analisis pengaruh resiko pembiayaan bermasalah...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH RESIKO PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON
PERFORMING FINANCING) DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL (CAPITAL
ADEQUACY RATIO) TERHADAP PROFITABILITAS (RETURN ON ASSET)
(STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
DISUSUN OLEH:
MIF MUNAWAROH
213-12-096
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
MOTTO
“Saya percaya bahwa hidup bukanlah keseimbangan, sebab keseimbangan
adalah kesempurnaan. Saya merasa bahwa hidup adalah menangkap bola
sebelum bola itu menyentuh tanah”
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menuntun
semua jalan saya, yang telah melimpahkan kemurahan-Nya dan memberikan
kemudahan untuk menyeslesaikan Tugas Akhir ini. Karya sederhana ini penulis
persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku yang senantiasa mengiringi langkahku dengan segala doa
dan kasih sayang.
2. Kakakku Mifta dan adikku Zaimah.
3. Bapak dan Ibu dosen Institut Agama Islam Negeri yang selama ini sabar
mendidik saya.
4. Teman-teman kos (marita, novita, dian, uut, ela, aini,ika, likah, ragil,
halimah, luluk, eli, erni, ira) yang selama ini menjadi teman hidupku dan
selalu memberiku semangat dalam perjalanan studiku.
5. Teman-teman Perbankan Syariah S1 angkatan 2012.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman
pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
Bā‟ B be
Tā‟ T te
Ṡ ā‟ Ṡ es (dengan titik diatas)
Jỉm J je
ῌā‟ ḥ ha (dengan titik dibawah)
Khā‟ Kh ka dan ha
Dāl D de
Żȃ l Ż zet (dengan titik diatas)
Rā‟ R er
Zāi Z zet
Sīn S es
Syīn sy es dan ye
Ș ād ș es (dengan titik dibawah)
Ḍād ḍ de (dengan titik dibawah)
Ṭ ā‟ ṭ te (dengan titik dibawah)
Ẓ ā‟ ẓ zet (dengan titik dibawah)
„ain „ koma terbalik diatas
Gain G ge
Fā‟ F ef
Qāf Q qi
Kāf K ka
Lām L el
Mīm M em
Nūn N en
Wāwu W w
Hā‟ H ha
Hamzah apostrof
Yā‟ Y Ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
ditulis Muta’addidah
ditulis ‘iddah
C. Tā’marbūț ah
Semua Tā‟marbūț ah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata tunggal ataupun
berada ditengah penggabungan kata (kata yang dikuti oleh kata sandang “al”). ketentuan
ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam Bahasa Indonesia,
seperti shalat, zakat dan sebagainya kecuali dikehendaki kata aslinya.
ditulis ḥ ikmah
ditulis ‘illah
Ditulis Karāmah al-auliyā
D. Vokal Pendek dan Penerapannya
Fathah Ditulis a
Kasrah ditulis i
Dammah ditulis u
Fathah ditulis fa’ala
Kasrah ditulis źukira
Dammah ditulis yaźhabu
E. Vokal Panjang
1. Fathah+alif ditulis ā
ditulis jāhiliyyah
2. Fathah + yā‟ mati ditulis ā
ditulis tansā
3. Kasrah + yā‟ mati ditulis ī
ditulis karīm
4. Dammah + wāwu mati ditulis Ū
ditulis furūḍ
F. Vokal Rangkap
1. Fathah + yā mati ditulis ai
ditulis bainakum
2. Fathah + wāwu mati ditulis au
ditulis qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
ditulis a’antum
ditulis u’iddat
ditulis la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah maka ditulis dengan menggunakan huruf awal “al”
ditulis al-Qur’ān
ditulis al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama Syamsiyyah
tersebut
ditulis as-samā’
ditulis asy-syāms
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kaimat
ditulis ẑ awi al-furūḍ
ditulis ahl as-sunnah
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang
berjudul “Pengaruh Risiko Pembiayaan Bermasalah (NPF) dan Tingkat Kecukupan
Modal (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus PT Bank Muamalat Indonesia
Periode tahun 2004-2013)” dengan lancar. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa
bimbingan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E, M.Si. Dekan FEBI IAIN Salatiga.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1.
4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag. dosen pembimbing yang dengan sabar meluangkan
waktu dan pemikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama
penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
5. Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan semua keluargaku atas kasih sayang dan perhatian yang
begitu besar kepada penulis.
6. Teman-teman atas semangatnya untuk terus maju.
Semoga semua amal baik mereka dicatat sebagai amalan yang terbaik oleh Allah
SWT, Amin. Akhirnya harapan peneliti semoga apa yang terkandung dalam penelitian ini
bermanfaat bagi semua pihak.
ABSTRAK
Munawaroh, Mif. 2016 Analisis Pengaruh Risiko Pembiayaan Bermasalah (NPF)
dan Tingkat Kecukupan Modal (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) pada
Bank Muamalat Indonesia periode 2004-2013. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Jurusan Perbankan Syariah S1, Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko kredit yang diukur
dengan non performing financing (NPF) dan tingkat kecukupan modal yang diukur
dengan capital adequacy ratio (CAR) terhadap profitabilitas yang diukur dengan
return on assets (ROA) pada PT Bank Muamalat periode 2004-2013.
Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan rasio PT Bank Muamalat
Indonesia periode 2004-2013. Sample penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Penelitian ini menggunakan sampel 40 rasio keuangan triwulan dari tahun
2004-2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari situs
web Bank Indonesia dan Bank Muamalat. Teknik analisis menggunakan analisis
regresi linear berganda.
Hasil analisis regresi dalam penelitian ini menunjukan bahwa risiko kredit
berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai koefisien β sebesar
0,050 dengan nilai signifikansi 0,745 (lebih besar dari 0,05). Tingkat kecukupan
modal berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai koefisien β
sebesar 0,049 dengan nilai signifikansi 0,067 (lebih besar dari 0,05).
Kata Kunci : Risiko Kredit, Tingkat Kecukupan Modal, Profitabilitas
Bank Muamalat Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………………..... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………………………. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………..... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………... xi
ABSTRAK ………………………………………………………………. xiii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. xiv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL …………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ……………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 10
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 10
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 11
E. Sistematika Penulisan ………………………………………….. 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka ………………………………………………… 14
B. Kerangka Teori ………………………………………………... 17
1. Risiko Pembiayaan Bermasalah (NPF) ………..…….……... 17
2. Kecukupan Modal (CAR) …………………………………... 24
3. Profitabilitas (ROA) ………………………………………... 29
C. Kerangka Penelitian …………………………………………… 32
D. Hipotesis Penelitian …………………………………………… 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………………………………. 36
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ………………………. 37
C. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 38
1. Dokumentasi ………………………………………………... 39
2. Replika ……………………………………………………… 39
3. Kepustakaan ………………………………………………… 40
D. Sumber Data, Variabel dan Skala Pengukuran ………………... 40
1. Sumber Data ………………………………………………... 40
2. Variabel …………………………………………………….. 41
3. Skala Pengukuran …………………………………………... 42
E. Analisis Data …………………………………………………... 42
1. Uji Stasioneritas …………………………………………….. 43
2. Analisis Regresi Linear Berganda ………………………… 43
3. Uji Statistik ………………………………………………… 44
a. Uji t (uji secara individu) ………………………………... 44
b. Uji f (uji secara serempak) ………………………………. 45
c. Uji R2 (koefisien determinasi) ………………………….. 45
3. Uji Asumsi Klasik ………………………………………….. 45
a. Uji Multikolinearitas ……………………………….......... 46
b. Uji Heteroskendastisitas ………………………………… 46
c. Uji Autokorelasi …………………………......................... 47
F. Alat Analisis ……………………………………………………. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ……………………………………. 49
1. Deskripsi Data ……………………………………………… 49
2. Deskripsi Statistik …………………………………………… 51
B. Analisis Data …………………………………………………... 54
1. Uji Stasioner Data …………………………………………... 54
2. Analisis Regresi Linear Berganda …………………………. 55
3. Uji Statistik ………………………………………………..... 57
a. Uji t (uji secara individu) ………………………………... 57
b. Uji f (uji secara serempak) ………………………………. 59
c. Uji R2 (koefisien determinasi) …………………………... 60
4. Uji Asumsi Klasik …………………………………………... 61
a. Uji Multikolinearitas …………………………………….. 61
b. Uji Heteroskendastisitas …………………………………. 63
c. Uji Autokorelasi …………………………………………. 64
C. Hasil Uji Hipotesis …………………………………………….. 65
1. Pengaruh NPF terhadap ROA ……………………………… 65
2. Pengaruh CAR terhadap ROA ……………………………... 68
3. Pengaruh NPF dan CAR terhadap ROA …………………… 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 71
B. Saran …………………………………………………………... 72
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 74
CURICULUME VITAE ………………………………………………… 77
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 78
LEMBAR KONSULTASI DAFTAR NILAI SK ………………………. 89
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
A. Data Perkembagan Return On Assets Bank Muamalat 2012 …………. 5
B. Gambar Kerangka Teoritik ……………………………………………. 33
C. Data Laporan Keuangan 2004-2013 …………………………………... 49
C. Distribusi Frequensi untuk Semua Variabel …………………………... 51
D. Hasil Pengujian Unit Root pada Level ………………………………... 54
E. Hasil Pengujian Unit Root pada 1st Different …………………………. 55
F. Uji Regresi Linear Berganda …………………………………………... 56
G. Tabel Uji t test ………………………………………………………… 57
H. Tabel Uji f test ………………………………………………………… 60
I. Tabel Uji Determinasi R2 ……………………………………………... 61
J. Tabel Uji r2 …………………………………………………………….. 62
K. Uji R2 Persamaan Utama …………………………………………… 62
L. Tabel Hasil Uji Glajser ………………………………………………. 63
M. Tabel Koefisien Hasil Uji Glajser ……………………………………. 64
N. Tabel Durbin Watson test ……………………………………………. 64
O. Data Rasio Keuangan triwulan periode 2004-2013 ………………… 78
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sektor perbankan telah tumbuh dengan pesat dalam kegiatan
perekonomian Indonesia. Kegiatan sektor perbankan sangat menentukan kemajuan
suatu negara dalam bidang perekonomian. Kegiatan utama bank adalah menghimpun
dana dari masyarakat melalui simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat umum dalam bentuk kredit.
Terdapat dua jenis bank yang ada di Indonesia, yaitu bank konvensional dan
bank syari‟ah. Bank syari‟ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah
riba. Dalam dunia perbankan, peran perbankan sangatlah penting dan mempunyai
pengaruh sangat besar pada perekonomian dunia. Bank tidak hanya berfungsi sebagai
penyimpanan dana saja namun juga sebagai penyalur dana. Bahkan perbankan di
Indonesia saat ini sudah banyak dan beraneka ragam. Perbankan di Indonesia juga
pernah mengalami pasang surut pada tahun 1997 bahkan hampir seluruh bank-bank di
Indonesia mengalami kebangkrutan dikarenakan krisis perekonamian yang melanda
saat itu (Kasmir, 2010: 21).
Krisis ekonomi mempunyai pengaruh terhadap dunia perbankan Indonesia,
pada krisis ekonomi akhir tahun 1997, banyak bank yang saat itu mengalami likuidasi.
Pada saat itu, bank yang tetap dapat mempertahankan eksistensinya di tengah krisis
ekonomi yang melanda Indonesia, yaitu Bank Muamalat. Bank Muamalat merupakan
bank syari‟ah pertama yang menjadi pioneer bagi bank syari‟ah lainnya dan yang
pertama menerapkan sistem syari‟ah diantara jumlah bank konvensional. Akhirnya
ada beberapa bank konvensional berkonversi menjadi bank syari‟ah.
Bank syariah merupakan perbankan yang dalam sistem operasionalnya
berdasarkan atas syariah. Sistem syariah yang digunakan yaitu kecenderungan untuk
menggunakan dan menonjolkan nilai-nilai Islam. Salah satu contohnya jika dalam
bank-bank konvensional sebutan untuk bank umum menggunakan sebutan “bunga
bank” untuk istilah keuntungannya, maka dalam bank syariah keuntungan yang
diperoleh nasabah itu disebut “bagi hasil” atau dalam istilah syariah disebut
mudharabah. Sistem perbankan syariah memiliki kesamaan dengan system perbankan
konvensional dalam hal mencari keuntungan dan pelayanan masyarakat dalam bisnis
keuangan. Dengan demikian, antara bank konvensional dan bank syariah memiliki
perbedaan dalam hal sistem balas jasa yang diberikan dan memiliki persamaan dalam
hal pelayanan jasa kepada para nasabah. Berpegang pada prinsip-prinsip balas jasanya
masing-masing, kedua sistem perbankan ini bersaing bebas untuk merebut jutaan
nasabah dengan berbagai strategi bisnis perbankan syariah tidak saja dilakukan oleh
bank-bank yang murni berbasis syariah, tetapi hampir seluruh bank konvensional juga
membuka bisnis perbankan syariah ini.
Seperti halnya perusahaan, tujuan akhir dari bank adalah menjaga
kelangsungan hidup bank melalui usaha untuk meraih keuntungan. Artinya,
pendapatan harus lebih besar dari semua biaya yang dikeluarkan, terutama mengingat
bank bekerja dengan dana yang diperoleh dari masyarakat yang dititipkan pada bank
atas dasar kepercayaan. Oleh karena itu, kegiatan operasional harus dilaksanakan
seefektif dan seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan bagi perusahaan.
Karena dengan melihat keuntungan yang diperoleh dapat dinilai kesehatan suatu bank
dan menentukan keberhasilan suatu bank. Penilaian kesehatan bank syari‟ah dapat
dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007.
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan
berbagai alat ukur. Salah satunya adalah aspek earning atau pendapatan. Hasil dari
aspek tersebut kemudian menghasilkan kondisi suatu bank. Berdasarkan pendapat
tersebut, aspek earning atau profitabilitas merupakan salah satu aspek yang dapat
menilai kinerja suatu bank apakah sudah baik atau belum. Profitabilitas merupakan
salah satu elemen yang sangat penting dalam penilaian kinerja keuangan bank.
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2008: 305).
Profitabilitas merupakan salah satu alat analisis keuangan bank yang
mengukur kesuksesan manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntungan dari
operasi usaha bank. Profitabilitas yang tinggi dapat menunjukkan kinerja keuangan
bank yang baik. Sebaliknya jika profitabilitas yang dicapai rendah, mengindikasi
kurang maksimalnya kinerja keuangan manajemen dalam menghasilkan laba.
Bank harus senantiasa menjaga profitabilitasnya untuk menjaga
keberlangsungan usahanya. Tingkat kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat
dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis dan
menghitung rasio-rasio dalam kinerja keuangan. Karena rasio-rasio tersebut
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang
bersangkutan. Dengan begitu, profitabilitas bank tersebut menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Ericson, 2008: 31).
Rasio-rasio untuk mengukur profitabilitas dicantumkan dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 6/10/PBI/2004 pasal 4 ayat (4). Penilaian profitabilitas yang digunakan
untuk menilai kesehatan suatu bank dapat menggunakan rasio ROA (Return On
Assets). Kemampuan bank untuk menghasilkan laba dapat dihitung dengan
membandingkan antara laba dengan total aktiva yang dikenal dengan ROA (Return
On Assets). Ukuran ROA menunjukkan kemampuan bank untuk mendapatkan laba
yang diperoleh dari pemanfaatan aktiva yang dimiliki.
Tabel 1.1
Data Perkembangan Return On Assets (ROA)
Bank Muamalat Tahun 2012
Bulan ROA (%) Kenaikan/Penurunan (%)
Januari 0,11 % -
Februari 0,252 % 0,142 %
Maret 0,372 % 0,12 %
April 0,525 % 0,153 %
Mei 0,66 % 0,135 %
Juni 0,752 % 0,092 %
Juli 0,879 % 0,127 %
Agustus 0,98 % 0,101 %
Sumber : Laporan Keuangan Bank Muamalat
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat perkembangan profitabilitas Bank
Muamalat diukur dari ROA pada tahun 2012 yang setiap bulan mengalami kenaikan.
Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan angka ROA yang diawali bulan Januari
sebesar 0,11% hingga bulan Agustus yang mengalami kenaikan sebesar 0,98%.
Pencapaian profitabilitas Bank Muamalat yang diukur dari tingkat ROA
(Return On Assets) yang diperoleh sampai bulan Agustus 2012 yaitu sebesar 0,98%
ternyata masih berada di bawah standar minimal Bank Indonesia (BI) yaitu sebesar
1,5%. Hal tersebut dapat menjadi permasalahan bagi Bank Muamalat karena standar
aman pencapaian ROA bank di Indonesia ditentukan oleh Bank Indonesia
(http://www.bankmuamalat.co.id/investor/laporan-bulanan).
Permasalahan di atas menjadi penting untuk ditanggulangi pihak manajemen
bank. Jika profitabilitas dengan mengukur dari ROA yang diperoleh terus berada di
bawah standar ketetapan Bank Indonesia (BI), maka kepercayaan masyarakat
terhadap kinerja keuangan bank akan menurun. Tingkat profitabilitas suatu bank lebih
sering diukur dengan menggunakan rasio keuangan ROA (Return On Assets), karena
ROA lebih memfokuskan pada kemampuan bank untuk memperoleh earning dalam
proses usahanya secara keseluruhan. Selain itu, dalam penentuan tingkat kesehatan
suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian pengembalian terhadap
asset, karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan asset atau aktiva yang dananya sebagian besar berasal dari dana
simpanan masyarakat seperti tabungan, deposito, giro, dan sebagainya.
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar profitabilitas
suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aktiva.
Setiap investasi dana bank dalam aktiva produktif bank syari‟ah dinilai
kualitasnya berdasarkan pendekatan jaminan, pendekatan karakter, kemampuan
pelunasan, kelayakan usaha, dan pendekatan fungsi bank sebagai lembaga perantara
keuangan. Salah satu faktor yang mempengaruhi bank dalam memperoleh keuntungan
atau profitabilitas adalah kualitas aktiva bank tersebut. Penilaian kualitas aktiva
produktif dilakukan dengan menetukan tingkat kolektabilitasnya. Kolektabilitas
merupakan tingkat kelancaran pembayaran kewajiban nasabah yang didasarkan pada
jumlah hari tunggakan. Kolektabilitas selain berpengaruh pada tingkat kesehatan bank
syari‟ah juga berpengaruh pada perolehan laba bank (Muhammad, 2005: 305).
Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 9/9/PBI/2007, pemanfaatan aktiva dalam
suatu bank dapat dilihat dari aktiva produktif yang dimiliki. Komponen aktiva
produktif yang dimiliki bank syari‟ah salah satunya adalah pembiayaan. Pembiayaan
adalah salah satu produk usaha bank syari‟ah yang mampu menghasilkan keuntungan.
Pembiayaan mempunyai dua lingkup arti, di antaranya pembiayaan secara luas berarti
financing, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti
sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan, seperti bank syari‟ah kepada nasabah (Muhammad, 2005: 260).
Meningkatnya produk pembiayaan dalam bank syari‟ah akan mendatangkan
risiko perbankan yang besar pula, salah satunya yaitu risiko pembiayaan, hal ini
dikarenakan pembiayaan merupakan produk investasi bank syari‟ah yang termasuk
dalam produk Natural Uncertainty Contracts (Rivai, 2007: 247). Produk investasi
memiliki sifat yang senantiasa mendatangkan risiko, pembiayaan pun mengalami
ketidakpastian atas pengembalian laba atau keuntungan dari dana yang telah
disepakati antara bank dan nasabah. Adanya ketidakpastian tersebut membawa risiko
yang tinggi bagi bank syari‟ah sebagai penyalur dana atas pembiayaan tersebut
(Karim, 2006: 114).
Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat akan senantiasa mengandung
risiko, yakni risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan perbandingan antara
saldo pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) dengan total pembiayaan
yang disalurkan secara keseluruhan. Risiko pembiayaan yang cukup besar akan
berpengaruh terhadap perolehan keuntungan bank. Risiko kerugian akibat pemberian
pembiayaan yang tidak lancar tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan dan
keuntungan yang diterima oleh bank. Risiko pembiayaan menjadi sangat penting
dalam risiko bank syari‟ah, karena dengan adanya permasalahan nasabah peminjam
dana yang gagal bayar atau dalam melakukan pembayaran tidak sesuai dengan
perjanjian akan memberikan pengaruh kerugian terhadap bank.
Untuk mengendalikan risiko seminimal mungkin menjadi penting, karena
besar kecilnya risiko pembiayaan akan berdampak pada perolehan keuntungan. Besar
kecilnya keuntungan dan kemampuan bank menghasilkan laba akan menggambarkan
besar kecilnya profitabilitas yang diperoleh bank.
Selain itu, banyaknya kredit yang bermasalah dapat mengakibatkan
terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR).
CAR merupakan rasio yang mengukur kecukupan suatu modal bank. Semakin tinggi
CAR yang dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik, sehingga laba
bank semakin meningkat. Menurunnya CAR tentu saja berakibat menurunnya
kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, yang pada akhirnya bank kehilangan
kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimal dari kegiatan pokoknya. CAR
yang rendah juga mengakibatkan kemampuan bank untuk survive pada saat
mengalami kerugian juga rendah, selain itu CAR yang rendah juga mengakibatkan
turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas
bank (Kasmir, 2010).
Dari uraian di atas, maka menarik untuk dilakukan penelitian mengenai
hubungan risiko pembiayaan dan tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas.
Untuk itu, judul yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Risiko
Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing) dan Tingkat Kecukupan Modal
(Capital Adequacy Ratio) terhadap Profitabilitas (Return On Assets) (Studi Kasus Pada
PT Bank Muamalat Indonesia)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh risiko pembiayaan bermasalah (non performing financing)
terhadap profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia?
2. Apakah terdapat pengaruh kecukupan modal (capital adequacy ratio) terhadap
profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia?
3. Apakah terdapat pengaruh risiko pembiayaan bermasalah (non performing financing)
dan kecukupan modal (capital adequacy ratio) secara bersama-sama terhadap
profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji pengaruh risiko pembiayaan bermasalah (non performing financing)
terhadap profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia.
2. Untuk menguji pengaruh kecukupan modal (capital adequacy ratio) terhadap
profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia.
3. Untuk menguji pengaruh risiko pembiayaan bermasalah (non performing financing)
dan kecukupan modal (capital adequacy ratio) secara bersama-sama terhadap
profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Kegunaan Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dibidang keilmuwan maupun pengembangan
ilmiah dari penulis maupun pembaca tentang rasio keuangan khususnya pembiayaan
bermasalah dan tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas atau keuntungan
yang didapat oleh sebuah perusahaan.
Selain itu, berguna juga sebagai tambahan wawasan peneliti lain yang akan
mengkaji lebih dalam mengenai ilmu manajemen keuangan dan perbankan syari‟ah.
2. Kegunaan Praktis
a). Bagi Praktisi
Dapat dijadikan masukan untuk membantu pihak manajemen terutama untuk
melihat pengaruh risiko pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal
dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Serta tambahan informasi bagi
pelaku atau pihak yang membutuhkan pembiayaan pada PT. Bank Muamalat
Indonesia.
b). Bagi Akademik
Sebagai referensi penelitian berikutnya terkait pembiayaan bermasalah dan tingkat
kecukupan modal pada bank syariah serta dokumentasi ilmiah yang bermanfaat
untuk kegiatan akademik bagi pihak kampus.
c). Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Dapat memberikan tambahan pengetahuan, umumnya mengenai dunia perbankan,
khususnya mengenai risiko pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal
terhadap profitabilitas PT. Bank Muamalat Indonesia serta sebagai bahan referensi
untuk penelitian dalam bidang yang sama
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, sistematika penulisan terdiri dari lima bab. Masing-masing
uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan sebagai titik tolak dan menjadi acuan dalam proses penelitian yang
akan dilakukan. Bab ini terdiri dari lima sub bab yaitu latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Membahas tentang landasan teori yang berhubungan dengan variable-variabel
penelitian. Bab ini dimulai dengan sub bab telaah pustaka untuk memaparkan
penelitian sejenis yang pernah dilakukan guna mengetahui posisi penelitian ini.
Kemudian dilanjutkan dengan kerangka teori, kerangka penelitian dan hipotesis
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan pendekatan dan jenis
penelitian; populasi, sampel dan teknik sampling; teknik pengumpulan data; sumber
data, variabel dan skala pengukuran; analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisikan pembahasan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta
analisanya yang meliputi deskripsi data dan analisis data yang telah ditemukan pada
bab sebelumnya sebagai interpretasi hasil analisis.
BAB V PENUTUP
Bab kelima, merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
yang dianggap berguna. Kesimpulan merupakan jawaban dari pokok-pokok masalah
yang telah dikemukakan pada bab pertama. Kemudian saran berisi masukan-
masukan yang ditujukan bagi pihak yang berkepentingan yang terkait dengan
penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan peneliti lain berkaitan dengan pengaruh
risiko kredit dan tingkat kecukupan modal (capital adequacy ratio) terhadap profitabilitas
(return on assets), antara lain adalah Fifit Syaiful Putri (2013) menunjukkan adanya
pengaruh yang negatif dan tidak signifikan antara NPF (non performing financing)
terhadap profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. Sedangkan
capital adequacy ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas
pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI.
Siti Nurkhosidah (2009) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
seberapa signifikan variabel Non Performing Financing, Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif, Financing To Deposit Ratio, Biaya Operasional Per Pendapatan terhadap
Profitabilitas Bank Syariah Mandiri. Hasil pengujian hipotesis tersebut menyimpulkan
bahwa berdasarkan hasil uji f variabel NPF, PPAP, FDR, dan BOPO berpengaruh dan
signifikan terhadap Profitabilitas. Sedangkan berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa
dari keempat variabel independen diatas hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas yaitu NPF dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan.Untuk
dua variabel lainnya yaitu FDR dan PPAP tidak signifikan.
Riyanah (2007) dalam penelitiannya dengan judul, Pengaruh Non Performing
Financing, Dept to Equity Ratio, dan Loan to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas
Keuangan, studi kasus BMT Mitra Usaha Mulia, penelitian ini menggunakan metode
regresi linear berganda dengan variabel independen yang terdiri dari NPF, DER, dan LDR
dan variabel dependennya adalah Profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas, variabel LDR
berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan DER tidak memiliki pengaruh.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Resa Rendyka (2014) hasil penelitian
diketahui dengan perhitungan metode regresi linier berganda secara simultan
menunjukkan bahwa variabel NPF, FDR, BOPO berpengaruh terhadap ROA pada bank
Syariah. Sedangkan hasil uji hipotesis secara parsial pada bank umum Syariah
menunjukkan bahwa variabel NPF dan FDR tidak berpengaruh tidak signifikan.
Sedangkan variabel KAP, CAR, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
pada bank umum syariah.
Ita Ari Sasongko (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis pengaruh risiko
kredit, perputaran kas, likuiditas, tingkat kecukupan modal, dan efisiensi operasional
terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI”, menunjukkan bahwa
risiko kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, perputaran kas
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, likuiditas berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, tingkat kecukupan modal berpengaruh positif dan
signifikan terhadap profitabilitas, dan efisiensi operasional berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap profitabilitas.
Dendawijaya (2009: 82) mengungkapkan, bahwa sebagai akibat timbulnya kredit
bermasalah yaitu hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan dari kredit yang
diberikan oleh bank dan banyaknya kredit bermasalah dapat mengakibatkan terkikisnya
permodalan bank. Semakin tinggi CAR yang dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank
semakin baik, sehingga laba bank semakin meningkat. Menurunnya CAR tentu saja
berakibat menurunnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, yang pada akhirnya
bank kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimal dari kegiatan
pokoknya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya
melalui penelitian ini adalah: Risiko pembiayaan non performing financing (NPF)
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (return on assets) dan tingkat kecukupan
modal(capital adequacy ratio) berpengaruh positif terhadap profitabilitas (return on
assets).
Hal yang membedakan penelitian kali ini dengan penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya adalah penggunaan kedua variabel yaitu risiko pembiayaan (non performing
financing) dan kecukupan modal (capital adequacy ratio) sebagai variabel bebas yang
mempengaruhi profitabilitas (return on assets), selain itu objek penelitiannya yaitu di PT
Bank Muamalat Indonesia.
B. Kerangka Teori
1. Resiko Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)
a. Pengertian Risiko Pembiayaan Bermasalah
Risiko yang mungkin terjadi dalam menghimpun dana dipengaruhi oleh jenis
sumber dana yang diterima bank. Sumber dana yang berbeda memberi dampak
risiko bank dengan cara yang berbeda pula. Manajemen harus benar-benar
mempertimbangkan risiko dan juga biaya dana dari berbagai jenis sumber dana
dalam upayanya untuk memaksimalkan keuntungan atau nilai investasi pemilik
bank. Sumber-sumber dana bank mempengaruhi risiko utama bank yaitu: risiko
likuiditas, risiko modal, risiko tingkat suku bunga dan risiko kredit.
Sumber dana bank pada dasarnya tidak memiliki pengaruh langsung atas
risiko kredit karena deposan atau kreditur menaggung risiko kemungkinan bank
tidak membayar kembali dana mereka. Namun, ada dua dampak tidak langsung
yang mungkin dapat terjadi. Pertama, biaya dana yang mahal dapat menjadi efek
samping bagi kekhawatiran deposan mengenai kemampuan bank mengembalikan
dananya pada saat ditarik atau jatuh tempo. Kedua, apabila bank memiliki biaya
dana yang tinggi, hal ini secara langsung akan meningkatkan risiko kreditnya
dalam usahanya untuk mempertahankan margin atau keuntungan sebuah
perusahaan.
Kredit bermasalah atau Problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang
mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena
faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur. Kredit bermasalah sering juga
disebut non performing loan atau non performing financing dalam perbankan
syariah. Yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan
gambaran kondisi pembayaran pokok dan nisbah bagi hasil serta tingkat
kemungkinan ditrerimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat
berharga. Penilaian kolektibilitas kredit digolongkan ke dalam 5 kelompok yaitu:
lancar (pass), dalam perhatian khusus (specialmention), kurang lancar
(substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Apabila kredit dikaitkan
dengan kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit
yang memiliki kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet (Siamat, 2005: 358).
Persyaratan yang ketat dalam kebijakan kredit akan mengurangi kemungkinan
terjadinya kredit bermasalah, namun tidak akan menghilangkan timbulnya
masalah-masalah seperti default atau penunggakkan pembayaran. Kecenderungan
kerugian yang timbul dari kredit yang disalurkan pada dasarnya dikarenakan
kurangnya perhatian bank secara serius setelah kredit tersebut berjalan. Di
samping itu, permasalahan sesungguhnya adalah masalah deteksi dini. Bagaimana
suatu kredit yang mulai mengalami masalah dapat segera diketahui sehingga
masih terdapat waktu untuk melakukan tindakan pencegahan dari perlindungan
terhadap kerugian. Dengan deteksi dini tersebut akan dapat dilindungi kerugian
atau risiko yang seharusnya tidak terjadi (Siamat, 2005: 359).
Risiko kredit atau pembiayaan didefinisikan sebagai potensi dari bank
peminjam atau pihak counter yang akan gagal memenuhi kewajibannya sesuai
dengan syarat yang disepakati. Tujuan dari manajemen risiko kredit atau
pembiayaan adalah untuk memaksimalkan tingkat pengembalian kepada bank
dengan menjaga risiko pemberian kredit supaya berada di parameter yang dapat
diterima. Bank perlu mengelola risiko kredit dari seluruh portofolio serta risiko
dari individu kredit atau transaksi. Pembiayaan bank syari‟ah dilihat dari
perolehan hasil, dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) pembiayaan yang
memberikan perolehan (hasil) tetap dan (2) pembiayaan yang memberikan
perolehan (hasil) tidak tetap. Karena risiko pembiayaan timbul dari
penyimpangan kinerja pembiayaan dari nilai yang diharapkan, maka sebagian
dari risiko ini dapat diversifikasi. Tetapi risiko ini tidak mungkin dapat
diversifikasi seluruhnya, karena ada porsi risiko yang dihadapi para debitur akibat
dari risiko sistematis. Oleh karena itu, bank akan lebih mengawasi debitur yang
sifat pasarnya lokal dan sempit atau yang memiliki stock barang yang tidak
likuid.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaan Bermasalah
Dari perspektif bank, terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai
faktor yang dapat dibedakan sebagai berikut (Siamat, 2005: 360):
1). Faktor Internal, Faktor Internal Kredit Bermasalah Berhubungan dengan
Kebijakan dan Strategi yang Ditempuh Pihak Bank.
a). Kebijakan Perkreditan yang Ekspansif
Bank yang memiliki kelebihan dana (excess liquidity) sering
menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif yang melebihi
pertumbuhan kredit secara wajar, yaitu dengan menetapkan sejumlah target
kredit yang harus dicapai untuk kurun waktu tertentu. Keharusan
pencapaian target kredit dalam waktu tertentu tersebut cenderung
mendorong penjabat kredit menempuh langkah-langkah yang lebih agresif
dalam penyaluran kredit sehingga mengakibatkan tidak lagi selektif dalam
memilih calon debitur dan kurang menerapkan prinsip-prinsip perkreditan
yang sehat dalam menilai permohonan kredit sebagaimana seharusnya. Di
samping itu, bank sering saling membajak nasabah dengan memberikan
kemudahan yang berlebihan. Bank dalam beberapa kasus sering
mengabaikan kalau calon debiturnya masuk dalam daftar kredit macet yang
diterbitkan Bank Indonesia secara rutin.
b). Penyimpangan dalam Pelaksanaan Prosedur Perkreditan
Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin dalam
menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara
dalam suatu bank. Hal yang sering terjadi, bank tidak mewajibkan calon
debitur membuat studi kelayakan dan menyampaikan data keuangan yang
lengkap. Penyimpangan sistem dan prosedur perkreditan tersebut bisa
disebabkan karena jumlah dan kualitas sumber daya manusia, khususnya
yang menangani masalah perkreditan belum memadai. Di samping itu,
salah satu penyebab timbulnya kredit bermasalah tersebut dari sisi intern
bank adalah adanya pihak dalam bank yang sangat dominan dalam
pemutusan kredit.
c). Lemahnya Sistem Administrasi dan Pengawasan Kredit
Untuk mengukur kelemahan sistem administrasi dan pengawasan
kredit bank dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari
debitur tapi tidak dilakukan oleh bank, berkas perkreditan tidak lengkap dan
tidak teratur, pemantauan terhadap usaha debitur tidak dilakukan secara
rutin, termasuk peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur secara
periodik. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan tersebut
menyebabkan kredit yang secara potensial akan mengalami masalah tidak
dapat dilacak secara dini, sehingga bank terlambat melakukan langkah-
langkah pencegahan.
d). Lemahnya Informasi Kredit
Sistem informasi yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya akan
memperlemah keakuratan pelaporan bank yang pada gilirannya sulit
melakukan deteksi dini. Hal tersebut dapat menyebabkan terlambatnya
pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
kredit bermasalah.
e). Itikad Kurang Baik dari Pihak Bank
Pemilik atau pengurus bank seringkali memanfaatkan keberadaan
banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar
ketentuan kehati-hatian perbankan terutama legal lending limit. Skenario
lain adalah pemilik dan atau pengurus bank memberikan kredit kepada
kreditur. Padahal kredit tersebut digunakan untuk tujuan lain. Skenario ini
terjadi karena adanya kerja sama antara pemilik dan pengurus bank yang
memiliki itikad kurang baik.
2). Faktor Eksternal Sangat Berkaitan dengan Kegiatan Usaha Debitur yang
Menyebabkan Terjadinya Kredit Bermasalah, antara lain terdiri dari:
a). Penurunan Kegiatan Ekonomi dan Tingginya Suku Bunga kredit
Kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan kegiatan
ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga mengalami
kenaikkan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh
adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijkan pengetatan
uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang menyebabkan tingkat bunga
naik dan pada gilirannya debitur tidak lagi mampu membayar cicilan pokok
dan bunga kredit.
b). Pemanfaatan Iklim Persaingan Perbankan yang Tidak Sehat oleh Debitur
Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit dapat
dimanfaatkan debitur yang kurang memiliki itikad baik untuk memperoleh
kredit melebihi jumlah yang diperlukan, untuk usaha yang tidak jelas, atau
untuk kegiatan spekulatif. Dalam kondisi persaingan yang tajam, sering
bank menjadi tidak rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk
dengan keterbatasankemampuan teknis dan pengalaman petugas bank
dalam pengelolaan kredit.
c). Kegagalan Usaha Debitur
Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debitur yang
sensitif terhadap pengaruh eksternal (external factors), misalnya kegagalan
dalam pemasaran produk; karena perubahan harga di pasar, adanya
perubahan pola konsumen, dan pengaruh perekonomian nasional.
d). Debitur Mengalami Musibah
Musibah bisa saja terjadi pada debitur, misalnya meninggal dunia,
lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha
debitur tidak dilindungi dengan asuransi.
2. Kecukupan Modal
a. Pengertian Capital (Penilaian Permodalan)
Merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur kewajiban penyediaan
modal minimum bank mampu dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi.
Dalam penghitungan ini mengunakan rasio capital adequacy ratio (CAR) sebagai
perbandingan antara modal dan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Rasio
ini digunakaan untuk memenuhi keamanan dan kesehatan bank dari sisi modal
pemiliknya. Semakin tinggi rasio CAR, maka semakin baik kinerja bank tersebut
(Rivai, 2010: 850).
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank, seperti dana
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Penghitungan rasio kewajiban
penyediaan modal minimum yang diwajibkan atau disebut juga sebagai kecukupan
modal (Capital Adequacy Ratio atau CAR) dilakukan dengan membandingkan
jumlah modal yang dimiliki oleh bank dengan jumlah aktiva tertimbang menurut
risiko (ATMR). Modal bank adalah total modal yang berasal dari bank yang terdiri
dari modal inti dan modal pelengkap (Siamat, 2005: 254).
Modal inti yaitu modal milik sendiri yang diperoleh dari modal disetor oleh
pemegang saham. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan
umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan, dan
bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.
Sedangkan modal pelengkap yaitu modal yang terdiri dari cadangan revaluasi
aktiva tetap, cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva yang
diklasifikasikan, modal pinjaman, dan pinjaman subordinasi dan peningkatan nilai
penyertaanpada portofolio yang tersedia untuk dijual. Sedangkan ATMR
merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dengan ATMR administratif
sebagaiman tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontijen atau komitmen
yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga.
Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan
bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada
aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah,
penjamin serta sifat angunan. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan
bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif
yang berisiko. Kewajiban penyediaan modal minimum bagi semua bank
berdasarkan paket kebijakan perbankan 2005 adalah sebesar 8% dari ATMR.
Pengertian dan tata cara penghitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimun
(KPMM) atau CAR (capital adequacy ratio) atau BIS (Bank for International
Settlements) (Siamat, 2005: 295). Serta ketentuan yang berlaku mulai 2 januari
2002 menyebutkan bahwa baik modal bank konvensonal maupun modal divisi
syariah wajib memenuhi CAR minimum sebesar 8%. (meliputi modal inti dan
modal Pelengkap). Dan modal inti (core capital) minimal 4% dari ATMR (Hamidi,
2003: 121).
Kecukupan modal dalam penelitian ini diproyeksikan melalui (CAR).
Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan modal bank atau merupakan
kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kerugian di dalam
perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. Modal dasar bank
digunakan untuk menjaga posisi likuiditas dan investasi dalam aktiva tetap
sehingga akan menimbulkan kepercayaan kepada masyarakat. Karena kepercayaan
masyarakat sangat penting dalam kegiatan usaha bank. Jadi modal dasar sangat
berguna untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat dari
pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya berasal dari dana pihak ketiga atau
masyarakat penabung.
b. Rasio Untuk Menguji Kecukupan Modal
Salah satu cara untuk menguji kecukupan modal adalah dengan melihat rasio
modal itu terhadap berbagai aset bank yang bersangkutan. Walapun suatu rasio
dapat membantu sebagai titik awal dalam menganalisis kecukupan modal suatu
bank, namun rasio tersebut janganlah dianggap sebagai tujuan tersendiri. Rasio
hanya merupakan indikator saja, sehingga belum cukup untuk menarik
kesimpulan. Karena itu, penyelidikan kecukupan modal yang harus dilakukan
tidak terbatas pada rasio saja.
Rasio modal dapat diukur dalam kaitannya dengan berbagai rekening neraca
seperti total deposit, total aset atau aset berisiko. Rasio modal bank terhadap
rekening neraca ini harus dapat memberikan petunjuk sampai seberapa jauh bank
tersebut bisa menderita kerugian, tetapi masih memiliki modal yang cukup banyak
untuk menjamin keamanan dana milik deposan.
Rasio modal bank terhadap total deposit merupakan rasio yang dulu
dipergunakan untuk mengukur dan menentukan kecukupan modal. Tetapi karena
kecukupan modal harus menunjukkan sampai seberapa jauh modal sebuah bank
dapat menyerap kerugian tetapi masih dapat melindngi deposan, maka ukuran
kecukupan modal betul-betul harus dikaitkan dengan sebuah rekening dalam
neraca.
Rekening dalam neraca itu mungkin bisa mengalami kerugian yang tercemin
dalam neraca bank pada sisi aset, yang ditunjukkan oleh berkurangnya nilai asset.
Berdasarkan alasan tersebut, maka suatu ukuran kecukupan modal yang baik harus
dikaitkan dengan aset dan bukannya dengan deposit. Oleh karena itu, rasio modal
terhadap asset lebih tepat digunakan.
Kebaikan rasio modal terhadap deposit terletak pada kesederhanaannya.
Karena itu, masih sering dipakai sebagai pengujian pertama yang cepat untuk
kecukupa modal. Sangat mudah menghitung rasio yang sederhana dan
membandingkan dengan rasio modal bank-bank lain. Ini tentu merupakan
keuntungan bagi bankir, sehingga ia dengan mudah dapat membandingkan posisi
banknya dengan bank-bank lain. Manajemen bank tidak boleh merasa puas dengan
rasa aman yang semu pada kondisi perekonomian yang sedang baik. Kondisi
ekonomi yang memburuk merupakan penyebab yang utama terjadinya
kebangkrutan bank.
Modal yang cukup berdasarkan rasio modal saja tidak dapat mencegah
terjadinya kegagalan sebuah bank. Kerugian operasi dan kerugian investasi harus
segera diserap atau ditutupi dengan laba yang mencukupi, bila suatu bank ingin
bertahan hidup. Setiap faktor-faktor selalu berkaitan satu sama yang lain dan
berkaitan dengan berbagai risiko yang dihadapi oleh bank umum dan berkaitan
pula dengan jumlah modal yang harus dimiliki, dalam memperkirakan laju
pertumbuhan laba dan laju pertumbuhan aset.
Jika laju pertumbuhan laba dan aset berjalan lambat, maka bank yang
bersangkutan akan menghadapi risiko yang lebih besar dibandingkan dengan bank
yang mengalami pertumbuhan yang sehat. Karena itu, untuk mengatasi risiko
yang lebih besar dari itu, maka diperlukan modal yang lebih besar (Darmawi,
2012: 93).
3. Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios) adalah sekelompok rasio yang
menunjukkan kombinasi dan pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang
pada hasil operasi (F.Brigham, 2010: 146). Rasio profitabilitas adalah rasio yang
menunjukkan efektifitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya menunjukkan
seberapa baik perusahaan dalam membuat keputusan investasi dan pembiayaan
(Harjito, 2005: 60). Tujuan utama dari operasi perusahaan jasa adalah untuk
menghasikan laba.
Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Hal ini
terlihat pada perhitungan tingkat produktifitasnya, yang ditunjukan dalam rumus
ROA (Return On Assets). Jika kredit tidak lancar, maka profitabilitasnya menjadi
kecil. ROA mengandung dua elemen yaitu elemen yang dapat dikontrol dan
elemen yang tidak dapat dikontrol.
Elemen ROA yang dapat dikontrol meliputi: bauran bisnis, penciptaan laba,
kualitas kredit dan pengeluran biaya. Sedangkan elemen yang tidak dapat
dikontrol merupakan elemen di luar lingkungan perusahaan, seperti gejala
perekonomian, perubahaan peraturan pemerintah, berubahnya selera konsumen,
perubahan teknologi, dan sebagainya (Darmawi, 2012: 200).
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan bank dalam meningkatkan
labanya melalui semua kemampuan dan sumber yang ada sehingga diketahui
untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan keuntungan yang dicapai oleh bank
tersebut. Tingkat kesehatan bank yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan adalah profitabilitas bank.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan suatu
pendapatan atau laba (Rivai, 2010: 865).
b. Indikator Profitabilitas
Untuk mengukur kemampuan bank memperoleh keuntungan dapat
mengunakan rasio profitabilitas tergantung pada informasi yang diambil dari
laporan keuangan. Rasio profitabilitas merupakan gambaran kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba. Rasio profitabilitas terdiri dari
(P.Tampubolon, 2005: 39) :
1). Margin laba (Profit Margin)
Menunjukkan berapa besar persenatase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
2). Return On Investment (ROI)
Menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal
pemilik. Dalam rasio ini jika semakin besar semakin bagus.
3). Return On Assets (ROA)
Rasio ini menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan
laba secara keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba sebelum
pajak dengan total aset. ROA juga mengambarkan perputaran aktiva yang
diukur dari volume penjualan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Semakin kecil rasio ini
mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal
mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
ROA merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen dalam
meningkatkan keuntungan perusahaan sekaligus untuk menilai kemampuan
manajemennya dalam mengendalikan biaya-biaya, maka dengan kata lain
dapat menggambarkan produktivitas bank tersebut. ROA digunakan untuk
menganalisis tingkat profitabilitas. ROA dihitung dengan cara
membandingkan laba bersih dengan total aset atau aktivanya (Muhammad,
2004: 146).
4). Return on Equity (ROE)
Return on Equity adalah perbandingan antara labah bersih setelah pajak
dengan modal sendiri (equity) merupakan indikator yang amat penting bagi
para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.
Kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari laba yang
bersangkutan yang selanjutnya dikaitkan dengan peluang kemungkinan
pembiayaan deviden (terutama bagi bank yang telah go public). Semakin besar
rasio ini menunjukkan kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan
laba pemegang saham semakin besar. Seberapa besar kemampuan bank
memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Untuk mengukur
kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap kepentingan pemilik.
C. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian digunakan untuk menunjukkan arah bagi suatu penelitian agar
penelitian dapat berjalan pada lingkup yang telah ditetapkan. Dari tema yang saya angkat
dan juga kerangka teori di atas dapat disimpulkan model penelitian sebagai berikut
X1
Y
H1
H3
H2
Gambar 2.1
Pengaruh Risiko Pembiayaan (Non Performing Financing) dan Tingkat Kecukupan
Modal (Capital Adequacy Ratio) terhadap Profitabilitas (Return On Asset)
Sumber: konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan kesimpulan teoritis atau sementara dalam penelitian. Dengan
hipotesis, penelitian menjadi jelas searah pengujiannya dengan kata lain hipotesis
membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek
pengujian maupun dalam pengumpulan data (Muhammad, 2008: 76).
1. Pengaruh Non Performing Financing dengan Return on Assets
Sebuah Bank yang dirongrong oleh kredit bermasalah (NPF) dalam jumlah besar
cenderung menurun profitabilitasnya. ROA yang merupakan tolok ukur profitabilitas
X1
X2
Risiko Pembiayaan
Bermasalah (Non
Performing
Financing)
Profitabilitas
(Return On Assets)
Tingkat Kecukupan
Modal (Capital
Adequacy Ratio)
mereka akan menurun (Martadireja, 2014: 14). Sedangkan menurut Ali didalam
(Martadireja, 2014: 14), yang menyatakan bahwa: “Apabila porsi pembiayaan
bermasalah (NPF) membesar, maka hal tersebut pada akhirnya berpengaruh pula pada
kemungkinan terjadinya penurunan besarnya keuntungan/pendapatan yang diperoleh
bank. Penurunan pendapatan ini akan mampu mempengaruhi besarnya perolehan laba
bank syariah. Dan pada akhirnya, akan mempengaruhi besarnya profitabilitas yang
tercermin dengan Return on Assets (ROA) yang diperoleh bank syariah”, rasio NPF
berpengaruh negative terhadap profitabilitas perbankan.
H1 : Diduga Pembiayaan Bermasalah (NPF) berpengaruh negatif terhadap
Profitabilitas (ROA) pada PT Bank Muamalat Indonesia.
2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio dengan Return On Assets
Pengaruh CAR terhadap profitabilitas (ROA) bank Rasio CAR digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kecukupan modal yang
tersedia untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih
diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini
maka akan meningkatkan pendapatan yang dikelola bank sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Martadireja (2014) menyatakan
bahwa rasio CAR berpengaruh terhadap profitabilitas bank.
H2 : Diduga Tingkat Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh terhadap Profitabilitas
(ROA) pada PT Bank Muamalat Indonesia.
3. Pengaruh Non Performing Financing dan Capital Adequacy Ratio dengan Return On
Assets
Pada beberapa teori yang terkait dengan pengaruh variabel pembiayaan bermasalah
dan tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas dinyatakan bahwa setiap variabel
tersebut dapat berpengaruh terhadap profitabilitas. Selain itu, pada saat yang sama,
kedua variabel tersebut juga dapat mempengaruhi profitabilitas karena profitabilitas
merupakan salah satu acuan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan.
H3 : Diduga Pembiayaan Bermasalah (NPF) dan Tingkat Kecukupan Modal (CAR)
secara bersama berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT Bank Muamalat
Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Hal ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran-pengukuran variabel-
variabel dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Jenis penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan jenis
penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mencari
atau mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya
(Kasiran, 2010: 243).
Pada penelitian ini akan didapatkan suatu pengujian teori tentang hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu pembiayaan bemasalah dan total
kecukupan modal terhadap profitabilitas di Bank Muamalat. Hubungan variabel
dalam penelitian adalah hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat.
Variabel independent (bebas) adalah variabel pengaruh dan merupakan variabel yang
menjadi sebab terjadinya perubahan atau pengaruh timbulnya variabel dependent
(terikat), sedangkan variabel dependent (terikat) adalah variabel kosekuen, tergantung
dan pengaruh dari adanya variabel independent (bebas). Variabel independent dalam
penelitian ini NPF (X1) dan CAR (X2) dan variabel dependent adalah ROA (Y).
Dengan penelitian ini akan didapat suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2007: 11).
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi dan sampel dalam penelitian kuantitatif merupakan istilah yang
sangat lazim dipakai. Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan menurut Bawono (2006), populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan
subjek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh
peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan PT Bank Muamalat
Indonesia. Data dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Triwulan PT Bank
Muamalat Indonesia periode 2004 sampai dengan 2013.
Sedangkan sampel menurut Bawono (2006) adalah objek atau subjek
penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal ini dilakukan
untuk menghemat waktu dan biaya. Sehingga dalam menentukan sampel harus hati-
hati, karena kesimpulan yang dihasilkan nantinya merupakan kesimpulan dari
populasi.
Metode yang peneliti pakai adalah jenis purposive sampling atau sampel
bertujuan. Tehnik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih
mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan sampel
penelitian. Teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan
sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil,
kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu,
asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan dan didasarkan atas
ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sugiyono, 2008:
85). Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bank Muamalat Indonesia merupakan Bank Umum Syariah pertama yang lahir
di Indonesia sejak tahun 1992.
2. Bank Muamalat Indonesia memiliki laporan keuangan yang telah
dipublikasikan di website resmi Bank Indonesia.
3. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Bank
Muamalat Indonesia tahun 2004 hingga 2013 dengan menggunakan alat
analisis risiko kecukupan modal (CAR), pembiayaan bermasalah (NPF), dan
juga return on asset (ROA) Untuk mendapatkan sampel yang memadai, maka
dari itu peneliti mengambil langkah menganalisis laporan keuangan per
triwulan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2006), teknik pengumpulan data adalah cara yang
digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penggunaan
teknik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrument yaitu alat bantu agar
pekerjaan pengumpilan data menjadi lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen atau
arsip-arsip yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang diperoleh
melalui wesite BI, data yang diambil berupa informasi mengenai laporan
neraca, laba rugi dan rasio keuangan bank muamalat serta data lain yang
menunjang penelitian. Hasil dari dokumen ini berupa data kualitatif dan
kuantitatif yang bersumber dari data sekunder.
2. Replika
Yaitu pengumpulan data dengan cara mereplika penelitian-penelitian
sebelumnya yang mempunyai konsep dan tujuan yang hampir sama. Peneliti
mereplika dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Fifit Syaiful Putri
(2013), Siti Nurkhosidah (2009), Riyanah (2007), Rendyka (2014), Ita Ari
Sasongko (2014), Dendawijaya (2005). Dalam hal ini, data replika berupa
penelitian terdahulu atau skripsi yang menggambarkan variabel pengaruh
pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal tehadap profitabilitas
memiliki pengaruh signifikan.
3. Kepustakaan
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dan
membaca buku-buku, majalah, surat kabar, literatur-literatur, catatan-catatan,
laporan-laporan, internet dan lainnya yang relevan dan ada hubungannya
dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian, sehingga menunjang
untuk dijadikan referensi. Berbagai sumber kepustakaan yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat secara lengkap dalam daftar pustaka.
D. Sumber Data, Variabel dan Skala Pengukuran
1. Sumber Data
Data (tunggal datum) adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek
penelitian yang diperoleh dilokasi penelitian. Definisi data sebenarnya mirip
dengan definisi informasi, hanya saja informasi lebih ditonjolkan segi
pelayanan, sedangkan data lebih menonjolkan aspek materi. Sumber data
penelitian digolongkan atas dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat
untuk pertama kalinya. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Burhan,
2005: 119).
X 100%
Pada penelitian ini data yang diperoleh adalah data sekunder yang
didasarkan pada hasil perhitungan maupun hasil pengukuran dalam bentuk
angka yang disajikan pada laporan keuangan dari Income Statement (Neraca)
dan Balance Sheet (Laba Rugi) berdasarkan data periode tahun 2004 sampai
dengan tahun 2013 Bank Muamalat Indonesia. Dengan demikian, data penelitian
ini bersifat time series. Data tersebut dapat diakses di website Bank Indonesia
www.bi.go.id.
2. Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian (Suryobrata, 1983: 72). Dalam penelitian ini mengunakan tiga
variabel yang terbagi atas satu variabel terikat (variabel dependen) dan dua
variabel bebas (variabel independen) yang meliputi :
a. Tingkat Profitabilitas yang diukur dengan ROA (Y). Menunjukkan
efektifitas manajemen dalam mengunakan sumber daya (aktiva) selama
periode operasi. Semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin baik
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (Kasmir, 2006: 206).
Rumus ROA = Laba Bersih
Total Aktiva
b. Risiko Pembiayaan Bermasalah (X1) diukur dengan Non Performing
Financing (NPF). Aktiva produktif bermasalah merupakan aktiva
produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Aktiva
produktif bermasalah yang dihitung secara gross, yaitu tidak dikurangi
penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Rumus NPF = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan X 100%
c. Tingkat Kecukupan Modal (X2) adalah gambaran mengenai kemampuan
bank syariah mampu memenuhi kecukupan modalnya. Capital Adequacy
Ratio menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk
menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai kelanjutan
usaha bank bersangkutan. Semakin Tinggi rasio ini maka semakin baik
kinerja bank tersebut (Rivai, 2010: 850).
Rumus CAR = Modal
ATM
3. Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini skala pengukurnya mengunakan skala rasio. Data
rasio adalah data yang memiliki titik nol absolut. Dengan kata lain rasio
memiliki semua ciri dari data interval dan ditambah pula mempunyai titik nol
absolut sebagai titik permulaan (Burhan, 2005: 121).
E. Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan uji regresi dengan bantuan
aplikasi eviews 9. Metode analisa data yang digunakan adalah gabungan antara analisa
deskriptif dan analisa kuantitatif. Metode kuantitatif diperlukan untuk menganalisa
risiko pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal yang mempengaruhi
tingkat profitability bank. Analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan
satu variabel-variabel tak bebas, pada satu atau lebih pada variabel lain, variabel yang
menjelaskan (explanatory variabel), dengan maksud menaksir dan atau meramalkan
nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variabel tak bebas, dipandang
dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sampel berulang)
variabel yang menjelaskan (Burhan, 2005: 12).
X100%
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data
time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung diantara
variabel sehingga hubungan antar variabel dalam persamaan menjadi valid
(Kasiran, 2010: 71).
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi berganda digunakan untuk menganalisa data yang bersifat
multivariate. Analisis ini digunakan untuk meramalkan nilai variabel dependen
(Y), dengan variabel independen yang lebih dari satu (minimal dua), sehingga
analisa regresi berganda sering disebut juga analisis multivariate, karena
variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel dependen (Y) lebih dari
satu variabel independen (X). Kondisi variabel independen (X) dalam
mempengaruhi variabel dependen (Y) bervariasi bisa positif bisa juga negatif,
atau beraneka ragam kondisi yang mempengaruhi.) dan satu variabel terikat (Y).
Persamaan regresi berganda dapat berupa sebagai berikut (Bawono, 2006) :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ἐ
Dimana;
Y : Estimasi variabel terikat
β0 : Konstanta dari persamaan regresi
β1,2,3 : Koefisien dari variabel independen X1,2,3
X1,2,3 : Variabel independen X1,2,3
ἐ : Residual atau predictor error
3. Uji Statistik
Melalui analisis regresi, kemudian diuji kebenaran hipotesis yang telah
ditetapkan untuk kemudian diinterpretasikan hasilnya. Pengambilan keputusan
atas hippotesis dapat dilihat dari nilai profitabilitas signifikansi masing-masing
variabel yang terdapat pada output hasil analisis regresi menggunakan eviews jika
angka signifikansi < α (0,05) maka dikatakan bahwa ada pengaruh signifikan
antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
a. Uji t test (Uji Secara Individu)
Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara individu, jika t test > t tabel atau nilai
signifikasi < 0,05, berarti variabel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (Bawono, 2006: 102).
b. Uji F test (Uji Secara Serempak)
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen
secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen, jika f hitung < f
tabel atau nilai signifikasi > 0,05 maka, H0 diterima artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama
(Bawono, 2006: 91).
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan sejauh mana tingkat hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen, atau sejauh mana kontribusi
variabel mempengaruhi variabel dependen, besarnya nilai koefisien
determinasi terletak antara 0 sampai dengan 1, atau 0 ≤ R2 ≤ 1. Koefisien
Adjusted R2 merupakan korelasi dari R2 (Bawono, 2006: 92).
4. Uji Asumsi Klasik
Bawono (2006) menjelaskan bahwa uji asumsi klasik merupakan tahapan
yang penting untuk dilakukan dalam proses analisis regresi. Apabila tidak
terdapat gejala asumsi klasik diharapkan dapat menghasilkan model regresi yang
sesuai dengan kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yang
menghasilkan model regresi yang tidak biasa dan handal sebagai penaksir.
Uji Asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benar-
benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Pada uji asumsi
klasik terdapat tiga bentuk pengujian, yaitu:
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi dimana terdapat korelasi variabel-
variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut
variabel-variabel tidak orthogonal. Variabel yang bersifat orthogonal adalah
bebas yang nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Masalah
multikoninearitas biasanya muncul pada data time series, yang apabila
masalah multikoninearitas ini serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda
dari parameter estimasi. (Bawono, 2006: 115).
Menurut Bawono, Uji Multikoninearitas munguji apakah korelasi antara
variabel independen dengan dependen lebih besar dari pada nilai independen.
Dikatakan tidak ada gejala multikolinearitas jika R square dari regresi utama
> dari R square regresi antar independen.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Heteroskendastisitas terjadi apabila varian variabel
pengganggu tidak sama untuk semua observasi, akibat yang timbul apabila
terjadi heteroskendastisitas adalah penaksir tidak bias tetapi tidak efisien baik
dalam sampel besar maupun sampel kecil, serta uji t-test dan F-test akan
menyebabkan kesimpulan yang salah (Bawono, 2006: 133). Uji
heteroskendastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode Glajser
dilakukan dengan meregresikan logaritma residual kuadrat (U2i) dengan
variabel bebas.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota observasi
yang terletak berdekatan, biasanya terjadi pada data time series. Autokorelasi
ini menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-
variabel. Autokorelasi dapat terjadi apabila suatu keadaan dimana variabel
gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu
pada periode lain. Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi adalah dengan menggunakan uji
Durbin-Watson. Jadi hasil dari uji Durbin-Watson harus menunjukkan
terbebas dari autokorelasi untuk memenuhi syarat terbebas dari uji asumsi
klasik dengan kriteria du < dw < 4 - du (Bawono, 2006: 160).
F. Alat Analisis
Penelitian kuantitatif (menggunakan data yang dapat diukur dalam suatu
skala/angka), dengan menggunakan data sekunder (time series) dalam periode waktu
tahun 2004-2013. Dalam perhitungan statistik, alat yang digunakan guna membantu
olah data adalah aplikasi Eviews 9. Eviews merupakan program statistik yang
berfungsi untuk membantu dalam proses data statistik secara tepat dan cepat, serta
menghasilkan berbagai output yang dikehendaki para pengambil keputusan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Deskripsi Data
Data diperoleh dari Laporan Keuangan Triwulan PT Bank Muamalat
Indonesia antara tahun 2004 sampai dengan 2013.Data yangdigunakan yaitu
profitabilitas berdasarkan rasio ROA, data pembiayaan bermasalah berdasarkan
rasio NPF, dan data tingkat kecukupan modal berdasarkan rasio CAR. Jumlah
sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 berdasarkan kriteria purposive
sampling, yaitu terbatas dari maret 2004 sampai dengan September 2013. Data
dari tahun 2004 sampai dengan 2013, secara sederhana dapat di lihat pada tabel di
bawah:
Tabel 4.1
Laporan Keuangan 2004-2013
Tahun ROA (%) NPF (%) CAR (%)
2004 1,80 2,99 12,17
2005 2,53 2,80 16,33
2006 2,10 5,75 14,23
2007 2,18 2,96 10,43
2008 2,60 4,33 10,81
2009 0,45 4,73 11,10
2010 1,36 4,32 13,26
2011 1,52 2,60 12,01
2012 1,54 2,09 11,57
2013 1,37 1,35 17,27
Sumber: Situs Resmi Bank Muamalat Indonesia (www.bankmuamalat.co.id).
Laporan Keuangan Tahunan dan Triwulan PT Bank Muamalat Indonesia (data
diolah).
Dari tabel 4.1 di atas, berdasarkan pada Laporan Keuangan Bank
Muamalattahun 2004 sampai 2013, data ROA mengalami naik dan turun, yaitu
dari tahun 2004 hingga 2008 mengalami kenaikan tiap tahunnya, maka dapat
dikatakan bahwa profitabilitas berdasarkan rasio ini cukup baik.Tetapi mulai
tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat drastis dari 2,60% hingga 0,45%
yang berarti bahwa profitabilitas kurang baik.
Data NPF menunjukkan bahwa dalam periode tersebut mengalami fluktuasi,
yaitu dari tahun 2004 ke 2005 mengalami penurunan, 2005 ke 2006 mengalami
peningkatan, 2006 ke 2007 mengalami penurunan lagi, 2007 sampai 2010
mengalami peningkatan tiap tahunnyahal inimenunjukkan meningkatnya jumlah
pembiayaan bermasalah, kemudian dari tahun 2010 sampai 2013 mengalami
penurunan lagi yang berarti jumlah pembiayaan bermasalah semakin sedikit.
Data CAR menunjukkan bahwa dalam periode tersebut juga mengalami
fluktuasi. Data menunjukkan bahwa CAR terendah ada pada tahun 2007 sebesar
10,43%, dan tertinggi pada tahun 2013 sebesar 17,27%. Jadi dapat diartikan
penyaluran pembiayaan bedasarkan rasio ini adalah cukup baik.
2. Deskripsi Statistik
Statistik deskripsi memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness. Statistic deskripsi yang dilakukan sebagai
upaya untuk menggali deskripsi data yang berhasil dihimpun sehingga diperoleh
gambaran mengenai karakteristik objek dari data tersebut.
Tabel 4.2
Distribusi Frequensi Untuk Semua Variabel (Profitabilitas
(ROA), Pembiayaan Bermasalah (NPF) dan Tingkat Kecukupan
Modal (CAR))
Statistics
ROA NPF CAR
N Valid 40 40 40
Missing 0 0 0
Mean 2.0210 3.7743 12.8887
Median 1.9650 3.4550 12.3900
Mode 1.68a 2.21
a 9.64
a
Std. Deviation .72129 1.58881 1.96206
Variance ,520 2,524 3,850
Skewness -,307 ,984 ,784
Std. Error of Skewness ,374 ,374 ,374
Kurtosis -,675 1,403 ,134
Std. Error of Kurtosis ,733 ,733 ,733
Range 2.81 7.86 8.44
Minimum .45 1.00 9.64
Maximum 3.26 8.86 18.08
Sum 80.84 150.97 515.55
P
e
r
c
e
n
t
i
l
e
s
10 1.0070 2.1230 10.7960
15 1.3630 2.1760 11.0225
20 1.4860 2.2240 11.2440
30 1.6130 2.7790 11.6330
40 1.7020 2.9980 12.0960
45 1.7670 3.1105 12.2240
50 1.9650 3.4550 12.3900
60 2.3560 4.2720 12.9800
70 2.5820 4.5000 13.7960
80 2.7560 4.8020 14.6080
90 2.9400 6.3450 16.2550
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Dari Tabel 4.2 tersebut diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. N atau jumlah data yang valid (sah untuk diproses) adalah 40, sedangkan yang
hilang (missing) adalah nol. Artinya semua data tentang profitabilitas (ROA),
pembiayaan bermasalah (NPF) dan total pembiayaan (FDR) diproses.
b. Mean, adalah jumlah seluruh angka pada data dibagi dengan dengan jumlah
data yang ada. Mean atau rata-rata profitabilitas (ROA) adalah 2,02%,
pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 3,77% dan kecukupan modal (CAR)
adalah 12,88%.
c. Median adalah angka tengah yang diperoleh apabila angka-angka pada data
disusun berdasarkan angka tertinggi dan angka terendah. Untuk profitabilitas
(ROA) adalah 1,96%, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 3,45% dan
kecukupan modal (CAR) adalah 12,39%.
d. Mode atau modus adalah fenomena yang paling banyak terjadi. Nilai modus
untuk profitabilitas (ROA) adalah 1,68%, pembiayaan bermasalah (NPF)
adalah 2,21% dan kecukupan modal (CAR) adalah 9,64%.
e. Std. Deviation, adalah suatu ukuran penyimpangan. Jika nilainya kecil maka
data yang digunakan mengelompok disekitar rata-rata. Nilai std.Deviattion
untuk profitabilitas (ROA) adalah 0,72; pembiayaan bermasalah (NPF) adalah
1,58; kecukupan modal (CAR) adalah 1,96.
f. Variance. Profitabilitas (ROA) adalah0,52; pembiayaan bermasalah (NPF)
adalah2,52; tingkat kecukupan modal (CAR) adalah 3,85.
g. Skewness. Ukuran skewness untuk profitabilitas (ROA) adalah -0,307%,
pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 0,984% dan kecukupan modal (CAR)
adalah 0,784%. Sedangkan nilai Std. Error of Skewness untuk profitabilitas
(ROA) adalah 0,374%, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 0,374%dan
kecukupan modal (CAR) adalah 0,374%.
h. Kurtosis. Ukuran kurtosis untuk profitabilitas (ROA) adalah -0,675%,
pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 1.403% dan kecukupan modal (CAR)
adalah 0,134%. Sedangkan nilai Std. Error of Kurtosis untuk profitabilitas
(ROA) adalah 0,733%, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 0,733%dan
kecukupan modal (CAR) adalah 0,733%.
i. Range, adalah selisih dari nilai tertinggi dan nilai terendah dalam satu
kumpulan data. Secara umum bisa dikatakan, semakin besar range data,
semakin bervariasi data tersebut. Dalam kasus ini range untuk profitabilitas
(ROA) adalah 2,81%, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 7,86% dan
kecukupan modal (CAR) adalah 8,44%.
j. Minimum, data minimum untuk profitabilitas (ROA) adalah 0,45%,
pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 1,00% dan kecukupan modal (CAR)
adalah 9,64%.
k. Maximum, data maximum untuk profitabilitas (ROA) adalah 3,26%,
pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 8,86% dan kecukupan modal (CAR)
adalah 18,08%
B. Analisis Data
1. Uji Stasioneritas Data
Melihat ada tidaknya unit root yang terkandung di antara variabel sehingga
hubungan antar variabel menjadi valid (Kasiran, 2009: 71). Pengujian ada
tidaknya unit root dengan metode AD Fisher Chi-Square pada variabel penelitian
memperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Unit Root pada Level
Variable Probability** Keterangan
ROA 0,3152 Tidak Stasioner
NPF 0,0061 Stasioner
CAR 0,1472 Tidak Stasioner
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Dari hasil pengujian pada tabel 4.3 masih terdapat dua variabel belum stasioner
pada level, pengujian unit root dilanjutkan pada tingkat first difference. Hasil
pengujian pada first difference dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Unit Root pada 1st Difference
Variable Probability** Keterangan
ROA 0,0000 Stasioner
CAR 0,0000 Stasioner
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Pengujian unit root pada level menunjukkan variabel NPF (Non Performing
Financing) telah stasioner sedangkan dua variabel lagi masih belum stasioner;
maka, dilanjutkan dengan pengujian unit root pada tingkat firstdifference sehingga
menunjukkan variabel ROA (Return On Assets) dan CAR (Capital Adequacy
Ratio)telah stasioner. Dengan demikian seluruh variabel akan diestimasi sesuai
dengan tingkat stasioner masing-masing variabel.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini, fungsi profitabilitas PT Bank Muamalat Indonesia dapat
dituliskan sebagai berikut: ROA = f (NPF, CAR) atau dapat ditulis dengan model
ekonometrika ROA = α + β1NPF + β2CAR. Setelah melalui uji stasioneritas data
variabel diestimasi sesuai tingkat stasioner masing-masing variabel, sehingga
diperoleh estimasi variabel sebagai berikut: ROA = α + β1NPF + β2d(CAR) +
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakantime series.
Tabel 4.5
Tabel Uji Regresi Linear Berganda
Dependent Variable: D(ROA)
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:42
Sample (adjusted): 2004Q2 2013Q4
Included observations: 39 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF 0.050894 0.040311 1.262552 0.2149
D(CAR) -0.065579 0.050396 -1.301281 0.2014
C -0.677312 0.526169 -1.287252 0.2062 R-squared 0.080747 Mean dependent var -0.017179
Adjusted R-squared 0.029678 S.D. dependent var 0.500552
S.E. of regression 0.493068 Akaike info criterion 1.497466
Sum squared resid 8.752195 Schwarz criterion 1.625432
Log likelihood -26.20059 Hannan-Quinn criter. 1.543379
F-statistic 1.581124 Durbin-Watson stat 2.244915
Prob(F-statistic) 0.219699
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
a. Koefisien sebesar -0,0677 menyatakan bahwa jika pembiayaan bermasalah
(NPF) dan kecukupan modal masing-masing bernilai nol (0), maka
profitabilitas (ROA) akan bernilai -0,0677.
b. Koefisien regresi variabel NPF sebesar 0,0508 menyatakan bahwa setiap
kenaikan pembiayaan bermasalah (NPF) 1% maka akan menyebabkan
penurunan profitabilitas (ROA) sebesar 0,0508.
c. Koefisien regresi variabel CAR sebesar -0,0655 menyatakan bahwa setiap
kenaikan kecukupan modal (CAR) 1% maka akan menyebabkan penurunan
profitabilitas (ROA) sebesar -0,0655.
3. Uji Statistik
a. Uji ttest (Uji Secara Individu)
Menunjukkan sejauh mana pengaruh suatu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Cara melakukan uji
t adalah bila jumlah degree of freedom (df) ≥ 20, dan derajad kepercayaan
sebesar 5%, maka H0 ditolak bila nilai t > 2 (dalam nilai absolut). Dengan
kata lain menerima Ha yang menyatakan bahwa variabel independen secara
individu mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2013: 99).
Tabel 4.6
Tabel Ujit-Test
Dependent Variable: ROA Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF 0.050894 0.040311 1.262552 0.2149
D(CAR) -0.065579 0.050396 -1.301281 0.2014
C -0.677312 0.526169 -1.287252 0.2062 Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Hipotesis sebagai dugaan sementara atas penelitian ini telah disusun
sebelumnya, Hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) yang hendak diuji
adalah sebagai berikut:
1) Hubungan Risiko Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)
dengan Profitabilitas (Return On Assets) pada PT Bank Muamalat
Indonesia
H0: Tidak ada pengaruh signifikan antara risiko pembiayaan bermasalah
(non performing financing) terhadap profitabilitas (return on assets)
PT Bank Muamalat Indonesia.
Ha: Ada pengaruh signifikan antara risiko pembiayaan bermasalah (non
performing financing) terhadap profitabilitas (return on assets) PT
Bank Muamalat Indonesia.
Nilai t stasistik variabel NPF tabel 4.6 menunjukkan angka 1,262 < 2
dengan nilai p-value sebesar 0,2149 > 0,05. Maka H0 diterima menyatakan
bahwa variabel risiko pembiayaan bermasalah (NPF) berpengaruh tidak
signifikan terhadap profitabilitas (ROA)PT Bank Muamalat Indonesia.
2) Hubungan Tingkat Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) dengan
Profitabilitas (Return On Assets)
H0 : Tidak ada pengaruh signifikan antara tingkat kecukupan modal
(capital adequacy ratio) terhadap profitabilitas (return on assets) PT
Bank Muamalat Indonesia.
Ha : Ada pengaruh signifikan antara tingkat kecukupan modal (capital
adequacy ratio) terhadap profitabilitas (return on assets) PT Bank
Muamalat Indonesia.
Nilai t stasistik variabel tingkat kecukupan modal (CAR) tabel 4.6
menunjukkan angka 1,3012 < 2 sedangkan p-value diperoleh 0,2014 >
0,05. Maka H0 diterima dan menolak Ha menyatakan bahwa variabel
tingkat kecukupan modal (CAR) berpengaruh tidak signifikan terhadap
profitabilitas (ROA) PT Bank Muamalat Indonesia.
b. Uji Ftest (Uji Secara Serempak)
Dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen. Statistik F memiliki kriteria pengambilan
keputusan: a) quick look: bila nilai F > 4 maka semua variabel independen
secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen pada derajad
kepercayaan 5%; b) membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F
menurut tabel, bila nilai F hitung > F tabel maka maka semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen
(Ghozali, 2013: 93). Hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) yang
hendak diuji adalah sebagai berikut:
H0 : risiko pembiayaan bermasalah (NPF) dan tingkat kecukupan modal
(CAR) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA) PT Bank Muamalat Indonesia.
H3 : risiko pembiayaan bermasalah (NPF) dan tingkat kecukupan modal
(CAR) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA) PT Bank Muamalat Indonesia.
Table 4.7
Tabel Uji Ftest
R-squared 0.080747 Mean dependent var -0.017179
Adjusted R-squared 0.029678 S.D. dependent var 0.500552
S.E. of regression 0.493068 Akaike info criterion 1.497466
Sum squared resid 8.752195 Schwarz criterion 1.625432
Log likelihood -26.20059 Hannan-Quinn criter. 1.543379
F-statistic 1.581124 Durbin-Watson stat 2.244915
Prob(F-statistic) 0.219699
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Dari hasil regresitabel 4.7 diperoleh nilai F hitung sebesar 1,581124 <
ftabel sebesar 3,340 dengan nilai sig 0,2196 di atas nilai signifikan 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini secara serempak berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel dependen. Maka, H0 diterima dan menolak Ha yang artinya risiko
pembiayaan bermasalah (non performing financing) dan tingkat kecukupan
modal (capital adequacy ratio) secara bersama-sama berpengaruh tidak
signifikan terhadap profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat
Indonesia.
c. Uji Determinasi Adjusted R2
Menunjukkan sejauh mana tingkat hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen, atau sejauh mana kontribusi variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Apabilaangka Adjusted R2 semakin
mendekati angka 1 berati model regresi yang digunakan sudah semakin tepat
sebagai model penduga terhadap variabel dependen (Y).
Table 4.8
Tabel Uji Determinasi R2
R-squared 0.080747 Mean dependent var -0.017179
Adjusted R-squared 0.029678 S.D. dependent var 0.500552
S.E. of regression 0.493068 Akaike info criterion 1.497466
Sum squared resid 8.752195 Schwarz criterion 1.625432
Log likelihood -26.20059 Hannan-Quinn criter. 1.543379
F-statistic 1.581124 Durbin-Watson stat 2.244915
Prob(F-statistic) 0.219699
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Dari hasil regresi table 4.8 diperoleh nilai Adjusted R2 0,0296 atau 2,96%
mengidentifikasikan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model
penelitian ini memiliki kemampuan menjelaskan variabel dependen sebesar
2,96%. Sedangkan sisanya 97,4% dijelaskan oleh variabel diluar model.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan metode
auxiliary regresi antar variabel independen untuk mendapatkan r2, kemudian
dibandingkan dengan R2 persamaan utama. Jika terdapat nilai r2 > R2 dapat
dikatakan terdapat masalah multikolinearitas.
Tabel 4.9
Tabel Uji r2
Dependent Variable: D(ROA)
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:42
Sample (adjusted): 2004Q2 2013Q4
Included observations: 39 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF 0.050894 0.040311 1.262552 0.2149
D(CAR) -0.065579 0.050396 -1.301281 0.2014
C -0.677312 0.526169 -1.287252 0.2062 R-squared 0.080747 Mean dependent var -0.017179
Adjusted R-squared 0.029678 S.D. dependent var 0.500552
S.E. of regression 0.493068 Akaike info criterion 1.497466
Sum squared resid 8.752195 Schwarz criterion 1.625432
Log likelihood -26.20059 Hannan-Quinn criter. 1.543379
F-statistic 1.581124 Durbin-Watson stat 2.244915
Prob(F-statistic) 0.219699
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Table 4.10
Tabel Uji R2 Persamaan Utama
Dependent Variable: NPF
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:46
Sample (adjusted): 2004Q2 2013Q4
Included observations: 39 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(CAR) 0.049491 0.205368 0.240985 0.8109
C 12.90493 0.322184 40.05454 0.0000 R-squared 0.001567 Mean dependent var 12.90231
Adjusted R-squared -0.025418 S.D. dependent var 1.985808
S.E. of regression 2.010887 Akaike info criterion 4.284949
Sum squared resid 149.6157 Schwarz criterion 4.370260
Log likelihood -81.55651 Hannan-Quinn criter. 4.315558
F-statistic 0.058074 Durbin-Watson stat 0.716672
Prob(F-statistic) 0.810897
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Dengan membandingkan hasil regresi pada tabel 4.9 dan 4.10 diatas dapat
dibahwa nilai R2
sebesar 0,0807 > r2sebesar 0,0015. Untuk itu dapat
disimpulkan bahwa dalam persamaan tersebut tidak terdapat masalah
multikolinearitas.
b. Uji Heteroskendastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain,
uji hateroskendastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode uji glejser.
Uji glejser akan melihat varians residual dengan cara mengamati hubungan
antara error dan variabel bebas. Hasil glejser dapat dilihat pada tabel 4.11
sebagai berikut:
Tabel 4.11
Tabel Hasil Uji Glajser
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 1.226333 Prob. F(2,36) 0.3053
Obs*R-squared 2.487578 Prob. Chi-Square(2) 0.2883
Scaled explained SS 2.889192 Prob. Chi-Square(2) 0.2358
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:54
Sample: 2004Q2 2013Q4
Included observations: 39 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.850543 0.344251 2.470708 0.0184
NPF -0.038791 0.026374 -1.470821 0.1500
D(CAR) 0.019642 0.032972 0.595719 0.5551 R-squared 0.063784 Mean dependent var 0.349011
Adjusted R-squared 0.011772 S.D. dependent var 0.324510
S.E. of regression 0.322594 Akaike info criterion 0.648962
Sum squared resid 3.746417 Schwarz criterion 0.776928
Log likelihood -9.654751 Hannan-Quinn criter. 0.694875
F-statistic 1.226333 Durbin-Watson stat 1.963797
Prob(F-statistic) 0.305329
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Table 4.12
Table Koefisien Hasil Uji Glejser
Log (res)2 0.8505 -0.0387 0.0196
Tt-Statistic 24.707 -1.4708 0.5957
P-Value 0.0184 0.1500 15.551
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Dari output yang ditunjukkan pada tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa
koefisien masing-masing variabel independen bersifat tidak signifikan, maka
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah
heteroskedastisitas pada model.
c. Uji Autokorelasi
Autokolerasi merupakan hubugan yang terjadi antara anggota dari
serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (time series).
Tabel 4.13
Tabel Durbin Watson Test
R-squared 0.080747 Mean dependent var -0.017179
Adjusted R-squared 0.029678 S.D. dependent var 0.500552
S.E. of regression 0.493068 Akaike info criterion 1.497466
Sum squared resid 8.752195 Schwarz criterion 1.625432
Log likelihood -26.20059 Hannan-Quinn criter. 1.543379
F-statistic 1.581124 Durbin-Watson stat 2.244915
Prob(F-statistic) 0.219699
Sumber: hasil olah data dengan eviews, 2016
Nilai dw sebesar 2.244, bandingkan dengan nilai tabel tingkat signifikan 0,05,
jumlah sampel 40 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k = 2), diperoleh
nilai batas atas (du) sebesar 1,600.
H0 : tidak ada autokorelasi jika, du < dw < 4-du. Perbandingan nilai durbin
watson dengan nilai tabel diperoleh nilai dw 2.244 lebih besar dari batas atas
(du) 1,600 dan kurang dari 4 - 1,600 (4 – du), maka dapat disimpulkan bahwa
H0 diterima yang menyatakan tidak ada autokolerasi positif maupun negatif/
tidak terdapat autokorelasi.
C. Hasil Uji Hipotesis
1. Pengaruh Risiko Pembiayaan Bermasalah (NPF) TerhadapProfitabilitas
(ROA) pada PT. Bank Muamalat Indonesia.
Berdasarkan hasil olahan statistik diatas nilai t hitung dengan signifikansi
sebesar 0,214 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa risiko usaha bank yang
tercermin dalam NPF berpengaruh tidak signifikan secara nyata terhadap ROA,
hal ini sangat dimungkinkan karena pembiayaan bermasalah pada Bank Muamalat
Indonesia tidak begitu besar.
Jika suatu perusahan mempunyai risiko pembiayaan bermasalahan yang selalu
meningkat maka keuntungan yang akan didapat oleh suatu perusahaan tersebut
akan mengalami penurunan karena pengelolaan aset yang seharusnya dapat
dikelola terus menerus untuk keuntungan, dengan adanya risiko pembiayaan
bermasalah yang besar maka aset tersebut akan terhenti dan pengelolaannya akan
terganggu sehingga dapat mengurangi keuntungan atau profitabilitas yang dilihat
dari nilai ROA.
Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan
aset. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen
bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan atau menekan
biaya. Jika nilai NPF lebih besar dari 5% maka bank tersebut dapat dikatakan
kinerjanya tidak baik atau dapat dilikuidasi.
Hasil penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh (Ghufran Hasan, 2014) yang
menunjukan bahwa dalam pengujian stastistik variabel non performing financing
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,235 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05
sehingga dapat dikatakan bahwa variabel non performing financing (NPF) terbukti
berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. Pembeda dalam penelitian ini adalah
variabel, penelitian dilakukan pada 3 bank yaitu BSM (Bank Syariah Mandiri),
BMI (Bank Muamalat Indonesia), BRIS (Bank Rakyat Indonesia Syariah) selain
itu penelitian ini mengambil sampel dari tahun 2009-2013.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Resa Rendyka, 2014) hasil uji
secara parsial pada Bank Umum Syariah, menunjukkan bahwa variabel resiko
pembiayaan (NPF) berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA)
bank umum syariah karena memiliki probabilitas sebesar 0,662 dan 0,620 yang
berarti berada diatas α diatas 0,05. Pembeda penelitian ini adalah tempat
penelitian dan variabel.
Dalam Al-Quran surat AL-Baqarah ayat 280 menyebutkan bahwa :
Yang artinya “dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka
berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
Dari ayat diatas dapat disimpulkan jika seseorang belum mampu melunasi
hutangnya maka dianjurkan untuk memberikan tenggang waktu bagi yang
berhutang untuk melunasi. Hal ini, sudah sesuai dengan yang dilakukan oleh bank
dalam penyaluran kredit atau pembiayaan dimana dalam penyaluran kredit dilihat
dari kolektibilitas digolongkan kedalam 5 kelompok yaitu Lancar, Dalam
Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan yang terakhir Macet. Suatu
perbankan juga sudah memberikan tenggang waktu kepada peminjam jika si
nasabah tidak mampu melunasi hutangnya.
2. Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal (CAR) Terhadap Profitabilitas (ROA)
pada PT. Bank Muamalat Indonesia.
Berdasarkan hasil olahan statistik diatas nilai t hitung (1,3012) dengan
signifikansi 0,204 > 0,05. Hal ini berarti bahwa CAR berpengaruh tidak terhadap
ROA. CAR yang tinggi menunjukkan bank mempunyai kecukupan modal yang
tinggi, dengan permodalan yang tinggi bank dapat leluasa untuk menempatkan
dananya kedalam investasi yang menguntungkan, hal tersebut mampu
meningkatkan kepercayaan nasabah karena kemungkinan bank memperoleh laba
sangat tinggi dan kemungkinan bank terlikuidasi kecil.
Menurut Bank Indonesia CAR yang baik harus lebih besar dari 8%. Dengan
demikian jika CAR yang dimiliki perusahaan besar maka ROA yang didapat bank
juga besar sebaliknya jika CAR kecil maka ROA atau profitabilitas bank juga
kecil karena modal usaha yang diputar kecil. Jika CAR bank besar maka bank
mampu menangulangi risiko kerugian yang ditimbulkan akibat pembiayaan yang
telah disalurkan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fifit 2013) hasil
penelitian menunjukkan bahwa CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan koefisien β bernilai
positif sebesar 0,245 dan nilai signifikansi 0,64 < 0,05. Pembeda dari penelitian
ini adalah objek penelitian yaitu seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI dan periode tahun 2006-2010.
Dalam Al-Qur‟an surat An-Nisaa‟ ayat 5 yang berbunyi :
Yang artinya “dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil
harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
Maksud dari ayat diatas bahwa orang yang menabung di sebuah perbankan
biasanya tidak dapat mengelola dananya untuk usaha atau hanya untuk berjaga-
jaga selain itu bank harus juga memberikan hasil dari dana yang telah nasabah
berikan simpan di bank. Selain itu, setiap pemberian modal atau penyaluran modal
yang ada disebuah perusahaan atau suatu bank hendaknya selalu diberikan kepada
mereka yang mampu untuk mengelola dana tersebut sehingga mampu
berkembang menjadi lebih baik dan mampu diberikan kepada si nasabah
penabung. Selain itu dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Orang yang belum
sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang dewasa yang
tidak dapat mengatur harta bendanya. Maka disini posisi bank adalah sebagai
perantara antara nasabah pemilik dana dengan nasabah yang kekurangan dana.
Semakin banyak orang yang percaya kepada bank tersebut maka semakin banyak
orang yang akan menabung dibank bersangkutan.
3. Pengaruh Risiko Pembiayaan Bermasalah (NPF) dan Tingkat Kecukupan
Modal (CAR) Terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Muamalat
Indonesia.
Berdasarkan data statistik diatas dapat diketahui bahwa fhitung sebesar 1,581 < ttabel
sebesar 3,340 dengan tingkat signifikansi 0,21. Oleh karena itu probabilitas jauh
lebih besar dari 0,05 dengan mengunakan taraf singnifikansi atau α = 5%. Tidak
ada pengaruh yang singnifikan risiko pembiayaan bermasalah (NPF) dan tingkat
kecukupan modal (CAR) secara bersama-sama terhadap profitabilitas (ROA) PT.
Bank Muamalat Indonesia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan
mengenai pengaruh risiko pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal
terhadap profitabilitas PT. Bank Muamalat Indonesia, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. NPF berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. Berdasarkan hasil uji regresi
berganda diketahui bahwa variable NPF (X1) nilai t hitung (1,262) dengan
signifikansi sebesar 0,214 > 0,05. Sehingga apabila setiap terjadi peningkatan
risiko pembiayaan bermasalah (NPF) maka tidak akan mengurangi pendapatan
perusahaan yang tercermin dari nilai ROA.
2. CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. Berdasarkan hasil uji regresi
berganda diketahui bahwa nilai t hitung (1,301) dengan signifikansi sebesar 0,214
> 0,05. CAR yang tinggi menunjukkan bank mempunyai kecukupan modal yang
tinggi, dengan permodalan yang tinggi bank dapat leluasa untuk menempatkan
dananya kedalam investasi yang menguntungkan, hal tersebut mampu
meningkatkan kepercayaan nasabah karena kemungkinan bank memperoleh laba
sangat tinggi dan kemungkinan bank terlikuidasi kecil.
3. Diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 1,58 dengan tingkat signifikansi 0,219. Oleh
karena itu probabilitas jauh lebih besar dari 0,05 dengan mengunakan taraf
singnifikansi atau α = 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas yang
terdiri dari pembiayaan bermasalah (NPF) dan tingkat kecukupan modal (CAR)
secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat yaitu profitabilitas (ROA) PT Bank Muamalat Indonesia.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas peneliti memberikan saran sebagai berikut :
a. Bagi Praktisi
Untuk mengurangi tingkat kredit atau risiko pembiayaan bermasalah pada
perbankan syariah hendaknya perbankan lebih hati-hati dalam melakukan
pembiayaan. Selain itu perbankan dituntut untuk lebih peka terhadap perubahan
kondisi ekonomi, sehingga dapat menentukan langkah yang tepat dalam
mengelola kredit atau pembiayaannya agar risiko pembiayaan bermasalahnya
dapat ditekan hingga nilai wajar. Agar pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh
bank syariah tidak mengalami peningkatan terus menerus juga disarankan untuk
selalu memantau nasabah dalam menjalankan usahanya agar tidak mengalami
kerugian.
Melakukan pelatihan/diklat terhadap usaha-usaha kecil atau mikro dalam
menjalankan setiap usaha dan juga memberikan motivasi untuk berwirausaha
sehingga kemampuan untuk mengembalikan modal semakin besar dan mampu
mengembangkan usahanya dengan baik.
b. Bagi Akademik
Penelitian ini dapat dijadikan bahan refrensi dan dokumentasi bagi pihak
kampus sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang. Selain itu diharapkan
kampus lebih menambah lagi refrensi baik yang berupa jurnal atau buku-buku
yang terkait keuangan.
c. Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Kelemahan dari penelitian ini adalah jumlah data time series yang digunakan
masih relatif sedikit. Sehingga dianjurkan bagi penelitian selanjutnya agar dapat
menggunakan data yang lebih banyak lagi, sehingga hasil penelitiannya lebih
baik. Selain itu objek yang dipakai dalam penelitian ini masih satu perusahaan
sehingga diharapkan peneliti yang akan datang menggambil dari keseluruhan
perusahaan syariah yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analysis dengan SPSS. Salatiga: STAIN Salatiga
Press.
Burhan, M. Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Perdana Media.
Darmawi, Herman. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dendawijaya, Lukman.2009. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indah
Ericson, Sony dan Leon Boy. 2008. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa. Jakarta:
Grasindo.
F.Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan ;
Essentials of Financial Management. Jakarta: Salemba Empat.
Hasan, Ghufran. 2014. “Pengaruh DPK, NPF, Rasio Biaya, CAR, FDR dan Ukuran
Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah”. Skripsi. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Hamidi, Luthfi. 2003. Jejak-jejak Ekonomi Syariah. Jakarta : Senayan Abadi Publishing.
Harahap, Sofyan Syarif. 2008. Teori Akuntansi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Harjito, D dan Martono. Agus. 2005. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Pertama,
Cetakan Kelima. Yogyakarta: Ekonisia.
Karim, Adimarwan. 2006. Islamic Banking Fiqh and Analysis. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Kasiran, Moh. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. (Yogyakarta :
Sukses Offset)
Kasmir. 2010. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kasmir dan Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Prenada Media Group.
Martadireja, Ismaya. 2014. “Pengaruh Non Performing financing (NPF), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Net Interes Margin (NIM) terhadap Profitabilitas Bank
Syariah”. Jurnal. Universitas Komputer Indonesia.
Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurkhosidah, Siti. 2009. “Analisis Pengaruh Variabel Non Performing Financing,
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, Financing To Deposit Ratio, Biaya
Operasional Per Pendapatan terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri”.
Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
P. Tampubolon, Manahan.2005. Manajemen Keuangan (Finance Management). Bogor :
Ghalia Indonesia.
Putri, Fifit Syaiful. 2013. “Pengaruh Risiko Kredit dan Tingkat Kecukupan Modal
terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Universitas Negeri Padang.
Rendyka, Resa. 2014. “Analisis Pengaruh Pembiayaan Bermasalah, Kualitas Aktiva
Produktif, Kecukupan Modal, Financing To Deposit Ratio (FDR), BOPO terhadap
Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah”. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Riyanah. 2007. “Pengaruh Non Performing Financing, Dept to Equity Ratio, dan Loan to
Deposit Ratio terhadap Profitabilitas Keuangan BMT Mitra Usaha Mulia”.
(Yogyakarta: Skripsi UIN Suka).
Rivai, Veithzal. 2006. Credit Management Handbook. Jakarta: Rajawali Pers
Rivai,Veithzal dkk. 2007. Bank and Financial Institution Management Conventional and
Sharia System. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan.2010. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sasongko, Ita Ari. 2014. “Analisis Pengaruh Risiko Kredit, Perputaran Kas, Likuiditas,
Tingkat Kecukupan Modal, dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI periode 2007-2013”. Skripsi.
Univversitas Dian Nuswantoro Semarang.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan
Perbankan (Edisi Kelima). Jakarta: FEUI.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV
Alfabeta
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suryobrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Data Return On Assets tahun 2012, diunduh dari
www.bi.go.id, diakses 11 februari 2015
Laporan triwulan Bank Muamalat (maret 2004 – desember 2013) Bank
Muamalat.http://www.muamalatbank.com/home/news/siaran pres/2265, tanggal
28 September 2015
http://www.bankmuamalat.co.id/investor/laporan-triwulan
http://www.bankmuamalat.co.id/investor/laporan-tahunan
CURICULUME VITAE
Nama : Mif Munawaroh
TTL : Magelang, 1 Maret 1994
Agama : Islam
Alamat : Kalegen rt:03/rw:02, Bandongan, Magelang
Kode Pos : 56151
Bangsa : Indonesia
Pendidikan :
NO NAMA SEKOLAH TAHUN
1 SDN 3 Bandongan 2000-2006
2 SMP N 1 Bandongan 2006-2009
3 SMK N 2 Magelang 2009-2012
4 IAIN Salatiga 2012-2016
Pengalaman Organisasi di kampus:
1. JQH (Jamiatul Quro‟ wal Huffatz)
2. Forum Komunitas Mahasiswa Magelang
Pengalaman Kerja:
1. Pramuniaga PT. Mitra Armada Sejahtera Magelang
2. SPG PT. Matahari Departmen Store Magelang
LAMPIRAN
Data Perkembangan Return On Assets (ROA) Bank Muamalat Tahun 2012
Bulan ROA (%) Kenaikan/Penurunan (%)
Januari 0,11 % -
Februari 0,252 % 0,142 %
Maret 0,372 % 0,12 %
April 0,525 % 0,153 %
Mei 0,66 % 0,135 %
Juni 0,752 % 0,092 %
Juli 0,879 % 0,127 %
Agustus 0,98 % 0,101 %
Laporan Keuangan Tahunan (2004-2013)
Tahun ROA (%) NPF (%) CAR (%)
2004 1,80 2,99 12,17
2005 2,53 2,80 16,33
2006 2,10 5,75 14,23
2007 2,18 2,96 10,43
2008 2,60 4,33 10,81
2009 0,45 4,73 11,10
2010 1,36 4,32 13,26
2011 1,52 2,60 12,01
2012 1,54 2,09 11,57
2013 1,37 1,35 17,27
Data Rasio Keuangan (NPF, CAR, ROA) triwulan periode 2004-2013
Tahun ROA NPF CAR
2004 2,35 3,07 12,36
2,77 2,12 14,04
2,26 2,21 13,11
1,80 2,99 12,17
2005
2,54 2,15 11,72
2,74 3,01 18,08
2,85 3,16 16,35
2,53 2,80 16,39
2006
2,95 2,77 16,88
2,60 3,89 15,40
2,36 4,43 14,65
2,10 5,76 14,56
2007
3,26 3,67 15,28
3,03 4,89 13,00
2,41 6,59 11,45
2,27 2,96 10,79
2008
3,04 3,24 11,63
2,77 4,82 9,64
2,62 4,93 11,34
2,60 4,33 11,44
2009
2,76 6,41 12,29
1,83 3,95 11,22
0,53 8,86 10,85
0,45 4,73 11,15
2010
1,48 6,59 10,52
1,07 4,72 10,12
0,81 4,20 14,62
1,36 4,32 13,32
2011
1,38 4,71 12,42
1,74 4,32 11,64
1,55 4,53 12,59
1,52 2,60 12,05
2012
1,51 2,83 12,12
1,61 2,73 14,55
1,62 2,21 13,26
1,00 2,00 11,00
2013
1,72 2,02 12,08
1,69 2,28 12,52
1,68 2,17 12,95
1.68 1,00 14,00
UJI STASIONERITAS
Null Hypothesis: ROA has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.929229 0.3152
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(ROA)
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:30
Sample (adjusted): 2004Q2 2011Q4
Included observations: 31 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ROA(-1) -0.236949 0.122821 -1.929229 0.0635
C 0.483890 0.280249 1.726641 0.0949
R-squared 0.113744 Mean dependent var -0.026774
Adjusted R-squared 0.083184 S.D. dependent var 0.535297
S.E. of regression 0.512549 Akaike info criterion 1.563502
Sum squared resid 7.618502 Schwarz criterion 1.656017
Log likelihood -22.23428 Hannan-Quinn criter. 1.593660
F-statistic 3.721926 Durbin-Watson stat 1.838020
Prob(F-statistic) 0.063540
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.931886 0.0000
Test critical values: 1% level -3.679322
5% level -2.967767
10% level -2.622989
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(ROA,2)
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:28
Sample (adjusted): 2004Q4 2011Q4
Included observations: 29 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(ROA(-1)) -1.477697 0.249111 -5.931886 0.0000
D(ROA(-1),2) 0.436913 0.171347 2.549876 0.0170
C -0.036423 0.093409 -0.389931 0.6998
R-squared 0.613745 Mean dependent var 0.016552
Adjusted R-squared 0.584033 S.D. dependent var 0.776872
S.E. of regression 0.501048 Akaike info criterion 1.553466
Sum squared resid 6.527267 Schwarz criterion 1.694911
Log likelihood -19.52526 Hannan-Quinn criter. 1.597765
F-statistic 20.65652 Durbin-Watson stat 2.112167
Prob(F-statistic) 0.000004
Null Hypothesis: NPF has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.858737 0.0061
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(NPF)
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:32
Sample (adjusted): 2004Q2 2011Q4
Included observations: 31 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
NPF(-1) -0.688041 0.178307 -3.858737 0.0006
C 2.895250 0.798797 3.624512 0.0011
R-squared 0.339255 Mean dependent var -0.015161
Adjusted R-squared 0.316471 S.D. dependent var 1.771560
S.E. of regression 1.464652 Akaike info criterion 3.663453
Sum squared resid 62.21097 Schwarz criterion 3.755969
Log likelihood -54.78353 Hannan-Quinn criter. 3.693611
F-statistic 14.88985 Durbin-Watson stat 2.236997
Prob(F-statistic) 0.000586
Null Hypothesis: CAR has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.410201 0.1472
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(CAR)
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:32
Sample (adjusted): 2004Q2 2011Q4
Included observations: 31 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
CAR(-1) -0.335365 0.139144 -2.410201 0.0225
C 4.328321 1.824157 2.372779 0.0245
R-squared 0.166884 Mean dependent var -0.010000
Adjusted R-squared 0.138156 S.D. dependent var 1.775198
S.E. of regression 1.648015 Akaike info criterion 3.899361
Sum squared resid 78.76264 Schwarz criterion 3.991876
Log likelihood -58.44009 Hannan-Quinn criter. 3.929519
F-statistic 5.809071 Durbin-Watson stat 2.095207
Null Hypothesis: D(CAR) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.956107 0.0000
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(CAR,2)
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:33
Sample (adjusted): 2004Q3 2011Q4
Included observations: 30 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(CAR(-1)) -1.252617 0.180074 -6.956107 0.0000
C -0.064397 0.319180 -0.201757 0.8416
R-squared 0.633447 Mean dependent var -0.074000
Adjusted R-squared 0.620356 S.D. dependent var 2.837289
S.E. of regression 1.748202 Akaike info criterion 4.019394
Sum squared resid 85.57393 Schwarz criterion 4.112807
Log likelihood -58.29090 Hannan-Quinn criter. 4.049277
F-statistic 48.38742 Durbin-Watson stat 2.078616
Prob(F-statistic) 0.000000
UJI REGRESI LINEAR BERGANDA DAN UJI ASUMSI KLASIK
Dependent Variable: D(ROA)
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:42
Sample (adjusted): 2004Q2 2013Q4
Included observations: 39 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
NPF 0.050894 0.040311 1.262552 0.2149
D(CAR) -0.065579 0.050396 -1.301281 0.2014
C -0.677312 0.526169 -1.287252 0.2062
R-squared 0.080747 Mean dependent var -0.017179
Adjusted R-squared 0.029678 S.D. dependent var 0.500552
S.E. of regression 0.493068 Akaike info criterion 1.497466
Sum squared resid 8.752195 Schwarz criterion 1.625432
Log likelihood -26.20059 Hannan-Quinn criter. 1.543379
F-statistic 1.581124 Durbin-Watson stat 2.244915
Prob(F-statistic) 0.219699
Dependent Variable: NPF
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:46
Sample (adjusted): 2004Q2 2013Q4
Included observations: 39 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(CAR) 0.049491 0.205368 0.240985 0.8109
C 12.90493 0.322184 40.05454 0.0000
R-squared 0.001567 Mean dependent var 12.90231
Adjusted R-squared -0.025418 S.D. dependent var 1.985808
S.E. of regression 2.010887 Akaike info criterion 4.284949
Sum squared resid 149.6157 Schwarz criterion 4.370260
Log likelihood -81.55651 Hannan-Quinn criter. 4.315558
F-statistic 0.058074 Durbin-Watson stat 0.716672
Prob(F-statistic) 0.810897
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic 1.226333 Prob. F(2,36) 0.3053
Obs*R-squared 2.487578 Prob. Chi-Square(2) 0.2883
Scaled explained SS 2.889192 Prob. Chi-Square(2) 0.2358
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 08/13/16 Time: 11:54
Sample: 2004Q2 2013Q4
Included observations: 39
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.850543 0.344251 2.470708 0.0184
NPF -0.038791 0.026374 -1.470821 0.1500
D(CAR) 0.019642 0.032972 0.595719 0.5551
R-squared 0.063784 Mean dependent var 0.349011
Adjusted R-squared 0.011772 S.D. dependent var 0.324510
S.E. of regression 0.322594 Akaike info criterion 0.648962
Sum squared resid 3.746417 Schwarz criterion 0.776928
Log likelihood -9.654751 Hannan-Quinn criter. 0.694875
F-statistic 1.226333 Durbin-Watson stat 1.963797
Prob(F-statistic) 0.305329