analisis novel rumah kaca

6
ANALISIS NOVEL RUMAH KACA Judul : Rumah Kaca Pengarang : Pramoedya Ananta Toer Tebal : 646 halaman I. Ringkasan Novel : Pangemanan adalah seorang inspektur polisi yang memiliki keluarga yang sempurna dan bahagia. Ia sudah banyak memecahkan kasus-kasus berat dan diakui banyak orang. Pada suatu hari ia ditugaskan untuk memata-matai dan menyingkirkan seseorang yang tiada lain tiada bukan ialah orang yang ia kagumi, Raden Mas Minke. Akhirnya ia melakukan hal tersebut secara diam-diam dengan cara mendatangi rumah Minke seakan-akan ingin bersilaturahmi. Dalam tugas ini ia dibantu oleh Suurhof yang akan menjadi bawahannya langsung. Namun pada saat ini pagemanann masih belum berhasil. Akan tetapi ia selalu berusaha untuk mengenyahkan Minke. Pada akhirnya ia berhasil untuk menyingkirkan Raden Mas Minke hingga akhirnya Minke diasingkan ke Ambon. Minke adalah seorang pemimpin redaksi Koran. Ia berpihak kepada rakyat pribumi dan terus menerus menularkan semangat nasionalismenya kepada rakyat pribumi. Hal inilah yang merisaukan pemerintahan Belanda dan membuat Belanda mengambil jalan untuk mengasingkannya. Atas berhasilnya pangemanann

Upload: sigit-eno

Post on 21-Oct-2015

300 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Judul : Rumah KacaPengarang : Pramoedya Ananta ToerTebal : 646 halaman

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Novel Rumah Kaca

ANALISIS NOVEL RUMAH KACA

Judul          : Rumah KacaPengarang : Pramoedya  Ananta ToerTebal          : 646 halaman

I. Ringkasan Novel :

Pangemanan adalah seorang inspektur polisi yang memiliki keluarga yang sempurna

dan bahagia. Ia sudah banyak memecahkan kasus-kasus berat dan diakui banyak orang. Pada

suatu hari ia ditugaskan untuk memata-matai dan menyingkirkan seseorang yang tiada lain

tiada bukan ialah orang yang ia kagumi, Raden Mas Minke. Akhirnya ia melakukan hal

tersebut secara diam-diam dengan cara mendatangi rumah Minke seakan-akan ingin

bersilaturahmi. Dalam tugas ini ia dibantu oleh Suurhof yang akan menjadi bawahannya

langsung. Namun pada saat ini pagemanann masih belum berhasil. Akan tetapi ia selalu

berusaha untuk mengenyahkan Minke. Pada akhirnya ia berhasil untuk menyingkirkan Raden

Mas Minke hingga akhirnya Minke diasingkan ke Ambon. Minke adalah seorang pemimpin

redaksi Koran. Ia berpihak kepada rakyat pribumi dan terus menerus menularkan semangat

nasionalismenya kepada rakyat pribumi. Hal inilah yang merisaukan pemerintahan Belanda

dan membuat Belanda mengambil jalan untuk mengasingkannya. Atas berhasilnya

pangemanann menjatuhkan Minke, hadiahnya ia diangkat menjadi seorang ajukan komisaris.

Tiba-tiba,pangemanan dipecat dari jabatannya dan dipindahkan ke kantor pusat

Algemenee secretarie untuk menggantikan Simon De Lange yang bunuh diri 3 hari sebelum

kedatangannya sebagai orang yang memata-matai rakyat pribumi yang berpotensi untuk

menjadi bibit menyulitkan bagi pemerintah Belanda sekaligus memusnahkan orang tersebut

secara diam-diam. Dalam sepak terjangnya,muncullah Siti Soendari, seorang perawan yang

sangat semangat dalam berpidato seputar nasionalisme, Marco, murid Minke yang suka

menulis di surat kabar sambil mengobarkan semangat nasionalismenya dan orang-orang

lainnya. Pekerjaannya di Algemene secretarie berjalan lancar namun diam-diam dia merasa

jijik dan benci juga terhadap pekerjaannya karena secara tidak langsung ia melanggar hukum

dan berlaku tidak adil terhadap orang-orang yang sebenarnya tidak berdosa, malah sebenarnya

Page 2: Analisis Novel Rumah Kaca

orang-orang yang mulia. Disamping itu, hubungannya dengan keluarganya pun memburuk

sehingga Paullete meminta kembali ke Prancis bersama anak-anaknya.

Semakin lama, pangemanann merasa semakin sepi dan sendiri. Ia merasa semakin

kehilangan segala sesuatu yang ia miliki. Semuanya hilang, termasuk dirinya sendiri. Ia

merasa sudah tidak mengenal dirinya lagi. Akan tetapi ia tetap terus melanjutkan

pekerjaannya. Sering kali ia merenung dan meratapi nasibnya sambil merasa bersalah

terhadap semua orang yang sempat berurusan dengannya, terutama Raden Mas Minke. Tak

jarang ia membaca buku Minke berulang-ulang berharap dengan begitu orang yang

dihormatinya itu akan memaafkannya.

Ketika Gubernur Jendral Idenburg diganti menjadi Gubernur Jendral Van Limbung

Stirum yang lebih lembut, Minke dibebaskan dari pengasingannya dan pangemanann

menjemputnya. Minke yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Minke dahulu yang

memiliki banyak pengikut. Sekedar namanya pun sekarang sudah tidak terdengar lagi. Ia

sudah dilupakan. Baru saja  Minke bebas, tak berapa lama kemudian ia meninggal

dikarenakan penyakit disentri. Hal ini mengejutkan sang pangemanann sehingga ketika Minke

hendak dikuburkan, ia ikut menggiringnya dari jauh. Sepeninggalnya Minke, pangemanann

bertemu dengan Madame Sanikem La Bouq, yang tiada lain tiada bukan adalah ibunda dari

Raden Mas Minke. Madam Sanikem yang tidak tahu apa pekerjaan pangemanann

menanyakan keberadaan Minke kepada sang pengamanann dengan wajah berseri. Ketika

pangemanann menceritakan kenyataan bahwa Minke telah meninggal, wajah Madam berubah

padam. Ketika ditanya apa penyebabnya, pangemanann ragu dalam menjawab sehingga

Madam mencurigainya dan hal ini sungguh membuat pangemanann merasa sangat hina. Ia

merasa telah merenggut kebahagiaan orang yang ada di hadapannya ini. Setelah itu mereka

berziarah ke makan Minke.

Sehabis itu mereka kembali ke rumah masing-masing. Pangemanann merasa sangat

sakit jiwa dan raga. Seharian tadi, keringat dinginnya tak berhenti mengucur, wajahnya pucat

dan bahkan berjalan pun ia tak sanggup. Ia sadar. Ia telah banyak sekali menghianati orang-

orang yang memercayainya. Mulai dari istrinya yang ia khianati, bangsanya bahkan dirinya

sendiri ia khianati. Ia merasa sangat tidak berguna sehingga pada akhirnya ia memutuskan

untuk menuliskan surat kepada Madam La Bouq dan memberinya tulisan-tulisan Minke

Page 3: Analisis Novel Rumah Kaca

sambil mengakui segala pengkhianatannya selama ini. Setelah itu ia memberikan semua hal

yang ia miliki sekarang kepada pembantunya sedangkan ia bertolak ke Belanda.

“Deposuit Potentes de Sade et Exaltavat Humiles”

Dia rendahkan Mereka Yang Berkuasa dan Naikkan Mereka Yang Terhina

II. Unsur Ekstrinsik :

Riwayat Hidup Pramoedya Ananta Toer :

Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantungPulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung

dalam keluarganya. Ayahnya ialah guru dan ibunya ialah pedagang nasi. Ia meneruskan pada

Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya dan bekerja sebagai juru ketik untuk surat

kabar Jepang diJakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan

seringkali ditempatkan di Jakarta di akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen dan buku

sepanjang karir militernya dan dipenjara Belandadi Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-

an ia sanggup tinggal di Belanda sebagai bagian program pertukaran budaya, dan saat

kembalinya ia menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya

berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik

pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Ini menciptakan friksi antara dia dan

pemerintahan Soekarno.

Semenjak Orde Baru berkuasa, Pramoedya tidak pernah mendapat kebebasan

menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan dikeroyok secara

terbuka di koran. Pramoedya telah menulis banyak kolom dan artikel pendek yang mengkritik

pemerintahan Indonesia terkini. Ia menulis buku Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer,

dokumentasi yang ditulis dalam gaya menyedihkan para wanita Jawa yang dipaksa menjadi

wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang.

Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda,

kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga semi-

otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai penulis dan

kolumnis. Ia memperoleh Hadiah Ramon Magsaysay untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni

Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah Nobel Sastra. Ia juga

Page 4: Analisis Novel Rumah Kaca

memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada 2004 Norwegian Authors'

Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia. Ia menyelesaikan perjalanan ke

Amerika Utara pada 1999 dan memenangkan hadiah dari Universitas Michigan. Ada sekitar

200 buku yang pernah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia.

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat

usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia dikabarkan telah

dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan sedang dirawat di rumah

sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak napas dan jantungnya melemah.

Pada 27 April 2006, Pram juga sempat tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya

memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Pram didiagnosis

menderitaradang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah

komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Pada 30 April 2006 pukul 08.55. Pramoedya wafat

dalam usia 81 tahun.