analisis pengaruh stabilitas politik dan faktor …
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH STABILITAS POLITIK DAN
FAKTOR EKONOMI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC
INDEX (JII)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai Tugas Akhir Pemenuhan Persyaratan untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh:
MUHAMMAD AMINUL WAHID
11140860000020
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H./ 2018 M.
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Muhammad Aminul Wahid
Tempat/ Tanggal Lahir : Banyuwangi, 15 Februari 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Tinggi dan Berat Badan : 162 cm/ 60 kg
Agama : Islam
Alamat : Dusun Pekarangan RT/RW 04/02, Desa Kelir,
Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi
Nomor Hp : 085881337768
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2002 - 2008 : SD Unggulan Habibulloh Banyuwangi
2008 - 2011 : SMP Unggulan Habibullah Banyuwangi
2011 - 2014 : MA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya
2014 - 2018 : Program Sarjana (S1) Ekonomi Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2015 – sekarang : Darus-sunnah International Institute for Hadth
Sciences
Pengalaman Organisasi
1. Koordinator Departemen Pendidikan MA Unggulan Amanatul Ummah
Surabaya Periode 2012-2013
2. Anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sejak 2012
vii
3. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sejak 2014
4. Anggota Departemen Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa
Jurusan Ekonomi Syariah periode 2014-2015
5. Koordinator Departemen Sosial dan Agama Dewan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode
2016-2017.
6. Koordinator Perpustakaan Darus-sunnah International Institute for Hadth
Sciences
7. Wakil Ketua Ikatan Mahasantri Darus-sunnah periode 2017-2018.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh stabilitas politik,
inflasi, dan Dow Jones Islamic Market World Index terhadap Jakarta Islamic Index
(JII) pada tahun 2007–2016. Penelitian ini menggunakan saham syariah yang
konsisten masuk dalam Jakarta Islamic Index selama 2007-2016, yaitu TLKM,
KLBF, INTP, dan UNVR sebagai sampel. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
variabel stabilitas politik dan Dow Jones Islamic Market World Index mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap Jakarta Islamic Index. Sedangkan variabel
inflasi tidak berpengaruh signifikan. Adapun secara simultan, variabel stabilitas
politik, inflasi dan Dow Jones Islamic Market World Index berpengaruh signifikan
terhadap Jakarta Islamic Index.
Kata kunci: Stabilitas Politik, Inflasi, Dow Jones Islamic Market World Index, JII.
ix
ABSTRACT
This research goal is to know the influence of political stability, inflation,
and Dow Jones Islamic Market World Index toward Jakarta Islamic Index (JII) in
year 2007-2016 period. This research use sharia stocks that consistently on Jakarta
Islamic Index board in 2007-2016 period, such as TLKM, KLBF, INTP, and UNVR
as samples. Analysis method is done by using data panel regression analysis.
Research result shows that political stability and Dow Jones Islamic Market World
Index partially have positive and significant influence toward Jakarta Islamic
Index, but inflation has no significant effect to Dow Jones Islamic Market World
Index. Simultaneously, political stability, inflation, and Dow Jones Islamic Market
World Index have significant influence toward Jakarta Islamic Index.
Keywords: Political Stability, Inflation, Dow Jones Islamic Market World Index,
JII.
x
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkankan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Stabilitas Politik dan Faktor Ekonomi
Terhadap Jakarta Islamic Index” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan
tanpa adanya bantuan baik berupa dukungan, bimbingan, maupun nasehat dari
berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Masrun, dan Ibu Mahmudah serta kedua
saudara penulis, Muhammad Yusuf Nuruzzaan, dan Faridatul Mufidah,
yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasihat, dan kesabaran yang luar
biasa dalam kehidupan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Bapak Dr. Amilin, SE., Ak.,M.Si., QIA., BKP selaku Wakil Dekan
I Bid. Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil
Dekan II Bid Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M.A
selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan
bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing dan memberikan arahan serta ilmu yang bermanfaat dan
motivasi kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
xi
5. Bapak Dr. H. Burhanuddin Yusuf, MM. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membantu penulis dalam mengikuti dan
menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh jajaran dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak
ternilai serta berbagai bantuan selama penulis menempuh pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Teman-teman penulis selama berada di Fakultas Ekonomi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Sahid Al-Hudri, Muhammad Azmi Nurkarim, Angga
Wiguna, Lauhul Mahfuzh, Andre Reva Utama, Ilham Irsyad Risyadi, dan
Dwi Wahyu Ramadhan. Terima kasih atas segala bentuk bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman penulis di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terima
kasih atas pertemanan yang telah terjalin selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan
tulus serta ikhlas memberikan doa dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan
penulisan skripsi ini serta bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Jakarta, 20 April 2018
Penulis,
Muhammad Aminul Wahid
xii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .......................................................... v
Daftar Riwayat Hidup Penulis.......................................... .................................... vi
Abstrak .................................................................................................................. vii
Kata Pengantar ...................................................................................................... x
Daftar Isi................................................................................................................ xii
BAB I. PENDAHULUAN.. ................................................................................. 1
A. Latar Belakang.. .............................................................................................. ..1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
A. Landasan Teori ................................................................................................ 12
1. Pasar Modal Syariah ................................................................................ 12
2. Jakarta Islamic Index. .............................................................................. 13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jakarta Islamic Index ...................... 15
4. Inflasi........................................................................................................ 17
5. Dow Jones Islamic Market World Index. ................................................. 19
6. Stabilitas Politik. ...................................................................................... 21
7. Indeks Stabilitas Politik.. ......................................................................... 24
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 25
C. Keterkaitan Antar Variabel .......................................................................... 28
xiii
1. Inflasi terhadap Jakarta Islamic Index .................................................... 29
2. Dow Jones Islamic Market World Index terhadap Jakarta Islamic Index
3. Stabilitas Politik. ...................................................................................... 30
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 30
E. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 33
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 35
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 35
B. Metode Penentuan Data ................................................................................. 35
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 34
D. Metode Penentuan Sampel. ............................................................................ 37
E. Metode Analisis Data ..................................................................................... 37
F. Metode Pemilihan Model. .............................................................................. 41
G. Uji Statistik. ................................................................................................... 43
F. Model Penelitian. ........................................................................................... 43
G. Operasional Varibel Penelitian. ..................................................................... 46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 48
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 48
1. Jakarta Islamic Index. ............................................................................... 48
2. Inflasi......................................................................................................... 55
3. Stabilitas Politik. ....................................................................................... 58
4. Dow Jones Islamic Market World Index. .................................................. 60
B. Analisis dan Pembahasan ............................................................................... 62
BAB V. KESIMPULAN ....................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA.. .......................................................................................77
LAMPIRAN-LAMPIRAN. ...............................................................................81
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Saham Syariah dan Kapitalisasinya......................3
Tabel 1.2 Perkembangan Inflasi, ISP, DJIM, dan JII..............................................5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu...............................................................................26
Tabel 4.1 Hasil Regresi Data Panel dengan Berbagai Model..................................63
Tabel 4.2 Hasil Uji Chow........................................................................................64
Tabel 4.3 Hasil Uji Hausman..................................................................................64
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi dengan Fixed Effect Model......................................... 65
Tabel 4.5 Uji F-statistik..........................................................................................67
Tabel 4.6 Uji Adjusted R-square ............................................................................67
Tabel 4.7 Koefisien Variabel..................................................................................68
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perkembangan Nilai Jakarta Islamic Index...........................................49
Grafik 4.2 Perkembangan Inflasi di Indonesia........................................................57
Grafik 4.3 Perkembangan Indeks Stabilitas Politik.................................................59
Grafik 4.4 Perkembangan Nilai Dow Jones Islamic Market World Index...............61
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan
Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Menurut undang-undang tersebut,
surat berharga yang dikategorikan efek adalah saham, obligasi, serta bukti lainnya
yang lazim dikenal sebagai efek.
Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
global saat ini. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sudah
sepatutnya memaksimalkan peran pasar modal dalam perekonomiannya, baik
sebagai tempat untuk menghimpun dana, tempat alternatif investasi melalui
penjualan saham dan penerbitan obligasi, maupun sebagai indikator stabilitas
kondisi makroekonomi. Keberadaan pasar modal diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas perekonomian. Hal ini disebabkan pasar modal merupakan alternatif
pendanaan bagi perusahaan sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih
besar dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran
masyarakat luas (Manan, 2009).
Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam tentu
membutuhkan tempat investasi yang sesuai dengan syariah. Agama Islam tidak
memperbolehkan penganutnya bermuamalah dengan bermitra kepada perusahaan-
2
perusahaan yang bergerak pada sektor yang tidak halal. Keadaan yang demikian
mendorong munculnya pasar modal syariah di Indonesia. Perbedaan umum antara
pasar modal konvensional dan pasar modal syariah terlihat pada instrumen dan
mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks konvensional dan
indeks syariah terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-
prinsip syariah (Pratama, 2012).
Kehadiran pasar modal syariah di Indonesia mendapat respon positif, baik
dari investor maupun emiten. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya produk
investasi syariah yang bermunculan, seperti obligasi syariah (sukuk), reksadana
syariah, dan Daftar Efek Syariah (DES) yang kemudian bertransformasi menjadi
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Bahkan jumlah saham syariah yang
terdaftar di bursa terus mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu hampir dua
kali lipat dalam kurun waktu sepuluh tahun, mulai 2007 hingga 2016, sebagaimana
ditunjukkan oleh Tabel 1.1.
Pada periode tahun 2007-2016, peningkatan jumlah saham syariah tertinggi
terjadi pada tahun 2012 periode satu, yaitu terjadi penambahan saham syariah
sebanyak 51 saham. Peningkatan jumlah saham syariah terus berlangsung hingga
pada tahun 2015 total saham syariah sudah mencapai 331 saham. Jika dibandingkan
dengan jumlah seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
sebanyak 539 saham (tahun 2016) maka dapat diambil kesimpulan bahwa 61,41
persen saham di BEI sudah sesuai dengan syariah.
3
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Saham Syariah dan Kapitalisasinya
Tahun Periode Jumlah Saham Kapitalisasi (Rp Miliar)
2007 1 174 1.105.897,25
2 183
2008 1 191 428.525,74
2 195
2009 1 198 937.919,08
2 199
2010 1 210 1.134.632
2 228
2011 1 234 1.414.938,81
2 253
2012 1 304 1.671.004,23
2 321
2013 1 310 1.672.099,91
2 336
2014 1 322 1.944.531,70
2 334
2015 1 331 1.732.290,98
2 331
2016 1 321 2.041.070,80
2 347
Sumber: Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan
Peningkatan jumlah saham syariah yang signifikan diikuti oleh peningkatan
kapitalisasi saham syariah yang pesat pula, hanya saja pada tahun 2008 sempat
mengalami penurunan sebagai dampak dari subprime crisis di Amerika Serikat.
Namun sebagaimana yang ditunjukkan oleh Tabel 1.1 nilai kapitalisasi saham
syariah kembali menunjukkan kenaikan mulai tahun 2009 hingga 2014. Ini
menunjukkan bahwa kinerja saham syariah di Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup baik.
4
Perkembangan saham syariah yang mengalami peningkatan signifikan tentu
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Syahrir (1995) dalam Suciningtias
(2015) terdapat faktor-faktor penting yang mampu mempengaruhi perkembangan
saham syariah, diantaranya adalah variabel makroekonomi dan moneter seperti
inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar dan lain-lain. Adapun faktor non ekonomi
yang mempengaruhi adalah kondisi keamanan nasional, kondisi politik, kebijakan
pemerintah dan lain-lain.
Kismawadi (2013) menyatakan bahwa faktor fundamental makroekonomi
seperti inflasi, tingkat bunga, kurs dan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor-
faktor yang sangat diperhatikan oleh para pelaku pasar bursa. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada faktor ini dapat mengakibatkan perubahan-perubahan di pasar
modal, yaitu meningkat atau menurunnya harga saham yang kemudian berpengaruh
terhadap indeks harga saham, termasuk Jakarta Islamic Index.
Inflasi sebagai indikator makroekonomi mempunyai pengaruh terhadap
tingkat investasi. Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap
perekonomian, tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan
dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan (Samsul, 2006). Peningkatan
inflasi membuat daya beli masyarakat menjadi menurun sebab nilai uang yang
dipegang mengalami penurunan nilai. Keadaan demikian akan mengurangi tingkat
investasi masyarakat di pasar modal yang nantinya akan berpengaruh terhadap
harga saham.
5
Tabel 1.2 Perkembangan Inflasi, DJIM, PSI, dan JII
Tahun Inflasi DJIM PSI JII
2007 6.59% 2414.48 13.04 493.01
2008 11.06% 1475.93 15.38 216.19
2009 2.78% 1974.80 20.85 417.18
2010 6.96% 2227.70 20.85 532.9
2011 3.79% 2069.15 22.27 537.03
2012 4.30% 2298.30 27.96 594.79
2013 8.38% 2740.45 28.91 585.11
2014 8.36% 2863.52 30.00 691.04
2015 8.35% 2800.01 24.76 603.35
2016 3.02% 2873.00 27.39 694.13
Sumber: bi.go.id, us.spindices.com, TheGlobalEconomy.com, yahoo.finance
Berdasarkan Tabel 1.2 tingkat inflasi Indonesia selama 2007-2016 masuk
kategori inflasi ringan, yaitu dibawah 10 persen, kecuali pada tahun 2008 sebesar
11.06 persen. Tingginya inflasi pada tahun 2008 disebabkan oleh kenaikan harga
BBM, adanya konversi minyak tanah ke LPG, dan tingginya harga komoditas
internasional (perpustakaan.bappenas.go.id). Pergerakan Inflasi mampu
mempengaruhi pergerakan harga saham. Peningkatan inflasi yang tajam pada 2008
diikuti oleh penurunan nilai Jakarta Islamic Index yang tajam pula. Begitu juga
sebaliknya, penurunan inflasi yang tajam pada 2009 diikuti oleh peningkatan nilai
Jakarta Islamic Index yang tajam pula
Penelitian yang dilakukan oleh Kismawadi (2013) dan Mulyani (2014)
tentang pengaruh variabel makroekonomi terhadap Jakarta Islamic Index
6
menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Jakarta Islamic Index. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Rusbariand
dkk (2012) bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Jakarta
Islamic Index. Perbedaan hasil penelitian tersebut mendorong penulis untuk
meneliti kembali tentang pengaruh inflasi terhadap Jakarta Islamic Index.
Pada era globalisasi ini perekonomian suatu negara akan dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian dunia. Hal ini terjadi sebagai akibat semakin
terintegrasikannya perekonomian yang ada di dunia, sehingga gejolak yang terjadi
di suatu negara dapat mempengaruhi kondisi negara lain secara signifikan.
Sehubungan dengan pasar modal syariah, bergairah atau lesunya pasar modal
syariah di negara kuat akan mempengaruhi kondisi pasar modal syariah di negara
lain, terutama negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia. Hal ini sesuai
dengan teori contagion effect yaitu teori yang menyatakan bahwa pasar modal yang
lebih besar akan mempengaruhi pasar modal yang lebih kecil.
Kondisi pasar saham syariah di dunia bisa dicerminkan oleh pergerakan
nilai Dow Jones Islamic Market World Index (DJIM). Berdasarkan Tabel 1.2 nilai
DJIM selalu mengalami peningkatan yang signifikan kecuali pada tahun 2008. Pada
tahun 2008 nilai DJIM menurun tajam hingga 1475.9 setelah sebelumnya pada
2007 nilainya sebesar 2414.4, artinya pada tahun 2008 telah terjadi penurunan
sebesar 39 persen. Penurunan drastis pada tahun 2008 merupakan dampak dari
terjadinya krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Krisis tersebut juga
berdampak pada menurunnya nilai Jakarta Islamic Index. Sebagaimana DJIM,
Pada tahun 2008 nilai JII juga mengalami penurunan tajam, yaitu dari 493.01 pada
7
2007 menjadi 216.19. Fenomena ini menandakan adanya integrasi antar pasar
saham di dunia
Menurut Beik dan Fatmawati (2014) kinerja pasar saham syariah di
Indonesia dipengaruhi oleh gejolak yang terjadi di pasar saham internasional.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya tentang pengaruh Indeks Saham
Syariah Internasional terhadap Jakarta Islamic Index (JII) bahwa Indeks Saham
Syariah Eropa (Dow Jones Islamic Index Europe), dan Indeks Saham Syariah
Malaysia (Dow Jones Islamic Index Malaysia) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap JII. Adapun Indeks Saham Syariah Amerika (Dow Jones Islamic Index
US), dan Indeks Saham Syariah Jepang (Dow Jones Islamic Index Japan)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap JII. Indeks saham syariah pada empat
negara tersebut adalah indeks saham syariah dengan nilai yang cukup tinggi
dibandingkan di negara-negara lain. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa
pasar modal yang lebih besar dapat mempengaruhi pasar modal yang lebih kecil.
Kegiatan pasar modal merupakan bagian dari aktivitas ekonomi yang
diatur oleh pemerintah tentunya tak luput dari pengaruh kondisi politik yang terjadi.
Mankiw (2000) mengungkapkan bahwa perekonomian sebuah negara tidak akan
terlepas dari peranan faktor politik. Kondisi politik yang aman dan stabil akan
berpengaruh positif terhadap perekonomian. Menurut Grindle (2007),
ketidakstabilan politik dapat menurunkan investasi-investasi produktif, sehingga
akan berdampak pula pada penurunan produksi. Situasi politik yang stabil akan
menciptakan iklim ekonomi yang kondusif, dan situasi seperti ini merangsang
8
pertumbuhan ekonomi, terbukanya akses untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang
produktif, sehingga produksi dapat ditingkatkan (Tarmidi, 2009).
Peristiwa politik, seperti kerusuhan politik, pemilu legislatif, pemilu
presiden dan wakil presiden, pengumuman kabinet dan peristiwa politik lainnya
mampu mempengaruhi kegiatan di lantai bursa. Informasi tersebut mempengaruhi
pengambilan keputusan investor dan akhirnya pasar bereaksi terhadap informasi
tersebut untuk mencapai keseimbangan baru, sehingga dapat dikatakan bahwa
peristiwa politik secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas bursa efek. Tingkat
pengaruh politik terhadap iklim pasar modal juga dapat dilihat dari sudut pandang
undang-undang dan kebijakan yang diambil pemerintah. Dalam skala yang lebih
besar, pemerintah bukan hanya memiliki kontrol melalui regulasinya, tetapi juga
memiliki kontrol langsung atas sistem keuangan. Walaupun tidak terkait langsung
dengan dinamika yang terjadi di pasar modal, pengaruh lingkungan non ekonomi
tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pasar modal.
Stabilitas politik suatu negara akan mempengaruhi iklim investasi di
negara tersebut, utamanya investasi di pasar saham. Kondisi politik yang tidak
kondusif dapat menurunkan ekspektasi investor di pasar saham, sehingga investor
yang tidak nyaman dengan kondisi politik yang sedang terjadi akan menjual
sahamnya. Menurut penelitian Anwar (2004) tentang reaksi pasar modal pada
peristiwa pemilu 5 April 2004 bahwa terdapat perbedaan rata-rata return tidak
normal sebelum dan sesudah peristiwa pemilu. Terjadinya reaksi pasar terhadap
pemilu menandakan bahwa peristiwa politik dipergunakan investor dalam membuat
keputusan investasi saham.
9
Tingkat stabilitas politik suatu negara bisa dilihat melalui Indeks Stabilitas
Politik (Political Stability Index). Indeks tersebut mengukur stabilitas suatu negara,
standar pemerintahan yang baik, catatan tatanan konstitusional, penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), dan kekuatan demokrasi secara keseluruhan.
Indeks ini diterbitkan oleh Bank Dunia (World Bank). Berdasarkan Tabel 1.2 nilai
Indeks Stabilitas Politik Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun sejak
2007 sampai 2014, walaupun kemudian pada tahun 2015 kembali merosot.
Menurunnya nilai Indeks Stabilitas Politik pada 2015 dari 30 (tahun 2014) menjadi
24.76 disebabkan karena pada tahun 2015 banyak terjadi kegaduhan politik pada
tataran pemerintahan, seperti konflik pada pencalonan Kapolri, konflik antara
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lembaga kepolisian, dan lain-lain
Peningkatan stabilitas politik diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk berinvestasi di pasar saham syariah. Namun berdasarkan Tabel 1.2
peningkatan stabilitas politik ternyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan
kinerja saham. Pada tahun 2008 nilai Indeks Stabilitas Politik mengalami
peningkatan menjadi 15.38 dari yang sebelumnya (2007) sebesar 13.04, namun
nilai JII justru mengalami penurunan yang drastis yaitu menjadi 216.19 dari yang
sebelumnya (2007) sebesar 493.01. Keadaan serupa juga terjadi pada tahun 2013.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Jakarta
Islamic Index. Selain itu, terbatasnya penelitian yang menganalisis pengaruh faktor
politik terhadap Jakarta Islamic Index juga menjadi salah satu alasan mengapa
penelitian ini penting untuk dilakukan.
10
B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang yang sudah penulis tuliskan, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh Indeks Stabilitas Politik, Dow
Jones Islamic Market World Index, dan tingkat inflasi terhadap Jakarta Islamic
Index ?”.
C. Tujuan Peneltian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh Indeks Stabilitas Politik, Dow Jones Islamic Market
World Index, dan tingkat inflasi terhadap Jakarta Islamic Index secara
parsial
2. Menganalisis pengaruh Indeks Stabilitas Politik, Dow Jones Islamic Market
World Index, dan tingkat inflasi terhadap Jakarta Islamic Index secara
simultan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan masukan bagi
berbagai pihak sebagai berikut:
1. Pemerintah dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan dalam
pengambilan kebijakan khususnya dalam pengembangan pasar modal
syariah di Indonesia
2. Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh kalangan akademisi maupun
praktisi pasar modal syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya untuk
menambah literatur penelitian dalam perencanaan strategi pengembangan
11
pasar modal syariah dan juga diharapkan dapat menambah referensi bagi
penelitian-penelitian mendatang.
3. Secara praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku pasar/
stake holder pasar modal terutama pasar modal syariah sebagai masukan
untuk menyusun strategi dalam mencapai tujuan dan aspirasi terhadap
pasar modal syariah.
4. Bagi penulis penelitian ini dijadikan sebagai media pembelajaran dan
penerapan teori-teori yang terkait yang sudah didapatkan penulis selama
perkuliahan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan
penjualan efek syariah, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana
semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan
dengan Hukum Muamalat Islamiyah. Peluncuran pasar modal dengan
prinsip syariah secara formal dilakukan pada Maret 2003. Pada kesempatan
itu ditandatangani nota kesepahaman antara Bapepam dan Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang dilanjutkan dengan
nota kesepahaman antara DSN-MUI dengan SRO (Self Regulatory
Organizations) (Hamid, 2009).
Perbedaan antara pasar modal syariah dengan pasar modal
konvensional adalah pasar modal syariah tidak mengenal kegiatan
perdagangan semacam Short selling, beli atau jual dalam waktu yang amat
singkat untuk mendapat keuntungan antara selisih jual dan beli. Pemegang
saham syariah merupakan pemegang saham untuk jangka relatif panjang.
Pola pemikiran saham yang demikian membawa dampak positif, yaitu
perusahaan tentunya akan mendapatkan pemegang saham yang jelas lebih
menaruh perhatian dan mempunyai rasa memiliki. Perusahaan dan
13
pemegang saham merupakan mitra yang saling menghargai. Pola pemegang
saham yang demikian tidak akan menciptakan fluktuasi kegiatan
perdagangan yang tajam dan bersifat spekulasi (Nasarudin, 2008).
2. Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan subset dari Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan
menggunakan tanggal 1 Januari 1995 sebagai Base Date dengan nilai 100.
JII melakukan penyaringan terhadap saham yang listing. Rujukan dalam
penyaringannya adalah fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa inilah BEJ memilih emiten yang unit
usahanya sesuai dengan syariah (Rodoni, 2009).
Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham yang terdiri dari 30
jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan
tentang hukum syariah, (Nasution, 2007). Adapun proses pemilihan 30
saham yang masuk ke dalam JII adalah sebagai berikut:
a. Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang termasuk
ke dalam DES yang diterbitkan oleh Bapepam & LK. Dikatakan saham
syariah jika kegiatan usahanya bukan termasuk yang diharamkan seperti
(Rodoni, 2009):
1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang
2) Lembaga keuangan ribawi, termasuk bank dan asuransi konvensional
14
3) Memproduksi, mendistribusikan serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang haram
4) Memproduksi, mendistribusikan dan atau menyediakan barang-
barang atau jasa yang dapat merusak moral dan dapat membawa
kemudharatan
5) Melakukan investasi pada emiten yang pada transaksinya tingkat
hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan
dari modalnya.
b. Berdasarkan saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham
berdasarkan urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir
c. Berdasarkan 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut,
kemudian dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan
nilai transaksi terbesar di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.
Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam
kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa
Investment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas
pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam - LK, bekerja
sama dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan
Bapepam - LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah (Indonesia Stock Exchange, 2010).
Adapun evaluasi dan penggantian saham JII dilakukan setiap 6
bulan,yaitu setiap bulan Januari dan Juli berdasarkan periode yang ditetapkan
oleh Bapepam LK (sekarang OJK). Sedangkan perubahan jenis usaha
15
emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang
tersedia.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jakarta Islamic Index
Indeks harga saham syariah dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu
faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah, sesuai dengan hasil penelitian Beik
dan Fatmawati (2014), dan Setiawan (2015).
b. Inflasi, sesuai dengan hasil penelitian Setiawan (2015), Suciningtias dan
Khoiroh (2015), Rusbariand dkk (2012), Thobarry (2009), Mulyani
(2014), Utoyo (2016), Pribadi (2017) dan Kristanti (2013).
c. Nilai tukar, sesuai dengan hasil penelitian Kristanti (2013), Haryogo
(2013), dan Firdausi dkk (2016)
d. Indeks Harga Saham Internasional, sesuai dengan hasil penelitian Beik
dan Fatmawati (2014), Oktaviani (2017), Haryogo (2013), Kinine
(2017), Larasati (2017) Andi (2017), dan Firdausi dkk (2016)
e. Earning per share, sesuai dengan penelitian Safitri (2013), dan Hanani
(2011)
f. Price earning ratio, sesuai dengan penelitian Safitri (2013), Susilawati
(2005), dan Carlo (2014)
g. Return on Asset, sesuai dengan penelitian Safitri (2013) dan Susilawati
(2005)
16
h. Debt to Equity Ratio, sesuai dengan penelitian Safitri (2013), dan
Hanani (2011)
i. Kondisi Politik, sesuai dengan penelitian Anggarini (2012) dan
Trisnawati (2009).
j. Kebijakan pemerintah
Dari sepuluh faktor yang terbukti mempengaruhi Jakarta Islamic
Index, pada penelitian ini hanya memfokuskan pada pengaruh yang berasal
dari faktor eksternal perusahaan, yaitu faktor makroekonomi dan faktor non
ekonomi. Pada beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas,
variabel makroekonomi yang paling sering digunakan dalam penelitian
adalah variabel inflasi. Variabel inflasi terbukti konsisten berhubungan
negatif dengan Jakarta Islamic Index. Selain inflasi, Indeks saham
Internasional juga konsisten berpengaruh signifikan terhadap Jakarta
Islamic Index
Faktor fundamental makroekonomi seperti inflasi, dan lain-lain
merupakan faktor-faktor yang sangat diperhatikan oleh para pelaku bursa.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor ini dapat mengakibatkan
perubahan-perubahan di pasar modal, yaitu meningkat atau menurunnya
harga saham.
Menurut Beik (2014) kinerja saham syariah di Indonesia
dipengaruhi oleh gejolak yang terjadi di pasar saham internasional. Hal ini
terjadi sebagai akibat semakin terintegrasikannya pasar-pasar saham yang
17
ada di dunia, sehingga gejolak yang terjadi di suatu negara dapat
mempengaruhi kondisi negara lain secara signifikan.
Kegiatan pasar modal, sebagi bagian dari aktivitas ekonomi yang
diatur oleh pemerintahan tak luput dari pengaruh kondisi politik yang terjadi.
Mankiw (2000) mengungkapkan bahwa perekonomian sebuah negara tidak
akan terlepas dari peranan faktor politik. Situasi politik yang stabil akan
menciptakan iklim ekonomi yang kondusif, dan situasi seperti ini akan
meningkatkan kepercayaan investor dalam menginvestasikan dananya di
pasar modal yang nantinya akan mempengaruhi harga saham.
4. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum
dan terus menerus (Rahardja dan Manurung, 2008). Definisi tersebut
memberikan makna bahwa kenaikan harga barang tertentu tidak termasuk
inflasi. Syarat adanya kenaikan harga secara terus menerus perlu
diperhatikan. Kenaikan harga-harga karena musiman, menjelang hari
raya,bencana, dan sebagainya yang sifatnya hanya sementara tidak disebut
inflasi. Ukuran inflasi yang paling banyak digunakan adalah Indeks Harga
Konsumen. Indeks ini berdasarkan pada harga dari satu paket barang yang
dipilih dan mewakili pola pengeluaran konsumen. Menurut Putong (2002),
Inflasi dibedakan atas tiga jenis, antara lain:
a. Menurut sifatnya, Inflasi dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu:
18
1) Inflasi rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya
kurang dari 10% per tahun.
2) Inflasi menengah (galloping inflation), yaitu inflasi yang besarnya
antara 10-30 % per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya
harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada
kondisi ini biasanya disebut inflasi dua digit.
3) Inflasi berat (High inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30-
100% per tahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik
dan berubah.
4) Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai
oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai empat digit
(diatas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi
menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga
lebih baik ditukarkan dengan barang.
b. Inflasi jika dilihat dari penyebabnya, yaitu:
1) Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena dominannya
tekanan permintaan agregat.
2) Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya
produksi. Biasanya menyebabkan penawaran agregat berkurang.
c. Inflasi jika dilihat dari asalnya, yaitu:
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestik inflation) yang
timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja
negara yang terlihat pada anggaran dan belanja negara.
19
2) Inflasi yang berasal dari luar negeri. Terjadi ketika negara-negara
yang menjadi mitra dagang mengalami inflasi yang tinggi, sehingga
ketika mengimpor barang dari negara tersebut maka harga jualnya
di dalam negeri akan bertambah tinggi.
5. Dow Jones Islamic Market World Index
Dow Jones adalah salah satu indeks pasar saham yang didirikan oleh
editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company yaitu
Charles Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu cara untuk mengukur
performa komponen industri di pasar saham Amerika Serikat. Secara resmi
indeks ini dimulai sejak 26 Mei 1896. Bursa saham Dow Jones merupakan
salah satu indeks pasar saham AS tertua yang masih berjalan. Jumlah
keanggotaan bursa awalnya hanya 12 perusahaan kemudian diperbanyak
menjadi 20 pada tahun 1916, akhirnya ditambahkan menjadi 30 perusahaan
sejak tahun 1928 dan terus berkembang sampai sekarang (Oktaviani, 2017).
Menurut Huda (2007), Dow Jones Islamic Market Index (DJIM)
merupakan bagian dari kelompok indeks-indeks global Dow Jones (DJGI),
yang meliputi saham-saham DJIM terdiri dari 34 negara sesuai dengan
prinsip syariah dan mencakup 10 sektor ekonomi, 18 sektor pasar, 40
kelompok dan 70 sub kelompok. Saat ini DJIM family indeks terdiri dari
636 stock, diantaranya adalah 234 di dalam DJIM US, 32 di dalam DJIM
Kanada, 218 di dalam DJIM Pasific, 117 di dalam DJIM Jepang, 127 di
20
dalam DJIM Eropa, 43 di dalam DJIM UK, dan 100 di dalam DJIM Extra
Liquid & DJIM Technology Index.
Dow Jones Islamic Market Index tidak memasukkan kelompok
indeks industri dengan bisnis yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Penilaian terhadap kesesuaian syariah dilakukan oleh Shariah Supervisory
Board (SSB). SSB secara lebih spesifik langsung mengeluarkan perusahaan
yang memiliki usaha dalam bidang-bidang berikut (Guide to The Dow Jones
Islamic Market Indexes, 2011):
a. Alkohol
b. Rokok
c. Daging babi
d. Jasa keuangan konvensional
e. Pertahanan dan persenjataan
f. Hiburan (hotel/ kasino/ perjudian/ cinema/ musik)
Perusahaan yang bisnisnya sudah sesuai syariah akan ada saringan
kedua berupa ketentuan atas rasio finansial untuk mengeluarkan perusahaan
dengan utang dan atau tingkat pendapatan dari bunga. Perusahaan akan
dikeluarkan dari DJIM jika:
a. Total utang / total aset = atau > 33%
b. Total piutang / total aset = atau > 47%
c. Non Operating Interest Income / operating income = atau > 9%.
21
Untuk menjaga integritas dari investasi syariah, Dewan Pengawas
Syariah di AS yang terdiri dari ulama islam terkemuka mengawasi dan
meninjau ulang komponen tersebut. Langkah ini dilakukan untuk melisting
perusahaan yang melanggar prinsip syariah. Komposisi DJIM dievaluasi
setiap tiga bulan yaitu Maret, Juni, September, dan Desember. Data pasar
pada akhir Januari, April, dan Oktober digunakan sebagai dasar proses
revisi. Suatu perubahan pada indeks diperlukan jika terjadi kejadian luar
biasa seperti kebangkrutan, merger, dan pengambilalihan yang
mempengaruhi komponen indeks. Selanjutnya, saat ada masalah-masalah
baru dan hal tersebut ditambahkan pada indeks-indeks global Dow Jones,
hal tersebut juga dievaluasi berdasarkan kriteria DJIM untuk menentukan
apakah akan dimasukkan atau tidak dalam DJIM (Guide to The Dow Jones
Islamic Market Indexes, 2011).
6. Stabilitas Politik
Stabilitas adalah suatu kondisi dari sebuah sistem yang
komponennya cenderung ke dalam, atau kembali kepada suatu hubungan
yang sudah mantap. Stabilitas sama dengan tiadanya perubahan yang
mendasar atau kacau di dalam suatu sistem politik, atau perubahan yang
terjadi pada batas-batas yang telah disepakati atau telah ditentukan (Jack,
et al, 1989).
Sedangkan kata politik secara etimologis berasal dari bahasa
Yunani/latin, yaitu politikus dan politicos “relating to citizen”. Politik juga
22
berasal dari kata polis (negara kota). Dari kata ini muncul beberapa kata
seperti polities, politikos (kewarganegaraan), politike tehne (kemahiran
politik), dan politike episteme (ilmu politik). Secara terminologi banyak
para ahli yang memberi arti politik dalam bahasa yang berbeda, sehingga
ada banyak arti yang melekat pada kata politik, seperti Power (kekuasaan),
justice (keadilan), dan order (tatanan masyarakat).
Stabilitas politik dapat dipahami sebagai kondisi dimana tidak
adanya perubahan mendasar atau revolusioner dalam sistem politik
(pemerintah), atau perubahan yang terjadi pada batas-batas yang telah
ditentukan (Jack, 1985). Menurut Crouch (1982), stabilitas politik ditandai
dengan dua hal. Pertama, adanya pemerintahan yang stabil dalam arti dapat
memerintah bertahun-tahun atau dapat menjalankan programnya sesuai
dengan batas-batas yang telah ditentukan. Kedua, sistem pemerintahan
stabil, dalam arti sistem tersebut mampu menerima perubahan-perubahan
yang terjadi dalam masyarakat dengan tidak mengubah sistem pemerintahan
yang ada.
Sedangkan menurut Sanit (1982), secara teoritis stabilitas politik
ditentukan oleh tiga variabel yang saling berkaitan, yaitu perkembangan
ekonomi yang memadai, perkembangan pelembagaan baik struktur maupun
proses politik dan partisipasi politik. Perkembangan ekonomi meliputi
adanya tingkat pertumbuhan yang cukup dalam masyarakat. Sedangkan
pelembagaan politik mengarah pada pengertian tidak timbulnya konflik
antara kekuatan-kekuatan politik. Dan partisipasi politik lebih mengacu
23
pada konsep partisipasi menurut pola pemerintahan dimana bentuk
partisipasi lebih bersifat mobilized. Maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan stabilitas politik adalah pola sikap dan tingkah laku
segenap komponen sistem politik yang membangun kelestarian susunan dan
hubungan kekuasaan sehingga menjamin efektivitas pemerintahan (Sanit,
1995).
Blanchard (2006) dalam Septiani (2014) mengungkapkan bahwa
perekonomian sebuah negara tidak akan terlepas dari peranan faktor politik.
Kondisi politik yang aman dan stabil berpengaruh positif terhadap
perekonomian. Sebuah institusi akan berperan penting dalam menjaga
kestabilan politik sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
suatu negara.
Menurut Barro (1991) dalam Grindle (2007), ketidakstabilan politik
dapat menurunkan investasi-investasi produktif, sehingga akan berdampak
pula pada penurunan produksi. Situasi politik yang stabil akan menciptakan
iklim ekonomi yang kondusif, dan situasi seperti ini merangsang
pertumbuhan ekonomi, terbukanya akses untuk melakukan aktivitas-
aktivitas yang produktif, sehingga produksi dapat ditingkatkan (Tarmidi,
2009). Meningkatnya produksi ini lebih lanjut dapat berimplikasi terhadap
turunnya impor dan meningkatnya ekspor suatu negara.
24
7. Indeks Stabilitas Politik
Indeks Stabilitas Politik (Political Stability Index) adalah indeks
yang mengukur stabilitas suatu negara, standar pemerintahan yang baik,
catatan tatanan konstitusional, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia
(HAM), dan kekuatan demokrasi secara keseluruhan. Indeks ini diterbitkan
oleh World Bank. Indeks Stabilitas Politik ini dihitung berdasarkan catatan
transisi kekuasaan yang berlaku di suatu negara, kemampuan pemerintah
untuk melaksanakan kebijakannya.
Indeks ini mengukur dinamika antara kualitas pemerintah suatu
negara dan ancaman yang dapat membahayakan dan melemahkan stabilitas.
Ancaman yang dimaksud di sini di antaranya adalah kudeta, ketidakstabilan,
terorisme, dan lain-lain.
Penghitungan nilai Indeks Stabilitas Politik dilakukan dengan survei
berdasarkan 10 kriteria, yaitu:
1. Catatan transisi kekuasaan (pemilihan umum yang bebas dan adil;
kepatuhan terhadap kesepakatan politik)
2. Catatan representasi demokrasi
3. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), penghormatan
terhadap hak-hak sipil
4. Kekuatan sistem yurisprudensi, kepatuhan pada tatanan
konstitusional, dan pemerintahan yang baik.
5. Kemampuan pemerintah untuk melaksanakan kebijakannya
25
6. Ancaman kudeta, dan pemberontakan
7. Tingkat kejahatan yang tidak terkendali dan korupsi
8. Risiko terorisme dan ancaman lain terhadap keamanan nasional
9. Hubungan dengan kekuatan regional dan komunitas internasional,
catatan kerja sama bilateral atau multilateral
10. Tingkat perselisihan ekonomi (yaitu tantangan ekonomi dan
keuangan).
Berdasarkan penilaian terhadap 10 kriteria tersebut, dihasilkan skor
indeks dengan rentang 0 sampai 100. Skor 0 menunjukkan tingkat terendah
stabilitas politik, sementara skor 100 menunjukkan tingkat tertinggi
stabilitas politik. Namun pada kenyataannya tidak ada negara yang
memperoleh skor 0 atau 100 karena kenyataan bahwa negara-negara
memiliki bentang permasalahan yang kompleks. Dengan demikian, indeks
ini memberikan penilaian mulai dari yang terendah hingga stabilitas yang
terbesar (countrywatch.com).
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
26
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti/ Judul
Penelitian
Metode Variabel yang
Digunakan
Hasil Penelitian
1. Hafidz Ash-Shidiq
dan Aziz Budi
Setiawan/ Analisis
Pengaruh Suku
Bunga SBI, Uang
Beredar, Inflasi, dan
Nilai Tukar Terhadap
Jakarta Islamic Index
Regresi
linier
berganda
Variabel Y:
Jakarta Islamic
Index
Variabel X:
SBI, inflasi,
Nilai Tukar dan
Jumlah Uang
beredar.
Berdasarkan hasil
analisis data, secara
parsial suku bunga SBI,
Jumlah Uang Beredar
(M2), dan Inflasi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap JII. Sedangkan
nilai tukar rupiah
mempunyai pengaruh
negatif signifikan
terhadap JII. Adapun
secara simultan SBI,
jumlah Uang Beredar,
nilai tukar, dan inflasi
berpengaruh positif
signifikan terhadap JII.
2 Neni Mulyani/
Analisis pengaruh
inflasi, suku bunga,
nilai tukar rupiah dan
produk domestik
bruto terhadap
Jakarta Islamic index
Regresi
linier
berganda
Variabel Y:
Jakarta Islamic
Index
Variabel X:
inflasi, suku
bunga SBI,
nilai tukar
rupiah terhadap
Hasil analisis
menunjukkan, secara
parsial inflasi dan PDB
berpengaruh positif
terhadap JII, suku
bunga dan nilai tukar
berpengaruh negatif
terhadap JII. Semua
variabel bebas secara
27
dolar, dan
PDB.
simultan berpengaruh
terhadap indeks saham
JII
3 Early Ridho
Kismawadi/
Pengaruh Variabel
Makro Ekonomi
Terhadap Jakarta
Islamic Index
Regresi
berganda
Variabel Y:
Jakarta Islamic
Index
Variabel X1:
Inflasi, Suku
Bunga, Kurs,
ICP, dan IHSG
Secara parsial,
Pengaruh Inflasi dan
IHSG terhadap JII
adalah positif dan
signifikan, Pengaruh
Suku Bunga dan kurs
terhadap JII adalah
negatif dan signifikan, ,
Pengaruh ICP terhadap
JII adalah Positif dan
tidak signifikan. secara
bersama-sama variabel
ICP, IHSG, Inflasi,
Kurs dan suku bunga
berpengaruh terhadap
Jakarta Islamic Index
4 Irfan Syauqi Beik dan
Sri Wulan
Fatmawati/ Pengaruh
Indeks Harga Saham
Syariah Internasional
dan Variabel
makroekonomi
Terhadap Jakarta
Islamic Indeks
Vector
Error
Correction
Model
(VECM)
Variabel Y:
Jakarta Islamic
Index
Variabel X:
DJIEU,
DJIMY, DJIP,
IMUS,IPI,
Jumlah Uang
Beredar (M2),
SBIS.
Hasil studi
menunjukkan bahwa JII
dipengaruhi secara
positif dan signifikan
oleh DJIEU, DJIMY
dan IPI, serta
dipengaruhi secara
negatif dan signifikan
oleh DJIJP, IMUS, M2
dan SBIS.
28
5 Ipak Kinine/
Pengaruh Dow Jones
Islmaic Market
(DJIM), Kurs, dan
Harga Emas Dunia
Terhadap Jakarta
Islamic Index periode
2012-2016
Analisi
Regresi
Berganda
Variabel Y:
Jakarta Islamic
Index
Variabel X:
Dow Jones
Islamic Market
(DJIM), Kurs,
dan Harga
Emas Dunia
Secara parsial, DJIM
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap JII,
Harga Emas Dunia
berpengaruh positif dan
tidak signifikan,
terhadap JII, dan Kurs
berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
JII. Adapun secara
simultan, DJIM, Kurs
dan Harga Emas Dunia
berpengaruh signifikan
terhadap JII.
Sumber: Berbagai sumber
C. Keterkaitan Antar Variabel
Berikut ini akan dijelaskan hubungan antar variabel-variabel independen
dengan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Inflasi terhadap Jakarta Islamic Index
Adanya inflasi menyebabkan biaya modal dari suatu proyek investasi
akan menjadi semakin mahal karena harga-harga barang naik relatif cepat.
Daya beli masyarakat semakin melemah sehingga terjadi kelesuan hampir
di segala sektor riil. Di sektor industri penerimaan laba menurun, sehingga
dividen yang diberikan pun menurun. Keadaan ini akan menjadi
29
pertimbangan investor dalam membeli saham yang nantinya akan
mempengaruhi terhadap harga saham.
Menurut Samsul (2006) tingkat inflasi dapat berpengaruh positif atau
negatif terhadap perekonomian tergantung pada derajat inflasi itu sendiri.
Penelitian Mulyani (2014) mengungkapkan bahwa inflasi berpengaruh
positif terhadap JII sedangkan penelitian Rusbariand dkk (2012)
mengungkapkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap JII.
2. Dow Jones Islamic Market World Index (DJIM ) terhadap Jakarta
Islamic Index (JII)
Dow Jones Islamic Market World Index (DJIM) adalah indeks yang
mengukur kinerja pasar saham syariah yang ada di dunia (Guide to the Dow
Jones Islamic Market Indexes, 2011). Saat ini DJIM family indeks terdiri
dari 636 stock, diantaranya adalah 234 di dalam DJIM US, 32 di dalam
DJIM Kanada, 117 di dalam DJIM Jepang, 127 di dalam DJIM Eropa, 43
di dalam DJIM UK, dan 100 di dalam DJIM Extra Liquid & DJIM
Technology Index.
Menurut Beik dan Fatmawati (2014), kinerja pasar saham syariah
sangat dipengaruhi oleh gejolak yang terjadi di pasar saham internasional.
Hal ini terjadi sebagai akibat semakin terintegrasinya pasar-pasar saham
yang ada di dunia, sehingga gejolak yang terjadi di suatu negara, dapat
mempengaruhi kondisi negara lain secara signifikan.
30
3. Stabilitas Politik terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
Stabilitas Politik dalam penelitian ini menggunakan data Political
Stability Index. Indeks tersebut mengukur stabilitas suatu negara, standar
pemerintahan yang baik, catatan tatanan konstitusional, penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), dan kekuatan demokrasi secara
keseluruhan. Nilai Indeks ini menggambarkan tingkat stabilitas politik suatu
negara yang mana hal ini merupakan salah satu hal yang menjadi bahan
pertimbangan pelaku pasar saham. seorang investor hanya akan berinvestasi
pada negara yang memiliki keamanan dan stabilitas politik yang baik karena
hal tersebut berkaitan dengan perbandingan risiko dan return investasi
Menurut Barro (1991) dalam Grindle (2007), ketidakstabilan politik
dapat menurunkan investasi, sehingga akan berdampak pula pada
penurunan produksi. Situasi politik yang stabil akan menciptakan iklim
ekonomi yang kondusif, dan situasi seperti ini merangsang pertumbuhan
investasi. Pertumbuhan investasi, yang dalam hal ini adalah investasi di
pasar modal, akan meningkatkan nilai pasar suatu saham yang nantinya juga
meningkatkan nilai indeks harga saham. sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi stabilitas politik suatu negara akan semakin tinggi pula
tingkat investasinya.
D. Kerangka Pemikiran
Menurut Rodoni (2010), kerangka pemikiran merupakan sintesa dari
serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya
31
merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi
atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Interpretasi
Pemilihan Model Regresi Panel
Uji Chow Uji Hausman
Fixed Effect Common Effect Random Effect
Objek Penelitian
Variabel Dependen (X) Variabel Independen (Y)
Model Estimasi Data
Pengujian Hipotesis
Uji t Adjusted R2 Uji F
32
Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham di Jakarta
Islamic Index. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi JII, baik faktor
ekonomi maupun faktor non ekonomi. Dalam penelitian ini variabel
dependen yang digunakan adalah inflasi, Dow Jones Islamic Market World
Index, dan stabilitas politik. Inflasi adalah variabel makroekonomi yang
mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Dow Jones Islamic
Market World Index adalah indeks saham syariah internasional yang diduga
mempunyai pengaruh terhadap pasar modal syariah nasional, dan stabilitas
politik adalah faktor non ekonomi yang menjadi bahan pertimbangan investor
dalam berinvestasi.
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengolah data dalam
penelitian ini adalah dengan meregresikan data tersebut dengan pendekatan
Common Effect (Pooling Least Square). Pada model ini data cross section
digabungkan dengan data time series. Kemudian digunakan metode OLS
terhadap data panel tersebut. Langkah kedua adalah dengan menggunakan
pendekatan Efek Tetap (Fixed effect). Dalam menganalisis data time series,
kita dapat memakai asumsi berdasarkan kriteria berikut ini: teknik yang
paling sederhana mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada
menunjukkan kondisi yang sesungguhnya. Hasil analisis regresi dianggap
berlaku pada semua objek dan pada semua waktu.
33
Langkah selanjutnya adalah dengan pendekatan Efek Acak (Random
Effect). Pendekatan ini digunakan untuk mengatasi kelemahan model efek
tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami
ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode random effect
menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan
antarobjek. Selanjutnya, dilakukan pemilihan model regresi panel dengan
menggunakan dua uji, yaitu uji chow dan uji hausman. Hasil kedua uji
tersebut menentukan apakah hasil olah regresi data panel akan menggunakan
model fixed effect, random effect, atau common effect.
Setelah hasil pengolahan data diperoleh, hasil tersebut diinterpretasi
melalui proses analisa statistik beserta pembahasannya sehingga diperoleh
kesimpulan akhir penelitian serta implikasi dan manfaatnya bagi akademisi
maupun stake holders pasar modal syariah.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0: β1 = 0; Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara inflasi, Dow
Jones Islamic Market World Index, dan stabilitas politik terhadap Jakarta
Islamic Index.
34
Ha: β1 ≠ 0; Terdapat pengaruh secara simultan antara inflasi, Dow Jones
Islamic Market World Index, dan stabilitas politik terhadap Jakarta
Islamic Index.
2. H0: β2 = 0; Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara inflasi terhadap
Jakarta Islamic Index.
Ha: β2 ≠ 0; Terdapat pengaruh secara parsial antara inflasi terhadap
Jakarta Islamic Index
3. H0: β4 = 0; Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara Dow Jones
Islamic Market World Index terhadap Jakarta Islamic Index.
Ha: β4 ≠ 0; Terdapat pengaruh secara parsial antara Dow Jones Islamic
Market World Index terhadap Jakarta Islamic Index.
4. H0: β5 = 0; Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara stabilitas politik
terhadap Jakarta Islamic Index.
Ha: β5 ≠ 0; Terdapat pengaruh secara parsial antara stabilitas politik
terhadap Jakarta Islamic Index.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh faktor-faktor ekonomi,
(Inflasi, Indeks Saham Syariah Internasional) dan stabilitas politik terhadap
harga saham syariah di Jakarta Islamic Index pada periode tahun 2007-2016.
Saham syariah yang diteliti adalah saham syariah yang konsisten masuk Jakarta
Islamic Index pada periode penelitian (tahun 2007-2016), yaitu INTP (PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk), KLBF (PT Kalbe Farma, Tbk), TLKM
(PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk), dan UNVR (PT. Unilever Indonesia,
Tbk).
Indeks saham syariah Internasional yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Dow Jones Islamic Market World Index, yaitu indeks yang mengukur
pasar modal syariah di dunia. Adapun stabilitas politik dalam penelitian ini
menggunakan data Political Stability Index (PSI).
B. Metode Penentuan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga saham
syariah yang konsisten masuk Jakarta Islamic Index pada periode penelitian,
yaitu tahun 2007-2016, nilai Dow Jones Islamic Market World Index, inflasi,
dan data stabilitas politik Indonesia selama periode tahun 2007 – 2016. Data
yang digunakan adalah data tahunan. Alasan pemilihan periode tahun tersebut
36
adalah untuk melihat pergerakan harga saham syariah yang masuk Jakarta
Islamic Index dan faktor yang mempengaruhinya secara lebih akurat dan
relevan selama sepuluh tahun terakhir. Selain itu pemilihan tahun penelitian
2007 - 2016 juga disebabkan data Indeks Stabilitas Politik hanya tersedia
sampai tahun 2016.
Data harga saham syariah yang digunakan diperoleh dari
yahoo.finance.com. Data inflasi diperoleh dari publikasi Bank Indonesia. Data
Dow Jones Islamic Market World Index diperoleh dari us.spindices.com.
Adapun data Stabilitas Politik Indonesia diperoleh dari
TheGlobalEconomy.com, The World Bank.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni
data yang diperoleh melalui hasil pengolahan pihak kedua (data eksternal)
atau data yang telah dipublikasikan, seperti pusat referensi Bank Indonesia
(BI) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur,
buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan aspek yang
diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
37
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang dimiliki atau tersedia
di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena
ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut
penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang yaitu
internet sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
D. Metode Penentuan Sampel
Metode sampling yang digunakan adalah metode Judgment Sampling
atau biasa disebut dengan Purposive Sampling yaitu penelitian yang
pengumpulan datanya atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi
semata. Dalam penelitian ini data harga saham syariah yang digunakan adalah
data harga saham syariah yang konsisten masuk Jakarta Islamic Index selama
periode penelitian (2007 sampai 2016), yaitu INTP (PT Indocement Tunggal
Prakasa, Tbk), KLBF (PT Kalbe Farma, Tbk), TLKM (PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk), dan UNVR (PT Unilever Indonesia, Tbk).
E. Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan penelitian yang diajukan, maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode regresi data panel dengan didukung
38
oleh analisis kuantitatif dengan menggunakan model ekonometrik untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan antara variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian.
Data panel merupakan kombinasi data cross section dengan time
series. Jika setiap unit cross section memiliki jumlah observasi time series
yang sama, maka disebut sebagai balanced panel (total jumlah observasi = N
x T). Sebaliknya juka jumlah observasi berbeda untuk setiap unit cross
section maka disebut unbalanced panel.
Menurut Gujarati (2004), keunggulan penggunaan data panel
memberikan banyak keuntungan diantaranya sebagai berikut:
1. Data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga dapat
memberikan informasi yang lebih lengkap, selanjutnya diperoleh degree
of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi data yang dihasilkan
lebih baik;
2. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross
section, maka masalah yang timbul karena adanya masalah penghilangan
variabel (omitted variable) dapat diatasi;
3. Data panel mampu mengurangi kolinearitas antarvariabel;
4. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni dan cross
section murni;
5. Data panel dapat menguji dan membangun model yang lebih kompleks,
contohnya seperti skala ekonomi dan perubahan teknologi.
39
6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat
individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.
Analisis regresi data panel memiliki tiga macam model, yaitu:
Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect.
1. Common Effect Model
Model Common Effect merupakan model sederhana yang
menggabungkan seluruh data time series dengan cross section dan
selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS). Model ini menganggap bahwa intersep
dan slop dari setiap variabel sama untuk setiap objek observasi.
Kelemahan model ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan
sebenarnya. Kondisi setiap objek pada satu waktu dengan waktu yang
lain dapat berbeda.
Bentuk persamaan model common effect dapat ditulis sebagai
berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑗𝑥𝑖𝑡𝑗
+ 𝜀𝑖𝑡
Keterangan:
Yit = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i
α = intersep
βj = parameter untuk variabel ke-j
𝑥𝑖𝑡𝑗
= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
40
𝜀𝑖𝑡 = komponen error di waktu t untuk unit cross section i
𝑖 = urutan saham syariah yang diobservasi (cross section)
𝑡 = periode waktu (time series)
𝑗 = urutan variable
2. Fixed Effect Model (FEM)
Model data panel dengan Fixed Effects Model (FEM)
mengasumsikan bahwa perbedaan mendasar antarindividu dapat
diakomodasikan melalui perbedaan intersepnya, namun intersep
antarwaktu sama (time invariant). Fixed effect berarti bahwa koefisien
regresi (slope) tetap antarindividu dan antarwaktu.
Intersep setiap individu merupakan parameter yang tidak diketahui
dan akan diestimasi pada umumnya dengan memasukkan variabel
dummy, sehingga FEM sering disebut dengan Least Square Dummy
Variable (LSDV).
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + 𝛽𝑗𝑥𝑖𝑡𝑗
+ ∑ 𝛼𝑖
𝑛
𝑖=2𝐷𝑖 + 𝜀𝑖𝑡
Keterangan:
𝑌𝑖𝑡 : variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
𝛼𝑖 : intersep yang berubah-ubah antar-cross section unit
𝛽𝑗 : parameter untuk variabel ke-j
𝑥𝑖𝑡𝑗
: variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
41
𝐷𝑖 : dummy variable
𝜀𝑖𝑡 : komponen error di waktu t untuk unit cross section i
3. Random Effect Model (REM)
Random Effect Model (REM) digunakan untuk mengatasi
kelemahan model efek tetap yang menggunakan dummy variable,
sehingga model mengalami ketidakpastian. Penggunaan dummy variable
akan mengurangi derajat bebas (degree of freedom) yang pada akhirnya
akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. REM
menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan
antarindividu sehingga REM mengasumsikan bahwa setiap individu
memiliki perbedaan intersep yang merupakan variabel random.
Model REM secara umum dapat diformulasikan sebagai berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑗𝑥𝑖𝑡𝑗
+ 𝜀𝑖𝑡
𝜀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑣𝑡 + 𝑤𝑖𝑡
𝑢𝑖𝑡~𝑁(0, 𝜎𝑢2) merupakan komponen cross section error
𝑣𝑡~𝑁(0, 𝜎𝑣2) merupakan komponen time series error
𝑤𝑡~𝑁(0, 𝜎𝑤2 ) merupakan time series dan cross section eror
F. Metode Pemilihan Model
Keputusan untuk memilih jenis model yang digunakan dalam analisis
regresi data panel didasarkan pada dua uji, yaitu Uji Chow dan Uji Hausman.
42
Uji Chow digunakan untuk memutuskan apakah penelitian akan menggunakan
Common Effect atau Fixed Effect Model, sedangkan Uji Hausman digunakan
untuk memilih antara Fixed Effect atau Random Effect Model.
Prosedur kedua uji tersebut adalah sebagai berikut:
1. Uji Chow (Uji Common Effect dengan Fixed Effect)
Hipotesis:
H0 : α1= α2= … = αi (intercept sama)
H1 : Sekurang-kurangnya ada 1 intercept yang berbeda
Pengambilan keputusan:
Tolak H0 jika F hitung > F a; db1; db2 atau jika nilai Probability < α
Kesimpulan:
Jika H0 ditolak, maka Fixed Effect Model lebih baik daripada Common
Effect Model.
2. Uji Hausman (Uji Fixed Effect dengan Random Effect)
Hipotesis:
H0: E (τi ǀ xit) = 0 atau REM adalah model yang tepat
H1: E (τi ǀ xit) ≠ 0 atau FEM adalah model yang tepat
Statistik uji yang digunakan adalah uji Hausman dan keputusan
menolak H0 dilakukan dengan membandingkannya dengan Chi Square.
Jika nilai 𝑋𝑜𝑏𝑠2 > 𝑋𝑡𝑎𝑏
2 maka H0 ditolak sehingga model yang digunakan
adalah Fixed Effect, sebaliknya jika penolakan H0 tidak signifikan
maka yang digunakan adalah Random Effect Model.
43
G. Uji Statistik
1. Uji t-Statistik
Uji t-statistik adalah uji parsial (individu) dimana uji ini
dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (independen)
secara masing-masing parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%)
dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan. Menurut Sugiyono
(2008) uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu
variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk uji t dengan
pengujian sebagai berikut (Nachrowi, 2006):
Hipotesis:
H0 : β1; β2; β3 = 0 (Masing-masing variabel bebas tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel terikat)
H1 : β1; β2; β3 ≠ 0 (Masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel terikat)
Jika probabilitas βi > 0,05 → Tidak signifikan, H0 diterima, tolak H1
Jika probabilitas βi < 0,05 → Signifikan, H0 ditolak, terima H1
2. Uji F-Statistik
Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh
variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
44
variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%). Menurut
Sugiyono (2008) uji F digunakan untuk menguji variabel-variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Selain itu dengan uji F ini
dapat diketahui pula apakah model regresi linier yang digunakan sudah
tepat atau belum. Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama
dilakukan dengan uji-F dengan pengujian sebagai berikut (Nachrowi,
2006):
Hipotesis:
H0: β1 = 0 (secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat).
H1: β1 ≠ 0 (secara bersama-sama terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat).
Jika probability βi > 0,05 → Tidak signifikan, H0 diterima, Tolak H1
Jika probability βi < 0,05 → Signifikan, H0 ditolak, Terima H1
3. Uji Koefisien Determinasi (adjusted R2)
Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan dan mengukur
seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh
variabel bebas X. Jika nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0),
artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali.
Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat
diterangkan oleh X, dengan kata lain jika Adjusted R2 mendekati 1 (satu)
maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel
45
dependen, tetapi jika Adjusted R2 mendekati 0 (nol), maka variabel
independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen. Jika R2 = 1,
maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi.
Dengan demikian baik buruknya persamaan regresi ditentukan
oleh R2- nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu. R2 didefinisikan
atau dirumuskan dengan (Nachrowi, 2006):
𝑅2 = 𝑆𝑆𝑅
𝑆𝑆𝑇= 1 −
𝑆𝑆𝐸
𝑆𝑆𝑇
H. Model Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Jumlah
Uang Beredar, Dow Jones Islamic Market World Index, dan stabilitas politik
terhadap Jakarta Islamic Index yang secara matematis dapat digambarkan
dalam fungsi sebagai berikut:
JIIit = α + β1 Inflasit + β2 ISPt + β3 DJIMt + εit
Keterangan:
JIIit = Harga saham di JII untuk perusahaan i pada tahun t
Inflasit = Tingkat Inflasi pada tahun t
ISPt = Indeks Stabilitas Politik pada tahun t
DJIMt = Nilai Dow Jones Islamic Market World pada tahun t
46
I. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi
nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian. Adapun cara pengukuran dari
variabel ini adalah dengan menggunakan skala pengukuran rasio. Berikut ini
adalah variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Jakarta Islamic
Index. Data yang digunakan adalah data harga saham syariah yang
konsisten di JII selama tahun 2007 -2016, yaitu INTP, KLBF, TLKM, dan
UNVR. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
tahunan yang diperoleh dari yahoo.finance.com.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen (X) pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Dow Jones Islamic Market World Index (DJIM) (X1)
DJIM adalah Indeks yang mengukur kinerja pasar saham syariah
secara global. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari us.spindices.com. Data yang digunakan adalah data DJIM
tahunan dalam periode 2007 -2016.
2) Inflasi (X2)
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus menerus (Rahardja dan Manurung, 2008). Besarnya
tingkat inflasi merupakan salah satu pembentuk keputusan investor
47
dalam menginvestasikan dananya yang nantinya akan berpengaruh pada
harga saham. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data tahunan selama
periode tahun 2007 -2016. Satuan data tersebut berupa persentase.
3) Stabilitas Politik (Political Stability) (X3)
Stabilitas politik nasional berkaitan dengan menciptakan kondisi
dalam negeri yang stabil secara politik, ekonomi, dan sosial dengan
peran aktif pemerintah dalam melakukan mobilisasi atas sumber daya
manusia dan alamnya yang dapat mendukung modernisasi dan
perkembangan politik dan ekonomi serta kontrol pemerintah atas setiap
individu untuk menciptakan keamanan dan ketertiban bersama
(Palmer, 1989).
Data yang digunakan adalah indeks stabilitas politik Indonesia
sejak tahun 2007 sampai tahun 2016 yang diperoleh dari publikasi situs
World Bank. Indeks ini mengukur stabilitas suatu negara, standar
pemerintahan yang baik, catatan tatanan konstitusional, penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), dan kekuatan demokrasi secara
keseluruhan. Data tersebut berupa indeks yang diukur dengan range 0
– 100 (0 = lemah; 100 = kuat).
48
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index adalah subset dari Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang diterbitkan pada tanggal 3 Juli tahun 2000 dengan
tanggal 1 Januari 1995 sebagai base date dengan nilai 100. Jakarta Islamic
Index merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh Bursa Efek
Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang bekerja sama dengan
Danareksa Investment Management. Pembentukan Jakarta Islamic Index
adalah sebagai bentuk respons atas kebutuhan informasi yang berkaitan
dengan investasi syariah (Rodoni, 2009).
Saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index adalah saham-
saham pilihan. Total dari 568 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI), hanya 30 saham yang masuk di Jakarta Islamic Index (JII). Untuk
masuk ke dalam saham daftar saham JII terdapat kriteria-kriteria yang harus
dipenuhi. Adapun kriteria pemilihannya adalah pertama, Saham-saham
yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES). Kedua, memilih
60 saham dari DES berdasarkan urutan kapitalisasi terbesar selama satu
tahun terakhir. Dan ketiga, Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham
berdasarkan tingkat likuiditas.
49
Berdasarkan kriteria yang disyaratkan JII dapat disimpulkan bahwa
saham saham di JII adalah saham syariah terbaik, yaitu yang mempunyai
tingkat kapitalisasi dan likuiditas teratas. Oleh karenanya, untuk mengetahui
kinerja saham saham syariah di Indonesia cukup melakukan pengamatan
terhadap JII. Jika JII mengalami anjlok artinya saham saham syariah di
Indonesia juga mengalami anjlok, begitu juga sebaliknya. Dalam
perkembangannya, nilai Jakarta Islamic Index mengalami fluktuasi,
sebagaimana pada Grafik 4.1 berikut:
Grafik 4.1
Perkembangan Nilai Jakarta Islamic Index
Sumber: yahoo.finance.com
Pada Grafik 4.1 ditunjukkan perkembangan nilai JII selama 2007
sampai 2016. Dalam periode tersebut JII mengalami penurunan paling
anjlok pada tahun 2008. Nilai JII yang sebelumnya (2007) sebesar 493.01
493.01
216.19
417.18
532.9
537.03
594.79
585.11
691.04
603.35
694.13
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
50
menurun 56% menjadi 216.19. Penurunan drastis tersebut merupakan akibat
goncangan dari terjadinya krisis subprime mortage di Amerika Serikat. Hal
ini sesuai dengan teori Contagion effect yang menyatakan bahwa gejolak
perekonomian di suatu negara akan berpengaruh atau menular ke negara
lain. Pasca krisis subprime mortgage 2008, nilai JII mengalami peningkatan
terus menerus sampai 2014. Bahkan satu tahun pasca krisis subprime
mortgage yaitu tahun 2009, nilai JII meningkat 93% dari yang sebelumnya
216.19 menjadi 417.18. Hal ini menunjukkan bahwa saham saham di JII
memiliki tingkat recovery yang baik.
Pada tahun 2015 nilai Jakarta Islamic Index mengalami penurunan
dari yang sebelumnya sebesar 691.04 menjadi 603.35. Penurunan tersebut
disebabkan karena berbagai faktor, baik itu faktor dalam negeri maupun
faktor luar negeri. Faktor dalam negeri yang mempengaruhi adalah
melambatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada tahun 2015 hanya mencapai 4.79 persen, lebih kecil dari pertumbuhan
ekonomi tahun 2014 yang mencapai 5.02 persen (bps.go.id). Di sisi lain,
laporan keuangan para emiten pada dua kuartal awal 2015 menunjukkan
kinerja yang buruk, yaitu mengalami pertumbuhan laba yang negatif.
Faktor luar negeri yang mempengaruhi adalah adanya kenaikan suku
bunga Amerika Serikat (The Fed rate) menjadi 0.25-0.5 persen setelah
sebelumnya 0 persen (ekonomi.kompas.com). Akibat faktor-faktor tersebut,
investor yang sebelumnya optimis dengan pasar modal Indonesia menjadi
51
ragu-ragu dan menjual portofolio sahamnya di Indonesia yang kemudian
berdampak pada menurunnya harga saham.
a. Saham Syariah yang Konsisten di JII Selama Periode 2006-2016
1) PT. Unilever Indonesia, Tbk (UNVR)
Unilever Indonesia Tbk (UNVR) didirikan pada tanggal 5
Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. Induk
usaha Unilever Indonesia adalah Unilever Indonesia Holding B.V.
dengan persentase kepemilikan sebesar 84,99%, adapun induk usaha
utama adalah Unilever N.V., Belanda. Sesuai dengan Anggaran
Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha UNVR meliputi
bidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi
yang meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es
krim, produk–produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh
dan minuman sari buah (wikipedia).
Pada tanggal 16 Nopember 1982, UNVR memperoleh
pernyataan efektif dari BAPEPAM untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham UNVR (IPO) kepada masyarakat sebanyak
9,200,000 dengan nilai nominal Rp1,000,- per saham dengan harga
penawaran Rp3,175.- per saham (Britama.com).
52
2) PT. Kalbe Farma, Tbk (KLBF)
Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September
1966..Pada Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi,
perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak
dalam bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan
farmasi, produk obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan dan
minuman kesehatan hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan
kesehatan primer (wikipedia).
Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
(IPO) KLBF kepada masyarakat sebanyak 10,000,000 dengan nilai
nominal Rp1,000,- per saham dengan harga penawaran Rp7,800,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991 (Britama.com).
3) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TLKM)
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk biasa dikenal dengan
nama Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) pada mulanya
merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan
pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan
53
Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Telkom diubah menjadi
perseroan terbatas milik negara (“Persero”). Pada Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Telkom Indonesia adalah
menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi, informatika,
serta optimalisasi sumber daya perusahaan, dengan memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kegiatan usaha utama Telkom Indonesia adalah menyediakan
layanan telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon kabel
tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi
selular, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan internet dan
komunikasi data. Selain itu, Telkom Indonesia juga menyediakan
berbagai layanan di bidang informasi, media dan edutainment,
termasuk cloud-based dan server-based managed services, layanan
e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal lainnya.
Anak Usaha Telkom Indonesia dibagi menjadi empat kelompok dan
pemimpin bisnisnya, yaitu bisnis selular (Telkomsel), bisnis
internasional (Telin), bisnis multimedia (Telkom Metra), dan bisnis
infrastruktur (Telkom Infra) (wikipedia).
Jumlah saham TLKM sesaat sebelum penawaran umum
perdana (Initial Public Offering atau IPO) adalah 8,400,000,000,
yang terdiri dari 8,399,999,999 saham Seri B dan 1 saham Seri A
Dwiwarna yang seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah Republik
54
Indonesia. Pada tanggal 14 November 1995, Pemerintah menjual
saham Telkom yang terdiri dari 933,333,000 saham baru Seri B dan
233,334,000 saham Seri B milik Pemerintah kepada masyarakat
melalui IPO di Bursa Efek Indonesia (“BEI”) (dahulu Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya). Telkom hanya menerbitkan 1
saham Seri A Dwiwarna yang dimiliki oleh Pemerintah dan tidak
dapat dialihkan kepada siapapun, dan mempunyai hak veto dalam
RUPS Telkom berkaitan dengan pengangkatan dan penggantian
Dewan Komisaris dan Direksi, penerbitan saham baru, serta
perubahan Anggaran Dasar Perusahaan (Britama.com).
4) PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP)
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) didirikan tanggal
16 Januari 1985 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tahun 1985. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, yaitu: Brichwood Omnia
Limited, Inggris (induk usaha) (51,00%). Adapun induk usaha
terakhir kelompok usaha Indocement adalah HeidebergCement AG.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan INTP antara lain pabrikasi semen dan bahan-bahan
bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan. Indocement
dan anak usahanya bergerak dalam beberapa bidang usaha yang
meliputi pabrikasi dan penjualan semen (sebagai usaha inti) dan
55
beton siap pakai, serta tambang agregat dan trass. Produk semen
Indocement adalah Portland Composite Cement, Ordinary Portland
Cement (OPC Tipe I, II, dan V), Oil Well Cement (OWC), Semen
Putih dan TR-30 Acian Putih. Semen yang dipasarkan Indocement
dengan merek dagang "Tiga Roda" (wikipedia).
Pada tahun 1989, INTP memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
INTP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 89,832,150 dengan nilai
nominal Rp1,000,- per saham dengan harga penawaran Rp10,000,-
per saham (Britama.com).
2. Inflasi
Inflasi adalah naiknya harga-harga barang secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali kenaikan tersebut meluas dan memicu kenaikan harga pada sebagian
besar barang lain (Boediono, 2001). Adanya inflasi bisa memberikan efek
negatif dan positif bagi perekonomian, tergantung pada tinggi rendahnya
tingkat inflasi. Inflasi yang tinggi akan memberikan efek negatif pada
perekonomian. Tingginya inflasi menciptakan kenaikan harga-harga barang
secara drastis. Hal ini menjadikan daya beli masyarakat menurun. Jika hal
ini terjadi secara terus menerus maka akan mengurangi tingkat investasi
masyarakat. Ketika harga-harga barang tinggi, masyarakat cenderung
56
mengurangi porsi investasinya demi mengejar pemenuhan kebutuhannya
yang harganya telah naik.
Inflasi bisa memberikan efek positif, yaitu mengurangi pengangguran.
Hal ini terjadi ketika jenis inflasinya adalah demand pull inflation, yaitu
inflasi yang disebabkan oleh tekanan permintaan. Tingkat permintaan yang
tinggi akan mendorong perusahaan untuk menambah jumlah produksinya.
Penambahan jumlah produksi tentu melalui penambahan atau perluasan
pabrik, yang mana hal ini akan menyerap tenaga kerja lebih banyak.
Hubungan antara inflasi dan pengangguran yang demikian digambarkan
oleh kurva Philips. Kurva tersebut didasarkan pada penelitian A.W. Philips
tentang perekonomian Inggris periode 1861-1957 (Manurung, 2008).
Hubungan positif antara Inflasi dan Pengangguran tidak berlaku di
Indonesia. Hal ini disebabkan jenis inflasi di Indonesia bukanlah demand
pull inflation, melainkan cost push inflation (Biro Analisa dan Pelaksanaan
APBN, 2015).
cost push inflation yang terjadi di Indonesia mengakibatkan
keuntungan perusahaan-perusahaan berkurang. Keadaan demikian akan
memicu penurunan minat investor untuk berinvestasi di pasar saham,
sehingga harga saham mengalami penurunan. Dalam perkembangannya,
tingkat inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi, akan tetapi masih
tergolong inflasi rendah, sebagaimana pada grafik 4.2 berikut:
57
Grafik 4.2
Perkembangan Inflasi di Indonesia
Sumber: bi.go.id
Dalam Grafik 4.2 tertera bahwa dalam periode 2007-2016 inflasi di
Indonesia masih tergolong rendah, yaitu masih dibawah 10% kecuali pada
tahun 2008, yaitu sebesar 11.06%. Tingginya inflasi pada tahun 2008
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kenaikan harga BBM, adanya konversi
minyak tanah ke LPG, dan tingginya harga komoditas internasional.
Tingkat inflasi terendah dalam periode 2007-2016 adalah 2.78%,
yaitu pada tahun 2009. Hal itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa
mengingat satu tahun sebelumnya (tahun 2008) tingkat inflasi tergolong
inflasi sedang, yaitu sebesar 11.06%. Rendahnya tingkat inflasi pada tahun
2009 disebabkan oleh beberapa hal, yaitu adanya apresiasi nilai tukar rupiah
sepanjang 2009 sebesar 15 persen, dan menurunnya harga barang-barang
yang ditetapkan pemerintah seperti bahan bakar minyak (BBM) dan listrik
(perpustakaan.bappenas.go.id).
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
4.3
8.38 8.36
3.353.02
0
2
4
6
8
10
12
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
58
Pada tahun 2014-2015 tingkat inflasi Indonesia kembali mengalami
penurunan yang tajam, yaitu dari 8.36 persen pada 2014 menjadi 3.35
persen pada 2015. Tingginya inflasi pada tahun 2014 ( 8.36 persen)
disebabkan oleh kenaikan harga BBM, kenaikan tarif listrik, kenaikan tarif
angkutan udara, dan kenaikan bahan pangan (setkab.go.id). Adapun
penyebab rendahnya inflasi pada tahun 2015 adalah adanya penyesuaian
harga BBM dan tarif listrik, dan keberhasilan Bank Indonesia dalam
mengelola permintaan domestik, menjaga stabilitas nilai tukar dan
mengarahkan ekspektasi inflasi (bi.go.id).
3. Stabilitas Politik
Perkembangan tingkat stabilitas politik Indonesia dapat dilihat
melalui Indeks Stabilitas Politik. Indeks tersebut mengukur persepsi tentang
kemungkinan bahwa pemerintah Indonesia akan tidak stabil atau
digulingkan oleh cara-cara yang tidak konstitusional atau kekerasan,
termasuk kekerasan dan terorisme bermotif politik. Indeks tersebut
merupakan rata-rata dari beberapa indeks lainnya, antara lain dari
Economist Intelligence Unit, World Economic Forum, dan Political Risk
Services. Indeks ini diukur dengan range 0 - 100. Angka 0 merupakan titik
terendah yang berarti bahwa tingkat stabilitas politik berada pada level yang
lemah atau tidak stabil, sedangkan angka 100 menunjukkan bahwa tingkat
59
stabilitas politik berada pada level kuat atau sangat stabil. Adapun
perkembangan Indeks Stabilitas Politik Indonesia adalah sebagai berikut:
Grafik 4.3
Perkembangan Indeks Stabilitas Politik
Sumber: TheGlobalEconomy.com
Tingkat stabilitas politik Indonesia pada periode tahun 2007-2016
mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2007, tingkat
stabilitas politik Indonesia berada pada poin 13.04, dan pada tahun 2016
meningkat menjadi 27.39. Tingkat stabilitas politik tertinggi terjadi pada
tahun 2014 dengan nilai sebesar 30.00 poin, yang berarti bahwa situasi
politik yang paling stabil pada periode tersebut adalah pada tahun 2014.
Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2007 sebesar 13.04 poin.
Rendahnya nilai Indeks Stabilitas politik pada tahun 2007
disebabkan pada tahun tersebut sedang berjalan Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) dan banyak diwarnai dengan konflik politik, seperti yang terjadi
13.0415.38
20.85
20.8522.27
27.96
28.91
30.00
24.7627.39
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
60
di provinsi Aceh dan provinsi Maluku Utara. Pada tahun-tahun berikutnya
nilai Indeks Stabilitas Politik mengalami peningkatan kecuali pada tahun
2009-2010. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2009 sedang berjalan
Pemilihan Umum Presiden.
Pada tahun 2015 nilai Indeks Stabilitas Politik kembali menurun
tajam dari 30 (tahun 2014) menjadi 24.76. Hal ini disebabkan karena pada
tahun 2015 banyak terjadi kegaduhan politik pada tataran pemerintahan,
seperti konflik pada pencalonan Kapolri, konflik antara Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lembaga kepolisian, dan lain-lain.
Secara umum, banyaknya isu-isu yang mengandung sara dan memicu
konflik antar golongan, serta kekuatan oposisi pemerintah yang cenderung
kuat merupakan diantara penyebab rendahnya nilai Indeks Stabilitas
Politik Indonesia.
4. Dow Jones Islamic Market World Index
Pada bulan Februari 1999, Dow Jones meluncurkan indeks pasar
syariah yang pertama, yaitu Dow Jones Islamic Market Index (DJIM)
yang merupakan bagian dari kelompok indeks-indeks global Dow Jones
(Huda dan Nasution, 2008). Dow Jones Islamic Market Index meliputi
saham-saham dari 34 negara, serta mencakup 10 sektor ekonomi, 18
sektor pasar, 51 kelompok industri dan 89 subkelompok industri.
Beberapa negara yang termasuk ke dalam Dow Jones Islamic Market
Index diantaranya adalah Dow Jones Islamic Market Index Europe
61
(DJIEU), Dow Jones Islamic Market Index Malaysia (DJIMY), Dow
Jones Islamic Market Index US (IMUS),dan Dow Jones Islamic Market
Index Japan (DJIJP). Saham-saham syariah yang ada di negara-negara
tersebut merupakan saham dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan
dengan negara-negara lainnya.
Kehadiran Dow Jones Islamic Market Index diharapkan mampu
menjadi indikator kinerja saham syariah di dunia. Dalam
perkembangannya, nilai Dow Jones Islamic Market World Index
mengalami perubahan yang signifikan, sebagaimana dalam Grafik 4.4
berikut:
Grafik 4.4
Perkembangan Nilai Dow Jones Islamic Market World Index
Sumber: us.spindices.com
Dalam Grafik 4.4 ditunjukkan bahwa dalam periode 2007 sampai
tahun 2016 nilai Dow Jones Islamic Market World Index (DJIM) selalu
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
DJIM 2414.41475.91974.82227.72069.12298.32740.42863.52800.02872.9
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
3500.00
62
mengalami peningkatan yang signifikan kecuali pada tahun 2008. Pada
tahun 2008 nilai DJIM menurun tajam hingga 1475.9 setelah sebelumnya
pada 2007 nilainya sebesar 2414.4, artinya pada tahun 2008 telah terjadi
penurunan sebesar 39 persen.
Penurunan drastis pada tahun 2008 merupakan dampak dari
terjadinya krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Namun
demikian, pada tahun-tahun berikutnya nilai DJIM kembali meningkat
secara terus menerus. Hal ini menandakan bahwa saham-saham syariah
secara global mempunyai tingkat recovery yang baik.
B. Analisis dan Pembahasan
Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, Dow Jones Islamic
Market World Index (DJIM), dan Indeks Stabilitas Politik terhadap harga
saham di Jakarta Islamic Index. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
(Bab III), metode yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini
adalah regresi data panel. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
Eviews 9.0. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat
perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti.
Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
63
1. Pemilihan Model Regresi Data Penel
Tabel 4.1
Hasil Regresi Data Panel dengan Berbagai Model
Model
Variable
Common Effect Fixed Effect Random Effect
t-Statistic Prob. t-Statistic Prob. t-
Statistic Prob.
C 0.246783 0.8065 1.081729 0.2872 1.034906 0.3076
ISP 1.068624 0.2924 4.684114 0.0000 4.684114 0.0000
INFLASI 0.092991 0.9264 0.407608 0.6862 0.407608 0.6860
DJIM 0.798406 0.4299 3.499664 0.0014 3.499664 0.0013
Adj. R-squared 0.056067 0.950871 0.717694
F-statistic 1.772158 126.8054 34.04928
Prob. (F-
statistic)
0.169902 0.000000 0.000000
Sumber: Data diolah, 2018
Tabel 4.1 merupakan hasil regresi data Panel dengan menggunakan
model Common effect, fixed effect, dan random effect. Langkah selanjutnya
adalah memilih model terbaik yang akan digunakan. Pemilihan model
dilakukan dengan dua tahap yaitu pertama uji chow dan kedua uji hausman.
Uji chow dilakukan untuk menentukan model terbaik antara Common effect
atau fixed effect. Sedangkan uji hausman dilakukan untuk menentukan
model terbaik antara fixed effect atau random effect. adapun hasil uji chow
adalah sebagai berikut:
64
Tabel 4.2
Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f Prob.
Cross-section F 219.561441 (3,33) 0.0000
Cross-section Chi-square 121.704884 3 0.0000
Sumber: Data diolah, 2018.
Berdasarkan hasil uji chow pada Tabel 4.2 bahwa nilai probabilitas
Cross-section F adalah 0.0000 yang menunjukkan bahwa 0.0000 < 0.05,
maka kesimpulannya H0 ditolak, artinya model yang terbaik adalah fixed
effect. Langkah selanjutnya adalah menentukan model terbaik antara fixed
effect dan random effect melalui uji hausman. Berikut hasil uji hausman:
Tabel 4.3
Hasil Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
Cross-section test variance is invalid
Sumber: Data diolah, 2018.
Hasil uji hausman pada Tabel 4.3 menunjukkan cross-section test
variance yang tidak valid sehingga hasil tersebut tidak dapat digunakan.
Maka penentuan model mengacu pada hasil uji chow, yaitu model yang
dipilih adalah fixed effect.
65
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Uji Signifikansi Parsial (uji-t)
1) Berdasarkan probabilitas
Tabel 4.4
Hasil Uji Regresi dengan Fixed Effect Model
Model
Variabel
Fixed Effect
t-Statistic Prob.
C 1.081729 0.2872
ISP 4.684114 0.0000
INFLASI 0.407608 0.6862
DJIM 3.499664 0.0014
Sumber: Data diolah, 2018
Tabel 4.4 merupakan hasil dari pengujian variabel
independen yaitu inflasi, Dow Jones Islamic Market World Index
(DJIM), dan Indeks Stabilitas Politik (ISP) terhadap harga saham
di Jakarta Islamic Index secara parsial menggunakan fixed effect
model. Dari Tabel 4.3 dapat dilihat nilai probabilitas dari masing-
masing variabel bebas yang digunakan, yaitu variabel inflasi
sebesar 0.6862, yaitu lebih besar dari alfa (0.05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap
variabel Y (harga saham di JII). Adapun variabel ISP (Indeks
Stabilitas Politik) nilai probabilitasnya sebesar 0.0000 dan
variabel DJIM (Dow Jones Islamic Market World Index) sebesar
66
0.0014. Variabel ISP dan DJIM nilai probabilitasnya lebih kecil
dari alfa (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ISP
dan DJIM berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (harga
saham di JII).
2) Berdasarkan t-tabel
Dalam penelitian ini, digunakan tingkat kepercayaan α = 5%,
dengan df (n-k) = (40-3) = 37 maka diperoleh t-tabel 2.021.
Berdasarkan output pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai t-
statistik inflasi sebesar 0.407608, yaitu lebih kecil dari t-tabel
(2.021). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh terhadap harga saham di JII. Adapun nilai t-statistik
variabel ISP adalah sebesar 4.684114 dan variabel DJIM sebesar
3.499664. Variabel ISP dan DJIM nilai t-statistiknya lebih besar
dari t-tabel (2.021). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ISP dan
DJIM berpengaruh signifikan terhadap harga saham di JII.
b. Uji Signifikansi Simultan (uji-F)
1) Berdasarkan Probabilitas
Pada Tabel 4.4 Output prob F statistik diperoleh hasil
0.000000 lebih kecil dari α = 5%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua variabel x (inflasi, DJIM, dan ISP) berpengaruh
secara simultan terhadap variabel Y.
67
Tabel 4.5
Uji-F Statistik
Prob (F-statistic) 0.000000
F-statistic 126.8054
Sumber: Data diolah, 2018
2) Berdasarkan F-tabel
Dengan n = 40 dan k = 3, maka diperoleh nilai F tabel
sebesar 2.84. Pada Tabel 4.4 ditunjukkan bahwa nilai F-statistik
sebesar 126.8054, artinya F-statistik lebih besar dari F-tabel
(2.84). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel x
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel Y.
c. Uji Adjusted R2
Tabel 4.6
Uji Adjusted R-Squared
Adjusted R-squared 0.950871
Sumber: Data diolah, 2018
Berdasarkan hasil regresi sebagaimana yang tertera pada tabel,
diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R-squared)
sebesar 0.950871. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel
dependen (harga saham di JII) secara simultan dapat dijelaskan oleh
variabel independen (inflasi, DJIM, dan ISP) sebesar 95.0871%
68
sedangkan sisanya 4.9129% dijelaskan oleh faktor lain di luar
variabel yang diteliti.
3. Model Penelitian
Berdasarkan hasil olah data regresi data panel (fixed effect) yang
telah dilakukan sebelumnya, maka model penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Koefisien Variabel
Variabel Koefisien
C -2.846404
ISP 0.062412
INFLASI -0.852074
DJIM 1.268545
Sumber: Data diolah, 2018
JIIit = -2.846404 + 0.062412 ISPt – 0.852074 INFLASIt + 1.268545
DJIMt + εit
Model di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
a. Nilai konstanta (c) sebesar -2.846404. Hal ini menunjukkan bahwa
jika variabel independen (inflasi, ISP, DJIM) pada observasi saham
i dan tahun t adalah konstan, maka harga saham di JII adalah
sebesar -2.846404.
69
b. Nilai koefisien variabel ISP (Indeks Stabilitas Politik) adalah
sebesar 0.062412. Hal ini menunjukkan bahwa ISP berpengaruh
positif terhadap harga saham di JII. Setiap kenaikan variabel ISP
sebesar 1 (satu) akan meningkatkan harga saham di JII sebesar
0.062412.
c. Nilai koefisien variabel inflasi sebesar -0.852074. hal ini
menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap harga
saham di JII. Setiap kenaikan variabel inflasi sebesar 1 (satu) akan
menurunkan harga saham di JII sebesar -0.852074.
d. Nilai koefisien variabel DJIM (Dow Jones Islamic Market World
Index) adalah sebesar 1.268545. Hal ini menunjukkan bahwa
DJIM berpengaruh positif terhadap harga saham di JII. Setiap
kenaikan variabel DJIM sebesar 1 (satu) akan meningkatkan harga
saham di JII sebesar 1.268545.
4. Interpretasi Hasil Penelitian
a. Hubungan Inflasi dengan Harga Saham di Jakarta Islamic Index
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi tidak
berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas
0.6862 dan berhubungan negatif dengan nilai koefisien sebesar
-0.852074. Hasil ini menunjukkan bahwa jika tingkat inflasi naik
sebesar 1 (satu), maka harga saham syariah di Jakarta Islamic Index
akan menurun sebesar -0.852074.
70
Hasil tersebut sesuai dengan teori dan hasil penelitian-penelitian
terdahulu. Suciningtias dan Khoiroh (2015) dalam hasil penelitiannya
menyatakan bahwa inflasi berhubungan negatif terhadap harga saham
syariah. Hasil yang demikian juga diperkuat oleh penelitian Hafidz dan
Setiawan (2015) dan Andi (2017) yang menyimpulkan bahwa inflasi
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham.
Kenaikan inflasi menyebabkan kenaikan harga-harga secara
umum. Kondisi demikian mampu meningkatkan biaya produksi dan
meningkatnya harga bahan baku sedangkan daya beli masyarakat akan
semakin melemah. Melemahnya daya beli masyarakat menyebabkan
beberapa perusahaan kurang mampu menjual produk perusahaan
sehingga menurunkan profitabilitas perusahaan. Menurunnya profit
perusahaan dinilai kurang menarik dan kurang menguntungkan bagi
investor, sebab return yang akan dibagikan perusahaan kepada
pemegang saham juga akan menurun, sehingga investor enggan
berinvestasi ke pasar saham. Keadaan ini mampu menyebabkan
turunnya harga saham. Selain itu, penurunan profit suatu perusahaan
yang disebabkan inflasi juga menyebabkan pemegang saham
perusahaan tersebut memutuskan untuk menjual sahamnya. Penjualan
saham jika dilakukan secara besar tentu akan menurunkan harga
saham.
71
b. Hubungan Stabilitas Politik dengan Harga Saham di Jakarta
Islamic Index
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stabilitas politik
nasional mempunyai pengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5%
dengan nilai probabilitas 0.0000 dan berhubungan positif dengan nilai
koefisien 0.062412 yang berarti bahwa jika stabilitas politik naik
sebesar 1 (satu), maka harga saham di Jakarta Islamic Index akan naik
sebesar 0.062412.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
stabilitas politik nasional berpengaruh positif terhadap tingkat
investasi, yang dalam hal ini adalah investasi di pasar modal. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu. Penelitian yang
dilakukan Anggaraini (2012) menunjukkan bahwa peristiwa politik
memberikan pengaruh signifikan terhadap harga saham. Trisnawati
(2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa peristiwa politik
mampu mempengaruhi harga saham. Menurut Trisnawati (2012),
peristiwa pemilu 2009 mengakibatkan adanya perbedaan rata-rata
return tidak normal antara sebelum dan sesudah pemilu 2009.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor pasar saham
sangat mempertimbangkan kondisi politik nasional dalam memutuskan
investasinya, semakin stabil kondisi politik maka akan semakin
meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di pasar saham,
sehingga dapat meningkatkan harga saham. Selain faktor
72
makroekonomi, faktor politik juga merupakan faktor penting
pembentuk iklim investasi.
c. Hubungan Dow Jones Islamic Market World Index dengan Harga
Saham di Jakarta Islamic Index
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dow Jones Islamic
Market World Index mempunyai pengaruh secara signifikan pada taraf
nyata 5% dengan nilai probabilitas 0.0014 dan berhubungan positif
dengan nilai koefisien 1.268545 yang berarti bahwa jika Dow Jones
Islamic Market World Index naik sebesar 1 (satu), maka harga saham
di Jakarta Islamic Index akan naik sebesar 1.268545.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Kinine (2017) yang
menyatakan bahwa Dow Jones Islamic Market World Index
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Jakarta Islamic
Index. Hasil demikian juga diperkuat oleh penelitian Oktaviani (2017),
Beik dan Fatmawati (2014), dan Larasati (2017) yang menyimpulkan
bahwa Dow Jones Islamic Market World Index berpengaruh positif
terhadap Jakarta Islamic Index.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan
antar bursa saham Indonesia dengan bursa saham luar negeri. Sehingga
perubahan kondisi perekonomian berbasis syariah di seluruh dunia
yang tercermin di Dow Jones Islamic Market World Index, yang
merupakan benchmark bagi pasar saham syariah di seluruh dunia, akan
73
memberikan pengaruh bagi perekonomian berbasis syariah di
Indonesia, yang tercermin dari Jakarta Islamic Index.
Pengaruh positif Dow Jones Islamic Market World Index
terhadap Jakarta Islamic Index mengindikasikan telah
terintegrasikannya pasar modal syariah Indonesia dengan pasar modal
syariah di dunia. Dengan adanya hal tersebut maka pergerakan pasar
modal di Indonesia akan dipengaruhi oleh pergerakan pasar modal
dunia baik secara langsung maupun tidak langsung.
74
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Tingkat stabilitas politik berpengaruh signifikan terhadap harga saham
di Jakarta Islamic Index dengan taraf signifikansi 5 persen yang berarti bahwa
jika variabel stabilitas politik meningkat maka harga saham di Jakarta Islamic
Index juga meningkat. Nilai probabilitas variabel stabilitas politik sebesar
0.0000 dengan nilai koefisien korelasi 0.062412 yang berarti bahwa jika
stabilitas politik naik sebesar 1 (satu), maka harga saham di Jakarta Islamic
Index akan naik sebesar 0.062412.
Dow Jones Islamic Market World Index berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham di Jakarta Islamic Index dengan taraf
signifikansi 5 persen yang berarti bahwa jika variabel Dow Jones Islamic
Market World Index meningkat maka harga saham di Jakarta Islamic Index juga
meningkat. Nilai probabilitas Dow Jones Islamic Market World Index sebesar
0.0014 dengan nilai koefisien korelasi 1.268545 yang berarti bahwa jika Dow
Jones Islamic Market World Index naik sebesar 1 (satu), maka harga saham di
Jakarta Islamic Index akan naik sebesar 1.268545.
Inflasi memiliki hubungan negatif dengan harga saham di Jakarta
Islamic Index yang berarti bahwa jika variabel inflasi meningkat maka harga
saham di Jakarta Islamic Index akan menurun, namun tidak memiliki pengaruh
yang signifikan. Nilai probabilitas inflasi sebesar 0.6862 dengan nilai koefisien
korelasi sebesar -0.852074. Hasil ini menunjukkan bahwa jika tingkat inflasi
75
naik sebesar 1 (satu), maka harga saham syariah di Jakarta Islamic Index akan
menurun sebesar -0.852074.
Stabilitas politik, Inflasi, dan Dow Jones Islamic Market World Index
secara simultan berpengaruh terhadap harga saham di Jakarta Islamic Index
dengan taraf signifikansi 5 persen. Nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0000
dengan nilai Adjusted R-square sebesar 0.950871. hal ini menunjukkan bahwa
95.0871% variabel bebas dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel
terikatnya, yaitu harga saham di Jakarta Islamic Index.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis memberikan
beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat. Investor di pasar modal syariah
sebaiknya memperhatikan pergerakan indeks saham syariah internasional. Hal
ini disebabkan pasar modal syariah di Indonesia sudah terintegrasi dengan pasar
modal yang ada di dunia. Sehingga pergerakan atau gejolak yang terjadi di pasar
modal negara lain akan dapat mempengaruhi pasar modal di Indonesia.
Disamping itu, investor juga harus memperhatikan faktor non ekonomi yang
dalam hal ini adalah stabilitas politik. Sebab berdasarkan hasil penelitian ini,
stabilitas politik ternyata mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap
JII.
Pemerintah Indonesia sebagai pemangku kebijakan, diharapkan
mampu menciptakan dan menjaga kondisi makroekonomi dan keadaan politik
yang stabil. Hal ini bertujuan agar dapat terciptanya iklim investasi pasar modal
76
yang bagus. Ketika gairah investor dalam berinvestasi di pasar modal
meningkat, maka besar kemungkinan akan banyak perusahaan (emiten) yang
mendapat suntikan dana lebih besar. Hal ini akan menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang signifikan.
Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan hanyalah variabel
eksternal perusahaan, yaitu indeks saham syariah Dow Jones, inflasi, dan
stabilitas politik. Adapun metode analisis yang digunakan adalah regresi data
panel. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan faktor
eksternal perusahaan, melainkan juga menggunakan faktor internal perusahaan,
seperti rasio keuangan dan lain-lain, serta menggunakan metode analisis lain,
sehingga memberikan hasil penelitian yang lebih komprehensif.
77
DAFTAR PUSTAKA
Anggaraini, Diany Ayudana. (2012). Analisis Pengaruh Kondisi Politik Dalam
Negeri Terhadap Abnormal Return Indeks LQ 45 (Studi Kasus Pergantian
Kepemimpinan di Indonesia Tahun 1999, 2001, 2004, dan 2009). Tesis
tidak dipublikasikan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Anwar, Chairul. (2004). Studi Peristiwa Reaksi Pasar Modal Terhadap Pemilihan
Umum Tanggal 5 April 2004 pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. 2 (9): 98-107.
Ath Thobarry, Achmad. (2009). Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju
Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor
Properti. Tesis tidak dipublikasikan. Semarang: Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Beik, Irfan Syauqi dan Sri Wulan Fatmawati. (2014). Pengaruh Indeks Harga
Saham Syariah Internasional & Varibel Makroekonomi terhadap Jakarta
Islamic Index. Al Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Journal of Islamic
Economics). 4 (2): 155-178.
Boediono. (2001). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE.
Bursa Efek Indonesia. (2008). Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek
Indonesia. Jakarta: Bursa Efek Indonesia.
Carlo, Michael Aldo. (2014). Pengaruh Return on Equity, Dividend Payout Ratio,
dan Price to Earning Ratio pada Reaturn Saham. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. 7 (1): 151-164.
Crouch, Harold. (1982). Perkembangan Ekonomi & Modernisasi. Jakarta: Yayasan
Pengkhidmatan.
Dow Jones Indexes. (2011). Guide to the Dow Jones Islamic Market Indexes.
Firdausi, Aurora Nur. (2016). Pengaruh Indeks Harga Saham Regional Asean dan
Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Syariah Indonesia.
Jurnal Al-Muzara’ah. 4 (2): 76-96.
Grindle, Merilee S. (2007). Good Enough Governance Revisited. Development
Policy Review. 25 (5): 553-574.
Gujarati, Damodar N. (2004). Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi 3. Jilid 2.
Terjemahan oleh Julius A. Mulyadi. Jakarta: Erlangga.
78
Hamid, Abdul. (2009). Pasar Modal Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.
Hanani, Anisa Ika. (2011). Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On
Equity (ROE), dan Debt TO Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham
Pada Perusahaan-Perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII) Periode
Tahun 2005-2007. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang: Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro.
Haryogo, Ardi. (2013). Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap
Composite Index di Bursa Efek Indonesia. Finesta. 1 (1): 1-6.
Husen, M Rahmi. (2016). Konflik Elit Politik dalam Pemilihan Umum Gubernur
Provinsi Maluku Utara Tahun 2007. Jurnal Holistik No.18/ Juli-Desember.
Kinine, Ipak. (2017). Pengaruh Dow Jones Islamic Market (DJIM), Kurs, dan
Harga Emas Dunia Terhadap Jakarta Islamic Index (JII) Periode Januari
2012-Desember 2016. Skripsi tidak dipublikasikan. Jakarta: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Uin Syarif Hidayatullah.
Kismawadi, Farli Ridho. (2013). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Jakarta Islamic Index. Tesis tidak dipublikasikan. Medan: Program Pasca
Sarjana Institut Islam Negeri Sumatera Utara.
Kristanti, Farida Titik dan Nur Taufiqoh. (2013). Pengujian Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index. Jurnal Keuangan dan Perbankan.
17 (1): 220-229.
Larasati, Metika. (2017). Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBIS), Dow Jones
Islamic Market Index (DJIMI), Kurs Rupiah, dan Inflasi terhadap Jakarta
Islamic Index. Skripsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Manan, Abdul. (2009). Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar
Modal Syariah Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.
Mankiw, N.G. (2000). Teori Makroekonomi. Edisi ke-5. Terjemahan dari Principles
of Macroeconomics oleh Imam N. Jakarta: Erlangga.
Manurung, Mandala & Pratama Rahardja. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi. Edisi
ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Mulyani, Neni. (2014). Analisis pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah
dan produk domestik bruto terhadap Jakarta Islamic index. Jurnal Bisnis
dan Manajemen Eksekutif. 1 (1): 1-13.
79
Nachrowi, Nachrowi D. (2006). Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Nasaruddin, dkk. (2008). Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana.
Nasution, Mustafa Edwin dan Nurul Huda. (2007). Investasi Pada Pasar Modal
Syariah. Cetakan ke I. Jakarta: Kencana.
Oktaviani. (2017). Indeks Harga Saham Islamic Internasional terhadap Jakarta
Islamic Index. Jurnal Ekonomika dan Manajemen. 6 (1): 1-15.
Plano, Jack C. et al. (1989). Kamus Analisa Politik. Terjemahan Edi S. Siregar.
Jakarta: Rajawali Press.
Pratama, Yoghi Citra. (2012). Pengaruh Indeks Regional terhadap Jakarta Islamic
Index. Jurnal Etikonomi. 2 (11): 126-141.
Pribadi, Andi Kharisma dan RR. Indah Mustikawati. (2017). Pengaruh Harga
Minyak Mentah Dnia, Dow Jones Industrial Average, dan Inflasi Terhadap
Harga Saham Perusahaan Pertambangan, Konsumsi, dan Transportasi
Periode 2011-2015. Jurnal Profita. Edisi 3: 1-12.
Putong, Iskandar. (2002). Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Rodoni, Ahmad. (2009). Pasar Modal Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.
Rusbariand, Septian Prima dkk. (2012). Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga
Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, dan Kurs Rupiah Terhadap Jakarta
Islamic Index di Bursa Efek Indonesia. Forum Bisnis & Keuangan I: 724-
740.
Safitri, Abied Luthfi. (2013). Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio,
Return on Asset, Debt to Equity, dan Market Value Added terhadap Harga
Saham dalam Kelompok Jakarta Islamic Index. Management Analysis
Journal. 2 (3): 1-18.
Samsul, Mohammaad. (2008). Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta:
Erlangga.
Sanit, Arbi. (1982). Sistem Politik Indonesia; Kestabilan Peta Kekuatan Politik dan
Pembangunan. Jakarta: Rajawali Press.
80
Septiani, Pipit Dwi. (2014). Pertumbuhan Ekonomi dan Kestabilan Politik di
Indonesia. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang: Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Setiawan, Aziz Budi dan Hafidz Ash-Shidiq. (2015). Analisis Pengaruh Suku
Bunga SBI, Uang Beredar, Inflasi, dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga
Saham Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2009-2014. Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah. 3 (2): 25-46.
Suciningtias, Siti Aisiyah dan Rizki Khoiroh. (2015). Analisis Dampak Variabel
Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Conference in
Business, Accounting, and Management. 2 (1): 398-412.
Sugiyono. (2004). Statistika Untuk Penelitian. Edisi Keenam. Bandung:
CV. Alfabeta.
Susilawati, Christine Dwi Karya. (2005). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmiah Akuntansi. 5
(2): 57-75.
Tarmidi, D. (2009). Aspek Politik dan Pemerintahan dalam Pemulihan Ekonomi
Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang perdagangan. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia
Trisnawati, Fenny. (2011). Pengaruh Peristiwa Politik Terhadap Perubahan
Harga Saham. Pekbis Jurnal. 3 (3): 528-535.
Utoyo, Novita Ndari. (2016). Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Harga Emas
Dunia, dan Kurs Rupiah pada Jakarta Islamic Index. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi. 5 (8): 1-17.
www.bi.go.id
www.Britama.com
www.countrywatch.com
www.finance.yahoo.com
www.ojk.go.id
www.perpustakaan.bappenas.com
www.TheGlobalEconomy.com
www.us.spindices.com
81
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Variabel Penelitian
NO PERUSAHAAN TAHUN INFLASI DJIM ISP HARGA
1 INTP 2007 6.59% 2414.48 13.04 7750
2 INTP 2008 11.06% 1475.93 15.38 4500
3 INTP 2009 2.78% 1974.80 20.85 13500
4 INTP 2010 6.96% 2227.70 20.85 13550
5 INTP 2011 3.79% 2069.15 22.27 16950
6 INTP 2012 4.30% 2298.30 27.96 21750
7 INTP 2013 8.38% 2740.45 28.91 22400
8 INTP 2014 8.36% 2863.52 30.00 25000
9 INTP 2015 8.35% 2800.01 24.76 19700
10 INTP 2016 3.02% 2873.00 27.39 15.025
11 KLBF 2007 6.59% 2414.48 13.04 240
12 KLBF 2008 11.06% 1475.93 15.38 93
13 KLBF 2009 2.78% 1974.80 20.85 308
14 KLBF 2010 6.96% 2227.70 20.85 565
15 KLBF 2011 3.79% 2069.15 22.27 705
16 KLBF 2012 4.30% 2298.30 27.96 1090
17 KLBF 2013 8.38% 2740.45 28.91 1405
18 KLBF 2014 8.36% 2863.52 30.00 1865
19 KLBF 2015 8.35% 2800.01 24.76 1335
20 KLBF 2016 3.02% 2873.00 27.39 1450
21 TLKM 2007 6.59% 2414.48 13.04 1850
22 TLKM 2008 11.06% 1475.93 15.38 1260
23 TLKM 2009 2.78% 1974.80 20.85 1870
24 TLKM 2010 6.96% 2227.70 20.85 1510
25 TLKM 2011 3.79% 2069.15 22.27 1370
26 TLKM 2012 4.30% 2298.30 27.96 1940
27 TLKM 2013 8.38% 2740.45 28.91 2275
28 TLKM 2014 8.36% 2863.52 30.00 2830
29 TLKM 2015 8.35% 2800.01 24.76 3870
30 TLKM 2016 3.02% 2873.00 27.39 3340
31 UNVR 2007 6.59% 2414.48 13.04 6900
32 UNVR 2008 11.06% 1475.93 15.38 7900
33 UNVR 2009 2.78% 1974.80 20.85 11300
34 UNVR 2010 6.96% 2227.70 20.85 15050
82
35 UNVR 2011 3.79% 2069.15 22.27 19600
36 UNVR 2012 4.30% 2298.30 27.96 20050
37 UNVR 2013 8.38% 2740.45 28.91 28550
38 UNVR 2014 8.36% 2863.52 30.00 35825
39 UNVR 2015 8.35% 2800.01 24.76 36700
40 UNVR 2016 3.02% 2873.00 27.39 41200
NO PERUSAHAAN TAHUN INFLASI LN DJIM ISP LN HARGA
1 INTP 2007 6.59% 7.79 13.04 8.95
2 INTP 2008 11.06% 7.30 15.38 8.41
3 INTP 2009 2.78% 7.59 20.85 9.51
4 INTP 2010 6.96% 7.71 20.85 9.51
5 INTP 2011 3.79% 7.63 22.27 9.73
6 INTP 2012 4.30% 7.74 27.96 9.98
7 INTP 2013 8.38% 7.92 28.91 10.01
8 INTP 2014 8.36% 7.96 30.00 10.12
9 INTP 2015 8.35% 7.94 24.76 9.88
10 INTP 2016 3.02% 7.96 27.39 9.61
11 KLBF 2007 6.59% 7.79 13.04 5.48
12 KLBF 2008 11.06% 7.30 15.38 4.53
13 KLBF 2009 2.78% 7.59 20.85 5.73
14 KLBF 2010 6.96% 7.71 20.85 6.33
15 KLBF 2011 3.79% 7.63 22.27 6.55
16 KLBF 2012 4.30% 7.74 27.96 6.99
17 KLBF 2013 8.38% 7.92 28.91 7.24
18 KLBF 2014 8.36% 7.96 30.00 7.53
19 KLBF 2015 8.35% 7.94 24.76 7.19
20 KLBF 2016 3.02% 7.96 27.39 7.29
21 TLKM 2007 6.59% 7.79 13.04 7.52
22 TLKM 2008 11.06% 7.30 15.38 7.14
23 TLKM 2009 2.78% 7.59 20.85 7.53
24 TLKM 2010 6.96% 7.71 20.85 7.32
25 TLKM 2011 3.79% 7.63 22.27 7.22
26 TLKM 2012 4.30% 7.74 27.96 7.57
27 TLKM 2013 8.38% 7.92 28.91 7.73
28 TLKM 2014 8.36% 7.96 30.00 7.95
29 TLKM 2015 8.35% 7.94 24.76 8.11
30 TLKM 2016 3.02% 7.96 27.39 8.11
31 UNVR 2007 6.59% 7.79 13.04 8.84
83
32 UNVR 2008 11.06% 7.30 15.38 8.97
33 UNVR 2009 2.78% 7.59 20.85 9.33
34 UNVR 2010 6.96% 7.71 20.85 9.62
35 UNVR 2011 3.79% 7.63 22.27 9.88
36 UNVR 2012 4.30% 7.74 27.96 9.91
37 UNVR 2013 8.38% 7.92 28.91 10.26
38 UNVR 2014 8.36% 7.96 30.00 10.49
39 UNVR 2015 8.35% 7.94 24.76 10.51
40 UNVR 2016 3.02% 7.96 27.39 10.62
Lampiran 2 Pemilihan Model Regresi Data Panel
1. Common Effect Model
Dependent Variable: HARGA
Method: Panel Least Squares
Date: 03/06/18 Time: 02:42
Sample: 2007 2016
Periods included: 10
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI -0.852074 9.162988 -0.092991 0.9264
DJIM 1.268545 1.588848 0.798406 0.4299
ISP 0.062412 0.058405 1.068624 0.2924
C -2.846404 11.53402 -0.246783 0.8065 R-squared 0.128677 Mean dependent var 8.380000
Adjusted R-squared 0.056067 S.D. dependent var 1.544919
S.E. of regression 1.500985 Akaike info criterion 3.744760
Sum squared resid 81.10642 Schwarz criterion 3.913648
Log likelihood -70.89519 Hannan-Quinn criter. 3.805824
F-statistic 1.772158 Durbin-Watson stat 0.039215
Prob(F-statistic) 0.169902
2. Fixed Effect Model
Dependent Variable: HARGA
Method: Panel Least Squares
Date: 03/06/18 Time: 02:43
Sample: 2007 2016
Periods included: 10
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
84
INFLASI -0.852074 2.090424 -0.407608 0.6862
DJIM 1.268545 0.362476 3.499664 0.0014
ISP 0.062412 0.013324 4.684114 0.0000
C -2.846404 2.631346 -1.081729 0.2872 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.958429 Mean dependent var 8.380000
Adjusted R-squared 0.950871 S.D. dependent var 1.544919
S.E. of regression 0.342431 Akaike info criterion 0.852138
Sum squared resid 3.869557 Schwarz criterion 1.147691
Log likelihood -10.04275 Hannan-Quinn criter. 0.959001
F-statistic 126.8054 Durbin-Watson stat 0.821956
Prob(F-statistic) 0.000000
3. Random Effect Model
Dependent Variable: HARGA
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/06/18 Time: 02:44
Sample: 2007 2016
Periods included: 10
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 40
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI -0.852074 2.090424 -0.407608 0.6860
DJIM 1.268545 0.362476 3.499664 0.0013
ISP 0.062412 0.013324 4.684114 0.0000
C -2.846404 2.750398 -1.034906 0.3076 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 1.600886 0.9562
Idiosyncratic random 0.342431 0.0438 Weighted Statistics R-squared 0.739410 Mean dependent var 0.565543
Adjusted R-squared 0.717694 S.D. dependent var 0.644486
S.E. of regression 0.342431 Sum squared resid 4.221335
F-statistic 34.04928 Durbin-Watson stat 0.753460
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.128677 Mean dependent var 8.380000
Sum squared resid 81.10642 Durbin-Watson stat 0.039215
85
4. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FIX
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 219.561441 (3,33) 0.0000
Cross-section Chi-square 121.704884 3 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: HARGA
Method: Panel Least Squares
Date: 03/20/18 Time: 07:48
Sample: 2007 2016
Periods included: 10
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI -0.852074 9.162988 -0.092991 0.9264
DJIM 1.268545 1.588848 0.798406 0.4299
ISP 0.062412 0.058405 1.068624 0.2924
C -2.846404 11.53402 -0.246783 0.8065 R-squared 0.128677 Mean dependent var 8.380000
Adjusted R-squared 0.056067 S.D. dependent var 1.544919
S.E. of regression 1.500985 Akaike info criterion 3.744760
Sum squared resid 81.10642 Schwarz criterion 3.913648
Log likelihood -70.89519 Hannan-Quinn criter. 3.805824
F-statistic 1.772158 Durbin-Watson stat 0.039215
Prob(F-statistic) 0.169902
5. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: RANDOM
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000 * Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Cross-section random effects test comparisons:
86
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. INFLASI -0.852074 -0.852074 -0.000000 NA
DJIM 1.268545 1.268545 -0.000000 NA
ISP 0.062412 0.062412 -0.000000 NA
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: HARGA
Method: Panel Least Squares
Date: 03/20/18 Time: 07:50
Sample: 2007 2016
Periods included: 10
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.846404 2.631346 -1.081729 0.2872
INFLASI -0.852074 2.090424 -0.407608 0.6862
DJIM 1.268545 0.362476 3.499664 0.0014
ISP 0.062412 0.013324 4.684114 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.958429 Mean dependent var 8.380000
Adjusted R-squared 0.950871 S.D. dependent var 1.544919
S.E. of regression 0.342431 Akaike info criterion 0.852138
Sum squared resid 3.869557 Schwarz criterion 1.147691
Log likelihood -10.04275 Hannan-Quinn criter. 0.959001
F-statistic 126.8054 Durbin-Watson stat 0.821956
Prob(F-statistic) 0.000000