analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN 2302-0172
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 13 Pages pp. 16- 28
Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 16
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, SBI, INFLASI DAN
PERTUMBUHAN GDP TERHADAP PERGERAKAN INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Hismendi1, Abubakar Hamzah
2, Said Musnadi
2
1) Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala
2, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Abstract: This research is intended to analyze the effect of`exchange rates, interest rate of Bank
Indonesia Certificates, inflation and GDP growth on the movement of Composite Stock Price Index
(CSPI) in Indonesia Stock Exchange. This research to applies secondary data quarterly period
March 2002 to September 2012. The analysis based on the Ordinary Least Square (OLS) method
The results showed that the independent variables simultaneously significant effect on IHSG. In
partial exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates and affect GDP growth
significant the IHSG movement, while inflation had no significant effect on CSPI. For that
researchers expect the monetary authority to control the movement of the CSPI priority on stability
of the exchange rate policy, the interest rate of Bank Indonesia Certificates and GDP growth,
which will strengthen the control and stability of the stock market in Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates, GDP growth and
Composite Stock Price Index (CSPI).
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai tukar, suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia, inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan data sekunder
berupa data triwulan periode Maret 2002 sampai dengan September 2012. Metode analisis yang
digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Secara parsial
nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP berpengaruh signifikan terhadap pergerakan
IHSG, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap pergerakan IHSG.Untuk
itu peneliti mengharapkan otoritas moneter dalam mengendalikan pergerakan IHSG
memprioritaskan pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP,
sehingga akan memperkuat pengendalian dan stabilitas pasar saham di Bursa Efek Indonesia
Kata Kunci: Nilai tukar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, inflasi, pertumbuhan GDP dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan salah satu
alternatif pilihan investasi yang dapat
menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi
investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan menempatkan dana pada satu atau
lebih dari satu aset selama periode tertentu
dengan harapan dapat memperoleh penghasilan
dan peningkatan nilai investasi (Husnan, 2000).
Setiap investor di pasar modal sangat
membutuhkan informasi yang relevan dengan
perkembangan transaksi di bursa, hal ini sangat
penting untuk dijadikan referensi dan bahan
pertimbangan dalam pengambilan kepututusan
investasi dipasar modal.
Analisa fundamental saham meliputi: (1)
analisa aspek finansial, yaitu: nilai buku saham,
pendapatan per saham, nilai buku ekuitas dan
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
17 - Volume 1, No. 2, Mei 2013
0
2
4
6
8
10
12
14
Jan
-07
Ma
y-0
7
Se
p-0
7
Jan
-08
Ma
y-0
8
Se
p-0
8
Jan
-09
Ma
y-0
9
Se
p-0
9
Jan
-10
Ma
y-1
0
Se
p-1
0
Jan
-11
Ma
y-1
1
Se
p-1
1
Jan
-12
Ma
y-1
2
%Inflation BI Rate
ratio pengeluaran; (2) analisa laporan tahunan
perusahaan termasuk: garis besar filosofi
perusahaan, laporan operasional perusahaan,
informasi finansial, catatan kaki dan pernyataan
tertulis dari auditor. Untuk menganalisa
fundamental secara menyeluruh tidak cukup
hanya melihat dari kedua hal tersebut saja,
tetapi harus melihat hal-hal seperti kemampuan
manajemen, operasional, transparansi, rencana,
persaingan perusahaan, nilai tukar, tingkat suku
bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi serta
kebijakan atau peraturan-peraturan pemerintah
(Jogianto, 2000).
Seiring dengan meningkatnya aktivitas
perdagangan, kebutuhan untuk memberikan
informasi mengenai perkembangan bursa juga
semakin meningkat. Salah satu informasi yang
diperlukan tersebut adalah indeks harga saham
sebagai cerminan dari pergerakan harga saham.
Gambar 1. Grafik Pergerakan IHSG di BEI
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2012
Perkembangan ekonomi yang meningkat
setelah periode krisis, disertai kondisi politik dan
keamanan yang semakin membaik merupakan
kondisi yang kondusif bagi perkembangan
industri. Membaiknya kondisi ekonomi tersebut
tercermin pula dari indikator makro ekonomi
seperti nilai tukar yang relatif lebih stabil, inflasi
yang terkendali dan suku bunga yang lebih
rendah serta GDP per kapita yang terus
meningkat.
Gambar 2. Kondisi inflasi & suku bunga SBI di
Indonesia
Sumber : Bank Indonesia, 2012
Dampak merosotnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar memungkinkan berpengaruh
negatif terhadap pasar modal, mengingat
sebagian besar perusahaan yang go-public di
BEI mempunyai hutang luar negeri dalam
bentuk valuta asing. Produk-produk yang
dihasilkan oleh perusahaan publik tersebut
banyak menggunakan bahan yang memiliki
kandungan impor tinggi. Pemerintah mempunyai
peran penting untuk meredam melemahnya nilai
tukar rupiah, misalnya dengan menaikkan suku
bunga SBI.
Rasio kapitalisasi pasar saham terhadap
PDB tahun 2011 mencapai 48,9%. Total nilai
transaksi saham tahunan dengan peningkatan
sebanyak 4 persen dari Rp 1.176 triliun pada
2010 menjadi lebih dari Rp 1.223 triliun pada
2011. Pencapaian positif indikator-indikator
utama bursa didukung oleh kondisi fundamental
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 18
807 771925
1,095 1,1811,294
1,625
1,900
2,211 2,298
2,981
3,511
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
USDGDP per Capita
E
0
E
1
D
0
D
1
Q
0
P
0
P
1
emiten-emiten yang tercatat di BEI. (BI, 2012).
Gambar 3. GDP Riil per Kapita Indonesia
Sumber : Bank Indonesia,2012
Semakin meningkatnya GDP per kapita
masyarakat Indonesia telah menopang konsumsi
domestik sehingga mampu memberikan
pertumbuhan ekonomi nasional yang relatif
tinggi.
Secara umum faktor domestik berupa
faktor-faktor fundamental suatu negara seperti
inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang
beredar, suku bunga, nilai tukar dan
pertumbuhan GDP berpengaruh pada ekspektasi
investor sehingga berpengaruh pada pergerakan
Indeks (Husnan, 2000).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi,
dan pertumbuhan GDP terhadap pergerakan
IHSG di Bursa Efek Indonesia.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Pergerakan Harga Saham (Volatilitas)
Pergerakan harga saham ditentukan oleh
dinamika penawaran (supply) dan permintaan
(demand).
Harga Saham (P)
S0
Kuantitas
Saham (Q)
Gambar 4. Kurva Permintaan dan Penawaran Saham
Sumber: Bodie, Kane dan Marcus dalam Satingingsih
dkk, 2005
Pada suatu periode tertentu, penawaran
saham adalah tetap sehingga kurvanya vertikal
seperti ditunjukkan oleh kurva S0. Permintaan
pasar merupakan permintaan agregat dari
sejumlah investor, sehingga kurvanya relatif
horizontal seperti ditunjukkan oleh kurva D0.
Keseimbangan harga terjadi saat kurva
penawaran dan permintaan agregat berpotongan
yang terjadi pada titik E0. Karena kurva
penawaran bersifat tetap maka pergerakan harga
saham diakibatkan oleh pergerakan
(pergeseran) kurva permintaan. Ketika kurva
permintaan naik dari D0 menjadi D1, maka
keseimbangan baru terjadi pada harga yang
lebih tinggi (harga naik) yaitu P1. Jadi perilaku
harga suatu saham merupakan cermin
permintaan agregat dari para investor.
Dengan demikian pergerakan harga
saham disebabkan oleh pergerakan kurva
demand, maka faktor-faktor penggeser demand
seperti harga saham-saham lainnya, pendapatan
investor dan jumlah investor menjadi faktor-
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
19 - Volume 1, No. 2, Mei 2013
faktor yang mempengaruhi perubahan indek
harga saham.
Investasi di Pasar Modal
Investasi merupakan penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa datang.
Umumnya invetasi dikategorikan dua jenis
yaitu, real assets dan financial assets. Aset riil
bersifat berwujud seperti gedung, kendaraan
serta tanah. Sedangkan aset keuangan
merupakan dokumen klaim tidak langsung
pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang
menerbitkan sekuritas tersebut.
Pasar modal mempunyai peranan penting
dalam suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi
keuangan dan fungsi ekonomi. Dalam fungsi
ekonomi pasar modal menyediakan fasilitas
memindahkan dana dari pihak yang kelebihan
dana ke pihak yang memerlukan dana. (Husnan,
2000).
Indeks Harga Saham Gabungan
Untuk mengukur kinerja saham yang
diperdagangkan di bursa digunakan suatu
indeks, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). IHSG merupakan angka indeks harga
saham yang sudah disusun dan dihitung
sehingga menghasilkan trend, dimana angka
indeks adalah angka yang diolah sedemikian
rupa sehingga dapat digunakan
membandingkan kejadian yang dapat berupa
perubahan harga saham dari waktu ke waktu.
Dalam perhitungan angka indeks ini digunakan
waktu dasar (base period) dan waktu yang
sedang berjalan (given/parent period),
(Jogiyanto, 2000).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
menggambarkan suatu rangkaian informasi
historis mengenai pergerakan harga saham
gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal
tertentu. Pergerakan harga saham tersebut
disajikan setiap hari, berdasarkan harga
penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks
tersebut disajikan untuk periode tertentu. Indeks
harga saham gabungan berubah setiap hari
karena, (1) perubahan harga pasar yang terjadi
setiap hari, (2) adanya saham tambahan
(masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa
Efek, atau terjadinya tindakan corporate action
berupa stock split, right, waran, deviden saham,
saham bonus, dan saham konversi).
Ada beberapa pendekatan atau metode
perhitungan yang digunakan untuk menghitung
indeks, yaitu: (1) menghitung rata-rata
(arithmetic mean) harga saham yang masuk
dalam anggota indeks, (2) menghitung
(geometric mean) dari indeks individual saham
yang masuk anggota indeks, (3) menghitung
rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya
semua indeks harga saham gabungan
(composite) menggunakan metode rata-rata
tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia
(BEI, 2012).
Faktor-faktor Ekonomi yang diperkirakan
mempengaruhi Indeks Harga Saham
Nilai Tukar
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 20
Kurs merupakan salah satu harga
terpenting dalam perekonomian terbuka
mengingat pengaruhnya yang demikian besar
bagi transaksi berjalan maupun variabel-
variabel makro yang lainnya. Oleh karena itulah,
kurs juga merupakan sebuah harga aktiva atau
harga asset (asset price), sehingga prinsip-
prinsip pengaturan harga asset-asset lainnya
juga berlaku dalam pengaturan kurs, (Salvatore,
2007).
Nilai tukar terbagi atas nilai tukar riil (real
exchange rate) dan nilai tukar nominal (nominal
exchange rate). Nilai riil adalah nilai yang
digunakan untuk menukar barang dan jasa dari
suatu negara dengan barang dan jasa dari negara
lain. Sedangkan nilai tukar nominal adalah nilai
yang digunakan untuk menukar mata uang suatu
negara dengan mata uang negara lain, (Mankiw,
2003).
Para pendukung model “portfolio-
balance” meyakini bahwa harga saham
mempengaruhi nilai tukar uang secara negatif.
Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan
(wealth) perusahaan dapat mempengaruhi nilai
tukar uang melalui permintaan uang. Sebagai
contoh semakin tinggi harga saham akan
semakin tinggi permintaan uang, sehingga hal ini
akan menarik minat investor asing untuk
menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi
apresiasi terhadap mata uang domestik. (Saini
dkk., 2002)
Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
merupakan salah satu instrumen pasar uang yang
digunakan oleh Bank Indonesia untuk
mengendalikan likuiditas perekonomian. Untuk
jangka pendek, SBI dijadikan instrumen
keuangan sebagai tolak ukur bank-bank
pemerintah, swasta nasional dan swasta asing
dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan,
deposito dan pinjaman.
Dalam kondisi normal fungsi utama SBI
adalah menjaga uang yang beredar berada dalam
jumlah yang optimal dan juga mencegah
meningkatnya permintaan dana oleh masyarakat
dan kalangan pengusaha swasta nasional untuk
keperluan transaksi (Bank Indonesia, 2012).
Hasil penelitian Haryanto dan Riyatno
(2007) membuktikan bahwa besarnya suku
bunga SBI mempengaruhi risiko sistematik
perusahaan. Semakin kecil suku bunga Bank
Indonesia maka semakin besar risiko sistematik
saham. Suku bunga bank Indonesia merupakan
patokan dalam menentukan besarnya bunga
kredit dan tabungan. Suku bunga SBI yang
tinggi tidak menggairahkan perkembangan
usaha-usaha karena mengakibatkan suku bunga
bank yang lain juga tinggi.
Inflasi
Inflasi adalah kencenderungan dari harga-
harga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya
dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari
harga barang-barang lain (Boediono, 2000).
Secara keseluruhan, inflasi yang sedang
berlangsung tergantung pada (i)
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
21 - Volume 1, No. 2, Mei 2013
permintaan, seperti yang ditunjukan oleh senjang
inflasi atau senjang resesi, (ii) kenaikan biaya
yang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar
yang datang terutama sisi penawaran (Nopirin,
2000).
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu
panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi
mengalami permintaan atas produk yang
melebihi kapasitas penawaran produknya,
sehingga harga-harga cenderung mengalami
kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi akan
menyebabkan penurunan daya beli uang
(purchasing power of money) serta dapat
mengurangi tingkat pendapatan riil yang
diperoleh investor dari investasinya. Jadi inflasi
yang tinggi menyebabkan menurunnya
keuntungan perusahan, sehingga efek ekuitas
menjadi kurang kompetitif (Tandelilin, 2001).
Pertumbuhan GDP
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar
semua barang dan jasa akhir yang diproduksi
dalam perekonomian selama kurun waktu
tertentu (Mankiw, 2003).
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP) dapat diukur dengan
dua cara: (1) sebagai arus produk jadi; (2)
sebagai total biaya atau penghasilan dari input
yang menghasilkan output. Karena laba
merupakan hasil sisa, kedua pendekatan akan
menghasilkan total GDP yang sama persis
(Samuelson dan Nordhaus, 2004).
Untuk mengukur nilai uang yang berlaku
dari output perekonomian disebut GDP nominal,
sedangkan GDP riil mengukur output yang
dinilai pada harga konstan. Deflator GDP
mengukur harga output relatif terhadap harganya
pada tahun dasar (Mankiw, 2003).
Penelitian Sebelumnya
Hardiningsih, dkk (2002) menyatakan
bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar
berpengaruh negatif terhadap return saham.
Kewal (2012) menyatakan kurs rupiah
berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan
tingkat inflasi, suku bunga SBI dan
pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap IHSG. Setyorini dan
Supriyadi (2000), dalam penelitian hubungan
dinamis antara nilai tukar rupiah dan harga
saham di Bursa Efek Jakarta Pasca penerapan
sistem devisa bebas mengambang
mengemukakan hasil penelitian bahwa terjadi
pengaruh negatif dan signifikan nilai tukar
rupiah terhadap harga saham.
Hooker (2004) dalam penelitiannya
menemukan tingkat bunga berpengaruh negatif
terhadap return pasar. Gjerde dan Saettem
(1999) yang mengkaji hubungan sebab akibat
antara return saham dengan variabel
makroekonomi memperoleh hasil perubahan
suku bunga riil berpengaruh secara negatif
dengan harga saham, perubahan suku bunga riil
juga mempengaruhi tingkat inflasi. Hasil
penelitian Kandir (2008), tingkat bunga
mempengaruhi secara negatif return semua
portofolio yang diteliti.
Utami dan Rahayu (2003) hasilnya
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 22
membuktikan bahwa profitabilitas, suku bunga,
inflasi dan nilai tukar secara bersama-sama
mempengaruhi harga saham di pasar modal
secara signifikan. Sedangkan Suciwati dan
Desak Putu (2002), nilai tukar berpengaruh
positif terhadap return saham sebelum terjadi
depresiasi dan berpengaruh negatif setelah
terjadinya depresiasi.
Untuk penelitian yang dilakukan
dibeberapa negara, diantaranya penelitian yang
dilakukan Ma dan Kao (1990) menemukan
bahwa dengan menggunakan data untuk enam
negara, apresiasi (menguatnya) uang domestik
berpengaruh negatif pada pergerakan harga
saham domestik. Namun dalam penelitian yang
dilakukan Frank dan Young (dalam Saini dkk,
2002) yang meneliti US MNCs (United State
Multi National Corporations) menemukan
bahwa tidak ada pola yang pasti (no
recognizable pattern) dari hubungan harga
saham dengan nilai tukar uang.
Mok (1993) dalam penelitian Causality of
Interest Rate, Exchange Rate, and Stock price
at Stock Market Open and Close in Hongkong
dengan model analisis Arima tidak menemukan
hubungan yang signifikan antara kedua variabel
suku bunga terhadap harga saham.
Almilia (2004) menyatakan bahwa
semakin tinggi inflasi semakin menurunnya
profitabilitas perusahaan dan dapat
mengakibatkan turunnya harga saham
perusahaan tersebut. Sangkyun (1997) yang
meneliti kaitan antara variabel makro, IHK,
GDP, tingkat inflasi, dan suku bunga terhadap
harga saham menemukan bahwa hanya GDP
yang berpengaruh positif terhadap harga saham
sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh.
Mansur (2004) penelitian mengenai
pengaruh indeks bursa global terhadap IHSG di
BEI selama periode tahun 2000- 2002,
menyatakan hasil penelitiannya bahwa indeks-
indeks bursa global secara bersama-sama
memberi pengaruh yang signifikan terhadap
IHSG di BEI.
Haryanto dan Riyatno (2007) yang
meneliti tentang pengaruh suku bunga SBI dan
kurs terhadap resiko sistematik saham
perusahaan di BEI menyatakan suku bunga SBI
dan kurs mempengaruhi resiko sistematik
saham namun hasilnya tidak signifikan pada
dua karakteristik yang berbeda. Handayani
(2007), penelitiannya membuktikan bahwa
tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap
IHSG, sedangkan kurs dollar AS dan tingkat
inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan
permasalahan, hipotesisnya adalah nilai tukar
rupiah, suku bunga SBI dan inflasi mempunyai
pengaruh negatif, sedangkan pertumbuhan GDP
mempunyai pengaruh positif terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Indonesia.
METODE PENELITIAN
Untuk melihat seberapa besar pengaruh
nilai tukar rupiah, inflasi, suku bunga SBI dan
pertumbuhan GDP terhadap pergerakan IHSG
di BEI selama kurun waktu 43 kuartal mulai
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
23 - Volume 1, No. 2, Mei 2013
bulan Maret 2003 sampai dengan September
2012, dianalisa dengan metode Ordinary Least
Square (OLS) dengan fungsi persamaan:
IHSG = .f (KURS, Inflasi, SBI,
Pertumbuhan GDP) ……....(1)
Metode analisis yang digunakan adalah
persamaan regresi linear berganda (Gujarati,
2006) dengan model:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3
+ β4 X4 + e ……………………. (2)
Persamaan (1) dan (2) dimodifikasi ke
dalam model penelitian ini dengan rumus
persamaan regresi:
IHSG = α + β1 KURS + β2 SBI + β3 INF +
β4GDP+e ……………….. (3)
dimana:
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
α : konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi
KURS : Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
US (Rp : $)
SBI : Suku bunga SBI (persen)
INF : Inflasi (persen)
GDP : Pertumbuhan GDP (Rp)
e : error
HASIL PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Untuk mendapat estimasi yang terbaik,
data sekunder tersebut dilakukan pengujian
asumsi regresi klasik.
Uji Multikolineritas
Berdasarkan data yang diolah
menunjukkan bahwa nilai tukar, suku bunga
SBI, inflasi, dan pertumbuhan GDP mempunyai
nilai tolerance kurang dari 10% yang berarti
tidak terdapat korelasi antar variabel
independen yang nilainya lebih dari 90 persen.
Hasil VIF juga terlihat tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari
10. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas.
Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan hasil olahan data dengan
menggunakan metode grafik, maka didapatkan
hasil uji heterokedastisitas.
Gambar 5. Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Berdasarkan uji heterokedastisitas, dapat
diperhatikan bahwa sebaran data ada di sekitar
titik nol dan tidak tampak adanya suatu pola
tertentu pada sebaran data tersebut. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa untuk penelitian
ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
gletsjer menunjukkan bahwa semua variabel
bebas tidak signifikan terhadap nilai absolute
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 24
residual regresi. Hal ini menandakan bahwa
pada model regresi yang terbentuk bebas dari
gejala heterokesdastisitas.
Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov
Smirnov diketahui Kurs = 1.208 ; SBI = 1.135 ;
INF = 1.190 ; GDP = 0.801 ; IHSG = 0.834.
Hasil ini menunjukkan nilai signifikansi uji
lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan data
yang digunakan dalam regresi berdistribusi
normal.
Uji Autokorelasi
Pada uji regresi menghasilkan nilai
Durbin‐Watson sebesar 1.731. Dengan
demikian, nilai Durbin Watson tersebut berada
pada interval 1,55 sampai dengan 2,46 sehingga
model regresi linier berganda tersebut tidak
terjadi gejala autokorelasi.
Perumusan Model Persamaan Regresi
Berdasarkan output regresi linear, model
regresi berganda dirumuskan:
IHSG = 3344,443- 0,363Kurs + 33,163Inf +
0,002GDP
Persamaan regresi menunjukkan bahwa
konstanta sebesar 3344,443. Koefisien regresi
untuk nilai tukar (kurs) sebesar -0,363, suku
bunga SBI sebesar -70,354 dan
pertumbuhan GDP sebesar 0,002.
Analisis Kekuatan Pengaruh Variabel Bebas
terhadap Variasi Variabel Terikat
Hubungan antara variabel-variabel
independen penelitian yaitu nilai tukar, SBI,
Inflasi, dan pertumbuhan GDP secara bersama-
sama dengan IHSG sebagai variabel dependen
terlihat pada Koefisien R = 0,971 menunjukkan
hubungan yang kuat atara variabel independen
dengan variabel dependen. Nilai R square
sebesar 0,943 yang berarti bahwa 94,3%
perubahan IHSG dapat dijelaskan oleh keempat
variabel bebas yaitu: nilai tukar, SBI, inflasi,
dan pertumbuhan GDP. Sedangkan sisanya
5,7% dipengaruhi oleh sebab‐sebab lain di luar
model.
Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F
sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari
derajat kesalahan yaitu sebesar 5 persen. Dari
hasil uji F ini berarti nilai tukar, SBI, inflasi dan
pertumbuhan GDP (variabel bebas) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap
pergerakan IHSG (variabel terikat).
Hasil uji signifikan secara parsial
pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi,
dan pertumbuhan GDP terhadap IHSG diuji
dengan uji t dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
25 - Volume 1, No. 2, Mei 2013
Kemampuan nilai tukar (Kurs)
mempengaruhi IHSG
Berdasarkan Tabel diketahui nilai tukar
menghasilkan nilai t hitung sebesar -4,429.
Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,000. Dibandingkan dengan derajat
kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini
termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel
nilai tukar lebih kecil dari derajat kesalahan
artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil
uji t disimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap pergerakan
IHSG. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian dilakukan oleh Kewal (2012),
Hardiningsih, dkk (2002), Setyorini dan
Supriyadi (2000).
Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap
IHSG menunjukkan hasil yang negatif dan
signifikan. Mengindikasikan apabila nilai tukar
rupiah meningkat (rupiah terdepresiasi), maka
akan menurunkan indeks harga saham, dan
sebaliknya. Hasil penelitian juga konsisten
dengan teori, dimana model “portfolio-
balance” meyakini harga saham mempengaruhi
nilai tukar uang secara negatif (Saini dkk., 2002).
Kemampuan SBI mempengaruhi IHSG
Berdasarkan Tabel diketahui bahwa suku
bunga SBI menghasilkan nilai t hitung sebesar -
2,085 dan mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,044. Dibandingkan dengan derajat
kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini
termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel
SBI lebih kecil dari derajat kesalahan yang
artinya bahwa H0 ditolak dan Ha dapat diterima.
Dari hasil uji t disimpulkan bahwa suku bunga
SBI berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pergerakan IHSG. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kandir (2008), Hooker (2004) dan Gjerde
dan Saettem (1999).
Kenaikan tingkat suku bunga SBI dapat
meningkatkan beban perusahaan (emiten) untuk
memenuhi kewajiban/utang kepada bank
sehingga menurunkan laba perusahaan dan
akhirnya harga sahampun turun. Kenaikan suku
bunga SBI juga potensial mendorong investor
mengalihkan dananya ke pasar uang (tabungan)
maupun deposito.
Tabel 1. Hasil Uji Satatistik T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3344.443 803.935 4.160 .000
KURS -.363 .082 -.183 -4.429 .000 .886 1.129
SBI -70.354 33.750 -.157 -2.085 .044 .264 3.781
INF 33.163 21.924 .099 1.513 .139 .348 2.872
GDP .002 .000 .919 17.379 .000 .538 1.858
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 26
Kemampuan Inflasi mempengaruhi IHSG
Berdasarkan Tabel diketahui bahwa
Inflasi menghasilkan nilai t hitung sebesar
1,513 dan mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,139. Apabila dibandingkan dengan
derajat kesalahan sebesar 5 persen, tingkat
signifikansi Inflasi lebih besar. Hal ini
menunjukkan H0 diterima dan Ha ditolak. Dari
hasil uji t disimpulkan bahwa Inflasi tidak
berpengaruh signifikan dalam terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.
Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Kewal
(2012), Sangkyun (1997) dan Mok (1993).
Kemampuan Pertumbuhan GDP
mempengaruhi IHSG.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa
pertumbuhan GDP menghasilkan nilai t hitung
sebesar 17,379 dan mempunyai tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Apabila
dibandingkan dengan derajat kesalahan sebesar
5 persen, tingkat signifikansi GDP lebih kecil,
yang artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Dari hasil uji t disimpulkan bahwa
pertumbuhan GDP berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sangkyun (1997).
Pertumbuhan GDP mengindikasikan
pertumbuhan ekonomi, jika pertumbuhan
ekonomi membaik maka daya beli
masyarakatpun akan meningkat dan
memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk
meningkatkan penjualan, sehingga
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Keuntungan yang tinggi menjadi daya tarik
bagi para investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut, sehingga akan
meningkatkan indek harga saham di pasar
modal (Tandelin, 2001).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, maka kesimpulannya yaitu :
1. Nilai R square diketahui sebesar 0,943 yang
berarti bahwa 94,3% pergerakan IHSG
dapat dijelaskan keempat variabel bebas
yaitu: nilai tukar, SBI, inflasi, dan
pertumbuhan GDP. Sisanya 5,7 persen
dipengaruhi sebab lain di luar model.
2. Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F,
menunjukkan nilai tukar, SBI, inflasi dan
pertumbuhan GDP secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pergerakan
IHSG.
3. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai tukar,
suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP
berpengaruh signifikan, sedangkan inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap
terhadap pergerakan IHSG.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti
menyarankan sebagai berikut:
1. Sebaiknya otoritas moneter dalam
mengendalikan IHSG memprioritaskan
pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku
bunga SBI dan pertumbuhan GDP,
sehingga memperkuat pengendalian dan
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
27 - Volume 1, No. 2, Mei 2013
stabilitas pasar saham di BEI.
2. Untuk penelitian selanjutnya, dianggap
perlu mengkaji kembali faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi pergerakan
IHSG, misalnya faktor fundamental
perusahaan seperti laba, rugi, dan faktor
internal perusahaan (emiten), serta
peraturan pemerintah dan undang-undang
yang mengatur tentang pasar modal.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Almilia, L.S., 2004. Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu
Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ. Simposium
Nasional Akuntansi. Ke.VL. HaI. 546-564.
Robbert, A., 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta:
Mediasoft.
Badan Pusat Statistik, 2012. Tabel input-output
Indonesia. Jakarta: BPS.
Bank Indonesia, 2012. Indonesia Financial Statistic.
Jakarta: BI.
Bursa Efek Indonesia, 2012. Buku Panduan Indeks
Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek
Indonesia.
Gujarati, D.N., 2006. Dasar-dasar Ekonometrika.
Jilid 1. Alih Bahasa Julius Mulyadi. Jakarta:
Salemba Empat.
Handayani, 2007. Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Nilai
Kurs Dollar AS dan Tingkat Inflasi Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi
di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Keuangan dan
Bisnis. Vol. 5, No.l Maret 2007, Hal 55-67.
Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo, 2000.
Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di
Pasar Modal Indonesia. Jakarta: BEJ.
Haryanto, M., dan Dedi Riyatno, 2007. Pengaruh
Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Terhadap
Resiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ.
Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 5, No.l Maret
2007, Hal 24-40.
Husnan, S., 2000. Dasar-dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas di Pasar Modal. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Hooker, M.A., 2004. Macroeconomic Factors and
Emerging Market Equity Returns: A Bayesian
Model Selection Approach. Journal Emerging
Markets Review. 5:379‐387.
Jogiyanto, H., 2000. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Kandir, S. Y., 2008. Macroeconomic Variables, Firm
Characteristics and Stock Returns: Evidence
from Turkey. International Research Journal of
Finance and Economics. ISSN 1450‐2887
Issue 16
Kewal, S.S., 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga,
Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap IHSG.
Jurnal Economia. Volume 8. No. 1, April 2012,
Hal 53-64.
Ma, C.K., and Kao, G.W., 1990. On Exchange Rate
Changes and Stock Prices Reaction. Journal of
Business Finance and Accounting. Hal. 441-49.
Mankiw, N. G., 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi
kelima. Alih Bahasa Imam Nurmawan. Jakarta:
Erlangga.
Mansur, M., 2004. Pengaruh Indeks Bursa Global
Terhadap IHSG pada Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Periode 2000-2002. Fakultas Ekonomi
Universitas Padjajaran Bandung.
Mok, H. M., 1993. Causality of Interest Rate,
Exchange Rate, and Stock price at Stock Market
Open and Close in Hongkong. Asia Pacific
Journal of Management. VoI.X. hal 123-129
Nopirin., 2000. Ekonomi Moneter. Buku 2, Edisi ke 1.
Cetakan kesepuluh. Yogyakarta: BPFE UGM.
Saini, A., Muzawar dan M.Azali., 2002. Stock Price
and Exchange Rate Interaction in Indonesia: An
Empirical Inquiry. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Indonesia. Volume L No.3. Hal 311-
324.
Salvatore., 2007. Ekonomi Internasional. Jilid 2. Alih
Bahasa Haris Munandar. Jakarta: Erlangga.
Samuelson dan Nordhaus., 2004. Ilmu Makro
Ekonomi. Edisi Tujuh Belas. PT. Media Jakarta:
Global Edukasi.
Sangkyun, P., 1997. Rationality of negative Stock
Price Responses to Strong Economics Activity.
Journal Financial Analyst. Sept/Oct 1997. Hal.
35-43.
Satiningsih, 2005. Pergerakan Harga Saham dan
Pengukuran Pengembalian Resiko Saham
BUMN. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Setyorini, dan Supriyadi., 2000. Hubungan Dinamis
antara Nilai Tukar Rupiah dan Harga Saham di
Bursa Efek Jakarta Pasca Penerapan Sistem
Devisa Bebas Mengambang. Simposium
Akuntansi Nasional. Ke III. Hal 771-793.
Suciwati, D.P., 2002. Pengaruh Resiko Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Return Saham: Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Vo1.17 No.4: 347-360.
Tandelilin, E., 2001. Analisis Investasi dan
Manajemen Fortofolio. Yogyakarta: BPFE.
Taylor, J.B., 2000. Low Inflation, Pass through and
Pricing Power of Firm. Journal of Economic
Perspective.
Utami, M., dan Rahayu, Mudjilah., 2003.
Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No. 2, Mei 2013 - 28
dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar
Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi.
Jurnal Ekonomi Manajemen. Vol. S, No.2.
Hal 58-67.