analisis kinerja koagulasi-flokulasi di instalasi penjernihan air minum (ipam) pdam kota surabaya
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
1/64
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
ANALISIS KINERJA KOAGULASI – FLOKULASI DI
INSTALASI PENJERNIHAN AIR MINUM (IPAM) PDAM
KOTA SURABAYA
ZEFANYA HESA SATIO LUKITO
PROGRAM STUDI S-1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
JANUARI 2013
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
2/64
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
ANALISIS KINERJA KOAGULASI - FLOKULASI DI
INSTALASI PENJERNIHAN AIR MINUM (IPAM) PDAM
KOTA SURABAYA
ZEFANYA HESA SATIO LUKITO
PROGRAM STUDI S-1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
JANUARI 2013
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
3/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
4/64
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atasrahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan PKL yang berjudul
“Analisis Kinerja Koagulasi - Flokulasi di Instalasi Penjernihan Air Minum
(IPAM) PDAM Surabaya”.
Laporan PKL ini terdiri dari beberapa bab yaitu bab pendahuluan, tinjauan
pustaka, metode praktek kerja lapangan, hasil dan pembahasan beserta juga
kesimpulan dan saran. Setiap isi dari bab tersebut terangkai secara komperhensif
sebagai acuan pelaksanaan PKL di PDAM Surabaya.
Pembuatan laporan PKL ini dalam rangka mata kuliah PKL, yang
merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan PKL. Laporan PKL ini disusun
sesuai dengan ketentuan teknis penyusunan yang ada di Program Studi Ilmu dan
Teknologi Lingkungan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan TeknologiUniversitas Airlangga. Semoga proposal PKL ini bermanfaat sesuai dengan tujuan
dan manfaatnya.
Surabaya, Januari 2013
Penyusun,
Zefanya Hesa Satio Lukito
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
5/64
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur atas rahmat Tuahn Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapatmenyelessaikan laporan PKL ini dengan baik. Laporan PKL ini tidak akan selesai
tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-bessarnya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus atas segala hal yang diberikan-Nya sehingga semua
masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan mudah.
2. Mama yang selalu mendoakan dan mendukung dalam penyelesaian laporan
PKL ini.
3. Bapak Sukaryadi sebagai pembimbing lapangan atas segala fasilitas dalam
penyusunan laporan PKL ini.
4. Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, S.T., DEA yang telah banyak membantu danmembimbing dalam penyusunan laporan PKL ini.
5. Nur Indradewi O., ST., MT. sebagai koordinator PKL atas segala bantuannya
dalam penyusunan laporan PKL ini.
6. Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Lingkungan Prof. Dr. Ir. Agoes
Soegianto, DEA atas segala fasilitas yang telah diberikan dalam
menyelesaikan laporan PKL ini.
7. Ketua Departemen Biologi FST Unair Dr. Alfiah Hayati atas segala fasilitas
yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan PKL ini.
8. Seluruh operator PDAM Karang Pilang I atas segala bantuan dan
bimbingannya sehingga laporan PKL ini dapat selesai.
9. Eko, Handito, Nizam, Asdi, Angga, Ari, Rihan, Bakhtiar, Ery, Trianita, Riza,
Mila, Fahmi ITL 2009 yang selalu mendukung, menemani, membantu dalam
penyelesaian laporan PKL ini.
10. Seluruh rekan, sahabat, teman, saudara, keluarga besar ITL 2009 atas segala
bantuan dan perjuangan bersama hingga akhir.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
6/64
v
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………................ iLEMBAR PENGESAHAN ………………………………….................... ii
KATA PENGANTAR ……………………………………....................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………. iv
DAFTAR ISI …………………………………….................................... v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… viii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………….............. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………...…….......... 2
1.3 Tujuan ………………………………………………...................... 2
1.4 Manfaat ………………………………………………...…….......... 2
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum mengenai PDAM Surabaya ………………......... 4
2.2 Struktur Organisasi…………………………………………………..6
2.3 Unit Pengolahan Air…………………………………………………10
2.3.1 Intake…………………………………………………………...10
2.3.2 Prasedimentasi………………………………………………….13
2.3.3 Predicantire…………………………………………………….15
2.3.4 Proses Koagulasi………………………………………………. 15
2.3.5 Proses Flokulasi……………………………………………….. 24
2.3.6 Filter…………………………………………………………… 272.3.7 Jenis Filter…………………………………………………….. 29
2.3.8 Desinfeksi………………………………………………………32
2.3.9 Proses Desinfeksi…………………………………………….. 33
2.3.10 Reservoir ……………………………………………………... 34
2.3.11 Distribusi…………………………………………………….. 35
BAB III: METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ……....... 36
3.1.1 Waktu Penelitian PKL ………………………………………... 36
3.1.2 Tempat Penelitian PKL ……………………………………..... 36
3.2 Cara Kerja ………………………………………………………...... 36
3.2.1 Observasi awal kegiatan industri …………………………....... 37
3.2.2 Pengumpulan data …………………………………………….. 37
3.2.3 Pengumpulan Data Primer …………………………………..... 37
3.2.4 Pengumpulan Data Sekunder ………………………………..... 37
3.2.5 Pembahasan …………………………………………………… 38
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Pengolahan Air PDAM Karang Pilang 1…………………… 39
4.2 Unit Koagulasi……………………………………………………… 42
4.3 Unit Flokulasi………………………………………………………. 45
4.4 Analisis Kekeruhan………………………………………………… 46
4.5 Kinerja Unit Koagulasi Flokulasi…………………………………. 49
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
7/64
vi
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 50
5.2 Saran…………………………………………………………………51DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...52
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 53
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
8/64
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman2.1 Struktur Organisasi…………………………………………………….... 7
2.2 Intake……………………………………………………………………. 11
2.3 Prasedimentasi………………………………………………………….. 14
2.4 Koagulasi ( Rapid Mixing)……………………………………………….. 19
2.5 Flokulasi (Slow Mixing)………………………………………………….. 25
2.6 Filter…………………………….………………………………………… 28
2.7 Reservoir …………………………………………………………………. 34
3.1 Kerangka Cara Kerja PKL….……………………………………………. 36
4.1 Diagram Proses…………………………………………………………… 39
4.2 Aerator …………………………………………………………………… 41
4.3 Koagulasi………………………………………………………………… 42
4.4 Clarifier ………………………………………………………………….. 43
4.5 Filter……………………………………………………………………… 44
4.6 Unit Koagulasi……………………………………………………………. 45
4.7 Unit Flokulasi…………………………………………………………….. 46
4.8 Grafik Kekeruhan………………………………………………………… 48
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
9/64
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman2.1 Tabel Sejarah Perkembangan PDAM Surabaya ………………............. 4
4.1 Analisis Kekeruhan……………………………………………………… 47
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
10/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
11/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
12/64
3
Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan
teknologi informasi dan industri di Indonesia yang dapat digunakan oleh
pihak-pihak yang memerlukan serta mampu menghasilkan sarjana-sarjana
yang handal dan memiliki pengalaman di bidangnya dan dapat membina
kerja sama yang baik antara lingkungan akademis dengan lingkungan kerja.
2. Bagi Perusahaan
Terciptanya komunikasi dua arah antara dunia perindustrian dengan
dunia pendidikan sehingga tercipta arus informasi yang timbal balik dan
saling menguntungkan
3. Bagi Mahasiswa
a) Mahasiswa dapat mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana
kerja sebenarnya sehingga dapat membangun etos kerja yang baik.
b) Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam gambaran tentang
kondisi nyata dunia kerja sehingga nantinya diharapkan mampu
menerapkan ilmu yang telah didapat dalam aktivitas dunia kerja yang
sebenarnya.
c) Melengkapi pemahaman tentang teori yang diperoleh dibangku kuliah
dan mendapatkan tambahan pengetahuan serta pengalaman di industri.
d) Mahasiswa dapat menyajikan pengalaman dan data-data yang diperoleh
selama praktek kerja lapangan kedalam sebuah laporan PKL.
e) Untuk memenuhi salah satu bagian dari kurikulum program S-1 Ilmu
dan Teknologi Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Airlangga
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
13/64
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum mengenai PDAM Surabaya
PDAM Surabaya merupakan perusahaan jasa pemerintah penyedia layanan
air bersih yang mempunyai sejumlah instalasi pengolahan air minum . PDAM
Surabaya menggunakan air baku yang berasal dari Kali Surabaya yang kemudian
akan diolah menjadi air bersih dengan menggunakan unit pengolahan yang
disesuaikan dengan karakteristik air baku yang digunakan, selain itu PDAM
Surabaya bekerja sama dengan pihak Jasa Tirta dalam memperoleh air baku dari
Kali Surabaya yang akan diproduksi untuk masyarakat Surabaya. Bangunan
pengolahan air minum yang ada pada PDAM Surabaya diantaranya yaitu intake,
kanal II, bak pengumpul, kolam prasedimentasi, distributor, predicantir e , filter,
siphon dan reservoir . Untuk melihat sejarah perkembangan PDAM dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Sejarah Perkembangan PDAM Surabaya (Anonim, 2011)
Tahun Perkembangan PDAM Surabaya
1890 Air minum untuk kota Surabaya yang pertama kali diambil dari
sumber mata air di desa Purut Pasuruan. Untuk mengangkut airminum ini digunakan Kereta Api.
1903 Pemasangan pipa dari Pandaan oleh NV. Biernie selama 3 (tiga)
tahun.
1906 Jumlah pelanggan mencapai lebih kurang 1.500 sambungan.
1922 Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ngagel I dibangun
dengan kapasitas 60 liter / detik.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
14/64
5
1932 Mata Air Umbulan ditingkatkan kapasitasnya dengan
membangun rumah pompa baru.
1942 IPAM Ngagel I ditingkatkan kapasitasnya menjadi 180 liter / detik.
1950 Perusahaan Air Minum diserahkan kepada Pemerintah
Republik Indonesia (Kota Praja Surabaya).
1954 IPAM Ngagel I ditingkatkan kapasitasnya menjadi 350 liter /
detik.
1959 Pembangunan IPAM Ngagel II dengan kapasitas 1000 liter /
detik. Proyek ini didesain dan dilaksanakan oleh Degremont Fa.
(Perancis).
1976 Perusahaan Air Minum disahkan menjadi Perusahaan Daerah
dan dituangkan dalam Perda No. 7 tanggal 30 Maret 1976.
1977 Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 500 liter / detik
1978 Pengalihan status menjadi Perusahaan Daerah Air Minum dari
Dinas Air Minum berdasarkan SK Walikota- madya Dati II
Surabaya No. 657/WK/77 tanggal 30 Desember 1977.
1980 Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 1000 liter /
detik
1982 Pembangunan IPAM Ngagel III dengan kapasitas 1000 liter /
detik dengan lisensi dari Neptune Microfloc (Amerika Serikat)
1990 IPAM Karangpilang I dengan kapasitas 1000 liter / detik
dengan dana loan IBRD No. 2632 IND.
1991 Pembangunan gedung kantor PDAM yang terletak di Jl.Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 2 Surabaya yang dibiayai dana
PDAM murni
1994 Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 1500 liter /
detik.
1996 1) Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 1800 liter /
detik.
2) Peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang I menjadi 1200
liter / detik.
3) Dimulainya pembangunan IPAM Karangpilang II dengan
kapasitas 2000 liter / detik yang didanai Loan IBRD No. 3726
IND.1997 1) Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel III menjadi 1500 liter /
detik.
2) Produksi awal 500 liter / detik IPAM Karangpilang II
didistribusikan ke pelanggan.
1999 Pembangunan IPAM Karangpilang II dengan kapasitas 2000
liter / detik telah selesai
2001 Pekerjaan peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang II
menjadi 2500 liter / detik dimulai.
2005 Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel III menjadi 1750 liter /
detik.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
15/64
6
2006 1) Peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang I menjadi 1450
liter / detik.
2) Peningkatan kapasitas IPAM karangpilang II menjadi 2750lt/dt
2009 Pembangunan IPAM Karangpilang III dengan kapasitas 2000
lt/dt.
2010 Walikota Surabaya meresmikan beroperasinya IPAM
Karangpilang III
2.2 Struktur Organisasi
PDAM Surabaya merupakan perusahaan berbadan hukum milik swasta
tetapi masih dalam penguasaan pemerintah atau yang sering disebut Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). PDAM merupakan perusahaan penyedia air bersih dari
pengolahan awal sampai pendistribusian ke konsumen. Pada praktek kerja
lapangan ini mengambil lokasi di Karang Pilang unit I pada bagian pengolahan
dan produksi pada pengolahan koagulasi dan flokulasi. Pada PDAM Karang
Pilang di pimpin oleh seorang kepala bagian yang mengepalai seluruh PDAM
Karang Pilang. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
16/64
7
Gambar 2.1 Struktur Organisasi
Pada unit pengolahan dan produksi dipimpin oleh Kasubsi Operator yang jam
kerjanya bergantian tiap 8 jam kerja. Kasubsi operator biasanya dibantu dengan 4-
5 orang staf yang membantu sesuai dengan bagian. Staf ada yang mengerjakan
pompa, ada yang mengerjakan sampling untuk mengetahui kekeruhan, ada yang
mengerjakan pencucian filter, ada pula yang memantau penggunaan bahan kimia
pada unit pengolahan air minum.
Adapun pembagian tugas dan tanggungjawab masing-masing bagian
adalah sebagai berikut :
1. Kepala bagian.
Kepala bagian memiliki tugas dan tanggungjawab :
a. Melaksanakan perawatan dan perbaikan semua peralatan instalasi
pengolahan agar berjalan dengan baik.
KABAG
KASI.
PENGOLAHAN
KASI.
PEMELIHARAAN
KASUBSI.
OPERATOR
KASUBSI.
OPERATOR
KASUBSI.
OPERATOR
KASUBSI.
OPERATOR
KASUBSI.
MEKANIK
KASUBSI.
LISTRIK
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
17/64
8
b. Melaksanakan proses produksi air minum yang tepat baik kualitas maupun
kuantitas pada unsur-unsur yang berlangsung secara kontinu.
c. Melaksanakan operasi dan pemerintahan.
d. Membuat nota usulan keuangan atau program kerja setiap tahun anggaran
dengan membuat permintaan pembelian tentang kebutuhan instalasi agar
dapat berjalan secara kontinu.
e. Menerima laporan dari bawahan dan mengevaluasi serta menyampaikan
kepada atasan.
2. Kepala seksi pengolahan.
Kepala seksi pengolahan dalam menjalankan tugasnya berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada kepala bagian. Kepala seksi pengolahan mempunyai
tugas dan tanggungjawab :
a. Melaksanakan tugas umum yang diberikan oleh Kepala Bagian.
b. Mengawasi pelaksanaan pengolahan air baku menjadi air bersih sesuai
dengan standar yang diberikan dan petunjuk Kepala Bagian yang
bersangkutan.
c. Mengatur pencatatan jam kerja pompa, voltmeter, amperemeter, flowmeter,
venturimeter, dll.
d. Mengawasi pembubuhan bahan kimia termasuk pencucian hama untuk
pengolahan air minum.
e. Mengawasi berfungsinya peralatan mekanik atau listrik lainnya.
f. Mengatur pelaksanaan pencucian bak penyaringan dan bak pengolahan
lainnya.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
18/64
9
g. Membuat laporan bulanan.
3. Kepala sub seksi pengolahan I, II, III,IV.
Kepala sub seksi pengolahan I sampai dengan IV dalam menjalankan tugasnya
bertanggungjawab kepada Kepala Seksi Pengolahan. Kepala sub seksi pengolahan
ini mempunyai tugas dan tanggungjawab sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas umum dari Kepala seksi pengolahan.
b. Melaksanakan pengolahan air baku menjadi air bersih sesuai dengan standar
yang ditentukan serta sesuai dengan petunjuk dari Kasie Pengolahan.
4. Kepala seksi pemeliharaan.
Kasie pemeliharaan dalam menjalankan tugasnya berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Bagian. Kasie pemeliharaan memiliki tugas
sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas umum yang diberikan oleh Kepala Bagian.
b. Mengawasi pelaksanaan dan perawatan mekanik dan listrik secara rutin dan
teratur untuk menjaga stabilitas air minum.
c. Mengawasi pembuatan kartu perawatan masing-masing peralatan mekanik
dengan baik dan membuat catatan pada kartu setiap kali dilakukan
perawatan pada peralatan mekanik tersebut.
5. Kepala sub seksi listrik.
Kasubsi listrik dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab kepada Kasie
pemeliharaan. Kasubsi listrik mempunyai tugas :
a. Melaksanakan tugas umum yang diberikan oleh Kasie pemeliharaan.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
19/64
10
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pengoperasian peralatan yang berkaitan
dengan sumber daya listrik serta mengecek alat-alat listrik lainnya secara
teratur.
c. Melaksanakan pemeliharaan atau perawatan alat-alat listrik (main panel,
panel distribusi, panel instrument listrik, elektro motor) secara rutin dan
teratur.
6. Kepala sub seksi mekanik.
Kasubsi mekanik memiliki tanggungjawab kepada Kasie pemeliharaan.
Kasubsi mekanik memiliki tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas umum yang diberikan oleh Kasie pemeliharaan.
b. Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan terhadap pengoperasian mesin-
mesin produksi dan pompa-pompa secara rutin dan teratur.
c. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan mekanik (greasi oil, pompa-
pompa, packing bearing pipa, manometer saluran air bahan kimia, dll)
secara teratur dan berkala.
2.3 Unit Pengolahan Air
2.3.1. Intake
Intake adalah bangunan yang digunakan untuk menangkap air baku yang
digunakan dalam proses pengolahan air bersih. Intake merupakan bangunan yang
cukup penting yang harus ada pada salah satu unit pengolahan air minum. Intake
terdiri dari screen, stop log, dan pintu air. Screen ini berfungsi untuk menyaring
sampah / kotoran seperti daun, batang, pohon. Stop log berfungsi untuk
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
20/64
11
mengurangi kandungan lumpur yang terbawa dalam air baku. Sedangkan pintu air
berfungsi untuk mengatur debit air baku yang masuk ke dalam intake dan
mengatur debit air baku yang akan mengalir ke pengolahan berikutnya. Intake
dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Intake (Anonim, 20131)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan intake adalah sebagai
berikut :
1. Intake sebaiknya terletak di tempat yang alirannya tenang, karena aliran
yang deras dapat menyebabkan aliran air baku yang akan ditangkap intake
terputus.
2. Tanah disekitar intake haruslah stabil dan tidak mudah terkena erosi,
sebaiknya diberi dinding penguat pada intake dan di sebelah mulut intake,
hal itu berfungsi untuk menghindari longsoran dari dinding sungai.
3. Aliran air baku yang mengalir pada intake harus bebas dari hambatan dan
gangguan.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
21/64
12
4. Untuk menghindari terjadinya pencemaran yang berlebihan, intake
sebaiknya didirikan jauh dari sumber pencemar dan sebaiknya terletak di
hulu sungai.
5. Intake haruslah dilengkapi dengan screen, stop log, dan pintu air.
6. Dalam pengoperasional dan pengerjaan fisiknya, intake dibuat lebih
ekonomis dan mudah agar dapat mudah dibersihkan.
Ada beberapa tipe bangunan penangkap air baku yang banyak digunakan,
yaitu:
1. Tipe intake saluran.
Intake dengan jenis saluran biasanya digunakan untuk air sungai.
2. Tipe intake pintu (intake gate)
Intake dengan jenis intake gate ini biasanya digunakan untuk mengambil air
dari danau, bendungan atau dam.
3. Tipe intake menara (intake tower )
Intake tower memiliki fungsi yang sama dengan intake gate yaitu
menangkap air yang berasal dari danau, bendungan atau dam atau danau yang
memiliki fluktuasi air kecil.
4. Tipe pier intake.
Bangunan ini digunakan pada danau dan sungai dimana kedalaman atau
ketinggian air terlalu dangkal. Tipe ini terdiri dari struktur baja atau plat beton
yang bersandar pada pilar baja atau dermaga beton. Plat tersebut membantu
pompa, pipa, katup dan peralatan lainnya dengan dihubungkan pada jembatan
dan plat.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
22/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
23/64
14
Gambar 2.3 Prasedimentasi (Anonim, 20132)
Unit prasedimentasi dibagi menjadi 4 zona, yaitu (Indriasari, 2006):
1. Zona inlet .
Zona ini sebagai tempat untuk memperkecil pengaruh transisi aliran air dari
influent ke aliran steady yang terjadi di zona pengendapan.
2. Zona pengendapan.
Merupakan zona tempat terjadinya proses pengendapan partikel diskrit
sehingga dapat terpisah dari air baku.
3. Zona lumpur.
Merupakan sebagai zona tempat penampungan sementara dari material yang
diendapkan.
4. Zona outlite.
Zona sebagai tempat untuk memperkecil pengaruh transisi aliran air dari
settling ke aliran effluent.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
24/64
15
2.3.3. Predicantire
Predicantire adalah sebuah bak yang berbentuk lingkaran yang berfungsi
untuk mengendapkan material secara gravitasi. Predicantire menampung air yang
berasal dari bak distributor.
Pada unit ini terdapat scraper sebagai penggerus yang berguna pada
lumpur yang akan dipisahkan. Kecepatan scraper berguna untuk mengumpulkan
lumpur pada tempat / bak konsentrasi dan ekstrasi yang tergantung pada
presentase dan densitas lumpur yang dapat dapat dipisahkan dari air melalui
proses pengendapan. Dalam bak pengendap berbentuk lingkaran, scraper
digunakan untuk berputar mengelilingi media kerja axis bak. Hal ini
memungkinkan adanya blade tunggal atau susunan seri scraper . Konstruksi pada
umumnya berbentuk jembatan dengan kemudi pada batas terluar. Perseneling
produksinya menempel pada jembatan yang mengelilingi dengan kemudi roda
pada dinding bak. Permukaan scraper yang sangat keras mengelilingi jembatan
dan dasar scraper yang biasanya dilengkapi dengan engsel dan ditarik dengan
jembatan yang sama. Pada suatu sistem dengan memakai kemudi terpusat,
kerangkanya terdiri dari dua lengan yang tersuspensi dari pusat roda yang
dijalankan dengan perseneling reduksi. Sedangkan dasar dan permukaan scraper
berintegrasi dengan kerangka kerja yang berputar (Indriasari, 2006).
2.3.4.Proses Koagulasi
Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid,
suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
25/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
26/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
27/64
18
3. Pengadukan hidrolis
Pengadukan cepat menggunakan sistem hidrolis dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya melalui terjunan air, aliran air dalam pipa, dan
aliran dalam saluran. Nilai gradien kecepatan dihitung berdasarkan
persamaan sebelumnya. Sementara besar headloss masing-masing tipe
pengadukan hidrolis berbeda-beda tergantung pada sistem hidrolis yang
dipakai. Untuk pengadukan secara hidrolis, besar nilai headloss yang
digunakan sangat mempengaruhi efektifitas pengadukan. Nilai headloss
ditentukan menurut tipe pengadukan yang digunakan, yaitu terjunan air,
aliran dalam pipa, atau aliran dalam saluran (baffle).
a. Terjunan hidrolis
Metode pengadukan terjunan air merupakan metode pengadukan
hidrolis yang simple dalam operasional. Besar headloss selama
pengadukan dipengaruhi oleh tinggi jarak terjunan yang dirancang.
Metode ini tidak membutuhkan peralatan yang bergerak dan semua
peralatan yang digunakan berupa peralatan diam/statis.
b. Aliran dalam pipa
Salah satu metoda pengadukan cepat yang paling ekonomis dan simple
adalah pengadukan melalui aliran dalam pipa. Metoda ini sangat
banyak digunakan pada instalasi-instalasi berukuran kecil dengan
tujuan menghemat biaya operasional dan pemeliharaan alat. Efektivitas
pengadukan dipengaruhi oleh debit, jenis dan diameter pipa, dan
panjang pipa pengaduk yang digunakan.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
28/64
19
c. Aliran dalam saluran (baffle)
Bentuk aliran dalam saluran baffle ada dua macam, yang paling umum
digunakan yaitu pola aliran mendatar (round and baffle channel) dan
pola aliran vertikal (over and under baffle).
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid
padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga
akan terbentuk flok-flok halus yang dapat diendapkan. Pengadukan cepat (flash
mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan
cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia
melalui air yang diolah. Proses Koagulasi dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Koagulasi (Rapid Mixing) (Fikri, 2011)
Pengadukan cepat yang efektif sangat penting ketika menggunakan
koagulan logam seperti alum dan ferric chloride, karena proses hidrolisnya terjadi
dalam hitungan detik dan selanjutnya terjadi adsorpsi partikel koloid. Waktu yang
dibutukan untuk zat kimia lain seperti polimer (polyelectrolites), chlorine, zat
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
29/64
20
kimia alkali, ozone, dan potassium permanganat, tidak optimal karena tidak
mengalami reaksi hidrolisis.
Jenis koagulan yang sering dipakai adalah (Fikri, 2011):
a. Alumunium Sulfate (Alum)
Alumunium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] adalah salah satu koagulan yang
umum digunakan karena harganya murah dan mudah didapat. Alkalinitas yang
ada di dalam air bereaksi dengan alumunium sulfat (alum) menghasilkan
alumunium hidroksida sesuai dengan persamaan:
Al2(SO4)3.14H2O + 3 Ca(HCO3)2 → 3 CaSO4 + 2 Al(OH)3 + 6 CO2 + 14 H2O
Bila air tidak mangandung alkalinitas untuk bereaksi dengan alum, maka
alkalinitas perlu ditambah. Biasanya alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida
(Ca(OH)2) dengan reaksi:
Al2(SO4)3.14H2O + 3 Ca(OH)2 → 3 CaSO4 + 2 Al(OH)3 + 14 H2O
Alkalinitas bisa juga ditambahkan dalam bentuk ion karbonat dengan penambahan
natrium karbonat. Nilai pH optimum untuk alum sekitar 4,5-8,0.
b. Ferrous Sulfate (FeSO4)
Ferrous Sulfate membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida
agar menghasilkan reaksi yang cepat. Senyawa Ca(OH)2 dan NaOH biasanya
ditambahkan untuk meningkatkan pH sampai titik tertentu dimana ion Fe2+
diendapkan sebagai Fe(OH)3.
Reaksinya adalah:
2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + ½ O2 → 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
30/64
21
Agar reaksi diatas terjadi, pH harus dinaikkan hingga 7.0 sampai 9,5. Selain itu,
ferrous sulfate digunakan dengan mereaksikannya dengan klorin dengan reaksi:
3FeSO4.7H2O + 1,5Cl2 → Fe2(SO4)3 + FeCl3 + 21H2O
Reaksi ini terjadi pada pH rendah sekitar 4,0.
c. Ferric Sulfate dan Ferric Chloride
Reaksi sederhana ferric sulfate dengan alkalinitas bikarbonat alam
membentuk ferric hydroxide dengan reaksi:
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 → 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2
Sedangkan reaksi ferric chloride dengan alkalinitas bikarbonat alami yaitu:
2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 → 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2
Apabila alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, Ca(OH)2 ditambahkan untuk
membentuk hidroksida. Reaksinya adalah:
2FeCl3 + 3Ca(OH)2 → 2Fe(OH)3 + 3CaCl2
Pada proses koagulasi, koagulan dicampur dengan air baku selama
beberapa saat hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi
koloid yang ada pada air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau
terdestabilisasi mengalami saling tarik menarik sehingga cenderung untuk
membentuk gumpalan yang lebih besar. Faktor yang menentukan keberhasilan
suatu proses koagulasi yaitu jenis koagulan yang digunakan, dosis pembubuhan
koagulan, dan pengadukan dari bahan kimia (Arifiani, 2007). Pengadukan cepat
dapat dilakukan dengan cara: pengadukan secara hidrolis (terjunan dan
pengadukan dalam pipa) dan pengadukan secara mekanik. G x Td (Gradien
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
31/64
22
Kecepatan x waktu detensi) yang disyaratkan untuk koagulasi adalah 20000-
30000 (Arifiani, 2007). Faktor – faktor yang mempengaruhi koagulasi:
1. Pemilihan bahan koagulan.
Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu, merupakan suatu program
lanjutan dari percobaan dan evaluasi yang biasanya menggunakan jar test .
Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap
karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :
a. S u h u.
Suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi/flokulasi dan
memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil
yang dapat diterima (Wibowo, 2010).
b. pH.
Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap
koagulasi/flokulasi, pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang
digunakan (Wibowo, 2010).
c. Alkalinitas.
Alum sulfat dan ferri sulfat berinteraksi dengan zat kimia pembentuk
alkalinitas dalam air, membentuk senyawa aluminium atau ferri hidroksida,
memulai proses koagulasi. Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan
menghasilkan koagulasi yang kurang baik, pada kasus demikian, mungkin
memerlukan penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan
kimia alkali/basa ( kapur atau soda abu) (Wibowo, 2010).
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
32/64
23
d. Kekeruhan.
Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukan flok yang baik.
Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel / flok, oleh
sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Sehingga harus
menambah zat pemberat untuk menambah partikel- partikel untuk terjadinya
tumbukan. Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok yang
baik. Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel /
flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Sehingga
harus menambah zat pemberat untuk menambah partikel- partikel untuk
terjadinya tumbukan (Wibowo, 2010).
e. W a r n a.
Warna berindikasi kepada senyawa organik, dimana zat organik bereaksi
dengan koagulan, menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik
tersbut berada di dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai.
Pengolahan pendahuluan terhadap air baku harus dilakukan untuk
menghilangkan zat organik tersebut, dengan penambahan oksidan atau
adsorben (karbon aktif) (Wibowo, 2010).
2. Penentuan dosis optimum.
Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus
ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan
seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini
fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
33/64
24
kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis
optimum berulang-ulang (Wibowo, 2010).
3. Penentuan pH optimum.
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air,
disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan
di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai
pH tertentu (pH optimum), dimana pH optimum harus ditetapkan dengan jar-
test . Untuk kasus tertentu ( pada pH air baku rendah dan pada dosis koagulan
yang relatif besar ) dan untuk mempertahankan pH optimum, maka diperlukan
koreksi pH pada proses koagulasi, dengan penambahan bahan alkali seperti :
soda abu (Na2CO3) , kapur (CaO) atau kapur hidrat (Ca(OH)2). Dilakukan
penentuan dosis alkali pada dosis optimum koagulan yang digunakan (Anonim,
2008).
2.3.5.Proses Flokulasi
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat
proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi.
Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta
melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama
makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor
penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya
geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien
terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
34/64
25
akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk
itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik
hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap
maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompartemen
pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses
penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok (Joko,
2010). Unit flokulasi dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Flokulasi (Slow Mixing) (Fikri, 2011)
Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan
metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi,
perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi
nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan koagulasi. (Joko, 2010)
Tujuan dilakukan flokulasi pada air limbah selain lanjutan dari proses koagulasi
yaitu (Fikri, 2011):
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
35/64
26
a. Meningkatkan penyisihan Suspended Solid (SS) dan biological oxygen
demand (BOD) dari pengolahan fisik.
b. Memperlancar proses conditioning air limbah, khususnya limbah industri.
c. Meningkatkan kinerja secondary-clarifier dan proses lumpur aktif.
d. Sebagai pretreatment untuk proses pembentukan secondary effluent dalam
filtrasi.
Operasional dan pemeliharaan bak flokulasi seperti:
a. Penyisihan schum yang mengapung pada bak flokulasi dilakukan setiap
hari secara manual menggunakan alat sederhana (jala), biasanya dilakukan
pada pagi hari;
b. Pengontrolan ukuran flok yang terbentuk melalui pengamatan visual;
c. Pemeriksaan kemungkinan tumbuhnya algae pada dinding tangki dan
baffle;
d. Pengontrolan kecepatan mixer jika pengadukan dilakukan menggunakan
mechanical mixer . Pengoperasian mixer membutuhkan perawatan yang
lebih besar dari penggunaan baffle.
G x Td (Gradien Kecepatan x waktu detensi) yang disyaratkan untuk
flokulasi adalah 10.000-100.000 (Martin D, 2001). Beberapa tipe flokulator
adalah channel floculator (baffle channel horizontal, baffle channel vertikal,
baffle channel vertikal dengan diputar, melalui plat berlubang, dalam cone, dan
dengan pulsator), pengadukan secara mekanik, pengadukan melalui media,
pengadukan secara pneumatik (dengan udara) (Arifiani, 2007).
Terdapat 2 (dua) perbedaan pada proses flokulasi yaitu :
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
36/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
37/64
28
sedimentasi melalui media berpori. Media yang sering digunakan adalah pasir
karena mudah diperoleh dan ekonomis. Selain pasir, media penyaring lain yang
dapat digunakan adalah karbon aktif, anthracite, coconut shell. Diharapkan
dengan penyaringan, akan dapat menghilangkan kekeruhan secara total atau
dengan perkataan lain, sisa kekeruhan yang terkandung pada aliran keluar (filtrat)
dan proses penyaringan adalah 0,00 mg/l (Joko, 2010).
Filter diperlukan untuk menyempurnakan penurunan kadar kontaminan
seperti bakteri, warna, rasa, bau, dan Fe sehingga diperoleh air yang bersih
memenuhi standar kualitas air minum. Filter dibedakan menjadi dua, yaitu
saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat. Saringan pasar lambat
dikembangkan pada tahun 1829 oleh James Simpson pada perusahaan air minum
Inggris. Sedangkan untuk saringan pasir cepat dikembangkan di USA selama
periode 1900-1910. Saringan pasir cepat lebih banyak dimanfaatkan dalam sistem
pengolahan air minum. Filter juga dapat diklasifikasikan berdasarkan cara
pengalirannya, yaitu gravity filter dan pressure filter (Joko, 2010). Filter dapat
dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Filter (Anonim, 20132)
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
38/64
29
Air yang keluar dari penyaringan biasanya sudah jernih dan proses tersebut
merupakan proses akhir dari seluruh proses pengolahan dan penjernihan air.
Fungsi filter adalah untuk menyaring flok-flok halus yang masih lolos dari unit
sedimentasi. Media penyaringan menggunakan pasir silica dengan media tunggal
maupun ganda. Bentuk filter sendiri adalah sebuah bak penyaring. Bak dapat
berbentuk persegi atau bulat, air hasil filtrasi lebih dari 5 NTU. Proses dalam
filtrasi terdiri dari beberapa macam, yaitu :
1. Penyaringan mekanis.
2. Pengendapan.
3. Biological action.
Pasir yang digunakan di dalam filter harus bebas dari lumpur, kapur, dan
unsur-unsur organik. Media yang digunakan biasanya terdiri dari lapisan pasir dan
kerikil sebagai penahan. Media penahan ini berfungsi untuk menahan pasir dan
menyebarkan aliran filtrasi ke dalam sistem drainase serta aliran air pencuci pasir.
Kerikil yang dipergunakan untuk media penahan filter harus bersih, keras, tahan
lama, dan bulat-bulat (Joko, 2010).
2.3.7.Jenis Filter
Filter atau saringan memiliki dua tipe, yaitu:
1. Saringan pasir lambat (Slow Sand Filter )
Di desain dengan kecepatan penyaringan lambat, namun dapat menyaring
zat pengotor hingga diameter yang lebih kecil dibandingkan saringan pasir
cepat. Sistem pencuciannya dengan cara scraping lapisan atas, namun
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
39/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
40/64
31
pada kolam dari beton yang terbuka. Panjang proses penyaringan tergantung
kualitas feed water dan jarak proses penyaringan antara satu hari sampai
beberapa hari, pencucian untuk memisahkan flok yang dikumpulkan di atas
dan di dalam filter bed . Untuk mencuci filter , kran influen ditutup. Jika air
yang disaring ke bawah, kran effluent ditutup. Dimulai dengan 0,5 galon/menit-
ft2, setelah kira-kira 1 menit pada surface washing, aliran backwash diawali
dengan pembukaan kran influen washwater dan pada batas yang diinginkan.
Debit backwash 15-20 gal/min-ft2
dan bed expantion 20-50 % butiran pasir
dibagian bawah, dan ini tergantung pada suhu air yang diinginkan. Ukuran
efektif saringan pasir cepat adalah 10 mm, UC (Uniformity coeficient ) sebesar
1,7 dan ukuran butir pasir = 0,3-2 mm (Joko, 2010).
Beberapa keuntungan dari penggunaan saringan pasir cepat ( Rapid Sand
Filter ):
1. Mengurangi beban filter karena air baku telah melalui pengolahan
pendahuluan.
2. Efektif dalam menghilangkan kekeruhan air baku tinggi.
3. Membutuhkan lahan yang tidak begitu luas.
Sedangkan beberapa kerugian dari saringan pasir cepat :
1. Biaya konstruksi dan operasional tinggi.
2. Membutuhkan tenaga operator yang ahli.
3. Proses backwash dilakukan dalam periode singkat sehingga butuh energi
pemompaan yang cukup banyak (Indriasari, 2006).
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
41/64
32
2.3.8.Desinfeksi
Desinfeksi adalah usaha untuk mematikan mikroorganisme yang masih
tersisa dalam proses, terutama ditujukan yang pathogen. Bahan (kimia) yang
digunakan untuk mematikan bakteri pathogen dan memperlambat pertumbuhan
lumut disebut desinfektan (Anonim, 2008). Terdapat bermacam-macam cara
desinfeksi, diantaranya:
1. Kimia: desinfeksi dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan larutan
kaporit, gas khlorinasi, gas ozon.
2. Fisik: desinfeksi dengan cara fisik yaitu dengan menggunakan gelombang
mikro dan ultraviolet.
Untuk membunuh mikroorganisme yang pathogen terkandung di dalam
air, misalnya adalah mikroba E. Coli. Bahan desinfeksi tersebut desinfektan dan
biasanya desinfektan kimia berupa kaporit, Bromin klorida, gas khlor, gas iod,
Ozon dan Kalium permanganat. Desinfektan yang sering digunakan adalah
kaporit, khlor dan sinar ultraviolet. Kemampuan dari desinfektan ini adalah
sebagai berikut :
1. Penghilangan bau.
2. Pematian alga.
3. Pengoksidasi Fe (III) sehingga konsentrasi di air turun.
4. Pengoksidasi Mn.
5. Pengoksidasi H2S menjadi H2SO4.
Faktor yang mempengaruhi efisiensi desinfeksi adalah :
1. Waktu kontak.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
42/64
33
2. Konsentrasi desinfektan.
3. Jumlah mikroorganisme.
4. Temperatur air.
5. pH.
6. Adanya senyawa dalam air.
2.3.9. Proses Desinfeksi
Ada berbagai cara untuk proses desinfeksi antara lain secara konvensional,
pemanasan (pendidihan 5-20 menit), ozonisasi, pembubuhan bahan kimia, radiasi
ultraviolet, radiasi gamma, dan cahaya bekas elektron. Proses desinfeksi dengan
khlorinasi diawali dengan penyiapan larutan kaporit dengan konsentrasi tertentu
serta penetapan dosis khlor yang tepat. Metode pembubuhan dengan kaporit yang
dapat diterapkan sederhana dan tidak membutuhkan tenaga listrik tetapi cukup
tepat pembubuhannya secara kontinu adalah: metoda gravitasi dan metode dosing
proporsional. Tetapi harus diingat bahwa proses desinfeksi dengan khlor memiliki
kekurangan, yaitu dapat menghasilkan senyawa karsinogenik seperti
trihalomethane dan khloroform (Said, 2011).
Gas khlor diinjeksikan langsung ke instalasi pengolahan air bersih,
pembubuhan gas menggunakan peralatan tertentu yang memenuhi ketentuan yang
berlaku, sedangkan untuk kaporit atau sodium hipoklorit dibubuhkan ke instalasi
pengolahan air bersih secara gravitasi atau mekanis.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
43/64
34
2.3.10. Reservoir
Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih sebelum didistribusikan
ke konsumen. Reservoir juga berfungsi sebagai bak kontak desinfektan pada
proses desinfeksi. Agar proses desinfeksi berlangsung secara optimum, maka
reservoir dilengkapi dengan saluran baffle agar terjadi kontak antara air dengan
desinfektan. Penampungan ini dilakukan karena adanya fluktuasi pemakaian air
oleh konsumen. Pada saat pemakaian sedikit maka kelebihan air produksi akan
ditampung di reservoir, untuk digunakan lagi saat kebutuhan air memuncak
(Indriasari, 2006). Reservoir dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Reservoir (Anonim, 20132)
Reservoir juga berfungsi untuk tempat menampung air untuk keperluan
instalasi. Sering dijumpai dalam reservoir semacam baffle chanel seperti yang
terdapat pada bangunan pengaduk lambat. Kegunaan dari baffle chanel ini adalah
untuk memungkinkan terjadinya kontak antara air hasil filtrasi yang masuk ke
reservoir dengan khlor sebagai desinfektan.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
44/64
35
2.3.11. Distribusi
Pada distribusi air minum sudah selesai mengalami treatment yang artinya
air produksi siap untuk dialirkan ke pelanggan-pelanggan. Untuk mengalirkan ke
pelanggan-pelanggan, pendistribusian dilakukan dengan sistem pompa yaitu
dengan pompa distribusi atau pompa kota.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
45/64
36
BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
3.1.1 Tempat Pelaksanaan PKL
Pada laporan ini dilakukan Analisis Kinerja Koagulasi-Flokulasi Di Instalasi
Penjernihan Air Minum (IPAM) PDAM Kota Surabaya yang dilaksanakan di
PDAM Karang Pilang I.
3.1.2 Waktu Pelaksanaan PKL
Analisis Kinerja Koagulasi-Flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum
(IPAM) PDAM Kota Surabaya dilakukan selama empat minggu pada 5
September-5 Oktober.
3.2 Cara Kerja
Tahapan-tahapan mengenai cara kerja dilaksanakan secara berurutan sesuai
dengan Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Kerangka Cara Kerja PKL
Pengumpulan Data
Observasi Awal Kegiatan
Data Primer
Pembahasan
Data Sekunder
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
46/64
37
3.2.1 Observasi Awal Kegiatan Industri
Observasi awal kegiatan industri dilakukan untuk mengetahui kegiatan yang
ada di lapangan dan melihat kesesuaian topik awal PKL dengan kondisi di
lapangan. Observasi awal ini dilakukan dengan bimbingan pembimbing lapangan.
3.2.2 Pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pengamatan ini adalah:
1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap kinerja koagulasi-flokulasi di
Instalasi Penjernihan Air Minum (IPAM) PDAM Surabaya.
2. Studi kepustakaan, yaitu melalui buku-buku, literatur dan standar peraturan
yang berkaitan.
3. Wawancara, berupa wawancara dengan pengawas dan karyawan di PDAM
Surabaya baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur.
Dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan bimbingan dan pantauan dari
pembimbing lapangan.
3.2.3 Pengumpulan Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari tiap-tiap unit pekerjaan yang
kemudian diolah dan dievaluasi secara deskriptif.
3.2.4 Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder meliputi data literatur, jurnal, makalah, laporan penelitian
terdahulu, data keterangan berupa bagan alir proses produksi dan dampak yang
mungkin timbul dan data pendukung lainnya yang dianggap relevan seperti
metode pengumpulan data informasi. Kemudian bahan-bahan tersebut
dipergunakan sebagai acuan/pedoman sebagai pengetahuan awal sebelum studi
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
47/64
38
lapangan, selama pengamatan di lapangan, dan data pada waktu pembahasan
dalam tahap penyusunan laporan.
3.2.5 Pembahasan
Pembahasan dilakukan terhadap data yang diperoleh serta digunakan untuk
membandingkan teori dengan kinerja unit koagulasi-flokulasi di instalasi
penjernihan air minum (IPAM) PDAM surabaya. Setelah pembahasan akan dibuat
kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
48/64
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemenuhan kebutuhan air di kota Surabaya dikelola oleh PDAM Karang
Pilang yang memiliki 3 Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM), semua
pengolahan menggunakan sungai Sungai Surabaya yang dimanfaatkan sebagai
sumber air bakunya. Pada musim kemarau kekeruhan air di PDAM Karangpilang
tidak tinggi disebabkan kandungan lumpur yang sedikit. Sedangkan pada musim
penghujan kekeruhannya tinggi disebabkan kandungan lumpurnya tinggi. Pada
laporan ini akan dibahas pengolahan pada PDAM Karang Pilang I terutama pada
proses koagulasi-flokulasi. Diagram proses pada PDAM Karang Pilang I dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Diagram Proses
4.1 Proses Pengolahan Air PDAM Karang Pilang I
Dalam Proses pengolahan air minum di PDAM Karang Pilang I air yang
diolah berasal dari Sungai Surabaya yang biasanya memiliki kekeruhan yang
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
49/64
40
tinggi pada musim penghujan. Tetapi dengan adanya proses pengolahan air sungai
Surabaya tersebut dari proses pengendapan, penyaringan hingga penambahan zat
kimia sehingga diperoleh air bersih yang dapat didistribusikan kepada
massyarakat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih.
Proses pengolahan air minum PDAM Karang Pilang I menggunakan
prinsip efisiensi listrik, menggunakan pengolahan dengan sistim gravitasi dari
prasedimentasi hingga filtrasi. Hanya beberapa pengolahan masih menggunakan
listrik untuk suplai tenaga pompa yang digunakan pada unti tertentu seperti pada
pengolahan awal sebelum prasedimentasi yaitu proses intake, pencucian pada unit
filtrasi dan pada reservoir untuk distribusi.
Proses pengolahan dari sungai melewati screener untuk menyaring agar
kotoran tidak masuk dalam pengolahan. Pada proses awal menggunakan pompa
untuk memompa air sungai melewati sungai penyeimbang menuju aerator .
Aerator berfungsi untuk mengalirkan dengan pompa menuju ke atas melewati
sekat-sekat yang berfungsi untuk menahan lumpur yang terkandung dalam air
sungai. Aerator dapat dilihat pada Gambar 4.2.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
50/64
41
Gambar 4.2 Aerator
Setelah melewati aerator air menuju pada proses prasedimentasi yang
bertujuan untuk mengendapkan lumpur-lumpur yang terkandung dalam air sungai.
Pada unit prasedimentasi air lumpur yang mengendap masih belum seluruhnya
mengendapkan, tetapi sudah mengurangi kekeruhan pada air sungai. Setelah dari
unit prasedimentasi menuju proses berikutnya yaitu proses koagulasi flokulasi
yang pada proses ini menggunakan koagulan berupa tawas yang disemprotkan ke
air sungai melewati baffle yang bertujuan untuk mencampur koagulan dengan air
sungai sama seperti dengan menggunakan flash mixer . Koagulan sendiri berfungsi
untuk mengikat koloid yang terkandung dalam air sungai. Unit koagulasi dapat
dilihat pada Gambar 4.3.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
51/64
42
Gambar 4.3 Koagulasi
Proses berikutnya flokulasi atau sering disebut pengadukan lambat.
Bertujuan untuk mengendapkan koloid yang masih terkandung setelah proses
koagulasi sebelum masuk dalam unit clarifier. Karena pada unit clarifier terjadi
proses penyaringan koloid, tetapi biasanya koloid yang terkandung tidak banyak
karena adanya proses koagulasi flokulasi. Karena jika partikel kolid yang
terkandung masih banyak dan ukurannya besar dapat merusak saringan pada
clarifier. Unit clarifier dapat dilihat pada Gambar 4.4.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
52/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
53/64
44
Gambar 4.5 Filter
4.2 Unit Koagulasi
Unit koagulasi terjadi proses pengikatan partikel koloid oleh koagulan,
koagulan dalam unit koagulasi menggunakan alumunium sulfat. Alumunium
sulfat yang ditambahkan dengan dosis tertentu sesuai dengan hasil jartest. Pada
unit koagulasi setelah ditambahkan alumunium sulfat terjadi proses pengadukan
cepat ( flash mix) yang bertujuan untuk mencampur koagulan dengan air sungai
untuk mengikat partikel koloid yang terkandung dalam air sungai tersebut.
Penentuan dosis alumunium sulfat yang ada di lapangan tidak
menggunakan jartest, hanya menentukan dosis optimum berdasarkan pengalaman
operator. Pada bulan September 2012 menggunakan dosis 5 mg/l, dikarenakan
pada bulan September merupakan musim kemarau dan tingkat kekeruhan dan
kandungan lumpur sedikit. Tidak terlihat partikel koloid yang terikat oleh
alumunium sulfat dikarenakan kandungan lumpur sangat sedikit pada musim
kemarau.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
54/64
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
55/64
46
Pada musim kemarau partikel koloidnya tidak terlihat karena pada musim
kemarau kandungan lumpurnya sangat sedikit. Air sungai lebih bening pada
musim kemarau. Unit flokulasi dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Unit Flokulasi
4.4 Analisis Kekeruhan
Analisis kekeruhan diperlukan untuk memantau proses pengolahan air
baku agar sebelum didistribusikan ke pelanggan layak untuk di gunakan. Analisis
kekeruhan sendiri dengan menggunakan alat turbidimeter untuk mengetahui
kekeruhan air baku tersebut. Standart kekeruhan WHO 5 NTU, tetapi standart
yang diterapkan oleh PDAM Karang Pilang kurang dari 1 NTU. Dapat dilihat
standar yang diterapkan PDAM merupakan usaha PDAM untuk memberikan
pelayanan yang terbaik dengan mendistribusikan air baku ke konsumen dengan
kualitas yang terbaik.
Pada keadaan di lapangan tiap 2 jam akan dipantau kualitas kekeruhan dari
4 titik air baku untuk melihat perubahan kekeruhan dari awal pengolahan sampai
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
56/64
47
dengan distribusi. Operator pemantau kekeruhan biasanya memantau air baku
pada 4 titik sampling, yaitu pada :
1. Inlet prasedimentasi.
2.Outlet prasedimentasi.
3. Inlet filter.
4.Distribusi.
Pemantauan kekeruhan akan dicatat tiap harinya dan akan di pindahkan
pada pembukuan adsministrasi untuk evaluasi tiap bulannya. Pemantauan pada
bulan September 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Analisis Kekeruhan
Tanggal Kekeruhan
1 0.95
2 0.45
3 0.81
4 0.77
5 0.78
6 0.73
7 0.65
8 0.98
9 0.79
10 0.77
11 0.75
12 0.70
13 0.79
14 0.87
15 0.71
16 0.61
17 0.77
18 0.69
19 0.77
20 0.66
21 0.62
22 0.45
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
57/64
48
23 0.52
24 0.93
25 0.88
26 0.82
27 0.64
28 0.76
29 0.78
30 0.72
Rata-rata 0.74
Dapat dilihat pada Tabel 4.1 hasil pemantauan tiap harinya dari hasil rata-rata
kekeruhan tiap harinya. Kekeruhan pada tabel diatas merupakan pemantauan akhir
dari hasil pemantauan pada titik sampling distribusi. Dapat dilihat dari Tabel 4.1
didaptkan rata-rata bulan September 2012 sebesar 0,74 NTU. Setelah didapatkan
hasil pada tabel akan dibuat grafik untuk melihat tingkat kekeruhan tiap harinya.
Grafik kekeruhan dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Grafik Kekeruhan
Dapat dilihat pada Gambar 4.8 terlihat peningkatan kekeruhan naik turun
tetapi tidak melewati standar yang diterapkan pada PDAM Karang Pilang I yaitu
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
K e k
e r u h a n ( N T U )
Tanggal
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
58/64
49
kurang dari 1 NTU. Puncak kekeruhan pada tanggal 8 September 2012. Pada
tanggal tersebut kekeruhannya sebesar 0.98 NTU, hampir mendekati 1 NTU.
Dengan adanya grafik tersebut diharapkan mempermudah dalam memantau tiap
harinya dalam 1 bulan.
4.5 Kinerja Unit Koagulasi Flokulasi
Evaluasi pada unit koagulasi flokulasi dapat dilihat pada hasil pemantauan
kekeruhan tiap harinya. Tiap harinya akan di pantau hasil kekeruhan tiap 2 jam.
Hasil kekeruhan dipengaruhi oleh penambahan alumunium sulfat tiap harinya.
Pemakain alumunium sulfat pada bulan September 2012 rata-rata menggunakan 5
mg/l.
Dari penambahan alumunium sulfat dapat dilihat hasil kekeruhan pada
hasil sampling di titik distribusi dan akan didapatkan rata-rata tiap harinya, setelah
didapatkan rata-rata tiap harinya akan di rekap selama satu bulan seperti pada
tabel 4.1. Setelah didapatkan rekap bulan September 2012 akan didaptkan rata-
rata bulan September 2012 sebesar 0,74 NTU.
Rekap tiap bulan tersebut di kumpulkan kepada adsministrasi PDAM
Karang Pilang I agar mudah untuk memantau tiap bulannya sehingga
perbandingan pemakaian alumunium sulfat dengan kekeruhan pada distribusi
jelas. Sehingga mempermudah dalam memantau kualitas air baku yang
didistribusikan kepada konsumen.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
59/64
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh pada praktek kerja lapangan (PKL),
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengolahan pada unit koagulasi-flokulasi dengan pembubuhan alumunium
sulfat pada koagulasi dan terjadi proses pengadukan cepat pada koagulasi
dengan sistem baffle dengan beda ketinggian yang fungsi dari baffle untuk
mengaduk air baku dan koagulan sehingga air baku dapat tercampur dengan
koagulan dan dapat mengikat partikel koloid yang terkandung dalam air baku.
Pada flokulasi hanya mengendapkan partikel koloid yang tersisa setelah proses
koagulasi. Penambahan alumunium sulfat sebesar 5 mg/l tiap harinya pada
bulan September 2012. Tetapi penambahan alumunium sulfat tidak melalui
jartest, hanya berdasarkan pengalaman operator saja. Hasil yang didapatkan
pada bulan September 2012 sebesar 0,74 NTU pada distribusi, jadi masih di
bawah standar yang di terapkan oleh pihak PDAM dibawah 1 NTU. Karena
pihak PDAM sangat memperhatikan kualitas pengolahan air untuk konsumen.
2. Kinerja pada unit koagulasi-flokulasi yang terjadi pada tingkat kekeruhan pada
sistem distribusinya akan di bandingkan dengan penambahan alumunium sulfat
pada unit koagulasi. Pemantauan akan dilakukan tiap 2 jam pada tiap harinya.
Hasil pemantauan akan direkap per hari lalu data akan diolah perbulan oleh
administrasi PDAM Karang Pilang I, untuk mempermudah pemantauan tiap
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
60/64
51
harinya. Dari hasil yang didapat rata-rata bulan September 2012 didapatkan
0.74 NTU, sesuai dengan standar yang digunakan oleh pihak PDAM Karang
Piilang I yaitu dibawah 1 NTU. Standar yang jadi acuan PDAM Karang Pilang
I masih lebih baik daripada WHO yang menerapkan di bawah 5 NTU, jadi
pihak PDAM sangat memperhatikan mutu dari hasil pengolahan air baku untuk
konsumen
5.2 Saran
Saran yang bias disampaikan kepada PDAM Karang Pilang 1 adalah
sebagai berikut :
1. Pihak PDAM hendaknya melakukan jartest terlebih dahulu sebelum
membubuhkan alumunium sulfat ke dalam air baku untuk keakuratan hasil
pada koagulasi agar tidak mempeberatkan pada pengolahan berikutnya dan
perawatan unitnya.
2. Memantau lebih baik lagi proses pengolahan dan lebih memperhatikan standar
operasi tiap unitnya untuk mempermudah perawatannya dan agar lebih efisien
pada perawatannya tiap unit pengolahannya.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
61/64
52
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air. SNI-6774:2008. 15.
Anonim, 2011. Sejarah PDAM Surabaya. PDAM, Surabaya. www.pdam-
sby.go.id. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2012
Anonim, 20131. www.pengolahanairbaku.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4
Januari 2013
Anonim, 20132. www.aryansah.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4 Januari
2013
Arifani, N. dan Hadiwidodo, M., 2007. Evaluasi Desain Instalasi Pengolahan Air
PDAM Ibu Kota Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Jurnal
Presipitasi. ISSN1907-187X. 79.
Indriasari, Rr. dan Rakhmania, A., 2006. Analisa Unit Pengolahan Air Minum
PDAM Ngagel II Surabaya. Laporan Kerja Praktek . Program Sarjana
Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh November.
Surabaya. 23-30.
Joko, T., 2010. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Edisi
Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta. 106-111, 109-112, 131-138, 145-149.
Fikri, A., 2011. Laporan Koagulasi dan Flokulasi Pada Pengolahan Air Baku.
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. 5-9, 10-11.
Said, I., 2011. Pengantar Umum Perencanaan Fasilitas Pengolahan Air Minum.
www.kelair.bppt.go.id. Diakses tanggal 23 Desember 2012.
Wibowo, T. S., 2010. Evaluasi Pengolahan Air Minum pada Instalasi Pengolahan
Air (IPA) Jurug Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surakarta
Tahun 2009. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.Surakarta. 24-63.
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
62/64
53
LAMPIRAN
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
63/64
54
-
8/16/2019 Analisis Kinerja Koagulasi-flokulasi Di Instalasi Penjernihan Air Minum (Ipam) Pdam Kota Surabaya
64/64