analisis pembiayaan kpr take over pada bank …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/990/1/ta lia...
TRANSCRIPT
ANALISIS PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER PADA BANK
MUAMALAT INDONESIA CABANG SALATIGA
PERIODE 2013-2015
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)
Disusun oleh :
ESI APRILIA
NIM : 201 13 016
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
i
ANALISIS PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER PADA BANK
MUAMALAT INDONESIA CABANG SALATIGA
PERIODE 2013-2015
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)
Disusun oleh :
ESI APRILIA
NIM : 201 13 016
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Di Salatiga.
Assalamu‟alaikum wr. wb
Setelah memperoleh berbagai pengarahan, bimbingan, koreksi, dan
perbaikan, maka tugas akhir di bawah ini:
Nama : Esi Aprilia
NIM : 201 13 016
Jurusan : D III Perbankan Syariah
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul : ANALISIS PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER PADA
BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG
SALATIGA PERIODE 2013-2015
Demikian layak diajukan dalam sidang munaqasah.
Demikian untuk menjadikan periksa.
Wassalamualaikum wr. wb
Salatiga, 25 Juli 2016
Pembimbing
Dr. Ahmad Mifdhol M. Lc., M.SI
NIP. 198004092008011015
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No 02 Salatiga telp. (0298) 323706, 323433
Website:www.iainsalatiga.ac.id email:[email protected]
iii
PENGESAHAN
ANALISIS PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER PADA BANK
MUAMALAT INDONESIA CABANG SALATIGA
PERIODE 2013-2015
DISUSUN OLEH:
ESI APRILIA
NIM : 20113016
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada
tanggal 11 Agustus 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar Ahli Madya Ekonomi Syari‟ah
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Anton Bawono, M.Si ______________
Sekertaris Penguji : Dr. Ahmad Mifdhol M. Lc., M.SI ______________
Penguji I : Prof. Dr. M. Zulfa, M.Ag ______________
Penguji II : Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si ______________
Salatiga, 11 Agustus 2016
Dekan
Dr. Anton Bawono, M. Si
NIP. 197403202003121001
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No 02 Salatiga telp. (0298) 323706, 323433
Website:www.iainsalatiga.ac.id email:[email protected]
iv
ABSTRAK
Aprilia, Esi. 2016. Analisis Pembiayaan KPR Take Over Pada Bank Muamalat
Indonesia Cabang Salatiga. Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dr. Ahmad Mifdlol M. Lc., M.SI
Kata Kunci: Analisis, Pembiayaan, KPR Take Over
Dunia perbankan saat ini saling berlomba untuk memberikan fasilitas
kemudahan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Salah satunya
kebutuhan masyarakat akan perumahan yang menjadi salah satu perluang
perbankan untuk membantu pembiayaan melalui KPR. Bank Muamalat sebagai
pelopor bank syariah pertama di Indonesia juga ikut menciptakan produk untuk
membantu nasabahnya untuk mendapatkan pembiayaan rumah dengan berbagai
jenis program KPR. KPR take over merupakan salah satu program KPR yang di
tawarkan kepada calon nasabah yang sudah melakukan KPR pada bank
konvensional agar mengalihkan hutangnya ke bank syariah.
Dalam penelitian jenis penelitian kualitatif ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dimana peneliti bertujuan untuk menyajikan informasi,
gambaran lengkap mengenai kenyataan kegiatan yang ada pada Bank Muamalat
Indonesia cabang Salatiga, khususnya KPR take over di Bank Muamalat Cabang
Salatiga. Dalam penelitian ini peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek
penelitian dan akan menggunakan pertanyaan dalam menggali informasi yang
dibutuhkan.
Hasil penelitian di Bank Muamalat Indonesia Cabang Salatiga, bahwa
qardh dan musyarakah mutanaqisah. Akad yang digunakan oleh Bank Muamalat
Indonesia tidak sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI mengenai
pengalihan hutang. Alasan Bank Muamalat tidak menggunakan akad yang
dianjurkan oleh DSN-MUI, karena Bank Muamalat merasa fatwa yang dikelurkan
DSN-MUI kurang relevan. Perkembangan pembiayaan KPR take over pada Bank
Muamalat dari tahun 2013-2015 mengalami penurunan sekitar 30% setiap
tahunnya. Hal ini diakibatkan karena Bank Muamalat sendiri memang
menghindari kegiatan take over pada pembiayaan KPR. Bank Muamalat
menganggap bahwa kegiataan pembiayaan KPR take over memerlukan waktu
yang cukup lama.
v
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada:
IAIN Salatiga.
Bapak Edi Budyono, Ibu Siti Barokah, Adik saya Erida
Sapera dan Kakak saya Erwin Susanto.
Teman-teman DIII Perbankan Syariah Angkatan 2013,
serta seluruh sahabat penulis.
vi
MOTTO
PANTANG MENYERAH UNTUK MENJADI MANFAAT
SEPANJANG HIDUP, KARENA KITA ADALAH KADO TERINDAH
UNTUK UMAT MANUSIA
MENEGUR BUKAN KARENA BENCI, MEMUJI TANPA
MENJADIKAN LUPA DIRI, MENEGUR ADA CARANYA, MEMUJI
ADA ADABNYA.
vii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Esi Aprilia
NIM : 201 13 016
Jurusan : D III Perbankan Syariah
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat untuk memenuhi persyaratan
kelulusan pada jurusan DIII Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, dengan judul :
“ANALISIS PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER PADA BANK MUAMALAT
INDONESIA CABANG SALATIGA”
Adalah hasil karya sendiri, bukan “DUPLIKASI” dari karya orang lain.
Selanjutnya apabila di kemudian hari ada “KLAIM” dari pihak lain, bukan
tanggung jawab Dosen Pembimbing dan atau pihak IAIN. Tetapi menjadi
tanggung jawab saya sendiri.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan
dari siapapun.
Salatiga 25 Juli 2016
Hormat saya
Esi Aprilia
NIM: 201 13 016
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No 02 Salatiga telp. (0298) 323706, 323433
Website:www.iainsalatiga.ac.id email:[email protected]
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah, karena atas petunjuk dan kehendak-
Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Pembiayaan
KPR Take Over Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Salatiga Periode 2013-
2015”.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW atas kemuliaan Beliau yang selalu mengajarkan kesabaran bagi umatnya.
Penyusun Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Ahli Madya pada Jurusan DIII Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Suatu kebahagiaan dan kewajiban bagi penulis untuk menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung atas
terselesaikannya Tugas Akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung
terutama bagi:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi. M.Pd. selaku IAIN Salatiga beserta wakil-
wakilnya.
2. Bapak Dr. Anton Bawono M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Bapak Drs. H. Alfred L, M. SI. selaku Ketua Jurusan D III Perbankan Syariah.
4. Bapak Sugeng Hernowo Selaku Kepala Cabang BMI Cabang Salatiga.
5. Bapak Dr. Ahmad Mifdlol M.Lc., M.SI selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
6. Keluarga Besar Bank Muamalat Indonesia Cabang Salatiga yang telah
membantu dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
ix
8. Teman-teman D III Perbankan Syariah angkatan tahun 2013
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tidak ada
sesuatu apapun yang sempurna kecuali Allah SWT oleh karena itu, dengan senang
hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, dan bagi pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 25 Juli 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
MOTTO ......................................................................................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 6
D. Kajian Pustaka ...................................................................................... 7
E. Kerangka Teoritik ................................................................................ 8
F. Metode Penelitian................................................................................. 9
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 11
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Murabahah ........................................................................................... 13
B. Qardh ................................................................................................... 20
C. Al-ijarah ............................................................................................... 25
D. Syirkah al-milk ..................................................................................... 27
E. KPR Perbankan Syariah ....................................................................... 30
F. Take Over ............................................................................................. 38
xi
G. Fatwa DSN-MUI .................................................................................. 43
BAB III : LAPORAN OBJEK
A. Sejarah Bank Muamalat Indonesai....................................................... 48
B. Visi dan Misi BMI ............................................................................... 50
C. Rencana dan Strategi BMI ................................................................... 52
D. Struktur Organisasi BMI ...................................................................... 54
E. Produk Penghimpunan, Pendanaan dan Jasa lainya ............................. 60
F. Lokasi dan Struktur Organisasi BMI Salatiga ..................................... 63
BAB IV : ANALISIS PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER
A. Prosedur dan Aplikasi Akad KPR di BMI ........................................... 65
B. Perkembangan pembiayaan KPR take over tahun 2013-2015 ............. 70
C. Kesesuain fatwa DSN-MUI dengan Praktik ........................................ 71
BAB V :
A. Kesimpulan ........................................................................................... 75
B. Saran ..................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka .................................................................................................. 78
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1`: Perbedaan KPR Bank Konvensional dan Bank Syariah ................ 32
Tabel 4.1 : Perkembangan jumlah nasabah pembiayaan KPR take over ........ 71
Tabel 4.2 : Perkembangan angka pembiayaan KPR take over ........................ 71
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Kerangka Teoritik ...................................................................... 8
Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia ......................... 59
Gambar 3.2 : Struktur Organisasi BMI Cabang Salatiga ................................. 64
xiv
DAFTAR SINGKATAN
LKS : Lembaga Keuangan Syariah
LKK : Lembaga Keuangan Konvensional
BMI : Bank Muamalat Indonesia
SKMHT : Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah
BPN : Badan Pertanahan Nasional
KPR : Kredit Pemilikan Rumah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan pokok masyarakat pada umumnya ada tiga hal, yaitu
pangan, sandang dan papan. Tiga pokok kebutuhan itu merupakan
kebutuhan masyarakat yang tidak bisa ditinggalkan. Kebutuhan masyarakat
yang hidup di dunia ini tidak hanya kebutuhan akan pangan, tapi juga ada
sandang atau pakaian yang digunakan dan papan atau tempat tinggal.
Masyarakat pasti akan mempunyai keinginan untuk memiliki tempat
tinggal sendiri, terutama yang sudah memiliki sebuah keluarga. Tempat
tinggal merupakan kebutuhan yang pokok pada masyarakat, sebagai tempat
untuk beristirahat, bermain, bersantai, berlindung dan berkumpulnya
sebuah keluarga.
Dengan meningkatnya populasi penduduk di Indonesia, masalah
perumahan menjadi masalah pemerintah. Karena tingginya harga tanah,
material bahan bangunan, dan upah tenaga kerja menjadi kendala bagi
masyarakat pada umumnya. Permasalahan untuk membeli rumah secara
tunai tidak berpengaruh pada masyarakat yang cukup secara ekonomi,
sedangkan bagi masyarakat yang belum cukup ekonominya untuk membeli
rumah secara tunai masih belum terjangkau. Sehingga para pengembang
dan pemerintah memberikan sebuah alternatif yaitu dengan Kredit
Pemilikan Rumah atau yang sering disebut dengan KPR. Dengan adanya
2
alternatif tersebut akan memudahkan masyarakat untuk memiliki rumah
sendiri, dan juga akan membantu penataan kota yang baik. Kemakmuran
suatu negara dapat dilihat dari tingkat kepemilikan rumah sendiri dan
merupakan suatu hak warga negara dalam memenuhi kebutuhan akan
tempat tinggal. Atas dasar itulah banyak lembaga keuangan yang
mengeluarkan produk (KPR) untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakat teresebut.
Bank Syariah yaitu lembaga keuangan yang dalam operasionalnya
menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan syariat Islam dan tidak
memberatkan nasabahnya. Bank dengan sistem syariah menggunakan akad
dan aspek legalitas yaitu hukum Islam dan hukum positif, lembaga
penyelesaian sengketa pada bank syariah menggunkan Badan Arbitrase
Muamalat Indonesia (BAMUI), struktur organisasi dalam bank syariah
meliputi Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah
(DPS). Invetasi dalam bank syariah harus halal dengan menggunakan
prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa tujuannya untuk memperoleh profit
secara syariah Islam dengan hubungan kemitraan dengan nasabahnya.
Bank yang berdasarkan prinsip syariah tidak menggunakan bunga dalam
memberikan jasa kepada nasabahnya. Di bank syariah jasa bank yang
diberikan berupa pembiayaan yang berdasarkan bagi hasil, yang penerapan
prinsip syariahnya sesuai dengan hukum Islam.
Menurut, Muhammad (2002: 259) ada dua fungsi utama dari bank
Syariah, yaitu mengumpulkan dana dan menyalurkan dana. Penyaluran
3
dana yang dilakukan bank syariah adalah menyalurkan dana kepada pihak
yang membutuhkan dana atau debitur baik untuk modal suatu usaha
ataupun untuk konsumsi. Praktik pembiayaan yang dijalankan oleh
lembaga keuangan Islam adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau
syirkah. Dalam praktiknya syirkah ini terdapat dalam dua jenis
pembiayaan, yaitu pembiayaan mudharabah (MDA) dan musyarakah
(MSA). Jenis pembiayaan lainnya terdapat dalam pembiayaan yang
berakad atau sistem jual beli yaitu murabahah (MBA), bai‟ as-salam dan
bai‟ Istishna‟.
Menurut Wahbah Zuhaili (1997), murabahah adalah jual beli sesuai
dengan harga pertama (pokok) disertakan dengan adanya keuntungan.
Dengan kata lain, penjualan barang oleh bank ke nasabah dilakukan atas
dasar Cost-Plus Profit (Sutan, 1999: 64). Dalam kegiatan murabahah
pihak perbankan yakni pihak yang memiliki modal dan dana untuk
membelikan rumah secara tunai kepada pihak penjual rumah, kemudian
oleh pihak perbankan dijual kembali secara kredit kepada debitur atau
pihak yang membutuhkan sehingga kegiatan ini disebut dengan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR). Mengenai barang yang diinginkan nasabah
maupun tambahan biaya yang akan menjadi imbalan bagi bank, ditentukan
dan dirundingkan di awal oleh bank dan nasabah yang bersangkutan.
Hukum dari kegiatan Kredit Pemilikan Rumah ini menjadi pertimbangan di
kalangan para umat Islam, karena dengan adanya Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) ini sangat rentan dengan adanya permasalahan riba. Jika tidak
4
faham dan berhati-hati akan terjebak di dalamnya. Beberapa lembaga
keuangan Islam sudah banyak yang mengadakan Kredit Kepemilikan
Rumah (KPR) secara syariah, dengan adanya program KPR di perbankan
syariah maka akan membantu nasabah dalam melakukan pembelian rumah.
Karakteristik perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi
hasil memberikan keuntungan bagi masyarakat dan bank. Perkembangan
produk pembiayaan bank syariah melebarkan sayap binisnya terutama
dalam bidang pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Perkembangan
KPR syariah membuat program KPR syariah semakin dikembangkan.
Salah satunya adalah take over kredit merupakan pengajuan pemutusan
kredit dari nasabah.
Kredit rumah menggunakan bank syariah lebih aman bagi nasabah
karena dalam bank syariah memiliki kepastian dalam cicilan setiap
bulannya. Meskipun suku bunga naik ataupun meninggi besaran cicilan
setiap bulannya tidak akan berubah, karena dari awal perjanjian atau akad
kredit sudah ditentukan besaran yang harus dibayar oleh nasabah dan
margin yang diambil oleh bank. Nasabah yang membeli rumah melalui
KPR syariah, hingga jangka waktu pengambilan kredit berakhir,
besarannya cicilan yang harus dibayar nasabah itu tetap.
Dalam implementasinya, upaya pengembangan perbankan syariah
memerlukan aturan-aturan syariah yang mengikat bagi perbankan syariah.
Dalam kaitan ini, fatwa yang terkait dengan perbankan syariah dikeluarkan
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), fatwa
5
tersebut sangat bernilai dan berperan besar sebagai referensi utama dalam
proses penyusunan peraturan Bank Indonesia bagi perbankan syariah
(Muhammad: 2004).
Transaksi perpindahan take over pembiayaan dari bank
konvensional ke bank syariah diatur dalam fatwa No. 31/DSN-
MUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang. Dalam fatwa ini disebutkan ada
empat alternatif akad yang dapat digunakan yaitu :
1. Qardh dan murabahah
2. Syirkah al-milk dan murabahah
3. Qardh dan ijarah
4. Qardh dan IMBT (ijarah muntahiya bit-tamlik)
Bank syariah saat ini dapat menggunakan ke 4 alternatif di atas
untuk melakukan transaksi pembiayaan pengalihan hutang (take over).
Secara teori ke-4 alternatif di atas sudah diperbolehkan, terkadang dalam
realisasinya akad tersebut dirasa kurang pas apabila digunakan dalam
transaksi pengalihan hutang. Maka dari itu, penelitian dan analisis
mengenai pembiayaan KPR take over dirasa sangat menarik untuk
dilakukan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan pengkajian lebih lanjut tentang “ANALISIS
PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER PADA BANK MUAMALAT
CABANG SALATIGA PERIODE 2013-2015”.
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur dan aplikasi akad KPR Take over di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Salatiga
2. Bagaimana analisis perkembangan KPR Take over pada Bank
Muamalat cabang Salatiga dari Tahun 2013-2015
3. Bagaimana kesesuaian akad pembiayaan KPR Take over pada Bank
Muamalat cabang Salatiga dengan fatwa DSN-MUI
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis sampaikan di atas ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain:
1. Untuk mengetahui prosedur dan aplikasi akad KPR Take over di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Salatiga
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan produk KPR Take over
pada Bank Muamalat dari Tahun 2013-2015
3. Untuk mengetahui apakah akad pembiayaan KPR Take over pada Bank
Muamalat cabang Salatiga sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI atau
belum.
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian di atas adalah:
1. Secara akademik, penelitian ini menambah wawasan pengetahuan
tentang akad pembiayaan KPR Take over, Prosedur yang dilakukan
untuk melakukan Pembiayaan KPR Take over, dan mengetahui
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh DSN-MUI untuk melakukan
7
kegiatan pembiayaan KPR Take over pada Bank Syariah khususnya
pada Bank Muamalat Indonesia cabang Salatiga.
2. Secara Praktik, penelitian ini dapat memberikan informasi kepada Bank
Syariah bagaimana cara untuk menarik nasabah Bank Konvensional
agar berpindah pada Bank Syariah. Dan juga memberikan informasi
kepada masyarakat bahwa melakukan pembiayaan KPR di Bank
Syariah lebih menguntungkan.
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini
masih kurang mendapatkan perhatian, untuk mengatakan belum pernah
diteliti.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain:
dalam penelitian Musrina pada tahun 2014 yang berjudul tentang Analisis
Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB Pembelian di Bank
Mualamat Indoensia cabang Pembantu Salatiga yang menjelaskan
bagaimana cara nasabah bisa mendapatkan pembiayaan KPR Muamalat iB
di Bank Muamalat Cabang Salatiga. Setelah syarat-syarat untuk
pembiayaan telah terpenuhi maka calon nasabah harus mengikuti
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak Bank Muamalat
Indonesia, yaitu melalui beberapa tahapan antara lain prosedur pengajuan
pembiayaan, pengembalian pembiayaan dan bagaimana solusi bank
muamalat untuk mengatasi KPR yang tidak terselesaikan
8
Dalam penelitian Fardah Sutarsih pada Tahun 2008 yang berjudul
Desain Akad Pembiayaan Take Over KPR Syariah di Bank Muamalat
Indonesia yang menjelaskan tentang akad akad yang digunakan dalam
pembiayaan KPR take over dalam Bank Muamalat Indonesia dan
bagaimana menggunakan akad akad yang relevan dan sesuai dengan
syariah.
Dalam penelitian Ratriningrum tahun 2009 yang berjudul
Penerapan Kredit Rumah (KPR) syariah di Indonesia menjelaskan
bagaimana penerapan pembiayaan KPR syariah yang digunakan di
perbanakan syariah di Indonesia apakah sudah sesuai dengan sistem
perekonomian Islam di Indonesia atau belum. Ratriningrum juga
menjelaskan problematika yang ada di perkotaan yang berkaitan dengan
hunian masyarakat yang belum tertata rapi.
E. Kerangka Teoritik
Sumber: Data diolah
Gambar 1.1: Kerangka Teoritik
Pembiayaan
KPR take over
Prosedur dan Aplikasi di BMI
Kesesuaian akad BMI dengan
DSN-MUI
Analisis
Perkembangan
9
Penjelasan:
Pembiayaan KPR take over diakui dan diperbolehkan oleh DSN-
MUI. Bukti bahwa take over diperbolehkan maka DSN-MUI mengelurakan
fatwa yang berkenaan dengan akad-akad yang sesuai dengan Islam agar
tidak keluar dari syariah Islam. Bank muamalat Indonesia sebagai bank
yang juga menggunakan produk pembiayaan KPR take over
mengguanakan akad tersendiri, dimana akad yang digunakan tidak ada di
fatwa DSN-MUI. Perkembangan pembiayaan KPR take over pada bank
Muamalat Indonesia cabang Salatiga dari tahun 2013-2015 mengalami
penuruan sekitar 30% setiap tahunnya.
F. Jenis dan Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang
menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan infomasi dari
lembaga yang terlibat dalam objek penelitian. Penelitian deskriptif
menurut wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, penelitian
deskriptif adalah salah satu jenis penelitian tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau
dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu
fenomena atau kenyataan sosial. Dengan jalan mendeskripsikan
sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah
memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian yang akan
10
menggunakan pernyataan dalam menggali informasi yang dibutuhkan.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat
tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses
atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk
verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu
hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan
subjek penelitian menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta
untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek
penelitian.
2. Metode pengumpulan data
Agar dapat diperoleh data-data yang bisa diuji kebenaranya,
nyata dan lengkap, maka peneliti menggunakan instrumen sebagai
berikut:
a. Studi kepustakaan, yaitu membaca buku yang ada kaitannya dengan
tema dan judul penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan teori
untuk membahas permasalahan yang ada, misal teori akad-akad
syariah, produk pembiayaan syariah, dan lainnya.
b. Studi lapangan
1) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen, transkip, surat, arsip, dan lainnya.
Dalam dokumentasi yang diamati adalah benda mati, metode ini
tidak terlalu sulit karena apabila terdapat kesalahan data, data
11
tersebut masih tetap. Dari dokumen-dokumen yang ada peneliti
akan memperoleh data tentang sejarah berdirinya, struktur
organisasi, job description, visi dan misi, kegiatan operasional,
serta data-data nasabah pembiayaan KPR take over dari tahun
2013-2015.
2) Wawancara
Wawancara adalah cara memperoleh data secara langsung
melalui tanya jawab kepada pihak Bank Muamalat Indonesia
Cabang Salatiga tentang Pembiayaan KPR take over yang terkait
dengan perkembangan dan akad-akad yang digunakan dalam
melakukan pembiayaan KPR take over dan data–data yang
terkait lainnya. Dalam hal ini peneliti memperoleh narasumber
dari bagian Marketing KPR, Customer Service, dan Teller.
3) Observasi
Observasi adalah pengamatan secara sistematik pada objek
penelitian menggunakan panca indra, metode observasi hasilnya
lebih akurat dan terbukti, metode ini memusatkan pada
kemampuan pengamatan dan mengingat.
G. Sistematika Penulisan
Penyusun membatasi susunan ini ke dalam lima bab. Bab pertama
adalah bab pendahuluan dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian
pustaka, keragka teoritik, metode penelitian, sistematika penulisan.
12
Bab selanjutnya adalah landasan teori. Dalam bab ini diuraikan
tentang pengertian akad-akad yang digunakan dalam pembiayaan take
over, pengertian KPR, pengertian take over, fatwa DSN-MUI tentang take
over.
Bab ketiga adalah laporan objek. Dalam bab ini diuraikan tentang
sejarah objek penelitian, visi misi organisasi, kebijakan kebijakan
organisasi, dan susunan organisasi
Bab keempat adalah analisis data. Dalam bab ini membahas
mengenai tinjauan umum terhadap analisis pembiayaan KPR take over
pada Bank Muamalat Indonesia, pengelolahan dan analisis data,
pembahasan.
Bab terakhir adalah penutup. Dalam bab ini peneliti penyajikan
kesimpulan dan saran. Kesimpulan diambil berdasarkan pada penelitian
yang dilakukan melalui analisis data untuk mengetahui kesesuaian akad
pembiayaan KPR take over dengan fatwa DSN-MUI.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Murabahah
1. Pengertian murabahah
Secara bahasa murabahah berasal dari kata ribh yang bermakna
tumbuh dan berkembang dalam suatu perniagaan. Dalam istilah syariah
terdapat pengertian yang berbeda-beda menurut beberapa para ahli.
Menurut Karim (2004: 88), murabahah yang berasal dari ribhu
(Keuntungan), adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah
keuntungannya, bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah
bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan (margin).
Menurut Rusyd, sebagaimana yang dikutip oleh Antonio (2001:
101), Mengatakan bahwa murabahah adalah jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual
beli ini, penjual harus memberitahukan harga barang yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.
Menurut Zulkifli (2003: 90), Perbankan Syariah panduan praktis.
Transaksi murabahah adalah skim dimana bank bertindak selaku
penjual disatu sisi, dan disisi lain bertindak selaku pembeli. Kemudian
bank akan menjual kembali kepada pembeli dengan harga beli
ditambah margin (Ribhun) yang disepakati.
13
14
Dalam undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah juga memberikan definisi tentang murabahah dalam
penjelasan pasal 19 ayat (1) huruf D, yang dimaksud dengan akad
murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
Menurut Nurhayati (2008: 176), Pengertian secara umum
murabahah adalah suatu transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan
secara tunai maupun kredit. Hal yang membedakan murabahah dengan
jual beli lainnya adalah penjual harus memberitahukan kepada pembeli
harga barang pokok yang dijualnya serta jumlah keuntungan yang
diperoleh. Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau kredit, jika
secara kredit harus dipisahkan antara keuntungan dan harga perolehan.
Keuntungan tidak boleh berubah sepanjang akad, apabila terjadi
kesulitan bayar dapat dilakukan restrukturisasi dan kalau kesulitan
bayar karena lalai dapat dikenakan denda. Denda tersebut akan
dianggap sebagai dana kebajikan. Uang muka juga dapat diterima,
tetapi harus dianggap sebagai pengurang piutang.
2. Landasan Syariah
Setelah kita mengetahui pengertian dari murabahah itu apa, mari
kita ketahui landasan hukum dari murabahah. Jual beli dengan
15
menggunakan akad murabahah diperbolehkan dalam Islam. Menurut
Nurhayati (2008: 164), Hal ini berdasarkan dalil-dalil yang terdapat
dalam Al Qur‟an dan Hadist. Ada beberapa dalil yang
memperbolehkannya praktik jual beli dengan menggunakan akad
murabahah adalah firman Allah SWT :
a. Al- Qur‟an surat An-Nisa (4) ayat 29
نكم بالباطل إال أن تكون يا أي ها الذين آمنوا ال تأكلوا أموالكم ب ي
و كان بكم رحيماتارة عن ت راض منكم وال ت قت لوا أن فسكم إن الل
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (QS. An
Nisa [4]: 29).
b. Surat Al-Baqarah (2) Ayat 275
وأحل اللو الب يع وحرم الربا
Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba (QS. Al Baqarah [2]: 275).
16
Dalam ayat ini, Allah mempertegas diperbolehkannya jual
beli secara umum serta menolak dan melarang konsep ribawi.
Berdasarkan dari ketentuan ini jual beli murabahah mendapat
pengakuan dan legalitas syariah, dan sah untuk dijalankan dalam
praktek pembiayaan bank syariah karena ia merupakan salah satu
bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi.
c. Hadis
Selain dalil dari dalam Al Qur‟an, dalil mengenai jual beli
juga ditulis dalam sebuah hadis untuk lebih memperkuat dan
sebagai bukti bahwa Nabi Muhammad juga melakukan transaksi
jual beli. Berikut ini salah satu hadist yang memperbolehkannya
transaksi jual beli.
Dari Suaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW berkata,
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara
tangguh, Muqarabah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”
3. Tujuan Pembiayaan murabahah pada Bank Islam
Menurut Al Khadas (1999: 13) ada beberapa tujuan mengapa
Bank Islam menerapkan pembiayaan murabahah dalam kegiatan
perbankannya, yaitu:
a) Bank Islam mendapatkan keuntungan yang pantas dari
pembiayaan murabahah.
17
b) Beberapa bank Islam memiliki pengalaman untuk membeli produk
tertentu.
c) Untuk klien, bank Islam mendanai pembelian produk kemudian
pembeli (klien) akan membayar dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan kesepakatan.
d) Pembiayaan murabahah memberikan alternatif jual beli bebas riba
sebagai perbandingan dalam perbankan konvensional.
4. Rukun dan Syarat murabahah
Berikut ini ada beberapa yang harus diperhatikan dalam
melakukan transaksi murabahah yaitu Rukun dan Syaratnya agar
transaksi yang dilakukan sesuai dengan yang dianjurkan dalam Islam.
a) Pengertian Rukun murabahah
Rukun adalah suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari
suatu kegiatan atau lembaga, sehingga bila tidak ada salah satu
elemen tersebut maka kegiatan tersebut dinyatakan tidak sah atau
lembaga tersebut tidak eksis (Yayasan Pendidikan Pengembangan
dan LKS, 1999: 42).
Menurut Karim (2001: 94), ada 5 rukun dalam murabahah, yaitu:
1) Orang yang menjual (ba‟i)
2) Orang yang membeli (musytari)
3) Ada objek yang di jual belikan (mabi‟)
4) Harga (tsaman)
5) Akad atau ijab qabul (sighat)
18
b) Syarat murabahah
Menurut Antonio (2009: 102), Selain rukun yang
diperhatikan dalam melakukan kegiatan jual beli, kita juga harus
memperhatikan syarat-syarat yang dianjurkan untuk terlaksananya
jual beli tersebut, penjual memberi tahu biaya modal kepada
nasabah, yaitu:
1) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang
diterapkan.
2) Kontrak harus bebas dari riba.
3) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian.
4) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara
hutang.
5. Prosedur Pembiayaan murabahah
Menurut Al Khadas (1999: 11) sebelum melakukan pembiayaan
murabahah dalam bank Islam ada beberapa prosedur yang harus di
ikuti, yaitu:
a. Klien meminta bank melalui form tertulis untuk membeli produk
tertentu, dimana klien akan membeli melalui murabahah. Form
tersebut berisi tentang spesifikasi produk yang diminta persyaratan
dokumen, total nilai produk, informasi tentang klien, pembagian
laba, dan sumber penawaran produk.
19
b. Bank Islam mempelajari form surat permohonan klien dari segala
aspek yang meliputi:
1) Mempelajari posisi klien, seperti jenis bisnis klien, situasi
kredit dan likuiditasnya.
2) Mempelajari produk dari segi ekonomi, gambaran situasi
umum pasar, yaitu jumlah penawaran dan permintaan produk.
3) Mempelajari metode penawaran pembelian, seperti biaya
operasi pembiayaan murabahah, jangka waktu perjanjian, laba
pembiayaan dan pembayaran angsuran pinjaman.
4) Meminta jaminan untuk melindungi hak bank dalam
mendapatkan kembali uangnya sesuai dengan waktu
perjanjian.
5) Setelah memeriksa dan mengesahkan pembiayaan murabahah,
bank meminta pembeli untuk menandatangani kontrak
perjanjian. Pada tahap ini, biaya operasi pembiayaan
murabahah dan penentuan pembagian laba didiskusikan dan
disepakati. Di samping itu bank Islam meminta pembeli untuk
membayar angsuran pertama harga murabahah. Bentuk paling
umum kontrak pembelian bank Islam di sini adalah pernyataan
oleh klien bahwa klien akan menyelesaikan perjanjian
pembeliannya ketika diberitahukan oleh bank bahwa produk
telah tersedia.
20
6) Setelah bank Islam membeli produk, kemudian bank Islam dan
pembeli menandatangani kontrak penjualan murabahah. Pada
kontrak tersebut, biaya operasi yang sesungguhnya
pembiayaan murabahah dan keuntungan yang diperoleh bank
harus diketahui.
7) Pembeli menerima produk.
B. Qardh
1. Pengertian qardh
Menurut Antonio (2001: 173), qardh adalah pemberian harta
kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan
kata lain meminjami tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur
fiqh klasik, qardh dikategorikan dalam akad Tathawwui atau akad
saling membantu dan buka transaksi komersil.
Menurut Faqih (2008: 161), qardh adalah jenis pinjaman yang
tidak mempersyaratkan adanya imbalan atas dana pinjaman. Bank
hanya boleh mengenakan biaya adminitrasi. Pinjaman ini biasanya
bersifat sosial dan dikucurkan untuk keperluan yang bersifat sosial
seperti pendidikan dan kesehatan, tetapi tidak menutup kemungkinan
apabila disalurkan ke dalam sektor ekonomi seperti untuk membantu
pengusaha kecil.
Pinjaman qardh menurut PSAK 59 adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang
21
mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan namun
tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan di dalam perjanjian. Bank
syariah di samping memberikan pinjaman qardh, juga dapat
menyalurkan pinjaman dalam bentuk qardhul hasan. Qardhul hasan
adalah pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam untuk
menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan
mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang
disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena
kelalaiannya, maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah
pinjaman (IAI, “Akuntansi Perbankan Syariah”, PSAK 59: 2002).
Sumber dana pinjaman qardh dapat berasal dari internal dan
eksternal bank. Dan qardh yang berasal dari eksternal dilaporkan
dalam laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan. Sumber
dana qardh yang berasal dari internal bank dilaporkan dalam neraca
bank sebagian pinjaman qardh. Pencatatan atas transaksi qardh diatur
dalam PSAK 59 paragraf 139 sampai dengan 143 dan PAPSI halaman
III. 63 sampai III. 64.
2. Landasan Syariah.
Menurut Antonio (2001: 131), Transaksi qardh diperbolehkan
oleh para ulama‟ berdasarkan hadist dan riwayat Ibnu Majah dan ijma
ulama. Sungguhpun demikian, Allah SWT mengajarkan kepada kita
agar meminjamkan sesuatu bagi “agama Allah”.
22
a. Al- Qur‟an surat Al-Hadid: 11
من ذا الذي ي قرض اللو ق رضا حسنا ف يضاعفو لو ولو أجر كري
Artinya: “siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan (balasan)
pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak”. (Al-Hadid: 11).
b. Hadis
Ibnu Mas‟ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Berkata
“Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim
(lainya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah”
(HR Ibu Majah no. 2421, kitab Al-Ahkam; Ibnu Hibban dan
Baihaqi).
Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah berkata, “Aku
melihat pada waktu malam di-isra‟-kan, pada pintu surga tertulis:
sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali.
Aku bertanya, „wahai jibril, mengapa qardh lebih utama dari
sedekah? Ia menjawab, „karena peminta-minta sesuatu dan ia
punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali
karena keperluan” (HR Ibnu Majah no. 2422. Kitab al-Ahkam,
dan Baihaqi).
23
c. Ijma‟
Para ulama‟ telah menyepakati bahwa al-qardh boleh
dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang
tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak
ada seorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan.
Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari
kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat
memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.
3. Rukun qardh
Menurut Ascarya (2011: 48), ada beberapa rukun dan syarat
yang harus dilakukan sebelum melakukan akad qardh, di antaranya:
a. Rukun qardh :
1) Pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang
membutuhkan dana, dan muqridh (pemberi pinjaman), pihak
yang memiliki dana.
2) Objek akad, yaitu qardh (dana).
3) Tujuan, yaitu pinjaman tanpa imbalan (pinjaman Rp. Xx di
kembalikan Rp. Xx).
4) Shighat, yaitu ijab dan qabul.
b. Syarat qardh
1) Kerelaan kedua belah pihak.
2) Dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.
3) Ketentuan Syariah qardh.
24
4) Pelaku harus cakap hukum dan baligh
4. Objek qardh
Menurut Nurhayati dan Wasilah (2008: 240), ada beberapa objek
yang harus diperhatikan sebelum melakukan akad qardh, yaitu:
a. Jenis nilai pinjamannya dan waktu pelunasanya.
b. Pinjaman diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang
telah disepakati, tidak boleh diperjanjikan akan ada penambahan
atas pokok pinjamannya. Namun peminjam boleh memberikan
sumbangan secara sukarela.
c. Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka
waktu peminjaman dapat diperpanjang atau menghapus sebagian
atau seluruh kewajibannya. Namun jika peminjam lalai maka dapat
dikenakan denda.
c. Ijab qabul adalah pernyatan dan ekspresi saling ridha atau rela di
antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal,
tertulis, atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
5. Manfaat qardh
Manfaat akad al-qardh banyak sekali menurut Antonio (2001:
134), di antaranya:
a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak
untuk mendapatkan talangan jangka pendek.
25
b. Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara
bank syariah dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung
misi sosial, di samping misi komersial.
c. Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra
baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank
syariah.
C. Al-ijarah
1. Pengertian Ijarah
Menurut Antonio (2001: 117), al-ijarah atau ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(Ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.
2. Landasan Syariah
a. Al-Qur‟an surat Al-Baqarah: 233
وإن أردت أن تست رضعوا أوالدكم فل جناح عليكم إذا سلمتم ما
وات قوا اللو واعلموا أن اللو با ت عملون بصري آت يتم بالمعروف
Artinya: “Dan, jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Al-Baqarah: 233).
26
b. Hadis
Diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa Rasullulah saw
bersabda, “Berbekam lah kamu, kemudian berikanlah olehmu
upahnya kepada tukang bekam itu” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Syarat dan rukun ijarah
Menurut jumhur ulama, rukun ijarah ada 4 yaitu:
a. Aqid (orang yang akad)
b. Shigat (akad)
c. Ujrah (upah)
d. Manfaat
Adapun Syarat ijarah terdiri dari empat macam, sebagai syarat dalam
jual beli, yaitu:
a. Syarat al-inqad (terjadi akad)
b. Syarat an-nafadz (syarat pelaksanaan akad)
c. Syarat sah
d. Syarat lazim.
4. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik
a. Pengertian al-ijarah al-muntahia bit-tamlik
Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik dalam dunia financial sering
dikenal dengan istilah hire-purchase. IMBT adalah sejenis
perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya
akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
27
penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang
membedakan dengan ijarah biasa.
b. Bentuk al-ijarah al-muntahia bit-tamlik
Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik memiliki banyak bentuk,
bergantung pada apa yang disepakati kedua pihak yang berkontrak.
Misalnya, al-ijarah dan janji menjual, nilai sewa yang mereka
tentukan dalam al-ijarah, harga barang dalam transaksi jual, dan
kapan kepemilikan dipindahkan.
c. Aplikasi dalam perbankan
Bank-bank Islam yang mengoperasikan produk al-ijarah,
dapat melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease.
Akan tetapi, pada umumnya bank-bank tersebut lebih banyak
menggunakan al-ijarah al-muntahia bit-tamlik karena lebih.
Sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, bank pun tidak
direpotkan untuk mengurus pemeliharaan aset, baik pada saat
leasing maupun sesungguhnya. (Antonio, 2001: 119).
D. Syirkah al-milk
1. Pengertian syirkah al-milk
Menurut Nasrun (2000: 167), syirkah al-milk menurut ulama
fiqih adalah dua orang atau lebih memiliki harta bersama tanpa melalui
atau didahului asy-syirkah (musyarakah). Status harta masing-masing
bersifat berdiri sendiri secara hukum. Apabila masing-masing ingin
bertindak hukum terhadap harta serikat itu, harus ada izin dari
28
mitranya, karena seseorang tidak memiliki kekuasaan atas bagian harta
orang yang menjadi mitra serikat.
2. Landasan Syariah
Syirkah al-milk hukumnya diperbolehkan atau disyari‟atkan
berdasarkan Al-Qur‟an, Al-Hadits, dan Ijma‟ (konsensus) kaum
muslimin. Dijelaskan sebagai berikut:
a. Al- Quran surat Shaad: 24 dan An-Nisa: 12
ن اللطاء ليبغي ب عضهم على ب عض إال الذين آمنوا وإن كثريا م
ا ىم. ﴿ الات وقليل م ﴾٤٢وعملوا الص
Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuta zalim kepada sebagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS.Shaad:
24). Dan Firman-Nya pula:
﴾٢٤فإن كان وا أكث ر من ذلك ف هم شركاء ف الث لث ﴿
Artinya: “Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu”
(QS.An-Nisa’: 12).
Kedua ayat di atas menunjukan perkenanan dan pengakuan
Allah akan adanya peserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya
29
saja dalam An-Nisa‟ ayat 12 perkongsian terjadi secara otomatis
karena waris, sedangkan dalam surat Shaad ayat 24 terjadi atas
dasar akad (transaksi)
b. Hadis
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
Allah azza wa jalla berfirman: “Aku pihak ketiga dari dua orang
yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati pihak
lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, Aku keluar dari
keduanya.” (HR. Abu Daud no. 3383, dan Al-Hakim no. 2322).
(Mustafa Dayb al-bagha, 2013: 135).
c. Ijma‟
Ijma‟ ulama mengatakan, bahwa muslimin telah
berkonsensus akan legitimasi syirkah secara global, walaupun
perbedaan pendapat dalam beberapa elemen dari padanya. Maka
secara tegas dapat dikatakan bahwa kegiatan syirkah dalam usaha
diperbolehkan dalam Islam, sebagai dasar hukumnya telah jelas
dan tegas. (Muhammad, 2005: 32).
3. Rukun dan syarat syirkah
Rukun syirkah adalah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu
berlangsung. Ada perbedaan terkait dengan rukun syirkah. Menurut
ulama hanafiyah syirkah hanya ada dua yaitu ijab (ungkapan
melakukan penawaran perserikatan) dan qabul (ungkapan penerimaan
perserikatan), istilah ijab dan qabul sering disebut dengan serah
30
terima. Jika ada yang menambahkan selain ijab dan qabul dalam rukun
syirkah seperti adanya kedua orang yang berakad dan objek akad
menurut hanafiyah itu bukan termasuk rukun tetapi termasuk syarat.
(Abdul Rahman, 2010: 128).
Menurut Sahrani (2011: 179), syarat yang berhubungan dengan
syirkah yaitu, sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah
baik dengan harta maupun dengan yang lainnya. Dalam hal ini terdapat
dua syarat, yaitu;
1) Berkenaan dengan benda, maka benda yang diakadkan harus dapat
diterima sebagai perwakilan
2) Berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian keuntungan
harus jelas dan dapat diketahui dua pihak.
Menurut Malikiyah, yang dikutip oleh Djuwaini (2008: 217)
syarat-syarat yang bertalian dengan orang yang melakukan akad ialah:
a. Merdeka
b. Baligh
c. Pintar (rusyd)
E. KPR dalam Perbankan Syariah
1. KPR Syariah
Menurut Hardjono (2008: 25), KPR syariah merupakan salah
satu produk pembiayaan yang telah dikembangkan oleh bank Syariah
adalah pembiayaan rumah, atau yang sering dikenal dengan istilah
KPR Syariah. Kepanjangan dari KPR adalah Kredit Pemilikan
31
Rumah. Pembiayaan KPR ini merupakan fasilitas yang diberikan oleh
bank syariah untuk melayani nasabah perorangan yang khusus untuk
memenuhi kebutuhan dalam pembangunan rumah atau renovasi
rumah maupun memperbaiki rumah (tempat tinggal). KPR sendiri
muncul karena adanya kebutuhan memiliki rumah yang semakin lama
semakin meninggi, tanpa diimbangi daya beli yang memadai oleh
masyarakat. Pembiayaan KPR ini menggunakan prinsip jual beli
(murabahah) dimana pembayarannya dilakukan secara berangsur
dengan jumlah angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar
setiap bulannya. Harga jual yang diberikan bank kepada pembeli atau
nasabah biasanya sudah ditambah dengan margin keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dengan pembeli.
Harga jual dan angsuran yang dibayarkan pembeli setiap bulan
hingga jatuh tempo harus disepakati di awal ketika nasabah atau
pembeli menandatangani perjanjian pembiayaan KPR tersebut.
Dengan adanya kepastian angsuran setiap bulan akan mempermudah
nasabah dalam melakukan pembayaran dan juga nasabah tidak perlu
khawatir dengan naik atau turunnya suku bunga. Dengan melakukan
pembiayaan KPR di bank syariah nasabah juga diuntungkan ketika
ingin melunasi angsuran sebelum masa kontrak berakhir, karena bank
syariah tidak akan mengenakan pinalti. Bank syariah tidak
memberlakukan sistem pinalti, karena harga KPR sudah disepakati
sejak awal. Pembiayaan KPR ini bisa diperuntukkan untuk membeli
32
(Rumah, Ruko, Rukan, Apartemen) baru maupun bekas, membangun
ataupun merenovasi rumah, dan untuk pengalihan pembiayaan KPR
dari bank lain yang disebut KPR take over.
Menurut informasi yang diberikan perbankan syariah dalam
sebuah artikelnya memberikan sebuah penjelasan mengenai perbedaan
antara KPR syariah dengan konvensional sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Sumber : Bank Syariah
NO KPR Bank Konvensional KPR Bank Syariah
1 Hanya menggunakan satu akad saja,
yaitu akad jual beli.
Ada beberapa jenis akad yaitu:
Akad murabahah (jual beli),
akad musyarakah mutanaqisah
(kepemilikan bertahap), akad
ijarah (sewa), akad muntahia
bit-tamlik (sewa beli).
2 Menggunakan sistem bunga. Menggunakan sistem margin.
3 Pada umumnya menggunakan bunga
yang bersifat fluktuatif atau
menyesuaikan kondisi bunga yang
berlaku. Terkadang KPR konvensional
juga memberikan cicilan tetap, namun
hanya berlaku beberapa tahun saja,
setelah itu bisa jadi cicilan menjadi
Besar angsuran akan tetap dari
awal akad ditentukan hingga
pelunasan atau masa angsuran
selesai.
33
lebih mahal karena bunga acuan
menjadi lebih tinggi.
4 Pada KPR konvensional nasabah akan
dikenakan biaya pinalti apabila akan
melakukan pelunasan sebelum jangka
waktu yang telah ditentukan atau
kontrak berakhir, dan sisa bunga harus
dilunasi semuanya.
Nasabah tidak dikenakan
pinalti apabila ingin melakukan
pelunasan sebagian ataupun
keseluruhan sebelum masa
pelunasan selesai. Sisa margin
tidak harus dibayarkan kecuali
margin di bulan ketika
pelunasan akan dilakukan.
5 Keterlambatan pembayaran akan
dikenakan pinalti atau denda.
Keterlambatan tidak akan
dikenakan pinalty ataupun
biaya tambahan.
6 Pada umumnya pihak bank tidak
memberitahukan jumlah total bunga
yang dikenakan kepada nasabah ketika
akan melakukan pinjaman.
Pada saat awal melakukan
kredit, pihak bank bersikap
transparan dengan
memberitahukan margin
kepada nasabah.
2. Landasan Syariah
Landasan dari KPR Syariah banyak yang terdapat dalam hadis
yang ditulis dari sabda Nabi Muhammad SAW, dimana nabi bersabda
ketika terjadi suatu perselisihan di zaman dahulu. Berikut ini adalah
34
beberapa hadis yang ditulis karena terjadinya perselisihan atau
permasalahan pada zaman dahulu.
Dari Ummul Mukminin Maimunah,
ها ان دي نا ف قال لا ب عض أىلها ال ت فعلى وأنكر ذلك علي كانت تد
عت نبي وخليلى -صلى اهلل عليو وسلم-قالت ب لى إن س
ان دي نا ي علم اللو منو أنو يريد أد ي قول اءه إال أداه ما من مسلم يد
ن يا اللو عنو ف الد
Dahulu Maimunah ingin berhutang. Lalu di antara kerabatnya
ada yang mengatakan, “Jangan kamu lakukan itu!” Sebagian
kerabatnya ini mengingkari perbuatan Maimunah tersebut. Lalu
Maimunah mengatakan, “Iya. Sesungguhnya aku mendengar Nabi dan
kekasihku shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang
muslim memiliki hutang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat
ingin melunasi hutang tersebut, maka Allah akan memudahkan
baginya untuk melunasi hutang tersebut di dunia” (HR. Ibnu Majah
no. 2408 dan An Nasai no. 4690. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dari Hadits ini ada pelajaran yang sangat berharga yaitu boleh
saja kita berhutang, namun harus berniat untuk mengembalikannya.
35
Selain hadis di atas juga terdapat hadis dari „Abdullah bin Ja‟far,
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda.
ائن حت ي قضى دي نو ما ل يكن فيما يكره اللو إن اللو مع الد
“Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang
berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi
hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang
dilarang oleh Allah” (HR. Ibnu Majah no. 2400. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shohih).
Dari kedua hadist di atas dapat disimpulkan boleh kita berhutang
asalkan kita harus berniat untuk segera mengembalikan hutang
tersebut, selain itu kita juga selalu meminta pertolongan Allah untuk
selalu dimudahkan dalam menyelesaikan hutang-hutang kita.
3. Akad KPR Syariah di Indonesia
Menurut Anwar (2007: 68), istilah “Perjanjian” dalam hukum
Indonesia disebut “akad” dalam hukum Islam. Kata akad berasal dari
kata al-aqad, yang berarti mengikat, menyambung atau
menghubungkan (ar-rabt). Menurut Ascarya (2007: 35), dalam istilah
fikih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang
untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf,
talak, sumpah, maupun yang muncul dari dua belah pihak, seperti jual
beli, sewa, wakalah, dan gadai. Secara khusus akad berarti berkaitan
36
antara ijab (persyaratan penawaran atau pemindahan kepemilikan)
dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu.
Menurut Deputi gubernur Bank Indonesia Maulana Ibrahim,
prinsip yang digunakan untuk KPR syariah adalah murabahah,
istishna, ijarah, dan juga musyarakah mutanaqisah.
Secara umum menurut Antonio (2001: 113) akad yang sering
digunakan dalam pembiayaan rumah ini antara lain adalah murabahah
(jual beli dengan margin profit), terutama untuk rumah yang telah
dibangun dan akad istishna, yaitu pemesanan barang (rumah) dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati serta pembayaran
dengan nilai tertentu yang disepakati. Menurut Antonio, istishna
merupakan kontrak antara penjualan antara pembeli (bank) dan
pembuat barang (pemasok). Sehingga di sini bank menjadi penengah
antar pemasok dan nasabah. Bank yang memesankan barangnya
terlebih dahulu kepada pemasok sebelum dijual kembali ke nasabah.
Selain menggunakan akad di atas bisa pula menggunakan akad
musyarakah mutanaqisah. Menurut Antonio (2001: 174), nasabah dan
bank berkongsi dalam pengadaan suatu barang (biasanya rumah
ataupun kendaraan), misalnya 30% dari nasabah dan 70% dari bank.
Untuk memiliki barang tersebut, nasabah harus membayar kepada
bank sebesar porsi yang dimiliki bank. Karena pembayarannya
dilakukan secara angsuran, penurunan porsi bank pun berkurang
secara proposional sesuai dengan besarnya angsuran. Barang yang
37
telah dibeli secara kongsi tadi baru akan menjadi milik nasabah
setelah porsi nasabah 100% dan porsi bank 0%.
Ada alternatif lain selain menggunakan akad-akad di atas yaitu
ijarah. Dalam kasus ini yaitu disebut dengan ijarah muntahia bit-
tamlik. Menurut Antonio ijarah muntahia bit-tamlik yaitu menyewa
suatu barang yang pada akhir masa sewa dia membelinya. Dalam akad
ini memberi pilihan kepada nasabah untuk menyewa rumah yang pada
akhir masa sewa nasabah dapat memiliki rumah tersebut, harga sewa
ditentukan secara berkala berdasarkan kesepakatan antara bank
dengan nasabah. Umumnya akad ini digunakan untuk pembiayaan
KPR berjangka waktu panjang misalnya 15 tahun.
4. Manfaat dari KPR Syariah
Manfaat dari nasabah menggunakan KPR syariah yaitu :
a. Nasabah tidak harus menyediakan dana secara tunai untuk
membeli rumah, nasabah hanya cukup menyediakan uang muka.
b. Karena KPR memiliki jangka waktu yang cukup panjang, angsuran
yang dibayar dapat diiringi dengan ekspektasi peningkatan
penghasilan.
c. Skim pembiayaan adalah jual beli (murabahah), adalah akad jual
beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh bank dan nasabah (fixed margin)
1) Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu, serta
tidak ada unsur spekulatif.
38
2) Bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo.
F. Take over
1. Pengertian take over
Secara bahasa Indonesia menurut Echols (2005: 578), take over
dapat diartikan sebagai mengambil alih. Menurut Ahmad Antonio
(2003: 331), take over adalah pengambilalihan atau dalam lingkup
suatu perusahan adalah perubahan kepentingan pengendalian sautu
perseroan. Sedangkan menurut Rochaety dan Tresnati (2005: 331),
take over selain mempunyai pengertian perubahan kepentingan dalam
pengendalian suatu perseroan juga memiliki pengertian lain yaitu
pengambilan sebuah perusahaan oleh perusahaan lain.
Pengertian take over di atas merupakan pengertian secara
umum, sedangkan take over yang dimaksud dalam Tugas Akhir ini
adalah take over yang berada dalam lingkup perbankan syariah yang
mengenai pembiayaan. Menurut fatwa DSN-MUI yang dimaksud
pengalihan hutang (take over) adalah pemindahan hutang nasabah dari
bank konvensional atau lembaga non syariah. Pembiayaan take over
adalah suatu proses perpindahaan kredit dari bank nonsyariah ke
pembiayaan di bank syariah (DSN-MUI, 2000: 185).
Dalam proses take over ini, bank syariah sebagai pihak yang
akan melakukan take over terhadap kredit yang dimiliki calon
nasabahnya di bank konvensional, bertindak sebagai wakil dari calon
39
nasabahnya untuk melunasi sisa kredit yang terdapat di bank asal,
mengambil bukti lunas, surat asli angsuran, agunan, perizinan, polis
asuransi dan surat surat lainnya, sehingga barang (dalam hal ini rumah)
menjadi milik nasabah secara utuh. Kemudian, untuk melunasi hutang
nasabah kepada bank syariah, maka nasabah tersebut menjual kembali
rumah tersebut kepada bank syariah. Kemudian, bank syariah akan
menjual rumah tersebut lagi kepada nasabah dengan pilihan kombinasi
akad yang tertera dalam fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI /VI/2002
tentang pengalihan hutang yaitu:
a. Qardh dan murabahah
b. Syirkah al-milk dan murabahah
c. Qardh dan ijarah
d. Qardh dan IMBT (ijarah muntahiyah bit-tamlik)
2. Landasan Syariah
Mekanisme take over (pengalihan hutang) yang diperbolehkan
fatwa DSN-MUI adalah mekanisme pengalihan hutang yang
didasarkan prinsip syariah, yaitu al-qardh dan murabahah, syirkah al-
milk dan murabahah, al-qardh dan ijarah, al-qardh dan al-ijarah al-
muntahiya bit-tamlik. Menurut Arifin (2006: 29) dasar yang digunakan
meliputi dalil-dalil yang berhubungan dengan keempat alternatif akad
tersebut.
40
a. Surat Al Maidah Ayat 1 أحلت لكم بيمة الن عام إال يا أي ها الذين آمنوا أوفوا بالعقود
يد وأنتم حرم لي الص ر م لى عليكم غي إن اللو يكم ما ما ي ت
يريد
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya”
b. Surat Al-Maidah Ayat 2
هر الرام وال الدي لوا شعائر اللو وال الش يا أي ها الذين آمنوا ال ت
م ن رب ني الب يت الرام ي بت غون فضل م وال القلئد وال آم
منكم شنآن ق وم أن وال ير وإذا حللتم فاصطادوا ورضوانا
وكم عن المسجد الرام أن ت عتدوا وت عاونوا على الب صد
41
قوى ث والعدوان والت ن إ وات قوا اللو وال ت عاونوا على ال
اللو شديد العقاب
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu.
dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat
siksa-Nya.
c. Surat Al Isra‟ Ayat 34
ه لغ أشد ي ب وال ت قربوا مال اليتيم إال بالت ىي أحسن حت
إن العهد كان مسئوال وأوفوا بالعهد
42
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan
penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya”.
d. Hadis
Menurut Abu Fadli (1989: 184), dalam sebuah Hadits yang di
riwayatkan oleh Bukhari dari Abu Huraira r.a, Rasulullah SAW
bersabda.
“Dari Abu Huraira bahwa Rasulullah bersabda: “Penangguhan
yang dilakukan oleh orang kaya adalah perbuatan dzalim. Dan
apabila hutang salah seorang kamu dialihkan kepada orang kaya,
hendaklah diterima pengalihan itu” (HR.Bukhari).
Menurut Muhammad (2001: 138-139), Rasulullah juga
memberikan penjelasan hadis di atas, bahwa penangguhan
pembayaran hutang dapat dilakukan oleh orang yang kaya
merupakan suatu perbuatan dzalim. Menurut ulama, orang yang
menangguhkan pembayarn hutang bila ia sanggup membayarnya
atau melunasinya maka orang tersebut dianggap fasiq (batal).
e. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 31/DSN-MUI/VI/2002
Tentang pengalihan hutang.
3. Sebab terjadinya Take over
Take over (pengalihan hutang) kredit pemilikan rumah (KPR)
nasabah disuatu bank dapat terjadi karena hal-hal berikut:
43
a. Karena suku bunga pada bank konvensional tidak menentu,
menyebabkan angsuran yang dibayarkan nasabah juga tidak
menentu.
b. Mereka ingin menghindari praktik bunga (riba) di bank
konvensional, yang mana setiap keterlambatan pembayaran
angsuran akan menambah pembayarn bunga.
c. Mereka kecewa dengan laporan pembayaran bank konvensional
yang ternyata setiap membayar angsuran KPR pada awal tahun
perjanjian KPR sebagian besar hanya untuk membayar bunganya
saja dan untuk membeyar pokoknya sedikit sekali sehinga
outstanding pokok KPR nya turunya tidak signifikasi (Alihozi,
beralih KPR syariah).
d. Apabila take over terjadi dari bank syariah ke bank syariah lain
dapat di sebabkan oleh tingkat margin antar bank. Nasabah merasa
kesulitan untuk membayar angsuran pada bank asalnya.
G. Fatwa DSN-MUI
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia tentang
pengalihan hutang
1. Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang bermaksud dengan pengalihan hutang
adalah sebagai berikut:
44
a. Pengalihan hutang adalah pemindahan hutang nasabah dari bank
atau lembaga keuangan konvensional ke bank atau lembaga
keuangan syariah.
b. Al-qardh adalah akad pinjaman dari Lembaga Keuangan Syariah
LKS kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan pokok pinjaman yang diterimanya kepada LKS
pada waktu dan dengan cara pengembalian yang telah disepakati.
c. Nasabah adalah (calon) nasabah LKS yang mempunyai kredit
(hutang) kepada Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) untuk
pembelian aset, yang ingin mengalihkan hutangnya ke LKS.
d. Aset adalah aset nasabah yang dibelinya melalui kredit dari LKK
dan belum lunas pembayaran kreditnya.
2. Ketentuan Akad
Dewan Syariah Nasional juga mengeluarkan fatwa ketentuan
akad yang akan digunakan dalam pengalihan hutang pada lembaga
keuangan syariah ataupun bank syariah. Akad yang dapat dilakukan
melalui empat alternatif, yaitu:
a. Alternatif Pertama,
1) Lembaga keuangan Syariah (LKS) memberikan qardh kepada
nasabah, dengan qardh tersebut nasabah melunasi kredit
(hutang) nya. Dan dengan demikian, aset yang dibeli dengan
kredit tersebut menjadi milik nasabah secara penuh.
45
2) Nasabah menjual aset dimaksud angka 1 kepada LKS, dan
dengan hasil penjualan itu nasabah melunasi qardh-nya kepada
LKS.
3) LKS menjual secara murabahah aset yang telah menjadi
miliknya tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara
cicilan.
4) Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qardh dan
Fatwa No. 4/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah berlaku
pula dalam pelaksaan pembiayaan pengalihan hutang
sebagaimana dimaksud alternatif ini.
b. Alternatif Kedua,
1) Lembaga Keuangan Syariah (LKS) membeli sebagian aset
nasabah, dengan seizin LKS sehingga dengan demikian,
terjadilah syirkah al-milk antara LKS dan nasabah terhadap aset
tersebut.
2) Bagian aset yang dibeli oleh LKS sebagaimana dimaksud
angka 1 adalah bagian aset yang senilai dengan hutang (sisa
cicilan) nasabah kepada Lembaga Keuangan Konvensional
(LKK).
3) LKS menjual secara murabahah bagian aset yang menjadi
miliknya tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara
cicilan.
46
4) Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah
berlaku pula dalam pelaksaaan pembiayaan pengalihan hutang
sebagaimana dimaksud dalam alternatif ini.
c. Alternatif Ketiga,
1) Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas
aset, nasabah dapat melakukan akad ijarah dengan Lembaga
Keuangan Syariah (LKS), sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No.
09/DSN-MUI/IV/2002.
2) Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi
kewajiban nasabah dengan menggunakan prinsip al-qardh
sesuai Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MU/IV/2001.
3) Akad ijarah ini sebagaimana yang dimaksudkan angka 1 tidak
boleh dipersyaratkan dengan (harus terpisah dari) pemberian
talangan sebagaimana dimaksud angka 2.
4) Besar imbalan jasa ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1
tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan
LKS kepada nasabah sebagaimana dimasksud angka 2.
d. Alternatif Keempat,
1) Lembaga Keauangan Syariah (LKS) memberikan qardh kepada
nasabah dengan qardh tersebut nasabah melunasi kredit
(hutang)-nya dan dengan demikian aset yang dibeli dengan
kredit tersebut menjadi milik nasabah secara penuh.
47
2) Nasabah menjual aset dimaksud angka 1 kepada LKS, dan
dengan hasil penjualan itu nasabah melunasi qardh-nya kepada
LKS.
3) LKS menyewakan asetnya yang telah menjadi miliknya
tersebut kepada nasabah, dengan akad al-ijarah al-muntahiyah
bit-tamlik
4) Fatwa DSN No. 19DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qardh dan
Fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang al-ijarah al-
muntahiyah bit-tamlik berlaku pula dalam pelaksanaan
pembiayaan pengalihan hutang sebagaimana dimaksud dalam
alternatif IV.
3. Ketentuan Penutup
a. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari‟ah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
b. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya (Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia: 26 Juni 2002).
BAB III
LAPORAN OBJEK
A. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia
Gagasan pendirian Bank Muamalat berawal dari lokakarya bunga bank
dan perbankan yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia pada 18-20
Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Ide ini berlanjut dalam musyawarah
Nasional IV Majelis Ulama Indonesia di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, pada 22-
25 Agustus 1990 yang diteruskan dengan pembentukan kelompok kerja untuk
mendirikan bank murni syariah pertama di Indonesia. Realisasinya dilakukan
pada 1 November 1991 yang ditandai dengan penandatanganan akte pendirian
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk di Hotel Sahid Jaya berdasarkan Akte
Notaris Nomor 1 Tanggal 1 November yang dibuat oleh Notaris Yudo
Paripurno, S.H. dengan Izin Menteri Kehakiman Nomor C2. 2413. T.01.01
Tanggal 21 Maret 1992/Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 28 April
1992 Nomor 34.
Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Islam, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen
pembelian saham perseroan senilai Rp. 84 miliar pada saat penandatanganan
akte pendirian perseroan. Kemudian dalam acara silaturahmi pendirian di
Istana Bogor diperoleh tambahan dana dari masyarakat Jawa Barat senilai Rp
106 miliar sebagai wujud dukungan mereka. Dengan modal awal tersebut dan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1223/ MK.
48
49
013/1991 tanggal 5 November 1991 serta izin usaha yang berupa
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 430/KMK.
013/1992 Tanggal 24 April 1992, Bank Muamalat mulai beroperasi pada 1
Mei 1992 bertepatan dengan 27 Syawal 1412 H. Pada 27 Oktober 1994, Bank
Muamalat mendapat kepercayaan dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa.
Menurut Zainulbahar (2006: 312), Bank Muamalat merupakan bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yaitu tidak
menggunakan perangkat bunga, melainkan sistem bagi hasil. Bank Muamalat
Indonesia menghindari perangkat bunga karena masih sangat banyak kalangan
umat Islam yang percaya bahwa tata cara penggunaanya dikhawatirkan
mengandung riba.
Pada tahun 90an Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara
pernah mengalami krisis moneter yang berdampak terhadap perbankan
nasional yang menyebabkan timbulnya kredit macet pada segmen korporasi.
Bank Muamalat pun ikut terimbas dampak tersebut. Tahun 1998, angka non
performing financing (NPF) Bank Muamalat sempat mencapai lebih dari
60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp 105 miliar dan ekuitas
mencapai titik terendah hingga Rp 39,3 miliar atau kurang dari sepertiga
modal awal. Kondisi tersebut telah mengantarkan Bank Muamalat memasuki
era baru dengan keikutsertaan Islamic Development Bank (IDB), yang
berkedudukan di Jeddah Saudi Arabia, sebagai salah satu pemegang saham
luar negeri yang resmi diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) pada 21 Juni 1999.
50
Dalam kurun waktu 1999-2002 Bank Muamalat terus berupaya dan
berhasil memperbaiki kinerja dari rugi menjadi laba. Hasil tersebut tidak lepas
dari upaya dan dedikasi segenap karyawan dengan dukungan kepemimpinan
yang kuat, strategi usaha yang tepat, serta kepatuhan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni. Pada tahun 2009 Bank Muamalat memulai
proses transformasi salah satunya dengan membuka kantor cabang
internasional pertamanya di Kuala Lumpur, Malaysia dan tercatat sebagai
bank pertama dan satu-satunya dari Indonesia yang membuka jaringan bisnis
di Malaysia. Dan pada tahun 2012 tepat pada milad yang ke-20 tahun, Bank
Muamalat meluncurkan logo baru (rebranding) dengan tujuan menjadi bank
syariah yang Islamic, Modern, dan Profesional. Proses transformasi yang
dijalankan Bank Muamalat membawa hasil yang positif dan signifikan terlihat
dari aset Bank Muamalat yang tumbuh dari tahun 2008 sebesar Rp 12,6 triliun
menjadi Rp 54,6 triliun di tahun 2013. Bank Muamalat Indonesia baru
membuka cabang di Salatiga dengan berawal mengurus perijinan pada bulan
Desember 2009 dan pada bulan Januari 2010 Bank Muamalat Indonesia mulai
beroperasi pada cabang Salatiga (Buku Laporan Tahunan BMI: 2013: 10).
B. Visi Misi Bank Muamalat Indonesia
Pada awalnya, Visi Bank Muamalat Indonesia adalah “Menjadi
Bank Syariah Utama di Indonesia, Dominan di pasar Emosional dan
dikagumi di pasar Rasional”. Dengan Visi tersebut Bank Muamalat
berkomitmen untuk terus optimal dalam menggarap pasar emosional
maupun rasional. Bank Muamalat akan terus menyongsong trend
51
pertumbuhan perbankan syariah yang pesat dalam beberapa tahun terakhir
dan di masa yang akan datang.
Pada tahapan awal perkembanganya, Bank Muamalat menerapkan
untuk lebih fokus menggarap pasar emosional. Namun didasari untuk dapat
tumbuh lebih cepat, sehat dan unggul juga memperhatikan tingkat
persaingan dalam industri perbankan yang semakin ketat Bank Muamalat
dirasakan perlu untuk memperluas terget pasarnya dengan masuk ke
segmen pasar rasional. Masuk ke segmen pasar yang lebih luas merupakan
pilihan yang rasional jika Bank Muamalat ingin mempertahankan
eksistensinya serta dapat bersaing dengan Bank Syariah maupun Bank
Konvensional.
Namun demikian, untuk masuk ke segmen pasar rasional, tentu
diperlukan strategi dan prasyarat yang berbeda dibandingkan dengan pasar
emosional. Bank Muamalat perlu memperbaiki aspek-aspek mendasar
untuk dapat bersaing di segmen pasar rasional tersebut. Ada setidaknya
enam elemen kunci yang perlu diperbaiki sebagai prasyarat untuk dapat
berkompetisi di segmen pasar rasional: (i) positioning, (ii) produk, (iii)
distribusi, (iv) operasional, (v) teknologi informasi, (vi) manajemen resiko.
Perbaikan pada enam elemen tersebut ditambah dengan penerapan
terhadap prinsip-prinsip syariah akan menjadi nilai tambahn bagi Bank
Muamalat untuk dapat menggarap segmen pasar rasional secara lebih
optimal.
52
Seiring dengan tantangan industri yang semakin berkembang. Bank
Mualamat mulai merumuskan kembali visi dan misi yang dinilai sesuai
dengan tantangan globalisasi kedepan seperti penerapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN di sektor finansial. Proses redefinisi visi dan misi
tersebut juga melibatkan padangan dari top management Bank Muamalat
untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai arah dan langkah
perusahaan ke depannya. Adapun proses redenifisi visi dan misi tersebut
telah menghasilkan Visi dan Misi Bank Muamalat yang baru yaitu:
Visi : “Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar
spriritual, dikagumi di pasar rasional”.
Misi : “Menjadi role mode lembaga keuangan syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan managemen
dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai
kepada stakeholder.
C. Rencana dan Strategi di Bank Muamalat
1. Rencana Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang dari tahapan strategis Bank Mualamat adalah
menjadi 10 Bank terbesar di Indonesia dan juga menjadi bank yang mampu
bersaing di regional Asia. Untuk itu, Bank Muamalat telah menerapkan
tahapan strategi pengembangan jangka panjang (BMI Long Term
Development Plan). Tahapan pengembangan jangka panjang tersebut
meliputi tiga tahapan yaitu Reform and infrastucture Development Outpace
the Market dan Sustain Leadership Position in Islamic Banking. Rencana
53
bisnis Bank Muamalat di tahun 2015 akan menjadi Top 10 Bank di
Indonesia. Sejalan dengan itu, dalam persiapannya, untuk menghadapi
Asean economic Community di Tahun 2015, rencana bisnis Bank
Muamalat di Tahun 2015 juga merupakan langkah penting untuk menjadi
Asian Regional Player.
2. Kebijakan Strategi
Fokus utama korporasi pada periode konsolidasi di tahun 2015
ditekankan pada perbaikan portofolio investasi dan struktur penghimpunan
dana untuk mencapai kualitas neraca yang sehat, kuat, dan berkelanjutan.
Oleh karenanya, pada tahun 2015, Bank Muamalat fokus pada:
a. Peningkatan kualitas pembiayaan
b. Peningkatan produktifitas dan efisiensi biaya
c. Penerapan manajemen proses bisnis yang baik
d. Memperkuat keunggulan utama Bank Muamalat, (v) reorganisasi dan
tranformasi sumber daya manusia (vi) transformasi Risk Management.
Menurut Muarif (1999: 64), strategi yang dapat digunakan untuk
melakukan pengembangan adalah :
a. Bekerjasama dengaan baik dengan bank-bank perkreditan rakyat
(BPR) yang telah ada. Mendorong pengembangan bank-bank
perkreditan rakyat (BPR) baru di daerah potensial.
b. Bekerjasama dengan badan amil zakat, infak, dan shodaqah (BAZIZ)
mengintensifkan pengelolaan dana zakat, infak, dan shodaqah.
54
c. Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga
penyediaan bantuan tehnik manajemen untuk pengusaha kecil dan
menengah.
d. Merangsang tumbuh dan kembang lebih baik lembaga-lembaga
penyediaan bantuan pembianaan keterampilan akuntansi.
1) Mengembangkan peranan kelembagaan penyediaan teknologi
pasca panen.
2) Mengembangkan peranan kelembagaan pemasaran hasil produksi.
D. Struktur Organisasi Bank Muamalat
Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi tersendiri yang
memberikan ciri khas organisasinya, sehingga berbeda dengan organisasi
lainnya yang sejenis. Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia terdiri dari
bagian-bagian berikut:
1. Shareholders Merketing (rapat umum pemegang saham)
Adalah dewan tertinggi yang ada di Bank Muamalat Indonesia.
Tugasnya memimpin rapat pemegang saham serta mengawasi jalannya
kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia.
2. Board of Commissioner (dewan komisaris)
Adalah wakil dari pemegang saham yang mempunyai peran sebagai
pengawas dan bersama dewan direksi merumuskan strategi jangka
panjang perusahaan. Adapun tugas dan wewenang dewan komisaris
adalah sebagai berikut:
\
55
a. Mengesahkan anggaran
b. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan
c. Menetapkan arah dan tujuan perusahaan
d. Mengawasi jalannya perusahaan
3. Dewan Pengawas Syariah (syariah supervisory board)
Di dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72/92
tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil, disebutkan bahwa bank
berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah
yang mempunyai tugas melakukan pengawasan atas produk perbankan
dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada
masyarakat agar berjalan sesuai prinsip syariah. Dewan Pengawas Syariah
dalam organisasi bank bersifat independen dan terpisah dari pengurus
bank, sehingga mempunyai akses terhadap operasional bank. Tugas dan
wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pedoman garis-garis besar syariah.
b. Mengadakan perbaikan atas produk yang tidak sesuai dengan syariah.
c. Memberikan jawaban dalam bentuk fatwa atas permasalahan yang
dihadapi pihak eksekutif dan operasi.
d. Memeriksa buku laporan tahunan dan kesesuaian syariah disemua
produk dan operasi selama satu tahun berjalan.
e. Menerima penjelasan dari direksi dan aparat bank lainnya tentang
hal-hal yang ditanyakan
56
4. Operation Director
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab membuat kebijakan
khususnya dalam bidang operasional, melaksanakan koordinator dan
pembinaan bawahan serta pengawasan kegiatan operasional.
5. Administration Grup
a. Melakukan supervisi dan monitoring terhadap segenap kantor cabang
atas pelaksanaan atau jalannya operasional.
b. Melakukan konsolidasi terhadap pembuatan dan monitoring laporan-
laporan bulanan keuangan dan menyampaikannya pada pihak intern
dan ekstern yang berkepentingan.
c. Melakukan koordinasi dalam pelaksaan rekrutmen dan seleksi
karyawan proses terminasi atau pengunduran diri karyawan serta
memonitor dan memelihara date base kepersonalian.
d. Melakukan proses administrasi pembiayaan karyawan, pembayaran
gaji serta pembayaran jamsostek dan pajak (PPh 21) seluruh
karyawan serta pengurus bank.
e. Melakukan koordinasi dalam penyelidikan sarana logistik dalam
rangka persiapan pembukaan atau pengembangan kantor cabang
yang meliputi jaringan komunikasi dan sarana.
f. Melakukan koordinasi terhadap pengelolaan sistem komunikasi data
untuk mendukung operasional online pusat data keseluruhan cabang
Bank Muamalat Indonesia serta berkoordinasi dengan pihak ekstern.
57
6. Corporate Support Group
Ruang lingkup kerja:
a. Menyiapkan dan melaksanakan legal action atas kebijakan
manajemen.
b. Memberikan masukan dalam penyusunan manual, produk, akad, dan
keputusan yang terkait dalam aspek hukum.
c. Meningkatkan pengetahuan dalam positif masyarakat tentang Bank
Muamalat Indonesia.
d. Membangun pendekatan dan citra positif Bank Muamalat Indonesia
pada emotional market.
e. Meraih dukungan moril maupun materiil dari stockholder maupun
new investor.
7. Internal Audit Group
Ruang lingkup kerja:
a. Berwenang untuk melakukan akses terhadap catatan karyawan,
sumber daya dan dana serta aset bank lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan audit.
b. Memeriksa dan menilai atas kecukupan dari struktur pengendalian
intern.
8. SISOP (System Operation Prosedure) dan UAT (User Acceptance Test)
a. Merencanakan, menyusun atau membuat dan memperbaiki prosedur
peraturan dan kebijakan pribadi.
58
b. Menyebarkan ketentuan pemerintah seperti SEBI, PP, Undang-undang
dan sejenisnya untuk bidang operasi bank.
c. Sosialisasi dan implementasi prosedur yang telah dibuat dan direvisi
d. Memantau dan melaksanakan supervisi terhadap layanan dan operasi
selondo, sehingga kualitas layanan operasi dapat dipenuhi.
e. Melakukan UAT atas produk atau program yang akan diluncurkan dan
disesuaikan dengan manual operasi yang dibuat
9. Financing Support Group
Ruang Lingkup Kerja:
a. Financing supervision
b. Shariah financial institution
c. Financing produsct development
10. Network and Alliance Group
Ruang Lingkup Kerja:
a. Network Alliance (POS, Da‟i Muamalat, pegadaian)
b. Shar- E Gerai Optimizing
c. Virtual banking Operation (call center and card center)
d. Memeriksa dan menilai kualitas kerja dalam melaksanakan tanggung
jawab yang telah dilakukan.
11. Business Development Group
Ruang Lingkup Kerja:
a. Membuat marketing plan dan marketing strategy sebagai guidance
bagi cabang.
59
b. Bersama financing dan settlement group membuat target lending dan
revenue system dan technology.
c. Melakukan pengembangan sistem dan teknologi untuk mendukung
operasional bank
Produk development:
a. Melakukan riset dan survei dan pengembangan produk
b. Melakukan review produk dan fitur produk
c. Merumuskan tarif layanan produk
Sumber: Bank Muamalat Indonesia
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
60
E. Produk-produk Bank Muamalat
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Tabungan IB Muamalat Wadiah
b. TabunganKu
c. Tabungan Muamalat Sahabat
d. Tabungan Muamalat Dollar
e. Tabungan Muamalat Umroh
f. Tabungan Haji Arafah
g. Tabungan Muamalat Rencana
h. Tabungan Muamalat Prima
i. Giro Wadiah
2. Produk Penyaluran Dana
a. Konsep jual beli
1) Murabahah
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah
delama masa perjanjian.
2) Salam
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian
hari dimana pembayaran dilakukan di muka/ tunai.
3) Istishna
Adalah jual beli barang dimana shani‟ (produsen)
ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari
mustashni‟ (pemesan). Istishna‟ salam dengan salam yaitu dari
segi obyek pesananya yang haru sdibuaar atau dipesan terlebih
61
dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaanya hanya pada sistem
pembayaranya yaitu istishna‟ pembayaran dapat dilakukan di
awal, di tengah, atau di akhir pesanan.
b. Konsep bagi hasil
1) Musyarakah
Adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
risiko akan ditanggung sesuai kesepakatan
2) Mudharabah
Adalah kerjasama antara bank dengan midharib (nasabah)
yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola
usaha. Dalam hal ini pemilik modal (shahibul maal)
menyerahkan modalnya kepada pekerja/ pedagang (mudharib)
untuk dikelolah.
c. Konsep Sewa
1) Ijarah
Adalah perjanjian antara bank (muajjir) dengan nasabah
(mustajir) sebagai penyewa suatu barang milik bank dan bank
mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakan.
2) Ijarah Muntahia Bit-tamlik
Adalah perjanjian antara bank (muajjir) dengan nasabah
sebagai penyewa. Mustajir/penyewa setuju akan membayar uang
62
sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa selama
masa sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk
memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.
3. Produk Jasa
a. Wakalah
Berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat.
Secara teknis perbankan. Wakalah adalah akad pemberian
wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat)
kepada pihak lain (sebagau wakil) untuk melaksanakan urusan
dengan batas wewenang dan waktu tertentu. Segala hak dan
kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang
memberi kuasa
b. Kafalah
Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti
mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin
c. Hiwalah
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang
kepada orang lain yang wajib menanggung. Dalam pengertian lain,
merupakan pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang
63
berhutang) menjadi tanggungan muhal „alaih atau orang yang
berkewajiban membayar hutang.
d. Rahn
Adalah menahan salah satu milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan
tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian
piutangnya secara sederhana rahn adalah jaminan hutang atau
gadai.
e. Qardh
Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh
adalah pemberian pinjaman dari bank ke nasabah yang
dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan
dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat
konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu
tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada
tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara
angsuran ataupun sekaligus.
F. Lokasi Penelitian
Penelitiaan dilakukan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Salatiga beralamatkan di Jl. Sukowati No 19 C Salatiga Tel : 0298-315937
Fax : 0298-315939
64
Struktur Organisasi Bank Muamalat Cabang Salatiga:
Sumber: BMI Cabang Salatiga
Gambar 3.2 Struktur Organisasi BMI Cabang Salatiga
Sub Branch Manager
Sugeng Hernowo
Marketing
Intan Kusumawati
Customer Service
Nur Setiawan
Teller
Rustam Effendi
BAB IV
ANALISIS PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER
A. Prosedur dan Aplikasi akad KPR take over di Bank Muamalat
Respon positif dari masyarakat akan jasa keuangan syariah telah
membawa mereka pada suatu kebutuhan untuk mengalihkan dana yang
selama ini mereka simpan di lembaga keuangan konvensional ke lembaga
keuangan syariah. Bank muamalat sebagai salah satu lemabaga keuangan
syariah yang paling senior di Indonesia merespon hal tersebut dengan
menyediakan produk pembiayaan KPR take over syariah bagi nasabah
yang telah terlanjur mengajukan pembiayaan KPR-nya di bank
konvensional dan ingin memindahkan pembiayaan KPR-nya di Bank
Muamalat Indonesia.
Mekanisme pembiayaan ini menggunakan proses take over, dimana
sisa tanggungan KPR diambil alih oleh Bank Muamalat, syaratnya juga
tidak begitu rumit hanya saja prosesnya agak begitu lama.
Pada take over pembiayaan KPR Bank Muamalat menggunakan akad
al-qardh dan musyarakah muthanaqisah. Musyarakah mutanaqisah adalah
akad bagi hasil yang merupakan penyertaan modal secara terbatas dari satu
mitra usaha kepada mitra usaha lain untuk jangka waktu tertentu. Dalam
salah satu aplikasinya (seperti yang dilakukan Kuwait finance house/KFH),
akad musyarakah mutanaqisah digunakan untuk pembiayaan perumahan
dan properti. Dalam hal ini, pembiayaan dengan akad musyarakah
mutanaqisah merupakan bentuk kerja sama kemitraan ketika bank dan
65
66
nasabah bersama-sama membeli rumah atau properti. Aset tersebut
kemudian disewakan kepada nasabah dengan biasa sewa bulanan. Bagian
pendapatan sewa nasabah digunakan sebagai penambahan kepemilikan,
sehingga pada waktu tertentu (saat jatuh tempo), rumah atau properti
tersebut menjadi milik nasabah sepenuhnya.
Implementasi musyarakah mutanaqisah di atas dalam operasional
perbankan syariah berbentuk kerjasama antara bank syariah dengan
nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang (benda), di mana
aset barang tersebut menjadi milik bersama. Adapun besaran kepemilikan
dapat ditentukan sesuai dengan jumlah modal atau dana yang disertakan
dalam kontrak kerjasama tersebut. Dalam pembiayaan KPR take over dari
bank konvensional ke bank syariah, nasabah memiliki persentase aset
sejumlah yang telah dibayarkan ke bank konvensional. Selanjutnya
nasabah akan membayar (mengangsur) sejumlah dana/modal yang
memiliki oleh bank syariah. Perpindahan kepemilikan dari porsi bank
syariah kepada nasabah seiring dengan bertambahnya jumlah modal
nasabah dari pertambahan angsuran yang dilakukan nasabah. Hingga
angsuran berakhir berarti kepemilikan suatu barang atau benda tersebut
sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi kepemilikan bank
syariah terhadap barang atau benda berkurang secara proporsional sesuai
dengan besarnya angsuran.
Dalam musyarakah mutanaqisah harus jelas besaran angsuran dan
besaran sewa yang harus dibayar nasabah. Dan ketentuan batasan waktu
67
pembayaran menjadi syarat yang harus diketahui kedua belah pihak. Besar
kecilnya harga sewa dapat berubah sesuai kesepakatan. Dalam kurun waktu
tertentu besar kecilnya sewa dapat dilakukan kesepakatan ulang.
Alasan Bank Muamalat Indonesia cabang Salatiga menggunakan
akad musyarakah mutanaqisah adalah karena bank muamalat menganggap
belum ada barang yang akan diperjual-belikan oleh bank dan nasabah,
sehingga dianggap sebagai kerjasama antara bank dan nasabah. Dengan
menggunakan akad musyarakah mutanaqisah memungkinkan pemberian
jangka waktu pembiayaan yang lebih lama daripada pembiayaan
murabahah. Meskipun semua itu kembali kepada kebijakan bank syariah
masing-masing.
Berdasarkan prinsip musyarakah mutanaqisah pada Bank Muamalat,
prosedur yang dijalankan adalah sebagai berikut :
1. Permohonan take over dari nasabah dilengkapi dokumen
2. Proses Taksasi; Proses ini dilakukan untuk menaksir ulang nilai
jaminan yang diagunkan dalam hal ini objek rumah yang akan ditake
over pembiayaan KPRnya. Tujuannya adalah mengetahui berapa nilai
pasar jaminan saat ini dan mengevaluasi kelayakan jaminan dari sisi
dokumen serta kondisinya.
3. Penilaian Calon Nasabah; Sebelum menyetujui permohonan calon
nasabah untuk men-take over, pihak Bank melakukan survey mengenai
calon debitur dengan menggunakan analisa 5C yaitu analisa mengenai
character (karakter), capacity (kapasitas), capital (modal), collateral
68
(jaminan), dan condition of economics (kondisi ekonomi). Selain
survey mengenai 5C ini, pihak bank juga melakukan survey bank
checking pada bank awal dan BI checking terlebih dahulu untuk
memastikan kebenaran hutang, jaminan, dan kelancaran pembayaran
calon nasabah.
4. Proses pengajuan pinjaman
5. Akad-akad pembiayaan dilaksanakan di kantor Bank Muamalat
dengan pendampingan notaris
Adapun aturan-aturan terkait ketentuan pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
1. Proses pembiayaan (permohonan nasabah, mengisi formulir applikasi,
kelengkapan dokumen);
2. Asli bukti pemilikan agunan pembiayaan (sertipikat) dilakukan
verifikasi keabsahannya oleh notaris/PPAT yang merupakan rekanan
Bank dan yang disetujui oleh pihak bank asal, ke Badan Pertanahan
Nasional (BPN) setempat.
3. Penandatanganan Perjanjian Pembiayaan (PK) Al musyarakah
Mutanaqisah untuk hanya dilaksanakan setelah:
a. Bank menerima cover note dari pihak Bank asal secara efektif
menerima dana take over sebesar baki debet/kewajiban calon
nasabah, maksimum dalam lima (5) hari kerja akan melepaskan
haknya atas sertifikat agunan dengan menyerahkan kepada Bank
berupa : rincian total kewajiban nasabah yang akan di take over ,
69
asli bukti kepemilikan agunan (sertipikat) atas nama yang
bersangkutan, asli Sertipikat Hak Tanggungan, surat roya ke BPN,
dan bukti pelunasan pembiayaan atas nama calon nasabah; atau
b. Bank menerima copy bukti pemilikan agunan (sertipikat) yang
telah diteliti keabsahannya, dan print out baki debet (outstanding)
fasilitas KPR calon nasabah dari Bank asal;
c. Bank menerima Surat Pernyataan dari nasabah yang menyatakan;
Nasabah bersedia untuk menandatangani akta pengikatan atas
tanah agunan pembiayaan dengan Hak Tanggungan.
4. Pembayaran dana take over pembiayaan dilakukan oleh Bank secara
tunai /over booking ke rekening pinjaman atas nama nasabah yang
bersangkutan di Bank asal sebesar kewajibannya.
5. Penandatanganan Akad Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah dapat
dilaksanakan setelah Bank menerima:
a. Asli bukti kepemilikan agunan (sertifikat) a.n nasabah ybs., asli
sertifikat hak tanggungan dan surat roya ke BPN diterima oleh
bank, maka segera menyerahkan kepada notaris PPAT rekanan
bank untuk dilakukan penandatanganan akte kuasa membebankan
hak tanggungan (akte SKMHT) oleh nasabah dan bank. Dan
melakukan pengikatan dengan skema murabahah.
b. Selanjutnya notaris PPAT rekanan bank tersebut akan
melaksanakan pengurusan peroyaan, pengikatan hak tanggungan
70
dan mendaftarkan sesuai ketentuan perundang undangan untuk
kepentingan bank.
c. Untuk mengamankan posisi bank, maka peroyaan dan pengikatan
agunan harus dilakukan oleh notaris rekanan bank.
B. Perkembangan dari tahun 2013-2015 pembiayaan take over pada Bank
Muamalat Cabang Salatiga.
Perkembangan pembiayaan take over pada Bank Muamalat dari
tahun 2013-2015 cenderungan menurun. Untuk mengetahui data
perkembangan jumlah nasabah pembiayaan KPR take over peneliti
melakukan wawancara dengan bagian marketing, customer service dan
teller, sehingga data yang diterima cukup akurat. Nasabah yang melakukan
kegiatan pembiayaan take over pada tahun 2013-2015 ada 10 orang, yaitu
pada tahun 2013 sebanyak 5 orang, pada tahun 2014 sebanyak 3 orang, dan
pada tahun 2015 tercatat sebanyak 2 orang. Dari segi nominal transaksi,
total pembiayaan sebesar 3-4 miliar Rupiah dengan rata-rata pembiayaan
per rumah sebesar 300-400 juta Rupiah. Menurut peneliti setelah
melakukan wawancara dengan marketing pada bulan januari 2016 alasan
Bank Muamalat lebih menghindari kegiatan pembiayaan take over
dikarenakan agak sedikit rumit dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk mengurus persyaratan-persyaratan dalam melakukan pembiayaan
KPR take over. Dari data di atas dapat dijabarkan sbb:
71
a. Tabel jumlah nasabah pembiayaan KPR take over tahun 2013-2015
Tabel 4.1 Perkembangan jumlah nasabah pembiayaan KPR take over
Sumber: Data diolah
NO TAHUN JUMLAH NASABAH PERSENTASE
1 2013 5 100 %
2 2014 3 40 %
3 2015 2 20 %
Jumlah Nasabah KPR take over, saya mendapatkan melalui wawancara
dengan marketing Bank Muamalat pada bulan Januari 2016.
b. Tabel angka pembiayaan KPR take over tahun 2013-2015
Tabel 4.2 Perkembangan angka pembiayaan KPR take over
Sumber: Data diolah
NO TAHUN JUMLAH PEMBIAYAAN PERSENTASE
1 2013 2.000.000.000 100 %
2 2014 1.200.000.000 40 %
3 2015 800.000.000 20 %
Jumlah Pembiayaan KPR take over, saya mendapatkan melalui wawancara
dengan marketing Bank Muamalat pada bulan Januari 2016.
Dari gambar tabel di atas dapat penulis simpulkan bahwa
pembiayaan KPR take over pada bank muamalat cabang salatiga
mengalami penurunan sekitar 30% setiap tahunnya.
C. Kesesuaian Fatwa DSN dengan Praktik
Setelah melakukan analisis pembiayaan KPR take over pada bank
muamalat, akad yang digunakan bank muamalat dalam melakukan
transaksi pembiayaan KPR take over belum sesuai dengan ketentuan yang
72
dikeluarkan oleh fatwa DSN-MUI. DSN-MUI mengeluarkan 4 alternatif
yaitu:
1. Alternatif Pertama (qardh dan murabahah)
a. LKS memberikan qardh kepada nasabah, dengan qardh tersebut
nasabah melunasi kredit (hutang). Dan dengan demikian, aset yang
dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik nasabah secara penuh.
b. Nasabah menjual aset dimaksud angka 1 kepada LKS, dan dengan
hasil penjualan itu nasabah melunasi qardh-nya kepada LKS.
c. LKS menjual secara murabahah aset yang telah menjadi miliknya
tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan.
d. Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qardh dan Fatwa
No. 4/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah berlaku pula dalam
pelaksaan pembiayaan pengalihan hutang sebagaimana dimaksud
alternatif ini.
2. Alternatif Kedua (syirkah al milk dan muarabahah)
a. LKS membeli sebagian aset nasabah, dengan seizin LKS sehingga
dengan demikian, terjadilah syirkah al-milk antara LKS dan nasabah
terhadap aset tersebut.
b. Bagian aset yang dibeli oleh LKS sebagaimana dimaksud angka 1
adalah bagian aset yang senilai dengan hutang (sisa cicilan) nasabah
kepada LKK.
73
c. LKS menjual secara murabahah bagian aset yang menjadi miliknya
tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan.
d. Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah berlaku
pula dalam pelaksanaan pembiayaan pengalihan hutang
sebagaimana dimaksud dalam alternatif ini.
3. Alternatif Ketiga (ijarah dan qardh)
a. Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset,
nasabah dapat melakukan akad ijarah dengan LKS, sesuai dengan
Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2002.
b. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi kewajiban
nasabah dengan menggunakan prinsip al-qardh sesuai Fatwa DSN-
MUI No. 19/DSN-MU/IV/2001.
c. Akad ijarah ini sebagaimana yang dimaksudkan angka 1 tidak boleh
dipersyaratkan dengan (harus terpisah dari) pemberian talangan
sebagaimana dimaksud angka 2.
d. Besar imbalan jasa ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak
boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan LKS kepada
nasabah sebagiamana dimasksud angka 2.
4. Alternatif Keempat (qardh dan ijarah muntahiyah bit-tamlik)
a. LKS memberikan qardh kepada nasabah dengan qardh tersebut
nasabah melunasi kredit (hutang)-nya dan dengan demikian aset
yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik nasabah secara
penuh.
74
b. Nasabah menjual aset dimaksud angka 1 kepada LKS, dan dengan
hasil penjualan itu nasabah melunasi qardh-nya kepada LKS.
c. LKS menyewakan asetnya yang telah menjadi miliknya tersebut
kepada nasabah, dengan akad al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik
d. Fatwa DSN No. 19DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qardh dan Fatwa
DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang al-ijarah al-muntahiyah
bit-tamlik berlaku pula dalam pelaksanaan pembiayaan pengalihan
hutang sebagaimana dimaksud dalam alternatif IV.
Dengan adanya ketentuan akad yang dikeluarkan oleh fatwa DSN-
MUI selain untuk mempermudah kegiatan transaksi pembiayaan KPR take
over, fatwa tersebut juga digunakan untuk acuan perbankan syariah agar
tidak keluar dari syariat Islam.
Setelah penulis melakukan wawancara dengan marketing KPR pada
Bank Muamalat Cabang Salatiga pada tanggal 18 januari 2016, ketentuan
tersebut belum digunakan di Bank Mualamat dikarenakan akad di atas
belum sesuai dengan apa yang di lapangan. Dalam kegiatan pembiayaan
KPR take over selama ini Bank muamalat Indonesia menggunakan akad
qardh dan musyarakah muthanaqisah. Alasan Bank Muamalat
menggunakan musyarakah mutanaqisah karena barangnya belum
diperjual-belikan dan lebih kepada kerjasama antara bank dengan nasabah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai barikut:
1. Akad pembiayaan KPR take over di Bank Muamalat Indonesia
menggunakan akad qardh dan musyarakah mutanaqisah. Musyarakah
mutanaqisah adalah akad bagi hasil yang merupakan penyertaan modal
secara terbatas dari satu mitra usaha kepada mitra usaha lain untuk yang
waktu tertentu. Dalam hal ini, pembiayaan dengan akad musyarakah
mutanaqisah merupakan bentuk kerjasama kemitraan ketika bank dan
nasabah bersama-sama membeli rumah atau properti. Aset tersebut
kemudian disewakan kepada nasabah digunakan sebagai penambah
kepemilikan, sehingga pada waktu tertentu (saat jatuh tempo, rumah atau
properti tersebut menjadi milik nasabah sepenuhnya. Alasan Bank
Muamalat Indonesia menggunakan akad qardh dan musyarakah
mutanaqisah karena belum ada barang yang akan diperjual-belikan oleh
bank dan nasabah, sehingga dianggap sebagai kerjasama antara bank dan
nasabah. Dengan menggunakan akad musyarakah mutanaqisah
memungkinkan pemberian jangka waktu pembiayaan yang lebih lama
daripada pembiayaan murabahah. Meskipun semua itu kembali kebijakan
bank syariah masing-masing.
75
76
2. Perkembangan pembiayaan KPR take over dari tahun 2013-2015 pada
Bank Muamalat Indonesia cabang Salatiga cenderung menurun. Menurut
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan bagian marketing, Bank
Mualamat menghindari kegiatan pembiayaan take over karena cukup
rumit dan membutuhkan waktu yang agak lama untuk mengurus
persyaratan-persyaratan dalam melakukan pembiayaan KPR take over.
3. Akad yang digunakan Bank Muamalat memang tidak sesuai dengan DSN-
MUI. Bank Muamalat memiliki alasan mengapa tidak menggunakan akad
tersebut. Salah satu alasan Bank Muamalat adalah karena belum ada
barang yang akan diperjual belikan, dan itu lebih kepada kerja sama antara
bank dan nasabah. Bank bersama-sama dengan nasabah untuk
mengalihkan hutang yang ada di bank konvensional kepada bank syariah.
Bank syariah meminjamkan uang kepada nasabah dengan akad qardh dan
setelah properti itu berubah menjadi milik bank syariah maka nasabah
membayar sewa kepada bank syariah untuk menambah kepemilikan
nasabah atas properti tersebut sehingga pada waktu tertentu properti itu
akan menjadi milik nasabah. Walaupun akad yang digunakan Bank
Muamalat tidak sesuai dengan DSN-MUI masih bisa dimaklumi hanya
sebaiknya yang paling tepat adalah mengacu pada DSN-MUI karena akad
itu yang sudah disepakati oleh para ulama. Akad yang lebih relevan
dengan kasus di atas adalah apabila Bank Muamalat menggunakan
alternatif yang ke 4 yaitu qardh dan ijarah muntahiyah bit-tamlik yang
77
ditetapkan DSN-MUI dalam fatwa No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang
pengalihan hutang.
B. Saran
Adapun saran yang kiranya penulis sampaikan adalah sebagai
berikut :
1. Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama kali di Indonesia
harus mejadi lebih baik lagi dalam mengelolah produk pendanaan, produk
pembiayaan, dan produk jasa lainnya. Tidak hanya produk Bank Muamalat
Indonesia harus memperhatikan akad-akad yang diberikan kepada nasabah
agar sesuai dengan DSN-MUI.
2. Selama saya melakukan penelitian di Bank Muamalat Indonesia saya
melihat hanya sedikit karyawan yang bekerja di Bank Mualamat Cabang
Salatiga. Sebaiknya Bank Muamalat Indonesia khusunya cabang Salatiga
melakukan penambahan karyawan agar tidak terjadi kerancan dalam
melakukan pekerjaan. Adanya pembagian tugas yang tumpang tindih
membuat aktifitas kerja menjadi lamban dan kurang efektif
3. Melakukan pendekatan kepada nasabah secara lebih aktif lagi, agar target
penjualan produk-produk pendaaan, pembiayaan, dan jasa lainya tercapai.
Menjaga kepercayaan nasabah, dengan lebih menjelaskan detail tentang
kegiatan operasional di Bank Mualalat Indonesia yang sudah sesuai dengan
prinsip syariah.
78
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku
Abdullah, Ru‟fah dan Sohari Sahrani, 2011, Fikih Muamalah, Cet. I; Bogor:
Ghalia Indonesia.
Al-Asqani, Abu Fadli bin Ali Hijr, 1409/1989 M, Bulughul Maram, Bab al-
Hiwalah Wa adh-Dhamman Beerut: Daarb aal-Fikr.
Antonio, Muhammad Syafii, 2009, Bank Syariah Teori ke Praktik, Jakarta: Tazkia.
Arifin Zainul, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Syariah, cet 4, Jakarta: Pustaka
Alvabet.
Ascarya, 2011, Akad dan Produk Syariah, cet 3, Jakarta: Rajawali press.
Anwar, Syamsul, 2007, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad
dalam Fikih Muamlaat, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bank Muamalat Indonesia, 2013, Laporan Tahunan 2013, Jakarta: Bank
Muamalat Indonesia.
Bank Muamalat Indonesia, 2014, Laporan Tahunan 2014, Jakarta: Bank
Muamalat Indonesia.
Dewan Syariah Nasional-MUI, 2000, Himpuan Fatwa DSN-MUI, Cet ke-3, edisi
revisi, Ciputat: CV.Gaung Persada.
Djuwaini, Dimyauddin, 2008, Pengantar Fiqh Muamalah, Cet. 1; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Echols, John dan Hasan Shadily, 2005, Kamus Inggris-Indonesai,cet. XXVI,
Jakarta: PT. Gramedia Pusataka Utama.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Jakarta: 15 Rabi‟ul
Akhir 1423 H/ 26 Juni 2002 M, Artikel ini di ambil pada tanggal 23
Februari 2016.
Ghazali, Abdul Rahman, Ghufron Ihsan, Sapiudin Shidiq, 2010, Fiqh Muamalat,
Edisi. I, Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
78
79
Hardjono, 2008, Mudah Memiliki Rumah Lewat KPR, Jakarta: Pustaka Grahatama.
Haroen, Nasrun, 2000, Fiqh Muamalat, cetakan 1, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hasbi ash-Shidiqi, Tengku Muhammad, 2001, Koleksi Hadis dan Hukum, edisi 2,
cet 3, Semarang: PT. Pustaka Riski Putra
IAI, “Akuntansi Perbankan Syariah”, PSAK 59, 2002.
Karim A. Adiwarman, 2001, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta:
Gema Insani.
, 2004, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Lexy J, Moeloeng, 2002, Metode Kualtitatif, Banding: PT.Remaja Rosyada Karya.
Muarif, Hasan, 1999, Suplemen Eksiklopedi Islam, cet. Ke-4, Jakarta: PT Ikrar
Mandiri Abadi.
Muda K, Ahmad Antonio, 2003, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarat: Gitamedia
Press.
Muhammad, 2005, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syari‟ah. Edisi 1. Cet. 1.
Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta
Musthofa Dayb, 2013, Al-baghaa,. al-Tadzh b f adillah Matan al- h yah wa al-
taqr b. Cet. 1. Malang: Ma‟had Sunan Ampel al-Ali Uin Maulana Malik
Ibrahim.
Musrina, 2014, Analisis Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB
Pembelian di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Salatiga,
STAIN Salatiga.
Nabhan, Faqih, 2008, Dasar-dasar Akuntansi Syariah, Yogyakarta: Lumbung
Ilmu.
Noor, Zainulbahar, 2006, Bank Muamalat Sebuah Mimpi, Harapan, dan
Keyakinan, Jakarta: Publising.
Nuhayati Sri dan Wasila, 2008, Akuntasi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat.
80
Ratriningrum, 2009, Penerapan Kredit Rumah (KPR) Syariah di Indonesia,
STAIN Salatiga.
Rochaety, Eti dan Ratih Tresnati, 2005, Kamus Istilah Ekonomi, Jakarta: PT. Bumi
Askara.
Sutarsih, Fardah, 2008, Desain Akad Pembiayaan Take Over KPR Syariah di Bank
Muamalat Indonsia, UIN Jakarta.
Yayasan Pendidikan Pengembangan Perbankan dan LKS, 1999, Jakarta:
Muamalat institut.
Referensi Internet
Alihozi, Ayo Kita Beralih ke KPR Syaria, Artikel di akses pada 25 Februari 2016
dari http://alihozi77.blogspot.com/2008/04ayo-beralih-kpr-syariah.html.
http://koleksi-skripsi.blogspot.co.id/2008/07/gambaran-umum-bank-muamalat-
indonesia.html diunduh pada tanggal 18 Juli 2016 pukul 09:15
http://www.bankmuamalat.co.id/pembiayaan-corporate/pembiayaan-hunian-
syariah-bisnis. Diunduh pada tanggal 20 Juli 2016 pukul 19:30