analisis pengaruh instrumen kebijakan moneter …
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH INSTRUMEN KEBIJAKAN
MONETER KONVENSIONAL DAN INSTRUMEN
KEBIJAKAN MONETER ISLAM TERHADAP KINERJA
BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH
Di susun oleh :
HARRY ANDRA 106084003587
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Harry Andra
NIM : 106084003587
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri dan bukan
merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atas rekapitulasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyususn skripsi
baru dan kelulusan serta gelar dibatalkan.
Jakarta, 09 Desember 2010
(Harry Andra)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Harry Andra
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Januari 1987
Alamat : Jl. Daud no. 11 Rawa Belong Jakarta Barat
No. Kontak : 08999335344
Email : [email protected]
Status Marital : Single
Moto Hidup : Man Jadda Wa Jada
Cita-Cita : Menjadi yang Berguna Bagi Agama, Orang Tua,
dan Manusia Lainnya
Hobi : Berolahraga
IPK : 3,34
Pendidikan Formal
Tk Bhayangkari Lulus Tahun 1993
SDN Depok Baru VI Lulus Tahun 1999
SLTPN 9 Depok Lulus Tahun 2002
SMA 1 Barunawati Lulus Tahun 2005
UIN Syarif Hidayatullah SI Ekonomi Islam
Pendidikan Nonformal
English Course (ILP), Foundation Level Tahun 2003
English Course (LIA), Basic Level Tahun 2004
vi
Computer Course at SMA 1 Barunawati (Program Ms. Word, Ms. Exel,
Ms. Power Point, Adobe Photoshop and Internet) Tahun 2004
Broadcasting Course at CMC Broadcasting Study Tahun 2006
Pengalaman Organisasi Selama di Kampus
Ketua Divisi Litbang BEMJ IESP Tahun 2006
Ketua Pelaksana Seminar Ekonomi Islam Tahun 2007
Mentor Propesa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Tahun 2007
Divisi Humas BEMJ IESP Tahun 2007
Divisi Litbang Komisariat Dakwah LDK FEIS Tahun 2008
Pengalaman Penelitian
Interviewer Penelitian DEPAG tentang Potensi Wakaf di DKI Jakarta
tahun 2007
Pengalaman Kerja
Design Cover Majalah Grip Musik Tahun 2006
Interviewer pada Quick Count dan Exit Poll Harian Kompas Tentang
PILKADA DKI Jakarta Tahun 2007
Interviewer Polling Divisi Litbang Harian Kompas Tahun 2007-2009
Asisten Peneliti Divisi Litbang Harian Kompas Tahun 2009-Sekarang
Interviewer Tentang Survei Pemilihan Presiden 2009 yang
Diselenggarakan oleh Litbang Kompas tahun 2009
Design Isi buku “Komunikasi Politik di Era Industri Citra” Tahun 2010
Layout buku “Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid
Seputar Isu Sekularisasi Dalam Islam” Tahun 2010
vii
ABSTRACT
This study aims to analyze the performance of conventional banks and Islamic banks are seen from its financial ratios in the period January 2007-December 2009. In addition, this study also aims to analyze the effect of conventional monetary policy instruments and monetary policy instruments of Islam on the performance of conventional banks and Islamic banks. The analytical tool used in this research are multiple linear regression equation, using the method of Ordinary Least Square (OLS). Monetary policy instrument used is the Bank Indonesia Certificates (SBI) and Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS). While financial ratios used are non-performing loans (NPL) or non-performing financing (NPF), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) or Financing to Deposit Ratio (FDR).
The result showed: (1) By using multiple regression analysis test partially conventional bank NPL ratio is influenced by the respective monetary policy instruments that are used well, SBI and SBIS with t-statistic value that is equal to 3.27 and -5.89, while the Islamic bank NPF only influenced by SBIS only with t-statistic value that is equal to -3.39. For conventional bank ROA is also influenced by the monetary policy instrument used by value t-statistic that is equal to 2.62 and -4.35, while for ROA Islamic banks all monetary policy instruments used, namely, SBI and SBIS no effect. Meanwhile, conventional banks LDR was also influenced by the SBI and SBIS with t-statistic value that is equal to -3.50 and 6.24, and for FDR Islamic banks only influenced by the SBI alone with t-statistic value that is equal to 2.99. (2) Simultaneously conventional bank financial ratios namely, NPLs, ROA, and LDR are all influenced by monetary policy instruments used, namely, SBI, and SBIS with F-statistic value of 17.45 for the NPL, 9.63 for ROA, and 19.61 for the LDR. As for the ratio of Islamic banks finance only the NPF and FDR are influenced by monetary policy instruments simultaneously with the F-statistic value that is equal to 6.37 and 12.38. Keywords: monetary policy instrument, the performance of banks, and financial ratios.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja bank konvensional dan bank syariah yang dilihat dari rasio keuangannya pada periode Januari 2007-Desember 2009. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pengaruh instrumen kebijakan moneter konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam terhadap kinerja bank konvensional dan bank syariah. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah persamaan regresi linear berganda, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Instrumen kebijakan moneter yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Sedangkan rasio keuangan yang digunakan adalah Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR).
Hasil penelitian menunjukan : (1) Dengan menggunakan uji analisis regresi berganda secara parsial rasio NPL bank konvensional dipengaruhi oleh masing-masing instrumen kebijakan moneter yang digunakan baik, SBI dan SBIS dengan nilai t-hitung yaitu sebesar 3.27 dan -5.89, sedangkan NPF bank syariah hanya dipengaruhi oleh SBIS saja dengan nilai t-hitung yaitu sebesar -3.39. Untuk ROA bank konvensional juga dipengaruhi oleh seluruh instrumen kebijakan moneter yang digunakan dengan nilai t-hitung yaitu sebesar 2.62 dan -4.35, sedangkan untuk ROA bank syariah semua instrumen kebijakan moneter yang yang digunakan yaitu, SBI dan SBIS tidak ada yang berpengaruh. Sementara itu untuk LDR bank konvensional ternyata juga dipengaruhi oleh SBI dan SBIS dengan nilai t-hitung yaitu sebesar -3.50 dan 6.24, dan untuk FDR bank syariah hanya dipengaruhi oleh SBI saja dengan nilai t-hitung yaitu sebesar 2.99. (2) Secara simultan rasio keuangan bank konvensional yaitu, NPL, ROA, dan LDR semuanya dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter yang digunakan yaitu, SBI, dan SBIS dengan nilai F-hitung sebesar 17.45 untuk NPL, 9.63 untuk ROA, dan 19.61 untuk LDR. Sedangkan untuk rasio keuangan bank syariah hanya NPF dan FDR saja yang dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter secara simultan dengan nilai F-hitung yaitu sebesar 6.37 dan 12.38. Kata Kunci : instrumen kebijakan moneter, kinerja bank, dan rasio keuangan.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah
memberikan kita kesempatan hidup di dunia ini dan memberikan nafas gratis
yang dengannya kita dapat merasakan keindahan untuk bisa menyembah-Mu.
Sungguh tidak ada satupun kejadian yang terjadi secara kebetulan, semua sudah
terencana, semua telah ditentukan atas qodho dan qodhar-Nya. Shalawat serta
Salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi
Muhammad SAW semoga kelak kita mendapat safa’atnya dihari akhir yang pasti
terjadi.
Ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah, yang sama
sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita. Semoga kita
dimudahkan oleh-Nya untuk meraih ilmu yang bisa menjadi penerang dalam
kegelapan dan dapat menjaga ilmu tersebut dengan penuh kerendahan hati.
Tidak ada yang tidak mungkin, selama kita mau berdoa dan berusaha.
Seperti Hadits Rasulullah “Man Jadda Wa Jada” yang artinya, barang siapa
yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya. Urusan kita dalam kehidupan
ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk melampaui diri kita
sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari
kemarin dengan hari ini yang lebih baik. Itulah sepenggal kalimat yang menjadi
penggugah demi terselesaikannya skripsi yang sederhana ini, yang berjudul
“Analisis Pengaruh Instrumen Kebijakan Moneter Konvensional dan
Instrumen Kebijakan Moneter Islam terhadap Kinerja Bank Konvensional
dan Bank Syariah”.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Kedua orang tuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, Ibunda Penny
Sulistiawati dan Ayahanda Mochammad Taufik. Mama, papa, engkau
ibarat “baju perang” dalam mencapai mimpi-mimpiku, untukku mampu
berperang melawan bayang-bayangku sendiri. Doa-doa kalian adalah
salah satu “fast track” untuk setiap kesuksesan langkahku. Tiada kata
x
yang patut diucap oleh seorang anak, kecuali doa untuk kedua orang
tuanya “Allahummagfirlii waliwalidayya warhamhumaa kamaa
rabbayanii shogiiraa”.
2. My Brothers… Badon yang telah banyak membantu didalam tiap
momen hidupku, semoga sukses bang dengan apa yang ingin diraih.
Adikku Trisko Rachmanda yang baru memulai pendidikannya di bangku
universitas, semoga ilmu yang akan kau pelajari dapat bermanfaat untuk
hidupmu kelak.
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk
memajukkan FEB.
4. Bapak Abbas Ghozali, Ph.D, selaku pembimbing I yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang
luar biasa kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya dengan sebaik-
baiknya balasan.
5. Dr. Suhenda Wiranata, ME selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, semoga Allah SWT
mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.
6. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pembantu Dekan bidang Akademik FEB
yang menanamkan dan memberi teladan tentang kedisiplinan kepada
mahasiswa.
7. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM sebagai penguji ahli I
dan dosen pasar modal syariah dan moneter syariah, serta sebagai
penemu sinlammin dan 319-913-616 yang sudah meluangkan waktunya
untuk tempat berdiskusi dan meluapkan keluh kesah dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga keikhlasan Bapak dapat menjadi
pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak.
8. Drs. Lukman, M.Si sebagai penguji ahli II dan selaku Ketua Jurusan
IESP yang telah bekerja keras untuk memajukkan IESP.
xi
9. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan IESP yang telah
banyak memberikan masukkan kepada penulis, sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.
10. Ryan Munggaran Nitha terima kasih untuk senyummu setiap pagi yang
memberikanku semangat untuk bisa dan yakin menyelesaikan skripsi ini,
terima kasih atas pengertian, cinta, dan doamu.
11. Sahabat-sahabatku… Imam Fathoni, Randy Al-Safasi, Maulana Ulya,
Fauzy Hidayat, Yoga Ikhwan Maulana, Indrawan Kusuma, Febri Mandra,
yang tidak pernah membungkus pukulan dengan senyuman, tetapi
menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau
berubah. Yakin bro… bahwa kalian juga pasti bisa mencapai titik ini.
12. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2006, yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu, terima kasih atas waktu, senyum, dan canda
tawanya selama ini. Setiap langkah adalah cerita maka lakukanlah yang
terbaik untuk setiap langkahmu… semoga kita semua bisa menjadi bagian
dari impian-impian kita.
13. Orang-orang yang berjasa tanpa kenal lelah atas segala pelayanan
administrasinya, Ibu Liliek, Ibu Siska dkk. Semoga Allah mencatat dan
membalas segala kebaikannya.
Harry Andra
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. i
SURAT PERNYATAAN …………………………………………… iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………… v
ABSTRACT ………………………………………………………...... vii
ABSTRAK ………………………………………………………...…. viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………...... ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………..... xvi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………..... xviii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………….……………. 1
A. Latar belakang ………...……………….…………….… 1
B. Rumusan Masalah …..………………………………… 10
C. Tujuan dan manfaat penelitian ...……………………… 11
1. Tujuan Penelitian .………………………………… 11
2. Manfaat Penelitian ………………………………... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………. 13
A. Pengertian Kebijakan Moneter ….…………………...... 13
B. Pengertian Kebijakan Moneter Islam ..…………...…… 15
C. Tujuan Kebijakan Moneter ….……………………..….. 15
D. Tujuan Kebijakan Moneter Islam ………………...…… 16
E. Instrumen Kebijakan Moneter …………………...……. 17
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) …………………… 18
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) ………………….. 20
F. Kinerja Perbankan …………………………………….. 24
1. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) …………… 24
xiii
2. Rasio Rentabilitas (Earning) …………………..….. 26
3. Rasio Likuiditas (Liquidity) …………………..…… 27
G. Keterkaitan Antara Variabel ………………………..…. 27
1. Pengaruh SBI terhadap NPL/NPF ………………... 29
2. Pengaruh SBI terhadap ROA ……………………… 29
3. Pengaruh SBI terhadap LDR/FDR ………………... 30
4. Pengaruh SBIS terhadap FDR/LDR ……………… 32
H. Penelitian Terdahulu ………………………………….. 33
I. Kerangka Penelitian …………………………………... 36
BAB III METODELOGI PENELITIAN ………………………….. 39
A. Ruang Lingkup Penelitian .….………………………... 39
B. Metode Pengumpulan Data …………………………… 39
C. Metode Analisis ……………………………………….. 42
1. Analisis Regresi …………………………………… 42
2. Uji Asumsi Klasik …………………………………. 43
a. Uji Normalitas ………………………………… 43
b. Uji Multikolinearitas …………………………... 44
c. Uji Autokorelasi ………………………………. 45
d. Uji Heteroskedastisitas …………………...…… 46
D. Operasional Variabel Penelitian ...…………………..…. 46
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ...…………………. 47
2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ………….. 47
3. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing
Financing (NPF) ……………………………...…..... 48
6. Return on Assets (ROA) ….…….………………….... 48
7. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit
Ratio (FDR) …………………………………….….. 48
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .........…………………. 49
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……………………… 49
B. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian …..……………… 50
xiv
1. Analisis Deskriptif …………………………………... 50
C. Uji Asumsi Klasik Bank Konvensional …………………. 53
1. Uji Normalitas ……………………………………….. 53
a. Hasil Uji Normalitas NPL ……………………….. 54
b. Hasil Uji Normalitas ROA ………………………. 54
c. Hasil Uji Normalitas LDR ……………………….. 55
2. Uji Multikolinearitas …………………………………. 55
3. Uji Autokorelasi ……………………………………… 56
a. Hasil Uji Autokorelasi NPL ……………………… 57
b. Hasil Uji Autokorelasi ROA ……………………... 58
c. Hasil Uji Autokorelasi LDR ……………………… 58
4. Uji Heteroskedastisitas ……………………………….. 59
a. Hasil Uji Heteroskedastisitas NPL ……………….. 59
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA ………………. 60
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas LDR ……...……….. 60
D. Uji Asumsi Klasik Bank Syariah ……..……….…………. 61
1. Uji Normalitas ……………………………………….. 61
a. Hasil Uji Normalitas NPF ……………………….. 61
b. Hasil Uji Normalitas ROA ………………………. 62
c. Hasil Uji Normalitas FDR ……………………….. 62
2. Uji Multikolinearitas …………………………………. 63
3. Uji Autokorelasi ……………………………………… 64
a. Hasil Uji Autokorelasi NPF ……………………… 65
b. Hasil Uji Autokorelasi ROA ……………………... 65
c. Hasil Uji Autokorelasi FDR ……………………… 66
4. Uji Heteroskedastisitas ……………………………….. 66
a. Hasil Uji Heteroskedastisitas NPF ……………….. 67
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA ………………. 68
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas FDR ……………….. 68
E. Hasil Analisis Regresi …………………... ………………. 69
xv
1. Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional dan NPF Bank
Syariah………………....................................………... 69
2. Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA Bank
Syariah …………………………………….…………. 72
3. Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR Bank
Syariah ……………………………………………….. 76
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI …………………………… 80
A. KESIMPULAN ………………………………………….. 80
B. IMPLIKASI ……………………………………………… 83
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 84
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 88
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah vs Perbankan Konvensional 2
1.2 Rasio Keuangan Perbankan Syariah vs Perbankan Konvensional 7
4.1 Hasil Olah Data Deskriptif 50
4.2 Hasil Uji Multikolinearitas 56
4.3 Hasil Uji Autokorelasi NPL Bank Konvensional 57
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ROA Bank Konvensional 58
4.5 Hasil Uji Autokorelasi LDR Bank Konvensional 58
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas NPL Bank Konvensional 59
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Bank Konvensional 60
4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas LDR Bank Konvensional 60
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas 63
4.10 Hasil Uji Autokorelasi NPF Bank Syariah 65
4.11 Hasil Uji Autokorelasi ROA Bank Syariah 65
4.12 Hasil Uji Autokorelasi FDR Bank Syariah 66
4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas NPF Bank Syariah 67
4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Bank Syariah 68
4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas FDR Bank Syariah 68
4.16 Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional dan NPF
Bank Syariah 69
4.17 Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA
Bank Syariah 72
4.18 Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR
Bank Syariah 76
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 36
4.1 Hasil Uji Normalitas NPL Bank Konvensional 54
4.2 Hasil Uji Normalitas ROA Bank Konvensional 54
4.3 Hasil Uji Normalitas LDR Bank Konvensional 55
4.4 Hasil Uji Normalitas NPF Bank Syariah 61
4.5 Hasil Uji Normalitas ROA Bank Syariah 62
4.6 Hasil Uji Normalitas FDR Bank Syariah 62
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Rasio Keuangan Bank Konvensional 87
2 Rasio Keuangan Bank Syariah 88
3 Instrumen Kebijakan Moneter 89
4 Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional dan NPF Bank Syariah 90
5 Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA Bank Syariah 91
6 Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR Bank Syariah 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pemerintah telah melakukan berbagai cara, tindakan, maupun upaya
untuk memperbaiki perekonomian di Indonesia setelah terjadinya krisis
moneter pada tahun 1998 lalu. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah di sektor perbankan adalah dengan pengembangan bank syariah
yang dilakukan melalui diterapkannya dual banking system yaitu
terselenggaranya dua sistem perbankan (konvensional dan syariah) secara
berdampingan. Strategi ini dilakukan berdasarkan pengalaman sewaktu krisis
dimana bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dapat bertahan
ditengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi.
Dalam aktivitasnya terdapat perbedaan antara perbankan konvensional
dan perbankan syariah. Pada perbankan syariah, hubungan antara bank dengan
nasabah bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan
kemitraan (partnership) antara penyandang dana (shohibul maal) dengan
pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah tidak
saja berpengaruh terhadap tingkat hasil untuk para pemegang saham tetapi
juga berpengaruh terhadap hasil yang dapat diberikan kepada nasabah
penyimpan. Perbedaan lain dari karakteristik kegiatan usaha bank syariah
dengan bank konvensional diantaranya adalah bank syariah melarang bunga
bank (riba) dan melarang transaksi keuangan yang bersifat spekulatif.
2
Keberadaan dua sistem perbankan (konvensional dan syariah) yang
berkembang secara paralel dan yang mempunyai hubungan keuangan terbatas
satu sama lain diharapkan akan dapat meminimalkan risiko yang timbul yang
pada gilirannya akan mengurangi masalah systemic risk pada saat terjadi
krisis keuangan. Perkembangan perbankan syariah yang begitu pesat
menjadikan penyeimbang bagi dunia perbankan konvesional yang sudah
berdiri sejak lama. Terlebih lagi setelah diterapkannya dual banking system
sebagai salah satu terobosan bagi dunia perbankan, khususnya bagi perbankan
nasional cara ini diterapkan agar adanya keseimbangan yang saling mengisi
antara sistem konvensional yang sudah sejak lama dipergunakan dengan
sistem syariah yang bisa menjadi salah satu alat solusi perekonomian. Hal ini
dapat dilihat dengan terus berkembangnya indikator-indikator pendukung
seperti aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang diberikan,
yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah vs Perbankan Konvensional
Indikator
Bank Syariah (Miliar Rp) Bank Konvensional (Miliar Rp)
Tahun Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009
Aset 20,879 26,722 36,54 40,012 51,701 1,469,827 1,693,850 1,986,501 2,310,557 2,534,106
DPK 15,593 20,672 28,01 36,852 52,271 1,127,937 1,287,102 1,510,834 1,753,292 1,973,042
Kredit/Pembiayaan 15,270 20,445 27,944 38,19 46,886 695,648 792,297 1,002,012 1,307,688 1,437,930
Sumber : Bank Indonesia
3
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan bank syariah terhadap
Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Pembiayaan yang diberikan selama lima
tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006
industri perbankan syariah mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp.
5,8 miliar dari tahun sebelumnya sehingga pada akhir periode laporan total
asset yang dimiliki mencapai Rp. 26,722 miliar. Peningkatan tersebut
memperbesar pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan
nasional dari 1,4 persen pada akhir tahun 2005 menjadi 1,6 persen pada akhir
2006 (Direktori Perbankan Syariah Bank Indonesia).
Untuk tahun 2007 perbankan syariah mengalami peningkatan volume
usaha sebesar Rp. 9,8 milliar dari tahun sebelumnya sehingga total aset yang
dimiliki menjadi Rp. 36,54 miliar. Pada tahun 2008, dan 2009 peningkatan
volume usaha masing-masing sebesar Rp. 3,47 miliar dan Rp. 11,6 miliar,
peningkatan volume usaha pada tahun 2009 merupakan peningkatan volume
usaha terbesar selama lima tahun terakhir sehingga total aset yang dimiliki
ikut meningkat tajam mencapai Rp. 51,701 miliar.
Di sisi penghimpunan dana, perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
perbankan syariah pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp. 5,079
miliar dari tahun sebelumnya, sedangkan untuk tahun 2007 dan 2008 Dana
Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan masing-masing sebesar Rp.
7,338 miliar dan Rp. 8,842 miliar, sementara pada tahun 2009 merupakan
peningkatan DPK terbesar selama lima tahun terakhir yaitu sebesar Rp.
15,419 miliar dari tahun sebelumnya sehingga total DPK yang dimiliki
4
mencapai Rp. 52,271 miliar. Dari segi pembiayaan yang diberikan oleh
perbankan syariah dari tahun 2005–2009 setiap tahun pembiayaan yang
diberikan juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 merupakan
peningkatan pembiayaan terbesar dibanding tahun-tahun lainnya yaitu sebesar
Rp. 10,246 miliar. Dan total pembiayaan yang diberikan oleh perbankan
konvensional pada akhir 2009 mencapai Rp. 46,886 miliar.
Begitupun dengan bank konvensional dalam lima tahun terakhir ini, dari
segi aset yang dimiliki, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Kredit yang diberikan
semuanya mengalami peningkatan. Dari sisi aset pada tahun 2006 perbankan
konvensional mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp, 224,023
miliar dibanding tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2007 peningkatan
volume usaha perbankan konvensional sebesar Rp. 292,651 miliar. Untuk
tahun 2008 peningkatan volume usaha perbankan konvensional merupakan
peningkatan yang terbesar dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu
sebesar Rp. 324,056 miliar. Dan pada akhir laporan tahun 2009 total aset yang
dimiliki oleh perbankan konvesional mencapai Rp. 2,534 triliun.
Peningkatan indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) pada perbankan
konvensional dalam kurun waktu 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing
sebesar Rp. 159,165 miliar, Rp. 223,732 miliar, Rp. 242,458 miliar, dan Rp.
219,75 miliar. Sehingga total DPK yang terhimpun pada akhir tahun 2009
mencapai Rp. 1,973 triliun. Kredit yang diberikan oleh perbankan
konvensional dari tahun 2005-2009 juga terus mengalami peningkatan dari
tahun ketahun. Tahun 2009 merupakan peningkatan pemberian kredit yang
5
terbesar selama lima tahun terakhir yaitu sebesar Rp. 130,242 miliar, sehingga
total kredit yang diberikan oleh perbankan konvensional menjadi Rp. 1,437
triliun. Dari peningkatan indikator-indikator perbankan yang terjadi tersebut,
merupakan suatu hasil yang positif khususnya bagi perbankan nasional. Baik
bagi perbankan syariah maupun perbankan konvensional, karena dengan terus
membaiknya likuiditas suatu perbankan maka akan turut membantu menjaga
stabilitas perekonomian di Indonesia.
Sitompul (2002:1) mengatakan restrukturisasi perbankan dilakukan
melalui dua cara yaitu :
1. penyehatan perbankan, dengan cara yakni melalui program penjaminan,
rekapitalisasi perbankan dan restrukturisasi kredit
2. peningkatan ketahanan sistem perbankan, dengan cara yakni melalui
peningkatan mutu pengelolaan perbankan (good corporate governance),
pemantapan pengawasan bank dan pengembangan infrastruktur.
Pengembangan infrastruktur antara lain diwujudkan melalui
pengembangan bank dengan prinsip syariah.
Menurut Sonakul (2000:1-2) pentingnya dilakukan restrukturisasi
perbankan mengingat suatu negara bisa saja memiliki sistem perbankan yang
kuat, dengan perekonomian yang lemah. Tapi, tidak pernah ada dalam sejarah
menunjukkan bahwa suatu negara dengan sistem perbankan yang lemah
memiliki perekonomian yang kuat.
Agar berjalan baik, restrukturisasi perbankan tersebut memerlukan
landasan hukum yang kuat. Untuk itu diperlukan pendekatan pembaharuan
6
hukum yang mampu memecahkan permasalahan perbankan. Tujuannya adalah
untuk menciptakan bank yang dapat mendukung sistem moneter yang aman
dan efisien, sumber kredit yang stabil dan dapat dipercaya, sekaligus
mencegah pengambilan risiko berlebihan dan mencegah terjadinya pasar
keuangan yang tidak stabil.
Di Indonesia pengembangan ekonomi Islam telah diadopsi ke dalam
kerangka besar kebijakan ekonomi. Paling tidak, Bank Indonesia sebagai
otoritas perbankan di tanah air telah menetapkan perbankan syariah sebagai
salah satu pilar penyangga dual banking system dan mendorong pangsa pasar
bank-bank syariah yang lebih luas sesuai cetak biru perbankan syariah.
Sarkaniputra (2006:1) mengatakan keberadaan bank syariah lebih
diperkuat dengan diterbitkannya undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang
menyatakan, dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, undang-undang tersebut
merupakan perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. Landasan hukum ini menjamin adanya kekuatan hukum bahwa di
Indonesia menyepakati penerapan sistem perbankan ganda atau dual banking
system, yaitu penggunaan perbankan konvensional dan perbankan syariah
yang berjalan secara parallel.
Kinerja bank konvensional dan bank syariah merupakan tolak ukur yang
sangat penting dalam melihat seberapa jauh sistem perbankan ganda berperan
dalam mengelola dan menjalankan kegiatan usaha dalam dunia perbankan.
7
Kinerja dari bank konvensional dan bank syariah dapat kita lihat dari rasio
keuangannya. Dimana, rasio keuangan tersebut diantranya terdiri dari :
1. Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Rasio solvabilitas diantaranya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR)
2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Rasio Kualitas Aktiva Produktif diantranya adalah Non Performing Loan
(NPL) atau Non Performing Financing (NPF)
3. Rasio Rentabilitas (Earning)
Rasio rentabilitas diataranya adalah Return on Assets (ROA)
4. Rasio Likuiditas (Liquidity)
Rasio likuiditas diantaranya adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) atau
Financing to Deposit Ratio (FDR).
Tabel 1.2 Rasio Keuangan Perbankan Syariah vs Perbankan Konvensional
Rasio keuangan (%)
Bank Syariah (Juta Rp) Bank Konvensional (Miliar Rp)
Tahun Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009
CAR 12,41 13,73 10,67 12,81 10,77 19,30 21,27 19,30 16,76 17,42
NPF/NPL 2,82 4,75 4,05 1,42 4,01 14,75 10,70 4,07 3,20 3,31
ROA 1,35 1,55 2,07 1,42 1,48 2,55 2,64 2,78 2,33 2,60
FDR/LDR 97,75 98,90 99,76 103,65 89,70 59,66 61.56 66,32 70,27 72,88 Sumber : Bank Indonesia
8
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio keuangan perbankan di
Indonesia selama lima tahun terakhir (periode 2005-2009) baik perbankan
syariah maupun perbankan konvensional yang diwakili oleh CAR, NPF/NPL,
ROA, dan FDR/LDR masing-masing mengalami fluktuasi persentase nilai.
Ada kalanya rasio keuangan meningkat dan ada kalanya rasio keuangan
mengalami penurunan nilai dibanding tahun sebelumnya.
Hanya Loan to Deposit Ratio (LDR) dari bank konvensional saja yang
dalam kurun waktu lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan
persentase nilai. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas perbankan
konvensional dari tahun ketahun terus membaik, fakta ini didukung oleh
adanya peningkatan secara simultan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK),
tingkat pemberian kredit, dan total aset yang dimiliki oleh perbankan
konvensional sepanjang tahun 2005-2009. Karena likuiditas suatu perbankan
dipengaruhi oleh baik buruknya indikator-indikator tersebut.
Sementara untuk FDR perbankan syariah pada tahun 2009 mengalami
penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, meskipun dari sisi DPK, pemberian
pembiayaan, dan total aset yang dimiliki semuanya mengalami peningkatan
selama lima tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena rasio NPF pada tahun
2009 mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar 2,59 persen
dibanding tahun sebelumnya. Rasio NPF merupakan rasio aktiva produktif
perbankan syariah dimana jika terjadi pembiayaan bermasalah, maka akan
turut mempengaruhi rasio likuiditas perbankan syariah (Financing to Deposit
9
Ratio). Semakin tinggi peningkatan rasio NPF maka akan semakin besar
pengaruhnya terhadap tingkat likuiditas perbankan syariah.
Sejak evaluasi dari sistem perbankan, sejumlah teori yang dapat
dipertimbangkan sudah mulai dipublikasikan untuk pengembangan sistem
perbankan dan moneter Islam, tapi menurut yousafi (1997:1) hanya beberapa
studi empiris yang dibuat menggunakan model stabilitas moneter dibawah
sistem keuangan Islam. Semua studi ini telah berusaha untuk membuktikan
bahwa instrumen-instrumen moneter Islam sama stabilnya dengan sistem
berbasis bunga atau bahkan bisa lebih baik dari sistem konvensional dan bisa
menjadi salah satu alat alternatif bagi perekonomian .
Kaleem (2000:3) menyatakan bagaimanapun juga sejauh ini tidak ada
yang serius untuk membuat studi yang empiris untuk menganalisa efektifitas
instrumen-instrumen moneter Islam, dalam kasus dual banking system. Untuk
tujuan itu, penulis ingin mencoba menganalisa sejauh mana efektifitas
instrumen moneter Islam dan instrumen moneter konvensional khususnya
dalam mempengaruhi kinerja perbankan baik perbankan konvensional maupun
perbankan syariah di Indonesia. Indonesia dipilih karena merupakan contoh
paling sempurna dimana hampir semua bank komersial menawarkan simulasi
dua instrumen perbankan.
Berdasarkan latar belakang inilah penulis mencoba menganalisis tentang
“Analisis Pengaruh Instrumen Kebijakan Moneter Konvensional dan
Instrumen Kebijakan Moneter Islam Terhadap Kinerja Bank
Konvensional dan Bank Syariah”
10
A. Rumusan Masalah
Instrumen kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral tentunya
akan berdampak kepada kinerja dari perbankan. dari pengambilan instrumen
kebijakan moneter konvensional maupun instrumen kebijakan moneter Islam,
dapat dilihat sejauh mana instrumen yang diambil tersebut mempengaruhi
kinerja dari bank umum konvensional dan bank umum syariah secara
keseluruhan di Indonesia.
Kinerja bank umum konvensional maupun bank umum syariah dapat
dilihat dari rasio keuangannya, rasio keuangan tersebut diantranya adalah Non
Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF), Return on
Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit
Ratio (FDR).
Berdasarkan hal yang telah ditulis diatas, maka peneliti akan
merumuskan masalahnya, yaitu :
1. Bagaianakah pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap kinerja bank konvensional dan
bank syariah ?
2. Bagaimanakah pengaruh instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap kinerja
Bank konvensional dan bank syariah ?
11
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini untuk turut serta memberikan
kontribusi peneliti terhadap wacana, pemikiran, kajian, dan praktik dual
banking system di Indonesia yang sedang berlangsung. Adapun tujuan
khusus penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap kinerja bank
konvensional dan bank syariah
b. Untuk mengetahui pengaruh instrumen Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial
terhadap kinerja bank konvensional dan bank syariah.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh instrumen-
instrumen kebijakan moneter, baik instrumen kebijakan moneter
konvensional maupun instrumen kebijakan moneter Islam terhadap kinerja
bank konvensional dan bank syariah, akan diperoleh manfaat bagi pihak-
pihak sebagai berikut :
a. Bagi dunia perbankan konvensional dan perbankan Islam dapat
dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk tetap mempertahankan dan
12
meningkatkan kinerja yang sudah diterapkan, sekaligus memperbaiki
kelemahan dan kekurangan yang ada
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi Bank Indonesia
untuk mengetahui seberapa besar instrumen kebijakan moneter
konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam mempengaruhi
kierja bank konvensional dan bank syariah
c. Bagi perkembangan Ilmu Ekonomi Islam khususnya masalah dual
banking system, studi kasus ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat
d. Bagi para akademisi/peneliti, dapat dijadikan referensi untuk membuat
penelitian lebih lanjut.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kebijakan Moneter
Berbagai definisi tentang kebijakan moneter dikemukakan oleh para ahli
ekonomi diantaranya yaitu, Nopirin (2000:45) mengatakan, Kebijakan
moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya
bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada
gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Bank sentral
adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar.
Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan
ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya
sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas
harga, pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran
(Iswardono, 1997:126).
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan
output keseimbangan (http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-
moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya).
14
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah
negara untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menahan laju inflasi, mencapai
pekerja penuh atau lebih sejahtera (http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_
moneter).
kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan
mengatur jumlah uang yang beredar. Sedangkan yang dimaksud dengan
kondisi lebih baik adalah meningkatkan output keseimbangan dan atau
terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol). Melalui kebijakan moneter
pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang
beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh
sekaligus mengendalikan inflasi (Rahardja dan Manurung, 2008:256).
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan
cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Ekspansive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang
beredar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Kontraktif Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
15
A. Pengertian Kebijakan Moneter Islam
Diterbitkannya undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, yang menyatakan bahwa BI dapat menerapkan kebijakan moneter
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 7
dan pasal 11. Undang-undang tersebut menjadi acuan baru bagi Bank
Indonesia selaku pengambil keputusan, yang dapat menerapkan kebijakan
moneternya baik secara konvensional maupun dengan menggunakan prinsip-
prinsip syariah. Jadi instrumen kebijakan moneter yang digunakan pun dapat
menggunakan instrumen kebijakan moneter konvensional ataupun instrumen
kebijakan moneter Islam.
Kebijakan moneter sebenarnya bukan hanya mengutamakan suku bunga.
Bahkan sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, kebijakan
moneter dilaksanakan tanpa menggunakan instrumen bunga sama sekali. Di
dalam Islam tujuan yang hendak dicapai tidak dapat dipisahkan dari ideologi
dan keyakinan, sepanjang tujuan tersebut didasarkan pada Al Quran dan
Sunnah maka menjadi keharusan bukan persoalan tawar menawar dan untung-
untungan prinsip moneter Islam (http://www.cybermq.com/pustaka/detail/
opini/527/kebijakan-moneter-rasulullah-saw).
B. Tujuan Kebijakan Moneter
tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga sasaran laju inflasi
yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui penetapan sasaran-sasaran moneter
seperti uang beredar atau suku bunga. Secara operasional, pengendalian
16
sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara
lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan
pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan
cara-cara pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah
(http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Tujuan+Kebijakan+Moneter/).
kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh
sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter).
D. Tujuan Kebijakan Moneter Islam
Menurut Iqbal dan Khan (1997:112) tujuan kebijakan moneter Islam
adalah kesejahteraan ekonomi yang dengan kesempatan kerja penuh dan laju
pertumbuhan yang optimal, keadilan sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan
dan kekayaan yang merata, serta stabilitas uang.
Menurut Chapra (2000:2) tujuan kebijakan moneter Islam adalah
kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan full employment dan tingkat
17
pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadilan sosio-ekonomi dengan
pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan, stabilitas dalam nilai
uang sehingga memungkinkan medium of exchange dapat dipergunakan
sebagai satuan perhitungan, patokan yang adil dalam penangguhan
pembayaran, dan nilai tukar yang stabil, serta penagihan yang efektif dari
semua jasa biasanya diharapkan dari sistem perbankan.
Dari tujuan-tujuan kebijakan moneter Islam yang coba didefinisikan oleh
para ahli ekonomi Islam diatas, sekilas hampir sama dengan tujuan-tujuan
kebijakan moneter yang diterapkan oleh sistem kapitalis. Akan tetapi jika
dikaji lebih dalam, ada perbedaan penekanan dan komitmen yaitu tentang
nilai-nilai spiritual, keadilan sosio-ekonomi, dan persaudaraan manusia.
E. Instrumen Kebijakan Moneter
1. Instrumen kebijakan moneter konvensional menurut Bank Indonesia
terdiri dari :
a. Tingkat Diskonto (Discount Rate)
b. Giro Wajib Minimum (Statutory Reserve Requirment)
c. Himbauan Moral (Moral Suasion)
d. Operasi Pasar terbuka (Open Market Operation). Dalam Operasi Pasar
Terbuka, BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga yang
diantranya terdapat Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
18
2. Instrumen kebijakan moneter Islam menurut Karim (2002:203-204)
adalah:
a. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau yang saat ini dikenal
sebagai Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
b. Giro Wajib Minimum (Statutory Reserve Requirment)
c. Sertifikat Investasi mudharabah antar Bank Syariah (Sertifikat IMA)
Dari dua insturmen kebijakan moneter baik konvensional maupun Islam
yang disebutkan diatas, penelitian ini mencoba menggabungkan instrumen
kebijakan moneter konvensional dengan instrumen kebijakan moneter Islam
yang masing-masing diwakili oleh :
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Menurut peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2010 tentang
operasi moneter Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI
adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan
nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang
kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan
nilai Rupiah. Untuk itu SBI diterbitkan dan dijual oleh BI guna
mengurangi kelebihan uang primer tersebut.
19
Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang
Bank Sentral, SK Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23
Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia
serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor No.
11/12/PBI/2010 tentang operasi moneter.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2010 tentang
operasi moneter, maka :
a. SBI memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya
diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan
2) Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan
tertinggi Rp 100 miliar
3) Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan
selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta
4) Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto
murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:
Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai = ------------------------------------------------------
360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]
5) Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di
muka
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
6) Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final
sebesar 15 persen
20
7) SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless)
8) SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder
2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2004, Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut
Bank Indonesia memiliki tugas antara lain menetapkan dan melaksanakan
kebijakan monoter.
Dalam rangka mendukung tugas dalam menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia melakukan
pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Bank Indonesia memiliki
wewenang menetapkan instrumen OPT yang digunakan. Sejalan dengan
hal tersebut, Bank Indonesia perlu menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah (http://www.bi.go.id
/NR/rdonlyres/832B1697-87E5-4735-9A7E-BAF6805E5F69/12307/pbi_1
01108.pdf).
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS dapat digunakan oleh
21
bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana
penitipan dana jangka pendek guna menjaga asetnya. SBIS yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad ju’alah yaitu janji atau
komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadh/ju’l) atas
pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu pekerjaaan.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008
tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Bank Indonesia, maka :
a. SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
2) Berjangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan
3) Diterbitkan tanpa warkat (scripless)
4) Dapat digunakan kepada Bank Indonesia
5) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
b. Mekanisme penerbitan SBIS
1) Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang
2) Penerbitan SBIS menggunakan Bank Indonesia-Scripless
Securities Settlement System (BI-SSSS)
3) Pihak yang dapat memiliki SBIS adalah BUS atau UUS
4) BUS atau UUS wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit
Ratio (FDR) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
22
5) BUS atau UUS dapat memiliki SBIS melalui pengajuan pembelian
SBIS secara langsung dan/atau melalui perusahaan pialang pasar
uang rupiah dan valuta asing.
c. Repo SBIS
1) BUS atau UUS dapat mengajukan Repo SBIS kepada Bank
Indonesia
2) Repo SBIS berdasarkan prinsip qard yang diikuti dengan rahn
3) BUS atau UUS yang mengajukan Repo, harus menandatangani
perjanjian penggunaan SBIS dalam rangka Repo SBIS serta
menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada
Bank Indonesia
4) Bank Indonesia menetapkan dan mengenakan biaya atas Repo
SBIS.
d. Transaksi SBIS
1) BUS atau UUS yang melakukan transaksi SBIS wajib memiliki
rekening giro dan Rekening Surat Berharga untuk penyelesaian
transaksi SBIS
2) BUS atau UUS yang melakukan pembelian SBIS wajib memiliki
saldo rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban
penyelesaian transaksi pembelian SBIS
23
3) BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS wajib memiliki saldo
rekening surat berharga dan saldo rekening giro yang cukup untuk
memenuhi kewajiban penyelesaian Repo SBIS.
e. Sanksi
1) Transaksi SBIS dinyatakan batal dalam hal BUS atau UUS tidak
memenuhi kewajiban
2) Bank Indonesia mengenakan sanksi kepada BUS atau UUS atas
transaksi SBIS yang dinyatakan batal berupa :
a) Teguran tertulis
b) Kewajiban membayar sebesar 1 per seribu dari nilai transaksi
SBIS yang dinyatakan batal atau paling banyak sebesar Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap transaksi
SBIS yang dinyatakan batal; dan
3) Dengan tidak mengurangi sanksi dalam hal BUS atau UUS
melakukan transaksi SBIS yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali
dalam kurun waktu enam bulan, BUS atau UUS dikenakan sanksi
berupa :
a) Pemberhentian sementara mengikuti lelang SBIS minggu
berikutnya
b) Larangan mengajukan Repo SBIS selama lima hari kerja
berturut-turut, terhitung sejak BUS atau UUS dikenakan
teguran tertulis.
24
F. Kinerja Perbankan
Kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh
suatu bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam bank
seefektif mungkin dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan manajemen (Farid dan Siswanto, 1998 dalam Prasnanugraha,
2007:20).
Penilaian kinerja perbankan menjadi sangat penting dilakukan karena
operasi perbankan sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya
perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan dapat dinilai dengan
pendekatan analisis rasio keuangan.
Analisis rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran perkembangan keuangan dan posisi keuangan
perusahaan. Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi
manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil keuangan yang telah
dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern
bagi kreditor dan investor untuk menetukan kebijakan pemberian kredit dan
penanaman modal suatu perusahaan (Usman, 2003 dalam Prasnanugraha,
2007:24).
Adapun rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang
Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam
25
Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga,
penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada
transaksi rekening administratif.
Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan:
a. Prospek usaha
b. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur
c. Kemampuan membayar
Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian
mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan
mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas
kredit ditetapkan menjadi:
a. Lancar (Pass)
b. Dalam perhatian khusus (special mention)
c. Kurang lancar (sub standard)
d. Diragukan (doubtful)
e. Macet (loss)
Aktiva produktif bermasalah yaitu Non Performing Loan (NPL)
untuk bank konvensional atau Non Performing Financing (NPF) untuk
bank syariah merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang
lancar, diragukan, dan macet. Besarnya NPL/NPF dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Total kredit/Pembiayaan Bermasalah NPL/NPF = ------------- Total Seluruh Kredit/Pembiayaan
26
2. Rasio Rentabilitas (Earning)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Return on Assets (ROA).
ROA merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke
dalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROA
menggunakan laba sebagai salah satu cara untuk menilai efektivitas dalam
penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi
laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula ROA, hal itu berarti bahwa
perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan.
ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan rata-
rata total aset. Dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai indikator
performance atau kinerja bank. ROA menunjukkan efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang
dimiliki. Semakin tinggi ROA maka menunjukkan semakin efektif
perusahaan tersebut, karena besarnya ROA dipengaruhi oleh besarnya laba
yang dihasilkan perusahaan. Rumus yang digunakan adalah :
ROA = Laba Sebelum Pajak Total Aktiva
27
3. Rasio Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat
memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua
depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa
terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam
penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit
Ratio (LDR) untuk bank konvensional atau Financing to Deposit Ratio
(FDR) untuk bank syariah.
FDR/LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit/pembiayaan
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan
kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi
rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
FDR/
G. Keterkaitan Antara Variabel
Stabilitas sistem perbankan dan stabilitas moneter merupakan dua aspek
yang saling terkait dan menentukan satu sama lain. Stabilnya sistem
perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat
dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi simpanan
28
masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada
dunia usaha. Apabila kondisi seperti ini terpelihara, maka proses perputaran
uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang
sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan juga dapat berjalan
dengan baik. Dengan demikian, stabilnya sistem perbankan akan menentukan
efektifitas pelaksanaan kebijakan moneter (Warjiyo, 2006:430).
Keterkaitan kebijakan moneter dengan perbankan terjadi melalui dua
tahap transmisi moneter dalam proses perputaran uang. Salah satunya adalah
interaksi antara bank sentral dengan perbankan dalam berbagai transaksi di
pasar uang yang berkaitan dengan operasi moneter bank sentral dan
manajemen likuiditas oleh perbankan. Dengan interaksi ini, kebijakan moneter
berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, volume dana masyarakat
yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha, dan
perkembangan transaksi pasar uang yang dilakukan oleh perbankan (Warjiyo
dan Agung, 2002:443).
Guitan (1997 dalam warjiyo 2006:437) mengatakan, pencapaian sasaran
kestabilan moneter dapat didukung oleh pencapaian kesehatan dan kestabilan
perbankan melalui beberapa aspek. Sistem perbankan yang sehat diperlukan
agar sinyal kebijakan moneter dapat ditransmisikan secara efektif ke berbagai
aktivitas ekonomi.
29
1. Pengaruh SBI terhadap NPL/NPF
Amalia (2006:89-90) melakukan penelitian mengenai analisis
pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kinerja bank
terhadap laba perbankan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang merupakan data time series bulanan dari tahun
2001-2005. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
vector autoregressive (VAR) yang dikombinasikan dengan Vector Error
Correction Model (VECM) dan memperoleh hasil bahwa Hasil analisis
IRF menunjukkan guncangan suku bunga SBI sebesar satu standar deviasi
berpengaruh cukup besar terhadap perubahan NPL. Ketika suku bunga
SBI naik maka bank-bank akan lebih tertarik menanamkan dananya pada
surat berharga ini dan mengurangi alokasi dananya terhadap kredit, hal ini
berarti suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap NPL.
2. Pengaruh SBI terhadap ROA
Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2009-98) mengenai
analisis pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan suku bunga
SBI terhadap ROA. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi
berganda dengan metode OLS dan memperoleh hasil bahwa berdasarkan
hasil perhitungan statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel suku
bunga SBI tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Hal
tersebut menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga SBI tidak
mempengaruhi besarnya Return on Asset (ROA).
30
3. Pengaruh SBI terhadap LDR/FDR
Amalia (2006:90-91) melakukan penelitian mengenai analisis
pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kinerja bank
terhadap laba perbankan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang merupakan data time series bulanan dari tahun
2001-2005. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
vector autoregressive (VAR) yang dikombinasikan dengan Vector Error
Correction Model (VECM) dan memperoleh hasil bahwa Respon yang
negatif ditunjukkan oleh variabel LDR apabila guncangan suku bunga SBI
sebesar satu standar deviasi terjadi. Dampak yang negatif ini dikarenakan
ketika suku bunga SBI naik, bank enggan untuk mengeluarkan
pinjamannya karena resiko pengembalian pinjaman cukup tinggi dan bank
lebih memilih menyimpan dananya pada SBI karena lebih aman dan
memiliki nilai pengembalian yang tinggi.
Lestari dan Sugiharto (2005:53), dalam penelitiannya mengenai
kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa selama periode 2002-2006.
Metode analisis statistik yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata
untuk menganalisis perbedaan kinerja dan uji regresi linear berganda untuk
menganalisis pengaruh indikator makro ekonomi (inflasi, nilai tukar
rupiah terhadap US Dollar, dan suku bunga SBI) terhadap ROA, ROE, dan
LDR. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa salah satu indikator
ekonomi makro yaitu suku bunga SBI tidak memiliki pengaruh terhadap
salah satu rasio keuangan bank yaitu LDR.
31
Penelitian mengenai pengaruh suku bunga konvensional, SBI, dan
SWBI terhadap sumber dan penggunaan dana pada bank syariah yang
dilakukan oleh Williyanti (2007:62). Metode analisis yang digunakan
adalah statistik deskriptif, dan memperoleh hasil bahwa korelasi yang kuat
atau hubungan yang signifikan terjadi antara SBI dengan sumber dana
perbankan syariah, begitupun korelasi antara SBI terhadap penggunaan
dana perbankan syariah menunjukkan korelasi yang cukup kuat dan
hubungan yang signifikan
Cahyono (2009:96) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh
indikator makro ekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga dan pembiayaan
Bank Syariah Mandiri, yang menggunakan analisis regresi linear berganda
selama periode Maret 2003-Desember 2007. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa indikator makroekonomi (suku bunga SBI, inflasi, kurs, IHSG, dan
PDB) memberikan pengaruh terhadap DPK dan pembiayaan Bank Syariah
Mandiri, dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh negatif terhadap
DPK dan pembiayaan Bank Syariah Mandiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Fatah (2010:87) mengenai analisis
pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), nilai tukar rupiah,
uang beredar, dan inflasi terhadap volume transaksi Pasar Uang Antar
Bank Syariah dan pembiayaan perbankan syariah. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis jalur dengan menggunakan AMOS 18, dan
memperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara
variabel suku bunga SBI terhadap pembiayaan perbankan syariah.
32
4. Pengaruh SBIS terhadap FDR/LDR
Prasetyo (2005:63) melakukan penelitian mengenai analisis
hubungan kausalitas granger antara tingkat imbal jasa agregat dengan
tingkat pembiayaan perbankan syariah dan tingkat kredit perbankan
konvensional di Indonesia periode 2001.I-2004.XII. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara tingkat imbal jasa secara
agregat yaitu SWBI dan SBI dengan pembiayaan pada perbankan syariah
dan kredit pada perbankan konvensional di Indonesia pada periode 2001.I-
2004.XII yang melaksanakan kebijakan dual banking system. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa dalam periode 2001.I-2004.XII pada
seluruh variabel yaitu SWBI, SBI, pembiayaan bank syariah, dan kredit
perbankan konvensional terjadi hubungan kointegrasi. Dikeahui bahwa
arah hubungan kausalitas berbeda-beda pada model yang diuji, dimana
hubungan antara SWBI dengan kredit perbankan konvensional arah
hubungannya unilateral hal ini dikarenakan SWBI masih dipengaruhi oleh
tingkat suku bunga SBI.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007:85) mengenai pengaruh
penempatan dana pada SWBI dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
terhadap FDR perbankan syariah, data yang digunakan mulai bulan
Januari 2003 hingga Maret 2006. Penelitian ini menggunakan alat analisis
regresi berganda, dan memperoleh hasil bahwa kedua variabel bebas yaitu
SWBI dan PUAS secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel FDR
perbankan syariah. Kedua variabel tadi dapat menjelaskan variabel terikat
33
sebesar 50,6 persen dan sisanya yaitu 49,4 persen dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Walaupun secara bersama-
sama kedua variabel bebas dapat mempengaruhi FDR perbankan syariah,
namun hasil uji t menunjukkan bahwa hanya variabel SWBI yang
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDR perbankan syariah.
Penelititan yang dilakukan oleh Fatimah (2008:98) mengenai
pengaruh penempatan dana Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR) perbankan syariah. Memperoleh hasil bahwa variabel
independen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap FDR perbankan syariah, dikarenakan
BI rate yang realatif kecil sehingga tidak menarik perbankan syariah untuk
menempatkan kelebihan dana likuiditasnya pada instrumen SBIS karena
dianggap tidak terlalu menguntungkan.
H. Penelitian Terdahulu
Amalia (2006:98) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kinerja bank terhadap laba
perbankan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laba Bersih
Bank, CAR, NIM, NPL, LDR, dan suku bunga SBI dengan menggunakan alat
anasis vector autoregressive (VAR) yang dikombinasikan dengan Vector
Error Correction Model (VECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa :
34
1. Dalam jangka pendek yang signifikan mempengaruhi laba bank hanya Non
Performing Loan (NPL) satu periode sebelumnya, sedangkan dalam
jangka panjang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara laba
dengan Net Interest Margin (NIM) dan Non Performing loan (NPL),
namun berhubungan negatif dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan
suku bunga SBI
2. Respon laba akibat guncangan kinerja bank menunjukkan pengaruh yang
positif sedangkan pengaruh guncangan suku bunga SBI akan direspon
negatif oleh laba bank
3. Hasil analisis Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error
Variance Decomposition (FEVD) menunjukkan bahwa suku bunga SBI
hanya berpengaruh kecil terhadap perubahan laba. Variabel yang paling
berpengaruh terhadap perubahan laba bank adalah variabel laba itu sendiri,
hal ini berarti komponen pendapatan dan pengeluaran laba lebih
berpengaruh terhadap perubahan besarnya laba
4. Dari hasil simulasi kebijakan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
suku bunga SBI maka semakin kecil pula proporsi guncangan yang
diberikan terhadap laba.
Penelitian mengenai pengaruh suku bunga konvensional, SBI, dan SWBI
terhadap sumber dan penggunaan dana pada bank syariah yang dilakukan oleh
Williyanti (2007:62). Metode analisis yang digunakan adalah statistik
deskriptif. Hasil analisis yang diperoleh adalah suku bunga konvensional
terhadap sumber dana menunjukkan hasil yang beragam, yaitu suku bunga
35
tabungan konvensional menunjukkan korelasi yang lemah atau tidak
signifikan terhadap sumber dana, korelasi SWBI dengan sumber dana
menunjukkan korelasi yang cukup kuat atau hubungan yang signifikan,
korelasi yang kuat terjadi antara SBI dengan sumber dana atau hubungan yang
signifikan. Sementara hasil analisis hubungan suku bunga konvensional
terhadap penggunaan dana memiliki korelasi yang beragam, yaitu sangat
lemah hingga kuat, suku bunga deposito konvensional menunjukkan
hubungan yang signifikan terhadap penggunaan dana, SWBI memiliki
korelasi yang beragama tetapi secara umum memiliki hubungan yang
signifikan terhadap penggunaan dana, korelasi antara SBI terhadap
penggunaan dana menunjukkan korelasi yang cukup kuat dan hubungan yang
signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007:85) mengenai pengaruh
penempatan dana pada SWBI dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
terhadap FDR perbankan syariah, data yang digunakan mulai bulan Januari
2003 hingga Maret 2006. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi
berganda, dan memperoleh hasil bahwa kedua variabel bebas yaitu SWBI dan
PUAS secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel FDR perbankan
syariah. Kedua variabel tadi dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 50,6
persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
kedalam model. Walaupun secara bersama-sama kedua variabel bebas dapat
mempengaruhi FDR perbankan syariah, namun hasil uji t menunjukkan bahwa
hanya variabel SWBI yang signifikan mempengaruhi FDR perbankan syariah.
36
ROA
LDR/FDR
NPL/NPF SBI
SBIS
I. Kerangka Pemikiran
Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh bank
sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat kredit, yang
tentunya juga akan berdampak kepada kinerja dari perbankan. Bank sentral
sebagai salah satu otoritas moneter dapat melaksanakan kebijakan moneter
dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter konvensional dan
instrumen kebijakan moneter Islam. Penelitian ini mencoba menggabungkan
instrumen kebijakan moneter konvensional dengan instrumen kebijakan
moneter Islam dan pengaruhnya terhadap kinerja bank, baik bank
konvensional maupun bank syariah, seperti pada gambar 2.1 dibawah ini :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Dari gambar diatas, gabungan instrumen kebijakan moneter
konvensional dengan instrumen kebijakan moneter Islam masing-masing
diwakili oleh, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS). Dari instrumen kebijakan moneter yang diambil oleh bank
sentral, dapat dilihat sejauh mana instrumen yang diambil mempengaruhi
kinerja dari bank konvensional dan bank syariah secara keseluruhan di
Indonesia. Kinerja bank konvensional maupun bank syariah dapat dilihat dari
rasio keuangannya, rasio keuangan tersebut terdiri dari rasio Kualitas Aktiva
37
Produktif (KAP) yang diwakili oleh Non Performing Loan (NPL) atau Non
Performing Financing (NPF), rasio rentabilitas (earning) yang diwakili oleh
Return on Assets (ROA), dan rasio likuiditas (liquidity) yang diwakili oleh
Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR).
Dalam penelitian ini, sesuai dengan dengan telaah pustaka dapat disusun
suatu logika bahwa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dijadikan sebagai
proksi variabel instrumen kebijakan moneter konvensional mempunyai
hubungan yang positif terhadap NPL, semakin besar nilai SBI akan
mengakibatkan naiknya NPL sehingga Aktiva produktif bermasalah
perbankan konvensional meningkat. Sementara variabel SBI terhadap NPF
bank syariah mempunyai hubungan yang positif, Semakin besar nilai SBI
akan berakibat pada naiknya NPF bank syariah, sehingga aktiva produktif
bermasalah perbankan syariah meningkat. Variabel SBI mempunyai hubungan
yang Positif terhadap ROA. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada
naiknya ROA, sehingga profitabilitas perbankan konvensional meningkat.
Begitupun variabel SBI terhadap ROA bank syariah mempunyai hubungan
yang positif. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada naiknya ROA bank
syariah, sehingga profitabilitas perbankan syariah meningkat. Variabel SBI
mempuyai hubungan yang negatif terhadap LDR. Semakin besar nilai SBI
akan berakibat pada turunnya LDR, sehingga likuiditas perbankan
konvensional menurun. Begitupun variabel SBI berpengaruh negatif terhadap
FDR bank syariah. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada turunnya
FDR, sehingga likuiditas perbankan syariah menurun.
38
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) digunakan sebagai proksi
instrumen kebijakan moneter Islam. SBIS mempunyai pengaruh negatif
terhadap NPL, semakin besar nilai SBIS akan mengakibatkan turunnya NPL
sehingga Aktiva produktif bermasalah perbankan konvensional menurun.
Begitupun variabel SBIS terhadap NPF bank syariah mempunyai hubungan
yang positif, semakin besar nilai SBIS akan berakibat pada naiknya NPF bank
syariah, sehingga aktiva produktif bermasalah perbankan syariah meningkat.
Variabel SBIS mempunyai hubungan yang negatif terhadap ROA. Semakin
besar nilai SBIS akan berakibat pada turunnya ROA, sehingga profitabilitas
perbankan konvensional menurun. Begitupun variabel SBIS terhadap ROA
bank syariah mempunyai hubungan yang negatif. Semakin besar nilai SBIS
akan berakibat pada turunnya ROA bank syariah. Variabel SBIS mempunyai
hubungan yang negatif terhadap LDR. Jadi jika nilai SBIS turun, maka LDR
akan naik, sehingga likuiditas perbankan konvensional juga akan mengalami
kenaikan. Sementara itu variabel SBIS juga berpengaruh negatif terhadap
FDR bank syariah. Semakin tinggi nilai SBIS, maka semakin rendah FDR
bank syariah, sehingga likuiditas perbankan syariah menurun.
Untuk mengolah data dalam penelitian ini, akan dihitung dengan
menggunakan software Microsoft Excel 2007 dengan memasukan nilai dari
masing-masing variabel. Setelah itu, data-data berformat Excel tersebut akan
dikonversi ke program Eviews 5 untuk selanjutnya dilakukan pengujian
persyaratan analisis yaitu uji asumsi klasik dan uji analisis regresi berganda
dengan menggunakan metode OLS.
39
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap bank konvensional dan bank syariah
secara keseluruhan yang ada di Indonesia sejak bulan Januari tahun 2007
sampai dengan bulan Desember tahun 2009 dengan menggunakan data
bulanan. Kinerja dari bank konvensional dan bank syariah secara keseluruhan
dilihat dari rasio keuangan yang dimilikinya. Rasio keuangan yang diteliti
tersebut antara lain adalah rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang
diwakili oleh Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing
(NPF), rasio rentabilitas (Earning) yang diwakili oleh Return on Assets
(ROA), dan rasio likuiditas (Liquidity) yang diwakili oleh Loan to Deposit
Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR).
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data sekunder adalah data yang bukan didapatkan dari hasil usaha observasi
yang dilakukan sendiri oleh peneliti, namun data sekunder diperoleh dari
pihak lain yang telah mengolah data primer atau data yang paling pertama kali
diperoleh dari suatu peristiwa sehingga menjadi bentuk data jadi yang
tentunya data tersebut berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti atau
biasanya disebut dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan yaitu
40
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman
dan Akbar, 2003:54).
Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian
ini adalah menggunakan analisis kuantitatif. Dimana analisis kuantitatif adalah
studi yang bertujuan untuk mencari uraian secara menyeluruh, teliti, dan
komprehensif berdasarkan data empiris.
Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif,
seorang analis akan berkonsentrasi pada fakta kuantitatif atau data yang
berhubungan dengan masalah dan selanjutnya membuat model matematik
yang menjelaskan tujuan, hambatan dan lain-lain yang berhubungan dengan
permasalahan (Anderson, 1994:73).
Langkah pertama untuk melihat seberapa besar pegaruh instrumen
kebijakan moneter konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam
terhadap kinerja bank umum konvensional dan bank umum syariah adalah
mengambil data sekunder dari setiap viariabel-variabel yang ingin diteliti
melalui sumber-sumber data yang terpercaya.
Langkah selanjutnya adalah memasukan variabel-variabel yang sudah
diperoleh tersebut ke dalam Software Microsoft Excel 2007 kemudian di
konversi ke Eviews 5 untuk selanjutnya dilakukan pengujian persyaratan
analisis yaitu uji asumsi klasik dan uji analisis regresi berganda dengan
menggunakan metode OLS. Adapun data sekunder yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah :
41
1. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)
datanya diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dan Statistik
Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) yang diterbitkan oleh
Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan dan Direktorat Perbankan
Syariah, Bank Indonesia.
2. Return on Assets (ROA) datanya diperoleh dari Statistik Perbankan
Indonesia (SPI) yang diterbitkan oleh Direktorat Perizinan dan Informasi
Perbankan, Bank Indonesia.
3. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR)
datanya diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dan Statistik
Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) yang diterbitkan oleh
Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan dan Direktorat Perbankan
Syariah, Bank Indonesia.
4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) datanya diperoleh dari Statistik Ekonomi
Keuangan Indonesia (Indonesian Financial Statistics) yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia.
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) datanya diperoleh dari Statistik
Keuangan Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) yang diterbitkan
oleh Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia.
42
B. Metode Analisis
1. Analisis Regresi
Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga digunakan untuk
mengukur ada tidaknya korelasi atau hubungan antar variabel. Istilah
regresi yang berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan oleh
Sir Francis Galton pada tahun 1877, sehubungan dengan penelitiannya
terhadap tinggi manusia. Garis yang menunjukkan hubungan tersebut
disebut garis regresi. Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan
analisis korelasi, karena pada analisis itu kesulitan dalam menunjukkan
slope (tingkat perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya dapat
ditentukan). Jadi, dengan analisis regresi, peramalan atau perkiraan nilai
variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula (Hasan,
1999:246).
Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
persamaan regresi linear berganda dengan metode persamaan kuadrat
terkecil atau Ordinary Least Square (OLS), yaitu persamaan matematik
yang menyatakan hubungan antara sebuah variabel tak bebas (variabel
dependen) dengan beberapa variabel bebas (variabel independen).
(Wijaya, 2001:80).
Persamaan garis regresi adalah suatu model persamaan garis yang
menunjukkan kepekaan variabel bebas akan mempengaruhi variabel
terikatnya. Persamaan untuk regresi berganda dalam penelitian ini dapat
dinyatakan dalam persamaan garis sebagai berikut :
43
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + €i
Persamaan : instrumen kebijakan moneter terhadap kinerja bank
Dimana:
Y = Kinerja Bank
a = Intersept
b1-b3 = Koefisien Regresi
X1 = Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
X2 = Giro Wajib Minimum (GWM)
X3 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
€i = Error term
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengkaji apakah dalam model
regresi variabel dependen, dan varibel independen, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
44
Salah satu metode untuk mengetahui Normalitas adalah
dengan menggunakan metode analisis grafik secara histogram
dengan melihat nilai probabilitas dari Jarque-Bera, jika probabilitas
bernilai lebih besar dari 5 persen maka dapat dikatakan bahwa data
berdistribusi normal, dan sebaliknya jika probabilitas bernilai kurang
dari 5 persen maka dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Istilah koleniaritas ganda (Multicolinearity) yang berarti
adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak di antara variabel-
variabel bebas dalam model regresi diciptakan oleh Ranger Fish di
dalam bukunya “Statistical Confluence Analysis by Means of
Complete Regressions Systems”.
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam
model regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan di mana satu
atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier
dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika di antara pengubah-
pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu
dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi Multikolinearitas.
Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat digunakan uji
Correlation Matrix. Jika antar variabel independen ada korelasi yang
45
cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan
indikasi bahwa adanya Multilinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linear klasik adalah bahwa
tak ada autokorelasi atau korelasi serial (autocorrelation or serial
correlation) antara kesalahan pengganggu (€i).
Istilah autokorelasi (autocorrelation) menurut Kendall dan
Buckland (1986:211) adalah autokorelasi merupakan korelasi antara
anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti
data time-series) atau menurut urutan tempat atau ruang (seperti data
cross-section), atau korelasi pada dirinya sendiri.
Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi di
antara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa
munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya.
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika trerjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak, dapat
digunakan uji Breusch-Godfrey dengan melihat probabilitas dari
Obs*R-squared. Jika probabilitasnya bernilai lebih besar dari 5
46
persen maka dapat dikatakan tidak terjadi Autokorelasi, dan
sebaliknya jika probabilitasnya bernilai kurang dari 5 persen maka
dikatakan terjadi Autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Supranto (1983:42) mengatakan, Heteroskedastisitas adalah
suatu keadaan di mana varian dari kesalahan pengganggu tidak
konstan untuk semua nilai variabel bebas.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model yang baik adalah Homoskedastisitas dan tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas antara
lain dengan melakukan uji White dengan melihat probabilitas dari
Obs*R-squared. Jika probabilitasnya lebih besar dari 5 persen, maka
dapat dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas atau data bersifat
Homoskedastisitas dan sebaliknya jika probabilitasnya kurang dari 5
persen maka data dikatakan bersifat Heteroskedastisitas.
47
C. Operasional Variabel Penelitian.
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang
diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang
beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain
adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
2. Sertifikat Bank indonesia Syariah (SBIS)
SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia. SBIS dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang
mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka
pendek guna menjaga asetnya.
48
3. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)
Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit/pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank.
Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk
kualitas kredit/pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah
kredit/pembiayaan bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
4. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari
segi penggunaan aset.
5. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR)
LDR/FDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit/pembiayaan
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan
kredit/pembiayaan yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin
tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya.
49
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja
bank umum konvensional dan bank umum syariah secara keseluruhan yang
ada di Indonesia serta instrumen kebijakan moneter yang biasa digunakan
oleh Bank Indonesia, baik instrumen kebijakan moneter konvensional
maupun instrumen kebijakan moneter Islam. Sejak bulan Januari tahun 2007
sampai dengan bualan Desember tahun 2009, dengan menggunakan data
bulanan statistik perbankan Indonesia (Indonesian Bank Statistics) yang
diterbitkan oleh Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Bank
Indonesia. Kinerja dari bank umum konvensional dan bank umum syariah
secara keseluruhan dilihat dari rasio keuangan yang dimilikinya. Rasio
keuangan yang digunankan dalam penelitian ini diantaranya adalah rasio
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang diwakili oleh Non Performing Loan
(NPL) atau Non Performing Financing (NPF), rasio rentabilitas (Earning)
yang diwakili oleh Return on Assets (ROA), dan rasio likuiditas (Liquidity)
yang diwakili oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit
Ratio (FDR). Sedangkan Instrumen kebijakan moneter konvensional dan
instrumen kebijakan moneter Islam masing-masing diwakili oleh Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
50
A. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik, karakteristik sampel yang
digunakan didalam penelitian ini meliputi, rata-rata sampel (mean), nilai
maksimum, nilai minimum, standar deviasi (σ), dan jumlah sampel
(observasi) untuk masing-masing variabel penelitian yang meliputi variabel
NPL, ROA, LDR, untuk bank konvensional, NPF, ROA, FDR, untuk bank
syariah dan SBI, GWM, SBIS untuk instrumen kebijakan moneter. Hasil olah
data deskriptif dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
1. Analisis Deskriptif
Tabel 4.1 Hasil Olah Data Deskriptif
Bank Konvensional Bank Syariah Instrumen Moneter NPL ROAĸ LDR NPF ROAs FDR SBI SBIS
Mean 4.359167 2.758889 70.35333 5.060833 1.841111 101.3856 8.364722 7.098889 Maximum 6.200000 3.340000 79.02000 6.630000 2.440000 113.0200 11.24000 10.49000 Minimum 3.200000 2.330000 60.55000 3.950000 1.380000 89.70000 6.460000 4.530000 Std. Dev. 0.994124 0.190245 5.382825 0.840025 0.241268 5.035263 1.244266 1.387983 Observations 36 36 36 36 36 36 36 36
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah observasi atau
jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 36 sampel data
selama periode pengamatan (2007:01-2009:12) yang diambil dari Statistik
Perbankan Indonesia (SPI). Berdasarkan hasil perhitungan diatas tampak
bahwa Non Performing Loan (NPL) bank konvensional memiliki nilai
terendah sebesar 3.2 persen dan yang tertinggi sebesar 6.2 persen,
sementara Non Performing Financing (NPF) bank syariah memiliki nilai
terendah sebesar 3.95 persen dan yang tertinggi sebesar 6.63 persen. Hal
51
tersebut menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode penelitian
besarnya NPL bank konvensional dan NPF bank syariah di Indonesia
melebihi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu di bawah 5 persen.
Rata-rata NPL bank konvensional adalah 4.3592 persen dengan nilai
standar deviasi sebesar 0.9941, sementara rata-rata NPF bank syariah
adalah 5.0608 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 0.8400. Hal
tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam variabel NPL
bank konvensional dan NPF bank syariah mempunyai sebaran yang kecil
karena standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga
simpangan data pada variabel NPL bank konvensional dan NPF bank
syariah ini dapat dikatakan baik.
Return on Assets (ROAĸ) bank konvesional memiliki nilai terendah
sebesar 2.33 persen dan nilai tertinggi sebesar 3.34 persen, sedangkan
Return on Assets (ROAs) bank syariah memiliki nilai terendah sebesar 1.38
persen dan nilai tertinggi sebesar 2.44 persen. Hal tersebut menunjukkan
bahwa secara statistik, selama periode penelitian besarnya ROAĸ bank
konvensional dan ROAs bank syariah di Indonesia sudah memenuhi standar
yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu diatas 1.5 persen. Sedangkan nilai
rata-rata ROAĸ bank konvensional adalah 2.7589 persen dengan nilai
standar deviasi sebesar 0.1902, sementara nilai rata-rata ROAs bank syariah
adalah 1.8411 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 0.2413. Hal
tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam variabel ROAĸ
bank konvensional dan bank syariah mempunyai sebaran yang kecil karena
52
standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga
simpangan data pada variabel ROAĸ bank konvensional dan ROAs bank
syariah ini dapat dikatakan baik.
LDR bank konvensional memiliki nilai terendah sebesar 60.55 persen
dan yang tertinggi sebesar 79.02 persen, sementara itu Financing to
Deposit Ratio (FDR) bank syariah memiliki nilai terendah sebesar 89.70
persen dan yang tertinggi sebesar 113.02 persen. Hal tersebut menunjukkan
bahwa secara statistik, selama periode penelitian besarnya LDR bank
konvensional di Indonesia masih belum bisa memenuhi standar yang
ditetapkan Bank Indonesia, sedangkan besarnya FDR bank syariah di
Indonesia sudah bisa memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia,
yaitu berkisar antara 80-110 persen. Nilai rata-rata LDR bank konvensional
adalah 70.3533 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 5.3828,
sementara nilai rata-rata FDR bank syariah adalah 101.3856 persen dengan
nilai standar deviasi sebesar 5.0353. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
yang digunakan dalam variabel LDR bank konvensional dan FDR bank
syariah mempunyai sebaran yang kecil karena standar deviasi lebih kecil
dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga simpangan data pada variabel LDR
bank konvensional dan FDR bank syariah dapat dikatakan baik.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas tampak bahwa Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki
nilai rata-rata sebesar 8.3647 persen dan 7.0989 persen dengan nilai standar
deviasi sebesar 1.2443 dan 1.3879. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
53
yang digunakan dalam variabel SBI dan SBIS mempunyai sebaran yang
kecil karena standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya, sehingga
simpangan data pada variabel SBI dan SBIS ini dapat dikatakan baik.
B. Uji Asumsi Klasik Bank Konvensional
Sebelum dilakukan pengujian regresi linear berganda terhadap hipotesis
penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian untuk
mengetahui ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Hasil
pengujian hipotesis yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar asumsi-
asumsi klasik yang mendasari model regresi linear berganda. Asumsi-asumsi
klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi
normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengetahui
Normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik secara
histogram dengan melihat nilai probabilitas dari Jarque-Bera, jika
probabilitas bernilai lebih besar dari 5 persen maka dapat dikatakan bahwa
data berdistribusi normal, dan sebaliknya jika probabilitas bernilai kurang
54
0
2
4
6
8
-0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36 Mean 3.15E-16 Median -0.005068 Maximum 0.416986 Minimum -0.255344 Std. Dev. 0.149423 Skewness 0.519044 Kurtosis 3.003273 Jarque-Bera 1.616455 Probability 0.445647
0 2 4 6 8
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36 Mean -7.85E-17 Median -0.019688 Maximum 0.196771 Minimum -0.203834 Std. Dev. 0.098616 Skewness -0.105215 Kurtosis 2.376176 Jarque-Bera 0.451497 Probability 0.797919
dari 5 persen maka dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
Uji Normalitas dengan melihat grafik secara histogram sebagaimana
terlihat dalam gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 di bawah ini :
a. Hasil Uji Normalitas NPL
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas NPL Bank Konvensional Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Normalitas NPL bank konvensional dengan melihat
grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera
bernilai 1.6165 dan probabilitasnya bernilai 0.4456 (lebih besar dari 5
persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
b. Hasil Uji Normalitas ROA
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas ROA Bank Konvensional
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
55
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10
Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36
Mean -1.91E-15 Median 0.001928 Maximum 0.108222 Minimum -0.162905 Std. Dev. 0.052655 Skewness -0.384710 Kurtosis 4.328353
Jarque-Bera 3.534791 Probability 0.170777
Pada hasil uji Normalitas ROA bank konvensional dengan
melihat grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka
Jarque-Bera bernilai 0.4515 dan probabilitasnya bernilai 0.7979 (lebih
besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi
normal.
c. Hasil Uji Normalitas LDR
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas LDR Bank Konvensional
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Normalitas LDR bank konvensional dengan melihat
grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera
bernilai 3.5348 dan probabilitasnya bernilai 0.1708 (lebih besar dari 5
persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model
regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan di mana satu atau lebih
56
variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel
lainnya. Artinya bahwa jika di antara pengubah-pengubah bebas yang
digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa
dikatakan tidak terjadi Multikolinearitas.
Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat digunakan uji
Correlation Matrix. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup
tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi bahwa
adanya Multilinearitas. Uji Correlation Matrix dapat dilihat seperti pada
tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Multikolinearitas dengan menggunakan uji Correlation
Matrix diatas, dapat dilihat bahwa antara variabel SBI dan SBIS memiliki
koefisien sebesar 0.50. sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada
hubungan linear atau korelasi antara kedua variabel tersebut.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
LSBI LSBIS LSBI 1.000000 0.497807
LSBIS 0.497807 1.000000
57
problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji
Breusch-Godfrey dengan melihat probabilitas dari Obs*R-squared. Jika
probabilitasnya bernilai lebih besar dari 5 persen maka dapat dikatakan
tidak terjadi Autokorelasi, dan sebaliknya jika probabilitasnya bernilai
kurang dari 5 persen maka dikatakan terjadi Autokorelasi. Uji Autokorelasi
dapat dilihat pada tabel 4.3, 4.4, dan 4.5 dibawah ini:
a. Hasil Uji Autokorelasi NPL
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi NPL Bank Konvensional
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.442865 Probability 0.035750
Obs*R-squared 23.14288 Probability 0.057984
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Autokorelasi NPL bank konvensional dengan
menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka
Obs*R-squared bernilai 23.1429 dan probabilitasnya bernilai 0.0580
(lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Autokorelasi.
58
b. Hasil Uji Autokorelasi ROA
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ROA Bank Konvensional
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.409703 Probability 0.953073
Obs*R-squared 8.347820 Probability 0.870430
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Autokorelasi ROA bank konvensional dengan
menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka
Obs*R-squared bernilai 8.3478 dan probabilitasnya bernilai 0.8704
(lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Autokorelasi.
c. Hasil Uji Autokorelasi LDR
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi LDR Bank Konvensional
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.829635 Probability 0.109522
Obs*R-squared 20.66880 Probability 0.110426
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Autokorelasi LDR bank konvensional dengan
menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka
Obs*R-squared bernilai 20.6689 dan probabilitasnya bernilai 0.1104
(lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Autokorelasi.
59
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika
berbeda disebut Heteroskedastisitas, Model yang baik adalah
Homoskedastisitas dan tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas antara lain
dengan melakukan uji White dengan melihat probabilitas dari Obs*R-
squared. Jika probabilitasnya lebih besar dari 5 persen, maka dapat
dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas dan sebaliknya. Uji
Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.6, 4.7, dan 4.8 dibawah ini:
a. Hasil Uji Heteroskedastisitas NPL
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas NPL Bank Konvensional
White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.026862 Probability 0.419689
Obs*R-squared 5.260817 Probability 0.384886
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Heteroskedastisitas NPL bank konvensional dengan
menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-
squared bernilai 5.2608 dan probabilitasnya bernilai 0.3849 (lebih besar
dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
60
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Bank Konvensional
White Heteroskedasticity Test: F-statistic 0.451112 Probability 0.809074
Obs*R-squared 2.517398 Probability 0.773873
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Heteroskedastisitas ROA bank konvensional
dengan menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka
Obs*R-squared bernilai 2.5173 dan probabilitasnya bernilai 0.7739
(lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas LDR
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas LDR Bank Konvensional
White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.178423 Probability 0.342882
Obs*R-squared 5.909825 Probability 0.315092
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Heteroskedastisitas LDR bank konvensional dengan
menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-
squared bernilai 5.9098 dan probabilitasnya bernilai 0.3150 (lebih besar
dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
61
0
2
4
6
8
-0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36 Mean 1.48E-16 Median 0.035435 Maximum 0.204702 Minimum -0.251799 Std. Dev. 0.139938 Skewness -0.443593 Kurtosis 1.905941 Jarque-Bera 2.976095 Probability 0.225813
D. Uji Asumsi Klasik Bank Syariah
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Salah satu metode untuk mengetahui Normalitas adalah dengan
menggunakan metode analisis grafik secara histogram dengan melihat
nilai probabilitas dari Jarque-Bera, jika probabilitas bernilai lebih besar
dari 5 persen maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal, dan
sebaliknya jika probabilitas bernilai kurang dari 5 persen maka dikatakan
bahwa data tidak berdistribusi normal. Uji Normalitas dengan melihat
grafik secara histogram sebagaimana terlihat dalam gambar 4.4, 4.5, dan
4.6 di bawah ini :
a. Hasil Uji Normalitas NPF
Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas NPF Bank Syariah Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Normalitas NPF bank syariah dengan melihat grafik
secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera bernilai
62
2.9760 dan probabilitasnya bernilai 0.2258 (lebih besar dari 5 persen).
Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
b. Hasil Uji Normalitas ROA
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas ROA Bank Syariah
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Normalitas ROA bank syariah dengan melihat
grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera
bernilai 1.8295 dan probabilitasnya bernilai 0.4006 (lebih besar dari 5
persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
c. Hasil Uji Normalitas FDR
Gambar 4.6
Hasil Uji Normalitas FDR Bank Syariah Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36 Mean -1.20E-16 Median -0.007026 Maximum 0.276769 Minimum -0.292950 Std. Dev. 0.127988 Skewness -0.523329 Kurtosis 3.352369 Jarque-Bera 1.829487 Probability 0.400619
0
2
4
6
8
10
-0.05 0.00 0.05
Series: Residuals
Sample 2007:01 2009:12
Observations 36
Mean 9.64E-18
Median 0.008328
Maximum 0.082889
Minimum -0.074675
Std. Dev. 0.037067
Skewness -0.117271
Kurtosis 2.759283
Jarque-Bera 0.169432
Probability 0.918773
63
Pada hasil uji Normalitas FDR bank syariah dengan melihat grafik
secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera bernilai
0.1694 dan probabilitasnya bernilai 0.9188 (lebih besar dari 5 persen).
Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model
regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan di mana satu atau lebih
variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel
lainnya.
Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat digunakan uji Correlation
Matrix. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi bahwa adanya
Multilinearitas. Uji Correlation Matrix dapat dilihat seperti pada tabel 4.9
dibawah ini:
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
LSBI LSBIS
LSBI 1.000000 0.497807
LSBIS 0.497807 1.000000
64
Pada hasil uji Multikolinearitas dengan menggunakan uji Correlation
Matrix diatas, dapat dilihat bahwa antara variabel SBI dan SBIS memiliki
koefisien sebesar 0.50. sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada
hubungan linear atau korelasi antara kedua variabel tersebut.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi di antara
data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu
data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi.
Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji
Breusch-Godfrey dengan melihat probabilitas dari Obs*R-squared. Jika
probabilitasnya bernilai lebih besar dari 5 persen maka dapat dikatakan
tidak terjadi Autokorelasi, dan sebaliknya jika probabilitasnya bernilai
kurang dari 5 persen maka dikatakan terjadi Autokorelasi. Uji Autokorelasi
dapat dilihat pada tabel 4.10, 4.11, dan 4.12 dibawah ini:
65
a. Hasil Uji Autokorelasi NPF
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi NPF Bank Syariah
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.521708 Probability 0.194555
Obs*R-squared 19.02894 Probability 0.163846
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Autokorelasi NPF bank syariah dengan
menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka
Obs*R-squared bernilai 19.0289 dan probabilitasnya bernilai 0.1638
(lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Autokorelasi.
b. Hasil Uji Autokorelasi ROA
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi ROA Bank Syariah
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.939328 Probability 0.056744
Obs*R-squared 19.91777 Probability 0.068657
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Autokorelasi ROA bank syariah dengan
menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka
Obs*R-squared bernilai 19.9178 dan probabilitasnya bernilai 0.0687
(lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Autokorelasi.
66
c. Hasil Uji Autokorelasi FDR
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi FDR Bank Syariah
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.662108 Probability 0.028237
Obs*R-squared 26.59681 Probability 0.064252
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Autokorelasi FDR bank syariah dengan
menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka
Obs*R-squared bernilai 26.5968 dan probabilitasnya bernilai 0.0642
(lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Supranto (1983:42) mengatakan, Heteroskedastisitas adalah suatu
keadaan di mana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk
semua nilai variabel bebas. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
yang baik adalah Homoskedastisitas dan tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
67
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika
berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas antara lain
dengan melakukan uji White dengan melihat probabilitas dari Obs*R-
squared. Jika probabilitasnya lebih besar dari 5 persen, maka dapat
dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas atau data bersifat
Homoskedastisitas, begitupun sebaliknya. Uji Heteroskedastisitas dapat
dilihat pada tabel 4.13, 4.14, dan 4.15 dibawah ini:
a. Hasil Uji Heteroskedastisitas NPF
Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas NPF Bank Syariah
White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2.529199 Probability 0.060436
Obs*R-squared 8.857807 Probability 0.064754
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Heteroskedastisitas NPF bank syariah dengan
menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-
squared bernilai 8.8578 dan probabilitasnya bernilai 0.0648 (lebih besar
dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
68
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA
Tabel 4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Bank Syariah
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 2.525871 Probability 0.054335
Obs*R-squared 15.06171 Probability 0.089255
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Heteroskedastisitas ROA bank syariah dengan
menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-
squared bernilai 15.0617 dan probabilitasnya bernilai 0.0893 (lebih
besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas FDR
Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas FDR Bank Syariah
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.700175 Probability 0.627599
Obs*R-squared 3.762034 Probability 0.584160
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Pada hasil uji Heteroskedastisitas FDR bank syariah dengan
menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-
squared bernilai 3.7620 dan probabilitasnya bernilai 0.5841 (lebih besar
dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
69
E. Hasil Analisis Regresi
1. Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional dan NPF Bank Syariah
Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.833675 0.381746 4.803388 0.0000 LSBI 0.662032 0.201899 3.279027 0.0025
LSBIS -0.918588 0.155828 -5.894868 0.0000 R-squared 0.514043 Mean dependent var 1.449005 Adjusted R-squared 0.484591 S.D. dependent var 0.214347 S.E. of regression 0.153884 Akaike info criterion -0.825581 Sum squared resid 0.781449 Schwarz criterion -0.693621 Log likelihood 17.86045 F-statistic 17.45363 Durbin-Watson stat 1.941342 Prob(F-statistic) 0.000007
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.18 diatas adalah :
LNPL = 1.833674615 + 0.6620319864*LSBI - 0.9185878378*LSBIS
Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi NPF Bank Syariah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.273947 0.357514 6.360440 0.0000
LSBI 0.140856 0.189083 0.744942 0.4616 LSBIS -0.496099 0.145937 -3.399405 0.0018
R-squared 0.278673 Mean dependent var 1.608275 Adjusted R-squared 0.234956 S.D. dependent var 0.164766 S.E. of regression 0.144116 Akaike info criterion -0.956743 Sum squared resid 0.685390 Schwarz criterion -0.824783 Log likelihood 20.22137 F-statistic 6.374496 Durbin-Watson stat 1.845323 Prob(F-statistic) 0.004562
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.21 diatas adalah :
LNPF = 2.273947011 + 0.1408559267*LSBI - 0.4960987816*LSBIS
70
Berdasarkan tabel dan persamaan regresi linear berganda diatas,
diperoleh nilai F-hitung NPL bank konvensional sebesar 17.453 dengan
nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan nilai F-hitung NPF bank syariah
sebesar 6.374 dengan nilai probabilitas sebesar 0.004. Oleh karena nilai
probabilitas dari NPL bank konvensional dan NPF bank syariah adalah
< 0.05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel SBI, dan SBIS terhadap variabel NPL bank konvensional maupun
terhadap NPF bank syariah secara bersama-sama (simultan). Sementara itu
nilai koefisien determinasi (R²) NPL bank konvensional adalah sebesar
0.514, sedangkan koefisien determinasi (R²) NPF bank syariah adalah
sebesar 0.279. Hal ini berarti bahwa kemampuan instrumen kebijakan
moneter secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan
variabel terikat adalah sebesar 51 persen untuk NPL bank konvensional dan
28 persen untuk NPF bank syariah, sementara sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain.
nilai t-hitung pada tabel 4.16 untuk variabel SBI sebesar 3.279
dengan nilai probabilitas sebesar 0.002, sedangkan pada tabel 4.17 nilai t-
hitung variabel SBI adalah sebesar 0.745 dengan nilai probabilitas sebesar
0.4616. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBI berpengaruh positif dan
signifikan terhadap NPL bank konvensional tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap NPF bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen
(α = 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika suku bunga SBI naik sebesar 1
persen, maka jumlah kredit bermasalah perbankan konvensional meningkat
71
sebesar 0.662032, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai
suku bunga SBI naik maka bank konvensional akan lebih tertarik
menanamkan dananya pada surat berharga dan mengurangi alokasi
dananya terhadap kredit, dana yang digunakan untuk membeli SBI
mengakibatkan likuiditas bank berkurang. Untuk itu bank menaikkan suku
bunga depositonya untuk menarik dana masyarakat sehingga likuiditas
bank tetap terjaga, namun disisi lain bank juga meningkatkan suku bunga
pinjamannya. Dengan tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi akan
mendorong tingkat NPL menjadi tinggi. Sementara tidak signifikannya SBI
dikarenakan posisi SBI yang merupakan instrumen kebijakan moneter
konvensional, sedangkan bank syariah hanya beroperasi berdasarkan
prinsip syariah. Sehingga jumlah pembiayaaan bermasalah (NPF) bank
syariah tidak dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter konvensional
yaitu SBI. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian dari Amalia
(2006:89-90) yang menunjukkan bahwa SBI berpengaruh positif signifikan
terhadap NPL bank konvensional.
Sementara itu, pada tabel 4.16 variabel SBIS memperoleh t-hitung
sebesar -5.895 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada
tabel 4.17 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar -3.399 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.001. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL bank konvensional
maupun terhadap NPF bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen (α
= 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika bonus SBIS naik sebesar 1
72
persen, maka jumlah kredit bermasalah perbankan konvensional maupun
perbankan syariah menurun sebesar 0.918588 dan 0.496099, cateris
paribus. Hal ini disebabkan karena SBIS masih dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga SBI. Ketika suku bunga pinjaman bank konvensional tinggi,
masyarakat lebih tertarik untuk meminjam uang ke bank syariah. Hal itu
menyebabkan berkurangnya jumlah kredit bermasalah pada bank
konvensional. Sementara ketika nilai bonus SBIS tinggi bank syariah lebih
tertarik mengalokasikan sebagian dananya untuk membeli SBIS dibanding
untuk memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Sehingga berdampak
pada menurunnya jumlah pembiayaan bermasalah bank syariah.
2. Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA Bank Syariah
Tabel 4.18 Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.084041 0.137184 7.902116 0.0000 LSBI 0.190446 0.072554 2.624885 0.0130
LSBIS -0.244064 0.055998 -4.358421 0.0001
R-squared 0.368679 Mean dependent var 1.012580 Adjusted R-squared 0.330417 S.D. dependent var 0.067580 S.E. of regression 0.055299 Akaike info criterion -2.872451 Sum squared resid 0.100915 Schwarz criterion -2.740491 Log likelihood 54.70412 F-statistic 9.635672 Durbin-Watson stat 2.315055 Prob(F-statistic) 0.000506
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.19 diatas adalah :
LROA = 1.084040967 + 0.190446054*LSBI - 0.2440638696*LSBIS
73
Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi ROA Bank Syariah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.525957 0.326984 1.608511 0.1173 LSBI -0.126398 0.172936 -0.730894 0.4700
LSBIS 0.176729 0.133475 1.324067 0.1946 R-squared 0.050633 Mean dependent var 0.602018 Adjusted R-squared -0.006905 S.D. dependent var 0.131356 S.E. of regression 0.131809 Akaike info criterion -1.135270 Sum squared resid 0.573330 Schwarz criterion -1.003310 Log likelihood 23.43486 F-statistic 0.880000 Durbin-Watson stat 1.759934 Prob(F-statistic) 0.424291
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.22 diatas adalah :
LROA = 0.5259572263 - 0.1263979922*LSBI + 0.1767292263*LSBIS
Berdasarkan tabel dan persamaan regresi linear berganda diatas,
diperoleh nilai F-hitung ROA bank konvensional sebesar 9.636 dengan
nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan nilai F-hitung ROA bank
syariah sebesar 0.880 dengan nilai probabilitas sebesar 0.424. Oleh karena
nilai probabilitas dari ROA bank konvensional adalah < 0.05, maka dapat
dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel SBI, dan SBIS
terhadap variabel ROA bank konvensional secara bersama-sama
(simultan). Sedangkan variabel SBI dan SBIS secara simultan tidak
berpengaruh terhadap ROA bank syariah, Sementara itu nilai koefisien
determinasi (R²) ROA bank konvensional adalah sebesar 0.369, sedangkan
koefisien determinasi (R²) ROA bank syariah adalah sebesar 0.051. Hal ini
berarti bahwa kemampuan instrumen kebijakan moneter secara bersama-
74
sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar
36 persen untuk ROA bank konvensional dan 5 persen untuk ROA bank
syariah, sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
nilai t-hitung pada tabel 4.18 untuk variabel SBI sebesar 2.625
dengan nilai probabilitas sebesar 0.013, sedangkan pada tabel 4.19 nilai t-
hitung variabel SBI adalah sebesar -0.731 dengan nilai probabilitas sebesar
0.470. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBI berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA bank konvensional tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen
(α = 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika suku bunga SBI naik sebesar 1
persen, maka profitabilitas perbankan konvensional meningkat sebesar
0.190446, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena bank-bank
konvensional lebih tertarik menyalurkan dananya pada surat berharga
ketika suku bunga SBI tinggi, dana yang digunakan untuk membeli SBI
mengakibatkan likuiditas bank berkurang, untuk itu bank menaikkan suku
bunga depositonya untuk menarik dana masyarakat sehingga likuiditas
bank tetap terjaga, dengan meningkatnya suku bunga deposito memaksa
bank untuk meningkatkan juga suku bunga pinjamannya, Dengan tingkat
suku bunga pinjaman yang tinggi menyebabkan profitabilitas bank
konvensional menjadi meningkat.
Sementara tidak signifikannya SBI terhadap ROA bank syariah
dikarenakan posisi SBI yang merupakan instrumen kebijakan moneter
konvensional, sedangkan bank syariah hanya beroperasi berdasarkan
75
prinsip syariah. Sehingga profitabilitas bank syariah tidak dipengaruhi oleh
instrumen kebijakan moneter konvensional yaitu SBI.
Sementara itu, pada tabel 4.18 variabel SBIS memperoleh t-hitung
sebesar -4.358 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada
tabel 4.19 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar 1.324 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.195. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank konvensional tetapi
tidak berpengaruh terhadap ROA bank syariah. Hal ini berarti bahwa jika
bonus SBIS naik sebesar 1 persen, maka profitabilitas perbankan
konvensional menurun sebesar 0.244064, cateris paribus. Ini disebabkan
karena SBIS masih dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI. Ketika suku
bunga SBI naik maka biasanya akan diikuti oleh kenaikan SBIS. Bank-
bank syariah lebih tertarik untuk mengalokasikan dananya pada sektor rill,
sementara bank konvensional lebih tertarik untuk menanamkan dananya
pada SBI dan berakibat suku bunga pinjaman bank konvensional menjadi
tinggi. Oleh karena itu, masyarakat lebih tertarik untuk meminjam uang ke
bank syariah daripada bank konvensional. Hal itu menyebabkan
berkurangnya nasabah yang ingin mengajukkan kredit kepada bank
konvensional, dan berimbas pada menurunnya profitabilitas bank.
Tidak signifikannya SBIS terhadap ROA bank syariah dikarenakan
bank syariah lebih banyak memberikan pembiayaan ke masyarakat
dibanding membeli surat-surat berharga pemerintah seperti SBIS. Sehingga
SBIS tidak terlalu berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah.
76
3. Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR Bank Syariah
Tabel 4.20 Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.111855 0.134524 30.56592 0.0000 LSBI -0.249506 0.071147 -3.506883 0.0013
LSBIS 0.342997 0.054913 6.246234 0.0000
R-squared 0.543097 Mean dependent var 4.250616 Adjusted R-squared 0.515406 S.D. dependent var 0.077899 S.E. of regression 0.054227 Akaike info criterion -2.911605 Sum squared resid 0.097040 Schwarz criterion -2.779645 Log likelihood 55.40889 F-statistic 19.61273 Durbin-Watson stat 2.115951 Prob(F-statistic) 0.000002
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.20 diatas adalah :
LLDR = 4.111854539 - 0.2495058919*LSBI + 0.3429971619*LSBIS
Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi FDR Bank Syariah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.153987 0.094698 43.86565 0.0000 LSBI 0.149783 0.050084 2.990631 0.0052
LSBIS 0.075818 0.038656 1.961370 0.0583
R-squared 0.428758 Mean dependent var 4.617752 Adjusted R-squared 0.394137 S.D. dependent var 0.049042 S.E. of regression 0.038173 Akaike info criterion -3.613708 Sum squared resid 0.048088 Schwarz criterion -3.481748 Log likelihood 68.04674 F-statistic 12.38444 Durbin-Watson stat 1.654029 Prob(F-statistic) 0.000097
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.23 diatas adalah :
LFDR = 4.153986778 + 0.1497830803*LSBI + 0.07581796147*LSBIS
77
Berdasarkan tabel dan persamaan regresi linear berganda diatas,
diperoleh nilai F-hitung LDR bank konvensional sebesar 19.613 dengan
nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan nilai F-hitung FDR bank
syariah sebesar 12.384 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000. Oleh karena
nilai probabilitas dari LDR bank konvensional dan FDR bank syariah
adalah < 0.05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel SBI, dan SBIS terhadap variabel LDR bank konvensional
maupun terhadap FDR bank syariah secara bersama-sama (simultan).
Sementara itu nilai koefisien determinasi (R²) LDR bank konvensional
adalah sebesar 0.543, sedangkan koefisien determinasi (R²) FDR bank
syariah adalah sebesar 0.429. Hal ini berarti bahwa kemampuan instrumen
kebijakan moneter secara bersama-sama dalam menerangkan variasi
perubahan variabel terikat adalah sebesar 54 persen untuk LDR bank
konvensional dan 43 persen untuk FDR bank syariah, sementara sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.
nilai t-hitung pada tabel 4.20 untuk variabel SBI sebesar -3.507
dengan nilai probabilitas sebesar 0.001, sedangkan pada tabel 4.21 nilai t-
hitung variabel SBI adalah sebesar 2.991 dengan nilai probabilitas sebesar
0.005. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBI berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap LDR bank konvensional dan berpengaruh positif
signifikan terhadap FDR bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen
(α = 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika suku bunga SBI naik sebesar 1
persen, maka likuiditas perbankan konvensional menurun sebesar
78
0.249506, sementara likuiditas perbankan syariah meningkat sebesar
0.149783, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai suku
bunga SBI naik maka bank konvensional akan lebih tertarik menanamkan
dananya pada surat berharga dan mengurangi alokasi dananya terhadap
kredit, dana yang digunakan untuk membeli SBI mengakibatkan likuiditas
bank konvensional berkurang. Sementara ketika suka bunga SBI naik
menyebabkan bank konvensional meningkatkan suku bunga pinjamannya
guna menjaga likuiditas, dengan suku bunga pinjaman yang tinggi
mengakibatkan nasabah lebih memilih bank syariah untuk melakukan
pembiayaan yang tingkat marginnya lebih rendah dari suku bunga
pinjaman bank konvensional. Oleh sebab itu, akan berdampak pada
meningkatnya likuiditas (FDR) perbankan syariah. Hasil temuan ini sejalan
dengan hasil penelitian dari Amalia (2006:90-91) yang menunjukkan
bahwa SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR bank
konvensional.
Sementara itu, pada tabel 4.20 variabel SBIS memperoleh t-hitung
sebesar 6.246 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada tabel
4.21 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar 1.961 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.058. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS
berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR bank konvensional, tetapi
tidak berpengaruh terhadap FDR bank syariah pada tingkat kepercayaan 95
persen (α = 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika bonus SBIS naik
sebesar 1 persen, maka likuiditas perbankan konvensional meningkat
79
sebesar 0.342997, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai
bonus SBIS naik maka bank syariah akan mengalokasikan sebagian
dananya untuk membeli SBIS dan mengurangi alokasi dananya terhadap
pembiayaan, untuk menjaga likuidatas bank syariah tetap baik, maka bank
syariah meningkatkan margin pembiayaannya, dengan tingkat margin yang
tinggi mengakibatkan nasabah lebih memilih bank konvensional untuk
melakukan kredit. Oleh sebab itu, akan berdampak pada meningkatnya
likuiditas (LDR) perbankan konvensional.
Tidak signifikannya SBIS terhadap FDR bank syariah dikarenakan
bank syariah lebih banyak memberikan pembiayaan ke masyarakat,
dibanding membeli surat-surat berharga pemerintah seperti SBIS. Sehingga
SBIS tidak terlalu berpengaruh terhadap likuiditas bank syariah.
80
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis pengujian data secara
deskriptif dan statistik dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. a Pada rasio kredit bermasalah (NPL/NPF), bank konvensional
mempunyai rata-rata (mean) NPL sebesar 4.36 persen lebih kecil
jika dibandingkan rata-rata NPF bank syariah, yaitu sebesar 5.06
persen. Hal ini menunjukkan NPL bank konvensional mempunyai
nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan bank syariah,
semakin rendah NPL/NPF semakin bagus, karena semakin tinggi
rasio ini akan menunjukkan bahwa banyak kredit bermasalah yang
terjadi, dan bank akan mengalami kesulitan keuangan. Sehingga
risiko kreditnya menjadi lebih besar selama periode bulan Januari
tahun 2007 sampai dengan bulan Desember tahun 2009.
b. Pada rasio profitabilitas (ROA), bank konvensional mempunyai
rata-rata (mean) ROA sebesar 2.68 persen lebih besar jika
dibandingkan rata-rata bank syariah yaitu sebesar 1.85 persen. Hal
ini menunjukkan ROA bank konvensional mempunyai nilai yang
relatif lebih baik dibanding dengan bank syariah, semakin besar
ROA semakin bagus, karena perolehan laba yang dihasilkan pada
bank tersebut semakin tinggi. Sehingga laba yang
81
dimiliki bank konvensional dan bank syariah telah memenuhi standar
yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu diatas 1.5 persen selama
periode bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember
2009.
c. Pada rasio likuiditas (LDR/FDR), bank konvensional mempunyai
rata-rata (mean) LDR sebesar 70.35 persen lebih kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata bank syariah, yaitu sebesar 101.35
persen. Hal ini menunjukkan FDR bank syariah mempunyai nilai
yang relatif lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional,
semakin besar LDR/FDR semakin bagus, karena semakin besar
LDR/FDR akan memperlihatkan likuiditas bank yang semakin baik
dalam memberikan kredit/pembiayaan kepada masyarakat. Selama
periode bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember
tahun 2009 LDR bank konvensional belum mampu memenuhi
standar yang ditetapkan Bank Indonesia, sedangkan FDR bank syariah
telah mampu memehui standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2. a. Hasil analisis regresi berganda pada NPL bank konvensional
menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05)
secara parsial semua variabel independen yaitu SBI, dan SBIS ternyata
signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F-
hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar
0.514. Sementara hasil analisis regresi berganda pada NPF bank
syariah menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen (α =
82
0.05) secara parsial hanya variabel SBIS yang ternyata signifikan.
Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F-hitung yang
signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.279.
b. Hasil analisis regresi berganda pada ROA bank konvensional
menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen secara
parsial semua variabel independen yaitu SBI, dan SBIS ternyata
signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F-
hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar
0.369. Hasil regresi berganda pada ROA bank syariah menunjukkan
bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen secara parsial semua
variabel baik SBI, maupun SBIS tidak ada yang signifikan. Pengujian
ini juga secara simultan memperoleh nilai F-hitung yang tidak
signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.050.
c. Hasil analisis regresi berganda pada LDR bank konvensional
menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05)
secara parsial semua variabel independen yaitu, SBI, dan SBIS
signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F-
hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar
0.543. Sementara hasil analisis regresi berganda pada FDR bank
syariah menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen (α =
0.05) secara parsial hanya variabel SBI yang ternyata signifikan.
Tetapi pengujian ini secara simultan memperoleh nilai F-hitung yang
signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.429.
83
B. Implikasi
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis sampaikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Perlunya memperhatikan instrumen kebijakan moneter yang diambil bank
sentral, baik instrumen kebijakan moneter Islam maupun instrumen
kebijakan moneter konvensional guna mengatur jumlah uang yang beredar
di masyarakat. Karena instrumen yang digunakan tersebut ternyata
berpengaruh cukup besar bagi kinerja perbankan, baik perbankan
konvensional maupun perbankan syariah.
2. Perlunya untuk terus menggalakan upaya-upaya yang dapat mendorong
kearah peningkatan kinerja bank. Untuk maksud tersebut, tentunya
diperlukan berbagai kebijakan dan program bank yang dapat merangsang
keinginan dari para investor atau nasabah untuk menitipkan uangnya ke
bank.
3. Perlunya bank-bank, baik bank konvensional maupun bank syariah untuk
terus memperhatikan rasio keuangannya. Bagaimanapun rasio-rasio
tersebut menunjukkan performa atau kinerja bank, yang menentukan sehat
atau tidaknya kondisi dari bank tersebut.
84
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Indah Nurfitri. “Pengaruh Penempatan Dana Pada SWBI dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) Terhadap FDR Perbankan Syariah”. Depok, 2007.
Amalia, Lia. “Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Kinerja Bank Terhadap Laba Perbankan”, Bogor, 2006.
Bacha, Obiyathulla Ismath. “Dual Banking Systems & Interest Rate Risk for Islamic Banks”, Bimaquest, Malaysia, 2006.
Boediono. “Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5”, BPFE, Yogjakarta., 1982.
Bank Indonesia. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Jakarta, 2002.
Chapra, M Umer. “Sistem Moneter Islam”, Gema Insani Press, Jakarta, 2000.
Chapra, M Umer. “Al Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil”, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Huda, Nurul et al. “Ekonomi Makro Islam”, Prenada Media Group, Jakarta, 2008.
Husein, Umar. “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis ”, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996.
http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya
85
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/832B1697-87E5-4735-9A7E-BAF6805E5F 69/12307/pbi_101108.pdf
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/BF6C08DA-A036-449D-89E3-9F71773D7A BB/14798/PBI_102508f.pdf
http://www.cybermq.com/pustaka/detail/opini/527/kebijakan-moneter-rasulullah-
saw
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Tujuan+Kebijakan+Moneter/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter
http://hendrakholid.net/blog/
Iswardono. “Uang dan Bank”, BPFE, Yogyakarta, 1997.
Kaleem, Ahmad. “Modeling Monetary Stability under dual banking system: The Case of Malaysia”,International Jurnal of Islamic Financial Services Vol. 2 No. 1, Malaysia, 2000.
Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Makro Islami”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007.
Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Islam, Suatu Kajian Ekonomi Makro”, IIIT, Jakarta, 2002.
Nasuhi, Hamid et al. “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skirpsi, Tesis, dan Disertasi)”, CeQDA, Jakarta, 2007.
Nopirin. “Ekonomi Moneter”, BPFE, Yogjakarta, 2000.
86
Puspitasari, Diana. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan suku bunga SBI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2003-2007)”, Semarang, 2009.
Pohan, Aulia. “Kerangka Kebijakan Moneter & Implementasinya Di Indonesia”, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Prasnanugraha, Ponttie. “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia”, Semarang, 2007.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. “Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi)”, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2008.
Rusydiana, Aam Slamet. “Mekanisme Transmisi Syariah pada Sistem Moneter Ganda di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 2009.
Sarkaniputra, Murasa. “Ruang Lingkup Ekonomi Syariah: Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia”, Semarang, 2006.
Sitompul, Zulkarnaen. “Kemungkinan Penerapan Universal Banking System di Indonesia: Kajian Perspektif dari Bank Syariah”, Jurnal Hukum Bisnis, Jakarta, 2002.
Sutjipto, Hady. “Menyoroti Kebijakan Moneter dalam Membangun Perekonomian Syariah di Indonesia”, Bandung, 2007.
Tampubolon, Pamela Ramauli. “Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing Dikaitkan dengan Penyaluran Kredit Bank”, Medan, 2009.
Teniwut, Wellem A. “Pengaruh Perubahan Giro Wajib Minimum (GWM) Terhadap Tingkat Kinerja Perbankan Indonesia”, Bogor, 2006.
Warjiyo, Perry. “Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter: Keterkaitan dan Perkembangannya di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Jakara, 2006.
87
Warjiyo, Perry dan Juda Agung. “Transmission Mechanism of Monetary Policy in Indonesia”, Bank Indonesia, Jakarta, 2002.
Williyanti, Winda. “Pengaruh Suku Bunga Konvensional SBI, SWBI, Terhadap Sumber dan Penggunaan Dana Pada Bank Syariah”, Depok, 2007.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, Yogyakarta, 2007.
Yusanto, M Ismail dan M Arif Yusuf, “Pengantar Ekonomi Islam”, Al-Azhar Press, Bogor, 2009.
88
RASIO KEUANGAN BANK KONVENSIONAL
BULAN/TAHUN NPL ROA LDR Jan-07 6.19 3.34 60.55 Feb-07 6.20 3.03 61.02 Mar-07 6.04 2.96 61.98 Apr-07 6.16 2.92 62.54
May-07 6.10 2.98 63.09 Jun-07 5.78 2.93 63.57 Jul-07 5.81 2.89 63.22
Aug-07 5.74 2.87 64.16 Sep-07 5.17 2.84 65.24 Oct-07 5.05 2.83 66.01
Nov-07 4.84 2.78 66.94 Dec-07 4.07 2.78 66.32 Jan-08 4.24 3.16 67.06 Feb-08 4.21 2.93 67.89 Mar-08 3.75 2.72 70.66 Apr-08 3.82 2.56 71.65
May-08 3.76 2.62 72.80 Jun-08 3.54 2.53 73.89 Jul-08 3.50 2.68 76.00
Aug-08 3.42 2.71 79.02 Sep-08 3.32 2.64 77.72 Oct-08 3.34 2.68 77.48
Nov-08 3.49 2.60 77.60 Dec-08 3.20 2.33 74.58 Jan-09 3.59 2.69 73.76 Feb-09 3.72 2.60 73.50 Mar-09 3.93 2.76 73.08 Apr-09 4.06 2.71 72.86
May-09 4.14 2.70 73.19 Jun-09 3.94 2.70 73.20 Jul-09 4.06 2.69 74.07
Aug-09 3.98 2.67 74.07 Sep-09 3.80 2.63 73.55 Oct-09 3.84 2.65 73.90
Nov-09 3.82 2.61 73.67 Dec-09 3.31 2.60 72.88
89
RASIO KEUANGAN BANK SYARIAH
BULAN/TAHUN NPF ROA FDR Jan-07 5.17 1.69 98.56 Feb-07 5.54 1.68 97.19 Mar-07 5.73 1.75 95.14 Apr-07 6.14 1.75 97.03
May-07 6.17 1.76 97.12 Jun-07 6.20 1.86 101.12 Jul-07 6.58 1.88 101.96
Aug-07 6.63 1.90 105.70 Sep-07 6.29 1.85 103.68 Oct-07 6.23 1.93 102.65
Nov-07 5.64 1.86 103.47 Dec-07 4.05 1.78 99.76 Jan-08 4.18 1.75 97.87 Feb-08 4.16 1.85 97.61 Mar-08 4.17 1.83 100.26 Apr-08 4.39 1.83 99.86
May-08 4.94 1.82 101.85 Jun-08 4.23 1.81 103.18 Jul-08 4.17 1.82 106.97
Aug-08 4.04 1.76 113.02 Sep-08 4.12 1.84 112.25 Oct-08 4.49 1.81 111.66
Nov-08 4.97 1.68 111.93 Dec-08 3.95 1.42 103.65 Jan-09 4.39 2.11 100.02 Feb-09 4.61 2.15 100.50 Mar-09 5.14 2.44 103.33 Apr-09 5.17 2.29 101.36
May-09 4.77 2.22 101.06 Jun-09 4.39 2.16 100.22 Jul-09 5.15 2.12 99.59
Aug-09 5.61 2.08 99.71 Sep-09 5.72 1.38 98.11 Oct-09 5.51 1.46 97.30
Nov-09 5.54 1.48 95.49 Dec-09 4.01 1.48 89.70
90
INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER
BULAN/TAHUN SBI SBIS Jan-07 9.50 8.07 Feb-07 9.25 4.53 Mar-07 9.00 6.48 Apr-07 9.00 6.27
May-07 8.75 6.26 Jun-07 8.75 5.33 Jul-07 8.25 5.71
Aug-07 8.25 5.15 Sep-07 8.25 6.61 Oct-07 8.25 6.47
Nov-07 8.25 6.87 Dec-07 8.00 6.80 Jan-08 8.00 5.95 Feb-08 7.93 6.06 Mar-08 7.96 6.32 Apr-08 7.99 7.17
May-08 8.31 7.36 Jun-08 8.73 7.41 Jul-08 9.23 7.70
Aug-08 9.28 7.93 Sep-08 9.71 8.60 Oct-08 10.98 10.34
Nov-08 11.24 9.41 Dec-08 10.83 10.49 Jan-09 9.50 9.29 Feb-09 8.74 8.69 Mar-09 8.21 7.47 Apr-09 7.59 7.75
May-09 7.25 7.66 Jun-09 6.95 7.44 Jul-09 6.71 6.95
Aug-09 6.58 6.90 Sep-09 6.48 6.30 Oct-09 6.49 4.96
Nov-09 6.48 6.71 Dec-09 6.46 6.15
91
Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.833675 0.381746 4.803388 0.0000 LSBI 0.662032 0.201899 3.279027 0.0025
LSBIS -0.918588 0.155828 -5.894868 0.0000 R-squared 0.514043 Mean dependent var 1.449005 Adjusted R-squared 0.484591 S.D. dependent var 0.214347 S.E. of regression 0.153884 Akaike info criterion -0.825581 Sum squared resid 0.781449 Schwarz criterion -0.693621 Log likelihood 17.86045 F-statistic 17.45363 Durbin-Watson stat 1.941342 Prob(F-statistic) 0.000007
Hasil Uji Regresi NPF Bank Syariah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.273947 0.357514 6.360440 0.0000
LSBI 0.140856 0.189083 0.744942 0.4616 LSBIS -0.496099 0.145937 -3.399405 0.0018
R-squared 0.278673 Mean dependent var 1.608275 Adjusted R-squared 0.234956 S.D. dependent var 0.164766 S.E. of regression 0.144116 Akaike info criterion -0.956743 Sum squared resid 0.685390 Schwarz criterion -0.824783 Log likelihood 20.22137 F-statistic 6.374496 Durbin-Watson stat 1.845323 Prob(F-statistic) 0.004562
92
Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.084041 0.137184 7.902116 0.0000 LSBI 0.190446 0.072554 2.624885 0.0130
LSBIS -0.244064 0.055998 -4.358421 0.0001
R-squared 0.368679 Mean dependent var 1.012580 Adjusted R-squared 0.330417 S.D. dependent var 0.067580 S.E. of regression 0.055299 Akaike info criterion -2.872451 Sum squared resid 0.100915 Schwarz criterion -2.740491 Log likelihood 54.70412 F-statistic 9.635672 Durbin-Watson stat 2.315055 Prob(F-statistic) 0.000506
Hasil Uji Regresi ROA Bank Syariah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.525957 0.326984 1.608511 0.1173 LSBI -0.126398 0.172936 -0.730894 0.4700
LSBIS 0.176729 0.133475 1.324067 0.1946 R-squared 0.050633 Mean dependent var 0.602018 Adjusted R-squared -0.006905 S.D. dependent var 0.131356 S.E. of regression 0.131809 Akaike info criterion -1.135270 Sum squared resid 0.573330 Schwarz criterion -1.003310 Log likelihood 23.43486 F-statistic 0.880000 Durbin-Watson stat 1.759934 Prob(F-statistic) 0.424291
93
Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.111855 0.134524 30.56592 0.0000 LSBI -0.249506 0.071147 -3.506883 0.0013
LSBIS 0.342997 0.054913 6.246234 0.0000
R-squared 0.543097 Mean dependent var 4.250616 Adjusted R-squared 0.515406 S.D. dependent var 0.077899 S.E. of regression 0.054227 Akaike info criterion -2.911605 Sum squared resid 0.097040 Schwarz criterion -2.779645 Log likelihood 55.40889 F-statistic 19.61273 Durbin-Watson stat 2.115951 Prob(F-statistic) 0.000002
Hasil Uji Regresi FDR Bank Syariah
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.153987 0.094698 43.86565 0.0000 LSBI 0.149783 0.050084 2.990631 0.0052
LSBIS 0.075818 0.038656 1.961370 0.0583
R-squared 0.428758 Mean dependent var 4.617752 Adjusted R-squared 0.394137 S.D. dependent var 0.049042 S.E. of regression 0.038173 Akaike info criterion -3.613708 Sum squared resid 0.048088 Schwarz criterion -3.481748 Log likelihood 68.04674 F-statistic 12.38444 Durbin-Watson stat 1.654029 Prob(F-statistic) 0.000097