analisis pengaruh jumlah kantor bank syariah,...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH JUMLAH KANTOR BANK SYARIAH,
SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN DANA PIHAK
KETIGA (DPK) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh
Candra Dedy Hermawan
NIM : 109084000025
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDY PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434/2013
“ANALISIS PENGARUH JUMLAH KANTOR BANK SYARIAH,
SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN DANA PIHAK
KETIGA (DPK) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE OKTOBER 2007–
APRIL 2012
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Candra Dedy Hermawan
NIM : 109084000025
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz, MM Yoghi Citra Pratama, M.Si
NIP. 19830717 201101 1 011
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 8 Mei 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Candra Dedy Hermawan
NIM : 109084000025
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi PembanguJudul Skripsi :
Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan
Murabahah Perbankan Syariah Periode Oktober 2007 – Februari 2012.
Setelah mengamati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Mei 2013
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 19570617 198503 1 002 ( )
2. Zaenal Muttaqin, MPP
NIP. 19790503 20110 1 006 ( )
3. Yoghi Citra Pratama, M.Si
NIP. 19830717 201101 1 011 ( )
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 18 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Candra Dedy Hermawan
2. NIM : 109084000025
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Dana
Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan
Murabahah Perbankan Syariah Periode Oktober
2007 – Februari 2012.
Setelah mengamati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juni 2013
1. Herni Ali HT, SE., MM ( )
Ketua
2. Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc
NIP. 19800416 200912 1 002 ( )
Sekretaris
3. Dr. Lukman, MS
NIP. 19640607 200302 1 001 ( )
Penguju Ahli
4. Dr. Ir.Roikhan Mochamad Aziz, MM
( )
Pembingbing I
5. Yoghi Citra Pratama, M.Si
NIP. 19830717 201101 1 011 ( )
Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Candra Dedy Hermawan
No. Induk Mahasiswa : 109084000025
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudia hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui bukti yang dapat dipertnggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 16 Mei 2013
Yang Menyatakan
Candra Dedy Hermawan
109084000025
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Candra Dedy Hermawan
Tempat Tanggal Lahir : Sragen, 2 Maret 1990
Alamat : Jl. H.Djairi Rt. 001 Rw. 02 No.53
Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng
Jakarta Barat 11740
Agama : Islam
No. Telephone/HP : 0856 9406 3355
E-mail : [email protected]
Twitter : Candra_Cashflow
Riwayat Pendidikan Formal
SDN 14 Cengkareng Timur : 1996 - 2002
SMPN 248 Cengkareng : 2002 - 2005
SMAN 95 Kalideres : 2005 - 2008
S 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2009 - 2013
Abstract
This research investigates the influence number of offices islamic bank
(JKBUS), Sharia Certificates of Bank Indonesia (SBIS), and third parties fund
(DPK) on Murabahah Financing of Sharia Banking in Indonesia. The data use in
this research are time series data by using multiple regression analysis, Ordinary
Least Square (OLS) Periode of 2007 to 2012.
The result of this research indicates that the number of brances islamic
bank (JKBUS) (-0.123878 and 0.1962) has negative and insignificant influence on
Murabahah Financing, Sharia Certificates of Bank Indonesia (SBIS) (˗0.026839
and 0.0015) has negatife and significant influence on Murabahah financing, and
third parties fund (DPK) (0.0002 and 0.451342) has positive and significant
influence on Murabahah Financing at Sharia banking in Indonesia.
Key words: Number of offices Islamic Bank (JKBUS), Sharia Certificates of Bank
Indonesia (SBIS), third parties fund (DPK), Murabahah Financing and OLS.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman Pengaruh Jumlah
Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan Murabahah Bank Syariah di Indonesia. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan menggunakan
metode analisis regresi berganda yaitu OLS. Periode 2007 sampai 2012.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Jumlah Kantor Bank
Syariah (-0.123878 dan 0.1962) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap pembiayaan Murabahah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
(˗0.026839 dan 0.0015) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
pembiayaan murabahah, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) (0.0002 dan 0.451342)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah pada
Perbankan Syariah di Indonesia.
Kata-kata kunci: Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan Murabahah, OLS.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „aalamin, uji syukur penulis Panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini dengan judul “ANALISIS PENGARUH JUMLAH KANTOR
BANK SYARIAH , SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS),
DAN DANA PIHAK KETIGA TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA”. Serta shalawat dan salam tidak lupa
penulis ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa
pedoman dan petunjuk bagi umat manusia dari zaman yang gelap gulita hingga
zaman yang terang benderang. Juga kepada para keluarga dan sahabatnya yang
telah berjuang untuk mewariskan nilai islam kepada kita semua.
Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat dilanjutkan ketahap penyelesaian skripsi yang bertujuan untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari proposal skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
dan masih jauh dari sempurnabaik dari segi materi maupun susunan bahasanya.
Hal ini karena keterbatasan penulis baik dari segi waktu, tenaga, maupun ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran dan masukan atas
proposal skripsi yang telah dibuat ini, dengan harapan agar skripsi ini menjadi
lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Perjuangan ini senantiasa diiringi cahaya doa orang-orang yang tulus,
bimbingan dari orang-orang yang tak mengenal balasan, serta bantuan dan
dorongan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya Terutama kepada :
1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa dengan ketulusan dan
keikhlasan hati membesarkan, mendidik, menyayangi, dan
memberikan dukungan serta doa yang tidak putus-putusnya
semenjak penulis dilahirkan hingga tumbuh menjadi seorang pria
dewasa.
2. Bapak Prof. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisinis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Lukman, M.Si, selaku ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Utami Baroroh, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, M.M sebagai Dosen
Pembimbing I juga sebagai penemu metodologi Islam
@Sinlammim @319913616 dan deret Islam yaitu 3199136116
(Number Of Everything).
6. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing II
yang dengan sabar memberikan bimbingan dan meluangkan
waktunya untuk membaca dan mengoreksi skripsi yang penulis
ajukan, serta dukungan dalam memberi semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama belajar dibangku kuliah.
8. Spesial Thx‟s bwt Siti Apsah yang sudah memotivasi dan selalu
mengigatkan penulis untuk cepat-cepat lulus .
9. Teman-teman IESP angkatan 2009, terutama konsentrasi Ekonomi
Islam Rismawan (Lelaki berKharisma), Rendy Kemel (thx‟s bwt
kosan‟y udah dijadikan Markas PES), Syahrul, Hafa (sesepuh),
Kokoh, Barry (Genduut), andre,wildan dan Celap Celup Gir‟s
“Dila, Iyta, Yane, Dhita, Nisa, Fina, dan wida”. Serta konsentrasi
Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Akhirnya dengan keihklasan dan ketulusan hati, penulis memanjatkan
doa untuk semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik
khazanah ilmu pengetahuan
Jakarta, 2 Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................... i
Abstract ................................................................................................... iii
Abstrak ..................................................................................................... iv
Kata Pengantar ........................................................................................ v
Daftar Isi .................................................................................................. viii
Daftar Tabel ............................................................................................. xi
Daftar Gambar ........................................................................................ xii
Daftar Lampiran ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9
1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
2. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................ 12
1. Filosofi Ekonomi Islam .............................................................. 12
2. Perbankan ................................................................................... 15
3. Bank Syariah .............................................................................. 16
a. Pengertian Bank Syariah ....................................................... 16
b. Prinsip dan Ciri-Ciri Bank Syariah ....................................... 17
4. Pembiayaan ................................................................................ 21
a. Pengertian Pembiayaan ......................................................... 21
b. Macam-Macam Pembiayaan ................................................ 22
c. Tujuan Pembiayaan .............................................................. 23
d. Fungsi Pembiayaan .............................................................. 24
5. Murabahah ................................................................................ 25
a. Pengertian Murabahah .......................................................... 25
b. Landasan Hukum .................................................................. 26
c. Rukun dan Syarat Murabahah .............................................. 28
d. Ketentuan Umum Murabahah .............................................. 29
e. Skema Pembiayaan Murabahah ........................................... 30
f. Macam-Macam Transaksi Murabahah ................................. 31
g. Dana Pihak Ketiga Pembiayaan Murabahah ........................ 32
6. Jumlah Kantor Bank Syariah ..................................................... 34
a. Perkembangan Kantor Bank Syariah .................................... 34
b. Hubungan Jumlah Kantor Dengan Pembiayaan Murabahah. 35
7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ................................ 36
a. Definisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ............. 36
b. Hubungan SBIS Dengan Pembiayaan Murabahah .............. 40
8. Dana Pihak Ketiga (DPK) ........................................................ 41
a. Definisi Dana Pihak Ketiga (DPK) ...................................... 41
b. Hubungan DPK dengan Pembiayaan Murabahah ............... 43
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 44
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 56
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 63
B. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 63
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 64
1. Variabel Independen ............................................................. 64
2. Variabel Dependen ................................................................ 64
D. Metode Analisis Data .................................................................. 64
1. Uji Stasioneritas .................................................................... 65
a. Uji Akar Unit ................................................................... 66
b. Uji Derajat Integrasi ........................................................ 66
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 67
a. Uji Normalitas ................................................................. 67
b. Uji Multikolinearitas ....................................................... 68
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 69
d. Uji Autokorelasi .............................................................. 70
1) Uji t .......................................................................... 71
2) Uji F ........................................................................... 72
e. Uji Koefisien determinasi ................................................ 73
E. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 74
1. Variabel Dependen ............................................................... 74
2. Variabel Independen .............................................................. 74
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 76
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ............................ 76
2. Perkembangan Pembiayaan Murabahah ................................ 78
3. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS) ........ 80
4. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .... 82
5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................. 82
B. Hasil Analisa dan Pembahasan .................................................... 83
1. Uji Akar Unit ......................................................................... 83
2. Uji Derajat Integrasi .............................................................. 85
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 85
a. Uji Normalitas ................................................................ 85
b. Uji Autokorelasi .............................................................. 86
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 87
d. Uji Multikolinearitas ....................................................... 87
4. Hasil Regresi Berganda OLS ................................................. 89
a. Uji Parsial (Uji-t) ............................................................ 90
b. Uji Simultan (Uji-F) ........................................................ 92
c. Koefisien Determinasi (R²) ............................................. 92
d. Analisis Ekonomi ............................................................. 93
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ................................................................................ 96
B. Implikasi .................................................................................... 97
C. Saran .......................................................................................... 98
Daftar Pustaka ....................................................................................... 100
Daftar Tabel
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Komposisi Pembiayaan Murabahah, Kantor Bank Umum Syariah,
SBIS, dan DPK Periode 2008-2012 Di Indonesia ....................... 5
2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ................ 19
2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................. 51
4.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah .............................. 79
4.2 Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Level .... 84
4.3 Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat
Level 1 „st Difference ................................................................. 85
4.4 Hasil Uji Normalitas .................................................................... 86
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 86
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 87
4.7 Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... 88
4.8 Hasil Uji Multikolinearitas (dengan diferensiasi) ....................... 88
4.9 Hasil Uji Regresi Berganda OLS ................................................ 89
Daftar Gambar
Nomor Keterangan Halaman
1.1. Komposisi Pembiayaan Murabahah, Kantor Bank Umum Syariah,
SBIS, dan DPK Periode 2008-2012 Di Indonesia ...................... 5
2.1 Skema Pembiayaan Murabahah ................................................. 30
2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................... 59
3.1 Statistik Durbin Watson .............................................................. 71
4.1 Perkembangan Pembiayaan Murabahah ..................................... 79
4.2 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah ............................. 81
4.3 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ......... 82
4.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah ........... 83
4.5 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 86
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 86
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 87
4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................ 88
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas (dengan diferensiasi) ...................... 88
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1. Data Penelitian ........................................................................ 104
2. Uji Stasioner Pembiayaan Murabahah .................................... 106
3. Uji Stasioner Jumlah Kantor Bank Umum Syariah (JKBUS) 108
4. Uji Stasioner Sertifikat Bank Umum Indonesia Syariah (SBIS) 110
5. Uji Stasioner Dana Pihak Ketiga (DPK) ................................ 112
6. Hasil Uji Regresi .................................................................... 114
7. Hasil Uji Normalitas ............................................................... 114
8. Hasil Uji Autokorelasi ........................................................... 115
9. Hasil Uji Heterokedastistas ................................................... 116
10. Hasil Uji Multikolinearitas .................................................... 117
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya dan juga hubungan antara sesama manusia termasuk dalam aspek
sosial, ekonomi maupun keuangan. Sehingga hukum syariah merupakan
bagian yang sangat penting yang harus dijalankan. Islam menganjurkan
umatnya untuk melakukan aktifitas ekonomi muamalah dengan menjalankan
prinsip-prinsip syariah dalam memperoleh laba.
Bank adalah suatu lembaga intermediasi keuangan (antara pihak yang
mempunyai kelebihan dana dan kekurangan dana) yang paling penting dalam
sistem perekonomian kita, yaitu sebagai lembaga khusus yang menyediakan
layanan finansial (Arifin, 2002). Lahirnya perbankan syariah di indonesia
merupakan kemajuan di sektor perbankan nasional dimana tujuan dari
perbankan syariah yaitu mengembangkan penerapan prinsip-prinsip syariah
Islam kedalam transaksi keuangan dan perbankan. Prinsip-prinsip syariah
terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits Nabi yang merupakan sumber
hukum dalam Islam.
Perbedaan yang paling mendasar antara bank syariah dengan bank
konvensional adalah dalam bank syariah menerapkan sistem bebas bunga
(free interest) atau memakai sistem bagi hasil (profit loss sharing), jual beli
dan sewa. Sedangkan bank konvensional menerapkan sistem bunga. Prinsip
pokok dalam transaksi keuangan yang sesuai dengan syariah, antara lain
2
penekanan pada perjanjian yang adil, anjuran sistem bagi hasil, dan larangan
terhadap riba (bunga), gharar (tipuan), dan maysir (spekulasi), diyakini
menjadi prinsip dasar berinvestasi yang bukan hanya menguntungkan dan
halal, tetapi juga aman.
Pada 1 Mei 1992 berdirilah bank syariah pertama di Indonesia, Bank
Muamalat Indonesia, dengan total komitmen modal disetor Rp
106.126.382.000,- Namun, perangkat hukum operasinya dalam UU No.7
tahun 1992 belum memuat sistem syariah yang memadai. Baru di era
reformasi, UU No.10 tahun 1998 memuat secara rinci landasan operasi bank
syariah dan memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka
cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank
syariah (Antonio, 2001: 25).
Selanjutnya pemberlakuan UU No. 10 1998 tentang perubahan UU
No. 7 1992 tentang perbankan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi
pengembangan perbankan Syariah di Indonesia. Perundang-undangan
tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan
jaringan perbankan syariah antara lain melalui ijin pembukaan kantor cabang
syariah (KCS) oleh bank konvensional. Dengan kata lain, bank umum
dimungkinkan untuk menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional
sekaligus dapat melakukan berdasarkan prinsip Syariah (Sudarsono, 2003).
Namun dalam prakteknya, sebagian besar bank-bank Islam mengalami
kesulitan untuk menerapkan sistemnya dalam produk-produk pembiayaan
yang ditawarkan yang menggunakan sistem bagi hasil (profit loss sharing)
3
murni, dengan kendala yang penuh resiko dan ketidak-pastian. Masalah-
masalah praktis yang terkait dengan pembiayaan ini di satu sisi
mengakibatkan adanya penurunan dalam penggunaannya di dunia perbankan
Islam, dan pada akhirnya pada sisi lain menyebabkan adanya peningkatan
yang cukup drastis pada penggunaan mekanisme pembiayaan yang secara
tidak langsung mirip dengan pembiayaan sistem bunga, yaitu mekanisme
pembiayaan murabahah (www.antonp.blogspot.com).
Jika diperhatikan pembiayaan murabahah pada bank syariah dan
kredit pembelian barang pada bank konvensional mempunyai sedikit
perbedaan dimana dalam pembiayaan mudharabah harga jual bank adalah
harga beli ditambah margin keuntungan bank syariah yang disepakati
bersama. Sedangkan kredit pembelian barang pada bank konvensional harga
jual bank adalah harga beli ditambah dengan bunga yang dikenakan.
Dalam prakteknya bank syariah kerap kali tidak melakukan prosedur
yang sesuai dengan akad murabahah dalam langkah-langkah pembelian
barang. Karenanya bank syariah menggunakan media akad wakalah yaitu
dengan memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut.
Akad murabahah ini sering kali mendahului pemberian wakalah dan
dropping dana pembelian barang. sehingga bagaimana bisa dikatakan barang
telah menjadi milik Bank, jika droping dana pembelian barang saja dilakukan
setelah akad murabahah ditanda-tangani. (Maulidina, 2011:3).
Oleh karena itu, peran bank syariah sebagai penjual dalam
pembiayaan murabahah lebih tepat seperti pembiayaan dan bukan sebagai
4
penjual barang karena bank syariah seharusnya memiliki barang tersebut
terlebih dahulu sebelumnya lalu menyerahkannya kepada nasabah.
Sebagaimana yang kita ketahui pembiayaan murabahah merupakan
akad jual-beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah
yang memesan untuk membeli barang. Secara teknis nasabah datang ke bank
syariah untuk memesan barang yang sesuai dengan spesifikasi dan harga yang
diinginkannya. Bank harus menyebutkan harga pembelian dan keuntungan
yang diambil dan cara pembayaran harus dijelaskan kepada nasabah. Jika
bank dan nasabah menyetujui dengan spesifikasi dan harga yang telah
disepakati maka bank akan melakukan pembelian kepada pemasok secara
tunai, lalu menjualnya secara tangguh kepada nasabah. Selanjutnya nasabah
secara rutin membayar angsuran kepada bank.
Walaupun demikian, dengan menerapkan prinsip jual beli (al bai‟)
pembiayaan murabahah setiap tahunnya menunjukan kecenderungan
meningkat. Kenaikan yang paling tinggi terdapat pada tahun 2011 komposisi
dana pihak ketiga dalam pembiayaan murabahah mengalami kenaikan sebesar
50,2% dan kenaikan yang paling kecil terdapat pada tahun 2009 yaitu sebesar
17%.
5
Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan Murabahah, Jumlah Kantor Bank Syariah,
SBIS, Dan Dana Pihak Ketiga Periode 2007-2012
Di Indonesia
Tahun
P. Murabahah JKBUS DPK SBIS
(Milyar (Unit)
(Milyar (Milyar
Rupiah) Rupiah) Rupiah)
2007.10 15675 583 25473 1760
2008.12 22486 820 36852 2550
2009.12 26321 711 52271 3706
2010.12 37508 1215 76036 5408
2011.12 56365 1401 115415 9244
2012.2 58326 1806 114616 4243
Komposisi pembiayaan murabahah dalam jangka waktu empat tahun
saja yaitu dari tahun 2007.10-2012.2 telah mengalami peningkatan lebih dari
350%. Jika diperhatikan pada tabel 1.1 bahwa peningkatan pembiayaan
murabahah dari tahun 2007-2012 diikuti dengan peningkatan jumlah kantor
bank syariah. Akan tetapi peningkatan jumlah kantor bank syariah yang
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
P. Murabahah (Milyar Rupiah) JKBUS (Unit)SBIS (Milyar Rupiah) DPK (Milyar Rupiah)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Grafik 1.1
Perkembangan Pembiayaan Murabahah, Jumlah Kantor Bank
Syariah, SBIS, dan Dana Pihak Ketiga Periode 2007-2012
Di Indoneesia
6
diharapkan dapat meningkatkan pembiayaan muarabahah ternyata masih
lebih kecil jika dibandingkan dengan peningkatan pembiayaan murabahah.
Pada Oktober 2007 hanya terdapat 583 kantor bank syariah sedangkan
pada Februari 2012 sudah terdapat 1806 unit kantor bank syariah. Seiring
dengan peningkatan jumlah kantor cabang dan kantor cabang pembantu bank
syariah di Indonesia. Hal ini diduga berpengaruh kepada akses nasabah
terhadap bank syariah untuk penyimpan dana maupun nasabah yang
memerlukan pembiayaan di perbankan syariah.
Menurut Asy‟ari (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
posisi pembiayaan perbankan syariah , yaitu suku bunga rata-rata pinjaman,
bonus swbi, jumlah uang beredar dan dana pihak ketiga. Kinerja dan
kelangsungan usaha bank yang berdasarkan prinsip syariah tergantung pada
manajemen bank untuk menjaga kualitas terhadap penyaluran dana bank
(pembiayaan). Pembiayaan merupakan aktiva produktif dari perbankan
syariah.
Jika kita lihat jumlah dana pihak ketiga (DPK) bank syariah pada
Oktober 2007-Februari 2012 terus mengalami peningkatan. Hal ini
ditunjukan dengan jumlah dana pihak ketiga pada Oktober 2007 sebesar Rp
25.473 Milyar sedangkan pada Februari 2012 sudah mencapai Rp 114.616
Milyar. Hal ini mencerminkan bahwa perlahan pembiayaan murabahah
keberadaannya semakin diminati oleh masyarakat.
Dana pihak ketiga pada bank syariah yang disalurkan melalui
pembiayaan murabahah merupakan porsi pembiayaan yang paling besar jika
7
dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Namun
dalam prakteknya bank syariah kerap kali tidak melakukan prosedur yang
sesuai dengan akad murabahah dalam langkah-langkah pembelian barang.
Peningkatan pembiayaan murabahah dari tahun 2007-2012 juga tidak
terlepas dengan adanya perkembangan ekonomi di Indonesia secara makro
pada tahun 2007-2012. Dalam makro ekonomi, ini juga tidak terlepas dari
variabel ekonomi makro lainya seperti sertifikat bank Indonesia syariah
(SBIS). Di tunjukan pada Tabel 1.1 yaitu perkembangan sertifikat bank
Indonesia syariah (SBIS) pada tahun 2007-2012.
Dalam sistem keuangan Islam, hasil investasi dari pembiayaan yang
disalurkan ke sektor rill yang menentukan besar kecilnya pembagian
keuntungan di sektor moneter. Jika investasi dan produksi di sektor rill
berjalan lancar maka return di sektor moneter akan meningkat.
Penyaluran pembiayaan oleh bank dalam melakukan investasi juga
dipengaruhi oleh suku bunga sertifikat bank indonesia (SBI) sedangkan
dalam bank syariah menggunakan sertifikat bank indonesia syariah (SBIS)
yang dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi bila terjadi
kelebihan pada tingkat likuiditas. Akan tetapi peningkatan nilai sertifikat
bank indonesia syariah sebagai salah satu kebijakan moneter cenderung
menyebabkan pembiayaan murabahah menurun.
Terlihat pada tabel di atas pada kolom surat berharga bank indonesia
syariah SBIS, setiap tahunnya cenderung mengalami fluktuasi dan nilai
sertifikat bank indonesia syariah (SBIS) yang paling kecil pada Oktober 2007
8
sebesar Rp 1.760 Milyar sedangkan nilai yang paling besar pada tahun 2011
yaitu sebesar Rp 9.244 Milyar. Hal ini didasari oleh adanya kebijakan
pemerintah yang baru dalam bidang moneter yaitu kebijakan BI Rate atau
suku bunga yang mencerminkan sikap dari kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah.
Setiap tahun pada dasarnya variabel jumlah kantor bank syariah dan
dana pihak ketiga berbeda sedangkan sertifikat bank indonesia syariah di
Indonesia selalu mengalami fluktuasi. Hal inilah yang menyebabkan
pembiayaan pada produk perbankan syariah khusunya murabahah mengalami
kenaikan secara bertahap, tetapi sesungguhnya perkembangan perbankan
syariah ini sangat lambat tahapanya karena nasabah masih memperhitungan
keuntungan semata.
Dengan demikian, penelitian ini penting untuk dilakukan karena
belum banyak penelitian yang mencoba untuk mengungkapkan keterkaitan
variabel-variabel ekonomi terhadap pembiayaan murabahah (pembiayaan
perbankan syariah). Oleh karena itu maka penulis memutuskan untuk
mengambil judul ” ANALISIS PENGARUH JUMLAH KANTOR BANK
SYARIAH, SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN
DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PEMBIAYAAN
MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA” kiranya
menarik dan perlu untuk dilakukan.
9
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan
diatas, untuk menganalisis pengaruh jumlah kantor bank syariah, sertifikat
bank indonesia syariah, dan dana pihak ketiga sebagai berikut :
1. Apakah Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS) secara parsial mempunyai
pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan syariah di
Indonesia?
2. Apakah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial
mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan
syariah di Indonesia?
3. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan syariah di Indonesia?
4. Apakah Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara simultan
mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan
syariah di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah seperti dikemukakan sebelumnya,
penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis apakah Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS)
secara parsial mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah
pada perbankan syariah di Indonesia?
10
2. Untuk menganalisis apakah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
secara parsial mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah
pada perbankan syariah di Indonesia?
3. Untuk menganalisis apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial
mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada
perbankan syariah di Indonesia?
4. Untuk menganalisis apakah Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS),
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan
Murabahah pada perbankan syariah di Indonesia?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi mahasiswa :
1. Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pola
hubungan antara jumlah kantor bank syariah, sertifikat bank Indonesia
syariah (SBIS), dan nilai tukar rupiah terhadap dana pihak ketiga
pembiayaan murabahah periode 2007.10 – 2012.2.
2. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang
diperoleh diperkuliahan dalam berbagai kasus riil di dunia kerja.
b. Bagi praktisi lembaga-lembaga keuangan
Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para praktisi
lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-lembaga keuangan,
khususnya perbankan syari`ah yang mempunyai komitmen sebagai
11
lembaga pemberdayaan umat terutama para pelaku ekonomi mengenai
peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang dapat
mengembangkan dunia usaha.
c. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pemerintah dalam
menentukan kebijakannya mengenai produk-produk pada setiap
perbankan syariah. dalam menumbuhkembangkan dunia usaha dan
menggerakkan sektor riil yang ada di Indonesia sehingga dapat
meningkatkan perekonomian nasional.
d. Bagi pihak lain
Memberikan sumbangsih data dalam kaitannya dengan
perkembangan dan pertumbuhan keuangan atau lembaga pembinaan
berbasis syari`ah dalam hal ini adalah perbankan syari`ah sebagai
lembaga pemberdayaan umat.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Filosofi Ekonomi Islam
Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata
yaitu “oikos” yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan “nomos” yang
berarti “praturan, hukum” kemudian bila digabung bermakna “aturan rumah
tangga”. Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari 3
akar kata yaitu “sin” yang berarti “alam”, “lam” yang berarti Allah,
dan “mim” yang berarti ibadah, kemudian bila digabung menjadi
“sinlammim” bermakna “alam dicipta Allah untuk ibadah”.
QS Adz-Dzariat [51]: 56
Artinya: Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada- Ku.
Kata “islam” terdapat dalam 4 ayat dalam 3 surat yang berbeda.
Kata Islam dapat ditemukan dalam beberapa surat di al-Quran.
1. QS. Ali Imran [3]: 19.
Inna dina indallahil Islam.
Sesungguhnya Din di sisi Allah adalah Islam.
2. QS. Ali Imran [3]: 85.
13
3. QS. Al-Shaf [61]: 7.
4. QS. Al-Maidah [5]: 3.
Sedangkan berdasarkan kata jadian “salama” bermakna “keselamatan,
kedamaian”. Sehingga jika digabungkan maka kata “Ekonomi Islam” secara
harfiah berarti “aturan rumah tangga untuk keselamatan”. Di dalam
filosofinya Ekonomi Islam terkandung tiga hal yaitu Ontologi Ekonomi
Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan Aksologi Ekonomi Islam (Aziz,
2009).
Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai Ontologi
Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi Islam. Sesuai
dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga, lingkungan,
dan alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari 3 unsur yaitu
manusia, Allah, dan ibadah. Kemudian perpaduan 3 hal ini membentuk alasan
besar penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari Ekonomi Islam adalah
Islam.
QS. Ali-Imran [3]: 19.
14
Artinya: Sesungguhnya Din (sistem) di sisi Allah adalah Islam.
Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang
diciptakan Allah itu hanya Islam. Sehingga sistem ekonomi yang ada
seharusnya juga mengikuti aturan dalam sistem Islam. (Aziz, 2009).
Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu
sistem yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang
menjadi epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang
berkembang yaitu kafah. Ekonomi Islam yang kafah muncul sebagai konsep
dasar ekonomi dengan batasan Islam sebagai suatu sistem.
QS. Al-Baqarah [2]: 208.
Artinya: Wahai orang-orang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara
kafah.
Konsep Ekonomi Islam yang kafah didukung oleh Quran Surat Al-
Baqarah [2] ayat 208 bahwa tujuan dari Ekonomi Islam dapat dijalankan oleh
orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh
atau kafah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar kehidupan
yang di dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan Allah
untuk ibadah. Kemudian dikembangkan ke berbahai aspek termasuk
ekonomi.
Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kaafah ini
perlu diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro
ekonomi. Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam bentuk
15
aksiologi yaitu keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari 2 hal misalnya
antara penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang
keseimbangan antara 2 hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan
antara hal yang baik dan hal yang buruk (Aziz, 2010 : 15).
QS. Saba [34]: 28.
Artinya: dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,
2. Perbankan
Terdapat berbagai definisi mengenai bank atau perbankan, namun pada
dasarnya masing-masing pendapat memiliki pengertian yang sama.
Pengertian bank menurut Verryn Stuart dikutip dalam Simorangkir (2004)
bank adalah badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
dengan alat-alat pembayaran sendiri dengan uang yang diperolehnya dari
orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang yang
berupa uang giral. Bank adalah badan yang mempunyai tugas utama
melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya
kembali ke masyarakat (Handiman, 2006).
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan 1967 Pasal 1 a bank adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Bank adalah suatu lembaga
intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian kita,
16
yaitu sebagai lembaga khusus yang menyediakan layanan finansial (Arifin,
2002).
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan
menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
3. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Antonio (2001) membedakan bank syariah menjadi dua pengertian,
yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari`ah Islam.
Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syari`ah Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur`an dan As Sunnah. Berdasarkan definisi-
definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank syari`ah merupakan
salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan
operasionalnya pada syari`at (hukum) Islam.
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan
berdasarkan syariah (hukum islam). Usaha pembentukan sistem ini didasari
oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam
dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk
17
usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dijamin oleh
sistem perbankan konvensional. (Inggrid, 2009)
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.
Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary)
antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus units)
dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit units).
Melalui bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang
memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.
Dalam bank syariah, hubungan antara bank dan nasabahnya bukan
hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan
(partnership) antara penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola
dana (mudharib). (Sudarsono,2007)
b. Prinsip dan Ciri-Ciri Bank Syariah
1. Prinsip Bank Syariah
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara
lain :
1) Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
18
2) Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjam dana.
3) Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang
hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak
memiliki nilai intrinsik.
4) Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh
dari sebuah transaksi.
5) Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan
dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh
perbankan syariah.
Prinsip utama yang digunakan dalam kegiatan perbankan syariah adalah
sebagai berikut :
a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
b. Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah.
c. Memberikan zakat. (Arifin,2006)
2. Ciri-Ciri Bank Syariah
Bank syariah mempunyai cirri-ciri berbeda dengan bank
konvensional, yaitu sebagai berikut (Sudarsono, 2007) :
a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan
dapat dilakukan dengan kebebasan tawar-menawar dalam batas wajar.
19
b. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa
utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.
c. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang
ditetapkan di muka.
d. Penyerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank
dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada
proyek-proyek yang dibiayai bank.
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
1 Falsafah Tidak bedasarkan bunga,
spekulasi, dan ketidakjelasan
Berdasarkan bunga
2 Operasionalisai Dana masyarakat berupa
titipan dan investasi yang
baru akan mendapatkan hasil
jika diusahakan terlebih
dahulu. Penyaluran pada
usaha yang halal dan
menguntungkan
Dana masyarakat
berupa simpanan
yang harus dibayar
bunganya pad saat
jatuh tempo.
Penyaluran pada
sektor yang
menguntungkan
20
aspek halal tidak
menjadi
pertimbangan utama.
3 Aspek Sosial Dinyatakan secara eksplisit
dan tegas yang tertuang
dalam misi dan visi
Tidak diketahui
secara tegas
4 Organisasi Harus Memiliki Dewan
Pengawas Syariah
Tidak memiliki
Dewan Pengawas
Syariah
Sumber : Sudarsono, 2007.
c. Jenis Produk Bank Syariah
Produk bank syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1) Produk penghimpunan dana
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan
dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah.
2) Produk penyaluran dana
Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) kategori berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu sebagai
berikut :
a) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang, dilakukan
dengan prinsip jual beli (murabahah)
21
b) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa (ijarah)
c) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna
mendapat sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil (musyarakah
dan mudharabah)
3) Produk jasa perbankan
Dalam mempermudah untuk melakukan pembiayaan, diperlekan akad
pelengkap. Walaupun digunakan untuk tidak mencari keuntungan, dalam
akad pelengkap dibolehkan untuk meminta ganti biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besar pengganti biaya sekedar
untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul. Produk ini berbentuk
Hiwalah (alih piutang), Rahn (gadai), Qard (pinjaman uang), Wakalah
(perwakilan), dan Kafalah (bank garansi). (Inggrid,2009)
4. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis,
bisnis adalah aktivitas yang mengarah kepada penambahan nilai tambah
melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengelolaan barang
(produksi). Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan
oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah di
rencanakan.
Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syariah atau
istilah teknisnya disebut sebagai aktiva produktif, menurut ketentuan Bank
22
Indonesia aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam
rupiah maupun dalam valuta asing dalam modal. Pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit
(Antonio, 2001).
Pembiayaan bagi hasil merupakan suatu jenis pembiayaan (produk
penyaluran dana) yang diberikan Bank Syariah kepada nasabahnya.
Pembiayaan skim bagi hasil dinilai memenuhi prinsip-prinsip kesetaraan,
keadilan dan kejujuran, dimana dengan konsep bagi hasil ini, Bank Syariah
siap berbagi risiko usaha, tidak seperti pembiayaan berbasis bunga pada
bank konvensional yang nasabah peminjamnya menanggung semua risiko
(Maryanah, 2006)
2. Macam-Macam Pembiayaan
Menurut Antonio (2001) macam-macam pembiayaan terdiri dari:
a. Menurut Penggunannya
1) Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan maupun investasi.
2) Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
b. Menurut Keperluannya
23
1) Pembiayaan Modal Kerja
Yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan (a) peningkatan
produksi baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun
secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi: dan
(b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari
suatu barang.
2) Pembiayaan Investasi
Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital
goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
3. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan oleh Bank Syariah adalah untuk
memenuhi kebutuhan stakeholder, yakni:
a. Pemilik, para pemilik modal mengharapkan akan memperoleh
penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.
b. Pegawai, para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan
dari bank tersebut.
c. Masyarakat, dapat dibedakan menjadi:
1) Pemilik Dana, sebagaimana pemilik mengharapkan dari dana yang
diinvestasikan akan memperoleh bagi hasil.
2) Debitur yang Bersangkutan, para debitur dengan penyediaan dana
baginya mereka terbantu guna menjalankan usahanya.
24
3) Bank, bagi bank yang bersangkutan, dari penyaluran pembiayaan di
harapakan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya
semakin luas.
4) Pemerintah, akibat penyediaan pembiayaan pemerintah terbantu dalam
pembiayaan pembangunan negara, disamping memperoleh pajak
penghasilan yang diperoleh bank dan perusahaan-perusahaan.
4. Fungsi Pembiayaan
a. Pembiayaan Sebagai Penggerak Ekonomi
Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas menyalurkan dana yang
terkumpul kepada nasabah atau pengguna dana, memiliki jenis usaha dan
menentukan nasabah mana yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha
yang produktif atau menguntungkan serta dikelola nasabah yang jujur
dan bertanggung jawab.
b. Pembiayaan Sebagai Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah penempatan dana oleh bank dalam aset yang
menghasilkan pendapatan untuk menutupi beban-beban yang dikeluarkan
oleh bank, dari aktiva ini bank mengharapkan adanya selisih keuntungan
dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana. Penanaman dana bank
pada aktiva produktif wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati
hatian.
c. Pembiayaan Sebagai Proses Intermediasi
Bank Syariah dalam melakukan intermediasi keuangan mempunyai
cara yang sangat berbeda dengan bank-bank konvensional karena model
25
pendanaan dan investasi sistem profit and loss sharing dalam
perdagangan dan perniagaan sangat menonjol dalam aktivitas-aktivitas
intermediasi (Maryanah, 2006).
3. Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), yaitu prinsip bai‟
(jual beli) dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah
nilai keuntungan (ribhun) yang disepakati. Pada murabahah, penyerahan
barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan
secara tunai, tangguh ataupun dicicil. (Karim, 2007).
Transaksi murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah Saw dan
para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan
barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati.
Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam
murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada
pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.
(Antonio, 2001).
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah.
Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian
menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah
dan nasabah. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti
26
penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain
adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada
pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan
yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa
lump sum atau berdasarkan persentase (www.wikipedia.com).
Menurut Heri Sudarsono (2003) murabahah adalah jual beli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak
bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga
pembelian barang barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas
laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai
pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli
barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah
dengan harga yang ditambah keuntungan atau di mark-up. Dengan kata
lain, penjualalan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus
profit.
Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang
yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari
pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang
ditambah keuntungan atau di mark-up. Dengan kata lain, penjualan barang
kepada nasabah dilakukan atau dasar cost-plus profit.
b. Landasan Hukum
Di dalam al-Qur„an, pembahasan secara langsung mengenai
murabahah tidaklah ada, walaupun terdapat beberapa ayat yang
27
menunjukkan kajian yang terkait dengannya seperti pembahasan mengenai
jual-beli ataupun permasalahan keuntungan dan kerugian dalam suatu
perdagangan.
Demikian pula halnya dengan hadis-hadis Rasulullah Saw, tidak
ada satupun hadist yang membahas atau memiliki rujukan langsung
mengenai permasalahan murabahah ini.
Al-Qur‟an
Artinya : “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174]
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176]
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghui-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S Al-Baqarah [2] : 275)
28
Al-Hadis :
Dari Suaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal
yang di dalam terdapat keberkahan : jual-beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (H.R. Ibnu Majah) (Sudarsono,
2007)
c. Rukun dan Syarat Murabahah
Pada murabahah, untuk terbentuknya akad pembiayaan multiguna
di dalam Islam, haruslah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat
murabahah. Menurut mayoritas (jumhur) ahli-ahli hukum Islam, rukun
yang membentuk akad murabahah ada lima yaitu:
1) Adanya penjual (ba‟i);
2) Adanya pembeli (musytari);
3) Objek atau barang (mabi‟) yang diperjualbelikan;
4) Harga (tsaman) nilai jual barang berdasarkan mata uang;
5) Ijab qabul (shigat) atau formula akad, suatu pernyataan kehendak oleh
masing-masing pihak yang disebut Ijab dan Kabul.
Sementara itu, syarat murabahah adalah :
1) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah;
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan;
3) Kontrak harus bebas riba;
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian
29
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Jadi disini
terlihat adanya unsur keterbukaan. (Sumitro, 1997)
d. Ketentuan Umum Murabahah
Ketentuan umum dalam pembiayaan di perbankan syariah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,
dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan
ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepaki.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
30
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip menjadi milik bank. (www.wikipedia.com).
e. Skema Pembiayaan Murabahah
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Murabahah
Keterangan :
1. Nasabah memesan barang kepada bank
2. Bank membeli dan membayar barang kepada Supplier
3. Supplier mengirim barang langsung kepada nasabah
4. Nasabah membayar kepada bank (tunai atau cicilan)
Dalam transaksi Murabahah, bank membeli suatu barang dari
pihak ketiga dan menjualnya kepada klien dengan keuntungan yang
ditetapkan di awal dan pembayarannya dilakukan secara bertahap. Dengan
cara ini, maka klien dapat membeli barang tanpa dikenakan bunga
pinjaman.
4
2 1 Nasabah Bank Syariah Supplier
3
31
f. Macam-Macam Transaksi Murabahah
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan
murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu :
a. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan URIA (Unrestricted
Investment Account = Investasi Tidak Terikat)
b. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted
Investment Account = Investasi Terikat)
c. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan Modal Bank Syariah
Dalam setiap pendesainan sebuah pembiayaan, faktor-faktor yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Kebutuhan nasabah
b. Kemampuan financial nasabah (Karim, 2007).
Rendahnya pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah disebabkan
oleh beberapa hal, menurut Imaduddin (2005), beberapa alasan yang
menjelaskan tingginya prosentase pembiayaan murabahah dalam operasi
investasi perbankan syariah :
1) Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan
dibandingkan dengan sistem bagi hasil, cukup memudahkan.
2) Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa
sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan
yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis suku bunga
yang menjadi saingan bank syariah.
32
3) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan
dari bisnis-bisnis dengan sistem bagi hasil.
4) Murabahah tidak memungkinkan bank-bank syariah untuk
mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si
nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah
hubungan antara kreditur dan debitur.
g. Dana Pihak Ketiga
Maksud dari dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito.
Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Giro, giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap
sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar
apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya layanan
(service charge). Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam
operasi bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai nominal
giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman
depositor kepada bank. Beberapa ulama memandang giro sebagai
kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan untuk
keamanan (wadi‟ah yad al dhamanah).
b. Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro di mana
ada beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan
biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga,
tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali bahwa penabung
tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung
33
boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang
diperoleh bank, dan setuju untuk berbagi risiko dengan bank.
c. Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan
pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito
diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank.
Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau
simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal
jatuh tempo yang berbedabeda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan
(pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah
sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan (financing).
(Arifin, 2006)
Dengan kata lain dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh
dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan,
pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam
mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau
setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki.
Contoh dari dana ini adalah tabungan, giro dan simpanan berjangka yang
dihimpun dari para nasabah perbankan syariah.
Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) Pembiayaan Murabahah ini
adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, yang dihimpun oleh
perbankan syariah di Indonesia, yang digunakan untuk membiayai salah
34
satu produk perbankan syariah yaitu pembiayaan murabahah atau
pembiayaan jual beli.
4. Jumlah Kantor Bank Syariah
a. Perkembangan Kantor Bank Syariah
Jumlah kantor bank berkaitan dengan kemudahan fasilitas serta
pelayanan yang ditawarkan pada masyarakat. Untuk meraih minat
masyarakat pada bank harus dikembangkan jaringan kantor cabang dan
cabang pembantu yang cukup luas yang dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Makin banyaknya jumlah kantor bank maka kesempatan
masyarakat untuk menabung semakin banyak dan meningkat. Dengan
kondisi yang seperti ini maka akan semakin membuka kesempatan bagi
masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhannya di bidang perbankan.
Dalam hal ini adalah menabung atau menyimpan dananya pada lembaga
perbankan, tanpa adanya alasan yang disebabkan lokasi bank yang jauh
dari tempat tinggal, sehingga mereka malas dan enggan untuk
menabungkan uangnya di bank karena tidak memiliki waktu luang.
(Latumaerrisa, 1999:150).
Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan
dari waktu kewaktu yang ditandai dengan bertambahnya jumlah kantor
bank umum syariah. hal ini terlihat dari data yang dipublikasikan oleh
Bank Indonesia. Pada Desember 2006 terdapat 3 Bank Umum Syariah
dan 20 Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 105
Unit dengan total asset lebih dari 26 triliun rupiah (belum termasuk
35
BPRS). Sedangkan pada Desember 2011 di Indonesia terdapat 11 Bank
Umum Syariah dan 24 Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah 155 Unit dengan total asset perbankan syariah di Indonesia
sebesar lebih dari 145 triliun (belum termasuk BPRS).
b. Hubungan Jumlah Kantor Dengan Pembiayaan Murabahah
Seiring dengan peningkatan jumlah kantor bank umum syariah
dan unit usaha syariah maka keberadaan bank syariah dapat lebih
dirasakan oleh masyarakat. Hal ini diduga berpengaruh kepada akses
nasabah terhadap bank syariah untuk penyimpan dana maupun nasabah
yang memerlukan pembiayaan di perbankan syariah.
Menurut Teory pemasaran Kotler mengungkapkan bahwa Stimuli
pemasaran (marketing stimuli) yaitu faktor pemasaran yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu tindakan transaksi ekonomi. Variabel ini
memiliki empat dimensi, yaitu: dimensi product, price, place, dan
promotion ( Kotler 1997, 92). Sehingga peningkatan jumlah kantor bank
syariah (place) diharapkan dapat mendorong transaksi di bank syariah.
Berdasarkan penelitian Bank Indonesia (2000) diketahui bahwa
kemudahan dan kedekatan lokasi kantor bank syariah dengan pusat
kegiatan masyarakat menentukan akses nasabah terhadap bank syariah.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Hairiennisa Rohaya (2008)
mengungkapkan bahwa variabel (Jaringan Kantor perbankan syariah)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap total aset perbankan syariah.
36
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
a. Definisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek.
SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah
yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank
Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip Syariah
yang dinamakan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan dapat
dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan
pada tingkat likuiditas” (Arifin,2009: 198).
Pengelolaan likuiditas merupakan suatu fungsi terpenting yang
dilaksanakan oleh lembaga perbankan. Untuk terlaksananya fungsi
pengelolaan likuiditas secara efisien dan menguntungkan diperlukan
adanya instrumen dan pasar keuangan; baik yang bersifat jangka pendek
maupun jangka panjang, untuk keperluan yang sangat mendasar yaitu
penempatan dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek untuk perbankan
yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia telah tersedia instrumen
Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) dan aturan-aturan
tentang Pasar Keuangan Antarbank dengan Prinsip Syariah (PUAS), serta
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Dalam keadaan yang sangat mendesak instrumen tersebut
bermanfaat untuk mengatasi kesulitan likuiditas bank syariah jangka
pendek karena arus dana yang masuk ke bank tersebut lebih kecil
37
dibanding arus dana yang keluar pada saat kliring. Bank Indonesia telah
mengeluarkan ketentuan tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi
Bank Syariah (FPJPS). FPJPS ini dimaksudkan untuk menjalankan fungsi
BI sebagai „lender of last resort” jika alternatif pembiayaan lain tidak
dapat diperoleh bank syariah untuk mempertahankan likuiditasnya. SBIS
mempunyai fungsi untuk membantu bank syariah di Indonesia yang
kelebihan likuiditas, untuk menyimpan dana “menganggurnya” di tempat
yang aman dan menguntungkan. Untuk mendukung kegiatan usaha
perbankan yang terkait dengan SBIS. Dewan Syariah Nasional (DSN)
telah menerbitkan Fatwa No. 36/DSNMUI/ X/2002 tentang Sertifikat
Wadi‟ah Bank Indonesia; sebelum tahun 2008 SBIS dikenal dengan nama
SWBI atau Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang mengatur hal-hal
sebagai berikut: Adrian Sutedi dalam (Sahria,2010:28) :
1) Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrumen
moneter berdasarkan prinsip Syariah yang dinamakan SWBI.
2) Akad yang digunakan untuk SWBI adalah akad wadi‟ah sebagaimana
yang diatur Fatwa DSN No.02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.
3) SWBI tidak boleh ada imbalan yang di syaratkan, kecuali dalam bentuk
pemberian („athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia.
4) SWBI boleh diperjualbelikan.
Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas titipan dana yang
diperhitungkan jika pada saat jatuh tempo. Jumlah dana yang dapat
dititipkan ke Bank Indonesia sekurang-kurangnya Rp 500.000.00,00. Pada
38
titipan dana tersebut hanya dapat dilakukan dalam kelipatan Rp
50.000.000,00. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) diatur dalam
PBI No. 2/9/2000 tanggal 23 Februari 2000, PBI No. 6/7/PBI/2004 tanggal
16 Februari 2004 tentang Perubahan Atas PBI No. 2/9/2000 tentang
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (Wirdyaningsih (2005) dalam Yuni
(2011)). Selain itu juga terdapat fatwa yang menguatkan SWBI, yaitu
fatwa DSN No. 36/DSN-MUI/X/2002 yang dikeluarkan tanggal 23
Oktober 2002 Masehi atau tanggal 16 Sya‟ban 1423 Hijriah.
`Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/2000, yang
dimaksud dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek
dengan prinsip wadiah (Pasal 1 Ayat 4). Sedangkan, yang dimaksud
dengan wadiah di sini adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik
dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana
tersebut (Pasal 1 Ayat 3). SWBI memiliki beberapa karakteristik sebagai
berikut:
a. merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek.
b. diterbitkan oleh Bank Indonesia.
c. merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana
sementara.
d. ada bonus atas transaksi penitipan dana.
Pada tanggal 31 Maret 2008 dikeluarkanlah peraturan Bank Indonesia
No. 10/ 11/ PBI/ 2008 tentang perubahan nama SWBI menjadi SBIS
39
dengan adanya perubahan nama tersebut akad yang digunakan dalam
transaksi SWBI menjadi lebih luas tidak hanya berakad wadiah melainkan
dapat dilakukan dengan akad Mudarabah, Musyarakah, Wakalah, Qardh
dan Jualah sehingga bonus yang diberikan dapat mendekati bonus yang
diberikan SBI dengan skim bunga. SBIS merupakan instrumen kebijakan
moneter yang bertujuan untuk mengatasi kelebihan likuiditas pada bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah yang diatur oleh Bank Indonesia
dan Fatwa Dewan Syariah Negara. Peraturan Bank Indonesia No.
10/11/PBItanggal 31 Maret 2008, SBIS adalah surat berharga berdasarkan
prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan akad Mudahrabah
(Muqaradhah dan Qiradh), Musyarakah, Ju‟alah, Wadiah, Qordh, dan
Wakalah (http://bi.go.id/web/id/Peraturan/Moneter/pbi_ 101108. html).
Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penerbitan
SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank
syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan
(reward/„iwadh/ju‟l) tertentu bagi yang turut berpartisipasi dalam
pelaksanaannya. Ketentuan mengenai imbalan SBIS adalah dengan cara
Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang
diterbitkan kemudian Bank Indonesia membayar imbalan pada saat jatuh
waktu SBIS.
Ketentuan Hukum SBIS adalah sebagai berikut:
40
1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai instrumen
pengendalian moneter boleh diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan
operasi pasar terbuka (OPT).
2. Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai
dengan akad yang dipergunakan.
3. Bank Indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada pemegangnya
pada saat jatuh tempo.
4. Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya yang
belum dapat disalurkan ke sektor riil.
b. Hubungan SBIS Dengan Pembiayaan Murabahah
Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui
saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan
masyarakat dalam bentuk uang (M1 dan M2) disalurkan oleh perbankan ke
masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam instrumen dan pasar keuangan
syariah terdapat penempatan dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek
untuk perbankan yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia yaitu telah
tersedia instrumen Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) dan
aturan-aturan tentang Pasar Keuangan Antarbank dengan Prinsip Syariah
(PUAS), serta Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat
berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang
rupiah. SBIS merupakan salah satu instrumen pasar uang yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan tujuan untuk
41
menyerap kelebihan likuiditas didalam sistem perbankan syariah,
sebagaimana bank konvensional yang menetapkan cadangannya pada SBI,
dengan harapan memperoleh penghasilan tambahan. Jika melihat dari sisi
moneter, turunya SBIS kurang menguntungan bagi perekonomian karena
akan meningkatkan jumlah uang beredar (JUB).
Namun jika dilihat dari sisi lain, hal ini justru menguntungkan
bank syariah karena diharapkan dana yang tidak disimpan dalam SBIS
akan digunakan untuk memberikan pembiayaan produktif yang berguna
bagi masyarakat yang akhirnya akan menggerakan sektor rill.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang Nurjaya (2012)
bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai hubungan
signifikan dan negatif terhadap pembiayaan murabahah.
6. Dana Pihak Ketiga (DPK)
a. Definisi Dana Pihak Ketiga
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank,
yang umumnya berupa giro atau tabungan (Arifin, 2006). Menurut Arifin
(2006), yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan
deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
a) Giro, giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap
sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar
apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya
layanan (service charge). Dana giro ini boleh dipakai bank syaria
42
dalam operasi bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai
nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai
pinjaman depositor kepada bank. Beberapa ulama memandang giro
sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan
untuk keamanan (wadi‟ah yad al dhamanah).
b) Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro di mana
ada beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik.
Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank
bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali
bahwa penabung tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para
ulama, penabung boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai
dengan hasil yang diperoleh bank, dan setuju untuk berbagi risiko
dengan bank.
c) Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan
pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga,
deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari
laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening
investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat
mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan
tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi satu dengan rekening
investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama bagi kegiatan
pembiayaan (financing).
43
b. Hubungan Antara DPK Dengan Pembiayaan Murabahah
Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui
saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan
masyarakat dalam bentuk uang (M1 dan M2) disalurkan oleh perbankan ke
masyarakat dalam bentuk kredit. Dengan kata lain, fungsi intermediasi
perbankan tidak selalu berjalan sempurna, dalam arti bahwa kenaikan
simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan secara
proporsional kredit yang disalurkan ke masyarakat.
Menurut As‟yari (2004) pembiayaan adalah salah satu aktiva
produktif yang berhubungan dengan dana pihak ketiga (DPK). Karenanya
permintaan dan penawaran terhadap pembiayaan tentunya juga harus
mempertimbangkan faktor likuiditas disamping faktor rentabilitas dalam
penghimpunan dana pihak ketiga karena dengan semakin banyak dana
pihak ketiga yang dikumpulkan bank syariah maka kemungkinan semakin
banyak pula pembiayaan atau penyaluran dana yang diberikan bank
syariah kepada masyarakat.
Sehingga hubungan dana pihak ketiga terhadap pembiayaan
adalah positif. Jadi jika jumlah dana pihak ketiga meningkat maka
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah juga meningkat.
Besarnya DPK menyebapkan alokasi untuk pembiayaan semakin
meningkat. Penelitian yang dilakukan Khusnul Khatimah (2009 : 14) juga
menunjukan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran
44
pembiayaan. Perkembangan jumlah DPK juga menunjukan semakin
banyaknya masyarakat yang menyimpan dananya di bank-bank syariah.
B. Penelitian Terdahulu
Sebelum penulis melakukan penelitian ini, telah ada penelitian terdahulu
yang meneliti mengenai variabel pembiayaan murabahah, jumlah kantor bank
syariah, setifikat bank indonesia syariah, dan dana pihak ketiga. Diantaranya
seperti yang akan penulis jabarkan pada pembahasan di bawah ini.
Penelitian pertama dilakukan oleh Erna Rachmawati (2004) yang
berjudul -Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya simpanan
mudharabah perbangkan syariah di Indonesia periode 1993-2003. Variabel
yang terkait yaitu GDP, tingkat bagi hasil, suku bunga SBI, jumlah kantor
cabang dan cabang pembantu bank syariah, dan simpanan mudharabah.Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui variabel apa saja yang secara
signifikan menentukan besarnya simpanan mudharabah perbankan syariah di
Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. Teknis analisis
menggunakan Error Corectional Model (ECM). Hasil penelitian ini adalah
a. Terjadi hubungan jangka panjang (long-run relationship) antara simpanan
mudharabah dengan Gross Domestic Product, jumlah kantor, tingkat bagi
hasil, dan tingkat suku bunga bank konvensional berdasarkan data triwulanan
periode 1993-2003.
b. GDP mempengaruhi negatif simpanan mudharabah secara signifikan
hanya dalam jangka pendek. Setiap terjadi peningkatan pendapatan, akan
45
menurunkan simpanan mudharabah. MPS (Marginal Propensity to Save) di
bank syariah lebih besar dalam jangka pendek dibandingkan dalam jangka
panjang.
Penelitian kedua dilakukan oleh Patria Yunita (2007) yang berjudul
―Pengaruh suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs us dollar terhadap kinerja
penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah‖. Variabel yang terkait
yaitu suku bunga SBI, tingkat inflasi, kurs US dollar, dan dana pihak ketiga
perbankan syariah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi
pengaruh variabel makroekonomi yaitu suku bunga SBI, tingkat inflasi dan
kurs US $ terhadap pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah yang
menjadi salah satu sinyal besaran share pasar yang berhasil diraih sistem
perbankan syariah. Teknis analisis data menggunakan Ordinary Least Squarei
(OLS) dengan model logaritma semi-log. Hasil penelitian ini adalah
a. Pengaruh suku bunga SBI diidentifikasi dengan besaran Net Equivalent Rate
yaitu secara signifikan mempengaruhi jumlah DPK perbankan syariah
b. Pengaruh tingkat inflasi diidentifikasikan dengan besaran Real Equivalent
Rate, yaitu secara signifikan mempengaruhi jumlah DPK perbankan syariah.
c. KURS US $ mempengaruhi secara negatif dan signifikan terhadap besarnya
jumlah DPK perbankan syariah.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Assriwijaya Raditiya (2007) yang
berjudul ―Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil terhadap Deposito
Mudharabah ( PT Bank Syariah Mandiri )‖. Variabel yang terkait yaitu suku
bunga, bagi hasil, dan jumlah deposito Mudharabah. Tujuan dari penelitian ini
46
yaitu mengetahui pengaruh tingkat suku bunga dan bagi hasil terhadap deposito
dan pengaruh variabel tersebut dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Teknis analisis data menggunakan metode Ordinary Least Square ( OLS ) atau
metode kuadrat terkecil dengan model regresi Partial Adjusment Model
(PAM).
Hasil penelitian ini adalah
1. Bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap volume deposito
mudharabah Bank Syariah Mandiri karena disaat bunga bank umum atau
konvensional naik,maka nasabah akan beralih ke bank konvensional untuk
mendapatkan keuntungan,
2. Untuk bagi hasil mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak berpengaruh
terhadap volume deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri Karena ada
faktor lain selain bagi hasil variabel-variabel tersebut dalam jangka pendek
hanya sedikit mempengaruhi, tetapi dalam jangka panjang akan sangat-sangat
mempengaruhi volume deposito mudharabah
3. Pengaruh yang ditimbulkan dari variabel tingkat suku bunga jika naik
sebesar 1 persen untuk jangka panjang lebih besar dari pengaruh yang
ditimbulkan dalam jangka pendek
4. Tingkat bagi hasil dalam jangka pendek maupun jangka panjang jika naik
sebesar 1 persen tidak berpengaruh dilihat dari ketidaksignifikan variabel
tersebut terhadap deposito mudharabah di Bank Syariah Mandiri.
Penelitian keempat dilakukan oleh Septiana Ambarwati (2008) yang
berjudul ―Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah dan
47
Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia‖. Variabel yang terkait
yaitu Non Performing Financing (NPF), bonus SWBI, tingkat suku bunga
pinjaman bank konvensional, pembiayaan mudharabah, pembiayaan
murabahah dan tingkat bagi hasil
. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui dan melakukan pengukuran
terhadap faktor-faktor yang mempengauhi pembiayaan murabahah dan
pembiayaan mudharabah di perbankan umum syariah. Teknis analisis data
menggunakan Pooled EGLS (Period Random Effect) dalam MER. Hasil
penelitian ini adalah
a. Pembiayaan murabahah pada bank umum syariah di Indonesia dipengaruhi
secara signifikan pada variabel Non Performing Financing (negatif), variabel
bonus swbi (positif), serta tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional
(positif).
b. Pembiayaan mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia dipengaruhi
secara signifikan oleh variabel pembiayaan murabahah (negatif), dan tingkat
bagi hasil (positif) dan variabel Non Performing Financing (NPF) meskipun
tidak signifikan mempengaruhi pembiayaan mudharabah namun tetap
mempunyai arah hubungan (negatif).
Penelitian kelima dilakukan oleh Husnul Khatimah (2009) yang berjudul –
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Dana Perbankan
Syariah Di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kebijkan Akselelasi. Variabel
yang terkait yaitu SWBI, NPF, dan DPK.
48
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penyaluran dana perbankan syariah sebelum dan sesudah
kebijakan akselerasi dan melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara jumlah penyaluran dana saat sebelum dan sesudah kebijakan akselerasi.
Hasil Penelitian ini adalah
a. Variabel SWBI berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap
penyaluran dana bank syariah.
b. Variabel NPF berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap
penyaluran dana bank syariah
c. Sedangkan variabel dana pihak ketiga (DPK) berpengarug signifikan
dan positif terhadap penyaluran dana bank syariah.
d. Setelah kebijakan akselerasi terbukti ada peningkatan penyaluran dana
perbankan syariah.
e. Pengaruh SWBI, NPF, dan DPK terhadap penyaluran dana perbankan
syariah sebesar 98,5% tergolong sangat kuat.
Penelitian keenam dilakukan oleh Chintia Agustina Triadi (2010) yang
berjudul ―Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK) Pada Bank Umum Dan Bank Syariah‖. Variabel yang terkait yaitu DPK
Bank Umum, DPK Bank Syariah, Inflasi, Kurs Rp terhadap US $ dan Suku
bunga SBI.
Teknis analisis data menggunakan metode Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian ini adalah :
49
1. Secara simultan variabel bebas, yaitu Inflasi (X1), Kurs Rp / US $ (X2), dan
Suku bunga SBI (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum (Y1) dan Dana Pihak Ketiga Bank
Syariah (Y2),
2. Untuk pengujian hipotesis secara parsial, berdasarkan hasil analisis variabel
yang berpengaruh secara signifikan adalah Inflasi (X1) dan Suku Bunga SBI
(X3) terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank umum
3. Sedangkan yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga
pada Bank syariah adalah Inflasi (X1).
Penelitian ketujuh dilakukan oleh Nur Hikmah Maulidina (2011) yang
berjudul –Analisis pengaruh suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan tingkat
inflasi terhadap dana pihak ketiga pembiayaan mudharabah bank syariah 2006-
2010. Variabel yang terkait yaitu suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, tingkat
inflasi, dan pembiayaan mudharabah.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh hubungan
suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi dalam jangka pendek
dan jangka panjang terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah
periode 2006-2010. Teknis analisis data menggunakan metode Analisis regresi
berganda.
Hasil penelitian ini adalah :
1. Suku bunga SBI dalam jangka panjang berhubungan negatif sedangkan
dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh terhadap pembiayaan
murabahah perbangkan syariah.
50
2. Nilai tukar Rupiah (Kurs Rupiah/Dollar US $) dalam jangka panjang
berhubungan negatif sedangakan dalam jangka pendek tidak terdapat
pengaruh terhadap dana pihak ketiga pembiayaan murabahah perbankan
syariah.
3. Tingkat inflasi di indonesia baik jangka pendek maupun jangka panjang
tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah.
Penelitian kedelapan dilakukan oleh Endang Wijaya (2011) yang berjudul
– Analisis pengaruh inflasi, sertifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non
performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap
pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007--
maret 2011). Variabel yang terkait yaitu Inflasi, SBIS, NPFdan DPK, terhadap
pembiayaan Murabahah Bank Syariah di Indonesia.
Teknis analisis data menggunakan Regresi berganda.
Hasil penelitian ini adalah :
1. Variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non
Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Pembiayaan Murabahah.
2. Variabel Inflasi, Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) berpengaruh signifikan positif terhadap Pembiayaan Murabahah.
3. Sedangkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh
signifikan negatif terhadap Pembiayaan Murabahah.
51
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Variabel
Dependen
Veriabel
Independen
Metodologi
dan Hasil
1. Erna
Rachmawati
(2004)
Simpanan
Mudharabah Pendapatan
nasional
(GDP)
Tingkat bagi
hasil
Suku bunga
SBI
Jumlah
kantor
cabang dan
kantor
cabang
pembantu
bank syariah
ECM (Error
Correction Model)
Hasil :
a. Mempengaruhi
negatif simpanan
mudharabah
secara signifikan
hanya dalam
jangka pendek.
b. Terjadi hubungan
jangka panjang
(long-run
relationship)
antara simpanan
mudharabah
dengan Gross
Domestic Product,
jumlah kantor,
tingkat bagi hasil,
dan tingkat suku
bunga.
2. Patria
Yunita
(2007)
Kinerja
penghimpunan
dana pihak
ketiga bank
syariah
Suku bunga
SBI (NER)
Tingkat
Inflasi
(RER)
KURS US
Dollar
Analisi Ordinary
Least Square
(OLS) dan model
logaritma semi-log
Hasil :
a. NER dan RER
memiliki
hubungan
positif dengan
jumlah Dana
Pihak Ketiga
perbankan
syariah
b. Kurs US Dollar
memiliki
hubungan
negatif dengan
jumlah Dana
Pihak Ketiga
52
perbangkan
syariah.
3. Assriwijaya
Raditiya
(2007)
Jumlah
deposito
mudharabah
Suku bunga
Bagi hasil
Analisis regresi
Ordinary
Least Square (OLS)
dan
Partial Adjusment
Model
(PAM)
Hasil :
a. Tingkat suku
bunga
berpengaruh negatif
terhadap volume
deposito
mudharabah
b. Bagi hasil tidak
berpengaruh terhadap
volume deposito
mudharabah
c. Tingkat suku
bunga untuk
jangka panjang lebih
besar
dari pengaruh yang
ditimbulkan dalam
jangka
pendek
d. Tingkat bagi hasil
dalam
jangka pendek
maupun
jangka panjang tidak
berpengaruh terhadap
deposito mudharabah
4. Septiana
Ambarwati
(2008)
Pembiayaan
Mudharabah
Pembiayaan
Murabahah
Non
Performing
Financing
(NPF),
Bonus
SWBI,
Tingkat
suku
bunga
Analisis Pooled
EGLS
(Period Random
Effect)
dalam MER.
Hasil :
a. Pembiayaan
murabahah
dipengaruhi
53
pinjaman
bank
konvensional
Tingkat bagi
Hasil
signifikan oleh
variabel Non
Performing
Financing (negatif),
variabel bonus swbi
(positif), serta tingkat
suku bunga pinjaman
bank
konvensional
(positif).
b. Pembiayaan
mudharabah
dipengaruhi
signifikan
oleh variabel
pembiayaan
murabahah (negatif),
dan
tingkat bagi hasil
(positif)
dan Non Performing
Financing (NPF)
tidak
signifikan
mempengaruhi
pembiayaan
mudharabah
namun tetap
mempunyai
arah hubungan
(negatif).
5. Husnul
Khatimah
(2009)
Penyaluran
Dana Bank
Syariah
SWBI
NPF
DPK
Analisis Regresi
Berganda :
SWBI berpengaruh
secara tidak
signifikan dan
positif terhadap
penyaluran dana
bank syariah.
NPF berpengaruh
secara positif dan
tidak signifikan
terhadap
penyaluran dana
bank syariah.
DPK berpengaruh
54
secara signifikan
dan positif
terhadap
penyaluran dana
bank syariah.
6. Chintia
Agustina
Triadi
(2010)
Umum,
Syariah
Inflasi
Kurs Rp
Terhadap
US$
Suku bunga
SBI
Analisis Regresi
Linier
Berganda
Hasil :
a. Secara simultan,
yaitu
Inflasi, Kurs Rp /
US$,
dan Suku bunga SBI
berpengaruh
signifikan
terhadap variabel
terikatnya Dana
Pihak
Ketiga (DPK) Bank
Umum dan Dana
Pihak
Ketiga Bank Syariah
b. Hipotesis secara
parsial,
berdasarkan hasil
analisis
variabel yang
berpengaruh
secara signifikan
adalah
Inflasi dan Suku
Bunga
SBI terhadap Dana
Pihak
Ketiga pada Bank
umum
c. Hipotesis secara
signifikan terhadap
Dana
Pihak Ketiga pada
Bank
7. Nur
Hikmah
Maulidina
(2011)
Dana Pihak
Ketiga
Pembiayaan
Murabahah
Suku bunga
SBI
Nilai tukar
rupiah
Analisi regresi
berganda
Hasil :
a. Suku bunga SBI
55
Tingkat
Inflasi
dalam jangka
panjang
berhubungan
negatif sedangkan
dalam jangka
pendek tidak
terdapet pengaruh
terhadap
pembiayaan
murabahah
perbankan syariah.
b. Nilai tukar Rupiah
(Kurs
Rupiah/Dollar US
$) dalam jangka
panjang
berhubungan
negatif sedangakan
dalam jangka
pendek tidak
terdapat pengaruh
terhadap dana
pihak ketiga
pembiayaan
murabahah
perbankan syariah.
8. Endang
Wijaya
(2012)
Pembiayaan
Murabahah
SBIS
NPF
Dana Pihak
Ketiga
Inflasi
Regresi Berganda
Hasil :
a. Variabel Inflasi,
Sertifikat Bank
Indonesia Syariah
(SBIS), Non
Performing
Financing (NPF)
dan Dana Pihak
Ketiga (DPK)
berpengaruh
signifikan secara
parsial terhadap
Pembiayaan
Murabahah.
56
b. Variabel Inflasi,
Non Performing
Financing (NPF)
dan Dana Pihak
Ketiga (DPK)
berpengaruh
signifikan positif
terhadap
Pembiayaan
Murabahah.
c. SBIS berpengaruh
negatif terhadap
pembiayaan
Murabahah.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,2010).
Berikut penjelasan dari kerangka pemikiran dalam penelitian yang
dilakukan :
Perkembangan jaringan kantor perbankan syariah pada Oktober 2007 yaitu
terdapat 3 Bank Syariah dan 583 jumlah kantor bank syariah. Sedangkan
Februari 2012 terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 1806 jumlah kantor bank
syariah. Peningkatan jaringan kantor bank syariah diharapkan dapat
mempermudah akses nasabah terhadap bank syariah untuk penyimpan dana
maupun nasabah yang memerlukan pembiayaan di perbankan syariah. Dengan
demikian mempermudah akses terhadap perbankan syariah dapat mendorong
57
jumlah nasabah dan pembiayaan di perbankan syariah. Hal ini diduga bahwa
peningkatan jumlah kantor bank syariah dapat meningkatkan pembiayaan
murabahah. Akan tetapi peningkatan jumlah kantor bank syariah yang
diharapkan dapat meningkatkan pembiayaan muarabahah ternyata masih lebih
kecil jika dibandingkan dengan peningkatan pembiayaan murabahah.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah dikeluarkan oleh Bank Indonesia
berdasarkan prinsip syariah yang bertujuan untuk menyerap kelebihan
liquiditas didalam sistem perbankan syariahan dan diharapkan memperoleh
bonus/fee dari dana SBIS. sehingga dana yang tidak tersalurkan kepada
masyarakat akan disalurkan ke SBIS. Akan tetapi peningkatan nilai sertifikat
bank indonesia syariah sebagai salah satu kebijakan moneter cenderung
menyebabkan pembiayaan murabahah menurun.
Pembiayaan adalah salah satu aktiva produktif yang merupakan lawan
daripada dana pihak ketiga (DPK). Karenanya permintaan dan penawaran
terhadap pembiayaan tentunya juga harus mempertimbangkan faktor
likuiditas dalam penghimpunan DPK karena dengan semakin banyak DPK
yang dikumpulkan bank syariah maka kemungkinan semakin banyak pula
pembiayaan atau penyaluran dana yang diberikan bank syariah kepada
masyarakat. Sehingga hubungan DPK terhadap pembiayaan adalah positif.
Jadi jika jumlah DPK meningkat maka pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah juga meningkat. Dana pihak ketiga pada bank syariah yang disalurkan
58
melalui pembiayaan murabahah merupakan porsi pembiayaan yang paling
besar jika dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah dan musyarakah.
Namun dalam prakteknya bank syariah kerap kali tidak melakukan prosedur
yang sesuai dengan akad murabahah dalam langkah-langkah pembelian
barang.
59
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
ya ya
Tidak
Latar Belakang : Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang
paling besar porsinya dan banyak peminatnya namun dalam prakteknya
bank syariah kerap kali tidak melakukan prosedur yang sesuai dengan
akad murabahah dalam langkah-langkah pembelian barang.
Rumusan masalah: Apakah terdapat pengaruh JKBUS, SBIS, dan DPK
terhadap pembiayaan murabahah di Indonesia.
Uji Stasioner Data
Statsioner?
Uji Ordinary Least Square
Uji Derajat Integrasi
Uji Asumsi Klasik:
Normalitas
Multikolinieritas
Autokorelasi
Heterokedastisitas
Stasioner
pada ordo
yang sama
Uji F, Uji T
Kesimpulan, Implikasi
dan Saran
PM = β0 + β1 JKBUS + β2 SBIS + β3 DPK + e
Keluarkan
dari pengujian
60
D. Hipotesis Penelitian
Perkembangan industri perbankan syariah semakin meningkat,
peningkatan tersebut didukung pula oleh kondisi moneter dan kebijakan
perbankan yang kondusif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ynag signifikan
pada sejumlah indikator seprti jumlah bank dan jaringan kantor, asset, dana
pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan.Total dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan mengalami peningkatan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel-variabel pendukung
seperti : jumlah kantor bank umum syariah, SBIS, dan DPK. Hipotesis
merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih perlu
dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat diuji.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Jumlah Kantor Bank Umum Syariah(X1)
Ho : Diduga jumlah kantor bank syariah tidak berpengaruh secara signifikan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana
pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di
Indonesia periode 2007-2012.
Ha : Diduga jumlah kantor bank syariah berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak
ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia
periode 2007-2012.
61
2. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X2)
Ho : Diduga sertifikat bank Indonesia syariah tidak berpengaruh secara
signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap
komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan
syari`ah di Indonesia periode 2007-2012.
Ha : Diduga sertifikat bank indonesia syariah berpengaruh secara signifikan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana
pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia
periode 2007-2012.
3. Variabel Dana Pihak Ketiga (X3)
Ho : Diduga dana pihak ketiga tidak berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak
ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia
periode 2007-2012.
Ha : Diduga dana pihak ketiga berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga
pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode
2007-2012.
4. Variabel Jumlah Kantor Bank Syariah, SBIS, dan DPK
Ho : Diduga jumlah kantor bank syariah, SBIS, dan DPK secara bersama-sama
tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka
panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah
pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2007-2012.
62
Ha : Diduga jumlah kantor bank syariah, SBIS, dan DPK berpengaruh secara
signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap
komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan
syari`ah di Indonesia periode 2007-2012.
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berkaitan dengan banyak variabel, namun penulis
membatasinya menjadi variabel Jumlah Kantor Bank Umum Syariah, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah, dan Dana Pihak Ketiga. Ketiga variabel ini sebagai
variabel Independen, serta Pembiayaan Murabahah sebagai variabel dependen.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan
menggunakan data dari Oktober 2007-Februari 2012.
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya. Data tersebut diperoleh
dari Bank Indonesia (BI), melalui laporan statistik perbankan syariah yang juga
dikeluarkan oleh situs resmi Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS),
mendownload data-data, jurnal-jurnal dan riset kepustakaan, dalam riset
kepustakaan ini penulis membaca, meneliti, mempelajari bahan-bahan tertulis
seperti majalah-majalah, buku-buku, artikel, jurnal dan informasi-informasi
tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini.
Melalui riset ini diperoleh konsep, teori, dan definisi-definisi yang akan penulis
pergunakan sebagai landasan berpikir dan analisa dalam proses penulisan.
64
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau hal yang menjadi titik
perhatian dalam suatu penelitian. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu
Independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel tidak bebas atau
terkait).
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak
dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain.
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah:
i. X1 = Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS)
ii. X2 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
iii. X3 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas.
i. Y = Pembiayaan Murabahah
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah metode untuk mendapatkan pemahaman dan
pengertian yang tepat tentang suatu objek dengan jalan menguraikan bagian-
bagian, menelaah dan mencermati hubungan keterkaitan antara bagian dalam
membentuk konsepsi yang integral. Tujuan dari anlisis data adalah untuk
mendapatkan informasi yang relavan yang terkandung di dalam data tersebut,
dan mengunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah.
65
Penelitian ini mengunakan model regresi linear berganda. Model regresi
untuk hubungan antara variabel-variabel bebas (JKBUS,SBIS, dan DPK)
dengan variabel tidak bebas (pembiayaan Murabahah), secara umum
membentuk fungsi:
PM = f (JKBUS,SBIS,DPK)
Sehingga diperoleh model ekonometrika sebagai berikut:
Y = Y = βo + β1x1 + β2x2 + β3x3 + e
(1)
dimana :
Y = Pembiayaan Murabahah
β0 = konstanta
β1...β3 = koefisien regresi masing-masing variabel dependen
X1 = JKBUS
X2 = SBIS
X3 = DPK
et = tingkat kesalahan
Apabila ditranformasikan dalam persamaan regresi bentuk Ln dan Log,
maka menjadi:
Ln PM= β0 + β1 Ln JKBUS + β2Ln SBIS + β3Ln DPK + e` (2)
DLn PM= β0 + β1 DLn JKBUS + β2 DLn SBIS + β3 DLn DPK + e (3)
1. Uji Stasioneritass
Data yang tidak stasioner memiliki rata-rata dan varian yang tidak konstan
sepanjang . Dengan kata lain, secara ekstrim data stasioner adalah data yang
66
tidak mengalami kenaikan dan penurunan. Selanjutnya regresi yang
menggunakan data yang tidak stasioner biasanya mengarah kepada regresi
lancung. Permasalahan ini muncul diakibatkan oleh variabel (dependen dan
independen) runtun waktu terdapat tren yang kuat (dengn pergerakan yang
menurun maupun meningkat). Adanya tren akan menghasilkan nilai R2 yang
tinggi, tetapi keterkaitan variabel akan rendah.
a. Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Stasioneritas dapat diperiksa dengan mencari apakah data runtun
waktu mengandung akar unit (unit root). Terdapat berbagai metode untuk
melakukan uji akar unit diantaranya Dickey-fuller, Augmented Dickey
Fuller, Dickey-Fuller DLS (ERS), Philips-Perron, Kwiatkowski-Philips
Schmidt-Shin, Elliot-Rothenberg-Stock Point-Optimal, dan ng-Perron.
Dalam penelitian ini akan digunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF)
untuk menetukan apakah suatu data runtun waktu mengandung akar unit
atau bersifat non-stasioner.
b. Uji Derajat Integrasi
Uji derajat integrasi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
pada derajat berapakah data yang diamati stasioner. Uji ini mirip atau
merupakan perluasan uji akar-akar unit, dilakukan jika data yang diamati
ternyata tidak stasioner sebagaimana direkomendasikan oleh uji akar-akar
unit.
67
2. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi
normal. Dalam analisis multivariante, para peneliti menggunakan
pedoman kalau setiap variabel terdiri atas 30 data, maka data sudah
berdistribusi normal. Namun untuk menguji lebih akurat diperlukan
analisis lebih lanjut (Winarno.2009 :53). Uji normalitas ini sendiri
bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi
normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2007;64).
Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi
dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Deteksi dengan
melihat Jarque-Bera test yang merupakan asimtotis (sampel besar dan
didasarkan atas residual OLS). Uji statistik dari J-B menggunakan
perhitungan skewness dan kurtosis.
Uji Hipotesis
Ho : data normal
H1 : data tidak normal
1. Pada Output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut : (Widarjono,
2007:54)
Jika probability JBtest lebih besar α 5% = data berdistribusi
normal (terima Ho, tolak H1)
68
Jika probability JBtest lebih kecil α 5% = data tidak berdistribusi
normal (terima Ho, tolak H1)
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antar
variable independen. Karena melibatkan beberapa variable independen,
maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi
sederhana (Winarno, 2009:14). Kondisi terjadinya multikolinearitas
ditunjukan dengan berbagai informasi berikut :
Nilai R² tinggi tetapi variable independen banyak yang tidak
signifikan.
Dengan menghitung koefisien korelasi antar variable independen.
Apabila koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinearitas.
Dengan melakukan regresi auxilary. Regresi jenis ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih yang
mempengaruhi satu variable independen yang lain. Jika nilai F hitung
> F kritis maka α dan derajat kebebasan tertentu, maka model
mengandung unsur multikolinearitas.
Cara mendeteksi adanya multikolinearitas dengan menggunakan
regresi Auxilliary yaitu dengan melihat secara individual antar satu
variable independen dengan satu variable independen yang lain.
(Widarjono, 2007 :115).
1. Uji Hipotesis
H0 = tidak ada multikolinearitas
69
H1 = ada multikolinearitas
2. Pada Output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut:
Jika nilai probability F-statistik lebih kecil α 5% maka tidak terjadi
multikolinearitas (terima H0, tolak H1)
Jika nilai F-statistik lebih besar α 5% maka terjadi multikolinearitas
(tolak Ho, terima H1)
c. Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tidak adanya heteroskedastisitas dapat dinyatakan sebagai berikut:
(Gujarati, 2007:82)
Pada persamaan diatas varians adalah tetap sebesar untuk setiap
ketidaksamaan inilah yang disebut sebagai heterokedastisitas. Pada
heterokedastisitas terdapat pengaruh positif antara X dan Y, dimana nilai
Y meningkat searah dengan nilai X, semakin besar nilai variable bebas X
dan variable Y, semakin jauh koordinat (X,Y) dari garis regresi (error
makin besar).
Pendeteksian heterokedastisitas dalam model ini dengan
menggunakan Uji White Heteroskedastisity yanitu dengan melakukan
estimasi fungsi regresi terlebih dahulu dengan menspesifikasikan variable
bebas dan variable tidak bebas. (Gujarati, 2007:89).
Dari hasil uji White Heterokedastisity kriteria untuk mengetahui
ada tidaknya heterokedastisitas jika: (Winarno, 2007:165).
1. Uji Hipotesis
70
H0 = tidak ada Heterokedastisitas
H1 = ada Heterokedastisitas
2. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut:
Probabilitas R² lebih besar α 5% = tidak ada heterokedatisitas
(terima H0, tolak H1)
Probabilitas R² lebih keciil α 5% = ada heterokedatisitas (tolak H0,
terima H1)
d. Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota
observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam
kaitanya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi
antara satu residual dengan residual lainnya. Sedangkan salah satu
asumsi penting OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya
hubungan antara residual satu dengan resisual yang lain (Widarjono,
2005:177).
Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau tidak
maka dapat menngunakan uji autokorelasi yang dikembangkan oleh
Bruesch dan Godfrey yang lebih umum dan dikenal dengan uji Lagrange
Multiplier (LM-test).
1. Uji Hipotesis
H0 = tidak ada Heterokedastisitas
H1 = ada Heterokedastisitas
2. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut:
71
Probabilitas R² lebih besar α 5% = tidak ada autokorelasi (terima H0,
tolak H1)
Probabilitas R² lebih keciil α 5% = ada autokorelasi (terima H0, tolak
H1).
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model bisa dilakukan
dengan menggunakan uji Durbin-Warson, yaitu dengan cara
membandingkan antara DW statistik (d) dengan dl dan du. Jika
hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terjadi penyakit autokorelasi,
maka:
Gambar
Statistik Durbin Watson
3. Uji Statistik
4.
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-
variabel tersebut. Pengolahan data menggunkan Eviews 5.0. Dalam
pengujian ini menggunakan uji statistik meliputi uji-t, dan uji-F.
a. Uji t (Parsial)
Uji parsial (uji-t) digunakan untuk mendeteksi seberapa baik
variabel bebas (Independen Variable) dapat menjelaskan variable
Tolak Ho Bukti Terima Ho atau Tolak Ho* bukti
Autokorelasi Daerah Ho* atau Daerah Autokorelasi
Positif meragukan keduanya meragukan negatif
0 dL du 2 4-du 4-dL
4
72
tidak bebas (Dependent Variable) secara individu. Langkah-langkah
yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan merumuskan
hipotesia, yaitu:
1. Uji Hipotesis
Ho : βi ≥ α 5% Artinya secara individu tidak ada pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas ke-i terhadap
variable tidak bebas.
Ho : βi ≤ α 5% Artinya secara individu ada pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas ke-i terhadap
variable tidak bebas.
βi = dependent variable ke-i
2. Berdasarkan output Eviews 5.0, uji-t dapat dilihat dari
probabilitas tiap-tiap variabel secara individu:
a. Probability βi dengan t-statistik > α5% = variable bebas
tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat (terima H0, tolak H1)
b. Probability βi dengan t-statistik < α5% = variable bebas
signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat (tolak H0, terima H1).
b. Uji F(Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
(Independent variabel) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel tidak bebas (Dependent variabel). Pengujian semua koefisien
73
penaksiran regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F
dengan merumuskan hipotesis, yaitu:
1. Uji Hipotesis
Ho : β1=β₂ ≤ α 5% Artinya secara bersama-sama tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat.
H1 : : β1=β₂ ≥ α 5% % Artinya secara bersama-sama ada
pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat.
2. Berdasrkan output Eviews 5.0, uji-t dapat dilihat dari
probabilitas tiap-tiap variabel secara individu:
a. Probability βi dengan t-statistik > α 5% = variabel bebas
tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat (terima Ho, tolak H1).
b. Probability βi dengan t-statistik < α 5% = variabel bebas
signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat (tolak Ho, terima H1).
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinan (R²) digunakan untuk mengukur sebaik mana
variabel terikat dijelaskan oleh total variabel bebas. Yang ukuranya adalah
semakin tinggi R² maka garis regresi sampel semakin baik juga. R²
mengartikan apakah variabel bebas yang terdapat dalam model mampu
menjelaskan perubahan dari variabel tidak bebas. Jika R² mendekati satu
74
maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan dari variabel
tidak bebas. Jika R² mendekati satu maka variabel independen mampu
menjelaskan perubahan variabel dependen, tetapi jika R² mendekati 0,
maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen.
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah adalah variabel yang diakibatkan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Bambang Prasetyo dan Lina
Miftahul Jannah, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
komposisi dana pihak ketiga (DPK) pembiayaan murabahah pada bank
syariah di Indonesia.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu pada Statistik Perbankan
Syari`ah berdasarkan perhitungan perbulan, yaitu dari bulan April 2008-
April 2012 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah tipe variabel menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain (Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah
2005). Variabel independen dalam bahasa Indonesia adalah variabel bebas.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
a. Jumlah Kantor Bank Syariah (X1)
75
Penentuan jumlah kantor cabang adalah dengan menjumlahkan
Kantor Pusat Operasional (untuk BUS), Kantor Cabang (Untuk UUS),
Kantor Cabang Pembantu (BUS dan UUS), serta Unit Pelayanan Syariah
(BUS dan UUS) yang beroperasi di Indonesia. Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia berdasarkan
perhitungan jangka waktu perbulan, yaitu dari bulan Oktober 2007-
Februari 2012 dan dinyatakan dalam bentuk unit.
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X2)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek.
SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah
yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Data
operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank
Indonesia berdasarkan perhitungan jangka waktu perbulan, yaitu dari
bulan Oktober 2007-Februari 2012 dan dinyatakan dalam bentuk milyar
rupiah.
c. Dana Pihak Ketiga (X3)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank,
yang umumnya berupa giro atau tabungan (Arifin, 2006). Data operasional
yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia, yaitu dari Statistik Ekonomi dan Keuangan
Indonesia (SEKI) berdasarkan perhitungan perbulan, dari bulan Oktober
2007-Februari 2012 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah.
76
BAB IV
Analisis dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
yang didirikan dengan kewenangan untuk menghimpun dana simpanan
masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Menurut
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan
bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup orang banyak”.
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 0 November 11998
tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga
kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa
bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan
kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya
kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa pengumpulan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan,dan deposito.
Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman dan atau bentuk-
bentuk lainya.
77
Pendirian bank syariah di Indonesia bermula sejak tahun 1998,
pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang
mengatur deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para ulama itu telah
berusaha mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada satupun perangkat
hukum yang dapat dirujuk kembali kecuali adanya penafsiran dari peraturan
perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan
bunga sebesar 0 persen (Arifin, 2002 : 211).
Setelah adanya Lokakarya Ulama tentang Bunga Bank dan
Perbankan di Bogor pada Agustus 1990, kemudian diikuti dengan
diundangkannya UU No7/1992 tentang perbankan dimana perbankan bagi
hasil mulai diakomodasi, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI),
yang merupakan bank umum Islam pertama di Indonesia. Namun pada UU
tersebut pembahasan tentang perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan
hanya sepintas, lalu tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta
jenis-jenis usaha yang diperbolehkan (Antonio, 2001 : 96).
Kemudiaan pada tahun 1998 pemerintah menetapkan UU No. 10
tahun 1998 yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis
yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, undang-
undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional
untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total
menjadi bank syariah. peluang tersebut disambut antusias oleh masyarakat
perbankan. Sebagian bank mulai membuka divisi atau cabang syariah dalam
78
institusinya, ada juga bank yang mengkonversi diri sepenuhnya menjadi
bank syariah.
2. Perkembangan Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah salah satu produk yang dikeluarkan oleh
perbankan syariah di Indonesia. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan
yang dialokasikan oleh perbankan syariah untuk jual beli. Jadi, bisa
dikatakan juga bahwa perjanjian yang dilakukan oleh perbankan syariah
dengan nasabah untuk melakukan jual-beli. Produk murabahah ini biasa
digunakan untuk pembiayaan property, pembelian kendaraan, pembelian
kebutuhan konsumtif, pembelian kebutuhan barang dagangan dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Salah satu contohnya yaitu jika nasabah membutuhkan pembiayaan
untuk membeli motor, nasabah akan mengajukan daftar pembelian barang
motor yang berisikan spesifikasi tentang motor yang diharapkan oleh
nasabah.
Secara konsep, Bank Syariah akan membelikan motor atau mobil
yang dimintakan oleh nasabah tersebut, yang kemudian akan di jual kembali
kepada nasabah dengan menambahkan keuntungan/margin bank. Sehingga
dalam transaksinya akan ada harga beli (harga pokok pembelian barang),
ada margin (keuntungan yang diambil oleh bank), serta ada harga jual
(harga pokok ditambah dengan margin keuntungan).
Dana pihak ketiga pembiayaan murabahah disini adalah kumpulan
dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai
79
individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan
lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing yang
dialokasikan oleh perbankan syariah untuk hal pembiayaan murabahah.
Perkembangan dana pihak ketiga pembiayaan murabahah periode 2007.10-
2012.2 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.1
Perkembangan Pembiayaan Murabahah Periode 2007.10 – 2012.2
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah
pembiayaan murabahah tertinngi terjadi pada bulan Februari 2012 sebesar
Rp. 58.326 Milyar dan angka terendah terjadi pada bulan Oktober 2007
sebesar Rp. 15.675 Milyar. Perbankan syariah di Indonesia hingga Februari
2012 menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Begitu pula dengan pembiayaan yang ada
di dalamnya, pembiayaan dengan prinsip jual beli yaitu pembiayaan
murabahah yang keberadaannya pun semakin diminati oleh masyarakat.
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Okt
-07
Feb
-08
Jun
-08
Okt
-08
Feb
-09
Jun
-09
Okt
-09
Feb
-10
Jun
-10
Okt
-10
Feb
-11
Jun
-11
Okt
-11
Feb
-12
Pemb. Murabahah
PM
80
Dari gambar 4.1 juga dapat dilihat bahwa pembiayaan murabahah dari
tahun 2007 hingga tahun 2012 terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2008 pembiayaan murabahah sedikit mengalami
penurunan, ini terlihat pada bulan Novenber jumlah pembiayaan murabahah
sebesar Rp. 22.639 Milyar, hingga pada bulan Januari 2009 pembiayaan
murabahah semakin menurun hingga mencapai Rp. 22.437 Milyar. Tetapi
pada Februari 2009 pembiayaan murabahah kembali meningkat yang
tergambar pada bulan Februari 2008 menjadi Rp. 22.574 Milyar dan bulan
April 2012 menjadi Rp 61.895. Sehingga dari pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah dari tahun 2008 hingga tahun
2012 mengalami perkembangan yang cukup tinggi, meskipun sempat terjadi
penurunan pada bulan-bulan tertentu.
3. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah
Pada tahun 1998 pemerintah menetapkan UU No.10 tahun 1998
yang mengatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, undang-undang
tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total
menjadi bank syariah.
Faktor kedekatan lokasi bank syariah dari pusat kegiatan ekonomi
dan tempat tinggal diharapkan dapat mempermudah akses nasabah terhadap
bank syariah dalam menunjang kegiatan perbankan. Perkembangan jumlah
81
kantor bank umum syariah hingga Februari 2012 dapat dilihat pada tabel 4.1
di bawah ini:
Tabel 4.1
Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum Syariah
Tahun Jumlah Kantor
2007.10 583
2008 820
2009 998
2010 1477
2011 1737
2012.2 1806
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
Gambar 4.2
Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
Tabel 4.2 menunjukan perkembangan perbankan syariah
berdasarkan laporan tahunan BI 2012 (Februari 2012). Jika pada Oktober
2007 hanya ada 583 Bank Syariah, maka pada Februari 2012 jumlah bank
syariah telah berkembang sangat pesat menjadi 1806 unit Bank Umum
0
500
1000
1500
2000
Okt
-07
Feb
-08
Jun
-08
Okt
-08
Feb
-09
Jun
-09
Okt
-09
Feb
-10
Jun
-10
Okt
-10
Feb
-11
Jun
-11
Okt
-11
Feb
-12
JKBUS
JKBUS
82
Syariah. sehingga dari Oktober 2007 sampai dengan Februari 2012 telah
mengalami peningkatan lebih dari 300 persen.
4. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang yang berjangka
pendek. Dengan sistem bonus, SBIS merupakan salah satu mekanisme yang
digunakan oleh Bank Indonesia untuk mrngontrol kestabilan nilai tukar
rupiah. Dengan menjual SBIS, maka Bank Indonesia akan dapat menyerap
kelebihan uang primer yang beredar. Oleh karena itu nilai SBIS selalu
berfluktuasi.
Gambar 4.3
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga memiliki peran penting dalam hal pembiayaan.
Tanpa adanya dana pihak ketiga yang dimiliki perbankan maka pembiayaan
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Okt
-07
Feb
-08
Jun
-08
Okt
-08
Feb
-09
Jun
-09
Okt
-09
Feb
-10
Jun
-10
Okt
-10
Feb
-11
Jun
-11
Okt
-11
Feb
-12
SBIS
SBIS
83
tidak akan terbentuk. Berdasarkan Gambar 4.4 kita dapat melihat
perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK). Dalam gambar, dapat terlihat
bahwa perkembangan dana pihak ketiga perbankan syariah selalu
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Peningkatan dana pihak ketiga ini
dikarenakan semakin tingginya rasa kepercayaan masyarakat terhadap bank
syariah.
Gambar 4.4
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
B. Hasil Analisa dan Pembahasan
1. Uji Akar Unit
Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan
Microsoft Excel Windows 2007 dan Eviews 5.0 untuk mempercepat
perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang teliti.
Variabel bebas (Independent) yaitu: Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS),
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
Okt
-07
Feb
-08
Jun
-08
Okt
-08
Feb
-09
Jun
-09
Okt
-09
Feb
-10
Jun
-10
Okt
-10
Feb
-11
Jun
-11
Okt
-11
Feb
-12
DPK
DPK
84
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
dan variabel terikat (dependent) yaitu pembiayaan murabahah.
Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji
stasioneritas karena pengujian ini pada prinsipnya bertujuan untuk
mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresif yang ditaksir
mempunyai nilai satu atau tidak (Hamja, 2008).
Tabel 4.2
Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller ada Tingkat Level
No. Variabel ADF Test CV 5% Hasil
1 LNPM 1.281545 -2.918778 Tidak stasioner
2 LNJKBUS -0.667515 -2.918778 Tidak stasioner
3 LNSBIS -2.230797 -2.918778 Tidak stasioner
4 LNDPK 0.580249 -2.918778 Tidak stasioner
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa variabel-variabel dalam
penelitian ini menunjukan ketidakstasioneran pada tingkat Level. Hal ini
dapat dibuktikan dengan nilai ADF test lebih besar dari Mac.Kinnon Critical
Value 5%. Kesimpulan dari hasil data yang diolah adalah semua data tidak
stasioner pada tingkat Level sehingga harus dilanjutkan pada tingkat berikut
sampai data menjadi stasioner yaitu dengan menggunakan Uji Derajat
Integrasi.
2. Uji Derajat Integrasi
Dalam uji akar unit bila menghasilkan kesimpulan bahwa data
tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data
melalui proses deferensi ini disebut uji derajat integrasi. Pengujian ini
85
dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau order diferensi ke berapa
(langkah pertama diatas), jika ternyata data tersebut tidak stasioner pada
derajat pertama.
Tabel 4.3
Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller pada Tingkat 1’st Difference
No. Variabel ADF Test CV 5% Hasil
1 LNPM -6.714544 -3.508508 Stasioner
2 LNJKBUS -5.813014 -3.508508 Stasioner
3 LNSBIS -4.666224 -3.508508 Stasioner
4 LNDPK -6.181087 -3.508508 Stasioner
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel stasioner
pada 1‟st difference. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai ADF test lebih
kecil dari Critical Value 5%. Kesimpulan dari data yang diolah adalah
semua variabel sudah stasioner pada tingkat 1‟st difference, dan pengujian
dapat dilanjutkan.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalits
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen, atau keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi
data normal atau mendekati normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probability yang nilainya lebih besar dari 5 persen. Dalam gambar 4.5
menunjukan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari α = 5 persen yaitu
86
0,062800 atau 6,2 persen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat permasalahan normailtas.
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
b. Hasil Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi untuk mengetahui kesalahan penganggu antara
periode sekarang dengan periode sebelumnya. Dalam penelitian ini untuk
melihat adanya autokorelasi atau tidak maka dapat menggunakan uji
autokorelasi yang dikembangkan oleh Bruesch dan Godfrey yang lebih
umum dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM-test).
Tabel 4.6
Hasil Uji Aotokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Obs*R-squared 3.739.212 Prob. Chi-Square(2) 0.1542
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Apabila Probabilitas R² lebih besar α 5% = tidak ada autokorelasi
(terima H0, tolak H1) sedangkan bila Probabilitas R² lebih kecil α 5% = ada
autokorelasi (tolak H0, terima H1). Hasil deteksi autokorelasi dengan
Series: Residual Sampel 2 53 Observation 52 Jarque-Bera 5.535613 Probability 0.062800
87
metode LM dapat dilihat pada tabel 4.6 diatas. Dari tabel 4.5 diatas,
menunjukan bahwa nilai probabilitas Obs*R-Squared sebesar 0,1542 yang
berarti nilainya lebih besar dari α = 5% (0,05). Hal ini memberikan putusan
tidal terdapat masalah autokorelasi dalam model.
c. Hasil Uji Heterokedastisitas
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji White
Heteroskedasticity Test: White
Obs*R-squared 1.382.274 Prob. Chi-Square(3) 0.7097
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Dari Tabel 4.7 diatas, menunjukan bahwa nilai probabilitas Obs*R-
Squared adalah 0,7097 yang berarti nilainya lebih besar dari α = 5% (0,05).
Hal ini memberikan putusan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas
dalam model.
d. Hasil Uji Multikolinieritas
Masalah multikoliniaritas dapat dilihat dengan menggunakan uji
korelasi parsial antar variabel. Dapat dilihat dengan nilai korelasi antar
variabel. Apabila nilai korelasi antar variabel lebih besar dari 0,8 maka
dapat disimpulkan terdapat masalah multikoliniaritas dalam model.
Sedangkan, bila nilainya kurang dari 0,8 maka model tidak mengandung
masalah multikoliniaritas.
88
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikoliniaritas
LNPM LNJKBUS LNSBIS LNDPK
LNPM 1.000000 0.964823 0.629112 0.992207
LNJKBUS 0.964823 1.000000 0.647358 0.975914
LNSBIS 0.629112 0.647358 1.000000 0.691253
LNDPK 0.992207 0.975914 0.691253 1.000000
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Pada tabel 4.8 diatas, terlihat bahwa terdapat nilai korelasi yang
lebih besar dari 0,8. Dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah
multikoliniaritas. Maka akan dilakukan model dengan melakukan
diferensiasi pada variabel saat diuji yaitu D(LN Variabel) sampai data
tersebut tidak terjadi multikoliniaritas.
Tabel 4.9
Hasil uji Multikoliniaritas (dengan diferensiasi)
LNPM LNJKBUS LNSBIS LNDPK
LNPM 1.000000 -0.273837 -0.125040 0.319050
LNJKBUS -0.273837 1.000000 0.050006 -0.133555
LNSBIS -0.125040 0.050006 1.000000 0.650702
LNDPK 0.319050 -0.133555 0.650702 1.000000
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Pada tabel 4.9 diatas terlihat bahwa nilai korelasi antar variabel
lebih kecil dari 0,8. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat masalah
multikoliniaritas pada model tersebut.
89
4. Hasil Regresi Berganda OLS
Berdasrkan hasil pengolahan data secara ekonometrika dengan
menggunkakan program eviews, maka didapat persamaan regresi sebagai
berikut:
LNPM = β0 + β1 LNJKBUS + β2 LNSBIS + β3 LNDPK
LNPM = 0.015363 - 0,123878 LNJKBUS - 0.026839 LNSBIS
+ 0.451342 LNDPK
Dari koefisien regresi diatas, menyatakan bahwa apabila nilai
Jumlah Kantor Bank Umum Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah 0 maka pembiayaan
Murabahah (PM) adalah sebesar 0.015363 (β0 = Nilai Konstan) dengan
asumsi faktor-faktor yang mempengaruhinya tetap.
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Metode OLS
Variabel Bebas Koefisien
Std. Error t-statistic Prob
Regresi
D(LNJKBUS) (X1) -0.123878 0.094512 -1.310.707 0.1962
D(LNSBIS) (X2) -0.026839 0.007951 -3.375.672 0.0015
D(LNDPK) (X3) 0.451342 0.112002 4.029.783 0.0002
Variabel Terikat : Pembiayaan Murabahah (Y)
R-squared = 0.318110
Adjusted R-squared = 0.275491
F-statistic = 7.464181
Prob(F-statistic) = 0.000337
Sumber : Februari 2012 (data diolah) (Lampiran Halalaman 113)
90
a. Uji Parsial (Uji-T)
1. β2 JKBUS = -0.123878
Artinya Apabila Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS)
naik sebesar satu persen maka akan menurunkan pembiayaan
murabahah sebesar 12 persen. Probabilitas β2 = 0.1962 ≥ 5% = tidak
signifikan. Artinya tidak terdapat pengaruh antara JKBUS dan
pembiayaan murabahah secara parsial.
Meningkatnya jumlah kantor bank syariah diharapkan dapat
meningkatkan simpanan maupun penyaluran pembiayaan kepada
masyarakat. Namun masih kurangnya peranan bank syariah dalam
mensosialisasikan keberadaan bank syariah serta kurangnya
pemahaman tentang bank syariah dan juga produk-produk bank
syariah kepada masyarakat khususnya yang ada di plosok-plosok
daerah, jadi ada kemungkinan bahwa peningkatan jumlah kantor
bank syariah juga dapat menyebapkan pembiayaan murabahah
menurun. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Erna Rahmawati
(2004) besar kemungkinan bahwa hal ini disebabkan karena
peningkatan jumlah kantor dalam jangka pendek tidak dapat
direspon secara seketika, namun membutuhkan waktu, sehingga
efeknya terlihat lebih besar ditahun-tahun berikutnya.
2. β3 SBIS = -0.026839
Artinya Apabila Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
naik sebesar satu persen maka akan menurunkan pembiayaan
91
murabahah sebesar 2 persen. Probabilitas β3 = 0.0015 ≤ 5% =
signifikan. Artinya terdapat pengaruh antara SBIS dan pembiayaan
murabahah secara parsial. Besarnya kepercayaan nasabah terhadap
bank syariah menyebapkan dana yang disalurkan bank tidak hanya
melalui pembiayaan tetapi juga membeli SBIS.
Apabila dana yang dimiliki bank sedemikian banyak dan
penyaluran dana melalui pembiayaan juga banyak, maka
peningkatan pembiayaan murabahah dapat menurunkan SBIS.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara SBIS dan pembiayaan
murabahah secara parsial. merupakan indikator bahwa pembiayaan
yang disalurkan bank semakin kecil.Pada penelitian ini, hasil uji
regresi menunjukan SBIS memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap pembiayaan murabahah. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Endang Nurjaya (2012) bahwa SBIS
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pembiayaan murabahah.
3. β4 DPK = 0.451342
Artinya Apabila Dana Pihak Ketiga (DPK) naik sebesar
satu persen maka akan menaikan pembiayaan murabahah sebesar 45
persen. Probabilitas β4 = 0.0002≤ 5% = signifikan. Artinya terdapat
pengaruh positif antara DPK dan pembiayaan murabahah secara
parsial. Secara umum, kenaikan DPK akan menaikan penyaluran
pembiayaan kepada masyarakat.
92
Besarnya DPK menyebabkan alokasi untuk pembiayaan
semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan Khusnul Khatimah
(2009) juga menunjukkan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap
penyaluran pembiayaan. Perkembangan jumlah DPK juga
menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang menyimpan
dananya di bank-bank syariah. Hal ini juga menunjukkan
meningkatnya kepercayaan masyarakat pada bank syariah.
b. Uji Simulltan (Uji-F)
Dari tabel hasil uji regresi pada lampiran dapat dilihat bahwa F-
statistik sebesar 7.464181 dan nilai probabilitas 0.000337 ≤ 5% =
signifikan. Artinya jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara
bersama-sama (simultan) mempengaruhi pembiayaan murabahah.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Koefisien determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen dan
untuk mengetahui seberapa jauh ketepatan dan kecocokan model yang
terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil observasi. Berdasarkan
hasil regresi pada lampiran, diperoleh Adjusted R² = 0.275491 (27,5%).
Artinya kemampuan variabel independen Jumlah Kantor Bank Syariah
(JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) dalam menjelaskan variabel dependen (Pembiayaan
Murabahah) adalah sebesar 27,5 persen sedangkan sisanya kira-kira 72,5
93
persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan kedalam model
ini.
d. Analisis Ekonomi
Peningkatan jumlah kantor bank syariah dari Oktober 2008 hanya
sebanyak 583 unit kantor bank umum syariah sampai dengan Februari
2012 jumlahnya sudah mencapai 1806 unit kantor bank umum syariah.
Meningkatnya jumlah kantor bank syariah diharapkan dapat
meningkatkan simpanan maupun penyaluran pembiayaan kepada
masyarakat. Namun masih kurangnya bank syariah dalam
mensosialisasikan keberadaan dan pemahaman tentang bank syariah
kepada masyarakat khususnya yang ada di plosok-plosok daerah, jadi ada
kemungkinan peningkatan jumlah kantor bank umum syariah juga dapat
menyebapkan pembiayaan murabahah menurun. Menurut Penelitian yang
dilakukan oleh Erna Rahmawati (2004) besar kemungkinan bahwa hal ini
disebabkan karena peningkatan jumlah kantor dalam waktu singkat tidak
dapat direspon secara seketika, namun membutuhkan waktu, sehingga
efeknya terlihat lebih besar ditahun-tahun berikutnya. Prospek akan data
jumlah kantor bank syariah ditahun-tahun mendatang diproyeksikan akan
terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan ekonomi
indonesia yang cenderung terus membaik.
Besarnya kepercayaan nasabah terhadap bank syariah
menyebapkan dana yang disalurkan bank syariah tidak hanya melalui
pembiayaan tetapi juga sebagian dana digunakan membeli SBIS.
94
Perkembangan SBIS dari Oktober 2007 sebesar Rp 1760 Milyar hingga
tahun Januari 2012 mencapai Rp 10.6632 Milyar tetapi pada Februari
2012 mengalami penurunan sebesar Rp 4243 Milyar. Menurut teori yang
ada, besarnya SBIS merupakan indikator bahwa pembiayaan yang
disalurkan bank semakin kecil. Semakin besar jumlah dana yang dimiliki
bank, maka semakin besar bank dapat menyalurkan dananya melalui
pembiayaan dan dana yang tidak tersalurkan dapat ditaruh di SBIS.
Pada penelitian ini, hasil uji regresi menunjukan SBIS memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Endang Nurjaya (2012) juga
menghasilkan bahwa pengaruh SBIS singnifikan dan negatif terhadap
pembiayaan murabahah. Prospek akan jumlah SBIS ditahun-tahun
berikutnya akan terus mengalami fluktuasi sesuia dengan kondisi
perekonomian di Indonesia.
Dana pihak ketiga dari tahun 2007 sampai dengan 2012 mengalami
pertumbuhan hingga lebih dari 300 persen. Kecenderungan peningkatan
pertumbuhan DPK karena secara makro perekonomian nasional
mengalami pertumbuhan yang baik dan secara mikro jaringan kantor
bank syariah signifikan meningkat sebagai implikasi dari munculnya
bank syariah baru. Tingkat suku bungga yang relatif tidak berubah
dengan kondisi perekonomian yang membaik pada dasarnya akan
menguntungkan posisi perbankan syariah dalam hak daya saing
produknya pendanaannya. Sehingga akan ada kemungkinan nasabah
95
akan memilih untuk menyimpan dana mereka di bank syariah. Hal ini
akan meningkatkan volume DPK perbankan syariah. berdasarkan teori,
peningkatan DPK akan meningkatkan pembiayaan bank syariah secara
keseluruhan. Pada penelitian ini, hasil uji regresi menunjukan DPK dan
pembiayaan murabahah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan.
Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada.
Besarnya DPK menyebapkan alokasi untuk pembiayaan semakin
meningkat. Penelitian yang dilakukan Khusnul Khatimah (2009) juga
menunjukan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran
pembiayaan. Perkembangan jumlah DPK dari tahun 2008 sampai 2012
juga menunjukan semakin banyaknya masyarakat yang menyimpan
dananya di bank-bank syariah. Sehingga prospek DPK bank syariah akan
terus mengalami peningkatan ditahun-tahun berikutnya. Hal ini juga
menunjukan meningkatnya kepercayaan masyarakat pada bank syariah.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh
antara Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan
Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Oktober 2007-
Februari 2012.
Berdasarkan hasil regresi OLS (Ordinary Least Square) dari
penelitian ini terdapat kesimpulan bahwa:
1. Secara bersama-sama (simultan) Jumlah Kantor Bank Syariah
(JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pembiayaan
Murabahah.
2. Secara Individu (parsial) hasil penelitian ini sebagai berikut:
a. Jika JKBUS meningkat sebesar 1%, maka secara rata-rata,
pembiayaan murabahah akan turun sebesar 12 persen. Variabel
Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS) mempunyai pengaruh
negatif namun tidak signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
Secara umum, peningkatan JKBUS akan menaikan pembiayaan,
namun masih kurangnya bank syariah dalam mensosialisasikan
keberadaan dan pemahaman tentang bank syariah kepada
97
masyarakat khususnya yang ada di plosok-plosok daerah, jadi ada
kemungkinan peningkatan jumlah kantor bank
b. Jika SBIS meningkat sebesar 1%, maka secara rata-rata,
pembiayaan murabahah akan turun sebesar 2 persen. Variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai hubungan
negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Maka
ketika SBIS mengalami penurunan maka pembiayaan murabahah
akan meningkat.
c. Jika DPK meningkat sebesar 1%, maka secara rata-rata,
pembiayaan murabahah akan naik sebesar 45 persen. Variabel
Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pembiayaan murabahah. Secara umum kenaikan DPK akan
menaikan pembiayaan murabahah.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi yang dapat ditulis
sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah kantor bank syariah yang diharapkan dapat
meningkatkan minat masyarakat pada jasa pembiayaan murabahah
ternyata belum bisa mempengaruhi pembiayaan murabahah secara
signifikan. Oleh karena itu bank syariah harus terus berusaha
berinovasi dan meningkatkan peran kantor bank syariah.
98
2. Bank Indonesia kiranya perlu melakukan kajian dan telaah
bagaimana agar sertifikat bank syariah indonesia dapat lebih
berperan terhadap pembiayaan perbankan syariah.
3. Bagi peneliti berikutnya agar periode penelitian ini dapat
diperpanjang serta menggunakan variabel pengujian yang lebih
banyak, sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih
akurat.
C. Saran
Dari hasil kesimpulan dan implikasi diatas maka saran yang ditulis
sebagai berikut:
Untuk meningkatkan peran bank syariah perlu meningkatkan
pelayanan dan fasilitas-fasilitas baru yang dapat meningkatkan minat
masyarakat untuk menggunakan jasa pembiayaan murabahah di perbakan
syariah diataranya dengan mendirikan kantor-kantor baru yang dapat
mempermudah nasabah dalam mengakses layanan perbankan. Diharapkan
Bank Syariah dapat lebih mensosialisasikan kepada masyarakat tentang
keberadaan dan pemahaman tentang bank syariah kepada masyarakat
khususnya yang ada di plosok-plosok daerah, diharapkan peningkatan
jumlah kantor bank syariah agar masyarakat lebih mudah mempunyai akses
dan merasakan manfaat dari adanya jasa penyaluran dana berupa
pembiayaan sehingga dapat menyebapkan peningkatan pembiayaan
murabahah.
99
Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dalam
penelitian ini memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
pembiayaan murabahah. Hal ini menunjukan bahwa penurunan SBIS akan
menambah aliran dana ke masyarakat melalui pembiayaan. Untuk itu Bank
Indonesia kiranya perlu melakukan peninjauan dan telaah bagaimana agar
SBIS dapat lebih berperan dalam perbankan syariah. Bank syariah
diharapkan akan terus melakukan publikasi kepada masyarakat agar
menabung di bank syariah agar dapat menambah volume dana pihak ketiga
yang akan disalurkan lagi kepada masyarakat.
Variabel Dana Pihak Ketiga dalam penelitian ini memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Aliran
dana pihak ketiga melalui pembiayaan yang paling besar melalui
pembiayaan murabahah karena paling diminati dan digunakan oleh
masyarakat. Untuk kedepannya, diharapkan bank syariah dapat
meningkatkan volume dana pihak ketiga sehingga dapat lebih banyak
menyalurkan dana untuk pembiayaan murabahah.
Untuk itu perlu inovasi produk dan jasa bank syariah dalam rangka
meningkatkan jumlah DPK dan pembiayaan, sehingga dapat bersaing
dengan bank konvensional. Bank syariah juga harus menawarkan bagi
hasil yang lebih menarik dan menjamin bahwa perhitungan bagi hasil yang
diterapkan telah sesuai syariah yaitu akurat dan benar (bebas dari riba).
Sehingga masyarakat lebih tertarik untuk bertransaksi di bank syariah.
100
Daftar Pustaka
Agustina Triadi, Chintia. “Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Umum Dan Bank Syariah”, Skripsi
Sarjana (dipublikasikan) Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran, Jawa timur, 2010.
Ambarwati, Septiana. ―Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah dan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia‖,
Tesis Magister (dipublikasikan) Program Studi Kajian Timur Tengah Dan
Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
Arifin, Zainul. ―Dasar-Dasar Manajemen Bank Syaiah‖, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2006.
Asy‟ari, Mohammad Hasyim. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembiayaan Perbankan Syariah”, Thesis S2 Program Pasca Sarjana,
Program Studi dan Kajian Timur Tengah, Universitas Indonesia, 2004.
Bank Indonesia, “Laporan Perekonomian Indonesia 2012”, BI, Jakarta, 2012.
Bank Indonesia, “Penelitian Potensi, Preferensi, dan Prilaku Masyarakat
terhadap Bank Syariah” BI, Jakarta, 2000.
Chong, Rosita. Raihana Firdaus Abdullah, Alex Anderson, Hanudin Amin.
Economics Of Islamic Trade Financing Instruments” International Review
of Business Research Papers Vol. 4 No.3. Malaysia. 2008
Darna. “Volatilitas Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Serta Pengaruhnya
Terhadap Pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
Syariah”, Tesis Magister (dipublikasikan) Fakultas Ekonomi Dan Keuangan
Syariah, Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam, Universitas
Indonesia, Jakarta, 2006.
D, Nachrowi dan Hardius Usman. ―Pendekatan Populer dan Praktis
EKONOMETRIK Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan‖, FEUI, Jakarta,
2006.
Nurjaya, Endang.”Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah
(SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK)
terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia”. Skripsi
Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2011.
Gujarati, Damodar. ―Dasar-dasar ekonometrika edisi ketiga jilid”, Erlangga,
Jakarta, 2006.
101
Hamja, Yahya. ―Modul I Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hamja, Yahya. ―Modul II Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Handiman, Edia. dkk. ”Bank dan Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank”,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2000.
Heykal, Mohamad. ―Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan
Margin Murabahah Untuk Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah, Studi
Kasus PT Bank Syariah Mandiri”, Tesis Magister (dipublikasikan) Fakultas
Ekonomi Dan Keuangan Syariah, Program Stud i Kajian Timur Tengah Dan
Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
Hikmah Maulidina, Nur. “Analisis pengaruh suku bungga SBI, Nilai Tukar
Rupiah, dan tingkat Inflasi terhadap dana pihak ketiga pembiayaan
murabahah perbankan syariah di Indonesia”. Skripsi Sarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2011.
Imaduddin, Muhammad. ―Bank Syariah Sang Enterpreneur”, Leicestershire,
Inggris, 2005.
Karim, Adiwarman. ―Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua‖, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008.
Khatimah, khusnul. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana
perbankan syariah di Indonesia sebelum dan sesudah kebijakan akselerasi
perbankan syariah tahun 2007/2008, Jurnal Optimal, Vol. 3, No. 1, Maret,
Bekasi, 2009.
Kiptiyah, Mariyatul. ―Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar
Rupiah terhadap Profitabilitas Bank Syariah di wilayah Malang‖, Skripsi
Sarjana (dipublikasikan) Program Studi Manajemen, Universitas Negeri
Malang, 2007.
Kotler, Philip. 1997. Marketing Management: Analysis, Planning,
Implementation, and Control. Ninth Edition. New York: Prentice-Hall.
Latumaerissa, R. Julius. “Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum”, Edisi
Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1999.
Lipsey, Richard. Dkk. ―Pengantar Makroekonomi”, Binarupa Aksara, Jakarta,
1995.
102
Maryanah. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank
Syariah Mandiri”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, Vol. 4, No.
1, Januari-Maret, Jakarta, 2006.
Mochamad Aziz, Roikhan. Modul Makro Ekonomi Tiga Dimensi, IMES Press,
UIN Jakarta, 2009.
Mochamad Aziz, Roikhan. “New Paradigm On Sinlammim Kaffah In Islamic
Economics”. Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Mochamad Aziz, Roikhan. ―Sinlammim Kode Tuhan‖. Esa Alam, Jakarta, 2005.
Mochamad Aziz, Roikhan. ―Jejak Islam Yang Hilang‖. Sinlammim, Jakarta,
2006.
________. ―Kaffah Thinking On Sinlammim Method Through Digital Root‖,
Proceeding, ISOIT International Seminar On Islamic Thought, UKM,
Bangi, Malaysia, 2009.
--------------. Kaffah Thinking On Sinlammim Method Through Digital Root,
Proceeding, UKM Malaysia, October, 2009.
Prasetyo, Bambang. Lina Miftahul Jannah. ―Metode penelitian Kunatitatif”.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.
Rachmawati, Erna. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Simpanan
Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia” Fakultas Ekonomi,
Universitas Padjajaran, Bandung, 2004.
Raditiya, Assriwijaya. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil terhadap
Deposito Mudharabah ( PT Bank Syariah Mandiri )”, Skripsi Sarjana
(dipublikasikan) Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta, 2007.
Rodoni, Ahmad. ―Panduan Penulisan Skripsi”, Feis Uin Press, Jakarta, 2010.
Rohaya, Hairiennisa. “Perkembangan Skala Usaha Perbankan Syariah di
Indonnesia Pra dan Pasca Kebijakan Office Channeling”. Jurnal Ekonomi
Islam, Vol. 2, Desember, Yogyakarta, 2008.
Sahria.“Pemodelan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dengan Metode System
Dynamics”, Skripsi Sarjana, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,
2010.
Samuelson Paul. ―Makro Ekonomi”, Alih Bahasa Haris Munandar, Erlangga,
Jakarta, 1992.
103
Sarwoko. “Dasar-Dasar Ekonometrika”. Andi Offset, Yogyakarta, 2005
Simorangkir, O P. “Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank”, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2004.
Sudarsono, Heri. ―Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Kedua”, Penerbit
Ekonisia, Yokyakarta, 2003
Sudarsono, Heri. ―Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan
Ilustrasi”, Ekonisia, Yogyakarta, 2007.
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Sumitro, Warkm. ―Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga
Terkait”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
Syafi„I Antonio, Muhammad. ―Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”, Gema
Insani, Jakarta, 2001.
Tan, Inggrid. ―Bisnis & Investasi Sistem Syariah”, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta., 2009.
Wahyu Winarno, Wing. ―Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
Wajdi Dusuki, Asyraf. “Commodity Murabahah Programme (CMP): An
Innovative Approach to Liquidity Management”, Journal of Islamic
Economics, Banking and Finance, Department of Economics Kulliyyah of
Economics and Management Sciences International Islamic University
Malaysia. 2007
Widarjono, Agus. ―Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”, Ekonisia FE UII, Yogyakarta, 2007.
Yunita, Patria. “Pengaruh suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs us dollar
terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah”,
Tesis Magister (dipublikasikan) Fakultas Ekonomi Dan Keuangan Syariah,
Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam, Universitas Indonesia,
Jakarta, 2007.
http://anton-p.blogspot.com/2010/mekanisme-pembiayaan-murabah
http://www.google.com.search:‖Murabahah‖
http://www.bi.go.id
http://bi.go.id/web/id/Peraturan/Moneter/pbi_ 101108. html
http://www.wikipedia.com
104
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Periode Oktober 2007-Februari 2012
Obs PM
(Milyar) JKBUS (Unit)
DPK (Milyar)
SBIS (Milyar)
Okt-07 15675,00 583 25473,00 1760,00
Nop-07 15645,00 593 25658,00 1640,00
Des-07 16552,00 597 28011,00 2600,00
Jan-08 15801,00 603 27695,00 3000,00
Feb-08 16377,00 607 29121,00 3720,00
Mar-08 16977,00 609 29552,00 2130,00
Apr-08 17935,00 612 31063,00 2830,00
Mei-08 18591,00 614 31705,00 2110,00
Jun-08 19810,00 619 33048,00 2040,00
Jul-08 20704,00 633 32898,00 1180,00
Agust-08 21464,00 650 32358,00 440,00
Sep-08 22044,00 706 33568,00 413,00
Okt-08 22457,00 740 34117,00 550,00
Nop-08 22639,00 780 34422,00 1063,00
Des-08 22486,00 820 36852,00 2550,00
Jan-09 22437,00 828 38195,00 3488,00
Feb-09 22574,00 867 38651,00 3192,00
Mar-09 22732,00 888 38040,00 2704,00
Apr-09 23001,00 895 39193,00 2058,00
Mei-09 23490,00 898 40288,00 2539,00
Jun-09 24245,00 899 42103,00 1819,00
Jul-09 24381,00 904 43004,00 1253,00
Agust-09 24632,00 916 44019,00 2321,00
Sep-09 25046,00 924 45381,00 2635,00
Okt-09 25499,00 963 46500,00 2835,00
Nop-09 25570,00 987 47887,00 2142,00
Des-09 26321,00 998 52271,00 3706,00
Jan-10 26532,00 1108 53163,00 3373,00
Feb-10 27288,00 1146 53299,00 2972,00
Mar-10 28269,00 1233 52811,00 2425,00
Apr-10 28922,00 1230 54043,00 3027,00
Mei-10 29744,00 1268 55067,00 1656,00
Jun-10 31108,00 1302 58079,00 2734,00
Jul-10 32027,00 1364 60462,00 2576,00
Agust-10 33310,00 1347 60972,00 1882,00
Sep-10 33967,00 1388 63912,00 2310,00
105
Okt-10 34831,00 1391 66478,00 2783,00
Nop-10 36214,00 1410 69086,00 3287,00
Des-10 37508,00 1477 76036,00 5408,00
Jan-11 37855,00 1607 75814,00 3968,00
Feb-11 38983,00 1606 75085,00 3659,00
Mar-11 40877,00 1611 79651,00 5870,00
Apr-11 42453,00 1626 79567,00 4042,00
Mei-11 44118,00 1632 82861,00 3879,00
Jun-11 46161,00 1632 87025,00 5011,00
Jul-11 47453,00 1632 89786,00 5214,00
Agust-11 49455,00 1632 92021,00 3647,00
Sep-11 49883,00 1652 97756,00 5885,00
Okt-11 52148,00 1692 101804,00 5656,00
Nop-11 53993,00 1724 105330,00 6447,00
Des-11 56365,00 1737 115415,00 9244,00
Jan-12 56473,00 1813 116518,00 10663,00
Feb-12 58326,00 1806 114616,00 4243,00
106
Lampiran 2. Uji Stasioner Murabahah (PM)
a. Tingkat Level
Null Hypothesis: LNPM has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 1.281545 0.9983
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNPM)
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 19:53
Sample (adjusted): 2 53
Included observations: 52 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNPM(-1) 0.009325 0.007276 1.281545 0.2059
C -0.070286 0.074610 -0.942049 0.3507 R-squared 0.031803 Mean dependent var 0.025269
Adjusted R-squared 0.012439 S.D. dependent var 0.019333
S.E. of regression 0.019212 Akaike info criterion -5.028865
Sum squared resid 0.018455 Schwarz criterion -4.953817
Log likelihood 132.7505 Hannan-Quinn criter. -5.000094
F-statistic 1.642356 Durbin-Watson stat 1.891979
Prob(F-statistic) 0.205914
107
b. Tingkat 1’st Difference
Null Hypothesis: D(LNPM) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.714544 0.0000
Test critical values: 1% level -4.148465
5% level -3.500495
10% level -3.179617 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNPM,2)
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 19:54
Sample (adjusted): 3 53
Included observations: 51 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNPM(-1)) -0.955808 0.142349 -6.714544 0.0000
C 0.019509 0.006213 3.140014 0.0029
@TREND(1) 0.000192 0.000187 1.027904 0.3091 R-squared 0.484714 Mean dependent var 0.000671
Adjusted R-squared 0.463244 S.D. dependent var 0.026297
S.E. of regression 0.019266 Akaike info criterion -5.003928
Sum squared resid 0.017817 Schwarz criterion -4.890291
Log likelihood 130.6002 Hannan-Quinn criter. -4.960504
F-statistic 22.57607 Durbin-Watson stat 1.863693
Prob(F-statistic) 0.000000
108
Lampiran 3. Uji Stasioner Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS)
a. Tingkat Level
Null Hypothesis: LNJKBUS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.667515 0.8456
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNJKBUS)
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 19:57
Sample (adjusted): 2 53
Included observations: 52 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNJKBUS(-1) -0.006210 0.009303 -0.667515 0.5075
C 0.064892 0.064734 1.002439 0.3210 R-squared 0.008833 Mean dependent var 0.021744
Adjusted R-squared -0.010991 S.D. dependent var 0.025018
S.E. of regression 0.025155 Akaike info criterion -4.489795
Sum squared resid 0.031639 Schwarz criterion -4.414747
Log likelihood 118.7347 Hannan-Quinn criter. -4.461023
F-statistic 0.445577 Durbin-Watson stat 1.652762
Prob(F-statistic) 0.507512
109
b. Tingkat 1‘st Difference
Null Hypothesis: D(LNJKBUS) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.813014 0.0001
Test critical values: 1% level -4.148465
5% level -3.500495
10% level -3.179617 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNJKBUS,2)
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 19:58
Sample (adjusted): 3 53
Included observations: 51 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNJKBUS(-1)) -0.834076 0.143484 -5.813014 0.0000
C 0.021476 0.008172 2.628158 0.0115
@TREND(1) -0.000123 0.000241 -0.511236 0.6115 S.E. of regression 0.025348 Akaike info criterion -4.455187
Sum squared resid 0.030842 Schwarz criterion -4.341550
Log likelihood 116.6073 Hannan-Quinn criter. -4.411763
Durbin-Watson stat 2.064697
110
Lampiran 4. Uji Stasioner Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
a. Tingkat Level
Null Hypothesis: LNSBIS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.230797 0.1982
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNSBIS)
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 20:00
Sample (adjusted): 2 53
Included observations: 52 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNSBIS(-1) -0.181556 0.081386 -2.230797 0.0302
C 1.449791 0.644401 2.249827 0.0289 R-squared 0.090520 Mean dependent var 0.016922
Adjusted R-squared 0.072330 S.D. dependent var 0.388147
S.E. of regression 0.373846 Akaike info criterion 0.907759
Sum squared resid 6.988056 Schwarz criterion 0.982807
Log likelihood -21.60173 Hannan-Quinn criter. 0.936530
F-statistic 4.976457 Durbin-Watson stat 1.739352
Prob(F-statistic) 0.030210
111
b. Tingkat 1‘st Difference
Null Hypothesis: D(LNSBIS) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.666224 0.0025
Test critical values: 1% level -4.165756
5% level -3.508508
10% level -3.184230 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNSBIS,2)
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 20:01
Sample (adjusted): 7 53
Included observations: 47 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNSBIS(-1)) -1.714112 0.367345 -4.666224 0.0000
D(LNSBIS(-1),2) 0.642540 0.309365 2.076963 0.0443
D(LNSBIS(-2),2) 0.572837 0.263908 2.170593 0.0360
D(LNSBIS(-3),2) 0.550959 0.215647 2.554915 0.0145
D(LNSBIS(-4),2) 0.357667 0.154188 2.319687 0.0255
C -0.023595 0.135759 -0.173803 0.8629
@TREND(1) 0.001939 0.004315 0.449314 0.6556 R-squared 0.551157 Mean dependent var -0.007743
Adjusted R-squared 0.483831 S.D. dependent var 0.539714
S.E. of regression 0.387757 Akaike info criterion 1.079729
Sum squared resid 6.014223 Schwarz criterion 1.355283
Log likelihood -18.37363 Hannan-Quinn criter. 1.183422
F-statistic 8.186343 Durbin-Watson stat 1.805708
Prob(F-statistic) 0.000008
112
Lampiran 5. Uji Stasioner Dana Pihak Ketiga (DPK)
a. Tingkat Level
Null Hypothesis: LNDPK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.580249 0.9879
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNDPK)
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 20:06
Sample (adjusted): 2 53
Included observations: 52 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNDPK(-1) 0.005242 0.009034 0.580249 0.5644
C -0.027880 0.097971 -0.284580 0.7771 R-squared 0.006689 Mean dependent var 0.028922
Adjusted R-squared -0.013177 S.D. dependent var 0.027768
S.E. of regression 0.027950 Akaike info criterion -4.279077
Sum squared resid 0.039061 Schwarz criterion -4.204029
Log likelihood 113.2560 Hannan-Quinn criter. -4.250306
F-statistic 0.336689 Durbin-Watson stat 2.267511
Prob(F-statistic) 0.564352
113
b. Tingkat 1‘st Difference
Null Hypothesis: D(LNDPK) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.181087 0.0000
Test critical values: 1% level -4.152511
5% level -3.502373
10% level -3.180699 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNDPK,2)
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 20:07
Sample (adjusted): 4 53
Included observations: 50 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNDPK(-1)) -1.397158 0.226038 -6.181087 0.0000
D(LNDPK(-1),2) 0.195339 0.144792 1.349102 0.1839
C 0.027639 0.009323 2.964652 0.0048
@TREND(1) 0.000456 0.000271 1.687149 0.0983 S.E. of regression 0.026431 Akaike info criterion -4.351916
Sum squared resid 0.032136 Schwarz criterion -4.198954
Log likelihood 112.7979 Hannan-Quinn criter. -4.293667
Durbin-Watson stat 1.853302
114
Lampiran 6. Hasil Uji Regresi
Dependent Variable: D(LNPM)
Method: Least Squares
Date: 04/12/13 Time: 14:46
Sample (adjusted): 2 53
Included observations: 52 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.015363 0.004709 3.262119 0.0020
D(LNJKBUS) -0.123878 0.094512 -1.310707 0.1962
D(LNSBIS) -0.026839 0.007951 -3.375672 0.0015
D(LNDPK) 0.451342 0.112002 4.029783 0.0002 R-squared 0.318110 Mean dependent var 0.025269
Adjusted R-squared 0.275491 S.D. dependent var 0.019333
S.E. of regression 0.016456 Akaike info criterion -5.302509
Sum squared resid 0.012998 Schwarz criterion -5.152414
Log likelihood 141.8652 F-statistic 7.464181
Durbin-Watson stat 1.743702 Prob(F-statistic) 0.000337
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.05 -0.04 -0.03 -0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02 0.03
Series: ResidualsSample 2 53Observations 52
Mean -4.43e-18Median -0.000401Maximum 0.029521Minimum -0.051596Std. Dev. 0.015964Skewness -0.677877Kurtosis 3.846659
Jarque-Bera 5.535613Probability 0.062800
115
Lampiran 8. Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.782024 Prob. F(2,46) 0.1797
Obs*R-squared 3.739212 Prob. Chi-Square(2) 0.1542
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 20:10
Sample: 2 53
Included observations: 52
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.000571 0.004647 0.122916 0.9027
D(LNJKBUS) 0.003462 0.093205 0.037144 0.9705
D(LNSBIS) 0.001884 0.007912 0.238195 0.8128
D(LNDPK) -0.025063 0.111399 -0.224987 0.8230
RESID(-1) 0.086329 0.145826 0.592002 0.5567
RESID(-2) 0.248100 0.145292 1.707599 0.0945 R-squared 0.071908 Mean dependent var -4.43E-18
S.D. dependent var 0.015964 S.E. of regression 0.016194
Akaike info criterion -5.300211 Sum squared resid 0.012063
Schwarz criterion -5.075067 Log likelihood 143.8055
Hannan-Quinn criter. -5.213896 F-statistic 0.712809
Durbin-Watson stat 1.948233
116
Lampiran 9. Hasil Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.436929 Prob. F(3,48) 0.7276
Obs*R-squared 1.382274 Prob. Chi-Square(3) 0.7097
Scaled explained SS 1.676391 Prob. Chi-Square(3) 0.6422
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 04/11/13 Time: 20:12
Sample: 2 53
Included observations: 52 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.000326 9.16E-05 3.565733 0.0008
(D(LNJKBUS))^2 -0.024984 0.028923 -0.863814 0.3920
(D(LNSBIS))^2 -0.000163 0.000289 -0.565012 0.5747
(D(LNDPK))^2 -0.015815 0.027889 -0.567075 0.5733 R-squared 0.026582 Mean dependent var 0.000250
S.D. dependent var 0.000426 S.E. of regression 0.000433
Akaike info criterion -12.57754 Sum squared resid 9.00E-06
Schwarz criterion -12.42744 Log likelihood 331.0160
Hannan-Quinn criter. -12.51999 F-statistic 0.436929
Durbin-Watson stat 2.191148
117
Lampiran 10. Hasil Uji Multikolineritas
LNPM LNJKBUS LNSBIS LNDPK LNPM 1.000000 0.964823 0.629112 0.992207
LNJKBUS 0.964823 1.000000 0.647358 0.975914
LNSBIS 0.629112 0.647358 1.000000 0.691253
LNDPK 0.992207 0.975914 0.691253 1.000000
Lampiran 10. Hasil Uji Multikoliniaritas dengan differensiasi
D(LNPM) D(LNJKBUS) D(LNSBIS) D(LNDPK) D(LNPM) 1.000000 -0.273837 -0.125040 0.319050
D(LNJKBUS) -0.273837 1.000000 0.050006 -0.133555
D(LNSBIS) -0.125040 0.050006 1.000000 0.650702
D(LNDPK) 0.319050 -0.133555 0.650702 1.000000