analisis pemungutan retribusi izin mendirikan bangunan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/124325-sk...
TRANSCRIPT
BAB IV
IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA DEPOK
A. Implementasi Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
A.1. Identifikasi Wajib Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Sesuai dengan yang telah disebutkan pada sub bab operasionalisasi
konsep pada bab II lalu, untuk menganalisis implementasi pemungutan
retribusi Izin Mendirikan Bangunan ini, penulis menggunakan tiga variabel
utama, yakni identifikasi, penilaian/penetapan dan pemungutan. Variabel
pertama yang akan diuji adalah identifikasi dengan menggunakan tiga
indikator, yaitu: prosedur identifikasi, sumber identifikasi, dan himbauan
untuk mendaftarkan diri.
A.1.1. Prosedur Identifikasi
Indikator pertama yaitu prosedur identifikasi, identifikasi dari para
pembayar retribusi Izin Mendirikan Bangunan idealnya harus sudah
terorganisir dengan baik, artinya Dinas Tata Kota dan Bangunan harus
mendata siapa saja yang berkewajiban untuk membayar retribusi Izin
Mendirikan Bangunan, melayani pembayar tersebut dengan tepat,
mengumpulkan hasil pembayaran dengan baik, mendata siapa saja yang
tidak memenuhi kewajiban retribusinya dan memberikan sanksi, serta
mengontrol semua uang yang masuk apakah sudah sesuai dengan
pencatatan.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
Pada proses identifikasi ini, kewenangan sepenuhnya ada di tangan
Dinas Tata Kota dan Bangunan. Idealnya, dengan identifikasi wajib retribusi
Izin Mendirikan Bangunan ini akan menyulitkan para pembayar untuk
menghindari kewajibannya, dan akan mempermudah Dinas Tata Kota dan
Bangunan dalam melaksanakan pemungutan retribusi Izin Mendirikan
Bangunan di kemudian hari.
Saat ini, Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok dalam
mengidentifikasi bangunan yang menjadi objek retribusi Izin Mendirikan
Bangunan dilakukan dengan cara mendatangi langsung bangunan-bangunan
baru yang ada di kota Depok. Para petugas lapangan dari dinas Tata Kota
dan Bangunan ini mendatangi setiap bangunan yang diindikasikan belum
memiliki Izin Mendirikan Bangunan untuk kemudian diberikan perintah untuk
mengurus izinnya. Bangunan yang telah memiliki Izin Mendirikan Bangunan
biasanya pada setiap bagian depan bangunannya diletakkan papan
pemberitahuan yang isinya terdiri dari peruntukkan bangunan, nomor Izin
Mendirikan Bangunan, dan keterangan pendukung lainnya. Hal ini diketahui
dari hasil wawancara dengan Dadan Abdul Kohar, Kepala Seksi Perizinan
Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, sebagai berikut:
“Caranya dengan menurunkan para petugas lapangan kita langsung ke lokasi pembangunan. Biasanya kita menganjurkan kepada masyarakat yang sudah mengantongi izin untuk membangun (Izin Mendirikan Bangunan) untuk dipasang pengumuman di depan bangunannya. Kalau ada bangunan yang kita lihat belum ada papan seperti ini, pemiliknya akan kita identifikasi untuk kemudian kita perintahkan mengurus izinnya.”51
51 Wawancara dengan Bapak Dadan Abdul Kohar, Kepala Seksi Perizinan Bangunan,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 21 Mei 2008, pukul 09.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
Hal senada juga diungkapkan oleh Rahmat Hidayat, Kepala Sub Bagian
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan, Dinas Tata Kota dan Bangunan kota
Depok. Menurutnya, dengan terjun langsung mengunjungi masyarakat yang
sedang membangun akan menghadapi kendala tersendiri dalam proses
identifikasi ini, yakni luas wilayah yang harus dikunjungi:
“Meskipun masih belum bisa menjangkau sampai ke pelosok kota Depok ya, seperti anda tahu, luas kota Depok itu kan tidak kecil ya, lagipula saat ini juga sudah mulai padat di daerah-daerah tertentu.“52
Melihat keadaan tersebut, Dinas Tata Kota dan Bangunan belum melakukan
alternatif lain untuk menjalankan proses identifikasi ini. Jumlah petugas
lapangan yang tidak sebanding dengan luas wilayah juga menjadi kendala
tersendiri dalam proses identifikasi wajib retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
Dari sekitar 10.013,86 ha kawasan terbangun kota Depok, petugas lapangan
yang tersedia hanya berjumlah 25 orang. Itu berarti setiap orang pengawas
harus mengawasi sekitar 400 ha wilayah terbangun kota Depok.
Selain itu, Rahmat juga menambahkan bahwa sejatinya retribusi Izin
Mendirikan Bangunan ini bersifat pasif. Pasif artinya dalam proses pendataan
wajib retribusi Dinas Tata Kota dan Bangunan hanya menunggu masyarakat
untuk mendaftarkan bangunannya sendiri untuk memperoleh Izin Mendirikan
Bangunan.
A.1.2. Sumber Informasi Identifikasi
Indikator kedua dalam penelitian ini adalah sumber informasi identifikasi.
Seperti telah diungkapkan pada bab sebelumnya, menurut James,
identifikasi untuk wajib retribusi Izin Mendirikan Bangunan dapat diperoleh
52 Wawancara dengan Bapak Rahmat Hidayat, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi
dan Pelaporan, Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 22 Mei 2008, pukul 09.00
WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
dari sumber informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan mendirikan
bangunan. Hal ini dapat ditempuh sebagai cara untuk memaksimalkan
jumlah penerimaan dengan cara menyisir siapa saja yang seharusnya
membayar retribusi, tetapi belum melaksanakan kewajibannya tersebut.
Saat ini, Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok telah bekerja sama
dengan beberapa pihak, di antaranya Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Depok dan Kantor Pelayanan Pajak Kota Depok. Dinas Perindustrian
dan Perdagangan adalah sebuah instansi di kota Depok yang memiliki fungsi
untuk memberikan perizinan kepada masyarakat yang ingin mendapatkan
izin untuk membuka usaha. Bentuk kerjasama antara Dinas Tata Kota dan
Bangunan kota Depok dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota
Depok adalah pada persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat yang
akan mengurus izin usaha. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
adalah masyarakat harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan.
Kerja sama yang sudah terjadi ini masih tidak dapat menunjukkan bahwa
Dinas Tata Kota dan Bangunan dapat memperoleh informasi untuk
mengidentifikasi wajib retribusi baru yang belum terdaftar. Kerja sama yang
terjadi hanya sebatas keterkaitan dalam hal pengurusan izin usaha semata.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Anggiat, Kepala Seksi Pengawasan
dan Pengendalian, Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Depok sebagai
berikut:
“Memang sih kita ada kerja sama dengan beberapa pihak, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya seksi Pajak Bumi dan Bangunan ya. Tapi kalau yang tujuan kerja samanya
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
khusus untuk menjaring data wajib retribusi sih belum ada ya sampai sekarang.”53
Sedangkan untuk kerjasama antara Dinas Tata Kota dan Bangunan
dengan Kantor Pelayanan Pajak seksi Pajak Bumi dan Bangunan, adalah
berupa penyediaan data masyarakat yang mengurus Izin Mendirkan
Bangunan, oleh Dinas Tata Kota dan Bangunan kepada Kantor Pelayanan
Pajak seksi Pajak Bumi dan Bangunan. Data yang diberikan kepada Kantor
Pelayanan Pajak ini, akan diolah lebih lanjut terkait dengan pembangunan
yang dilakukan. Hal ini dikarenakan penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan
didasarkan atas luas bumi dan bangunan yang dimiliki oleh masyarakat.
A.1.3. Rangsangan untuk Mendaftarkan Diri
Indikator yang ketiga adalah himbauan untuk mendaftarkan diri. Ajakan
untuk mendaftarkan diri untuk mengurus Izin Mendirikan Bangunan ini, isinya
adalah mengajak, menghimbau kepada masyarakat yang telah memenuhi
persyaratan untuk dipungut retribusi Izin Mendirikan Bangunan untuk
mendaftarkan diri mereka secara sukarela, untuk kemudian membayarkan
retribusi yang seharusnya mereka bayarkan. Himbauan yang baik dapat
berpengaruh terhadap masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk
mengurus Izin Mendirikan Bangunannya untuk mengurusnya.
Di kota Depok, ada berbagai cara untuk melakukan himbauan kepada
masyarakat untuk mendaftarkan bangunannya untuk memperoleh Izin
Mendirikan Bangunan, misalnya dengan pemberian penyuluhan-penyuluhan
pada pertemuan dengan masyarakat, baik pada tingkat kota sampai pada
tingkat RT (Rukun Tetangga). Selain itu, dinas terkait juga menyebarkan
53 Wawancara dengan Bapak Anggiat P, Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 22 Mei 2008, pukul 12.30 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
informasi melalui brosur, poster atau leaflet yang berisi pentingnya
pembayaran retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Brosur, poster atau leaflet
tersebut dapat dibagikan kepada masyarakat baik itu langsung dengan
mengunjungi rumah-rumah, maupun dengan cara ditempelkan di kantor
kecamatan, kantor kelurahan sampai di toko-toko bangunan. Hal tersebut
juga diungkapkan oleh Dadan sebagai berikut:
“Di setiap kesempatan, kita (Dinas Tata Kota dan Bangunan) selalu mengajak masyarakat untuk mengurus Izin Mendirikan Bangunan untuk bangunan-bangunan yang belum memiliki izinnya. Kita ingatkan pentingnya izin tersebut dalam hal pengurusan berbagai izin di kota Depok, seperti misalnya kalau masyarakat mau buka usaha, salah satu syarat perizinannya, masyarakat harus punya IMB. Kalau poster yang kita sebar itu, memang sih tidak berupa ajakan, isinya hanya berupa penjelasan mengenai IMB, contoh perhitungan IMB, dan peraturan-peratran terkait lainnya.”54
Himbauan atau ajakan kepada masyarakat untuk mengurus dokumen
Izin Mendirikan Bangunan nampaknya belum dilakukan secara maksimal
oleh Dinas Tata Kota dan Bangunan. Padahal dalam beberapa tahun
belakangan ini, pembangunan di kota Depok sangat terlihat pesat, baik itu
pembangunan kawasan komersial ataupun kawasan hunian. Himbauan yang
dilakukan oleh Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok saat ini hanya
dilakukan dengan pemberian brosur kepada masyarakat yang sedang
mengurus Izin Mendirikan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan di
kota Depok.
Bahkan, berdasarkan pantauan peneliti, brosur tersebut tidak diberikan
begitu saja kepada masyarakat. Hanya jika ada masyarakat yang meminta
saja maka brosur tersebut baru akan diberikan. Selain itu pada papan
54 Wawancara dengan Bapak Dadan Abdul Kohar, Kepala Seksi Perizinan Bangunan,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 21 Mei 2008, pukul 09.00 WIB
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
pengumuman yang ada depan kantor Dinas Tata Kota dan Bangunan, hanya
terdapat satu brosur mengenai himbauan untuk pengurusan dokumen Izin
Mendirikan Bangunan.
Masyarakat juga beranggapan bahwa mereka kurang merasakan
sosialisasi dari pihak Dinas Tata Kota dan Bangunan terkait dengan proses
identifikasi ini. Bahkan ada masyarakat yang sudah lebih dari sepuluh tahun
tinggal di kota Depok yang belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan, dan
belum pernah sekalipun merasakan adanya sosialisasi mengenai
pentinganya pengurusan Izin Mendirikan Bangunan. Hal ini dapat diketahui
dari hasil wawancara dengan Dunggani, warga kota Depok yang sedang
merenovasi rumahnya sebagai berikut:
“Belum pernah. Saya tahu tentang IMB, tapi sampai sekarang saya belum pernah denger mengenai sosialisasi dari pemerintah kota Depok mengenai IMB ini ya. Mungkin karena saya tinggalnya jauh dari mana-mana.”55
Tidak semua masyarakat beranggapan bahwa mereka kurang
merasakan sosialisasi dari pemerintah. Sudarsono seorang warga kota
Depok yang baru pindah dan sedang membangun rumah menyampaikan hal
yang berbeda. Meskipun tidak mendapatkan pemberitahuan langsung dari
Dinas Tata Kota dan Bangunan, Sudarsono mendapat himbauan untuk
mendaftarkan bangunannya dari Ketua RT (Rukun Tetangga) setempat
ketika mengutarakan niatnya akan tinggal di kota Depok. Ini artinya
meskipun Dinas Tata Kota dan Bangunan tidak memberikan sosialisasi
secara langsung, RT sebagai lingkup kecil juga dapat memberikan
sosialisasi pentingnya Izin Mendirikan Bangunan.
55 Wawancara dengan Bapak Dunggani, Warga kota Depok, tanggal 15 Mei 2008, pukul
16.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
“Sebelum saya mulai membangun dulu, saya sudah diberitahu oleh RT setempat untuk datang ke Dinas Tata Kota dan Bangunan, saya harus mendaftarkan bangunan saya. Selain itu saya juga harus nyerahin site plan bangunan rumah saya ke situ (Dinas Tata Kota dan Bangunan).”56
A.2. Penetapan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Untuk dimensi penetapan prosedur retribusi Izin Mendirikan Bangunan,
dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga indikator. Ketiga indikator
tersebut adalah: prosedur penetapan, standarisasi penetapan, dan
konfirmasi penetapan dengan sumber lain.
A.2.1 Prosedur Penetapan
Indikator pertama yang akan dianalisis adalah prosedur penetapan. Di
kota Depok, penetapan besarnya jumlah retribusi Izin Mendirikan Bangunan
belum dilakukan oleh Dinas Tata Kota dan Bangunan belum menggunakan
program khusus. Saat ini, penetapan besarnya jumlah retribusi Izin
Mendirikan Bangunan ditetapkan oleh Seksi Perizinan Bangunan, Dinas Tata
Kota dan Bangunan. Perhitungan digunakan dengan menggunakan program
Microsoft Excel dengan menggunakan rumus yang dibuat sendiri, dan tarif
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Izin Mendirikan Bangunan.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Dadan, yang mempunyai tugas untuk
melakukan proses penetapan besarnya retribusi Izin Mendirikan Bangunan
yang harus dibayar oleh pemohon Izin Mendirikan Bangunan, sebagai
berikut:
“Kebetulan, saya sebagai Kepala Seksi Perizinan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok ini yang melakukan penetapan berapa besarnya retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang harus dibayarkan dulu oleh para pemohon sebelum nanti
56 Wawancara dengan Bapak M Sudarsono, Warga kota Depok, tanggal 6 Juli 2008,
pukul 10.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
izinnya keluar. Untuk menghitungnya, saya menggunakan rumus di excel (Microsoft Excel), tarif dan koefisien lain sudah saya masukkan duluan, jadi tinggal diisi saja berapa nilai dari masing-masing variabel yang ada.“57
Prosedur penetapan besarnya retribusi ini dilakukan berjenjang, artinya
pada saat permohonan masuk, seksi perizinan tidak lantas menghitung
dengan menggunakan data-data yang diserahkan oleh pemohon, tetapi
petugas lapangan akan langsung mendatangi lokasi pembangunan untuk
dilakukan verifikasi. Yang dilakukan oleh petugas lapangan pada saat
verifikasi adalah melihat kesesuaian gambar rencana bangunan yang
diserahkan oleh pemohon dengan pembangunan yang sedang dilakukan.
Kesesuaian gambar rencana bangunan dengan pembangunan dilihat dari
ukuran luas bangunan, dan koefisien lain seperti jumlah lantai dan
sebagainya.
Setelah verifikasi lapangan selesai dilakukan maka akan dikeluarkan
Berita Acara Pemeriksaan yang dijadikan dasar untuk menerima atau
menolak permohonan Izin Mendirikan Bangunan pemohon. Apabila
permohonan diterima, maka pemohon akan menerima nota perhitungan
retribusi dan surat perintah setor yang berisi berapa jumlah yang harus
dibayar oleh Pemohon. Pembayaran dapat dilakukan langsung di loket
bendahara penerima yang ada di Dinas Pendapatan Daerah kota Depok,
atau melalui transfer melalui bank ke rekening bendahara penerima.
Setelah proses pembayaran telah dilewati pemohon, maka pemohon
akan menerima bukti pembayaran retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Untuk
pembayaran yang dilakukan dengan cara transfer melalui bank, bukti transfer
57 Wawancara dengan Bapak Dadan Abdul Kohar, Kepala Seksi Perizinan Bangunan,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 21 Mei 2008, pukul 09.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
harus diserahkan ke bendahara penerima yang ada di Dinas Pendapatan
Daerah kota Depok untuk ditukar dengan bukti pembayaran retribusi Izin
Mendirikan Bangunan. Bukti pembayaran retribusi Izin Mendirikan Bangunan
inilah yang akan diserahkan oleh pemohon di Dinas Tata Kota dan
Bangunan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan.
A.2.2. Standarisasi Penetapan
Indikator kedua yaitu standarisasi penetapan besarnya retribusi Izin
Mendirikan Bangunan. Standar penetapan yang baku merupakan panduan
yang digunakan oleh Dinas Tata Kota dan Bangunan dalam rangka penetaan
besarnya jumlah retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang harus dipungut.
Idealnya isi dari standarisasi ini harus jelas dan komprehensif, artinya harus
mencakup semua kemungkinan yang dapat timbul. Karena apabila dalam
sebuah standarisasi terdapat sebuah titik yang tidak jelas, maka hal tersebut
akan menimbulkan grey area yang dapat merugikan kedua belah pihak. Grey
area tersebut adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan kesalah
interpretasi antara pemahaman dari pihak pemerintah maupun pihak
masyarakat. Kesalahan tersebut terjadi karena terdapat pemahaman yang
berbeda terhadap suatu ketentuan.
Untuk standarisasi penetapan retribusi Izin Mendirikan Bangunan di kota
Depok, Dinas Tata Kota dan Bangunan menggunakan dua peraturan utama
yang membahas mengenai retribusi ini. Peraturan yang digunakan tersebut
adalah Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2006 tentang Izin Mendirikan
Bangunan dan Keputusan Walikota Depok Nomor 39 Tahun 2001 tentang
Standar Harga Dasar Bangunan. Menurut Dadan, kedua peraturan yang ada
sekarang ini sudah sangat jelas dan komprehensif membahas mengenai
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
retribusi Izin Mendirikan Bangunan di kota Depok sampai yang sedetail-
detailnya.
“Sejauh ini saya belum pernah menghadapi masalah ya terkait dengan penetapan besarnya retribusi, soalnya semua kan sudah terakomodir di dua peraturan utama tentang Izin Mendirikan Bangunan. Paling-paling kalau ada perubahan (peraturan), cuma perubahan besaran koefisien, itu saja. Itu bukan masalah yang besar saya kira, selain itu kayaknya tidak ada masalah.” 58
A.2.3. Konfirmasi Penetapan Dengan Sumber Lain
Indikator terakhir atau ketiga adalah konfirmasi penetapan dengan sumber
lain. Serupa dengan saat proses identifikasi, pada saat penetapan besarnya
jumlah retribusi yang harus dibayar, idealnya pemerintah juga harus melakukan
konfirmasi dengan sumber lain. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya
tindakan penghindaran pembayaran retribusi oleh masyarakat dari jumlah yang
seharusnya dibayar. Dalam hal ini, Dinas Tata Kota dan Bangunan memikul
tanggung jawab untuk melakukan verifikasi ulang akan kebenaran data yang
diberikan oleh pemohon Izin Mendirikan Bangunan.
Dalam prakteknya, bisa saja pemohon pada saat mengajukan permohonan
pembuatan Izin Mendirikan Bangunannya hanya menyerahkan gambar rancang
bangunan yang setengah jadi. Penetapan yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota
dan Bangunan pun hanya sebatas bangunan yang setengah jadi tadi. Padahal
bisa saja ketika izin telah dikeluarkan, pemohon seharusnya membayar retribusi
lebih besar dari yang sudah diteapkan. Hal ini timbul apabila terdapat
perkembangan bangunan selama proses Izin Mendirikan Bangunan dibuat yang
tidak dilaporkan.
58 Wawancara dengan Bapak Dadan Abdul Kohar, Kepala Seksi Perizinan Bangunan,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 21 Mei 2008, pukul 09.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
Terkait dengan ini, dipastikan daerah akan mengalami kerugian dikarenakan
jumlah uang yang masuk tidak sesuai dengan jumlah uang yang seharusnya
masuk. Disinilah fungsi dari Dinas Tata Kota dan Bangunan untuk melakukan
konfirmasi ulang atau bisa berupa verifikasi terhadap bangunan nyata di
lapangan pada saat penetapan sudah dilakukan. Hal ini juga sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Anggiat sebagai berikut:
“Verifikasi itu penting. Jangan sampailah daerah dirugikan sama orang-orang yang kurang bertanggung jawab. Dia bayar IMB untuk bangunan yang luasnya 100 meter, padahal kenyataannya bisa saja dia itu bangun sampai (luasnya) 200 meter. Jangan sampai kecolongan kayak gitu lah.”59
Anggiat juga menambahkan bahwa masyarakat yang baik seharusnya
menyadari pentingnya penerimaan uang untuk kas negara. Apabila penerimaan
kas negara sudah diselewengkan maka dipastikan akan keterlambatan
kemajuan dari daerah tersebut.
A.3. Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Sama seperti dua dimensi sebelumnya, dalam dimensi pemungutan
retribusi Izin Mendirikan Bangunan ini, penulis memakai tiga indikator. Ketiga
indikator tersebut adalah: prosedur pemungutan, sanksi yang tegas, dan
pengawasan penerimaan.
A.3.1. Prosedur Pemungutan
Indikator yang pertama yaitu prosedur pemungutan. Dalam sebuah
proses pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan, idealnya posedur
pemungutan akan mempersulit para pembayarnya untuk menghindari
pemenuhan kewajiban mereka. Prosedur pemungutan yang mudah akan
59 Wawancara dengan Bapak Anggiat P, Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 22 Mei 2008, pukul 12.30 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
membuat keadaan masyarakat menjadi bersahabat dengan pengurusan Izin
Mendirikan Bangunan. Meskipun tidak menampik, bahwa di dalam setiap
level institusi pemerintahan ada kecenderungan akan terdapatnya korupsi,
kolusi dan nepotisme. Pandangan negatif itu dapat dijadikan pemicu bagi
institusi Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok untuk menunjukkan
kepada masyarakat, bahwa institusi tersebut bebas dari korupsi kolusi dan
nepotisme.
Untuk pengurusan retribusi Izin Mendirikan Bangunan di kota Depok ini
bisa dibilang memerlukan proses yang panjang, dan prosesnya telah dibahas
pada bab sebelumnya. Proses yang panjang inilah yang menyebabkan di
masyarakat timbul rasa enggan untuk memenuhi kewajiban membayar
retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Seperti yang diutarakan Rahmat:
“Memang banyak sih persyaratan yang harus dipenuhi mereka (pembayar retribusi Izin Mendirikan Bangunan), tapi sebenarnya prosesnya enggak lama kok, cuma 14 (empat belas) hari juga sudah selesai.”60
Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan tersebut
mengatakan bahwa memang persyaratan yang harus dipenuhi itu banyak,
namun Rahmat juga menjanjikan bahwa dalam 14 (hari) proses perizinan
sudah selesai.
Masyarakat juga berpendapat tidak jauh berbeda. Herwandhoni, seorang
masyarakat yang bekerja di sebuah kontraktor perumahan yang ada di kota
Depok yang ditemui di kantor Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok
yang sedang melakukan pengurusan Izin Mendirikan Bangunan berpendapat
tidak jauh berbeda.
60 Wawancara dengan Bapak Rahmat Hidayat, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi
dan Pelaporan, Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 22 Mei 2008, pukul 09.00
WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
“Persyaratannya mungkin ya yang kebanyakan, tapi mau gimana lagi, kalau enggak diurus juga nantinya kan bakalan repot, masa jual rumah enggak ada ijinnya. Lagian selama ini selalu tepat waktu kok (14 hari).”61
Penilaian masyarakat atas prosedur permohonan ini memang berbeda-beda.
Sebagian orang yang menganggap bahwa retribusi Izin Mendirikan
Bangunan itu penting akan menganggap bahwa mengurus Izin Mendirikan
Bangunan ini tidak menyulitkan. Tetapi hal ini tentu berbeda bagi sebagian
orang yang menganggap Izin Mendirikan Bangunan itu tidak begitu penting.
Dunggani bependapat sebaliknya, menurut Dunggani proses pengurusan
Izin Mendirikan Bangunan itu tidak mudah dan tidak begitu penting.
Sebelumnya Dunggani memang sama sekali tidak tahu bagaimana prosedur
pengurusan Izin Mendirikan Bangunan, sampai penulis memberitahukan
tahapan demi tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh Izin Mendirikan
Bangunan. Berikut petikan wawancaranya:
“Banyak banget ya syaratnya. Prosesnya sih mungkin 14 (empat belas) hari, tapi kayaknya buat nyiapin persyaratannya bakalan lebih lama dari itu tuh. Lagian rumah saya kan cuma buat tinggal sama keluarga aja, enggak perlu juga kali ya Izin Mendirikan Bangunan segala. Nanti kalau emang perlu, ya baru buat.”62
Pembayaran menjadi tahapan utama bagi pemohon Izin Mendirikan
Bangunan untuk dapat mensahkan bangunannya. Prosedur pembayaran
yang baik, pada awalnya dihasilkan dari penghitungan retribusi yang harus
dibayar secara tepat. Sehingga tidak terdapat kekurangan atau kelebihan
nilai yang dibayarkan dengan nilai yang seharusnya dibayarkan.
61 Wawancara dengan Bapak Herwandhoni, Warga kota Depok, tanggal 21 Mei 2008,
pukul 11.00 WIB. 62 Wawancara dengan Bapak Dunggani, Warga kota Depok, tanggal 15 Mei 2008, pukul
16.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
Di kota Depok, pembayaran retribusi Izin Mendirikan Bangunan tidak
dilakukan di Dinas Tata Kota dan Bangunan melainkan di loket bendahara
penerima yang ada di Dinas Pendapatan Daerah kota Depok atau bisa juga
disetorkan ke rekening bank bendahara penerima. Jumlah pembayaran
didasarkan atas nota perhitungan retribusi dan surat perintah setor yang
diterbitkan oleh Dinas Tata Kota dan Bangunan. Atas pembayaran yang
dilakukan akan diterbitkan bukti pembayaran retribusi. Nantinya bukti
pembayaran retribusi inilah yang akan digunakan untuk mengambil surat Izin
Mendirikan Bangunan.
Pembayaran retribusi ini juga seharusnya mudah, artinya dapat dilakukan
dimana saja, kapan saja dan real time. Dimana saja berarti pembayaran
dilakukan di bank yang ditunjuk, baik itu dengan mekanisme setor tunai
langsung ataupun transfer. Di Depok, pembayaran pajak memang dapat
dilakukan di melalui setor langsung atau transfer ke rekening bendahara
penerima, namun pembayaran ini dapat dilakukan dengan cara transfer
melalui Automatic Teller Machine (ATM) yang banyak terdapat di kota
Depok. Dadan juga menjelaskan mengenai hal ini, berikut kutipannya:
“Selain kita bayar langsung ke loket bendahara di Dipenda, kita juga bisa setor tunai atau transfer di bank, ditransfer lewat ATM juga bisa, jadi enggak perlu antri di bank. Untuk ke depannya kita mau coba kerja sama dengan beberapa bank yang ada di Depok. Ini semua kan demi kemudahan masyarakat yang mau membayar retribusi Izin Mendirikan Bangunan.”63
Dari pernyataan Dadan tersebut, nampaknya Dinas Tata Kota dan
Bangunan akan terus memperbaiki proses pembayaran retribusi Izin
Mendirikan Bangunan, dengan cara akan bekerja sama dengan beberapa
63 Wawancara dengan Bapak Dadan Abdul Kohar, Kepala Seksi Perizinan Bangunan,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 21 Mei 2008, pukul 09.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
bank yang ada di kota Depok. Dadan juga menggarisbawahi bahwa ini
semua demi peningkatan pelayanan kepada warga Depok.
A.3.2. Sanksi Yang Tegas
Indikator yang kedua yaitu sanksi yang tegas. Pemberian sanksi
merupakan aksi yang dapat diambil jika terdapat penyelewengan, baik itu
yang dilakukan oleh pihak pemerintah ataupun masyarakat. Pada umumnya
penyelewengan lebih banyak dilakukan oleh masyarakat. Penyelewengan
yang dilakukan dalam hal pemungutan retribusi ini bisa bermacam-macam,
seperti menyampaikan data yang tidak benar pada saat pengajuan
permohonan Izin Mendirikan Bangunan.
Dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2006 yang mengatur mengenai
retribusi Izin Mendirikan Bangunan, juga menyebutkan mengenai sanksi-
sanksi yang dapat diberikan jika terdapat pelanggaran. Ada dua jenis sanksi
yang dapat diberikan, yakni sanksi administrasi yang bisa berupa bunga dan
dennda, atau sanksi pidana.
Sanksi administrasi yang berupa bunga atau denda merupakan jenis
sanksi yang sering diberikan kepada masyarakat yang melanggar ketentuan
dengan berbagai alasan. Meskipun sanksi administrasi yang diberikan
kepada masyarakat secara nominal tergolong kecil, yaitu antara Rp100.000,-
sampai dengan yang termahal Rp.5.000.000,- masyarakat tetap dapat
menerima sanksi tersebut dengan membayarkannya. Hal ini menunjukkan
bahwa atas sanksi yang ditetapkan, masyarakat telah mematuhinya.
Sedangkan untuk sanksi pidana, sampai saat ini di kota Depok, belum
pernah ada masyarakat yang melanggar ketentuan peraturan daerah ini
sehingga kepadanya diberikan sanksi pidana ini. Sanksi ini juga berlaku bagi
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
petugas yang melanggar. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh Anggiat
sebagai berikut:
“Sanksi administrasinya sih jumlahnya relatif kecil ya jika dibandingkan dengan nilai bangunannya. Mungkin itu yang membuat masyarakat tidak ada yang menyangkal sanksi administrasi yang diberikan. Kalau sampai pidana, itu belum pernah ada di kota Depok. Itu bakalan dikenakan kalau yang diselewengkan jumlahnya besar dan itu prosesnya bakalan melibatkan polisi nantinya. Petugas juga berlaku hal yang sama, jadi enggak ada itu yang namanya petugas sewenang-wenang di sini.”64
A.3.3. Pengawasan Penerimaan
Indikator terakhir yaitu pengawasan penerimaan. Hampir di semua
literatur menyebutkan bahwa langkah terakhir dari manajemen adalah
controlling atau pengawasan. Pengawasan dilakukan untuk melihat apakah
keadaan yang sedang berjalan di lapangan itu sesuai dengan aturan yang
ada atau tidak. Hal ini juga berlaku dalam proses pemungutan Izin
Mendirikan Bangunan di kota Depok.
Setiap tiga bulan sekali, pemerintah kota Depok dan dinas-dinas terkait
termasuk Dinas Tata Kota dan Bangunan akan melakukan evaluasi triwulan
yang meliputi segala bidang. Meskipun tidak ada evaluasi yang khusus
dilakukan mengenai retribusi Izin Mendirikan Bangunan ini, tidak menjadikan
retribusi Izin Mendirikan Bangunan ini dikelola dengan tidak baik. Terlebih
sebagaimana telah disebutkan pertama kali, di kota Depok, retribusi Izin
Mendirikan Bangunan merupakan penyumbang tertinggi terhadap
penerimaan asli daerah kota Depok di antara jenis retribusi lainnya.
Dalam evaluasi triwulanan ini, pemerintah kota Depok akan melihat
berapa besar penerimaan yang sudah masuk melalui masing-masing dinas,
64 Wawancara dengan Bapak Anggiat P, Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 22 Mei 2008, pukul 12.30 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
termasuk retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang dikelola oleh Dinas Tata
Kota dan Bangunan. Evaluasi triwulan juga dijadikan sarana untuk merevisi
target-target yang sudah ditetapkan sebelumnya apabila terjadi perubahan
tren. Hal ini sebagaimana disampaikan Rahmat sebagai berikut:
“Dalam evaluasi triwulanan yang diadakan pihak pemerintah kota Depok dengan semua dinas, termasuk kita (Dinas Tata Kota dan Bangunan), masing-masing itu menyampaikan laporan apa saja yang dikerjakan, kendala yang dihadapi, sampai rencana apa lagi yang masih harus dilakukan. Kalau kita juga menyampaikan berapa kita sudah dapet, prospek ke depannya bagaimana, apakah targetnya perlu dirubah atau tidak, ya seperti itulah.”65
Dalam kesempatan ini pula, Dinas Tata Kota dan Bangunan akan
melakukan rekonsiliasi dengan Dinas Pendapatan Daerah, hal ini
dikarenakan kedua dinas tersebut menjalankan fungsi yang berbeda terkait
pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Dinas Tata Kota dan
Bangunan berkewajiban untuk melakukan penetapan besarnya jumlah
retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang harus dipungut, sedangkan Dinas
Pendapatan Daerah memiliki tugas untuk memungut jumlah uang yang harus
dibayarkan sesuai dengan penetapan retribusi Izin Mendirikan bangunan dari
Dinas Tata Kota dan Bangunan.
B. Kendala-kendala Dalam Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan
Dalam pelaksanaan sebuah program, tak dapat dihindari akan timbulnya
kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran dari berlangsungnya program-program yang sudah direncanakan.
Begitu pula dalam proses pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan di
65 Wawancara dengan Bapak Rahmat Hidayat, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi
dan Pelaporan, Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 22 Mei 2008, pukul 09.00
WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
kota Depok yang kewenangannya ada di tangan Dinas Tata Kota dan
Bangunan.
Kendala atau hambatan yang dialami oleh Dinas Tata Kota dan
Bangunan selaku pihak yang memungut retribusi Izin Mendirikan Bangunan
terjadi akibat dua faktor utama, yakni faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal artinya kendala yang dialami dalam proses pemungutan
retribusi berasal dari luar Dinas Tata Kota dan Bangunan. Sedangkan faktor
internal yaitu kendala yang dihadapi berasal dari dalam tubuh Dinas Tata
Kota dan Bangunan itu sendiri.
B.1. Faktor Eksternal
Yang menjadi faktor eksternal timbulnya kendala dalam pemungutan
retribusi Izin Mendirikan Bangunan berasal dari pihak masyarakat sebagai
pembayar retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Masyarakat merasa keberatan
dalam membayar retribusi ini karena dirasakan terlalu mahal, apalagi jika
bangunan yang sedang dibangun ditujukan untuk kegiatan usaha. Dari
sekitar 20.120.000 hektar wilayah kota Depok, 49,77%-nya adalah kawasan
terbangun. Kawasan terbangun tersebut meliputi kawasan perumahan dan
perkampungan, pendidikan, jasa dan perdagangan, industri dan kawasan
tertentu. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Dadan,
sebagai berikut:
“Menurut masyarakat tarif retribusi IMB terlalu mahal, contohnya saja untuk tempat tinggal tarifnya 1%, sedangkan kalau untuk usaha itu 2%, itu kan dua kali lipatnya.”66
Perbedaan tarif antara peruntukkan hunian dengan peruntukkan usaha yang
mencapai sampai dua kali lipat inilah yang dikeluhkan sebagian masyarakat
66 Wawancara dengan Bapak Dadan Abdul Kohar, Kepala Seksi Perizinan Bangunan,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 21 Mei 2008, pukul 09.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
yang ingin membuka usaha. Sehingga timbulah banyaknya rumah-rumah
yang sebenarnya tempat tinggal kemudian dijadikan tempat usaha.
Selain itu, sebagai satu-satunya tempat pengurusan Izin Mendirikan
Bangunan di kota Depok, Dinas Tata Kota dan Bangunan juga kerap kali
menemui kendala pada saat verifikasi antara data bangunan pemohon
dengan kondisi fisik bangunan yang diajukan permohonan Izin Mendirikan
Bangunannya. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh Dadan sebagai berikut:
“Selain itu sering sekali ada masalah ketika pengurusan izin di lapangan. Masyarakat bukannya tidak tahu, tapi biasanya mereka (masyarakat) membangun terlebih dahulu baru mengurus izin.”67
Maksudnya, bisa saja ketika pembangunan sudah berjalan, misalnya
masyarakat yang mengurus izin atas bangunan pada saat bangunan tersebut
masih dalam tahapan perataan tanah atau penggalian pondasi. Bisa jadi
nantinya bangunan yang sudah selesai akan berbeda dengan bangunan
yang didaftarkan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan. Hal ini
dikarenakan perkembangan pada saat pembangunannya, bisa saja luas
bangunannya berubah, atau bahkan fungsi bangunannya yang berubah.
Masyarakat juga tidak mau disalahkan begitu saja dengan
kekurangpahamannya akan Izin Mendirikan Bangunan ini. Hal ini tersirat dari
hasil wawancara penulis dengan beberapa masyarakat di kota Depok, baik
masyarakat yang sedang membangun rumah ataupun masyarakat yang
sedang tidak membangun rumah. Menurut sebagian masyarakat, mereka
tidak mengurus dan membayar retribusi Izin Mendirikan Bangunan bukan
67 Wawancara dengan Bapak Dadan Abdul Kohar, Kepala Seksi Perizinan Bangunan,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 21 Mei 2008, pukul 09.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
saja karena mereka tidak mau membayar, tetapi juga karena mereka kurang
mengerti akan hal tersebut.
Dan mereka juga beranggapan, bahwa petugas dari Dinas Tata Kota dan
Bangunan tidak akan mendatangi bangunan mereka karena bangunan
mereka terletak di tempat yang sulit terjangkau, seperti di tengah lingkungan
perumahan yang padat, ataupun bangunan yang lokasinya benar-benar jauh
dari keramaian. Berikut petikan wawancara dengan Dunggani:
“Ya bukannya saya enggak mau bayar ya, lagian saya kan tinggalnya di tengah kampung, masa iya dia (petugas Dinas Tata Kota dan Bangunan) mau datang ngecek ke sini, lagian uangnya kan bisa buat beli bahan (bangunan).”68
Kesadaran untuk membayar retribusi Izin Mendirikan Bangunan inilah yang
nampaknya masih belum ada di jiwa setiap warga kota Depok, padahal
dengan membayar retribusi Izin Mendirikan Bangunan masyarakat akan
mendapatkan kepastian hukum mengenai bangunannya. Hal ini disimpulkan
dari jawaban beberapa masyarakat yang ditanya akan pentingnya retribusi
Izin Mendirikan Bangunan ini.
B.2. Faktor Internal
Dari pihak Dinas Tata Kota dan Bangunan sendiri, mengakui kurangnya
sosialisasi mengenai retribusi Izin Mendirikan Bangunan ini. Padahal jika
dilihat, untuk penerimaan kota Depok, penerimaan yang berasal dari retribusi
Izin Mendirikan Bangunan menempati posisi pertama di antara jenis retribusi
lainnya. Andai saja pemerintah kota Depok, melalui Dinas Tata Kota dan
bangunannya dapat meningkatkan pelayanan dan sosialisasinya, maka
kontribusi penerimaan yang berasal dari retribusi Izin Mendirikan Bangunan
68 Wawancara dengan Bapak Dunggani, Warga kota Depok, tanggal 15 Mei 2008, pukul
16.00 WIB
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
akan semakin melonjak tinggi. Kurangnya sosialisasi ini juga diakui oleh
Dadan, sebagaimana tertuang dalam petikan wawancara berikut:
“Ya memang sih, sosialisasi dari kita dirasakan masih jauh dari cukup. Paling-paling kita sosialisasi kalau ada pertemuan antara pihak Pemkot (Pemerintah kota Depok) dengan pihak kecamatan atau kelurahan, itupun bukan di forum yang khusus membahas masalah bangunan. Di forum itu, kita menyarankan agar kalau masyarakat mau membangun, ya jangan lupa diurus Izin Mendirikan Bangunannya. Selain itu, kita juga buka stan seperti pada waktu acara-acara tertentu, contohnya saat Festival Depok kemarin.”69
Selain kurangnya sosialisasi, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya
bahwa jumlah petugas lapangan yang bertugas untuk melakukan verifikasi
ke seluruh penjuru kota Depok yang luas juga menjadi kendala tersendiri.
Kendala tersebut muncul jika kita membandingkan jumlah petugas dengan
luas wilayah kota Depok. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, saat
ini 25 orang petugas lapangan dari Dinas Tata Kota dan Bangunan kota
Depok harus mengawasi 10.000 ha lebih kawasan terbangun kota Depok.
Beban dari penerimaan kota Depok memang bukan tanggung jawab
Dinas Tata Kota dan Bangunan saja, tetapi juga dari dinas-dinas lain yang
juga mengurusi penerimaan daerah. Seharusnya terdapat kerja sama yang
baik antara pihak-pihak terkait, misalnya dalam sosialisasi mengenai retribusi
Izin Mendirikan Bangunan, bisa saja Dinas Tata Kota dan Bangunan
bekerjasama dengan Bagian Hubungan Masyarakat dari pemerintahan kota
Depok, seperti pembuatan leaflet atau brosur misalnya.
69 Wawancara dengan Bapak Dadan Abdul Kohar, Kepala Seksi Perizinan Bangunan,
Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok, tanggal 21 Mei 2008, pukul 09.00 WIB.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008
1. Sosialisasi akan pentingnya dokumen Izin Mendirikan Bangunan bagi
warga Depok harus lebih digencarkan lagi. Caranya bisa dengan
menebar brosur-brosur, memberikan penyuluhan kepada warga Depok,
memanfaatkan momen-momen tertentu untuk memperkenalkan lagi
kepada masyarakat mengenai Izin Mendirikan Bangunan. Sosialisasi ini
secara tidak langsung akan membuka kesadaran warga Depok akan
pentingnya dokumen Izin Mendirikan Bangunan di kota Depok.
2. Hendaknya Dinas Tata Kota dan Bangunan lebih menyederhanakan
proses pembuatan dokumen Izin Mendirikan Bangunan dengan cara
semua pengurusan dilakukan pada satu atap, yakni pada Dinas Tata
Kota dan Bangunan saja.
3. Pemerintah kota Depok harus menambah jumlah personil petugas
lapangan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok.
Implementasi pemungutan retribusi ..., Agus Dwi Yudha, FISIP UI, 2008