.3.4 Modalitas Izin .............................................................. 101
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 104
4.3.1 Pembahasaan Jenis-jenis Piranti Kebahasaan Ketransitifan dan
Modalitas yang Digunakan Oleh Surat Kabar Kompas pada Headline
dan Tajuk Rencananya ............................................................ 104
4.3.2 Pembahasaan Manifestasi Perspektif Surat Kabar Kompas ke Dalam
Jenis-jenis Piranti Kebahasaan Ketransitifan dan Modalitas pada
Headline dan Tajuk Rencananya ............................................. 105
BAB V PENUTUP: .................................................................................... 107
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 107
5.2 Saran-Saran .......................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel untuk Menganalisis Ketransitifan ................................ 33
Tabel 2.2 Tabel Jenis-jenis Modalitas .................................................. 35
Tabel 2.3 Tabel Teknik Membuat Judul atau Headline Berita ................ 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Triangulasi …………………………………………………………… 116
Data Piranti Kebahasaan Ketransitifan …………………………………… 117
Data Piranti Kebahasaan Modalitas ………………………………………. 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para filsuf Yunani memandang bahasa sebagai alat untuk mencari dan
mengungkapkan kebenaran, untuk mengekspresikan hal-hal yang bersifat artistik,
dan persuasif. Menurut Ernes Cassirer (1987:17), „dalam pandangan hidup orang
Athena abad ke-5, bahasa menjadi instrumen untuk mencapai tujuan tertentu,
yang kongkret dan praktis‟. Dalam pengertian yang klasik itu, bahasa digunakan
sebagai alat untuk berkesenian dan mempengaruhi seseorang. Para pakar
lingusitik kontemporer melanjutkan kajian ini dengan pengkajian lebih rinci
hubungan antara ilmu bahasa, sosial, psikologi dan politik.
Politik dalam konteks ini dipahami sebagai upaya mempengaruhi orang
lain. Menurut Heryanto dalam Latif (1996:95), „sebagai alat, bahasa pada
hakikatnya dianggap bersifat netral. Ia bersifat baik atau tidak baik dalam praktik
penggunaannya oleh pihak (agen) tertentu‟. Kaitan antara politik dan bahasa
terlihat pada pemanfaatan bahasa untuk mempengaruhi orang lain. Kondisi ini
dapat dilihat di dalam pemberitaan media massa yang selalu menggunakan bahasa
sebagai alat untuk mempengaruhi publik.
Menurut Hikam dalam Latif (1987:78), „penulisan berita yang menjadi
pengalaman manusia yang diungkapkan dalam bahasa tidak salah sejauh ia
dinyatakan secara logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
empiris‟. Namun, realitas yang ditulis seringkali melenceng karena perbedaan
proses rekonstruksi pihak tertentu. Rekonstruksi realitas ini merupakan wujud
keyakinan seseorang melihat peristiwa. Dalam konteks surat kabar, seorang
wartawan memiliki sudut pandang tertentu terhadap objek suatu berita. Suatu
peristiwa yang sama bisa dilaporkan berbeda oleh wartawan yang berbeda.
Menurut Widharyanto (2000), perbedaan sudut pandang dalam pelaporan
peristiwa disebut perspektif. Lebih lanjut, Widharyanto menjelaskan untuk
membangun perspektif pemberitaan, wartawan menggunakan strategi kebahasaan
untuk memanifestasikan perspektifnya di dalam wacana yang kemudian disebut
sebagai piranti kebahasaan. Secara umum, bentuk piranti kebahasaan itu adalah
sistem ketransitifan, struktur leksikal dan pilihan kata, struktur nominalisasi,
modalitas, tindak tutur, metafora, dan struktur informasi.
Menurut Mulyana (2005:1), „wacana merupakan unsur kebahasaan yang
paling kompleks dan paling lengkap‟. Apabila dilihat berdasarkan hierarki satuan
kebahasaan, wacana menduduki puncak satuan bahasa setelah paragraf. Lewat
penjelasan tersebut, di dalam wacana terdapat kesatuan gagasan dan perasaan
yang disampaikan seseorang. Untuk dapat memahami wacana harus mengkaji
berbagai aspek yang berhubungan dengannya.
Menurut Mulyana (2005:3), „dalam analisis wacana, teks muncul akibat
adanya konteks yang melatarbelakanginya. Istilah wacana dapat dimaknai sebagai
„ucapan‟, „perkataan‟, „bacaan‟ yang bersifat kontekstual, sedangkan teks,
menurut KBBI (2008: 625), „adalah naskah berupa kata-kata asli dari pengarang‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Dengan demikian, analisis wacana merupakan kajian yang menempatkan teks
dalam konteksnya yang utuh.
Menurut KBBI (2008), konteks merupakan situasi yang ada hubungannya
dengan suatu peristiwa; bagian suatu kalimat yang dapat menambah kejelasan
makna. Secara ekstrinsik, konteks adalah sesuatu di luar bahasa yang
mempengaruhi makna bahasa. Secara instrinsik, konteks merupakan bagian suatu
kalimat yang dapat menambah kejelasan makna.
Dalam wacana, konsep situasi diperkenalkan oleh Malinowsky dalam
Widharyanto (2000) sebagai keseluruhan lingkungan, tidak hanya lingkungan
tutur (verbal), tetapi juga lingkungan keadaan tempat teks diucapkan. Situasi
dapat dipahami sebagai faktor di luar tuturan (kebahasan) yang mempengaruhi
makna tuturan tersebut. Halliday dan Hassan (1985) menawarkan kategori situasi
konteks pada teks itu bertautan. Indikator yang dapat digunakan untuk
memberikan konteks situasi atau lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar
berfungsi, yakni medan wacana (field of discourse), pelibat wacana (tenor of
discourse), dan sarana wacana (mode of discourse).
Menurut Widharyanto (2000:37), „medan wacana menunjuk pada hal yang
sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung, yang di
dalamnya bahasa ikut berperan serta sebagai unsur pokok tertentu‟. Medan
wacana pada penelitian ini adalah periode pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Pada
periode tersebut memunculkan berbagai tindakan sosial lain, seperti isu-isu
intoleransi, anti keberagaman, hoax atau berita bohong, dan berbagai politik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kepentingan yang mengatasnamakan suku, adat, ras dan agama (SARA). Peristiwa
atau realitas sosial tersebut kemudian diungkapkan kembali dengan bahasa berupa
teks berita.
Pelibat wacana dalam penelitian ini adalah surat kabar Kompas (sebagai
penutur) dan publik (sebagai mitra tutur). Surat kabar Kompas “bertutur” kepada
publik melalui teks berita, sehingga komunikasi bersifat monolog atau searah.
Menurut Mulyana (2005:9), „dalam tradisi tulis, teks bersifat „monolog
noninteraksi‟, dan wacana lisan bersifat „dialog interaksi‟‟. Sifat monolog ini
kemudian menuntut kebenaran informasi yang disampaikan media massa kepada
publik. Menurut Haryatmoko (2007:9), „media memiliki idealisme, yaitu
memberikan informai yang benar. Dengan idealisme semacam itu, media ingin
berperan sebagai sarana pendidikan‟. Melalui definisi ini media idealnya sebagai
sarana informasi sekaligus edukasi bagi publik.
Sarana wacana situasi dalam penelitian ini adalah headline dan rubrik tajuk
rencana surat kabar Kompas. Headline merupakan judul berita utama dalam suatu
surat kabar, sedangkan tajuk rencana atau editorial adalah pendapat dan perspektif
resmi suatu media massa sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual,
fenomenal dan atau kontroversial yang berkembang dalam masyarakat (Haris
Sumandiria, 2005:7). Di dalam tajuk rencana, editorial menjelaskan secara singkat
masalah aktual yang menjadi sorotan, alasan mengapa media memilih berita yang
diterbitkan beserta pandangan media terhadap masalah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Penelitian ini menganalisis perspektif surat kabar Kompas terhadap nilai-nilai
toleransi dan keberagaman di dalam memberitakan pilkada DKI Jakarta 2017.
Perspektif surat kabar Kompas tersebut akan dianalisis melalui piranti-piranti
kebahasaan yang digunakan dalam headline dan tajuk rencananya, yakni piranti
ketransitifan dan modalitas. Bentuk perspektif antara lain: positif, negatif dan
netral, seperti yang dijelaskan oleh Widharyanto (2000: 191-192) sebagai berikut:
Perspektif yang dibangun oleh penulis saat memproduksi wacana
berita dapat diklasifikasikan atas tiga tipe, yakni positif, negatif, dan
netral. Pertama, perspektif positif memperlihatkan perspektif penulis
dalam menyetujui, mendukung, mengiyakan (affirmative),
menyenangkan atau menguntungkan (favourable) sesuatu hal,
peristiwa, individu, kelompok, pihak atau institusi tertentu. Kedua,
perspektif negatif memperlihatkan perspektif penulis seperti tidak
menyetujui, tidak mendunkung, atau beroposisi, merugikan, dan tidak
menyenangkan atau menguntungkan (unfavouable) sesuatu hal,
peristiwa, individu, kelompok, pihak atau institusi tertentu. Ketiga,
perspektif netral memperlihatkan perspektif penulis yang bimbang dan
tidak memihak pada sesuatu hal, peristiwa, individu, kelompok, pihak
atau institusi tertentu.
Dipilihnya surat kabar Kompas sebagai objek penelitian, karena Kompas
termasuk surat kabar independen dan terkategorikan sebagai surat kabar nasional.
Menurut Yakob Oetama (2008:4), „harian umum Kompas adalah lembaga pers
yang bersifat umum dan terbuka, tidak melibatkan diri dalam kelompok yang
bersifat politik, agama, sosial, budaya, dan ekonomi. Surat kabar Kompas
merupakan sebuah surat kabar nasional dalam arti hadir di semua provinsi dan
isinya mencoba mencakup peristiwa berskala nasional‟. Surat kabar Kompas juga
menggunakan bahasa Indonesia yang relatif baik karena tidak memasukan bahasa
daerah dalam pelaporannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Menurut survei yang dilakukan Bisnis.com pada tahun 2014, Kompas
menduduki peringkat pertama sebagai media terpopuler di Indonesia. Jumlah
pembaca terbanyak mengindikasikan surat kabar Kompas sebagai surat kabar
terpercaya, sehingga surat kabar Kompas berpotensi sebagai rujukan publik untuk
memperoleh berita terpercaya.
Pengambilan periodesasi pilkada DKI Jakarta 2017 sebagai fokus penelitian
disebabkan karena DKI Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia sehingga dapat
dijadikan barometer keberhasilan daerah-daerah lain di Indonesia. Keberhasilan
itu dapat berupa bidang politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
Selain pusat politik, pemerintahan, dan perekonomian, alasan lain dipilihnya
periode DKI Jakarta adalah karena pada periode tersebut muncul berbagai isu
terkait suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Hal ini terjadi karena salah
satu calon kuat gubernur DKI beretnis dan menganut agama minoritas, yakni
Tionghoa dan beragama Kristen. Isu-isu sara tersebut telah menjadi persoalan
bangsa, sehingga media massa berkategori nasional, seperti Kompas menjadi
relevan sebagai media informasi dan edukasi bagi publik untuk mengklarifikasi
isu-isu tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1. Jenis-jenis piranti ketransitifan dan modalitas apa sajakah yang digunakan
surat kabar Kompas dalam headline dan tajuk rencananya untuk
memberitakan isu-isu tentang toleransi dan keberagaman?
2. Apakah piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas yang digunakan surat
kabar Kompas dalam headline dan tajuk rencananya menunjukan perspektifnya
terhadap nilai toleransi dan keberagaman?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah bagaimana perspektif surat kabar
Kompas terhadap nilai toleransi dan keberagaman dalam pemberitaan pada
periode pilkada DKI Jakarta 2017. Secara spesifik tujuan itu dirumuskan sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan jenis-jenis piranti ketransitifan dan modalitas yang digunakan
surat kabar Kompas dalam headline dan tajuk rencananya untuk memberitakan
isu-isu tentang toleransi dan keberagaman.
2. Mendeskripsikan perspektif surat kabar Kompas yang dimanifestasikan ke
dalam piranti-piranti kebahasaan yang digunakan dalam headline dan tajuk
rencananya.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik secara teoritis maupun
secara praktis. Manfaat secara teoritis antara lain, pertama, temuan hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan verifikasi tentang dua hal, yakni (a) pengaruh
ideologi dalam pemberitaan media massa, dan (b) penggunaan piranti-piranti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kebahasaan ketransitifan dan modalitas untuk memanifestasikan perspektif surat
kabar Kompas terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman di dalam
pemberitaan periode Pilkada DKI Jakarta 2017.
Di samping sumbangan teoritisnya, penelitian ini juga memiliki sumbangan
praktis sebagai berikut. Pertama, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan dan pertimbangan bagi analisis wacana dan ahli komunikasi untuk
meneliti lebih lanjut hubungan antara bahasa, ideologi, dan kekuasaan pada media
massa di Indonesia.
1.5 Definisi Istilah
1.5.1 Piranti-piranti kebahasaan
Piranti-piranti kebahasaan menurut Widharyanto (2000), merupakan ekspresi
bahasa pada level kata dan kalimat. Hal ini dijelaskan pada jurnal ilmiahnya untuk
melihat perspektif dalam pemberitaan pada akhir Era Orde Baru. Sebelumnya
Widharyanto menjelaskan untuk melihat perspektif suatu media massa, dapat
dilihat dari penyajian informasi (presentation of information) pada level wacana
dan ekspresi bahasa yang digunakan dalam sajian bahasa berita pada level
kalimat. Dari ketuju piranti kebahasaan yang dijelaskan oleh Widharyanto
kemudian dipilih dua di antaranya, yakni piranti kebahasaan ketransitifan dan
piranti kebahasaan modalitas. Pemilihan dan penetapan kedua piranti kebahasaan
dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian awal yang memperlihatkan hasil
bahwa kedua piranti kebahasaan tersebut yang dominan digunakan oleh surat
kabar Kompas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.5.2 Perspektif
Menurut KBBI, kata perspektif/berperspektif; mengambil sikap (pendirian).
Pengambilan sikap pada penelitian ini ditujukan pada sikap peduli atau tidak
peduli surat kabar Kompas terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman. Sikap
atau perspektif surat kabar Kompas terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman
akan terlihat pada piranti-piranti kebahasaan yang digunakannya. Berikut ini
penjelasan perspektif menurut Widharyanto (2000):
Perspektif yang dibangun oleh penulis saat memproduksi
wacana berita, menurut Widharyanto (2000), dapat diklasifikasikan
atas tiga tipe, yakni positif, negatif, dan netral. Pertama, perspektif
positif memperlihatkan perspektif penulis dalam menyetujui,
mendukung, mengiyakan (affirmative), menyenangkan atau
menguntungkan (favourable) sesuatu hal, peristiwa, individu,
kelompok, pihak atau institusi tertentu. Kedua, perspektif negatif
memperlihatkan perspektif penulis seperti tidak menyetujui, tidak
mendukung atau beroposisi, merugikan, dan tidak menyenangkan
atau menguntungkan (unfavourable) sesuatu hal, peristiwa, individu,
kelompok, pihak atau institusi tertentu. Ketiga, perspektif netral
memperlihatkan perspektif penulis yang berimbang dan tidak
memihak pada sesuatu hal, peristiwa, individu, kelompok, pihak atau
institusi tertentu.
1.5.3 Headline
Headline atau judul adalah “kepala berita” yang biasanya disusun beberapa
kata saja. Menurut Chaer (2010:20), „headline news harus dibuat sedemikian rupa
sehingga tampak menarik dan “hidup”. Headline adalah bagian surat kabar yang
paling sering diamati oleh pembaca karena letaknya di halaman depan dan ditulis
dengan ukuran tulisan yang cukup besar. Melalui headline, pembaca secara umum
memperoleh gambaran seluruh isi berita hari itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.5.4 Tajuk rencana
Menurut Haris Sumandiria (2004: 82), „secara teknis jurnalistik, tajuk rencana
diartikan sebagai opini redaksi yang berisi aspirasi, pendapat, dan perspektif resmi
media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual dan atau kontroversial
yang terdapat dalam masyarakat‟. Perspektif resmi media pers inilah yang
mencerminkan kekhasan bahkan ideologi pers tersebut. Pendapat serupa juga
dinyatakan oleh Mallarangeng (2010), tajuk rencana adalah rubrik yang
membawakan visi atau opini suatu surat kabar tentang satu atau beberapa hal.
1.5.5 Nilai Toleransi
Menurut Pusvita Sari (2015:vi), „bahwa toleransi adalah perspektif atau sifat
menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian, pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri dengan adanya perjanjian internasional tentang toleransi
ini‟. Sifat lapang hati dan membiarkan orang lain berpendapat adalah inti dari
nilai toleransi, karena perspektif toleran bukan berarti selalu menerima pendapat
yang berbeda dari orang lain, melainkan mengakui kebebasan hak-hak azasi orang
lain dalam berpendapat dan berkeyakinan.
1.5.6 Nilai Keberagaman
Menurut KBBI (2008:1131), „keberagaman adalah banyak ragamnya;
bermacam-macam; berwarna-warni‟. Dalam penelitian ini nilai keberagaman
dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap situasi yang banyak ragamnya atau
keberagaman. Keberagaman yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
keberagaman ras, suku, agama, budaya, bahasa dan lain sebagainya yang dimiliki
bangsa Indonesia. Dalam konteks Indonesia, keberagaman diartikan sebagai
bermacam-macamnya suku, ras, agama, bahasa yang bersatu membentuk bangsa
Indonesia, sehingga sifat-sifat persatuan, kesatuan, kedamaian dan harmoninya
sebuah hubungan anatar bangsa di Indonesia menjadi indikasi nilai keberagaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan beberapa hal yang dijadikan acuan untuk melakukan
penelitian. Acuan yang digunakan dalam penelitian ini berupa peneitian terdahulu
yang relevan dan beberapa kajian teori sebagai kerangka berpikir. Berikut
penjabarannya.
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tinjauan penelitian yang membahas tentang Analisis Ketransitifan dan
Modalitas pada Headline dan Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas dalam
Pemberitaan Pilkada DKI Jakarta 2017 Periode September 2016-Desember
2016: Tinjauan Analisis Wacana Kritis ini tidak bisa lepas dari buku-buku dan
penelitian yang sebelumnya yang juga membahas tentang bahasa dan kekuasaan
atau bahasa dan ideologi. Penelitian terdahulu yang relevan yang digunakan
sebagai referensi penelitian ini antara lain: (1) Disertasi karya B. Widharyanto
yang berjudul, “Manisfestasi Perspektif Pemberitaan Surat Kabar Indonesia pada
Akhir Era Orde Baru ke dalam Strategi Penyajian Informasi dan Bentuk-Bentuk
Ekspresi Bahasa”; (2) skripsi Rizal Mallarangeng yang kemudian diterbitkan oleh
penerbit Tempo menjadi buku yang berjudul “Pers Orde Baru: Tinjauan Isi
Kompas dan Suara Karya”; (3) penelitian Siti Nur Amaliyah yang berjudul
“Bingkai Media Terhadap Berita Mengenai Ahok Dalam Pilkada DKI Jakarta
2017 1 Maret-31 Mei 2016”; (4) Penelitian Dharma Karana Sinurat yang berjudul
“Modalitas Dalam Pidato Politik Presiden Joko Widodo”; (5) Penelitian Rezky
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Amelda yang berjudul “Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Media Indonesia
Sebagai Public Relations Politik Dalam Pembentukan Branding Reputation
Basuki Tjahaya Purnama (Ahok)”; (6) Penelitian Mahardhika Zifana & Eri
Kurniawan yang berjudul “Ahok Dalam Dua Bingkai: Representasi Basuki
Tjahaya Purnama Dalam Pemberitaan Kasus Penistaan Agama di Portal Berita
Satu dan Republika”.
2.1.1 Penelitian B. Widharyanto (2000)
Penelitian yang pertama yang digunakan sebagai referensi penelitian ini
adalah disertasi. Disertasi yang dimaksud adalah karya B. Widharyanto yang
berjudul, “Manisfestasi Perspektif Pemberitaan Surat Kabar Indonesia pada
Akhir Era Orde Baru ke dalam Strategi Penyajian Informasi dan Bentuk-Bentuk
Ekspresi Bahasa” untuk meraih gelar doktoral di Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Malang pada tahun 2000.
Disertasi karya B. Widharyanto tersebut berisi deskripsi ihwal perspektif
pemberitaan surat kabar Indonesia dalam konteks masa akhir Orde Baru dan
bentuk-bentuk manifestasinya di dalam bahasa. Ada tiga hal pokok yang
dideskripsikan dalam disertasi itu, yakni (1) macam-macam perspektif
pemberitaan surat kabar Indonesia pada akhir era pemerintahan Orde Baru; (2)
manifestasi perspektif pemberitaan di dalam strategi penyajian informasi dalam
teks-teks berita surat kabar Indonesia pada akhir era pemerintahan Orde Baru; dan
(3) manifestasi perspektif pemberitaan di dalam bentuk-bentuk ekspresi bahasa
dalam teks-teks berita surat kabar Indonesia pada akhir era pemerintahan Orde
Baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Disertasi B. Widharyanto sangat berperan dalam penelitian ini khususnya
teori perspektif surat kabar yang dimanifestasikan ke dalam ekspresi bahasa
(piranti kebahasaan) serta teknik analisis piranti-piranti kebahasaan itu. Teori
perspektif tersebut menjelaskan bagaimana perspektif pro, kontra, dan netral
sebuah surat kabar ditinjau dari piranti-piranti kebahasaan yang digunakannya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian B. Widharyanto adalah jumlah
objek penelitian yang diteliti, fokus penelitian, dan periodesasi yang dipilih. Jika
penelitian yang dilakukan Widharyanto menggunakan objek penelitian
pemberitaan empat surat kabar Indonesia pada akhir era Orde Baru, yaitu surat
kabar Angkatan Bersenjata, Suara Karya, Kompas, dan Suara Karya, dan
membandingkan keempat surat kabar itu dalam kaitannya dengan kontrol
pemerintah dalam pemberitaan, penelitian ini menggunakan satu surat kabar
Indonesia saja, yaitu surat kabar Kompas pada masa pemerintahan Joko Widodo,
dan penelitian difokuskan pada perspektif surat kabar Kompas pada nilai toleransi
dan keberagaman bukan pada tokoh atau lembaga pemerintahan.
Berdasarkan penelitian awal, dapat disimpulkan bahwa posisi penelitian ini
menyetujui penelitian B. Widharyanto. Persetujuan pertama mengenai manifestasi
ideologi ke dalam bahasa. Persetujuan kedua mengenai piranti-piranti kebahasaan
yang efektif untuk memanifestasikan ideologi tersebut, khususnya piranti
ketransitifan dan modalitas.
2.1.2 Penelitian Rizal Mallarangeng
Karya ilmiah selanjutnya yang menjadi rujukan penelitian ini adalah skripsi
Rizal Mallarangeng yang kemudian diterbitkan oleh penerbit Tempo menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
buku yang berjudul “Pers Orde Baru: Tinjauan Isi Kompas dan Suara Karya”.
Penelitian Rizal Malarangeng ini bertujuan untuk membandingkan pemberitaan
dua surat kabar di era pemerintahan Orde Baru, yaitu Kompas dan Suara Karya.
Secara khusus penelitian tersebut menganalisis rubrik berita utama dan tajuk
rencana kedua surat kabar tersebut. Perbedaan pemberitaan dalam berita utama
dan tajuk rencana kedua surat kabar tersebut itulah nantinya akan dilihat
bagaimana kedua surat kabar tersebut mensiasati cengkraman sistem politik
pemerintahan Orde Baru kepada pers Indonesia waktu itu.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizal
Mallarangeng selain objek penelitian, juga teori yang digunakan. Objek penelitian
Rizal Mallarangeng adalah rubrik berita utama dan tajuk rencana pada surat kabar
Kompas dan Suara Karya. Penelitian Rizal Mallarangeng menggunakan teori
analisis isi dalam menganalisis datanya. Penelitian ini menggunakan teori analisis
wacana kritis yang berfokus pada piranti-piranti kebahasaan ketransitifan dan
modalitas yang digunakan dalam headline dan tajuk rencana surat kabar Kompas
dalam pemberitaannya pada massa pilkada DKI Jakarta 2017.
Hasil penelitian Rizal Mallarangeng berperan dalam penelitian ini khususnya
pembahasan mengenai hakikat tajuk rencana dan fungsinya di dalam sebuah surat
kabar. Hakikat tajuk rencana itu kemudian menjadi pemahaman dasar penelitian
ini, khususnya rubrik tajuk rencana sebagai sikap atau opini sebuah surat kabar
dalam memandang sebuah peristiwa. Selain itu, analisis isi yang dilakukan Rizal
Mallarangeng memberi gambaran penelitian ini dalam mendeskripsikan analisis
data terkait dengan tajuk rencana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.1.3 Penelitian Siti Nur Amaliyah
Penelitian lain yang relevan sebagai referensi penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Siti Nur Amaliyah, mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penelitian oleh Siti Nur Amaliyah
tersebut berjudul “Bingkai Media Terhadap Berita Mengenai Ahok Dalam
Pilkada Dki Jakarta 2017 1 Maret-31 Mei 2016”.
Pada penelitian yang berjudul “Bingkai Media Terhadap Berita Mengenai
Ahok Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 1 Maret-31 Mei 2016”, membandingkan
antara surat kabar Kompas dengan harian Republika periode 1 Maret hingga 31
Mei 2016. Ada pun tujuan penelitian tersebut adalah: menjelaskan bagaimana
surat kabar Harian Kompas dan surat kabar Republika membingkai isu
pencalonan Basuki Tjahaya Purnama „Ahok‟ sebagai bakal calon gubernur di
Pilkada DKI Jakarta 2017 dalam pemberitaan periode 1 Maret hingga 31 Mei
2016.
Penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian Siti Nur Amaliah
berupa sumber data dan periode penelitian, yaitu surat kabar Kompas pada masa
pencalonan gubernur DKI Jakarta 2017. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Siti Nur Amaliah adalah teori yang digunakan. Penelitian Siti Nur
Amaliah menggunakan teori framing (bingkai) dalam pemberitaan surat kabar
Kompas dan Republika. Penelitian ini menggunakan teori analisis wacana kritis
terhadap objek tunggal: surat kabar Kompas.
Penelitian ini juga menganalisis piranti-piranti kebahasaan yang digunakan
surat kabar dalam headline dan tajuk rencana surat kabar Kompas dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pemberitaan isu-isu toleransi dan keberagaman pada masa Pilkada DKI Jakarta
2017, khususnya piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas. Penelitian
terhadap kedua piranti kebahasaan tersebut nantinya akan diketahui perspektif
surat kabar Kompas terhadap nilai toleransi.
2.1.4 Penelitian Dharma Karana Sinurat
Penelitian Dharma Karana Sinurat yang berjudul “Modalitas Dalam
Pidato Politik Presiden Joko Widodo” membahas permasalahan jenis-jenis
modalitas yang terkandung dalam pidato politik Joko Widodo sebelum menjadi
presiden, setelah dilantik menjadi presiden, dan setelah menjadi presiden selama
dua tahun. Setelah dianalisis, ada perbedaan modalitas yang terkandung dalam
pidato politik Joko Widodo sebelum menjadi presiden, setelah dilantik menjadi
presiden, dan setelah menjadi presiden selama dua tahun.
Penelitian Dharma Karana Sinurat yang berjudul “Modalitas Dalam
Pidato Politik Presiden Joko Widodo” ini sangat berkonstribusi dalam penelitian
ini khususnya memberi gambaran dalam menganalisis piranti kebahasaan
modalitas. Perbedaan penelitian Dharma Karana Sinurat dengan penelitian ini
selain objek penelitiannya juga pada makna yang ingin diperoleh melalui
penggunaan modalitas dalam sebuah wacana.
2.1.5 Penelitian Rezky Amelda
Penelitian Rezky Amelda yang berjudul “Analisis Wacana Kritis
Pemberitaan Media Indonesia Sebagai Public Relations Politik Dalam
Pembentukan Branding Reputation Basuki Tjahaya Purnama (Ahok)”, membahas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pemberitaan Portal Online Media Indoesia.com sebagai Public Relations Politik
dalam membentuk Branding Reputation Ahok. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa produksi Portal Online Media Indonesia.com cenderung branding
reputation positive Ahok. Public Relations Politik dalam branding reputation
ahok pada produksi teks dalam memaknai realitas kehadiran media adalah
akumulasi pengaruh dari faktor individu pengelola media (wartawan dan
redaktur), level rutinitas media, level organisasi, ideologi dan lain-lain.
Penelitian Rezky Amelda ini berkonstribusi dalam penelitian ini
khususnya dalam membangun pemahaman perspektif atau keberpihakkan media
masa terhadap peristiwa atau tokoh tertentu. Pembeda penelitian ini dengan
penelitian Rezky Amelda adalah fokus kajiannya, pada penelitian ini kajian lebih
difokuskan pada piranti kebahasaan yang terkandung dalam headline dan tajuk
rencana surat kabar Kompas pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Analisis piranti-
piranti kebahasaan itulah nantinya yang akan mengungkap perspektif surat kabar
Kompas terhadap nilai toleransi dan keberagaman.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Hakikat Bahasa
Menurut Supraptomo (2012:6), „bahasa merupakan salah satu identitas
manusia‟. Sebagai identitas manusia, bahasa dapat dipahami dari tiga sudut
pandang, yaitu dari sudut pandang semiotika, fungsi, dan pragmatik. Kajian
semiotika menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, yaitu segala sesuatu yang
berkenaan mengenai sistem tanda dan lambang dalam kehidupan‟. Penjelasan
serupa juga diungkapkan oleh Scholes dalam Budiman (2011:ix), „pada dasarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
semiotika merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apa pun yang
memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau
sebagai sesuatu yang bermakna.
Menurut Praptomo (2012:8), „dari segi fungsinya, bahasa mengemban dua
fungsi utama. Fungsi pertama, bahasa berfungsi melambangkan, mewakili, atau
mempresentasikan segala sesuatu. Fungsi yang pertama ini disebut fungsi
referensial, representasional, atau ideasional. Fungsi yang kedua, bahasa berfungsi
sebagai sarana menjalin komunikasi dengan sesama. Fungsi yang kedua ini lazim
disebut fungsi komunikatif atau fungsi interaksional‟. Dengan kata lain bahasa
dari segi fungsi digunakan untuk mengungkapkan perasaan, gagasan, dan untuk
menjalin komunikasi.
Menurut Supraptomo (2012:8), „dari sudut pandang pragmatik, bahasa
merupakan tindakan (action), yang disebut tindakan verbal (verbal act) atau
tindak tutur‟. Tindak tutur dipahami sebagai tuturan yang tidak hanya
mengandung makna (ungkapan gagasan dan perasaan), melainkan juga
mengandung tindakan. Kemudian, Searle dalam Nadar (2009) membagi tindak
tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda, yaitu tindak lokusioner
„utterance act‟ atau „locutionary act‟, tindak ilokusioner „illocutionary act‟, dan
tindak perlokusioner „perlocutionary act‟.
Dari sudut pandang pertama, yaitu sudut pandang semiotik, merupakan
penjabaran dari Lingusitik Struktural karena mengkaji bahasa sebagai sistem
lambang bunyi yang bermakna. Menurut Praptomo (2012:2), model kerja ilmiah
para penganut Linguistik Struktural telah menghasilkan rumusan kaidah satuan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
satuan lingual (bunyi), fonem, morfem, kata, frasa klausa, kalimat, paragraf,
wacana) dalam berbagai bahasa yang ada di dunia ini.
Dari sudut pandang kedua dan ketiga, yaitu sudut pandang fungsi dan
pragmatik, merupakan penjabaran dari teori-teori baru, seperti teori fungsional,
semiotik, pragmatik dan linguistik kritis. Teori-teori baru tersebut disebut teori
Linguistik Pascastruktural. Dengan demikian, ada perbedaan paradigma antara
Linguistik Struktural dengan Linguistik Pascastruktural. Praptomo (2012:3),
menjelaskan perbedaan paradigma tersebut sebagai berikut.
Linguistik Struktural meneliti bahasa dari aspek internalnya
(instrinsiknya), sedangkan Linguistik Pascastruktural tersebut
mengkaji bahasa dari aspek eksternalnya (ekstrinsiknya). Dasar
pandangan teori-teori Linguistik Pascastruktural adalah
penggunaan bahasa manusia itu tidak semata-mata berhubungan
dengan faktor-faktor internal (di dalam) bahasa itu sendiri, tetapi
juga sangat berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (di luar)
bahasa. Istilah yang umum dikenal untuk menyebut faktor
eksternal bahasa adalah konteks (context) atau komponen tutur
(component speech).
Teori Linguistik Pascastruktural ini terdiri atas beragam teori. Keragaman
tersebut disebabkan oleh perbedaan penekanan aspek dan komponen tutur yang
menjadi fokus kajian. Penelitian ini secara khusus difokuskan pada teori linguistik
kritis (Critical Linguistics) atau analisis wacana kritis (discourse analisys critis).
2.2.2 Linguistik Kritis (critical linguistic) Halliday
Linguistik Kritis (critical linguistic) merupakan salah satu teori lingusitik
pascastruktural yang mengkaji bahasa dengan bidang lain di luar bahasa. Menurut
Eriyanto (2001:15), „critical linguistic memusatkan analisis wacana pada bahasa
dan menghubungkannya dengan ideologi‟. Wacana bahasa dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dimaknai sebagai bahasa tulis, yakni teks headline dan tajuk rencana. Dengan
demikian, kajian linguistik kritis ini digunakan untuk memahami bagaimana
ideologi surat kabar Kompas dimanifestasikan ke dalam bahasa teks: headline dan
tajuk rencananya, khususnya dalam memberitakan isu-isu toleransi dan
keberagaman pada masa pilkada DKI Jakarta 2017.
Teks oleh Halliday (1978) dalam Widharyanto (2002: 35), „dipandang sebagai
ruang sosial di mana dua proses sosial yang fundamental, yakni representasi
pengalaman dan dunia, dan interaksi sosial antar partisipan secara serempak
terjadi‟. Berdasarkan pengertian ini maka teks dipahami sebagai bahasa yang
berfungsi sebagai pengungkap makna di dunia sekaligus interksi antar partisipan
yang terlibat dalam teks itu. Interaksi inilah yang disebut sebagai konteks yang
berperan menjelaskan makna teks.
Menurut Halliday dan Hassan (1985) dalam Widharyanto (2000) menyatakan
bahwa suatu teks memiliki sifat-sifat sebagai berikut ini. Pertama, teks itu
sesungguhnya terdiri atas makna-makna dan membentuk suatu makna. Makna
tersebut tampak dalam teks bila dituliskan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat.
Makna dalam hal ini dikodekan dengan struktur bahasa atau bersifat structural
linguistic. Kedua, suatu teks sebenarnya merupakan suatu bentuk pertukaran
makna yang bersifat sosial. Setiap jenis teks dalam setiap bahasa memiliki makna
karena di dalamnya ada interaksi antara pembaca dan penulisnya.
Ketiga, teks adalah hasil dari lingkungannya. Teks merupakan hasil suatu
proses pemilihan makna yang terjadi di suatu lingkungan tertentu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menggambarkan makna lingkungan tersebut dalam sistem kebahasaan. Keempat,
teks memiliki hubungan yang dekat dengan konteks. Bahkan Halliday dan Hassan
(1985:71) dalam Widharyanto (2000:36), menyatakan bahwa „kita tidak dapat
mengungkapkan salah satu konsep tanpa menggunakan yang lain. Oleh karena itu,
apabila terdapat suatu teks tentu ada teks lain yang menyertainya‟. Teks yang
menerangkan makna teks lain ini disebut konteks. Dalam pengertiannya, konteks
tidak sebatas segala sesuatu yang bersifat verbal atau kebahasaan, tetapi juga
sesuatu di luar kebahasaan atau nonverbal.
Inti dari gagasan Linguistik Kritis atau (critical linguistics) adalah melihat
bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu.
Dengan kata lain, aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan
struktur tata bahasa yang dipakai. Menurut Eriyanto (2001:15) „bahasa, baik
pilihan kata maupun struktur gramatika, dipahami sebagai pilihan, mana yang
dipilih oleh seseorang untuk diungkapkan membawa makna ideologi tertentu‟.
Dalam penelitian ini kajian linguistik kritis digunakan untuk mengungkapkan
bagaimana pilihan kata, khususnya yang membentuk piranti kebahasaan
ketransitifan dan modalitas memperlihatkan sikap atau ideologi surat kabar
Kompas terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman atau nilai keindonesiaan
pada umumnya.
2.2.3 Analisis Wacana Kritis (AWK) N. Fairclough
Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan
paling lengkap. Menurut Mulyana (2005), satuan pendukung kebahasaan wacana
meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf hingga karangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yang utuh. Kajian wacana berkaitan dengan pemahaman tentang tindakan manusia
yang dilakukan dengan bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal). Pengertian
serupa juga diungkapkan oleh Yoce (2014) bahwa selain dibangun atas hubungan
makna antarsatuan bahasa, wacana juga terikat dengan konteks. Dengan demikian,
untuk memahami makna sebuah wacana, diperlukan pemahaman yang luas
tentang kebahasaan dan hal-hal di luar kebahasaan (konteks) yang dapat dijadikan
rujukan untuk memahami sebuah wacana.
Menurut Fairclough dan Wodak dalam Eriyanto (2001:7), „analisis wacana
kritis melihat wacana-pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan-sebagai bentuk
dari praktik sosial‟. Eriyanto lebih lanjut menjelaskan bahwa wacana sebagai
praktik sosial menyebabkan hubungan dialektis di anatara peristiwa diskursif
tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Sebuah
wacana dapat menampilkan ideologi dan kepentingan tertentu, misalnya isu-isu
rasisme, status sosial, kesenjangan sosial, gender, dominasi budaya tertentu dan
lain sebagainya.
Menurut Eriyanto (2001), analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor
penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan
kekuasaan dalam masyarakat. Menurut Fairclough dan Wodak (2001:7-8),
„analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial
yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing‟. Dalam
penelitian ini, menganalisis bagaimana bahasa (teks) dalam headline dan tajuk
rencana surat kabar Kompas memberitakan isu-isu toleransi dan keberagaman
pada masa pilkada DKI Jakarta 2017. Pemberitaan headline dan tajuk rencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
itulah nantinya akan diketahui perspektif dan ideologi surat kabar Kompas
terhadap nila-nilai toleransi dan keberagaman atau nilai keindonesiaan pada
umumnya.
Fairclough berupaya menggabungkan teori sosial (wacana) dengan teori
bahasa yang kemudian melahirkan linguistik kritis. Gabungan ini selanjutnya
memiliki konstribusi yang besar untuk mengkaji relasi kekuasaan dan bahasa.
Menurut Fairclough dalam Haryatmoko (2017), analisis wacana kritis harus
memperlihatkan tiga dimensinya, yaitu teks, praktik diskursif dan praktik sosial.
Pertama, teks, yaitu semua mengacu ke wicara, tulisan, grafik, dan kombinasinya
atau semua bentuk linguistik teks (khasanah kata, gramatika, sintaksis, struktur
metafora, retorika) (Haryatmoko, 2017:23).
Menurut Haryatmoko (2017:24), „dalam analisis teks, hal mendasar yang
perlu dianalisis adalah penggunaan istilah dan metafora karena mengacu pada
makna tertentu‟. Pemilihan kata tertentu dalam sebuah teks juga akan
memperlihatkan sikap, keyakinan atau ideologi seseorang dalam memandang
sebuah peristiwa yang dituliskannya. Pemilihan kata, khususnya pada penelitian
ini erat hubungannya dengan sistem ketransitifan dan modalitas. Penggunaan kata
kerja transitif akan mengungkapkan sikap penulis terhadap peristiwa dan
partisipan-partisipan di dalamnya, sedangkan pemilihan kata dalam modalitas
akan memperlihatkan komentar atau penilaian penulis terhadap sebuah peristiwa
atau tokoh tertentu yang nantinya juga memperlihatkan sikap penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Kedua, praktik diskursif, Menurut Haryatmoko (2017:23), „yaitu semua
bentuk produksi dan konsumsi teks. Dalam dimensi ini ada proses
menghubungkan produksi dan konsumsi teks atau sudah ada interpretasi‟. Analisis
praktik diskursif mau melihat kekuatan pernyataan dalam arti sejauh mana
mendorong tindakan atau kekuatan afirmatifnya (Haryatmoko, 2017:24). Pada
tahap ini praktik intertekstual mulai dibutuhkan untuk mengungkap makna-makna
dalam teks secara utuh.
Ketiga, praktik atau praksis sosial, menurut Haryatmoko (2017:23),
„praksis sosial biasanya tertanam dalam tujuan, jaringan dan praksis budaya sosial
yang luas. Dalam dimensi ini, sudah mulai masuk pemahaman intertekstual,
peristiwa sosial yang memperlihatkan bahwa teks dibentuk oleh dan membentuk
praksis sosial‟. Praksis sosial mau menggambarkan bagian aktivitas sosial dalam
praksis, misalnya, menjalankan profesi (sebagai dokter, pelayan toko) selalu
menggunakan bahasa khusus, demikian juga sebagai politisi ada kode sosial
khusus (Haryatmoko, 2017:24).
2.2.4 Bahasa dan Kekuasaan
Dalam pemakaiannya, menurrut KBBI edisi ketiga terbitan Departemen
Pendidikan Nasional, (Balai Pustaka Jakarta, 2001), dalam petunjuk pemakaian
kamus halaman xxv antara lain menyebutkan ragam menurut pokok pembicaraan.
Di situ diuraikan bahwa ada empat macam ragam yakni ragam bahasa undang-
undang, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa ilmiah, dan ragam bahasa sastra.
Dalam penelitian ini, ragam bahasa yang menjadi fokus kajian adalah ragam
bahasa jurnalistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Ragam bahasa jurnalisik adalah ragam bahasa Indonesia yang populer, karena
sifatnya yang mudah dipahami oleh publik (yang terdiri dari berbagai kalangan).
Sifatnya yang mudah dipahami itu, menjadikan informasi yang terkandung dalam
bidang jurnalistik sangat besar pengaruhnya kepada publik. Hal ini selaras dengan
penegertian ragam jurnalistik menurut Rosihan Anwar dalam JS. Badudu
(2004:4), „ragam bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas
pengaruhnya dan paling besar wibawanya‟.
Setiap tuturan selalu mengandung berbagai maksud dan kepentingan tidak
terkecuali “tuturan” dalam dunia jurnalistik. Salah satu maksud itu berkenaan
dengan kekuasaan. Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (2008:390),
„kekuasaan merupakan kesanggupan; kemampuan orang atau golongan untuk
menguasai orang atau golongan lain‟. Praptomo (2012:19) mengutip (Fairclough
1989 dan 1995), „menyatakan bahwa kekuasaan pada hakikatnya berkenaan
dengan hubungan antarmanusia, yaitu hubungan yang tidak seimbang (unequal) di
antara dua pihak, yaitu salah satu pihak mempunyai kekuasaan yang lebih besar
daripada pihak lain‟.
Dalam kaitannya dengan pemberitaan, menurut Eryanto (2001:134), „bahasa
menggambarkan bagaimana realitas dunia dilihat, memberi kemungkinan
seseorang untuk mengontrol dan mengatur pengalaman pada realitas sosial‟.
Dalam surat kabar, bahasa selain digunakan untuk menampilkan realitas sosial
yang begitu kompleks, juga berpotensi untuk memaksa pembaca memaknai
realitas sesuai pemaknaan wartawan serta visi misi suatu media masa. Praktik-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
praktik inilah yang kemudian dikenal sebagai bahasa sebagai alat pencapai tujuan
atau kekuasaan.
Tujuan analisis wacana kritis atau linguistik kritis adalah ingin mencari
maksud tuturan yang tersembunyi. Menurut, Praptomo (2012:16), „maksud dapat
disembunyikan oleh penuturnya melalui tindak tutur atau tuturan yang muatan
maksudnya sudah menjadi pengertian umum di masyarakat sehingga
pemahamannya sangat tergantung pada konteks‟.
Menurut Praptomo (2012:20), „dalam linguistik kritis, maksud yang
berkenaan dengan kekuasaan ini disebut ideologi (ideology)‟. Jika maksud
kekuasaan itu dipresentasikan dalam bahasa, bahasa lalu cenderung bersifat
ideologis, yaitu bahasa menjadi tempat bersemayamnya ideologi (location of
ideologhy) (Fairclough 1989 dan 1995).
Dalam lingusitik kritis, cara kelompok (dalam hal ini media massa)
mempengaruhi kelompok lain (publik) termasuk ke dalam praktik dominasi. Hal
ini selaras dengan pendapat Praptomo (2012:22), „yaitu dominasi berkenaan
dengan praktik kekuasaan yang dilakukan. Praktik dominasi dapat dilakukan
dengan melalui tiga cara, yaitu secara apresiatif, persuasif dan koersif sehingga
berdasarkan cara dominasinya, kekuasaan dapat dibedakan menjadi kekuasaan
apresiatif, kekuasaan persuasif, dan kekuasaan koersif‟.
Menurut Praptomo (2012:22), „kekuasaan persuasif adalah kekuasaan
yang diwujudkan oleh individu/kelompok dengan cara mempengaruhi individu
atau kelompok lain‟. Selaras dengan pengertian tersebut, secara umum penelitian
ini melakukan analisis kekuasaan persuasi pada penggunaan bahasa oleh surat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kabar Kompas pada headline dan tajuk rencananya. Dalam penelitian ini akan
mengungkap bagaimana media masa memandang realitas yang kemudian
diwujudnyatakan dalam pemberitaannya. Perwujudnyataan yang berupa bahasa
itulah yang akan dianalisis dengan menggunakan Teori Perspektif Widharyanto
(2000).
2.2.5 Pendekatan Perspektif dalam Wacana
Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (2008), perspektif merupakan cara
melukiskan suatu benda dan sebagainya pada permukaan yang mendatar
sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi; pandangan; sudut
pandang. Perspektif dalam pandangan Renkema dalam Widharyanto (2000:47-
48), „memiliki cakupan makna yang lebih luas, tidak hanya berkaitan dengan
posisi pencerita dalam melihat objek deskripsinya, seperti sifat dan karakter
pribadi-pribadi lain dalam ceritanya, tetapi dikaitkan juga dengan latar belakang,
nilai-nilai, pandangan hidup, dan sikap pencerita (atau penulis) yang dapat disorot
dari segi sosiologi politik dan segi psikolinguistik‟.
Secara rinci, Renkema dalam Widharyanto (2000:48) „menjelaskan bahwa
kajian terhadap fenomena perspektif sebenarnya dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan, yakni visi, fokalisasi, dan empati‟. Dalam penelitian ini, fenomena
perspektif yang terlihat pada headline dan tajuk rencana surat kabar Kompas
dikaji dengan menggunakan pendekatan visi. Dengan demikian, penelitian ini
lebih berorientasi pada upaya mengungkap aspek-apek ideologis yang mendasari
dan membentuk perspektif pada tajuk rencana Kompas terhadap nilai-nilai
toleransi dan keberagaman pada periode Pilkada DKI Jakarta 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Menurut Widharyanto (2000:50), „dalam produksi bahasa, khusunya tulisan,
perspektif dapat dimanifestasikan dalam kaitannya dengan dua hal, yakni masalah
strategi penyajian informasi (presentation of information) dan masalah pemilihan
bentuk-bentuk ekspresi bahasa yang digunakan sebagai penanda perspektif‟.
Uraiannya sebagai berikut.
Dalam strategi penyajian informasi, kesatuan apa yang dikenal
sebagai (1) pemilihan tema atau titik tolak pembicaraan, termasuk di
dalamnya pemilihan judul, dan (2) “urutan wajar” dan “pembalikan
urutan wajar” (lihat Levelt, 1981; dan Brown Yule, 1983) dalam
penataan informasi memperlihatkan suatu perspektif tertentu. Selain
itu, dalam pemilihan dan pemakaian bentuk-bentuk ekspresi bahasa
tertentu seperti struktur transitivitas, struktur leksikal dan pemilihan
kata, struktur nominalisasi, pemakaian bentuk modalitas, tindak tutur,
metafora, dan informasi lama dan baru, tersimbolkan juga perspektif
penulis.
2.2.6 Piranti-Piranti Kebahasaan
Dalam media masa, bahasa merupakan sarana utama untuk menyampaikan
informasi. Pemilihan dan penggunaan bahasa tertentu dalam pemberitaan tidak
sekadar demi keefektifan berbahasa melainkan mengakibatkan konskuensi
tertentu pula. Penggunaan model kebahasaan yang digunakan dalam pemberitaan
inilah yang disebut piranti kebahasaan. Piranti-piranti kebahasaan ini umumnya
digunakan untuk menampilkan sebuah pandangan atau perspektif media masa
terhadap sebuah peristiwa yang diungkapkan melalui teks berita.
Secara umum bentuk piranti kebahasaan itu adalah sistem ketransitifan,
struktur leksikal dan pilihan kata, struktur nominalisasi, modalitas, tindak tutur,
metafora, dan struktur informasi (Widharyanto, 2000:59). Dalam penelitian ini
analisis dilakukan terhahap piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
digunakan surat kabar Kompas dalam pemberitaannya. Berikut ini penjabaran
piranti-piranti kebahasaan tersebut.
2.2.6.1 Piranti Kebahasaan Ketransitifan
Menurut Chaer (2008:79), „verba transitif merupakan verba yang memiliki
objek, sedangkan verba intransitif merupakan verba yang tidak memiliki objek‟.
Secara rinci, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1997:93) menerangkan bahwa
„setiap verba transitif mengenal bentuk yang berbeda-beda makna dan ciri
sintaksisnya. Dari segi maknanya, verba transitif mengungkapkan peristiwa yang
melibatkan dua atau tiga maujud, masing-masing „sumber‟ peristiwa
(pelaku/pengalam/peneral), maujud yang secara langsung dikenai oleh peristiwa
itu („sasaran‟ atau „tujuan‟/„penderita‟) dan untuk verba dwitransitif-maujud yang
dialatkan untuk mengadakan peristiwa tersebut (pelengkap)‟. Dengan demikian
struktur ketransitifan dapat dipahami melalui verba yang dimunculkan dan
partisipan-partisipan yang dimunculkan dalam sebuah prooposisi.
Untuk memahami verba dan partisipan-partisipan dalam sebuah proposisi,
maka dapat dianalisis dari segi sintaksisnya. Analisis sintaksis digunakan untuk
mengetahui makna partisipan dalam sebuah proposisi ada tiga macam, yakni
analisis fungsi, analisis kategori, dan analisis peran. Dengan analisis sintaksis
semacam ini penyebutan mempermudah penggolongan dan peneyebutan peran
partisipan dalam sebuah proposisi, juga berguna untuk mengetahui perpsektif
penulis terhadap partisipan-partisipan yang dimunculkan dalam tulisannya.
Misalnya di atas Chaer menyebut partisipan dengan sebutan subjek dan predikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia menyebut partisipan-partisipan itu
dengan istilah pelaku dan penderita.
Menurut J.D Parera (2009:6) „fungsi sintaksis mempersoalkan kedudukan
satuan-satuan bahasa itu pada tataran yang lebih tinggi, yakni berfungsi
membedakan makna. Misalnya sebuah kata berfungsi sebagai subjek, predikat,
objek, atau keterangan pada satuan klausa atau kalimat‟. Dalam analisis wacana
kritis fungsi subjek, predikat, objek dapat memperlihatkan kecenderungan penulis
terhadapnya, khususnya penonjolan fungsi-fungsi tersebut di dalam kalimat.
Sebuah peristiwa setidaknya dapat diperikan dari dua sudut, yaitu dari sudut
fungsi subjek atau dari sudut fungsi objek. Kedua pandangan itu memerlukan
bentuk verba tersendiri, masing-masing bentuk aktif dan bentuk pasif. Menurut
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1997:93), „subjek bentuk aktif adalah
pelaku/pengalam/peneral, sedangkan subjek bentuk pasif adalah
sasaran/tujuan/penderita yang dalam bentuk aktif menempati gatra objek‟.
Menurut Chaer (2008:27), kategori sintaksis adalah jenis atau tipe kata
atau frasa yang menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis. Kategori sintaksis
berkenaan dengan istilah nomina (N), verba (V), ajektiva (A), dan adverbial
(Adv), numeralia (Num), preposisi (Prep), konjungsi (Konj), dan pronominal
(Pron). Kategori sintaksis ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan
perbedaan bentuk dan distribusi kategori-kategori itu di dalam kalimat.
Abdul Chaer (2008:27) menjelaskan „hubungan antara kategori pengisi
fungsi P, baik berkategori V maupun bukan, dengan pengisi fungsi-fungsi lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
disebut “peran sintaksis” atau “peran” saja‟. Dengan demikian fungsi verba di
dalam preposisi menentukan hadirnya partisipan-partisipan yang lain. Chafe dan
para pakar semantik generatif dalam Chaer (2008:29) berpendapat bahwa „verba
atau kata kerja yang mengisi fungsi P merupakan pusat semantik dari sebuah
preposisi‟. Dengan kata lain verba dapat menunjukkan peran partisipan di dalam
kalimat, baik sebagai pelaku atau korban.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Eriyanto (2001:152), „model
transitif berhubungan dengan proses, yakni melihat bagian mana yang dianggap
sebagai penyebab suatu tindakan, dan bagian lain sebagai akibat dari suatu
tindakan‟. Model transitif dipakai untuk menunjukkan tindakan yang oleh aktor
atau pelaku yang dalam kalimat menempati fungsi subjek. Pusat perhatian dalam
model kalimat transitif adalah aktor dan tindakkannya yang berimplikasi terhadap
korban yang dalam kalimat menempati fungsi objek.
Halliday dalam Widharyanto (2000:60), „lebih menyoroti ketransitifan
dalam kaitannya dengan fungsi ideasional yang dibawa suatu klausa, yakni
sebagai alat untuk menganalisis representasi pola-pola pengalaman‟. Pengalaman-
pengalaman yang dimaksud Halliday antara lain: (1) proses material yang
berwujud perbuatan atau kejadian, (2) proses mental yang berupa pemikiran,
penglihatan, atau perasaan, (3) proses verbal baik dengan ucapan langsung
maupun tidak langsung, dan (4) proses relasional baik yang bersifat atribut
maupun posesif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Fowler (1991), MacCarthy dan Carter (1994), dan Lee (1992) dalam
Widharyanto (2000), membuktikan bahwa masing-masing variasi bentuk
ketransitifan memasukkan suatu pandangan maupun perspektif penulis yang
berbeda tentang peristiwa yang dilaporkannya. Berikut ini disajikan klausa (1)
sampai (6) sebagai ilustrasi pernyataan tersebut.
(1) polisi menembak mati enam demonstran
(2) enam demonstran ditembak mati oleh polisi
(3) enam demonstran tewas
(4) “enam demonstran tertembak mati”, ujar saksi mata
(5) saksi mata melihat enam demonstran mati tertembak
(6) enam mahasiswa yang tewas itu adalah Elang Mulia [...]
Analisis ketransitifan terhadap klausa (1) – (6) menghasilkan fitur-fitur
seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1: tabel untuk menganalisis ketransitifan.
Kutipan Proses
Ketransitifan
Partisipan yang
dimunculkan
Inferensi
1 Perbuatan Pelaku, tujuan Proses yang diperlihatkan dari
peristiwa yang dilaporkan adalah
proses perbuatan
Modus perbuatan disengaja
Partisipan yang ditonjolkan adalah
pelaku
2 Kejadian Tujuan, pelaku Proses yang diperlihatkan dari
peristiwa yang dilaporkan adalah
proses kejadian
Modus tindakan disengaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Partisipan yang ditonjolkan adalah
tujuan
3 Kejadian Tujuan Proses yang diperlihatkan dari
peristiwa yang dilaporkan adalah
proses kejadian
Pelaku disamarkan, dianggap tak
penting atau dapat ditafsirkan dari
konteks
Partisipan yang ditonjolkan adalah
tujuan
4 Verbal Ucapan,
pengucapan Proses yang diperlihatkan dari
peristiwa yang dilaporkan adalah
proses verbal
Pelaku disamarkan, dianggap tak
penting atau dapat ditafsirkan dari
konteks, atau pelaku tidak diketahui
Modus perbuatan tidak disengaja
5 Mental Pengindera,
fenomena Proses yang diperlihatkan dari
peristiwa yang dilaporkan adalah
proses mental
Partisipan yang ditonjolkanadalah
pengindera
Pelaku disamarkan, dianggap tidak
penting atau dapat ditafsirka dari
konteks, atau pelaku tidak diketahui
6 Relasional Penunjuk,
tertunjuk Proses yang diperlihatkan dari
peristiwa yang dilaporkan adalah
prose relasional
Pelaku tidak penting, dapat
ditafsirkan dari konteks, atau pelaku
tidak diketahui
Partisipan yang ditonjolkan adalah
partisipan penunjuk
2.2.6.2 Piranti Kebahasaan Modalitas
Menurut KBBI (2008:453), „modalitas merupakan klasifikasi pernyataan
menurut hal menyuguhkan kemungkinan: makna kemungkinan, keharusan, dan
sebagainya yang dilukiskan dalam kalimat’. Modalitas oleh Fowler dalam
Widharyanto (2000) dimengerti sebagai komentar atau perspektif, yang berasal
dari teks, baik secara eksplisit atau implisit diberikan oleh penulis terhadap hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang dilaporkan, yakni keadaan, peristiwa, dan tindakan. Modalitas sebagai
komentar atau perspektif dari penulis yang tertuang dalam teks dapat dibagi
menjadi empat jenis, yakni (1) kebenaran (epistemik), (2) keharusan, (3) izin
(deontik), dan (4) keinginan (intensionalitas).
Berbeda penyebutan istilah, menurut Alwi (1992:26), „modalitas dapat
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu (1) modalitas intensional, yang
mengungkapkan maksud keinginan, harapan, ajakan pembiaran, dan permintaan;
(2) modalitas epistemik, yang berhubungan dengan kemungkinan, keteramalan,
keharusan, dan kepastian; (3) modalitas deontik, yang berhubungan dengan izin
dan perintah; dan (4) modalitas dinamik, yang mengungkapkan makna
kemampuan’. Berikut ini adalah tabel jenis-jenis modalitas dan kata-kata penanda
yang dipakai untuk mewakilinya.
Tabel 2.2: jenis-jenis modalitas
No Jenis
Modalitas
Makna yang
Diungkapkan
Kata yang Digunakan
1 Intensional/
keinginan
a. Keinginan
b. Harapan
c. Ajakan
Keinginan: ingin, mau,
hendak, akan, menginginkan,
menhendaki, mendambakan,
berkeinginan, bertekad,
bermaksud, berhasrat
Harapan: mudah-mudahan,
semoga, moga-moga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
berharap, harapkan, dan
mengharapkan
Ajakan: imbau, mengajak,
mengimbau,mari (-lah), ayo
(-lah)
2 Epistemik/
keharusan
a. Kemungkinan
b. keteramalan
c. Kepastian
Kemungkinan: mungkin,
brangkali, dapat saja, bisa
saja, bisa jadi
Keteramalan: akan,
agaknya, tampaknya,
rasanya, kelihatannya,
menurut saya, menurut hemat
saya, pada hemat saya, saya
pikir, saya rasa, saya kira,
saya duga
Kepastian: pasti, tentu,
niscaya, dapat
3 Deontik/ izin a. Izin
b. Perintah
Izin: dapat, bisa, boleh,
mengizinkan,
memperbolehkan,
memperkenalkan, izinkan,
perbolehkan, dizinkan,
diperbolehkan,diperkenankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Perintah: harus, mesti
mengharuskan,
memerintahka, perintahkan,
diharuskan, diperintahkan
4 Dinamik/
kebenaran
Mempersoalkan sikap
pembicara terhadap
aktualisasi peristiwa.
Berikut ini kutipan (7) sebagai contoh penggunaan piranti modalitas
keharusan atau deontik dalam pemberitaan. Kutipan ini dari judul headline surat
kabar Media Indonesia.
(7) Parpol harus pulihkan kepercayaan… (Minggu, 18/02/2018)
Dengan modalitas keharusan ini, penulis menetapkan bahwa partisipan
yang dimunculkan pada pemberitaan dalam suatu proposisi seharusnya atau tidak
seharusnya melakukan tindakan dalam proposisi itu.
Dengan modalitas epistemik kepastian, penulis menyatakan kebenaran
tentang berita yang disampaikan. Contoh modalitas tersebut dapat diamati dengan
kutipan (8) berikut ini yang diambil dari judul berita surat kabar Kompas.
(8) Penyelundupan narkoba dipastikan masih akan terjadi. (22/02/2018)
(9) Kita tetap berharap kampanye pilkada serentak yang sudah dimulai
tetap diwarnai keriaan. (29/10/2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dengan modalitas berharap pada kutipan (9), yakni kalimat dalam tajuk
rencana surat kabar Kompas tanggal 29 Oktober 2016, surat kabar Kompas
menetapkan persetujuannya atas keinginannya kampanye pilkada serentak tetap
diwarnai keriaan atau kegembiraan. Dengan demikian kalimat itu memperlihatkan
perspektif surat kabar Kompas yang setuju dan mendukung terhadap nilai
demokrasi yang baik dan benar.
2.2.7 Surat Kabar Kompas
Menurut Dwi dan Rhoma (2007:827), „secara umum Kompas bisa disebut
menjadi salah satu media candradimuka tersemainya semangat inklusifisme dan
pluralisme di Indonesia. Berangkat dari acuan nilai itu, semua opini yang masuk
di halaman 4 (sekarang 6), mestilah berpijak pada kerangka besar humanisme
transendental itu‟. Opini yang dimaksud pada halman 6 yakni rubrik tajuk
rencana.
Menurut Jakob Otema (2008: 4), „humanisme transendental atau
kemanusiaan yang beriman, yang berarti menempatkan nilai dan asas
kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, diterjemahkan dalam bidang kegiatan yang
menunjang sepak terjang Kompas sesuai dengan konteks wilayah kerja masing-
masing, meliputi unit redaksi, bisnis, teknologi informasi, penelitian dan
pengembangan, dan sumber daya manusia-umum‟. Dengan penjelasan tersebut
maka terungkaplah bahwa selain surat kabar Kompas cenderung berpihak pada
nilai kemanusiaan, juga memandang keberagaman (baik wilayah maupun sumber
daya manusianya), dan kemajuan teknologi sebagai nilai yang harus dipelihara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Berikut ini dipaparkan juga nilai-nilai yang menjadi pilar surat kabar Kompas
beserta visi misinya.
Nilai-Nilai 5C Kompas (Caring, Credible, Competen, Customer Delight)
1. (Caring) peduli terhadap sesama
2. (Credible) dapat dipercaya dan diandalkan
3. (Competent) cakap dan terampil dalam bidangnya
4. (Competitive) terdorong untuk menjadi yang terunggul
5. (Customer delight) memberikan yang terbaik sehingga pelanggan merasa
puas
Berikut ini Visi Misi Kompas yang dilengkapi dengan penjelasan dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Visi Misi Kompas
Menjadi agen perubahan dalam pembangunan komunitas Indonesia yang lebih
harmonis (serasi, selaras), toleran (berperspektif tenggang rasa, berperspektif
menghargai pendirian orang lain; penyimpangan yang masih dapat diterima dalam
pengukuran kerja), aman (merasa bebas dari bahaya, merasa terlindungi) dan
sejahtera (aman sentosa dan makmur) dengan mempertahankan Kompas sebagai
„market leader‟ secara nasional melalui optimalisasi sumber daya serta sinergi
bersama mitra strategis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2.2.8 Prinsip-prinsip Penulisan Headline
Headline atau judul adalah “kepala berita” yang biasanya disusun
beberapa kata saja. Menurut Chaer (2010:20), „headline news harus dibuat
sedemikian rupa sehingga tampak menarik dan “hidup”. Umpamanya, untuk
membuat judul lebih “hidup” dan lebih menarik perhatian, lazim dibuat dengan
menanggalkan prefiks me- dan ber- yang ada pada verba atau kata kerjanya;
padahal pada bahasa ragam baku kedua prefiks itu harus disampaikan‟. Pendapat
serupa diutarakan oleh Sareb (2016:64), „bahwa judul adalah “mata kail” yang
sanggup menarik masuk seluruh perhatian dan daya cipta audience agar mau
mengikuti berita yang Anda tulis'.
Headline adalah bagian surat kabar yang paling sering diamati oleh pembaca
karena letaknya di halaman depan dan ditulis dengan ukuran tulisan yang cukup
besar. Melalui headline, pembaca secara umum memperoleh gambaran seluruh isi
berita hari itu. Rivers dan Mathews (1994) yang menyatakan bahwa sekitar 98%
dari semua pembaca surat kabar membaca berita yang di halaman muka.
Agar menarik, menurut Sareb (2016:64-66), menulis judul atau headline
berita dapat dilakukan dengan menggunakan bebarapa teknik dalam tabel berikut
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 2.3: teknik membuat judul atau headline berita.
No Teknik Definisi Contoh
1 “Apa-
Mengapa”
Teknik “apa-mengapa”
dimaksudkan untuk
mempermudah menyusun
judul dengan mengajukan
pertanyaan dengan kata tanya
“apa” dan “mengapa.
Pesawat Mandala (apa),
Jatuh (mengapa)
2 “Siapa-
Mengapa”
Di dalam sebuah peristiwa
pelaku (tokoh) dianggap
penting, dan merupakan
public figure, atau tokoh
yang tidak dikenal, namun
memiliki sisi menarik, maka
pola “siapa-mengapa” dapat
digunakan sebagai judul.
Lady Diana (siapa)
Mengalami Kecelakaan
Mobil (mengapa).
3 Intisari Berita
Wartawan yang meliput
peristiwa, menganggap
bahwa sisi yang penting
diangkat ialah apa yang
terjadi (what) dan siapa yang
menjadi korban (who).
Bom Kembali
Mengguncang Bali: 24
Orang Tewas, Puluhan
Lainnya Luka-Luka
4 Pola Hasil
Akhir
Pola membuat judul
menggunakan hasil akhir ini
Barcelona Permalukan
Real Madrid 4-0.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
sering dipakai wartawan,
terutama wartawan di bidang
olah raga.
5 Gunakan
Kalimat Aktif,
Bukan Pasif
Lazimnya, judul kalimat
menggunakan kalimat aktif
karena dayanya lebih
dahsyat.
1. Dua orang pemuda
memperkosa seorang
gadis cantik (kalimat
aktif)
2. Seorang gadis
cantik diperkosa,
lalu dibunuh
(kalimat pasif)
6 Judul Berita
Terdiri atas 4-7
Kata
Judul berita tidak panjang,
yang paling baik terdiri atas
4-7 kata. Namun, dalam kata
yang sangat singkat itu,
wartawan harus sanggup
memancing rasa ingin tau
pembaca.
2.2.9 Prinsip-Prinsip Penulisan Tajuk Rencana
Menurut Sumadiria (2004:82), „secara teknis jurnalistik, tajuk rencana
diartikan sebagai opini redaksi yang berisi aspirasi, pendapat, dan perspektif resmi
media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual dan atau kontroversial
yang terdapat dalam masyarakat‟. Perspektif resmi media pers inilah yang
mencerminkan sikap bahkan ideologi media massa itu. Ideologi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dimaksudkan adalah keyakinan media massa terhadap nilai yang ideal yang
kemudian dijadikan dasar dalam pemberitaannya, secara khusu tajuk rencana.
Menurut Mallarangeng (2010:10), „tajuk rencana adalah rubrik yang
membawakan visi atau opini suatu surat kabar tentang satu atau beberapa hal‟.
Mallarangeng juga menjelaskan bahwa penulis tajuk rencana adalah pemimpin
redaksi atau tim yang dibentuk pemimpin redaksi yang umumnya para wartawan
senior. Oleh karena itu isi rubrik tajuk rencana dipertanggungjawabkan oleh
redaksional.
Mallarangeng (2010: 12-13) juga secara rinci membedakan antara rubrik-
rubrik informasi dalam surat kabar dengan rubrik tajuk rencana sebagai berikut:
„Berbeda dengan informasi pada halaman-halaman lain yang
berpotensi objektif, tajuk rencana pada hakikatnya adalah informasi
yang subjektif-optionated news. Karena itu, jika dikatakan bahwa
informasi pada tajuk rencana bersifat subjektif dan pada rubrik-rubrik
lain, misalnya berita utama, bersifat objektif, maka yang dimaksudkan
sebenarnya lebih pada takaran serta kesadaran bahwa pada tajuk si
penulis sah dan harus sadar dalam menggunakan subjektivitas secara
maksimal. Dengan kata lain, orientasi yang ada pada tajuk adalah
subjektivitas yang objektif, sementara pada rubrik-rubrik news yang
lain adalah objektivitas yang subjektif‟.
Menutut Prof. Arpan dalam Mallarangeng (2010), fungsi tajuk rencana
adalah mendorong daya pikir pembaca dan mengajaknya berbincang-bincang
tentang sesuatu sebelum pendapat umum mengenai sesuatu itu terbentuk. Jadi
tajuk rencana ditujukan untuk membimbing dan memengaruhi masyarakat agar
mengambil perspektif tertentu terhadap suatu hal atau beberapa masalah. Pendapat
serupa juga diberikan oleh Charles A. Sprague dalam Mallarangeng (2010:16),
menegaskan bahwa „tajuk harus memerangi ketidakpedulian, ketakutan, hipokrisi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
rasialisme, dan pemikiran yang kabur‟. Tajuk rencana selain berfungsi sebagai
rubrik informasi juga bersifat persuasif bagi pembacanya.
Selain mengetahui sifat dan fungsinya, untuk dapat menganalisis tajuk
rencana, maka harus tahu juga unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Menurut Assegaff (1983:64) dalam Sumadiria (2004:83), „tajuk rencana
setidaknya harus mengandung lima unsur yang satu sama lain saling terkait: (1)
menyatakan suatu pendapat, (2) pendapat itu disusun secara logis, (3) singkat, (4)
menarik, serta dimaksudkan untuk, (5) mempengaruhi pendapat para pembuat
kebijakan dalam pemerintah atau masyarakat‟. Seperti dijelaskan di atas, tajuk
rencana adalah perspektif media massa terhadap peristiwa yang terjadi berupa
pendapat. Tajuk rencana ditulis secara singkat dan menarik, tetapi logis dan
referensial. Artinya, tajuk rencana sebagian besar ditulis menggunakan data dan
pendapat ahli guna meyakinkan pembaca.
Dalam konteks analisis wacana, pendapat atau sikap redaktur suatu media
masa sangat penting untuk mengungkapkan perspektifnya terhadap pemberitaan.
Selain itu, melalui pemahaman bahwa tajuk rencana merupakan sikap yang
mencerminkan ideologi suatu media inilah maka substansi tajuk rencana dapat
dijadikan salah-satu konteks yang diwajibkan dalam penelitian pragmatik dan
analisis wacana kritis. Hal itu ditegaskan oleh Louise Cummings (2007:5), „kita
tidak dapat mendapatkan definisi pragmatik yang lengkap bila konteksnya tidak
disebutkan‟.
Secara tegas Dwi dan Rhoma (2007:827) „berpendapat bahwa mencermati dua
rubrik, yakni opini dan tajuk rencananya, kita pun tahu bahwa nilai yang dibawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Kompas adalah humanisme transendental‟. Humanisme transendental adalah
kemanusiaan yang beriman, artinya surat kabar Kompas menempatkan nilai dan
asas kemanusiaan sebagai nilai tertinggi yang diwujudnyatakan dalam
pemberitaannya.
2.2.10 Nilai-nilai toleransi dan Keberagaman
Nilai toleransi berasal dari gabungan kata nilai dan toleransi. Menurut KBBI
(2008:468), „nilai merupakan kata benda yang berarti harga, sedangkan kata
bernilai merupakan kata keterangan yang berarti mempunyai harga, mempunyai
nilai; bermutu, berharga‟. Nilai adalah segala sesuatu yang dianggap berharga,
baik, dan benar. Menurut Budiyono (1938:140) „kata toleransi berasal dari bahasa
Latin, “tolerare” artinya menahan diri, berperspektif sabar, membiarkan orang
berpendapat lain, berhati lapang terhadap orang-orang yang berlainan aliran‟.
Dengan menggabungkan arti kedua kata tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai
toleransi adalah menjunjung tinggi perspektif sabar atau lapang dada terhadap
perbedaan yang dimiliki oleh orang lain.
Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Pusvita Sari (2015:vi), „bahwa toleransi
adalah perspektif atau sifat menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian,
pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasan, kelakuan dan sebagainya yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri dengan adanya perjanjian
internasional tentang toleransi ini‟. Sifat lapang hati dan membiarkan orang lain
berpendapat adalah inti dari nilai toleransi, karena perspektif toleran bukan berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
selalu menerima pendapat yang berbeda dari orang lain, melainkan mengakui
kebebasan hak-hak azasi orang lain dalam berpendapat dan berkeyakinan.
Dalam konteks Indonesia yang memiliki beraneka ragam suku, agama, bahasa,
dan budaya, perspektif toleransi menjadi penting. Hal ini menjadi acuan para
pendiri bangsa dalam menyusun ideologi dan perundang-undangan. Dalam
Pembukaan UUD 1945, alinea pertama misalnya, dinyatakan, “Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”. Dari pernyataan tersebut, kemudian negara
memiliki peran menjamin dan melindungi hak kemerdekaan seluruh warga negara
Indonesia.
Nilai-nilai toleransi di Indonesia menurut Budiyono (1983:159) antara lain:
1. „Mengakui hak orang lain
2. Menghormati keyakinan orang lain
3. Setuju di dalam perbedaan
4. Saling mengerti
5. Kesadaran dan kejujuran
6. Jiwa falsafah Pancasila‟.
Toleransi juga dinyatakan dalam sila-sila Pancasila, khususnya sila ke-2, ke-3
dan sila ke-5. Sila kedua yang berbunyi, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
berarti menempatkan martabat manusia sebagai pilar negara. Menurut Yudi Latif
(2011:238), „sila kemanusiaan adalah humanisasi secara lahir maupun batin.
Paham kemanusiaan tersebut dilengkapi oleh konsep keadilan dan keberadaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Artinya, penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia berdasarkan
keseimbangan lahiriah maupun batiniah‟.
Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” juga merupakan penghargaan
terhadap keberagaman dan nilai toleransi. Persatuan antarsuku bangsa merupakan
kekuatan bangsa Indonesia. Yudi Latif (2011:373) mengutip ungkapan Soekarno,
„bahwa membangun rasa kebangsaan dengan membangkitkan sentimen
nasionalisme yang menggerakkan “suatu itikat, suatu keinsyafan rakyat, bahwa
rakyat itu adalah satu golongan, satu bangsa”‟.
Sila kelima yang berbunyi, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”,
juga merupakan wujud nyata nilai toleransi menjadi dasar negara. Keadilan yang
dimaksudkan untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan staus sosial,
golongan, suku dan budaya terentu. Menururt Hamid dkk (2012:287), „sila kelima
merupakan sila yang menganut paham persamaan dan keseimbangan antara hak
dan kewajiban‟.
Yudi Latif (2011:243) „lebih tegas menjelaskan bawa kesadaran akan
kedudukan sebagai bangsa dilandasi oleh rasa hormat teradap sesama manusia.
“Kesadaran akan kesamaan dan kesederajatan antarbangsa yang dilandasi oleh
penghargaan atas martabat manusia dan saling hormat antarsesama warga bangsa
dan umat manusia. Kini, hanya bangsa yang menghargai hak-hak azasi
manusialah yang dianggap sebagai bangsa yang beradab‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2.3 Kerangka Berpikir
Setelah mengkaji berbagai teori dan hasil penelitian yang berkaitan dengan
penelitian ini, peneliti menyusun kerangka berpikir sebagai kerangka dasar untuk
menganalisis masalah penelitian ini sebagai berikut.
1. Penelitian ini lebih berorientasi pada perspektif surat kabar Kompas
terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman atau nilai keindonesiaan
pada umumnya, peneliti ini menggunakan 5 nilai yang diyakini dan visi
misi surat kabar Kompas guna memberi pemahaman dasar ideologi surat
kabar tersebut apakah sesuai dengan indikasi nilai-nilai toleransi dan
keberagaman atau tidak.
2. Untuk fenomena apa saja jenis piranti keransitifan dan modalitas yang
digunakan surat kabar Kompas pada headline dan tajuk rencananya untuk
memberitakan isu-isu tentang toleransi dan keberagaman, peneliti
menggunakan teori piranti modalitas yang dikemukaan Fowler dalam
Widharyanto (2000) dan Alwi (1992) dan teori ketransitifan yang
dikemukakan Abdul Chaer (2008) dan Widharyanto (2000).
3. Untuk fenomena apakah piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas
yang digunakan surat kabar Kompas untuk memanifestasikan perspektif
terhadap nilai toleransi dan keberagaman, peneliti mengunakan teori
perspektif Widharyanto (2000) untuk membedah fenomena tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian tentang “Analisis Ketransitifan dan Modalitas pada Headline dan
Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas dalam Pemberitaan Pilkada DKI Jakarta
2017 Periode September 2016-Desember 2016: Tinjauan Analisis Wacana
Kritis”, termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penggunaan
pendekatan kualitatif deskriptif pada penelitian ini didorong oleh beberapa sifat
yang tampak dalam penelitian yang dikaji serta tujuan penelitian yang ingin
dicapai.
Pertama, objek penelitian yang dikaji adalah fenomena perspektif dalam
bahasa headline dan tajuk rencana surat kabar Kompas yang dimanifestasikan ke
dalam bentuk piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas. Fenomena yang
dikaji ini memiliki latar alami atau fenomena sosial yang diberitakan di sebuah
surat kabar. Kealamian itu tampak pada penggunaan bahasa dalam pembentukkan
headline dan tajuk rencana untuk memberitakan isu-isu tentang toleransi dan
keberagaman pada masa Pilkada DKI Jakarta 2017.
Selain itu, objek penelitian yang berupa fenomena perspektif dalam kata dan frasa,
dan klausa pada headline serta kata, frasa, klausa, dan kalimat, pada tajuk rencana
hanya dapat ditafsirkan oleh peneliti sendiri, dalam hal ini peneliti sebagai
instrumen inti. Keterlibatan yang mendalam antara peneliti dengan kata dan frasa,
dan klausa pada headline serta kata, frasa, klausa, dan kalimat, pada tajuk rencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
merupakan kunci untuk memahami perspektif yang dibangun surat kabar Kompas
terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman. Keterlibatan peneliti dengan yang
diteiti ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2017: 38), „dalam
penelitian kualitatif peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti, bahkan
menemukan dan mengkonstruksi makna terhadap apa yang diobservasi‟.
Kedua, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan tentang penggunaan piranti
kebahsaan ketransitifan da modalitas (bahasa Indonesia) oleh surat kabar serta
penjelasan pengaruh faktor-faktor di luar kebahasaan yang mempengaruhi
penggunaan bahasa tersebut. Secara rinci deskripsi itu mengenai (1) jenis-jenis
piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas yang digunakan surat kabar
Kompas dalam headline dan tajuk rencananya untuk memberitakan isu-isu
toleransi dan keberagaman dan (2) perspektif surat kabar Kompas terhadap nilai
toleransi dan keberagaman yang dianifestasikan ke dalam piranti kebahasaan
ketransitifan dan modalitas pada headline dan tajuk rencananya.
Ketiga, hasil penelitian ini tidak terlepas dari interpretasi peneliti terhadap
data yang diteliti. Proses interpretasi peneliti terhadap apa yang diteliti ini sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2017: 38), „Metode ini juga sering disebut sebagai
metode interpretative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan
interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Dalam penelitian ini data-
data ditemukan pada headline dan tajuk rencana surat kabar Kompas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3.2 Data dan Sumber Data
Data penelitian tentang analisis piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas
pada headline dan tajuk rencana surat kabar Kompas ini berupa objek dan
konteksnya. Objek penelitian dalam hal ini adalah (1) jenis-jenis piranti
kebahasaan ketransitifan dan modalitas yang terdapat dalam kata, frasa, klausa,
kalimat, dan paragraf, (2) fenomena perspektif atau sikap surat kabar Kompas
terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman yang dimanifestasikan ke dalam
piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas. Dengan demikian wujud data
penelitian ini ada dua, yakni wacana secara keseluruhan dan satuan kebahasaan
seperti paragraf, kalimat, klausa, frasa, dan kata baik yang terdapat dalam judul
headline maupun pada tajuk rencana.
Wujud data pertama adalah teks berita yang berupa judul headline, judul tajuk
rencana dan isi tajuk rencana secara keseluruhan. Teks-teks tersebut dipergunakan
untuk mengungkap objek penelitian yang berupa jenis-jenis piranti kebahasaan
ketransitifan dan modalitas yang digunakan surat kabar Kompas. Karakteristik
teks yang dipergunakan sebagai data penelitian adalah sebgai berikut. Pertama,
teks berita ini menginformasikan peristiwa sosial politik, seperti isu-isu toleransi,
keberagaman, berita bohong (hoax), demokrasi, penegakkan hukum dan seputar
pilkada Jakarta sendiri. Subjek berita yang seperti ini cenderung memunculkan
perspektif berupa keyakinan atau ideologi sebuah surat kabar. Kedua, teks
peristiwa sosial politik tersebut dilaporkan dalam bentuk headline dan tajuk
rencana yang dimuat oleh surat kabar Kompas. Peristiwa yang dilaporkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
bentuk headline dan tajuk rencana tersebut terjadi pada masa pilkada DKI Jakarta
2017, yakni edisi September 2016 hingga Desember 2016.
Seperti sudah dijelaskan pada BAB I, surat kabar yang dipilih sebagai sumber
data adalah urat kabar Kompas. Alasan dipilihnya surat kabar Kompas sebagai
sumber data, karena surat kabar Kompas merupakan surat kabar nasional.
Karakteristik surat kabar nasional antara lain: pertama, dari lingkup informasi
yang disediakan mencakup seluruh Indonesia dan berorientasi kepada pembaca
secara nasional pula. Kedua, pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
sebagai medium penyampai pesan.
Periodesasi yang ditentukan sebagai sumber data penelitian adalah pada masa
pilkada DKI 2017, yakni surat kabar Kompas yang terbit antara bulan September
2016 hingga Desember 2016. Pemilihan periodesasi tersebut sebagai sumber data
penelitian karena pada massa pilkada tersebut berbagai peristiwa sosial dan
politik, termasuk isu-isu toleransi dan keberagaman sering muncul. Dengan
demikian, penggunaan teori analisis wacana kritis akan semakin relevan untuk
membuktikan hubungan antara bahasa dan ideologi atau bahasa sebagai alat
politik.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi, yakni
peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen yang berupa surat kabar Kompas pada
bagian headline dan tajuk rencana periode September 2016 hingga Desember
2016. Selanjutnya, metode dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dan
metode padan yang dikemukakan Sudaryanto (2015). Sebelumnya, dalam buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Sudaryanto itu, diterima pandangan bahwa teknik merupakan jabaran metode
yang ditentukan oleh alat yang dipakai (cf. Saudaryanto, 1992,26). Teknik yang
ada oleh Sudaryanto dibedakan menjadi dua, yakni teknik dasar dan teknik
lanjutan.
Pertama, teknik dasar, menurut Sudaryanto (2015,25), „teknik dasar yang
dimaksud disebut “teknik pilah unsur penentu. Adapun alatnya adalah daya pilah
yang bersifat mental yang dimiliki penelitinya”‟. Dalam penelitian ini, data
dipilah berdasarkan unsur penentu, pertama, teks-teks headline dan tajuk rencana
surat kabar Kompas periode September 2016 hingga desember 2016 yang
bertemakan isu-isu toleransi, keberagaman, demokrasi, penegakkan hukum,
kampanye pilkada, kabar bohong (hoax), dan peristiwa sosial politik lainnya.
Kedua, unsur penentu kedua berupa indikator-indikator piranti kebahasan
ketransitifan dan modalitas.
Kedua, teknik lanjutan, Sudaryanto (2015:31), „dalam teknik penelitian yang
sesungguhnya, hubungan padan itu berupa hubungan banding antara semua unsur
penentu yang relevan dengan semua unsur data yang ditentukan‟. Dalam
penelitian ini, teknik kedua ini dilakukan secara cermat dan berkali-kali dikoreksi
kembali agar didapatkan data yang sesuai dengan indikator-indikator piranti
kebahsaan ketransitifan dan modalitas. Secara rinci prosedur pengumpulan data
adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti mengumpulkan surat kabar sumber data,
yakni surat kabar Kompas yang terbit antara bulan September 2016 hingga bulan
Desember 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Pertama, peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen yang berupa surat kabar
Kompas khususnya pada bagian headline dan tajuk rencana periode September
2016 hingga Desember 2016, kemudian membacanya, mengkajinya, dan
menentukan mana saja dari headline dan tajuk rencana itu yang memenuhi kriteria
untuk kemudian diangkat menjadi data penelitian. Adapun kriteria pertama yang
ditentukan adalah teks-teks headline dan tajuk rencana yang memberitakan isu-isu
toleransi, keberagaman, demokrasi, penegakkan hukum, kampanye pilkada, kabar
bohong (hoax), dan peristiwa sosial politik lainnya.
Kedua, peneliti membaca headline-headline dan teks-teks tajuk rencana
itu secara sekilas untuk menyeleksi berdasarkan tema yang telah ditentukan, yakni
isu-isu pilkada, intoleransi, hoax, antikebinekaan, penegakkan hukum, dan
demokrasi. Data-data yang memenuhi kriteria diangkat sebagai data penelitian.
Ketiga, peneliti membaca teks-teks headline dan tajuk rencana yang sudah
diklasifikasikan itu secara cermat dan kritis untuk menemukan data-data
penelitian. Data-data tersebut berupa kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf
sesuai prinsip-prinsip piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas yang telah
dijelaskan di BAB II, yang memperlihatkan objek penelitian.
Keempat, peneliti memasukkan data-data penelitian yang sudah ditemukan
itu ke dalam file data di komputer. File data di komputer terdiri atas dua bagian,
yakni (1) file data jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan, (2) file data jenis-
jenis piranti kebahasaan modalitas. Kedua data ini digunakan untuk menjawab
rumusan masalah satu yakni pemaparan tentang jenis-jenis piranti kebahasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
ketransitifan dan modalitas sekaligus untuk menjawab rumusan masalah kedua
yakni bagaimana jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan tersebut digunakan
untuk memanifestasikan perspektif surat kabar Kompas terhadap nilai-nilai
toleransi dan keberagaman.
Kelima, peneliti menyusun satuan-satuan data pada masing-masing file
data, dan memberi kode untuk masing-masing satuan data dengan kode seperti: (I)
kode untuk data jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan, (II) kode untuk data
jenis-jenis piranti kebahasaan modalitas. Pada data jenis-jenis piranti kebahasaan
ketransitifan, kode (I) masih dilengkapi dengan subkode yang berupa angka 1, 2,
3 dan seterusnya untuk menandai jenis-jenis ketransitifan yang mengungkapkan
proses perbuatan, proses kejadian, proses mental, dan proses verbal. Pada data
jenis-jenis piranti kebahasaan modalitas, kode (II) masih dilengkapi dengan
subkode yang berupa angka 1, 2, 3, dan seterusnya untuk menandai jenis-jenis
modalitas, yakni modalitas kebenaran, modalitas keharusan, modalitas keinginan
dan modalitas izin.
Setelah data terkumpul, data-data tersebut diberi kode. Data untuk
headline diberi kode berupa huruf [H] disertai nomor untuk mengurutkan data
berdasarkan tanggal pemberitaan. Untuk data tajuk rencana, data-data diberi kode
dengan huruf (T) disertai dengan nomor untuk mengurutkan data berdasarkan
tanggal pemberitaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Data yang terdiri
atas data kata, frasa, klausa, kalimat dan paragraf hanya dapat diperoleh peneliti
melalui keterlibatan langsung dengan teks-teks headline dan tajuk rencana itu
dengan membaca dan memahaminya. Hal ini seperti yang diungkapkan Sugiyono
(2011:216), „pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu,
melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu
tentang situasi sosial tersebut‟.
Menurut Moelong (1989:21), „pencari tahu alamiah pengumpulan data
lebih banyak bergantung pada dirinya sebagi alat pengumpulan data. Orang
(peneliti) sebagai instrumen memiliki senjata “dapat memutuskan” yang secara
luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dan dapat
mengambil keputusan‟. Jadi, peneliti sebagai instrumen utama berperan dalam
memilih dan memutuskan data mana yang akan diangkat sebagai data penelitian.
Agar peneliti dapat berperan sebagai instrumen pengumpul data yang
efektif, (1) peneliti membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan wawasan
yang luas yang berkaitan dengan masalah piranti-piranti kebahasaan ketransitifan
dan modalitas dilihat dari aliran bahasa struktural dan pascatruktural untuk
memahami pemanfaatan kedua piranti tersebut untuk memanifestasikan perspektif
oleh sebuah surat kabar, (2) peneliti menggunakan instrumen pembantu seperti
komputer untuk memproses data di dalam file-file dokumen mulai dari
pengetikan, penyimpanan, pengklasifikasian, dan pengkodean.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
3.5.1 Analisis Data Untuk Masalah Pertama
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode padan.
Menurut Sudharyanto (2015:15), „metode padan, alat penentunya di luar, terlepas,
dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode itu
dapat dibedakan macamnya paling tidak menjadi lima sub-jenis berdasarkan
macam alat penentu yang dimaksud‟. Sudharyanto lebih lanjut menjelaskan
macam-macam sub-jenis metode padan sebagai berikut:
Metode itu dapat dibedakan macamnya paling tidak menjadi
lima sub-jenis berdasarkan macam alat penentu yang dimaksud. Sub-
jenis yang pertama, alat penentunya ialah kenyataan yang ditunjuk
atau diacu oleh Bahasa atau referent Bahasa; sub-jenis yang kedua,
alat penentunya organ pembentuk Bahasa atau organ wicara; dan sub-
jenis yang ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut alat penentunya
bahasa lain atau langue lain, perekam dan pengawet Bahasa (yaitu
tulisan), serta orang yang menjadi mitra-wicara.
Dalam penelitian ini menggunakan sub-jenis yang pertama, alat
penentunya ialah kenyataan yang ditunjuk atau diacu oleh Bahasa atau referent
Bahasa. Data-data yang diperoleh dari headline dan tajuk rencana surat kabar
Kompas yang terbit September 2016 hingga Desember 2016 dipadankan dengan
alat penentunya, yakni indikasi-indikasi ketransitifan dan modalitas yang telah
dijelaskan di BAB II. Sudharyano (2016:15-16) menjelaskan bahwa „objek
sasaran penelitian itu, kesejatiannya atau identitasnya ditentukan berdasarkan
tingginya kadar kesepadanannya, keselarasannya, kesesuaiannya, kecocokannya,
atau kesamaannya dengan alat penentu yang bersangkutan yang sekaligus
menjadi standard atau pembaku-nya‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Analisis terhadap headline dan teks tajuk rencana surat kabar Kompas
untuk menunjukkan jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas apa
saja yang digunakan surat kabar Kompas untuk memberitakan isu-isu tentang
toleransi dan keberagaman. Untuk data piranti kebahasaan ketransitifan, peneliti
menggunakan teori yang dikemukakakn oleh Abdul Chaer (2008) dan
Widharyanto (2000), sedangkan untuk data jenis-jenis modalitas, peneliti
menggunakan teori modalitas yang dikemukakan Widharyanto (2000) dan Alwi
(1992).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:1484), „transitif
bersangkutan dengan kata kerja yang memerlukan objek‟. Pengertian serupa juga
dikemukakan oleh Chaer (2008:79), „verba transitif merupakan verba yang
memiliki objek, sedangkan verba intransitif merupakan verba yang tidak memiliki
objek‟. Dalam analasis wacana kritis, ketransitifan digunakan untuk
mengungkapkan interpretasi pengalaman seseorang terhadap suatu peristiwa.
Gagasan-gagsan tersebut nantinya akan memperlihatkan perspektif seseorang
tentang peristiwa yang dialaminya.
Pengalaman-pengalaman yang dimaksud Halliday dalam Widharyanto
(2000:60) „antara lain: (1) proses material yang berwujud perbuatan atau kejadian,
(2) proses mental yang berupa pemikiran, penglihatan, atau perasaan, (3) proses
verbal baik dengan ucapan langsung maupun tidak langsung, dan (4) proses
relasional baik yang bersifat atribut maupun posesif‟. Dengan demikian
penggolongan ketransitifan didasarkan pada proses yang diperlihatkan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pengalaman-pengalaman tersebut, yakni proses perbuatan, proses kejadian, proses
mental, dan proses verbal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:923), „modalitas
merupakan, (1) klasifikasi pernyataan menurut hal menyungguhkan atau
mengingkari kemungkinan atau keharusan, (2) cara pembicara menyatakan sikap
terhadap suatu situasi di suatu komunikasi antarpribadi, (3) makna kemungkinan,
keharusan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat
(di Bahasa Indonesia dinyatakan dengan kata barangkali, harus, dsb)‟.
Dalam analisis wacana, modalitas dapat dimanfaatkan untuk melihat
perspektif seseorang terhadap peristiwa melalui tuturan atau tulisannya. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini digunakan teori modalitas yang dikemukakan
Widharyanto (2000) dan Alwi (1992). Kedua ahli ini menggunakan teori
modalitas guna membuktikan perspektif surat kabar atau wartawan sebagai
penulis terhadap peristiwa yang dituliskannya. Dua ahli ini memiliki perbedaan
penyebutan terhadap jenis-jenis modalitas, misalnya Widharyanto menyebut
modalitas keinginan sedangkan Alwi menyebutnya dengan sebutan modalitas
intensionalitas, keharusan sebagai epistemik, kebenaran sebagai dinamik, dan izin
sebagai deontik.
3.5.2 Analisis Data Untuk Masalah Kedua
Data bentuk-bentuk ekspresi bahasa atau piranti kebahasaan berwujud
paragraf, kalimat, yakni jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas
klausa dan kata yang sebelumnya telah dijelaskan di analisis data untuk masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pertama, kemudian dianalisis untuk mengetahui perspektif seorang wartawan atau
surat kabar yang dimanifestasikan di dalamnya. Untuk menganalisis data-data ini
maka digunakan teori Widharyanto (2000). Berikut ini uraian untuk masing-
masing analisis data.
3.5.2.1 Analisis Data Ketransitifan
Data ketransitifan berwujud kalimat dan klausa. Kalimat dan klausa tersebut
dianalisis struktur semantisnya untuk mengetahui: (1) proses semantis yang
dibawakannya, (2) partisipan-partisipan yang terlibat dalam proses tersebut, dan
(3) keadaan yang berhubungan dengan proses tersebut (Widharyanto, 2000:131).
Pemilihan proses tertentu, yang di dalamnya ditampilkan partisipan-partisipan
serta keadaan yang erat kaitannya dengan proses tersebut memperlihatkan
keberpihakkan tertentu.
3.5.2.2 Analisis Data Modalitas
Data modalitas berwujud kalimat, yang kemudian ada unsurnya yang
merupakan modalitas. Unsur atau kata modalitas di dalam kalimat akan dianalisis
maknanya untuk mengetahui sikap wartawan terhadap proposisi yang dibawakan
dalam kalimat tersebut. Sikap wartawan itu mencerminkan pengetahuan, gagasan,
dan keyakinan yang dianut yang terekspresikan di dalam modalitas kebenaran,
keharusan, dan keinginan (Widharyanto, 2000:133). Pilihan modalitas tertentu
akan memperlihatkan keberpihakkan media massa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
3.6 Triangulasi
Agar diperoleh temuan dan interpretasi yang benar tentang fenomena (1)
jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas, (2) perspektif
pemberitaan yang dimanifestasikan ke dalam piranti ketransitifan dan modalitas
pada headline dan tajuk rencana, maka perlu dilakukan pemeriksaan keabsahan
temuan, caranya dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi menurut Moeloeng
(2007) adalah pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu, sehingga data itu layak digunakan sebagai data penelitian.
Dalam penelitian ini dilakukan triangulasi penyidik dan triangulasi teori.
Triangulasi penyidik adalah triangulasi dengan cara memanfaatkan ahli dalam
bidangnya untuk memeriksa derajat keakuratan data. Dalam triangulasi penyidik,
peneliti memilih Bapak A. Danang Satria Nugraha S.S., M. A, Dosen Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta sebagai triangulator. Peneliti
memberikan analisis data kepada triangulator, kemudian triangulator memeriksa
analisis data tersebut.
Adapun triangulasi teori adalah triangulasi dengan cara membandingkan data
dengan teori pada landasan teori yang dijelaskan pada BAB II. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan teori ketrasnitifan Abdul Chaer dan Widharyanto, teori
modalitas Widharyanto dan Alwi. Untuk mengungkap perspektif peneliti
menggunakan teori perspektif Widharyanto (2000) untuk menganalisis fenomena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
perspektif surat kabar terhadap peristiwa, tokoh, dan ideologi nilai tertentu yang
dimanifestasikan ke piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini melaporkan pembahasan temuan-temuan penelitian sekaligus
deskripsinya. Sistematika pelaporan disusun sebagai berikut: (1) jenis-jenis piranti
kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas yang digunakan surat
kabar Kompas dalam headline dan tajuk rencananya pada masa pilkada DKI
Jakarta tahun 2017; (2) pembahasan temuan tentang manifestasi perspektif
pemberitaan headline dan tajuk rencana oleh surat kabar Kompas ke dalam piranti
kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas.
4.1 Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini berupa kalimat dan klausa dari headline dan
artikel tajuk rencana surat kabar Kompas. Data tersebut diambil pada periode
September 2016 hingga Desember 2016. Jumlah judul headline dan artikel tajuk
rencana yang dianalisis masing-masing sebanyak 11 judul headline dan 11 artikel
tajuk rencana. Data dari 11 judul headline dan 11 artikel tajuk rencana kemudian
digolongkan menjadi dua, yakni data untuk ketransitifan dan data untuk
modalitas. Kategori data ketransitifan dan kategori data modalitas nantinya masih
digolongkan berdasarkan jenis-jenis kedua kategori tersebut. Berikut ini
dipaparkan data-data tersebut secara lebih rinci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
4.1.1 Jenis-jenis Piranti Kebahasaan Ketransitifan dan Modalitas dalam
Headline dan Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas
Data yang menandai piranti kebahasaan ketransitifan dapat
diklarifikasikan menjadi 4 jenis data, yakni (1) ketransitifan perbuatan, (2)
ketransitifan kejadian, (3) ketransitifan verbal, dan (4) ketransitifan mental. Data
yang menandai piranti kebahasaan modalitas dapat diklasifikasikan menjadi 4
jenis data, yakni (1) modalitas keharusan, (2) modalitas kebenaran, (3) modalitas
keinginan, dan (4) modalitas izin.
Melalui teori ketransitifan dan modalitas yang telah dijelaskan pada BAB
II, data yang diperoleh itu kemudian dicocokkan dengan indikator-indikator jenis-
jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas. Indikator-
indikator tersebut berupa kata penanda yang menunjukkan jenis kedua piranti
kebahasaan tersebut. Data ketransitifan dianalisis dengan kata kerja yang
digunakan dalam sebuah klausa atau kalimat. Kata kerja yang digunakan akan
menampilkan partisipan tertentu dan proses tertentu, misalnya proses perbuatan,
kejadian, mental atau verbal. Untuk mengungkap perspektif surat kabar terhadap
peristiwa yang diberitakannya, proses-proses tersebut dapat digunakan untuk
membuktikannya.
Data modalitas dianalisis berdasarkan kata-kata penanda modalitas yang
digunakan. Kata-kata tersebut dapat mengungkapkan modalitas kebenaran,
modalitas keharusan, modalitas keinginan, dan mdalitas izin sebagai bentuk
ekspresi dan keyakinan wartawan atau surat kabar. Untuk mengungkap perspektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
surat kabar terhadap peristiwa yang diberitakannya, jenis modalitas tersebut dapat
dipakai untuk mengugkap sikap wartawan atau surat kabar terhadap suatu
peristiwa atau tokoh tertentu. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan
terhadap 11 judul headline dan 11 tajuk rencana surat kabar Kompas yang terbit
pada September 2016 hingga Desember 2016, diperolehlah data piranti
kebahasaan ketransitifan sebanyak 58 data yang terdiri dari 12 data ketransitifan
kejadian, 19 data ketransitifan perbuatan, 14 data ketransitifan verbal, dan 13 data
ketransitifan mental. Data piranti kebahasaan modalitas yang diperoleh sebanyak
77 data yang terdiri dari 22 data modalitas keharusan, 18 data modalitas
keinginan, 25 data modalitas kebenaran, dan 13 data modalitas izin. Data-data
piranti kebahasaan ketransitifan dan modalitas yang diperoleh berbentuk kata,
frasa, dan klausa.
4.1.2 Perspektif Surat Kabar Kompas dalam Headline dan Tajuk
Rencananya
Data yang dianalisis untuk rumusan masalah kedua ini sama dengan data
yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah satu, baik dari segi bentuk
maupun jumlah datanya. Perbedaan antara data yang digunakan untuk menjawab
rumusan masalah satu dan dua, yakni data dalam rumusan masalah kedua ini
disertakan kalimat secara utuh untuk mengetahui konteks situasi dan ideologi
yang dibawakannya.
Data tersebut dianalisis secara kritis untuk mengungkap sikap atau
keyakinan surat kabar Kompas yang dicerminkan dengan penggunaan piranti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kebahasaan ketransitifan dan modalitas. Data ketransitifan dianalisis melalui
penggunaan kata kerjanya yang menempati fungsi predikat dalam kalimat. Selain
itu analisis juga dilakukan pada fungsi subjek dan objek yang dalam ilmu-ilmu
sosial lainnya disebut sebagai pelaku dan korban/tujuan. Data piranti kebahasaan
modalitas dianalisis ekspresi ideasioanal yang dibawakan pada kata-kata
modalitas yang diguanakan. Ekspresi itulah yang menadakan penilaian dan
keyakinan wartawan atau surat kabar terhadap peristiwa yang dilaporkannya.
4.2 Analisis Data
Berikut ini diuraikan analisis data, yakni analisis data jenis-jenis piranti
kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas yang digunakan oleh
surat kabar Kompas pada masa pilkada DKI Jakarta 2017, yakni pada bulan
September 2016 hingga bulan Desember 2016 dalam headline dan tajuk
rencananya. Kedua, analisis data tentang manifestasi perspektif surat kabar
Kompas terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman ke dalam jenis-jenis
piranti kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas.
4.2.1 Jenis-Jenis Piranti Kebahasaan Ketransitifan dan Modalitas dalam
Headline dan Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas
Pada bagian ini diuraikan analisis temuan data jenis-jenis piranti
kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas secara rinci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
4.2.1.1 Jenis-Jenis Piranti Kebahasan Ketransitifan
Jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan yang ditemukan adalah sebagai
berikut.
4.2.1.1.1 Ketransitifan Perbuatan
Data ketransitifan perbuatan yang ditemukan sebanyak 19 data. Berikut ini
diberikan 2 contoh data yang menyatakan proses material perbuatan tersebut.
(1) SBY Temui Wapres dan Wiranto (KH1: judul headline 2 November
2016)
(2) Jokowi-Prabowo Kembangkan Budaya Baru (KH2: judul headline18
November 2016)
Kedua data yang berupa klausa di atas merupakan data ketransitifan yang
menampilkan proses material perbuatan. Pada data (1) dapat dilihat dari pemilihan
kata kerja temui sebagai pengisi fungsi predikat yang kemudian diikuti partisipan
tujuan berupa dua nomina (Wapres dan Wiranto) pengisi fungsi objek serta
adanya partisipan pelaku berupa nomina (SBY) sebagai pengisi fungsi subjek.
Kata kerja temui pada data (1) memperlihatkan makna perbuatan yang diakukan
oleh partisiapan (SBY) terhadap partisipan tujuan (Wapres dan Wiranto). Dengan
demikian klausa itu termasuk ke dalam data ketransitifan yang menampilkan
proses perbuatan.
Pada data (2) dapat dilihat dari pemilihan kata kerja kembangkan sebagai
pengisi fungsi predikat yang kemudian diikuti partisipan tujuan berupa frasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
nomina (Budaya Baru) pengisi fungsi objek serta adanya partisipan pelaku berupa
dua nomina (Jokowi-Prabowo) sebagai pengisi fungsi subjek. Kata kerja
kembangkan pada data (2) memperlihatkan makna perbuatan yang dilakukan oleh
partisipan (Jokowi-Prabowo) terhadap partisipan tujuan (budaya baru). Dengan
demikian klausa itu termasuk ke dalam data ketransitifan yang menampilkan
proses perbuatan. Untuk data-data sejenis yang menyatakan ketransitifan proses
perbuatan dapat dilihat di BAB LAMPIRAN pada kode data KHI dan KH2 untuk
data ketransitifan proses perbuatan dalam judul headline, dan KT13 hingga KT29
untuk data ketransitifan proses perbuatan dalam tajuk rencana.
4.2.1.1.2 Ketransitifan Kejadian
Data ketransitifan kejadian yang ditemukan sebanyak 12 data. Berikut ini
diberikan 2 contoh data yang menyatakan proses material kejadian tersebut.
(3) Sosok Negarawan Dibutuhkan (KH5: judul headline 24 November 16)
(4) Optimisme itu yang ditegaskan Presiden Joko Widodo di pengujung
akhir tahun 2016. (KT33: tajuk rencana 24 Desember 2016)
Kedua data di atas merupakan data ketransitifan yang menampilkan proses
material kejadian. Pada data (3) dapat dilihat dari pemilihan kata kerja dibutuhkan
sebagai pengisi fungsi predikat yang didahului partisipan pelaku berupa frasa
nomina (Sosok Negarawan) sebagai pengisi fungsi subjek. Dengan demikian
klausa itu termasuk ke dalam data ketransitifan yang menampilkan proses
kejadian atau apa yang terjadi. Dipilihnya kata kerja dibutuhkan juga
mencerminkan perspektif positif surat kabar Kompas terhadap praktik kenegaraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dan kebangsan di Indonesia, karena kata kerja dibutuhkan bermakna penting dan
mendesak.
Pada data (4) juga dapat dilihat dari pemilihan kata kerja ditegaskan
sebagai pengisi fungsi predikat dan partisipan-partisipan yang dimunculkan.
Dengan demikian kalimat itu termasuk ke dalam data ketransitifan yang
menampilkan proses material kejadian atau apa yang terjadi. Dipilihnya kata kerja
ditegaskan memperlihatkan perspektif positif atau mendukung surat kabar
Kompas terhadap nilai-nilai keindonesiaan yang berpengharapan. Untuk data-data
sejenis yang menyatakan ketransitifan proses kejadian dapat dilihat di BAB
LAMPIRAN pada kode data KH3, KH4, dan KH5 untuk data ketransitifan proses
kejadian dalam judul headline, dan KT30 hingga KT38 untuk data ketransitifan
proses kejadian dalam tajuk rencana.
4.2.1.1.3 Ketransitifan Verbal
Data ketransitifan verbal yang ditemukan sebanyak 14 data. 14 data
tersebut masih digolongkan menjadi proses verbal kutipan langsung dan proses
verbal kutipan tidak langsung. Data yang menunjukkan proses verbal kutipan
langsung sebanyak 10 data. Data yang menunjukkan proses verbal kutipan tidak
langsung sebanyak 4 data. Berikut ini diberikan 2 contoh data untuk masing-
masing data proses verbal tersebut.
Berikut ini dua contoh data ketransitifan yang menunjukkan proses verbal
kutipan langsung.
(5) Hormati Proses Hukum (KH10: judul headline 20 November 2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(6) MUI: Kemajemukan Bangsa Mesti Dipertahankan (KH12: judul
headline 24 September 2016)
Kedua data di atas merupakan data ketransitifan yang menampilkan proses
verbal kutipan langsung. Pada data (5) merupakan kutipan langsung surat kabar
Kompas yang dijadikan judul tajuk rencana tanggal 17 November 2016. Dalam
kutipan itu digunakan kata kerja hormati yang kemudian diikuti partisipan tujuan
(proses hukum). Dipilihnya data (5), Hormati Proses Hukum sebagai judul
headline pada tanggal 20 November 2016 telah memperlihatkan perspektif positif
atau mendukung surat kabar Kompas terhadap nilai keadilan di Indonesia.
Data (6) merupakan kutipan langsung dari MUI yang dijadikan judul
headline oleh surat kabar Kompas pada tanggal 24 September 2016. Dalam
kutipan itu digunakan kata kerja mesti dipertahankan yang didahului partisipan
tujuan (kemajemukan bangsa). Kata mesti pada kata kerja data (6) telah
mencerminkan perspektif positif atau setuju surat kabar Kompas terhadap nilai-
nilai kemajemukan atau persatuan bangsa Indonesia. Dengan demikian kedua data
tersebut termasuk ke dalam data ketransitifan yang menampilkan proses verbal
kutipan langsung serta membawakan perspektif surat kabar Kompas terhadap
peristiwa yang dilaporkannya tersebut.
Berikut ini dua contoh data ketransitifan yang menunjukkan proses verbal
kutipan tak langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
(7) Presiden Joko Widodo pertengahan Desember lalu memang telah
menegaskan, tidak boleh ada ruang sekecil apa pun di Indonesia bagi
terorisme. (KT55: tajuk rencana 26 Desember 2016)
(8) Apel Nusantara Bersatu menyampaikan pesan agar seluruh
komponen bangsa merajut kebersamaan serta menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa. (KT57: tajuk rencana 01 Desember 2016)
Kedua data di atas merupakan data ketransitifan menampilkan proses
verbal kutipan tak langsung. Data (7) merupakan ketransitifan verbal kutipan tak
langsung, yakni kutipan Presiden Joko Widodo yang diparafrasekan oleh surat
kabar Kompas. Pada data (7) berisi himbauan presiden bahwa tidak boleh ada
ruang sekecil apa pun di Indonesia bagi terorisme, sedangkan pengucapnya adalah
Presiden Joko Widodo. Dipilihnya kata kerja menegaskan pada data (7) yang juga
merupakan proses parafrase, mencerminkan perspektif positif atau mendukung
surat kabar Kompas terhadap keamanan di Indonesia. Kata menegaskan lebih
bersifat positif atau pro jika dibandingkan dengan kata-kata menyampaikan,
memberitahukan dan lain sebagainya, yang memiliki makna yang hampir sama.
Perihal keamanan dan keharmonisan di Indonesia ini, juga telah tertera pada visi
misi sueat kabar Kompas yang berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam
pembangunan komunitas Indonesia yang lebih harmonis (serasi, selaras), aman
(merasa bebas dari bahaya, merasa terlindungi)”.
Data (8) merupakan kutipan tak langsung dari pesan Apel Nusantara
Bersatu yang juga diparafrasekan oleh surat kabar Kompas. Data (8) berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
himbauan kepada seluruh komponen bangsa untuk merajut kebersamaan serta
menjadi persatuan dan kesatuan, sedangkan pengucapnya adalah Apel Nusantara
Bersatu. Dengan demikian kedua data tersebut termasuk ke dalam data
ketransitifan yang menampilkan proses verbal tak kutipan langsung.
Untuk data-data sejenis yang menyatakan ketransitifan proses verbal, baik
verbal kutipan langsung maupun proses verbal kutipan tak langsung, dapat dilihat
di BAB LAMPIRAN pada kode data KH7 hingga KH12, untuk data ketransitifan
proses verbal dalam judul headline, dan KT51 hingga KT58 untuk data
ketransitifan proses verbal dalam tajuk rencana.
4.2.1.1.4 Ketransitifan Mental
Data ketransitifan mental yang ditemukan sebanyak 13 data. 13 data
tersebut masih digolongkoan menjadi 3, yakni proses mental penglihatan, mental
perasaan, dan mental pemikiran. Data yang menunjukkan proses mental
penglihatan sebanyak 2 data, data yang menunjukkan proses mental perasaan
sebanyak 11 data, dan data yang menunjukkan proses mental pemikiran tidak ada
atau 0. Berikut ini diberikan 2 contoh data untuk masing-masing data proses
mental penglihatan dan proses mental perasaan tersebut.
(9) Perasaan cemas sempat berkecamuk. (KT50: tajuk rencana 26 desember
2016)
(10) Media sosial kian meneguhkan masuknya Indonesia ke era
demokrasi bicara (talking democracy). (KT40: tajuk rencana 29
Oktober 2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Kedua data di atas merupakan data ketransitifan yang menampilkan proses
mental perasaan. Pada data (9) dapat dilihat dari pemilihan frasa verbal cemas
sempat berkecamuk sebagai pengisi fungsi predikat. Secara gramatikal frasa
tersebut berarti perasaan cemas yang sempat dirasakan. Dipilihnya adverbial
sempat pada data (9), mencerminkan perspektif positif surat kabar Kompas
terhadap nilai keamanan di Indonesia, karena adverbial tersebut bermakna pernah
atau tidak berlangsung lama. Perihal keamanan dan keharmonisan di Indonesia
ini, juga telah tertera pada visi misi sueat kabar Kompas yang berbunyi, “Menjadi
agen perubahan dalam pembangunan komunitas Indonesia yang lebih harmonis
(serasi, selaras), aman (merasa bebas dari bahaya, merasa terlindungi)”. Dengan
demikian frasa tersebut termasuk ke dalam data ketransitifan yang menampilkan
proses mental perasaan sekaligus membawakan perspektif sura kabbar Kompas
terhadap peristiwa yang dilaporkannya.
Pada data (10) dapat dilihat dari pemilihan kata kerja meneguhkan sebagai
pengisi fungsi predikat. Secara leksikal, kata meneguhkan bermakna memberi
peneguhan atau berkenaan dengan perasaan teguh. Dengan demikian kalimat itu
termasuk ke dalam data ketransitifan yang menampilkan proses mental perasaan.
Berikut ini dua contoh data ketransitifan yang menunjukkan proses mental
penglihatan.
(11) Pada Rabu kemarin, masyarakat menyaksikan Apel Nusantara
Bersatu serentak di Tanah Air. (KT46: tajuk rencana 01 Desember
2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(12) Wacana politik belakangan ini, seperti munculnya isu makar, isu
pengambilalihan kekuasaan, dan mobilisasi kekuasaan massa
sebagai kelompok penekan, menunjukkan belum matangnya
demokrasi Indonesia. (KT41: tajuk rencana 25 November 2016)
Kedua data di atas merupakan data ketransitifan yang menampilkan proses
mental penglihatan. Pada data (11) dapat dilihat dari pemilihan kata kerja
menyaksikan sebagai pengisi fungsi predikatnya. Secara leksikal menyaksikan
tersebut berarti melihat atau menonton atau berkenaan dengan indera penglihatan.
Dengan demikian frasa tersebut termasuk ke dalam data ketransitifan yang
menampilkan proses mental penglihatan.
Pada data (12) dapat dilihat dari pemilihan kata kerja menunjukkan sebagai
pengisi fungsi predikat. Secara leksikal, kata menunjukkan berarti
memperlihatkan, memberi petunjuk atau berhubungan dengan indera penglihatan.
Dengan demikian kalimat itu termasuk ke dalam data ketransitifan yang
menampilkan proses mental penglihatan.
Untuk data-data sejenis yang menyatakan ketransitifan proses mental, baik
proses mental penglihatan, perasaan maupun pemikiran, dapat dilihat di BAB
LAMPIRAN pada kode data KH6 untuk data ketransitifan proses mental dalam
judul headline, dan KT39 hingga KT50 untuk data ketransitifan proses mental
dalam tajuk rencana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
4.2.1.2 Jenis-Jenis Piranti Kebahasan Modalitas
Jenis-jenis piranti kebahasaan modalitas yang ditemukan adalah sebagai
berikut.
4.2.1.2.1 Modalitas Keharusan
Data modalitas keharusan yang ditemukan sebanyak 22 data. Berikut ini
diberikan 2 contoh data yang menyatakan modalitas keharusan.
(13) Keberagaman Jadi Anugerah (MH2: judul headline 13 November
2016)
(14) Para tokoh elite nasional patut ikut menyelesaikan masalah
kebangsaan dengan damai dan sejuk. (MH4: lead headline 01
November 2016)
Kedua data yang berupa klausa di atas merupakan data modalitas
keharusan. Pada data (13), modalitas keharusan itu ditandai dengan pemakaian
kata jadi. Kata jadi dalam kausa (13) secara implisit bermakna telah dan harus
menjadi. Dipilihnya kata jadi pada judul headline tanggal 13 November 2016 ini
memperlihatkan perspektif positif surat kabar Kompas terhadap nilai
keberagaman dan persatuan di Indonesia. Kata jadi lebih menampilka perspektif
positif atau pro terhadap sesuatu jika dibandingan dengan frasa bisa jadi, boleh
jadi, dan lain sebagainya yang memiliki makna hampir sama.
Pada data (14), modalitas itu ditandai dengan kata patut. Kata patut juga
secara implisit bermakna mengharuskan atau berkenaan dengan keharusan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Dipilihnya kata patut pada data (14) juga mencerminka perspektif positif surat
kabar Kompas terhadap tugas dan kewajiaban tokoh elite atau pemerintah dalam
menyelesaikan persoalan bangsa. Dengan demikian kedua data itu termasuk ke
dalam data modalitas keharusan. Untuk data-data sejenis yang menunjukkan jenis
modalitas keharusan, dapat dilihat pada BAB LAMPIRAN pada kode data MH1
hingga MH4 untuk data modalitas keharusan dalam judul headline, dan MT13
hingga MT30 untuk data modalitas keharusan dalam tajuk rencana.
4.2.1.2.2 Modalitas Kebenaran
Data modalitas kebenaran yang ditemukan sebanyak 25 data. Berikut ini
diberikan 2 contoh data yang menyatakan modalitas kebenaran.
(15) Keberagaman, toleransi, dan saling menghargai antarwarganya
adalah kekuatan kota ini. (MH6: lead headline 30 Oktober 2016)
(16) Jakarta memang sarat dengan kompleksitas persoalan. (MT34: tajuk
rencana 24 september 2016)
Kedua data yang berupa kalimat di atas merupakan data modalitas
kebenaran. Pada data (15) modalitas kebenaran itu ditandai dengan pemakaian
kata adalah. Kata adalah secara implisit menggambarkan pengetahuan atau
pengaktualisasikan kebenaran. Dipilihnya kata adalah ada data (15),
memperlihatkan perspektif positif atau setuju surat kabar Kompas terhadap nilai-
nilai keberagaman, toleransi, dan rasa saling menghormati. Nilai-nilai toleransi
dan saling menghormati ini juga telah tertera pada visi misi surat kabar Kompas
yang berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam pembangunan komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Indonesia yang lebih harmonis (serasi, selaras), toleran (berperspektif tenggang
rasa, berperspektif menghargai pendirian orang lain”.
Pada data (16), modalitas itu ditandai dengan kata memang. Kata memang
juga bermakna membenarkan sesuatu atau berkenaan dengan nilai kebenaran.
Kata memang yang digunakan pada data (16) di atas secara semantik berarti
menunjukkan kenyataan. Dipilihnya kata memang pada data (16) juga
memperlihatkan perspektif positif atau setuju surat kabar Kompas bahwa di kota
besar seperti Jakarta atau negara besar seperti Indonesia, kompleksitas persoalan
adalah sesuatu yang wajar dan benar adanya.
Dengan demikian kedua data itu termasuk ke dalam data modalitas
kebenaran sekaligus membawakan perspektif surat kabar Kompas terhadap
peristiwa yang dilaporkan. Untuk data-data sejenis yang menunjukkan jenis
modalitas kebenaran, dapat dilihat pada BAB LAMPIRAN pada kode data MH5
hingga MH10 untuk data modalitas kebenaran dalam judul headline, dan MT31
hingga MT49 untuk data modalitas kebenaran dalam tajuk rencana.
4.2.1.2.3 Modalitas Keinginan
Data modalitas keinginan yang ditemukan sebanyak 18 data. Berikut ini
diberikan 2 contoh data yang menyatakan modalitas keinginan.
(17) Umat Islam, khususnya para santri, diharapkan tetap menjaga
semangat jihad kebangsaan dalam menghadapi tantangan baru
setelah Indonesia merdeka. (MT59: tajuk rencana 23 Oktober 2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
(18) Kita mendorong proses hukum dijaga bersama agar supremasi
hukum tegak, demokrasi kian matang, kebersamaan kita sebagai
bangsa terjaga. (MT64: tajuk rencana 01 Desember 2016)
Kedua data yang berupa kalimat di atas merupakan data modalitas
keinginan. Pada data (17) modalitas keinginan itu ditandai dengan pemakaian kata
diharapkan, sedangkan pada data (18), modalitas keinginan itu ditandai dengan
kata mendorong. Kedua kata modalitas yang digunakan pada kedua data di atas
secara semantik berarti menunjukkan keinginan dan harapan surat kabar Kompas
terhadap sesuatu. Dengan demikian kedua data itu termasuk ke dalam data
modalitas keinginan.
Untuk data-data sejenis yang menunjukkan jenis modalitas keinginan,
dapat dilihat pada BAB LAMPIRAN pada kode data MT50 hingga MT67 untuk
data modalitas keinginan dalam tajuk rencana.
4.2.1.2.1 Modalitas Izin
Data modalitas izin yang ditemukan sebanyak 13 data. Berikut ini
diberikan 2 contoh data yang menyatakan modalitas izin.
(19) Biarlah polisi menyidik, jaksa menuntut, pembela membela, dan
hakim memutuskan apakah Basuki terbukti menista agama atau
tidak. (MT74: tajuk rencana 17 November 2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
(20) Kita hargai proses hukum Polri yang melakukan penyelidikan
terbuka, independen, dan profesional. (MT75: tajuk rencana 17
November 2016)
Kedua data yang berupa kalimat di atas merupakan data modalitas izin.
Pada data (19) modalitas izin itu ditandai dengan pemakaian kata Biarlah,
sedangkan pada data (20), modalitas izin itu ditandai dengan kata hargai. Kedua
kata modalitas yang digunakan pada kedua data di atas secara semantik berarti
sikap permisif dan mengizinkan surat kabar Kompas terhadap sesuatu. Dengan
demikian kedua data itu termasuk ke dalam data modalitas izin.
Untuk data-data sejenis yang menunjukkan jenis modalitas izin, dapat
dilihat pada BAB LAMPIRAN pada kode data MH11 hingga MH12 untuk data
modalitas izin dalam judul headline, dan MT68 hingga MT77 untuk data
modalitas izin dalam tajuk rencana.
4.2.2 Manifestasi Perspektif melalui Pemanfaatan Piranti Kebahasaan
Ketransitifan
Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa ketransitfan dengan berbagai
macam proses yang dibawakannya, seperti proses material, proses mental, dan
proses verbal, dipergunakan oleh surat kabar Kompas dalam headline dan tajuk
rencananya untuk membangun perspektif pemberitaan. Apabila dipresentasikan
dari data ketransitifan yang ada, 100% memperlihatkan perspektif pro terhadap
nilai-nilai toleransi dan keberagaman, nilai kemanusiaan serta keindonesiaan pada
umumnya. Pemilihan dan pemakaian proses tertentu dan bukan proses yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
baik dalam deretan klausa atau kalimat oleh surat kabar Kompas, untuk
menggambarkan realitas sosial yang terjadi berdasarkan persepsi dan
keyakinannya.
4.2.2.1 Proses Material Perbuatan
Membangun perspektif dalam suatu kalimat atau klausa dengan
menggunakan proses material dapat dilakukan dengan cara menampilkan proses
perbuatan. Proses ini mengisyaratkan pemerian tentang apa yang dilakukan oleh
partisipan tertentu, yakni partisipan pelaku dan partisipan tujuan pada suatu
peristiwa tertentu.
Ilustrasi untuk fenomena yang dimaksud dapat dicermati pada data (21)
dan (22) berikut ini.
(21) Bangsa ini membutuhkan negarawan-negarawan yang punya
komitmen dan memikirkan masa depan bangsa, bukan semata-mata
politisi pemburu kekuasaan. (KT42: tajuk rencana 25 November 2016)
(22) Di Tangerang Selatan, 20 Desember, aparat menangkap seorang
terduga teroris dan menembak mati tiga terduga teroris lain yang
merakit bom untuk diledakkan saat Natal. (KT16: tajuk rencana 26
Desember 2016)
Data (21), yakni kalimat dalam tajuk rencana surat kabar Kompas tanggal
25 November 2016 menggunakan kata kerja membutuhkan sebagai pengisi fungsi
predikat. Konskuensi dari pemilihan verba ini adalah terbentuknya struktur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
semantis {verba proses perbuatan+ [pelaku, perbuatan]}. Untuk membentuk
perspektif pro terhadap nilai toleransi dan keberagaman, partisipan pelaku dalam
kalimat ini diisi dengan frasa nomina bangsa ini dan partisipan tujuan diisi dengan
frasa nomina, yakni negarawan-negarawan yang punya komitmen dan
memikirkan masa depan bangsa yang diberi keterangan, bukan semata-mata
politisi pemburu kekuasaan.
Partisipan pelaku dan partisipan tujuan sama-sama ditonjolkan dalam
kalimat tersebut. Penonjolan kedua partisipan itu akan memperlihatkan perspektif
surat kabar Kompas terhadap kedua partisipan tersebut. Pertama adalah partisipan
pelaku, yakni bangsa ini. Keterangan ini pada partisipan pelaku mengacu pada
Bangsa Indonesia. Kedua, partisipan tujuan, yakni negarawan-negarawan yang
punya komitmen dan memikirkan masa depan bangsa, bukan semata-mata politisi
pemburu kekuasaan. Penonjolan itu tampak pada keterangan yang menerangkan
partisipan tujuan itu, yakni yang punya komitmen dan memikirkan masa depan
bangsa, bukan semata-mata politisi pemburu kekuasaan.
Berdasarkan fenomena ini dapat disimpulkan bahwa pemilihan frasa
nomina bangsa ini sebagai partisipan pelaku dan negarawan-negarawan yang
punya komitmen dan memikirkan masa depan bangsa sebagai partisipan tujuan,
serta frasa bukan semata-mata politisi pemburu kekuasaan sebagai keterangan
menampakkan perspektif surat kabar Kompas pada nilai toleransi dan
keberagaman atau keindonesiaan pada umumnya. Sikap pro surat kabar Kompas
terhadap nilai keindonesiaan dan toreansi ini sesuai dengan visi misi konpas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam pembangunan komunitas Indonesia
yang lebih harmonis (serasi, selaras), toleran (berperspektif tenggang rasa”.
Data (22), yakni kalimat dalam tajuk rencana surat kabar Kompas tanggal
26 September 2016 menggunakan dua verba, yakni menangkap dan menembak
sebagai pengisi fungsi predikat. Konskuensi dari pemiihan verba ini adalah
terbentuknya struktur semantis {verba proses perbuatan+ [pelaku, perbuatan]}.
Dengan ditetapkannya dua verba pada kalimat tersebut, menunjukkan bahwa
perspektif surat kabar Kompas yang pro terhadap proses perbuatan itu sendiri,
yakni upaya memerangi terorisme. Selain itu, untuk membentuk perspektif pro
terhadap nilai toleransi dan keberagaman, partisipan pelaku dalam kalimat ini diisi
dengan nomina aparat dan partisipan tujuan diisi dengan dua partisipan pengisi
objek, yakni seorang terduga teroris dan tiga terduga teroris lain.
Selain itu keterangan yang ditempatkan pada kalimat itu juga akan
memperjelas perspekif pro surat kabar Kompas terhadap upaya memerangi
terorisme. Keterangan-keterangan itu berupa keterangan tempat dan keterangan
waktu yang ditempatkan pada awal kalimat. Kedua, keterangan yang menjelaskan
partisipan tujuan, yakni yang merakit bom untuk diledakkan saat Natal.
Keterangan-keterangan ini selain berfungsi untuk memperjelas makna kalimat,
juga mengingatkan bahaya terorisme.
Berdasarkan fenomena ini dapat disimpulkan bahwa pemilihan nomina
aparat sebagai partisipan pelaku dan seorang terduga teroris dan tiga terduga
teroris lain sebagai partisipan tujuan, serta frasa Di Tangerang Selatan, 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Desember dan merakit bom untuk diledakkan saat Natal sebagai keterangan
menampakkan perspektif surat kabar Kompas pada upaya memerangi terorisme
atau pro terhadap keamanan bangsa atau nilai keindonesiaan pada umumnya.
Situasi aman ini juga menjadi visi misi surat kabar Kompas yang berbunyi,
“Menjadi agen perubahan dalam pembangunan komunitas Indonesia yang lebih
harmonis, aman (merasa bebas dari bahaya, merasa terlindungi) dan sejahtera
(aman sentosa dan makmur)”.
4.2.2.2 Proses Material Kejadian
Berbeda dengan pemerian peristiwa dengan proses perbuatan yang lebih
ditujukan untuk mengungkapkan apa yang dilakukan oleh partisipan tertentu pada
partisipan yang lain, sedangkan pemerian peristiwa dengan proses material
kejadian lebih mengungkapkan apa yang terjadi pada partisipan tertentu.
Ilustrasi untuk fenomena yang dimaksud dapat dicermati dari data (23)
berikut ini.
(23) Gejolak politik memanas, kejahatan marak, musibah terjadi silih
berganti, dan ancaman terorisme tidak menyurutkan optimisme dan
harapan. (KT30: tajuk rencana 24 Desember 2016)
Data (23) yakni kalimat dalam tajuk rencana surat kabar Kompas tanggal
24 Desember 2016 menggunakan verba yang didahului negasi, yakni tidak
menyurutkan mengungkapkan fitur makna kejadian. Konskuensi dari pemiihan
verba ini adalah terbentuknya struktur semantis {verba proses kejadian+ [pelaku,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
perbuatan]}. Untuk membentuk perspektif pro terhadap nilai toleransi dan
keberagaman, partisipan yang dimunculkan sebagai sumber pemberitaan tersebut
adalah partisipan tujuan.
Perspektif pro surat kabar Kompas terhadap nilai toleransi dan
keberagaman pada kalimat (23) ini semakin diperkuat dengan adanya negasi tidak
pada predikat yang digunakannya. Negasi tidak pada predikat menyurutkan
memberi makna ketidakmampuan partisipan pelaku terhadap partisipan tujuan.
Secara eksplisit negasi tidak itu juga mencerminkan sikap kontra surat kabar
Kompas terhadap partisipan pelaku yang memiliki makna bertentangan dengan
nilai toleransi dan keberagaman.
Berdasarkan fenomena ini dapat disimpulkan bahwa pemilihan partisipan
pelaku yang dimunculkan dalam kalimat tersebut berjumlah empat yang
semuanya berbentuk frasa, yakni gejolak politik memanas, kejahatan marak,
musibah terjadi silih berganti, dan ancaman terorisme dan optimisme dan
harapan sebagai partisipan tujuan, serta negasi tidak sebagai keterangan predikat
menampakkan perspektif surat kabar Kompas pada nilai toleransi dan
keberagaman atau keindonesian pada umumnya. Selain itu, data (23) juga
mencerminkan visi misi surat kabar Kompas yang berbunyi, “Menjadi agen
perubahan dalam pembangunan komunitas Indonesia yang lebih harmonis, aman
(merasa bebas dari bahaya, merasa terlindungi) dan sejahtera (aman sentosa dan
makmur)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
4.2.2.3 Proses Mental
Perspektif pemberitaan dapat pula dimanifestasikan ke dalam ketransitifan
dengan menggunakan proses mental yang berupa penglihatan, pemikiran, ataupun
perasaan. Berikut ini penjabarannya.
4.2.2.3.1 Proses Mental Penglihatan (percelving)
Fenomena manifestasi perspektif pemberitaan di dalam ketransitifan
dengan proses penglihatan dapat dicermati pada data (25) berikut ini.
(25) Pada Rabu kemarin, masyarakat menyaksikan Apel Nusantara
Bersatu serentak di Tanah Air. (KT46: tajuk rencana 01 Desember
2016)
Data (25), yakni kalimat pada tajuk rencana surat kabar Kompas tanggal 1
Desember 2016 menggunakan kata kerja menyaksikan sebagai pengisi fungsi
predikatnya yang mengekspresikan proses mental penglihatan. Kata kerja
menyaksikan ini menghasilkan struktur semantis {kata kerja proses
penglihatan+[pengindera, fenomena]}. Untuk melihat perspektif pro surat kabar
Kompas terhadap nilai toleransi, keberagaman atau keindonesiaan, dapat dilihat
dari entitas pengisi partisipan pengindera dan fenomena yang dihasilkannya.
Data (25), pengisi partisipan pengindera adalah masyarakat. Masyarakat
yang dimaksud pada data (25) adalah masyarakat Indonesia. Ditampilkannya
entitas partisipan pengindera masyarakat mencerminkan perspektif pro surat
kabar Kompas terhadap masyarakat atau bangsa Indonesia. Selain itu, entitas ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
menjadi pemerian fenomena Apel Nusantara Bersatu. Fenomena Apel Nusantara
Bersatu bertujuan untuk memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Peserta apel terdiri atas pelajar dari tingkat SMP sampai Universitas, tokoh lintas
agama, budayawan, pejabat publik, musisi, artis, dan lain sebagaianya.
Selain itu penambahan adjektiva serentak dan adverbia di Tanah Air pada
fenomena itu memperlihatkan sikap setuju, mendukung dan positif surat kabar
Kompas terhadap acara Apel Nusantara Bersatu tersebut. Dengan demikian
kalimat tersebut memperlihatkan sikap pro surat kabar Kompas terhadap nilai
persatuan dan kesatuan. Nilai kesatuan dan persatuan ini mencerminkan visi misi
surat kabar Kompas yang berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam
pembangunan komunitas Indonesia yang lebih harmonis (serasi, selaras),”
4.2.2.3.2 Proses Mental Pemikiran (thinking)
Fenomena manifestasi perspektif pemberitaan ke dalam ketransitifan
dengan proses mental pemikiran dapat ditemukan dari data (26) berikut ini.
(26) Demokrasi juga menganut prinsip pergantian kekuasaan secara
periodik melalui mekanisme pemilu. (KT44: tajuk rencana 25
November 2016)
Pada data (26), kata kerja pengisi fungsi predikat adalah kata kerja yang
mengekspresikan proses mental pemikiran, yakni verba menganut yang
menghasilkan struktur semantis {kata kerja proses pemikiran+[pengindera,
fenomena]}. Pada data (26), pengisi partisipan pengindera adalah demokrasi.
Pengindera ini merupakan sistem kenegaraan Indonesia, oleh karenanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
keberadaan partisipan ini dapat menandakan perspektif surat kabar Kompas yang
pro terhadap nilai keindonesiaan atau persatuan. Perspektif yang sudah
ditampakkan dalam partisipan pengindera juga dikukuhkan dengan adanya
partisipan yang isinya juga mencerminkan perspektif pro keindonesiaan yang
baik, seperti berikut ini.
[…] prinsip pergantian kekuasaan secara periodik melalui mekanisme
pemilu
Latar belakang munculnya fenomena di atas, karena DKI Jakarta akan
melakukan pemilihan kepala daerahnya, sehingga surat kabar Kompas dalam hal
ini mengingatkan akan pentingnya pemilihan umum dalam mengganti kekuasaan
lama atau memilih kepala daerah secara jujur dan adil. Fenomena yang
memperlihatkan penilaian seperti ini, memperlihatkan perspektif surat kabar
Kompas yang pro pada nilai-nilai demokrasi dan keindonesiaan. Nilai demokrasi
ini mencerminkan visi misi surat kabar Kompas yang berbunyi, “Menjadi agen
perubahan dalam pembangunan berperspektif menghargai pendirian orang lain”.
4.2.2.3.3 Proses Mental Perasaan (feeling)
Proses mental perasaan dapat didasarkan pada apa saja yang dirasakan
tentang suatu peristiwa atau aspek-aspek tertentu dari peristiwa. Proses seperti ini
oleh Halliday (1985) dalam Widharyanto (2000:315), „dinamai proses perasaan,
yang di dalamnya terimplikasikan adanya partisipan pengindera, sebutan untuk
partisipan yang mengalami dan merasakan proses itu, dan sebutan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
partisipan fenomena adalah sebutan untuk sesuatu hal yang memicu terjadinya
proses itu‟.
Apabila di dalam suatu kalimat atau klausa, seorang wartawan ingin
menampilkan proses mental perasaan terhadap peristiwa tertentu, wartawan harus
memutuskan apakah partisipan yang dimunculkan untuk mendampingi kata kerja-
kata kerja pengisi fungsi predikat yang menampilkan proses mental perasaan
sebagai pengisi partisipan pengindera atau partisipan fenomena. Menurut
Widharyanto (2000:315-316), „kata kerja pengisi fungsi predikat haruslah diisi
oleh kata kerja yang memperlihatkan makna afeksi (affection) seperti menyesal,
memprihatinkan, merisaukan, semakin emosi, mengkuatirkan, mencintai,
menyenangkan, dan sebagainya. Pemilihan (frase) nomina atau pronominal
tertentu sebagai pengisi partisipan pengindera dan partisipan fenomena
menentukan perspektif yang terbangun dalam kalimat atau klausa. Berikut ini
diberikan ilustrasi dari data (27) dan (28) berikut ini.
(27) Peringatan hari santri teguhkan keindonesiaan. (KH6: lead headline
23 Oktober 2016 )
(28) Bangsa Indonesia sedang menapaki masa-masa kritis sekaligus
ujian terhadap demokrasi dan kebersamaan kita sebagai bangsa.
(KT45: tajuk rencana 01 Desember 2016)
Pada data (27), pengisi partisipan pengindera adalah peringatan hari
santri. Entitas pengisi partisipan pengindera ini merupakan representasi
perwakilan agama mayoritas di Indonesia, yakni agama Islam. Secara semantis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
bahwa agama mayoritas dalam memeringati salah satu hari besarnya, dimaknai
sebagai meneguhkan keindonesiaan, atau secara khusus persatuan. Oleh karena
itu, keberadaan partisipan ini di dalam struktur semantik adalah sebagai
pengindera dan sumber pemerian fenomena dan dapat diidentifikasi menandakan
perspektif pro terhadap nilai-nilai keindonesian, perastuan dan keberagaman. Nilai
persatuan Indonesia ini mencerminkan visi misi surat kabar Kompas yang
berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam pembangunan komunitas Indonesia
yang lebih harmonis (serasi, selaras)”.
Pada data (28), pengisi partisipan pengindera adalah Bangsa Indonesia.
Entitas pengisi partisipan pengindera ini merupakan representasi bangsa dan
negara Indonesia. Secara semantis, bahwa Bangsa Indonesia sedang berjuang
untuk mengatasi masa-masa kritis demokrasi dan kebersamaannya. Oleh karena
itu, keberadaan partisipan ini di dalam struktur semantik adalah sebagai
pengindera dan sumber pemerian fenomena dan dapat diidentifikasi menandakan
perspektif pro surat kabar Kompas terhadap nilai-nilai demokrasi, perastuan, dan
keberagaman. Nilai persatuan Indonesia dan demokrasi ini mencerminkan visi
misi surat kabar Kompas yang berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam
pembangunan komunitas Indonesia yang lebih harmonis (serasi, selaras), toleran
(berperspektif tenggang rasa, berperspektif menghargai pendirian orang lain;”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
4.2.2.4 Proses Verbal
Manifestasi dengan menggunakan proses verbal ada dua macam, yakni
proses verbal dengan kutipan langsung dan proses verbal dengan kutipan tidak
langsung.
4.2.2.4.1 Proses Verbal dengan Kutipan Langsung
Proses verbal dengan kutipan langsung mengisyaratkan bahwa wartawan
atau surat kabar menulis apa yang diucapkan oleh sumber berita persis apa adanya
tanpa mengubah, menambahi, atau mengurangi isi ucapan. Dalam pemberitaan
ditemukan bahwa proses verbal dengan kutipan langsung dapat juga dipergunakan
untuk menampakkan perspektif dalam suatu kalimat atau klausa. Di dalam
penelitian ini ditemukan bahwa surat kabar Kompas ketika menulis tajuk rencana
beberapa kali mengutip secara langsung ucapan seorang tokoh, negarawan,
pemerintah, atau siapa saja untuk memperkuat perspektif yang dibangunnya
dalam wacana.
Berikut kutipan (29) yang memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas
terhadap nilai toleransi dengan menggunakan ketransitifan proses verbal kutipan
tidak langsung.
(29) Presiden: Jaga Jihat Kebangsaan (KH7: judul headline 23 Oktober
2016)
(30) Junjung Tinggi NKRI (KH10: judul headline 20 November 2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kedua data di atas merupakan kutipan langsung dari judul headline dan
tajuk rencana surat kabar Kompas. Pada kalimat (29) perspektif yang ditandakan
adalah perspektif pro terhadap nilai keindonesiaan. Ada dua indikator yang
memperlihatkan perspektif ini dalam kalimat (29), yakni partisipan ucapan dan
partisipan pengucap. Pertama, partisipan ucapan yang berisi proposisi yang
mengekspresikan sikap positif terhadap nilai keindonesiaan, yakni menjaga dan
mempertahankan kebangsaan. Indikasi kedua adalah partisipan pengucap.
Pertama, partisipan ucapan, yakni Jaga Jihat Kebangsaan. Ucapan ini
ditujukan dalam konteks menjaga persatuan antar suku bangsa. Kedua, partisipan
pengucap. Partisipan pengucap pada kalimat (29) adalah presiden (Presiden Joko
Widodo). Partisipan pengucap yang diisi oleh presiden selaku kepala negara tentu
ucapannya yang bermakna himbauan dalam judul headline itu memiliki pengaruh
yang besar terhadap pembaca. Dimunculkannya partisipan presiden secara
implisit sebagai kepala negara menghimbau untuk menjaga jihat kebangsaan.
Dengan demikian pengisi partisipan ucapan dan partisipan pengucap ini secara
jelas menandakan perspektif surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai
persatuan, keberagaman dan keindonesiaan.
Pada kalimat (30) perspektif surat kabar Kompas yang ditandakan adalah
perspektif pro terhadap nilai keindonesiaan atau NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia). Ada dua indikator yang memperlihatkan perspektif ini dalam
klausa (30), yakni partisipan ucapan dan partisipan pengucap. Pertama, partisipan
ucapan yang berisi proposisi yang mengekspresikan sikap positif terhadap nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
keindonesiaan, atau upaya menjunjung tinggi NKRI. Indikasi kedua adalah
partisipan pengucap.
Pertama, partisipan ucapan, yakni Junjung Tinggi NKRI. Ucapan ini
ditujukan dalam konteks menjaga persatuan anatar suku bangsa. Kedua, partisipan
pengucap, yakni surat kabar Kompas. Surat kabar Kompas dalam menentukan
headline ini secara tegas menunjukkan sikapnya yang berupa menghimbau untuk
menjaga NKRI. Dengan demikian pengisi partisipan ucapan dan partisipan
pengucap ini secara jelas menandakan perspektif surat kabar Kompas yang pro
terhadap nilai persatuan, keberagaman dan keindonesiaan.
Pada data (29) dan (30) yang merupakan judul headline surat kabar
Kompas, mencerminkan sikap surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai-nilai
keindonesiaan dan persatuan. Nilai-nilai persatuan Indonesia ini mencerminkan
visi misi surat kabar Kompas yang berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam
pembangunan komunitas Indonesia yang lebih harmonis (serasi, selaras), toleran
(berperspektif tenggang rasa”.
4.2.2.4.2 Proses verbal dengan kutipan tidak langsung
Penyajian proses verbal dengan kutipan tidak langsung mengisyaratkan
bahwa wartawan atau surat kabar menulis proposisi atau apa yang diucapkan oleh
sumber berita dengan kata-katanya sendiri. Oleh karena itu, ekspresi proses
verbalnya berbeda dengan kutipan langsung. Dalam pelaporan suatu berita,
ditemukan bahwa proses verbal dengan kutipan tidak langsung dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dipergunakan untuk menampakkan perspektif dalam suatu klausa atau kalimat. Di
dalam penelitian ini, surat kabar Kompas ketika menulis tajuk rencananya
beberapa kali mengutip secara tidak langsung ucapan seorang tokoh, aparat
keamanan, pemerintah, atau pihak mana saja yang terkait untuk memperkuat
perspektif yang dibangunnya.
Berikut diberikan kutipan (31) dan (32) yang memperlihatkan perspektif
surat kabar Kompas terhadap nilai toleransi dengan menggunakan ketransitifan
proses verbal kutipan tidak langsung.
(31) Selaku kepala negara, Presiden Jokowi mengingatkan seluruh anak
negeri bahwa keberagaman bangsa ini semestinya dipandang sebagai
anugerah dan tidak menjadi sumber perpecahan. (KT53: tajuk rencana
24 November 2016)
(32) Selaku panglima tertinggi, Presiden Jokowi juga menginstruksikan
segenap anggota Polri dan prajurit TNI agar waspada dari berbagai
upaya memecah belah bangsa. (KT14: tajuk rencana 24 November 2016)
Kedua data ini merupakan kutipan tidak langsung di dalam tajuk recana
surat kabar Kompas pada tanggal 14 November 2016. Pada data (31) perspektif
yang ditandakan adalah perspektif pro terhadap nilai-nilai toleransi dan
keberagaman. Ada dua indikator yang memperlihatkan perspektif ini dalam data
(31), yakni partisipan ucapan dan partisipan pengucap. Pertama, partisipan ucapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
yang berisi proposisi yang mengekspresikan sikap positif terhadap nilai-nilai
toleransi dan keberagaman. Kedua adalah partisipan pengucap.
Pertama, partisipan ucapan, yakni bahwa keberagaman bangsa ini
semestinya dipandang sebagai anugerah dan tidak menjadi sumber perpecahan.
Ucapan ini ditujukan kepada seluruh anak negeri. Kedua, partisipan pengucap,
yakni Presiden Jokowi. Partisipan pengucap ini diberi keterangan berupa selaku
kepala negara. Keterangan ini berdampak pada partisipan pengucap serta
proposisi ucapannya. Dengan demikian pengisi partisipan ucapan dan partisipan
pengucap ini secara jelas menandakan perspektif surat kabar Kompas yang pro
terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman.
Pada data (32) perspektif yang ditandakan adalah perspektif pro terhadap
nilai persatuan bangsa. Ada dua indikator yang memperlihatkan perspektif ini di
dalam data (32), yakni partisipan ucapan dan partisipan pengucap. Pertama,
partisipan ucapan yang berisi proposisi yang mengekspresikan sikap positif
terhadap nilai persatuan bangsa. Indikasi kedua adalah partisipan pengucap.
Pertama, partisipan ucapan, yakni intruksi agar segenap anggota Polri dan
prajurit TNI agar waspada dari berbagai upaya memecah belah bangsa. Kedua,
partisipan pengucap, yakni Presiden Jokowi. Partisipan pengucap ini diberi
keterangan berupa selaku panglima tertinggi. Keterangan ini berdampak pada
pengaruh partisipan pengucap terhadap proposisi isi ucapannya. Dengan
demikian pengisi partisipan ucapan dan partisipan pengucap ini secara jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menandakan perspektif surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai persatuan
bangsa.
Pada data (30) dan (31) yang merupakan isi tajuk rencana surat kabar
Kompas, mencerminkan sikap surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai-nilai
keindonesiaan dan persatuan. Nilai-nilai persatuan Indonesia ini mencerminkan
visi misi surat kabar Kompas yang berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam
pembangunan komunitas Indonesia yang lebih harmonis (serasi, selaras), toleran
(berperspektif tenggang rasa”. Data-data serupa untuk sikap positif, mendukung,
dan simpati terhadap nilai toleransi dan keberagaman dilampirkan pada BAB VI.
4.2.3 Manifestasi Perspektif melalui Pemanfaatan Piranti Kebahasaan
Modalitas
Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa modalitas sebagai manifestasi
perspektif pemberitaan dalam tataran kalimat cenderung menempatkan perspektif
surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai toleransi dan keberagaman atau nilai-
nilai keindonesiaan pada umumnya. Apabila dipresentasikan dari data modalitas
yang ada, 96% data digunakan surat kabar Kompas untuk menampilkan persektif
pronya terhadap nilai-nilai toleransi dan keberagaman atau nilai-nilai
keindonesiaan pada umumnya.
Modalitas sebagai komentar atau sikap dari waratawan atau institusinya
yang tertuang dalam teks dapat dibagi menjadi empat jenis, yakni (1) modalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kebenaran, (2) modalitas keharusan, (3) modalitas keinginan, dan (4) modalitas
izin.
4.2.3.1 Modalitas Kebenaran
Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa surat kabar Kompas dengan
modalitas kebenaran mengindikasikan atau menyatakan secara tidak langsung
pada pembaca: (1) suatu komitmen pada kebenaran dari suatu preposisi yang
dituliskannya, dan (2) suatu prediksi tingkat kemungkinan dari deskripsi suatu
kejadian yang terjadi. Komitmen dan prediksi yang diberikan ini merupakan
indikator penting untuk mengungkap perspektif pemberitaan oleh surat kabar
dalam suatu kalimat.
Data (33) dan (34) berikut merupakan ilustrasi yang tepat untuk fenomena
manifestasi perspektif pemberitaan dengan modalitas kebenaran.
(33) Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dicengkeram kuat kaki burung
Garuda jelas menunjukkan bahwa hidup dalam keberagaman sudah
diwariskan berabad-abad di Nusantara; sebuah keniscayaan. (MT32:
tajuk rencana 14 November 2016)
(34) Semangat persatuan yang terkandung dalam semboyan Bhineka
Tunggal Ika masih dijunjung tinggi. (MH9: lead headline 30 Oktober
2016)
Modalitas jelas pada data (33), memperlihatkan komitmen dan keyakinan
surat kabar Kompas terhadap kebenaran bahwa semboyan Bhineka Tunggal Ika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang dicengkeram kaki burung garuda menunjukkan bahwa hidup dalam
keberagaman sudah diwariskan berabad-abad di Nusantara. Dengan demikian
kalimat itu memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas yang setuju,
mendukung, dan positif terhadap keberagaman sebagai jati diri bangsa Indonesia.
Modalitas masih pada data (34), memperlihatkan komitmen dan keyakinan
surat kabar Kompas terhadap kebenaran bahwa semangat persatuan yang
terkandung dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika masih dijunjung tinggi.
Dengan demikian kalimat itu memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas
yang setuju, mendukung, dan positif terhadap semangat persatuan dan
keberagaman atau nilai-nilai keindonesiaan pada umumnya.
Pada data (33) merupakan isi tajuk rencana surat kabar Kompas ,
sedangkan data (34) merupakan lead pada headline surat kabar Kompas.
Keduanya memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas yang pro terhadap
nilai-nilai keindonesiaan dan persatuan. Nilai-nilai persatuan Indonesia ini
mencerminkan visi misi surat kabar Kompas yang berbunyi, “Menjadi agen
perubahan dalam pembangunan komunitas Indonesia yang lebih harmonis (serasi,
selaras), toleran (berperspektif tenggang rasa”.
4.2.3.2 Modalitas Keharusan
Dengan modalitas keharusan, surat kabar menetapkan bahwa partisipan
dalam suatu proposisi seharusnya atau tidak seharusnya melakukan tindakan
tertentu dalam proposisi itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Data (35) dan data (36) berikut ini merupakan ilustrasi yang tepat untuk
fenomena manifestasi perspektif pemberitaan melalui modalitas keharusan.
(35) Semua pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga Pemilihan Kepala
Daerah 2017 berjalan aman dan damai. (MH3: lead headline 25
September 2016)
(36) Jika semua proses hukum itu berjalan sebagaimana mestinya dan
hasilnya bisa diterima semua pihak dan prosesnya berjalan damai,
itu akan menjadi modal untuk penguatan demokrasi Indonesia.
(MT14: tajuk rencana 13 Desember 2016)
Dengan modalitas mempunyai tanggung jawab pada data (35),
memperlihatkan sikap surat kabar Kompas yang setuju dan mengharuskan semua
pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk bersama-sama
menjaga Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 agar berjalan aman dan
damai. Dengan demikian kalimat itu memperlihatkan perspektif surat kabar
Kompas yang setuju dan mendukung nilai demokrasi yang baik, aman dan damai
khusunya waktu Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dengan modalitas akan menjadi pada data (36), memperlihatkan sikap
surat kabar Kompas yang setuju akan berjalannya proses hukum yang adil dan
semestinya guna memperkuat demokrasi di Indonesia. Dengan menetapkan
kalimat akan menjadi pada kalimat (36) maka memperlihatkan perspektif surat
kabar Kompas yang setuju dan mendukung nilai keadilan dan demokrasi atau
nilai-nilai keindonesiaan pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Pada data (35) merupakan lead pada headline surat kabar Kompas,
sedangkan data (36) merupakan isi tajuk rencana surat kabar Kompas. Pada data
(35) memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai-nilai
keamanan dan persatuan Indonesia, sedangkan pada dat (36) memperlihatkan
perspektif surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai-nilai demokrasi. Kedua
persepktif surat kabar yang pro terhadap keamanan, persatuan dan demokrasi di
Indonesia itu mencerminkan visi misi surat kabar Kompas yang berbunyi,
“Menjadi agen perubahan dalam pembangunan komunitas Indonesia yang lebih
harmonis (serasi, selaras), toleran (berperspektif tenggang rasa, berperspektif
menghargai pendirian orang lain”.
4.2.3.3 Modalitas Keinginan
Dengan modalitas keinginan, wartawan mengindikasikan persetujuan atau
ketidaksetujuannya terhadap keadaan atau hal dalam proposisi yang
dikomunikasikan. Kata-kata modalitas yang digunakan adalah ingin, mau, dan
akan yang mungkin dapat divariasikan dengan kata modalitas lain seperti sangat,
kurang, hanya, tidak, tak, dan lain sebagainya.
Data (37) dan data (38) berikut ini merupakan ilustrasi yang tepat untuk
fenomena manifestasi perspektif pemberitaan melalui modalitas keinginan.
(37) Kita mendorong proses hukum dijaga bersama agar supremasi
hukum tegak, demokrasi kian matang, kebersamaan kita sebagai
bangsa terjaga. (MT64: tajuk rencana 01 Desember 2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
(38) Sebagai barometer politik, kita berharap Pilkada Jakarta akan
menjadi kontestasi gagasan dan program serta model
kepemimpinan.(MT62: tajuk rencana 24 September 2016)
Dengan modalitas mendorong pada data (37), yakni kalimat dalam tajuk
rencana surat kabar Kompas tanggal 1 Desember 2016, surat kabar Kompas
menetapkan persetujuannya dan dukungannya atas keinginannya bahwa proses
hukum harus dijaga bersama agar supremasi hukum tegak, demokrasi kian
matang, kebersamaan kita sebagai bangsa terjaga. Dengan demikian kalimat itu
memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas yang setuju dan mendukung
terhadap nilai keadilan, demokrasi, dan keberagaman atau nilai-nilai
keindonesiaan pada umumnya.
Dengan modalitas berharap pada data (38), yakni kalimat dalam tajuk
rencana surat kabar Kompas tanggal 24 September 2016, surat kabar Kompas
menetapkan persetujuannya atas keinginannya bahwa Pilkada Jakarta akan
menjadi kontestasi gagasan dan program serta model kepemimpinan mengingat
Jakarta menjadi barometer politik di Indonesia. Dengan demikian kalimat itu
memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas yang setuju dan mendukung
terhadap nilai demokrasi yang baik dan benar atau nilai-nilai keindonesiaan pada
umumnya.
Pada data (37) dan data (38) merupakan isi tajuk rencana surat kabar
Kompas. Keduanya memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas yang pro
terhadap nilai-nilai keadilan dan demokrasi di Indonesia. Nilai-nilai keadilan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
demokrasi di Indonesia ini mencerminkan visi misi surat kabar Kompas yang
berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam pembangunan komunitas Indonesia
yang lebih harmonis (serasi, selaras), berperspektif menghargai pendirian orang
lain; penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja), aman
(merasa bebas dari bahaya, merasa terlindungi) dan sejahtera (aman sentosa dan
makmur)”.
4.2.3.4 Modalitas Izin
Dengan modalitas izin, wartawan atau partisipan yang dilaporkan oleh
wartawan mengindikasikan suatu persetujuan atau sebaliknya ketidaksetujuan
pada partisipan (lain) untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kata-kata
modalitas yang digunakan adalah boleh, dapat, dan bisa yang mungkin juga
divariasikan dengan kata modalitas lain, seperti sangat, kurang, hanya, tidak, tak,
dan lain sebagainya. Menurut Widharyanto (2000), kata-kata yang digunakan
sebagai penanda komentar dan sikap penulis atau surat kabar dalam tipe ini lebih
netral daripada modalitas kebenaran dan keharusan. Dalam penelitian ini data-data
modalitas izin yang diperoleh, sebagian besar menampilkan perspektif surat kabar
Kompas yang pro terhadap niai-nilai toleransi dan keberagaman atau nilai-nilai
keindonesiaan pada umumnya.
Data (39) dan data (40) berikut merupakan ilustrasi yang tepat untuk
fenomena manifestasi perspektif pemberitaan dengan modalitas izin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
(39) Dalam negara demokrasi konstitusional, panggung peradilanlah
yang punya otoritas menentukan seseorang bersalah atau tidak
bersalah. (MT70: tajuk rencana 17 November 2016)
(40) Kebinekaan Jangan Dilemahkan (MH11: subjudul headline 20
November 2016)
Modalitas peradilanlah atau lebih tepatnya partikel lah yang melekat pada
kata peradilan pada data (39), merupakan hasil interpretasi redaktur terhadap
kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaya Purnama
(Ahok). Partikel lah yang melekat pada kata peradilan bermakna memberi
penekanan pada kata peradilan tersebut. Fenomena perspektif juga dapat
diungkap dengan partisipan tujuan dan keterangan yang digunakan pada kalimat
tersebut. Partisipan yang dimaksud adalah yang punya otoritas menentukan
seseorang bersalah atau tidak bersalah, dan keterangan berupa dalam negara
demokrasi konstitusional. Dengan demikian kalimat (39), memperlihatkan
perspektif surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai keadilan atau
keindonesiaan pada umumnya.
Modalitas jangan pada data (40) termasuk ke dalam modalitas izin
bermakna himbauan. Himbauan surat kabar Kompas pada data (40), yakni agar
kebinekaan tetap kuat jangan sampai dilemahkan. Dengan demikian data (40),
mencerminkan perspektif surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai kebinekaan
dan keberagaman atau nilai-nilai keindonesiaan pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Pada data (39) merupakan isi tajuk rencana surat kabar Kompas ,
sedangkan data (40) merupakan lead pada headline surat kabar Kompas. Pada
data (39) memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai-
nilai keadilan, sedangkan pada data (40) memperlihatkan perspektif surat kabar
Kompas yang pro terhadap nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai keadilan dan
demokrasi di Indonesia ini telah tercermin pada visi misi surat kabar Kompas
yang berbunyi, “Menjadi agen perubahan dalam pembangunan komunitas
Indonesia yang lebih harmonis (serasi, selaras), berperspektif menghargai
pendirian orang lain; penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran
kerja), aman (merasa bebas dari bahaya, merasa terlindungi) dan sejahtera (aman
sentosa dan makmur)”.
Data-data jenis modalitas yang lain yang mengungkapkan sikap positif,
mendukung, dan simpati surat kabar Kompas terhadap nilai toleransi dan
keberagaman atau nilai-nilai keindonesiaan pada umumnya dilampirkan pada
BAB LAMPIRAN.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berikut ini dilaporkan pembahasan temuan-temuan penelitian tentang
jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas yang
digunakan surat kabar Kompas pada headline dan tajuk rencananya dalam
pemberitaan pilkada DKI Jakarta 2017. Temuan-temuan itu antara lain: (1)
penggunaan piranti kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas
oleh surat kabar Kompas pada headline dan tajuk rencananya pada masa pilkada
DKI Jakarta 2017, yakni antara bulan September 2016 hingga bulan Desember
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
2016; (2) hampir seluruh jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan jenis piranti
modalitas yang digunakan mencerminkan perspektif surat kabar Kompas yang pro
terhadap nilai-nilai keindonesiaan; (3) secara garis besar, penelitian ini
mengkonfirmasi penelitian-penelitian sebelumnya, khususnya penelitian
Widharyanto (2000), hanya saja pada jenis piranti kebahasaan modalitas izin
dalam penelitian ini ternyata juga memperlihatkan perspektif surat kabar Kompas
yang pro terhadap nilai-nilai keindonesiaan.
4.3.1 Pembahasaan Jenis-Jenis Piranti Kebahasaan Ketransitifan dan
Modalitas yang Digunakan oleh Surat Kabar Kompas pada Headline
dan Tajuk Rencananya.
Pertama, penemuan jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dalam
penelitian ini sesuai dengan teori ketransitifan Fowler (1991), MacCarthy dan
Carter (1994) dan Lee (1992) dalam Widharyanto (2000). Kedua, penemuan jenis-
jenis piranti kebahasaan modalitas dalam penelitian ini sesuai dengan teori
modalitas Alwi (1992) dan Widharyanto (2000). Penemuan jenis-jenis piranti
kebahasaan modalitas ini juga mendukung penelitian terdahulu, yakni penelitian
Dharma Karana Sinurat yang berjudul “Modalitas Dalam Pidato Politik Presiden
Joko Widodo” dan penelitian Widharyanto (2000). Penemuan jenis-jenis piranti
kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas dalam penelitian ini
membuktikan bahwa surat kabar Kompas secara dominan menggunakan piranti
kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas dalam pemberitaan
pada masa pilkada, yakni antara bulan September 2016 hingga bulan Desember
2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
4.3.2 Pembahasaan Manifestasi Perspektif Surat Kabar Kompas ke dalam
Jenis-Jenis Piranti Kebahasaan Ketransitifan dan Modalitas pada
Headline dan Tajuk Rencananya.
Data-data tentang jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan piranti
kebahasaan modalitas yang ditemukan kemudian dianalisis untuk mengungkap
perspektif surat kabar Kompas terhadap nilai-nilai toleransi, keberagaman atau
secara luas nilai keindonesiaan. Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa
ketransitifan dengan berbagai macam proses yang dibawakannya, seperti proses
material (perbuatan dan kejadian), proses mental (penglihatan, perasaan, dan
pemikiran), dan proses verbal (kutipan langsung dan kutipan tidak langsung),
dipergunakan oleh surat kabar Kompas dalam menuliskan headline dan tajuk
rencananya untuk membangun perspektif pemberitaan. Apabila dipresentasikan
dari data ketransitifan yang ada, 100% data ketransitifan memperlihatkan
perspektif pro terhadap nilai-nilai, kemanusiaan, toleransi dan keberagaman serta
nilai keindonesiaan pada umumnya.
Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa modalitas sebagai manifestasi
perspektif pemberitaan dalam tataran kalimat cenderung menempatkan perspektif
surat kabar Kompas yang pro terhadap nilai toleransi dan keberagaman. Apabila
dipresentasikan dari data modalitas ada 96% data digunakan surat kabar Kompas
untuk menampakkan persektif pro pada nilai-nilai toleransi dan keberagaman.
Penemuan jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan
modalitas sebagai beberapa cara yang digunakan untuk memanifestasikan ideologi
atau kepentingan sesuai dengan teori Linguistik Kritis Halliday dan Analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Wacana Kritis Fairclough yang menjadi landasan teori dilakukannya penelitian
ini.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan
Widharyanto (2000) yang berjudul, “Manisfestasi Perspektif Pemberitaan Surat
Kabar Indonesia pada Akhir Era Orde Baru ke dalam Strategi Penyajian
Informasi dan Bentuk-Bentuk Ekspresi Bahasa”, khususnya pembahasaan
mengenai macam-macam perspektif pemberitaan surat kabar Indonesia pada akhir
era pemerintahan Orde Baru, khususnya manifestasi perspektif ke dalam piranti
kebahasaan ketransitifan dan modalitas. Penelitian ini juga menemukan kebaruan,
yakni pada piranti kebahasaan modalitas jenis izin yang pada penelitian
Widharyanto cenderung menampilkan sikap netral terhadap sebuah peristiwa,
dalam penelitian ini jenis modalitas izin juga menampilkan perspektif surat kabar
Kompas yang pro terhadap nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, keberagaman, dan
keindonesiaan secara luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini disajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan terkait dengan
hasil-hasil penelitian dalam menjawab masalah dan tujuan penelitian. Selanjutnya,
saran terkait dengan implikasi lebih lanjut hasil-hasil penelitian ini baik secara
teoritis maupun secara praktis.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan butir-butir
temuan penelitian yang meliputi, (1) jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan
dan piranti kebahasan modalitas dalam pemberitaan headline dan tajuk rencana
oleh surat kabar Kompas pada masa pilkada DKI Jakarta 2017, (2) manifestasi
perspektif surat kabar Kompas ke dalam jenis-jenis piranti kebahasaan
ketransitifan dan piranti kebahasaan modalitas.
Ketransitifan dan modalitas merupakan piranti kebahasaan yang dominan
yang digunakan surat kabar Kompas dalam pemberitaan pada headline dan tajuk
rencananya pada periode September 2016 hingga Desember 2016. Jenis-jenis
piranti kebahasaan ketransitifan yang digunakan tersebut antara lain: ketransitifan
yang berupa proses material perbuatan, ketransitifan yang berupa proses material
kejadian, ketransitifan berupa proses verbal yang meliputi proses verbal kutipan
langsung dan proses verbal kutipan tidak langsung, dan ketransitifan berupa
proses mental yang meliputi penglihatan, perasaan, dan pemikiran. Jenis-jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
piranti kebahasaan modalitas yang digunakan meliputi: modalitas keharusan,
modalitas kebenaran, modalitas keinginan, dan modalitas izin.
Pada masa pilkada DKI Jakarta 2017, jenis-jenis piranti kebahasaan
ketransitifan dan modalitas tersebut digunakan untuk memberitakan peristiwa-
peristiwa sosial politik. Peristiwa sosial politik yang terjadi pada masa pilkada
DKI Jakarta 2017 antara lain isu toleransi, keberagaman yang menyangkut isu
suku, ras, agama dan budaya (SARA), kampanye pilkada, demokrasi, penegakan
hukum, terorisme, dan kabar bohong (hoaxs) yang beredar di media masa. Dari
berbagai isu itu kemudian yang menjadi fokus adalah isu toleransi dan
keberagaman yang erat kaitannya dengan isu yang lain atau nilai-nilai
keindonesiaan pada umumnya.
Jenis-jenis piranti kebahasaan ketransitifan dan piranti kebahasaan
modalitas yang digunakan surat kabar Kompas dalam pemberitaan pada headline
dan tajuk rencananya, juga memperlihatkan perspektifnya terhadap peristiwa-
peristiwa yang dilaporkannya pada masa pilkada DKI Jakarta 2017 tersebut.
Perspektif pemberitaan surat kabar dapat berwujud uraian pro (favorable), kontra
(unfavorable) dan netral, yang mencerminkan institusinya terhadap objek berita.
Fenomena perspektif dapat diungkap dengan mengkaji transformasi ideologi
dengan pendekatan visi di dalam wacana berita melalui piranti-piranti dan Critical
Linguistic (CL) atau Linguistik Kritis dan Critical Discourse Analysis (CDA) atau
Analisis Wacan Kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Dalam sistem ketransitfan, manifestasi perspektif pemberitaan dapat
diketahui dari proses-proses ketransitifan yang dimunculkan, seperti proses
material, proses mental, dan proses verbal. Dari proses material, hal yang
ditekankan dalam pemberitaan adalah perbuatan dan kejadian. Dari proses mental,
hal yang mendapat perhatian dalam pemberitaan adalah apa yang dilihat,
dirasakan, dan dipikirkan oleh partisipan tertantu. Terakhir, dari proses verbal,
yang ditonjolkan adalah apa yang diucapkan dan siapa partisipan pengucap.
Melalui modalitas yang dipergunakan dalam kalimat, manifestasi
perspektif pemberitaan dapat diketahui dari sikap surat kabar Kompas terhadap
partisipan atau peristiwa yang dilaporkan. Sikap tersebut mencerminkan
pengetahuan, gagasan, dan keyakinan yang dianut atau diyakini; yang
terekspresikan dalam modalitas kebenaran, keharusan, keinginan dan izin. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa piranti kebahasaan ketransitifan dan piranti
kebahasaan modalitas terbukti mengungkap perspektif surat kabar Kompas yang
pro (favorable) terhadap nilai-nilai keindonesiaan, atau secara khusus terhadap
nilai-nilai toleransi dan nilai keberagaman.
5.2 Saran-saran
Pada bagian ini diberikan saran-saran berkaitan dengan implikasi lebih lanjut
dari temuan-temuan penelitian ini. Implikasi tersebut berkaitan dengan hal yang
bersifat teoritis maupun praktis. Hal tersebut meliputi: pertama, teks lahir selalu
berdasarkan konteks yang melatarbelakanginya, sehingga untuk memahami
sebuah teks harus memahami juga konteknya secara menyeluruh. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
penelitian ini konteks yang melatarbelakangi teks berita adalah konteks ideologi
yang dimiliki surat kabar, dalam hal ini surat kabar Kompas.
Kedua, dengan ideologi yang dimiliki surat kabar Kompas, maka akan
berpengaruh dalam melihat dan memberitakan peristiwa, yang kemudian disebut
sebagai perpsektif. Perspektif pemberitaan dapat dimanifestasikan ke dalam kode-
kode bahasa, sistem atau struktur bahasa, baik tataran wacana, sintaksis, maupun
struktur leksikal.
Ketiga, dalam pemberitaan sebuah surat kabar tentang peristiwa sosial politik
bahasa dapat digunakan sebagai salah satu disiplin ilmu dari berbagai
multidisipliner yang dapat memberikan pemahaman yang luas dan komprehensif
terhadap peristiwa-peristiwa sosial politik. Dengan demikian bahasa memiliki
konstribusi yang besar dalam melihat dan memahami persoalan sosial politik.
Keempat, hasil temuan penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukkan dan
pertimbangan bagi analisis wacana, sosiolog, politikus, wartawan, dan ahli
komunikasi untuk meneliti lebih lanjut hubungan antara bahasa, ideologi, dan
kekuasaan atau dominasi dalam media masa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
DAFTAR PUSTAKA
(http://m.detik.com/news/berita/d-3358336/Begini-Penampakan-Meriahnya-
Apel-Nusantara-Bersatu-di-Monas : diunduh pada 12 Maret 2018)
Abdul, Chaer, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Agung Dwi Hartono & Rhoma Dwi Aria Yuliantri dalam Taufik Rahzen,
Seabad Pers Kebangsaan, (I:Boekoe: Yogyakarta, 2007)
Alwi dalam Dharma Karana, Modalitas dalam Pidato Politik Presiden Joko
Widodo, Prosiding: Mengenang Kiprah J. S. Badudu dalam Pengembangan
Bahasa Indonesia (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran dan
Program Studi Sastra Indonesia Bekerja Sama dengan Kantor Riset, PPM, dan
Inovasi)
Anwar, Roshan, Bahasa Jurnalistik Indonesia & Komposisi, (Yogyakarta:
Media Abadi, 2004)
Budiyono, Membina Kerukunan Hidup Antarumat Beriman, (Yogyakarta,
Kanisius, 1983)
Chaer, Abdul, Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008)
Charles A. Sprague dalam Rizal Mallarangeng, Pers Orde Baru: Tinjauan Isi
Kompas dan Suara Karya, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia, 2008)
Detik.com/oplah-tertinggi-surat-kabar-di-indonesia: diunduh pada bulan
November 2017
Dewabrata, Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita,
(Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2004)
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LkiS, 2001)
Ernes Cassirer dalam Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang
Manusia, Alih Bahasa oleh Alois A. Nugroho, (Jakarta: gramedia, 1987)
dalam Latif, Yudi, Bahasa dan Kekuasaan (Bandung: Mizan)
George Yule, Kajian Bahasa, (Edisi Kelima/ Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015)
Hamid, Abdul. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan, (Bandung:
Pustaka Setia, 2012)
Haris Sumadiria, 2005, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media)
Haryatmoko, Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis: Landasan
Teori, Metodologi dan Penerapan), (Jakarta: Rajawali Pers, 2017)
Haryatmoko, Etika Komunikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2007),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Hikam dalam Latif, Yudi, Bahasa dan Kekuasaan (Bandung: Mizan)
J.D Parera, Dasar-Dasar Analisi Sintaksis, (Jakarta: Erlangga, 2009)
Jakob Otema, Buku Panduan Kompas, (Jakarta:Kompas, 2008)
Louise Cummings, Pragmatic:Sebuah Perspektif Multidipliner, (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 5; judul asli Pragmatic, A Multidisciplinary
Perspective (̧Oxford University Press Inc, New York, 2009)
Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita & Feature, (Jakarta: Indeks, 2016)
Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remadja Karya, 1989)
Mulayana, Kajian Wacana: Teori & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wcaana
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005),
Nadar, Pragmatik & Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)
Praptomo Baryadi, Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan¸(Yogyakarta:
Penerbit Universitas Sanata Dharma, 2012),
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Gramedia, 2008)
Pusvita Sari (edior) dalam Voltaire, Traktat Toleransi, (Yogyakarta: LKiS,
2015)
Rizal Mallarangeng, Pers Orde Baru: Tinjauan Isi Kompas dan Suara Karya,
(Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Scholes dalam Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem
Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011)
Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wahan Kebudayaan Secara Lingusitis, (Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press, 2015)
Sugiyono, Metode Penelitian Kebijakan, (Bandung: Alfabeta,2017)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2011)
Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality Publisher,
2008)
Widharyanto, Manisfestasi Perspektif Pemberitaan Surat Kabar Indonesia
pada Akhir Era Orde Baru ke dalam Strategi Penyajian Informasi dan
Bentuk-Bentuk Ekspresi Bahasa, (Malang: Universitas Negeri Malang
Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa November, 2002),
Yudi Latif, Negara Paripurna:Historisita, Rasionalitas, dan Aktualitas
Pancasila, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
DAFTAR LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
&
Yogyakarta, 1 I April 2018
Yth. A. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A
Dosen Pendidikan dan Bihasa Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
''.'.....r',.,:::. t,'... _tt
i I ;t:'ili:; :i ::.i:r :i
. ': i'l .,.,' .::"',.:ir',: ' .,"-:ii.''",:, -
,:: r., fj ::.lri:|t:- i
(
Dengan Hormat
Saya, pitrus Puspito, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Sanata ,Dharma sedang menyusun skripsi yang berjudul Analisis Ketransitifan
dan Modalit*Pada Headlie dan Tajuk $encana Surat Kabar Kompas Periode September
f11oggu Desember ZntA: Kajian Analisig Wacafia Kritis". Saya membutuhkan t angulator
unttrk mengecek keabsahan data penelitian saya.
Sehubungan dengan hal itu, saya mohon kesediaan bapak untuk berkenan menjadi
triangulator dalam penelitian saya.
Demikian surat ini saya buat, afg kesediaan dan kerja_ sama bapak saya ucapkan
terima kasih.
Mengetahui, Hormat Saya,
r+.ll-i: ;,:1.";.i;i tr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SJ\v\)
5i>,3sd:c.a/--J
A.9t316ocL --1.l*9"-9S
r!5{.
oo
L0)6)
I
UJ
.D(t
L?6c
6-t('<)
7
-
t\\\r\':-
iI
LsJ
)
r+
\t-95)
6_P
$
F0($
Nba_
Jd*5
,
E3
CE
\ \ \
\ \ \a0
G
CE
6)traq)oo.a.a
C5e'
(d
€63'trlaD@L)lrd.
Cg()
(B
-otic)
6EQ'Aa hI)ua&E
CBP6
-oLoa(D6Dd6tL&
CEP(t
-oLic)
Eb6&
dI(g)-ol-o)g6or^cl
01
e-'tr(s
.D
BiESAt<-SJ
.tE\(coENbr\f;{
a(s
='aJ4N4\*t6.\d{-
(ccd
L()
E6(brLpl
q)
o
& ,K
6trl-Gc3
'.7YC3-c6
*rs.)s.t*\a\
deJ=\i> -\--6\lrCB60()z'\o
ai3J
gC€ q)aJOOr\c\dN\8\M .$E\.s
'\o
$X5Xo6v
,A \JC).a&c!
rr)ot 'l(B\E^\_g\=vA r.t
\(€.E
G'(i9
-d (\()LM3
E4)
no a-\a
=- "tdtr\E\)*tES
a9b'YOO.N
*r(.)
€
.soEZ
c.nvr\
=tE\g\,z ..$\
b0b0tr\o
c.l9i()bo -o
.tI\A
o0{E-{$\€.3()FA
\o'D=*xv6.lS oa.uc2 c.)i: ..1A vo
oc)v!l
E\Ss$sH-F
\LG
8[.E(€i
J.(BCB
E'6H0)CB^9pi!c6a2orM
EEUN'6 h0 '{l I'nCl-6A 0EI-.] 6-szss?U=
(t$.-'VNA}Jcso'x00.6E5€ 5Vi5 ,a^-;-VA5^Xt*-E&!B=);i0.ol
(\o(n9-
aC)li
.qJ
a
z c.t ca $ rrl \o t--- oo o\
S.,
zfr-Fl-(azilFriv:<F
-)
/L
,))
\\\*otx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN DATA KETRANSITIFAN DAN DATA MODALITAS YANG SUDAH
DIBERI KODE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DATA KETRANSITIFAN
No Data Ketransitifan pada Headline
Surat Kabar Kompas
Kode Data Proses yang
Diperlihatkan
1 SBY Temui Wapres dan Wiranto (2
November 2016)
KH1 Proses perbuatan
2 Jokowi-Prabowo Kembangkan Budaya
Baru (18 November 2016)
KH2 Proses perbuatan
3 Kontestasi Diprediksi Berlangsung
Ketat (23 Oktober 2016)
KH3 Proses kejadian
4 Untuk Ketiga Kalinya, Presiden Joko
Widodo Bertemu Dengan Prabowo
Subianto. (1 November 2017)
KH4 Proses kejadian
5 Sosok Negarawan Dibutuhkan (24
November 16)
KH5 Proses kejadian
6 Peringatan Hari Santri Teguhkan
Keindonesiaan (23 Oktober 2016)
KH6 Proses mental
perasaan
7 Presiden: Jaga Jihad Kebangsaan (23
Oktober 2016)
KH7 Proses verbal ucapan
langsung
8 Jaga Kedamaian Pilkada (25 September
2016)
KH8 Proses verbal
9 Hormati Proses Hukum (17 Nobvember
2016)
KH9 Proses verbal
10 Junjung Tinggi NKRI (20 November
2016)
KH10 Proses verbal
11 Presiden: Saling Ejek Dan Memaki
Bukan Jati Diri Bangsa (13 November
2016)
KH11 Proses verbal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12 MUI: Kemajemukan Bangsa Mesti
Dipertahankan (24 September 2016)
KH12 Proses verbal
No Data Ketransitifan pada Tajuk
Rencana Surat Kabar Kompas
Kode Data Proses yang
Diperlihatkan
13 MUI mengusulkan ada dialog nasional
yang melibatkan semua elemen bangsa
agar tidak ada perpecahan bangsa (25
November 2016)
KT13 Proses Perbuatan
14 Selaku panglima tertinggi, Presiden
Jokowi juga menginstruksikan
segenap anggota Polri dan prajurit TNI
agar waspada dari berbagai upaya
memecah belah bangsa. (24 November
2016)
KT14 Proses Perbuatan
15 Dalam penggerebekan di Bekasi, 10
Desember, misalnya, aparat
menangkap tiga terduga teroris yang
berniat meledakkan bom bunuh diri di
Istana Negara. (26 Desember 2016)
KT 15 Proses Perbuatan
16 Di Tangerang Selatan, 20 Desember,
aparat menangkap seorang terduga
teroris dan menembak mati tiga
terduga teroris lain yang merakit bom
untuk diledakkan saat Natal. (26
Desember 2016)
KT16 Proses Perbuatan
17 Kemarin, Densus 88 juga
menggerebek dan menembak dua
KT17 Proses Perbuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terduga teroris di Jatiluhur, Purwakarta,
Jawa Barat. (26 Desember 2016)
18 Langkah presiden Joko Widodo
menemui sejumlah ulama pada pekan
lalu, anatara lain, untuk memberikan
pemahaman tentang keberagaman
bangsa. (13 November 2016)
KT18 Proses Perbuatan
19 Presiden Joko Widodo tak akan
mengintervensi penanganan kasus
dugaan penistaan agama yang
dilakukan Gubernur DKI Jakarta
nonaktif Basuki Tjahaya Purnama. (13
November 2016)
KT19 Proses Perbuatan
20 Sejumlah tokoh PDI-P yang sempat
bersama Koalisi Kekeluargaan
meninggalkan koalisi dan mendukung
pasangan Basuki-Djarot. (24 September
2016)
KT20 Proses Perbuatan
21 Menyusul koalisi Partai Demokrat,
PKB, PAN, dan PPP dengan tokoh
sentral Ketua Umum Partai Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono
mengusung calon baru. (24 September
2016)
KT21 Proses Perbuatan
22 ”Poros Yudhoyono” mengusung putra
sulungnya, Agus Harimurti
Yudhoyono, dan Sylviana Murni
sebagai calon gubernur dan calon wakil
KT22 Proses Perbuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gubernur. (24 September 2016)
23 Partai Gerindra-PKS dengan tokoh
sentral Ketua Umum Gerindra
Prabowo Subianto mengusung Anies
Baswedan-Sandiaga Uno. (24 September
2016)
KT23 Proses Perbuatan
24 Mereka yang berkontestasi, yakni
Basuki (50), Agus (38), dan Anies
(47), menampilkan kesan muda,
modern, dan bukan orang partai. (24
September 2016)
KT24 Proses Perbuatan
25 Basuki meninggalkan Partai Gerindra
dan maju melalui PDI-P dan tiga
parpol lainnya. (24 September 2016)
KT25 Proses Perbuatan
26 Agus berkarier di militer dan kini
terjun ke politik dan meninggalkan
dinas kemiliteran. (24 September 2016)
KT26 Proses Perbuatan
27 Penyidik Mabes Polri meningkatkan
status hukum Basuki Tjahaja Purnama
dari penyelidikan ke penyidikan atas
dugaan kasus penistaan agama. (17
Desember 2016)
KT 27 Proses Perbuatan
28 Gubernur petahana (non-aktif) Basuki
Tjahaja Purnama menghormati proses
hukum dan menerima statusnya
sebagai tersangka. (17 Desember 2016)
KT28 Proses Perbuatan
29 Pemerintah mengantisipasi
perkembangan itu dengan merevisi UU
KT29 Proses Perbuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Informasi Transaksi dan Elektronik
yang berlaku Senin, 28 November, ini.
( 28 November 12)
30 Gejolak politik memanas, kejahatan
marak, musibah terjadi silih berganti,
dan ancaman terorisme tidak
menyurutkan optimisme dan harapan.
(24 Desember 2016)
KT30 Proses Kejadian
31 Untuk keempat kali setelah pemilihan
presiden 2014, Presiden Joko Widodo
bertemu dengan Ketua Umum Partai
Gerakan Indonesia Raya Prabowo
Subianto. (18 November 2016)
KT31 Proses Kejadian
32 Pencalonan Basuki Tjahaya Purnama
sebagai gubernur DKI Jakarta periode
2017-2022 tak gugur dan tak
dibatalkan meski yang bersangkutan
ditetapkan sebagai tersangka kasus
penistaan agama. (17 November 2106)
KT32 Proses Kejadian
33 Optimisme itu yang ditegaskan
Presiden Joko Widodo di pengujung
akhir tahun 2016. (24 Desember 2016)
KT33 Proses Kejadian
34 Kemandirian peradilan Indonesia
dalam kasus dugaan penistaan agama
oleh akan diuji Gubernur DKI Jakarta
(nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama. (13
Desember 2016)
KT34 Proses Kejadian
35 Sikap profesional dan taat pada kode KT35 Proses Kejadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
etik jurnalistik serta berpegang pada
pedoman penyiaran dituntut dalam
proses sidang yang berpotensi
memancing sensitivitas dan emosi
publik. (13 Desember 2016)
36 Koalisi Kekeluargaan yang dibangun
untuk menantang petahana Basuki
Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat
akhirnya pecah. (24 September 2016)
KT36 Proses Kejadian
37 Selain didukung PDI-P, Basuki-Djarot
juga didukung Partai Golkar, Partai
Nasdem, dan Partai Hanura. (24
September 2016)
KT37 Proses Kejadian
38 Bersamaan dengan itu, Basuki
ditetapkan sebagai tersangka dugaan
kasus penistaan agama. (17 Desember
16)
KT38 Proses Kejadian
39 Unjuk rasa besar menuntut proses
hukum terhadap Basuki beberapa kali
terjadi. (13 Desember 2016)
KT39 Proses Mental
40 Media sosial kian meneguhkan
masuknya Indonesia ke era demokrasi
bicara (talking democracy). (29 Oktober
2016)
KT40 Proses Mental
41 Wacana politik belakangan ini, seperti
munculnya isu makar, isu
pengambilalihan kekuasaan, dan
mobilisasi kekuasaan massa sebagai
KT41 Proses Mental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok penekan, menunjukkan
belum matangnya demokrasi
Indonesia. (25 November 2016)
42 Bangsa ini membutuhkan negarawan-
negarawan yang punya komitmen dan
memikirkan masa depan bangsa, bukan
semata-mata politisi pemburu
kekuasaan. (25 November 2016)
KT42 Proses Mental
43 Demokrasi juga menganut prinsip
pergantian kekuasaan secara periodik
melalui mekanisme pemilu. (25
November 2016)
KT43 Proses Mental
44 Demokrasi juga menunut
penghormatan atas tegaknya supremasi
hukum dan konstitusi. (25 November
2016)
KT44 Proses Mental
45 Bangsa Indonesia sedang menapaki
masa-masa kritis sekaligus ujian
terhadap demokrasi dan kebersamaan
kita sebagai bangsa. (01 Desember 2016)
KT45 Proses Mental
46 Pada Rabu kemarin, masyarakat
menyaksikan Apel Nusantara Bersatu
serentak di Tanah Air. (01 Desember
2016)
KT46 Proses Mental
47 Warga Jakarta mengharapkan
kampanye berlangsung fair, adu
gagasan, adu program, dan bijak dalam
berkata-kata serta menghindari
KT47 Proses Mental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kampanye hitam demi matangnya
demokrasi. (17 November 2016)
48 Media sosial memperkuat kanal
kebebasan menyatakan pendapat. (28
November 2016)
KT48 Proses Mental
49 Pertumbuhan ekonomi sebagai salah
satu syarat tolok ukur bangunan
optimisme membutuhkan prasyarat
penting konsolidasi seluruh elemen
masyarakat. (24 Desember 2016)
KT49 Proses Mental
50 Perasaan cemas sempat berkecamuk.
(26 desember 2016)
KT50 Proses Mental
51 Tetap Menjaga Kebersamaan (01
Desember 2016)
KT51 Proses Verbal
52 Suburkan Kasih, Lawan Teror (26
Desember 2016)
KT52 Proses Verbal
53 Selaku kepala negara, Presiden Jokowi
mengingatkan seluruh anak negeri
bahwa keberagaman bangsa ini
semestinya dipandang sebagai
anugerah dan tidak menjadi sumber
perpecahan. (24 November 2016)
KT53 Proses Verbal
54 Untuk merawat keindonesiaan, Bung
Hatta sebagai salah seorang pendiri
bangsa kerap mengingatkan, kita ini
turunan bangsa besar, yang sejarahnya
gilang-gemilang pada masa dahulu,
dan kini harus menebusnya kembali.
KT54 Proses Verbal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14 November 2016)
55 Presiden Joko Widodo pertengahan
Desember lalu memang telah
menegaskan, tidak boleh ada ruang
sekecil apa pun di Indonesia bagi
terorisme. (26 Desember 2016)
KT55 Proses Verbal
56 Presiden pun mengajak masyarakat
bersatu memerangi terorisme. (26
Desember 2016)
KT56 Proses Verbal
57 Apel Nusantara Bersatu
menyampaikan pesan agar seluruh
komponen bangsa merajut
kebersamaan serta menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa. (01 Desember
2016)
KT57 Proses Verbal
58 Linz mengatakan, demokrasi
terkonsolidasi jika demokrasi diyakini
sebagai the only game in town. (25
November 16)
KT58 Proses Verbal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DATA MODALITAS
No
Data Modalitas pada Headline dan
Lead Surat Kabar Kompas
Kode Data Ekspresi yang
dimunculkan
1 Presiden Tidak Akan Intervensi (2
November 2016)
MH1 Modalitas Keharusan
2 Keberagaman Jadi Anugerah (13
November 2016)
MH2 Modalitas Keharusan
3 Semua pasangan calon kepala daerah
dan wakil kepala daerah mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga
Pemilihan Kepala Daerah 2017
berjalan aman dan damai. (25
September 2016)
MH3 Modalitas Keharusan
4 Para tokoh elite nasional patut ikut
menyelesaikan masalah kebangsaan
dengan damai dan sejuk. (01
November 2016)
MH4 Modalitas Keharusan
5 Pencalonan Basuki di Pilkada DKI
Tidak Gugur (17 November 2016)
MH5 Modalitas Kebenaran
6 Keberagaman, toleransi, dan saling
menghargai antarwarganya adalah
kekuatan kota ini. (30 Oktober 2016)
MH6
7 Tiga calon gubernur DKI Jakarta
2017 merupakan refleksi dari sisa
pertarungan pada pemilihan presiden
terdahulu. (24 September 2016)
MH7 Modalitas Kebenaran
8 Sejak berabad lalu, Jakarta kota
multietnik. (30 Okteober 2016)
MH8 Modalitas Kebenaran
9 Semangat persatuan yang terkandung MH9 Modalitas Kebenaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam semboyan Bhineka Tunggal
Ika masih dijunjung tinggi. (30
Oktober 2016)
10 Kondisi Bangsa Indonesia saat ini
membutuhkan kehadiran sosok-sosok
negarawan yang memikirkan
keberlanjutan bangsa ke depan. (24
November 2016)
MH10 Modalitas Kebenaran
11 Kebinekaan Jangan Dilemahkan (20
November 2016)
MH11 Modalitas Izin
12 Ekonomi Jangan Terganggu (25
November 2016)
MH12 Modalitas Izin
No Data Modalitas pada Tajuk
Rencana Kabar Kompas
Kode Data Ekspresi yang
dimunculkan
13 Kita harus menghormati penetapan
majelis hakim persidangan terbuka
dapat diliput televisi secara langsung
sehingga masyarakat akan
mengetahui jalannya persidangan. (13
Desember 2016)
MT13 Modalitas Keharusan
14 Jika semua proses hukum itu berjalan
sebagaimana mestinya dan hasilnya
bisa diterima semua pihak dan
prosesnya berjalan damai, itu akan
menjadi modal untuk penguatan
demokrasi Indonesia. (13 Desember
2016)
MT14 Modalitas Keharusan
15 Dunia maya sepertinya menjadi ruang
untuk menyampaikan apa saja: mulai
dari pandangan, harapan, perasaan,
MT15 Modalitas Keharusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saran, sampai kecaman bahkan
sumpah serapah. (29 Oktober 2016)
16 Media sosial justru bisa membuat
bangsa ini terpolarisasi atau malah
terpecah. (29 Oktober 2016)
MT16 Modalitas Keharusan
17 Media sosial bisa meradikalisasi
gerakan, tetapi juga bisa memoderasi
pandangan. (29 Oktober 2016)
MT17 Modalitas Keharusan
18 Pelanggaran kecil yang terus
dibiarkan bisa kian membesar. (29
Oktober 2016)
MT18 Modalitas Keharusan
19 Pendekatan hukum bisa saja
dilakukan tanpa harus mengekang
kebebasan berpendapat. (22 November
2016)
MT19 Modalitas Keharusan
20 Demokrasi bisa bergerak mundur jika
negara salah dalam mengantisipasi
perkembangan media sosial. (28
November 2016)
MT20 Modalitas Keharusan
21 Namun, jika kebebasan berekspresi
tanpa batas terus dibiarkan, bangsa ini
akan terjebak dalam polarisasi
pandangan yang ekstrem dan bisa
mengancam demokrasi. (28 November
2016)
MT21 Modalitas Keharusan
22 Pertemuan elite secara bersama-sama
akan memperkuat kohesivitas kita
sebagai bangsa yang dibelah pemain
media sosial yang tidak bertanggung
jawab terhadap nasib negeri ini. (25
November 2016)
MT22 Modalitas Keharusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23 Dalam teori Linz, semua masalah bangsa
harus bisa diselesaikan dengan cara
bermartabat dengan menggunakan semua
instrumen demokrasi, seperti partai
politik yang menyalurkan aspirasi
masyarakat dan mengagregasikan
kepentingan masyarakat serta
menjadikan DPR sebagai tempat
mengontrol jalannya kekuasaan. (25
November 2016)
MT23 Modalitas Keharusan
24 Termutakhir, Tontowi Ahmad dan
Liliyana Natsir yang membacakan
naskah Sumpah Pemuda di halaman
Istana Merdeka pada 28 Oktober lalu
juga menunjukkan contoh bahwa
keberagaman bangsa bisa menjadi
kekuatan. (14 November 2016)
MT24 Modalitas Keharusan
25 Terlepas dari gugatan terhadap peran
partai politik, semua pihak menangkap
aspirasi perlunya penegakan hukum
cepat terhadap Basuki. (01 Desember
2016)
MT25 Modalitas Keharusan
26 Proses hukum terhadap Basuki bisa
diproses cepat, sesuai dengan KUHAP.
(01 Desember 2016)
MT26 Modalitas Keharusan
27 Statusnya sebagai calon gubernur Jakarta
tidak gugur meski dengan status
tersangka bisa memengaruhi elektabilitas
Basuki dalam pilkada. (17 November
2016)
MT27 Modalitas Keharusan
28 Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-
Sylviana Murni dan Anies Baswedan-
Sandiaga Uno bisa mendapat keuntungan
MT28 Modalitas Keharusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
politik dengan status tersangka Basuki.
(17 November 2016)
29 Ia tergantung penggunanya, bisa positif
bisa negatif. Keduanya terjadi di
Indonesia. (17 November 2016)
MT29 Modalitas Keharusan
30 Status tersangka terhadap Basuki juga
membenarkan beberapa kali
pernyataan Presiden Joko Widodo
yang menyatakan, ”Tidak akan
melindungi Basuki”. (17 November
2016)
MT30 Modalitas Keharusan
31 Kita bersyukur kepolisian telah
mencapai kesepakatan dengan
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa
(GNPF) MUI untuk menggelar doa
bersama untuk bangsa di kawasan
Silang Monas pada 2 Desember 2016.
(01 Desember 2016)
MT31 Modalitas Kebenaran
32 Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
yang dicengkeram kuat kaki burung
Garuda jelas menunjukkan bahwa
hidup dalam keberagaman sudah
diwariskan berabad-abad di
Nusantara; sebuah keniscayaan. (14
November 2016)
MT32 Modalitas Kebenaran
33 Ini kesempatan bagi warga untuk
memilih dan mempertimbangkan calon
yang akan memimpin Jakarta 2017-2022.
(24 september 2016)
MT33 Modalitas Kebenaran
34 Jakarta memang sarat dengan
kompleksitas persoalan. (24 september
MT34 Modalitas Kebenaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2016)
35 Politisi hanya memikirkan pemilihan
yang akan datang, sedangkan negarawan
memikirkan generasi yang akan datang.
(14 November 2016)
MT35 Modalitas Kebenaran
36 Fenomena ini jelas menunjukkan bahwa
menyerahkan penanggulangan terorisme
hanya pada pundak pemerintah tidak
akan cukup. (26 Desember 2016)
MT36 Modalitas Kebenaran
37 Proses hukum terhadap Basuki juga
merupakan ujian terhadap kemandirian
kekuasaan kehakiman. (01 Desember
2016)
MT37 Modalitas Kebenaran
38 Tersangka adalah satu tahap dalam
proses hukum panjang yang diatur
KUHAP, mulai dari proses penyelidikan,
penyidikan, dan pelimpahan berkas ke
kejaksaan untuk disidangkan dalam
persidangan terbuka. (17 November
2016)
MT38 Modalitas Kebenaran
39 Status tersangka, bukanlah berarti
Basuki sudah pasti bersalah. (17
November 2016)
MT39 Modalitas Kebenaran
40 Selain harus melakukan kampanye yang
kerap dihadang massa, Basuki juga harus
konsentrasi menghadapi proses hukum
terhadap dirinya. (17 November 2016)
MT40 Modalitas Kebenaran
41 Tugas jaksa adalah membuktikan
dakwaan dan menuntut terdakwa. (13
Desember 2016)
MT41 Modalitas Kebenaran
42 Pasangan calon mempunyai peran
sentral dalam mengendalikan tim
suksesnya untuk meraih kekuasaan. .
MT42 Modalitas Kebenaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29 Oktober 2016)
43 Ketua Umum PDI-P Megawati
Soekarnoputri berperan sentral
menentukan garis politik PDI-P. (24
September 2016)
MT43 Modalitas Kebenaran
44 Demokrasi Indonesia masih muda.
(25 November 2016)
MT44 Modalitas Kebenaran
45 Pandangan MUI itu sejalan dengan
prinsip demokrasi. (25 November 2016)
MT45 Modalitas Kebenaran
46 Mereka merupakan bagian dari
jaringan teroris Bahrun Naim (33)
yang memimpin Jamaah Ansharut
Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan
Negara Islam di Irak dan Suriah
(NIIS). (25 Desember 2016)
MT46 Modalitas Kebenaran
47 Data Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme
menunjukkan, 47,3 persen pelaku
tindak pidana terorisme berusia 20-30
tahun. (26 Desember 2016)
MT47 Modalitas Kebenaran
48 Menentukan bersalah tidaknya
seseorang adalah otoritas hakim yang
memang punya kewenangan untuk
menyatakan bersalah tidaknya
seseorang. (01 Desember 2016)
MT48 Modalitas Kebenaran
49 Itu merupakan bentuk partisipasi
politik warga negara. (01 Desember
2016)
MT49 Modalitas Kebenaran
50 Partai politik dan DPR seharusnya
berperan untuk menyalurkan aspirasi
rakyat mengontrol kerja eksekutif. (25
MT50 Modalitas Keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
November 2016)
51 Sebagai bangsa Pancasilais yang
menjunjung kebinekaan, kita tentu
patut mensyukurinya. (26 Desember
2016)
MT51 Modalitas Keinginan
52 Merebaknya ujaran kebencian itu
harus ditangkal. (28 November 2016)
MT52 Modalitas Keinginan
53 Perkembangan demokrasi digital
harus diantisipasi. (22 November 2016)
MT53 Modalitas Keinginan
54 Perkembangan media sosial perlu
diantisipasi. (22 November 2016)
MT54 Modalitas Keinginan
55 Gerakan literasi media sosial perlu
dikembangkan agar kita semakin
bijak dalam berkata-kata. (22
November 2016)
MT55 Modalitas Keinginan
56 Oleh karena itu, konsolidasi
kenegaraan yang dilakukan Presiden
Joko Widodo bersama-sama sejumlah
tokoh politik dan agama patut
diapresiasi. (14 November 2016)
MT56 Modalitas Keinginan
57 Perlu ada langkah menyadarkan
bahwa berpendapat di media sosial
menuntut tanggung jawab tanpa harus
mengganggu kebebasan berpendapat
sebagai hak asasi manusia. (28
November 2016)
MT57 Modalitas Keinginan
58 Kita berharap hakim bisa
memastikan saksi bisa memberikan
keterangan tentang kasus itu dengan
bebas, tanpa rasa takut. (23 Desember
2016)
MT58 Modalitas Keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59 Umat Islam, khususnya para santri,
diharapkan tetap menjaga semangat
jihad kebangsaan dalam menghadapi
tantangan baru setelah Indonesia
merdeka. (23 Oktober 2016)
MT59 Modalitas Keinginan
60 Namun, kita tetap berharap
kampanye pilkada serentak yang
sudah dimulai tetap diwarnai keriaan.
(29 Oktober 2016)
MT60 Modalitas Keinginan
61 Kita mendorong kandidat mengikuti
aturan main dan selalu berpikir dalam
pola pikir demokrasi. (24 September
2016)
MT61 Modalitas Keinginan
62 Sebagai barometer politik, kita
berharap Pilkada Jakarta akan
menjadi kontestasi gagasan dan
program serta model kepemimpinan.
(24 September 2016)
MT62 Modalitas Keinginan
63 Dan pada tempat lain, tertangkap
pesan keinginan kita tetap menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa dan
dasar negara Pancasila. (01 Desember
2016)
MT63 Modalitas Keinginan
64 Kita mendorong proses hukum dijaga
bersama agar supremasi hukum tegak,
demokrasi kian matang, kebersamaan
kita sebagai bangsa terjaga. (01
Desember 2016)
MT64 Modalitas Keinginan
65 Publik penuh harap kampanye pilkada
ditandai dengan adu gagasan
antarkandidat, adu program, adu
MT65 Modalitas Keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendekatan dari kandidat untuk membuat
provinsi, kota, atau kabupaten menjadi
lebih baik. (29 Oktober 2016)
66 Bagi para aktor politik, kini saatnya juga
merenungkan pesan James Freeman
Clarke (1810-1888). (14 November 2016)
MT66 Modalitas Keinginan
67 Tidak perlu ada penghadangan massa
terhadap pasangan calon agar tidak bisa
melakukan kampanye. (17 November
2016)
MT67 Modalitas Keinginan
68 Tidak boleh ada yang memaksakan
kehendak dalam persidangan. (13
Desember 2016)
MT68 Modalitas Izin
69 Hanya hakimlah yang diberi
kewenangan undang-undang untuk
menyatakan seorang bersalah atau
tidak bersalah. (13 Desember 2016)
MT69 Modalitas Izin
70 Dalam negara demokrasi
konstitusional, panggung
peradilanlah yang punya otoritas
menentukan seseorang bersalah atau
tidak bersalah. (17 November 2016)
MT70 Modalitas Izin
71 Akun media sosial tim kampanye
harus didaftarkan sehingga ada pihak
yang bertanggung jawab jika terjadi
pelanggaran. (29 oktober 2016)
MT71 Modalitas Izin
72 Penyebaran informasi palsu di media
sosial harus segera diklarifikasi dan
jika memang unsur-unsur memenuhi
penegakan hukum harus dilakukan.
(29 oktober 2016)
MT72 Modalitas Izin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73 Pemegang infrastruktur teknologi
informasi harus bertanggung jawab
dan membangun kode etik perilaku
untuk mengatasi penyebaran
kebencian. (22 November 2016)
MT73 Modalitas Izin
74 Biarlah polisi menyidik, jaksa
menuntut, pembela membela, dan
hakim memutuskan apakah Basuki
terbukti menista agama atau tidak. (17
November 2016)
MT74 Modalitas Izin
75 Kita hargai proses hukum Polri yang
melakukan penyelidikan terbuka,
independen, dan profesional. (17
November 2016)
MT75 Modalitas Izin
76 Kita hormati kewenangan majelis
hakim memimpin persidangan yang
terbuka untuk umum. (17 November
2016)
MT76 Modalitas Izin
77 Masalah itu harus segera bisa diatasi
oleh kepolisian dan penyelenggara
pemilu. (17 November 2016)
MT77 Modalitas Izin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI