analisis kimiawi pada kosmetik
DESCRIPTION
Analisis Kimiawi pada kosmetik, teknik-teknik pemisahan umum pada Analisa Kosmetika.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetik berasal dari bahasa Inggris Cosmetic yang artinya “ alat kecantikan
wanita”. Menurut badan BPOM ( Badan Pangan, Obat dan Makanan ), Departemen
Kesehatan , Kosmetika adalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (Epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar ) gigi dan ronggga mulut
untuk membersihkan , menambah daya tarik , mengubah penampilan supaya tetap dalam
keadaan baik.
Dalam pembuatannya, kosmetik menggunakan bahan-bahan kimiawi. Penetapan
bahan-bahan kimiawi yang aman beserta proses pembuatannya sendiri sudah diatur oleh
pemerintah. Untuk mengetahui kosmetik tertentu telah sesuai bahan yang digunakan, perlu
dilakukan yaitu analisis kimiawi pada kosmetik.
Kimia analisis adalah salah satu cabang dari ilmu kimia yang mempelajari se sua tu
yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur,
dan fungsi kimiawinya. Kimia analisa juga mempelajari cara analisa standart dan metode
penelitian standart yang nantinya akan dipakai oleh cabang ilmu kimia yang lain. Kimia
analisis telah dimanfaatkan secara luas dalam berbagai macam disiplin ilmu seperti
kedokteran, farmasi, arkeologi, forensik, pemantauan kualitas lingkungan, k o s m e t i k
d a n lain sebagainya. Kimia analisis ini dimanfaatkan untuk membantu mengetahui bahan
kimia yang terkandung dalam kosmetik.
Berdasarkan hal tersebut, membuat ketertarikan penulis membahas tentang Analisis
Kimiawi Pada Kosmetik sebagai upaya pendalamam materi pada mata kuliah Analisis
Kosmetika di konsentrasi Teknologi Rias dan Kosmetik, Program Pascasarjana Pendidikan
Teknologi Kejuruan (PTK) UNJ.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan paper ini adalah
1. Apakah defenisi Analisis Kimiawi pada Kosmetik ?
2. Bagaimanakah Teknik-teknik Pemisahan Umum pada Analisa Kosmetika ?
3. Apakah Kolom Kromatografi itu ?
4. Apakah Gas Kromatografi itu ?
5. Apakah Kromatografi Cairan Tingkat Tinggi ?
1
6. Apakah Diffraksiometri Sinar X itu ?
7. Apakah Spektrophotometri Infra Merah itu ?
8. Apakah Resonansi Magnetik Nuklir itu ?
9. Apakah Spektrometry Masal itu ?
10. Apakah Emission Spektrophotometry, Atomic Absorption Spektrophotometry itu ?
11. Bagaimanakah Analisa pada Kulit ?
12. Bagaimanakah Analisa pada Rambut ?
13. Bagaimanakah Analisa pada Kuku ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui Analisa Kimiawi pada
Kosmetik, teknik-teknik pemisaham pada analisa kosmetik. Mengetahui lebih detail tentang
cara-cara atau pembagian yang dilakukan dalam analisa pada kosmetik. . Juga mengetahui
banagaimana analisa pada kulit, rambut dan kuku dilakukan.Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Analisis Kosmetik pada konsentrasi Teknologi Rias dan Kosmetik Program
Pascasarjana Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) UNJ.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan paper ini adalah :
1. Sebagai bahan kajian dalam mata kuliah Analisis Kosmetik
2. Sebagai pengembang pengetahuan tentang analisa kimiawi pada kosmetik besert a
teknik-teknik dalam analisa kosmetik
3. Sebagai pendalaman materi mata kuliah Analisis Kosmetik
4. Sebagai bahan pengetahuan baik untuk penulis secara pribadi maupun pembaca
2
BAB II
LANDASAN TEORI & PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Defenisi Analisis Kimiawi Pada Kosmetik
Kimia analisis adalah salah satu cabang dari ilmu kimia yang mempelajari
yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi,
struktur, dan fungsi kimiawinya. Kimia analisis telah dimanfaatkan secara luas
dalam berbagai macam disiplin ilmu seperti kedokteran, farmasi, arkeologi, forensik,
pemantauan kualitas lingkungan dan lain sebagainya.
Beberapa contoh peran kimia analisis dalam berbagai bidang yang diambil dari
h t t p : // w w w . a n a li t i k . c h e m. it s . a c . i d , diantaranya:
Dalam bidang kedokteran, kimia analitik adalah basis untuk uji-uji
laboratorium klinis yang membantu dokter mendiagnosa penyakit dan
memetakan perkembangan dari proses penyembuhan.
Dalam industri, Ahli kimia analitik memyumbangkan cara cara untuk menguji
bahan mentah dan menjamin kualitas dari produk akhir dimana komposisi
kimia merupakan hal yang menentukan. Banyak produk produk rumah tangga,
bahan bakar, cat, obat- obatan, kosmetik dan masih banyak lagi dianalisa
menggukan prosedur yang dikembangkan oleh ahli kimia analitik sebelum
dijuan kepadan konsumen.
Kualitas lingkungan adalah hal yang sering dievaluasi dengan menguji
kontaminan yang di duga menggunakan teknik teknik kimia analitiik
Nilai nutrisi makanan ditentukan melalui analisa kimia dari komponen besar
seperti protein dan karbohidrat serta komponen kecil seperti vitamin dan
mineral. Tentu saja selalu kalori dari suatu makan di hitung dari analisis
kimianya.
3
2. Kegunaan Asam Retinoat
Asam Retinoat mampu mengatur pembentukan dan penghancuran sel-sel kulit.
Kemampuannya mengatur siklus hidup sel ini juga dimanfaatkan oleh kosmetik anti
aging atau efek-efek penuaan (Badan POM, 2008).
Penggunaan tretinoin yang sebagai obat keras, hanya boleh dengan resep dokter,
namun kenyataannya ditemukan dijual bebas kosmetik yang mengandung tretinoin
(Badan POM, 2006).
3. Cara Kerja Asam Retinoat Pada Kulit
Asam retinoat bekerja melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. Pengaktifan reseptor asam retinoat (RAR)
Interaksinya dengan RAR pada sel kulit mampu merangsang proses perbanyakan
dan perkembangan sel kulit terluar (epidermis) sehingga asam retinoat secara
topikal dengan dosis 0,05 atau 0,1 % mampu memperbaiki perubahan
struktur/penuaan kulit akibat radiasi ultraviolet.
2. Pembentukan dan peningkatan jumlah protein NGAL (Neutrophil
Gelatinase-Associated Lipocalin)
Asam retinoat dapat meningkatkan pembentukan dan peningkatan jumlah
protein NGAL yang mengakibatkan matinya sel kelenjar sebasea (sel
penghasil sebum/minyak), yang kemudian akan mengurangi produksi sebum
sehingga mampu mengurangi timbulnya jerawat.
3. Berperan sebagai iritan
Asam retinoat juga bekerja sebagai iritan pada epitel folikel (lapisan pada lubang
tumbuhnya rambut) yang memicu peradangan dan mencegah bergabungnya sel
tanduk menjadi massa yang padat sehingga tidak menyumbat folikel dan tidak
menghasilkan komedo. Selain itu, asam retinoat juga meningkatkan produksi sel
tanduk sehingga mampu melemahkan dan mendesak komedo untuk keluar.
4. Efek Samping Penggunaan Asam Retinoat
Asam Retinoat atau Tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit yang
sensitif, seperti kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas serta jika pemakaian yang
4
berlebihan khususnya pada wanita yang sedang hamil dapat menyebabkan cacat pada
janin yang dikandungnya (Badan POM, 2008).
Saat ini telah banyak dilaporkan bahwa penggunaan asam retinoat memiliki
risiko yang berbahaya bagi pemakainya, antara lain:
Potensi sebagai iritan
Pada kulit normal, asam retinoat yang dioleskan akan menimbulkan peradangan pada
kulit. Gejala yang sering muncul adalah sensasi rasa agak panas, menyengat,
kemerahan, eritema sampai pengerasan kulit Gejala tersebut akan pulih tergantung dari
tingkat keparahan. Selain itu, Hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi, akantosis
(hiperplasia dan penebalan abnormal lapisan tanduk) dan parakeratosis (persistensi nuklei
keratinoasit pada lapisan tanduk) Pada dosis yang lebih tinggi dari dosis terapi, efek
terapinya tidak akan meningkat dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
menurunnya keratinisasi dan produksi sebum sehingga kulit semakin kering dan tipis.
Potensi sebagai zat karsinogen (menyebabkan kanker)
Penggunaan asam retinoat pada mencit albino dan mencit berpigmen terbukti dapat
meningkatkan potensi karsinogen akibat radiasi sinar UV-B dan UV-A.
Potensi sebagai zat teratogen (menyebabkan cacat janin)
Telah dilaporkan bahwa bayi yang terlahir dari seorang wanita yang mengoleskan asam
retinoat 0,05% sebanyak dua kali sehari untuk wajah berjerawat, sebelum dan selama
kehamilan, mengalami malformasi berat pada wajah seperti kecacatan langit-langit
mulut, bibir sumbing, celah kelopak mata menyatu, hipertelorisma (peningkatan
abnormal jarak antara dua organ/bagian), defisiensi lubang hidung kiri dan kelainan
sistem saraf pusat serta hidrosefalus. Kasus lainnya melibatkan seorang wanita yang telah
menggunakan krim asam retinoat 0,05% selama sebulan sebelum menstruasi terakhir dan
selama sebelas minggu pertama kehamilan, dilaporkan bahwa bayi yang terlahir
mengalami cacat telinga eksternal (tanpa lubang dan tidak berfungsi).
Sifat teratogenik pada asam retinoat umumnya ditandai oleh kelainan pada telinga
eksternal (seperti tidak terbentuk, kecil, atau cacat), kelainan bentuk wajah (termasuk
bibir sumbing), kelainan sistem saraf pusat (malposisi, perkembangan kurang sempurna,
atau tidak ada perkembangan), kurangnya kemampuan produksi hormon paratiroid, serta
kelainan jantung (terutama kecacatan pada sekat ventrikel dan atrium, atau pada
5
lengkung aorta). Kebanyakan bayi yang terlahir dengan kondisi tersebut akhirnya
meninggal. Selain dari itu, kasus keguguran dan kelahiran prematur telah
dilaporkan usai penggunaan asam retinoat Adanya asam retinoat dalam darah pada
kehamilan telah dinyatakan berpotensi teratogen.
Tidak terkecuali untuk penggunaan asam retinoat topikal di kulit yang dapat
memungkinkan resiko terserapnya asam retinoat ke dalam tubuh. Karena besarnya
resiko tersebut, asam retinoat dikontraindikasikan selama kehamilan dan selama
merencanakan kehamilan.
5. Dosis
Sediaan topikal dalam bentuk krim, salep, dan gel yang mengandung Asam
Retinoat dosis yang digunakan dalam konsentrasi 0,001-0,4%, umumnya 0,1%
(Menaldi, 2003).
6. Metode Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis
Menurut Rohman (2007), Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh
Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatografi planar,
selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase
diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang
didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik.
Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan suatu adsorben yang
disalutkan pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan
kromatogram terjadi ketika fase mobil tertapis melewati adsorben itu. Seperti dikenal
baik, kromatografi lapis tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan
kromatografi kertas karena nyaman dan cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar
dan kepekaannya tinggi (Pudjaatmaka, 1994).
6
B. Pembahasan
1. Metodologi Penelitian Dalam Jurnal
1.1. Bahan
Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metanol, Asam
asetat glasial, Aseton, Etanol p.a, n-heksan, Asam retinoat, dan Sampel krim
pemutih. Sampel yang digunakan adalah krim pemutih yang terdapat di pasaran
kota Manado. Pengambilan sampel secara acak didasarkan pada produk krim
pemutih import, yang pada kemasannya menggunakan bahasa selain Bahasa
Indonesia, tidak memiliki nomor batch serta tidak mencantumkan nomor
izin edar. Pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan bahwa sampel yang
diambil sudah mewakili populasi sampel yang beredar. Sampel krim pemutih
kemudian diambil sebanyak 5 merek sampel yaitu sampel A, sampel B, sampel C,
sampel D, dan sampel E.
1.2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Erlenmeyer, Gelas
kimia, Labu takar, Corong, Pipet volume, Pipet tetes, Pipa kapiler, Batang
pengaduk, Kertas saring Whatman No.41, Aluminium foil, Timbangan analitik,
Lampu UV254, Bejana Kromatografi, Lempeng KLT silika gel 60F254 siap pakai
(20 cm x 20 cm, tebal 0,25mm), Spektrofotometer UV- Vis, kuvet.
1.3. Prosedur Penelitian
Pembuatan Larutan Pembanding dan Larutan Uji
Timbang lebih kurang 3 g sampel pembanding dan sampel uji, masukkan kedalam
gelas kimia, bungkus dengan aluminium foil, tambahkan 10 mL metanol dan kocok
hingga homogen. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui kertas saring
Whatman No.41.
Pembuatan Larutan Pengembang
Sistem A: campuran n-heksan – asam asetat glasial 0,33% dalam etanol p.a
(9:1) v/v
Sistem B: campuran n-heksan – aseton (6:4) v/v
7
Identifikasi Sampel dengan KLT
Lempeng KLT yang telah diaktifkan
dengan cara dipanaskan didalam oven pada suhu 1050C selama 30 menit dengan
membuat batas penotolan dan batas elusi 10 cm. Larutan pembanding dan larutan uji
ditotolkan secara terpisah dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 1,5 cm dari
bagian bawah lempeng. Jarak antar noda adalah 2,5 cm, kemudian dibiarkan beberapa
saat hingga mengering. Lempeng KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan
kedalam bejana KLT yang terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan fase gerak
sistem A berupa n- heksan – asam asetat glasial 0,33% dalam etanol p.a (9:1) dan
sistem B berupa n- heksan – aseton (6:4). Dibiarkan fasa bergerak naik sampai
mendekati batas elusi. Kemudian lempeng KLT diangkat dan dibiarkan kering
diudara. Diamati dibawah sinar UV254 berfluoresensi memberikan bercak gelap,
menunjukkan adanya asam retinoat (BPOM, 2011).
Penyarian Asam Retinoat
Ditimbang lebih kurang 20 g sampel pembanding (Vitacid), dimasukkan kedalam
gelas kimia, bungkus dengan aluminium foil, tambahkan 50 mL metanol dan kocok
hingga homogen. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui kertas saring
Whatman No.41. Filtrat dibiarkan pada suhu ruang selama16 jam (Ditjen POM,
1995).
Pembuatan Larutan Asam Retinoat 1000 ppm
Ditimbang lebih kurang 0,01 g Asam retinoat, dimasukkan kedalam gelas kimia,
kemudian dilarutkan dan diencerkan dengan 10 mL metanol.
Pembuatan Larutan Asam Retinoat 500 ppm
Diambil 25 mL larutan asam retinoat 1000 ppm dimasukkan kedalam labu tentukur 50
mL, lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Asam Retinoat
Dipipet 3 mL larutan asam retinoat 500 ppm dan dimasukkan kedalam labu tentukur
50 mL (konsentrasi 30 ppm), lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda dan
dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 200 –400 nm
dengan menggunakan blanko. Blanko digunakan metanol.
8
Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi
Dipipet larutan asam retinoat 500 ppm kedalam labu tentukur 50 mL berturut-turut 1
mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL (10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm).
Kedalam masing-masing labu tentukur tersebut ditambahkan metanol sampai garis
tanda. Dikocok homogen, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang
maksimum yang diperoleh serta menggunakan larutan blanko
Uji Kuantitatif Sampel
Timbang lebih kurang 3 g sampel pembanding dan sampel uji, masukkan kedalam
gelas kimia, bungkus dengan aluminium foil, tambahkan 10 mL metanol dan kocok
hingga homogen. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui kertas saring
Whatman No.41. Filtrat ditampung dalam labu tentukur 50 mL, lalu ditambahkan
metanol sampai garis tanda dan dihomogenkan. Dipipet 2 mL filtrat hasil pengenceran
sampel kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 25 mL, lalu ditambahkan metanol
sampai garis tanda dan dihomogenkan. Diukur serapannya pada panjang gelombang 352
nm
2. Hasil
Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel C, D dan E positif mengandung asam retinoat
dan pada sampel A dan B negatif atau tidak mengandung asam retinoat. Hal ini dapat
dilihat dari hasil kromatografi lapis tipis dengan adanya bercak gelap pada lempeng
KLT.
Untuk penetapan kadar pada sampel C, D dan E yang positif mengandung asam
retinoat, maka ketiga sampel tersebut dianalisis menggunakan spektrofotometer UV.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai absorbansi dan panjang gelombang asam
retinoat untuk baku asam retinoat pada konsentrasi 30 ppm, yaitu λmax 352 nm
dengan absorbansi 0,404. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV (1995) bahwa asam retinoat akan memberikan serapan pada
panjang gelombang 352 nm. Nilai absorbansi pada panjang gelomban 352 nm untuk
sampel pembanding, yaitu 0,054 dan 0,053; untuk sampel C, yaitu 0,036 dan
0,034; untuk sampel D, yaitu 0,038 dan 0,037; dan untuk sampel E, yaitu 0,031
dan 0,033.
9
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar asam retinoat pada sampel pembanding dan
ketiga sampel uji yaitu kadar pada sampel pembanding sebesar 0,054% dan 0,051%;
kadar pada sampel C sebesar 0,023% dan 0,019%; kadar pada sampel D sebesar
0,027% dan 0,024%; dan kadar pada sampel E sebesar 0,014% dan0,017%.
Setelah dilakukan penelitian kadar asam retinoat pada sampel pembanding yang
merupakan produk vitacid kadar rata-rata asam retinoat adalah0,053% dan ini
memiliki perbedaan dengan etiket yang tercantum pada kemasan. Untuk kadar rata-
rata pada sampel C adalah 0,021%; kadar rata-rata sampel D adalah 0,026%; dan
kadar rata- rata sampel E adalah 0,016%.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Krim pemutih wajah dengan analisis kualitatif secara kromatografi lapis tipis pada
sampel krim pemutih wajah sampel C, D dan E positif mengandung asam retinoat
dengan memberikan bercak gelap dibawah penyinaran lampu UV254.
2. Analisis kuantitatif secara spektrofotometri UV-Vis, yaitu kandungan asam
retinoat pada krim pemutih wajah sampel pembanding (Vitacid) sebesar 0,053%, sampel
C sebesar 0,021%, sampel D sebesar 0,026% dan sampel E sebesar 0,016%. Dari
penelitian ini diperoleh bahwa sampel C, sampel D dan sampel E tidak sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan oleh BPOM yaitu tentang larangan penggunaan bahan
berbahaya asam retinoat pada kosmetik yang dapat menyebabkan kulit kering, rasa
terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin).
11
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_retinoat
h tt p :// du a k a t a ji efar m a s i . b l o g spo t . c o m
http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/ARTIKEL-ASAM-RETINOAT.pdf
https://www.academia.edu/7959883/
ANALISIS_ASAM_RETINOAT_PADA_KOSMETIK_KRIM_PEMUTIH_YANG_B
EREDAR_DI_PASARAN_KOTA_MANADO
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26160/4/Chapter%20II.pdf
12
13
14