analisis kontrastif fonologi bahasa bugis dan bahasa
TRANSCRIPT
ANALISIS KONTRASTIF FONOLOGI BAHASA BUGIS DAN BAHASAINDONESIA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
(KAJIAN LINGUISTIK)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhmadiyah Makassar
Oleh
MUAWANA
105331109016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Jika kamu ingin hidup bahagia
Terikatlah pada tujuan, bukan orang atau benda.
Kupersembahkan karya ini buat
Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,
atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
ABSTRAK
Muawana, 2020. Analisis Kontrastif Fonologi Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesiapada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UniversitasMuhammadiyah Makassar (Kajian Linguistik). Jurusan Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas MuhammadiyahMakassar. Pembimbing I Muhammad Akhir dan Pembimbing II Asis Nojeng.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana bentuk kontrastif fonologiBahasa Bugis dan Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui kontrastif fonologi Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia pada MahasiswaUniversitas Muhammadiyah Makassar. Jenis penelitian ini adalah analisis deskriptifkualitatif dengan menggunakan metode rekaman dan catat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbandingan antar keduabahasa tersebut terletak pada bentuk pengucapan yakni sistem kebahasaan dan budayabahasa Indonesia serta bahasa Bugis. Penelitian ini diambil melalui media sosialWhatsapp, penggunaan media tersebut merupakan pengganti dari metode penelitiansebelumnya. Media jejaring sosial merupakan salah satu gaya hidup yang tidak dapatdipisahkan dari masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan hasil penelitian terhadapbeberapa responden, diketahui bahwa bentuk kontrastif fonologi bahasa Indonesia danbahasa bugis terletak pada bunyi-bunyi ujaran yang didengarkan melalui rekamansuara whatsapp. Bunyi-bunyi ujaran ini dapat dipandang melalui dua sisi yaknikontrastif persamaan dan kontrastif perbedaan.
Kata kunci : kontrastif, fonologi dan media sosial whatsapp
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt,
yang selalu senantiasa memberikan nikmat, rahmat, taufik dan hidayah, serta karunia-
Nya sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam tak pula terucap atas junjungan nabi Muhammad Saw, yang
menyempurnakan Islam serta membawa manusia dari zaman biadab menuju zaman
yang beradap karena atas nikmat kesehatan yang diberikan penulis mampu
menyelesaikan proposal yang berjudul “Analisis Kontrastif Fonologi Bahasa Bugis dan
Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (Kajian
Linguistik)” dapat dirampungkan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
akademis guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas
Muhammadiyah Makassar.
Penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun
sebagai manusia biasa tentunya tidak lepas dari segala kekurangan dan keterbatasan
sehingga masih jauh dari sempurna, baik dari segi sistematika penulisan maupun isi
yang terkandung dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
penulis harapkan.
Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak hingga kepada semua
pihak yang membantu kelancaran skripsi ini, baik berupa moril dan materil. Karena
penulis yakin tanpa bantuan dari mereka, sulit rasanya bagi penulis menyelesaikan
skripsi ini. Izinkan penulis menyampaikan terimakasih kepada Allah Swt, yang telah
memberikan nikmat, kesehatan dan kelancaran serta petunjuk menyelesaikan skripsi
ini.
Rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan luar biasa sangat spesial
penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis. Ibunda Herniati dan Ayahanda Aribe
yang selaku keluarga penulis dengan segala pengorban dan jasa-jasa mereka. Doa,
restu, nasihat, dan petunjuk dari mereka merupakan dorongan moril yang efektif.
Terima kasih kepada rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., terima kasih kepada dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D., serta para wakil Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ketua
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia Ibu Dr. Munirah, M.Pd., dan sekretaris
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Bapak Dr. Muhammad Akhir,
M.Pd., sekaligus selaku pembimbing ( satu ) dan Bapak Dr. Asis Nojeng, M. Pd., selaku
pembimbing II ( dua ) yang telah meluangkan waktunya untuk bimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini penulis berharap semoga bantuan, bimbingan, motivasi,
dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis senantiasa mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah Subahanahu wa taala, akhirnya penulis dengan segala
kerendahn hati , penulis menyampaikan tidak ada manusia yang sempurna dan tak luput
dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu penulis senantiasa menghrapakan
tanggapan, kritikan dan saran sehingga penulis dapat berkarya di masa yang akan
datang. Semoga segala bantuan dan bimbingan dari semua pihak mendapat berkat dan
rahmat Allah. Mudah-muahan dapat meberi manfaat bagi pembaca, terutama bagi diri
penuis. Amin ya rabbal alamin.
Makassar, Juni 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KARTU KONTROL I................................................................................. ii
KARTU KONTROL II .............................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. iv
SURAT PERNYATAAN............................................................................ v
SURAT PERJANJIAN .............................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................. ……….ix
DAFTAR ISI................................................................................. ……….xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA......................................................................... 7
1. Penelitian Relevan....................................................................... 7
2. Pengertian Bahasa ....................................................................... 8
3. Kajian Linguistik......................................................................... 15
4. Analisis Kontrastif ...................................................................... 18
5. Fonilogi ....................................................................................... 24
B. KARANGKA PIKIR ........................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................. 34
B. Lokasi dan Subjek Penelitian............................................................ 35
C. Definisi Istilah................................................................................... 35
D. Data dan Sumber Data ...................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 37
F. Teknik Analisis Data......................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 39
B. Pembahasan....................................................................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 74
B. Saran.................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Manusia mampu menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan
perasaan yang ada dalam dirinya. Bahasa tanpa disadari setelah menjadi suatu
kebutuhan yang sangat mendominasi dalam kehidupan manusia.
Keraf (2011:15) menyatakan ada dua pengertian bahasa. Pertama
bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem
komunikasi yang menggunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang
bersiat arbitrer. Tarigan (2011:15) memberikan pula dua definisi bahasa.
Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis dan juga sistem generatif.
Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang manasuka atau simbol-
simbol arbitrer.
Sunaryo (2000:6) bahasa didalam struktur budaya ternyata memiliki
kedudukan, fungsi dan peran ganda yaitu sebagai akar dan produk budaya
yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Wikipedia
menjelaskan baahwa bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang
digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat
tulisan, maupun lisan dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau
kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian bahasa yang dikemukakan oleh para
ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa bahasa adalah rangkaian sistem
bunyi atau simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang memiliki
makna dan sacara konvensional digunakan oleh sekelompok manusia
(penutur) untuk berkomunikasi (melahirkan pikiran dan perasaan) kepada
orang lain.
Mugnifar Ilham (2019) jenis-jenis bahasa secara umum diantaranya
sebagai berikut yakni bahasa lisan/tulisan, bahasa isyarat, bahasa
pemrograman, bahasa batin. Adapun pengertian dari keempat jenis bahasa
tersebut :
a) Bahasa Lisan yaitu suatu komunikasi antara manusia untuk
mengutarakan maksudnya melalui kata-kata yang terucap dari mulut.
Sedangkan, Bahasa Tulisan merupakan suatu bentuk komunikasi yang
terbentuk dari berbagai kosa kata yang disusun sehingga terbentuk suatu
kalimat yang memiliki arti dan dituangkan kedalam bentuk tulisan.
b) Bahasa Isyarat merupakan suatu bentuk komunikasi yang menggunakan
anggota tubuh seperti tangan dan gerak bibir. Biasanya yang
menggunakan jenis bahasa ini adalah kaum tunarungu mereka
mengkombinasikan antara gerakan tangan, gerak bibir, dan ekspresi
wajah agar lawan bicaranya mengerti apa yang ia maksud.
c) Bahasa Pemrograman yaitu suatu bahasa yang digunakan untuk
memerintah komputer dengan menggunakan syntax syntax yang telah
diatur oleh bahasa pemrograman itu sendiri, tujuannya agar komputer
mampu menjalankan apa yang kita perintahkan.
d) Bahasa Batin merupakan suatu interaksi mental secara langsung
menggunakan isi hati kita, bahasa batin tidak memerlukan sarana kata
kata seperti jenis bahasa yang lainnya. Istilah yang lebih mirip dengan
komunikasi bahasa batin yaitu telepati.
Hasan Alwi (2008:3) bahasa Indonesia yang amat luas wilayah
pemakaiannya dan bermacam ragam penuturnya, mau tidak mau, takluk pada
hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tidak terelekkan karena
kita pun dapat merubah bahasa secara berencana. Faktor sejarah dan
perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah
ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih tetap
disebut “bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagi teras dan inti sari
bersama yang umum.
Risa Mutafarihah (2015:2) Bahasa Indonesia adalah bahasa
berkembang dari Bahasa Melayu (yang selanjutnya disebut BM). Bahasa
Indonesia adalah bahasa yang dipilih dan berkembang dari bahasa daerah
Melayu Riau. Bahasa daerah Melayu Riau merupakan perkembangan dan
kelanjutan Bahasa Melayu. Pertumbuhan dan perkembangan Bahasa Melayu
menjadi Bahasa Indonesia diperkaya oleh bahasa-bahasa lain, terutama
bahasa-bahasa daerah.
Misdawati (2018:7) Bahasa Bugis merupakan milik suku bugis dan
suku bangsa yang terbesar jumlahnya di provinsi Sulawesi Selatan. Pada
zaman dahulu, bahasa ini merupakan sebagai bahasa untuk semua kegiatan
kebudayaan orang bugis. Bahasa bugis ini disamping digunakan sebagai alat
komunikasi utama sehari-hari bagi penutur bugis, juga digunakan untuk
kegiatan-kegiatan dan penyebaran agama Islam, perdagangan, pertanian,
kesusastraan dan lain-lain. Bahasa bugis dapat memenuhi berbagai fungsinya
itu sebab ia mempunyai lambang-lambang bunyi atau aksara sendiri yang
disebut aksara Lontara.
(Ria Yulianti, 2018:1) fonologi merupakan cabang ilmu linguistik
yang mempelajari bunyi bahasa secara umum. Kehidupan sehari-sehari, kita
tidak akan lepas dari bunyi bahasa sebagai alat komunikasi antar sesame
manusia. Hampir setiap aktivitas manusia, dari bangun tidur, pasti
memerlukan aktivitas bunyi bahasa sebagai alat komunikasi.
(Hadi Susanto, 2017) analsisi kontrastif adalah kajian sistematis
terhadap pasangan bahasa untuk mengenali perbedaan dan persamaan diantara
kedua bahasa. Analisis kontrastif merupakan salah satu cabang linguistik yang
mengkaji dan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan struktur atau aspek-
aspek yang terdapat dalam dua bahasa atau lebih. Aspek dan struktur bahasa
tersebut mencakup semua objek kajian linguistik, seperti fonologi, morfologi,
sintkasis, semantik bahkan pragmatik. Dalam penelitian ini penulis fokuskan
pada analisis kontrastif kajian linguistic Fonologi.
Penulis memilih judul Analisis Kontrastif Fonologi Bahasa Bugis dan
Bahasa Indonesia Pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar. ( Kajian Linguistik ) ini karena untuk
mengetahui perbedaan dan persamaan Bahasa yang digunakan oleh
mahasiswa tersebut dengan menggunakan kajian linguistik (Fonologi).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
“Bagaimanakah analisis kontrastif fonologi Bahasa Bugis dan Bahasa
Indonesia pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut: Untuk mengetahui hasil analisis
kontrastif fonologi Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia pada Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat toritis penelitian ini dapat memberikan gambaran
terhadap pembaca mengenai analisis kontrastif fonologi bahasa bugis
dan bahasa Indonesia pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan masukan
untuk menambahkan pengetahuan peneliti tentang ilmu yang dikaji.
b. Bagi Mahasiswa
Untuk mengetahui perbedaan bahasa dalam berkomunikasi di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Relevan
Penelitian relevan adalah suatu penelitian sebelumnya yang sudah
pernah dibuat dan dianggap cukup relevan atau mempunyai keterkaitan
dengan judul dan topik yang akan diteliti yang berguna untuk menghindari
terjadinya pengulangan penelitian dengan pokok permasalahan yang sama.
Risa Mutafahirah (2015) dengan judul “Analisis Kontrastif
Kosakata Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia pada Film Animasi Upin
dan Ipin” peneliti tersebut menganalisis kontrastif kosakata. Misdawati
(2018) “Analisis Kontrastif Struktur Kalimat Bahasa Arab dan Bahasa
Bugis” peneliti tersebut menganalisis kontrastif struktur kalimat.
Berdasarkan beberapa jurnal yang telah diuraikan, maka penulis
menyimpulkan persamaan dan perbedaan dari masing-masing jurnal.
Persamaan jurnal tersebut yaitu membahas tentang analisis kontrastif,
sedangkan perbedaannya berada pada bahasa yang dianlisis.
2. Pengertia Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Manusia mampu menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan
perasaan yang ada dalam dirinya dengan menggunakan bahasa. Bahasa tanpa
disadari stelah menjadi suatu kebutuhan yang sangat mendominasi dalam
kehidupan manusia. Salah satu hal penting yang menjadi pembeda antara
manusia dengan makhluk lain adalah bahasa dengan alasan banyak ahli bahasa
yang melakukan penelitian diberbagai disiplin ilmu yang berkaitan langsung
dengan bahasa.
Keraf (2011:15) ada dua pengertian bahasa. Pengertian pertama
menyatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa
adalah sistem komunikasi yang menggunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersiat arbitrer. Tarigan (2011:15) memberikan dua definisi
bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis dan juga sistem
generative. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang manasuka
atau simbol-simbol arbitrer.
Sunaryo (2000:6) bahasa didalam struktur budaya ternyata memiliki
kedudukan, fungsi dan peran ganda yaitu sebagai akar dan produk budaya yang
sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Wikipedia menjelaskan bahwa bahasa adalah alat atau perwujudan
budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau
berhubungan, baik lewat tulisan, maupun lisan dengan tujuan menyampaikan
maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian bahasa yang dikemukakan oleh para
ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa bahasa adalah rangkaian sistem
bunyi atau simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang memiliki makna
dan sacara konvensional digunakan oleh sekelompok manusia (penutur) untuk
berkomunikasi (melahirkan pikiran dan perasaan) kepada orang lain.
Misdawati (2018:1) fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi,
selain fungsi utama tersebut, bahasa juga mempunyai fungsi lain yang
bergantung pada faktor siapa, apa, kepada siapa, tentang siapa, di mana,
bilamana, berapa lama dan untuk apa bahasa itu diujarkan. Bahasa merupakan
satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan
gerak manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial yang berbudaya dan
bermasyarakat.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi
tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial. Fungsi dari bahasa
itu sendiri sebagai alat komunikasi penting dalam lingkup masyarakat. Fungsi
lain bahasa itu sendiri adalah sebagai alat berinteraksi dengan manusia, sebagai
alat untuk berfikir, sebagai alat menyalurkan arti kepercayaan di masyarakat,
dan sebagai metode pembelajaran pada lingkup bahasa itu sendiri.
Selain fungsi, bahasa juga memiliki manfaat yang penting dalam
kehidupan salah satu dari manfaat itu sendiri adalah sebagai pengantar dalam
dunia pendidikan.
Mugnifar Ilham (2019) jenis-jenis bahasa secara umum diantaranya
sebagai berikut yakni bahasa lisan/tulisan, bahasa isyarat, bahasa
pemrograman, bahasa batin. Adapun pengertian dari keempat jenis bahasa
tersebut :
a) Bahasa Lisan yaitu suatu komunikasi antara manusia untuk
mengutarakan maksudnya melalui kata-kata yang terucap dari mulut.
Sedangkan, Bahasa Tulisan merupakan suatu bentuk komunikasi yang
terbentuk dari berbagai kosa kata yang disusun sehingga terbentuk suatu
kalimat yang memiliki arti dan dituangkan kedalam bentuk tulisan.
b) Bahasa Isyarat merupakan suatu bentuk komunikasi yang menggunakan
anggota tubuh seperti tangan dan gerak bibir. Biasanya yang
menggunakan jenis bahasa ini adalah kaum tunarungu mereka
mengkombinasikan antara gerakan tangan, gerak bibir, dan ekspresi
wajah agar lawan bicaranya mengerti apa yang ia maksud.
c) Bahasa Pemrograman yaitu suatu bahasa yang digunakan untuk
memerintah komputer dengan menggunakan syntax syntax yang telah
diatur oleh bahasa pemrograman itu sendiri, tujuannya agar komputer
mampu menjalankan apa yang kita perintahkan.
d) Bahasa Batin merupakan suatu interaksi mental secara langsung
menggunakan isi hati kita, bahasa batin tidak memerlukan sarana kata
kata seperti jenis bahasa yang lainnya. Istilah yang lebih mirip dengan
komunikasi bahasa batin yaitu telepati.
Hasan Alwi (2008:3) bahasa Indonesia yang amat luas wilayah
pemakaiannya dan bermacam ragam penuturnya, mau tidak mau, takluk pada
hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tidak terelekkan karena kita
pun dapat merubah bahasa secara berencana. Faktor sejarah dan perkembangan
masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa
Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih tetap disebut “bahasa
Indonesia” karena masing-masing berbagi teras dan inti sari bersama yang
umum.
Risa Mutafariha (2015) bahasa Indonesia, kedudukan bahasa Indonesia
(yang selanjutnya disingkat BI) di negara Indonesia sebagai bahasa negara dan
bahasa nasional pada 18 Agustus 1945. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional disahkan dalam peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Sebagai bahasa
negara dan bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat
komunikasi dan bahasa persatuan.
Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan
bahwa bahasa negara adalah Bahasa Indonesia, memberikan dasar yang kuat
dan resmi pemakaian BI sebagai bahasa perhubungan pada tingkat nasional
tetapi sebagai bahasa resmi kenegaraan. Di dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal
36 ini juga dijelaskan secara tersirat BI sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang disahkan dalam
peristiwa Sumpah Pemuda 1928 berisi pengakuan bahwa BI adalah bahasa
nasional. Artinya BI berfungsi sebagai bahasa persatuan negara Indonesia. Isi
Sumpah Pemuda ketiga yang berbunyi Kami putra dan putri Indonesia,
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia merupakan langkah awal yang
menentukan kebijakan mengenai bahasa nasional di Indonesia. Fungsi dan
kedudukan BI termuat dalam Sumpah Pemuda 1928, Undang-Undang Dasar
1945, dan keputusan
Kongres Bahasa Indonesia 1954 fungsi dan kedudukan BI yaitu (1) BI
sebagai bahasa nasional adalah lambang kebulatan 2 semangat kebangsaan
Indonesia, alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang
kebahasaan, kebudayaan, dan kesukuannya dalam satu masyarakat nasional
Indonesia. (2) di dalam kedudukannya, BI adalah sebagai bahasa resmi
pemerintahan, bahasa pengatar dalam dunia pendidikan, bahasa pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah, bahasa sebagai pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan
teknologi. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berkembang dari bahasa
Melayu (yang selanjutnya disebut BM).
Risa Mutafariha (2015:2) bahasa Indonesia adalah bahasa yang dipilih
dan berkembang dari bahasa daerah Melayu Riau. Bahasa daerah Melayu Riau
merupakan perkembangan dan kelanjutan bahasa Melayu. Kongres Bahasa
Indonesia 1954 di Medan mengakui bahwa BI tumbuh dan berkembang dari
BM. Pertumbuhan dan perkembangan BM menjadi BI telah diperkaya oleh
bahasabahasa lain, terutama bahasa-bahasa daerah.
Bangsa Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan sejak diikrarkannya pada tanggal 28 Oktober 1928, bukan berarti
menutup dan mematikan penggunaan bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Keragaman bahasa yang ada di seluruh penjuru daerah Nusantara menjadi
sumber kekayaan untuk pengembangan dan kekuatan bagi bahasa Indonesia.
Bahasa daerah merupakan bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antar
sesama penutur dalam wilayah daerah tersebut, yang sekaligus sebagai cermin
budaya bagi generasi berikutnya dan salah satunya adalah bahasa bugis.
Bahasa Bugis merupakan salah satu bahasa daerah diantara puluhan ribu
bahasa daeraah yang ada di Nusantara dengan jumlah penutur yang banyak
pada wilayah yang luas. Nuraidar Agus (2018) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa penutur Bahasa Bugis di Sulawesi Selatan kurang lebih
empat juta jiwa.
Misdawati (2018:7) Bahasa Bugis juga merupakan salah satu
pendukung kebudayaan daerah yang memilki sejarah dan tradisi yang cukup
lama. Bahasa bugis sebagai pendukung kebudayaan merupakan perwujudan
dari amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Dalam amandemen UUD 1945
tersebut dijelaskan bahwa negara wajib menghormati dan memelihara bahasa
daerah, karena bahasa tersebut merupakan bagian dari kebudayaan bahasa
Indonesia.
Bahasa Bugis milik suku bugis dan merupakan suku bangsa yang
terbesar jumlahnya di Provinsi Sulawesi Selalatan. Pada zaman dahulu, bahasa
ini berfungsi sebagai bahasa untuk semua kegiatan kebudayaan orang bugis.
Bahasa tersebut selain digunakan sebagai alat komunikasi utama sehari-hari,
juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan dalam penyebaran agama Islam.
Bahasa bugis dapat memenuhi berbagai fungsinya itu sebab ia mempunyai
lambing-lambang bunyi atau aksara sendiri yang disebut aksara Lontaraq.
Bagi orang bugis, bahasa bugis merupakan sarana pendukung
kebudayaan daerah yang memiliki sejarah dan tradisi yang cukup tua dan tetap
dipelihara oleh anggota masyarakat pemakainya. Bahasa bugis tetap merupakan
alat komunikasi sehari-hari yang penting di kawasan Sulawesi Selatan,
terutama di daerah pedesaan.
3. Kajian Linguistik
Kajian linguistik merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menerangkan secara ilmiah fenomena-fenomena kebahasaan dengan tetap
mempertahankan prinsip obyektif dan konsisten dalam memberikan penjelasan
penjelasan. Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang
berarti ’bahasa’. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang
menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum
(general linguistics). Artinya, ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah
bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, yang
dalam peristilahan Perancis disebut langage. Pakar linguistik disebut linguis.
Ilmu atau disiplin lain yang juga mengkaji bahasa diantaranya: ilmu
susastra, ilmu sosial (sosiologi), psikologi, dan fisika. Perbedaan linguistik
dengan ilmu-ilmu tersebut adalah pendekatan terhadap objek kajiannya yaitu
bahasa. Ilmu susastra mendekati bahasa sebagai wadah seni. Ilmu sosial
mendekati dan memandang bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam
masyarakat. Psikologi mendekati dan memandang bahasa sebagai pelahiran
kejiwaan. Fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam.
Sedangkan linguistik mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa atau
wujud bahasa itu sendiri.
Abdul Chaer (2014:25) linguisitk memberi banyak kegunaan bagi
orang-orang yang bekerja di dunia bahasa seperti linguis, guru bahasa,
penerjemah, penyusun kamus, penyusun buku teks, politikus dan lain-lain.
Manfaat linguistik sebagai berikut: Bagi masyarakat umum linguistik
membantu agar masyarakat secara umum dapat berkomunikasi lisan maupun
tulis dengan baik pula di masyarakat.
a. Bagi para linguis sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik
tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan
melaksanakan tugasnya.
b. Bagi guru, terutama guru bahasa pengetahuan linguistik sangat
penting, mulai dari subdisiplin fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai
hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan.
c. Bagi para penerjemah linguistik dapat berguna dalam memilih
terjemahan kata, kelompok kata atau kalimat yang tepat sehingga
menghasilkan terjemahan teks yang baik.
d. Bagi penyusun kamus linguistik sangat bermanfaat dalam
menyusun kamus dengan baik dan lengkap.
e. Bagi para penulis linguistik dapat membantu memilih kosa kata dan
membuat kalimat dengan baik.
f. Bagi para negarawan linguistik dapat memberikan manfaat dalam
berbagai kegiatan politisnya supaya dapat berkomunikasi ;isan dan
tulis dengan baik.
Para ahli dalam bidang linguistik membagi bidang kajian linguistik
dalam dua bagian, yaitu bidang mikrolinguistik dan bidang makrolinguistik.
Mikrolinguistik merupakan bagian kajian linguistik yang mengkaji bahasa
untuk kepentingan ilmu bahasa itu sendiri tanpa mengaitkannya dengan ilmu-
ilmu lain, dengan meliputi pembahasan tentang linguistik deskriptif (terdiri dari
fonetik, fonemik, morfologi, sintaksis, semantik dan leksikologi), teori-teori
linguistik (terdiri dari teori tradisional, teori struktural dan turunannya, serta
teori transformasional dan turunanannya), linguistik historis komparatif dan
linguistik kontrastif.
Adapun makrolingustik merupakan bagian kajian linguistik yang
mengkaji bahasa berkaitan hubungannya dengan iterdisipliner dan bidang
terapan, meliputi linguistik interdisipliner (antara lain sosiolingustik,
psikolinguistik, etnolinguistik, antropolinguistik, komputer linguistik, filologi,
etimologi serta dialektologi) dan linguistik terapan (meliputi perencanaan
bahasa, pengajaran bahasa, penerjemahan dan leksikografi). Berdasarkan pada
kedua pembagian tersebut, linguistik kontrastif atau disebut juga analisis
kontrastif termasuk dalam kategori linguistik mikrolnguistik.
4. Analisis kontrastif
Hadi Susanto (2017:1) secara umum analisis kontrastif adalah suatu
kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan. Analisis kontrastif bukan saja untuk
membandingkan unsur-unsur kebahasaan dan sistem kebahasaan dalam bahasa
pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2), tetapi sekaligus untuk
membandingkan dan mendeskripsikan latar belakang budaya dari kedua bahasa
tersebut sehingga hasilnya dapat digunakan pengajaran bahasa kedua atau
bahasa asing.
Kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan itu dilakukan dengan cara
membandingkan dua data kebahasaan, yakni data bahasa pertama (B1) dengan
data bahasa kedua (B2). Kedua data bahasa itu dideskripsikan atau dianalisis,
hasilnya akan diperoleh suatu penjelasan yang menggambarkan perbedaan dan
kesamaan dari kedua bahasa itu. Pembahasan data itu harus juga
mempertimbangkan faktor budaya, baik budaya bahasa maupun budaya peserta
didik. Hasil dari pembahasan tersebut akan diperoleh gambaran kesulitan
dankemudahan peserta didik dalam belajar suatu bahasa.
Linguistik dan pembelajaran bahasa indonesia dalam analisis kontrastif
dalam pelajaran bahasa Indonesia, mengarang merupakan salah satu pelajaran
yang dianggap sulit bagi sebagian peserta didik. Menurut penulis salah satu
penyebabnya adalah peserta didik tidak hanya harus menulis kalimat-kalimat
sesuai kaidah bahasa Indonesia, namun lebih dari itu peserta didik juga harus
memikirkan (baca: mengarang) kalimat apa yang akan ditulis. Akibatnya
banyak karangan peserta didik yang baik secara penulisan dalam bahasa
indonesia namun kurang menarik dari segi isi/ceritanya ataupun sebaliknya.
Peseerta didik penguasaan dominan dalam bahasa I (bahasa Daerah) baik secara
sadar maupun tidak sadar membuat banyak peserta didik menerapkan sistem
campur kode saat mengarang dalam bahasa Indonesia dimana peserta didik
terlebih dahulu berfikir dalam bahasa daerahnya tentang hal yang ingin
diceritakan lalu baru ditulis dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa II.
Sementara itu, latihan sebagai salah satu bagian dari proses penguasaan
bahasa II adalah hal yang penting, oleh karenanya berdasarkan hal-hal ini.
Namun sistem campur kode yang dilakukan kebanyakan peserta didik saat
mengarang dalam bahasa Indonesia, terutama bagi peserta didik tingkat dasar,
bahasa I (bahasa daerah) masih sangat dominan dibanding bahasa II (bahasa
Indonesia), kemungkinan terjadinya penyimpangan sangatlah besar. Jika
sedikit melihat cara pemerolehan B1, anak-anak menguasai bahasa ibunya
melalui peniruan.
Melalui kegiatan penirukan, anak-anak mengembangkan
pengetahuannya mengenai struktur dan pola bahasa ibunya. Peristiwa semacam
ini terjadi pula dalam pemerolehan B2. Melalui peniruan para peserta didik
mengidentifikasi bentuk-bentuk bahasa yang merupakan kebiasaan dalam B2.
Dari hal ini mungkin terjadi transfer negatif dalam pemerolehan bahasa II
dimana peserta didik akan menggunakan sistem B1 dalam ber B2, padahal
kedua sistem itu berbeda. Peristiwa ini dikenal juga dengan istilah interferensi.
Interferensi menimbulkan penyimpangan, dan penyimpangan inilah yang
menimbulkan kesalahan berbahasa. Kesalahan ini dapat terjadi secara lisan
maupun tulisan. Namun kesalahan berbahasa dapat dihilangkan melalui laithan,
pengulangan, dan penguatan.
Peserta didik perlu mengetahui secara nyata perbedaan-perbedaan dan
persamaan antara bahasa I yang dimilikinya dan B2 yang sedang dipelajarinya.
Aspek persamaan bermanfaat untuk mencegah kekeliruan dan kesalahan,
sedangkan aspek persamaan bermanfaat sebagai motivator bagi peserta didik
untuk memahami lebih jauh dan mendalam. Hal ini bertujuan menjelaskan
bagaimana kalimat yang benar dalam bahasa II (bahasa Indonesia) dan
menjelaskan pada aspek-aspek apa kemungkinan peserta didik akan melakukan
kesalahan dalam penggunaan kalimat bahasa Indonesia. Jadi analisis kontrastif
dalam linguistik dan pembelajaran bahasa dapat memberikan manfaat jika
diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Secara historis munculnya analisis kontrastif dalam perspektif kajian
ilmiah yaitu pada tahun empat puluhan masehi. Konteks ini berdasarkan asumsi
dasar bahwa ‚teknik pemilihan bahan ajar bahasa dipersiapkan untuk buku
daras‛. Selain itu, dalam literatur lain dikatakan bahwa analisis kontrastif
pernah memegang peranan penting dalam pengajaran bahasa kedua atau
bahasa asing pada tahun lima puluan sampai tahun enam puluan.Terkait dengan
pembahasan analisis kontrastif terdapat dua profesor ternama yakni Fries dan
Lado yang mengemukakan pendapatnya bahwa ‚bahan ajar bahasa yang ideal
adalah mendeskripsikan dua kajian bidang ilmu bahasa, yaitu ilmu bahasa yang
sedang dipelajari dikontraskan dengan ilmu bahasa asli peserta didik.
Pada tahun 1957 terbit pertama kali buku yang ditulis dalam bahasa
Inggris yang disusun oleh pakar linguistik populer yakni Dr. Robert Lado
sebagai referensi para peneliti terkait dengan teknik studi analisis kontrastif.
Analisis kontrastif berkembang berdasarkan teori belajar behavioris, terutama
yanng dikembangkan oleh B.F.Skinner. Aliran psikologi behavioris mengkaji
unsur kejiwaan manusia berdasarkan fakta yang dapat diamati secara langsung.
Pengaplikasian teori ini harus mengikuti prosedur yang terdiri dari tiga
tahap yaitu stimulus, respon dan penguatan atau umpan balik. Apabila teori ini
diimplementasikan dalam pendidikan, dapat dikatakan bahwa proses belajar
terjadi. Analisis kontrastif memiliki beberapa karakteristik yakni merupakan
kajian bahasa deskriptif dan praktis, mengkomparasikan secara kontrastif
antara dua bahasa atau lebih dan memprioritaskan kajian bahan ajar.
Miftahur Rohim, 2013 analisis kontrastif memiliki dua aspek kajian
yaitu aspek kajian lingustik dan aspek kajian psikologis. Hal ini pun
dikemukakan oleh James bahwa ada dua aspek kajian analisis kontrastif yaitu
analisis kontrastif terapan dan analisis kontrastif murni.
Analisis kontrastif terapan adalah analisis bahasa dengan cara
membandingkan bahasa pertama dan bahasa kedua yang bertujuan untuk
memecahkan masalah pedagogis pengajaran bahasa, sedangkan analisis
kontrastifmurni adalah analisis bahasa dengan cara membandingkan bahasa
pertama dan bahasa kedua yang berorientasi pada studi tipologi bahasa yaitu
perbandigan bahasa didasarkan pada ciri-ciri/tipe-tipe bahasa yang dominan
dalam bahasa tersebut.
Peneliti linguistik murni dapat bekerjasama dengan para peneliti
linguistik terapan dalam hal pengajaran bahasa kedua atau bahasa
asing.Analisis kontrastif merupakan salah satu metode untuk menemukan dan
menjelaskan kesalahan berbahasa peserta didik bahasa. Pengontrasan dua
bahasa tidak mungkin dilakukan secara menyeluruh. Oleh karena itu perlu
diseleksi. Para linguis menerima bahwa bahasa merupakan satu sistem yang
mempunyai beberapa subsistem. Setiap subsistem mempunyai pula beberapa
kategori.
Analisis kontrastif memiliki dua aspek penting, yaitu hakikat linguistik
kontrastif dan analisis linguistik kontrastif. Hakikat Linguistik Kontrastif
adalah ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-perbedaan, persamaan, dan
keterkaitan yang terdapat dalam dua bahasa atau lebih.
Kridalaksana (2008:145) mengungkapkan bahwa linguistik kontrastif
adalah metode sinkronis yang digunakan untuk menganalisis bahasa yang
bertujuan untuk memperlihatkan perbedaan dan persamaan antara bahasa-
bahasa atau dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan secara
praktis, seperti pengajaran berbahasa dan penerjemahan.
Bapak linguistik kontrastif yaitu Robert Lado menyatakan bahwa
linguistik kontrastif adalah perbandingan bahasa-bahasa pada periode tertentu
atau satu zaman.
Linguistik kontrastif membatasi pada pembangunan bahasa pada
periode-periode tertentu atau satu zaman. Berdasarkan tiga pengertian di atas
dapat ditarik kesimpulan ciri-ciri linguistik kontrastif yaitu (1) membandingkan
dua bahasa atau lebih secara sinkronis (satu kurun waktu) dan (2) mencari
persamaan dan perbedaan dua bahasa atau lebih. Aspek linguistik kontrastif
berhubungan dengan perbandingan struktur dua bahasa untuk menentukan
perbedaannya.
Analisis kontrastif membutuhkan modal tata bahasa yaitu tata bahasa
struktural. Tata bahasa struktural adalah tata bahasa yang ada dalam bahasa itu
sendiri. Maksudnya tatabahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, dan
sintaksis
Berdasarkan pendapat beberapa rujukan di atas dapat disimpulkan
bahwa Analisis kontrastif sebuah metode yang digunakan untuk mencari satu
perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Secara umum memahami
pengertian analisis kontrastif dapat dipahami sebagai pembahasan atau uraian.
Adapun yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses atau cara membahas
yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkinkan dapat
menemukan inti permasalahannya. Permasalahan itu kemudian dikupas,
dikritik, diulas, dan ahirnya disimpulkan dengan hasil analisis yang sudah
dilakukan.
5. Fonologi
(Ria Yulianti, 2018:1) fonologi merupakan cabang ilmu linguistik yang
mempelajari bunyi bahasa secara umum. Dalam kehidupan sehari-sehari, kita
tidak akan lepas dari bunyi bahasa sebagai alat komunikasi antar sesame
manusia. Hampir setiap aktivitas manusia, dari bangun tidur, pasti memerlukan
aktivitas bunyi bahasa sebagai alat komunikasi.
Fonologi secara bahasa memiliki makna ilmu tentang bunyi. Hal ini
sesuai dengan makna dari kata fonologi itu sendiri yang terdiri atas fon=bunyi
dan logis=ilmu. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam fonologi bukan bunyi
sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam
bahasa lisan ataupun tulisan yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Kridalaksana (2002) yang di kutip dari kamus linguistik, fonologi
mempunyai arti bidang pada linguistik yang mempelajari tentang berbagai
bunyi bahasa berdasarkan fungsinya. Kamus Besar Bahasa Indonesia fonologi
berarti ilmu yang mempelajari tentang bunyi suara, khususnya terkiat dengan
sejarah dan teori perubahan bunyi.
Fromkin & Rodman (1998:96) menjelaskan definisi fonologi adalah
suatu bidang linguistik yang mengamati, mempelajari, mengalisa serta
membecirakan terkait dengan tata bunyi bahasa. Telaah tentang fonem inilah
yang dikatakan fonemik. Telaah bunyi bahasa yang dikaitkan dengan fungsinya
sebagai pembeda arti ini baru berkembang pada permulaan abad ke duapuluh.
Seorang Polandia, Kurszweski dianggap sebagai pelopornya. Namun, dia
sendiri tidak mengembangkan idenya.
Fonemik menggunakan materi yang diambil dari hasil penelitian
fonetik. Namun, tidak seluruh materi fonetik menarik perhatian fonemik.
Karena itulah fonemik mengadakan pemilihan materi, yaitu hanya bunyi-bunyi
bahasa yang mampu membedakan arti serta variasi-variasinya yang muncul
dalam ucapan. Karena bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara kita itu
banyak ragamnya, bunyi-bunyi itu dikelompok-kelompokkan ke dalam unit-
unit yang disebut fonem. Fonem inilah yang dijadikan objek penelitian
fonemik. Jadi, tidak seluruh bunyi bahasa yang bisa dihasilkan oleh alat bicara
dipelajari oleh fonemik. Bunyi-bunyi bahasa yang fungsional yang menjadi
kajian fonemik
Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, fonemik mengambil
sikap yang sesuai dengan harapan penelitian linguistik. Jika pembedaan bunyi
bahasa (ucapan) hanya didasarkan pada sikap dan posisi alat bicara yang relatif
banyak jumlahnya, tak akan mudah bunyi bahasa itu ditentukan jumlahnya
secara pasti. Fonem /k/ pada kata “paku” dan /k/ pada kata “maki” tidak
dihasilkan pada posisi artikulasi yang sama. Bunyi /k/ pada kata “paku”
terpengaruh oleh vokal /u/ yang tergolong vokal belakang, sehingga /k/ tertarik
ke belakang menjadi velar belakang, sedangkan vokal /i/ yang mempengaruhi
/k/ pada kata “maki” tergolong vokal depan, yang mengakibatkan /k/ pada
“maki” tertarik ke depan (disebut velar depan).
Fonologi dan bidang pembahasaannya, bahasa adalah system bunyi ujar
sudah disadari oleh para linguistik. Objek utama kajian linguistik adalah bahasa
lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar. Dalam praktik berbahasa dijumpai
ragam bahasa tulis, dianggap sebagai bahasa sekunder, yaitu “rekaman” dari
bahasa lisan. Bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian linguistik.
Konsekuensi logis dari angggapan-bahkan keyakinan-ini adalah dasar
analisis cabang-cabang linguistik apa pun (fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, leksikologi, dan lainnya) berkiblat pada korpus data yang bersumber
dari bahasa lisan, walaupun yang dikaji sesuai dengan kosentrasinya masing-
masing. Misalnya, fonologi berkosentrasi pada persoalan bunyi, morfologi
pada persoalan struktur internal kata, sintaksis pada persoalan susunan kata dan
kalimat, semantik pada persolan makna kata, dan leksikologi pada persoalan
perbendaharaan kata. Disini dapat kita pahami bahwa material bahasa adalah
bunyi-bunyi ujar. Kajian mendalam tentang bunyi-bunyi ujar diselediki oleh
cabang linguistik yang disebut fonologi.
Bunyi-bunyi ujar ini dapat dipelajari dengan dua sudut pandang.
Pertama, bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media bahasa semata, tak
ubahnya seperti benda atau zat. Bunyi-bunyi dianggap sebagai bahan mentah,
bagaikan batu, pasir, semen sebagai bahan mentah bangunan rumah. Fonologi
yang memandang bunyi-bunyi ujar demikian lazim disebut fonotik. Kedua,
bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa.
Bunyi-bunyi ujar merupakan unsur-unsur bahasa terkecil yang
merupakan bagian dari struktur kata dan yang sekaligus berfungsi untuk
membedakan makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar itu sebagai
bagian dari sistem bahasa lazim disebut fonemik dari dua sudut pandang
tentang bunyi ujar tersebut dapat disimpulkan bahwa fonologi mempunyai dua
cabang kajian, yaitu (1) fonetik, dan (2) fonemik. Secara lebih rinci, kedua
cabang kajian fonologi ini diuraikan pada bab-bab berikutnya.
Kedudukan fonologi dalam cabang-cabang linguistik
sebagai bidang yang berkosentrasi dalam diskripsi dan analisis bunyi-bunyi
ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-
cabang linguistik yang lain, baik linguistik teoritis maupun terapan. Misalnya
morfologi, sintaksis, simantik, leksikologi, dialektologi, pengajaran bahasa,
dan psikolinguistik. Apalagi korpus data yang menjadi sasaran analisisnya
adalah bahasa lisan.
Bidang morfologi yang konsentrasi analisisnya pada tataran struktur
internal kata (mulai dari perilaku kata, proses pembentukan kata, sampai
dengan nosi yang timbul akibat pembentukan kata) sering memanfaatkan hasil
studi fonologi. Ketika ingin menjelaskan, mengapa morfem dasar {pukul}
diucapkan secara bervariasi antara [pukUl] dan [pUkUl], serta diucapkan
[pukulan] setelah mendapatkan proses morfologis dengan penambahan morfem
sufiks {-an}, praktis “minta bantuan” hasil studi morfologi. Begitu juga,
mengapa morfem prefix {m ə N-} ketika bergabung dengan morfem dasar
{baca}, {daki}, {garap}, {jerit} menjadi [məmbaca]. [məndaki], [mənggarap’],
dan [məηjərit], dan ketika bergabung dengan morfem dasar {pacu}, {tari},
{kuras}, {sayat} menjadi [məmacu], [mənari], [məηguras], [məňyayat]?
Jawabannya juga memanfaatkan hasil studi fonologi.
Bidang sintaksis yang konsentrasi analisisnya pada tataran kalimat
ketika berhadapan dengan kalimat Kamu di sini. (kalimat berita), Kamu di sini?
(kalimat tanya), dan Kamu di sini! (kalimat seru/perintah) yang ketiganya
mempunyai maksud yang berbeda, padahal masing-masing terdiri atas tiga kata
yang sama, bisa dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologi, yaitu
tentang intonasi. Begitu juga, persoalan jeda dan tekanan pada kalimat, yang
ternyata bisa membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.
Bidang semantik yang berkonsentrasi pada persoalan makna kata pun
tidak jarang memanfaatkan hasil telaah fonologi. Kapan sebuah kata bisa
divariasikan ucapannya, dan kapan tidak. Mengapa kata tahu dan teras kalau
diucapkan secara bervasiasi [tahu], [tau], [teras], dan [təras] akan bermakna
lain, sedangkan kata duduk dan bidik ketika di ucapkan secara bervariasi
[dudU?], [dUdU?], [bidī?], [bīdī?] tidak membedakan makna? hasil analisis
fonologisnya yang bisa membantunya.
Bidang leksikologi juga leksikografi yang berkontrasi pada persoalan
perbendaharaan kata suatu bahasa baik dalam rangka penyusunan kamus
maupun tidak sering memanfaatkan hasil kajian fonologi. Cara-cara
pengucapan suatu pengucapan yang khas dan variasi pengucapannya hanya bisa
di deskripsikan secara cermat lewat transkripsi fonetis.
Bidang alektologi yang bermaksud memetahkan wilayah pemakaian
dialek atau variasi bahasa tertentu yang sering memanfaatkan hasil kajian
fonologi, terutama variasi-variasi ucapan pemakai bahasa baik secara sosial
maupun geografi variasi-variasi uacapan hanya bisa dijelaskan dengan tepat
kalau memanfaatkan hasil analisis fonologi.
Manfaat fonologi dalam penyusunan ejaan bahasa
adalah peraturan penggambaran atau pelambang bunyi ujar suatu bahasa karena
bunyi ujar ada dua unsur yaitu segmental dan suprasegmental, maka ejaanpun
menggambarkan atau melambangkan kedua unsur bunyi ujar tersebut.
Perlambangan unsur segmental ini ujar tidak hanya bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk tulisan atau huruf tetapi juga
bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, dan kalimat,
bagaimana memenggal suku kata, bagaimana menuliskan singkatan, nama
orang, lambing-lambang teknis keilmuan dan sebagainya.
Perlambangan unsur suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana
melambangkan tekanana, nada, durasi, jeda, dan intonasi. Perlambangan unsur
suprasegmental ini dikenal dengan istilah tanda baca atau
pugtuasi. Penyelidikan bunyi-bunyi bahasa suatu bahasa mempunyai fungsi
yang besar dalam hal menciptakan tanda-tanda/lambang-lambang yang
menyatakan bunyi ujaran. Lambang-lambang bunyi ujaran itu disebut huruf,
sedangkan aturan penulisan huruf itu disebut ejaan.
Munculnya ejaan jelas merupakan usaha yang memiliki manfaat
besar,terutama untuk menyimpan informasi. Kalau ejaan dapat diterapkan
sesuai dengan bunyi ujaran, tentunya, informasi yang diabadikan lewat tulisan
itu juga akan lebih komunikatif. Namun, harus disadari bahwa tidak pernah ada
sistem tulisan yang sempurna.
Penggunaan secara praktis, bunyi-bunyi bahasa yang beragam itu akan
sulit digambarkan. Andaikan dapat menghafalkannya (dalam usaha
menggunakan bahasa tulis) bukanlah pekerjaan yang gampang, apalagi jika
bunyi-bunyi itu mirip karena itu hasil penyelidikan fonemiklah yang
seharusnya dijadikan dasar pembentukan sistem tulisan.
Dasar yang harus digunakan di sini adalah sebuah fonem dilambangkan
dengan satu huruf/tanda/lambing/grafem. Sistem tulisan (ejaan) yang demikian
ini disebut ejaan fonemis. Dengan kata lain, ejaan fonemis ini menganut
sistem monograf.
Disamping itu, fonem /ə/ dan /è/ yang terbukti sebagai fonem-fonem
yang berbeda dilambangkan dengan huruf yang sama, yakni (è). Telah terbukti
pula bahwa antara /?/ (apostrof) /bisat ( ‘ ) dengan /k/ terdapat perbedaan yang
fungsional, tetapi kenyataannya keduanya dilambangkan dengan huruf yang
berbeda, yakni (k) atau ( ‘ ) tetapi ada perbedaan dalam pengucapannya. Satu
grafem/huruf yang melambangkan dua fonem yang berbeda ini dikenal dengan
istilah diafon.
Tata cara penulisan bunyi ujar (baik segmental maupun
suprasegmental) ini bisa memanfaatkan hasil kajian fomologi terutama hasil
kajian fonomik terhadap bahasa yang bersangkutan. Sebagai contoh ejaan
bahasa Indonesia yang selama ini telah diterapkan dalam penulisan
memanfaatkan hasil studi fonologi bahasa Indonesia, terutama yang berkaitan
dengan pelambang fonem.
B. Karangka Pikir
Bahasa Indonesia dan Bahasa Bugis adalah dua bahasa yang banyak
digunakan pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penelitian ini adalah penelitian analisis kontranstif Bahasa Bugis dan Bahasa
Indonesia, bahasa ini dibandingkan dari segi kosakatanya, yaitu kosakata yang
bentuknya mirip amtara bahasa bugis dan bahasa Indonesia serta kosakata yang
bentuknya sama tetapi maknanya berbeda antara Bahasa Indonesia dan Bahasa
Bugis juga kosakata yang maknanya sama tetapi bentuknya berbeda.
Penggunaan bahasa pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar ditinjau dari dua aspek yaitu
bahasa nasional dan bahasa daerah. Bahasa nasional itu sendiri yakni bahasa
Indonesia, sedangkan, bahasa daerah yakni bahasa bugis yang sering
digunakan oleh masyarakat Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya
pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia karena kebanyakan
masyarakatnya termasuk suku bugis. Kedua hal tersebut akan dianalisis
perbandingannya (analisis kontrastif) dalam penggunaan bahasanya.
Membandingkan kedua bahasa tersebut akan dikaji ke dalam aspek
pengucapannya (fonologi). Setelah mengkaji dari segi pengucapannya, akan
mendapatkan hasil atau temuan yakni perbandingan antara bahasa bugis dan
bahasa indonesia dari segi pengucapannya (fonologi).
Bagan Karangka Pikir
Penggunaan bahasa pada Mahasiswa Pendidikanbahasa dan sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar
Bahasa Indonesia Bahasa Bugis
Fonologi
Kontrastif
Analisis
Temuan
Bahasa DaerahBahasa Nasional
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode yang bersifat analisis deskriptif
kualitatif. Analisisnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan
mendalam. Jenis penelitian ini juga berupa metode penelitian yang dilakukan
terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan dianalisis secara cermat
sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa berupa individu atau kelompok.
Menurut Amiruddin (1990:16) metode kualitatif artinya menganalisis
bentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar
variablel. Data yang terkumpul berupa kosakata, kalimat, dan kata yang
mempunyai arti (Sutopo, 2006:35).
Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif mengarah pada
pendeskripsian secara rinci dan mendalam baik kondisi maupun proses, dan
juga hubungan atau saling berkaitnya mengenai hal-hal pokok yang ditemukan
pada sasaran penelitian.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi studi kasus
terpancang. Penelitian terpancang digunakan karena masalah dan tujuan
penelitian telah ditetapkan sejak awal penelitian. Strategi ini dipilib agar
34
penelitian tidak berubah arah dan desain asli penelitian sesuai dengan
permasalahan yang diajukan sebelumnya.
Tujuan penelitian ini adalah bagaimana perbandingan bahasa Bugis dan
bahasa Indonesia pada mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Universitas Muhammadiyah Makassar dan memusat pada mahasiswa diluar
kelas terkhusus mahasiwa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan
dianalisis perbandingan bahasanya dengan mengkaji dari segi pengucapannya
(fonologi).
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Makassar
dan subjek penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang ada di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.
C. Definisi Istilah
Definisi istilah dari judul penulis konsepkan untuk memperoleh
gambaran yang jelas untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran. Maka
penulis memberikan beberapa istilah yaitu analisis kontrastif, fonoologi dan
bahasa mahasiswa. Adapun yang dimaksud dengan istilah ini sebagai berikut :
1. Analisi Kontrastif
Analisis kontrastif adalah kajian sistematis terhadap pasangan bahasa
untuk mengenali perbedaan dan persamaan di antara kedua bahasa tersebut
yakni bahasa bugis dan bahasa Indonesia.
2. Fonologi
Fonologi adalah pengucapan atau cabang ilmu linguistik yang
mempelajari bahasa secara umum. Bunyi yang dipelajari dalam bahasa disebut
dengan istilah fonem.
3. Bahasa Mahasiswa
Bahasa mahasiswa yakni hasil campur aduk dari kedua bahasa dan
berbagai perubahasa yang dimaksud kedua bahasa tersebut bahasa bugis dan
bahasa Indonesia.
D. Data dan Sumber Data
Data dari penelitian ini berupa tuturan, ucapan kata-kata atau kalimat
yang disampaikan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar. Sumber data ini diambil dari
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik rekam (simak)
Menurut Mahsun (2017:91) dalam penelitian ini, metode
penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang
digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa mahasiswa. Oleh karena itu peneliti harus merekan
atau menyimak bahasa yang digunakan pada Mahasiswa Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indoneisa di kampus Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Teknik Catat
Teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi
penelitiannya dari pengguna bahasa secara tertulis. Teknik catat yaitu
cara yang dilakukan peneliti untuk mencatat data-data atau bahasa yang
digunakan pada Mahasiswa Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang ada hubungannya dengan masalah peneliti, kemudian diseleksi,
diatur dan diklarifikasikan.
F. Teknik Analisis Data
Moelong (2005:103) mengemukakan bahwa teknik analisis data adalah
proses mengatur urutan data dengan menggolongkannya ke dalam suatu pola,
kategori, satuan uraian dasar. Kegiatan analysis data itu dilakukan dalam suatu
proses. Proses mulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara
intensif.
Data yang diperoleh melalui teknik rekam dan teknik catat dianalisis
dengan kontrastif fonologi bahasa bugis dan bahasa Indonesia agar dapat
diketahui perbedaan dan persamaan bahasa tersebut yang digunakan pada
Mahasiswa Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang dilakukan peneliti pada
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Peneliti banyak menemukan
perbedaan terhadap fonologi pengucapan Bahasa Indonesia dan Bahasa Bugis. Berikut
hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti dapatkan sebagai berikut.
a. Hasil Penelitian
1. Sumber
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Makassar jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Data sampel
sebagai berikut.
Sampel pertama (Bahasa Bugis)
Nama : Muhammad Anis Saputra
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Daerah Asal : Kabupaten Barru.
Oke bismillah, makkue to enri to, yero eh enri. Makkuroh taseng to yero
makkeda aga, pertanyaan ta yero makkeda e menurut kalian semua, semua
covid-19 merupakan konspirasi pemerintah atau tidak? Bisakah anda
jelaskan sesuai pandangan kalian, mapakue yeku iyya’ to yaku makeda
mabbicara covid-19 ni tau e to, uerosi menre enre asengna sekarang to e
mega laddeni tau rampe-rampe makkuroh mega sennai gare aga na kenna,
tafi ku iritai ku media-media e naseng mega naseng mega anu kasus-kasus
makeda e aga’ memanfaatkanmi makkuroeh sebagai lahan-lahan meraut
keuntungan naseng tau’e jadi mega nakenna cifu’ aga gare naseng tae. Tapi
ku isangkut pautkan sibawa pemerintah e mungkin engka mua roh cuman
tidak makeda siddimi, makeda pemerintah bawang. Engkato kapang
instansi” lain yang bersangkutan pautto apalagi ku ge covid e kan pasti juga
ada instansi kesehatan lah , instansi wali kota lah intinya banyaklah.
Makkuroh lah naseng tau e jadi to yaku iyya menurutku to makeda konspirasi
ye coronae. Konspirasilah tapi nda di semua sisi makeda ku makeda
engkanaga de’na gaga na ye coronae engkasa cuma yero bawang makeda
anunna agae makkeda mega tau nafalebbi –lebbingi anunna ceritana
makkedae makku naseng sikenning siketenning lelesi naseng yero coronae
lelesi na de toma sebenarna makkuro afa mega sennasennawi wita cerita-
cerita engkato sibola aga sibawa lakkeng na na yero lakkengna engka
corona nan a de’ma nakenna benena. Jadi yanaro to mega tau melebih-
lebihkan makku roe na fenre-enre anunna makeda bahaya-bahaya makkue
na sulitni perekonomianna Indonesia jadi menrasani. na ku loki mala contoh
aga to iritani aga anunna ku ,wuhan sibawa itali ,itani gare na iku ku wuhan
naseng dampana naseng corona e engkatu tau lengeng-lengeng ,deje na
lengeng lenne’- lenne’ lalo mabuang aga ku laleng ena kennai gare corona
na itali makkuro tona Indonesia gare engka ga pura mita mkkeda engka tau
tiba’’ lengeng lenne’ ki lalengng e de’gaga. Yero meni bawang furani
mapparessa ki dottoro e nappa nakenna, nakenna corona, jadi yeroto
anunna,e agae ku iyya to yaku masalah makkuro na mega lah,engka
lah,engkalah pastie campur tanganna anue, pasti engka.engka afa odding
jadi protes besar agae make we je e sebenarna afa itasi gare geku elo tae
lette lokka atau lette fulau to loki mappasewa aga makemaja ki si afa isuru
ki si mapparessa mapparessa ki si rapit tes makemaja ki si 500 700 agafi
mega ladde afa mega ne de’na nulle lesu kampong tawe nataro pasti
makkuro fikiranna, makafalu makku metto dega urusang, jadi mewatang
ladde. Konspirasi-konspirasi sekarang yg me okelah nafegratis I, tapi meto
de yapparessa, lebbireng de’ ilesu ku makkuitu yanaro tanna jadi yero je
anunna ko masalah kospirasinna atau dde,yaku iyya masuk konspirasi ma ,
Cuma yaku masalah engka na de’na , engka corona engka-engka pasti engka
, ya yamiro kapang lo ufau. Iya pale furani ee assalamualaikum.
Sampel kedua (Bahasa Indonesia)
Nama : Sunandari
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Daerah Asal : Kabupaten Maros.
Kalau menurutku mengenai Covid-19 itu setauku sih memang Covid-19 itu ada,
tapi kita tidak tahu dia separah yang sekarang atau bagaimana mestiny, karena
setau saya Covid-19 itu adalah virus, virus tetapi bukan virus yang mematikan
langsung. Setau saya dia hanya virus yang menyerang paru-paru namun tidak
langsung, apayah kek tidak langsung mematikan seperti itu. Nah, kalaupun
ditanyakan merupakan konspirasi pemerintah atau tidak, kalua saya menurut
saya yang memang dari awalnya bukan bentuk konspirasi pemerintah tapi lama
kelamaan yang dijadikan bentuk konspirasi pemerintah karena dalam hal ini,
yang kita lihat pemerintah memberikan banyak tanggungan pada masyarakat,
nah tanggungan tersebut kan bisa dibilang itu dari kas pemerintah, kalau kita
ketahui, kalau kas setaunya itu kita dipake seterusnya pasti bakal berkurang,
nah mungkin dengan adanya hal seperti ini pemerintah menjadikan covid-19
ini untuk lading, lading untuk mencari, lading untuk mencari keuntungan
seperti itu dengan cara e pembiayaan rapit tes misalnya, pembayaran biaya
swab seperti itu. Bisa jadi, bisa jadi kita dibodoh-bodohi oleh pemerintah yang
awalnya covid-19 ini santai-santai saja, tapi dijadikan kehebohan, kehebohan
yang sangat luar biasa oleh pemerintah, maka dari itu, kita juga sebagai warga
masyarakat menjadi panic dengan adanya covid-19 ini. Kita, menu, kalau saya
kita dikelabui misalnya seperti itu. Hal lain dari ini, hal lain dari itu pemerintah
manfaatkan keadaan seperti ini untuk mengambil keuntungan yakni menutup,
menutup beberapa kasus, saya la, menutup beberapa kasus dan kayak misalnya
pemerintah mengangkat covid ini sudah beberapa bulan, empat bulanan,
mungkin untuk mengangkat topik covid ini menjadi trending topik hingga
sekarang yang mulai dari awal bul, awal bulan maret hingga eh awal bulan april
eh pertengahan ah ini menjadi trending topik di Indonesia hingga saat ini pada
bulan Juli hingga saat ini karena pemerintah tidak menginginkan adanya kasus-
kasus lain yang menjadi trending maka itu kayak misalnya kemarin banyak hal-
hal yang yang sebenarnya bisa diperbincangkan kita lihat covid ketika masa
pandemi ini pemerintah masih membahas tentang eeeee undang-undang yang
akan di, yang akan di apa lagi, yang akan disahkan, padahal undang-undang itu
memicu banyaknya kontroversi kontroversi , maka karena perbedaan pendapat
masyarakat di mah , kaum mahasiswa, kaum pekerja, kaum buruh dan
pemerintah tapi pemerintah menutupi hal-hal tersebut dengan covid-19 ini.
Fonologi Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Iyya’
Vokal “I” gigi atas dan gigi bawah
hampir bertemu lidah. Sedangkan
pengucapan “Yya” gigi atas dan gigi
bawah terbuka, bibir terbuka sedikit
lebar dan posisi lidah tidak menyentuk
langit-langit.
Saya
Pengucapan “Sa” gigi atas dan gigi
bawah bertemu lalu berpisah lidah
tidak menyentuh langit-langit.
Sedangkan pengucapan “Ya” gigi
atas dan gigi bawah terbuka, bibir
terbuka sedikit lebar dan posisi lidah
juga seperti biasa tidak menyentuh
langit-langit.
De’
Pengucapan “De” Lidah menyentuh
langit-langit dan bibir agak terbuka
serta menghembuskan udara keluar.
Tidak
Pengucapan “Ti” lidah menyentuh
langit-langit, gigi atas dan gigi bawah
tidak bersentuhan. Sedangkan
pengucapan “Dak” lidah menyentuh
langit-langit, bibir terbuka dan lidah
ditarik masuk.
Makkuroh
Pengucapan “Mak” yaitu ketika bibir
atas dan bibir bawah bertemu dan pada
konsonan “K” bibir terbuka dan lidah
sedikit lagi menyentuh langit-langit.
Sedangkan pengucapan “Ku” bibir
monyong bentuk bentuk bulat
menyerupai pengucapan huruf O. Dan
pengucapan “Roh” bibir monyong
bentuk bulat dan lidah bergetar.
Seperti Itu
Pengucapan “Se” gigi atas dan bawah
bertemu dan lidah agak ditarik
kebelakang tidak menyentuh langit-
langit. Pengucapan “Per” dengan
bibir atas dan bibir bawah bertemu
lalu berpisah serta lidah digetarkan
dan menyentuh langit-langit.
Pengucapan “Ti” lidah menyentuh
langit-langit, gigi atas dan gigi bawah
tidak bersentuhan. Sedangkan vokal
“I” gigi atas dan gigi bawah hampir
bertemu dan bibir agak merentang
kesamping. Dan penguvapan “Tu”
dengan lidah menyentuh langit-
lsangit lalu lidah ditarik kebelakang
disertai dengan menghembuskan
udara keluar dan bentuk bibir agak
membundar.
Yero
Pengucapan “Ye” dengan rahan atas
dan rahan bawah terbuka, bibr terbuka
sedikit lebar serta menghembuskan
udara ke luar. Sedangkan pengucan
“Roh” bibir monyong bentuk bulat dan
lidah bergetar.
Itu
Vokal “I” gigi atas dan gigi bawah
hampir bertemu dan bibir agak
merentang kesamping. Dan
penguvapan “Tu” dengan lidah
menyentuh langit-lsangit lalu lidah
ditarik kebelakang disertai dengan
menghembuskan udara keluar dan
bentuk bibir agak membundar.
Nulle
Pengucapan “Nu” dengan lidah
menyentuh langit-langit dan lidah
ditarik kebelakang serta bibir agak
bundar. Sedangkan pengucapan “Lle”
Mungkin
Pengucapan “Mung” dengan bibir
atas dan bibir bawah bertemu, lalu
lidah ditarik kebelakang dengan bibir
bentuk bulat serta mendengung.
dengan lidah menyentuh langit-langit
dan bibir terbuka sedikit.
Sedangkan pengucapan “Kin” rahan
atas dan rahan bawah hampir bertemu
serta lidah dan bibir agak merentang
kesamping dengan pengucapan kin.
2. Sumber
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Makassar jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Data sampel
sebagai berikut.
Sampel pertama (Bahasa Bugis)
Nama : Karlina
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Daerah Asal : Kabupaten Pangkep.
Menurutku iya to kalo covid – 19 yero , e pertayaan mu kan menurut kalian
semua covid -19 merupakan konspirasi pemerintah atau tidak? Bisakah kalian
jelaskan sesuai pandangan kalian. Menurutku iyya’ to konspirasi atau de’
engka sebagian konspirasi tapi de keda yamaneng yaseng konspirasi apana
yero covid- pasien covid 19 pasti mega tangani to ,keda yamanengmanui yero
covid- e apa yero ta seddi pasien e maega dana na engkato ubaca baca berita
makeda engkato dottoro malo keuntungan pole kuro , pole kuro dcana na.
covid-e to.nalai keuntungan ceritanya nappa yero e disisi lain to ku makkedaki
konspirasi atau de apa yero covid e engka mette, benar’’ adanya, nappa ero
masyarakat e mega to de na mateppe’ makeda aga yero covid lah afa engka
dottoro fura ubaca to beritana yero dottoro e na palsukan , rapit tes na warga
e mega warga de na mateppe afa fappada makkeda kaya ya aga sennae politiki
to jadi mega to warga denamateppe ‘ adanya yero covid e. yero dotoro e manu
to na napalsukan i rapit e tes na tau’ e jadi mega tau denamateppe tafi di sisi
lain makkedaki yaku yita I to benar’’ metto engka , engka yero covid-e fa
penyakit , penyakit to ku nakennaki loki maga magani, lo no makkeda
konspirasi to , tapi disisi lain engka meto mala keuntungan pole kuro dana na
pasien e covid e jadi menurutku iyya konspirasi atau de’ na , jelas ,jelas ada
konspirasi lah tapi de keda yamaneng apa de’to magani tau nakenna. Contoh
na ye essoe magani tau nakenna jadi menurutku iyya yero ada konspirasi
sebagian’’, de makeda yamaneng. Yero iyya menurutku ku witai situasi covid e
makekkue.
Sampel kedua (Bahasa Indonesia)
Nama : Putri Safitli Kusumasari
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Daerah Asal : Kota Makassar
Kan pertanyaan mu, menurut kalian semua covid-19 merupakan
konspirasi pemerintah atau tidak ? bisakah kalian jelaskan sesuai pendapat
kalian! Menurutku itu covid 19 bukan kospirasi pemerintah , karena memang
covid 19 benar adanya covid 19 kan virus yang berbahaya , tapi tidak
langsung mematikan , prosesnya lama kalau kita mau tau positif atau negatif
kalau kenna virus itu ,kan banyak mi yang positif kenna covid 19 , di
Insonesia saja sudah lebih dari tujuh puluh , tujuh puluh ribu orang.yang
positif dan meninggal itu lebih dari 3000 orang itu sudah membuktikan covid
– 19 itu bukan konspirasi pemerintah dan bukan main- main atau hoax ada
juga berita yang kubaca , ada berapa orang itu covid konspirasi pemerintah,
salah satu itu ada orang asing atau orang luar negeri itu sudah kennami ,
positif mi Covid-19 dan oran itu sudah mengakumi , bukan mi bilang covid-
19 itu konspirasi karna merasakan mi sendiri tapi kita tidak tau kedepannya
itu apakah memang konpirasi atau tidak dari pemerintah apalagi negara kita
ini di Indonesia.
Fonologi Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Maega
Pengucapan “Ma” dengan bibir atas
dan bibir bawah bertemu lalu terpisah
dan bibir terbuka agak lebar. Vokal
“E” dengan menganjurkan lidah
ketengah dan bibir terbuka lalu
mengembuskan udara keluar serta
bentuk bibir netral. Sedangkan
pengucapan “Ga” rahan atas dan
rahan bawah terbuka, bibir terbuka
sedikit lebar serta posisi lidah tidak
menyentuh langit-langit.
Banyak
Pengucapan “Ba” bibir atas dan bibir
bawah bertemu lalu terpisah dan bibir
terbuka agak lebar. Sedangkan
pengucapan “Nyak” lidah sedikit
menyentuh langit-langit dan bentuk
bibir terbuka dengan penyebutan
akhiran “K”
Fura Sudah
Pengucapan “Fu” lidah tidak
menyentuh langit-langit dan lidah
ditarik kebelakang serta bibir
berbentuk agak bulat. Sedangkan
pengucapan “Ra” rahan atas dan
rahan bawah terbuka dan lidah
bergetar hampir menyentuh langit-
langit.
Pengucapan “Su” rahan atas dan rahan
bawah hampir bertemu dan lidah
ditarik kebelakang serta bibir agak
bundar. Sedangkan pengucapan “Dah”
lidah menyentuh langit-langit dan bibir
dibuka agak lebar sedikit
menggembuskan udara keluar.
Tau
Pengucapan “Ta” lidah menyentuh
langit-langit dan rahan atas dan rahan
bawah tidak bersentuhan. Sedangkan
vokal “U” dengan menarik lidah
kebelakang disertai dengan
menghembuskan udara keluar
sedangkan bentuk bibir agak
membundar.
Orang
Vokal “O” menarik lidah kebelakang
disertai dengan menghembuskan udara
keluar dan bentuk bibir bulat.
Sedangkan pengucapan “Rang” lidah
bergetar dan tidak menyentuh langit-
langit serta bibir terbuka lalu
berdengung.
Seddi Satu
Pengucapan “Se” dengan gigi atas
dan gigi bawah bertemu, lidah agak
ditarik kebelakang tidak menyentuh
langit-langit. Sedangkan pengucapan
“Ddi” lidah menyentuh langit-langit
dan gigi atas dan gigi bawah tidak
bersentuhan.
Pengucapan “Sa” gigi atas dan gigi
bawah bertemu lalu berpisah dan lidah
tidak menyentuh langit-langit.
Sedangkan pengucapan “Tu” dengan
lidah menyentuh langit-langit lalu
lidah ditarik kebelakang disertai
dengan menghembuskan udara keluar
dan bentuk bibir agak bundar.
Engka
Pengucapan “Eng’ bibir bawah dan
bibir atas tidak bersentuhan, bibir
agak ditarik kesamping serta
bersengung. Sedangkan pengucapan
“Ka” dengan bibir terbuka dan lidah
tidak menyentuh langit-langit.
Ada
Vokal “A” menarik lidah kebelakang
dan kebawah disertai dengan
menghembuskan udara keluar dengan
menghembuskan udara keluar dan
mulut terbuka lebar. Sedangkan
pengucapan “Da” dengan lidah
menyentuh langit-langit dan bibir
dibuka agak lebar.
3. Sumber
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Makassar jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Data sampel
sebagai berikut.
Sampel pertama (Bahasa Bugis)
Nama : Rahmawati
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Daerah Asal : Kabupaten Soppeng
Menurut kalian apakah covid merupakan konspirassi pemerintah atau
bukan, menurut ku iyya, kayaknya, kayaknya engka memang konspirasi fole
pemerintah, wedding yita ku berita de yang beredar naseng, semakin, ku
mega pasien terkena covid, megato keuntungan na runtu oleh para medis
tapi engkata, berpendapat bahwa covid memang engka, sehingga
masyarakat mengeluh sampai=sampai denulle, massu leluasa seperti biasa
massapa nafkah untuk keluarga.
Sampel kedua (Bahasa Indonesia)
Nama : Anik Wulandari
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Daerah Asal : Masamba
Baik, pertanyaanmu kan menurut kalian apakah covid-19 merupakan
konspirasi pemerintah atau bukan. Ok, menurut saya kayaknya ada memang
konspirasi dari pemerintah, tapi tidak semuantya konspirasi karena ada juga
kenyataan. Disini bisa kita lihat pada masyarakat yang sudah terkena covid.
Dan dilihat di berita yang beredar bahwa covid-19 merupakan virus yang
tidak mematikan pada masyarakat. Tapi banyak juga keuntungan na dapat
oleh para medis, tapi ada juga yang berpendapat bahwa covid memang ada,
sehingga masyarakat mengeluh sampai-sampai massyarakat tidak bisa keluar
seperti biasa mencari nafkah untuk keluarga kecil. Jadi konspirasi pemerintah
bisa dikatakan ada dan bisa juga tidak.
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Fole
Pengucapan “Fo” dengan bibir bentuk
bulat menyerupai huruf O. Sedangkan
“Le” dengan lidah menyentuh langit-
langit serta bibir atas dan bibir bawah
tidak bersentuhan.
Dari
Pengucapan “Da” dengan lidah sedikit
menyetuh langit-langit, bibir terbuka
dan lidah ditarik sedikit masuk.
Sedangkan pengucapan “Ri” dengan
bibir sedikit bergetar, lidak tidak
menyentuh langit-langit .
Wedding
Pengucapan “We” dengan bibir atas
dan bibir bawah tidak bersentuhan
serta bibir dibuka sedikit lebar dngan
mengembuskan udara keluar.
Sedangang “Dding” dengan lidah
Bisa
Pengucapan “Bi” dengan bibir atas dan
bibir bawah bersentuhan dan lidah
tidak menyentuh langit-langit.
Sedangkan “Sa” dengan gigi atas dan
menyentuh langit-langit dan bibir
terbuka sedikit serta sedikit
didengungkan.
gigi bawahbertemu lalu berpisah dan
lidah tidak menyentuh langit-langit.
Runtu’
Pengucapan “Run” dengan bibir
digetarkan serta menarik lidah
kebelakang dan mengembuskan
udara keluar dan bibir agak
membundar dan berdengung.
Sedangkan “Tu” dengan lidah
menyentuh langit-langit serta
menghembuskan udara keluar dan
bibir agak membundar.
Dapat
Pengucapan “Da” dengan lidah
menyentuh langit-langit bibir terbuka
dan lidah ditarik masuk. Sedangkan
“Pat” dengan bibir atas dan bibir
bawah bersentuhan lalu dibuka serta
sedikit mengakhiri dengan lidah
digigit.
Massu’
Pengucapan “Ma” dengan bibir atas
dan bibir bawah bertemu dan bibir
agak dibuka lebar. Sedangkan “Ssu”
dengan rahan atas dan rahan bawah
hampir bertemu dan lidah ditarik
kebelakang serta bibir agak bundar.
Keluar
Pengucapan “Ke” dengan bibir atas
dan bibir bawah tidak bersentuhan
serta dibuka agak lebar. “Lu” dengan
lidah menyentuh langit-langit dan
bibir agak bundar menyerupai huruf
O. Dan pengucapan “Ar” dengar bibir
dibuuka lebar dan lidah digetarkan.
Massappa’
Pengucapan “Ma” dengan bibir
bawah dan bibir atas bibir atas bibir
terbuka agak lebar. Pengucapan
“Ssa” dengan gigi atas dan gigi
bawah bertemu lalu berpisah dan
lidah tidak menyentuh langit-langit.
Dan “Ppa” dengan bibir atas dan
bibir bawah bersentuhan lalu bibir
dibuka agak lebar.
Mencari
Pengucapan “Men” dengan bibir atas
dan bibi bawah bersentuhan lalu bibir
dibuka lebar serta didengungkan.
Pengucapan “Ca” dengan gigi atas dan
gigi bawah bertemu lalu bibir dibuka
sedikit lebar. Dan pengucapan “Ri’
dengan lidah digetarkan dan gigi atas
dan gigi bawah hampir bertemu lidah.
B. Pembahasan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Manusia mampu menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan
yang ada dalam dirinya. Bahasa tanpa disadari setelah menjadi suatu kebutuhan
yang sangat mendominasi dalam kehidupan manusia.
Keraf (2011:15) ada dua pengertian bahasa. Pengertian pertama
menyatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa
adalah sistem komunikasi yang menggunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersiat arbitrer. Tarigan (2011:15) memberikan dua definisi
bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis dan juga sistem
generative. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang manasuka
atau simbol-simbol arbitrer.
Bahasa memiliki fungsi-fungsi sebagai alat untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk
melakukan kontrol sosial. Fungsi dari bahasa itu sendiri sebagai alat
komunikasi penting dalam lingkup masyarakat. Fungsi lain bahasa itu sendiri
adalah sebagai alat berinteraksi dengan manusia, sebagai alat untuk berfikir,
sebagai alat menyalurkan arti kepercayaan di masyarakat, dan sebagai metode
pembelajaran pada lingkup bahasa itu sendiri.
Ilham (2019) jenis-jenis bahasa secara umum diantaranya sebagai
berikut yakni bahasa lisan/tulisan, bahasa isyarat, bahasa pemrograman, bahasa
batin. Adapun pengertian dari keempat jenis bahasa tersebut :
e) Bahasa Lisan yaitu suatu komunikasi antara manusia untuk
mengutarakan maksudnya melalui kata-kata yang terucap dari mulut.
Sedangkan, Bahasa Tulisan merupakan suatu bentuk komunikasi yang
terbentuk dari berbagai kosa kata yang disusun sehingga terbentuk suatu
kalimat yang memiliki arti dan dituangkan kedalam bentuk tulisan.
f) Bahasa Isyarat merupakan suatu bentuk komunikasi yang menggunakan
anggota tubuh seperti tangan dan gerak bibir. Biasanya yang
menggunakan jenis bahasa ini adalah kaum tunarungu mereka
mengkombinasikan antara gerakan tangan, gerak bibir, dan ekspresi
wajah agar lawan bicaranya mengerti apa yang ia maksud.
g) Bahasa Pemrograman yaitu suatu bahasa yang digunakan untuk
memerintah komputer dengan menggunakan syntax syntax yang telah
diatur oleh bahasa pemrograman itu sendiri, tujuannya agar komputer
mampu menjalankan apa yang kita perintahkan.
h) Bahasa Batin merupakan suatu interaksi mental secara langsung
menggunakan isi hati kita, bahasa batin tidak memerlukan sarana kata
kata seperti jenis bahasa yang lainnya. Istilah yang lebih mirip dengan
komunikasi bahasa batin yaitu telepati.
(Ria Yulianti, 2018:1) fonologi merupakan cabang ilmu linguistik yang
mempelajari bunyi bahasa secara umum. Dalam kehidupan sehari-sehari, kita
tidak akan lepas dari bunyi bahasa sebagai alat komunikasi antar sesame
manusia. Hampir setiap aktivitas manusia, dari bangun tidur, pasti memerlukan
aktivitas bunyi bahasa sebagai alat komunikasi.
Fonologi secara bahasa memiliki makna ilmu tentang bunyi. Hal ini
sesuai dengan makna dari kata fonologi itu sendiri yang terdiri atas fon=bunyi
dan logis=ilmu. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam fonologi bukan bunyi
sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam
bahasa lisan ataupun tulisan yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Dilihat dari hasil analisis dengan sistem memberi pertanyaan melalui
daring lalu responden memberi tanggapannya. Dapat dilihat dari beberapa
responden bahwa pengucapan Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia memiliki
perbedaan dan persamaan dalam segi pengucapan (fonologi).
Perbandingan antar kedua bahasa tersebut terletak pada bentuk
pengucapan yakni sistem kebahasaan dan budaya bahasa Indonesia serta bahasa
bugis. Penelitian ini diambil melalui media sosial Whatsapp, penggunaan media
tersebut merupakan pengganti dari metode penelitian sebelumnya. Media
jejaring sosial merupakan salah satu gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan
dari masyarakat hingga saat ini.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa responden, diketahui
bahwa bentuk kontrastif fonologi bahasa Indonesia dan bahasa bugis terletak
pada bunyi-bunyi ujaran yang didengarkan melalui rekaman suara whatsapp.
Bunyi-bunyi ujaran ini dapat dipandang melalui dua sisi yakni kontrastif
persamaan dan kontrastif perbedaan.
Bentuk pengucapan Bahasa Indonesia dan Bahasa Bugis jika di
bandingkan memiliki perbedaan pengucapan dari segi kebudayaannya. Bentuk
pengucapan bahasa bugis yang tergolong ramah dan lembut. Penggunaan
artikulator pada bahasa bugis yang terdengar seperti berbicara sambil
malantunkan lagu atau yang bisa disebut dengat logat bahasa bugis yang
memiliki ciri khas tersendiri. Dilihat dari sistem kebudayaan pengucapan
bahasa bugis ini yang terdiri dari beberapa dialek. Seperti dialek Pinrang yang
mirip dengan dialek Sidrap. Dialek Bone (dialek Bone Utara dan Selatan yang
berbeda). Dialek Soppeng, dialek Wajo (yang juga berbeda dengan dialek wajo
bagian Utara dan Selatan), dialek Barru, Dialek Sinjai, dan sebagainya.
Sedangkan bentuk pengucapan bahasa Indonesia yang tergolong santai dan
biasa saja. Penggunaan artikulator pada bahasa Indonesia ini terdengar biasa
saja namun terkadang dengan nada tinggi dan nada rendah.
Susanto (2017:1) secara umum analisis kontrastif adalah suatu kajian
terhadap unsur-unsur kebahasaan. Analisis kontrastif bukan saja untuk
membandingkan unsur-unsur kebahasaan dan sistem kebahasaan dalam bahasa
pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2), tetapi sekaligus untuk
membandingkan dan mendeskripsikan latar belakang budaya dari kedua bahasa
tersebut sehingga hasilnya dapat digunakan pengajaran bahasa kedua atau
bahasa asing.
Analisis kontrastif kedua bahasa tersebut yaitu perbedaan pengucapan
antara responden bahasa bugis dan responden bahasa Indonesia terletak pada
responden bahasa Bugis dengan nada bicara yang ramah dengan logat ciri
khasnya seperti melantunkan sebuah lagu. Sedangkan responden bahasa
Indonesia yang menggunakan nada bicara santai namun dengan nada tinggi dan
nada rendah.
Analisis kontrastif membutuhkan modal tata bahasa yaitu tata bahasa
struktural. Tata bahasa struktural adalah tata bahasa yang ada dalam bahasa itu
sendiri. Maksudnya tatabahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, dan
sintaksis
Berdasarkan pendapat beberapa rujukan di atas dapat disimpulkan
bahwa Analisis kontrastif sebuah metode yang digunakan untuk mencari satu
perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Secara umum memahami
pengertian analisis kontrastif dapat dipahami sebagai pembahasan atau uraian.
Adapun yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses atau cara yang
bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkinkan dapat menemukan inti
permasalahannya. Permasalahan itu kemudian dikupas, dikritik, diulas, dan
ahirnya disimpulkan dengan hasil analisis yang sudah dilakukan.
a) Dilihat dari hasil penelitian diatas sumber pertama, analisi kontrastif sebagai
berikut:
Bahasa bugis Bahasa indonesia
Iyya’ Saya
Sejalan dengan pendapat Hadi Susanto bahwa analisis kontrastif
adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan. Dilihat
dari hasil analisis di atas penggunaan Bahasa Bugis “Iyya”
berarti “Saya” dalam Bahasa Indonesia. Perbandingan
pengucapan keduanya terletak pada artikulator pengucapan
“Iyya” menggunakan alat bicara manusia gigi atas dan gigi
bawah hampir bertemu, sedangkan pada pengucapan “Saya”
bibir terbuka agak lebar dan posisi lidah tidak menyentuh langit-
langit. Kaidah kebahasaan sendiri merupakan unsur yang
mampu membangun sebuah kalimat yang yang efektif. Dapat
disimpulkan bahwa analisis yakni kajian yang meneliti antara
perbedaan dan persamaan.
Bahasa bugis Bahasa indonesia
De’ Tidak
Analisis kontrastif bukan saja untuk membandingkan unsur-
unsur kebahasaan dan sistem kebahasaan dalam bahasa pertama
dengan bahasa kedua, tetapi sekaligus untuk membandingkan
dan mendeskripsikan bahasa diatas. Pengucapan bahasa Bugis
“De” responden mengucapkannya dengan bentuk artikulator
bibir atas dan bawah terbuka sedikit dengan nada khasnya yang
lembut. Sedangkan pengucapan bahasa Indonesia “Tidak”
responden mengucapkannya dengan bentuk artikulator bibir atas
dan bawah terbuka cukup lebar dengan nada yang cukup
menekan ketika mengucapkan kosa kata terakhir “dak”.
Bahasa bugis Bahasa indonesia
Makkuroh Seperti itu
Sejalan dengan pendapat Hadi Susanto bahawa analisis
kontrastif adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan.
Analisis kontrastif juga dibandingkan dengan nada bicara santai
namun dengaan nada bicara tinggi bentuk pengucapan Bahasa
Indonesia dan Bahasa Bugis jika dibandingkan memiliki
perbedaan pada pengucapan. Analisis kontrastif kedua bahasa
tersebut yaitu pada pengucapan Bahasa Bugis “Makkuroh” yang
memiliki arti “Seperti itu” dalam Bahasa Indonesia, bentuk
perbandingan keduanya terletak pada penggunaan alat ucap
Bahasa Bugis “Makkuroh” lidah dominan menggunakan
artikulator bibir. Sedangkan Bahasa Indonesia “Seperti itu”
lebih dominan terhadap artikulator gigi dan lidah. Kaidah
kebahasaan sendiri merupakan unsur yang mampu membangun
sebuah kalimat yang yang efektif. Dapat disimpulkan bahwa
analisis yakni kajian yang meneliti antara perbedaan dan
persamaan.
Bahasa bugis Bahasa indonesia
Yero Itu
Bentuk pengucapan Bahasa Indonesia dan Bahasa Bugis jika
dibandingkan memiliki perbedaan pada pengucapan dari segi
Bahasa Bugis “Yero” memiliki arti “Itu” dalam bahasa Indonesia
, bentuk perbandingan keduanya terletak pada artikulator yang
menyerupai huruf “O” ketika mengucapkan Bahasa Bugis
“Yero” sedangkan pengucapan kata “Itu” bentuk pengucapannya
hampir sama dengan pengucapan Bahasa Bugis “Yero” namun
bentuk artikulator yang mempunyai huruf “U. Hal ini sejalan
dengan pendapat Ria Yulianti tentang fonologi adalah cabang
ilmu linguistik yang mempelajari tentang bunyi bahasa.
Bahasa bugis Bahasa Indonesia
Nulle Mungkin
Analisis kontrastif juga dibandingkan dengan nada bicara santai
namun dengaan nada bicara tinggi dapat juga dibandingkan
dengan cara pengucapan Bahasa Bugis “Nulle” memiliki arti
“Mungkin” dalam Bahasa Indonesia, bentuk perbandingan
keduanya terletak pada artikulator manusia di akhiran kata “Lle”
dengan lidah menyentuh langit-langit dan bibir terbuka sedikit,
sedangkan akhiran “Kin” rahan bawah hampir bertemu lidah dan
bibir agak merentang.
b) Dilihat dari hasil penelitian diatas sumber kedua, analisi kontrastif sebagai
berikut:
Bahasa bugis Bahasa indonesia
Maega Banyak
Sejalan dengan pendapat Hadi Susanto bahawa analisis
kontrastif adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan.
Analisis kontrastif juga dibandingkan dengan nada bicara santai
namun dengaan nada bicara tinggi bentuk pengucapan Bahasa
Indonesia dan Bahasa Bugis jika dibandingkan memiliki
perbedaan pada pengucapan dari segi penggunaan Bahasa Bugis
“Maega” berarti “Banyak” dalam Bahasa Indonesia. Bentuk
perbandingan (Kontrastif) antar keduanya terletak pada akhiran
pengucapan sama-sama diakhiri dengan bentuk alat ucap yang
bibir atas dan bibir bawah terbuka lebar sejalan dengan pendapat
Ria Yulianti tentang fonologi. Kaidah kebahasaan sendiri
merupakan unsur yang mampu membangun sebuah kalimat
yang yang efektif. Dapat disimpulkan bahwa analisis yakni
kajian yang meneliti antara perbedaan dan persamaan.
Bahasa bugis Bahasa indonesia
Fura Sudah
Sejalan dengan pendapat Sunaryo bahasa didalam struktur
budaya ternyata memilik kedudukan, fungsi dan peran ganda
yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi
sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Terutama pada hasil penelitian dengan
menggunaka Bahasa Bugis “Fura” berarti “Sudah” dalam
Bahasa Indonesia. Bentuk kontrastif antar keduanya yakni
pengucapan “Fura” seperti meniup udara keluar, sedangkan kata
“Sudah” pengucapannya diakhiri dengan hembusan nafas.
Disini kita dapat melihat perbandingan pada bahasa pertama dan
bahasa kedua (Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia) Kaidah
kebahasaan sendiri merupakan unsur yang mampu membangun
sebuah kalimat yang yang efektif. Dapat disimpulkan bahwa
analisis yakni kajian yang meneliti antara perbedaan dan
persamaan.
Bahasa bugis Bahasa indonesia
Tau Orang
Sejalan dengan pendapat Keraf bahasa adalah alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi dan dihasilkan
oleh alat ucap manusia sehingga kata diatas dapat dibandingkan
dengan pengucapan Bahasa Bugis “Tau” berarti “Orang” dalam
Bahasa Indonesia. Bentuk pengucapan “Tau” menyerupai
pengucapan huruf “U” yang bentuk bibir agak dimonyongkan
kedepan. Sedangkan pengucapan “Orang” bentuk artikulator
bibir atas dan bibir bawah terbuka lebar dan sedikit berdengung.
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa kajian tentang
alat ucap manusia yang berupa simbol-simbol bunyi yakni
cabang ilmu linguistic fonologi.
Bahasa bugis Bahasa Indonesia
Seddi Satu
Bahasa memiliki fungsi-fungsi sebagai alat untuk
mengekspresikan diri sebagai alat untuk berkomunikasi
sehingga dapat kita menhanalisi perbandingan pengucapan
Bahasa Bugis “Seddi” berarti “Satu” dalam Bahasa Indonesia.
Bentuk kontrastif pada pengucapan “Seddi” yakni bentuk
artikulator diakhiri dengan bibir atas dan bibir bawah tidak
bersentuhan, namun gigi saling bersentuhan. Sedangkan
pengucapan “Satu” bentuk akhir artikulator menyerupai
pengucapan “U” dengan bibir agak monyong kedepan.
Bahasa bugis Bahasa Indonesia
Engka Ada
Sejalan dengan pendapat Ria Yulianti fonologi merupakan
cabang ilmu liguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara
umum. Dilihat dari hasil analisis di atas penggunaan Pengucapan
Bahasa Bugis “Engka” berarti “Ada” dalam Bahasa Indonesia.
Bentuk perbandingannya pada pengucapan “Engka” yakni
bentuk artikulator dengan bibir bawah dan bibir atas tidak
bersentuhan serta bibir agak kesamping lalu berdengung dan
bibir terbuka serta lidah tidak menyentuh langit-langit.
Sedangkan pengucapan “Ada” bentuk artikulator yakni menarik
lidah kebelakang dan bibir dibuka agak lebar lala lidah sedikit
menyentuh langit-langit.
c) Dilihat dari hasil penelitian diatas sumber pertama, analisi kontrastif sebagai
berikut:
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Fole Dari
Sejalan dengan pendapat Hadi Susanto bahwa analisis kontrastif
adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan. Dilihat
dari kontrastif atau perbandingan dalam penggunaan Bahasa
Bugis “Fole” berarti “Dari” dalam Bahasa Indonesia.
Perbandingan pencucapan keduanya terletak pada artikulator
pengucapan “Fole” menggunakan alat bicara manusia dengan
bibir bentuk bulat menyerupai huruf O. Dan lidah menyentuh
langit-langit serta bibir atas dan bibir bawah tidak bersentuhan.
Sedangkan pengucapan “Dari” dengan lidah sedikit menyetuh
langit-langit, bibir terbuka dan lidah ditarik sedikit masuk. Dan
bibir sedikit bergetar, lidak tidak menyentuh langit-langit .
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Wedding Bisa
Sejalan pendapat Ria Yulianti fonologi merupakan cabang ilmu
linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum. Dalam
kehidupan sehari-sehari, kita tidak akan lepas dari bunyi bahasa
sebagai alat komunikasi antar sesame manusia. Hampir setiap
aktivitas manusia, dari bangun tidur, pasti memerlukan aktivitas
bunyi bahasa sebagai alat komunikasi. Analisis kontrastif
bahasa tersebut yaitu pada pengucapan Bahasa Bugis
“Wedding” berarti “Bisa” dalam Bahasa Indonesia.
Perbandingan pencucapan keduanya terletak pada artikulator
pengucapan “Wedding” menggunakan alat bicara manusia
dengan bibir atas dan bibir bawah tidak bersentuhan serta bibir
dibuka sedikit lebar dngan mengembuskan udara keluar. Dan
lidah menyentuh langit-langit dan bibir terbuka sedikit serta
sedikit didengungkan. Sedangkan pengucapan “Bisa” dengan
bibir atas dan bibir bawah bersentuhan dan lidah tidak
menyentuh langit-langit. Dan gigi atas dan gigi bawahbertemu
lalu berpisah dan lidah tidak menyentuh langit-langit.
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Runtu Dapat
Analisis kontrastif juga dibandingkan dengan nada bicara santai
namun dengaan nada bicara tinggi bentuk pengucapan Bahasa
Indonesia dan Bahasa Bugis jika dibandingkan memiliki
perbedaan pada pengucapan dari segi penggunaan Bahasa Bugis
“Runtu” berarti “Dapat” dalam Bahasa Indonesia. Perbandingan
pencucapan keduanya terletak pada artikulator pengucapan
“runtu” dengan bibir digetarkan serta menarik lidah kebelakang
dan mengembuskan udara keluar dan bibir agak membundar dan
berdengung. Dan lidah menyentuh langit-langit serta
menghembuskan udara keluar dan bibir agak membundar.
Sedangkan pengucapan “dapat” dengan lidah menyentuh langit-
langit bibir terbuka dan lidah ditarik masuk. Dan bibir atas dan
bibir bawah bersentuhan lalu dibuka serta sedikit mengakhiri
dengan lidah digigit.
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Messu’ Keluar
Sejalan dengan pendapat Keraf analisis kontrastif membutuhkan
modal tata bahasa yaitu tata bahasa struktural. Tata bahasa
struktural adalah tata bahasa yang ada dalam bahasa itu sendiri.
Penggunaan Bahasa Bugis “Massu’” berarti “Keluar” dalam
Bahasa Indonesia. Perbandingan pencucapan keduanya terletak
pada artikulator pengucapan manusia dengan perbandingannya
pada akhiran “Messu’” diakhiri dengan bibir agak bundar
sedangkan pada akhiran “Keluar” diakhiri dengan lidah bergetar.
Dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif, yakni yang
meneliti antara perbedaan dan persamaan bahasa
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Massappa’ Mencari
Sejalan dengan pendapat Keraf bahasa adalah alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi dan dihasilkan
oleh alat ucap manusia sehingga kata diatas dapat dibandingkan
dengan pengucapan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang
paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia mampu
menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan yang ada
dalam dirinya. Bahasa tanpa disadari setelah menjadi suatu
kebutuhan yang sangat mendominasi dalam kehidupan manusia.
Dapat dilihat analisis kontrastif dari penggunaan Bahasa Bugis
“massappa” berarti “mencari” dalam Bahasa Indonesia.
Perbandingan pencucapan keduanya terletak pada artikulator
pengucapan manusia bahasa bugis “Massappa” lebih dominan
pada bibir dan pengucapan manusia bahasa Indonesia “Mencari”
lebih dominan pada gigi. Dapat disimpulkan dari penjelasan
diatas bahwa kajian tentang alat ucap manusia yang berupa
simbol-simbol bunyi yakni cabang ilmu linguistic fonologi.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan dari hasil analisis kontrastif fonologi Bahasa Bugis dan Bahasa
Indonesia dengan sistem memberi pertanyaan melalui daring lalu responden
memberi tanggapannya. Dapat dilihat dari beberapa responden bahwa
pengucapan Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia memiliki perbedaan dan
persamaan dalam segi pengucapan (fonologi).
Perbandingan antar kedua bahasa tersebut terletak pada bentuk pengucapan
yakni sistem kebahasaan dan budaya Bahasa Indonesia serta Bahasa Bugis.
Penelitian ini diambil melalui media sosial Whatsapp, penggunaan media
tersebut merupakan pengganti dari metode penelitian sebelumnya. Media
jejaring sosial merupakan salah satu gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat hingga saat ini.
Kaidah kebahasaan merupakan unsur yang mampu membangun sebuah
kalimat yang efektif. Dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif, yakni yang
meneliti antara perbedaan dan persamaan bahasa. Selain itu, dari penjelasan
diatas bahwa kajian tentang alat ucap manusia yang berupa simbol-simbol bunyi
yakni cabang ilmu linguistik fonologi.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa responden, diketahui
bahwa bentuk kontrastif fonologi bahasa Indonesia dan bahasa bugis terletak
pada bunyi-bunyi ujaran yang didengarkan melalui rekaman suara whatsapp.
Bunyi-bunyi ujaran ini dapat dipandang melalui dua sisi yakni kontrastif
persamaan dan kontrastif perbedaan.
Bentuk pengucapan bahasa Indonesia dan bahasa bugis jika di bandingkan
memiliki perbedaan pengucapan dari segi kebudayaannya. Bentuk pengucapan
bahasa bugis yang tergolong ramah dan lembut. Penggunaan artikulator pada
Bahasa Bugis yang terdengar seperti berbicara sambil malantunkan lagu atau
yang bisa disebut dengat logat bahasa bugis yang memiliki ciri khas tersendiri.
Seperti pengucapan bahasa Bugis “De” responden mengucapkannya
dengan bentuk artikulator bibir atas dan bawah terbuka sedikit dengan nada
khasnya yang lembut. Sedangkan pengucapan Bahasa Indonesia “Tidak”
responden mengucapkannya dengan bentuk artikulator bibir atas dan bawah
terbuka cukup lebar dengan nada yang cukup menekan ketika mengucapkan kosa
kata terakhir “dak”.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disimpulkan di
atas penggunaan Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia pada Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut.
1. Pengucapan Bahasa Bugis diharapkan tetap menjadi bahasa daerah
yang dilestarikan oleh masyarakat Sulawesi Selatan khususnya Suku
Bugis.
2. Penggunaan Bahasa Indonesia diharapkan tetap menjadi bahasa
Nasional yang dilgunakan atau diutakan oleh masyarakat Sulewesi
Selatan.
Menggunakan Bahasa tersebut kearah positif, contohnya kita mampu
menjadikan Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia dikalangan masyarakat
khususnya di Sulawesi Selatan sebagai bahasa Nasional pada Bahasa Indonesia
dan bahasa Nusantara pada Bahasa Bugis.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Neni. 2013. “Definisi Bahasa menurut Para Ahli”,https://cassieneni.blogspot.com/2013/03/definisi-bahasa-menurut-para-ahli_6972.html, diakses pada 22 Desember 2019 pukul 17.50.
Alwi, Hasan, dkk. 2014. "Tata bahasa baku bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka.
Bintara, Arif Alfian .“Linguistik Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia”https://www.google.co.id/amp/s/pangeransastra.wordpress.com/2014/10/13/linguistik-dan-pembelajaran-bahasa-analisis-kontrastif-2/amp/. Diakses pada 24Desember 2019 pukul 17.00.
Effendy, Moh Hafid. "TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASADIALEK PAMEKASAN." OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra 5.1 (2011).
Fromkin, dkk. 1998. “Definisi Fonologi”https://www.google.co.id/search?q=definisi+fonologi+menurut+fromkin&ie=UTF-8&oe=UTF-8&hl=id-id&client=safari. Diakses pada 23 Desember 2019pukul 17.00.
Ilham, Mugnifar 2019 “ Jenis-jenis Bahasa”https://materibelajar.co.id/pengertianbahasa/. Diakses pada 7 Januari 2020pukul 17.00.
Keraf. 1978. Morfologi dialek Lamalera. Diss. FIB-UI.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik (edisi keempat). Gramedia Pustaka Utama,2013.
Misdawati. Analisis Kontrastif dalam Pembelajaran Bahasa. A Jamiy: Jurnal Bahasadan Sastra Arab, 2019, 8.1: 53-66.
Mutafariha. Risa. Analisis Kontrastif Kosakata bahasa Indonesia dan bahasaMalaysia pada film animasi Upin dan Ipin. Diss. UNIVERSITAS NEGERISEMARANG, 2015.
Materibelajar.co.id. “Pengertian Fonologi Menurut Para Ahli”https://materibelajar.co.id/pengertian-fonologi/. Diakses pada 23 Desember2019 pukul 17.00.
Nillas, Risha., dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. JakartaSelatan: PT Wahyu Medika.
Rohim, Miftahur. ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASAARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA. Diss. UniversitasNegeri Semarang, 2013.
Syahid, Ahmad Habibi. "Bahasa Arab Sebagai Bahasa Kedua (Kajian TeoretisPemerolehan Bahasa Arab pada Siswa Non-Native)." Arabiyat: JurnalPendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban 2.1 (2015): 86-97.
Susanto, Hadi “Analisis kontrastif”https://www.google.co.id/amp/s/bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/08/14/analisis-kontrastif/amp/. Diakses pada 24 Desember 2019 pukul 17.00.
Sunaryo. 2000 “Definisi Bahasa menurut Para Ahli”https://cassieneni.blogspot.com/2013/03/definisi-bahasa-menurut-para-ahli_6972.html, diakses pada 22 Desember 2019 pukul 17.50.
Suryabrata, Sumadi. 2015. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Telaah buku tekst bahasa Indonesia. Jakarta: Angkasa.
Yuliati Ria, Unsiah Frida. 2018. “Pengertian Fonologi”https://books.google.co.id/books?id=dOiJDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=inauthor:%22Ria+Yuliati%22&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjlhMq8hermAhU6_XMBHUpWAosQ6wEIKTAA#v=onepage&q&f=false, diakses pada9 Januari 2020 pukul 17.45
L
A
M
P
I
R
A
N
Nama : Muh Anis Saputrah
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Asal : Kabupaten Barru
Durasi : 3 menit, 50 detik.
Oke bismillah, makkue to enri to, yero eh enri. Makkuroh taseng to yero
makkeda aga, pertanyaan ta yero makkeda e menurut kalian semua, semua
covid-19 merupakan konspirasi pemerintah atau tidak? Bisakah anda jelaskan
sesuai pandangan kalian, mapakue yeku iyya’ to yaku makeda mabbicara
covid-19 ni tau e to, uerosi menre enre asengna sekarang to e mega laddeni tau
rampe-rampe makkuroh mega sennai gare aga na kenna, tafi ku iritai ku
media-media e naseng mega naseng mega anu kasus-kasus makeda e aga’
memanfaatkanmi makkuroeh sebagai lahan-lahan meraut keuntungan naseng
tau’e jadi mega nakenna cifu’ aga gare naseng tae. Tapi ku isangkut pautkan
sibawa pemerintah e mungkin engka mua roh cuman tidak makeda siddimi,
makeda pemerintah bawang. Engkato kapang instansi” lain yang
bersangkutan pautto apalagi ku ge covid e kan pasti juga ada instansi
kesehatan lah , instansi wali kota lah intinya banyaklah. Makkuroh lah naseng
tau e jadi to yaku iyya menurutku to makeda konspirasi ye coronae.
Konspirasilah tapi nda di semua sisi makeda ku makeda engkanaga de’na gaga
na ye coronae engkasa cuma yero bawang makeda anunna agae makkeda mega
tau nafalebbi –lebbingi anunna ceritana makkedae makku naseng sikenning
siketenning lelesi naseng yero coronae lelesi na de toma sebenarna makkuro
afa mega sennasennawi wita cerita-cerita engkato sibola aga sibawa lakkeng
na na yero lakkengna engka corona nan a de’ma nakenna benena. Jadi yanaro
to mega tau melebih-lebihkan makku roe na fenre-enre anunna makeda
bahaya-bahaya makkue na sulitni perekonomianna Indonesia jadi menrasani.
na ku loki mala contoh aga to iritani aga anunna ku ,wuhan sibawa itali ,itani
gare na iku ku wuhan naseng dampana naseng corona e engkatu tau lengeng-
lengeng ,deje na lengeng lenne’- lenne’ lalo mabuang aga ku laleng ena kennai
gare corona na itali makkuro tona Indonesia gare engka ga pura mita mkkeda
engka tau tiba’’ lengeng lenne’ ki lalengng e de’gaga. Yero meni bawang furani
mapparessa ki dottoro e nappa nakenna, nakenna corona, jadi yeroto anunna,e
agae ku iyya to yaku masalah makkuro na mega lah,engka lah,engkalah pastie
campur tanganna anue, pasti engka.engka afa odding jadi protes besar agae
make we je e sebenarna afa itasi gare geku elo tae lette lokka atau lette fulau
to loki mappasewa aga makemaja ki si afa isuru ki si mapparessa mapparessa
ki si rapit tes makemaja ki si 500 700 agafi mega ladde afa mega ne de’na nulle
lesu kampong tawe nataro pasti makkuro fikiranna, makafalu makku metto
dega urusang, jadi mewatang ladde. Konspirasi-konspirasi sekarang yg me
okelah nafegratis I, tapi meto de yapparessa, lebbireng de ileus ku makkuitu
yanaro tanna jadi yero je anunna ko masalah kospirasinna atau dde,yaku iyya
masuk konspirasi ma , Cuma yaku masalah engka na de’na , engka corona
engka-engka pasti engka , ya yamiro kapang lo ufau. Iya pale furani ee
assalamualaikum.
Nama : Sunandari
Kelas : BSI C 16
Asal Daerah : Kabupaten Maros
Durasi : 2 menit, 27 detik dan 2 menit 5 detik
Kalau menurutku mengenai Covid-19 itu setauku sih memang Covid-19 itu ada,
tapi kita tidak tahu dia separah yang sekarang atau bagaimana mestiny, karena
setau saya Covid-19 itu adalah virus, virus tetapi bukan virus yang mematikan
langsung. Setau saya dia hanya virus yang menyerang paru-paru namun tidak
langsung, apayah kek tidak langsung mematikan seperti itu. Nah, kalaupun
ditanyakan merupakan konspirasi pemerintah atau tidak, kalua saya menurut
saya yang memang dari awalnya bukan bentuk konspirasi pemerintah tapi lama
kelamaan yang dijadikan bentuk konspirasi pemerintah karena dalam hal ini,
yang kita lihat pemerintah memberikan banyak tanggungan pada masyarakat,
nah tanggungan tersebut kan bisa dibilang itu dari kas pemerintah, kalau kita
ketahui, kalau kas setaunya itu kita dipake seterusnya pasti bakal berkurang,
nah mungkin dengan adanya hal seperti ini pemerintah menjadikan covid-19
ini untuk lading, lading untuk mencari, lading untuk mencari keuntungan
seperti itu dengan cara e pembiayaan rapit tes misalnya, pembayaran biaya
swab seperti itu. Bisa jadi, bisa jadi kita dibodoh-bodohi oleh pemerintah yang
awalnya covid-19 ini santai-santai saja, tapi dijadikan kehebohan, kehebohan
yang sangat luar biasa oleh pemerintah, maka dari itu, kita juga sebagai warga
masyarakat menjadi panic dengan adanya covid-19 ini. Kita, menu, kalau saya
kita dikelabui misalnya seperti itu. Hal lain dari ini, hal lain dari itu pemerintah
manfaatkan keadaan seperti ini untuk mengambil keuntungan yakni menutup,
menutup beberapa kasus, saya la, menutup beberapa kasus dan kayak misalnya
pemerintah mengangkat covid ini sudah beberapa bulan, empat bulanan,
mungkin untuk mengangkat topik covid ini menjadi trending topik hingga
sekarang yang mulai dari awal bul, awal bulan maret hingga eh awal bulan april
eh pertengahan ah ini menjadi trending topik di Indonesia hingga saat ini pada
bulan Juli hingga saat ini karena pemerintah tidak menginginkan adanya kasus-
kasus lain yang menjadi trending maka itu kayak misalnya kemarin banyak hal-
hal yang yang sebenarnya bisa diperbincangkan kita lihat covid ketika masa
pandemi ini pemerintah masih membahas tentang eeeee undang-undang yang
akan di, yang akan di apa lagi, yang akan disahkan, padahal undang-undang itu
memicu banyaknya kontroversi kontroversi , maka karena perbedaan pendapat
masyarakat di mah , kaum mahasiswa, kaum pekerja, kaum buruh dan
pemerintah tapi pemerintah menutupi hal-hal tersebut dengan covid-19 ini.
Nama : Karlina
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Asal : Kabupaten Pangkep
Durasi : 2 menit, 56 detik.
Menurutku iya to kalo covid – 19 yero , e pertayaan mu kan menurut kalian
semua covid -19 merupakan konspirasi pemerintah atau tidak? Bisakah kalian
jelaskan sesuai pandangan kalian. Menurutku iyya’ to konspirasi atau de’
engka sebagian konspirasi tapi de keda yamaneng yaseng konspirasi apana
yero covid- pasien covid 19 pasti mega tangani to ,keda yamanengmanui yero
covid- e apa yero ta seddi pasien e mega dana na engkato ubaca baca berita
makeda engkato dottoro malo keuntungan pole kuro , pole kuro dcana na.
covid-e to.nalai keuntungan ceritanya nappa yero e disisi lain to ku makkedaki
konspirasi atau de apa yero covid e engka mette, benar’’ adanya, nappa ero
masyarakat e mega to de na mateppe’ makeda aga yero covid lah afa engka
dottoro fura ubaca to beritana yero dottoro e na palsukan , rapit tes na warga
e mega warga de na mateppe afa fappada makkeda kaya ya aga sennae politiki
to jadi mega to warga denamateppe ‘ adanya yero covid e. yero dotoro e manu
to na napalsukan i rapit e tes na tau’ e jadi mega tau denamateppe tafi di sisi
lain makkedaki yaku yita I to benar’’ metto engka , engka yero covid-e fa
penyakit , penyakit to ku nakennaki loki maga magani, lo no makkeda
konspirasi to , tapi disisi lain engka meto mala keuntungan pole kuro dana na
pasien e covid e jadi menurutku iyya konspirasi atau de’ na , jelas ,jelas ada
konspirasi lah tapi de keda yamaneng apa de’to magani tau nakenna. Contoh
na ye essoe magani tau nakenna jadi menurutku iyya yero ada konspirasi
sebagian’’, de makeda yamaneng. Yero iyya menurutku ku witai situasi covid e
makekkue.
Nama : Putri Safitli Kusumasari
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Asal : Kota Makassar
Durasi : 2 menit, 11 detik.
Kan pertanyaan mu, menurut kalian semua covid-19 merupakan konspirasi
pemerintah atau tidak ? bisakah kalian jelaskan sesuai pendapat kalian!
Menurutku itu covid 19 bukan kospirasi pemerintah , karena memang covid 19
benar adanya covid 19 kan virus yang berbahaya , tapi tidak langsung
mematikan , prosesnya lama kalau kita mau tau positif atau negatif kalau kenna
virus itu ,kan banyak mi yang positif kenna covid 19 , di Insonesia saja sudah
lebih dari tujuh puluh , tujuh puluh ribu orang.yang positif dan meninggal itu
lebih dari 3000 orang itu sudah membuktikan covid – 19 itu bukan konspirasi
pemerintah dan bukan main- main atau hoax ada juga berita yang kubaca , ada
berapa orang itu covid konspirasi pemerintah, salah satu itu ada orang asing
atau orang luar negeri itu sudah kennami , positif mi Covid-19 dan oran itu
sudah mengakumi , bukan mi bilang covid-19 itu konspirasi karna merasakan
mi sendiri tapi kita tidak tau kedepannya itu apakah memang konpirasi atau
tidak dari pemerintah apalagi negara kita ini di Indonesia.
Nama : Rahmawati
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Asal : Kabupaten Soppeng
Durasi : 58 detik.
Menurut kalian apakah covid merupakan konspirassi pemerintah atau bukan,
menurut ku iyya, kayaknya, kayaknya engka memang konspirasi fole
pemerintah, wedding yita ku berita de yang beredar naseng, semakin, ku mega
pasien terkena covid, megato keuntungan na runtu oleh para medis tapi
engkata, berpendapat bahwa covid memang engka, sehingga masyarakat
mengeluh sampai=sampai denulle, massu leluasa seperti biasa massapa
nafkah untuk keluarga.
Nama : Anik Wulandari
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Asal : Masamba
Durasi : 1 menit, 17 detik.
Baik, pertanyaanmu kan menurut kalian apakah covid-19 merupakan konspirasi
pemerintah atau bukan. Ok, menurut saya kayaknya ada memang konspirasi
dari pemerintah, tapi tidak semuantya konspirasi karena ada juga kenyataan.
Disini bisa kita lihat pada masyarakat yang sudah terkena covid. Dan dilihat di
berita yang beredar bahwa covid-19 merupakan virus yang tidak mematikan
pada masyarakat. Tapi banyak juga keuntungan na dapat oleh para medis, tapi
ada juga yang berpendapat bahwa covid memang ada, sehingga masyarakat
mengeluh sampai-sampai massyarakat tidak bisa keluar seperti biasa mencari
nafkah untuk keluarga kecil. Jadi konspirasi pemerintah bisa dikatakan ada dan
bisa juga tidak.
KORPUS DATA
Sumber
Bahasa Bugis : Muh Anis Saputra
Bahasa Indonesia : Sunandari
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Iyya’
Vokal “I” gigi atas dan gigi bawah hampir
bertemu lidah. Sedangkan pengucapan
“Yya” gigi atas dan gigi bawah terbuka, bibir
terbuka sedikit lebar dan posisi lidah tidak
menyentuk langit-langit.
Saya
Pengucapan “Sa” gigi atas dan gigi bawah
bertemu lalu berpisah lidah tidak
menyentuh langit-langit. Sedangkan
pengucapan “Ya” gigi atas dan gigi bawah
terbuka, bibir terbuka sedikit lebar dan
posisi lidah juga seperti biasa tidak
menyentuh langit-langit.
De’
Pengucapan “De” Lidah menyentuh langit-
langit dan bibir agak terbuka serta
menghembuskan udara keluar.
Tidak
Pengucapan “Ti” lidah menyentuh langit-
langit, gigi atas dan gigi bawah tidak
bersentuhan. Sedangkan pengucapan
“Dak” lidah menyentuh langit-langit, bibir
terbuka dan lidah ditarik masuk.
Makkuroh
Pengucapan “Mak” yaitu ketika bibir atas
dan bibir bawah bertemu dan pada konsonan
“K” bibir terbuka dan lidah sedikit lagi
menyentuh langit-langit. Sedangkan
pengucapan “Ku” bibir monyong bentuk
bentuk bulat menyerupai pengucapan huruf
O. Dan pengucapan “Roh” bibir monyong
bentuk bulat dan lidah bergetar.
Seperti Itu
Pengucapan “Se” gigi atas dan bawah
bertemu dan lidah agak ditarik kebelakang
tidak menyentuh langit-langit.
Pengucapan “Per” dengan bibir atas dan
bibir bawah bertemu lalu berpisah serta
lidah digetarkan dan menyentuh langit-
langit. Pengucapan “Ti” lidah menyentuh
langit-langit, gigi atas dan gigi bawah
tidak bersentuhan. Sedangkan vokal “I”
gigi atas dan gigi bawah hampir bertemu
dan bibir agak merentang kesamping. Dan
penguvapan “Tu” dengan lidah
menyentuh langit-lsangit lalu lidah ditarik
kebelakang disertai dengan
menghembuskan udara keluar dan bentuk
bibir agak membundar.
Yero
Pengucapan “Ye” dengan rahan atas dan
rahan bawah terbuka, bibr terbuka sedikit
Itu
Vokal “I” gigi atas dan gigi bawah hampir
bertemu dan bibir agak merentang
lebar serta menghembuskan udara ke luar.
Sedangkan pengucan “Roh” bibir monyong
bentuk bulat dan lidah bergetar.
kesamping. Dan penguvapan “Tu” dengan
lidah menyentuh langit-lsangit lalu lidah
ditarik kebelakang disertai dengan
menghembuskan udara keluar dan bentuk
bibir agak membundar.
Nulle
Pengucapan “Nu” dengan lidah menyentuh
langit-langit dan lidah ditarik kebelakang
serta bibir agak bundar. Sedangkan
pengucapan “Lle” dengan lidah menyentuh
langit-langit dan bibir terbuka sedikit.
Mungkin
Pengucapan “Mung” dengan bibir atas dan
bibir bawah bertemu, lalu lidah ditarik
kebelakang dengan bibir bentuk bulat
serta mendengung. Sedangkan
pengucapan “Kin” rahan atas dan rahan
bawah hampir bertemu serta lidah dan
bibir agak merentang kesamping dengan
pengucapan kin.
Sumber
Bahasa Bugis : Karlina
Bahasa Indonesia : Putri Safitli Kusuma Sari
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Maega
Pengucapan “Ma” dengan bibir atas dan bibir
bawah bertemu lalu terpisah dan bibir
terbuka agak lebar. Vokal “E” dengan
menganjurkan lidah ketengah dan bibir
terbuka lalu mengembuskan udara keluar
serta bentuk bibir netral. Sedangkan
pengucapan “Ga” rahan atas dan rahan
bawah terbuka, bibir terbuka sedikit lebar
serta posisi lidah tidak menyentuh langit-
langit.
Banyak
Pengucapan “Ba” bibir atas dan bibir
bawah bertemu lalu terpisah dan bibir
terbuka agak lebar. Sedangkan
pengucapan “Nyak” lidah sedikit
menyentuh langit-langit dan bentuk bibir
terbuka dengan penyebutan akhiran “K”
Fura
Pengucapan “Fu” lidah tidak menyentuh
langit-langit dan lidah ditarik kebelakang
serta bibir berbentuk agak bulat. Sedangkan
pengucapan “Ra” rahan atas dan rahan bawah
Sudah
Pengucapan “Su” rahan atas dan rahan
bawah hampir bertemu dan lidah ditarik
kebelakang serta bibir agak bundar.
Sedangkan pengucapan “Dah” lidah
menyentuh langit-langit dan bibir dibuka
terbuka dan lidah bergetar hampir menyentuh
langit-langit.
agak lebar sedikit menggembuskan
udara keluar.
Tau
Pengucapan “Ta” lidah menyentuh langit-
langit dan rahan atas dan rahan bawah tidak
bersentuhan. Sedangkan vokal “U” dengan
menarik lidah kebelakang disertai dengan
menghembuskan udara keluar sedangkan
bentuk bibir agak membundar.
Orang
Vokal “O” menarik lidah kebelakang
disertai dengan menghembuskan udara
keluar dan bentuk bibir bulat. Sedangkan
pengucapan “Rang” lidah bergetar dan
tidak menyentuh langit-langit serta bibir
terbuka lalu berdengung.
Seddi
Pengucapan “Se” dengan gigi atas dan gigi
bawah bertemu, lidah agak ditarik
kebelakang tidak menyentuh langit-langit.
Sedangkan pengucapan “Ddi” lidah
menyentuh langit-langit dan gigi atas dan
gigi bawah tidak bersentuhan.
Satu
Pengucapan “Sa” gigi atas dan gigi
bawah bertemu lalu berpisah dan lidah
tidak menyentuh langit-langit.
Sedangkan pengucapan “Tu” dengan
lidah menyentuh langit-langit lalu lidah
ditarik kebelakang disertai dengan
menghembuskan udara keluar dan
bentuk bibir agak bundar.
Engka Ada
Pengucapan “Eng’ bibir bawah dan bibir atas
tidak bersentuhan, bibir agak ditarik
kesamping serta bersengung. Sedangkan
pengucapan “Ka” dengan bibir terbuka dan
lidah tidak menyentuh langit-langit.
Vokal “A” menarik lidah kebelakang
dan kebawah disertai dengan
menghembuskan udara keluar dengan
menghembuskan udara keluar dan mulut
terbuka lebar. Sedangkan pengucapan
“Da” dengan lidah menyentuh langit-
langit dan bibir dibuka agak lebar.
Sumber
Bahasa Bugis : Rahmawati
Bahasa Indonesia : Anik Wulandari
Bahasa Bugis Bahasa Indonesia
Fole
Pengucapan “Fo” dengan bibir bentuk bulat
menyerupai huruf O. Sedangkan “Le” dengan
lidah menyentuh langit-langit serta bibir atas
dan bibir bawah tidak bersentuhan.
Dari
Pengucapan “Da” dengan lidah sedikit
menyetuh langit-langit, bibir terbuka dan
lidah ditarik sedikit masuk. Sedangkan
pengucapan “Ri” dengan bibir sedikit
bergetar, lidak tidak menyentuh langit-
langit .
Wedding
Pengucapan “We” dengan bibir atas dan bibir
bawah tidak bersentuhan serta bibir dibuka
sedikit lebar dngan mengembuskan udara
keluar. Sedangang “Dding” dengan lidah
menyentuh langit-langit dan bibir terbuka
sedikit serta sedikit didengungkan.
Bisa
Pengucapan “Bi” dengan bibir atas dan
bibir bawah bersentuhan dan lidah tidak
menyentuh langit-langit. Sedangkan
“Sa” dengan gigi atas dan gigi
bawahbertemu lalu berpisah dan lidah
tidak menyentuh langit-langit.
Runtu’
Pengucapan “Run” dengan bibir digetarkan
serta menarik lidah kebelakang dan
Dapat
Pengucapan “Da” dengan lidah
menyentuh langit-langit bibir terbuka
mengembuskan udara keluar dan bibir agak
membundar dan berdengung. Sedangkan “Tu”
dengan lidah menyentuh langit-langit serta
menghembuskan udara keluar dan bibir agak
membundar.
dan lidah ditarik masuk. Sedangkan
“Pat” dengan bibir atas dan bibir bawah
bersentuhan lalu dibuka serta sedikit
mengakhiri dengan lidah digigit.
Massu’
Pengucapan “Ma” dengan bibir atas dan bibir
bawah bertemu dan bibir agak dibuka lebar.
Sedangkan “Ssu” dengan rahan atas dan rahan
bawah hampir bertemu dan lidah ditarik
kebelakang serta bibir agak bundar.
Keluar
Pengucapan “Ke” dengan bibir atas dan
bibir bawah tidak bersentuhan serta
dibuka agak lebar. “Lu” dengan lidah
menyentuh langit-langit dan bibir agak
bundar menyerupai huruf O. Dan
pengucapan “Ar” dengar bibir dibuuka
lebar dan lidah digetarkan.
Massappa’
Pengucapan “Ma” dengan bibir bawah dan bibir
atas bibir atas bibir terbuka agak lebar.
Pengucapan “Ssa” dengan gigi atas dan gigi
bawah bertemu lalu berpisah dan lidah tidak
menyentuh langit-langit. Dan “Ppa” dengan
Mencari
Pengucapan “Men” dengan bibir atas
dan bibi bawah bersentuhan lalu bibir
dibuka lebar serta didengungkan.
Pengucapan “Ca” dengan gigi atas dan
gigi bawah bertemu lalu bibir dibuka
sedikit lebar. Dan pengucapan “Ri’
bibir atas dan bibir bawah bersentuhan lalu bibir
dibuka agak lebar.
dengan lidah digetarkan dan gigi atas
dan gigi bawah hampir bertemu lidah.
RIWAYAT HIDUP
Muawana. Dilahirkan di Jalan Salotungo Kabupaten Soppeng
pada tanggal 13 April 1998. dari pasangan Ayahanda Aribe. dan
Herniati. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2004 di SDN 7
Salotungo Kabupaten Soppeng dan tamat tahun 2010, tamat SMP
Negeri 3 Watansoppeng tahun 2013, dan tamat SMA Negeri 2 Watansoppeng tahun
2016. Pada tahun yang sama penulis (2016) penulis melanjutkan pendidikan pada
program Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan
Selesai tahun 2020.