analisis pengaruh dana alokasi umum (dau) dan dana alokasi …
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENGARUH DANA ALOKASI UMUM
(DAU) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
TERHADAP BELANJA LANGSUNG
PEMERINTAH KABUPATEN
SIMEULUE
SKRIPSI
OLEH :
MUSKARIA ADAMI
NIM :10C20101110
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2016
ii
ANALISIS PENGARUH DANA ALOKASI UMUM
(DAU) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
TERHADAP BELANJA LANGSUNG
PEMERINTAH KABUPATEN
SIMEULUE
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Teuku Umar Meulaboh
Oleh :
MUSKARIA ADAMI
NIM :10C20101110
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2016
iii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS EKONOMI MEULABOH-ACEH BARAT
Website : www.utu.ac.id Email: fekon [email protected] Telp. (0655) 7018513 Kode Pos 23615
Meulaboh, 10 Februari 2016
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Jenjang : S1 Ekonomi
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi saudara :
Nama : MUSKARIA ADAMI
Nim : 10C20101110
Dengan judul :
Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja
Langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue
Yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh
gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
Meulaboh.
Mengesahkan :
Pembimbing Utama
Pembimbing Kedua
Drs. Moenawar IHA, MM
NIDN: 01-1206-5202
TM. Haiqal, SE.M.Si
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. Ishak Hasan, M.Si
NIDN.00-0312-6416
Ketua Program Studi
Fakultas Ekonomi
Yasrizal. S.Pd, M.Si,
NIDN.0005028802
iv
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS EKONOMI MEULABOH-ACEH BARAT
Website : www.utu.ac.id Email: fekon [email protected] Telp. (0655) 7018513 Kode Pos 23615
Meulaboh, 10 Februari 2016
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Jenjang : S1 Ekonomi
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi saudara :
Nama : MUSKARIA ADAMI
Nim : 10C20101110
Dengan judul :
Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja
Langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue
Yang telah dipertahankan di depan Komisi Ujian pada Tanggal 10 Februari 2016
Mengetahui
Komisi Ujian :
Tanda Tangan
Ketua : Dr. Ishak Hasan, M.Si …….....………………...........
Sekretaris : Drs. Moenawar, IHA., MM ………………………………
Anggota : TM. Haiqal, SE., M.Si …………………………........
Anggota : Zainal Putra,, SE, M.Si ……………………………....
Mengetahui :
Ketua Program Studi
Fakultas Ekonomi
Yasrizal. S.Pd, M.Si,
NIDN.0005028802
v
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MUSKARIA ADAMI
Nim : 10C20101110
Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi adalah hasil
karya saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau satu kesatuan yang utuh dari
skripsi, tesis, disertasi, buku atau bentuk lain yang saya kutip dari orang lain tanpa
saya sebutkan sumbernya yang dapat di pandang sebagai tindakan penjiplakan.
Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat reproduksi karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang dijadikan seolah-olah
karya asli saya sendiri. Apabila ternyata dalam skripsi saya terdapat bagian-bagian
yang memenuhi unsur penjiplakan, maka saya menyatakan kesediaan untuk
dibatalkan sebahagian atau seluruh hak gelar kesarjanaan saya.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat di
pergunakan seperlunya.
Meulaboh, 10 Februari 2016
Saya yang membuat pernyataan,
Nama : Muskaria Adami
Nim : 10C20101110
Materai 6000
vi
PERSEMBAHAN
vii
MOTO
viii
RIWAYAT HIDUP
ix
ABSTRAK
Muskaria Adami. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten
Simeulue. Di Bawah Bimbingan Moenawar IHA dan TM. Haiqal.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) terhadap
belanja langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue”.
Penelitian ini dilaksanakan di Beberapa Instansi Pemerintah Daerah
Kabupaten Simeulue diantaranya adalah Dinas Pengelola Keuangan dan
Kekayaan Daerah (DPKKD), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA), dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Simeulue. Pelaksanaan
penelitian dimulai pada Bulan Juni 2015 sampai dengan selesai.
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian yang telah penulis lakukan, penulis
telah dapat mengetahui dapat pengaruh antara Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus terhadap Belanja Langsung di Kabupaten Simeulue. Hal ini
dibuktikan hasil analisis terhadap variable bebas yakni dengan nilai Dana Alokasi
Umum 5,333; Dana Alokasi Khusus 2,532. Sehingga dapat diartikan bahwa Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja
Langsung. Dengan demikian, hal ini juga menandakan bahwa hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Kata Kunci : Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja
Langsung.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas kuasanya yang
telah memberikan nikmat sehat dan lapang kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beriring salam penulis sanjungsajikan
kepada baginda Rasulullah SAW ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulisan Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah
Kabupaten Simeulue” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat agar
dapat menyelesaikan studi dan meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi di Universitas Teuku Umar.
Dalam kesempatan ini pula penulis dengan kerendahan hati yang amat
dalam dan ketulusan hati ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih terutama kepada :
1. Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dengan penuh cinta penulis
persembahkan untuk ayahanda Kamidin dan Ibunda Tercinta Musawani serta
Kakak (Yeni Mulyana) dan Abang (Musliadin) adik-adikku Andika Syahputra,
Wandri Ikhwansyah, dan Rusdial Ma’adani yang telah memberikan segala
bentuk pengorbanan, nasehat, kasih sayang tiada batas dan doa tulusnya demi
keberhasilan penulis.
2. Bapak Drs. Moenawar IHA, MM, dan Bapak TM. Haiqal, SE., M.Si, selaku
Dosen Pembimbing yang begitu penulis sanjung dan banggakan yang telah
xi
menjadi orang tua kedua yang membimbing memberi arahan, memotivasi, dan
bersedia meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si, selaku Dekan Fakltas Ekonomi Pembangunan
Universitas Teuku Umar di Meulaboh.
4. Bapak Yasrizal. S.Pd, M.Si, dan Bapak Fajri Hadi, SE, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Teuku Umar.
5. Dan seterusnya yang dianggap perlu dan patut menyampaikan penghargaan dan
terima kasih.
Dan akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik
langsung maupun tidak langsung yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu. Semoga amal kebaikan dan keikhlasan ini mendapat balasan dari Allah
SWT. dengan kebaikan yang berlipat ganda dan mudah-mudahan ini ada
manfaatnya. Amiin Ya Rabbal Alamiin.
Meulaboh, Februari 2016
Penulis,
(Muskaria Adami)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN TUJUAN ....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iv
PERNYATAAN ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
MOTO ................................................................................................................. vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 6
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................. 6
1.5 Sistematika Pembahasan ........................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belanja Daerah ....................................................................................... 8
2.2 Dana Perimbangan ................................................................................. 9
2.3 Pendapatan Asli Daerah ......................................................................... 18
2.4 Dana Alokasi Umum .............................................................................. 31
2.5 Dana Alokasi Khusus ............................................................................. 32
2.6 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ........................................... 33
2.7 Perumusan Hipotesis .............................................................................. 35
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 36
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 36
3.3 Sumber Data dan jenis data .................................................................... 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 37
3.5 Model Analisa Data ................................................................................ 39
3.6 Definisi Operasional ............................................................................... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Daerah Penelitian ........................................................................ 42
4.2 Pengujian Data ........................................................................................ 45
4.3 Analisis Kuantitatif ................................................................................. 46
xiii
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................................ 52
5.2 Saran ........................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... 55
xiv
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Jenis Pengeluaran dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten
Simeulue Tahun 2014…………………………………………….
4
2. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simeulue Tahun
Anggaran 2013……………………………………………………
30
3. Uji Normalitas…………………………………………………..... 40
4. Jumlah Kecamatan, Gampong dan Dusun yang Terdapat di
Kabupaten Simeulue Tahun 2015………………………………...
43
5. Realisasi Dana Alokasi Umum 10 Tahun Terakhir ……………... 43
6. Realisasi Dana Alokasi Khusus 10 Tahun Terakhir …………….. 44
7. Realisasi Total dari Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus 10 Tahun Terakhir……………………………………….
44
8. Realisasi Belanja Langsung 10 Tahun Terakhir ………………… 45
9. TESTS OF NORMALITY………………………………………. 46
10. Analisis Regresi………………………………………………….. 46
11. Pengujian Koefisien Regresi dengan Uji R2................................... 47
12. Hasil Pengujian Koefisien Regresi dengan Uji F (simultan) 48
13. Pengujian Koefisien Regresi Dengan Uji F……………………… 49
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Output Kolmogorov Smirnov Descrivtives…………………... 55
2. Tests Of Normality…………………………………................ 55
3. Data 10 Tahun Terakhir Tentang Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Belanja
Langsung………………………………………………………
56
4. Surat Keterangan dari BPS Simeulue………………………… 57
5. Surat Keterangan dari BPKKD Simeulue……………………. 58
6. Surat Keterangan dari BAPPEDA Simeulue…………………. 59
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
tidak dapat lepas dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom daerah
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan
masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Otonomi daerah adalah hasil dari
kebijakan desentralisasi dan demokratisasi. Hal ini harus dipahami sebagai sebuah
proses untuk membuka ruang bagi lahirnya pemerintahan daerah yang dipilih
secara demokratisasi, memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan
pemerintah yang responsif terhadap kepentingan masyarakat luas dan memelihara
suatu pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggungjawaban publik
(Koswara 2001, h.35).
Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah, yang mulai
dilaksanakan secara efektif tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang
dipandang secara demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintahan
yang sesungguhnya (Suparmoko 2002, h.65).
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana
perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), dan bagian dari Dana Bagi Hasil (DBH) yang terdiri dari pajak dan
sumber daya alam. Di samping dana perimbangan tersebut, pemerintah daerah
1
2
mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD),
pembiayaan, dan Iain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana
tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Seharusnya dana transfer dari
pemerintah pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh pemerintah
daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan
dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel. Pemerintah
dalam perkembangannya memberikan dana perimbangan untuk mengatasi
persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan pendanaan daerah yang
cukup besar. Salah satu komponen dana perimbangan tersebut adalah dana alokasi
umum (Undang-Undang RI, 2004).
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Berkaitan dengan perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah,
adanya konsekuensi penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBN
dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang secara leluasa dapat
menggunakan dana ini untuk memberikan pelayanan lebih baik kepada
masyarakat (Halim dan Theresia 2007, h.45).
Pendapatan Asli Daerah merupakan cermin kemandirian suatu daerah dan
penerimaan murni daerah yang merupakan modal utama bagi daerah dalam
membiayai pemerintahan dan pembangunan di daerahnya. Dalam menjalankan
otonomi daerah kabupaten/kota di X dituntut untuk mampu meningkatkan PAD
3
yang merupakan tolak ukur terpenting bagi kemampuan daerah dalam
menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah (Mardiasmo dan Akhmad
2000, h.34).
Provinsi Aceh merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang
berada di Wilayah Barat Indoneia. Aceh merupakan salah satu provinsi yang
mendapatkan status otonomi khusus yang dikarenakan sejarah terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi Aceh yang membawahi beberapa
kabupaten kota di Aceh memiliki kebijakan yang telah diatur dalam undang-
undang maupun peraturan daerah yang menangani terkait kebijakan di daerah baik
APBD maupun terkait dengan Dana Alokasi khusus dan Dana Alokasi Umum
serta dana perimbangan yang diberikan kepada Daerah Kabupaten yang ada di
Aceh.
Kabupaten Simeulue Merupakan salah satu kabupaten yang berada di
wilayah Provinsi Aceh. Kabupaten berdiri sejak Tahun 2002 sampai dengan
sekarang. Dana Alokasi Umum per Tahunnya adalah sebesar
Rp.345.242.688.000.00. Sedangkan Dana Alokasi Khususnya adalah sebesar
Rp.69.202.430.000.00. Potensi laut dan sumber daya alam lainnya yang dimiliki
oleh Kabupaten terluar Aceh ini menunjukkan eksistensinya sebagai kabupaten
yang terbilang masih muda (BPS, Simeulue 2014 diakses Desember 2014).
Di samping potensi laut, Kabupaten Simeulue juga memiliki potensi di
bidang pertanian dan perkebunan, sehingga secara Pendapatan Asli Daerah untuk
menopang APBD di wilayah ini perlu ditingkatkan lagi, namun demikian, perlu
4
adanya perhatian khusus terkait dengan Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi
Umum untuk melanjutkan kesinambungan.
Realisasi belanja daerah Pemerintah Kabupaten Simeulue berjumlah
Rp.471.687.594.568,00 yang terdiri atas pada belanja tidak langsung (belanja
pegawai, belanja bunga, belanja hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan ke
provinsi atau pemerintah kabupaten / kota / desa, dan belanja tak terduga) sebesar
Rp.223.296.532.017,00. Sedangkan belanja langsung (belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, dan belanja modal) sebesar Rp.248.391.142.551,00. Secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel. 1.
Jenis Pengeluaran dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Simeulue
Tahun 2014.
Jenis Pengeluaran Realisasi
Belanja Daerah 471.678.594.568.00
Belanja Tidak Langsung 223.296.352.017.00
A. Belanja Pegawai 200.334.159.879.00
B. Belanja Bunga 899.497.160.00
C. Belanja Hibah 13.176.690.000.00
D. Belanja Bantuan Sosial 4.227.000.000.00
E. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi /
Kabupaten / Kota dan Pemerintahan Desa
4.129.977.978.00
F. Belanja Tak Terduga 529.027.000.00
Belanja Langsung 248.391.242.551.00
A. Belanja Pegawai 60.084.124.182.00
B. Belanja Barang dan Jasa 105.111.917.591.00
C. Belanja Modal 83.195.200.778.00
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah
Kabupaten Simeulue.
5
Berdasarkan penjelasan pada uraian di atas, maka penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah
Kabupaten Simeulue”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahannya, yaitu :
1. Bagaimanakah pengaruh dana alokasi umum (DAU) terhadap belanja
langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue?
2. Bagaimanakah pengaruh dana alokasi khusus (DAK) terhadap belanja
langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh dana alokasi umum (DAU) terhadap belanja
langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue.
2. Untuk mengetahui pengaruh dana alokasi khusus (DAK) terhadap belanja
langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue.
1.4 Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut.
6
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Penulis
Dapat dijadikan sebagai wahana bagi peneliti dalam penerapan dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta wawasan yang dimiliki dengan kenyataan
yang ada di lapangan.
2. Lingkungan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber referensi dan
bacaan bagi Mahasiswa Universitas Teuku Umar, khususnya Mahasiswa Program
Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berisikan
tentang Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain, yang akan melakukan penelitian
berkaitan dengan penelitian ini.
1.5 Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah pada Bagian
Pertama pendahuluan yang berisi tentang pokok – pokok pembahasan mengenai
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, serta
sistematika pembahasan.
Bagian Kedua Tinjauan Pustaka meliputi belanja daerah, Dana Alokasi
Umum, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus. Perumusan Hipotesis.
7
Bagian Ketiga Metode Penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel,
sumber dan teknik pengumpulan data, model analisis data, serta definisi
operasional variabel.
Bagian Keempat merupakan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri
dari Hasil Penelitian dan Pembahasan dari kegiatan penelitian yang telah
dilakukan.
Bagian Kelima merupakan Kesimpulan dan Saran yang terdiri dari
kesimpulan hasil penelitian dan saran bagi beberapa pihak.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belanja Daerah
Menurut Kepmendagri No. 29 Tahun 2002, belanja daerah adalah semua
kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan kekayaan bersih dalam
periode tahun anggaran bersangkutan (Kemendagri 2002, h.4).
Dalam Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa belanja
daerah dilaksanakan untuk mendanai urusan pemerintah yang menjadi
kewenangan daerah, sedangkan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat didanai dan dari atas beban APBN (Undang-Undang RI, 2004).
Belanja daerah menurut kelompok belanja berdasarkan Permendagri 13/
2006 terbagi atas : di dalam struktur Belanja Langsung (BL) dan Belanja Tidak
Langsung (BTL) terdapat apa yang di namakan dengan Belanja Pegawai.
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak lagsung adalah merupakan belanja yang dianggarkan
tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, antara
lain ; belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.
Ada juga yang menyatakan bahwa belanja tidak langsung adalah
belanja yang tidak secara langsung terkait dengan produktivitas atau tujuan
organisasi. Contohnya Belanja Pegawai : Gaji.
8
9
2. Belanja Langsung
Belanja langsung adalah merupakan belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, antara lain ;
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.
Selanjutnya belanja langsung : Belanja yang terkait langsung dengan
produktivitas kegiatan atau terkait langsung dengan tujuan organisasi.
Contohnya Belanja Pegawai : Honor : merupakan sesuatu yang harus
dibayarkan oleh pemerintah kepada pegawai, tetapi apabila pegawai tidak
melakukan pekerjaan maka upah tidak akan dibayarkan. (dia bekerja/
produktivitas dan berkaitan dengan tujuan oraganisasi).
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja Daerah
dihitung menggunakan rumus :
BD = BTL + BL
Keterangan :
BD = Belanja Daerah
BTL = Belanja tidak langsung
BL = Belanja langsung
2.2 Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terbagi dari dana bagi hasil
pajak, dana bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan
dana perimbangan dari propinsi. Namun pada Tahun 2007 dan Tahun 2008 dana
10
perimbangan dari propinsi tersebut masuk ke dalam sumber penerimaan
daerah lainnya (Undang – Undang No. 33 Tahun 2004).
Sumber dana perimbangan terdiri dari :
1. Bagi Hasil Pajak
2. Bagi Hasil Bukan Pajak
3. Dana Alokasi Umum (DAU)
4. Dana Alokasi Khusus (DAK)
1. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah, atau dalam arti yang
sempit sering disebut sebagai perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan
salah satu bentuk dari sekian bentuk hubungan antara pemerintah pusat dan
daerah. Hubungan ini timbul karena adanya penyelenggaraan pemerintahan
didaerah pada hakekatnya selalu berpegang teguh pada asas desentralisasi,
dekonsentralisasi dan tugas pembantuan yang pada prinsipnya diatur dan
dikendalikan oleh pemerintah pusat. Berdasarkan ketiga asas tersebut, hubungan
pemerintah pusat dan daerah dalam bidang keuangan memerlukan aturan yang
jelas dan pengolahannya harus transparan. Menurut Kavanagh sebagaimana
dikutip oleh SH Surandajang dalam bukunya “Arus Balik kekuasaan Pusat ke
Daerah” mengemukakan ada dua model utama dalam hubungan pemerintah pusat
dan daerah yakni egency model dan partnership model. Agency model, pemerintah
daerah semata-mata dianggap sebagai pelaksana oleh pemerintah pusat.
Kewenangan pemerintah daerah sangat terbatas, seluruhnya kebijakan ditetapkan
oleh pemerintah pusat tanpa perlu mengikutsertakan pemerintah daerah dalam
11
perumusannya. Partnership model, pemerintah daerah memiliki tingkat
kewenangan yang besar untuk melakukan pemilijan kebijakan ditingkat
daerahnya. Disini pemerintah daerah tidak lagi sebagai pelaksana semata tetapi
dianggap sebagai mitra kerja. Namun tetaplah daerah tidak setara dengan tingkat
pusat.
Elmi (2002, h.54), juga memberikan beberapa penjelasan mengenai tujuan
ideal adanya kebijakan pembentukan dana perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yaitu dalam rangka pemberdayaan
(empowerment) masyarakat dan pemerintah daerah yang selama ini tertinggal
dibidang pembangunan.
Menyadari akan pentingnya keharmonisan hubungan antara pusat dan
daerah ini, selanjutnya pemerintah menerbitkan Undang-undang No. 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Pada pasal 1 Undang-undang ini menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
adalah suatu sistem keuangan pemerintahan dalam Negara kesatuan, yang
mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
secara proporsional, demokratis, adil, transparan dengan memperhatikan potensi,
kondisi dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban, pembagian keweangan
dan tanggungjawab serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut.
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah menurut Elmi (2002, h.55), juga
mengungkapkan bahwa dengan adanya kebijakan yang mengatur mengenai
perimbangan keuangan lebih adil dan rasional. Artin.ya bagi daerah-daerah yang
12
memiliki kekayaan sumber daya alam akan memperoleh bagian pendapatan
dengan jumlah yang lebih besar sedangkan daerah-daerah lainnya akan
mengutamakan bagian dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK). Hal ini sesuai dengan pasal 10 ayat 1 Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004 yang menjelaskan dana perimbangan terdiri atas :
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
Mardiasmo (2002, h.141), memberikan perincian bahwa pembagian dana
perimbangan antara pusat dan pemerintah daerah sumber pendapatannya berasal
dari :
1. Penerimaan dari Pajak dan Bukan Pajak. Penerimaan dari pajak hanya
diperoleh dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta pungutan dan bea
perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Selanjutnya penerimaan
bukan pajak adalah penerimaan yang berkaitan dengan eksploitasi sumber daya
alam, seperti sumber daya hutan, pertambangan umum, perikanan, dan
khususnya pengambilan minyak bumi dan gas.
2. Dana Alokasi umum. Dana Alokasi umum yang berasal dari Pemerintah Pusat
yang sebelumnya dinamakan dana subsidi.
3. Dana Alokasi khusus. Dana Alokasi Khusus berasal dari APBN dan
dialokasikan ke Kabupaten/Kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang
bersifat khusus, tertanggung pada tersedianya dana dalam APBN.
13
a. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 160 tentang
Pemerintahan Daerah menyebutkan Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak
terdiri atas :
1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor pedesaan, perkotaan, perkebunan,
pertambangan serta kelautan.
2) Bea perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) sektor pedesaan,
perkotaan, perkebunan, pertambangan serta kelautan.
3) Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21, pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang
pribadi dalam Negeri.
Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam terdiri atas :
1. Penerimaan kehutanan yang berasal dari iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH),
Provinsi sumber daya hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi yang dihasilkan dari
wilayah daerah yang bersangkutan.
2. Penerimaan pertambangan umum yang berasal dari penerimaan iuran tetap dan
penerimaan iuran eksploitasi dan iuran ekspoitasi yang dihasilkan dari wilayah
daerah yang bersangkutan
3. Penerimaan perikanan yang diterima secara nasional yang dihasilkan dan
penerimaan pungutan pengusahaan perikanan dan penerimaan pungutan hasil
perikanan.
4. Penerimaan pertambangan minyak yang dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan.
14
5. Penerimaan pertambangan gas yang dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan.
6. Penerimaan pertambangan panas bumi yang berasal dari penerimaan setoran
bagian pemerintah, iuran produksi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan.
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN
yang dialokasikan kepada daerah dalam bentuk block grant yang pemanfaatannya
diserahkan sepenuhnya kepada daerah. Sehingga dengan demikian daerah mampu
mengelola kebutuhan masyarakatnya secara umum.
Dana Alokasi Umum, dana yang berasal dari APBN untuk dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. (Ahmad
Yani 2002, h.110).
Dana Alokasi umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan
daerah. Termasuk didalam penertian tersebut adalah jaminan kesinambungan
penyelenggaraan pemerintah daerah diseluruh daerah dalam rangka penyediaan
pelayanan dasar kepada masyarakat, dan merupakan satu kesatuan dengan
penerimaan umum APBD. (Dedy dan Dadang 2002, h.183).
Sedangkan Dana Alokasi Umum menurut Rahardjo (2011, h.96),
Pendanaan Pemerintah Daerah) yaitu sebagai pengganti dan transfer utama dari
pusat kepada daerah yang selama ini ada yakni Subsidi Daerah Otonom (SDO)
dan Instruksi Presiden (Inpes).
15
Dari pengertian dan tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi
Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan untuk
provinsi dan kabupaten/kota dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan
antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan
potensi daerah.
DAU disalurkan dengan cara pemindahan dari rekening kas umum Negara
ke rekening kas umum daerah. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan
masing-masing sebesar 1/12 dari Alokasi DAU daerah yang bersangkutan yang
diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia.
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari Dana
Perimbangan sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
DAK dapat dialokasikan dari APBN kepada Daerah tertentu untuk
membiayai dana dalam APBN, yang dimaksud sebagai daerah tertentu adalah
daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus. Pengalokasian
16
DAK memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN berarti bahwa besaran DAK
tidak dapat dipastikan setiap tahun.
DAK bertujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan
daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan
perwujudan tugas pemerintahan dibidang tertentu, khususnya dalam upaya
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
Yani (2008, h.172), menyatakan bahwa DAK dialokasikan untuk
membantu daerah mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana yang
merupakan prioritas nasional dibidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur (jalan,
irigasi dan air bersih) kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintahan
daerah, serta lingkungan hidup.
6. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan pendapatan daerah
yang tidak termasuk dalam kelompok pendapatan asli daerah. Yani (2008, h.211)
menyatakan bahwa cakupan, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri dari :
1. Hibah yang berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya,
badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/
perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.
2. Dana Darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan
bencana alam.
3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada Kabupaten/Kota.
4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.
5. Bantuan keuangan dan provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
17
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 164 tentang
Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Lain-lain Pendapatan yang Sah
merupakan seluruh Pendapatan Daerah selain PAD dan Dana Perimbangan, yang
meliputi Hibah, Dana Darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan
pemerintah.
7. Belanja Daerah
Belanja Daerah menurut Permendagri Nomor 29 Tahun 2002 adalah
semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang
menjadi beban daerah. Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, Belanja
Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih pada tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja Daerah (basis
kas) adalah semua pengeluaran oleh bendahara umum daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja daerah (basis akrual)
adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih. Halim (2007, h.322), menyatakan bahwa Belanja Daerah adalah semua
pengeluaran kas daerah atau kewajiban yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri
dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
18
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 jo. Permendagri No. 59
Tahun 2007, Belanja menurut kelompok belanja yaitu belanja tidak langsung
merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari Belanja pegawai, Bunga,
Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja bagi hasil, Bantuan Keuangan dan
belanja tidak terduga. sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang
dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
terdiri dari Belanja pegawai, (artinya untuk pengeluaran honorarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah), Belanja Barang dan
Jasa dan Belanja Modal.
Didalam ketentuan umum Undang-undang No.17 Tahun 2003 pada pasal 1
ayat 16 disebutkan bahwa belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Selanjutnya dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 58 2005 Pasal 20 ayat 3 menyebutkan bahwa
belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf (a) meliputi semua
pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana
lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
2.3 Pendapatan Asli Daerah
Menurut Undang – Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, Pendapatan Asli
Daerah adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
19
1. Sumber Pendapatan Daerah
Kusumayoni (2004, h.65), Pendapatan Asli Daerah adalah merupakan
salah satu komponen penerimaan/pendapatan daerah disamping dana perimbangan
maupun lain-lain pendapatan yang sah. Sumber pendapatan asli daerah terdiri
dari:
1. Pajak daerah
2. Retribusi daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Menurut Mardiasmo (2002, h.132), “Pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”.
Menurut Yuwono (2005, h.107), menyatakan bahwa pendapatan daerah
adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai
penambahan nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.
Lebih Lanjut Halim (2007, h.96), menyatakan bahwa pendapatan asli
daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, apabila kebutuhan
pembiayaan suatu daerah lebih banyak diperoleh dari subsidi atau bantuan dari
pusat, dan nyata-nyata kontribusi PAD terhadap kebutuhan pembiayaan tersebut
20
sangat kecil, maka dapat dipastikan bahwa kinerja keuangan daerah ini masih
sangat lemah. Kecilnya kontribusi PAD terhadap pembiayaan sebagaimana yang
tertuang dalam APBD merupakan bukti kekurangmampuan daerah dalam
mengelola sumber daya perekonomian terutama sumber-sumber pendapatannya.
Irwan Taufiq Ritonga, (2010, h.85), untuk Penambahan uang pemerintah
daerah bersumber dari :
a. Pendapatan Daerah, antara lain PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-lain
Pendapatan yang sah;
b. Penerimaan pembiayaan, antara lain penerimaan pinjaman daerah
c. Penerimaan pembiayaan, antara lain penerimaan pinjaman daerah, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan pelunassan
piutang; dan
d. Penerimaan daerah lainnya, antara lain penerimaan perhitungan pihak ketiga
Pengurangan uang pemerintah daerah diakibatkan oleh :
a. Belanja Daerah
b. Pengeluaran pembiayaan, antara lain pembayaran pokok utang, penertaan
modal pemerintah daerah dan pemberian pinjaman.
c. Pengeluaran daerah lainnya, antara lain pengeluaran perhitungan pihak ketiga.
Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor : 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah Pasal 26 dapat dikelompokan pendapatan asli daerah dibagi
21
menurut jenis pendapatan yaitu pajak daerah; retribusi daerah; hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan; dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
a. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan iuran wajib bagi orang pribadi atau badan daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Pengertian pajak daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Halim (2007, h.96), menyatakan Pajak Daerah merupakan
Pendapatan Daerah yang berasal dari pajak. Lebih Lanjut Rahardjo Adisasmita
(2011, h.77), menyatakan Perpajakan Daerah yaitu kewajiban penduduk
masyarakat menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada daerah disebabkan suatu
keadaan, kejadian atau perbauatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai suatu sanksi atau hukuman. Perpajakan Daerah tersebut dapat
diartikan sebagai :
1. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dengan pengaturan dari daerah itu
sendiri.
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya
dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
22
3. Pajak yang ditetapkan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah.
4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat tetapi hasil
pungutannya diberikan kepada, dibagi hasilkan atau dibebani pungutan
tambahan (opsen) oleh Pemerintah Daerah.
Syarat pajak daerah dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Pajak daerah tidak boleh bertentangan atau harus searah dengan kebijakan
pemerintah pusat
2. Pajak daerah harus sederhana dan tidak terlalu banyak jenisnya
3. Biaya administrasinya harus rendah
4. Jangan mencampuri sistem perpajakan pusat menurut peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh daerah serta dapat dipaksakan.
Menurut UU No. 34 Tahun 2000 pasal 2 ayat 2, jenis pajak
kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
1) Pajak hotel, yang ditetapkan paling tinggi sebesar 10%;
2) Pajak hiburan, yang ditetapkan paling tinggi 35%;
3) Pajak restoran, yang ditetapkan paling tinggi 10%;
4) Pajak reklame, yang ditetapkan paling tinggi 25%;
5) Pajak penerangan jalan, yang ditetapkan paling tinggi 10%;
6) Pajak pengambilan bahan galian golongaan C, ditetapkan paling tinggi 20%;
7) Pajak parkir, yang ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
Mardiasmo dkk, (2002, h.146) bahwa untuk mengurangi ketergantungan
terhadap pembiayaan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah perlu diberikan
otonomi dan keleluasaan daerah. Langkah penting yang harus dilakukan untuk
23
meningkatkan penerimaan pajak daerah adalah menghitung potensi penerimaan
pajak daerah yang rill yang dimiliki oleh daerah tersebut, sehingga bisa diketahui
peningkatan kapasitas pajak (tax capacity) daerah. Peningkatan kapasitas pajak
pada dasarnya adalah optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jadi dalam hal
pemungutan retribusi dianut asas manfaat (benefit principles), yang mana
besarnya pungutan yang dilakukan berdasarkan manfaat yang diterima oleh
penerima manfaat pelayanan yang diberikan pemerintah (Halim dan Theresia
2007, h.209).
Ahmad Yani (2002, h.55), retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
Darwin (2010, h.165), retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
pemerintah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Sedangkan
menurut Simanjuntak (2003, h.34), retribusi daerah adalah iuran rakyat kepada
pemerintah berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
mendapat jasa balik atau kontra prestasi dari pemerintah yang secara ditunjuk.
24
Undang-Undang 34 Tahun 2000, retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
Penggolongan Retribusi Atas Dasar Objek Retribusi di atur dalam UU No.
34 Tahun 2000, Pasal 21 dan pada Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001
tentang Retribusi Daerah dan jenis-jenis retribusi daerah yang dapat dijabarkan
secara garis besar sebagai berikut :
1) Retribusi Jasa Umum
Retribusi ini berdasarkan pada kebijakan daerah dengan
mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat dan aspek keadilan sebagai prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif.
Jenis-jenis retribusi jasa umum yaitu :
a) Retribusi pelayanan kesehatan
b) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
c) Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil
d) Retribusi pelayanan pemekaman dan penguburan mayat
e) Retribusi pelayanan parkir tepi jalan umum
f) Retribusi pelayanan pasar
g) Retribusi pelayanan air bersih
h) Retribusi pengujian kendaraan bermotor
i) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
j) Retribusi penggantian biaya cetak peta
25
k) Retribusi pengujian kapal perikanan
2) Retribusi Jasa Usaha
Retribusi ini berdasarkan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
layak sebagai prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif.
Jenis-jenis retribusi Jasa Usaha antara lain:
a) Retribusi Pemakaian kekayaan daerah
b) Retribusi Pasar grosir dan atau pertokoan
c) Retribusi Terminal
d) Retribusi tempat khusus parker
e) Retribusi tempat penitipan anak
f) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
g) Retribusi penyedotan kakus
h) Retribusi rumah potong hewan
i) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga
j) Retribusi tempat pendaratan kapal
k) Retribusi Penyeberangan di atas air
l) Retribusi Pengelolaan limbah cair
m) Retribusi Penjualan pruduk usaha daerah
3) Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi ini berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan sebagai sasaran
dalam penentuan tarif.
Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu ini antra lain:
26
a) Retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah
b) Retribusi izin Mendirikan Bangunan (IMB)
c) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
d) Retribusi izin gangguan
e) Retribusi izin trayek
f) Retribusi izin pengambilan hasil hutan ikutan
Intinya bahwa reribusi daerah ini merupakan salah satu komponen sumber
PAD yang berfungsi sebagai alat untuk mengumpul dana bagi pemerintah daerah
dalam rangka menutup anggaran belanja, membiayai pengeluaran pembangunan
serta penyediaan jasa dan pelayanan pada masyarakat.
Sebagai instrumen kebijakan fiskal, retribusi daerah mempunyai manfaat
untuk meningkatkan kemampuan serta kemandirian dari pemerintah daerah, dan
mendorong percepatan pembangunan ekonomi di daerah. Oleh karenanya
pengelolaannya harus dilakukan secara efektif dan efisien guna memberikan hasil
yang optimal bagi pembangunan ekonomi dari suatu daerah.
Meskipun penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sampai saat ini
masih relative kecil namun pemerintah daerah harus berupaya seoptimal mungkin
untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber
pembiayaan otonomi daerah. Untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah
dan retribusi daerah misalnya (Rahardjo 2011, h.117) :
1. Melakukan pendapatan secara lengkap dan akurat.
2. Peningkatan kemampuan SDM pengelola dan pelaksana dibidang keuangan
daerah melalui pendidikan dan pelatihan.
27
3. Meningkatkan koordinasi eksternal (antar instansi terkait) dan koordinasi
internal (antar bagian/unit dalam instansi).
4. Memperbaiki sistem pengelolaan selain tunggu bola harus pula secara aktif
jemput bola.
5. Memberi hadih kepada wajib pajak yang membayar pajak dalam jumlah
terbesar dan yang melunasi pajaknya sebelum batas waktu yang telah
ditetapkan.
6. Penguatan kelembagaan
7. Meningkatkan rasio cakpan (coverage ratio) mendekati potensi
8. Meningkatkan sarana dan prasarana penagihan
9. Peningkatan pengawasan melekat, fungsional dan masyarakat
10. Pemberian insentif (perangsang) bagi petugas pemungut yang berprestasi.
11. Pemberian sanksi pada petugas penagih pajak dan retribusi yang melakukan
kesalahan
12. Melakukan kampanye, antara lain melalui spanduk dan pamphlet
13. Meningkatkan kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi melalui kegiatan
sosialisasi manfaat pajak dan retribusi bagi masyarakat.
14. Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga atau instansi lain untuk
memudahkan dalam penagihan kepada wajib pajak dan wajib retribusi
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan
Menurut Halim (2004, h.68), hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan
28
daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Adapun jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut : 1) bagian laba perusahaan milik daerah, 2) bagian laba lembaga
keuangan Bank, 3) bagian laba lembaga keuangan, 4) bagian laba atas penyertaan
modal/investasi.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 pasal 84 diatur bahwa daerah
dapat memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dan pembentukan diatur dengan Peraturan Daerah
(PERDA). Sesuai dengan kewenangan setiap Pemerintah Daerah wajib
menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada,
masyarakat, terutama pelayanan atas kebutuhan dasarnya. Upaya dan usaha yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah semata-mata hanya kegiatan yang tidak
dapat dilakukan oleh Swasta atau masyarakat.
Perusahaan daerah yang di maksud adalah perusahaan yang modalnya
sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang di pisahkan dan
bertujuan mendukung pembangunan daerah dengan mengutamakan pemberian
jasa kepada masyarakat, menyelenggarakan kemanfaatan umum serta menambah
penghasilan daerah. Ketentuan mengenai perusahaan milik daerah dan
pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang di pisahkan sebagaimana di maksud
diatas sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa diantaranya
seperti bagian laba usaha, deviden dan penjualan saham milik daerah.
29
d. Lain-lain Pendapatan yang sah
Jenis lain-lain Pendapatan yang sah menurut Undang-undang No. 33
Tahun 2004 disediakan untuk menganggarakan penerimaan daerah yang tidak
termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang antara
lain: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau
cicilan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian
daerah, penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagaimana akibat dari
penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan
dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, sumbangan pihak ketiga
atau bagi hasil dengan pihak ketiga.
Semua sumber-sumber PAD merupakan sarana untuk membiayai segala
kegiatan yang dicerminkan dengan APBN setiap daerah kabupaten/kota. Berbagai
kebijaksanaan keuangan daerah yang di tempuh, diarahkan semakin
meningkatkan kemampuannya dalam membiayai urusan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah yang nyata dan bertanggung jawab.
2. Rumus Menghitung Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Pendapatan Asli Daerah
dihitung menggunakan rumus :
PAD = PD + RD + HPKDP + LPADS
Keterangan :
PAD = Pendapatan Asli Daerah
PD = Pajak Daerah
30
RD = Retribusi Daerah
HPKDP = Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
LPADS = Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Tabel 2. Berikut ini adalah contoh Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Simeulue Tahun 2013.
Tabel 2.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simeulue
Tahun Anggaran 2013.
Sumber Pendapatan Realisasi
Pendapatan Daerah 473.751.916.788.49
Pendapatan Asli Daerah 14.080.970.727.46
A. Pajak Daerah 3.128.535.806.96
B. Retribusi Daerah 6.634.006.880.00
C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 2.533.417.384.62
D. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1.785.010.655.88
Dana Perimbangan 438.317.013.484.00
A. Bagi Hasil Pajak 5.702.672.961.00
B. Bagi Hasil Pajak 18.169.222.523.00
C. DAU 345.242.688.000.00
D. DAK 69.202.430.000.00
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 21.353.932.577.00
A. Pendapatan Hibah 3.818.000.000.00
B. Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemda
Lainnya
6.411.853.077.00
C. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 11.124.079.500.00
D. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah
Kabupaten Simeulue, Tahun 2013.
31
2.4 Dana Alokasi Umum
DAU merupakan dana hibah murni (grants) yang kewenangan
penggunaanya diserahkan penuh kepada pemerintah daerah penerima. UU No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
memberikan pengertian bahwa DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah, untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. DAU merupakan sarana untuk pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan
keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan
kebutuhan dan potensi daerahnya. Pemberian DAU lebih diprioritaskan pada
daerah yang mempunyai kapasitas fiskal rendah dimana daerah tersebut belum
mampu memaksimalkan pendapatan asli daerahnya dikarenakan suatu hal. Untuk
daerah yang mempunyai kapasitas fiskal tinggi justru akan mendapat jumlah DAU
yang lebih kecil, sehingga diharapkan dapat mengurangi ketidakseimbangan fiskal
antar daerah dalam menjalani era otonomi sekarang (Maulinda 2007, h.44).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Dana Alokasi
Umum dihitung dengan menggunakan rumus :
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Keterangan :
AD = Alokasi Dasar
CF = Celah Fiskal
32
Dimana :
Celah Fiskal (CF)
CF = KbF – KpF (selisih kebutuhan fiscal dan kapasitas fiskal)
Keterangan :
TBR (total belanja rata – rata APBD)
IP (indeks jumlah penduduk)
IW (indeks luas wilayah)
IPM (indeks pembangunan manusia)
IKK (indeks kemahalan konstruksi)
IPDRB/kap (indeks produk domestik regional bruto per kapita
α (bobot indeks)
Kapasitas Fiskal (KpF)
Keterangan :
PAD (pendapatan asli daerah)
DBH Pajak (dana bagi hasil penerimaan pajak)
DBH SDA (dana bagi hasil penerimaan sumber daya alam)
2.5 Dana Alokasi Khusus
Menurut Maulinda (2007, h.25), Dana Alokasi Khusus bertujuan untuk
membantu membiayai kebutuhan khusus daerah. Disamping itu, untuk
KbF = TBR (α1IP + α2IW + α3IPM +α4IKK + α5IPDRB/kap)
KpF = PAD + DBH Pajak + DBH SDA
33
menanggulangi keadaan mendesak seperti bencana alam kepada daerah dapat
dialokasikan dana darurat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, Dana Alokasi Khusus dihitung
dengan menggunakan rumus :
DAK = PU APBD – Belanja Pegawai Daerah
Keterangan :
DAK = Dana Alokasi Khusus
PU APBD = Penerimaan umum APBD (PAD+DAU + (DBH-DBHDR)
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
DBH = Dana Bagi Hasil
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi
2.6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Menurut keputusan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun
2002 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, menerangkan bahwa :
a. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang, terma
suk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban Daerah tersebut, dalam kerangkaAnggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD,
adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Daerah tentang APBD.
34
c. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah pejabat dan atau pegawai Daerah
yang berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku diberi
kewenangan tertentu dalamkerangka pengelolaah keuangan daerah.
d. Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Kepala
Daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan mempunyai kewajiban
menyampaikan pertanggung jawaban alas pelaksanaan kewenangan tersebut
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
e. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PemegangKekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah untuk mengelola
penerimaan dan pengeluaran Kas Daerah serta segala bentuk kekayaan
Daerah lainnya.
f. Pengelola Keuangan Daerah adalah pejabat pemegang kekuasaan penggunaan
anggaranBelanja Daerah.
g. Kas Daerah adalah tempat menyimpan uang Daerah yang ditentukan
oleh Bendahara UmumDaerah.
h. Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas
melaksanakan kegiatankebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBD
disetiap unit kerja Pengguna Anggaran.
i. Pembantu Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi
melaksanakanfungsi keuangan. tertentu untuk melaksanakan kegiatan pada
Satuan. Pemegang Kas dalamrangka pelaksanaan APBD di setiap unit kerja
Pengguna Anggaran.
35
j. Satuan Pemegang Kas adalah unit yang dipimpin oleh Pemegang Kas yang
terdiri dari beberapa Pembantu Pemegang Kas yang melaksanakan masing-
masing fungsi keuangan daerah.
k. Satuan Pemegang Kas Pembantu adalah Unit Pembantu Satuan Pemegang Kas
yang berfungsi menerima uang hasil Pendapatan Asli Daerah pada lembaga
teknis Daerah.
2.7 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan paparan di atas, di duga bahwa dana alokasi umum (DAU)
dan dana alokasi khusus (DAK) berpengaruh terhadap belanja langsung
Pemerintah Kabupaten Simeulue.
Ho : Dana Alokasi Umum Berpengaruh Terhadap Belanja Langsung
Pemerintah Kabupaten Simeulue.
Ha : Dana Alokasi Umum Tidak Berpengaruh Terhadap Belanja Langsung
Pemerintah Kabupaten Simeulue.
Ho : Dana Alokasi Khsusus Berpengaruh Terhadap Belanja Langsung
Pemerintah Kabupaten Simeulue.
Ha : Dana Alokasi Khusus Tidak Berpengaruh Terhadap Belanja Langsung
Pemerintah Kabupaten Simeulue.
36
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memusatkan perhatian pada
perhitungan nilai yang ditunjukkan dengan nilai berupa angka dari suatu hasil
penelitian .
Menindak lanjuti pernyataan tersebut, metode yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif.
Dengan demikian, Penelitian ini diharapkan dapat meneliti lebih dalam mengenai
Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Beberapa Instansi Pemerintah Daerah
Kabupaten Simeulue diantaranya adalah Dinas Pengelola Keuangan dan
Kekayaan Daerah (DPKKD), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA), dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Simeulue. Pelaksanaan
penelitian dimulai pada Bulan Juni 2015 sampai dengan selesai.
3.3. Sumber Data dan Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diterima langsung dari sumber pertama.
Data primer ini diperoleh melalui wawancara. Dalam kaitannya dengan
37
penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati langsung di lapangan
terhadap Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue.
yang diperlukan dalam penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang peroleh dari studi kepustakaan (Library
research), dimana sumber data dapat berupa dokumen-dokumen resmi, karya
ilmiah, jurnal-jurnal penelitian ilmiah, artikel ilmiah, surat kabar, majalah
maupun sumber tertulis lain yang ada hubungannya dengan objek penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 macam teknik pengumpulan
data, lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut:
1. Pengamatan (Observasi)
Observasi atau pengamatan lagsung merupakan salah satu teknik
pengumpulan data dimana peneliti terjun langsung ke lapangan sebagai partisipan
atau nonpartisipan. Dengan teknik observasi, peneliti dapat memperoleh
gambaran langsung dan mengetahui keadaan yang sesungguhnya yang terjadi di
lapangan.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan mengobservasi hal-hal atau
unsur-unsur yang berkaitan Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten
Simeulue.
37
38
2. Wawancara Mendalam (Indept interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) atau yang mengajukan
pertanyaan, dan yang diwawancarai (informan) atau yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu (Moleong 2006, h.115). Informan adalah orang yang
memberikan informasi dengan pengertian ini maka informan dapat dikatakan
sama dengan responden apabila pemberian keterangannya karena dipancing oleh
pihak peneliti. Istilah-istilah informan ini banyak digunakan dalam penelitian
kualitatif.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka yang akan peneliti wawancarai
adalah menyangkut dengan Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten
Simeulue. Informan yang akan di wawancara ini ditetapkan secara sengaja
(Purposive Sampling). Purposive Sampling adalah prosedur pengambilan atau
penetapan orang atau responden yang akan diwawancarai secara sengaja .
Responden dari kata asal ‘respon’ (penanggap) yaitu orang yang menanggapi.
Dalam penelitian responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan
tentang sesuatu fakta/pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam
bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket/lisan ketika menjawab wawancara.
Perihal yang akan diwawancarai misalnya : Bagaimanakah Analisis
Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten Simeulue.
39
Beberapa pihak (Stake Holder) yang akan menjadi informan dalam
penelitian ini adalah para pihak yang memahami atau berkompetensi di bidang
DAU dan DAK. Diantaranya adalah Kepala DPKKD, Kepala Bappeda, dan
Kepala BPS.
3. Dokumentasi
Studi pustaka dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan
menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia pada lembaga tertentu baik berupa
literatur, Jurnal Harian, maupun Laporan Kegiatan Ilmiah dan lain sebagainya.
3.5 Model Analisis Data
Hasil data yang telah diperoleh, selanjutnya diolah dan dianalisis lebih
mendalam dalam bentuk tabel dan uraian. Data yang akan di analisis ditabulasikan
dalam bentuk tabelis, sesuai dengan kebutuhan analisis. Analisis yang akan
digunakan adalah model Regresi Linier Berganda ( Sudjana 2002, h.37 ).
Y = a0 + a1X1 +a2X2 +e
Dimana :
Y = Belanja Langsung
X1 = Dana Alokasi Umum
X2 = Dana Alokasi Khusus
a0 = Konstanta
a1, a2 = Koefisien Regresi
e = error (Kesalahan)
1. Uji Normalitas
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang
gunakan memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik
40
VAR00001
N
Normal Parameters a,b Mean
Std. Deviation
Most Extreme Absolute
Differences Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
10
3,0833
1,37895
,164
,117
-,164
,567
,905
parametrik (statistik inferensial). Cara yang biasa dipakai untuk
menghitung masalah ini adalah Chi Square. Akan tetapi karena tes ini
memiliki kelemahan, maka yang kita pakai adalah Kolmogorov-Smirnov.
Kedua tes dinamakan masuk dalam kategori Goodness Of Fit Tes.
Chi Square membandingkan distribusi teoritik dan distribusi
empirik (observasi) berdasarkan kategori-kategori, kalau KS berdasakan
frekuensi kumulatif. Jadi yang dibandingkan adalah frekuensi kumulatif
distribusi teoritik dengan frekuensi kumulatif distribusi empirik.
Tabel 3.
Uji Normalitas
Berdasarkan penjelasan di atas, selanjutnya apabila sebaran data
(distribusi data) berjalan normal, maka dapat dilanjutkan dengan analisis
selanjutnya (Uji t dan Uji F). Karena tujuan uji normalitas bertujuan untuk
menyamakan data sesuai yang diharapkan dalam analisis selanjutnya (Uji t dan
Uji F).
2. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Jika
41
probabilitas atau signifikan α > 0,05 maka variabel bebas secara individu tidak
berpengaruh terhadap Belanja Modal, jika α < 0,05 maka variabel bebas secara
individual berpengaruh terhadap Belanja Daerah.
3. Uji F-test
Yaitu untuk menguji tingkat signifikan secara bersama-sama parameter
dari variabel yang diukur (independent) terhadap variabel dependen, apakah
dapat diterima secara statistik dengan cara membandingkan antara
F hitung dengan F tabel.
Untuk mengetahui apakah semua variabel independent yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen (Imam 2005, h.84).
3.6. Definisi Operasional
1. Dana Alokasi Umum adalah merupakan dana hibah murni (grants) yang
kewenangan penggunaanya diserahkan penuh kepada pemerintah daerah
penerima yang diukur dengan rupiah.
2. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang diperuntukkan secara khusus bagi
suatu daerah yang diukur dengan rupiah.
3. Belanja Langsung adalah merupakan belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, antara lain ;
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal yang diukur dengan
rupiah.
42
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Sinabang merupakan Ibukota Kabupaten Simeulue dan sebagai salah satu
Kabupaten yang terletak di sebelah Barat Daya Provinsi Aceh, berjarak 105 Mil
laut dari Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, atau 85 Mil laut dari Tapak Tuan,
Kabupaten Aceh Selatan, serta berada pada koordinat 2015-2
055 Lintang Utara
dan 95040-96
030 Bujur Timur.
Batas-batas wilayah Kabupaten Simeulue berdasarkan secara dapat adalah
sebagai berikut:
o Sebelah Utara berbatasan dengan Samudra Indonesia
o Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
o Sebelah Timur berbatasan dengan Samudra Indonesia
o Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Indonesia
4.1.2 Jumlah Kecamatan, Gampong dan Dusun
Berdasarkan wilayah administrasinya, Kabupaten Simeulue terdiri dari 10
Kecamatan, dengan Gampong sebanyak 138 dan jumlah dusun sebanyak 415.
Dari jumlah tersebut, membentuk satu kesatuan wilayah di Kabupaten tersebut.
Secara lebih rinci terkait dengan jumlah kecamatan, gampong dan dusun yang
terdapat di Kabupaten Simeulue dapat dilihat pada uraian Tabel 3 berikut ini.
42
43
Tabel 4.
Jumlah Kecamatan, Gampong dan Dusun yang Terdapat
di Kabupaten Simeulue Tahun 2015
No Nama Kecamatan Luas Areal
(Km2)
Jumlah
Gampong
Jumlah
Dusun
1. Teupah Selatan 222,24 19 54
2. Simeulue Timur 175,97 17 51
3. Teupah Barat 146,73 18 52
4. Teupah Tengah 83,695 12 35
5. Simeulue Tengah 112,48 16 46
6. Teluk Dalam 224,68 10 26
7. Simeulue Cut 35,399 8 29
8. Salang 198,96 16 44
9. Simeulue Barat 446,07 14 50
10. Alafan 191,87 8 28
Jumlah 1838,09 138 415
Sumber Data : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Simeulue, Tahun 2015.
4.1.3 Jumlah Realisasi Dana Alokasi Umum Selama 10 Tahun Terakhir
Tabel 5.
Realisasi Dana Alokasi Umum
10 Tahun Terakhir
No Tahun
Anggaran
Dana Alokasi Umum
(DAU)
Jumlah (Rp.) Selisih Biaya Per
Tahun (%)
1 2006 143.563.605.584 10.003.099.084 5,54
2 2007 159.515.117.316 15.951.511.732 6,15
3 2008 177.239.019.240 33.675.413.656 6,83
4 2009 196.932.243.600 53.368.638.016 7,59
5 2010 218.813.604.000 75.249.998.415 8,44
6 2011 260.339.630.000 116.776.024.416 10,04
7 2012 309.799.056.000 166.235.450.416 11,95
8 2013 345.242.688.000 201.679.082.416 13,31
9 2014 378.859.516.000 235.295.910.416 14,61
10 2015 403.115.791.000 259.552.185.416 15,54
Jumlah 2.593.420.270.740 1.167.787.313.983 100
Rata-Rata 259.342.027.074 116.778.731.398
Sumber Data : Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Simeulue.
44
4.1.4 Jumlah Realisasi Dana Alokasi Khusus Selama 10 Tahun Terakhir
Tabel 6.
Realisasi Dana Alokasi Khusus 10 Tahun Terakhir
No. Tahun
Anggaran
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Jumlah (Rp.) Selisih Per Tahun (%)
1 2006 22.173.227.550 4.899.975.850 4,90
2 2007 24.636.919.500 2.463.691.950 5,44
3 2008 27.374.355.000 5.201.127.450 6,04
4 2009 30.451.950.000 8.278.722.450 6,72
5 2010 33.835.500.000 11.662.272.450 7,47
6 2011 50.019.800.000 27.846.572.450 11,04
7 2012 42.234.930.000 20.061.702.450 9,33
8 2013 69.202.430.000 47.029.202.450 15,28
9 2014 67.027.470.000 44.854.242.450 14,80
10 2015 85.956.720.000 63.783.492.450 18,98
Jumlah 452.913.302.050 236.081.002.400 100
Rata-Rata 45.292.280.205 23.608.100.240
Sumber Data : Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Simeulue.
4.1.5 Jumlah Realisasi Total Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
Selama 10 Tahun Terakhir
Tabel 7.
Realisasi Total dari Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus 10 Tahun Terakhir
No. Tahun
Anggaran
DAU + DAK
Jumlah (Rp.) Selisih Per Tahun (%)
1 2006 165.736.833.134 14.903.074.934 5,44
2 2007 184.152.036.816 18.415.203.682 6,05
3 2008 204.613.374.240 38.876.541.106 6,72
4 2009 227.384.193.600 61.647.360.466 7,47
5 2010 252.649.104.000 86.912.270.866 8,30
6 2011 310.359.430.000 144.622.596.866 10,17
7 2012 352.033.986.000 186.297.152.866 11,56
8 2013 414.445.118.000 248.718.284.866 13,60
9 2014 445.886.696.000 280.149.862.866 14,64
10 2015 489.072.511.000 323.335.677.866 16,05
Jumlah 3.046.342.782.790 1.403.878.026.384 100
Rata-Rata 304.634.278.279 140.387.802.638
Sumber Data : Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Simeulue.
45
4.1.5 Jumlah Realisasi Belanja Langsung Selama 10 Tahun Terakhir
Tabel 8.
Realisasi Belanja Langsung 10 Tahun Terakhir
No
.
Tahun
Anggaran
Belanja Langsung
Jumlah (Rp.) Biaya Selisih
Per Tahun (%)
1 2006 98.615.018.028 10.094.847.778 5,02
2 2007 109.572.242.253 10.957.224.225 5,58
3 2008 121.746.935.837 23.131.917.809 6,24
4 2009 135.274.373.152 38.659.355.124 6,89
5 2010 150.304.859.058 51.689.841.030 7,65
6 2011 136.016.380.715 37.401.362.687 6,93
7 2012 188.966.817.840 90.351.799.812 9,62
8 2013 268.836.140.941 170.221.122.913 13,69
9 2014 343.242.032.964 244.627.014.936 17,49
10 2015 410.108.108.143 311.493.090.115 20,89
Jumlah 1.962.682.908.931 988.627.576.429 100
Rata-Rata 196.268.290.893 98.862.757.643
Sumber Data : Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Simeulue.
4.2 Pengujian Data
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas
yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (X1), Dana Alokasi Khusus (X2), serta satu
variabel terikat yaitu Belanja Langsung (Y). Data-data dari variabel ini digali
dengan menggunakan wawancara sebagai instrumennya.
Hasil wawancara dari masing-masing variabel dengan menggunakan
analisis deskriptif prosentase. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian
berikut ini.
46
4.3 Analisis Kuantitatif
4.3.1 Uji Normalitas
Tabel 9
TESTS OF NORMALITY
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sign. Statistic Df Sign.
DAU
DAK
,110
,088
82
82
,015
,177
,937
,982
82
82
,001
,310
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan penjelasan data di atas, dapat diketahui bahwa sebaran
maupun distribusi data berjalan secara normal, sehingga dapat dilakukan analisis
lebih lanjut secara lebih mendalam
4.3.2 Analisis Regresi Berganda
Metode analisis regresi digunakan untuk menganalisa apakah ada
pengaruh dari faktor-faktor Dana Alokasi Umum terhadap belanja langsung, dan
pengaruh yang lebih dominan dari belanja langsung tersebut.
Berdasarkan dari analisis regresi antara variabel dependen (belanja
langsung) dengan variabel independen (dana alokasi umum dan dana alokasi
khusus) dengan program SPSS 20.0 yang telah dilakukan terlihat pada Tabel 10 di
bawah ini.
Tabel 10.
Analisis Regresi Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Unstandardized
Coefficients Sig
B Std. Error Beta T
1 (constant )
DAU
DAK
-460
.311
.083
1.405
.058
033
.789
264
-328
5.333
2.489
.744
.000
.016
a. Dependent Variabel : Belanja Langsung
47
Berdasarkan uraian Tabel 10 di atas, diperoleh suatu persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = 0,460 +0,311 (X1) + 0,083 (X2)
= 0,460, artinya jika Dana Alokasi Umum (X1), Dana Alokasi Khusus
sama dengan nol, maka nilai Belanja Langsung sebesar 0,460
rupiah.
1=0,311, koefisien regresi Dana Alokasi Umum sebesar 0,311,
menyatakan setiap terjadi kenaikan 1 rupiah Dana Alokasi
Umum (X1), maka akan menaikkan Belanja Langsung (Y)
sebesar 0,311 rupiah. Dengan asumsi Dana Alokasi Khusus.
2= 0,083, koefisien regresi Dana Alokasi Khusus sebesar 0,083,
menyatakan setiap terjadi kenaikan 1 rupiah Dana Alokasi
Khusus (X2), maka akan menaikkan Belanja Langsung sebesar
0,083 rupiah. Dengan asumsi Dana Alokasi Umum (X1).
4.3.3 Pengujian Koefisien Regresi dengan R2
Tabel 11.
Pengujian Koefisien Regresi dengan Uji R2
Model Summary
Model R R Square Adjusted Std Error of
the Estimate
1 .647a .418 .365 .559
a. Predictors : (Constant), Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
Besarnya persentase semua variabel independen dapat menjelaskan
terhadap nilai variabel dependen dapat diketahui dari besarnya koefisien
determinasi (R2). Pada hasil perhitungan dengan program SPSS 20.0 terlihat pada
48
Tabel 10 diperoleh besarnya koefisien determinasi (R2/Rsquare) adalah 0,418. Hal
ini menyatakan 41,8% Belanja Langsung dapat dijelaskan oleh variabel Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Sisanya 58,2% disebabkan oleh
variabel lain yang tidak termasuk diluar model.
4.3.4 Pengujian Koefisien Regresi dengan Uji F
Uji simultan ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus. Secara bersama-sama dapat mempengaruhi
variabel Belanja Langsung. Uji simultan dilakukan dengan membandingkan
antara nilai Fhitung dengan Ftabel yaitu:
- Jika Dana Alokasi Umum Fhitung> Ftabel maka menolak Ho, sebaliknya
- Jika Dana Alokasi Umum Fhitung< Ftabel maka menerima Ho.
Tabel 12.
Hasil Pengujian Koefisien Regresi dengan Uji F (simultan)
Anovab
Model Sum of
Square
df Mean Square F Sig
1. Regression
Residual
Total
12.129
16.854
28.983
5
54
59
2.426
.312
7.773
.000a
a. Predictors : (Constant) Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
b. Dependen Variabel : Belanja Langsung
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS terlihat pada Tabel 12
diperoleh besarnya Fhitung adalah 7,773 sedangkan nilai Ftabel digunakan taraf
signifikan 5% dengan df: n – k – 1 = 10 – 5 – 1 = 4, sehingga diperoleh hasil Ftabel
= finv (0.05,5,10) sebesar 2,368.
49
Kurva Normal Penentuan Daerah Penerimaan Uji F
Dengan demikian Fhitung: 7,773> Ftabel: 2,368. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan variabel Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus secara
bersama-sama dapat mempengaruhi variabel Belanja Langsung.
Tabel 13.
Pengujian Koefisien Regresi Dengan Uji F
Coefficients a
Model
Unstandardized
Coefficients
Unstandardized
Coefficients Sig
B Std. Error Beta T
1 (constant )
DAU
DAK
-460
.311
.083
1.405
.058
033
.789
264
-328
5.333
2.489
.744
.000
.016
a. Dependent Variabel : Belanja Langsung
4.3.5 Pengujian Koefsien Regresi dengan Uji t
Uji koefisien regresi untuk β1 (Dana Alokasi Umum) Pengujian
terhadap nilai β1 dapat diartikan sebagai pengujian signifikan-tidaknya pengaruh
antara Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Langsung. Rumusan hipotesis Ho:
β1 = 0, Ho: β1 ≠ 0, dengan kriteria pengujian : thitung> ttabel, Ho ditolak, sebaliknya
thitung< ttabel, Ho diterima. Dari hasil analisis didapat nilai thitung sebesar 3,182
sedangkan nilai t table digunakan taraf signifikan 5% dengan df: n – k – 1 = 10 – 5
– 1 = 4, sehingga diperoleh hasil ttable = thitung (0.05,10) sebesar 2,368.
Ftabel 2,368 Fhitung 7,,773
Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan
Ho
50
Kurva Normal Daerah Penerimaan Koefisien β1 (Dana Alokasi Umum)
Dengan demikian thitung sebesar 5,333> ttabel 2,368, dari hasil tersebut
keputusannya yang dapat diambil yaitu menolak Ho dan menerima Ha, maka Dana
Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Langsung, yang artinya jika Dana
Alokasi Umum meningkat, maka akan di ikuti dengan tingginya Belanja
Langsung yang didapat.
Uji koefisien regresi untuk β2 (Dana Alokasi Khusus). Pengujian
terhadap nilai β2 dapat diartikan sebagai pengujian signifikan-tidaknya pengaruh
Dana Alokasi Khsusus terhadap Belanja Langsung. Rumusan hipotesis Ho : β2 = 0,
Ho : β2 ≠ 0, dengan kriteria pengujian: thitung> ttabel, Ho ditolak, sebaliknya thitung<
ttabel, Ho diterima. Dari penujian nilai thitung sebesar 2,532 sedangkan nilai ttabel
digunakan taraf signifikan 5% dengan df: n – k – 1 = 10 – 5 – 1 = 4, sehingga
diperoleh hasilTtabel=tinv(0.05,10) sebesar 2,368.
Kurva Normal Daerah Penerimaan Koefisien β2 (Dana Alokasi Khusus)
ttabel 2,368 < thitung 5,333
Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho
- thitung 5,333 > - ttabel 2,368
Daerah penolakan Ho
ttabel 2,368 < thitung 2,532
Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho
- thitung 2,532 > - ttabel 2,368
Daerah penolakan Ho
51
Dengan demikian thitung sebesar 2,532> ttabel 2,368. dari hasil tersebut
keputusannya yang dapat diambil yaitu menolak Ho dan menerima Ha, maka Dana
Alokasi Khusus juga berpengaruh terhadap Belanja Langsung, yang artinya jika
Dana Alokasi Khusus Tinggi, maka akan di ikuti dengan tingginya tingkat Belanja
Langsung yang di dapat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue.
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian yang telah penulis lakukan, penulis
telah dapat mengetahui pengaruh antara Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus terhadap Belanja Langsung di Kabupaten Simeulue, bahwa :
1. Pengaruh Dana Alokasi Umum sebesar 5,333, Sehingga dapat diartikan
bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Langsung.
2. Pengaruh Dana Alokasi Khusus 2,532. Sehingga dapat diartikan bahwa
Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Langsung.
3. Dengan demikian, hal ini juga menandakan bahwa hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini dapat diterima.
5.2 Saran
1. Bagi Para Pemangku Kebijakan di Pemerintahan Daerah Kabupaten
Simeulue terus dapat bersemangat dalam meningkatkan dan
memanfaatkan Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap
Belanja Langsung sehingga dapat meningkatkan belanja langsung pada
akhirnya dapat memajukan Daerah di Kabupaten Simeulue.
2. Bagi Mahasiswa diharapkan dapat memberikan atau menyumbangkan
ilmunya bagi kemajuan Instansi terkait di Kabupaten Simeulue.
52
53
DAFTAR PUSTAKA
Ani Sri Rahayu, 2010, Pengantar Kebijakan Fiskal, Penerbit PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Darwin, 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Mitra Wacana Media.
Jakarta.
Elmi, Bahrul 2002, “Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia”, UI
Press- Jakarta.
Halim Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta.
Halim Abdul dan Theresia Damayanti, 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah.
UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Imam Ghozali, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Irwan Taufiq Ritonga, 2010. Akuntansi Pemerintahan Daerah. Sekolah
Pascasarjana UGM, Yogyakarta.
Koswara, E 2001. Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat.
Yayasan Pariba. Jakarta.
Kusumayoni. 2004. Analisis kemampuan Keuangan Daerah dalam Membiayai
Pengeluaran Daerah di Kab. Klungkung. Tesis S2 PPS UNPAD. Bandung
(tidak dipublikasikan).
Mardiasmo dan Akhmad Makhfatih. 2000. Perhitungan Pajak dan Retribusi
Daerah di Kabupaten Magelang. Laporan Akhir Kerjasama PEMDA
Kabupaten Magelang dengan PAU-SE UGM.
Maulinda, Novi Pratiwi, 2007. Pengaruh Dana Alokasi Uumum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah. Tesis
S2 UII Yogyakarta.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
……………………., Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
……………………., Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
54
……………………., Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Sudjana. 2002. Teknis Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsita. Bandung.
Sugiono. 2001. Statistik Non Parametrik untuk Penelitian. Penerbit Alfebeta.
Bandung.
Suparmoko. 2002. Ekonomika Publik untuk Keuangan dan Pembangunan
Daerah. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Trihendradi, C. SPSS 18. Analisis Data Statistik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Yuwono, Sony. 2005. Penganggaran Sektor Publik. Bayumedia Publising
Surabaya.
Yani, Ahmad. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
55
OUTPUT KOLMOGOROV SMIRNOV
DESCRIVTIVES
Statistic Std Error
DAU Mean 95% Confidence Interval Lower Bound For Mean Upper Bound
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Devilation
Minimum Maximum
Range Interquartille Range Skewness Kurtosis
9,5732 8,0384
11,1080
9,1287
9,0000 48,791
6,98505 ,00
29,00
29,00 9,2500
,834 ,357
DAK Mean 95% Confidence Interval Lower Bound For Mean Upper Bound
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Devilation
Minimum Maximum
Range Interquartille Range Skewness Kurtosis
105,5366 103,2176 107,8556
105,6233
106,0000 111,388
10,55403 75,00
131,00
56,00 13,0000
-,199 ,639
TESTS OF NORMALITY
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sign. Statistic df Sign.
DAU
DAK
,110
,088
82
82
,015
,177
,937
,982
82
82
,001
,310
a. Lilliefors Significance Correction