analisis pembubaran lembaga negara nonstruktural ...repository.iainbengkulu.ac.id/3873/1/restiandi...
TRANSCRIPT
ANALISIS PEMBUBARAN LEMBAGA NEGARA
NONSTRUKTURAL BERDASARKAN PERATURAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H.) Dalam Bidang Hukum Tata Negara (Siyasah)
OLEH :
RESTIANDI SUTAMI TAMPU BOLON
NIM: 1516150010
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2019 M/ 1440 H
Motto
“Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lain” (Al-Insyirah : 7)
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang
tidak bermanfaat”. (HR. Tirmidzi No. 2317, Ibnu Majah No. 3976)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan motivasi serta
do’a untukku
Kedua kakak tercinta dan tersayang (Meiki Salmen
TampuBolon & Sumita Ernila TampuBolon) yang selalu
membuat hari-hariku menjadi berwarna
Sahabat dan teman-temanku seperjuangan
Almamater yang telah menempaku menjadi pribadi yang baik
KATA PENGANTAR
SegalapujidanSyukurkepada Allah SWT
atassegalanikmatdankarunianyasehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsi yang
berjudulAnalisis PembubaranLembagaNegara Non Struktural Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2016.
SalawatdansalamuntukNabibesar Muhammad SAW, yang
telahberjuanguntukmenyampaikanajaran Islam sehinggaumat Islam
mendapatpetunjukkejalan yang lurusbaik di duniamaupunakhirat.
Penyusunanskripsiinibertujuanuntukmemahamisalahsatusyaratgunauntuk
memperolehgelarSarjanaHukum (S.H) pada Program StudiHukum Tata Negara
JurusanSyari’ahFakultasSyari’ahdanHukumInstitut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bengkulu. DalamPenulisan proses penyusunanskripsiini,
penulismendapatbantuandariberbagaipihak.
Dengandemikianpenulisinginmengucapkan rasa terimakasihkepada:
1. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag., MH, selaku Rektor IAIN Bengkulu
2. Dr. Imam Mahdi, M.H, selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
3. Ade Kosasi, M.H, selaku Ketua Prodi Hukum Tata Negara
4. Drs. H. Supardi, M. Ag., selaku Pembimbing I yang telah memberika
bimbingan, motivasi, semangat dan arahan dengan penuh kesabaran.
5. Wery Gusmansya, S.H.I.,M.H., selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan,motivasi, semangat dan arahan dengan penuh kesabaran.
6. Dr. Moh. Dahlan, M. Ag. selaku Pembimbing Akademik
7. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan kesuksesan penulis.
8. Bapak dan Ibu dosen Prodi Hukum Tata Negara yang telah mengajar dan
membimbing serta memberikan berbagai ilmu denga penuh keiklasan.
9. Staf dan Karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Bengkulu yang telah memberikan
pelayanan yang baik dalam hal administrasi.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal skripsi ini.
Dalampenyusunan proposal skripsi ini penulis menyadari akan banyak
kelemahan dan kekurangan dari berbagai sisi. Olehkarenaitu,
penulismengharapkankritikdan saran yang sifatnyamembengun demi
kesempurnaanskripsikedepannya.
Bengkulu,23 Agustus 2019
RestiandiSutamiTampuBolon
NIM. 1516150010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN....................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.........................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 7
E. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 7
F.Metode Penelitian ........................................................................................... 10
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................................ 10
2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 11
3. Teknik Analisis Data ................................................................................. 12
G.Sistematika Penulisaan.................................................................................12
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Lembaga Negara..........................................................................................14
B. Lembaga Negara Non Struktural ................................................................ 17
C. Nomokrasi Islam......................................................................................... 23
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.............................................................................................39
1. Alasan PembubaranLembaga Negara Non Struktural MenurutPeraturan
Presiden Nomor 116 Tahun 2016 .......................................................... 39
2. Alasan Pemerintah Tidak Membubarkan Lembaga Negara Non
Struktural Komisi Nasional Anti Kekekrasan Terhadap Perempuan
Menurut Teori Agus Dwiyanto dan Tinjauannya Menurut Hukum
Islam......................44
B. Pembahasan ................................................................................................ 47
1. Analisis Pembubaran Lembaga Non Struktural Menurut Peraturan
Presiden Nomor 116 Tahun 2016 dan Tinjauannya Menurut Hukum
Islam......................................................................................................47
2. Analisis Alasan Pemerintah Tidak Membubarkan Lembaga Negara Non
Struktural Komisi Nasional Anti Kekeresan Terhadap Perempuan
Menurut Teori Agus Dwiyanto dan Tinjauannya Menurut Hukum
Islam......................................................................................................51
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 56
A. Kesimpulan ................................................................................................. 56
B. Saran ........................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................58
LAMPIRAN
ABSTRAK
Analisis PembubaranLembaga Negara Non
StrukturalBerdasarkanPeraturanPresidenNomor 116 Tahun 2016.Oleh:
Restiandi Sutami Tampu Bolon, NIM: 1516150010. Pembimbing I:Drs. H.
Supardi, M. Ag.,M.Hum dan Pembimbing II: Wery Gusmansyah, S.H.I., M.H..
Ada dua persoalan yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu: (1) Mengapa pemerintah
membubarkan lembaga negara non struktural menurut Peraturan Presiden Nomor
116 Tahun 2016 dan tinjauannya menurut hukum islam, (2) Mengapa pemerintah
tidak membubarkan lembaga negara non struktural Komisi Nasional Anti
Kekerasan Terhadap Perempuan menurut teori Agus Dwiyanto dan tinjauannya
menurut hukum islam. Untuk mengungkap persoalan tersebut secara mendalam
dan menyeleruh, peneliti melakukan penelitian kepustakaan dengan menggunakan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang perlu
diamati. Kemudian data tersebut diuraikan, dianalisis, dan dibahas untuk
menjawab permasalahan tersebut. Dari hasil penelitian ini disebutkan bahwa (1)
Alasan pemerintah membubarkan sembilan lembaga non struktural berdasarkan
Perpres No. 116 Tahun 2016 adalah karena adanya tumpang tindih tugas dan
fungsi lembaga non struktural dengan badan terkait yang pembelanjaannya juga
menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pembubaran
sembilan lembaga non struktural tersebut dalam hukum islam sesuai dengan QS.
Isra’ 26: 27dan QS. Al-Furqan: 67 tentang larangan berlaku boros. (2)Alasan
Pemerintah Tidak Membubarkan Lembaga Negara Non Struktural Komisi
Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan karena tugas dan fungsinya tidak
tumpang tindih dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak. Hal ini sesuai dengan QS. An-Nisa 58-59 tentang kepemimpinan.
Kata kunci:Pembubaran, Pembubaran Lembaga Negara Non Struktural.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berakhirnya masaOrde Baru pada tahun
1998merupakantonggakberdirinyaberbagailembaganon struktural di
Indonesia. Lembaga Non Struktural merupakan institusi yang dibentuk
karena urgensi terhadap tugas khusus tertentu yang tidak dapat diwadahi
dalam kelembagaan pemerintah (konvensional) dengan keunikan tertentu
dan memiliki karakteristik tugas yang penting, unik, dan terintegrasi serta
efektif.1
Lembaga non struktural tidak termasuk dalam struktur organisasi
kementerian ataupun lembaga pemerintah non kementerian. Kepala
lembaga non struktural umumnya ditetapkan oleh presiden, namun
lembaga negara non struktural jugadapat dikepalai oleh menteri, wakil
presiden, ataupresidensecaralangsung.2
Hadirnya Lembaga Non Struktural dalam sistem ketatanegaraan,
menurut Al-Faqih dipengaruhi oleh tiga hal.Pertama, kehadirannya
sebagai respon perkembangan gagasan negara hukum. Kedua, Lahirnya
Lembaga Non Struktural disebabkan karena keterlibatan pemerintah dalam
lapangan kehidupan rakyat yang semakin luas telah menimbulkan
1Evy Trisulo D, KajianKelembagaanSekretariat Komisi Informasi,(Jakarta Pusat: Komisi
Informasi Pusat RI Graha PPI, 2015), h. 22. 2Al-Faqih, et. Al., Komisi Informasi Reposisi dan Penguatannya, (Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2016), h. 18-21.
masalah. Ketiga, faktor penyebab lahirnya Lembaga Non Struktural adalah
adanya fakta semakin pesatnya perkembangan ekonomi dunia dan
perkembangan teknologi.3
Secara umum kedudukan lembaga negara non struktural ditinjau
dari fungsinya ada dua, yaitu: 1) Sebagai pelaksana fungsi sektoral dari
lembaga pemerintahan yang sudah ada sepertiBadan Koordinasi Nasional
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan, merupakan pelaksana
fungsi sektoral dari Menteri Pertanian, Menteri Kelautan dan Perikanan,
dan Menteri Kehutanan berdasarkan Peraturan Presiden No. 10 Tahun
2011, dan 2) Sebagai pemberi pertimbangan kepada Presiden atau Menteri,
atau dalam rangka koordinasi atau pelaksanaan kegiatan tertentu, atau
membantu tugas tertentu dari suatu kementerian sepertiKomisi Kepolisian
Nasional, bertugas membantu Presiden dalam menetapkan arah kebijakan
Polri, dan memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam
pengangkatan dan pemberhentian Kapolri berdasarkan Peraturan Presiden
No. 17 Tahun 2011.
Padatanggal 4 Desember 2014, JokoWidodosebagaipresiden
Indonesia saatitu menandatangani Peraturan Presiden Nomor 176 Tahun
2014 yang berisidaftarpembubaran sepuluh Lembaga Non Struktural di
Indonesia, salah satunya adalah Lembaga Koordinasi dan Pengendalian
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.Kemudianpada21
Januari 2015, Jokowi kembali menandatangani Peraturan Presiden Nomor
3Al-Faqih, et. Al., Komisi Informasi. . ., (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), h. 18-21.
16 Tahun 2015dan melakukan pembubaran dua lembaga negara non
struktural yaitu: 1) Badan Pengelolaan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
dari Deforestasi, Degradasi Hutan, dan Lahan Gambut dan 2) Dewan
Nasional Perubahan Iklim.
Pembubaran lembaga negara non struktural ini merupakan hasil
kinerja dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi. Lembaga ini mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di
bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Setelah melakukan pengkajian terhadap lembaga-lembaga non
struktural yang telah dibubarkan di atas, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melanjutkan pengkajiannya
pada 22 lembaga negara non strukrural yang dibentuk berdasarkan Perpres
atau Kepres, pengkajian ini dilakukan oleh deputi tatalaksana Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada saat itu.
Ada duapuluhdualembaga non struktural yang
dilakukanpengkajianpadamasapresidenJokowiyaitu: 1) Komisi
Penanggulangan Aids Nasional, 2) Dewan Kelautan Indonesia, 3) Komite
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, 4) Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, 4) Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional, 5) Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis, 7) Komite
Kebijakan Industri Pertahanan, 8) Komite Pengarah Pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus di Pulau Batam, 9) Pulau Bintan dan Pulau
Karimun, 10) Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas, 11) Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan
Infrastruktur, 12) Tim Koordinasi Misi Pemeliharaan Perdamaian, 13)
Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, 14) Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura, 15) Badan Penanggulangan
Lumpur Sidoarjo, 16) Badan Benih Nasional; 17) Komisi Nasional Anti
Kekerasan Terhadap Perempuan, 18) Dewan Ketahanan NasionalKantor
Staf Presiden, 19) Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan,
20) Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi, 21) Majelis Pertimbangan
Tenaga Nuklir, dan 22) Badan Pengendali Bimbingan Masal.4
Dikutip dari situs resmi Kementerian Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, ada empat hal yang menjadi pokok
kajiandalamlembaganon structural, yaitu:1) Kesesuaian tugas fungsi
dengan mandat, 2) Urgensi keberadaan lembaga dengan melihat kondisi
kekinian, 3) Potensi overlapping dengan lembaga lain, dan 4) Efektivitas
kinerja lembaga saat ini.5
Kemudian, setelah pengkajian duapuluhdua lembaga non
struktural tersebut selesai dilakukan, melaluiPeraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 116 Tahun 2016 dandengan alasan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pemerintahan negara, Presiden Joko Widodo
4Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Totalitas, Yudi
..., https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/totalitas-yuddy-diagnosa-4-lns-dalam-satu-hari,
(diakses pada 10 Juli 2019). 5Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Totalitas, Yudi
..., https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/totalitas-yuddy-diagnosa-4-lns-dalam-satu-hari,
(diakses pada 10 Juli 2019).
menetapkan untuk mengahapuskan sembilan lembaga negara non
struktural, yaitu: 1) Badan Benih Nasional, 2) Badan Pengendalian
Bimbingan Masal 3) Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas, 4) Dewan Kelautan Indonesia, 5) Dewan Pemantapan
Ketahanan Ekonomi dan Keuangan, 6) Komite Pengarah Pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus di Pulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau
Karimun, 7) Tim Nasional Pembakuan Nama Rupa Bumi, 8) Badan
Koordinasi Penataan Ruang Nasional, dan 9) Komisi Nasional
Pengendalian Zoonosis.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi pada saat itu Asman Abdur mengatakan bahwa alasan
pembubaran sembilan lembaga non struktural tersebut adalah karena
fungsi dan tugasnya ternyata telah diamanahkan kepada
lembaga/kementerian terkait, untuk itu dikembalikan kepada
lembaga/kementerian terkait.6
Menurut Zoelva, benarbahwatugas dan fungsilembaga non
struktural sebagiansudah diamanahkan kepada lembaga/kementerian.
Namunmasihadalembaga non struktural di manameskitugas dan
fungsinyatumpangtindihdenganlembaga/kementeriannamuntidakikutdibub
arkan, sebagaicontoh Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan, 7
6PemerintahBubarkan 9 Lembaga Non-Struktural, https://www.youtube.com/watch?v=
X75MfJ-lNn4, (diakses pada 30 Juli 2019). 7Evy Trisulo D, Kajian Kelembagaan . . ., (Jakarta Pusat: Komisi Informasi Pusat RI
Graha PPI, 2015), h. 22.
Menurut Agus Dwiyanto dalam bukunya yang berjudul
“Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi”,
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan merupakan salah
satu lembaga non struktural yang harusnya jugadibubarkan denganalasan
fungsi dan tugasnya tumpangtindihdengan kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Sosial, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia.8
Dengandemikian, berdasarkanlatarbelakangmasalah yang terjadi,
penelitimelakukanpenelitian yang berjudul“Analisis Pembubaran
Lembaga Negara Non Struktural Berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatarbelakang di atas,
makadapatdirumuskanmasalahnyasebagaiberikut :
1. Mengapa pemerintah membubarkan lembaga negara non struktural
menurut Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun
2016dantinjauannyamenuruthukumislam?
2. Mengapapemerintahtidakmembubarkanlembaga negara non struktural
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
PerempuanmenurutteoriAgus
Dwiyantodantinjauannyamenuruthukumislam?
8Agus Dwiyanto, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi,
(Jakarta: GramediaPustakaUtama, 2013), h. 109-110.
C. TujuanPenelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untukmengetahuidanmendeskripsikanalasanpemerintah membubarkan
lembaga negara non struktural menurut Peraturan Presiden Nomor 116
Tahun 2016dantinjauannyamenuruthukumislam.
2. Untukmengetahuidanmendeskripsikanalasanpemerintahpemerintahtida
kmembubarkanlembaga negara non struktural Komisi Nasional Anti
Kekerasan Terhadap PerempuanmenurutteoriAgus
Dwiyantodantinjauannyamenuruthukumislam.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
konsep pemikiran secara logis, sistematis terkait pembubaran Lembaga
Negara Non Struktural.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya, serta
memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
E. Penelitian Terdahulu
Setelah melakukan telaah pustaka, yaitu dengan mencari karya-
karya yang sudah ada yang berkaitan dengan tema ini sehingga dapat
diketahui dimana posisi yang urgensi dari penelitian ini.
Untukmendukungpenelitianini,
telahdilakukanpencarianterhadapkaryailmiah yang
mempunyairelevansiterhadappenelitianini, tidak ditemukan karya ilmiah
yang membahas tentang pembubaran suatu lembaga negara atau organisasi
pemerintahan.Peneliti hanya menemukan suatu karya yang membahas
tentang pembubabaran dan kedudukan organisasi dan lembaga saja.
Pertama, skripsiRiandyAryani yang berjudul
“PembubaranOrganisaiKemasyarakatandalamPerspektifHakAsasiManusia
”, Ilmu Hukum, Universitas Islam NegeriKalijagaYoyakarta, tahun
2018.9Penelitianinibertujuanuntukmengetahuihubunganpenghapusan
proses
peradilandalampembubaranoganisasimasyarakatdikaitkandengankonsepne
garahukum Indonesia sertaprinsip-prinsiphakasasimanusia.
Perbedaan penelitian RiandyAryani dengan penelitian ini adalah
objek kajiannya, penelitian RiandyAryani mengkaji tentang
PembubaranOrganisaiKemasyarakatandalamPerspektifHakAsasiManusia,
sedangkan penelitian ini mengkaji tentang pembubaranlembaga non
strukturalberdasarkanPeraturanpresiden Nomor 116 Tahun 2016.
Kesamaan dari penelitian yang telah dilakukan peneliti
RiandyAryaniadalah orientasi penelitian yang mengarah kepada
Pembubaran suatu organisasi di Indonesia.
Kedua, skripsiKhoulud Beby Bestiani yangberjudul
“Perbandingan Pengaturan Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan
Menurut UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Dan
9RiandyAryani,“PembubaranOrganisaiKemasyarakatandalamPerspektifHakAsasiManusi
a”, (Skripsi, Hukum Universitas Islam NegeriKalijagaYoyakarta, Yogyakarta, 2018).
UU No. 16 Tahun 2017 Tentang Perppu No. 2 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang (UU)”, Fakultas Hukum,
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, tahun 2018.10
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut terhadap urgensi
penerbitan Perppu No. 2 Tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan,
untuk mengetahui lebih detail perbedaan alasan dan mekanisme
pembubaran Ormas Menurut UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan dan UU No. 16 Tahun 2017 Tentang Perppu UU No. 2
Tahun 2017 tentang Perubahan Atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang, dan untuk
memahami lebih detail kelemahan dan kelebihan Pengaturan pembubaran
ormas menurut UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan dan UU No. 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Perppu
No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang.
Perbedaan penelitian Khoulud Beby Bestiani dengan penelitian
ini adalah objek kajiannya, penelitian Khoulud Beby Bestiani mengkaji
tentang Pembubaran Organisai Kemasyarakatan Menurut UU No. 17
Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Dan UU No. 16 Tahun
10
Khoulud Beby Bestiani, “Perbandingan Pengaturan Pembubaran Organisasi
Kemasyarakatan Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan Dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-
“Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang”,
(Skripsi, Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta, 2018).
2017 Tentang Perppu No. 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas UU No.
17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-
Undang, sedangkan penelitian ini mengkaji tentang pembubaran lembaga
non struktural berdasarkan Peraturan presiden Nomor 116 Tahun 2016.
Kesamaan dari penelitian yang telah dilakukan peneliti Riandy Aryani
adalah orientasi penelitian yang mengarah kepada Pembubaran suatu
organisasi di Indonesia.
Ketiga, skripsi Yopa Puspitasari yang berjudul “Kedudukan
Lembaga Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam”, Syari’ah, Institut
Agama Islam Negeri Bengkulu, tahun 2018.11
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kedudukan lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
didalam struktur Ketatanegaraan Indonesia dan megetahui kedudukan
Komisi Pemberantas Korupsi di tinjau dari Hukum Islam.
Perbedaan penelitian Yopa Puspitasari dengan penelitian ini
adalah objek kajiannya, penelitian Yopa Puspitasari mengkaji tentang
kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi, sedangkan penelitian ini
mengkaji tentang pembubaranlembaga non struktural. Kesamaan dari
penelitian yang telah dilakukan peneliti Yopa Puspitasari adalah orientasi
penelitian yang mengarah kepada organisasi yang bersifat non struktural.
F. MetodePenelitian
1. Jenisdan Pendekatan Penelitian
11
Yopa Puspitasari, “Kedudukan Lembaga Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) Dalam
Sistem Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam”, (Skripsi, Syari’ah Institut Agama
Islam Negeri Bengkulu, Bengkulu, 2018).
Penelitianinimerupakanpenelitiankualitatifdenganpendekatanhu
kum normatif12
. Hukumnormatif yang
dimaksudadalahpenelitiankepustakaanditinjaudariteoriZoelfadanteoriA
gusDwiyanto yang memaparkanbahwaKomisiNasional Anti
KekerasanterhadapPerempuanmemilikitugasdanfungsi yang
tumpangtindihdenganKementerianPemberdayaanPerempuandanPerlin
dunganAnakdanPeraturanPresiden RI Nomor 116 Tahun 2016.. Data
disajikansecararincidenganmetodepengembangan (research and
development).
2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data bahanhukumdaripenelitianiniadalahsubjekdarimana
data yang diperoleh. Sumber data
secaragarisbesarterbagimenjadiduabagian:
a. Sumber HukumPrimer
Data primer yaitu data yang diperolehlangsungdari
literature baikbuku, perundang-undangan,jurnal, dankaryatulis.
Data primer,yaknidata pokok yang digunakanuntukmenyusun
skripsiini, perundang-undangan: Perpres No. 116 Tahun 2016,
Keppres No. 27 Tahun 1971, Keppres No. 40 Tahun 1997 dan lain-
lain. Buku-buku pokok (primer) yang digunakan dalam
penyusunan skripsi ini: Hukum Kelembagaan Negara (Studi
Hukum dan Konstitusi Mengenai Perkembangan Ketatanegaraan
12
JonaediEfendi, Johnny Ibrahim, MetodePenelitianHukum: NormatifdanEmpiris,
(Depok: Prenada Media, 2018), h. 123.
Republik Indonesia) oleh Isharyanto dkk, Perkembangan dan
Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi oleh Jimly
Asshiddiqie, dan Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik
Islam karya Muhammad Iqbal.
b. SumberSekunder
Data Sekunderyaitu data yang diperolehmelalui media
misalnya internet, koran, media sosial, sertakaryatulislainnya yang
dapatdijadikanpelengkap.
c. SumberTersier
Sumbertersiermerupakanbahan yang
memberikanpetunjukmaupunpenjelasanterhadapsumberhukum
primer dansumbersekunder.Bahanyang
dipergunakanadalahKamusBesarBahasa Indonesia, Kamus Bahasa
Inggris, KamusHukum, danEnsiklopedia.
3. TeknikAnalisis Data
Teknikpengumpulan data yang
digunakandalampenelitianiniadalahreduksi data, penyajian
data,danpenarikankesimpulan.Reduksi data
yaitumerangkumdanmemfokuskanpadahal-hal yang
penting.Kemudianlangkahselanjutnyamendisplaykan data
ataupenyajian data.Penyajian data
dilakukansecarasingkat.Tahapterakhiradalahpenarikankesimpulan.
G. SistematikaPenulisaan
Dalam sistematika penulisan, nantinya akan berisi tentang alur
penulisan dalam seluruh pembahasan. Dimana skripsi ini tersusun dari bab
pendahuluan, bab kerangka teori, dan bab metodologi penelitian. Adapun
sistematika dalam penelitian ini meliputi:
Bab pertama yakni bab pendahuluan. Pada bab ini merupakan
bab awal yang berisikan latar belakang masalah yakni pembubaran
lembaga negara non struktural berdasarkan peraturan presiden republik
indonesia nomor 116 tahun 2016 yang menjadi dasar dari penelitian ini,
rumusan masalah yang merupakan akar masalah sehingga dilakukan
penelitian ini, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian terhadap
penelitian terdahulu, metodelogi penelitian.
Bab kedua yakni bab kerangka teori. Pada bab ini berisikan
kajian tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan.
Bab ketiga yakni bab pembahasan. Pada bab ketiga ini berisikan:
1)alasan pemerintah membubarkan lembaga negara non struktural menurut
Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2016 dan tinjauannya menurut
hukum islam 2)alasan pemerintah tidak membubarkan lembaga negara non
struktural Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan menurut
teori Agus Dwiyanto dan tinjauannya menurut hukum islam.
Bab keempat yakni bab penutup yang berisikan kesimpulan
mengenai jawaban dari rumusan masalah serta saran yang diungkapkan
penelitian terhadap penelitiannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Lembaga Negara
Kata lembaga negara berasal dari serapan kata staatsorgan
dalam bahasa Belanda atau political institution dalam bahasa Inggris.
Dalam bahasa Indonesia, hal ini identik dengan kata lembaga negara,
badan negara, atau bisa juga disebut dengan organ negara. Oleh sebab itu,
istilah lembaga negara, organ negara, badan negara, ataupun alat
kelengkapan negara sering dipertukarkan satu sama lain.13
Dalam kamus hukum Belanda-Indonesia kata staatsorgaan ini
diterjemahkan sebagai alat pelengkap negara, dalam kamus hukum
Fockema Andreae yang diterjemahkan oleh Saleh Adiwinato dkk. Kata
organ jugadiartikansebagaiperlengkapan. Alat perlengkapan adalah orang
atau majelis yang terdiri dari orang-orang yang berdasarkan Undang-
Undang atau anggaran dasar wewenang mengemukakan dan
merealisasikan kehendak badan hukum.14
MenurutTitikTriwulanTutik, lembaga negara terbagi menjadi
dua kategori, yaitu:15
13
Isharyanto, Hukum Kelembagaan Negara(Studi Hukum dan Konstitusi Mengenai
Perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia), (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 1-3. 14
Johan Jasin, Hukum Tata Negara Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Depublish, 2016), h.
1. 15
Titik Tri Wulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010) h. 178-180.
1. Lembaga Negara Utama
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, UUD 1945 dengan
jelas membedakan cabang-cabang kekuasaan negara dalam bidang
legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang tercermin dalam fungsi-fungsi
MPR, DPR, dan DPD, Presiden dan Wakil Presiden, serta Mahkamah
Agung (MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Mahkamah
Konstitusi (MK) sebagai lembaga-lembaga negara yang utama (main
state organs, principal state organs). Lembaga-lembaga Negara
dimaksud itulah yang secara instrumental mencerminkan pelembagaan
fungsi-fungsi kekuasaan negara yang utama (main state functions,
principal state functions), sehingga lembaga-lembaga negara itu pula
yang dapat disebut sebagai lembaga negara utama (main state organs,
principal state organs, atau main state institutions) yang hubungannya
satu dengan yang lain diikat oleh prinsip “cheks and balance”.
Di samping lembaga-lembaga negara yang bersifat utama,
atau yang biasa disebut sebagai lembaga tinggi negara seperti yang
dimaksud di atas, dalam UUD 1945 juga diatur adanya lembaga-
lembaga negara yang bersifat konstitusional lainnya seperti Komisi
Yudisial, Kepolisian Negara, Tentara Nasional Indonesia, Bank
Sentral, Komisi Pemilihan Umum, Dewan Pertimbangan Presiden, dan
sebagainya.
2. Lembaga Negara Bantu (state auxiliary bodies)
Secara nasional state auxiliary bodies mempunyai
kedudukan dan peran yang penting dalam mewujudkan tujuan
nasional. Hal ini juga diakui oleh Mahkamah Konstitusi dalam
Putusan Nomor 005/PUU-IV/2000 tentang judicial reviw terhadap
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial,
bahwa diatur atau tidaknya suatu lembaga negara dalam Undang-
Undang Dasar, juga tidak boleh ditafsirkan sebagai satu-satunya faktor
yang menentukan derajat konstitusi lembaga negara yang
bersangkutan.
Sedangkan Menurut Asimov, komisi negara dapat dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu:
1. Komisi negara independen
Komisi negara independen adalah organ negara yang
diidealkan independen dan oleh karena itu berada diluar cabang
kekuasaan eksekutif, legislatif, maupun yudisial. Namun mempunyai
fungsi campur sari ketigannya. Seperti Komisi Pemilihan Umum
(KPU), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK), dan lain-lain.
2. Komisi negara biasa
Komisi negara biasa adalah organ negara (state
commissions), yaitukomisi negara yang merupakan bagian dari cabang
kekuasaan eksekutif, dan tidak mempunyai peran yang terlalu penting.
Seperti Komisi Hukum Nasional, Dewan Buku Nasional, Dewan
Pengembangan Usaha Nasional, dan lain-lain.
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesialembaga negara terbagi
menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Lembaga negara yang ditentukan dalam UUD
2. Lembaga negara yang ditentukan dalam UU
3. Lembaga negara yang ditentukan dalam Keputusan Presiden.
B. Lembaga Negara Non Struktural
Menurut Zoelva, Lembaga Non Struktural merupakan institusi
yang dibentuk karena urgensi terhadap tugas khusus tertentu yang tidak
dapat diwadahi dalam kelembagaan pemerintah (konvensional) dengan
keunikan tertentu dan memiliki karakteristik tugas yang urgen, unik, dan
terintegrasi serta efektif.16
Isharyanto dalam bukunya yang berjudul Hukum Kelembagaan
Negara mendefenisikan Lembaga Non Struktural adalah apa yang di dalam
literatur dikenal sebagai lembaga negara independen atau lembaga negara
penunjang (State Auxilliary State). Lembaga negara Non Struktural ada
yang disebut sebagai dewan, badan, atau lembaga, ada pula yang disebut
komisi-komisi negara. Ada pula yang bersifat adhoc yang disebut dengan
istilah satuan tugas atau komite. Di Indonesia sendiri selama ini dikenal
adanya istilah Lembaga Pemerintahan Non-Departemen yang setelah
ditetapkannya Undang-Undang tentang kementerian negara yang
16
Evy Trisulo D, Kajian Kelembagaan..., (Jakarta Pusat: Komisi Informasi Pusat RI
Graha PPI, 2015), h. 22.
mengubah istilah departemen menjadi kementerian, maka istilah itu harus
diubah menjadi Lembaga Pemerintahan Non-Kementerian. Namun, atas
inisiatif beberapa kementerian, ada pula istilah yang diperkenalkan, yaitu
Lembaga Non Struktural.
Dalam banyak literatur, ada juga yang menggunakan istilah
independent bodies, auxilliary agencie, self regulatory bodies, dan
sebagainya. Semua istilah itu tidak dapat dipakai untuk pengertian yang
bersifat umum sebab masing-masing lembaga dimaksud memiliki ciri
khasnya sendiri-sendiri. Ada yang bersifat independen, ada yang tidak, dan
ada pula yang terkait langsung dengan fungsi-fungsi eksekutif, legislatif,
dan yudikatif, dan ada pula yang bersifat campuran. Agar bersifat umum,
semua lembaga-lembaga itu, karena sifatnya yang khusus di luar struktur
kementerian yang lazim dapat saja kita sebut dengan istilah lembaga-
lembaga khusus (special agencies).17
Jadi secara umum Lembaga Negara Non struktural adalah
lembaga yang dibentuk melalui peraturan perundang-undangan tertentu
guna menunjang pelaksanaan fungsi negara dan pemerintah, yang dapat
melibatkan unsur-unsur pemerintah, swasta dan masyarakat sipil, serta
dibiayai oleh anggaran negara. LNS tidak diatur dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, namun dalam
dinamika penyelenggaraan negara dan pemerintahan terdapat tugas dan
fungsi lain yang dinilai harus diselenggarakan, sehingga perlu dibentuk
17
Isharyanto, HukumKelembagaan..., (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 200-201.
lembaga independen. Dinamika dimaksud melahirkan bermacam varian
LNS dengan tugas dan fungsi masing-masing, seperti mempercepat proses
terwujudnya penegakan dan kepastian hukum, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, dan juga pengembangan kehidupan sosial budaya di
Indonesia.18
Lembaga Nonstruktural diklasifikasikan berdasarkan beberapa
indikator sebagai berikut:
1. Peraturan perundang-undangan yang mengamanatkan
pembentukannya:
a) LNS yang Dibentuk Berdasarkan Undang-Undang
b) LNS yang Dibentuk Berdasarkan Peraturan Pemerintah
c) LNS yang Dibentuk Berdasarkan Peraturan Presiden
d) LNS yang Dibentuk Berdasarkan Keputusan Presiden
2. Urusan pemerintahan yang berkaitan
3. Pendanaan:
a. Klasifikasi LNS Berdasarkan Pendanaan DIPA Sendiri
b. Klasifikasi LNS Berdasarkan Pendanaan DIPA Menempel pada
Kementerian/Lembaga
c. Klasifikasi LNS di Daerah dengan Pembebanan Anggaran APBD
d. Klasifikasi LNS Berdasarkan Sumber Pendanaan Lain
4. Perwakilan di daerah.
18
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Lembaga Non Struktural,
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Nonstruktural, (diakses pada 1 September 2019).
Hal mendasar yang membedakan antara Lembaga Negara yang
bersifat Non Kementerian dengan Lembaga Negara yang bersifat Non
Struktural yaitu, Lembaga Pemerintahan Non Kementerian adalah
lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
pemerintahan tertentu dari presiden, kepala Lembaga Pemerintahan Non
Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang
megoordinasikan (Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang
Kementerian Negara).19
Organ konstitusional yang dibentuk undang-undang pada
umumnya memiliki sifat sebagai berikut:20
1. Independen, dalam arti tidak berada di bawah pengaruh satu organ
kekuasaan negara yang utama.
2. Menjalankan fungsi pemerintahan yang bersifat eksekutif, legislatif
terbatas, bahkan ada yang menjalankan fungsi yudikatif sekaligus.
3. Pengisian jabatan atau anggotanya melibatkan masyarakat.
Menurut Al Faqih hadirnya Lembaga Non Struktural yang
biasa disebutnya lembaga bantu, dalam sistem ketatanegaraan dipengaruhi
oleh tiga hal. Pertama, kehadirannya sebagai respon perkembangan
gagasan negara hukum.Gagasan negara hukum klasik digantikan dengan
gagasan negara hukum modern. Implikasinya, gagasan pemisahan
19
Arisyarhido, “Lembaga Negara Non-Kementerian dan Lembaga Negara Non-
Struktural”, https://ridhoarisyadi.wordpress.com/2015/08/08/lembaga-negara-non-kementerian-
dan-lembaga negara-non-struktural/ (diakses pada tanggal 11 Mei 2019). 20
Evy Trisulo D, Kajian Kelembagaan Sekretariat..., (Jakarta Pusat: Komisi Informasi
Pusat RI Graha PPI, 2015), h. 21.
kekuasaan menurut konsep trias politica Montesquieu yang hanya dapat
diterapkan dalam konsep negara hukum klasik yang dikemukakan oleh
Kant, Fichte dan lain-lain, harus dikoreksi seiring semakin diterimanya
konsep negara hukum modern. Dalam konsep negara hukum klasik tugas
negara hanya mempertahankan dan melindungi ketertiban sosial dan
ekonomi. Konsep negara hukum klasik dinilai oleh para pemikir negara
sudah tidak mampu menjawab tantangan dan kebutuhan zaman.
Kedua, Lahirnya Lembaga Non Struktural juga disebabkan
karena keterlibatan pemerintah dalam lapangan kehidupan rakyat yang
semakin luas telah menimbulkan masalah. Keterlibatan pemerintahan ini
telah memunculkan birokrasi yang gemuk dan pelayanan publik menjadi
kurang efisien. Hal lain, keterlibatan pemerintah yang terlalu luas ini
menjadi penyebab ruang kebebasan civil society menjadi berkurang.
Ketiga, faktor penyebab lahirnya Lembaga Non Struktural
adalah adanya fakta semakin pesatnya perkembangan ekonomi dunia dan
perkembangan teknologi. Perkembangan ini mengubah struktur
masyarakat. Meminjam istilah Durkheim dari masyarakat mekanis ke
masyarakat organis. Kehidupan sosial kemasyarakatan menjadi semakin
kompleks. Perubahan-perubahan ini menuntut negara lebih adaptif dalam
upaya memenuhi kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Pemenuhan ini
sudah tidak bisa dengan hanya mengandalkan lembaga-lembaga negara
dalam konsepsi trias politica. Lembaga negara sebagaimana terdapat
dalam trias politica dinilai tidak lagi mampu menjawab tantangan zaman.
Atas dasar tersebut maka perlu diperbaharui format kelembagaan lembaga
negara di sebuah negara.21
Secara umum, Jimly Asshiddiqie menyebutkan Lembaga Non
Struktural dengan istilah lembaga-lembaga (special agencies) untuk
menjelaskan lembaga negara yang sifatnya khusus di luar struktur
kementerian. Jimly juga menyebutkan tujuan dan manfaat pembentukan
lembaga-lembaga tersebut, yaitu:
a. Efisiensi pelayanan;
b. Pemusatan (konsentrasi/integrasi) fungsional;
c. Independensi dari intervensi politik dan mencegah konflik
kepentingan;
d. Prinsip pembagian fungsi-fungsi kekuasaan negara dan pemerintahan
sehingga tidak ada yang tumpang tindih.
Mulyadi menjelaskan bahwa salah satu penyebab terbentuknya
lembaga non-struktural adalah transisi demokrasi sebagaimana yang
dikutip dari Klug yaitu “each new wave of state reconstruction seems to
produce new variations in the division of power, between centre and
periphery and between different organs of governent, as well as new
conceptions of the relationship between different branches of
government.” Pembentukan lembaga baru merupakan upaya untuk
21
Al-Faqih, et. Al., Komisi Informasi . . ., (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), h. 20-21.
mendorong transparansi, pemerintahan yang bersih, pemenuhan hak asasi
manusia, dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan.22
Jimly berpendapat bahwa pembentukan komisi negara
independen di negara dunia ketiga didorong oleh kenyataan bahwa
birokrasi di lingkungan pemerintahan dinilai belum memenuhi tuntutan
kebutuhan terhadap pelayanan umum dengan standar mutu dan ragam
yang semakin meningkat. Salah satu pionir dalam pembentukan komisi
negara dalam proses transisi demokrasi adalah Afrika Selatan,
pembentukan tersebut diakibatkan peralihan sistem dan struktur serta
kultur lembaga pemerintahan pasca rasisme.
Secara umum, terdapat beberapa faktor lain yang
melatarbelakangi dibentuknya lembaga non struktural, antara lain:23
1. Tiadanya kredibilitas lembaga-lembaga yang telah ada akibat asumsi
(dan bukti) mengenai korupsi yang sulit diberantas.
2. Tidak independennya suatu lembaga negara sehingga tidak imun
terhadap intervensi suatu kekuasaan negara atau kekuasaan lain.
3. Ketidakmampuan lembaga pemerintah yang ada untuk melakukan
tugas-tugas yang urgent dilakukan dalam masa transisi demokrasi
karena persoalan birokrasi dan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
C. Nomokrasi Islam
22
Evy Trisulo D, Kajian Kelembagaan Sekretariat. . ., (Jakarta Pusat: Komisi Informasi
Pusat RI Graha PPI, 2015), h. 23. 23
EvyTrisulo D, KajianKelembagaanSekretariat. . ., (Jakarta Pusat:
KomisiInformasiPusat RI Graha PPI, 2015), h. 23-24.
Negara Islam adalah negara hukum, secara konsepsional
terdapat lima konsep negara hukum, yaitu: Rechtsstaat, Rule of Law,
Sosialist Legality, Nomokrasi Islam, dan Negara Hukum
(Indonesia).24
Konsep Nomokrasi Islam adalah suatu konsep negara hukum
yang dianut oleh negara-negara Islam. Titik perbedaan konsep Nomokrasi
Islam dengan konsep negara hukum yang lainnya adalah dengan
didasarkan pada asas-asas dan kaidah-kaidah hukum Islam (syar’iah) yang
bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadits (Sunnah), dan ra’yu dalam seluruh
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Nomokrasi Islam
memberikan kebebasan kepada individu dengan didasarkan pada syari’ah
yang berlaku yakni dengan memandang aspek hablum minnallah dan
aspek hablum minnannas.25
Negara dalam Islam tidak dapat dikatakan sebagai teokrasi
seperti dipahami di Barat. Dalam nomokrasi Islam, kepala negara
menjalankan pemerintahan tidak berdasarkan mandat Tuhan, tetapi
berdasarkan hukum-hukum syariat yang diturunkan Tuhan kepada
manusia melalui Rasul-Nya Muhammad SAW. Sejauh disebutkan tegas
oleh syariat, maka penguasa tinggal melaksanakan saja apa yang
disebutkan dalam sumber al-syariat tersebut, yaitu Al-Qur’an dan al-
Sunnah. Namun karena hukum syariat lebih banyak bersifat global dan
baku manusia diberi wewenang yang luas untuk mengadakan ijtihad
24
Sugianto, Ilmu Negara Sebuah Kajian dalam Perspektif Teori Kenegaraan di
Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 18. 25
Mahfud Md, et. Al., Prosiding Kongres Pancasila IV: Srategi Pelembagaan Nilai-nilai
Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia, (Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila
UGM, 2012), h. 59.
terhadap masalah-masalah yang tidak diatur secara tegas oleh syariat.
Tentu saja ijtihad tersebut harus sejalan dengan prinsip-prinsip
kemaslahatan manusia dan tidak bertentangan dengan semangat syariat
Islam itu sendiri.26
Adanya kebebasan berijtihad bagi yang mampu ini
mengisyaratkan bahwa setiap anggota masyarakat mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dalam berpartisipasi menjawab berbagai persoalan
kemasyaratan dan kenegaraan. Namun demikian, agar ijtihad ini dapat
terarah dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan semangat Islam,
negara membutuhkan perhimpunan para ahli dari berbagai disiplin
keilmuan di dalam lembaga legislatif. Hasil ijtihad inilah yang kemudian
menjadi hukum-hukum yang harus dijalankan pemimpin negara.
Karenanya, jika kepala negara tidak menjalankan kewajibannya
sebagaimana yang telah ditentukan, maka ia harus dimintai
pertanggungjawaban. Bahkan ia dapat diturunkan dari jabatannya jika
memang perlu.27
Sebagai sumber ajaran Islam, Al-Qur'an dan al-Sunnah tidak
mengatur secara rinci bagaimana nomokrasi Islam harus dijalankan oleh
negara. Islam hanya mengatur prinsip dasar umum saja. Menurut Tahir
Azhary, prinsip-prinsip nomokrasi Islam adalah kekua-saan sebagai
amanah, musyawarah, keadilan, perlindungan terhadap HAM, peradilan
26
Muhammad Iqbal, “FiqhSiyasahKontekstualisasiDoktrinPolitik Islam” (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), h. 236. 27
Muhammad Iqbal, FiqhSiyasah ..., (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 235-240.
yang bebas, perdamaian, kesejahteraan, dan ketaatan rakyat kepada
pemerintah.
Sementara Munawir Sjadzali hanya menyebutkan enam prinsip
saja yang ada di dalam Al-Qur'an, yaitu prinsip kedudukan manusia di
bumi, musyawarah, ketaatan pada pemimpin, perjanjian, persamaan, dan
hubungan baik antarumat beragama. Adapun Pulungan mengemukakan
enam belas prinsip dalam nomokrasi Islam yang digariskan Al-Qur'an.
Prinsip tersebut adalah prinsip kedudukan manusia di atas bumi sebagai
khalifah, manusia sebagai umat yang satu, penegakan kepastian hukum
dan keadilan, kepemimpinan, musyawarah, persatuan dan persaudaraan,
persamaan, hubungan antarnegara bertetangga, saling menolong dan
membela yang lemah, perdamaian, ekonomi dan perdagangan yang etis,
administrasi, bela negara, perhargaan pada hak-hak asasi manusia, amar
ma'ruf nahi munkar, dan penempatan pejabat negara berdasarkan
profesionalisme.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan prinsip-
prinsip nomokrasi Islam sebagai berikut:28
1. Prinsip Kedudukan Manusia di Bumi
Dalam prinsip ini Allah menegaskan bahwa manusia
diciptakan-Nya adalah sebagai khalifah yang akan memakmurkan
bumi ini:
28
Muhammad Iqbal, FiqhSiyasah ..., (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 235-240.
وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل ف الأرض خليفة قالوا أتعل فيها من ماء ي فسد فيها ويسفك الدي
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat,
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Mereka bertanya,”Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah?”” (QS. al-
Baqarah [2]: 30).
وىو الذي جعلكم خلائف الأرض ورفع ب عضكم ف وق ب عض درجات لوكم ف ما آتاكم إن ربك يع الع اا وإ و ل فور ر يم ليب
Artinya:
“Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di
bumi dan Dia meninggikan sebagian kalian atas sebagian
(yang lain) beberapa derajat, untuk menguji kalian tentang
apa yang diberikanNya kepada kalian. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-An’am [6]:
165)
Karenanya, manusia bertanggung jawab untuk mengelola
dan memeliharanya dari kehancuran.
2. Prinsip Kekuasaan sebagai Amanah
Allah memerintahkan agar manusia melaksanakan amanah
yang diembankan di pundaknya:
إن اللو يأم كم أن ت ؤدوا الأما ات إل أىلها وإذا كمتم ب ي الناس أن يعا بصيرا إن اللو عما يعظكم بو تكموا بالعدل إن اللو كان س
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-
Nisa [4]: 58)
Dalam Islam, amanah merupakan sesuatu yang harus
dipelihara karena kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Allah.
Kekuasaan merupakan salah satu amanah yang harus dijalankan
dengan baik, sesuai dengan perintah-Nya. Karena itu, Islam tidak dapat
menoleransi segala bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan
kekuasaan.
3. Prinsip Penegakan Keadilan
Sangat banyak ayat Al-Qur'an yang menegaskan
pentingnya keadilan dalam masyarakat. Bahkan untuk menjelaskan hal
ini, Allah tidak hanya menggunakan kata al-'adl saja, tetapi juga kata-
kata al-wazn/al-mizân, al-qisth, dan as-wasath. Ini menunjukkan
bahwa keadilan merupakan sesuatu yang harus senantiasa
diperjuangkan dan ditegakkan dalam masyarakat. Keadilan merupaka
prinsip keseimbangan dalam kehidupan manusia. Selama keadilan
dapat ditegakkan dengan baik, maka keseimbangan kehidupan tatanan
dunia akan terpelihara dan terjaga. Sebaliknya, jika keadilan sudah
tidak dapat ditegakkan, maka keseimbangan tidak akan tercapai dan
tatanan kehidupan dunia pun akan goyah. Di antara ayat-ayat yang
menuntut manusia untuk menegakkan keadilan:
إن اللو يأم كم أن ت ؤدوا الأما ات إل أىلها وإذا كمتم ب ي الناس أن يعا بصيرا إن اللو عما يعظكم بو تكموا بالعدل إن اللو كان س
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-
Nisa [4]: 58)
ول تكن إ ا أ زلنا إليك الكتاا بالقي لتحكم ب ي الناس با أراك اللو للخائني خصيما
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu
dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara
manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu,
dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.”
(QS. An-Nisa [4]: 105)
يا أي ها الذين آمنوا كو وا ق وامي بال سط شهداء للو ولو على أ فسكم أو فلا ت تبعوا إن يكن غنيا أو ف يرا فاللو أول بما الوالدين والأق بي وإن ت لووا أو ت ع ضوا فإن اللو كان با ت عملون خبيرا الوى أن ت عدلوا
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa [4]: 135)
هى عن الفحشاء سان وإيتاء ذي ال ب وي ن إن اللو يأم بالعدل وال يعظكم لعلكم تذك ون والمنك والب ي
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl [16]: 90)
Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip persamaan antara
sesama manusia. Islam tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan
warna kulit, suku bangsa, bahasa dan ras, tetapi berdasarkan
ketakwaannya kepada Allah. Sebagaimana firman Allah:
يا أي ها الناس إ ا خل ناكم من ذك وأ ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا إن اللو عليم خبير إن أك مكم عند اللو أت اكم
Artinya:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.”
(QS. Al-Hujurat [49]: 13)
Karena itu, tidak ada seorang pun yang berhak
mendapatkan bantuan khusus di depan hukum. Nabi Muhammad SAW
mengajarkan bahwa kehancuran bangsa diawali oleh sikap
diskriminatif dalam penegakan hukum. Mereka menghukum rakyat
jelata yang bersalah, tetapi membiarkan bangsawan atau elit
masyarakat yang melakukan tindakan melawan hukum.
4. Prinsip Musyawarah
Musyawarah disebutkan secara tegas dalam Al-Qur'an:
لمن أراد أن يتم ال ضاعة والوالدات ي ضعن أولدىن ولي كاملي ل تكلف فس إل و عها وعلى المولود لو رزق هن وكسوت هن بالمع وف
لك ل تضار والدة بولدىا ول مولود لو بولده وعلى الوارث مثل ذهما وتشاور فلا جناح عليهما وإن أردت أن فإن أرادا فصال عن ت اض من
تست ضعوا أولدكم فلا جناح عليكم إذا لمتم ما آت يتم بالمع وف وات وا اللو واعلموا أن اللو با ت عملون بصير
Artinya:
“Para ibuhendaklahmenyusukananak-
anaknyaselamaduatahunpenuh, yaitubagi yang
inginmenyempurnakanpenyusuan. Dan kewajiban ayah
memberimakandanpakaiankepada para ibudengancarama'ruf.
Seseorangtidakdibebanimelainkanmenurutkadarkesanggupan
nya.
Janganlahseorangibumenderitakesengsaraankarenaanaknyad
anseorang ayah karenaanaknya,
danwarispunberkewajibandemikian.
Apabilakeduanyainginmenyapih (sebelumduatahun)
dengankerelaankeduanyadanpermusyawaratan,
makatidakadadosaataskeduanya. Dan
jikakamuinginanakmudisusukanoleh orang lain,
makatidakadadosabagimuapabilakamumemberikanpembayar
anmenurut yang patut. Bertakwalahkamukepada Allah
danketahuilahbahwa Allah MahaMelihatapa yang
kamukerjakan.” (al-Baqarah [2]: 233)
ولو كنت فظا غليظ ال لب ل فضوا من فبما رحة من اللو لنت لم هم وا ت ف لم وشاورىم ف الأم ولك فإذا عزمت فاعف عن
إن اللو يب المت وكيلي ف ت وكل على اللو
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
(Ali Imran [3]: 159)
ناىم ن هم وما رزق م وأقاموا الصلاة وأم ىم شورى ب ي والذين ا تجابوا ل بيي نف ون
Artinya:
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka.” (asy-Syura [42]: 38)
Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa musyawarah
memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan urusan
umat beriman. Bahkan isyarat pentingnya musyawarah ini diapit oleh
penjelasan Al-Qur'an tentang orang yang mengatur shalat dan
menafkahkan sebagian hartanya sebagai orang yang mematuhi seruan
Allah. Ini menandakan bahwa musyawarah merupakan prinsip penting
dalam nomokrasi Islam yang posisinya hanya setingkat di bawah
kewajiban shalat.
5. Prinsip Kepatuhan Kepada Pemimpin
Dalam hal ini Allah SWT meletakkan kewajiban mematuhi
pemimpin pada peringkat ketiga setelah kewajiban mematuhi Allah
dan Rasul-Nya. Namun demikian, kepatuhan kepada pemimpin
bersifat relatif sejauh tidak bertentangan dengan perintah Allah dan
Rasul-Nya. Itu sebabnya pada surat an-Nisa [4]: 59:
فإن يا أي ها الذين آمنوا أطيعوا اللو وأطيعوا ال ول وأول الأم منكم ت نازعتم ف شيء ف دوه إل اللو وال ول إن كنتم ت ؤمنون باللو والي وم الخ
وأ سن تأويلا لك خي ذ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dantaatilahRasul (Nya), danulilamri di antarakamu.
Kemudianjikakamuberlainanpendapattentangsesuatu,
makakembalikanlahiakepada Allah (Al Quran) danRasul
(sunnahnya), jikakamubenar-benarberimankepada Allah
danharikemudian. Yang demikianitulebihutama (bagimu)
danlebihbaikakibatnya.” (an-Nisa [4]: 59)
Allah merangkaikan kata "athi'u" hanya untuk Allah dan
Rasul-Nya, tidak kepada pemimpin (uli al-amr).
6. Prinsip Persaudaraan dan Persatuan
Dalam surat al-Hujurat [49]: 10, Allah menegaskan bahwa
umat beriman adalah bersaudara:
ا المؤمنون إخوة فأصلحوا ب ي أخويكم ا إن وات وا اللو لعلكم ت حو إن وات وا اللو لعلكم ت حون المؤمنون إخوة فأصلحوا ب ي أخويكم
Artinya:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.” (al-Hujurat [49]: 10)
Karena itu, sesama Muslim wajib mendamaikan saudaranya
yang bersengketa agar mereka memperoleh rahmat-Nya. Sementara
dalam surat Ali Imran [3]: 103:
يعا ول ت ف قوا واذك وا عمت اللو عليكم إذ كنتم واعتصموا ببل اللو جأعداء فألف ب ي ق لوبكم فأصبحتم بنعمتو إخوا ا وكنتم على شفا ف ة من
ها اللو لكم آياتو لعلكم ت هتدون النار فأ ذكم من لك ي ب يي كذ
Artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Ali Imran [3]: 103)
Allah memerintahkan umat Islam untuk berpegang teguh
pada agama-Nya dan melarang berpecah belah, karena persatuan meru
pakan nikmat yang besar yang telah dianugerahkan Allah untuk
hamba-hamba-Nya yang beriman.
7. Prinsip Perdamaian
Islam adalah agama yang membawa perdamaian dan
rahmat. Karena itu, Al-Qur'an mengajarkan bahwa umatnya harus
mengutamakan perdamaian dalam berhubungan dengan umat lain,
sebagaimana firman Allah:
إ و ىو السميع العليم وإن جنحوا للسلم فاجنح لا وت وكل على اللو
Artinya:
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. al-Anfal [8]: 61)
Perang hanya boleh dilakukan dan diizinkan ketika umat
Islam terusik dan tidak merasa aman oleh pihak agresi pihak lain.
8. Prinsip amar ma'ruf nahy munkar
Dalam hal ini, Islam mengajarkan umat untuk selalu saling
menasihati dan melakukan kontrol atas kekuasaan agar kebaikan selalu
terpelihara dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana firman Allah:
“Dan hendaklah ada di a
هون عن المنك ير ويأم ون بالمع وف وي ن ولتكن منكم أمة يدعون إل ال وأول ك ىم المفلحون
Artinya:
ntara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali
Imran [3]: 104)
هون عن المنك أمة أخ جت للناس تأم ون بالمع وف وت ن كنتم خي هم المؤمنون ولو آمن أىل الكتاا لكان خي ا لم وت ؤمنون باللو من
وأكث ىم الفا ون
Artinya:
“Kamuadalahumat yang terbaik yang
dilahirkanuntukmanusia, menyuruhkepada yang ma'ruf,
danmencegahdari yang munkar, danberimankepada Allah.
SekiranyaAhliKitabberiman, tentulahitulebihbaikbagimereka,
di antaramerekaada yang beriman,
dankebanyakanmerekaadalah orang-orang yang fasik.” (QS.
Ali Imran [3]: 110)
هون عن المنك ي ؤمنون باللو والي وم الخ ويأم ون بالمع وف وي ن ويسارعون ف الي ات وأول ك من الصالي
Artinya:
“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan,
mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai
kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.”
(QS. Ali Imran [3]: 114)
Ini mengisyaratkan bahwa oposisi sebenarnya bukanlah hal
yang tabu dalam nomokrasi Islam. Adanya perubahan ini dapat
menjadi penyeimbang bagi kekuasaan pemerintah, sehingga mereka
selalu merasa diawasi dan dikontrol. Oposisi ini tidak hanya dilakukan
oleh lembaga, tetapi juga dapat dilakukan oleh pribadi-pribadi di
masyarakat Islam.
9. Prinsip Profesionalisme dan Akuntabilitas Publik dalam Pengisian
Jabatan Pemerintahan
Dalam prinsip ini, pemegang kekuasaan tidak boleh
mengangkat pejabat-pejabat negara berdasarkan hubungan primordial
atau kekerabatan. Pemegang kekuasaan harus mempertimbangkan
profesionalitas dan kemampuan dan kejujuran pejabat negara yang
akan diangkat. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-
Qashash [28]: 26:
من ا تأج ت ال وي الأمي قالت إ داها يا أبت ا تأج ه إن خي
Artinya:
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya". (QS. al-Qashash [28]: 26)
Melalui kisah Nabi Musa a.s., Allah mengisyaratkan bahwa
orang dapat diangkat sebagai "pejabat" harus memiliki dua syarat,
yaitu kuat (dalam arti memiliki kemampuan dan keahlian di
bidangnya) dan tepercaya (dapat menjaga amanah yang diserahkan
padanya).
10. Prinsip Penegakan HAM
Dalam nomokrasi Islam, penegakan hak asasi manusia
(HAM) merupakan hal yang sangat diperhatikan. Pelanggaran HAM,
apa pun bentuknya, tidak dapat dibenarkan dalam Islam. Penegakan
HAM ini bukan hanya untuk orang-orang Islam saja, tetapi juga untuk
orang-orang non-Islam. Mereka menerima hak-hak perdata yang sama
dengan orang Islam. Salah satu hak manusia yang paling asasi adalah
hak untuk memeluk dan menganut suatu agama. Dalam hal ini, Al-
Qur'an memberikan kebebasan penuh kepada manusia untuk memilih
agama yang sesuai dengan hati nuraninya. Sebagaimana firman Allah:
ين ال شد من ال يي ل إك اه ف الدي فمن يكف بالطاغوت قد ت ب ييع عليم وي ؤمن باللو ف د ا تمسك بالع وة الوث ى ل ا فصام لا واللو س
Artinya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan
yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 256)
لكم دي نكم ول دين
Artinya:
“Untukmuagamamu, danuntukkulah, agamaku". (QS. al-
Kafirun [109]: 6)
إ ا أعتد ا فمن شاء ف لي ؤمن ومن شاء ف ليكف وقل الق من ربيكم وإن يست يثوا ي اثوا باء كالمهل يشوي للظالمي ارا أ اط بم ادق ها
ب س الش اا و اءت م ت ف ا الوجوه
Artinya:
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telahsediakanbagi orang
orangzalimituneraka, yang gejolaknyamengepungmereka.
Dan jikamerekamemintaminum,
niscayamerekaakandiberiminumdengan air sepertibesi yang
mendidih yang menghanguskanmuka. Itulahminuman yang
paling burukdantempatistirahat yang paling jelek.” (QS. al-
Kahfi [18]: 29)
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Alasan PembubaranLembaga Negara Non Struktural Menurut
Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2016
Presiden Joko Widodo pada 30 Desember 2016,
menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 tahun 2016
tentang pembubaran sembilan lembaga non struktural. Dengan alasan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemerintahan negara,
sembilan lembaga non struktural yang dibubarkan tersebut antara lain
adalah 1) Badan Benih Nasional, 2) Badan Pengendalian Bimbingan
Masal 3) Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas, 4) Dewan Kelautan Indonesia, 5) Dewan Pemantapan
Ketahanan Ekonomi dan Keuangan, 6) Komite Pengarah
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Pulau Batam, Pulau
Bintan, dan Pulau Karimun, 7) Tim Nasional Pembakuan Nama Rupa
Bumi, 8) Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, dan 9) Komisi
Nasional Pengendalian Zoonosis.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Asman Abdur memaparkan bahwa:
Alasan pembubaran sembilan lembaga non struktural tersebut
adalah karena fungsi dan tugasnya ternyata telah
diamanahkan kepada lembaga/kementerian terkait, untuk itu
dikembalikan kepada lembaga/kementerian terkait.29
Menurut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 tahun 2016
secara rinci pelaksanaan tugas dan fungsi sembilan lembaga non
struktural tersebut tumpang tindih dengan tugas dan fungsi lembaga
terkait sebagi berikut:
1. Tugas dan fungsi Badan Benih Nasional dilaksanakan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertanian;
2. Tugas dan fungsi Badan Pengendalian Bimbingan Massal
dilaksanakan oleh oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pertanian;
3. Tugas dan fungsi Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan
Keuangan dilaksanakan oleh kementerian yang menyelenggarakan
fungsi sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian di bidang
perekonomian;
4. Tugas dan fungsi Komite Pengarah Pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus di Pulau Batam, Bintan, dan Pulau Karimun
dilaksanakan oleh lembaga nonstruktural yang mempunyai tugas
dan wewenang melaksanakan pengelolaan, pengembangan, dan
pembangunan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
masing-masing di Pulau Batam, Bintan, dan Pulau Karimun;
29
Pemerintah Bubarkan 9 Lembaga Non-Struktural, https://www.youtube.com/watch?v=
X75MfJ-lNn4, (diakses pada 30 Juli 2019).
5. Tugas dan fungsi Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi
dilaksanakan oleh lembaga pemerintah nonkementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang geospasial;
6. Tugas dan fungsi pengkajian dan pemberian pertimbangan serta
rekomendasi kebijakan, pemantauan, dan evaluasi di bidang
kelautan Dewan Kelautan Indonesia dilaksanakan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan, sedangkan tugas dan fungsi
konsultasi dalam rangka keterpaduan kebijakan dilaksanakan oleh
kementerian yang melaksanakan fungsi sinkronisasi dan koordinasi
urusan kementerian di bidang kemaritiman;
7. Tugas dan fungsi Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas dilaksanakan oleh lembaga nonstruktural
yang mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan
pengembangan kawasan ekonomi khusus;
8. Tugas dan fungsi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
dilaksanakan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria dan tata ruang; dan
9. Tugas dan fungsi Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis
dilaksanakan oleh kementerian yang melaksanakan fungsi
sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian di bidang
pembangunan dan kebudayaan
“Dengan pembubaran sebagaimana dimaksud, pembiayaan,
pegawai, perlengkapan, dan dokumen pada 9 (sembilan)
lembaga nonstruktural dialihkan kepada
kementerian/lembaga sebagaimana dimaksud,” bunyi Pasal 3
ayat (1) Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 tahun 2016
(Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 tahun 2016)”.30
Pengalihan sebagaimana dimaksud dikoordinasikan oleh
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
dengan melibatkan unsur Badan Kepegawaian Negara, Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Arsip Nasional Republik
Indonesia, dan Kementerian Keuangan.
“Pengalihan sebagaimana dimaksud diselesaikan paling lama 1
(satu) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan Peraturan
Presiden ini,” bunyi Pasal 3 ayat (3) Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 116 tahun 2016 (Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116
tahun 2016)”.31
Pendanaan untuk pelaksanaan pembubaran 9 (sembilan)
lembaga nonstruktural itu, menurut Perpres ini, dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dengan berlakunya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116
tahun 2016, maka: a. Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1971
tentang Badan Benih Nasional; b. Perpres Nomor 40 Tahun 1997
tentang Badan Pengendalian Bimbingan Massal; c. Keputusan
Presiden Nomor 17 Tahun 1998 tentang Dewan Pemantapan
Ketahanan Ekonomi dan Keuangan yang terakhir diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 121 Tahun 1998; d. Keputusan Presiden
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Komite Pengarah Pengembangan
30
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 tahun 2016 (diakses pada 30
Juli 2019). 31
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 tahun 2016 (diakses pada 30
Juli 2019).
Kawasan Ekonomi Khusus di Pulau Batam, Bintan, dan Pulau
Karimun; e. Perpres Nomor 112 Tahun 20016 tentang Tim Nasional
Pembakuan Nama Rupabumi; f. Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun
2007 tentang Dewan Kelautan Indonesia; g. Perpres Nomor 30 Tahun
2008 tentang Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas; h. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional; dan i. Perpres Nomor 30
Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonis, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
“Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan,” bunyi Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun
2016, yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM
Yasonna H. Laoly pada 30 Desember 2016.
2. Alasan Pemerintah Tidak Membubarkan Lembaga Negara Non
Struktural Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
PerempuanMenurutTeori Agus Dwiyanto Dan Tinjauannya
Menurut Hukum Islam
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan adalah
lembaga negara yang independen untuk penegakan hak asasi manusia
perempuan Indonesia. Komnas Perempuan dibentuk melalui
Keputusan Presiden No. 181 Tahun 1998, pada tanggal 9 Oktober
1998, yang diperkuat dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005.
“Komnas Perempuan lahir dari tuntutan masyarakat sipil,
terutama kaum perempuan, kepada pemerintah untuk
mewujudkan tanggung jawab negara dalam menanggapi dan
menangani persoalan kekerasan terhadap perempuan.
Tuntutan tersebut berakar pada tragedi kekerasan seksual
yang terutama dialami oleh perempuan etnis Tionghoa dalam
kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota besar di Indonesia.”32
Komnas Perempuan tumbuh menjadi salah satu Lembaga
Nasional Hak Asasi Manusia (LNHAM), sesuai dengan kriteria-
kriteria umum yang dikembangkan dalam The Paris Principles. Kiprah
aktif Komnas Perempuan menjadikan lembaga ini contoh berbagai
pihak dalam mengembangkan dan meneguhkan mekanisme HAM
untuk pemajuan upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan
baik di tingkat lokal, nasional, kawasan, maupun internasional.
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
memiliki tujuan untuk 1) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan
penegakan hak-hak asasi manusia perempuan di Indonesia, dan 2)
Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan hak-hak asasi
perempuan.
32
Komnas Perempuan, Latar Belakang Berdirinya Komnas
Perempuan.https://www.komnasperempuan.go.id (diakses pada 01 September 2019).
“Menurut Agus Dwiyanto dalam bukunya yang berjudul
Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi
Birokrasi, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan merupakan salah satu lembaga non struktural yang
harusnya jugadibubarkan dengan alasan fungsi dan tugasnya
tumpang tindih dengan kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, Kementerian Sosial, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia.”33
Ada beberapa mandate dan kewenangan yang harus
dilaksanakan oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan antara lain:
1. Menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan Indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan, serta penghapusan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan;
2. Melaksanakan pengkajian dan penelitian terhadap berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai
instrumen internasional yang relevan bagi perlindungan hak-hak
asasi perempuan;
3. Melaksanakan pemantauan, termasuk pencarian fakta dan
pendokumentasian kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran
HAM perempuan, serta penyebarluasan hasil pemantauan kepada
publik dan pengambilan langkah-langkah yang mendorong
pertanggungjawaban dan penanganan;
33
Agus Dwiyanto, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 109-110.
4. Memberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga
legislatif, dan yudikatif, serta organisasi-organisasi masyarakat
guna mendorong penyusunan dan pengesahan kerangka hukum dan
kebijakan yang mendukung upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan,
serta perlindungan HAM penegakan dan pemajuan hak-hak asasi
perempuan
5. Mengembangkan kerja sama regional dan internasional guna
meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan
segala bentuk kekerasan terhadap perempuan Indonesia, serta
perlindungan, penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan.
Sebagai Lembaga Non Struktural, Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan juga memiliki peran sebagai berikut:
1. Pemantau dan pelapor tentang pelanggaran HAM berbasis gender
dan kondisi pemenuhan hak perempuan korban;
2. Pusat pengetahuan (resource center) tentang hak asasi perempuan;
3. Pemicu perubahan serta perumusan kebijakan;
4. Negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas
korban dan komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan
menitikberatkan pada pemenuhan tanggung jawab negara pada
penegakan hak asasi manusia dan pada pemulihan hak-hak korban;
5. Fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokal,
nasional, regional dan internasional untuk kepentingan
pencegahan, peningkatan kapasitas penanganan dan penghapusan
segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
B. Pembahasan
1. Analisis PembubaranLembaga Negara Non Struktural Menurut
Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2016 dan Tinjauannya
Menurut Hukum Islam
Pembubaran lembaga non struktural di Indonesia
berdasarkan Perpres No. 116 Tahun 2016 merupakan kebijakan yang
dilakukan Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan
yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyatnya. Negara Indonesia
adalah negara hukum. Di dalam negara hukum Indonesia, setiap aspek
kebijakan pemerintah baik dalam lapangan pengaturan maupun
pelayanan harus dengan didasarkan pada peraturan perundang-
undangan. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan tindakan
sewenang-wenang. Tindakan atau kebijakan yang diambil pemerintah
tidak boleh bertentang dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Berdasarkan Perpres No. 116 Tahun 2016 dipaparkan
bahwa alasan pembubaran lembaga negara non struktural tersebut
adalah tumpang tindih tugas dan fungsi lembaga negara non struktural,
ketidak urgenan keberadaan lembaga, adanya potensi overlapping, dan
adanya inefisiensiauthority (ketidak sesuaian kewenangan) adalah
langkah yang diambil pemerintah untuk melaksanakan tujuan negara
yaitu menciptakan kesejahteraan pada rakyatnya. Hal ini juga sejalan
dengan teori Zoelva yang memeparkan bahwa lembaga non struktural
merupakan institusi yang dibentuk karena urgensi terhadap tugas
khusus tertentu yang tidak dapat diwadahi dalam kelembagaan
pemerintah (konvensional) dengan keunikan tertentu dan memiliki
karakteristik tugas yang penting, unik, dan terintegrasi serta efektif.
Ditinjau dari hukum islam, pembubaran lembaga non
struktural menurut Perpres No. 116 Tahun 2016 dapat dibenarkan
karena tumpang tindihnya tugas dan fungsi dengan badan terkait
sehingga pendanaan untuk pelaksanaan lembaga non struktural
tersebut menjadi double budgeting dan memengaruhi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Oleh karena itu, keputusan
Presiden Jokowi dapat dibenarkan dalam hal pembubaran sempilan
lembaga non struktural di Indonesia dengan alasan meminimalisirkan
pembelanjaan dan pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) untuk kemakmuran umat dan agama. Hal ini sesuai
dengan QS. Isra’ 26: 27, yaitu:
ر ت بذي ا رينكا وا إخوان الشياطي وكان الشيطان -٢٦-ول ت بذي -٢٧-إن المبذي
Artinya:
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu
adalah saudara setan.” (Al-Isra’ 26-27)
Kemudian, QS. Al-Furqon 67 juga menyebutkan:
لك ق واما والذين إذا أ ف وا ل يس فوا ول ي ت وا وكان ب ي ذ
Artinya: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih)
orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara
wajar.” (Al-Furqon 67)”.
Dari QS. Al-Furqon 67 dikatakan bahwa Islam adalah
agama yang seimbang. Islam membawa manusia untuk berlaku adil
dan tak melampaui batas. Karena segala sesuatu yang melampaui batas
itu buruk. Bahkan umat islam juga disebut Ummatan Wasatho yang
bermakna umat yang berada ditengah. Kemudian dari QS. Isra’ 26: 27
disebutkan bahwa Allah tidak menyukai orang yang boros, di mana
tetap mempertahankan lembaga non struktural yang tugas dan
fungsinya tumpang tinding dengan badan lain, dan membebankan
segala pembelanjaannya pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) adalah suatu bentuk perlakuan pemborosan uang
Negara.
Selain itu, ulama fiqh siyasah al-Mawardi, Muhammad
Rasyid Ridha, dan Muhammad Yusuf Musa mengatakan, salah satu
kewajiban yang harus dijalankan oleh kepala negara adalah mengelola
urusan kenegaraan untuk kemakmuran umat dan agama. Allah SWT
berfirman:
وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل ف الأرض خليفة قالوا أتعل فيها من ماء ي فسد فيها ويسفك الدي
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat,
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Mereka bertanya,”Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah?”” (QS. al-
Baqarah [2]: 30).
وىو الذي جعلكم خلائف الأرض ورفع ب عضكم ف وق ب عض درجات لوكم ف ما آتاكم إن ربك يع الع اا وإ و ل فور ر يم ليب
Artinya:
“Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di
bumi dan Dia meninggikan sebagian kalian atas sebagian
(yang lain) beberapa derajat, untuk menguji kalian tentang
apa yang diberikanNya kepada kalian. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-An’am [6]:
165)
Kebijakan pemerintah dalam mengahapus sembilan
lembaga non struktural adalah pencegahan dari membludaknya
pembelanjaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang dapat menyebabkan kehancuran ekonomi masyarakat Indonesia.
Kepala negara atau presiden bertanggung jawab untuk mengelola dan
memelihara negara dari kehancuran. Oleh karena itu, boleh bagi
presiden untuk membuat keputusan pembubaran lembaga non
struktural yang tugas dan fungsinya tumpang tindih dengan badan lain
yang pelaksanaannya juga memakai anggaran Negara.
2. Analisis Alasan Pemerintah Tidak Membubarkan Lembaga
Negara Non Struktural Komisi Nasional Anti Kekerasan
Terhadap PerempuanMenurutTeori Agus Dwiyanto Dan
Tinjauannya Menurut Hukum Islam
Teori Agus Dwiyanto menyatakan dalam bukunya yang
berjudul “Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi
Birokrasi”, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
merupakan salah satu lembaga non struktural yang harusnya juga
dibubarkan dengan alasan fungsi dan tugasnya tumpang tindih dengan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Padahal Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan merupakan lembaga negara yang independen untuk
penegakan hak asasi manusia perempuan Indonesia. Komnas
Perempuan dibentuk melalui Keputusan Presiden No. 181 Tahun 1998,
pada tanggal 9 Oktober 1998, yang diperkuat dengan Peraturan
Presiden No. 65 Tahun 2005.
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
memiliki tugas dan fungsi yang berbeda dengan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kewenangan
tersebut dirincikan sebagai berikut:
a. Tugas dan Fungsi Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan
1) Pemantau dan pelapor tentang pelanggaran HAM berbasis gender
dan kondisi pemenuhan hak perempuan korban;
2) Pusat pengetahuan (resource center) tentang hak asasi
perempuan;
3) Pemicu perubahan serta perumusan kebijakan;
4) Negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas
korban dan komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan
menitikberatkan pada pemenuhan tanggungjawab negara pada
penegakan hak asasi manusia dan pada pemulihan hak-hak
korban;
5) Fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat
lokal, nasional, regional dan internasional untuk kepentingan
pencegahan, peningkatan kapasitas penanganan dan penghapusan
segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
b. Tugas dan Fungsi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
1) Koodinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
2) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak; dan
3) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Ditinjau dari hukum Islam, kebijakan pemerintah untuk
tidak membubarkan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan karena tugas dan fungsinya tidak tumpang tindih, dan
saling berkaitan satu sama lain dengan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak adalah dibolehkan dengan tujuan
memudahkan penyelesaian terhadap kasus kekerasan pada perempuan
di Indonesia. Hal ini sesuai dengan QS: An-Nisa’:58-59:
إن اللو يأم كم أن ت ؤدوا الأما ات إل أىلها وإذا كمتم ب ي الناس أن يعا بصيرا يا أي ها (٥٨)تكموا بالعدل إن اللو عما يعظكم بو إن اللو كان س
الذين آمنوا أطيعوا اللو وأطيعوا ال ول وأول الأم منكم فإن ت نازعتم ف شيء ف دوه إل اللو وال ول إن كنتم ت ؤمنون باللو والي وم الخ ذلك خي
) ٥٩ (وأ سن تأويلا
Artinya:
”Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kalian)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kalian
menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kalian. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Wahai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), serta ulil
amri di antara kalian. Kemudian jika kalian berbeda pendapat
tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan
Rasul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Hal itu lebih utama (bagi kalian) dan
lebih baik akibatnya.” (an-Nisa’: 58-59)”
Dari dalil tersebut dipahami bahwa Ayat pertama di atas berkaitan
dengan pemerintah agar menjalankan amanat kepemimpinan yang
diemban dengan sebaik-baiknya. Adapun ayat yang kedua berkaitan
dengan rakyat agar mereka taat kepada pemerintahnya. Dengan
dilaksanakannya hak dan kewajiban oleh setiap pihak, akan terajut
hubungan yang baik di antara mereka.
Ayat pertama berkaitan dengan pemerintah (ulil amri), agar mereka
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkannya dengan adil.
Ayat yang kedua turun berkaitan dengan rakyat, baik dari kalangan militer
maupun sipil, supaya senantiasa menaati pemerintahnya dalam hal
pembagian (jatah), keputusan/ kebijakan, komando perang, dan lainnya.
Berbeda halnya jika mereka memerintahkan kemaksiatan, rakyat tidak
boleh menaati makhluk (pemerintah tersebut) dalam hal bermaksiat
kepada Al-Khaliq (Allah Subhanahu wata‟ala). Jika terjadi perbedaan
pendapat antara pemerintah dan rakyatnya dalam suatu perkara, hendaknya
semua pihak merujuk kepada al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam. Namun, jika pemerintah tidak
mau menempuh jalan tersebut, rakyat masih berkewajiban menaatinya
dalam hal yang tergolong ketaatan kepada Allah Subhanahu wata‟ala dan
Rasul-Nya. Sebab, ketaatan kepada pemerintah dalam hal ketaatan adalah
bagian dari ketaatan kepada AllahSubhanahu wata‟ala dan Rasul-
Nya Shallallahu „alaihi wasallam.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemerintah membubarkan lembaga negara non struktural menurut
Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2016 karena adanya tumpang tindih
tugas dan fungsi lembaga non struktural dengan badan terkait.
Pembubaran sembilan lembaga non struktural tersebut dalam hukum islam
sesuai dengan QS. Isra’ 26: 27dan QS. Al-Furqan: 67 tentang larangan
berlaku boros. Oleh karena itu wajib hukumnya membubarkan sembilan
lembaga non struktural tersebut.
2. Alasan Pemerintah Tidak Membubarkan Lembaga Negara Non Struktural
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan karena tugas dan
fungsinya tidak tumpang tindih dengan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak. Hal ini sesuai dengan QS. An-Nisa
58-59 tentang kepemimpinan.
B. Saran
Saran yang dikemukakan oleh peneliti diharapkan dapat dijadikan
masukan yang lebih baik dan berguna untuk semua pihak:
1. Saran Kepada Pemerintah, lakukanlahpenataan kelembagaan ini sebaik
mungkinagar cepat terwujudnyakelembagaan pemerintah yang tepat
ukuran, tepat fungsi, dan tepat proses.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya dimana penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan penelitian yang sama tentang Analisis Terhadap
Pembubaran Lembaga Negara Non Struktural Berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2016 agar menjadi lebih
baik. Kemudian bagi yang akan melakukan penelitian yang sama
disarankan untuk mencari dan membaca referensi lebih banyak lagi agar
hasil dari penelitian selanjutnya akan semakin lebih baik. Terlebih untuk
menambah dan juga memperoleh ilmu pengetahuan yang baru terhadap
pengembangan ilmu dibidang lembaga Non Struktural.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Al-Faqih, et. Al., Komisi Informasi Reposisi dan Penguatannya,
Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016.
Asshiddiqie, Jimly,Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.
Dwiyanto, Agus, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi
Birokrasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011.
D, Evy Trisulo, Kajian Kelembagaan Sekretariat Komisi Informasi,
Jakarta Pusat: Komisi Informasi Pusat RI Graha PPI, 2015.
Efendi, Jonaedi, Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan
Empiris, Depok: Prenada Media, 2018.
Effendy, Marwan, Kejaksaan Ri Posisi dan Fungsinya dari Perspektif
Hukum, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Fadilah, Roni, Iswandari, Agustin Polana, Mencegah dan Mengendalikan
Flu Burung Pada Itik dan Ayam, Jakarta: AgroMedia, 2013.
Imam Mahdi, Hukum Tata Negara Indonesia, Yogyakarta: Teras, 2011.
Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam,
Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
Isharyanto, Hukum Kelembagaan Negara (Studi Hukum dan Konstitusi
Mengenai Perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia),
Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Jasin, Johan, Hukum Tata Negara Suatu Pengantar, Yogyakarta:
Depublish, 2016.
Johan, Teuku Saiful Bahri, Perkembangan Ilmu Negara dalam Peradaban
Globalisasi Dunia, Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Manan, Abdul, Dinamika Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta Timur:
Kencana, 2018.
Mansoer, Moh. Tolcah, Demokrasi Sepanjang Konstitusi, Yogyakarta:
Nurcahya, 1981.
Mahfud Md, et. Al., Prosiding Kongres Pancasila IV: Srategi
Pelembagaan Nilai-nilai Pancasila dalam Menegakkan
Konstitusionalitas Indonesia, Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila
UGM, 2012.
Mardiatno, Djati, Bowow Susilo, Estuning Tyas Wulan Mei, Potensi
Sumber Daya Pesisir Kabupaten Jepara, Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta, 2018.
Publisher, Redaksi Great, Buku Pintar Politik Sejarah, Pemerintahan, dan
Ketatanegaraan, Yogyakarta: Jogja Great Publisher, 2009.
Rahardjo, Pudji, Menghasilkan Benih dan Bibit Kakao Unggul, Jakarta:
Penebar Swadaya Grup, 2011.
Satria, Arif, Politik Kelautan dan Perikanan, Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2015.
Sugianto, Ilmu Negara Sebuah Kajian dalam Perspektif Teori Kenegaraan
di Indonesia, Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widya
Sarana, 1992.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2016
C. Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
Aryani, Riandy, “Pembubaran Organisai Kemasyarakatan dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia”, Universitas Islam Negeri
Kalijaga Yoyakarta,Skripsi, Program Studi Ilmu Hukum, 2018.
Bestiani, Khoulud Beby, “Perbandingan Pengaturan Pembubaran
Organisasi Kemasyarakatan Menurut Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Dan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013
Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang”,
Universitas Islam Indonesia, Skripsi, Program Studi Ilmu
Hukum, 2018.
Puspitasari, Yopa, “Kedudukan Lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
(KPK) Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari
Hukum Islam”, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, Skripsi,
Program Studi Hukum Tata Negara, 2018.
D. Artikel di Internet
Arisyarhido, “Lembaga Negara Non-Kementerian dan Lembaga Negara
Non-Struktural”,
https://ridhoarisyadi.wordpress.com/2015/08/08/lembaga-negara-
non-kementerian-dan-lembaga negara-non-struktural/ diakses
pada tanggal 11 Mei 2019.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
“Totalitas, Yudi Diagnosa 4 LNS Dalam Satu Hari”,
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/totalitas-yuddy-
diagnosa-4-lns-dalam-satu-hari, diakses pada 10 Juli 2019.
Komnas Perempuan, Latar Belakang Berdirinya Komnas Perempuan.
https://www.komnasperempuan.go.id,diakses pada 01 September
2019.
“Pemerintah Bubarkan 9 Lembaga Non-Struktural”,
https://www.youtube.com/watch?v= X75MfJ-lNn4, diakses pada
30 Juli 2019.