analisis pengaruh produktivitas kelapa sawit …repository.utu.ac.id/350/1/bab i_v.pdf ·...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH PRODUKTIVITAS KELAPA
SAWIT TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN PANTE CEREUMIEN
SKRIPSI
OLEH
ALI IMRAN
NIM : 08C20101060
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
ANALISIS PENGARUH PRODUKTIVITAS KELAPA
SAWIT TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN PANTE CEREUMIEN
SKRIPSI
OLEH
ALI IMRAN
NIM : 08C20101060
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
1
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia sebagai negara agraris pembangunan ekonominya
sangat ditentukan oleh pembangunan pertanian. Dalam kondisi krisis moneter
yang diikuti oleh krisis ekonomi sebagaimana yang terjadi sejak awal tahun
1997,sektor pertanian tumbuh positif sehingga menjadi penyelamat perkonomian
nasional. Fakta ini membuktikan bahwa pembangunan pertanian perlu didorong
untuk mendukung keberlanjutan pembangunan ekonomi. Secara umum,
keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh lingkungan tumbuh
komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, dan
peternakan serta perikanan. Agro ekosistem atau faktor biofisik seperti jenis tanah
dan iklim (intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, dan suhu) dapat menjadi
peluang atau masalah dalam pembangunan pertanian, tergantung dari kemampuan
petani atau pelaku agribisnis lainnya dalam menggunakan teknologi pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya alam (Mentri Pertanian, 2006).
Perkembangan pertumbuhan sektor pertanian perlu diperhatikan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebelum diterapkannya REPELITA
masyarakat pedesaan yang bergerak dalam sektor ini berada dalam kondisi
keterbelakangan dan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan agar mamp u
bertahan hidup. Menurut Wibowo (2004 : 106), Struktur ekonomi Indonesia yang
masih sangat bersandar pada sektor pertanian, minyak dan gas-alam. Untuk
mencapai struktur yang ekonomi menyeimbangkan, beberapa perubahan pokok
perlu untuk dilakukankan. Peningkatan produksi agrikultur yang berlanjut
2
diperlukan untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan konsumsi, kebutuhan untuk
bahan baku untuk agro- industri, dan permintaan untuk mengekspor. Pada waktu
yang sama ketika sektor pertanian adalah usaha kuat harus dibua t untuk
menyediakan daya dorong kepada sektor industri untuk pertumbuhan lebih cepat.
Setelah 3 dekade terakhir sampai sekarang sektor ini sudah mengarah kepada
pertanian modern dan komersil dengan melakukan inovasi- inovasi yang lebih baik
dari sebelumnya.
Pertanian merupakan basis perekonomian Indonesia. Kenyataan secara riil
sumbangsih sektor pertanian dalam perekonomian diukur berdasarkan proporsi
nilai tambahnya dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) atau
pendapatan nasional tahun demi tahun menurun, hal ini bukanlah berarti nilai dan
peranannya semakin tidak bermakna. Nilai tambah sektor pertanian dari waktu ke
waktu secara absolut tetap selalu meningkat. Kecuali itu peranan sektor ini dalam
menyerap tenaga kerja tetap terpenting. Mayoritas penduduk Indonesia, yang
sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, hingga saat ini masih menyandarkan
mata pencahariannya pada sektor pertanian.
Sektor pertanian memiliki kontribusi langsung dalam pembentukan
Product Domestic Regional Bruto (PDRB), penyediaan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Selain itu, sektor pertanian juga
berperan dalam penyediaan bahan pangan dan perolehan devisa melalui ekspor
hasil pertanian. Namun demikian, sistem pertanian di Indonesia masih
memerlukan upaya perbaikan dan revitalisasi agar terjadi percepatan atau
akselerasi peningkatan produktivitas dan daya saing pelaku usaha pertanian.
3
Tabel 1. PDRB Kabupaten Aceh Barat atas Harga Konstan 2000 menurut
Lapangan Usaha pada tahun 2006 – 2009
No Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian
265.107.870
267.869.620
282.966.560
312.295.330
2 Pertambangan dan Penggalian
5.157.860
5.371.430
5.465.410
5.453.030
3 Industri Pengolahan
16.017.990
16.808.500
17.651.570
19.601.040
4 Listrik dan Air Bersih
2.313.340
2.712.920
3.158.220
3.738.410
5 Bangunan/Kontruksi
101.678.320
126.815.200
133.037.020
128.918.120
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
259.249.960
306.492.860
322.512.640
326.739.150
7 Pengangkutan dan Komunikasi
76.477.940
79.165.690
81.709.170
84.423.150
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
12.898.890
18.261.407
18.917.330 19.595.140
9 Jasa-Jasa
216.004.070
258.224.940
275.399.430 302.005.870
PDRB
954.906.240
1.081.722.567
1.140.817.350
1.202.769.240
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat (Data diolah maret 2013)
Tabel 1. menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar
setelah sektor, hotel, dan restoran terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh
Barat. Selama periode tahun 2006-2009 kontribusi sektor pertanian dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat terus mengalami peningkatan yaitu
pada tahun 2006 sebesar Rp.265.107.870 juta rupiah, sebesar Rp.267.869.620
juta rupiah pada tahun 2007, dan pada tahun 2009 masing-masing sebesar
Rp.312.295.330 juta rupiah.
Salah satu jenis perkebunan yang termasuk perkebunan rakyat adalah
perkebunan Sawit. Sawi merupakan salah satu komoditi non migas, yang
belakangan ini memiliki pasaran yang cukup menjanjikan di pasaran dunia. Aceh
Barat merupakan Kabupaten yang sampai hari ini masih mengandalkan Sawit
sebagai produk unggulan nya di bidang pertanian selain komoditas pertanian
lainnya seperti padi, palawija dan lain- lain, hampir secara keseluruhan masyarakat
4
nya menggantungkan hidupnya di bidang pertanian. Perkebunan sawit merupakan
sub sektor pertanian yang masih menjanjikan, ini dapat dibuktikan hampir di
seluruh kecamatan, dan desa terdapat perkebunan sawit.
Kecamatan Pante Cereumien adalah salah satu kecamatan di Kabupaten
Aceh Barat, dengan mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai Petani, Pekebun,
dan Pedagang. Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan di Kecamtan Pante
Cereumien, Sebagian besar masyarakatnya memiliki lahan perkebunan khusus
nya Kelapa Sawit, Jika di lihat potensi Kelapa Sawit saat ini masih sangat
menjanjikan karna mampu memberi kontribusi besar terhadap pendapatan
masyarakatnya. Dan Kalapa sawit saat ini juga menjadi sektor Unggulan di
Bidang Perkebunan di Kabupaten Aceh Barat.
Masalah produktivitas kelapa sawit menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dalam meningkatkan pendapatan keluarga petani sawit, selama ini
jika kita lihat di kecamatan pante ceureumien produktivitas kelapa sawit masih
kurang maksimal, ini terlihat dari hasil yang di dapat petani sawit, penyebabnya
adalah pupuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat kurang
tepat sasaran. Pupuk menjadi hal yang penting dalam meningkatkan produktivitas
kelapa sawit di kecamatan Pante Cereumein.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul.”Analisis Pengaruh Produktivitas Kelapa Sawit terhadap Pendapatan
Masyarakat di Kecamatan Pante Cereumien Kabupaten Aceh Barat.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
berusaha untuk mengemukakan permasalahan secara tegas dan jelas agar
5
keseluruhan proses penelitian dapat terarah dan terfokus pada pokok masalah
yang sebenarnya. Adapun permasalahan yang penulis ajukan adalah Bagaimana
Pengaruh Produktivitas Kelapa Sawit terhadap Pendapatan Masyarakat di
Kecamatan Pante Cereumien.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengaruh Produktivitas Kelapa Sawit terhadap
Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante Cereumien Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini terdiri dari manfaat
teoritis dan praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
a) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
penulis mengenai Pengaruh Produktivitas Kelapa Sawit terhadap
Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante Cereumien Kabupaten Aceh
Barat. sebagai penerapan terhadap pemahaman teoritis yang telah
diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
b) Bagi pihak yang membutuhkan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan rujukan dan referensi dalam melakukan penelitian selajutnya yang
berkaitan Pengaruh Produktivitas.
6
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintahan Kabupaten Aceh Barat dalam penyempurnaan
kebijakan-kebijakan dalam upaya mensejahterakan masyarakatnya.
1.5.Sistematika Pembahasan
Adapun Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yaitu.
Bagian I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penetian, manfaat penelitianyang terdiri dari manfaat
teoritis dan praktis, serta sistematika pembahasan.
Bagian II Tinjauan pustaka, pada bab ini di uraikan teori-teori dan hasil
penelitian yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang dibahas.
Bagian III Metodelogi penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel,
data penelitian diantaranya jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
model analisis data, defenisi operasional variabel.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari deskriptif daerah
penelitian, hasil pengujian hipótesis dan pembahasan hasil penelitian.
Bagian kelima Simpulan dan Saran menguraikan kesimpulan dan
keterbatasan dari penelitian dan saran – saran.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Produksi
Secara konsep, produksi adalah kegiatan menghasilkan sesuatu,baik
berupa barang maupun jasa. Dalam pengertian sehari-hari produksi adalah
mengolah input, baik berupa barang atau jasa yang lebih bernilai serta bermanfaat.
Joersron dan Fathirrozi (2003, h. 20) menyatakan produksi merupakan
hasil akhir dalam proses dan aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa
masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan
produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk
menghasilkan output.
Ahyari (2004, h. 45 ) menyatakan Produksi diartikan sebagai kegiatan
yang dapat menimbulkan tambahan manfaat dan penciptaan faedah baru. Faedah
atau manfaat tersebut tepat, serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut diatas.
Apabila terdapat suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru atau
mengadakan penambahan dari manfaat yang sudah ada maka kegiatan tersebut
sebagai kegiatan produksi.
2.2. Faktor Produksi
Menurut Noor (2007, h.148) faktor produksi adalah segala sesuatu yang
diperlukan untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi ini antara lain meliputi
bahan baku, teknologi dan pendapatan produksi, tenaga kerja (manusia), dan
energi. Menurut Sudarman dalam Kurnia sari (2011, h. 31) faktor produksi adalah
jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan dalam suatu proses
8
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Besar kecilnya barang dan jasa dari
hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor produksi. Faktor
produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, pertama faktor produksi tetap
(fixed input) adalah factor produksi yang kuantitasnya tidak bergantung pada
jumlah yang dihasilkan dan input tetap akan selalu ada meskipun output turn
sampai dengan nol. Kedua, faktor produksi variabel (variable input), yaitu faktor
produksi yang jumlahnya dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat dan
sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan.
2.3. Fungsi Produksi
Hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi, seperti telah
dijelaskan, dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah,
modal dan keahlian keusahawanan. Di dalam teori ekonomi, didalam teori
ekonomi, dalam menganalisis masalah ekonomi selalu dimisalkan bahwa tiga
faktor produksi yang belakangan dinyatakan (tanah, modal, dan keahlian
keusahawanan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja di pandang sebagai
faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian, di dalam
menggambarkan hubungan di antara faktor produksi yang digunakan dan tingkat
produksi yang dicapai, yang digambarkan adalah hubungan antara jumlah tenaga
kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai. (Sukirno 2006, hal 193)
Fungsi Produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukan
hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan. Setiap produsen dalam
teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi yaitu :
9
Q = f (x1,x2,x3............xn)
Q = Tingkat Produksi (Output)
(x1,x2,x3.......xn = Berbagai Input yang digunakan
Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input yang dipakai oleh
suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan
output tercermin pada fungsi produksinya. (Joesran dan Fathorrozi. 2003 hal. 24)
2.4. Pengertian Produktivitas
Sumber Daya Manusia memegang peranan utama dalam proses
peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya
merupakan hasil pengorbanan. Pada umumnya produktivitas yang semakin tinggi
merupakan pendayagunaan sumber daya secara efisien. Suatu perusahaan dalam
proses produksinya harus selalu memperhatikan dan mempertimbangkan
bagaimana cara mencapai produktivitas yang tinggi dengan sumber daya atau
faktor- faktor produksi yang ada.
Menurut Soedarmayanti dalam buku “Tata Kerja dan Produktivitas Kerja”,
mengemukakan mengenai pengertian produktivitas yaitu :
“Keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu
meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang.”
(Soedarmayanti :1996. 142)
Menurut George J. Washin yang diterjemahkan oleh Slamet Saksono
dalam buku “Administrasi Kepegawaian”, mengemukaan bahwa :
“Produktivitas mengandung dua konsep utama, yaitu efisiensi dan
efektivitas. Efisiensi mengukur tingkat sumber daya, baik manusia , keuangan, maupun alam yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat
10
pelayanan yang dikehendaki, efektivitas mengukur hasil mutu pelayanan
yang dicapai.” (Slameto :1997. 113)
2.5. Pengaruh Faktor Produksi Tanah Pertanian
Dalam suatu proses produksi sangat diperhatikan faktor- faktor produksi
yang ada, tanpa sala satu dari ketiga faktor produksi tersebut proses p roduksi tidak
dapat berjalan. Selain itu pengaruh suatu manajemen yang baik dapat mendukung
proses tersebut. Petani tradisional sekalipun sebenarnya juga butuh manajemen
dalam menjalankan usaha taninya, tetapi tidak dalam yang betul-betul dengan
administrasi yang lengkap dan tertib, baik mengenai perencanaan, pelaksanaan,
pengaturan sarana dan prasarana. (Daniel, 2002 h. 22)
Pengusaha pertanian selalu didasarkan atau dikembangkan pada luasan
lahan pertanian tertentu. Meskipun akhir-akhir ini dijumpai pula pengusaha
pertanian yang tidak semata-mata dikembangkan pada luasan lahan tertentu pada
sember daya lainnya seperti media air.
Pentingnya faktor produksi tanah bukan saja dilihat dari segi luas dan
sempitnya lahan, tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah,
macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi
(tanah daratan pantai, daratan rendah dan daratan tinggi), pemilikan tanah, nilai
tanah, fragmentasi tanah dan konsolidasi tanah (Soekartawi, 2003, h.33)
Faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor alam lainya seperti air,
udara,temperatur, sinar matahari, dan lainnya. Semua secara bersama-sama
menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau sebaliknya jenis tanaman
11
tertentu untuk dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tentunya
menghendaki jenis tanah tertentu, suhu udara dan kelembapan.
Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini
pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian.
Seringkali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan
semakin tidak efissien lahan tersebut. Sebaliknya pada luasan lahan yang sempit,
upaya pengusaha terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik. Penggunaan
tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal juga tidak terlalu besar, sehingga
usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian, luas lahan yang
terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efissien pula
(Soekarawi.2003, h.33)
2.6. Faktor Modal Pertanian
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan
dunia pertanian, maka semakin beragam pula orang dalam mendefinisikan atau
memberikan pengertian terhadap modal yang kadangkala satu sama lain
bertentangan tergantung dari sudut mana meninjaunya.
Modal adalah sejumlah uang yang digunakan untuk mengelola dan
membiayai kegiatan pertanian setiap bulan/setiap hari. Dimana didalamnya
terdapat ongkos untuk pembelian sumber-sumber produksi yang digunakan untuk
memproduksi suatu output tertentu/opportunity cost dan untuk menggunakan
input yang tersedia. Kemudian di dalam ongkos juga terdapat hasil atau
pendapatan bagi pemilik modal yang besarnya sama dengan, seandainya petani
12
menanamkan modalnya di dalam sektor ekonomi lainnya dan pendapatan untuk
tenaga sendiri.
Struktur modal merupakan salah satu kebutuhan yang kompleks karena
berhubungan dengan keputusan pengeluaran keuangan lainnya. Untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam memaksimalisasi kekayaan pemilik, manager keuanga.
hurus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami hubungannya
dengan resiko, hasil atau pengembalian dan nilai perusahaan.
Untuk menciptakan struktur modal yang optimal, pengalokasian modal
yang tepat antara modal sendiri dan modal dari luar sangat penting untuk
memaksimalkan penggunaan modal perusahaan. Pengeluaran biaya modal yang
minimum dan struktur keuangan yang maksimum merupakan struktur modal yang
optimal
Menurut Von Bohm Bawerk dalam Daniel 2002. Arti modal atau kapital
adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat yaang disebut
dengan kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-
barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat.
Sedangkan menurut Manurung (2007, h 50 ) dalam membangun sebuah
bisnis dibutuhkan dana atau dikenal dengan modal. Bisnis yang dibangun tidak
akan berkembang tanpa didukung dengan modal. Sehingga modal dapat dikatakan
jadi jantungnya bisnis yang dibangun tersebut. Biasanya modal dengan dana
sendiri memberikan arti bahwa dana tersebut dipersiapkan oleh pembisnis yang
bersangkutan.
13
2.7. Pembentukan Modal
Modal dapat diciptakan dari beberapa sumber, pada umumnya modal
terbentuk karena suatu proses produksi, penabungan dari produksi, serta pemakain
benda tabungan untuk produksi selanjutnya. Dalam kenyataannya sering
ditemukan pembentukan modal dilakukan dengan cara menggali potensi
kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang dimiliki oleh petani yang
bersangkutan (Soerkartawi, 2003, h. 35)
Secara makro pembentukan modal oleh petani dapat dilakukan dengan
cara memperbesar simpanan. Bentuk simpanan dapat beragam, mulai dari bentuk
simpan yang berupa uang arau barang. Misalnya tanah, bangunan atau lainya,
bentuk disimpanan dalam masyarakat oleh pemerintah melalui perbankan
diarahkan dalam bentuk tabungan atau deposito. Bagi petani di pedesaan
pembentukan modal sering dilakukan dengan cara menabung, yaitu menyisihkan
sebagian pendapatannya untuk ditabung, (Soekartawi, 2003, h.35)
2.7.1. Modal Tetap
Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi
dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya
jumlah produksi. Modal tetap dapat berupa tanah, bangunan dan mesin yang
digunakan.
14
2.7.2. Modal Variable (bergerak)
Modal Variabel Adalah modal yang memberikan jasa hanya sekali dalam
proses produksi, biasa dalam bentuk bahan baku dan kebutuhan sebagai
penunjang usaha berikut.
Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal mengandung
pengertian sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih
lanjut. Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas,
yaitu modal meliputi baik modal dalam bentuk uang (Geldkapital), maupun dalam
bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan dan lain
sebagainya.
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung
maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output (Irawan
dan Suparmoko 2000, h. 93). Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau
uang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-
barang dan jasa-jasa baru. Modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat
menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor
satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan.
2.8. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang baik berupa uang kontan
maupun natural. Pendapatan atau juga disebut juga income seseorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang
dimilikinya pada sektor produksi ini “membeli” faktor- faktor produksi tersebut
untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di
15
pasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar faktor produksi (seperti
halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik,
antara penawaran dan permintaan
Secara singkat income seseorang ditentukan oleh
a. Jumlah faktor- faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada :
hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu
warisan atau pemberian
b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.
Dalam pengertian umum, pendapatan adalah hasil pencaharian usaha.
Budiono (2004, h.180) mengumumkan bahwa pendapatan adalah hasil dari
perjualan faktor- faktor produksi yang dimiliki kepada sektor produksi. Sedangkan
menurut Winardi dalam Budiono (2004,h. 182) pendapatan adalah hasil berupa
uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor- faktor
produksi.
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian yang dimaksud
dengan pendapatan jasa adalah nilai dari seluruh jasa yang dihasilkan suatu badan
usaha dalam suatu periode tertntu. Dalam akuntansi, pendapatan dan beban
dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal baik selama satu periode yang mengakibatkan
kenaikan ekuitivitas dan tidak secara langsung berdasar dari kontribusi
penanaman modal.
16
2.9. Jenis dan Fungsi Pendapatan
Untuk keperluan manajerial dapat dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, seperti berikut Fatrrorozi (2003,hal 30) :
a. pendapatan total
Pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan, Total
Revenue ini adalah hasil perkalian dari jumlah unit yang terjual (Q), dengan harga
jual per unit (P). Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan matematis :
TR = P.Q.
b. Pendapatan Rata-rata atau pendapatan per unit barang dan jasa
Pendapatan rata-rata adalah pendapatan rata dari setiap unit penjualan,
oleh karena itu maka pendapatan rata-rata (AR) dapat juga dirumuskan sebagai
hasil bagi dari pendapatan total dengan unit yang terjual (Q). Bentuk rumusan
matematikanya adalah AR = TR/Q = PQ/Q = P.
c. Pendapatan tambahan atau penerimaan marginal.
Pendapatan tambahan adalah tambahan pendapatan yang didapat untuk
setiap unit penjualan atau produksi. Karena tambahan ini dapat terjadi pada setiap
tingkatan produksi. Dengan demikian, maka pendapatan tambahan, atau marginal
Revenue ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
MR1 = TR1 -1 dimana MR1 tidak sama dengan MR1 -1.
17
2.10. Usaha-Usaha Meningkatkan Pendapatan
Pada umumnya manusia merasakan bahwa penghasilan / pendapatan
yang diterima saat ini masih kurang dan menjadi masalah yang tidak akan pernah
terselesaikan. Secara umum dapat diterangkan bahwa untuk meningkatkan
pendapatan dapat digunakan beberapa cara antara lain :
1. Pemanfaatan waktu luang
Individu mampu memanfaatkan waktu luang yang tersisa dari pekerjaan
yang telah dilakukan sebelumnya menjadi kesempatan yang baru untuk
menambah pendapatan.
2. Melakukan kreativitas dan inovasi
Individu harus mampu berfikir negatif dan inovatif menciptakan
terobosan-terobosan yang berati untuk dapat mencapai kebutuhan yang dirasakan
masih kurang.
2.11. Konsep Pendapatan
Menurut Sukirno (2006, hal 200) suatu perkiraan mengenai distribusi
pendapatan atau distribusi kekayaan menurut aturan kelas antar rumah tangga atau
keluarga-keluarga sangat bermanfaat, karena keluarga atau rumah tangga unit
penerimaan distribusi. Dalam hal ini yang ditekankan adalah keluarga sebagai
penerimaan pendapatan, bukan pada perorangan karena dianggap bahwa rumah
tangga atau keluarga sebagai unit pengambil keputusan dalam memperoleh
pendapata dan pembelanjakannya. Rumah tangga sebagai unit analisis dalam
18
distribusi pendapatan dapat dipandang tidak hanya sebagai kompenden demografi,
tetapi juga karakteristik umum dalam pengukuran.
Menurut Badan Pusat Statistik (2003, hal.56 ) mendefiniskan pendapatan
keluarga sebagai penjumlah upah, gaji, tingkat suku bunga, pensiun, sewa,
keuntungan usaha dan sebagainya yang diterima oleh semua anggota keluarga.
Pendapatan keluarga dikelompokkan menjadi ;
a. Pendapatan pertanian, meliputi penerimaan pertanian, peternakan, perikanan
dan skala rumah tangga; serta
b. Pendapatan bukan pertanian, meliputi pendapatan yang diterima dari seluruh
kegiatan ekonomi yang lain.
Sumber pendapatan ada yang berasal dari sector pertanian maupun sektor
non pertanian. Merujuk dari Nurmanaf dalam Sarasutha (1985,h.60) bahwa
sumber pendapatan dari sub sektor perikanan, termasuk penerimaan dari (1) usaha
penangkapan, (2) usaha non penangkapan (termaksud budidaya perikanan dan
pengolahan hasil perikanan). Sedangkan pendapatan dari sektor non perikanan
yang diterima dari (1) kegiatan berdagang, (2) usaha angkutan, (3) industru rumah
tangga, dan (4) kegiatan berburuh diluar usaha perikanan, serta (5) kegiatan usaha
pertanian.
2.12. Konsep Tanaman Kelapa Sawit
Sejarah kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di indonesia oleh
pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang
dibawa dari Mauritius dan Amsterdam yang Kemudian ditannam di kebun Raya
Bogor. Perintis budidaya perkebunan kelapa sawit di indonesia dilaklukan oleh
19
Adrien Hallet (berkebangsan Belgia) Pada tahun 1911, yang kemudian diikuti
oleh K. Schad
Budidaya perkebunan kalapa sawit ini mulai berkembang di indonesia di
Sumatra perkebunan kelapa sawit ini mulai berkembang berlokasi di bagian
Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh hingga luas areal perkebunan mencapai
5.123 Ha. Tanaman kelapa sawit hanya dapat tumbuh di daerah tropis (daerah
khatulistiwa).
Tanaman kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan jika
dibandingkan tanaman lainnya (penghasil minyak nabati. Keunggulan tersebut
dapat dilihat dari segi produktifitas minyak kelapa sawit tersebut sehingga harga
produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang
(hingga 25 tahun) juga akan mempengaruhi ringannya biaya produksi yang akan
dikeluarkan petani. Dari segi hama dan penyakit tanaman kelapa sawit termasuk
tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit jika dibandingkan dengan
tanaman lainnya. Selain itu jika dilihat dari kebutuhan konsumsi orang terdapat
minyak kelapa sawit hingga mecapai rata –rata 25 kg/tahun
Sampai saat ini tanaman kalapa sawit merupakan salah satu sub sektor
penyumbang devisa non migas yang terbesar karena minyak kelapa sawit dan inti
sawitnya telah di ekspor ke luar negeri sekarang tanaman kelapa sawit merupakan
primadona bagi masyarakat Indonesia. Dengan begitu baiknya prospek kelapa
sawit tersebut telah mendorong pemerintah untuk memacu pengembangan areal
perkembangan kelapa sawit tersebut.
20
2.13. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat perumusan
hipotesisnya, diduga terdapat pengaruh positif antara produktivitas kelapa sawit
terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Pante Cereumien Kabupaten Aceh
Barat.
21
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Paante Cereumien Kabupaten Aceh
Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Gampong yang berada di
Kecamatan Pante Cereumien,. yang menjadi salah satu obyek dalam penelitian ini
adalah Produktivitas Kelapa Sawit dan Pendapatan Masyarakat
3.2. Data Penelitian
3.2.1.Jenis Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Dengan pendekatan metode penelitiannya dari lapangan untuk mencar i informasi
yang dapat dipercaya. dengan menggunakan quisioner. Adapun data sekunder
berasal dari BPS, untuk melengkapi data penulis juga menggunakan buku atau
referansi yang bersifat teoritis yang diperoleh dari perpustakaan daerah dan
perpustakaan UTU.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Field Research
Penelitian lapangan, yaitu metode penelitian lapangan untuk
mendapatkan data dan informasi yang dapat dipercaya
22
2. Library Research
Penelitian perpustakaan, yaitu mengumpulkan data dan keterangan yang
dapat mempertajam orientasi dan dasar teoritis tentang masalah penelitian yang
dikaji melalui buku-buku yang berhubungan dengan karya skripsi dalam
penelitian ini.
3.3 Penentuan Sampel dan Teknik Pengambilan
Populasi dalam penelitian ini adalah Petani Sawit yang berada di
Kecamatan Pante Cereumien karena di daerah tersebut merupakan salah satu
daerah yang penduduknya mayoritas Petani melaksanakan pengembangan
pertanian di Kabupaten Aceh Barat. Dari total masyarakat yang memproduksi
Kelapa Sawit diambil sampel 38 rumah tangga petani sawit secara acak.
Populasi pada penelitian ini adalah petani sawit di kecematan Pante
Cereumien Kabupaten Aceh Barat ini diketahui jumlah populasi terdapat
sebanyak 190 kepala keluarga Petani Sawit yang tersebar pada 25 Desa Dari
jumlah populasi tersebut diambil sampel menggunakan rumus (Ari kunto, 2006
p.134 ) dengan derajat kesalahan 20% sebagai berikut:
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Nilai kritis ( batas ketelitian)
23
Berdasarkan rumus (Ari kunto,2006 p. 134) dengan nilai kritis (e) yang digunakan
sebesar 20 % dengan jumlah populasi (N) sebesar 190. Dengan demikian jumlah
sampel (n) dalam penelitian ini adalah :
3.4. Model Analisa Data
Metode yang di gunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan analisa Regresi Sederhana, Analisa korelasi, koefisien
korelasi sederhana, dan uji t yang akan diolah dengan menggunakan program
komputer statistik SPSS dengan penjelasan berikut ini :
1.Analisa Regresi Linier Berganda
Analisa ini digunakan sebagai alat analisis peramalan nilai pengaruh satu
variabel bebas atau lebih terhadap suatu variabel terikat. Menurut Gujarati
(1999, h. 26) persamaan regresi berganda adalah :
Y= a + b1X1 +e
24
2
11
2
11
1111
YYnXXn
YXYXnr
Keterangan :
Y = Pendapatan Masyarakat
a = Nilai konstan (Intercept)
b = Slope ( Koefisien Regresi )
X1 = Produktivitas Kelapa Sawit
ei = Error Term
2. Analisa Korelasi ( r )
Analisa koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk mengetahui seberapa
besar hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Analisa
korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisa Koefisien Korelasi
Dalam regresi, jika angka koefisien determinisi tersebut di akarkan,
maka akan di dapat koefisien korelasi (r) yang merupakan ukuran
hubungan linier antara dua variabel y dan x. Adapun formula
perhitungannya sebagai berikut ( Nacrowi 2006, h. 133 )
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah tahun
Y = Pendapatan Masyarakat
X = Produktivitas Kelapa Sawit
25
b. Koefesien Determinasi ( 2r )
Analisa ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan
variable bebas (X) terhadap variable terikat (Y). Koefisien determinasi
( 2r ) merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi. Menurut Ridwan
(2000) dalam Arafah (2008, h. 11) Rumus Koefisien Determinasi adalah
sebagai berikut :
KP = 2r × 100 %
Dimana :
Kp = Besarnya Koefisien penentu (determinasi)
r = Koefisien Korelasi
3. Uji t
Uji signifikansi koefisien dimaksudkan untuk menguji apakah besarnya
atau kuatnya hubungan antar variabel yang diuji sama dengan nol. Apabila
besarnya hubungan sama dengan nol, hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan
antar variabel sangat lemah dan tidak berarti. Dan sebaliknya apa bila hubungan
antar variabel secara signifikan berbeda dengan nol, maka hubungan tersebut kuat
dan berarti.
Uji signifikan koefisien korelasi dilakukan melalui 5 tahap, Sebagaimana
pada pengujian hipotesa, sampel basar dan kecil, yaitu:
a. Perumusan hipotesa yaitu menguji apakah r populasi (ρ) sama dengan nol
b. Menentukan taraf (α) dengan derajat bebas ( df) = n-k,
c. Menentukan uji statistika
26
d. Menentukan daerah keputusan, dan
e. Menentukan keputusan.
Uji statistik untuk koefisien korelasi (r) adalah sebagai berikut
Rumus uji t untuk uji koefisien
t =
Dimana:
t : Nilai terhitung
r : Nilai koefisien
n : Jumlah data pengaman
3.5. Definisi Operasional Variabel
1. Produktivitas Kelapa Sawit (X1) Tolak ukur keberhasilan petani Kelapa
sawit dalam menghasilkan produksi kelapa sawit (Toh/Ha)
2. Pendapatan Masyarakat (Y) adalah Pendapatan Keseluruhan petani kelapa
sawit di kecamatan Pante Ceureumen (Rp)
3.6. Pengujian Hipotesis
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. H0 ; ß = 0, Produktifitas Kelapa Sawit yang diteliti secara bersama-sama
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan
Masyarakat.
27
b. H1 ; ß ≠ 0, Produktivitas Kelapa Sawit yang diteliti secara bersama-
sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan
Masyarakat.
Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
Apabila ht >
tt , maka H0 ditolak H1 diterima, artinya, Produktivitas
Kelapa Sawit yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante
cereumien
Apabila ht < tt , maka H0 diterima H1 ditolak, artinya , Produktivitas
Kelapa Sawit yang diteliti secara bersama-sama tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante
cereumien.
Berdasarkan uraian-uraian diatas maka menurut penulis terdapat pengaruh yang
signifikan Produktivitas Kelapa Sawit terhadap Pendapatan Masyarakat di
Kecamatan Pante cereumien
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Pante Ceureumen
Kecamatan Pante Ceureumen adalah salah satu kecamatan di Kabupaten
Aceh Barat Propinsi Aceh. Luas wilayahnya adalah 490,25 Km2 dengan jumlah
penduduk sebesar 9.856 jiwa. Pusat kota kecamatan berjarak kurang lebih 43 km
dari ibu kota kabupaten. kecamatan pante ceureumen terletak antara 0418’30” -
0438’40” lintang utara dan 96 10’30” - 9628’30” bujur timur. Kecamatan ini
berbatasan langsung dengan Kecamatan Sungai Mas, Kaway XVI, Panton Reu,
dan Kabupaten Nagan Raya.
4.1.2. Potensi Usaha Produksi Kelapa Sawit
Prospek usaha tani perkebun sawit cukup cerah bila dikelola secara
insentif dan komersial berpola agribisnis. Perminataan pasar dalam negeri dan
berpeluang ekspor komodidatas kelapa sawit cenderung dari tahun ke tahun baik
memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan.
Tabel. 2
Karakteristik Luas Lahan Petani Kelapa Sawit Di Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat
No Jumlah Responden Jumlah Luas
Lahan Persentase %
1 10 1 H 26,3 %
2 17 2 H 44,7 %
3 10 3 H 26,3 %
4 1 4 H 2,6 %
38 100 %
Sumber : Hasil penelitian dan wawancara petani (data diolah) April 2014
29
Tabel karakteristik Luas lahan di atas menunjukan luas lahan petani kelapa
sawit dalam mengelola perkebunan sawit di kacamatan pante ceureumen dapat
dilihat 10 Responden mempunyai lahan masing-masing 1 Hektar lahan sawit,
dengan persentase sebanyak 26 %. Sementara 17 responden mempunyai 2 Hektar
lahan sawit, dan 10 Responden lagi mempunyai 3 Hektar selanjutnya hanya 1
Responden yang mempunyai lahan sawit hingga 4 Hektar. Luas lahan sawit juga
berpengaruh terhadap hasil yang di dapat oleh petani sawit.
4.1.3. Rata-Rata Produktifitas dan Hasil Panen Kelapa Sawit
Rata-rata produktivitas dan Hasil panen Kelapa Sawit di Kecamatan Pante
Ceureumen dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel.3
Produktivitas (Rata-Rata) dan Hasil Panen Kelapa Sawit
Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat
No Jumlah
Responden
Hasil
Produksi
(Kg)
Harga
/Kg
(April)
Pendapatan Dari
Panen Usaha
Kelapa Sawit
(Rp)
Biaya
Produksi
(Rp)
Produktifitas
Rata-Rata dan
Pendapatan
Bersih Kelapa
Sawit
(Rp)
1 11 2. Ton
1.500
3.000.000
500.000
2.500.000
2 23 3.Ton
1.500
4.500.000
800.000
3.700.000
3 3 1.Ton
1.500
1.500.000
200.000
1.300.000
4 1 4.Ton
1.500
6.000.000
1.500.000
4.500.000
38
3.750.000
750.000
3.000.000 Rata-Rata
Sumber : Hasil penelitian dan wawancara petani (data diolah) April 2014
Tabel di atas menunjukan Produktivitas rata-rata dan hasil panen petani
kelapa sawit di kecamatan pante ceureumen kabupaten aceh barat. Sebanyak 11
responden mampu menghasilkan tandan buah segar atau TBS kelapa sawit sebesar
30
2 Ton atau 2000 Kg, dengan harga di pasaran ditingkat agen rata-rata 1.500. Jika
di kalikan maka akan mendapat hasil dari panen kelapa sawit sebesar 3.000.000
juta rupiah, selanjutnya di kurangi biaya produksi setiap bulan nya sebesar
500.000 ribu rupiah maka pendapatan dari hasil panen kelapa sawit bersih setiap
bulan nya sebesar 2.500.000 juta rupiah. Sementara sebanyak 23 responden
mampu menghasilkan TBS sebesar 3 Ton atau 3000 Kg, dengan harga yang sama
dan jika dikalikan maka akan mendapat hasil panen sebesar 4.500.000 juta rupiah
selanjutnya dikurangi dengan biaya produksi yang sebesar 800.000 ribu rupiah
maka akan mendapat hasil bersih sebesar 3.700.000 juta rupiah. Selanjutnya
sebanyak 3 Responden hanya mampu menghasilkan tandan buah segar atau TBS
sebesar 1 Ton atau 1000 Kg, dengan harga yang sama mendapatkan hasil sebesar
1.500.000 setalah dikurangi biaya produksi yang hanya 200.000 ribu perbulannya
maka pendapatan hasil panen bersi sebesar 1.300.000 juta rupiah. Dan hanya 1
responden yang mampu mendapatkan hasil sebesar 4 Ton atau 4000 Kg, juga
dengan harga yang sama maka akan mendapatkan hasil sebesar 6.000.000
kemudian dikurangi biaya Produksi sebesar 1.500.000 hasil bersih yang didapat
sebesar 4.500.000 juta rupiah. Maka jika dilihat Prospek Perkebunan Sawit sangat
menjanjikan, dari tabel di atas dapat dilihat kontribusi yang diberikan terhadap
Pendapatan Keluarga begitu besar.
4.1.4. Tingkat Pendapatan Masyarakat
Tingkat Pendapatan masyarakat dikecamatan Pante Ceureumen dalam
penelitian ini adalah pendapatan keluarga dari Petani atau Pekebun Sawit dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
31
Tabel 4
Tingkat Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat
No Responden Pendapatan Masyarakat
1 Hasanudin 3.500.000
2 Abdullah 3.000.000
3 Amirudin 3.800.000
4 Adi hermanto 3.000.000
5 Paimen 3.000.000
6 Saleh 2.000.000
7 Burhanuddin 4.000.000
8 Ali Imran 3.900.000
9 Tgk. Amirullah 2.500.000
10 Zainal 2.800.000
11 Sarmidi 3.500.000
12 Saneh 4.400.000
13 Abdullah.Tb 3.800.000
14 Anto 3.900.000
15 Saiin 2.000.000
16 Salihin 3.800.000
17 Mukmin 4.000.000
18 Alimi 2.800.000
19 Agus wanto 3.900.000
20 Anwar 3.900.000
21 Ali Sadikin 3.900.000
22 Abas 3.800.000
23 Safari 3.800.000
24 Taufik 4.700.000
25 Ahmad 2.500.000
26 Agustiar 2.800.000
27 Muhanmad 3.900.000
28 Panan 3.800.000
29 Heri Saputra 3.800.000
30 Mujiono 1.500.000
31 Mulyono 4.000.000
32 Hendra 3.800.000
33 Khairil 2.600.000
34 Yusnaidi 2.800.000
35 Sutiran 2.600.000
36 Jamalul 3.900.000
32
37 Slamet 4.600.000
38 Acimi 4.000.000 Sumber : Hasil penelitian dan wawancara petani (data diolah) April 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat Tingkat Pendapatan Masyarakat
Petani atau Pekebun sawit di kecamatan Pante Ceureumen. Dengan jumlah 3
responden sebesar 1.000.000 s/d 2.000.000, Kemudian 11 responden
berpendapatan sebesar 2.100.000 s/d 3.000.0000 sementara 21 Responden
berpendapatan sebesar 3.100.000 s/d 4.000.000 dan 3 responden lagi
berpendapatan sebesar 4.100.000. s/d 5.000.000. jika dilihat hasil pendapatan
masyarakat hampir rata-rata dipengaruhi oleh Produktifitas hasil panen kelapa
sawit ini akan terwujud jika masyarakat mencoba profesi menjadi pekebun kelapa
sawit.
4.2. Hasil Pengujian Hipótesis dan Pembahasan Hasil Penelitian
Analisis Pengaruh Produktivitas Petani Kelapa Sawit terhadap
Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh
Barat, analisis ini akan di wujudkan dengan pengolahan data melalui program
statistik komputer SPSS 18.
Tabel 5
Ouput SPSS Rata-Rata Standar Devisiasi dan Observasi
Pada tabel diatas terlihat bahwa rata-rata pendapatan masyarakat di kecamatan
pante ceureumen dengan 38 responden adalah 3,42 dengan standar deviasi
sebesar 7,52 %. sementara rata – rata Produktivitas kelapa sawit dengan
33
responden yang sama adalah sebesar 3,22 % dengan standar deviasi 8,29
sedangkan N menyatakan observasi 38 responden di kecamatan Pante Ceureumen
Kabupaten Aceh Barat.
1. Analisis Koefisien Korelasi
Analisis ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keeratan serta arah hubungan antara Produktivitas kelapa sawit dengan
Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat.
Tabel 6
Hasil Analisis Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi (R) diperoleh 0.916 secara positif menjelaskan terdapat
hubungan yang kuat antara Produktivitas Kelapa Sawit (X) dan Pendapatan
Masyarakat (Y) dengan keeratan hubungan 91 %. Bahawa sebesar 91 %
Pendapatan Masyarakat di Pengaruhi oleh Hasil Produktivitas Kelapa Sawit.
2. Analisi Koefisien Determinasi.
Dengan analisis ini maka akan dapat diketahui besar sumbangan kegiatan
Produktivitas Kelapa Sawit terhadap Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante
Ceureumen Kabupaten Aceh Barat Analisis ini secara kongkrit dilakukan
terhadap koefisien determinasi.
34
Tabel 7
Output SPSS Analisis Koefisien Determinasi
Adapun koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan
penggunaan rumus perhitungan sebagai berikut :
Koefisien determinasi = r2 x 100%
Koefisien determinasi = (0,916)2 x 100%
Koefisien determinasi = 83,9%
Dari perhitungan diatas diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar
83,9 % yang berarti bahwa peningkatan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan
Pante Ceureumen dipengaruhi oleh Produktivitas Kelapa Sawit. Sedangkan
sisanya sebesar 16.1 % merupakan sumbangan faktor – faktor lain.
3. Uji Regresi Linier Sederhana dan Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji regresi merupakan prosedur yang kuat dan fleksibel dalam
menganalisis pegaruh asosiatif antara variabel independen (X) dan variabel
dependen (Y). Sedangkan secara parsial produktifitas kelapa sawit berpengaruh
terhadap Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante ceureumen.
Tabel 8
Output SPSS Analisi Regresi Linier Sederhana dan Uji t
35
Dari hasil perhitungan Regresi linier Sederhana maka persamaannya sebagai
berikut : Y = 7,53 + 8,30 X
Berdasarkan Output SPSS dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kostanta dari persamaan diatas dapat terlihat bahwa nilai kostanta sebesar
7,53 nilai kostanta ini menyatakan apabila produktivitas kelapa sawit sama
dengan nol maka Pendapatan Masyarakat turun sebesar 7,53
b. Koefisien Regresi Produktivitas dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa
nilai Produktivitas sebesar 8,30 Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan
produktivitas sebesar 1 % mengakibatkan Pendapatan Masyarakat meningkat
sebesar 8,30
Pembuktian bahwa variabel Produktivitas kelapa sawit berpengaruh
terhadap Pendapatan masyarakat di Kecamatan Pante Ceureumen. Dilakukan
pengujian secara parsial dengan uji–t pada jumlah kepercayaan ( level of
confidence 95% ).
c. Variabel Produktivitas Kelapa Sawit diperoleh t-hit sebesar 13,685 lebih besar
dari t-tabel sebesar 1,684 artinya secara partial variabel Produktivitas berpengaruh
terhadap Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante ceureumen Kabupaten Aceh
Barat.
36
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Produktivitas rata-rata dan hasil panen petani kelapa sawit di kecamatan
pante ceureumen kabupaten aceh barat. Sebanyak 11 responden mampu
menghasilkan tandan buah segar atau TBS kelapa sawit sebesar 2 Ton atau
2000 Kg, dengan harga di pasaran ditingkat agen rata-rata 1.500. Jika di
kalikan maka akan mendapat hasil dari panen kelapa sawit sebesar
3.000.000 juta rupiah. Maka jika dilihat Prospek Perkebunan Sawit sangat
menjanjikan, dapat dilihat kontribusi yang diberikan terhadap Pendapatan
Keluarga begitu besar.
2. Pendapatan Masyarakat Petani atau Pekebun sawit di kecamatan Pante
Ceureumen. Dengan jumlah 3 responden sebesar 1.000.000 s/d 2.000.000,
Kemudian 11 responden berpendapatan sebesar 2.100.000 s/d 3.000.0000
sementara 21 Responden berpendapatan sebesar 3.100.000 s/d 4.000.000
dan 3 responden lagi berpendapatan sebesar 4.100.000. s/d 5.000.000. jika
dilihat hasil pendapatan masyarakat hampir rata-rata dipengaruhi oleh
Produktivitas hasil panen kelapa sawit ini memnunjukan tikat kesejahteraah
akan terwujud jika masyarakat mencoba profesi menjadi pekebun kelapa
sawit.
37
3. Koefisien korelasi (R) diperoleh 0.916 secara positif menjelaskan terdapat
hubungan yang kuat antara Produktivitas Kelapa Sawit (X) dan Pendapatan
Masyarakat (Y) dengan keeratan hubungan 91 %.
4. Koefisien determinasi (R2) sebesar 83,9 % yang berarti bahwa peningkatan
Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante Ceureumen dipengaruhi oleh
Produktivitas Kelapa Sawit. Sedangkan sisanya sebesar 16.1 % merupakan
sumbangan faktor – faktor lain.
5. Variabel Produktivitas Kelapa Sawit diperoleh t-hit sebesar 13,685 lebih
besar dari t-tabel sebesar 1,684 artinya secara partial variabel Produktivitas
berpengaruh terhadap Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pante
ceureumen Kabupaten Aceh Barat.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh
penulis dalam meningkatkan Pendapatan Masyarakat melalui Produktivitas
Kelapa sawit di Kecamatan Pante Ceureumen antara lain sebagai berikut :
1. Pada para petani kelapa sawit di sarankan untuk lebih meningkatkan
hasil panen kelapa sawi, dengan penggunaan bibit unggul, efesiensi
penggunaan pupuk, lahan dan tenaga kerja untuk meningkatkan hasil
panennya sehingga dapat meningkatkan pendapatannya dengan
meminimalkan kerugian.
2. Agar petani kelapa sawit mendapatkan pendapatan lebih besar maka
jumlah produksi kelapa sawit perlu ditingkatkan dengan usaha tani
kelapa sawit secara efesien dan efektif.
38
3. Diharapkan kepada pemerintah daerah untuk fokus membantu
masyarakat dalam hal pengadaan bibit dan pupuk, agar perkebunan
kelapa sawit rakyat segera terwujud, karena kelapa sawit menjadi
produk unggulan pemerintah kabupaten aceh barat.
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2006. Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan. Mentri Pertanian. No : 47/Permentan/OT.140/10/2006.
Ahyari, A, 2004. Manajemen Produksi. Edisi Kedua, Penerbit BPEE UGM,
Yogyakarta
Budiono, 2004 (1992 : 180) Pendapatan, ), diakses 16 maret 2012.
Daniel, 2002. Ekonomi Pertanian.Edisi Peratama, PT. Raja Grafindo
Persada,Jakarta
Irawan dan suparmako, M. 2000. Ekonomi pemabangunan edisi ke tiga. BPFE
UGM. Yogyakarta.
Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba empat, Jakarta
Kepala Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Aceh Barat 2011
Noor, Hendry Faisal. 2007. Ekonomi Manajerial. PT Rajagrafindo persada Jakarta
Raharja Prathama dan Manurung, 2007. Tiori Ekonomi Mikro. Lembaga Penerbit
FEUI, Jakarta.
Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi produksi Dengan Bahasan Analisis Fungsi
Cabb-Douglas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sukino, sadono. 2003. Makro Ekonomi Pengantar Teori. PT. Raja Grafindo
Persada.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi Pengantar Teori. PT. Raja Grafindo
Persada.
Sarasutha,P. 1985. Pengaruh Padi Gogorancah Terhadap Peningkatan dan
Distribusi Pendapatan Petani di Kabupaten Indramayu. Fakultas Sarjana
IPB. Bogor,15 hal
Wibowo, Johanes. 2004. Strengthening Agricultural Support Services For Small
Farmers. Asian Productivity Organization. Jakarta Selatan.