analisis_ miskonsepsi.pdf
TRANSCRIPT
ANAL I S I S M I SKONSEPS I TUMBUHAN
TINGKAT TINGGI PADA BUKU TEKS IPA
SMP NEGERI SE-KOTA MEDAN
Oleh: Nurazizah (Guru SMP Negeri 12 Medan)
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
NURAZIZAH, Analisis Miskonsepsi Tumbuhan Tingkat Tinggi pada Buku Teks IPA SMP Negeri se-kota Medan. Tesis, Medan: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan, Juni, 2011
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis miskonsepsi dalam buku teks IPA yang digunakan oleh SMP Negeri se-kota Medan khususnya pada materi respirasi, fotosintesis, reproduksi, klasifikasi, pertumbuhan, struktur tumbuhan, gerak tropisme pada tumbuhan. Menghitung persentase miskonsepsi pada tiap buku, sub konsep tumbuhan tingkat tinggi, persentase miskonsepsi pada tiap kelas dan tiap kategori miskonsepsi pada seluruh buku teks IPA. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri sekota Medan dengan teknik pengambilan sampel buku teks IPA dalam penelitian ini digunakan sampel wilayah atau area probability sample. Sampel buku terdiri dari 13 buku teks IPA. Buku yang diteliti terdiri dari buku kelas VII, VIII, dan IX. Objek penelitian terdiri dari seluruh materi yang berkaitan dengan tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat pada buku kelas VII, VIII, dan IX. Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase miskonsepsi pada buku teks IPA. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa persentase buku yang paling tinggi miskonsepsi adalah buku VIII-1T (20,68%). Persentase miskonsepsi pada tiap sub konsep Tumbuhan Tingkat Tinggi, menunjukkan bahwa sub konsep yang paling tinggi miskonsepsi adalah sub konsep fotosintesis (34,28%) dan yang paling rendah sub konsep struktur tumbuhan (3,44%). Persentase miskonsepsi pada tiap kelas, menunjukkan bahwa persentase miskonsepsi buku kelas VIII (58,62%), kelas VII (34,48%) dan kelas IX (6,89%). Kategori miskonsepsi terbesar pada buku teks IPA SMP di Medan adalah pada kategori overgeneralization (37,93%), dan terkecil adalah misidentification (3,44%). Hasil penelitian menunjukkan secara umum buku teks IPA menggunakan miskonsepsi, terutama buku kelas VIII.
Kata kunci : Miskonsepsi, tumbuhan tingkat tinggi, buku teks IPA
2
The Misconceptions Analysis about Higher plants used in Junior High School Scientific Textbooks in Medan
Oleh: Nurazizah
(Guru SMP Negeri 12 Medan) E-mail: [email protected]
ABSTRACT
NURAZIZAH, The Misconceptions Analysis about Higher plants used in Junior High School Scientific Textbooks in Medan. Tesis Medan : Postgraduate of
Medan State University,June 2011
This study aimed to analyze the misconceptions about higher plants used in junior high school scientific textbooks used in Medan, to special in topic respiration, photosynthesis, reproduction process, growth, plant structure and tropisme. The calculating misconception scientific texbooks, sub conceps higher plant, percentage in class and percentage misconception category in scientific texbooks. Research was conducted for at Junior high schools in Medan with science textbooks used area probability sample. The samples were 13 scientific textbooks for junior high school for grade VII, VIII, and IX. The data analyzeed by calculating the percentage of misconceptions used in those scientific textbooks. The finding of the study showed that the highest percentage of misconception used in VIII-1T (20,68%). The percentage misconception of each sub-concept of higher plants, showed that the sub concepts of the highest percentage of misconception was about sub concept of photosynthesis (34,28%) and the lowest percentage was a sub concept of plant structure (3,44%). Every percentage misconception showed that the misconception used in grade VIII books was (58,62%), VII (34,48%) and was IX (6,89%). The highest percentage was overgeneralization category (37,93%), and the lowest was misidentification category (3,44%). The results of this study showed that general scientific textbooks used misconception, especially the books for grade VIII.
Keywords: Misconceptions, Higher plants, Scientific textbooks
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Buku teks merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran baik di sekolah
maupun di perguruan tinggi.
Pengalaman penulis sebagai guru
pada waktu memberikan
pembelajaran di sekolah menengah
pertama sering menemukan
kesalahan-kesalahan di dalam buku
teks biologi baik terbitan
Departemen Pendidikan Nasional
maupun terbitan lainnya. Kesalahan
tersebut tentu dapat mempengaruhi
pemahaman siswa tentang konsep
yang kurang atau tidak tepat tersebut.
Sampai saat ini buku teks
masih merupakan sumber informasi
utama di dalam proses pembelajaran,
baik bagi guru maupun siswa. Storey
(1989:271) menuliskan bahwa
“Pembelajaran sains pada umumnya
dan biologi khususnya berpusat pada
buku teks”. Buku teks digunakan
guru untuk menyampaikan materi
dan bahkan menentukan strategi
pembelajarannya dan siswa
menggunakannya sebagai sumber
informasi untuk mengerjakan tugas
di sekolah dan pekerjaan rumah.
Buku teks sering dianggap
“kurikulum sains” yang harus
dialami siswa sehingga menjadi
sumber utama pengetahuan untuk
siswa (Gottfried,1992:35). Dengan
demikian, ketersediaan buku teks
akan memberikan pengaruh yang
utama terhadap hasil belajar siswa
terutama di negara dunia ketiga
(Soyibo, 1995:345).
Buku teks memegang
peranan penting di dalam proses
pembelajaran IPA. Oleh karena itu
kemampuan guru untuk memilih
buku teks IPA yang baik sangat
diperlukan. Buku teks IPA sangat
banyak dan beragam yang tersedia di
pasaran dan tentu dengan kualitas
yang berbeda. Pada buku teks IPA
menurut beberapa hasil penelitian,
Abimbola dan Baba dalam
Deshmukh & Deshmukh, (2008:122)
menyatakan bahwa guru biologi di
Amerika menggunakan buku teks
dalam proses pembelajarannya.
Lebih dari 90% guru menggunakan
buku teks dari 90% waktu
pembelajaran. Menurut Blystone
(1987:419) buku teks digunakan
dalam 75% proses pembelajaran dan
90% dalam mengerjakan pekerjaan
4
rumah. Di Indonesia juga guru IPA
menggunakan buku teks dalam
proses pembelajaran.
Begitu pentingnya buku teks
maka guru sangat berperan penting
di dalam memilih buku teks. Guru
memiliki fungsi sebagai “filter”
untuk menyeleksi ketidaktepatan isi
atau metodologi sains. Apakah buku
teks telah menampilkan isi (content),
hakekat, dan metodologi sains yang
tepat? Pertanyaan tersebut
merupakan pertanyaan yang sering
didiskusikan pada akhir-akhir ini.
Hal ini disebabkan meningkatnya
kecenderungan banyaknya buku
sains yang ditulis secara “inhouse”,
yaitu para penulis bekerja untuk
penerbit. Hal ini akan mengikis
integritas ilmiah dan isi sains, para
penulis cenderung tidak menjadi
seorang ilmuwan dan teks yang
ditulisnya tidak direview oleh
komunitas ilmiah. Berdasarkan
pengalaman sendiri masih
ditemukan konsep-konsep yang
kurang tepat, miskonsepsi dan
memerlukan konsepsi alternatif.
Oleh karena itu guru harus memiliki
kemampuan dan pedoman untuk
memilih buku teks IPA.
Penelitian yang berkaitan
dengan buku teks IPA sangat penting
untuk dilakukan untuk memperbaiki
kesalahan dan miskonsepsi pada
buku teks IPA. Finley et al.
(1992:313) menuliskan bahwa:”
buku teks memiliki peranan penting
dalam pengajaran IPA, isi dari buku
teks IPA sangat menentukan
bagaimana siswa dapat memahami
buku teks tersebut sehingga perlu
sekali dilakukan penelitian terhadap
buku.” Jelaslah bahwa buku masih
merupakan bahan penelitian yang
masih perlu dikembangkan.
Dari hasil survei pada 19
SMP Negeri se-kota Medan terhadap
judul buku teks IPA yang digunakan,
diketahui ada 13 macam judul buku
IPA yang digunakan di SMP Negeri
sekota Medan. Hal yang akan
diketahui dari buku tersebut yaitu
miskonsepsi pada konsep: Respirasi,
Fotosintesis, Reproduksi, Klasifikasi,
Pertumbuhan, Struktur Tumbuhan,
Gerak tropisme, Transportasi
tumbuhan dan Respon tumbuhan.
Penelitian ini dibatasi pada analisis
miskonsepsi pada materi tumbuhan
tingkat tinggi, karena materi
tumbuhan tingkat tinggi merupakan
materi esensial yang terdapat pada
5
buku IPA kelas VII, VIII dan IX,
pentingnya pemahaman siswa
terhadap konsep tumbuhan tingkat
tinggi yang terdapat pada buku kelas
VII, VIII, dan IX, sering
menimbulkan miskonsepsi pada
siswa dan guru berdasarkan
penelitian-penelitian
terdahulu.Temuan hasil penelitian
Hersey dalam Dikmenli, Cardak,
Oztas (2009:430) juga menunjukkan
berbagai miskonsepsi pada konsep
tumbuhan terdapat pada buku teks
yang digunakan siswa.
Buku yang mengandung
miskonsepsi jika diajarkan oleh guru
tanpa memperbaiki miskonsepsi
tersebut tentu dapat menyebabkan
miskonsepsi pula terhadap siswa.
Selanjutnya miskonsepsi tersebut
akan melekat pada diri siswa tersebut
dan dapat mempengaruhi
pemahamannya tentang konsep
biologi di masa depan.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : (1) Apa saja miskonsepsi
dalam buku teks IPA yang
digunakan di SMP sekota Medan
khususnya pada materi respirasi?, (2)
Apa saja miskonsepsi pada materi
fotosintesis?, (3) Apa saja
miskonsepsi pada materi proses
reproduksi pada tumbuhan?, (4) Apa
saja miskonsepsi materi klasifikasi?,
(5) Apa saja miskonsepsi materi
pertumbuhan?, (6) Apa saja
miskonsepsi pada materi struktur
tumbuhan, (7) Apa saja miskonsepsi
materi gerak tropisme pada
tumbuhan?, (8) Apa saja
miskonsepsi materi transportasi
tumbuhan?, (9) Berapa persentase
miskonsepsi pada tiap buku teks
IPA?, (10) Berapa persentase
miskonsepsi tiap sub konsep
tumbuhan tingkat tinggi?, (11)
Berapa persentase miskonsepsi pada
tiap kelas?, (12) Berapa persentase
kategori miskonsepsi pada seluruh
buku teks IPA?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis miskonsepsi dalam
buku teks IPA yang digunakan di
SMP sekota Medan khususnya pada
materi respirasi, fotosintesis, proses
reproduksi, klasifikasi, pertumbuhan,
struktur tumbuhan, gerak tropisme
pada tumbuhan dan transportasi
tumbuhan. Menghitung persentase
miskonsepsi pada tiap buku teks
IPA, tiap sub konsep tumbuhan
6
tingkat tinggi, persentase
miskonsepsi pada tiap kelas dan
persentase kategori miskonsepsi pada
seluruh buku teks IPA.
BAB II
KERANGKA TEORETIS
2.1. Peranan Buku Teks dalam
Pembelajaran IPA
Buku teks merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam
pembelajaran IPA dan kurikulum
sains serta memegang peranan sangat
penting di dalam membentuk
pembelajaran sains. Abimbola dan
Baba dalam Deshmukh &
Deshmukh, (2008:122) menyatakan
bahwa guru biologi di Amerika
menggunakan buku teks dalam
proses pembelajarannya. Lebih dari
90% guru sekolah menengah
menggunakan dan mengandalkan
buku teks untuk memberikan
instruksi dan memberikan pekerjaan
rumah menurut Chiappetta, Ganesha,
Lee dan Philips dalam
Dikmenli,Cardak, dan Oztas
(2009:430). Hal ini tidak jauh
berbeda dengan kondisi di Indonesia
bahwa kebanyakan guru
menggunakan paling tidak satu buku
ajar baik untuk pembelajaran di kelas
maupun untuk memberi tugas dan
pekerjaan rumah menurut Adisenjaya
(2007:2). Di dalam proses
pembelajaran, guru dan siswa tidak
pernah lepas dari buku teks. Guru
hanya menyandarkan
pembelajarannya pada buku teks.
Begitu pentingnya peranan
buku teks dalam proses pembelajaran
maka, buku teks yang mengalami
miskonsepsi dapat menyebabkan
miskonsepsi pada guru maupun
siswa. Miskonsepsi dapat terjadi di
dalam dan di luar sekolah. Jika
miskonsepsi terjadi di sekolah maka
guru dan buku merupakan sumber
terjadinya miskonsepsi pada siswa.
Selain kedua hal tersebut, faktor
lingkungan di luar sekolah juga
merupakan komponen yang dapat
turut berperan dalam menimbulkan
terjadinya miskonsepsi dalam
pelajaran. Terdapatnya kesalahan
dan miskonsepsi pada buku teks
biologi telah dilaporkan oleh Storey
(1989, dan 1992) untuk konsep
fotosintesis, struktur sel,
metabolisme sel, energetika sel dan
fisiologi sel. Odom (1993:472) juga
menyatakan adanya miskonsepsi
pada konsep potensial sistem saraf
pada lima buku teks dari enam buah
buku teks yang diteliti.
7
Buku teks merupakan sumber
pengetahuan yang harus
dikomunikasikan oleh sekolah,
merupakan instrumen dasar dalam
mengorganisasikan kurikulum dan
sebagai alat dasar dalam proses
pembelajaran. Tamir (1985:93)
menyatakan bahwa buku teks
merupakan faktor penentu dan masih
akan tetap menjadi penentu utama
dari kurikulum sains di sekolah.
Guru masih tetap memerlukan
kehadiran buku teks karena guru
memiliki kecenderungan untuk
percaya pada buku teks. Buku teks
berfungsi sebagai storehouse,
organizer, dan communicator
pengetahuan standar bagi siswa
(Dreyfus, 1992:11).
Blystone dan Wandersee
dalam Dikmenli, Cardak, dan Oztas
(2009:435), menyatakan bahwa para
penulis buku pelajaran harus berhati-
hati dengan isu dan istilah tidak
sepenuhnya diterima oleh opini
publik tentang sains sehingga tidak
harus digunakan dalam buku teks
biologi. Oleh karena itu, buku
sebagai bahan pengajaran harus
diatur dalam urutan yang sistematis
dalam dari segi konten (isi).
Buku pelajaran harus ditulis dalam
bahasa fasih yang dapat dengan
mudah dipahami oleh siswa dan
harus menjamin peningkatan
sistematis dalam belajar,
pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep (Ajewole,
Shymansky, Yore & Bagus, dalam
Dikmenli, Cardak, dan Oztas
(2009:436).
Beberapa miskonsepsi
berasal dari buku teks yang
digunakan siswa. Untuk itulah sangat
penting bahwa buku teks dibuat
dengan benar dan secara konseptual
juga benar. Kesalahan yang tertulis
dalam buku teks akan mudah dicerna
siswa dan dengan demikian mereka
memperoleh miskonsepsi. Buku teks
perlu dilihat secara teliti, baik oleh
pakar IPA maupun oleh pakar
pendidikan IPA. Kerja sama antar
mereka menjadi penting dalam
menyusun buku teks yang baku.
2.2. Peranan Guru dalam Memilih
Buku Teks
Guru sangat berperan penting
di dalam memilih buku teks. Guru
memiliki fungsi sebagai “filter”
untuk menyeleksi ketidaktepatan isi
atau metodologi sains. Apakah buku
teks telah menampilkan isi (content),
8
hakekat, dan metodologi sains yang
tepat? Pertanyaan tersebut
merupakan pertanyaan yang sering
didiskusikan pada akhir-akhir ini.
Hal ini disebabkan meningkatnya
kecenderungan banyaknya buku
sains yang ditulis secara “inhouse”,
yaitu para penulis bekerja untuk
penerbit. Hal ini akan mengikis
integritas ilmiah dan isi sains, para
penulis cenderung tidak seorang
ilmuwan dan teks yang ditulis tidak
direview oleh komunitas ilmiah.
Seharusnya buku teks sains
harus ditulis oleh penulis yang selalu
mengendalikan teks yang ditulisnya.
Buku teks IPA harus menampilkan
sains sebagai ilmu yang dinamis,
sebagai sains eksperimen bukan
merupakan kumpulan fakta-fakta dan
istilah-istilah. Keterampilan proses
sains harus digunakan untuk
membangun dasar sains yang perlu
dialami siswa. Maka siswa perlu
mengalami sains dengan
mengerjakan sains (learning science,
learning about science, and doing
sceience). Rasionalnya adalah bahwa
pengembangan keterampilan proses
sains merupakan hal yang sangat
penting dalam belajar sains dan
memiliki aspek penerapan praktis
untuk membuat keputusan dalam
kehidupan sehari-hari.
Buku teks merupakan
falsafah baru dalam pendidikan yang
terpusat pada inkuiri ilmiah dan tidak
lagi merupakan alat utama tetapi
merupakan produk antara diantara
yang dimaksudkan oleh pengembang
dengan situasi pembelajaran. Dengan
demikian peranan guru adalah
mentransformasikan dan men-
terjemahkan materi pembelajaran ke
dalam situasi belajar. Buku teks
merupakan buku yang berisi materi
dan pengalaman inkuiri yang
dirancang untuk menolong siswa
belajar mengubah informasi faktual
dalam kerangka refleksi dan analisis
.
2.3. Peranan Siswa dalam
Memahami BukuTeks
Aşcı, Ozkan, & Tekkaya
(2001: 35) menyatakan bahwa siswa
memiliki banyak konsep-konsep
alternatif dalam biologi di Turki.
Miskonsepsi dapat terjadi pada
siswa karena siswa tidak menguasai
konsep-konsep yang merupakan
suatu prasyarat bagi pemahaman
konsep lanjutannya. Storey (1989)
di dalam mereview kesalahan buku
teks menyatakan : "Pemberian nama
9
("reaksi gelap") adalah contoh suatu
kesalahan dan pemberian nama
tersebut tidak akurat, yang
berimplikasi pada pemahaman reaksi
fotosintesis sehingga disebut sebagai
reaksi gelap pada tumbuhan hijau".
Ketidakpahaman siswa tentang
konsep fotosintesis menyebabkan
terjadinya miskonsepsi mengenai
konsep reaksi gelap dan terang pada
proses fotosintesis. Banyak siswa
menganggap reaksi gelap pada
fotosintesis terjadi pada malam hari.
Faktor lain yang dapat
menjadi penyebab terjadinya
miskonsepsi ialah karena
beragamnya contoh yang ada di alam
bebas sementara jumlah contoh yang
tersedia tidak cukup memadai untuk
merepresentasikan suatu konsep.
Situasi ini menjadi lebih rumit pada
konsep yang bersifat abstrak. Konsep
abstrak umumnya disajikan dalam
bentuk analogi ataupun visualisasi
dalam bentuk gambar, bagan, atau
reaksi kimia. Terjadinya miskonsepsi
konsep-konsep IPA pada siswa maka
akan menurunkan prestasi belajar
IPA dan dapat menghambat
perkembangan IPA.
Ada banyak studi yang
diselenggarakan dalam beberapa
tahun terakhir yang difokuskan pada
penentuan konsepi alternatif dalam
ilmu pengetahuan dan pengaruhnya
bagi pemahaman siswa di masa
depan. Konsepsi alternatif
merupakan faktor negatif yang
mempengaruhi aktivitas utama
belajar siswa . Alternatif atau
kesalahpahaman menyiratkan pola
berpikir yang tidak sesuai dengan
realitas ilmiah (Bahar, 2003:63;
Tekkaya, 2002:265). Karena pola
pemikiran ini dikembangkan oleh
sebagian besar siswa berdasarkan
interpretasi mereka sendiri dan
bertentangan dengan sains, dan
merupakan hambatan besar terhadap
pendidikan sains menurut Driver
dalam Dikmenli, Cardak, dan Oztas
(2009:429). Hal ini akan
menyebabkan konsepsi alternatif
atau kesalahpahaman yang biasanya
terjadi pada buku, guru dan siswa.
Pemahaman guru atau pemahaman
siswa dalam buku pelajaran juga
dapat menyebabkan konsep-konsep
alternatif menurut Barrass dan
Sewell dalam Dikmenli, Cardak, dan
Oztas (2009:430)
Miskonsepsi banyak di-
temukan baik pada siswa sekolah
dasar, lanjutan dan mahasiswa. Hasil
10
studi tentang miskonsepsi telah
menghasilkan sejumlah informasi
tentang konsepsi alternatif dan telah
meningkatkan kesadaran para guru
sains tentang kesulitan mengajar
sains menurut Odom dalam
Dikmenli, Cardak, dan Oztas (2009:
430). Penelitian yang berkaitan
dengan miskonsepsi telah banyak
dilakukan menurut Odom dalam
Dikmenli, Cardak, dan Oztas
(2009:430) , diantaranya
miskonsepsi siswa tentang
pembelahan sel (Dikmenli,
2010:246); seleksi alam dan evolusi
(Bishop dan Anderson, 1990:426).
Hal yang paling penting dari
penemuan adanya miskonsepsi ini
adalah bahwa miskonsepsi yang
pernah diperoleh siswa waktu
sekolah masih tetap ada atau
menetap pada dirinya menurut
Odom dalam Dikmenli, Cardak, dan
Oztas (2009:430).
Konsep-konsep alternatif
sangat luas dalam pendidikan formal
menurut Bishop & Anderson dalam
Dikmenli, Cardak, dan Oztas
(2009:430) dan secara signifikan
tahan terhadap perubahan. Jika
kesalahan dan miskonsepsi tidak
terdeteksi sangat dini, maka hal
tersebut dapat berlanjut sepanjang
tahun dan mungkin merupakan
hambatan yang signifikan dalam
proses pemahaman siswa menurut
Bahar dalam Dikmenli, Cardak, dan
Oztas (2009:430).
2.4. Klasifikasi Miskonsepsi pada
Buku Teks Biologi
Para peneliti miskonsepsi
menemukan ada berbagai macam
miskonsepsi pada buku teks. Hershey
dalam Dikmenli, Cardak, oztas
(2009:430) telah menyatakan bahwa
setiap konsep alternatif yang ada
dalam buku teks, artikel atau
kurikulum dapat menyesatkan
banyak guru dan siswa,
diklasifikasikan lebih dari 50
konsep-konsep alternatif dari hasil
penelitiannya dan bahan tertulis yang
terkait dengan tumbuhan ada 5
kategori. Kategori tersebut yaitu :
misidentifications, overgeneraliza-
tions, oversimplifications, obsolete
concepts and terms, under-
generalizations. Misidentifications
adalah kesalahan dalam
mengidentifikasi suatu konsep
biologi. Contoh :” Oksigen yang kita
konsumsi digunakan oleh organ-
organ dalam tubuh kita". Oksigen
diambil tubuh tidak digunakan organ
11
tetapi digunakan oleh sel/ jaringan.
Overgeneralizations adalah terlalu
mengumumkan
(menggeneralisasikan) contoh: ruang
lingkup keanekaragaman hayati
tanaman kadang-kadang diminimal-
kan. Overgeneralizations memini-
malkan keanekaragaman hayati.
Dalam pengajaran biologi guru
sering menyatakan bahwa semua
tanaman melakukan fotosintesis.
Meskipun kurang dari 1% dari jenis
tumbuhan, termasuk bunga terbesar,
Rafflesia arnoldii. Buku pelajaran
Buku Biologi sering menggambarkan
tumbuhansebagai organisme tanah.
Seagrasses, tumbuhan berbunga
yang hidup tenggelam di perairan
laut dangkal.
Oversimplifications adalah
Penyederhanaan. Banyak
kesalahpahaman yang terlalu
menyederhanakan konsep, terutama
di tingkat sekolah dasar. Seperti "
penyederhanaan ekstrem " dalam
mengajar tumbuhan bukanlah hal
miskonsepsi baru. Persamaan
fotosintesis adalah beberapa dari
contoh penyederhanaan, yaitu:
6 CO 2 + 6 H 2 O Cahaya matahari, klorofil
6O 2 + C 6 H 12 O 6
Penjelasan fotosintesis adalah
contoh oversimplifikasi. Klorofil
saja tidak cukup untuk fotosintesis
tumbuhan. Banyak enzim dan
senyawa organik yang diperlukan
"Kloroplas" dibutuhkan tumbuhan
untuk proses fotosintesis . Glukosa
bukanlah produk fotosintesis utama.
Hampir tidak ada glukosa bebas yang
dihasilkan dalam fotosintesis. Untuk
mengurangi kesalahpahaman
(miskonsepsi) ini perlu memberikan
persamaan ringkasan berikut untuk
fiksasi karbon fotosintesis pada
tumbuhan:
kloroplas, cahaya, mineral nutrisi
H 2 O + CO 2 —>—>—>—>—>—
>—> O 2 + (C 6 H 10 O 5 ) n [pati]
Obsolete concepts and terms
adalah konsep dan istilah yang sudah
lama (usang), contoh : beberapa
istilah usang pada kingdom plantae
setelah direstrukturisasi. Saprophyte
didefinisikan sebagai tanaman yang
mendapatkan energi dari bahan
organik mati. Tanaman pernah
dianggap saprophytes, seperti
Monotropa uniflora, kini dikenal
Cendawan mikoriza. "Saprofit"
adalah istilah yang usang karena
organisme yang mendapatkan energi
dari bahan organik mati, seperti
beberapa jamur, tidak lagi di
masukkan dalam Kingdom plantae.
Undergeneralizations adalah
suatu konsep yang terlalu
12
dikhususkan. Misal kloroplas adalah
organel yang ada hanya pada
tumbuhan hijau, sebenarnya
kloroplas juga terdapat pada protista.
Contoh: Euglena memiliki kloroplas
dan mampu berfotosintesis.
BAB III
METODE RISET
3.1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian
ini adalah seluruh materi Tumbuhan
tingkat tinggi yang terdapat pada
buku teks IPA yang digunakan oleh
SMP Negeri se-kota Medan pada
Tahun Pelajaran 2010/2011. Buku
teks tersebut terdiri dari kelas VII,
VIII dan IX. Dalam pengambilan
sampel buku teks IPA digunakan
sampel wilayah atau area probability
sample.
3.2. Disain Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif, karena
bertujuan untuk menganalisis
miskonsepsi pada konsep tumbuhan
tingkat tinggi yang terdapat di dalam
buku teks IPA yang digunakan oleh
SMP Negeri se-kota Medan. Seluruh
miskonsepsi yang terdapat pada
materi tumbuhan tingkat tinggi yang
dianalisis terdiri dari 5 kategori
miskonsepsi.
3.3. Defenisi Operasional
Fowler dalam Suparno
(2005:5) menjelaskan bahwa
miskonsepsi adalah pengertian yang
tidak akurat akan konsep,
penggunaan konsep yang salah,
klasifikasi contoh-contoh yang salah,
kekacauan konsep-konsep yang
berbeda, dan hubungan hirarkis
konsep-konsep yang tidak benar.
Suparno (2005: 4)
mendefenisikan miskonsepsi sebagai
salah konsep menunjuk pada suatu
konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengertian
yang diterima para pakar dalam
bidang tersebut.
Defenisi miskonsepsi yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah defenisi yang digunakan oleh
Hersey dalam Dikmenli, Cardak,
Oztas (2009:430). Miskonsepsi
dalam buku teks ada 5 kategori.
Kategori tersebut yaitu:
oversimplifications, overgeneraliza-
tions, obsolete concepts and terms,
undergeneralizations dan misid-
entifications. Oversimplifications
adalah menyederhanakan suatu
konsep. Overgeneralizations adalah
kesalahan dalam buku teks yang
terlalu mengumumkan suatu konsep.
13
Obsolete concepts and terms adalah
kesalahan pada buku teks yang masih
menggunakan istilah yang sudah
tidak sesuai lagi dengan
perkembangan.
Undergeneralizations adalah
kesalahan yang terdapat pada buku
teks yang terlalu mengkhususkan
suatu konsep. Misidentifications
adalah kesalahan dalam
mengidentifikasi suatu konsep.
3.4. Tehnik Pengumpul Data
Data dikumpulkan melalui
tehnik analisis buku teks. Teknik ini
terdiri dari analisis miskonsepsi buku
teks pada materi Tumbuhan Tingkat
Tinggi berdasarkan 5 kategori.
Kategori yang dijadikan referensi
meliputi: Oversimplification
(Penyederhanaan suatu konsep),
Overgeneralization (Me-ngumumkan
suatu konsep), Obsolete Concepts
And Terms (Konsep dan istilah yang
telah usang),
Misidentification,(Kesalahan
identifikasi suatu konsep),
Undergeneralization
(Mengkhususkan suatu konsep),
menurut Hersey dalam Dikmenli,
Cardak, Oztas (2009:430).
3.5. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan
tehnik analisis buku teks, dengan
metode statistik deskriptif. Dengan
cara menuliskan perbandingan
konsep dari buku yang diteliti
dengan buku sumber teks asing yang
dijadikan acuan dalam hal ini buku
teks Biologi karangan Campbell,
Reece, Mitcell (2006), Kimball
(terjemahan 1996), dan jurnal
internasional yang berkaitan dengan
konsep tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
4.1. Pembahasan
Hasil persentase kategori
miskonsepsi pada tiap buku teks
IPA, menunjukkan bahwa persentase
buku yang paling banyak mengalami
miskonsepsi adalah buku VIII-1T
(20,68%) dan yang tidak mengalami
miskonsepsi adalah buku IX-1WT
dan IX-3W.
14
Gbr. 4.1 Persentase Miskonsepsi pada tiap
buku teks IPA
Buku kelas VIII SMP sangat
banyak membahas materi tentang
Sistem dalam Kehidupan Tumbuhan
antara lain: Struktur Tumbuhan,
Proses Transportasi, Cara Tumbuhan
Memperoleh Energi, Macam Gerak
pada Tumbuhan serta Hama dan
Penyakit pada Tumbuhan. Buku teks
IPA yang tidak benar tentang konsep
tumbuhan dikhawatirkan akan
mempengaruhi pemahaman siswa
tersebut nantinya di kelas XI SMA.
Berdasarkan hasil
persentase, umumnya seluruh buku
teks IPA yang digunakan oleh SMP
Negeri di Medan mengalami
miskonsepsi pada tiap kategori di
beberapa sub konsep yang terdapat
pada buku IPA.Dari 13 buku yang
menjadi objek penelitian ini 10 buku
mengalami miskonsepsi dan hanya 3
buku teks IPA yang tidak mengalami
miskonsepsi pada materi tumbuhan
tingkat tinggi. Siswa dan guru dapat
mengalami berbagai miskonsepsi
apabila buku teks IPA yang
mengandung miskonsepsi tersebut
tidak diperbaiki sedini mungkin.
Persentase miskonsepsi pada
tiap sub konsep Tumbuhan Tingkat
Tinggi, menunjukkan bahwa sub
konsep yang paling banyak
mengalami miskonsepsi adalah sub
konsep fotosintesis (34,28%) dan
yang paling sedikit adalah sub
konsep struktur tumbuhan (3,44%).
Hal ini disebabkan buku teks yang
digunakan guru dan siswa tidak
sesuai dengan konsep ilmiah pada
saat penulisan buku tersebut,
pemahaman guru yang dangkal
tentang konsep fotosintesis
dikhawatirkan tidak dapat
memperbaiki kesalahan pada buku
teks dan akhirnya hal tersebut akan
mempengaruhi siswa. Untuk itu
diperlukan penelitian lebih lanjut
tentang konsep-konsep yang terdapat
pada buku teks IPA secara
keseluruhan untuk menghilangkan
miskonsepsi buku teks di masa
depan.
15
Gambar4.2Persentase miskonsepsi pada seluruh kategori miskonsepsi pada tiap sub konsep tumbuhan tingkat tinggi.
Persentase miskonsepsi pada
tiap kelas, menunjukkan bahwa
persentase miskonsepsi buku kelas
VIII (58,62%), kelas VII (34,28%)
dan kelas IX (6,89%). Buku
kelasVIII merupakan buku yang
paling banyak membahas materi
tumbuhan , oleh karena itu
diperlukan konsep yang benar
tentang tumbuhan di buku kelas
VIII. Sedangkan buku kelas VII dan
IX hanya sedikit membahas tentang
konsep tumbuhan.
Gambar 4.3. Persentase miskonsepsi
tiap kelas pada seluruh kategori
miskonsepsi
Kategori miskonsepsi
terbesar pada buku teks IPA SMP di
Medan adalah pada kategori
Overgeneralization (37,93%), dan
terkecil adalah Misidentification
(3,44%).
Gambar 4.4. Persentase Kategori Miskonsepsi pada buku teks IPA SMP
4.2 Diskusi
Penelitian ini mendukung
hasil penelitian terdahulu diantaranya
Bishop dan Anderson (1990:427);
Soyibo(1995:351), miskonsepsi
siswa tentang res-pirasi), Schussler
(2008:1696), miskonsepsi tentang
reproduksi tumbuhan, bunga dan
buah, Hersey dalam Dikmenli,
Cardak, Oztas (2009: 434)
miskonsepsi tentang respirasi
anaerob pada pertumbuhan biji dan
16
reaksi fotosintesis. Hal yang paling
penting dari penemuan adanya
miskonsepsi ini adalah bahwa
miskonsepsi yang pernah diperoleh
siswa waktu sekolah masih tetap ada
atau menetap pada dirinya menurut
Odom dalam Dikmenli, Cardak, dan
Oztas (2009:430).
Beberapa miskonsepsi
berasal dari buku teks digunakan
siswa SMP Negeri di Medan. Untuk
itulah sangat penting bahwa buku
teks dibuat dengan benar dan secara
konseptual juga benar. Kesalahan
yang tertulis dalam buku teks akan
mudah dicerna siswa dan dengan
demikian mereka memperoleh
miskonsepsi. Buku teks perlu dilihat
secara teliti, baik oleh pakar IPA
maupun oleh pakar pendidikan IPA.
Kerja sama antar mereka menjadi
penting dalam menyusun buku teks
yang baku.
Hasil persentase miskonsepsi
pada buku teks IPA yang paling
banyak mengalami miskonsepsi
adalah buku VIII-1T (20,68%) dan
yang tidak mengalami miskonsepsi
adalah buku IX-1WT dan IX-3W.
Persentase sub konsep yang paling
banyak mengalami miskonsepsi
adalah sub konsep fotosintesis
(34,28%) dan yang paling sedikit
mengalami miskonsepsi yaitu konsep
struktur tumbuhan (3,44%).
Hal yang perlu mendapatkan
penekanan pada konsep tumbuhan
tingkat tinggi adalah sub konsep
fotosintesis, respirasi dan reproduksi
tumbuhan. Buku teks harus disusun
dengan konsep yang benar sehingga
tidak membingungkan siswa dan
menimbulkan miskonsepsi.
Blystone dan Wandersee
dalam Dikmenli, Cardak, dan Oztas
(2009:435), menyatakan bahwa para
penulis buku pelajaran harus berhati-
hati dengan isu dan istilah tidak
sepenuhnya diterima oleh opini
publik tentang sains sehingga tidak
harus digunakan dalam buku teks
IPA. Oleh karena itu, buku sebagai
bahan pengajaran harus disusun
secara sistematis dalam dari segi
konten (isi). Buku pelajaran harus
ditulis dalam bahasa fasih yang dapat
dengan mudah dipahami oleh siswa
sehingga menjamin peningkatan
kualitas belajar, pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep
(Ajewole, Shymansky, Yore &
Bagus, dalam Dikmenli, Cardak, dan
Oztas (2009:436).
17
Buku pelajaran harus
memadai dari segi isi secara
keseluruhan (Kaptan, dalam
Dikmenli, Cardak, dan Oztas
(2009:436). Kombinasi isi dan
kalimat yang mudah dipahami siswa
dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman siswa pada buku teks.
Sampai sekarang, konsep-konsep
ilmiah memiliki label (nama) dan isi
(arti) yang dipelajari harus
melibatkan pemahaman konsep. Jadi,
penting bagi guru untuk mengetahui
bagaimana siswa
menginterpretasikan konsep-konsep
dalam pembelajarannya. Schmidt
dan Volke dalam Dikmenli, Cardak,
dan Oztas (2009:436). telah
menyarankan agar ada perbedaan
antara istilah dan makna konsep.
Beberapa peneliti lain Pines & West,
dalam Dikmenli, Cardak, dan Oztas
(2009:436), menyatakan bahwa
konsep-konsep memiliki arti yang
berbeda dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dapat membingungkan
siswa. Misal istilah ilmiah yang
digunakan dalam konteks yang
berbeda telah bergeser maknanya
dalam perkembangan ilmu
pengetahuan, (Schmidt, dalam
Dikmenli, Cardak, dan Oztas
(2009:43).
Bila buku IPA terlalu sulit
dimengerti siswa karena tingkat
kesulitan penulisannya tinggi, maka
penulisannya perlu disesuaikan
dengan daya tangkap siswa. Untuk
membantu hal ini, ada baiknya buku
IPA ditulis oleh ahli IPA, sebelum
disebarkan ke pasaran, dibaca oleh
guru sekolah. Akan lebih baik lagi
bila buku itu dbaca oleh siswa SMP
yang menjadi sasaran. Bila mereka
tidak mengalami kesulitan untuk
memahaminya, maka baru
diperbanyak dan dipasarkan. Bila
siswa kesulitan menangkap, maka
bahasanya perlu disederhanakan lagi.
18
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN
REKOMENDASI
5.1. Simpulan
Dari hasil analisis miskonsepsi
dalam buku teks IPA yang digunakan di
SMP sekota Medan khususnya pada materi
respirasi terdapat pada pengertian respirasi
pada tumbuhan dan fotosintesis terdapat
pada rumus reaksi fotosintesis yang
menyebabkan oversimplifikasi
(penyederhanaan suatu konsep).
Miskonsepsi pada materi reproduksi
terdapat pada pengertian pembuahan pada
tumbuhan yang menimbulkan miskonsepsi
overgeneralization (mengumumkan suatu
konsep).
Miskonsepsi pada materi
klasifikasi tumbuhan menyebabkan
misidentifikasi (kesalahan dalam
mengidentifikasi) pada klasifikasi
gymnospermae. Miskonsepsi pada materi
pertumbuhan dan struktur tumbuhan
menyebabkan overgeneralization
(mengumukan suatu konsep). Materi gerak
tropisme pada tumbuhan menyebabkan
miskonsepsi karena buku teks IPA masih
menggunakan istilah yang tidak digunakan
lagi yaitu geotropisme dan seharusnya
gravitropisme. Transportasi tumbuhan dan
respons tumbuhan meyebabkan
miskonsepsi undergeneralization (terlalu
mengkhususkan suatu konsep).
Persentase buku yang paling tinggi
miskonsepsi adalah buku VIII-1T
(20,68%). Persentase miskonsepsi pada
tiap sub konsep Tumbuhan Tingkat
Tinggi, menunjukkan bahwa sub konsep
yang paling tinggi miskonsepsi adalah sub
konsep fotosintesis (34,28%) dan yang
paling rendah sub konsep struktur
tumbuhan (3,44%). Persentase
miskonsepsi pada tiap kelas, menunjukkan
bahwa persentase miskonsepsi buku kelas
VIII (58,62%), kelas VII (34,28%) dan
kelas IX (6,89%). Kategori miskonsepsi
terbesar pada buku teks IPA SMP di
Medan adalah pada kategori
overgeneralization (37,93%), dan terkecil
adalah misidentification (3,44%).
5.2. Implikasi dan Keterbatasan
Hal yang dapat menghilangkan
miskonsepsi pada buku teks IPA
diantaranya perlu beberapa rekomendasi
dari hasil penelitian tentang miskonsepsi
pada buku teks sebagai sumber dalam
penulisan buku, penulisan buku teks yang
berkualitas perlu segera dilakukan.
Miskonsepsi perlu di pelajari dalam
perkuliahan (pendidikan guru), sehingga
calon guru nantinya dapat memberikan
konsep –konsep IPA yang benar.
Dalam penelitian selanjutnya perlu
dilakukan riset terhadap seluruh materi
IPA yang terdapat pada seluruh buku IPA
baik pada tingkat SD, SMP dan SMA.
19
5.3. Rekomendasi
Hasil penelitian yang diperoleh
secara teoritis/akademis, yaitu
diketahuinya berbagai kategori
miskonsepsi pada tumbuhan tingkat tinggi
yang terdapat dalam buku IPA SMP, sub
konsep yang sering mengalami
miskonsepsi pada tumbuhan tingkat tinggi,
kelas dari tiap buku yang mengalami
miskonsepsi sehingga dapat menjadi
rekomendasi dalam penulisan buku teks
IPA di Medan. Guru dapat memperluas
wawasan, menghilangkan miskonsepsi
pada buku teks IPA, mencegah
miskonsepsi berlanjut dimasa depan,
memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran tumbuhan tingkat tinggi
dengan memberikan konsep-konsep yang
benar pada siswa dan membaca hasil
penelitian sehingga dapat memperbaiki
pembelajaran IPA. Guru harus
mendiskusikan konsep-konsep alternatif
dengan siswa, dapat meyakinkan siswa
tentang konsep-konsep alternatif yang
tidak ilmiah dan tidak valid. Guru juga
harus membantu siswa dalam proses
menghilangkan miskonsepsi, yaitu
mengubahnya menjadi informasi yang
memiliki konsep ilmiah. Pempropsu
hendaknya dapat melakukan seleksi yang
ketat terhadap buku bos yang layak untuk
dipakai di sekolah Sumatera utara.
DAFTAR PUSTAKA
Adisendjaja (2007). Analisis buku ajar
sains berdasarkan literasi ilmiah
untuk memilih untuk memilih buku
ajar sains(biologi).Makalah yang disajikan dalam seminar Nasional Pendidikan Biologi FPMIPA UPI, 25-26 Mei.
Arini, Silvianita, Taufiq, Suryana, Kartika,
Edi (2008), Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Widya Utama
Ascı, Z., Özkan, S., & Tekkaya, C. (2001).
Students’ misconceptions about respiration. Education and Science, 26(120), 29-36.
Bahar, M. (2003). Misconceptions in
biology education and conceptual change strategies. Educational Sciences: Theory & Practice, 3(1), 55-64.
Barrass, R. (1984). Some misconceptions
and misunderstandings perpetuated by teachers and textbooks of biology. Journal of Biological
Education, 18(3), 201-206. Bishop, B.A., & Anderson, C.W. (1990).
Student conceptions of natural selection and its role in evolution. Journal of Research in Science
Teaching, 27(5), 415-427. Blystone, R.V. (1987). College
introductory biology textbooks: An important communication tool. The American Biology Teacher, 49(7), 418-425.
Campbell, Reece, Mitchell, (2006).
Biology. 6nd ed. California: Benjamin Cummings PublishingCompany.
20
Campbell, Reece, Mitchell (1987). Biologi.Edisi Kelima Jilid II. Terjemahan oleh Wasmen Manalu. 1999. Jakarta. Erlangga.
Campbell, Reece, Mitchell, (1987).
Biologi.Edisi Kelima Jilid III. Terjemahan oleh Wasmen Manalu. 1999. Jakarta. Erlangga.
Dikmenli, M., & Çardak, O. (2004). A
study on misconceptions in the 9th grade high school biology textbooks. Eurasian Journal of Educational
Research, 17, 130-141. Dikmenli, M., & Çardak, O. (2009).
Conceptual Problem In Biology-Related Topics In Primary Science And Technology Texbooks In Turkey. Internasional Journal Of
Enviromental &Science education , Vol 4,429-440
Dikmenli,M (2010). Misconceptions of
cell division held by student teachers in biology: A drawing analysis. Scientific Research and Essay Vol. 5
(2), pp. 235-247 Deshmukh, N.D., & Deshmukh, V.M.
(2008).Textbook: A Source of Students’ Misconceptions at the Secondary School Level. Proceedings of epiSTEME-2: Homi
Bhabha Centre for Science
Education, College of Education,
(122-126) Dreyfus, A. (1992). “Content Analysis of
School Textbooks: The Case of a Technology- Oriented Curriculum”. International Journal of Science
Education. 14 (1): 3-12 Finley, F., Lawrence, F., and Heller, P.
(1992). “Analysis of Science Textbooks”. Journal of Science
Education. 76 (3): 313-316.
Gottfried, S. S. & Kyle, W. C. Jr. (1992). “ Textbook Use and the Biology Education Desired State”. J. of Res. in Science Teaching. 29 (1): 35-49
Hersey, D.R. (2005) Avoid misconceptions
when teaching about plants. (online) hhtp://www.actionbioscience.org /education/hershey3.html. Diakses 20 maret 2011
Karim, Kaniawati, Fauziah, Sopandi,
(2008), Belajar IPA Membuka
Cakrawala Alam Sekitar, Jakarta: Depdiknas
Kartika, Edi, Taufiq, Suryana, Wani,
(2008), Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Widya Utama
Kimball. Jhon W.(1983). Biologi. Edisi
Kelima. Jilid 2 Terjemahan oleh Siti Soetarmi Tjitrosomo, Nawangsari Sugiri. 1996. Erlangga
Odom, A.L. (1993). Action potentials and
biology textbooks: Accurate, misconceptions or avoidance? The American Biology Teacher, 55(8), 468-472.
Purjiiyanta, Sutanto, Cahyo, Subagiya,
Triyono. (2007), IPA TERPADU
UNTUK SMP Kelas VII Jakarta: Erlangga
Purjiiyanta Eka, Sutanto Agus, Suryo
Cahyo, Subagiya, Triyono. (2007), IPA TERPADU UNTUK SMP Kelas
VIII Jakarta: Erlangga Purjiiyanta, Sutanto, Cahyo, Subagiya,
Triyono. (2007), IPA TERPADU UNTUK SMP Kelas IX Jakarta: Erlangga
Schmidt, H.J., & Volke, D. (2003). Shift of meaning and students’ alternative concepts. International Journal of
21
Science Education, 25(11), 1409-1424.
Schussler, E.E. (2008). From flowers to fruits: How children’s books represent plant reproduction. International Journal of Science
Education, 30(12), 1677-1696. Silvianita, Arini, Herlina, Saputra, Budi,
Sawitar, (2008), Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: untuk SMP dan MTs kelas 9: Widya Utama
Soyibo, K. (1995). “Using Concept Maps To
Analyze Textbook Presentations of Respiration”. The American Biology Teacher. 57 (6): 344-351.
Storey, R. D. (1989).“Textbook Errors &
Misconceptions in Biology: Photosynthesis”.The American
Biology Teacher. 51 (5): 271-274 Sudibyo, Widodo, Wasis, Suhatanti,
(2008), Mari Belajar IPA, Jakarta:Depdiknas
Sugiyono,(2009), Metode Penelitian
Pendidikan(pendekatan
Kuantitatif,Kualitatif dan R&D),
Bandung: Alfabeta Sugiarto, Ismawati. (2008), Ilmu
Pengetahuan Alam, Jakarta: Depdiknas
Suparno, (2005), Miskonsepsi dan
Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika, Jakarta: Grasindo Tekkaya, C. (2002). Misconceptions as
barrier to understanding biology. Journal of Hacettepe University
Educaion Faculty, 23, 259-266.
Tamir, P. (1985). “Content Analysis focussing on Inquiry”. Journal of Curriculum Studies. 17 (1): 87-94
Wariyono, Muharomah, (2008), Mari
Belajar Ilmu Alam Sekitar, Jakarta: Depdiknas
Wasis,Irianto, (2008), Ilmu Pengetahuan
Alam, Jakarta: Depdiknas Winarsih, Nugroho, Sulityoso, Zajuri,
Supliyadi, Suyanto, (2008), IPA TERPADU, Jakarta: Depdiknas
22
Lampiran 1. Wacana yang mengandung
miskonsepsi pada buku teks
1) BUKU KODE VII-1W
Buku VII-1W Hal.243
Udara pernapasan pada tumbuhan masuk melalui lubang kecil pada seluruh bagian tumbuhan, yaitu stomata (pada daun) dan lentisel (pada batang) pada batang.
Buku VII-1W Hal. 260
Tumbuhan Gymnospermae yang ada, di antaranya dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu Cycadine, Gnetinae, dan Coniferinae. Contoh pakis haji (Cycas rumphii), melinjo (Gnetum gnemon), tusam/ pinus (Pinus merkusii), damar (Agathis alba), dan pohon balsam (Abies balsamea) yang merupakan bahan pembuat balsam.
2) BUKU KODE VII-2W
Buku VII-2W Hal.188
Tumbuhan, pada daun bernafas melalui stomata, pada batang melalui lentisel dan di akar melalui bulu-bulu akar.
Buku VII-2W Hal 191
Pertumbuhan pada manusia dan hewan bersifat terbatas, artinya hanya tumbuh sampai usia tertentu dan sesudah itu pertumbuhannya akan berhenti. Sedangkan pertumbuhan pada tumbuhan umumnya tidak terbatas, artinya tumbuhan akan selalu tumbuh selama hidupnya.
3) BUKU KODE VII-3W
Buku VII-3W Hal 188
Perhatikan reaksi fotosintesis berikut ini.
6 CO2 + 6 H 2O C6 H12 O6 + 6 O
karbon dioksida air Karbohidrat Oksigen
Buku VII-3W Hal.100
Reaksi fotosintesis dapat dirumuskan sebagai berikut. 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2 Karbon dioksida Air Karbohidrat Oksigen
cahaya matahari
klorofi
Cahaya matahari
Klorofil
23
Dari rumus tersebut diketahui bahwa dalam proses fotosintesis membutuhkan karbon dioksida dari udara dan air dari dalam tanah. Dengan menggunakan energi dari cahaya matahari, melalui reaksi kimia tertentu, maka dihasilkan karbohidrat yang diperlukan oleh tumbuhan dan melepaskan oksigen ke udara.
4) BUKU KODE VII-4 WT
Buku VII-4WT. Hal.240
Reaksi singkat Fotosintesis
Karbondioksida + air Gula sederhana + Oksigen.
Buku VII-4WT, hal.240
Anggota kingdom Plantae memiliki tubuh yang tersusun atas banyak sel, mempunyai klorofil, dan dapat menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk berfotosintesis.
5) BUKU KODE VII-5T
Buku VII-5T hal.124
Tumbuhan hijau dapat menyusun makanannya sendiri dari air dan karbon dioksida dengan bantuan sinar matahari melalui proses yang disebut fotosintesis. Hasil fotosintesis berupa zat tepung dan zat gula.
Tumbuhan bernapas untuk mengambil oksigen melalui lubang-lubang kecil pada daun yang disebut stomata dan lubang kecil dibatang yang disebut lentisel.
6) BUKU KODE VIII-1T
Buku VIII-1T, hal.3
Setelah terjadi penyerbukan, inti generatif serbuk sari akan membelah menjadi dua sperma (gamet jantan). Satu sperma membuahi sel telur untuk membentuk zigot.
Buku VIII-1T, hal. 54
Pertukaran gas adalah proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida melalui alat pernapasan tumbuhan.
Buku VIII-1T, hal. 66
Fotosintesis merupakan proses pembentukan bahan organik (karbohidrat) dengan bantuan sinar matahari. Fotosintesis ini terjadi hanya pada sel-sel yang mempunyai klorofil, yaitu bakteri dan tumbuhan.
Buku VIII-1T, hal. 67
energi cahaya
24
Air sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Jika tidak tersedia air dengan cukup, dapat mengganggu pembentukan karbohidrat.
Buku VIII-1T, hal. 72
Geotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan pengaruh gravitasi bumi.
7) BUKU KODE VIII-2 WT
Buku VIII-2WT, hal. 79
Glukosa berguna untuk pertumbuhan dan proses-proses lain dalam kehidupan tumbuhan.
Sumber energi terbesar untuk fotosintesis adalah matahari. Cahaya matahari di tangkap oleh klorofil di dalam kloroplas.
Buku VIII-2WT, hal 80
Karbon dioksida dan cahaya merupakan dua faktor penting yang sangat mempengaruhi fotosintesis.
Buku VIII-2WT, hal 84
Akar tumbuh ke arah pusat gravitasi bumi (geotropisme positif), sedangkan batang tumbuh menjauhi pusat gravitasi bumi (geotropisme neg
atif).
8) BUKU VIII-3 W
Buku VIII-3W, hal.5
Dari percobaan tersebut, kita ketahui bahwa pupuk sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Zat-zat yang dikandung pupuk digunakan bagi pembentuk selsel baru dan kelancaran metabolisme tanaman. Tumbuhan memerlukan sejumlah mineral. Tanaman yang tidak diberi pupuk akan kekurangan mineral sehingga pertumbuhannya terganggu ataupun agak terhambat. Dari percobaan tersebut, kita ketahui bahwa pupuk sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya.
Buku VIII-3W, hal.99
Kamu telah mengetahui bahwa tumbuhan mampu berfotosintesis karena tumbuhan mempunyai klorofil.
Buku VIII-3W, hal. 100
6CO2 + 6H2O
C6H12O6 + 6O2
Buku VIII-3 W, hal. 103
Adapun geotropisme merupakan gerak yang dipengaruhi oleh rangsang berupa gravitasi bumi.
9) BUKU VIII-4 W
Cahaya matahari
Klorofil
25
Buku VIII-4W Hal.71 Geotropisme/gravitropisme, adalah gerak tropisme yang dipengaruhi oleh rangsangan gaya gravitasi bumi.
Buku VIII-4W Hal.5
Pertumbuhan pada manusia dan hewan ada batasnya. Setelah mencapai usia tertentu, manusia dan hewan tidak tumbuh lagi. Sedangkan tumbuhan hampir selalu tumbuh sepanjang hidupnya.
Buku VIII-4W Hal.8
Coba kamu amati, tanaman padi yang terlambat dipupuk, daunnya akan berwarna kekuningan. Setelah dipupuk, daun tanaman padi itu akan kembali berwarna hijau dan tumbuh dengan baik.
10) BUKU KODE IX-1WT
11) BUKU KODE IX-2W
Buku IX-2W hal. 87
Penyerbukan adalah peristiwa sampainya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan
pembuahan adalah peleburan antara sel sperma dan sel telur yang akan menghasilkan zigot dan berkembang menjadi individu baru yang memiliki sifat bervariasi di antara kedua induknya.
12) BUKU KODE IX-3
13) BUKU KODE IX-4T
Buku IX-4T, hal. 53
Peristiwa jatuhnya atau menempelnya serbuk sari di atas kepala putih disebut penyerbukan (polinasi).