analisis pengaruh karakteristik ... - universitas indonesia
TRANSCRIPT
Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap Earnings Management (Studi pada Perusahaan Non-Keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011)
Ryska Sribina Bernardus Yuliarto Nugroho
Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ABSTRAK Tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang dapat memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis dikenal dengan manajemen laba. Untuk mengendalikan hal tersebut, Indonesia membentuk suatu mekanisme good corporate governance sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik corporate governance terhadap manajemen laba. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel independen yaitu board independence, komite audit, konsentrasi kepemilikan, dan kepemilikan institusi serta variabel kontrol size dan leverage. Discretionary accrual melalui modified-Jones model (Dechow et al., 1995) digunakan sebagai proksi manajemen laba. Penelitian ini menggunakan unbalanced panel data sejumlah 985 data observasi dari sampel seluruh perusahaan non keuangan yang listed selama periode 2007-2011. Dengan menggunakan estimasi regresi data panel, hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan antara board independence, konsentrasi kepemilikan, dan size terhadap manajemen laba. Pengaruh signifikan positif justru ditemukan antara komite audit terhadap manajemen laba. Sementara itu pengaruh signifikan negatif ditemukan antara kepemilikan institusi dan leverage terhadap manajemen laba. Kata Kunci : board independence; corporate governance; kepemilikan institusi; komite audit; konsentrasi kepemilikan; manajemen laba.
ABSTRACT A behavior of the company’s management to influence reported earnings in order to give the general view of profitability is known as earnings management. Indonesia builds a mechanism which is called good corporate governance as a monitoring system to control earnings management. This research aims to analyze the effect of characteristics of corporate governance to earnings management. This research uses some independent variables such as board independence, audit committee, ownership concentration, and institutional ownership, and control variables such as size and leverage. Discretionary accrual by modified-Jones model (Dechow et al., 1995) is used as the proxy of earnings management. This research uses an unbalanced panel data of 985 observations data of all listed non-financial companies that listed in the period 2007-2011. Using panel data regression, the result shows no significant effect between board independence, ownership concentration, and size to earnings management. Surprisingly, there is positive significant effect of audit committee to earnings management. There is negative significant effect between institutional ownership and leverage to earnings management. Keyword : audit committee; board independence; corporate governance; earnings management; institutional ownership; ownership concentration.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
1. Pendahuluan
Perkembangan sektor-sektor bisnis utama di Indonesia terekam dengan jelas dari data
kinerja saham dan keuangan perusahaan publik. Beberapa indikator penting yang dijadikan
acuan adalah pendapatan, laba bersih, dan kenaikan harga saham. Laba sering mewakili
kinerja perusahaan dan menyampaikan nilai-nilai perusahaan kepada investor. Namun laba
yang dilaporkan ini dapat dikelola oleh manajer dengan cara menggunakan metode alternatif.
Secara umum, earnings management (manajemen laba) didefinisikan sebagai perubahan
melaporkan kinerja ekonomi perusahaan baik untuk menyesatkan pemegang saham atau
untuk mempengaruhi hasil kontrak (Healey dan Wahlen, 1999). Manajemen laba itu sendiri
tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya
manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Discretionary Accruals (akrual
diskresioner) mewakili penilaian manajemen laba. Manajemen laba tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Xie et al. (2003) memberikan bukti bahwa outside director
mampu membatasi aktivitas manajemen laba.
Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia
yaitu PT. Kimia Farma, Tbk yang pada tahun 2002 terdapat kesalahan dalam penilaian
persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan. Dampak kesalahan tersebut
mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
sebesar Rp32,7 miliar. Praktik manajemen laba yang terjadi di luar negeri dilaporkan dalam
AAER (Accounting and Auditing Enforcement Releases), suatu Divisi di The SEC (Security
and Exchange Commision). Divisi ini menerbitkan laporan tentang beberapa kasus
manajemen laba seperti Intile Design, Inc. yang menilai terlalu rendah persediaan akhir agar
pajak properti mengecil (AAER No. 1259, May 23, 2000). Selain itu contoh yang paling
menonjol dari penipuan manajemen laba yaitu penipuan yang dilakukan oleh WorldCom,
Enron dan kasus Refco.
Setelah beberapa skandal keuangan diatas, telah dilakukan gerakan internasional
menuju pengembangan dan penerapan mekanisme corporate governance untuk melawan
perilaku oportunistik yang telah merongrong keandalan investor dalam informasi keuangan.
Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol akan mendorong manajer untuk memanipulasi laba
dalam rangka memaksimalkan kepentingan mereka sendiri sehingga mempengaruhi
keinformatifan laba. Sifat manajemen laba memberikan kesempatan kepada manajer untuk
memanipulasi informasi keuangan dari perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan manfaat
mereka sendiri. Hal ini menimbulkan konflik agen antara pihak manajer dan pemegang
saham. Dalam rangka untuk melindungi hak-hak para pemangku kepentingan, sangat penting
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
bagi organisasi untuk memiliki mekanisme corporate governance yang efektif yang dapat
mengontrol asimetri informasi keuangan. Corporate governance diperlukan untuk
meminimalisir konflik agen yang terjadi dalam suatu perusahaan. Corporate governance
merupakan sistem dimana perusahaan bisnis diarahkan dan dikendalikan (Kajola, Sunday O,
2008 dalam Gulzar dan Wang, 2011). Struktur corporate governance menentukan pembagian
hak dan tanggung jawab antara partisipan di perusahaan seperti dewan, manajer, pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya, dan menyatakan berbagai aturan dan prosedur
untuk membuat keputusan korporasi (Gulzar dan Wang, 2011). Wheelen dan Hunger (2009)
menyatakan bahwa peran dasar corporate governance ialah untuk mengidentifikasi hubungan
antara tiga aktor dalam perusahaan, yakni shareholders, manajemen perusahaan, dan board of
directors.
Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia (2006) disusun oleh
Komite nasional Kebijakan Governance. Pedoman yang diterbitkan pada tahun 2006 ini
merupakan revisi atas Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada tahun
2001. Meskipun Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006 ini tidak
memiliki kekuatan hukum yang mengikat, namun dapat menjadi rujukan bagi dunia usaha
dalam menerapkan Good Corporate Governance. Saat ini, Bapepam-LK sebagai otoritas
pasar modal tidak mewajibkan Emiten dan Perusahaan Publik untuk menerapkan Pedoman
ini, namun beberapa substansi yang terdapat dalam pedoman ini diadopsi oleh Bapepam-LK
ke dalam peraturan-peraturan Bapepam-LK yang sifatnya mandatory seperti kewajiban
pembentukan komite audit dan keberadaan komisaris independen dalam perusahaan. Dengan
cara demikian, Bapepam-LK dapat memberikan sanksi atas ketidakpatuhan terhadap
peraturan tersebut.
Berdasarkan pedoman Good Corporate Governance, beberapa karakteristik yang
menjadi esensi penting yaitu mengenai adanya dewan direksi, dewan komisaris, komisaris
independen, dan komite audit. Praktik manajemen laba yang terkait dengan pengaruh
corporate governance pada akhirnya mengundang beberapa peneliti untuk melakukan
penelitian. Healey (1985), McNicholas, dan Wilson (1988), Gaver et al. (1995), dan Balsam
(1998) dalam Wong Shi Yang et.al (2009) memberikan bukti bahwa manajemen yang terikat
kontrak untuk mencapai target laba memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengelola
laba. Penelitian yang dilakukan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Roodposhti dan
Chashmi (2011) tentang dampak mekanisme corporate governance pada earning
management yang dilakukan di Iran. Perusahaan yang memiliki kepemilikan terkonsentrasi
tinggi dan dewan independen (board independence) mengurangi earnings management,
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
sedangkan perusahaan dengan kepemilikan institusional yang tinggi meningkatkan earnings
management. Selain itu Klein (2002) menemukan hubungan negatif antara komite audit dan
akrual abnormal (abnormal accruals).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka pokok permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini yaitu: Apakah terdapat pengaruh dari board independence,
komite audit, konsentrasi kepemilikan, dan kepemilikan institusional terhadap manajemen
laba pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-
2011?
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik
corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan non-keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011. Penelitian ini dilakukan dari tahun 2007-
2011 dikarenakan ingin mengetahui perkembangan terbaru setelah Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia terbaru diterbitkan pada tahun 2006.
2. Tinjauan Teoritis
Banyak terdapat definisi yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang
corporate governance, yang diberikan baik oleh perorangan (individual) maupun institusi
(institutional). La Porta et.al. (2000) mendefinisikan corporate governance sebagai sebuah
mekanisme pengawasan yang bertujuan untuk melindungi aset investor dari eksploitasi
insiders. Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, sebuah
Perseroan terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu Direksi dan Dewan Komisaris yang masing-masing
memiliki tugas dan wewenang. Organ ini merupakan mekanisme good corporate governance
yang memiliki wewenang untuk menyetujui atau menolak antara lain seperti konsolidasi,
merger, akuisisi, kepailitan, dan pembubaran. Indonesia menganut sistem two-tier board
sehingga terdapat dua dewan yaitu dewan komisaris dan dewan direksi. Penelitian ini meneliti
pengaruh karakteristik corporate governance seperti board independence, komite audit,
konsentrasi kepemilikan, serta kepemilikan institusional. Karakteristik dewan komisaris
secara umum dan khususnya komposisi dewan dapat menjadi suatu mekanisme yang
menentukan tindakan manajemen laba. Melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi
pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan
komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan
laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan
keuangan. Dapat dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris yang terdiri dari anggota yang
berasal dari luar perusahaan mempunyai kecenderungan mempengaruhi manajemen laba.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Pemikiran ini didukung hasil penelitian Dechow et al. (1996), Klein (2002), Peasnell et al.
(2001), Chtourou et al. (2001), Pratana P. Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz (2003), dan Xie
et al. (2003) dalam Gideon (2005) mengatakan bahwa board of commissioners adalah elemen
penting dalam implementasi corporate governance. Di Indonesia, Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menerbitkan peraturan tentang pembentukan
dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit. Pembentukan komite audit adalah untuk
memastikan komunikasi yang terus-menerus antara auditor eksternal dan dewan sehingga
komite bertemu secara teratur dengan auditor untuk meninjau laporan keuangan dan proses
audit dan juga sistem akuntansi internal dan kontrol. Klein (2002) menemukan bahwa
terdapat hubungan signifikan negatif antara dewan independen dan komite audit independen
terhadap earnings management. Klein (2002) juga menyatakan bahwa perusahaan yang
memiliki komite audit akan menghambat perilaku earnings management oleh pihak
manajemen. Selain itu karakteristik lainnya yaitu konsentrasi kepemilikan yang
menggambarkan bagaimana dan siapa saja yang memegang kendali atas keseluruhan atau
sebagian besar atas kepemilikan perusahaan serta keseluruhan atau sebagian besar pemegang
kendali atas aktivitas bisnis pada suatu perusahaan. Kepemilikan dikatakan lebih
terkonsentrasi jika untuk mencapai kontrol dominasi atau mayoritas dibutuhkan
penggabungan lebih sedikit investor. Adanya kontrol dalam suatu perusahaan yang dapat
dipegang oleh semakin sedikit investor maka akan semakin mudah kontrol atas manajemen
tersebut dijalankan. Untuk menghitung rasio konsentrasi kepemilikan, Herfindahl-Hirschman
Index (HHI) digunakan. Semakin sedikitnya jumlah pemegang saham maka semakin
terkonsentrasi kepemilikannya. Indeks Herfindahl (Indeks Herfindahl-Hirschman)
didefinisikan sebagai jumlah dari jumlah kuadrat dari semua hak suara pemegang saham.
Menurut Bushee (1998) dalam Gideon (2005), kepemilikan institusional juga memiliki
kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui
tingkat pengawasan yang intens. Kepemilikan institusional dapat menekan kencederungan
manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan sehingga
memberikan kualitas laba yang dilaporkan. Pemikiran ini didukung hasil penelitian Rajgopal
dan Venkatachalam (1998) dan Pratana P. Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz (2003) yang
dikutip Gideon (2005). Hasil peneilitian ini memberikan simpulan bahwa kepemilikan
institusional di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Indikator yang
digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang
dimiliki institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola. Kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan
kepemilikan institusi lain).
Earnings Management terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam
pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan, baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholders tentang kinerja
ekonomis perusahaan maupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada
angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999). Hal ini dapat merugikan
investor dan menimbulkan agency conflict. Beberapa peneliti mendefinisikan manajemen laba
dalam arti yang berbeda-beda. Manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan
penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan
keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau
mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang
dilaporkan dalam laporan keuangan (Healy & Wahlen, 1999). Hal ini didukung oleh
penelitian Dechow, et.al (1995) yang mendefinisikan earnings management sebagai earnings
manipulation, baik di dalam maupun di luar batas Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP). Konsisten dengan penelitian sebelumnya (Roodposhti dan Chashmi, 2011), earnings
management sebagai variabel dependen diproksi dengan discretionary accruals. Seperti
penelitian sebelumnya juga (Jaggi dan Leung, 2007; Roodposhti dan Chashmi, 2011),
penelitian ini menggunakan The Modified Jones Model (Jones, 1991; Dechow et al., 1995).
Alasan pemilihan model Jones yang dimodifikasi ini karena model ini dianggap sebagai
model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan model lain
serta memberikan hasil yang paling kuat (Dechow et al., 1995; Guay et al., 1996).
3. Metode Penelitian
3.1 Jenis Data
Data yang digunakan terdiri dari 197 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2007-2011. Data yang dikumpulkan diantaranya proporsi komisaris
independen dari total dewan komisaris, keberadaan komite audit, konsentrasi kepemilikan
yang dihitung berdasarkan Herfindahl-Hirschman Index (jumlah dari masing-masing kuadrat
pemegang saham), dan jumlah kepemilikan institusional dalam sebuah perusahaan. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (panel data).
Total observasi yang digunakan sebanyak 985 firm-year observations. Pengumpulan data
kuantitatif dilakukan melalui data sekunder seperti studi kepustakaan dan studi lapangan ke
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Bursa Efek Indonesia dan Pusat Data Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, selain itu juga dengan membuka website perusahaan sampel.
3.2 Pengukuran Variabel
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah discretionary accrual
(DACC) sebagai proksi earnings management. Perhitungan DACC yaitu :
• Langkah pertama yaitu menghitung nilai total accruals.
Total accruals (TACC) = net income before extraordinary items (NI) - cash
flow from operating activities
(OCF)...................................................................................................(3.1)
Sumber: Dechow et al. (1995).
• Langkah kedua yaitu melakukan estimasi setiap perusahaan dan kombinasi tahun
fiskal untuk mendapatkan koefisien α1, α2, dan α3. Untuk mengestimasi nilai koefisien,
regresi ordinary least squares (OLS) tanpa intercept digunakan. Persamaannya ialah :
TACCit/Ait-1 = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit - ∆RECit /Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1) +
εit…….…...................................................................................................(3.2)
Sumber: Dechow et al. (1995).
• Langkah ketiga yaitu menghitung non-discretionary accruals (NDA) dengan
memasukkan koefisien regresi yang telah didapat ke dalam persamaan (3.2) diatas.
• Langkah keempat yaitu menghitung discretionary accrual (DACC) yang didapat dari
selisih antara total accruals (TACC) dan non-discretionary accruals (NDA).
Formulanya ditampilkan sebagai berikut :
DACCit = TAit /Ait-1 - DA…………………………..................................(3.3)
DACCit = TACCit/Ait-1 – (α1 (1/Ait-1)) + α2 ((∆REVit - ∆RECit) /Ait-1) + α3
(PPEit/Ait-1).................................................................................................(3.4)
Sumber: Dechow et al. (1995).
Variabel independen yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari board independence,
komite audit, konsentrasi kepemilikan (ownership concentration) dan kepemilikan
institusi (institutional ownership). Masing-masing variabel independen tersebut dalam
penelitian ini diukur dengan :
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Board Independence (BRDIND) yaitu ditunjukkan dengan proporsi komisaris
independen dalam dewan komisaris;
Board Independence (BRDIND) = Jumlah komisaris independen........(3.5)
Total Dewan Komisaris
Sumber : Roodposhti dan Chashmi (2011).
Komite Audit yaitu dihitung dengan dengan dummy variabel sejalan dengan penelitian
Klein (2002). Komite audit (COMAUD) diberi nilai 1 jika seluruh anggota komite
audit merupakan pihak independen/luar perusahaan, dan sebaliknya nilai 0 jika
anggota komite audit seluruhnya bukan pihak independen).
Konsentrasi Kepemilikan (Ownership Concentration) yaitu konsentrasi kepemilikan
saham dalam perusahaan yang menggunakan Herfindahl-Hirschman Index. Indeks
Herfindahl (Indeks Herfindahl-Hirschman) didefinisikan sebagai total dari jumlah
kuadrat dari semua hak suara pemegang saham. Herfindahl-Hirschman Index
memiliki nilai rentang dari 0 hingga 1. Semakin mendekati ke nilai 1 maka
kepemilikan dikatakan semakin terkonsentrasi. Rumusnya adalah :
HERFINDAHL (HI) = ......................................................(3.6)
Keterangan : P adalah persentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham.
Sumber : Cubbin dan Leech, 1983.
Kepemilikan Institusi (Institutional Ownership) yaitu kepemilikan saham yang
dimiliki oleh lembaga atau instansi baik perusahaan keuangan maupun non-keuangan
ataupun pemerintah;
Institutional Ownership (INOWN) = Σ Institutional Ownership x 100%...........(3.7)
Total Shares
Sumber : Roodposhti dan Chashmi (2011).
Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu size dan leverage. Ukuran
perusahaan (size) diukur dengan :
SIZE = Log (Total Assets)...........................................................(3.8)
Sumber : Roodposhti dan Chashmi (2011).
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Sedangkan Leverage (LEV), dalam penelitian ini penulis menggunakan Debt to Total
Asset Ratio sebagai proxy dalam mengukur tingkat hutang perusahaan. Debt to Total
Asset Ratio (DAR) merupakan indikator perusahaan dalam kondisi mendapat tekanan
hutang (financial distress) atau tidak.
LEV = Total Debt .......................................................................(3.9)
Total Assets
Sumber : Roodposhti dan Chashmi (2011).
3.3 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 4 hipotesis yang diuji seperti yang dijelaskan berikut ini.
Hipotesis 1
Beasley (1996) menemukan bahwa penurunan manipulasi laporan keuangan di
perusahaan terjadi seiring dengan bertambahnya anggota dewan komisaris. Bernardus,
et.al (2012) menyebutkan bahwa board of commissioners adalah stakeholders
representatif yang memberikan pencapaian efektif atas tujuan perusahaan di masa
depan. Untuk mempertahankan board of commisssioners yang kuat, dibutuhkan
anggota dewan yang independen. Dengan adanya komisaris independen dalam dewan
maka manipulasi laporan keuangan pada perusahaan dapat diminimalisir. Oleh karena
itu hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
H01: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara proporsi independent commissioner
terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar
di BEI.
H1 : Terdapat pengaruh signifikan negatif antara proporsi independent commissioner
terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar
di BEI.
Hipotesis 2
Penelitian sebelumnya dalam Gulzar dan Wang (2011) berpendapat bahwa komite
audit memainkan peran berharga dalam mengawasi audit dan fungsi keuangan.
Keberadaan komite audit dapat menjadi faktor kunci yang mempengaruhi manajemen
laba dari perusahaan. Choi et al. (2004) dan Park dan Shin (2003) dalam Gulzar dan
Wang (2011) menemukan hubungan yang signifikan antara komite audit dan
manajemen laba. Klein (2002) menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan
negatif antara independensi dewan dan independensi komite audit terhadap earnings
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
management. Dari berbagai penelitian tersebut, maka hipotesis yang dapat ditarik
adalah :
H02: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara komite audit terhadap discretionary
accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI.
H2 : Terdapat pengaruh signifikan negatif antara komite audit terhadap discretionary
accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI.
Hipotesis 3
Studi terdahulu telah menunjukkan bahwa kepemilikan terkonsentrasi atau blok dapat
meningkatkan efektivitas pengawasan dewan (Shleifer dan Vishny, 1997). Thomsen
dan Pedersen (2000) dalam Roodposhti dan Chashmi (2011) mendefinisikan
konsentrasi kepemilikan adalah pengukuran atas adanya pemegang saham terbesar
dalam perusahaan. Pemegang saham besar memiliki insentif yang lebih besar untuk
mengawasi manajemen. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H03: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara konsentrasi kepemilikan (ownership
concentration ) yang tinggi terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan
non keuangan yang terdaftar di BEI.
H3 : Terdapat pengaruh signifikan negatif antara konsentrasi kepemilikan (ownership
concentration ) yang tinggi terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan
non keuangan yang terdaftar di BEI.
Hipotesis 4
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki
peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi
antara manajer dan pemegang saham. Chung et al (2002) menyebutkan bahwa terdapat
asosiasi negatif antara kepemilikan institusional dan income-increasing accrual. Oleh
karena itu hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
H04: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara kepemilikan institusional yang tinggi
terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar
di BEI.
H4 : Terdapat pengaruh signifikan negatif antara kepemilikan institusional yang tinggi
terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar
di BEI.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
3.4 Model Analisis
Dari pembangunan hipotesis diatas maka dihasilkan model persamaan regresi yang
dipakai dalam penelitian ini, yaitu:
DACCit = α + β1 BRDIND + β2 COMAUD + β3 OWNCON + β4 INOWN + β5
SIZE + β6 LEV + eit
Sumber : Klein (2002), Roodposhti dan Chashmi (2011).
Dimana :
DACC = Discretionary Accruals.
BRDIND = Board Independence.
COMAUD = Komite Audit (dihitung dengan dummy variabel).
OWNCON = Ownership Concentration (Herfindahl-Hirschman Index).
INOWN = Institutional Ownership.
SIZE = Ukuran Perusahaan.
LEV = Firm Leverage.
α = konstanta.
β1 = koefisien regresi dari board independence.
β2 = koefisien regresi dari komite audit.
β3 = koefisien regresi dari ownership concentration.
β4 = koefisien regresi dari institutional ownership.
β5 = koefisien regresi dari size.
β6 = koefisien regresi dari leverage.
eit = error term (gangguan).
3.5 Teknik Analisis Data Panel
Dalam penelitian ini menggunakan model penelitian regresi data panel. Data panel
merupakan jenis data yang merupakan gabungan antara data time series dan data cross
section. Model regresi data panel terdapat 3 pendekatan yaitu ordinary least square,
fixed effect model, dan random effect model (Nachrowi dan Usman, 2006). Untuk
menentukan model regresi data panel yang digunakan maka dilakukan pengujian data
panel berupa Uji Chow dan Uji Hausman. Pengujian data panel pertama yang
dilakukan adalah Uji Chow yang bertujuan untuk menentukan apakah penelitian
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau Fixed Effect Model (FEM).
Apabila hasil statistik F signifikan pada uji tersebut, maka selanjutnya dilakukan Uji
Hausman untuk menentukan model yang digunakan yaitu menggunakan Fixed Effect
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Setelah melakukan pengujian,
Penelitian ini menggunakan Fixed Effect Model (FEM).
4. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penentuan penarikan sampel yang telah dilakukan, penelitian ini
menggunakan 197 perusahaan sebagai sampel. Jumlah awal data observasi penelitian
berjumlah 985 (197 x 5 tahun). Langkah pertama yang dilakukan yaitu menghitung nilai
discretionary accruals sebagai proxy atas earning management. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, discretionary accruals adalah bagian dari total accruals. Setelah nilai total
accruals didapat, kemudian dilakukan regresi ordinary least square tanpa intercept untuk
mendapatkan koefisien α1, α2, dan α3 yang berguna untuk mendapatkan nilai non-discretionary
accruals. Selanjutnya total accrual sebagai variabel terikat dilakukan pengujian normalitas
data. Jumlah observasi akhir sebanyak 840 firm-year observations yang merupakan
unbalanced data panel. Setelah itu total accrual sebagai variabel terikat diregresi dengan
variabel bebas tersebut (selisih perubahan pendapatan dan perubahan piutang, gross property,
plant, dan equipment atau nilai aktiva tetap yang telah dibagi dengan total aset tahun
sebelumnya) untuk mendapatkan nilai koefisien α1, α2, dan α3. Berikut adalah hasil regresi
ordinary least square pada total akrual. Dari regresi tersebut didapat koefisien : α1 = -
148803443.687, α2 = 0.0180239600064, α3 = -0.0589451494036. Nilai-nilai koefisien tersebut
digunakan ke dalam persamaan awal untuk mendapatkan nilai non-discretionary accruals.
Setelah nilai non-discretionary accruals didapat, nilai tersebut dikurangkan dari total accrual
yang telah dibagi dengan total aset dan akan memberikan hasil discretionary accruals. Tabel
4.1 berikut menampilkan statistik deskriptif untuk total accrual (TACC), non-discretionary
accruals (NDAC), dan discretionary accruals (DACC).
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif total accrual, non-discretionary accruals, dan discretionary
accruals
TACC NDAC DACC Mean -0,090031 -0,099373 0,009342 Median -0,028956 -0,038574 0,012234 Modus N/A N/A N/A Maximum 0,465984 0,009808 0,468127 Minimum -46,93587 -46,92724 -0,253247 Std. Dev. 1,620959 1,61792 0,089363 Skewness -28,78642 -28,91598 0,049683 Kurtosis 832,4365 837,4233 3,852158 Observations 840 840 840
Keterangan : N/A = Not Applicable.
Sumber : Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0 (2013).
Setelah didapatkan nilai discretionary accrual (DACC) maka dilanjutkan dengan
mengolah model penelitian dengan dengan observasi sebanyak 840 firm-year observations.
Berikut adalah deskriptif statistik variabel-variabel penelitian yang terdiri dari discretionary
accruals/akrual diskresi (DACC), komisaris independen, komite audit independen, ownership
concentration, institutional ownership, size perusahaan, dan leverage.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
DACC BRDIND COMAUD OWNCON INOWN SIZE LEV
Mean 0,009342 0,404662 0,986905 0,324657 67,88883 12,00372 0,564426
Median 0,012234 0,333333 1 0,296759 72,16 11,99571 0,550466
Modus N/A 0,333333 1 0,4225 0 N/A N/A
Maximum 0,468127 1 1 0,994807 99,8 14,18842 3,369634
Minimum -0,253247 0 0 0,010799 0 9,877763 0,002471
Std. Dev. 0,089363 0,1217 0,113750 0,22114 20,85689 0,777065 0,375398
Skewness 0,049683 1,410892 -8,566032 0,880555 -0,83447 0,112633 3,154407
Kurtosis 3,852158 7,578205 74,37691 3,204713 3,424523 2,697851 19,07552 Observations 840 840 840 840 840 840 840 Sumber : Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0 (2013).
Setelah memenuhi semua asumsi klasik (normalitas, multikolinearitas, dan
heteroskedastisitas), jumlah data yang digunakan sebanyak 840 firm-year observations.
Dengan menggunakan fixed effect model hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Tabel 4.3 Hasil Regresi
All Non-Financial Firms
Variabel dependen :
DACC (Discretionary Accrual)
Variabel Independen :
BRDIND 0.001217
(0.071313)
COMAUD 0.084670 **
(2.399519)
OWNCON 0.003252
(0.073866)
INOWN -0.000468**
(-2,423971)
SIZE 0.019161
(1,313526)
LEV -0,074045*
(-4.098944)
Observations 840
R2 0.391700
Adj. R2 0.200057
F-Statistics 2.043905
Prob (F-Stat) 0.000000
Sumber : Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0 (2013).
Dari hasil model penelitian pada tabel 4.3, diketahui bahwa R-squared (R2) sebesar
0.391700 dan adjusted R-squared 0.200057. Nilai R2 untuk seluruh perusahaan non-keuangan
menunjukkan bahwa manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual dapat
dijelaskan 39,17 % dengan model, sedangkan 60,83 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain
diluar model. Tingkat hubungan ini menunjukkan level yang rendah. Nilai F-stat pada seluruh
perusahaan non-keuangan sebesar 2.043905 dan prob (F-statistic) sebesar 0.000000. Nilai
Keterangan: DACCit = α + β1 BRDIND + β2 COMAUD + β3 OWNCON + β4 INOWN + β5 SIZE + β6 LEV + eit.
Tabel 4.3 menunjukkan estimasi model penelitian pada 195 sampel perusahaan non-keuangan dan 840 observasi tahun-perusahaan selama periode 2007-2011. Variabel dependennya adalah discretionary accrual (DACC), dan variabel independennya adalah board independence (BRDIND), komite audit (COMAUD), ownership concentration (OWNCON), dan institutional ownership (INOWN). Variabel kontrolnya adalah size (SIZE) dan leverage (LEV). T-statistik berada di bawah nilai koefisien. Tanda *,**, menunjukkan tingkat signifikansi berturut-turut pada level 1%, dan 5%.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
prob F-stat ini berada pada tingkat keyakinan 99% dan dikategorikan sebagai highly
signifikan.
Selanjutnya dilakukan uji statistik t untuk menunjukkan seberapa besar
pengaruh satu variabel independen secara individual atau parsial dalam menerangkan
pengaruh terhadap variabel dependen. Pada uji t terdapat level signifikansi pada signifikansi
pada level 1%, signifikansi pada level 5%, dan signifikansi level 10% tergantung dari nilai
probabilita pada t-stat. Dari tabel 4.3 diketahui bahwa variabel komisaris independen
(BRDIND) memiliki nilai t-hitung sebesar 0.071313 dan nilai prob sebesar 0.9432. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa variabel komisaris independen (BRDIND) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap discretionary accrual. Hasil ini menunjukkan bahwa praktik manajemen
laba tidak dapat dihindari sekalipun adanya komisaris independen. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Abdullah and Mohd Nasir and Abdul Rahman and Mohamed Ali (2006) dalam
Roodposhti dan Chashmi (2011). Hasil ini juga konsisten dengan penelitan Bernardus dan
Umanto (2011) di Indonesia pada tahun 2004-2008. Namun, hasil ini tidak sesuai dengan
jurnal acuan utama Roodposhti dan Chashmi (2011). Fungsi komisaris independen saat ini
masih belum efektif dilakukan dan belum mampu mengawasi aktivitas manajemen. Komisaris
independen saat ini ditunjuk oleh perusahaan berdasarkan keinginan/kepentingan perusahaan
dari pada kemampuan personal dan profesionalisme (Bernardus dan Umanto, 2011).
Berdasarkan teori yang pernah dikemukakan, proporsi outside members dalam board yang
semakin besar memberikan pengawasan manajemen dan mencegah terjadinya fraud dalam
laporan keuangan. Hal yang perlu ditekankan adalah memastikan komisaris independen
melakukan tugas pengawasannya. Komisaris independen harus mengerti dan melakukan
tugasnya sesuai dengan pedoman good corporate governance. Komisaris independen
diharapkan mampu melindungi stakeholders termasuk pemegang saham minoritas.
Dari tabel 4.3, variabel komite audit (COMAUD) memiliki nilai t-hitung sebesar
2.399519 dan nilai prob sebesar 0,0167. Dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit
(COMAUD) berpengaruh secara signifikan positif terhadap discretionary accrual. Penelitian
ini tidak mendukung hasil penelitian Klein (2002) yang menemukan bahwa terdapat
hubungan signifikan negatif antara dewan independen dan komite audit independen terhadap
earnings management. Walaupun tidak sejalan, penelitian ini sejalan dengan Safrida (2004)
yang meneliti tentang keberadaan komite audit dan komisaris independen di Indonesia pada
tahun 2002. Ia menemukan bahwa adanya hubungan signifikan positif antara komite audit dan
manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual. Komite audit perusahaan
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
non-keuangan saat ini belum menunjukkan fungsi yang efektif sehingga komite audit
independen saat ini tidak mampu mengendalikan manajemen laba. Hal ini dapat disebabkan
oleh faktor lain didalam komite audit yang menghambat seperti keberadaan komisaris
independen yang belum terlihat efektif dalam pengawasan di perusahaan. Hal ini berimplikasi
bagi regulator (Bapepam) dan Bursa Efek Indonesia untuk lebih mengawasi komite audit
secara ketat dan memaksa karena komite audit saat ini terbukti belum mampu mengendalikan
manajemen laba.
Selanjutnya pada tabel 4.3, variabel konsentrasi kepemilikan (OWNCON) memiliki
nilai t-hitung sebesar 0.073866 dan nilai prob sebesar 0.9411. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
discretionary accrual. Pada penelitian ini konsentrasi kepemilikan dihitung dengan
Herfindahl-Hirschman Index (HHI). Indeks HHI menghitung total jumlah dari proporsi
kuadrat saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham (tidak termasuk saham
publik). Peningkatan Indeks HHI menunjukkan bahwa meningkatnya power yang dimiliki
oleh pemegang saham dan menurunnya tingkat kompetisi. Hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan jurnal utama Roodposhti dan Chashmi (2011). Namun penelitian ini juga konsisten
dengan penelitian Hwang, et.al (2010) yang menemukan hubungan yang tidak signifikan pada
perusahaan non-BUMN di China. Hal ini berarti konsentrasi kepemilikan belum menjadi
mekanisme internal pendisiplinan manajemen yang dapat meningkatkan efektivitas
monitoring. Rata-rata konsentrasi kepemilikan pada perusahaan non-keuangan pada periode
pengamatan sebesar 0,324657. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan saham di
perusahaan non-keuangan di Indonesia belum terkonsentrasi. Konsentrasi kepemilikan saham
yang semakin tinggi dapat meningkatkan pengawasan pada manajemen dan konsentrasi
kepemilikan yang tinggi dapat menurunkan kapasitas manajemen untuk mengubah laba.
Variabel kepemilikan saham institusional (INOWN) pada tabel 4.3 memiliki nilai t-
hitung sebesar -2.423971 dan nilai prob sebesar 0.0156. Hal ini berarti kepemilikan institusi
berpengaruh signifikan negatif pada discretionary accrual. Hasil ini tidak sejalan dengan
jurnal utama (Roodphosti dan Chasmi, 2011) yang menemukan hubungan signifikan positif
antara kepemilikan institusi dan manajemen laba. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan
Solomon (2007) mengemukakan investor institusional merepresentasikan mekanisme lain
yang kuat dari corporate governance yang dapat memantau manajemen perusahaan,
sebagaimana pengaruhnya pada manajemen perusahaan menjadi penting dan dapat digunakan
untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan kelompok pemegang saham. Dapat
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
disimpulkan bahwa adanya keberadaan kepemilikan institusi yang mengendalikan manajemen
laba dikarenakan institusi mempunyai kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap
jalannya perusahaan dan mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Sebagai implikasi
bagi perusahaan terutama bagi pengambil keputusan, memiliki kepemilikan institusi
merupakan pilihan yang baik karena terbukti dapat menghambat manajemen laba.
Variabel kontrol seperti size memiliki nilai t-hitung sebesar 1,313526 dan nilai prob
sebesar 0.1895. Dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh
secara signifikan dengan arah positif terhadap discretionary accruals. Sedangkan variabel
rasio leverage perusahaan (LEV) memiliki nilai t-hitung sebesar -4.098944 dan nilai prob
sebesar 0.0000. Dapat disimpulkan bahwa variabel leverage perusahaan berpengaruh secara
signifikan negatif terhadap discretionary accrual.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa variabel komisaris independen (BRDIND)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap discretionary accrual; variabel komite
audit (COMAUD) berpengaruh secara signifikan positif terhadap discretionary
accrual; variabel konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap discretionary accrual; serta variabel kepemilikan institusi berpengaruh
signifikan negatif pada discretionary accrual. Variabel kontrol seperti size tidak
menunjukkan pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan leverage
menunjukkan pengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba.
5.2 Saran
1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat menambahkan
sampel yaitu perusahaan keuangan karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan
perusahaan non-keuangan. Pembagian sampel BUMN dan non-BUMN dapat
dilakukan untuk memberikan gambaran terperinci mengenai efektivitas mekanisme
corporate governance di Indonesia seperti yang dilakukan oleh Hwang, et.al (2010) di
China.
2. Penelitian ini hanya menggunakan jangka waktu 5 tahun. Untuk penelitian
berikutnya dapat menambahkan periode observasi untuk melihat perkembangan
tindakan manajemen laba dan mekanisme corporate governance.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
3. Komite Audit dan Komisaris Independen dalam penelitian ini diukur berdasarkan
ukuran fisik yaitu keberadaan keanggotaan. Penelitian berikutnya dapat menambahkan
variabel lain seperti kompetensi komite audit, efektivitas komite audit, efektivitas
komisaris independen, jumlah rapat komite audit, kompetensi komisaris independen
dan lainnya. Variabel konsentrasi kepemilikan dihitung berdasarkan Indeks
Herfindahl-Hirschman. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan
proksi lainnya untuk mengukur konsentrasi kepemilikan perusahaan. Selain itu
penelitian berikutnya dapat juga menambahkan variabel seperti kepemilikan publik,
kepemilikan manajerial, dan lainnya untuk melihat pengaruhnya dengan manajemen
laba.
5.3 Implikasi Bagi Regulator
Penelitian ini sejalan dengan Safrida (2004) yang meneliti tentang keberadaan komite
audit dan komisaris independen di Indonesia pada tahun 2002. Regulator (Bapepam)
dan Bursa Efek Indonesia harus lebih mengawasi komite audit secara ketat dan
memaksa karena komite audit saat ini terbukti belum mampu mengendalikan
manajemen laba dan juga memperhatikan agar komisaris independen bebas dari
pengaruh manajerial. Kedalaman peraturan yang ditetapkan seperti menetapkan
kualitas komite audit dan komisaris independen perlu dituangkan secara jelas dalam
peraturan. Pada akhirnya diharapkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit
yang efektif akan menghambat perilaku earnings management oleh pihak manajemen
(Klein, 2002).
5.4 Implikasi Bagi Investor
Investor perlu mencermati dan berhati-hati ketika akan berinvestasi dan harus
memperhatikan kualitas corporate governance ketika akan berinvestasi agar tidak
dirugikan.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAER), No. 1259, May 23, 2000. Intile
Designs, Inc. Release No.: 34-42813.
Bapepam-LK No.IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit.
Beasley MS (1996). An empirical analysis of the relation between the board of director
composition and financial statement fraud. Account. Rev., 71 (4): 443-465.
Bernardus.Y.N, dan Umanto.E.P. (2011). Board Characteristics and Earning Management.
Journal of Administrative Science and Organization, Vol. 18, No.1. pp.1-10.
Biao Xie, Wallace N. Davidson III, Peter J. DaDalt, (2003). Earnings management and
corporate governance: the role of the board and the audit committee. Journal of
Corporate Finance, 9 295â “316.
Boediono, Gideon SB. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur.
SNA VIII, Solo.
Cubbin, J., and D. Leech. (1983). The Effects of Shareholding Dispersion on the Degree of
Control in British Companies: Theory and Measurement, The Economic Journal 93,
351-369.
Dennis B.K. Hwang, Jing Long, Teng Shih Wang. (2010). The Relationship between
Corporate Governance Mechanisms and Earning Management: An Empirical Study on
the Listed Firms in China. Proceedings of the 19th Annual Conference of the Global
Awareness Society International, Poland.
Dechow P, Sloan R, Sweeney A (1995). “Detecting Earnings Management”, Account. Rev.,
70 (2): 193-225.
Guay W, Kothari S, Watts R (1996). “A Market-Based Evaluation of Discretionary Accrual
Models”, J. Account. Res., (34): 83-105.
Gulzar, M.A. and Wang, Z. 2011. Corporate Governance Characteristics and Earning
Management: Empirical Evidence from Chinese Listed Firms. International Journal of
Accounting and Financial Reporting, Vol. 1, No.1. pp. 133-151.
Healy, P., Wahlen, J., 1999. A review of the earnings management literature and its
implications for standard setting, Accounting Horizons 13, p. 365–383.
Indonesian Financial Review,Edisi 4 Mei 2011.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Jaggi B, Leung S (2007). "Impact of family dominance on monitoring of earnings
management by audit committees: evidence from HongKong", J. Int. Account. Audit.
Taxation, 16:27-50.
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. ‘‘Theory of the firm: managerial behavior, agency costs
and ownership structure’’, Journal of Financial Economics,Vol. 3, pp. 305-60.
Jones J (1991). “Earnings Management during Import Relief Investigations”, J. Account.
Res., 29 (2) 193-223..
Klein A (2002). Audit committee, board of director characteristics, and earnings management.
J. Account. Econ., 33(3): 375-400.
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., and Vishny R. (2000). Investor protection and
corporate governance, 58 Journal of Financial Economics.
Nachrowi, Nachrowi. D dan Hardius Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Parulian, Safrida Rumondang (2004). Analisis Hubungan antara Komite Audit dan Komisaris
Independen dengan Praktik Manajemen Laba: Studi Empiris Perusahaan di BEJ.
Thesis: Program Studi Ilmu Manajemen, Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Pedoman Umum Good Corporate Governance (KNKG, 2006).
Richard Chung, Michael Firth and Jeong-Bon Kim. (2002) Institutional Monitoring and
Opportunistic Earnings Management, Journal of Corporate Finance, 8, 29 – 48.
Roodposhti, F.R. and Chashmi, S.A.N. (2011). The Impact of Corporate Governance
Mechanisms on Earnings Management. African Journal of Business Management,
Vol. 5(11), pp.4143-4151.
Solomon, Jill. (2007). Corporate Governance and Accountability. John Wiley & Sons, Ltd.
West Sussex, England.
Wheelen, T. and Hunger, J. (2009). Strategic Management & Business Policy, (12th edition),
New Jersey, Prentice Hall.
Wong Shi Yang, Loo Sin Chun, and Shamsher M.R. (2009). The Effect of Board Structure
and Institutional Ownership Structure on Earnings Management. Int. Journal of
Economics and Management 3(2): 332 – 353.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013