analisis pengaruh pembiayaan mudharabah...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP
PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL
(STUDI KASUS DI BMT AT TAQWA)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
(S.E.Sy.)
Oleh :
SITI KHAIRUN NISA
NIM 1111046100018
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
vi
ABSTRACT
Siti Khairun Nisa, 1111046100018, “Analysis Of The Effect Of Financing The
Development Of Micro And Small Enterprises (Case Study In BMT At Taqwa)”,
This study aimed to analyze the effects of financing provided by BMT At
Taqwa to the development of micro and small enterprises, as well as analyze the
aspects that influence these developments. Samples used in this study is a
customers of financing BMT At Taqwa who own micro or small bussines. This
study uses simple regression analysis and t test.
The result of this research based on partial test (t test) showed that a significant
difference between of financing for working capital, operating profit and sales
turnover. The effect of financing on the capital value of the greatest significance
among other variables.
Keywords: Financing, Micro and Small Enterprises, Simple Regression.
vii
ABSTRAK
Siti Khairun Nisa, 1111046100018, ”Analisis Pengaruh Pembiayaan
Mudharabah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Dan Kecil (Studi Kasus
Di BMT At Taqwa)”, Program Strata 1, Program Studi Muamalat, Konsentrasi
Perbankan Syariah, Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1437 H/2016 M. xviii + 98 halaman + halaman lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan
mudharabah yang diberikan oleh BMT At Taqwa terhadap perkembangan usaha
mikro dan kecil, serta menganalisis aspek-aspek yang mempengaruhi
perkembangan tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nasabah pembiayaan mudharabah di BMT At Taqwa yang memiliki usaha mikro
atau kecil. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear sederhana
dan uji t.
Hasil penelitian ini berdasarkan pengujian secara parsial (uji t)
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pembiayaan
mudharabah terhadap modal usaha, laba usaha serta omset penjualan. Pengaruh
pembiayaan mudharabah terhadap modal usaha memiliki nilai signifikansi yang
paling besar diantara variabel yang lainnya.
Kata Kunci: Pembiayaan, Usaha Mikro dan Kecil, Regresi Sederhana
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Shalawat dan salam tak luput tercurah untuk Nabi besar Muhammad SAW.
beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat hambatan dan cobaan
yang harus penulis hadapi dengan ikhtiar dan tawakal. Alhamdulillah atas berkat
do’a orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberi motivasi
dan inspirasi.
Karena itulah dari lubuk hari yang paling dalam penulis mengucapkan terima
kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Diantaranya adalah :
1. Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A selaku Ketua Program Studi Muamalat, dan
Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program Studi
Muamalat.
3. Bapak Supriyono, MM, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan,arahan dan motivasi kepada penulis hingga selesai skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan dan mengajarkan
ilmunya selama masa perkuliahan.
ix
5. Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum dan program Studi Muamalat (Hukum Ekonomi Islam).
6. Bapak Ir. Abdul Haris, selaku Manager BMT At Taqwa Kemanggisa,
yang telah memberikan izin untuk peneliti mengadakan penelitian di BMT
At Taqwa Kemanggisan, Mbak Riri dan Mas Riza selaku Kepala Bagian
Pembiayaan BMT At Taqwa Kemanggisan yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu peneliti dalam mendapatkan informasi dan
data-data yang diperlukan dalam proses penyelesaian penulisan ini.
7. Orang tua tercinta Bapak H.Sodikin (Alm.) dan Ibu Hj. Halimah, yang
selalu mendoakan secara tulus, memberikan semangat kasih sayang dan
dukungannya baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Kakak-kakak ku tercinta Johan Arifin S.Ag, Arpandadi, Lilis Susilowati,
Siti Nurhasanah, S.Psi, Khairul Hidayat, Ahmad Fauzi, A.Md. TEM yang
telah membantu membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis
dalam kondisi senang maupun susah. Keponakan-keponakan tersayang
yang selalu menghibur di setiap saat.
9. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Perbankan Syariah A 2011 , yang
selalu membantu dan menemani penulis selama masa perkuliahan
berlangsung menjalani susah senang bersama menanggung beban bersama
seperti keluarga yang saling mendukung satu sama lain untuk tetap teguh
menggapai cita-cita.
x
10. Sahabat-sahabat ku Mutia Sarayati, Imam Syuhada Suci Hanifa, Hayatin
Nupus, Fitriyani Lathifah, Elsa Nissa Afifah, yang selalu menemani dan
memberi dukungan kepada penulis.
Akhirnya, semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian
skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak.
Semoga segala kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh Allah
SWT serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 11 Januari 2016
Siti Khairun Nisa
xi
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
Halaman Judul........................................................................................................i
Lembar Pengesahan Skripsi.................................................................................ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif.........................................................iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi......................................................................iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah.......................................................v
Abstract...................................................................................................................vi
Abstrak..................................................................................................................vii
Kata Pengantar...................................................................................................viii
Daftar Isi................................................................................................................xi
Daftar Tabel.........................................................................................................xvi
Daftar Gambar....................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................................8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................9
E. Review Studi Terdahulu...........................................................10
F. Pengajuan Hipotesis.................................................................14
G. Sistematika Penulisan...............................................................15
xii
BAB II TINJAUAN
TEORITIS................................................................17
A. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)..............................................17
1. Pengertian BMT.................................................................17
2. Prinsip Dasar BMT............................................................18
3. Fungsi BMT.......................................................................19
4. Peran BMT.........................................................................19
5. Tujuan Pembiayaan BMT..................................................20
6. Sistem Pembiayaan BMT...................................................21
7. Jenis – Jenis Pembiayaan BMT..........................................22
8. Masalah Yang di Hadapi Oleh BMT.................................24
B. Pembiayaan..............................................................................25
1. Pengertian Pembiayaan......................................................25
2. Tujuan Pembiayaan............................................................26
3. Fungi Pembiayaan..............................................................26
4. Jenis – Jenis Pembiayaan...................................................27
5. Produk – Produk Pembiayaan Syariah...............................30
C. Usaha Mikro dan Kecil (UMK)...............................................39
1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecil (UMK).......................39
2. Kriteria Usaha Mikro dan Kecil (UMK)............................41
3. Ciri – Ciri Usaha Mikro.....................................................42
4. Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)...............................43
5. Masalah Yang di Hadapi Usaha Mikro dan Kecil.............44
xiii
D. Perkembangan Usaha...............................................................46
E. Indikator Perkembangan Usaha...............................................47
F. Kerangka Berfikir.....................................................................48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................51
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................51
B. Jenis Penelitian.........................................................................51
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel...........51
D. Kerangka Pemikiran Konsep....................................................54
E. Populasi dan Sampel................................................................54
F. Jenis dan Sumber Data.............................................................55
G. Teknik Analisis Data................................................................56
a. Uji Prasyarat Regresi Linear Sederhana............................56
1) Uji Normalitas Data.....................................................56
2) Uji Linearitas Data.......................................................57
b. Uji Regresi Linear Sederhana ............................................57
1) Koefisien Korelasi........................................................58
2) Koefisien Determinasi (R2)..........................................58
3) Uji – t............................................................................59
4) Uji F.............................................................................60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN..............................................61
A. Gambaran Umum BMT At Taqwa..........................................61
B. Profil Responden......................................................................62
1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...................63
xiv
2. Profil Responden Berdasarkan Usia...................................63
3. Profil Responden Berdasarkan Status ................................64
4. Profil Responden Berdasarkan Jenis Usaha.......................65
C. Uji Validitas Dan Reliabilitas..................................................65
1. Pengujian Validitas Butir Item Konstruk Variabel............65
2. Uji Reliabilitas Konstruk Variabel.....................................68
D. Deskripsi Data..........................................................................70
E. Hasil Penelitian........................................................................72
1. Uji Prasyarat Regresi Linear Sederhana............................72
a) Uji Normalitas Data.....................................................72
b) Uji Linearitas Data......................................................74
2. Uji Regresi Linear Sederhana............................................76
a) Uji Koefisien Korelasi.................................................76
b) Uji Koefisien Determinasi (R2)...................................78
c) Uji t..............................................................................81
d) Uji F.............................................................................84
3. Analisis Perkembangan Pembiayan Mudharabah..............86
4. Analisis Perkembangan Pendapatan BMT.........................88
5. Kondisi Jumlah Nasabah Pembiayaan...............................90
F. Pembahasan..............................................................................91
BAB V PENUTUP.....................................................................................95
A. Kesimpulan..............................................................................95
B. Saran.........................................................................................97
xv
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................99
LAMPIRAN..........................................................................................................99
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan
Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012......................................................................3
Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil.....................................................41
Tabel 4.1 Hasil Analisis Validitas Instrumen Menggunakan Korelasi Product
Moment Untuk Modal Usaha (Y1)........................................................................66
Tabel 4.2 Hasil Analisis Validitas Instrumen Menggunakan Korelasi Product
Moment Untuk Laba Usaha (Y2)...........................................................................67
Tabel 4.3 Hasil Analisis Validitas Instrumen Menggunakan Korelasi Product
Moment Untuk Omset Penjualan (Y3)..................................................................67
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Untuk Modal Usaha (Y1)............................68
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Untuk Laba Usaha (Y2)..............................69
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Untuk Omset Penjualan (Y3)......................70
Tabel 4.7 Deskriptif Total Skor Pembiayaan Mudharabah, Modal Usaha,
Laba Usaha, dan Omset Penjualan.........................................................................71
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas......................................................................73
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas Modal Usaha (Y1).........................................74
Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas Laba Usaha (Y2)............................................75
Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas Omset Penjualan (Y3)...................................75
xvii
Tabel 4.12 Koefisien Korelasi Untuk Modal Usaha (Y1)................................76
Tabel 4.13 Koefisien Korelasi Untuk Laba Usaha (Y2)................................77
Tabel 4.14 Koefisien Korelasi Untuk Omset Penjualan (Y3).........................78
Tabel 4.15 Koefisien Determinasi (R2) Untuk Modal Usaha (Y1)..................78
Tabel 4.16 Koefisien Determinasi (R2) Untuk Laba Usaha (Y2)...................79
Tabel 4.17 Koefisien Determinasi (R2) Untuk Omset Penjualan (Y3)...........80
Tabel 4. 18 Hasil Uji t Untuk Modal Usaha (Y1).............................................81
Tabel 4. 19 Hasil Uji t Untuk Laba Usaha (Y2).............................................82
Tabel 4. 20 Hasil Uji t Untuk Omset Penjualan (Y3)......................................83
Tabel 4. 21 Hasil Uji F Untuk Modal Usaha (Y1)............................................84
Tabel 4. 22 Hasil Uji F Untuk Laba Usaha (Y2)..............................................85
Tabel 4. 23 Hasil Uji F Untuk Omset Penjualan (Y3)......................................85
Tabel 4. 24 Data Pembiayaan Mudharabah BMT AT Taqwa Periode 2011-
2013........................................................................................................................86
Tabel 4. 25 Data Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah BMT AT
Taqwa.....................................................................................................................87
Tabel 4. 26 Pendapatan Mudharabah BMT AT Taqwa Periode 2011-2013
(Dalam Rupiah)......................................................................................................88
xviii
Tabel 4. 27 Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah BMT At
Taqwa.....................................................................................................................89
Tabel 4. 28 Jumlah Nasabah Pembiayaan At Taqwa Periode 2011-
2013........................................................................................................................90
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir..........................................................................50
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Konsep..........................................................54
Gambar 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...............................63
Gambar 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia...............................................64
Gambar 4.3 Profil Responden Berdasarkan Status............................................64
Gambar 4.4 Profil Responden Berdasarkan Jenis Usaha...................................65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian
Koperasi dari seluruh kelas usaha yang ada, menunjukkan bahwa usaha
skala mikro dan kecil di Indonesia menempati porsi sekitar 99%, artinya
hampir seluruh usaha di Indonesia merupakan usaha kecil, hanya 1 % saja
usaha menengah dan besar. Perkembangan dan Pertumbuhan Usaha Mikro
dan Kecil (UMK) / Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pun
cukup bagus dari tahun ke tahun. UKM/UMKM mampu menjadi
stabilisator dan dinamisator perekonomian di Indonesia. Sebagai negara
berkembang, Indonesia sangat penting memperhatikan UMKM.
Alasannya, UMKM mempunyai kinerja lebih baik dalam tenaga kerja
yang produktif, meningkatkan produktivitas tinggi, dan mampu hidup di
sela-sela usaha besar. UMKM mampu menopang usaha besar, seperti
menyediakan bahan mentah, suku cadang, dan bahan pendukung lainnya.
UMKM juga mampu menjadi ujung tombak bagi usaha besar dalam
menyalurkan dan menjual produk dari usaha besar ke konsumen.
Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis
dalam pembangunan ekonomi nasional, karena selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang
terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak
2
usaha berskala besar yang mengalami stagnasi (kemacetan) bahkan
berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti
lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman
yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan
apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi
unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam
skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.
Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang
UMKM. Dalam pasal 1 dari Undang Undang (UU) tersebut dinyatakan
bahwa :1
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang-perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana mana telah diatur oleh UU tersebut. Usaha Kecil adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar yang
memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.
1 UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
3
Tabel 1.1
Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan
Usaha Besar (UB) Tahun 2011 -2012
Indikator Satuan Tahun 2011
Jumlah Pangsa
(Jt) (%)
Tahun 2012
Jumlah Pangsa
(Jt) (%)
Perkembangan
Tahun 2011-2012
Jumlah (%)
(Jt)
UNIT
USAHA
(Unit) 55.211 56.539 1.328.163
Usaha
Mikro, Kecil
dan
Menengah
(Unit) 55.206 99,99 56.534 99,99 1.328.147 2,41
Usaha Mikro
(UMi)
(Unit) 54.559 98,82 55.856 98,79 1.296.207 2,38
Usaha Kecil
(UK)
(Unit) 602.195 1,09 629.418 1,11 27.223 4,52
Usaha
Menengah
(UM)
(Unit) 44.280 0,08 48.997 0,09 4.717 10,65
Usaha Besar (Unit) 4.952 0,01 4.968 0,01 16 0,32
4
TENAGA
KERJA
(Orang) 104.613 110.808 6.194 5,92
Usaha
Mikro, Kecil
dan
Menengah
(UMKM)
(Orang) 101.722 97,24 107.657 97,16 5.935 5,83
Usaha Mikro
(UMi)
(Orang) 94.957 90,77 99.859 90,12 4.901 5,16
Usaha Kecil
(UK)
(Orang) 3.919 3,73 4.535 4,09 615 15,71
Usaha
Menengah
(UM)
(Orang) 2.844 2,72 3.262 2,94 417 14,67
Usaha Besar
(UB)
(Orang) 2.891 2,76 3.150 2,84 259 8,97
Sumber :www.depkop.go.id
Menurut data dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia, usaha mikro mendominasi pangsa pasar di
Indonesia. Terbukti dari data yang ada, pangsa pasar usaha mikro sangat
besar di bandingkan dengan usaha-usaha lainnya.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga sangat berperan sebagai
sumber pertumbuhan kesempatan kerja atau pendapatan. Fakta ini
5
menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok
usaha tersebut jauh lebih banyak dibandingkan tenaga kerja yang bisa di
serap oleh Usaha Besar (UB). Karena itu, UMKM diharapkan bisa terus
berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang
jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya. Dengan banyak menyerap
tenaga kerja berarti UMKM juga mempunyai peran strategis dalam upaya
pemerintah memerangi kemiskinan di dalam negeri.
Perkembangan UMKM di Negara Sedang Berkembang (NSB)
dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-hambatan tersebut (atau
intensitasnya) bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lain, atau antara
pedesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau antar sesama perusahaan di
sektor yang sama. Namun demikian, ada sejumlah persoalan yang umum
untuk semua UMKM di negara manapun juga, khususnya di dalam
kelompok NSB. Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk
keterbatasan modal maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam
pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input lainnya,
keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi (kualitas SDM rendah) dan
kemampuan teknologi, biaya transportasi dan energi yang tinggi,
keterbatasan ekonomi, biaya tinggi akibat prosedur administrasi dan
birokrasi yang kompleks khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan
ketidakpastian akibat peraturan dan kebijaksanaan ekonomi yang tidak
jelas atau tak menentu arahnya.2
2 Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Indonesia, (Jakarta:LP3ES, 2012), h. 51
6
Di Indonesia, sesungguhnya telah mengembangkan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dengan istilah yang lebih di kenal
dengan nama“Baitul Mal wa Tamwil” atau bisa disebut juga “Balai Usaha
Mandiri Terpadu” atau disingkat BMT. Kehadiran BMT diharapkan
mampu menanggulangi masalah permodalan yang dialami oleh pengusaha
kecil mikro, sehingga distribusi modal dan pendapatan dapat dirasakan
masyarakat kecil yang tidak tersentuh oleh kebijakan pemerintah. Peluang
pengembangan BMT di Indonesia sangat besar, mengingat Usaha Mikro
dengan skala pinjaman dibawah Rp. 5 Juta adalah segmen pasar yang
dapat dilayani dengan efektif oleh lembaga ini.
Salah satu masalah yang dihadapi pelaku UMKM adalah kesulitan
permodalan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Oleh
karena itu pembiayaan syariah dari BMT diberikan untuk membantu
pelaku UMKM sehingga usaha yang ditekuni dapat berkembang. Usaha
yang berkembang ini kemudian dapat meningkatkan omset dan
keuntungan pemilik UMKM yang mendapatkan pembiayaan syariah dari
BMT tersebut.
BMT selain sebagai lembaga alternatif penyalur modal, juga
memiliki misi, yaitu mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan
masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi,
gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi
riil dan kelembagaan menuju tatanan perekonomian yang makmur dan
7
maju serta gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang
berlandaskan syariah.3
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah
Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Dan Kecil (Studi Kasus Di
BMT At Taqwa)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT
memberikan kontribusi bagi perkembangan Usaha Mikro dan
Kecil?
2. Apakah terjadi peningkatan modal, laba serta omset penjualan dari
sisi pelaku Usaha Mikro dan Kecil setelah mendapatkan
pembiayaan mudharabah?
3. Apakah ada peningkatan pendapatan BMT dari penyaluran
pembiayaan mudharabah yang dilakukan?
4. Apakah jumlah nasabah penerima pembiayaan meningkat dari
tahun ke tahun ?
3 Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM Di
Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 17
8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut dapat disimpulkan
bahwa masalah utama yang dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil (UMK)
adalah masalah permodalan (kekurangan modal). Para pedagang enggan
untuk melakukan permohonan pembiayaan ke Bank dan lembaga formal
lainnya karena banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi untuk
memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan untuk usahanya.
Dengan adanya BMT, menjadi solusi alternatif bagi para
pengusaha sektor UMK dalam mengembangakan usahanya. Berdasarkan
masalah tersebut, maka penulis membatasi permasalahan diantaranya
pada, produk pembiayaan dibatasi pada pembiayaan mudharabah yang
disalurkan oleh BMT At Taqwa. Selain itu, faktor–faktor yang digunakan
untuk menilai perkembangan usaha meliput : modal usaha, laba usaha dan
omset penjualan.
Dengan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh pembiayaan yang diberikan oleh BMT At
Taqwa terhadap modal usaha nasabah ?
2. Bagaimanakah pengaruh pembiayaan yang diberikan oleh BMT At
Taqwa terhadap laba usaha nasabah ?
3. Bagaimanakah pengaruh pembiayaan yang diberikan oleh BMT At
Taqwa terhadap omset penjualan nasabah ?
9
4. Faktor manakah yang paling dipengaruhi oleh pembiayaan
mudharabah dari BMT At Taqwa ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisa pengaruh pemberian pembiayaan mudharabah
dari BMT terhadap perkembangan usaha mikro dan kecil.
b. Menganalisa aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan
usaha mikro dan kecil.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Memberikan wawasan keilmuan mengenai pengaruh
pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT tehadap
perkembangan usaha mikro dan kecil, serta mengetahui
seberapa banyak sektor usaha mikro dan kecil dapat menyerap
tenaga kerja.
b. Bagi Lembaga
Sebagai bahan pertimbangan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
dalam menentukan kebijakan mengenai penyaluran
pembiayaan mudharabah kepada para nasabah ataupun calon
nasabah pembiayaan.
10
c. Bagi Masyarakat
Dapat membantu masyarakat dalam memahami konsep dan
penerapan pembiayaan mudharabah yang di lakukan oleh
Baitul Maal Wa Tamwil.
E. Review Studi Terdahulu
1. Analisis dampak pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan
keuntungan umkm di kabupaten bogor, oleh Risya Maulida Septiana,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2013.
Penelitian ini menganalisis akses UMKM terhadap pembiayaan mikro
syariah BMT dan dampaknya terhadap perkembangan usaha. Metode
regresi logistic digunakan untuk akses UMKM terhadap pembiayaan
mikro syariah BMT dan metode OLS digunakan untuk menganalisis
dampak kredit dari BMT pada perkembangan usaha. Hasil regresi
logistic menunjukan bahwa factor yang mempengaruhi akses umkm
terhadap pembiayaan mikro syariah dari BMT adalah dummy akses
pinjaman perbankan konvensional, dummy jenis kelamin, dan dummy
jenis usaha 1 (perdagangan). Banyaknya jumlah pembiayaan mikro
syariah BMT berpengaruh positif terhadap perkembangan keuntungan
usaha UMKM. Keuntungan usaha meningkat sebesar 28 persen per
tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keuntungan
usaha adalah lama pendidikan, jumlah pembiayaan mikro syariah
BMT, perubahan omset dan total aset.
11
2. Peran Pembiayaan Unit Jasa Keuangan Syariah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro, oleh Rifka Kusumawardani, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
2013.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pembiayaan Unit
Jasa Keuangan Syariah Ubasyada terhadap perkembangan usaha
mikro dan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan atas
perkembangan usaha mikro sebelum dan sesudah pemberian
pembiayaan. Sampel yang digunakan disini adalah usaha mikro yang
melakukan pembiayaan dengan UJKS Ubasyada. Penelitian ini
menggunakan metode menggunakan metode analisis linear sederhana
dan uji T sampel berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel modal sesudah pembiayaan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap laba usaha mikro sebelum dan sesudah
pembiayaan, dan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
laba usaha sebelum dan sesudah melakukan pembiayaan pada UJKS
Ubasyada.
3. Pengaruh Penyaluran Dana Pinjaman Modal Usaha Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) Di Sekitar Kelurahan
Bintaro (Studi Pada KJK PEMK Bintaro) oleh Faridah, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
2014.
12
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif,
dengan metode regresi linear sederhana. hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pertama, variabel modal usaha tidak memiliki
pengaruh yang nyata terhadap variabel omset pada usaha anggota.
Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) diperoleh t-hitung -3.379
lebih kecil dari t-tabel 1,6648. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap omset. Kedua,
variabel modal usaha memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel
kepuasan anggota. Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t)
diperoleh t hitung 5.750 lebih besar dari t tabel 1,6648. Hal ini
menunjukkan bahwa secara statistik variabel ini berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel kepuasan anggota.
4. Analisis Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Setelah Memperoleh
Pembiayaan Mudharabah Dari BMT At Taqwa Halmahera Di Kota
Semarang, oleh Fitra Ananda, Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro, 2011.
Penelitian ini menggunakan metode uji validitas, uji realibilitas dan uji
pangkat tanda wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis uji pangkat tanda
wilcoxon terjadi peningkatan modal usaha sebesar 92% setelah
mendapatkan pembiayaan dari BMT At Taqwa. Omzet penjualan pun
mengalami perubahan, terjadi peningkatan sebesar 103 % setelah
mendapatkan pembiayaan.Sama halnya dengan keuntungan, terjadi
peningkatan sebesar 65% setelah mendapatkan pembiayaan. Dengan
13
demikian dengan adanya pembiayaan dari BMT At Taqwa maka
modal usaha, omzet penjualan dan keuntungan mengalami
peningkatan yang sangat berarti.
5. Pengaruh pembiayaan mudharabah BMT Binamas Terhadap
Perkembangan Usaha dan Pendapatan Nasabah Mudharabah Di BMT
Binamas Purworejo, oleh Suryati, Fakultas Ekonomi, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2012. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif melalui perhitungan mean (M), Median (Me),
Modus (Mo) dan standar deviasi (SD) serta analisis konfirmatori SEM
(structural Equation Modeling) atau disebut juga model perssamaan
struktural untuk melakukan pengujian hipotesis. Hasil dari penilitian
ini menunjukan bahwa pemberian pembiayaan mudharabah terhadap
perkembangan usaha nasabah memiliki pengaruh positif dan
signifikan dengan nilai R sebesar 0,717 dan p=0,001(p < 0,05),
terdapat pengaruh positif dan signifikan antara perkembangan terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara perkembangan usaha terhadap
peningkatan pendapatan nasabah dengan nilai R sebesar 0,535 dan p =
0,001 (p<0,05), terdapat pengaruh pemberian pembiayaan
mudharabah terhadap peningkatan pendapatan nasabah mudharabah
melalui perkembangan usaha. Besarnya pengaruh tidak langsung
pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan pendapatan nasabah
perkalian dari koefisien jalur masing-masing 0,717*0,535 = 0,383.
14
Terdapat perbedaan yang ada dalam penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yaitu, Pada penelitian ini menggunakan metode
regresi linear sederhana dengan variabel bebas adalah pembiayaan
mudharabah (X) dan variabel terikat adalah modal usaha (Y1), laba
usaha (Y2) dan omset penjualan (Y3). Serta dalam penelitian ini
penulis juga menjelaskan tentang pengaruh pembiayaan mudharabah
tersebut terhadap pendapatan yang didapatkan oleh pihak BMT serta
kondisi jumlah nasabah pembiayaan dari tahun ke tahun.
F. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak
bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrumen kerja dari teori. Sebagai
hasil dedukasi dari teori atau proposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya,
sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris.4
Hipotesis bisa saja benar dan bisa saja salah. Maka dari itu
dibutuhkan pengujian untuk mengetahui perubahan dan perkembangan
modal,omzet penjualan dan keuntungan UMK setelah memperoleh
pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT. Maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut :
4 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES), hal. 43
15
1. H0 = tidak adanya pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap
modal usaha.
Ha = ada pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap modal
usaha.
2. H0 = tidak adanya pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap laba
usaha.
Ha = adanya pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap laba
usaha.
3. H0 = tidak adanya pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap
omset penjualan.
Ha = ada pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap omset
penjualan.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka (review studi terdahulu), pengajuan hipotesis, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini akan disajikan teori-teori yang akan digunakan dalam
menyelesaikan masalah, diantaranya meliputi pembiayaan mudharabah,
16
perkembangan usaha, Baitul Maal Wa Tamwil, Usaha Mikro Dan Kecil
(UMK).
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian diantaranya meliputi lokasi dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, jenis penelitian, sumber data, dan teknik analisis
data.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan mengenai profil BMT At Taqwa, Gambaran
umum responden, hasil analisis dan interpretasi terhadap temuan
penelitian dengan cara mengolah data dari alat uji yang disesuaikan.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan kesimpilan yang menjawab dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya serta saran-saran yang dapat
diberikan pada perusahaan yang berhubungan dengan objek dan tujuan
penelitian serta analisis yang telah dilakukan.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
1. Pengertian BMT
Baitul Mal wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri
terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara
lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. Selain itu, Baitul Mal wa Tamwil juga bisa menerima titipan
zakat, infak dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan
dan amanatnya.5
Baitul Mal wa Tamwil adalah lembaga ekonomi atau
keuangan syariah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal
karena lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan
formal lainnya.
Pola pengembangan institusi keuangan ini diadopsi dari
bayt al-mal yang pernah dan sempat tumbuh dan berkembang pada
masa Nabi SAW dan Khulafa al Rasyidin. Oleh karena itu, keberadaan
BMT selain bisa dianggap sebagai penyalur pendayagunaan harta
5 PINBUK, Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai-Usaha Mandiri Terpadu.(Jakarta: PINBUK)
h. 1
18
ibadah seperti zakat, infaq dan shadaqah, juga bisa dianggap sebagai
institusi yang bergerak di bidang investasi yang bersifat produktif
seperti layaknya bank.6
2. Prinsip Dasar BMT
BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang salaam,
yaitu penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Prinsip dasar
BMT adalah (Heykal dan Huda, 2010):
a. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu
‘amala (memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai
salaam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
b. Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan
jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab
sepenuhnya kepada masyarakat.
c. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah).
d. Demokratis, partisipatif, dan inklusif.
e. Keadilan sosial dan kesetaraan gender, non-diskriminatif.
f. Ramah lingkungan.
g. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta
keanekaragaman budaya.
h. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan
kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.
6 H.A. Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) h.184
19
3. Fungsi BMT
BMT memiliki dua fungsi, sebagai lembaga keuangan dan lembaga
ekonomi. Sebagai lembaga keuangan ia bertugas menghimpun dana
dari masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga
berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri dan
pertanian.
4. Peran Baitul Mal Wa Tamwil
BMT memiliki beberapa peranan antara lain:7
a. Menjauhkan masyrakat dari praktek ekonomi non-syariah.
Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti
penting sistem ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan
pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang
Islami, misalnya supaya ada bukti dalam bertransaksi, dilarang
curang dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan
sebagainya.
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus
bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan
mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan,
penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah
atau masyarakat umum.
c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang
masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu
7 Sudarsono, Heri. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonosia,2008) h.104
20
memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan
segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih
baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang
sederhana dan lain sebagainya.
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang
merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat
yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu
langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka
pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya
dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan
kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis
pembiayaan.
5. Tujuan Pembiayaan BMT
Pembiayaan yang diberikan BMT kepada pengusaha mikro dan
kecil diberikan dalam rangka untuk:8
a. Upaya memaksimalkan laba
Artinya, setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu
menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu
mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba
maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.
8 Muhammad. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Pergulatan Melawan Kemiskinan & Penetrasi
Ekonomi Global), (Jakarta: Graha Ilmu,2009) h. 35
21
b. Upaya meminimalkan resiko
Artinya, usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba
maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko
yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat
diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi
Artinya, sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan
melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya
manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan
sumber daya manusianya ada, dan sumber modal tidak ada maka
dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan
pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya
ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana
Artinya, dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki
kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya
dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi
jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan
(surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.
6. Sistem Pembiayaan BMT
Pembiayaan merupakan salah satu tugas BMT, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
22
pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat
penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal yaitu :9
a. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukkan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun
investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan.
7. Jenis - Jenis Pembiayaan BMT
Jenis-jenis pembiayaan BMT lebih diarahkan pada pembiayaan mikro,
kecil bawah dan bawah. Produk pembiayaannya antara lain:
a. Pembiayaan Mudharabah yaitu bentuk kerja sama antara dua
pihak atau lebih dimana pemilik modal (shahib al-maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
b. Pembiayaan Musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
9 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani,2001)
h. 160.
23
c. Pembiayaan Murabahah yaitu akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Dimana penjual harus
memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebut. Perbedaan yang mendasar dari musyarakah dan
mudharabah terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen
dan keuangan atau salah satu diantara itu. Dalam mudharabah,
modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam
musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
d. Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil yaitu pembiayaan untuk
membeli barang dengan cicilan. Syarat-syarat dasar dari produk
ini hampir sama dengan pembiayaan murabahah . Perbedaan
diantara keduanya terletak pada cara pembayaran, dimana pada
pembiayaan murabahah pembayaran ditunaikan setelah
berlangsungnya akad kredit, sedangkan pada pembiayaan Al
Bai’Bitsaman Ajil cicilan baru dilakukan setelah nasabah
penerima barang mampu memperlihatkan hasil usahanya.
e. Al Qardhul Hasan yaitu suatu akad pinjaman kepada nasabah
dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana
yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati
oleh LKS dan nasabah. Pembiayaan ini biasanya menggunakan
dana ZIS yang juga di kelola oleh BMT.
24
8. Masalah Yang Dihadapi Oleh BMT
Ada beberapa kendala yang di hadapi oleh BMT dalam menjalankan
usahanya, antara lain :
a. Belum memadainya sumber daya manusia yang terdidik dan
profesional
b. Permodalan (dana) yang relatif kecil dan terbatas
c. Adanya ambivalensi antara konsep syariah pengelolaan BMT
dengan operasionalisasi di lapangan
d. tingkat kepercayaan yang masih rendah dari umat Islam dan
secara akademik belum terumuskan dengan sempurna untuk
mengembangkan lembaga keuangan syariah dengan cara
sistematis dan proporsional.
Bila dilihat dari latar belakang berdirinya, BMT merupakan
jawaban terhadap tuntutan dan kebutuhan kalangan umat Muslim.
Kehadiran BMT muncul di saat umat Islam mengharapkan adanya
lembaga keuangan yeng berbasis syariah dan bebas dari unsur riba
yang dinyatakan haram. Eksistensi lembaga keuangan syariah sejenis
BMT, jelas memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi
berwawasan syariah terutama dalam memberikan solusi bagi
pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta menjadi inti kekuatan
ekonomi yang berbasis kerakyatan dan sekaligus menjadi penyangga
utama sistem perekonomian nasional. Hal ini menunjukkan peranan
BMT sangat berarti bagi masyarakat karena BMT merupakan suatu
25
lembaga mikro syariah yang mampu memecahkan permasalahan
fundamental yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah
khususnya di bidang permodalan. BMT tidak hanya befungsi dalam
penyaluran modal tetapi juga berfungsi untuk menangani kegiatan
sosial.
B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Menurut M. Syafi’i Antonio pembiayaan merupakan salah
satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Sedangkan
menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan
menyatakan Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan
ituberdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak
lainyang mewajibkan pihak yang dibiayaai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu dengan imbalan atau bagi
hasil.
Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
dan Mikro Menengah No.06/per/M.KUKM/I/2007 tentang petunjuk
teknis program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro pola
syariah bahwa pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk
investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota,
26
calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya yang mewajibkan
penerimaan pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang
diterima kepada pihak koperasi sesuai akad dengan pembayaran
sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang
dibiayaai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut.
2. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi
sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat
dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak
dibidang industri, pertanian dan perdagangan untuk menunjang
kesempatan kerja dan menunjang produksi an distribusi barang-barang
dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor.10
3. Fungsi Pembiayaan
Adapun fungsi pembiayaan antara lain:
a. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan
sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
b. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank
konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh bank konvensional
10
Yusuf dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank (Cirebon: STAIN Press, 2009). h. 60
27
c. Membantu masyrakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan
oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha
yang dilakukan.11
4. Jenis - Jenis Pembiayaan
Pembiayan dilihat dari sifat penggunaannya dapat dibagi menjadi:12
a. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produktif, perdagangan maupun
investasi.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi:
1) Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas
ataupun mutu hasil produksi. Serta untuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.
Bank konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut
dengan cara memberikan pinjaman sejumlah uang yang
11
www.mujahidinimeis.wordpress.com
28
dibutuhkan untuk mendanai seluruh kebutuhan yang
merupakan kombinasi dari komponen-komponen modal kerja
tersebut, baik untuk keperluan produksi maupun perdagangan
untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan berupa uang.
Sedangkan bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh
kebutuhan modal kerja tersebut, bukan dengan meminjamkan
uang melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan
nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang dana
(shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha
(mudharib). Skema pembiayaan seperti ini disebut sebagai
mudharabah (trust financing). Fasilitas ini dapat diberikan
untuk jangka waktu tertentu sedangkan bagi hasil dibagi secara
periodik dengan nisbah yang telah disepakati. Setelah jatuh
tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta
porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) yang menjadi bagian
bank.
2) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk
keperluan investasi yaitu keperluan penambahan modal guna
mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian
proyek baru.
Untuk pembiayaan investasi bank syariah menggunakan skema
musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini bank memberikan
29
pembiayaan dengan prinsip penyertaan dan secara bertahap
bank melepaskan penyertaannya dan pemilik perusahaan akan
mengambil alih kembali, baik dengan menggunakan surplus
cash flow yang tercipta maupundengan menambah modal, baik
yang berasal dari setoran pemegang saham yang ada ataupun
dengan mengundang pemegang saham baru.
3) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis digunakan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi
dibedakan atas (a) kebutuhan primer (pokok) yaitu: makanan,
pakaian, tempat tinggal dan pendidikan, (b) kebutuhan
sekunder (kebutuhan tambahan) perhiasan, kendaraan,
pariwisata dan sebagainya.
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk
pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan
skema:
a. Jual beli dengan angsuran
b. Al ijarah muntahia bit tamlik atau sewa beli
c. Al Musyarakah Mutanaqishah atau descreasing
partisipasion, dimana secara bertahap untuk menurunkan
jumlah partisipasinya.
d. Ar Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa
30
Pembiayaan konsumsi biasanya digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan sekunder. Sedangkan kebutuhan
primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan
pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu
memenuhi kebutuhan pokoknya tergolong fakir atau
miskin, dan oleh karena itu wajib diberikan zakat atau
shodaqah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajiakan (al
qard al hasan), yaitu pinjaman dengan kewajiban
pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan
apapun.
5. Produk - Produk Pembiayaan Syariah
a. Penghimpunan Dana
Ada beberapa prinsip operasional yang diterapkan dalam
penghimpunan dana dari masyarakat antara lain:
1) Prinsip Wadi’ah (Titipan atau Simpanan)
Al Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang
harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendaki.
Terdapat dua jenis al wadiah, yaitu:
a) Wadiah Yad Al Amanah adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak
diperkenankan menggunakan barang/uang tersebut yang
31
dititipkan dan tidak bertanggungjawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan
perbuatan atau kelalaian penerima titipan.
b) Wadiah Yad Adh-Dhamanah adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau
tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan
barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap
kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua
manfaat keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan
barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan.
2) Prinsip Mudharabah
Al Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
(mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerug
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah
dibagi menjadi dua jenis:
32
a) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah merupakan akad kerjasama antara
shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas
dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis.
b) Mudharabah Muqayyadah
Mudaharabah muqayyadah merupakan bentuk akad
kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana
mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal
mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.
b. Penyaluran Dana
Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi
kedalam empat kategori yang diberdasarkan tujuan
penggunaannya, yaitu:13
a) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli
b) Pembiayaan dengan prinsip sewa
c) Pembiayaan dengan bagi hasil
d) Pembiayaan dengan akad pelengkap
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki
barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan
untuk mendpatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha
13
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo,2004),
h.97
33
kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa
sekaligus.
1) Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Landasan hukum prinsip jual beli yaitu Q.S. Al Baqarah ayat
275 yang artinya “....Allah menghalalkan jual-beli (al-ba’i) dan
melarang riba....” menunjukkan bahwa praktik bunga adalah
tidak sesuai dengan semangat Islam. Pengertian jual-beli
meliputi berbagai akad penukaran antara suatu barang dan jasa
dalam jumlah tertentu atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan
jumlah atau harga barang dan jasa tersebut dapat dilakukan
segera ataupun secara tangguh. Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang
dijual.
a) Pembiayaan Murabahah
Murabahah (al ba’i bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai
murabahah saja. Murabahah berasal dari kata ribhu
(keuntungan), adalah transaksi jual beli dimana bank
menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual
adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan
(margin). Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli
34
barang dengan menyatakan harga perolehandan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjua dan pembeli.14
b) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang
diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran
dilakukan tunai.15
c) Pembiayaan Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, tapi dalam
istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna dalam
bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur dan konstruksi.
Dalam fatwa DSN-MUI, dijelaskan bahwa jual beli
istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antar pemesan (pembeli, mushani’)
dan penjual (pembuat dan shani’).16
2) Prinsip Sewa
a. Ijarah
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Karim
(2004) ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)
14
Ibid, h. 113 15
Ibid, h. 99 16
Ibid, h. 116
35
atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
b. Ijarah muntahiya Bit Tamlik
Ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT) adalah transaksi sewa
dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan obyek
sewa diakhir periode sehingga transaksi diakhiri dengan
alih kepemilikan obyek sewa.
3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah berdasarkan atas prinsip bagi hasil
adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah suatu bentuk akad
kerjasama perniagaan antara pemilik modal untuk
menyertakan modalnya dalam suatu usaha, dimana masing-
masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam
pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dibagi
menurut proporsi pernyataan modal atau berdasarkan
kesepakan bersama. Musyarakah dapat diartikan pula
sebagai percampuran dana untuk tujuan pembagian
keuntungan.
36
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/perniagaan
antara pihak pemilik dana (shahibul maal) sebagai pihak
yang menyediakan modal dana sebesar 100 persen dengan
pihak pengelola modal (mudharib), untuk diusahakan
dengan porsi keuntungan akan dibagi bersama (nisbah)
sesuai dengan kesepakatan dimuka dari kedua belah pihak,
sedangkan kerugian (jika ada) akan ditanggung pemilik
modal, kecuali jika diketemukan adanya kelalaian atau
kesalahan oleh pihak pengelola dana (mudharib), seperti
penyelewengan kecurangan dan penyalahgunaan.
Berdasarkan Direktorat Perbankan Syariah BI tahun 2001
terdapat beberapa ketentuan umum untuk pembiayaan
mudharabah, antara lain:
1) Jumlah modal yang diserahkan kepad nasabah selaku
pengelola modal harus diserahkan tunai dan dapat
berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya
dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara
bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati
bersama.
2) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah
dapat diperhitungkan dengan dua cara:
37
Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue
sharing)
Perhitungan dari keuntungan proyek (profit
sharing)
3) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam
akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati.
Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh
kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan
pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan dana.
4) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
nasabah, namun tidak berhak mencampuri urusan
pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah cedera janji
dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar
kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, dapat
dikenakan sanksi administrasi.
c. Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap
38
ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini.
1) Hawalah (alih hutang-piutang)
Hawalah adalah pengalihan hutang/piutang dari orang
yang berhutang/berpiutang kepada orang lain yang
wajib menanggung atau menerimanya.
2) Rahn (gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan.
Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria:
Milik nasabah sendiri
Jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan
berdasarkan nilai riil pasar.
Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan
oleh bank.
3) Qard
Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini
digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan
sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan
shadaqah.
39
4) Wakalah (perwakilan)
Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili
dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
transfer.
5) Kafalah (Garansi Bank)
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung.
C. Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecial (UMK)
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) :17
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria Usaha
Mikro sebagaimana di atur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang ini.
17
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
40
Usaha Mikro dan Kecil adalah unit usaha produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha di semua sector ekonomi. Pada prinsipnya
perbedaan antara usaha mikro, usaha kecil,dan menengah
umumnya didasarkan pada nilai asset awal (tidak termasuk
tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun atau jumlah
pekerja tetap.
Adapun ciri-ciri usaha mikro adalah :
1) Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap,
sewaktu-waktu dapat berganti.
2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu
dapat pindah tempat.
3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana
sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga
dengan keuangan usaha.
4) Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki
jiwa wirausaha yang memadai.
5) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
Umumnya belum akses kepada perbankan, namun
sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan
non bank.
6) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan
legalitas lainnya termasuk NPWP.
41
Contoh usaha Mikro adalah pertanian, peternakan,
pedagang eceran dan usaha-usaha jasa seperti: penjahit
(konveksi), perbengkelan, salon kecantikan.
Contoh Usaha Kecil adalah pedagang dipasar grosir (agen),
pengrajin industri kayu dan rotan, industri alat-alat rumah
tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan.
2. Kriteria Usaha Mikro dan Kecil
Dalam UU tersebut kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikan UMK seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah
nilai kekayaan bersih atau nilai asset, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. 18
Tabel. 2.1
Kriteria Usaha Mikro dan Kecil
No Uraian Kriteria
Asset Omzet
1 Usaha Mikro Max 50 jt Max 300 Jt
2 Usaha Kecil 50 Jt – 500 Jt 300 Jt – 2,5
M
Sumber : www.depkop.go.id
Berdasarkan kriteria diatas Usaha Mikro adalah usaha yang
memiliki asset maksimal sebesar 50 Juta dan omzet penjualannya
maksimal sebesar 300 Jt. Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha yang
memiliki asset diatas 50 Jt – 500 Jt dan beromzet lebih dari 300 Jt –
18
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Indonesia, (Jakarta:LP3ES, 2012), h.
12
42
2,5 pertahun. Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria,
sejumlah lembaga pemerintah seperti Departemen Perindustrian dan
Badan Pusat Statistik (BPS) selama ini juga menggunakan jumlah
pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha
mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.
Di Indonesia, usaha mikro dan kecil (UMK) saat ini
dianggap sebagai salah satu cara paling efektif dalam pengentasan
kemiskinan. UMK diatur secara hukum melalui Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil. UMK merupakan
suatu kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian
Indonesia dan hal ini terbukti ketika UMK menjadi stabilitator
perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator
pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.
3. Ciri - Ciri Usaha Mikro
a. Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu
dapat berganti.
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat
pindah tempat.
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana
sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan
keuangan usaha.
d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa
wirausaha yang memadai.
43
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; Umumnya
belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
f. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
4. Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Peran usaha mikro dan kecil sangat penting dalam
pembangunan ekonomi. karena tingkat penyerapan tenaga kerjanya
yang relatif tinggi dan kebutuhan modal investasinya yang kecil,
UMKM bisa dengan fleksibel menyesuaikan dan menjawab kondisi
pasar yang terus berubah. Hal ini membuat UMKM tidak rentan
terhadap berbagai perubahan eksternal. UMKM justru mampu dengan
cepat menangkap berbagai peluang, misalnya untuk melakukan
produksi yang bersifat substitusi impor dan meningkatkan pemenuhan
kebutuhan dalam negeri. Karena itu, pengembangan UMKM dapat
menunjang diversifikasi ekonomi dan percepatan perubahan struktural,
yang merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi jangka panjang
yang stabil dan berkesinambungan.
5. Masalah Yang Dihadapi Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) pada hakikatnya
merupakan tanggung jawab bersama, baik antara pemerintah dan
masyarakat. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh UMK
44
berdasarkan pada evaluasi dan revitalisasi pemerintah dibidang
UMKM yaitu:
a. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif
antara lain dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan
berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan usaha,
keringanan pajak dan sebagainya.
b. Bantuan Permodalan
Pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-
syarat yang tidak memberatkan bagi UMK, untuk membantu
peningkatan permodalannya baik itu melalui sektor jasa financial
formal, sektor jasa financial informal, skema penjamin, leasing dan
dana modal ventura. Pembiayaan untuk usaha mikro kecil(UMK)
sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang
ada, maupun non bank.
c. Perlindungan Usaha
Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang
merupakan usaha golongan ekonomi lemah harus mendapatkan
perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang
maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling
menguntungkan.
45
d. Pengembangan Kemitraan
Perlu adanya pengembangan kemitraan yang saling membantu
antara UMK, atau UMK dengan pengusaha besar didalam negeri
maupun luar negeri. Untuk menghindarkan terjadinya monopoli
dalam usaha, disamping itu juga untuk memperluas pangsa pasar
dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian UMK
akan mempunyai kekuatann dalam bersaing dengan pelaku bisnis
lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Pemerintah perlu
meningkatkan pelatihan bagi UMK baik dalam aspek
kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta
keterampilannya dalam mengembangkan usahanya, disamping itu
juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di
lapangan untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan
kemitraan rintisan.
e. Omset
Salah satu tujuan dari pemanfaatan UMKM dalam koperasi atau
Credit Union ataupun lembaga keuangan non bank adalah untuk
meningkatkan omset dari penjualan. Meningkatnya omset pada
wirausaha juga sangat berpengaruh pada kemajuan UMKM.
Apabila pada wirausaha tidak mengalami omset meningkat maka
pihak dari UMKM biasanya mengadakan pelatihan dan
46
penyuluhan bagi anggota/mitra agar lebih memahami usaha yang
dijalankan.19
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa UMK
adalah jenis usaha produktif yang dijalankanoleh seseorang dengan
harapan bisa mendapatkan keuntungan serta dapat meningkatkan
taraf kehidupannya.
Selain itu Badan Pusat Statistik (2003)
juga mengidentifikasikan permasalahan umum yang dihadapi oleh
UMKM adalah :
a. Kurang permodalan.
b. Kesulitan dalam pemasaran.
c. Persaingan usaha ketat.
d. Kesulitan bahan baku.
e. Kurangnya keahlian dalam teknis produksi.
f. Keterampilan manajerial kurang.
g. Kurang pengetahuan manajemen keuangan, dan
h. Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan,
aturan/perundangan).
D. Perkembangan Usaha
Perkembangan usaha merupakan suatu keadaan terjadinya
peningkatan omset penjualan. Menurut Jeaning Beaver dalam Muhammad
Sholeh, “tolak ukur tingkat keberhasilan dan perkembangan perusahaan
19
(sumber: www.evaluasi,revitalisasiumkm.co.id/pemerintahdibidangumkm/februari2013).
47
kecil dapat dilihat dari peningkatan omset penjualan”. Ia mengatakan
bahwa salah satu ciri usaha atau bisnis itu berkembang adalah selalu saja
kekurangan modal. Dengan kata lain bisnisnya bertambah maju maka
dibutuhkan modal tambahan.
E. Indikator Perkembangan Usaha
Tolak ukur perkembangan usaha atau keberhasilan usaha haruslah
merupakan parameter yang dapat diukur sehingga tidak bersifat nisbi atau
bahkan bersifat maya yang sulit untuk dapat dipertanggungjawabkannya.
Semakin konkrit tolak ukur itu semakin mudah bagi semua pihak untuk
memahami serta membenarkan atas diraihnya keberhasilan tersebut.
Para peneliti20
menganjurkan peningkatan omset penjualan,
pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan pelanggan sebagai
pengukuran perkembangan usaha. Berkaitan dengan tolak ukur
keberhasilan dari kebijakan bisnis Indriyo Gitosudarmo dalam jurnal
Sulastri Rini Rindrayani dan M. Astihan (2007) menyatakan ukuran
terhadap keberhasilan dari kebijaksanaan bisnis tersebut dapat berupa
besar kecilnya penghasilan (income) atau keuntungan (Profity) yang
diperoleh. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa dengan
naiknya laba yang diterima maka usaha mikro juga dapat dikatakan
berkembang.
20
Kim dan Choi 1994, Lee dan Miller 1996 , Lou, 1999, Hadjimanolis 2000 at Miles.
48
F. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan.21
Sektor usaha mikro dan kecil (UMK) mempunyai peranan yang
penting dalam perekonomian nasional. Sektor usaha mikro dan kecil
merupakan penopang utama perekonomian Indonesia dilihat dari besarnya
jumlah pelaku usaha mikro dan kecil.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah(LKMS) merupakan salah satu
sumber pembiayaan untuk mengatasi masalah permodalan Usaha Mikro
dan Kecil (UMK) karena sifatnya yang lebih fleksibel, misalnya dalam hal
persyaratan dan jumlah pinjaman yang tidak seketat persyaratan
perbankan. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa keberadaan
lembaga-lembaga keuangan informal, seperti Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS) sesuai dengan kebutuhan para pelaku usaha mikro dan
kecil yang umumnya membutuhkan pembiayaan sesuai skala dan sifat
usaha kecil.
Salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang
memberikan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil adalah Baitul
Maal Wa Tamwil (BMT). BMT adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil. Secara konseptual BMT memiliki
21
Abdul Hamid, Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta: FEIS UIN Press. hal. 25
49
dua fungsi: melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan
kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiataan ekonominya.
Baitul Maal Wa Tamwil At Taqwa memiliki komitmen untuk
membantu mengembangkan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk komitmen itu
adalah dengan adanya produk-produk pembiayaan yang ditawarkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan nasabah/anggota dan calon nasabah/anggota,
yaitu pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah yang dijalankan
ini merupakan alternatif bagi para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
Melalui pembiayaan mudharabah ini, BMT At Taqwa bermaksud
memberikan kemudahan akses yang lebih besar bagi para pelaku usaha
mikro dan kecil yang sudah feasible tetapi belum bankable mendapatkan
modal usaha.
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini bertujuan untuk
melihat sejauh mana pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT
At Taqwa dapat membantu mengembangkan usaha mikro dan kecil.
50
Gambar 2.3
Kerangka Berfikir
Baitul Maal Wa Tamwil
(BMT) At Taqwa
Laba Usaha Modal Usaha
Perkembangan Usaha Mikro
dan Kecil
Pembiayaan Mudharabah
Omset Penjualan
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Baitul Maal Wa Tamwil At Taqwa Jalan Sakti
IV Komplek Pajak Kemanggisan Jakarta Barat 11820. Pertimbangan
pemilihan lokasi ini adalah karena BMT ini terletak di wilayah yang
strategis , sehingga cocok untuk dijadikan tempat penelitian. Waktu
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2015.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif,
dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik. Metode kuantitatif digunakan apabila
masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang
terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dan praktik, antara
rencana dengan pelaksanaan.22
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Definisi Variabel
Variabel adalah simbol atau lambang yang dapat dilekatkan
bilangan atau nilai.23
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1989),
variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian yang
22
23
Fred Kerlinger, Foundation Of Berhavioral Research. 1993
52
dianggap sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
yang diteliti.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu
variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-
tindakan yang perlu untuk mengukur pada variabel tersebut.
Adapun definisi operasional untuk masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Variabel Terikat (Dependen Variabel) adalah variabel yang
perilakunya dipengaruhi oleh variabel lain (variabel bebas).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:
Y : Perkembangan keuntungan usaha mikro dan kecil setelah
memperoleh pembiayaan
Dalam penelitian ini perkembangan usaha mikro dan kecil dapat
dilihat dari 3 hal :
1) Modal Usaha
Modal adalah sejumlah harga (uang/barang) yang digunakan
untuk menjalankan usaha, modal berupa uang tunai, barang
dagangan, bangunan dan lain sebagainya24
. Yang dimaksud
modal usaha disini kemampuan finansial usaha mikro dalam
menjalankan operasional usahanya atau untuk memproduksi
24
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi. (Jakarta: Raja Grafin Persada,2002). h. 34
53
barang dan atau jasa. Satuan untuk mengukur modal usaha
berdasarkan nominal uang dalam rupiah.
2) Laba Usaha
Laba secara operasional merupakan selisih antara pendapatan
yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode
dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut yang
dinyatakan dengan satuan rupiah.
Laba merupakan indikator untuk mengukur perkembangan
usaha. Perkembangan usaha dikatakan baik apabila terjadi
peningkatan laba secara stabil.
3) Omset Penjualan
Omset penjualan adalah jumlah total produksi yang dapat dijual
dalam sebulan yang dihasilkan oleh pengusaha mikro. Omset
penjualan dapat dihitung dengan mengalikan total jumlah yang
terjual dengan harga yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
b. Variabel Independen (Independen Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
1) Jumlah Pembiayaan Mudharabah
Jumlah pembiayaan mudharabah disini adalah sejumlah dana
yang diberikan oleh pihak BMT At Taqwa kepada nasabah
pembiayaan.
54
D. Kerangka Pemikiran Konsep
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran Konsep
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.25
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para
nasabah pembiayaan mudharabah di BMT At Taqwa.
25
Ibid., h.55
Pembiayaan
Mudharabah
Omset
Penjualan (Y3)
Laba Usaha (Y2)
Modal Usaha
(Y1)
Nasabah
BMT AT Taqwa
Pendapatan
BMT
Jumlah
Nasabah
55
Populasi adalah keseluruhan unit analisis/hasil pengukuran yang
dibatasi oleh suatu kriteria tertentu. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.26
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh
nasabah pembiayaan mudharabah di BMT At Taqwa yang berjumlah 60
orang. Pengambilan sampel jika subjeknya kurang dari 100 orang
sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100
orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan seluruh populasi yang ada sebagai
sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan metode
probability sampling yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dari
suatu populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang
sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang diseleksi sebagai
sampel mempunyai peluang yang sama.27
F. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer
dan data sekunder.
1. Data primer adalah data asli yang penulis kumpulkan sendiri, melalui
wawancara dan kuesioner yang disebar kepada responden atau nasabah
pembiayaan Mudharabah di BMT At Taqwa.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 73 27
J. Supranto, Statistik Teori Dan Aplikasi (Jakarta: Erlangga, 2000). h. 23
56
2. Data sekunder adalah data yang sudah ada. Data sekunder diperoleh
dengan cara melakukan pengutipan dari sumber lain yang menerbitkan
data tersebut.
G. Teknik Analisis Data
Analisis kuantitatif statistik yaitu metode analisis regresi dengan
menggunakan data-data yang sudah ada. Tujuan menggunakan regresi
linear sederhana adalah untuk mendapatkan tingkat akurasi dan dapat
mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan antara variabel
independen (jumlah pembiayaan mudharabah) terhadap variabel dependen
(perkembangan usaha mikro dan kecil).
a. Uji Prasyarat Regresi Linear Sederhana
Model regresi linier sederhana dianggap baik jika model regresi
tersebut memenuhi beberapa asumsi, yaitu asumsi normalitas dan
linieritas.
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal.28
Untuk mengetahui normalitas
data pada regresi dihitung dengan rumus Lilifors pada bagian
Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila
nilai signifikan Kolmogorov Smirnov > α = 0,05.
28
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2000), h.214.
57
2) Uji Linearitas Data
Uji Linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model
yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang
digunakan dalam suatu model empiris sebaiknya berbentuk linear
atau non linear.
b. Uji Regresi Linear Sederhana
Uji regresi linear sederhana digunakan untuk menguji signifikan atau
tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien regresinya.29
Metode regresi linear sederhana adalah suatu metode analisis yang
dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Dengan persamaan umum regresi linear
sederhana sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Perkembangan usaha nasabah setelah memperoleh
pembiayaan dari BMT (rupiah)
a = Konstanta yaitu nilai Y bila X = 0
b = Koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah
satu satuan
X = Jumlah Pembiayaan Mudharabah
29
Misbahuddin, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.155.
Y = a + bX
58
1) Koefisien Korelasi
Analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara dua variabel atau lebih. Secara spesifik tujuan
analisis korelasi adalah untuk mengetahui apakah diantara dua
variabel ada variabel terdapat hubungan, jika ada hubungan
bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut.30
2) Koefisien Determinasi (R2)
Analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
sumbangan atau kontribusi variabel independen (jumlah
pembiayaan mudharabah) terhadap variabel dependen
(perkembangan usaha mikro dan kecil). Besar koefisien
determinasi (R2) didapat dari menguadratkan koefisien korelasi (r).
Koefisien Determinasi dapat dilambangkan dengan (R2). Dengan
rumus:
R2 = r
2 x 100%
Keterangan :
R2
= Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
Sedangkan koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus:
(∑ ) (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) ∑ ∑ ( ) +
30
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2010), h.141.
59
Penelitian ini menggunakan nilai adjusted untuk
mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted mampu naik dan turun
apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model
regresi. Seperti halnya koefisien determinasi, nilai adjusted juga
berkisar antara nol dan satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti
semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependennya.31
3) Uji t
Pengujian statistik adalah pengujian terhadap masing-
masing variabel independen. Uji t (coefficient) akan dapat
menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen.
Hipotesis yang digunakan:
a) Bila Ho : bi ≤ 0 = variabel independen berpengaruh negatif
terhadap variabel dependen.
b) Bila Ho : bi ≥ 0 = variabel independen berpengaruh positif
terhadap variabel dependen.
Jika t tabel > t hitung maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika t tabel < t hitung maka Ho ditolak, berarti variabel
independen secara individual berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
31
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h. 97
60
Dalam pengolahan uji statistik bertujuan untuk melihat
seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen
(jumlah pembiayaan mudharabah) terhadap variabel dependen
(perkembangan usaha mikro dan kecil).
4) Uji F
Uji F adalah Uji F atau uji global dilakukan untuk melihat
apakah terjadi pengaruh myata antara variabel bebas (independen)
terhadap variabel terikat (dependen) secara keseluruhan.
Uji simultan dengan uji F ini bertujuan ntuk mengetahui pengaruh
bersama – sama variabel independen terhadap variabel dependen.
Apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel variabel dependen.
61
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT At Taqwa
Berawal dari kurang berkembangnya usaha masyarakat yang ada di
sekitar mesjid At Taqwa karena kurangnya modal, hal ini menyebabkan
praktek rentenir tumbuh subur dilingkungan masjid At Taqwa. Praktek
tersebut sangat merugikan para pengusaha kecil karena para rentenir
menetapkan bunga yang sangat tinggi, selain itu tingkat kesenjangan sosial
ekonomi antara si miskin dan si kaya di lingkungan masjid At Taqwa
sangat kental, sehingga menyebabkan si miskin dekat dengan kekufuran.
Di samping itu, praktek kristenisasi di lingkungan ini telah menyebar
cukup luas, salah satu praktek kristenisasi yang dilakukan adalah dengan
pembagian sembako.
Tiga hal diatas lah yang menjadi alasan dan peluang (opportunity)
bagi pengurus Yayasan Taqwa Bhakti untuk mendirikan lembaga
keuangan mikro yang khusus mengelola dana zakat, infaq, maupun
shodaqoh untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan dengan cara
yang arif dan bijaksana. Atas dasar cita-cita dan komitmen itu, maka
didirikanlah Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang diharapkan
menjadi lembaga perjuangan perekonomian umat.
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) At Taqwa resmi didikan pada hari
minggu, tanggal 01 Oktober 1994 dihadiri oleh pejabat pajak, Komisaris
62
Bank Muamalat Prof. Dr. Amin Aziz, Dewan Syariah Bank Muamalat
Syafi’i Antonio dan keluarga besar masyarakat komplek pajak yang
terletak di lingkungan Komplek Masjid At Taqwa.
Pada tanggal 01 November 2000 BMT At Taqwa resmi berbadan
hukum Koperasi Karyawan Yayasan Taqwa Bhakti (Kop, Taqwa Bhakti),
No.16/PAD/KDK 9.3/XI/2000. Hal ini telah sesuai dengan landasan
hukum yang harus dimiliki oleh suatu usaha dibidang jasa keuangan.32
Perkembangan BMT At Taqwa dari waktu ke waktu menunjukkan nilai
yang positif. Sumber Daya Manusia (SDM) yang awalnya hanya
berjumlah 4 orang di tahun 1994 kini menjadi 20 orang. Modal awal yang
dimiliki sebesar Rp. 23 Juta meningkat hingga Rp. 250 Juta dengan asset
Rp. 4,5 Milyar. Kepercayaan masyarakat pun semakin meningkat, jumlah
anggota BMT At Taqwa yang terdaftar pada saat ini sekitar 4000 orang.
B. Profil Responden
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah nasabah pembiayaan
mudharabah di BMT At Taqwa. Dalam penelitian ini jumlah responden
sebanyak 60 orang. Untuk mengetahui identitas nasabah, berikut ini akan
diuraikan berdasarkan jenis kelamin, usia, status dan jenis usaha yang
dijalankan.
32
Dokumentasi BMT At Taqwa
63
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dari 60 responden, diperoleh nasabah
yang berjenis kelamin pria berjumlah 35 orang ( 75%) dan perempuan
berjumlah 15 orang (25%).
Gambar 4.1
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
2. Usia
Dilihat dari usia, nasabah yang berada pada rentan umur dibawah 20
tahun 3 orang (5%), 21 – 30 tahun berjumlah 25 orang (40%), 30 – 40
tahun berjumlah 15 orang (25%), 40-50 tahun berjumlah 10 orang
(17%), dan > 50 tahun berjumlah 7 orang (12%).
75%
25%
Jenis Kelamin
PRIA WANITA
64
Gambar 4.2
Profil Responden Berdasarkan Usia
3. Status
Dilihat dari segi statusnya nasabah yang belum menikah berjumlah 20
orang (25%), menikah 40 orang (75%).
Gambar 4.3
Profil Responden Berdasarkan Status
5%
41%
25%
17%
12%
Usia
< 20 tahun
21-30 tahun
31-40 tahun
40-50
> 50 tahun
33%
67%
Status
BELUM MENIKAH
MENIKAH
65
4. Jenis Usaha
Jenis usaha yang dijalankan oleh nasabah yaitu dalam bidang
perdagangan sebanyak 38 orang (63%) dan di bidang jasa sebanyak
22 orang (37%).
Gambar 4.4
Profil Responden Berdasarkan Jenis Usaha
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Pengujian Validitas Butir Item sebuah Konstruk Variabel
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
pertanyaan yang diajukan dapat mewakili objek yang diamati,
sehingga pertanyaan dalam kuisioner memenuhi syarat sah atau tidak
untuk dijadikan data primer dalam penelitian. Pengujian validitas
sebuah konstruk dari suatu intrumen penelitian dilakukan dengan
menghitung angka korelasi, atau r hitung dari nilai jawaban seluruh
responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan
r tabel. Nilai r tabel dihitung berdasarkan rumus N – 2 atau 30 – 2 =
63%
37%
DAGANG
JASA
66
28, dengan tingkat signifikansi 5% maka didapat nilai r tabel adalah
sebesar 0.374. Setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka
korelasi (r hitung) lebih besar atau sama dengan r tabel.
Tabel 4.1
Hasil Analisis Validitas Instrumen Mengggunakan Korelasi Product
Moment Untuk Modal Usaha (Y1)
Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria
Modal_Usaha1 0,789 0.374 Valid
Modal_Usaha2 0,731 0.374 Valid
Modal_Usaha3 0,824 0.374 Valid
Modal_Usaha4 0,718 0.374 Valid
sumber: Output SPSS 22
Berdasarkan tabel validitas diatas diperoleh kesimpulan
bahwa dari 4 item butir pertanyaan tentang modal usaha yang diuji
kepada 30 responden menunjukkan bahwa semua item butir
pertanyaan modal usaha adalah valid. Hal ini dikarenakan semua nilai
r hitung seluruh item butir pertanyaan modal usaha > r tabel pada taraf
signifikansi 5%.
67
Tabel 4.2
Hasil Analisis Validitas Instrumen Menggunakan Korelasi Product
Moment Untuk Laba Usaha (Y2)
Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria
Laba_Usaha1 0,709 0.374 Valid
Laba _Usaha2 0,652 0.374 Valid
Laba _Usaha3 0,679 0.374 Valid
Laba _Usaha4 0,627 0.374 Valid
Laba _Usaha5 0,701 0.374 Valid
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan tabel validitas diatas diperoleh kesimpulan
bahwa dari 5 item butir pertanyaan tentang laba usaha yang diuji
kepada 30 responden menunjukkan bahwa semua item butir
pertanyaan laba usaha adalah valid. Hal ini dikarenakan bahwa semua
nilai r hitung item butir pertanyaan laba usaha > r tabel pada taraf
signifikansi 5%.
Tabel 4.3
Hasil Analisis Validitas Instrumen Menggunakan Korelasi Product
Moment Untuk Omset Penjualan (Y3)
Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria
Omset_Jual1 0,725 0.374 Valid
Omset_Jual2 0,757 0.374 Valid
Omset_Jual3 0,641 0.374 Valid
Omset_Jual4 0,666 0.374 Valid
Omset_Jual15 0,792 0.374 Valid
Omset_Jual6 0,876 0.374 Valid
Sumber : Output SPSS 22
68
Berdasarkan tabel validitas diatas diperoleh kesimpulan bahwa dari 6
item butir pertanyaan tentang omset penjualan yang diuji kepada 30
responden menunjukkan bahwa semua item butir pertanyaan omset
penjualan adalah valid. Hal ini dikarenakan seluruh nilai r hitung item
butir pertanyaan omset penjualan > r tabel pada taraf signifikansi 5%.
2. Uji Reliabilitas Konstruk Variabel
Uji reliabilitas konstruk sebuah variabel hanya dapat
dilakukan setelah sebuah instrumen telah dipastikan validitasnya.
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk
menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi sebuah konstruk pertanyaan
yang digunakan. Untuk melihat reliabilitas konstruk pertanyaan adalah
dengan menghitung koefisien Cronbach’ Alpha dengan bantuan
program SPSS 22. Konstruk skala sebuah variabel dapat dikatakan
reliable jika nilai alpha lebih besar dari 0.60.
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas untuk Modal Usaha((Y1)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.763 .765 4
Sumber : Output SPSS 22
69
Berdasarkan data pada tabel di atas nilai cronbach’s Alpha
variabel Modal Usaha adalah 0.763. Karena nilai variabel Modal
Usaha memiliki nilai cronbach alpha 0,763 lebih dari 0.60, maka
dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel Modal
Usaha adalah reliable.
Tabel 4.5
Hasil Uji Realibilitas untuk Laba Usaha (Y2)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.696 .700 5
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan data pada tabel di atas nilai cronbach’s Alpha
variabel Laba Usaha adalah 0.696. Karena nilai variabel Laba Usaha
memiliki nilai cronbach alpha 0,696 lebih dari 0.60, maka dapat
disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel laba usaha
adalah reliabel.
70
Tabel 4.6
Hasil Realibilitas untuk Omset Penjualan (Y3)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.840 .838 6
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan data pada tabel di atas nilai cronbach’s Alpha
variabel Omset Penjualan adalah 0.840. Karena nilai variabel Omset
Penjualan memiliki nilai cronbach alpha 0,840 lebih dari 0.60, maka
dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel Omset
Penjualan adalah reliabel.
D. Deskripsi Data
Pengukuran statistik deskriptif total skor suatu variabel dilakukan
untuk melihat nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan
standar deviasi untuk masing-masing variabel. Untuk variabel independen
yaitu variabel Pembiayaan Mudharabah (X), dan variabel dependen yang
terdiri dari variabel Modal Usaha (Y1), variabel Laba Usaha (Y2) dan
variabel Omset Penjualan (Y3) yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
71
Tabel 4.7
Deskriptif Total Skor Pembiayaan Mudharabah,
Modal Usaha, Laba Usaha, dan Omset Penjualan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Pembiayaan Mudharabah 60 35000000 65000000 48375000.00
Modal Usaha 60 12 20 16.03
Laba Usaha 60 17 25 20.60
Omset Penjualan 60 20 30 25.05
Valid N (listwise) 60
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan tabel descriptive statistic di atas diperoleh gambaran
mengenai deskripsi masing-masing variabel. Untuk variabel Pembiayaan
Mudharabah (X) menunjukkan nilai minimum pembiayan mudaharabah
yang diberikan kepada nasabah adalah sebesar Rp. 35,000,000, nilai
maksimum pembiayan mudaharabah yang diberikan kepada nasabah
adalah sebesar Rp. 65,000,000, nilai rata-rata pembiayan mudharabah
yang diberikan kepada nasabah adalah sebesar Rp. 48,375.000. Untuk
variabel Modal Usaha (Y1) menunjukkan nilai minimum jawaban
responden adalah sebesar 12 atau minimal jawaban responden adalah 3
artinya kurang setuju, nilai maksimum jawaban responden adalah sebesar
20 atau maksimal jawaban responden adalah 5 artinya sangat setuju, nilai
rata-rata jawaban responden adalah sebesar 16 atau rata-rata jawaban
responden adalah sebesar 4 artinya setuju. Untuk variabel Laba Usaha (Y2)
menunjukkan nilai minimum jawaban responden adalah sebesar 17 atau
minimal jawaban responden adalah 3,4 (dibulatkan menjadi 3) artinya
72
kurang setuju, nilai maksimum jawaban responden adalah sebesar 25 atau
maksimal jawaban responden adalah 5 artinya sangat setuju, nilai rata-rata
jawaban responden adalah sebesar 20,60 atau rata-rata jawaban responden
adalah 4,12 (dibulatkan menjadi 4) artinya setuju. Sedangkan untuk
variabel Omset Penjualan menunjukkan nilai minimum jawaban
responden adalah sebesar 20 atau minimal jawaban responden adalah 3,3
(dibulatkan menjadi 3) artinya kurang setuju, nilai maksimum jawaban
responden adalah sebesar 30 atau maksimal jawaban responden adalah 5
artinya sangat setuju, nilai rata-rata jawaban responden adalah sebesar
25,05 atau rata-rata jawaban responden adalah 5,01 (dibulatkan menjadi
5) artinya sangat setuju.
E. Hasil Penelitian
1. Uji Prasyarat Regresi Linear Sederhana
Model regresi linear sederhana dianggap baik jika model regresi
tersebut memenuhi beberapa asumsi, yaitu asumsi normalitas dan
lineraitas. Berikut ini adalah hasil dan pembahasan dari uji asumsi
regresi linear sederhana.
a) Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data dimaksud untuk mengetahui apakah
sampel yang digunakan dalam penelitian berasal dari data yang
berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas data
pada regresi dihitung dengan rumus Lilifors pada bagian
73
Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila
nilai signifikan Kolmogorov Smirnov > α = 0,05.
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pembiayaan Mudharabah .108 60 .078 .968 60 .119
Modal Usaha .110 60 .069 .968 60 .114
Laba Usaha .109 60 .076 .969 60 .131
Omset Penjualan .108 60 .077 .969 60 .125
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan table Tests of Normality diatas menunjukkan
bahwa nilai signifikan kolmogorov smirnov variabel pembiayaan
mudaharabah, modal usaha, laba usaha, dan omset penjualan
masing-masing adalah 0,078, 0,069, 0,076, dan 0,077 lebih besar
dari nilai α = 0,005. Karena semua nilai signifikan kolmogorov
smirnov lebih besar dari nilai α = 0,005, maka sampel dari semua
variabel berasal dari data yang terdistribusi normal.
74
b) Uji Linearitas Data
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model
yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang
digunakan dalam suatu model empiris sebaiknya berbentuk linear
atau non linear. Dengan pengujian linearitas akan diperoleh
informasi apakah model empiris (regresi) sebaiknya linear atau non
linear. Pengujian linearitas dihitung dengan menggunakan rumus
annova sebagai berikut.
Tabel 4.9
Uji Linearitas Modal Usaha (Y1)
ANOVA Tablea
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Modal Usaha *
Pembiayaan Mudharabah
Between
Groups
(Combined) 140.162 12 11.680 6.553 .000
Linearity 126.526 1 126.526 70.988 .000
Deviation from
Linearity 13.636 11 1.240 .695 .736
Within Groups 83.771 47 1.782
Total 223.933 59
Sumber : Output SPSS 22
75
Tabel 4.10
Uji Linearitas Laba Usaha (Y2)
ANOVA Tablea
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Laba Usaha *
Pembiayaan Mudharabah
Between
Groups
(Combined) 95.475 12 7.956 3.311 .002
Linearity 89.436 1 89.436 37.224 .000
Deviation from
Linearity 6.039 11 .549 .228 .994
Within Groups 112.925 47 2.403
Total 208.400 59
Sumber : Output SPSS 22
Tabel 4.11
Uji Linearitas Omset Penjualan (Y3)
ANOVA Tablea
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Omset Penjualan *
Pembiayaan Mudharabah
Between
Groups
(Combined) 252.912 12 21.076 7.181 .000
Linearity 217.985 1 217.985 74.275 .000
Deviation from
Linearity 34.927 11 3.175 1.082 .396
Within Groups 137.938 47 2.935
Total 390.850 59
Sumber : Output SPSS 22
76
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
nilai signifikansi linearity dari ketiga tabel diatas menunjukkan
angka 0,000, yang artinya nilai signifikansinya lebih kecil dari nilai
α = 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan linear antara
pembiayan mudharabah dengan masing-masing variabel bebas
(Modal usaha (Y1), Laba Usaha (Y2), Omset Penjualan (Y3)).
Dengan demikian model regresi yang tepat untuk digunakan dalam
penelitian pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap
perkembangan usaha mikro dan kecil (modal usaha, laba usaha,
omset penjualan) adalah model regresi linear sederhana.
2. Uji Regresi Linear Sederhana
Untuk melihat nilai kekuatan hubungan (r), nilai koefisien
determinasi (R2) dan untuk membuktikan hipotesis hubungan antara
variabel Pembiayaan Mudharabah terhadap Modal Usaha, Laba Usaha
serta Omset Penjualan adalah sebagai berikut :
a) Uji Koefisien Korelasi
Tabel 4.12
Koefisien Korelasi Untuk Modal Usaha (Y1)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .752a .565 .558 1.296
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Modal Usaha
77
Dengan melihat besarnya koefisien korelasi (rxy)
kedua variabel tersebut adalah sebesar 0,752, menunjukkan
kekuatan hubungan kedua variabel tersebut adalah kuat karena
berada pada rentang 0,60–0,799. Sehingga dapat diartikan
bahwa kekuatan hubungan antara variabel Pembiayaan
Mudharabah terhadap variabel Modal Usaha memiliki
hubungan yang kuat.
Tabel 4.13
Koefisien Korelasi Untuk Laba Usaha (Y2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .655a .429 .419 1.432
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Laba Usaha
Nilai koefisien korelasi berdasarkan tabel diatas
sebesar 0,655, menunjukkan bahwa kekuatan hubungan kedua
variabel tersebut berada pada rentang 0,60 – 0,79 (kuat) yang
artinya pembiayaan mudharabah memiliki hubungan yang kuat
terhadap variabel laba usaha.
78
Tabel 4.14
Koefisien Korelasi Untuk Omset Penjualan (Y3)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .747a .558 .550 1.726
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Omset Penjualan
Sumber : Output SPSS 22
Nilai koefisien korelasi berdasarkan tabel diatas
sebesar 0,747, menunjukkan bahwa kekuatan hubungan kedua
variabel tersebut berada pada rentang 0,60 – 0,79 (kuat) yang
artinya pembiayaan mudharabah memiliki hubungan yang kuat
terhadap variabel omset penjualan.
b) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi Untuk Modal Usaha (Y1)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .752a .565 .558 1.296
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Modal Usaha
79
Berdasarkan perhitungan nilai R2
(koefisien
determinasi) pada tabel diatas, maka diperoleh nilai R2
sebesar
0,565 (56,6%). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya
kontribusi (pengaruh) variabel pembiayaan mudharabah
terhadap variabel modal usaha adalah sebesar 56,6% dan
sisanya 43,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang belum
dibahas pada penelitian ini.
Tabel 4.16
Koefisien Determinasi Untuk Laba Usaha (Y2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .655a .429 .419 1.432
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Laba Usaha
Berdasarkan perhitungan nilai R2
(koefisien
determinasi) pada tabel diatas, maka diperoleh nilai R2
sebesar
0,42,9 (42,9%). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya
kontribusi (pengaruh) variabel pembiayaan mudharabah
terhadap variabel modal usaha adalah sebesar 42,9% dan
sisanya 57,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang belum
dibahas pada penelitian ini.
80
Tabel 4.17
Koefisien Determinasi Untuk Omset Penjualan (Y3)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .747a .558 .550 1.726
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Omset Penjualan
Sumber : Output SPSS 22 Berdasarkan perhitungan nilai R
2 (koefisien
determinasi) pada tabel diatas, maka diperoleh nilai R2
sebesar
0,558 (55,8%). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya
kontribusi (pengaruh) variabel pembiayaan mudharabah
terhadap variabel modal usaha adalah sebesar 55,8% dan
sisanya 44,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang belum
dibahas pada penelitian ini.
81
c) Uji t
Tabel 4.18
Hasil Uji t Untuk Modal Usaha (Y1)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.701 1.088 6.158 .000
Pembiayaan Mudharabah .484 .056 .752 8.680 .000
a. Dependent Variable: Modal Usaha
Nilai t tabel dihitung dengan df = N-2 = 60-2=58,
maka diperoleh nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% adalah
sebesar 1,671. Sementara itu, berdasarkan tabel diatas nilai t
hitung yang diperoleh sebesar 8,680. Berdasarkan hasil yang
di dapat, dimana t hitung (8,680) > t tabel (1,671) dan nilai
signifikan 0,000 > 0,005 (pada taraf 5%), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 (hipotesis nihil) ditolak dan Ha
(hipotesis alternatif) diterima.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan modal usaha
bagi para pelaku usaha mikro dan kecil.
82
Tabel 4.19
Hasil Uji t Untuk Laba Usaha (Y2)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.754 1.203 10.606 .000
Pembiayaan Mudharabah .407 .062 .655 6.603 .000
a. Dependent Variable: Laba Usaha
Nilai t tabel dihitung dengan df = N-2 = 60-2=58,
maka diperoleh nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% adalah
sebesar 1,671. Sementara itu, berdasarkan tabel diatas nilai t
hitung yang diperoleh sebesar 6,603. Berdasarkan hasil yang
di dapat, dimana t hitung (6,603) > t tabel (1,671) dan nilai
signifikan 0,000 > 0,005 (pada taraf 5%), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 (hipotesis nihil) ditolak dan Ha
(hipotesis alternatif) diterima.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan laba usaha
bagi para pelaku usaha mikro dan kecil.
83
Tabel 4.20
Hasil Uji t Untuk Omset Penjualan (Y3)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.800 1.450 8.830 .000
Pembiayaan Mudharabah .635 .074 .747 8.552 .000
a. Dependent Variable: Omset
Penjualan
Sumber : Output SPSS 22
Nilai t tabel dihitung dengan df = N-2 = 60-2=58,
maka diperoleh nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% adalah
sebesar 1,671. Sementara itu, berdasarkan tabel diatas nilai t
hitung yang diperoleh sebesar 8,552. Berdasarkan hasil yang
di dapat, dimana t hitung (8.552) > t tabel (1,671) dan nilai
signifikan 0,000 > 0,005 (pada taraf 5%), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 (hipotesis nihil) ditolak dan Ha
(hipotesis alternatif) diterima.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan omset
penjualan bagi para pelaku usaha mikro dan kecil.
84
d) Uji F
Tabel 4.21
Hasil uji F untuk Modal Usaha (Y1)
D
a
Dari tabel diatas, menunjukkan nilai nyata F hitung
< alpha, yaitu 0,000 < 0,05 dan hasil F hitung sebesar 75,339 >
F tabel sebesar 2,77. Sehingga H0 ditolak dan membuktikan
bahwa variabel pembiayaan mudharabah (X) yang
mempengaruhi variabel modal usaha (Y1). Dapat diartikan
bahwa secara keseluruhan (simultan) variabel modal usaha
memiliki pengaruh terhadap pembiayan mudharabah.
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 126.526 1 126.526 75.339 .000a
Residual 97.407 58 1.679
Total 223.933 59
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Modal Usaha
85
Tabel 4.22
Hasil uji F untuk Laba Usaha (Y2)
D
a
r
i
D
Dari tabel diatas, menunjukkan nilai nyata F hitung < alpha,
yaitu 0,000 < 0,05 dan hasil F hitung sebesar 43,604 > F tabel
sebesar 2,77. Sehingga H0 ditolak dan membuktikan bahwa
variabel pembiayaan mudharabah (X) yang mempengaruhi
variabel laba usaha (Y2). Dapat diartikan bahwa secara
keseluruhan (simultan) variabel laba usaha memiliki pengaruh
terhadap pembiayan mudharabah.
Tabel 4.23
Hasil uji F untuk Omset Penjualan (Y3)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 89.436 1 89.436 43.604 .000a
Residual 118.964 58 2.051
Total 208.400 59
a.Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b.Dependent Variable: Laba Usaha
sumber : SPSS 22
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 217.985 1 217.985 73.139 .000a
Residual 172.865 58 2.980
Total 390.850 59
a.Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b.Dependent Variable: Omset Penjualan
86
Dari tabel diatas, menunjukkan nilai nyata F hitung
< alpha, yaitu 0,000 < 0,05 dan hasil F hitung sebesar 73,139 >
F tabel sebesar 2,77. Sehingga H0 ditolak dan membuktikan
bahwa variabel pembiayaan mudharabah (X) yang
mempengaruhi variabel omset penjualan (Y3). Dapat diartikan
bahwa secara keseluruhan (simultan) variabel omset penjualan
memiliki pengaruh terhadap pembiayan mudharabah.
3. Analisis Perkembangan Pembiayaan Mudharabah
Data–data yang dipergunakan dalam analisis ini didapat
dari laporan keuangan bulanan BMT At Taqwa. Berikut ini penulis
akan menyajikan data pembiayaan mudharabah selama tiga tahun
terakhir dari tahun 2011 sampai dengan 2013.
Tabel 4.24
Pembiayaan Mudharabah BMT AT Taqwa
Periode 2011 – 2013 (Dalam Rupiah)
Bulan 2011 2012 2013
Januari 85000000 107500000 125000000
Februari 73250000 97500000 82500000
Maret 115500000 155000000 92500000
April 64500000 75000000 110000000
Mei 75600000 85000000 130000000
Juni 82500000 107500000 100000000
Juli 73250000 95000000 152500000
Agustus 95400000 145000000 115000000
September 86500000 110000000 145000000
Oktober 76500000 102500000 152500000
November 64450000 92500000 110000000
Desember 105000000 17750000 100000000
Jumlah 998450000 1172500000 1415000000
87
Nilai pembiayaan mudharabah secara keseluruhan pada
tahun 2011 sebesar Rp. 998.450.000,-, pada tahun 2012 sebesar Rp.
1.172.500.000,-, dan pada tahun 2013 sebesar Rp. 1.1415.000.000,
Berdasarkan dari jumlah total pembiayaan secara keseluruhan
pertahunnya dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan dalam
setiap pembiayaan mudharabah tiap tahunnya.
Tabel 4.25
Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah BMT AT Taqwa
Tahun Pembiayaan Mudharabah
(Rp)
Perubahan Presentase (%)
2011 998450000 - -
2012 1172500000 174050000 40%
2013 1415000000 242500000 57%
Jumlah 3585950000 416550000 97%
Berdasarkan data diatas, ada perubahan pembiayaan
mudharabah yang terjadi dari tahun 2012 sebesar 40%. Sama
halnya dengan pembiayaan mudharabah pada tahun 2013
mengalami kenaikan sebesar 57%.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa
kenaikan pembiayaan mudharabah selama periode 2011-2013
adalah sebesar Rp. 3.585.950.000,-. Apabila dipresentasikam
88
kenaikan pembiayaan mudharabah selama tiga tahun yaitu sebesar
97%.
4. Analisis Perkembangan Pendapatan BMT
Berikut ini penulis akan menyajikan data pendapatan BMT
At Taqwa Kemanggisan selama tiga tahun terakhir dari tahun tahun
2011 sampai dengan 2013.
Tabel 4.26
Pendapatan Mudharabah BMT AT Taqwa
Periode 2011-2013
(Dalam Rupiah)
Bulan 2011 2012 2013
Januari 2500000 7650000 8250000
Februari 1750000 5850000 5520000
Maret 4582000 10554000 8653000
April 1730000 4535000 10754000
Mei 1825000 4350000 11250000
Juni 2025000 6750000 9210000
Juli 1625000 7200000 12350000
Agustus 2245000 9450000 11050000
September 1945000 8235000 13750000
Oktober 1850000 8764000 16800000
November 1850000 8250000 10900000
Desember 3955000 10875000 15300000
Jumlah 27882000 92463000 133787000
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah
pendapatan BMT dari pembiayaan mudharabah pada tahun 2011
sebesar Rp. 27.882.000,-, pada tahun 2011 pendapatan BMT sebesar
Rp. 92.463.000,-, dan tahun 2013 sebesar Rp. 133.787.000,-. Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kenaikan pendapatan BMT
dari pembiayaan yang disalurkan setiap tahunnya.
89
Tabel 4.27
Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah BMT At Taqwa
Tahun Pendapatan
BMT (Rp)
Perubahan Presentase (%)
2011 27882000 - -
2012 92463000 64581000 60%
2013 133787000 41324000 39%
Jumlah 254132000 105905000 99%
Pada tahun 2012 total pendapatan BMT sebesar Rp.
92.463.000,-, sedangkan pada tahun 2011 total pendapatan sebesar
Rp. 27.882.000, Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan
pendapatan BMT sebesar 60%. Dan juga mengalami kenaikan di
tahun 2013 yaitu sebesar 39%.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa
kenaikan pendapatan BMT At Taqwa Kemanggisan selama periode
2011 sampai dengan 2013 adalah sebesar Rp. 254.132.000,-. Apabila
dipresentasikan kenaikan pendapatan BMT selama tiga tahun yaitu
sebesar 99%.
90
5. Kondisi Jumlah Nasabah Pembiayaan
Tabel. 4.28
Jumlah Nasabah Pembiayaan At Taqwa Periode 2011-2013
(Orang)
Jenis Pembiayaan 2011 2012 2013
Murabahah 50 40 50
Musyarakah 21 18 23
Ijarah 13 10 14
Mudharabah 25 35 73
Jumlah 109 103 160
Sumber : Data BMT At Taqwa
Berdasarkan tabel data diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa
hal antara lain :
a. Jumlah nasabah mudharabah pada tahun 2011 berjumlah 25 orang,
jika dipresentasikan maka akan didapat hasil sebagai berikut :
25 109 x 100% = 23 %
b. Jumlah nasabah mudharabah pada tahun 2012 berjumlah 35 orang,
terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya, meskipun jumlah
keseluruhan pembiayaannya menurun dari tahun sebelumnya. Jika
dipresentasikan maka pada tahun 2012 jumlah nasabah
mudharabah pada BMT At Taqwa adalah sebesar :
35 103 x 100% = 34%
91
c. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan yang cukup besar untuk
nasabah pembiayaan mudharabah yang berjumlah 73 orang. Jika
dipresentasikan hasilnya maka di dapat nilai sebesar :
73/160 X 100% = 46%.
Maka pada tahun 2013 jumlah nasabah pembiayaan
mudharabah di BMT At Taqwa adalah sebesar 73 orang atau 46%.
F. Pembahasan
Berdasarkan pengujian-pengujian yang telah dilakukan sebelumnya
dengan menggunakan metode regresi linear sederhana, adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Variabel modal usaha menunjukkan nilai koefisien korelasi yang
positif sebesar 0,752 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < nilai α =
0,05 (5%), karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05. Maka
pengujian hipotesi pertama berhasil dibuktikan. Penelitian ini
membuktikan pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap modal
usaha para pelaku usaha mikro dan kecil.
2. Variabel laba usaha menunjukkan nilai koefisien korelasi yang positif
sebesar 0,655 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < nilai α = 0,05
(5%), karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05. Maka
pengujian hipotesis kedua berhasil dibuktikan. Penelitian ini
membuktikan pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap laba
usaha para pelaku usaha mikro dan kecil.
92
3. Variabel omset penjualan menunjukkan nilai koefisien korelasi yang
positif sebesar 0,747 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < nilai α =
0,05 (5%), karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05. Maka
pengujian hipotesis berhasil dibuktikan. Penelitian ini membuktikan
pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap omset penjualan para
pelaku usaha mikro dan kecil.
4. Perkembangan penyaluran dana pembiayaan mudharabah berdasarkan
data diatas, terjadi peningkatan penyaluran dana yang dialokasikan
oleh pihak BMT At Taqwa untuk para pelaku usaha mikro dan kecil
yang ada di sekitarnya. Berdasarkan data diatas, ada perubahan
pembiayaan mudharabah yang terjadi dari tahun 2012 sebesar 40%,
pada tahun 2013 sebesar 57%. Apabila dipresentasikam kenaikan
pembiayaan mudharabah selama tiga tahun yaitu sebesar 97%.
Fakta diatas menunjukkan bahwa pihak BMT At Taqwa telah
melaksanakan visi dan misinya sebagai sebuah lembaga keuangan dan
juga lembaga sosial untuk membantu para pelaku usaha mikro dan
kecil dalam hal permodalan.
5. BMT sebagai sebuah lembaga keuangan, harus tetap berhati-hati
menyalurkan dana yang dimiliki kepada para mitra/nasabah
pembiayaannya, agar usaha BMT tetap bisa mendapatkan keuntungan
dan berkesinambungan. Dalam hal ini BMT At Taqwa juga
mendapatkan dampak atau pengaruh dari pembiayaan yang disalurkan.
Dimana terjadi peningkatan pendapatan yang diperoleh oleh BMT At
93
Taqwa dari hasil penyaluran pembiayaan mudharabah. Pada tahun
2011 BMT mendapatkan pendapatan mudharabah sebesar Rp.
27.882.000,- , pada tahun 2012 sebesar Rp. 92.463.000 terjadi
peningkatan keuntungan sebesar Rp. 64.581.000,- atau meningkat 60%
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara pada tahun 2013 BMT At
Taqwa Mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 133.787.000,- terjadi
peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 41.324.000,- atau
terjadi peningkatan sebesar 39%.
Berdasarkan data diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa, jika dana yang disalurkan sudah sesuai dengan kriteria/ syarat
yang telah di tentukan maka semakin banyak dana yang disalurkan
maka akan semakin banyak pendapatan yang akan didapatkan oleh
pihak BMT.
6. Selain berpengaruh terhadap pendapatan bagi pihak BMT, pembiayaan
mudharabah juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah
nasabah pembiayaan mudharabah . Dari tahun 2011-2013 jumlah
masing-masing nasabah mudharabah sebanyak, 25 orang, 35 orang dan
73 orang.
Berdasarkan jumlah nasabah pembiayaan mudharabah diatas, dapat
dipresentasikan dengan hasil sebagai berikut : pada tahun 2011 sebesr
23%, 2012 sebesar 34% dan pada tahun 2013 sebesar 46% dari seluruh
jumlah nasabah pembiayaan yang ada di BMT At Taqwa. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak dana yang
94
dimiliki oleh BMT At Taqwa maka akan semakin banyak pelaku usaha
mikro dan kecil yang dapat dibantu oleh pihak BMT.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
penulis dapat memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap modal usaha memiliki
nilai koefisien korelasi yang positif yaitu sebesar 0,752. Untuk nilai
koefisien determinasi (R2) diperoleh hasil sebesar 0,566 (56,6%).
Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi pembiayaan
mudharabah terhadap modal usaha adalah sebesar 56,6% dan
sisanya 43,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang belum
diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan pengujian secara parsal (uji t) diperoleh nilai t hitung
sebesar 8,693 lebih besar dari nilai t – tabel (1,671). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
pembiayaan mudharabah terhadap modal usaha. Serta hasi uji F
menunjukkan bahwa hasil F hitung (75,339) > F tabel (2,77)
sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan membuktikan
bahwa variabel pembiayaan mudharabah (X) yang mempengaruhi
variabel modal usaha (Y1).
2. Pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap laba usaha memiliki
nilai koefisien korelasi yang positif yaitu sebesar 0,655 (kuat).
Untuk nilai koefisien determinasi (R2) diperoleh hasil sebesar 0,429
96
(42,9%). Berdasarkan pengujian secara parsal (uji t) diperoleh nilai
t hitung sebesar 6,603 lebih besar dari nilai t – tabel (1,671). Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan anatara
pembiayaan mudharabah terhadap laba usaha. Berdasarkan hasil uji
F diperoleh nilai F hitung (43,604) > F tabel (2,77), sehingga H0
ditolah dan Ha diterima dan membuktikan bahwa variabel
pembiayaan mudharabah (X) yang mempengaruhi laba usaha (Y2)
3. Pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap omset penjualan
memiliki nilai koefisien korelasi yang positif yaitu sebesar 0,747.
Untuk nilai koefisien determinasi (R2) diperoleh hasil sebesar 0,558
(55,8%). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi
pembiayaan mudharabah terhadap modal usaha adalah sebesar
55,8% dan sisanya 44,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
belum diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan pengujian secara parsal (uji t) diperoleh nilai t -hitung
sebesar 8,557 lebih besar dari nilai t – tabel (1,671). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan anatara
pembiayaan mudharabah terhadap omset penjualan. Hasil uji F
menunjukkan nilai F hitung (73,139) > F tabel (2,77). Maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, dengan demikian
dapat dibuktikan bahwa variabel pembiayaan mudharabah (X) yang
mempengaruhi omset penjualan (Y3).
97
4. Variabel yang paling dipengaruhi oleh pembiayaan mudharabah
adalah variabel modal usaha dapat dilihat berdasarkan nilai hasil uji
t yang didapat sebesar 8,693. Variabel modal usaha memiliki nilai
yang paling tinggi diantara variabel lain. Maka dapat disimpulkan
bahwa, variabel yang paling dipengaruhi oleh pembiayaan
mudharabah adalah variabel modal usaha.
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa tinggi rendahnya Modal Usaha, Laba Usaha, dan
Omset Penjualan sangat tergantung oleh tinggi dan rendahnya
Pembiayaan Mudharabah yang disalurkan.
5. Adanya peningkatan pendapatan yang didapatkan oleh BMT At
Taqwa dari tahun ketahun. Dari sisi jumlah nasabah pembiayaan
pun mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa BMT At
Taqwa telah melaksanakan tugasnya sebaga lembaga keungan dan
lembaga sosial dengan baik. Serta menyalurkan dananya kepada
para pelaku usaha mikro dan kecil yang mengalami kesulitan modal
dalam menjalankan usahanya.
B. Saran
1. Program pembiayaan yang dilakukan oleh BMT At Taqwa dapat
ditingkatkan dan dipermudah dalam pemberian pembiayaan untuk
para nasabah secara lebih luas lagi karena berpengaruh pada
kesejahteraan pelaku usaha mikro dan kecil melalui peningkatan
98
keuntungan sehingga dapat membantu dan meringankan beban para
pelaku umkm.
2. Penulis berharap agar pemerintah pun lebih pro aktif dalam
mengembangkan lembaga keuangan mikro syariah, karena
masyarakat sangat terbantu dengan adanya lembaga mikro syariah
seperti Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) ini.
3. Penulis berharap untuk penelitian ke depan agar variabel penelitian
yang diteliti lebih banyak dan dikaji lebih dalam.
99
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. 2003. Metode Riset Untuk Penelitian Bisnis. Jakarta:
Erlangga.
Amalia, Euis. 2009. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran
LKM dan UKM Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Cramer, duncan. Dennis Howitt. 2004. The Sage Dictionary of Statistics. p.76.
Djazuli, H.A., Yadi Janwari. 2002. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat
Sebuah Pengenalan). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2011
Hamid, Abdul. 2007. Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta: FEIS UIN Press.
Huda, Nurul, Muhammad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan
Teoritis Dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kasmir. 2008. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo.
Karim, Adiwarman. 2011. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajawali Press.
Kerlinger, Fred. 2000. Foundation Of Berhavioral Research. Holt, Rinehart.
Misbahuddin., Iqbal Hasan. 2013. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Muhammad. 2009. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Pergulatan Melawan
Kemiskinan & Penetrasi Ekonomi Global). Jakarta: Graha Ilmu.
Nur Rianto Al Arif, Muhammad. 2012. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung:
CV. Pustaka.
Pujoalwanto, Basuki. 2014. Perekonomian Indonesia: Tinjauan Historis, Teoritis
dan Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahmawati, Yuke. 2013. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Banten: UIN
Jakarta Press.
100
Rochaety, Ety. Dkk. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Santoso, Singgih. 2010. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Singarimbun, Masri, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Sudarsono, Heri. 2008. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi Dan
Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafin
Persada.
Supranto, J. 2000. Statistik Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
------------. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
------------. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Tambunan, Tulus. 2012. Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Indonesia.
Jakarta: LP3ES.
Tim Penulis Fakultas Syariah & Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi.
Jakarta: 2012.
Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz. 2009. Manajemen Operasional Bank
Syariah. Cirebon: STAIN Press.
Jurnal :
Much. Imron., Purwo Adi Wibowo. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Keberhasilan Usaha (Studi Pada Warung “Nasi Kucing” di
Kabupaten Jepara). Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis. Vol. 5, No.2
Oktober 2008.
Pipit Mustofa, Achma Hendra Setiawan. Peran Kredit dari Koperasi Serba Usaha
(KSU) “ARTHA SUKSES” Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Yang
101
Menjadi Anggotanya Di Kota Semarang. Diponegoro Journal Of
Economics. Vol. 2 No.3 2013.
Sakur. Kajian Faktor-Faktor Yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta. Spirit Publik. Vol. 7
No.2 Oktober 2011.
Internet :
www.depkop.go.id
www.evaluasi,revitalisasiumkm.co.id/pemerintahdibidangumkm/februari2013).
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
www.mujahidinimeis.wordpress.com
HASIL WAWANCARA
1. Apa kendala yang dihadapi oleh BMT At Taqwa pada saat mulai
beroperasi?
Yang pertama, masyarakat masih “awam” tentang lembaga keuangan
syariah, kedua, marketing atau pemasaran, karna keawaman masyarakat
tentang lembaga keuangan syariah, pihak BMT pun masih kesulitan untuk
mendapatkan nasabah funding maupun financing.
2. Langkah apa saja yang diambil untuk mengatasi kendala tersebut?
Langkah awal yang kita lakukan adalah dengan merekrut karyawan yang
berasal dari daerah sini, jadi mereka yang bertugas untuk memasarkan
produk- produk yang ada di BMT. Mereka pun bertugas untuk
memberikan informasi tentang calon nasabah yang akan melakukan
pembiayaan, apakah trackrecordnya baik atau buruk, karna calon nasabah
tersebut pun berasal dari daerah sekitar BMT.
3. Apakah ada batasan jenis usaha yang dibiayaai oleh BMT At Taqwa?
Tidak, semua jenis usaha yang halal insya allah kami berikan pembiayaan,
tapi tergantung hasil analisis nasabahnya, sanggup atau tidak melakukan
pembiayaan.
4. Apakah pihak BMT memberikan pembiayaan sesuai dengan ajuan
mereka?
Tidak, kita lihat dulu hasil survei dan hasil analisis lainnya, jadi tergantung
sama kemampuan dia.
5. Bagaimana tentang sistem pembagian bagi hasil dengan nasabah?
Pokoknya, sekitar 18 % - 24% pertahun.
6. Apakah ada program pendampingan usaha yang dilakukan oleh BMT At
Taqwa?
Kalau program pendampingan usaha secara khusus sih ga ada, kami hanya
melakukan pengontrolan secara berkala.
7. Apa harapan bapak, sebagai pimpinan/pengelola BMT At Taqwa ?
Yang pasti, BMT At Taqwa ini harus lebih bermanfaat terutama untuk
perekonomian umat secara lebih luas, tidak hanya untuk masyarakat
sekitar.
LAMPIRAN
Uji Validitas Untuk Modal Usaha (Y1)
Correlations
Modal_Usaha1 Modal_Usaha2 Modal_Usaha3 Modal_Usaha4 Totskor
Modal_Usaha1 Pearson Correlation 1 .321 .697** .386
* .789
**
Sig. (2-tailed) .084 .000 .035 .000
N 30 30 30 30 30
Modal_Usaha2 Pearson Correlation .321 1 .416* .467
** .731
**
Sig. (2-tailed) .084 .022 .009 .000
N 30 30 30 30 30
Modal_Usaha3 Pearson Correlation .697** .416
* 1 .407
* .824
**
Sig. (2-tailed) .000 .022 .026 .000
N 30 30 30 30 30
Modal_Usaha4 Pearson Correlation .386* .467
** .407
* 1 .718
**
Sig. (2-tailed) .035 .009 .026 .000
N 30 30 30 30 30
Totskor Pearson Correlation .789** .731
** .824
** .718
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji Validitas Untuk Laba Usaha (Y2)
Correlations
Laba_Usaha1 Laba_Usaha2 Laba_Usaha3 Laba_Usaha4 Laba_Usaha5 Totskor
Laba_Usaha1 Pearson Correlation 1 .291 .561** .182 .365
* .709
**
Sig. (2-tailed) .119 .001 .336 .047 .000
N 30 30 30 30 30 30
Laba_Usaha2 Pearson Correlation .291 1 .102 .283 .540** .652
**
Sig. (2-tailed) .119 .592 .130 .002 .000
N 30 30 30 30 30 30
Laba_Usaha3 Pearson Correlation .561** .102 1 .360 .274 .679
**
Sig. (2-tailed) .001 .592 .050 .142 .000
N 30 30 30 30 30 30
Laba_Usaha4 Pearson Correlation .182 .283 .360 1 .219 .627**
Sig. (2-tailed) .336 .130 .050 .245 .000
N 30 30 30 30 30 30
Laba_Usaha5 Pearson Correlation .365* .540
** .274 .219 1 .701
**
Sig. (2-tailed) .047 .002 .142 .245 .000
N 30 30 30 30 30 30
Totskor Pearson Correlation .709** .652
** .679
** .627
** .701
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji Validitas Untuk Omset Penjualan (Y3)
Correlations
Omset_Jual1 Omset_Jual2 Omset_Jual3 Omset_Jual4 Omset_Jual5 Omset_Jual6 Totalskor
Omset_Jual1 Pearson Correlation 1 .462* .515
** .277 .517
** .485
** .725
**
Sig. (2-tailed) .010 .004 .138 .003 .007 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Omset_Jual2 Pearson Correlation .462* 1 .348 .457
* .477
** .608
** .757
**
Sig. (2-tailed) .010 .060 .011 .008 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Omset_Jual3 Pearson Correlation .515** .348 1 .143 .319 .571
** .641
**
Sig. (2-tailed) .004 .060 .451 .085 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Omset_Jual4 Pearson Correlation .277 .457* .143 1 .532
** .571
** .666
**
Sig. (2-tailed) .138 .011 .451 .002 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Omset_Jual5 Pearson Correlation .517** .477
** .319 .532
** 1 .652
** .792
**
Sig. (2-tailed) .003 .008 .085 .002 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Omset_Jual6 Pearson Correlation .485** .608
** .571
** .571
** .652
** 1 .876
**
Sig. (2-tailed) .007 .000 .001 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Totalskor Pearson Correlation .725** .757
** .641
** .666
** .792
** .876
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji Reliabilitas Untuk Modal Usaha (Y1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
.763 .765 4
Uji Reliabilitas Untuk Laba Usaha (Y2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
.696 .700 5
Uji Reliabilitas Untuk Omset Penjualan (Y3)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
.840 .838 6
Deskriptif Total Skor Pembiayaan Mudharabah, Modal Usaha, Laba Usaha, dan Omset Penjualan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Pembiayaan Mudharabah 60 35000000 65000000 48375000.00
Modal Usaha 60 12 20 16.03
Laba Usaha 60 17 25 20.60
Omset Penjualan 60 20 30 25.05
Valid N (listwise) 60
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pembiayaan Mudharabah 60 14 26 19.28 3.026
Modal Usaha 60 12 20 16.03 1.948
Laba Usaha 60 17 25 20.60 1.879
Omset Penjualan 60 20 30 25.05 2.574
Valid N (listwise) 60
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pembiayaan Mudharabah .108 60 .078 .968 60 .119
Modal Usaha .110 60 .069 .968 60 .114
Laba Usaha .109 60 .076 .969 60 .131
Omset Penjualan .108 60 .077 .969 60 .125
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Linearitas Untuk Modal Usaha (Y1)
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Modal Usaha *
Pembiayaan
Mudharabah
Between
Groups
(Combined) 140.162 12 11.680 6.553 .000
Linearity 126.526 1 126.526 70.988 .000
Deviation from
Linearity 13.636 11 1.240 .695 .736
Within Groups 83.771 47 1.782
Total 223.933 59
Uji Linearitas Untuk Laba Usaha (Y2)
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Laba Usaha *
Pembiayaan
Mudharabah
Between
Groups
(Combined) 95.475 12 7.956 3.311 .002
Linearity 89.436 1 89.436 37.224 .000
Deviation from
Linearity 6.039 11 .549 .228 .994
Within Groups 112.925 47 2.403
Total 208.400 59
Uji Linearitas Untuk Omset Penjualan (Y3)
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Omset Penjualan *
Pembiayaan
Mudharabah
Between
Groups
(Combined) 252.912 12 21.076 7.181 .000
Linearity 217.985 1 217.985 74.275 .000
Deviation from
Linearity 34.927 11 3.175 1.082 .396
Within Groups 137.938 47 2.935
Total 390.850 59
Koefisien Korelasi & Koefisien Determinasi Untuk Modal Usaha (Y1)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .752a .565 .558 1.296
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Modal Usaha
Koefiaien Korelasi & Koefisien Determinasi Untuk Laba Usaha (Y2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .655a .429 .419 1.432
a.Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b.Dependent Variable: Laba Usaha
Koefisien Korelasi & Koefisien Determinasi Untuk Omset Penjualan (Y3)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .747a .558 .550 1.726
a.Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b.Dependent Variable: Omset Penjualan
Uji t Untuk Modal Usaha (Y1)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.701 1.088 6.158 .000
Pembiayaan Mudharabah .484 .056 .752 8.680 .000
a. Dependent Variable: Modal Usaha
Uji t Untuk Laba Usaha (Y2)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.754 1.203 10.606 .000
Pembiayaan Mudharabah .407 .062 .655 6.603 .000
a.Dependent Variable: Laba Usaha
Uji t Untuk Omset Penjualan (Y3)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.800 1.450 8.830 .000
Pembiayaan
Mudharabah .635 .074 .747 8.552 .000
a.Dependent Variable: Omset Penjualan
Uji F untuk Modal Usaha (Y1)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 126.526 1 126.526 75.339 .000a
Residual 97.407 58 1.679
Total 223.933 59
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Modal Usaha
Uji F untuk Laba Usaha (Y2)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 89.436 1 89.436 43.604 .000a
Residual 118.964 58 2.051
Total 208.400 59
a.Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b.Dependent Variable: Laba Usaha
Uji F untuk Omset Penjualan (Y3)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 217.985 1 217.985 73.139 .000a
Residual 172.865 58 2.980
Total 390.850 59
a.Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah
b.Dependent Variable: Omset Penjualan