analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo

7
Jurnal Kimia dan Teknologi Vol 8 No 1 28 ISSN 0216 – 163X Analisis Kualitas Air Sungai Kalianyar Mojosongo Water Analysis of Kalianyar - Mojosongo River Daniel Dwi Prasetyo Program Studi DIII Analis Kimia Universitas Setia Budi Surakarta Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo – Solo 57127 Email : [email protected] Abstrak Pencemaran pada perairan merupakan peristiwa masuknya senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ataupun faktor alam yang dapat menyebabkan perubahan buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Air sungai Kali Anyar sebagai sampel diuji kualitasnya. Pada parameter dengan metode laboratoris TSS, COD dan BOD5. Hasil analisis akan dibandingkan dengan kualitas air golongan 3 pada PP nomor 82 tahun 2001. Hasil penelitian terhadap sampel yang diteliti menunjukan data sebagai berikut : TSS 0,8 mg/L, COD 40,608 mg/L, dan BOD5 4,7931 mg/L. Berdasarkan analisis yang dilakukan, air Sungai Kali Anyar melebihi batas baku mutu PP nomor 82 tahun 2001. Kata kunci : Air sungai, Analisis, TSS, COD, BOD5. PENDAHULUAN Sungai merupakan salah satu bentuk perairan yang dicirikan memiliki arus yang mengalir dari hulu ke hilir. Sungai oleh manusia digunakan sebagai sumber air minum, pengairan, pertanian dan berbagai kegiatan lainnya. Kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang mempengaruhi kondisi sungai seperti hujan deras yang dapat meluap dan menjadi keruh, sedangkan faktor yang berasal dari manusia misalnya pembuangan limbah yang berasal dari industri, pertanian maupun domestik (Kasmanhadi S. Henry 2009). Perindustrian di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Anyar, Mojosongo dapat menyebabkan penurunan mutu kualitas air sungai. Hal ini karena sisa kegiatan produksi yang dihasilkan kemungkinan besar akan dibuang ke sungai. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diadakan pengkajian kualitas air sungai Kali Anyar di Mojosongo mengingat sungai ini berperan penting bagi masyarakat sekitar. Penelitian ini secara umum untuk mengetahui kualitas TSS, COD dan BOD 5 pada air sungai Kali Anyar, Mojosongo pada standar kualitas air kelas tiga sesuai PP nomor 82 tahun 2001. TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Perairan Sungai Kasmanhadi S. Henry (2009) menyatakan bahwa pencemaran perairan merupakan peristiwa masuknya senyawa- senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ditambahkan ke lingkungan perairan, menyebabkan perubahan yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Makhluk hidup memiliki berbagai reaksi mulai dari pengaruh yang sangat kecil sampai ke subletal seperti, berkurangnya pertumbuhan, perkembangbiakan pengaruh perilaku, atau kematian yang nyata. Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleb debit air limbah yang dihasilkan. Indikator pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis, seperti kehidupan plankton. Plankton merupakan salah satu indikator terhadap kualitas air akibat pencemaran (Azwir, 2006). Berdasarkan definisinya, pencemaran air diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan. Hal tersebut juga berfungsi sebagai tolok ukur

Upload: farhan-yuzevan

Post on 02-Jul-2015

473 views

Category:

Automotive


23 download

DESCRIPTION

dasdasdasdasdasd

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo

Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 28 ISSN 0216 – 163X

Analisis Kualitas Air Sungai Kalianyar Mojosongo

Water Analysis of Kalianyar - Mojosongo River

Daniel Dwi Prasetyo Program Studi DIII Analis Kimia Universitas Setia Budi Surakarta

Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo – Solo 57127

Email : [email protected]

Abstrak

Pencemaran pada perairan merupakan peristiwa masuknya senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ataupun faktor alam yang dapat menyebabkan perubahan buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Air sungai Kali Anyar sebagai sampel diuji kualitasnya. Pada parameter dengan metode laboratoris TSS, COD dan BOD5. Hasil analisis akan dibandingkan dengan kualitas air golongan 3 pada PP nomor 82 tahun 2001. Hasil penelitian terhadap sampel yang diteliti menunjukan data sebagai berikut : TSS 0,8 mg/L, COD 40,608 mg/L, dan BOD5 4,7931 mg/L. Berdasarkan analisis yang dilakukan, air Sungai Kali Anyar melebihi batas baku mutu PP nomor 82 tahun 2001. Kata kunci : Air sungai, Analisis, TSS, COD, BOD5.

PENDAHULUAN

Sungai merupakan salah satu bentuk perairan yang dicirikan memiliki arus yang mengalir dari hulu ke hilir. Sungai oleh manusia digunakan sebagai sumber air minum, pengairan, pertanian dan berbagai kegiatan lainnya. Kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang mempengaruhi kondisi sungai seperti hujan deras yang dapat meluap dan menjadi keruh, sedangkan faktor yang berasal dari manusia misalnya pembuangan limbah yang berasal dari industri, pertanian maupun domestik (Kasmanhadi S. Henry 2009). Perindustrian di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Anyar, Mojosongo dapat menyebabkan penurunan mutu kualitas air sungai. Hal ini karena sisa kegiatan produksi yang dihasilkan kemungkinan besar akan dibuang ke sungai. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diadakan pengkajian kualitas air sungai Kali Anyar di Mojosongo mengingat sungai ini berperan penting bagi masyarakat sekitar.

Penelitian ini secara umum untuk mengetahui kualitas TSS, COD dan BOD5

pada air sungai Kali Anyar, Mojosongo pada standar kualitas air kelas tiga sesuai PP nomor 82 tahun 2001.

TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Perairan Sungai

Kasmanhadi S. Henry (2009) menyatakan bahwa pencemaran perairan merupakan peristiwa masuknya senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ditambahkan ke lingkungan perairan, menyebabkan perubahan yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Makhluk hidup memiliki berbagai reaksi mulai dari pengaruh yang sangat kecil sampai ke subletal seperti, berkurangnya pertumbuhan, perkembangbiakan pengaruh perilaku, atau kematian yang nyata. Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleb debit air limbah yang dihasilkan.

Indikator pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis, seperti kehidupan plankton. Plankton merupakan salah satu indikator terhadap kualitas air akibat pencemaran (Azwir, 2006). Berdasarkan definisinya, pencemaran air diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan. Hal tersebut juga berfungsi sebagai tolok ukur

Page 2: Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo

Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 29 ISSN 0216 – 163X

untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air.

Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (Designated benefical water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukan perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air). Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa. beban pencemar yang dapat ditenggang oleh air penerima sehingga sesuai dengan baku mutu air dan tetap berfungsi sesuai dengan peruntukanya (PP no.82, 2001). Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk membuktikan kelayakan mutu air yang dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar internasional, standar nasional, maupun standar perusahaan. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indanesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwu mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari : 1. Kelas satu, air yang peruntukannya

dapat digunakan untuk air baku air minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut.

2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarna/sarana rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar. peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

TSS (Total Suspended Solid) TSS adalah total padatan

tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik. Residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser (Nurhasanah, 2009). Kandungan TSS pada air sungai dapat ditentukan setelah contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total (SNI 06-6989.3-2004).

COD (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan-bahan yang dapat teroksidasi dalam air buangan oleh senyawa oksidator sebagai penentu bahan organik. Penetapan COD didasarkan atas kenyataan bahwa hampir semua senyawa organik dapat dioksidasi dengan bantuan oksidator kuat dalam suasana asam. Nilai COD mencakup kebutuhan oksigen untuk reaksi biokimiawi, karena senyawa organik yang dapat dirombak oleh mikroorganisme dapat pula dirombak mengalami oksidasi lewat reaksi kimiawi. Prinsip analisa dari COD adalah zat organik dioksidasi dengan campuran mendidih asam sulfat dan kalium dikromat yang diketahui normalitasnya dalam suatu refluk selama 2 jam. Kelebihan kalium dikromat yang tidak tereduksi, dititrasi dengan larutan ferro ammonium sulfat (FAS) (SNI 06-6989.15-2004). Reaksi yang terjadi pada

tes COD ini adalah :

Page 3: Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo

Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 30 ISSN 0216 – 163X

CaHbOc + Cr2O7= + H+ CO2 + H2O + Cr3+

6 Fe2+ + Cr2O7= + 14 H+ 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O

Gambar 1. Reaksi COD

BOD5 (Biochemical Oxygen Demand)

BOD5 adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) semua zat-zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Nilai ini merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan dengannya habis pula terkonsumsi oksigen. Dengan habisnya oksigen terkonsumsi membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen ini tidak dapat hidup. Semakin tinggi angka BOD5 semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen untuk dapat

bertahan hidup. BOD5 dipengaruhi oleh berbagai parameter lain seperti temperatur, waktu, dan sinar matahari. Pengukuran BOD5 dilakukan melalui cara yang distandarisasi dengan tes yang dilakukan di tempat gelap pada temperature tertentu dan periode waktu terbatas. (R.Wati, Rosnida, 2008). Prinsip analisa BOD5 yaitu : pemeriksaan BOD5 didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat

dituliskan sebagai berikut:

CnHaObNc + (n )O2 → nCO2 + H2O + cNH3

Gambar 2. Reaksi BOD5

Sesuai dengan definisi BOD5 maka

limbah itu semakin jelek apabila BOD5 semakin tinggi. Sehingga BOD5 dapat dipergunakan untuk menentukan kepekatan limbah atau baik buruknya limbah. Limbah yang mempunyai BOD5 tinggi pada dasarnya (tidak selalu) lebih jelek daripada limbah yang mempunyai BOD5 rendah. BOD5 itu dapat digunakan sebagai ukuran kualitas limbah cair atau air apabila tidak ada gangguan terhadap aktivitas mikroorganisme. METODOLOGI PENELITIAN Tempat Dan Waktu Penelitian Karya tulis ini disusun berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium Kimia Air Universitas Setia Budi pada bulan Maret 2012. Sampel Sampel yang digunakan adalah air sungai Kali Anyar, Mojosongo. Prosedur Penelitian Prosedur pengambilan sampel air sungai Untuk mendapatkan sampel yang homogen dilakukan pengambilan sampel

yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili pada daerah purposif sekitarnya. Dengan pengambilan sampel yang representatif data hasil pengujian dapat menggambarkan kualitas lingkungan yang mendekati kondisi sesungguhnya. Pengambilan sampel merupakan bagian dari penelitian yang sangat penting, karena sampel merupakan cerminan dan populasi yang ada. Cara pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel dilakukan pada

bagian tengah badan sungai. 2. Pengambilan dilakukan dengan

menggunakan botol plastik yang dimasukan badan sungai berlawanan arus sungai.

3. Botol yang sudah penuh kemudian ditutup rapat dan dibawa kelab untuk dianalisis/diawetkan.

4. Pengambilan dilakukan selama 3 kali dikarenakan kegiatan pembuangan limbah sekitar sungai yang dapat mempengaruhi keadaan sungai.

5. Sampel yang sudah terkumpul lalu dihomogenkan dalam dua botol (Hadi, 2005)

Page 4: Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo

Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 31 ISSN 0216 – 163X

Prosedur Penanganan Sampel Sampel yang diambil dimasukkan ke dalam botol yang telah dicuci bersih. Sampel yang telah diambil segera dibawa ke laboratorium analisa dan pengolahan limbah Universitas Setia Budi untuk awetkan. Untuk sampel untuk uji COD ditambahkan H2SO4 pH < 2 dan didinginkan dengan suhu 4o C sedangkan untuk uji TSS dan BOD didinginkan pada suhu 4o C. Analisis TSS (SNI 06-6989.3-2004). 1. Melakukan pengadukan contoh uji

dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen dan memiipet contoh uji dengan volume 50 mL, pada waktu contoh diaduk dengan pengaduk magnetik.

2. Mencuci kertas saring whattman nomor 42 dengan 10 mL air suling, dan lanjutkan penyaringan sampel air sungai dengan vakum agar diperoleh penyaringan sempurna

3. Memindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan memindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga.

4. Mengeringkan kertas saring dalam oven setidaknya selama 9 jam pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC.

5. Mendinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang dan mengulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator

6. Melakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 0,2 mg terhadap penimbangan sebelumnya.

Analisis COD (SNI 06-6989.15-2004). 1. Memipet 10 ml contoh uji, masukkan

kedalam erlenmeyer 250 ml dan menambahkan 0,2 g serbuk HgSO4

dan beberapa batu didih. 2. Menambahkan 5 ml larutan kalium

dikromat, K2Cr2O7 0,25 N dan menambahkan 15 ml pereaksi asam sulfat – perak sulfat perlahan-lahan sambil mendinginkan dalam air pendingin.

3. Menghubungkan dengan pendingin Liebig dan mendihkan diatas hot plate

selama 2 jam dengan rangkaian refluks.

4. Mencuci bagian dalam dari pendingin dengan 20 mL air suling dan mendinginkan sampai temperatur kamar.

5. Menambahkan indikator ferroin 2 sampai dengan 3 tetes.

6. Melakukan titrasi dengan larutan FAS 0,1 N sampai warna merah kecoklatan, catat kebutuhan larutan FAS.

7. Melakukan langkah nomor 1-3 untuk pemeriksaan blanko dengan mengganti contoh uji dengan akuades.

Analisis BOD5 (SNI 06989.72:2009). 1. Sebanyak 2 botol Winkler disiapkan

dan ditandai dengan notasi A1 dan A2.

2. Dimasukkan larutan contoh uji ke dalam masing-masing botol Winkler A1 dan A2, sampai meluap, kemudian tutup masing-masing botol secara hati-hati untuk menghindari terbentuknya gelembung udara.

3. Dilakukan pengocokan beberapa kali, kemudian ditambahkan air bebas mineral pada sekitar mulut botol winkler yang telah ditutup.

4. Botol winkler A2 disimpan dalam lemari incubator 20°C selama 5 hari.

5. Dilakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan botol A1 dengan menambahkan 2 mL larutan MnSO4 2,25 % dan 2 mL alkali-iodine azida.

6. Membolak-nalikan botol sampai 15x dan diamkan selama 2 menit.

7. Menambahkan 2 mL H2SO4 pekat dan membolak-balik lagi dan diamkan beberapa saat.

8. Mentitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 sampai warna kuning muda.

9. Menambahkan larutan indikator amylum 1% dan titrasi dilanjutkan kembali sampai warna biru pada larutan tepat hilang.

10. Melakukan perlakuan nomor 5-9 untuk larutan pada botol A2. Catatan 1: Oksigen terlarut dalam air

pengencer yang dikonsomsi mikroba 5 hari berkisar antara 0,6 mg/L– 1,0 mg/L.

Page 5: Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo

Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 32 ISSN 0216 – 163X

Analisis Data TSS (SNI 06-6989.3-2004)

Keterangan : a = Berat kertas saring berisi residu tersuspensi, dalam mg b = Berat kertas saring kosong, dalam mg Vs = Volume sampel COD (SNI 06-6989.15-2004)

Keterangan: a = mL larutan FAS yang dibutuhkan

untuk blanko b = mL larutan FAS yang dibutuhkan

untuk sampel N = Normalitas FAS P = Pengenceran 8000 = berat milieqivalent oksigen x 1000 mL/L Catatan : kadar larutan reagen selalu dipilih agar (a-b) > 1ml

BOD5 (SNI 06989.72:2009)

BOD = DO0 – DO5

Keterangan: A = volume titran natrium tiosulfat N =Normalitas larutan natrium

tiosulfat (ek/l) V = volume botol winkler (ml) DO0 = Oksigen terlarut 0 hari DO5 = Oksigen terlarut 5 hari P = Pengenceran HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian untuk sampel air sungai Kali Anyar yang dianalisis adalah parameter TSS, COD dan BOD5. Pada analisis parameter TSS, dilihat penampakan air sungai secara fisik

terlihat air mengandung padatan tersuspensi yang cukup banyak. Hasil penelitian menunjukan hasil yang cukup besar yaitu 816 mg/L karena sungai sedang surut. TSS dapat terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa air sungai selain itu juga berasal dari limbah yang masuk ke sungai. Dengan demikian dapat dilihat bahwa parameter TSS pada air sungai Kali Anyar tidak memenuhi persyaratan baku mutu air limbah golongan 3.

Pengukuran bahan organik yang dilakukan dengan cara oksidasi secara kimia menjadi lebih singkat yang disebut uji Chemical Oxygen Demand (COD). Pengukuran COD pada suatu perairan menggambarkan seberapa besar jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimiawi bahan organik yang biodegradable (terdegradasi secara biologi) maupun yang non-biodegradable (tidak terdegradasi secara biologi) menjadi CO2 dan H2O. Pengukuran COD didasarkan pada prinsip bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat K2Cr2O7 (kalium dikromat) dalam suasana asam. Oksidator ini dapat mengoksidasi bahan organik sekitar 95-100%. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro amonium sulfat (FAS). Semakin banyak K2Cr2O7 yang terpakai maka semakin banyak oksigen yang diperlukan. Hal tersebut menunjukkan tingginya bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Dari hasil uji yang dilakukan terhadap air sungai Kali Anyar diperoleh kadar COD 40,608 mg/L. Kadar COD yang diperoleh cukup besar dikarenakan buangan llimbah dari Industri maupun dari limbah rumah tangga yang langsung masuk ke badan sungai.

Tabel 1.Hasil Analisa Laboratorium terhadap parameter TSS, COD dan BOD5.

No. Parameter Hasil

1 TSS 816 mg/L 2 COD 40,608 mg/L 3 BOD5 4,7931 mg/L

Page 6: Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo

Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 33 ISSN 0216 – 163X

Pembandingan uji yang telah dilakukan dengan dengan PP.No.82 Tahun

2001 pada parameter air golongan 3 maka disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut :

Table 2. tabel perbandingan kualitas air sungai Kali Anyar dengan Baku Mutu.

Berdasarkan PP.No.82 Tahun 2001 tentang baku mutu kualitas air untuk kadar COD adalah 50 mg/L dan dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa kadar COD masih dalam batas yang aman dalam baku mutu. Kadar COD yang didapatkan cukup besar, hal ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat membuang sampah dan limbah ke sungai masih berlangsung di sepanjang Sungai Kali Anyar, terutama dari pemukiman, industri dan berbagai kegiatan di kota Mojosongo, Surakarta.

Pentingnya pengukuran oksigen terlarut di perairan adalah untuk mengetahui laju oksigen yang digunakan oleh organisme. Adanya laju yang sangat rendah akan mengindikasikan perairan yang bersih atau kemungkinan minimnya mikroorganisme untuk mengkonsumsi bahan organik yang tersedia di perairan dan kemungkinan lainnya adalah mikroorganisme mati. Laju penggunaan oksigen umumnya disebut Biochemical Oxygen Demand (BOD). BOD5 merupakan metode untuk mengetahui banyaknya kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mendekomposisi bahan organik secara biologi (Biodegradable) di perairan dalam sebuah unit volume air dengan memanfaatkan mikroorganisme.

BOD5 menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi mikroba dalam proses respirasi aerob yang terdapat dalam botol Winkler yang diinkubasi sekitar 200C, pada umumnya selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya. Bahan organik ini, yaitu : lemak, protein, kanji, glukosa, aldehida, dan ester. Dekomposisi selulosa secara biologis berlangsung relatif lambat. Bahan organik merupakan hasil pembusukan tumbuhan

dan hewan yang telah mati atau hasil buangan dari limbah domestik dan industri. Berdasarkan PP.No.82 Tahun 2001 tentang baku mutu kualitas air untuk kadar BOD5 adalah 6 mg/L dari hasil penelitian yang diperoleh adalah 4,7931 mg/L maka kadar BOD5 air sungai Kali Anyar yang masih berada dibawah standar mutu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data dari parameter, yaitu : TSS 816 mg/L, COD 40,608 mg/L, dan BOD5 4,7931 mg/L. Berdasarkan penelitian ini, kualitas air Sungai Kali Anyar tergolong tercemar. Tidak sesuai dengan baku mutu PP no. 82 tahun 2001.

Saran

Kondisi Sungai Kali Anyar tercemar, maka harus dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan industri sekitar Sungai Kali Anyar agar tidak melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan. Selain itu limbah industri tetap perlu diolah sebelum dibuang ke sungai. Masyarakat di sepanjang sungai yang dilengkapi dengan septic tank, pembuatan tempat MCK dan untuk limbah peternakan dibuatkan tempat pengolahan limbah yang dapat mengolah limbah menjadi biogas.

DAFTAR PUSTAKA

Azwir. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri oleh Limbah Industri Kelapa Sawit (PT. PEPUTRA MASTERINDO), di Kabupaten

Parameter Baku Mutu Air kelas 3

( PP.No.82 Tahun 2001) Sampel

TSS 400 mg/L 816 mg/L COD 50 mg/L 40,608 mg/L BOD5 6 mg/L 4,7931 mg/L

Page 7: Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo

Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 34 ISSN 0216 – 163X

Kampar. Thesis. Semarang. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2006

Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 06-6989.15-2004. Chemical Oxygen Demand (COD). Jakarta: BSN. 2004

Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 06-6989. 3-2004. Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara Gravimetri. Jakarta: BSN. 2004

Badan Standarisasi Nasional. SNI 6989.59.2008. Pengambilan Sampel Air Limbah. Jakarta: BSN. 2008

Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 18644 6989.72:2009. Cara uji kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand/BOD). Jakarta: BSN. 2009

Hadi, A. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. 2005

Kasmanhadi S, Henry. Karakteristik Kuallitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten. Skripsi. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2009

Nurhasanah. Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Tekstil Kelapa Sawit, Pabrik Karet Dan Domestik. Medan. FMIPA Universitas Sumatera Utara. 2009

Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Presiden Republik Indonesia.

R.Wati, Rosnida. Penentuan Kadar Fosfat dan COD Pada Proses Pengolahan Air Limbah PT.Sinar Oleochemical International (PT.SOCI). Medan. Universitas Sumatera Utara. 2008