analisis pengaruh faktor penentu struktur...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL
TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN
(Studi Kasus pada Perusahaan yang terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode
2012–2016)
Skripsi
Disusun Oleh:
Nelly Aprilya Shandy
NIM .1113081000074
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
iii
iv
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Nelly Aprilya Shandy
2. Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 22 April 1995
3. Alamat : Jalan Raden Saleh 3 Nomor 28 RT 06/05
Kel. Sukmajaya Kec. Sukmajaya
Kota Depok – 16412
4. Telepon : 089699681894
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN 2 Mekarjaya Tahun 2001-2007
2. SMP Negeri 4 Depok Tahun 2007-2010
3. SMA Negeri 3 Depok Tahun 2010-2013
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun 2013-2017
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of firm growth, firm
size, profitability, liquidity, and tangibility on funding decisions at companies listed on
the Jakarta Islamic Index in 2012 until 2016. Sample of this research are 13 companies,
where the method used was purposive sampling is a sampling method that takes an object
with certain criteria. Analysis of data using multiple regression analysis, which is
preceded by a classic assumption test, and hyphotesis testing is done by using F test and
T test. Research results indicate that simultaneously firm growth, firm size, profitability,
liquidity, and tangibility to affect the funding decisions. While the partially variable
affecting on the funding decisions is the firm growth, firm size, profitability and liquidity,
while the variable tangibility partially not affect the funding decisions.
Keywords : funding decisions, firm growth, firm size, profitability, liquidity,
tangibility.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh hubungan antara
pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan
tangibility terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index pada tahun 2012 sampai dengan 2016. Sample penelitian
yang digunakan sebanyak 13 perusahaan, dimana metode yang digunakan adalah
purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sample yang mengambil
objek dengan kriteria tertentu. Analisis data menggunakan analisis uji regresi
berganda yang didahului dengan uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesa
dilakukan dengan uji F dan uji T. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara
bersama-sama pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas,
likuiditas, dan tangibility mempengaruhi keputusan pendanaan. Sedangkan secara
parsial variabel yang berpengaruh terhadap keputusan pendanaan adalah
pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas,
sedangkan variabel tangibility secara parsial tidak berpengaruh terhadap
keputusan pendanaan.
Katakunci : keputusan pendanaan, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan,
profitabilitas, likuiditas, tangibility.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil‟alamin. Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabatnya dan semoga kelak kita
mendapat syafa‟at nya di yaumul akhir nanti.
Adapun tujuan utama penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih terutama kepada kedua orang tuaku yang tersayang Ibu Sumiyati dan Bapak
Marjandi karena dengan semua pengorbanan, jerih payah, keikhlasan, kasih
sayang, perhatian, semangat dan doa yang selalu diberikannya , saya tak akan
dapat membayar apa yang sudah kalian lalukan, hanya doa yang adinda dapat
panjatkan untuk ibu dan bapak. Untuk kakak tersayang Jimmy Dheka Shandy
terimakasih atas bantuannya baik moril maupun materil, serta keponakan Keysha,
Najwa, Zahra yang selalu menjadi penghibur.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik
moril maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh
x
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak Arief Murfraini, Lc selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu
Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
3. Bapak Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA selaku dosen pembimbing skripsi I yang
telah berkenan memberikan waktu, ilmu dan pengetahuan serta bimbingan dan
arahan kepada penulis selama penulis menyusun skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS yang telah memberikan bimbingan selama
berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
5. Bapak dan Ibu Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya serta
bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Sahabat, teman, kakak kelas Muhammad Arizal, SE yang selalu menemani
skripsi, memberi semangat, memberikan pengertian dan perhatian.
7. Semua sahabat Putri Aulia, Amalia Laraswati, Aning Lutfiah, Farah Agustina,
Shintya Cahya Adhani, Dechy Rahmawati, Robiyatul Adawiyah, Sri Sumiyati,
Cucu Sari Dewi yang selalu menemani dan menyemangati selama ini.
8. Semua teman-teman Manajemen B angkatan 2013 yang selalu memberikan
support.
9. Semua teman-teman Manajemen Keuangan angkatan 2013 yang telah
memberikan pengalaman kepada saya.
xi
10. Semua teman-teman HMJ Manajemen 2013-2015.
11. Teman-teman kosan tulip 4 Al-Barkah yang telah menemani selama berada di
kosan.
12. Dan Teman KKN Mahakarya yang berjuang di daerah membangun
silahturahmi bersama teman-teman di Desa Rumpin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, dikarenakan
terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu, penulis
menerima segala bentuk masukan kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 12 September 2017
Nelly Aprilya Shandy
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... vi
ABSTRACT .............................................................................................. vii
ABSTRAK .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 13
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 15
A. Landasan Teori ........................................................................... 15
1. Manajemen Keuangan ............................................................ 15
xiii
2. Pasar Modal Syariah .............................................................. 16
3. Keputusan Pendanaan ............................................................ 17
4.Struktur Modal ......................................................................... 20
5. Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal ............................ 28
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 38
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 50
E. Hipotesis .................................................................................... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 52
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 52
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 52
1. Populasi ................................................................................... 52
2. Sampel..................................................................................... 52
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 54
D. Metode Analisis Data.................................................................. 55
1. Analisis Deskriptif .................................................................. 55
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 55
a. Uji Normalitas .................................................................... 55
b. Uji Heterokedastisitas ........................................................ 56
c. Uji Multikolinieritas ........................................................... 57
d. Uji Autokorelasi ................................................................. 57
3. Uji Hipotesis ........................................................................... 58
a. Uji Statistik t ....................................................................... 58
b. Uji Statistik F ..................................................................... 59
xiv
c. Koefisien Determinasi ........................................................ 59
4. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................... 61
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................. 62
1. Variabel Dependent ............................................................... 62
2. Variabel Independent .............................................................. 62
a. Pertumbuhan Perusahaan.................................................... 62
b. Ukuran Perusahaan ............................................................ 63
c. Profitabilitas ....................................................................... 63
d. Likuiditas ........................................................................... 63
e. Tangibility .......................................................................... 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 65
A. Gambar Umum Objek Penelitian ................................................ 65
1. Jakarta Islamic Index .............................................................. 65
B. Hasil Analisis Dan Pembahasan ................................................ 68
1. Analisis Deskriptif .................................................................. 68
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 79
a. Uji Normalitas .................................................................... 79
b. Uji Heterokedastisitas ........................................................ 81
c. Uji Multikolinieritas ........................................................... 84
d. Uji Autokorelasi ................................................................. 85
3. Uji Hipotesis ........................................................................... 86
a. Uji t ..................................................................................... 86
b. Uji F.................................................................................... 92
xv
c. Koefisien Determinasi ........................................................ 93
4. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................... 94
BAB V PENUTUP ................................................................................... 97
A. Kesimpulan ................................................................................. 97
B. Saran ........................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 99
LAMPIRAN ........................................................................................... 103
xvi
DAFTAR TABEL
1.1 Debt to Equity Ratio Sampel Perusahaan Syariah yang di JII
Periode 2012-2016 ........................................................................ 7
2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 44
3.1 Pemilihan Sampel ......................................................................... 53
3.2 Daftar Sampel Perusahaan ............................................................ 54
4.1 Deskriptif Statistik Pertumbuhan Perusahaan .............................. 69
4.2 Deskriptif Statistik Ukuran Perusahaan ....................................... 71
4.3 Deskriptif Statistik Profitabilitas Perusahaan ............................... 73
4.4 Deskriptif Statistik Likuiditas Perusahaan ................................... 75
4.5 Deskriptif Statistik Tangibility Perusahaan .................................. 76
4.6 Deskriptif Statistik Debt to Equity Ratio Perusahaan .................. 78
4.7 Uji Kolmogorov-Smirnov ............................................................. 81
4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas melalui Uji Glejser ......................... 83
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................... 84
4.10 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 86
4.11 Hasil Uji t ...................................................................................... 87
4.12 Hasil Uji F ..................................................................................... 92
4.13 Hasil Koefisien Determinasi ........................................................ 93
xvii
DAFTAR GAMBAR
2.1. Bagan Kerangka Pemikiran .......................................................... 48
4.2. Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 80
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 82
DAFTAR LAMPIRAN
II. Hasil Output SPSS ....................................................................... 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan perusahaan yang dilakukan oleh manajer dalam menjalankan
kegiatan operasional di perusahaan sangat terkait dengan keputusan-keputusan
yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Ada beberapa hal yang akan dilakukan
oleh seorang manajer keuangan dalam mengelola perusahaannya. Di awal proses
operasional perusahaan pasti ada kebijakan dan keputusan yang pasti akan
diambil untuk dipakai secara permanen ke depan. Beberapa keputusan terkait
dengan keuangan yaitu kebijakan deviden (devident policy), keputusan investasi
(investment decision), dan keputusan pendanaan (financing decision). Keputusan
investasi adalah tindakan dalam melepaskan dana saat ini untuk memperoleh
dana yang jumlahnya lebih besar dimasa yang akan datang dari pada jumlah dana
yang dilepaskan pada saat investasi awal, biasanya perusahaan memperhatikan
proyek-proyek yang menjanjikan sehigga mampu memberikan keuntungan besar
bagi perusahaan. Sedangkan kebijakan deviden merupakan keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada
pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah
modal guna membiayai investasi dimasa datang. Dan keputusan pendanaan
adalah keputusan yang dibuat perusahaan dalam mendapatkan sumber-sumber
pendanaannya baik internal atau eksternal yang nantinya akan menentukan
struktur modal perusahaan yang berkaitan dengan hutang, saham preferen, saham
2
biasa ataupun laba perusahaan, sumber dana internal dapat berasal dari laba yang
ditahan sedangkan sumber dana eksternal dapat berupa hutang dan pinjaman dari
bank.
Keputusan pendanaan dibuat untuk mendukung keputusan investasi
sehingga dapat membentuk struktur modal yang dapat meminimalkan biaya
modal dan dapat memaksimalkan usaha dalam mencapai salah satu tujuan
perusahaan yaitu untuk kemakmuran dan kesejahteraan pemegang saham.
Keputusan pendanaan memiliki peran penting dalam manajemen keuangan
perusahaan karena keputusan tersebut akan berpengaruh pada tingkat risiko serta
tingkat pengembalian bagi para pemegang saham. Keputusan pendanaan
perusahaan yang baik dapat dilihat dari struktur modalnya, yakni dalam
keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi hutang, baik hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa yang
akan digunakan oleh perusahaan (Sartono 2001:225). Struktur modal merupakan
pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2011:22).
Pada sebuah perusahaan, struktur modal adalah jumlah spesifik campuran
antara utang dan ekuitas sebuah perusahaan untuk mendanai kegiatan
operasionalnya. Manajer dalam melakukan keputusan pendanaan harus teliti
untuk menentukannya karena masing-masing sumber pendanaan yang dipilih
memiliki konsekuensi yang berbeda, sumber dana yang dihasilkan baik dari
eksternal atau internal perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
3
Teori struktur modal disebut sebagai balancing theories oleh Myers, 1984
Bayles dan Diltz, 1994 atau sebagai teori-teori keseimbangan, karena tujuannya
adalah untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri.
Pembicaraan balancing theories dimulai dari keadaan yang ekstrem yaitu pada
kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak. Setelah itu muncul
pecking order theory yang diperkenalkan oleh Myers dan Majluf (1984) yang
menjelaskan preferensi perusahaan akan sumber-sumber pendanan (Suad Husnan,
2000). Struktur modal memiliki pengaruh yang penting terhadap keuntungan dan
stabilitas perusahaan, proporsi hutang yang besar dapat meningkatkan
pertumbuhan perusahaan namun di sisi lain hutang yang besar juga akan
memperbesar terjadinya kebangkrutan pada perusahaan terutama apabila hutang
tersebut membuat pertumbuhan perusahaan menjadi kecil bahkan negatif.
Dengan hal ini dapat memilih berbagai pilihan struktur modal yang tepat
agar dapat mengoptimalkan nilai dan kemampuan perusahaan. Teori-teori
struktur modal yang sering dikenal ada beberapa diantaranya adalah teori
tradisional, teori Mondigliani Miller, pecking order, trade off dan teori lainnya.
Teori tradisional mengemukakan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh
dalam meningkatkan nilai perusahaan, teori pendekatan Mondigliani dan Miller
menentang pandangan tradisional struktur modal, mereka berpendapat bahwa
struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan, kemudian Mondigliani dan
Miller memasukan faktor pajak dalam analisis mereka sehingga muncul dua teori
tanpa pajak dan dengan pajak. Teori MM tanpa pajak menjelaskan bahwa struktur
modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan, dimana muncul asumsi-asumsi
4
untuk membangun teori tersebut (Brigham dan Houston, 2001:31), yaitu : Tidak
terdapat agency cost, tidak ada pajak, investor dapat berhutang dengan tingkat
suku bunga yang sama dengan perusahaan, investor memiliki informasi yang
sama mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang, tidak ada biaya
kebangkrutan, jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar.
Sedangkan teori MM dengan pajak mengubah asumsi adanya pajak
terhadap penghasilan perusahaan, Mondigliani dan Miller menyimpulkan bahwa
penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga
hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Hutang bisa digunakan
untuk menghemat pajak karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.
Trade off theory lebih cenderung kepada penggunaan modal eksternal atau
dengan penambahan hutang. Keuntungan sumber pendanaan ini antara lain dalam
hal kemampuan pengurangan pajak ketika perusahaan menggunakan lebih
banyak hutang di dalam struktur modalnya. Menurut Bagus (2012), Selain
keuntungan pada pengurangan pajak, pemegang saham memiliki insentif untuk
meningkatkan penggunaan hutang untuk mengurangi jumlah arus kas
menganggur, sehingga manajer perusahaan tidak menggunakannya untuk
investasi yang tidak meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, seperti
penggunaan arus kas untuk meningkatkan fasilitas manajer perusahaan.
Sedangkan pecking order theory lebih cenderung kepada pendanaannya
berasal dari internal perusahaan berupa modal sendiri, saham, laba ditahan, atau
dengan komposisi modal sendiri lainnya. Dalam teori ini terdapat urutan prioritas
berkaitan dengan aktivitas pendanaan perusahaan. Pecking order theory
5
menggambarkan sebuah hirarki dalam pencarian dana perusahaan dimana
perusahaan lebih memilih dana internal terlebih dahulu untuk membayar dividen
dan investasi kemudian mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan
jika memungkinkan. Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan lebih menyukai
utang dibanding sumber dana eksternal lain ( Myers dan Majluf, 1984).
Dalam berjalannya waktu struktur modal dapat berganti-ganti oleh pihak
perusahaan apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang
strategis ataupun tidak strategis bagi perusahaan, ini akan membuat keputusan
pendanaan perusahaan dapat berubah. Kebijakan moneter dan fiskal dapat
mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam keputusan pendanaannya, seperti
kebijakan pajak serta kebijakan ekonomi dan keuangan yang dikeluarkan akan
secara tidak langsung mengubah pandangan perusahaan dalam pengambilan
keputusan pendanaannya. Perusahaan dengan tingkat pajak tinggi lebih baik
menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang pajaknya rendah, hal Ini
sesuai dengan hukum teori trade off. Dan berbanding terbalik dengan teori
pecking order yang menyatakan semakin tinggi perusahaan menghasilkan laba
maka penggunaan hutangnya semakin rendah karena dapat memenuhi kebutuhan
dengan dana internal. Hal ini yang membuat peneliti tertarik menguji hal ini
terutama perusahaan dalam index syariah (JII).
Kapasitas maksimal seorang manajer keuangan ialah dalam mengambil
keputusan struktur modal yang sesuai dengan perusahaannya, tidak mungkin
dalam mengambil struktur modal yang tepat akan mengakibatkan keuntungan
yang diperoleh perusahaan tidak optimal. Setiap kesalahan dalam pengambilan
6
keputusan keuangan oleh manajer keuangan akan membawa perusahaan dalam
kondisi yang membuat perusahaan kehilangan kemampuan memaksimalkan
keuntungan dan pada akhirnya bisa mempercepat terjadinya kebangkrutan.
Perusahaan satu dengan perusahaan lain pasti memiliki perbedaan dalam
penggunaan struktur modal. Dana yang dibutuhkan perusahaan dalam
mengembangkan bisnisnya dapat berasal dari internal ataupun eksternal
perusahaan, dalam penetapan keputusan pendanaan yang bersumber dari dana
eksternal perusahaan salah satunya adalah hutang. Salah satu faktor yang
mendorong manajer untuk menerapkan teori pecking order dalam menentukan
struktur modalnya karena akan adanya risiko yang tinggi akibat membesarnya
hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat
pengembalian yang diharapkan akan menaikan harga saham. Untuk itu, DER
yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian
sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston,
2006). DER merupakan perbandingan pendanaan jangka panjang perusahaan
dengan modal sendiri. Rasio DER menunjukan tingkat resiko perusahaan dimana
semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi tingkat resiko perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2010), para investor lebih tertarik dengan tingkat
DER yang besar rasionya kurang dari satu, karena nilai DER yang menunjukan
lebih dari satu menunjukan bahwa koefisien hutang perusahaan lebih besar dari
pada modal sendiri. Berikut adalah Tabel 1.1 yang merupakan data empiris dari
DER masing-masing perusahaan syariah di JII periode 2012-2016.
7
Tabel 1.1
Debt to Equity Ratio Sampel Perusahaan Syariah yang di JII
Periode 2012-2016
Sumber : Data diolah
Pada Tabel 1.1 menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki struktur
modal melalui perhitungan Debt to Equity Ratio yang merupakan penggunaan
hutang sebagai keputusan pendanaan suatu perusahaan dalam operasional
perusahaan. Perusahaan yang munggunakan hutang tidak lebih dari modal sendiri
perusahaan tersebut atau dengan perbandingan kurang dari sama dengan 1, maka
perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang baik, untuk itu perusahaan
yang memiliki DER kurang dari satu maka struktur modal perusahaan dianggap
optimal, karena penggunaan hutang tidak melebihi total ekuitas yang dimiliki
oleh perusahaan. Dari data yang ada diketahui bahwa perusahaan-perusahaan
No Nama Perusahaan Debt to Equity Ratio Rata-
rata 2012 2013 2014 2015 2016
1 Astra Argo Lestari Tbk 0,33 0,46 0,57 0,84 0,38 0,51
2 Astra International Tbk 1,03 0,46 0,39 0,43 0,93 0,97
3 Alam Sutera Realty Tbk 1,31 1,71 1,66 1,83 1,72 1,64
4 Charoen Pokphand Indonesia
Tbk
0,51 0,58 0,91 0,97 0,73 0,74
5 Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk
0,17 0,16 0,17 0,16 0,13 0,16
6 Kalbe Farma Tbk 0,28 0,33 0,27 0,25 0,24 0,27
7 Lippo Karawaci Tbk 1,17 1,21 1,14 1,18 1,07 1,15
8 PP London Sumatera Indonesia
Tbk
0,17 0,21 0,20 0,21 0,24 0,21
9 Tambang Batubara Bukitasam
Tbk
0,50 0,55 0,71 0,82 0,8 0,67
10 Semen Indonesia (Persero) Tbk 0,46 0,41 0,37 0,39 0,45 0,41
11 Telekomunikasi Indonesia Tbk 0,66 0,78 0,64 0,78 0,70 0,68
12 United Tractors Tbk 0,56 0,61 0,56 0,57 0,50 0,56
13 Uniliver Indonesia Tbk 2,02 2,14 2,01 2,26 2,56 2,22
8
yang memiliki DER kurang dari satu adalah Astra Argo Lestari Tbk, Astra
International Tbk, Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang
Batubara Bukitasam Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, Telekomunikasi
Indonesia Tbk, dan United Tractors Tbk.
Sebaliknya, dari data diatas perusahaan yang mempunyai DER lebih dari
satu adalah Alam Sutera Realty Tbk, Lippo Karawaci Tbk, dan Uniliver
Indonesia Tbk. Penggunaan hutang sebagai keputusan pendanaan pada
perusahaan-perusahaan tersebut lebih besar dari pada total ekuitas yang dimiliki
perusahaan. Jadi menurut teori struktur modal, perusahaan-perusahaan ini
memiliki struktur modal yang tidak optimal. Sementara itu kebanyakan investor
lebih cenderung menyukai menanamkan modalnya dalam bentuk investasi pada
perusahaan yang memiliki DER kurang dari satu, karena jika DER pada
perusahaan lebih dari satu maka resiko yang ditanggung investor juga akan
meningkat.
Perusahaan dan institusi yang masuk daftar JII setiap tahun selalu dikontrol
ketat, dan daftarnya selalu direvisi setiap 6 bulan sekali. Setiap perusahaan atau
emiten yang ingin masuk ke dalam daftar indeks JII harus memenuhi beberapa
syarat, antara lain sebagai berikut:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali
termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.
9
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki rasio kewjiban terhadap aktiva
maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urusan rata-
rata kapitalisasi pasar terbesar selama 1 tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan dengan tingkat likuditas
rata-rata nilai perdagangan reguler selama 1 tahun terakhir.
Pada hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan akan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang,
sedangkan yang dimaksud investasi dalam islam adalah melakukan usaha secara
aktif terhadap harta dan sumber daya yang dimiliki melalui cara-cara yang sesuai
dengan prinsip syariah. Prinsip Syariah yang dimaksud adalah tidak mengandung
transaksi ribawi, bukan termasuk transaksi yang meragukan, perjudian, dan
spekulatif, saham perusahaan dipilih juga tidak bergerak di bidang yang
diharamkan, serta transaksi penjualan dan pembelian tidak dilakukan secara
langsung untuk menghindari manipulasi harga. Namun investasi syariah ini
belum mampu menarik minat para investor dimana kurangnya pemahaman
investor terhadap produk berbasis syariah. Otoritas Jasa Keuangan seharusnya
mampu membuat peraturan untuk mendorong industri atau investor agar tertarik
dengan investasi syariah yang memiliki produk-produk dengan potensi yang
besar.
Sistem ekonomi Islam tumbuh karena pola bagi hasil yang diterapkannya.
Sistem ini lebih unggul bila dibandingkan dengan sistem bunga konvensional.
10
Pada sistem ekonomi islam yang berdasarkan atas prinsip bagi hasil (profit and
loss sharing) dan berbagi risiko (risk sharing). Jadi dalam operasinya perusahaan
melakukan kemitraan dengan pengusaha dan meminjamkan dana, tanpa
memungut bunga, tetapi memperoleh bagi hasil dan bagi risiko dengan
perusahaan jika tidak memperoleh keuntungan, karena bank dapat merugi dan
tidak memperoleh hasil tetap dan pasti.
Indonesian Stock Exchange mendukung peraturan maupun fatwa dari
pemerintah dan ulama, maka dikembangkanlah salah satu indeks saham yang ada
di Indonesia yang menghitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis saham-
saham yang memenuhi kriteria syariah, yaitu Jakarta Islamic Index atau biasa
disebut JII. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal
Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment
Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000.
Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan pasar modal
syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003.
Mekanisme pasar modal syariah meniru pola serupa di Malaysia yang
digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa
Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 saham
yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari
1995 dengan nilai dasar 100. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan
kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk
11
melakukan investasi dibursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses
transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Werner Ria Muhardi (2011) yang
berjudul “Determinan Struktur Modal: Studi di Asia Tenggara “ dalam penelitian
ini menggunaka profitabilitas, ukuran perusahaan, asset tangibility, pertumbuhan
perusahaan dan non-debt tax shield sebagai variabel bebas dan hutang sebagai
variabel terikat. Hasilnya membuktikan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan,
asset tangibility dan tingkat pertumbuhan berpengaruh terhadap hutang,
sedangkan non-debt tax shield tidak memiliki pengaruh terhadap hutang.
Penelitian Sebastian dan Wibowo (2015) berjudul “Penerapan Teori
Pecking Order dalam Struktur Modal (Studi Pada Perusahaan di Industri
Manufaktur yang terdaftar di BEI 2005-2014)”. Dalam penelitian ini hasilnya
menunjukan bahwa profitabilitas, asset tangibility, likuiditas, dan dividend payout
berpengaruh terhadap struktur modal. Sementara variabel pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Penelitian lain oleh Arief Indra, Topowijono, dan Nila (2016) yang berjudul
“Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Profitability, Business Risk, Effective
Tax Rate, Asset Tangibility, Firm Age Dan Liquidity Terhadap Struktur Modal
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Sektor Property Dan Real Estate Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2014).” Hasinya secara simultan firm size, growth
opportunity, profitability, business risk, effective tax rate, asset tangibility, firm
age dan liquidity memiliki pengaruh yang signifikan. Firm size, profitability,
effective tax rate dan firm age, growth opportunity, business risk dan asset
12
tangibility secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan
liquidity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berfokus pada pengaruh
pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan
tangibility sebagai faktor penentu struktur modal terhadap keputusan pendanaan
(debt to equity ratio). Penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
masing-masing variabel terhadap keputusan pendanaan perusahaan. Sehingga
dalam penelitian ini peneliti mengambil judul sebagai berikut:
“Analisis Pengaruh Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap
Keputusan Pendanaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di
Jakarta Islamic Index Periode 2012–2016)”.
13
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah dan sistematis. Maka perumusan masalah
dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Apakah pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas,
likuiditas, dan tangibility berpengaruh secara parsial terhadap keputusan
pendanaan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index pada
tahun 2012 - 2016 ?
2. Apakah pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas,
likuiditas, tangibility berpengaruh secara simultan terhadap keputusan
pendanaan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index pada
tahun 2012 - 2016 ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan dijelaskan diatas, penelitian ini
bertujuan sebagai berikut :
1. Mengukur pengaruh determinan dari pertumbuhan perusahaan, ukuran
perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan tangibiity secara parsial
terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index pada tahun 2012 - 2016.
2. Mengukur pengaruh determinan dari pertumbuhan perusahaan, ukuran
perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan tangibility secara simultan
terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index pada tahun 2012 - 2016.
14
D. Manfaat Penelitian
Dengan pelaksanaan peniltian ini, maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, yaitu antara lain :
1. Bagi Emiten
Perusahaan dapat referensi mengenai determinan yang dipakai dalam
menganalisa pengaruh yang akan terjadi pada hutang jangka panjang,
dengan begitu dapat menentukan struktur modal yang sesuai dan dapat
mengoptimalkan laba perusahaannya.
2. Bagi investor
Sebagai salah satu bahan untuk menilai perusahaan yang akan
diinvestasi Mengetahui tipe perusahaan dengan modal internal atau
modal eksternal.
3. Bagi akademisi
Menjadi tambahan bahan acuan dalam pelaksanaan penelitian ataupun
pembelajaran. Selain itu juga menjadi bahan kritisi terhadap instansi
maupun sebagai bahan pembuktian teori. Serta menjadikan tambahan
materi acuan sebagai peneliti terdahulu dengan tema yang sama, yang
akan memperkuat penelitian yang dilakukan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LandasanTeori
1. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik
yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi
yang efektif, pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi secara efisien,
dan pengelolaan aktiva dengan tujuan menyeluruh (Moeljadi, 2006:9).
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Darsono (2006:1), manajemen
keuangan ialah kegiatan memperoleh sumber dana dengan biaya yang
semurah-murahnya dan menggunakan dana seefektif dan seefisien mungkin
untuk mencipta laba dan nilai tambah ekonomi (economic value added).
Keputusan dalam manajemen keuangan adalah sebagai berikut :
a. Keputusan Investasi
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat ini
dengan harapan dapat menghasilkan arus dana pada masa datang
yang jumlahnya lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat
investasi awal.
b. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan berhubungan dengan pemilihan sumber
pembiayaan perusahaan atau dikenal sebagai pembelanjaan
perusahaan. Pendanaan disini bukan diterjemahkan dari kata
16
financial, melainkan dari kata financing, yakni yang berhubungan
dengan perolehan dana (raising of funds). (Moeljadi,2006: 10)
2. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya,
dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak
bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah (Hamid, 2009: 38).
Pendapat lain mengatakan bahwa pasar modal syariah merupakan salah satu
implementasi kongkret dari ekonomi syariah (Sutedi dalam Hamid 2011:
75). Pasar modal syariah menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam
kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti :
Riba, Perjudian, Spekulasi, dll (Fakhruddin, 2006: 231). Dalam Al-Quran
dan Al-Hadis belum adanya penjelasan yang menyatakan jelas tentang
keberadaan saham maka para ulama berusaha untuk menemukan rumusan
kesimpulan hukum tersebut. Majelis Ulama Indonesia merupakan kalangan
ulama yang memandang kegiatan jual beli saham sebagai kegiatan yang
dihalalkan. Meskipun begitu terdapat aturan dan norma jual beli barang
pada umumnya, dari unsur maisir, gharar, riba, haram, dhulm, ghisy dan
najasy. Praktik forward contract, short selling, option, insider trading,
merupakan transaksi yang dilarang secara Islam dalam dunia pasar modal.
(Heykal, 2012: 42)
17
Fungsi pasar modal syariah adalah :
a. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
resikonya.
b. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
d. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka
pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada
pasar modal konvensional.
e. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh
kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham
(Hamid, 2009: 44).
Saham-saham di pasar modal syariah biasanya terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII). Menurut Rodoni (2009) Jakarta Islamic Index (JII)
merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh Bursa Efek Jakarta
(BEJ) yang bekerjasama dengan PT Danareksa Invesment Management
untuk merespon kebutuhan informasi yang berkaitan dengan syariah.
3. Keputusan Pendanaan
Bagi sebuah perusahaan yang bersifat profit oriented keputusan
pencarian sumber pendanaan dalam rangka memperkuat struktur modal
menjadi keputusan penting yang harus dikaji dengan mendalam serta
18
berbagai dampak pengaruh yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Secara umum sumber modal ada dua alternatif, yaitu modal yang
bersumber dari modal sendiri atau dari eksternal seperti pinjaman atau
hutang.
Pendanaan modal sendiri dapat dilakukan dengan menerbitkan saham,
sedangkan pendanaan dengan hutang dapat dilakukan dengan menerbitkan
obligasi , right issue atau berhutang pada bank (Fahmi, 2013).
Keputusan pendanaan adalah keputusan yang berhubungan dengan
penentuan sumber dana yang akan digunakan, penentuan perimbangan
pendanaan yang optimal, dan perusahaan menggunakan sumber dana dari
dalam perusahaan atau akan mengambil dana dari luar perusahaan, Sukardi
& Herdinata, (2009) dalam Bagus (2012).
Keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan secara optimal
mengenai struktur modal dan kebijakan deviden. Penentuan keputusan yang
optimal mengenai struktur modal dan kebijakan deviden ini berhubungan
dengan upaya pencapaian tujuan perusahaan. Dalam teori keuangan
tradisional dinyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan
kemakmuran atau kekayaan para pemegang saham dan pemiliknya. Dengan
keputusan pendanaan yang optimal secara teoritis akan dapat mengarah
pada peningkatan kemakmuran dan kekayaan para pemegang saham
(Harmono, 2014).
Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai
19
perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan
dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber dana eksternal adalah
dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil
bagian dalam perusahaan. Keputusan pendanaan dalam penelitian ini diukur
dengan Debt to Equity Ratio (DER). Proksi debt to equity ratio adalah total
debt dengan total equity. Total debt merupakan total liability (baik utang
jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total equity merupakan
total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan)
yang dimiliki perusahaan. Makin kecil angka rasio ini makin baik. Terdapat
dua sumber pendanaan perusahaan, yaitu :
1. Pendanaan internal yang berasal dari retained earning dan penerbitan
saham baru sebagai sumber dari pendanaan perusahaan.
2. Pendanaan eksternal yang berasal dari luar perusahaan, yaitu kreditor
(pemberi pinjaman) dan penerbitan surat hutang yang harus dibayar
pokok hutang dan imbal hasil atas keuntungan hasil investasi.
Perusahaan dapat didanai melalui utang dan modal sendiri. Komposisi
penggunaan utang dan modal sendiri ini tergambar dalam struktur modal.
Penggunaan utang diistilahkan dengan financial leverage. Utang yang
dimaksud adalah utang untuk pendanaan perusahaan yang tidak selalu sama
dengan kewajiban dan tidak sama dengan tagihan. Utang dapat
menimbulkan beban bunga yang dapat menghemat pajak. Artinya beban
bunga dapat dikurangkan dari pendapatan, sehingga laba sebelum pajak
menjadi lebih kecil dan akan mengakibatkan pajak akan menjadi lebih kecil
20
juga. Sedangkan jika pendanaan menggunakan modal sendiri, maka tidak
terdapat beban yang dapat mengurangi pajak perusahaan.
4. Struktur Modal
Struktur modal menurut Brigham dan Gepanski (2003) merupakan
proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuh kebutuhan
perusahaan, apakah dengan cara menggunakan hutang, ekuitas, atau dengan
menerbitkan saham.
Weston dan Copeland (2005) mengatakan bahwa struktur modal
adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang,
saham preferen dan modal pemegang saham. Struktur modal (Husnan,
1994) adalah proporsi antara penggunaan utang dan modal sendiri dalam
struktur finansial perusahaan. Struktur Modal dalam perusahaan merupakan
hal yang terpenting, karena adanya pilihan antara memaksimalkan return
dan meminimalkan biaya modal dengan kemampuan perusahaan dalam
menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif.
Bambang Riyanto (1992) memberikan gambaran tentang pengertian
struktur modal bahwa struktur modal adalah pembelajaan permanen dimana
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Sedangkan menurut keown, et.al. (2005), struktur modal adalah
panduang atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh
perusahaan.
21
Struktur modal perusahaan adalah kombinasi dari saham-saham yang
berbeda atau bauran seluruh sumber pendanaan jangka panjang yang
digunakan perusahaan.
Manajer harus mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber
dana yang dipilih dalam melakukan pengambilan keputusan pendanaan.
Bagi dana yang berbentuk utang, maka biaya dana mudah untuk
diidentifikasi yaitu biaya bunganya. Biaya modal ini akan lebih kecil dari
pada biaya modal yang berasal dari modal sendiri. Bila dana tersebut
berasal dari laba ditahan, maka biaya dananya akan sama dengan biaya
dana yang berasal dari penerbitan saham baru yang membedakan hanyalah
bahwa penerbitan saham baru akan menimbulkan biaya emisi (floating
cost). Hal ini mengakibatkan biaya modal dari penerbitan saham baru akan
sedikit lebih tinggi dari biaya modal dari laba ditahan.
Menurut Rodoni dan Ali (2010), struktur modal adalah proposi dalam
menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang
diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari
dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yaitu dari dalam
dan luar perusahaan.
Teori struktur modal yang pertama yaitu dikeluarkan oleh Franco
Modigliani dan Merton H. Miller pada tahun 1958 pada tulisan The cost of
capital, corporate Finance and The theory investment, yang dikenal sebagai
teori MM. MM menerbitkan tulisannya pada journal of finance dan
merupakan awal terbentuknya teori struktur modal. Mereka berpendapat
22
bahwa struktur modal tidak relevan dan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa yang menentukan struktur modal adalah
proporsi yang dibutuhkan perusahaan dalam mengambil keputusan
pendanaan baik dana jangka panjang yang berasal dari internal ataupun
eksternal perusahaan.
Pada tahun 1963 Modigliani dan Miller melanjutkan hasil
penelitiannya dengan mengubah asumsi dari tidak adanya pajak menjadi
adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan sebagai penentu struktur
modal perusahaan atau leverage. Hasilnya adalah bahwa struktur modal
menentukan nilai perusahaan karena biaya utang adalah biaya yang
mengurangi pembayaran pajak. (Sukardi dan Herdinata, 2009) Teori diatas
menjelaskan struktur modal Miller tanpa faktor pajak dan dengan faktor
pajak. Ada beberapa teori lain yang membicarakan tentang struktur modal
selain dua teori tersebut.
Beberapa teori lain yang menyangkut mengenai struktur modal, yaitu:
a. Trade off theory
Menurut Brigham dan Houston (2010) trade off theory (teori
pertukaran) adalah teori struktur modal yang menyatakan bahwa
perusahaan menukar manfaat pajak dari penggunaan hutang dengan
masalah yang ditimbulkan dari potensi kebangkrutan. Teori ini juga
menjelaskan semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai
perusahaan. Namun, setelah mencapai titik maksimum, penggunaan
23
hutang oleh perusahaan menjadi tidak menarik, karena perusahaan akan
menanggung biaya keagenan, kebangkrutan serta biaya bunga yang
meyebabkan nilai saham turun. Dengan kata lain trade off theory
menyatakan bahwa peningkatan penggunaan hutang akan
mengakibatkan penurunan nilai perusahaan namun dengan asumsi
penggunaan hutang telah mencapai struktur modal optimal.
b. Pecking order theory
Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahaan bertujuan
untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Teori ini
pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961 sedangkan
penamanaan pecking order theory dilakukan oleh Stewart C. Myers
(1984) dalam Sagita Lestari (2015). Dalam teori ini dinyatakan bahwa
para manajer keuangan khawatir dengan sikap para investor apabila
manajer keuangan melakukan penerbitan saham. Hal ini disebabkan
tindakan pengumuman penerbitan saham tersebut diyakini dapat
menurukan harga saham. Sebaliknya, jika mereka melakukan hutang
maka tidak ada pengaruh yang signifikan tehadap harga saham, kedua
hal tersebut menunjukan adanya urutan pemilihan sumber dana dalam
struktur modal.
Pecking order theory menyarankan bahwa perusahaan memiliki
preferensi dalam memilih sumber pendanaannya. Teori ini menyatakan
bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan dana internal daripada
eksternal dalam rangka membiayai pengemabangan usahanya. Apabila
24
sumber pendanaan internal berasal dari financial slack tidak mencukupi,
maka barulah dipergunakan sumber pendanaan eksternal, jika sumber
pendanaan eksternal dibutuhkan maka yang menjadi pilihan utama
dengan penggunaan hutang dengan cara menerbitkan obligasi.
Penerbitan saham baru merupakan upaya terakhir yang dilakukan
perusahaan bila sumber pendaanaan internal tidak mencukupi (Myers,
1984). Keuntungan dari pendanaan internal adalah tidak memerlukan
biaya penerbitan dan tidak perlu memberikan informasi keterbukaan
mengenai kondisi keunagan perusahaan yang mungkin saja meliputi
kesempatan investasi yang potensial dana keuntungan yang diharapkan
bila kesempatan investasi tersebut diambil.
Teori ini menerangkan bahwa perusahaan mempunyai urutan
preferensi dalam penggunaan dana dimana para manajer pertama kali
akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan
saham sebagai pilihan terakhir. Penggunaan hutang lebih disukai karena
biaya yang dikeluarkan untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan
penerbitan saham. Brealy, Myer dan Marcus (2007) menjelaskan teori
ini menjadi dua hal, yaitu :
1) Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini
terkumpul tanpa mengirim sinyal sebaliknya yang dapat
menurunkan harga saham.
2) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menggunakan
hutang terlebih dahulu dan menerbitkan ekuitas adalah pilihan
25
terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbit hutang tidak
terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila
dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.
Pecking order theory menjelaskan bahwa perusahaan lebih cenderung
memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal
perusahaan, dan hutang menjadi pilihan kedua setelah pendanaan
internal kemudian surat hutang, saham preferen dan pada akhirnya
apabila masih memerlukan dana maka perusahaan akan menerbitkan
saham biasa. Hal ini terjadi karena adanya biaya transaksi dalam
mendapatkan dana dari pihak eksternal. Percking order theory
menjelaskan mengapa pada perusahaan yang sangat menguntungkan
pada umumnya mempunyai hutang yang lebih sedikit. Hal ini terjadi
bukan karena perusahaan tersebut mempunyai target debt ratio yang
rendah, tetapi disebabkan karena perusahaan memang tidak
membutuhkan dana tambahan dari pihak ekstenal (Brealey dan Myer,
1995).
Pecking order theory adalah salah satu teori yang mendasari
keputusan pendanaan perusahaan. Myers (1984) mengemukakan
argumentasi mengenai adanya kecenderungan suatu perusahaan untuk
menentukan pemilihan sumber pendanaan yang berdasarkan pada
pecking order theory. Baskin (1989) mengemukakan bahwa dari hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pecking order theory yang diusulkan
oleh Donaldson (1961) nampak bisa menggambarkan tentang praktek
26
perusahaan. Myers (1984) berpendapat bahwa keputusan pendanaan
berdasarkan pecking order theory yang dikemukakan Donaldson pada
tahun 1961 mengikuti urutan pendanaan sebagai berikut: (1) Perusahaan
lebih menyukai pendanaan dari sumber internal, (2) Perusahaan
menyesuaikan target pembayaran deviden terhadap peluang investasi (3)
Kebijakan deviden bersifat sticky, fluktuasi profitabilitas dan peluang
investasi berdampak pada aliran kas internal bisa lebih besar atau lebih
kecil dari pengeluaran investasi (4) Bila dana eksternal dibutuhkan,
perusahaan akan memilih sumber dana dari hutang karena dipandang
lebih aman.
Pecking order theory adalah salah satu teori yang mendasarkan pada
asimetri informasi. Asimetri informasi akan mempengaruhi struktur
modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan
dari luar. Myers dan Majluf (1984) menunjukkan bahwa dengan adanya
asimetri informasi, investor biasanya akan menginterpretasikan sebagai
berita buruk apabila perusahaan mendanai investasinya dengan
menerbitkan ekuitas. Investor beranggapan bahwa penerbitan ekuitas
baru dilakukan oleh para manajer apabila saham perusahaan dinilai lebih
tinggi. Harris dan Raviv (1991), Baskin (1989) dan Myers (1984)
mengemukakan bahwa pemberitahuan penerbitan ekuitas-ekuitas baru
menyebabkan nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham turun.
27
c. Signaling theory
Signal (sinyal) merupakan suatu tindakan yang diambil oleh
manajemen suatu perusahaan dengan memberikan petunjuk kepada
investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan
tersebut (Brigham & Houston, 2010) Perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan modal baru dengan cara selain menjual saham seperti
menggunakan hutang. Penggunaan hutang yang tinggi oleh manajer
dapat digunakan sebagai sinyal yang baik bahwa perusahaan yakin
dengan prospek di masa mendatang. Sehingga dapat dikatakan bahwa
hutang adalah sinyal yang positif tentang nilai perusahaan.
d. Agency theory
Jensen dan Meckeling telah mengembangkan teori tentang biaya
agensi yaitu biaya yang berhubungan dengan manajemen pengawasan
untuk memastikan bahwa pihak manajemen berperilaku dalam cara yang
konsisten dengan kesepakatan kontraktual perusahaan dengan para
kreditor serta pemegang saham. Siapapun yang mengeluarkan biaya
pengawasan, biaya tersebut akhirnya ditanggung oleh pemegang saham.
Semakin besar kemungkinan biaya pengawasan, semakin tinggi biaya
bunga dan semakin rendah nilai perusahaan bagi para pemegang
sahamya (Home dan Wachowicz, 2007).
Penggunaan modal dari hutang akan memiliki tiga implikasi yaitu:
Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
28
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus
membatasi investasi yang merek berikan, yang kedua kreditur akan
melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu
batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan oleh pemegang saham, semakin kecil resiko yang
dihadapi oleh kreditur, dan ketiga jika perusahaan mendapatkan hasil
dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar
daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal
pemilik akan diperbesar, atau diungkit. (Brigham & Houston, 2006)
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal
diantaranya adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva (assets tangibility),
leverage operasi, tingkat pertumbuhan (growth), profitabilitas
(profitability), pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan
konsultan, ukuran perusahaan (firm size), risiko, kondisi pasar, kondisi
internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Faktor-faktor tersebut akan
menjadi dasar pertimbangan keputusan manajer (Riyanto, 2008:24)
5. Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal
Keputusan struktur modal tercermin dari perubahan keputusan
pendanaan perusahaan, Dalam penentuan struktur modal, ada banyak faktor
yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakkan variable struktur
modal untuk menentukan keputusan pada perusahaan syariah di Jakarta
Islamic Index (JII). Berikut adalah penjelasan masing-masing variabel yang
digunakana dalam penelitian ini :
29
a. Pertumbuhan Perusahaan (Firm Growth)
Menurut J. Fred Watson dalam Sebastian (2015) rasio pertumbuhan
merupakan rasio yang menggambarkan perusahaan mempertahankan
posisi ekonominya, semakin bertumbuh sebuah perusahaan permintaan
terhadap kebutuhan pendanaan meningkat. Jika perusahaan hanya
bergantung pada pendanaan internal saja, maka pertumbuhan akan
terbatas sehingga penggunaan hutang sebagai dana tambahan akan
meningkat.
Pertumbuhan perusahaan yang relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat penjualan yang tidak stabil
(Brigham dan Huston, 2010).
Menurut Wardany (2007) pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan
oleh pihak internal maupun pihak eksternal suatu perusahaan karena
dapat memberikan suatu aspek yang positif dari sudut pandang investor,
pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan
memiliki aspek yang menguntungkan, dan mengharapkan rate of return
atau tingkat pengembalian dari investasi mereka memberikan hasil yang
lebih baik.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan cepat
memerlukan tambahan dana yang besar untuk mengantisipasi
peningkatan di semua bidang kegiatan, misalnya peningkatan penjualan
kapasitas produksi, skala usaha dan sebagainya. Keperluan dana yang
30
besar dari sumber pendanaan internal seperti laba ditahan tidak akan
cukup untuk memenuhinya. Oleh karena itu, biasanya didanai dengan
sumber dana eksternal berupa hutang atau pinjaman.
b. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Menurut Brigham dan Huston (2010), ukuran perusahaan adalah rata-
rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai
beberapa tahun kemudian. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar
memiliki akses untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai
sumber , sehingga untuk mendapat pinjaman dari kreditur akan lebih
mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki profitabilitas
yang lebih besar dalam memenangkan persaingan industri. Sebaliknya
jika perusahaan dengan skala kecil akan mengalami ketidakpastian
karena perusahaan kecil lebih cepat beraksi terhadap perubahan yang
mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar
membutuhkan sumber pendanaan yang besar di bandingkan dengan
perusahaan yang berukuran kecil.
Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan struktur modal. Perusahaan besar dapat mengakses
pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk
mendapatkan dana atau permodalan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran
perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan
31
didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan
mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi pula. Penelitian Antoniou
et al dalam pancawati (2012) menemukan bahwa ukuran perusahaan
merupakan variabel yang baik dalam menjelaskan utang yang digunakan
perusahaan. Werner (2011) juga menemukan bahwa perusahaan dengan
ukuran besar cenderung untuk menggunakan utang dengan lebih banyak,
karena mereka dianggap „too big to fail‟ sehingga mereka mendapat
akses yang baik ke pasar modal. Dalam penelitiannya (Fadli, 2010)
menyebutkan bahwa ada tiga cara yaitu melalui logaritmaa natural dari
penjualan, logaritma natural dari total asset dan logaritma natural total
asset dikurangi nilai buku ekuitas ditambah nilai pasar ekuitas. Dalam
hal ini, penelitian menggunakan salah satu cara yaitu logaritma natural
dari total asset perusahaan.
c. Profitabilitas (Profitability)
Profitabilitas menurut Sartono (2001) adalah mengukur kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba dalam penjualannya. Menurut
Husnan (1994) perusahaan yang menggunakan rasio hutang yang lebih
tinggi maka akan menghasilkan tingkat ROE yang tinggi juga. Analisis
profitabilitas (ROE) dapat dipergunakan untuk menunjukan tingkat
risiko karena penggunaan hutang yang semakin besar.
Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005) dalam Sebastian (2015)
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri.
32
Perusahaan yang profitable akan memungkinkan untuk memiliki
retained earnings yang lebih banyak. Perusahaan yang profitable kurang
membutuhkan pendanaan eksternal yang berlebihan (Myers, 1984).
Profitabilitas menurut Riyanto (2008) adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang
diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan
utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya.
Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. (Rodoni dan Herni Ali, 2010). Dengan pengukuran
profitabilitas, maka dapat diketahui kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba yang akan menentukan struktur modal yang dimiliki
perusahaan. Perolehan laba yang besar diduga akan mengurangi jumlah
modal yang berasal dari hutang, begitupun sebaliknya perolehan laba
yang kecil akan menambah modal perusahaan yang berasl dari hutang.
Pengelolaan kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan, profitabilitas menjadi satu indikator kinerja yang dilakukan
oleh manajemen. Singkatnya laba yang dihasilkan perusahaan berasal
penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Profitabilitas
adalah kemampuan perusahan untuk menghasilkan profit atau laba
selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan
penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Untuk mengetahui
profitabilitas yaitu dengan membandingkan antara laba yang diperoleh
33
dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah pada perusahaan
tersebut.
Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio yang menunjukan
hasil akhir dari sejumlah kebijakan bagi perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Salah satu rasio yang sering digunakan adalah Return on
Equity (ROE), yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan
secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan modal yang tersedia dalam perusahaan. (Riyanto, 2008)
d. Likuiditas (Liquidity)
Konsep likuiditas dapat diartiakan sebagai kemampuan perusahaan
dakam melunasi hutang jangka pendek, umumnya kurang dari satu
tahun. Dimensi konsep likuiditas mencerminkan ukuran-ukuran kinerja
manajemen ditinjau dari sejauh mana manajemen mampu mengelola
modal kerja yang didanai dari kas perusahaan dan hutang lancar
perusahaan ( Fahmi, 2013 : 106))
Menurut Weston dalam Kasmir (2012), likuiditas adalah sebuah rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu
memenuhi hutang tersebut terutama hutang yang sudah jatuh tempo.
Likuiditas akan memberikan pengaruh negatif terhadap struktur
modal. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi menunjukkan
jumlah dana internalnya juga tinggi (Butt et al, 2013 dalam Sebastian).
34
Maka dari itu, semakin likuid perusahaan maka pendanaan internal akan
lebih digunakan dalam struktur modal perusahaan.
Penggunaan rasio lancar untuk likuiditas akan diketahui seberapa
besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya. Menurut
Rodoni dan Herni Ali (2010) rasio likuiditas yaitu mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo. Dari pengertian tersebut, likuiditas mempengaruhi
struktur modal dimana melihat kemampuan perusahaan dalam
memenuhi hutangnya, semakin kecil kemampuan memenuhi hutang
kemungkinan menggunakan modal dengan hutang juga berkurang atau
sedikit. Disisi lain rasio lancar akan menunjukkan kepada investor
bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban lancar yang
dimilikinya. Maka akan menambah kepercayaan kepada investor bahwa
investasi di perusahaan akan menjamin resiko perusahaan tidak gulung
tikar karena mampu memenuhi kewajibannya atau likuiditasnya tinggi.
Likuiditas merupakan pertimbangan yang diperlukan investor dalam
menilai perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak
tertanggu dengan lilitan hutang yang ditanggungnya. Investor tidak
khawatir dengan adanya hutang yang timbul karena likuiditas yang
mencukupi yang menandakan perusahaan mampu membayar hutang
tersebut.
Liquidity menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka waktu pendek atau
35
yang segera harus dibayar, (Moeljadi, 2006:48). Perusahaan dengan
tingkat likuiditas yang tinggi cenderung tidak menggunakan pembiayaan
yang berasal dari utang karena perusahan akan terlebih dahulu
menggunakan dana internal yang ada sebelum menggunakan utang untuk
membiayai kegiatannya. Peningkatan likuiditas akan mempengaruhi
tingkat utang pada keputusan struktur modal perusahaan.
e. Tangibility
Aset yang dimiliki oleh perusahaan akan mempunyai pengaruh antara
perusahaan terhadap pihak lain. Aktiva merupakan salah satu jaminan
yang bisa meyakinkan pihak lain untuk bisa memberikan pinjaman
kepada perusahaan, sehingga perusahaan yang struktur asetnya lebih
fleksibel akan lebih mudah memperoleh pinjaman. Perusahaan yang
aktivanya sesuai dengan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan
hutang karena kreditor akan selalu memberikan pinjaman apabila
mempunyai jaminan (Brigham dan Huston, 2006 : 30).
Tangibility atau struktur aktiva adalah penentuan besar alokasi untuk
masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun
aktiva tetap. Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk
masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun
dalam aktiva tetap. Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu
kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah
dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun).
Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara
36
berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi (Riyanto,
2008).
Dari beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan dana
eksternal, salah satunya adalah adanya aset yang berwujud dalam jumlah
yang memadai untuk digunakan sebagai jaminan. Struktur aktiva dapat
mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan yang pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap penentuan struktur modal perusahaan. Menurut
Harris dan Raviv 1991 dalam Sebastian (2015) tangibility memiliki
pengaruh negatif terhadap struktur modal.
Struktur aktiva yang diukur oleh proporsi aktiva tetap terhadap total
aktiva, memiliki hubungan positif terhadap struktur modal. Artinya
apabila struktur aktiva mengalami peningkatan maka semakin tinggi pula
jumlah utang dan semakin tinggi pula struktur modal perusahaan Titman
dan Wessels: 1998 dalam R Agus Sartono. (2001)
Semakin banyak asset tangibility suatu perusahaan berarti semakin
banyak collateral assets untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal
berupa hutang. Dalam hal ini, pihak kreditur akan menerima
collateral assets untuk memback-up hutang. (Fadli, 2010)
Semakin besar kepemilikan asset berwujud suatu perusahaan maka
kepercayaan kreditur akan semakin bertambah. Dengan demikian akses
untuk pengajuan kredit kepada kreditur akan mudah dilakukan dengan
tujuan menggunakan pendanaan eksternal.
37
f. DER (Debt to Equity Ratio)
Struktur modal dalam penelitian ini diukur dari Debt to Equity ratio
(DER) dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total
debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal sendiri).
Total hutang merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek
maupun jangka panjang), sedangkan total shareholders’equity
merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba
yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan
komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER
menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan
total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban
perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Robert Ang, 2006 dalam
Handayani, 2007).
DER merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang
dengan modal yang dimilikinya dan sangat berkaitan dengan penciptaan
suatu struktur modal yang dapat mempengaruhi kebijakan pendanaan
perusahaan yang tepat guna memaksimalkan nilai perusahaan
38
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Werner Ria Muhardi (2011) yang ingin
melakukan investigasi pada perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan di
ASEAN, penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu apakah ada perbedaan
penentuan struktur modal pada perusahaan-perusahaan tersebut, dengan 70
sample perusahaan di setor pertambangan. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah hutang, sedangkan variabel independen adalah profitabilitas, ukuran
perusahaan, asset tangibility, pertumbuhan perusahaan dan non-debt tax shield.
Data diolah menggunakan metode ordinary least square dan hasil penelitian
menunjukan bahwa faktor yang menentukan kebijakan hutang adalah
profitabilitas, ukuran perusahaan, asset tangibility dan tingkat pertumbuhan.
Dilain pihak, non-debt tax shield tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Lebih
lanjut, penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan praktek yang
nyata antara penggunaan utang di keenam negara ASEAN.
Penelitian dilakukan oleh K Bagus Wardianto (2012) yaitu menguji teori
struktur modal pada 50 biggest market capitalization di BEI. Penelitian dilakukan
menggunakan variabel independen yaitu tangibility, size, growth, profitability,
non debt tax shield, deficit pendanaan internal dan utang jangka panjang tahun
lalu terhadap hutang jangka panjang tahun berjalan. Dengan menggunakan model
Analisis regresi linear berganda menghasilkan beberapa kesimpulan. Dengan
hipotesis trade off theory, semua variabel independen berpengaruh secara
simultan dan secara parsial hanya satu variabel yang berpengaruh yaitu
tangibility. Dalam hipotesis pecking order, semua variabel berpengaruh
39
signifikan secara simultan dan secara parsial ada tiga variabel yang berpengaruh
yaitu tangibility, growth dan defisit pendanaan internal. Dan hasil perbandingan
dari dua teori, menghasilkan bahwa variable deficit pendanaan internal adalah
yang paling berpengaruh secara dominan. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah dengan tekhnik pengambilan sampel yang lebih detail dan dapat
diterapkan di banyak sektor di perusahaan-perusahaan di BEI, tidak hanya
perusahaan yang memiliki modal paling besar, namun dengan modal yang sedang
juga ikut dalam sampling. Selain itu penelitian ini juga akan menambah variabel
penentu struktur modal yang akan berpengaruh pada hutang jangka panjang tahun
berjalan. Penelitian yang dilakukan oleh Pancawati dan Rachmawati (2012) yaitu
untuk menganalisis variabel Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis
pengaruh variabel free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur
aktiva perusahaan, retained earning dan kepemilikan manajerial pada hutang,
dimana data yang diperoleh dari publikasi Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) menggunakan metode purposive sampling dengan 135 sample
perusahaan manufaktur, teknik analisis yang digunakan menggunakan regresi
linier berganda yang hasilnya menunjukan bahwa berdasarkan uji F statistik
menunjukkan bahwa model ini cocok karena memiliki nilai signifikansi kurang
dari 5% dari nilai Alpha. Hasil analisis menunjukkan bahwa keempat variabel
bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel DER sementara itu dua variabel
bebas lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DER.
Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap hutang, pertumbuhan
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap utang, struktur aktiva
40
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap hutang, saldo laba ditahan
berpengaruh negatif signifikan terhadap hutang, sementara free cash flow dan
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Aiyoub, Melati, Saudah
dan Agha (2013), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penentu
struktur modal perusahaan Iran yang terdaftar di Bursa Efek Teheran untuk
periode antara 2001 sampai 2010. Data panel dari 123 observasi perusahaan
untuk periode 10 tahun yang diambil dari laporan tahunan yang diterbitkan
perusahaan oleh Bursa Efek Teheran. Dengan menggunakan metode regresi
linear berganda. Studi ini mengeksplorasi teori keuangan tradisional (teori Trade-
off dan Pecking order teori) untuk menyelidiki faktor penentu struktur modal.
Variabel ukuran perusahaan, laba, pertumbuhan perusahaan, tangibility, dan
faktor risiko termasuk untuk mewakili pengaruh potensi teori tradisional. Studi
ini menganalisis dampak dari faktor finansial pada utang dan struktur ekuitas
perusahaan Iran. Hasil menunjukkan bahwa ukuran dan risiko berhubungan
positif terhadap struktur modal. Selain itu, profitabilitas, pertumbuhan dan
tangibility berhubungan negatif terhadap struktur modal. Hasilnya adalah bahwa
ukuran perusahaan konsisten terhadap teori trade-off dan profitabilitas konsisten
dengan teori pecking order. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penerapan
metode dan lokasi penelitian yang berbeda. Selain itu banyak variabel yang
diambil berbeda dengan penelitian ini.
Berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Amor Atiyet (2013)
dengan tujuan penelitian untuk meninjau kembali teori struktur modal dan
41
membandingkan kekuatan penjelas dari Teori Pecking order dan teori Trade-off.
Menggunakan sampel perusahaan Perancis yang listing di bursa saham dan milik
indeks SBF 250 selama periode 1999-2005. Dengan menggunakan Eviews 5.1,
dengan metode regresi linear berganda. Hasil ini dapat dijelaskan dengan adanya
informasi asimetris yang melibatkan masalah adverse selection. Sementara teori
statik trade-off model tidak cocok untuk menjelaskan penerbitan utang baru di
perusahaan Perancis. Bukti dari model pecking order menunjukkan bahwa defisit
pendanaan internal penentu yang paling penting yang mungkin menjelaskan
penerbitan utang baru. Secara ringkas, penelitian yang dilakukan adalah untuk
membandingkan kekuatan antara kedua teori struktur modal tersebut. Banyak
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan, baik dari segi variabel,
perhitungan, sampel penelitian dan metodenya.
Penelitian lain oleh Cahyani Nuswandari (2013) untuk mengetahui
determinan Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory dan Agency
Theory , dimana faktor yang di teliti sebagai variabel independen adalah
profitabilitas , ukuran perusahaan , risiko bisnis , peluang pertumbuhan dan
kepemilikan manajerial. Variabel profitabilitas , ukuran perusahaan, risiko bisnis
dianalisis dalam perspektif teori pecking order dan peluang pertumbuhan variabel
kepemilikan manajerial dan dianalisis dalam perspektif pengujian pecking order .
Hipotesis menggunakan regresi berganda . Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan
sampel menggunakan metode teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan
222 pengamatan mengumpulkan data 2008-2010. Jenis data yang digunakan
42
adalah data sekunder. Uji statistik menunjukkan hipotesis untuk variabel
profitabilitas dan risiko bisnis diterima . Ini berarti bahwa profitabilitas dan risiko
bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil
pengujian hipotesis untuk ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
variabel pada struktur modal . Dengan demikian hipotesis ditolak karena ukuran
arah perusahaan hipotesis yang berlawanan . Peluang pertumbuhan Variabel dan
kepemilikan manajerial dan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal.
Sebastian dan Wibowo (2015) menguji penerapan teori pecking order
terhadap struktur modal menggunakan uji regresi berganda dana uji financial
deficit periode 2005-2014 dengan 73 sample perusahaan manufaktur yang
terdapat di BEI hasilnya menunjukan bahwa profitabilitas, asset tangibility,
likuiditas, dan dividend payout berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Sementara variabel pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap struktur modal.
Arief, Topowijono, dan Nuzula (2015) melakukan penelitian terhadap faktor-
faktor struktur modal yaitu firm size, growth opportunity, profitability, business
risk, effective tax rate, asset tangibility, firm age dan liquidity. Objek penelitian
yang digunakan adalah perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2014, uji menggunakan model analisis
regresi berganda dengan 31 sample perusahaan yang hasilnya menunjukan bahwa
hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan firm size, growth
opportunity, profitability, business risk, effective tax rate, asset tangibility, firm
43
age dan liquidity memiliki pengaruh yang signifikan. Firm size, profitability,
effective tax rate dan firm age secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal, growth opportunity, business risk dan asset tangibility
secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan liquidity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
Ahmad Mohammad Obeid (2015) melakukan penelitian pada 215
perusahaan listed di Kuwait periode 2009-2013 metode yang digunakan adalah
Ordinary Least Square, hasilnya menunjukan bahwa kesempatan tumbuh,
likuiditas, profitabilitas, size dan tangibility signifikan terhadap laverage,
sedangkan deviden dan struktur kepemilikan perusahaan tidak signifikan terhadap
laverage perusahaan di Kuwait.
Penelitian lain oleh Ebrahim Abbasi and Maral Delghandi (2016) dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square menggunakan 133 perusahaan yang
terdaftar di bursa saham Tehran selama 10 tahun periode 2005-2014, hasilnya
bahwa profitabilitas dan risiko binis berpengaruh negatif terhadap hutang,
tangibility dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap hutang.
Secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap hutang. Wahida Ahmad
dan Noor Azillah Mohamad Ali (2017) melakukan penelitian mengenai pecking
order theory terhadap perusahaan makanan dan minuman selama 10 tahun
menggunakan random efect model periode 2003-2014 dengan 37 perusahaan
makanan dan minuman di Malaysia dan 38 perusahaan makanan dan minuman di
Thailand. Hasilnya sejalan dengan teori pecking order bahwa profitability,
44
tangibility aset, firm size, dan liquidity berhubungan negatif dengan hutang
sementara growth opportunities memiliki hubungan positif terhadap hutang.
Dalam penelitian ini menemukan bukti bahwa semua faktor penentu yang diteliti
pada perusahaan mkanan dan minuman di Malaysia dan Thailand menerapkan
teori pecking order dalam keputusan struktur modal mereka.
Secara ringkasan ditampilkan dalam bentuk table berikut ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti/
Tahun
Judul Metode Hasil
1 Wahida
Ahmad dan
Noor Azillah
Mohamad Ali
(2017)
Pecking Order
Theory: Evidence
from Malaysia
and Thailand
Food and
Beverages
Industry
Random
Effect
Model
profitability,
tangibility aset,
firm size, and
liquidity
berhubungan
negatif dengan
hutang sementara
growth
opportunities
memiliki
hubungan positif
terhadap hutang.
2 Ebrahim
Abbasi and
Maral
Delghandi
(2016)
Impact of Firm
Specific Factors
on Capital
Structure based
on Trade off
Theory and
Pecking Order
Theory - An
Empirical Study
of the Tehran‟s
Stock Market
Companies
Ordinary
Least
Square
profitabilitas dan
risiko binis
berpengaruh
negatif terhadap
hutang, tangibility
dan pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
positif terhadap
hutang. Secara
simultan semua
variabel
berpengaruh
terhadap hutang.
45
No Peneliti/
Tahun
Judul Metode Hasil
3 Ahmad
Mohammad
Obeid
(2015)
The Determinants
of Capital
Structure :
Empirical
Evidence From
Kuwait
Ordinary
Least
Square
Likuiditas, ukuran
perusahaan,
tangibility
signifikan positif
terhadap
perusahaan di
kuwait, sedangkan
profitability
signifikan negatif
terhadap
perusahaan di
kuwait.
4 Arfie,dkk.
(2015)
Pengaruh Firm
Size, Growth
Opportunity,
Profitability,
Business Risk,
Effective Tax
Rate, Asset
Tangibility, Firm
Age
Dan Liquidity
Terhadap
Struktur Modal
Perusahaan
(Studi Pada
Perusahaan
Sektor Property
Dan Real Estate
Yang Terdaftar
Di BEI Tahun
2009-2014).
Regresi
Linier
Berganda
secara simultan
firm size, growth
opportunity,
profitability,
business risk,
effective tax rate,
asset tangibility,
firm age dan
liquidity memiliki
pengaruh yang
signifikan. Firm
size, profitability,
effective tax rate
dan firm age
secara parsial
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap struktur
modal, growth
opportunity,
business risk dan
asset tangibility
secara parsial
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap struktur
modal, sedangkan
liquidity secara
parsial tidak
46
No Peneliti/
Tahun
Judul Metode Hasil
berpengaruh
signifikan
terhadap struktur
modal.
5 Sebastian
dan
Wibowo
(2015)
Penerapan
Teori
Pecking
Order dalam
Struktur
Modal
(Studi Pada
Perusahaan
di Industri
Manufaktur
yang
terdapat di
BEI periode
2005-2014)
Uji
Regresi
Bergand
a dan Uji
Financia
l Defisit
Menunjukan
bahwa
profitabilitas,
asset
tangibility,
likuiditas,
dan dividend
payout
berpengaruh
negatif
terhadap
struktur
modal.
Sementara
variabel
pertumbuhan
perusahaan
dan ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
6 Cahyani
Nuswandari
(2013)
Determinan
Struktur
Modal
dalam
Perspektif
Pecking
Order
Theory dan
Agency
Theory
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Profitabilitas dan
risiko bisnis
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap struktur
modal, ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan variabel
pada struktur
modal faktor-
faktor dalam
pecking order
47
No Peneliti/
Tahun
Judul Metode Hasil
theory. Peluang
pertumbuhan
Variabel dan
kepemilikan
manajerial dan
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap struktur
modal merupakan
prespektif agency
theory.
7 Aiyoub,
Melati , dkk
(2013)
Capital Structure
Decisions and
Determinants:
An Empirical
Study in Iran.
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Ukuran dan risiko
Berhubungan
positif terhadap
struktur modal.
Profitabilitas,
pertumbuhan dan
tangibility
berhubungan
negatif terhadap
struktur modal.
Ukuran
perusahaan
konsisten terhadap
teori trade-off dan
profitabilitas
konsisten dengan
teori pecking
order.
8 Pancawati dan
Rachmawati
(2012)
Determinan
Kebijakan
Hutang
(Dalam Agency
Theory Dan
Pecking Order
Theory)
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Profitabilitas
berpengaruh
positif signifikan
terhadap hutang,
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap utang,
struktur aktiva
perusahaan
berpengaruh
positif signifikan
terhadap hutang,
48
No Peneliti/
Tahun
Judul Metode Hasil
saldo laba ditahan
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap hutang,
sementara free
cash flow dan
kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap hutang.
9 Bagus
Wardianto
(2012)
Pengujian Teori
Struktur Modal
pada Perusahaan-
perusahaan 50
Biggest Market
Capitalization di
BEI.
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Trade off theory,
semua variable
independen
berpengaruh
secara simultan
dan secara parsial
hanya satu
variabel yaitu
tangibility. Dalam
hipotesis pecking
order, semua
variabel
berpengaruh
signifikan secara
simultan dan
secara parsial ada
tiga variabel yang
berpengaruh yaitu
tangibility,
growth dan defisit
pendanaan
internal. Dan hasil
perbandingan dari
dua teori,
menghasilkan
bahwa variable
defisit pendanaan
internal adalah
yang paling
berpengaruh
secara dominan
49
No Peneliti/
Tahun
Judul Metode Hasil
10 Werner Ria
Murhadi
(2011)
Determinan
Struktur Modal:
Studi di Asia
Tenggara
Ordinary
Least
Square
faktor yang
menentukan
kebijakan utang
adalah
profitabilitas,
ukuran
perusahaan, asset
tangibility dan
tingkat
pertumbuhan.
Dilain pihak, non-
debt tax shield
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan. Lebih
lanjut, penelitian
ini juga
menemukan
bahwa tidak ada
perbedaan praktek
yang nyata antara
penggunaan utang
di keenam negara
ASEAN.
Penelitian ini
secara umum
mendukung
pecking order
theory.
50
C. Kerangka Pemikiran
Berikut adalah gambar kerangka pemikiran dari penelitian ini:
Bursa Efek Indonesia
Uji Asumsi Klasik
A. Uji Normalitas
B. Uji Heteroskedastisitas
C. Uji Multikolinearitas
D. Uji Autokorelasi
Variabel Independent Faktor-faktor
yang mempengaruhi Struktur
Modal:
1. Pertumbuhan
2. Ukuran Perusahaan
3. Profitabilitas
4. Likuiditas
5. Tangibility
Variabel Dependent
Keputusan Pendanaan
(Debt Equity Ratio)
Jakarta Islamic Index
Analisis Regresi Berganda
A. Uji t B. Uji F C. Adj R2
B. Interpretasi, Kesimpulan dan
Saran
Kesimpulan dan Saran
51
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas akan disajikan dasar perumusan
hipotesis, yaitu :
1. Parsial
H0 : b1-b6 = 0, Tidak terdapat pengaruh antara variabel pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan tangibility
terhadap keputusan pendanaan (DER).
Ha : b1-b6 ≠ 0, Terdapat pengaruh antara variabel pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan tangibility
perusahaan terhadap keputusan pendanaan (DER).
2. Simultan
H0 : b1-b6 = 0, Tidak terdapat pengaruh antara variabel pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan , profitabilitas, likuiditas, dan tangibility
terhadap keputusan pendanaan (DER).
Ha : b1-b6 ≠ 0, Terdapat pengaruh antara variabel pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan , profitabilitas, likuiditas, dan tangibility
terhadap keputusan pendanaan (DER).
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan syariah dari berbagai
sektor di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2012-2016. Dimana di bursa efek
Indonesia adalah tempat perusahaan mempublikasikan laporan keuangan
perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Adapun penelitian yang dilakukan
terhadap laporan keuangan dari perusahaan syariah Jakarta Islamic Index (JII)
yang diaudit dengan pengambilan periode yaitu 2012-2016. Adapun variable
yang akan diteliti untuk perhitungan hipotesis Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran
Perusahaan , Profitabilitas , Likuiditas , Tangibility dan Keputusan Pendanaan
(DER).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan syariah
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2012-2016.
2. Sample
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono,2009). Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan
53
sampling karena jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga
keterbatasan peneliti untuk dapat meneliti populasi. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling,
yaitu teknik pengambilan sample dengan pertimbangan atau karakteristik
tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam penentuan sample penelitian
dengan kriteria peneliti sebagai berikut:
a. Perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index selama
periode 2012 sampai 2016.
b. Perusahaan yang konsisten terdaftar dalam Jakarta Islamic Index
selama periode 2012 sampai 2016.
c. Menyajikan laporan keuangan dalam satuan mata uang rupiah (Rp),
tidak dalam satuan mata uang asing.
Tabel 3.1
Pemilihan Sample
No Kriteria Sampel Perusahaan
1. Perusahaan yang terdaftar dalam indeks Jakarta
Islamic Index selama periode 2012-2016
30
2. Perusahaan yang konsisten terdaftar dalam indeks
Jakarta Islamic Index selama periode 2012-2016
(16)
3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan
dalam satuan mata uang asing
(1)
Jumlah Sampel 13
Sumber : Hasil Olah Data
54
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan
No Nama Perusahaan
1 Astra Argo Lestari Tbk
2 Astra International Tbk
3 Alam Sutera Realty Tbk
4 Charoen Pokphand Indonesia Tbk
5 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
6 Kalbe Farma Tbk
7 Lippo Karawaci Tbk
8 PP London Sumatera Indonesia Tbk
9 Tambang Batubara Bukitasam Tbk
10 Semen Indonesia (Persero) Tbk
11 Telekomunikasi Indonesia Tbk
12 United Tractors Tbk
13 Unilever Indonesia Tbk
Sumber : www.sahamok.com
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini,
penelitian menggunakan dua jenis sumber data yaitu data sekunder. Dimana data
sekunder didapatkan melalui laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan
syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) tahun periode 2012 sampai
2016.
Data sekunder didapatkan dari sumber yang sudah menjadi sebuah sumber
yang dipercaya. Data sekunder ini dilakukan melalui studi kepustakaan. Metode
studi kepustakaan adalah suatu cara yang dilakukan dimana dalam memperoleh
data dengan menggunakan cara membaca dan mempelajari buku-buku serta
jurnal-jurnal yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini, selain itu
juga data tersier adalah data yang dipakai dalam penelitian oleh peneliti lain.
55
Dalam data tersier ini dilakukan untuk data yang sulit ditemukan oleh peneliti dan
dengan sumber yang dipercaya.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Sebelum masuk dalam tahap pengujian, data yang akan di proses
terlebih dahulu melalui analisis deskripif. Tujuannya untuk menampilkan
informasi-informasi relevan yang terkandung dalam data tersebut. Analisis
deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data dari nilai rata-rata
(mean), nilai minimum dan nilai maksimum. Pengolahan data pada variabel
penelitian ini menggunakan batuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS Statistik
20.
2. Uji Asumsi Klasik
Penggunaan uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan
menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan pada penelitian ini.
Tujuan lainnya untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang
digunakan mempunyai data yang terdistribusikan secara normal, bebas dari
heterokedistisitas, autokorelasi, serta multikolinieritas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk
melihat normalitas residual menggunakan grafik histrogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dari grafik
56
Normal Probability Plot dan mengikuti arah garis diagonal atau garis
histogramnya maka model regresi menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memiliki asumsi normalitas (Ghozali, 2009). Selain
dengan melihat grafik Normal Probability Plot cara yang dapat
digunakan untuk menguji normalitas mengguanakan uji statistik non
parametik data adalah dengan melihat tabel Kolmogorov Smirnov yang
merupakan uji normalitas mengguanakan fungsi distribusi kumulatif.
Data dikatakan berdistribusi normal apabila di dapatkan nilai sig.2 tailed
lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2011: 160).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji mengetahui dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari ada
atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka
mengidentifikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
(nol) pada sumbu Y, maka terjadi tidak terjadi heteroskedastisitas.
(Ghozali, 2009).
57
Uji heteroskedastisitas dengan metode glejser dilakukan dengan
meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya.
Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai
mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah
heteroskedastisitas, demikian pula sebaliknya (Suliyanto, 2011). Uji
glejser melihat apakah model regresi terjadi masalah heteroskedastisitas
dengan cara melihat nilai sig dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut:
1. Tidak terjadi heteroskedastisitas, nilai sig > alpha (0,05)
2. Terjadi heteroskedastisitas, nilai sig < alpha (0,05)
c. Uji Multikolinieritas
Uji mulitikolinieritas bertujuan untuk menguji mengetahui model
regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel
independen (Ghozali, 2009). Deteksi ada tidaknya multikolinieritas
dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation
Faktor) dan tolerance. Regresi bebas dari masalah mutikolinieritas jika
nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.1 (Ghozali, 2009).
d. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi bertujuan menguji mengetahui dalam model regresi
linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokolerasi (Ghozali, 2009).
58
Keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi dalam model dapat
menggunakan uji Run Test, jika antar residual tidak terdapat hubungan
korelasi maka dikatakan bahwa nilai residual adalah random atau acak
(Suliyanto, 2011:137). Apabila tingkat signifikansi hasil Run Test
dibawah α (0,05) maka dalam model terdapat autokorelasi. Tetapi
apabila tidak signifikan pada α (0,05) maka tidak terdapat autokorelasi.
Menurut Singgih (2002), residual diolah dengan uji run test, kemudian
dibandingkan dengan tingkat signifikansi (alpha) yang dipergunakan.
Apabila nilai hasil uji run test lebih besar dari pada alpha (run test >
alpha) maka tidak terdapat autokorelasi pada data yang diuji.
3. Uji Hipotesis
Peneliti menggunakan beberapa uji hipotesis, diantaranya adalah uji
ststistik t, uji statistik F dan koefisien determinasi.
a. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa pengaruh satu
variabel independent secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependent. Dalam pengolahan data menggunakan program
komputer SPSS versi 20.0, pengaruh secara individual ditunjukan dari
nilai signifikan uji t. Dengan tingkat signifikan 5%, maka kriteria
pengujian adalah sebagai berikut :
1. Bila nilai signifikan t < 0.05 maka H0 ditolak, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara satu variabel independent terhadap
variabel dependent.
59
2. Apabila nilai signifikan t > 0.05 maka H0 diterima, artinya tidak
ada pengaruh yang signifikan anatara satu variabel independent
terhadap variabel dependent.
Dan menurut Sugiyono (2009:142) bila t hitung lebih kecil dari t tabel
maka demikian Ho diterima dan Ha ditolak, jadi jika t hitung lebih besar
dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam pengolahan data
menggunakan program komputer Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) versi 20.0, pengaruh secara individual ditunjukkan dari
nilai signifikan uji F, dengan tingkat signifikan 5% sebagai berikut:
1. Apabila nilai signifikansi F< 0.05, maka H0 ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen
terhadap variabel dependen.
2. Apabila nilai signifikansi F> 0.05, maka H0 diterima, artinya tidak
ada pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen
terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
60
yang mendekati satu berarti variabel independen hampir memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen. (Ghozali, 2009)
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat
tidak peduli variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai
Adjusted R2, yang dapat fluktuasi apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model.
Nilai Adjusted R2 adalah sebesar satu berarti fluktuasi variabel
dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan ada
faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai
Adjusted R2 adalah sebesar satu berarti fluktuasi variabel dependen
sebelumnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada
faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai
Adjusted R2 berkisar antara nol sampai satu. Jika mendekati 1 berarti
semakin kuat kemempuan variabel independen dapat menjelaskan
variabel dependen. Sebaliknya jika nilainya mendekati nol, berarti
semakin rendah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan
fluktuasi variabel dependen.
61
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel independent dalam mempengaruhi variabel dependent
secara bersama-sama atau simultan ataupun secara parsial. Untuk
mengetahui variabel independen yaitu pertumbuhan perusahaan (firm
growth), ukuran perusahaan (firm size), profitablitas, likuiditas, dan
tangibility yang mempengaruhi secara signifikan terhadap debt to equity
ratio pada perusahaan syariah di bursa efek Indonesia maka digunakan
persamaan umum regresi linier berganda, yaitu sebagai berikut :
DER = α + β1Growth + β2Size + β3Profit+ β4Liq+ β5Tang +ε
Keterangan :
DER = Debt Equity Ratio
α = konstanta
β1Growth = Pertumbuhan Perusahaan
β2Size = Ukuran Perusahaan
β3Profit = Profitabilitas
β4Liq = Likuiditas
β5Tang = Tangibility
Ε = Residual Variabel (Tingkat Kesalahan)
62
E. Operasional Variabel Penelitian
Berikut peneliti sajikan rumus-rumus mengenai perhitungan dari variabel
variabel yang diambil dalam penelitian ini, baik variabel independen dan variabel
dependen. Dimana variabel independen terdiri dari Pertumbuhan Perusahaan,
Ukuran Perusahaaan, Profitabilitas, Likuiditas, dan Tangibility. Sedangkan Debt
Equity Ratio sebagai variabel dependen.
1. Variabel Dependent
Variabel dependent merupakan variabel utama yang dipengaruhi dan
tergantung oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependent yang terkait adalah keputusan pendanaan dapat diukur dari rasio
perbandingan antara total hutang terhadap ekuitas yang diukur dalam Debt
to Equity Ratio (DER). Rumus DER adalah sebagai berikut :
Debt to Equity Ratio =
2. Variabel Independen
Variabel Independen disebut juga variabel prediktor biasa
dilambangkan dengan (X) adalah variabel dependen yang mempengaruhi
baik secara positif ataupun negatif. Variabel Independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Pertumbuhan Perusahaan (Firm Growth)
Variabel independen yang diberi simbol dalam regresi linear
berganda dengan symbol (β1Growth). Dalam penelitian ini digunakan
rumus berikut seperti halnya yang dipakai dalam penelitian oleh
Wardianto (2012) dan Fadli (2010):
63
Pertumbuhan Perusahaan =
b. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Variabel independen yang diberi simbol (β2Size). Sebenarnya banyak
cara untuk mengetahui ukuran perusahaan, bisa melalui logaritma
natural penjualan dan lainnya. Dalam penelitian ini menggunakan rumus
seperti yang dipakai oleh Wahida Ahmad (2017):
Ukuran Perusahaan =
c. Profitabilitas (Profitability)
Variabel independen dengan simbol (β3Profit). Dalam perhitungan
iniuntuk mengatahui tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba, profitabilitas menggunakan proksi ROE (Return On
Equity). Rumus ini dipakai oleh Cahyani (2013):
Return on Equity =
d. Likuiditas (Liquidity)
Salah satu variabel independen dengan simbol (β4Liq). sebagai proksi
perhitungan tingkat likuiditas perusahaan, peneliti menggunakan rasio
lancar atau current ratio. Dalam perhitungannya menggunakan rasio
lancar untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
64
kewajiban jangka pendek. Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti
yang digunakan oleh Wahida (2017):
Current Ratio =
e. Tangibility
Salah satu variabel independent yang diberi simbol (β5Tang), untuk
mengetahui seberapa besar jumlah asset berwujud perusahaan
dibandingkan dengan total asset yang dimilikinya. Dalam
pengukurannya, Arief (2016) menggunakan rumus berikut :
Tangibility =
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Jakarta Islamic Indeks (JII)
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah suatu kegiatan
yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga profesi yang
berkaitan dengannya. Dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
tidak bertentangan dengan syariat Islam (Rodoni dan Hamid , 2008).
Pada tanggal 3 Juli 2000, BEI bekerja sama dengan Danareksa
Investment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat
berdasrkan syariah islam yaitu Jakarta Islamic Indeks (JII). Indeks ini
diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah
serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah.
Jakarta Islamic indeks (JII) terdiri dari 30 saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya,
pemilihan saham yang masuk ke dalam kriteria syariah melibatkan pihak
dengan pengawas syariah Danareksa Investment Managament. Akan tetapi
seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut
dilakukan oleh Bapepam-LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah
Nasional. Hal ini tertuang dalam peraturan Bapepam-LK Nomor II 1 tentang
kriteria dan penerbitan daftar efek syariah.
66
Untuk menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam
perhitungan Jakarta Islamic Indeks (JII) dilakukan proses seleksi sebagai
berikut :
a. Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah
yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK.
b. Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut berdasarkan
urutan kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
c. Dari 60 saham tersebut dipilih 30 saham berdasarkan tingkat
likuiditas yaitu nilai transaksi di pasar regular selama satu tahun
terakhir.
Fungsi pasar modal syariah menurut MM. Metwally adalah sebagai
berikut: (Sudarsono, 2008)
a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya.
b. Memungkinkan bagi pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
d. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek
pada harga saham.
e. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
67
Instrumen yang dilarang dalam pasar modal syariah menurut Abdul
Hamid (2009) diantaranya sebagai berikut :
a. Saham Istimewa (Preferred Stock)
Saham Istimewa adalah saham yang memberikan hak yang lebih
besar daripada saham biasa dalam dividen pada waktu perseroan
dilikuiditas
b. Forward Contract
Forward Contract merupakan salah satu jenis transaksi yang
diharamkan bertentangan dengan syariah. Forward contract
merupakan bentuk jual beli hutang yang didalamnya terdapat
unsur riba, sedangkan transaksi jual beli dilakukan sebelum
tanggal jatuh tempo.
c. Opsi
Opsi Adalah transaksi yang tidak disertai dengan underlying aset
atau Rill Aset, dengan kata lain objek yang ditransaksikan tidak
dimiliki pihak penjual. Opsi termasuk dalam kategori Gharar
(penipuan/spekulasi) dan Maysir (judi).
d. Transaction Margin on trading
Transaksi ini merupakan dimana pembeli membayar sebagian
harga secara tunai, yang sisanya dilunasi dari pinjman kepada
bank melalui perantara dengan syarat surat berharga tersebut
dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjamin.
68
Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan
prinsip hukum Islam adalah (Rodoni, 2009)
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk
perbankan dan asuransi konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta
memperdagangkan makan dan minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan
barang-barang atau jasa yang merusak moral yang bersifat
mudarat.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dapat memberikan gambaran tentang suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi yang dihasilkan
dari variabel penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi Pertumbuhan Perusahaan (firm growth), Ukuran Perusahaan
(firm size), Profitabilitas (ROE), Likuiditas dan Tangibility sebagai variabel
independen dan Keputusan Pendanaan (DER) sebagai variabel dependen.
Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif dengan
menggunakan program SPSS yang terlihat dalam tabel 4.1 dibawah ini
69
Tabel 4.1
Deskriptif statistik pertumbuhan perusahaan pada Jakarta Islamic Index
Periode 2012-2016.
(%)
2012 2013 2014 2015 2016
AALI 21,71 20,49 24,02 15,91 12,61
ASII 18,12 17,40 10,30 3,99 6,69
ASRI 82,21 31,81 17,30 10,55 6,76
CPIN 39,56 27,32 32,69 18,32 2,18
INTP 25,36 16,93 8,56 -4,32 9,09
KLBF 13,82 20,14 9,81 10,23 7,24
LPKR 36,20 25,86 20,64 9,44 10,35
LSIP 11,19 5,60 8,53 2,23 6,90
PTBA 10,62 -8,26 26,85 14,06 2,11
SMGR 35,18 15,85 11,44 11,19 15,92
TLKM 8,07 14,89 10,12 17,94 8,09
UNTR 8,31 14,04 5,11 2,36 3,69
UNVR 14,34 -37,54 90,78 10,15 6,46
Rata-Rata 24,98 12,66 21,24 9,39 7,55
Maksimum 82,21 31,81 90,78 18,32 15,92
Minimum 8,07 -37,54 5,11 -4,32 2,11
Sumber : Data yang sudah diolah
a. Tingkat Rata-Rata Pertumbuhan Perusahaan di Jakarta Islamic
Index
Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari peningkatan
perolehan total aset masa lalu akan menggambarkan laba di masa akan
datang. Tingkat pertumbuhan perusahaan menunjukan seberapa besar
perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan.
Keputusan pendanaan berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi dengan penggunaan ekuitas dengan model pembiayaan agar
tidak terjadi biaya keagenan (Agency Cost) anatara pemegang saham
70
dengan menajeman perusahaan. Dan sebaliknya tingkat pertumbuhan
rendah lebih baik menggunkaan hutang dan sumber pembiayaannya.
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil rata-rata pada tahun 2012
pertumbuhan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar
24,98% perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan makmsimum
adalah Alam Sutera Reality Tbk sebesar 82,21%. Sebaliknya perusahaan
yang memiliki tingkat pertumbuhan minimum adalah Telekomunikasi
Indonesia Tbk dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8,07%. Pada tahun
2013 rata-rata pertumbuhan yang menjadi perusahaan sampel dalam
penelitian sebesar sebesar 12,66% , perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan maksimum adalah Alam Sutera Reality Tbk sebesar 31,
81%. Sebaliknya perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
minimum adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar -37,54%.
Pada tahun 2014 rata-rata pertumbuhan yang menjadi perusahaan
sampel dalam penelitian sebesar sebesar 21,24% , perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan maksimum adalah Unilever Indonesia Tbk
sebesar 90,78%. Sebaliknya perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan minimum adalah United Tractor Tbk sebesar 5,11%. Pada
tahun 2015 tingkat rata-rata pertumbuhan perusahaan sebesar 9,39%,
perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan maksimum adalah
Charoen Phokphand Indonesia Tbk sebesar 18,32% dan perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan minimum adalah Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. Sedangkan tahun 2016 rata-rata pertumbuhan perusahaan
71
sebesar 7,55%, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
maksimum Semen Indonesia (Persero) Tbk sebesar 15,92% dan
sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhan minimum adalah
Tambang Batubara Bukitasam Tbk sebesar 2,11%.
Tabel 4.2
Deskriptif statistik ukuran perusahaan pada Jakarta Islamic Index Periode
2012-2016.
(%)
2012 2013 2014 2015 2016
AALI 30,15 30,34 30,55 30,70 30,82
ASII 32,84 33,00 33,09 33,13 33,20
ASRI 30,02 30,30 30,46 30,56 30,63
CPIN 30,14 30,39 30,67 30,84 30,86
INTP 30,76 30,91 30,99 30,95 31,04
KLBF 29,87 30,06 30,15 30,25 30,32
LPKR 23,94 31,07 31,26 31,35 31,45
LSIP 29,65 29,71 29,79 29,81 29,88
PTBA 30,17 30,09 30,33 30,46 30,48
SMGR 30,91 31,06 31,17 31,27 31,42
TLKM 32,34 32,48 32,58 32,74 32,82
UNTR 31,55 31,68 31,73 31,75 31,79
UNVR 30,11 29,64 30,29 30,39 30,45
Rata-Rata 30,19 30,83 31,00 31,09 31,17
Maksimum 32,84 33,00 33,09 33,13 33,20
Minimum 23,94 29,64 29,79 29,81 29,88
b. Tingkat Rata-Rata Ukuran Perusahaan di Jakarta Islamic Index
Ukuran Perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan
yang terlihat dalam nilai total asset perusahaan. Apabila semakin besar
ukuran perusahaan maka ada kecenderungan lebih banyak investor yang
tertarik berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil rata-rata pada tahun 2012
pertumbuhan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar
72
30,19% perusahaan yang memiliki tingkat ukuran perusahaan
makmsimum adalah Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 32,84% .
Sebaliknya perusahaan yang memiliki tingkat ukuran minimum adalah
Lippo Karawaci Tbk sebesar 8,07%. Pada tahun 2013 rata-rata ukuran
yang menjadi perusahaan sampel dalam penelitian sebesar 30,83% ,
perusahaan yang memiliki tingkat ukuran maksimum adalah Astra
International Tbk sebesar 33, 00%. Sebaliknya perusahaan yang memiliki
tingkat ukuran minimum adalah Uniliver Indonesia Tbk sebesar 29,64%.
Pada tahun 2014 rata-rata ukuran yang menjadi perusahaan sampel
dalam penelitian sebesar sebesar 31,00% , perusahaan yang memiliki
tingkat ukuran maksimum adalah Astra International Tbk sebesar
33,09%. Sebaliknya perusahaan yang memiliki tingkat ukuran minimum
adalah PP London Sumatera Indonesia Tbk sebesar 29,79%.
Pada tahun 2015 tingkat rata-rata ukuran perusahaan sebesar 31,09%,
perusahaan yang memiliki tingkat ukuran maksimum adalah Astra
International Tbk sebesar 33,13% dan perusahaan yang memiliki tingkat
ukuran minimum adalah PP London Sumatera Indonesia Tbk sebesar
29,81%.
Sedangkan tahun 2016 rata-rata ukuran perusahaan sebesar 31,17%,
perusahaan yang memiliki tingkat ukuran maksimum adalah Astra
International Tbk sebesar 33,20% dan sebaliknya perusahaan yang
tingkat pertumbuhan minimum adalah PP London Sumatera Indonesia
Tbk sebesar 29,88%.
73
Tabel 4.3
Deskriptif statistik profitabilitas perusahaan pada Jakarta Islamic Index
Periode 2012-2016
(%)
2012 2013 2014 2015 2016
AALI 26,91 18,55 22,16 5,95 12,02
ASII 25,32 21 18,39 12,34 13,89
ASRI 25,7 16,68 18,47 10,36 8,99
CPIN 32,79 25,41 15,96 14,59 17,14
INTP 24,53 21,81 21,28 18,25 12,84
KLBF 24,08 23,18 21,61 18,81 14,7
LPKR 11,53 11,23 17,77 5,41 5,56
LSIP 39,92 30,32 34,62 26,63 28,87
PTBA 34,21 24,55 23,29 21,93 11
SMGR 27,17 24,56 22,29 16,49 14,83
TLKM 27,41 26,21 24,9 24,96 27,64
UNTR 17,81 13,46 12,55 7,11 11,98
UNVR 121,94 125,81 124,78 121,22 135,85
Rata-Rata 33,80 29,44 29,08 23,39 24,25
Maksimum 121,94 125,81 124,78 121,22 135,85
Minimum 11,53 11,23 12,55 5,41 5,56
c. Tingkat Rata-Rata Profitabilitas Perusahaan di Jakarta Islamic
Index
Tingkat pengambilan ekuitas menunjukan keberhasilan atau kegagalan
pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengambilan
investasi pemegang saham dalam perusahaan. Rasio ini mengukur
seberapa besar pendapatan investor dari jumlah yang diinvestasikan
dalam perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukan semakin
tinggi tingkat pengembalian terhadap ekuitas dan semakin baik kinerja
perusahaan tersebut, dan juga semakin besar profitabilitas perusahaan
maka semakin kecil keputusan pendanaan melalui hutang yang diukur
melalui debt to equity ratio (DER).
74
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil rata-rata tingkat pengembalian
atas ekuitas untuk perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian
pada tahun 2012 sebesar 33,80%. Perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas dengan nilai maksimum sebesar 121,94% adalah Uniliver
Indonesia Tbk, sebaliknya perusahaan yang mencapai nilai minum adalah
Lippo Karawaci Tbk sebesar 11,53%.
Tingkat rata-rata profitabilitas pada tahun 2013 sebesar 29,44%,
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang maksimum adalah Uniliver
Indonesia Tbk sebesar 125,81%. Sebaliknya perusahaan dengan tungkat
minimum adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 11,23%. Tingkat rata-rata
profitabilitas pada tahun 2014 sebesar 29,08%, perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang maksimum adalah Uniliver Indonesia Tbk
sebesar 124,78%. Sebaliknya perusahaan dengan tungkat minimum
adalah United Tractor Tbk sebesar 12,55%.
Tingkat rata-rata profitabilitas pada tahun 2015 sebesar 23,39%,
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang maksimum adalah Uniliver
Indonesia Tbk sebesar 121,22%. Sebaliknya perusahaan dengan tungkat
minimum adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 5,41%. Tingkat rata-rata
profitabilitas pada tahun 2016 sebesar 24,25%, perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang maksimum adalah Uniliver Indonesia Tbk
sebesar 135,85%. Sebaliknya perusahaan dengan tungkat minimum
adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 5,56%.
75
Tabel 4.4
Deskriptif statistik likuiditas perusahaan pada Jakarta Islamic Index Periode
2012-2016.
(%)
2012 2013 2014 2015 2016
AALI 68,46 45 58,47 79,9 102,75
ASII 139,91 124,2 132,26 137,93 123,94
ASRI 123,48 75,30 113,73 71,92 89,75
CPIN 331,28 379,23 224,07 210,62 216,8
INTP 602,76 614,81 493,37 488,66 452,5
KLBF 340,54 283,93 340,36 369,78 374,73
LPKR 559,88 495,98 523,33 691,33 545,47
LSIP 327,3 248,52 249,11 222,1 245,91
PTBA 492,37 286,59 207,51 154,35 177,17
SMGR 170,59 188,24 220,9 159,7 127,25
TLKM 116,04 116,31 106,22 135,29 119,97
UNTR 194,65 191,02 206,04 214,77 229,88
UNVR 66,83 69,64 71,49 65,4 60,56
Rata-Rata 271,85 239,90 226,68 230,90 220,51
Maksimum 602,76 614,81 523,32 691,32 545,46
Minimum 66,83 45 58,47 65,4 60,56
d. Tingkat Rata-Rata Likuiditas Perusahaan di Jakarta Islamic
Index
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan melunasi hutang
jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang memiliki
likuiditas perusahaan yang tinggi berarti perusahaan memiliki internal
financing yang cukup untuk digunakan membayar kewajibannya
sehingga struktur modal akan berkurang.
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil rata-rata tingkat likuiditas
perusahaan syariah yang menjadi sample dalam penelitian 2012 sebesar
271,85%. Perusahaan dengan likuiditas maksimum adalah Indocemen
76
Tunggal Prakasa Tbk sebesar 602,76%, dan nilai minimum sebesar
66,83% adalah Uniliver Indonesia Tbk. Pada tahun 2013 rata-rata
likuiditas di perusahaan JII sebesar 239,90%, perusahaan dengan
likuiditas maksimum sebesar 614,81% adalah Indocemen Tunggal
Prakasa Tbk dan dengan likuiditas minimum sebesar 45% adalah Astra
Agro Lestari Tbk.
Tingkat rata-rata likuiditas tahun 2014 sebesar 226,68%, perusahaan
dengan likuiditas maksimum adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar
523,33%, dan dengan likuiditas minimum sebesar 58,47% adalah Astra
Agro Lestari Tbk. Tahun 2015 rata-rata likuiditas sebesar 230,90%,
perusahaan yang ,mencapai nilai maksimum adalah Lippo Karawaci Tbk,
dan nilai minimum sebesar 65,4% adalah Uniliver Indonesia Tbk. Tahun
2016 rata-rata likuiditas sebesar 220,51%dengan nilai maksimum sebesar
545,46% Lippo Karawaci dan nilai minimum sebesar 60,56% adalah
Uniliver Indonesia.
Tabel 4.5
Deskriptif statistik tangibility perusahaan pada Jakarta Islamic Index
Periode 2012-2016.
(%)
2012 2013 2014 2015 2016
AALI 39,60 43,39 44,91 43,52 41,39
ASII 18,83 17,69 17,48 16,99 16,5
ASRI 6,47 5,56 5,66 5,86 5,66
CPIN 37,19 40,64 43,42 45,06 45,05
INTP 23,94 25,86 27,40 28,76 30,41
KLBF 34,87 34,97 42,04 49,98 48,57
LPKR 8,94 8,98 8,50 6,61 6,36
LSIP 29,53 3,47 37,42 38,74 36,33
PTBA 14,56 24,01 26,92 33,02 34,16
77
2012 2013 2014 2015 2016
SMGR 63,19 61,26 58,93 65,96 69,79
TLKM 69,18 67,81 67,29 62,40 63,75
UNTR 30,21 25,41 22,60 18,25 18,87
UNVR 52,43 91,84 51,45 52,90 56,91
Rata-Rata 33,00 34,68 34,92 36,01 36,44
Maksimum 69,18 91,84 67,29 65,96 69,79
Minimum 6,47 3,47 5,66 5,86 5,66
e. Tingkat Rata-Rata Tangibility Perusahaan di Jakarta Islamic
Index
Perusahaan yang memiliki total aktiva berwujud (Tangibility)
menunjukan besarnya alokasi aset yang dimiliki perusahaan, dimana aset
tersebut merupakan sebagian besar modal yang tertanam pada suatu
perusahaan. Semakin besar tangibility yang dimiliki maka kinerja
perusahaan dibidang produksi semakin bagus.
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil rata-rata tingkat tangibility tahun
2012 untuk perusahaan yang menjadi sample dalam penelitian sebesar
33,00%, dengan nilai maksimum 69,18% pada Telekomunikasi Indonesia
Tbk, dan nilai minimum sebesar 6,47% yaitu Sutera Reality Tbk. Tahun
2013 rata-rata likuidtas sebesar 34,68%, dengan nilai maksimum pada
perusahaan Uniliver Indonesia sebesar 91,845 dan nilai minimum 3,14%
perusahaan PP London Sumatera Indonesia Tbk. 2014 tingkat rata-rata
likuiditas 34,92% dengan nilai maksimum pada peusahaan
Telekomunikasi Indonesia sebesar 67,29% dana nilai minimum sebesar
5,66% pada Astra Agro Lestari Tbk.
78
Pada tahun 2015 nilai rata-rata likuidias pada perusahaan sampel
sebesar 36,01%, dengan nilai maksimum sebesar 65,96% pada
perusahaan Semen Indonesia (Persero) Tbk dan nilai minimum sebesar
5,86 oleh perusahaan Alam Sutera Reality Tbk. Sedangkam tahun 2016
tingkat rata-rata pada perusahaan sampel sebesar 36,44% dengan nilai
maksimum sebesar 69,79% pada perusahaan Semen Indonesia (Persero)
Tbk, dan nilai minimum perusahaan Alam Sutera Reality Tbk sebesar
5,66%.
Tabel 4.6
Deskriptif statistik DER pada Jakarta Islamic Index Periode 2012-2016.
(X)
2012 2013 2014 2015 2016
AALI 0,33 0,46 0,57 0,84 0,38
ASII 1,03 0,46 0,39 0,43 0,93
ASRI 1,31 1,71 1,66 1,83 1,72
CPIN 0,51 0,58 0,91 0,97 0,73
INTP 0,17 0,16 0,17 0,16 0,13
KLBF 0,28 0,33 0,27 0,25 0,24
LPKR 1,17 1,21 1,14 1,18 1,07
LSIP 0,17 0,21 0,2 0,21 0,24
PTBA 0,5 0,55 0,71 0,82 0,8
SMGR 0,46 0,41 0,37 0,39 0,45
TLKM 0,66 0,78 0,64 0,78 0,7
UNTR 0,56 0,61 0,56 0,57 0,5
UNVR 2,02 2,14 2,01 2,26 2,56
Rata-Rata 0,70 0,74 0,74 0,82 0,80
Maksimum 2,02 2,14 2,01 2,26 2,56
Minimum 0,17 0,16 0,17 0,16 0,13
79
f. Tingkat Rata-Rata Hutang Perusahaan di Jakarta Islamic Index.
Rasio-rasio hutang menunjukan besarnya modal yang berasal dari
pinjaman (modal eksternal) yang dipergunkan untuk membiayai investasi
dan juga kegiatan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari luar
perusahaan akan meningkatkan rasio perusahaan. Semakin tinggi rasio
hutang menunjukkan kompisisi hutang semakin besar dibanding dengan
total modal sendiri dan menunjukkan semakin besar kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh hasil rata-rata tingkat hutang
(keputusan pendanaan) untuk perusahaan yang menjadi sample dalam
penelitian pada tahun 2012 sampai 2016 adalah sebesar 0,70X; 0,73X ;
0,73X ; 0,82X dan 0,80X. Perusahaan yang memiliki tingkat maksimum
pada keputusan pendanaan (DER) sejak tahun 2012 sampai 2016 adalah
Uniliver Indonesia Tbk sebesar 2,02X ; 2,14X ; 2,01X ; 2,26X ; dan
2,56X. Sedangkan tingkat minimum pada keputusan pendanaan pada
perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2012 sampai tahun
2016 selama berturut-turut dengan nilai sebesar 0,17X ; 0,16X ; 0,17X ;
0,16X ; dan 0,13X.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Dalam uji normalitas ini digunakan analisis grafik dan uji
80
Kolmogorov Smirnov untuk mendeteksi apakah resdiual berdistribusi
normal atau tidak.
Uji normalitas data dengan menggunakan SPSS 20.0 gambar
sebagai berikut :
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Data yang telah Diolah
Berdasarkan hasil olah data diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data
searah dengan garis diagonal dan sedikit melengkung menjauhi garis
diagonal, dan model ini diragukan untuk menganalisis pengaruh
variabel-variabel bebas (pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan,
profitabilitas, ukuran, dan tangibility) terhadap variabel terikat
(keputusan pendanaan). Untuk memperkuat hasil uji normalitas di atas
dilakukan uji non parametik Kolmogorov-Smirnov agar uji normalitas
dapat disimpulkan.
81
Tabel 4.7
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 65
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation ,41968583
Most Extreme Differences
Absolute ,161
Positive ,161
Negative -,091
Kolmogorov-Smirnov Z 1,298
Asymp. Sig. (2-tailed) ,069
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data yang telah Diolah
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan data dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,298 dan output menunjukan bahwa
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,69 dan nilai sig lebih besar dari
0,05 sehingga data berdistribusi normal.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat graffik scatterplot antara
82
SRESID dan ZPRED. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang
membentuk suatu pola teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak
terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Adapun hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data yang telah diolah
Berdasarkan hasil heteroskedastisitas pada Gambar 4.2 terlihat
bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada
sumbu Y dan sedikit terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada
persamaan regresi linier berganda dalam model ini titiknya sedikit
berkumpul dan membentuk pola melengkung. Sehingga diperlukan uji
lain untuk memperjelas hasil pada scatter plot.
Selain menggunakan scatter plot untuk pengujian
heteroskedastisitas, peneliti juga menggunakan Uji Glejser untuk
83
menghindari keraguan melalui grafik. Uji glejser dapat dilakukan
setelah mendapat nilai unstandardized residual yang telah
dikuadratkan dan di absolutkan, lalu meregresikan nilai tersebut
menjadi variabel dependen.
Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas Melalui Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 1,548 ,915 1,692 ,096
Firm_Growth -,001 ,002 -,064 -,491 ,625 ,922 1,085
Firm_Size -,038 ,029 -,176 -1,330 ,189 ,895 1,118
Profitabilitas -,002 ,001 -,254 -1,861 ,068 ,845 1,183
Likuiditas -005 ,000 -,010 -,068 ,946 ,661 1,513
Tangiblity ,001 ,002 ,105 ,696 ,489 ,692 1,445
a. Dependent Variable: ABS_Glejser
Sumber : Data yang telah diolah
Pada tabel 4.8 dapat kita lihat hasil uji glejser melalui table
Coefficients dan nilai sig. Pada bagian sig dapat kita ketahui bahwa
semua variabel independen berada di atas 0,05. Hal ini berarti model
tidak mengalami heteroskedastisitas.
84
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak, model yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Jika
variabel bebas saling berkorelasi, maka nilai korelasi antar variabel-
variabel bebas tidak sama dengan nol. Pengujian dalam uji
multikolinieritas dengan melihat nilai VIF dan Tolerance, dengan nilai
cut-off yang di pakai untuk menentukam tidak adanya
multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10.
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Firm_Growth ,922 1,085
Firm_Size ,895 1,118
Profitabilitas ,845 1,183
Likuiditas ,661 1,513
Tangiblity ,692 1,445
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Data yang telah diolah
Berdasarakan tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji
multikolinieritas menunjukan nilai tolerance tiap-tiap variabel lebih
dari 0,1 dan VIF tidak ada yang melebihi 10, sehingga dapat
85
disimpulkan bahwa semua variabel independen dalam model
peramaan regresi tidak terjadi masalah multikolinieritas dan dapat
digunakan dalam penelitian ini.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
kesalahan pengganggu (residual) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu
(time series) karena gangguan pada seseorang individu atau kelompok
cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok
yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2011:110).
Dalam penelitian ini menggunkan uji run test sebagai uji
autokorelasi, yang tujuan melihat apakah residual bersifat acak atau
tidak. Bila tidak acak berarti terjadi masalah korelasi. Residual diolah
dengan uji run test, kemudian dibandingkan dengan tingkat
signifikansi (alpha) yang dipergunakan. Apabila nilai hasil uji run test
lebih besar daripada alpha (run test > alpha) maka tidak terdapat
autokorelasi pada data yang di uji. (Suliyanto, 2011).
86
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -,15806
Cases < Test Value 32
Cases >= Test Value 33
Total Cases 65
Number of Runs 28
Z -1,374
Asymp. Sig. (2-tailed) ,170
a. Median
Sumber : Data yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai run test diatas
menunjukan nilai signifikan yaitu 0.170 yang mengartikan nilai run
test > dari nilai 0,05 (alpha) (0.170>0.05), ini menyimpulkan bahwa
tidak terjadi autokorelasi pada data yang diteliti sehingga penelitian
data dilanjutkan ketahap selanjutnya.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Uji parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen secara
individual atau secara parsial. Hasil uji t dapat diketahui melalui nilai sig t
yang terdapat pada tabel coefficients melalui niali t. Hasil uji t penelitian
dapat dilihat sebagai berikut.
87
Tabel 4.11
Hasil Uji-t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -2,392 1,680 -1,424 ,160
Firm_Growth ,009 ,004 ,202 2,038 ,046 ,922 1,085
Firm_Size ,105 ,052 ,202 2,011 ,049 ,895 1,118
Profitabilitas ,011 ,002 ,578 5,579 ,000 ,845 1,183
Likuiditas -,001 ,000 -,299 -2,551 ,013 ,661 1,513
Tangiblity -,005 ,003 -,206 -1,803 ,076 ,692 1,445
a. Dependent Variable: DER
Sumber : data yang diolah
1. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Keputusan
Pendanaan (DER)
Variabel pertumbuhan perusahaan (firm growth) berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pendanaan (DER) dengan nilai signifikan level 0,046 <
0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan (firm
growth) berpengaruh terhadap keputusan pendanaan (DER), dengan
demikian H1 diterima (Hipotesis yang diajukan peneliti diterima)
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin stabil pertumbuhan perusahaan,
maka perusahaan cenderung memutuskan pendanaan menggunakan hutang,
dengan arah positif yang menunjukan setiap kenaikan pertumbuhan akan
meningkatkan keputusan pendanaan (DER) yang berarti nilai hutang akan
meningkat. Walaupun peningkatan hutang tidak besar hanya sebesar 0,009
88
atau 0,9% ini mengindikasikan bahwa tidak menjadi jaminan perusahaan
yang meningkat pertumbuhannya akan menurunkan nilai hutang baik jangka
pendek ataupun jangka panjang. Menurut J Fred Watson pertumbuhan
merupakan rasio yang menggambarkan perusahaan mempertahankan posisi
ekonominya, semakin bertumbuh sebuah perusahaan maka permintaan
terhadap kebutuhan pendanaan akan meningkat. Jika perusahaan hanya
bergantung pada pendanaan internal saja, maka pertumbuhan akan terbatas
sehingga penggunaan hutang sebagai dana tambahan akan meningkat. Hal
ini juga sesuai dengan trade off teori dimana perusahaan menyukai hutang
dalam kegiatan perusahaan
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Pendanaan
(DER)
Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Keputusan
pendanaan (DER) dengan nilai signifikan 0,049 < 0,05. Hal ini menunjukan
variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap keputusan pendanaan
(DER), dengan demikian H2 diterima (Hipotesis yang diajukan peneliti
diterima). Dan ukuran perusahaan memiliki arah beta yang postif.
Hal ini sesuai dengan landasan teori yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan yang lebih besar akan lebih menjamin memiliki akses yang lebih
mudah untuk mendapatkan sumber modal yang lainnya sehingga untuk
mendapat pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan
dengan ukuran besar memiliki laba yang lebih besar dalam memenangkan
persaingan industri. Pada kondisi (kegagalan) default, pemerintah akan
89
cenderung menyelamatkan perusahaan yang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan yang lebih kecil (Sugiarto, 2009:122), serta juga
mendukung hasil penelitian Arief (2016) ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap keputusan pendanaan (DER), semakin besar ukuran
perusahaan menujukan perusahaan memiliki jumlah modal yang semakin
tinggi pula. Perusahaan dengan ukuran perusahaan yang besar cenderung
menggunakan hutang yang lebih besar karena kebutuhan dana yang semakin
meningkat seiring dengan Pertumbuhan perusahaan.
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Keputusan Pendanaan (DER)
Variabel Profitablitas berpengaruh signifikan terhadap Keputusan
Pendanaan (DER) dengan nilai signifikan level 0,000 < 0,05. Hal ini
menunjukan bahwa variabel profitablitas berpengaruh terhadap keputusan
pendanaan (DER), dengan demikin H3 diterima (Hipotesis yang diajukan
peneliti diterima).
Dalam penelitian ini profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan
pendanaan (DER) yang cenderung dengan beta positif yang berarti setiap
kenaikan profitabilitas akan meningkatkan DER sebagai keputusan
pendanaan, ini sesuai dengan teori Trade Off bahwa “Perusahaan yang
membayar pajak tinggi sebaiknya menggunakan hutang dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar pajak rendah” (Atmaja, 2002:260).
Perusahaan yang akan melakukan ekspansi usaha dengan tujuan untuk
mengembangkan usahanya agar lebih berkembang dari sebelumnya maka
cenderung perusahaan tersebut akan membutuhkan dana tambahan yang
90
berasal dari dana eksternal perusahaan, sehingga dalam penelitian ini hutang
akan meningkat seiring dengan profitabilitas yang tinggi karena perusahaan
sedang melakukan ekspansi usaha ini akan menarik minat pemberi pinjaman
dengan laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Hal ini mendukung penelitian pancawati (2012) perusahaan yang
mempunyai profitabilitas yang tinggi maka perusahaan akan merasa bahwa
mereka mempunyai kesempatan yang cukup besar untuk bisa lebih
mengembangkan usahanya. Sehingga untuk mengembangkan usahanya
perusahaan memerlukan dana tambahan yang bersumber dari hutang.
4. Pengaruh Likuiditas terhadap Keputusan Pendanaan (DER)
Variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan
(DER) dengan nilai signifikan level 0,013< 0,05. Hal ini menunjukan bahwa
variabel likuiditas berpengaruh terhadap keputusan pendanaan (DER),
dengan demikian H4 diterima (Hipotesis yang diajukan peneliti diterima).
Dalam penelitian ini likuiditas berpengaruh terhadap keputusan
pendanaan (DER) yang cenderung dengan beta negatif yang berarti setiap
kenaikan likuiditas akan menurunkan nilai hutang (DER). Sesuai dengan
Butt et all (2013) bahwa likuiditas akan memberikan pengaruh negatif
terhadap struktur modal, karena perusahaan yang memiliki likuiditas yang
tinggi menunjukan jumlah dana internal yang tinggi juga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Wahida (2015) perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi
91
menunjukkan fleksibiltas yang lebih besar dalam menghasilkan laba
sehingga ketergantungan terhadap pembiayaan eksternal akan berkurang.
5. Pengaruh Tangibility terhadap Kepututsan Pendanaan (DER)
Variabel tangibility berpengaruh terhadap keputusan pendanaan (DER)
dengan nilai signifikan level 0,076 < 0,1 (10%). Hal ini menunjukan bahwa
variabel tangibility berpengaruh terhadap keputusan pendanaan (DER),
dengan demikian H5 diterima (Hipotesis yang diajukan peneliti diterima).
Tangibility mencerminkan dua komponen aktiva yaitu aktiva tetap dan
aktiva lancar. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam
operasi perusahaan dan mempunyai masa, sedangkan aktiva lancar adalah
uang kas yang dapat direalisasikan menjadi uang dijual atau dikonsumsi
suatu periode akuntansi yang normal.
Tangibility ini dapat digunakan sebagai aset investasi tetap pada
perusahaan, karena kebanyakan industri yang sebagian besar modalnya
tertanam dalam aset tangibility akan mengutamakan pemenuhan modalnya
dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang hanya bersifat
sebagai pelengkap.
Aset yang dimiliki oleh perusahaan akan mempunyai pengaruh terhadap
hubungannya dengan pihak lain. Aset merupakan salah satu jaminan yang
bisa menyakinkan pihak lain untuk bisa memberikan pinjaman kepada
perusahaan, sehingga perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel akan
lebih mudah memperolah pinjaman. Perusahaan yang aktivanya sesuai
92
dengan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena
kreditor akan selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan
(Brigham dan Houston 2001: 30-41).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Pancawati (2012) serta
Werner (2011) yang menyatakan bahwa tangibility berpenaruh terhadap
keputusan pendanaan (DER).
b. Uji F
Hasil uji F statistik digunakan untuk mengukur apakah semua variabel
independen yang digunakan mempunyai pengaruh secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel dependen . Signifikansi model regresi pada
penelitian ini diuji dengan melihat signifikansi (sig.) yang terdapat pada
tabel ANOVA. Selengkappnya mengenai hasil uji F penelitian dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 9,780 5 1,956 10,238 ,000b
Residual 11,273 59 ,191
Total 21,053 64
a. Dependent Variable: DER
b. Predictors: (Constant), Tangiblity, Firm_Size, Firm_Growth, Profitabilitas, Likuiditas
Sumber : Data diolah
Data tabel 4.12 menunjukan bahwa dari nilai level signifikansi di peroleh
nilai sebesar 0,00 nilai f tabel lebih besar daripada nilai alpha 0,05 (0,00 <
93
0,05) maka hipotesis nol ditolak yang berarti pertumbuhan perusahaan,
ukuran perusahaan , profitabilitas , likuiditas , dan tangibility berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependent DER.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel dependent-
nya (Ghozali, 2009: 97). R2
memiliki kelemahan, Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah
disesuaikan, yaitu Adjusted R Square (R2
adj) (Suliyanto, 2011:70).
Tabel 4.13
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,682a ,465 ,419 ,43711 1,200
a. Predictors: (Constant), Tangiblity, Firm_Size, Firm_Growth, Profitabilitas, Likuiditas
b. Dependent Variable: DER
Sumber : Data diolah
Penelitian ini menggunakan koefisien determinasi yang telah
disesuaikan atau yang biasa disebut adjusted R-square (R2
adj), Dari hasil
analisis pada tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai adjusted R-square
pada analisis regresi tersebut sebesar 0,419 yang berarti bahwa variabel
independent yaitu pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan,
profitabilitas, likuiditas dan tangbility mampu menjelaskan variabel
dependentnya yaitu keputusan pendanaan (DER) sebesar 41,9%, Sedangkan
94
sisanya sebesar 58,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
4. Analisis Regresi Berganda
Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel
independent (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi
dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependent
berdasarkan nilai variabel independent yang di ketahui (Gujarati, 2003
dalam Ghozali, 2009:85). Dalam analisis regresi akan ada persamaan
regresinya, Persamaan regresi digunakan untuk menggambarkan model
hubungan antar variabel independent dengan variabel dependent. Persamaan
regresi memuat nilai konstanta atau intercept, nilai koefisien atau slope, dan
variabel bebasnya (Suliyanto, 2011:75). Dengan memperhatikan hasil
regresi linier berganda pada tabel 4.11 maka akan diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut :
DER = -2,392 + 0,009 Growth + 0,105 Size + 0,011 Profitablitas -
0,001 Likuiditas - 0,005 Tangibility + e
Berdasarkan hasil persamaan regresi di atas dapat dijelaskan bahwa:
a. Nilai konstanta sebesar -2,392 yang berarti bahwa jika variabel
bebas lainnya bernilai nol maka variabel keputusan pendanaan
(DER) akan mempunyai nilai sebesar -2,392. Nilai konstanta
negatif (-2,392) dapat diartikan bahwa rata-rata kontribusi variabel
95
lain diluar model memberikan dampak negatif terhadap keputusan
pendanaan.
b. Variabel pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pendanaan dengan koefisien regresi sebesar 0,009 ini
berarti setiap kenaikan satu satuan pada pertumbuhan perusahaan
dengan asumsi variabel yang lain nilainya tetap, maka keputusan
pendanaan (DER) akan mengalami kenaikan sebesar 0,009.
c. Variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pendanaan dengan koefisien regresi sebesar 0,105 ini
berarti setiap kenaikan satu satuan pada ukuran perusahaan dengan
asumsi variabel yang lain nilainya tetap, maka keputusan
pendanaan (DER) akan mengalami kenaikan sebesar 0,105.
d. Variabel profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pendanaan dengan koefisien regresi sebesar 0,011 ini
berarti setiap kenaikan satu satuan pada profitabilitas perusahaan
dengan asumsi variabel yang lain nilainya tetap, maka keputusan
pendanaan (DER) akan mengalami kenaikan sebesar 0,011.
e. Variabel likuiditas perusahaan mempunyai pengaruh sebesar -0,001
ini berarti bahwa setiap kenaikan satu satuan pada likuiditas
perusahaan dengan asumsi variabel yang lain nilainya tetap, maka
keputusan pendanaan (DER) akan mengalami penurunan sebesar -
0,001.
96
f. Variabel tangibility perusahaan mempunyai pengaruh sebesar -
0,005 ini berarti bahwa setiap kenaikan satu satuan pada tangibility
perusahaan dengan asumsi variabel yang lain nilainya tetap, maka
keputusan pendanaan (DER) akan mengalami penurunan sebesar -
0,005.
97
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan
uji regresi linier berganda mengenai pengaruh faktor penentu struktur modal
terhadap keputusan pendanaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan,
ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan tangibility secara parsial
berpengaruh terhadap keputusan pendanaan pada sampel penelilitian.
2. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan,
ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan tangibility secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh terhadap keputusan pendanaan pada sampel
penelilitian.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan saran untuk menjadi
pertimbangan di penelitian selanjutnya, diantaranya:
1. Bagi Emiten
Dari penelititan ini dapat berguna untuk bahan pertimbangan dalam
menetukan sumber sumber keputusan pendanaan yang cocok bagi emiten
syariah yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) dalam usaha mencapai
dan mengembangkan bisnisnya dengan memperhatikan faktor-faktor penentu
struktur modal seperti Pertumbuhan perusahaan, Ukuran perusahaan,
Profitabilitas, Likuiditas Serta Tangibility.
98
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan investor dalam
menentukan dan memutuskan investasi yang akan dilakukan pada bursa efek
indonesia khususnya saham syariah di Jakarta Islamic Index (JII) agar investor
mendapatkan gambaran yang lebih baik di masa yang akan datang.
3. Bagi akademisi
Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai variabel
keuangan lainnya yang memiliki pengaruh besar terhadap keputusan
pendanaan ataupun struktur modal selain variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini. Dan memperluas sampel penelitian yang mencakup semua
jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Serta memperpanjang
periode penelitian dengan menambah jumlah tahun pengamatan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, 2007. Pengujian Teori Pecking order pada Perusahaan-perusahaan
Non-keuangan LQ45 Periode 2001-2005. Manajemen Usahawan Indonesia,
No. 12, pp. 43-53.
Aiyoub, et all, 2013. Capital Structure Decisionsand Determinants: An Empirical
Study in Iran, Financial Management, Faculty of Management,
Universiti Teknologi Malaysia. International Research Journal of Applied
and Basic Scienes Vol. 5 (7) pp: 891-896 ISSN:2251-838X.
Abasi, Ebrahim. Dan Marar Delgandi. 2016. Impact of Firm Specific Factors on
Capital Structure based on Trade off Theory and Pecking Order Theory -
An Empirical Study of the Tehran‟s Stock Market Companies. Arabian
Journal of Business and management review.
Ahmad, Wahida. 2017. Pecking Order Theory: Evidence from Malaysia and
Thailand Food and Beverages Industry. The 2015 International Conference
on the Future of ASEAN (ICoFA 2015) Special Issue. ISSN:2231-7716.
Atmaja, Lukas Setia. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Yogyakarta:
Andi Offset.
Arthur, J Keown , David, F Scott, Jr, John D Martin, J , William Petty. 2005.
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi satu. Jakarta: Salemba Empat.
Bambang, Riyanto,1992. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, Edisi Tiga.
Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Bundala, N, Tanzanian. 2012. Companies Practice Pecking Order Theory,
Agency Cost Theory or Trade Off Theory? An Empirical Study in
Tanzanian Listed Companies. International Journal of Economics and
Financial Issues.
Brigham, Eugene dan Houston, Joel. 2001. Manajemen Keuangan Edisi
Kedelapan. Buku 2. Jakarta : Erlangga.
Brigham, Eugene F, Dan Gepanski Louis C. 2003. Financial Management:
Theory and Practice, 9th edition. Florida : Harcourt Collage Publisher.
Brigham, Eugene F, Dan Joel F,Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Edisi X, Jakarta : Salemba Empat.
Brigham, Eugene F, Dan Joel F,Houston, 2010. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Edisi 11, Jakarta : Salemba Empat.
100
Brealey, Myers, dan Marcus. 2007. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan, Jakarta: Erlangga.
Brealey, Myers, dan Marcus. 1995. Fundamental of Corporate Finance. New
York: Mcgraw-Hill Inc.
Darmadji, Tjiptono, Hedy M Fakhruddin,. 2012. Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan dan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Darsono. 2006. Manajemen Keuangan. Jakarta: Diadit Media.
Fadli, 2010. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penentu Kebijakan Struktur
Modal Terhadap Leverage, Hipotesis Pecking order Teori dan Trade off
Teori, Skripsi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fahmi, Irham. 2013. Pengantar Manajemen Keuangan, Teori dan Soal Jawab.
Bandung: IKAPI.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamid, Abdul. 2009. Pasar Modal Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN.
Hamid, Abdul. Dan Ahmad Rodoni. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Cet 1,.
Jakarta: Zikrul Hakim.
Harmono. 2014. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard, Buku 3,
Edisi satu. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardiningsih, Pancawati, Dan Rahmawati Oktaviani. 2012. Determinan
Kebijakan Hutang dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory,
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan.
Husnan, Suad. 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio. Edisi Kedua. Yogyakarta:
AMP YKPN.
Husnan, Suad. 2000 Manajemen Keuangan teori dan penerapan (Keputusan
Jangka Panjang). Buku 1. Edisi Keempat . Yogyakarta: BPFE.
Heykal, Muhammad. 2012 Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah. Jakarta:
Elex Media Computindo.
101
Home, Van dan Wachowicz. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir. 2012, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Keown, Martin et all, 2010. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan,
Edisi Kesepuluh, Jilid 2, Jakarta: PT. Indeks.
Lusangaji, Dumas. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva,
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal.
Fakultas Ekonomi Brawijaya, Malang.
Lestari, Sagita. 2015. Determinan Struktur Modal dalam Prespektif Pecking
Order Theor san Agency Theory (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEI tahun 2010-2013, Vol 3, No 1.
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: BPFE.
Myers, Stewart C, Dan Nicholas S, Majluf . 1984. Corporate Financing and
Investment Decisions When Firms Have Information Investors Do Not
Have, National Bereau of Economic Research.
Niswandari, Cahyani. 2013. Determinan Struktur Modal Dalam Perspektif
Pecking Order Theory dan Agency Theory. Dinamika Akuntansi, Keuangan
dan Perbankan.
Obied, Ahmad Mohammad. 2015. The Determinants Of Capital Structure:
Empirical Evidence From Kuwait, European Journal of Business and
Accountancy. ISSN, 2056-6018.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.
Ria, Werner. 2011. Determinan Struktur Modal: Studi di Asia Tenggara, Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan. Vol.13.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), Edisi 4,
Cetakan ketujuh. Yogyakarta: BPFE.
102
Sukardi K, David and Herdinata C. 2009. Manajemen Keuangan: Based on
Empirical Research. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS,.
Yogyakarta: Andi Offset.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alafabeta.
Sugiarto. 2009. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan,
Permasalahan Keagenan & Informasi Asimetri. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sebastian, Yudhatama, Dan A, Jatmiko. 2015. Penerapan Teori Pecking Order
Dalam Struktur Modal (Studi Pada Perusahaan Di Industri Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).
Wardianto, K Bagus. 2012. Pengujian Teori Struktur Modal pada Perusahaan-
perusahaan 50 Biggest Market Capitalization di BEI. Dosen Jurusan
Administrasi Bisnis FISIP Universitas Lampung (Seminar hasil Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat Dies Natalis FISIP Unila).
Wetson, J, Fred dan Eugene F, Brigham. 2010. Manajemen Keuangan,
Diterjemahkan oleh: Wasana, Jaka, Dan Kibrandoko Jilid 2. Tangerang:
Aksara Publisher.
Wetson, J Fred dan Copeland, T. 2005. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Wahyu, Arief Indra., Topowijono, Dan Nuzula, Nila. 2016. Pengaruh Firm Size,
Growth Opportunity, Profitability, Business Risk, Effective Tax Rate, Asset
Tangibility, Firm Age Dan Liquidity Terhadap Struktur Modal Perusahaan.
Jurnal Administrasi Bisnis. Vol 31.
http://www.idx.co.id/id
id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx, diakses
tanggal 21 Juni 2017.
https://www.sahamok.com/bei/indeks-bursa/jakarta-islamic-index-jii/ diakses
tanggal 19 Juni 2017.
103
LAMPIRAN
Regression
Notes
Output Created 02-SEP-2017 18:22:51
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 65
Missing Value
Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing
values for any variable used.
Syntax
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT DER
/METHOD=ENTER Firm_Growth Firm_Size
Profitabilitas Likuiditas Tangiblity
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN HISTOGRAM(ZRESID)
NORMPROB(ZRESID)
/SAVE RESID.
Resources
Processor Time 00:00:03,40
Elapsed Time 00:00:18,40
Memory Required 2684 bytes
Additional Memory
Required for Residual
Plots
880 bytes
Variables Created or
Modified RES_1 Unstandardized Residual
104
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
DER ,8600 ,57355 65
Firm_Growth 14,6171 12,67822 65
Firm_Size 30,9002 1,10245 65
Profitabilitas 27,9928 29,46200 65
Likuiditas 242,9685 180,46151 65
Tangiblity 43,8435 23,52469 65
Correlations
DER Firm_Grow
th
Firm_Siz
e
Profitabilit
as
Likuidita
s
Tangiblit
y
Pearson
Correlation
DER 1,000 ,093 ,098 ,569 -,379 ,081
Firm_Growth ,093 1,000 -,098 -,069 ,023 ,205
Firm_Size ,098 -,098 1,000 -,219 -,132 -,014
Profitabilitas ,569 -,069 -,219 1,000 -,282 ,169
Likuiditas -,379 ,023 -,132 -,282 1,000 -,507
Tangiblity ,081 ,205 -,014 ,169 -,507 1,000
Sig. (1-
tailed)
DER . ,230 ,218 ,000 ,001 ,260
Firm_Growth ,230 . ,219 ,293 ,428 ,051
Firm_Size ,218 ,219 . ,040 ,147 ,455
Profitabilitas ,000 ,293 ,040 . ,011 ,089
Likuiditas ,001 ,428 ,147 ,011 . ,000
Tangiblity ,260 ,051 ,455 ,089 ,000 .
N
DER 65 65 65 65 65 65
Firm_Growth 65 65 65 65 65 65
Firm_Size 65 65 65 65 65 65
Profitabilitas 65 65 65 65 65 65
Likuiditas 65 65 65 65 65 65
Tangiblity 65 65 65 65 65 65
105
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables
Removed
Method
1
Tangiblity,
Firm_Size,
Firm_Growth,
Profitabilitas,
Likuiditasb
. Enter
a. Dependent Variable: DER
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,682a ,465 ,419 ,43711 1,200
a. Predictors: (Constant), Tangiblity, Firm_Size, Firm_Growth, Profitabilitas, Likuiditas
b. Dependent Variable: DER
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 9,780 5 1,956 10,238 ,000
b
Residual 11,273 59 ,191
Total 21,053 64
a. Dependent Variable: DER
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -2,392 1,680 -1,424 ,160
Firm_Growth ,009 ,004 ,202 2,038 ,046 ,922 1,085
Firm_Size ,105 ,052 ,202 2,011 ,049 ,895 1,118
Profitabilitas ,011 ,002 ,578 5,579 ,000 ,845 1,183
Likuiditas -,001 ,000 -,299 -2,551 ,013 ,661 1,513
Tangiblity -,005 ,003 -,206 -1,803 ,076 ,692 1,445
e. Dependent Variable: DER
106
b. Predictors: (Constant), Tangiblity, Firm_Size, Firm_Growth, Profitabilitas, Likuiditas
Charts
107
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 65
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation ,41968583
Most Extreme Differences
Absolute ,161
Positive ,161
Negative -,091
Kolmogorov-Smirnov Z 1,298
Asymp. Sig. (2-tailed) ,069
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
108
Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e
VIF
1
(Constant) 1,54
8 ,915
1,692 ,096
Firm_Growth -,001 ,002 -,064 -,491 ,625 ,922 1,085
Firm_Size -,038 ,029 -,176 -1,330 ,189 ,895 1,118
Profitabilitas -,002 ,001 -,254 -1,861 ,068 ,845 1,183
Likuiditas -005 ,000 -,010 -,068 ,946 ,661 1,513
Tangiblity ,001 ,002 ,105 ,696 ,489 ,692 1,445
a. Dependent Variable: ABS_Glejser
Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,15806
Cases < Test Value 32
Cases >= Test Value 33
Total Cases 65
Number of Runs 28
Z -1,374
Asymp. Sig. (2-tailed) ,170
a. Median