analisis kondisi cuaca saat terjadi banjir di kec.kubu ... · abstrak dari sejumlah bencana banjir...
TRANSCRIPT
ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KEC.KUBU PERAHU KAB.LAMPUNG BARAT DAN KEC.KARYA PENGGAWA
KAB.PESISIR BARAT (Studi Kasus Tanggal 26 Nopember 2017)
Adi Saputra1, Fahrizal2 Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten II Bandar Lampung
Email : [email protected]
ABSTRAK Dari sejumlah bencana banjir dan longsor yang terjadi, dapat diketahui bahwa penyebab utama adalah faktor meteorologis unsur curah hujan terutama intensitas hujan, distribusi hujan, dan durasi hujan. Faktor lain penyebab banjir adalah sifat-sifat fisis dari permukaan tanah, kandungan air tanah, dan permukaan tanah(tanah gundul, tanah yang ditumbuhi tanaman-tanaman dan lain-lain). Kondisi Iklim di wilayah Lampung bagian barat sangat berbeda dengan kabupaten- kabupaten lainnya yang ada di wilayah Provinsi Lampung karena Topografi Lampung bagian Barat memiliki khas tersendiri yaitu diapit oleh Bukit Barisan disebelah Timur dan Samudra Hindia sebelah Barat. Oleh karenanya iklim wilayah Lampung bagian barat dan pesisir bersifat lokal dan sangat mudah berubah dan memiliki potensi terjadinya cuaca ekstrim. Berdasarkan informasi media www.lampost.co dan www.tribunnews.com lihat Lampiran III hal.10. Pada tanggal 26 Nopember 2017 telah terjadi cuaca ekstrim berupa hujan dengan intensitas lebat yang mengakibatkan jalur lintas liwa-krui dikabarkan terputus dan satu rumah hanyut tersapu banjir bandang setelah hujan lebat dan banjir bandang pada minggu, 26 Nopember 2017, banjir terjadi di Pekon Kubu Perahu, Liwa Lampung Barat. Kemudian Banjir bandang juga terjadi di aliran Way(sungai) Laay, Kec.Karya Penggawa Kab.Pesisir Barat, sekitar pukul 16.00 WIB, luapan aliran sungai Way Laay merendam areal persawahan milik warga setempat dan merendam jalan akses ke beberapa Desa. Hasil analisis citra satelit
dengan aplikasi Soft.SATAID menunjukan terlihat suhu puncak awan Cb mencapai rata-rata -60 s.d -72,5 dan suhu yang sangat dingin ini merupakan kreteria jenis awan Cb yang sangat kuat dan menjulang tinggi, konsentrasi awan di sebagian wilayah Lampung bagian Barat sangat kuat, dan dari data angin 3000 feet, pengaruh tekanan rendah (1006 s.d 1004 MB) di sebelah Selatan Jawa menyebabkan terbentuknya Trough diatas wialayah Lampung bagian barat sehingga memengaruhi terbentuk pertemuan massa udara di atas wilayah Lampung bagian barat dan mengakibatkan tumbuhnya awan-awan konvektif kuat yang menghasilkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dan berdurasi lama. Kata kunci : Cuaca Ekstrem, Iklim Lokal, Topografi, Konvergensi, Awan Konvektif
1. PENDAHULUAN
Awan konvektif jenis cumulus banyak muncul karena Indonesia merupakan daerah konvektif aktif. Jika awan
ini tumbuh menjadi cumulonimbus (Cb) dalam sistem cuaca lokal maka akan menghasilkan hujan deras dan
kemungkinan petir. Hujan deras ini sering menimbulkan banjir lokal dalam waktu relatif singkat. Wilayah
Provinsi Lampung memiliki 15 (lima belas) kabupaten/kota, dimana ada beberapa Kabupaten di Lampung
bagian Barat yang memiliki ciri khas Iklim nya tidak dipengaruji oleh Musim hujan/kemarau atau bersifat
lokal. Hal ini karena Topografi kabupaten tersebut yang membuat kondisi cuaca lokalnya berperan sangat
kuat. Yaitu adanya Bukit Barisan dan Samudra Hindia. Kabupaten Lampung Barat yang ibu kotanya Liwa
dan Pesisir Barat yang ibu kotanya Krui adalah salah satu contoh yang memiliki khas cuaca lokal, letaknya
yang diapit oleh sebelah Barat Samudra Hindia dan sebelah timur oleh Bukit Barisan. Karena pengaruh
Topografi tersebut, cuaca di sebagian besar wilayah Lampung bagian Barat sangat mudah berubah dan
memiliki potensi terjadinya cuaca ekstrim.
Cuaca Ekstrim adalah kejadian cuaca yang tidak normal, tidak lazim yang dapat mengakibatkan kerugian
terutama keselamatan jiwa dan harta. Salah satu bentuk cuaca ekstrim adalah peristiwa hujan dengan
intensitas lebat yang mengakibatkan banjir, longsor, Jembatan terputus dan lain sebagianya.
Peristiwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dengan durasi lama dari pagi hingga sore yang
terjadi di Kecamatan Karya Penggawa Kab.Pesisir Barat dan Kecamatan Kubu Perahu kab.Lampung Barat
Tanggal 26 Nopember 2017, mengakibatkan satu rumah hanyut tergerus air dan ratusan hektar sawah serta
rumah warga terendam banji, lihat lampiran III hal 10. Hujan yang melanda Lampung pada tanggal 26
Nopember 2017 mulai pagi hingga sore hari tergolong ekstrem, berdasarkan data satelit dan data GSMap
bahwa Hujan yang turun termasuk kategori sedang hingga lebat dan bersumber dari awan CB multi sel atau
berkelompok besar.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis kondisi cuaca dan mengidentifikasi penyebab hujan lebat
yang terjadi pada tanggal 26 Nopember 2017 di wilayah Kecamatan Kubu Perahu dan Karya Penggawa
kabupaten Pesisir Barat dan Lampung Barat. Hasil analisis diharapkan menjadi bahan informasi bagi
masyarakat untuk meminimalisir dampak buruk yang mungkin timbul dari kejadian serupa di masa
mendatang.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Data
2.1.1 Data SATAID
Data SATAID yang penulis gunakan dalam menganalisa kejadian cuaca ekstrim (banjir) yaitu data Satelit
Himawari 8 dengan kanal WV (Water Vavor) tanggal 26 Nopember 2017 jam 00-23 UTC.
2.1.2 Data Angin 3000 feet
Data angin yang penulis gunakan adalah data angin 3000 feet jam 00 dan 12 UTC tanggal 25-26 Nopember
2017. Data ini digunakan karena dapat mewakili kondisi cuaca Skala Meso. Dari data angin 3000 feet juga
dapat diketahui pengaruh gangguan cuaca skala Meso yang memberikan (triger) pada gangguan cuaca
skala lokal.
2.1.3 Data Presipitasi GSMap
Data ini digunakan untuk melihat distribusi presipitasi di sekitar wilayah kejadian cuaca ekstrim. Data spasial
presipitasi GSMap merupakan solusi bilamana tidak ada data pengamatan di tempat kejadian cuaca ekstrim.
Adapun data yang penulis gunakan data tanggal 26 Nopember 2017dari jam 00 – 23 UTC.
2.2 Metode
Metode untuk membahas kejadian cuaca ekstrim ini adalah dengan menganalisa kondisi awan mulai dari
tahap tumbuh hingga punah dengan aplikasi SATAID, Analisis Medan Angin dan Analisis Peta Spasial
Hujan GSMap.
2.2.1 Analisa SATAID
Metode ini sudah lama dikembangkan oleh JMA (Jepang Meteorological Agents), dimana dengan software
ini, dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan awan samapai tahap matang. Pada fungsi Measure
terdapat beberapa tool seperti: (a) Brit, digunakan untuk mengetahui Reflektansi/ Temperatur Kanal, (b)
Time, digunakan untuk membuat plot time series di satu titik,dan (c) Contour, digunakan untuk membuat
kontur di wilayah tertentu.
2.2.2 Analisa Medan Angin
Tujuan analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat gerakan dan aliran udara. Di daerah Tropik analisa
medan angin perlu diperhatikan karena peubah ruang dan waktu cukup cepat. Dalam menganalisa medan
angin biasanya kita membuat Streamline. Khusus pada peta sinoptik permukaan antara 200
LU dan 200
LS,
analisa Isobar perlu diganti, dengan Streamline dengan pertimbangan kurang signifikan hubungan antara
tekanan udara dan cuaca di sekitar Equator. Pola medan angin lebih memberikan informasi yang berkaitan
dengan cuaca. Dalam menganalisa streamline akan kita temui titik simpang, anti siklon, siklon, low
depression, Shear, trough, ridge, konvergen, dan divergen serta masih ada variasai-variasi streamline
lainnya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data SATAID
Berdasarkan gambar 1, terlihat tampilan kontur suhu puncak awan Cumulunimbus (Cb), terlihat suhu puncak
awan Cb dapat mencapai rata-rata -60 s.d -72,5 dan suhu yang sangat dingin ini merupakan kreteria jenis
awan Cb yang sangat kuat dan menjulang tinggi. Kemudian dari gambar 2, terlihat historis pertumbuhan
awan dari tahap tumbuh sampai tahap matang dan meluruh. Untuk pertumbuhan Awan Cb di wilayah
Kec.Kubu Perahu, pertumbuhan awan Cb terjadi pada jam 02.00 s/d 05.00 UTC (09.00 s/d 12.00 WIB)
pertumbuhan awan konvektif mulai terjadi, dan pada jam 05.00-09.00 UTC (12.00-16.00 WIB) tahap dewasa
awan mulai terbentuk dimana suhu puncak awan mencapai rata-rata -60 s.d -72,5 , dan pada jam 10.00-
13.00 UTC (17.00-20.00 WIB) awan CB mulai meluruh atau punah. Sedangkan Untuk pertumbuhan Awan
Cb di wilayah Kec.Karya Penggawa, pertumbuhan awan Cb terjadi pada jam 05.00 s/d 08.00 UTC (12.00 s/d
15.00 WIB) pertumbuhan awan konvektif mulai terjadi, dan pada jam 08.00-11.00 UTC (15.00-18.00 WIB)
tahap dewasa awan mulai terbentuk dimana suhu puncak awan mencapai rata-rata -60 s.d -67,5 , dan
pada jam 11.00-13.00 UTC (18.00-20.00 WIB) awan CB mulai meluruh atau punah. Dapat dipastikan banjir
yang terjadi merupakan hasil dari Intensitas hujan yang lebat dengan durasi yang cukup lama di wilayah
hulu sungai Way Laay Pesisir Barat dan Way Kubu Perahu di kec.Kubu Perahu sehingga air dari hulu
sungai turun sangat deras dan meluap sehingga merendam puluhan hektar sawah, satu rumah di pingiran
sungai terhanyut banjir.
Pada times series citra Satelit Himawari kanal WV lihat gambar.3, terlihat tahap-tahap pertumbuhan awan,
dari awan tunggal (singel sel) sampai menjadi multi sel. Kondisi awan singel sel (Cb tunggal) bisa terjadi
bilamana faktor lokal lebih dominan yang membentuk awan itu sendiri. Sebaliknya awan multi sel (Cb
berkelompok) terbentuk bilamana faktor skala Meso (efek adanya Tekanan rendah) ikut berperan dalam
mempengaruhi faktor lokal.
Kontur Awan Cb di Kec.Kubu
Perahu Kab.Lambar
Gambar 1. Peta Kontur Suhu Puncak Awan Cumulunimbus (Cb)
Gambar 2. Historis Pertumbuhan Awan Cumulunimbus (Cb)
Kontur Awan Cb di Kec.Karya
Penggawa Kab.Pesibar
sore hari
Historis Pertmbuhan Awan Cb di
Kec.Kubu Perahu Kab.Lambar
Historis Pertmbuhan Awan Cb di
Kec.Karya Penggawa Kab.Pesibar
Gambar 3. Times Series Awan Cumulunimbus (Cb) pada Citra Satelit.
3.3 Data Angin 3000 Feet
Dari data angin 3000 feet pada gambar 4, terlihat bahwa di sebelah Selatan Jawa terbentuk Low
Presure (1006 s.d 1004 MB), pola inilah yang membentuk daerah Trough (massa udara yang
berkumpul karena ada perlambatan angin) diatas Wilayah Lampung bagian Barat sehingga
memperkuat mekanisme pengangkatan massa udara dan memperlama proses labilitas atmosfer,
sehingga hampir sebagian besar Lampung bagian Barat banyak terdapat awan-awan konvektif
yang nantinya berkembang menjadi awan-awan Cb yang terbentuk sangat kuat dan berkelompok
menjadi awan Cb multi sel.
Times Series Awan Cb di
Kec.Kubu Perahu Kab.Lambar
Times Series Awan Cb di
Kec.Karya Penggawa Kab.Pesibar
Gambar 4. Analisis Angin 3000 feet Tanggal 25-26 Nopember 2017 jam 00 dan 12 UTC.
3.4 Data Presipitasi GSMap
Dari data GSMap terlihat wilayah sebagian besar Lampung bagian barat memiliki intensitas curah
hujan sedang hingga lebat lihat gambar 5, meskipun tidak ada data pengamatan di titik kejadian.
Tapi dapat diperkirakan cuaca ekstrim yang terjadi pada tanggal 26 Nopember 2017 Pagi, Sore dan
Malam hari, berasal dari awan Cb yang sangat kuat dan berkelompok (multi sel) sehingga hujan
yang dihasilkan berlangsung lama. Dapat diperkirakan cuaca ekstrim (banjir) yang melanda
Kec.Kubu Perahu Kab.Lambar dan Kec.Karya Penggawa Kab.Pesibar Lampung bersumber dari
pengaruh gangguan cuaca skala lokal dan Meso.
Gambar 5. Data Jumlah Presipitasi GSMap Tanggal 26 Nopember 2017.
TROUGH TROUGH
4 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari analisi SATAID, terlihat suhu puncak awan Cb mencapai rata-rata -60 s.d -72,5 dan suhu yang
sangat dingin ini merupakan kreteria jenis awan Cb yang sangat kuat dan menjulang tinggi. Untuk
pertumbuhan Awan Cb di wilayah Kec.Kubu Perahu, pertumbuhan awan Cb terjadi pada jam 02.00 s/d
05.00 UTC (09.00 s/d 12.00 WIB) pertumbuhan awan konvektif mulai terjadi, dan pada jam 05.00-09.00
UTC (12.00-16.00 WIB) tahap dewasa awan mulai terbentuk dimana suhu puncak awan mencapai rata-
rata -60 s.d -72,5 , dan pada jam 10.00-13.00 UTC (17.00-20.00 WIB) awan CB mulai meluruh atau
punah. Sedangkan Untuk pertumbuhan Awan Cb di wilayah Kec.Karya Penggawa, pertumbuhan awan
Cb terjadi pada jam 05.00 s/d 08.00 UTC (12.00 s/d 15.00 WIB) pertumbuhan awan konvektif mulai
terjadi, dan pada jam 08.00-11.00 UTC (15.00-18.00 WIB) tahap dewasa awan mulai terbentuk dimana
suhu puncak awan mencapai rata-rata -60 s.d -67,5 , dan pada jam 11.00-13.00 UTC (18.00-20.00
WIB) awan CB mulai meluruh atau punah
2. Dari data angin 3000 feet pada gambar 4, terlihat bahwa di sebelah Selatan Jawa terbentuk Low
Presure (1006 s.d 1004 MB), pola inilah yang membentuk daerah Trough (massa udara yang
berkumpul karena ada perlambatan angin) diatas Wilayah Lampung bagian Barat sehingga
memperkuat mekanisme pengangkatan massa udara dan memperlama proses labilitas atmosfer,
sehingga hampir sebagian besar Lampung bagian Barat banyak terdapat awan-awan konvektif yang
nantinya berkembang menjadi awan-awan Cb yang terbentuk sangat kuat dan berkelompok menjadi
awan Cb multi sel.
3. Dari data GSMap terlihat wilayah sebagian besar Lampung bagian barat memiliki intensitas curah hujan
sedang hingga lebat lihat gambar 5, meskipun tidak ada data pengamatan di titik kejadian. Tapi dapat
diperkirakan cuaca ekstrim yang terjadi pada tanggal 26 Nopember 2017 Pagi, Sore dan Malam hari,
berasal dari awan Cb yang sangat kuat dan berkelompok (multi sel) sehingga hujan yang dihasilkan
berlangsung lama.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lampost.co-berita-banjir-bandang-way-laay-rendam-sawah-petani. Di akses tanggal 27
Nopember 2017.
http://www.tribunnews.com.detik-detik-rumah-tersapu-banjir-bandang. Di akses tanggal 27 Nopember
2017.
Pusdiklat BMKG. 2017. Pemanfaatan Data Presipitasi GSMAP Untuk Analisis Kejadian Cuaca Ekstrim.
Online Group Discussion BMKG, Jakarta.
Puslitbang BMKG. 2009. Kajian Cuaca Ekstrim di Wilayah Indonesia. Laporan Penelitian, Pusat Penelitian
dan Pengembangan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.
Suharsono.1973. Pedoman Analisa Cuaca. Pusat Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
Tjasyono, B. 2006. Meteorologi Indonesia Volume 1. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.
Tjasyono, B. 2006. Meteorologi Indonesia Volume 2. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.
Lampiran I. Lembar Pengesahan
Lampiran II. Lokasi Tempat Kejadian
Lampiran III. Sumber Berita