analisis pendapatan usaha budidaya polikultur …
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA POLIKULTUR
IKAN BANDENG (Chanos chanos), UDANG WINDU (Panaeus
monodon) DAN RUMPUT LAUT (Glacilaria sp.) DI KABUPATEN
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
SKRIPSI
NURFIQHI ISLAMIYAH
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
ii
ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA POLIKULTUR
IKAN BANDENG (Chanos chanos), UDANG WINDU (Panaeus
monodon) DAN RUMPUT LAUT (Glacilaria sp.) DI KABUPATEN
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
NURFIQHI ISLAMIYAH
L241 16 001
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Nurfiqhi Islamiyah. L24116001. “Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Polikultur Ikan
Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rumput Laut
(Glacilaria sp.) di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan” dibimbing oleh M. Chasyim
Hasani, S.Pi., M.Si sebagai pembimbing Utama dan Arie Syahruni Cangara S.Pi.,
M.Si sebagai pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi, pendapatan dan kelayakan
usaha budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu (Panaeus
monodon) dan Rumput Laut (Glacilaria sp.) di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan
Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pengambilan data dilaksanakan
pada bulan April – Mei 2020. Metode pengambilan sampel yaitu menggunakan metode
sampel jenuh (sensus) dengan jumlah responden sebanyak 20 orang. Dari hasil
pengolahan data diketahui Pendapatan rata-rata sebesar Rp. 24.093.532,-/Tahun,
penerimaan rata-rata sebesar Rp. 43.984.625,-/Tahun dan total biaya rata-rata
sebesar Rp. 19.891.093,-/Tahun per pelaku usaha budidaya polikultur. Sedangkan dari
hasil analisis kelayakan usaha diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp.
223.184.879,-. Net Benefit Cost Rasio (Net B/C Rasio) sebesar 3,17. Internal Rate of
Return (IRR) sebesar 53,95%. Payback Period (PP) diperoleh hasil yaitu 3,2 tahun
sehingga usaha budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu
(Panaeus monodon) dan Rumput Laut (Glacilaria sp.) di Kelurahan Bonto Langkasa
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan disimpulkan layak
untuk dikembangkan.
Kata Kunci : Ikan Bandeng; Udang Windu; Glacilaria sp.; polikultur, pendapatan,
kelayakan
vii
ABSTRACT
Nurfiqhi Islamiyah. L24116001. "Analysis of Revenue of Polyculture Cultivation Milkfish
(Chanos chanos), Tiger Shrimp (Panaeus monodon) and Seaweed (Glacilaria sp.) In
Pangkajene Regency and Islands " was guided by M. Chasyim Hasani, S.Pi., M.Sc as
the Main Advisor and Arie Syahruni Cangara S.Pi., M.Sc as the Member Advisor.
This study aims to determine the production process, income and business feasibility of
milkfish polyculture (Chanos chanos), Windu Shrimp (Panaeus monodon) and
Seaweed (Glacilaria sp.) In Bonto Langkasa Village, Minasatene District, Pangkajene
Regency and Islands. Data collection was carried out in April - May 2020. The
sampling method was using the saturated sampling method (census) with a total of 20
respondents. From the results of data processing it is known that the average income
of Rp. 24,093,532, - / year, the average revenue is Rp. 43,984,625, - / year and the
total average cost is Rp. 19,891,093, - / year per polyculture cultivation business actor.
Meanwhile, the results of the business feasibility analysis obtained a Net Present Value
(NPV) of Rp. 223,184,879, -. Net Benefit Cost Ratio (Net B / C Ratio) of 3,17. Internal
Rate of Return (IRR) of 53.95%. The payback period (PP) is 3.2 years so that the
cultivation of milkfish (Chanos chanos), tiger shrimp (Panaeus monodon) and seaweed
(Glacilaria sp.) Polyculture In Bonto Langkasa Village, Minasatene District, Pangkajene
Regency and Islands were concluded as feasible to be developed.
Keywords: Milkfish; Tiger Shrimp; Glacilaria sp .; polyculture, income, eligibility
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis
Pendapatan Usaha Budidaya Polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu
(Panaeus monodon) dan Rumput Laut (Glacilaria sp.) di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan” merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar
sarjana pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Departeman Perikanan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin yang telah dilaksakan
pada bulan Maret sampai April 2020.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih ada kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun untuk menyempurnakan tulisan ini. Skripsi ini dapat diselesaikan oleh
penulis berkat bantuan, dukungan dan doa dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua penulis Bapak Alimuddin dan Ibu Jumatiah atas do’a dan
dukungannya yang tak henti-hentinya baik secara moril atau materi sehingga
penulis dapat menuntut ilmu hingga sekarang
2. Saudara penulis Haerfina, S.Pd., Nurul Fitri, A.Md.Keb., Firdaus, Nur Fajriana
dan Muhammad Fahri Farwansyah serta seluruh keluarga tercinta yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat untuk penulis
3. Ibu Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Rohani Ambo Rappe, M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
5. Ibu Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc selaku Ketua Departemen Perikanan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
6. Bapak Dr. Hamzah, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Sosial Ekonomi
Perikanan Universitas Hasanuddin.
7. Bapak M. Chasyim Hasani, S.Pi dan Ibu Arie Syahruni Cangara, S. Pi,. M. Si
selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang selalu memberikan nasehat
dan bimbingan selama penyusunan skripsi sampai selesai.
8. Ibu Prof. Dr. Ir. Sutinah Made, M. Si dan Ibu Dr. Sitti Fakhriyyah, S. Pi,. M. Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
ix
9. Seluruh Staf dan Dosen Pengajar di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin terkhusus di Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan
terima kasih atas ilmu yang diberikan kepada penulis
10. Seluruh Keluarga Besar Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Pangkep
Universitas Hasanuddin (IPPMP-UH) yang senantiasa membantu dan mewadahi
penulis selama perkuliahan
11. Seluruh Keluarga Besar Fisheries Diving Club Universitas Hasanuddin (FDC
UNHAS) terkhusus Angkatan Dugon Dugong #14 yang selalu memberi dukungan
semangat dan pengalaman yang tiada duanya.
12. Sahabat penulis Fitriana, Riski Ayu, Jusrawati, Muhammad Akbar, Nur Afni
Rustan, Suriyanti dan A. Nur Indah Sari sudah seperti saudara yang selalu
memberi semangat dan menjadi motivasi penulis.
13. Seluruh teman-teman KKN Tematik PPM Sinjai Desa Pulau Harapan yang juga
selalu memberikan semangat dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini
14. Seluruh saudara-saudara seperjuangan penulis yang ada di Sosial Ekonomi
Perikanan Angkatan 2016 (F16URE) Terima kasih atas doa, dukungan, bantuan,
dan semangat yang diberikan.
15. Seluruh teman-teman penulis, senior maupun junior baik dalam kampus ataupun di
luar kampus yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu dalam skripsi ini
terima kasih atas segala bantuan, saran dan dukungannya dalam menyelesaikan
tulisan ini.
Akhir kata Penulis berharap dengan selesainya Skripsi ini dapat bermanfaat
bagi orang lain yang membacanya. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah
yang maha kuasa, Aamiin.
Makassar, Agustus 2020
Nurfiqhi Islamiyah
x
BIODATA PENULIS
Penulis bernama Nurfiqhi Islamiyah lahir pada tanggal 27 Juli
1998 di Pangkep sebagai anak ke empat dari enam bersaudara
dari pasangan Alimuddin dan Jumatiah. Penulis menempuh
pendidikan Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidayyah Negeri Bonto
Langkasa pada tahun 2004 dan lulus di tahun 2010. Penulis
melanjutkan pendidikannya ke tingkat Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 2 Minasatene pada tahun 2010 dan
lulus di tahun 2013. Kemudian Penulis melanjutkan
pendidikannya ke tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pangkajene pada
tahun 2013 dan lulus di tahun 2016. Di tahun 2016 penulis mengikuti Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan lulus di Program Studi Sosial Ekonomi
Perikanan Universitas Hasanuddin.
Kegiatan penulis selama menjadi mahasiswa adalah aktif mengikuti perkuliahan
dan juga aktif berorganisasi dengan terlibat diberbagai kepanitiaan dalam lingkup
fakultas maupun luar fakultas. Selama menjadi Mahasiswa di Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, penulis pernah menjadi anggota Humas dalam Kepengurusan Unit
Kegiatan Mahasiswa Fiheries Diving Club Universitas Hasanuddin pada tahun 2019-
2020. Penulis juga pernah menjabat sebagai Ketua Komisi III Badan Musyawarah
Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Pangkep Universitas Hasanuddin pada tahun 2017-
2018. Penulis juga aktif menjabat sebagai Bendahara dan Sekretaris di beberapa
kepanitiaan dalam berbagai organisasi.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .............................................. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .................................. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN AUTHORSHIP ......................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ...................................................................................................................vi
ABSTRACT ................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii
BIODATA PENULIS .................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................xv
I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 4
A. Sistem Budidaya Tambak .................................................................................. 4
B. Ikan Bandeng .................................................................................................... 5
C. Udang Windu ..................................................................................................... 6
D. Rumput Laut Glacilaria sp .................................................................................. 8
E. Budidaya Tambak Secara Polikultur .................................................................11
F. Investasi ...........................................................................................................12
G. Biaya ................................................................................................................12
H. Penerimaan ......................................................................................................13
I. Pendapatan ......................................................................................................14
J. Analisis Kelayakan Usaha ................................................................................14
K. Kerangka Pemikiran .........................................................................................19
III. METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................................21
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................21
xii
B. Jenis Dan Metode Penelitian ............................................................................21
C. Metode Pengambilan Sampel ...........................................................................21
D. Sumber Data ....................................................................................................22
E. Teknik Pengambilan Data .................................................................................22
F. Analisis Data .....................................................................................................22
G. Konsep Operasional .........................................................................................26
IV. HASIL ..................................................................................................................27
A. Keadaan Umum Lokasi ....................................................................................27
B. Proses Produksi Polikultur ................................................................................30
C. Analisis Pendapatan .........................................................................................32
D. Analisis Kelayakan ............................................................................................34
V. PEMBAHASAN ...................................................................................................35
A. Keadaan Umum Lokasi ....................................................................................35
B. Proses Produksi Polikultur ................................................................................37
C. Pendapatan Usaha Polikultur ...........................................................................40
D. Kelayakan Usaha Polikultur ..............................................................................46
E. Pengaruh Virus Covid-19 terhadap Usaha Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ...................................................48
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................................50
A. Kesimpulan .......................................................................................................50
B. Saran ................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................52
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene ....27
Tabel 2. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan
Minasatene .................................................................................................................28
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ......................................28
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................29
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan .........................29
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Budidaya Polikultur
Ikan Bandeng, Udang Windu dan Glacilaria sp ...........................................................29
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan .......................................30
Tabel 8. Rata-Rata Biaya Investasi Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ................................32
Tabel 10. Rata-Rata Penerimaan Usaha Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ................34
Tabel 11. Rata-Rata Pendapatan Usaha Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ................34
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ................34
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos) ................................................................. 5
Gambar 2. Udang Windu (Panaeus monodon) ............................................................. 7
Gambar 3. Rumput Laut Glacilaria sp........................................................................... 9
Gambar 4. Skema Kerangka Pikir ...............................................................................20
Gambar 5. Skema Alur Produksi Polikultur ..................................................................31
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian .............................................................................56
Lampiran 2. Data Umum Responden ..........................................................................57
Lampiran 3. Investasi ..................................................................................................58
Lampiran 4. Penyusutan .............................................................................................62
Lampiran 5. Biaya Tetap .............................................................................................66
Lampiran 6. Biaya Variabel .........................................................................................67
Lampiran 7. Total Biaya ..............................................................................................70
Lampiran 8. Penerimaan Udang ..................................................................................71
Lampiran 9. Penerimaan Ikan Bandeng ......................................................................72
Lampiran 10. Penerimaan Rumput Laut Glacilaria sp ..................................................74
Lampiran 11. Pendapatan Polikultur ............................................................................75
Lampiran 12. Tabel Cash Flow ....................................................................................76
Lampiran 13. Net Present Value (NPV) .......................................................................78
Lampiran 14. Net Benefit – Cost Rasio (Net B/C) ........................................................79
Lampiran 15. Internal Rate of Return (IRR) .................................................................80
Lampiran 16. Payback Period (PP) .............................................................................81
Lampiran 17. Kuisioner ...............................................................................................82
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian .........................................................................86
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produksi perikanan di Sulawesi Selatan pada tahun 2018 mencapai 366.540,6
ton. Sulawesi Selatan memiliki areal pemeliharaan tambak seluas 109.899,3 Hektar
menghasilkan produksi perikanan tambak sebesar 1.173.255,7 ton memperoleh nilai
produksi tambak perikanan sebesar Rp. 6.854.205.019,6 dengan pelaku rumah tangga
perikanan budidaya tambak 49.273 rumah tangga di tahun 2018 (BPS-Sulsel 2019).
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki areal pemeliharaan tambak
seluas 11.015,5 Hektar menghasilkan produksi perikanan tambak sebesar 31.925,1
ton memperoleh nilai produksi tambak perikanan sebesar Rp. 656.929.764 dengan
pelaku rumah tangga perikanan budidaya tambak 6.254 rumah tangga di tahun 2018
(BPS-Sulsel 2019).
Polikultur Udang Windu, Ikan Bandeng, rumput laut merupakan tiga jenis
komoditi yang memungkinkan untuk saling mendukung apabila dipelihara bersama.
Udang Windu merupakan komoditas yang memiliki nilai ekomis paling tinggi dibanding
dengan komoditas lainnya. Akan tetapi komoditas tersebut rentan terhadap serangan
penyakit menyebabkan peluang keberhasilannya rendah. Untuk mengantisipasi
kegagalan produksi di tambak dipilih rumput laut dan Ikan Bandeng sebagai komoditi
alternatif menghasilkan produk tambak. Udang Windu, Ikan Bandeng, dan rumput laut
merupakan komoditi yang dapat dipelihara secara sinergis yang diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas tambak dan pendapatan petambak (Mangampa and
Burhanuddin 2014).
Udang Windu, Ikan Bandeng dan rumput laut secara biologis memiliki sifat–sifat
yang dapat bersinergi sehingga budidaya polikultur semacam ini dapat dikembangkan
karena merupakan salah satu bentuk budidaya polikultur yang ramah terhadap
lingkungan. Rumput laut merupakan penyuplai oksigen melalui fotosintesis pada siang
hari dan memiliki kemampuan untuk menyerap kelebihan nutrisi dan cemaran yang
bersifat toksik di dalam perairan. Sedangkan Ikan Bandeng sebagai pemakan plankton
merupakan pengendali terhadap kelebihan plankton dalam perairan. Kotoran udang,
Ikan Bandeng dan bahan organik lainnya merupakan sumber hara yang dapat
dimanfaatkan oleh rumput laut dan fitoplankton untuk pertumbuhan. Hubungan yang
seperti ini dapat menyeimbangkan ekosistem perairan (Murachman et al. 2010).
Dari segi optimalisasi penggunaan lahan maka polikultur rumput laut dengan
Bandeng dan Udang Windu adalah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
tambak dan sekaligus untuk peningkatan pendapatan bagi para pembudidaya tambak,
2
oleh karena selain dapat panen rumput laut sebagai komoditas utama juga dapat
panen Bandeng dan udang sebagai komoditas tambahan. Baik secara teknis maupun
secara ekonomi polikultur ketiga komoditas (rumput laut, Bandeng, dan Udang Windu)
sangat menguntungkan karena kehadiran Bandeng dengan ukuran di bawah 100
g/ekor dan udang tidak mengganggu pertumbuhan rumput laut. Oleh karena polikultur
rumput laut dengan Bandeng dan Udang Windu tidak terjadi persaingan ruang di mana
rumput laut hidup di dasar, sedangkan Bandeng lebih banyak hidup pada lapisan
badan air, begitu pula Udang Windu dapat mengisi relung ekologi di sela-sela dan di
bawah tumpukan rumput laut (Tangko 2008).
Kelurahan Bonto Langkasa yang ada di Kecamatan Minasatene Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan merupakan salah satu lokasi budidaya dengan luas
tambak 415,68 hektar (BPS-Pangkep 2019a) yang petambaknya telah aktif melakukan
sistem polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan rumput laut Glacilaria sp sejak tahun
2013 sampai sekarang. Sebelum dilakukan penambahan komoditi budidaya rumput
laut Glacilaria sp. ini, para pembudidaya di Kelurahan Bonto Langkasa hanya
membudidayakan Ikan Bandeng dan Udang baik Udang Windu maupun Udang
Vannamei. Pada awalnya rumput laut Glacilaria sp ini tumbuh alami di tambak-tambak
pembudidaya yang berbatasan langsung dengan aliran sungai menuju laut namun
karena pertumbuhannya yang cepat, harga yang rendah dan kurangnya pembeli
rumput laut ini di anggap hama oleh petambak, para petambak hanya memanen
rumput laut tersebut tanpa dijual atau dengan kata lain dimatikan. Pada tahun 2012
Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan pelatihan budidaya kepada para petambak
yang ada di Kelurahan Bonto Langkasa, dan mulai memberikan bantuan bibit rumput
laut pada tahun 2013 sehingga petambak mulai kembali membudidayakan rumput laut
tersebut sebagai komoditi tambahan yang dibudidayakan secara polikultur bersama
Ikan dan Udang walaupun belum secara menyeluruh petambak melakukan
pembudidayaan ini. Menurut hasil penelitian dari Nurul Fausiah tahun 2019 di lokasi
yang sama pendapatan rata-rata petani tambak polikultur Ikan Bandeng (Chanos
chanos) dan Udang Windu (Panaeus monodon) di Kelurahan Bonto Langkasa ini
sebesar Rp. 23.122.775/tahun. Dengan adanya penambahan komoditi yaitu rumput
laut Glacilaria sp. dalam sistem budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa tentu
akan mempengaruhi pendapatan para pelaku usaha atau petani tambak. Maka dari itu
dilakukan penelitian tentang “Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Polikultur Ikan
Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rumput Laut
(Glacilaria sp.) di Kelurahan Bonto Langkasa, Kecamatan Minasatene Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan”.
3
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut yaitu
1. Berapa besar pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha budidaya polikultur
Ikan Bandeng, Udang Windu dan rumput laut Glacilaria sp. di Kelurahan Bonto
Langkasa, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan?
2. Apakah usaha budidaya polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan rumput laut
Glacilaria sp. layak untuk dikembangkan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan
dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha
budidaya polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan rumput laut Glacilaria sp.
di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
2. Mengetahui usaha budidaya polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan rumput
laut Glacilaria sp. layak atau tidak untuk dikembangkan
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan
pertimbangan dalam menyusun kebijakan terutama dalam pemanfaatan
sumberdaya lahan tambak polikultur di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
2. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan yang lebih luas mengenai usaha budidaya polikultur Ikan
Bandeng, Udang Windu, dan Rumput Laut Glacilaria, sp.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan
tambahan referensi serta acuan pembanding yang dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Budidaya Tambak
Tambak sesungguhnya adalah kolam air tenang, namun menggunakan air
payau sebagai sumber airnya. Karena menggunakan sumber air payau maka lokasi
tambak diusahakan sedekat mungkin dengan sumber air tersebut, yakni di dekat
pantai dan muara sungai. Di lokasi tersebut biasanya terjadi fenomena pasang dan
surut air laut. Pada saat pasang, ketinggian permukaan air laut meningkat dan air laut
merambat masuk ke daratan, sebaliknya pada saat surut. Tenaga pasang surut ini bisa
dimanfaatkan untuk mengisi air tambak. Pada saat pasang pintu air tambak dibuka
sehingga air masuk ke dalam tambak, sedangkan pada saat surut pintu ditutup
sehingga air pasang tertahan di dalam tambak dengan ketinggian air 0,5 hingga 2 m,
bergantung pada ketinggian pematang dan kisaran pasang surut. Beberapa komponen
dari sistem ini meliputi lokasi pengambilan air (intake air), saluran tambak, petak
tambak dan infrastruktur pendukung. Petak tambak terdiri dari beberapa komponen,
seperti pematang, dasar dan pintu tambak, baik pintu pemasukan (inlet) maupun pintu
pengeluaran (outlet).
Sistem budidaya perikanan didefinisikan sebagai wadah produksi beserta
komponennya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut yang bekerja
secara sinergis menghasilkan produksi. Komponen tersebut di dalam sistem budidaya
perikanan bekerja sinergis sehingga tercipta lingkungan terkontrol dan optimal bagi
upaya mempertahankan kelangsungan hidup ikan dan memacu pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan (Effendi and Mulyadi 2005).
Sistem budidaya perairan yang sedang mengalami ledakan perkembangan
adalah budidaya tambak. Sistem ini biasanya dibangun di wilayah yang berdekatan
dengan daerah pesisir pantai. Sumber air yang digunakan untuk tambak kebanyakan
merupakan air asin, sehingga organisme yang dapat dibudidayakan dengan sistem ini
pun terbatas pada organisme air asin atau air payau (campuran air asin/laut dengan air
tawar/sungai) saja seperti udang, kakap, dan Bandeng. Berdasarkan luasan tambak
dan kepadatan oganisme yang dipelihara maka terdapat tiga jenis tambak yaitu
tambak tradisional (ekstensif), tambak semi intensif dan tambak intensif. Usaha
budidaya dengan sistem tambak apabila dilakukan dengan cara yang benar, maka
akan memberikan banyak keuntungan khususnya bagi pengelola, maupun bagi
masyarakat sekitarnya, seperti (Hadie, Hadie, and Supangat 2005) :
5
a. Organisme yang dibudidayakan dalam tambak umumnya berupa organisme
dengan harga jual yang tinggi, sehingga usaha tambak jelas mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi, terutama untuk tambak intensif.
b. Dengan adanya usaha tambak di suatu lingkungan pantai, maka diharapkan
dapat membuka lahan kerja baru bagi masyarakat di sekitarnya.
c. Pengontrolan organisme yang dibudidayakan menjadi lebih mudah, karena
lingkungan pemeliharaannya yang terbatas.
Tambak tradisional atau tambak ekstensif merupakan tambak yang biasanya
dibangun pada lahan pasang surut yang pada umumnya berupa rawa-rawa bakau,
atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan. Luas tambak berkisar antara
1-3 ha dengan satu pintu air di setiap petak. Pengisian dan pembuangan air
bergantung sepenuhnya pada daya gravitasi pasang surutnya air laut. Tambak
ekstensif sangat bergantung pada keberadaan pakan alami yang ditumbuhkan di dasar
tambak yang telah disiapkan dengan pemupukan, kedalaman air sekitar 0,5-0,6 m dan
tidak digunakan kincir air, sedangkan pompa air masih digunakan untuk proses
penggantian air.
B. Ikan Bandeng
Saat ini Bandeng lebih banyak dibudidayakan secara bersamaan dengan
Udang Windu (budidaya polikultur) baik secara intensif maupun semi intensif.
Pemasaran Bandeng tidak hanya untuk konsumsi masyarakat lokal, tetapi juga
diekspor untuk memenuhi permintaan negara lain. Untuk pemasaran lokal, Bandeng
dijadikan sebagai komoditas unggulan dan produk olahannya menjadi makanan khas
daerah. Tingkat konsumsi Bandeng nasional menurut DJP2HP (2011) sebesar 1,22 kg
per kapita dengan tingkat konsumsi Bandeng tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan
yaitu 9,67 kg per kapita dalam bentuk Bandeng segar dan 0,28 kg per kapita dalam
bentuk olahan (Triyanti and Hikmah 2013).
Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Sumber : Dokumentasi Pribadi
6
Ikan Bandeng adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies
Chanos chanos, Forskal, yang hidup di perairan tropis Indo Pasifik. Taksonomi Ikan
Bandeng adalah sebagai berikut (SNI 2013) :
Phylum : Vertebrata
Sub phylum : Craniata
Class : Teleostomi
Sub class : Actinopterygii
Ordo : Malacopterygii
Family : Chanidae
Genus : Chanos (Lacepede, 1803)
Species : Chanos chanos
(Forskal, 1775)
Ikan Bandeng memiliki tubuh yang memanjang dan pipih serta berbentuk
torpedo. Mulut Ikan Bandeng agak runcing, ekor bercabang dan bersisik halus. Habitat
asli Ikan Bandeng adalah di laut, kemudian dikembangkan hingga dapat dipelihara
pada air payau. Ikan Bandeng ditemukan hidup di Samudra Hindia serta Samudra
Pasifik, hidup secara bergerombol dan banyak ditemukan di perairan sekitar pulau-
pulau dengan dasar karang. Ikan Bandeng pada masa muda hidup di laut selama 2 – 3
minggu, kemudian berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau. Setelah dewasa,
Bandeng kembali ke laut untuk berkembang biak. Ikan Bandeng termasuk ikan
pemakan segala (omnivora), di habitat aslinya Ikan Bandeng mempunyai kebiasaan
mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan yang kurang baik
dan menyebabkan mutu Ikan Bandeng menurun (WWF-Indonesia 2014b).
C. Udang Windu
Udang windu atau yang dikenal dengan nama Penaeus monodon merupakan
salah satu komoditas perikanan unggulan budidaya yang berpotensi untuk
dikembangkan. Udang windu memiliki tubuh yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian kepala yang menyatu dengan bagian dada dan bagian badan terdiri dari enam
ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang
beruas-ruas pula. Udang windu dewasa melakukan pemijahan di laut lepas,
sedangkan udang windu muda bermigrasi ke daerah pantai. Setelah telur-telur
menetas, larva hidup di laut lepas menjadi bagian dari zooplankton. Setelah beberapa
bulan hidup di daerah laut dangkal, udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam
dimana kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi. Pemanenan
udang windu ditambak membutuhkan usia pemeliharaan 3-4 bulan. Hal yang harus
7
diperhatikan adalah mutu dan kualitas udang windu sampai ke konsumen. Ciri-ciri
udang windu yang siap panen, yaitu berkulit keras, bersih, licin, dan tidak terdapat
cacat pada tubuh udang, udang dalam kondisi segar, atau masih hidup maka harga
yang ditetapkan juga akan semakin tinggi (A. Putri 2018).
Gambar 2. Udang Windu (Panaeus monodon)
Sumber : Dokumtasi Pribadi
Menurut Fabricius 1798 dalam World Register of Marine Species Udang Windu
memiliki taksonomi sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Sub phylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Subclass : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Family : Penaeidea
Genus : Penaidae
Species : Penaues monodon
Udang Windu (Penaeus monodon) masih menjadi salah satu komoditi
perikanan andalan di Indonesia. Jenis udang ini merupakan udang asli Indonesia yang
telah dibudidayakan sejak beberapa dekade lalu. Harga udang menjadi daya tarik
utama pembudidayaan secara besar-besaran sejak tahun 1990-an. Pada tahun 2014,
dengan ukuran 30 ekor per Kg, harga Udang Windu berkisar Rp 70.000 di tingkat
pembudidaya, dan harga ekspornya bisa mencapai Rp.120.000. Meskipun Udang
Windu masih banyak dibudidayakan, tetapi sejak tahun 2000-an, muncul
permasalahan yang mengancam keberlanjutan usaha pembudidaya. Dua masalah
utama yang dihadapi adalah penyakit udang dan konversi lahan mangrove menjadi
tambak. Penyakit udang menyebabkan turunnya produksi dan kegagalan panen, serta
konversi lahan yang melanggar peraturan dan merusak daya dukung lingkungan,
sehingga udaha budidaya tidak dapat juga dilakukan secara optimal. Kedua masalah
8
tersebut sangat terkait dengan lingkungan, sehingga dibutuhkan suatu model budidaya
tambak Udang Windu yang memperhatikan aspek lingkungan (WWF-Indonesia
2014a).
Menurut Soetomo (2000), Lokasi tambak untuk budidaya udang windu secara
umum tidak berbeda dengan lokasi tambak untuk budidaya ikan bandeng. Pemilihan
lokasi untuk budidaya udang windu perlu diperhatikan syarat-syarat (Yasir and Nur
2018) sebagai berikut :
1. Areal tambak hendaknya mempunyai kedudukan atau elevasi yang tidak terlalu
tinggi dari titik nol laut.
2. Areal tambak tidak berada pada daerah rawan banjir dan genagan yang terlalu
tinggi.
3. Secara tetap, areal tambak mendapat pasang-surut air laut cukup tinggi, yaitu
antara 1,5 – 2,5 meter
4. Petakan tambak harus mendapat sumber air yang cukup, baik air tawar maupun air
laut sepanjang tahun atau setidaknya selama 10 bulan dalam setahun dalam
jumlah kebutuhan yang cukup.
5. Selama budidaya, tambak terhindar dari sumber-sumber pencemaran dan
gangguan dari lingkungan
6. Air payau dalam tambak mengandung kadar garam yang berkisar antara 10 – 30
permil.
7. PH air tambak yang baik adalah antara 7,5 – 8,5 untuk tambak baru yang tanahnya
asam, pH nya rendah. Pada tambakyang lama, apabila pHnya tidak sesuai
dilakukan perbaikan pH dengan cara pengolahan tanah atau dengan pengapuran.
8. Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur atau lumpur berpasir yang tidak berpori
sehingga nerupakan kedap air dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20%. Jenis
tanah seperti ini misalnya tanah liat berpasir dan tanah lempung berpasir. Syarat
lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah konstruksi tambak yang benar meliputi
pembuatan pematang atau tanggul, saluran pemasukan air dan pintu pembuangan
air, pelataran atau pancaran tambak, dan saluran keliling atau caren.Selain itu
membuat petakan-petakan untuk gelondongan dan pembesaran.
D. Rumput Laut Glacilaria sp
Gracilaria sp. termasuk dalam kelas alga merah (Rhodophyta) dengan nama
daerah yang bermacammacam: sango-sango, rambu kasang, janggut dayung,
dongidongi, bulung embulung, agar-agar karang, agar-agar jahe, blung sangu, dan
lain-lain. Rumput laut jenis ini yang lebih dikenal dengan Gracilaria, memiliki banyak
9
jenis dengan sifat-sifat morfologi dan anatomi berbeda-beda seperti: Gracilaria
confervoides, Glacilaria gigas, Glacilarialichenoides, Glacilaria crasa, Glacilaria
blodgettii, Glacilaria arcuta, Glacilaria lariataenioides, Glacilaria eucheumoides, dan
banyak lagi. Beberapa ahli menduga bahwa rumput laut marga Gracilaria verrucosa
memiliki jenis yang paling banyak dibandingkan dengan rumput laut marga lainnya.
Gracilaria merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil agar-agar atau
disebut dengan agarophytes. Selain Gracilaria, rumput laut penghasil agar-agar
lainnya adalah Gelidium, Pterocladia, Gelidiela. Pada tahun 2009 total produksi
agarophytes di Indonesia mencapai 35.050 ton kering yang 81,60 % -nya (28.600 ton)
diserap oleh industri nasional dan sisanya diserap industri luar negeri (Anggadiredja,
dkk 2011). Gracilaria dalam hal ini memberikan kontribusi paling besar (>90 %) untuk
menyumbang bahan baku agaragar dibandingkan dengan genus agarophytes yang
lainnya. Hal ini dikarenakan Gracilaria banyak dibudidayakan di tambak-tambak,
sedangkan agarophytes lainnya masih dipanen dari alam. Gracilaria banyak
dibudidayakan sendiri secara monokultur ataupun dibudidayakan dengan ikan maupun
udang secara polikultur. Input budidaya yang rendah dan kemudahan teknologi yang
diterapkan mendorong para pembudidaya kecil untuk membudidayakan komoditas ini
(WWF-Indonesia 2014c).
Rumput laut atau seaweeds sangat populer dalam dunia perdagangan, dalam
ilmu pengetahuan dikenal sebagai alga/algae. Alga atau ganggang terdiri atas empat
kelas (Kadi et al., 1988) yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae
(ganggang coklat), Cholorophyceae (ganggang hijau), dan Cyanophyceae (ganggang
hijau-biru) (Priono 2013).
Gambar 3. Rumput Laut Glacilaria sp.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
10
Menurut Dawes (1981) genus Gracilaria mempunyai klasifikasi sebagai berikut
(Lideman et al. 2016) :
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Jenis rumput laut yang mempunyai nilai ekonomis penting di perairan Indonesia
adalah marga Gelidium, Hypnea, Eucheuma, dan Gracilaria. Dari ke empat marga
tersebut Eucheuma dan Gracilaria yang mempunyai potensi untuk dapat
dikembangkan usaha budidayanya karena dapat berkembang dengan baik dari batang
secara vegetative. Gracilaria spp merupakan salah satu jenis rumput laut alga merah
yang pengusahaannya telah dikembangkan di Indonesia diantaranya di Bali, NTB,
NTT, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, dan Irian Jaya melalui usaha
Budidaya. Jenis rumput laut ini mempunyai daya toleransi lebar terhadap perubahan
kondisi lingkungan, serta dapat tumbuh pada perairan laut dan perairan payau,
sehingga sangat potensil untuk dibudidayakan di tambak (Anton 2017).
Budidaya rumput laut di tambak merupakan salah satu cara pemanfaatan lahan
tambak untuk memenuhi permintaan rumput laut yang semakin meningkat, khususnya
untuk rumput laut jenis Gracilaria sp. Menurut Dr. Laode M. Aslan (1999) bahwa
budidaya rumput laut di tambak memiliki lebih banyak keuntungan bila dibanding
dengan budidaya rumput laut di laut Keuntungan itu antara lain terlindung dari
gangguan ombak, arus laut yang kuat dan gangguan predator. Penentuan lokasi
tambak yang standar untuk budidaya rumput laut dapat diberikan kriteria sebagai
berikut (Yasir and Nur 2018) :
1. Lokasi tambak yang baik yaitu tambak yang masih dipengaruhi oleh pasang surut
air laut dengan maksud untuk memudahkan penggantian air di dalam tambak.
Saluran keluar masuk air laut cukup lancar dan bergantung kepada kondisi
geografisnya.
2. Dasar tambak berupa pasir bercampur sedikit lumpur.
3. Tambak yang ideal mempunyai saluran pemasukan dan pengeluaran air yang
berbeda.
4. Pergantian air tambak mudah dilakukan
5. Salinitasa air tamabk berkisar 15 – 30 per mil.
6. Suhu air berkisar 20 – 28o C.
7. pH air berkisar 6 – 9
8. Kedalaman air tambak dapat diatur minimal 0,5 – 1,0 m
11
9. Kondisi air tidak terlalu keruh sehingga cahaya matahari dapat menembus ke
dalam dasar air.
10. Bebas polusi, baik yang berasal dari industri maupun dari rumah tangga.
11. Dekat dengan sumber air tawar untuk menurunkan salinitas yang
disyaratkan.
12. Akses menuju lokasi mudah dilalui alat transportasi.
E. Budidaya Tambak Secara Polikultur
Sistem budidaya secara polikultur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
lahan dan pendapatan petani budidaya. Perkembangan teknologi budidaya
menunjukkan bahwa rumput laut dapat dibudidayakan bersama udang dan bandeng di
tambak. Menurut Anam (2007) Pengembangan budidaya rumput laut secara polikultur
dengan bandeng maupun udang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi udang
dan rumput laut serta mengefektifkan penggunaan tambak dengan harapan dapat
memperbaiki kualitas lingkungan budidaya (Y. S. Putri and Susilowati 2013).
Budidaya ikan dapat dilakukan secara polikultur yaitu budidaya ikan lebih dari
satu jenis secara terpadu. Budidaya polikultur terpadu dan sinergis saat ini banyak
diteliti dan dikaji karena dapat meningkatkan kualitas air dan dapat memaksimalkan
pemanfaatan lahan budidaya. Budidaya polikultur mencakup beberapa tahapan
diantaranya persiapan tambak, perawatan dan pemeliharaan, ketiga hal ini sangat
penting dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik pada budidaya polikultur (Laily et
al. 2019).
Penerapan teknik budidaya secara polikultur diharapkan dapat meningkatkan
daya dukung lahan tambak pada keadaan tertentu, dimana pertumbuhan produksi
akan tetap stabil. Menurut Syahid (2006) Hasil produksi dengan system monokultur,
petani hanya dapat memanen satu produk dalam satu periode. Namun dengan
polikultur, hasil panen dalan satu periode akan bertambah dengan pemanfaatan lahan
luasan yang sama, hal ini sangat membantu peningkatan penghasilan petambak (Y. S.
Putri and Susilowati 2013).
Pembudidayaan ikan merupakan kegiatan memelihara, membesarkan dan
memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Pembudidayaan ikan dapat
dilakukan secara polikultur yaitu pembudidayaan ikan lebih dari satu jenis secara
terpadu. Budidaya polikultur terpadu dan sinergis saat ini banyak diteliti dan dikaji
karena dapat meningkatkan kulitas air. Diintegrasikannya rumput laut (Gracilaria sp)
kedalam kegiatan polikultur udang windu (Penaeus monodon Fabrisius) dan ikan
bandeng (Chanos-chanos Forskal) secara terpadu. Pada umumnya pembudidayaan
12
secara tradisional selalu mengedepankan luas lahan, pasang surut, intercrop dan
tanpa pemberian makanan tambahan sehingga makanan bagi komoditas yang
dibudidayakan harus tersedia secara alami dalam jumlah yang cukup (Murachman et
al. 2010).
Rumput laut bisa ditanam secara polikultur dengan bandeng, Untuk keperluan
ini, disarankan penanaman sejumlah 1.500 – 2000 ekor bandeng per hektar. Namun,
bandeng tersebut harus sudah dipanen bila ukurannya sudah mencapai empatekor/kg.
Selain bandeng, udangpun bisa ditebar bersama rumput laut dengan kepadatan tebar
5.000 ekor / ha (Yasir and Nur 2018).
F. Investasi
Dalam arti sempit investasi didefinisikan sebagai penanaman modal atau
pembentukan modal, sedangkan dalam konteks makro ekonomi investasi adalah
pengeluaran atau pembelanjaan barang-barang modal dan perlengkapan produksi
untuk menambah barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi
merupakan aliran pengeluaran yang menambah stok fisik (dalam arti lain investasi bisa
diartikan pembelian surat berharga (saham) atau asset lain seperti obligasi, rumah dan
lain sebagainya) di mana nilainya selalu berkurang sebesar nilai penyusutannya. Stok
fisik kapital merupakan stok yang menunjukkan nilai rupiah bangunan, mesin dan lain-
lain. Investasi adalah jumlah yang dikeluarkan oleh swasta untuk menambah stok
kapital pada periode tertentu (Hasanah and Sunyoto 2012).
Investasi penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu
yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi yang dikeluarkan dalam
usaha budidaya tambak polikultur adalah lahan tambak, rumah jaga, pintu air,
perahu/speedboat, mesin, jaring, dan peti yang digunakan selama proses usaha
budidaya tambak polikultur (Laily et al., 2019).
G. Biaya
Menurut Mulyadi (2012:8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu Hongren (2005:34) mendefinisikan, Biaya adalah sumber daya
yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu
(Setiawan, Suhadak, and Sutaja 2014).
Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang
produksi oleh perusahaan tersebut. Biaya produksi dapat dibedakan ke dalam dua
13
macam, yaitu Biaya tetap (fixed cost) dan Biaya variabel (variable cost). Dalam analisis
biaya produksi perlu memperhatikan biaya produksi rata-rata : yang meliputi biaya
produksi total rata-rata , biaya produksi tetap rata-rata, dan biaya variabel rata-rata ;
dan biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan
untuk menambah satu unit produksi (Hanani, Asmara, and Fahriyah 2011).
Dalam jangka pendek perusahaan biasanya beroperasi dengan satu skala
produksi. Satu skala produksi bisa dinotasikan dengan satu unit bisnis, yaitu suatu unit
usaha yang menjadi sumber profit. Dalam kaitannya dengan biaya untuk jangka
pendek atau biaya untuk satu skala produksi, terdapat beberapa jenis biaya yang perlu
diketahui meliputi (Rasul et al., 2013) :
1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara tetap oleh
perusahaan dalam jangka waktu tertentu, misalnya gaji karyawan tetap, biaya
listrik, biaya telepon dan lain-lain.
2. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara berubah-ubah
seiring dengan perubahan produksi, seperti biaya bahan baku, upah tenaga kerja
tidak tetap, biaya marketing dan lain-lain.
3. Biaya total (total cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk mendanai aktivitas produksi. Biaya total dianggap sebagai akumulasi dari
baiaya tetap dan biaya variabel.
�� = �� + ��
Dimana :
- TC = biaya total
- FC = biaya tetap
- VC = biaya variabel
H. Penerimaan
Penerimaan penjualan (total revenue) adalah hasil kali antara jumlah barang
dan jasa yang dijual dengan harga jual per unit. Total Revenue (TR) adalah
penggandaan antara harga jual per-unit (P) dengan jumlah terjual (Q) (Rasul et al.,
2013):
�� = . � Dimana :
P = harga output per unit;
Q = jumlah output.
14
I. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan
seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan
kemajuan ekonomi suatu masyarakat (Lumintang 2013).
Menururt Astuti (2010) Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan
dengan biaya total. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor
(output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per
musim tanam (A. Putri 2018).
Menurut Soekartawi (1995) Keuntungan atau pendapatan merupakan selisih
antara penerimaan dengan biaya produksi. Penerimaan merupakan hasil perkalian
antara jumlah produksi dengan harga produk tersebut, sedangkan biaya produksi
merupakan hasil perkalian antara jumlah faktor produksi dengan harga faktor produksi
tersebut (A. Putri 2018).
Menurut Sadono (2010) cara menghitung pendapatan bersih usaha tani terlebih
dahulu harus diketahui tingkat pendapatan total dan pengeluaran pada periode
tertentu. Pendapatan total petani didekati dengan persamaan yaitu (Nurhikmah 2017):
� = �� − ��
Dimana :
�� = Pendapatan Usaha Tani dinyatakan dalam Rupiah
TR = Total Penerimaan (Total revenue) dinyatakan dalam Rupiah
TC = Total Biaya (Total cost) dinyatakan dalam Rupiah
J. Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Kelayakan Usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana hasil
yang diperoleh dalam perencanaan suatu usaha. Analisis tersebut dilakukan sebagai
bahan pertimbangan untuk megambil keputusan apakah usaha tersebut layak atau
tidak untuk dilanjutkan atau dijalankan.
Tujuan dari analisis kelayakan finansial adalah untuk mengurai analisis
kuantitatif terhadap kelayakan finansial (keuangan) dari suatu proyek. Bagian ini juga
akan menunjukkan apakah suatu proyek membutuhkan dukungan fiskal dan
pendanaan tambahan dari Pemerintah. Analisa finansial penting artinya dalam
memperhitungkan keuntungan atau manfaat yang diterima pribadi atau institusi
pemodal dalam mensukseskan pelaksanaan proyek.
Secara umum, analisis kelayakan finansial harus memuat kajian kelayakan
proyek secara keuangan, dengan memberikan gambaran secara jelas terhadap kinerja
15
keuangan dari sudut pandang penerimaan dan pengeluaran keuangan proyek,
termasuk risiko yang akan dihadapi selama siklus proyek (project viability). Lebih
lanjut, analisis kelayakan finansial mencakup biaya yang dibutuhkan selama siklus
proyek (life-cycle costs) beserta kerangka waktunya; biaya investasi/modal, pengadaan
tanah, biaya konsultasi, dan biaya operasi dan pemeliharaan. Selain itu, terdapat juga
opsi penerimaan dan perkiraan aliran penerimaan.
Secara khusus, suku bunga menjadi hal yang harus sangat diperhatikan dan
berpengaruh terhadap analisis finansial dari suatu proyek terutama ketika modal dari
suatu proyek diperoleh melalui pinjaman. Hal tersebut dikarenakan bunga yang harus
dibayarkan dalam suatu proyek merupakan komponen biaya dan unsur yg mengurangi
revenue.
Seperti pada analisis ekonomi, nilai ekonomi suatu proyek umumnya bertahun-
tahun sehingga manfaat dan biaya yang datang akan berbeda-beda, maka diperlukan
waktu tertentu dan semua nilai manfaat dan biaya masa yang akan datang
disikonversikan ke waktu tersebut (bisanya sekarang) agar dapat diperbandingkan,
nilai manfaat dan biaya pada waktu tersebut. Jadi, tingkat suku bunga sangat penting
sekali untuk menghitung present value/nilai sekarang. Tingkat suku bunga juga
mengidentifikasikan cut off rate dimana usulan investasi diterima atau ditolak.
Tingkat suku bunga untuk analisis finansial adalah cost of money yang berlaku
dipasar. Ini sama dengan tingkat suku bunga untuk pinjaman. Selain itu, analisis
finansial juga mempertimbangkan suku bunga diskonto (discount rate), yaitu suku
bunga yang dikenakan oleh bank sentral atas pinjaman ke bank komersial atau suku
bunga yang dipakai untuk menghitung nilai sekarang dari berbagai asset (PSDADK
2017b).
Dalam analisis kelayakan finansial suku bunga yang akan digunakan adalah
(PSDADK 2017b) :
a. Lending Interest Rate, yaitu suku bunga bank yang biasanya memenuhi kebutuhan
pembiayaan jangka pendek dan menengah dari sektor swasta atau lebih dikenal
dengan suku bunga pinjaman/kredit. Tingkat ini biasanya dibedakan menurut
kelayakan kredit peminjam dan tujuan pembiayaan. Syarat dan ketentuan yang
terkait dengan tarif ini berbeda di setiap negara, namun membatasi komparabilitas
mereka.
b. Dalam praktiknya di Indonesia ada beberapa jenis suku bunga pinjaman meliputi
suku bunga investasi, konsumsi dan modal kerja, di antara ketiganya maka suku
bunga investasi adalah yang terendah. Pembiayaan infrastruktur termasuk dalam
kategori investasi yang biasanya didanai oleh sindikasi bank.
16
c. Discount Rate, yaitu tingkat suku bunga untuk instrumen pasar uang jangka
pendek seperti surat berharga dan surat utang negara. Tingkat diskonto (discount
rate) bank didasarkan pada nilai nominal instrumen dan jumlah diskon. Tingkat
diskonto bank adalah tingkat pengembalian investasi yang aman yang dijamin
oleh bank.
Beberapa yang membedakan dengan analisis ekonomi bahwa analisis
kelayakan finansial menggunakan harga pasar, serta memperhitungkan pajak dalam
analisis biayanya sehingga akan mengurangi benefit. Jika terdapat subsidi, besaran
subsidi berdampak mengurangi biaya investasi proyek. Secara garis besar, analisis
kelayakan finansial yang dilakukan, meliputi:
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih antara Present Value Benefit dikurangi
dengan Present Value Cost. Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara
finansial adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif.
NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur
pada tingkat suku bunga tertentu. Dalam perhitungan NPV ini perlu kiranya ditentukan
dengan tingkat suku bunga saat ini yang relevan. Selain itu, NPV juga dapat diartikan
sebagai nilai saat ini dari suatu cash flow yang diperoleh dari suatu investasi yang
dilakukan.
Metoda ini dikenal sebagai metoda present worth dan digunakan untuk
menentukan apakah suatu rencana mempunyai manfaat dalam periode waktu analisis.
Hal ini dihitung dari selisih present value of the benefit (PVB) dan present value of the
cost (PVC). Dasar dari metoda ini adalah bahwa semua manfaat (benefit) ataupun
biaya (cost) mendatang yang berhubungan dengan suatu proyek didiskonto ke nilai
sekarang (present values), dengan menggunakan suatu suku bunga diskonto.
Persamaan umum untuk metode ini adalah sebagai berikut (PSDADK 2017b) :
�� = � ��(� + �)�
�
���− ��
Dengan pengertian :
NPV = Nilai sekarang bersih
Ct = Aliran kas masuk bersih (net cash inflow) selama periode t
Co = Total biaya investasi
i = Suku bunga diskonto (discount rate)
t = Jangka waktu/umur ekonomi proyek
Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara finansial adalah yang
menghasilkan nilai NPV bernilai positif.
17
Indikator NPV :
Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan.
Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak (not go) untuk dilaksanakan.
Jika NPV = 0, maka manfaat proyek akan sama dengan biaya proyek
2. Net Benefit – Cost Rasio (Net B/C)
Menurut Gittinger (1986) Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara
nilai kini arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut
menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya
sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C
ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai Net B/C rasionya
sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunity
capital, tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan. Rumus yang digunakan sebagai berikut (Prasetio 2016) :
��� �/� ����� = ∑ ��− ��(� + �)� � � � ! �!" ��− �� > �∑ ��− ��(� + �)� � � � ! �!" ��− �� < �
Keterangan:
Net B/C = Nilai Benefit-cost ratio
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke t (Rupiah)
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah)
n = Umur proyek (Tahun)
i = Tingkat suku bunga / Discount rate (persen)
t = Periode (Tahun).
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat pengembalian berdasarkan
pada penentuan nilai tingkat bunga (discount rate), dimana semua keuntungan masa
depan yang dinilai sekarang dengan discount rate tertentu adalah sama dengan biaya
kapital atau present value dari total biaya.
Dalam perhitungannya IRR adalah besarnya tingkat suku bunga pada saat nilai
NPV = 0. Nilai IRR dari suatu proyek harus lebih besar dari nilai suku bunga yang
berlaku atau yang ditetapkan dipakai dalam perhitungan kelayakan proyek. Nilai ini
digunakan untuk memperoleh suatu tingkat bunga dimana nilai pengeluaran sekarang
bersih (NPV) adalah nol. Perhitungan untuk dapat memperoleh nilai FIRR ini dilakukan
dengan cara coba-coba (trial and error). Jika nilai FIRR lebih besar dari discount rate
18
yang berlaku, maka proyek mempunyai keuntungan secara finansial dan nilai FIRR
pada umumnya dapat dipakai untuk membuat rangking bagi usulan-usulan proyek
yang berbeda.
Dalam perhitungan nilai IRR adalah dengan cara mencoba beberapa tingkat
bunga. Guna perhitungan IRR dipilih tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
yang terkecil dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil. Selanjutnya
diadakan interpolasi dengan perhitungan (PSDADK 2017a) :
%�� = �� + (�& − ��) ������ − ��&
Dengan pengertian :
IRR finacial internal rate of return;
i1 tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil;
i2 tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif terkecil;
NPV1 nilai sekarang dengan menggunakan i1;
NPV2 nilai sekarang dengan menggunakan i2.
4. Payback Period (PP)
Payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi
yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang
telah direncanakan. Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat
menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran
kas netto (net cash flows).
Payback period adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali
original cash outlay. Payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang
waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh
kembali seluruhnya. Payback period ini merupakan jangka waktu/periode yang
diperlukan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi suatu proyek; waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat
dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas.
Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka
waktu periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Payback Period (PP)
ialah jangka waktu pengembalian biaya awal. Semakin cepat pengembaliannya maka
alternatif tersebut lebih menarik dibandingkan dengan alternatif lainnya. Kelebihan dari
metode payback Period yaitu mudah dalam penggunaan dan perhitungan, berguna
untuk memilih investasi yang mana yang mempunyai masa pemulihan tercepat, masa
pemulihan modal dapat digunakan untuk alat prediksi resiko ketidakpastian pada masa
mendatang, masa pemulihan tercepat memiliki resiko lebih kecil dibandingkan dengan
19
masa pemulihan yang relatif lebih lama. Sedangkan kelemahannya PP yaitu
mengabaikan adanya perubahan nilai uang dari waktu ke waktu, mengabaikan arus
kas setelah periode pemulihan modal dicapai, mengabaikan nilai sisa proses, sering
menjebak analisator jika biaya modal atau bunga kredit tidak diperhitungkan dalam
arus kas yang menyebabkan usaha tidak likuid (Rachadian, Agassi, and Supoto 2013).
= % '������(�� ��)��* �)��*! × � ��*!
Kriteria penilaian pada payback period adalah :
Jika Payback period-nya < waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut
dapat diterima.
Jika Payback period-nya > waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut
ditolak.
K. Kerangka Pemikiran
Usaha budidaya polikultur kebanyakan dilakukan dengan dua jenis komoditi
yaitu ikan bandeng dan udang baik Udang Windu maupun Udang Vannemei. Di
Kelurahan Bonto Langkasa petani tambak melakukan usaha budidaya polikultur
dengan 3 jenis komoditi yaitu Ikan Bandeng, Udang dan rumput laut. Sebelum rumput
laut masuk kedalam komoditi yang dibudidayakan para petambak hanya melakukan
budidaya polikultur ikan bandeng dan udang saja. Untuk melihat prospek
pengembangan usaha budidaya polikultur ini perlu di hitung pendapatan yang diterima
oleh petani tambak tersebut. Adapun pendapatan yang diterima petambak dapat dilihat
dari biaya total dan penerimaan yang dilakukan oleh petambak. Adapun pengeluaran
meliputi biaya tetap dan biaya variabel, dimana jika biaya tetap dan biaya variabel
dijumlahkan menjadi biaya total yang harus dikeluarkan oleh petambak. Sedangkan
untuk melihat kelayakan usaha budidaya polikultur ini menggunakan analisis kelayakan
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut :
20
Gambar 4. Skema Kerangka Pikir
Rumput Laut Glacillaria sp. Udang Windu Ikan Bandeng
Budidaya Polikultur
Pendapatan
Analisis Kelayakan
Rekomendasi
Budidaya Perikanan
Biaya Total Penerimaan
21
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bonto Langkasa, Kecamatan
Minasatene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan pada
Bulan April sampai Mei 2020. Lokasi dipilih secara sengaja (Purposive) dengan
pertimbangan bahwa Kelurahan Bonto Langkasa salah satu daerah budidaya tambak
polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu (Panaeus monodon) dan
rumput laut (Glacilaria sp.) sesuai dengan kriteria sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
B. Jenis Dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan alat bantu berupa kuisioner dengan teknik wawancara dan observasi
sebagai metode pengumpulan data. Penelitian ini bersifat kuantitatif, kuantitatif
merupakan metode yang berbentuk angka-angka dan meliputi penerimaan, prospek
kelayakan pengembangan usaha, biaya tetap dan variabel, serta pendapatan yang
diperoleh oleh petani tambak polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan rumput laut
Glacilaria sp. di Kelurahan Bonto Langkasa, Kecamatan Minasatene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan.
C. Metode Pengambilan Sampel
Metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode sampel jenuh (sensus).
Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan menjadi sampel. Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) Metode sampling
jenuh (sensus) merupakan teknik penentuan sampel apabila jumlah populasi relatif
kecil atau kurang dari 30 orang (Prasetio 2016). Adapun populasi pada penelitian ini
adalah pelaku usaha budidaya polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan rumput laut
Glacilaria sp. sebanyak 20 orang di Kelurahan Bonto Langkasa, Kecamatan
Minasatene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang telah berproduksi minimal
selama satu tahun.
22
D. Sumber Data
Berdasarkan sumber data, maka data yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dikelompokkan menjadi :
a. Data primer adalah yaitu data yang diperoleh langsung dari petambak berkaitan
dengan karakteristik petani itu sendiri berupa: luas lahan garapan, jenis
ikan/udang/tanaman yang dibudidayakan, jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan, banyaknya produksi yang dihasilkan, harga satuan produksi, serta
besarnya penghasilan atau keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya
produk unggulan mereka.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
sebagai bahan literatur penunjang berupa data mengenai keadaan umum
lokasi/wilayah penelitian (iklim, keadaan tanah, populasi petani dan lain-lain)
yang umumnya diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Kelurahan, Kantor
Biro Pusat Statistik dan lain sebagainya.
E. Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah :
1. Observasi, adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang
dilakukan. Melalui observasi penganalisis dapat memperoleh pandangan-
pandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan
2. Wawancara, adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan tertentu
dengan menggunakan format tanya jawab yang terencana.
3. Studi kepustakaan, mencari informasi-informasi dari berbagai sumber atau
literature mengenai hal-hal yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
4. Kuisioner, memberikan daftar pertanyaan berupa angket kepada para petani
tambak responden yang dipandu oleh tenaga bantu peneliti untuk menghindari
kekeliruan faham jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan.
F. Analisis Data
Untuk menjawab tujuan penelitian maka peneliti menggunakan metode analisis
Kuanlitatif. Kuantitatif adalah jenis penelitian yang berbentuk angka-angka dan meliputi
pendapatan, prospek kelayakan pengembangan usaha, biaya tetap dan variabel, serta
keuntungan yang diperoleh oleh petani tambak. Untuk metode kuantitatif
menggunakan :
23
1. Analisis Pendapatan Usahatani Polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan
Rumput Laut Glacilaria sp. Pendapatan dari suatu model usaha budidaya polikultur
dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Nurhikmah 2017):
� = �� − ��
Dimana :
�� = Pendapatan Usaha Tani dinyatakan dalam Rupiah
TR = Total Penerimaan (Total revenue) dinyatakan dalam Rupiah
TC = Total Biaya (Total cost) dinyatakan dalam Rupiah
Untuk menghitung penerimaan digunakan rumus sebagai berikut (Rasul et al.,
2013):
�� = . �
��� = � . ��
��& = & . �&
��, = , . �,
�� = ��� + ��& + ��,
Keterangan :
TR = Total revenue/total penerimaan (Rp)
TR1 = Total penerimaan Ikan Bandeng (Rp)
TR2 = Total penerimaan Udang Windu (Rp)
TR3 = Total penerimaan rumput laut Glacilaria sp. (Rp)
P1 = Harga Jual Ikan Bandeng (Rp)
P2 = Harga Jual Udang Windu (Rp)
P3 = Harga Jual rumput laut Glacilaria sp. (Rp)
Q1 = Jumlah Ikan Bandeng (Kg)
Q2 = Jumlah Udang Windu (Kg)
Q3 = Jumlah Jual rumput laut Glacilaria sp. (Kg)
Untuk menghitung total biaya digunakan rumus sebagai berikut (Rasul et al.,
2013) :
�� = �� + ��
24
Keterangan :
TC = Total Cost/ Biaya total usaha polikultur (Rp)
FC = Fix Cost/ Biaya tetap usaha polikultur (Rp)
VC = Variable Cost / Biaya variabel usaha polikultur (Rp)
2. Analisis Kelayakan Finasial Usaha Budidaya Polikultur adalah kegiatan untuk
menilai sejauh mana hasil yang diperoleh pada usaha budidaya polikultur di
Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah
usaha tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak. Secara garis besar, analisis
kelayakan finansial yang dilakukan, meliputi (PSDADK 2017b) :
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih antara Present Value Benefit dikurangi
dengan Present Value Cost. Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara
finansial adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif.
Persamaan umum untuk metode ini adalah sebagai berikut :
�� = � ��(� + �)�
�
���− ��
Dengan pengertian :
NPV = Nilai sekarang bersih
Ct = Aliran kas masuk bersih (net cash inflow) selama periode t
Co = Total biaya investasi
i = Suku bunga diskonto (discount rate)
t = Jangka waktu/umur ekonomi proyek
Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara finansial adalah yang
menghasilkan nilai NPV bernilai positif.
Indikator NPV :
Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan.
Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak (not go) untuk dilaksanakan.
Jika NPV = 0, maka manfaat proyek akan sama dengan biaya proyek
b. Net Benefit – Cost Rasio (Net B/C)
Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat
proyek adalah memilih semua proyek yang nilai Net B/C rasionya sebesar satu atau
lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunity capital, tetapi jika nilai
25
Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang
digunakan sebagai berikut (Prasetio 2016) :
��� �/� ����� = ∑ ��− ��(� + �)� � � � ! �!" ��− �� > �∑ ��− ��(� + �)� � � � ! �!" ��− �� < �
Keterangan:
Net B/C = Nilai Benefit-cost ratio
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke t (Rupiah)
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah)
n = Umur proyek (Tahun)
i = Tingkat suku bunga / Discount rate (persen)
t = Periode (Tahun).
c. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat pengembalian berdasarkan
pada penentuan nilai tingkat bunga (discount rate), dimana semua keuntungan masa
depan yang dinilai sekarang dengan discount rate tertentu adalah sama dengan biaya
kapital atau present value dari total biaya.
Dalam perhitungan nilai IRR adalah dengan cara mencoba beberapa tingkat
bunga. Guna perhitungan IRR dipilih tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
yang terkecil dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil. Selanjutnya
diadakan interpolasi dengan perhitungan:
%�� = �� + (�& − ��) ������ − ��&
Dengan pengertian :
IRR economic internal rate of return;
i1 tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil;
i2 tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif terkecil;
NPV1 nilai sekarang dengan menggunakan i1;
NPV2 nilai sekarang dengan menggunakan i2.
d. Payback Period (PP)
Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka
waktu periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Payback Period (PP)
ialah jangka waktu pengembalian biaya awal. Semakin cepat pengembaliannya maka
alternatif tersebut lebih menarik dibandingkan dengan alternatif lainnya (Rachadian et
al, 2013).
26
= % '������(�� ��)��* �)��*! × � ��*!
Kriteria penilaian pada payback period adalah :
Jika Payback period-nya < waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut
dapat diterima.
Jika Payback period-nya > waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut
ditolak.
G. Konsep Operasional
Adapun konsep operasional yang diterapkan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Pembudidaya polikultur adalah seseorang yang membudidayakan Ikan
Bandeng, Udang Windu dan Rumput Laut Glacilaria sp. minimal 1 tahun di
Kelurahan Bonto Langkasa, Kecamatan Minasa Tene, Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan.
2. Banyaknya Ikan Bandeng yang di panen berdasarkan jumlah produksi (Ekor).
3. Banyaknya Udang Windu yang di panen berdasarkan jumlah produksi (Kg).
4. Banyaknya Rumput Laut Glacilaria sp yang di panen berdasarkan jumlah
produksi (Kg).
5. Pendapatan diartikan sebagai selisih antara total penerimaan dengan total
biaya yang dikeluarkan pembudidaya polikultur selama satu tahun (Rp).
6. Total Penerimaan adalah semua penghasilan yang diperoleh dari hasil usaha
polikultur selama satu tahun (Rp).
7. Biaya total adalah keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan
oleh pembudidaya polikultur selama satu tahun (Rp).
8. Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan oleh pembudidaya polikultur
seperti tambak, rumah jaga/gudang, pintu air utama, pintu air dalam, pompa air,
jaring pukat, jaring jala, waring jemuran, waring alas, gabus, keranjang, ember,
gerobak, tongkat bambu, penggali tanah, pajak, sewa lahan (Rp).
9. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proposional yang dikeluarkan
oleh pembudidaya polikultur seperti benur, nener, Glacilaria sp., pupuk urea,
pupuk TSP 36, pupuk organik/lainnya, bensin, karung, racun saponin, tenaga
kerja (Rp).
10. Analisis Kelayakan adalah kegiatan untuk menilai apakah usaha tersebut layak
atau tidak untuk dilanjutkan.
27
IV. HASIL
A. Keadaan Umum Lokasi
Keadaan lokasi penelitian mengambarkan keadaan yang terjadi pada lokasi
penelitian yang meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Kondisi Geografis
Kelurahan Bonto Langkasa memiliki wilayah seluas 10,47 Km2 dengan area
pertambakan seluas 415,68 Ha. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Bonto
Langkasa antara lain :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kabba Kecamatan Minasatene
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Panaikang Kabupaten Maros
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros
Sebelah Barat berbatasan dengan Keluarahan Sibatua Kecamatan Pangkajene
2. Kondisi Demografi
Adapun jumlah penduduk di Kelurahan Bonto Langkasa pada tahun 2018
sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki - Laki 2.281 47,71
2 Perempuan 2.500 52,29
Total 4.781 100Sumber : Kecamatan Minasatene Dalam Angka 2019 (BPS-Pangkep 2019b)
3. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Bonto Langkasa dapat di
lihat pada tabel berikut :
28
Tabel 2. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan
Minasatene
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Masjid 9
2 Mushollah 4
3 SD Sederajat 5
4 SMP Sederajat 2
5 SMA/SMK Sederajat 1
6 Paud 4
7 Kantor Lurah 1
8 Pasar 1
9 Tempat Pelelangan Ikan 1
10 Pustu 3
11 Posyandu 6
12 Koperasi Tani 1
Total 38
Sumber : Kecamatan Minasatene Dalam Angka 2019 (BPS-Pangkep 2019b)
4. Karakteristik Responden
Untuk mengetahui karakteristik responden dilakukan wawancara dengan
menggunakan kuisioner sehingga didapatkan karateristik yang meliputi:
a. Tingkat Umur
Adapun klasifikasi berdasarkan tingkat umur responden dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia
No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 30 - 35 4 20
2 36 - 40 3 15
3 41 - 45 3 15
4 46 - 50 3 15
5 51 - 55 2 10
6 56 - 60 3 15
7 61 - 65 1 5
8 66 - 70 1 5
Total 20 100Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
29
b. Tingkat Pendidikan
Adapun klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SD 10 50
2 SMP 6 30
3 SMA 2 10
4 S1 2 10
Total 20 100Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
c. Jumlah Tanggungan
Adapun klasifikasi berdasarkan jumlah tanggungan responden dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 1 - 3 10 50
2 4 - 6 9 45
3 7 - 9 0 0
4 10 - 12 0 0
5 13 - 14 1 5
Total 20 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
d. Pengalaman Kerja
Adapun klasifikasi berdasarkan pengalaman kerja responden dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Budidaya Polikultur
Ikan Bandeng, Udang Windu dan Glacilaria sp
No Pengalaman Kerja (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 1 - 2 6 30
2 3 - 4 10 50
3 5 - 6 1 5
4 7 - 8 0 0
5 9 - 10 3 15
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
30
e. Luas Lahan
Adapun klasifikasi berdasarkan luas lahan budidaya polikultur dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan
No Luas Lahan (M²) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 < 5.000 3 15
2 5.001 - 10.000 9 45
3 10.001 - 15.000 2 10
4 15.001 - 20.000 4 20
5 20.001 - 25.000 1 5
6 25.001 - 30.000 1 5
Total 20 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
B. Proses Produksi Polikultur
Dalam proses pembudidayaan terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
pembudidaya. Kegiatan tersebut terbagi dalam enam tahap yang terdiri atas proses
pembuatan dan pembenahan lahan tambak, penebaran benih, pemeliharaan, panen,
penanganan pasca panen, dan pemasaran (Amsari 2017).
Adapun proses budidaya polikultur yang dilakukan oleh pelaku usaha budidaya
polikuktur di Kelurahan Bonto Langkasa, Kecamatan Mianasate Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan sebagai berikut :
31
Gambar 5. Skema Alur Produksi Polikultur
Persiapan Tambak
Pembersihan Hama
Penjemuran Tambak
Sterilisasi Air Tambak
Pemupukan
Penebaran Benur
Penebaran Bibit Rumput Laut Glacilaria sp
Penebaran Nener
Pemeliharaan
Panen
32
C. Analisis Pendapatan
Analisis pendapatan merupakan kegiatan mencari selilsih antara penerimaan
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk melihat seberapa banyak keuntungan
yang diterima seseorang dari hasil usaha atau produksi yang dilakukannya.
1. Investasi
Investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya tambak polikultur di
Kelurahan Bonto Langkasa sebagai berikut:
Tabel 8. Rata-Rata Biaya Investasi Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No Jenis Investasi Nilai Rata-Rata (Rp.) Persentase (%)
1 Lahan 119.300.000 85,09
2 Pintu Air Utama 5.775.000 4,12
3 Pintu Air Dalam 5.002.500 3,57
4 Mesin Pompa Air 2.350.000 1,68
5 Jaring Pukat 963.500 0,69
6 Keranjang 309.750 0,22
7 Penggali Tanah 155.250 0,11
8 Ember 50.000 0,04
9 Bubu 716.000 0,51
10 Gabus/Coolbox 91.500 0,07
11 Seser 30.500 0,02
12 Jaring Jala 697.500 0,50
13 Rumah Jaga/Gudang 2.607.000 1,86
14 Perahu/Pontong 727.500 0,52
15 Waring Jemuran 610.500 0,44
16 Waring Alas 136.400 0,10
17 Karung 15.750 0,01
18 Gerobak 442.250 0,32
19 Senter 200.000 0,14
20 Tongkat Bambu 28.750 0,02
140.209.650 100,00Total Investasi
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
2. Biaya
Biaya adalah pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk
atau jasa, adapun biaya yang dimaksud meliputi biaya tetap yang merupakan biaya
yang akan tetap dikeluarkan baik usaha berjalan atau tidak dan biaya variabel yang
merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah sesuai output produksi. Total biaya
akan didapatkan setelah menjumlahkan seluruh biaya baik biaya tetap maupun biaya
variabel.
33
Tabel 9. Rata-Rata Biaya Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Nilai Rata-Rata (Rp.) Persentase (%)
1. Penyusutan
Pintu Air Utama 590.833 9,96
Pintu Air Dalam 557.458 9,40
Mesin Pompa Air 438.786 7,40
Jaring Pukat 216.655 3,65
Keranjang 132.250 2,23
Penggali Tanah 36.058 0,61
Ember 15.408 0,26
Bubu 202.494 3,41
Gabus/Coolbox 42.733 0,72
Seser 20.083 0,34
Jaring Jala 183.488 3,09
Rumah Jaga/Gudang 313.250 5,28
Perahu/Pontong 142.506 2,40
Waring Jemuran 150.832 2,54
Waring Alas 28.780 0,49
Karung 14.475 0,24
Gerobak 147.817 2,49
Senter 66.667 1,12
Tongkat Bambu 3.250 0,05
2. Pajak 241.850 4,08
3. Sewa Lahan 2.386.000 40,22
5.931.674 100
Nener 425.000 3,04
Benur 1.920.000 13,75
Rumput Laut Glacilaria sp 510.000 3,65
Pupuk Urea 589.500 4,22
Pupuk TSP 615.000 4,41
Pupuk Poska/Organik/Lainnya 163.500 1,17
Racun Saphonin 255.000 1,83
Racun Marshal/Lainnya 149.000 1,07
Bensin 82.400 0,59
Tenaga Kerja Rumput Laut 4.937.500 35,37
Tenaga Kerja Tambak 4.312.519 30,89
13.959.419 100
Total Biaya Tetap 5.931.674 29,82
Total Biaya Variabel 13.959.419 70,18
19.891.093 100
Uraian
Total Biaya Tetap
Total Biaya Variabel
Total Biaya
A. Biaya Tetap
B. Biaya Variabel
C. Biaya Total (A +B)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
34
3. Penerimaan
Penerimaan adalah seluruh hasil penjualan dari Ikan bandeng, Udang Windu
dan Glacilaria sp. yang diterima oleh para pelaku usaha budidaya polikultur yang ada
di Kelurahan Bonto Langkasa.
Tabel 10. Rata-Rata Penerimaan Usaha Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No Komoditi Harga (Rp) Jumlah Penerimaan Persentase (%)
1 Ikan Bendeng 10.992 1.438 15.022.500 34,15
2 Udang Windu 89.592 161 14.149.625 32,17
3 Rumput Laut 3.000 4.939 14.812.500 33,68
43.984.625 100
14.661.542
Jumlah
Rata-Rata
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
4. Pendapatan
Adapun pendapatan yang diterima pelaku usaha budidaya polikultur di
Kelurahan Bonto Langkasa sebagai berikut.
Tabel 11. Rata-Rata Pendapatan Usaha Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
1 Total Penerimaan (TR) 879.692.500 43.984.625 182,6
2 Total Biaya (TC) 397.821.856 19.891.093 82,6
481.870.644 24.093.532 100
Persentase (%)
Pendapatan (TR-TC)
No Uraian JumlahNilai Rata-Rata
(Rp)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
D. Analisis Kelayakan
Untuk melihat kelayakan usaha budidaya polikultur yang ada di Kelurahan
Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dapat
diketahui setelah dilakukan analisis finansial sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No Jenis Analisis Kelayakan Hasil yang diperolah
1 Net Present Value (NPV) Rp. 223.184.879
2 Net Benefit-Cost Rasio (B/C) 3,17
3 Internal Rate of Return (IRR) 53,95%
4 Payback Period (PP) 3,2 Tahun
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
35
V. PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi
Keadaan lokasi penelitian mengambarkan keadaan yang terjadi pada lokasi
penelitian yang meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Kondisi Geografis
Kecamatan Minasatene memiliki wilayah seluas 76,48 Km2 yang terdiri dari 6
kelurahan dan 2 desa yaitu Kelurahan Bonto Langkasa, Kelurahan Bontolio, Kelurahan
Minasatene, Kelurahan Kalabirang, Kelurahan Bontoa, Desa Panaikang dan Desa
Kabba. Kelurahan Bonto Langkasa memiliki wilayah seluas 10,47 Km2 yang berjarak 7
Km dari ibukota Kecamatan Minasatenete dan 8 Km dari ibukota Kabupaten Pangkep
dengan ketinggian dari permukaan laut <50 mdpl. Adapun batas-batas wilayah
Kelurahan Bonto Langkasa antara lain :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kabba Kecamatan Minasatene
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Panaikang Kabupaten Maros
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros
Sebelah Barat berbatasan dengan Keluarahan Sibatua Kecamatan Pangkajene
Kelurahan Bonto langkasa terdiri dari 8 RW yaitu Kalibone, Pa’reang, Banggae,
Appaka sungguh, Japing-Japing Selatan, Japing-Japing Utara, Japing-Japing Tengah
dan Japing-Japing dengan luas area tambak 415,68 Ha.
2. Kondisi Demografi
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Bonto
Langkasa sebanyak 4.781 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.281 jiwa
dengan presentasi 47,71% sedangkan jumlah pendududk perempuan sebanyak 2.500
jiwa dengan presentasi 52,29%. Kelurahan Bonto Langkasa yang memiliki luas wilayah
10,47 Km2 menunjukkan kepadatan penduduk 456,64 Km2/Jiwa.
3. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan tabel 2 jumlah sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan
Bonto Langkasa sebanyak 38 unit yang terdiri dari Masjid, Mushollah, SD Sederajat,
SMP Sederajat, SMA/SMK Sederajat, Paud, Kantor Lurah, Pasar, Tempat Pelelangan
Ikan, Pustu, Posyandu dan Koperasi Tani.
36
4. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini merupakan pelaku usaha budidaya
polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan Rumput Laut Glacilaria sp. di Kelurahan
Bonto Langkasa. Untuk mengetahui karakteristik responden dilakukan wawancara
dengan menggunakan kuisioner sehingga didapatkan karateristik yang meliputi tingkat
umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman kerja dan luas
lahan/tambak sebagai berikut:
a. Tingkat Umur
Umur pelaku usaha budidaya polikultur memiliki peran penting dalam kegiatan
budidaya. Hal ini dapat dilihat dari penampakan fisiknya, umumnya orang yang lebih
tua memiliki kemampuan fisik yang lebih menurun sedangkan yang lebih muda
memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat. Selain itu usia juga mempengaruhi
kemampuan menerima inovasi baru dan pengalaman.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat jumlah responden sebanyak 20 orang.
Jumlah responden terbanyak pada kisaran usia 30-35 tahun dan jumlah responden
tersedikit pada kisaran usia 61-65 tahun dan 66-70 tahun. Usia para pelaku usaha
budidaya polikultur termasuk dalam tenaga kerja produktif yakni di bawah 65 dan di
atas 15 tahun namun masih ada pelaku usaha yang berumur di atas 65 tahun yang
masih aktif melakukan usaha budidaya polikultur.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku sesorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan potensi diri. Tingkat pendidikan yang
lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi
dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari.
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat jumlah responden dengan tingkat pendidikan
terbanyak yaitu pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 10 orang
dengan persentasi 50% sedangkan tingkat pendidikan dengan jumlah responden
terendah yaitu pada tingkat pendidikan SMA dan S1 dengan jumlah responden
masing-masing 2 orang.
c. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari istri, anak
dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama dan menjadi tanggungan kepala
37
keluarga. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat jumlah tanggungan responden terbanyak
berada pada jumlah tanggungan antara 1-3 orang dengan persentasi 50% sedangkan
responden dengan jumlah tanggungan terendah antara 13-14 orang sebanyak 1 orang
atau 5% dari jumlah responden.
d. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja menjadi modal utama untuk melakukan suatu pekerjaan
yang berfungsi untuk meminimalisir kegagalan suatu usaha yang ditekuni. Pengalaman
kerja dapat dilihat dari berapa lama seseorang menekuni pekerjaan tersebut.
Berdasarkan tabel 6 dapat pengalaman kerja sebagai pelaku usaha budidaya
polikultur terbesar berkisar antara 3-4 tahun yaitu sebanyak 10 orang sedangkan
pelaku usaha budidaya polikultur terendah berkisar antara 5-6 tahun yaitu sebanyak 1
orang.
e. Luas Lahan
Luas lahan adalah tempat yang digunakan untuk melakukan usaha budidaya
polikultur. Luas lahan berpengaruh terhadap biaya produksi yang akan dikeluarkan,
semakin luas lahan yang dikelola semakin besar pula biaya produksi yang akan
dikeluarkan.
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan luas lahan yang paling banyak digunakan
pelaku usaha budidaya polikultur berkisar antara 5.001 – 10.000 M2 dengan jumlah
responden sebanyak 9 orang. Sedangkan untuk luas lahan berkisar antara 20.001 –
25.000 M2 dan 25.001 – 30.000 M2 merupakan luas lahan dengan pelaku usaha
budidaya polikultur paling sedikit dengan jumlah responden masing-masing 1 orang.
B. Proses Produksi Polikultur
Usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan
Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan masih dilakukan dengan cara
tradisional. Berdasarkan alur produksi pada gambar 5 di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Persiapan Tambak
Persiapan tambak dilakukan dengan mengecek secara fisik kondisi tambak.
Persiapan tambak meliputi perbaikan pematang dan pintu air tambak. Perbaikan
pematang dilakukan dengan menaikkan tanah lumpur dari dalam tambak ke atas
pematang tambak dan menutup lubang-lubang yang ada di sepanjang pematang hal
ini juga dimaksudkan untuk memperkokoh pematang tambak agar tidak terjadi
38
kebocoran. Perbaikan pintu air dimaksudkan untuk menjaga sirkulasi air dalam tambak
sehingga pengontrolan air dalam tambak lebih mudah.
2. Pembersihan hama
Pembersihan hama dilakukan dengan pemberian racun saponin dan racun
lainnya. Pemberian racun ini berfungsi untuk membasmi hama atau organisme
kompotitor dan organisme predator dalam media budidaya seperti Ikan Mujair (Tilapia
mossambica), Ikan Kakap (Lates calcalifer), Ikan Payus (Elops hawaiensis), Kepiting
(Scylla serrata), Ular, siput trisipan dan lainnya. Pemberian racun saponin ini dilakukan
dengan mengurangi volume air dalam tambak setelah panen sebanyak 5 kg/Hektar,
sedangkan untuk racun lainnya disesuaikan dengan kondisi air tambak.
3. Penjemuran tambak
Penjemuran dilakukan setelah pemberian racun selama 1 – 5 hari. Untuk
tambak yang baru akan di tanami rumput laut dilakukan penjemuran 3-5 hari
sedangkan untuk tambak yang sudah memiliki rumput laut di dalamnya hanya akan
dijemur selama 1 hari saja guna menjaga agar rumput laut yang ada tetap hidup
sehingga tidak perlu lagi melakukan pembibitan ulang rumput laut.
4. Sterilisasi air tambak
Setelah penjemuran selesai, dilakukan pengisian air setinggi 1 – 1,5 meter
tergantung kedalaman tambak yang didiamkan selama 1 – 2 hari setelah itu dilakukan
pergantian air, dimana air yang ada di dalam tambak akan dikeluarkan dan diganti
dengan air baru.
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah pengisian air yang baru. Pupuk yang digunakan
yaitu Pupuk Urea dan Pupuk TSP (Triple Super Phosphat) atau dikenal dengan pupuk
SP- 36 dengan perbandingan 1 : 1 dalam 1 Hektar tambak digunakan 4 sak pupuk.
Pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan phytoplankton dalam tambak yang akan
menjadi pakan alami untuk udang dan ikan. Penggunaan pupuk urea dapat memacu
pertumbuhan phytoplankton yang bersifat stabil dalam tambak sedangkan penggunaan
TSP 36 digunakan untuk menumbuhkan phytoplankton yang dapat memacu
berkembangnya zooplankton sebagai pakan alami untuk udang. Pemupukan dilakukan
2 – 3 kali dalam 1 tahun tergantung frekuensi penebaran benur.
39
6. Penebaran Benur
Setelah pemupukan dilakukan pengisian air secara bertahap. Kemudian
dilakukan penebaran benur dengan kepadatan 10.000 ekor/hektar. Penebaran benur
ini dilakukan 2 – 3 kali 1 tahun.
7. Penebaran bibit rumput laut
Penebaran bibit rumput laut bisa di lakukan kapan saja. Para petambak
biasanya melakukan penebaran bibit rumput laut 7 hari setelah penebaran benur.
Penebaran bibit rumput laut sebanyak 500 – 1000 kg untuk 1 hektar tambak, biasanya
dilakukan 1 kali untuk beberapa periode atau baru akan diganti jika kualitas bibitnya
sudah menurun.
8. Penebaran Nener
Penebaran nener dilakukan 15 hari setelah penebaran benur dengan
kepadatan 2.000 ekor/hektar. Penebaran nener dilakukan 1 – 2 kali 1 tahun.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penambahan pupuk dan pergantian air.
Penambahan pupuk dilakukan 1 atau 2 bulan setelah penebaran nener sebanyak 1
sak pupuk. Untuk rumput laut diberikan pupuk poska atau pupuk organik setiap kali
selesai panen sebanyak 5 – 10 kg pupuk untuk memacu kembali pertumbuhan rumput
laut tersebut yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi pertumbuhan
phytoplankton sebagai pakan alami ikan dan udang. Pergantian air dalam tambak
dilakukan 2 – 3 kali dalam 1 bulan.
10. Panen
Pemanenan dilakukan secara bertahap. Untuk panen Udang Windu dilakukan
pada umur 3 – 4 bulan sedangkan Ikan Bandeng dilakukan pada umur 6 – 12 bulan.
Sedangkan untuk rumput laut akan dipanen setelah 1 – 2 bulan pemeliharaan.
Pemanenan yang pertama dilakukan adalah panen rumput laut. Pemanenan
rumput laut dilakukan dengan mengambil langsung rumpun rumput laut tersebut
menggunakan seser yang akan ditampung di atas perahu, kemudian di naikkan ke
pematang tambak untuk dilakukan penjemuran selama 1 hari. Untuk 1 hektar tambak
pemanenan rumput laut bisa berlangsung selama 7 hari tergantung volume panen
yang dilakukan petambak dengan hasil panen sebanyak 500 – 1.500 kg per panen.
Kemudian setelah panen akan dilakukan pemberian pupuk dan pemeliharaan kembali
selama 1 – 2 bulan sebelum panen berikutnya. pemanenan dapat dilakukan sepanjang
40
musim kemarau atau selama curah hujan masih rendah karena penjemuran rumput
laut sangat bergantung pada intensitas cahaya matahari.
Pemanenan yang kedua yaitu panen Udang Windu, pemanenan Udang Windu
dilakukan 1 – 3 hari untuk 1 siklus penebaran benur. Pemanenan dilakukan dengan
memasang bubu di pintu air tambak atau di kolom saluran air tambak. Pemanenan
dilakukan setelah 3 – 4 bulan pemeliharaan dengan jumlah panen sebanyak 20 – 100
Kg per panen dengan berat Udang Windu kisaran 22 – 34 ekor/Kg. Setelah panen
Udang Windu dianggap selesai akan dilakukan pembersihan dan pemberian pupuk
kembali dengan catatan Ikan Bandeng yang ada di dalam tambak telah di pindahkan
ke tambak lainnya. Setelah pembersihan dan pemberian pupuk dilakukan penebaran
benur untuk siklus berikutnya kemudian Ikan Bandeng dimasukkan kembali ke dalam
tambak.
Pemanenan yang ketiga yaitu panen Ikan Bandeng, pemanenan Ikan bandeng
dilakukan secara bertahap 2 – 5 kali dalam 1 tahun. Pembudidaya akan mulai
memanen Ikan Bandeng di umur 6 bulan ke atas, pemanenan dilakukan untuk
mengurangi jumlah ikan dalam tambak agar terjadi keseimbangan antara Ikan, Udang
dan rumput laut. Keberadaan Ikan bandeng sangat berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan rumput laut, Ikan Bandeng akan memakan phytoplankton atau lumut
yang menempel pada rumput laut yang dapat menghambat pertumbuhan rumput laut
atau dengan kata lain antara Ikan Bandeng dan rumput laut terjadi hubungan simbiosis
mutualisme begitupun antara Udang Windu dan rumput laut. Pemanenan dilakukan 1
hari untuk 1 kali panen menggunakan jaring pukat sesuai ukuran Ikan Bandeng. Untuk
panen Ikan Bandeng biasanya sebanyak 100 – 300 ekor/panen dengan harga
bervariasi sesuai besarnya ukuran ikan dengan kisaran harga Rp. 7.000 – Rp. 30.000 /
ekor.
C. Pendapatan Usaha Polikultur
1. Investasi
Investasi didefinisikan sebagai penanaman modal atau pembentukan modal,
sedangkan dalam konteks makro ekonomi investasi adalah pengeluaran atau
pembelanjaan barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah
barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian (Hasanah and Sunyoto 2012).
Adapun investasi yang dikeluarkan pelaku usaha budidaya polikutur di Kelurahan
Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
sebagai berikut :
41
a. Lahan
Lahan merupakan tempat atau lokasi yang digunakan dalam proses pemeliharaan
komoditi yang dibudidayakan baik secara monokultur maupun polikultur. Adapun
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan lahan tambak pelaku usaha
budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kabupaten Pangkep sebesar Rp.
119.300.000.
b. Pintu Air Utama
Pintu air utama atau laban merupakan pengendali atau pengatur air dalam
operasional budidaya. Pintu air utama berfungsi sebagai saluran utama keluar
masuknya air yang berhubungan langsung dengan sungai atau sumber air yang
telah dilengkapi dengan saringan air. Pintu air terbuat dari kayu ulin/kayu besi dan
kayu jati, dengan rata-rata biaya pembuatan sebesar Rp. 5.775.000.
c. Pintu Air Dalam
Pintu air dalam atau tokoan merupakan pintu air sekunder yang berfungsi sebagai
saluran keluar masuknya air dari pintu air utama ke dalam petakan tambak dengan
rata-rata biaya pembuatan sebesar Rp. 5.002.500.
d. Mesin Pompa Air
Mesin pompa air merupakan mesin yang dapat digunakan untuk memasukkan dan
mengeluarkan air dalam tambak. Mesin pompa air ini digunakan ketika akan
melakukan pengeringan atau pengisian air tambak jika di anggap perlu tergantung
kondisi air tambak. Mesin pompa air diperoleh dengan rata-rata harga pembelian
sebesar Rp. 2.350.000.
e. Jaring Pukat
Jaring pukat merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap Ikan
Bandeng. Jaring pukat didesain untuk menangkap ikan yang terbuat dari simpulan-
simpulan tali tasi yang ukurannya menyesuaikan dengan ukuran ikan yang menjadi
target tangkapan. Jaring pukat biasanya memiliki panjang sekitar 20 – 50 meter
yang digunakan dengan cara dibentangkan di dalam tambak. Adapun biaya rata-
rata yang dikeluarkan untuk memperoleh jaring pukat sebesar Rp. 963.500.
f. Keranjang
Keranjang merupakan wadah yang digunakan untuk menampung Ikan atau udang
yang akan di jual. Keranjang ini diangkat menggunakan tongkat bambu menuju
tempat penjualan. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh keranjang
sebesar Rp. 309.750.
g. Penggali Tanah
Penggali tanah merupakan alat pengeruk tanah yang digunakan untuk
memudahkan petambak memindahkan tanah lumpur dari dalam tambak ke atas
42
pematang tambak. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh penggali
tanah sebesar Rp. 155.250.
h. Ember
Ember merupakan tempat air yang berbentuk silinder terbuat dari plastik dipakai
untuk menimba air dan sebagainya. Dalam kegiatan budidaya, ember digunakan
untuk kegiatan pemupukan juga pemeliharaan dan pemanenan. Biaya rata-rata
yang dikeluarkan untuk memperoleh ember sebesar Rp. 50.000.
i. Bubu
Bubu merupakan alat tangkap yang bersifat pasif yang dipasang sebagai
perangkap ikan berbentuk kurungan sehingga ikan yang terperangkap tidak dapat
keluar lagi. Bubu yang digunakan dalam kegiatan budidaya polikultur adalah bubu
untuk menangkap udang dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk
memperoleh bubu sebesar Rp. 716.000.
j. Gabus / Coolbox
Gabus / Coolbox digunakan sebagai wadah penampungan Udang yang telah di
tangkap sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum di bawah ke tempat
penjualan dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh gabus
sebesar Rp. 91.500.
k. Seser
Seser yang digunakan dalam kegiatan budidaya polikultur terbuat dari waring yang
dijahit melingkar yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan sementara, juga
dapat digunakan dalam kegiatan pemanenan. Biaya rata-rata yang dikeluarkan
untuk memperoleh seser sebesar Rp. 30.500.
l. Jaring Jala
Jaring jala merupakan jaring yang berbentuk lingkaran dengan pemberat pada tepi-
tepinya. Jaring jala ini digunakan untuk mengecek pertumbuhan udang windu pada
proses pemeliharaan. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh jaring
jala sebesar Rp. 697.500.
m. Rumah Jaga/Gudang
Rumah jaga merupakan tempat istirahat bagi para petambak setelah bekerja,
rumah jaga juga digunakan untuk menyimpan alat dan bahan produksi yang
digunakan dalam proses budidaya, selain itu rumah jaga juga digunakan sebagai
gudang penyimpanan rumput laut yang telah kering. Untuk pembuatan rumah jaga/
gudang petambak rata-rata mengeluarkan biaya sebesar Rp. 2.607.000.
n. Perahu/Pontong
Perahu merupakan benda yang dapat mengapung di atas permukaan air. Perahu
yang digunakan dalam kegiatan budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa
43
dikenal dengan sebutan pontong yang terbuat dari belahan drum air yang diikat
dengan tali dan kayu menyerupai perahu dan ada juga yang terbuat dari potongan
gabus yang berfungsi sebagai pegangkut tanah dan digunakan untuk memanen
rumput laut dalam tambak. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh
perahu/pontong sebesar Rp. 727.500.
o. Waring Jemuran
Waring jemuran yang dimaksud adalah waring hitam yang terbuat dari anyaman
benang polietilen. Waring ini digunakan sebagai alas dalam penjemuran rumput
laut Glacilaria sp., dengan cara digelar di atas pematang tambak. Biaya rata-rata
yang dikeluarkan untuk memperoleh waring jemuran sebesar Rp. 610.500.
p. Waring Alas
Waring alas yang dimaksud adalah waring hijau yang terbuat dari anyaman benang
polietilen yang memiliki lubang lebuh kecil dari waring hitam. Waring ini digunakan
sebagai alas penyimpanan rumput laut Glacilaria sp. di rumah jaga/gudang agar
rumput laut kering tidak tercecer atau berantakan dengan biaya rata-rata yang
dikeluarkan untuk memperoleh waring alas sebesar Rp. 136.400.
q. Karung
Karung digunakan sebagai wadah untuk mengumpulkan rumput laut yang basah
atau kering. Dalam keadaan basah, karung digunakan untuk memindahkan rumput
laut dari tempat penampungan ke atas waring jemuran untuk di tata. Sedangkan
dalam keadaan kering, karung digunakan untuk mengumpulkan rumput laut kering
yang akan disimpan di gudang. Selain untuk rumput laut, karung juga digunakan
dalam pemanenan Ikan Bandeng untuk mengangkut ikan ke tempat penjualan.
Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh karung sebesar Rp. 15.750.
r. Gerobak
Gerobak merupakan benda dengan roda yang dapat di dorong atau ditarik.
Gerobak digunakan sebagai alat bantu pengangkut dalam pemanenan rumput laut
dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh gerobak sebesar Rp.
442.250.
s. Senter
Senter merupakan alat penerangan yang digunakan untuk menunjang kegiatan
budidaya di malam hari. Senter digunakan untuk mengecek keaktifan udang di
malam hari dan juga digunakan dalam kegiatan panen ikan yang biasa dilakukan
dini hari. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh senter sebesar Rp.
200.000.
44
t. Tongkat Bambu
Tongkat bambu merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut keranjang dan
atau karung dalam kegiatan budidaya dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan
untuk memperoleh tongkat bambu sebesar Rp. 28.750.
2. Biaya
Biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan untuk memperoleh manfaat dari
barang atau jasa yang digunakan. Adapun biaya-biaya dalam kegiatan usaha budidaya
polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan sebagai berikut :
a. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan jenis biaya yang bersifat statis atau tidak berubah yang
tetap dikeluarkan oleh pelaku usaha yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi
yang dihasilkan. Adapun biaya tetap yang dikeluarkan pelaku usaha budidaya
polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa sebesar Rp. 5.931.674 per tahun yang
terdiri dari penyusutan, pajak dan sewa lahan. Adapun biaya tetap terkecil yaitu
penyusutan tongkat bambu sebesar Rp. 3.250 atau 0,05% sedangkan untuk biaya
tetap terbesar dikeluarkan untuk sewa lahan yaitu sebesar Rp. 2.386.000 atau
44,22% dari total biaya tetap.
b. Biaya Variabel
Biaya Variabel merupakan biaya yang bersifat dinamis atau berubah-ubah sesuai
jumlah produksi yang akan dihasilkan. Adapun biaya variabel yang dikeluarkan
pelaku usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa sebesar Rp.
13.595.419 per tahun. Adapun biaya tetap terkecil yaitu pembelian bahan bakar
bensin sebesar Rp. 82.400 atau 0,59% sedangkan untuk biaya variabel terbesar
dikeluarkan untuk tenaga kerja rumput laut Glacilaria sp. yaitu sebesar Rp.
4.937.500 atau 35,37% dari total biaya variabel.
c. Total Biaya
Total biaya merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan
produksi yang terdiri dari total biaya tetap dan total biaya variabel. Adapun total
biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa sebesar Rp. 19.891.093 per tahun. Total biaya terdiri dari biaya tetap
sebesar Rp. 5.931.674 atau 29,82% dan biaya variabel sebesar Rp. 19.959.419
atau 70,18% dari total biaya yang dikeluarkan.
45
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani
dalam jangka waktu tertentu. Adapun jenis penerimaan yang diterima oleh pelaku
usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa berasal dari hasil penjualan 3
jenis komuditi yang dibudidayakan. Adapun komoditi yang dimaksud yaitu pertama,
Ikan Bandeng (Chanos chanos) dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 1.438
ekor/tahun menghasilkan penerimaan sebanyak Rp. 15.022.500 pertahun atau
sebesar 34,15% dari total penerimaan budidaya polikultur. Kedua, Udang Windu
(Panaeus monodon) dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 161 Kg/tahun
menghasilkan penerimaan sebanyak Rp. 14.149.625 pertahun atau sebesar 32,17%
dari total penerimaan budidaya polikultur. Ketiga, Rumput Laut (Glacilaria sp.) dengan
jumlah produksi rata-rata sebanyak 4.939 Kg/tahun menghasilkan penerimaan
sebanyak Rp. 14.812.500 pertahun atau sebesar 33,68% dari total penerimaan
budidaya polikultur. Sehingga total penerimaan yang diperoleh dari usaha budidaya
polikultur tersebut sebesar Rp. 43.984.625 per tahun.
Di tambak Desa Borimasunggu Kabupaten Maros diperoleh hasil perhitungan
penerimaan dari Ikan Bandeng (Chanos chanos) dengan jumlah produksi rata-rata
sebanyak 471 ekor/musim menghasilkan penerimaan sebanyak Rp. 9.200.000, Udang
Windu (Panaeus monodon) dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 165 Kg/musim
menghasilkan penerimaan sebanyak Rp. 13.200.000 dan Rumput Laut (Glacilaria sp.)
dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 4.285 Kg/musim menghasilkan
penerimaan sebanyak Rp. 25.714.300 sehingga total penerimaan yang diperoleh dari
usaha budidaya polikultur tersebut sebesar Rp. 48.334.300 per musim (Mangampa
and Burhanuddin 2014).
4. Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil penjumlahan penerimaan yang diperoleh
dikurangi jumlah biaya total yang dikeluarkan. Adapun total penerimaan pelaku usaha
budidaya polikultur sebesar Rp. 879.692.500 pertahun dengan rata-rata penerimaan
sebesar Rp. 43.984.625 per orang. Sedangkan untuk total biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp. 397.812.865 per tahun dengan rata-rata total biaya sebesar Rp.
19.891.093 per orang. Sehingga dapat diketahui bahwa besarnya pendapatan pelaku
usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa sebesar Rp. 481.870.644 per
tahun dengan rata-rata pendapatan pelaku usaha sebesar Rp. 24.093.532 per pelaku
usaha budidaya polikultur.
46
Luas lahan tambak untuk budidaya perikanan di Kabupaten Luwu tercatat
10.141 hadan menyebar di 11 kecamatan yang digarap oleh 4.500 KK dengan jumlah
produksi (termasuk rumput laut) sebanyak 252.359,76 ton pada tahun 2013. Sampai
pada tahun 2017 luas lahan tambak terus mengalami peningkatan karena adanya
pembukaan lahan tambak baru yang ditaksir mencapai 10% menjadi sekitar 11.155 ha.
Produktivitas areal tambak sampai pada tahun 2014 (dengan polikultur) rata-rata
hanya 24,88 ton/ha/tahun dianggap masih sangat rendah dari yang ideal yaitu 70
ton/ha/tahun. Dari 50 responden, didapat rata-rata luas lahan garapan mereka 2,56 ha
tambak dengan keuntungan diperolehnya rata-rata Rp.19.608.000,- per musim panen
(Yasir and Nur 2018).
Di tambak Desa Borimasunggu Kabupaten Maros diperoleh hasil perhitungan
pendapatan atau keuntungan sebesar Rp 22.694.300/ha/musim dengan total biaya
sebesar Rp 25.640.000/musim dan penerimaan sebesar Rp 48.334.300 dengan 1 kali
panen udang dan ikan dan 2 kali panen rumput laut dalam jangka waktu 3-4 bulan
(Mangampa and Burhanuddin 2014).
D. Kelayakan Usaha Polikultur
Secara khusus, suku bunga menjadi hal yang harus sangat diperhatikan dan
berpengaruh terhadap analisis finansial dari suatu proyek terutama ketika modal dari
suatu proyek diperoleh melalui pinjaman. Hal tersebut dikarenakan bunga yang harus
dibayarkan dalam suatu proyek merupakan komponen biaya dan unsur yg mengurangi
revenue (PSDADK 2017a). Di Indonesia terdapat beberapa jenis suku bunga pinjaman
meliputi suku bunga investasi, konsumsi dan modal kerja, di antara ketiganya suku
bunga investasi adalah yang terendah maka dalam penelitian ini menggunakan suku
bunga pinjaman investasi yang diberikan oleh bank sentral kepada bank umum
sebesar 9,70% yang dapat dilihat di laman resmi BI sehingga kita dapat mengetahui
hasil analisis kelayakan finansial usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagai
berikut.
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih antara Present Value Benefit dikurangi
dengan Present Value Cost. Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara
finansial adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif (PSDADK 2017a).
Berdasarkan hasil perhitungan NPV dengan Discount Factor (DF) sebesar
9,70% berturut-turut. Discount Factor (DF) yang digunakan sesuai suku bunga
pinjaman investasi yang di keluarkan Bank Indonesia kepada bank umum. Sehingga
47
diperoleh hasil NPV pada tingkat suku bunga 9,70% sebesar Rp. 223.184.879,- yang
menunjukkan bahwa laba bersih yang diterima selama 10 tahun mendatang jika diukur
dengan nilai sekarang sebesar Rp. 223.184.879,-,- berarti usaha budidaya polikultur
tersebut menguntungkan selama 10 tahun mendatang pada tingkat suku bunga 9,70%.
Hasil NPV dari usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan
Minasatene Kabupaten Pangkep menunjukkan nilai NPV positif sehingga usaha
tersebut di katakan layak secara finansial.
2. Net Benefit – Cost Rasio (Net B/C)
Analisis Benefit Cost Rasio digunakan untuk mengevaluasi kelayakan proyek
dengan membandingkan total manfaat terhadap total biaya yang telah didiskonto ke
tahun dasar dengan memakai nilai suku bunga diskonto (discount rate) selama tahun
rencana (PSDADK 2017a).
Berdasarkan hasil perhitungan Net Benefit Cost Rasio pada lampiran 14
menunjukkan nilai BCR lebih besar dari 1 yaitu sebesar 3,17 yang diperoleh dari
perbandingan nilai Present value positif yaitu sebesar Rp. 306.021.974,- terhadap nilai
present value negatif sebesar Rp. 102.837.095,- selama 10 tahun sehingga dapat
simpulkan bahwa usaha budidaya polikultur tersebut layak untuk dilaksanakan. Hal ini
menunjukkan keuntungan yang diperoleh sebesar 3,17 kali lipat dari biaya yang
keluarkan oleh pelaku usaha budidaya polikultur.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat pengembalian berdasarkan
pada penentuan nilai tingkat bunga (discount rate), dimana semua keuntungan masa
depan yang dinilai sekarang dengan discount rate tertentu adalah sama dengan biaya
kapital atau present value dari total biaya (PSDADK 2017a).
Berdasarkan hasil perhitungan IRR dari kedua NPV dan tingkat suku bunga
yang ada pada lampiran 15 diperoleh nilai IRR sebesar 53,95% menunjukkan nilai IRR
lebih besar dari discount rate atau suku bunga yang digunakan sehingga usaha
budidaya polikultur ini dikatakan layak untuk diteruskan karena mempunyai
keuntungan secara finansial.
4. Payback Period (PP)
Payback period adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali
original cash outlay. Payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang
waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh
kembali seluruhnya. Payback period ini merupakan jangka waktu/periode yang
48
diperlukan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi suatu proyek; waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat
dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas (PSDADK
2017a).
Dari hasil perhitungan Payback period pada usaha budidaya polikultur
diperoleh hasil yaitu 3,2 tahun atau 38,4 bulan yang artinya modal investasi
diperkirakan akan kembali dalam jangka waktu tersebut. Artinya, 3,2 tahun lebih cepat
dari umur proyek yaitu 10 tahun hal ini menunjukkan pengembalian modal investasi
yang relatif cepat sesuai dengan pendapat (Rachadian, Agassi, and Supoto 2013)
Semakin cepat pengembaliannya maka alternatif tersebut lebih menarik dibandingkan
dengan alternatif lainnya. jika PP usaha lebih kecil dari waktu maksimun suatu proyek
maka usaha tersebut dapat diteriama atau layak dijalankan.
E. Pengaruh Virus Covid-19 terhadap Usaha Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Munculnya pandemi covid-19 membawa dampak perekonomian yang sangat
besar terhadap semua jenis usaha termasuk usaha budidaya perikanan. Kelurahan
Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang
merupakan lokasi penelitian ini juga menerima dampak adanya virus ini. Awal mula
munculnya virus ini belum mempengaruhi kegiatan produksi polikultur yang ada di
lokasi ini. Para pelaku usaha masih melakukan kegiatan budidaya polikulturnya seperti
biasa.
Pandemi COVID-19 berdampak terhadap penurunan harga ikan. Penurunan
harga ikan dikarenakan pemberlakuan lock down di beberapa negara tujuan eksport.
Hal ini ditambah dengan adanya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun
2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441 H dalam
rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19 (Biro Komunikasi dan Informasi Publik,
2020) menyebabkan pengiriman komoditas perikanan menjadi terhambat (Dwi
Mardhia, Neri Kautsari, Lalu Ilham Syaputra, Wahyu Ramdhani 2020).
Semakin berkembang pesatnya penyebaran pandemi covid-19 ini
mengakibatkan ketersediaan pupuk mengalami kelangkaan dan kenaikan harga
karena tidak adanya pemasokan atau pengiriman dari pabrik sehingga para pelaku
usaha polikultur harus mengeluarkan biaya yang lebih besar dari biaya sebelumnya
untuk pengadaan pupuk. Adanya pandemi ini belum mempengaruhi harga beli benih
benur, nener dan rumput laut di lokasi penelitian. Selain itu, adanya pandemi ini juga
mempengaruhi harga beli Udang Windu, dimana harga Udang Windu mengalami
49
penurunan harga untuk ukuran-ukuran tertentu karena tidak adanya kegiatan ekspor.
Untuk Ikan Bandeng belum diketahui apakah akan mengalami kenaikan atau
penurunan harga karena belum terlaksananya kegiatan panen pada masa ini.
Sedangkan untuk rumput laut Glacilaria sp. pada masa pandemi ini masih tidak
mengalami penurunan harga bahkan mengalami kenaikan harga Rp 100 – Rp 2.000
dari sebelumnya.
50
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat di tari
kesimpulan sebagai berikut :
a. Pendapatan rata-rata pelaku usaha budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos
chanos), Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rumput Laut (Glacilaria sp.) di
Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene
sebesar Rp. 24.093.532,-/Tahun dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp.
43.984.625,-/Tahun dan rata-rata total biaya sebesar Rp. 19.891.093,-/Tahun
per pelaku usaha budidaya polikultur.
b. Usaha budidaya budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos), Udang
Windu (Panaeus monodon) dan Rumput Laut (Glacilaria sp.) di Kelurahan
Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene disimpulkan
layak setelah memperoleh hasil analisis kelayakan yang telah dilakukan yaitu
1. Net Present Value (NPV) yang menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp.
223.184.879,- sehingga usaha tersebut di katakan layak secara finansial.
2. Net Benefit Cost Rasio (Net B/C Rasio) menunjukkan nilai Net B/CR lebih
besar dari 1 yaitu sebesar 3,17 sehingga dapat simpulkan bahwa usaha
budidaya polikultur tersebut layak untuk dilaksanakan.
3. Internal Rate of Return (IRR) diperoleh nilai IRR sebesar 53,95%
menunjukkan nilai IRR lebih besar dari discount rate atau suku bunga yang
digunakan sehingga usaha budidaya polikultur ini dikatakan layak untuk
diteruskan karena mempunyai keuntungan secara finansial.
4. Payback Period (PP) diperoleh hasil yaitu 3,2 tahun atau 38,4 bulan yang
artinya modal investasi diperkirakan akan kembali dalam jangka waktu
tersebut. Artinya, 3,2 tahun hal ini menunjukkan pengembalian modal
investasi yang relatif cepat sehingga usaha polikultur tersebut layak untuk
dijalankan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka ada beberapa saran yang dapat
disampaikan antara lain :
1. Kegiatan budidaya polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan Rumput Laut
Glacilaria sp. masih perlu peningkatan dalam pengembangan teknologi
budidaya guna meningkatkan produktivitas secara optimal.
51
2. Perlunya dilakukan penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan pembuatan produk
perikanan agar bisa menjadi nilai tambah dalam kegiatan perekonomian pelaku
usaha budidaya polikultur terkhusus untuk pelatihan pembuatan produk rumput
laut Glacilaria sp.
52
DAFTAR PUSTAKA
Amsari, Alvina Dina. 2017. Prospek Pengembangan Usaha Tambak Polikultur Udang Windu (Panaeus Monodon) Dan Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Anton. 2017. “Pertumbuhan Dan Kandungan Rumput Laut (Glacilaria Spp) Pada Beberapa Tingkat Sanilitas.” Jurnal Airaha 6(2): 54–64.
BPS-Pangkep. 2019a. Kabupaten Pangakajene Dan Kepulauan Dalam Angka 2019. Makassar: BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
———. 2019b. “Kecamatan Minasatene Dalam Angka 2019.” In Kecamatan Minasatene Dalam Angka 2019,.
BPS-Sulsel. 2019. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2019. Makassar: BPS Provinsi Sulawesi Selatan.
Dwi Mardhia, Neri Kautsari, Lalu Ilham Syaputra, Wahyu Ramdhani, Chandra Okta Rasiardhi. 2020. “Penerapan Protokol Kesehatan Dan Dampak Covid-19 Terhadap Harga Komoditas Perikanan Dan Aktivitas Penangkapan.” Indonesia journal of applied science and technology ke-1(9): 80–87.
Effendi, Irzal, and Mulyadi. 2005. Budidaya Perikanan.
Fauziah, N. 2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak Polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkep. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Hadie, Dr. Wartono, Dra. Liea Emmawati Hadie, and Dr. Agus Supangat. 2005. Teknik Budidaya Ikan.
Hanani, Dr. Ir. Nuhfil, Rosihan Asmara, and Fahriyah. 2011. Ekonomi Mikro. Malang: Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Hasanah, E.U, SE. M.Si, dan Drs.D. Sungoto, SH. SE. MM. 2012. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Buku. CAPS (Center for Academic Publishing Servise). Yogyakarta.
Laily, Dona Wahyuning, Ika Purnamasari, Bhiaztika Ristyanadi, and Ida Syamsu Roidah. 2019. “Pengembangan Usaha Tambak Polikultur Udang Windu Dan Ikan Bandeng Di Desa Rejotengah Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.” Jurnal Grouper 10(2): 19–30.
Lideman, Andi Elman, Kasturi, and Fadli. 2016. “Petunjuk Teknis Produksi Bibit Glacilaria Laut (Glacilaria Sp.) Melalui Kultur Spora Pada Tali.” In eds. Nono Hartanto, Harnita Agusanty, and Ahmad Ihsan Said. , 1–26. Kementrian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar.
Lumintang, Fatmawati M. 2013. “Analisis Pendaptan Petani Padi Di Desa Teep Kecamatan Langowan Timur.” Jurnal EMBA 1(3): 991–98.
53
Mangampa, Markus, and Burhanuddin. 2014. “Uji Lapang Teknologi Polikultur Udang Windu ( Penaeus Monodon Fabr .), Ikan Bandeng ( Chanos Chanos Forskal ) Dan Rumput Laut ( Gracilaria Verrucosa ) Di Tambak Desa Borimasunggu Kabupaten Maros.” Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) 10(1): 30–36. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Jurnal.
Murachman, Nuhfil Hanani, Soemarno, and Sahri Muhammad. 2010. “Model Polikultur Udang Windu ( Penaeus Monodon Fab ), Ikan Bandeng ( Chanos-Chanos Forskal ) Dan Rumput Laut ( Gracillaria Sp .) Secara Tradisional.” Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari 1(1): 1–10.
Nurhikmah. 2017. “Analisis Pendapatan Usaha Tani Tambak Polikultur Rumput Laut (Glacilaria Sp Dan Bandeng (Chanos Chanos) Di Desa Minasa Upa Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.”
Prasetio, Teguh. 2016. “Estimasi Nilai Ekonomi Dan Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tambak Polikultur (Studi Kasus : Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang).”
Priono, Bambang. 2013. “Budidaya Rumput Laut Dalam Upaya Peningkatan Industrialisasi Perikanan.” Media Akuakultur 8(1): 1–8.
PSDADK, BPSDM. 2017a. Modul 3 Kelayakan Ekonomi. Bandung.
———. 2017b. Modul 5 Kalayakan Finansial. Bandung.
Putri, Aldila. 2018. Analisis Pendapatan Usahatani Polikultur Udang Windu-Ikan Bandeng Dan Efisiensi Pemasaran Ikan Bandeng Di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur. Bandar Lampung: Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Putri, Yulina Sulistiani, and Susilowati. 2013. “Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kehiduplulusan Dan Pertumbuhan Udang Vanname (Litopenaeus Vannamei) Serta Produksi Biomassa Rumput Laut (Gracilaria Sp.) Pada Budidaya Polikultur.” Journal of Aquaculture Management and Technology 2(3): 12–19. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik.
Rachadian, Febri Muhammad, Ereika Arie Agassi, and Wahyudi Supoto. 2013. “Analisis Kelayakan Investasi Penambahan Mesin Frais Baru Pada CV. XYZ.” J@TI Undip VIII: 15–20.
Rasul, A.A., N. Wijiharjono, dan T. Setyowati. 2013. Ekonomi Mikro Edisi 2. Hal 138-139, 160. Buku. Mitra Wacana Media. Jakarta
Setiawan, Halim Hartono, Suhadak, and Nengah Sutaja. 2014. “PENGENDALIAN BIAYA KOMERSIAL ( Studi Pada PT Pangan Lestari Finna Malang 2012 ).” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 13(1): 1–7.
SNI. 2013. “Ikan Bandeng (Chanos Chanos, Forskal).” : 1–10. www.bsn.go.id.
Tangko, Abdul Malik. 2008. “Potensi Dan Prospek Serta Permasalahan Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Provinsi Sulawesi Selatan.” Media Akuakultur 3(2): 137–44.
Triyanti, Riesti, and Hikmah. 2013. “Kajian Ekonomi Pelelangan Bandeng Di
54
Kabupaten Pangkajene Kepulauan.” Sosek Kelautan Perikanan VIII(2): 217–30.
WWF-Indonesia, Tim Perikanan. 2014a. “BMP Budidaya Udang Windu (Panaeus Monodon) Tambak Tradisional Dan Semi Intensif.” In BMP Budidaya Udang Windu (Panaeus Monodon) Tambak Tradisional Dan Semi Intensif, ed. Tim Perikanan WWF-Indonesia. Jakarta: Gedung Graha Simatupang, 1–26.
———. 2014b. “Budidaya Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Pada Tambak Ramah Lingkungan.” In Budidaya Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Pada Tambak Ramah Lingkungan, ed. Tim Perikanan WWF-Indonesia. Jakarta: Gedung Graha Simatupang, 1–22.
———. 2014c. “Budidaya Rumput Laut Glacilaria Sp. Di Tambak.” In Budidaya Rumput Laut Glacilaria Sp. Di Tambak, ed. Tim Perikanan WWF-Indonesia. Jakarta: Gedung Graha Simatupang, 1–20.
World Register of Marine Species. pada laman website http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=210378 diakses pada 20 Februari 2020 pukul 20.15 Wita
Yasir, Muhammad, and Muhammad Nur. 2018. “Analisis Pendapatan Petani Tambak Di Kabupaten Luwu.” Economic Resources 1(1): 16–30.
55
L
A
M
P
I
R
A
N
56
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
57
Lampiran 2. Data Umum Responden
No Nama Umur Pendidikan Pengalaman
Kerja Jumlah
Tanggungan
Luas Lahan (M²)
Budidaya RL
Hari / Tanggal Pengambilan Data
1. ALIMUDDIN 53 SMP 30 4 17.000 4 Kamis / 2 April 2020
2. DG. BIDONG 62 SD 28 1 5.000 3 Selasa / 7 April 2020
3. H. BAHARUDDIN 60 SD 30 1 15.000 10 Selasa / 7 April 2020
4. ALIMUDDIN MURNI 49 SD 30 4 10.000 2 Selasa / 7 April 2020
5. ANSAR 45 SMA 30 2 5.000 10 Rabu / 8 April 2020
6. ABDUL HALIM 60 SD 35 2 6.000 2 Rabu / 8 April 2020
7. MUSTAFA 49 SMP 20 6 4.000 3 Rabu / 8 April 2020
8. ALIMUDDIN IDRUS 37 SD 3 3 10.000 3 Jum'at / 10 April 2020
9. GAFFAR 33 SMA 10 3 5.900 2 Jum'at / 10 April 2020
10. H. SAINUDDIN, S. Ag 51 S1 30 2 20.000 1 Senin / 13 April 2020
11. MUHAMMAD RAIS 45 SMP 20 14 30.000 1 Senin / 13 April 2020
12. JUWAHIR 38 SD 20 6 21.500 3 Kamis / 16 April 2020
13. DG. TIPU 60 SD 4 4 20.000 3 Senin / 20 April 2020
14. SARIPUDDIN 40 SD 20 6 10.000 1 Senin / 20 April 2020
15. H.M ASHAF, S.Pdi 66 S1 20 4 13.000 5 Senin / 20 April 2020
16. MUHAMMAD ALWI 42 SMP 20 3 8.600 3 Sabtu / 25 April 2020
17. RAMLI 32 SD 10 4 20.000 10 Sabtu / 25 April 2020
18. ASHAERI 31 SMP 17 3 6.500 4 Jum'at / 1 Mei 2020
19. MUHAMMAD IMRAN 30 SMP 15 2 5.600 3 Selasa / 5 Mei 2020
20. KAMARANG 47 SD 32 4 5.500 3 Rabu / 6 Mei 2020
58
Lampiran 3. Investasi
No Lahan Tambak Pintu Air Utama Pintu Air Dalam Mesin Pompa Air Jaring Pukat
Luas Harga (Rp) Total
Jumlah Harga (Rp) Total
Jumlah
Harga (Rp) Total
Jumlah
Harga (Rp) Total
Jumlah
Harga (Rp) Total
1. 17.000 10.000 170.000.000 1 5.000.000 5.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 2.500.000 2.500.000 1 1.000.000 1.000.000
2. 5.000 10.000 50.000.000 1 5.000.000 5.000.000 1 2.000.000 2.000.000 1 2.500.000 2.500.000 2 500.000 1.000.000
3. 15.000 10.000 150.000.000 1 3.500.000 3.500.000 2 2.000.000 4.000.000 1 2.500.000 2.500.000 3 200.000 600.000
4. 10.000 10.000 100.000.000 1 3.000.000 3.000.000 4 1.500.000 6.000.000 1 1.500.000 1.500.000 2 750.000 1.500.000
5. 5.000 10.000 50.000.000 1 6.000.000 6.000.000 2 3.000.000 6.000.000 1 1.700.000 1.700.000 1 750.000 750.000
6. 6.000 10.000 60.000.000 1 5.000.000 5.000.000 2 2.500.000 5.000.000 1 1.500.000 1.500.000 1 900.000 900.000
7. 4.000 10.000 40.000.000 1 5.000.000 5.000.000 3 2.500.000 7.500.000 1 2.500.000 2.500.000 1 1.000.000 1.000.000
8. 10.000 10.000 100.000.000 2 5.000.000 10.000.000 3 3.000.000 9.000.000 1 2.700.000 2.700.000 2 1.000.000 2.000.000
9. 5.900 10.000 59.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 1.000.000 1.000.000 1 2.500.000 2.500.000 1 270.000 270.000
10. 20.000 10.000 200.000.000 2 3.500.000 7.000.000 5 2.000.000 10.000.000 1 1.500.000 1.500.000 1 500.000 500.000
11. 30.000 10.000 300.000.000 3 3.000.000 9.000.000 4 2.000.000 8.000.000 1 5.000.000 5.000.000 2 500.000 1.000.000
12. 21.500 10.000 215.000.000 3 2.000.000 6.000.000 3 700.000 2.100.000 1 2.500.000 2.500.000 3 200.000 600.000
13. 20.000 10.000 200.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 2.500.000 2.500.000 1 2.500.000 2.500.000 2 1.500.000 3.000.000
14. 10.000 10.000 100.000.000 1 3.000.000 3.000.000 3 3.000.000 9.000.000 1 1.500.000 1.500.000 1 1.000.000 1.000.000
15. 13.000 10.000 130.000.000 2 2.000.000 4.000.000 3 1.000.000 3.000.000 1 2.500.000 2.500.000 1 300.000 300.000
16. 8.600 10.000 86.000.000 1 10.000.000 10.000.000 1 7.000.000 7.000.000 1 2.500.000 2.500.000 1 600.000 600.000
17. 20.000 10.000 200.000.000 1 5.000.000 5.000.000 1 2.000.000 2.000.000 1 2.500.000 2.500.000 1 600.000 600.000
18. 6.500 10.000 65.000.000 2 4.000.000 8.000.000 1 450.000 450.000 1 1.600.000 1.600.000 1 700.000 700.000
19. 5.600 10.000 56.000.000 2 5.000.000 10.000.000 3 3.500.000 10.500.000 1 2.500.000 2.500.000 1 450.000 450.000
20. 5.500 10.000 55.000.000 1 5.000.000 5.000.000 1 2.000.000 2.000.000 1 2.500.000 2.500.000 1 1.500.000 1.500.000
Jumlah 2.386.000.000 115.500.000 100.050.000 47.000.000 19.270.000
Rata-Rata
119.300.000 5.775.000 5.002.500 2.350.000 963.500
59
Lampiran 3. Lanjutan
Keranjang PenggaliTanah Ember Bubu Gabus/coolbox
Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total
6 150.000 900.000 1 150.000 150.000 3 15.000 45.000 4 450.000 1.800.000 2 50.000 100.000
2 150.000 300.000 1 100.000 100.000 2 15.000 30.000 2 450.000 900.000 1 50.000 50.000
5 75.000 375.000 2 50.000 100.000 2 15.000 30.000 2 300.000 600.000 5 50.000 250.000
2 100.000 200.000 1 75.000 75.000 8 25.000 200.000 1 200.000 200.000 2 45.000 90.000
1 150.000 150.000 1 150.000 150.000 2 25.000 50.000 1 500.000 500.000 1 50.000 50.000
2 100.000 200.000 1 200.000 200.000 2 15.000 30.000 1 500.000 500.000 1 50.000 50.000
2 100.000 200.000 1 150.000 150.000 2 15.000 30.000 2 500.000 1.000.000 1 50.000 50.000
10 17.000 170.000 1 100.000 100.000 5 15.000 75.000 1 200.000 200.000 2 45.000 90.000
5 200.000 1.000.000 1 120.000 120.000 1 30.000 30.000 1 170.000 170.000 1 50.000 50.000
2 100.000 200.000 1 200.000 200.000 3 20.000 60.000 2 500.000 1.000.000 6 50.000 300.000
2 100.000 200.000 3 100.000 300.000 3 20.000 60.000 3 500.000 1.500.000 6 35.000 210.000
2 100.000 200.000 2 70.000 140.000 1 25.000 25.000 3 200.000 600.000 1 50.000 50.000
2 100.000 200.000 2 200.000 400.000 4 20.000 80.000 2 650.000 1.300.000 4 35.000 140.000
2 100.000 200.000 1 100.000 100.000 1 15.000 15.000 1 150.000 150.000 1 50.000 50.000
2 150.000 300.000 1 100.000 100.000 2 20.000 40.000 1 600.000 600.000 1 50.000 50.000
2 150.000 300.000 1 270.000 270.000 1 20.000 20.000 1 600.000 600.000 1 50.000 50.000
2 150.000 300.000 1 30.000 30.000 2 20.000 40.000 1 500.000 500.000 1 50.000 50.000
2 100.000 200.000 1 150.000 150.000 3 20.000 60.000 1 400.000 400.000 1 50.000 50.000
2 150.000 300.000 1 100.000 100.000 2 20.000 40.000 2 350.000 700.000 1 50.000 50.000
2 150.000 300.000 1 170.000 170.000 2 20.000 40.000 2 550.000 1.100.000 1 50.000 50.000
6.195.000 3.105.000 1.000.000 14.320.000 1.830.000
309.750 155.250 50.000 716.000 91.500
60
Lampiran 3. Lanjutan
Seser Jaring Jala Rumah Jaga/Gudang Perahu/Pontong Waring Jemuran
Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total
2 15.000 30.000 2 800.000 1.600.000 1 1.000.000 1.000.000 2 500.000 1.000.000 2 500.000 1.000.000
3 15.000 45.000 1 450.000 450.000 4 20.000 80.000 1 1.500.000 1.500.000 1 400.000 400.000
2 10.000 20.000 1 300.000 300.000 8 20.000 160.000 1 200.000 200.000 1 400.000 400.000
3 15.000 45.000 1 700.000 700.000 4 25.000 100.000 1 450.000 450.000 1 350.000 350.000
2 15.000 30.000 1 1.000.000 1.000.000 1 150.000 150.000 1 500.000 500.000 1 500.000 500.000
2 15.000 30.000 1 900.000 900.000 1 300.000 300.000 1 500.000 500.000 1 300.000 300.000
2 25.000 50.000 1 450.000 450.000 1 7.000.000 7.000.000 2 500.000 1.000.000 1 300.000 300.000
2 10.000 20.000 1 1.000.000 1.000.000 12 15.000 180.000 2 500.000 1.000.000 2 350.000 700.000
2 10.000 20.000 1 600.000 600.000 4 25.000 100.000 1 450.000 450.000 1 550.000 550.000
2 10.000 20.000 1 700.000 700.000 1 2.000.000 2.000.000 2 300.000 600.000 2 350.000 700.000
2 20.000 40.000 1 1.000.000 1.000.000 10 15.000 150.000 2 600.000 1.200.000 2 400.000 800.000
2 10.000 20.000 1 500.000 500.000 1 300.000 300.000 2 600.000 1.200.000 1 250.000 250.000
1 30.000 30.000 1 500.000 500.000 1 5.000.000 5.000.000 2 600.000 1.200.000 6 400.000 2.400.000
1 15.000 15.000 1 350.000 350.000 1 3.000.000 3.000.000 1 450.000 450.000 1 350.000 350.000
1 50.000 50.000 2 400.000 800.000 1 15.000.000 15.000.000 1 400.000 400.000 2 400.000 800.000
1 15.000 15.000 1 400.000 400.000 1 5.000.000 5.000.000 1 850.000 850.000 1 400.000 400.000
1 10.000 10.000 1 400.000 400.000 1 5.000.000 5.000.000 1 450.000 450.000 2 350.000 700.000
3 20.000 60.000 1 600.000 600.000 1 3.500.000 3.500.000 2 350.000 700.000 1 310.000 310.000
3 10.000 30.000 1 700.000 700.000 1 4.000.000 4.000.000 1 400.000 400.000 1 400.000 400.000
2 15.000 30.000 1 1.000.000 1.000.000 8 15.000 120.000 1 500.000 500.000 2 300.000 600.000
610.000 13.950.000 52.140.000 14.550.000 12.210.000
30.500 697.500 2.607.000 727.500 610.500
61
Lampiran 3. Lanjutan
Waring Alas Karung Gerobak Senter Lembarang Total Investasi
Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total Jumlah Harga (Rp) Total
1 240.000 240.000 5 3.000 15.000 1 500.000 500.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 190.105.000
1 80.000 80.000 2 3.000 6.000 1 300.000 300.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 64.966.000
1 300.000 300.000 10 3.000 30.000 1 450.000 450.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 164.040.000
1 80.000 80.000 2 3.000 6.000 1 450.000 450.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 115.171.000
1 120.000 120.000 2 3.000 6.000 1 400.000 400.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 68.281.000
1 100.000 100.000 5 3.000 15.000 1 400.000 400.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 76.150.000
1 100.000 100.000 6 3.000 18.000 1 400.000 400.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 66.973.000
1 90.000 90.000 5 3.000 15.000 1 530.000 530.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 128.095.000
1 60.000 60.000 5 3.000 15.000 1 450.000 450.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 69.610.000
1 100.000 100.000 3 3.000 9.000 1 300.000 300.000 1 200.000 200.000 2 25.000 50.000 225.439.000
1 150.000 150.000 5 3.000 15.000 1 700.000 700.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 329.550.000
1 100.000 100.000 2 3.000 6.000 1 400.000 400.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 230.216.000
1 100.000 100.000 30 3.000 90.000 1 550.000 550.000 1 200.000 200.000 2 25.000 50.000 223.240.000
1 110.000 110.000 2 3.000 6.000 1 500.000 500.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 120.021.000
1 100.000 100.000 2 3.000 6.000 1 400.000 400.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 158.671.000
1 100.000 100.000 5 3.000 15.000 1 400.000 400.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 114.745.000
1 100.000 100.000 2 3.000 6.000 1 450.000 450.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 218.361.000
1 218.000 218.000 4 3.000 12.000 1 400.000 400.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 82.635.000
1 160.000 160.000 2 3.000 6.000 1 465.000 465.000 1 200.000 200.000 1 25.000 25.000 87.026.000
2 160.000 320.000 6 3.000 18.000 1 400.000 400.000 1 200.000 200.000 2 25.000 50.000 70.898.000
2.728.000 315.000 8.845.000 4.000.000 575.000 2.804.193.000
136.400 15.750 442.250 200.000 28.750 140.209.650
62
Lampiran 4. Penyusutan
No Pintu Air Utama Pintu Air Dalam Mesin Pompa Air Jaring Pukat
Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan
1. 5.000.000 10 500.000 3.000.000 10 300.000 2.500.000 10 250.000 1.000.000 5 200.000
2. 5.000.000 20 250.000 2.000.000 20 100.000 2.500.000 5 500.000 1.000.000 5 200.000
3. 3.500.000 5 700.000 4.000.000 5 800.000 2.500.000 3 833.333 600.000 3 200.000
4. 3.000.000 10 300.000 6.000.000 10 600.000 1.500.000 5 300.000 1.500.000 5 300.000
5. 6.000.000 5 1.200.000 6.000.000 5 1.200.000 1.700.000 5 340.000 750.000 7 107.143
6. 5.000.000 10 500.000 5.000.000 10 500.000 1.500.000 5 300.000 900.000 20 45.000
7. 5.000.000 10 500.000 7.500.000 10 750.000 2.500.000 5 500.000 1.000.000 15 66.667
8. 10.000.000 10 1.000.000 9.000.000 10 900.000 2.700.000 7 385.714 2.000.000 10 200.000
9. 3.000.000 10 300.000 1.000.000 10 100.000 2.500.000 5 500.000 270.000 2 135.000
10. 7.000.000 20 350.000 10.000.000 5 2.000.000 1.500.000 5 300.000 500.000 4 125.000
11. 9.000.000 10 900.000 8.000.000 10 800.000 5.000.000 5 1.000.000 1.000.000 5 200.000
12. 6.000.000 5 1.200.000 2.100.000 5 420.000 2.500.000 5 500.000 600.000 1 600.000
13. 3.000.000 5 600.000 2.500.000 5 500.000 2.500.000 10 250.000 3.000.000 5 600.000
14. 3.000.000 20 150.000 9.000.000 20 450.000 1.500.000 5 300.000 1.000.000 5 200.000
15. 4.000.000 10 400.000 3.000.000 10 300.000 2.500.000 10 250.000 300.000 3 100.000
16. 10.000.000 15 666.667 7.000.000 15 466.667 2.500.000 5 500.000 600.000 3 200.000
17. 5.000.000 10 500.000 2.000.000 10 200.000 2.500.000 5 500.000 600.000 3 200.000
18. 8.000.000 10 800.000 450.000 12 37.500 1.600.000 6 266.667 700.000 2 350.000
19. 10.000.000 20 500.000 10.500.000 20 525.000 2.500.000 5 500.000 450.000 5 90.000
20. 5.000.000 10 500.000 2.000.000 10 200.000 2.500.000 5 500.000 1.500.000 7 214.286
Jumlah 11.816.667 11.149.167 8.775.714 4.333.095
Rata-Rata 590.833 557.458 438.786 216.655
63
Lampiran 4. Lanjutan
Keranjang PenggaliTanah Ember Bubu Gabus/coolbox
Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan
900.000 4 225.000 150.000 10 15.000 45.000 3 15.000 1.800.000 2 900.000 100.000 3 33.333
300.000 3 100.000 100.000 5 20.000 30.000 4 7.500 900.000 3 300.000 50.000 3 16.667
375.000 10 37.500 100.000 10 10.000 30.000 2 15.000 600.000 10 60.000 250.000 10 25.000
200.000 3 66.667 75.000 2 37.500 200.000 5 40.000 200.000 3 66.667 90.000 1 90.000
150.000 4 37.500 150.000 10 15.000 50.000 4 12.500 500.000 3 166.667 50.000 2 25.000
200.000 3 66.667 200.000 10 20.000 30.000 5 6.000 500.000 3 166.667 50.000 2 25.000
200.000 3 66.667 150.000 10 15.000 30.000 5 6.000 1.000.000 5 200.000 50.000 2 25.000
170.000 1 170.000 100.000 10 10.000 75.000 5 15.000 200.000 5 40.000 90.000 5 18.000
1.000.000 1 1.000.000 120.000 5 24.000 30.000 1 30.000 170.000 4 42.500 50.000 3 16.667
200.000 3 66.667 200.000 10 20.000 60.000 4 15.000 1.000.000 5 200.000 300.000 2 150.000
200.000 3 66.667 300.000 1 300.000 60.000 3 20.000 1.500.000 3 500.000 210.000 1 210.000
200.000 3 66.667 140.000 7 20.000 25.000 2 12.500 600.000 4 150.000 50.000 2 25.000
200.000 3 66.667 400.000 5 80.000 80.000 5 16.000 1.300.000 7 185.714 140.000 7 20.000
200.000 3 66.667 100.000 10 10.000 15.000 1 15.000 150.000 3 50.000 50.000 2 25.000
300.000 3 100.000 100.000 10 10.000 40.000 2 20.000 600.000 5 120.000 50.000 2 25.000
300.000 3 100.000 270.000 10 27.000 20.000 3 6.667 600.000 5 120.000 50.000 2 25.000
300.000 4 75.000 30.000 5 6.000 40.000 4 10.000 500.000 3 166.667 50.000 2 25.000
200.000 3 66.667 150.000 10 15.000 60.000 2 30.000 400.000 2 200.000 50.000 2 25.000
300.000 3 100.000 100.000 10 10.000 40.000 5 8.000 700.000 5 140.000 50.000 2 25.000
300.000 3 100.000 170.000 3 56.667 40.000 5 8.000 1.100.000 4 275.000 50.000 2 25.000
2.645.000 721.167 308.167 4.049.881 854.667
132.250 36.058 15.408 202.494 42.733
64
Lampiran 4. Lanjutan
Seser Jaring Jala Rumah Jaga/Gudang Perahu/Pontong Waring Jemuran
Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan Nilai Awal Tahun Penyusutan
30.000 1 30.000 1.600.000 3 533.333 1.000.000 5 200.000 1.000.000 5 200.000 1.000.000 3 333.333
45.000 1 45.000 450.000 2 225.000 80.000 2 40.000 1.500.000 3 500.000 400.000 2 200.000
20.000 2 10.000 300.000 10 30.000 160.000 2 80.000 200.000 5 40.000 400.000 5 80.000
45.000 1 45.000 700.000 10 70.000 100.000 1 100.000 450.000 3 150.000 350.000 5 70.000
30.000 3 10.000 1.000.000 4 250.000 150.000 2 75.000 500.000 5 100.000 500.000 3 166.667
30.000 3 10.000 900.000 3 300.000 300.000 2 150.000 500.000 5 100.000 300.000 5 60.000
50.000 5 10.000 450.000 3 150.000 7.000.000 20 350.000 1.000.000 5 200.000 300.000 10 30.000
20.000 1 20.000 1.000.000 5 200.000 180.000 1 180.000 1.000.000 5 200.000 700.000 3 233.333
20.000 2 10.000 600.000 3 200.000 100.000 2 50.000 450.000 7 64.286 550.000 4 137.500
20.000 2 10.000 700.000 5 140.000 2.000.000 5 400.000 600.000 6 100.000 700.000 3 233.333
40.000 2 20.000 1.000.000 2 500.000 150.000 3 50.000 1.200.000 6 200.000 800.000 4 200.000
20.000 2 10.000 500.000 7 71.429 300.000 1 300.000 1.200.000 5 240.000 250.000 5 50.000
30.000 2 15.000 500.000 5 100.000 5.000.000 10 500.000 1.200.000 10 120.000 2.400.000 5 480.000
15.000 1 15.000 350.000 5 70.000 3.000.000 10 300.000 450.000 6 75.000 350.000 5 70.000
50.000 3 16.667 800.000 4 200.000 15.000.000 20 750.000 400.000 3 133.333 800.000 5 160.000
15.000 1 15.000 400.000 5 80.000 5.000.000 5 1.000.000 850.000 10 85.000 400.000 10 40.000
10.000 1 10.000 400.000 5 80.000 5.000.000 5 1.000.000 450.000 4 112.500 700.000 3 233.333
60.000 1 60.000 600.000 3 200.000 3.500.000 7 500.000 700.000 5 140.000 310.000 5 62.000
30.000 3 10.000 700.000 10 70.000 4.000.000 20 200.000 400.000 10 40.000 400.000 7 57.143
30.000 1 30.000 1.000.000 5 200.000 120.000 3 40.000 500.000 10 50.000 600.000 5 120.000
401.667 3.669.762 6.265.000 2.850.119 3.016.643
20.083 183.488 313.250 142.506 150.832
65
Lampiran 4. Lanjutan
Waring Alas Karung Gerobak Senter Tongkat Bambu Total Biaya Penyusutan Nilai
Awal Thn
Penyusutan
Nilai Awal
Thn
Penyusutan
Nilai Awal
Thn
Penyusutan
Nilai Awal
Thn
Penyusutan
Nilai Awal
Thnn
Penyusutan
240.000 4 60.000 15.000 2 7.500 500.000 5 100.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 3.971.667
80.000 2 40.000 6.000 1 6.000 300.000 2 150.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 2.769.333
300.000 4 75.000 30.000 2 15.000 450.000 5 90.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 3.170.000
80.000 10 8.000 6.000 2 3.000 450.000 1 450.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 2.766.000
120.000 5 24.000 6.000 1 6.000 400.000 5 80.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 3.884.643
100.000 5 20.000 15.000 1 15.000 400.000 5 80.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 2.433.500
100.000 5 20.000 18.000 1 18.000 400.000 5 80.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 3.056.500
90.000 5 18.000 15.000 1 15.000 530.000 1 530.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 4.204.214
60.000 6 10.000 15.000 1 15.000 450.000 5 90.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 2.794.119
100.000 5 20.000 9.000 1 9.000 300.000 3 100.000 200.000 3 66.667 50.000 10 5.000 4.310.667
150.000 5 30.000 15.000 1 15.000 700.000 3 233.333 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 5.314.167
100.000 5 20.000 6.000 1 6.000 400.000 5 80.000 200.000 3 66.667 25.000 5 5.000 3.843.262
100.000 5 20.000 90.000 1 90.000 550.000 5 110.000 200.000 3 66.667 50.000 10 5.000 3.825.048
110.000 10 11.000 6.000 1 6.000 500.000 5 100.000 200.000 3 66.667 25.000 5 5.000 1.985.333
100.000 5 20.000 6.000 1 6.000 400.000 5 80.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 2.760.167
100.000 5 20.000 15.000 1 15.000 400.000 5 80.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 3.516.167
100.000 5 20.000 6.000 1 6.000 450.000 3 150.000 200.000 3 66.667 25.000 5 5.000 3.366.167
218.000 5 43.600 12.000 1 12.000 400.000 5 80.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 2.957.600
160.000 5 32.000 6.000 1 6.000 465.000 5 93.000 200.000 3 66.667 25.000 10 2.500 2.475.310
320.000 5 64.000 18.000 1 18.000 400.000 2 200.000 200.000 3 66.667 50.000 10 5.000 2.672.619
575.600 289.500 2.956.333 1.333.333 65.000 66.076.481
28.780 14.475 147.817 66.667 3.250 3.303.824
66
Lampiran 5. Biaya Tetap
No Luas Lahan
(M2) Sewa
Tambak Total Penyusutan
(Rp) Pajak
Total Biaya Tetap
1. 17.000 3.400.000 3.971.667 200.000 7.571.667
2. 5.000 1.000.000 2.769.333 75.000 3.844.333
3. 15.000 3.000.000 3.170.000 300.000 6.470.000
4. 10.000 2.000.000 2.766.000 120.000 4.886.000
5. 5.000 1.000.000 3.884.643 100.000 4.984.643
6. 6.000 1.200.000 2.433.500 150.000 3.783.500
7. 4.000 800.000 3.056.500 120.000 3.976.500
8. 10.000 2.000.000 4.204.214 200.000 6.404.214
9. 5.900 1.180.000 2.794.119 86.000 4.060.119
10. 20.000 4.000.000 4.310.667 300.000 8.610.667
11. 30.000 6.000.000 5.314.167 1.000.000 12.314.167
12. 21.500 4.300.000 3.843.262 250.000 8.393.262
13. 20.000 4.000.000 3.825.048 350.000 8.175.048
14. 10.000 2.000.000 1.985.333 100.000 4.085.333
15. 13.000 2.600.000 2.760.167 260.000 5.620.167
16. 8.600 1.720.000 3.516.167 160.000 5.396.167
17. 20.000 4.000.000 3.366.167 700.000 8.066.167
18. 6.500 1.300.000 2.957.600 200.000 4.457.600
19. 5.600 1.120.000 2.475.310 86.000 3.681.310
20. 5.500 1.100.000 2.672.619 80.000 3.852.619
Jumlah 47.720.000 66.076.481 4.837.000 118.633.481
Rata-rata 2.386.000 3.303.824 241.850 5.931.674
67
Lampiran 6. Biaya Variabel
No
Nener Benur Rumput Laut Glacilaria sp Pupuk Urea
Jumlah Harga
(Rp/Ekor)
Jumlah Siklus
Tahun Jumlah Harga
(Rp/Ekor)
Jumlah Siklus
Tahun Jumlah Harga
(Rp/Kg) Jumlah Siklus
Tahun Jumlah Harga
(Rp/Sak) Jumlah Siklus
Tahun
1. 2.000 100 1 200.000 10.000 60 2 1.200.000 600 1.000 1 600.000 5 115.000 1 575.000
2. 1.500 100 1 150.000 10.000 55 2 1.100.000 500 1.000 1 500.000 1 105.000 1 105.000
3. 3.000 100 2 600.000 20.000 50 2 2.000.000 500 1.000 1 500.000 5 95.000 1 475.000
4. 2.000 100 1 200.000 25.000 60 2 3.000.000 200 1.000 1 200.000 3 105.000 2 630.000
5. 1.000 100 1 100.000 10.000 60 2 1.200.000 250 1.000 1 250.000 2 100.000 2 400.000
6. 1.000 100 1 100.000 15.000 60 3 2.700.000 200 1.000 1 200.000 2 110.000 3 660.000
7. 2.000 100 2 400.000 5.000 60 3 900.000 200 1.000 1 200.000 2 105.000 2 420.000
8. 2.000 100 1 200.000 20.000 55 3 3.300.000 1.000 1.000 1 1.000.000 4 100.000 2 800.000
9. 1.500 100 1 150.000 10.000 55 2 1.100.000 500 1.000 1 500.000 1 110.000 2 220.000
10. 2.000 100 1 200.000 10.000 60 3 1.800.000 1.000 1.000 1 1.000.000 3 110.000 3 990.000
11. 6.000 100 2 1.200.000 30.000 60 3 5.400.000 1.000 1.000 1 1.000.000 6 95.000 3 1.710.000
12. 5.000 100 1 500.000 20.000 60 2 2.400.000 350 1.000 1 350.000 3 105.000 2 630.000
13. 10.000 100 1 1.000.000 25.000 60 2 3.000.000 1.000 1.000 1 1.000.000 5 110.000 3 1.650.000
14. 2.000 100 1 200.000 15.000 60 2 1.800.000 200 1.000 1 200.000 3 100.000 2 600.000
15. 10.000 100 2 2.000.000 10.000 60 2 1.200.000 200 1.000 1 200.000 2 100.000 2 400.000
16. 5.000 100 1 500.000 5.000 60 3 900.000 300 1.000 1 300.000 1 100.000 3 300.000
17. 2.000 100 1 200.000 10.000 60 2 1.200.000 1.000 1.000 1 1.000.000 2 100.000 2 400.000
18. 3.000 100 1 300.000 15.000 60 3 2.700.000 500 1.000 1 500.000 1 100.000 3 300.000
19. 1.000 100 2 200.000 5.000 60 3 900.000 300 1.000 1 300.000 1 105.000 3 315.000
20. 1.000 100 1 100.000 5.000 60 2 600.000 400 1.000 1 400.000 1 105.000 2 210.000
Jumlah 8.500.000 38.400.000 10.200.000 11.790.000
Rata-rata
425.000 1.920.000 510.000 589.500
68
Lampiran 6. Lanjutan
Pupuk TSP Pupuk Poska/Organik/Lainnya Racun Saphonin Racun Marshal/Lainnya
Jumlah Harga
(Rp/Sak) Jumlah Siklus
Tahun Jumlah Harga (Rp)
Jumlah Siklus
Tahun Jumlah Harga
(Rp/Kg) Jumlah Siklus
Tahun Jumlah Harga (Rp)
Jumlah Siklus
Tahun
5 125.000 1 625.000 1 125.000 1 125.000 10 15.000 2 300.000 1 75.000 2 150.000
2 130.000 1 260.000 1 125.000 1 125.000 5 15.000 1 75.000 1 75.000 1 75.000
5 105.000 1 525.000 1 125.000 1 125.000 10 15.000 2 300.000 2 75.000 1 150.000
2 125.000 2 500.000 1 125.000 1 125.000 10 15.000 2 300.000 2 75.000 2 300.000
2 125.000 2 500.000 1 125.000 1 125.000 5 15.000 2 150.000 1 75.000 1 75.000
1 125.000 3 375.000 1 125.000 1 125.000 5 15.000 3 225.000 1 75.000 1 75.000
2 125.000 2 500.000 1 125.000 1 125.000 4 15.000 2 120.000 1 75.000 2 150.000
3 125.000 2 750.000 1 125.000 1 125.000 10 15.000 2 300.000 2 75.000 2 300.000
1 130.000 2 260.000 1 125.000 1 125.000 5 15.000 2 150.000 1 75.000 2 150.000
2 125.000 3 750.000 1 125.000 1 125.000 10 15.000 3 450.000 1 75.000 1 75.000
6 125.000 3 2.250.000 6 30.000 3 540.000 15 15.000 3 675.000 1 55.000 3 165.000
2 125.000 2 500.000 2 25.000 6 300.000 5 15.000 2 150.000 2 35.000 2 140.000
5 125.000 3 1.875.000 1 125.000 1 125.000 25 15.000 1 375.000 4 60.000 3 720.000
2 125.000 2 500.000 1 125.000 1 125.000 10 15.000 2 300.000 1 25.000 2 50.000
1 125.000 2 250.000 1 125.000 1 125.000 10 15.000 2 300.000 1 75.000 1 75.000
1 130.000 3 390.000 3 30.000 4 360.000 2 15.000 3 90.000 1 75.000 1 75.000
1 125.000 2 250.000 1 125.000 1 125.000 5 15.000 2 150.000 1 30.000 2 60.000
1 115.000 3 345.000 1 125.000 1 125.000 7 15.000 3 315.000 1 75.000 1 75.000
1 125.000 3 375.000 1 25.000 3 75.000 5 15.000 3 225.000 1 15.000 3 45.000
2 130.000 2 520.000 1 30.000 4 120.000 5 15.000 2 150.000 1 75.000 1 75.000
12.300.000 3.270.000 5.100.000 2.980.000
615.000 163.500 255.000 149.000
69
Lampiran 6. Lanjutan
Bensin Tenaga Kerja Rumput Laut Tenaga Kerja Total Biaya Variabel
Jumlah Harga (Rp) Jumlah Siklus Tahun Jumlah Upah(Rp) Panen Total Upah (Rp/Org) Jumlah Upah (Rp) Total
5 8.000 2 80.000 3 1.000 5.300 5.300.000 1.766.667 2 2.256.375 4.512.750 13.667.750
5 8.000 1 40.000 1 1.000 2.300 2.300.000 2.300.000 2 1.653.000 3.306.000 8.036.000
10 8.000 2 160.000 1 1.000 6.700 6.700.000 6.700.000 2 2.977.500 5.955.000 17.490.000
10 8.000 2 160.000 2 1.000 2.100 2.100.000 1.050.000 2 2.874.375 5.748.750 13.263.750
5 8.000 2 80.000 1 1.000 2.000 2.000.000 2.000.000 2 918.000 1.836.000 6.716.000
5 8.000 3 120.000 1 1.000 3.200 3.200.000 3.200.000 2 1.122.375 2.244.750 10.024.750
5 8.000 1 40.000 1 1.000 3.100 3.100.000 3.100.000 2 1.206.000 2.412.000 8.367.000
5 8.000 2 80.000 2 1.000 5.900 5.900.000 2.950.000 2 2.055.375 4.110.750 16.865.750
5 8.000 1 40.000 1 1.000 1.650 1.650.000 1.650.000 2 1.452.000 2.904.000 7.249.000
5 8.000 3 120.000 2 1.000 3.500 3.500.000 1.750.000 2 2.014.688 4.029.375 13.039.375
5 8.000 3 120.000 5 1.000 12.000 12.000.000 2.400.000 2 4.556.625 9.113.250 34.173.250
5 8.000 1 40.000 7 1.000 6.400 6.400.000 914.286 2 3.495.000 6.990.000 18.400.000
10 8.000 3 240.000 10 1.000 16.000 16.000.000 1.600.000 2 4.043.250 8.086.500 34.071.500
2 8.000 2 32.000 1 1.000 3.000 3.000.000 3.000.000 2 1.265.625 2.531.250 9.338.250
2 8.000 1 16.000 2 1.000 4.400 4.400.000 2.200.000 2 2.389.500 4.779.000 13.745.000
2 8.000 1 16.000 1 1.000 2.700 2.700.000 2.700.000 2 2.371.875 4.743.750 10.374.750
10 8.000 2 160.000 5 1.000 7.200 7.200.000 1.440.000 2 1.030.125 2.060.250 12.805.250
3 8.000 3 72.000 1 1.000 4.500 4.500.000 4.500.000 2 1.623.750 3.247.500 12.479.500
2 8.000 1 16.000 1 1.000 3.300 3.300.000 3.300.000 2 1.547.250 3.094.500 8.845.500
2 8.000 1 16.000 3 1.000 3.500 3.500.000 1.166.667 2 2272500 4.545.000 10.236.000
1.648.000 98.750.000 86.250.375 279.188.375
82.400 98.750.000 4.312.519 13.959.419
70
Lampiran 7. Total Biaya
No Biaya Variabel Biaya Tetap Total Biaya
1. 13.667.750 7.571.667 21.239.417
2. 8.036.000 3.844.333 11.880.333
3. 17.490.000 6.470.000 23.960.000
4. 13.263.750 4.886.000 18.149.750
5. 6.716.000 4.984.643 11.700.643
6. 10.024.750 3.783.500 13.808.250
7. 8.367.000 3.976.500 12.343.500
8. 16.865.750 6.404.214 23.269.964
9. 7.249.000 4.060.119 11.309.119
10. 13.039.375 8.610.667 21.650.042
11. 34.173.250 12.314.167 46.487.417
12. 18.400.000 8.393.262 26.793.262
13. 34.071.500 8.175.048 42.246.548
14. 9.338.250 4.085.333 13.423.583
15. 13.745.000 5.620.167 19.365.167
16. 10.374.750 5.396.167 15.770.917
17. 12.805.250 8.066.167 20.871.417
18. 12.479.500 4.457.600 16.937.100
19. 8.845.500 3.681.310 12.526.810
20. 10.236.000 3.852.619 14.088.619
Jumlah 279.188.375 118.633.481 397.821.856
Rata-rata 13.959.419 5.931.674 19.891.093
71
Lampiran 8. Penerimaan Udang
No
Penerimaan Perpanen Jumlah/ Tahun (Kg)
Harga/Kg Penerimaan/Tahun I II III
Jumlah/Kg Harga (Rp)
Penerimaan Jumlah/Kg Harga (Rp)
Penerimaan Jumlah/Kg Harga (Rp)
Penerimaan
1. 50 98.500 4.925.000 60 98.500 5.910.000 110 98.500 10.835.000
2. 80 90.500 7.240.000 80 90.500 7.240.000 160 90.500 14.480.000
3. 100 98.500 9.850.000 100 98.500 9.850.000 200 98.500 19.700.000
4. 150 98.500 14.775.000 100 90.500 9.050.000 250 94.500 23.825.000
5. 40 90.500 3.620.000 40 90.500 3.620.000 80 90.500 7.240.000
6. 40 60.500 2.420.000 50 60.500 3.025.000 40 60.500 2.420.000 130 60.500 7.865.000
7. 60 60.500 3.630.000 50 60.500 3.025.000 50 60.500 3.025.000 160 60.500 9.680.000
8. 70 90.500 6.335.000 70 90.500 6.335.000 70 90.500 6.335.000 210 90.500 19.005.000
9. 50 90.500 4.525.000 70 90.500 6.335.000 120 90.500 10.860.000
10. 70 90.500 6.335.000 80 90.500 7.240.000 75 90.500 6.787.500 225 90.500 20.362.500
11. 90 60.500 5.445.000 120 60.500 7.260.000 100 60.500 6.050.000 310 60.500 18.755.000
12. 100 90.500 9.050.000 100 90.500 9.050.000 200 90.500 18.100.000
13. 100 90.500 9.050.000 120 90.500 10.860.000 220 90.500 19.910.000
14. 50 98.500 4.925.000 50 129.000 6.450.000 100 113.750 11.375.000
15. 50 90.500 4.525.000 70 90.500 6.335.000 120 90.500 10.860.000
16. 30 98.500 2.955.000 60 90.500 5.430.000 80 90.500 7.240.000 170 93.167 15.625.000
17. 20 90.500 1.810.000 50 90.500 4.525.000 70 90.500 6.335.000
18. 20 90.500 1.810.000 30 90.500 2.715.000 50 90.500 4.525.000 100 90.500 9.050.000
19. 20 98.500 1.970.000 50 90.500 4.525.000 70 90.500 6.335.000 140 93.167 12.830.000
20. 50 129.000 6.450.000 100 98.500 9.850.000 150 113.750 16.300.000
Jumlah 111.645.000 128.630.000 42.717.500 3.225 1.791.833 282.992.500
Rata-rata 5.582.250 6.431.500 5.339.688 161 89.592 14.149.625
72
Lampiran 9. Penerimaan Ikan Bandeng
No
Penerimaan Perpanen
I II III
Jumlah/Ekor Harga (Rp) Penerimaan Jumlah/Ekor Harga (Rp) Penerimaan Jumlah/Ekor Harga (Rp) Penerimaan
1. 350 8.000 2.800.000 350 12.000 4.200.000 300 15.000 4.500.000
2. 400 7.000 2.800.000 300 15.000 4.500.000 300 25.000 7.500.000
3. 1.000 5.000 5.000.000 1.500 10.000 15.000.000
4. 500 7.000 3.500.000 500 10.000 5.000.000 500 12.000 6.000.000
5. 500 6.000 3.000.000 200 10.000 2.000.000
6. 200 3.000 600.000 200 5.000 1.000.000 200 10.000 2.000.000
7. 200 2.000 400.000 200 3.000 600.000 200 4.000 800.000
8. 800 7.000 5.600.000 400 10.000 4.000.000
9. 500 7.000 3.500.000 500 10.000 5.000.000
10. 500 7.000 3.500.000 300 10.000 3.000.000
11. 1.500 8.000 12.000.000 2.500 12.000 30.000.000
12. 700 15.000 10.500.000 900 20.000 18.000.000
13. 1.000 10.000 10.000.000 2.000 12.000 24.000.000
14. 500 5.000 2.500.000 300 10.000 3.000.000
15. 800 10.000 8.000.000 600 15.000 9.000.000 200 20.000 4.000.000
16. 700 10.000 7.000.000 900 10.000 9.000.000
17. 500 5.000 2.500.000 700 7.000 4.900.000
18. 300 4.000 1.200.000 500 6.000 3.000.000 600 8.000 4.800.000
19. 400 7.000 2.800.000 500 10.000 5.000.000
20. 200 25.000 5.000.000 300 30.000 9.000.000
Jumlah 92.200.000 159.200.000 29.600.000
Rata-rata 4.610.000 7.960.000 4.228.571
73
Lampiran 9. Lanjutan
Jumlah/Tahun
(Ekor) Harga/Ekor Total Penerimaan /Tahun IV V
Jumlah/Ekor Harga (Rp) Penerimaan Jumlah/Ekor Harga (Rp) Penerimaan
200 20.000 4.000.000 150 25.000 3.750.000 1.350 16.000 19.250.000
1.000 15.667 14.800.000
2.500 7.500 20.000.000
1.500 9.667 14.500.000
700 8.000 5.000.000
100 15.000 1.500.000 100 20.000 2.000.000 800 10.600 7.100.000
200 8.000 1.600.000 200 15.000 3.000.000 1.000 6.400 6.400.000
1.200 8.500 9.600.000
1.000 8.500 8.500.000
800 8.500 6.500.000
4.000 10.000 42.000.000
1.600 17.500 28.500.000
3.000 11.000 34.000.000
800 7.500 5.500.000
1.600 15.000 21.000.000
1.600 10.000 16.000.000
1.200 6.000 7.400.000
300 12.000 3.600.000 1.700 7.500 12.600.000
900 8.500 7.800.000
500 27.500 14.000.000
10.700.000 8.750.000 28.750 219.833 300.450.000
2.675.000 2.916.667 1.438 10.992 15.022.500
74
Lampiran 10. Penerimaan Rumput Laut Glacilaria sp
No Jumlah Panen Persiklus (Kg)
Jumlah/Tahun Harga (Rp) Penerimaan/Tahun I II III IV V
1. 700 900 1.000 1.200 1.500 5.300 3.000 15.900.000
2. 500 800 1.000 2.300 3.000 6.900.000
3. 1.000 1.000 1.200 1.500 2.000 6.700 3.000 20.100.000
4. 700 700 700 2.100 3.000 6.300.000
5. 400 700 900 2.000 3.000 6.000.000
6. 1.000 1.000 1.200 3.200 3.000 9.600.000
7. 500 700 900 1.000 3.100 3.000 9.300.000
8. 1.000 1.000 1.200 1.200 1.500 5.900 3.000 17.700.000
9. 700 950 1.650 3.000 4.950.000
10. 1.500 1.000 1.000 3.500 3.000 10.500.000
11. 2.000 2.000 2.500 2.500 3.000 12.000 3.000 36.000.000
12. 900 1.000 1.000 1.500 2.000 6.400 3.000 19.200.000
13. 7.000 5.000 4.000 16.000 3.000 48.000.000
14. 500 1.000 1.000 500 3.000 3.000 9.000.000
15. 700 1.000 1.000 800 900 4.400 3.000 13.200.000
16. 500 700 1.000 500 2.700 3.000 8.100.000
17. 1.000 1.500 2.000 1.700 1.000 7.200 3.000 21.600.000
18. 500 800 1.000 1.000 1.200 4.500 3.000 13.500.000
19. 800 1.500 1.000 3.300 3.000 9.900.000
20. 700 1.000 1.000 800 3.500 3.000 10.500.000
Jumlah 22.600 24.250 24.600 14.200 13.100 98.750 60.000 296.250.000
Rata-rata 1.130 1.213 1.295 1.183 1.638 4.938 3.000 14.812.500
75
Lampiran 11. Pendapatan Polikultur
No Luas Lahan
(Are)
Penerimaan Total Penerimaan (TR)
Biaya Total Biaya (TC)
Total Pendapatan /Tahun Udang Windu Ikan Bandeng Rumput Laut Biaya Tetap Biaya Variabel
1. 17.000 10.835.000 19.250.000 15.900.000 45.985.000 7.571.667 13.667.750 21.239.417 24.745.583
2. 5.000 14.480.000 14.800.000 6.900.000 36.180.000 3.844.333 8.036.000 11.880.333 24.299.667
3. 15.000 19.700.000 20.000.000 20.100.000 59.800.000 6.470.000 17.490.000 23.960.000 35.840.000
4. 10.000 23.825.000 14.500.000 6.300.000 44.625.000 4.886.000 13.263.750 18.149.750 26.475.250
5. 5.000 7.240.000 5.000.000 6.000.000 18.240.000 4.984.643 6.716.000 11.700.643 6.539.357
6. 6.000 7.865.000 7.100.000 9.600.000 24.565.000 3.783.500 10.024.750 13.808.250 10.756.750
7. 4.000 9.680.000 6.400.000 9.300.000 25.380.000 3.976.500 8.367.000 12.343.500 13.036.500
8. 10.000 19.005.000 9.600.000 17.700.000 46.305.000 6.404.214 16.865.750 23.269.964 23.035.036
9. 5.900 10.860.000 8.500.000 4.950.000 24.310.000 4.060.119 7.249.000 11.309.119 13.000.881
10. 20.000 20.362.500 6.500.000 10.500.000 37.362.500 8.610.667 13.039.375 21.650.042 15.712.458
11. 30.000 18.755.000 42.000.000 36.000.000 96.755.000 12.314.167 34.173.250 46.487.417 50.267.583
12. 21.500 18.100.000 28.500.000 19.200.000 65.800.000 8.393.262 18.400.000 26.793.262 39.006.738
13. 20.000 19.910.000 34.000.000 48.000.000 101.910.000 8.175.048 34.071.500 42.246.548 59.663.452
14. 10.000 11.375.000 5.500.000 9.000.000 25.875.000 4.085.333 9.338.250 13.423.583 12.451.417
15. 13.000 10.860.000 21.000.000 13.200.000 45.060.000 5.620.167 13.745.000 19.365.167 25.694.833
16. 8.600 15.625.000 16.000.000 8.100.000 39.725.000 5.396.167 10.374.750 15.770.917 23.954.083
17. 20.000 6.335.000 7.400.000 21.600.000 35.335.000 8.066.167 12.805.250 20.871.417 14.463.583
18. 6.500 9.050.000 12.600.000 13.500.000 35.150.000 4.457.600 12.479.500 16.937.100 18.212.900
19. 5.600 12.830.000 7.800.000 9.900.000 30.530.000 3.681.310 8.845.500 12.526.810 18.003.190
20. 5.500 16.300.000 14.000.000 10.500.000 40.800.000 3.852.619 10.236.000 14.088.619 26.711.381
Jumlah 282.992.500 300.450.000 296.250.000 879.692.500 118.633.481 279.188.375 397.821.856 481.870.644
Rata-rata 14.149.625 15.022.500 14.812.500 43.984.625 5.931.674 13.959.419 19.891.093 24.093.532
76
Lampiran 12. Tabel Cash Flow
Komponen Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Hasil Penjualan Ikan Bandeng
15.022.500 30.045.000 30.045.000 30.045.000 30.045.000 30.045.000 30.045.000 30.045.000 30.045.000 30.045.000
Hasil Penjualan Udang Windu
14.149.625 28.299.250 28.299.250 28.299.250 28.299.250 28.299.250 28.299.250 28.299.250 28.299.250 28.299.250
Hasil Penjualan Glacilaria
14.812.500 29.625.000 29.625.000 29.625.000 29.625.000 29.625.000 29.625.000 29.625.000 29.625.000 29.625.000
Nilai Sisa
Total Inflow 43.984.625 87.969.250 87.969.250 87.969.250 87.969.250 87.969.250 87.969.250 87.969.250 87.969.250 87.969.250
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Lahan 119.300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pintu Air Utama 5.775.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pintu Air Dalam 5.002.500 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mesin Pompa Air 2.350.000 0 0 0 0 0 2.350.000 0 0 0
Jaring Pukat 963.500 0 0 0 0 0 963.500 0 0 0
Keranjang 309.750 0 0 309.750 0 0 309.750 0 0 309.750
Penggali Tanah 155.250 0 0 0 0 0 0 0 155.250 0
Ember 50.000 0 0 0 50.000 0 0 0 50.000 0
Bubu 716.000 0 0 0 716.000 0 0 0 716.000 0
Gabus/Coolbox 91.500 0 0 91.500 0 0 91.500 0 0 91.500
Seser 30.500 0 30.500 0 30.500 0 30.500 0 30.500 0
Jaring Jala 697.500 0 0 0 0 697.500 0 0 0 0
Rumah Jaga/Gudang 2.607.000 0 0 0 0 0 2.607.000 0 0 0
Perahu/Pontong 727.500 0 0 0 0 0 727.500 0 0 0
Waring Jemuran 610.500 0 0 0 0 610.500 0 0 0 0
77
Waring Alas 136.400 0 0 0 0 136.400 0 0 0 0
Karung 15.750 15.750 15.750 15.750 15.750 15.750 15.750 15.750 15.750 15.750
Gerobak 442.250 0 0 0 442.250 0 0 0 442.250 0
Senter 200.000 0 0 200.000 0 0 200.000 0 0 200.000
Tongkat Bambu 28.750 0 0 0 0 0 0 0 0 28.750
Total Investasi 140.209.650 15.750 46.250 617.000 1.254.500 1.460.150 7.295.500 15.750 1.409.750 645.750
2. Biaya Tetap
Pajak 241.850 241.850 241.850 241.850 241.850 241.850 241.850 241.850 241.850 241.850
Sewa Lahan 2.386.000 2.386.000 2.386.000 2.386.000 2.386.000 2.386.000 2.386.000 2.386.000 2.386.000 2.386.000
Total Biaya tetap 2.627.850 2.627.850 2.627.850 2.627.850 2.627.850 2.627.850 2.627.850 2.627.850 2.627.850 2.627.850
3. Biaya Variabel
Nener 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000
Benur 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000
Rumput Laut Glacilaria sp
510.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pupuk Urea 589.500 589.500 589.500 589.500 589.500 589.500 589.500 589.500 589.500 589.500
Pupuk TSP 615.000 615.000 615.000 615.000 615.000 615.000 615.000 615.000 615.000 615.000
Pupuk Poska/Organik/Lainnya
163.500 163.500 163.500 163.500 163.500 163.500 163.500 163.500 163.500 163.500
Racun Saphonin 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000
Racun Marshal/Lainnya
149.000 149.000 149.000 149.000 149.000 149.000 149.000 149.000 149.000 149.000
Bensin 82.400 82.400 82.400 82.400 82.400 82.400 82.400 82.400 82.400 82.400
Tenaga Kerja Rumput Laut
4.937.500 9.875.000 9.875.000 9.875.000 9.875.000 9.875.000 9.875.000 9.875.000 9.875.000 9.875.000
Tenaga Kerja Tambak 4.312.519 8.625.038 8.625.038 8.625.038 8.625.038 8.625.038 8.625.038 8.625.038 8.625.038 8.625.038
Total Biaya Variabel 13.959.419 22.699.438 22.699.438 22.699.438 22.699.438 22.699.438 22.699.438 22.699.438 22.699.438 22.699.438
Total Outflow 156.796.919 25.343.038 25.373.538 25.944.288 26.581.788 26.787.438 32.622.788 25.343.038 26.737.038 25.973.038
Net Benefit -112.812.294 62.626.212 62.595.712 62.024.962 61.387.462 61.181.812 55.346.462 62.626.212 61.232.212 61.996.212
78
Lampiran 13. Net Present Value (NPV)
Tahun Benevit Cost DF (9,70%) PV B PV C PV (B-C)
1 43.984.625 156.796.919 0,91 40.095.374 142.932.469 -102.837.095
2 87.969.250 25.343.038 0,83 73.100.043 21.059.372 52.040.671
3 87.969.250 25.373.538 0,76 66.636.320 19.220.344 47.415.977
4 87.969.250 25.944.288 0,69 60.744.139 17.914.935 42.829.203
5 87.969.250 26.581.788 0,63 55.372.962 16.732.123 38.640.838
6 87.969.250 26.787.438 0,57 50.476.720 15.370.621 35.106.099
7 87.969.250 32.622.788 0,52 46.013.418 17.063.758 28.949.660
8 87.969.250 25.343.038 0,48 41.944.775 12.083.859 29.860.916
9 87.969.250 26.737.038 0,43 38.235.893 11.621.271 26.614.622
10 87.969.250 25.973.038 0,40 34.854.962 10.290.974 24.563.988
223.184.879NPV (Net Present Value)
79
Lampiran 14. Net Benefit – Cost Rasio (Net B/C)
Tahun Benevit Cost DF (9,70%) PV (B-C)
1 43.984.625 156.796.919 0,91 -102.837.095
2 87.969.250 25.343.038 0,83 52.040.671
3 87.969.250 25.373.538 0,76 47.415.977
4 87.969.250 25.944.288 0,69 42.829.203
5 87.969.250 26.581.788 0,63 38.640.838
6 87.969.250 26.787.438 0,57 35.106.099
7 87.969.250 32.622.788 0,52 28.949.660
8 87.969.250 25.343.038 0,48 29.860.916
9 87.969.250 26.737.038 0,43 26.614.622
10 87.969.250 25.973.038 0,40 24.563.988
223.184.879Total Present Value
Sehingga, diperoleh :
No Uraian Net B/C
1 NPV (+) 326.021.974
2 NPV (-) 102.837.095
3,17Net B/C
��� �/� ����� = ∑ ��− ��(� + �)� � � � ! �!" ��− �� > �∑ ��− ��(� + �)� � � � ! �!" ��− �� < �
��� �/� ����� = ,&-. �&�. ./0��&. 1,/. �.2
��� �/� ����� = ,, �/
80
Lampiran 15. Internal Rate of Return (IRR)
Tahun Benevit Cost DF (9,70%) PV (B-C) DF (54%) PV (B-C)
1 43.984.625 156.796.919 0,91 -102.837.095 0,65 -73.254.736
2 87.969.250 25.343.038 0,83 52.040.671 0,42 26.406.735
3 87.969.250 25.373.538 0,76 47.415.977 0,27 17.138.879
4 87.969.250 25.944.288 0,69 42.829.203 0,18 11.027.666
5 87.969.250 26.581.788 0,63 38.640.838 0,12 7.087.223
6 87.969.250 26.787.438 0,57 35.106.099 0,07 4.586.675
7 87.969.250 32.622.788 0,52 28.949.660 0,05 2.694.293
8 87.969.250 25.343.038 0,48 29.860.916 0,03 1.979.659
9 87.969.250 26.737.038 0,43 26.614.622 0,02 1.256.879
10 87.969.250 25.973.038 0,40 24.563.988 0,01 826.338
223.184.879 -250.388Jumlah
%�� = �� + (�& − ��) ������ − ��&
%�� = ., /�% + (20% − ., /�%) &&,. �10. 1/.&&,. �10. 1/. − (−&2�. ,11)
%�� = (�, �./) + (�, 00,)(�, ...)
%�� = �, 2,.2
%�� = 2,, .2%
81
Lampiran 16. Payback Period (PP)
Tahun Benevit Cost Net Benefit
1 43.984.625 156.796.919 -112.812.294
2 87.969.250 25.343.038 62.626.212
3 87.969.250 25.373.538 62.595.712
4 87.969.250 25.944.288 62.024.962
5 87.969.250 26.581.788 61.387.462
6 87.969.250 26.787.438 61.181.812
7 87.969.250 32.622.788 55.346.462
8 87.969.250 25.343.038 62.626.212
9 87.969.250 26.737.038 61.232.212
10 87.969.250 25.973.038 61.996.212
438.204.964
43.820.496
Total
Rata-rata
= % '������(�� ��)��* �)��*! × � ��*!
= �0�. &�.. -2�0,. 1&�. 0.- × �& �!5�
= ,, & 6 �& �!5�
= ,1, 0 �!5�
82
Lampiran 17. Kuisioner
KUISIONER PENELITIAN
(ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA POLIKULTUR IKAN BANDENG
(Chanos chanos), UDANG WINDU (Panaeus monodon) DAN RUMPUT LAUT
(Glacilaria sp.) DI KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN)
Oleh : NURFIQHI ISLAMIYAH
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
Lokasi Sampel : Hari/Tanggal Wawancara :…………/…………………
Desa/Kelurahan : Bonto Langkasa
Kecamatan : Minasatene
Kabupaten : Pangkajene dan Kepulauan
A. Identitas Responden
Nama : Umur : Jenis Kelamin : P/L Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/S1/Lainnya. Alamat : Pekerjaan Utama : Pekerjaan Sampingan : Jumlah Tanggungan : No. Hp : Luas lahan Tambak :
B. Analisis Pendapatan
1. Komoditi Ikan Bandeng (Chanos chanos)
a. Biaya Tetap
No Jenis Alat/Investasi Nilai (Rp/Unit) Nilai
Penyusutan (Rp) Harga
Perolehan Lama Pakai
(Tahun)
1
2
3
4
5
No. Responden :
83
6
7
Dst
Jumlah
b. Biaya Variabel
No Uraian Jumlah Nilai (Rp)
1
2
3
4
5
6
Dst
Jumlah
c. Hasil Produksi Komoditi Ikan Bandeng (Chanos chanos)
No Siklus Periode Waktu Produksi (Kg) Harga Jual (Rp)
1
2
3
4
5
Dst
Jumlah
d. Hasil Produksi Komoditi Udang Windu (Panaeus monodon)
No Siklus Periode Waktu Produksi (Kg) Harga Jual (Rp)
1
2
3
84
4
5
Dst
Jumlah
e. Hasil Produksi Komoditi Rumput Laut Glacillaria sp.
No Siklus Periode Waktu Produksi (Kg) Harga Jual (Rp)
1
2
3
4
5
Dst
Jumlah
C. Pertanyaan
1. Dari mana saja sumber bibit diperoleh?
a. Ikan Bandeng : b. Udang Windu : c. Rumput Laut Glacillaria sp. :
2. Metode atau prosedur budidaya yang dilakukan ?
a. Ikan Bandeng :
b. Udang Windu :
c. Rumput Laut Glacillaria sp. :
3. Pengalaman sebagai pembudidaya?
a. Ikan Bandeng : ............... Tahun. b. Udang Windu : ............... Tahun. c. Rumput Laut Glacillaria sp. : ............... Tahun.
4. Berapa lama waktu panen dan berapa kali dalam satu tahun?
a. Ikan Bandeng : b. Udang Windu : c. Rumput Laut Glacillaria sp. :
5. Dimana volume puncak panen rumput laut, di bulan apa meningkat volume
rumput laut dan di bulan apa volume rumput laut menurun?
6. Apa saja kendala yang dihadapi selama membudidayakan Rumput Laut?
85
7. Apa saja kendala yang dihadapi selama membudidayakan Udang Windu?
8. Apa saja kendala yang dihadapi selama membudidayakan Ikan Bandeng?
9. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga komoditi tinggi dan rendah?
a. Ikan Bandeng :
b. Udang Windu :
c. Rumput Laut Glacillaria sp. : 10. Dimana Anda menjual hasil panen anda? - Langsung dipasarakan/dijual ke pengumpul - Diolah menjadi produk lainnya
a. Ikan Bandeng : b. Udang Windu : c. Rumput Laut Glacillaria sp. :
11. Bagaimana kriteria rumput laut yang diterima oleh pedagang pengumpul ?
12. Bagaimana kriteria Udang Windu yang siap panen (Ukuran, waktu pemeliharaan, Harga)?
13. Bagaimana kriteria Ikan Bandeng siap panen (Ukuran, waktu pemeliharaan, Harga)?
14. Mengapa memilih polikultur tiga komoditi tersebut?
86
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian
87
88