analisis pengaruh npm, quick ratio, der, sales...

26
1 ANALISIS PENGARUH NPM, QUICK RATIO, DER, SALES GROWTH DAN SIZE TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN NON- FINANSIAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2005-2009 Galuh Kusumo probosari Drs. Wisnu Mawardi, MM ABSTRACT This study is performed to examine the effect of Net Profit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick) , Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growth and Size toward Dividend Payout Ratio (DPR) in non-financial company that is listed in BEI. The objective of this study is to analyze the effect of the company financial ratios performance (Net Profit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growth and Size toward DPR in non-financial company that is listed in BEI over period 2005- 2009. Purposive sampling is used on this research with criterion (1) the company that represents their financial report per December 2005-2009; (2) the company that continually share their dividend over period 2005-2009. The data is obtained based on Indonesian Capital Market Directory (ICMD 2007, 2008, 2009 and 2010) publication. Sample of this research amount of 8 companies from 321 companies those are listed in BEI. Multiple regression and hypothesis test using t-statistic is used to examine partial regression coefficient and f-statistic to examine the mean of mutual effect with level of significance 5%. In addition, classical assumption test also performed including normality test, multicolinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test. This research results that Net Profit Margin gives significantly positive effect on Dividend Payout Ratio (DPR), while Quick Ratio and Sales Growth give significantly negative effect on Dividend Payout Ratio. It also funds that the other variables which is Debt to Equity Ratio (DER) and Size are not significant to DPR. Suggested for investors in Indonesian Stock Exchange whose purpose to gain dividend should be pay attention for informations that issued by the company, because with those information they can make the best decision for their investments. On this research, NPM shows the most influencing variable toward DPR that pointed by the amount of beta standardized coefficients value 0.369, Quick is 0.353, Growth is 0.332, Size is 0.197 and DER 0.028. Keywords: Net Profit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growth, Size and Dividend Payout Ratio (DPR)

Upload: doandat

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

ANALISIS PENGARUH NPM, QUICK RATIO, DER, SALES GROWTH DAN

SIZE TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN NON-

FINANSIAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

TAHUN 2005-2009

Galuh Kusumo probosari

Drs. Wisnu Mawardi, MM

ABSTRACT

This study is performed to examine the effect of Net Profit Margin (NPM), QuickRatio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growth and Size toward DividendPayout Ratio (DPR) in non-financial company that is listed in BEI. The objective ofthis study is to analyze the effect of the company financial ratios performance (NetProfit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growthand Size toward DPR in non-financial company that is listed in BEI over period 2005-2009.

Purposive sampling is used on this research with criterion (1) the company thatrepresents their financial report per December 2005-2009; (2) the company thatcontinually share their dividend over period 2005-2009. The data is obtained based onIndonesian Capital Market Directory (ICMD 2007, 2008, 2009 and 2010) publication.Sample of this research amount of 8 companies from 321 companies those are listed inBEI. Multiple regression and hypothesis test using t-statistic is used to examine partialregression coefficient and f-statistic to examine the mean of mutual effect with level ofsignificance 5%. In addition, classical assumption test also performed includingnormality test, multicolinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test.

This research results that Net Profit Margin gives significantly positive effect onDividend Payout Ratio (DPR), while Quick Ratio and Sales Growth give significantlynegative effect on Dividend Payout Ratio. It also funds that the other variables which isDebt to Equity Ratio (DER) and Size are not significant to DPR. Suggested for investorsin Indonesian Stock Exchange whose purpose to gain dividend should be pay attentionfor informations that issued by the company, because with those information they canmake the best decision for their investments. On this research, NPM shows the mostinfluencing variable toward DPR that pointed by the amount of beta standardizedcoefficients value 0.369, Quick is 0.353, Growth is 0.332, Size is 0.197 and DER 0.028.

Keywords: Net Profit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER),Sales Growth, Size and Dividend Payout Ratio (DPR)

2

1. Pendahuluan

Manajemen perusahaan dihadapkan pada tiga masalah penting yaitu keputusan

investasi, keputusan struktur modal dan kebijakan dividen. Kebijakan dividen

merupakan hal yang penting karena bukan hanya menyangkut kepentingan perusahaan,

namun juga menyangkut kepentingan pemegang saham. Dalam kebijakan dividen ini

diambil keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada

pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna

pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda.

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat

ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan

laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit

uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini (Horne dan Wachowicz,

2005).

yaitu:

Menurut Brigham (2006) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor

1) Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa

kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan

maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller

(M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh

besar kecilnya Dividend payout ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih

sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis.

2) Bird-in-the-hand theory, sependapat dengan Gordon dan Lintner yang

menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika dividend payout ratio

(DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen

daripada capital gains.

3) Tax preference theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya

pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih

menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.

Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada

kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen

sangat diperlukan. Dengan demikian perlu bagi pihak manajemen untuk

3

mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kebijakan dividen

yang ditetapkan oleh perusahaan (Hatta dalam Chasanah, 2008).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:

1) Kebijakan dividen dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan untuk

melunaskan hutang, undang-undang, larangan dalam perjanjian hutang, tingkat

ekspansi laba, tingkat laba, stabilitas laba, peluang ke pasar modal, kendali

(control) dan pajak atas laba (Weston dan Copeland, 1996)

2) Faktor-faktor kebutuhan dana bagi perusahaan, likuiditas, kemampuan untuk

meminjam, pengendalian perusahaan (Martono dan Harjito, 2008)

3) Bahwa kebijakan dividen itu dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan dana

untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan dan pengawasan

perusahaan. (Riyanto dalam Hartadi, 1995)

Damayanti dan Achyani (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kebijakan dividen pada industry manufaktur yang terdaftar di BEJ.

Variable independen yang digunakan adalah investasi, likuiditas, pertumbuhan

perusahaan dan ukuran perusahaan. Dari kelima variable tersebut, semuanya tidak

berpengaruh yang signifikan dengan dividend payout ratio.

Sutrisno (2001) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend payout

ratio pada perusahaan public di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah

Cash Position, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio, Profitability dan Holding.

Hasil dari penelitian ini yaitu hanya variable Cash Position dan DER sedangkan variable

lainnya tidak berpengaruh secara signifikan.

Rini Dwiyani H (2007) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap Dividend payout ratio. Ia menggunakan variable Cash Ratio,

DER, NPM, ROI dan Tax Rate sebagai variable independen. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa ROI dan Tax Rate berpengaruh signifikan terhadap DPR dan

variable CR, DER dan NPM tidak perpengaruh secara signifikan terhadap DPR.

Melalui pemahaman faktor yang berpengaruh pada DPR, pihak manajemen

perusahaan lebih mudah menjaga dan berusaha meningkatkan nilai perusahaannya.

Karena dengan membagikan dividen akan menarik investor baru agar melakukan

aktivitas investasinya sekaligus mempertahankan investor lama.

4

2. Tinjauan Pustaka

Teori Kebijakan Dividen

Menurut Martono dan Harjito (2008), kebijakan dividen merupakan keputusan

apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang

saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna

pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Laba ditahan (retained earning)

merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai

pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk

pemegang saham.

Dalam kebijakan dividen terdapat suatu permasalahan yaitu apakah laba

perusahaan akan dibagikan sebagai dividen ataukah ditahan sebagai laba ditahan dan

jika laba tersebut akan dibagikan, berapakah porsi yang akan diberikan oleh perusahaan

kepada pemegang saham. Meskipun demikian, perusahaan harus tetap memperhatikan

tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Adanya alternative-alternatif

pendanaan eksternal (dari luar) akan menjadikan permasalahan ini semakin rumit.

Dengan demikian, dimungkinkan membagi laba sebagai dividen dan pada saat yang

sama menerbitkan saham baru. Masalah lain adalah bahwa perusahaan bisa

membagikan dividen bukan dalam bentuk uang tunai namun dalam bentuk saham (stock

dividend). Demikian juga perusahaan bisa membagikan dana ke pemegang saham

dengan cara membeli kembali saham (repurchase of stocks) (Husnan dan Pudjiastuti,

2002).

Ada tiga pandangan dasar atau teori tentang kepedulian investor terhadap

dividen yang dibagikan perusahaan. Beberapa teori yang dikemukakan para ahli

tersebut dan asumsi-asumsinya adalah sebagai berikut (Robert Ang, 1997):

1) Teori Dividend Irrelevant

Menurut Modigliani dan Miller (MM) (1961), nilai suatu perusahaan tidak

ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum

pajak ( EBIT ) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah

tidak relevan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang

“lemah” seperti:

a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional

5

b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham

baru

c. Tidak ada pajak

d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.

Teori Dividend Irrelevant adalah suatu teori yang mengemukakan bahwa

investor tidak peduli terhadap besar kecilnya dividen yang diberikan perusahaan

kepada para pemegang saham. Teori Dividend Irrelevant ini diasumsikan bilamana

tidak ada biaya transaksi dan pajak sehingga sulit untuk diterapkan dalam dunia

nyata. Pada praktiknya, pasar modal yang sempurna sulit ditemui, biaya emisi

saham baru pasti ada, pajak pasti ada dan kebijakan investasi perusahaan tidak

mungkin tidak berubah.

2) Teori The Bird in the Hand

Gordon dan Lintner (1956) menyatakan bahwa biaya modal sendiri

perusahaan akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima

dividen dari pada capital gains. MM berpendapat, investor memandang dividend

lebih pasti dari pada capital gains. Tidak ada perbedaan menerima dividen saat ini

atau menerima capital gains di masa mendatang. Pendapat Gordon dan Lintner oleh

MM diberi nama The Bird in the Hand Theory. Teori The Bird in the Hand adalah

teori yang menjelaskan bahwa investor menghendaki pembayaran dividen yang

tinggi atau dikatakan kebijakan dividen adalah relevan. Alasan yang sering

dikemukakan dalam memilih teori dividen relevan ini karena ada anggapan bahwa

mendapat dividen tinggi saat ini resikonya lebih kecil daripada mendapat capital

gain di masa yang akan datang. Salah satu keuntungan bila menerapkan Teori

dividen relevan ini adalah dengan memberikan dividen yang tinggi, maka harga

saham perusahaan juga akan semakin tinggi pula. Tetapi perlu dicatat bahwa investor

diharuskan membayar pajak yang besar akibat dari dividen yang tinggi. Gordon dan

Litner beranggapan bahwa satu burung di tangan akan lebih berharga daripada seribu

burung di udara. Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali

menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau

perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama. Oleh sebab itu tingkat

resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh

dividen payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.

6

3) Teori Tax Preference

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979). Mereka

menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan

capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda

pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat

keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend tinggi,

capital gains rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital

gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital

gains, perbedaan ini akan makin terasa. Teori Tax Preference adalah teori yang

mengemukakan bahwa investor menghendaki pembayaran dividen yang rendah. Hal

ini dikarenakandividen dikenakan pajak, sehingga banyak investor tidak

menghendaki pembayaran dividen yang tinggi. Capital gain selanjutnya dipilih

karena pajak capital gain relatif lebih rendah daripada dividen.

Bagaimana Menentukan Kebijakan Dividen

Husnan (1997) menyatakan bahwa dalam menentukan kebijakan dividen perlu

memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesar-

besarnya. Apabila dana operasi dari perusahaan bisa dipergunakan dengan

menguntungkan, dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar (bahkan secara

teoritis tidak perlu membagi dividen).

b. Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar

saham, ada baiknya kalau perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan

rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian memudahkan

perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen kalau laba perusahaan

meningkat dan tidak perlu segera menurunkan pembayaran dividen kalau laba

menurun.

c. Apabila memang perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang

menguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen dari

pada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan

diikuti dengan penurunan harga saham, tetapi apabila pasar modal efisien harga

akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (yaitu adanya

investasi yang menguntungkan).

7

d. Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena

kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena

pembayaran dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk merealisir uang kas,

pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham sedangkan pembayaran

dividen berarti menerima kas (yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya

kalau pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan

demikian, kalau tidak ada faktor pajak, menerima dividen lebih menguntungkan

dari pada memperoleh capital gains. Karena itulah sekelompok pemodal

mungkin memilih saham yang membagikan dividen secara teratur.

e. Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan (personal tax), maka bagi

pemodal yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax

bracket tertinggi adalah 30%), mungkin akan lebih menyukai untuk tidak

menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan memilih menikmati

capital gains. Kalau sebagian besar pemegang saham merupakan pemodal yang

mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen tidak akan terlalu besar.

f. Apabila terdapat bias in favour of capital gains, maka pemodal akan lebih

menyukai untuk menerima dividen dalam jumlah yang lebih kecil.

Langkah-langkah Pembayaran Dividen

Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman

emiten atas dividen yang akan dbayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga

dengan tanggal pengumuman dividen (Ang, 1997).

Tanggal-tanggal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Tanggal pengumuman (Declaration date)

Merupakan tanggal resmi pengumuman oleh perusahaan tentang bentuk dan

besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan.

2) Tanggal cum-dividen (Cum-dividend date)

Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak

untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.

3) Tanggal ex-dividen (Ex-dividend date)

Merupakan tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat

lagi hak untuk memperoleh dividen. Investor yang membeli saham pada tanggal

8

ini atau sesudahnya maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya

untuk mendapatkan dividen.

4) Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham (Date of record)

Tanggal ini adalah tanggal terakhir dimana seorang investor harus terdaftar

sebagai pemegang saham perusahaan publik sehingga ia mempunyai hak yang

diperuntukkan bagi pemegang saham. Jadi setelah membeli saham, pemegang

saham harus mendaftarkan kepada Biro Administrasi Efek yang ditunjuk oleh

emiten untuk meregistrasi nama sebagai pemegang saham yang berhak sebelum

atau pada saat date of record.

5) Tanggal pembayaran (Payment date)

Pada tanggal ini investor yang telah terdaftar dalam daftar pemegang saham

yang berhak dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang

diumumkan oleh emiten.

Dividend Payout Ratio

Salah satu indikator yang menunjukkan besarnya nilai dividen yang dibagikan

oleh perusahaan kepada investor adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout

Ratio merupakan perbandingan antara Dividend per share dengan earning per share.

Dividen merupakan salah satu tujuan investor melakukan investasi saham, sehingga

apabila besarnya dividen tidak sesuai dengan yang diharapkan maka ia akan cenderung

tidak membeli suatu saham atau menjual saham tersebut apabila telah memilikinya

(Ang, 1997).

NPM

Menurut Riyanto (2007) dalam Rini (2007), tingkat efisiensi dan efektivitas

pengelolaan perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan laba yang diperoleh

dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Husnan dan

Pudjiastuti (1994), Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur seberapa

banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan.

NPM berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba bersih dari aktivitas penjualan. Semakin besar nilai NPM menunjukkan tingginya

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. NPM yang tinggi memberikan

sinyal keberhasilan perusahaan dalam mengemban misi dari pemiliknya.

9

Quick

Perusahaan untuk membayar dividen memerlukan aliran kas keluar sehingga

harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki perusahaan

semakin mampu membayar dividen. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (Damayanti dan Achyani, 2006).

Salah satu alat ukur likuiditas adalah Quick atau Acid Test Ratio. Rasio Cepat

sering juga disebut quick ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi

persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan

karena persediaan merupakan rekening yang paling lama untuk berubah menjadi kas

(yaitu harus melewati bentuk piutang terlebih dahulu) dan tingkat kepastian nilainya

rendah (harga persediaan mungkin tidak seperti yang dicantumkan dalam neraca,

terutama untuk persediaan barang dalam proses), maka rekening persediaan mungkin

dikeluarkan dari perhitungan (Husnan dan Pudjiastuti, 2002).

DERDebt Equity Ratio adalah ukuran proporsi ekuitas terhadap hutang yang

digunakan untuk membiayai berbagai bagian operasi perusahaan. Hal ini digunakan

sebagai standar untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Sebuah DER dihitung

dengan mengambil jumlah kewajiban dan membaginya dengan ekuitas pemegang

saham. DER merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial, yang merupakan perbandingan

antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya DER suatu perusahaan menunjukkan

risikodistribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban

perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004).

Sales Growth

Suatu perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan

modal yang cukup untuk membiayai belanja perusahaan (Weston dan Brigham, 1994).

Modal sendiri yang menggunakan laba menempati urutan pertama sebagai sumber

pembiayaan mengingat biaya modal menggunakan laba ditahan lebih murah. Rozeff

(1982) dalam Suherli dan Harahap (2004) berpendapat bahwa bilamana faktor lain tetap

konstan sedangkan perusahaan mengalami pertumbuhan yang pesat maka perusahaan

membutuhkan dana investasi untuk menciptakan angka penjualan.

10

Size

Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju

pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami

banyak kesulitan untuk memiliki kases ke pasar modal. Karena kemudahan aksesbilitas

ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh

dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen

lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Damayanti dan Achyani, 2006).

Perumusan Hipotesis

1) Pengaruh NPM terhadap DPR

Menurut Crutcheley dan Hansen (1989) dalam Suhartono (2004) apabila tingkat

keuntungan perusahaan semakin stabil maka perusahaan dapat memprediksi

keuntungan-keuntungan di masa yang akan datang dengan ketepatan yang lebih

tinggi. NPM berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba bersih dari aktivitas penjualan. Semakin besar nilai NPM menunjukkan

tingginya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi

rasio ini mengindikasikan bahwa semakin baik perusahaan menghasilkan laba

sehingga semakin tinggi pula porsi dividen yang dapat dibayarkan oleh perusahaan.

H1 : Terdapat pengaruh positif Net Profit Margin (NPM) terhadap Dividend

Payout Ratio (DPR)

2) Pengaruh Quick terhadap DPR

Menurut Damayanti dan Achyani (2006), perusahaan untuk membayar dividen

memerlukan aliran kas keluar sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup.

Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki perusahaan semakin mampu membayar

dividen. Salah satu alat ukur likuiditas adalah Quick atau Acid Test Ratio.

H2 : Terdapat pengaruh positif Quick Acid Ratio (Quick) terhadap Dividend

Payout Ratio (DPR)

3) Pengaruh DER terhadap DPR

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini

mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi

nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono,

2001). Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan

perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka

11

kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga

DER mempunyai hubungan negatif dengan Dividend Payout Ratio

H3 : Terdapat pengaruh negatif Debt Equity Ratio (DER) terhadap Dividend

Payout Ratio (DPR)

4) Pengaruh Sales Growth terhadap DPR

Menurut Damayanti dan Achyani (2006), semakin tinggi tingkat pertumbuhan

suatu perusahaan, akan semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi

perusahaan. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin

memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya

sebagai dividen. Perusahaan membutuhkan dana investasi untuk menciptakan angka

penjualan.

H4 : Terdapat pengaruh negatif Sales Growth terhadap Dividend Payout

Ratio (DPR)

5) Pengaruh Size terhadap DPR

Menurut Damayanti dan Achyani (2006), suatu perusahaan yang sudah mapan

akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang

baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki kases

ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk

fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, maka

perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran yang lebih tinggi.

H5 : Terdapat pengaruh positif Size terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

12

3. Metode Penelitian

a. Variabel Dependen

Dividen Payout Ratio. Dividend payout ratio (DPR) merupakan perbandingan

antara Dividend per share dengan earning per share. Dividen payout ratio dapat

dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dividend Payout Ratio =

b. Variabel Independen

NPM. Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur seberapa banyak

keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. NPM dapat

dicari dengan menggunakan rumus:

Net Profit Margin =

Quick. Quick acid ratio adalah pengukuran kemampuan likuiditas dalam waktu

yang cepat atau pendek. Yaitu mengukur kemampuan perusahaan membayar

hutang lancar, berdasarkan aktiva lancar selain persediaan. Quick dapat dicari

dengan menggunakan rumus:

Quick =

DER. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal.

DER dapat dihitung menggunakan rumus:

Debt Equity Ratio =

Sales Growth. Pertumbuhan perusahaan (Growth) adalah gambaran tolak ukur

keberhasilan perusahaan. Growth dapat diukur dengan menggunakan rumus:

Growth =

Size. Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang ditentukan

oleh beberapa hal antara lain total penjualan, total aktiva, dan rata-rata tingkat

penjualan perusahaan. Firm Size dapat diukur dengan menggunakan rumus:

Size = Natural Log of Total Assets

13

c. Populasi dan Sampel

Data yang digunakan adalah data perusahaan-perusahaan non-finansial yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Jumlah populasi dari

penelitian ini adalah 321 perusahaan dengan sampel yang dipilih menggunakan

purposive sample sebanyak 8 perusahaan.

d. Perumusan Model

Jika dalam penelitian terdapat dua atau lebih variabel independen, maka untuk

melihat pengaruh hubungan antara variabel dependen terhadap variabel

independennya digunakan metode analisis regresi linier berganda (Ghozali, 2005).

Pengujian akan dilakukan dengan model regresi berganda sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Keterangan:

Y = DPR

X1 = NPM

X2 = Quick

X3 = DER

X4 = Growth

X5 = Size

a = konstanta

b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien perubahan nilai tiap variable independen

e = error

Sebelum melakukan analisis regresi berganda maka terlebih dahulu dilakukan

uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi

dan uji heteroskedastisistas. Pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F

dan secara parsial menggunakan uji t.

14

4. Hasil dan Analisis

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu data secara statistik.

Deskriptif statistik dari seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian disajikan

dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1Sampel, Rata-rata Sampel (Mean), Nilai Maksimum, Nilai Minimum dan Standar

DeviasiDescriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. DeviationNPMQuickDERGrowthSizeDPRValid N (listwise)

40404040404040

.01

.31

.14-.17

11.59.06

5.942.372.88

.8517.1150.91

.51871.02751.0762

.274214.367323.4698

1.31826.56142.61714.19083

1.6408313.26827

Sumber: Data sekunder yang diolah

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel independen. Model regresi dianggap bebas

multikolinieritas jika tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai Tolerance di

bawah 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10. Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat

pada tabel 4.2.

Tabel 4.2Hasil Uji Multokolinieritas

VariabelIndependen

Collinearity StatisticsTolerance VIF

NPMQuickDERGrowthSize

.608 1.644

.664 1.507

.751 1.331

.960 1.042

.768 1.302Sumber: Data sekunder yang diolah

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada

15

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1

(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,

2005). Data yang digunakan untuk uji autokorelasi ini adalah data dari variabel

independen. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi kita harus melihat nilai uji D-

W.

Tabel 4.3Hasil Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the

Estimate Durbin-Watson1 .612a .375 .283 11.23304 1.681a. Predictors: (Constant), Size, Growth, DER, Quick, NPMb. Dependent Variable: DPRSumber: Data sekunder yang diolah

Dalam tabel uji Durbin-Watson didapatkan nilai DW sebesar 1.681, nilai ini

akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah

sampel 40 (n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di tabel Durbin- Watson

akan didapatkan nilai dL sebesar 1,230, dan dU sebesar 1,786. Oleh karena nilai dL ≤ dw

≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif antar nilai residual yang terjadi sehingga

model regresi belum bisa diputuskan apakah diterima atau ditolak. Untuk itu digunakan

Run Test untuk menentukan lolos atau tidaknya uji autokorelasi. Hasil dari Run Test

dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.4Hasil Run Test

StandardizedResidual

Test Valuea -.07906Cases < Test Value 20Cases >= Test Value 20Total Cases 40Number of Runs 15Z -1.762Asymp. Sig. (2-tailed) .078a. Median

Sumber: Data sekunder yang diolah

Hasil output SPSS pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa Nilai test adalah -0.07906 dengan probabilitas 0.078 signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol

16

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadiautokorelasi antar nilai residual.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi

heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik

scatterplot di tunjukan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1Grafik Scatterplot

Sumber: Data sekunder yang diolah

Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi

layak dipakai untuk memprediksi Dividend Payout Ratio (DPR) berdasarkan

masukan variabel independen NPM, Quick, DER, Growth dan Size.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau

residual mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Gambar 4.2 dan 4.3

menunjukkan hasil uji normalitas dengan analisis grafik.

17

Gambar 4.2Normal Probability Plot

Gambar 4.3Grafik Histogram

Sumber: Data sekunder yang diolah

Data pada grafik Normal Probability Plot dan grafik Histogram menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

18

Tabel 4.6Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestStandardized

ResidualNNormal Parametersa Mean

Std. DeviationMost Extreme Absolute

Differences PositiveNegative

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

40.0000000

.93369956.099.099

-.057.627.826

a. Test distribution is Normal.Sumber: Data sekunder yang diolah

Cara untuk mengetahui normalitas yang lain adalah dengan menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria Pengujian Uji Kolmogorov – Smirnov adalah:

1. Angka signifikansi (Asymp. Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal.

2. Angka signifikansi (Asymp. Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

Dari tabel 4.6 dapat dikatakan bahwa secara statistik, variabel pengganggu atau

residual memiliki data yang terdistribusi secara normal karena tingkat

signifikansinya berada diatas 0,05. Hal ini dapat diliht pada baris Asymp. Sig. (2-

tailed) yang menunjukkan nilai 0,826.

Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan output SPSS tersebut serta secara parsial pengaruh dari kelima

variabel independen yaitu NPM, Quick, DER, Sales Growth dan Size terhadap

DPR ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.7Hasil Perhitungan Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficie

ntst Sig.

Collinearity StatisticsB Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

NPMQuickDERGrowthSize

12.938 21.095 .613 .5443.711 1.749 .369 2.121 .041 .608 1.644

-8.312 3.934 -.352 -2.113 .042 .664 1.507.605 3.362 .028 .180 .857 .751 1.331

-23.117 9.621 -.332 -2.403 .022 .960 1.0421.589 1.251 .197 1.271 .212 .768 1.302

a. Dependent Variable: DPRSumber: Data sekunder yang diolah

19

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .612a .375 .283 11.23366 1.681

Dengan melihat tabel 4.7, dapat disusun persamaan regresi linear berganda

sebagai berikut :

DPR = 0,369 NPM – 0,352 Quick + 0,028 DER – 0,332 Growth + 0,197 Size + e

Tanda positif pada koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan

yang terjadi pada variabel independen akan mengakibatkan peningkatan pada

variabel dependen begitu juga sebaliknya tanda negatif menunjukkan bahwa setiap

peningkatan yang terjadi pada variabel independen akan mengakibatkan penurunan

pada variabel dependen.

Analisis Koefisien Determinasi (R2)Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2

yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen

(Ghozali, 2005). Hasil perhitungan koefisien determinasi penelitian ini dapat

terlihat pada tabel 4.8:

Tabel 4.8Hasil perhitungan koefisien determinasi (R2)

a. Predictors: (Constant), Size, Growth, DER, Quick, NPM

b. Dependent Variable: DPR

Sumber: Data sekunder yang diolahBerdasarkan tabel 4.8 besarnya Adjusted R Square adalah 0,283. Hal ini

memiliki arti bahwa sebesar 28,3%, variabel independen yaitu NPM, Quick, DER,

Growth, dan Size dapat digunakan untuk menerangkan variabel dependen (DPR)

sedangkan sisanya sebesar 71,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak

simasukkan dalam model regresi penelitian ini.

Uji Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2005). Hasil perhitungan Uji F ini

dapat dilihat pada tabel 4.9.

20

Tabel 4.9Hasil Uji Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regression

Residual

Total

2575.205 5 515.041 4.081 .005a

4290.631 34 126.195

6865.836 39a. Predictors: (Constant), Size, Growth, DER, Quick, NPMb. Dependent Variable: DPR

Sumber: Data sekunder yang diolah

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama

variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 4.083 dengan

probabilitas 0,005. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi

yang digunakan yaitu 5%, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi

Dividend Payout Ratio (DPR) atau dapat dikatakan bahwa variabel meliputi NPM,

Quick, DER, Growth dan Size secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Dividend Payout Ratio (DPR).

Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).

Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.7:

Dari hasil analisis regresi, dapat diketahui bahwa terdapat tiga variabel

independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ketiga

variabel tersebut adalah NPM, Quick dan Growth dengan tingkat signifikansi

masing-masing sebesar 0,041; 0,042; dan 0,022. Sedangkan dua variabel lainnya

yaitu DER dan Size tidak memiliki pengaruh yang signifikan karena nilai

signifikansinya lebih besar dari tingkat signifikansi 5%.

a. Pengujian Hipotesis 1

Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa NPM berpengaruh

positif terhadap Dividend Payout Ratio. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai

koefisien regresi untuk variabel NPM sebesar 0,369 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,041, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena

lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan

21

bahwa NPM berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio dapat diterima

karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0.05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila tingkat keuntungan

perusahaan semakin stabil maka perusahaan dapat memprediksi keuntungan-

keuntungan di masa yang akan datang dengan ketepatan yang lebih tinggi.

b. Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis kedua yaitu variabel Quick Ratio berpengaruh positif terhadap

Dividend Payout Ratio. Dari output SPSS dapat dilihat besarnya nilai

signifikansi adalah 0,042 pada tingkat signifikansi 0,05. Koefisien yang tertera

pada tabel hasil uji parsial adalah -0,353. Hai ini berarti variabel Quick Ratio

berpengaruh negatif terhadap DPR. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang

telah ditentukan. Hipotesis kedua tidak dapat diterima karena tidak sesuai

dengan hipotesis yang ditentukan meskipun berpengaruh signifikan.

Meskipun perusahaan telah memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban

jangka pendek, namun hal itu tidak menjadi alasan untuk siap membagikan

deviden dengan porsi besar, bilamana perusahaan masih memerlukan dana (yang

berasal dari laba) untuk ekspansi dan memperkokoh fundamental perusahaan.

Likuiditas dalam penelitian ini bernilai negatif karena perusahaan tidak

menggunakan likuiditas untuk membayar dividen tapi dialokasikan pada

pembelian aktiva lancar guna memanfaatkan investasi serta biaya operasional.

Perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern

akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang

sangat likuid (yang dapat dijual setiap saat pada harga pasar yang berlaku).

c. Pengujian Hipotesis 3

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap

Dividen Payout Ratio. Dari tabel 4.20 dapat dilihat koefisien variabel DER

adalah 0,028. Hal ini menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh negatif

terhadap DPR sehingga hipotesis ketiga ditolak. Ini diperkuat dengan nilai

signifikansi DER yaitu 0,857 yang jauh lebih besar daripada tingkat signifikansi

0,05 sehingga DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu

perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan

22

hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang

tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividend yang akan diterima,

karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika

beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi

dividen akan semakin rendah. Akan tetapi perlu diingat bahwa sumber

pembiayaan perusahaan tidak hanya berasal dari hutang saja melainkan juga dari

sumber internal perusahaan terutama untuk perusahaan-perusahaan besar.

d. Pengujian Hipotesis 4

Hipotesis ketiga yang diajukan menyatakan bahwa Growth berpengaruh

negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai

koefisien regresi untuk variabel Growth sebesar -0,332 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,022, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena

lebih rendah dari 0,05. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan

bahwa Growth berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio dapat dapat

diterima.

Dalam hal ini, perusahaan seharusnya lebih menyadari bahwa semakin

meningkatnya pertumbuhan penjualan dibutuhkan dana yang lebih besar untuk

membiayai pertumbuhan tersebut. Dengan demikian, pertumbuhan perusahaan

tidak akan terganggu dan mampu bertahan serta menghadapi persaingan yang

ada.

e. Pengujian Hipotesis 5

Hipotesis keempat yang diajukan menyatakan bahwa Size berpengaruh positif

terhadap dividend payout ratio. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien

regresi untuk variabel Size sebesar 0,197 dengan nilai signifikansi sebesar 0,212,

dimana nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena jauh lebih

besar dari 0,05. Dengan demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa Size

berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio tidak dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar

ukuran perusahaan maka semakin besar dividen yang dibayarkan. Hal ini

dikarenakan semakin besar ukuran perusahaan maka kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan dana akan semakin besar.

23

5. Simpulan

Model penelitian ini cukup layak karena telah lolos dalam pengujian asumsi

klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi, multikolinieritas dan

heteroskedastisitas. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi

berganda dengan lima variabel independen yaitu NPM, Quick, DER, Growth dan Size

dan satu variabel dependen dividend payout ratio pada perusahaan non-finansial yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 menunjukkan bahwa :

a. Hasil penelitian diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,283 yang berarti bahwa

28,3% variasi dividend payout ratio dapat dijelaskan oleh kelima variabel

independen yaitu NPM, Quick, DER, Sales Growth dan Size. Sedangkan

sisanya sebesar 71,7% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

b. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa NPM

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada

perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-

2009 . Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas NPM sebesar

0,041 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa NPM

berpengaruh signifikan positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) diterima.

c. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa Quick Ratio

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2005-2009 . Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai Quick Ratio sebesar

0,042 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%) namun koefisien

menunjukkan nilai negatif yaitu -0,352. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Quick Ratio berpengaruh signifikan

positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditolak.

d. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa DER

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR) pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2005-2009. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas

DER sebesar 0,028 yang berada jauh di atas 0.05 (tingkat signifikansi α=5%).

24

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa

DER berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditolak.

e. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa Growth

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2005-2009. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas Growth

sebesar 0,022 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan bahwa

Growth berpengaruh signifikan negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

diterima.

f. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa Size

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR) pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2005-2009 . Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas

Size sebesar 0,212 yang berada di atas 0.05 (tingkat signifikansi α=5%).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima yang menyatakan bahwa

Size berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditolak.

g. Dari koefisien beta standardized dapat terlihat faktor yang paling berpengaruh

adalah NPM dengan beta standardize terbesar yaitu 0,369. Kemudian Quick

ratio dengan beta standardize sebesar 0,353 dan diikuti variabel Growth

sebesar 0,332 lalu variabel Size dengan koefisien sebesar 0,197 dan yang

terakhir adalah DER dengan koefisien beta standardize sebesar 0,028.

25

Daftar Pustaka

Ang, robert (Terj). 1997. Pasar Modal Indonesia (The Intelligent to Indonesian capitalMarket). Jakarta: Mediasoft

Brigham, Eugene F & Joel F. Houston. 2006. Fundamentals Of Financial Management,Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Chasanah, Amalia Nur. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend PayoutRatio (DPR) pada Perusahaan yang Listed di Bursa Efek Indonesia(Perbandingan pada Perusahaan yang Sebagian Sahamnya Dimiliki olehManajemen dan yang Tidak Dimiliki oleh Manajemen). Tesis yang tidakdipublikasikan

Damayanti, Susana dan Fatchan Achyani. 2006. Analisis Pengaruh Investasi,Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaanterhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio (Studi Empiris pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di BEJ). JURNAL AKUNTANSI DANKEUANGAN, Vol. 5 (1). h. 51-62

Dwiyani H, Rini. 2007. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend PayoutRatio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Tesis yang tidakdipublikasikan

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Ed 3.Semarang: BP UNDIP

Hartadi, Happy S. 2006. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deviden PayoutRatio pada Perusahaan Go Public Yang Listed di Bursa Efek Jakarta PeriodeTahun 2001-2003 . www.google.com

Horne, James Van dan John M. Wachowicz (Terj). 2005. Prinsip-prinsip ManajemenKeuangan (Fundamentals of Financial Management). Jakarta: Salemba Empat

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Husnan, Suad. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Yogyakarta: BPFEMartono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: EkonomikaPurwanto, Agus dan Haryanto. 2004. Pengaruh Perkembangan Informasi Rasio

Laporan Keuangan Terhadap Fluktuasi Harga Saham Dan Tingkat KeuntunganSaham .JURNAL AKUNTANSI DAN AUDITING, Vol. 1, No. 1, p. 17-33

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BP FESuhartono. 2004. Pengujian thdp keterkaitan antara Kebijakan Dividen dan Kebijakan

Hutang scr Simultan pd Perusahaan Manufaktur yg Terdaftar di Bursa EfekJakarta. VENTURA, Vol. 7, No. 1

26

Suherli dan Sofyan S Harahap, 2004. Studi Empiris terhadap Faktor Penentu KebijakanJumlah Dividen. MEDIA RISET AKUNTANSI AUDITING DANINFORMASI, Vol. 4, No. p. 223-245

Sutrisno. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratiopada Perusahaan Publik di Indonesia. TEMA, Vol. II, No. 1. www.google.com

, 2006 IDX Statistic

, 2007 IDX Statistic

, 2008 IDX Statistic

, 2009 IDX Statistic

, 2007, Indonesian Capital Market Directory

, 2008, Indonesian Capital Market Directory

, 2009, Indonesian Capital Market Directory

_, 2010, Indonesian Capital Market Directory