analisis marketing esia
DESCRIPTION
Data diperoleh dari laporan per-periode yang didownload dari my-esia.comTRANSCRIPT
Page | 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri Telekomunikasi di Indonesia melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo),
Pemerintah mengatur dan mengawasi penyelenggaraan jasa dan jaringan telekomunikasi di Indonesia.
Depkominfo juga memiliki otoritas untuk mengatur alokasi spektrum frekuensi radio untuk
penyelenggaraan jasa telekomunikasi di mana setiap operator pengguna diwajibkan untuk membayar
Biaya Hak Penggunaan frekuensi ( BHP ) yang besarnya disesuaikan dengan suatu formula tertentu.
Pemerintah juga mewajibkan operator untuk membayar dana kontribusi Universal Service Obligation
( USO ) sebesar 0.75% ( tahun depan 1% ) dari gross revenue operator dipotong beban interkoneksi
dan bad debt setiap tahunnya. Dana USO tersebut akan digunakan untuk pengembangan sarana dan
penetrasi telekomunikasi di seluruh desa di Indonesia guna menopang target fixed line teledensity rate
yang sebesar 8%.
Pada dasarnya layanan seluler di Indonesia terbagi menjadi dua jenis layanan, yakni full mobility dan
fixed wireless access. Pada layanan full mobility, mobilitas jaringan aksestanpa kabel tidak dibatasi
pada suatu area tertentu ( Simpati, As, Halo, Mentari, IM3,Matrix, Xplor, Bebas, Jempol ) sementara
layanan fixed wireless access dibatasi pada area operasi tertentu ( Esia, Fleksi, Star One ), sehingga
tarif untuk fixed wireless access adalah sama dengan tarif telepon tetap PSTN. Terdapat 12 operator
telekomunikasi bergerak yang memiliki izin di Indonesia, yang terbagi menjadi operator full mobility dan
operator FWA.
Total pelanggan seluler ( termasuk Flexi ) di Indonesia pada FY05 diestimasikan telahmencapai 51.6
juta pelanggan. Dimana lebih dari 80% pangsa pasar dikuasai oleh Telkom, Indosat dan Excelcomindo.
Teledensity rate untuk seluler sendiri diprediksi akan mencapai 40% di FY10.
Dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Filipina, Indonesia memiliki teledensity rate seluler
terendah sementara profil GDP per kapita Indonesia relatif sama jika dibandingkan dengan Thailand
dan Filipina. Hal ini mengindikasikan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menyamai
teledensity rate kedua negara tersebut. Pada tahun 2010 pelanggan seluler di Indonesia diprediksi
akan melampaui 90 jutapelanggan, yang merefleksikan teledensity rate 38%. Jika saat ini pelanggan
layanan telekomunikasi bergerak ( termasuk FWA ) di Indonesia mencapai 51.6 juta pelanggan, maka
setidaknya masih ada potensi pertumbuhan 40 juta pelanggan dalam lima tahun ke depan.
Page | 2
Sementara itu, Selama 8 tahun terakhir (tahun 1996 – 2004) industri seluler Indonesia mengalami
pertumbuhan pelanggan. Pertumbuhan yang fenomenal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain:
1. Variasi handset yang makin beragam
2. Diperkenalkannya kartu pra-bayar oleh operator seluler pada tahun 1998
3. Harga handset yang makin murah / terjangkau yang disebabkan oleh:
a) Persaingan antar produsen telepon seluler yang semakin ketat dan juga tingkat produksi
produsen telepon seluler yang telah mencapai skala ekonomis
b) Munculnya pasar handset bekas (second hand) baik handset bekas dari dalam negeri
maupun handset bekas dari luar negeri (refurbishment)
4. Adanya fasilitas pembiayaan konsumen sehingga handset dapat dicicil
5. Daerah jangkauan operator seluler (coverage area) yang semakin luas sampai ke daerah terpencil
seiring dengan ekspansi yang dilakukan oleh para operator seluler
6. Perubahan pola hidup masyarakat (terutama di kota-kota besar) yang semakin membutuhkan
sarana komunikasi yang fleksibel dan mobile (membutuhkan mobilitas tinggi), hal ini dapat dilihat
juga dari pengguna telepon seluler yang tidak terbatas pada kalangan tertentu saja (kaum eksekutif)
namun sekarang pengguna telepon seluler sudah mencakup berbagai lapisan masyarakat dari
segala tingkat ekonomi maupun usia. Selain karena kebutuhan, sekarang ini penggunaan telepon
juga merupakan bagian dari gaya hidup dari masyarakat modern yang telah lebih maju dalam hal
pengetahuan teknologi.
7. Persaingan antar operator seluler yang menguntungkan konsumen seperti: harga kartu perdana
(starter pack) yang semakin murah, tarif pulsa yang semakin kompetitif, bebas roaming antar
daerah, dan produk-produk inovatif lainnya.
Namun dibalik pertumbuhan industri seluler yang tinggi, persaingan antar operator juga semakin ketat
(fierce competition) yang membawa dampak sebagai berikut:
1. Average Revenue Per User (ARPU) yang semakin rendah akibat terjadinya perang tariff antar
operator seluler dan diluncurkannya produk voucher pulsa isi ulang (untuk kartu pra-bayar) yang
sangat murah sebagai upaya menjaring pelanggan yang memiliki daya beli relatif rendah.
Page | 3
2. Tingkat kartu hangus (churn rate) yang tinggi akibat harga jual starter pack yang ditekan sangat
rendah demi menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya. Rendahnya harga jual starter pack ini
mengakibatkan banyak pelanggan yang memperlakukan starter pack hanya sebagai calling card yang
akan segera dibuang setelah pulsa habis digunakan. Adapun churn rate pada tahun 2004 adalah 8%
dan kemudian meningkat menjadi 12% pada kuartal I tahun 2005. yang cukup tinggi dengan
pertumbuhan 65% CAGR pertahun dan tingkat penetrasi seluler (teledensitas) yang meningkat secara
signifikan dari hanya 1,7% pada tahun 2000 menjadi 14,4% pada tahun 2004.
Layanan seluler sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Full Mobility: Layanan mobilitas jaringan akses tanpa kabel yang tidak dibatasi pada suatu daerah
operasi tertentu, dengan contoh produk seperti: Fren, Bebas, Xplore, Jempol, Simpati, Kartu AS, Halo,
IM3, Smart, Matrix dan Mentari
2. Limited Mobility / Fixed Wireless Access: Layanan mobilitas jaringan akses tanpa kabel yang
terbatas pada suatu daerah operasi tertentu dengan contoh produk seperti: Esia, Flexi, StarOne,
Saat ini, sebagian besar pelanggan seluler di Indonesia menggunakan layanan Full Mobility, dimana
terdapat 3 operator seluler utama yang menguasai pangsa pasar industri seluler di Indonesia yaitu PT
Telkomsel (±55,15%), PT Indosat Tbk (31,37%) dan PT Excelcomindo Tbk (11,03%). Adapun operator
seluler Indonesia yang saat ini aktif melakukan penetrasi pasar adalah PT Telkom Tbk, PT Telkomsel,
PT Indosat Tbk, PT Exelcomindo Tbk, PT Mobile-8 Telecom, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Mandara
Seluler Indonesia (d/h Mobisel)
Code Division Multiple Access (CDMA)
Secara umum teknologi seluler dikembangkan oleh dua pengembang teknologi seluler utama dunia
yaitu dari Amerika Serikat dan benua Eropa. Pada awalnya Amerika Serikat mengembangkan teknologi
yang diberi nama Advance Mobile Phone System (AMPS), namun dalam perkembangannya
penggunaan teknologi AMPS tidak bertumbuh dengan baik dan kalah bersaing dibanding penggunaan
teknologi Global System for Mobile Communication (GSM) yang pengembangannya berasal dari benua
Eropa yang disebabkan oleh beberapa keterbatasan teknologi AMPS.
Lalu seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, Amerika Serikat telah mengembangkan
teknologi yang diberi nama Code Division Multiple Access jenis 2000-1X (CDMA 2000-1X) yang
disebut juga teknologi CDMA 2000-1X juga disebut teknologi pra-3G atau sering juga dikenal sebagai
teknologi 2½G atau 2¾G karena memiliki kemampuan transmisi data yang tinggi yang hanya bisa
dibandingkan dengan GSM teknologi GPRS (2½G) atau EDGE (2¾G).
Page | 4
Dengan kemajuan teknologi CDMA dan adopsi oleh operator-operator di seluruh dunia, pengguna
Dengan kemajuan teknologi CDMA dan adopsi oleh operator-operator di seluruh dunia, pengguna
teknologi CDMA dunia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yaitu mencapai 67x dalam kurun
waktu 8 tahun atau mengalami pertumbuhan CAGR 69,22%. teknologi CDMA dunia mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat yaitu mencapai 67x dalam kurun waktu 8 tahun atau mengalami
pertumbuhan CAGR 69,22%.
1.2 Tujuan
Dasar dari diadakannya penulisan ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran apa yang
diterapkan oleh perusahaan Bakrie Telecom dalam persaingan pasar CDMA.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Segmenting, Targeting, Positioning
2.1.1 Definisi Segmenting
Page | 5
Menurut Hermawan Kartajaya dalam bukunya, “MarkPlus on Strategy”, Segmenting merupakan
pemetaan (mapping) suatu pasar menjadi beberapa kategori dengan mengumpulkan perilaku yang
serupa dari pelanggan kedalam sebuah segmen.
Freddy Rangkuti dalam bukunya “Business Plan” mendefinisikan segmentasi sebagai identifikasi
kelompok-kelompok pelanggan yang memberikan respon yang berbeda dibandingkan dengan
kelompok pelanggan lain.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, Segmentasi merupakan pemetaan suatu pasar menjadi
beberapa kategori dengan identifikasi perilaku dan respon yang berbeda menjadi segmen-segmen.
2.1.2 Definisi Targeting
Hermawan Kartajaya dalam bukunya, “Hermawan Kartajaya on Targeting” mendefinisikan targeting
sebagai penentuan segmen-segmen pasar yang potensial bagi perusahaan dalam mengalokasikan
segala sumber daya secara efektif.
Lalu, Kalman Applbaum dalam bukunya “The Marketing Era” mendefinisikan targeting sebagai,
“The act developing measures of segment attractiveness and selecting one or more market segments to enter”
Maka, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa targeting merupakan proses mengkaji pasar potensial untuk
dimasuki dan dibangun dengan pengalokasian sumber daya secara efektif.
2.1.3 Definisi Positioning
Menurut Al Ries dan Jack Trout dalam buku “Business Plan”, Positioning merupakan suatu cara menempatkan
produk sehingga tertanam dalam benak pelanggan.
Sementara Wind dalam buku “MarkPlus on Strategy” mengatakan bahwa, positioning merupakan posisi yang
ditempati suatu produk dalam suatu pasar sebagaimana yang dipersepsikan oleh target market.
Dapat disimpulkan bahwa positioning merupakan, cara menempatkan produk dalam suatu pasar hingga
tertanam dalam benak target market.
2.2 Definisi Marketing Concept
Page | 6
Kotler (2000:18) mendefinisikan Marketing Concept, “The marketing concept holds that the key to achieving all
the organizational goals consist in determining the needs and wants of target market and delivering the desired
satisfactions more effectively and efficiently than competitors”
Pada definisi Kotler tersebut jelas bahwa konsep pemasaran menekankan pada kepuasan konsumen sebagai
suatu tujuan yang harus dicapai.
2.3. Definisi Selling Concept
David Barnes dalam bukunya, “Understanding Business” mendefinisikan Selling Concept sebagai “emphasizes
action directed at stimulating consumers interest through aggressive sales and promotion efforts”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa usaha penekanan pada pemberian rangsangan kepada target
market agar berminat pada suatu produk melalui usaha penjualan dan promosi yang agresif.
2.4 Definisi Needs dan Wants
Kotler mendefinisikan needs sebagai persyaratan dasar manusia seperti makanan, udara, air, pakaian,
tempat berteduh, rekreasi, pendidikan, dan hiburan.
Sementara wants sebagai keinginan pada produk spesifik yang didukung oleh kemampuan untuk
membayar.
2.5 Definisi Product Attribute
Kotler dalam bukunya,”Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control”
menyebutkan bahwa, “Atribut produk memiliki dimensi dimensi yang terkait dengan produk atau merek
seperti performance, conformance, daya tahan, keandalan, desain, gaya, reputasi dll yang menjadi
petimbangan bagi konsumen dalam menentukan pilihannya”
2.6 Definisi Analisis SWOT
Dalam Wikipedia.org disebutkan bahwa, “SWOT Analysis is a strategic planning method used to
evaluate the Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats involved in a project or in a business
venture”
Page | 7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Segmenting, Targeting, Positioning ESIA
Sekarang ini, jumlah penduduk negara kita sekitar 220 juta jiwa. Kira-kira 30% dari jumlah itu adalah
usia balita dan usia lanjut, jadi sisanya sekitar 160 juta jiwa. Angka ini tidak otomatis menjadi pasar
seluler. Setelah dikurangi kelompok ekonomi kelas terendah, angkanya menjadi sekitar 140 juta saja.
Hingga kini terdapat kurang-lebih 90 juta nomor yang beredar di pasar. Angka ini juga tidak langsung
menunjukkan jumlah pemakainya hanya sekitar 60 juta saja. Sehingga, bisa ditarik angka kasar bahwa
masih ada sekitar 80 juta konsumen Indonesia yang belum terjamah telepon seluler. Mereka ini
kebanyakan berasal dari kelas menengah-bawah yang tinggal di perkotaan dan pedesaan. Gambaran
profesi mereka adalah pedagang sayur di pasar-pasar tradisional, penjual bakso, supir angkutan
umum, dan lain-lain. Jadi, tantangan dan peluang yang bakal dihadapi para operator telekomunikasi
ke depan adalah melayani pasar kelas bawah dengan menyiapkan program yang benar-benar pas
Page | 8
dengan segmen tersebut. Beberapa pemain seluler tampak mulai melirik pasar ini. Ceria yang
dikeluarkan oleh anak perusahaan Sampoerna fokus menggarap pasar pedesaan dengan CDMA. Lalu,
di perkotaan, sepertinya Esia paling getol menyusup di pasar menengah-bawah.
3.1.1 Segmenting ESIA
3.1.2 Targeting ESIA
Dengan prediksi pertumbuhan industri seluler yang semakin meningkat di 2008 dan prediksi market
growth akan tumbuh jauh di atas 30%. Asumsi itu, salah satunya, juga berdasarkan pada munculnya
pemain baru di bisnis ini.
Esia sendiri terus memperluas pasar dengan meningkatkan pemakai seluler. Tahun ini, Bakrie Telecom
memang disibukkan dengan ekspansi nasional. Banjarmasin, Palembang, Pekanbaru, Batam,
Pontianak, Balikpapan, Lampung, Makassar, Denpasar, Manado, Surabaya, Semarang, Solo,
Yogyakarta, Medan, Padang, Kediri, Batu dan Malang. Target mereka selanjutnya adalah bisa
beroperasi di semua kota besar di Indonesia.
Maka dapat dipastikan bahwa ESIA menetapkan konsumen menengah-bawah yang berdomisili
diperkotaan.
ATAS
ATAS
MENENGAH
BAWAH
MENENGAH
ATAS
MENENGAH
BAWAH
BAWAH
ATAS
MENENGAH
BAWAH
Kelas Ekonomi
ATAS
ATAS
MENENGAH
BAWAH
MENENGAH
ATAS
MENENGAH
BAWAH
BAWAH
ATAS
MENENGAH
BAWAH
Kelas Ekonomi
Page | 9
3.1.3. Positioning ESIA
Dengan positioning statement, “provider telekomunikasi termurah di Indonesia”. ESIA menawarkan
produk- produk berkualitas, murah dan terjangkau namun tidak murahan demi mendukung dan
memperkuat positioning statement.
Marketing dan Selling Concept ESIA
[email protected] Market
Tarif Telpon Murah Print Ad, TV Ad
Servis dan Pelayanan
Produksi Kartu Perdana Penjualan Profit
Page | 10
Marketing Concept ESIA dimulai dari analisa pasar dan target market melalui berbagai pendekatan,
dan diperoleh data bahwa
80 juta konsumen Indonesia yang belum terjamah telepon seluler. Mereka ini kebanyakan berasal dari
kelas menengah-bawah yang tinggal di perkotaan dan pedesaan. Gambaran profesi mereka adalah
pedagang sayur di pasar-pasar tradisional, penjual bakso, supir angkutan umum, dan lain-lain.
Hingga akhirnya ESIA menawarkan produk termurah dengan tarif dasar:
Nelpon ke semua nomor ESIA se-Indonesia
Dari menit Pertama Rp 50,-/menit
Sejam non stop Rp 1000,-/jam
Tarif setelah 1 jam Rp 15,-/menit Nelpon ke luar kota, tekan 01010 + kode area + no esia tujuan
Contoh menelepon ke Denpasar: 0101003619909999
Nelpon ke Luar Negeri
Nelpon ke 59 negara Rp 1500,-/menit
Tekan 01010 + kode negara + kode area + no telepon
Contoh menelepon ke Kuala Lumpur, Malaysia: 0101006031234xxxx
Tarif Per Menit Jangkauan lokal esia kini DIPERLUAS hingga 200 km Telepon ke semua operator
seluler jauuuh lebih hemat
Model Marketing dan Selling Concept ESIA
Page | 11
Pukul Pukul
06.00 - 21.59 22.00 - 05.59
Dalam kota (lokal) Rp. 800,- Rp. 800,-
Antar kota, zona < 200 km Rp. 800,- Rp. 800,-
Antar kota, zona > 200 km Rp 2.727,- Rp. 1.818,-
Tarif Per Menit Telepon ke telepon Rumah
Pukul Pukul
06.00 - 21.59 22.00 - 05.59
Dalam kota (lokal) Rp. 250,- Rp. 250,-
Antar kota, zona < 200 km Rp. 1.000,- Rp. 1.000,-
Antar kota, zona > 200 km Rp 2.273,- Rp. 1.364,-
SMS
Ke semua nomor telepon se-Indonesia Rp. 1/ karakter
tidak berlaku untuk SMS Premium, SMS layanan dan karakter khusus
Operator Luar Negeri Rp. 1.000,- /SMS
Cara : 01010+kode negara+kode area+no telepon
SMS NON STOP
Non Stop 1 hari Rp 750,-
Non Stop 7 hari Rp 4.000,- Contoh menelepon ke Kuala Lumpur, Malaysia: 0101006031234xxxx
DV8.88
(telepon ke 888) Rp 750,- /menit
Akses WAP dan data Rp 250,- /menit
Nada Sambung Rp 9.000,- /lagu/bulan
Rp 3.000,- /lagu/minggu
Esia GoGo
Call Forwarding
(biaya pengalihan panggilan) Rp 50,- /menit
SMS Forwarding
Page | 12
(biaya pengalihan SMS) GRATIS
Terakhir, Menghasilkan profit dari kepuasan konsumen dengan berbagai layanan berikut:
Jenis layanan ESIA
terdiri atas ESIA prabayar dan esia pasca bayar
Perdana murah
Rp, 15.000 sudah termasuk pulsa Rp. 20.000
Bonus Talktime
Bila menerima telpon dari nomor GSM Indonesia yang dikenal oleh sistem dan tidak diberikan bila menerima telpon dari nomor CDMA, PSTN, SLI ataupun menerima SMS
TalkTime
waktu bicara yg lebih lama diperoleh pelanggan Nilai Rupiah dalam voucher bisa sama tetapi
lamanya bicara berbeda-beda untuk tiap operator……dan TalkTime ESIA adalah yang paling lama.
Tarif 1000 / 1 jam
Untuk percakapan sesama esia selama 60 menit atau 1 jam nonstop hanya dikenakan biaya Rp. 1000 (exclude ppn 10 %) Karena sesama esia hanya telepon Rp 50 per menit sedangkan telepon antar GSM
BISA MENCAPAI Rp 80 ribu lebih untuk per jamnya
3.3 Product Attribute Provider CDMA
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat dijabarkan atribut produk CDMA adalah sebagai berikut:
1. Merek
2. Area Coverage
3. Kualitas Suara
4. Tarif
5. Servis dan Layanan Pelanggan
6. Fitur
7. Variasi Jenis Voucher
8. Variasi Program Layanan
9. Handphone khusus
Page | 13
10. Variasi Konten
11. Kemudahan Memperoleh/Distribusi
3.4 Analisis SWOT ESIA
Strength
Menurut pengamatan dari data yang diperoleh, ESIA memiliki keunggulan sebagai berikut
1. Biaya modal untuk teknologi yang relative lebih rendah disbanding pemain lamasebagai pemain
Sebagai pemain baru di industri telekomunikasi, ESIA dapat mengakses teknologi terbaru
dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pemain – pemain lama. Dalam dua
tahun terakhir harga untuk sebuah teknologi telah mengalami penurunan sekitar 40%,
sementara itu fitur – fitur yang ditawarkasn cenderung meningkat.
Weakness
1. Jaringan Distribusi yang Relatif Lemah
Jaringan distribusi ESIA saat ini hanya terdiri dari 20 gerai dan 50 distributor, sangat lemah jika
dibandingkan dengan Telkom Flexi yang bersinergi dengan Telkomsel yang setidaknya
memiliki 15-20 gerai di tiap provinsi.
2. Lack of Coverage
ESIA hanya memiliki total 198 Base Transceiver Station (BTS). Sangat sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah BTS Telkom Flexi yang mencapai 1.382 BTS.
Opportunity
1. Big Number of Untapped Network
Jumlah penduduk Negara kita sekitar 220 juta jiwa. Sekitar 30% dari jumlah itu adalah usia
balita dan usia lanjut. Jadi tersisa sekitar 160 juta jiwa. Dipotong kelompok ekonomi kelas
terendah, angkanya menjadi sekitar 140 juta jiwa saja. Hingga kini terdapat kurang lebih 90
juta nomor yang beredar dipasar, angka ini juga tidak langsung menunjukkan jumlah
Page | 14
pemakainya yang hanya 60 juta jiwa saja. Sehinnga bisa ditarik kesimpulan bahwa masih ada
sekitar 80 juta konsumen yang belum terjamah telepon seluler.
Threat
1. Kompetisi yang Semakin Ketat
Persaingan tidak hanya datang dari Flexi dan StarOne sebagai kompetitor utama, namun juga
produk GSM yang semakin agresif. Masuknya Hutchisson dan Maxis yang juga masuk ke
industri melalui layanan berbasis GSM juga menambah ketat persaingan dalam
memperebutkan pangsa pasar.
Strength Weakness
OpportunityThreat
Lower Cost for
technology
Weak Distribution Network
Lack of Coverage
Big Number of Untapped
Network
Strong Competition
and New Entrance
Page | 15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pasar telekomunikasi seluler di Indonesia masih terbuka lebar dan menarik minat investor. Namun,
persaingan di industri ini juga bakal bertambah ketat, terutama di segmen menengah ke bawah.
Telekomunikasi seluler beberapa tahun belakangan ini menjadi industri yang paling bersinar
pertumbuhannya. Ini tidak mengherankan karena semua pemain seluler begitu gencar menjaring
konsumen dengan menawarkan tarif murah.
Untuk itulah ESIA dengan berbagai strategi pemasarannya masuk dan terlibat dalam pasar tersebut
guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan telekomunikasi yang murah.
Page | 16DAFTAR PUSTAKA
Applbaum, Kalman. The Marketing Era: from professional practice to global provisioning. Routledge.
2004
Desselle, Shane P. Pharmacy Management: Essentials for All Practice Settings. McGraw-Hill
Profesional. 2008
Kartajaya, Hermawan. MarkPlus on strategy: 12 tahun perjalanan MarkPlus&Co membangun strategi
perusahaan. Gramedia Pustaka Utama.2002
Rangkuti, Freddy. Business plan: teknik membuat perencanaan bisnis dan analisis kasus. Gramedia.
2000