analisis kinerja keuangan pt. semen indonesia tbk dari
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. SEMEN
INDONESIA Tbk DARI PERUSAHAAN TARGET KE
PERUSAHAAN BIDDER
(STUDI KASUS PADA PT. SEMEN INDONESIA Tbk
PERIODE 1990-2014)
Oleh:
BUDI SANTOSO LOTTUNG SUTRISNO
232011284
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
vi
HALAMAN MOTO
“Selesaikan apa yang sudah kau lakukan”
_Merry Riana_
“Jika niat kita dari awal baik, insyaallah akhirnya pun akan baik juga”
_Budi Santoso Lottung Sutrisno_
“Berkhayal (bermimpilah) setinggi mungkin, apabila kamu terjatuh kamu akan
jatuh di antara beribu bintang-bintang”
_Ir. Soekarno_
vii
ABSTRACT
The research objective is to reveal financial performance. PT. Semen
Indonesia Tbk in the period 1990-2014 were marked by two milestones as the
target company and as a corporate bidder in the acquisition transaction . The
dynamics of financial performance based on financial performance indicators
such as the ratio of liquidity , solvency , profitability , and free cash flow based on
financial statement data of 25 years starting from 1990. The exploration studies
PT . Semen Indonesia Tbk showed that the condition of the company's financial
performance at the time became the target company in an financial distress , and
when a firm bidder in a non-financial distress
Keywords: acquisition , free cash flow , liquidity , profitability , solvency
viii
SARIPATI
Tujuan penelitian ini untuk mengungkap kinerja keuangan PT. Semen
Indonesia Tbk pada periode 1990-2014 yang ditandai oleh dua tonggak bersejarah
sebagai perusahaan target dan sebagai perusahaan bidder dalam transaksi akuisisi.
Dinamika kinerja keuangan didasarkan pada indicator-indikator kinerja keuangan
seperti rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan free cash flow berdasarkan
data laporan keuangan 25 tahun terhitung mulai tahun 1990. Studi eksplorasi PT.
Semen Indonesia Tbk menunjukkan bahwa kondisi kinerja keuangan perusahaan
pada saat menjadi perusahaan target dalam keadaan tidak sehat dan saat menjadi
perusahaan bidder dalam keadaan yang sehat.
Kata Kunci: Akuisisi, free cash flow, likuiditas, profitabilitas, solvabilitas
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penelitian ini panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.
Kertas kerja ini disusun sebagai persyaratan bagi setiap mahasiswa untuk
menyelesaikan pendidikan akhir studi jenjang S1 jurusan Akuntansi pada Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Dalam menyelesaikan kertas kerja ini penulis juga menghadapi berbagai
kendala, penulis menyadari bahwa mustahil tidak terdapat kekilapan ataupun
perbedaan pendapat dalam menyajikan kertas kerja ini. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan dan menghargai saran maupun kritikan sehat dari semua
pihak yang mengarah kepada perbaikan kertas kerja ini. Kertas kerja dengan judul
“Analisis Kinerja Keuangan PT. Semen Indonesia Tbk Dari Perusahaan
Target Ke Perusahaan Bidder (Studi Kasus Pada PT. Semen Indonesia Tbk
Periode 1990-2014)”, tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya kertas kerja ini. Berkat bimbingan dari berbagai
pihak baik berupa material, informasi maupun segi admistrasi kertas kerja ini
dapat diselesaikan.
Akhir kata, penulis berharap kertas kerja ini berguna dan bermanfaat bagi
pihak-pihak yang memiliki ketertarikan yang sama akan topik tulisan ini,
merupakan sesuatu yang berharga bagi penulis apabila terdapat saran dan kritik
terhadap tulisan ini demi kualitas dan perkembangan pengetahuan di masa yang
akan datang.
Salatiga, 6 Januari 2016
Penulis
x
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan dan dapat melewati tantangan demi tantangan yang ada selama
proses penyelesaian skripsi ini dengan judul “Dinamika Kinerja Keuangan PT.
Semen Indonesia Tbk Dari Perusahaan Target Menjadi Perusahaan Bidder periode
1990-2014”.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, bantuan,
bimbingan, serta pendamping dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu (Salatiga dan Blora) selaku orang tua, Kakak dan Adik,
Keluarga Besar yang selalu memberikan yang terbaik bagi penulis.
Terima kasih atas doa, dukungan, kesabaran, serta perhatian dan kasih
sayangnya selama ini.
2. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., PhD selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar selalu memberi arahan dan petunjuk kepada penulis.
3. Bapak Prof. Christantius Dwiatmadja, SE, ME, PhD selaku Dekan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Kaprodi Akuntansi, Wali Studi, pengajar dan staff pegawai Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah
memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh
studi.
5. Tante Asna, Jeng Putri KW, Bu Diah, Pandu, Kukuh, Arya, Deni,
Angga, Bagus, Sela, Rila, dan seluruh teman-teman seperjuangan
angkatan 2011 Terimakasih atas semua kebersamaan dan pengalaman
bersama kalian yang akan selalu berkesan.
6. Risa, terima kasih untuk doa, dukungan, semangat, dan pengarahan
yang diberikan, dan tidak lupa terima kasih atas kesetiaan selalu
mendampingi penulis.
xi
7. Sobat SMA, Adi, Joko, dan Ganyong Terimakasih buat kebersamaan
dan dukungan kalian selama ini, semoga kita semua sukses bersama.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhir kata “Tak ada gading yang tak retak” penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Salatiga, 6 Januari 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT...................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES.......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.................................. v
HALAMAN MOTO...............................................................................................vi
ABSTRACT.............................................................................................................vii
SARIPATI............................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR........................................................................................... ix
UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………………………..… x
DAFTAR ISI……………………………………………………………….…… xii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xii
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
Latar Belakang........................................................................................................ 1
Rumusan Masalah................................................................................................... 5
Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................... 5
Tujuan Penelitian…………............................................................................... 5
Manfaat Penelitian............................................................................................. 5
TELAAH PUSTAKA............................................................................................ 6
Penelitian Terdahulu.............................................................................................. 6
Analisis Kinerja Keuangan..................................................................................... 7
Pengertian Kinerja Keuangan............................................................................ 7
Metode Analisis Kinerja Dengan Rasio Keuangan........................................... 7
Penggabungan Usaha............................................................................................. 8
Merger................................................................................................................ 9
Akuisisi............................................................................................................. 10
Tipe Merger dan Akuisisi...................................................................................... 10
Tipe Merger...................................................................................................... 10
xiii
Tipe Akuisisi………........................................................................................ 11
Motif Merger dan Akuisisi …............................................................................... 12
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akuisisi............... 13
Kelebihan Merger dan Akuisisi……..................................................................... 13
Langkah-Langkah Merger dan Akuisisi................................................................ 15
METODA PENELITIAN..................................................................................... 16
Desain Penelitian.............................................................................................. 16
Jenis dan Sumber Data..................................................................................... 17
Teknik Analisis Data........................................................................................ 17
DINAMIKA KINERJA KEUANGAN………………………………………… 20
Sejarah Singkat PT. Semen Indonesia Tbk…………………………............. 20
Visi dan Misi Perusahaan…………………………………………………… 21
Kegiatan Usaha……………………………………………………………... 22
PEMBAHASAN HASIL ANALISIS RASIO DAN TREND KEUANGAN….. 23
Analisis Rasio Likuiditas (Current Ratio)………………………………………. 24
Analisis Rasio Solvabilitas…………………………............................................ 26
Debt Ratio……………………………………………………....................... 26
Debt Equity Ratio…………………………………………………………... 28
Analisis Rasio Profitabilitas……………………………………………………. 30
Return On Asset………………………………………………...................... 30
Return On Equity…………………………………………………………… 32
Analisis Free Cash Flow……............................................................................. 34
PENUTUP………………………………………………………………………. 35
Kesimpulan……………………………………………………………………… 35
Saran…………………………………………………………………………….. 36
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 37
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………… 39
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Current Ratio……………………………………………………....... 24
Gambar 2: Current Ratio (Tahun 1998 dan 2012)……………………………… 25
Gambar 3: Debt Ratio…………………………………………………………... 26
Gambar 4: Debt Ratio (Tahun 1998 dan 2012)……………………………........ 27
Gambar 5: Debt Equity Ratio…………………………………………………... 28
Gambar 6: Debt Equity Ratio (Tahun 1998 dan 2012)……………………........ 29
Gambar 7: Return On Asset…………………………………………………..... 30
Gambar 8: Return On Asset (Tahun 1998 dan 2012)…………………………... 31
Gambar 9: Return On Equity…………………………………………………… 32
Gambar 10: Return On Equity (Tahun 1998 dan 2012)……………………....... 33
Gambar 11: Free Cash Flow………………………………………………….... 34
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi perekonomian global yang masih belum kondusif secara langsung
berdampak pada rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini
dikarenakan belum pulihnya perekonomian global pasca krisis yang terjadi sejak
tahun 2008 lalu, sehingga perekonomian berjalan tidak seimbang. Kondisi ini
membuat permintaan produk-produk perkebunan dan pertambangan primer
sebagai andalan produk ekspor Indonesia menurun sehingga mengakibatkan
defisit neraca perdagangan Indonesia yang semakin diperburuk dengan naiknya
beban subsidi BBM sepanjang tahun 2014. Hal lain yang membuat kondisi
perekonomian nasional kurang kondusif adalah pelaksanaan agenda nasional.
Proses pemilu yang berlangsung sengit berdampak pada rendahnya realisasi
investasi di bidang properti (Laporan Tahunan PT. Semen Indonesia Tbk; 2014).
Namun, memasuki tahun 2015, perekonomian mulai menunjukkan gejala
pemulihan meski berjalan tidak seimbang. Hal ini dikarenakan lemahnya harga
minyak dunia sepanjang tahun 2014 dan Amerika Serikat yang telah menunjukkan
pemulihan. Dari dalam negeri, dengan disetujuinya RAPBN-P 2015, Pemerintah
merealisasikan beberapa proyek infrastruktur dasar dengan alokasi dana anggaran
pembangunan yang jauh lebih besar sebagai wujud pengalihan subsidi BBM.
Pemerintah juga mulai membenahi prosedur perizinan yang merupakan
penghambat dari terealisasinya rencana investasi selama ini. Dengan
terealisasinya infrastruktur dasar tersebut, pertumbuhan pembangunan properti
akan berkembang lebih baik, terutama industri semen (Laporan Tahunan PT.
Semen Indonesia Tbk; 2015).
Dengan adanya komitmen Pemerintah untuk melakukan pembangunan
infrastruktur dasar, termasuk sarana jalan raya dan pelabuhan yang selama ini
menjadi salah satu penghambat masuknya arus investasi riil dan mengurangi
potensi pertumbuhan ekonomi nasional akan meningkatkan konsumsi semen
nasional. Pertumbuhan permintaan semen masih terus berkembang dikarenakan
2
konsumsi semen per kapita di Indonesia yang masih berada dibawah rata-rata
konsumsi semen per kapita di Asia, Indonesia yang masih menjadi tujuan untuk
berinvestasi baik sektor industri maupun pembangunan akses infrastruktur dasar
yang akan menggerakkan potensi ekonomi di seluruh daerah, dan berlakunya
pasar tunggal ASEAN dalam ASEAN Community tahun 2015. Menurut Asosiasi
Semen Indonesia, Total produksi semen nasional pada tahun 2014 naik sebesar
8,9% dari 55,2 juta ton di akhir 2013 menjadi 60,1 juta ton dan permintaan semen
nasional di tahun 2014 mencapai 59,910 juta ton tumbuh 3,3% dari 58,024 juta
ton di tahun 2013. Berdasarkan sumber dari Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, perkembangan industri semen di Indonesia pada tahun 2012-2016
apabila dilihat dari kapasitas terpasangnya, terdapat tiga perusahaan yang
memiliki nilai tertinggi yaitu PT. Indocement (clinker/ jenis semen= 85500,
semen= 111500), PT. Holcim Indonesia (clinker/ jenis semen= 36800, semen=
49500), dan PT. Semen Indonesia Tbk (clinker/ jenis semen= 51100, semen=
66280). Tantangan utama bagi pendatang baru lebih kepada strategi pemasaran
dan penjualan mengingat pemain yang ada memiliki citra merk yang kuat untuk
mempertahankan pangsa pasar. Pertumbuhan konsumsi semen nasional
dipengaruhi oleh kondusifnya perekonomian Indonesia.
Semakin meningkatnya permintaan semen nasional ini, secara langsung
industri-industri semen di Indonesia mendapatkan keuntungan, salah satunya
adalah PT. Semen Indonesia Tbk. PT. Semen Indonesia (Perseroan) Tbk adalah
produsen semen yang terbesar di Indonesia. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen
Gresik yang sekarang menjadi PT.Semen Indonesia (Perseroan) Tbk tercatat di
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sehingga menjadikannya BUMN
pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada
masyarakat. Untuk mengembangkan strategi agar dapat menyesuaikan serta
bertahan atau bahkan berkembang di tengah semakin ketatnya persaingan antar
perusahaan, juga agar dapat mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki
kinerjanya, Pemerintah Pusat melakukan ekspansi. Salah satu strategi ekspansi
adalah dengan penggabungan beberapa usaha. Pada dasarnya penggabungan usaha
3
merupakan bentuk penggabungan satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam
rangka mendapatkan pengendalian atas aktiva maupun operasional. Bentuk
penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade terakhir ini adalah
merger dan akuisisi dimana strategi ini dipandang sebagai salah satu cara untuk
mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang
(Annisa dan Prasetiono, 2010). Dalam hal ini, Pemerintah Pusat mengakuisisi PT.
Semen Tonasa dan PT. Semen Padang ke PT. Semen Gresik pada bulan Agustus
tahun 1995. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi untuk memenuhi salah satu
persyaratan mendapatkan bantuan IMF, Pemerintah Pusat melakukan privatisasi.
Perusahaan yang bergerak di bidang industri semen ini merupakan Badan
Usaha Milik Negara pertama yang diprivatisasi/ menjadi perusahaan target pada
tahun 1998. Privatisasi ini merupakan bagian dari kebijakan Pemerintah untuk
menyelamatkan perekonomian nasional yang hampir runtuh akibat krisis moneter
yang dimulai pada tahun 1997. Privatisasi yang dimaksud adalah penjualan saham
milik Pemerintah Republik Indonesia yang ada pada BUMN kepada pihak asing
yang dikatakan sebagai mitra strategis. Secara umum tujuan dilakukannya
privatisasi ini adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi agar dapat
berdaya saing baik di sektor nasional maupun internasional. Berdasarkan hasil
tender, pada tahun 1998 PT. Semen Indonesia menjadi perusahaan target saat
pemerintah memutuskan untuk melepas 14% saham perusahaan kepada Cemex
S.A. de C.V (Cemex) dari Mexico. Dengan demikian komposisi kepemilikan
saham pemerintah Republik Indonesia berubah menjadi 51,01%, masyarakat
23,46%, dan Cemex 25,53%. Namun, pada tahun 2006 Blue Valley Holdings
membeli seluruh 24,9% kepemilikan saham CEMEX sehingga komposisi
kepemilikan saham berubah menjadi Pemerintah 51,01%, Blue Valley Holdings
25,53%, dan Publik 23,46%. Tak lama berselang Blue Valley Holdings menjual
seluruh sahamnya melalui private placement, sehingga komposisi pemegang
saham Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51% dan Publik 48,9%.
Demi melebarkan sayapnya, Perseroan merintis langkah ekspansi
internasional/ menjadi perusahaan bidder dengan mengakuisisi pabrik semen
4
Thang Long di Vietnam dengan kepemilikan saham mayoritas (70%) pada tahun
2012, sehingga semakin meningkatkan volume produksi. Akuisisi Thang Long
Cement Company ini sekaligus menjadikan PT. Semen Indonesia sebagai BUMN
pertama yang berstatus multinational corporation. Alasan perusahaan
mengakuisisi Thang Long Cement pada tahun 2012 karena pertama, Vietnam
merupakan negara yang mempunyai garis pantai yang panjang, sehingga
memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk dapat memasok sebagai hubungan
perusahaan ke pasar regional, kedua, Vietnam baru saja mengalami penurunan
kinerja perekonomian yang membuat perusahaan lebih mudah untuk masuk
berinvestasi, dan ketiga, Thang Long Cement merupakan sebuah perusahaan
semen terkemuka di Vietnam yang dilengkapi dengan teknologi Eropa dan
infrastruktur yang terintegrasi.
Ketatnya persaingan mengharuskan perusahaan melakukan pengelolaan
manajemen dengan baik, sehingga akan dapat menguasai pangsa pasar yang luas
apabila memiliki kinerja yang baik dalam arti yang luas, termasuk dalam
melakukan efisiensi sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan agar
survive. Salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik dapat dilihat
dari aspek keuangan dan finansialnya.
Kinerja keuangan perusahaan yang baik dapat dilihat dari laporan
keuangannya. Meskipun, pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan
hanyalah sebagai “alat penguji“ dari pekerjaan bagian pembukuan. Tetapi
selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga
sebagai dasar untuk dapat mengetahui atau menilai kinerja keuangan perusahaan,
dimana dengan hasil analisis tersebut dapat diketahui penggunaan sumber-sumber
ekonomi. Untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja keuangan suatu
perusahaan, diperlukan adanya analisis laporan keuangan. Dengan menganalisis
berbagai pos dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk mengetahui kondisi
kinerja keuangan dan operasional suatu perusahaan.
5
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa indikator-
indikator kinerja keuangan, yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio,
Return On Equity, Return On Asset, dan juga Free Cash Flow. Indikator-indikator
ini dipilih untuk dapat mendeteksi kebangkrutan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan naik-
turunnya kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk dari perusahaan target
menjadi perusahaan bidder, dengan judul penelitian “ Analisis Kinerja
Keuangan PT. Semen Indonesia Tbk Dari Perusahaan Target Ke Perusahaan
Bidder (Studi Kasus Pada PT. Semen Indonesia Tbk Periode 1990-2014) ”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan untuk mempermudah
pembahasan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada saat menjadi
perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012)”
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan peneltian ini adalah
sebagai berikut:
“Untuk mengungkap kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada saat
menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012)”
Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk:
1. Bagi Penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah penulis dapat mengungkap
kinerja keuangan industri semen di Indonesia, khususnya PT. Semen
6
Indonesia Tbk pada saat menjadi perusahaan target (1998) dan
perusahaan bidder (2012).
2. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan bermanfaat untuk menerapkan langkah-langkah apa
yang harus diambil untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
3. Bagi Akademis
Bagi akademis penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk
lebih mengetahui dan memahami tentang kinerja keuangan PT. Semen
Indonesia Tbk pada saat menjadi perusahaan target (1998) dan
perusahaan bidder (2012).
TELAAH PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
PT. Semen Indonesia Tbk (dahulu PT. Semen Gresik) telah menjadi obyek
dalam penelitian tentang kinerja keuangan perusahaan (Ulfah, 2007; Ragil, P.D.,
2007; Shinta, 2008). Indikator kinerja keuangan yang digunakan berupa modal
kerja, analisis rasio produktivitas, EVA, MVA, CR, DER, OPM, ITO ,GPM,
NPM, ROE dan TATO. Didalam penelitian Ulfah (2007) menunjukkan bahwa
modal kerja bersih PT. Semen Gresik berada diatas modal kerja optimal,
perputaran persediaan dan kas perusahaan dalam kondisi baik. Didalam penelitian
Pitoyo Dimas Ragil (2007) menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan
semen yang go public selama tahun 2003-2005 sehat dan mampu memberikan
nilai tambah ekonomis dan nilai bahwa kinerja keuangannya tidak sehat.
Sedangkan didalam penelitian Shinta (2008) menunjukkan bahwa hasil analisis
dapat diketahui perbedaan kinerja keuangan setelah dan sebelum melakukan
merger dan akuisisi, dimana dari hasil tersebut dapat membuktikan bahwa pada
rasio CR, DER, OPM, ITO ,GPM, NPM, ROE dan TATO dapat diketahui lebih
besar sebelum melakukan merger dan akuisisi.
7
Analisis Kinerja Keuangan
Pengertian Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001),
Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan,
kemampuan kerja (tentang peralatan)”. Berdasarkan pengertian tersebut kinerja
keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen
keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan
meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan
satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang
dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang
berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan
perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai
prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.
Metode Analisis Kinerja dengan Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan alat yang
memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat menunjukkan
hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan laba
rugi. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba.Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol
penerimaannya. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah: Return on Assets, dan Return on Equity.
8
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau financial leverage merupakan tingkat jumlah
hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Rasio-rasio solvabilitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio dan Debt
Ratio.
3. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek
yang segara jatuh tempo. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah current ratio (CR) dan free cash flow (FCF).
Penggabungan Usaha
Dunia usaha yang semakin berkembang dan persaingan yang juga menjadi
semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat
dan saling merugikan. Untuk mengatasi adanya tindakan yang saling merugikan
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu adanya suatu
bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang
dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih
perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis. Penggabungan usaha
merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta
mengembangkan perusahan. Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) No. 22 (revisi 2010) penggabungan usaha berarti penyatuan dua atau
lebih perusahaan (entitas) menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan
menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali (control) atas
aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha sendiri dibedakan
menjadi dua yaitu merger dan akuisisi. Pengertian penggabungan usaha secara
umum (business combination) adalah suatu keadaan dimana dua perusahaan atau
lebih yang terpisah melakukan penyatuan menjadi satu entitas ekonomi atau
mendapatkan kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Merger dan akuisisi
(M&A) merupakan suatu kegiatan penggabungan usaha yang banyak dilakukan
oleh perusahaan dalam negeri maupun luar negeri. Sementara itu, akuisisi
9
didefinisikan sebagai pembelian seluruh atau sebagian kepemilikan suatu
perusahaan, yang dapat dilakukan melalui merger atau tender offer (Foster, 1986).
MERGER
Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk
mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata
“mergere” (Latin) yang artinya bergabung bersama, menyatu, berkombinasi
menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger
sebagai penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu
perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya
menghentikan aktivitasnya atau bubar. Menurut Undang-undang dan Peraturan
Pemerintah: Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 angka 9 : Merger
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 1 (satu) perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan
aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri tersebut beralih karena
hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status
badan hukum perseroan yang menggabungkan diri tersebut berakhir karena
hukum.
Merger adalah kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung
yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum,
sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar (Moin, 2007). Merger
biasa digunakan dalam perusahaan sebagai proses penggabungan suatu usaha.
Merger dapat dilakukan baik secara internal maupun eksternal. Merger internal
terjadi ketika perusahaan sasaran berada dalam satu kepemilikan group yang sama
sedangkan merger eksternal terjadi ketika perusahaan sasaran berada dalam grup
kepemilikan yang berbeda.
10
AKUISISI
Cara penggabungan usaha lainnya adalah dengan cara akuisisi. Dalam
proses akuisisi kebanyakan pemegang saham perusahaan target akan
mendapatkan banyak manfaat dibandingkan dengan pemegang saham perusahaan
pengakuisisi. Pada Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan Terbatas
mendefinisikan akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar
saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap
perseroan tersebut. Dalam terminologi bisnis akuisisi dapat diartikan sebagai
pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu
perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan
pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang
terpisah (Moin, 2003).
Tipe Merger dan Akuisisi
Tipe Merger
Secara umum merger/penggabungan usaha dapat dibagi menjadi empat
kelompok (Agus Sartono, 2001) :
1. Merger Horizontal
Merger horizontal terjadi bila suatu perusahaan menggabungkan diri
dengan perusahaan yang ada pada satu jenis usaha yang sama.
Contohnya sebuah perusahaan telekomunikasi melakukan merger
dengan perusahaan telekomunikasi lainnya, dimana sekarang ini yang
sedang hangat diperbincangkan adalah merger antara perusahaan XL
dengan Axis dimana kedua perusahaan memiliki usaha dalam bidang
yang sama yaitu penyedia jasa telekomunikasi.
2. Merger Vertikal
Merger vertikal terjadi bila sebuah perusahaan melakukan
penggabungan dengan perusahaan yang masih memiliki keterkaitan
11
dengan usahanya. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan penghematan
biaya operasi karena perusahaan memiliki akses langsung ke hulu
maupun hilir usaha. Contohnya adalah ketika sebuah perusahaan
pengecoran baja melakukan penggabungan usaha dengan suppliernya
atau bisa juga sebuah perusahaan pengolahan hasil pertambangan
melakukan merger dengan perusahaan distributor dan pemasarannya.
3. Merger Kongeneric
Merger Kongeneric adalah penggabungan dua usaha yang sejenis
tetapi mempunyai produk yang berbeda. Contoh sebuah perusahaan
komputer melakukan merger dengan perusahaan software, dua
perusahaan memiliki bidang usaha yang sama yaitu dalam bidang
teknologi tetapi mereka memproduksi barang yang berbeda.
4. Merger Konglomerat
Merger Konglomerat yaitu penggabungan usaha dari dua atau lebih
industri yang sama sekali tidak terkait. Contoh perusahaan
pertambangan membeli perusahaan real estate.
Tipe Akuisisi
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) Akuisisi dibedakan menjadi
dua yaitu :
1. Akuisisi Strategis
Akuisisi strategis terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi
perusahaan lain sebagai bagian dari strategi keseluruhan perusahaan.
Hasil dari akuisisi jenis ini adalah keunggulan biaya. Contoh dari
akuisisi jenis ini adalah ketika sebuah perusahaan minuman ringan
mengakuisisi perusahaan minuman ringan lainnya yang memiliki
kapasitas produksi berlebih atau bahkan bisa juga meningkatkan
dominasinya di pasar sehingga memberi peningkatan pendapatan bagi
perusahaan.
12
2. Akuisisi Keuangan
Akuisisi Keuangan merupakan suatu tindakan akuisisi terhadap satu
atau beberapa perusahaan tertentu yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mencapai keuntungan finansial. Kecenderungannya adalah
sebuah usaha untuk membeli perusahaan target dengan harga semurah
mungkin, untuk menjual kembali dengan harga jual yang lebih tinggi.
Namun demikian apabila transaksi tersebut dilaksanakan antar
perusahaan yang berada dalam satu group bisnis atau kepemilikan
yang sama, maka harga belinya dapat menjadi lebih mahal ataupun
lebih murah, tergantung pada kepentingan dan keuntungan yang akan
diperoleh pemilik mayoritas perusahaan yang bersangkutan.
Motif utama akuisisi tipe ini adalah untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya. Seringkali perusahaan yang menjadi target akuisitor
adalah perusahaan yang sedang mengalami penurunan dan dalam
kondisi yang relatif lemah. Indikasinya adalah adanya beban hutang
yang relatif besar, kemacetan pemasaran dan distribusi, harga
sahamyang semakin melemah di bursa, kapasitas produksi yang
menganggur, dan sebaliknya.
Namun demikian tindakan akuisisi terhadap suatu perusahaan target
tidak selalu mencerminkan indikasi-indikasi seperti tersebut diatas,
karena dalam prakteknya yang menjadi target justru perusahaan yang
memiliki posisi keuangan yang cukup likuid dan perolehan laba yang
relatif tinggi serta memiliki prospek yang cukup baik.
Motif Merger dan Akuisisi
Motif dan teori yang melatar belakangi perusahaan untuk melakukan
aktivitas merger dan akuisisi menurut Weston dan Copeland (1997) yaitu: (1)
Adanya manajemen yang tidak efisien. (2) Untuk menciptakan adanya sinergi
operasi. (3) Menciptakan sinergi keuangan. (4) Penyusunan kembali strategis. (5)
13
Penilaian terlalu rendah sehingga menciptakan keuntungan bagi perusahaan
pengakuisisi. (6) Informasi dan pemberian tanda. (7) Masalah keagenan dan
manajerialisme. (8) Penyusunan kembali insentif manajerial. (9) Kutukan bagi
pemenang. (10) Kekuatan Pasar. (11) Pertimbangan Pajak. (12) Redistribusi.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Merger dan Akusisi
Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatann
analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau
kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. Menurut Robins (2000),
dalam Organizational Behavior, menambahkan bahwa kompatibilitas budaya
organisasi yang akan bergabung dalam sebuah merger seringkali menjadi faktor
non ekonomi yang krusial dalam mendukung keberhasilan sebuah proses merger.
Sedangkan Pringle dan Harris (1987), dalam bukunya Esentials of Managerial
Finance memandang bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger
merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau
lebih akan bergabung.
Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi
Alasan mengapa perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah ada
“manfaat lebih” yang diperoleh dari M&A. Walaupun asumsi ini tidak terbukti
sepenuhnya. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara
lain adalah sebagai berikut :
A. Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana serta lebih murah
dibandingkan bentuk pengambilalihan yang lain.
B. Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi, waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan merger
cenderung lebih lama karena dalam merger harus ada persetujuan dari para
pemegang saham masing-masing perusahaan, yang tentunya akan
memakan waktu lama dalam perundingan untuk meyakinkan mereka
tentang manfaat dari merger ini.
14
C. Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai
berikut:
a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara
pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai
tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak
menjual kepada pihak Bidding firm.
b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan
langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan
melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan
manajemen perusahaan.
c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris
perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan
perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).
d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak
memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi
saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas
jika mereka tidak menyetujui akuisisi.
D. Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya
anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga
(sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka
terjadi merger.
c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara
hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.
15
Langkah-langkah Merger dan Akuisisi
Dalam proses melakukan merger terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun setelah merger terjadi.
Menurut Caves, langkah-langkah yang harus diambil dapat dibagi menjadi tiga
bagian (Estanol, B 2004) yaitu:
1. Pre-merger
Pre-merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam
tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih
perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk
kepentingan proses merger perusahaan-perusahaan tersebut.
2. Merger stage
Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan merger,
hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini
adalah menyesuaikan diri dan saling mengintegrasikan diri dengan partner
mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka.
3. Post-merger
Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Langkah pertama, yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah
dengan melakukan restrukturisasi, dimana dalam merger, sering terjadinya
dualisme kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi.
Langkah kedua, yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru
dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya
yang sama sekali baru bagi perusahaan. Langkah ketiga, yang diambil adalah
dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini
adalah dengan membangun suatu kerjasama, dalam berupa tim gabungan ataupun
kerjasama mutual.
Sedangkan tahapan akuisisi menurut Ronnie H. Rusli (1992) bahwa proses
akuisisi harus melalui tahapan sebagai berikut: (1) izin dari pemegang saham
antara kedua perusahaan, (2) proses negosiasi yang panjang dan mengikutsertakan
16
akuntan, penasehat hukum, dan investment banker, (3) melakukan pembelian
saham yang ada di tangan publik, baik investor minoritas maupun individu, (4)
kewajiban atau hutang dari perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban
perusahaan yang mengambil alih, (5) peleburan sistem manajemen ke dalam
manajemen baru perusahaan yang mengambil alih, (6) proses perizinan mungkin
akan lebih kompleks bila kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan
publik, dan (7) dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena
pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering.
METODA PENELITIAN
Desain Penelitian
Didalam penelitian ini, digunakan desain penelitian eksploratif-deskriptif
dengan pendekatan studi kasus tunggal (single case study) pada perusahaan PT.
Semen Indonesia Tbk periode 1990-2014. Menurut Yin (2011) studi kasus adalah
suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan
nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara
tegas atau jelas dan menggunakan berbagai sumber atau multi sumber bukti.
Spesifikasi masalah yang telah dirumuskan seberapa besar dinamika kinerja
keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada saat menjadi perusahaan target (1998)
dan perusahaan bidder (2012) dengan menggunakan beberapa indikator kinerja
keuangan. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan utama untuk
menjelaskan suatu keadaan dan memberikan pemahaman mengenai permasalahan
yang dialami oleh peneliti. Penelitian eksploratif dalam penelitian ini dilakukan
melalui studi kepustakaan dan riset data-data publikasi untuk menggali dan
mengetahui dinamika kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada saat
menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012) dengan
menggunakan beberapa indikator kinerja keuangan. Penelitian deskriptif Menurut
Indriantoro dan Supomo (1999;88) adalah penelitian terhadap masalah-masalah
berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Penelitian deskriptif dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kinerja keuangan yang
17
terjadi pada PT. Semen Indonesia Tbk pada saat menjadi perusahaan target (1998)
dan perusahaan bidder (2012).
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh dari data keuangan (annual report dan financial report) atas
laporan keuangan konsolidasi yang listed di BEI (Bursa Efek Indonesia). Data
yang dikumpulkan adalah perkembangan laporan keuangan perusahaan untuk
periode tahun 1990 sampai tahun 2014. Data keuangan tersebut diperoleh pusat
data Bursa Efek Indonesia (BEI)1 dan situs web seperti
www.semenindonesia.com.
Teknik Analisis Data
Analisis laporan keuangan digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
PT. Semen Indonesia Tbk dengan indikator-indikator kinerja keuangan yang
dipilih berupa:
1) Rasio Likuiditas. Di dalam penelitian ini rasio yang dipakai
yaitu Current Ratio dan Free Cash Flow.
a. Current Ratio
Current ratio =
Jika aktiva lancar suatu perusahaan lebih besar dari
hutang lancarnya menunjukkan bahwa kondisi keuangan
perusahaan tersebut dalam keadaan sehat, karena
perusahaan mampu melunasi tagihan-tagihan jangka
pendek yang dimilikinya dari kreditur dapat dipenuhi.
1 Data keuangan dibeli dan dihimpun oleh Hari Sunarto.
18
b. Free Cash Flow
Free Cash Flow =
Jika suatu perusahaan dapat menghasilkan lebih
banyak aliran kas dalam proses kegiatan usahanya ke masa
depan, maka kondisi keuangan perusahaan tersebut dalam
keadaan sehat.
2) Rasio Solvabilitas atau Leverage. Didalam penelitian ini rasio
yang dipakai adalah Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio.
a. Debt Ratio
Debt Ratio =
Jika total asset perusahaan lebih besar dibandingkan dengan
total hutangnya, maka kondisi keuangan perusahaan tersebut
dalam keadaan sehat karena perusahaan mampu menjamin
hutangnya dengan asset yang dimiliki oleh perusahaan. Jika
Debt Ratio suatu perusahaan turun menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan semakin meningkat dengan menurunnya porsi
hutang dalam pendanaan aktiva. Dengan semakin kecilnya nilai
rasio debt ratio perusahaan menunjukkan bahwa sebagian besar
investasi didanai oleh modal sendiri dan mengakibatkan
pembayaran bungan yang kecil.
b. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio =
Jika hutang jangka panjang perusahaan lebih besar dari
modal yang dimiliki oleh perusahaan, maka kondisi keuangan
perusahaan dalam keadaan tidak sehat karena perusahaan tidak
19
mampu membayar hutang jangka panjangnya dengan
menggunakan modal perusahaan sendiri.
3) Rasio Profitabilitas. Didalam penelitian ini rasio yang dipakai
adalah Return On Asset dan Return On Equity.
a. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) =
Jika suatu perusahaan dapat efisien dalam
memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional
perusahaannya, maka kondisi keuangan perusahaan tersebut
dalam keadaan sehat karena perusahaan mampu
menghasilkan keuntungan.
b. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) =
Jika laba bersih suatu perusahaan lebih besar dari
total ekuitasnya, maka kondisi keuangan perusahaan
tersebut dalam keadaan sehat karena perusahaan mampu
menutupi pengeluaran investasinya dengan menggunakan
laba bersih yang dimiliki perusahaan.
20
DINAMIKA KINERJA KEUANGAN
Sejarah Singkat PT. Semen Indonesia Tbk
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, sebelumnya bernama PT Semen
Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI
pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8
Juli 1991 saham Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya (kini menjadi Bursa Efek Indonesia) serta merupakan BUMN pertama
yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat.
Komposisi pemegang saham pada saat itu: Negara RI 73% dan masyarakat 27%.
Pada bulan September 1995, Perseroan melakukan Penawaran Umum
Terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi
Negara RI 65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15 September 1995 PT Semen
Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa. Total
kapasitas terpasang Perseroan saat itu sebesar 8,5 juta ton semen per tahun.
Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas kepemilikan
sahamnya di Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang
dimenangkan oleh Cemex S. A. de C. V., perusahaan semen global yang berpusat
di Meksiko. Komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51%,
masyarakat 35%, dan Cemex 14%. Kemudian tanggal 30 September 1999
komposisi kepemilikan saham berubah menjadi: Pemerintah Republik Indonesia
51,01%, masyarakat 23,46% dan Cemex 25,53%.
Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex Asia
Holdings Ltd. kepada Blue Valley Holdings PTE Ltd. sehingga komposisi
kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51,01% Blue Valley Holdings
PTE Ltd. 24,90%, dan masyarakat 24,09%.
Pada akhir Maret 2010, Blue Valley Holdings PTE Ltd, menjual seluruh
sahamnya melalui private placement, sehingga komposisi pemegang saham
Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51,01% dan publik 48,99%.
21
Pada tanggal 18 Desember 2012 Perseroan resmi mengambil alih 70%
kepemilikan saham Thang Long Cement Joint Stock Company (TLCC) dari Hanoi
General Export-Import Joint Stock Company (Geleximco) di Vietnam,
berkapasitas 2,3 juta ton. Aksi korporasi ini menjadikan Perseroan tercatat sebagai
BUMN Multinational yang pertama di Indonesia. Dengan akuisisi TLCC tersebut,
hingga akhir 2012, kapasitas desain Perseroan menjadi sebesar 28,5 juta ton (26,2
juta ton di Indonesia dan 2,3 juta ton di Vietnam) semen per tahun. Pada tanggal
20 Desember 2012 Perseroan resmi berperan sebagai Strategic Holding Company
sekaligus merubah nama, dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk menjadi PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Perseroan telah menetapkan kebijakan-kebijakan mendasar dalam
pengelolaan dan pengembangan karyawan, guna menjamin tercapainya visi
Perseroan. Semen gresik memiliki kepercayaan besar bahwa karyawan merupakan
salah satu unsur yang paling penting dari stakeholder dalam mencapai sebuah
keberhasilan perusahaan. Perseroan yakin bahwa setiap karyawan memiliki
kapasitas untuk berkontribusi bagi perusahaan. Semen Gresik berusaha untuk
membina hubungan yang lebih baik di semua tingkat staf dan manajemen
perusahaan untuk saling bekerja sama dengan tujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi dalam rangka membantu semua divisi dalam
mempertahankan pangsa pasar dan profitabilitas di pasar yang semakin
kompetitif.
Visi dan Misi Perusahaan
PT. Semen Indonesia Tbk dalam menjalankan operasionalnya untuk
mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan pendirian perseroan, maka PT. Semen
Indonesia Tbk mempunyai visi dan misi yang jelas.
Visi PT. Semen Indonesia Tbk
Menjadi perusahaan semen bertaraf internasional yang tekermuka dan
mampu meningkatkan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan
(stakeholders).
22
Misi PT. Semen Indonesia Tbk:
a. Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait
lainnya yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
b. Mewujudkan manajemen perusahaan yang berstandar internasional
dengan menjunjung tinggi etika bisnis, semangat kebersamaan, dan
bertindak proaktif, efisien serta inovatif dalam berkarya.
c. Memiliki keunggulan bersaing dalam pasar semen domestik dan
internasional.
d. Memberdayakan dan mensinergikan unit-unit usaha strategik untuk
meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
e. Memiliki komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan pemangku
kepentingan (stakeholders) terutama pemegang saham, karyawan
dan masyarakat sekitar.
Kegiatan Usaha
Sesuai dengan misi dan akta pendiriannya, kegiatan perseroan
dimaksudkan mencakup:
a. Produksi
Menambang dan/atau menggali dan/atau mengolah bahan-bahan
mentah tertentu menjadi bahan-bahan pokok yang diperlukan guna
pembuatan semen, mengolah bahan-bahan pokok tersebut menjadi
berbagai macam semen (semen Portland, semen putih dan lain
sebagainya) serta mengolah berbagai macam semen itu lebih lanjut
menjadi barang-barang jadi yang lebih bermanfaat.
b. Pemberian Jasa
Memberi jasa untuk industri semen, antara lain studi penelitian,
pengembangan, rancang bangun perekayasaan industri, konstruksi,
manajemen, pengoperasian pabrik pergudangan dan angkutan,
reparasi/perbaikan, pemeliharaan peralatan, pabrikasi alat-alat,
23
konsultasi kecuali konsultasi dalam bidang hukum, dan jasa teknis
lainnya.
c. Perdagangan
Menyelenggarakan kegiatan pemasaran dan distribusi berbagai
macam semen serta barang-barang hasil produksi lainnya atau
barang-barang yang menggunakan semen sebagai bahan pokok
dengan cara-cara dan/atau jalan-jalan tertentu serta melakukan
kegiatan-kegiatan perdagangan baik dalam maupun luar negeri.
d. Usaha Lainnya
Melakukan kegiatan usaha atau usaha jasa lainnya yang merupakan
sarana pelengkap atau penunjang guna mencapai tujuan perseroan.
PEMBAHASAN HASIL ANALISIS RASIO DAN TREND KEUANGAN
Perusahaan PT. Semen Indonesia ini berdiri pada tahun 1955 dan
kemudian menjadi perusahaan go public pertama di Indonesia pada tahun 1991.
Perusahaan yang bergerak dibidang industri semen ini menjadi perusahaan bidder
pada tahun 1995 saat mengakuisisi PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Padang dan
juga mengakuisisi perusahaan luar negeri yaitu Thang Long Cement pada tahun
2012. Perusahaan juga pernah menjadi perusahaan target pada tahun 1998 yang
kala itu diakuisisi oleh CEMEX.
Untuk mengungkap kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada
periode 1990-2014 yang ditandai oleh dua tonggak bersejarah sebagai perusahaan
target (1998) dan sebagai perusahaan bidder (2012), maka diperlukan indikator-
indikator kinerja keuangan yang dipilih sebagai berikut:
24
Analisis Rasio Likuiditas
Gambar 1
Hasil Perhitungan Current Ratio
Sumber: Lampiran 1
Berdasarkan gambar 1, kondisi current ratio perusahaan mulai mengalami
peningkatan signifikan pada tahun 2006 mencapai 284% (lihat lampiran 1, tabel 1)
dengan nilai aset lancar sebesar Rp. 4,2 milyar dan hutang jangka pendek
perusahaan sebesar Rp. 1,5 milyar (lihat lampiran 1, tabel 1). Peningkatan ini
terjadi karena pada tahun tersebut Cemex menjual saham perusahaan kepada Blue
Valley yang mempengaruhi aset lancar perusahaan, sehingga perusahaan dapat
melunasi hutang jangka pendeknya oleh kreditur dapat dipenuhi.
126% 171%
0%
100%
200%
300%
400%
1993
19
94
19
95
1996
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
2009
20
10
20
11
2012
20
13
20
14
25
Gambar 2
Hasil Perhitungan Current Ratio (Tahun 1998 dan 2012)
Sumber: Lampiran 2
Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)
menunjukkan bahwa presentase current ratio perusahaan terus mengalami
penurunan, dimana di akhir tahun nilai current ratio perusahaan sebesar 126%
(lihat lampiran 1, tabel 1) dengan aset lancar sebesar Rp. 1,4 milyar dan hutang
jangka pendek sebesar Rp. 1,1 milyar (lihat lampiran 1, tabel 1). Sedangkan trend
keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan bidder (2012) menunjukkan
bahwa presentase current ratio perusahaan mengalami naik-turun sepanjang tahun
dengan nilai current ratio akhir tahun sebesar 171% (lihat lampiran 1, tabel 1)
dengan aset lancar sebesar Rp. 8,2 milyar dan hutang jangka pendek perusahaan
sebesar Rp. 4,9 milyar (lihat lampiran 1, tabel 1). Jika dilihat dari trend keuangan
perusahaan saat menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012)
menunjukkan bahwa perusahaan dapat melunasi tagihan-tagihan hutang jangka
pendek yang dimilikinya dari kreditur dapat dipenuhi karena besarnya aset
perusahaan.
219% 199% 187%
238%
178%
256%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
Maret Juni September
Tahun 1998 Tahun 2012
26
Analisis Rasio Solvabilitas
Gambar 3
Hasil Perhitungan Debt Ratio
Sumber: Lampiran 3
Berdasarkan gambar 3, nilai debt ratio perusahaan paling rendah pada
tahun 1991 dengan presentase 2% (lihat lampiran 3, tabel 3 ) dengan total hutang
perusahaan sebesar Rp. 15,8 juta dan total aset sebesar Rp. 661 juta (lihat
lampiran 3, tabel 3). Sedangkan peningkatan debt ratio perusahaan di mulai pada
tahun 1996 sebesar 41% (lihat lampiran 3, tabel 3) dengan total hutang perusahaan
sebesar Rp. 1,8 milyar dan total aset perusahaan sebesar Rp. 4,2 milyar (lihat
lampiran 3, tabel 3). Nilai debt ratio perusahaan kembali mengalami penurunan
pada tahun 2006, dimana pada saat itu Cemex menjual sahamnya kepada Blue
Valley sehingga mempengaruhi trend keuangan perusahaan. Dimana pada tahun
2006, presentase debt ratio perusahaan sebesar 26% (lihat lampiran 3, tabel 3)
dengan total hutang sebesar Rp. 2 milyar dan total aset sebesar Rp. 7,5 milyar
(lihat lampiran 3, tabel 3).
59%
32%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
1990
19
91
19
92
1993
19
94
19
95
1996
19
97
19
98
1999
20
00
20
01
2002
20
03
20
04
2005
20
06
20
07
2008
20
09
20
10
2011
20
12
20
13
2014
27
Gambar 4
Hasil Perhitungan Debt Ratio (Tahun 1998 dan 2012)
Sumber: Lampiran 4
Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)
menunjukkan presentase debt ratio yang naik-turun sepanjang tahun tersebut
dengan presentase akhir tahun sebesar 59% (lihat lampiran 3, tabel 3) dengan total
hutang perusahaan sebesar Rp. 4,2 milyar dan total aset perusahaan sebesar
Rp. 7,1 milyar (lihat lampiran 3, tabel 3). Sedangkan pada saat perusahaan
menjadi perusahaan bidder (2012) trend keuangan perusahaan menunjukkan
angka presentase debt ratio mengalami naik-turun juga dengan presentase akhir
tahun sebesar 32% (lihat lampiran 3, tabel 3) dengan total hutang sebesar Rp. 8,5
milyar dan total aset sebesar Rp. 27 milyar (lihat lampiran 3, tabel 3). Selisih total
hutang perusahaan saat menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder
(2012) sebesar Rp. 4,3 milyar dan selisih total aset sebesar Rp. 19,9 milyar. Jika
dilihat dari trend keuangan pada saat menjadi perusahaan target (1998) dan
perusahaan bidder (2012) menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjamin
hutang yang dimilikinya dengan aset yang dimiliki oleh perusahaan.
58% 68% 64%
27% 22% 28%
0%
50%
100%
Maret Juni September
Tahun 1998 Tahun 2012
28
Gambar 5
Hasil Perhitungan Debt Equity Ratio
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan gambar 5, menunjukkan bahwa nilai debt equity ratio
perusahaan mulai mengalami kenaikan pada tahun 1996 dengan angka 71% (lihat
lampiran 5, tabel 5) dengan hutang jangka pendek sebesar Rp. 845 juta, hutang
jangka panjang sebesar Rp. 900 juta, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan
sebesar Rp. 2.5 milyar (lihat lampiran 5, tabel 5). Peningkatan ini terjadi akibat
adanya ekspansi nasional yang dilakukan oleh perusahaan yaitu pada tahun 1995
perusahaan mengakuisisi PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Padang sehingga
mempengaruhi pertumbuhan nilai debt equity ratio perusahaan pada tahun 1996.
Sedangkan peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 1998 dimana
pada saat itu perusahaan diakuisisi oleh Cemex dengan nilai presentase debt
equity ratio 162% (lihat lampiran 5, tabel 5) dengan hutang jangka pendek sebesar
Rp. 1,1 milyar, hutang jangka panjang sebesar Rp. 3,1 milyar, dan modal yang
dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp. 2,6 milyar (lihat lampiran 5, tabel 5).
Sedangkan penurunan terjadi pada tahun 2006 dengan presentase debt equity ratio
sebesar 35% (lihat lampiran 5, tabel 5) dengan hutang jangka pendek sebesar
Rp. 2 milyar dan modal yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp. 5,5 milyar.
Penurunan ini terjadi karena pada tahun tersebut perusahaan tidak lagi memiliki
hutang jangka panjang karena sudah dilunasi pada tahun sebelumnya.
162%
46%
0%
50%
100%
150%
200%
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
1997
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
2006
20
07
20
08
20
09
2010
20
11
20
12
20
13
20
14
29
Gambar 6
Hasil Perhitungan Debt Equity Ratio (Tahun 1998 dan 2012)
Sumber: Lampiran 6
Trend keuangan perusahaan saat menjadi perusahaan target pada tahun
1998 menunjukkan presentase debt equity ratio pada akhir tahun mengalami
penurunan sebesar 51% menjadi 162% (lihat lampiran 5, tabel 5) dengan hutang
jangka pendek sebesar Rp. 1,1 milyar, hutang jangka panjang sebesar Rp. 3,1
milyar, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp. 2,6 milyar (lihat
lampiran 5, tabel 5). Dengan demikian, kondisi keuangan perusahaan pada tahun
tersebut termasuk dalam keadaan tidak baik karena total hutang yang dimiliki oleh
perusahaan lebih besar daripada modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berarti
perusahaan tidak mampu membayar hutang jangka panjangnya dengan
menggunakan modal perusahaan sendiri. Sedangkan pada saat perusahaan
menjadi perusahaan bidder (2012) menunjukkan bahwa debt equity ratio
perusahaan mengalami naik-turun sepanjang tahun tersebut dimana pada akhir
tahun debt equity ratio perusahaan sebesar 46% (lihat lampiran 5, tabel 5) naik 8%
dari bulan September. Pada tahun tersebut hutang jangka pendek perusahaan
sebesar Rp. 8,4 milyar dan modal yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp. 18,2
milyar (lihat lamnpiran 5, tabel 5). Dengan besarnya modal perusahaan
dibandingkan hutang jangka pendek perusahaan, menandakan bahwa kondisi
keuangan perusahaan saat menjadi perusahaan bidder (2012) dalam keadaan baik
yang berarti perusahaan mampu membayar hutang yang dimilikinya dengan
165%
247% 213%
37%
51% 38%
0%
100%
200%
300%
400%
Maret Juni September
Tahun 1998 Tahun 2012
30
menggunakan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Selisih hutang jangka pendek
perusahaan saat menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012)
sebesar Rp. 7,4 milyar dan modal yang dimiliki oleh perusahaan sebesar
Rp. 15,6 milyar.
Analisis Rasio Profitabilitas
Gambar 7
Hasil Perhitungan Return On Asset
Sumber: Lampiran 7
Berdasarkan gambar 7, menunjukkan bahwa presentase return on asset
perusahaan mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1990
sebesar 43% (lihat lampiran 7, tabel 7) dengan laba bersih sebesar Rp. 166 juta
dan total aset perusahaan sebesar Rp. 382 juta (lihat lampiran 7, tabel 7).
Penurunan return on asset perusahaan terjadi pada tahun 1991 sebesar 30%
menjadi 13% (lihat lampiran 7, tabel 7) dengan laba bersih perusahaan sebesar
Rp. 85 juta dan total aset perusahaan sebesar Rp. 661 juta (lihat lampiran 7, tabel
7). Penurunan return on asset perusahaan ini terjadi karena pada tahun tersebut
perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan menjadi perusahaan BUMN
pertama yang menjadi perusahaan go public sehingga dapat mempengaruhi
kondisi return on asset perusahaan dengan total aset perusahaan yang mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya.
3%
19%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
31
Gambar 8
Hasil Perhitungan Return On Asset (Tahun 1998 dan 2012)
Sumber: Lampiran 8
Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)
menunjukkan bahwa return on asset perusahaan pada akhir tahun sebesar 3%
(lihat lampiran 7, tabel 7) dengan laba bersih perusahaan sebesar Rp. 222 juta dan
total aset perusahaan sebesar Rp. 7,1 milyar (lihat lampiran 7, tabel 7). Hal ini
mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan tidak baik.
Perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan karena perusahaan tidak
bijaksana dalam memanfaatkan asetnya dalam kegiatan operasional perusahaan.
Sedangkan pada saat perusahaan menjadi perusahaan bidder (2012) menunjukkan
bahwa nilai return on asset perusahaan mengalami peningkatan sepanjang tahun
tersebut dimana nilai return on asset perusahaan naik 4% menjadi 19% (lihat
lampiran 7, tabel 7) dengan laba bersih sebesar Rp. 5 milyar dan total aset
perusahaan sebesar Rp. 27 milyar (lihat lampiran 7, tabel 7). Hal ini menandakan
bahwa kondisi keuangan perusahan dalam keadaan baik. Perusahaan mampu
menghasilkan keuntungan karena perusahaan bijaksana dalam memanfaatkan
asetnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Selisih laba bersih perusahaan
saat menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012) sebesar
Rp. 4,8 milyar dan selisih total aset sebesar Rp. 19,9 milyar.
1% 2%
3% 5%
9%
15%
0%
5%
10%
15%
20%
Maret Juni September
Tahun 1998 Tahun 2012
32
Gambar 9
Hasil Perhitungan Return On Equity
Sumber: Lampiran 9
Berdasarkan gambar 9, menunjukkan bahwa return on equity perusahaan
tertinggi pada tahun 1990 dengan angka 55% (lihat lampiran 9, tabel 9) dengan
laba bersih sebesar Rp. 166 juta dan jumlah modal perusahaan sebesar Rp. 301
juta (lihat lampiran 9, tabel 9). Penurunan return on equity perusahaan pada tahun
1991 mencapai 42% menjadi 13% (lihat lampiran 9, tabel 9) dengan laba bersih
sebesar Rp. 84 juta dan total modal perusahaan sebesar Rp. 645 juta 9lihat
lampiran 9, tabel 9). Penurunan ini terjadi saat perusahaan tercatat di Bursa Efek
Indonesia dan menajdi BUMN pertama yang go public.
9%
27%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
1998
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
2005
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
2012
20
13
20
14
33
Gambar 10
Hasil Perhitungan Return On Equity (Tahun 1998 dan 2012)
Sumber: Lampiran 10
Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)
menunjukkan bahwa return on equity perusahaan sebesar 9% (lihat lampiran
9,tabel 10) dengan laba bersih Rp. 222 juta dan total modal sebesar Rp. 2.6 milyar
(lihat lampiran 9, tabel 9). Hal ini menandakan bahwa perusahaan tidak mampu
mengembalikan modal yang diberikan oleh pemilik. Hal ini juga terjadi akibat
pada tahun tersebut perusahaan memasuki masa-masa sulit sehingga
mempengaruhi nilai return on equity ratio perusahaan. Sedangkan pada saat
perusahaan menjadi perusahaan bidder (2012) nilai return on equity perusahaan
naik sebesar 6% menjadi 27% (lihat lampiran 9, tabel 9) dengan laba bersih
sebesar Rp. 5 milyar dan total modal sebesar Rp. 18,2 milyar (lihat lampiran 9,
tabel 9). Dengan demikian, kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan baik
karena perusahaan mampu mengembalikan modal yang diberikan oleh pemilik.
Selisih laba bersih perusahaan saat menjadi perusahaan target (1998) dan
perusahaan bidder (2012) sebesar Rp. 4,8 milyar dan selisih total modal sebesar
Rp. 15,6 milyar.
1%
5%
9% 6%
14%
21%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Maret Juni September
Tahun 1998 Tahun 2012
34
Analisis Free Cash Flow
Gambar 11
Hasil Perhitungan Free Cash Flow
Sumber: Lampiran 11
Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)
menunjukkan bahwa nilai free cash flow perusahaan sebesar Rp. 1,6 milyar (lihat
lampiran 11, tabel 11) dengan arus kas operasi perusahaan sebesar Rp. 102 juta
dan belanja modal perusahaan sebesar Rp. 1,4 milyar (lihat lampiran 11, tabel 11).
Sedangkan pada saat perusahaan menjadi perusahaan bidder (2012) menunjukkan
nilai free cash flow perusahaan sebesar Rp. 10,4 milyar (lihat lampiran 11, tabel
12) dengan arus kas operasi sebesar Rp. 5.6 milyar dan belanja modal perusahaan
sebesar Rp. 4,8 milyar (lihat lampiran 11, tabel 11). Hal ini menandakan bahwa
kondisi keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998) dan
perusahaan bidder (2012) dalam keadaan baik yang berarti perusahaan mampu
untuk menghasilkan lebih banyak aliran kas dalam proses kegiatan usahanya ke
masa depan.
1.515.911.904
10.366.138.761
-
2.000.000.000
4.000.000.000
6.000.000.000
8.000.000.000
10.000.000.000
12.000.000.000
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
35
PENUTUP
KESIMPULAN
Tahun 1998
Kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan sehat atau tidak
mengalami kesulitan keuangan. Hal ini didasarkan karena total
aset perusahaan lebih besar dibandingkan dengan total hutang
perusahaan sehingga perusahaan mampu membayar hutang jangka
pendeknya dengan tepat waktu. Hal ini juga dikarenakan pada
tahun tersebut perusahaan diakuisisi oleh CEMEX sehingga dapat
memperbaiki kondisi keuangan perusahaan.
Jika melihat pada nilai debt ratio perusahaan total hutang
perusahaan mengalami penurunan pada akhir tahun, sehingga
mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Menurunnya debt
ratio perusahaan menunjukkan bahwa kondisi keuangan
perusahaan pada tahun tersebut dalam keadaan sehat karena
perusahaan mampu membayarkan hutang jangka panjangnya
dengan menggunakan aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Nilai debt equity ratio perusahaan termasuk dalam kategori tidak
sehat atau perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan
karena total hutang yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar
dibandingkan dengan modal yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga kondisi keuangan perusahaan terpuruk dan
mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Hal ini
menandakan bahwa CEMEX belum bisa memberikan dampak
yang positif terhadap nilai debt equity ratio perusahaan.
Penurunan laba bersih, total modal perusahaan, dan total aset
perusahaan menempatkan perusahaan pada tahun tersebut dalam
kondisi kesulitan keuangan atau tidak sehat.
Perusahaan memiliki ketersediaan uang/kas untuk menjalankan
kegiatan operasionalnya.
36
Tahun 2012
Keputusan perusahaan untuk mengakuisisi Thang Long Cement
sangat tepat karena memberikan dampak yang positif bagi
perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada aset lancar, total aset, laba
bersih, dan modal perusahaan yang terus meningkat meskipun
total hutang perusahaan juga meningkat, tetapi perusahaan tetap
bisa membayar hutangnya dengan menggunakan aset yang
dimiliki.
Dengan mengakuisisi Thang Long Cement perusahaan memiliki
ketersediaan uang/kas yang baik dalam menjalankan kegiatan
operasional perusahaan.
SARAN
Dengan menekan beban bunga dengan jalan mengurangi hutang
pada pihak ketiga maupun hutang jangka panjang yang jatuh
tempo dapat membantu perusahaan untuk memenuhi hutang
jangka pendek dan jangka panjangnya sehingga perusahaan dapat
keluar dari kondisi kesulitan keuangan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Sartono. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Ke Empat.
Yogyakarta: BPFE.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Tahun 2014
Caves, R. 1989. Mergers, Take Overs and Economical Efficiency. International
Journal of Industrial Organization: 151-174.
Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis. Englewood cliffs, NJ; Practice
Hall, Second Edition.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta
2002
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Malang:
BPFE.
James C, Van Horne dan John M. Wachowicz. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Edisi Kedua belas, Jakarta: Salemba Empat.
Laporan Tahunan PT. Semen Indonesia Tbk Tahun 2014
Media Indonesia (19 Agustus 1998): hal.2
Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Jilid 1. Yogyakarta: Ekonisia.
Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 (revisi 2010) tentang
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
Pitoyo, Dimas Ragil K. 2007. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan
Metode Rasio Keuangan, Economic Value Added (EVA) Dan Market
38
Value Added (MVA) (Studi Pada Perusahaan Semen Yang Go Public ).
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiah. Malang.
Pringle, J.J., and Harris, R.S. 1987. Esentials of Managerial Finance. 2nd ed.,
Illinois London.
R A Rahman & R J Limmack. 2000. Corporate acquisitions and the operating
performance of malaysian companies. Journal Business Finance &
Accounting.
Ronnie H. Rusli. 1992. Konsolidasi atau Akuisisi Yang Terjadi Di Dalam
Kelompok Bisnis Di Indonesia. Usahawan, No.8 TH XXI Agustus,
Jakarta.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Shinta, H.A, Era. 2008.” Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan
Sesudah merger dan akuisisi (Studipada perusahaan manufaktur yang
melakukan merger dan akuisisi yang tercatat pada BEJ). Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiah. Malang.
Ulfah. 2007. Analisis Pengelolaan Modal Kerja Untuk Meningkatkan
Produktivitas Perusahaan (Studi Pada PT Semen Gresik Tbk). Skripsi. FE
UIN.
Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Merger.
Weston J. Fred & Copeland Thomas. 1996. Managerial Finance. The Dryden
Press (1996).
www.semenindonesia.co.id
Yin, R. K. 2011. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
39
Lampiran 1
Analisis Rasio Likuiditas
Tabel 1
Perhitungan Current Ratio
Tahun
Aktiva Lancar
(Rp. ‘000)
Hutang Lancar
(Rp.’000) Current ratio
1990 308,047,517 81,390,411 378%
1991 503,544,087 15,784,806 3190%
1992 386,919,631 28,037,902 1380%
1993 208,467,416 87,538,440 238%
1994 170,440,087 134,898,600 126%
1995 649,540,513 491,568,514 132%
1996 708,204,318 845,278,012 84%
1997 739,605,709 802,924,626 92%
1998 1,375,439,786 1,091,655,405 126%
1999 1,734,995,095 1,299,953,455 133%
2000 2,274,954,447 1,182,147,200 192%
2001 3,999,054,390 3,185,260,822 126%
2002 2,375,954,057 1,736,970,761
137%
2003 2,462,718,466 1,848,137,873 133%
2004 2,836,339,405 1,777,388,315 160%
2005 3,740,622,983 2,165,374,197 173%
2006 4,153,262,738 1,460,082,635 284%
2007 5,267,911,660 1,445,874,275 364%
2008 7,083,421,705 2,090,588,965 339%
2009 8,207,041,215 2,294,842,315 358%
2010 7,345,867,929 2,517,518,619 292%
2011 7,646,144,851 2,889,137,195
265%
2012 8,231,297,105 4,825,204,637 171%
2013 9,972,110,370 5,297,630,537 188%
2014 11,648,544,675 5,273,269,122 221%
Sumber: data sekunder diolah, 2015
40
Lampiran 2
Analisis Rasio Likuiditas (1998 dan 2012)
Tabel 2
Perhitungan Current Ratio (1998 dan 2012)
Tahun
Aktiva Lancar
(Rp.’000)
Hutang Lancar
(Rp.’000) Current ratio
1998
Maret 1,402,679,000 639,544,000 219%
Juni 1,785,417,682 897,296,564 199%
September 1,852,499,000 989,401,000 187%
2012
Maret 8,297,496,715 3,479,196,113 238%
Juni 8,679,252,732 4,867,571,419 178%
September 7,906,682,546 3,087,096,079 256%
Sumber: data sekunder diolah (2015)
41
Lampiran 3
Analisis Rasio Solvabilitas DR
Tabel 3
Perhitungan Debt Ratio
Tahun
Total Hutang
(Rp. ‘000)
Total Aktiva
(Rp. ‘000) Debt Ratio
1990 81,390,411 382,295,848 21%
1991 15,784,806 661,040,554 2%
1992 209,958,502 891,530,126 24%
1993 268,762,927 969,080,636 28%
1994 274,046,744 1,006,246,449 27%
1995 1,023,619,265 3,351,112,191 31%
1996 1,745,049,462 4,230,668,195 41%
1997 2,651,792,759 5,286,098,804 50%
1998 4,185,956,153 7,089,637,946 59%
1999 3,986,429,072 7,203,340,288 55%
2000 4,462,279,046 7,502,821,415 59%
2001 5,557,748,375 8,763,074,922
63%
2002 3,639,857,716 6,872,345,873 53%
2003 3,168,286,785 6,559,495,832 48%
2004 2,960,743,697 6,665,831,332 44%
2005 2,761,748,634 7,297,859,559 38%
2006 1,915,242,938 7,496,419,127 26%
2007 1,795,640,393 8,515,227,431 21%
2008 2,429,248,657 10,602,963,724 23%
2009 2,625,604,488 12,951,308,161 20%
2010 3,423,246,058 15,562,998,946 22%
2011 5,046,505,788 19,661,602,767
26%
2012 8,414,229,138 26,579,084,786
32%
2013 8,988,908 30,792,884 29%
2014 9,312,214 34,314,666 27%
Sumber: data sekunder diolah, 2015
42
Lampiran 4
Analisis Rasio Solvabilitas DR (1998 dan 2012)
Tabel 4
Perhitungan Debt Ratio (1998 dan 2012)
Tahun
Total Hutang
(Rp.’000)
Total Aktiva
(Rp.’000) Debt Ratio
1998
Maret 3,747,335,000 6,421,535,000 58%
Juni 5,683,383,995 8,373,842,568 68%
September 4,898,103,000 7,691,988,000 64%
2012
Maret 5,788,319,984 21,418,200,109 27%
Juni 4,867,571,419 22,278,132,294 22%
September 6,159,120,278 22,209,628,264
28%
Sumber: data sekunder diolah 2015
43
Lampiran 5
Analisis Rasio Solvabilitas DER
Tabel 5
Perhitungan DER
Tahun
Hutang Lancar
(Rp. ‘000)
Hutang Jangka Panjang
(Rp. ‘000)
Modal sendiri
(Rp. ‘000) DER
1990 81,390,411
300,905,437 27%
1991 15,784,806 201,411,000 645,054,337 34%
1992 28,037,902 181,920,600 681,571,624 31%
1993 87,538,440 181,224,487 690,558,642
39%
1994 134,898,600 139,148,144 720,935,080 38%
1995 491,568,514 532,050,751 2,313,051,295 44%
1996 845,278,012 899,771,450 2,467,297,676 71%
1997 802,924,626 1,848,868,133 2,612,140,565 102%
1998 1,091,655,405 3,094,300,748 2,578,953,273 162%
1999 1,299,953,455 2,686,475,617 2,739,428,328 146%
2000 1,182,147,200 3,280,131,846 2,981,248,182 150%
2001 3,185,260,822 2,372,487,553 3,161,614,263 176%
2002 1,736,970,761 1,902,886,955 3,181,038,092 114%
2003 1,848,137,873 1,320,148,912 3,333,774,250 95%
2004 1,777,388,315 1,183,355,382 3,642,437,176 81%
2005 2,165,374,197 596,374,437 4,466,931,546 62%
2006 1,915,242,938
5,499,614,451 35%
2007 1,795,640,393
6,627,262,565 27%
2008 2,429,248,657
8,069,585,873 30%
2009 2,625,604,488
10,325,703,673
25%
2010 3,423,246,058
12,139,752,888 28%
2011 5,046,505,788
14,615,096,979 35%
2012 8,414,229,138
18,164,854,648 46%
2013 8,988,908
21,803,976 41%
2014 9,312,214
25,002,452 37%
Sumber: data sekunder diolah, 2015
44
Lampiran 6
Analisis Rasio Solvabilitas DER (1998 dan 2012)
Tabel 6
Perhitungan DER (1998 dan 2012)
Tahun
Hutang
Lancar
(Rp.’000)
Hutang Jangka
Panjang
(Rp.’000)
Modal Sendiri
(Rp.’000)
Debt Equity
Ratio
1998
Maret 639,544,000 3,747,335,000 2,651,094,000 165%
Juni 897,296,564 5,683,383,995 2,664,176,894 247%
September 989,401,000 4,898,103,000 2,767,580,000 213%
2012
Maret 5,788,319,984
15,629,880,125 37%
Juni 7,526,290,380
14,751,841,914 51%
September 6,159,120,278
16,050,507,986 38%
Sumber: data sekunder diolah 2015
45
Lampiran 7
Analisis Rasio Profitabilitas ROA
Tabel 7
Perhitungan ROA
Tahun
Laba Bersih
(Rp. ‘000)
Total Aktiva
(Rp. ‘000) ROA
1990 165,802,430 382,295,848 43%
1991 84,436,610 661,040,554 13%
1992 79,409,339 891,530,126 9%
1993 48,691,687 969,080,636 5%
1994 54,722,281 1,006,246,449 5%
1995 162,547,756 3,351,112,191 5%
1996 219,267,453 4,230,668,195 5%
1997 232,552,025 5,286,098,804 4%
1998 221,610,310 7,089,637,946 3%
1999 240,586,164 7,203,340,288 3%
2000 342,762,994 7,502,821,415 5%
2001 317,467,233 8,763,074,922 4%
2002 196,227,307 6,872,345,873 3%
2003 372,508,552 6,559,495,832 6%
2004 508,915,808 6,665,831,332 8%
2005 1,001,772,122 7,297,859,559 14%
2006 1,295,520,421 7,496,419,127 17%
2007 1,775,408,324 8,515,227,431 21%
2008 2,523,544,472 10,602,963,724 24%
2009 3,326,487,957 12,951,308,161 26%
2010 3,659,114,098 15,562,998,946 24%
2011 3,955,272,512 19,661,602,767 20%
2012 4,926,639.847 26,579,083.786 19%
2013 5,354,298.521 30,792,884.092 17%
2014 5,573,577.279 34,314,666.027 16%
Sumber: data sekunder (diolah), 2015
46
Lampiran 8
Analisis Rasio Profitabilitas ROA (1998 dan 2012)
Tabel 8
Perhitungan ROA (1998 dan 2012)
Tahun
Laba Bersih
(Rp.’000)
Total Aktiva
(Rp.’000) Return On Asset
1998
Maret 38,954,000 6,421,535,000 1%
Juni 145,054,427 8,373,842,568 2%
September 248,458,000 7,691,988,000 3%
2012
Maret 1,015,127,485 21,418,200,109 5%
Juni 2,115,256,437 22,278,132,294 9%
September 3,414,440,903 22,209,628,264 15%
Sumber: data sekunder diolah 2015
47
Lampiran 9
Analisis Rasio Profitabilitas ROE
Tabel 9
Perhitungan ROE
Tahun
Laba Bersih
(Rp. ‘000)
Jumlah Ekuitas
(Rp. ‘000) ROE
1990 165,802,430 300,905,437 55%
1991 84,436,610 645,054,337 13%
1992 79,409,339 681,571,624 12%
1993 48,691,687 690,558,642 7%
1994 54,722,281 720,935,080 8%
1995 162,547,756 2,313,051,295 7%
1996 219,267,453 2,467,297,676 9%
1997 232,552,025 2,612,140,565 9%
1998 221,610,310 2,578,953,273 9%
1999 240,586,164 2,739,428,328 9%
2000 342,762,994 2,981,248,182 11%
2001 317,467,233 3,161,614,263 10%
2002 196,227,307 3,181,038,092 6%
2003 372,508,552 3,333,774,250 11%
2004 508,915,808 3,642,437,176 14%
2005 1,001,772,122 4,466,931,546 22%
2006 1,295,520,421 5,499,614,451 24%
2007 1,775,408,324 6,627,262,565 27%
2008 2,523,544,472 8,069,585,873 31%
2009 3,326,487,957 10,197,679,028 33%
2010 3,659,114,098 12,139,752,888 30%
2011 3,955,272,512 14,615,096,979 27%
2012 4,926,639.847 18,164,854.648 27%
2013 5,354,298.521 21,803,975.875 25%
2014 5,573,577.279 25,002,451.936 22%
Sumber: data sekunder (diolah), 2015
48
Lampiran 10
Analisis Rasio Profitabilitas ROE (1998 dan 2012)
Tabel 10
Perhitungan ROE (1998 dan 2012)
Tahun
Laba Bersih
(Rp.’000)
Total Ekuitas
(Rp.’000) Return On Equity
1998
Maret 38,954,000 2,651,094,000 1%
Juni 145,054,427 2,664,176,894 5%
September 248,458,000 2,767,580,000 9%
2012
Maret 1,015,127,485 15,629,880,125 6%
Juni 2,115,256,437 14,751,841,914 14%
September 3,414,440,903 16,050,507,986 21%
Sumber: data sekunder diolah 2015
49
Lampiran 11
Analisis Free Cash Flow
Tabel 11
Perhitungan FCF
Tahun
Arus Kas Operasi
(Rp. ‘000)
Belanja Modal
(Rp. ‘000) FCF
1990 178,910,579 202,383,525
1991 98,543,327 524,281,718
1992 (251,691,863) 112,043,315
1993 (160,174,750) 195,963,511
1994 20,427,768 50,072,637
1995 273,002,431 (199,730,496) 472,732,927
1996 540,802,608 (846,394,523) 1,387,197,131
1997 120,559,458 (871,631,446) 992,190,904
1998 102,176,635 (1,413,735,269) 1,515,911,904
1999 786,082,707 (134,939,241) 921,021,948
2000 465,370,661 (138,637,506) 604,008,167
2001 782,709,589 (121,287,075) 903,996,664
2002 1,052,058,111 (97,416,290) 1,149,474,401
2003 1,103,701,041 (114,513,329) 1,218,214,370
2004 850,727,709 (150,136,486) 1,000,864,195
2005 1,223,050,916 (266,647,164) 1,489,698,080
2006 1,594,059,671 (305,926,274) 1,899,985,945
2007 2,074,598,275 (285,007,981) 2,359,606,256
2008 2,628,307,576 (527,806,832) 3,156,114,408
2009 4,246,497,651 (3,347,290,902) 7,593,788,553
2010 3,378,416,266 (1,771,239,508) 5,149,655,774
2011 4,415,753,322 (4,295,179,378) 8,710,932,700
2012 5,591,864,816 (4,774,273,945) 10,366,138,761
2013 6,047,147,495 (2,675,188,649) 8,722,336,144
2014 6,721,170,878 (2,881,221,811) 9,602,392,689
Sumber: data sekunder diolah, 2015