analisis kualitatif
TRANSCRIPT
Analisis kualitatif
1. Tujuan
1.1 Mengidentifikasi anion dan kation yang terdapat dalam sebuah senyawa
anorganik murni berdasarkan sifat pembentukan endapannya.
1.2 Menentukan anion dan kation berdasarkan pada sifat kelarutan atau
reaksi dari kation dan anion didalam air (asam dan basa).
2. Teori Dasar
Analisis Kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunakan untuk
mengenali atau mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa kimia (anion atau
kation) yang terdapat dalam sebuah sampel berdasarkan sifat kimia dan
fisikanya (Anomim, 2007).
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi
dimana hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk menentukan ke
arah mana reaksi berjalan. Contoh : Reaksi redoks, reaksi asam-basa,
kompleks, dan reaksi pengendapan. Sedangkan analisis berdasarkan sifat
fisikanya dapat diamati langsung secara organoleptis, seperti bau, warna,
terbentuknya gelembung gas atau pun endapan yang merupakan informasi
awal yang berguna untuk analisis selanjutnya.( Syukri, 1999)
a. Reaksi Kering
Beberapa logam mempunyai warna nyala yang spesifik sehingga dapat
dilakukan uji warna nyala sebagai salah satu cara identifikasi kation
dengan reaksi kering. terkadang uji warna nyala juga dapat menjadi satu-
satunya indikator pemastian suatu unsur tanpa memerlukan analisis yang
lebih lanjut dalam pengidentifikasiannya. Seperti unsur Astatin (At) yang
hanya berwarna putih pada saat di uji warna nyalanya. (Anonim, 2008)
b. Reaksi Basah
Reaksi basah merupakan jenis identifikasi zat secara kualitatif yang sering
digunakan pada umumnya.
Senyawa NO3- hanya membentuk cincin coklat jika direaksikan dengan
senyawa Fero sulfat dan H2SO4. Lain halnya dengan senyawa borat yang
jika ditambahkan metanol kemudian dipanaskan dengan nyala api, maka
menghasilkan uap atau asap berwarna hijau.
Uraian diatas merupakan beberapa contoh senyawa yang dalam
pengidentifikasiannya tidak memerlukan tahapan analisis selanjutnya.
Karena sifat kimia ataupun fisika dari senyawa tersebut sangat khas,
dimana senyawa yang lain tidak memilikinya. (Anonim, 2007)
a) Reaksi Pengendapan
Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali
pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya.
Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar
pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb
dapatdilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida,
kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air
panas.Kenaikan suhuakan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan
tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak (Harjadi, 1986).
b). Reaksi Asam-Basa
Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidrogen.,sedangkan basa mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna
merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3, NaOH dan KOH.
Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka disebut
asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H2S dan amonium
hidroksida. Dalam analisa kualitatif H2S digunakan untuk mengendapkan
sejumlah kation menjadi garam sulfidanya (Syukri, 1999).
c). Reaksi Redoks
Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa kualitatif,
baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Contoh penggunaan Reaksi
redoks dalam analisis kualitatif:
Kalium permanganat, KMNO4
Zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkandengan
air, merupakan pengoksidasi kuat yang dipengaruhi oleh pH darimediumnya.
a) dalam asam;MnO4- + 8H+ + 5e _ Mn2+ (warna merah muda) + 4H2O
b) dalam larutan netral MnO4- + 4H+ + 3e _ MnO2 (endapan coklat) + 2H2O
c) dalam larutan basa MnO4- + e _ MnO42- ( warna hijau)
(Harjadi, 1986)
d). Reaksi Pembentukan Kompleks
Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan reaksi-
reaksi yang melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau
molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang
terikat dengan atom pusat tersebut. (Anonim, 2008)
3. Analisis Kation
Dalam analisis kualitatif sistematis, kation-kation diklasifikasikan dalam
lima golongan, berdasarkan sifat-sifat kation itu terdapat beberapa
reagensia. Reagensia yang umum dipakai diantaranya : asam klorida,
Hidrogen sulfide, Amonium sulfide, dan Amonium karbonat. Klasifikasi
kation berdasarkan atasapakah suatu kation bereaksi dengan reagensia,
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. boleh dikatakan
bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan
kelarutan dari klorida, sulfide, dan karbonat dari kation tersebut.
Reagensia yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah:
1. HCl
2. H2S
3. (NH4)2S
4. (NH4)2CO3
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagen-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Klasifikasi
kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfat dan karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut:
1. Golongan I
Kation golongan I : Timbal (II), Merekurium (I), dan Perak (I)
Pereaksi golongan : Asam klorida encer(2M)
Reaksi golongan : Endapan putih timbal klorida (PbCl2), Merkurium(I)
klorida (Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl)
Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun
timbal klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah
mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer
kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu diendapkan secara
kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama kation
golongan II Nitrat dari kation-kation golongan I sangat mudah larut
diantara sulfat-sulfat, timbal praktis tidak larut, sedang perak sulfat jauh
lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat terletak diantara kedua zat
diatas.
Bromida dan iodida juga tidak larut. Sedangkan pengendapan timbal
halida tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali larut dalam air
panas. Sulfida tidak larut, asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun
perak asetat bisa mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida
dan karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya
ekuivalen, Tetapi pada reagensia berlebih, ia dapat bergerak dengan
bermacam-macam cara dimana ada perbedaan dalam sifat-sifat zat ini
terhadap ammonia. (Svehla, 1985)
2. Golongan II
Kation golongan II : Merkuri (II), timbal (II), bismuth (III), tembaga (II),
kadmium (II), arsen (III) dan (V), stibium (III), dan timah (II)
Reagensia golongan : hydrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh)
Reaksi golongan : endapan-endapan dengan berbagai warna HgS
(hitam), PbS (hitam), Bi2S3(coklat), AS2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga),
SnS2 (coklat) dan SnS2 (kuning).
Kation-kation golongan II dibagi menjadi 2 sub golongan, yaitu sub.
Golongan tembaga dan sub.
Golongan arsenik. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida
dalam ammonium polisulfida.
sub. Golongan tembaga tidak larut dalam reagensia ini. Sulfida dari sub.
Golongan arsenik melarut dengan membentuk garam tio.
3. Golongan III
Kation golongan III : Fe2+, Fe3+, Al3+, Cr3+, Cr6+, Ni2+, Cu2+, Mn2+, dan Mn7+,
Zn2+.
Reagensia golongan : H2S (gas/larutan air jenuh) dengan adanya
ammonia dan ammonium klorida atau larutan ammonium sulfida
Reaksi golongan : endapan dengan berbagai warna FeS (hitam),
Al(OH)3 (putih), Cr(OH)3 (hijau), NiS (Hitam), CoS (hitam), MnS (merah
jambu), dan Zink sulfat (putih).
Logam golongan ini tidak diendapkan oleh reagensia golongan untuk
golongan I dan II tetapi semua diendapkan dengan adanya ammonium
klorida oleh H2S dari larutan yang telah dijadikan basa dengan larutan
ammonia. Logam-logam ini diendapkan sebagai sulfida, kecuali Al3+ dan
chromium yang diendapkan sebagai hidroksida, karena hidroksida yang
sempurna dari sulfide dalam larutan air, besi, aluminium, dan
kromium(sering disertai sedikit mangan) juga diendapkan sebagai
hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya ammonium klorida,
sedangkan logam-logam lain dari golongan ini tetap berada dalam larutan
dan dapat diendapkan sebagai sulfide oleh H2S. maka golongan ini bisa
dibagi menjadi golongan besi (besi, aluminium, mangan dan zink) atau
golongan IIIB.
4. Golongan IV
Kation golongan IV : Barium, Stronsium, dan Kalsium
Reagensia golongan : terbentuk endapan putih
Reaksi golongan : terbentuk endapan putih
Reagensia mempunyai sifat:
- tidak berwarna dan memperlihatkan reaksi basa- terurai oleh asam-asam (terbentuk gas Co2)- harus dipakai pada suasana netral/ sedikit basakation-kation golongan IV tidak bereaksi dengan reagen HCl, H2S, ataupun ammonium sulfida, sedang dengan ammonium karbonat (jika ada ammonia atau ion ammonium dalam jumlah yang sedang) akan terbentuk endapan putih (BaCO3, SrCO3, CaCO3) (Svehla, 1985)
3.Cara Kerja
Di tambahkan 50 mg sampel
Ditambahkan salah satu larutan ini:
Diamati perubahan yang terjadi
Dicatat
Dilakukan identifikasi dugaan kation
dan anion dalam sampel
6 tabung reaksi bersih
Hasil
Sampel dalam tabung reaksi
NH4OH 6M
Air 1 -2 ml
HCl 6M H2SO4 3M
HNO3
6MNaOH
6M
Kation dan Anion
Diketahui Kation dan Anion dalam
senyawa / sampel
4. Data Pengamatan
Sampel B
No Perlakuan Hasil
1.
2.
Sampel berupa serbuk kasar
berwarna hijau dan sedikit
butiran putih
Sampel + HCl 6 M
Sampel diduga mengandung
anion ClO3-
Larutan larut sempurna dan
berwarna kuning hijau. Larutan
terbukti mengandung anion ClO3-
No Perlakuan Hasil
1.
2.
3.
Sampel berupa serbuk kasar
berwarna hijau dan sedikit
butiran putih
Sampel + AgNO3 0.1 M
Larutan + Akuades
Sampel diduga mengandung
anion Cl-
Larutan berwarna putih keruh
dan terdapat endapan putih.
Endapan tidak larut. Larutan
terbukti mengandung anion Cl-
No Perlakuan Hasil
1.
2.
3.
Sampel berupa serbuk kasar
berwarna hijau dan sedikit
butiran putih
Sampel + K2CrO4 5%
Dilakukan uji nyala
Sampel diduga mengandung
kation Ba2+
Larutan berwarna kuning dan
terbentuk endapan berwarna
kuning.
Larutan berwarna hijau kuning.
Larutan terbukti mengandung
kation Ba2+
No Perlakuan Hasil
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sampel berupa serbuk kasar
berwarna hijau dan sedikit
butiran putih
Sampel + air panas
Larutan dan endapan dipisahkan
Filtrat + K2CrO4 0.1 M
Filtrat + KI
Filtrat + H2SO4
Filtrat + NH4OH
Sampel diduga mengandung
kation Pb2+
Larutan berwarna keruh dan
terbentuk endapan berwarna biru
muda.
Filtrat sampel
Larutan berwarna kuning dan
terbentuk endapan berwarna
kuning.
Larutan berwarna kuning
Larutan tidak berwarna dan
terbentuk endapan berwarna
putih
Larutan berwarna biru tua. Dan
Larutan terbukti mengandung
kation Pb2+
Ciri fisik sampel B
1. Bentuk : Padatan (serbuk) higroskopis
2. Warna : Hijau dan sedikit terdapat butiran putih
3. Bau : Tidak berbau
Anion dan Kation yang didapat dari hasil analisis
Kation:
1. Ba 2+
2. Pb 2+
Anion:
1. ClO3-
2. Cl-
Sampel Sebenarnya adalah NaF + CuCl2
Kation:
1. Na+
2. Cu2+
Anion:
1. F-
2. Cl2-
Reaksi yang terjadi:
Ba2+ + K2CrO4 → BaCrO42- ↓ (endapan kuning) + 2K
Cl- + AgNO3 → AgCl- ↓ (endapan putih) + NO3
ClO3- + HCl → HClO3 + Cl-
Pb 2+ + K2CrO4 → PbCrO42- ↓(endapan kuning) + 2K
Pb 2+ + 2KI- → PbI2 ↓(endapan kuning) + 2K
Pb 2+ + H2SO4 → PbSO4 ↓(endapan putih) + 2H+
Pb 2+ + NH4OH → PbNH42- + OH-
5. Pembahasan
Pada percobaan analisis kualitatif dilakukan untuk mengiddentifikasi
anion dan kation yang terdapat dalam suatu senyawa. Sampel yang dianalisis
berupa serbuk kasar berwarna hijau dan sedikit butiran putih. Dari
pemeriksaan secara organoleptis ini timbul hipotesis (dugaan sementara)
tentang senyawa apa yang ada didalam sampel. Berdasarkan literatur
senyawa yang berwarna hijau itu diantaranya Cr2O3, Hg2I2, Cr(OH)3, garam-
garam ferro (Fe2+), garam-garam Nikel (Ni2+),CrCl3.6H2O CuCO3 dan lain-lain.
Kemudian setelah itu dilakukan analisa basah dengan cara
mereaksikannya dengan larutan yang telah dihipotesis. HCl 6M dilarutkan
kedalam sampel untuk menguji anion ClO3- menghasilkan larutan yang larut
sempurna (tidak menghasilkan endapan) dan berwarna kuning hijau. Dengan
demikian, larutan terbukti mengandung anion ClO3-. Pada identifikasi kation,
sampel ditambahkan reagen K2CrO4 5% dan menghasilkan larutan berwarna
kuning serta terbentuk endapan berwarna putih. Sampel diduga mengandung
kation Ba2+ . Untuk memperkuat hipotesis, maka dilakukan uji nyala. Kawat
nikrom ditambahkan sampel diatasnya kemudian dibakar / dipanaskan dan
terjadi perubahan warna pada api menjadi hijau dan tidak memiliki bau yang
menyengat. Maka sampel terbukti mengandung kation Ba2+. Hipotesis lainnya
adalah diduga sampel mengandung anion Cl-. Karena ketika ditambahkan
AgNO3 0.1 M larutan berubah warna menjadi putih keruh dan terbentuk
endapan putih. Kemudian larutan tersebut ditambahkan akuades dan
endapan tetap tidak larut. Dengan demikian, larutan terbukti mengandung
anion Cl-.
Dalam analisis kualitatif ini diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam
menganalisa mulai dari bentuk, warna, sifat, bau dan rasa sampel hingga uji
nyala serta perubahan yang terjadi ketika direaksikan dengan reagen. Reagen
juga dapat berupa air. Ketika sampel ditambahkan air panas larutan menjadi
berwarna keruh dan terbentuk endapan berwarna biru muda. Hipotesis
diduga sampel mengandung kation Pb2+. Untuk membuktikannya maka
endapan dipisahkan dari larutannya kemudian filtrat direaksikan dengan
larutan K2CrO4 0.1M sehingga menghasilkan endapan berwarna kuning dan
larutan berwarna kuning. Sama hal nya ketika filtrat direaksikan dengan KI
larutan berwarna kuning dan terbentuk endapan berwarna kuning. Namun
berbeda ketika filtrat direaksikan dengan larutan H2SO4 larutan tidak
berwarna tapi terbentuk endapan putih. Pembuktian terakhitr filtrat
direaksikan dengan larutan NH4OH sehingga larutan menjadi berwarna biru
tua. Dengan demikian, sampel terbukti mengandung Pb2+
Berdasarkan hasil identifikasi sifat pembentukan endapnnya dan sifat
kelarutan didalam air (asam dan basa) sampel yang dianalisis terdapat anion
ClO3- dan Cl- serta kation Ba2+ dan Pb 2+. Sedangkan pada kenyataannya,
sampel positif mengandung NaF dan CuCl2. Perbedaan ini terjadi karena
penafsiran yang keliru yang disebabkan oleh kurang nya pengetahuan
mengenai anion dan kation serta terbatasnya reagen yang dimiliki
dilaboratorium sehingga proses analisis tidak optimal.
Secara teoritis sebenarnya cukup besar kemungkinan terdapatnya kation-
anion dalam sampel yang diuji. Sebab sampel tersebut diambil dari daerah
terbuka yang berinteraksi langsung dengan berbagai aktivitas lain di alam
secara natural. Jadi tidak mungkin larutan sampel netral atau tidak
mengandung zat-zat kontaminan lain didalamnya mengingat sifat air sebagai
pelarut murni yang dapat menerima berbagai zat masuk kedalamnya. Tidak
terbacanya kandungan-kandungan lain di dalam sampel kemungkinan
disebabkan kurangnya kadar Kation dan anion dalam larutan sampel sehingga
tidak dapat dianalisis dengan metode sederhana dan uji spesifik sederhana.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi sifat pembentukan endapnnya dan sifat
kelarutan didalam air (asam dan basa) sampel yang dianalisis terdapat anion
ClO3- dan Cl- serta kation Ba2+ dan Pb 2+. Sedangkan pada kenyataannya,
sampel positif mengandung NaF dan CuCl2.
Daftar Pustaka
Anomim. 2008. Petunjuk Praktikum Analisa Kimia. Laboratorium Kimia Analitik:
FMIPA UNPAD.
Anomim. 2007. Analisa kualitatif. vailable at http://www .Chem-is-try.org. diakses
pada 20 Oktober 2012.
Harjadi, w. 1986. Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
diterjemahkan oleh Dr. A Hadyana Pudjaatmaka, edisi kelima. Jilid Dua.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Jilid Dua. Bandung: ITB.
Wulandari, Meyliana. 2012. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik. Bandung: UIN
SGD.