analisis penentuan sektor perekonomian wilayah kabupaten purbalingga dengan pendekatan sektor...
DESCRIPTION
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB PERIODE 2007-2011TRANSCRIPT
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN
PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA
DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB
PERIODE 2007-2011
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas–Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
INDAH DWI ARIASTUTI
F0108075
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
2
ABSTRAK
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN
WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN PENDEKATAN
SEKTOR PEMBENTUK PDRB PERIODE 2007-2011
Indah Dwi Ariastuti
F0108075
Pertumbuhan ekonomi dengan prosesnya yang berkelanjutan merupakankondisi utama dalam kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlahpenduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga ikut bertambah,oleh karena itu dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menentukan sektor unggulanperekonomian wilayah Kabupaten Purbalingga sehingga dapat digunakan sebagaipedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil gunamempercepat laju pertumbuhan yang ada. Dalam penelitian ini, data yangdigunakan berupa data sekunder dengan kurun waktu (time series) dari PDRBKabupaten Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011. Alat analisisyang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu 1). Analisis Tipology Klassendigunakan untuk mengklasifikasi sektor-sektor PDRB, 2). Analisis LocationQuotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalamperekonomian wilayah Kabupaten Purbalingga, dan 3). Analisis Shift Sharedigunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran struktur perekonomianwilayah Kabupaten Purbalingga.
Hasil penelitian berdasarkan analisis Tipology Klassen menunjukkan yangmerupakan sektor yang maju dan tumbuh pesat adalah sektor pertanian; sektorbangunan; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.Berdasarkan analisis Location Quotient (LQ) yang merupakan sektor basis adalahsektor pertanian; sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan dan jasaperusahaan; serta sektor jasa-jasa. Analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektoryang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor industri pengolahan; sektor listrik,gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran;sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor keuangan, persewaan dan jasaperusahaan.
Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukanbahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Purbalingga dengankriteria sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis, dan berkompetitif adalahsektor bangunan; serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Kata Kunci : Struktur Ekonomi, Sektor Unggulan, Tipology Klassen, LocationQuotient dan Shift Share.
3
ABSTRACT
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN
WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN PENDEKATAN
SEKTOR PEMBENTUK PDRB PERIODE 2007-2011
Indah Dwi Ariastuti
F0108075
Economic growth with its process are the main condition for thesustainability of the regional economic development. Because of the continuingpopulation growth means economic needs also increase, therefore needs revenuerequired each year.
This research focused to review and determine the regional leadingsectors of Purbalingga Regency so that can be to guidelines what determineaction should be taken to accelerate the growth rate. In this research, usingsecondary data with time series of GRDP in Purbalingga Regency and CentralJava Province years 2007-2011. Three tools of analysis at the research, 1)Klassen Typology Analysis used to classify sectors GDRP, 2) Location QuotientAnalysis used to determine base and non base sectors the regional of PurbalinggaRegency, and 3) Shift Share Analysis used to know the change and shift in theeconomic structure of the region Purbalingga.
Klassen Typology Analysis indicates that the developed sectors areagrigulture; construction; financial, ownership and business services; and theservices sectors. Location Quotient Analysis indicates agricultural; construction;ownership and business services; and the services sectors. Shift Share Analysisindicates that the competitive sectors are manufacturing industry; electricity, gasand water supply; construction; trade, hotel and restaurant; transport andcommunication; and financial, ownership and business services.
The results of the analysis based on three analysis tools indicate that theleading sector with the criteria’s developed, base, and competitive is sectorcontruction; and financial, ownership and business services.
Keywords : Economic Structure, Leading Sector, Klassen Typology, LocationQuotient, and Shift Share.
4
5
6
7
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan, kepada :
Allah SWT yang telah memberikan kehidupan, kesehatan, anugerah daninayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Ayahanda Darmo Nyipto W. dan Ibunda Sri Hastuti E. yang telahmemberikan do’a, kasih sayang, dan cintanya yang begitu tulus.
Bpk. Kresno, Bpk. Mulyanto dan Bpk. Sumardi, selaku pembimbing danpenguji yang telah banyak membantu.
Kakak tercinta Mba Ismi, serta adikku Iqbal yang telah mendorong danmemotivasi penulis untuk terus berjuang.
Ponakanku yang ganteng ( Gustav ), semoga jadi anak yang sholeh ya.
Saudara-saudaraku sayang ( Kanti, Mba Ulfah, Oki, Mas Iyan, Mba Siska,Mas Aan, Ivan, Vina, Robi ) terima kasih do’a dan semangatnya.
Serta seluruh keluarga dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satupersatu.
8
MOTTO
Laahaulawalaaquwwata Illaabillaahil'aliyyil 'adziim
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri (Q. S. Ar-Ra'd: 11)
“ Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu menguBah
nasib mereka sendiri “. ( QS. Al-Anfaal (8) : 53 )
… Barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur
Untuk dirinya sendiri… (Q.S. Luqman: 12)
“ Man Jadda Wajada “
9
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT, Rabb alam semesta atas segala nikmat dan
karunia-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten
Purbalingga dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB Periode 2007-
2011” dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, kaum kerabatnya, dan
umatnya hingga hari kemudian.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program sarjana strata satu (S1) di Fakultas Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
memberikan sumbangan pikiran, waktu dan tenaga serta bantuan moril dan
materiil khususnya kepada :
1. Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret.
2. Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret.
10
3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan
bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu berdoa serta memberikan
dukungan moral maupun materiil kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam pelayanan dan
penyediaan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat (Hida, Lita, Septina, Anisa,) terima kasih atas do’a dan
semangatnya.
Akhirnya dengan berserah diri kepada Allah SWT, penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan dapat
dijadikan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. penulis juga
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kelemahan, sehingga penulis tak lupa mengharapkan saran dan kritik
atas skripsi ini.
Surakarta, September 2014
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………..……..
ABSTRAK …………………………………………………………………
ABSTRACT …………………………………………………………….......
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………...
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………......
MOTTO …………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………….....
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..
B. Rumusan Masalah ……………………………………………
C. Tujuan Penelitian ………………………………………….....
D. Manfaat Penelitian …………………………………………...
BAB II DAFTAR PUSTAKA
A. Teori Pembangunan Ekonomi …………………………….....
B. Pembangunan Ekonomi Regional ……………………………
C. Teori Pertumbuhan Ekonomi ………………………………...
D. Pertumbuhan Ekonomi Regional ………………………….....
E. Pendapatan Regional ………………………………………...
F. Perencanaan Pembangunan Wilayah ………………………...
G. Teori Basis Ekspor (Export Base Theory) …………………...
H. Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai StrategiPembangunan Daerah ………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xiii
xv
1
9
10
10
12
14
15
19
21
24
26
28
12
I. Teori Perubahan Struktur Ekonomi ……………………….....
J. Analisis Tipology Klassen Sektoral dan Location Quotient ….
K. Konsep Analisis Shift Share …………………………………
L. Penelitian-Penelitian Terdahulu ……………………………...
1 Analisis Tipology Klassen Sektoral ……………………..
2 Analisis Location Quotient (LQ) ………………………...
3 Analisis Shift Share ………………………………………
M. Kerangka Pemikiran …………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ……………………………….....................
B. Jenis dan Sumber Data ……………………………………….
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………..
D. Defenisi Operasional ………………………………………...
E. Metode Analisis Data ………………………………………..
1. Analisis Tipology Klassen Sektoral ……………………...
2. Location Quotient (LQ) …………………………………
3. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis) ……………..
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Purbalingga …………………..
1. Kondisi Geografis ……………….....................................
2. Luas Penggunaan Lahan ………………………………...
3. Kondisi Topografi ……………………………………….
4. Ketinggian dan Jenis Tanah ……………………………..
5. Hidrologi ………………………………………………...
6. Kondisi Demografi ……………………………………...
7. Pemerintah ………………………………………………
8. Sosial ……………………………………………………
9. Kondisi Ekonomi ………………………………………..
10. Struktur Perekonomian ……………………………….....
30
31
32
33
33
34
35
36
41
41
42
42
45
45
47
50
55
55
55
57
58
59
59
62
64
64
65
13
11. Pendapatan Per Kapita …………………………………..
a. Sektor Pertanian ………………………………….....
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian ……………...
c. Sektor Industri Pengolahan …………………………
d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih …………………
e. Sektor Bangunan ……………………………………
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran …………..
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ……………..
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan ……………………………………….....
i. Sektor Jasa-jasa ……………………………………..
B. Analisis Data dan Pembahasan ................................................
1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor PerekonomianWilayah Kabupaten Purbalingga Menurut TipologyKlassen Sektoral…............................................................
2. Analisis Location Quotient (LQ) ………………………..
3. Analisis Shift Share ……………………………………..
4. Pembahasan Per Sektor ………………………………....
a. Analisis Sektor Pertanian …………………………...
b. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian ……
c. Analisis Sektor Industri Pengolahan ……………….
d. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ………..
e. Analisis Sektor Bangunan ……………………….....
f. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel danRestoran ………………………………………….....
g. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ……
h. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan ……………………………………….....
i. Analisis Jasa-jasa …………………………………...
5. Sektor Unggulan Kaitannya dengan PengembanganWilayah ………………………………………………….
67
68
70
70
71
72
72
73
74
74
75
75
78
80
86
86
89
91
93
95
97
99
101
103
104
14
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………..............................
B. Saran …………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….....
LAMPIRAN
107
109
111
15
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga KonstanTahun 2000 di Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011(Jutaan Rupiah) …………………………………………….......
Tabel 1.2 Jumlah dan Prosentase Peningkatan Penduduk Menurut JenisKelamin di Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 ………..
Tabel 1.3 Persentase Kontribusi Sektoral terhadap PDRB KabupatenPurbalingga ………………………………………………..….
Tabel 3.1 klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipology KlassenSektoral…………………………………………………............
Table 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten PurbalinggaTahun 2011 (dalam Ha) ………………………………………..
Table 4.2 Kepadatan Penduduk Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 ……………………………………………………………
Table 4.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang BekerjaMenurut Lapangan Usaha Utama Di Kabupaten PurbalinggaTahun 2011 ………………………………………………….....
Table 4.4 PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 MenurutLapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000(Jutaan Rupiah) ………………………………………………...
Tabel 4.5 Perkembangan PDRB Per Kapita Kabupaten PurbalinggaTahun 2007-2011 ………………………………………………
Tabel 4.6 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi JawaTengah dan Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 ……….
Tabel 4.7 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 Berdasarkan Tipology Klassen Sektoral …………………
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient KabupatenPurbalingga Tahun 2007-2011 …………………………………
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Kabupaten PurbalinggaTahun 2007-2011 ………………………………………………
Tabel 4.10 Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 ……………………………………………………………
Tabel 4.11 Analisis Sektor Pertanian ………………………………………
Tabel 4.12 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian ………………..
5
6
8
47
57
60
61
66
67
76
77
79
82
85
87
89
16
Tabel 4.13 Analisis Sektor Industri Pengolahan …………………………...
Tabel 4.14 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih …………………...
Tabel 4.15 Analisis Sektor Bangunan ……………………………………...
Tabel 4.16 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ………….....
Tabel 4.17 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi …………….....
Tabel 4.18 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan ……………………………………………………..
Tabel 4.19 Analisis Sektor Jasa-jasa …………………………………….....
91
93
95
97
99
101
103
17
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Grafik Prosentase Penduduk Menurut Kelompok Umur DanJenis Kelamin Di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011(dalam %) …………………………………………………...
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual …………………………...
Gambar 4.1 Prosentase Luas Penggunaan Lahan Di KabupatenPurbalingga Tahun 2011 ……………………………………
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Penduduk Kabupaten PurbalinggaTahun 2007-2011 …………………………………………..
Gambar 4.3 Grafik Pembagian Wilayah Administratif MenurutKecamatan Di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 ……….
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Kontribusi Sektor PDRB KabupatenPurbalingga Tahun 2007-2011 ……………………………...
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan LQ Sektor Pertanian ………………...
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan LQ Sektor Pertambangan danPenggalian …………………………………………………..
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan LQ Sektor Industri Pengolahan …….
Gambar 4.8 Grafik Perkembangan LQ Sektor Listrik, Gas dan AirBersih …………………………………………………….....
Gambar 4.9 Grafik Perkembangan LQ Sektor Bangunan …………….....
Gambar 4.10 Grafik Perkembangan LQ Sektor Perdagangan, Hotel danRestoran ………………………………………………….....
Gambar 4.11 Grafik Perkembangan LQ Sektor Pengangkutan danKomunikasi …………………………………………………
Gambar 4.12 Grafik Perkembangan LQ Sektor Keuangan, Persewaan danJasa Perusahaan ……………………………………………..
Gambar 4.13 Grafik Perkembangan LQ Sektor Jasa-jasa …………………
7
40
56
61
63
86
88
90
92
94
96
98
100
102
104
18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Peta Kabupaten Purbalingga ………………………………….
Lampiran 2 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga KonstanTahun 2000 Di Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011(Jutaan Rupiah) ……………………………………………….
Lampiran 3 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga KonstanTahun 2000 Di Provinsi Jawa tengah Tahun 2007-2011(Jutaan Rupiah) …………………………………………….....
Lampiran 4 Indeks PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun2000 (Tahun 2000 = 100,00) ………………………………..
Lampiran 5 Laju PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 MenurutLapangan Usaha di Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 …………………………………………........................
Lampiran 6 Laju PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 MenurutLapangan Usaha di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011(persen) ……………………………………………...............
Lampiran 7 Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 MenurutLapangan Usaha di Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 (persen) ……………………………….....
Lampiran 8 Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 MenurutLapangan Usaha di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011(persen) ……………………………………………………...
Lampiran 9 Perhitungan Analisis Tipology Klassen Sektoral PDRBKabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 …………………
Lampiran 10 Perhitungan Analisis Location Quotient PDRB KabupatenPurbalingga Tahun 2007-2011 ……………………………...
Lampiran 11 Perhitungan Analisis Shift Share PDRB KabupatenPurbalingga Tahun 2007-2011 ……………………………...
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
126
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan adalah suatu proses untuk membuat kehidupan masyarakat
lebih baik lagi yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Oleh sebab itu,
pembangunan produksi dan infrastruktur merupakan bidang yang ditekankan
dalam strategi pembangunan hal itu bertujuan untuk mempercepat peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta pertumbuhan ekonomi.
Di Negara-Negara berkembang, pembangunan ekonomi merupakan
bidang yang selalu difokuskan dalam pembangunan melalui usaha untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan adanya ekonomi
yang masih terbelakang. Pembangunan identik dengan strategi pertumbuhan
ekonomi atau usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Oleh karena itu,
pembangunan di bidang ekonomi dapat mendorong pada perubahan serta
pencapaian tujuan dalam bidang kehidupan yang lain (Siagian, 1984:128). Dalam
proses pembangunan ekonomi diperlukan usaha-usaha dari berbagai pihak agar
tercipta kemakmuran bagi manusia, karena pembangunan tidak akan dapat
berjalan sendiri.
Menurut Sjafrizal (2008), ada beberapa indikator yang umum digunakan
untuk mengukur keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator yang umum digunakan
karena dapat dijadikan petunjuk secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu
20
daerah dalam kinerja perekonomian. Indikator lain adalah tingkat pendapatan
perkapita, pertumbuhan dan perubahan atau pergeseran struktur ekonomi.
Menurut Jhingan (1992:420), tujuan utama pembangunan ekonomi
adalah untuk menciptakan modal berupa alat-alat dalam skala yang cukup untuk
meningkatkan produktivitas dibidang pertambangan, pertanian, industri serta
perkebunan. Selain itu, modal juga diperlukan untuk mendirikan rumah sakit,
sekolah, jalan kereta api, jalan raya, serta fasilitas-fasilitas yang lainnya.
Sehubungan dengan pentingnya mengidentifikasi potensi dan kebutuhan
dalam proses perencanaan pembangunan daerah, maka dilakukan berbagai
pendekatan model perencanaan pembangunan untuk menentukan arah dan bentuk
kebijakan yang diambil. Pendekatan pembangunan daerah salah satunya
pendekatan sektoral, pendekatan ini sangat diperlukan karena dapat memberikan
gambaran tentang keunggulan-keunggulan yang dimiliki wilayah tersebut yang
berbeda dengan wilayah-wilayah yang lainnya. Dengan berfokus pada
pengembangan sektor unggulan, maka eksistensi wilayah tersebut akan tetap
terjamin. Oleh karena itu analisis dan identifikasi sektor ekonomi potensial sangat
penting bagi setiap kabupaten, apalagi untuk Kabupaten Purbalingga sebagai
daerah otonom yang memilik banyak keunggulan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
kemudian digantikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Dengan
adanya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah dituntut dapat memacu pertumbuhan
21
ekonomi serta melaksanakan desentralisasi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan tujuan penyelenggaraan otonomi daerah yaitu kemajuan
perekonomian daerah serta peningkatan pelayanan publik. Undang-Undang
tersebut memiliki arti sangat penting untuk daerah, yaitu dengan adanya
pemberian kewenangan serta pembiayaan yang menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Dengan otonomi daerah, pemerintah daerah diharuskan lebih kreatif
dalam pengembangan perekonomian, perusahaan milik daerah dan peranan
investasi swasta diharapkan dapat memicu pembangunan serta pertumbuhan
ekonomi. Investasi akan menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor lain
serta mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Bagi Negara Indonesia yang memiliki beribu-ribu pulau, adanya
perbedaan karakteristik antara wilayah satu dengan wilayah yang lain merupakan
konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Untuk menciptakan pola pembangunan
ekonomi dipengaruhi karakteristik wilayah sehingga tidak akan sama pola
pembangunan ekonomi wilayah di Indonesia. Ketidaksamaan ini sangat
berpengaruh pada pertumbuhan suatu wilayah yang berakibat pada adanya
wilayah yang maju dan beberapa wilayah lain tumbuh secara lambat.
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang
memberikan pengaruh besar terhadap pembangunan nasional. Hal ini disebabkan
karena Provinsi Jawa Tengah memiliki sumberdaya alam yang beragam seperti
sumberdaya lahan, air dan sumberdaya pendukung yang meliputi sumberdaya
22
manusia berupa ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan berkualitas, serta
infrastruktur wilayah yang memadai.
Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah, mempunyai kondisi geografis, potensi wilayah serta
potensi khas lain yang berbeda dengan kabupaten/kota lainnya. Oleh sebab itu,
kebijakan pembangunan daerah tidak dapat secara langsung mengadopsi
kebijakan daerah lain, provinsi maupun kebijakan nasional. Kebijakan yang
diambil harus sesuai dengan potensi, kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh
daerah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu cara
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) di Indonesia meliputi 9 (sembilan) sektor, yaitu
1. Sektor Pertanian
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
3. Sektor Industri Pengolahan
4. Sektor Listrik dan Air Minum
5. Sektor Bangunan dan Konsturksi
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta
9. Sektor Jasa-jasa.
23
Tabel 1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga KonstanTahun 2000 di Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011(Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 734.226,17 754.867,17 781.982,34 807.874,04 824.777,74
Pertambangan dan
Penggalian14.291,16 15.668,60 17.025,03 18.262,68 19.875,81
Industri Pengolahan 213.148,72 226.127,65 241.342,73 257.831,28 277.886,71
Listrik, Gas dan Air
Bersih13.852,81 14.612,36 15.254,86 16.423,57 17.251,39
Bangunan 170.640,06 183.500,89 197.642,60 211.341,46 229.134,17
Perdagangan, Hotel
dan Restoran393.105,08 412.741,51 440.212,70 467.661,59 506.087,52
Pengangkutan dan
Komunikasi115.079,98 122.657,51 130.268,95 138.087,04 146.335,20
Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
128.218,47 136.328,20 146.302,90 154.213,75 165.831,61
Jasa-jasa 361.183,78 390.888,88 420.212,46 454.177,33 490.904,94
PDRB 2.143.746,23 2.257.392,77 2.390.244,57 2.525.872,73 2.678.085,09
Sumber : BPS Kabupaten Purbalingga
Tabel 1.1. memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Purbalingga setiap tahunnya, pada tahun 2011 PDRB
Kabupaten Purbalingga sebesar Rp. 2.678.085.09 juta meningkat Rp. 152.212.36
juta dari tahun 2010 sebesar Rp. 2.525.872,73. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Purbalingga dari tahun 2007-2011 didominasi oleh sektor pertanian dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Kabupaten Purbalingga merupakan wilayah pusat
pertumbuhan yang berkembang cukup pesat.
24
Jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Peningkatan penduduk yang terjadi di Kabupaten Purbalingga cukup
signifikan. Pada tahun 2008,terjadi peningkatan sebanyak 6.939 jiwa (0,84%) dari
tahun sebelumnya. Tahun 2009 dan 2010 juga mengalami peningkatan, yaitu
sebesar 0,83% dan 0,91%. Sedangkan pada tahun 2011 mengalami peningkatan
yang cukup besar yaitu sebanyak 11.428 jiwa atau sebesar 1,34% dari tahun
sebelumnya. Keadaan tersebut dapat terlihat jelas pada tabel 1.2 dibawah ini.
Tabel 1.2 Jumlah dan Prosentase Peningkatan Penduduk Menurut JenisKelamin di Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011
PendudukTahun Peningkatan (%)
2007 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Laki-laki 414.034 416.353 418.960 421.820 428887 0,56 0,63 0,68 1,68
Perempuan 416.294 420.914 425.292 430.143 434504 1,11 1,04 1,14 1,01
Total 830.328 837.267 844.252 851.963 863391 0,84 0,83 0,91 1,34
Sumber: Purbalingga Dalam Angka 2012 (diolah)
Dari tabel 1.2 diatas, dapat terlihat jelas jumlah penduduk Kabupaten
Purbalingga tahun 2011. Kemudian dari jumlah penduduk tersebut dibagi menurut
kelompok umur dan jenis kelamin sehingga dapat memberikan gambaran yang
jelas tentang penduduk di Kabupaten Purbalingga. Grafik 1.2 dibawah ini
menggambarkan tentang Prosentase Penduduk Menurut Kelompok dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2011.
25
Sumber: Purbalingga Dalam Angka 2011 (diolah)
Gambar 1.1 Grafik Prosentase Penduduk Menurut Kelompok Umur danJenis Kelamin di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011(dalam %)
Dari grafik 1.2 diatas, terlihat bahwa penduduk di Kabupaten
Purbalingga di dominasi oleh penduduk berumur 5-14 tahun baik laki-laki
maupun perempuan. Pada tahun 2011, penduduk laki-laki lebih banyak daripada
penduduk perempuan di Kabupaten Purbalingga. Hal tersebut dapat terlihat jelas
pada grafik diatas, bahwa dari umur 0-75+ tahun, rata-rata penduduk Kabupaten
Purbalingga didominasi oleh laki-laki. Meskipun ada beberapa dimana perempuan
mendominasi, misalnya pada umur 25-34 tahun dan pada umur 45-49 tahun.
Sektor-sektor ekonomi sangat berperan penting bagi pertumbuhan
Kabupaten Purbalingga karena sebagai penyumbang atas terbentuknya PDRB
suatu wilayah. Semakin besar peran sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB
0 2 4 6 8 10 12
0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75 +
Perempuan
Laki-laki
26
maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan
perekonomian suatu daerah.
Tabel 1.3 Persentase Kontribusi Sektoral terhadap PDRB KabupatenPurbalingga
No Lapangan UsahaTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 34,25 33,44 32,72 31,98 30,80
2 Pertambangan 0,67 0,69 0,71 0,72 0,74
3 Industri Pengolahan 9,94 10,02 10,09 10,21 10,38
4 Listrik, Gas dan Air bersih 0,65 0,65 0,64 0,65 0,64
5 Bangunan 7,96 8,13 8,27 8,37 8,56
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,34 18,28 18,28 18,51 18,90
7 Angkutan dan Komunikasi 5,37 5,43 5,45 5,47 5,46
8 Keuangan dan Persewaan 5,98 6,04 6,12 6,11 6,19
9 Jasa-Jasa 16,85 17,32 17,58 17,98 18,33
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga (diolah)
Selama lima tahun terakhir terlihat jelas bahwa sektor pertanian memiliki
kontribusi cukup besar jika dibandingkan dengan sektor lain. Sampai tahun 2011,
sektor pertanian masih merupakan sektor pemberi kontribusi terbesar dalam
kegiatan perekonomian Kabupaten Purbalingga.
Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi, analisis ekonomi potensial
dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Purbalingga serta gambaran pola
perubahan dan pertumbuhan sektoral dalam perekonomian sangat diperlukan.
Dengan mengetahui potensi ekonomi yang layak dikembangkan serta pola
perubahan dan pertumbuhan sektoral dalam perekonomian, maka penyusunan
27
perencanaan pembangunan Kabupaten Purbalingga diharapkan lebih terarah
sehingga merangsang terciptanya pembangunan yang berkelanjutan.
Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk menganalisa sektor apa
yang menjadi basis serta bagaimana pola perubahan dan pertumbuhan sektoral
dalam perekonomian sehingga diharapkan pembangunan Kabupaten Purbalingga
dapat berjalan dengan baik. Untuk itu penulis mengambil penelitian dengan judul:
“ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN
WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN PENDEKATAN
SEKTOR PEMBENTUK PDRB PERIODE 2007-2011”
B. Rumusan Masalah
Dasar dalam melaksanakan pembangunan di suatu wilayah adalah
potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut, baik potensi ekonomi, fisik
maupun potensi sosial yang ada. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya wilayah
ang ada merupakan dasar dalam setiap pembangunan di suatu wilayah. Modal
dasar dalam pemberian alternatif prioritas pengembangan dan optimasi
pengelolaan sumber daya wilayah adalah besarnya potensi yang tersedia wilayah
tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang ada dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah
Kabupaten Purbalingga menurut Tipologi Klassen Sektoral?
28
2. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan perekonomian wilayah
Kabupaten Purbalingga menurut Location Quotient (LQ)?
3. Bagaimanakah pola perubahan dan pergeseran sektor perekonomian
wilayah Kabupaten Purbalinga menurut Shift Share?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan
dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah
Kabupaten Purbalingga menurut Tipologi Klassen Sektoral.
2. Menganalisis sektor apa saja yang menjadi unggulan perekonomian
wilayah Kabupaten Purbalingga Location Quotient (LQ).
3. Menganalisis Pola perubahan dan pergeseran sektor perekonomian
wilayah Kabupaten Purbalinga menurut Shift Share.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran bagi pihak yang
berkompeten dalam perekonomian khususnya pemerintah Kabupaten
Purbalingga, bahwa terdapat sektor-sektor ekonomi yang merupakan
sektor unggulan yang perlu diutamakan sehingga dapat meningkatkan
daya saing daerah.
29
2. Sebagai bahan pertimbangan dan strategi kebijakan dalam
pengembangan ekonomi dengan mempertimbangkan aspek pemerataan
dan keunggulan wilayah.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
memperdalam wawasan terutama dalam bidang ekonomi regional bagi
penulis.
4. Sebagai bahan referensi tambahan bagi peneliti yang terkait dengan
pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pembangunan Ekonomi
Definisi pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai proses jangka
panjang yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Oleh karena
itu, pembangunan merupakan suatu proses dimana terjadi berkelanjutan dan
secara terus menerus yang bersifat meningkatkan dan menjadikan semua menjadi
lebih baik. Dengan adanya proses tersebut pendapat riil masyarakat untuk jangan
panjang diharapkan dapat bertambah.
Pembangunan ekonomi secara umum dapat diartikan sebagai suatu
proses yang melibatkan berbagai macam perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan manusia yang memberi harapan serta bertujuan pada perbaikan tingkat
kesejahteraan masyarakan yang lebih baik dan merata secara berkelanjutan.
Pembangunan ekonomi secara tradisional diartikan sebagai kapasitas
yang dimiliki oleh perekonomian nasional untuk menciptakan dan
mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto dari tahun ke tahun dalam
kurun waktu lama (Todaro, 2000). Pembangunan ekonomi juga sering diukur
berdasarkan penyerapan sumber daya (employment) dan pertumbuhan struktur
produksi yang dilakukan secara terencana.
Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memeratakan pembagian
31
pendapatan, memperluas lapangan kerja, mengusahakan pergeseran kegiatan
ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier serta meningkatkan
hubungan ekonomi regional.
Pembangunan adalah perubahan yang positif, yang mencakup kegiatan-
kegiatan serta hasil-hasilnya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengelola
sumberdaya yang dimiliki daerah yang bersangkutan. Hasil dari pembangunan
tersebut dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan penduduk serta pendapatannya
(Tarigan, 2005).
Menurut Suryana (2006:63), model pembangunan ekonomi dibagi
menjadi empat yaitu model pembangunan ekonomi berorientasi pada penciptaan
lapangan kerja, pertumbuhan, pemenuhan kebutuhan dasar dan model
pembangunan yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan.
Menurut Todaro dalam Taufiq Effendi (2012:7), ada tiga nilai pokok
dalam keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu:
1. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic
needs) dapat berkembang.
2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia.
3. Kemauan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang
merupakan salah satu hak asasi manusia dapat meningkat.
Dari definisi tersebut terlihat jelas bahwa pembangunan ekonomi
mempunyai empat macam sifat terpenting dalam pembangunan ekonomi antara
lain: pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha untuk menaikkan pendapatan
perkapita, perubahan yang terjadi terus-menerus, perbaikan sistem kelembagaan
32
di segala bidang (misalnya politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hukum), serta
kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
B. Pembangunan Ekonomi Regional
Menurut Adisasmita (2008:13), pembangunan wilayah (regional)
merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya
manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan
komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar
wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah,
kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan
pembangunan secara luas.
Menurut Arsyad (1999), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu
proses dimana masyarakat dan pemerintah daerah mengelola sumber daya yang
ada serta membentuk hubungan antara pemerintah daerah dengan swasta untuk
menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut. Pembangunan daerah merupakan integritas dari pembangunan nasional
yang dilakukan melalui otonomi daerah serta pengarahan sumber daya yang dapat
memberikan kesempatan bagi peningkatan kinerja daerah dan demokrasi sehingga
berguna dalam penyelenggaraan pemerintah serta pelayanan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut secara merata.
Keberhasilan suatu pembangunan dapat dilihat dari berbagai macam cara
dan tolak ukur, yaitu dengan pendekatan ekonomi yang didasarkan dari aspek
pendapatan. Dengan berbagai macam pendekatan dan ditinjau dari manapun, tolak
33
ukur kemakmuran selalu konsisten. Oleh sebab itu pendapatan tetap relevan dan
paling lazim diterapkan meskipun bukan merupakan satu-satunya tolak ukur.
C. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Keberhasilan suatu pembangunan dalam suatu daerah salah satunya dapat
ditunjukkan dengan kemajuan ekonomi daerah tersebut (Todaro:2006). Untuk
menilai pertumbuhan ekonomi digunakan tiga macam ukuran yaitu pertumbuhan
output, pertumbuhan output per kapita, dan pertumbuhan output per pekerja.
Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi
yang berlaku dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
kenaikan Gross Domestic Product atau Gross National Product tanpa perlu
melihat adanya perubahan struktur ekonomi tidak, atau akankah kenaikan itu lebih
kecil atau lebih besar dari tingkat pertumbuhan penduduk (Arsyad, 1993).
Pertumbuhan ekonomi menurut Sadono Sukirno (1994:9) didefinisikan
sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian menyebabkan barang dan
jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Ada empat faktor produksi
yang menyebabkan jumlah produksi bertambah yaitu: (1) investasi, karena
investasi akan menambah jumlah barang modal; (2) penduduk, karena tenaga
kerja akan bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk; (3) teknologi yang
digunakan berkembang; dan (4) pengalaman kerja dan pendidikan menambah
ketrampilan (Sadono Sukirno, 1994:9)
34
Dalam Teori Klasik Adam Smith dalam Purwaningsih (2009:24)
menyatakan bahwa faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah
perkembangan penduduk. Pertambahan penduduk akan memperluas pangsa pasar,
dan perluasan pangsa pasar membuat spesialisasi dalam perekonomian tersebut
meningkat. Menurut Adam Smith dalam Boediono (1992) pertumbuhan penduduk
dan pertumbuhan output (Gross National Product) total adalah hal-hal yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Smith menyatakan bahwa sistem produksi
suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu sumber daya manusiawi (jumlah
penduduk), sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi tanah), dan stok
barang kapital yang ada. Proses pertumbuhan ekonomi menurut Schumpeter
adalah proses meningkat dan menurunnya kegiatan ekonomi yang berjalan secara
siklikal. Penciptaan-penciptaan yang dilakukan oleh para pengusaha untuk
memperbarui hasil produksinya sangat berperan dalam peningkatan kegiatan
ekonomi.
David Ricardo memiliki pendapat yang berbeda dengan Adam Smith.
Menurutnya, perkembangan penduduk secara cepat pada akhirnya akan membuat
tingkat pertumbuhan ekonomi turun kembali bahkan sampai pada taraf rendah.
Sementara Keynes menyatakan bahwa total pendapatan adalah fungsi
dari total pekerjaan di suatu negara. Semakin besar jumlah total pekerjaan yang
dihasilkan, semakin besar pendapatan nasional yang diperoleh, demikian juga
sebaliknya. Keynes juga menyatakan bahwa untuk menjamin ekonomi dapat
tumbuh dengan stabil maka diperlukan penerapan kebijakan moneter dan
35
kebijakan fiskal dari pemerintah serta pengawasan yang dilakukan secara
langsung oleh pemerintah.
Teori Harrod Domar muncul untuk melengkapi teori Keynes. Harrod
Domar menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang sempurna adalah
apabila terjadi peningkatan produksi secara keseluruhan pada pasar. Hal tersebut
hanya akan dapat tercapai apabila telah memenuhi syarat-syarat keseimbangan g =
k = n, dimana g adalah tingkat pertumbuhan output (growth), k adalah tingkat
bertumbuhnya modal (capital), dan n adalah tingkat pertumbuhan angkatan kerja
(Priyarsono, et al, 2007).
Para ekonom menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi dengan mengukur pendapatan total setiap orang
dalam suatu perekonomian. Model pertumbuhan Solow menunjukkan bagaimana
pertumbuhan populasi, kemajuan teknologi dan tabungan mempengaruhi tingkat
output perekonomian serta pertumbuhannya sepanjang waktu. Solow
menunjukkan bahwa ukuran persediaan modal dan tingkat produksi dalam jangka
panjang ditunjukkan tingkat tabungan perekonomian. Semakin tinggi tingkat
tabungan, semakin tinggi pula output serta persediaan modalnya.
Produk Domestik Bruto (PDB) secara umum disebut agregat ekonomi,
maksudnya besaran total angka yang menunjukkan keberhasilan ekonomi suatu
Negara. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui agregat ekonomi tersebut.
Perekonomian dapat mengalami perkembangan atau pertumbuhan
apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi atau meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator
36
kesuksesan pembangunan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi adalah
tumbuhnya pendapatan masyarakat secara total sebagai cermin peningkatan
seluruh nilai tambah (value added) yang ada di suatu wilayah.
Menurut Irawan dan Suparmoko dalam Suparno (2008:31), Rostow
menyatakan bahwa ada beberapa tingkatan dalam sejarah pertumbuhan yaitu:
1. Masyarakat Tradisional
2. Masyarakat Prasyarat Lepas Landas
3. Masyarakat Lepas Landas
4. Masyarakat Menuju Kematangan
5. Masyarakat Konsumsi yang Berlebih
Menurut Rusli dalam Suparno (2008:32), Robert Malthus menyatakan
bahwa apabila tidak ada pembatasan maka cenderung akan terjadi penambahan
jumlah penduduk yang lebih cepat dari pertumbuhan pangan. Pertumbuhan
penduduk mengikuti deret ukur sedangkan pertumbuhan pangan mengikuti deret
hitung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu
(Jhinghan, 2002):
1. Sumber Daya Alam (SDA)
Sumber Daya Alam/ Tanah adalah aktor utama yang mempengaruhi
perkembangan suatu perekonomian. Tanah dalam ilmu ekonomi meliputi
sumber alam seperti letak dan susunannya, kesuburan tanah, kekayaan
hutan, mineral dan sebagainya.
37
2. Akumulasi Modal
Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
diproduksi. Kunci utama pertumbuhan ekonomi adalah pembentukan
modal.
3. Organisasi
Organisasi berkaitan erat dengan penggunaan faktor dalam proses
pertumbuhan ekonomi.
4. Kemajuan Teknologi
Faktor yang terpenting di dalam pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan
teknologi. hal tersebut berkaitan dengan sistem produksi yang merupakan
hasil dari penelitian baru.
5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi
Pembagian kerja dan spesialisasi menyebabkan peningkatan
produktivitas. Keduanya dapat membagi kearah ekonomi produksi yang
berskala lebih besar sehingga dapat membantu perkembangan industri.
D. Pertumbuhan Ekonomi Regional
Teori yang menganalisis suatu wilayah yang berhubungan dengan
wilayah-wilayah lain sebagai suatu sistem ekonomi terbuka dengan melalui
petukaran komoditas dan perpindahan faktor-faktor produksi adalah pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan wilayah lain sangat dipengaruhi oleh pembangunan dalam
suatu wilayah yang akan mendorong pembangunan wilayah lain atau
pembangunan ekonomi dari wilayah tersebut sehingga akan mengurangi tingkat
38
kegiatan ekonomi serta kerjasama suatu wilayah dalam bentuk permintaan sektor.
Dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi dapat
terlihat dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator
penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan serta
berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menjelaskan tentang
tingkat pertumbuhan yang terjadi dengan membentuk laju pertumbuhan
(Sirojuzilam, 2008:18). Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diartikan
sebagai meningkatnya kemakmuran wilayah tersebut.
Pertumbuhan regional menurut Glasson (1977:86) terjadi sebagai
dampak dari penentu-penentu eksogen dan endogen, yaitu faktor-faktor yang
terdapat di luar daerah ataupun faktor-faktor ada di dalam daerah yang
bersangkutan, atau kombinasi dari keduanya. Penentu eksogen adalah tingkat
permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah
tersebut, sedangkan penentu endogen, meliputi distribusi faktor-faktor produksi
seperti tanah, tenaga kerja, dan modal.
Sistem pemerintahan yang berubah dapat menyebabkan adanya
perubahan yang cukup signifikan dalam pengelolaan pembangunan daerah. Sistem
perencanaan dan pola pembangunan daerah yang ada selama ini berubah menjadi
lebih bervariasi tergantung pada permasalahan pokok yang dihadapi serta potensi
yang ada di daerah.
Menurut Richardson (2001:35) bahwa perpindahan faktor (factors
movement) adalah titik berat dalam menganalisis untuk membedakan analisis
pertumbuhan nasional dan pertumbuhan daerah. Kemungkinan masuk dan
39
keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan modal menyebabkan terjadinya
perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi regional.
Tinggi rendahnya kemajuan suatu pembangunan daerah dapat diukur
dengan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik per
kapita maupun secara keseluruhan. Hal ini diyakini bahwa secara sendiri akan
menciptakan lapangan kerja serta peluang-peluang ekonomi yang akhirnya akan
menciptkan berbagai macam kondisi yang sangat diperlukan sehingga dapat
tercipta pertumbuhan ekonomi dan sosial yang merata. Oleh sebab itu, tingkat
pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang utama agar meminimalkan
permasalahan-permasalahan yang ada seperti kemiskinan, pengangguran dan
ketimpangan sosial.
E. Pendapatan Regional
Hasil pembangunan ekonomi yang dicapai dapat memberikan informasi
serta memberikan manfaat sebagai bahan evaluasi maupun perencanaan
pembangunan. Penyajian angka-angka pendapatan regional merupakan alat untuk
mengukur seberapa besar keberhasilan pembangunan tersebut khususnya dalam
bidang ekonomi. Definisi pendapatan regional adalah nilai produksi barang dan
jasa yang ada dalam perekonomian di suatu wilayah selama satu tahun (Sukirno,
1985:17).
40
Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
pendapatan regional dalam Fachrurrazy (2009:28) , diantaranya adalah:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) di suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi
(output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita menjadi salah
satu indikator kemakmuran penduduk suatu daerah yang ditampilkan
secara berkala dan digunakan untuk mengetahui perkembangan tingkat
kemakmuran yang terjadi didaerah tersebut. Sajian hasil perhintungan
PDRB dibagi menjadi dua bentuk yaitu atas dasar harga konstan dan atas
dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga konstan tidak dipengaruhi
oleh inflasi sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku sangat dipengaruhi
oleh inflasi atau fluktuasi harga yang ada. PDRB atas dasar harga
konstan digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi dari tiap
tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk
menghitung pergeseran struktur ekonomi. Semakin tinggi nilai PDRB
perkapita maka semakin tinggi pula kekayaan daerah tersebut.
Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang
tercakup dalam PDRB, yaitu:
a. Pertanian.
b. Pertambangan dan Penggalian.
41
c. Industri Pengolahan.
d. Listrik, Gas dan Air Bersih.
e. Bangunan/Konstruksi.
f. Perdagangan, Hotel dan Restoran.
g. Pengangkutan dan Komunikasi.
h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
i. Jasa-jasa.
2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar
PDRN adalah hasil pengurangan PDRB dengan penyusutan.
Penyusutan yang dimaksud di sini adalah pengurangan nilai barang-
barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lainnya) yang
terjadi akibat terpakainya barang modal tersebut dalam proses produksi.
3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor
Produk Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi didapatkan
dari pajak tidak langsung netto yang dikeluarkan dari PDRN atas Dasar
Harga Pasar. Pajak tidak langsung meliputi pajak bea ekspor, penjualan,
bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak
perseroan.
Perhitungan pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan (Tarigan, 2007:24), yaitu:
1. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Pendekatan pengeluaran adalah pendapatan regional yang ditentukan
dengan menjumlahkan seluruh nilai guna akhir dari barang dan jasa yang
42
diproduksi di dalam suatu wilayah. Seluruh penyediaan barang dan jasa
dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, perubahan stok
dan eskpor netto (ekspor-impor), pembentukan modal tetap bruto
(investasi).
2. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Pendapatan regional didasarkan atas pendekatan produksi yang
dilakukan dengan cara nilai produksi yang tercipta oleh tiap-tiap sektor
produks dalam perekonomian dijumlahkan seluruhnya. Oleh karena itu,
untuk menghitung pendapatan regional yang didasarkan oleh pendekatan
produksi, yang harus dilakukan pertama adalah menentukan nilai
produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor di atas. Pendapatan
regional diperoleh dengan cara nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap
sektor dijumlahkan.
3. Pendekatan Penerimaan (Income Approach)
Pendapatan regional dalam cara ini dapat dihitung dengan
menjumlahkan seluruh pendapatan faktor-faktor produksi dalam
memproduksi barang dan jasa. Dalam hal ini yang dijumlahkan adalah:
upah dan gaji, penyusutan, surplus usaha, dan pajak tidak langsung netto.
F. Perencanaan Pembangunan Wilayah
Perencanaan pembangunan wilayah atau regional merupakan unsur-unsur
interaksi dengan entitas ekonomi yang beragam. Untuk mengidentifikasi kegiatan
43
ekonomi suatu wilayah didasarkan melalui ekonomi regional, yaitu dengan cara
mengevaluasi secara kolektif dan komparatif terhadap kesempatan dan kondisi
ekonomi skala wilayah.
Perencanaan pembangunan wilayah dapat dianggap sebagai perencanaan
perbaikan dalam penggunaan sumberdaya-sumberdaya yang tersedia di
masyarakat dalam suatu wilayah serta untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta
dalam menciptakan sumberdaya-sumbedaya dengan tanggung jawab.
Perencanaan yang teliti mengenai penggunaan sumberdaya publik dan
sektor swasta, pengusaha kecil, petani, pengusaha besar, serta organisasi-
organisasi sosial secara seimbang dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi.
Suatu daerah dapat dilihat secara menyeluruh menjadi suatu unit ekonomi yang
terdapat unsur yang saling berinteraksi satu sama lain didalamnya dapat dilakukan
dengan perencanaan pembangunan ekonnomi daerah (Lincolin Arsyad dalam
Wawan Budi S, 2010:24).
Menurut Arsyad (1999:23), perencanaan pembangunan wilayah memiliki
beberapa fungsi antara lain:
1. Perencanaan diharapkan dapat memberikan pengarahan dalam kegiatan
serta menjadi pedoman bagi pelaksana-pelaksana kegiatan.
2. Perencanaan dapat memperkirakan potensi-potensi yang ada, hambatan
yang dihadapi, kesempatan-kesempatan untuk mengembakan sesuatu,
serta resiko yang mungkin akan dihadapi di masa yang akan datang.
3. Perencanaan dapat memberikan kesempatan-kesempatan untuk
menentukan pilihan yang terbaik.
44
4. Perencanaan digunakan untuk menyusun skala prioritas atau urutan-
urutan berdasarkan sisi pentingnya.
5. Perencanaan sebagai standar atau alat ukur untuk evaluasi.
Kebijakan pembangunan suatu wilayah merupakan tindakan atau
keputusan yang diambil oleh pemerintah atau pengambil keputusan publik yang
berwenang untuk mewujudkan suatu kondisi pembangunan. Tujuan dari kebijakan
pembangunan tersebut adalah agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
serta mendorong kesejahteraan sosial secara menyeluruh sesuai dengan aspirasi
dan keinginan yang ada di dalam masyarakat.
G. Teori Basis Ekspor (Export Base Theory)
Dalam Fachrurrazy (2009:33) Perekonomian regional digolongkan dalam
dua sektor kegiatan, yaitu basis dan non basis. Basis merupakan kegiatan yang
mengacu pada orientasi ekspor (barang dan jasa) diluar wilayah perekonomian
yang bersangkutan, sedangkan kegiatan non basis merupakan kegiatan mengacu
pada orientasi lokal dengan menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan
masyarakat di dalam wilayah perekonomian yang bersangkutan.
Sektor basis adalah sektor dalam perekonomian daerah yang menjadi
tulang punggung karena memiliki keuntungan kompetitif cukup tinggi, sehingga
mampu mengekspor barang dan jasa ke luar wilayah yang bersangkutan. Atau
dapat juga dikatakan bahwa kegiatan basis merupakan kegiatan yang berorientasi
ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan.
45
Sedangkan sektor non basis merupakan kegiatan-kegiatan yang
menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang
bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Atau juga
merupakan kegiatan berorientasi lokal yang menyediakan barang dan jasa untuk
kebutuhan masyarakat dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan.
Sektor non basis ini berfungsi sebagai sektor penunjang sektor basis atau service
indusrtries (Sjafrizal, 2008). Sektor nonbasis ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan lokal, sehingga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat
setempat, dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah.
Anggapan tersebut mengindikasikan bahwa satu-satunya sektor yang bisa
meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan adalah sektor basis
(Tarigan dalam Fachrurrazy, 2009).
Untuk menganalisis sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dilakukan
dengan teknik Location Quotient (LQ), untuk mengetahui berapa besar tingkat
spesialisasi sektor unggulan (leading sectors) atau sektor basis. Teknik analisis
Location Quotient (LQ) dapat menggunakan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atau variabel tenaga kerja suatu wilayah sebagai indikator pertumbuhan
wilayah. Location Quotient merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja pada
sektor tertentu atau PDRB terhadap total jumlah tenaga kerja sektor tertentu atau
total nilai PDRB suatu daerah dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor
yang sama dengan daerah yang lebih tinggi (referensi).
46
H. Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan
Daerah
Menurut Arsyad (1999:108) pokok permasalahan dalam pembangunan
daerah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan berdasarkan
pada keistimewaan yang dimiliki daerah tersebut (endogenous development)
dengan menggunakan potensi sumber daya manusia.
Pembangunan ekonomi yang mengacu pada sektor unggulan juga
berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi selain berdampak
pada percepatan pertumbuhan ekonomi. Sektor unggulan adalah sektor yang
berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena
mempunyai keunggulan-keunggulan.
Pengertian sektor unggulan pada umumnya dikaitkan dengan
perbandingan, baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun
internasional. Pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikatakan sebagai sektor
unggulan jika sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang
sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.
Sedangkan pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor
tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.
Dampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) terjadi akibat adanya perbedaan tingkat
pembangunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar potensi suatu
nilai tambah yang dimiliki sektor ekonomi yang berperan terhadap pertumbuhan
serta pembentukan PDRB di suatu daerah, maka akan semakin tinggi pula laju
pertumbuhan PDRB daerah tersebut.
47
Dalam perencanaan pembangunan daerah, hal yang menjadi dasar yaitu
penentuan sektor unggulan yang sesuai dengan era otonomi daerah saat ini,
dimana pemerintah daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk
meningkatkan potensi daerahnya untuk mempercepat pembangunan ekonomi
daerah sehingga dapat tercipta kemakmuran masyarakat.
Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu
menjadi sektor prioritas, yakni:
1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai
permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang
cepat akibat dari efek permintaan tersebut.
2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka
fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang
lebih luas.
3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi
sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.
4. Sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh
terhadap sektor-sektor lainnya.
Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu dapat memberikan gambaran
atau indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor yang
menjadi unggulan suatu wilayah dapat dipastikan memiliki potensi lebih besar
untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya terutama adanya faktor
pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu pertumbuhan tenaga kerja
yang terserap, akumulasi modal dan kemajuan teknologi (technological progress).
48
Peluang investasi juga dapat tercipta dengan dilakukan pemberdayaan potensi
sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.
I. Teori Perubahan Struktur Ekonomi
Teori perubahan struktural (structural-change theory) menitikberatkan
pada perubahan struktur ekonomi dari pola pertanian ke struktur yang lebih
modern serta memiliki sektor jasa dan industri manufaktur yang tangguh. W.
Arthur Lewis mendukung dengan aliran pendekatan struktural, dalam teorinya
tentang “surplus tenaga kerja dua sektor (two sector surplus labour)”. Serta ada
Hollis B. Chenery yang sangat terkenal dengan analisis empirisnya tentang “pola-
pola pembangunan (patterns of development) (Todaro, 2000:100).
Menurut Kuznets dalam Suparno (2008:38), perubahan struktur ekonomi
atau sering disebut transformasi struktural, didefinisikan sebagai rangkaian
perubahan yang saling terkait satu sama lain dalam komposisi dari penawaran
agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi), permintaan agregat,
serta perdangangan ekspor-impor yang terjadi akibat adanya pertumbuhan
ekonomi dan proses pembangunan secara berkelanjutan (Todaro, 2000).
Perubahan struktur ekonomi terjadi dalam perekonomian jangka panjang
akibat adanya perubahan dari sektor pertanian menuju sektor industri. Kontribusi
pertanian meningkat akibat adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian
ke sektor industri. Perubahan ini sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan
antar penduduk dan antar sektor ekonomi, karena sektor pertanian lebih mampu
menyerap tenaga kerja dibandingkan sektor industri. Hal tersebut menyebabkan
49
terjadinya kesenjangan pendapatan dalam masyarakat karena adanya perpindahan
dari sektor yang berproduktifitas rendah ke sektor produktifitas tinggi.
J. Analisis Tipology Klassen Sektoral dan Location Quotient (LQ)
Tipologi Klassen Sektoral merupakan salah satu alat analisis ekonomi
regional yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian
wilayah Kabupaten Purbalingga. Analisis Tipologi Klassen Sektoral digunakan
dengan tujuan mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kabupaten
Purbalingga dengan memperhatikan sektor perekonomian Provinsi Jawa Tengah
sebagai daerah referensi.
Setelah diberlakukannya otonomi daerah, maka setiap daerah mempunyai
hak untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi bagi
daerahnya. Salah satu alat analisis yang digunakan untuk menentukan potensi
relative perekonomian suatu wilayah adalah LQ (Location Quotient). Analisis LQ
merupakan teknik analisis yang membandingkan besarnya peranan suatu
sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan suatu sektor/industri
secara nasional (Tarigan, 2005 : 82).
Dengan mengatasi kelemahan LQ, maka dapat diketahui perubahan
sektoral digunakan varians yang disebut Dynamic Location Quotient (DLQ) yaitu
dengan mengintroduksikan laju pertumbuhan dengan asumsi bahwa setiap nilai
tambah sektoral ataupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan 2 kali
dalam per tahun selama kurun waktu tahun awal dan tahun berjarak.
50
K. Konsep Analisis Shift Share
Analisis Shift Share dapat memperlihatkan hubungan antara pertumbuhan
ekonomi wilayah dengan struktur perekonomian, hasil analisis ini juga dapat
menunjukkan perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan
secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah berkembang dengan cepat atau
lambat dan mampu bersaing atau tidak mampu bersaing.
Analisis Shift Share digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian
wilayah, yang mendasarkan pada pergeseran struktur, posisi relatif sektor
ekonomi dan identifikasi sektor-sektor unggul suatu wilayah dalam kaitannya
dengan perekonomian acuan.
Komponen-komponen analisis shift share (Budiharsono, 2001):
1. Komponen pertumbuhan nasional
Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan produksi suatu
wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional secra
umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional, atau perubahan dalam
hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.
2. Komponen pertumbuhan proporsional
Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan
sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan
bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri, perbedaan dalam
struktur dan keragaman pasar.
51
3. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah
Timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan
kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya, cepat
lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses
pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta
kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.
L. Penelitian – Penelitian Terdahulu
Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji
penelitian ini.
1. Analisis Tipology Klassen Sektoral
Penelitian yang dilakukan oleh Fachrurrazy (2009) yang berjudul
“Analisis Penentuan Sektor Ekonomi Unggulan Perekonomian Wilayah
Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”.
Hasil analisis Klassen Tipology menunjukkan sektor yang maju dan
tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian dan sektor pengangkutan
dan komunikasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Uray Dian Novita (2011) yang
berjudul “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kota
Singkawang Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)”. Hasil analisis Tipology Klassen menunjukkan
bahwa sektor yang tergolong sektor maju dan tumbuh dengan cepat adalah
52
sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan dan sektor perdagangan,
hotel dan restoran.
Dari penelitian Taufiq Effendi (2012) dengan judul “Analisis Potensi
Sektor Unggulan di Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2010”. Hasil
penelitian berdasarkan Tipologi Klassen menunjukkan bahwa sektor yang
maju dan tumbuh dengan pesat adalah sektor Listrik, gas, dan air bersih
serta sektor jasa-jasa.
Dari penelitian Dian Pratiwi (2013) yang berjudul “Penentuan Sektor
Unggulan Perekonomian Wilayah Kota Madiun Dengan Pendekatan
Sektor Pembentuk PDRB” dengan menggunakan analisis Tipology Klassen
diambil kesimpulan bahwa sektor yang maju dan tumbuh pesat di Kota
Madiun adalah sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa.
2. Analisis Location Quotient (LQ)
Dari penelitian Wawan Budi Santoso (2010) yang berjudul “Analisis
Potensi Sektor Unggulan di Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008” diambil
kesimpulan bahwa sektor ekonomi yang menjadi sektor basis di Kabupaten
Sragen adalah sektor pertanian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor
pengangkutan dan air bersih; sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor pertambangan dan
penggalian; sektor industri pengolahan; sektor bangunan/konstruksi; serta
sektor perdagangan menjadi sektor andalan selama tahun 2004-2008 di
Kabupaten Sragen.
53
Penelitian yang dilakukan oleh Uray Dian Novita (2011) yang
berjudul “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kota
Singkawang Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)”. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan
bahwa sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa merupakan
sektor basis.
3. Analisis Shift Share
Dari penelitian Zuhairan Yunmi Yunan (2009) yang berjudul
“Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan
Sektor Pembentuk PDRB)”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan dan sektor industri
pengolahan merupakan dua sektor yang mempunyai daya saing paling
tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih tahun 2009, dengan
judul “Analisis Struktur Ekonomi dan Penentuan Sektor Unggulan
Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah”. Hasil penelitian
dengan menggunakan analisis Shift Share, menunjukkan bahwa ada dua
sektor yang memiliki beberapa keunggulan sekaligus yaitu sektor
pertanian, dan sektor perdagangan. Untuk pertanian terutama subsektor
perkebunan, peternakan dan perikanan, sedangkan sektor perdagangan
terutama subsektor perdagangan besar dan eceran. Sektor-sektor tersebut
54
dikategorikan sebagai sektor yang memiliki daya saing yang tinggi,
memiliki keunggulan kompetitif, mampu berspesialisasi, serta memiliki
keunggulan komparatif sekaligus. Bahkan sektor perdagangan selain
memiliki semua keunggulan juga dikategorikan sebagai kelompok yang
progresif (maju) dan pertumbuhannya pesat (fast growing). Sehingga
kedua sektor ini dapat dikatakan sebagai sektor potensial untuk
dikembangkan di Kabupaten Parigi Moutong.
Penelitian yang dilakukan oleh Uray Dian Novita (2011) yang
berjudul “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kota
Singkawang Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)”. Hasil Analisisi Shift Share menunjukkan bahwa
sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor
bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang
berkompetitif. Dari ketiga alat analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
sektor bangunan merupakan sektor unggulan kota Singkawang yang
memenuhi ketiga kriteria alat analisis tersebut.
M. Kerangka Pemikiran
Fenomena umum yang terjadi dalam suatu proses pembangunan ekonomi
daerah adalah ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah. Perbedaan
potensi ekonomi dan geografi wilayah adalah faktor utama penyebab terjadinya
ketimpangan daerah. Selain itu, arus barang dan faktor produksi antar wilayah
yang tidak lancar juga menjadi pemicu terjadinya ketimpangan pembangunan
ekonomi daerah. Upaya yang diambil oleh suatu daerah untuk mengurangi
55
ketimpangan pembangunan ekonomi daerah sangat penting untuk mendorong
proses pembangunan daerah.
Dibutuhkan analisis mengenai faktor penentu pertumbuhan ekonomi
sebagai dasar utama untuk menentukan kebijakan pembangunan ekonomi daerah
di masa yang akan datang. Pembangunan dapat diarahkan ke sektor-sektor yang
sangat berpotensial dengan mengetahui faktor-faktor tersebut agar dapat
mendorong pembangunan daerah dengan cepat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja
makro kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah. PDRB suatu wilayah dapat
menggambarkan peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, struktur
ekonomi, serta laju pertumbuhan ekonomi baik secara keseluruhan maupun per
sektor.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan adalah salah satu
indikator penting untuk mengetahui seberapa besar ekonomi suatu wilayah dapat
tumbuh. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan dapal
evaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh sebab itu strategi pembangunan
diusahakan untuk dapat menggali potensi yang ada, sehingga dapat memacu
pembangunan daerah serta pertumbuhan ekonomi.
Dari data dan informasi yang ada dalam PDRB, maka dilakukan
beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:
1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor
Analisis tersebut diperlukan untuk mengidentifikasi urutan perekonomian
suatu daerah berdasarkan pada perekonomian daerah yang lebih tinggi.
56
Hasil analisis tersebut menunjukkan urutan atau posisi sektor dalam
PDRB yang akan diklasifikasikan menjadi sektor maju dan tumbuh pesat,
sektor potensial atau masih berkembang, sektor tertinggal, sektor maju
tetapi tertekan. Dari klasifikasi tersebut, dapat dijadikan dasar untuk
menentukan kebijakan pembangunan atas dasar urutan perekonomian
yang dimiliki terhadap perekonomian wilayah yang lebih tinggi atau
wilayah referensi.
2. Sektor Basis dan Non Basis
Teori ekonomi basis mengklasifikasikan kegiatan ekonomi wilayah
dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini digunakan
ntuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifak ekspor dan
non ekspor serta memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan sektor
basis setiap tahun. Pembangunan secara menyeluruh dapat ditentukan
dengan adanya pertumbuhan beberapa sektor basis, sedangkan sektor non
basis hanya konsekuensi-konsekuensi dari pembangunan daerah.
Pendapatan yang dihasilkan oleh daerah didapat dari barang dan jasa
sektor basis yang di ekspor, serta peningkatan investasi dan konsumsi.
Pendapatan yang meningkat dapat meningkatkan permintaan terhadap
sektor basis serta dapat meningkatkan permintaan terhadap sektor non
basis sehingga mendorong peningkatan investasi sektor non basis.
3. Perubahan dan Pergeseran Sektor
Analisis ini digunakan untuk mengetahui adanya perubahan serta
pergeseran sektor perekonomian suatu daerah. Kinerja sektor-sektor
57
dalam PDRB suatu daerah yang dibandingkan dengan wilayah referensi
dapat dilihat dari analisis tersebut. Jika terjadi penyimpangan positif,
suatu sektor dalam PDRB dikatakan memiliki keunggulan kompetitif
atau sebaliknya.
Kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari tahun ke tahun
memperlihatkan adanya keberhasilan dari pembangunan yang mengacu pada
orientasi pencapaian target sektoral. Peningkatan perekonomian merupakan
petunjuk bahwa pertumbuhannya positif sedangkan apabila pertumbuhan negatif
maka akan terjadi penurunan dalam kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
menyebabkan terjadinya pergeseran pembangunan suatu daerah.
Tujuan dari perencanaan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan tercapainya pertumbuhan ekonomi. Hal yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah apabila ada satu atau beberapa
sektor ekonomi yang mampu berkembang lebih cepat dibandingkan sektor-sektor
yang lain. Sektor yang mampu berkembang lebih cepat dari sektor-sektor lain
menjadi sektor unggulan pada daerah tersebut.
Keuntungan komparatif atau kompetitif suatu daerah terjadi akibat
adanya pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh sektor unggulan yang
dimiliki daerah tersebut sehingga dapat mendorong pengembangan ekspor barang
dan jasa.
Pengarahan kebijakan strategi pembangunan haruslah memberikan
dampak yang maksimal untuk penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Dasar pertimbangan dalam perencanaan
58
pembangunan masa yang akan datang dapat diperoleh dari hasil menganalisis
sektor unggulan tersebut.
Penjelasan tentang konsep pemikiran yang menjadi dasar dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual
Perekonomian Wilayah Purbalingga
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Purbalingga
Penggolongan SektorUnggulan
KlasifikasiPertumbuhan Sektor
Pergeseran danPerubahan Struktur
Mengidentifikasi Sektor Unggulan Kabupaten Purbalingga
Pembangunan Kabupaten Purbalingga
Analisis LocationQuotient (LQ)
Analisis TipologiKlassen Sektoral
Analisis Shift Share
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Kabupaten Purbalingga adalah wilayah penelitian ini, merupakan salah
satu Kabupaten dalam Provinsi Jawa Tengah. Hal yang menjadi pertimbangan
penelitian dilakukan di Kabupaten Purbalingga adalah agar hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai informasi dan dapat menjadi prioritas dalam perencanaan
pembangunan Kabupaten Purbalingga.
B. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder. Data
sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-buku, majalah,
dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau dengan mengambil dari
sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga yang dianggap berkompeten. Data
sekunder tersebut di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa
Tengah dan BPS Kabupaten Purbalingga periode 2007-2011. Data ini meliputi :
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Purbalingga.
3. Jumlah Penduduk Propinsi Jawa Tengah.
4. Jumlah Penduduk Kabupaten Purbalingga dan daerah sekitarnya.
5. Jarak antar wilayah Kabupaten Purbalingga dengan daerah sekitarnya.
6. Data sekunder lainnya yang terkait dengan tujuan penelitian ini.
60
Data-data tersebut digunakan untuk menganalisis klasifikasi analisis
sektor basis dan non basis, pertumbuhan sektor, dan analisis perubahan dan
pergeseran sektor ekonomi.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data dan referensi yang diperlukan dalam penyusunan
penelitian ini, maka peneliti melakukan beberapa cara yaitu: (1) Studi kepustakaan
(Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan
dari berbagai dokumen, artikel-artikel dan karya ilmiah (skripsi) yang
berhubungan dengan penulisan ini untuk mendapatkan data sekunder, (2) Studi
lapangan objek (Field Research) yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti dengan cara observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan pengamatan
terhadap objek yang diteliti.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, terdapat definisi operasional untuk menyamakan
variabel-variabel dan menghindari adanya perbedaan penafsiran. Definisi
operasional yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah
barang dan jasa yang diproduksi dari semua kegiatan ekonomi dalam
wilayah pada periode tertentu. Data PDRB menggambarkan
kemampuan mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia
61
yang dimiliki untuk melakukan suatu proses produksi (BPS dalam
Purbalingga Dalam Angka Tahun 2012 : 265)
2. PDRB atas dasar harga konstan adalah seluruh nilai tambah barang dan
jasa semua sektor ekonomi perekonomian suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu berdasarkan harga tahun dasar.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per kapita adalah nilai
PDRB dibagi jumlah penduduk dalam suatu wilayah per periode
tertentu.
4. Sektor Basis adalah sektor yang telah mampu memenuhi kebutuhan
daerah sendiri dan luar daerah atau sektor yang melakukan aktifitas
dengan orientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah
perekonomian yang bersangkutan, dengan nilai LQ > 1.
5. Sektor Unggulan adalah kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak
perekonomian kawasan (prime mover) yang memiliki kriteria sebagai
kawasan sekitar (hinterland). Suatu sektor disebut sebagai sektor
unggulan, apabila sektor yang bersangkutan memiliki potensi yang
lebih besar untuk terus tumbuh dibandingkan sektor lain dalam suatu
komponen PDRB yang sama.
6. Sektor Non Basis adalah sektor yang hanya mampu menghasilkan
barang dan jawa untuk konsumsi pasar lokal serta belum mampu
mengekspor ke luar wilayah yang bersangkutan. Suatu sektor dikatakan
sektor non basis jika nilai LQ < 1.
62
7. Keunggulan Daerah
Suatu daerah memiliki tingkat keunggulan pada suatu sektor tertentu
jika daerah yang bersangkutan mempunyai potensi yang lebih besar
untuk tumbuh dibandingkan daerah lainnya dalam suatu propinsi. Hal
itu disebabkan oleh banyaknya faktor produksi yang dimiliki yang
dapat berpengaruh pada tingkat pertumbuhan penduduk dan angkatan
kerja, kemajuan teknologi. keunggulan daerah dapat diperoleh dengan
memilah dua wilayah/daerah, yaitu daerah referensi (Indonesia /
nasional), dan daerah studi (Propinsi Jawa Tengah) (Mulyanto, 2003:9).
8. Sektor Ekonomi
Sektor ekonomi merupakan lapangan usaha yang terdapat dalam PDRB,
mencakup 9 (sembilan) sektor utama.
9. Pergeseran struktur ekonomi adalah perubahan baik pertumbuhan atau
penurunan perekonomian suatu daerah/wilayah dari waktu ke waktu
pada sektor-sektor ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan
tersier.
10. Komoditi unggulan adalah komoditi potensial yang dilihat dapat
menjadi daya saing dengan produk sejenis di daerah lain, karena
disamping memiliki keunggulan komparatid juga memiliki efisiensi
usaha yang tinggi.
11. Pendapatan Perkapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi
jumlah penduduk di daerah tersebut untuk tahun yang sama.
63
E. Metode Analisis Data
Untuk mencapai tujuan serta menjawab permasalahan yang telah
ditetapkan, maka digunakan dua macam analisis data, yaitu:
1. Analisis Tipology Klassen Sektoral
Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis yang dapat
digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah/wilayah yang dikaitkan dengan
perekonomian diatasnya. Analisis Tipologi Klassen Sektoral dilakukan
dengan cara mengklasifikasikan perekonomian di wilayah Kabupaten
Purbalingga. Variabel yang dijadikan alat analisis ini adalah
pertumbuhan ekonomi suatu daerah/wilayah dan pendapatan per kapita
suatu daerah/wilayah.
Analisis Tipologi Klassen Sektoral dibagi menjadi empat
klasifikasi (Sjafrizal, 2008:180), yaitu:
1. Sektor Maju Dan Tumbuh Pesat (Developed Sector), dimana
memiliki laju pertumbuhan dalam PDRB lebih besar
dibandingkan laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi
referensi, serta memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB
yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi.
2. Sektor Maju Tapi Tertekan (Stagnant Sector), dimana
memiliki laju pertumbuhan PDRB lebih kecil dibandingkan
laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi, tetapi
64
memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB yang lebih
besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB
daerah yang menjadi referensi.
3. Sektor Potensial atau masih dapat Berkembang (Developing
Sector), dimana memiliki laju pertumbuhan PDRB lebih besar
dibandingkan laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi
referensi, tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap
PDRB yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi.
4. Sektor Relatif Tertinggal (Underdeveloped Sector), dimana
memiliki laju pertumbuhan PDRB lebih kecil dibandingkan
laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi, serta
memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB yang lebih
kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB
daerah yang menjadi referensi.
65
Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen Sektoral
dapat terlihat pada Tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.1 Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Tipologi Klassen Sektoral
Kuadran I
Sektor yang maju dan tumbuh
pesat (developed sector)
si > s dan ski > sk
Kuadran II
Sektor maju tapi tertekan
(stagnant sector)
si < s dan ski > sk
Kuadran III
Sektor potensial atau masih dapat
Berkembang (Developing Sector)
si > s dan ski < sk
Kuadran IV
Sektor relatif tertinggal
(underdeveloped sector)
si < s dan ski < sk
Sumber: Sjafrizal, 2008:180
Keterangan:
si = Laju pertumbuhan sektor i di salah satu daerah/wilayaj
s = Laju pertumbuhan sektor di daerah/wilayah referensi
ski = Nilai kontribusi sektor i terhadap PDRB di salah satu daerah/wilayah
sk = Nilai kontribusi sektor terhadap PDRB di daerah/wilayah referensi
2. Location Quotient (LQ)
Identifikasi sektor unggulan dan potensial ekonomi daerah
merupakan proses awal dalam kegiatan perencanaan ekonomi untuk
pengembangan sektor kegiatan ekonomi. Untuk mempercepat
pertumbuhan perekonomian daerah, mengidentifikasi faktor-faktor yang
menjadi potensi sektor terendah serta menentukan prioritas untuk
menanggulangi kelemahan tersebut, maka sangat diperlukan adanya
penentuan sektor-sektor ekonomi unggulan.
66
Untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah
digunakan salah satu alat analisis yaitu LQ (Location Quotient).
Analisis LQ merupakan analisis dengan teknik perbandingan berapa
besar peranan suatu sektor/industri dalam suatu wilayah terhadap
peranan suatu sektor/industri tersebut secara nasional. (Tarigan,
2003:78).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah sektor-sektor
ekonomi tersebut termasuk kegiatan basis atau bukan basis sehingga
dapat melihat sektor–sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor
unggulan. Perhitungan LQ digunakan untuk menunjukkan
perbandingan antara peranan sektor tingkat regional dengan peran
sektor wilayah tingkat yang lebih luas. Tidak meratanya penyebaran
kegiatan ekonomi di pulau Jawa yang pada umumnya hanya
terkonsentrasi pada beberapa daerah saja memberikan indikasi bahwa
produk ekonomi wilayah merupakan komoditi ekspor. Dengan
demikian dampak komoditi ekspor terhadap wilayah produsen dapat
ditelaah dengan konsep Basis Ekonomi. Berdasarkan konsep ini,
pendapatan dari sektor basis akan memberikan dampak positif yang
luas dalam pertumbuhan perekonomian wilayah.
67
Untuk menghitung LQ digunakan rumus sebagai berikut (Tarigan,
2003:78):
ܮ =ݔ) ⁄ܤܦ )
⁄ܤ
Dimana :
LQ = Indeks Location Quotient
xi = Nilai tambah sektor/sub sektor i pada wilayah Kabupaten
Purbalingga
PDRB = Produk domestik regional bruto pada wilayah Kabupaten
Purbalingga.
Xi = Nilai tambah sektor / sub i sektor secara nasional.
PNB = Produk domestik regional bruto Provinsi Jawa Tengah.
Kriteria pengukuran LQ adalah sebagai berikut (Tarigan, 2003:78) :
a. Apabila LQ > 1, artinya sektor tersebut berperan lebih besar
daripada sektor yang sama secara nasional sehingga
seringkali sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut surplus
akan produk sektor i dan mengekspornya ke daerah lain. Hal
tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki
keunggulan komparatif untuk sektor i tersebut.
b. Jika LQ < 1, maka sektor tersebut mempunyai peran lebih
kecil dibandingkan peranan sektor tersebut secara nasional.
c. LQ = 1, menunjukkan bahwa produk domestik yang dimiliki
daerah tersebut habis dikonsumsi oleh daerahnya sendiri.
68
Dimana tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten
Purbalingga adalah sama dengan sektor yang sama dalam
perekonomian Provinsi Jawa Tengah.
Sektor dikatakan basis dan berpotensi sebagai penggerak
perekonomian Kabupaten Purbalingga apabila nilai LQ > 1. Sebaliknya,
sektor dikatakan non basis dan kurang berpotensi sebagai penggerak
perekonomian Kabupaten Purbalingga apabila nilai LQ < 1. Dalam
penelitian ini data yang digunakan pada analisis Location Quotient
(LQ) adalah PDRB Kabupaten Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2007-2011 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
tahun 2000.
Kelebihan LQ adalah merupakan alat analisis yang sederhana
dalam perekonomian suatu daerah dengan menunjukkan produk-produk
yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-
industri potensial (sektoral) untuk menganalisis lebih lanjut. Sedangkan
kelemahannya yaitu indikator yang deskriptif, merupakan kesimpulan
sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah.
3. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis)
Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang
pergeseran dan perubahan struktur pada perekonomian wilayah
Kabupaten Purbalingga digunakan analisis shift share. Analisis shift
share sama seperti metode LQ yaitu membandingkan perbedaan laju
69
pertumbuhan berbagai sektor di daerah dengan wilayah, tetapi metode
LQ tidak dapat memberikan penjelasan tentang faktor penyebab
perubahan sedangkan metode shift share memperinci penyebab
perubahan atas berbagai variabel (Tarigan, 2005:85). Analisis ini
menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor penyebab
perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari
satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Analisis shift share dapat
menggunakan variabel lapangan kerja atau nilai tambah. Pada
umumnya, variabel yang digunakan dalam analisis shift share adalah
lapangan kerja, karena datanya lebih mudah diperoleh.
Pertambahan lapangan kerja (employment) regional total (∆Er)
dapat diurai menjadi komponen shift dan komponen share. Kompenen
share (national share) adalah berapa banyak pertumbuhan lapangan
kerja regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju
pertumbuhan nasional selama periode tersebut. Komponen shift adalah
penyimpangan (deviation) dari national share dalam pertumbuhan
lapangan kerja regional. Apabila penyimpangan tersebut positif, maka
dapat dikatakan bahwa daerah tersebut tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja secara nasional
sedangkan daerah yang tumbuh lebih lambat/merosot, maka
penyimpangan tersebut menghasilkan negatif (Tarigan, 2005:86).
Dengan analisis shift share, dapat diketahui gambaran kinerja
sektor-sektor dalam PDRB Kabupaten Purbalingga dibandingkan
70
dengan Provinsi Jawa Tengah. Analisis shift share menggunakan data
PDRB Kabupaten Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-
2011 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.
Penggunaan data harga konstan dengan tahun dasar yang sama nilai
riilnya bisa sama dan perbandingan menjadi valid.
Bagi setiap daerah, shift netto dapat dibagi menjadi dua
komponen, yaitu proportional shift component (P) dan differential shift
component (D) (Tarigan, 2005:86).
a. Proportional Shift Component (P) atau dikenal sebagai
komponen struktural atau industrial mix, komponen ini
mengukur tentang besarnya shift regional netto akibat dari
komposisi industri di daerah yang tersebut. Pada daerah-
daerah yang memiliki spesialisasi dalam sektor-sektor secara
nasional yang tumbuh cepat, maka komponen ini akan
memiliki hasil positif. Sedangkan negatif apabila daerah-
daerah tersebut memiliki spesialisasi dalam sektor-sektor
yang secara nasional tumbuh lebih lambat atau bahkan
merosot. Proportional Shift (Pr,i) adalah melihat pengaruh
sektor i pada region yang di analisis.
b. Differential Shift Component (D) atau sering dikenal sebagai
komponen lokasional atau regional adalah sisa kelebihan.
Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto akibat
dari sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat
71
atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan daripada
tingkat nasional yang disebabkan oleh faktor-faktor
lokasional intern. Daerah yang memiliki keuntungan
lokasional intern seperti sumber daya yang melimpah/efisien,
akan mempunyai differential shift component yang positif,
sedangkan differential shift component akan negatif jika
daerah tersebut memiliki lokasional yang tidak
menguntungkan (Tarigan, 2003:80).
Kedua komponen shift tersebut akan memisahkan unsur-unsur
pertumbuhan regional yang bersifat ekstern dan bersifat intern.
Proportional shift adalah akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang
bekerja secara nasional, sedangkan differential shift adalah akibat dari
pengaruh faktor-faktor yang bekerja khusus didaerah yang
bersangkutan. Hubungan antara Proportional shift dan differential shift
dapat dilihat dari rumus sebagai berikut (Tarigan, 2005:87).
ܧ ∆ = −,௧ܧ ,௧ܧ
Sedangkan rumus pertambahan lapangan kerja regional sektor i dapat
dilihat sebagai berikut.
=,ܧ ∆ −,,௧ܧ ,,௧ܧ
Pertambahan lapangan kerja regional sektor i dipengaruhi dari National
share, Proportional shift, dan Differential shift.
,,௧ܧ∆ = ൫ +ݏ ,+ ,൯ܦ
72
Persamaan untuk seluruh wilayah adalah sebagai berikut (Tarigan,
2005:88).
ܧ∆ = +ݏ) + (ܦ
Dimana:
=௧ݏ ൛ܧ,,௧ ൫ܧே ,௧ ேܧ ,௧ ⁄ ൯− ܧ,,௧ ൟ
௧ୀଵ
,௧ = ൛൫ܧே ,,௧ ேܧ ,,௧ ⁄ ൯− ൫ܧே ,௧ ேܧ ,௧ ⁄ ൯ൟܧݔ,,௧ ൧
௧ୀଵ
,௧ܦ = ൛ܧ,,௧− ൫ܧே ,,௧ ேܧ ,,௧ ⁄ ൯− ,,௧ܧ ൟ൧
௧ୀଵ
Keterangan:
Σ E N, i, t = E N, t
Σ E r, i, t = E r, t
∆ = Angka akhir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun t – n)
N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi
r = Region atau wilayah analisis
E = Employment atau banyaknya lapangan kerja
i = Sektor industri
t = Tahun
t – n = Tahun awal
t + m = Tahun proyeksi
Ns = National share
P = Proportional shift
D = Differential shift
73
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Purbalingga
1. Kondisi Geografis
Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten yang
berada di wilayah Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 101011‘ –
109035‘ Bujur Timur dan 7010‘ – 7029’ Lintang Selatan. Secara
geografis, wilayah Kabupaten Purbalingga berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Pemalang
Sebelah Timur : Kabupaten Banjarnegara
Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara dan Banyumas
Sebelah Barat : Kabupaten Banyumas
2. Luas Penggunaan Lahan
Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764,122 Ha atau
sekitar 2,39 persen dari luas wilayah Propinsi Jawa Tengah, yang
terbagi dalam beberapa kecamatan. Secara fisiologis, wilayah
Kabupaten Purbalingga pada tahun 2011 terbagi atas 21.813 Ha (28,05
persen) lahan basah (sawah) dan 55.951 Ha (71,95 persen) lahan kering.
Tanah sawah terdiri atas irigasi teknis 5.194 Ha, irigasi setengah teknis
7.509 Ha, irigasi non PU 293 Ha, Tadah hujan 4.240 Ha, tanah sawah
lebak, Polder dan yang lainnya 97 Ha. Sementara itu luas tanah untuk
tegal/kebun 16.654 Ha, Perkebunan 820 Ha, Hutan rakyat 5.075 Ha,
Kolam/empang 219 Ha, dan luas lainnya (pekarangan yang ditanami
tanaman pertanian, dan lain
Sumber: Purbalingga Dalam Angka
Gambar 4.1 Prosentase Luas Penggunaan Lahan Di KabupatenPurbalingga Tahun 2011
Dari Gambar 4.2 diatas, dapat terlihat jelas bahwa tanah di
Kabupaten Purbalingga tahun 2011 sebagian besar digunakan untuk
sawah yaitu sebesar 28,05%, diikuti oleh perkampungan sebesar
24,63%. Sedangkan yang terkecil adalah perkebunan dan perikanan
masing-masing sebesar 0,02% dan 0,12%.
Kabupaten Purbalingga memiliki beberapa kecamatan yang
terbagi berdasarkan luas wilayahnya. Masing
memiliki luas wilayah yang berbeda
geografis dari wilayah Kabupaten Pur
5.83%
22.30%
0.02%
14.57%
74
tegal/kebun 16.654 Ha, Perkebunan 820 Ha, Hutan rakyat 5.075 Ha,
Kolam/empang 219 Ha, dan luas lainnya (pekarangan yang ditanami
tanaman pertanian, dan lain-lain) 4.602 Ha.
Sumber: Purbalingga Dalam Angka 2012, data diolah
Prosentase Luas Penggunaan Lahan Di KabupatenPurbalingga Tahun 2011
Dari Gambar 4.2 diatas, dapat terlihat jelas bahwa tanah di
Kabupaten Purbalingga tahun 2011 sebagian besar digunakan untuk
sawah yaitu sebesar 28,05%, diikuti oleh perkampungan sebesar
24,63%. Sedangkan yang terkecil adalah perkebunan dan perikanan
masing sebesar 0,02% dan 0,12%.
Kabupaten Purbalingga memiliki beberapa kecamatan yang
terbagi berdasarkan luas wilayahnya. Masing-masing kecamatan
memiliki luas wilayah yang berbeda-beda yang disebabkan karena letak
geografis dari wilayah Kabupaten Purbalingga.
28.05%
0.12%24.63%
5.83%
22.30%
14.57% 4.48%
Prosentase(%)
Sawah
Perikanan
Perkampungan
Kebun Campur
Tegalan
Perkebunan
tegal/kebun 16.654 Ha, Perkebunan 820 Ha, Hutan rakyat 5.075 Ha,
Kolam/empang 219 Ha, dan luas lainnya (pekarangan yang ditanami
Prosentase Luas Penggunaan Lahan Di Kabupaten
Dari Gambar 4.2 diatas, dapat terlihat jelas bahwa tanah di
Kabupaten Purbalingga tahun 2011 sebagian besar digunakan untuk
sawah yaitu sebesar 28,05%, diikuti oleh perkampungan sebesar
24,63%. Sedangkan yang terkecil adalah perkebunan dan perikanan
Kabupaten Purbalingga memiliki beberapa kecamatan yang
masing kecamatan
beda yang disebabkan karena letak
Sawah
Perikanan
Perkampungan
Kebun Campur
Tegalan
Perkebunan
75
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten PurbalinggaTahun 2011 (dalam Ha)
No. Kecamatan Luas (Ha) No. Kecamatan Luas (Ha)
1. Kemangkon 4.513 10. Bojongsari 2.925
2. Bukateja 4.240 11. Mrebet 4.789
3. Kejobong 3.999 12. Bobotsari 3.228
4. Pengadegan 4.175 13. Karangreja 7.449
5. Kaligondang 5.054 14. Karangjambu 4.609
6. Purbalingga 1.472 15. Karanganyar 3.055
7. Kalimanah 2.251 16. Kertanegara 3.802
8. Padamara 1.727 17. Karangmoncol 6.027
9. Kutasari 5.290 18. Rembang 9.159
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga Tahun 2012
Dari data di atas menunjukkan bahwa kecamatan terluas di
Kabupaten Purbalingga adalah kecamatan Rembang dengan luas 9.159
Ha, kemudian kecamatan Karangreja dengan luas 7.449 Ha, dan
kecamatan Karangmoncol seluas 6.027 Ha, sementara wilyah dengan
luas terkecil adalah kecamatan Purbalingga dengan luas 1.472 Ha.
3. Kondisi Topografi
Wilayah Kabupaten Purbalingga mempunyai topografi yang
beraneka ragam, meliputi: dataran tinggi/perbukitan dan dataran rendah.
Adapun pembagian bentang alamnya adalah sebagai berikut:
a. Bagian Utara, merupakan daerah dataran tinggi yang
berbukit-bukit dengan kelerengan lebih dari 40 persen,
76
meliputi: Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Bobotsari,
Karanganyar, Kertanegara, Rembang, sebagian wilayah
Kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet.
b. Bagian Selatan, merupakan daerah yang relative rendah
dengan nilai faktor kemiringan berada antara 0 persen sampai
25 persen meliputi: wilayah Kecamatan Kalimanah,
Padamara, Purbalingga, Kemangkon, Bukateja, Kejobong,
Pengadegan, sebagian wilayah Kecamatan Kutasari,
Bojongsari dan Mrebet.
4. Ketinggian dan Jenis Tanah
Menurut Klasifikasi ketinggian, Kabupaten Purbalingga hanya
menempati lima kelas dengan klasifikasi sebagai berikut: 15-25m
(0,56%), 25-100m (27,02%), 100-500m (44,13%), 500-1000m
(23,05%), di atas 1000 m (5,24%).
Jenis tanah di Kabupaten Purbalingga sebagian besar di dominasi
oleh tanah latosol coklat dan regosol, tanah alluvial dan grumusol
kelabu berdasarkan data dari Pusat Penelitian Tanah Bogo Tahun 1969.
Persentase Jenis tanah dan luasnya adalah Latosol Coklat dan Regosol
19,22%; Aluvial Coklat Tua 17,79%; Latosol Coklat dari Bahan Induk
Vulkanik 10,92%; Latosol Merah Kuning 5,78%; Latosol Coklat Tua
8,02%; Andosol Coklat 7,28%; Litosol 0,74%; Padmolik Merah –
Kuning 12,92%; Grumusol Kelabu 17,33%.
77
5. Hidrologi
Kondisi Hidrologi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi
iklim terutama kondisi curah hujan, jenis tanah dan batuan yang ada
serta kondisi topografi. Jenis tanah ini akan berpengaruh kepada
kemampuan tanah untuk menyimpan (storege) dan meloloskan air
(porositas tanah).
Sungai di Kabupaten Purbalingga terdiri dari dua aliran, yaitu
sungai yang mengalir melewati Kabupaten Purbalinga dan sekitarnya
yaitu Sungai Pekacangan, Sungai Serayu dan Sungai Klawing serta
sungai yang mengalir di Kabupaten Purbalingga saja yaitu Sungai
Ponggawa, Sungai Gemuruh, Sungai Kajar, Sungai Lembereng, Sungai
Tlahb, Sungai Soso, Sungai Lebak, Sungai Tuntung Gunung, Sungai
Laban, Sungai Kuning, Sungai Wotan, Sungai Ginyung, Sungai Tambra
dan Sungai Muli.
6. Kondisi Demografi
Penduduk merupakan komponen yang sangat penting dalam
pembangunan. Terutama jika jumlah penduduk yang besar, itu
mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi dari penduduk rendah,
maka jumlah penduduk yang banyak akan menjadi beban bagi
masyarakat.
Jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga pada tahun 2011
berdasarkan hasil registrasi tercatat sebesar 863.391 jiwa yang terdiri
78
dari 428.887 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 434.504 jiwa berjenis
kelamin perempuan, dengan demikian rasio jenis kelamin 98,71.
Jumlah rumah tangga berjumlah 217.448 atau rata-rata anggota per
rumah tangga 4 orang. Dari 863.391 jiwa penduduk Kabupaten
Purbalingga terdiri dari 863.311 WNI dan 80 WNA.
Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk Kabupaten Purbalingga Tahun 2007 – 2011
Tahun Jumlah PendudukLuas Wilayah
(Km2)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/km)
2007 830.328 663,18 1.252
2008 837.267 663,18 1.263
2009 844.252 663,18 1.273
2010 851.963 663,18 1.285
2011 863.391 663,18 1.302
Kepadatan Penduduk Rata-rata 1.275
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga, diolah
Dari tabel 4.2 di atas terlihat jelas bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Purbalingga terjadi peningkatan selama 5 tahun yaitu rata-
rata sebesar 8.266 jiwa/tahun atau terjadi pertumbuhan rata-rata 0,98 %.
Peningkatan kepadatan penduduk Kabupaten Purbalingga yang paling
signifikan adalah pada tahun 2011 yaitu sebesar 1.302 jiwa/km dari
1.285 jiwa/km pada tahun 2010. Sedangkan rata-rata kepadatan
penduduk Kabupaten Purbalingga selama kurun waktu 5 tahun tersebut
adalah 1.275 jiwa/km.
Sumber: Purbalingga Dalam Angka 2012 (diolah)
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Penduduk Kabupaten PurbalinggaTahun 2007
Penduduk Kabupaten Purbalingga tahun
atas yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan dapat dilihat di tabel
berikut.
Tabel 4.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas YMenurut Lapangan UsaTahun 2011
No Lapangan Usaha
1.Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan
dan perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas dan air minum
5. Konstruksi
6.Perdagangan, rumah makan dan jasa
akomodasi
7. Angkutan, pergudangan dan komunikasi
8.Lembaga keuangan, real estate, usaha
persewaan, jasa perusahaan
9. Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga Tahun 2012, data diolah
830328
810000
820000
830000
840000
850000
860000
870000
2007
79
Sumber: Purbalingga Dalam Angka 2012 (diolah)
Grafik Perkembangan Penduduk Kabupaten PurbalinggaTahun 2007 – 2011
Penduduk Kabupaten Purbalingga tahun 2011 usia 10 tahun ke
atas yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan dapat dilihat di tabel
tase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas YMenurut Lapangan Usaha Utama Di Kabupaten PurbalinggaTahun 2011
Lapangan Usaha
Jenis Kelamin
Laki-
laki (%)
Perempuan
(%)
Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan37,16 22,88
Pertambangan dan penggalian 2,87 0,53
Industri pengolahan 22,43 48,22
Listrik, gas dan air minum 0,34 0,00
10,26 0,67
Perdagangan, rumah makan dan jasa12,17 18,35
Angkutan, pergudangan dan komunikasi 5,55 0,17
Lembaga keuangan, real estate, usaha
persewaan, jasa perusahaan2,03 0,49
Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 7,19 8,68
Jumlah 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga Tahun 2012, data diolah
830328
837267
844252
851963
863391
2007 2008 2009 2010 2011
Grafik Perkembangan Penduduk Kabupaten Purbalingga
2011 usia 10 tahun ke
atas yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan dapat dilihat di tabel
tase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerjai Kabupaten Purbalingga
Jenis KelaminJumlah
(%)Perempuan
(%)
22,88 31,17
0,53 1,89
48,22 33,26
0,00 0,20
0,67 6,23
18,35 14,76
0,17 3,29
0,49 1,38
8,68 7,82
100,00 100,00
Jumlah…
80
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa struktur mata
pencaharian penduduk Kabupaten Purbalingga tahun 2011 secara
umum sebagian besar bekerja di sektor industri pengolahan (33,26%);
kemudian diikuti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan
dan perikanan (31,17%). Menurut jenis kelamin, struktur mata
pencaharian penduduk laki-laki Kabupaten Purbalingga tahun 2011
didominasi di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan (37,16%); sedangkan pada penduduk wanita, didominasi oleh
sektor industri pengolahan (48,22%). Keadaan ini terjadi karena
Kabupaten Purbalingga terkenal akan industri pengolahan berupa
rambut palsu (wig) dan bulu matanya, dimana sebagian besar pekerja
pada industri tersebut adalah perempuan. Hal tersebut sangat
mempengaruhi prosentase penduduk Kabupaten Purbalingga yang
bekerja.
7. Pemerintah
Kabupaten Purbalingga terbagi menjadi 239 desa/kelurahan, 224
merupakan desa sedangkan 15 merupakan kelurahan. Jumlah rukun
tetangga (RT) sebanyak 5051 RT dan rukun warga (RW) sebanyak
1544 RW.
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga Tahun 2012
Gambar 4.3 Grafik Pembagian Wilayah AKecamatan Di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011
Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga tahun 2010 tercatat
sebanyak 10.218 orang yang terdiri dari 5.587 orang laki
orang perempuan. Jika dilihat dari pendidikan Pegawai Negeri Sipil
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga sebagai berikut:
pendidikan SD sederajat 311 orang, SLTP sebanyak 479 orang,
pendidikan SLTA sederajat sebanyak 2.446 orang, pendidikan D1
sebanyak 165 orang, pendidikan D2 sebanyak 2.275 orang, pendidikan
D3 sebanyak 1.283 orang, pendidikan D4 sebanyak 12 orang,
pendidikan S1 sebanyak 3.116 orang dan pendidikan S2 sebanyak 131
orang.
0
5
10
15
20
Kem
angk
on
Bu
kate
ja
Kej
ob
on
g
Pen
gad
egan
Kal
igo
nd
ang
19
1413
9
81
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga Tahun 2012
Gambar 4.3 Grafik Pembagian Wilayah Administratif MenurutKecamatan Di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011
Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga tahun 2010 tercatat
sebanyak 10.218 orang yang terdiri dari 5.587 orang laki
orang perempuan. Jika dilihat dari pendidikan Pegawai Negeri Sipil
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga sebagai berikut:
pendidikan SD sederajat 311 orang, SLTP sebanyak 479 orang,
pendidikan SLTA sederajat sebanyak 2.446 orang, pendidikan D1
anyak 165 orang, pendidikan D2 sebanyak 2.275 orang, pendidikan
D3 sebanyak 1.283 orang, pendidikan D4 sebanyak 12 orang,
pendidikan S1 sebanyak 3.116 orang dan pendidikan S2 sebanyak 131
Kal
igo
nd
ang
Pu
rbal
ingg
a
Kal
iman
ah
Pad
amar
a
Ku
tasa
ri
Bo
jon
gsar
i
Mre
bet
Bo
bo
tsar
i
Kar
angr
eja
Kar
angj
amb
u
Kar
anga
nya
r
Ker
tan
egar
a
Kar
angm
on
col
Rem
ban
g
18
2
1413 14
13
19
16
76
1311 11 12
11
31
dministratif MenurutKecamatan Di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011
Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga tahun 2010 tercatat
sebanyak 10.218 orang yang terdiri dari 5.587 orang laki-laki dan 4.661
orang perempuan. Jika dilihat dari pendidikan Pegawai Negeri Sipil
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga sebagai berikut:
pendidikan SD sederajat 311 orang, SLTP sebanyak 479 orang,
pendidikan SLTA sederajat sebanyak 2.446 orang, pendidikan D1
anyak 165 orang, pendidikan D2 sebanyak 2.275 orang, pendidikan
D3 sebanyak 1.283 orang, pendidikan D4 sebanyak 12 orang,
pendidikan S1 sebanyak 3.116 orang dan pendidikan S2 sebanyak 131
Desa
12
DesaKelurahan
82
8. Sosial
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan di Kabupaten Purbalingga
terdapat sekolah TK sebanyak 230 sekolah dengan guru 539 orang, murid
7.714 siswa; SD sebanyak 469 sekolah dengan guru 4.549 orang, murid
82.281 siswa; SLTP sebanyak 75 sekolah dengan guru 1.795 orang, murid
sebanyak 33.075 siswa; SLTA umum sebanyak 17 sekolah dengan guru 553
orang, murid 8.153 siswa dan SLTA Kejuruan sebanyak 25 sekolah dengan
guru 711 orang, murid 11.387 siswa.
Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, jumlah sarana
kesehatan di Kabupaten Purbalingga yaitu terdiri dari rumah sakit sebanyak
5, balai pengobatan sebanyak 10, rumah bersalin sebanyak 1, puskesmas ada
22, puskesmas pembantu 49 buah, puskesmas keliling 22 buah dan apotik
50 buah. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan dokter 103 orang, bidan 334
orang dan paramedis lainnya 623 orang.
Berdasarkan catatan POLRES Kabupaten Purbalingga, tingkat
kejahatan tahun 2011 di Purbalingga meningkat dibandingkan tahun 2010
dari 230 kejahatan di tahun 2010 menjadi 276 kejahatan di tahun 2011.
9. Kondisi Ekonomi
Perkembangan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu usaha
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan
mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan
ekonomi tiap daerah akan berbeda-beda tergantung potensi yang
83
dimiliki daerahnya, peran pemerintah, dan juga pelaku dari
pembangunan itu sendiri (masyarakat). Ketiga faktor tersebut harus
berjalan secara kesinambungan sehingga tujuan pembangunan yang
telah ditetapkan dapat dicapai.
10. Struktur Perekonomian
Dalam dinamika ekonomi daerah, salah satu indikator yang
sering digunakan adalah komposisi atau struktur Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) daerah yang bersangkutan. PDRB juga
merupakan indikator untuk mengukur kinerja daerah dalam
membangun daerah Kabupaten Purbalingga yang dihitung
menggunakan harga berlaku dan harga konstan.
Struktur perekonomian di Kabupaten Purbalingga ditopang oleh
Sembilan sektor yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan; sektor
industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor
bangunan/konstruksi; sektor perdagangan; sektor angkutan dan
komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta
sektor jasa-jasa.
84
Tabel 4.4 PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 MenurutLapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000(Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 734.226,17 754.867,17 781.982,34 807.874,04 824.777,74
Pertambangan dan
Penggalian14.291,16 15.668,60 17.025,03 18.262,68 19.875,81
Industri Pengolahan 213.148,72 226.127,65 241.342,73 257.831,28 277.886,71
Listrik, Gas dan Air
Bersih13.852,81 14.612,36 15.254,86 16.423,57 17.251,39
Bangunan 170.640,06 183.500,89 197.642,60 211.341,46 229.134,17
Perdagangan, Hotel
dan Restoran393.105,08 412.741,51 440.212,70 467.661,59 506.087,52
Pengangkutan dan
Komunikasi115.079,98 122.657,51 130.268,95 138.087,04 146.335,20
Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
128.218,47 136.328,20 146.302,90 154.213,75 165.831,61
Jasa-jasa 361.183,78 390.888,88 420.212,46 454.177,33 490.904,94
PDRB 2.143,746.23 2.257.392,77 2.390.244,57 2.525.872,73 2.678.085.09
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa untuk setiap
tahunnya sektor pertanian memberikan sumbangan yang paling besar
terhadap PDRB di Kabupaten Purbalingga. Hal ini menunjukkan bahwa
Kabupaten Purbalingga merupakan daerah agraris dimana sektor
pertanian merupakan sektor yang terpenting dalam melaksanakan
pembangunan di Kabupaten Purbalingga.
Penyumbang terbesar kedua setelah sektor pertanian adalah
sektor perdagangan, sektor ini masih ada kaitannya dengan sektor
85
pertanian yaitu dengan digunakannya output pertanian sebagai bahan
baku dalam proses produksinya. Oleh karena itu sektor perdagangan
juga memberikan kontribusi yang relatif besar terhadap nilai PDRB di
Kabupaten Purbalingga. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi
yang terkecil adalah sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena
Kabupaten Purbalingga memang kurang potensial untuk pengembangan
sektor pertambangan.
11. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan di suatu
daerah. Pendapatan per kapita yang ada di Kabupaten Purbalingga pada
tahun 2007 sampai tahun 2011 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5 Perkembangan PDRB Per Kapita Kabupaten PurbalinggaTahun 2007-2011
Tahun
Harga Berlaku Harga Konstan
Per kapita
(Rp)
Perubahan
(%)
Per kapita
(Rp)
Perubahan
(%)
2007 4.377.437,94 11,76 2.414.087,86 5,22
2008 4.970.626,47 11,93 2.524.867,09 4,39
2009 6.111.211,32 18,66 2.658.423,69 5,02
2010 6.791.950,39 10,02 2.973.171,52 10,59
2011 7.593.895,33 10,56 3.118.410,95 4,66
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga 2012
86
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2011 berfluktuatif. Pertumbuhan yang paling
besar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 18,66 % ADHB (Atas Dasar
Harga Berlaku). Pertumbuhan kapita yang tinggi sebagian besar
didukung oleh sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan
restoran.
Pada tabel 4.5 kolom (2) di atas perkembangan PDRB per kapita
tahun 2007-2011 yang paling besar adalah tahun 2010 yaitu terjadi
peningkatan 10,59% atau sebesar Rp. 314.747,83 dari tahun
sebelumnya.
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian Kabupaten Purbalingga merupakan
sektor yang paling dominan, terlihat dari sumbangannya
dalam PDRB tahun 2011 sebesar 30,80% menunjukkan
fluktuasi yang tidak menentu. Hal tersebut khususunya sektor
pertanian tanaman pangan, produksi tiap tahunnya sangat
dipengaruhi oleh faktor musim, kondisi alam, serangan hama
dan penyakit tanaman serta kelangkaan pupuk pabrik yang
bersangkutan.
1) Sub sektor tanaman pangan mencakup tanaman
padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan
kacang kedelai. Menurut luas panen tananman padi
87
sawah tahun 2011 menurun sebesar 0,02% bila
dibandingkan dengan tahun 2010, produksi tahun
2011 yang sebesar 207.132 ton turun bila
dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 216.980
ton, produktivitasnya yaitu 55,82 kw/ha.
2) Sub sektor peternakan dan unggas di Kabupaten
Purbalingga tahun 2011 lebih banyak dari tahun
2010, begitu pun dengan produksi hasil-hasil
peternakan diantaranya adalah produksi daging
tahun 2011 sebesar 7.138.961 kg yang
dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar
4.871.168. Sub sektor ini di wilayah Kabupaten
Purbalingga masih di mungkinkan bisa tumbuh
karena geografisnya banyak yang cocok untuk sub
sektor peternakan.
3) Sub sektor perkebunan rakyat yang dominan
adalah kelapa, kopi, gelagah arjuna, nilam,
cengkeh, melati gambir, lada dan the rakyat. Dari
luas panen, kelapa seluas 12.149,13 ha dapat
menghasilkan 13.206,75 ton kopra, sedangkan
kelapa seluas 5.219,63 ha menghasilkan 56.180,41
ton gula cetak. Panen kopi seluas 1.320,91 ha dapat
menghasilkan 600,15 ton.
88
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian wilayah
Kabupaten Purbalingga dari tahun 2007-2011 selalu
mengalami peningkatan, salah satunya dimana pada tahun
2010 sebesar 0,72% dan meningkat menjadi 0,74% pada
tahun 2011.
c. Sektor Industri Pengolahan
Pada tahun 2011 sektor industri pengolahan masih
sektor dominan keempat setelah sektor pertanian,
perdagangan dan jasa-jasa. Industri adalah suatu unit
produksi yang melakukan suatu kegiatan mengubah barang
dasar menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Criteria
industri:
1) Industri Besar : adalah perusahaan industri besar
yang mempunyai tenaga kerja paling sedikit 100
orang.
2) Industri Sedang : adalah perusahaan industri yang
mempunyai tenaga kerja antara 20 – 99 orang.
3) Industri Kecil : adalah perusahaan industri yang
mempunyai jumlah tenaga kerja 5 – 19 orang.
89
4) Industri Rumah Tangga : adalah perusahaan
industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 1 – 4
orang.
Perusahaan industri besar/sedang di Kabupaten
Purbalingga pada tahun 2011 tercatat sebanyak 90
perusahaan dengan 32.884 orang tenaga kerja. Dimana
industri besar tercatat 39 perusahaan dengan 30.421 orang
tenaga kerja dan industri sedang sebanyak 51 perusahaan
dengan tenaga kerja sebanyak 2.463 orang. Perusahaan
industri besar/sedang berlokasi di 15 kecamatan dari 18
kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Purbalingga.
d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sub sektor listrik, gas, dan air bersih pada tahun 2011
mengalami pertumbuhan cukup signifikan menurut harga
Konstan 2000 yaitu 0,64%. Listrik merupakan salah satu
produk energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Jumlah pelanggan pada PT PLN (Persero) Ranting
Purbalingga sebanyak 139.822 pelanggan pada tahun 2011
dengan Kwh yang terjual adalah sebanyak 205.100.326
Kwh. Sedangkan jumlah pelanggan dan produksi air minum
ataupun air bersih dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada
90
tahun 2011 banyaknya air yang disalurkan meningkat
sebesar 4,22% dari tahun 2010.
e. Sektor Bangunan
Sektor bangunan di Kabupaten Purbalingga memiliki
peranan yang cukup signifikan dalam PDRB Kabupaten
Purbalingga. Hal tersebut dapat terlihat dimana prosentase
sektor Bangunan pada tahun 2011 meningkat dari tahun
sebelumnya dimana tahun 2010 prosentasi sektor Bangunan
hanya sebesar 8,37% sedangkan tahun 2011 menjadi 8,56%
atau naik sebesar 0,21%. Hal tersebut berarti Sektor
Bangunan di Kabupaten Purbalingga selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Banyaknya penertiban Tanda Daftar Perusahaan
(TDP) registrasi pada Kantor Pelayanan Perizinan dan
Investasi Kabupaten Purbalingga tahun 2010 tercatat
sebanyak 475 perusahaan. Menurut bentuk perusahaan
jumlah penertiban TDP pada Kantor Pelayanan Perizinan
dan Investasi yaitu perusahaan terbatas (PT) sebanyak 21
perusahaan, perusahaan comanditer (CV) sebanyak 58
perusahaan, koperasi sebanyak 7 perusahaan, perusahaan
91
perorangan (PO) sebanyak 387 perusahaan sedangkan firma
(FA) tidak ada.
Sementara itu, jumlah surat ijin usaha perdagangan
(SIUP) baru diterbitkan kantor pelayanan perizinan dan
investasi Kabupaten Purbalingga tahun 2010 sebanyak 617
buah, meliputi pedagang kecil (PK) sebanyak 576 buah,
pedagang menengah (PM) sebanyak 38 buah, dan pedagang
besar (PB) sebanyak 3 buah.
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Jalan merupakan prasarana darat yang paling penting
untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Panjang jalan
Kabupaten di Kabupaten Purbalingga mencapai 710 Km
yang terdiri dari jalan beraspal sepanjang 695,95 km, kerikil
sepanjang 12,25 km dan sisanya merupakan jalan tanah
sepanjang 2,5km.
Untuk memenuhi kebutuhan transportasi darat
diperlukan berbagai sarana angkutan terutama adalah
kendaraan bermotor. Tahun 2011 jumlah kendaraan
bermotor yang di uji oleh Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informasi Kabupaten Purbalingga sebanyak 8.794
kendaraan, dimana 1.317 kendaraan bus, 66 kendaraan
mobil penumpang dan mobil barang 7.444 kendaraan yang
92
terdiri dari jenis truk, truk sumbu 3, tangki, pick up, dan
kereta gandeng.
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, maka
terdapat pasang surut mengenai Pendapatan Asli Daerah
(PAD), dimana PAD naik sebesar 18,96%. Pada tahun 2010
PAD Kabupaten Purbalingga sebesar Rp. 79.803.180.820,-
sedangkan tahun 2011 naik menjadi Rp. 94.937.516.237,-.
Dilihat dari realisasi penerimaan daerah disbanding
pengeluarannya juga menunjukkan posisi positif. Pada
tahun 2011 realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Purbalingga sebesar Rp. 954.170.516.237,-.
Antara realisasi pungutan tahun 2011 ternyata target
pungutan PBB melebihi target sebesar 6,62%, target
pungutan PBB sebesar Rp. 31.276.059,- dan realisasi
pungutan PBB sebesar Rp. 33.346.543,-.
i. Sektor Jasa-jasa
Pada tahun 2011 sektor Jasa-jasa mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, dimana pada tahun
2010 sektor jasa-jasa memiliki prosentase 17,98% menjadi
18,33% pada tahun 2011.
93
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah
Kabupaten Purbalingga Menurut Tipologi Klassen Sektoral
Untuk mengelompokkan sektor ekonomi dalam Kabupaten
Purbalingga menurut struktur pertumbuhannya digunakan metode
Tipologi Klassen Sektoral. Dengan menggunakan Matrix Klassen dapat
dilakukan empat pengelompokkan sektor dengan memanfaatkan laju
pertumbuhan dan nilai kontribusi.
Tabel 4.6 menyajikan hasil pengolahan data pada Lampiran 9,
yaitu berupa rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor PDRB
Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011.
Pada Tabel 4.6 terlihat jelas bahwa sektor yang memiliki
kontribusi rata-rata paling besar terhadap PDRB Kabupaten
Purbalingga adalah sektor Pertanian, kemudian diikuti oleh sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sedangkan untuk pertumbuhan rata-
rata, yang paling besar mendominasi adalah sektor Pertambangan dan
Penggalian yang diikuti oleh sektor Jasa-jasa, dan sektor Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya. Sektor yang memiliki pertumbuhan rata-
rata paling kecil di Kabupaten Purbalingga adalah sektor Pertanian.
94
Tabel 4.6 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi JawaTengah dan Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011
No. Sektor
Purbalingga Jawa Tengah
Rata-rata
Pertumbuhan
(Si)
Rata-rata
Kontribusi
(Ski)
Rata-rata
Pertumbuhan
(S)
Rata-rata
Kontribusi
(Sk)
1 Pertanian 3,21 32,64 3,08 19,17
2Pertambangan dan
Penggalian8,64 0,71 5,51 1,11
3 Industri Pengolahan 6,80 10,13 5,49 32,41
4Listrik dan Air
Bersih4,58 0,65 5,99 0,85
5Bangunan dan
Konstruksi7,51 8,26 6,76 5,81
6Perdagangan, Hotel
dan Restoran6,66 18,49 6,49 21,41
7Pengangkutan dan
Komunikasi6,02 5,44 7,59 5,21
8Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya7,74 6,09 6,81 3,73
9 Jasa-jasa 7,79 17,61 6,87 10,29
Sumber: Lampiran 9
Secara Provinsi, sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata
paling besar adalah sektor Industri Pengolahan kemudian diikuti oleh
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sedangkan sektor yang
menyumbangkan kontribusi paling kecil adalah sektor Listrik dan Air
Bersih. Pertumbuhan rata-rata Provinsi Jawa Tengah paling tinggi
didominasi oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang diikuti oleh
sektor Jasa-jasa. Sementara sektor Pertanian memiliki pertumbuhan
paling kecil.
95
Selanjutnya, melalui data pada Tabel 4.6 dapat diklasifikasikan
sektor PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 berdasarkan
Tipologi Klassen Sektoral sebagaimana tercantum pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 Berdasarkan Tipology Klassen Sektoral
Kuadran I Kuadran II
Sektor yang maju dan tumbuh pesat (developed
sector)
si > s dan ski > sk
Sektor maju tapi tertekan
(stagnant sector)
si < s dan ski > sk
- Sektor Pertanian
- Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi
- Sektor Bangunan
- Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
- Sektor Jasa-jasa
Kuadran III Kuadran IV
Sektor potensial atau masih dapat
berkembang (developing sector)
si > s dan ski < sk
Sektor Relatif Tertinggal
(underdeveloped sector)
si < s dan ski < sk
- Sektor Pertambangan dan PenggalianSektor Listrik, Gas dan Air
Bersih- Sektor Industri Pengolahan
- Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sumber: Data diolah dari Tabel 4.6
Dari Tabel 4.7 diatas, terdapat satu sektor yang dapat
dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh pesat yaitu sektor
pertanian; sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Sementara sektor yang termasuk
sektor maju tapi tertekan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan;
sektor perdagangan, hotel dan restoran termasuk dalam sektor potensial
96
atau masih dapat berkembang. Sedangkan sektor listrik, gas dan air
bersih merupakan sektor relatif tertinggal
2. Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui
sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan. LQ merupakan
suatu perbandingna tentang besarnya peranan sektor/industri di
Kabupaten Purbalingga terhadap besarnya peranan sektor tersebut di
Provinsi Jawa Tengah.
Apabila LQ > 1 artinya peranan sektor di Kabupaten Purbalingga
lebih menonjol daripada peranan sektor tersebut di Provinsi Jawa
Tengah dan sebagai petunjuk bahwa Kabupaten Purbalingga surplus
akan produk sektor tersebut dan mengekspornya ke daerah lain.
Sebaliknya, apabila LQ < 1 artinya peranan sektor itu di Kabupaten
Purbalingga lebih kecil daripada peranan sektor tersebut di Provinsi
Jawa Tengah.
Menggunakan LQ sebagai petunjuk adanya keunggulan
komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama
berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang tumbuh, LQ
tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan
kapasitas riil daerah tersebut.
Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten
Purbalingga dari kurun waktu tahun 2007-2011 pada Lampiran 10
97
dicantumkan pada Tabel 4.8. Berdasarkan Tabel 4.8 dari hasil
perhitungan indeks Location Quotient PDRB Kabupaten Purbalingga
selama periode pengamatan tahun 2007-2011, maka dapat diketahui
sektor-sektor yang menjadi sektor basis dan non basis. Sektor Jasa-jasa
merupakan sektor basis di Kabupaten Purbalingga dengan LQ rata-rata
sebesar 3,0577. Hal ini menunjukkan bahwa sektor Jasa-jasa memiliki
kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient KabupatenPurbalingga Tahun 2007-2011
No. SektorTahun LQ
Rata-rata2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 2,3332 0,8603 3,2689 2,3052 2,6790 2,2893
2Pertambangan danPenggalian
0,7469 1,3628 0,9924 0,6806 1,1589 0,9883
3 Industri Pengolahan 0,3316 0,3833 0,2641 0,3180 0,3575 0,3309
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0358 0,8042 0,5631 0,7098 0,8806 0,5987
5 Bangunan 1,2247 1,4684 1,6109 1,4603 1,8812 1,5291
6Perdagangan, Hotel danRestoran
0,8509 0,7679 0,9549 0,9126 0,9398 0,8852
7Pengangkutan danKomunikasi
0,6541 0,8460 1,0582 0,9713 0,7247 0,8509
8Keuangan, Persewaan danJasa Perusahaan
2,5385 1,2160 1,5348 1,7887 1,8411 1,7838
9 Jasa-jasa 1,5486 7,6504 2,2204 1,9800 1,8891 3,0577
Sumber: Lampiran 10
Sektor yang menjadi sektor basis setelah Jasa-jasa adalah sektor
Pertanian yang menghasilkan LQ rata-rata sebesar 2,2893. Hal tersebut
98
karena adanya kontribusi dari sub sektor ternak dan unggas yang
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sedangkan sektor yang
menghasilkan LQ rata-rata terendah sebesar 0,3309 atau merupakan
sektor non basis adalah sektor Industri Pengolahan.
3. Analisis Shift Share
Untuk mengetahui proses pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Purbalingga yang berkaitan dengan perekonomian daerah yang menjadi
referensi yaitu Provinsi Jawa Tengah, maka digunakan analisis Shift
Share. Variabel yang digunakan dalam analisis Shift Share adalah
variabel pendapatan, yaitu PDRB untuk menguraikan pertumbuhan
ekonomu Kabupaten Purbalingga.
Pertumbuhan PDRB total (Y) dapat diuraikan menjadi komponen
shift dan komponen share, yaitu:
a. Komponen National Share (Ns) adalah banyaknya
pertambahan PDRB Kabupaten Purbalingga seandainya
pertambahannya sama dengan laju pertumbuhan Provinsi
Jawa Tengah selama periode studi.
b. Proportional Shift Share (P), mengukur besarnya shift
regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor PDRB di
Kabupaten Purbalingga yang berubah. Apabila P > 0, artinya
Kabupaten Purbalingga berspesialisasi pada sektor-sektor
tersebut di Provinsi Jawa Tengah tumbuh relatif cepat
99
sedangkan P < 0, berarti Kabupaten Purbalingga
berspesialisasi pada sektor-sektor di tingkat Provinsi Jawa
Tengah dengan pertumbuhan yang lambat atau menurun.
c. Differential Shift (D), mengukur besarnya shift regional netto
yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri tertentu yang
tumbuh lebih cepat atau lambat di Kabupaten Purbalingga
dibandingkan Provinsi Jawa Tengah yang disebabkan oleh
faktor-faktor intern. Apabila Kabupaten Purbalingga
memiliki differential shift component positif (D > 0) maka
berarti lokalisasi tentang sumber daya yang melimpah/efisien
mempunyai keuntungan, sedangkan lokalisasional tidak
menguntungkan apabila komponen tersebut negatif (D < 0).
Untuk memacu laju pertumbuhan Kabupaten Purbalingga
digunakan analisis penentuan sektor ekonomi strategis serta
pengembangan keunggulan yang dimiliki. Untuk mengetahui sektor
spesialisasi daerah serta pertumbuhannya digunakan komponen
National Share (Ns), Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D).
100
Hasil perhitungan analisis shift share PDRB Kabupaten Purbalingga
tahun 2007-2011 pada Lampiran 11 dicantumkan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Kabupaten PurbalinggaTahun 2007-2011
No. SektorNational
Share (NS)Proportional
Shift (P)Differential
Shift (D)Total (∆Y)
1 Pertanian 180.504,15 -98.496,57 -89.952,58 -7.945,00
2Pertambangan danPenggalian
3.513,38 -218,29 2.071,27 5.366,36
3 Industri Pengolahan 52.401,06 9.016,10 12.336,93 73.754,09
4Listrik, Gas dan AirBersih
3.405,61 141,90 -7,03 3.540,48
5 Bangunan 41.950,61 8.110,80 16.543,50 66.604,91
6Perdagangan, Hotel danRestoran
96.642,02 9.748,24 16.340,42 122.730,68
7Pengangkutan danKomunikasi
28.291,57 8.760,28 2.963,65 40.015,50
8Keuangan, Persewaan danJasa Perusahaan
31.521,58 7.081,39 6.091,56 44.694,53
9 Jasa-jasa 88.794,40 -1.457,17 40.926,76 128.263,99
Jumlah 527.024,38 -57.313,30 7.314,48 477.025,56
Sumber: Lampiran 11
Berdasarkan Tabel 4.9 pertumbuhan, komponen proportional
Kabupaten Purbalingga selama periode tahun 2007-2011 ada yang
bernilai negatif dan positif. Nilai P positif, berarti perekonomian
Kabupaten Purbalingga berspesialisasi pada sektor yang sama yang
tumbuh cepat pada perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan
apabila nilai P negatif, berarti perekonomian Kabupaten Purbalingga
pada sektor yang sama dan tumbuh lambat pada Perekonomian Provinsi
Jawa Tengah.
101
Sektor-sektor yang memiliki komponen pertumbuhan
proporsional positif, yaitu sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas
dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran;
sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor keuangan, persewaan
dan jasa keuangan. Sedangkan sektor-sektor yang memiliki nilai
komponen pertumbuhan proporsional negatif, yaitu sektor pertanian;
pertambangan serta sektor jasa-jasa.
Differential Shift (D) sektor perekonomian Kabupaten
Purbalingga selama periode tahun 2007-2011 menghasilkan nilai yang
positif dan negatif. Nilai D positi, berarti sektor ekonomi Kabupaten
Purbalingga memiliki daya saing yang meningkat. Sedangkan D
bernilai negatif, berarti sektor tersebut memiliki daya saing menurun.
Ada beberapa yang bernilai D positif dalam perekonomian
Kabupaten Purbalingga, yaitu sektor pertambangan; sektor industri
pengolahan; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran;
sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor tersebut
merupakan sektor yang memiliki daya saing meningkat, sehingga
berpotensi untuk dikembangkan dalam memacu pertumbuhan PDRB
Kabupaten Purbalingga.
Sedangkan sektor yang menghasilkan D negatif adalah sektor
pertanian sebesar -89.952,58 dan sektor listrik, gas dan air minum
102
sebesar -7,03. Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki
daya saing menurun.
Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan
Kabupaten Purbalingga yang bersifat intern dan ekstern, dimana
differential shift adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja
khusus di daerah Kabupaten Purbalingga, sedangkan proportional shift
adalah akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja dalam
Provinsi Jawa Tengah.
Pergeseran sektor yang terjadi pada PDRB Kabupaten
Purbalingga terlihat jelas pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.2
menunjukkan sektor primer mengalami penurunan kontribusi dari
34,92% pada tahun 2007 menjadi 31,54% pada tahun 2011. Hal
tersebut disebabkan penurunan kontribusi sektor pertanian yang
mendominasi PDRB dari 34,25% menjadi 30,80% tetapi terjadi
peningkatan kontribusi pada sektor pertambangan dari 0,67% menjadi
0,74% tahun 2011.
103
Tabel 4.10 Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 (dalam persen)
No. SektorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
Primer
1 Pertanian 34,25 33,44 32,72 31,98 30,80
2 Pertambangan 0,67 0,69 0,71 0,72 0,74
Jumlah 34,92 34,13 33,43 32,71 31,54
Sekunder
3 Industri Pengolahan 9,94 10,02 10,10 10,21 10,38
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,65 0,65 0,64 0,65 0,64
5 Bangunan 7,96 8,13 8,27 8,37 8,56
Jumlah 18,55 18,79 19,00 19,22 19,58
Tersier
6Perdagangan, Hotel dan
Restoran18,34 18,28 18,42 18,51 18,90
7Pengangkutan dan
Komunikasi5,37 5,43 5,45 5,47 5,46
8Keuangan , Persewaan dan
Jasa Perusahaan5,98 6,04 6,12 6,11 6,19
9 Jasa-Jasa 16,85 17,32 17,58 17,98 18,33
Jumlah 46,53 47,07 47,57 48,07 48,88
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Data diolah dari Lampiran 7
Sedangkan sektor sekunder mengalami peningkatan kontribusi
dari 18,55% menjadi 19,58 tahun 2011, hal tersebut disebabkan karena
adanya peningkatan yang signifikan dari sektor industri pengolahan.
Sektor tersier mengalami peningkatan kontribusi dari 46,53% menjadi
48,88%. Hal tersebut karena adanya kenaikan pada sektor-sektor tersier,
misalnya pada sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami
kenaikan dari 18,34% menjadi 18,90%; sektor angkutan dan
komunikasi dari 5,37% menjadi 5,46%; dan sektor jasa
16,85% menjadi 18,33%.
Sumber: Data diolah dari Lampiran 7
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Kontribusi Sektor PDRB KabupatenPurbalinggaTahun 2007
4. Pembahasan Per Sektor
Analisis ini digunakan untuk mengambil kesimpulan dengan cara
menggabungkan tiga hasil analisis, yaitu analisis
Sektoral, analisis
untuk menentukan sektor unggulan.
a. Analisis Sektor Pertanian
terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga, hal ini dapat
ditunjukkan dengan adanya kontribusi yang mencapai rata
rata 32,64% per tahun dan menempati urutan pertama dalam
kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Pur
pertumbuhan rata
34.92
18.55
46.53
0
10
20
30
40
50
60
2007
Ko
ntr
ibu
si(%
)
104
komunikasi dari 5,37% menjadi 5,46%; dan sektor jasa
16,85% menjadi 18,33%.
ber: Data diolah dari Lampiran 7
Grafik Perkembangan Kontribusi Sektor PDRB KabupatenPurbalinggaTahun 2007-2011
Pembahasan Per Sektor
Analisis ini digunakan untuk mengambil kesimpulan dengan cara
menggabungkan tiga hasil analisis, yaitu analisis Tipology Klassen
, analisis Location Quotient (LQ), dan analisis
untuk menentukan sektor unggulan.
Analisis Sektor Pertanian
Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat besar
terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga, hal ini dapat
ditunjukkan dengan adanya kontribusi yang mencapai rata
rata 32,64% per tahun dan menempati urutan pertama dalam
kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Pur
pertumbuhan rata-rata sektor pertanian 3,21% melebihi laju
34.92 34.13
33.43 32.71 31.54
18.55 18.79 19.00 19.22 19.58
46.53 47.07 47.57 48.07 48.88
2008 2009 2010 2011
Tahun
komunikasi dari 5,37% menjadi 5,46%; dan sektor jasa-jasa dari
Grafik Perkembangan Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten
Analisis ini digunakan untuk mengambil kesimpulan dengan cara
Tipology Klassen
(LQ), dan analisis Shift Share
Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat besar
terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga, hal ini dapat
ditunjukkan dengan adanya kontribusi yang mencapai rata-
rata 32,64% per tahun dan menempati urutan pertama dalam
kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga. Laju
rata sektor pertanian 3,21% melebihi laju
Primer
Sekunder
Tersier
105
pertumbuhan di Provinsi Jawa Tengah yang hanya 3,08%,
sehingga sektor ini diklasifikasikan sebagai sektor maju dan
tumbuh cepat
Berdasarkan analisis LQ, sektor pertanian
menunjukkan nilai LQ rata-rata 2,29 atau > 1, berarti sektor
tersebut merupakan sektor basis. Artinya sektor ini tidak
hanya dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Purbalingga
saja, tetapi mampu memenuhi daerah lainnya sehingga sektor
pertanian merupakan sektor yang berpotensi eskpor.
Tabel 4.11 Analisis Sektor Pertanian
No. Aspek Parameter Makna
1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran I Sektor maju dan tumbuh Cepat
2 LQ > 1 Sektor basis
3 P NegatifMemiliki daya tumbuh lebih
lambat
4 D Positif Memiliki daya saing meningkat
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11
Berdasarkan Gambar 4.5, perkembangan nilai LQ sektor pertanian dari
tahun 2007-2011 menunjukkan kenaikan dan semua nilainya > 1. Selama kurun
waktu analisis, nilai LQ mempunyai rata-rata 2,29, hanya pada tahun 2008
mengalami penurunan.
Sumber: Data diolah dari Lampiran 10
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan LQ Sektor Pertanian
Hasil perhitungan
98.496,57 menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang tumbuh lambat
di Provinsi Jawa Tengah. N
sektor pertanian mempunyai daya saing yang menurun, karena pertumbuhannya
lebih lambat daripada Provinsi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian tidak
dapat digolongkan sebagai sektor unggulan, karena meskipun sektor ini tergolong
sektor maju dan tumbuh cepat serta merupakan sektor basis, namun
pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Prov
2.33
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
2007
LQ
106
ber: Data diolah dari Lampiran 10
Grafik Perkembangan LQ Sektor Pertanian
Hasil perhitungan shift share sektor pertanian nilai komponen P sebesar
menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang tumbuh lambat
di Provinsi Jawa Tengah. Nilai komponen D sebesar -89.952,58
sektor pertanian mempunyai daya saing yang menurun, karena pertumbuhannya
lebih lambat daripada Provinsi.
kan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian tidak
dapat digolongkan sebagai sektor unggulan, karena meskipun sektor ini tergolong
sektor maju dan tumbuh cepat serta merupakan sektor basis, namun
pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Provinsi.
0.86
3.27
2.30
2.68
2008 2009 2010 2011
Tahun
sektor pertanian nilai komponen P sebesar -
menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang tumbuh lambat
89.952,58, berarti bahwa
sektor pertanian mempunyai daya saing yang menurun, karena pertumbuhannya
kan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian tidak
dapat digolongkan sebagai sektor unggulan, karena meskipun sektor ini tergolong
sektor maju dan tumbuh cepat serta merupakan sektor basis, namun
Hasil LQ
LQ Rata-rata
107
b. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian memiliki
kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga rata-
rata hanya sebesar 0,71% per tahun dan berada pada
urutan ketujuh dibandingkan sektor-sektor lain. Laju
pertumbuhan sektor ini rata-rata sebesar 8,64% per tahun,
sehingga dapat dikategorikan sebagai sektor yang
memiliki pertumbuhan yang cukup signifikan. Tetapi
sektor pertambangan dan penggalian memiliki rata-rata
kontribusi yang lebih rendah dibandingkan Provinsi
meskipun laju pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan
di Provinsi, sehingga sektor ini diklasifikasikan sebagai
sektor potensial atau masih dapat berkembang.
Tabel 4.12 Analisis Sektor Pertambangan dan penggalian
No. Aspek Parameter Makna
1Tipologi Klassen
SektoralKuadran
III
Sektor potensial atau masih dapat
berkembang
2 LQ < 1 Sektor non basis
3 P Negatif Memiliki daya tumbuh lebih lambat
4 D Positif Memiliki daya saing meningkat
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11
Nilai rata-rata LQ sektor pertambangan dan
penggalian menunjukkan nilai lebih kecil dari 1, yaitu 0,99
berarti sektor ini termasuk sektor non basis.
Sumber: Data diolah dari Lampiran 10
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan LQ Sektor Pertambangan danPenggalian
0.75
0.70.75
0.80.85
0.90.95
11.05
1.11.15
1.21.25
1.31.35
1.4
2007
LQ
108
Perkembangan nilai LQ sektor tersebut selama periode
penelitian berfluktuatif, dimana secara umum mengalami
peningkatan seperti terlihat jelas pada Gambar 4.6.
Hasil analisis shift share sektor pertambangan dan
penggalian, komponen P sebesar -218,29 menunjukkan
sektor ini termasuk dalam sektor yang di Povinsi tumbuh
dengan lambat, sedangkan nilai D sebesar 2.071,27 berarti
sektor tersebut masuk ke dalam sektor yang mempunyai
daya saing meningkat, sehingga pertumbuhannya lebih
cepat dibandingkan Provinsi.
ber: Data diolah dari Lampiran 10
Grafik Perkembangan LQ Sektor Pertambangan danPenggalian
Berdasarkan analisis sektor pertambangan dan
penggalian, menunjukkan bahwa sektor ini tidak dapat
0.75
1.36
0.99
1.16
0.99
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Perkembangan nilai LQ sektor tersebut selama periode
penelitian berfluktuatif, dimana secara umum mengalami
mbar 4.6.
sektor pertambangan dan
218,29 menunjukkan
sektor ini termasuk dalam sektor yang di Povinsi tumbuh
dengan lambat, sedangkan nilai D sebesar 2.071,27 berarti
sektor yang mempunyai
daya saing meningkat, sehingga pertumbuhannya lebih
Grafik Perkembangan LQ Sektor Pertambangan dan
Berdasarkan analisis sektor pertambangan dan
penggalian, menunjukkan bahwa sektor ini tidak dapat
Hasil LQ
LQ Rata-rata
109
dikategorikan sebagai sektor unggulan, meskipun sektor
tersebut memiliki nilai LQ yang meningkat serta
pertumbuhannya lebih cepat daripada Provinsi, tetapi
sektor tersebut merupakan sektor non basis serta
merupakan sektor potensial atau masih dapat berkembang.
c. Analisis Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan memiliki laju
pertumbuhan rata-rata 6,80 lebih besar daripada Provinsi,
tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB rata-rata
sebesar 10,13% per tahun lebih kecil daripada Provinsi
sehingga sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor
potensial atau masih dapat berkembang.
Tabel 4.13 Analisis Sektor Industri Pengolahan
No. Aspek Parameter Makna
1Tipologi Klassen
SektoralKuadran III
Sektor potensial atau masih dapat
berkembang
2 LQ < 1 Sektor non basis
3 P Positif Memiliki daya tumbuh lebih cepat
4 D Positif Memiliki daya saing meningkat
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11
Berdasarkan Gambar 4.7 perkembangan LQ sektor
industri pengolahan stabil atau tidak mengalami
peningkatan atau penurunan tiap tahunnya. Nilai LQ rata-
110
rata sektor industri pengolahan sebesar 0,33 sehingga
termasuk dalam sektor non basis karena < 1.
Sumber: Data diolah dari Lampiran 10
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan LQ Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan memiliki nilai
komponen P sebesar 9.016,10 yang menunjukkan bahwa
sektor tersebut tumbuh cepat di Provinsi Jawa Tengah dan
nilai komponen D sebesar 12.336,93 menggambarkan
bahwa industri pengolahan sebagai sektor yang daya
saingnya meningkat, sehingga pertumbuhannya lebih
cepat dibandingkan pertumbuhan di Provinsi.
Berdasarkan hasil analisis sektor industri
pengolahan, maka sektor ini tidak termasuk ke dalam
sektor unggulan. Meskipun pertumbuhannya lebih cepat
dibandingkan Provinsi (kompetitif) tetapi tidak termasuk
0.33
0.38
0.26
0.32
0.36
0.33
0.25
0.27
0.29
0.31
0.33
0.35
0.37
0.39
2007 2008 2009 2010 2011
LQ
Tahun
Hasil LQ
LQ Rata-rata
111
sektor basis dan merupakan sektor potensial atau masih
dapat berkembang.
d. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Hasil analisis menggunakan Tipology Klassen
Sektoral, sektor listrik, gas dan air bersih diklasifikasikan
sebagai sektor relatif tertinggal. Hal tersebut karena
pertumbuhan rata-rata Kabupaten Purbalingga hanya
sebesar 4,58%, masih kecil dibandingkan pertumbuhan
rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 5,99%. Begitupula
dengan kontribusi rata-rata terhadap PDRB hanya sebesar
0,65% lebih kecil dibandingkan dengan Provinsi sebesar
0,85%.
Tabel 4.14 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
No. Aspek Parameter Makna
1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran IV Sektor relatif tertinggal
2 LQ < 1 Sektor non basis
3 P PositifMemiliki daya tumbuh lebih
cepat
4 D Negatif Memiliki daya saing menurun
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11
Perkembangan nilai LQ sektor listrik, gas dan air
minum berfluktuatif dengan nilai < 1. Hal tersebut
Sumber: Data diolah dari Lampiran 6
Gambar 4.8 Grafik Perkembangan LQ Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
0.01
0.09
0.17
0.25
0.33
0.41
0.49
0.57
0.65
0.73
0.81
0.89
2007
LQ
112
membuat sektor ini dikategorikan sebagai sektor non
basis.
Analisis shift share sektor listrik, gas dan air bersih
selama periode penelitian, dihasilkan nilai P sebesar
141,90 menunjukkan sektor ini tumbuh cepat di Provinsi
Jawa Tengah. Sedangkan nilai D yang menghasilkan
negatif sebesar -7,03 menunjukkan bahwa sektor ini
mempunyai daya saing yang menurun, sehingga
pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Provinsi Jawa
Tengah.
Sumber: Data diolah dari Lampiran 6
Gambar 4.8 Grafik Perkembangan LQ Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Hasil analisis sektor listrik, gas dan air bersih
menunjukkan bahwa sektor tersebut tidak termasuk sektor
0.04
0.80
0.56
0.71
0.60
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
membuat sektor ini dikategorikan sebagai sektor non
sektor listrik, gas dan air bersih
selama periode penelitian, dihasilkan nilai P sebesar
141,90 menunjukkan sektor ini tumbuh cepat di Provinsi
Jawa Tengah. Sedangkan nilai D yang menghasilkan
7,03 menunjukkan bahwa sektor ini
aya saing yang menurun, sehingga
pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Provinsi Jawa
Gambar 4.8 Grafik Perkembangan LQ Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Hasil analisis sektor listrik, gas dan air bersih
nunjukkan bahwa sektor tersebut tidak termasuk sektor
0.60
Hasil LQ
LQ Rata-rata
113
unggulan, karena tergolong sebagai sektor relatif
tertinggal, sektor non basis dan laju pertumbuhannya lebih
lambat dibandingkan Provinsi (tidak kompetitif).
e. Analisis Sektor Bangunan
Sektor bangunan memberikan kontribusi rata-rata
sebesar 8,26% dan lebih tinggi dari tingkat Provinsi Jawa
Tengah yang hanya sebesar 65,81%. Laju pertumbuhan
rata-rata sektor ini mencapai 7,51% lebih tinggi daripada
Provinsi Jawa Tengah yang hanya sebesar 6,76%. Hal
tersebut menjadikan sektor bangunan dikategorikan ke
dalam sektor maju dan tumbuh pesat.
Tabel 4.15 Analisis Sektor Bangunan
No. Aspek Parameter Makna
1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran I Sektor maju dan tumbuh cepat
2 LQ > 1 Sektor basis
3 P PositifMemiliki daya tumbuh lebihcepat
4 D Positif Memiliki daya saing meningkat
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11
Sektor bangunan memiliki nilai LQ rata-rata sebesar
1,53 sehingga dapat dikategorikan sebagai sektor basis.
Perkembangan nilai LQ sektor ini menunjukkan penurunan
tiap tahunnya dari tahun 2007-2011.
Sumber: Data diolah dari
Gambar 4.9 Grafik Perkembangan LQ Sektor Bangunan
1.21.25
1.31.35
1.41.45
1.51.55
1.61.65
1.71.75
1.81.85
1.9
LQ
114
Berdasarkan hasil analisis shift share
bangunan digolongkan sebagai sektor yang kompetitif,
karena nilai D yang positif sebesar 16.543,50, sehingga
pertumbuhannya lebih cepat daripada Provinsi. Begitupula
dengan nilai P yang positif sebesar 8.110,80 berarti sektor
tersebut juga merupakan sektor yang lambat di Provinsi
Jawa Tengah.
Sumber: Data diolah dari Lampiran 6
Grafik Perkembangan LQ Sektor Bangunan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis
terhadap sektor bangunan bahwa sektor ini merupakan
sektor unggulan, karena merupakan sektor basis,
mempunyai laju pertumbuhan lebih cepat darip
serta memiliki kompetitif.
1.22
1.47
1.61
1.46
1.88
1.53
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
shift share, sektor
bangunan digolongkan sebagai sektor yang kompetitif,
D yang positif sebesar 16.543,50, sehingga
pertumbuhannya lebih cepat daripada Provinsi. Begitupula
dengan nilai P yang positif sebesar 8.110,80 berarti sektor
tersebut juga merupakan sektor yang lambat di Provinsi
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis
terhadap sektor bangunan bahwa sektor ini merupakan
sektor unggulan, karena merupakan sektor basis,
mempunyai laju pertumbuhan lebih cepat daripada Provinsi
Hasil LQ
LQ Rata-rata
115
f. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Analisis Tipology Klassen Sektoral terhadap sektor
perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan bahwa sektor
ini dikategorikan ke dalam sektor potensial atau masih dapat
berkembang. Hal ini disebabkan karena kontribusi rata-
ratanya sebesar 18,49% lebih kecil dibandingkan dengan
Provinsi sebesar 21,41%. Sedangkan nilai rata-rata
pertumbuhannya 6,66% lebih besar dibandingkan dengan
Provinsi yang hanya 6,49%.
Tabel 4.16 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
No. Aspek Parameter Makna
1Tipologi KlassenSektoral
Kuadran IIISektor potensial atau masihdapat berkembang
2 LQ < 1 Sektor non basis
3 P PositifMemiliki daya tumbuh lebihcepat
4 D PositifMemiliki daya saingmeningkat
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11
Berdasarkan Gambar 4.10 perkembangan nilai LQ
sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan nilai
LQ rata-rata 0,89. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
sektor ini dikategorikan ke dalam sektor non basis, oleh
karena itu sektor tersebut dikatakan belum dapat memenuhi
Sumber: Data diolah dari
Gambar 4.10 Grafik Perkembangan LQ Sektor Perdagangan, Hotel danRestoran
0.750.770.790.810.830.850.870.890.910.930.950.970.99
LQ
116
kebutuhan masyarakat daerah Kabupaten Purbalingga atau
berpotensi impor.
Sumber: Data diolah dari Lampiran 6
Grafik Perkembangan LQ Sektor Perdagangan, Hotel danRestoran
Nilai komponen D positif sebesar
menunjukkan sektor ini memiliki daya saing meningkat
Begitupula nilai P positif sebesar 9.748,24 menunjukkan
bahwa sektor ini tumbuh lebih cepat di Provinsi Jawa
Tengah.
Dari hasil analisis terhadap sektor perdagangan, hotel
dan restoran dapat disimpulkan bahwa sektor ini bukan
merupakan sektor unggulan, karena bukan sektor basis.
Tetapi sektor ini mempunyai peluang untuk dikemba
menjadi sektor unggulan karena tergolong sektor potensial
0.85
0.77
0.96
0.91
0.94
0.89
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
kebutuhan masyarakat daerah Kabupaten Purbalingga atau
Grafik Perkembangan LQ Sektor Perdagangan, Hotel dan
Nilai komponen D positif sebesar 16.340,42
memiliki daya saing meningkat.
Begitupula nilai P positif sebesar 9.748,24 menunjukkan
tumbuh lebih cepat di Provinsi Jawa
Dari hasil analisis terhadap sektor perdagangan, hotel
dan restoran dapat disimpulkan bahwa sektor ini bukan
merupakan sektor unggulan, karena bukan sektor basis.
Tetapi sektor ini mempunyai peluang untuk dikembangkan
menjadi sektor unggulan karena tergolong sektor potensial
Hasil LQ
117
atau masih dapat berkembang, kompetitif dan laju
pertumbuhan lebih besar daripada Provinsi.
g. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki
kontribusi rata-rata terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga
sebesar 5,44% lebih besar dibandingkan Provinsi yang
hanya sebesar 5,21%. Laju pertumbuhan rata-rata mencapai
6,02% lebih kecil dibandingkan Provinsi yang sebesar
7,59%. Sehingga berdasarkan Tipology Klassen Sektoral
sektor ini diklasifikasikan sebagai sektor maju tapi tertekan.
Tabel 4.17 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
No. Aspek Parameter Makna
1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran II Sektor maju tapi tertekan
2 LQ < 1 Sektor non basis
3 P Positif Memiliki daya tumbuh lebih cepat
4 D Positif Memiliki daya saing meningkat
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11
Perkembangan nilai LQ sektor ini terlihat jelas pada
Gambar 4.11 yang cenderung menurun dari tahun 2007-
2011, meskipun rata-rata LQ masih < 1. Sehingga sektor ini
dikategorikan sebagai sektor non basis.
118
Sumber: Data diolah dari Lampiran 10
Gambar 4.11 Grafik Perkembangan LQ Sektor Pengangkutan danKomunikasi
Hasil analisis shift share terhadap sektot
pengangkutan dan komunikasi diperoleh nilai D sebesar
2.963,65 dan nilai P sebesar 8.760,28. Hal tersebut berarti
bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi dikategorikan
ke dalam sektor yang tumbuh cepat di tingkat Provinsi Jawa
Tengah dan mempunyai daya saing yang meningkat,
sehingga pertumbuhannya lebih cepat daripada Provinsi.
Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa
sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan bukan
sektor unggulan meskipun memiliki daya saing (kompetitif)
dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan Provinsi
tetapi sektor ini bukan sektor basis dan tergolong sektor
0.65
0.85
1.06
0.97
0.72
0.85
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
1.05
1.10
2007 2008 2009 2010 2011
LQ
Tahun
Hasil LQ
LQ Rata-rata
119
maju tapi tertekan atau dapat juga dikatakan sebagai sektor
yang telah jenuh.
h. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan
Hasil analisis Tipology Klassen Sektoral, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dikategorikan
dalam sektor maju dan tumbuh pesat. Nilai kontribusi rata-
rata terhadap PDRB sebesar 6,09% lebih besar
dibandingkan Provinsi. Sedangkan laju pertumbuhan rata-
rata sebesar 7,74% lebih besar dibandingkan pertumbuhan
di tingkat Provinsi yang hanya sebesar 6,81%
Tabel 4.18 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
No. Aspek Parameter Makna
1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran I Sektor maju dan tumbuh pesat
2 LQ > 1 Sektor basis
3 P Positif Memiliki daya tumbuh lebih cepat
4 D Positif Memiliki daya saing meningkat
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11
Berdasarkan hasil dari analisis LQ, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan nilai LQ rata-
rata > 1, yaitu sebesar 1,78 seperti yang terlihat jelas pada
Gambar 4.12. Hal ini berarti sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan termasuk dalam sektor basis.
120
Sumber: Data diolah dari Lampiran 10
Gambar 4.12 Grafik Perkembangan LQ Sektor Keuangan, Persewaandan Jasa Perusahaan
Analisis shift share terhadap sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan menghasilkan nilai D
sebesar 6.091,56 yang berarti bahwa sektor tersebut
memiliki daya saing yang meningkat. Begitupula dengan
nilai P yang positif sebesar 7.081,39 yang berarti sektor ini
merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Jawa
Tengah.
Berdasarkan hasil analisis terhadap sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan bahwa sektor
ini merupakan sektor unggulan. Sektor tersebut tergolong
dalam sektor maju dan tumbuh pesat serta merupakan sektor
basis.
2.54
1.22
1.53
1.79
1.84
1.78
1.201.301.401.501.601.701.801.902.002.102.202.302.402.502.60
1 2 3 4 5
LQ
Tahun
Hasil LQ
LQ Rata-rata
121
i. Analisis Sektor Jasa-jasa
Dari hasil analisis Tipology Klassen Sektoral, sektor
jasa-jasa tergolong ke dalam sektor maju dan tumbuh pesat
karena kontribusi rata-rata sektor ini sebesar 17,61% lebih
besar dibandingkan kontribusi rata-rata ditingkat Provinsi
sebesar 10,29%. Sedangkan laju pertumbuhan rata-rata
sektor jasa-jasa sebesar 7,79% juga lebih besar
dibandingkan Provinsi yang hanya sebesar 6,87%.
Tabel 4.19 Analisis Sektor Jasa-jasa
No. Aspek Parameter Makna
1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran I Sektor maju dan tumbuh pesat
2 LQ > 1 Sektor non basis
3 P Negatif Memiliki daya tumbuh lebih lambat
4 D Positif Memiliki daya saing meningkat
Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11
Perkembangan nilai LQ selama periode penelitian
pada sektor jasa-jasa menunjukkan kecenderungan
meningkat seperti yang terlihat jelas pada Gambar 4.13.
nilai LQ rata-rata sektor jasa-jasa sebesar 3,06 atau > 1,
maka sektor ini termasuk ke dalam sektor basis.
Analisis shift share terhadap sektor jasa-jasa
menghasilkan nilai komponen D yang positif sebesar
40.926,76 berarti sektor ini memiliki daya saing meningkat.
Sedangkan nilai komponen P nya negatif sebesar -1.457,17
Sumber: Data diolah dari Lampiran 10
Gambar 4.13 Grafik Perkembangan LQ Sektor Jasa
5. Sektor Unggulan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah
Hasil analisis per sektor menunjukkan bahwa pada Kabupaten
Purbalingga hanya terdapat dua sektor yang merupakan sektor
unggulan, yaitu bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
1.551
2
3
4
5
6
7
8
2007
LQ
122
berarti bahwa sektor ini tumbuh lebih lambat
Provinsi.
ber: Data diolah dari Lampiran 10
Gambar 4.13 Grafik Perkembangan LQ Sektor Jasa-jasa
Berdasarkan hasil analisis terhadap sektor jasa
dapat disimpulkan bahwa sektor ini bukan merupakan
sektor unggulan, karena meskipun sektor jasa
dalam sektor maju dan tumbuh pesat, memiliki daya saing
(kompetitif) serta merupakan sektor basis, tetapi sektor ini
tumbuh lebih lambat jika dibandingkan di Provinsi.
Sektor Unggulan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah
Hasil analisis per sektor menunjukkan bahwa pada Kabupaten
Purbalingga hanya terdapat dua sektor yang merupakan sektor
unggulan, yaitu bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
1.55
7.65
2.221.98
1.9
3.06
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
berarti bahwa sektor ini tumbuh lebih lambat di tingkat
Berdasarkan hasil analisis terhadap sektor jasa-jasa
disimpulkan bahwa sektor ini bukan merupakan
sektor unggulan, karena meskipun sektor jasa-jasa termasuk
, memiliki daya saing
(kompetitif) serta merupakan sektor basis, tetapi sektor ini
an di Provinsi.
Sektor Unggulan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah
Hasil analisis per sektor menunjukkan bahwa pada Kabupaten
Purbalingga hanya terdapat dua sektor yang merupakan sektor
unggulan, yaitu bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
Hasil LQ
LQ Rata-rata
123
perusahaan. Sektor bangunan mempunyai beberapa sub sektor yang
layak dikembangkan, sehingga kontribusinya terhadap sektor bangunan
meningkat dan secara keseluruhan akan meningkatkan PDRB
Kabupaten Purbalingga. Begitupula dengan sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan yang memiliki beberapa sub sektor yang patut
untuk dikembangkan agar terjadi peningkatan dalam sektor tersebut
sehingga akan meningkatkan PDRB secara keseluruhan.
Pertumbuhan sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan memberikan kontribusi yang besar terhadap
penanganan kemiskinan serta dapat mendorong peningkatan nilai
tambah sektor lainnya.
Dengan berlakunya otonomi daerah, kewenangan dan sumber
daya finansial yang dilimpahkan kepada Kabupaten Purbalingga harus
diimbangi dengan adanya peningkatan efektivitas pembangunan
ekonomi. Data yang akurat dan analisis yang komprehensif menjadi
pendukung dalam perencanaan untuk mengambil keputusan yang tepat
dalam pembangunan ekonomi.
Mengidentifikasi potensi pertumbuhan ekonomi melalui
penerapan alat analisis ekonomi regional sangat penting, agar dapat
memperoleh informasi untuk membantu dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan di daerah sehingga dapat mengetahui kondisi
perekonomian, mengendalikan tingkat pertumbuhan dan mengetahui
dampak dari keputusan yang diambil di masa yang akan datang.
124
Pembangunan ekonomi di Kabupaten Purbalingga tidak hanya
berdasarkan sumber daya alam yang dimiliki tetapi juga haruslah
berprioritas dengan di dasarkan pada sektor unggulan, selain itu juga
harus memperhatikan teknologi dan kualitas sumber daya manusia.
Sehingga produk-produk yang dihasilkan akan mempunyai daya saing
tinggi.
Pembangunan pada sektor bangunan serta sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan di pedesaan sebagai basis perekonomian
masyarakat akan menjamin adanya pemerataan pendapatan.
Analisis penentuan sektor bangunan serta sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan sangat diperlukan karena menjadi dasar
untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang diambil dalam
pembangunan ekonomi Kabupaten Purbalingga di masa yang akan
datang. Prioritas dan alokasi anggaran pada sektor bangunan serta
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara signifikan yang
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga dapat memacu
perkembangan atau pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga mendorong
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis penentuan sektor unggulan
perekonomian wilayah Kabupaten Purbalingga dengan pendekatan sektor
pembentuk PDRB periode 2007-2011 dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan hasil analisis Tipology Klassen Sektoral menunjukkan
bahwa terdapat beberapa sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor
maju dan tumbuh pesat (si > s dan ski > sk), antara lain sektor
pertanian; sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Sedangkan yang masuk ke dalam
kategori sektor maju tapi tertekan (si < s dan ski > sk) hanya sektor
pengangkutan dan komunikasi. Kategori developing sector dimana rata-
rata pertumbuhan Kabupaten purbalingga lebih besar daripada rata-rata
pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah tetapi memiliki rata kontribusi
Kabupaten Purbalingga lebih rendah daripada kontribusi Provinsi Jawa
Tengah, diisi oleh sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri
pengolahan; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor listrik,
gas dan air minum masuk ke dalam kategori sektor relatif tertinggal,
dimana sektor tersebut di Kabupaten Purbalingga memiliki rata-rata
pertumbuhan dan kontribusi lebih rendah daripada rata-rata
pertumbuhan dan kontribusi di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
126
kontribusi sektor PDRB Kabupaten Purbalingga menunjukkan terjadi
perubahan atau pergeseran struktur dimana sektor primer terus
mengalami penurunan sedangkan sektor sekunder dan tersier cenderung
mengalami peningkatan tiap tahun.
2. Hasil analisis Location Quotient diketahui bahwa ada beberapa sektor
basis (LQ > 1) di Kabupaten Purbalingga yaitu sektor pertanian; sektor
bangunan; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta
sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang merupakan non basis (LQ < 1)
antara lain: sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri
pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, hotel
dan restoran; serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
3. Sektor yang berkompetitif berdasarkan analisis Shift Share antara lain
sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel
dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang tidak
memiliki kompetitif antara lain: sektor pertanian; sektor pertambangan
dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor jasa-jasa.
Berdasarkan dari hasil perhitungan ketiga analisis tersebut
menunjukkan bahwa yang merupakan sektor unggulan atau sektor yang
memiliki keunggulan komparatif dengan kriteria tergolong dalam sektor
maju dan tumbuh dengan pesat, sektor basis dan kompetitif, ada dua
sektor yaitu sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan.
127
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, penulis memiliki beberapa saran,
yaitu:
1. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Typology Klassen Sektoral,
sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang relatif
tertinggal. Sektor yang maju tapi tertekan adalah sektor pengangkutan
dan komunikasi, sedangkan sektor-sektor lain masuk kedalam sektor
maju dan tumbuh pesat, serta sektor potensial atau masih dapat
berkembang. Oleh sebab itu, diperlukan adanya kebijakan yang dapat
meningkatkan produk-produk dari sektor-sektor tersebut agar dapat
menjadi sektor yang maju dan tumbuh pesat di waktu yang akan datang.
Misalnya pada sektor pengangkutan dan komunikasi, kebijakan dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan transportasi umum,
membuat angkutan barang/penumpang bisa lebih cepat, tepat waktu,
dan lebih murah dengan banyak pilihan. Selain kedua sektor tersebut,
diperlukan juga kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan serta
mempertahankan produk-produk sektor-sektor lain.
2. Dari hasil analisis Location Quotient (LQ), ada beberapa sektor yang
masuk kedalam sektor basis sedangkan lainnya merupakan sektor non
basis. Diperlukan upaya untuk meningkatkan sektor-sektor non basis
sehingga dapat menjadi sektor basis. Kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan PDRB dapat berupa memanfaatkan sumber daya alam
yang ada, misalnya karena letak Kabupaten Purbalingga yang ada di
128
dekat Gunung Slamet yang masih aktif hingga sekarang sehingga
menjadikan daerah ini memiliki pemandangan serta potensi alam yang
lebih, misalnya Owabong dan Goa Lawa. Pemandangan dan potensi
alam tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga dapat
meningkatkan PDRB Kabupaten Purbalingga serta menjadi sektor-
sektor yang basis di masa yang akan datang.
3. Berdasarkan analisis Shift Share, sektor industri pengolahan; sektor
bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor-sektor
yang berkompetitif sedangkan sektor-sektor yang lain tidak memiliki
kompetitif. Diperlukan kebijakan-kebijakan yang tepat sehingga sektor-
sektor yang tidak memiliki kompetitif akan menjadi sektor yang
berkompetitif di masa yang akan datang. Kabupaten Purbalingga
terkenal dengan produksi rambut palsu/wig serta bulu matanya, oleh
karena itu diperlukan kebijakan khusus untuk selalu menjaga kualitas
dan kuantitas barang yang dihasilkan serta menurunkan biaya
pemasaran/biaya transportasi sehingga akan mampu berkompetitif
dengan daerah-daerah lainnya. Selain itu, masyarakatnya juga memiliki
ketrampilan khusus, misalnya pembuatan knalpot. Hal tersebut dapat
menjadikan nilai lebih untuk Kabupaten Purbalingga dalam
berkompetitif dengan daerah lainnya.
129
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. 2008. Ekonomi Archipelago. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arsyad, Lincolin. 1993. Pengantar Perencanaan Ekonomi. Jakarta: Media WidyaMandala.
Badan Pusat Statistik. 2010. Jawa Tengah dalam Angka 2010.
Badan Pusat Statistik. 2010. Purbalingga dalam Angka 2010.
Badan Pusat Statistik. 2012. Jawa Tengah dalam Angka 2012.
Badan Pusat Statistik. 2012. Purbalingga dalam Angka 2012.
Basuki, T. A, & Gayatri, U, 2009. “Penentu Sektor Unggulan dalamPembangunan Daerah : Studi Kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir”.Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol. 10, No. 1 April 2009, 34-50.
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.
Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir danLautan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Budi, Wawan S. 2010. “Analisis Potensi Sektor Unggulan Di Kabupaten SragenTahun 2004-2010”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas SebelasMaret. Dipublikasikan.
Dian Pratiwi. 2013. “Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah KotaMadiun DenganPendekatan Sektor Pembentuk PDRB”. Tesis FakultasEkonomi Universitas Merdeka. Dipublikasikan.
Effendi, Taufiq. 2012. “Analisis Potensi Sektor Unggulan Di Kabupaten BoyolaliTahun 2006-2010”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas SebelasMaret. Dipublikasikan.
Fachrurrazy. 2009. “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian WilayahKabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”.Tesis Program Pascasarjana USU. Dipublikasikan.
Glasson, John. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. (Terjemahan PaulSitohang). Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
130
Ishak, M, 2008. “Identifikasi Pergeseran Sektor Unggulan Kecamatan diKabupaten Tasikmalaya Jawa Barat Untuk Evaluasi KebijakanPertanian”. Jurnal Agrikultura Vol. 19, No. 3 Tahun 2008.
Jhingan, M. L. 1992. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. (Terjemahan D.Guritno). Jakarta: Rajawali.
Lincolin, Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan EkonomiDaerah. Yogyakarta: BPFE UGM.
Priyarsono, Sahara dan M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Jakarta: UniversitasTerbuka.
Purwaningsih. 2009. “Analisis Struktur Ekonomi dan Penentuan Sektor UnggulanKabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah”. Skripsi InstitutPertanian Bogor. Dipublikasikan.
Rachbini, Didik J. 2001. Pembangunan Ekonomi & Sumber Daya Manusia.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Richardson, Harry W. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional. (TerjemahanPaul Sitohang, Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Robinson, Tarigan. 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Jakarta: BumiAksara.
Siagian, Sondang P. 1984. Proses Pengelolaan Pembangunan Nasional. Jakarta:Gunung Agung.
Sirojuzilam. 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional, KetimpanganEkonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara,Daftar Pustaka Bangsa Press.
Setyawan, Joko. 2012. “Analisis Potensi Sektor Unggulan di KabupatenKaranganyar Tahun 2005-2010”. Skripsi Fakultas Ekonomi UniversitasSebelas Maret. Dipublikasikan.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan dasarKebijakan, Jakarta: LPFE-UI.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Suparno. 2008. “Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Dan Penentuan SektorEkonomi Unggulan Kawasan Sulawesi”. Skripsi Fakultas Ekonomi DanManajemen Institut Pertanian Bogor. Dipublikasikan.
Suryana. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
131
Tarigan, Robinson. 2003. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Jakarta: BumiAksara.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Jakarta: BumiAksara.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2000. Pembangunan Ekonomi Jilid 1.(Haris dan Puji Penerjemah). Erlangga, Jakarta.
Todaro, Michael P. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Uray Dian N. 2011. “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian KotaSingkawang Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk Produk DomestikRegional Bruto (PDRB)”. Skripsi Fakultas Ekonomi UniversitasTanjungpura. Dipublikasikan.
Wahyuni, R, 2013. “Analisis Identifikasi Sektor Unggulan di Provinsi Jawa TimurTahun 2010 : Pendekatan Input-Output”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,Vol. 1, No. 2 Semester Genap 2012/2013.
Wahyuningtyas, R, Rusgiyono, A, & Wilandari, Y, 2013. “Analisis SektorUnggulan Menggunakan Data PDRB : Studi Kasus BPS KabupatenKendal Tahun 2006-2010”. Jurnal Gaussian, Vol. 2, No. 3 Tahun 2013,219-228.
Wicaksono, I. A, 2011. “Analisis Location Quotient Sektor dan SubSektorPertanian pada Kecamatan di Kabupaten Purworejo”. Jurnal Mediagro,Vol. 7, No. 2 Tahun 2011, 11-18.
Yunmi, Zuhairan Y. 2009. “Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung(Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)”. Skripsi FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Seyarif Hidayatullah.Dipublikasikan.
132
Lampiran 1. Peta Kabupaten Purbalingga
133
Lampiran 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Di Kabupaten
Purbalingga Tahun 2007-2011 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 734.226,17 754.867,17 781.982,34 807.874,04 824.777,74
Pertambangan dan Penggalian 14.291,16 15.668,60 17.025,03 18.262,68 19.875,81
Industri Pengolahan 213.148,72 226.127,65 241.342,73 257.831,28 277.886,71
Listrik, Gas dan Air Bersih 13.852,81 14.612,36 15.254,86 16.423,57 17.251,39
Bangunan 170.640,06 183.500,89 197.642,60 211.341,46 229.134,17
Perdagangan, Hotel dan Restoran 393.105,08 412.741,51 440.212,70 467.661,59 506.087,52
Pengangkutan dan Komunikasi 115.079,98 122.657,51 130.268,95 138.087,04 146.335,20
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 128.218,47 136.328,20 146.302,90 154.213,75 165.831,61
Jasa-jasa 361.183,78 390.888,88 420.212,46 454.177,33 490.904,94
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2.143,746.23 2.257.392,77 2.390.244,57 2.525.872,73 2.678.085.09
*) Angka Diperbaiki
134
Lampiran 3. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Konstan Tahun 2000 Di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007-2011 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 31.862.697,60 33.484.068,44 34.101.148,13 34.955.957,64 35.421.522,97
Pertambangan dan Penggalian 1.782.886,65 1.851.189,43 1.952.866,70 2.091.257,42 2.193.964,23
Industri Pengolahan 50.870.785,69 53.158.962,88 57.444.185,45 61.390.101,24 65.528.810,98
Listrik, Gas dan Air Bersih 1.340.845,17 1.404.668,19 1.489.552,65 1.614.857,68 1.684.217,01
Bangunan 9.055.728,78 9.647.593,00 10.300.647,63 11.014598,60 11.712.447,46
Perdagangan, Hotel dan Restoran 33.898.013,93 35.626.196,01 37.766.356,61 40.055.356,39 43.072.198,15
Pengangkutan dan Komunikasi 8.052.597,04 8.657.881,95 9.192.949,90 9.805.500,11 10.645.260,49
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.767.341,21 6.218.053,97 6.701.533,13 7.038.128,91 7.503.725,18
Jasa-jasa 16.479.357,72 16.741.755,98 17.724.216,37 19.029722,65 20.464.202,99
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 159.110.253,79 166.790.369,85 176.673.456,57 186.995.480,64 198.226.349,46
135
Lampiran 4. Indeks PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Tahun 2000 = 100,00)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 123,36 126,82 131,38 135,73 138,57
Pertambangan dan Penggalian 155,86 170,88 185,68 199,18 216,77
Industri Pengolahan 141,85 150,48 160,61 171,58 184,93
Listrik, Gas dan Air Bersih 169,89 179,21 187,09 201,42 211,57
Bangunan 151,41 162,83 175,37 187,53 203,32
Perdagangan, Hotel dan Restoran 133,07 139,71 149,01 158,30 171,31
Pengangkutan dan Komunikasi 119,21 127,06 134,95 143,04 151,59
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 155,62 165,46 177,57 187,17 201,27
Jasa-jasa 141,30 152,92 164,39 177,68 192,05
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 133,53 140,61 148,88 157,33 166,81
136
Lampiran 5. Laju PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Purbalingga Tahun 2007-2011 (persen)
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Total Rata-rata
1 Pertanian 4.23 2.81 3.59 3.31 2.09 16.03 3.21
2 Pertambangan dan Penggalian 8.82 9.64 8.66 7.27 8.83 43.22 8.64
3 Industri Pengolahan 6.59 6.09 6.73 6.83 7.78 34.02 6.80
4 Listrik, Gas dan Air Minum 0.32 5.48 4.4 7.66 5.04 22.9 4.58
5 Bangunan 6.93 7.54 7.71 6.93 8.42 37.53 7.51
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.16 5 6.66 6.24 8.22 33.28 6.66
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.33 6.58 6.21 6 5.97 30.09 6.02
8Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan12.1 6.32 7.32 5.41 7.53 38.68 7.74
9 Jasa-jasa 7.06 8.22 7.5 8.08 8.09 38.95 7.79
PDRB 6.19 5.3 5.89 5.67 6.03 29.08 5.82
137
Lampiran 6. Laju PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2007-2011 (persen)
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Total Rata-rata
1 Pertanian 2.78 5.09 3.71 2.51 1.33 15.42 3.08
2 Pertambangan dan Penggalian 6.23 3.83 5.49 7.09 4.91 27.55 5.51
3 Industri Pengolahan 5.56 4.5 3.79 6.87 6.74 27.46 5.49
4 Listrik, Gas dan Air Minum 6.72 4.76 5.74 8.41 4.3 29.93 5.99
5 Bangunan 7.21 6.54 6.77 6.93 6.34 33.79 6.76
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.54 5.1 7.21 6.06 7.53 32.44 6.49
7 Pengangkutan dan Komunikasi 8.07 7.52 7.12 6.66 8.56 37.93 7.59
8Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan6.81 7.81 7.78 5.02 6.62 34.04 6.81
9 Jasa-jasa 6.71 7.66 5.05 7.37 7.54 34.33 6.87
PDRB 5.59 5.46 5.14 5.84 6.01 28.04 5.61
138
Lampiran 7. Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten
Purbalingga Tahun 2007-2011 (persen)
No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Total Rata-rata
1 Pertanian 34.25 33.44 32.72 31.98 30.8 163.19 32.638
2 Pertambangan dan Penggalian 0.67 0.69 0.71 0.72 0.74 3.53 0.706
3 Industri Pengolahan 9.94 10.02 10.09 10.21 10.38 50.64 10.128
4 Listrik, Gas dan Air Minum 0.65 0.65 0.64 0.65 0.64 3.23 0.646
5 Bangunan 7.96 8.13 8.27 8.37 8.56 41.29 8.258
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18.34 18.28 18.42 18.51 18.9 92.45 18.49
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.37 5.43 5.45 5.47 5.46 27.18 5.436
8Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan5.98 6.04 6.12 6.11 6.19 30.44 6.088
9 Jasa-jasa 16.85 17.32 17.58 17.98 18.33 88.06 17.612
PDRB 100 100 100 100 100 500 100
139
Lampiran 8. Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2007-2011 (persen)
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Total Rata-rata
1 Pertanian 20.03 19.96 19.31 18.69 17.87 95.86 19.17
2 Pertambangan dan Penggalian 1.12 1.1 1.11 1.12 1.11 5.56 1.11
3 Industri Pengolahan 31.97 31.68 32.51 32.83 33.06 162.05 32.41
4 Listrik, Gas dan Air Minum 0.84 0.84 0.84 0.86 0.85 4.23 0.85
5 Bangunan 5.69 5.75 5.83 5.89 5.91 29.07 5.81
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 21.3 21.23 21.38 21.42 21.73 107.06 21.41
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.06 5.16 5.2 5.24 5.37 26.03 5.21
8Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan3.62 3.71 3.79 3.76 3.79 18.67 3.73
9 Jasa-jasa 10.36 10.57 10.03 10.18 10.32 51.46 10.29
PDRB 100 100 100 100 100 500.00 100.00
140
Lampiran 9. Perhitungan Analisis Tipology Klassen SektoralPDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011
No. Sektor
Purbalingga Jawa Tengah
Rata-rata
Pertumbuhan
(Si)
Rata-rata
Kontribusi
(Ski)
Rata-rata
Pertumbuhan
(S)
Rata-rata
Kontribusi
(Sk)
1 Pertanian 3,21 32,64 3,08 19,17
2Pertambangan dan
Penggalian8,64 0,71 5,51 1,11
3 Industri Pengolahan 6,80 10,13 5,49 32,41
4 Listrik dan Air Minum 4,58 0,65 5,99 0,85
5 Bangunan 7,51 8,26 6,76 5,81
6Perdagangan, Hotel dan
Restoran6,66 18,49 6,49 21,41
7Pengangkutan dan
Komunikasi6,02 5,44 7,59 5,21
8Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan7,74 6,09 6,81 3,73
9 Jasa-jasa 7,79 17,61 6,87 10,29
PDRB 5,82 100,00 5,61 100,00
Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten PurbalinggaTahun 2007-2011 BerdasarkanTipologi Klassen Sektoral
Kuadran I Kuadran II
Sektor yang maju dan tumbuh pesat
(developed sector)
si > s dan ski > sk
Sektor maju tapi tertekan
(stagnant sector)
si < s dan ski > sk
- Sektor Pertanian
Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi
- Sektor Bangunan
- Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
- Sektor Jasa-jasa
Kuadran III Kuadran IV
Sektor potensial atau masih dapat berkembang
(developing sector)
si > s dan ski < sk
Sektor Relatif Tertinggal
(underdeveloped sector)
si < s dan ski < sk- Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Listrik, Gas dan Air
Minum- Sektor Industri Pengolahan
- Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
141
Lampiran 10. Perhitungan Analisis Location Quotient PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011
No. Lapangan UsahaKabupaten Purbalingga (xi)
2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 29,764.35 20,641.00 27,115.17 25,891.70 16,903.70
2 Pertambangan dan Penggalian 1,158.02 1,377.44 1,356.43 1,237.65 1,613.13
3 Industri Pengolahan 13,181.69 12,978.93 15,215.08 16,488.55 20,055.43
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 44.74 759.55 642.50 1,168.71 827.82
5 Bangunan 11,060.16 12,860.83 14,141.71 13,698.86 17,792.71
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 26,257.05 19,636.43 27,471.19 27,448.89 38,425.93
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,828.34 7,577.53 7,611.44 7,818.09 8,248.16
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 13,838.74 8,109.73 9,974.70 7,910.85 11,617.86
9 Jasa-jasa 23,805.04 29,705.10 29,323.58 33,964.87 36,727.61
PDRB 124,938.13 113,646.54 132,851.80 135,628.17 152,212.35
142
No. Lapangan UsahaProvinsi Jawa Tengah (Xi)
2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian29,764.35 20,641.00 27,115.17 25,891.70 16,903.70
2 Pertambangan dan Penggalian1,158.02 1,377.44 1,356.43 1,237.65 1,613.13
3 Industri Pengolahan13,181.69 12,978.93 15,215.08 16,488.55 20,055.43
4 Listrik, Gas dan Air Bersih44.74 759.55 642.50 1,168.71 827.82
5 Bangunan11,060.16 12,860.83 14,141.71 13,698.86 17,792.71
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran26,257.05 19,636.43 27,471.19 27,448.89 38,425.93
7 Pengangkutan dan Komunikasi5,828.34 7,577.53 7,611.44 7,818.09 8,248.16
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan13,838.74 8,109.73 9,974.70 7,910.85 11,617.86
9 Jasa-jasa23,805.04 29,705.10 29,323.58 33,964.87 36,727.61
PDRB 124,938.13 113,646.54 132,851.80 135,628.17 152,212.35
143
No. SektorTahun (Xi) LQ
Rata-rata2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 2.3332 0.8603 3.2689 2.3052 2.6790 2.2893
2 Pertambangan dan Penggalian 0.7469 1.3628 0.9924 0.6806 1.1589 0.9883
3 Industri Pengolahan 0.3316 0.3833 0.2641 0.3180 0.3575 0.3309
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.0358 0.8042 0.5631 0.7098 0.8806 0.5987
5 Bangunan 1.2247 1.4684 1.6109 1.4603 1.8812 1.5291
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.8509 0.7679 0.9549 0.9126 0.9398 0.8852
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.6541 0.8460 1.0582 0.9713 0.7247 0.8509
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.5385 1.2160 1.5348 1.7887 1.8411 1.7838
9 Jasa-jasa 1.5486 7.6504 2.2204 1.9800 1.8891 3.0577
Rumus: =) ⁄ )
) ⁄ )
xi = nilai tambah sektor i Kabupaten Purbalingga
PDRB = PDRB Kabupaten Purbalingga
Xi = nilai tambah sektor i Jateng
PNB = PDRB Jateng
Lampiran 11. Perhitungan Analisis Shift Share PDRB Kabupaten
Purbalingga Tahun 2007-2011
Sektor
Jawa Tengah Purbalingga
2007
−,,
2011
,,
2007
−,,
2011
,,
Pertanian 31.862.697,60 35.421.522,97 734.226,17 824.777,74
Pertambangan dan
Penggalian1.782.886,65 2.193.964,23 14.291,16 19.875,81
Industri Pengolahan 50.870.785,69 65.528.810,98 213.148,72 277.886,71
Listrik, Gas dan Air Bersih 1.340.845,17 1.684.217,01 13.852,81 17.251,39
Bangunan 9.055.728,78 11.712.447,46 170.640,06 229.134,17
Perdagangan, Hotel dan
Restoran33.898.013,93 43.072.198,15 393.105,08 506.087,52
Pengangkutan dan
Komunikasi8.052.597,04 10.645.260,49 115.079,98 146.335,20
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan5.767.341,21 7.503.725,18 128.218,47 165.831,61
Jasa-jasa 16.479.357,72 20.464.202,99 361.183,78 490.904,94
PDRB 15.110.253,79 198.226.349,46 2.143.746,23 2.678.085,09
Perhitungan National Share (Ns)
Sektorܧ ,ݎ −ݐ,
(a)
ܧ ݐ,
ܧ −ݐ, (b)
(c)
(a) x (b)
National Share
(c) - (a)
Pertanian 734.226,17 1,2458 914.730,32 180.504,15
Pertambangan dan Penggalian 14.291,16 1,2458 17.804,54 3.513,38
Industri Pengolahan 213.148,72 1,2458 265.549,78 52.401,06
Listrik, Gas dan Air Bersih 13.852,81 1,2458 17.258,42 3.405,61
Bangunan 170.640,06 1,2458 212.590,67 41.950,61
Perdagangan, Hotel dan
Restoran393.105,08 1,2458 489.747,10 96.642,02
Pengangkutan dan
Komunikasi115.079,98 1,2458 143.371,55 28.291,57
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan128.218,47 1,2458 159.740,05 31.521,58
Jasa-jasa 361.183,78 1,2458 449.978,18 88.794,40
JUMLAH 2.143.746,23 11,2126 2.670.770,61 527.024,38
Perhitungan Proportional Shift (P)
Sektorܧ ,ݎ −ݐ,
(a)
ܧ , ݐ,
ܧ , −ݐ, (b)
ܧ ݐ,
ܧ −ݐ, (c)
(d)
(b) - (c)
Proportional
Share
(a) x (d)
Pertanian 734.226,17 1,1117 1,2458 -0,1342 -98.496,57
Pertambangan dan
Penggalian14.291,16 1,2306 1,2458 -0,0153 -218,29
Industri Pengolahan 213.148,72 1,2881 1,2458 0,0423 9.016,10
Listrik, Gas dan Air
Bersih13.852,81 1,2561 1,2458 0,0102 141,90
Bangunan 170.640,06 1,2934 1,2458 0,0475 8.110,80
Perdagangan, Hotel
dan Restoran393.105,08 1,2706 1,2458 0,0248 9.748,24
Pengangkutan dan
Komunikasi115.079,98 1,3220 1,2458 0,0761 8.760,28
Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
128.218,47 1,3011 1,2458 0,0552 7.081,39
Jasa-jasa 361.183,78 1,2418 1,2458 -0,0040 -1.457,17
JUMLAH 2.143.746,23 11,3154 11,2126 0,1028 -57.313,30
Perhitungan Differential Shift (D)
Sektorܧ ,ݎ ݐ,
(a)
ܧ , ݐ,
ܧ , −ݐ, (b)
ܧ ,ݎ −ݐ,
(c)
(d)
(b) x (c)
Differential
Shift
(a) - (d)
Pertanian 824.777,74 1,2458 734.226,17 914.730,32 -89.952,58
Pertambangan dan
Penggalian19.875,81 1,2458 14.291,16 17.804,54 2.071,27
Industri
Pengolahan277.886,71 1,2458 213.148,72 265.549,78 12.336,93
Listrik, Gas dan
Air Bersih17.251,39 1,2458 13.852,81 17.258,42 -7,03
Bangunan 229.134,17 1,2458 170.640,06 212.590,67 16.543,50
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
506.087,52 1,2458 393.105,08 489.747,10 16.340,42
Pengangkutan dan
Komunikasi146.335,20 1,2458 115.079,98 143.371,55 2.963,65
Keuangan,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan
165.831,61 1,2458 128.218,47 159.740,05 6.091,56
Jasa-jasa 490.904,94 1,2458 361.183,78 449.978,18 40.926,76
JUMLAH 2.678.085,09 11,2126 2.143.746,23 2.670.770,61 7.314,48
Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Kabupaten Purbalingga Tahun 2007 dan 2011
No. SektorNational
Share (NS)
Proportional
Shift (P)
Differential
Shift (D)Total (∆Y)
1 Pertanian 180,504.15 -98,496.57 -89,952.58 -7,945.00
2Pertambangan dan
Penggalian3,513.38 -218.29 2,071.27 5,366.36
3 Industri Pengolahan 52,401.06 9,016.10 12,336.93 73,754.09
4Listrik, Gas dan Air
Minum3,405.61 141.90 -7.03 3,540.48
5 Bangunan 41,950.61 8,110.80 16,543.50 66,604.91
6Perdagangan, Hotel dan
Restoran96,642.02 9,748.24 16,340.42 122,730.68
7Pengangkutan dan
Komunikasi28,291.57 8,760.28 2,963.65 40,015.50
8Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan31,521.58 7,081.39 6,091.56 44,694.53
9 Jasa-jasa 88,794.40 -1,457.17 40,926.76 128,263.99
JUMLAH 527,024.38 - 57,313.30 7,314.48 477,025.56